novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto...

214
i NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN KARAKTER, DAN RELEVANSI SEBAGAI BAHAN AJAR DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh : Bayu Romadi K1211014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SEBALAS MARET SURAKARTA 2018

Upload: doanliem

Post on 09-Mar-2019

326 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

i

NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI PENDIDIKAN KARAKTER,

DAN RELEVANSI SEBAGAI BAHAN AJAR

DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

SKRIPSI

Oleh :

Bayu Romadi

K1211014

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN

UNIVERSITAS SEBALAS MARET

SURAKARTA

2018

Page 2: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Bayu Romadi

NIM : K1211014

Prodi : Pendidikan Bahasa Indonesia

Menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Novel Dua Ibu karya Arswendo

Atmowiloto Kajian Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan

Relevansinya sebagai Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas ini

benar-benar karya saya sendiri selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan telah dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila

dikemudian hari dibuktikan bahwa skripsi ini merupakan hasil jiplakkan, saya bersedia

menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2018

Yang membuat pernyataan

Bayu Romadi

Page 3: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

iii

NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO

KAJIAN ANTROPOLOGI SASTRA, NILAI KARAKTER, DAN

RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN DI

SEKOLAH MENENGAH ATAS

Oleh

Bayu Romadi

K1211014

Skripsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2018

Page 4: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

iv

Page 5: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

v

Page 6: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

vi

ABSTRAK

Bayu Romadi, K1211014 Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto Kajian

Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya sebagai Materi

Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Juni 2018.

Tujuan penelitian ini mendeskripsikan dan menjelaskan: (1) kompleksitas ide, (2)

kompleksitas aktivitas tokoh, (3) kompleksitas hasil budaya, (4) nilai-nilai pendidikan

karakter, dan (5) relevansi novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dengan materi

pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif

dengan pendekatan antropologi sastra. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan analisis

dokumen dan wawancara. Validitas data menggunakan triangulasi metode. Teknik

analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian

ini bahwa: (1) kompleksitas ide novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto

membicarakan tentang ide hakikat hidup, kedudukan manusia dalam ruang dan waktu,

pandangan manusia terhadap alam semesta, dan hakikat hubungan antara manusia dengan

sesamanya; (2) kompleksitas aktivitas tokoh novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto

meliputi aktivitas yang berhubungan dengan kekerabatan, ekonomi kesenian dan rekreasi,

sistem religi dan ritual kepercayaan, dan pendidikan; (3) kompleksitas hasil budaya novel

Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto berbentuk bahasa, sistem pengetahuan, organisasi

sosial, teknologi, dan alat produksi atau mata pencaharian; (4) nilai pendidikan karakter

yang ditemukan dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto meliputi nilai

religius, jujur, disiplin, kerja keras, demokratis, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab; dan (5) novel Dua

Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat dijadikan sebagai materi pembelajaran sastra di

SMA. Yaitu dapat dijadikan materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI

semester genap dengan standar kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD), yaitu menganalisis unsur-

unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Kemudian dengan standar

kompetensi (SK) memahami buku biografi, novel dan hikayat dengan kompetensi dasar

(KD) yaitu membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan

dengan hikayat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia novel Dua Ibu juga dapat

dijadikan materi pada kelas XII Sekolah Menengah Atas (SMA) semester ganjil dengan

standar kompetensi (SK) memahami pembacaan novel dengan kompetensi dasar (KD),

yaitu menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan

penghayatan..

Kata kunci: novel, antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, materi pembelajaran

ABSTRACT

Page 7: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

vii

Bayu Romadi, K1211014 Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto Anthropology

Literature Review, Character Education Values, and Relevance as Literature

Teaching Material at Thesis High School Thesis, Teacher Training and Education

Faculty Sebelas Maret University Surakarta June 2018.

The objectives of this study are to describe and explain: (1) the complexity of

ideas, (2) the complexity of character activities, (3) the complexity of cultural outcomes,

(4) the values of character education, and (5) the relevance of novels Dua Ibu by

Arswendo Atmowiloto with learning materials literature in high school. This research is

a qualitative descriptive research with literary anthropology approach. The sampling

technique is done by using purposive sampling. Data collection techniques used

document analysis and interviews. Data validity using method triangulation. Data

analysis techniques in this study using interactive analysis techniques. The results of this

study are: (1) the complexity of the novel idea Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto talks

about the idea of the essence of life, the position of man in space and time, the human

view of the universe, and the nature of the relationship between man and his neighbor;

(2) the complexity of the activity of the novel character of Dua Ibu by Arswendo

Atmowiloto includes activities related to kinship, arts and recreation economics, religious

systems and rituals of trust, and education; (3) the complexity of the novel culture of Dua

Ibu by Arswendo Atmowiloto in the form of language, knowledge system, social

organization, technology, and production or livelihood tools; (4) the value of character

education found in the novel Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto includes religious values,

honesty, discipline, hard work, democratic, spirit of nationalism, love of the homeland,

respect for achievement, peace of mind, social care and responsibility; and (5) the novel

Dua Ibu by Arswendo Atmowiloto can be used as a literary learning material in high

school. It can be used as an Indonesian language learning material in class XI semester

even with the standard of competence (SK) comprehend various saga, novel Indonesia /

novel translation with basic competence (KD), that is analyzing intrinsic elements and

extrinsic novel Indonesia / translation. Then with the standard of competence (SK)

understand biography books, novels and saga with basic competence (KD) that is

comparing intrinsic elements and extrinsic novel Indonesia / translation with saga. In the

learning of Indonesian novel Dua Ibu can also be used as material in class XII High

School semester (SMA) semester with the standard of competence (SK) to understand the

reading of novel with basic competence (KD), which is responding to reading novel

fragment from vocal, intonation and appreciation ..

Keywords: novel, literary anthropology, character education value, learning materials

Page 8: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

viii

MOTTO

On every morning

Gazelle wakes up, it know it’s must out run the fastest lion or it will be kill

every morning

Lion wake up, it know it’s must runner then slowest gazelle, or it well starve

It doesn’t matter whether her you’re the lion or a gazelle

When sun come up you’d better be running

- Christopher McDougall

Bersabarlah dan kuatkanlah kesabaranmu

-Al’ Imran Ayat 200

Kesalahan, dan kegagalan bukanlah akhir

Akhir dari segalanya adalah ketika kau berhenti melakukan

- Penulis

Page 9: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

ix

PERSEMBAHAN

Untuk Bapak dan Ibu,

Ananda persembahkan karya ini

Page 10: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur milik Allah Swt. Selawat serta salam semoga tercurahkan

kepada Nabi Muhammad Saw yang menjauhkan kita dari jalan kegelapan. Skripsi ini,

penulis susun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kepentingan pembacanya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari berbagai hambatan dan rintangan.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Joko Nurkamto, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Merat, yang telah memberikan ijin penilitian

sehingga skripsi ini dapat selesai;

2. Dr. Budhi Setiawan, M.Pd. Kepala Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang selalu

mempermudah dalam pengerjaan skripsi sehingga dapat terselesaikan;

3. Drs. Edy Suryanto, M. Pd selaku Pembimbing Akademik, yang tanpa henti memacu

saya untuk tidak berhenti;

4. Prof. Dr. Suyitno, M.Pd. dan Drs. Edy Suryanto, M.Pd. selaku pembimbing I dan

Pembimbing II yang telah bersedia membimbing dengan penuh kesabaran dalam

menyelesaikan skripsi ini;

5. Bapak Arswendo Atmowiloto selaku penulis novel Dua Ibu;

6. Bapak dan Ibu dosen Prodi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret beserta staf tata usaha, perpustakaan, dan

kantin Universitas Sebelas Maret;

7. Ayahanda, Ibunda, dan adikku Anggun Nur W. terima kasih;

8. Teman-teman Prodi Bahasa Indonesia angkatan 2011- 2017 Program Studi Bahasa

Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, terima

kasih atas doa, masukan, dan bantuannya;

9. Teman-teman Kelompok Peron Surakarta Mahasiswa Pekerja Teater, tempat berbagi

duka dan derita bersama; dan

Page 11: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xi

10. Guru SMA N 2 Sragen, yang tanpa henti memberikan semangat untuk menyelesaikan

skripsi ini.

Karya ini masih jauh dari kesempurnaan, masukan dan kritik dari semua pihak

dibutuhkan untuk menjadikan karya ini lebih baik dan lebih baik lagi ke depan. Semoga

semua bantuan, dukungan, kebaikan, dan doa yang diberikan kalian berikan kepada

penulis terjawab oleh Gusti Allah. Selamat Membaca.

Surakarta, Juli 2018

Page 12: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xii

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ........................................................................................................... i

PERNYATAAN ............................................................................................. ii

PENGAJUAN .................................................................................................. iii

PERSETUJUAN .............................................................................................. iv

PENGESAHAN ............................................................................................... v

ABSTRAK....................................................................................................... vi

MOTTO ........................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ ix

KATA PENGANTAR...................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ....................................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir ........................................................ 8

1. Hakikat Novel ....................................................................................... 8

2. Hakikat Kajian Antropologi Sastra ......................................................... 16

3. Fragmen Budaya Jawa ............................................................................ 20

4. Hakikat Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ............................................... 22

5. Hakikat Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas ............. 29

Page 13: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xiii

B. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 37

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 38

B. Bentuk dan Pendekatan Penelitian ............................................................... 39

C. Sumber Data ................................................................................................ 39

D. Teknik Sempling ......................................................................................... 40

E. Tehnik Pengempulan Data ........................................................................... 41

F. Teknik Validitas Data .................................................................................. 42

G. Teknik Analisis Data ................................................................................... 43

H. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data ............................................................................................. 46

B. Hasil Penelitian............................................................................................ 48

1. Struktur Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto ............................ 49

2. Kompleksitas Ide dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto ..... 82

3. Kompeksitas Aktivitas pada Novel Dua Ibu ............................................ 97

4. Kompleksitas Hasil Budaya .................................................................... 111

5. Nilai Pendidikan Karakter Novel Dua Ibu ............................................... 121

6. Relevansi Novel Dua Ibu sebagai Materi Pembelajaran Sastra di SMA ... 134

C. Pembahasaan ............................................................................................... 136

BAB V SIMPULAN. IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan ..................................................................................................... 179

B. Implikasi ..................................................................................................... 182

C. Saran ........................................................................................................... 187

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 14: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Karangka Berpikir ........................................................................... 38

2. Model Analisis Interaktif ............................................................................ 44

3. Novel Dua Ibu ............................................................................................ 193

4. Arswendo Atmowiloto ............................................................................... 190

Page 15: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Nilai dan Diskripsi Nilai Pendidikan Karakter ............................................ 26

2. Materi Pengajaran Sastra Sekolah Menengah Atas..................................... 34

3. Rincian Waktu Penelitian .......................................................................... 39

Page 16: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sinopsis Novel .......................................................................................... 194

2. Biografi Pengarang ..................................................................................... 196

3. Hasil Wawancara dengan Pengarang .......................................................... 199

4. Hasil Wawancara dengan Guru SMA ......................................................... 202

5. Hasil Wawancara dengan Murid SMA........................................................ 204

6. Izin Menyusun Skripsi ................................................................................ 205

7. Surat Izin Observasi ................................................................................... 206

8. Surat Izin Penelitian ................................................................................... 207

9. Silabus SMA .............................................................................................. 208

Page 17: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan ciptaan kreatif imajinatif manusia yang bertolak

dari kehidupan nyata serta memiliki ekspresi estetik. Sebuah karya sastra

mencerminkan berbagai masalah kehidupan dalam berinteraksi dengan

lingkungan, masyarakat, dan Tuhannya. Walupun bentuk karya sastra

bersifat imajinatif, bukan berarti karya sastra dianggap sebagai hasil

khayalan saja, melainkan penghayatan dan perenungan yang dilakukan

dengan penuh kesadaran. Melalui karya sastra, seorang sastrawan berusaha

berkomunikasi dengan pembaca khususnya terkait dengan pemikiran, cerita

kehidupan, serta budaya yang ada dalam suatu masyarakat. Dalam proses

kreatif penciptaan karya sastra tidak terlepas dari kondisi sosial historis

masyarakat yang melahirkan karya sastra tersebut.

Sastra diciptakan bukan hanya sebagai bentuk konsumsi yang bisa

dinikmati dan dipahami. Karya sastra yang lahir melalui perenungan

pengarang memiliki nilai dan pesan tersendiri. Nilai dari suatu karya sastra

akan tetap hidup dalam karya sastra tersebut dan akan selalu berkembang

dalam interpretasi pembaca. Pada hakikatnya sastra dan kebudayaan

memiliki objek yang sama yaitu manusia dalam masyarakat, manusia

sebagai fakta sosial, manusia sebagai mahkluk kultural (Ratna, 2005:14).

Karya sastra bukanlah hal yang asing sebab pada setiap zaman yang

mengenal tulisan dapat ditemukan karya sastra. Sastra sebagai karya seni

merupakan bagian dari budaya. Sastra merupakan suatu wujud dan hasil dari

kebudayaan. Sastra terjadi dalam konteks sosial sebagai bagian dari

kebudayaan yang menyiratkan masalah tradisi, konvensi, norma, genre,

simbol, dan mitos. Hal itu terjadi karena sastrawan dipengaruhi dan

memengaruhi masyarakat (Wellek dan Austin, 1990:120). Kesenian itu pula

merupakan bentuk budaya. Pembaca karya sastra dapat menjadikan karya

sastra sebagai solusi yang dapat membantunya dalam kehidupan sehari-hari

dalam kehidupan di lingkungan masyarakat.

Page 18: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

2

Kedudukan bahasa dalam sebuah karya sastra menempati kedudukan

yang vital, karena karya sastra menggunkan media bahasa sebagai sarana

penyampaian gagasan atau ide karena pada hakikatnya, bahasa merupakan

alat ciptaan sosial (Damono, 1984:1). Adanya hubungan karya sastra

dengan realitas yang terjadi dalam kehidupan pengarang, menjadikan fungsi

karya sastra sebagai alat dokumentasi sosial masyarakat yang terjadi pada

zamanya. Sastra memang sering mencerminkan kenyataan, sering juga

dituntut mencerminkan kenyataan (Luxemburg, Ball, dan Weststeijn,

1984:15). Berkaitkan dengan fungsinya sebagai aktivitas literal dan

aktivitas kultural, memahami karya sastra dapat dilakukan menggunakan

proses pendekatan metode antropologi sastra, sosiologi sastra, maupun

psikologi sastra untuk membedah nilai-nilai yang terkandung di dalam

karya sastra tersebut.

Antropologi sastra menekankan pada analisis karya sastra berdasarkan

aspek-aspek kebudayaan yang terkandung dalam karya sastra itu sendiri.

Endraswara (2013: 19) menjelaskan bahwa penilitian antropologi sastra

adalah telaah struktur sastra (novel, cerpen, puisi, naskah drama, cerita

rakyat) lalu menghubungkannya dengan konsep atau konteks situasi sosial

budayanya. Oleh karena itu, penelitian yang menggunakan pendekatan

budaya terhadap karya sastra merupakan bentuk pemahaman dan penafsiran

karya sastra yang dapat dilakukan dari sudut pandang kebudayaan daerah.

Hal ini merupakan ikatan timbal-balik antara karya sastra dengan

masyarakat (manusia) sebagai sumber dari suatu kebudayaan. Novel baik

dari segi cerita tragedy, realism ataupun romantisme merupakan bentuk

persoalan struktur sosial masyarakat yang membangunnya. Realitas yang

beragam dalam suatu novel dapat dijadikan pencerahan bagi manusia dan

menjadi solusi atas permasalahan manusia yang lain. Cerita tersebut

menyuguhkan persoalan hidup adat istiadat, ritual dan kelas-kelas atau kasta

sosial yang berada dalam unsur intrinsik maupun ekstrinsik. Dengan

demikian, pengarang dan isi cerita yang dituturkan merupakan sebuah fakta

masyarakat.

Page 19: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

3

Usaha penelitian nilai-nilai luhur yang terdapat pada karya sastra

agaknya tidak berlebihan jika dijadikan sebagai sumber pembelajaran dalam

kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan karakter mulai

menipis dalam diri masyarakat. Keragaman dan kekayaan suku bangsa,

agama, dan juga ras, menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat

yang multikultur dan memiliki berbagai macam karakter yang berbeda-

beda. Keberbedaan karakter tersebut tidak serta merta menjadikan

masyarakat menjadi satu kepaduan yang hidup berdampingan dengan

damai, akan tetapi dapat diketemukan kenyataan yang sering kali berbeda.

Di sinilah salah satu peran karya sastra khususnya novel yang di dalamnya

tidak hanya memiliki fungsi menghibur, akan tetapi memilik fungsi edukatif

pula. Sumardjo (1982:39), pernah menyatakan tentang adanya kebangkitan

kembali kebudayaan Jawa dalam kesusastraan Indonesia. Maksudnya,

karya sastra dapat dipandang sebagai sumber informasi tentang manifestasi

untuk menanamkan pendidikan budaya Jawa pada generasi sekarang.

Pembelajaran sastra tentu dapat dilakukan bukan tanpa tujuan,

menentukan pembelajaran sastra bukan tanpa konsep dalam sastra itu

sendiri agar tidak menimbulkan persepsi yang menilai suatu karya sastra

dari sudut pandang baik atau buruknya saja. Cerita yang disuguhkan

penyair dalam karya sastra tidak akan bisa terlepas dari nilai-nilai edukatif,

terkhusus nilai pendidikan karakter, karena tokoh-tokoh khayalan dalam

karya sastra khusunya novel tersebut memiliki karakter masing-masing

dalam setiap penokohannya. Kejadian-kejadian, masalah yang pelik dalam

novel juga bisa menjadi penggambaran nyata nilai pendidikan karakter dan

bisa menjadi perenungan bagi pembaca.Semi (1993:194) menjelaskan

bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah mengasah rasa peka penikmat

karya sastra sehingga terdorong untuk menghayati serta belajar tentang

kehidupan yang ada dalam karya sastra tersebut. Yang lebih penting lagi,

jika interdisiplin sastra dapat diwujudkan maka akan mendorong manusia

memahami persoalan hidup manusia secara utuh.

Page 20: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

4

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu gambaran

bagaimana khazanah kebudayaan Jawa mempunyai peran besar serta, dapat

dijadikan sebagai pedoman pembelajaran pendidikan karakter di sekolah-

sekolah. Keberagaman kebudayaan bangsa khususnya suku Jawa telah

banyak dikesampingkan, seperti wujud kebudayaan yang telah lahir,

berkembang, dan pernah hidup, sangat disayangkan bila nilai-nilai tersebut

musnah tergerus arus zaman.

Keragaman dan kekayaan budaya khususnya budaya bangsa dengan

beragam suku perlu untuk selalu dilestarikan, salah satu bentuk pengenalan

terhadap generasi muda adalah dengan karya sastra. Karya seni dengan

menggunakan media bahasa, sastra diharapkan mampu memberikan

diskripsi lebih terhadap budaya-budaya yang mulai dilupakan oleh

masayrakat sekarang ini. Dalam novel Dua Ibu terdapat budaya prihatin

masayarakat Jawa dalam menjalani kehidupan akan suatu hajat yang baik

ke depanya, serta nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa dipelajari melalui

para tokoh-tokohnya. Novel ini digambarkan oleh sastrawan dengan sangat

menyentuh. Berbagai konflik yang disajikan dengan balutan budaya Jawa,

dan cerita hidup keluarga sederhana yang kompleks menjadikan cerita

dalam novel ini pantas untuk dikaji secara antropologi sastra.

Gaya penceritaan sastrawan menunjukan bagaimana sisi lain

kehidupan seorang ibu beserta anak-anaknya yang menghadapi

permasalahan hidup dengan tradisi jawa yang masih kental, serta syarat

akan nilai edukatif berupa nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam

novel menjadi daya tarik tersendiri pada novel ini. Terciptanya karya sastra

yang serat akan nilai budaya maka akan memantik para akademisi dalam

bidang bahasa dan sastra untuk melakukan penelitian (research) pula,

sehingga lebih banyak lagi fakta-fakta budaya yang dapat diketahui dan

tauladani dalam sebuah karya sastra.

Page 21: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

5

Paradigma demikian akan membuat masyarakat paham bahwa sastra

khususnya novel dapat dijadikan sebagai jendela pengetahuan pembaca pula

terhadap keragaman dan kekayaan budaya, serta banyaknya nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam setiap kejadian-kejadian yang

digambarkan secara khayali oleh pengarangnya. Aspek-aspek antropologi

sastra dan nilai-nilai kebudayaan, serta pendidikan karakter dalam novel

Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat dijadikan sebagai materi ajar

dalam pembelajaran sastra di SMA, yang diaplikasikan dalam silabus mata

pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA.

Sastra bukan hanya sebagai pewaris budaya semata sebab di dalamnya

juga terkandung nilai-nilai pendidikan. Ragam pendidikan yang terkandung

dalam katya sastra lembut menyentuh nurani pembacanya, serta tidak

terdapat unsur memaksakan. Berangkat dari penjelasan yang dikemukakan

di atas maka penulis berupaya melakukan penelitian yang berjudul “ Novel

Dua Ibu Karya Aswendo Atmiwiloto Kajian Antropologi Sastra, Nilai

Pendidikan Karakter dan Relevansinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah

Menengah Atas”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana unsur intrinsik dalam novel Dua Ibu karya Arswendo

Atmowiloto ?

2. Bagaimana wujud budaya (kompleksitas ide, kompleksitas aktivitas,

kompleksitas hasil budaya) dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo

Atmowiloto ?

3. Bagaimana nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Dua Ibu

karya Arswendo Atmowiloto ?

4. Apakah novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto relevan dengan

pembelajaran sastra di SMA ?

Page 22: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

6

C. Tujuan Penalitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini

adalah mendeskripsikan:

1. Unsur intrinsik novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto.

2. Wujud budaya (kompelksitas ide, kompleksitas aktivitas, kompleksitas

hasil budaya dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto.

3. Nilai-nilai pendidikan karakter dalam novel Dua Ibu Karya Arswendo

Atmowiloto.

4. Relevansi novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto sebagai materi

pembelajaran sastra di SMA.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik

secara praktis maupun teoretis.

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya

khazanah ilmu pengetahuan dan memperkaya pemahaman terhadap

karya sastra khususnya novel dan juga penelitian sastra serta dapat

bermanfaat bagi perkembangan karya sastra Indonesia..

2. Manfaat Paraktis

a. Bagi Siswa

Menemukan nilai pendidikan karakter yang positif, dalam

suatu karya sastra serta meningkatkan daya apresiasi terhadap novel,

juga sebagai materi pembelajaran siswa, yakni pada kompetansi

dasar (KD) apresiasi karya sastra novel.

b. Bagi Guru

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru Bahasa Indonesia

sebagai pengembangan materi ajar dalam apresiasi karya sastra.

c. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

perbandingan dan bahan rujukan bagi peniliti lain yang akan

melakukan penelitian sastra dengan permasalahan yang sejenis.

Page 23: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka dan Kerangka Berpikir

1. Hakikat Novel

a. Pengertian Novel

Kata Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang berarti sebuah kisah

atau sepotong berita, kemudian diartikan sebagai cerita pendek berbentuk

prosa. Selain novel ada juga karya fiksi lainya seperti roman dan cerita

pendek. Novel secara etimologis berasal dari bahasa latin “novellus” yang

berarti baru. Dikatakan baru, dibandingkan dengan cerpen, puisi, dan

naskah drama, novel muncul setelahnya. Contohnya adalah novel Famela

yang pertama kali lahir di Inggris pada tangun 1740 (dalam Tarigan

1984:164). Pada awalanya cerita Famela berdasarkan dari sebuah catatan

harian pembantu rumah tangga, kemudian diubah menjadi sebuah cerita

fiksi seperti sekarang.

Hawthorn (1987:4) dalam buku online berjudul “Studying The Novel”

mengemukakan: The Novel is fictitious- fiction, as we often refer to it. It

depicts imaginary charactres and situations. Hawthorn mengungkapkan

novel adalah karya fiktif-fiksi, seperti yang sudah kita ketahui. Novel

menggambarkan imajinasi karakter dan situasi. Sejalan dengan Hawthorn,

Kosasih (2012:60) menegaskan bahwa novel adalah karya imajinatif yang

mengisahkan sisi utuh atas sistematika kehidupan seseorang atau bebarapa

tokoh. Bila kita teliti lebih lanjut, novel memang menceritakan aspek

kemanusiaan secara rinci dan kompleks, yang panjang cakupannya

memperhatikan unsur cerita. Hal ini dikuatkan dengan pendapat Waluyo

(2002 :6) bahwa novel memiliki ciri: (1) ada perubahan nasib pada tokoh

cerita; (2) ada beberapa episode dalam kehidupan pemeran utamanya; (3)

biasanya tokoh utamanya tidak sampai meninggal. Aminuddin (1995:66)

menegasakan bahwa novel merupakan bentuk karya sastra fiksi yang

mempunyai bentuk pokok yaitu: pengarang atau narator, isi penciptaan,

media penyampaian isi biasanya berbentuk bahasa, dan elemen-elemen

fiksional atau unsur intrinsik yang membangun karya sastra.

Page 24: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

8

Untuk memaparkan cerita, pengarang dapat menggunakan beberapa

cara, yaitu: penjelasan atau komentar, dengan dialog atau monolog, dan

melalui action atau perbuatan. Bila kita menengok sebentar pada sejarah

sastra Indonesia angkatan Balai Pustaka dan non Balai Pustaka masih

berada pada sistem semiotik dan pandangan dunia yang sama, yaitu

romantisme dalm pengkaryaanya. Keduanya mengalami perguncangan

tentang dunia imajinasi dengan dunia nyata. Hanya saja tradisi yang masih

diwarisakan sampai sekarang dari karya-karya Balai Pustaka masih

mengunakan dunia imajiner sebagai bahan cerita utama (Faruk, 2012:19).

Berdasarkan urian di atas dapat disimpulkan bahawa novel adalah cerita

rekaan yang berangkat dari proses perenungan batin pengarang dan di

dalamnya terdapat unsur pembangun cerita yang menceritakan tokoh-tokoh

secara kompleks serta menceritakan aspek kemanusian dengan

memperhatikan unsur cerita. Tentunya pengarang akan mendekatkan

peristiwa-peristiwa dalam cerita novel sedekat mungkin dengan realita.

b. Struktur Novel

Struktur pembangun novel dapat dibedakan menjadi dua yaitu: unsur

intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun

karya sasta itu sendiri atau unsur di dalam karya sastra tersebut. Unsur

intrinsik sebuah novel terdiri dari tema, latar, sudut pandang, alur, gaya

bahasa, penokohan, dan amanat. Unsur ekstrinsik adalah unsur yang

membangun dari luar suatu karya sastra. Walupun unsur yang yang terdapat

di luar karya sastra, unsur ekstrinsik cukup berpengaruh terhadap totalitas

cerita yang dihasilkan. Dalam karya sastra kususnya novel hal tersebuat

tidak dapat dipisahkan karena sama-sama menjadi pondasi dasar lahirnya

suatu karya.

Wellek dan Waren menyebutkan adanya empat faktor yang saling

berkaitan dengan suatu karya sastra, yaitu: biografi pengarang, psikologi,

sosial budaya masyarakat dan filosofis (1990:75). Penelitian terhadap novel

berkaitan dengan unsur yang terdapat dalam novel tersebut.

Page 25: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

9

Berkenaan dengan unsur intrinsik Nurgiyantoro menyebutkan bebarapa

yaitu: plot, peristiwa, cerita, penokohan, tema, latar, sudut pandang

penceritaan, dan gaya bahasa (2013:23). Berikut ini akan dijabarkan unsur

intrinsik dan ekstrinsik yang kaitan erat dengan pengkajian novel dengan

pendekatan antropologi sastra.

1) Unsur Intrinsik

Unsur di dalam novel yang secara langsung membangun novel itu

sendiri mencakup sebagai berikut:

a) Tema

Mempertanyakan makna sebuah karya sastra, sebenarnya juga

berarti mempertanyakan tema. Setiap karya fiksi tentunya

mengandung dan menawarkan sebuah tema, namun apa isi tema itu

sendiri terkadang tidak mudah untuk ditemukan. Hal ini tidak jauh

berbeda dengan saat kita diminta mendefinisikan piring dan kemeja.

Piring kita definisikan sebagai alat untuk makan, sedangkan kemaja

kita definisikan untuk dikenakan.

Bukankah kedua definisi tersebut masih jauh dari yang kita

harapkan, karena yang disebutkan tersebut adalah fungsi. Masalah

seperti itulah yang sering kita jumpai terhadap persoalan tema,

berikut pengertian tema menurut beberapa ahli:

Kasnadi dan Sutejo (2010:10) tema adalah masalah, prosa fiksi

adalah masalah. Pengerang menuliskannya berdasarkan masalah

yang ada dalam kehidupannya, masalah tersebut bisa berupa agama,

sosial, politik, keluarga, cinta dan sebagainya. Senada dengan

pendapat tersebut enurut Waluyo dan Wardani, (2011:7), tema

adalah gagasan pokok dalam cerita fiksi.Tema bersifat objektif,

lugas, dan khusus. Berdasar pendapat tersebut menentukan tema

haruslah disimpulkan dari keseluruhan cerita, tidak hanya dari

bagian-bagian tertentu saja.

Page 26: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

10

Nurgiyantoro (2013:70) berpendapat bahwa tema merupakan

dasar cerita, gagasan umum sebuah cerita. Selain itu, tema

memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-

kejadian yang diceritakan, sekaligus mengisahkan kehidupan dalam

konteks paling umum. Dengan kata lain, tentunya cerita akan ”setia”

mengikuti gagasan umum dasar yang telah ditentukan sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

tema adalah gagasan atau masalah sentaral yang menjadi dasar

cerita, dimana gagasan utama tersebut memberikan kekuatan dan

kebersatuan cerita yang disampaikan sehingga menjadi karangka

dasar cerita yang menyelimuti secara keseluruhan.

b) Alur Atau Plot

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa dalam novel atau juga

sering disebut sebagai kerangka cerita. Dapat dikatakan alur atau

plot adalah jalinan yang menghubungkan sebab atau akibat suatu

peristiwa dalam novel. Siswanto (2008:198) mengemukakan bahwa

alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan

seksama. Penampilan peristiwa yang hanya mendasarkan diri pada

waktu saja belum termasuk plot. Agar menjadi sebuah plot

peristiwa-peristiwa tersebut harus diolah dan disiasati secara kreatif,

sehingga menghasilkan rangkaian yang indah dan juga menarik.

Sejalan dengan pendapat di atas Semi (1993: 43) mengungkapkan

bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita

yang disusun sebagai interelasi fungsional, yang sekaligus menandai

bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Bila kita mencermati lagi

pendapat para pakar ada suatu benang merah yang mengarah pada

satu penjelasan tentang plot, yaitu plot seharusnya memiliki

hubungan sebab-akibat yang menuntun pembaca memiliki

kemungkinan agar dapat menebak-nebak peristiwa apa yang akan

terjadi.

Page 27: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

11

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa alur

atau plot adalah urutan kejadian dalam cerita melalui peristiwa-

peristiwa yang terjadi dan saling berhubungan sehingga membentuk

konstruksi sebab-akibat dalam cerita yang disajikan.

c) Sudut Pandang

Sudut pandang sering juga disebuat dengan poin of view,

merupakan salah satu unsur novel yang dihubungkan dengan cara

cerita. Sudut pandang lebih mempersoalkan tantang siapa yang

bercerita. Menurut Nurgiyantoro (2013: 248) sudut pandang

merupakan strategi, teknik, siasat, yang sengaja digunakan

pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Sudut pandang

dapat digunkan sebagai sarana untuk menyajikan jalanya cerita

melalui tokoh, watak, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi pembaca.

Masih mengutip pendapat Nurgiyantoro (2013: 59-271), sudut

pandang dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

(1) Sudut Pandang Persona Ketiga “Dia”

Dalam sudut pandang persona ketiga muncul narator yang

berperan sebagai pencerita. Narator juga adalah orang yang

mengetahui isi cerita selanjutnya, namun bukan tokoh yang ikut

terjun secara langsung dalam peristiwa yang terjadi dalam karya

fiksi. Hal ini akan memudahkan pembaca untuk mengenal siapa

tokoh yang diceritakan atau siapa yang bertindak.

(2) Sudut Pandang Persona Pertama “Aku”

Dalam sudut pandang gaya pertama narator pengisahannya

menggunakan gaya “Aku”. Narator di sini berperan langsung

dengan yang terjadi dalam peristiwa cerita. Kisah yang

diceritakan bisa dari pengalam hidupnya sendiri, mengisahkan

peristiwa yang dialami, diilhami, didengar dan dirasakan. Dalam

beberapa karya sastra “Aku” yang berperan menyebutkan nama

terang.

Page 28: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

12

(3) Sudut Pandang Campuran

Penggunaan sudut pandang dalam cerita novel mungkin saja

lebih dari satu tehnik. Pangarang bisa saja berganti dari teknik

satu dengan teknik yang lain untuk sebuah cerita yang

dituliskanya. Dalam sudut pandang campuran penceritanya

menggunakan dua sudut pandang yaitu sudut pandang persona

ketiga “Aku”, sudut pandang persona pertama “Dia” pengamat.

Bisa saja menggunakan yang sebaliknya ataupun bersamaan.

Tergantung dengan yang diinginkan oleh pengarang.

d) Tokoh dan Penokohan

Sama halnya dengan unsur plot, sudut pandang maupun tema,

tokoh dan penokohan merupakan unsur yang penting dalam karya

naratif. Pembicaraan mengenai segala perwatakanya maupun ciri

khasnaya lebih menarik perhatian pembaca katimbang mencari

pemplotanya. Istilah “tokoh” menunjuk pada orangnya, pelaku

cerita. Sering kita mendengar pertanyaan “siapa pelaku utama cerita

novel ini?”, penokohan atau karakterisasi sering disamakan dengan

karakter dan perwatakan. Menurut Purnomo, dan Ratnawati (2005)

novel merupakan karya fiksi yang bersifat kreatif, harus

menggambarkan tokoh-tokoh ceritanya secara jelas atau rinci. Fiksi

sebagai karya imajiner mengandung dan menawarkan model

kehidupan yang disikapi dan dialami dengan tokoh-tokoh sesuai

dengan pendangan pengarang terhadap kehidupan pembacanya.

Jones (dalam Nurgiyantoro (2013:165) menegaskan penokohan

merupakan perlukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh cerita biasanya mengemban

suatu perwatakan tertentu yang diberi isi oleh pengarang. Cara

mengungkapkan sebuah karakter dapat dilakukan melalui

pernyataan langsung, peristiwa, kebiasaan dan sebagainya.

Page 29: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

13

Waluyo (2002:165) menyatakan penokohan merupakan cara

pandang pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis

tokoh, hubungan tokoh dengan cerita yang lain, dan watak tokoh-

tokoh itu. Dengan penggambaran watak pada pelaku maka cerita

tersebut memunculkan tokoh-tokoh yang seperti halnya manusia

hidup. Dari interaksi antara tokoh dan penokohan akan

memunculkan konflik dan berkembang menjadi sebuah peristiwa.

Berikut beberapa jenis penamaan dalam cerita novel berikut dengan

penjelasanya:

(1) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis

Fungsi tokoh dilihat dari penampilan dibedakan menjadi

tokoh protagonis dan tokoh antagonis. Menurut Nurgiyantoro

(2013: 178) tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi

atau yang popular dengan sebutan “hero”.

Tokoh protagonis adalah karakter yang sering kali cocok

dengan pandangan kita, harapan-harapan kita, sebagai pembaca.

Tokoh antagonis adalah tokoh yang sering menimbulkan konflik

dengan tokoh protagonis. Walaupun konflik yang dialami tokoh

protagonis tidak selalu disebabkan oleh tokoh antagonis saja,

namun juga bisa disebakan dari hal-hal luar seperti bencana

alam, lingkungan, kecelakaan dan sebagainya.

(2) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Jika dilihat dari peran tokoh yang mendominasi cerita, atau

sering kali muncul dalam cerita, tokoh tersebut sering disebut

dengan tokoh utama. Tokoh yang dimunculkan sesekali atau

jarang muncul dalam cerita, sering kita sebut dengan tokoh

tambahan. Tokoh utama adalah tokoh yang ditulis hampir

disetiap plot, kajadian dari awal hingga ahir cerita, sedangkan

tokoh pembantu adalah tokoh yang muncul hanya pada beberapa

bagian plot yang alami tokoh utama, (Nurgiyantoro 2013:183).

(3 ) Tokoh Datar dan Tokoh Bulat

Page 30: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

14

Tokoh datar adalah tokoh yang mudah dikenali oleh

pembaca karena pencitranya yang dekat dengan kehidupan kita.

Biasanya tokoh datar hanya memiliki satu sifat utama seperti

sifat baik saja ataupun jahat saja.

Tokoh bulat adalah tokoh yang penggambaran wataknya

memiliki berbagai watak yang dapat dilihat dan dijelaskan

melalui berbagai cara baik melalui kepribadian maupun jati

dirinya, (Nurgiyantoro 2013:183).

(4) Tokoh Tipikal dan Tokoh Netaral

Tokoh dilihat berdasarkan pencerminan tokoh cerita

terhadap manusia dari kehidupan nyata. Tokoh tipikal menurut

Nurgiyantoro (2013: 190) penggambaran terhadap orang yang

terikat dengan lembaga atau berhubungan dengan suatu lembaga

dikehidupan nyata. Pengambarannya bersifat samar, sehingga

memerlukan penafsiran pembaca. Tokoh netral adalah tokoh

cerita yang bereksistensi demi cerita sendiri. Tokoh netral sering

kali hadir hanya untuk cerita itu sendiri, atau sering digambarkan

bahwa dialah yang memiliki cerita tersebut.

e) Latar atau Setting

Latar atau setting adalah tempat terjadinya cerita ,tempat

kejadian cerita bisa berkaitan dengan aspek fisik, soisologis dan

psikis. Selain itu juga berhubungan dengan tempat dan waktu. Pada

hakikatnya unsur latar dapat dibagi menjadi tiga unsur pokok, yaitu:

tempat, waktu dan sosial, ketiga unsur tersebut saling berkaitan dan

saling mempengaruhi satu dengan yang lainya. Latar tempat

mengarah pada tempat terjadinya peristiwa dalam novel. Latar

waktu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa yang dikisahkan

dalam novel. Latar sosial masyarakat mencakup kebiasaan hidup,

cara berfikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang

bersangkutan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret dan

jelas.

Page 31: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

15

Hal Tersebut penting untuk memberikan kesan realistis kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh

ada dan terjadi. Di pihak lain jika belum mengenal latar itu

sebelumnya, pembaca akan mendapatkan informasi baru yang

berguna dan menambah pengalaman hidup. Latar dalam karya fiksi

tidak terbatas pada penempatan lokasi-lokasi tertentu, atau sesuatu

yang bersifat fisik saja, melainkah juga yang berwujud tata cara, adat

istiadat, kepercayaan, dan nilai-nilai yang berlaku ditempat yang

bersangkutan (Nurgiyantoro, 2013: 217-218).

f) Amanat

Cerita yang dikatakan baik adalah cerita yang dapat diteladani

oleh pembacanya. Dengan menganali dan menggemari karya sastra

menjadikan manusia peka terhadap permasalahan masyarakat atau

lingkunganya. Amanat dapat disajikan dengan tersurat dan tersirat.

Melalui percakapan atar tokoh maupun narasi yang disampaikan

oleh pengarang. Amanat sendiri berisi pesan atau ajaran dibalik

perilaku atau peristiwa yang dilakukan tokoh dalam cerita fiksi. Jadi

jelasanya amanat bersifat subjektif, umum, dan arti kiasan yang

dapat diambil dari karya fiksi.

2) Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra namun

keberadaanya berpengaruh terhadap terciptanya karya sastra tersebut.

Nurgiyantoro (2013:22) menyatakan bahawa unsur ekstrinsik adalah

unsur-unsur yang berada diluar karya sastra itu, tetapi secara tidak sadar

atau tidak langsung mempengaruhi sistem atau organisme terciptanya

karya. Secara lebih khusus dapat dikatakan unsur ekstrinsik adalah

unsur-unsur yang mempengaruhi bangunan cerita karya sastra tetapi

ikut menjadi bagian di dalamnya. Wellek dan Werren (1990: 98)

menyebutkan ada empat faktor ekstrinsik yang saling berkaitan dalam

karya sastra, yakni:

Page 32: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

16

(a) Biografi pengarang: bahwa karya seorang pengarang tidak akan

lepas dari pengarangnya; (b) Psikologis (proses kreatif): adalah aktivitas

psikologis pengarang pada waktu menciptakan karyanya terutama

dalam penciptaan tokoh dan wataknya; (c) Sosiologis (kemasyarakatan)

sosial budaya masyarakat diasumsikan. Bahwa cerita rekaan adalah

potret atau cermin kehidupan masyarakat. Yang dimaksud dengan

kehidupan sosial adalah profesi atau institusi, masalah hubungan sosial,

adat istiadat antar hubungan manusia satu dengan lainnya, dan

sebagainya; dan (d) Filosofis: bahwa pengarang menganut aliran filsafat

tertentu dalam berkarya seni.

Dengan aliran filsafat yang dianut oleh pengarang itu berkarya,

pembaca akan lebih mudah menangkap makna karya sastra tersebut.

Keempat faktor tersebut membangun kompleksitas dalam suatu karya

sastra. Tentunya, karya sastra tidaklah bisa dilepaskan dari latar

belakang terciptanya karya tersebut. Berdasarkan paparan terkait unsur

ekstrinsik, dapat disimpulkan bahwa unsur ekstrinsik adalah unsur yang

berada di luar karya sastra yang mempengaruhi karya sastra meskipun

tidak ikut menjadi bagian di dalamnya.

2. Hakikat Kajian Antropologi Sastra

a. Pengertian Antropologi Sastra

Dalam bahasa Yunani kata antropos berarti “manusia” dan logos berarti

“studi”, dapat diartikan bahwa antropologi adalah ilmu yang mempelajari

tentang manusia. Atau juga dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang

tidak henti-hentinya mempelajari manusia. Menurut Endraswara (2013:3),

antropologi melihat semua aspek manusia dan masyarakat sebagai

kelompok veriabel yang berinteraksi. Dalam buku Pengantar Ilmu

Antropologi, Koetjaraningrat membagi perkembanganya menjadi empat

fase, yaitu:

Page 33: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

17

fase pertama (sebelum abad ke-18), pada fase ini banyak terkumpul

manuskrip, catatan, buku dan sebagainya berasal dari penjelajahan bangsa

Eropa barat menuju benua lain yang ditulis oleh musafir, pelaut, pendeta

sampai dengan pegawai pemerintahan.

Fase kedua (sekitar abad ke-19), ditandai dengan munculnya karangan-

karangan yang menjadikan kajian etnografi berdasarkan cara evolusi

berpikir masayarakat. Fase ketiga (awal abad ke-20), antropologi sudah

berkembang di Inggris dan dijadikan sebagai ilmu parktis dengan tujuan

sebagai ilmu yang digunakan untuk mempelajari masyarakat dan

kebudayaan suku-suku bangsa diluar Eropa. Pada dasarnya digunakan oleh

pemerintah kolonial untuk mendapat pengertian mayarakat masa kini yang

kompleks dan sebagai ilmu untuk mempelajari kebudayaan daerah jajahan.

Fase keempat (sekitar tahun 1930), ditandai dengan perkembangan ilmu

antropologi yang mulai mempelajari masyarakat pedesaan pada umumnya

(2009, 3-5).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa antropologi

adalah ilmu yang mencoba mencari Jawaban tentang pertanyaan-pertanyan

yang berhubungan dengan manusia sebagai mahkluk sosisl yang hidup

dalam masyarakat. Oleh karenanya ilmu antropologi dapat diartikan sebagai

ilmu pengetahuan yang mengkaji manusia sebagai bagian dari masyarakat.

b. Hakikat Antropologi Sastra

Secara definitif etimologis antropologi sastra adalah dua cabang ilmu

yang berbeda namun mempunyai keterikatan yang kuat. Hubungan

antropologi dan sastra muncul pertama kali pada kongres “Folklore and

Literary Anthropology” (Poyatos,1988: xi-xv) Yang diselanggarakan di

Calkuta (1978), diprakarsai oleh Universitas Kahayani dan Musium India

(Ratna, 2011:29). Rekam jejak manusia tidak hanya ditemukan melalui

interaksi secara langsung manusia dalam masyarakatnya saja. Namun juga

dapat ditemukan melalui bentuk karya, seperti karya sastra.

Page 34: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

18

Secara tidak langsung karya sastra memproyeksikan bentuk kebudayaan

dengan bahasa sebagai mediumnya. Sesuai dengan hakikat sastra, yaitu

sebagai hasil aktifitas kultural dalam bentuk naskah (artifact), interaksi

sosial (socifact), dan kontemplasi diri (manifact). Jika kita menyimak dua

bentuk antropologi, antropologi fisik dan antropologi kultural, maka

antropologi sastra masuk dalam bentuk antropologi kultural. Adapun bentuk

objektif dari antropologi kultural yaitu karya-karya yang dihasilkan

manusia, seperti: bahasa, religi, mitos, hukum, adat istiadat, karya seni.

(Ratna, 2011:351).

Pendekatan antropologi sastra penting diterapakan sebagai pembanding

kajian sosiologi sastra dan psikologi sastra. Antropologi sastra juga

berperan sebagai telah pembanding warisan budaya nenek moyang yang

harus diteruskan. Adanya keterkaitan antara karya sastra dengan antropologi

dinyatakan dalam jurnal online Internasional oleh Iser Writes dalam

(Matthews 2010:366).

Iser writes: “Literature is not self-sufficient, so it coulhardly bear its

own origin within itself. What it is, is thresult of its function” In

suggesting this originarperspective, he anticipates a turn to the function of

literaturas a part of what would become an increasingly elaborate

anthropological approach. Simultaneously warning again discovering

anthropological constants in human nature.”

Iser menyatakan bahwa karya sastra tidak berdiri sendiri (not self-suff

icient) sehingga karya sastra tidak mampu menelusuri asalnya tanpa

perannya sendiri. Salah satunya adalah hasil dari fungsi sebuah karya sastra.

Iser juga mengantisipasi adanya kemungkinan bahwa pada gilirannya fungsi

karya sastra sebagai bagian dari sesuatu yang tergabung dalam pendekatan

antropologis. Hal itu sekaligus akan memberikan peringatan terhadap

penemuan antropologi yang konstan dalam sifat alamiah manusia selama

ini. Ratna dan Endraswara yang memandang karya sastra sebagai karya

etnografis yang dipaham dari penggunaan karya sastra.

Page 35: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

19

Maka antropologi sastra menempatkan karya sastra sebagai objek untuk

mengupas kebudayaan-kebudayaan yang digambarkan. Suaka (dalam

Endrasaara 2013:22) menyatakan bahwa analisis antropologi sastra

memandang karya sastra dari sisi antropologi. Karya sastra menjadi pokok

kajian dengan mempertimbangkan aspek-aspek antropologisnya.

Alasan yang menimbulkan kedekatan anatara antropologi dan sastra,

yaitu (1) keduanya sama-sama memperlihatkan aspek manusia sebagai

pelakunya; (2) manusia adalah mahkluk yang berbudaya, memiliki daya

cipta rasa kritis untuk mengubah hidupnya; (3) antropologi dan sastra tidak

alergi terhadap imajinatif kehidupan manusia yang sering kali lebih indah

dari keadaan aslinya; (4) banyak wacana lisan dan non lisan yang menarik

minat para antropolog dan ahli sastra; (5) banyak interdisiplin yang

mengitari bidang sastra dan budaya, hingga menantang munculnya

antropologi sastra (Endraswara, 2013:5-6). Adapun hasil penelitian yang

dilakuakan oleh Setiawan (2012) tentang Langendriya lakon Damarwulan,

ditemukan ragam kebudayan tentang wujud fisik hasil gagasan budaya oleh

para priyayi. Salah satunya adalah tentang, cara memandang dunia,

poligami, ajaran hidup, mengendalikan hawa nafsu hingga karya sastra

berupa lakon pertunjukan. Dapat disimpulkan, antropologi sastra adalah

analisis yang digunakan untuk membedah karya sastra melalui interaksi

manusia sebagai sumber kebudayan dalam interaksi masyarakat melalui

fakta sastra dan budaya.

c. Langkah-langkah Pendekatan Antropologi Sastra Terhadap Novel

Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto

Penelitian ini menggunakan kajian antropologi sastra guna mengungkap

nilai-nilai budaya dalam novel “Dua Ibu” karya Arswendo Atmowiloto,

yang terwujud dalam tiga hal yaitu. (1) Kompleksitas gagasan, nilai, norma,

dan peraturan budaya; (2) kompleksitas aktivitas; (3) wujud fisik, berupa

karya atau benda. Wujud kebudayaan yang berupa kompleksitas ide

merupakan wujud gagasan juga berpola dan berdasarkan sistem-sistem

tertentu yang disebut sastra budaya.

Page 36: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

20

Wujud yang nyata terkait dengan kompleksitas ide dalam masyarakat

sering dikemukakan dan dipaham sebagai adat atau adat istiadat. Wujud

kebudayaan sebagai kompleksitas ide menggambarkan wujud gagasan dari

sebuah kebudayaan. Dan biasanya bersifat abstrak, hanya dapat dipahami

dan diketahui oleh warga kebudayaan lain.

Wujud kompleksitas aktivitas dalam penelitian ini dapat diketahui

melalui tokoh yang terdapat dalam novel Dua Ibu. Koetjaraningrat

menjelaskan bahwa kompleksitas aktivitas ini menggambarkan wujud

tingkah laku manusianya, misalnya berbicara, berjalan, menari, serta

tingkah laku dalam melakukan pekerjaan. Kompleksitas aktivitas dekat

dengan hubungan sosial yang dilakukan dalam masyarakat. Bentuknya

dapat dilihat secara kongkrit melalui foto, film, atau bentuk dokumen lainya.

Wujud kompleksitas hasil budaya adalah kebudayaan yang terkait

dengan benda-benda karya manusia atau sering disebut dengan kebudayaan

fisik. Beberapa sampai sekarang masih terawat dan sebagain sudah tidak

diketahui jejaknya. Dapat diambil contoh bentuk kebudayaan fisik antara

lain adalah Candi Borobudur, seni gamelan, tari, nasakah kuna, sistem

perkawinan dan masih banyak lagi. Dapat dikatakan wujud budaya terkait

dengan kompleksitas hasil budaya bersifat kongkret karena dapat

didokumentasikan melalui foto, film dan sebagainya. Ketiga wujud

kebudayaan tersebut dalam kehidupan masyarakat merupakan suatu

kesatuan yang tidak dapat di pisahkan antara satu dengan yang lainya.

