mempunyai npwp

86
KETIKA KITA HARUS MEMPUNYAI NPWP TRIYANI BUDIANTO I. Pendahuluan Seiring dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan tax ratio, sejak tahun 2001 pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan untuk ekstensifikasi dibidang perpajakan. Selain melalui kegiatan canvassing, upaya eksensifikasi juga dilakukan DJP dengan cara "memaksa" Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki NPWP secara system, misalnya kewajiban memiliki NPWP sebagai salah satu syarat dalam permohonan kredit perbankan bagi wajib pajak orang pribadi. Dalam siaran pers DJP tanggal 25 Agustus 2005 ditegaskan bahwa berdasarkan informasi dari Pusat Data Pajak dan sistem komputerisasi pajak, DJP akan memberikan NPWP (secara jabatan) terhadap: a. Pemilik tanah dan bangunan mewah; b. Pemilik mobil mewah; c. Pemilik kapal pesiar atau yacht; d. Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri; e. Orang asing; f. Pegawai tetap yang berpenghasilan di atas PTKP; dan lain- lain, yang belum ber-NPWP. Pemberian NPWP secara jabatan tersebut akan dilakukan sejak tanggal 1 September 2005. Dengan demikian diharapkan jumlah Wajib Pajak akan mencapai 10 juta Wajib Pajak pada tanggal 20 Oktober 2005. Apabila pemberian NPWP tersebut dilakukan secara serentak,

Upload: kevin

Post on 15-Jun-2015

341 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MEMPUNYAI NPWP

KETIKA KITA HARUS MEMPUNYAI NPWPTRIYANI BUDIANTO

I. Pendahuluan

Seiring dengan usaha-usaha pemerintah untuk meningkatkan tax ratio,sejak tahun 2001 pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan untukekstensifikasi dibidang perpajakan. Selain melalui kegiatancanvassing, upaya eksensifikasi juga dilakukan DJP dengancara "memaksa" Wajib Pajak Orang Pribadi untuk memiliki NPWP secarasystem, misalnya kewajiban memiliki NPWP sebagai salah satu syaratdalam permohonan kredit perbankan bagi wajib pajak orang pribadi.

Dalam siaran pers DJP tanggal 25 Agustus 2005 ditegaskan bahwaberdasarkan informasi dari Pusat Data Pajak dan sistem komputerisasipajak, DJP akan memberikan NPWP (secara jabatan) terhadap:a. Pemilik tanah dan bangunan mewah;b. Pemilik mobil mewah;c. Pemilik kapal pesiar atau yacht;d. Pemegang saham, baik di dalam negeri maupun di luar negeri;e. Orang asing;f. Pegawai tetap yang berpenghasilan di atas PTKP; dan lain-lain, yang belum ber-NPWP.

Pemberian NPWP secara jabatan tersebut akan dilakukan sejak tanggal 1September 2005. Dengan demikian diharapkan jumlah Wajib Pajak akanmencapai 10 juta Wajib Pajak pada tanggal 20 Oktober 2005.

Apabila pemberian NPWP tersebut dilakukan secara serentak, maka dalamwaktu singkat akan terdapat banyak Wajib Pajak baru yang belum ataubahkan tidak mengetahui tentang hak dan kewajiban-kewajiban yangharus dilakukannya selaku wajib pajak (setelah memperoleh NPWP).Pemungutan pajak di Indonesia menggunakan system self assessment,oleh karena itu wajib pajak harus memahami hak dan kewajibanperpajakannya agar dapat menjalankan kewajiban perpajakannya denganbaik. Hal ini agar wajib pajak terhindar dari masalah-masalah yangmungkin timbul dikemudian hari yang mungkin merugikan.

II. Hak dan Kewajiban Wajib Pajak secara umum

Berdasarkan undang-undang no 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dantatacara perpajakan, sebagaimana terakhir telah diubah dengan undang-undang no 16 tahun 2000, terdapat hak dan kewajban wajib pajaksebagai berikut :

a. Kewajiban Wajib Pajak.

Page 2: MEMPUNYAI NPWP

1) Mendaftarkan diri ke KPP untuk memperoleh NPWP.

Dalam rangka program extensifikasi, meskipun Wajib Pajak tidak(belum) mendaftarkan diri, bagi wajib pajak yang telah memenuhisyarat untuk memiliki NPWP maka akan diberikan NPWP secara jabatan.Apabila kepada wajib pajak telah diberikan NPWP secara jabatan, makatelah menggugurkan kewajiban wajib pajak untuk mendaftarkan diri.

Nomor Pokok Wajib Pajak adalah suatu sarana dalam administrasiperpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atauidentitas Wajib Pajak, oleh karena itu kepada setiap Wajib Pajakhanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain daripada itu,Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertibandalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajakdiwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya.

2) Wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan menjadi PengusahaKena Pajak.

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang memenuhi syarat untukdikenakan pajak berdasarkan Undang-undang PPN, wajib melaporkanusahanya untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.

Fungsi pengukuhan Pengusaha Kena Pajak selain dipergunakan untukmengetahui identitas Pengusaha Kena Pajak yang sebenarnya, jugaberguna untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan PajakPenjualan Atas Barang Mewah (PPn BM) serta untuk pengawasanadministrasi perpajakan.

3) Mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Dalam rangka pelayanan dan kemudahan bagi Wajib Pajak, formulir SuratPemberitahuan disediakan pada kantor-kantor di lingkungan DJP dantempat-tempat lain yang ditentukan oleh Direktur Jenderal Pajak yangdiperkirakan mudah terjangkau oleh Wajib Pajak.

4) Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan SuratPemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan menandatanganinya.

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dalam bahasaIndonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan matauang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantorpelayanan pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan. Bagi

Page 3: MEMPUNYAI NPWP

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untukmenyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan matauang selain Rupiah, wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalambahasa Indonesia dan mata uang selain Rupiah yang diizinkan.

5) Wajib membayar atau menyetor pajak yang terutang ke kasnegara melalui Kantor Pos dan atau Bank Persepsi.

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidakmenggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak

6) Wajib menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan.

Bagi Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas dan Wajib Pajak badan di Indonesia diwajibkan untukmenyelenggarakan pembukuan. Dikecualikan dari kewajiban pembukuan,tetapi diwajibkan melakukan pencatatan bagi Wajib Pajak orang pribadiyang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang menurutketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkanmenghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma PenghitunganPenghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukankegiatan usaha atau pekerjaan bebas.

Pembukuan dan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan kegiatan usahaharus disimpan oleh wajib pajak selama 10 (sepuluh) tahun. Karenaselama jangka waktu tersebut DJP masih dapat melakukan pemeriksaan.

7) Dalam hal terjadi pemeriksaan pajak, Wajib Pajak wajib :• Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan,dokumen yang menjadi dasarnya dan dokumen lain yang berhubungandengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebasWajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;• Memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yangdipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;• Memberikan keterangan yang diperlukan.

b. Hak Wajib Pajak

1) Wajib Pajak berhak untuk menerima tanda bukti pelaporan SPT.Untuk Surat Pemberitahuan yang disampaikan dengan pos tercatatmelalui kantor pos dan giro, maka tanggal pegiriman dianggap sebagaitanggal penerimaan.

2) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penundaan

Page 4: MEMPUNYAI NPWP

penyampaian SPT. Apabila Wajib Pajak ternyata tidak dapatmenyampaikan atau menyiapkan laporan keuangan tahunan atau neracaperusahaan beserta laporan laba rugi dalam jangka waktu yang telahditetapkan karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknispenyusunan laporan keuangan, sulit untuk memenuhi batas waktupenyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telahditentukan, Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan agar memperolehperpanjangan waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan. Perpanjangan jangka waktu penyampaian SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan hanya dapat diberikan palinglama 6 (enam) bulan.

3) Wajib Pajak berhak untuk membetulkan Surat Pemberitahuan yangtelah disampaikan ke KPP. Terhadap kekeliruan dalam pengisian SuratPemberitahuan yang dibuat oleh Wajib Pajak, masih terbuka baginya hakuntuk melakukan pembetulan atas kemauan sendiri dalam jangka waktu 2(dua) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atauTahun Pajak, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulaimelakukan tindakan pemeriksaan.

4) Wajib Pajak dapat untuk mengajukan permohonan penundaan danpermohonan untuk mengangsur pembayaran pajak sesuai dengankemampuannya. Atas permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajakdapat memberikan persetujuan untuk mengangsur atau menunda pembayaranpajak yang terutang termasuk kekurangan pembayaran Pajak Penghasilanyang masih harus dibayar dalam Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan, meskipun tanggal jatuh tempo pembayaran telahditentukan. Kelonggaran tersebut diberikan dengan hati-hati untukpaling lama 12 (dua belas) bulan dan terbatas kepada Wajib Pajak yangbenar-benar sedang mengalami kesulitan likuiditas.

5) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penurunanangsuran PPh Pasal 25.

6) Wajib pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengembaliankelebihan pembayaran pajak.

7) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pembetulansalah tulis atau salah hitung atau kekeliruan yang terdapat dalamSurat Ketetapan Pajak.

8) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan keberatan atas SuratKetetapan Pajak dan memperoleh kepastian terbitnya keputusan atassurat keberatannya. Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanyakepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;

Page 5: MEMPUNYAI NPWP

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkanketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia denganmengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yangdipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WajibPajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas dalam jangka waktu 3bulan sejak tanggal surat ketetapan pajak yang diajukan keberatan

9) Wajib Pajak berhak mengajukan banding ke pengadilan pajakatas keputusan keberatan yang diterbitkan oleh Direktur JenderalPajak.

10) Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan penghapusanatau pengurangan pengenaan sanksi perpajakan serta pembetulanketetapan pajak yang salah atau keliru.

11) Wajib Pajak berhak memberikan kuasa khusus kepada orang lainyang dipercayainya untuk mewakilinya dalam melaksanakan hak dankewajiban perpajakannya.

III. Kewajiban untuk menyetor dan melaporkan pajak yang terutang.

Kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak setelah terdaftar diKantor Pelayanan Pajak dan memiliki NPWP adalah melakukan pembayarandan melaporkan pajak yang terutang atas penghasilan yang diterimaatau diperolehnya. Selain itu, wajib pajak juga memiliki kewajibanuntuk memungut/memotong dan menyetorkan pajak atas penghasilan yangdibayarkan/ terutang kepada pihak lainnya. Selain Pajak Penghasilan,bagi pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajakjuga memiliki kewajiban dibidang PPN dan PPn BM.

Kewajiban pajak yang harus dilakukan bagi masing-masing "jenis" wajibpajak berbeda-beda. Dalam tulisan ini akan diuraikan tentangkewajiban pajak bagi wajib pajak orang pribadi, baik yang berstatussebagai karyawan maupun orang pribadi yang melakukan kegiatan usahaserta kewajiban pajak bagi wajib pajak badan.

A. Kewajiban Pajak Bagi Wajib pajak orang pribadi Karyawan yangtidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas (WPOP Karyawan).

1. WPOP Karyawan yang hanya memperoleh penghasilan dari satu

Page 6: MEMPUNYAI NPWP

pemberi kerja.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas (berstatus sebagai karyawan) dan hanya bekerja padasatu pemberi kerja tidak memiliki kewajiban untuk membayar pajaksendiri setiap bulan atas penghasilan yang diterima/ diperolehsehubungan dengan pekerjaan. WP Orang Pribadi ini juga tidak memilikikewajiban untuk membuat laporan (Surat Pemberitahuan Masa) ke KantorPelayanan Pajak setiap bulan.

Perusahaan tempat wajib pajak bekerja (pemberi kerja) memilikikewajiban untuk memotong pajak atas penghasilan sehubungan pekerjaanyang dibayarkan/terutang kepada karyawannya setiap bulan danmenyetorkannya ke Kas Negara serta melaporkannya ke kantor pelayananpajak setempat. Oleh karena itu gaji yang diterima oleh wajib pajakorang pribadi yang berstatus sebagai karyawan adalah gaji bersihsetelah dipotong pajak penghasilan. Pajak yang terutang atasPenghasilan sehubungan dengan pekerjaan dikenal dengan istilah PPhPasal 21.

Kewajiban yang harus dilakukan oleh WPOP yang berstatus sebagaikaryawan adalah menyampaikan laporan tahunan (menyampaikan SPTTahunan PPh Orang Pribadi) dengan formulir yang telah disediakan.(Form 1770-S). Apabila wajib pajak orang pribadi ini tidakmenerima/memperoleh penghasilan lain selain dari penghasilan yangdiperoleh dari satu pemberi kerja, maka pada saat menyampaikan SPTTahunan tidak akan terdapat PPh yang kurang dibayar.

SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ini paling lambat harus dilaporkan 3bulan setelah berakhirnya tahun pajak (pada tanggal 31 Maret tahunberikutnya). Jika Wajib Pajak terlambat menyampaikan SPT 1770-Stersebut maka akan dikenakan sanksi administrasi atas keterlambatansebesar Rp 100.000,-. Besarnya sanksi keterlambatan penyampaian SPTPPh OP ini dalam RUU Pajak th 2005 diusulkan menjadi sebesar Rp250.000,-

Bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan SPTtetapi isinya tidak benar, atau tidak lengkap, atau melampirkanketerangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkankerugian pada pendapatan negara diancam dengan sanksi pidana dandenda. Bagi wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT atau menyampaikanSPT tetapi isinya tidak benar karena kealpaannya, diancam dengansanksi pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan atau dendapaling tingi 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak ataukurang dibayar.

Page 7: MEMPUNYAI NPWP

Sementara bagi wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikansurat pemberitahuan atau menyampaikan surat pemberitahuan dan atauketerangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap sehingga dapatmenimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidanapenjara paling lama enam (enam) tahun dan denda paling tinggi 4(empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.

2. WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang bukanobyek PPh Final.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas (WPOP Karyawan) yang memperoleh penghasilanlain selain dari satu pemberi kerja, baik karena bekerja pada lebihdari satu pemberi kerja maupun memiliki penghasilan lain selain daripekerjaan dan penghasilan lain tsb bukan merupakan obyek PPh final,maka selain diwajibkan untuk melaporkan SPT Tahunan (SPT 1770-S) jugamemiliki kewajiban untuk membayar dan melaporkan PPh pasal 25 setiapbulan.

Besarnya PPh Pasal 25 yang harus dibayar oleh wajib pajak dihitungberdasarkan PPh yang terutang dalam SPT Tahunan tahun sebelumnyasetelah dikurangi dengan pemotongan yang dilakukan pihak lain yangdapat dikreditkan dan dibagi 12 (dua belas).Jatuh tempo pembayaran PPh pasal 25 adalah tanggal 15 bulanberikutnya. Jika jatuh tempo pembayaran jatuh pada hari libur, makapembayaran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. PembayaranAngsuran PPh pasal 25 ini, wajib dilaporkan ke kantor pelayananpajak tempat wajib pajak terdaftar paling lambat tanggal 20 bulanberikutnya. Apabila jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur makapenyampaian SPT Masa PPh pasal 25 harus dilakukan pada hari kerjasebelumnya.

Apabila wajib pajak terlambat melakukan pembayaran PPh pasal 25, makaakan dikenakan sanksi bunga sebesar 2%/bulan, maksimum 24 bulan(48%). Sedangkan atas keterlambatan penyampaian SPT Masa PPh 25 akandikenakan sanksi sebesar Rp 50.000/ SPT Masa. Seperti halnya dengansanksi keterlambatan penyampaian SPT Tahunan, dalam RUU Perpajakan th2005 besarnya sanksi keterlambatan penyampaian SPT masa diusulkanmenjadi sebesar Rp 100.000,-/ SPT Masa.

3. WPOP Karyawan yang memperoleh penghasilan lain yang merupakanobyek PPh Final.

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan kegiatan usahaatau pekerjaan bebas (WPOP Karyawan) yang memperoleh penghasilanlain selain dari satu pemberi kerja, dan memiliki penghasilan lain

Page 8: MEMPUNYAI NPWP

yang merupakan obyek PPh final, maka selain diwajibkan untukmelaporkan SPT Tahunan (SPT 1770-S) juga memiliki kewajiban untukmembayar dan melaporkan PPh final pasal 4 (2).

Jenis penghasilan lain yang merupakan obyek PPh final dan pembayaranPPh-nya wajib dilakukan sendiri oleh penerima penghasilan (Wajibpajak) adalah sebagai berikut :

• Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;WPOP Karyawan yang menerima/memperoleh penghasilan dari transaksipengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan diwajibkan membayar PPhfinal pasal 4 (2). Besarnya PPh yang terutang atas transaksipegalihan hak atas tanah dan/atau bangunan ini adalah sebesar 5% darinilai yang tertinggi antara nilai pengalihan (nilai transaksi) dengannilai NJOP.

• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan;Penghasilan yang dierima/diperoleh oleh WPOP karyawan dari kegiatanpersewaan tanah dan atau bangunan juga merupakan obyek PPh finalpasal 4 (2). Dalam hal penyewa adalah bukan pemotong pajak, maka PPhyang terutang atas penghasilan dari transaksi persewaan tanah danatau bangunan wajib dibayar sendiri oleh penerima penghasilan.Besarnya PPh yang terutang atas transaksi ini adalah sebesar 10% darijumlah bruto nilai persewaan. Apabila penyewa adalah pemotong pajak(i.e. WP Badan), maka pelunasan PPh final atas transaksi inidilakukan melalui pemotongan oleh pihak penyewa. Pemotong pajak(penyewa) wajib memberikan bukti pemotongan (Bukti Potong PPh Finalpasal 4 (2)) kepada wajib pajak (penerima penghasilan) .

Batas waktu pembayaran PPh Final PS 4 (2) atas transaksi ini adalahtanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan adalahtanggal 20 bulan berikutnya.

• Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi ;Penghasilan yang diterima/diperoleh oleh WPOP Karyawan dari kegiatanJasa Konstruksi (sebagai usaha sampingan misalnya), Apabila pemakaijasa bukan merupakan pemotong pajak, maka PPh-nya wajib dibayarsendiri oleh wajib pajak. Namun apabila pemakai jasa merupakanpemotong pajak, maka PPh yang terutang atas kegiatan ini pelunasannyadilakukan melalui pemotongan oleh pemakai jasa. Pemotong pajak(Pemakai jasa) wajib memberikan bukti potong. Besarnya PPh finalpasal 4 (2) yang terutang atas penghasilan dari kegiatan jasakonstruksi adalah sbb :

a) Jasa Perencanaan Konstruksi ==> 4% (empat persen) dari jumlahbruto;

Page 9: MEMPUNYAI NPWP

b) Jasa Pelaksanaan Konstruksi ==> 2% (dua persen) dari jumlahbruto;c) Jasa Pengawasan Konstruksi ==> 4% (empat persen) dari jumlahbruto.

B Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukanKegiatan Usaha atau Pekerjaan Bebas.

Bagi wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan Usaha ataupekerjaan bebas, setelah terdaftar di kantor pelayanan pajak danmemperoleh NPWP maka akan memiliki kewajiban pajak yang harusdilaksanakan. Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatanusaha/pekerjaan bebas selaku pemberi kerja selain diwajibkan untukmembayar dan melaporkan pajak yang terutang atas penghasilan yangditerima atau diperolehnya sendiri juga diwajibkan untuk menyetorkandan melaporkan PPh yang terutang atas penghasilan yang dibayarkanatau terutang kepada karyawannya.

Dalam hal WPOP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas telahdikukuhkan sebagai Pengusaha kena pajak juga memiliki kewajibandibidang PPN. Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi tertentu yang telahditunjuk oleh dirjen pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23 dan PPhFinal pasal 4 (2), juga memiliki kewajiban dibidang PPh 23 dan PPhFinal Pasal 4 (2).

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak Orang Pribadi yangmelakukann kegiatan usaha/pekerjaan bebas setelah memperoleh NPWPadalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)

Setelah wajib pajak terdaftar di KPP dan memiliki NPWP, maka memilikikewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa/ bulanan kekantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar. Jenis SPT Masayang harus disampaikan oleh wajib pajak Orang Pribadi yang melakukankegiatan usaha/pekerjaan bebas terdiri dari :

a. SPT Masa PPh Pasal 25

PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh dalam tahun pajak berjalan yangharus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan. Besarnyaangsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutangmenurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajakyang lalu, setelah dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungutoleh pihak lain dan PPh yang terutang/dibayar diluar negeri yang

Page 10: MEMPUNYAI NPWP

dapat dikreditkan; dibagi 12 (dua belas)

Bagi wajib pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dariusaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan (Wajib Pajakbaru), besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan PajakPenghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum ataspenghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Batas waktu pembayaran PPh pasal 25 adalah setiap tanggal 15 bulanberikutnya. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur, maka pembayaranPh Pasal 25 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sedangkanbatas untuk menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah 20 hari setelahberakhirnya masa pajak (tgl 20 bulan berikutnya). Apabila tanggal 20jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus dilakukan pada hari kerjasebelumnya. Hari libur meliputi hari libur nasional dan hari-hariyang ditetapkan sebagai hari cuti bersama oleh pemerintah.Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25, juga merupakan SPT Masa PPhPasal 25. SPT Masa PPh Pasal 25 ini, merupakan salah satu SPT Masayang wajib disampaikan oleh wajib pajak orang pribadi yang melakukankegiatan usaha/pekerjaan bebas, meskipun tidak terdapat pembayaran(SPT Nihil). Apabila Wajib pajak tidak menyampaikan atau terlambatmenyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25, maka wajib pajak akan dikenakansanksi berupa denda sebesar Rp 50.000 untuk satu SPT Masa.

b. SPT Masa PPh Pasal 21/26

PPh pasal 21/26 merupakan PPh yang terutang atas penghasilan berupagaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dandalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatanyang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan ketentuanPasal 21 Undang-undang PPh, PPh Pasal 21 wajib dipotong, disetor dandilaporkan oleh pemotong pajak, yaitu : pemberi kerja, bendaharawanpemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggarakegiatan.

Wajib pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaanbebas selaku pemberi kerja yang membayarkan gaji, upah, honorarium,tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapunsebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh wajibpajak orang pribadi; wajib menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21/26.Batas waktu penyetoran PPh Pasal 21/26 adalah tanggal 10 bulanberikutnya, namun apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur makapenyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sedangkanbatas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21/26 adalah 20 hari setelahberakhirnya masa pajak (tanggal 20 bulan berikutnya), apabila tanggal20 jatuh pada hari libur, maka penyampaian SPT Masa PPh pasal 21/26

Page 11: MEMPUNYAI NPWP

harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPh Pasal 21/26 juga merupakan SPT Masa yang wajibdisampaikan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatanusaha/pekerjaan bebas meskipun tidak terdapat penyetoran PPh Pasal21/26 (SPT Nihil). Apabila Wajib pajak tidak menyampaikan SPT MasaPPh Pasal 21/26 atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21/26,maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 50.000,- untuksatu SPT Masa.

Ketentuan lebih lanjut tentang Petunjuk pelaksanaan pemotongan,penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan pasal 26 sehubungan denganpekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi diatur dalam KeputusanDirjen Pajak No KEP-545/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000.

c. SPT Masa PPN

Bagi Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak(PKP) diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) danPajak atas Penjualan Barang Mewah (PPn BM) serta menyampaikan SPTMasa PPN. Jatuh tempo penyetoran PPN adalah setiap tanggal 15 bulanberikutnya, sedangkan batas waktu penyampaian SPT Masa PPN adalah 20hari setelah berakhirnya masa pajak (tgl 20 bulan berikutnya).Seperti halnya pembayaran PPh Masa, apabila jatuh tempo penyetoranPPN jatuh pada hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada harikerja berikutnya. Sedangkan untuk pelaporan, apabila batas waktupelaporan jatuh pada hari libur maka penyampaian SPT Masa PPN wajibdilakukan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPN merupakan SPT Masa yang wajib disampaikan oleh WajibPajak yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, meskipunNihil. Apabila Wajib yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kenapajak tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPNmaka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 50.000 untuk satuSPT Masa.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT PPN) adalah sebagai sarana untukmelaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak PPNdan PPn BM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

o Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;o Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakansendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalamsatu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;o Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuan

Page 12: MEMPUNYAI NPWP

adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.

Ketentuan mengenai PPN diatur dalam Undang-undang no 8 tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualanatas Barang Mewah sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 18tahun 2000 beserta peraturan pelaksanaannya.

d. SPT Masa PPh Pasal 23/26

Direktur Jenderal Pajak dapat menunjuk Wajib Pajak orang pribadidalam negeri sebagai pemotong Pajak Penghasilan Pasal 23. WajibPajak Orang Pribadi tertentu tersebut terdiri dari :

o Akuntan, Arsitek, Dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan,yang melakukan pekerjaan bebas;o Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakanpembukuan.

Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri tertentu tersebut diatas yangtelah ditunjuk Dirjen Pajak, akan mendapatkan urat Penunjukan SebagaiPemotong PPh Pasal 23 dari Kantor Pelayanan Pajak tempat WP teraftar.WPOP tertentu yang telah ditunjuk sebagai pemotong PPh 23, Wajibmemotong PPh Pasal 23 atas pembayaran berupa sewa.

Apabila terdapat pembayaran/pembebanan biaya berupa sewa, maka WPOPtertentu yang telah ditunjuk sebagai pemotong PPh 23 oleh Dirjenpajak, diwajibkan untuk memotong, menyetor dan melaporkan PPh 23 yangterutang atas pembaywan sewa tersebut.

Sesuai dengan ketentuan pasal 26 undang-undang PPh, atas penghasilanberupa :a. Deviden;b. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalansehubungan dengan jaminan pengembalian utang;c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta;d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;e. hadiah dan penghargaan;f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya ;yang diterima atay diperoleh oleh Wajib Pajak luar negeri selainbentuk usaha tetap di Indonesia, dipotong pajak sebesar 20% (duapuluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib membayarkan.

Page 13: MEMPUNYAI NPWP

Apabila WPOP yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas melakukantransaksi dengan wajib pajak luar negeri sehubungan denganpenghasilan tersebut diatas maka memiliki kewajiban untuk memotong,menyetor dan melaporkan PPh yang terutang atas penghasilan tersebut(PPh Pasal 26).

Batas waktu penyetoran PPh Pasal 23/26 oleh pemotong PPh adalahtanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan batas waktu penyampaian SPTMasa PPh pasal 23/26 adalah anggal 20 bulan berikutnya. Apabilatanggal jatuh tempo penyetoran PPh pasal 23/26 jatuh pada hari liburmaka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Namunapabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, makalaporan harus disampaikan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPh Pasal 23/26 hanya wajib dilaporkan ke KPP apabilaterdapat pembayaran yang terutang PPh Pasal 23/26. Dengan demikiantidak terdapat SPT Masa PPh pasal 23/26 Nihil.

e. SPT Masa PPh Final pasal 4 (2)

1) PPh final atas penghasilan yang diterima/diperoleh oleh wajibpajak sendiri

Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha ataupekerjaan bebas yang memperoleh penghasilan yang merupakan obyek PPhfinal, maka diwajibkan untuk membayar dan melaporkan PPh final pasal4 (2) yang tertuang atas penghasilan tersebut.Jenis penghasilan lain yang merupakan obyek PPh final dan pembayaranPPh-nya wajib dilakukan sendiri oleh penerima penghasilan (Wajibpajak) adalah sebagai berikut :

• Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;WPOP yang menerima/memperoleh penghasilan dari transaksi pengalihanhak atas tanah dan/atau bangunan diwajibkan membayar PPh final pasal4 (2). Besarnya PPh yang terutang atas transaksi pegalihan hak atastanah dan/atau bangunan ini adalah sebesar 5% dari nilai yangtertinggi antara nilai pengalihan (nilai transaksi) dengan nilaiNJOP.

• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan;Penghasilan yang diterima/diperoleh oleh WPOP dari kegiatan persewaantanah dan atau bangunan juga merupakan obyek PPh final pasal 4 (2).Dalam hal penyewa adalah bukan pemotong pajak, maka PPh yang terutangatas penghasilan dari transaksi persewaan tanah dan atau bangunanwajib dibayar sendiri oleh penerima penghasilan. Besarnya PPh yangterutang atas transaksi ini adalah sebesar 10% dari jumlah bruto

Page 14: MEMPUNYAI NPWP

nilai persewaan.

Apabila penyewa adalah pemotong pajak (i.e. WP Badan), maka pelunasanPPh final atas transaksi ini dilakukan melalui pemotongan oleh pihakpenyewa. Pemotong pajak (penyewa) wajib memberikan bukti pemotongan(Bukti Potong PPh Final pasal 4 (2)) kepada wajib pajak (penerimapenghasilan) .

Batas waktu pembayaran PPh Final PS 4 (2) atas transaksi ini adalahtanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan adalahtanggal 20 bulan berikutnya.

• Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;Apabila pemakai jasa bukan merupakan pemotong PPh, atas Penghasilanyang diterima/diperoleh oleh WPOP dari kegiatan Jasa Konstruksi, PPhyang terutang atas penghasilan tersebut wajib dibayar sendiri olehwajib pajak. Namun apabila pemakai jasa merupakan pemotong pajak,maka PPh yang terutang atas kegiatan ini pelunasannya dilakukanmelalui pemotongan oleh pemakai jasa. Pemotong pajak (Pemakai jasa)wajib memberikan bukti potong. Besarnya PPh final pasal 4 (2) yangterutang atas penghasilan dari kegiatan jasa konstruksi adalah sbb :

4% (empat persen) dari jumlaha) Jasa Perencanaan Konstruksi bruto; 2% (dua persen) dari jumlahb) Jasa Pelaksanaan Konstruksi bruto; 4% (empat persen) dari jumlahc) Jasa Pengawasan Konstruksi bruto.

2) PPh final atas penghasilan yang terutang/dibayarkan kepadapihak lain.

Dirjen Pajak dapat menunjuk Wajib pajak Orang Pribadi tertentusebagai pemotong PPh Final Pasal 4 (2) atas transaksi persewaan Tanahdan atau bangunan. Wajib Pajak Orang Pribadi tertentu yang dapatditunjuk sebagai pemotong PPh atas transaksi persewaan tanah dan ataubangunan oleh DJP adalah:

• Akuntan, arsitek, dokter, Notaris, Pejabat Pembuat Akte Tanah(PPAT) kecuali PPAT tersebut adalah Camat, pengacara, dan konsultan,yang melakukan pekerjaan bebas yang telah terdafta sebagai WajibPajak Dalam Negeri,• Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakanpembukuanyang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dalam negeri.

Page 15: MEMPUNYAI NPWP

WPOP tertentu yang telah mendapat surat penunjukan sebagai pemotongPajak atas penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan dariKPP tempat WP terdaftar memiliki kewajiban untuk memotong,menyetorkan dan melaporkan PPh final atas penghasilan dari transaksipersewaan tanah dan atau bangunan yang dibayarkan atau terutangkepada pihak lain.

PPh yang terutang atas transaksi persewaan tanah dan bangunantersebut, wajib disetorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnyadan wajib dilaporkan ke kantor pelayanan pajak tempat Wajib pajak(pemotong) terdaftar paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.SPT Masa PPh Final hanya wajib dilaporkan oleh wajib pajak apabilaterdapat transaksi yang berhubungan dengan obyek PPh final, sehinggatidak ada SPT Masa PPh Final Nihil.

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)

a. SPT Tahunan PPh Badan (SPT 1770)

Setelah berakhirnya tahun pajak, Wajib pajak diwajibkan untukmenyampaikan SPT Tahunan (SPT Tahunan PPh Orang Pribadi – SPT 1770).SPT Tahunan paling lambat disampaikan 3 (tiga) bulan setelah akhirtahun pajak/tahun buku. Apabila tahun buku sama dengan tahun takwimmaka SPT Tahunan wajib disampaikan paling lambat tanggal 31 Marettahun berikutnya.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) bagi Wajib Pajak adalahsebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untukmelaporkan tentang :

• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakansendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;• Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objekpajak;• Harta dan kewajiban;

b. SPT Tahunan PPh 21 (SPT 1721)

Selain melaporkan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (SPT 1770), WajibPajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebasselaku pemotong PPh pasal 21 juga diwajibkan menyampaikan SPT TahunanPPh pasal 21. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim

Page 16: MEMPUNYAI NPWP

berakhir, Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPhPasal 21 yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiunbulanan menurut tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh.

Setiap Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikanSPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PemotongPajak terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. SuratPemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya. Batas waktupelaporan ini berlaku juga bagi wajib pajak yang tahun bukunyaberbeda dengan tahun takwim.

C Kewajiban Pajak Bagi Wajib Pajak Badan

Kewajiban yang harus dilakukan oleh wajib pajak setelah terdaftar diKantor Pelayanan Pajak dan memiliki NPWP adalah melakukan pembayarandan melaporkan pajak yang terutang atas penghasilan yang diterimaatau diperolehnya.

Selain itu, wajib pajak juga memiliki kewajiban untukmemungut/memotong dan menyetorkan pajak atas penghasilan yangdibayarkan/ terutang kepada pihak lainnya. Tatacara pemenuhankewajiban tersebut diatur dalam undang-undang no 7 tahun 1983 tentangPajak Penghasilan sebagaimana terakhir telah diubah dengan Undang-undang No 17 tahun 2000 beserta peraturan pelaksanannya.

Selain Pajak Penghasilan, bagi pengusaha yang telah dikukuhkansebagai pengusaha kena pajak juga memiliki kewajiban dibidang PPN danPPn BM yang ketentuannya diatur dalam Undang-undang no 8 tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Barang Mewahsebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 18 tahun 2000 besertaperaturan pelaksanaannya.

Kewajiban yang harus dipenuhi oleh wajib pajak badan setelahmemperoleh NPWP adalah sebagai berikut :

1. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa)

Setelah wajib pajak terdaftar di KPP dan memiliki NPWP, maka memilikikewajiban untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa/ bulanan kekantor pelayanan pajak tempat wajib pajak terdaftar. Jenis SPT Masayang harus disampaikan oleh wajib pajak badan terdiri dari :

a. SPT Masa PPh Pasal 25

Page 17: MEMPUNYAI NPWP

PPh Pasal 25 merupakan angsuran PPh dalam tahun pajak berjalan yangharus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk setiap bulan. Besarnyaangsuran PPh Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutangmenurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajakyang lalu, setelah dikurangi dengan PPh yang telah dipotong/dipungutoleh pihak lain dan PPh yang terutang/dibayar diluar negeri yangdapat dikreditkan; dibagi 12 (dua belas)

Bagi wajib pajak yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dariusaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan (Wajib Pajakbaru), besarnya Angsuran PPh Pasal 25 dihitung berdasarkan PajakPenghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum ataspenghasilan neto sebulan yang disetahunkan, dibagi 12 (dua belas).

Batas waktu pembayaran PPh pasal 25 adalah setiap tanggal 15 bulanberikutnya. Apabila tanggal 15 jatuh pada hari libur, maka pembayaranPh Pasal 25 dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sedangkanbatas untuk menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 adalah 20 hari setelahberakhirnya masa pajak (tgl 20 bulan berikutnya). Apabila tanggal 20jatuh pada hari libur, maka pelaporan harus dilakukan pada hari kerjasebelumnya. Hari libur meliputi hari libur nasional dan hari-hariyang ditetapkan sebagai hari cuti bersama oleh pemerintah.Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Pasal 25, juga merupakan SPT Masa PPhPasal 25. SPT Masa PPh Pasal 25 ini, merupakan salah satu SPT Masayang wajib disampaikan oleh wajib pajak badan, meskipun tidakterdapat pembayaran (SPT Nihil). Apabila Wajib pajak tidakmenyampaikan atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25, makawajib pajak akan dikenakan sanksi berupa denda sebear Rp 50.000 untuksatu SPT Masa.

Bagi Wajib Pajak Badan selain yang bergerak dibidang usaha pengalihanhak atas tanah dan atau bangunan, apabila melakukan transaksipengalihan hak atas tanah dan atau bangunan wajib menyetor PPh yangterutang atas pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan. BesarnyaPPh yang terutang adalah 5% dari nilai tertinggi antara nilaitransaksi dengan nilai NJOP. PPh yang terutang atas transakipengalihan hak atas tanah dan atau bangunan merupakan uang muka pajakyang dapat dikreditkan dalam PPh Badan pada akhir tahun.

b. SPT Masa PPh Pasal 21/26

PPh pasal 21 merupakan PPh yang terutang atas penghasilan berupagaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dandalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatanyang dilakukan oleh wajib pajak orang pribadi. Berdasarkan ketentuanPasal 21 Undang-unang PPh, PPh Pasal 21 wajib dipotong, disetor dan

Page 18: MEMPUNYAI NPWP

dilaporkan oleh pemotong pajak, yaitu : pemberi kerja, bendaharawanpemerintah, dana pensiun, badan, perusahaan dan penyelenggarakegiatan.

Wajib pajak badan selaku pemberi kerja yang membayarkan gaji, upah,honorarium, tunjangan dan pembayaran lain dengan nama dan dalambentuk apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yangdilakukan oleh waib pajak orang pribadi wajib menyampaikan SPT MasaPPh Pasal 21. Batas waktu penyetoran PPh Pasal 21 adalah tanggal 10bulan berikutnya, namun apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur makapenyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Sedangkanbatas waktu pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21 adalah 20 hari setelahberakhirnya masa pajak (tanggal 20 bulan berikutnya), apabila tanggal20 jatuh pada hari libur, maka penyampaian SPT Masa PPh pasal 21harus dilakukan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPh Pasal 21 juga merupakan SPT Masa yang wajib disampaikanoleh Wajib Pajak Badan meskipun tidak terdapat penyetoran PPh Pasal21/26 (SPT Nihil). Apabila Wajib pajak tidak menyampaikan SPT MasaPPh Pasal 21 atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 21, makaakan dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 50.000,- untuk satu SPTMasa.

Ketentuan lebih lanjut tentang Petunjuk pelaksanaan pemotongan,penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 dan pasal 26 sehubungan denganpekerjaan, jasa dan kegiatan orang pribadi diatur dalam KeputusanDirjen Pajak No KEP-545/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000.

c. SPT Masa PPN

Bagi Wajib Pajak yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak(PKP) diwajibkan untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) danPajak atas Penjualan Barang Mewah (PPn BM) serta menyampaikan SPTMasa PPN. Jatuh tempo penyetoran PPN adalah setiap tanggal 15 bulanberikutnya, sedangkan batas waktu penyampaian SPT Masa PPN adalah 20hari setelah berakhirnya masa pajak (tgl 20 bulan berikutnya).Seperti halnya pembayaran PPh Masa, apabila jatuh tempo penyetoranPPN jatuh pada hari libur, maka penyetoran dapat dilakukan pada harikerja berikutnya. Sedangkan untuk pelaporan, apabila batas waktupelaporan jatuh pada hari libur maka penyampaian SPT Masa PPN wajibdilakukan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPN merupakan SPT Masa yang wajib disampaikan oleh WajibPajak yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, meskipunNihil. Apabila Wajib yang telah dikukuhkan sebagai pengusaha kenapajak tidak menyampaikan atau terlambat menyampaikan SPT Masa PPN

Page 19: MEMPUNYAI NPWP

maka akan dikenakan sanksi berupa denda sebesar Rp 50.000 untuk satuSPT Masa.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT PPN) adalah sebagai sarana untukmelaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah Pajak PPNdan PPn BM yang sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang :

• Pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran;• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakansendiri oleh Pengusaha Kena Pajak dan atau melalui pihak lain dalamsatu Masa Pajak, yang ditentukan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;• Bagi pemotong atau pemungut pajak, fungsi Surat Pemberitahuanadalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpajak yang dipotong atau dipungut dan disetorkannya.Ketentuan mengenai PPN diatur dalam Undang-undang no 8 tahun 1983tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualanatas Barang Mewah sebagaimana terakhir telah diubah dengan UU No 18tahun 2000 beserta peraturan pelaksanaannya.

d. SPT Masa PPh Pasal 23/26

PPh pasal 23 merupakan PPh yang terutang atas penghasilan yangditerima/diperoleh oleh wajib pajak badan dalam negeri atau bentukusaha tetap; yang berupa :• Deviden• Bunga• Royalti• Hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21• Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta• Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasakonstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain (yg ditetapkan DJP) selainjasa yang telah dipotong PPh pasal 21.

PPh yang terutang atas penghasilan tersebut (PPh Pasal 23) wajibdipotong, disetorkan dan dilaporkan oleh pemotong PPh Pasal 23; yaitubadan pemerintah, subyek pajak badan dalam negeri, penyelenggarakegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilan wajib pajak luar negerilainnya; yang membayar/ memberikan penghasilan yang merupakan obyekPPh pasal 23.

PPh Pasal 26 merupakan PPh yang terutang atas penghasilan yangditerima/diperoleh oleh Wajib Pajak Luar Negeri yang berupa :g. Deviden;h. bunga, termasuk premium, diskonto, premi swap dan imbalansehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

Page 20: MEMPUNYAI NPWP

i. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan denganpenggunaan harta;j. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan;k. hadiah dan penghargaan;l. pensiun dan pembayaran berkala lainnya ;

PPh yang terutang atas penghasilan tersebut (PPh Pasal 26) wajibdipotong, disetorkan dan dilaporkan oleh pemotong PPh Pasal 26.Pemotong PPh Pasal 26 yaitu badan pemerintah, subyek pajak dalamnegeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap atau perwakilanwajib pajak luar negeri lainnya; yang membayar/memberikan penghasilanyang merupakan obyek PPh pasal 26.

