novel dilan

Upload: robby-darwis

Post on 13-Jan-2016

727 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

novel dilan

TRANSCRIPT

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    1/42

    Dilanku. Dia Adalah Dilanku Tahun 1990

    I.Aku

    1Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan, suka cokelat dan tadi baru selesai makan jeruk.

    Nama belakangku Adnan Hussain, diambil dari nama ayahku, yaitu seorang PrajuritTNI Angkatan Darat kelahiran Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.Ibuku, namanya Marissa Kusumarini biasa dipanggil Icha oleh teman-temannya. Diamojang Bandung yang lahir di Buah Batu.

    Sebelum dinikah dan lalu diboyong ke Jakarta oleh ayahku, ibuku adalah seorang vocalis band yang lumayan dikenal di masyarakat musik Bandung. Pada masanya Bandung merupakan pusat seni (khusunya musik rock) dan kota mode di tanah air.

    Ibuku seangkatan dengan Uwak Gito Rollies, Kang Deddy Stanza, Oom Remy Silado, Oom Deddy Dores, dan Kang Triawan Munaf. Juga dengan Kang Harry Rusli, yang waktuitu bikin kelompok musik Gang of Harry Roesli.

    Sejak menikah dengan ayahku, ibuku sudah tidak lagi aktif di jalur musik, dia menjadi anggota setia Persatuan Istri Prajurit, atau Persit Kartika Chandra Kirana, yang aktif datang ke acara-acara pertemuan yang diselenggarakan oleh organisasi itu, kecuali sakit, atau umroh, atau malas.

    Aku sendiri lahir di Jakarta dan sejak bayi sudah tinggal di Jakarta, tepatnya di daerah Swis, yaitu Sekitar Wilayah Slipi.

    Aku adalah anak sulung yang punya seorang adik perempuan, namanya Airin Adnan Hussain. Jarak usiaku dengannya hanya berbeda dua tahun dan dia tidak akan pernahberhasil menyusul usiaku.

    2Tahun 1990, tepatnya tanggal 2 Spetember, ayahku pindah tugas ke Bandung, sehingga aku, ibuku, adik bungsuku, pembantuku, dan semua barang-barang yang ada di rumah jadi pada ikut pindah, kecuali hal yang gak perlu dibawa, termasuk pohon belimbing yang tumbuh di halaman rumahku.

    Khabar mau pindah ke Bandung membuat nenek sangat senang dan meminta kami untuktinggal di rumahnya, di daerah Buah Batu. Tapi sayang, tahun 1990, kira-kira sebulan sebelum pindah, nenekku meninggal dunia.

    Nenekku sangat baik dan bisa berbahasa Belanda. Ayah dari nenekku adalah tentaraBelanda yang bergabung dalam KNIL (Koninklijk Nederlands Indische Leger). Sedangkan ibunya adalah asli orang Sumedang. Nenek pernah cerita bagaimana Ayah dan i

    bunya bertemu, tapi tidak akan aku ceritakan di sini.

    3Rumahku yang di Buah Batu, adalah milik Kakekku, Bapak Abidin namanya, yaitu ayah dari ibuku. Tapi Kakek sudah wafat pada bulan Mei tahun 1989.

    Di rumah itu, jadi cuma ada nenek, karena ibuku adalah anak tunggal.

    Karena nenek meninggal, rumah berukuran type 70 itu, jadi milik ibuku sepenuhnya. Ada halaman di depannya, meskipun ukurannya tidak luas, tapi cukup untuk parki

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    2/42

    r berjejer empat mobil.

    Di sana tumbuh berbagai bunga dan satu pohon jambu, yaitu jambu batu, yang ibukusuka kesel kalau sudah mulai dipenuhi oleh ulat. Kata ayah, gak apa-apa, yang penting gak ada hantunya.

    4Aku juga pindah sekolah, yaitu ke SMA Negeri yang ada di Bandung.

    Bagiku, itu adalah sekolah yang paling romantis sedunia, atau kalau enggak, minimal se Asia lah. Bangunannya sudah tua, tapi masih bagus karena keurus.

    Dulu, jalan di depan sekolahku, cuma jalan biasa, lebarnya kurang lebih tiga meter dan belum banyak kendaraan yang lewat ke situ, termasuk angkot.

    Sehingga untuk bisa sampai ke sekolah, aku harus mau jalan kaki sepanjang kira-kira 200 meter, yaitu setelah aku turun dari angkot atau bemo di daerah pertigaanjalan itu.

    5Ada hal-hal yang kita berharap belum berubah, tapi sekarang jalan itu jadi ramai, dipenuhi oleh banyak kendaraan. Senasib dengan jalan yang ada di tempat lain.

    Bandung memang berubah. Dulu rasanya masih sepi. Orangnya belum banyak. Mobilnyabelum banyak, motornya belum banyak. Gedung-gedung supermarket juga baru ada sedikit, dan cafe, oh dulu belum populer.

    Sejauh yang bisa kuingat, jaman dulu di Bandung tiap pagi masih suka ada kabut.Hawanya juga cukup dingin, membuat orang demam jadi makin menggigil, membuat orang yang malas mandi jadi makin gak pernah mandi.

    Anak sekolah selalu pakai jaket kalau pergi ke sekolah atau sweater kalau punya.Di malam hari, udaranya lebih dingin, cocok untuk makan ubi di depan api unggun, itu juga kalau suka. Kalau enggak, ya sudah.

    6

    Aku tulis buku ini bukan untuk membahas perkembangan kota Bandung, karena kuatirisinya akan banyak keluhan, terutama menyangkut bangunan kuno peninggalan Belanda yang kokoh indah menawan, disulap menjadi bangunan modern yang kumuh tiada bandingan. Mall asal berdiri, di tempat sesuka cukong mau. Toko distro dan clothing dibangun dengan bangunan yang menggelikan.

    Aku tulis buku ini untuk menceritakan sebuah kisah asmara antara aku dengan seseorang yang sangat kusukai, yang sangat kucintai, yang susah bisa kulupakan sampai sekarang. Namanya Dilan, yang mulai kukenal pada saat aku tinggal di Bandung dan kebetulan satu sekolah denganku.

    Ini mungkin cuma sebuah kenangan, tapi biarlah aku ingin mendapatkan kilas balikdari banyak kenangan yang masih mempengaruhiku sampai hari ini.

    Aku tidak akan pernah melupakan semua momen yang aku lalui bersamanya.

    Ini membuat aku berpikir. Dan, ingin kutulis.

    7Aku tidak akan cerita menjadi sangat rinci, tetapi kukira yang penting adalah intinya. Nanti, di dalamnya, akan kusebut nama orang, tetapi harus tahu, itu bukannama sebenarnya.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    3/42

    Juga ada nama sekolah yang sengaja kusamarkan termasuk lokasi di mana sekolah itu berada.

    Kukira itu harus, agar tidak merembet menjadi suatu persoalan dengan pihak sekolah maupun dengan orang-orang yang bersangkutan.

    8Sekarang, saat kutulis buku ini, jam di kamarku sudah menunjukkan pukul 20:42, hari sabtu, tanggal 11 september tahun 2010.

    Inilah rumahku, rumah yang aku tempati bersama suamiku sejak tahun 1997, yatu didaerah kawasan Jakarta Pusat yang sedang hujan.

    Ada hot lemon tea dan lagu-lagu Rolling Stones yang sedang menemani.

    Di kamar lain, di kamarnya sendiri, anakku sudah tidur. Dia laki-laki dan masihberusia 10 tahun. Sedangkan suamiku, dia belum pulang, katanya ada kerjaan kantor yang membuat dia harus lembur. Tapi sudahlah, mari kita mulai ceritanya:

    ----------------------

    II.Sang Peramal

    1Pagi itu di Bandung, di akhir bulan September tahun 1990, bagiku ini adalah dekade yang paling romantis di abad ke-20.

    Setelah turun dari angkot, aku jalan menuju sekolahku sebagaimana yang lain yangjuga sama begitu. Bedanya, aku jalan sendirian, sedangkan yang lain ada berduaatau lebih.

    Ada juga sih yang sama sepertiku, berjalan sendirian, tapi gak tahu kenapa, mungkin itu maunya atau kebetulan. Kalau aku sih jelas, karena masih murid baru, bel

    um mengenal banyak teman kecuali satu dua orang saja di kelasku.

    2Di saat jalan menuju ke sekolah, aku mendengar suara motor dari arah belakangku.Tentu saja keberadaannya sangat mudah kusadari, karena di masa itu belum ada banyak siswa yang pergi sekolah dengan memakai sepeda motor.

    Ketika motor itu sudah sejajar denganku, jalannya jadi lambat, kayak sengaja untuk menyamai kecepatanku berjalan.

    Hal itu membuat aku jadi heran dan langsung menoleh kepadanya karena ingin tahuapa maksudnya dan terkejut ketika aku melihat dia menatapku.

    Pengendaranya adalah lelaki yang tidak kukenal, berseragam SMA. Langsung kutebakdia pasti satu SMA denganku.

    Dengan senyum lalu dia menyapakuPagi." Ia memberi salam"Pagi," Jawabku dan itu pelan.Aku merasa gugup. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan"Kamu Milea, ya?...Kudengar suaranya sedikit agak serak.Eh?," kutoleh dia, untuk memastikan barangkali kukenal juga dirinya. Tapi aku merasa belum pernah melihatnya.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    4/42

    "Iya

    Aku berdialog dengannya sambil terus berjalan dengan dia di sampingku.

    Boleh gak aku ramal?Ramal?,Tanyaku untuk lebih memastikan apa yang barusan dia bilang. Ramal atau lamar? Sering itu terdengar sama.Iya, ramal,katanya mempertegas.Ramal apa?.

    Sebetulnya aku bingung dengan maksud orang itu, mengapa tiba-tiba menawariku ramalan dan itu masih pagi. Kenal juga enggak. Kukira dia cuma anak nakal yang sukamenggoda perempuan dan memberitahu teman-temannya apa yang sudah ia lakukan.

    Aku ramal, kita akan ketemu di kantin,katanyaOh,Mau ikut?,dia nanya.Makasih,jawabku. Enak aja, pikirku, kenal juga belum, sudah ngajak semotor, kalau dia tukang ojek sih bisa kupahami.Udah deket,kataku berbasa-basi dan aku merasa itu perlu, terlebih aku ini murid baru yang harus bisa nitip diri pada lingkunganku yang baru .Oke...,katanya.Aku diam.Suatu hari,, Katanya lagi. Kamu akan naik motorku

    Aku diam dan terus berjalan.Udah ya? Aku duluan, katanya. Kupandang sebentar dirinya yang tersenyum."Iya", jawabku.

    Habis itu, dia pergi, memacu motornya. Harusnya dia pakai jaket, tapi tidak, ujung baju seragamnya jadi berkibar-kibar.

    Aku gak tahu siapa dia. Betul-betul gak tahu. Meski mungkin satu sekolah, tapi aku belum mengenal semua siswa yang ada di sekolah. Aku baru kira-kira dua minggubersekolah di situ.

    3Waktu jam istirahat, tadinya aku mau ke kantin, tapi sama sekali bukan untuk mem

    enuhi ramalan anak itu. Ngapain!?

    Sedikit mungkin kepikir, tapi tujuan utamaku ke kantin, jelas, lebih karena adayang mau kubeli untuk diminum.

    Tapi sebelum aku pergi, Nandan, teman sekelas, Ketua Murid kelas 2 Biologi 3, minta waktu ingin ngobrol denganku, katanya ada yang mau dibahas.Oh? Ya udah,kataku setuju kepadanya.Kalau mau minum nanti saya beliin,katanyaEh? Gak usah,kataku. Biar aku aja.Gak apa-apa,katanya. Tunggu ya.Dia pergi, ke kantin, tanpa membawa uang dariku.