Terdapat tiga kunci dasar dalam memahami suatu kebudayaan yaitu, ide

(mantefak), sistem sosial (sosiofak), dan wujud fisik (artefak). Tiap bentuk

kebudayaan universal sudah tentu menjelma dalam ketiga hal tesebut di

atas, (Koentjaraningrat, 2009:75).

3. Fagmen Kebudayaan Jawa

Hakikat kebudayaan sampai sekarang masih menjadi perdebatan pelik dan

sengit oleh para ahli. Berbagai usaha pun dilakukan untuk mendapatkan

pemaknaan yang dapat diterima secara universal.

Page 37: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

21

Bila kita lihat pemaknaan budaya secara etimologi, kata budaya berasal

dari bahasa sansekerta yaitu buddhaya adalah bentuk jamak dari kata buddhi

yang berarti “budi”. Dalam bahasa Inggris budaya adalah culture, yang berasal

dari bahasa latin yaitu, colare yang berarti “mengolah”. Hal tersebut senada

dengan pendapat Djojodigoena yang menyatakan bahawa budaya sebagai daya

sebagai budi, sedangkan kebudayaan sebagai hasil cipta rasa dan karsa (dalam

Koentjaraningrat, 2009:7). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya

diartikan sebagai sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan dan susah diubah.

Budaya sebagai hasil cipta rasa karsa manusia tentu saja secara langsung

dan tidak langsung mempengaruhi proses kreatif pengarang dalam menciptakan

suatu karya. Dalam novel Dua Ibu mengambil setting kota Surakarta yang erat

dengan budaya Jawa “kejawen”, karena masih dalam lingkup pengaruh

pemerintahan Kraton Kasuananan. Hal tersebut terlihat dari bahasa khas yang

digunakan, nama-nama daerah yang disebutkan tokoh, makanan, serta sistem

pernikahan yang digunakan.

Menurut Kodiran (dalam Koentjaraningrat, 2009:329) daerah kebudayaan

Jawa meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau Jawa. Disebutkan dalam

Journal of Marine and Island Cultures, Java island is located in the midst of

Indonesian archipelago which is geographically recognized as the “maritime

continent” and the widest insular region in the world. During the history, Java

has been one of the most important islands not only in the Indonesian

archipelago but also in Southeast Asian region. Pulau Jawa terletak ditengah

Indonesia secara geografis, diakui sebagai kepulauan maritim dan sebagai salah

satu pulau paling luas di dunia.

Dalam sejarah, pulau Jawa adalah salah satu pulau penting, tidak hanya di

Indonesia tetapi juga Asia tenggara (Sulistyono dan Rochmulaningsih

2013:115). Sehubungan dengan hal tersebut daerah yang dahulunya menjadi

pusat kebudayaan Jawa adalah bekas pecahan dari kerajaan Mataram, yaitu

Surakarta dan Yogyakarta.Bagi orang Jawa “budaya” bukanlah suatu konsep

yang samar, melainkan suatu konsep hidup sebagai mahkluk sosial dan itu

disadari benar.

Page 38: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

22

Orang Jawa meyakini hidup yang benar adalah hidup sebagai orang Jawa.

Mengetahui dan memperlihatkan tingkah laku yang sopan, mengucapkan kata-

kata yang pantas, serta mempertahankan tatanan yang ada. Dalam budaya Jawa

banyak ditemukan nilai luhur yang masih dapat diadaptasi sebagai bentuk

pertahanan diri menghadapi serangan dari kebudayaan lain. Terlebih lagi

sebagai manusia yang hidup dan berakal sudah menjadi kewajiban diri untuk

mengatahui hakikat asal hidupnya. Pengetahuan semacam itu perlu mendapat

perhatian, sehingga dikemudian hari kekayaan leluhur dapat tetap menyala di

tengah gempuran era globalisasi. Hal ini dapat kita contoh dari perjuangan para

pendahulu kita melalui naskah, buku-buku sejarah serta dokumen lain yang

menegaskan bahwa keluesan, kelenturan, dan kearifan Jawa ternyata tidak

pudar walaupun telah mengalami perubahan oleh bangsa Portugis, Belanda,

Jepang, dan Inggris.

Para pujangga kraton justru mengalami katarsis pada masa-masa tersebut

dan melahirkan mahakarya seperti Serat Centhini, Serat Wirit Hidayat Jati,

Serat Kalatidha, Serat Jathi Barang serta masih banyak lagi yang dikarang oleh

Ronggowarsito beliau adalah seorang pujangga dari Kraton Surakarta yang

karyanya masih dijadikan filsafah hidup sampai sekarang oleh masyarakat

Jawa.

4. Hakikat Nilai-nilai Pendidikan Karakter

a. Pengertian Nilai Pendidikan Karakter

Istilah nilai berasal dari bahasa Latin vale’re yang artinya berguna,

mampu akan, berdaya, berlaku, sehingga nilai merupakan sesuatu yang

dianggap baik, mempunyai manfaat, menurut keyakinan seseorang atau

kelompok yang meyakininya. Nilai adalah kualitas suatu hal yang

menjadikan hal tersebut disukai, diinginkan, dikejar, dihargai, berguna, dan

dapat menjadikan orang yang meyakininya menjadi bermartabat (Adisusilo

2013:59). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Nilai diartikan sebagai

sesuatu yang berguna bagi kemanusiaan atau sesuatu yang

menyempurnakan manusia sebagai hakikatnya.

Page 39: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

23

Dalam nilai terdapat pembekuan tentang hal yang dianggap baik dan

kurang baik terhadap pengaturan perilaku. Melalui pemahaman tentang nilai

menjadi landasan dalam mengambil keputusan dan pedoman untuk berfikir

dengan kualitas yang lebih baik. Walaupun nilai-nilai yang berkembang di

dalam masyarakat sangatlah banyak dan beragam. Mempelajari nilai bisa

didapatkan melalui berbagai hal, salah satunya adalah melalui karya sastra.

Sudah dijelaskan dalam hakikat karya sastra, fungsi karya sastra sebagai

media pembelajaran bukan sekedar hisapan jempol belaka. Tidak salah

rasanya jika ada pendapat yang menyatakan bahwa karya sastra

mengandung nilai-nilai pendidikan.

Salah satunya adalah Waluyo dan Wardani, yang menegaskan bahwa

nilai sastra adalah kebaikan dalam makna karya sastra bagi kehidupan yaitu

makna medial (menjadi Sasaran), makna final yang dicari seseorang,

(2009:37). Nilai kebudayaan, nilai pendidikan, serta nilai moral yang

terdapat dalam novel Dua Ibu mengandung nilai-nilai pendidikan yang

layak untuk dikaji, sebagai sarana pendidikan karakter. Pendidikan karakter

terdiri dari dua kata yaitu “Pendidikan” dan “Karakter”. Adisusilo

(2010:30) menyatakan bahwa pendidikan karakter adalah suatu system yang

berupaya menanamkan karakter kepada warga sekolah yang meliputi,

komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk

melakukan nilai-nilai tersebut, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, diri

sendiri, sesama, dan lingkungan.

Dalam Undang-Undang 20 tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional

dalam Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahawa pendidikan adalah usaha sadar

dan tersencana untuk mewujudkan proses pembelajaran, agar anak didik

secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya, untuk memiliki

kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta ketrampilan diri yang diperlukan dirinya, masyarakat, serta

negara.

Page 40: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

24

Pendidikan karakter diberikanya tempat dari kebebasan individu dalam

menghayati nilai-nili yang dianggap baik, luhur, dan layak untuk

diperjuangkan sebagai pedoman dalam kehidupan bertingkah laku bagi

kehidupan pribadi berhadapan dengan dirinya, sesama, dan Tuhan.

Pendapat tersebut dipertegas oleh Saptono (2011:23) dalam pendidikan

karakter terdapat tiga komponen yang ditekan untuk mengembangkan

karakter yang baik (components of goog character), yaitu pengetahuan

tentang moral (moral knowing), perasaan mengenai moral (moral felling),

moral tindakan atau perbuatan (moral action).

Keunikan dari pendidikan yang ditawarkan dalam karya sastra, tidak

akan terlepas dari karya itu sendiri, serta menawarkan pengalaman yang

tidak diberikan oleh media lain. Berdasarkan pendapat di atas dapat

disimpulkan pendidikan karakter adalah upaya sadar untuk menanamkan

nilai yang dianggap baik secara objektif oleh mayarakat dan diri sendiri,

kepada yang didik dengan tujuan untuk membentuk kepribadian yang baik

dalam menjalankan kehidupan.

b. Komponen-komponen Nilai Pendidikan Karakter

Disebutkan oleh Pramoedya Ananta Toer dan Winarno Surkhmad

(dalam Listyarti 2012:3) bahwa, karakter asli bangsa Indonesia adalah

feodal, narimo, penakut, koruptif, dan tak logis. Contoh yang paling

sederhana adalah saat sedang berlalu-lintas, di mana karakter seorang

pengendara sudah banyak yang tidak taat pada peraturan lalu-lintas, tetapi

juga sudah sirnanya toleransi dan sopan santun antara pengguna jalan. Lebih

kongkrit lagi mungkin suara kenalpot yang dirubah menjadi lebih keras

sehingga memunculkan suara bising antara pengguna jalan lain, atau suara

klakson yang sudah berganti peran yang fungsinya sebagai alat tanda

peringatan sekarang malah menajadi alat pemaksa pengguna jalan lain

untuk menyingkir.

Page 41: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

25

Melihat pendapat lain,menurut Sumani dan Haryanto (2012:33) nilai

pendidikan yang diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara serat akan nilai-nilai

pendidikan karakter yaitu ing ngarsa sung tuladha (jika di depan

memberikan teladan), memberikan nilai tentang keteladanan serta

pembimbingan. Ing mdadya mangun karsa, yang mengandung nilai jika di

tengah memberikan gagasan, atau mengajarkan kreativitas. Tut wuri

handayani mengandung nilai bagi yang berada di belakang menjaga

sehingga tujuan tetap tercapai,mengajarkan tentang memantau, merawat,

menjaga, memberikan penilaian serta saran namun juga memberikan

kebebasan bernalar.

Berdasarkan pondasi di atas Sumani dan Haryanto memperdalam lagi

pemaknaan tentang kedudukan karakter dalam pendidikan nasional

berdasarkan ajaran Ki Hajar Dewantara, yaitu; (1) Dengan ilmu kita

mendapatkan keberhasilan hidup “lawan sastra ngesti mulya”; (2)

Memerlukan kesucian bantin, kejernihan pikiran, cita-cita yang luhur, dan

ketertiban luhur untuk mencapai cita-cita mulya yang berupa kemajuan

seluruh nusa, bangsa, dan seluruh rakyat Indonesia “Suci tata negara

tunggal”; (3) Melakukan tugas pembangunan dan pendidikan untuk bangsa

harus mempunyai keteguhan hati “tetep-mantep-antep”; (4) Memeprcayai

dan meyakini pada kekuatan dan takdir Tuhan serta kemampuan diri sendiri,

berani menghadapi rintangan, kokoh dan tawakal akan segala hal yang

dikehendaki Tuhan, dan muat lahir batin dalam berjuang mencapai cita-cita

kebangsaan “ngandel, kendel, bandel, kendel”; (5) Tentram lahir batin

“neng-meneng”, bersih pikiran “ning-bening”, teguh dalam mencapai cita-

cita “nung-henung”; sehingga memiliki hasil jeripayah yang baik nantinya

“nang-wenang”. Dalam Kamendiknas (2010: 9-8) menjabarkan nilai-nilai

pendidikan karakter bangsa menjadi delapan belas poin, berikut ringkasan,

nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Page 42: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

26

Tabel 1 Nilai dan Diskripsi Nilai Pendidikan Karakter

Pusat Kurikulum (2010: 9-10)

No Nilai Deskripsi

1. Religius

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran

agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah

agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur

Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya

sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,

tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi

Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama,

suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang

berbeda dari dirinya.

4. Disipil Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada

berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras

Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam

mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara

atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang

lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai

sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin

Tahu

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui

lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,

dilihat, dan didengar.

10. Semangat

Kebangsaan

Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang

menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya.

Page 43: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

27

11. Cinta Tanah

Air

Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan

kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

dan politik bangsa.

12. Menghargai

Prestasi

Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat

Komunikatif

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara,

bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang

lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar

Membaca

Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai

bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli

Lingkungan

Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah

kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki

kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli

Sosial

Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada

orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung

Jawab

Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan

kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri

sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya),

negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

c. Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Sastra

Sastra dapat merefleksikan baik dalam bentuk praktik maupun mental

dapat dijabarkan dalam keadaan serupa dalam hidupnya. Daya imajinasi dan

pembentukan karakter manusia memiliki keterkaitan yang kuat. Imajinasi

dapat dijadikan saran kebaikan bentuk kreatif untuk menjadikan sesok yang

memiliki karakter yang kuat. bahawa pendidikan karakter menekankan

penanaman nilai-nilai positif kepada peserta didik.

Page 44: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

28

Dalam karya sastra terdapat nilai-nilai kehidupan yang dapat dijadikan

sebagai refleksi untuk mengatasi permasalahan kehidupan. Ketika membaca

karya sastra dapat memperkaya pengalaman siswa sehingga lebih peka

terhadap hubungan dengan diri sendiri, sesama, dan lingkunganya.Menurut

pendapat Jamaluddin (2003:81) hakikat pembelajaran sastra berorientasi

pada pengembangan kemampuan intuitif dan emosional peserta dalam

upaya memahami pesan-pesan yang terkandung di dalam karya sastra.

Kemudian tahap selanjutnya adalah memahami sastra secara komperhensip

atau menyeluruh, diperlukan kemampuan intelektual sebagai sarana

penunjangnya. Sehingga akan tumbuh pemahaman terhadap semua ragam

sastra dari peserta didik.

Ketika mempelajari karya sastra maka kemampuan afektif yang

berurusan dengan rasa, nurani, serta nilai-nilai akan terasah. Sejatinya

pembelajaran sastra dapat membantu mengembangkan pendidikan dalam

empat manfaat yaitu: membantu ketarampilan berbahasa, meningkatkan

kemapuan berbudaya, mengembangkan cipta dan rasa, serta menunjang

pembentukan watak (Rahmato, 1998;16). Karya sastra yang dijadikan

sebagai bahan ajar haruslah mengandung pesan yang yang akan disajikan

dalam proses pembelajaran. Pengajaran sastra tentu tidak akan terlepas dari

pengaruh pengajar sebagai pemeran utama proses pendidikan, sehingga

harus memahami unsur ganda yang terdapat dalam karya sastra yaitu, unsur

sastra sebagai bahasa dan perananya sebagai refleksi pengalaman.

5. Hakikat Materi Pembelajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas

a. Pengertian Materi Pembelajaran

Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik memerlukan materi ajar

pembelajaran untuk mencapai kompetensi yang sudah ditujukan. Materi

pembelajaran merupakan induk kegiatan pembelajaran, sehingga

memerlukan pertimbangan yang matang untuk menentukanya.

Page 45: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

29

Abidin (2012:33) menegasakan bahwa secara garis besar materi ajar

terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari

siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi. Jadi pemilihan materi

yang tepat berpengaruh terhadap tercapainya kompetensi yang ditujukan

untuk siswa. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2011:219), ada

beberapa pokok bahasan yang harus diperhatikan dalam menetapkan materi

pelajaran, yaitu: (a) materi pelajaran harus sesuai dengan kurikulum

sehingga dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional; (b) materi

pelajaran harus sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta

didik pada umumnya; (c) materi pelajaran terorganisasi secara sistematik

dan berkesinambungan; (d) materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal

yang bersifat faktual dan konseptual. Materi atau bahan pengajaran

ditetapkan dengan merujuk pada tujuan-tujuan instruksional.

Adapun prinsip-prinsip yang harus diketahui oleh pendidik dalam

memilih bahan ajar sehingga sesuai dengan kondisi peserta didik, maka

tujuan kopetensi pembelajaran dapat tercapai. Suprahatiningrum (2013:24)

menjelaskan prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:

(1) Relevansi, maksutnya adalah ketercapain meteri pembelajaran

hendaknya sesuai dengan standar kompetensi yang sudah ditentukan; (2)

Konsisten, artinya materi pemebelajaran yang diajarkan kepada siswa harus

berkesinambungan sesuai dengan kompetensi dasar; (3) Adquacy, artinya

kecakupan materi pembelajaran yang diajarakan hendaknya cukup dalam

hal kedalaman dan keluwesanya sesuai dengan kompetensi dasar yang

diharapkan.Tentunya materi yang tepat dapat membantu peserta didik

mencapai tujuan pembelajaran yang sudah ditentukan. Secara sistematis

materi pembelajaran digunakan untuk membantu siswa memahami

kompetensi dasar secara maksimal. Materi pembelajaran hanya sebagai alat

saja untuk mencapai tujuan. Peran guru sebagai pendidik dan pengajar tentu

yang utama dalam menyampikan kedalaman materi pembelajaran, sehingga

peran kreatif, luwes, dan berwawasan luas berperan penting dalam proses

ini.

Page 46: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

30

b. Tujuan Pemebelajaran Sastra

Pemebelajaran sastra sudah diimplementasikan dalam jenjang

pendidikan dari mulai SD, SMP, SMA, sampai perguruan tinggi. Dalam

mempelajari sastra tentunya tidak akan terlepas dari peran bahasa, hal ini

dikarenakan bahasa sebagai media pembangun sastra. Namun

pemebalajaran bahasa tidak dapat disamakan dengan pembelajaran sastra.

Untuk memahami tujuan pembelajaran sastra marilah terlebih dahulu kita

uraikan pengetian pemeblajaran sastra menurut bebrapa ahli.

Moody dalam bukunya The Teaching of Literature (dalam Ardianto

2007:60) menyebutkan tujuan pembelajaran sastra merupakan rumusan

tujuan yang “khas sastra”. Moody juga menegaskan bahawa pembelajaran

sastra meliputi kawasan afektif dan kognitif, yaitu:

1) Informasi, agar siswa mengetahui tentang informasi apa itu sastra, jenis

karya sastra, unsur yang membangunya, biografi pengarang, dan

sebagainya. Dapat ditarik kesimpulan yang diajarakan disini bersifat

hafalan.

2) Prespektif, di dalamnya terdapat penghargaan terhadap karya sastra

yang termasuk aspek apresiasi. siswa diajak menafsirkan karya sastra

berdasarkan pendapatnya sendiri, melalui evaluasi berdasarkan latar

belakang masing-masing.

3) Konsep, artinya tentang pengertian-pengertian pokok terhadap suatu hal

yang terdapat dalam karya sastra. Sebagai contoh konsep tentang aliran

nasakah drama, jenis-jenis drama, macam-macam sajak, perbedaan

hikayat dengan novel, dan sebagainya. Dalam hal konsep tidak hanya

berhenti pada konsep saja, tetapi juga dapat menerapkan konsep tertentu

dalam pembelajaran sastra.

4) Apresiasi, penghayatan, pemahaman, penghargaan terhadap karya

sastra, hal ini di masukan kedalam kawasan afektif tentang bagaimana

siswa berempati terhadap karya sastra.

Page 47: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

31

Menurut pendapat Wibowo (2013: 134) salah satu tujuan pokok dari

pembelajaran sastra adalah menumbuhkan nalar distingtif, agar siswa dapat

mencerna bahwa kebajikan berbeda diametral dengan kejahatan. Melalui

nalar distingtif, pendidikan karakter membentuk kesadaran dikalangan anak

bahwa kebajikan dan kejahatan tidak muncul dari ruang vakum atau kosong,

tapi merupakan akibat logis dari berbagai sebab. Ada dua pembagian tujuan

pembelajaran sastra, yaitu.

(1) tujuan pembelajaran sastra untuk ilmu sastra, orientasinya pada teori

sastra, sejarah sastra, sosiologi sastra, dan kritik sastra;(2) tujuan

pembelajran sastra untuk pendidikan, yang dimaksut adalah mengantarkan

peserta didik untuk memahami dunia fisik dan dunia sosialnya. Serta untuk

menghayati dan mengapresiasi nilai-nilai dengan hubunganya sebagai

manusia ciptaan Tuhan. Berdasarkan pendapat yang telah disebutkan di atas

penting mengetahui tujuan pembelajarn sastra sebelum mengajarkan kepada

peserta didik. Dapat digaris bawah bahwa peranan sastra dapat berpengaruh

besar pada perkembangn afektif dan kognitif perseta didik. Hal tersebut

tentu perlu diimbangi dengan kreativitas serta keuletan mengajar secra

berkesinambungan.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran sastra adalah suatu

proses mengenalkan, menghayati, menafsirkan, serta mengapresiasi sebagai

sesuatu yang bernilai dan berguna untuk kehidupan.

c. Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas

Karya sastra kususnya novel dapat dijadikan media pembelajaran

pendidikan karakter di SMA, pemebelajaran karya sastra yang apresiatif

dapat menumbuhkan karakter rasa ingin tahu, kerativitas, kepekaan

terhadap sekitar dan sebagainya. Namuan belakang ini pembelajaran sastra

di sekolah belum berjalan secara optimal. Guru menganggap materi

pembelajaran sastra lebih sulit katimbang dengan materi kebahasaan.

Page 48: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

32

Terlebih lagi ketersedian bahan bacaan di perpustakaan sekolah

terkadang belum memadai. Sehingga dirasa siswa dianggap terlajur tidak

menyukai karya sastra, padahal mungkin saja karena keterbatasan sarana

dan prasarana pendukung saja. Merujuk pada Permendiknas Nomor 22

tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) Pembelajaran sastra di SMA merupakan

bagian dari pembelajaran Bahasa Indonesia yang bertujuan agar peserta

didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) berkomunikasi secara

efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku; (2) menghargai dan

bangga menggunkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pemersatu dan

bahasa negara; (3) memahami bahasa Indonesia serta menggunakannya

secara tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; (4) menggunakan Bahasa

Indonesia untuk meningkatkan intelektual, serta kematangan emosional dan

sosial; (5) menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas

wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan kemampuan dan

pengetahuan berbahasa; (6) menghargai dan membanggakan sastra

Indonesia sebagai khazanah manusia Indonesia. Dapat dilihat bahawa

pembelajaran karya sastra menjadi komponen penting dalam meningkatkan

ketrampilan peserta didik, serta mendapat ruang tersendiri sebagai

pengentar peoses pembelajaran.

Menurut Gani (1988:15), memberikan kesempatan pada siswa untuk

memperoleh pengetahuan sastra merupakan tujuan utama pembelajaran

sastra, dengan sasaran ahkir mampu mengapresiasi cipta rasa. Dalam hal ini

peserta didik tidak dituntut untuk menjadi sastrawan handal, melainkan

diharapkan dapat memahami pengetahuan dasar tentang karya sastra,

sehingga pengetahuan peserta didik tidak hanya tentang ilmu kebahasaan

saja, tetapi juga ilmu sastra.

Terdapat tiga aspek penting yang tidak dapat ditinggalkan jika ingin

menerapkan model pemebelajaran sastra, yaitu dari sudut pandang bahasa,

latar belakang budaya peserta didik, serta tinjauan psikologis. Penjelasan

tentang ketiga aspek tersebut adalah sebagai berikut:

Page 49: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

33

1) Bahasa

Aspek kebahasaan dalam sastra tidak hanya ditentukan pada

masalah kebahasaan saja, tetapi juga cara penulisan pengarang, ciri-ciri

karya sastra pada waktu penulisan karya sastra tesebut, serta kelompok

pembaca yang ingin dijangkau pengarang. Penguasaan bahasa

sebenarnya berkembang melalui tahapan-tahapan yang tampak jelas

melalui individu. Sementara perkembangan sastra melalui tahapan-

tahapan yang melewati banyak aspek kebahasaan.

2) Latar Belakang Budaya

Peserta didik lebih mudah memahami pesan karya sastra jika suatu

karya sastra dekat dengan latar belakang kehidupan pembacanya.

Terutama bila tokoh yang berada dalam karya tersebut mempunyai

kemiripan dengan pembaca, atau lingkungan hidupnya. Guru

seharusnya memilih karya sastra yang diminati siswanya sehingga dapat

menyajikan karya sastra yang tidak terlalu menuntut gambaran di luar

jangkauan yang dimiliki oleh siswa, karena materi yang baik harus

relevan dengan peserta didiknya.

3) Psikologi

Perkembangan psikologi anak melalui tahap-tahapan yang cukup

jelas dipelajari. Dalam pengejaran sastra perkembangan psikologi siswa

harusnya perlu diperhatikan karena berpengaruh besar terhadap minat

siswa dalam mempelajari materi. Antara satu kelas dengan kelas yang

lain tentunya memiliki kecenderungan minat yang berbeda. Oleh sebab

itu karya sastra yang dipilih hendaknya sesuai dengan tahapan psikologi

kelas. Dalam kurikulum 2013 siswa diajak belajar tentang lima

pengalaman belajar pokok yaitu: mengamati, menanya, mengumpulkan

informasi, mengasosiasi, mengkomunikasikan, mencipta. Pembelajarn

tersebut tertuang secara rinci dalam penjabaran kurikulum 2013

terhadap materi ajar sastra terdapat di kelas XI dan XII, secara ringkas

dapat dilihat pada tabel 2 materi ajar sastra kelas XI.

Page 50: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

34

Tabel. 2 Materi Pengajaranar Sastra Kelas XI Sekolah Menengah Atas

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR SMA KELAS XI

1. Menghayati dan

mengamalkan ajaran

agama yang dianutnya

1.1 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan

bahasa Indonesia dan menggunakannnya sesuai

dengan kaidah dan konteks untuk mempersatukan

bangsa

1.2 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan

bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai

sarana komunikasi dalam memahami, menerapkan,

dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui

teks

cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi

kompleks, dan film/drama

1.3 Mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan

bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai

sarana komunikasi dalam mengolah, menalar, dan

menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks

cerita pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi

kompleks, dan film/drama

2. Menghayati dan

mengamalkan perilaku

jujur, disiplin, tanggung

Jawab, peduli (gotong

royong, kerjasama,

toleran, damai), santun,

responsif dan proaktif

dan menunjukkan sikap

sebagai bagian dari solusi

atas berbagai

permasalahan dalam

2.1 Menunjukkan perilaku tanggung Jawab,

responsif dan imajinatif dalam menggunakan

bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian,

misteri, imajinasi, serta permasalahan remaja dan

sosial

2.2 Menunjukkan perilaku tanggung Jawab, peduli,

dan proaktif dalam menggunakan bahasa Indonesia

untuk memahami dan menyampaikan permasalahan

sosial, lingkungan, ideologis, dan kebijakan publik

2.3 Menunjukkan perilaku jujur, tanggung Jawab,

dan disiplin dalam menggunakan bahasa Indonesia

Page 51: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

35

berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan

sosial dan alam serta

dalam menempatkan diri

sebagai cerminan bangsa

dalam pergaulan dunia

untuk menceritakan kembali kecelakaan lalu lintas,

narkoba, dan kriminal (terorisme)

2.4 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, peduli,

dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia

untuk memaparkan kebijakan lingkungan dan

perdagangan bebas

2.5 Menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan

tanggung Jawab dalam penggunaan bahasa

Indonesia untuk menjelaskan film/drama, humor,

dan laga

3. Memahami,

menerapkan, dan

Menganalisis

pengetahuan faktual,

konseptual, prosedural,

dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin

tahunya tentang ilmu

pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan

humaniora dengan

wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan,

dan peradaban terkait

penyebab fenomena dan

kejadian, serta

menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang

kajian yang spesifik

sesuai dengan bakat dan

3.1 Memahami struktur dan kaidah teks cerita

pendek, pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks,

dan film/drama baik melalui lisan maupun tulisan

3.2 Membandingkan teks cerita pendek, pantun,

cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama

baik melalui lisan maupun tulisan

3.3 Menganalisis teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama baik

melalui lisan maupun tulisan

3.4 Mengevaluasi teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama

berdasarkan kaidah-kaidah teks baik melalui lisan

maupun tulisan

Page 52: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

36

minatnya untuk

memecahkan masalah

4. Mengolah, menalar,

dan menyaji dalam ranah

konkret dan ranah

abstrak terkait dengan

pengembangan dari yang

dipelajarinya di sekolah

secara mandiri, bertindak

secara efektif dan kreatif,

serta mampu

menggunakan metoda

sesuai kaidah keilmuan

4.1 Menginterpretasi makna teks cerita pendek,

pantun, cerita ulang, eksplanasi kompleks, dan

film/drama baik secara lisan maupun tulisan

4.2 Memproduksi teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama yang

koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan

dibuat baik secara lisan mupun tulisan

4.3 Menyunting teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama sesuai

dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan

maupun tulisan

4.4 Mengabstraksi teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama baik

secara lisan maupun tulisan

4.5 Mengonversi teks cerita pendek, pantun, cerita

ulang, eksplanasi kompleks, dan film/drama ke

dalam bentuk yang lain sesuai dengan struktur dan

kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan

Berdasarkan tabel di atas teks sastra yang menjadi kajian dalam K13

adalah (1) teks cerita pendek, (2) pantun, (3) cerita ulang, dan (4) drama.

Novel dan puisi tidak menjadi kajian, kecuali pantun yang termasuk

puisi lama. Sebaiknya pertimbangan penentuan materi kajian ini

dimunculkan dalam naskah akademik agar menjadi jelas dasar

pijakannya. Kondisi itu harus menjadi bagian dari tantangan. Peluang

sekecil apa pun yang terdapat pada K13 harus diperjuangkan dengan

menyusun pembelajaran sebaik-baiknya. Kita berharap para guru serius

mendalami sastra yang memang memerlukan perhatian guru sebagai

pengajar dan penafsir teks sastra pada saat pelaksanaan pembelajaran.

Page 53: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

37

Guru, harus mencintai sastra dengan memperlihatkannya kepada

para siswa. Penularan kecintaan tidak dapat hanya lewat kata, tetapi

perilaku yang lebih mengena. Jika siswa tahu bahwa gurunya senang

membaca sastra melalui ungkapan-ungkapan yang “nyastra”, secara

positif akan mempengaruhi siswa mencari tahu sendiri, lalu

menirukannya karena bisa dilihat, dan bisa disaksikan.

B. Kerangka Berpikir

Untuk mempermudah suatu penelitian perlu dibuat kerangka pikir atau

konsep dengan tujuan membuat arah penelitian menjadi jelas. Kebudayaan

tidak lepas dari simbol-simbol. Simbol-simbol inilah yang menjadi ciri khas

atau yang memperkaya kehidupan masyarakat terutama di dunia pendidikan.

Sastra merupakan produk budaya yang bermediumkan bahasa berisi cerminan

masyarakat dan nilai-nilai kehidupan.

Karya sastra perlu dibedah untuk lebih sedarhana diambil nilai-nilainya.

Sehingga berguna tidak hanya untuk pembaca namun siapa pun yang

membutuhkanya. Sebagai salah satu bentuk karya sastra, novel tentunya

memiliki banyak nilai-nilai moral, potret sosial, bahkan suatu kebudayaan dari

masyarakat penciptanya. Penelitian ini berfokus dalam meneliti novel sebagai

salah satu genre sastra yang terlahir dari lingkungan hidup sastrawan. Sebagai

seorang yang selalu mengalami perkembangan dalam lingkungan sosialnya,

tentu novel ini lahir dari segala kegelisahannya akan cara pandangnya tentang

hidup bersama.

Cerita dalam sastra seperti novel tidak hanya gambaran imajinatif

pengarang saja namun juga merupakan cerminan atau pandangan pengarang

terhadap keadaan masyarakat yang sebenarnya. Pandangan tersebut dapat

berupa nilai-nilai kehidupan dan pesan moral yang ingin pengarang sampaikan

pada pembaca. penelitian ini akan mengambil novel sebagai salah sastu ganre

sastra untuk dijadikan objek penelitian. Kajian penelitian ini berfokus pada

antropologi sastra, pendidikan karakter serta relevansinya sebagai pemeblajaran

sastra di Sekolah Menengah Atas.

Page 54: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

38

Penerapan penelitian karya sastra berpusat pada unsur intrinsik objek yang

mendominasi seperti tema, tokoh, dan setting dalam novel Dua Ibu. Penelitian

ini di arahkan pada kajian unsur-unsur budaya dalam novel. Secara konkret

penelitian antropologi sastra difokuskan untuk menemukan aspek kebudayaan

Jawa yang berupa sistem kepercayaan, sistem religi, sistem mata pencarian,

sistem kesenian, serta hasil budaya. Selain itu peneliti juga mencari nilai-nilai

pendidikan karakter yang telah terungkap dalam delapan belas aspek oleh dinas

pendidikan, kemudian mengaitkan dengan materi pembelajaran sastra di SMA

sesuai dengan kurikulum 2013 tentang pembelajaran sastra di SMA. Berikut

adalah bagan kerangka berfikir penelitian yang digambarkan secara ringkas

dalam tabel 2.3 sebagai berikut :

Gambar .1 Bagan Kerangka Berpikir

Novel Dua Ibu

Karya Arswendo

Atmowiloto

Antropologi Sastra Nilai Pendidikan Karakter Struktur Novel

Tema, Tokoh, Setting,

dll

1. Kompleksitas Ide

2. Kompleksitas Tokoh

3. Kompleksitas Hasil Budaya

1. Religius 2. Kerja Keras

3. Kreatif

4. Dll

SIMPULAN

Relevansi Novel dengan Materi Pembelajaran Sastra di SMA

Page 55: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

39

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Proses Kreatif Arswendo Atmowiloto

Arswendo merupakan penulis yang sudah makan banyak asam garam.

Sejak muda, beliau telah melakukan banyak pekerjaan kasar sehingga penulis

ini lebih banyak mengangkat cerita masyarakat pinggiran. Kisah yang hampir

sama juga muncul dalam novel Dua Ibu. Pengarang menggambarkan

perjuangan mempertahankan hidup secara komunikatif, mengalir apa adanya.

Cara menulis pengarang membuat pembaca tidak bisa berhenti membaca.

Arswendo Atmowiloto lahir di Solo, 26 November 1946. Ia mulai

menulis dalam bahasa Jawa. Sampai kini karyanya yang sudah diterbitkan

sudah puluhan judul. Ia sudah belasan kali juga memenangkan sayembara

penulisan, memenangkan setidaknya dua kali Hadiah Buku Nasional, dan

mendapat penghargaan baik tingkat nasional maupun ASEAN. Pernah

mengikuti program penulisan kreatif di University of Iowa, Iowa City, USA.

Dalam karier jurnalistik, ia pernah memimpin tabloit Monitor, sebelum

terpaksa menghuni penjara (1990) selama lima tahun.

Pengalamannya dipenjara telah melahirkan sejumlah buku-buku rohani,

sejumlah novel, dan catatan lucu Mengitung Hari, judul tersebut telah

disinetronkan dan mendapat penghargaan pertama dalam Festival Sinetron

Indonesia, 1995. Disusul dengan karyanya yang berjudul Vonis Kepagian

yang juga disinetronkan juga mendapat penghargaan serupa. Setelah

bergabung dengan rumah produksi PT Atmocademas Persada, melahirkan

sinetron yang sempat mempengaruhi pertelevisian Indonesia yaitu Keluarga

Cemara. Pada tahun 2000 mendapat penghargaan dalam Panaconic Awards,

sebagai acara anak terfavorit.

Page 56: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

40

Arswendo menemui Sudwikatmono yang menerbitkan tabloid Bintang

Indonesia yang sedang kembang-kempis. Di tangannya, Arswendo berhasil

menghidupkan tabloid itu. Namun Arswendo hanya bertahan tiga tahun di situ

karena ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo

Sangotrah, yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak

Bianglala, Ina (kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV. Saat ini selain masih

aktif menulis ia juga memiliki sebuah rumah produksi sinetron.

2. Kedudukan Arswendo Atmowiloto dalam Kesusastraan Indonesia

Arswendo yang bernama asli Sarwendo, menganut agama kristen.

Setelah lulus sekolah menengah atas beliau melanjutkan di Fakultas

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Surakarta, namun tidak tamat.

Mulai terjun di dunia kepenulisan pada tahun 1971, cerpennya pertama kali

dimuat oleh majalah mingguan Bahari yang berjudul “Sleko”. Pernah

memimpin Bengkel Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, di Solo (1972),

wartawan Kompas dan pemimpin redaksi Hai, Monitor, Senang, Dan tahun

1979 mengikuti International Writing Program di Universitas Iowa, Iowa

City, Amerika Serikat. Tahun 1972 memenangkan Hadiah Zakse ayas

esaomua "Buyung -Hok dalam kreativitas kompromi.

Hadiah Perangsang Minat Menulis dalam Sayembara Penulisan Naskah

Sandiwara DKJ tahun 1972 dan tahun 1973.Tahun 1975 beliau memperoleh

Hadiah Harapan dalam sayembara serupa untuk drama “Sang Pangeran” dan

“Sang Penasehat”. Dua bukunya “Dua Ibu” dan “Mandoblang”, pada tahun

1981 mendapat penghargaan ASEAN Award di Bangkok serta menjadi buku

nasiona terbaik. Karya-karya Arswendo antaralain :Sleko (1971), Ito (1973),

Lawan Jadi Kawan (1973), Bayiku yang Pertama: Sandiwara Komedi dalam

3 Babak (1974), Sang Pangeran (1975), Sang Pemahat (1976), Bayang-

Bayang Baur (1976), 2 x Cinta (1976), The Circus (1977), Semesta Merapi

Merbabu (1977), Surat dengan Sampul Putih (1979), Saat-Saat Kau Berbaring

di Dadaku (1980), Dua Ibu (1981), Saat-Saat (1981), Pelajaran Pertama Calon

Ayah (1981), Serangan Fajar (1982), Airlangga (1985), Anak Ratapan Insan

Page 57: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

41

(1985), Pacar Ketinggalan Kereta (skenario dari novel Kawinnya

Juminten,1985), Pengkhianatan G30S/PKI (1986), Dukun Tanpa Kemenyan

(1986), Akar Asap Neraka (1986), Garem Koki (1986), Canting (1986),

Indonesia from the Air (1986), Telaah tentang Televisi (1986), Lukisan

Setangkai Mawar: 17 Cerita Pendek Pengarang Aksara (1986), Tembang

Tanah Air (1989), Menghitung Hari (1993), Oskep (1994), Abal-abal (1994),

Berserah Itu Indah: Kesaksian Pribadi (1994), Auk (1994), Projo & Brojo

(1994), Sebutir Mangga di Halaman Gereja: Paduan Puisi (1994), Khotbah di

Penjara (1994), Sudesi: Sukses dengan Satu Istri (1994), Suksma Sejati

(1994), Surkumur, Mudukur, dan Plekenyun (1995), Kisah Para Ratib (1996),

Darah Nelayan (2001), Dewa Mabuk (2001), Kadir (2001), Keluarga Bahagia

(2001), Keluarga Cemara 1, Keluarga Cemara 2 (2001), Keluarga Cemara 3

(2001), Pesta Jangkrik (2001), Senja yang Paling Tidak Menarik (2001),

Dusun Tantangan (2002), Mencari Ayah Ibu (2002), Mengapa Bibi Tak ke

Dokter (2002), Senopati Pamungkas (1986/2003), dan Fotobiografi

Djoenaedi Joesoef: Senyum, Sederhana, Sukses (2005).

B. Hasil Penelitian

Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dianalisis melalui enam

pendekatan Antropologi sastra. Hasil temuan dalam penelitian ini terbagi dalam

lima bagian yang meliputi: (1) Analisis Struktur Novel Dua Ibu, (2)

Kompleksitas ide, (3) Kompleksitas aktivitas tokoh, (4) Kompleksitas hasil

budaya, (5) Nilai-nilai pendidikan karakter dalam Novel Dua Ibu karya

Arswendo Atmowiloto, dan (6) Relevansi Novel Dua Ibu dengan materi

pembelajaran sastra di SMA. Uraian secara lebih lengkapnya hasil penelitian

akan dipaparkan berikut ini.

Page 58: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

42

1. Struktur Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto

Novel Dua Ibu menceritakan pandangan dunia pengarang kehidupan

sederhana yang dijalani para tokoh dengan pendidikan dan tingkat sosial

lemah serta segala macam warna, lika-liku, dan permasalahan kehidupan.

Beragam persoalan hidup ditampilkan dengan berlatar kehidupan pelaku

utama dan orang-orang yang berada di sekitanya. Pengarang menonjolkan

kisah kasih sayang ibu, dengan menyertakan perjuangan hidup, budaya

Jawa, dan keyakinan. Konflik pertama muncul ketika ayah yang seharusnya

menjadi tumpuan keluarga meninggal dunia. Ibu yang kemudian

mengantikan tugas memikul tanggung jawab dalam membesarkan

kesembilan anaknya, walaupun diketahui bahwa anak-anak yang dibesarkan

bukan anak kandungnya.

Namun hal tersebut tidak menurunkan kasih sayang seorang ibu dalam

memberikan yang terbaik kepada anak-anaknya. Tugas Ibu semakin berat

mengetahui uang pensiunan dari ayah tidak akan cukup untuk kebutuhan

sehari-hari. Pada akhirnya permasalahan ekonomi yang pelik memaksa ibu

untuk menggadaikan perabot rumah serta barang-barang peninggalan ayah.

Kisah pengorbanan seorang ibu yang dikisahkan melalui sudut pandang

anak-anaknya bercampur dengan kisah perjalanan hidup, pernikahan adat

Jawa, kasih sayang yang mengharukan.

Banyak pendidikan tentang keikhlasan, pandangan masyarakat Jawa

terhadap masalah, pendidikan karakter melalui kebijaksanaan dalam

pandangan Jawa, dapat digunakan sebagai materi pembelajaran bahasa

Indonesia tentang kajian sastra di SMA untuk kelas XI dan XII. Untuk

menganalisis aspek antropologi dalam Novel Dua Ibu karya Arswendo

Atmowiloto diperlukan analisis dari segi unsur intrinsik karya sastra.

Menurut Nurgiyantoro unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya

sastra itu sendiri (2009:32). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya

sastra hadir, unsur intrinsik yang secara faktual hadir ketika seseorang

membaca karya sastra. Unsur-unsur intrinsik tersebut antaralain adalah

sebagai berikut:

Page 59: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

43

a. Tema

Tema merupakan dasar cerita, gagasan umum sebuah cerita. Selain

itu, tema memberikan kekuatan dan menegaskan kebersatuan kejadian-

kejadian yang diceritakan, sekaligus mengisahkan kehidupan dalam

konteks paling umum. Pengarang menjadikan kasih sayang seorang ibu

sebagai inti keseluruhan cerita.

Novel Dua Ibu mengisahkan arti kata seorang “Ibu” bagi anak-

anaknya. Dalam kehidupan ibu yang melahirkan tidak selalu

membesarkan dan merawat anaknya. Kesulitan ekonomi yang dialami

keluarga semenjak ayah mereka meninggal tidak membuat seorang ibu

gentar mengadapi segala masalah yang terjadi, dengan berbagai upaya

satu demi satu masalah yang ada diselesaikan dengan penuh kasih

sayang dan bijaksana. Pengorbanan, kesabaran, kebijaksanaan, kasih

sayang, serta kegigihan yang ditampilakan sosok ibu dalam

membesarkan kesembilan ankanya menjadikan Novel Dua Ibu dekat

dengan kehidupan keluarga sehari-hari. Dinyatakan pula bahwa dalam

kehidupan ada dua macam ibu. Pertama, sebutan untuk perempuan yang

melahirkan anaknya. Kedua, sebutan untuk perempuan yang merelakan

kebahagianya sendiri untuk anak orang lain, dengan rasa bahagia pula.

Tema pengorbanaan novel ini dapat dilihat melalui pengkisahan yang

dilakukan oleh anak-anaknya maupun melalui surat-surat kiriman

kepada sang ibu.

Ibu melihat semuanya seperti mencatat. Itulah Ibu. Ia tak perlu

makan sedikit pun tapi perlu melihat semuanya kebaikan orang perlu

dicatat, kita tidak boleh melupakan. “Ibu harus makan.” “Sudahlah

dapat saja sudah bersyukur” kata Ibu. (Atmowiloto, 2017. 49)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa kasih sayang seorang ibu

adil terhadap semua anaknya, sang ibu rela tidak makan asalkan semua

anaknya dapat jatah dari nasi hajatan yang diberikan tetangganya. Dari

kutipan tersebut juga dapat digambarkan keadaan ekonomi yang sulit

tidak menjadi penghalang bagi sang ibu untuk tetap menjadi bijak.

Page 60: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

44

Dan mengajarkan kepada anak-anaknya tentang jangan melupakan

kebaikan orang lain.

Aku tak bisa mengerti. Bagaimana mungkin seluruh isi rumah

dikuras habis, tapi Ibu bilang, “Ibu tak bisa memberikan apa-apa.”

Bagaimana mungkin Ibu memberikan kain batik yang dia sendiri

perlukan. (Atmowiloto, 2017. 11)

Kutipan tersebut menggambarkan peristiwa ketika salah satu anak

(Solemah) dari Ibu sudah menikah dan akan meninggalakan rumah.

Dengan ringan hati Ibu memberikan barang-barang yang nantinya

diperlukan si anak tanpa memikirkan dirinya sendiri. Hal tersebut justru

dirasa masih kurang oleh sang Ibu, dan masih berharap bisa memberikan

yang lebih baik lagi. Solemah adalah anak tertua di rumah tersebut

namun sebelum Solemah bisa mambalas kebaikan Ibu, ia justru harus

yang pertama meninggalkan rumah. Kendati demikian Ibu dengan kasih

sayang melepasakan Solemah dan memberikan barang-barang yang dia

sendiri membutuhkanya.

b. Alur

Alur dalam Novel Dua Ibu ini terdapat alur maju atau dengan kata

lain alurnya progresif, di mana peristiwa-peristiwa dikisahkan secara

kronologis, peristiwa pertama diikuti oleh peristiwa selanjutnya, cerita

dimulai dari tahap awal, tengah, dan akhir. Menurut Siswanto alur

adalah peristiwa yang direka dan dijalan secara seksama. Pengarang

mula-mula menceritakan peristiwa demi peristiwa.

Urutan alur tersebut adalah pengarang mulai melukiskan keadaan,

kemudian peristiwa bergerak, lalu peristiwa mulai memuncak, puncak

masalah dalam Novel Dua Ibu cenderung rata dalam setiap bab, namun

dengan gaya bercerita yang ringan dan lucu menjadikan pembaca selalu

tertarik mengikuti satu peristiwa ke peristiwa yang lain.

Satu lagi kelebihan Ibu, kalau marah. Dia tak membuat ku kelihatan

salah. Kalau aku belajar merokok dengan daun singkong kering

yang dibalut kertas koran di kebun, Ia langsung menjewar telingaku

tanpa membuat ku merasa berdosa “Jangan ulangi.” Itu saja, hanya

Ibu yang bisa membuat ku merasa begitu. Waktu Solemah, kakak

Page 61: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

45

yang sulung ditaksir seorang parjurit Angkatan Laut. Ibu

merencanakan sebuah pernikahan, pesta yang dahsyat dan dengan

tepat menggambarkan kehebatan ibu sebagai administrator,

organisator dan tukang sulap sekaligus. Mengatur seribu tetamu,

menyiapkan peniti, kemenyan, undangan, dan pesta hingga selesai.

Tukang sulap yang lihai kerena apa yang menjadi isi rumah lenyap

sebulan setelah pesta usai. Tapi Ibu tersenyum. (Atmowiloto, 2017.

10)

Pada paragraf awal Mamid menceritakan sosok seorang ibu menurut

pandanganya, ibu yang dimilikinya berbeda dengan ibu-ibu lain. Mamid

bingung dengan tindakan yang dilakukan sang Ibu yang tidak pernah

memikirkan kepentinganya sendiri dan malah mendahulukan anak-

anakya, sementara bila dilihat dari hubungan darah mereka hanya anak

yang dititipkan. Terlepas dari hal tersebut Mamid sangat sayang dan

menghormati sosok ibu yang telah membesarkanya dibandingkan

dengan ibu kandungnya sendiri.

Rencananya, semua barang peninggalan Ayah akan

dipertahankan. Meja tulis kesayanganya, sepeda, pakaian, yang

ternyata banyak sekali, topi tropical, sepatu. Tapi semua terjual

sempurna, tanpa sisa. Termasuk asbak gambar singa, kesayangan

Ayah. Kukira memang semua barang disayang. Dirawat dengan

teliti.

Semua dijual untuk membiayai khitanan ku. Ibu pintar melakukan

itu (Atmowiloto, 2017. 30)

Masalah pertama muncul ketika sang ayah meninggal, dengan

demikian keuangan keluarga menjadi tidak stabil seperti sebelumnya.

Ditambah dengan kebutuhan hidup membesarkan sembilan orang anak.

Sang Ibu yang tidak bekerja terpaksa menjual barang-barang

peninggalan ayah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melihat tuntutan

secara sistem adat apabila menikahkan seorang anak harus menggelar

prosesi adat yang memerlukan biaya lebih, begitu juga dengan

menyutankan harus dengan upacara sesuai adat yang telah ditentukan,

juga biaya sekolah kesembilan anaknya yang juga harus dibebankan

kepadanya membuat Ibu harus berhutang karena tidak ada lagi yang bisa

dijual.

Page 62: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

46

Masalah ekonomi yang menjerat keluarga diperparah lagi dengan

pandangan masyarakat yang akhirnya melabel kelurga ibu sebagai

keluarga yang tidak tahu malu karena sering berhutang. Ibu yang

dulunya dikenal sebagai salah satu tokoh di desa bila ada hajatan besar

selalu dimintai tolong, sekarang cenderung dilupakan dan tidak

diharapkan lagi.

Permasalahan mulai mereda ketika satu persatu anak-anak ibu

dengan berat hati meningalkan Ibu memulai kehidupan baru. Mamid

salah seorang anak Ibu mumutuskan ikut dengan ibu kandungnya di

Jakarta karena bujukan dari Jamil. Mamid sebelumnya selalu menolak

dan sempat melarikan diri karena dipaksa tinggal oleh ibu kandungnya.

Lalu Ratsih dengan bantuan Solemah kakaknya, akhirnya ikut diboyong

oleh suaminya yang seorang sersan tentara ke Surabaya. Jamil yang

bercita-cita menjadi seorang petinju nekat merantau menumpang truk

sampai pelabuhan Tanjung Perak, lalu menyebrang ke Singapura

berpetualangan mencari uang. Dengan bermodalkan keberuntungan dan

uang seadanya dia akhirnya dipertemu dengan ayah kandungnya. Herit

anak Ibu yang paling keras kepala, ikut menumpang kakaknya Ratsih di

Surabaya di sana tertarik mengikuti rombongan pemain ludruk dan

akhirnya menjadi penjaga warung pedagang yang mengikuti rombongan

ludruk.

