novia andini m-f1315067-tugas 6 dan 7.docx

46
TUGAS PENGAUDITAN II REKONSTRUKSI AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA DI SEKTOR PUBLIK Dosen : Dr. Payamta, M.Si, Ak, CA, CPA Oleh Novia Andini Murti F1315067 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Upload: novia

Post on 09-Jul-2016

240 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

TUGAS PENGAUDITAN II

REKONSTRUKSI AUDIT PENGADAAN BARANG DAN JASA

DI SEKTOR PUBLIK

Dosen : Dr. Payamta, M.Si, Ak, CA, CPA

Oleh

Novia Andini Murti F1315067

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2016

Page 2: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

TUGAS 6

Rancagan Program Audit

Proses Pengadaan Barang dan Jasa Di Satuan Kerja Unit Pemerintah Daeran Dinas

Kesehatan

A. Latar Belakang

Pengadaan barang/jasa pemerintah merupakan bagian dari kegiatan pengelolaan barang milik

negara/daerah sebagaimana telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 2012

(perubahan kedua atas Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010) yang merupakan dasar

pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah/negara. Dalam kaitanya dengan pengadaan

barang/jasa di lingkungan Entitas Pemerintahan SKPD Dinas Pendidikan Dasar telah

melakukan transaksi sesuai dengan prosedur dan undang-undang yang berlaku, anggaram

yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka pengadaan barang/jasa senilai Rp.

700.000.000.000. Namun menurut hasil pemeriksaan dinyatakan bahwa harga tersebut terlalu

mahal, sehingga setelah dilakukan analisis kerugian negara diperkirakan mencapai Rp.

150.000.000.000. berdasarkan peraturan perundang-uangdangan yang berlaku pengedaan

barang/jasa harus mempunyai prisip-prinsip tertentu.

Pasal 3 Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003, yaitu pengadaan barang dan jasa wajib

memenuhi prinsip-prinsip:

1. Efisiensi, berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan

dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu

sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

2. Efektif, berarti pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah

ditetapkan dan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran

yang telah ditetapkan.

3. Terbuka dan bersaing berartipengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia

barang/jasa yang memenuhi syarat/criteria tertentu berdasarkan ketentuan dan

prosedur yang jelas dan transparan

4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa

termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, penetapan calon

penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya

Page 3: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

5. Adil/tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon

penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberikan keuntungan kepada

pihak tertentu, dengan cara atau alasan apapun

6. Akuntabel berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi

kelancaran pelaksanaan tugas umumpemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai

dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

Maka dari itu pembahasan yang dilakukan dalam tugas ini adalan membuat rancangan dan

prosedur audit mengenai pengadaan barang dan jasa pada lingkungan SKPD Dinas

Kesehatan.

B. Ruang Lingkup

Kegiatan pengadaan barang/jasa mulai dari:

1. Perencanaan

2. Persiapan pengadaan

3. Prosedur pelaksanaan pengadaan sebelum kontrak ditandatangani

4. Kebenaran kuantitas dan kualitas, serta penggunaan produksi dalam negeri

5. Kewajaran harga

6. Jangka waktu pelaksanaan

7. Pemanfaatan

Page 4: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Langkah-Langkah Pelaksanaan Audit

A. Persiapan

1. Dapatkan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan pengadaan barang/jasa antara

lain:

a. Pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku bagi auditan (bila ada)

b. Struktur organisasi dan uraian tugas pengguna dan panitia pengadaan barang/jasa,

panitia penerima/pemeriksaan barang.

c. DIPA/DIPA Revisi/POK/RKAKL/Dokumen anggaran lainya

d. Dasar kebutuhan pengadaan barang/jasa (feasibilities study/permintaan dari yang

membutuhkan barang/jasa)

e. Standard kebutuhan barang satuan kerja

f. Dokumen perencanaan pengadaan barang/jasa

g. Pengumuman perencanaan pengadaan bang/jasa di website Bapenas

h. Rencana waktu/jadwal pengadaan barang/jasa

i. Dokumen pelaksanaan pengadaan barang/jasa

j. Laporan-laporan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa

k. Kontrak pengadaan barang/jasa

l. Berita acara penerimaan/pemeriksaan barang/jasa

m. Berita acara ujicoba/fungsi barang/jasa

n. Berita acara pelatihan/training penggunaan barang bagi operator (bila diperlukan)

o. Realisasi pembayaran dan dokumen pendukungnya (SPM dan SP2D)

2. Lakukan pengujian pendahuluan atas informasi/data yang diperoleh.

B. Pelaksanaan

1. Aspek Perencanaan Pengadaan Barang dan Jasa

a) Pedoman pegadaan barang/jasa pada Satua Kerja Unit (SKPD) Dinas

Kesehatan

Tujuannya adalah untuk menilai apakah pedoman pengadaan barang/jasa telah

sesui dengan ketentuan yang berlaku (tidak boleh bertentangan dengan keputusan

presiden no.80 tahun 2003 dan ketentuanlain yang harus dipedomani)

Langkah kerja

Page 5: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

1. Teliti dan telaah pedoman pengadaan barang atau jasa yang telah dikeluarkan

SKPD Pemerintah Daerah apakah bertentangan dengan Keppres No 80 tahun

2003 dan ketentuan lain yang harus dipedomani

2. Teliti dan telaah, pedoman pengadaan barang/jasa yang berlaku pada SKPD

Dinas Kesehatan apakah telah

Telah menerapkan prinsip efisien,efektivitas, terbuaka dan bersaing,

transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel

Telah mengutamakan kebijakan umum Dinas Kesehatan dalam pengadaan

barang/jasa

Penggunaan prduksi dalam negeri, dengan sasaran peluas kesempatan

lapangan kerja

Meningkatkan peran serta usaha kecil/koperasi kecil

Menyederhanakan ketentuan dan tatacara untuk mempercepat proses

keputusan pengadaan barang/jasa

Meningkatkan penerimaan negara dari sector perpajakan

Meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggungjawab dari

pengguna barang/jasa, panitia/pejabat pengadaan, dan penyedia

barang/jasa

Keharusan pelaksanaan pemilihan penyedia barang/jasa dilakukan di

dalam negeri

Menumbuh kembangkan peran serta usaha nasional

Dan keharusan melakukian pengumuman secara terbuka rencana

pengadaan barang/jasa pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada

masyarakat luas kecuali bersifat rahasia

b) Kebutuhan Pengadaan Brang/Jasa

Tujuan untuk meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilaksanakan telah

berdasarkan kebutuhan baik dari segi kuantitas, kualitas, dan jangka waktu.