    Tak lama kemudian dia datang lagi, membawa beberapa buah teh kotak. Baik sekaliorang ini, kupikir.

    4Di kelas, selain aku dengan Nandan, ada juga Rani dan Agus, semuanya adalah teman sekelas.

    Hal yang kami bahas adalah tentang keinginan mereka untuk menunjuk aku menjadi sekertaris, dan juga sekaligus bendahara kelas 2 Biologi 3.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    5/42

    Di saat sedang ngobrol, tiba-tiba ada orang yang masuk ke dalam kelas. Nandan, Rani dan juga Agus, tahu siapa dirinya.

    Dia adalah Piyan, siswa kelas 2 Fisika 1. Rambutnya agak ikal. Dia memiliki sosok yang ramping. Dari wajahnya orang akan langsung mengira dia turunan Arab, tetapi bukan.Aya naon, Yan?,tanya Agus, yang artinya: Ada apa, Yan?.Ini nganterin titipan,jawabnya lalu bertanya kepadaku: Milea ya?Iya?,aku mendongak kepadanya. Kenapa?Ada surat,kata PiyanSurat?,tanyaku heran. Buat aku?IyaSurat apa?Nandan nanya ke Piyan.Buat Milea,jawab Piyan sambil menyerahkan surat itu kepadaku.Dari?,tanya NandanDari siapa?,tanyaku juga.Dari teman,jawab Piyan.Ya, udah,kataku sambil kumasukkan surat itu ke saku bajuku. Nanti kubaca ya. MakasihSama-sama,kata Piyan. Eh, maaf, katanya harus tandatanganTandantangan apa?,tanyaku heranBuat bukti suratnya udah sampai he he he...,kata Piyan menyodorkan buku tulis yang sudah kebuka biar bisa langsung kuberi tandatangan.

    Sedari tadi dia memang sudah memegang buku itu

    Disuruhnya gitu he he he,kata Piyan lagiDari siapa sih?,tanyaku bingungDari siapa, Piyan?,tanya Rani bagai maksa.Disuruh jangan bilang he he he,jawab PiyanKamu mah...,kata RaniYa udah,kataku pelan sambil meraih pulpen yang ada di mejaku. Kuambil buku itu, lalu kuberi tandatangan. Dah!,kataku, maksudnya: SudahSip,kata Piyan. MakasihKayak tukang pos aja,ujar RaniHe he he. Wati di kantin ya?,tanya Piyan ke Rani.Wati adalah temanku sekelas.

    Iya kayaknya,jawab Rani.Oke. Makasih ya semuanya. Makasih, Milea,kata Piyan sambil bergerak untuk pergi.Yuk!,jawab Nandan membiarkan Piyan pergiDari siapa ya,?tanya RaniGak tahu,katakuPaling juga dari penggemar,kata AgusHe he he,aku ketawa.

    5Acara ngobrol selesai pada waktu jam istirahat sudah habis. Tiap siswa pada datang dari kantin, lalu duduk di bangkunya masing-masing. Aku pun begitu, untuk mengikuti pelajaran berikutnya.

    Tapi guru belum datang, kulihat Rani sedang ngobrol dengan Nandan di depan kelasdi dekat meja guru. Kuambil surat itu yang ada di saku bajuku dan langsung kubaca:

    Milea,Ramalanku, kita akan ketemu di kantin, ternyata salah.Maaf.Tapi aku mau meramal lagi: Besok kita akan ketemu

    Oh? Sejenak aku sempat terperangah oleh membaca isinya, sambil senyum kecil kumasukkan lagi surat itu ke saku bajuku, entah mengapa aku merasa itu harus kulakuk

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    6/42

    an.

    Langsung bisa kuduga, ini pasti dari dia, orang yang tadi pagi naik motor dan bilang mau meramal.

    Ih? Siapa sih dia itu? Bahkan aku belum tahu namanya.

    6Hari sedang hujan pada saat bubar sekolah. Aku pulang dijemput paman yang bawa mobil ayahku.Pamanku itu, mahasiswa tingkat akhir di perguruan tinggi swasta, namanya Fariz,adik dari ayahku.

    Dia sudah lama di Bandung dan kost di daerah Setiabudi. Ayah sengaja nyuruh paman menjemputku, supaya bisa lekas datang ke rumah dinasnya untuk ada sedikit keperluan.

    Sebetulnya, sebelum tadi masuk mobil, aku sempet nyari-nyari orang itu, walau gak jelas untuk apa juga kucari. Tapi tidak kutemukan.

    7Di mobil, sambil ngobrol dengan Bang Faris, aku terus berpikir tentang ramalan anak itu. Aku tahu harusnya tidak perlu kupikirkan dengan terlalu serius soal itu.

    Termasuk tidak perlu memikirkan apa yang akan menjadi tujuan anak itu dengan selalu membuat beberapa ramalan.

    Aku tidak percaya ramalan. Ramalannya sudah pasti 100% akan gagal. Besok Minggu.Bagaimana mungkin besok bisa ketemu, kalau tidak di sekolah? Gak mungkin, kecuali dia datang ke rumahku, tapi mau apa?

    Kukira dia hanya tukang ramal amatir! Aslinya sih cuma seorang anak nakal, yanghobi iseng menggoda perempuan.

    Huh!

    8Pada hari minggu, di rumah hanya ada aku dan si Bibi. Ayah, ibu dan adik bungsuku sedang pergi ke acara pernikahan saudara di daerah Cijerah. Aku gak ikut karena malas dan juga ada banyak PR yang harus kukerjakan.

    Waktu aku sedang mencuci sepatu, kudengar ada bel rumah berbunyi.Bi! Ada tamu,kataku setengah berteriakIya,jawab Si Bibi yang sedang masak di dapur, lalu ke sana menemui tamu itu. Tapitak lama Si Bibi balik lagiTamu. Mau ke Lia,kata si Bibi. Lia itu nama panggilanku di rumah.Siapa?Gak kenal,jawab Si Bibi bagai berbisik.Oh....,kataku sambil kubersihkan tanganku dari sabun. Tadinya mau ganti baju dulu

    , tetapi kupikir itu akan lama.

    Dengan hanya memakai tshirt dan celana blue jeans yang dipotong setengah paha, langsung kutemui tamu itu.

    9Dan kamu harus tahu siapa tamu itu. Dia adalah Sang Peramal! Aku langsung kaget.Ngapain dia ke rumah?, tanyaku dalam hati.

    Aku senyum. Pertama untuk basa-basi, kedua menyangkut soal ramalannya. Kukira it

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    7/42

    u sengaja dia datang hanya untuk membuktikan bahwa apa yang diramalnya itu benar. Wajahnya tenang dan tampak berseri-seri.

    Dilan, Piyan (tengah) dan Aku

    Dia tidak datang sendirian tapi bersama Piyan. Keduanya berdiri di depan pintu rumah yang sudah terbuka.Hei,kusapa dia dengan berusaha terdengar santaiHei,dia menjawab sambil memandangku.Masuk?!,kutawari untuk masuk.Gak usah! Cuma sebentar.OhIni ada undangan. Katanya, seraya memberi aku amplop.Undangan apa?Bacalah,katanya, tapi nantiOke,kataku, setelah kudapatkan amplop itu.Bacalah, bahasa arabnya apa, Yan?Dia menoleh ke arah Piyan yang berkacak pinggang tetapi tampak ramah.Apa ya?,Piyan balik nanyaOh! Iqra,dia jawab sendiri. Iqra, Milea!He he he,aku ketawa tapi sedikit.Aku langsung ya?Dia bilang untuk permisi mau pergiKok tahu rumahku?,aku tanya serius

    Aku juga akan tahu kapan hari ulangtahunmuHe heTadinya mau kutanya soal surat kemarin yang dianterin oleh Piyan, tapi gak jadi.Aku pergi dulu ya?,katanya dengan setengah berkacak pinggang.Iya,jawabkuAssalamualaikum jangan?!,dia nanya setelah menurunkan kedua tangannya dari berkacak pinggang.Assalamualaikum,kujawab dengan sedikit agak canggung.Oh. Alaikumsalam, katanya, malah menjawab salamku.He he heLangsung tutup pintunya ya?,kata dia bagai merintah.Iya,jawabku. Kubilang iya, maksudku biar cepet. Lagian kalau lama-lama juga aku bingung, tidak tau harus gimana.

    Harus ditutup. Kamu jangan tahu gimana caranya kami pergi,kata dia sambil senyum.Oh,kataku,Ya udah, kututup ya?,.Iya. Ada pesen gak?,kata dia ke PiyanGak ada. Cukup,jawab Piyan..Oke. Dadah, Milea...,katanyaDah...,jawabku sambil lalu kututup pintunya.

    Aku langsung berpikir tentang apa yang dikatakannya untuk tidak boleh melihat bagaimana caranya pergi. Itu membuatku jadi penasaran.

    Dari dalam rumah, diam-diam aku intip mereka, karena penasaran ingin lihat. Adakah bedanya dengan yang lain? Tidak mungkin kalau terbang.

    Kusingkap sedikit tirai jendela, sambil sedapat mungkin berusaha jangan sampai ketahuan.

    Tetapi yang bisa kusaksikan ternyata mereka pergi biasa saja. Berdua naik motor,Piyan dibonceng, terus berlalu meninggalkan halaman rumahku.

    5Aduh, Tuhan, siapa sih dia itu?

    Iya, aku tahu dia teman satu sekolah dan sok jadi tukang ramal yang tadi aku mer

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    8/42

    asa gugup di depannya.Gampanglah soal nama, pada saatnya nanti lama-lama aku tahu.

    Bukan, bukan itu maksudku, aku ingin tahu siapa dia sehingga cukup aneh? Rasanyabaru deh aku nemu ada orang macam itu.

    Aku masuk kamar sambil membawa amplop itu, lalu kubuka sambil telungkup di ataskasur.Itu adalah surat undangan yang ditulis dengan memakai mesin tik di atas kertas HVS. Dan isinya adalah:Bismillahirahmannirahiim. Dengan Rahmat Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dengan ini, dengan penuh perasaan, mengundang Milea Adnan Hussain untuk sekolah pada: Hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu.

    Semua nama hari-hari itu, disertai dengan tanggal.

    Habis itu, aku langsung tersenyum, bahkan nyaris ketawa andai saja tidak bisa kutahan!Di dalam surat itu, di bagian kiri paling bawah, ada nama Tuan Hamid Amidjaya sebagai orang yang turut mengundang.

    Membaca nama itu, sambil senyum aku istigfar, karena aku tahu Hamid Amidjaya ituadalah nama Kepala sekolahku.

    Kukira surat undangannya cukup bagus, di sepanjang tepi kertasnya ada gambar yang dibikin dengan memakai spidol warna-warni. Ada gambar ikan, buaya, UFO, ember,panci, Drakula, Naga dan lain-lainnya.

    Entah siapa yang bikin. Mungkin dia, atau hasil nyuruh kepada seseorang yang pandai menggambar.

    6Setelah itu, setelah usai kubaca, aku merasa makin jadi penasaran ingin lebih jauh mengenal orang itu.Gak tahu mengapa, gak ngerti. Pokoknya kalau memang dia berniat membuat pikiranku jadi penuh oleh dirinya, kukira aku harus ngaku dia sudah berhasil.

    Dalam tiduranku di atas kasur, kupandangi atap kamar dan sempat kepikir selagi itu, jangan-jangan apa yang dia lakukan semuanya berdasar karena dia menyukaiku.