Batas waktu penyetoran PPh Pasal 23/26 oleh pemotong PPh adalahtanggal 10 bulan berikutnya, sedangkan batas waktu penyampaian SPTMasa PPh pasal 23/26 adalah anggal 20 bulan berikutnya. Apabilatanggal jatuh tempo penyetoran PPh pasal 23/26 jatuh pada hari liburmaka penyetoran dapat dilakukan pada hari kerja berikutnya. Namunapabila tanggal jatuh tempo pelaporan jatuh pada hari libur, makalaporan harus disampaikan pada hari kerja sebelumnya.

SPT Masa PPh Pasal 23/26 hanya wajib dilaporkan ke KPP apabilaterdapat pembayaran yang terutang PPh Pasal 23/26. Dengan demikiantidak terdapat SPT Masa PPh pasal 23/26 Nihil.

e. SPT Masa PPh Final pasal 4 (2)

1) PPh final atas penghasilan yang diterima/diperoleh oleh wajibpajak sendiri

Bagi Wajib Pajak Badan yang memperoleh penghasilan yang merupakanobyek PPh final, maka diwajibkan untuk membayar dan melaporkan PPhfinal pasal 4 (2) yang terutang atas penghasilan tersebut.Jenis penghasilan lain yang merupakan obyek PPh final dan pembayaranPPh-nya wajib dilakukan sendiri oleh penerima penghasilan (Wajibpajak Badan) adalah sebagai berikut :

• Penghasilan dari persewaan tanah dan/atau bangunan;Penghasilan yang dierima/diperoleh oleh WP Badan dari kegiatanpersewaan tanah dan atau bangunan juga merupakan obyek PPh finalpasal 4 (2). Dalam hal penyewa adalah bukan pemotong pajak, maka PPhyang terutang atas penghasilan dari transaksi persewaan tanah danatau bangunan wajib dibayar sendiri oleh penerima penghasilan.Besarnya PPh yang terutang atas transaksi ini adalah sebesar 10% darijumlah bruto nilai persewaan.

Page 21: MEMPUNYAI NPWP

Apabila penyewa adalah pemotong pajak (i.e. WP Badan), maka pelunasanPPh final atas transaksi ini dilakukan melalui pemotongan oleh pihakpenyewa. Pemotong pajak (penyewa) wajib memberikan bukti pemotongan(Bukti Potong PPh Final pasal 4 (2)) kepada wajib pajak (penerimapenghasilan).

Batas waktu pembayaran PPh Final PS 4 (2) atas transaksi ini adalahtanggal 15 bulan berikutnya. Sedangkan batas waktu pelaporan adalahtanggal 20 bulan berikutnya.

• Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi;Apabila pemakai jasa bukan merupakan pemotong PPh, atas Penghasilanyang diterima/diperoleh oleh WP Badan (yang tidak memilikisertifikasi sebagai pengusaha kontruksi menengah atau besar) darikegiatan Jasa Konstruksi, PPh yang terutang atas penghasilan tersebutwajib dibayar sendiri oleh wajib pajak. Namun apabila pemakai jasamerupakan pemotong pajak, maka PPh yang terutang atas kegiatan inipelunasannya dilakukan melalui pemotongan oleh pemakai jasa. Pemotongpajak (Pemakai jasa) wajib memberikan bukti potong. Besarnya PPhfinal pasal 4 (2) yang terutang atas penghasilan dari kegiatan jasakonstruksi adalah sbb :

4% (empat persen) dari jumlaha) Jasa Perencanaan Konstruksi bruto; 2% (dua persen) dari jumlahb) Jasa Pelaksanaan Konstruksi bruto; 4% (empat persen) dac) Jasa Pengawasan Konstruksi ri jumlahbruto.

2) PPh final atas penghasilan yang dibayarkan/terutang kepadapihak lain

Wajib pajak badan yang melakukan pembayaran/memberikan penghasilantertentu yang pengenaan pajaknya telah diatur dengan peraturanpemerintah dan dikenakan PPh final diwajibkan untuk memotong,menyetorkan dan melaporkan PPh yang terutang atas penghasilantersebut ke kantor pajak.

Penghasilan yang pengenaan pajaknya telah diatur dengan peraturanpemerintah dan dikenakan PPh yang bersifat final adalah :• Penghasilan dari transaksi penjualan saham di bursa efek.• Penghasilan dari hadiah undian• Penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan• Penghasilan dari bunga deposito dan tabungan serta diskontoSertifikat Bank Indonesia.• Penghasilan dari persewaan tanah dan atau bangunan

Page 22: MEMPUNYAI NPWP

• Penghasilan dari obligasi yang diperdagangkan di bursa efek• Penghasilan dari usaha jasa konstruksiApabila terdapat transaksi yang merupakan obyek PPh final, wajibpajak badan yang melakukan transaksi tersebut wajib memotong,menyetorkan dan melaporkan PPh yang terutang. Pelaporan PPh finaldilakukan dengan menggunakan SPT Masa PPh Final.

SPT Masa PPh Final hanya wajib dilaporkan oleh wajib pajak badanapabila terdapat transaksi yang berhubungan dengan obyek PPh final,sehingga tidak ada SPT Masa PPh Final Nihil.

2. Menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT Tahunan)

a. SPT Tahunan PPh Badan (SPT 1771)

Setelah berakhirnya tahun pajak, Wajib pajak diwajibkan untukmenyampaikan SPT Tahunan (SPT Tahunan PPh Badan – SPT 1771). SPTTahunan paling lambat disampaikan 3 (tiga) bulan setelah akhir tahunpajak/tahun buku.

Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT Tahunan) bagi Wajib Pajak adalahsebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkanpenghitungan jumlah pajak yang sebenarnya terutang dan untukmelaporkan tentang :

• Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakansendiri dan atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;• Penghasilan yang merupakan objek pajak dan atau bukan objekpajak;• Harta dan kewajiban;

b. SPT Tahunan PPh 21 (SPT 1721)

Selain melaporkan SPT Tahunan PPh Badan, Wajib Pajak Badan selakupemotong PPh pasal 21 juga diwajibkan menyampaikan SPT Tahunan PPhpasal 21. Dalam waktu 2 (dua) bulan setelah tahun takwim berakhir,Pemotong Pajak berkewajiban menghitung kembali jumlah PPh Pasal 21yang terutang oleh pegawai tetap dan penerima pensiun bulanan menuruttarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 UU PPh.

Setiap Pemotong Pajak wajib mengisi, menandatangani, dan menyampaikanSPT Tahunan PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PemotongPajak terdaftar atau Kantor Penyuluhan Pajak setempat. SuratPemberitahuan Tahunan PPh Pasal 21 harus disampaikan selambat-lambatnya tanggal 31 Maret tahun takwim berikutnya. Batas waktu

Page 23: MEMPUNYAI NPWP

pelaporan ini berlaku juga bagi wajib pajak yang tahun bukunyaberbeda dengan tahun takwim.

posted by Triyani @ 10:03 PM 9 comments

Monday, October 03, 2005

Pajak Atas Uang Pesangon

Ketentuan Perpajakan Atas Uang Pesangon TRIYANI

Abstrak

Pesangon merupakan hak karyawan yang harus diberikan oleh pengusaha dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja. Pesangon yang diterima/ diperoleh karyawan adalah penghasilan yang merupakan obyek PPh Pasal 21. Dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pesangon yang menjadi hak karyawan terdapat beberapa cara yang lazim digunakan oleh pengusaha. Perbedaan cara dalam memenuhi kewajiban tersebut akan mempunyai konsekuensi perpajakan yang berbeda. Keywords : Pesangon; Lembaga Pengelola Dana Pesangon; PPh atas Uang Pesangon

Pendahuluan

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, berdasarkan undang-undang No 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima kepada karyawan.

Dalam memenuhi kewajibannya untuk membayar pesangon, terdapat beberapa cara yang dapat digunakan oleh pengusaha (pemberi kerja). Pada umumnya perusahaan membayarkan uang pesangon secara langsung kepada karyawan pada saat adanya pemutusan hubungan kerja. Namun ada pula perusahaan tidak membayarkan uang pesangon secara langsung kepada karyawan, tetapi menunjuk pihak ketiga untuk mengelola dana pesangon yang menjadi kewajiban perusahaan. Pihak ketiga yang ditunjuk sebagai pengelola dana pesangon bisa berupa Lembaga Pengelola Dana Pesangon yang dibentuk oleh perusahaan sendiri, Pengleola dana pesangon bukan bank maupun diserahkan kepada bank.

Imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima/diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya (termasuk uang pesangon) merupakan obyek Pajak penghasilan. Berdasarkan pasal 21 undang-undang PPh, pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak atas penghasilan yang diterima/diperoleh oleh wajib pajak orang pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apapun dilakukan oleh pemberi kerja yang membayar penghasilan tersebut.

Page 24: MEMPUNYAI NPWP

Perlakuan perpajakan atas penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua diatur dalam Peraturan Pemerintah No 149 tahun 2000 tanggal 23 Desember 2000.

Perlakuan Perpajakan atas Uang Pesangon yang Dibayarkan Secara Langsung.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 149 tahun 2000 atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja, dipotong Pajak Penghasilan yang bersifat final oleh pihak-pihak yang membayarkan.

Besarnya Pajak Penghasilan yang harus dipotong adalah sebagai berikut :No Jumlah Penghasilan Bruto Tarif PPh1 Rp 0 s/d Rp 25.000.000,- Dikecualikan dari pemotongan PPh2 Diatas Rp 25.000.000,- s/d Rp 50.000.000,- 5% (Lima Persen)3 Diatas Rp 50.000.000,- s/d Rp 100.000.000,- 10% (sepuluh persen)4 Diatas Rp 100.000.000,- s/d Rp 200.000.000,- 15% (lima belas persen)5 Diatas Rp 200.000.000 25% (dua puluh lima persen)

Tabel 1 : Tarif PPh pasal 21 final atas Uang Pesangon, Tebusan Pensiun, Tunjangan Hari Tua/ Jaminan Hari Tua.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No 112/KMK.03/2001, yang dimaksud dengan uang pesangon adalah penghasilan yang dibayarkan oleh pemberi kerja kepada karyawan dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja, termasuk penghargaan masa kerja dan uang ganti kerugian.

Definisi tersebut sejalan dengan keputusan menteri tenaga kerja No KEP-150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja dan Ganti Kerugian; yang masih berlaku pada saat penetapan keputusan menteri keuangan No 112/KMK.03/2001 tersebut. Sejak diberlakukannya undang-undang nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, ketentuan mengenai pesangon diatur dalam pasal 156.

Sebagai perbandingan, berikut ini penulis sajikan besarnya uang pesangon yang menjadi hak tenaga kerja menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja No 150/Men/2000 dan menurut undang-undang No 13 tahun 2003.

Jenis Pemutusan Hubungan Kerja K-150/2000 UU Ketenagakerjaan

I Pada Usia Pensiun

Page 25: MEMPUNYAI NPWP

1. Ada Program Pensiun dan tidak ada iuran pekerja NIHIL Max (0;2PSNG+PMK+PH-MP)+PH2 Ada Program Pensiun dan ada iuran pekerja - Max (0;2PSNG+PMK+PH-MP+IP)+PH3 Tidak ada program pensiun 2xPSNG+PMK+GK 2XPSNG+PMK+PHII Sebelum Usia Pensiun 4 Melakukan kesalahan berat PMK + GK PH5 Melakukan kesalahan berat/ pelanggaran perjanjian kerja, peraturan perusahaan, perjanjian kerja sama PSNG + PMK + GK PSNG+PMK+PH6 Ditahan dan tidak dapat melakukan pekerjaan atau dinyatakan salah oleh pengadilan NIHIL PMK+PH7 Mengundurkan diri secara baik atas kemauan sendiri PMK + GK PH8 Kesalahan pengusaha PSNG + PMK + GK 2XPSNG+PMK+PH9 Perorangan – bukan kesalahan pekerja tetapi dapa menerima 2XPSNG + PMK + GK -10 Massal – perusahaan tutup karena rugi – force majeur PSNG+PMK+GK PSNG+PMK+PH11 Massal – Perusahaan tutup bukan karena rugi, melakukan efisiensi 2XPSNG+PMK+GK 2XPSNG+PMK+PH12 Perubahan status/kepemilikan sebagian/ seluruh / pindah lokasi dengan syarat baru = lama dan pekerja tidak bersedia kerja PSNG+PMK+GK PSNG+PMK+PH13 Perubahan status/ kepemilikan sebagian/seluruh / pindah lokasi dan pengusaha tidak mau menerima apapun alasannya 2XPSNG+PMK+GK 2XPSNG+PMK+PH14 Perusahaan pailit Tidak diatur PSNG+PMK+PH15 Meninggal dunia 2XPSNG+PMK+GK 2XPSNG+PMK+PH16 Mangkir selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut - PH17 Sakit berkepanjangan, cacat karena kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan NIHIL 2XPSNG+2XPMK+PHTabel 2 : Perbandingan Besaran Hak PHK : K-150/2000 dan UU No 13 tahun 2003 Sumber : Kompas – Bisnis dan Investasi / 25 Maret 2003. Keterangan :- PSNG = Pesangon- PMK = Penghargaan Masa Kerja- GK = Ganti Kerugian- PH = Penggantian Hak (Cuti Tahunan, Biaya repatriasi, penggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan sebesar 15% dari uang pesangon dan uang penghargaan masa kerja- MP = Manfaat Pensiun- IP = Himpunan Peserta dan Hasil Pengembaliannya.