Langkah Kerja:

1) Teliti ada tidaknya permintaan barang/jasa dari pemakai (user)

2) Bandingkan usulan pengadaan barang/jasa dengan rencana kerja

tahunan

3) Dapatkan studi kelayakan (feasibility study) atau hasil survey dan

design atau dokumen sejenis yang berkaitan dengan pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan

Page 6: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

4) Teliti study kelayakan tersebut untuk mengetahui tujuan pengadaanya,

kuantitas, kualitas dan waktu yang dibutuhkan’

5) Teliti dokumen pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan untuk

mengetahui kuantits, kualitas dan jangka waktu penyelesaiannya

6) Bandingkan informasi yang diperoleh dari study kelaakan tersebut

dengan informasi yang diperoleh dari dokumen pengadaan barang/jasa,

untuk engetahui apakah:

Pengadaan barang/jasa telah sesuai dengan kebutuhan

Kuantutas, kualitas, dan jangka waktu penyelesaian barang/jasa

telah sesuai dengan yang dibutuhkan.

c) Kebutuhan Pengadaan Barang/Jasa

Tujuan

1. Meyakinkan bahwa dana yang direncanakan/dianggarkan untuk pengadaan

barang/jasa telah termasuk biaya persiapan dan pelaksanaan pengadaan

barang/jasa yang sesuai dengan ketentuan.

2. Meyakinkan bahwa alokasi waktu yang dibutuhkan untuk persiapan

tahapan pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah memadai sesuai dengan

ketentuan yang berlaku

Langkah Kerja:

1) Teliti/telaah dan yakinkan bahwa unsure biaya dan nilai pengadaan

barang/jasa telah termasuk dalam DIPA minimal terdiri dari:

Biaya administrasi untuk mendukung pelaksanaan pengadaan

barang/jasa

Biaya nilai besaran pengadaan barang/jasa itu sendiri

2) Periksa DIPA dari masing-masik SKPD atas kontrak yang di audit, dan

cacat tanggal diterimanya DIPA, serta uji kesesuaian dengan jadwal

pelaksanaan pengadaan barang/jasa, termasuk pengaruhnya kepada saat

mulainya proses pengadaan barang/jasa

3) Telaan alokasi waktu (proses pelanggan) yang dibuat oleh pengguna

barang/jasa dan yakinkan bahwa alokasi tersebut telah sesuai dengan

ketentuan

4) Teliti dan telaan anggaran belanja tambahan (ABT) dan cacat tanggal

diterima serta persyaratannya untuk mengetahui jadwal pelaksanaan dan

Page 7: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

pengaruhnya pada penyelesaian pekerjaan dengan tenggang dan waktu yang

tersedia paka pengguna ABT tersebut masih realistis atau tidak.

2. Aspek ketaatan pelaksanaan prosedur pengadaan barang/jasa pada ketentuan perundang-

undangan yang berlaku

a) Pejabat Pembuat Komitmen dan Panitia Pengadaan Barang/jasa

Tujuan :

Menilai bahwa pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan barang/jasa adalah

orang yang tepat dan sesuai dengan pesyaratan dan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku

Langkah Kerja:

1) Teliti dan telaah serta pastikan bahwa personil yang terlibat dalam struktur

orgaisasi pengguna dan panitia pengadaan barang/jasa tidak terlibat

kepentingan:

Pejabat pembuat komitmen dan bendaharawan tidak boleh merangkap

sebagai panitia pengadaan barang/jasa

Pengawai Itjen Dinas Kesehatan, kecuali menjadi panitia untuk instansinya

Penitia pengadaan barang/jasa tidak boleh mempunyai hubungan keluarga

(sedarah dan semenda) dengan pejabat yang menetapkan panitia pengadaan

barang/jasa.

2) Yakinkan bahwa pejabat pembuat komitmen dan seluruh panitia pengadaan

barang/jasa memiliki Sertifikat Keahlian atau Surat mengikuti pendidikan

dan pelatihan pengadaan barang/jasa

3) Dapatkan fakta integritas dan yakinkan bahwa pejabat pembuat komitmen,

panitia pengadaan barang/jasa dan penyedia pengadaan barang/jasa telah

menandatangani integritas tersebut.

4) Pastikan bahwa pejabat pembuat komitmen dan panitia pengadaan

barang/jasa telah memenuhi etika pengadaan sebagaimana diatur dalam

ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5) Teliti apakah keputusan-keputusan yang diambil oleh panitia pengadaan

barang/jasa telah bebas dari pengaruh pejabat pembuat komitmen atau

pimpinan/pejabat yang lebih tinggi

6) Teliti mekanisme kerja panitia pengadaan barang/jasa.

b) Prosedur Pelaksanaan Pemilihan Barang/Jasa

Page 8: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Tujuan:

1) Meyakinkan bahwa pendokumentasian proses pengadaan barang/jasa telah

dilakukan dengan memadai

2) Meyakinkan bahwa prosedur pemilihan penyedia barang/jasa telah

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku

3) Meyakinkan bahwa penyedia barang/jasa yang akan itu ditunjuk adalah

yang memenuhi syarat menurut ketentuan yang berlaku

Langkah kerja

1. Yakinkan bahwa metode pemilihan penyedia barang/jasa yang dipilih telah

dilakukan dengan tepat

2. Dapatkan kelengkapan dokumen pengadaan barang/jasa

3. Teliti pengumuman pengadaan barang/jasa

4. Teliti dan pastikan bahwa dokumen prakualifikasi telah lengkap sesuai

dengan ketentuan

5. Yakinkan bahwa proses prakualifikasi penyedia barang/jasa telah sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan barang/jasa,

dan pastikan pelaksanaanya telah dilaksanakan secara terbuka, adil,

transparan, akuntabel

6. Yakinkan ketepatan metode evaluasi yang digunakan untuk pengadaan

barang/jasa yang dilaksanakan

7. Teliti dan pastikan bahwa dokumen pemilihan penyediaan barang/jasa telah

lengkap.

8. Teliti apakah syarat-syarat administrasi yang ditetapkan tidak membatasi

calon kontraktor untuk ikt berpartisipasi mengikuti lelang, khususnya untuk

calon dari peserta dari negara asing.

9. Teliti apakah spesifikasi barang tidak menunjuk kepada salah satu merk

tertentu dan dibuat sedemikiian rupa sehingga uraian spesifikasi dapat

menjamin akan diperoleh barang sesuai kualitas yang diinginkan

10. Lakukan konfirmasi dan yakinkan bahwa hanya ada satu dokumen

pengadaan atau yakinkan bahwa semua calon peserta lelang mengadakan

dokumen pengadaan barang/jasa yang sama

11. Yakinkan bahwa proses pemilihan penyedia barang/jasa telah sesuai

dengan ketentuan yang tercantum dalam dokumen pengadaan barang/jasa,

Page 9: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

pastikan pelaksanaanya telah dilakukan secara adil, terbuka, transparan dan

akuntabel

c) Kontrak pengadaan barang/jasa

Tujuan:

1) Meyakinkan bahwa isi kontrak pengadaan barag/jasa telah sesuai dengan

ketentuan

2) Memastikan uang muka yang diberikan kepada penyedia barang/jasa telah

sesuai dengan ketentuan

Langkah kerja:

Pelajari kontrak pengadaan barang/jasa yang bersangkutan dan bandingkan

dengan syarat umum dan syarat khusus kontrak yang disampaikan

sebelumnya dalam dokumen pemilihan penyedia barang/jasa, serta yakinkan

kesesuaianya.