Murjanah pada akhir cerita dikisahkan bekerja sebagai pedagang

dan dapat membantu pengobatan Ibu disaat sakitnya tidak tertahankan.

Ketegangan dan masalah dalam novel dibuat datar dari satu bab ke bab

yang lain. Ketegangan atau klimaks yang terlihat jelas fokus masalah

yang dihadapi dalam cerita Dua Ibu berputar tentang masalah ekonomi,

pendidikan, keluraga menengah bawah. Ibu yang selalu mengajarkan

anakya survive dari maasalah-masalah yang ada, menanamkan nilai-

nilai kehidupan yang nantinya berguna untuk si anak mengarungi

kehidupan barunya.

Page 63: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

47

c. Sudut Pandang

Sudut pandang sering dikaitkan dengan cara bercerita pengarang

dalam menjelaskan berbagai peristiwa. Nurgiyantoro menjelaskan

bahwa sudut pandang adalah strategi, teknik, siasat yang sengaja

dijadikan pengarang untuk mengemukakan gagasan dan cerita. Sudut

pandang merupakan cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara

atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Novel Dua Ibu, sudut pandang yang digunakan adalah sudut

pandang campuran yaitu sudut, pandang orang pertama yaitu “Aku”,

Author participant yaitu pengarang turut serta mengambil bagian dalam

cerita. Dan juga pengarang juga menggunakan sudut pandang orang ke-

tiga, yaitu pengarang bertindak sebagai orang yang serba tahu.

Berikut kutipan yang menyatakan hal yang menjelaskan sudut

pandang orang pertama:

Hari itu masih pagi sekali. Aku sudah bangun. “ tidur lagi, masih

terlalu pagi.

” Katanya lirih.

“Jam berapa?”. Ibu menggerakkan bahu.

“Masih pagi.”.

“Ibu tidak tidur ?”.

“Ya”.

“Sejak Kemarin”.

“Ya, tidur lagi.”. Pasti sejak dua tiga hari ini Ibu tidak tidur.

(Atmowiloto, 2017. 23)

Sudut Pandang orang ketiga, pengarang sebagai orang yang serba

tahu, menceritakan peristiwa yang terjadi:

Jamil masih sempat melihat kereta api hitam sebelum menyelinap

ke bahwah terpal truk. Kali ini petualangan yang lebih panjang,

pikirnya bangga. Bukan sekali jalan dan pulang pada hari yang

sama. Jamil menyelinap diantara kandang babi. Di antara tumpukan

dan deretan kandang babi yang dibuat dengan bambu secara kasar,

masih tersisa untuk satu badan. Asal masuknya seperti rokok

kedalam mulut. Harus hati-hati karena mungkin potongan bambu

Page 64: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

48

yang kasar menyayat kulit, menyobek tajam seperti silet.

(Atmowiloto, 2017. 155)

d. Tokoh dan Penokohan

Tokoh merupakan pemegang peran dalam novel atau drama

sedangkan penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas

tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Masalah

penokohan dalam sebuah karya fiksi merupakan hal yang penting karena

tidak akan mungkin ada suatu karya fiksi tanpa adanya tokoh yang

diceritakan.

Waluyo (2002:165) menyatakan penokohan merupakan cara

pandang pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh,

hubungan tokoh dengan cerita yang lain, dan watak tokoh-tokoh itu.

Dengan penggambaran watak pada pelaku maka cerita tersebut

memunculkan;

(a) tokoh protagonis dan tokoh Antagonis, (b) tokoh utama dan tokoh

tambahan, (c) tokoh datar dan tokoh Bulat.

1) Ibu (Ibu Martono)

Tokoh ibu dideskripsikan sebagai seorang yang gigih untuk

menghidupi anak-anaknya yaitu Solemah, Mujanah, Adam, Ratsih,

Jamil, Herit, Mamid, Priyadi dan Prihatin. Sosok seorang ibu,

digambarkan dengan begitu tangguh. Menghidupi, membesarkan

sembilan anak yang sebenarnya bukan anak kandungnya semua.

Harus memasak, bekerja keras menjadi buruh masak, serta

sampai menjual brang-barang yang peninggalan suaminya, sampai

bagaimana membagi uang yang begitu minim dari pensiunan

almarhum suaminya. Karakter ibu masuk dalam tokoh protagonis

karena karakter yang dimiliki oleh sosok Ibu dalam cerita

merupakan tokoh yang kita kagumi atau yang populer dengan

sebutan “hero”.

Waktu itu Ibu seminggu-paling tidak lima hari tidak makan

apapun juga. Ini luar biasa bukan karena Ibu tahan melakukan

itu. Bukan hanya itu. Ini luar biasa. Karena ibu adalah koki, yang

Page 65: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

49

barangkali, paling hebat. Reputasi ini bukan aku yang

menyebutkan. Pengakuan ini datang dari lingkungan.

(Atmowiloto, 2017. 32)

“Tidak Mungkin, Sih. Dia mengenal Ibu. Dulu waktu dia ada

keperluan, Ibu yang memasak disana. Tiga hari tiga malam. Kita

ditinggal. Ingat ?” (Atmowiloto, 2017. 56).

Tokoh Ibu juga digambarkan adalah seseorang yang pandai dan

pintar bercerita tentang sejarah tetapi juga sabar dan pemaaf.

Mengajarkan bagaimana hidup dalam kekurangan tetapi menyikapi

segala hal dengan bijaksana penuh dengan sifat “narimo”. Sifat

tersebut secara tidak sadar masuk dalam ingatan si anak yang kelak

digunakan sebagai bekal hidup pada masa mendatang.

“Ibu bisa bercerita dengan fasih sampai ke Raden Fatah, Raja

Demak yang pertama. Ayah suka tertawa kalau Ibu bercerita.

Dan biasanya Ibu berhenti kalau Ayah tertawa. Kukira Ayah

jahat, kukira diriku turunan raja Demak.” (Atmowiloto, 2017.

27)

Tokoh Ibu memiliki hubungan pada setiap tokoh yang

diceritakan. Ibu menjadi pusat tempat berkumpulnya anak-anak.

Sebagai tokoh yang saling terkait dengan tiap tokoh lain,

penggambaran tabiat dan perjuangan ibu pun digambarkan oleh

tokoh-tokoh pembantu tersebut.

2) Ayah (Pak Martono)

Pada novel ini sosok ayah digambarakan sebagai orang yang

memiliki watak teliti, pintar, suka membantu, dan ramah. Sosok

ayah tidak banyak diceritakan, hanya satu bab saja yang benar-benar

mewakili bagimana gambaran secara besar sosok sang ayah tersebut.

Diketahui bahwa Ayah bekerja sebagai abdi Kraton Kasunanan

dengan gaji rendah. Ayah memilih menjadi abdi Kraton daripada

bekerja pada Belanda, walaupun gajinya lebih besar.

Dengan ijazah AMS. Ayah tidak bisa bekerja menjadi pamong

praja yang baik, tetapi ayah tidak mau bekerja sama dengan

Belanda. Lebih suka bekerja sebagai abdi dalem di Keraton

Page 66: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

50

Kasunanan. Gajinya sangat kecil. Kata orang Ayah suka jadi

Priyayi. (Atmowiloto, 2017. 26)

Sosok ayah juga memiliki sifat sabar, dan penuh pertimbangan

dalam segala hal, pengarang juga menggambarkan sosok ayah

sebagai seorang yang periang dan suka bercanda terhadap

keluarganya. Namun juga memiliki sifat keras dan disiplin terhadap

gagasan yang sudah diputuskanya.

Walupun tertidur sampai mendengkur, Ayah cepat sekali sadar

kalau bagian bahwah bantal disentuh. Padahal memang disitulah

ayah menyimpan duit. Aku tidak pernah berhasil mencuri, ayah

selalu berhasil menelanjangi. “Saya tidak mau mencuri. Saya

mau melihat apakah bantalnya ada kepindingnya.”, “Benar.”,

“Tentu benar.”, “Nah, kalau begitu coba sekarang cari. Juga di

kasur. Kalau perlu dibawa keluar sana.”. itulah Ayah, jadinya

bukanya dapat duwit malah dapat kepinding. (Atmowiloto,

2017.26)

3) Solemah

Solemah adalah anak sulung dan yang paling dulu meninggalkan

rumah karena ikut suami sebagai seorang tentara Angkatan Laut di

Surabaya. Mempunyai dua orang anak dan sering mengirimi surat

kepada Ibu. Solemah sering berbagi cerita tentang keluh kesah

bagaimana menjadi seorang istri tentara yang sering ditinggal

bertugas. Solemah digambarkan memiliki sifat yang sederhana,

sabar, menerima apa adanya, setia, dan berbakti kepada orang tua.

Hal tersebut dapat dilihat dari surat-surat Solemah yang sering

mendoakan serta memberikan sedikit kiriman uang atau barang

kepada keluarga yang ditinggalkanya.

Mas Jon dapat tugas berlayar ke Irian Barat. Jadi, kemungkinan

saya sekeluarga tidak bisa datang. Rasanya sudah kangen sekali.

Apalagi sekarang Toni sudah bisa menelungkup sendiri. Apa

betul bayi pertama kali bilang mbah, baru pak, dan terakhir buk

?

Ah, Ibu sekarang sudat dipanggil Mbah. Mbah artinya tambah

lho. Ibu jangan terlalu memikirkan saya. Sedikit atau banyak

sekarang saya sudah berusaha sendiri. Tapi yah, masih begini.

Maklum Mas Jon masih prajurit. (Atmowiloto, 2017. 20)

Page 67: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

51

Dalam surat Solemah selalu diselipkan doa dan bakti yang

ditunjukan pada Ibu yang membesarkanya. Solemah juga sering

melampirkan foto anaknya sebagai bentuk kabar tentang

perkembangan cucu Ibu yang pertama karena tidak bisa pulang ke

Solo. Tokoh Solemah diceritakan pengarang hanya melalui surat-

surat yang dikirimkanya kepada keluarga yang ada di Solo.

Hubungan tokoh Solemah dengan tokoh lain tidak terlalu banyak

dipaparkan. Beberapa tokoh yang pernah berhubungan langsung

dengan Solemah dalam novel ini adalah Ibu, Herit, Ayah, Jon, Jamil,

Ratsih, Pak Mo, dan Mbak Marni.

4) Murjanah

Novel Dua Ibu tidak banyak tokoh yang digambarakan secara

detail. Penggambarannya pun cenderung diceritakan oleh tokoh lain

yang berhubungan dengan tokoh terkait, sehingga tidak banyak data

yang dapat diambil. Salah satunya adalah tokoh Murjanah,

Murjanah sendiri menikah beberapa waktu setelah Solemah

kakaknya menikah dan sudah berada di Surabaya. Berbeda dengan

kakaknya Murjanah setelah menikah tinggal bersama suaminya

dirumah Ibu.

Kak Murjanah tidak dibawa pergi suaminya. Malah suaminya

berada dirumah kami. Meraka berdua membuat kamar. Ah, tidak

membuat kamar tetapi memakai kamar di ruang dalam.

(Atmowiloto, 2017. 16)

Murjanah mempunyai watak pemarah, mungkin tekanan

ekonomi dan sikap suaminya (Agustus), yang membuatnya

berwatak keras. Murjanah belum mempunyai anak dan cenderung

takut dengan sumai. Pada akhir kisah dijelaskan bahwa Murjanah

memutuskan setia serta mau mengikuti kehendak suaminya,

Murjanah dengan suaminya membuka usaha kios berdagang hingga

sukses dan sering membantu Ibu ketika sakit. Berikut kutipannya:

Page 68: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

52

Dan Kak Murjanah sama sekali tidak berani melawan. Melawan

? membantah pun tidak berani. Membantah ? Bahkan menantang

sinar mata suaminya pun tak berani. (Atmowiloto, 2017. 53)

“Ibu yang menyembuhkanku,” katanya keras seperti dulu. “Ibu

bilang aku harus mengikuti suamiku. Itu benar. Kalo tidak

begitu, aku akan selalu menderita. Sekarang aku dagang , Mid”.

Dari Adam aku mendengar bahwa kak Murjanah membuka toko.

Dan suskes. Dan banyak membantu Ibu disaat sakitnya tak

tertahankan. (Atmowiloto, 2017. 293)

5) Jamil

Jamil digambarkan dengan watak yang pemberani dan suka

berpetualang. Dibalik wataknya yang tidak bisa menerima keadaan

dan cenderung pemberontak, Jamil mempunyai watak yang baik hati

terhadap ibu dan saudara-saudaranya. Pendidikan Jamil tidak tamat

sekolah menengah pertama, serta mempunyai karakter sedikit

pelupa. Jamil nekat merantau dengan bekal seadanya, dengan

harapan menjadi orang sukses dan pulang dapat membahagiakan Ibu

yang telah membesarkanya.

“Sambil berlayar aku bisa bertinju. Suatu hari nanti kita pulang.

Kapalku akan ku rapatkan di Bengawan Solo untuk menjemput

Ibu. Dan kau jadi dokter.”

“Jendral, kemarin juga ku bilang jendral.”

“O. ya, ya jendral. Jendral kancil. Aku lupa.”

(Atmowiloto, 2017. 65)

6) Ratsih

Tokoh Ratsih digambarkan oleh pengarang sebagai seorang

perempuan yang paling cantik diantara saudara perempuanya secara

fisik Ratsih memiliki mata indah, pipi lembut, rambut yang

berombak dan kulit yang kuning bersih. Ratsih memiliki sifat yang

penakut, suka dengan kebersihan, gampang sakit, penyayang,

sederhana dan polos. Pemikiranya terhadap keadaan yang dihadapi

rasional dan solutif. Ratih menikah dengan sersan Untung Subarkah

yang berselisih hampir 10 tahun darinya namun tetap menerima

suaminya apa adanya. berikut kutipannya:

Page 69: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

53

Esok paginya aku dibawa ke dokter. Ratsih yang mengantar.

(Atmowiloto, 2017. 55)

“Saya mau diajak bukan karena akan dibelikan sepatu. Saya tahu

sepatu saya sudah jebol ujungnya.”

Untung minta maaf. (Atmowiloto, 2017. 178)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Ratsih mengantar Mamid

yang sedang sakit saat itu ke tempat dokter. Walupun mereka

mampunyai banyak saudara Ratsih tetap mengantarkan Mamid

karena kasih sayang sebagai seorang kakak. Kutipan tersebut juga

menjelaskan ketika Ratsih diajak Untung pergi ke Taman Sriwedari,

sepulang dari Sriwedari, Untung berinisiatif membelikan sepatu.

Ratsih yang dibelikan sepatu malah menangis dan merasa terhina

oleh perbuatan Untung. Melihat hal tersebut Untung meminta maaf

kerena perbuatan yang tidak disengajanya. Sikap polos Ratsih,

membuat Untung binggung namun tetep sayang terhadap calon

istrinya tersebut.

7) Mamid

Tokoh Mamid adalah tokoh utama dan yang paling banyak

bercerita tentang sosok Ibu dalam novel ini. Mamid juga

digambarkan sebagai anak yang paling dekat dengan ibu, diceritakan

Mamid dititipkan oleh ibu kandungnya yang merantau ke Jakarta

untuk merubah nasib. Mamid sendiri cendreung asing dengan ibu

kandungnya, yaitu Tante Mirah. Suatu ketika Mamid yang masih

sekolah dikelas enam SD, diajak jalan-jalan dengan dinaikan mobil

oleh ibu kandungnya. Mamid tidak menduga bahwa ternyata yang

dikiranya jalan-jalan itu ternyata adalah cara yang digunakan ibu

kandung Mamid untuk menjeputnya ikut ke Jakarta. Setelah sampai

di Jakarta Mamid kabur dari rumah dan menjual jam untuk membeli

tiket pulang ke Solo. Karakter Mamid digambarkan oleh pengarang

sebagai anak kecil yang sederhana, pemberani, penyayang, polos,

juga suka memberi.

Page 70: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

54

Walupun Mamid sering dijadikan bahan olok-olokan karakter

lain, Mamid tidak pernah mempedulikan hal tersebut.

Aku tak peduli dikatakan miskin. Memang kenyataanya begitu.

Aku juga tak sakit hati diberi roti. Memang hobinya begitu. Tapi

aku tak rela dikatakan aku mengemis padanya.

Aku tak pernah mengemis, tak pernah meminta apa-apa. Kalau

dia datang memberi, itu soalnya sendiri. (Atmowiloto, 2017.52)

Malam ini aku ingin bertemu Limbuk. Besok aku ke Jakarta, dan

tidak bisa bertemu lagi denganya. Ah, mungkin Limbuk perlu ku

beri karet gelang yang banyak. Agar ia tak perlu repot mencari

lagi. Rumahnya sepi. Aku ragu-ragu. Setelah kukitari sambil

pura-pura berdehem (tapi masih belum juga disapa) aku

mengetuk.

Senang hatiku karena Limbuk sendiri yang membukakan pintu.

Agak berkurang senang ku karena Mbok Grembul ikut

menemui. (Atmowiloto, 2017. 84)

8) Adam

Tokoh Adam adalah salah satu anak Ibu yang paling pendiam

diantara saudaranya yang lain. Adam sering dikira anak aneh oleh

saudara-saudaranya. Adam sering kali menghilang seorang diri dan

entah kemana tidak ada yang tahu tentang yang dikerjakanya. Ia

tidak mempunyai hubungan yang baik dengan ayah kandungnya.

Adam digambarkan memiliki sifat yang mandiri, misterius,

perhatian dengan hal-hal kecil, setia dan keras kepala. Namun Adam

adalah anak yang berbakti kepada orang tuanya, sikap bakti yang

tampak adalah niat Adam untuk membelikan Ibu mesin jahit. Adam

sampai bekerja menjadi pengapur rumah orang demi menabung

membelikan Ibu mesin jahit.

Adam adalah saudaraku yang paling aneh. Ia bisa menghilang,

melakukan segala sesuatu seorang diri. Tak suka bercakap. Tak

mudah mengetahui apakah Adam sudah makan atau belum,

sudah mandi atau belum, di rumah atau di sekolah, atau entah di

mana.

Ia mengurus dirinya sendiri. Mencuci baju, membersihkan

sepatu. Memang ia sesekali ke rumah Pakdhe Wiro. Yang

katanya ayah kandung sebenarnya, tapi itu lebih memang dugaan

belaka. Justru Pakdhe Wiro lah yang lebih sering mencari. Adam

Page 71: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

55

paling marah kalau dicari Pakdhe Wiro. Itu pantangan.

(Atmowiloto, 2017. 96)

Dari kutipan di atas menjelaskan bahwa watak Adam yang lebih

suka menyendiri melakukan segala hal yang diinginkan. Adam juga

cenderung tertutup dengan keluarganya sampai akhir hayat sang Ibu,

Adam tetap menemani dalam keadaan senang dan susah.

9) Herit

Pengarang menjelaskan bahwa Herit adalah salah satu anak Ibu

yang paling manja di antara saudaranya yang lain. Dalam sebuah

peristiwa Herit membandingkan jika ia memiliki dua ibu seperti

Mamid, ia pasti akan merasa bahagia. Herit seperti yang dijelasakan

dalam surat Ratih, bahwa sebenarnya dia adalah adik kandung dari

Murjanah, dan anak kandung dari Budhe Sastro. Namum orang tua

Herit dan Murjanah tidak ada penjelasan secara rinci, hanya

disebutkan dalam satu surat yang dikirim oleh Ratih kepada Ibunya.

Sampai akhir kisah tidak ada pejelasan tentang petemuan tokoh

Herit dengan orang tuanya. Herit memiliki sifat keras kepala, galak,

serakah, berkemauan keras, pemarah, tetapi juga pemberani. Ikut

rombongan ludruk dan bekerja sebagai seorang penjaga warung.

Dan belum menikah sampai akhir cerita. Berikut kutipannya:

Yang saya herankan itu kenapa anak sekecil Herit sudah berani

lari, sudah berani membantah. Rasanya dulu saya, Ratih,

Mujanah, bahkan Tante Mirah atau Jamil saja tidak ada yang

berani membantah. Herit memang lain ya Bu, atau anak-anak

sekarang sudah tambah pintar?. (Atmowiloto, 2017. 231)

Sekarang ia membanggakan diri sebagai pemain ludruk. Yang

benar bukan pemain. Ia bergambung di perkumpulan ludruk

untuk menjaga warung disana. Hidupnya pasti keras tapi ia

memang boleh dibanggakan. Apa yang malu-malu dikerjakan

Mbakyu Solemah, dikerjakan tanpa canggung. Harit pula yang

mempertemukan seluruh keluarga setiap tanggal dan bulan

kematian Ibu (Atmowiloto, 2017. 295)

Page 72: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

56

10) Priyadi dan Prihatin

Prihatin dan priyadi adalah anak Ibu paling kecil daripada

saudara-saudaranya yang lain. Seperti anak-anak ibu yang lain

priyadi dan prihatin dititipkan oleh orang tuanya kepada Ibu. Priyadi

dan Prihatin adalah adik kandung dari Adam. Ibu kandung mereka

meninggal ketika melahirkan Prihatin. Pakdhe Wiro merupakan

ayah kandung mereka dan selalu mencoba membujuk ketiga

anaknya untuk tinggal bersama denganya. Namum mereka selalu

menolak terutama Adam.

Priyadi memiliki karakter yang penurut dan suka mambantu.

Prihatin diceritakan belum pernah masuk sekolah namun

mempunyai hobi untuk menggambar. Kedua tokoh ini tidak banyak

diceritakan oleh pengarang, namun sampai akhir hayat Bu Marsono

(Ibu) mereka selalu menemani bahkan setelah pindah rumah ke Batu

Retno.

Adam bermaksut membelikan Ibu sebuah mesin jahit bekas. Ia

membuat layang-layang, mengapur rumah orang, membuat

mainan yang dijual Priyadi, menjual kelereng, mengumpulkan

prangko bekas yang semuanya ditabung. (Atmowiloto, 2017.

248)

Ibu sedang menjahit memakai kacamata baru.

Lukisan itu dibuat oleh Prihatin. Ibu sendiri tidak tahu jika tidak

ada tulisan “IBU”, yang ditulis dengan gemetar. Tulisan tangan

anak yang belum pernah masuk sekolah. (Atmowiloto,

2017.248)

11) Tante Mirah (Sumirah)

Tante mirah adalah ibu kandung dari Mamid, ia menitipkan

Mamid ketika masih bayi kemudian merantau untuk mencari

penghidupan di Jakarta bersama suaminya Om Bong, yang

merupakan seorang petinggi di produksi pertelevisian Jakarta.

Dengan suaminya Tante Mirah mempunyai dua orang anak, yaitu

Marga dan Mamine dan tinggal dan membuat rumah di Jakarta.

Page 73: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

57

Tante Mirah selalu berusaha membujuk Mamid untuk tinggal

bersama denganya di Jakarta, namun Mamid selalu menolak ajakan

Tante Mirah. Tante Mirah digambarakan mempunyai watak

penyayang, cerewet, darmawan, dan pencemburu. Terhadap anak-

anaknya ia selalu memberikan yang terbaik sebagai seorang Ibu.

Walupun demikian Tante Mirah selalu mengajarakan kepada anak-

anakya untuk selalu berbuat baik, rajin dan taat beribadah, dan

disiplin.

“Mid, taruh diember yang kotor.”

“O, ternyata disitu.”

“Pakai handuk yang ada tulisan namamu itu. Jangan keliru

dengan yang lain.”

“O, ternyata. ah, tadi aku pake handuk yang tulisanya good

morning.”

“Simpan sendiri sabunya.”

“Juga sikatnya, dan odolnya.” (Atmowiloto, 2017. 117)

“Gak Pernah sisiram ya.”

“Pernah”

“Sisiran Sendiri”

“Ibu yang menyisir”

“Mana? Lengket begini. Kalau begitu kau kembali ke kamar

mandi lagi sana, ya. Pake shampo lidah buaya itu. Ambil sedikit,

tuangkan, rambut basahi dulu, gosok sampai lama, bilas sampai

benar-benar bersih. Pakai air pancuran yang ada di atas.

Itu memang disediakan untuk keramas. Sebaiknya kau tutup

kordenya Mid, supaya airnya tidak ke dinding. Kasihan bibi terlalu

capek membersihkan. (Atmowiloto, 2017. 118)

“Saya salah terus. Saya tidak bisa mendidik. Saya bodoh. Tidak

tahu apa-apa. Kalau saya campur tangan selalu keliru. Menanyakan

urusan mu pacaran, salah. Menanyakan kamu pergi dengan

perempuan lain, salah. Kalau terus-menerus salah apa guananya

saya di rumah ini?”. (Atmowiloto, 2017. 276)

12) Om Bong

Om Bong, tidak diketahui nama aslinya siapa. Ia merupakan

suami dari Sumirah dan ayah kandung Mamid. Bekerja di

pertelevisian dan mempunyai jabatan yang tinggi. Hidup sukses di

Jakarta mempunyai hubungan dekat dengan tokoh-tokoh negara.

Page 74: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

58

Mempunyai pembawaan yang santai dan darmawan, Om Bong

suka bercerita tentang pengalamanya bertemu dengan tokoh-tokoh

besar di Jakarta.

Waktu pulang andongnya berhenti di toko sebantar. Om Bong

membeli radio. radio Itu lalu dicoba. Siaran wayang. Herit benar.

Diputarnya keras-keras oleh Herit, Om Bong malah terkekeh.

(Atmowiloto, 2017. 78)

“Biara saja kalau diambil. Di mana pun bisa hidup. Ya, Mid? Ibu

juga pindah rumah tidak apa. Koran apa saja yang kalian baca?

Apa dibilang menganai Papi?”.

“Papi antek Amerika. Harus di-retool dari televisi.”

“Busyet, kalian lebih mengerti bahasa itu.” Om Bong tertawa.

(Atmowiloto, 2017. 238)

13) Mas Jon

Tokoh Mas Jon atau John adalah suami dari anak sulung Ibu

Solemah. Ia adalah seorang tentara Angkatan Laut yang sering

meninggalkan rumah utuk bertugas. Dan pernah dikirmkan ke Irian

barat untuk meredakan ketegangan disana. Ia dalah tentara

berpangkat prajurit mempunyai sifat keras, disiplin, sayang terhadap

keluarganya, tegas, bertanggung jawab. Sebagai seorang tentara

Mas Jon banyak mendapatkan tanda jasa atas kegigihanya dalam

menjalankan tugas. Rekan sesama tentara juga menghormati Jon

karena mendapatkan juara sebagai penembak terbaik di ajang

perlombaan PON.

Tidak lama kemudian mas Jon menyusul, katanya Toni

menangis. Herit tak mau keluar dari kamar. Mas Jon hanya

meminta sampai Toni diam dan tertidur, sesudah itu semuruh

hidupun tak mau mengajak juga tida apa. Hih, kalu mas Jon

marah saya jadi takut. (Atmowiloto, 2017. 226)

Kutipan di atas menjelaskan ketika Herit mengajak Toni anak

dari John bermain hingga seharian penuh. Herit pergi tanpa izin

akhirnya Mas John marah dan membuat Herit lari ke rumah Ratih.

Melihat Toni yang tidak mau berhenti menangis, akhirnya John

membujuk herit untuk pulang. Namun Herit tetap menolak, dan hal

tersebut membuat Jon geram dengan Herit.

Page 75: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

59

14) Untung Subarkah

Untung Surbarjan adalah anak dari keluarga yang borjuis. Ia

adalah sumai dari Ratsih yang sebelum menikah meminta Bu

Marsono mengubah namanya menjadi Ratih agar terdengar lebih

bangsawan. Mempunyai sifat pemalu, penyayang, bertanggung

jawab dan jujur. Ketika hendak membawa Ratih menemui orang

tuanya di Malang Untung yang menyediakan semua kebutuhan

Ratih. Ia adalah seorang sersan satu asrama ketentaraan dengan

suami Solemah, Mas Jon. Diceritakan setelah membangun keluarga

dengan Ratih Untung Subarkah hidup berkecukupan namun belum

dikarunia anak.

Untung duduk di kursi dengan kaku. Tidak merokok. Tidak

pandai berbicara, tidak membuat gerakan yang bisa menetralisir

kebekuanya. Bicaranya pendek dan cepat habis. “Ini ada titipan

dari Bu Jon. Pepaya hasil kebun sendiri.”. dua kalimat sudah

habis. (Atmowiloto, 2017. 174)

Untung subarkah mengurus semuanya. Membelikan tas yang

agak bagus di Tunujungan, membelikan tiket kereta api separuh

harga, mencarikan jip yang pintunya hanya bisa ditutup dengan

tali tambahan, serta mangangkut sendiri nangka besar dan buah

pisang setandan. (Atmowiloto, 2017. 189)

Kutipan di atas menjelaskan tentang peristiwa bertemunya Ratih

dan Sersan Untung sebelum melangsungkan pernikahan. Untung

terlihat gugup ketika berkunjung di rumah Bu Marsono untuk

bertemu Ratih. Untung tidak pandai dalam menyembuyikan rasa

gugup pada dirinya dan tetap bersikap sederhana.

15) Agustus

Agustus atau Agus, adalah suami dari Murjanah. Mereka

menikah setelah Solemah dan tinggal di Rumah Ibu. Agus memiliki

sifat pelit, pemarah dan egois, namun pintar mencari peluang

berdagang. Sering kali Agus mengecewakan istri dan Ibu walaupun

kedudukanya hanya menumpang dirumah Ibu. Diceritakan juga

bahwa Agus sering kali mengabaikan keluarga dibandingkan

dengan urusan pribadinya.

Page 76: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

60

Agus sibuk sendiri dua hari sebelumnya. “Soalnya aku sudah janji.

Dagang tidak boleh mengingkar janji. Akan ku usahakan datang

waktu perkawinan nanti.” (Atmowiloto, 2017. 200)

Selalu saja ada yang diminta. Membelikan rokok, mengambilkan

rokok Ibu, mengambilkan korek, menyuruh cari asbak, menyuruh

membeli rokok eceran yang murah tapi jauh, mengatakan rokonya

bau sabun. Padahal betapapun kecil kembalianya selalu diminta.

Bahkan kalau dikasih permen. Dia sendiri yang mengulum.

(Atmowiloto, 2017. 17)

16) Pakdhe Wiro

Wiro adalah ayah kandung dari Adam, Priyadi, dan Prihatin.

Istrinya sudah meninggal ketika melahirkan prihatin, ketiga anaknya

dititipkan kepada Ibu karana kesulitan biaya dan tidak bisa

mengurus. Sifat yang dimiliki oleh Wiro adalah egois, tidak

bertanggung jawab, suka berprasangka, pemaksa, malas, serta tidak

suka berbelit-belit.

“begini asal muasalnya. Saya akan usaha buka warung kecil-

kecilan. Siapa yang membantu kalau bukan Adam? Lagi pula

Adam kan juga harus sekolah yang benar. Harus belajar yang

teratur. Sudah besar. Sebentar lagi yah, bagaimana layaknya

orang yang sudah dewasa. Saya sendiri sudah tua. Slametan

mbakyumu sudah selesai semua, sekarang tidak ada yang

menyalahkan kalau tanah warisan saya jual. Itu maksut saya”.

(Atmowiloto, 2017. 245).

17) Paman (Bapak dari Agustus)

Paman yang di sini tidak disebutkan dengan jelas siapa nama

sebenarnya. Ia adalah ayah dari tokoh Agus, suami dari Murjanah.

Hubungan tokoh paman dengan Ibu adalah sebagai besan dari

keluarga Agustus. Pada peristiwa Murjanah menangis karena tidak

betah tinggal dirumah paman disebutkan, bahwa keluraga dari

paman menjelek-jelekan keluarga Bu Marsono karena dituding

selalu minta bantuan. Hal-hal kecil seperti memberi roti pun dibesar-

besarkan oleh keluarga paman saat berkunjung ke rumah Ibu.

Page 77: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

61

Mamid yang tidak terima dengan perlakuan tersebut

memberanikan diri menegur Paman dan menjelaskan bahwa

keluraga Bu Marsono tidak seperti yang paman kira.

“Ibu tidak sejahat itu, Paman,” aku berteriak “kami tak pernah

jahat. Juga kepada tukang gadai di mana pun. Suatu hari akan

kami bayar semua.”

“Bagus, Mid. Kapan kaubayar?” “Nanti.” “Kalau kau sudah jadi

jendral?” “Ya.”

Paman tertawa. Hahahahaha. Panjang sekali.

“Cepatlah jadi jendral, Mid.”

“Ya,” aku menjawab sungguh-sungguh.

“Tapi jangan kudeta, nanti kau ditembak mati.” Paman tertawa

lagi. Panjang. Hahahahhaahhahaha. Bergelak. Lalu tanpa

memperhatikan aku, masuk kerumah. Di dalam dia bercerita,

lalu tertawa lagi. Yang mendengar juga ikut tertawa.

Hahahahahahahahahaha. (Atmiwiloto, 2017. 52)

Sifat yang dimiliki tokoh Paman adalah sombong, tidak meng

hargai, suka menyindir, suka membicarakan orang, dan kurang

sopan.

18) Limbuk

Suryani atau yang sering dipanggil dengan sebutan Limbuk,

merupakan teman bermain Mamid. Rumah Mamid dengan Limbuk

berdekatan, sering kali Limbuk diolok-olok oleh teman-temanya

sebagai kekasih Mamid.

Limbuk sering meminta bantuan Mamid untuk mengerjakan

pekerjaan memilah rambut bekas. Ganti dari bantuan Mamid

Limbuk membelikan es lilin ketika uang jajanya berlebih. Di

sekolah Limbuk lebih suka dipanggil dengan sebutan Lilis, dia suka

dengan sebutan Lilis karena mirip dengan nama penyanyi terkenal.

Limbuk mempunyai sifat baik hati, rajin, sabar, suka memberi.

Berikut kutipannya. Pekerjaan itulah yang harus dilakukan Limbuk.

Sehari penuh, sepulang sekolah, Limbuk selalu melakukan itu.

Kadang Mbok Grembul ikut melakukan sampai larut malam.

“Kau Kerjakan dulu ya, Mid”.

“Ya.”

Page 78: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

62

“Nanti ku belikan es lilin”

“Ya.” (Atmowiloto, 2017. 83)

19) Mbok Grembul

Mbok Grembul adalah ibu dari tokoh Limbuk, tidak diketahui

dengan jelas nama aslinya. Mbok Grembul membesarkan Limbuk

seorang diri dengan berkerja sebagai pengumpul rambut dari satu

rumah ke rumah yang lain. Rambut-rambut tersebut kemudian

diolah sedemikian rupa dan dijual kembali kepada yang

membutuhkan. Mbok Grembul mempunyai watak keras, pekerja

keras, tekun, galak, dan suka memaksa. Berikut adalah kutipannya:

Pagi-pagi sekali Mbok Grembul sudah pergi. Keliling kampung,

masuk setiap rumah. Disetiap pintu selalu terkenal lagu kata-kata,

“Punya rambuttt, Pakkkk, Buuuuuu, Dik, Leeee, Nok…?” Kalau

belum ada yang menjawab, ia akan menunggu terus.

“Mana Limbuk?”

“Beli es. Saya disuruh menunggu.” Begitulah yang dipesan Limbuk.

Mbok Grembul mengangguk-angguk.

“Banyak es bisa batuk.”

“Bagusan juga minum air sumur,” katanya lagi.

Sudah begitu saja. (Atmowiloto, 2017. 82-84)

20) Tikem

Tikem adalah seorang pembantu dari keluarga Arab. Tempat

tinggal Tikem bersebelahan dengan rumah Ibu. Tikem berasal dari

Wonogiri, mempunyai seorang anak yang diasuh neneknya. Suami

tikem sudah kawin lagi dan Tikem memutuskan merantau di Kota

Solo bekerja sebagai pembantu rumah tangga.

Sifat yang dimiliki tokoh tikem adalah suka memberi, suka

menggoda, sabar, pintar memasak. Berikut adalah kutipannya:

Tikem suka memberi lauk-pauk. Selalu memberi sayuran.

Masakanya mungkin enak, tetapi selera majikanya yang Arab itu

mungkin terlalu pedas buatku. Mungkin juga karena aku makan

dengan digado saja, tanpa nasi, jadi terlalu pedas. (Atmowiloto,

2017. 91)

Page 79: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

63

e. Latar / Setting

Latar atau setting diartikan sebagai pembentukan peristiwa

akibat persinggungan antartokoh, terjadi pada suatu waktu dan

tempat tertentu. Latar memberikan gambaran secara nyata dan

memperjelas tema, serta dapat berwujud tata cara, adat istiadat,

kepercayaan dan nilai-nilai yeng berlaku di tempat yang

bersangkutan. Dalam uraian berikut ini, latar akan dibagi menjadi

tiga, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar sosial.

1) Latar Tempat

Novel Dua Ibu sebagaian besar mengambil latar tempat Kota

Solo atau Surakarta, Provinsi Jawa Tengah. Tokoh dalam Novel

Dua Ibu menyebutkan beberapa kata daerah seperti “Mbakyu

Solemah” sebutan untuk kakak perempuan, “Pakdhe Wiro”

sebutan untuk paman, “Senthong” kamar dalam rumah Jawa

yang biasanya untuk tempat penyimpanan, “Andong” adalah

kereta yang ditarik oleh kuda biasanya digunakan untuk alat

transportasi mengangkut barang atau orang.

Latar tempat Kota yang menjadi tempat terjadinya peristiwa

lain adalah Kota Surabaya, Jakarta, Malang, Singapura. Berikut

adalah kutipannya:

a) Taman Sriwedari

Taman Sriwedari merupakan taman hiburan rakyat yang

dibangun oleh Pakubuono ke-X, tepatnya di daerah Laweyan

Kota Surakarta. Di dalamnya terdapat taman bermain anak-

anak, kebun binatang, galeri kesenian, dan gedung

pertunjukan kesenian Wayang Orang.

..sore hari Om Bong mengajak makan di rumah makan.

“Semua boleh ikut.”

“Ke Sriwedari saja,” kata Herit. Ia selalu mempunyai

usul untuk pergi. Ia selalu menyebut Taman Sriwedari.

Tapi mau menyebut mana lagi? Itulah satu-satunya

taman hiburan. Di sana ada ketoprak, wayang orang, dan

Page 80: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

64

kebun binatangnya kalau siang buka. (Atmowiloto,

2017.

Kutipan di atas adalah peristiwa ketika Tante Mirah ibu

kandung tokoh Mamid dan Om Bong datang menjemput

Mamid untuk dibawa tinggal di Jakarta. Om Bong mengajak

makan di luar, sekalian untuk liburan di Kota Solo bersama

dengan anggota keluarga yang lain. Mereka berangkat

dengan menggunakan andong, namun Ibu memilih tidak ikut

dan lebih suka di rumah saja.

b) Rumah Ibu (Bu Martono)

Pengarang tidak menyebutkan secara rinci di mana

rumah tempat tinggal Ibu. Berdasarkan hasil analisis, hanya

ada keterangan banwa rumah Ibu berada di Solo Kota,

mempunyai halaman yang luas, pendopo, serta ruangan yang

lengang. Berikut adalah kutipannya:

Aku sadar, bahwa sebenarnya rumah yang kudiami

sangat luas sekali. Bagian pendopo, yang dulu dipenuhi

tiga pasang kursi satu terdiri dari atas empat pasang

kursi, yang dua lainya masing-masing dua kursi- kini

tampak lega. Ruangan yang memang sengaja

memberikan kelonggaran suasana, untuk melihat sekitar,

kini benar-benar membuka dirinya. (Atmowiloto, 2017.

46)

Kutipan di atas menjelaskan bagaimana keadaan rumah

Ibu sebelum dan sesudah Pak Martono suami Ibu meninggal

dunia. Himpitan kebutuhan membuat Ibu harus menjual

prabot rumah tangga termasuk meja, kursi yang berada di

Pendopo rumah untuk bertahan hidup. Kebutuhan lain

seperti biaya sekolah dan menggelar upacara adat

pernikahan serta khitanan pada akhirnya Bu Marsono

memutuskan untuk menjual peninggalan ayah.

c) Asrama Tentara Surabaya

Page 81: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

65

Solemah sebagai anak sulung, sesudah menikah dibawa

oleh suaminya tinggal di asrama tentara tepatnya di daerah

Surabaya, namun tidak disebutkan lebih jelas rincinya di

mana. Adik Solemah, Ratsih setelah menikah juga diboyong

oleh suaminya ke asrama tentara satu kompleks dengan

kakaknya Solemah. Perbedaan pangkat suami Solemah yang

lebih rendah dari Suami Ratsih tidak menjadi penghalang

untuk tetap menghormati satu sama lain sebagai hubungan

adik-kakak keduanya, walaupun sebenarya mereka tidak

sedarah. Berikut kutipannya:

Keadaan saya di Surabaya dalam lingkup Tuhan Yang

Maha Kuasa. Saya harap keadaan Ibu dan semua anak

demikian pula. Lain daripada itu, saya dan Mas Jon minta

maaf sebesar-besarnya kepada Ibu. Karena baru

sekarang baru bisa menulis surat kepada Ibu.

(Atmowiloto, 2017. 230)

Selama di Rumah Solemah, Ratsih tidur di kursi panjang.

Kalau Mas Jon bertugas Ia bisa tidur bersama Solemah

dan Toni. Kebetulan Mas Jon tidak bertugas dan ia tak

bisa tidur bersama, walau ranjangnya cukup besar.

(Atmowiloto, 2017. 183)

d) Rumah Tante Mirah Om Bong

Setelah Mamid setuju tinggal dengan ibu kandungnya

Sumirah. Mamid dijemput dan dibawa tinggal bersama di

Jakarta. Mamid yang terbiasa hidup sederhana di Solo, pada

awalnya kebinggungan dengan tempat tinggal barunya.

Perlahan-lahan Mamid mulai terbiasa dengan hal-hal baru

yang ditemui di rumah tersebut, seperti lampu kamar yang

menyala secara otomatis, kamar mandi yang ada shower,

telepon rumah bila bunyi harus bagaimana, hingga

bagaimana menyetel volume pada televisi.

Oom Bong memasukan mobilnya ke garasi. Ia juga

menikmati keherananku. Seakan heran ku menunjukan

betapa sebetulnya rumah ini telah berubah jauh. Di mana

saja, kesombongan semacam ini sama. “Ini tempat

ayunan dulu, sekarang dibikin taman. Di atas garasi itu

Page 82: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

66

ada loteng. Buat jemur pakaian. Lalu dibagian belakang

ada air mancur. Kami pindah ke belakang. Di depan tidak

aman. Lagi pula kami bikin untuk nikmati sendiri, bukan

untuk dipamerkan. (Atmowiloto, 2017. 110).

Kutipan di atas menjelaskan bagaimana keadaan rumah

Tante Mirah di Jakarta. Mamid hampir memperlihatkan

keheranan ketika pertama kali tiba karena berbeda dari

terakhir kali dia datang.

e) Stasiun Gambir Jakarta

Merujuk pada peristiwa ketika tokoh Mamid dijemput

secara paksa oleh Sumirah untuk diajak tinggal bersama di

Jakarta. Beberapa tempat pernah disinggahi oleh Mamid,

seperti pasar Senen, Stasiun Gambir, yang menunjukan

bahwa itu adalah daerah di Jakarat.

Mamid walaupun seorang anak yang masih kelas enam

SD, memberanikan diri pulang dengan naik kereta sendirian

dari Jakarta ke Solo. Mamid terpaksa mencuri jam di rumah

Sumirah, yang kemudian dijualnya untuk biaya selama

diperjalanan pulang ke Solo.

Esoknya aku mencuri jam dinding. Kubawa begitu saja.

Kalau tak salah ke pasar Senin atau Tanah Abang. Aku

tak bisa mengingat. Deretan toko dan orangnya banyak,

dan semuanya bisa dicapai dengan bemo dari rumah

Tante. Lalu aku ke Gambir dan membeli tiket pulang ke

Solo. (Atmowiloto, 2017. 35)

f) Rumah Mbok Grembul

Pada peristiwa Mamid akhirnya mau dibawa oleh ibu

kandungnya ke Jakarta, Mamid ingin mengucapkan

perpisahan dengan sahabat yang disayanginya, yaitu

Limbuk. Namum Mamid ragu apakah ada orang di rumah

saat itu. Mamid memberanikan diri untuk menemui Limbuk

di rumahnya. Dengan menangis Limbuk mengucapkan

Page 83: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

67

salam perpisahan kepada Mamid. Hal tersebut membuat

Mamid yakin bahwa Limbuk juga sayang terhadapnya.

Rumahnya sepi. Aku ragu-ragu. Sambil kukitari sambil

berpura-pura berdehem (tapi masih belum juga disapa), aku

mengetuk. Senang hatiku karena ternyata Limbuk sendiri

yang membukakan pintu. Agak kurang senang karena Mbok

Grembul ikut menemui. (Atmowiloto, 2017. 85)

g) Stasiun Solo Balapan

Peristiwa yang terjadi pada cerita Novel Dua Ibu, banyak

yang berlatar daerah Surakarta salah satunya adalah Stasiun

Solo Balapan.

Tokoh Mamid dan Ratsih pernah menyebutkan bahwa

mereka berpergian dari Stasiun Solo Balapan entah itu untuk

ke Jakarta maupun hendak ke Surabaya. Berikut kutipannya:

Ratsih berjalan dari rumah ke Stasiun Solo Balapan,

hampir enam kilometer, perlahan-lahan. Tidak ada yang

membantu membeli kacis. Tidak ada yang membantu

mencari kereta api, dan ia tak pernah berpergian

sebelumnya. (Atmowiloto , 2017. 182)

h) Penjara Singapura

Jamil memberanikan diri ikut kapal dagang ketika

hendak merantau. Dari kapal tersebut Jamil dianggap

sebagai penumpang gelap dan tertangkap oleh polisi patroli

laut. Akhirnya Jamil dibawa dan dimasukan ke dalam sebuah

penjara. Ternyata kapal yang ditumpangi Jamil tidak hanya

membawa timah tetapi juga barang-barang selundupan. Dari

situ Jamil ikut menjadi tersangka penyelundupan barang-

barang tersebut dan akhirnya dipenjara oleh pihak

Singapura.

Malam itu ia dipinggirkan, diangkut oleh truk dibawa ke

tahanan. Sampai kamar tahanan, Jamil masih belum tahu

di mana dia berada. Apakah ini di Siangapura, di Penang,

atau bahkan masih di Jakarta. Ketika Jamil bertanya ia

dibentak “Tutup mulut !.” (Atmowiloto, 2017. 254)

Page 84: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

68

2) Latar Waktu

Latar waktu merupakan waktu kapan peristiwa yang dialami

tokoh tersebut terjadi. Latar waktu biasanya menunjukan kapan

peristiwa tersebut terjadi. Secara keseluruhan cerita Novel Dua

Ibu mengambil waktu Kota Solo sekitar tahun 1960 sampai

1980-an. Digambarkan dengan suasana Kota Solo yang masih

mempergunakan andong, Taman Sriwedari yang masih berjaya,

Radio sebagai sarana penyampai informasi yang masih efektif.

Beberapa tokoh juga pernah menyebutkan beberapa

peristiwa kemerdekaan, sengketa Irian Barat sampai dengan

televisi saat itu masih belum berwarna. Pada kapan peristiwa

terjadinya juga disebutkan pagi, siang, sore dan malam oleh

tokoh cerita. Berikut adalah kutipannya:

Bung Karno itu hebat. Bisa pidato bahasa Jerman di PBB. Ia

diakui oleh seluruh dunia. Lihat saja. Proyek saya membuat

televisi di mana saya bekerja. Itu pikiran jenius. Lalu

bercerita soal televisi. Soal penyanyi. “ Sekarang yang top

adalah Lilis Suryani, dan Diah Iskandar. Sudah dengar lagu

Surat Cinta?”

Saya merinding ketika manyaksikan adegan itu. Kennedy,

berguling berdarah. Huh, ngeri sekali. Kalau saja berwarna,

ah, nggak tahulah.”

“Apalagi ketika Oswald dibunuh. Ditembak oleh Jack

Warden, ya Jek Warden. Kelihatan jelas sekali.”

(Atmowiloto, 2017. 88)

Berikut adalah latar waktu tentang kapan terjadinya

peristiwa pagi, siang, sore, dan malam.

Kereta itu berangkat pagi sekali dan sampai Di Solo setelah

tengah malam. Rasanya semua penumpang tak dapat tempat

duduk. Semua berdasarkan, semua berkeringat tapi tidak ada

yang pingsan. (Atmowiloto, 2017. 36)

Ternyata Pesta siang dengan pecel komplet dan belut goreng

hanya berlaku sekali jalan. Buktinya, sore hari, Oom Bong

mengajak makan di rumah makan. (Atmowiloto, 2017. 71)

Page 85: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

69

3) Latar Sosial

Latar sosial adalah hal-hal yang berkaitan dengan perilaku

kehidupan sosial masyarakat pada tempat tertentu. Latar

belakang sosial yang ditampilkan dapat berupa pendidikan,

pekerjaan, bahasa, tempat tinggal, adat kebiasaan, suku, dan

agama.

1) Agama

Pada saat Mamid pindah bersama ibu kandungnya,

Mamid mengalami perpindahan agama, yaitu dari Islam ke

Katolik. Keluarga ibu angkat Mamid menganut Islam dan

ketika Mamid memutuskan ikut dengan ibu kandungnya

Mamid berganti agama menjadi Katolik.

Hal tersebut tidak membuat tokoh Mamid mengalami

pergolakan batin yang besar, mungkin karena Mamid masih

anak-anak dan mempunyai watak penurut.

“Mid.”

“Ya.”

“Kartu posmu benar-benar membuat kami bangga

setengah mati. Namun juga sedih sekali. Satu-satunya

surat dari anakku adalah ucapan Selamat Hari Raya

Lebaran. Padahal kami keluarga Katolik, dan sejak lahir

kau sudah dipermandikan. Kau tak pernah tahu itu kan,

Mid?” (Atmowiloto, 2017. 106)

“Mid, sini.”

“Ya.”

“Kau dulunya Islam?”

“Ya.”

“Nggak boleh ganti agama. Islam melarang.”

“Ya.”

“Itu namanya kafir, Mid. Apalagi dulu kau pernah salat.

Aku lihat kain sarungmu. Kau harusnya Islam. Biar di

manapun, orang Islam harus tetap Islam. (Atmowiloto,

2017. 143)

Page 86: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

70

2) Bahasa

Penggunaan latar dan budaya Jawa tidak menjadikan

novel ini sebagai novel yang banyak menggunakan bahasa

Jawa. Novel ini cenderung menggunakan bahasa Indonesia

sehingga konsumsi novel bisa terarah pada kelompok

masyarakat mana pun.

