nurmalah: jurnal guru halaman 15-21
DESCRIPTION
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran (www.e-jurnalguru.com)TRANSCRIPT
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 15
Peningkatan Kemampuan Guru dalam
Menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
Melalui Bimbingan Teknis di Gugus I Kecamatan Sekayu
Nurmalah
Pengawas TK/ SD Kec. Sekayu, Kab. Musi Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan
Diterima: 8 Mei 2015 Disetujui: 17 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini dilaksanakan di Gugus I Kecamatan Sekayu. Masalh yang
diteliti adalah kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Prosedur
yang digunakan dalam penelitian ini adalah mensupervisi dan menganalisa KKM yang telak
ditentukan oleh guru kelas dan memberikan bimbingan teknis tentang cara menentukan KKM. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa terjadi peningkatan kesiapan dan kinerja guru dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal dari siklus I ke siklus II dan peningkatan ketercapaian indikator
kinerja pada tindakan siklus II. Dari penelitian ini dapat disimpulan bahwa pemberian bimbingan
teknis dapat meningkatkan kemampuan guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Sekolah Dasar di Gugus I Kecamatan Sekayu.
Kata kunci : peningkatan kemampuan guru, menetapkan KKM
A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Secara umum guru kelas pada Sekolah
Dasar dalam wilayah gugus I Kecamatan
Sekayu belum begitu memahami langkah-
langkah dalam menetapkan KKM, sehingga
dalam menentukan KKM tidak berdasarkan
analisis dan tidak memperhatikan prinsip serta
langkah-langkah penetapan, oleh karena itu
perlu ada kegiatan pada awal tahun pelajaran
yang dapat memberikan informasi kepada guru
yang dijadikan pedoman dalam penetapan
KKM. Dalam kebijakan pemerintah di bidang
pendidikan telah bergulir dengan
ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (SNP) yang meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan,
standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana- prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan.
Undang-Undang No. 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional dan PP
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan mengamanatkan bahwa kurikulum
pada jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Penetapan kriteria minimal ketuntasan belajar
merupakan tahapan awal pelaksanaan
penilaian hasil belajar sebagai bagian dari
langkah pengembangan kurikulum berbasis
kompetensi yang menggunakan acuan kriteria
dalam penilaian, mengharuskan pendidik dan
satuan pendidikan menetapkan kriteria
minimal yang menjadi tolok ukur pencapaian
kompetensi. Oleh karena itu, diperlukan
panduan yang dapat memberikan informasi
tentang penetapan kriteria ketuntasan
minimal yang dilakukan di satuan pendidikan.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara meningkatkan
kemampuan guru kelas di gugus I
Kecamatan Sekayu dalam menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)?
b. Apakah pemberian bimbingan teknis
dapat meningkatkan kemampuan guru
kelas dalam menetapkan Kriteria
Ketuntas Minimal (KKM)?
3. Pemecahan Masalah
Berdasarkan kajian dan analisis peneliti
bahwa untuk meningkatkan kemampuan guru
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal, kegiatan bimtek dapat menyelesaikan
masalah, karena melalui bimtek dapat
meningkatkan kemampuan guru khusunya
dalam menetapakan Kriteria Ketuntasan
Minimal di Gugus I Kecamatan Sekayu tahun
2014/2015.
4. Tujuan Penelitian
a. Untuk mendiskripsikan dampak
pelaksanaan bimtek peningkatan
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM
16 | ISSN : 2459-9743
kemampuan guru kelas dalam
menetapkan KKM
b. meningkatkan kemampuan guru kelas
dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) Gugus I kecamatan
Sekayu tahun 2014/2015
c. Memberi pengertian dan pemahaman
kepada guru kelas tentang makna dan
pentingnya penentuan KKM
d. Mengubah sikap tradisional yang merasa
puas dengan apa yang ada, menjadi sikap
terbuka terhadap pembaharuan .
5. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru :
1) Guru dapat menambah wawasan
tentang cara menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
sesuai dengan mata pelajara di kelas
yang menjadi tanggung jawabnya.
2) Guru memiliki kemampuan dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal sehingga proses belajar
mengajar lebih baik.
b. Bagi Sekolah :
1) Untuk meningkatkan mutu penilaian
pendidikan di sekolah.
2) Meningkatkan kinerja sekolah.
c. Bagi Kepala Sekolah :
1) Kepala sekolah dapat melaksanakan
dan mengevaluasi pelaksanaan
pelaksanaan kegiatan belajar
mengajar di kelas.