1. Program Audit untuk Memeriksa Proses Pengadaan Barang dan Jasa

Audit pengadaan barang/jasa dalam sektor pemerintahan bertujuan untuk

meyakinkan bahwa pelaksanaan pengadaan barang/jasa telah dilakukan oleh pelaksana

pengadaan berdasarkan kejujuran, integritas, dan kebenaran untuk menaati prinsip

pengadaan sesuai dengan ketentuan yaitu efisien, efektif, terbuka dan bersaing,

transparan, adil/tidak diskriminatif, dan akuntabel. Sasaran probity audit adalah:

1. Meyakinkan bahwa pengadaan barang/jasa dilakukan secara benar sesuai dengan

kebutuhan yang benar, baik dari segi jumlah, kualitas, waktu, dan nilai pengadaan

yang menguntungkan negara.

2. Meyakinkan bahwa prosedur pengadaan barang/jasa yang digariskan dalam Pedoman

Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa telah diikuti dengan benar sesuai ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Meyakinkan bahwa kuantitas, kualitas dan harga barang/jasa yang diperoleh melalui

proses pengadaan telah sesuai dengan ketentuan dalam kontrak serta diserahterimakan

tepat waktu.

4. Meyakinkan bahwa barang yang diperoleh telah ditempatkan di lokasi yang tepat,

dipertanggungjawabkan dengan benar, dan dimanfaatkan sesuai tujuan penggunaanya.

5. Mencegah penyimpanan dalam kegiatan pengadaan barang/jasa.

Page 10: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

6. Mengidentifikasi kelemahan system pengendalian intern atas pengadaan barang/jasa

guna penyempurnaan system tersebut.

2. Proses Pelaksanaan Audit Pengadaan Barang dan Jasa

2.1 Petunjuk Perencanaan Pemeriksaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Perencanaan pemeriksaan terdiri atas 5 (lima) langkah yaitu:

1. Pemahaman Tujuan dan Harapan Penugasan,

2. Pemahaman Kegiatan Pengadaan Barang/Jasa Entitas

3. Penilaian Resiko (SPI)

4. Penetapan Kriteria Pemeriksaan, dan

5. Penyusunan Program Pemeriksaan dan Program Kerja Perorangan.

A. Dalam rangka pencapaian tujuan, penugasan atas pemeriksaan dengan tujuan tertentu

memiliki harapan-harapan dari pemberi tugas. Pemeriksa harus memperoleh harapan-

harapan penugasan secara tertulis dari pemberi tugas memalui suatu komunikasi yang

intensif. Hal ini untuk mrnghindari harapan-harapan yang tidak dapat dipenuhi oleh

pemeriksa. Harapan dari pemberi tugas tersebut harus didokumentasikan.

Dokumentasi atas harapan penugasan menjadi salah satu dasar dalam penyusunan

program pemeriksaan dan penentuan kebutuhan pemeriksa.

B. Pemahaman atas kegiatan barang/jasa pemerintah (entitas) pemahaman kegiatan

pengadaan barang/jasa pemerintah yang diperiksa dapat dilakukan dengan perolehan

data dan informasi dari laporan hasil pemeriksaan sebelumnya. Kertas kerja

pemeriksaan (KKP) sebelumnya, hasil komunikasi dengan pemeriksa mengenai:

1. Tujuan entitas/program/kegiatan

2. Aktivitas utama entitas/program/kegiatan

3. System akuntansi entitas

4. Prosedur pelaksanaan dan pengawasan aktivitas

5. Sumberdaya yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas, dan

6. Hasil pemeriksaan dan studi lain yang sebelumnya telah dilaksanakan berkaitan

dengan pengadaan barang/jasa pemerintah.

Pemeriksaan harus memperoleh informasi tindak lanjut yang telah dilakukan

berkaitan dengan temuan dan rekomendasi yang signifikan dari entitas yang diperiksa.

Informasi yang diperoleh digunakan untuk menentukan:

1. Periode pemeriksaan sebelumnya yang harus diperhitungkan

2. Lingkup pekerjaan yang diperlukan untuk memahami tindak lanjut temuan

signifikan, dan

Page 11: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

3. Pengaruh periode dan lingkup pekerjaan tersebut terhadap penilaian resiko dan

prosedur pemeriksaan dalam perencanaan pemeriksaan.

C. Penilain Resiko (SPI)

Penilaian resiko dan SPI untuk menentukan area-area yang berisiko tinggi yang akan

dijadikan fokus pemeriksaan. Langkah-langkah dalam penilaian resiko adalah sebagai

berikut:

a. Mengidentifikasi risiko yang dihadapi entitas serta dampak resiko terhadap

pencapain tujuan entitas.

b. Mempertimbangkan pengaruh peraturan perundang-undangan dan risiko

kecurangan yang mungkin terjadi

c. Memastikan apakah entitas telah memiliki system pengendalian yang memadai

untuk mengidentifikasi dan memitigasi risiko-risiko tersebut. Jika entitas

diketahui memiliki system pengendalian yang lemah maka pemeriksa dapat:

1. Menghentikan pengujian SPI dan membuat simpulan atas SPI atau

2. Melakukan pengujian substantive dengan memperluas ruang lingkup

pemeriksaan dan pengumpulan bukti

d. Menentukan fokus pemeriksaan yang memiliki potensi resiko tinggi untuk

dilakukan pemeriksaan lebih lanjut setelah mempertimbangkan point a,b,c

tersebut di atas yang berpengaruh terhadap pengadaan barang/jasa pemerintah.

Untuk menentukan area kunci, pemeriksa melakukan penilaian (pemahaman dan

pengujian) SPI terhadap potensi resiko dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa

pemerintah secara uji petik berdasarkan tingkat resiko.

Penilaian system pengendalin intern dilakukan berdasarkan pemahaman atas

system pengendalian intern yang dapat membantu pemeriksa untuk:

1. Mengidentifikasi unsure-unsur pengendalian (pencegahan, penanggulangan,

dan pemulihan);

2. Mengidentifikasi dampak penting;

3. Mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi resiko terjadinya

dampak penting;

4. Mendesain pengujian system pengendalian intern, dan;

5. Mendesain prosedur pengujian terinci.

Langkah-langkah penilaian SPI

a. Riview dokumen baik dokumen internal maupun dokumen eksternal untuk

memastikan bahwa SPI yang dirancang sudah memadai. Dokumen eksternal

Page 12: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

mencakup antara lainsurat atau memorandum yang diterima oleh entitas,

faktur (invoice) dari penyedia barang/jasa, leasing, kontrak, laporan

pemeriksaan internal dan eksternal, serta konfirmasi pihak ketiga. Dokumen

interna bersumber dari dalam organisasi entitas, mencakup antara lain catatan

akuntansi, fotokopi surat keluar, deskripsi tugas, rencana anggaran, laporan

dan memorandum internal, rangkuman kinerja dan prosedur kebijakan

internal.

b. Diskusi dengan pimpinan/menejemen entitas dan/komite audit entitas;

c. Diskusi dengan personil satuan kerja pengawas intern dan memaca laporan

pemeriksa intern;

d. Observasi fisik, yaitu mengamati dan mencatat berbagai situasi dalam proses

pengadaan barang/jasa pemerintah.

e. Pengujian pengendalian, yaitu melakukan pengujian terhadap pengendalian

dengan memastikan apakah pengendalian telah dilaksanakan sesuai dengan

prosedur yang telah ditentukan.