Masa Kerja (MK) Uang Pesangon Uang penghargaan Masa Kerja *MK < 1 1 01<=MK<2 2 02<=MK<3 3 03<=MK<4 4 24<=MK<5 5 2

Page 26: MEMPUNYAI NPWP

5<=MK<6 6 26<=MK<7 7+0 37<=MK<8 7+1 38<=MK<9 7+2 39<=MK<12 7+2 412<=MK<15 7+2 515<=MK<18 7+2 618<=MK<21 7+2 721<=MK<24 7+2 8MK>=24 7+2 10

Tabel 3 :Skala Uang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja* Kelipatan Upah

Dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja dan perusahaan melakukan pembayaran pesangon yang menjadi kewajibannya secara langsung kepada tenaga kerja, maka perusahaan memiliki kewajiban untuk memotong dan menyetorkan PPh pasal 21 (PPh final) yang terutang atas pesangon. Besarnya PPh Pasal 21 dihitung sesuai dengan tarif dalam tabel 1 tersebut diatas.

Atas pembayaran uang pesangon ini perusahaan dapat membebankan sebagai biaya/ pengurang penghasilan dalam menghitung penghasilan kena pajak dan PPh badan terutang (merupakan deductable expenses).

Apabila perusahaan telah membentuk cadangan untuk dana pesangon sebelum terjadinya pemutusan hubungan kerja, maka atas pembentukan cadangan dana pesangon belum terutang PPh Pasal 21. Selain itu, pembentukan cadangan dana pesangon tersebut tidak dapat dibebankan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak dan PPh badan (merupakan non deductable expenses)

Perlakuan Perpajakan atas uang pesangon yang dialihkan kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja.

Dalam menjalankan kewajibannya membayar pesangon kepada tenaga kerja, perusahaan dapat menunjuk pihak lain untuk menanganinya. Pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja, pihak lain yang ditunjuk oleh perusahaan tersebut yang akan melakukan pembayaran uang pesangon kepada karyawan yang berhak.

Menurut KEP-350/PJ./2001 yang dimaksud pengelola dana pesangon adalah badan yang ditunjuk oleh pemberi kerja untuk mengelola uang pesangon yang selanjutnya membayarkan uang pesangon tersebut kepada karyawan dari pemberi kerja yang bersangkutan pada saat berakhirnya masa kerja atau terjadi pemutusan hubungan kerja. Pengalihan tanggung jawab untuk membayar uang pesangon yang menjadi hak Tenaga kerja kepada pengelola dana pesangon dapat dilakukan oleh perusahaan melalui pembayaran uang pesangon secara sekaligus maupun secara bertahap.

Page 27: MEMPUNYAI NPWP

a) Pembayaran Uang Pesangon Dilakukan Secara Sekaligus.

Apabila pembayaran uang pesangon yang menjadi hak tenaga kerja dialihkan kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja dilakukan oleh perusahaan secara sekaligus, maka pada saat tanggung jawab pembayaran uang pesangon dialihkan kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja karyawan dianggap telah menerima hak atas manfaat uang pesangon. Dengan demikian pemberi kerja memiliki kewajiban untuk melakukan pemotongan PPh Pasal 21 yang terutang atas uang pesangon yang dialihkan pada saat terjadinya pengalihan tanggung jawab pembayaran uang pesangon tersebut.

PPh pasal 21 yang terutang atas pembayaran uang pesangon pada saat terjadinya pengalihan uang pesangon kepada pengelola dana pesangon merupakan PPh 21 Final. Besarnya PPh yang harus dipotong oleh pemberi kerja (perusahaan) adalah sesuai dengan tariff pada table 1 diatas.

Bunga atas tabungan uang pesangon merupakan hak karyawan yang akan diberikan oleh pengelola dana pesangon tenaga kerja pada saat berakhirnya masa kerja atau terjadinya PHK terlebih dahulu harus dipotong PPh sebagai berikut :

a. Dalam hal pengelola dana pesangon adalah bukan bank, maka dipotong PPh sebesar 15% dari jumlah bruto sebagaimana diatur dalam pasal 23 (1) huruf a Undang-undang PPh.b. Dalam hal pengelola dana pesangon adalah bank maka dipotong PPh sebesar 20% dari jumlah bruto berdasarkan ketentuan pasal 4 (2) Undang-undang PPh dan PP No 131 tahun 2000.

Pada saat pengelola dana pesangon tenaga kerja membayar uang pesangon kepada karyawan tidak dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 karena PPh pasal 21-nya telah dibayar pada saaat pengalihan uang pesangon dari pemberi kerja kepada badan pengelola dana pesangon tenaga kerja.

Bukti Pemotongan PPh Pasal 21 wajib diberikan oleh pemberi kerja (perusahaan) kepada karyawan pada saat dilakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembayaran uang pesangon secara sekaligus kepada pengelola dana pesangon. Bukti Pemotongan ini dapat digunakan sebagai bukti bahwa pemotongan pajak telah dilakukan pada saat dana dialihkan sehingga saat membayar uang pesangon kepada karyawan, pengelola dana pesangon tidak perlu memotong PPh Pasal 21 lagi.

Dalam hal pembayaran uang pesangon yang menjadi hak tenaga kerja dialihkan kepada pihak ketiga dilakukan secara sekaligus, pemberi kerja dapat membebankan uang pesangon tersebut sebagai biaya dalam menghitung Penghasilan Kena pajak pada saat terjadinya pengalihan tanggung jawab kepada pengelola dana pesangon.

b) Pembayaran uang pesangon dilakukan secara bertahap

Perlakuan PPh pasal 21 atas uang pesangon yang dialihkan kepada pengelola dana

Page 28: MEMPUNYAI NPWP

pesangon secara bertahap adalah sebagai berikut :

1. Pada saat tanggung jawab pembayaran uang pesangon dialihkan kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja melalui pembayaran uang pesangon secara bertahap, pemberi kerja tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 21 atas pembentukan uang pesangon tersebut

2. Pada saat pengelola dana pesangon tenaga kerja membayar uang pesangon kepada karyawan, pengelola dana pesangon tenaga kerja wajib melakukan pemotongan PPh Pasal 21. PPh pasal 21 yang harus dipotong oleh pengelola dana pesangon merupakan PPh pasal 21 final. Besarnya PPh pasal 21 yang harus dipotong adalah sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No 149 tahun 2000 dan KMK No.112/KMK.03/2001 (seperti tabel 1 diatas).

3. Bunga atas tabungan uang pesangon merupakan hak karyawan yang harus diberikan oleh pengelola dana pesangon tenaga kerja bersamaan dengan pembayaran uang pesangon kepada karyawan yang bersangkutan. Atas pembayaran bunga ini terutang PPh sebagai berikut :

• Dalam hal pengelola dana pesangon adalah bukan bank maka dipotong Pajak Penghasilan sebesar 15% dari jumlah bruto, sebagaimana diatur dalam Pasal 23 ayat (1) huruf a Undang-undang Pajak Penghasilan• Dalam hal pengelola dana pesangon adalah bank maka dipotong PPh Final sebesar 20% dari jumlah bruto berdasarkan ketentuan dalam Pasal 4 ayat (2) Undang-undang Pajak Penghasilan dan PP no 131 tahun 2000.Dalam hal pembayaran uang pesangon dialihkan kepada pihak ketiga secara bertahap, meskipun pemotongan PPh Pasal 21 baru dapat dilakukan pada saat pembayaran uang pesangon kepada karyawan yang bersangkutan, namun pembebanan sebagai biaya dalam menghitung penghasilan kena pajak bagi pemberi kerja telah dapat dilakukan pada saat pengalihan tanggung jawab pembayaran uang pesangon tersebut.

Penutup

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa perlakuan PPh atas pembayaran uang pesangon/tebusan pensiun adalah sebagai berikut :

1) Pesangon merupakan penghasilan bagi karyawan yang dikenakan PPh pasal 21 dan merupakan deductable expense bagi perusahaan.2) Saat terutangnya PPh Pasal 21 atas pesangon yang dibayarkan secara langsung oleh pemberi kerja pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja adalah pada saat pesangon tersebut terutang/dibayarkan kepada tenaga kerja.3) Saat terutangnya PPh Pasal 21 atas pesangon yang pembayarannya dialihkan secara sekaligus kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja adalah pada saat pengalihan tanggungjawab pembayaran pesangon kepada pengelola dana pesangon. Pada saat terjadinya pemutusan hubungan kerja, pesangon yang dibayarkan oleh pengelola dana pesangon tidak lagi dikenakan PPh pasal 21.

Page 29: MEMPUNYAI NPWP

4) Saat terutangnya PPh Pasal 21 atas pesangon yang pembayarannya dialihkan kepada pengelola dana pesangon tenaga kerja secara bertahap adalah pada saat pesangon dibayarkan kepada karyawan.5) Jika Pengelola dana pesangon bukan bank, bunga tabungan dana pesangon yang diterima/diperoleh karyawan merupakan obyek PPh pasal 23 dengan tariff 15% 6) Jika Pengelola dana pesangon adalah wajib pajak bank, bunga tabungan dana pesangon yang diterima/diperoleh karyawan merupakan obyek PPh Pasal 4 (2) dengan tariff 20%.

Daftar Pustaka

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-350/PJ./2001 tanggal 14 Mei 2001 tentang Perlakuan Perpajakan atas Uang Pesangon yang Dialihkan kepada Pengelola Dana Pesangon tenaga kerja sebagaimana terakhir telah diubah dengan KEP-649/PJ./2001 tanggal 5 Oktober 2001

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 112/KMK.03/2001 tanggal 6 Maret 2001 tentang Pemotongan PPh pasal 21 atas Penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor KEP-150/Men/2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja Dan Penetapan Uang Pesangon, Uang Penghargaan Masa Kerja Dan Ganti Kerugian Di Perusahaan

Peraturan Pemerintah Nomor 149 tahun 2000 tanggal 23 Desember 2000 tentang Pemotongan PPh Pasal 21 atas penghasilan berupa Uang Pesangon, Uang Tebusan Pensiun dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua

Surat Dirjen Pajak Nomor S-131/PJ.313/2005 tanggal 14 Februari 2005 tentang Perlakuan Pajak Penghasilan atas Dana Pensiun dan Dana Pesangon

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2000.

Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakejaan

Kompas, 25 Maret 2003 – Kolom Bisnis dan Ivestasi

posted by Triyani @ 8:25 PM 2 comments

Monday, July 11, 2005

TANGGUNGAN YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DALAM PTKP

TANGGUNGAN YANG DAPAT DIPERHITUNGKAN DALAM PTKP TRIYANI BUDIANTO.

Page 30: MEMPUNYAI NPWP

Pendahuluan

Dalam menghitung besarnya penghasilan kena pajak, bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri diberikan pengurang berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) disesuaikan dengan banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya bagi wajib pajak yang bersangkutan. Dalam tulisan ini, penulis mengulas tentang Tanggungan Wajib Pajak yang dapat diperhitungkan dalam menghitung besarnya Penghasilan tidak kena pajak.

Key words : Tanggungan Waiib Pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Besarnya PTKP

Penghasilan tidak kena pajak merupakan pengurang yang diberikan untuk menghitung besarnya Laba Kena Pajak (penghasilan kena pajak) bagi Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri. Penghasilan tidak kena pajak diberikan bagi wajib pajak orang pribadi, baik yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas maupun wajib pajak yang tidak melakukan kegiatan usaha/pekerjaan bebas.

Besarnya Penghasilan tidak kena pajak telah mengalami beberapa kali perubahan. Besarnya PTKP yang berlaku sejak tahun pajak 2005, sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No KMK-564/KMK.04/2004 tanggal 29 November 2004 adalah sebagai berikut :a. Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak; b. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; c. Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami; d. Rp 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak anqkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri, penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Disamping untuk dirinya, kepada Wajib Pajak yang sudah kawin diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak. Bagi Wajib Pajak yang isterinya menerima atau memperoleh penghasilan yang digabung dengan penghasilannya, maka Wajib Pajak tersebut mendapat tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk seorang isteri sebesar Rp 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah).

Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus yang menjadi tanggungan sepenuhnya, misalnya orang tua, mertua, anak kandung, anak angkat, diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga) orang.

Page 31: MEMPUNYAI NPWP

Penghitungan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.

Contoh : Pada tanggal 1 Januari 2001 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1 Januari 2001, maka besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak yang diberikan Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2001 tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.

Pada tanggal 2 Januari 2001 Orang Tua Wajib Pajak C (yang di tanggung sepenuhnya oleh C) meninggal dunia. Wajib Pajak C telah menikah tahun 1999 dan mempunyai seorang anak yang lahir pada tahun 2000. Karena Orang Tua C meninggal tanggal 2 Januari 2001, maka untuk tahun 2001 PTKP bagi wajib pajak C tetap memperhitungkan Oangtuanya sebagai tambahan tanggungan atau dianggap sebagai K/2

Tambahan PTKP Untuk Anggota Keluarga Sedarah dan Semenda yang menjadi tanggungan

Wajib Pajak yang mempunyai anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya diberikan tambahan Penghasilan Tidak Kena Pajak untuk paling banyak 3 (tiga) orang. Yang dimaksud dengan anggota keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya adalah anggota keluarga yang tidak mempunyai penghasilan dan seluruh biaya hidupnya ditanggung oleh Wajib Pajak.

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pengertian kekeluargaan sedarah adalah pertalian kekeluargaan antara orang-orang dimana yang seorang adalah keturunan dari yang lain, atau antara orang-orang yang mempunyai bapak asal yang sama. Hubungan kekeluargaan sedarah dihitung dengan jumlah kelahiran. Setiap kelahiran disebut derajat. Urutan derajat yang satu dengan derajat yang lain disebut garis. Garis lurus adalah urutan derajat antara orang-orang dimana yang satu merupakan keturunan dari yang lain.

Dalam Garis lurus, dibedakan garis lurus kebawah dan garis lurus keatas. Garis lurus kebawah merupakan hubungan antara bapak-asal dan keturunannya; sedangkan garis lurus keatas adalah hubungan antara seseorang dan mereka yang menurunkannya. Sedangkan Kekeluargaan semenda adalah suatu pertalian kekeluargaan karena perkawinan, yaitu pertalian antara salah seorang dari suami-istri dan kelurga sedarah dari pihak lain. Derajat kekeluargaan semenda dihitung dengan cara yang sama seperti cara menghitung derajat kekeluargaan sedarah.