2) Kepala sekolah dapat mempedomani
standar penilaian yang dilakukan
oleh guru untuk melaksanakan
pelayanan pendidikan yang menjadi
tanggung jawabnya.
3) Medorong kepala sekolah untuk lebih
percaya diri.
d. Bagi Pengawas :
1) Pengawas termotivasi untuk
melaksanakan supervisi akademik
guru yang menjadi binaan yang
terprogram dan berkesinambungan.
2) Pengawas dan guru binaan dapat
merancang menetapan KKM
3) Memperbaiki pengelolaan
kepengawasan yang menjadi
tanggung jawabnya.
4) Mendorong pengawas lebih percaya
diri.
5) Menunjukkan peran nyata dalam
pengembangan ilmu pengetahuan.
B. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM)
Berdasar Permendiknas RI No. 20
Tahun 2007, dijelaskan bahwa Kreteria
Ketuntasan Minimal (KKM) adalah
kreteria ketuntasan belajar (KKB) yang
ditentukan oleh satuan pendidikan. KKM
harus ditetapkan sebelum awal tahun
ajaran dimulai. Seberapapun besarnya
jumlah peserta didik yang melampui batas
ketuntasan minimal, tidak mengubah
keputusan pendidik dalam menyatakan
lulus dan tidak lulus pembelajaran. Acuan
Kriteria tidak diubah secara serta merta
karena hasil empirik penilaian. Acuan
Kriteria mengharuskan pendidik untuk
melakukan tindakan yang tepat terhadap
hasil penilaian, yaitu memberikan layanan
remedial bagi yang belum tuntas dan atau
layanan pengayaan bagi yang sudah
melampui Kriteria ketuntasan minimal.
Kriteria Ketuntasan Minimal
ditetapkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan hasil musyawarah Kelompok
Kerja Guru (KKG) di satuan pendidikan
atau beberapa satuan pendidikan yang
memiliki karakteristik yang hampir sama.
Pertimbangan pendidik atau forum
KKG/KKKS secara akademis menjadi
pertimbangan utama penetapan KKM.
Kriteria ketuntasan minimal menjadi
acuan bersama pendidik, peserta didik,
dan orang tua peserta didik. Oleh karena
itu pihak-pihak yang berkepentingan
terhadap penilaian di sekolah berhak
untuk mengetahuinya. Satuan pendidikan
perlu melakukan sosialisasi agar informasi
dapat diakses dengan mudah oleh peserta
didik dan atau orang tuanya. Kriteria
Ketuntasan Minimal harus dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB)
sebagai acuan dalam menyikapi hasil
belajar peserta didik.
2. Fungsi Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
Merupakan target satuan pendidikan
dalam pencapaian kompetensi tiap aata
pelajaran. Satuan pendidikan harus
berupaya semaksimal mungkin untuk
melampui KKM yang ditetapkan.
Keberhasilan pencapaian KKM
merupakan salah satu tolok ukur kinerja
satuan pendidikan dalam
menyelenggarakan program pendidikan.
Satuan pendidikan dengan KKM yang
tinggi dan dilaksanakan secara
bertanggung jawab dapat menjadi tolok
ukur kualitas mutu pendidikan bagi
masyarakat.
3. Mekanisme Penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 17
Penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimalperlu mempertimbangkan
beberapa ketentuan sebagai berikut:
a. Penetapan KKM merupakan
kegiatanpengambilan keputusan yang
dapat dilakukan melalui metode
kualitatif dan atau kuantitatif. Metode
kualitatif dapat dilakukan melalui
profesional judgement,
mempertimbangkan kemampuan
akademik dan pengalaman pendidik
mengajar mata pelajaran di kelas
yang menjadi tanggung jawab guru
kelas masing-masing. Sedangkan
metode kuantitatif dilakukan dengan
rentang angka yang disepakati sesuai
dengan penetapan kriteria yang
ditentukan.
b. Penetapan nilai kriteria ketuntasan
minimal dilakukan melalui analisis
ketuntasan belajar minimal pada
setiap indikator dengan
memperhatikan kompleksitas, daya
dukung, dan intake peserta didik
untuk mencapai ketuntasan
kompeteni dasar dan standar
kompetensi.
c. Kriteria ketuntasan minimal setiap
Kompetensi Dasar (KD) merupakan
rata-rata dari indikator yang terdapat
dalam Kompetensi Dasar tersebut.