Penggunaan bahasa Jawa pun hanya pada kalimat-

kalimat pendek yang mudah dipahami oleh masyarakat

umum seperti panggilan, Pakdhe, mbakyu, maupun mbah.

Rasanya aneh, kalau memakai baju baru bukan pada Hari

Raya Lebaran. Terlalu banyak menarik perhatian. Dan

mereka selalu menyindir dengan kalimat yang itu-itu

saja: dara mangan pari, durung bakda wis nganyari.

Minggu pertama ketika aku pergi ke gereja dengan baju

model angkatan laut, aku pernah bercerita, dan Oom

Bong meminta diterjemahkan arti kalimat itu.

“Itu semacam pribahasa, ah mungkin juga peribahasa.

Aku tidak tahu. Artinya merpati makan padi, belum

Lebaran, sudah pakai baju baru.” (Atmowiloto, 2017.

145)

3) Pekerjaan

Penghasilan utama dari keluarga Ibu adalah dari gaji

ayah. Ayah sendiri bekerja sebagai seorang abdi dalem

Keraton Kasunanan. Walupun sebenarnya dapat bekerja

dengan gaji yang lebih tinggi ayah lebih memilih begitu

karena sifatnya yang membenci pihak Belanda. Setelah ayah

meninggal Ibu hanya bisa mengandalkan pensiunan dari

suaminya untuk bertahan hidup.

Dengan ijazah AMS, Ayah tidak bisa bekerja menjadi

pamong praja yang baik. Tapi ayah tidak mau kerja sama

dengan Belanda. Lebih suka menjadi abdi dalem Kraton

Kasunanan. Gajinya sangat kecil, kata orang Ayah lebih suka

jadi priyayi. (Atmowiloto, 2017. 26)

Page 87: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

71

4) Pendidikan

Tidak dijelasakan secara jelas pendidikan yang tokoh Ibu

tempuh semasa hidupnya. Namum banyak nilai-nilai tentang

falsafah kehidupan yang diajarkan Ibu kepada kesembilan

anaknya. Ibu tidak pernah mengharapkan balasan atas jasa-

jasanya, walaupun telah diketahui bahwa kesembilan

anaknya tersebut bukanlah anak kandung dari tokoh Ibu.

Hanya anak yang dititipkan kepadanya saja. Namun Ibu tetap

menganggap mereka adalah anaknya sendiri. Memberikan

kasih sayang seperti anaknya sendiri.

Pendidikan yang terlihat pada anak yang dibesarkan Bu

Marson berasal dari pendididkan formal mulai sekolah dasar

(SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah

menengah atas (SMA). Selain itu pengarang juga

menjelaskan pendidikan Pak Marsono, yaitu AMS,

merupakan sekolah yang didirikan Belanda pada saat itu

untuk menjadikan warga pribumi tenaga kerja bergaji murah.

Saat ini ajaran-ajaran moral yang seperti tokoh Ibu ajarkan

sudah mulai surut.

Kawat itu laku lebih murah daripada yang ku duga. Tapi

bisa untuk membeli beras. Ratsih juga membeli cabe dan

garam. Di pasar diam-diam aku mencuri tomat, sambil pura-

pura berbicara. Namun ibu marah ketika aku bercerita.

“kemiskinan dekat sekali dengan kejahatan. Kalau kau

miskin tanpa manjadi jahat, kau akan memetik hasilnya.”

(Atmowiloto, 2017. 47)

Waktu itu Ratsih kelas satu SMP. Dia tidak naik lagi.

Ternyata matanya bermasalah. Dari pemeriksaan sekilas saja

sudah dipastikan Ratsih memerlukan kaca mata. Waktu itu

kami sangat miskin luar biasa. Sudah biasa kalau kami hanya

makan satu kali. Tapi Ratsih memakai kacamata, tiga hari

kemudian Jamil yang mengajaknya ke toko kacamata. Jamil

yang memberikan. Padahal dia tidak bekerja. Ia juga tidak

bersekolah. Ia keluar. Kata orang ia berkelahi dengan guru

olahraga. (Atmowiloto, 2017.41)

Page 88: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

72

5) Adat Kebiasaan

Adat istiadat Jawa kental dengan keseharian tokoh dalam

cerita hal tersebut terlihat, ketika Solemah anak sulung Ibu

menikah terlihat jelas tentang bagaimana prosesi pernikahan

adat yang diselenggarakan. Juga ketika Ratsih menikah

dengan Sersan Untung, Ibu berperan sebagai administrator,

organisator, tukang masak sampai dengan undangan

pernikahan. Penggambaran adat istiadat pada Novel Dua Ibu

juga terlihat saat Mamid dikhitan. Berikut adalah

kutipannya.

Yang tidak bisa ditolak adalah ketika Ibu

menggendongku.

“Digendong?”

“Ya.”

“Aku bisa jalan sendiri kok.”

“Tentu saja bisa.”

“Kenapa harus digendong?”

“Untuk syarat. Dari pintu depan ini sampai pagar.”

“Biar apa, Bu?”

“Biar Ibu saja yang menggendong sakit mu,” Jawab

orang lain Itulah Ibu.

Ia tak mau menjawab sendiri. Itulah Ibu yang perananya

telah disiapkan oleh adat. Menanggung sakit anak yang

dikhitan. (Atmowiloto, 2017. 31)

f. Amanat

Membaca Novel Dua Ibu mengajarakan pada pembaca tentang apa

itu arti kata “Kasih sayang, seorang Ibu”, perjuangan seorang ibu tidak

berhenti ketika melahirkan anaknya saja. Lebih dari pada itu sosok Ibu

dalam cerita mengajarkan tentang bagaimana memberikan pelajaran

hidup bersabar, ikhlas terhadap masalah yang tengah dihadapi. Serta

pengorbanan membesarkan sembilan anak seperti anaknya sendiri.

Pelajaran hidup seperti, “kita harus mengingat dengan kebaikan orang”

agar suatu hari kita dapat membelasanya sudah semakin jarang

sekarang.

Page 89: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

73

Keikutsertaan Ibu pada kehidupan anak-anaknya tergambar jelas

melalui surat-surat Solemah dan Ratsih. Solemah sering bercerita

tentang anaknya, suaminya dan tetangganya dan sering menanyakan

bumbu masakan. Kalau Ratsih dari awal sudah sering bercerita tentang

malam pertama, tentang adiknya, Herit sampai keinginannya untuk

punya anak.

Tokoh Mamid juga mengingat akan belajar dengan giat biar cepat

menjadi jendral kemudian ingin membalas kebaikan Ibu. Mereka semua

meski hanya dididik oleh Ibu yang tidak melahirkan mereka tapi

memiliki bakti yang luar biasa besarnya. Hingga selalu

mengikutsertakan Ibu pada setiap hal, ketika mereka mengalami

kesulitan yang mereka panggil yaitu Ibu. Untuk menguatkan hati

mereka dan agar tetap bertahan dalam hidup.

Ibu, Surat

Untuk anak-cucu semua di Jakarta.

Hidup itu adakalanya gelap adakalanya terang. Jangan terlalu

sedih kalau lagi gelap, jangan terlalu gembira kalau lagi

terang. Ibu tak bisa apa-apa, berjalan pun sekarang tak bisa

mintalah selalu kepada Tuhan. Tuhan lah yang maha

mengatahui. bagiNya selalu ada jalan untuk kita yang selalu

meminta. Kalian masih sembahyang di gereja, kan?

Ibumu

(Atmowiloto, 2017. 289)

2. Kompleksitas Ide dalam Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto

Secara sederhana, kompleksitas gagasan, norma, dan peraturan Novel Dua

Ibu ialah wujud kebudayaan yang berupa ide. Sistem ide terdapat pada ranah

kognitif manusia karena bersifat abstrak dan tidak dapat dilihat mata.

Lokasinya ada di dalam kepala atau dalam perkataan orang lain, dalam alam

pikiran masyarakat tempat kebudayaan itu hidup. Analisis terhadap Novel

Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto, menunjukkan adanya kompleksitas ide

sebagai salah satu wujud budaya Jawa yang bersifat tidak benda dan universal.

Gagasan tersebut satu dengan yang lain selalu berkaitan kemudian menjadi

suatu sistem.

Page 90: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

74

Kompleksitas ide dalam penelitian ini dipilah menjadi empat bagian,

yakni meliputi: (a) ide tentang hakikat hidup manusia, (b) ide tentang hakikat

kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (c) ide tentang pandangan

manusia terhadap alam semesta, dan (d) ide tentang hakikat hubungan antara

manusia dengan sesamanya.

a. Ide Tentang Hakikat Hidup Manusia

Hakikat hidup manusia mengacu pada pandangan seseorang dalam

memaknai kehidupan. Terdapat kebudayaan yang memandang hidup

manusia sebagai sesuatu yang buruk dan menyedihkan. Pandangan

tentang hidup yang buruk akan membuat manusia memandang dunia

adalah cobaan dan kesengsaraan untuk menuju tempat yang lebih baik,

yakni akhirat. Terdapat pula kebudayaan yang menganggap pandangan

tentang kehidupan adalah sesuatu yang baik, menghasilkan kompleksitas

ide tentang sikap optimisme dan usaha dalam menjalani hidup di dunia

sebaik-baiknya. Pada Novel Dua Ibu terdapat sejumlah data yang

mengacu pada pandangan hidup orang Jawa yang dijadikan sebagai

pedoman tokoh dalam cerita menjalani kehidupan.

Sikap hidup orang Jawa lebih digambarkan pada sikap yang eling,

rila, nerima, dan sabar sehingga cenderung dipahami sebagai hidup itu

hakikatnya menerima takdir dari yang kuasa, yang sudah digariskan dan

manusia selalu berpasrah diri dalam menerima takdirnya. Berikut ini

merupakan paparan data mengenai kompleksitas ide yang berhubungan

dengan hakikat hidup manusia yang terdapat dalam Novel Dua Ibu:

Sebelumnya Ayah jatuh sakit. Sekarang memandangi kami satu per

satu. Ibu memperkenalkan: ini Solemah, sambil memegangkan

tangan Ayah ke tangan Solemah. Ini Mujanah, ini Adam, ini Ratsih

(Ratsih menangis tapi tidak menjerit-jerit), Jamil belum datang.

“Ke mana?”

“Mandi di sungai,” aku yang menjawab

Ini Herit (juga menangis dan menjerit-jerit), dan ini Mamid, lalu dua

adik ku juga diperkenalkan. Yang satu digendong Solemah, yang

satu digendong Ibu sendiri.

“Semua ada di sini minta pangestu”. Ayah mengangguk-angguk

“Kau harus ikhlas.”

“Aku percaya kamu, Bu.” (Atmowiloto, 2017. 28)

Page 91: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

75

Berdasarkan kutipan tersebut menegasakan bahwa Ayah mempunyai

keyakinan terhadap segala sesuatu yang terjadi merupakan kehendak dari

Gusti Allah. Manusia harus ikhlas menerima segala sesuatu yang telah

menjadi takdir-Nya. Tetapi bukan berarti bahwa kita tidak berusaha, lalu

menerima takdir begitu saja. Kita sebagai manusia juga harus tetap

berusaha yang terbaik dalam kehidupan seberat apapun cobaan yang

dihadapi, dan tetap tanpa melupakan Gusti Allah. Berikut adalah cuplikan

kutipannya:

Begitulah kami melwati hari-hari.

Atap seng lebih mahal. Namun bukan berati buburnya lebih kental,

dan tidak berati makan tiga kali. Kecuali Prihatin, yang paling kecil

yang sakit terus, dan Priyadi kakaknya. Selebihnya dua kali. Yaitu

siang dan sore. Ibu dan Jamil kadang kulihat makan dan kadang tidak.

Aku merasakan lapar itu sangat tidak enak, dan sering memaki

karenanya.

“Kita tidak akan mati karena kelaparan, kalau kita sabar Tuhan tidak

pernah tidur.” (Atmowoloto, 2017. 48)

Tokoh Ibu mempunyai keyakinan tentang adanya Tuhan yang akan

selalu menolong hambanya dalam kesusahan. Pandangan tersebut

mencerminkan sikap optimis dalam menjalani kesulitan yang telah terjadi.

Tidak perlu mengkhawatirkan segala sesuatu yang telah terjadi. Selama

kita mempunyai dan mempercayai Tuhan segalanya akan dapat dilewati.

Pepatah Tuhan tidak pernah tidur. Selama kita masih hidup rahmat Tuhan

akan selalu disediakan untuk kita. Nasihat tersebut juga dapat diartikan

bahwa dalam menjalani kehidupan ini jangan berhenti memohon

pertolongan dan petunjuk Tuhan. Di samping itu juga mengingatkan,

bahwa jangan gampang membuat dosa karena Tuhan pasti tahu segala

sesuatu yang ada di dunia ini.

Setiap bangun, aku bersyukur. Satu hari telah lewat ya Tuhan. Satiap

akan tidur, aku bersyukur. Satu hari lagi akan lewat lagi, ya Tuhan.

Semakin banyak hari yang kulewatkan, semakin dekat jarak kembali

ke Ibu. (Atmowoloto, 2017. 124)

Page 92: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

76

Mamid ketika sudah tidak tinggal dengan Ibu (Bu Marsono) selalu

berdoa, serta selalu mengingat ajaran yang telah Ibu ajarkan kepadanya

tentang bersyukur kepada Tuhan setiap hari.

Rasa syukur Mamid adalah ajaran tentang bersikap ingat terhadap

Tuhan bahwa dirinya diberikan waktu dan nikmat dalam hidup. Sikap

tersebut juga mengajarkan tentang kesabaran serta berusaha untuk

mencapai yang diinginkan dalam hidupnya.

“Ya. Tetapi selama kita belum mati kelaparan, kita belum miskin

sekali. Dan Tuhan tidak akan membiarkan kita kelaparan, kalau kita

mau berusaha. Percayalah jangan minta yang bukan-bukan.”

(Atmowoloto, 2017. 181)

Perekonomian keluarga Ibu menjadi jatuh setelah kematian Ayah,

hal tersebut berdampak pada kehidupan sehari-hari yang dijalani tokoh

seperti jatah makan yang berkurang. Pada dasarnya sikap hidup orang

Jawa lebih digambarkan pada sikap yang eling, rila, nerima, dan sabar.

Berdasarkan sikap tersebut, cenderung dipahami sebagai hidup itu

hakikatnya menerima takdir dari Tuhan yang sudah digariskan dan selalu

berpasrah diri. Hidup itu hanya menjalankan apa yang sudah dituliskan

dan digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Buruknya kehidupan jika dijalani

ikhlas, sabar, nerima dan berusaha menyikapinya dengan baik maka

hidup itu akan baik dan menjadikan hidup itu lebih menggembirakan.

Berikut adalah bukti bila kita mengamalkan sikap tersebut:

Seumur hidup kau selalu menderita. Pada hari perkawinan mu nanti,

kau merasakan bahwa kau bisa bahagia, kau bisa merasakan hari

yang istimewa. Istimewa sekali karena itu hanya terjadi sekali dalam

hidupmu. Itulah yang selalu Ibu doakan, Sih. Satu kali dalam

hidupmu. Ucapkan sumpah itu nanti dalam hati, dan Tuhan akan

memberkahi.” (Atmowoloto, 2017. 194)

Kutipan tersebut adalah kata-kata Ibu ketika salah satu anak

perempuanya, Ratsih akan segara melangsungkan pernikahanya.

Namun Ratsih menghendaki bahwa pesta pernikahan nanti berlangsung

sesederhana mungkin. Mengetahui hal tersebut Ibu berbicara kepada

Ratsih bahwa dia juga berhak bahagia.

Page 93: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

77

Selama kita percaya kepada Tuhan maka akan datang di mana kita

kan memetik kebaikan yang telah kita tanam, salah satunya adalah

kebahagian hidup.

Sejak saat itu Murjanah menderita sakit.

Dua bulan di rumah sakit. Dua bulan tidak diberitahu oleh dokter

apa penyakitnya. Ibu juga pergi kepada dukun, meminta kan obat.

Semua nasihat sudah dicoba.

“Berdoa dan ikhtiar.” Itu yang dikatakan Ibu. Itu pula yang

dilakukan Ibu. (Atmowoloto, 2017. 205)

Cuplikan tersebut adalah peristiwa ketika Murjanah sakit dan tidak

kunjung sembuh. Penyebab penyakitanya adalah beban pikiranya

sendiri yang tidak bisa menerima nasib. Dalam ajaran Jawa sikap nerimo

bukan berati pasarh terhadap segala hal, namum sebagai sandaran

psikologis. Hal ini berati orang Jawa mempunyai kewajiban

menghormati tata kehidupan yang ada di dunia ini. Mereka harus

menerima keadaan sambil berusaha sebaik-baiknya dalam

menumbuhkan kedamaian jiwa serta ketenangan emosi. Jika sudah

menjalankan hal tersebut maka kehidupan yang dijalani senantiasa akan

mencapai pada kebahagian hidup.

Saya juga ingin punya anak banyak seperti Ibu. Kok ya belum-

belum juga. Mungkin kalau saya sudah siap dan sudah bersikap

dewasa, Tuhan akan menitipkan momonganya. Betul kan, Bu?

(Atmowoloto, 2017. 214)

Berdasarkan kutipan tersebut Ratsih mempunyai anggapan bahwa

manusia tidak perlu kawatir tentang rejeki yang Tuhan berikan. Tuhan

sendiri yang menjamin rejeki manusia, tidak perlu takut rejeki kita

tertukar dengan rejeki orang lain. Lewat jalan apapun kalau sudah

rejekinya pasti akan jatuh ke tangannya. Pandangan Ratsih yang percaya

tentang hidup dan mati manusia juga telah diatur oleh Tuhan Yang Maha

Kuasa merupakan bentuk ide tentang hakikat hidup manusia.

Page 94: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

78

Pakdhe Wiro berlalu dengan lega. Masih terdengar kalimatnya

yang diucapkan sambil berjalan. “Ya, saya hanya bisa berterima

kasih sekali. Anak-anakku sudah kamu besarkan sampai

sebegitu. Tuhanlah yang akan membalas semua kebaikan itu.”

(Atmowoloto, 2017. 246)

Pada kutipan tersebut Pakdhe Wiro berpesan kepada Ibu, bahwa dia

tidak bisa memberikan apa-apa sebagai balasan karena Ibu telah

membesarkan anak-anaknya. Namun Pakdhe Wiro meyakini bahwa

suatu saat nanti Tuhan yang akan membalas kebaikan yang telah Ibu

berikan. Dalam filsafat Jawa ada pepatah yang mengatakan “Sopo wong

sing nandur bakal ngundhuh”, yang dapat diartikan siapa yang

menanam akan memanen hasilnya. Makna sesungguhnya dari kalimat

tersebut adalah jika kita bila kita berbuat kebaikan kepada seseorang,

kita pun akan mendapatkan kebaikan dihadapan Tuhan maupaun orang

lain yang juga akan berbuat kebaikan kepada kita.

Ibu, Surat

Untuk anak-cucu semua di Jakarta.

Hidup itu adakalanya gelap adakalanya terang. Jangan terlalu

sedih kalau lagi gelap, jangan terlalu gembira kalau lagi

terang. Ibu tak bisa apa-apa, berjalan pun sekarang tak bisa

mintalah selalu kepada Tuhan. Tuhan lah yang maha

mengatahui. bagiNya selalu ada jalan untuk kita yang selalu

meminta. Kalian masih sembahyang di gereja, kan?

Ibumu

(Atmowiloto, 2017. 289)

Berdasarkan kutipan tersebut terdapat ajaran tentang bahwa

sejatinya kehidupan manusia di alam ini hanya sementara saja, yang

pada akhirnya semua orang akan kembali lagi kepada Sang Pencipta.

Dengan demikian mengajarkan tentang sikap untuk hidup eling serta

mensyukuri segala pemberian Tuhan. Dari uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa ide tentang pandangan hidup manusia, dinyatakan

dalam beragam cara oleh pengarang, baik lewat narasi maupun dialog

para tokohnya.

Page 95: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

79

Sikap hidup tokoh dalam Novel Dua Ibu, ikhlas dalam menjalani

kehidupan dan menerima takdir Tuhan, mengusahakan kehidupan yang

lebih baik dengan tindakan mau bersabar, sederhana, bersyukur, selalu

mengingat Tuhan dalam segala hal, dan tidak mengandalkan

pertolongan orang lain.

b. Ide Tentang Hakikat Kedudukan Manusia dalam Ruang dan

Waktu

Berdasarkan hasil analisis, terdapat konsep ide mengenai hakikat

kedudukan manusia dalam ruang dan waktu dalam Novel Dua Ibu yang

berorientasi pada pandangan manusia tentang waktu dan peranannya

dalam kehidupan tokoh dalam cerita novel. Pandangan tersebut yakni

berupa pandangan akan masa lalu, di mana masa lalu dan kejadiannya

sebagai contoh dan pelajaran hidup dalam mengambil keputusan.

Pandangan kedua yakni, pandangan masa sekarang, di mana tokoh

hanya melihat dan melakukan tindakan tanpa melihat pelajaran

kehidupan pada masa lalu atau memikirkan apa yang terjadi pada masa

depan. Pandangan yang ketiga dan yang terakhir adalah pandangan

tentang masa yang akan datang, yakni di mana seseorang memikirkan

dan memperhitungkan serta merencanakan sematang mungkin tindakan

yang diambil demi masa depan.

Kemiskinan dekat sekali dengan kejahatan. Kalau kau miskin

tanpa menjadi jahat, kau akan memetik hasilnya. (Atmowiloto,

2017. 47)

Kebaikan orang perlu dicatat, kita tidak boleh melupakan.

(Atmowiloto, 2017.50)

Kesulitan ekonomi yang sedang dilanda Mamid memberanikan diri

mencuri tomat di pasar untuk campuran sambal yang akan di masak oleh

Ibu, mengetahui hal tersebut Ibu marah terhadap tindakan Mamid dan

memberikan nasihat seperti data di atas.

Page 96: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

80

Ibu menanamkan pendidikan tentang kesabaran dan berbuat baik,

walaupun dalam keadaan yang sulit sekalipun Ibu selalu mengingatkan

bahwa kebaikan akan berbuah baik dikemudian hari. Data di atas berupa

dialog, di mana data tersebut juga menunjukkan adanya pandangan yang

berorientasi pada masa sekarang dan masa depan.

Jamil memanggil Ibu dalam hatinya. Beberapa kali dengan suara

yang benar-benar tulus. Ia sadar tidak akan datang keajaiban

seperti datangnya sopir truk itu lagi. Ia sadar betul. Ia menyebut

ibu hanya untuk kekuatanya sendiri.

Tiba-tiba ia menyadari ketololanya menertawakan Ibu. Bahwa

Tuhan akan mengirim makanan. Bahwa Tuhan tahu orang yang

berdoa. Ia tahu bahwa Ibu selalu melakukan itu, walau hidupnya

tak pernah berubah. (Atmowiloto, 2017. 169)

Kutipan tersebut menjelaskan kejadian yang dialami tokoh Jamil

ketika sedang berada dalam perantauan. Jamil terjebak di daerah

bencana alam banjir dan tidak mendapat pertolongan. Dia terpaksa

memanjat pohon jambu biji dan bertahan di pohon tersebut sampai

banjir surut. Di tengah kejadian yang dialami oleh Jamil, ia teringat

tentang ibu-nya yang selalu tegar mengahadapi masalah. Digambarkan

bahwa Ibu dalam menjalani kehidupannya tidak pernah terbebani dan

berusaha ikhlas menerima takdir dari Tuhan. Jamil menyesali

tindakanya yang selalu meremehkan perbuatan ibu yang selalu sabar

menerima keadaan dan selalu berpasah diri.

Menurut data tersebut ada orientasi ke masa lalu terhadap kejadian

yaang telah dialami di masa sekarang yaitu kejadian yang tengah

dialami tokoh Jamil. Data selanjutnya menunjukan adanya orientasi

pada masa lalu terhadap tindakan yang akan dilakukan di masa depan.

Data tersebut menunjukkan adanya perubahan perilaku yang dilakukan

oleh tokoh dalam mengambil keputusan atau tindakan yang akan

dilakukan pada masa sekarang maupun masa depan. Perhatikan kutipan

di bawah ini:

Seperti biasanya, apa yang ingin kukerjakan aku menulisnya pada

selember kertas. Aku selalu melakukan itu karena aku sangat

pelupa. Dan satu nasihat Ibu adalah, “Kalau kau pelupa ingat-

Page 97: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

81

ingatlah bahwa kau ini pelupa. Selama kamu ingat bahwa dirimu

pelupa, kau tidak akan kehilangan.” (Atmowiloto, 2017. 144)

Berdasarkan kutipan tersebut menceritakan kebiasaan yang

dilakukan Mamid, yaitu mencatat segala hal yang dianggapnya penting

untuk dilakukan. Hal tesebut dilakukan karena Mamid mengetahui

bahwa dirinya mudah melupakan sesuatu. Tokoh Mamid melakukan

tindakan, yaitu mencatat karena pengalaman pada masa lalu dan

berorientasi pada masa depan agar tidak mudah kehilangan.

Data berikutnya menggambarkan keadaan yang dialami oleh

tokoh Murjanah yang tidak kunjung sembuh penyakitnya. Dokter juga

tidak tahu mengenai penyebab dari penyakit tersebut. Melalui nasihat

dari Ibu yang mengatakan Murjanah harus menerima suaminya, hati dan

pikiran Murjanah menjadi tenang kemudian ia pun berangsur-angsur

sembuh.

“Ibu yang menyembuhkanku” katanya keras seperti dulu. “Ibu

bilang aku harus mengikuti suamiku. Ibu benar. Kalau tidak

begitu, aku akan selalu menderita. Sekarang aku dagang Mid.”

(Atmowiloto, 2017. 249)

Pada kutipan tersebut merupakan percakapan antara Murjanah dan

Mamid ketika bertemu di rumah Ibu, Murjanah menceritakan tentang

nasihat yang diberikan Ibu kepadanya ketika sakit. Ruh dari perkawinan

Jawa adalah kerukunan, apapun harus dipikul bersama. Sikap positif

yang dilakukan oleh murjanah mau mengikuti suaminya adah bentuk

kerukunan dalam hubungan berkeluarga. Orientasi yang terdapat pada

data tersebut mengarah pada kejadian masa lalu dan masa depan. Dahulu

Murjanah sering kali bertengkar dan tidak patuh kepada suaminya yang

menyebabkan beban pikiran menumpuk dan menjadi penyakit dan

sekarang Murjanah mau menuruti nasihat Ibu untuk mengikuti suami,

sehingga kebahgian keluarga yang didapatnya.

Page 98: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

82

“Lebih baik kita mulai menanam. Nanti kita akan memetik

hasilanya.” (Atmowiloto, 2017.47)

Kutipan tersebut adalah dialog antara Ibu dengan kedua anaknya,

yaitu Ratsih, dan Mamid. Ibu tidak membenarkan perbuatan Mamid

yang mencuri tomat dan memberikan nasihat, bila kemiskinan dekat

sekali dengan kejahatan. Mengetahui hal tersebut Ratsih mulai

menanam cabai, tomat dan jagung agar dikemudian hari dapat dimakan

bersama-sama. Ratsih bercermin dengan tindakan yang dilakukan oleh

Mamid dan membenarkan bahwa mencuri itu memang salah, kemudian

mengambil solusi bahwa lebih baik menanam daripada mencuri.

Perbuatan Ratsih merupakan orientasi ke masa depan sebagai bentuk

solusi permasalahan yang dihadapi.

Berdasarkan temuan data yang telah terdeskripsikan dapat

mewakili bagaimana kompleksitas ide tentang hakikat manusia dalam

ruang dan waktu yang digambarkan dalam Novel Dua Ibu tersebut

menggunakan orientasi waktu ke masa lalu, dan masa depan dari pada

berorientasi pada masa sekarang.

Orientasi tersebut tampak pada bagaimana tokoh dalam Novel Dua

Ibu mengambil tindakan dan keputusan dalam hidupnya. Hal ini juga

yang tergambar dari upaya tokoh mengisi hidup dengan bekerja keras,

dan meraih kebahagiaan dalam hidup.

c. Ide Tentang Pandangan Hidup Alam Semesta

Hubungan manusia dengan alam merupakan satu kesatuan yang

harus selalu dijaga keharmonisan serta keseimbanganya. Kehidupan

manusia selalu membutuhkan peran alam untuk dapat bertahan hidup.

Sudah menjadi keharusan sebagai manusia untuk selalu menjaga alam,

dan sebagai timbal baliknya alam juga memberikan kehidupan yang

nyaman bagi kehidupan manusia.

Page 99: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

83

Tindakan manusia yang tidak menjaga kelestarian dan

keselarasan dengan alam, dapat berdampak dengan timbulnya musibah

dan bencana alam yang akan merugikan kehidupan manusia.

Ratsih mulai menanam tomat dan cabai. Dan dua hari kemudian

juga menanam jagung dan kacang. Memang tumbuh tapi tidak bisa

berkembang. (Atmowiloto, 2017. 48)

Kutipan tersebut menunjukan data tentang hubungan mansia

dengan alam yaitu dengan bercocok tanam. Manusia tidak akan terlepas

dari hubunganya dengan alam sekitar, hal tersebut dapat kita lihat

melalui bagaimana manusia memaanfaatkan kekayanan alam untuk

bertahan hidup. Ratsih mulai menanam berdasarkan kejadian yang

dialaminya setalah pulang dari berbelanja dari pasar. Melihat kebutuhan

hidup yang meningkat dan harga makanan yang berada dipasar tidak

mampu terbeli, ia memutuskan untuk mulai menanam kebutuhan seperti

cabai dan tomat untuk membuat sambal, serta tanaman lain seperti

kacang dan jagung.

Ditengah ada sangkar burung. Isinya sudah lama terjual. Kemarin

dulu. Sebagaian dilepas. “Kasihan tidak bisa memberi makan

beras merah, ketan item seperti zaman Ayah.” (Atmowiloto, 2017.

46)

Kompleksitas ide yang muncul adalah manusia menguasai alam

salah satunya adalah memelihara hewan. Memelihara burung

merupakan bentuk rasa cinta manusia terhadap ciptaan Tuhan, tampak

pada dialog di atas ketika sudah tidak bisa merawat hewan yang

dipeliharanya dengan baik maka lebih baik dikembalikan ke alamnya.

Aktivitas tokoh tersebut nampak sebagai wujud kasih sayang manusia

terhadap makhluk lain.

Dalam banjir jendela yang terendam semua tampak sama, tak

bisa dibedakan di mana jalanan dan di mana empang. Jamil naik ke

pohon jambu biji. Satu malam dia bertahan di situ. Ia berterima kasih

kepada pohon jambu biji yang ternyata bukan hanya menyambung

hidupnya sehari-hari, tetapi juga menyelamatkan nyawanya.

(Atmowiloto, 2017. 169)

Page 100: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

84

Kutipan tersebut menggambarakan suasana yang terjadi ketika

bencana banjir terjadi. Ketika manusia tidak dapat menghargai alam

sekitar, seperti membuang sampah sembarangan, menebang pohon

tanpa memikirkan dampaknya, maka manusia sendiri yang akan

merasakan dampak dari perbuatanya, salah satunya yang diceritakan

dalam kutipan tersebut adalah banjir karena hubungan manusia dengan

alam adalah bantuk hubungan yang saling manjaga keselarasan

bersama.

Untung Subarkah datang. Ia datang naik kereta malam jurusan

Jakarta, dan tidak masuk kerja. Sekali ini tetap menggunakan

seragam, hanya saja pepaya dan pisang dibawa dari kebunnya

sendiri. (Atmowiloto, 2017. 178)

Pada dua kutipan di atas tampak adanya kecenderungan hubungan

manusia dengan memanfaatkan alam yang muncul yaitu tokoh Untung

menunjukkan peran manusia sebagai penguasa alam. Manusia hidup di

dalam semesta yang luas.

Ide tentang pandangan manusia terhadap alam berarti peran

manusia di alam semesta. Peran tersebut meliputi peran sebagai

penguasa alam dan peran sebagai penyelaras hubungan dengan alam

sekitar. Sebagai wujud kompleksitas ide manusia menguasai alam

adalah dengan cara bercocok tanam untuk kebutuhan pangan manusia.

Berdasrkan data dan kutipan di atas menjelaskan Untung memberikan

hasil kebunnya sendiri yaitu berupa buah-buhan sebagai oleh-oleh untuk

keluarga di Solo. Dapat disimpulkan bahwa kompleksitas ide tentang

hakikat hubungan manusia dengan alam semesta dalam Novel Dua Ibu

cenderung menunjukkan adanya usaha memanfaatkan alam untuk

kebutuhan hidup, ini tampak pada aktivitas yang dilakukan oleh tokoh

dalam bercocok tanam maupun memanfaatkan hasil alam.

Page 101: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

85

d. Ide Tentang Hubungan Antara Manusia dengan Sesama

Kompleksitas ide mengenai hubungan antara manusia dengan

sesamanya terdiri atas dua orientasi yakni hubungan secara vertikal dan

horizontal. Hubungan antara sesama manusia secara vertikal

berorientasi pada suatu pandangan yang menganggap kedudukan atau

pangkat yang dimiliki seseorang mempunyai nilai lebih di mata

masyarakat sehingga menciptakan sikap terlalu mengagungkan orang

yang memiliki berstatus sosial tinggi serta berkedudukan, bahkan

menggantungkan nasib kepada orang yang dianggap lebih tersebut.

Hubungan antarsesama manusia secara horizontal lebih menekankan

hubungan solidaritas antara sesama manusia tanpa memandang status

sosial maupun kelas sosial tertentu, sehingga menciptakan hubungan

baik di dalam masyarakat. Pada Novel Dua Ibu, ditemukan data yang

menunjukkan hubungan antarsesama manusia baik secara vertikal

maupun horizontal. Berikut ini disajikan kutipan yang menunjukkan

hubungan sesama manusia yang terdapat pada Novel Dua Ibu secara

horizontal:

Hari itu masih pagi sekali, ketika kami dibangunkan Ibu dan diajak

menemui Ayah. Sejak sore hari rumah kami sudah penih dengan

kerabat, handai taulan, saudara jauh dekat. Mereka menyalami

Ayah, bertemu beberapa saat. (Atmowiloto, 2017. 27)

Pada kutipan di atas menggambarakan keadaan Ayah ketika

sakitnya tidak kunjung sembuh dan sudah tidak bisa tertolong lagi.

Sahabat dan kerabat datang berkunjung menunjukan rasa kepedulian

dengan keluarga tersebut. Terlihat hubungan secara horizontal yang

dilakukan oleh kerabat dan sahabat ayah dengan datang menemui ayah

di rumah. Sampai kematian Ayah, kerabat dan sahabat juga turut

mengantarakan Ayah sampai ke tempat peristirahat terahir.

“Pak Dokter itu baik hatinya,” kata ku memuji.

“Ya. Tapi kalau dia tahu lebih dulu, mungkin kita ditolak

masuk.” (Atmowiloto, 2017. 56)

Page 102: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

86

Berdasarkan penggalan kutipan tersebut tampak hubungan secara

vertikal antara pasien dengan dokter dan juga hubungan horizontal

antara Ratsih dengan Mamid. Ketika Mamid sakit Ratsih

mengantarkannya berobat ke tempat praktik terdekat. Solidaritas antara

saudara dengan sikap tolong menolong tampak pada kutipan di atas.

“Aku kenal Ibumu. Kau bisa ikut trukku.”

(Atmowiloto, 2017. 160)

Kutipan di atas sebagai pendukung dan mewakili adanya aktivitas

dengan tolong menolong antara manusia. Data di atas menunjukkan

adanya aktivitas memberi tumpangan yang dilakukan supir truk dengan

Jamil, sebagai bentuk rasa kepedulian karena supir truk mengenal ibu

Jamil.

Secara Horizontal :

Diam-diam aku kagum juga dengan Oom Bong. Ia banyak duit,

galak, dan sombong. Kalau aku jadi Jendral nanti, aku juga bisa

sombong seperti dia. (Atmowiloto, 2017. 79)

Kutipan tersebut menunjukan rasa kagum tokoh Mamid kepada

ayah tirinya Om Bong, Mamid merasa om Bong gagah karena

mempunyai kekayaan. Dan memandang om Bong sebagai orang yang

lebih tinggi derajatnya. Data tersebut menunjukan hubungan

kekerabatan secara horizontal yang disebabkan karena setatus sosial.

Kutipan berikutnya menunjukan bahwa pengaruh sosial sangat

mempengaruhi terhadap pandangan masayarakat sekitar, berikut adalah

kutipannya:

Waktu aku pulang itu, banyak tetangga yang menegurku. Mereka

berkumpul di pendopo. Duduk di tikar yang baunya pun masih baru.

Om Bong duduk sambil membuka baju, tampak kaku dan kikuk cara

melipat lututnya. (Atmowiloto, 2017. 87)

Page 103: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

87

Berdasarkan kutipan tersebut menggambarakan peristiwa ketika

Mamid akan dibawa ibu kandungnya tinggal di Jakarta. Ibu kandung

Mamid adalah dari golongan orang yang berada serta memiliki setatus

sosial yang tinggi. Mamid yang dahulunya dari keluarga biasa sekarang

lebih dihormati. Terlihat dari sikap tetangga yang memperlakukan

Mamid berbeda dengan yang mereka lakukan sebelumnya. Terlihat data

tersebut adalah bentuk hubungan secara horizontal karena perbedaan

status sosial.

Temuan data di atas dapat mewakili bagaimana kompleksitas ide

tentang hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya. Hakikat

hubungan manusia tersebut terbagi menjadi dua orientasi manusia

dalam memandang kedudukan manusia lainnya, yakni vertikal dan

horizontal. Hubungan vertikal ditunjukkan dengan adanya pandangan

superioritas dan sikap kagum, serta menghormati, sedangkan pandangan

hubungan horizontal ditunjukkan pada hubungan solidaritas dalam

hubungan kekerabatan atau senasib dan dalam status yang sama.

3. Kompeksitas Aktivitas pada Novel Dua Ibu

Uraian berikut ini akan menunjukkan data-data kompleksitas aktivitas

sebagai wujud budaya Jawa yang terpresentasi dalam Novel Dua Ibu karya

Arswendo Atmowiloto. Aktivitas yang dimaksud, meliputi: (a) aktivitas

yang berhubungan dengan kekerabatan; (b) aktivitas yang berhubungan

dengan ekonomi; (c) aktivitas yang berhubungan dengan kesenian dan

rekreasi; (d) aktivitas yang berhubungan dengan sistem religi dan ritual

kepercayaan; dan (e) aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

a. Aktivitas yang Berhubungan dengan Kekarabatan

Kajian pertama mengenai kompleksitas aktivitas adalah aktivitas

dalam bidang kekerabatan. Aktivitas kekerabatan merupakan suatu hal

yang sangat penting dalam hidup bermasyarakat pada umumnya.

Aktivitas kekerabatan yang tampak pada Novel Dua Ibu sangatlah

beragam.

Page 104: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

88

Data pertama menunjukkan adanya aktivitas yang berhubungan

dengan konsep kekerabatan dengan adanya pernikahan. Pernikahan

merupakan aktivitas yang berfungsi memenuhi kebutuhan kehidupan

kekerabatan. Perhatikan kutipan yang terdapat dalam novel berikut:

Ketika Solemah kawin, aku masih dibedaki Ibu. Pagi-pagi sekali,

aku mandi dengan air hangat. Air itu bekas air dandang bekas

menanak nasi Ibu. (Atmowiloto, 2017. 13)

Data di atas mewakili adanya aktivitas kekerabatan, yaitu

pernikahan sebagai wujud dari kompleksitas aktivitas dalam bidang

kekerabatan. Pernikahan dalam kehidupan masyarakat berfungsi untuk

menyatukan dua keluarga. Berdarsarkan kutipan tersebut Solemah

merupakan anak sulung dari keluarga tersebut mendapatkan suami

seorang tentara angakatan laut yang bernama Jon, kemudian dibawa

oleh suaminya tinggal di Surabaya.

Berbeda dengan Solemah, kak Murjanah tidak dibawa suaminya.

Malah suaminya berada di rumah kami. Mereka berdua membuat

kamar. Ah, tidak membuat kamar. Tetapi memakai kamar di ruang

dalam. (Atmowiloto, 2017. 16)

Data tentang adanya aktivitas kekerabatan selanjutnya adalah

pernikahan anak ke-dua dari Ibu yaitu Murjanah. Murjanah

mendapatkan suami dari keluarga keluarga yang berbeda agama

dengannya. Pernikahan dalam kehidupan masyarakat berfungsi untuk

memenuhi keperluan dan kebutuhan akan kekerabatan dengan

masyarakat lain.

Fungsi sosial Ibu yang sedemikian besar, biaya anak-anaknya

yang tak cocok dengan gaji ayah sebagai pegawai negeri biasa-

biasa saja. Mana pula Ayah harus memberikan sebagaian untuk

adiknya, dan saudara ibunya. Aku tahu kerena, dulu setiap habis

gajian, akulah yang disuruh mengantarkan. (Atmowiloto, 2017.

46)

Page 105: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

89

Kutipan tersebut menjelaskan aktivitas hubungan kekerabatan

dengan memberikan bantuan kepada saudara. Walaupun dengan

keadaan ekonomi yang sederhana Pak Martono, memberikan sebagaian

gajinya untuk membantu saudara-saudaranya. Sesama keluarga sudah

seharusnya saling tolong menolong serta menjaga kerukunan bersama

salah satu cara yang dilakukan oleh keluarga pak Martono untuk

membantu adalah dengan memberikan sumbangan, kendati demikian

pak Martono tidak pernah mengharapkan imbalan dari perbuatan

baiknya tersebut.

Malamnya kami berpesta. Tante belanja banyak sekali. Juga

membeli segala macam dandang, kompor, ceret, wajan

penggorengan, dan semua bumbu dapur beras. (Atmowiloto,

2017. 63)

Data tersebut menunjukan adanya aktivitas membantu sebagai

wujud ucapan terima kasih yang dilakukan oleh tokoh Sumirah kepada

keluarga Bu Martono karena telah merawat Mamid, anaknya. Bentuk

ucapan terima kasih Sumirah yaitu dengan cara memberikan peralatan

dapur baru dan juga makanan untuk seluruh keluarga. Dari data tersebut

terlihat adanya aktivitas hubungan yang terjadi sebagai wujud terima

kasih dan tolong menolong antarmanusia.

Data selanjutnya adalah wujud hubungan kekerabatan bentuk

kasih sayang yang ditunjukan oleh mertua Ratsih ketika berkunjung ke

rumah suaminya di Malang, berikut adalah kutipannya:

Saya menulis surat ini dari Malang, Bu. Kemarin itu ketika

datang dari stasiun, ternyata telah dijemput keluarga dari Mas

Untung. Langsung di bawa ke Malang. Di sana ada pesta.

(Atmowiloto, 2017. 206)

Data tersebut menunjukan adanya aktivitas kekerabatan yang

dilakukan oleh keluarga Untung, suami dari Ratsih yaitu dengan cara

menjemput Ratsih di stasiun. Menjemput di sini adalah wujud

kepedulian dan penerimanan dari keluarga Untung kepada menantu

barunya.

Page 106: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

90

Cakupan lebih luas adalah bentuk saling menghormati antara

keluarga yang dilakukan dalam bentuk tindakan nyata. Data selanjutnya

adalah bentuk aktivitas kekerabatan antara keluarga dengan tolong

menolong, yaitu Mamid ketika sudah tinggal di Jakarta tetap mengingat

kelaurganya yang berada di Solo. Berikut adalah Kutipannya:

Malamnya aku mencari ke gudang. Mencari pakaian bekas.

Bekas pakaian Mamine, dan Marga yang sudah tidak dipakai.

Tante sayang menjualnya. Kukumpulkan, dan kepada Tante

kukatakan akan kukirimkan sebagaian kepada Prihatin, dan

untuk Kak Murjanah. (Atmowiloto, 2017. 148)

Bentuk aktivitas kekerabatan tersebut adalah bantuan yang

diberikan oleh Mamid kepada keluarga Bu Martono di Solo, dengan cara

mengirimkan pakaian bekas. Tindakan yang dilakukan Mamid adalah

wujud tolong-menolong antara keluarga. Mamid yang kini hidup

berkecukupan di Jakarta tidak melupakan kebaikan dari Bu Martono,

bentuk rasa terima kasih Mamid salah satunya adalah dengan cara

mengirimkan bantuan tersebut kepada keluarga yang di Solo. Data

selanjutnya adalah bentuk kepedulian keluarga Untung terhadap

kehidupan anak dan menantunya, berikut adalah kutipannya:

Bu, ini kali banyak sekali yang akan saya tulis. Sampai tidak tahu

dari mana menulisnya. Pertama, keluarga Mas Untung datang.

Bapak dan ibu serta, anaknya perempuan, Lasmiah. Wah,

namanya juga ningrat ya Bu. (Atmowiloto, 2017. 219)

Data tersebut terlihat aktivitas yang kekerabatan yang dilakukan

oleh orang tua Untung yang berkunjung menjenguk di rumahnya. Orang

tua Untung menunjukan kepedulian antara anggota keluarga sehingga

terjalin hubungan yang rukun serta tentram antara anak dengan orang

tua. Data berikutnya menunjukan adanya aktivitas hubungan

kekerabatan yang dilakukan Bu Martono kepada kerabatnya yaitu

Pakdhe Wiro, berikut adalah datanya:

Adam ingat Mbokde Wiro, kala meninggal. Adam ingat ia marah

sama Ibu mengambil Prihatin. Adam menangis. “Ibu ini

bagaimana? Anaknya sudah banyak masih mau mengambil lagi

Page 107: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

91

“Ya biar saja. Kita kan dikasih. Yang ngasih kan juga Pakdhe

Wiro. Apa orang dikasih anak tidak mau?” (Atmowiloto, 2017.

243)

Data tersebut menjelaskan tindakan yang dilakukan Bu Martono

yang mau merawat anak dari Pakdhe Wiro sebagai bentuk tolong

menolong antara keluarga. Adam, salah satu anak angkat Bu Martono

menaruh kekecewaan terhadap tindakan yang dilakukan Ibu. Adam

merasa bahwa sudah cukup sulit kehidupan yang telah mereka jalani,

namun Bu Martono tetap teguh dengan pendiriannya. Wujud aktivitas

hubungan kekerabatan yang dilakukan Bu Martono adalah saling tolong

menolong dengan cara membesarkan anak dari Pakdhe Wiro.

Dari Adam aku mendengar bahwa Kak Murjanah sekarang

membuka toko. Dan sukses. Dan banyak membantu Ibu disaat

sakitnya tak tertahankan. (Atmowiloto, 2017. 294)

Kutipan tersebut menejelaskan adanya aktivitas hubungan

kekerabatan yang terjadi yaitu bakti anak kepada orang tua. Murjanah

salah satu anak angkat Bu Martono, membantu pengobatan disaat Bu

Martono sakit keras. Wujud rasa bakti yang dilakukan anak kepada

orang tuanya dengan cara membiayai pengobatan Ibunya. Sudah

menjadi kewajiban seorang anak untuk memuliakan orang tuanya.

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat

aktivitas kekerabatan yang muncul pada Novel Dua Ibu meliputi

aktivitas kekerabatan berupa pernikahan, aktivitas kekerabatan berupa

tolong menolong, aktivitas kekerabatan berupa pernikahan, aktivitas

kekerabatan berupa kunjungan, aktivitas kekerabatan berupa

pengasuhan anak-anak, dan aktivitas kekerabatan berupa menjaga

hubungan baik pergaulan antar kerabat.

Page 108: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

92

b. Aktivitas yang Berhubungan dengan Ekonomi

Kompleksitas aktivitas tokoh yang kedua adalah aktivitas dengan

tujuan ekonomi atau bertujuan untuk memenuhi keperluan dan

kebutuhan untuk mata pencaharian hidup. Kebutuhan mata pencaharian

hidup tersebut menjadi aktivitas yang berorientasi pada pemenuhan

kebutuhan materi dan merupakan aktivitas atau tindakan yang berpola.

Terdapat beberapa penggalan dialog dan narasi yang menunjukkan

adanya kompleksitas aktivitas tokoh dalam bidang ekonomi:

Ayah tidak bisa menjadi pamong praja yang baik. Tetapi ayah

tidak mau bekarja sama dengan Belanda. Lebih suka menjadi

abdi dalem di Kraton Kasunanan. (Atmowiloto. 2017, 26)

Data tersebut menggambarkan menjadi abdi dalam Keraton

Kasunanan merupakan pekerjaan yang dipilih Pak Martono sebagai

kepala keluarga.

Kendati dapat pekerjaan yang gajinya lebih tinggi Pak Martono

lebih suka mengabdikan diri sebagai priyayi, sebutan orang berilmu di

Jawa. Beradasarkan hasil temuan tesebut terdapat aktivitas yang

dilakukan oleh tokoh Martono dalam bidang ekonomi yaitu, pekerjaan

sebagai abdi dalem Keraton.

Kawat itu laku lebih murah dari pada yang ku duga. Tapi bisa

untuk membeli beras. Ratsih juga membeli cabai dan garam.

(Atmowiloto. 2017, 46)

Penggalan kutipan di atas menjelaskan peristiwa ketika

perekonomian keluarga Ibu Marsono sedang terpuruk. Ibu menyuruh

Ratsih dan Mamid menjual kawat yang didapatnya ketika

membersihkan rumah, kemudian uangnya digunakan membeli beras dan

bumbu dapur untuk memasak. Terlihat aktivitas dilakukan tokoh yang

berhubungan dengan ekonomi, yaitu menjual barang bekas.

Rambut yang dikumpulkan itu dibeli dengan harga murah. Oleh

Mbok Grembul semua rambut kusut itu dimasukan ke dalam

kantong bekas gandum bergambar tangan berjabatan.

(Atmowiloto. 2017, 82)

Page 109: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

93

Salah satu pekerjaan unik yang ditemukan dalam Novel Dua Ibu

adalah sebagai pengumpul rambut. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh

tokoh Mbok Grembul untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Rambut yang dikumpulkan tersebut kemudian diolah

sedemikian rupa, untuk dijadikan wig atau kondhe. Terlihat aktivitas

yang berhubungan dengan ekonomi yaitu, sebagai pengumpul rambut.

“Mereka ini semua tidak tahu tentang televisi. Televisi bukan

hanya tentang alat yang serba baru, yang mahal. Kalau aku bilang

mutu siaran harus memuaskan, mereka mengeluh alatnya hanya

ini. Studionya hanya ini. Kameranya buatan sebelum perang.

Padahal yang kumaksut bukan itu. (Atmowiloto. 2017, 135)

Temuan data selanjutnya adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

salah satu tokoh dalam Novel Dua Ibu yaitu Oom Bong. Ia bekerja

sebagai seorang ahli acara pertelevisian. Dalam melakukan pekerjaan

Oom Bong sangat memperhatikan kualitas siaran yang dibuatnya.