Skema hubungan keluarga sedarah dan keluarga semenda dapat digambarkan sebagai berikut :

Page 32: MEMPUNYAI NPWP

1. Hubungan Sedarah : a. Lurus satu derajat : Ayah, Ibu, Anak kandungb. Kesamping satu derajat : Saudara Kandung (kakak, Adik kandung)

2. Hubungan Semenda :a. Lurus satu derajat : Mertua, Anak Tirib. Kesamping satu derajat : Saudara Ipar (Adik Ipar, kakak Ipar)

Berdasarkan skema tersebut, yang termasuk dalam pengertian keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus yaitu : ayah, ibu dan anak kandung. Sedangkan yang termasuk dalam pengertian keluarga semenda dalam garis keturunan lurus yaitu: ayah mertua, ibu mertua dan anak tiri.

Anggota keluarga sedarah dan semenda berikut ini tidak dapat diperhitungkan sebagai tanggungan untuk penghitungan tambahan PTKP. • Saudara kandung, karena termasuk dalam pengertian keluarga sedarah kesamping satu derajat;• Saudara ipar, karena termasuk dalam pengertian keluarga semenda kesamping satu derajat;• Saudara dari bapak/ibu, karena tidak termasuk dalam pengertian keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus

Anak yang telah memiliki penghasilan sendiri

Dalam menghitung penghasilan kena pajak, penghasilan anak yang belum dewasa, digabung dengan penghasilan orang tuanya. Dengan demikian, meskipun anak tersebut telah memiliki penghasilan sendiri dalam menghitung PTKP tetap diperhitungkan sebagai tanggungan wajib pajak (orang tuanya). Pengertian belum dewasa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata adalah mereka yang belum mencapai umur genap dua puluh satu tahun dan tidak kawin sebelumnya. Sedangkan menurut Undang-undang pajak adalah anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah. Penghasilan yang diperoleh atau diterima anak yang telah dewasa (telah berumur 18 tahun atau lebih) akan dikenakan pajak tersendiri. Anak yang telah berumur 18 tahun atau lebih dan telah memperoleh penghasilan sendiri, tidak lagi diperhitungkan sebagai tanggungan dalam menghitung besarnya PTKP.

Sebaliknya apabila wajib pajak mempunyai anak yang telah berumur 18 tahun atau lebih, tetapi masih menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak (dan belum menikah), anak tersebut masih diperhitungkan sebagai tanggungan Wajib Pajak dalam menghitung besarnya PTKP.

Tambahan PTKP Untuk Anak Angkat

Selain untuk anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, tambahan PTKP juga diberikan untuk wajib pajak yang memiliki tanggungan

Page 33: MEMPUNYAI NPWP

anak angkat. Namun demikian jumlah tanggungan yang diperhitungkan dalam PTKP dibatasi maksimum 3 orang.

Pengertian anak angkat dalam penghitungan PTKP bukanlah pengertian anak angkat sebagaimana dalam masyarakat sehari-hari yaitu seorang anak yang diaku dan diangkat sebagai anak. Dan juga bukanlah pengertian anak angkat sebagaimana dimaksud dalam hukum perdata yang harus terlebih dahulu ada pengesahan dari Hakim Pengadilan Negeri. Akan tetapi, Pengertian anak angkat yang dapat diperhitungkan dalam perundang-undangan pajak ditentukan dengan kriteria sebagai berikut : a. seseorang yang belum dewasa;b. yang tidak tergolong keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus dari Wajib Pajak;c. dan menjadi tanggungan sepenuhnya dari Wajib Pajak.

Pengertian menjadi tanggungan sepenuhnya menurut Undang-undang Pajak Penghasilan berdasarkan keadaan yang dapat terlihat dari keadaan yang nyata yaitu : • tinggal bersama-sama dengan Wajib Pajak;• nampak secara nyata tidak mempunyai penghasilan sendiri;• tidak pula turut dibantu oleh lain-lain anggota keluarga atau oleh orang tuanya sendiri.

Sedangkan kalau Wajib Pajak sekedar menyumbang, membantu, bertanggung jawab dan sebagainya, maka tidak termasuk dalam menjadi tanggungan sepenuhnya.

PTKP Untuk Karyawati Kawin dan Wajib Pajak yang Belum Menikah.

Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dapat dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri. Namun demikian, bagi karyawati kawin yang menunjukkan keterangan tertulis dari Pemerintah Daerah setempat (serendah-rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, selain PTKP untuk dirinya sendiri diberikan tambahan PTKP sebesar Rp. 1.200.000,00 setahun atau Rp. 100.000,00 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarganya yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Bagi karyawan atau karyawati yang belum berkeluarga (TK) untuk pengurangan PTKP disamping untuk diri karyawan atau karyawati dapat pula memperoleh tambahan pengurangan PTKP untuk anggota keluarga sedarah dan semenda, termasuk anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya maksimal 3 orang.

Penutup

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat diimpulkan bahwa tanggungan yang dapat diperhitungkan dalam menghitung PTKP Wajib Pajak Orang Pribadi harus memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Merupakan anggota keluarga sedarah atau keluarga semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat (baik keatas maupun kebawah). 2. Anggota keluarga tersebut tidak memperoleh penghasilan dan menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak.3. Anak yang belum dewasa, berumur kurang dari 18 tahun dan belum pernah menikah,

Page 34: MEMPUNYAI NPWP

meskipun telah memiliki penghasilan sendiri. 4. Untuk anak angkat (Selain anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis lurus) yang dapat diperhitungkan dalam PTKP adalah anak angkat yang belum dewasa (kurang dari 18 tahun) dan menjadi tanggungan sepenuhnya wajib pajak.

PTKP dihitung berdasarkan keadaan pada awal tahun. Semua perubahan jumlah tanggungan wajib pajak (baik penambahan maupun pengurangan) yang terjadi selama tahun berjalan diperhitungkan pada tahun pajak berikutnya.

Daftar Pustaka

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-545/PJ./2000 tanggal 29 Desember 2000 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tanggal 29 November 2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

Redaksi PT Ichtiar Baru-Van Hoeve, 1989. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia. Jakarta : PT Intermasa.

Surat Dirjen Pajak Nomor S-112/PJ.41/1995 tanggal 29 Agustus 1995 tentang Penghasilan Tidak Kena Pajak

Undang-Undang Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang nomor 17 tahun 2000.

posted by Triyani @ 2:10 AM 2 comments

Wednesday, April 13, 2005

Heboh somasi Ditjen Pajak dan Republik Banana

Heboh somasi Ditjen Pajak dan Republik Banana

12 Apr 2005 11:35 WIB - klikpajak.com

Belum lama ini penulis disomasi oleh Direktur Administrasi Pajak atas namaDirjen Pajak beserta seluruh jajarannya. Pasalnya, karena penulis tidakdapat membuktikan tentang apa yang ditulis dalam sebuah harian nasional.

Dalam artikel itu antara lain penulis kemukakan bahwa sebagai gambaransangat kasar, ketika membayar pajak atas dasar self assessment, Wajib Pajak(WP) hanya membayar maksimal 50%. Karena ini praktik umum, aparat pajakmengetahuinya.

Page 35: MEMPUNYAI NPWP

Aparat pajak membuat perkiraan berapa yang 'ditimpa' dan mengenakan denda.WP lantas kaget dan mengajak berunding. Jumlah yang disepakati, sebagaihasil perundingan, dibayar oleh WP. Oknum aparat pajak bersangkutanmenyetorkannya ke kas negara maksimal hanya 50%.

Alhasil, kalau yang tercantum dalam APBN-sebagai pendapatan pajakpenghasilan dan pajak pertambahan nilai-sebesar misalnya Rp180 triliun,mestinya yang menjadi hak negara dan tidak masuk ke kas negara ya samadengan jumlah itu.

Penulis lantas disomasi, diminta membuktikan dari sekian 70 juta WP itu,satu per satu siapa, di mana, berapa yang dilaporkan, dan dibayar atas dasarself assessment. Berapa yang sebenarnya harus dilaporkan dan dibayar, danberapa yang digelapkan. Juga diminta membuktikan satu per satu oknum aparatpajak yang bernegosiasi, dengan siapa, jumlah berapa, dan berapa yangditilep oleh oknum bersangkutan.

Kalau tidak bisa membuktikan, dalam waktu tujuh hari sejak diterimanya suratsomasi, penulis harus minta maaf di sebuah harian nasional. Kalau tidak,akan ditindak secara hukum. Artinya, penulis akan dituntut di pengadilandengan tuduhan mendiskreditkan Ditjen Pajak. Bayangkan kalau hal ituterjadi!

Penulis akan diinterogasi berjam-jam, mungkin berhari-hari, dan akandihadapkan pada advokat. Penulis juga harus menyewa advokat dengan tarifyang mahal, selain akan mondar-mandir ke polisi dan pengadilan, diajakberargumentasi seperti pokrol yang menggunakan pasal-pasal hukum secarajuristerij.

Mana tahan? Ya minta maaflah. Eh, banyak orang ngenyek penulis. Merekamengatakan "Kwik Kian Gie keok, sudah jinak, dan sebagainya."

Penulis menyesal lupa mencantumkan dalam iklan penulis mohon kepada TuhanYang Maha Esa agar memberi ampun dan maaf kepada penulis, tetapi juga kepadasiapa pun yang membuat heboh soal somasi tersebut, kalau dalam peristiwa itukelakuannya didasarkan atas kebohongan. Artinya, dalam bertindak danbersuara, dalam batinnya yang paling dalam dan hanya Tuhan yang tahu, yangbersangkutan, siapa pun mereka, mungkin berbohong. Kalau kebohongan terjadi,Tuhan hendaknya mengampuni mereka.

Asumsi, dugaan serta hitung-hitungan tersebut diketahui banyak orang.Semuanya telah penulis uraikan dalam buku kecil berjudul PemberantasanKorupsi untuk meraih Kemandirian, Kemakmuran, Kesejahteraan, dan Keadilan."

Buku kecil ini diterbitkan sebanyak 10.000 eksemplar pada Maret 2003. Karena

Page 36: MEMPUNYAI NPWP

habis dan banyak permintaan, diterbitkan lagi edisi ke-2 sebanyak 10.000eksemplar dan habis lagi.

Dalam buku tersebut semua yang ditulis di sebuah harian itu danmengakibatkan somasi, telah ditulis secara harafiah. Tetapi ketika itu tidakapa-apa, walaupun telah dibicarakan dengan Presiden Abdurrahman Wahid,Presiden Megawati Soekarnoputri, Menko Polkam Susilo Bambang Yudhoyono, danDirjen Pajak Hadi Purnomo.

Ini karena beliau-beliau itu mengerti bahwa maksud penulis mengemukakansubstansi tersebut untuk memecahkan masalah KKN yang dipastikan akanmenghancurleburkan bangsa ini melalui revolusi sosial yang dahsyat bilatidak segera diambil langkah-langkah perbaikan.

Maksud memberi penjelasan bahwa biaya pemberantasan praktik KKN sangatmahal. Ini karena harus menjatuhkan tindakan PHK terhadap banyak orangdengan pesangon yang jumlahnya sangat besar. Untuk jelasnya bacalah buku itusecara keseluruhan. Tidak ada maksud sedikit pun memojokkan ataumendiskreditkan siapa pun.

Kasus di Republik Banana

Tetapi apa boleh buat nasi sudah menjadi bubur. Jadi, sekarang penulisjelaskan sekali lagi materi dan substansinya.

Untuk menghindari somasi lagi, dengan tegas penulis nyatakan bahwa yang akanditulis ini adalah kondisi dari negara yang bukan Republik Indonesia. Yangdigambarkan dalam tulisan ini adalah kondisi di negara lain, yang bernamaRepublik Banana, bukan Republik Indonesia. Karena itu, di Indonesia tidakperlu ada yang merasa tersinggung, terpojok, dan terdiskreditkan!

Republik Banana (selanjutnya disebut RB) termasuk negara yang paling korupdi dunia. Walau kekayaan alamnya melimpah, tanah luas, subur, dan dua pertiganya terdiri dari laut yang kaya raya bahan makanan bergizi, bagianterbesar dari rakyatnya sangat miskin.

Ini karena praktik korupsi di negara itu termasuk yang paling hebat didunia.

Di RB, ada yang mengemukakan pikiran untuk memberantas korupsi-melaluipenciptaan kondisi yang kondusif dan menyeluruh-dan setelah tanpa korupsisemua penguasa dimungkinkan hidup mewah tanpa korupsi. Bila masih beranikorupsi, pelakunya dihukum mati.

Maksudnya membuat langkah dan tindakan yang melengkapi tindakan yangkasuistis. Yaitu, mencari koruptor, mencari buktinya, dan divonis penjara

Page 37: MEMPUNYAI NPWP

atau bebas. Kebanyakan bebas, ini karena mencari buktinya susah dan justrukarena korupsi, semua insan hukum memainkan hukumnya dengan juristerij ataupokrol bambu.

Langkah-langkah itu sebagai berikut. Pertama, seluruh pemerintahan(kementerian dan lembaga non-departemen) dibuat optimal, yaitu jumlahnya danuraian tugas pokok dan fungsinya dibuat pas dengan kebutuhan RB.

Kedua, setiap kementerian dan LPND dibuat optimal juga, yaitu jumlah Ditjen,jumlah personalianya, dan uraian tugas pokok dan fungsinya dibuat pas untukkementerian dan LPND bersangkutan.

Ketiga, perbandingan gaji antara satu pejabat dan pejabat lainnya dibuatadil. Tidak seperti sekarang, Presiden Republik Banana digaji Ps59 jutasebulan (Ps adalah singkatan dari mata uang yang namanya Pisang) tetapipresdir dari BUMN-nya digaji Ps300 juta tanpa ada yang mempermasalahkannya.