Langkah dalam penilaian resiko dan penilaian SPI dapat dilakukan melalui

pemeriksaan pendahuluan. Pemeriksaan penentuan materialitas dan penentuan

uji petik dengan mengacu pada juknis terkait. Berdasarkan langkah-langkah

dalam penilaian resiko dan SPI, pemeriksa mengetahui area-area berisiko yang

akan dijadikan sebagai fokus pemeriksaan.

D. Penetapan Kriteria Pemeriksaan

Penetapan kriteria dalam pemeriksaan pengadaan barang/jasa pemerintah diperlukan

sebagai alat komunikasi dalam tim pemeriksa mengenai sifat pemeriksaan dan alat

komunikasi dengan entitas yang diperiksa, juga sebagai penghubung antara tujuan

pemeriksaan dengan program pemeriksaan, dasar penyusunan prosedur pemeriksaan,

pengumpulan data dan temuan pemeriksaan.

Langkah penentuan kriteria pemeriksaan yang ada dalam pemeriksaan pengadaan

barang/jasa pemerintah diantaranya sebagai berikut:

a. Menentukan jenis dan sumber penentuan kriteria seperti dasar hukum yang

berlaku, tujuan pengadaan barang/jasa pemerintah yang dikerjakan, dll;

b. Menentukan teknik pengembangan kriteria.

E. Penyusunan Program Pemeriksaan (P2) dan Program Kerja Perorangan (PKP)

Berdasarkan persiapan pemeriksaan di atas, program pemeriksaan disusun untuk

mempermudan dan memperlancar pemeriksa dalam pelaksanaan tugas pemeriksaan,

Page 13: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

sedangkan PKP disusun untuk pembagian tugas anggota tim agar lebih fokus dan

alokasi tanggung jawab dalam rangka pelaksanaan tugas pemeriksaan jelas.

Program pemeriksaan mengungkapkan antara lain:

a. Dasar Hukum Pemeriksaan;

b. Standar Pemeriksaan;

c. Tujuan Pemeriksaan

d. Entitas yang dipeiksa

e. Lingkup pemeriksaan

f. Hasil pemahaman SPI

g. Sasaran pemeriksaan

h. Kriteria pemeriksaan

i. Alasan pemeriksaan

j. Metode pemeriksaan

k. Petunjuk pemeriksaan

l. Jangka waktu pemeriksaan

m. Susunan tim dan rincian biaya pemeriksaan

n. Kerangka laporan hasil pemeriksaan

o. Waktu dan distribusi penyampaian dan Distribusi Laporan Hasil Pemeriksaan

2.2 Tahapan Audit

Audit pengadaan barang/jasa pemerintah dilakukan melalui tahapan sebagai berikut:

A. Tahap Perencanaan/Penganggaran

1. Analisis yang tidak memadai atas kondisi pasar (supply market), kebutuhan

organisasi dan masalah yang penting dari stakeholders.

2. Tidak dibuat perencanaan yang baik sehingga tidak ada risiko yang diantisipasi.

3. Kebutuhan dirumuskan dengan cara yang salah sehingga menyebabkan adanya

barang/jasa yang rendah kualitasnya.

4. Persyaratan-persyaratan yang dibuat menguntungkan atau merugikan pemasok

(vendor/suppliers) tertentu.

5. Anggaran dibuat (sengaja) tinggi untuk menutupi “kickbacks”

B. Tahap Pemilihan Penyedia Barang/Jasa

1. Dapatkan Dokumen Kriteria dan Tata Cara Evaluasi

Page 14: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Lakukan wawancara dan yakinkan dengan bukti pendukung (Berita Acara) bahwa

Tata Cara Evaluasi tersebut telah dijelaskan kepada peserta lelang/penyedia

barang/jasa pada waktu penjelasan (Aanwijzing).

2. Yakinkan bahwa HPS merupakan salah satu acuan untuk menilai kewajaran harga

terhadap penawaran yang masuk. Oleh karena itu tidak dapat dijadikan dasar

untuk menggugurkan penawaran.

3. Yakinkan apakah penetapan calon pemenang telah mengacu/mereferensi

penggunaan produksi dalam negeri.

4. Lakukan wawancara, apakah terdapat calon Pemberi Jasa yang tidak memenuhi

syarat administrasi (gugur). Jika ya, dapatkan bukti pendukung berupa dokumen

penawarannya dan bandingkan dengan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam

dokumen pengadaan.

5. Yakinkan bahwa calon penyedia barang/jasa yang mendapat evaluasi teknis telah

dinyatakan lulus evaluasi administrasi. Untuk itu dapatkan daftar calon pemberi

barang/jasa dan bandingkan dengan daftar calon pemberi barang/jasa yang

mendapat evaluasi teknis.

6. Lakukan Uji Petik terhadap calon penyedia barang/jasa, dengan cara

membandingkan antara lulus/gugur dengan kriteria yang ditetapkan dalam

dokumen pengadaan.

7. Yakinkan, apakah evaluasi harga hanya untuk calon penyedia barang/jasa yang

telah dinyatakan lulus administrasi dan teknis. Bandingkan dengan daftar calon

pemberi barang/jasa yang lulus administrasi dan teknis.

8. Periksa, apakah Panitia/Pejabat Pengadaan membuat daftar urutan penawaran dari

harga penawaran terendah.

9. Apakah usulan calon pemenang benar, berdasarkan urutan harga penawaran

terendah?

10. Lakukan wawancara, apakah Panitia juga memberlakukan Sistem Nilai “Merit

Point System”.

11. Apakah Panitia/Pejabat Pengadaan barang/jasa telah mem-perhitungkan

keunggulan teknis setara dengan harga? Ingat kualitas/ mutu mempengaruhi

harga.

12. Yakinkan bahwa penawaran yang dinilai/evaluasi telah memenuhi syarat-syarat

pada pembukaan penawaran. Untuk itu bandingkan antara kelulusan dengan

Page 15: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

syarat-syarat kelulusan pada tahap pembukaan penawaran berupa ketentuan-

ketentuan dalam dokumen pengadaan.

13. Dapatkan tabel evaluasi dengan sistem nilai (Merit Point System). Yakinkan,

bahwa perhitungan/pemberian nilai (SKORS) benar, juga apakah Panitia/Pejabat

Pengadaan telah membuat urutan penawaran berdasarkan urutan penawaran yang

memiliki nilai tinggi?

14. Apabila menggunakan Nilai Ambang Batas Lulus (Passing Grade), periksa

apakah telah diatur dalam dokumen pengadaan?

15. Lakukan wawancara apakah Panitia menetapkan Sistem Penilaian Biaya Selama

Umur Ekonomis (Economic Life Cycle Cost/ ELCC). Yakinkan apakah ELCC

yang ditetapkan sudah benar untuk mengevaluasi pengadaan barang / peralatan

yang memperhitungkan faktor-faktor ; umur ekonomis, harga, biaya operasi dan

pemeliharaan, dalam jangka waktu tertentu.

16. Periksa, apakah evaluasi teknis dan harga dengan sistem Economic Life Cycle

Cost, hanya digunakan khusus untuk mengevaluasi pengadaan barang yang

kompleks dengan memperhitungkan perkiraan biaya operasi dan pemeliharaan,

serta nilai sisa selama umur ekonomis barang tersebut?

