npwp dan nppkp

30
KEWAJIBAN PENDAFTARAN, PEMBAYARAN DAN PELAPORAN PAJAK ANDRE DHARMA PERSADA - 1206224123 ANGIE ESTHER YULIANA A. - 1206214513 BUNGA ASTRINADIFA - 1206214614 CLAUDIA FRISKA - 1206214652 DEVI EKA SARI - 1206214495 LUSI CAHYA SARI - 1206214564 MAHDIAH AULIA - 1206214412 SIGIT HARTANTO - 1206214311 WILONA FELITA TANTRA - 1206214394 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM AKUNTANSI DEPOK FEBUARI 2014

Upload: lia-amelia

Post on 28-Dec-2015

92 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Npwp Dan Nppkp

KEWAJIBAN PENDAFTARAN, PEMBAYARAN DAN PELAPORAN

PAJAK

ANDRE DHARMA PERSADA - 1206224123

ANGIE ESTHER YULIANA A. - 1206214513

BUNGA ASTRINADIFA - 1206214614

CLAUDIA FRISKA - 1206214652

DEVI EKA SARI - 1206214495

LUSI CAHYA SARI - 1206214564

MAHDIAH AULIA - 1206214412

SIGIT HARTANTO - 1206214311

WILONA FELITA TANTRA - 1206214394

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM AKUNTANSI

DEPOK

FEBUARI 2014

Page 2: Npwp Dan Nppkp

Statement of Authorship

“Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir

adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang

saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.

Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas

pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami

menyatakan dengan jelas menggunakannya.

Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau

dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”

Mata Ajaran : Perpajakan 2

Judul Makalah/Tugas : KUP: Kewajiban pendaftaran, pembayaran dan pelaporan

Tanggal : 24 Febuari 2014

Dosen : AAA Ratna Dewi

Andre Dharma Persada

1206224123

Angie Esther Yuliana A.

1206214513

Bunga Astrinadifa

1206214614

Claudia Friska

1206214652

Devi Eka Sari

1206214495

Lusi Cahya Sari

1206214564

Mahdiah Aulia

1206214412

Sigit Hartanto

1206214311

Wilona Felita Tantra

1206214394

Page 3: Npwp Dan Nppkp

BAB I

Kewajiban NPWP dan NPPKP

Pengertian NPWP dan NPPKP

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak

sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri

atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.

Sedangkan NPPKP adalah nomor yang harus dimiliki setiap pengusaha yang

berdasarkan Undang-Undang PPN dikenakan pajak, wajib melaporkan usahanya pada kantor

Direktorat Jenderal Pajak untuk dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak).

Kewajiban mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak

Berdasarkan Pasal 2 UU Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan semua Wajib Pajak yang telah memenuhi baik kewajiban pajak subjektif

maupun kewajiban pajak objektif wajib mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP,

pendaftaran dilakukan pada setiap Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya

meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak yang berangkutan.

Persyaratan subjektif adalah persyaratan yang sesuai dengan ketentuan mengenai

subjek pajak sebagaimana telah diatur berdasarkan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984

dan perubahannya.

Persyaratan objektif adalah persyaratan bagi subjek pajak yang menerima atau

memperoleh penghasilan atau diwajibkan untuk melakukan pemotongan/pemungutan sesuai

dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan 1984 dan perubahannya.

Kewajiban untuk mendaftarkan diri juga berlaku bagi wanita kawin yang telah hidup

berpisah dengan suaminya atau wanita kawin dengan perjanjian pemisahan harta, hal ini

dimaksudkan agar wanita kawin tersebut dapat melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban

perpajakannya terpisah dari hak dan kewajiban perpajakan suaminya.

a. Wajib Pajak Badan, setiap Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri pada

Kantor Pelayanan Pajak / Kantor Penyuluhan Pajak di tempat badan tersebut

berkedudukan.

b. Wajib Pajak Perseorangan, yaitu bagi Wajib Pajak Perseorangan yang

penghasilannya melebihi PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

c. Wajib Pajak sebagai pemungut / pemotong pajak (Wajib Pajak Non Subyek)

seperti bendaharawan dan badan-badan tertentu yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan

d. Pengusaha Kena Pajak adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang

dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,

mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak

berwujud di luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa

dari luar Daerah Pabean yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau

penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-undang

Page 4: Npwp Dan Nppkp

Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil

yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan, kecuali

Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

e. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yaitu bentuk usaha yang dipergunakan untuk

menjalankan kegiatan usaha secara teratur di Indonesia oleh badan atau

perusahaan yang tidak didirikan atau tidak bertempat kedudukan di Indonesia

Bagi Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan diatas tetapi tidak mendaftarkan

diri, maka Direktorat Jenderal Pajak akan menerbitkan NPWP bagi Wajib Pajak yang

bersangktan secara jabatan, jika hal ini terjadi maka kewajiban perpajakan akan timbul sejak

dipenuhinya kewajiban pajak subjektif dan objektif maksimal selama 5 tahun sebelum NPWP

diterbitkan.

Setiap Pengusaha yang dikenakan PPN berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan perpajakan, wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP dan

kepadanya diberikan NPPKP.

Pengusaha orang pribadi berkewajiban melaporkan usahanya pada kantor Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Pengusaha (apabila pada tempat

tinggal tersebut ada kegiatan usaha) dan tempat kegiatan usaha dilakukan. Sedangkan bagi

Pengusaha Badan, kewajiban melaporkan usahanya tersebut adalah pada kantor Direktorat

Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat kedudukan Pengusaha dan tempat

kegiatan usaha dilakukan.

Tempat pendaftaran Wajib Pajak/pelaporan Pengusaha Tertentu:

Seluruh WP BUMN dan WP BUMD di wilayah DKI Jakarta: di KPP BUMN Jakarta;

WP PMA tidak Go Public: di KPP PMA, kecuali yang telah terdaftar di KPP lama dan

WP PMA di Kawasan Berikat dengan permohonan diberikan kemudahan mendaftar di

KPP setempat;

WP Badan dan Orang Asing: di KPP Badora;

WP Go Public: di KPP Perusahaan Masuk Bursa (Go Public), kecuali WP

BUMN/BUMD serta WP PMA yang berkedudukan di kawasan berikat;

WP BUMD di luar DKI Jakarta: di KPP setempat;

Untuk WP BUMN/BUMD, PMA, Badora, Go Public di luar DKI Jakarta, khusus PPh,

Pemotongan/Pemungutan dan PPN/PPnBM: di KPP tempat cabang atau kegiatan

usaha.