Berdasarkan data tersebut terdapat aktivitas yang berhubungan dengan

ekonomi yaitu pekerjaan tokoh sebagai produser televisi.

Mereka duduk di depan, sama-sama, hanya berdua, dengan

urusan sendiri-sendiri. Cina perempuan itu mengurus

daganganya, ketakutan terlambat, dan bayangan ayamnya

mati serta rugi. Sopir itu berjalan dengan kegelisahanya

sendiri. (Atmowiloto. 2017, 163)

Ketika memutuskan merantau tokoh Jamil dibantu oleh seorang

supir truk yang sedang mengantarkan ayam dari Kota Solo menuju

Jakarta. Terdapat dua data dalam penggalan kutipan tersebut yang

berhubungan dengan aktivitas ekonomi yaitu pekerjaan sebagai supir

truk, dan sebagai pedagang ayam potong.

…Begitu turun dari Stasiun Balapan Ratih naik becak ke pasar

Legi. Buah nangka itu dijual dua pertiga. Mula-mula dijual

separuh, tapi ia masih tidak kuat mengangkat. Pisang itu hanya

dibawa satu sisir. Bagi Ratsih sulit untuk menerima pembayaran

yang sesuai dengan harga pasar. Ia membeli beras lima liter,

minyak goreng, dan bandeng. (Atmowiloto. 2017, 191)

Page 110: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

94

Penggalan narasi di atas menunjukkan aktivitas jual beli. Aktivitas

tersebut dalam kehidupan masyarakat berfungsi untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Kompleksitas aktivitas tokoh dalam bidang ekonomi

merujuk pada setiap kegiatan yang menghasilkan dan memberikan

keuntungan berupa materi atau biasa disebut dengan mata pencaharian.

Pendapatan atau hasil yang diperoleh dari sumber mata pencaharian

tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Tokoh Ratsih

memutuskan menjual oleh-oleh yang didapatkanya sepulang dari

Surabaya untuk digunakan membeli beras dan keperluan dapur lainya.

Terdapat pula data yang menunjukan pekerjaan sebagai tukang

becak pada data tersebut. Becak merupakan alat tersportasi sederhana

yang yang banyak digunakan di Kota Solo.

Dari Adam aku mendengar bahwa kak Murjanah sekarang

membuka toko. Dan sukses.

Herit lain lagi. Ia tumbuh kurus, tinggi, dan galak. Sangat berbeda

dengan kak Murjanah sekarang ia membanggakan diri sebagai

pemain ludruk. Yang benar bukan pemain. Ia bergabung di

perkumpulan untuk menjaga warung(Atmowiloto. 2017, 294-295)

Berdasarkan kutipan tersebut terdapat aktivitas yang berhubungan

dengan ekonomi, yaitu sebagai penjaga warung dan pedagang. Herit

menjadi penjaga warung yang mengikuti rombongan ludruk ketika

mengadakan pertunjukan. Data tersebut juga menunjukan aktivitas

ekonomi yang dilakukan tokoh murjanah yaitu sebagai pedagang untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Hasil paparan data di atas, dapat

disimpulkan bahwa Novel Dua Ibu memuat narasi cerita yang

menunjukkan aktivitas sebagai wujud aktivitas yang dilakukan tokoh

berhubungan dengan ekonomi. Secara garis besar, aktivitas sistem mata

pencaharian yang dimaksud, yakni berupa aktivitas dalam bidang

perdagangan, aktivitas pekerja pemerintahan, dan aktivitas dalam

bidang pekerjaan jasa angkut barang.

Page 111: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

95

c. Aktivitas yang Berhubungan dengan Kesenian

Wujud komplektisitas selanjutnya adalah berupa aktivitas dalam

bidang estetika dan rekreasi. Kesenian dan kebudayaan tidak dapat

dipisahkan. Seni merupakan wujud budaya yang berupa ide, aktivitas,

dan menghasilkan benda-benda budayanya. Kajian terhadap Novel Dua

Ibu menemukan data yang mengandung atau kegiatan masyarakat atau

tokoh dalam bidang seni dan rekreasi.

Data tersebut terdeskripsikan dalam uraian temuan mengenai

kompleksitas aktivitas tokoh dalam bidang seni dan rekreasi

ditunjukkan dengan adanya aktivitas menonton pertunjukan. Berikut

kutipan yang terdapat dalam Novel Dua Ibu.

Kalau kami ingin nonton Sekaten dan Maleman Sriwedari, Ibu

selalu menunggu apakah ayah bersedia atau tidak. (Atmowiloto.

2017, 27)

Kutipan data di atas menyebutkan sekaten sebagai salah satu

tempat rekreasi yang ingin dikunjungi oleh tokoh Mamid. Sekaten

adalah pasar malam yang terdapat di alun-alun utara Kraton Kasunanan.

Acara sekaten merupakan acara tahunan yang digelar untuk

memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad Saw Pada tradisi ini,

terdapat pasar malam, selama satu bulan penuh. Kemudian pada puncak

acara diadakan Grebeg Maulud Nabi yang berupa acara kirap gunungan.

Sekaten merupakan bentuk kesenian dan dakwah yang rutin digelar

setiap satu tahun sekali.

Menurut sejarah, Sekaten erat kaitannya dengan penyebaran

ajaran agama Islam di wilayah Solo. Upacara perayaan Sekaten

berlangsung satu minggu. Prosesi upacara Ungeling Gangsa menandai

dimulainya acara Sekaten yang digelar Keraton Kasunanan Surakarta

dengan ditabuhnya dua gamelan sekaten, Kiai Guntur Madu dan Kiai

Guntur Sari, yang ditabuh bergantian di halaman Masjid Agung Solo.

Page 112: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

96

Sekaten semakin meriah dengan diadakan juga pasar malam yang

berlokasi di alun-alun utara Kota Solo yang biasanya sudah dimulai

beberapa minggu sebelumnya. Tradisi ini selalu ditunggu oleh

masyarakat Solo setiap tahunya. Berdasarkan data tersebut terdapat

aktivitas yang berhubungan dengan rekerasi, yaitu mengunjungi

sekaten.

Ia selalu menyebut Taman Sriwedari. Tapi mau menyebut mana

lagi? Itulah satu-satunya taman hiburan. Di sana ada ketoprak,

wayang orang, dan kalau siang kebun binatangnya buka.

(Atmowiloto. 2017, 71)

Data tersebut menyebutkan aktivitas yang dilakukan tokoh

berhubungan dengan rekerasi, yaitu mengunjungi Taman Sriwedari.

Dibangun oleh Pakubuwono X Taman Sriwedari pada awalnya adalah

tempat rekerasi keluarga kerajaan. Pembangunan Taman Sriwedari

selesai dan diresmikan pada tahun 1 Januari 1902. Terdapat gedung

pertunjukan wayang orang yang diselenggarakan dari hari selasa hingga

sabtu pukul 20:00 WIB. Selain itu Taman Sriwedari juga terdapat

berbagai macam kios yang menjual hasil kebudayaan, makanan, serta

pakaian. Salah satu daya tarik lain yang terdapat di Taman Sriwedari

adalah Taman Hiburan Rakyat (THR). THR merupakan arena bermain

yang menyuguhkan permainan anak-anak.

Kompleksitas aktivitas tokoh dalam bidang kesenian dan rekreasi

lebih cenderung pada aktivitas mendapatkan hiburan, kesenangan dan

kepuasan. Aktivitas perayaan sekaten dalam Novel Dua Ibu adalah

wujud tradisi Jawa sebagai bentuk syukur dan bakti kepada Gusti Allah

dan nabi Muhammad Saw. Aktivitas lain yang berhubungan dengan

rekreasi berupa aktivitas menonton wayang orang dan Maleman di

taman Sriwedari, ludruk.

Page 113: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

97

d. Aktivitas yang Berhubungan dengan Sistem Religi

Terdapat beberapa data terkait dengan kompleksitas aktivitas

tokoh dalam bidang religi pada Novel Dua Ibu yang menjadi tradisi yang

dilakukan oleh tokoh dalam cerita novel sesuai tradisi orang Jawa.

Aktivitas dalam bidang religi tersebut meliputi syukuran atau bancaan,

kithan atau sunatan, sampai dengan beribadah ke gereja. Berikut adalah

kutipan data yang terdapat dalam novel berikut:

Waktu diberangkatkan, banyak yang menangis. Ibu akhirnya juga

menangis ketika peti mati meninggalkan rumah.

Teman-teman sekolah berloncatan mengambil uang logam yang

ditaburkan di jalan. Biasanya kala ada yang meninggala aku juga

berebut sawur itu. (Atmowiloto, 2017. 29)

Pada tradisi Jawa ketika jenazah hendak diberangkatkan menuju

tempat peristirahatan terakhir, terdapat tardisi sawur. Pihak keluarga

membuat sawur yang terdiri dari kembang tujuh rupa, beras putih, dan

beras kuning, serta uang logam. Sawur dimaksudkan sebagai bentuk

simbol malaikat yang ikut mengeringi kepergian Almarhum tersebut.

Selain itu menurut keprcayaan Jawa sawur sendiri sebagai bekal agar

selalu diberikat berkah oleh Allah Swt. Berdasarkan kutipan tersebut

terdapat aktivitas yang merujuk pada religiusitas yaitu bentuk

penghormatan kepada yang sudah meninggal dan sawur. Berikutnya

adalah kutipan bentuk aktivitas yang berhubungan dengan sistem religi

yaitu khitanan:

Semua dijual untuk membiayai khitananku.

Ibu pintar melakukan itu.

Pagi itu aku tak tahu. Pagi itu aku didandani dengan baik. Seperti

permintaanku, aku memakai baju model Bung Karno.

(Atmowiloto, 2017. 30)

Dalam kebudayaan Jawa khitan merupakan salah satu tradisi yang

sakral, seperti halnya dengan upacara perkawinan. Kesakralan tradisi

khitanan terlihat pada upacara-upacara yang dilaksanakan.

Mengkhitankan anak laki-laki merupakan salah satu bentuk sahnya

ibadah shalat dalam agama Islam.

Page 114: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

98

Khitan juga bertujuan untuk menghilangkan najis pada laki-laki.

Terdapat aktivitas yang berhubungan dengan sistem religi yaitu

mengkhitankan anak, terlihat dari data tersebut.

Baru saat itu Ibu meneguk air. Air pertama yang masuk

tenggorokanya setelah tiga hari! Selama tiga hari tiga malam, Ibu

tidak makan apapun juga selain menguyah sirih.

Tanda bahwa Ibu tidak betul-betul tidur, mudah sekali.

Yaitu tidak pernah meluruskan lutut di tempat duduk. Artinya lutut

itu selalu dalam keadaan terlipat.

“Dengan demikian mudah terbangun, tak bisa lelap,” katanya.

Untuk laku, agar jiwa tetap terjaga. . (Atmowiloto, 2017. 24)

Berdasarkan kutipan di atas tokoh Ibu berpuasa dan bergadang

sebagai bentuk laku yang dilakukan. Orang Jawa meyakini hal tersebut

adalah bentuk prihatin atau tirakat yaitu sikap menahan diri menjauhi

perilaku bersenang-senang. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan

sebagai usaha yang dilakukan untuk menjaga agar kehidupan manusia

selalu selamat dan dalam perlindungan Tuhan. Upaya yang dilakukan

untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.

“Ya, kita harus bersyukur,” kata Jamil serius. “Kita harus

bersyukur karena ada tetangga yang mati.” Coba sehat semua, kita

tidak dapat nasi selamatan.” . (Atmowiloto, 2017. 50)

Berdasarkan kutipan di atas terdapat tradisi selametan ketika ada

orang yang meninggal. Dalam kepercayaan orang Jawa ketika orang

mati, arwahnya masih ada di sekeliling keluarganya. selametan

dilakukan sebagai doa semoga yang meninggal diberikan tempat yang

baik nantinya. Biasanya ketika mengadakan selametan setelah diberikan

doa akan dibagikan nasi bancaan, yanga kan dibagikan kepada yang

datang atau tetangga dekat. Terdapat data aktivitas yang berhubungan

dengan sistem religi yaitu selametan pada orang yang telah meninggal

pada data tersebut.

“Kartu pos mu benar-benar membuat kami bangga setengah mati.

Namun juga sedih sekali. Satu-satunya surat dari anakku adalah

ucapan Selamat Hari Raya Lebaran. Tapi kau tahu kan, Mid. Kami

kelurga Kristen” . (Atmowiloto, 2017. 106)

Page 115: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

99

Pada kutipan tersebut Mamid mengirimkan kartu ucapan Selamat

Hari Raya Lebaran kepada ibu kandungnya. Dapat disimpulkan bahwa

agama tokoh Mamid adalah Islam. Lebaran atau Idul fitri merupakan

hari puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul fitri mempunyai kaitan

erat dengan makna yang akan dicapai. Hari raya Idul fitri juga berarti

kembali suci dan mengikuti petunjuk agama Isalm yang benar.

Merayakan hari Idul fitri yang dilakukan tokoh Mamid

menunjukan aktivitas yang berhubungan dengan sistem religi.

Ternyata beda antara Solo dan Jakarta bukan hanya antara Tante

dan Ibu. Tetapi juga hari minggu. Rasanya di Solo hari minggu ya

hari minggu. Biasa saja, tidak berangkat ke sekolah. Di sini, kalau

hari minggu pakai pakaian baru. (Atmowiloto, 2017.141)

Tokoh Mamid mengalami perpindahan agama dari agama Islam

berganti menjadi agama Kristen. Tidak terjadi perdebatan batin yang

kuat ketika Mamid berpindah agama, mungkin dikarenakan Mamid

masih kecil yaitu kelas 6 SD. salah satu ibadah rutin yang dilaksanakan

oleh agama Kristen adalah pergi ke gereja setiap hari minggu. Terdapat

data yang menunjukan aktivitas yang berhubungan dengan religi, yaitu

ibadah dengan pergi ke gereja setiap hari minggu.

Berdasarkan deskripsi data dan uraian tentang aktivitas yang

berkenaan dengan bidang religi di atas, sehingga dapat disimpulkan

bahwa Novel Dua Ibu menyajikan dan merekam kegiatan atau aktivitas

yang berkaitan dengan bidang religi dan kepercayaan. Ritual-ritual

tersebut meliputi sawuran, kenduren orang meninggal atau selametan,

khitanan, berpuasa laku prihatin, merayakan Idul fitri, beribadah ke

gereja.

e. Aktivitas yang Berhubungan dengan Pendidikan

Aktivitas dalam bidang pendidikan terdiri dari pendidikan formal

dan nonformal. Dalam Novel Dua Ibu ada bentuk pendidikan formal dan

nonformal. Pendidikan yang ditempuh oleh tokoh Ayah sebagai abdi

dalem Keraton mauapun tokoh lain yang mendapat pendidikan formal

seperti tokoh Ratsih, Mamid, Jamil maupun yang lainya.

Page 116: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

100

Pendidikan dalam institusi formal terlihat melalui data yang

menunjukkan pendidikan di sekolah dasar sampai dengan sekolah

menengah atas yang ditempuh beberapa tokoh di dalam novel tersebut.

Berikut kutipan data pada Novel Dua Ibu yang menunjukkan data

tersebut:

Pagi itu aku masih masuk sekolah. Aku senang karena semua

teman sekolah mengatakan aku rajin. Kakaknya kawin kok masih

tetap masuk sekolah. “Tentu saja aku masuk.” Kata ku pada Pak

Guru. (Atmowiloto, 2017. 14)

Berdasarkan kutipan tersebut menjelaskan peristiwa ketika Mamid

tetap berangkat sekolah meskipun kakaknya menikah. Mamid masih

duduk di kelas 6 SD ketika Solemah menikah. Pendidikan adalah suatu

hal yang penting untuk bekal di masa yang akan datang, meskipun dari

keluarga yang tergolong kurang, Ibu tetap mengusahakan bekal terbaik

untuk anak-anaknya yaitu dengan pendidikan. Data tersebut

menjelaskan adanya aktivitas yang dilakukan tokoh dalam Novel Dua

Ibu, yang berhubungan dengan pendidikan yaitu dengan menjelaskan

tokoh Mamid yang tetap rajin berangkat ke sekolah.

Waktu itu Ratsih kelas satu SMP. Dan tidak naik lagi. Ternyata

matanya bermasalah. Dari pemeriksaan sekilas saja sudah dapat

dipastikan Ratsih memerlukan kacamata. (Atmowiloto, 2017. 44)

“Ya, ya, ya. Aku juga pernah SMP. Lulus. Tapi tak pernah lulus

SMA. (Atmowiloto, 2017. 65)

Kutipan peristiwa di atas menjelaskan tokoh Ratsih yang dua kali

tidak naik kelas pertama ketika saat masih SD dan yang kedua ketika

sudah SMP. Penyebab Ratsih tidak naik kelas karena ada masalah

dengan matanya sehingga harus dibantu dengan kaca mata untuk

melihat. Hal tersebut tentu saja mempengaruhi proses belajar Ratsih

ketika mendapat pelajaran di kelas. Kendati demikian Ratsih merupakan

anak yang rajin dan tidak pernah mengeluhkan masalah matanya

tersebut kepada keluarga. Berbeda dengan tokoh Jamil yang sering

bermasalah di sekolah, tokoh Jamil diceritakan tidak tamat ketika SMA.

Page 117: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

101

Diceritakan bahwa Jamil berkelahi dengan guru olah raganya.

Setelah kejadian tersebut Jamil memilih untuk tidak melanjutkan

pendidikanya. Bedasarkan data tersebut terdapat aktivitas yang

berhubungan dengan pendidikan, yaitu tokoh Ratsih yang menempuh

pendidikan formal sampai SMP dan tokoh Jamil yang tidak tamat SMA.

Cita-citanya menjadi dokter. Sudah sekolah setahun, lalu keluar.

Entah tidak ada biaya, entah tidak cocok dengan orang Belanda.

Lalu masuk jurusan hukum. Nilai bagus pula (Ah, Ibu tak pernah

bercerita jelek tentang ayah) yang diraih. Lalu keluar dengan

ijazah AMS, (Atmowiloto, 2017. 26)

Tokoh Ayah juga mementingkan pendidikan sebagai bekal.

Terlihat pada kutipan di atas, bahwa ayah bercita-cita untuk menjadi

seorang dokter namun karena keterbatasan biaya pada akhirnya

memutuskan masuk ke sekolah hukum. Berkat pendidikan formal yang

ditempuhnya ayah dapat bekerja sebagai pegawai pemerintah belanda

namun, ayah lebih memilih mengabdikan dirinya sebagai abdi dalem

Kraton Kasunanan karena tidak suka kepada Belanda. Data tersebut

menunjukan aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan yaitu

pendidikan yang ditempuh tokoh-tokoh Novel Dua Ibu yaitu dengan

pendidikan formal. Pendidikan format yang ditempuh antara lain

jenjang sekolah dasar, sekolah menengah pertama, Sokolah kedokteran,

Hukum, dan AMS.

4. Kompleksitas Hasil Budaya

Uraian berikut ini akan menunjukkan kompleksitas hasil karya

manusia sebagai wujud hasil budaya masyarakat Jawa yang terpresentasi

pada Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto. Kompleksitas hasil

budaya yang dimaksud meliputi: (a) hasil budaya berbentuk bahasa; (b)

hasil budaya berbentuk sistem pengetahuan; (c) hasil budaya berbentuk

teknologi; dan (d) hasil budaya berbentuk alat produksi atau mata

pencaharian.

Page 118: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

102

a. Hasil Budaya Berbentuk Bahasa

Bahasa adalah salah satu unsur budaya yang bersifat universal.

Selain berfungsi sebagai media komunikasi, bahasa juga digunakan

untuk menjelaskan serta berkomunikasi dalam suatu kebudayaan.

Masyarakat Jawa dalam kesehariannya biasanya menggunakan bahasa

Jawa dalam percakapannya. Dalam Novel Dua Ibu bahasa yang

digunakan bercampur antara bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Bahasa

Jawa yang digunakan kental dengan bahasa Jawa Tengah, yaitu daerah

Surakarta karena sebagaian besar tokoh memang tinggal di Kota

Surakarta. Berikut kutipan narasi dan dialog tentang sebuah panggilan

dalam bahasa Jawa:

Sungkem pangabekti, buat Ibu seorang dari anak-anak di Surabaya

(Atmowiloto, 2017. 209)

Perempuan itu mengkikik. Meninju lengan Jamil keras. “Edan”.

Nyindir Kowe. Nama ku kan min!” (Atmowiloto, 2017. 164)

Bu benarkah Mbakyu Marto sekarang, maaf, kurang waras?

(Atmowiloto, 2017. 70)

Dan mereka selalu menyindir dengan kalimat yang itu-itu saja:

dara mangan pari, durung bakda wis nganyari. (Atmowiloto,

2017. 141)

Sungkem menggambarakan suatu pengabdian yang dilakukan

anak kepada orang tua. Sang anak bersalaman dengan posisi bersimpuh

di depan orang tua dan memohon maaf serta restu kepada orang tua.

Berdasarkan kutipan di atas, hasil budaya berbentuk bahasa juga tampak

pada adanya tingkat bahasa yang dipergunakan oleh tokoh baik kepada

Orang yang lebih tua. Demikian pada prinsipnya ada dua macam bahasa

Jawa yang apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa Jawa

Ngoko dan Krama. Kondisi tersebut juga didukung oleh penelitian

Suryadi (2014: 244) bahwa the basic culture in java is the stratified

society that shape the use of any language rise, starting from level

ngoko, arma, until arma inggil. stratified-level is something that is

essential in the javanese community.

Page 119: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

103

Berdasarkan temuan pada kompleksitas hasil budaya berupa

bahasa dalam Novel Dua Ibu, diketahui bahwa bahasa yang muncul

adalah adanya bahasa Jawa yang berupa nama panggilan. Adanya

tingkatan bahasa dalam berkomunikasi dengan memperhatikan siapa

yang diajak berkomunikasi.

b. Hasil Budaya Berbentuk Sistem Pengetahuan

Hasil budaya yang berupa sistem pengetahuan tidak dapat

dipisahkan dari benda-benda yang menjadi wujud nyata dan bukti

otentik hidup dan berkembangnya sebuah sistem pengetahuan dalam

masyarakat. Terciptanya sebuah benda yang berbentuk nyata dan bisa

dilihat bahkan dinikmati dan dimanfaatkan manusia membutuhkan

sesuatu yang dinamakan sistem pengetahuan.

Ayah diakui sebagai orang yang pintar. Seperti intelektual,

begitulah istilah Ibu. Bisa steno, ahli bahasa, Belanda, Inggris,

Jepang, dan satu bahasa asing lagi, bisa memperbaiki radio,

menciptakan speaker, sesuatu yang waktu itu tak banyak diketahui

orang lain. Waktu musim lampu dipadamkan, Ayah bisa mencuri

aliran listrik dan menerangi seluruh kampung. Radio yang dibikin

sendiri, mampu menangkap siaran BBC.

Padahal radio itu bentuknya seperti bantal, dan antenanya

dipasang mencuat jauh di atas pohon mangga yang tertinggi di

halaman rumahku. (Atmowiloto, 2017. 25)

Kemampuan Ayah dalam membuat radio merupakan hasil budaya

berbentuk pengetahuan. pada masa setelah kemerdekaan salah satu

sarana komunikasi paling efektif yang digunakan oleh masyarakat

Indonesia adalah radio. Peranan radio tidak hanya sebagai alat

penyampai informasi saja kala itu, namun juga sebagai sarana rekreasi

seperti disiarkannya pertujukan wayang, lagu-lagu populer, hingga

lapangan pekerjaan yang dibutuhkan. Indonesia mulai menggunakan

radio pada tahun 1925.

Page 120: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

104

Indonesia khususnya Surabaya, radio mempunyai peranan khusus

yang penting dalam perjuangan mempertahankan proklamasi setelah

kemerdekaan RI 17 Agustus 1945. Pak Marsono yang pernah

menempuh pendidikan formal mempunyai keahlian yaitu membuat

radio yang dapat menangkap sinyal BBC, atau siaran luar negeri adalah

bentuk data tentang sistem pengetahuan yang terdapat dalam Novel Dua

Ibu.

Ibu biasa bercerita dengan fasih sampai ke Raden Fatah, raja

Demak pertama. Ayah suka tertawa kalau Ibu bercerita.

(Atmowiloto, 2017. 27)

Dalam Novel Dua Ibu, tidak dijelaskan secara pasti pendidikan

yang di tempuh Bu Marsono semasa hidupnya. Melalui dialog tokoh

diketahui bahwa tokoh Bu Marsono memiliki pengetahuan tentang

sejarah dan silsilah keluarga yang berhubungan dengen Keraton Demak,

salah satu kerajaan Islam besar di Jawa. Kerajaan Demak adalah

kerajaan pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Nusantara.

Berdasarkan data tersebut diketahui terdapat sistem hasil budaya yaitu

sistem pengetahuan sejarah yang dimiliki oleh Ibu Marsono, yaitu

tentang sejarah Keraton Demak.

“Mereka ini semua tidak tahu tentang televisi. Televisi bukan

hanya tentang alat yang serba baru, yang mahal. Kalau aku bilang

mutu siaran harus memuaskan, mereka mengeluh alatnya hanya

ini. Studionya hanya ini. Kameranya buatan sebelum perang.

Padahal yang kumaksud bukan itu. (Atmowiloto, 2017. 135)

Tokoh Oom Bong merupakan salah satu pegawai yang bekerja di

pertelevisian nasioanl Indonesia. Televisi pertama kali berdiri di

Indonesia pada tahun 1969, stasiun televisi pertama Indonesia adalah

TVRI (Televisi Republik Indonesia). Siaran perdana TVRI adalah

perayaan hari kemerdekaan Indonesia di Istana Merdeka 17 Agustsus

1969. TVRI merupakan program khusus yang dilaksanakan untuk

menyukseskan ASEAN Games di Jakarta pada tahun 1962.

Page 121: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

105

Presiden Soekarno berperan cukup besar dalam pembangunan

TVRI sebagai televisi pertama di Indonesia. Pengetahuan tokoh Oom

Bong yang dapat mengelola siaran televisi merupakan hasil budaya

sistem pengetahuan yang terdapat dalam Novel Dua Ibu. Berikutnya

adalah data tentang keahlian masyarakat Jawa dahulu dalam membuat

ramuan pembersih gigi pengganti odol, secara tradisional yang terbuat

dari bahan-bahan alam berikut adalah kutipannya:

Ratsih paling telaten membuat odol dari arang yang ditumbuk

halus sekali. Dan, ia, Ratsih yang baik itu, mau saja membagi

dengan ku. Karena Ratsih tahu aku tidak telaten benar menumbuk

arang. (Atmowiloto, 2017. 117)

Ratsih sering membuat pasta gigi dengan arang, dengan cara arang

kayu ditumbuh sehingga menjadi halus, setelah halus disaring dan hasil

dari saringan tersebut digunakan untuk menyikat gigi. Sifat alkali pada

arang mampu mebuat lingkungan sekitar arang menjadi basa. Hal

tersebut membantu dalam membersihkan gigi. Pada masyarakat Jawa

membersihkan gigi dengan arang adalah salah satu cara alami yang

sering digunakan. Adapun bahan lain sebagai penganti pasta gigi kala

itu seperti, daun sirih, siwak, dan cengkeh. Berdasarkan data tersebut

terdapat data tentang hasil budaya yang berhubungan dengan sistem

pengetahuan yaitu membuat pasta gigi dengan arang yang dilakukan

oleh tokoh Ratsih.

Kehormatan besar kalau Ibu masak selat dasar atau bistik

komplit, malah minta nasi pecel. Tapi biar saja, dia kan yang punya

duit. (Atmowiloto, 2017. 63)

Melalui data tersebut terdapat hasil budaya sistem pengetahuan

tentang cara mengolah bahan makanan. Pecel adalah makanan yang

menggunakan bumbu sambel kacang sebagai bahan utamanya yang

dicampur dengan aneka jenis sayuran. Pecel merupakan makanan

tradisional daerah Jawa Tengah.

Page 122: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

106

Dalam bahasa Jawa, pecel dapat diartikan sebagai “tumbuk” atau

dihancurkan. Selain pecel terdapat data yang menunjukan makanan lain

pada kutipan di atas, yaitu bistik. Bistik merupakan makanan

peninggalan kolonial Belanda. Bistik menggunakan bahan dasar daging

sapi yang direbus sampai empuk kemudian disajikan dengan kentang,

wortel, dan juga kacang panjang. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa hasil karya manusia seperti yang diutarakan di atas merupakan

wujud hasil budaya yang mencerminkan sistem pengetahuan yang

terdapat dalam Novel Dua Ibu. Hasil pengetahuan yang ditemukan

antaralain tentang cara menangkap siaran radio dan membedakan antara

bass dengan treibel, pengetahuan tentang mengelola dan membuat

tayangan televisi, pengetahuan tentang sejarah Keraton Demak, serta

pentahuan tentang membuat alat dan aneka makanan.

c. Hasil Budaya Berbentuk Teknologi dan Sistem Peralatan

Kompleksitas hasil budaya berbentuk sistem peralatan hidup dan

teknologi juga terdapat dalam Novel Dua Ibu. Secara khusus dalam

kajian ini ditemukan data yang mewakili konsep tersebut. Hasil budaya

atau benda-benda hasil karya manusia yang berhubungan dengan

peralatan dan teknologi dalam novel ini berkaitan dengan teknologi

yang digunakan di Indonesia pada tahun 1980-an dan terdeskripsikan

melalui uraian berikut ini:

Oom Bong menukar dengan radio dengan menggunakan

baterai. Sekalian membeli batu baterainya banyak sekali.

(Atmowiloto, 2017. 78)

Teknologi dan sistem peralatan yang ada dalam Novel Dua Ibu

adalah radio. Salah satu hiburan orang-orang pada zaman itu adalah

mendengarkan siaran radio karena masih jarang orang yang mempunyai

televisi. Radio pertama kali masuk di Indonesia pada tahun 1933.

Mangkunegoro VII dan sarsito Mangunkusumo mendirikan SRV

(Solossche Radio Vereenging) yang menjadi pelopor siaran pertama di

Indonesia.

Page 123: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

107

Radio digunakan sebagai alat sarana penyampai informasi kala itu

sampai perkembangannya juga menjadi alat rekreasi. Salah satunya

adalah siaran wayang yang selalu ditunggu pendengarnya.

“semua yang mempunyai televisi dapat melihat dengan jelas. Ya,

semua. Lagi pula siaran itu diulang saya merinding ketika

menyaksikan adegan itu. (Atmowiloto, 2017. 88)

Hasil budaya berbentuk teknologi dan sistem peralatan pada data

di atas adalah televisi. Televisi pada awalnya dipelopori oleh Ir.

Soekarno sebagai pendukung acara ASEAN Games pada tahun 1962,

kemudian dikembangkan menjadi sarana penyampai informasi. stasiun

televisi pertama di Indonesia adalah TVRI. Semanjak itu televisi

berkembang menjadi alat hiburan yang paling diminati oleh masyarakat

Indonesia.

Sebenarnya aku lebih suka naik mobilnya. Naik andong aku

sering-juga kalau membonceng di belakang ketika saisnya

ngantuk. (Atmowiloto, 2017. 72)

Mobil bukanlah hasil budaya asli dari Indonesia atau bahkan oleh

masyarakat Jawa, tokoh Oom Bong menggunakan mobil sebagai alat

transportasi mereka yang mewah dan belum banyak yang memiliki pada

masa itu. Selain mobil ditemukan juga andong, yaitu kereta yang ditarik

oleh kuda sebagai tenaga penggeraknya, yang digunakan sebagai alat

trasportasi untuk menganggkut orang maupun barang.

Ratsih berjalan kaki ke Stasiun Balapan, hampir enam kilometer,

perlahan-lahan. Tidak ada yang membantu membeli karcis, tidak

ada yang membantu mencarikan kereta api, dan dia tak pernah

berpergian sebelumnya. (Atmowiloto, 2017. 182)

Berdasarkan catatan sejarah, kereta api Indonesia pertama kali

beroprasi untuk umum pada tahun 1867. Perjalanan perdana kereta api

ini menghubungkan Desa Kemijen, Semarang dengan Desa

Tanggungharjo, di Kabupaten Grobokan.

Page 124: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

108

Pada masa penjajahan kereta api digunakan sebagai alat untuk

mengangkut hasil bumi dan keperluan militer Belanda. Namun seiring

dengan kemerdekan Indonesia, kereta api dijadikan sebagai alat

trasportasi masyarakat yang banyak diminati.

Adam bermaksud membelikan Ibu sebuah mesin jahit bekas. Ia

membuat layang-layang, mengapur rumah orang, membuat mainan

yang dijual Priyadi, mencari jangkrik, bermain kelereng,

mengumpulkan prangko bekas, dan semuanya ditabung.

(Atmowiloto, 2017. 248)

Bentuk teknologi dan sistem peralatan yang digunakan pada Novel

Dua Ibu selanjutnya adalah mesin jahit. Mesin jahit pada masa itu adalah

suatu barang yang mewah, tidak semua orang memiliki. Tokoh Adam

ingin membelikan mesin jahit dengan harapan Ibu dapat bekerja sebagai

seorang tukang jahit. Dahulu ketika perekonomian Ibu Marsono masih

setabil, beliau pernah memiliki mesin jahit sehingga tidak perlu belajar

dari awal. Mesin jahit yang digunakan pada masa itu masih

menggunakan tuas atau pedal manual, dengan cara diinjak pada bagian

tempat kakinya.

Berdasarkan data tersebut ditemukan benda-benda yang berasal

dari budaya masyarakat Jawa dan teknologi asing yang masuk dan

berterima di Indonesia. Di antaranya adalah radio, mobil, andong, mesin

jahit, mobil, dan kereta api. dapat disimpulkan bahwa Novel Dua Ibu

merekam hasil karya manusia yang berkenaan dengan sistem peralatan

hidup dan teknologi.

d. Hasil Budaya Berbentuk Mata Pencarian

Kompleksitas mata pencaharian yang terdapat dalam Novel Dua

Ibu menfokuskan pada bidang pekerjaan tertentu. Hal ini terlihat pada

mata pencaharian seperti tokoh Oom Bong yang berkerja di

Pertelevisian, atau pada tokoh Murjanah yang berkerja sebagai

pedagang.

Page 125: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

109

Analisis tentang adanya kompleksitas hasil budaya yang

berbentuk sistem mata pencaharian hidup, difokuskan pada dialog yang

diceritakan oleh tokoh maupun data yang menunjukan aktivitas

berdasarkan data yang dicari, berikut kutipan datanya:

Tapi Ayah tidak suka berkerja sama dengan Belanda. Lebih suka

menjadi abdi dalam di Keraton Kasunanan. Gajinya sangat kecil.

Kata orang Ayah lebih suka jadi priyayi. (Atmowiloto, 2017. 26)

Pada kutipan tersebut dijelaskan hasil budaya berbentuk mata

pencarian yang dilakukan oleh Pak Marsono sebagai seorang abdi dalem

Keraton Kasunanan. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdikan

dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang ada. Abdi

dalem berasal dari kata “abdi” yang berarti mengabdi dan “dalem” yang

artinya internal. Abdi dalem masuk ke dalam golongan priyayi atau

bangsawan pada sistem tingkatan masyarakat Jawa, namum bukan

bangsawan yang mempunyai kelas tinggi. Priyayi mempunyai hak

istimewa seperti menduduki jabatan dalam pemerintahan atau mendapat

jaminan hidup.

Oleh Mbok Grembul semua rambut itu di masukan kedalam

karung bekas gadum bergambar tangan berjabatan. Entah

berapa puluh rumah dimasuki, dirayu, diberi janji bahwa ia akan

datang lagi menengok.

Setelah sampai di rumah, rambut yang kusut itu diuraikan.

Dengan sisir yang giginya sangat jarang, dengan jeruji sepeda

atau dengan tangan. (Atmowiloto, 2017.

Salah satu pekerjaan unik yang ditemukan dalam Novel Dua Ibu

adalah sebagai pengumpul rambut. Pekerjaan tersebut dilakukan oleh

tokoh Mbok Grembul untuk membantu suaminya memenuhi kebutuhan

rumah tangga. Rambut yang dikumpulkan tersebut kemudian dioleh

sedemikian rupa, untuk dijadikan konde maupun rambut palsu.

Berdasarkan data tersebut terdapat hasil budaya berupa mata pencarian

yaitu sebagai pengumpul rambut.

Page 126: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

110

Bung Karno itu hebat. Bisa pidato bahasa Jerman di PBB. Ia

ditakuti oleh seluruh dunia. Lihat saja. Proyek membuat televisi,

di mana saya bekerja. Itu pikiran jenius. (Atmowiloto, 2017. 88)

Temuan data selanjutnya adalah pekerjaan yang dilakukan oleh

salah satu tokoh dalam Novel Dua Ibu yaitu Oom Bong. Ia bekerja

sebagai seorang ahli acara pertelevisian. Dalam melakukan pekerjaan

Oom Bong sangat memperhatikan kualitas siaran yang dibuatnya.

Berdasarkan data tersebut terdapat hasil kebuadayaan berupa mata

pencarian yaitu sebagai pengelola televisi.

Loh, tentara kok gitu ya, Bu. Tugas di koperasi kata Mbakyu

Solemah sangat menyenangkan karena banyak duitnya.

(Atmowiloto, 2017. 209)

Pekerjaan utama Untung suami Ratih adalah seorang tentara,

namum ia lebih memilih menjalankan koperasi yang ada di asrama

tentara karena lebih dekat dengan istrinya daripada bekerja di luar kota.

Koperasi adalah organisasi ekonomi yang didirikan untuk kepentingan

bersama, dalam hal ini adalah tentara. Koperasi berlandaskan

berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat dengan asas kekeluargaan.

Berdasarkan hasil temuan dalam kajian kompleksitas hasil budaya

berbentuk sistem mata pencaharian hidup, yang mengacu pada beberapa

profesi yang digeluti oleh tokoh ditemukan data mata pencarian yang

didominasi dengan pekerjaan masayarakat kota seperti tentara,

pedagang, maupun pegawai.

5. Nilai Pendidikan Karakter

Kehadiran karya sastra tidak dapat dipandang sebagai media hiburan

semata. Karya sastra merupakan salah satu media yang dipergunakan untuk

pengintegrasian dan penyampaian nilai-nilai pendidikan karakter.

Pendidikan karakter harus terus dan selalu ditanamkan pada generasi

penerus bangsa.

Page 127: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

111

Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam Novel Dua Ibu di

antaranya religius, disiplin, kerja keras, kreatif, semangat kebangsaan,

menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan tanggung jawab. Nilai-

nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam pembelajaran bahasa dan sastra

Indonesia di sekolah sehingga dapat berperan positif dalam

mengembangkan karakter positif siswa, sekaligus pengetahuan akademik

siswa. Selanjutnya, nilai-nilai yang terdapat di dalam Novel Dua Ibu akan

dibahas di bawah sebagai berikut:

a. Nilai Religius

Nilai pendidikan karakter terkait dengan nilai religius ini dalam

Novel Dua Ibu adalah bagaimana sikap, dan perilaku tokoh dalam

melaksanakan ajaran agama yang dianutnya. Pada Novel Dua Ibu ini

nilai religius digambarkan oleh pengarang melalui sikap dan keyakinan

tokoh akan kekuasaan Tuhan YME. Sikap-sikap dan keyakinan tersebut

terpresentasi melalui dialog tokoh-tokoh dan narasi Bu Marsono

maupun tokoh lain dalam Novel Dua Ibu, berikut adalah kutipannya:

Ibu dan Jamil kadang kulihat makan dan kadang tidak. Aku

merasakan lapar itu sangat tidak enak, dan sering memaki

karenanya. “Kita tidak akan mati karena kelaparan, kalau kita

sabar Tuhan tidak pernah tidur.” (Atmowoloto, 2017. 48)

Kutipan berikut merupakan ucapan Bu Marsono, dapat diketahui

adanya sikap dan keyakinan religius dalam dirinya, yakni adanya

keyakinan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Gusti Allah.

Meyakini kebesaran Tuhan seperti yang terjadi pada kehidupan Bu

Marsono merupakan sikap religius.

Sikap religius akan membuat seseorang meyakini akan kebesaran

Tuhan dan mempercayai bahwa ia tidak akan sendirian dalam

menhadapi kehidupan. Sikap tersebut menguatkan seseorang dalam

menghadapi masalah yang terjadi, sehingga dalam menghadapi masalah

tidak akan gentar kerena keyakinan tentang Tuhan yang akan selalu

menolong dirinya.

Page 128: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

112

Karakter religius juga dapat ditemukan dari ungkapan Mamid akan

keyakinannya terhadap kemurahan Tuhan. Mamid bersyukur setiap hari

yang telah dilewatinya adalah bukti kebesaran Gusiti Allah dan selalu

mengingat bahwa semakan banyak hari yang dilewati akan semakin

mendekatkannya pada cita-cita yang diinginkan. Semua sudah diatur

oleh Tuhan bahkan sebelum manusia itu dilahirkan di bumi. Sikap dan

keyakinan Mamid akan cinta kasih Tuhan merupakan sikap berkarakter

religius. Berikut kutipan perkataan Mamid:

Setiap bangun, aku bersyukur. Satu hari telah lewat ya Tuhan.

Setiap akan tidur, aku bersyukur. Satu hari lagi akan lewat lagi, ya

Tuhan. Semakin banyak hari yang kulewatkan, semakin dekat

jarak kembali ke Ibu. (Atmowoloto, 2017. 124)

Perkataan yang diucapkan dan perbuatan yang dilakukan Bu

Marsono ketika anaknya, Murjanah sakit merupakan bentuk tindakan

yang mencerminkan sikap religius tentang keparcayaanya terhadap

Tuhan akan menolong siapa pun yang menyakini-Nya. berikut adalah

kutipannya:

Sejak saat itu Murjanah menderita sakit. Dua bulan di rumah sakit.

Dua bulan tidak diberitahu oleh dokter apa penyakitnya. Ibu juga

pergi kepada dukun, meminta kan obat. Semua nasihat sudah

dicoba.“Berdoa dan ikhtiar.” Itu yang dikatakan Ibu. Itu pula yang

dilakukan Ibu. (Atmowoloto, 2017. 205)

Berdoa dan berikhtiar adalah salah satu bentuk rasa percaya

tentang adanya Tuhan. Keyakinan akan Gusti Allah yang diungkapkan

oleh Bu Marsono tersebut merupakan sikap religius. Pada hakikatnya

sakit merupakan pemberian dari Tuhan YME. Doa dan ikhtiar yang

dilakukan Bu Marsono kepada Gusti Allah tempat meminta segala apa

diharapkan dan dikehendaki sejatinya adalah ibadah, dan ibadah

merupakan bentuk sikap dan tindakan religius.

Page 129: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

113

Berperilaku prihatin dan mencari kesukaran dalam hidup agar doa

itu lekas terkabul adalah keyakinan yang dianut oleh Bu Marsono.

Bentuk perilaku dalam meyakini suatu doa sangat melekat dalam

masyarakat Jawa. Suatu keadaan di mana kesadaran yang muncul adalah

siap menerima segala situasi yang akan terjadi, entah itu baik maupun

buruk. Menurut Kodiran dalam Koentjaraningrat (2009: 340),

kebanyakan orang Jawa percaya bahwa hidup manusia di dunia ini

sudah diatur dalam alam semesta, sehingga tidak sedikit mereka yang

bersifat nrima, yaitu menyerahkan diri pada takdir.

b. Disiplin

Pada dasarnya disiplin merupakan perilaku manusia yang

tertib,dan mentaati peraturan yang berlaku dengan sangat baik. Karakter

disiplin juga tampak pada beberapa kejadian dalam cerita Novel Dua

Ibu. Karakter disiplin yang terdapat dalam novel ini digambarkan oleh

pengarang dalam salah satu tokoh, maupun dalam kehidupan sehari-

hari. Sikap disiplin tampak pada tokoh Ratsih yang berangkat sekolah

lebih awal dari pada teman-temanya. Walaupun jarak rumah Ratsih

dengan sekolah tidak terlalu jauh. Sikap disiplin Ratsih juga tampak

dalam keseharianya di rumah, seperti mencuci setiap hari, selalu

merapikan dan menjaga kebersihan seprai dan tempat tidur,

membersihkan rumah, maupun membantu mengajak adik bermain.

Ratsih pula satu-satunya yang memperhatikan kain seprai. Tak

boleh kena orang lain. Tak boleh ada yang mengotori. Kalau

berangkat sekolah, ia selalu jauh dari jadwal. Selalu lebih pagi.

. . .Pagi, sebelum waktunya, ia berangkat ke sekolah. Sore belajar,

mencatat, setelah membersihkan rumah. Menyapu, menyrirami

tanaman, mengajak adik bermain. (Atmowiloto, 2017. 41)

Sikap disiplin juga ditunjukan kepada Bu Marsino kepada anak-

anaknya sebagai pembelajaran bahwa pendidikan tetap yang

diutamakan dalam hidup. Bu Marsono tetap menyuruh Mamid

berangkat ke sekolah kendati kakak Mamid, Solemah menikah saat itu.

Page 130: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

114

Mamid menurut dan berangkat sekolah sesuai dengan yang

diinginkan Bu Marsono. Sikap yang ditinjukan Mamid adalah contoh

sikap disiplin yang dapat dijadikan keteladanan, berikut adalah

kutipannya:

Pagi itu aku masih masuk sekolah. Aku senang karena semua

teman sekolah mengatakan aku rajin. Kakaknya kawin kok tetap

masuk sekolah. (Atmowiloto, 2017. 14)

Pada tokoh Sumirah, karakter disiplin juga tampak pada dialog

Sumirah dengan dengan Mamid. Sumirah mengajarkan bagaimana dan

apa saja yang harus dikerjakan Mamid di rumah barunya, dari mulai

menaruh sandal, mengambil koran, mandi, mangambil handuk sampai

dengan cara mempersilahakan tamu yang datang. Perilaku Sumirah

yang mengajari Mamid merupakan perilaku yang menunjukkan sikap

disiplin dalam meyingkapi hidup dan menata kehidupan dirinya.

Kedisiplinan itu yang dinasehatkan oleh Sumirah kepada Mamid

anaknya.

“Dua kali sehari harus bersihkan kuku. Jangan pakai guntung besar

atau pisau dapur. Eh, salah-salah bisa terlalu dalam atau kena kulit.

Pakai gunting kuku itu atau gunting kecil. . . (Atmowiloto, 2017.

120)

c. Kerja Keras

Kerja keras adalah sikap yang ditunjukan untuk mengnyelesaikan

hambatan dengan sebaik-baiknya. Dimana ada usaha yang lebih untuk

mencapai suatu tujuan. Hal ini tentunya berlandaskan akan keinginan

diri untuk mau mengerjakan tanggung jawab sebaik mungkin. Sikap

kerja keras ditunjukan oleh Bu Marsono adalah usahanya dalam

membesarakan kesembilan anaknya sendirian, dari menjadi buruh

masak pada acara hajatan maupun menjual barang bekas untuk membeli

beras.

Page 131: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

115

Selain itu Bu Marsono ketika menggelar hajatan anak-anakaya

entah itu Solemah, Murjanah, Ratsih, maupun Mamid selalu

menunjukan sikap kerja keras, yaitu dengan menjadi organisator setiap

acara, menyiapkan undangan tamu, memasak, sampai dengan

menyiapkan biaya keuangan untuk mendanai segala macam keperluan.

Melalui dialog antara Murjanah dengan Mamid juga tampak sikap

kerja keras, yaitu dengan bekerja sebagai pedagang dengan suaminya,

kini perekonomian keluarga Murjanah mambaik sehingga bisa

membantu biaya pengobatan Bu Marsono ketika sakitnya sudah tidak

tertahankan. Pada Novel Dua Ibu setiap sikap kerja keras membuktikan

bahwa segala macam halangan yang mengahadang dapat diatasi bahkan

mencapai hasil yang diharapkan walupun tidak mudah. Berikut adalah

kutipan dialog tentang sikap kerja keras yang dilakukan oleh tokoh-

tokoh dalam Novel Dua Ibu:

Pesta yang dahsyat dan tetap menggambarkan Ibu sebagai

administrator, organisator, dan tukang sulap sekaligus. Mengatur

pertemuan kurang lebih seribu tamu, menyiapkan segala macam

peniti, kemenyan, undangan, dan pesta hingga selesai.

(Atmowiloto, 2017. 10)

Baru saat itu Ibu meneguk air. Air pertama yang melalui

tenggorokanya setelah tiga hari! Selama tiga hari tiga malam, Ibu

tidak makan apapun juga selain mengunyah sirih. Tiga hari tiga

malam! Padahal berjaga dan bekerja terus. (Atmowiloto, 2017. 32)

Perilaku kerja keras juga ditunjukan oleh tokoh Adam ketika ingin

membelikan Bu Marsono mesin jahit bekas. Adam mencari uang dengan

cara membuat layangan, mencari jangkrik untuk dijual, sampai bekerja

mengapur rumah orang. Semua uang ditabung demi membelikan Bu

Marsono mesin jahit. Perilaku Adam menunjukan kerja keras sekaligus

bakti seorang anak kepada orang tuanya. Berikut adalah kutipannya:

Adam bermaksut membelikan Ibu mesin jahit bekas. Ia membuat

layang-layang, mengapur rumah orang, membuat mainan bersama

Priyadi, mencari jangkrik, mengumpulkan prangko bekas, dan

semuanya ditabung (Atmowiloto, 2017. 248)

Page 132: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

116

d. Kreatif

Nilai Kreatif merupakan cara seseorang yang cenderung berpikir

serta melakukan dan menciptakan sesutau yang baru melalui barang-

barang atau sesuatu yang telah dimiliki atau tersedia disekitanya.

Merujuk pada Kemendiknas (2010: 9) memberikan pengertian

nilai kreatif sebagai berpikir dan melakukan sesuatu untuk

menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

Karakter kreatif tersebut ditunjukkan dengan adanya gambaran nilai

kreatif melalui pemikiran dan tindakan Mamid.

Mamid memberikan kartu ucapan selamat Hari Raya Lebaran

kepada Sumirah ibu kandungnya ketika masih kecil, hal tersebut

membuat terharu Sumirah, kerena merasa Mamid masih mengingat

dirinya. Bentuk karakter kreatif juga ditunjukan oleh Ratsih ketika

membuat odol yang berbahan dasar arang. Caranya adalah dengan

menumbuk halus arang hitam kemudian digunakan untuk mengosok

gigi sebagai pengganti odol. Memanfaatkan bahan alam disekitarnya

merupakan bentuk tindakan kreatif yang dilakukan Ratsih mengingat

kekurangan ekonomi yang tengah melanda keluarganya.