17. Periksa, apakah evaluasi teknis dan harga hanya atas penawaran yang telah

dinyatakan lulus persyaratan administrasi?

C. Tahap Pelaksanaan Kontrak

1. Dapatkan Surat Perintah Mulai Kerja (SPKM). Bandingkan antara tanggal

penandatanganan kontrak dengan tanggal di terbitkannya SPMK. Yakinkan :

a. “Ketentuan umum berlaku juga untuk jasa pemborongan”

Apakah tidak lebih dari 14 (empat belas) hari sejak tanggal penandatanganan

kontrak?

b. Apakah dalam SPMK dicantumkan saat paling lambat dimulainya pelaksanaan

pekerjaan. (Untuk kontrak sederhana, tanggal mulai kerja dapat ditetapkan

sama dengan tanggal penandatanganan kontrak atau tanggal dikeluarkan

SPMK).

2. Periksa “Penggunaan program mutu“

Apakah penyedia barang/jasa telah menyusun program mutu?

Apakah program mutu tersebut telah mendapat persetujuan dari pengguna

barang/jasa?

Apakah program mutu tersebut telah mencakup :

Page 16: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

a. Informasi pengadaan barang/jasa

b. Organisasi proyek, pengguna dan penyedia barang/jasa

c. Jadwal pelaksanaan

d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan

e. Prosedur instruksi kerja

f. Pelaksanaan kerja

3. Periksa, “Mobilisasi”

Apakah mobilisasi dilaksanakan paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak

diterbitkan SPMK. Bandingkan antara tanggal SPMK dengan laporan dilapangan.

Apakah mobilisasi untuk pekerjaan pemborongan :

a. Telah mendatangkan peralatan/alat berat yang dibutuh-kan.

b. Telah dipersiapkan fasilitas kantor, rumah, bengkel dan gudang.

c. Telah dipersiapkan mobilisasi SDM, apakah mobilisasi untuk pekerjaan

konsultansi ?

d. Telah dipersiapkan mobilisasi tenaga ahli.

e. Telah dipersiapkan peralatan pendukung Pengadaan barang/ jasa lainnya tidak

mobilisasi.

4. “Pemeriksaan bersama awal pekerjaan”

Lakukan wawancara, untuk Pemeriksaan Bersama atas awal pelaksanaan

pekerjaan, apakah pengguna barang/jasa membentuk Panitia atau menunjuk

Pejabat peneliti pelaksanaan kontrak?

5. “Uang muka”

Periksa, apakah penyedia barang/jasa (PYBS) mengajukan permohonan

pengambilan uang muka secara tertulis kepada pengguna barang/jasa (PGBS)?

6. Periksa, apakah PYBS telah menyerahkan jaminan uang muka? Bandingkan

antara permintaan pembayaran atas permohonan uang muka dengan tanggal

jaminan uang muka. Apakah paling lambat 7 (tujuh) hari setelah jaminan uang

muka diterima dari PYBS.

7. “Safety Bond”

Bandingkan antara Bank Penjamin jaminan uang muka dengan daftar Bank

Penjamin uang muka yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (Surat

Keputusan/Surat Edaran).

8. Periksa,

Page 17: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

a. Apakah pengembalian uang muka secara berangsur-angsung dan proporsional

pada setiap pembayaran atas prestasi pekerjaan?

b. Pada waktu pekerjaan (Progres Fisik) mencapai 100 %, apakah pengembalian

atas perhitungan angsuran jaminan uang muka sudah lunas?

9. “Pembayaran prestasi pekerjaan” Periksa, berkas tagihan yang diajukan oleh

PYBS. Dalami, apakah telah dilampiri laporan kemajuan hasil pekerjaan (Progres

Fisik)?

10. Periksa, apakah dalam waktu 7 (tujuh) hari PGBS sudah mengajukan SPP ke

Kantor Kas Negara/Bendahara Negara?

11. Bandingkan antara tahapan penagihan (periodik atau termin) dengan pasal-pasal

pembayaran dalam kontrak.

a. Apakah konsisten ?

b. Apakah tidak terjadi penyimpangan/pelanggaran

12. “Potongan Pembayaran” Periksa, apakah dalam proses pembayaran/transaksi,

terjadi potongan-potongan antara lain :

a. Angsuran uang muka

b. Jaminan pemeliharaan

c. Pajak

d. Denda (jika ada)

Bandingkan dengan pasal-pasal dalam Kontrak dan Dokumen Pengadaan

(RKS).

13. Periksa, “PYBS dengan sub kontraktor “

Apakah permintaan pembayaran dari PYBS dengan subkontraktor telah dilampiri

bukti pembayaran kepada seluruh subkontraktor ?

Apakah pembayaran kepada subkontraktor tersebut sudah sesuai dengan progres

fisik ? Untuk itu, bandingkan antara bukti pembayaran dengan progres fisik bagi

subkontraktor.

14. Periksa, “Kerja tambah“

15. “Denda dan ganti-rugi” Periksa,

a. Apakah besarnya denda keterlambatan 1/1000 (satu per seribu) dari harga

kontrak atau bagian kontrak ?

b. Apakah denda dihitung setiap hari keterlambatan (hari kalender) ?

16. Periksa,

Page 18: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

a. Apakah terjadi keterlambatan pembayaran sehingga PGBS dikenakan ganti

rugi ?

b. Apakah ganti rugi tersebut setara dengan bunga bank yang berlaku terhadap

nilai tagihan yang terlambat ?. Bunga bank yang berlaku ditetapkan BI atau

sesuai yang diatur dalam kontrak.

c. Bandingkan denda dan ganti rugi tersebut dengan pasal-pasal dalam dokumen

kontrak.

17. “Penyesuaian Harga“

18. Lakukan wawancara, “Force Majeur “

19. Periksa, “Penghentian dan Pemutusan Kontrak”

20. “PYBS cidera janji” Lakukan wawancara, apakah PYBS cidera janji

(wanprestasi)? Jika “Ya”, bandingkan dengan dokumen kontrak, apakah PYBS

telah di kenakan sanksi ?

21. Lakukan wawancara, “Pengendalian untuk jasa pemborongan“

22. Dapatkan dokumen/berkas kesepakatan/hasil rapat.

23. Periksa, apakah laporan harian telah disyahkan/legalisir oleh wakil PGBS ?

24. Periksa, apakah dibuat juga laporan mingguan dan disampaikan/ diterima secara

up to date pada PGBS?

25. “Foto-foto” Periksa,

a. Apakah juga telah dibuat foto dokumentasi atas pelaksanaan pekerjaan ?

b. Apakah yang membuat foto dokumen PGBS atau PYBS ?

26. Periksa, apakah terjadi kerja tambah ?

27. Periksa, apakah perpanjangan waktu pelaksanaan kontrak dituangkan didalam

Adendum Kontrak ?