Fungsi dari Nomor Pokok Wajib Pajak:

Untuk mengetahui identitas Wajib Pajak;

Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan

administrasi perpajakan;

Untuk keperluan yang berhubungan dengan dokumen perpajakan;

Page 5: Npwp Dan Nppkp

Untuk memenuhi kewajiban perpajakan, misalnya dalam pengisian SSP;

Untuk mendapatkan pelayanan dari instansi-instansi tertentu yang mewajibkan

pencantuman NPWP dalam dokumen yang diajukan. Misal: Dokumen Impor (PPUD,

PIUD). Setiap WP hanya diberikan satu NPWP.

Fungsi dari Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak:

Identitas PKP

Dicantumkan dalam pemenuhan kewajiban PPN/PPnBM

Syarat-syarat untuk memperoleh NPWP:

1. Untuk WP Orang Pribadi Non-Usahawan:

o Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor.

2. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan:

o Fotocopy KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor;

o Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi

yang berwenang.

3. Untuk WP Badan:

o Fotocopy akte pendirian;

o Fotocopy KTP salah seorang pengurus;

o Fotocopy Surat Izin Usaha atau Surat Keterangan Tempat Usaha dari instansi

yang berwenang.

4. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/Pemotong:

o Fotocopy surat penunjukan sebagai bendaharawan;

o Fotocopy tanda bukti diri KTP/Kartu Keluarga/SIM/Paspor.

5. Apabila WP pemohon berstatus cabang, maka harus melampirkan fotocopy kartu

NPWP atau Bukti Pendaftaran WP Kantor Pusatnya. Apabila permohonan

ditandatangani oleh orang lain, perlu dilengkapi surat kuasa.

Fotocopy sebagai kelengkapan formulir pendaftaran WP tersebut di atas harus disahkan

oleh Petugas Pendaftaran WP kecuali dalam hal pendaftaran dilakukan melalui pos, maka

fotocopy harus disahkan oleh pejabat/instansi yang berwenang.

Tata cara mendaftarkan diri dan melaporkan usaha bagi Wajib Pajak:

1. Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan kelengkapannya;

2. Menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Kantor Pelayanan Pajak/KP4

setempat.

Hal-hal yang yang berkenaan dengan perubahan data Wajib Pajak:

Page 6: Npwp Dan Nppkp

1. Perbaikan data karena kesalahan data hasil komputer;

2. Perubahan nama WP karena penggantian nama, disyaratkan adanya keterangan dari

instansi yang berwenang;

3. Perubahan alamat WP karena perpindahan tempat tinggal;

4. Perubahan NPWP karena adanya kesalahan nomor (misalnya NPWP cabang tidak

sama dengan NPWP Pusat);

5. Perubahan status usaha WP dilampiri pernyataan tertulis dari WP atau fotocopy akte

perubahan;

6. Perubahan jenis usaha karena ada perubahan kegiatan usaha WP;

7. Perubahan bentuk Badan;

8. Perubahan jenis pajak karena sesuatu hal yang mengakibatkan kewajiban jenis

pajaknya berubah;

9. Penghapusan NPWP dan/atau pencabutan NPPKP karena dipenuhinya persyaratan

yang ditentukan.

Tatacara pembetulan data Wajib Pajak:

1. Mengisi formulir perubahan/mutasi data WP yang diambil secara langsung atau

meminta melalui pos dari KPP/KP4 dan menyampaikan formulir tersebut secara

langsung atau melalui pos ke KPP/KP4 yang bersangkutan, atau

2. Melalui formulir SPT Tahunan.

Page 7: Npwp Dan Nppkp

BAB II

Pembayaran Pajak

Surat Pemberitahuan (SPT)

Pengertian Surat Pemberitahuan: Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib

Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek

pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan.

Terdapat dua macam SPT yaitu:

a. SPT Masa adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Masa Pajak.

b. SPT Tahunan adalah Surat Pemberitahuan untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian

Tahun Pajak.

Pengisian & Penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap,

dan jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka

Arab, satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya

ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau

dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata

uang selain Rupiah, wajib menyampaikan SPT dalam bahasa Indonesia dan

mata uang selain Rupiah yang diizinkan.

Fungsi SPT

a. Wajib Pajak PPh

Sebagai sarana WP untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan

penghitunganjumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan

tentang:

i. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri atau

melaluipemotongan atau pemungutan pihak lain dalam satu Tahun

Pajak atau Bagian TahunPajak;

ii. penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objek pajak;

iii. harta dan kewajiban;

iv. pemotongan/pemungutan pajak orang atau badan lain dalam 1 (satu)

Masa Pajak.

Page 8: Npwp Dan Nppkp

b. Pengusaha Kena Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan

penghitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terutang dan untuk

melaporkan tentang:.

i. pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;

ii. pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri oleh

PengusahaKena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu Masa

Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

perpajakan.

c. Pemotong/ Pemungut Pajak

Sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pajak yang

dipotong atau dipungut dan disetorkan.

Ketentuan Tentang Pengisian SPT

SPT wajib diisi secara benar, lengkap, jelas dan harus ditandatangani. Dalam hal SPT diisi

dan ditandatangani oleh orang lain bukan WP, harus dilampiri surat kuasa khusus. Untuk

Wajib Pajak Badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus/direksi.

Ketentuan Tentang Penyampaian SPT

a. Penyampaian SPT oleh WP dapat dilakukan:

Secara langsung ke KPP/KP2KP atau tempat lain yang ditentukan (Drop Box,

Pojok Pajak, Mobil Pajak Keliling). Bukti penerimaan berupa surat.

Melalui pos dengan pengiriman surat. Bukti penerimaan SPT adalah bukti

pengiriman surat dari kantor pos

Dengan cara lain yaitu melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir

dengan bukti pengiriman surat atau e-Filing melalui penyedia jasa aplikasi atau

ASP (Application Service Provider). Bukti pengiriman adalah bukti

penerimaan elektronik.

b. Batas waktu penyampaian:

SPT Masa, paling lama dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak, kecuali untuk

SPT Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM yang dipungut oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai yaitu secara mingguan paling lama pada hari kerja

terakhir minggu berikutnya, dan SPT Masa PPh Pasal 22, PPN dan PPnBM

yang dipungut oleh Bendahara paling lama 14 hari setelah Masa Pajak

berakhir, dan SPT Masa PPN, paling lama akhir bulan berikutnya setelah

berakhirnya Masa Pajak.

Untuk WP dengan kriteria tertentu yang melaporkan beberapa Masa Pajak

dalam satu SPT Masa, paling lama 20 hari setelah berakhirnya Masa Pajak

terakhir.

SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi, paling lama 3

(tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak, sedangkan untuk SPT Tahunan Pajak

Page 9: Npwp Dan Nppkp

Penghasilan Wajib Pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir

Tahun Pajak.

Pembayaran Pajak

Dalam melakukan pembayaran pajak maka Wajib Pajak harus melakukan sendiri perhitungan,

pembayaran serta pelaporan pajak terutang (self assessment).