    Kalau bukan, lalu apa?

    Tapi kalau benar ia suka, tiap orang akan senang disukai, juga aku. Hanya saja aku bingung bagaimana harus bersikap kepadanya.

    Maksudku, jika harus kulayani permainannya, aku takut itu akan memberinya harapan, untuk lalu kecewa karena tahu ternyata aku sudah punya pacar.

    Kalau harus kuhindari, aku takut itu akan membuatnya kecewa, padahal terus terang aku terhibur dengan cara yang ia lakukan padaku, walau aneh, tapi oleh karena

    justeru itu aku suka.

    Ah, sialan, memikirkan hal itu hampir membuatku lupa untuk melanjutkan tugas nyuci sepatuku. Segera kusimpan surat itu, di dalam laci mejaku, di antara surat-surat dari pacarku.

    Sambil senyum-senyum sendirian, aku pergi dari kamar untuk mencuci sepatuku.

    7Kucuci sepatu itu dengan pikiran yang penuh dengan dirinya, dan berusaha kulupak

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    9/42

    an dengan cara menyanyi.

    Tapi susah, tetap saja sesekali kepikiran, termasuk kenapa dia tidak memberitahunamanya di saat pertama jumpa itu? Ya, kuakui aku ingin tahu.

    Sepatu sudah selesai kucuci dan kujemur di depan rumah ketika ada telepon rumahberdering. Kuangkat dan itu telepon dari Beni, pacarku di Jakarta.

    Dia satu sekolah denganku waktu masih di Jakarta, dan sekarang kami menjalin pacaran jarak jauh.Kamu harus tahu Beniku tampan, meskipun tidak tampan-tampan amat.

    Ayahnya seorang artis film yang cukup terkenal, yang kadang-kadang suka kubanggakan kepada teman-teman, ayah dan ibuku.

    Meski sesekali kami suka bertengkar, tapi selalu bisa diselesaikan dengan baik.

    Hampir setiap hari, Beni selalu menelponku untuk melepas rasa rindu dan hal lainsebagainya.Hey, Ben!,kusapa diaGak kemana-mana?Enggak,jawabku. Di mana ini?Di Jakarta lah!,kata Beni. Gue rindu nihSama

    Lagi ngapain?Ini....nyuci sepatuNyuci sepatu?,tanyanya seperti kepada dirinya sendiri. Nyuruh si Bibi dong!Gak apa-apa,kataku. Guenya juga lagi santaiKan dia emang pembantu. Biar dia aja. Masabidadari gue nyuci sepatu ah?Gak boleh gitu! Kapan ke Bandung?Rencananya minggu depan sama si Erik. Gak tau tuh dia, jadi apa enggak. Tapi jadikayaknyaKalau jadi, khabariIya lahGimana Bandung? Ada yang ngecengin lu gak? He he he....Belum he he he,jawabkuBelum, belum. Emang maunya ya? Awas kalau lu kecantol

    Ng...Ada siiiih....Eh?Beni seperti terhenyak. Beneran?Ya mungkin aja. Kan gue cantik he he heAh. Terus, lu mau?Kan gue bilang juga mungkinGue serius...Becanda sedikit, kenapa sih?!Habis elunya lagi, manas-manasin gituKan gue tadi bilang mungkinAda siapa di rumah?,tanya BeniBerdua. Kenapa?Sama?Sama orang

    Ya iya lah. Lu becanda terus nih jadi orang Bandung he he heSama si Bibi,jawabku. Kenapa? Cemburu?Oooh. EnggakGue lesbi sama dia!," kataku dengan sedikit agak jengkelHah? Ha ha ha. Suratku udah sampai belum?BelumTunggu aja ya

    Selesai Beni nelepon, aku masuk ke kamarku dan langsung tidur siang karena sedikit agak lelah.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    10/42

    --------------------------

    III.Gengster

    1Hari senin, di tengah barisan upacara bendera, aku berharap tak ada satu pun orang tahu bahwa diam-diam mataku mencari Sang Peramal di barisan kelasnya, meskipun aku sendiri gak ngerti untuk apa juga kucari.

    Ini membingungkan untuk berpikir seperti itu. Mungkin cuma ingin lihat saja. Tidak lebih dari itu.

    2Sampai upacara mau selesai, orang itu tak berhasil kutemukan.

    Di mana dia? Hatiku bertanya. Mungkin ada di barisan kelas yang lain. Atau jangan-jangan tidak sekolah? Aku gak tahu. Tapi jujur, aku penasaran!

    Seorang guru, dengan menggunakan speaker, tiba-tiba, memberi komando, agar siswa

    jangan dulu bubar dari barisan.

    Kupandang ke depan karena ingin tahu ada soal apa gerangan, di saat itulah aku bisa melihat dirinya.Dia berdiri di sana, di depan, menghadap ke arah kami, bersama dua kawannya, beberapa meter di depan barisan guru-guru.

    Harus berdiri di sana karena dibawa oleh guru BP, setelah berhasil ditemukan dari tempatnya sembunyi, untuk menghindar ikut upacara bendera.

    Dia dipampang sebagai contoh siswa yang buruk dan menjadi peringatan bagi siapapun siswa yang berbuat seperti dia akan mendapat hukuman yang sama: dipermalukandi depan masyarakat dunia.

    Ini perbuatan Komunis!kata guru BP.

    Aku tidak mengerti apa sebabnya seseorang sampai disebut komunis hanya gara-garatidak ikut upacara. Entahlah, tapi kukira itu sangat gak nyambung.

    Dia berdiri dengan tangan yang dipangku ke belakang. Kepalanya tegak dengan wajah yang dingin, seolah-olah baginya tak ada penyesalan dengan apa yang sudah diperbuatnya.

    Aku bisa memandangnya dari jauh, dengan perasaan yang sulit kumengerti.Dia lagi!,bisik Revi seperti ngomong sendiri.Revi adalah teman sekelas, yg berdiri di sampingkuSiapa dia?.kutanya Revi

    DilanOh.

    Itulah harinya di mana aku mulai tahu namanya.

    3Kata Rani, di kelas, Dilan itu anak kelas 2 Fisika 1 dan anggota gengmotor yangterkenal di Bandung. Jabatannya Koordinator Perang atau Panglima Tempur.

    Beberapa kali aku sering membaca namanya ditulis pakai pilox di tembok-tembok.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    11/42

    Perasaanku menjadi campur aduk memikirkan tentang dirinya, dan sulit untuk kujelaskan.

    Sebagian perempuan kadang-kadang tertarik dengan anak nakal karena bisa memberisensasi dalam hidup mereka. Tetapi aku harus menjauh darinya.

    Jangan biarkan dia melakukan apa pun yang akan membuatku dalam kesulitan.

    Aku tidak ingin membuang-buang waktu untuk mengenal anak nakal seperti itu secara lebih jauh.

    Dia pasti sangat nakal atau lebih parah lagi dari itu, sebagaimana yang kudengardari banyak cerita tentang anak-anak geng motor.

    Ia sangat mungkin akan menjadi pengaruh buruk bagiku. Aku berfikir mungkin aku akan mendapat masalah besar seandainya kubiarkan terus berhubungan dengannya.

    Aku merasa tidak perlu lagi menanggapi apa pun yang ia lakukan padaku sebelum semuanya terlambat. Ini adalah apa yang harus kulakukan untuk kebaikan diriku sendiri.

    Aku tidak bermaksud kasar kepadanya, tapi aku tahu itu harus.

    4Bubar dari sekolah, cuaca sedang mendung, aku pulang bersama Diah dan Endang.

    Dilan datang menyusulku dengan sepeda motornya.

    Aku yakin dia pasti akan menawariku untuk pulang naik motor bersamanya. Langsungaku berfikir untuk menyiapkan alasan bisa menolak ajakannya.

    Kamu pulang naik angkot?,dia nanya di atas motornya yang sengaja dibikin pelan untuk sejajar denganku. Kujawab dengan anggukan.

    Harusnya itu cukup untuk membuat dia tahu bahwa aku sedang judes dan tidak ingindiganggu. Tapi aku yakin dia tahu.

    Aku ikut....katanya.Ikut apa?,tanyaku. Diah dan Endang nampaknya berusaha tidak ingin ikut campur.Naik angkotGak usah.Angkot kan buat siapa aja. Lupa ya?Kamu kan naik motor?.Motorku bisa dibawa kawan,jawabnya.Aku merasa tidak perlu menjawabnya.Atau.....,katanya lagi. Atau motornya kumasukin ke angkot ya?.Dia seperti bertanya pada dirinya sendiri. Dan jika itu bermaksud untuk membuatku tersenyum, dia langsung tahu, usahanya sia-sia.Susah kayaknya,kata dia lagi. Oke, aku simpen motor dulu ya

    Dia langsung pergi meninggalkanku.

    5Sebelum aku tiba di tempat biasa naik angkot, dia sudah bergabung bersama kami.

    Kuhela nafasku. Sama sekali aku tak ingin tahu di mana ia simpan motornya. Bukanurusanku, termasuk kalau pun harus hilang.

    Di angkot, dia duduk paling belakang, di samping kananku. Aku benar-benar jadi kikuk, dan harus kuakui, aku juga mati gaya.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    12/42

    Ini hari pertama, aku duduk denganmu, katanya santai tapi tidak kurespon dan lalusunyi.Beberapa saat kemudian kataku ke Diah yang duduk di depanku:Eh, eh, tau gak, tadi Nandan ngasih apa ke aku?Ngasih apa?, tanya DiahCokelat he he heOh ya? WaahDia itu baik ya?,kataku dengan harapan Dilan betul-betul mendengarnya, meski diamalah asik nengok ke arah kaca angkot di bagian belakang, seperti penting baginya menikmati pemandangan jalan raya.

    Tapi aku yakin dia dengar, dan dengan itu dia jadi tahu bahwa aku sedang menyukai seseorang yang bukan dia, agar membuatnya jadi mikir untuk berhenti mengejarku.

    Iya,kata DiahPintar lagi,katakuSuka yaa? He he he,tanya DiahCuma suka aja he he.

    Aku nyaris bingung menjawabnya. Dengan ujung mataku, sebentar kulirik Dilan, tapi dia masih tetap memandang ke arah kaca bagian belakang mobil angkot.

    6

    Apa yang kudialogkan dengan Diah, sebetulnya adalah perbuatan nekat yang penuh resiko.

    Bisa saja Diah atau Endang nanti bilang ke Nandan apa yang sudah kukatakan tentang Nandan.

    Ini bahaya karena Nandan pasti akan menganggapnya hal itu sebagai sesuatu yang beneran.

    Aku memutuskan untuk telepon Diah dan Endang nanti sore, menjelaskan semuanya bahwa pembicaraanku soal Nandan adalah cuma karanganku belaka.

    Jangan sampai terlanjur mereka bilang ke Nandan atau lebih parah lagi sudah meny

    ebar jauh sampai kepada orang lain.

    Akan kubilang, meskipun nampak kasar, tapi hal itu terpaksa kulakukan untuk membuat Dilan tahu bahwa di sekolah ada seseorang yang sedang kuperhatikan dan itu jelas bukan dirinya.

    Aku tidak bermaksud buruk kepadanya, aku hanya berharap dengan itu Dilan akan segera mengendurkan usahanya mendekatiku.

    7Milea, Tiba-tiba Dilan berbisik di saat aku sedang membuka-buka buku.

    Suaranya ditahan untuk memastikan bahwa hanya aku saja yang bisa dengar.

    Aku diam dengan mata sedikit kuangkat ke atas, lalu menunggu apa yang akan dikatakannya.Kamu cantik,katanya, dengan suara yang sama ketika dia sebut namaku. Aku nyaris termangu mendengarnya.