Peserta didik dinyatakan telah
mencapai ketuntasan belajar untuk
KD tertentu apabila yang
bersangkutan telah mencapai
ketuntasan belajar minimal yang
telah ditetapkan untuk seluruh
indikator pada KD tersebut.
d. Kriteria ketuntasan minimal setiap
Standar Kompetensi (SK) merupakan
rata-rata KKM Kompetensi Dasar
(KD) yang terdapat dalam SK
tersebut.
e. Kriteria Ketuntasan Minimal mata
pelajaran merupakan rata-rata dari
semua KKM-SK yang terdapat dalam
satu semester atau satu tahun
pembelajaran, dan dicantumkan
dalam Laporan Hasil Belajar (LHB
/Rapor) peserta didik.
f. Indikator merupakan acuan / rujukan
bagi pendidik untuk membuat soal-
soal ulangan, baik Ulangan Harian
(UH), Ulangan Tengah Semester
(UTS) maupun Ulangan Akhir
Semester (UAS). Soal ulangan
ataupun tugas-tugas harus mampu
mencerminkan/ menampilkan
pencapaian indikator yang diujikan.
Dengan demikian pendidik tidak
perlu melakukan pembobotan
seluruh hasil ulangan, karena
semuanya memiliki hasil yang setara
g. Pada setiap indikator atau
kompetensi dasar dimungkinkan
adanya perbedaan nilai ketuntasan
minimal.
4. Langkah-langkah Penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM)
Penetapan KKM dilakukan oleh
guru kelas atau guru mata pelajaran
sesuai dengan jenjang kelas yang menjadi
tanggung jawabnya. Langkah penetepan
KKM adalah sebagai berikut:
a. Guru atau kelompok guru
menetapkan KKM mata Pelajaran
dengan mempertimbangkan tiga
aspek kriteria, yaitu komleksitas,
daya dukung dan intake peserta
didik dengan skema sebagai berikut:
b. Hasil penetapan KKM oleh guru atau
kelompok guru mata pelajaran
disahkan oleh Kepala Sekolah untuk
dijadikan patokan guru dalam
melakukan penilaian;
c. KKM yang ditetapkan
disosialisasikan kepada pihak-pihak
yang berkepentingan, yaitu peserta
didik, orang tua, dan dinas
pendidikan;
d. KKM dicantumkan dalam LHB pada
saat hasil penilaian dilaporkan
kepada orang tua / wali peserta
didik.
5. Penetuan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
KKM pada setiap indikator pada KD, SK
dari mata pelajaran ditetapkan melalui
analisis Komleksitas, Daya Dukung, dan
Intake.
a. Kompleksitas (S)
S1 : tergolong ranah kognitif tinggi,
S2 : konsep abstrak bagi siswa,
S3 : kurangnya contoh yang
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM
18 | ISSN : 2459-9743
ditemukan siswa,
S4 : mengandung banyak istilah
asing,
S5 : kurang didukung sarana,
S6 : bahan sajian sulit dipahami
Untuk komleksitas dibagi menjadi 3
tingkat, yaitu :
- Tinggi, jika 5 6 indikator diatas
ia, maka poin 1,
- Sedang, jika 4 indikator ia, maka
poin 2,
- Rendah, jika 0 3 indikator ia,
maka poin
b. Daya dukung (D)
D1 : Sarana Prasarana,
D2 : Ketersediaan tenaga,
D3 : Kepdulian Stake Holders
D4 : Biaya Operasional Pendidikan,
D5 : Manajemen Sekolah,
Daya dukung dibagi menjadi tiga
tingkat yaitu :
- Tinggi, jika 5indikator diatas ia,
maka poin 3,
- Sedang, jika 4 indikator diatas ia,
maka poin 2,
- Rendah jika 0 3 indikator ia,
maka poin 1
c. Intake
Rata-rata nilai asal siswa
Untuk intake dibagi menjadi tiga
tingkat, yaitu :
- Tinggi, jika rata-rata 80 100,
maka poin 3
- Sedang, jika rata-rata 60 79,
maka poin 2
- Rendah,jika rata-rata 59 kebawah,
maka poin 1
- KKM indikator pada KD,SK dalam
mata pelajaran adalah jumlah
poin yang didapat dibagi
sembilan kali seratus.