Keempat, setelah perbandingan gaji semua pegawai negeri sipil, tentara, danpolisi dibuat adil betul, jumlahnya dinaikkan secara proporsional, sehinggasetiap pejabat yang memiliki kuasa bisa hidup mewah dan gagah. Jadi, tidaksaja cukup tetapi hidupnya sangat bergengsi. Maksudnya, supaya tidak adalagi alasan sedikit pun untuk melakukan korupsi. Kelima, kalau semuanyasudah terjadi, yang masih berani berkorupsi dihukum mati.

Hukuman mati

Hukuman mati dapat dilakukan tanpa beban. Ini karena sudah tidak ada alasansedikit pun untuk melakukan korupsi. Cara menentukan apakah seorang korupatau tidak juga tidak perlu njlimet. Dengan akal sehat saja seperti yangdapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari di negara-negara yang sudah maju.

Hukum ditafsirkan atas dua tonggak. Pertama, redelijkerwijze aan te nemenatau menurut akal sehat dapat diterima bahwa yang bersangkutan memangkorupsi. Kedua, tonggak te goeder trouw atau menurut akal sehat ada itikadbaik atau tidak.

Semua ini membutuhkan biaya yang sangat besar. Pertama dibutuhkan biaya yangbesar untuk melakukan studi agar tiba pada organisasi birokrasi yangoptimal.

Dalam melakukan rasionalisasi, banyak pegawai yang dikenakan PHK. Supayapesangon bagi pegawai yang dikenakan PHK menggiurkan, jumlahnya juga harussangat besar.

Dengan demikian, para pegawai tidak saja tidak keberatan bila dikenakan PHKtetapi mereka justru ingin agar dikenakan PHK. Dari mana biaya tersebut

Page 38: MEMPUNYAI NPWP

diperoleh? Dari utang terlebih dahulu.

Bila proyek pemberantasan korupsi ini berhasil 30% saja, pemerintah sudahbisa memperoleh pendapatan tambahan sekitar Ps92 triliun setahun. Menurutperhitungan sangat kasar dan atas dasar beberapa items saja, di RepublikBanana yang dikorup sudah sekitar Ps305,5 triliun. Perhitungannya akanpenulis berikan pada edisi ke-tiga dari buku yang sedang disiapkan.

Oleh Kwik Kian GieMantan Menneg PPN/Kepala Bappenas

Bisnis Indonesia / Senin, 11 April 2005

posted by Triyani @ 6:21 AM 0 comments

Monday, February 14, 2005

Agar SPT Tahunan Kita Tidak “Ditolak” (Lagi?) oleh KPP

Agar SPT Tahunan Kita Tidak “Ditolak” (Lagi?)

TRIYANI BUDIANTO

Pendahuluan

INGAT !!! BATAS AKHIR PELUNASAN PPh PASAL 29SELAMBAT-LAMBATNYA 25 MARET 2005

INGAT !!! BATAS AKHIR PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN, 31 MARET 2005

ANDA BELUM TERIMA SPT TAHUNAN ???HUBUNGI KANTOR PELAYANAN PAJAK/KANTORPENYULUHAN PAJAK SETEMPAT

Jika Anda belum memiliki NPWP segera hubungi Kantor Pelayanan Pajaksetempat.

Tentu kita tidak asing lagi dengan kalimat himbauan tersebut. Yaa..!!Karena saat ini dengan mudah kita jumpai spanduk sosialisasi dan penyuluhanpajak dari Dirjen Pajak terpampang diberbagai tempat.

Page 39: MEMPUNYAI NPWP

Batas waktu penyampaian SPT Tahunan tahun 2004 tinggal beberapa hari lagi.Dan saat ini hampir semua Wajib Pajak sedang sibuk dengan “hajatan” akhirtahunnya. Barangkali sebagian Wajib Pajak sudah mengetahui berapa pajakterutang untuk tahun 2004 serta berapa pajak yang masih harus dibayar padabulan Maret ini dan saat ini telah mempersiapkan untuk menyusun SPTTahunannya. Namun sebagian lainnya masih menunggu proses audit laporankeuangan diselesaikan. Bahkan mungkin masih ada Wajib Pajak yang belumselesai menyusun laporan keuangan karena berbagai sebab, sehingga saat initelah bersiap-siap untuk mengajukan permohonan perpanjangan jangka waktupenyampaian SPT Tahunan ke kantor pajak. J.

Meskipun materi yang dilaporkan dalam SPT Tahunan telah disusun dengan baikdan telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, namun hal itutidak menutup kemungkinan dengan adanya “penolakan” SPT Tahunan pada saatdisampaikan ke KPP. Menanggapi penolakan SPT tersebut, Wajib Pajakseringkali beranggapan bahwa petugas/fiscus “mengada-ngada” atau “sengajamempersulit Wajib Pajak” yang akan memenuhi kewajibannya. Pendapat tersebuttentu tidak sepenuhnya benar, namun juga tidak sepenuhnya salah J.

Penolakan SPT disebabkan oleh berbagai hal. Antara lain karena adanyakesalahan tulis atau kesalahan hitung sehingga menyebabkan Angka-angka yangtertera dalam lampiran SPT dengan yang tertera dalam Induk SPT tidaksinkron, maupun karena adanya kekurangan dalam lampiran SPT Tahunan. Tidakjarang penolakan tersebut disebabkan oleh “hal-hal kecil” yang seringkaliluput dari perhatian Wajib Pajak. Namun tidak sedikit pula penolakan SPTyang disebabkan adanya dokumen atau lampiran lain yang diminta oleh petugas,meskipun lampiran tersebut “tidak diharuskan” menurut ketentuan perpajakanyang berlaku.

Dalam tulisan ini, penulis merangkum tentang beberapa dokumen yang harusdilampirkan dalam SPT Tahunan berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlakusaat ini dan beberapa hal yang menyebabkan SPT Tahunan ditolak ataudikategorikan sebagai SPT Tidak Lengkap pada saat penyampaian SPT Tahunantahun 2003. Tulisan ini dimaksudkan untuk menyegarkan ingatan kita mengenai“kendala” penyampaian SPT yang terjadi tahun sebelumnya dengan harapanhal-hal tersebut tidak terulang kembali di tahun ini.

Page 40: MEMPUNYAI NPWP

Dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan.

Dokumen lain yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan diatur melaluiKeputusan Dirjen Pajak No KEP-214/PJ./2001 tanggal 15 Maret 2001.

a. SPT PPh Badan (SPT 1771).

Berdasarkan ketentuan pasal 2 KEP-214/PJ./2001, Keterangan dan atau dokumenlain yang harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan Tahunan PajakPenghasilan Wajib Pajak Badan adalah:

1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dariWajib Pajak itu sendiri (bukan Neraca dan Laporan Laba Rugi konsolidasigrup) beserta rekonsiliasi laba rugi fiskal.

2. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.

3. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugiantahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

4. Surat Setoran Pajak Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalamhal terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali ada izin untukmengangsur atau menunda pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29.

5. Surat Kuasa Khusus, dalam hal Surat Pemberitahuan Tahunanditandatangani oleh bukan Wajib Pajak.

6. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskanpenghitungan besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya Pajak PenghasilanPasal 25.

7. Surat Pemberitahuan tahunan harus dilengkapi dan atau dilampiri jugadengan keterangan dan atau dokumen tertentu lain, yang diperlukan ataudisebutkan dalam Surat Pemberitahuan atau petunjuk pengisiannya yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.

Berdasarkan KEP-141/PJ./2004 tentang SPT tahunan tahun 2004 serta bukupetunjuk pengisiannya, Formulir SPT 1771 ditetapkan sbb :

1. Induk SPT, Formulir 1771

2. Lampiran 1771-I, 1771-II, 1771-III, 1771-IV dan 1771-V

3. Lampiran Khusus :

Page 41: MEMPUNYAI NPWP

- Daftar Penyusutan Dan Amortisasi Fiskal – Lampiran Khusus 1A

- Perhitungan Kompensasi Kerugian Fiskal - Lampiran Khusus 2A

- Pernyataan Transaksi Hubungan Istimewa – Lampiran Khusus 3A

- Daftar Fasilitas Penanaman Modal – Lampiran Khusus 4A

- Daftar Cabang Utama Perusahaan – Lampiran Khusus 5A

- SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 26 ayat (4) (khusus BUT)

- Perhitungan PPh PASAL 26 AYAT (4) (Khusus BUT) - Lampiran Khusus6A

- Kredit Pajak Luar Negeri - Lampiran Khusus 7A

b. SPT Tahunan PPh 21 (SPT 1721).

Keterangan dan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada SuratPemberitahuan tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah:

1. Surat Setoran Pajak Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalamhal terdapat kekurangan pajak yang terutang.

2. Surat Kuasa Khusus dalam hal Surat Pemberitahuan tahunanditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, atau Surat Keterangan Kematian dariInstansi yang berwenang dalam hal Wajib Pajak orang pribadi telah meninggaldunia dan Surat Pemberitahuan tahunan ditandatangani oleh Ahli Waris.

3. Laporan Keuangan atas kegiatan kerjasama operasi bagi Wajib PajakKerjasama Operasi (Joint Operation).

4. Surat Pemberitahuan tahunan harus dilengkapi dan atau dilampiri jugadengan keterangan dan atau dokumen tertentu lain, yang diperlukan ataudisebutkan dalam Surat Pemberitahuan atau petunjuk pengisiannya yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

Berdasarkan KEP-141/PJ./2004 tentang SPT tahunan tahun 2004 serta bukupetunjuk pengisiannya, Formulir SPT Tahunan PPh 21 ditetapkan sebagaiberkut:

1. Induk SPT – Formulir 1721

2. Lampiran SPT – Formulir 1721-A, 1721-A1 atau 1721-A2, 1721-B dan

Page 42: MEMPUNYAI NPWP

1721 C

3. Lampiran lain yang tertera dalam point C, Lampiran SPT 1721ditetapkan sbb :

- SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29

- Daftar Pegawai idak Tetap yang PPh-nya ditanggung Pemerintah.

- Surat Kuasa Khusus

- Pemberitahuan Pembetulan Nama dan atau Alamat

- Daftar Biaya untuk Wajib Pajak yang tidak wajib memasukkan SPTTahunan Pph Badan.

- Laporan Keuangan Kerjasama Operasi, Dalam Hal Pemotong Pajakadalah Kerjasama Operasi.

- Fotokopi IKTA Karyawan Asing.

c. SPT Tahunan PPh Orang Pribadi (SPT 1770)

Keterangan dan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yangmenyelenggarakan pembukuan adalah:

1. Neraca dan Laporan Laba Rugi Tahun Pajak yang bersangkutan dariWajib Pajak itu sendiri berserta rekonsiliasi fiskalnya.

2. Daftar penghitungan penyusutan dan atau amortisasi fiskal.

3. Penghitungan kompensasi kerugian dalam hal terdapat sisa kerugiantahun-tahun sebelumnya yang masih dapat dikompensasikan.

4. Surat Setoran Pajak Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalamhal terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali ada izin untukmengangsur atau menunda pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29.

5. Surat Kuasa Khusus dalam hal Surat Pemberitahuan tahunanditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, atau Surat Keterangan Kematian dariInstansi yang berwenang dalam hal ditandatangani oleh Ahli Waris.

6. Fotokopi formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2, dalam hal Wajib Pajakmenerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah dipotongpajaknya oleh pemberi kerja.

Page 43: MEMPUNYAI NPWP

7. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh masing-masingpihak bagi Wajib Pajak yang kawin dengan perjanjian pemisahan harta danpenghasilan.

8. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak.

9. Bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajakorang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amilzakat yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah.

10. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskanpenghitungan besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya Pajak PenghasilanPasal 25.

11. Surat Pemberitahuan tahunan harus dilengkapi dan atau dilampiri jugadengan keterangan dan atau dokumen tertentu lain, yang diperlukan ataudisebutkan dalam Surat Pemberitahuan atau petunjuk pengisiannya yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

Keterangan dan atau dokumen lain yang harus dilampirkan pada SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi yangmenyelenggarakan pencatatan adalah :

1. Jumlah peredaran atau penerimaan bruto setiap bulan selama setahun.

2. Surat Setoran Pajak Pajak Penghasilan Pasal 29 yang seharusnya dalamhal terdapat kekurangan pajak yang terutang, kecuali ada izin untukmengangsur atau menunda pembayaran Pajak Penghasilan Pasal 29.

3. Surat Kuasa Khusus dalam hal Surat Pemberitahuan tahunanditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, atau Surat Keterangan Kematian dariInstansi yang berwenang dalam hal ditandatangani oleh Ahli Waris.

4. Fotokopi formulir 1721-A1 dan atau 1721-A2, dalam hal Wajib Pajakmenerima penghasilan sehubungan dengan pekerjaan yang sudah dipotongpajaknya oleh pemberi kerja.

5. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang oleh masing-masingpihak bagi Wajib Pajak yang kawin dengan perjanjian pemisahan harta danpenghasilan.

6. Daftar susunan keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak.

7. Bukti setoran zakat atas penghasilan yang dibayar oleh Wajib Pajakorang pribadi pemeluk agama Islam kepada badan amil zakat atau lembaga amil

Page 44: MEMPUNYAI NPWP

zakat yang dibentuk dan disahkan oleh Pemerintah.