    Hampir-hampir gak percaya bahwa hari itu dia akan bilang begitu. Lalu aku merasaada semacam keheningan yang canggung.

    Aku gak tahu harus gimana selain memastikan bahwa Diah dan Endang, juga siapa pu

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    13/42

    n yang ada di dalam angkot, tidak akan mendengarnya.

    Kulihat Endang sedang memandang keluar kaca angkot belakang. Dan Diah sedang melamun memandang ke arah bagian depan angkot.Makasih, jawabku.Tapi, aku belum mencintaimu.......Aku nyaris tertegun.Iya. Gak apa-apa,kataku.Enggak tahu kalau sore,katanya. Tunggu aja.

    Suaranya kudengar pelan, tapi kerasa seperti petir. Serta merta aku merasa terhenyak dan lalu diam bagai arca yang sedang megang buku, dan sekaligus tak berdayauntuk berbuat apa-apa, termasuk tidak tahu aku harus mikir apa.

    Aku ramal, kamu akan segera tahu namaku. Katanya sesaat kemudian.

    Mendengar apa yang dikatakannya, ingin sekali rasanya teriak langsung di kupingnya:Udah tahuuu! Sudahlah, gak usah lagi ramal-ramal deh.Tapi nyatanya aku cuma bisa bilang:Iya

    8Di pertigaan jalan Gajah, aku turun dan langsung kaget, karena dia juga ikut tur

    un.

    Aku memang tidak tahu kemana dia pulang, tapi pasti bukan di pertigaan jalan Banteng. Terus untuk apa dia turun?Kamu kemana?,kutanya setelah turun dari angkotCuma mau nganter kamu sampai turun dari angkotAku mau nyebrang,Sama,katanya,Bareng kalau gitu.Lalu aku nyebrang berdua dengannya.

    Sesampainya di tepi jalan aku nyaris kuatir dia akan ikut ke rumahku.Kamu mau kemana?,tanyakuKembali ke sekolah

    Dia senyum.Ya udah. Aku mau pulang,kataku dengan bahasa tubuh ingin segera berlalu.BentarApa?Kamu harus tahuTahu apa?Kamu tahu, semua siswa di sekolah itu pada sombong?Kenapa emang?,tanyaku.Siapa yang mau datang ke ruang BP?,katanya. Menemui Pak Suripto?Siapa?Cuma aku!Ooh!, kataku memonyongkan mulutku berlagak seperti orang yang baru mendapat info.Aku pulang ya, kataku kemudian

    IyaTanpa bilang apa-apa aku langsung pergi, meninggalkan dia sendirian di tepi jalan.

    Dari jauh masih bisa kudengar dia bicara:Hati-hati

    9Hujan akhirnya turun, melampiaskan wajah langit yang mendung, membasahi aku yanglari hingga sampai tiba di rumah, disambut si Bibi yang memberi aku handuk dan

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    14/42

    sebuah surat yang terbungkus dalam amplop berwarna ungu.

    Surat dari Beni!

    10Setelah mengganti pakaian, kubaca surat Beni sambil rebahan di atas kasur.

    Melalui surat itu Beni bicara. Katanya dia sedih harus melalui hari-hari yang sepi tanpa diriku.Katanya wajahku selalu terbayang di tempat kemana pun ia memandang.

    Katanya ia rindu setengah mati dan ingin lekas bertemu.

    Katanya, di dalam surat itu, nanti lulus dari SMA, dia ingin sekolah di Belanda,yaitu di Leiden University. Papa dan Mama setuju. Katanya ada teman Papa yangtinggal di sana yang akan membantu mengurusnya.Katanya, di musim panas aku bisa ke sana, menikmati musim panas yang seru di Amsterdam.

    Katanya, itu pasti romantis, berdua naik sepeda, lalu berfoto mesra di bawah kincir angin atau di kebun bunga tulip yang bagus.

    Katanya, kalau perlu kita nikah di sana untuk sekaligus menghabiskan bulan madu.

    Ah, itu terdengar sangat indah sekali walau apa yang dia katakan itu terlalu bagus untuk menjadi kenyataan

    11Kusimpan surat Beni dalam laci, yaitu di tempat yang sama dengan surat-surat sebelumnya, kecuali satu surat yang bukan darinya.

    Itu adalah surat undangan yang kudapat dari Dilan. Sejenak aku tersenyum, entahmengapa lalu kuambil dan terus ketawa saat aku membacanya kembali.

    Tiba-tiba kudengar si Bibi mengetuk pintu kamarku, manggil-manggil menyuruhku untuk makan.Oke. Sekalian aku juga mau nelepon Endang dan Diah sesuai rencanaku.

    Aku keluar dari kamar dengan isi kepala yang mulai dikacaukan oleh pikiran tentang omonganku sendiri, dan juga omongan Dilan di angkot tadi:

    Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tahu kalau sore. Tunggu aja.

    Kata-katanya ajaib dan itu terus nempel di kepala sampai menjelang malam hari dikamarku, sampai ibu mengetuk kamarku karena ada telepon dari Beni.

    Di telepon, Beni bicara lama sekali hanya untuk membuat aku ngantuk.

    Atau mungkin sebentar?

    Tapi aku merasa itu sangat lama. Dan katanya, dia mau ke Bandung, nanti, di minggu depan.

    -----------------------------------

    IV.Surat Cinta

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    15/42

    1Hari itu adalah hari selasa. Aku bertemu dengan Rani di kelas, sebelum upacara bendera dimulai.Ada surat, kata Rani menyerahkan surat ituDari?,kuraih surat ituDari Piyan,jawab Rani. Kata Piyan dari temannyaOhGak ngasih tahu dari siapa?,kata Rani. Perasaan dia ngirim surat terus? Dari siapasih?TemennyaSiapa?Gak tahu. Gak kenal

    Sebetulnya aku sudah langsung menduga, itu pasti dari Dilan.

    Kumasukkan surat itu ke dalam saku bajuku. Aku tak ingin membaca surat itu di depan Rani.Jadi ketika Rani pergi ke sana dan aku sudah duduk di bangkuku, itu adalah kesempatan untuk aku membacanya.

    Isi surat itu adalah:

    Pemberitahuan:Sejak sore kemaren, aku sudah mencintaimu

    Dilan!

    Aku langsung tersenyum, tapi sekaligus juga merinding.

    Ruangan rasanya jadi berbeda, entah apa namanya. Kamu mungkin bisa menganggapnyabiasa saja, tapi aku bukan dirimu.

    Aku gak tahu harus berpikir apa dan harus gimana.

    Hanya ada satu hal yang harus segera kulakukan, tidak perlu membacanya dua kali.

    Langsung kututup surat itu dan kumasukkan kembali ke dalam saku bajuku.

    Aku tak ingin ambil resiko membiarkan orang lain membacanya.

    2Saat pelajaran sudah berlangsung, aku terus mencoba memahami apa yang dijelaskanoleh guru, tapi selalu gagal.

    Pikiranku sepenuhnya berpusat pada isi surat itu dan juga kepada penulisnya.

    Diam-diam kuhela napasku dan senyum.

    Itulah harinya, hari aku makin yakin bahwa Dilan memang menyukaiku.

    3

    Sejak itu, sampai hari minggu, dia tak pernah ngirim surat lagi. Tidak pernah melakukan hal-hal yang bersangkutpaut denganku. Aku juga tidak pernah melihatnya.

    Aku sempat berfikir, dia mungkin sembunyi karena malu sudah mengirim surat cinta. Atau mungkin hilang ditelan bumi.Di hari Senin, pada waktu upacara bendera, aku sudah berada di barisan kelasku.

    Kau harus tahu, diam-diam kucari Dilan dengan pura-pura nengok ke kanan dan kekiri.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    16/42

    Tapi aku tidak bisa melihatnya. Aku langsung yakin bahwa hari itu dia tidak ikut lagi upacara bendera.Huh, kataku dalam hati seperti kesal.

    Saat itulah aku mendengar ada suara dengan nada seperti berbisik:Aku di belakangmu.

    Jelas itu untukku, dan aku sedikit mengenal suaranya: itu adalah Dilan, yang entah gimana caranya, tanpa bisa kusadari, tahu-tahu sudah berada di barisan kelasku, tepat di belakangku.

    Aku langsung gugup dan tidak tahu harus gimana. Suaranya seperti tidak datang dari mulutnya, tetapi dari suatu tempat di kejauhan.

    Jika aku adalah kamu, mungkin akan berbeda. Tapi saat itu aku betul-betul merasatidak bisa menjadi diriku sendiri.

    Kuusahakan tetap tenang dan mengambil napas dalam-dalam, agar bisa mendapat kembali kesadaran lingkunganku dan untuk perubahan suasana hatiku, meskipun susah.

    Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan.

    Sebagian dari diriku seperti sedang dipandangnya, tetapi aku tidak bisa melihatn

    ya dan aku tidak bisa membayangkan bahwa itu akan berlangsung cukup lama, sampaiselesai upacara.

    Aku tenggelam di dalam pikiranku sendiri untuk merasa malu bahwa dia mungkin tahu diam-diam aku tadi mencarinya.

    Ngapain ke sini?,tanyaku pelan, asal cukup untuk didengar oleh Dilan.Hijrah,jawab Dilan dengan suara yang sama pelannya.

    Sekitar satu menit kemudian, aku merasa seperti ada orang yang datang dan lalu berdiri di samping Dilan.Di mana barisanmu?

    Aku cukup yakin itu adalah Pak Suripto, menegur Dilan dengan suara yang ditahanagar tidak mengganggu berlangsungnya upacara bendera.

    Aku tidak mendengar Dilan menjawab, tetapi bisa merasakan dia pergi. Pasti untukkembali ke barisan kelasnya tanpa aku bisa melihatnya karena aku saat itu sedang menjadi robot, demikian juga dengan teman-temanku.

    Satu-satunya hal yang aku lakukan adalah fokus ke depan mendengar pembacaan TeksProklamasi untuk kesekian ratus kalinya.

    ----------------------------

    V.

    Nandan

    Nandan

    1Suatu hari, di kantin, pada jam istirahat, aku duduk satu meja dengan Nandan, dengan Dito, Jenar dan Rani. Masing-masing makan batagor sambil bicara ini itu yang gak perlu.

    Jenar tidak sekelas denganku, dia teman Nandan, anak kelas 2 Sosial.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    17/42

    Hari itu, di kantin sedang ramai dan memang selalu ramai kalau sedang istirahat.Sebagian besar siswa pada makan di situ, kecuali Dilan dan beberapa orang lainnya.Semua siswa makan di sini ya?, tanyaku seolah-olah pada diriku sendiri.

    Sebetulnya itu adalah caraku untuk ingin tahu mengapa aku tidak pernah melihat Dilan di kantin?

    Kata Rani beberapa siswa memilih nongkrong di warung Bi Eem, yaitu di sebuah warung kecil yang ada di seberang Gereja itu, kira-kira 30 meter dari sekolah.Oh, kataku.Langsung kutebak Dilan pasti di sana.Biar pada bisa merokok,kata NandanIya,kata RaniKan dijadiin basecamp gengmotor jugakata NandanIya?,tanyaku dengan diriku yang makin yakin bahwa Dilan selalu nongkrong di sanasetiap waktu istirahat.Iya,jawab NandanPada gak berani datang ke situ,kata JenarKenapa?, tanyakuGak tahu, males aja kali gabung sama mereka, jawab JenarEmangnya pada galak?,tanyakuEnggak sih. Ya, anak-anak nakal gitu lah, jawab Rani

    Katanya suka pada minum-minum di situ.....,kata NandanOh, ya?,tanyaku, sedikit agak kaget mendengar informasi dari Nandan.Di sana?Rani juga nanyaKatanya....jawab NandanAnak SMA lain juga suka pada nongkrong di situ, kata DitoIya, kan markasnya...Nandan menimpali

    2Setiap aku ke kantin, aku selalu berharap bisa bertemu dengannya. Seperti hari itu, tapi aku tidak akan menyebut aku rindu meskipun itu hampir ada.