6. Bimbingan Tehnik
Melalui kegiatan bimbingan tekhnik
yang lebih menekankan pada metode
kolaboratif konsultatif akan memberikan
kesempatan sharing antara satu guru
dengan guru lainnya. Dengan demikian
pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal dapat ditingkatkan baik dalam
teoritisnya maupun implementasinya.
Dengan demikian dapat diduga bahwa
melalui bimbingan ntehnik dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
Sekolah Dasar Gugus I Kecamatan Sekayu
Kabupaten Musi Banyuasin .
7. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka diatas,
maka dapat di kemukakan prioritas
tindakan penelitian ini adalah sebagai
berikut: dengan metode ceramah dan
bimbingan teknik dari pengawas sekolah
maka dapat di kemukakan ketuntasan
menunjukkan persentase tingkat
pencapaian kompetensi sehingga dengan
angka maksimal 100 (seratus). Angka
maksimal 100 merupakan kriteria
ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara
nasional diharapkan mencapai minimal
75. Satuan Pendidikan dapat memulai dari
kriteria ketuntasan minimal di bawah
target nasional kemudian ditingkatkan
secara bertahap.
8. Tempat dan Subyek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di 6 (enam)
sekolah dasar di gugus I Kecamatan
Sekayu dengan jumlah subyek sebanyak
63 orang dengan rincian sebagai berikut:
C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Deskrip dan Hasil Penelitian
a. Deskripsi Kondisi Awal
Dari kegiatan Para Siklus I
menunjukan gambaran hasil yang
didapat berdasarkan rekaman fakta/
observasi para guru di Gugus I
Kecamatan Sekayu, pada awalnya
pemahaman terhadap Kriteria
Ketuntasan Minimal masih sangat
kurang, hal ini dikarenakan persepsi
guru menganggap bahwa Kriteria
Ketuntasan Minimal tidak terlalu
penting, disamping itu acuan,
pelatihan, atau sosialisasi KKM juga
kurang.
b. Deskripsi Siklus I
1) Berkoordinasi dengan kepapal
UTD Dikbud Kecamatan Sekayu
untuk menyampaikan penelitian
dan minta masukan tentang
masalah yang ada sekaligus
membicarakan masalah tekhnis,
waktu pelaksanaan penelitian,
dan hal-hal yang terkait dengan
penelitian dan atau bimbingan
yang dilaksanakan.
2) Memberikan materi tentang
Kriteria Ketuntasan Minimal.
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 19
3) Bersama guru dan kepala sekolah
Menelaah konsep Kriteria
Ketuntasan Minimal
4) Mendiskusikan konsep Kriteria
Ketuntasan Minimal dan
presentasi kelompok.
5) Presentasi Kelas
6) Menghasilkan KKM Mata
Pelajaran disetiap jenjang kelas
di SD dalam wilayah gugus I
Kecamatan Sekayu.
Kegiatan peserta juga diobservasi,
mengenai: kesiapan mental dan fisik
guru, kesiapan bahan-bahan yang
dibawa guru pada waktu Bimtek,
kehadiran guru, kesiapan laptop,
kualitas KKM, dan respon guru. Dari
hasil pengamatan terhadap aktivitas
peserta yang berjumlah 63 orang
dengan menggunakan lembar
observasi yang telah disiapkan,
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 1. Rangkuman Hasil Observasi
Keterangan : S = Siap, H = Hadir, TS = Tidak Siap
TH = Tidak Hadir
Dari tabel 1 di atas tampak bahwa
pada aspek kasiapan mental dan fisik;
47 orang atau 74,60% peserta siap
dan 16 orang atau 25,40% tergolong
belum siap. Pada aspek kesiapan
bahan; tampak 42 orang atau 66,67%
peserta siap dan 21 orang atau
33,33% belum siap. Pada aspek
kehadiran guru tampak 56 atau
88,89% hadir dan 7 orang atau
11,11% tidak hadir. Pada aspek
kesiapan laptop tampak 12 orang atau
19,05% siap dan 51 orang tidak siap
atau 80,95 % belum siap. Berdasarkan
dekripsi ini tempaknya kesiapan guru
dalam mengikuti bimtek belum
memenuhi kriteria keberhasilan
untuk semua aspek.