Tokoh Adam juga memiliki sikap kreatif ketika ia ingin

membelikan mesin jahit kepada Bu Marsono, yaitu dengan membuat

layang-layang mempergunakan bahan yang ada di sekitarnya. Berikut

adalah kutipan tentang sikap kreatif yang dimiliki tokoh-tokoh dalam

Novel Dua Ibu:

Ratsih paling telaten membuat odol yang berbahan dasar arang

yang ditumbuk halus sekali. Dan ia, Ratsih yang baik itu, mau saja

membagi denganku (Atmowiloto, 2017. 117)

Berikut adalah kutipan tokoh Adan dengan kreativitasnya

berusaha membelikan mesin jahit kepada Bu Marsono:

Adam bermaksut membelikan Ibu mesin jahit bekas. Ia membuat

layang-layang, mengapur rumah orang, membuat mainan bersama

Priyadi, mencari jangkrik, mengumpulkan prangko bekas, dan

semuanya ditabung (Atmowiloto, 2017. 248)

Page 133: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

117

e. Cinta Damai

Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya. Sikap ini akan membawa ketenangan dan kenyamanan.

Akhirnya akan tercapai kerukunan dalam bersosialisasi. Sikap cinta

damai dalam Novel Dua Ibu ditunujukkan oleh tokoh Bu Marsono.

Semenjak kematian Pak Marsono ekonomi kelurga Bu Marsono jatuh,

dan banyak tetangga sering menggunjingkan negatif tentang Bu

Marsono. Mendengar hal tersebut Bu Marsono hanya berdiam tanpa

mempedulikan omongan negatif yang ditunjukan kepadanya. Dia hanya

berpasrah diri dan mengajarakan kepada anak-anaknya untuk selalu

bersyukur dan bersabar dalam mengahadapi masalah.

“Kemiskinan dekat sekali dengan kejahatan. Kalau kamu miskin

tanpa menjadi jahat, kau akan memtik hasilnya.

… Ratsih lain lagi mengartikanya. “Lebih baik kita mualai

menanam nanti kita akan memetik hasilnya. (Atmowiloto, 2017.

47)

Sikap cinta damai Bu Marsono juga terlihat ketika menghadapi

masalah dengan mertua anaknya, yaitu Agus. Agus membicarakan

bahwa keluarga dari Bu Marsono selalu meminta bantuan kepadanya.

Tetapi kejadian tersebut bertolak belakang dengan kenyataan bahwa

sebenarnya Bu Marsonolah yang sering membantu Agus dalam

keseharian. Bu Marsono tetap bersabar dan menjelaskan menyelesaikan

masalah tersebut tanpa ada yang merasa dipermalukan.

Di rumah aku bercerita dengan geram.

Malamnya Ibu ke rumah Paman untuk meminta maaf atas

kelakuanku. (Atmowiloto, 2017. 52)

Kutipan dialog tersebut menjelaskan ketika Mamid membela Bu

Marsono dari omongan yang tidak sesuai dengan kenyataan. Mamid

memberanikan diri datang menemui paman di rumahnya, dan

mengatakan bahwa Bu Marsono tidak pernah jahat seperti yang paman

katakan. Namum tindakan tersebut tidak dibenarkan oleh Bu Marsono.

Page 134: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

118

Bu Marsono meminta maaf atas perkataan Mamid yang

menyalahkan paman dengan datang ke rumah paman malam harinya.

Tindakan yang dilakukan oleh Bu Marsono mencerminkan sikap cinta

damai yaitu dengan menjelaskan dan meminta maaf, bahkan ketika Bu

Marsono tidak bersalah sekalipun, Bu Marsono tetep menjauhi

pertengkaran.

f. Menghargai Prestasi

Nilai menghargai prestasi merupakan karakter yang positif baik

dalam rangka sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk

menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, maupun

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Nilai menghargai

prestasi juga terdapat dalam Novel Dua Ibu ini. Nilai tersebut tampak

pada tokoh Mamid yang mengagumi ayah tirinya, yaitu Oom Bong.

Oom Bong bekerja sebagai pengelola televisi, kehidupan Oom

Bong menjadi seorang yang burjois dan suka menolong membuat

kagum Mamid. Ketika itu Oom Bong membelikan radio kepada

keluarga Bu Marsono, tidak hanya itu Oom Bong juga mengajak makan

di restoran semua anggota keluarga, serta berkunjung di Taman

Sriwedari. Mamid bercita-cita untuk mejadi seorang jendral, ia berusaha

dengan giat untuk meraihnya. Setalah menjadi orang besar ia ingin

seperti Oom Bong yang suka menolong dan kaya. Sikapa yang

ditunjukan Mamid memancunya untuk lebih giat lagi dalam berusaha

meraih cita-cita yang diinginkan, hal tersebut berdampak positif kepada

tokoh Mamid. Sikap menghargai prestasi Mamid ditunjukan dalam

kutipan berikut:

“Diam-diam aku kagum juga dengan Oom Bong. Ia banyak duit,

galak, dan juga sombong. Kalau aku jadi jendral aku juga bisa

seperti dia. (Atmowiloto, 2017. 79)

Tokoh lain yang mempunyai sikap menghargai prestasi ditunjukan

oleh Untung Subarkah kepada Jon, istri Solemah.

Page 135: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

119

Pangkat Untung di kententaraan lebih tinggi daripada Jon. Untung

adalah seorang sersan sedangkan Jon adalah prajurit. Untung kagum

dengan prestasi yang telah diperoleh Jon, yaitu pengahargaan atas

prestasinya sebagai seorang penembak jitu terbaik. Untung juga kagum

karena Jon tidak pernah berbesar hati meskipun mendapatkan prestasi

tersebut, malah Jon semakin bersemangat untuk berlatih untuk dapat

lebih baik lagi dikemudian hari. Jon masih seperti biasanya yang sayang

terhadap istri dan anakanya. Jon sendiri masih menaruh rasa hormat

kepada Untung sebagai atasanya di tentara dan bersikap profesional.

Mas Untung sendiri bilang bahwa Mas Jon itu jagoan.

Tembakanya selalu diakui oleh komandannya. Dalam PON lalu

katanya sudah jadi pemenang. Saya jadi ngeri kalau-kalau Herit

ditembak. Ah, itu cuma ketakutan saya ya, Bu, ya. (Atmowiloto,

2017. 224)

g. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya. Mau berbuat demi kepentingan

negara agar lebih baik dan tidak mengingkarinya. Perilaku yang didasari

tanpa tendensi kepentingan pribadi atau kelomponya. Sikap semangat

kebangsaan terlihat oleh tokoh Jon yang tetap menjalankan tugas

sebagai seorang tentara angkatan laut. Jon harus meninggalakan

keluarganya ketika ditugaskan untuk mengamankan Irian Barat. Jon

menunaikan kewajibanya sebagai seorang tentara untuk melindungi

NKRI dengan menempatkan kepentingan negara di atas keluraganya.

Berikut kutipan yang menunjukan bentuk semangat kebangsaan yang

ditunjukan oleh tokoh Jon dalam Novel Dua Ibu:

Mas Jon dapat tugas berlayar ke Irian Barat. Jadi kemungkinan

besar saya sekeluarga tidak bisa datang, rasanya sudah kangen

sekali. (Atmowiloto, 2017. 20)

Page 136: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

120

Kutipan tersebut diambil dari surat yang dikirimkan Solemah

kepada Bu Marsono di Solo. Saat itu Bu Marsono sedang

mempersiapkan acara untuk khitanan Mamid. Solemah adalah seorang

istri tentara, sudah menjadi kewajiaban untuk membantu suami dalam

menyelesaikan tugas untuk negara sehingga menempatakan

kepentingan negara di atas kepentingan lain.

h. Peduli Sosial

Peduli sosial sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi

bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan. Tindakan

peduli sosial tentunya bertujuan membantu orang lain yang

membutuhkan bantuan. Sikap peduli sosial akan membawa kebaikan

dalam hidup bersama.

Novel Dua Ibu, sikap peduli sosial yang ditunjukan oleh Pak

Marsono dan Ibu Marsono dengan merawat sembilan anak yang

dititipkan kepadanya. Tidak mempedulikan kesulitan yang ada

dikemudian hari Bu Marsono merawat dan membesarkan sembilan anak

yang dititikan kepadanya dengan penuh kasih sayang, adil dan tidak

membedakan satu dengan yang lainya. Berikut merupakan dialog Bu

Marsono dengan Pakdhe Wiro ketika menitipakan anaknya:

“Ya biar saja, kita kan dikasih. Yang ngasih kan juga Pakdhe Wiro.

Apa orang dikasih anak tidak mau?”

Almarhum Ayah juga mengangguk saja. (Atmowiloto, 2017. 243)

Sikap peduli sosial juga ditunjukan oleh tokoh supir truk yang mau

memberikan tumpangan kepada Jamil ketika akan merantau ke Jakarta,

namun tidak ada uang untuk biaya trasportasi. Jamil yang memutuskan

pergi dari rumah untuk bekerja memberanikan diri menuyusup truk yang

akan mengantarkan babi ke Jakarta, namaun di tengah jalan Jamil

ketahuan oleh supir truk tersebut, kemudian diturunkan paksa. Melihal

hal tersebut salah satu supir truk lain menawarkan Jamil untuk ikut

truknya saja.

Page 137: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

121

Sikap yang ditunjukan supir truk yang mau memberikan

tumpangan kepada Jamil merupakan sikap kepedulian sosial, berikut

adalah kutipannya:

Ia berjongkok hati-hati, seperti ekspresi terima kasih, seperti

ekspresi keheranan. “ Aku kenal Ibumu, kau ikut trukku saja!”

(Atmowiloto, 2017. 160)

Sikap peduli sosial juga ditunjukan oleh tokoh Mamid yang

membantu Limbuk teman bermainnya memilah rambut dagangan Mbok

Grembuk, ibu Limbuk. Mamid sering membantu menyisir rambut bekas

agar Limbuk segera bisa bermain denganya.

Pada kesempatan lain Limbuk memberikan es lilin kepada Mamid

sebagai ucapan terima kasih karena telah membantunya menyelesaikan

pekerjaan, berikut adalah kutipannya:

Aku membantu Limbuk. Aku menyisir rambut kusut, yang

memisahkan seutas demi seutas, menyusun dengan rambut yang

kira-kira sama panjang. Baunya tidak enak. Apek sekali. Tapi

aku mau melakukan karena Limbuk senang. (Atmowiloto, 2017.

83)

Karakter peduli sosial juga ditunjukan oleh tokoh Tikem, yang

sering memberikan makanan pada keluarga Bu Marsono. Berikut adalah

kutipannya:

Ia selalu memberi kue, kalau lagi disuruh membuat kue oleh

majikanya. Ia memberikan lauk-pauk. Selalu memberi sayuran.

Masakanya mungkin enak tapi terlalu pedas dilidahku.

(Atmowiloto, 2017. 91)

Tindakan Tikem yang sering memberi makanan kepada keluarga

Bu Marsono merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama. Meskipun

Tikem adalah seorang pembantu rumah tangga, ia memiliki karakter

yang mau membantu orang lain dengan caranya sendiri. Tikem dikenal

sebagai seorang yang baik dan suka menolong tidak hanya dikeluarga

Bu Marsono saja. Di usianya yang masih muda ia sudah memiliki sorang

anak yang ditinggalakan di Wonogiri, diasuh oleh neneknya. Sementara

dia bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Solo.

Page 138: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

122

i. Nilai Tanggung Jawab

Nilai pendidikan karakter yang terakhir yang ditemukan dalam

novel tersebut, yakni nilai tanggung jawab. Tanggung jawab merupakan

sikap dan perilaku seseorang guna melaksanakan apa yang menjadi

kewajibannya baik kepada diri sendiri, keluarga, masyarakat. Nilai

tanggung jawab tampak dari beberapa sikap dan tindakan yang

ditunjukkan oleh tokoh dalam novel.

Terdapat beberapa data temuan yang menjadi bukti otentik

terdapatnya nilai pendidikan karakter terkait dengan nilai tanggung

jawab. Sikap tanggung jawab ditunjukan oleh Sumirah ibu kandung

Mamid. Ketika Sumirah memutuskan pergi merantau ke Jakarta, ia

menitipkan Mamid yang masih bayi kepada Bu Marsono. Di Jakarta ia

menikah dengan Oom Bong dan mempunyai dua orang anak

perempuan, namun sumirah tidak pernah melupakan Mamid. Berbagai

usaha telah dilakukan Sumirah untuk membuat Mamid mau tinggal

denganya di Jakarta. Sikap yang ditunjukan Sumirah kepada Mamid

adalah bentuk tanggung jawab dan kasih sayang orang tua kepada

anaknya.

“Mid,” kata Tante Mirah. “Mulai sekarang kau harus memanggil

Ibu padaku.”

“Dan memanggil Bapak pada Oom Bong.”

“Kau tau, kan, Mid, kau sadarkan, sekarang ini?”

“Kau tau betapa sedih perasaan ku kalau kau memanggil ku

Tante?”

“Aku selalu merindukanmu. Selalu. Mengharapkan kau

berkumpul bersama saudara-saudaramu di Jakarta. Susah atau

senang kita berkumpul. Ya, Mid?” (Atmowiloto, 2017. 99)

Sikap tanggung jawab lain dalam Novel Dua Ibu, ditunjukkan oleh

tokoh Untung Subarkah. Sesudah menikahi Ratih, Untung membawa

Ratih tinggal bersamanya di Surabaya. Ratih tidak membawa bekal

apapun selain pakaian. Sebagai seorang suami Untung membelikan

pakaian, tempat tinggal beserta kebutuhan untuk Ratih istrinya.

Page 139: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

123

Sikap Untung kepada ratih merupakan bentuk tanggung jawab

seorang suami kepada istri. Kendati demikian Untung tidak pernah

melupakan tugasnya sebagai seorang tentara untuk mengabdi kepada

negara.

Untung Subarkah mengurus segalanya. Mencarikan tas yang agak

bagus di Tunjungan, membelikan tiket kereta api separuh harga,

meminjam jip yang pintunya hanya dapat ditutup dengan tali

tambahan, serta mengangkut sendiri buah nangka yang besar dan

pisang setandan. (Atmowiloto, 2017. 189)

6. Relevansi Kajian Antropologi sastra dan Nilai pendidikan Karakter

dengan Pengajaran Sastra di Sekolah Menengah Atas

Pembelajaran sastra idelanya dapat memberikan andil yang signifikan

terhadap keberhasilan pengembangan manusia yang diinginkan. Guna

mendapatkan hasil yang baik dalam mendidik siswa-siswi dapat

dilaksanakan dengan pendekaran yang tepat, yaitu pendekatan yang dapat

merangsang terjadinya olah hati, olah rasa, dan olah raga. Selain metode

yang tepat dalam mengajar, tentunya materi pembelajaran juga merupakan

salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar.

Materi pembelajaran yang baik, tepat, dan tentunya efektif untuk siswa

dan guru. Ada pemahaman yang mendalam tentang siswa yang akan diberi

pelajaran tentunya membantu guru untuk mencarikan materi pembelajaran

yang tepat. Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto jika dikaitkan

dengan materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI semester dua

dengan standar kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD) menganalisis

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Materi

pokok dalam pembelajaran ini, yakni novel Indonesia dan novel terjemahan.

Dengan indikator pencapaian siswa, yakni:

Page 140: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

124

(a) mampu mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel

Indonesia dan terjemahan, (b) mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik

(alur, tema, penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) dan ekstrinsik

novel Indonesia, (c) mampu menganalisis unsur-unsur intrinsik (alur, tema,

penokohan, sudut pandang, latar, dan amanat) dan ekstrinsik novel

terjemahan dan (d) mampu membandingkan unsur-unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel Indonsia dengan novel terjemahan novel. Pada

pembelajaran bahasa Indonesia semester dua pada kelas XI dengan standar

kompetensi (SK) memahami buku biografi, novel dan hikayat dengan

kompetensi dasar (KD) membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik

novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat.

Materi pokok dalam pembelajaran ini yakni; (a) kutipan hikayat, novel

Indonesia, novel terjemahan, (b) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik

novel/hikayat, (c) unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia (d)

unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel terjemahan, (e) pembandingan

unsur-unsur intrinsik hikayat, novel Indonesia, novel terjemahan, (f)

pembandingan unsur-unsur ekstrinsik hikayat, novel Indonesia, novel

terjemahan, (g) persamaan umum unsur-unsur intrinsik hikayat, novel

Indonesia, novel terjemahan, dan (h) persamaan umum unsur-unsur

ekstrinsik hikayat, novel Indonesia, novel terjemahan.

Dengan indikator pencapaian kompetensi sebagai berikut: (a) mampu

membaca hikayat, novel Indonesia, novel terjemahan, (b) mampu

mengidentifikasi unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat, novel Indonesia,

novel terjemahan sebagai bentuk karya sastra, (c) mampu menjelaskan

unsur intrinsik dan ekstrinsik hikayat, novel Indonesia dan novel

terjemahan, dan (d) mampu membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik

hikayat, novel Indonesia dan novel terjemahan.

Page 141: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

125

Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto jika dikaitkan dengan

materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XII sekolah menengah

atas (SMA) semester I dengan standar kompetensi (SK) memahami

pembacaan novel dengan kompetensi dasar (KD) menanggapi pembacaan

penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan. Dengan materi

pokok pembelajaran antaralain; (a) pembacaan penggalan novel, (b)

penanggapan pembacaan penggalan novel dari segi vokal, (c) penanggapan

pembacaan penggalan novel dari intonasi, dan (d) penanggapan pembacaan

penggalan novel dari penghayatan. Dengan indikator pencapaian

kompetensi yakni siswa mampu menanggapi pembacaan penggalan novel

dari segi vokal, intonasi, dan penghayatan.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil kajian dan Data yang telah ditemukan, pembahasan

penelitian ini difokuskan kepada empat rumusan masalah. Rumusan masalah

yang dimaksud adalah (1) analisis struktur Novel Dua Ibu karya Araswendo

Atmowiloto, (2) wujud kebudayaan (kompleksitas ide, kompleksitas aktivitas,

kompleksitas hasil budaya) (3) nilai pendidikan karakter dalam Novel Dua Ibu,

dan (4) relevansinya dengan pembelajaran sastra di SMA. Pembahasan lebih

rinci tentang hasil penelitian akan dipaparkan dalam uraian berikut ini.

1. Analisis Struktural Novel Dua Ibu

Waluyo dan Wardani (2011: 6) menyebutkan struktur pembangun cerita

fiksi meliputi tema cerita, plot, penokahan dan perwatakan, latar, sudut

pandang pengarang atau latar belakang pengarang, dialog, gaya bahasa,

waktu penceritaan, dan amanat. Unsur-unsur novel dalam antropologi sastra

dianggap telah mewakili keseluruhan aspek ekstrinsiknya yaitu dengan

menganalisis segi manusia sebagai makhluk berbudaya sekaligus dengan

mengaitkan makna karya sastra secara keseluruhan (Ratna, 2011: 45).

Antropologi sastra, psikologi sastra, dan sosiologi sastra merupakan

pendekatan yang tidak bisa dibedakan secara jelas sebab masing-masing

berkaitan erat.

Page 142: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

126

Namun, dapat ditentukan dengan objek yang didominasi oleh salah satu

ciri sehingga dianggap pantas dianalisis dengan pendekatan tersebut.

Berdasarkan pendapat Treuer (2010:1) To call something “ethnic

literature” is to imply that it originates from a particular cultural vantage

point or performs work that could be described as cultural. dikatakan

sebagai "sastra etnik" apabila menyiratkan bahwa hal tersebut berasal dari

sudut pandang budaya tertentu atau melakukan pekerjaan yang bisa

digambarkan sebagai budaya. Dalam penelitian ini, analisis struktur hanya

dititik beratkan pada unsur yang berkaitan erat dengan antropologi sastra

yaitu unsur intrinsik yang difokuskan pada tema, tokoh dan latar.

Melalui tiga unsur pokok tersebut sebuah karya sastra sudah dapat

diuraikan dengan kajian antropologi sastra. Relevansi antara ketiga unsur

tersebut dijabarkan Nurgiyantoro (2013:4) yaitu tema sebagai dasar cerita,

gagasan sentral, bersifat mengikat dan menyatukan keseluruhan unsur fiksi

tersebut. Sebagai unsur utama fiksi, penokohan erat berhubungan dengan

tema. Tokoh-tokoh cerita sebagai penyampai tema, adanya perbedaan tema

akan menyebabkan adanya perbedaan pemerlakuan tokoh cerita.

Pada umumnya, pengarang akan memilih tokoh-tokoh tertentu yang

dirasa paling sesuai untu mendukung temanya. Latar akan mempengaruhi

tingkah laku dan cara berpikir tokoh, dan karenanya akan mempengaruhi

pemilihan tema. Atau sebaliknya, tema yang sudah dipilih (pengarang) akan

menuntut pemilihan latar (dan tokoh) yang sesuai dan mampu mendukung.

Antara latar dan penokohan mempunyai hubungan yang erat bersifat timbal

balik. Sifat-sifat latar, dalam banyak hal, akan mempengaruhi sifat tokoh.

Bahkan, barangkali tidak berlebihan jika mengatakan bahwa sifat seseorang

akan dibentuk oleh keadaan latarnya. Berikut adalah pembahasan analisis

struktural Novel Dua Ibu.

Page 143: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

127

a. Tema

Tema merupakan ide pokok atau permasalahan utama yang

mendasari jalan cerita novel. Sejalan dengan yang disampaikan oleh

Kosasih (2012: 60) bahwa tema adalah gagasan yang menjalin struktur

isi cerita. Tema dapat ditafsirkan dengan cara (1) jangan sampai

bertentangan dengan setiap rincian cerita, (2) harus dapat dibuktikan

secara langsung dalam teks prosa fiksi itu, (3) penafsiran tema tidak

hanya berdasarkan perkiraan, (4) tema cerita berkaitan dengan rincian

cerita yang ditonjolkan. Tema yang ditonjolkan dalam Novel Dua Ibu

adalah tentang kasih sayang seorang ibu dengan menyertakan perjalanan

hidup keluarga Marsono yang dekat dengan budaya Jawa. Kehidupan

sederhana yang dijalani para tokoh dengan pendidikan dan tingkat sosial

rendah serta segala macam warna, lika-liku, dan permasalahan

kehidupan.

Beragam persoalan hidup ditampilkan dengan berlatar kehidupan

pelaku utama dan orang-orang yang berada di sekitanya. Kasih sayang

seorang ibu yang menjadi tema utama atau pokok dalam novel ini

dijelaskan melalui bagaimana Bu Marsono mendidik dan membesarkan

sembilan anak yang dititipkan kepadaya.

Sosok seorang ibu yang tangguh, penuh kesabaran dan bijaksana

dalam menyelesaikan persoalan yang hidup, dikisahkan melalui sudut

pandanang seorang anak kecil, yaitu Mamid. Penjelasan tentang tema

Novel Dua Ibu juga memfokuskan tentang bagaimana seorang wanita

Jawa bertindak sesuai dengan tradisi latar belakang budaya yang dekat

denganya. Jika kita melihat pendapat Kasnadi dan Sutejo (2010:10)

tema adalah masalah, prosa fiksi adalah masalah.

Pengerang menuliskannya berdasarkan masalah yang ada dalam

kehidupannya, masalah tersebut bisa berupa agama, sosial, politik,

keluarga, cinta dan sebagainya. Berdasarkan pendapat tersebut Novel

Dua Ibu menitiberatkan masalah ekonomi keluarga sebagai tema.

Page 144: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

128

Perekonomian keluarga Martono bisa dikatakan kurang meskipun

Pak Martono bekerja namun penghasilan yang didaptkanya dari bekerja

sebagai abdi dalem Keraton Kasunanan bisa dibilang tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan keluarga dan sembilan anak angkatnya, belum

ditambah lagi gaji Pak Martono masih harus dibagikan kepada saudara-

saudaranya. Pengeluaran yang besar dengan pendapatan Pak Martono

yang kecil belum cukup menambah masalah pada keluarga. Masalah

lain datang ketika Pak Martono sakit dan pada akhirnya meninggal

dunia. Tentu saja dengan kematian Pak Martono sebagai tulang

punggung keluarga membuat semakian parah beban yang ditanggung

Bu Martono kedepanya.

Dalam setiap masalah yang ada Bu Martono selalu dapat melihat

masalah dari sudut pandang yang berbeda, dengan penuh kasih sayang

dan kesabaran Bu Martono membesarkan sembilan anak yang dititipkan

kepadanya hingga harus menjual perabot dan peninggalan suaminya

untuk dapat bertahan. Pernikahan wanita Jawa juga menjadi perhatian

khusus dalam Novel Dua Ibu. Pengarang mengambarkan pernikahan

dalam adat Jawa adalah suatu yang sakral. Dalam pernikahan bukan

berarti mengesahkan dua orang secara hukum dan agama, namun juga

menyatukan dua kelurarga menjadi satu. Bagimana seorang wanita Jawa

mempersiapkan diri sebelum pernikahan diceritakan melalui tokoh

Ratsih. Berbagi prosesi sebelum melakukan pernikahan seperti siraman,

rias dan serta memakai wawangian kemenyan, samapi pada prosesi

sungkeman yang dilakukan pengantin kepada orang tua diceritakan

melaluisalah satu anak Ibu yaitu Ratsih.

Sosial budaya juga menjadi tema tambahan yang ada pada Novel

Dua Ibu. Tampak pada kehidupan keluarga Marsono yang berstatus

sosial tinggi dahulunya priyayi berubah menjadi keluarga berstatus

sosial rendah. Anggapan mayarakat tentang keluraga Marsono berubah

ketika banyaknya hutang yang ditanggung oleh Bu Marsono.

Page 145: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

129

Selain itu hubungan manusia dengan budaya Jawa tampak pada

bentuk rumah keluarga Marsono yang mempunyai pendopo dan

senthong, serta adat istiadat ketika menikahkan dan mekhitankan

anaknya. Pada setiap bab yang terdapat dalam Novel Dua Ibu dapat

dibaca secara acak. Hal tersebut tidak adakan mempengaruhi inti cerita,

karena pada setiap bab seperti cerpen yang hanya menjelaskan satu

peristiwa tertentu saja tapi saling berkaitan walupun tidak secara

langsung. Bila melihat dengan sudut pandang yang lebih besar,

keseluruhan bab yang ada merujuk pada satu hal yaitu arti kata Ibu bagi

seorang anak. Ketika anak-anak Bu Marsono dalam masalah hanya ibu

yang selalu meraka panggil dalam hati untuk menguatkan mereka.

Dapat disimpulkan tema utama yang ada dalam Novel Dua Ibu

adalah kasih sayang, serta tema tembahan yaitu ekonomi dan keluarga.

Tema yang ada dalam Novel Dua Ibu dipengaruhi tema pembangun

lainya berdasarkan perkambangan karakter tokoh.

b. Tokoh

Fiksi sebagai karya imajiner mengandung dan menawarkan model

kehidupan yang disikapi dan dialami dengan tokoh-tokoh sesuai dengan

pendangan pengarang terhadap kehidupan pembacanya. Jones dalam

Nurgiyantoro (2013:165) menegaskan penokohan merupakan

perlukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita. Tokoh cerita biasanya mengemban suatu

perwatakan tertentu yang diberi isi oleh pengarang. Pada Novel Dua Ibu,

tokoh memiliki peran dalam menyampaikan isi cerita melalui dialog dan

perilaku tokoh yang kemudian menjadi salah satu bagian pendukung

tema.

Jika dilihat dari peran tokoh yang mendominasi cerita, atau sering

kali muncul dalam cerita, tokoh tersebut sering disebut dengan tokoh

utama. Tokoh utama adalah tokoh yang ditulis hampir disetiap plot,

kejadian dari awal hingga akhir cerita. (Nurgiyantoro 2013:183).

Page 146: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

130

Tokoh utama dalam Novel Dua Ibu adalah Mamid, Mamid

diceritakan adalah seorang anak kecil kelas enam SD yang manja dan

sering dijadikan bahan olek-olokan oleh saudaranya yang lain. Melalui

sudut pandang Mamid, anak kecil yang polos dan manja bagaimana

kasih sayang seorang ibu yang tulus terhadap anaknya, permasalahan

keluarga, kearifan budaya Jawa dikisahkan. Jalannya cerita Novel Dua

Ibu didukung oleh tokoh tambahan atau tokoh sampingan.

Tokoh tambahan dalam Novel Dua Ibu yaitu Bu Marsono (Ibu),

Pak Marsono (Ayah), Sumirah (Tante Mirah), Oom Bong, Solemah,

Murjanah, Jamil, Ratsih, Adam, Prihatin, Priyadi, Herit, Pakdhe Wiro,

Agus, Paman, Pak Mo, Mas Jon, Untung Subarkah, Limbuk, Tikem,

Mbok Grembul, Pak Dokter, dan Pak Guru. Tokoh tersebut meskipun

kehadirannya tidak disetiap permasalahan tetapi tokoh-tokoh tersebut

sangat penting karena mendukung tokoh utama.

Hal ini senada dengan yang dipaparkan oleh Waluyo dan Wardani

(2011: 19) bahwa tokoh tambahan adalah tokoh-tokoh yang dijadikan

latar belakang saja dan tidak dianggap penting. Meskipun demikian,

tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak sentral kedudukannya dalam

cerita tetapi kehadirannya sangat diperlukan untuk mendukung tokoh

utama. Kehadiran tokoh tambahan dalam novel ini memberikan

pengaruh pada tokoh utama, konflik sosial, dan latar budaya dalam

cerita ini memberikan gambaran mengenai penokohan para tokohnya.

c. Latar/Setting

Latar/Latar terdiri atas tiga unsur utama yang meliput latar tempat,

waktu, dan sosial. Hal senada dinyatakan (Nurgiyantoro, 2013: 217)

pada hakikatnya unsur latar dapat dibagi menjadi tiga unsur pokok,

yaitu: tempat, waktu dan sosial, ketiga unsur tersebut saling berkaitan

dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainya.

Page 147: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

131

Latar tempat mengarah pada tempat terjadinya peristiwa dalam

novel. Latar waktu berkaitan dengan kapan terjadinya peristiwa yang

dikisahkan dalam novel. Latar sosial masyarakat mencakup kebiasaan

hidup, cara berpikir dan bersikap, termasuk status sosial tokoh yang

bersangkutan. Pengarang Novel Dua Ibu Arswendo Atmowiloto

mengambil latar tempat mayarakat Jawa pada karangannya. Sebagaian

besar mengambil latar tempat Kota Solo atau Surakarta, Provinsi Jawa

Tengah.

Tokoh dalam Novel Dua Ibu menyebutkan beberapa kata daerah

seperti “Mbakyu Solemah” sebutan untuk kakak perempuan, “Pakdhe

Wiro” sebutan untuk paman, “Senthong” kamar dalam rumah Jawa yang

biasanya untuk tempat penyimpanan, pendhopo atau teras depan rumah

yang luas pada ruamh Jawa “Andong” adalah kereta yang ditarik oleh

kuda biasanya digunakan untuk alat trasportasi mengangkut barang atau

orang. Beberapa kejadian yang dialami tokoh merujuk pada Kota Solo

seperti mengunjungi Taman Sriwedari.

Taman Sriwedari merupakan taman hiburan rakyat yang dibangun

oleh Pakubuono X, tepatnya di daerah Laweyan Kota Surakarta. Di

dalamnya terdapat taman bermain anak-anak, kebun binatang, galeri

kesenian, dan gedung pertunjukan kesenian wayang orang. Latar tempat

lain yang digunakan pengarang tidak terlalu kuat pengarunya adalah

tempat tinggal tokoh Sumirah yaitu Jakarta, latar lain adalah tempat

tinggal Solemah dan Ratsih yang berada di Surabaya, dan ketika Bu

Marsono pindah rumah ke Batu Ratno. Disebutkan juga pasar Legi,

yaitu pasar di daerah Solo yang menjual berbagai macam kebutuhan

pangan. Pasar legi terletak di Kelurahan Setabelan, Kecamatan

Banjarsari, sebelah utara Pura Mangkunegara. Sebagai pasar tradisional

pasar Legi merupakan pasar yang besar di Kota Solo, sebagai pusat

menjual berbagai macam hasil pertanian dan kebutuhan pangan.

Page 148: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

132

Latar tempat selanjutnya adalah Stasiun Balapan, diceritakan

bahwa Stasiun Balapan adalah salah satu pintu masuk utama yang paling

banyak digunakan ketika hendak pergi ke Kota Solo. Beberapa tokoh

seperti Ratsih dan Untung, menyebutkan berpergian menggunkan kereta

melalui Stasiun Balapan.

Latar tempat lain yang yang tidak digambarakan secara jelas

namun merujuk pada suatu tempat terjadinya peristiwa anatara lain

adalah penjara di Singapur, asrama tentara Surabaya, Rumah Oom

Bong, Sekaten, Rumah Paman, tempat praktek Pak Dokter, sekolah

tempat Ratsih dan Mamid belajar, Rumah Mbok Grembul, rumah

majikan Tikem, dan kamar mandi. Latar yang digunakan dalam Novel

Dua Ibu digolongkan ke dalam latar tipikal yaitu memberikan kekhasan

latar yang membedakannya dengan latar yang lain sebagai daerah

dengan lingkungan sosial budaya dan nilai spiritual yang khas sehingga

dapat tercermin melalui pendeskripsian lokal daerah (Nurgiyantoro,

2013: 221).

Latar waktu menunjukkan waktu terjadi peristiwa yang

diceritakan dalam novel. Secara keseluruhan novel ini, mengambil

tahun antara 1960 sampai 1980, beberapa dialog tokoh yang merujuk

pada latar waktu tersebut adalah membahas tentang kematian John F

Kennedy, presiden Amerika Serikat yang tewas tertembak pada tahun

1963 saat mengikuti pawai kenegaraan. Latar waktu juga tuunjukan

pada dialog tokoh yang menyebutkan krisis Irian Barat.

Menurut catatan sejarah Republik Indonesia krisis Irian Barat

terjadi pada tahun 1945-1963 yaitu perebutan daerah kekuasaan antara

negara Indonesia dengan Belanda pada saat itu. Penggambaran waktu

secara umum pada Novel Dua Ibu juga berupa penunjuk waktu

terjadinya peristiwa terjadi yaitu pagi, siang, sore dan malam. Selain

keterangan waktu jumlah hari.

Page 149: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

133

Latar waktu juga merujuk pada masa lampau, yaitu kemarin pagi.

Selain keterangan “kemarin pagi” sebagai keterangan waktu masa

lampau, bagian yang lain juga memberikan latar waktu masa lampau,

yaitu sebulan yang lalu dan ketika masa anak-anak tokoh aku. Bukan

hanya keterangan waktu yang telah berlalu, tapi keterangan waktu

“besok paginya” juga dituliskan dalam kutipan paragraf Novel Dua Ibu.

Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial

mayarakat yang ada pada novel tersebut. Pada Novel Dua Ibu ditemukan

latar sosial berhubungan dengan tradisi yang digunakan mayarakat Jawa

seperti pada saat menggelar upacara pernikahan. Tata cara pernikahan

yang disebutkan dalam Novel Dua Ibu anatara lain adalah prosesi

siraman yang bermaksud untuk membersihkan diri agar menjadi bersih

suci lakhir dan batin. Sampai pada prosesi sungkeman sebagai ungkapan

bakti kepada orang tua sekaligus meminta doa restu.

Latar sosial lain yang ada adalah yang dilakukan oleh salah satu

tokoh ketika keluarganya meninggal dunia. Adapun upacara yang

dilakuakn dalam adat Jawa antara lain adalah upacara Ngasur tanah

diselengarakan pada hari meninggalnya seseorang. Upacara tigang

dinten yaitu upacara yang dilakukan untuk memperingati tiga hari

meninggalnya seseorang. Biasanya mengundang dan memberikan

makanan yang sudah didoakan kepada saudara atau tetangga terdekat.

Upacara pitung dinten, untuk memperingati tujuh hari meninggalnya

seseorang. Upacara sekawan dasa dinten, untuk memperingati empat

puluh hari meningalnya seseorang.

Dalam kepercayaan masyarakat Jawa orang yang sudah meninggal

arwahnya masih berada di rumah tempat keluarga yang ditinggalkan.

Untuk mnghormati diadakan upacara-upacara tersebut sehingga arwah

keluarga yang meninggal dapat tenang dan mendapat jalan kembali

kepada Gusti Allah. Latar sosial lain ditunjukan pada saat acara khitanan

anak laki-laki.

Page 150: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

134

Bermaksud dengan mengundang krabat dan saudara untuk kenduri

dengan makanan nasi tunpeng, sayur urap, srundeng, ketan, apeng dan

jenang gurih. Sebelum anak yang akan dikhitan berangkat biasanya akan

digendhong dulu oleh orang tuanaya, yang maksudnya adalah biar orang

tua yang memikul sakitnya anak yang akan dikhitankan.

2. Wujud Kebudayaan dalam Novel Dua Ibu

a. Kompleksitas Ide dalam Novel Dua Ibu

Dalam Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto terdapat

wujud kompleksitas ide yang merupakan budaya Jawa. Wujud

kompleksitas ide dalam novel ini terpresentasi nilai-nilai yang ideal

dalam budaya Jawa serta bersifat universal. Kompleksitas ide yang

ditemukan: (a) ide tentang hakikat hidup manusia, (b) ide tentang

hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan waktu, (c) ide tentang

pandangan manusia terhadap alam semesta, dan (d) ide tentang hakikat

hubungan antara manusia dengan sesamanya.

Menurut Alisjahbana (1988: 153) menyatakan bahwa teori nilai

menyelidiki proses dan isi penilaian, yaitu proses-proses yang

mendahului, mengiringkan, malahan menentukan semua kelakuan

manusia. Karena itu teori nilai menghadapi manusia sebagai mahkluk

yang berkelakuan sebagai objeknya. Dari sisi lain, Koentjaraningrat

(2009: 153) menyatakan bahwa nilai-nilai budaya dalam suatu

kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam jiwa para

individu yang menjadi warga dan kebudayaan yang bersangkutan.

Penelitian mengenai kompleksitas ide pada karya sastra yang

berupa novel pernah dilakukan oleh M Tri Atmojo (2016), pada

penelitian tersebut Atmojo, M. A juga mengkaji sikap hidup orang Jawa

dalam novel Canting karya Arswendo Atmowiloto. Selanjutnya,

Styaningsih, T (2015) juga meneliti kompleksitas ide dengan objek

kajian novel yang dilatar belakangi budaya dan mindset masyarakat

Tionghoa melalui novel Kancing yang Terlepas karya Handry TM.

Page 151: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

135

Yulisetyani, Setiawan, A (2012) menyelesaikan penelitiannya

dengan memaparkan wujud budaya priyayi Jawa yang berupa

kompleksitas ide pada Langendriya Lakon Damarwulan.

Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian yang telah

disebutkan di atas ialah terdapat anlisis struktur novel serta lebih

memiliki orientasi yang lebih kompleks dalam mendeskripsikan wujud

budaya menjadi empat masalah dasar dalam hidup, yaitu (1) ide tentang

hakikat hidup manusia, (2) ide tentang hakikat kedudukan manusia

dalam ruang dan waktu, (3) ide tentang pandangan manusia terhadap

alam semesta, dan (4) ide tentang hakikat hubungan antara manusia

dengan sesamanya. Berikut akan diuraikan pembahasan hasil temuan

data yang berkaitan dengan kompleksitas ide manusia.

1) Ide tentang Hakikat Hidup Manusia

Sikap hidup manusia Jawa, menurut Jong (dalam Astutik,

2012:3) menyatakan bahwa masyarakat Jawa memiliki sikap hidup

rila, nrima, dan sabar. Dalam kaitan ini Geertz memberikan batasan

ketiga konsep tersebut adalah rila disebut juga ikhlas, yaitu

kesediaan menyerahkan segala milik, kemampuan, dan hasil karya

kepada Tuhan. Narima berarti merasa puas dengan nasib dan

kewajiban yang telah ada, tidak memberontak, tetapi mengucapkan

terima kasih. Sabar, menunjukkan ketiadaan ketidak sabaran,

ketiadaan nafsu yang bergolak.

Pandangan selanjutnya tampak adanya hakikat hidup manusia

adalah buruk atau penuh dan tidak terlepas dari masalah sehingga

manusia dapat mengusahakan untuk menjadikannya suatu hal yang

baik dan juga menggembirakan. Kebanyakan orang Jawa percaya

bahwa hidup kehidupan manusia di dunia sudah diatur dalam alam

semesta, sehingga tidak sedikit mereka yang bersikap nerima, yaitu

menyerahkan diri kepada takdir.

Page 152: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

136

Sikap pasrah dan menerima akan takdir dalam Novel Dua Ibu

nampak pada sikap tokoh Bu Marsono. Sikap ikhlas dan menerima

akan takdirnya dan ada kepercayaan bahwa semuanya sudah Tuhan

yang mengatur hidup ini.

Lewat jalan apapun kalau itu memang sudah menjadi haknya,

pasti akan jatuh ke tangan yang memang berhak. Sikap yang muncul

adalah pasrah diri. Hal ini juga muncul dalam sikap tokoh anak-

anaknya, yaitu Solemah dan Ratsih. Pasrah dan ikhlas menjalani

kehidupan, menerima dengan rasa syukur terhadap rejeki yang

mereka dapat, serta percaya Tuhan lah yang mengatur. Cara pandang

yang menerima serta prihatin terhadap takdir yang dijalani

ditunujkan oleh Bu Marsono ketika kematian Pak Marsono. Bu

Marsono mengikhlaskan segala sesuatu terhadap Tuhan. Hidup dan

mati, rejeki dan jodoh sudah ada yang mengatur, kita harus berusaha

yang terbaik untuk mendapatkanya.

Hal demikian juga tampak pada falsafah orang Jawa yang

menjelaskan bahwa urip iku mung saderma nglakoni, atau hidup itu

hanya menjalani, hal ini dipercayai oleh dimana semua kejadian

buruk dalam kehidupannya harus diterima dengan ikhlas.

Pandangan tersebut juga dimilki oleh tokoh Jamil diterlihat cara

pandang optimisme terhadap hal negatif yang sedang dihadapinya.

Jamil percaya bahwa segala hal dapat menjadi lebih baik jika kita

sungguh-sungguh dalam melakukanya.

Dapat disimpulkan bahwa cara pandang akan hakikat hidup

orang Jawa yakni mengenalnya kepasrahan dan keikhlasan dalam

menjalani kehidupan serta di sisi lain juga ada usaha untuk

memperbaiki keadaan dengan usaha keras dan pengorbanan.

Melalui keuletan ibunya yang digambarkan sebagai tokoh Bu

Marsono (Ibu) menjadi bentuk nyata adanya usaha dan ikhtiarnya

dalam menjalani kehidupan agar lebih baik lagi kedepanya.

Page 153: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

137

2) Ide tentang Hakikat Kedudukan Ruang dan Waktu

Menurut Koentjaraningrat (2009: 155) bahwa ada kebudayaan

yang memandang penting masa lampau dalam kehidupan manusia.

Dalam kebudayaan serupa itu orang akan lebih sering menjadikan

tindakannya pada masa lalu untuk dijadikan sebagai pandangan

untuk bertindak pada masa yang akan datang. Pandangan manusia

tentang belajar dari masa lalu membuatnya dapat berhati-hati dalam

melangkah untuk masa depan. Terdapat pula pandangan hidup

tentang masa sekarang tanpa mengindahkan yang terjadi pada masa

lampau ataupun pemikiran terhadap masa depan. Hal tersebut

membuat seseorang hanya mementingkan keadaan yang terjadi di

hadapanya saja, tanpa memikirkan konsekuensi yang terjadi di

kemudian hari. Tentunya penting untuk kita sebagai manusia belajar

tentang yang kita telah alami untuk bekal dikemudian hari. Agar

segala hal yang kita inginkan dapat terencana dan tercapai sesuai

dengan keinginan.

Terdapat dua hakikat kedudukan manusia dalam ruang dan

waktu yang tampak pada cerita novel tersebut, yaitu pandangan

tentang masa lalu sebagai pembelajran masa sekarang dan

pandangan masa lalu terhadap orientasi masa depan. Hal ini

mengindikasikan bagaimana pandangan umum manusia atau

masyarakat dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan.

Kompleksitas ide ini berorientasi tentang pandangan manusia

tentang waktu dan peranannya dalam kehidupan tokoh dalam cerita

novel. Kompleksitas ide tentang hakikat manusia dalam ruang dan

waktu ini secara umum terdapat data dalam narasi maupun dialog

tokoh.

Page 154: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

138

Pandangan terhadap masa lalu untuk masa sekarang, terdapat

pada saat tokoh Ratsih menikah dan tinggal bersama suaminya

Untung Subarkah. Ratsih merasa bersyukur mendapatkan suami

seperti Untung Subarkah.

Ratsih pernah dilamar oleh seorang tentara yang bernama

Tukimin, namun Tukimin lebih memilih wanita lain berdarah

bangsawan. Dari pengalaman tersebut Ratsih bersyukur mendapat

suami yang dapat menerima dirinya apa adanya. Pandangan tokoh

lain tentang masa lalu yang dapat dijadikan masa depan adalah tokoh

Mamid. Kejadian yang mengarah pada pendapat tersebut adalah

ketika Mamid membuat catatan kecil dibukunya untuk mengingat

segala sesuatu yang penting. Mamid menyadari bahwa dirinya

adalah seorang yang pelupa. Belajar dari kesalahan masa lalu

Mamid selalu mencatat segala hal yang diangggapnya penting.

Tindakan yang berorientasi terhadap masa lalu juga dilakukan

serupa juga ditemukan pada tokoh Jamil. Ketika tengah mengadapi

cobaan Jamil teringat dengan nasihat ibunya (Bu Marsono), bahwa

kita harus selalu sabar dan bersyukur terhadap masalah yang ada di

depan kita. Jamil belajar dari nasihat tersebut untuk menguatkan

hatinya.

Pandangan masa lalunya yang melakhirlah perencanaan serta

tindakan dalam bentuk ide atau bahkan tindakan untuk kebaikan

masa depan terlihat pada beberapa tokoh dalam novel. Pandangan

tersebut muncul pada tokoh Ratsih yang mendengar nasihat dari Ibu

tentang tindakan yang dilakukan Mamid, yaitu mencuri tomat di

pasar untuk tambahan bumbu sambal. Dari kejadian tersebut Ratsih

memutuskan untuk menanam sendiri kebutuhan dapur seperti,

tomat, cabai, samapi dengan jagung.

Page 155: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

139

Tindakan lain yang dilakukan Ratsih adalah meminta pesta

pernikahannya jangan dibuat megah. Permintaan tersebut dilakukan

Ratsih berdarakan pengalam di masa lalu saat kakaknya Solemah

menikah memerlukan banyak biaya, hingga harus menjual perabot

yang ada di rumah.

Tokoh Murjanah juga mempunyai pandangan masa lalu yang

dijadikan pembelajaran untuk masa depan. Murjanah belajar dari

kesalahan masa lalunya yang sering meragukan suaminya Agus

dalam berbagai hal. Keraguan Murjanah berujung pada beban

pikiran dan akhirnya jatuh sakit. Murjanah mendapat nasihat dari

Ibu untuk selalu mengikuti suaminya, belajar dari nasihat yang

diberikan Bu Marsono dan pengalamannya di masa lalu Murjanah

akhirnya menuruti kemauan suaminya. Pada akhirnya membuka

usaha dan sukses dengan berdagang.

Dapat disimpulkan bahwa secara umum masyarakat Jawa,

menggunakan orientasi waktu ke masa lalu, masa sekarang, dan

masa depan. Hal itulah yang tergambar dari pemikiran dan

pertimbangannya dalam melakukan pekerjaan dan mengambil

keputusan untuk hidupnya. Masa lalu sebagai pegangan supaya

berhati-hati mengambil keputusan, dan orientasi ke masa depan

sebagai upaya merencanakan kehidupan yang lebih baik.

3) Ide tentang Pandangan Manusia terhadap Alam Semesta

Pembahasan hasil penelitian berikutnya mengenai

kompleksitas ide yang menunjukkan pandangan manusia terhadap

alam semesta. Berdasarkan hasil pengkajian data, hubungan

manusia dengan alam pada Novel Dua Ibu cenderung menunjukkan

sikap yang mengelola alam, daripada sikap menguasai alam untuk

kepentingan hidup manusia. Mengenai hakikat manusia dengan

alam Idrus (2007: 394) mengemukakan bahwa penghargaan

masyarakat tentang alam ada dua pandangan.

Page 156: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

140

Pandangan pertama menganggap alam sebagai wahana untuk

hidup. Pandangan kedua menganggap bahwa alam memiliki

kekuatan yang tidak dapat mereka prediksikan.

Berdasarkan hasil kajian, tampak adanya data yang

mengindikasikan bahwa manusia itu adalah penguasa alam. Dan

menjadikan alam sebagai wahana untuk hidup. Hal tersebut tampak

adanya kecenderungan yang muncul dari tokoh Solemah yang

menanam pohon pepaya sebagai sumber makanan. Tokoh Untung

juga melakukan hal serupa yaitu menanam buah nangka dan

digunakan sebagai oleh-oleh ketika berkunjung ke rumah Bu

Marsono. Hubungan manusia dengan alam yang lain tampak ketika

Bu Marsono melepaskan burung yang dipelihara almarhum Pak

Marsono. Bu Marsono merasa kasihan terhadap binatang tersebut

karena sudah tidak ada lagi yang merawat dan memberi makan

semenjak kematian Pak Marsono.

Pandangan bahwa alam memiliki kekuatan yang tidak terduga,

dialami oleh tokoh Jamil ketika merantau. Jamil saat itu terjebak

bencana alam banjir yang memaksanya harus berlindung satu hari-

satu malam di atas pohon jambu untuk bertahan hidup. Pada narasi

cerita digambarakan bagaimana keadaan yang terjadi ketika bencana

banjir melanda kala itu seperti, rumah yang tampak atapnya saja,

listrik mati, hingga penyakit diare yang menyerang akibat air yang

kotor. Berdasarkan temuan tersebut dapat dimabil kesimpulan

bahwa hubungan manusia dengan alam yang ada pada Novel Dua

Ibu adalah hubungan yang saling membutuhkan secara harmonis.

Merujuk pada Data tersebut manusia dengan alam hanya dapat

terjadi jika manusia memanfaatkan hasil alam untuk kebutuhan

hidup dengan cara yang wajar dan bijaksana.

Page 157: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

141

Manusia bukanlah penguasa alam, karena sejatinya antara

manusia dengan alam memiliki hubungan kausalitas saling memberi

dan menerima. Sehingga keharmonisan dan rasa saling

menghormati harus selalu tetap dijaga.