Mekanisme Pembayaran Pajak

1. Membayar sendiri pajak terutang

2. Pemotongan / Pemungutan pajak

Membayar sendiri pajak terutang

Membayar angsuran PPh setiap bulan (sesuai PPh pasal 25)

Pajak yang terutang harus dilunasi oleh WP dalam satu tahun pajak. Untuk

meringankan beban dalam melunasinya maka pembayaran pajak diwajibkan untuk

dilakukan secara angsuran setiap bulan.

Pembayaran angsuran PPh 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi terbagi menjadi dua,

yaitu :

a. Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

(OPPT)

WPOPPT adalah WPOP yang melakukan kegiatan usaha penjualan dan usaha

penyerahan jasa, yang mempunyai satu atau lebih tempat usaha.

Angsuran PPh Pasal 25 WPOPPT

= 0,75% X jumlah omset tiap bulan dari masing-masing tempat usaha

b. Angsuran PPh Pasal 25 sebagai Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha

Tertentu (OPSPT)

WPOPSPT adalah OP yang melakukan kegiatan usaha tanpa melalui tempat usaha

seperti karyawan atau pekerja bebas.

Angsuran PPh Pasal 25 WPOPSPT

= Penghasilan Kena Pajak (PKP) X Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh :

12 bulan

Pembayaran angsuran PPh 25 yang terutang bagi WP Badan sesuai Pasal 17 ayat (1)

huruf b adalah

= Penghasilan Kena Pajak X tarif PPh Badan yaitu sebesar 25%

Membayar PPh melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (sesuai PPh Pasal 4

(2), PPh Pasal 15, PPh Pasal 21, PPh Pasal 22, PPh Pasal 23, dan PPh Pasal 26)

Page 10: Npwp Dan Nppkp

Pihak lain adalah :

a. Pemberi penghasilan atau kerja

b. Pihak lain yang ditetapkan pemerintah

c. Membayar PPN kepada pihak penjual atau pemberi jasa atau pihak yang ditunjuk

pemerintah sebesar 10% dari harga jual atau nilai lainnya

d. Pembayaran PBB (Pajak Bumi Bangunan) berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak

Terutang.

Tarif PBB yang dikenakan atas objek pajak = 50% X Nilai Jual Objek Pajak

e. Pembayaran Bea Meterai yaitu pajak yang dikenakan atas dokumen yang

dilakukan menggunakan benda meterai.

Meterai tempel yang terutang untuk penggunaan dokumen dan surat perjanjian

yang menyebutkan jumlah > Rp 250.000 hingga Rp 1.000.000 menggunakan

materai Rp 3.000

Meterai tempel yang terutang untuk penggunaan dokumen dan surat perjanjian

yang menyebutkan jumlah > Rp 1.000.000 menggunakan materai Rp 6.000

Batas Waktu Pembayaran Pajak

Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang

terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis pajak, paling lama 15

(lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.

Batas waktu pembayaran untuk kekurangan pembayaran pajak berdasarkan SPTTahunan

paling lama sebelum SPT disampaikan.

No Jenis Pajak Batas Pembayaran (paling

lambat ....)

1 PPh pasal 4(2) setor sendiri Tanggal 15 bulan berikutnya

2 PPh pasal 4(2) pemotongan Tanggal 10 bulan berikutnya

3 PPh pasal 15 setor sendiri Tanggal 15 bulan berikutnya

4 PPh pasal 15 pemotongan Tanggal 10 bulan berikutnya

5 PPh pasal 21 Tanggal 10 bulan berikutnya

6 PPh pasal 23/26 Tanggal 10 bulan berikutnya

7 PPh pasal 25 Tanggal 15 bulan berikutnya

8 PPh pasal 22 impor setor sendiri (dilunasi bersamaan

dengan bea masuk, PPN, PPnBM)

Saat penyelesaian dokumen

9 PPh pasal 22 impor yang pemungutan oleh BC 1 hari kerja berikutnya

10 PPh pasal 22 pemungutan oleh bendaharawan Hari yang sama dengan

pembayaran atas penyerahan

barang

11 PPh pasal 22 migas Tanggal 10 bulan berikutnya

12 PPh pasal 22 pemungutan oleh WP badan tertentu Tanggal 10 bulan berikutnya

13 PPN & PPnBM Akhir bulan berikutnya

setelah masa pajak berakhir

Page 11: Npwp Dan Nppkp

& sebelum SPT masa PPN

disampaikan

14 PPN atas kegiatan membangun sendiri Tanggal 15 bulan berikutnya

setelah Masa Pajak berakhir

15 PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau

JKP dari luar Daerah Pabean

Tanggal 15 bulan berikutnya

setelah saat terhutangnya

pajak

16 PPN & PPnBM pemungutan bendaharawan Tanggal 7 bulan berikutnya

17 PPN dan/ atau PPnBM pemungutan oleh Pejabat

Penandatanganan Surat Perintah Membayar sebagai

Pemungut PPN

Harus disetor pada hari yang

sama dengan pelaksanaan

pembayaran kepada PKP

Rekanan Pemerintah melalui

KPPN

18 PPN & PPnBM pemungutan selain bendaharawan Tanggal 15 bulan berikutnya

setelah Masa Pajak berakhir

19 PPh 25 WP kriteria tertentu yang dapat melaporkan

beberapa Masa Pajak dalam satu SPT Masa. ( Pasal 3

ayat (3B) UU KUP )

Harus dibayar paling lama

pada akhir Masa Pajak

terakhir

20 Pembayaran masa selain PPh 25 WP kriteria tertentu

yang dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam

satu SPT Masa. ( Pasal 3 ayat (3B) UU KUP)

Harus dibayar paling lama

sesuai dengan batas waktu

untuk masing-masing jenis

pajak.

Sanksi Keterlambatan Pembayaran Pajak

Atas keterlambatan pembayaran pajak, dikenai sanksi denda administrasi bunga 2% (dua

persen) sebulan dari pajak terutang dihitung dari jatuh tempo pembayaran.

Page 12: Npwp Dan Nppkp

BAB III

Pelaporan Pajak

PPH

Pelaporan PPh Pasal 21/26 oleh Pemotong PPh Pasal 21

(Pemberi Kerja)

Batas waktu Penyampaian SPT ( Pasal 3 Undang-Undang Nomor 28 TAHUN 2007)

1. Untuk SPT Masa :

- PPh Pasal 21 disampaikan oleh Pemotong PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 20

setelah akhir masa pajak.

- PPh Pasal 22 disampaikan oleh Bea Cukai paling lambat 7 hari setelah penyetoran.