Dari hasil evaluasi terhadap
penetapan KKM yang dibuat oleh 56
orang yang mengikuti Bimtek pada
siklus I seperti tampak pada tabel 2
berikut :
Tabel 2. Rangkuman Hasil Penilaian
Guru Siklus I
Keterangan :
Amat Baik = 85
-
Nurmalah | Peningkatan Kemampuan Guru dalam Menetapkan KKM
20 | ISSN : 2459-9743
karena kesiapan fisik, mental, bahan,
tidak siap.
Dari masalah tersebut, diputuskan
untuk memperbaiki beberapa langkah
dalam siklus I, yakni memfokuskan
pada penetapan KKM per indikator,
yang belum menyerahkan hasil, dan
peningkatan sarana / bahan diadakan
pada siklus II.
d. Deskripsi Hasil Siklus II
Pada siklus II, langkah-langkah
yang diambil sesuai dengan refleksi
hasil siklus I, dengan memfokuskan
pada penjelasan aspek-aspek yang
belum dipahami guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal, lebih menitik beratkan pada
aspek pembimbingan secara individu.
Dari 63 orang guru, yang hadir 56
orang semua dilibatkan dalam siklus II
untuk memperdalam pengetahuan
tentang penetapan Kriteria
Ketuntasan Minimal.
Dari hasil evaluasi terhadap
penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal oleh guru yang ikut bimtek
pada siklus II diperoleh hasil seperti
pada tabel 3 berikut:
Tabel 3. Rangkuman Hasil Penilaian
Guru Siklus II
Dari tabel 3 diatas, bila dilihat dari
rata-rata secara umum dalam
penetapan Kriteria Ketuntasan
Minimal pada siklus II berada pada
Amat Baik (rata-rata 97,25), namun
ada satu aspek yang belum bisa 100% ,
bahkan berada pada Kriteria Baik yaitu
pada aspek 2 (KKM dibuat per
indikator, kemudian KD, SK, terakhir
mata pelajaran).
D. Pembahasan
Berdasarkan analisis dan pembahasan
seperti yang telah dipaparkan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan aktifitas peserta pada
kegiatan bimbingan tentang Peningkatan
Kemampuan Guru dalam Menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal bagi guru kelas di Gugus I
Kecamatan Sekayu. Disamping itu juga terjadi
peningkatan kemampuan guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
melalui Bimtek di Gugus I Kecamatan Sekayu
dari siklus I ke siklus II pada masing-masing
aspek dengan target ketercapaian sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa melalui
bimbingan dapat meningkatkan kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria Ketuntasan
Minimal di SD dalam wilayah Gugus I
Kecamatan Sekayu.
Keberhasilan tindakan ini disebabkan oleh
pemahaman secara menyeluruh tentang
Kriteria Ketuntasan Minimal Sangat diperlukan.
Dengan pemahaman yang baik, maka
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal dengan
baik. Mengoptimalkan pemahaman guru
terhadap Kriteria Ketuntasan Minimal melalui
pembinaan intensip dalam bentuk
penyelenggaraan bimbingan tekhnik menunjuk
pada metode kooperatif konsultatif dimana
diharapkan para guru berdiskusi, bekerja sama
dan berkonsultasi secara aktif. Aktifitas ini
akan sangat membantu mereka dalam
memahami Kriteria Ketuntasan Minimal
akhirnya nanti mereka mampu menetapkan
Kriteria Ketuntasan Minimal.
Dalam kaitannya dengan
pembinaan melalui Bimtek, maka
penelitian ini juga sesuai dengan apa
yang dikatakan Amstrong (1990 : 209)
bahwa tujuan bimbingan adalah untuk
memperoleh tingkat kemampuan yang
diperlukan dalam pekerjaan mereka
dengan cepat dan ekonomis dan
mengembangkan kemampuan-
kemampuan yang ada sehingga
prestasi mereka pada tugas yang
Sekarang ditingkatkan dan mereka
dipersiapkan untuk menerima tanggung jawab
yang lebih besar di masa yang akan datang.
Siswanto (1989 : 139) mengatakan Bimtek
bertujuan untuk memperoleh nilai tambah
seseorang yang bersangkutan, terutama yang
berhubungan dengan meningkatnya dan
berkembangnya pengetahuan, sikap, dan
keterampilan yang bersangkutan. Bimbingan
dimaksudkan untuk mempertinggi
kemampuan dengan mengembangkan cara-
cara berpikir dan bertindak yang tepat serta
pengetahuan tentang tugas pekerjaan termasuk
tugas dalam melaksanakan evaluasi diri (As
ad, 1987 : 64).