4) Ide tentang Hakikat Hubungan antara Manusia dengan

Sesamanya

Berdasarkan hasil pengkajian data pada Novel Dua Ibu

mengenai hubungan manusia dengan sesamanya ditemukan dua

orientasi hubungan, yaitu secara vertikal dan horizontal. Pada data

yang menunjukkan hubungan secara vertikal, terlihat adanya sikap

yang menunjukkan kepatuhan atau ketaatan terhadap orang yang

lebih tua. Orientasi hubungan antara sesama secara horizontal pada

Novel Dua Ibu tampak terlihat melalui sikap saling tolong menolong

dan saling menghargai demi tercapainya hubungan baik di dalam

keluarga dan masyarakat.

Orientasi hubungan secara vertikal yang memunculkan adanya

sikap kepatuhan terhadap orang yang lebih tua ditemukan pada

tokoh anak-anak keluarga Marsono. Dalam surat yaang ditulisakan

Solemah kepada ibunya, selalu ditulisakan kata-kata “sungkem

pangabekti” yang bertujuan untuk menunjukan bakti anak kepada

orang tuanya. Tokoh Mamid juga menunjukan hubungan secara

vertikal kepada ibunya, yaitu dengan selalu mendengarkan dan

mengamalkan nasihat yang diberikan ibunya. Tindakan yang

dilakukan Bu Marsono terhadap suaminya juga menujukan

hubungan vertikal dalam keluarga, yaitu dengan mengikuti dan

mengabdikan diri kepada suaminya. Orientasi hubungan antara

sesama secara horizontal pada Novel Dua Ibu tampak pada tindakan

Jamil terhadap Ratsih.

Page 158: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

142

Ketika Ratsih masuk SMP ada masalah dengan pengelihatanya,

Jamil kemudian mambawa Ratsih berobat dan membelikan kaca

mata. Tindakan Ratsih yang mau mengantarakan Mamid berobat

ketika sakit juga menunjukan hubungan horizontal. Hubungan

tolong-menolong terlihat juga pada tindakan yang dilakukan Tikem,

yaitu dengan memberi roti ataupun makanan kepada keluarga Bu

Marsono.

Pada kesempataan lain Mamid juga menunjukan perilaku

tolong-menolong yaitu dengan mengirimkan pakaian bekas kepada

keluarganya di Solo. Hubungan anatara manusia secara horizontal

juga terlihat saat Oom Bong mengajak keluarga Bu Marsono

berlibur ke Taman Sriwedari kemudian membelikan Radio saat

pulang. Dalam masyarakat Jawa sikap tolong menolong antarsesama

terlihat ketika menggelar syukuran. Biasanya setelah syukuran

berlangsung para tetangga akan mendapat nasi tumpeng. Tradisi

tersebut mengajarkan tentang hidup bermasyarakat secara rukun.

Adanya prinsip dalam menjaga hubungan baik dengan

sesamanya. Tradisi tersebut tampak pada falsafah orang Jawa yang

diungkapkan, yakni ngalah duwur wekasane atau mengalah demi

kebaikan adalah perbuatan yang mulia, berbudi bawa laksana atau

bersikap terbuka dan apa adanya, sepi ing pamrih rame ing gawe

atau selalu menolong ikhlas tanpa maksud tertentu.

b. Kompleksitas Aktivitas dalam Novel Dua Ibu

Koentjaraningrat (2009: 151) menyatakan bahwa wujud kedua

dari kebudayaan disebut sistem sosial atau social system mengenai

tindakan berpola dari manusia itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari

aktivitas-aktivitas manusia yang berinteraksi, berhubungan dan bergaul

satu sama lain dari detik ke detik, dari hari ke hari, dari tahun ke tahun,

selalu menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

Page 159: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

143

Dengan adanya interaksi terus menerus tentunya juga akan ada

bentuk pembentukan suatu identitas. Wujud kedua dari kebudayaan

adalah kompleksitas aktivitas sebagai wujud budaya Jawa yang

terpresentasi dalam Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto.

Aktivitas yang dimaksud, meliputi.

(a) aktivitas yang berhubungan dengan kekerabatan; (b) aktivitas

yang berhubungan dengan ekonomi; (c) aktivitas yang berhubungan

dengan kesenian dan rekreasi; (d) aktivitas yang berhubungan dengan

sistem religi dan sistem ritual kepercayaan; dan (e) aktivitas yang

berhubungan dengan pendidikan. Berikut adalah pembahasanya.

1) Aktivitas Berhubungan dengan Kekerabatan

Berdasarkan temuan data, terdapat kompleksitas aktivitas

tokoh dalam bidang kekerabatan , yakni meliputi aktivitas

kekerabatan berupa pernikahan, aktivitas kekerabatan berupa tolong

menolong kerabat, aktivitas kekerabatan berupa pengasuhan anak-

anak, dan aktivitas kekerabatan berupa menjaga hubungan baik

pergaulan antarkerabat. Temuan data tersebut menunjukkan

pandangan masyarakat Jawa tentang pentingnya makna kekerabatan

dalam kehidupan. J.L. Gillin dan J.P. Gillin (dalam

Koentjaraningrat, 2009: 166) bahwa pranata yang berfungsi untuk

memenuhi keperluan kekerabatan, yaitu yang sering disebut

domestic institutions. Contoh: perkawinan, tolong-menolong antar

kerabat, pengasuhan anak, sistem istilah kekerabatan, dan

sebagainya.

Bentuk sikap menolong yang dilakukan Bu Martono untuk

mengasuh anak Pakdhe Wiro dalah salah satu contoh hubungan

kekrabatan yang ada dalam Novel Dua Ibu. Bentuk lain yaitu ketika

Pak Martono memberikan sabagian uang gaji kepada saudaranya

untuk membantu keperluan hidup.

Page 160: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

144

Bentuk kekeraban yang saling membantu di atas juga

diungkap oleh Koentjaraningrat (1979:269) Apa bila ada seseorang

mengalami kesukaran keuangan, maka para saudara kandung wajib

membantu. Sikap rendah hati dan suka menolong Bu Martono

menurun kepada salah satu anak yang di asuhnya yaitu Mamid.

Mamid ketika sudah tidak tinggal dengan Bu Martono,

menunjukan baktinya dengan cara mengirimkan pakaian bekas

kepada keluarga yang di Solo. Bentuk kekrabatan yang dilakukan

masyarakat Jawa tampak pada saat kematian Pak Martono.

Diceritakan bahwa kerabat, saudara, handai taulan mengiringi

almarhum Pak Martono ketika hendak dikuburkan. Selain hubungan

kekrabatan yang dilakukan oleh keluraga, terdapat data hubungan

kekrabatan yang dilakukan melalui pernikahan.

Data yang menunjukan hal tersebut adalah pernikahan yang

dilakukan oleh anak asuh Bu Martono antara lain Solemah menikah

dengan Mas Jon, Murjanah menikah dengan Agustus, Ratsih

menikah dengan Untung Subarkah, dan yang terakhir Sumirah yang

menikah dengan Oom Bong. Adapun hubungan kekrabatan yang

dilakukan oleh tokoh Tikem yaitu dengan memberikan makanan

kepada keluarga Martono. Tindakan yang dilakukan Tikem adalah

bentuk hubungan kekerabatan di luar dari hubungan darah atau

keluarga. Tikem adalah contoh perilaku orang Jawa yang

berpegangan pada prinsip sepi ing pamrih rame ing gawe yang

artinya dalam melakukan kebaikan tidak perlu memikirkan balasan

dan tidak banyak bicara, atau bisa dikatakan dengan istilah ikhlas.

2) Aktivitas yang Berhubungan dengan Ekonomi

Aktivitas di bidang ekonomi bertujuan untuk memperoleh atau

menghasilkan pendapatan atau uang yang digunakan untuk

memenuhi kebutuhan hidup.

Page 161: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

145

Berdasarkan hasil penelitan pada Novel Dua Ibu, ditemukan

sejumlah data yang menunjukan beragam mata pencaharian yang

dimiliki para tokoh dalam novel tersebut, di antaranya pedagang,

abdi dalem Kraton, tentara, pegawai televisi, dan pengumpul rambut

bekas.

Aktivitas ekonomi sebagai abdi dalem kraton dilakukan oleh

Pak Martono. Karena pekerjaan tersebut masyarakat menyebut Pak

Martono sebagai priyayi atau seorang bangsawan. Seperti yang

diungkapkan dalam Koentjaraningrat (1979: 280) bahwa para

bangsawan memperoleh kedudukan sebagai pegawai istana

(Kraton), dan banyak pula menjadi seniman istana, ahli

kesusastraan, penari, dan pencipta tari. Aktivitas yang berhubungan

dengan ekonomi lain yang unik ditemukan oleh tokoh Mbok

Grembul yang bekerja sebagai pengumpul rambut. Mbok Grembul

mendatangi satu rumah ke rumah lain untuk mencari rambut rontok

yang panjang, kemudian rambut-rambut tersebut diuraikan dan

diolah sedemikian rupa untuk dijadikan rambut palsu seperti konde.

Aktivitas yang berhubungan dengan ekonomi ditemukan juga

pada tokoh lain, yaitu Mas Jon dan Untung Subarkah yang bekarja

sebagai seorang tentara. Hasil temuan lain, yaitu pada tokoh Oom

Bong yang menjadi pegawai televisi. Murjanah sebagai seorang

pedagang. Tikem yang bekarja sebagai seorang pembantu rumah

tangga di Solo.

3) Aktivitas yang Berhubungan dengan Kesenian dan Rekreasi

Wujud kompleksitas selanjutnya adalah berupa aktivitas

dalam bidang kesenian dan rekreasi. Kesenian dan kebudayaan tidak

dapat dipisahkan. Kajian terhadap Novel Dua Ibu menemukan

beberapa data yang di dalamnya mengandung aktivitas atau kegiatan

masyarakat atau tokoh dalam bidang seni dan rekreasi.

Page 162: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

146

Pada Novel Dua Ibu aktivitas rekreasi lebih banyak ditemukan

dibandingkan dengan kesenian. Rekreasi yang disebutkan anatra

lain adalah pasar malam sekaten, yang bertempat di alun-alun utara

Keraton Kasunanan. Sekaten adalah pasar malam yang digelar untuk

memperingati hari lakhirnya Nabi Mumammad Saw.

Pada perayaannya ditabuh Gamelan Kyai Gunturmadu dan

Kyai Gunturbumi di halaman Masjid Agung Surakarta. Pada puncak

perayaan diadakan kirab dan gunungan sebagai bentuk syukur yang

diselenggarakan oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Aktivitas

rekerasi lain dilakukan dengan mengunjungi Taman Sriwedari. Di

dalam Taman Sriwedari terdapat pagelaran kesenian wayang orang

yang digelar setiap hari selasa sampai minggu. Terdapat pula

wahana rekreasi untuk anak dan pedagang yang menjajakan

beraneka ragam dagangan.

Aktivitas kesenian pada Novel Dua Ibu antara lain adalah seni

pertunjukan wayang yang dinikmati dengan mendengarkan radio.

Pertunjukan wayang orang yang biasa digelar pada tempat atau

gedung tertentu seperti Taman Sriwedari atau Taman Balekambang.

Kesenian lain yang ada dalam novel adalah Ludruk, yaitu kesenian

khas Jawa seperti wayang orang, namun lebih menampilkan bentuk

cerita humor pada pementasanya.

4) Aktivitas yang Berhubungan dengan Religi dan Sistem

Kepercayaan

Terdapat data temuan yang merupakan kegiatan atau aktivitas

dalam bidang religi yang lazim dan menjadi tradisi yang dilakukan

oleh tokoh dalam cerita novel dan juga orang Jawa. Koentjaraningrat

(1979: 343) menyatakan bahwa kegiatan adat istiadat orang Jawa

yang terpenting adalah upacara, di dalamnya terdapat prosesi

tahapan prosesi pelaksanaan yang serat makan.

Page 163: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

147

Sistem upacara merupakan wujud kelakuan dari religi. Seluruh

sistem upacara itu terdiri dari aneka macam upacara yang bersifat

harian, musiman, atau kadang kala.

Aktivitas sistem kepercayaan dan religi ditemukan pada saat

Mamid dikhitankan. Secara tradisi anak yang akan berangkat khitan,

harus terlebih dahulu digendong oleh orang tuanya. Hal tersebut

dimaksudkan agar orang tua si anak yang menanggung beban sakit

anak yang dikhitankan.

Aktivitas religi lain terdapat pada saat Mamid mengirimkan

kartu ucapan Selamat Hari Lebaran kepada Sumirah. Sumirah

merasa terharu karena kartu ucapatn tersebut, walaupun Sumirah

menganut kepercayaan Katolik yang tidak merayakan lebaran. Data

lain yang ditemkukan adalah ketika keluarga Sumirah setiap minggu

rajin beribadah ke gereja. Keluarga Sumirah menunjukan

keimanannya dengan rajin sembahyang di gereja pada hari sabtu

atau minggu.

Aktivitas yang berhubungan dengan kepercayaan dan religi

juga ditunjukan oleh Bu Marsono, yaitu dengan berpuasa, tidak

tidur, selalu berjaga ketika sedang ada acara atau melangsungkan

hajatan. Perilaku yang dilakukan oleh Bu Marsono adalah suatu

bentuk prihatin dengan harapan mendapat pertolongan dari Tuhan,

serta segala halangan dimudahkan dan mendapatkan kelancaran

seketika acara berlangsung.

5) Aktivitas yang Berhubungan dengan Pendidikan

Aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan dapat

didapatkan melalui pendidikan formal maupun nonformal. Data

hasil penelitian Novel Dua Ibu mengenai aktivitas tokoh di bidang

pendidikan ditemukan bahwa pendidikan yang diperoleh beberapa

tokoh di dapatkan hanya melalui institusi formal. Data yang ada

menunjukan bahwa sekolah yang dibuat oleh istitusi menjadi

sumber pendidikan tokoh.

Page 164: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

148

Aktivitas pendidikan tampak pada data Pak Marsono yang

lulus dari sekolah AMS (Algemeen Metddelbere School),

merupakan sekolah lanjutan pertama yang dikelola oleh Belanda.

AMS setara dengan SMA (sekolah menengah atas), dibentuk

kolonial Belanda untuk mencari tenaga kerja murah pada saat itu.

AMS menggunakan bahasa Belanda sebagai bahasa yang digunakan

untuk pembelajaran, lulus sekolah AMS juga merupakan syarat

wajib jika seorang siswa ingin melanjutkan sekolah ke perguruan

tinggi.

Aktivitas pendidikan yang lain adalah pada tokoh Mamid,

Ratsih dan Jamil. Ketiga anak tersebut menempuh pendidikan

formal dari sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan Jamil

pernah masuk sekolah menengah atas namun tidak lulus.

Para kaum priyayi di kota memang miliki peluang lebih besar

untuk bisa menyekolahkan anaknya sampai tingkah perguruan

tinggi. Dalam Koentjaraningrat (1979: 284) menyatakan bahwa para

priyayi yang memiliki gelar kesarjanaan banyak yang berasal dari

kota. Dapat disimpulkan aktivitas pendidikan dalam Novel Dua Ibu

lebih pada bentuk sekolah formal, yaitu sekolah AMS (Algemeen

Metddelbere School) oleh Pak Marsono, SD dan SMP oleh Jamil,

Mamid dan Ratsih.

c. Kompleksitas Hasil Budaya

Kajian kompleksitas hasil budaya dalam Novel Dua Ibu karya

Arswendo Atmowiloto memiliki hasil budaya secara konkret.

Pengkajian tentang kebudayaan suatu masyarakat memang selalu terkait

dari ketiga wujud kebudayaan, yakni ide, aktivitas, dan hasil budaya

berupa benda-benda yang dihasilkan. Ketiganya saling melengkapi dan

secara berpola kebudayaan selalu diawali dari ide, aktivitas, dan hasil

budaya berupa benda. Oleh karena itu, unsur kebudayaan apapun dapat

dirunut dari keterkaitan tiga wujud budaya tersebut.

Page 165: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

149

Benda-benda yang disajikan dalam Novel Dua Ibu sebagaian besar

merupakan hasil budaya orang Jawa sebagai benda yang pernah dipakai

dan dimanfaatkan pada saat itu.

Kompleksitas hasil budaya dalam penelitian ini memilah empat

unsur kebudayaan dalam Novel Dua Ibu. Adapaun pemilahan hasil

budaya tersebut yaitu: kompleksitas hasil budaya yang dimaksud

meliputi: (1) hasil budaya berbentuk bahasa; (2) hasil budaya berbentuk

sistem pengetahuan; (3) hasil budaya berbentuk teknologi; dan (4) hasil

budaya berbentuk alat produksi atau mata pencaharian. Berikut

pembahasan mengenai masing-masing bentuk kompleksitas hasil

budaya tersebut dalam paparan berikut ini:

1) Hasil Budaya Bentuk Bahasa

Hasil budaya dalam bentuk bahasa menunjukkan adanya suatu

ciri khas bahasa yang digunakan. Hal ini terjadi karena secara fungsi

bahasa sebagai bentuk komunikasi lisan, dan tentunya terjadi dalam

interaksi sosial. Hasil budaya berbentuk bahasa dalam Novel Dua

Ibu kebanyakan dialog tokoh menggunakan bahasa Indonesia tetapi

kadang kala ada campur kode dalam dialog keseharian tokoh yaitu

bahasa Jawa Tengah-an. Hal tersebut dapat diketahui melihat latar

belakang pengarang yang lakhir di Surakarta.

Hasil temuan budaya berbentuk bahasa dalam Novel Dua Ibu

kebanyakan menggunakan istilah panggilan bahasa Jawa untuk

menyebut orang yang lebih tua atau dalam berkomunikasi dengan

sesama. Sebutan untuk seorang yang lebih tua seperti, mbakyu

pakdhe, budhe, mbah. Mbakyu adalah sebutan untuk kakak

perempuan dalam bahasa Jawa. Pakdhe yang merupakan akronim

dari bapak gedhe, adalah sebutan untuk kakak laki-laki dari orang

tua. Budhe merupakan akronim dari ibu gedhe, sebutan untuk kakak

permepuan dari orang tua, dan mbah yaitu sebutan untuk orang tua

dari ayah atau ibu.

Page 166: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

150

Masyarakat Jawa mempunyai tingkatan bahasa untuk

berkomunikasi, seseorang harus memperhatikan dan membeda-

bedakan keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang

dibicarakan, berdasarkan usia maupun status sosialnya. Demikian

pada prinsipnya ada dua macam bahasa Jawa yang apabila ditinjau

dari kriteria tingkatannya. Adapun bahasa Jawa Ngoko dan Krama.

Temuan tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh Kodiran

(dalam Koentjaraningrat, 1979: 322) bahwa dalam pergaulan-

pergaulan hidup maupun perhubungan-perhubungan sosial sehari-

hari mereka berbahasa Jawa. Pada waktu mengucapkan bahasa

daerah ini, seseorang harus memperhatikan dan membeda-bedakan

keadaan orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan,

berdasarkan usia maupun status sosialnya.

Terdapat juga data yang menunjukan Peribahasa dalam bahasa

Jawa yaitu Peribahasa “ono dara mangan pari, durung bakdha wes

nganyari” yang jika diterkemahkan dalam bahasa Indonesia artinya,

ada burung merpati makan padi, belum lebaran sudah dipakai, dalam

konteks yang dipakai adalah baju baru. Penggunaan Peribahasa

dalam bahasa Jawa digunakan untuk menyindir sesuatu hal secara

halus.

Dapat disimpulkan dalam temuan hasil budaya berbentuk bahasa

dalam Novel Dua Ibu menunjukkan adanya budaya sopan santun

dalam berbahasa yang mengandung tingkatan dalam masyarakat

yang harus memperhatikan dengan siapa komunikasi berlangsung.

Serta adanya budaya menyingkat nama panggilan yang untuk

mempermudah pengucapan dalam kehidupan sehari-hari dan

penggunaan istilah untuk menyindir hal-hal tertentu.

Page 167: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

151

2) Hasil Budaya Bentuk Sistem Pengetahuan

Dalam suatu budaya biasanya terdapat berbagai bahan keterangan

mengenai sistem pengetahuan dalam masayarakat yang bersangkutan.

Bahan itu biasanya meliputi pengetahuan tentang teknologi, sering kali

juga ditemukan pengtahuan yang mencolok dan dianggapa aneh oleh

pengarangnya. Adapun pengetahuan yang terdapat dalam Novel Dua

Ibu yaitu sistem pengetahuan tentang alam, biasnya digunakan untuk

bercocok tanam maupun mengolahnya dalam bentuk yaung lain.

Pengetahuan tentang dongeng, serta pengetahuan untuk menciptakan

alat yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah

pembahasanya.

Sistem pengetahuan yang berkaitan dengan alat ditemukan pada

tokoh Ratsih yang menggunakan arang sebagai pengganti pasta gigi.

Diketahui bahwa sifat alkali pada arang mampu membuat lingkungan

sekitar arang menjadi basa. Hal tersebut membantu dalam

membersihkan gigi. Pengetahuan lain ditemukan pada tokoh Pak

Marsono yang mampu menangkap siaran dari luar negeri (BBC kala itu)

dengan menggunakan alat yang diciptakannya sendiri.

Sistem pengetahuan terhadap alam ditemukan pada tokoh Solemah

dan Untung Subarkah dengan cara bercocok tanam. Untung dengan

hasil jeri payahnya sendiri mampu membuat buah nangka yang

ditanamnya menjadi besar dan manis. Sistem pengetahuan tentang

membuat bahan makanan juga ditemukan dalam Novel Dua Ibu, yaitu

membuat variasi makanan berupa pecel dan bistik. Pecel adalah

makanan yang berbahan dasar kacang untuk sausnya dan ditambahkan

berbagai jenis sayuran sebagai pelengkap. Bistik merupakan makanan

yang berbahan dasar daging sapi atau ayam sebagai bahan utama, yang

ditambahkan kentang, wortel, dan buncis. Bestik bukan makanan asli

Jawa, melainkan persilangan anatara budaya Eropa yang diolah dengan

bumbu-bumbu khas Jawa. Masakan ini ada karena dampak penjajahan

Belanda pada masa itu.

Page 168: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

152

Sistem pengetahuan lain, yaitu tentang sejarah Kerajaan Demak

yang diceritakan oleh Bu Marsono kepada Mamid. Pengetahuan

semacam ini diturunkan dari generasi ke generasi secara lisan.

Mengingat Bu Marsono yang tidak mendapatkan pendidikan secara

formal namun mempunyai pengetahuan tentang alam dan sejarah yang

cukup banyak.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa benda-benda hasil

karya manusia seperti yang terdapat dalam pembahasan di atas

merupakan wujud kekayaan budaya Jawa yang mencerminkan sistem

pengetahuan dalam Novel Dua Ibu. Produk berupa benda tersebut

tercipta karena adanya pengetahuan untuk mengolah bahan dasar tanah

untuk bercocok tanam, menangkap sinyal siaran radio luar negeri

dengan peralatan seadanya, serta dapat membedakan anatara suara bass

dengan tribel, pengetahuan tentang membuat makanan, pengetahuan

tentang ciri-ciri suatu bahan dengan membuat arang sebagai pasta gigi,

pengetahuan tentang sejarah Kerajaan Demak.

3) Hasil Budaya Bentuk Teknologi

Hasil budaya bentuk teknologi merupakan cara memakai,

memproduksi dan memelihara segala peralatan hidup yang digunakan.

dalam Novel Dua Ibu ada yang berasal dari hasil budaya lokal, serta

bentuk akulturasi dengan budaya asing, dan bentuk teknologi asing yang

sudah memasuki ranah lokal. Masyarakat Jawa memiliki keterbukaan

dan keluwesan dalam menerima berbagai bentuk budaya dari luar,

termasuk bentuk teknologinya. Hasil budaya bentuk teknologi yang

terdapat dalam Novel Dua Ibu adalah sebagai berikut:

Alat trasportasi yang digunakan dalam Novel Dua Ibu adalah,

mobil. Ketika masa itu tidak banyak orang yang mempunyai mobil

sehingga dianggap sebagai barang mewah. Mobil yang dimaksudkan

berjenis VW (Vlokswagen) atau mobil kodok merupakan mobil buatan

Jerman.

Page 169: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

153

Trasportasi lain yang sering disebutkan adalah kereta api.

Berdasarkan catatan sejarah, kereta api Indonesia pertama kali beroprasi

untuk umum pada tahun 1867. Perjalanan perdana kereta api ini

menghubungkan Desa Kemijen, Semarang dengan Desa

Tanggungharjo, di Kabupaten Grobokan. Pada masa penjajahan kereta

api digunakan sebagai alat untuk mengangkut hasil bumi dan keperluan

militer Belanda. Namun seiring dengan kemerdekan Indonesia, kereta

api dijadikan sebagai alat trasportasi masyarakat yang banyak diminati.

Trasportasi tradisional yang ditemukan adalah andong. Andong

merupakan kendaraan trasportasi beroda dua, atau empat yang tidak

menggunakan mesin, namun menggunakan kuda sebagai tenaga untuk

menariknya. Andong merupakan alat trasportasi khas warisan budaya

Jawa yang dipergunakan untuk mengangkut barang ataupun orang.

Hasil temuan lain tentang teknologi yang digunakan sebagai sarana

informasi dan rekreasi, yaitu radio dan televisi. Radio merupakan alat

penyampai informasi yang populer saat itu. Radio pertama kali masuk

di Indonesia pada tahun 1933, Mangkunegoro VII dan Sarsito

Mangunkusumo mendirikan SRV (Solossche Radio Vereenging) yang

menjadi pelopor siaran pertama di Indonesia.

Radio digunakan sebagai alat sarana penyampai informasi kala itu

sampai perkembangannya juga menjadi alat rekreasi. Hasil budaya

berbentuk teknologi terakhir adalah televisi. Televisi pada awalnya

dipelopori oleh Ir. Soekarno sebagai pendukung acara ASEAN Games

pada tahun 1962, kemudian dikembangkan menjadi sarana penyampai

informasi. stasiun televisi pertama di Indonesia adalah TVRI. Semanjak

itu televisi berkembang menjadi alat hiburan yang paling diminati oleh

masyarakat Indonesia. Belum banyak yang mempunyai televisi pada

masa tersebut, namum salah satu tokoh yaitu, Oom Bong sudah

memiliki barang mewah tersebut.

Page 170: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

154

Melihat bahwa Oom Bong sendiri bekerja sebagai pengelola

televisi pada saat itu. Keterbukaan masyrakat Jawa dengan kebudayaan

asing menurut Koentjaraningrat disebabkan adanya toleransi budaya.

Sikap toleransi dan simpati terhadap kebudayaan lain menjadi faktor

penentu proses asimilasi pada umumnya (2009: 256). Dengan muculnya

sikap tersebut, dalam Novel Dua Ibu, penggunaan alat hasil teknologi

Eropa menjadi faktor pendorong asimilasi budaya Jawa dengan Eropa.

4) Hasil Budaya Bentuk Alat Peroduksi atau Mata Pencarihan

Mata pencaharian hidup merupakan sumber penghidupan yang

berasal dari pekerjaan-pekerjaan yang digeluti oleh masyarakat. Melalui

pekerjaan sebagai mata pencaharian hidup tersebut terdapat benda-

benda menjadi hasil budaya suatu masyarakat, tidak terkecuali dalam

cerita yang digambarkan pengarang melalui tokoh-tokohnya. Dalam

Novel Dua Ibu terdapat berbagai macam pekerjaan yang digeluti oleh

tokoh-tokohnya pembahasanya adalah sebagai berikut.

Pekerjaan sebagai seorang abdi dalem Keraton Surakarta.

Pekerjaan tersebut dilakukan oleh Pak Marsono. Pak Marsono

menempuh pendidikan formal AMS atau setara dengan SMA, yang

mengelola adalah kolonial Belanda pada masa itu. Dapat dikatakan

sebagai seseorang yang berpendidikan Pak Marsono dianggap seorang

priyayi atau kedudukanya lebih tinggi dari pada orang biasa.

Pekerjaan sebagai seorang pegawai televisi dilakukan oleh tokoh

Bong. Oom Bong bekerja sebagai pengelola televisi negara pada masa

itu atau TVRI yang berada di Jakarta. Melalui pekerjaan yang

digelutinya dia sukses dan banyak membantu keluarga lain pada saat

kesusuahan. Pekerjaan sebagai seorang tentara dilakukan oleh John dan

Untung Subarkah. Mereka berdua adalah tentara yang bertempat di

markas militer Surabaya. Untung berpangkat sersan sedangkan John

seorang prajurit.

Page 171: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

155

Jon banyak ditugaskan bekerja di luar kota sebagai seorang

tentara. Hal tersebut membuatnya sering kali berpisah dengan istri dan

anaknya yang masih kecil. Berdasarkan hasil temuan dalam kajian

kompleksitas hasil budaya berbentuk sistem mata pencaharian hidup,

terdapat dialog yang mengarah pada pekerjaan yang dilakukan oleh

tokoh. Hasil temuan tersebut adalah pekerjaan sebagai seorang tentara,

abdi dalem Keraton, dan pegawai televisi.

3. Nilai Pendidikan Karakter

Fungsi pendidikan karakter adalah meningkatkan pengetahuan,

perasaan dan perilaku anak atau siswa guna meningkatkan kualitas dirinya

sebagai makhluk Tuhan dan makhluk bermasyarakat. Selain itu, jika

dihubungkan dengan pendidikan nasional, pendidikan karakter berfungsi

untu mendidik dan memperbaiki perilaku siswa agar dapat mencerminkan

budaya dan karakter bangsa sehingga dapat mendorong lakhirnya generasi

penerus bangsa yang baik. Berkaitan dengan hal di atas, setiap karya sastra

pasti memiliki nilai-nilai pendidikan karakter di dalamnya yang ingin

disampaikan kepada pembaca. karya sastra merupakan hasil perenungan

panjang pengarang dalam merepresentasikan dunia, diciptakan agar

manusia memahami dan merefleksi nilai-nilai yang telah diterima atau

pelajari dari karya sastra tersebut.

Koesoema (2010: 194) menyatakan bahwa sesungguhnya pendidikan

karakter bersifat liberatif, yaitu sebuah usaha dari individu, baik secara

pribadi maupun secara sosial, untuk membantu menciptakan sebuah

lingkungan yang membantu kebebasannya sebagai individu sehingga

individualitas dan keunikannya semakin dihargai. Menurut Lickona (dalam

Listyarti 2012: 8) Pendidikan karakter adalah perihal menjadi sekolah

berkarakter, di mana sekolah adalah tempat terbaik untuk menanamkan

karakter.

Page 172: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

156

Proses pendidikan karakter itu sendiri didasarkan pada totalitas

psikologis yang mencakup seluruh potensi individu manusia dan fungsi

totalitas sosiokultural dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan

pendidikan, dan masyarakat. Nilai-nilai pendidikan karakter yang terdapat

dalam novel ini akan diuraikan secara detail. Di sini akan diuraikan nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam cerita Novel Dua Ibu sekaligus

nilai yang paling menonjol. Nilai-nilai pendidikan karakter tersebut di

antaranya adalah nilai religius, disiplin, kerja keras, kreatif, rasa ingin tahu,

menghargai prestasi, cinta damai, peduli sosial, dan nilai tanggung jawab.

Nilai-nilai tersebut senada dengan yang dikemukakan oleh pengarang

berdasarkan nilai-nilai karakter apa saja yang ingin disampaikan kepada

pembaca. Nilai-nilai tersebut dapat diaplikasikan dalam pembelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah sehingga dapat berperan positif

dalam mengembangkan karakter positif siswa, sekaligus pengetahuan

akademik siswa. Selanjutnya, nilai-nilai yang terdapat di dalam Novel Dua

Ibu akan dibahas sebagai berikut:

a. Nilai Religius

Religus adalah sikap yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama

yang dianutnya, tolerasi terhadapt pelaksanaan ibadah lain, dan hidup

rukun dengan pemeluk agama lain. Nilai pendidikan karakter terkait

dengan nilai religius ini dalam Novel Dua Ibu adalah bagaimana sikap,

dan perilaku tokoh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnnya.

Pada Novel Dua Ibu ini nilai religius digambarkan oleh pengarang

melalui sikap dan keyakinan tokoh akan kekuasaan Tuhan YME. Nilai

religius tampak pada toko Bu Marsono ketika mengikhlaskan kematian

Pak Marsono. Bu Marsono mempercayai segala sesutau yang terjadi

pada hidupnya adalah kehendak dari Gusti Allah.

Page 173: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

157

Sikap yang ditunjukaan Bu Marsono tersebut mencerminkan

kepercayaan Bu Marsono terhadap Sang pencipta, segalanya tidak akan

bisa membaik jika kita hanya mengeluh tanpa ada usaha untuk

memperbaiki hidup. Sikap tersebut juga ditunjukan ketika Bu Marsono

memperoleh rejeki, Bu Marsono selalu bersyukur sekecil apapun yang

dia dapat. Bu Marsono ketika mendapatkan ujian selalu disikapi dengan

berdoa dan berikhtiar kepada Tuhan. Menurut Kodiran dalam

Koentjaraningrat (2009: 340), kebanyakan orang Jawa percaya bahwa

hidup manusia di dunia ini sudah diatur dalam alam semesta, sehingga

tidak sediki mereka yang bersifat nerima, yaitu menyerahkan diri pada

takdir. Berdoa dan berikhtiar adalah salah satu bentuk rasa percaya

tentang adanya Tuhan. Keyakinan akan Gusti Allah yang diungkapkan

oleh Bu Marsono tersebut merupakan sikap religius. Pada hakikatnya

sakit merupakan pemberian dari Tuhan YME. Doa dan ikhtiar yang

dilakukan Bu Marsono kepada Gusti Allah tempat meminta segala apa

diharapkan dan dikehendaki sejatinya adalah ibadah, dan ibadah

merupakan bentuk sikap dan tindakan religius.

b. Disiplin

Disiplin dapat dipresentasikan dengan tindakan yang menunjukkan

perilaku tertib pada aturan yang berlaku. Disiplin akan melakhirkan

tindakan berpola pada diri manusia. Dalam Novel Dua Ibu sikap disiplin

ditunjukan oleh tokoh Ratsih yang selalu datang lebih pagi ketika

sekolah. Perilaku Ratsih yang demikian tidak hanya ditunjukan ketika

di sekolah. Ketika di rumah Ratsih selalu memcuci pakaian,

membersihkan rumah, dan bangun lebih pagi untuk membantu ibunya

memasak. Sikap disiplin juga ditunjukan Bu Marsono kepada anak-

anaknya sebagai pembelajaran bahwa pendidikan tetap yang

diutamakan dalam hidup.

Page 174: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

158

Bu Marsono tetap menyuruh Mamid berangkat ke sekolah kendati

kakak Mamid, Solemah menikah saat itu. Mamid menurut dan

berangkat sekolah sesuai dengan yang diinginkan Bu Marsono. Sikap

Bu Marsono kepada Mamid menunjukan kedisiplinan dalam hal

pendidikan. Pada tokoh Sumirah, karakter disiplin juga tampak pada

dialog Sumirah dengan dengan Mamid. Sumirah mengajarkan agar

Mamid hidup rapi dan bersih, bahkan ketika harus hidup seorang diri

Sumirah berharap Mamid tetap menjaga kerapian dan kebersihan

dirinya.

c. Kerja Keras

Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-

sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta

menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya. Di mana ada usaha yang

lebih untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini tentunya berlandaskan akan

keinginan diri untuk mau mengerjakan tanggung jawab sebaik mungkin.

Melalui dialog antara Murjanah dengan Mamid juga tampak sikap kerja

keras yaitu dengan bekerja sebagai pedagang dengan suaminya, kini

perekonomian keluarga Murjanah menjadi mambaik sehingga bisa

membantu biaya pengobatan Bu Marsono ketika sakitnya sudah tidak

tertahankan.

Pada Novel Dua Ibu setiap sikap kerja keras membuktikan bahwa

segala macam halangan dalam kehidupan dapat diatasi bahkan

mencapai hasil yang diharapkan walupun tidak mudah. Perilaku kerja

keras juga ditunjukan oleh tokoh Adam ketika ingin membelikan Bu

Marsono mesin jahit bekas. Adam mencari uang dengan cara membuat

layangan, mencari jangkrik untuk dijual, sampai bekerja mengapur

rumah orang. Semua uang ditabung dan pada akhirnya dapat

membelikan Bu Marsono mesin jahit.

Page 175: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

159

Sikap kerja keras yang nyata adalah ketika Bu Marsono berusaha

dalam membesarkan kesembilan anaknya walupun sendirian, ia bekerja

dari menjadi buruh masak pada acara hajatan maupun sampai menjual

barang bekas untuk membeli beras. Wujud tindakan lain adalah saat Bu

Marsono menggelar hajatan anak-anaknya entah itu Solemah,

Murjanah, Ratsih, maupun Mamid, ia selalu menunjukan sikap kerja

keras, yaitu dengan menjadi organisator setiap acara, menyiapkan

undangan tamu, memasak sampai dengan menyiapkan biaya keuangan

untuk pendanaan segala macam keperluan.

d. Kreatif

Merujuk pada Kemendiknas (2011: 9) memberikan pengertian nilai

kreatif sebagai cara berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan

cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Nilai kreatif yang

ada dalam Novel Dua Ibu anatara lain ketika Mamid memberikan kartu

ucapan selamat Hari Raya Lebaran kepada Sumirah ibu kandungnya

ketika masih kecil, hal tersebut membuat terharu Sumirah kerena merasa

Mamid masih mengingat dirinya. Bentuk karakter kreatif juga

ditunjukan oleh Ratsih ketika membuat odol yang berbahan dasar arang.

Caranya adalah dengan menumbuk halus arang hitam kemudian

digunakan untuk mengosok gigi sebagai pengganti odol. Memanfaatkan

bahan alam di sekitarnya merupakan bentuk tindakan kreatif yang

dilakukan Ratsih mengingat kekurangan ekonomi yang tengah melanda

keluarganya. Tokoh Adam juga memiliki sikap kreatif ketika ia ingin

membelikan mesin jahit kepada Bu Marsono, yaitu dengan membuat

layanga-layang mempergunakan bahan yang ada di sekitaranya.

e. Cinta Damai

Cinta damai adalah sikap, perkataan, dan tindakan yang

menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran

dirinya. Sikap ini akan membawa ketenangan dan kenyamanan.

Akhirnya akan tercapai kerukunan dalam bersosialisasi.

Page 176: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

160

Sikap cinta dami ditunjukan Bu Marsono ketika para tetangga

membicarakan negatif terhadap dirinya. Bu Marsono memilih untuk

diam dan tetap menjadi orang yang baik. Dibuktikan dengan tindakanya

yang menolong tetangga dengan menjadi juru masak pada upacara adat

yang berlangsung. Sikap cinta damai juga ditunjukan oleh toko Mamid

yang bertengkar dengan Murjanah saat itu. Murjanah mengunci Mamid

dalam kamar mandi sampai pagi. Ketika ditemukan badan Mamid sudah

dingin dan menderita masuk angin. Pada harinya Mamid jatuh sakit dan

diantarkan kakaknya Ratsih berobat. Mamid tidak membalas perbutan

Murjanah, justru sebaliknya ketika Mamid sudah tidak tinggal dengan

keluarganya di Solo. Mamid mengirimkan uang dan pakaian bekas

sebagai ungkapan kasih sayangnya. Perilaku yang ditunjukan Mamid

mencerminkan sikap cinta damai dan menjahui pertengkaran serta

tolong-menolong.

f. Menghargai Presatasi

Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong

dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan

mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain. Perilaku

meghargai prestasi ini tentunya bertujuan memberi penghargaan kepada

orang lain yang telah melakukan sesuatu yang baik. Hal ini tentunya

bukan bertujuan memberi semangat lebih akan prestasi yang telah

dicapai. Sikap menghargai preastasi ditunjukan oleh tokoh Mamid.

Peristiwa saat Oom Bong membelikan radio kepada keluarga Bu

Marsono, tidak hanya itu Oom Bong juga mengajak makan di restoran

semua anggota keluarga serta berkunjung di Taman Sriwedari.

Membuat Mamid mengagumi tindakanya. Mamid bercita-cita untuk

menjadi seorang jendral, ia berusaha dengan giat untuk meraihnya.

Impian Mamid setalah menjadi orang besar ia ingin seperti Oom Bong

yang suka menolong dan kaya.

Page 177: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

161

Berkat Oom Bong, Mamid semakin terpacu untuk lebih giat lagi

dalam berusaha meraih cita-cita yang diinginkan, hal tersebut

berdampak positif kepada tokoh Mamid. Contoh lain adalah julukan

sebagai koki hebat yang diberikan masyrakat terhadap Bu Marsono,

julukan tersebut adalah bentuk sikap menghargai prestasi yang

ditujukan masyarakat. Seringkali Bu Marsono dimintai tolong untuk

menjadi juru masak ketika pesta.

g. Semangat Kebangsaan

Semangat kebangsaan adalah cara berpikir, bertindak, dan

berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas

kepentingan diri dan kelompoknya. Mau berbuat demi kepentingan

negara agar lebih baik dan tidak mengingkarinya. Perilaku yang didasari

tanpa tendensi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Sikap semangat

kebangsaan terlihat oleh tokoh Jon yang tetap menjalankan tugas

sebagai seorang tentara angkatan laut. Jon harus meninggalkan

keluarganya ketika ditugaskan untuk mengamankan Irian Barat. Jon

menunaikan kewajibanya sebagai seorang tentara untuk melindungi

NKRI dengan menempatkan kepentingan negara di atas keluraga.

Sikap yang serupa ditunjukan oleh Solemah, yaitu dengan

mendukung suaminya Jon yang sering bekerja jauh dari keluarga,

sebagai seorang istri tentara Solemah memberikan contoh semanggat

kebangsaan dengan caranya sendiri sebagai istri.

h. Peduli Sosial

Peduli sosial merupakan sikap dan tindakan yang selalu ingin

memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan,

sebagai makhluk sosial sudah seharusnya tolong-menolong sebagai

salah satu bentuk berhubungan dengan masyarakat. Manusia pada

dasarnya selalu membutuhkan bantuan dari orang lain.

Page 178: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

162

Sikap peduli sosial ditunjukan seorang supir truk kepada Jamil.

Ketika Jamil yang memutuskan pergi dari rumah untuk bekerja,

memberanikan diri menyusup truk yang akan mengantarkan babi dan

ayam ke Jakarta, namun di tengah jalan Jamil ketahuan oleh supir truk

tersebut, kemudian diturunkan paksa. Melihal hal tesebut salah satu

supir truk lain menawarkan Jamil untuk ikut truknya saja. Sikap yang

ditunjukan supir truk yang mau memberikan tumpangan kepada Jamil

merupakan sikap kepedulian sosial dengan memberikan bantuan. Sikap

peduli sosial Bu Marsono adalah dengan membantu sebagai juru masak

ketika ada upacara adat istiadat. Sikap yang demikian juga ditunjukan

oleh Pak Marsono, yaitu dengan memberikan sebagaian gajinya kepada

saudara yang membutuhkan.

i. Tanggung Jawab

Bersumber dari Kemendiknas (2011: 10) yang dimaksud dengan

nilai tanggung jawab merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk

melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dia lakukan,

terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya),

negara dan Tuhan YME. Nilai pendidikan karakter tanggung jawab pada

Novel Dua Ibu tercermin melalui sikap dan perilaku tokoh yang

memiliki rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan

lingkungan. Pada Novel Dua Ibu terdapat sikap tanggung jawab sebagai

seorang ibu, yaitu pada tokoh Sumirah. Ketika Sumirah memutuskan

pergi merantau ke Jakarta, ia menitipkan Mamid yang masih bayi

kepada Bu Marsono.

Di Jakarta ia menikah dengan Oom Bong dan mempunyai dua orang

anak perempuan, namun Sumirah tidak pernah melupakan Mamid.

Berbagai usaha telah dilakukan Sumirah untuk membuat Mamid mau

tinggal denganya di Jakarta. Sikap yang ditunjukan Sumirah kepada

Mamid adalah bentuk tanggung jawab dan kasih sayang orang tua

kepada anaknya.

Page 179: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

163

Sikap tanggung jawab juga tunjukan oleh Bu Marsono, yaitu dengan

menikahkan dan megkhitankan anak-anak asuhnya, selain itu Bu

Marsono juga membayar hutang-hutangnya. Sikap tanggung jawab

yang demikian Bu Marsono selalu mudah mendapatkan pinjaman

kepada siapa saja.

Sikap tanggung jawab lain dalam Novel Dua Ibu, ditunjukkan oleh

tokoh Untung Subarkah. Sesudah menikahi Ratih, Untung membawa

Ratih tinggal bersamanya di Surabaya. Ratih tidak membawa bekal

apapun selain pakaian. Sebagai seorang suami Untung membelikan

pakaian, tempat tinggal beserta kebutuhan lain yang diperlukan untuk

Ratih istrinya. Kendati demikian Untung tidak pernah melupakan

tugasnya sebagai seorang tentara untuk mengabdi kepada negara.

4. Relevansi Novel Dua Ibu Karya Arswendo Atmowiloto sebagai Media

Pembelajaran Sastra di SMA

Pembelajaran sastra idelnya dapat memberikan andil yang signifikan

terhadap keberhasilan pengembangan manusia yang diinginkan. Guna

mendapatkan hasil yang baik dalam mendidik siswa-siswi dapat

dilaksanakan dengan pendekaran yang tepat, yaitu pendekatan yang dapat

merangsang terjadinya olah hati, olah rasa, dan olah raga. Menurut Wibowo

(2013: 19) pengajaran sastra memiliki pertautan erat dengan pendidikan

karakter karena pengajaran sastra dan sastra pada umumnya secara hakiki

membicarakan nilai hidup dan kehidupan yang mau tidak mau berkaitan

langsung dengan pembentukan karakter manusia.

Sastra dalam pendidikan anak bisa berperan mengembangkan aspek

kognitif, afektif, psikomotorik, mengembangkan kepribadian, serta dapat

mengembangkan pribadi sosial. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar

(2011: 219), ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan

materi pelajaran, yaitu:

Page 180: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

164

(a) materi pelajaran hendaknya sesuai dengan kurikulum sehingga

dapat menunjang tercapainya tujuan instruksional; (b) materi pelajaran

hendaknya sesuai dengan tingkat pendidikan dan perkembangan peserta

didik pada umumnya; (c) materi pelajaran terorganisasi secara sistematik

dan berkesinambungan; (d) materi pelajaran hendaknya mencangkup hal-

hal yang bersifat faktual dan konseptual.

Dalam menentukan materi pembelajaran harus mengikuti beberapa

prinsip, yaitu relevansi, konsistensi, dan kecukupan (adequacy) sehingga

kompetensi dapat dicapai secara maksimal. Novel Dua Ibu memilki nilai-

nilai luhur masyarakat Jawa yang kental. Pembelajaran sastra yang bersifat

apresiatif pun sarat dengan pendidikan karakter. Kegiatan membaca,

mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya menanamkan

karakter tekun, berpikir kritis, dan berwawasan luas.

a. Relevansi Novel Dua Ibu dengan Materi Pembelajaran Sastra Kelas

XI

Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto jika dikaitkan dengan

materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI semester genap

dengan standar kompetensi (SK) memahami berbagai hikayat, novel

Indonesia/novel terjemahan dengan kompetensi dasar (KD), yaitu

menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia

/terjemahan. Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto jika dikaitkan

dengan pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XI semester genap

dengan standar kompetensi (SK) memahami buku biografi, novel dan

hikayat dengan kompetensi dasar (KD), yaitu membandingkan unsur

intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ terjemahan dengan hikayat.

Sebagai materi pembelajaran bahasa Indonesia Novel Dua Ibu

dapat dijadikan pertimbangan dari aspek kebahasaan di mana aspek ini

mampu menambah wawasan siswa dari bentuk ajaran luhur kebudayaan

Jawa.

Page 181: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

165

Novel Dua Ibu memberikan gambaran pada pembaca khususnya

guru dan siswa tentang kasih sayang seorang ibu dalam mendidik dan

membesarkan anak yang dititipkan kepadanya, didalamnya terdapat

nilai-nilai kearifan lokal budaya Jawa yang masih relevan untuk

digunakan pada masa sekarang. Novel ini sudah memiliki unsur-unsur

intrinsik yang lengkap. Tokoh, latar, dan tema dalam novel ini sudah

saling mengkonstruksi satu sama lain.

Hasil wawancara dengan guru bahasa Indonesia kelas XI SMA N

2 Sragen Bu Asqina menunjukkan bahwa Novel Dua Ibu relevan dan

dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan pembelajaran sastra

umumnya, gaya penceritaan pengarang yang lebih banyak mengambil

bahasa Indonesia secara sederhana serta mengambil sudut padang pola

pikir anak kecil, membuat siswa tertarik untuk membaca. Hal tersebut

mendukung ketercapian tujuan pembelajaran, karena materi yang

menarik memancing siswa untuk lebih tertarik belajar tentang nilai-nilai

dalam karya sastra.

Dari segi psikologi Novel Dua Ibu cocok menjadi materi ajar di

mana umur siswa sudah mencapai enam belas tahun ke atas disebabkan

mengandung pendidikan tentang fisafat hidup orang Jawa yang oleh

penulis mengisahkanya dalam bentuk kehidupan pemikiran wanita

setelah pernikahan, hubungan sosial, dan hal lain yang harus dilalui

seorang wanita ketika mengabdikan diri kepada anak serta suaminya.

Tokoh Mamid dan Ratsih juga dapat dijadikan contoh pada siswa karena

keteguhan, sikap rajin, saling tolong menolong, serta kerja keras yang

mereka lakukan ketika bersekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan wawancara dengan siswa kelas XI SMA N

Karanganyar, Anggun Nur W, Novel Dua Ibu karya Arswendo

Atmowiloto, memberikan gamabaran tentang sosok seorang ibu yang

penuh kasih. Hal tersebut membuat narasumber lebih menghargai dan

patuh terhadap orang tuanya di rumah.

Page 182: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

166

Karakter lain yang ada juga mengajarkan narasumber tentang

bagaimana menjadi seorang anak yang baik dan lebih bijak dalam

menghadapi masalah. Tokoh Mamid menjadi tokoh yang difavoritkan

oleh narasumber karena sifat lugu dan tingkah lakunya yang lucu. Tokoh

Mamid juga dapat dijadikan tauladan untuk siswa sebagai wujud sikap

yang dekat dengan pendidikan karakter. Selain itu Novel Dua Ibu

mengandung nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam pembelajaran

bahasa dan sastra Indonesia. Substansi dalam novel tersebut dapat

berperan positif dalam mengembangkan karakter positif siswa. Amanat-

amanat yang terdapat dalam novel tersebut dapat berdampak

menginspirasi tentang cara bersikap terhadap siswa dalam kehidupan

sehari-hari.

b. Relevansi Novel Dua Ibu dengan Materi Pembelajaran Sastra Kelas

XII

Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto jika dikaitkan dengan

materi pembelajaran bahasa Indonesia pada kelas XII Sekolah

Menengah Atas (SMA) semester ganjil dengan standar kompetensi (SK)

memahami pembacaan novel dengan kompetensi dasar (KD), yaitu

menanggapi pembacaan penggalan novel dari segi vokal, intonasi, dan

penghayatan. Berdasarkan pendapat Rahmanto (1988: 29) dalam

memilih bahan pengajaran sastra hendaknya menghadirkan sesuatu

yang erat hubungannya dengan latar belakang budaya dan materi tetang

budaya lokal tidak boleh terlupakan karena hal tersebut merupakan akar

budaya bangsa.