- PPh Pasal 22 Bendaharawan disampaikan oleh bendaharawan paling lambat tanggal 14

setelah akhir masa pajak (KEP-32/PJ./1995 Jo KEP-65/PJ./1995)

- PPh Pasal 22 atas penjualan kendaraan bermotor, disampaikan oleh Badan Usaha yang

bergerak dibidang industri otomotif paling lambat tanggal 15 (lima belas) setelah akhir

masa pajak

- PPh Pasal 23/26 disampaikan oleh pemotong PPh Pasal 23/26 paling lambat tanggal

20 setelah akhir masa pajak.

2. Untuk SPT Tahunan :

- SPT Tahunan PPh Badan (Formulir 1771) disampaikan oleh Wajib Pajak paling

lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya atau 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

- SPT Tahunan Pasal 21 (Formulir 1721) disampaikan oleh Pemotong PPh Pasal 21

paling lambat 31 Maret tahun berikutnya atau 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

- SPT Tahunan PPh Perseorangan (Formulir 1770) disampaikan oleh Wajib Pajak paling

lambat 31 Maret tahun berikutnya atau 3 bulan setelah akhir tahun pajak.

- SPT Tahunan PPh Badan dengan US $ (Formulir 1771/$) disampaikan oleh Wajib

Pajak yang diizinkan menyelenggarakan pembukuan dalam mata uang dollar Amerika

Serikat paling lambat 31 Maret tahun berikutnya atau 3 bulan setelah akhir tahun

pajak.

Page 13: Npwp Dan Nppkp

Pajak Bumi Bangunan

Tata cara pelaporan objek pajak

Orang atau badan yang akan mendaftarkan diri sebagai subyek pajak/Wajib Pajak

serta mendaftarkan tanah-tanah dan atau bangunan-bangunan yang dimiliki, dikuasai atau

dimanfaatkannya harus mengisi suatu formulir/blanko yang disebut Surat Pemberitahuan

Obyek Pajak (SPOP).

SPOP tersebut oleh orang atau badan yang Wajib Pajak harus diisi dengan ketentuan

sebagai berikut :

a. Jelas, artinya bahwa penulisan data yang diminta dalam SPOP harus dibuat sejelas-

jelasnya, sehingga tidak menimbulkan salah tafsir yang dapat merugikan negara atau

Wajib Pajak sendiri.

b. Benar, artinya data yang menyangkut luas tanah dan atau bangunan, tahun dan harga

perolehan, letak tanah atau bangunan serta peruntukan atau penggunaannya, yang

dilaporkan/dituliskan dalam SPOP harus sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

c. Lengkap, artinya bahwa semua kolom dalam SPOP, baik yang menyangkut subyek

pajak/Wajib Pajak maupun data tanah dan atau bangunan harus diisi sesuai dengan

keadaan sebenarnya. Kemudian SPOP tersebut harus diberi tanggal pengisian SPOP dan

ditandatangani oleh Wajib Pajak. Apabila karena sesuatu hal Wajib Pajak pengisian

SPOP-nya kepada orang lain, maka Wajib Pajak tersebut harus memberikan kuasa

kepada orang di maksud dengan membuatkan surat kuasa di atas materai Rp. 6.000,-.

d. Tepat waktu, artinya SPOP yang sudah diisi oleh Wajib Pajak dengan jelas, benr, dan

lengkap serta ditandatangani harus dikembalikan ke Kantor Pelayanan PBB tersebut di

atas selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah tanggal diterimanya SPOP oleh

Wajib Pajak.

Pengembalian SPOP oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan PBB dapat dilaksanakan

dengan cara :

a. menyerahkannya langsung ke Kantor Pelayanan PBB atau;

b. mengirimkannya melalui pos tercatat.

Proses Pendataan

Penyampaian dan Pengembalian SPOP :

- Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas bekerjasama dengan aparat Pemerintah Daerah dan

Page 14: Npwp Dan Nppkp

atau instansi lainnya dengan cara menyampaikan SPOP kepada para Wajib Pajak serta

memantau dan menerima kembali SPOP yang telah diisi dan ditandatangani oleh para Wajib

Pajak untuk digunakan sebagai bahan penetapan besarnya pajak terhutang sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

- Kepada Wajib Pajak yang ada di wilayah yang belum memiliki Peta Garis, Peta Foto dan

Peta Desa diberikan SPOP Kolektif (KP. PBB-26) agar diperoleh visualisasi lapangan.

- Kepada Wajib Pajak yang ada di wilayah yang sudah memiliki Peta Garis, Peta Desa atau

Peta Foto akan tetapi telah mengalami banyak perubahan Obyek dan Subyek PBB,

diberikan SPOP Perorangan (KP. PBB-2).

Verifikasi Data Obyek dan Subyek PBB :

- Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas PBB bekerjasama dengan aparat Pemerintah

Daerah dan atau instansi lainnya dengan cara mencocokkan data Obyek dan Subyek PBB

yang sudah terdaftar pada administrasi PBB dengan keadaan Obyek dan Subyek PBB yang

sebenarnya di lapangan, untuk dipergunakan sebagai bahan penetapan besarnya pajak

terhutang.

- Dalam kegiatan verifikasi data Obyek dan Subyek PBB kepada Wajib Pajak diberikan

SPOP Perorangan bila ternyata data grafis yang tergambar dalam Peta Desa, Peta Garis

maupun Peta Foto tidak banyak mengalami perubahan.

- Bilamana data grafis pada Peta Desa, Peta Grafis dan Peta Foto mengalami perubahan

seperti perubahan batas Desa/Kelurahan, batas persil atau bidang Obyek PBB maka

dilakukan pengukuran teristris dan penggambaran kembali pada bagian peta tersebut

dengan menggunakan Buku Identifikasi Obyek dan Subyek PBB (KP. PBB-27).

Identifikasi Obyek dan Subyek PBB

- Kegiatan ini dilaksanakan oleh petugas PBB bersama aparat Pemerintah Daerah dan

atau instansi lainnya atau dilaksanakan oleh pihak ketiga (dikontrakkan) dengan cara

mencocokkan informasi grafis yang ada pada Peta Kerja dengan keadaan Obyek PBB di

lapangan.

Penyusunan Data Awal PBB :

- Penyusunan data awal adalah semua kegiatan pendataan seluruh Obyek PBB dalam suatu

wilayah tertentu.

- Kegiatan ini dilaksanakan oleh Kantor Pelayanan PBB atau pihak lain yang ditu

juk oleh Direktur Jenderal Pajak.

- Dalam melaksanakan penyusunan data awal PBB dicatat keterangan mengenai Obyek

dan Subyek PBB termasuk dari nama, alamat, dan dilengkapi dengan pengisian SPOP

oleh Wajib Pajak.

Kegiatan Pemutakhiran Data PBB

Page 15: Npwp Dan Nppkp

- Pemutakhiran data adalah suatu kegiatan memperbaharui atau menyelesaikan data yang

ada berdasarkan verifikasi/penilaian Kantor Pelayanan PBB, dan atau Subyek PBB dari

pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985

tentang Pajak Bumi dan Bangunan.