    Pantas tak pernah kutemukan, ternyata dia selalu nongkrong di warungnya Bi Eem setiap kalau istirahat.

    Dilan, sini,hatiku tiba-tiba seperti bicara sambil mengunyah batagor.

    Kira-kira beberapa menit setelah aku selesai makan, aku terkejut karena melihatDilan masuk ke kantin.Dia bersama Piyan dan satu orang lagi yang kemudian kukenal sebagai Akew, anak kelas 3 sosial 2. Dia keturunan Tionghoa.

    Entah bagaimana perasaanku saat itu, pokoknya aku menjadi salah tingkah. Aku bahkan bingung tapi aku benar-benar senang bisa bertemu dengannya di kantin.

    Dia datangi meja kami, dan menyapa kepadaku:Hei!Hei, kataku berusaha terdengar santai sambil memandangnya sebentar.

    Sebagian dari diriku menyembunyikan rasa senang karena bisa bertemu dengannya.

    Aku punya begitu banyak hal untuk bicara dengannya, tapi keadaanku baru saja grogi saat itu.

    Idealnya aku ingin bilang ke Dilan untuk gabung dengan kami, tapi rasanya susahkukatakan.

    Cuma mau nyapa, katanya, lalu dia pergi ngambil kue.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    18/42

    Yan, Wati gak masuk?,Rani nanya ke Piyan soal Wati yang gak masuk sekolah.Iya, kayaknya,jawab Piyan.Itu, bukunya kebawa sama saya. Nitip ya?kata RaniNanti aja pas pulang,jawab Piyan. Dilan kulihat balik lagi dengan memegang bala-bala ( atau bakwan) yang tinggal setengah karena yang sebagian laginya sudah sedang dia kunyah.Makan, Yan? Kew?Dilan nawarin makan ke Piyan dan AkewKenyang euy,jawab Akew.Apa tuh?Piyan nanya apa yang sedang dimakan oleh DilanBala-balajawab Dilan.Mau ah,kata Piyan sambil pergi ke sana, disusul oleh AkewEh, kamu tau?, kata Dilan tiba-tiba sambil memegang bahu Nandan.Apa?, tanya Nandan dengan sedikit mendongakAku suka Milea,kata Dilan mengunyah makanan.He he he.Nandan senyum sambil sekilas memandangku yang sedang makan dalam keadaantidak khusyu.

    Dito dan Jenar justeru ketawa. Rani hanya senyum. Aku juga senyum, tapi mukaku pasti merah.

    Tapi malu mau bilang he he he,kata Dilan. Aku senyum dan tidak tahu harus bersikap bagaimana.Itu, kan sudah bilang? He he he,kata Nandan sambil ketawa dan memandangku.Aku kan bilang ke kamu, bukan ke dia,jawab Dilan

    Kan dia denger?, tanya NandanMudah-mudahan,kata Dilan

    3Gak suka saya ke diakata Nandan. Setelah Dilan pergi bersama Piyan dan Akew.Kenapa gitu?,kutanyaGak suka ajaCemburu ya?,kata Rani menggoda Nandan. Aku senyum.Bukan. Ya gak suka aja. Anak nakalAku sukakataku, entah mengapa aku tidak bisa menahan kata-kata itu untuk aku ungkapkan.Pacarnya banyak,kata NandanIya gitu?,tanya Rani

    Udah ah, ngapain bahas dia,jawab Nandan. Hayu ah!,kata Nandan.

    Tak lama kemudian kami pergi.

    4Sekarang, aku ingin membahas sedikit soal Nandan dulu.

    Kata Rani, pada suatu hari ketika aku dengannya di tempat tukang photo copy, diam-diam sebenarnya Nandan naksir aku.

    Aku cuma bisa senyum mendengarnya, karena soal itu aku juga sudah tahu. Aku bisamerasakannya dari sikap Nandan kepadaku selama ini.

    Bagiku, termasuk Nandan suka nelepon malam hari untuk nanya-nanya soal PR, nraktir kami kalau makan di kantin, dan berusaha membuatku ketawa dengan aneka macamlawakan, itu semua adalah modus demi bisa mendapat perhatian dariku.

    Pernah suatu hari, Nandan mampir ke rumahku bersama Rani, lalu dengan mobilnya kami pergi menuju alun-alun, katanya ada barang-barang yang harus dibeli untuk kelengkapan ruang kelas.

    Tapi aku tahu itu cuma alasan, agar dia bisa jalan-jalan denganku, dan pulangnya jajan dulu di daerah Burangrang.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    19/42

    Barang yang dibeli cuma vas bunga, kemoceng, dan taplak meja, padahal untuk membeli barang itu di toko dekat sekolah juga ada.

    Dan harus bawa Rani, meskipun aku yakin Nandan inginnya berdua denganku, tapi mungkin dia malu.Aku setuju, kalau ada orang yang bilang bahwa Nandan itu baik.

    Dan, kalau aku boleh jujur, Nandan lebih tampan dari Dilan. Nandan juga jago basket, orang kaya, dan lain-lain yang membuatnya cukup untuk disebut lelaki idamanwanita, apalagi Nandan masih jomblo, masih belum punya pacar.

    Kata Rani, Nandan pernah dekat dengan Pila, anak kelas 2 Sosial, tapi gak tahu kenapa belakangan hubungan mereka jadi renggang.Gara-gara kamu ha ha ha,kata RaniMasa sih?Beneran. Tapi gak tahu ya. Menurutku sih begituEmang asalnya pacaran?Ya deket ajaOh

    5Setelah istirahat, kami masuk lagi ke kelas untuk ikut pelajaran berikutnya.

    Kamu harus tahu, saat itu Dilan masuk ke kelasku, dan duduk di bangku sebelahku,membuat Rani jadi pindah ke kursi belakang yang memang kosong.

    Heran, kenapa tidak seorang pun yang berusaha ngusir Dilan?

    Atau memang gak perlu diusir, toh kalau nanti guru datang, dengan sendirinya diajuga akan pergi.Sejujurnya, aku sendiri merasa risih dengan adanya Dilan itu. Tapi mau gimana lagi.

    Dilan minta kertas, aku kasih. Di kertas itu, dia nulis:

    Informasi:

    Daftar orang-orang yang ingin jadi pacarmu:1. Nandan (Kelas 2 Biologi)2. Pak Aslan (Guru Olah Raga)3. Tobri (Kelas 3 Sosial)4. Acil (Kelas 2 Fisika)5. Dilan (Manusia)

    Aku senyum membacanya.

    Kemudian kulihat dia mencoreti semua nama di daftar itu, kecuali nama dirinya.Kenapa?,kutanya sambil sebentar memandangnya.Semuanya akan gagal,dia bilang begitu dengan berbisik dan senyum."Kecuali kamu?"

    "Iya," jawabnya sambil memandangku dan senyum. Doain.Aku senyum.Pak Atam!, tiba-tiba si Dadang, terman sekelasku, teriak, memberi informasi bahwaguru yang akan ngajar sudah datang dan segera masuk kelas, tapi aku merasa bahwasecara tidak langsung sebetulnya ia tujukan untuk Dilan.

    Kawan-kawanku mulai sibuk mengatur dirinya untuk duduk di bangkunya masing-masing.

    Sejak itu, aku yakin, semua orang dalam kelas pada heran oleh Dilan yang tidak j

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    20/42

    uga langsung pergi.Dia malah tetap duduk di sampingku dan tenang.

    Saat Pak Atam masuk, aku berbisik ke Dilan:Sudah mau belajar.Itu bahasa halus yang intinya menyuruh dia pergi.

    Aku ingin belajar Bahasa Indonesia bareng kamu,jawab Dilan. Pak Atam memang guruBahasa Indonesia.Nanti kamu dialpain di kelasmu. Heh!,kataku berbisikGa apa-apa,jawabnya seraya tetap memandang ke depan bagai siap menyimak pelajaran.

    Beberapa menit kemudian, pada saat Pak Atam ngabsen, Pak Atam akhirnya tahu bahwa ada seorang penyelundup:Kenapa di sini?. Pak Atam nanya ke Dilan.Salah masuk, Pak!, jawab Dilan sambil beranjak dari duduknya dan pergi diiringi tatapan Pak Atam.Maaf, Pak, kata Dilan sesaat sebelum dia tutup pintu.Anak itu...., kata Pak Atam setelah Dilan berlalu, entah apa maksudnya.

    Rani kembali ke tempat duduknya, di sampingku. Dia memang duduk sebangku denganku.Ngapain si Dilan?,tanya Rani berbisik setelah dia duduk.

    Tau!, jawabku pelan, karena takut dimarah Pak Atam gara-gara ngobrol dengan Rani.

    Tentu saja aku harus berpura-pura kesal ke Dilan, kamu mengertilah maksudku.

    6Setelah pelajaran Pak Atam selesai, Revi datang ke tempatku dan nanya:Ngapain si Dilan?Kujawab dia dengan mengangkat tangan dan bahu.Ngomong apa emang?,kata Rani.Pengen tahu banget ya?Biasa ajajawabku.

    Terus Revi balik lagi ke bangkunya karena guru pelajaran berikutnya sudah datang

    .Kamu harus tahu bagaimana Nandan saat itu. Nandan seperti orang yang murung. Duduk di bangkunya berpura-pura mengerjakan sesuatu dengan bukunya.

    Bisa saja kukatakan ia sedang kesal dengan Dilan yang sudah berani masuk ke wilayah kekuasaannya dan menjatuhkan kewibawaannya sebagai seorang ketua kelas.

    Tapi kukira dia cemburu.

    7Bel tanda bubar sekolah telah bunyi, semua orang bergegas untuk pulang.

    Aku jalan bersama yang lain yang pada akan keluar dari lingkungan sekolah. Dilan

    datang menyusulku.Aku harusnya ngajak kamu pulang naik motor,katanya ketika dia sudah berjalan di sampingku.Gak usahKujawab.Tapi gak jadi,katanya. Aku tahu kamu akan bilang gak usah.Aku senyum.

    Kalau harus jujur, sebetulnya aku ingin pulang sama Dilan, tapi aku merasa itu belum waktunya.Benar-benar itu lebih karena aku tidak ingin dilihat terlalu dekat dengannya dan

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    21/42

    aku tidak tahu mengapa.Aku mau datang ke rumahmu. Malam ini,kata DilanHeh?IyaJangan!,kataku dengan nada teriak yang kutahan biar tidak terdengar oleh umum.Kenapa?Pokoknya janganIni kan cuma info. Bukan izin. Gak usah dilarangAyahku galak...Menggigit?Serius.., kataku. (Sebetulnya ayahku baik)Aku tidak takut ayahmu. Dia baikPokoknya janganAku mau datangJangan ih!Oke. Aku ke sana ya!kata Dilan setelah kami keluar dari gerbang sekolah. Kujawabdengan sedikit anggukan.

    Dia berjalan ke arah lain, pergi menuju ke arah warung Bi Eem.

    Huh! Pasti mau pada kumpul sama teman-temannya.