Mengambil budaya lokal untuk dijadikan sebagai materi

pembelajaran diutamakan karena dekat dengan kehidupan sehari-hari,

sehingga nilai-nilai yang terdapat dalam suatu bahan yang diajarkan

lebih mudah terserap oleh siswa. Novel Dua Ibu mengambil banyak

menggunakan kebudayaan Jawa lebih dekat dengan lingkungan hidup

siswa yang berdarah Jawa.

Page 183: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

167

Penggunaan bahasa Indonesia dan latar cerita dalam Novel Dua Ibu

dapat diterima semua kalangan. Menurut wawancara dengan Bu Asqina,

Novel Dua Ibu menggunakan sudut pandang anak kecil dalam

penyampaian cerita. Hal tersebut membuat pembaca tertarik mengikuti

kisah dari lembar ke lembar selajutnya. Kisah keluguan yang diceritakan

dari sudut pandang anak kecil dapat menjadi poin tambahan ketika

menggunkaan Novel Dua Ibu sebagai materi pengajara sastra.

Penggunaan bahasa Indonesia dan pemilihan gaya bahasa yang bagus

juga menjadi pertimbangan novel tersebut untuk dijadikan sebagai

materi pengajaran, karena mudah dipahami.

Dilihat dari aspek psikologi sebagai pertimbangan Novel Dua Ibu

untuk dijadikan sebagai materi pengajaran karena terdapat banyak cerita

teladan yang dapat dijadikan contoh. Sikap saling tolong-menolong

antara saudara, sikap toleransi antara umat beragama, sikap bertanggung

jawab, serta menghormati orang tua yang ditunjukan oleh tokoh yang

ada dalam Novel Dua Ibu memberikan gambaran dan pembelajaran

kepada siswa ketika membaca. Perilaku yang ditunjukan oleh tokoh

dalam Novel Dua Ibu mampu memberikan dampak kepada siswa tidak

hanya tentang bagaimana berperilaku yang baik saat di sekolah tetapi

juga menhormati juga menyayangi orang tua dan saudara di rumah.

Page 184: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

168

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab

IV peneliti menyimpulkan laporan penelitian untuk mempermudah dan

mempertegas efektvitas yang telah diteliti. Hasil kesimpulan didapatkan dengan

meresume data yang berkaitan dengan anlisis struktural, wujud kebudayaan

(kompleksitas ide, kompleksitas aktivitas, dan kompleksitas hasil budaya), nilai

pendidikan karakter dalam novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto, dan

relevansisnya sebagai materi pengejaran bahasa Indonesia.

1. Analisis struktural pada novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto

Analisis struktur dalam penelitian ini dititik beratkan pada unsur yang

berkaitan erat dengan antropologi sastra yaitu unsur intrinsik yang

difokuskan pada tema, tokoh dan setting. Novel Dua Ibu mengandung dua

tema yaitu tema utama dan tema tambahan. Tema utama atau tema pokok,

yaitu kasih sayang seorang Ibu, dan tema tambahan adalah masalah

ekonomi keluraga setatus rendah yang digambarkan dalam serta memiliki

kaitan dengan kebudayaan. Tokoh Utama “Mamid dan Bu Marsono” tokoh

Mamid juga berfungsi sebagai pemberi informasi terkait dengan arti kata

ibu untuk anak-anaknya. Tokoh lain yang ada dalam novel ini anatara lain

adalah Pak Marsono, Solemah, Murjanah, Ratsih, Adam, Priyadi, Prihatin,

Herit, Sumirah, Oom Bong, Agustus, Jon, Untung Subarkah, Pak Mo, Mbok

Grembul, Limbuk, Tikem, Paman, Pak Guru, Jamil, dan Pakdhe Wiro. Latar

yang digunakan dalam novel Upacara meliputi latar tempat yang paling

dominan adalah daerah-daerah yang berada di kota Solo, dan latar tempat

lain yaitu kota Jakarata, rumah Solemah, rumah Bu Marsono di Batu Retno,

Rumah keluarga Untung di Malang, penjara Singapura.

Page 185: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

169

Latar yang berkaitan dengan waktu yaitu merujuk pada tahun 1960an

sampai dengan 1980-an serta yang merujuk pada waktu terjadi pagi, siang,

sore dan malam. Latar sosial yang ada pada Novel Dua Ibu menujukan

sosial budaya yang ditampilkan berupa pendidikan, pekerjaan, bahasa,

tempat tinggal, adat kebiasaan, suku, dan agama.

2. Wujud budaya yang terkandung dalam novel Dua Ibu terbagi menjadi

tiga kompleksitas

a. Kompleksitas ide novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto meliputi:

(a) ide tentang hakikat hidup manusia; (b) ide tentang hakikat

kedudukan manusia dalam ruang dan waktu; (c) ide tentang pandangan

manusia terhadap alam semesta; dan (d) ide tentang hakikat hubungan

antara manusia dengan sesamanya.

Kompleksitas ide tersebut tercermin melalui sikap ikhlas dengan

menerima takdir Tuhan, bersikap rendah diri, bersyukur dan

menjalankan sembahayang; belajar dari pengalaman dengan mengisi

hidup dengan bekerja keras; usaha menjaga keselarasan hubungan

manusia dengan sesama mahkluk hidup dan alam, serta memanfaatkan

alam dengan bercocok tanam; dan adanya pandangan menghormati dan

sikap kepatuhan, menghargai orang yang memiliki setatus sosial yang

lebih tinggi.

b. Kompleksitas aktivitas tokoh novel Dua Ibu Arswendo Atmowiloto,

antara lain: (a) aktivitas yang berhubungan dengan kekerabatan; (b)

aktivitas yang berhubungan dengan ekonomi; (c) aktivitas yang

berhubungan dengan kesenian dan rekreasi; (d) aktivitas yang

berhubungan dengan sistem religi dan ritual kepercayaan; dan (e)

aktivitas yang berhubungan dengan pendidikan.

Page 186: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

170

Berdasarakan pembahasan ditemukan aktivitas-aktivitas yang

berhubungan dengan kekrabatan anatara lain hubungan keluarga,

pernikahan, dan mengangkat anak yang dititipkan; Aktivitas ekonomi

melalui berdagang, bekerja sebagi seorang abdi dalem Karton, pegawai

pemerintahan, serta bertani; Aktivitas yang berhubungan dengan religi

yaitu khitan anak laki-laki, pergi ke tempat ibadah, merayakan hari raya

Lebaran, dan upacara adat istiadat memperingati hari kematian; aktivitas

pendidikan yaitu dengan pendidikan formal SD, SMP, dan SMA.

Berhubungan dengan rekreasi yaitu berkunjung ke Taman Sriwedar,

pertunjukan ludruk, dan wayang orang.

c. Kompleksitas hasil budaya dalam novel Dua Ibu berupa: (a) hasil

budaya berbentuk bahasa; (b) hasil budaya berbentuk sistem

pengetahuan; (c) hasil budaya berbentuk teknologi; dan (d) hasil budaya

berbentuk mata pencaharian.

Hasil budaya meliputi bahasa yang digunakan untuk panggilan

kakak perempuan, paman, serta pribahasa yang digunakan untuk

menyindir; pengetahuan cara membuat memasak makanan,

memperkuat sinyal penangkap siaran radio, membuat odol dari arang;

teknologi yang ada meliputi radio, mobil, andong, televisi, kereta api;

mata pencaharian yaitu sebagai seorang pedagang, pengumpul rambut,

pembantu rumah tangga, pegawai pemerintahan, tentara, supir, guru dan

dokter.

3. Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Dua Ibu

karya Arswendo Atmolioto

Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Dua Ibu, yaitu

religius, jujur, disiplin, kerja keras, kreatif, semangat kebangsaan, cinta

damai, menghargai prestasi, peduli sosial, dan tanggung jawab. Novel

tersebut lebih cenderung menggambarakan kerja keras, peduli sosial, dan

cara bertahan hidup. Terdapat banyak nilai kehidupan yang dapat dijadikan

tauladan.

Page 187: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

171

Novel Dua ibu memberikan gamabaran tentang kehidupan wanita Jawa

dengan berbagai kebudayaanya dan berbagai konflik yang dekat kaitanya

dengan nilai karakter yang dilakukan oleh masing-masing tokoh. Nilai

karakter tersebut dapat dijadikan contoh untuk menanamkan nilai

pendidikan karakter kepada pembaca.

4. Relevansi novel Dua Ibu untuk dijadikan materi pembelajaran sastra

di SMA

Novel Dua Ibu dapat menjadi salah satu alternatif materi pembelajaran

sastra di SMA. Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto memiliki

relevansi dengan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA.

Relevansi tersebut yang pertama berdasarkan pada struktur novel dan aspek

budaya yang dikaji dalam penelitian ini merupakan bagian dari materi

pelajaran apresiasi sastra di SMA. Melalui nilai pendidikan karakter yang

terdapat di dalam novel tersebut dapat mendukung proses belajar mengajar

dan menjadi sarana alternative dalam pembentukan serta penanaman

karakter dalam diri siswa. Nilai kebudyaan yang terdapat dalam novel

tersebut dapat meningkatkan kualitas pengajaran dan pembelajaran Bahasa

dan Sastra Indonesia di SMA karena dapat menumbuhkembangkan pribadi

guru dan siswa menjadi lebih baik

B. Implikasi

Berdasarkan simpulan di atas, penelitian ini dapat memberikan sumbangsih

terhadap hasil penelitian kualitatif sastra, khususnya yang berkaitan dengan

analisis novel dengan kajian antropologi sastra dan nilai-nilai pendidikan

karakter. Penelitian ini melakukan pengkajian terhadap karya sastra novel fiksi

etnografi berjudul Novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto: (Kajian

Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansinya dengan

Pembelajaran Sastra di SMA). Hasil penelitian ini memiliki implikasi terhadap

aspek lain yang relevan. Implikasi tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Page 188: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

172

1. Implikasi Teoritis

Melalui penelitian novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto, kajian

antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansinya dengan

pembelajaran sastra di SMA berimplikasi terhadap penguasaan teori seperti:

a. Penelitian antropologi sastra ini memiliki implikasi terhadap

pengembangan antropologi sastra secara umum. Dalam dunia

pendidikan penelitian ini menjadikan siswa mampu mengaitkan unsur-

unsur kebudayaan dan pendidikan dalam novel untuk dikaitkan secara

kontekstual dalam kehidupan sehari-hari. Maka karya sastra yang

memuat budaya penting untuk disampaikan kepada siswa melalui proses

pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Sekolah. Hal ini untuk

menanamkan nilai-nilai budaya kepada generasi muda sehinggga nilai-

nilai tersebut tidak bergeser dengan budaya-budaya asing yang masuk

karena perkembangan

teknologi seperti zaman globalisasi seperti sekarang ini. Dengan

penanaman nilai-nilai dan pesan moral yang terkandung dalam makna

cerita karya sastra tersebut kepada siswa, akan memberikan dampak

positif, sehingga akan tumbuh rasa kecintaan dan kepedulian terhadap

kebudayaan sendiri untuk mengembangkan dan melestarikannya.

b. Hasil penelitian tersebut dapat menambah wawasan dan pemahaman

terhadap penelitian sastra khususnya dalam hal kebudayaan dengan

pendekatan antropologi sastra. Unsur kebudayaan Jawa yang terdapat

dalam novel Dua Ibu cukup kuat. Hasil kebudayaan seperti kesenian

wayang orang, wayang, ludruk terdapat dalam novel tersebut. Nilai

kehidupan yang terdapat pada tokoh Bu Marsono dapat dijadikan potret

kehidupan wanita Jawa yang masih mempertahankan adat istiadat serta

cara berprilaku orang Jawa, yang sekarang mulai pudar. Di dalam novel

juga terdapat tradisi perjodohan, slametan, dan perkawinan khas

masyarakat Jawa. Hasil penelitian ini dapat memperkaya penelitian

tentang karya sastra, khususnya dengan menggunakan teori antropologi

sastra.

Page 189: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

173

c. Hasil penelitian Hasil penelitian ini dapat memberikan atau menambah

teori nilai pendidikan karakter, khususnya dalam karya sastra. Karya

sastra khususnya cerita rakyat dapat dijadikan sebagai sarana alternatif

pembelajaran dan penanaman pendidikan karakter kepada siswa. Nilai

pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Dua Ibu menjadi sebuah

alternatif dalam usaha memberikan gambaran tentang nilai-nilai

pendidikan karakter. Selain itu, nilai karakter tersebut dapat menjadi

gambaran peserta didik dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih

positif dan dapat membedakan karakter yang positif dan negatif. Oleh

karena itu, peserta didik dapat mengetahui bagaimana karakter yang

dapat ditauladani dan mana karakter buruk yang menjadi pembelajaran

untuk tidak dilakukan. Hal tersebut sejalan dengan delapan belas nilai

karakter yang dijelaskan oleh Kemendiknas.

d. Pada aspek pendidikan, penelitian ini dapat memberikan alternatif bahan

materi pengajaran sastra. Pengajaran sastra seharusnya difokuskan pada

upaya untuk memiliki kemampuan apresiasi, kemampuan untuk

memiliki sikap dan nilai, tidak terbatas hanya pada pengetahuan atau

menghafal judul dan pengarang karya sastra. Di dalam hal tersebut

tercakup masalah pemberian tanggapan terhadap karya sastra. Dalam

pengajaran sastra, siswa harus diarahkan pada penilaian karya sastra

secara objektif. Maka, hal ini akan membentuk jiwa sastra yang tidak

hanya menampilkan prestasi akademis, tetapi juga mengembangkan

karakter diri yang potensial.

e. Karya sastra tidak diciptakan sebagai sarana hiburan semata. Dalam

karya sastra memberikan nilai-nilai yang positif kepada setiap

pembacanya. Kondisi tersebut sejalan dengan salah satu tujuan

pembelajaran sastra di sekolah, yaitu menemukan nilai yang terdapat

dalam karya sastra khususnya novel. Hasil penelitian ini dapat

menambah pustaka atau referensi beragamnya karya sastra khususnya

novel.

Page 190: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

174

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini memiliki implikasi praktis terhadap beberapa hal.

Implikasi-implikasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Hasil penelitian ini dapat menambah khazanah penitian antropologi

sastra yang masih jarang dilakukan oleh peniliti.

b. Memperkenalkan cara pandang budaya Jawa dalam menghadapi

masalah hidup serta perilaku yang ditunjukan oleh orang Jawa dalam

memnghadapi cobaan hidup. Melalui penelitian ini dapat juga diambil

sebagai tauladan bahwa cara pemikiran orang Jawa masih dapat

dijadikan acuan untuk menghadapi problematika hidup pada masa kini.

c. Hasil penelitian novel Dua Ibu karya Arswendo Atmowiloto dapat

dijadikan pembading untuk penelitian sastra sejenis maupun yang

mempunyai keterkaitan sama dengan penelitian lain.

d. Nilai pendidikan karakter yang terdapat dalam novel Dua Ibu dapat

menjadi sebuah alternatif dalam usaha memberikan gambaran tentang

nilai-nilai karakter. Selain itu, nilai karakter tersebut dapat menjadi

gambaran peserta didik dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih

baik dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan sekolah mauapun

keluarga.

e. Hasil penelitian ini diharapkan mampu menumbuhkan minat membaca

dan minat mengapresiasi karya sastra untuk dunia pendidikan maupun

untuk masyarakat umum. Dalam novel Dua Ibu tentunya tak semua hal

berisi nilai yang positif, ada pula hal-hal yang tentunya tidak layak untuk

ditiru. Dengan adanya kesadaran mau memilah yang baik dan yang

buruk tentunya pembaca akan bisa lebih berhati-hati ketika memilih

bahan bacaan. Dalam dunia pendidikan penelitian ini menjadikan siswa

mampu mengaitkan unsur-unsur kebudayaan dan pendidikan dalam

novel untuk dikaitkan secara kontekstual dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk guru, tentunya hasil kajian ini bisa dijadikan salah satu alternatif

materi pembelajaran sastra di SMA.

Page 191: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

175

f. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pendukung referensi kurikulum K-

13 (2015) kelas XI dan XII kompetensi Inti yang selanjutnya disingkat

KI yang yaitu memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,

kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan

kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian

yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan

masalah. Kompetensi dasar (KD) tersebut ialah (3.1) memahami

struktur kaidah teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan

novel baik melalui lisan maupun tulisan. (3.2) membandingkan teks

cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel baik melalui lisan

maupun tulisan. (3.3) menganalisis teks cerita sejarah, berita, iklan,

editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun tulisan. (3.4)

mengevaluasi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel

baik melalui lisan maupun tulisan. Yang terakhir adalah KI mengolah,

menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak

terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara

mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu

menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. Sedangkan KD pada KI

tersebut yaitu (4.1) menginterpretasi makna teks cerita sejarah, berita,

iklan, editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun tulisan. (4.2)

memproduksi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel

baik melalui lisan maupun tulisan. (4.3) menyunting teks cerita sejarah,

berita, iklan, editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun

tulisan. (4.4) mengabstraksi teks cerita sejarah, berita, iklan,

editorial/opini, dan novel baik melalui lisan maupun tulisan. (4.5)

mengonversi teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel

baik melalui lisan maupun tulisan.

Page 192: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

176

C. Saran

Berdasarkan hasil simpulan dan implikasi di atas, maka dikemukakan

beberapa saran sebagai pertimbangan untuk berbagai pihak:

1. Bagi guru yaitu untuk lebih memperhatikan kandungan nilai-nilai yang ada

pada sebuah novel yang mengandung unsur kebudayaan. Mengingat,

selama ini novel sastra memiliki nilai-nilai luhur dan nilai pendidikan cukup

tinggi dalam materi bahasa dan sastra Indonesia. Karya sastra memiliki

berbagai macam keindahan serta makna yang terkandung di dalamnya,

memiliki unsur sastra, bahasa, dan budaya serta nilai edukatif , sehingga

para guru maupun pengajar lain dapat menjadikan karya sastra yang syarat

akan unsur sastra, bahasa dan budaya serta nilai edukatif sebagai bahan

untuk dikaji, diapresiasi oleh individu masing-masing dan untuk peserta

didiknya.

2. Bagi Mahasiswa dan peneliti

Dalam meneliti sebuah karya sastra dengan pendekatan antropologi sastra

sebagai pisau bedah, diperlukan kesungguhan dan kesabaran agar dapat

tergali secara mendalam, wujud tersebut terpapar secara kompleks, dan luas.

Hasil dalam penelitian ini pun masih dikatakan jauh dari kata sempurna.

harapan selanjutnya untuk peneliti yang mengambil penelitian ini sebagai

pembanding ataupun acuan dalam penelitianya dapat memperdalam dengan

menggunakan studi terhadap teori yang memiliki keterkaitan untuk

pembanding sehingga dapat menghasilkan kajian yang lebih mendalam dan

kaya terkait penelitianya.

3. Bagi pembaca karya sastra untuk lebih jeli ketika lagi mengambil nilai-nilai

dalam sebuah karya sastra. Banyak pelajaran yang dapat membuka hati dan

pikiran kita ketika membaca karya sastra yang berkuwalitas. Unsur budaya

serta kearifan lokal yang terdapat dalam karya sastra perlu kita aplikasikan

dan ajarkan. Hal demikian ini yang mulai menghilang pada masa sekarang,

nilai kemanusian, kehalusan rasa serta kepekaan dapat diperoleh melalui

karya sastra oleh sebab itu jangan berhenti membaca.

Page 193: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

177

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung:

PT refika Aditama.

Adisusilo, S. (2013). “Pembelajaran Nilai Karakter, Konstruktivisme dan. VCT

Sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif”. Jakarta: PT.

Rajagrafindo Persada.

Alisjahbana, S.T (1988). Dari Perjuangan dan Pertumbuhan Bahasa Indonesia.

Jakarta: Dian Rakyat.

Aminuddin. (1995). Stilistika Memahami Bahasa Dalam Karya Sastra. Semarang:

IKIP Semarang Press.

Ardianto. (2007). “Pembelajaran Sastra Sebagi Sarana Pengembangan Daya

Nalar SiswaI”. 20 Februari 2018. Dalam Jurnal Iqra Vol 3(1) 57-67.

(diunduh melalui alamat www: http//jurnaliqro. Files. Wordpress. com)

Astuti, I. D (2012). “Budaya Jawa dalam Novel Tirai Menurun Karya N.H Dini,

Kajian Antropolgi Sastra”. 15 Juni 2018. Dalam Jurnal Sastra Indonesia

Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Negeri Surabaya. (diunduh

melalui alamat http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

sapala/article/ view/1993)

Atmojo, M.T. (2016). “Novel Canting Karya Arswendo Atmowiloto Kajian

Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansisnya sebagi

Materi Ajar di SMA”. Skripsi tidak di Publikasikan, Perpustakaan FKIP

UNS Surakarta.

Atmowiloto, A. (2017). Dua Ibu. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Colleta, N.J dan Kayam, U. (1987). Kebudayaan dan Pembangunan, Sebuah

Pendekatan terhadap Antropologi Terapan di Indonesia. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

Damono, S .D. (1984). Sosiologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta : Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Depdiknas .(2003). “Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Depdiknas, 2006. Permen Nomor 22 Tahun 2006”.

Jakarta: Depdiknas. (diunduh melalui https:// kemenag. go.id/ file/

dokumen/ UU2003.pdf)

Endraswara, S. (2013). Metodologi Penelitian Antropologi Sastra. Yogyakarta:

Penerbit ombak.

Page 194: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

178

____________. (2015). Revolusi Mental dalam Budaya Jawa. Yogyakarta:

Penerbit Narasi.

Faruk, H.T. (2012). Novel Indonesia Kolonialisme Ideologi Imansipatoris.

Yogyakarta: Penerbit Ombak.

Gani, R. (1988). Pengajaran Sastra Indonesia, Respon dan Analisis. Padang: Dian

Dinamika Press.

Hawthorn, J. (1984). “The Studying The Novel”: Oxford University Press. English

Idrus, M. (2007) ” Makna Agama dan Budaya bagi Orang Jawa” Jurnal

Universitas Islam Indonesia Yogyakarta: Yogyakarta. (diunduh melalui

https://media.neliti.com/media/publications/89286-ID-makna-agama-

dan-budaya-bagi-orang-jawa.pdf) 15 Juni 20018, 20:30 WIB

Iskandarwassid. dan Sunanadar, D (2011). Strategi Pemebelajaran Bahasa.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Jabrohim. (2012). Teori Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jamaluddin. (2003). Problematik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta:

Adicita Karya Nusa.

Kasnadi dan Sutejo. (2010).”Kajian Prosa: Kiat Menyisir Dunia Prosa”.

Ponorogo: PT Cahaya Pertama

Kemendiknas. (2011). Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Jakarta:

Kemendiknas

KBBI, (2018). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). [Online] diunduh melalui :

http://kbbi.web.id/pusat, [Diakses 21 Februari 2018].

Koentjaraningrat. (1979). Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT

Gramedia Puataka Utama.

______________. (2009). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Koesoema, A.D. (2010). Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman.

Global. Jakarta: Grasindo

Kosasih. (2012). Dasar-dasar Ketrampilan Bersastra. Bandung: Yama Widiya.

Page 195: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

179

Listyarti, R. (2012). “Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, dan

Kreati. Jakarta: Esensi.

Luxemburg, J. V. Mieke Bal, dan Willem G. W . (1984). “Pengantar Ilmu Sastra

(Terjemahan Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia

Mahayana, M. S. (2006). Apreiasi dan Kritik Cerpen Indonesia. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama Indonesia.

Matthews. A. (2010). “Literature and Education” (Google Scholar Literature book

online) Colombia University: ( diunduh melaui http://eprints. Maynooth

university.ie/2040/1/Ed_D_Thesis_D_Mathews_May_2010.pdf.).[12

Februari 2018, Pukul 16:00]

Miles, M. B dan Huberman, Amicheal. (1992). Analisis Data Kualitatif, Buku

Sumber tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: UI Press.

Muhajir, N. (2000). Metode Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin

Moleong, L. J. (2012). Metode Peniltian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada

Universitas Press:P2MP SPECTRUM.

Purnomo dan Ratnawati. L (2005). “Watak Tokoh-Tokoh Dalam Novel Burung-

Burung Rantau Karya Y.B Mangunwijaya: Kajian Psikoanalisis”. Jurnal

Bahasa dan Sastra, 6 (2), 157-177.

Rahmanto, B. (1988). “Metode Pengajaran Sastra”. Yogyakarta: Kanisius.

Ras, J,J. (2014). Masayarkat dan Kesusastraan di Jawa. (Terjemahan Achadiati

Ikram). Jakarta: Yayasn Pustaka Obor Indonesia.

Ratna, N. K. (2005). Sastra dan Cultural Studies Representasi Fiksi dan Fakta.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

___________. (2011). Antropologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Samani, M dan Hariyanto. (2012). Pendidikan Karakter: Konsep dan Model.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Semi, A. (1993). Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.

Saptono. (2011). “Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter”. Yogyakarta: Erlangga.

Page 196: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

180

Sari, L. P. (2013). “Aspek Budaya Minangkabau dalam Novel Rinai Kabut

Singgalang Karya Muhammad Subhan dan Implementasi Dalam

Pembelajaran Sastra Di SMA”. Skripsi Publikasi, Perpustakaan online

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setiawan, A. (2012). “Niali-Nilai Budaya dan Pendidikan Priyayi Jawa dalam

Langendrya Lakon Raden Damarwulan, Kajian Naskah Pedalangan

dengan Pendekatan Filologi dan Antropologi Sastra”. Tesis, Digital

Library Universitas Sebelas Maret Suarakarta.

Styaningsih, T (2015) “Novel Kancing yang Terlepas karya Handri T. M Kajian

Antropologi Sastra, Nilai Pendidikan Karakter, dan Relevansisnya

sebagai pembelajaran Sastra di SMA”, Skripsi tidak di Publikasikan,

Perpustakaan FKIP UNS Surakarta.

Siregar, D. M.E. Purnomo, dan L. Ratnawati. (2005). “Watak Tokoh-Tokoh dalam

novel Burung-Burung Rantau Karya Y.B. Mangunwijaya”: Kajian

Psikoanalisis” Dalam LINGUA: Jurnal Bahasa dan Sastra 6 (2), Juni

2005. Palembang.

Siswanto,W. (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Gramedia.

Sulistiono, S.T dan Yeti Rochwulaningsih. (2013). “Contest for hegemony: The

dynamics of inland and maritime cultures relations in the history of Java

island, Indonesia”. Journal Of Marine And Island Culture .2, (115-127).

(diunduh melalui https://www.sciencedirect.com/journal/journal-of-

marine-and-island-cultures/vol/2/issue/2)

Sumardjo, Y. (1982). Masayarakat dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Suprihatiningrum, J. (2013). Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Suryadi. (2014). “ The Use of Krama Inggil (Javanese Language) in Family Domain

at Semarang and Pekalongan Cities”. International Journal of Lingustics,

Vol. 6, No. 3, 244. (diunduh melalui www. macrothink.org)

Sutopo, H.B. (2002). Metodologi Penelitian Kulaitatif. Surakarta: UNS Press.

Tarigan, H. G. (1984). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Bandung.

Tatlow, A. (2000). “ Comperative Literature as Textual Anthropology”. Journal

Produe .2. (1-8). (diunduh melaluidocs.lib.purdue.edu/cgi/

viewcontent.cgi?article=1087&context=clcweb)

Page 197: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

181

Treuer, D. (2010). “Internasioanal Anthropology, Comparative Literature, Ethnic

Literature and Cultural Diversity” (Google Scholar Literature book

online). Associate Professor of English, The University of Minnesota,

USA: (diunduh melalui

https://books.google.co.id/books?isbn=1848261756). 1, 1.

Waluyo, H. J. (2002). Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press.

___________ dan Wardani, N.E. (2009). Pengkajian Prosa Fiksi. Surakarta: UNS

Press

__________ dan Wardani, N.E. (2011). Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi.

Surakrata: UNS Press.

Wellek, R dan Austin Werren. (1990). Teori Kesusastraan. (Terjemahan Melani

Budianti). Jakarta: Garamedia.

Wibowo, A. (2013).Pendidikan Karakter Berbasis Sastra. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Wikipedia Indonesia. (2018). Ensiklopedia Bebas. Online. (diunduh melalui

https://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama)

Zamzami, L. (2013). “Mentawai, Keseharian dan Tradisi Pengetahuan Lokal yang

Digerus oleh Zaman”. Juranal Antrolopogi Indonesia . 34, (29-40).

Page 198: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

182

Lampiran 1. Sinopsis Novel

Gambar 3. Novel Dua Ibu

Page 199: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

183

Lampiran 1.

SINOPSIS NOVEL DUA IBU

Judul : Dua Ibu

Penulis : Arswendo Atmowiloto

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan pertama : 1980

Cetakan keempat : Juli 2017

Tebal buku : 300 halaman

ISBN : 978-602-03-0602-5

Novel Dua Ibu mengangkat tema tentang arti kata "ibu" bagi seorang anak,

yakni ibu sebagai sosok yang melahirkan seorang anak ke dunia; dan ibu yang

merawat dan membesarkannya. Dalam kehidupan terdapat kenyataan bahwa ibu

yang melahirkan tidak selalu menjadi ibu yang merawat dan membesarkan

anaknya. Kisah sederhana itu dapat diselesaikan dengan cara yang sederhana pula.

Pemakaian bahasa yang mencerminkan keluguan menimbulkan nilai estetik

tersendiri.nSeiring dengan perkembangan kisah sang anak pengarang menyentuh

kepekaan, pengertian, dan kearifan pembaca untuk ikut mengembangkan

kepribadian sang anak, sehingga anak tersebut dapat melihat dan menemukan

betapa besar kasih sayang kehadiran seorang ibu sejati.

Novel Dua Ibu karya Arswendo, menggambarkan dan bertutur sosok ibu secara

idealis. Idealis dalam makna sosok ibu yang match antara values expectation dari

masyarakat dengan values capabilities-nya. Walaupun dalam novel tersebut Ibu

mengalami deraan yang luar biasa untuk menghidupi delapan anaknya pasca

kematian suaminya. Seorang Ibu yang entah dengan alasan apa, tidak dijelaskan

oleh Arswendo ketika pasca suaminya meninggal tidak menikah lagi. Sosok

seorang ibu, digambarkan dengan begitu tangguh.

Page 200: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

184

Menghidupi, membesarkan delapan anak yang notabene bukan anak kandung-

nya semua. Harus memasak, bekerja keras menjadi buruh masak, serta bagaimana

membagi uang yang begitu minim dari pensiunan almarhum suaminya. Tak ada

cerita keluhan, amarah dari sosok Ibu bagi delapan anaknya. Yang ada adalah

mengajarkan pendidikan nilai-nilai agar anak-anaknya survive. Sejak ayah

meninggal, peran ibu menjadi ganda dengan yaitu harus menghidupi anak-anaknya.

Kehidupan makin sulit setelah Solemah dan Mujanah menikah karena ibu telah

menjual barang-barang di dalam rumah. Puncaknya saat Mamid dikhitan dan ibu

harus mengeluarkan banyak biaya. Jamil yang kemudian memaksa Mamid untuk

ikut Tante Mirah ke Jakarta. Konon, Tante Mirah adalah ibu kandung Mamid.

Jamil punya rencana dan itu akan terlaksana kalau Mamid ikut Tante Mirah

tinggal di Jakarta. Dan cerita semakin bergulir, Mamid bersedia meninggalkan Ibu

dan tinggal di Jakarta bersama Tante Mirah dan Om Bong, orang tua kandungnya.

Jamil, satu-satunya anak kandung ibu memilih pergi dari rumah untuk jadi pelaut.

Ratsih menikah dengan atasan suami Solemah dan pindah ke Surabaya bersama

Herit. Kisah beralih pada perjalanan Jamil, seperti yang dikisahkan tiga tahun

kemudian. Tentang perjalanan Jamil sebagai penumpang gelap ke Jakarta, tentang

usahanya bertahan hidup dan menjadi awak kapal gelap. Ada juga kisah-kisah

Solemah dan Ratsih melalui surat-surat mereka untuk Ibu. Satu-persatu anak-anak

yang Ibu ambil dan Ibu besarkan mulai mandiri, mulai bisa mengepakkan sayap

namun tetap membawa nilai-nilai hasil didikan Ibu. Mungkin itulah titik selesainya

tugas seorang Ibu.

Page 201: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

185

Lampiran 2. Biografi pengarang

Gambar 4. Arswendo Atmowiloto

Arswendo Atmowiloto lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 26 November 1948;

umur 70 tahun) adalah penulis dan wartawan Indonesia yang aktif di berbagai

majalah dan surat kabar seperti Hai dan KOMPAS. Mempunyai nama asli

Sarwendo. Nama itu diubahnya menjadi Arswendo karena dianggapnya kurang

komersial dan ngepop. Lalu di belakang namanya itu ditambahkannyalah nama

ayahnya, Atmowiloto, sehingga namanya menjadi apa yang dikenal luas sekarang.

Arswendo pernah kuliah di IKIP Solo (tidak tamat). Pernah memimpin Bengkel

Sastra Pusat Kesenian Jawa Tengah, di Solo (1972), wartawan Kompas dan

pemimpin redaksi Hai, Monitor, Senang, Dan tahun 1979 mengikuti International

Writing Program di Universitas Iowa, Iowa City, Amerika Serikat. Tahun 1972

memenangkan Hadiah Zakse ayas esaomua "Buyung -Hok dalam kreativitas

kompromi. Pada tahun 1990, ketika menjabat sebagai pemimpin redaksi tabloid

Monitor, ia ditahan dan dipenjara karena satu jajak pendapat. Ketika itu, Tabloid

Monitor memuat hasil jajak pendapat tentang siapa yang menjadi tokoh pembaca.

Page 202: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

186

Arswendo terpilih menjadi tokoh nomor 10, satu tingkat di atas Nabi

Muhammad yang terpilih menjadi tokoh nomor 11. Sebagian masyarakat Muslim

marah dan terjadi keresahan di tengah masyarakat. Arswendo kemudian diproses

secara hukum sampai divonis hukuman 5 tahun penjara. Arswendo mulanya

beragama Islam, namun berpindah agama menjadi Katholik mengikuti agama sang

istri.Selama dalam tahanan, Arswendo menghasilkan tujuh buah novel, puluhan

artikel, tiga naskah skenario dan sejumlah cerita bersambung. Sebagian

dikirimkannya ke berbagai surat kabar, seperti KOMPAS, Suara Pembaruan, dan

Media Indonesia. Semuanya dengan menggunakan alamat dan identitas samaran.

Untuk cerita bersambungnya, "Sudesi" (Sukses dengan Satu Istri), di harian

"Kompas", ia menggunakan nama "Sukmo Sasmito". Untuk "Auk" yang dimuat di

"Suara Pembaruan" ia memakai nama "Lani Biki", kependekan dari Laki Bini Bini

Laki, nama iseng ia pungut sekenanya. Nama-nama lain pernah dipakainya adalah

"Said Saat" dan "B.M.D Harahap".

Setelah menjalani hukuman 5 tahun ia dibebaskan dan kemudian kembali ke

profesi lamanya. Ia menemui Sudwikatmono yang menerbitkan tabloid Bintang

Indonesia yang sedang kembang-kempis. Di tangannya, Arswendo berhasil

menghidupkan tabloid itu. Namun Arswendo hanya bertahan tiga tahun di situ,

karena ia kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, PT Atmo Bismo Sangotrah,

yang memayungi sedikitnya tiga media cetak: tabloid anak Bianglala, Ina

(kemudian jadi Ino), serta tabloid Pro-TV. Saat ini selain masih aktif menulis ia

juga memiliki sebuah rumah produksi sinetron. Kakaknya, Satmowi Atmowiloto,

adalah seorang kartunis.

Page 203: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

187

Karya-karya Pengarang

1. Bayiku yang Pertama (Sandiwara

Komedi dalam 3 Babak) (1974)

2. Sang Pangeran (1975)

3. Sang Pemahat (1976)

4. The Circus (1977)

5. Saat-saat Kau Berbaring di

Dadaku (1980)

6. Dua Ibu (1981)

7. Serangan Fajar (diangkat dari film

yang memenangkan 6 Piala Citra

pada Festival Film Indonesia)

(1982)

8. Pacar Ketinggalan Kereta

(skenario dari novel "Kawinnya

Juminten") (1985)

9. Anak Ratapan Insan (1985)

10. Airlangga (1985)

11. Senopati Pamungkas (1986/2003)

- dianggap sebagai bestseller oleh

Gramedia

12. Akar Asap Neraka (1986)

13. Dukun Tanpa Kemenyan (1986)

14. Indonesia from the Air (1986)

15. Garem Koki (1986)

16. Canting (sebuah roman keluarga)

(1986) - dianggap sebagai

bestseller oleh Gramedia

17. Pengkhianatan G30S/PKI (1986)

18. Lukisan Setangkai Mawar (17

cerita pendek pengarang Aksara)

(1986)

19. Telaah tentang Televisi (1986)

20. Tembang Tanah Air (1989)

21. Menghitung Hari (1993)

22. Sebutir Mangga di Halaman

Gereja: Paduan Puisi (1994)

23. Projo & Brojo (1994)

24. Oskep (1994)

25. Abal-abal (1994)

26. Khotbah di Penjara (1994)

27. Auk (1994)

28. Berserah itu Indah (kesaksian

pribadi) (1994)

29. Sudesi: Sukses dengan Satu Istri

(1994)

30. Sukma Sejati (1994)

31. Surkumur, Mudukur dan

Plekenyun (1995)

32. Kisah Para Ratib (1996)

33. Senja yang Paling Tidak Menarik

(2001)

34. Pesta Jangkrik (2001)

35. Keluarga Cemara 1,2 dan

Page 204: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

188

Lampiran 3. Wawancara Pengarang

Hasil Wawancara dengan Pengarang Novel Dua Ibu

Nama : Arswendo Atmowiloto

Lokasi : Email

Hari/ Tanggal : 13 Juli 2018

Pertanyaan

1. Terima kasih pak atas waktunya, sekarang pak Arswendo sedang sibuk apa

?

2. Dalam karya bapak kebanyakan berbicara tentang tema keluarga, adakah

alasan khusus tentang hal tersebut Pak ?

3. Apa inspirasi atau kegelisahan awal Pak Arswendo ketika membuat Novel

Dua Ibu?

4. Terus terang tokoh favorit saya dalam Novel Dua Ibu, adalah tokoh Mamid.

Tokoh Mamid mengingatkan saya waktu masih kecil dahulu, darimana

bapak mendapatkan ide untuk membuat tokoh Mamid, apakah Mamid juga

berasal dari kenangan masa kecil bapak ?

5. Tentang sikap Bu Marsono yang berpuasa, tidak tidur, yang biasanya

disebut dengan laku prihatin, apakah semua orang Jawa juga berbuat

demikian pak ketika sedang dalam hajatan ?

6. Novel Dua Ibu, sangat dekat dengan kehidupan orang Jawa, terlebih lagi

latar tempat novel tersebut adalah kota Solo, yang kebanyakan

masyrakatnya hidup dengan watak yang nerimo. Apakah dalam menulis

novel tersebut bapak melakukan riset, terkait dengan karakter Bu Marsono

?

7. Dalam novel disebutkan bahwa Pak Marsono adalah seorang priyayi,

menurut bapak apakah nilai-nilai yang dimiliki priyayi masih bisa

digunakan untuk zaman sekrang pak ?

8. pertanyaan terahir pak, adakah pesan khusus yang ingin Pak Arswendo

sampaikan kepada pembaca melalui Novel Dua Ibu ?

Page 205: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

189

Jawaban dari daftar pertanyaan :

1. Kesibukan saya masih seperti biasanya. Menulis novel, kadang

menghadiri undangan ceramah. Menulis kolom di Koran Jakarta setiap

hari Sabtu.

2. Sebetulnya taka da alasan khusus kalau memilih tema keluarga.

Setidaknya pada awal kepenulisan saya. Secara sadar saya memilih tema

keluarga ketika menuliskan dan kemudian membuat sinetron Keluarga

Cemara. Saya fokus ke peran keluarga.

3. Kegelisahan apa ya? Waktu itu saya dapat bea siswa mengikuti

International Writing Program dari Univercity of Iowa, AS. Di sana saya

kangen ibu saya—bukan istri atau pacar. Dorongan itu membuat saya

menuliskan novel Dua Ibu.

4. Mamid, sebagaian besar gambaran yang saya alami. Saya pernah diasuh

oleh Mbokde, bukan keluarga kandung. Perasaan-perasaan ketika itu

saya jadikan inspirasi. Bercampur dengan inspirasi lain. Dari ibu mertua

yang juga menampung banyak anak orang lain.

5. Setahu saya laku—cara prihatin, menajamkan perasaan, masih berlaku.

Bahkan sampai sekarang ini.

6. Riset pasti, walau tidak selalu berada di perpustakaan. Justru sebaliknya

dengan banyak berkumpul, mengobrol, mengalami, menjadikan kita

kaya akan pengalaman.

Bukan kebetulan istri saya diangkat anak ibu lain, saya sendiri juga

begitu, anak saya lelaki ikut neneknya di awal-awal saya mengembara

ke Jakarta.

Page 206: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

190

7. Nilai priyayi di Jawa sering dianggap nggak penting. Bagi saya nilai-

nilai kepriyayian itu dilihat dari intelektualitas dan keberanian

menyampaikan pendapat. Peran sosialnya tinggi.

8. Ratsih memang tidak diperkenalkan siapa orang tuanya. Dalam keluarga

kita—keluarga titipan, hal ini sering terjadi Entah karena malu

menceritakan, entah karena hal lain. Banyak yang misateri dalam

kehidupan dan itu baik saja.

Mudah2an jawaban ini berguna. Salam buat teman-teman, terutama buat

Solo hehehe (arswendo atmowiloto)

Page 207: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

191

Lampiran 3. Wawancara Guru SMA

Hasil Wawancara dengan Guru Bahasa Indonesia

Nama : Asqina Mawadati M. Pd (Guru Bahasa Indonesia SMA N 2

Sragen)

Lokasi : Perpustakaan SMA N 2 Sragen

Hari/ Tanggal : 25 Juni 2018

Pertanyaan

1. Apa kabar Bu Edi ?, kalau boleh tahu Ibu mengajar kelas apa saja di SMA

N 2 Sragen ?

2. Bagimana menurut Ibu setelah membaca Novel Dua Ibu ?

3. Menurut Ibu bagimana minat membaca siswa yang ibu ajar di sekolah

sekarang, dan menurut Ibu apakah siswa akan tertarik membaca Novel Dua

Ibu ini ?

4. Menurut Ibu, apakah Novel Dua Ibu dapat dijadikan sebagai materi

pengajaran sastra di kelas ?

5. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini bagaimana menurut Ibu ?

6. Apa pesan dan kesan setelah membaca Novel Dua Ibu ?

Jawaban:

1. Baik mas, saya mengajar di kelas X1 IPA A-E, untuk kelas XII saya hanya

mengajar kelas IPA C dan D saja.

2. Menarik, saya suka. Banyak cerita lucu yang dilakukan oleh tokoh dalam

novel. Untuk sebuah karya sastra serius. Menurut saya novel ini mudah

dipahami. Selain itu banyak pelajaran hidup yang dapat saya ambil di

dalamnya. Membacanya tidak berat tapi ternyata isinya berat.

Kecenderungan Arswendo dalam gaya penulisanya yang langsung pada

intinya (to the poin) membuat pembaca muda untuk memahami cerita. Saya

ketika membaca novel tersebut merasa bahwa, saya juga bisa membuat

cerita seperti ini, malah lebih bagus rasanya, tetapi setelah dilakukan

Page 208: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

192

ternyata lebih susah dari yang saya bayangkan. Mungkin ciri khas gaya

penulisan tersebut yang saya kagumi dari beliau.

3. Siswa SMA 2 menurut pengamatan saya banyak yang suka membaca mas,

terlebih yang cewek-cewek. Sering kali saya melihat ketika istirahat atau di

kelas banyak yang membawa novel. Tapi kebanyakan yaa, novel teen.

Sempat juga saya mengusulkan untuk memperbarui buku bacaan yang ada

di perpustakaan sekolah. Bukunya bermacam-macam ada yang

pengetahuan, buku pedoman pelajaran, novel, yang kemarin ada sistem baru

pembaruan buku, jadi siswa diperbolehkan mengusulkan buka apa saja yang

ingin di adakan. Mungkin dari situ minat baca siswa jadi tumbuh.

Kadang juga saat mengajar saya beri tugas membuat resume buku

bacaan setiap dua atau tuga bulan sekali. Biasanya siswa SMA itu banyak

yang mengeluh kalau saya rekomendasikan bacaan yang nyastra banget

seperti buku Eka Kurniawan atau Oki Mandasari. “Gagal Paham” katanya.

Mungkin masih terlalu berat, sudah mau membaca seperti sekarang saja

saya bersyukur mas. Paling tidak dengan membaca kegiatan mereka ada

yang positif daripada main HP teruskan. Ini novelnya bagus kok mas(Novel

Dua Ibu), bahasanya juga ringan jadi untuk anak SMA saya rasa cocok.

Apalagi ada lucu-lucunya, selain itu novel ini juga membicarakan tentang

keluarga, yang bercerita juga anak kecilkan namanya Mamid. Jadi saya rasa

bakal suka dengan novel ini.

4. Novel ini cukup baik untuk dijadikan materi pengajaran bagi siswa, pada

tokoh-tokohnya terdapat keteladanan yang dapat dicontoh oleh siswa di

sekolah maupun di rumah. Terdapat juga nilai-nilai pendidikan karakter

seperti rajin, taat beribadah, tolong menolong dan yang lainya. Selain itu

juga dapat memperluas wawasan siswa agar lebih menghargai orang tua

mereka yang ada di sekolah maupun di sekolah. Mungkin sebagai pengajar

saya harus memilah terlebih dahulu mana yang harus diberikan dan mana

bagian yang harus dihilangkan. Tidak semua bagian dalam novel dapat

diberikan secara langsung kepada siswa, walupun kebanyakan positif tapi

ada beberapa bagian yang harus dipilah terlebih dahulu.

Page 209: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

193

Untuk diaplikasikan dalam materi pembelajaran dapat dimasukan dalam

kompetensi dasar kelas XI 7.2 Menganilisis unsur-unsur intrinsik dan

ekstrinsik novel, atau mungkin kelas XII yang KD 5.1 atau 5.2 tentang

menanggapi pembacaan novel dan dan menjelaskan unsur intrinsik dari

pembacaan novel.

5. Gaya bahasa yang digunakan sederhana mudah dipahami jadi cocok dibaca

untuk semua kalangan.

6. Kesan saya bagus ya. Mendidik juga menghibur dapat pelajaran bagaimana

sosok seorang ibu yang baik melalui tokoh “Ibu” dalam novel. Dapat

hiburan dari kelucuan dan tingkah lugu anak-anak dari tokoh “Ibu”.

Untuk pesan mungkin sebagai guru bahasa Indonesia khususnya, harus

banyak membaca novel-novel semacam ini agar dapat memperkaya

wawasan guru dan juga siswa. Pengajar seharusnya lebih berinisiatif

menyaring buku-buku semacam ini agar pembelajaran di kelas tidak

monoton pada buku-buku yang itu-itu saja. Selama saya mengajar entah itu

dibuku paket maupun buku lain seperti LKS, atau yng dipinjamkan dari

perpustakaan kebanyakan menggunkan novel dari angkatan Bale Pustaka,

kenapa tidak diperbarui dengan karya-karya yang lebih baru sehingga lebih

dekat anak-anak.

Page 210: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

194

Lampiran 3. Wawancara Murid SMA

Hasil Wawancara dengan Siswa

Nama : Anggun Nur W (Murit SMA N 2 Sragen)

Lokasi : Warung kopi Pranadjaya

Hari/tanggal : 30 Juni 2018

Pertanyaan

1. Adik sekarang kelas berapa?, sekolah dimana ?

2. Adik suka membaca ? biasanya bacaanya apa saja ?

3. Bagimana pendapat adik setelah membaca Novel Dua Ibu ?

4. Siapa tokoh favorit adik dalam novel tersebut ?

5. Selama adik membaca novel Dua Ibu apakah ada Kesulitan ?

6. Bagaimana novel yang baik menurut pendapat adik ?

7. Apakah novel tersebut dapat digunakan sebagai materi pengajaran di kelas

?

8. Apa pesan dan kesan adik setelah membaca novel tersebut ?

Jawaban

1. Kelas XII IPS, SMA N 2 Sragen

2. Saya suka baca berita apa saja mas, terutama yang berhubungan dengan hal

mistis. Saya tidak suka yang cerita cinta-cintaan, buku yang pernah saya

baca: Kelir Selindet, novel Dua Ibu, sama kumpulan puisi apa saja.

3. Bagus mudah dipahami

4. Saya suka dengan tokoh Ibu (Bu Marsono), karena terlepas dari kekurangan

dan kekilafan ibu mengajarkan saya prihatin.

5. Tidak, cara penulis menyampaikan dengan bahasa yang mudah dipahami.

6. Lucu, menghibur tetapi juga menginspirasi pembaca agar lebih positif

7. Bisa, menyadarkan kepada teman-teman untuk lebih sayang lagi kepada

ibunya. Belajar banyak dari tokoh-tokoh yang ada dalam novel juga.

8. Kesan saya menarik, lucu, temen-temen harus baca, membuat saya tertarik

untuk menulis cerita. Pesan saya, harus banyak baca.

Page 211: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

195

Lampiran 6. Surat Izin Menyusun Skripsi

Page 212: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

196

Lampiran 7. Surat Izin Observasi

Page 213: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

197

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian

Page 214: NOVEL DUA IBU KARYA ARSWENDO ATMOWILOTO KAJIAN … · i novel dua ibu karya arswendo atmowiloto kajian antropologi sastra, nilai pendidikan karakter, dan relevansi sebagai bahan ajar

198

SILABUS MATA PELAJARAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH

ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN

(SMA/MA/SMK/MAK)

MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

JAKARTA 2016