28. Periksa, “Wajib men subkontrakkan“

29. Periksa, “Pembayaran prestasi“

30. “Masa pemeliharaan“

31. Periksa, “Sisa pembayaran selama masa pemeliharaan”

32. Lakukan wawancara, “Pengecualian Untuk Jasa Konsul-tansi”

33. Dapatkan bukti pendukung berupa Berita Acara (BA) atas kegiatan

Pemeriksaan/Inspeksi terhadap SDM dan Alat Berat/Peralatan kerja pada lokasi

pekerjaan. Apakah Berita Acara tersebut telah disyahkan oleh kedua belah pihak

(PYBS dan PGBS) ?

Page 19: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

34. “Mobilisasi SDM“ Lakukan uji petik, apakah mobilisasi SDM (personil yang

melaksanakan tugas/pekerjaan) sudah sesuai dengan yang tercantum dalam pasal-

pasal kontrak ?

35. Lakukan wawancara, apakah terjadi perubahan/penggantian SDM atas Alat Berat

(peralatan kerja) ? Jika “Ya”, periksa apakah telah mendapat persetujuan dari

PGBS ? dan apakah untuk penggantian SDM, PYBS telah melengkapi DOSIR

SDM (Pegawai) berupa riwayat hidup/pengalaman kerja ?

36. Periksa,

a. Apakah terjadi penggantian SDM (Personil) dari PYBS? Jika “Ya”, periksa

apakah disebabkan oleh aspek tidak mampu melaksanakan pekerjaan dan

berperilaku kurang baik.

b. Apakah penggantinya memiliki kualifikasi lebih tinggi ?

37. Periksa, “Pembayaran Uang Muka“

38. “Pengecualian untuk pengadaan barang“ Dalam hal pengadaan barang/material,

apakah Surat Pesanan (Purchase Order/PO) dikeluarkan paling lambat 14 hari

kerja sejak tanggal penetapan penyedia barang/jasa. Bandingkan tanggal Surat

Keputusan penetapan PYBS dengan tanggal pesanan tersebut (14 hari).

39. Periksa,

a. Apakah Purchase Order ditandatangani paling lambat 7 (tujuh) hari sejak

tanggal penerbitan Surat Pesanan ?

b. Apakah Purchase Order tersebut dibuat diatas kertas segel atau bermaterai

cukup ?

40. Periksa, apakah tanggal penandatangan Surat Pesanan (SP) oleh PYBS ditetapkan

sebagai tanggal awal perhitungan waktu penyerahan ?

41. Periksa, apakah terjadi penyerahan barang/material sebelum tanggal

penandatangan “Surat Pesanan”? Jika “Ya”, apakah sudah dijelaskan secara rinci

dalam Surat Pesanan?

42. Periksa, “Persiapan Pelaksanaan Kontrak”

a. Apakah penyedia barang telah membuat Surat Pesanan kepada “Pabrikan” ?

b. Apakah dalam Surat Pesanan tersebut telah mencakup penjelasan secara rinci?

43. “Harga satuan”

Periksa, apakah pengadaan barang tersebut dengan “Harga Satuan”? Jika “Ya”,

apakah telah ditetapkan :

a. Harga satuan.

Page 20: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

b. Jadwal pengiriman.

c. Quantitas barang material.

44. “Jasa inspeksi”

45. Periksa,

a. Apakah terjadi perubahan lingkup pekerjaan ? Jika “Ya”, apakah telah

disetujui PYBS ?

b. Apakah perubahan tersebut tidak melebihi 10 % dari niiai kontrak ?

46. “Perlindungan Intelektual”

47. “Pengiriman Barang / Material”

48. Apakah istilah/terminology, Penyerahan, Penelitian, Pemeriksaan sudah

mendapatkan penafsiran yang sama bagi PYBS dan PGBS ?

49. Periksa, apakah pengoperasian barang/material tersebut diperlukan keahlian

khusus? Jika “Ya”, apakah telah diatur/disepakati “Pelatihan” kepada PGBS atau

SDM yang ditunjuk?

50. Periksa, apakah hasil uji coba sesuai dengan spesifikasi kontrak ?

51. “Asuransi”

52. “Pengecualian untuk pengadaan jasa lainnya”

53. Bandingkan ulang antara SDM dan peralatan kerja/alat berat dengan daftar dalam

dokumen pengadaan/dokumen kontrak, apabila terjadi pergantian, apakah telah

mendapat persetujuan dari PGBS ? Periksa, tahapan pengusulan, penggantian

SDM dan alat berat/peralatan kerja tersebut. Apakah usulan tersebut telah

dilampiri riwayat hidup/pengalaman kerja dari SDM yang bersangkutan ?

54. Penggantian SDM dan alat berat/peralatan kerja atas permintaan PGBS. Jika

terjadi, periksa, apakah tidak lebih dari 15 (lima belas) hari ? Bandingkan tanggal

permintaan dari PGBS dengan tanggal pelaksanaan penggantian. Cek silang

dengan buku harian/laporan harian dilapangan. Periksa, apakah penggantinya

mempunyai kualifikasi dan keahlian yang lebih tinggi dari SDM yang diganti ?

D. Tahap Pemanfaatan

Tujuan dari prosedur ini adalah untuk meyakinkan pelaksanaan kontrak telah selesai

dengan kuantitas dan kualitas barang/jasa sesuai dengan kontrak dan meyakinkan bahwa

barang/jasa telah dimanfaatkan oleh pengguna.

Page 21: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

TUGAS 7

Indikasi Fraud Terhadap Pengadaan Barang/Jasa Di Sektor Publik

Dari tahun ke tahun, nampaknya kasus-kasus fraud atau biasa disebut dengan

kecurangan dalam bidang keuangan baik yang berasal dari Instansi Pemerintah

(contohnya Dinas Pemerintahan Kota ataupun Dinas Pemerintahan Provinsi) maupun

Instansi Swasta (contohnya Bank dan perusahaan-perusahaan swasta lainnya) selalu

menjadi bahan pembicaraan hangat di kalangan masyarakat luas. Namun, walau

berbagai jenis kasus fraud terungkap dan telah diproses oleh hukum, belum ada indikasi

bahwa tindak kecurangan itu akan segera terhenti. Justru seiring dengan berjalannya

waktu, semakin banyak tindak fraud yang terungkap dan bahkan pelakunya semakin

banyak dan kompleks. Entah karena sistem di negara kita yang mandul ataukah para

pelaku yang selalu selangkah lebih maju.

Ada berbagai macam fraud telah terjadi di lingkungan Instansi Pemerintah dan

berlangsung berlangsung terus-menerus seperti air yang mengalir tiada henti. Salah satu

jenis yang paling banyak menimbulkan atau dapat juga disebut salah satu sumber

kebocoran keuangan yang paling besar adalah fraud dalam bidang pengadaan

barang/jasa

Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan

publik. Setiap tahun, BPK maupun KPK, melaporkan adanya kasus pengadaan yang

mengandung unsur tindak pidana korupsi. Tetapi, tidak banyak yang masuk ke

persidangan pengadilan. Beberapa kasus pengadaan yang berhasil diselesaikan di

pengadilan justru mementahkan legenda bahwa markup “hanya” 30% (Prof. Dr.

Soemitro Djojohadikusumo)1.

Pengadaan barang/jasa memang masih menjadi faktor yang sangat rentan terhadap

korupsi. Meskipun Pemerintah melalui Kepres No. 80/2003 sudah berusaha mengatur

agar pelaksanaan proses ini dapat berjalan dengan lebih transparan dan akuntabel.