    --------------------------------

    VI.Dilan Ke Rumah

    1Aku belum ngantuk, masih terus ingin nulis. Suamiku masih juga belum pulang. Mick Jagger bersama Rolling Stonesnya, sudah habis. Giliran Bob Dylan yang nyanyi.

    Hmm, oke aku teruskan ceritanya.

    2Oh ya. Dilan datang! Benar-benar dia datang.

    Itu kira-kira pada pukul tujuh malam, atau mungkin lebih. Waktu itu aku sedang duduk di ruang tengah, makan malam sambil nonton televisi yang gak rame.

    Di ruang tamu, ayahku sedang sibuk membetulkan pesawat radio CBnya, duduk bersama ibuku yang harus mencatat beberapa data urusan organisasinya.

    Biasanya ayahku jarang di rumah, karena harus tinggal di rumah dinasnya, tapi sudah hampir tiga hari itu dia cuti.

    Sementara Airin sedang mengerjakan PR di kamarnya dan si Bibi mungkin dia sudahtidur.

    Ketika kudengar ada suara motor yang masuk ke halaman rumahku, aku langsung bisayakin itu pasti Dilan.

    Ah, gila!

    Pokoknya aku sudah melarang dia datang. Apa pun yang terjadi tanggungjawab sendiri.

    Aku bukan gak mau menemui, tapi entah mengapa aku merasa itu bukan waktu yang baik untuk aku temui.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    22/42

    Berlekas aku pergi masuk kamar, bersama piring makan malamku, juga bersama pikiran dan perasaanku yang langsung tidak karuan.

    Sudah pasti, jika bel rumah berbunyi, salah satu di antara mereka yang akan membukanya. Bisa ayah, bisa ibu, menyambut Dilan kalau memang itu Dilan, dan tungguapa yang akan terjadi.

    Ayahku adalah tipe pria yang serius. Dia mungkin tidak akan bereaksi dengan carayang keras. Dia mungkin akan bersikap biasa saja dan menganggap itu hanya temanku yang ingin bertemu denganku.

    Tapi aku deg-degan, sampai-sampai berasa ke bagian belakang kepalaku.

    Saat kudengar bel rumah berbunyi, perasaanku makin jadi gelisah.

    Ya, Tuhan, bisikku dalam hati.

    Kututup kepalaku dengan bantal, sambil tiduran di kasur dan mengunyah makanan, berharap dengan itu bisa menghentikan hatiku yang berdebar.

    Mudah-mudahan siapa pun yang membuka pintu itu berada di dalam suasana hatinya yang sedang baikEntah siapa yang kemudian buka pintu, aku gak tahu. Di sana pasti ada dialog antara tuan rumah dan si tamu, tapi tidak bisa kudengar.

    Kan kamu tahu aku ada di kamar menjadi orang yang sedang kebingungan, dan jantungku rasanya bagai berdegup makin kencang.

    Kau mungkin bisa tidak sepertiku. Bisa memulai semuanya dengan tenang, pelan-pelan ngambil napas dan hembuskan, lalu datang menemui sendiri tamu itu, menyuruh dia masuk dan kau kenalkan dia kepada orangtuamu.

    Lalu orangtuamu menyuruhmu memberi suguhan, yaitu setelah mereka duduk dan ngobrol dengannya, diskusi dari mulai soal militer Indonesia sampai soal perawatan kesehatan.

    Masalahnya adalah aku bukan dirimu?

    Dan menurut pendapatku, walau ini cuma dugaan, ayahku mungkin adalah jenis manusia yang tidak akan membiarkan orang sembarangan bertemu denganku apalagi di malam hari.

    3Beberapa menit kemudian, kudengar lagi suara motor, keluar dari halaman rumahku.Jika itu Dilan, dia sudah pergi.

    Aku langsung duduk di kursi belajarku, meneruskan makan malam sampai habis dan lalu keluar dari kamar untuk menyimpan piring makanku dan terus ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan gosok gigi.

    Setelah selesai di kamar mandi, aku bermaksud kembali ke kamarku.Tadi ada tamu,kata ibu yang berpapasan denganku.Oh? Siapa?,tanyaku pura-pura tidak tahu.Katanya yang dagang di kantin sekolah,jawab ibu sambil memasukkan buku ke dalam laci di meja tengah.Hah?

    Aku nyaris ketawa. Aku makin yakin itu pasti Dilan. Ngapain?,tanyaku.Apa itu? Nawarin menu baru,jawab ibu.Ha ha ha ha

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    23/42

    Kali ini aku tidak bisa nahan ketawa.Malem-malem nawarin menu. Aneh-aneh ajaIbu tersenyum.Ha ha ha. Terus ibu bilang apa?,tanyakuAyah yang ngobrol

    Beberapa menit dari itu telepon rumah berdering. Aku berada lebih dekat dengan pesawat telepon, sehingga akulah yang kemudian mengangkatnya.Hallo?,kusapa yang neleponSelamat malam," suaranya seperti Polisi."Malam""Bisa bicara dengan Milea?," katanya dengan nada yang dibagus-bagusin"Iya, saya""Oh. Syukurlah,katanya. Aku Dilan""Hey...," sapaku.Mendadak jantungku langsung deg-degan."Milea, bisa bicara dengan aku?," tanya DilanIya""Tadi aku datangIyaAku senyum.Kau tahu?""Tahu""Kau tahu kenapa aku datang?,tanya DilanNawarin menu?

    Ha ha ha haAku senyum.Aku harus datangKenapa?Kalau aku gak datang, gara-gara kau bilang ayahmu galak, aku pecundang he he heHe he heJadi aku datang,katanya. Kalau nanti dimarah, itu bagusKenapa bagus?Kamu akan kasihan ke aku kan? He he heHe he heKasihan gak?,tanya DilanEnggak""Ha ha ha

    Di mana?,kutanya.Siapa?, Dilan balik nanyaKamuKamu?,Dilan balik nanyaDilan,jawabku.

    Itu adalah hari pertama aku menyebut nama dia secara langsung kepadanya.Oh, ini mana ya? Di MarsKetawa jangan?,tanyakuAku di jalan Mars, Margahayu Raya.Di Bandung memang ada perumahan Margahayu Raya, nama-nama jalannya diambil darinama-nama planet.Oh. He he he

    Tidak disuruh juga, kamu ketawa,katanyaHe he he. BiarinTadi, ayahmu bilang, kamu sudah tidur,kata DilanOhKenapa sekarang bisa ngomong? Kamu ngigau?IyaHa ha ha ha ha.

    Waktu Dilan ketawa, sebenarnya aku juga ingin ketawa, tapi pasti kutahan.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    24/42

    Boro-boro ketawa, bicaraku juga sebisa mungkin kubikin singkat. Entah mengapa aku tidak ingin ayah dan ibu tahu bahwa itu dari si pedagang kantin sekolah yang tadi datang ke rumah menawarkan menu baru.

    Sebetulnya aku yakin mereka tak akan menelisik siapa yang sedang nelepon denganku.

    4Selesai nerima telepon dari Dilan, aku langsung masuk kamar untuk menyelesaikantugas PR sebelum pergi tidur.

    Sebagian otakku kugunakan untuk menjawab soal-soal PR, sebagiannya lagi untuk memikirkan dialog terakhir dengan Dilan di telepon:Boleh aku ramal?, Dilan nanyaIyaIya apa?Boleh,jawabkuAku ramal, nanti kamu akan jadi pacarku!He he hePercaya tidak?MusyrikHa ha ha""He he he."Mendadak aku merasa senang berbicara dengannya.

    "Hey, Milea""Iya""Kau tahu kenapa aku tidak langsung jujur ke kamu?Jujur apa?Ya, Jujur, bilang ke kamu aku mencintaimu?""He he he.Mukaku pasti merah.Kan sudah lewat surat? He he he,kutanya diaMaksudku ngomong langsung ke kamu?Enggak""Kalau mau, aku bisa. Itu gampangKenapa enggak?Kalau langsung, gak seru. Biasa

    He he he

    Ah, Dilan. Dia selalu pasti bisa bagaimana caranya membuat aku ketawa.Nanti kalau kamu mau tidur, hey,katanya di teleponIya?Kau harus tahuTahu apa?Setiap kau mau tidur, aku sedang mengucapkan selamat tidur. Kamu gak akan denger,karena jauhHe he he. Makasih

    5Di atas kasur, selagi mau tidur, aku dilanda kebimbangan yang hebat menyangkut r

    ealitas yang sedang kualami dengan hadirnya Dilan dalam hidupku dan menempatkansemuanya dalam konteks bahwa aku sudah punya pacar.

    Haruskah aku terus terang, bilang ke Dilan, bahwa aku sudah punya pacar? Sebelumperasaanku ke Dilan menjadi sesuatu yang jauh lebih kuat dan tumbuh menjadi makin subur, dan memudarkan hubunganku dengan Beni?

    Tentu saja, aku tidak ingin menyakiti hati Beni. Kupikir siapa pun orangnya akanmerasa sakit hati kalau hubungannya tidak berjalan seperti yang dia harapkan, dan lalu sakit hati dengan dirinya merasa dibuang.

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    25/42

    Aku mencoba untuk menempatkan pikiran itu. Tapi aku tidak tahu bagaimana mengatakannya ke Dilan tanpa harus menghancurkan egonya.

    Ah!

    Saat itu aku betul-betul merasa yakin bahwa hal itu sangat kejam seandainya akukatakan ke Dilan. Dia pasti akan sedih, dan aku juga akan sedih karena sudah membuat dia sedih dan karena ditinggal oleh dia yang pergi menjauh.

    Terus terang, seandainya aku boleh menjadi lebih egois ketika dengan Dilan aku benar-benar bisa merasa senang dan mendapat kesenangan yang lebih besar daripadayang kudapatkan dari Beni saat itu aku merasa tak ingin Dilan pergi.

    Dari Dilan kudapati banyak hal baru, kesenangan baru, pengetahuan baru, kehidupan baru, dan menumbuhkan perasaan baru yang aku tidak bisa membuatnya sendirian tanpa Dilan.

    Dia selalu mendatangiku, tapi pada dasarnya dirinyalah yang menunggu untuk aku datangi, menuntaskan rasa penasaranku untuk mengenalnya lebih jauh. Mungkin bagimu aku memiliki pikiran yang bodoh.

    Tapi aku lebih suka dibilang bodoh daripada harus menjauh darinya.

    Atau haruskah aku bilang ke Beni? Bahwa ada orang di Bandung, dan dia satu sekolah denganku, namanya Dilan, sedang berusaha mendekatiku?

    Kayaknya jangan, aku tahu Beni, jika kukatakan, justeru malah akan nambah masalah dari pada berusaha menyelesaikannya.

    Mengapa aku tidak bertemu Dilan sejak awal, sebelum aku bertemu Beni?

    Ah, pusing. Lebih baik aku tidur.

    Di luar mulai turun hujan menimpa genting rumahku.Kamu di mana sekarang, Dilan?Aku seperti bertanya kepada Dilan yang ada di dalamkepalaku.

    Oh iya, sudah kau bilang tadi di Mars. Hati-hati di jalan.

    Kututup mataku dengan bantal sambil senyum dan menggumam:Selamat tidur juga, Dilan

    BERSAMBUNGDiposkan oleh pidi baiq di 15.30Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookReaksi:383 komentar:1 200 dari 383 Lebih baru Terbaru

    Imam mengatakan...

    Ramalanku... cerita selanjutnya pasti lucu 15 Oktober 2013 17.53Imam mengatakan...

    Ramalanku... Sambunganya akan lebih lucu lagi...mungkin 15 Oktober 2013 17.54

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    26/42

    lugut ade mengatakan...

    keren bangpid, menginspirasi 15 Oktober 2013 19.13lugut ade mengatakan...

    keren, bangpid. Menginspirasi 15 Oktober 2013 19.14Nisrina Muthahari mengatakan...