PPN

Pelaporan pada SPT Masa PPN oleh PKP Penjual

(KEP-12/PJ./1995 JO KEP- 386/PJ./2002 Jo KEP-382/PJ./2002)

a. PKP Penjual wajib melaporkan PPN Keluaran atas penyerahan kepada Pemungut PPN pada

Masa Pajak diterimanya pembayaran dari Pemungut PPN. Hal ini karena Pemungut

PPN baru wajib membayar PPN setelah yang bersangkutan melakukan pembayaran

kepada PKP Rekanan (penjual). Dengan demikian, saat terutangnya PPN adalah pada

saat pembayaran, dan bukan pada saat penyerahan BKP/JKP.

b. Dalam hal pemungut PPN adalah KPKN, maka penyerahan tersebut dilaporkan dalam Masa

Pajak sesuai dengan bulan yang tercantum "Cash Register" KPKN.

Pelaporan PPN dengan Menggunakan Media Elektronik (KEP -05/PJ.2005, PER-

146/PJ.2006)

a. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar kurang dari 30 (tiga puluh) dalam 1

(satu) Masa Pajak dapat menyampaikan SPT Masa PPN baik dalam formulir kertas

(hard copy) maupun dalam bentuk data elektronik.

b. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Standar lebih dari 30 (tiga puluh) dalam 1 (satu)

Masa Pajak wajib menyampaikan SPT Masa PPN dalam bentuk data elektronik.

c. Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) adalah suatu cara

penyampaian SPT yang dilakukan melalui sistem on-line yang real time.

d. Dalam hal SPT Masa PPN disampaikan dalam bentuk data elektronik, induk SPT

Masa PPN harus tetap disampaikan dalam bentuk formulir kertas (hard copy),

ditandatangani dan disampaikan secara manual.

e. Wajib pajak yang akan menyampaikan SPT secara elektronik harus memiliki

Elektronic Filing Identification Number (e-FIN) dan memperoleh Sertifikat (digital

certificate) dari Direktorat Jenderal Pajak.

f. Apabila eFIN hilang, maka wajib pajak dapat mengajukan permohonan pencetakan

ulang dengan menunjukkan NPWP asli atau Surat Keterangan Terdaftar atau Surat

Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

g. Surat Pemberitahuan yang telah diisi secara benar, jelas dan lengkap disampaikan

secara elektronik melalui suatu Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) oleh WP ke

Page 16: Npwp Dan Nppkp

Direktorat Jenderal Pajak.

h. Wajib pajak akan menerima bukti penerimaan secara elektronik sebagai bukti bahwa

SPT telah diterima secara lengkap.

i. Penyampaian SPT secara elektronik dilakukan selama 24 (dua puluh empat) jam

sehari dan 7 (tujuh) hari seminggu dengan standar WIB.

Batas waktu pelaporan SPT apabila jatuh pada hari libur

Dalam hal tanggal Jatuh tempo penyampaian laporan bertepatan dengan hari libur, maka

penyampaian laporan pajak wajib dilakukan paling lambat pada hari kerja sebelum

tanggal jatuh tempo.

Termasuk hari libur adalah hari-hari cuti bersama yang ditetapkan pemerintah

(KEP – 220/PJ./2003)

Page 17: Npwp Dan Nppkp

BAB IV

Pembukuan & Pencatatan

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk

mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,

penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang

ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk

periode Tahun Pajak tersebut.

Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara teratur tentang

peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung

jumlah pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang

dikenai pajak yang bersifat final.

Yang Wajib Menyelenggarakan Pembukuan

1. Wajib Pajak (WP) Badan;

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas,

kecuali Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun kurang

dari Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan ratus juta rupiah).

Yang Wajib Menyelenggarakan Pencatatan

1. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang

peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat milyar

delapan ratus juta rupiah), dapat menghitung penghasilan neto dengan menggunakan

norma penghitungan penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan ke Direktur

Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 bulan pertama dari tahun pajak yang

bersangkutan;

2. Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan

bebas.

Page 18: Npwp Dan Nppkp

Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan mencerminkan keadaan atau

kegiatan usaha yang sebenarnya.

2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan

mata uang Rupiah dan disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang

diizinkan oleh Menteri Keuangan.

3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau stelsel kas.

4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah dapat

diselenggarakan oleh WP setelah mendapat izin Menteri Keuangan.

5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai harta, kewajiban,

modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung

besarnya pajak yang terutang.

Syarat-Syarat Penyelenggaraan Pencatatan

1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :

a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau jumlah penghasilan bruto yang

diterima dan/atau diperoleh;

b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau penghasilan yang pengenaan

pajaknya bersifat final.

2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha dan/atau tempat usaha,

pencatatan harus menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis usaha

dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.

3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan, WP orang pribadi harus

menyelenggarakan pencatatan atas harta dan kewajiban.

Tujuan Penyelenggaraan Pembukuan/Pencatatan

Tujuannya adalah untuk mempermudah:

1. Pengisian SPT;

2. Penghitungan Penghasilan Kena Pajak;

3. Penghitungan PPN dan PPnBM;

4. Penyelenggaraan pembukuan juga untuk mengetahui posisi keuangan dan hasil

kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

Page 19: Npwp Dan Nppkp

Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata Uang Selain Rupiah

Wajib Pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan

bahasa asing dan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar

Amerika Serikat adalah :

1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yaitu Wajib Pajak yang

beroperasi berdasarkan ketentuan Peraturan perundang-undangan Penanaman Modal

Asing;

2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang beroperasi

berdasarkan kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan

peraturan Perundang-undangan Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas

bumi;

3. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;

4. Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat

(5) Undang-Undang Pajak Penghasilan atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak

Berganda (P3B) yang terkait;

5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di

bursa efek luar negeri;

6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam denominasi

mata uang Dollar Amerikat Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan

Efektif Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawasa Pasar Modal-Lembaga

Keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;

7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu

perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh

perusahaan induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan

istimewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang-

Undang Pajak Penghasilan.

Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan Mata

Uang Selain Rupiah

Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang

Dollar Amerika Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin tertulis dari Menteri

Keuangan, kecuali WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka Kontraktor

Kontrak Kerja Sama.

Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan surat permohonan kepada Kepala

Kantor Wilayah, paling lambat 3 (tiga) bulan :

1. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan

satauan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai;

Page 20: Npwp Dan Nppkp

2. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak

pertama.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas

permohonan tersebut paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari WP diterima secara

lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum

memberikan keputusan maka permohonan WP tersebut dianggap diterima dan Kepala Kantor

Wilayah atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan pemberian izin untuk

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uangan

Dollar Amerika Serikat.

WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang sejak

pendiriannya maupun yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa

Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan pemberitahuan

secara tertulis ke Kantor Pelayanan Pajak tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan

sejak tanggal pendirian (bagi WP yang sudah menyelenggarakan sejak pendiriannya) atau 3

(tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris

dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai (bagi WP yang belum

menyelenggarakan sejak pendiriannya).

WP yang telah memperoleh izin untuk menyelenggarakan pembukuan dengan

menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat namun

merencanakan untuk tidak memanfaatkan izin tersebut wajib menyampaikan pemberitahuan

pembatalan secara tertulis ke KPP dalam hal Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam surat

izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut harus sudah diterima oleh KPP sebelum

Tahun Pajak tersebut dimulai.

Apabila penyelenggaraan pembukuan tersebut sudah dimulai, maka wajib mengajukan

permohonan pembatalan secara tertulis ke KPP paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku

yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar

Amerika Serikat tersebut dimulai. Bagi WP Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak

Kerja Sama yang telah memberitahukan ke KPP untuk menyelenggarakan pembukuan dengan

menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, namun WP

tersebut akan menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan

satuan mata Rupiah, wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah paling

lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa

Indonesia dan satuan mata uang Rupiah tersebut dimulai.

Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan memberikan keputusan atas

permohonan pembatalan penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris

dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan

sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu tersebut telah

lewat dan Kepala Kantor Wilayah belum memberikan keputusan, maka permohonan dianggap

diterima. WP yang mengajukan permohonan tersebut tidak diperbolehkan lagi

menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang

Dollar Amerika Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin tersebut dicabut.

Tempat Penyimpanan Buku/Catatan/Dokumen

Page 21: Npwp Dan Nppkp

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan

dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara elektronik

atau secara program on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di

tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di tempat kedudukan

Wajib Pajak badan. Perubahan Tahun Buku Dan Metode Pembukuan Perubahan terhadap

metode pembukuan dan atau tahun buku, harus mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal

Pajak.

Page 22: Npwp Dan Nppkp

BAB V

Sanksi-Sanksi Perpajakan

Sanksi Perpajakan diberlakukan untuk menciptakan kepatuhan Wajib Pajak terhadap

peraturan perpajakan. Penting bagi Wajib Pajak untuk mengetahui sanksi perpajakan ini agar

mereka bisa mengetahui konsekuensi dari apa yang dilakukan dan tidak dilakukan terkait

pajak.

Ada dua macam sanksi perpajakan, yaitu:

1. Sanksi Administrasi

Sanksi Administrasi dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Sanksi berupa denda

Sanksi yang berupa denda banyak ditemukan dalam UU perpajakan. Terkait

besaran denda ditentukan sebesar jumlah tertentu, persentase dari jumlah tertentu,

atau suatu angka perkalian dari jumlah tertentu.

Berikut hal pelanggaran perpajakan yang dikenai sanksi administrasi berupa denda

dalam KUP.

Pasal Hal Sanksi

7 (1) SPT tidak disampaikan sesuai atas waktu

penyampaian atau batas waktu

perpanjangan penyampaian SPT

Rp 500.000 untuk SPT

Masa PPN

Rp 100.000 untuk SPT

masa lainnya

Rp 1.000.000 untuk SPT

Tahunan PPh WP Badan

Rp 100.000 untuk SPT

Tahunan PPh WP Orang

Pribadi

8 (3) Meskipun telah dilakukan pemeriksaan,

tetapi belum dilakukan tindakan

penyidikan, WP dengan kemauan sendiri

menungkapan ketidakbenaran tentang data

yang dilaporkan dalam SPT dengan

disertai pelunasan kekurangan

pembayaran jumlah pajak yang

sebenarnya terutang.

150% x jumlah pajak

kurang bayar

4 (4) PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai

dengan masa penerbitan faktur pajak 2% x DPP 14 (4) PKP telah dikukuhkan sebagai PKP tetapi

tidak membuat Faktur Pajak atau

membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat

Page 23: Npwp Dan Nppkp

waktu.

PKP tidak mengisi faktur pajak secara

lengkap sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 (5) UU PPN 1984 dan

perubahannya, selain:

1. Identitas pembeli sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)

huruf b UU PPN 1984 dan

perubahannya; atau

2. Identitas pembeli serta nama dan

tanda tangan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)

huruf b dan g UU PPN 1984 dan

perubahannya dalam hal

penyerahan dilakukan oleh PKP

pedagang eceran

25 (9) Keberatan WP ditolak atau dikabulkan

sebagian.

50% x (jumlah pajak

berdasarkan keputusan

keberatan - pajak yang

telah dibayar sebelum

mengajukan keberatan)

Sanksi ini tidak dikenakan

dalam hal WP

mengajukan banding

[Pasal 25 (10)]

21 (5d) Permohonan banding ditolak atau

dikabulkan sebagian.

100% x (jumlah pajak

berdasarkan putusan

banding - pajak yang

sudah dibayar sebelum

mengajukan keberatan)

33 Setiap orang yang karena kealpaan:

a. Tidak menyampaikan SPT; atau

b. Menyampaikan SPT, tetapi isinya

tidak benar atau tidak lengkap,

atau melampirkan keterangan yang

isinya tidak benar sehingga dapat

menimbulkan kerugian pada

pendapatan negara dan perbuatan

tersebut merupakan perbuatan

setelah perbuatan yang pertama

kali sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13A UU KUP

Didenda paling sedikit 1x

jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang

bayar dan paling banyak

2x nya, atau dipidana

kurungan paling singkat 3

bulan dan paling lama 1

tahun.

Page 24: Npwp Dan Nppkp

39 (1)

dan (2)

Setiap orang yang dengan sengaja:

a. Tidak mendaftarkan diri untuk

diberikan NPWP atau tidak

melaporkan usahanya untuk

dikukuhkan sebagai PKP;

b. Menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak NPWP

atau NPPKP;

c. Tidak menyampaikan SPT;

d. Menyampaikan SPT dan atau

keterangan yang isinya tidak benar

atau tidak lengkap;

e. Menolak untuk dilakukan

pemeriksaan;

f. Memperlihatkan pembukuan,

pencatatan, atau dokumen lain

yang palsu atau dipalsukan seolah-

olah benar, atau tidak

menggambarkan keadaan yang

sebenarnya;

g. Tidak menyelenggarakan

pembukuan atau pencatatan di

Indonesia, tidak memperlihatkan

atau meminjam buku, catatan, atau

dokumen lain;

h. Tidak menyimpan buku, catatan,

atau dokumen yang menjadi dasar

pembukuan atau pencatatan dan

dokumen lain termasuk hasil

pengolahan data dari pembukuan

yang dikelola secara elektronik

atau diselenggarakan secara

program aplikasi online di

Indonesia; atau

i. Tidak menyetorkan pajak yang

telah dipotong atau dipungut,

sehingga dapat menimbulkan

kerugian pada pendapatan negara.