8. Lampiran-lampiran lainnya yang dianggap perlu untuk menjelaskanpenghitungan besarnya penghasilan kena pajak atau besarnya Pajak PenghasilanPasal 25

9. Surat Pemberitahuan tahunan harus dilengkapi dan atau dilampiri jugadengan keterangan dan atau dokumen tertentu lain, yang diperlukan ataudisebutkan dalam Surat Pemberitahuan atau petunjuk pengisiannya yangditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak

Berdasarkan KEP-141/PJ./2004 tentang SPT tahunan tahun 2004 serta bukupetunjuk pengisiannya, Formulir SPT Tahunan PPh Orang Pribadi yangmenjalankan kegiatan Usaha atau pekerjaan bebas ditetapkan sebagai berikut :

1. Lembar Induk SPT (Formulir 1770)

2. Lampiran Induk SPT (Formulir 1770-I, 1770-II, 1770-III, 1770-IV)

3. Lampiran lain yang tertera dalam point L- Lampiran SPT 1770ditetapkan:

- Surat Kuasa Khusus (bila dikuasakan)

- SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29

- Neraca dan Laporan Laba Rugi Atau Rekapitulasi Bulanan PeredaranBruto

- Perhitungan kompensasi kerugia Fiskal

- Fotocopi Formulis 1721-A1 dan atau 1721-A2

- Bukti pemotongan/ pemungutan oleh pihak lain/ditanggung pemerintahdan yang dibayar/dipotong di Luar Negeri

- Perhitungan PPh Terutang bagi Wajib Pajak Kawin Pisah Harta.

- Perhitungan Angsuran PPh 25 tahun berikutnya

- Daftar Susunan Keluarga yang menjadi tanggungan Wajib Pajak

- Fotocopi tanda bukti pembayaran Fiskal Luar Negri (FBPFLN)

Berdasarkan KEP-141/PJ./2004 tentang SPT tahunan tahun 2004 serta bukupetunjuk pengisiannya, Formulir SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi

Page 45: MEMPUNYAI NPWP

yang Tidak melakukan kegiatan usaha dan atau Pekerjaan bebas ditetapkansebagai berikut :

1. Lembar Induk SPT (Formulir 1770 S)

2. Lampiran Induk SPT (Formulir 1770 S-I, 1770 S-II)

3. Lampiran lain yang tertera dalam point L, lampiran SPT 1770 Sditetapkan :

- Fotocopi Formulir 1721-A1 atau A-2

- Daftar Susunan Keluarga yang menjadi Tanggungan Wajib Pajak

- SSP Lembar ke-3 PPh Pasal 29

- Surat Kuasa Khusus (bila dikuasakan)

- Fotocopi Tanda Bukti Pembayaran Fiskal Luar Negeri (TBFLN)

SPT Tahunan Ditolak atau Diterima Sebagai SPT Tidak Lengkap.

Beberapa hal yang luput dari perhatian wajib pajak dan menyebabkan SPTTahunan tahun 2003 ditolak oleh petugas di Kantor Pelayanan Pajak atauditerima dengan kriteria SPT tidak lengkap antara lain :

1. NPWP Pengurus dan Pemegang Saham tidak diisi (Pengurus dan pemegangsaham belum memiliki NPWP).

2. Tidak melampirkan Rincian Daftar Biaya di SPT 1721 (bagi WP yangtidak wajib menyampaikan SPT PPh Badan)

3. Tidak melampirkan Photocopi IKTA dalam SPT 1721 (Jika ada tenagakerja asing).

4. NPWP Penanda tangan SPT (baik pengurus maupun kuasa) tidakdicantumkan (Penanda tangan SPT belum memiliki NPWP)

5. Daftar Harta dan Kewajiban tidak diisi / diisi Nihil (untuk SPT1770)

Page 46: MEMPUNYAI NPWP

6. Tidak melampirkan Photocopi IKTA/KITAS untuk SPT 1770-S [khususexpatriate]

7. Nama dan NPWP Kantor Akuntan Publik serta Akuntan (Partner) yangmenandatangani Audit Report tidak dicantumkan. (Jika laporan Keuangandiaudit)

8. Nama dan NPWP Konsultan Pajak tidak dicantuman (jika SPT dibuat olehkonsultan pajak)

9. Tidak melampirkan Surat Kuasa (jika SPT ditandatangai oleh kuasa)

Dokumen dan data-data tersebut merupakan lampiran yang harus dilampirkandalam SPT Tahunan tahun 2003 sebagaimana diatur dalam Kep 185/PJ./2003 tgl19 Juni 2003, SE-02/PJ.42/2003 tgl 14 Februari 2003. Selain Itu dalamS-979/PJ.313/2004 tgl 21 Oktober 2004 juga telah ditegaskan mengenaidefinisi Wajib Pajak yang tidak wajib menyampaikan SPT PPh Badan.

Selain hal-hal tersebut diatas juga terdapat beberapa dokumen lain yang“seharusnya” bukan merupakan kategori kelengkapan SPT Tahunan namunseringkali diminta oleh “Petugas di KPP” sebagai syarat agar SPT dapatditerima sebagai SPT Lengkap. Dokumen-dokumen lain yang diminta petugastersebut antara lain:

1. Surat Pernyataan tidak diaudit bagi WP yang laporan keuangannyatidak diaudit (untuk SPT 1771).

2. Surat Pernyataan yang menyatakan bahwa Pengurus dan Pemegang sahamberdomisili di Luar Negeri, sehingga tidak wajib memiliki NPWP bagi WP yangsebagian pengurus dan pemegang sahamnya WPLN. (SPT 1771)

3. Surat Pernyataan/ Surat Keterangan mengapa SPT Nihil (untuk SPTNihil)

4. Certificate of Income (untuk Expatriate tertentu)

Permintaan dokumen tambahan tersebut (point 1-4) menurut penulis “tidaksejalan” dengan apa yang telah dinyatakan dalam Formulir SPT Tahunan. Halini karena. Dalam SPT Tahunan telah terdapat Pernyataan sebagai berikut :“Dengan Menyadari sepenuhnya akan segala akibatnya, termasuk sanksi-sanksisesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, saya menyatakanbahwa apa yang telah saya beritahukan diatas beserta lampiran-lampirannya

Page 47: MEMPUNYAI NPWP

adalah benar, lengkap dan jelas”.

5. Rincian perhitungan PPh Ditanggung Pemerintah lengkap Setiap bulan(SPT 1721).

6. Daftar Karyawan yang penghasilannya dibawah PTKP (SPT 1721)

7. Photocopi Bukti Potong PPh 23 (SPT 1771)

8. Form 1721-C (Daftar Gaji Pengurus/pemegang Saham) HARUS diisi.

9. SSP Asli Lembar ke-3, meskipun SSP Asli lembar ke-3 tsb telahdilampirkan pada saat mengajukan permohonan perpanjangan SPT dan telahdilampirkan salinannya.

10. Lembar Identitas WP (Pemberitahuan pembetulan Nama dan atau Alamat WP),meskipun tidak ada perubahan Identitas WP.

11. SSP Nihil.

12. Semua lampiran khusus SPT 1771 (Lampiran khusus 2A, 3A, 4A, 5A, 6A, Danlampiran khusus 7A), meskipun diisi Nihil.

13. Nomor Rekening (Bank Account) Pribadi Expatriate (SPT 1770-S Expatriate)

14. Nomor Rekening Rep Office/BUT (SPT 1771 BUT/Rep Office).

Permintaan dokumen lain tersebut tidak seragam di setiap KPP, bahkan dalamsatu KPP bisa berbeda perlakuan antara satu petugas dengan petugas lainnya.Selain terdengar “aneh”, hal ini tentu juga membingungkan Wajib Pajak.

Penutup

Agar SPT tahunan tahun 2004 tidak ditolak oleh petugas di KPP, sebagai WajibPajak kita harus memahami dan melaksanakan dengan baik ketentuan perpajakanyang berlaku. Selain mengerti tentang bagaimana mengisi SPT tahunan sesuaidengan buku petunjuk yang telah disediakan, Wajib pajak juga harus memahamidokumen-dokumen yang harus dilampirkan dalam SPT Tahunan. Meskipun SPTtahunan telah diisi dengan lengkap dan benar serta telah dilampiri dengandokumen-dokumen yang harus dilampirkan, namun hal ini tidak menutupkemungkinan adanya “penolakan” oleh petugas di KPP pada saat SPT tahunandisampaikan. Dalam menyikapi “penolakan” tersebut, beberapa hal yang dapatdilakukan Wajib Pajak antara lain :

Page 48: MEMPUNYAI NPWP

1. Jika dokumen yang diminta tidak menyulitkan Wajib Pajak (missal :Surat pernyataan Lap keuangan tidak diaudit, surat pernyataan pengurus danpemegang saham berdomisili di Luar Negeri, lampiran khusus 2A – 7A, lembaridentitas WP, SSP Nihil dll), tentu akan lebih baik jika Wajib Pajakmelampirkan dokumen tersebut sejak awal.

2. Jika dokumen yang diminta merupakan dokumen yang tidak mungkindipenuhi oleh wajib pajak (mis. SSP Asli lembar ke-3 yang telah disampaikanke KPP pada saat mengajukan permohonan perpanjangan SPT Tahunan),komunikasikan dengan baik hal tersebut kepada petugas yang bersangkutan.Jika hal tersebut belum menyelesaikan masalah, komunikasikan hal ini denganAR perusahaan anda, atau dengan atasan petugas tersebut dengan menunjukkanbukti bahwa SSP asli lembar ke-3 telah diterima oleh KPP.

3. Jika dokumen yang diminta menyulitkan Wajib Pajak (mis. photocopibukti potong PPh 23 yang jumlahnya cukup banyak, Daftar karyawan yangpenghasilannya dibawah PTKP, detail perhitungan PPh Ditanggung Pemerintahdll), Apabila Wajib Pajak bersedia memenuhi permintaan ini, komunikasikanhal tersebut dengan petugas yang bersangkutan agar WP diberi waktu untukmemenuhi dokumen yang diminta. Namun apabila Wajib Pajak merasa keberatanuntuk memenuhi permintaan tersebut, sebagai wajib pajak kita berhak untukmengetahui dasar hukum atas permintaan dokumen lain tersebut. Tanyakan halini kepada petugas yang bersangkutan. Hal-hal semacam ini mungkin jugaterjadi karena adanya kebijakan intern KPP yang belum (tidak) diketahuiWajib Pajak.

4. Selain itu, sebaiknya kita menyampaikan SPT Tahunan sebelum hariterakhir sehingga apabila terdapat dokumen-dokumen lain yang diminta, masihmemiliki waktu untuk melengkapi dokumen tersebut dan SPT Tahunan tidakterlambat dilaporkan.

Daftar Pustaka1. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No. KEP-214/PJ./2001 tgl 15 Maret2001 Tentang Keterangan dan atau Dokumen Lain yang Harus Dilampirkan DalamSurat Pemberitahuan.

2. Keputusan Dirjen Pajak No KEP-185/PJ./2003 tgl 19 Juni 2003 tentangTentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21, Beserta PetunjukPegisiannya.

3. Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-141/PJ./2004 Tgl 10 September 2004Tentang Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan,

Page 49: MEMPUNYAI NPWP

Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, SuratPemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 Tahun 2004 Beserta PetunjukPegisiannya.

4. Surat Edaran Dirjen Pajak No. SE-02/PJ.42/2003, tgl 14 Februari2003 tentang Kewajiban Mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak Dalam SPTTahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan Bagi Pemegang Saham/PemilikModal, Pengurus Dan Komisaris

5. Surat Dirjen Pajak No. S-979/PJ.313/2004 tgl 21 Oktober 2004 tentangPemotong Pajak yang Tidak Wajib Memasukkan SPT Tahunan PPh Badan (1771).

posted by Triyani @ 2:58 AM 1 comments

Thursday, February 10, 2005

Pemerintah Tunjuk Kontraktor Migas Pungut PPN dan PPn BM

www.depkeu.go.id

Pemerintah Tunjuk Kontraktor Migas Pungut PPN dan PPn BM

Terhitung mulai 1 Pebruari 2005, Pemerintah menunjuk Kontraktoryang terikat dalam kontrak perjanjian kerjasama dengan Pemerintah RepublikIndonesia di bidang pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi (KontraktorMigas) untuk memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan AtasBarang Mewah (PPn BM). Kebijakan yang tertuang dalam Peraturan MenteriKeuangan (PMK) Nomor : 11/PMK.03/2005 dimaksudkan untuk memberikan kemudahanbagi Kontraktor Migas dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.Pemungutan PPN dan PPn BM dilakukan oleh Kontraktor Migas kepada Rekananatau Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada saat penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP). Besarnya PPN adalah 10% (sepuluh persen)dari Dasar Pengenaan Pajak, sementara untuk PPn BM sesuai denganUndang-undang Nomor 18 Tahun 2000.

Namun demikian, Kontraktor Migas tidak memungut PPN dan PPn BMapabila, antara lain : (i) pembayaran jumlahnya paling banyak Rp. 10 jutadan bukan pembayaran yang terpecah-pecah, (ii) pembayaran/penyerahan BKP/JKPyang memperoleh fasilitas tidak dipungut PPN atau dibebaskan dari pengenaanPPn BM, (iii) pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan bukanBBM oleh PT. PERTAMINA, (iv) pembayaran atas rekening telepon, dan (v)pembayaran atas jasa angkutan udara. Untuk PPN dan PPn BM terutang yangjumlahnya paling banyak Rp. 10 juta dipungut dan disetor oleh Rekanan yangbersangkutan sesuai ketentuan perpajakan yang berlaku. Rekanan juga

Page 50: MEMPUNYAI NPWP

diwajibkan untuk membuat Faktur Pajak Standar untuk setiap penyerahanBKP/JKP kepada Kontraktor.

Kontraktor wajib menyetorkan PPN dan PPN BM yang dipungut palinglambat pada hari ke - 15 (lima belas) bulan berikutnya setelah pemungutandan wajib melaporkannya kepada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yangbersangkutan paling lambat pada hari ke – 20 (dua puluh) bulan berikutnyasetelah pemungutan.

Sementara itu, atas penyerahan BKP/JKP oleh Rekanan kepadaKontraktor yang dilakukan hingga 31 Januari 2005, PPN dan PPn BM-nyadipungut oleh Rekanan. Namun, apabila telah dipungut oleh Kontraktor, makaKontraktor tersebut wajib melaporkan dan menyetorkannya paling lambattanggal 15 Pebruari 2005.