    Pasti ujung-ujungnya sedih 16 Oktober 2013 03.18chiaki zhou mengatakan...

    yeheeyyy... akhirnya Surayah nge.blog lagi.. ^_^ keren banget!! >.< lucu.. bikin orang yg baca jadi jatuh cinta.. tapi karena aku cewe sih.. jadinya ngerasa.in so sweet banget Dilan.nya.. ^_^ 16 Oktober 2013 05.59chiaki zhou mengatakan...

    Kereeenn~~!!! ^_^ baca tulisan Surayah itu salah satu yang bikin saya senang... ^_^ 16 Oktober 2013 06.03

    Hyera Yeo mengatakan...

    lucu, lucuuu :3 bakalan seru tuh kayaknya aku tunggu kelanjutannya Ayah pidi ;) 16 Oktober 2013 08.16usagi hajime mengatakan...

    Kalo ada lanjutannya dibaca jangan? 16 Oktober 2013 16.08Anonim mengatakan...

    Aaaah dilaaan... Cowok bandel yang berakhlak... Kereeen!! Lope lope pokoknyamah ;p

    17 Oktober 2013 19.16Anonim mengatakan...

    Aaaah dilaaan... Cowok bandel yg berakhlak... Kereeen!!

    Lope lope... ;p @ShantyNurAisyah 17 Oktober 2013 19.43wi3nd mengatakan...

    setelah berabad abad akhirnya ada updatean juga

    suka pilih kasih ayahma ih,tweet mulu yang di update blogmah jarang *komplain dl ah hahha..

    itu si dilan pasti aja surayah pidi bahasanya uda kliatan,juga tingkah lakunya.

    kocak abis,kebayang ya gimana si milea itu dan pasti seru banget kalo 1 skolah ama ayah pidi :D 17 Oktober 2013 21.56ilman rahman mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    27/42

    keren euy , kukira saya tau siapa si Dilan ini ... 18 Oktober 2013 03.11ilman rahman mengatakan...

    keren euy !!! kukira saya tau siapa si Dilan ini... 18 Oktober 2013 03.14Baiq Pratiwi mengatakan...

    dilan itu keren 18 Oktober 2013 03.41bebaskan saja :))) mengatakan...

    kalo kata saya sekarang belum ada lanjutannya, gak tau deh kalo besok ;)) 18 Oktober 2013 04.04Febryansyah Doang mengatakan...

    Bingung mau komentar apa hahaa 18 Oktober 2013 05.00Taruli Tampubolon mengatakan...

    Subhanallah. luar biasa. 18 Oktober 2013 13.00Taruli Tampubolon mengatakan...

    Komentar ini telah dihapus oleh penulis.18 Oktober 2013 13.03say mengatakan...

    sekarang cinta2n yg banyak diperagain g bisa seseru ini 18 Oktober 2013 18.31Zakaria Hadi mengatakan...

    @pidibaiq: Kisah ini bersambung ke lagu The Panasdalam: "Librani" 18 Oktober 2013 19.09Mochamad Aldi mengatakan...

    keren euy si ayah!

    18 Oktober 2013 19.33Anonim mengatakan...

    surayah, miela apa melia? *jd berasa aku* 18 Oktober 2013 20.16WEILDA THERSIANA APRILIANTY mengatakan...

    Aku ajah yg nini sedang senang udah bacanya.......... 18 Oktober 2013 21.05Anonim mengatakan...

    saya yang mulai jiji dengan kisah-kisah percintaan yang ada sekarang, pas baca ini, sialannya.. malah pengen baca kisah percintaan yang lain... aduh-aduh..

    SAMBUNGANNYA DITUNGGU maspid.. jangan sampe saya mati penasaran karena ceritanya ga tamat...hehe 18 Oktober 2013 21.44Azwar Helmy mengatakan...

    di tunggu sambungannya kang :)) 18 Oktober 2013 23.03Azwar Helmy mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    28/42

    ditunggu sambungannya kang :) 18 Oktober 2013 23.05sinar14 mengatakan...

    ayah,mulai malam ini aku ijin mengagumi Dilan 19 Oktober 2013 06.17sinar14 mengatakan...

    ayah,aku ijin mulai.malam ini mengagumi Dilan 19 Oktober 2013 06.19Anonim mengatakan...

    jadi berandai2....klo ada yang melakukan hal yang sama ke saya :) 19 Oktober 2013 21.52wi3nd mengatakan...

    *masih menunggu sambungannya * milea cantik pantas sahja jadi rebutan :)

    20 Oktober 2013 20.07suryana atmaja mengatakan...

    ditunggu kelanjutannya ayah 20 Oktober 2013 21.43

    suryana atmaja mengatakan...

    bagus ceritanya yah, ditunggu kelanjtan ceritanya. 20 Oktober 2013 21.44NANANG SUPRIATNA mengatakan...

    Gegara photo si mileahari ini terlambat masuk kerja, tp gak apa2 aku tunjukinphoto milea dan photo kamu kang surayah, bos ku langsung reda marahnya :D 20 Oktober 2013 21.54Arnold mengatakan...

    Ayah... next di tunggu cerita sm om erwin koboi banjaran, cerita di tilang polisi yang ga pake helm terus idungnya di susuin biar polisi geli dan ga jadi ni

    lang. mau baca yang versi ayah nih... keren lah surayah 20 Oktober 2013 21.54Yudi Hadiyanto mengatakan...

    anjriiiiiiiiiiiiit... awesome yaaaaaaaaaah,,,, sambungan nya di tunggu.. hehehe 20 Oktober 2013 22.16sihungisme mengatakan...

    ayo suuur, lanjutankan sisanya, penasaran inih :))

    dibikin film, pasti mantep nih :D 20 Oktober 2013 23.21

    sihungisme mengatakan...

    *duduk manis nunggu lanjutannya

    20 Oktober 2013 23.22Anonim mengatakan...

    Ramalanku, dilan adalah suaminya yg lg lembur. dan jika dilan adalah org yg pikiranku tebak, maka timbul boleh? beberapa pertanyaan yang mungkin sudi surayah jawab.karena dilan dalam pikiranku tak sesuai

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    29/42

    jika itu benar dengan salah satu kisah drunken.. trims untk penasaran ini 21 Oktober 2013 02.07ontamerah mengatakan...

    Asliiii gelo , membangkitkan kenangan masa masa SMA. Kerennn abis . 21 Oktober 2013 06.01Aya Zahir mengatakan...

    Aaahh bersambung waeeee :((((( 21 Oktober 2013 08.41Aya Zahir mengatakan...

    Aaahhh bersambung waeee :(((((( 21 Oktober 2013 08.43Aya Zahir mengatakan...

    Aaahhh bersambung waeeee :'(((((((((( 21 Oktober 2013 08.45Aya Zahir mengatakan...

    Aaahhh bersambung waeeee :'(((((((( 21 Oktober 2013 08.45Aya Zahir mengatakan...

    Aaahh bersambung waeee :'(((( 21 Oktober 2013 08.47Hanniy Purple mengatakan...

    *bersambung lagiii... ayah bikin penasaran ihh 21 Oktober 2013 08.48chiw mengatakan...

    Aaaak buruan sambungannya dipost, ngga sabar nungguuuuuu :)) 21 Oktober 2013 09.32febrian putra mengatakan...

    keren abiissss,,, di pertengahan udah ketebak ending nya pasti bersambung d tunggu sambungannya yah 21 Oktober 2013 10.47Anonim mengatakan...

    Anjiiirrr keren pisan,. Surayah tong lama2 teuing nya sambunganana.. Teu sabar yeuh.. 21 Oktober 2013 20.18Gina Shintia Dewi mengatakan...

    ayaaaaaahh, ayo lanjutin :/

    22 Oktober 2013 04.34Gina Shintia Dewi mengatakan...

    ayah, ayo lanjutiiiinnn. 22 Oktober 2013 04.34Gina Shintia Dewi mengatakan...

    ditunggu ayah lanjutannya :') 22 Oktober 2013 04.35hamidah arieska mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    30/42

    keren abis,,,di tunggu yah cerita selanjutnya 22 Oktober 2013 05.04hamidah arieska mengatakan...

    keren abis,,,ditunggu cerita selanjutnya,,okokok 22 Oktober 2013 05.05ontamerah mengatakan...

    ikut ngantri menunggu kelanjutannya :D 22 Oktober 2013 06.06HappyFita mengatakan...

    penasaraaaaaaaaaaa...... :).... eh kurang n nya 22 Oktober 2013 08.23deaninamaku mengatakan...

    duhhh si Dilan meni romantis, romantis yang gak biasa, kereeennnn 22 Oktober 2013 20.04Wahyu Sovian mengatakan...

    Dibujeng enggal sambunganana... 23 Oktober 2013 11.55Dongjin Han mengatakan...

    ayah...kok ghg ngepost lanjutannya.. aku nungguin ampek mw kehabisan napas...T_T

    Dilannnnnn ^_^v 25 Oktober 2013 07.51Anonim mengatakan...

    hmm.. andaikan dilan kekasih aku, ayahh.. 25 Oktober 2013 23.45Anonim mengatakan...

    Hahahaha pasti dilan itu surayah bnged,romantis bnged ditunggu cerita sambun

    gannya ya yah 26 Oktober 2013 02.12Fitriyanti herlinda sari mengatakan...

    ahhh lanjutannyaaa gak sabaarrr 26 Oktober 2013 04.21Fitriyanti herlinda sari mengatakan...

    can't wait lanjutannyaaa... 26 Oktober 2013 04.23Anonim mengatakan...

    Masih belum ada. Tiap hari dibuka nihh.

    28 Oktober 2013 06.49Ike mengatakan...

    Dilan itu ayah ya :D 28 Oktober 2013 23.00Anonim mengatakan...

    senyum-senyum sendiri bacanya... 29 Oktober 2013 00.53Fadia rizky mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    31/42

    penasaran! ditunggu kelanjutannya :) 29 Oktober 2013 01.36ixan maulana mengatakan...

    ayah, barusan aku bacain cerita Milea ini buat pacarku, dia suka minta aku cerita sebelum dia tidur, tapi aku ga pinter cerita, jadi aja aku bacain cerita dilan buat dia malam ini. awalnya dia bilang ga mau, suruh aku bikin cerita sendiri, tapi abis aku mulai cerita dia kayanya suka, ga disuruh berenti. akhirnya dia ketiduran pas paragraf 12, aku senang, aku udah baca ini beberapa kali, dan sekali ini berhasil bikin tidur pacarku jadi sekarang aku bisa pergi jalan2, hehehe,.. makasi ayah, ditunggu kelanjutannya, assalamualaikum 29 Oktober 2013 09.24cihuy mengatakan...

    jika boleh ikut meramal: suatu hari.. ketika "Novel- Dia Adalah Dilanku" diterbitkan dalam edisi cetak, akan ada salah satunya di rak buku saya. :) semoga begitu 29 Oktober 2013 13.10Ai Sari mengatakan...

    bagus banget Ayah! saya suka :D 29 Oktober 2013 23.51Ai Sari mengatakan...

    Bagus banget ayah! saya suka...:D ditunggu kelanjutannya ..:) 29 Oktober 2013 23.53Anonim mengatakan...