Namun di setiap daerah yang diteliti oleh Transparency International, secara umum

terdapat kesamaan pendapat bahwa proses pengadaan barang/jasa masih sangat rentan

terhadap tindak korupsi.

Sistem pengadaan publik Indonesia secara luas diyakini merupakan sumber utama

bagi kebocoran anggaran, yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan

Page 22: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin Indonesia.

Kegagalan tersebut memberikan indikasi bahwa terdapat kegagalan dalam sistem

akuntansi dan adanya konflik kepentingan dalam badan organisasi pemerintah. Oleh

sebab itu, diperlukan adanya penelitian mendalam mengenai kejadian tersebut dengan

cara mencari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, sehingga fraud atau

kecurangan yang biasa terjadi pada sektor pengadaan barang/jasa pemerintah dapat

ditekan.

Terdapat banyak kemungkinan variasi kecurangan akuntansi yang tidak pernah ada

habisnya, yang mana membutuhkan pemahaman secara mendalam sehingga kita dapat

mencari cara untuk menekan atau bahkan menghilangkan kemungkinan terjadinya

fraud. Wilopo (2006) menjelaskan dalam penelitian yang telah dilakukannya, bahwa

perilaku tidak etis dan kecenderungan akuntansi dapat diturunkan dengan

meningkatkan keefektifan pengendalian intern, ketaatan aturan akuntansi, moralitas

manajemen serta menghilangkan asimetri informasi.

A. Tujuan Sistem Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003, Indonesia mengemukakan bahwa terdapat

beberapa tujuan dalam sistem pengadaan barang/jasa pemerintah, yaitu :

1. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan

nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan

industry dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang/jasa produksi

dalam negeri pada perdagangan internasional.

2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok

masyarakat dalam pengadaan barang/jasa.

3. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan.

4. Menumbuhkembangkan peran serta usaha nasional.

B. Landasan Hukum Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah

Landasan hukum berbagai sistem pengadaan barang/jasa di Indonesia diatur melalui

beberapa produk hukum, yaitu : keputusan presiden/peraturan presiden (Kepres/perpres),

keputusan dan surat edaran menteri/pimpinan lembaga dan berbagai keputusan serta

instruksi lainnya. Ketentuan pokok pengadaan barang/jasa pemerintah yang saat ini

berlaku adalah Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah dengan beberapa perubahan ketentuan sebagaimana diatur dalam

Page 23: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Keppres No. 61 Tahun 2004, Perpres No.32 Tahun 2005, Perpres No. 70 tahun 2005,

Perpres No. 8 Tahun 2006, Perpres No. 79 Tahun 2006, Perpres No. 85 Tahun 2006,

Perpres No. 95 Tahun 2007, dan Perpres No. 54 Tahun 2010 yang merupakan perubahan

pertama, perubahan kedua, perubahan ketiga, perubahan keempat, perubahan kelima,

perubahan keenam, perubahan ketujuh dan perubahan kedelapan atas Keppres No. 80

Tahun 2003.

Fraud (kecurangan)

Pada dasarnya Fraud adalah merupakan serangkaian ketidakberesan

(irregularities) mengenai: perbuatan-perbuatan melawan hukum (illegal act), yang

dilakukan dengan sengaja untuk tujuan tertentu (misalnya menipu memberikan gambaran

yang keliru (mislead) terhadap pihak lain), yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam

ataupun dari luar organisasi, untuk mendapatkan keuntungan baik pribadi maupun

kelompok dan secara langsung atau tidak langsung merugikan pihak lain (Sinaga, 2008).

Untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, pengertian fraud lebih difokuskan

pada fraud yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi

pemerintah yang mengakibatkan terjadinya kerugian negara.

Berdasarkan rangkuman dari berbagai tulisan dan pendapat dari para praktisi

maupun akademisi, fraud yang terjadi dalam kegiatan pengadaan barang/jasa pemerintah

dapat dikelompokkan sebagai berikut :

1. Ketidaksesuaian antara barang/jasa yang diperjanjikan dalam kontrak dengan

kebutuhan instansi dan/atau masyarakat, baik dilihat dari jenis, kualitas maupun

kuantitas barang/jasa.

2. Ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah diselesaikan oleh

penyedia barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam

perjanjian/kontrak.

3. Ketidaksesuaian antara volume (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan oleh

penyedia barang dengan jumlah yang seharusnya sesuai perjanjian/kontrak.

4. Ketidakwajaran harga barang/jasa yang disepakati dalam kontrak/perjanjian. Misalnya

pengadaan peralatan komputer yang jauh di atas harga peralatan sejenis di pasaran

karena mengandung unsur penggelembungan harga (mark-up)

5. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang telah

ditetapkan dalam perjanjian/kontrak

Page 24: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Etika Pengadaan Barang/Jasa

Etika pengadaan berkaitan dengan kelaziman dalam praktek dunia usaha yang

dianggap akan menciptakan sistem persaingan usaha yang adil. Etika dalam pengadaan

barang/jasa akan mencegah penyalahgunaan wewenang atau kolusi untuk kepentingan

pribadi atau golongan yang secara langsung atau tidak langsung dapat merugikan negara.

Etika pengadaan barang/jasa yang baik perlu diciptakan untuk mencegah terjadinya

kolusi atau korupsi dalam pengadaan barang/jasa pemerintah. Salah satu bentuk etika

pengadaan barang-jasa antara lain : para pengguna, penyedia, dan pihak terkait tidak

menerima, menawarkan, serta menjanjikan pemberian hadiah atau imbalan berupa apa saja

kepada siapa pun yang terkait dengan pengadaan barang/jasa.

Dasar Hukum Pengadaan Barang/Jasa

1. Undang-Undang No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara;

2. Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;

3. Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal

Pemerintah;

4. Keputusan Presiden No. 42 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran dan

Belanja Negara, sebagaimana telah dirubah dengan Keputusan Presiden No. 72 Tahun

2004;

5. Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan

Barang/Jasa Pemerintah, sebagaimana telah dirubah terakhir dengan Peraturan

Presiden No. 95 Tahun 2007 (Perubahan ke 7);

6. Keputusan Menkes RI Nomor : 1575 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Inspektorat Jenderal Depkes.

7. Surat Edaran Menteri Koordinator EKKU dan WASBANG No.

SE-04/M.EKKU/1994 tanggal 15 Desember 1994 perihal tata cara permintaan

persetujuan pengadaan barang/jasa dari Menko EKKU dan WASBANG (Lampiran

huruf B no. 4)

8. Surat Edaran Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) No. S-

132/K/1995 tanggal 27 Februari

Pengadaan barang/jasa merupakan proses yang mudah atau dianggap rawan

terjadninya fraud dalam sebuah organisasi. Dalam proses pengadaan barang/jasa secara

Page 25: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

garis besar terdapat beberapa fraud yang mungkin dapat terjadi pada beberapa fungsi,

beberapa fraud tersebut diantaranya adalah :

1. Ketidaksesuain antara barang/jasa yang diperjanjikan dalam kontrak dengan

kebutuhan instansi dan/atau masyarakat, baik dilihat dari jenis, kualitas, maupun

kuantitas barang/jasa.