Didenda paling sedikit2x

jumlah pajak terutang

yang tidak atau kurang

bayar dan paling banyak

4x nya, dan dipidana

penjara paling singkat 6

bulan dan paling lama 6

tahun. Pidana tersebut

ditambahkan 1x menjadi

2x sanksi pidana apabila

seseorang melakukan lagi

tindak pidana di bidang

perpajakan sebelum lewat

1 tahun, sejak selesainya

menjalani pidana penjara

yang dijatuhkan.

39 (3) Setiap orang yang:

a. Melakukan percobaan

menyalahgunakan atau

menggunakan tanpa hak NPWP

atau pengukuhan PKP; atau

b. Menyampaikan SPT dan atau

Didenda paling sedikit 2x

jumlah restitusi yang

dimohonkan dan atau

kompensasi atau

pengkreditan yang

dilakukan, paling banyak

Page 25: Npwp Dan Nppkp

keterangan yang isinya tidak benar

atau tidak lengkap, dalam rangka

mengajukan permohonan restitusi

atau melakukan kompensasi pajak

atau pengkreditan pajak.

4xnya, dan dipidana

penjara paling singkat 6

bulan dan paling lama 2

tahun.

39A Setiap orang yang dengan sengaja:

a. Menerbitkan dan atau

menggunakan Faktur Pajak, bukti

pemungutan pajak, bukti

pemotongan pajak dan atau bukti

setoran pajak yang tidak

berdasarkan transaksi yang

sebenarnya; atau

b. Menerbitkan faktur pajak tetapi

belum dikukuhkan sebagai PKP.

Didenda paling sedikit 2x

jumlah pajak dalam

Faktur Pajak, bukti

pemungutan pajak, bukti

pemotongan pajak dan

atau bukti setoran pajak

dan paling banyak 6x nya

serta dipidana penjara

paling singkat 2 tahun dan

paling lama 6 tahun.

41A Bank, akuntan public, notaris, konsultan

pajak, kantor administrasi, dan atau pihak

ketiga lainnya yang mempunyai hubungan

dengan Wajib Pajak yang sedang

diperiksa, ditagih pajaknya, dan disidik

karena adanya tindakan pidana

perpajakan-dengan sengaja tidak

memberikan keterangan atau bukti, atau

memberikan keterangan atau bukti yang

tidak benar.

Didenda paling banyak Rp

25.000.000 dan dipidana

dengan pidana kurungan

paling lama 1 tahun.

41B Setiap orang dengan sengaja menghalangi

atau mempersulit penyidikan tindak

pidana di bidang perpajakan.

Didenda paling banyak Rp

75.000.000 dan pidana

penjara paling lama 3

tahun.

41C (1) Setiap orang dalam instansi pemerintah,

lembaga, asosiasi, dan pihak lain, yang

dengan sengaja tidak memberikan data

dan informasi yang berkaitan dengan

perpajakan kepada DJP.

Didenda paling banyak Rp

1.000.000.000 atau pidana

kurungan paling lama 1

tahun.

41C (2) Setiap orang yang dengan sengaja

menyebabkan tidak terpenuhinya

kewajiban pejabat dan pihak lain di

instansi pemerintah, lembaga, asosiasi,

dan lainnya.

Didenda paling banyak Rp

800.000.000 atau pidana

kurungan paling lama 10

bulan.

41C (3) Setiap orang yang dengan sengaja tidak

memberikan data dan informasi yang

diminta oleh DJP.

Page 26: Npwp Dan Nppkp

41C (4) Setiap orang yang dengan sengaja

menyalahgunakan data dan informasi

perpajakan sehingga menimbulkan

kerugian pada negara.

Didenda paling banyak Rp

500.000.000 atau pidana

kurungan paling lama 1

tahun.

448 WP yang sedang dilakukan tindakan

penyidikan pajak namun kemudian

memilih untuk melunasi utang pajak yang

tidak/ kurang dibayar atau yang tidak

seharusnya dikembalikan

Didenda 4x jumlah pajak

yang tidak/ kurang

dibayar atau yang tidak

seharusnya dikembalikan

b. Sanksi berupa bunga

Sanksi berupa bunga dikenakan atas pelanggaran yang menyebabkan utang pajak

menjadi lebih besar. Jumlah bunga dihitung berdasarkan persentase tertentu, mulai

dari saat bunga menjadi hak/ kewajiban sampai dengan saat diterima dibayarkan

dan dihitung secara bulanan. Besarnya bunga dihitung secara tetap dari pokok

pajak yang tidak dibayar/ kurang bayar, tetapi jika Wajib Pajak tidak membayar/

hanya membayar sebagian sanksi bunga, sanksi bunga dapat ditagih kembali

dengan disertai bunga lagi (bunga majemuk).

Berikut hal pelanggaran perpajakan yang dikenai sanksi administrasi berupa bunga

dalam KUP.

Pasal Hal Sanksi

8 (2) WP membetulkan sendiri SPT Pasal 8 (2)

UU KUP Tahunan yang mengakibatkan

utang pajak menjadi lebih besar.

2% per bulan atas jumlah

pajak yang kurang

dibayar, dihitung sejak

saat penyampain SPT

berakhir s/d tanggal

pembayaran, dan bagian

dari bulan dihitung penuh

1 bulan.

8 (2a) WP membetulkan sendiri SPT Masa yang

mengakibatkan utang pajak menjadi lebih

besar.

9 (2a) Pembayaran atau penyetoran Pasal 9 (2a)

UU KUP pajak berdasarkan SPT Masa

yang dilakukan setelah tanggal jatuh

tempo pembayaran atau penyetoran pajak.

2% per bulan dihitung dari

tanggal jatuh tempo

pembayaran s/d tanggal

pembayaran, dan bagian

dari bulan dihitung penuh

1 bulan.

9 (2b) Pembayaran atau penyetoran pajak

berdasarkan SPT Tahunan yang dilakukan

setelah tanggal jatuh tempo penyampaian

SPT Tahunan.

2% per bulan dihitung

mulai dari berakhirnya

batas waktu penyampaian

SPT Tahunan s/d tanggal

Page 27: Npwp Dan Nppkp

pembayaran, dan bagian

dari bulan dihitung penuh

1 bulan.

13 (2) Dari hasil pemeriksaan atau keterangan

lain, pajak yang terutang tidak/ kurang

dibayar.

2% per bulan dari jumlah

pajak yang tidak/ kurang

dibayar, paling lama 24

bulan, dihitung sejak saat

terutangnya pajak atau

berakhirnya masa pajak,

bagian tahun pajak, atau

tahun pajak s/d

diterbitkannya SKPKB.