-
Jurnal Nasional Pendidikan dan Manajemen Pembelajaran | JurnalGuru Volume I, No. 1, Mei Juni (2015): 15 -21
ISSN : 2459-9743 | 21
Tabel 4. Rangkuman Hasil Penilaian Guru
Dalam TPK Siklus I dan II
Dari Tabel di atas dapat diketahui :
1. Penetapan KKM mata pelajaran
memperhatikan tiga aspek; kompleksitas ,
daya dukung , dan intake adalah:
Pada siklus I : Jumlah (3,30), Rerata
(82,50), dan persentase (82,50%)
Pada siklus II : Jumlah (4,00), Rerata
(100), dan persentase (100%)
2. KKM dibuat per indikator, kemudian KD,
SK, dan terakhir mata pelajaran:
Pada siklus I : Jumlah (2,25), Rerata
(58,75), dan persentase (60,26%)
Pada siklus II : Jumlah (4,00), Rerata
(100), dan persentase (100%)
3. Hasil penetepan KKM oleh guru mata
pelajaran disahkan oleh kepala sekolah:
Pada siklus I : Jumlah (3,30), Rerata
(82,50), dan persentase (82,50%)
Pada siklus II : Jumlah (4,00), Rerata
(100), dan persentase (100%)
4. KKM yang ditetapkan disosialisasikan
kepada pihak-pihak yang berkepentingan,
yaitu peserta didik, orang tua, dan Dinas
Pendidikan:
Pada siklus I : Jumlah (3,90), Rerata
(97,50), dan persentase (97,50%)
Pada siklus II : Jumlah (4,00), Rerata
(100), dan persentase (100%)
5. KKM dicantumkan dalam LHB:
Pada siklus I : Jumlah (3,90), Rerata
(97,50), dan persentase (97,50%)
Pada siklus II : Jumlah (4,00), Rerata
(100), dan persentase (100%)
Nilai siklus I : 16,75 dengan rerata
83,75
Nilai siklus II : 19,25 dengan rerata
97,25
Dari paparan di atas, menunjukkan bahwa
peningkatan kompetensi guru melalui kegiatan
bimbingan tekhnik yang lebih menekankan
pada metode kolaboratif konsultatif akan
memberikan kesempatan sharing antara satu
guru dengan guru lain. Dengan demikian,
pemahaman terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal dapat ditingkatkan baik dalam
teoritisnya maupun dalam implementasinya.
E. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Setelah diadakan observasi terhadap KKM
yang ditetapkan oleh guru, dan hasil observasi
ditindaklanjuti dengan bimbingan teknis secara
langsung terhadap guru kelas tentang cara
penentuan KKM, maka :
a. Melalui bimbingan tehnik dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam
menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
di Gugus I Kecamatan Sekayu.
b. Kegiatan bimbingan tekhnik membrikan
dampak positif terhadap kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
diperoleh, dapat disarankan beberapa hal,
antara lain:
a. Para guru sebaiknya menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal dengan
memperhatikan mekanisme, yaitu prinsip
dan langkah-langkah penetapan.
b. Agar pembinaan melalui bimbingan tehnik
dapat berjalan secara efektif, maka semua
guru harus mampu bekerja sama dengan
peserta lain yang bersifat kolaboratif
konsultatif.
c. Peningkatan kemampuan guru dalam
penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal
akan berjalan dengan efektif bila semua
komponen sekolah mempasilitasi kegiatan
tersebut secara rutin.
d. Sebaiknya pemerintah senantiasa
mempasilitasi dalam semua kegiatan
dalam rangka meningkatkan kemampuan
guru dalam menetapkan Kriteria
Ketuntasan Minimal.
e. Membiasakan untuk mengembangkan
budaya mutu disekolah sehingga target
dalam meningkatkan mutu pendidikan
dapat tercapai.
Daftar Pustaka Boediono. 1998. Pembinaan Profesi Guru dan
Psikologi Pembinaan Personalia. Jakarta:
Depdikbud.
BSNP. 2008. Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan: Model Silabus. Jakarta: Depdikbud
BSNP. 2008. Kriteria Ketuntasan Minimal Sekolah
Dasar, Sekolah Standar Internasional.
Jakarta: Depdikbud.
Mardapi, D., & Ghofur, A, 2004. Pedoman Umum
Pengembangan Penilaian: Kurikulum
Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta:
Depdikbud.