2. Ketidaksesuaian antara spesifikasi teknis barang/jasa yang telah diselesaikan oleh

penyedia barang/jasa dengan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan dalam perjanjian

kontrak.

3. Ketidaksesuaian antara volume (kuantitas) barang/jasa yang telah diselesaikan oleh

penyedia barang dengan jumlah yang seharusnya sesuai perjanjian/ kontrak.

4. Ketidakwajaran harga barang/jasa yang disepakati dalam kontrak/perjanjian. Misalnya

pengadaan peralatan komputer yang jauh diatas harga peralatan sejenis dipasaran

karena mengandung unsur penggelembungan harga (mark up).

5. Keterlambatan penyelesaian pekerjaan oleh rekanan dari jadwal waktu yang

ditetapkan dalam perjanjian/kontrak.

Fraud – fraud tersebut dapat terjadi karena adanya kelemahan pada kualitas panitia

pengadaan dan kualitas pada penyedia barang dan jasa. Kelemahan-kelemahan tersebut

menyebabkan munculnya peluang fraud seperti kickbacks dan bid rigging.

Panitia pengadaan merupakan salah satu subyek (pelaku) pengadaan barang/jasa

pemerintah dan aktivitas serta keputusan yang dilakukannya akan sangat menentukan

jalannya proses pengadaan. Segala aktivitas dan keputusan yang diambil oleh panitia

pengadaan merupakan hal yang sangat krusial karena berhadapan langsung dengan muatan

kepentingan dari berbagai subyek pengadaan barang/jasa lainnya. Untuk itu kemampuan

dan profesionalisme personil panitia pengadaan merupakan hal yang perlu diperhatikan.

Apabila dalam kepanitiaan terdapat salah seorang oknum yang biasa melakukan KKN,

maka akan mendorong tindak kecurangan/fraud pada aktivitas pengadaan barang/jasa.

Pada proses pembentukan panitia lelang, jika salah seorang/lebih pejabat yang

memiliki kewenangan untuk menunjuk calon panitia pengadaan menyalahgunakan

kewenangannya untuk memberikan keuntungan pada kelompok tertentu dengan cara

menjadikan salah seorang atau lebih ‗kroni‘nya untuk menempati jabatan sebagai panitia

pengadaan guna memperlancar usahanya mencapai tujuan yang diinginkannya.

Kualitas penyedia barang/jasa juga merupakan salah satu elemen penting dalam suatu

sistem pengadaan barang/jasa. Jika suatu pengadaan barang/jasa tidak diikuti dengan

Page 26: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

kualitas penyedia yang baik, maka akan terdapat banyak kesalahpahaman/

misunderstanding di antara panitia dan penyedia barang/jasa yang nantinya akan

menimbulkan merugikan kedua belah pihak.

Fraud kickbacks, terjadi ketika vendor melakukan pembayaran secara ilegal kepada

oknum dalam panitia pengadaan yang melakukan aktivitas pembelian. Pembayaran

tersebut dilakukan agar oknum panitia tersebut melakukan beberapa aktivitas:

1.) Memberikan kontrak pembelian hanya kepada vendor tertentu.

2.) Membuat tanda terima barang atas barang yang sebenarnya tidak diterima.

3.) Menyetujui pembayaran atas faktur ganda.

4.) Menyetujui penerimaan barang yang berkualitas lebih rendah daripada barang yang

dipesan.

5.) Memberikan syarat pembayaran (credit term) yang menguntungkan vendor.

6.) Membayar barang dengan harga lebih tinggi

7.) Membayar tagihan /utang lebih awal tanpa mendapatkan diskon pembelian.

8.) Membeli barang dengan jumlah yang lebih banyak dari yang dibutuhkan.

Fraud lain yang dapat muncul dalam proses pengadaan barang/jasa adalah bid rigging

yaitu pengaturan hasil tender secara ilegal oleh karyawan yang terkait dengan bagian

pembelian untuk memenangkan vendor tertentu. Beberapa aktivitas yang meliputi hal-hal

sebagai berikut:

1.) Terdapat vendor yang memenangkan kontrak tanpa melalui proses tender yang resmi.

2.) Terdapat kontrak yang dilakukan dengan penunjukan langsung, tanpa adanya dasar

alasan yang jelas.

3.) Memecah nilai kontrak (splinting contract) untuk menghindari financial limits,

sehingga vendor akan memenangkan tender.

4.) Menjamin salah satu vendor agar sering memenangkan tender.

5.) Mengatur agar vedor yang memasukan penawaran mendeketai tanggal pengumuman

secara konsisten memenangkan tender.

Proses pengaturan tender ini dilarang, hal ini dikarenakan dapat menimbulkan

persaingan yang tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan dilaksanakannya tender untuk

memberikan kesempatan yang sama pada seluruh partisipan. Sehingga diharapkan pada

akhirnya dengan penggunaan proses teder mampu didapatkan harga yang termurah dengan

Page 27: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

kualitas yang terbaik. Modus yang biasa dilakukan : hampir sama dengan modus yang

dilakukan pada kickbacks yaitu dengan menyalahgunakan kewenangan.

Maka, hasil kinerja dari panitia menjadi tidak maksimal karena terganggu obyektifitas

dan independensinya, serta pemerintah tidak memperoleh barang dan jasa seperti yang

diharapkan, baik dalam ukuran kualitas, kuantitas, harga dan ketepatan waktu.

Modus yang dilakukan :

Modus yang biasa dilakukan adalah biasanya pihak yang mempunyai wewenang atau

jabatan khusus akan memilih vendor tertentu sebagai pemenang tender yang sebenarnya

bukan merupakan penawar bagi sebuah entitas, dan mengalokasikan dana lebih dari yang

seharusnya diterima oleh perusahaan. Sebagai pertukaran atas kontrak tersebut, pejabat

yang berwenang akan memperoleh pembayaran kembali dari perusahaan pemenang tender

yang diperuntukan untuk kepentingan pribadi pihak yang berwenang. Dengan kata lain

kickbacks merupakan suap yang diberikan sebagai imbalan atas diberikannya kontrak

kepada pihak yang bersangkutan.

Pihak yang terlibat :

Pihak yang terlibat dalam terjadinya fraud ini adalah diantaranya :

1.) Panitian Pengadaan Barang/Jasa, dimana pihak ini memegang atau memiliki

wewenang penuh serta terlibat langsung dengan proses pengadaan barang/jasa.

2.) Vendor yang menjadi pemenang tender, dari beberapa fraud yang mungkin muncul,

vendor yang menjadi pemenang tender akan menjadi pihak yang menyediakan

barang/jasa sehingga mereka juga memungkinkan terlibat apabila terjadi fraud dalam

proses pengadaan barang/jasa.

Page 28: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

Lampiran LKPD

Page 29: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx
Page 30: Novia Andini M-F1315067-Tugas 6 dan 7.docx

per 31 Desember 2014, serta LRA, LAK dan CaLK untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Selain itu untuk memenuhi prinsip dapat diperbandingkan (comparability), sebagaimana disyaratkan dalam SAP, laporan keuangan TA 2014 disajikan secara perbandingan dengan laporan keuangan TA 2013.