13 (5) SKPKB yang diterbitkan setelah melewati

jangka waktu 5 tahun, yang diterima oleh

WP yang dipidana karena melakukan

tindak pidana di bidang perpajakan atau

tindak pidana lainnya yang dapat

menimbulkan kerugian pada pendapatan

negara berdasarkan putusan pengadilan

yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap

48% x jumlah pajak tidak/

kurang bayar

14 (3) Dari penelitian rutin:

a. PPh dalam tahun berjalan tidak/

kurang dibayar;

b. SPT salah tulis/ salah hitung

sehingga terdapat kekurangan

pembayaran pajak.

2% per bulan untuk

selama-lamanya 24 bulan

dihitung sejak saat

terutangnya pajak atau

bagian tahun pajak atau

tahun pajak s/d

diterbitkannya STP.

14 (5) Bagi PKP yang gagal berproduksi dan

telah diberikan pengembalikan Pajak

Masukan.

2% per bulan dari jumlah

yang ditagih kembali,

dihitung dari tanggal

penerbitan Surat

Keputusan Pengembalian

Kelebihan Pembayaran

Pajak s/d tanggal

penerbitan STP, dan

bagian dari bulan dihitung

penuh 1 bulan.

Page 28: Npwp Dan Nppkp

c. Sanksi berupa kenaikan

Sanksi berupa kenaikan dihitung dengan angka persentase tertentu dari jumlah

pajak kurang bayar. Sanksi ini biasanya dikenakan karena Wajib Pajak tidak

memberikan informasi yang dibutuhkan dalam menghitung jumlah pajak terutang.

Pasal Hal Sanksi

8 (5) WP mengungkapkan ketidakbenaran

pengisian SPT setelah jangka waktu

pembetulan SPT berakhir, dan belum

pernah diterbitkan surat ketetapan pajak,

yang mengakibatkan pajak kurang dibayar

50% x pajak yang kurang

dibayar

13 (1)

huruf b

SPT tidak disampaikan sesuai jangka

waktu penyampaiannya dan setelah

ditegur secara tertulis SPT tetap tidak

disampaikan sesuai waktunya

sebagaimana ditentukan dalam Surat

Teguran.

a. 50% x PPh yang tidak

atau kurang dibayar

dalam 1 tahun pajak

b.100% x PPh yang tidak/

kurang dipotong, tidak/

kurang dipungut, tidak/

kurang disetor, dan

dipotong/dipungut

tetapi tidak/ kurang

disetor.

13 (3) Apabila WP tidak melakukan pembukuan

atau ketika diperiksa WP tidak:

a. Memperlihatkan dan atau

meminjamkan buku atau catatan,

dokumen yang menjadi dasarnya, dan

dokumen lain yang berhubungan

dengan penghasilan yang diperoleh,

kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP,

atau objek yang terutang pajak;

b.Memberikan kesempatan untuk

memasuki tempat/ ruang yang

dipandang perlu dan member bantuan

guna kelancaran pemeriksaan; dan atau

c. Memberikan keterangan lain yang

diperlukan, sehingga tidak dapat

diketahui besarnya pajak yang terutang.

13 (1)

huruf c

Berdasarkan hasil pemeriksaan atau

keterangan lain mengenai PPN dan

PPnBM, ternyata tidak seharusnya

dikompensasikan selisih lebih pajak atau

tidak seharusnya dikenai tarif 0%.

100% dari PPN atas

barang dan jasa dan Ph

BM yang tidak/ kurang

bayar.

134 WP yang karena kealpaannya tidak

menyampaikan SPT atau menyampaikan

SPT, tetapi isinya tidak benar atau tidak

lengkap, atau melampirkan keterangan

yang isinya tidak benar sehingga dapat

Sanksi kenaikan sebesar

200% dari jumlah pajak

yang kurang dibayar yang

ditetapkan melalui

Page 29: Npwp Dan Nppkp

menimbulkan kerugian pada pendapatan

negara. Kealpaan yang dilakukan ini

adalah kealpaan yang pertama kali

dilakukan oleh WP.

penerbitan SKPKB

15 (2) Diterbitkan SKPKBT, karena ditemukan

data baru dan atau data yang semula

belum terungkap

100% dari jumlah

kekurangan pajak

17C (5) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan

terhadap WP dengan kriteria tertentu yang

telah mendapat pengembalian

pendahuluan kelebihan pajak, diterbitkan

SKPKB.

2. Sanksi Pidana

Pengenaan sanksi pidana merupakan upaya terakhir untuk meningkatkan

kepatuhan wajib pajak. Namun, pemerintah masih memberikan keringanan dalam

pemberlakuan sanksi pidana dalam perpajakan, yaitu bagi Wajib Pajak yang baru

pertama kali melanggar Pasal 38 UU KUP, yaitu tidak menyampaikan SPT atau

menyampaikan SPT dengan isi yang tidak benar dan tidak lengkap atau melampirkan

keterangan yang isinya tidak benar sehingga menimbulkan kerugian negara, tidak

dikenakan sanksi pidana, tetapi hanya dikenakan sanksi perdata.

Hukum pidana diterapkan karena adanya tindak pelanggaran dan tindak kejahatan.

Di bidang perpajakan, tindak pelanggaran adalah tindak kealpaan, sedangkan tindak

kejahatan adalah tindak kesengajaan tidak mengindahkan kewajiban perpajakan

sehingga menimbulkan kerugian negara. Meskipun begitu, tindak pidana di bidang

perpajakan tidak dapat dituntut setelah jangka waktu 10 tahun terlampaui, ditentukan

sejak saat terutangnya pajak, berakhirnya masa pajak, berakhirnya bagian tahun pajak,

atau berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan, disesuaikan dengan daluarsa

penyimpanan dokumen perpajakan yang dijadikan dasar penghitungan jumlah pajak

yang terutang.

Dalam UU perpajakan di Indonesia, sanksi pidana diatur dalam Bab VIII KUP. Sanksi pidana

biasanya disertai sanksi administrasi berupa denda, meskipun tidak selalu.

Page 30: Npwp Dan Nppkp

REFERENSI

http://suryaafrilian.blogspot.com/2011/05/kewajiban-memiliki-npwp

nppkp.html#sthash.nXPnjEZt.dpuf

http://arizaekky.blogspot.com/2013/09/npwp-dan-nppkp.html

http://www.pajak.go.id/content/pembayaran-pajak

http://www.pajak.go.id/sites/default/files/Buku%20KUP%20Edit%2004112013%20Upload.p

df

http://www.pajak.go.id/content/seri-kup-pembukuan-dan-pencatatan-bagi-wajib-pajak

http://konsultanpajak-aaa.com/mengenal-sanksi-pajak.htm Jumat, 22 Februari 2014: 15.00

WIB