    Kalo gak cepet di selesain lanjutannya kecewa sama bangpid ! :D 30 Oktober 2013 01.19ixan maulana mengatakan...

    waah.. direvisi ya yah? beberapa bagian milea jadi terdengar lebih.. remaja.. hehehe... barusan aku bacain lagi lanjutan buat cerita tidur pacar, dia udah ketiduran lagi. terima kasih lagi ayah, assalamualaikum

    30 Oktober 2013 09.20wi3nd mengatakan...

    ah surayahmah cuma sedikit sambungannya , nunggunya uda lama banget hiks...

    sungguh itu dilan yaaaa,sayangnya cuma satu :D 1 November 2013 00.57Ian Saft mengatakan...

    Yah gausah dilanjutin. Keluarin buku aja. Kalo ceritanya kelar disini ntar pada gamau beli buku yah euy rugi.. 1 November 2013 01.16

    Ian Saft mengatakan...

    Yah ga usah dilanjutin. Keluarin bukunya aja. Kalo ceritanya kelar disini ntar yang beli bukunya dikit yah euy rugi 1 November 2013 01.18dodot mengatakan...

    lanjuttt yah :D 1 November 2013 01.21triskar wisnu mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    32/42

    lanjut bang tanggung nih.. 1 November 2013 05.55Anonim mengatakan...

    Bikin penasaran ini mah. Hahahaaa,... lanjutkeun. 1 November 2013 11.54Anonim mengatakan...

    teu acan diaos ku abdi mah, Kang Haji. rada di ctrl+d heula we 1 November 2013 19.05wi3nd mengatakan...

    *sabaaarrr nunggu sambungannya...

    milea itu bukan suribu yah?

    *ah percuma da akan dijawab kuayahmah :D

    1 November 2013 21.41Pilo Poly mengatakan...

    semoga cepat selesai novelnya. sebuah bacaan yang asik.

    2 November 2013 14.50Irene Kania mengatakan...

    kereeen sekaliii :) aku jd pgn punya pacar ky Dilan :D 3 November 2013 04.08dewa mengatakan...

    Surayah tanggung jawab,, buruan beresin lanjutanyah,, 3 November 2013 08.48ilmi mengatakan...

    Keren sungguh yah. sangat menginspirasi. :) 3 November 2013 10.42

    Wahyu Sovian mengatakan...

    Dibujeng enggalna... sambunganana!!! 3 November 2013 11.10Jack Suryariansyah mengatakan...

    Kereeen yah sumpah, saya akan coba niru dilaan Sangat2 di tunggu yah kelanjutanya 3 November 2013 12.15wi3nd mengatakan...

    **setialah menunggu lanjutannya...

    bikin buku ajalah yah, kalo uda ditulis gini trus dibikin buku jadi ga enak.. heeeee 3 November 2013 22.28Dhessita Felayati mengatakan...

    Bacanya senyum senyum sendiri jd inget jaman sma #udahtua 3 November 2013 23.30teguh4fabregas mengatakan...

    bravooo... ahahahah

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    33/42

    4 November 2013 00.18anih widianingsih mengatakan...

    lanjutin lagiiiii... seru ceritanya ^_^ 4 November 2013 03.52Anonim mengatakan...

    jelek ceritanya tolog lanjutkan surayah@- haga 4 November 2013 05.03HappyFita mengatakan...

    jadi berasa Milea....... :)waktu baca ceritanya... senyum-senyum sendiri :) 4 November 2013 08.02NANANG SUPRIATNA mengatakan...

    Ngakak euy Kang Sur, kereenlah si Dilan, apalagi pas ngajak bi Asih mampir ke warung buat ngopi :D 4 November 2013 09.38chiaki zhou mengatakan...

    Ayaaahhh, itu foto mbak Milea-nya ya.... waaa ceritanya jd lebih berasa bgtnih! ^^ emang cantik sih ya mbak Milea-nya... hihihi :D 4 November 2013 13.36Fahmi Fauzi mengatakan...

    geulis yah Mileana :D 4 November 2013 15.09Oemar Gaptek mengatakan...

    aku juga nyaris tak percaya bahwa ada orang macam dilan dan pidibaiq di dunia.

    makasih ayah sudah menyenangkan :) 4 November 2013 20.22Risa Herlina mengatakan...

    Milea nya kaya orang korea.. cantikkk abizzzzzz .. coba yah mana foto dilan.

    . kan judulnya dilan hihihi 4 November 2013 20.31Rizki Anshari Manurung mengatakan...

    y Allah yah keren kali novelnya, tapi unsur kepribadian dilan agak diperjelas la yah, masi kurang itu. 4 November 2013 21.54Anisa Deiz Rakhmania mengatakan...

    Surayah... suka banget ini tulisannya! Ini diambil dr kisah nyata ngga, yah? Kalo iya, saya mau cari warung Bu Eemdimana. Pengen ketemu Dilan :D 4 November 2013 22.21

    Anisa Deiz Rakhmania mengatakan...

    Surayah... suka banget ini tulisannya! Ini diambil dr kisah nyata ngga, yah? Kalo iya, saya mau cari warung Bu Eemdimana. Pengen ketemu Dilan :D 4 November 2013 22.21Anisa Deiz Rakhmania mengatakan...

    Surayah... suka banget ini tulisannya! Ini diambil dr kisah nyata ngga, yah? Kalo iya, saya mau cari warung Bu Eem

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    34/42

    dimana. Pengen ketemu Dilan :D 4 November 2013 22.22mimi chan mengatakan...

    ayaaahhhhh .. sumpahhh .. aq jatuh cinta sama dilannnnnnnn .. ramal aq juga donk =)) T_T cepetan lanjutin cerita nya yah ... 5 November 2013 01.32mimi chan mengatakan...

    dilaaaaaaaaaaaaannn ... mungkin sore ini aku belum jatuh cinta sama kamu .. :P kerenn ayahhh lanjutin cerita nya plz ... 5 November 2013 01.33Irene Kania mengatakan...

    yah ,,foto Milea nya sudah ada...foto Dilan nya dong yah ..pengen tau orangkeren kaya Dilan itu gimana :D 5 November 2013 01.45Irene Kania mengatakan...

    yah..foto Milea nya sudah ada ..foto Dilan nya dong yaah ...pengen tau orangkeren ky Dilan itu gimana :D 5 November 2013 01.46

    gabrut mengatakan...

    di "DIa Adalah Dilanku" ini Piyan temennya Dilan... di "Mesjid Rolling Stones (Bagian I)" piyan itu temennya "aku (nu nulis)"

    hmmm...nepika mikiran kieu... 5 November 2013 03.45Wahyu Sovian mengatakan...

    Kang Pidi... diantos dui caritana dugi ka tutup lawang sigotaka... 5 November 2013 03.50Gilang Prambadi mengatakan...

    Yah hahaha curiga ini mah sebenernya buku hariannya si suribu waktu SMA 5 November 2013 04.21nolis mengatakan...

    Si dilan teh ayah lahh. Gening eta aya piyan sareng nandang. Asa sok maca carita mereka di tulisan ayah. Ahayssss... :)

    Yah, nulisna karena ayah hepi nya. Tong karena batur ninitah neruskeun :)

    HIDUP AYAH !!! MATI MEREKA PLAGIATOR !!! 5 November 2013 05.02Yudi Hadiyanto mengatakan...

    kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen 5 November 2013 05.46Unknown mengatakan...

    gila' ini virus menyenangkan,!!! ayah aku salud padamu, terimakasih :) 5 November 2013 07.58Mulky Muqtadir mengatakan...

    sangat penasaran lanjutannya 5 November 2013 08.44

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    35/42

    Anonim mengatakan...

    dilan itu sweet tapi goblog juga hahaha 5 November 2013 09.09Talytha Alethea mengatakan...

    dan memang benar ada Dilan di dunia ini. aku akan segera mencari. menjadi Milea-nya. 5 November 2013 09.24Talytha Alethea mengatakan... Komentar ini telah dihapus oleh penulis.

    5 November 2013 09.26chiaki zhou mengatakan...

    Dih, Surayah knp ceritanya makin kereeennnn...! Lanjutkan kesukaanmu ini buat nulis! He he.. 5 November 2013 15.17Anonim mengatakan...

    keren !!!!!!!! tinggal lanjutannya gak sabar pengen baca lagi !!!!!! 5 November 2013 18.45zoel razoel mengatakan...

    Hanya butuh cara yg biasa utk mendapatkan yg luar biasa . . .

    5 November 2013 20.03pandu pranata mengatakan...

    silahkan baca blog saya.. http://doerimawar.blogspot.com/ makasih 5 November 2013 23.34wi3nd mengatakan...

    ih seruuu..

    **masih nunggu sambungannya daaan milea cantik yah :) 6 November 2013 01.27zoel razoel mengatakan...

    Slh satu hal positif dari seorang Dilan adalah jujur dlm tindakan & perkataan membuat seseorg merasa dperlakukan selayaknya sbg seorang manusia . . . Shgga timbullah Cinta, cinta yg teramat sangat dalam, hingga sulit utk diungkapkan . . . 6 November 2013 01.38mier,,, mengatakan...

    gila ini surayah, ceritanya racun pisan, hahaha... :)) 6 November 2013 03.10zoel razoel mengatakan...

    Bersikap dan berpikir berdasarkan logika . . .

    6 November 2013 03.41HappyFita mengatakan...

    semakin jatuh cinta sama Dilan...... iri ih sama Milea ....... 6 November 2013 03.41Deasi Amela mengatakan...

    ayaaahhhhhhhh terusinnya yang banyaaak 6 November 2013 05.18Anonim mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    36/42

    udah dua ratus tiga puluh lima tahun ga ada cerita sekeren ini di bumi, ayukterusin yah..penasaran nih :) 6 November 2013 05.30Armiastho Adi Saputro mengatakan...

    foto Milea koq hilang yah? apa komputer saya yg error? 6 November 2013 06.29Anonim mengatakan...

    surayah juaraa!!!! 6 November 2013 06.33Anonim mengatakan...

    surayah juaraa!!! 6 November 2013 06.34Irwan Rinaldi mengatakan...

    Ha ha ha ha, seru euy. komo pas BERSAMBUNGna matak panasaran yah. 6 November 2013 07.18zakiniku mengatakan...

    aku membayangkan setting lokasi dan suasananya kayak di film Lupus jamannyaIrgi sama Lupus yang Bangun Lagi Dong..... aaaaaa udah lama ga ke Banduung 6 November 2013 [email protected] mengatakan...

    Kamu mau nyamuk nih ada dua Kamu satu Aku satu. ini jenis kalimat yg penuh skill banget Ayah. good job 6 November 2013 08.39Anonim mengatakan...

    keren ih bikin gemes. jangan lanjutin di blog deh om, di novel aja biar seru :p 6 November 2013 10.24

    agustinwardani mengatakan...

    Ini aku nggak bs bs komen ih ngeselin. Ayaaah.. dilan itu seperti kawanku waktu kuliah. Gaya bicaranya dan tingkahnya. Mungkin mirip karena kau inspirasinyayah.. lama-lama nyecroll kebawahnya pegel ih udah banyak banget. Heheheh 6 November 2013 13.47cucuchaos mengatakan...

    rock n roll pisan ,,,ada bob dylan dan roling stones dalam tiap katanya,,,mantap,,,,, 6 November 2013 14.55cucuchaos mengatakan...

    cerita yang nyetones dengan aroma kritik bob dylan,,,,,sruput kopi pait,,,mantap yah...lanjutkan!!!! 6 November 2013 15.00Anonim mengatakan...

    Sadis si Ayah, guru diajak gelut, tp salut Yah, berani keluar jalur selama itu benar. Tiap hari nongkrongin twitter pengen tau lanjutannya 6 November 2013 15.58chiaki zhou mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    37/42

    Hiyah... makin seru, makin keren, makin seneng bacanya... pas bgt td aku selesai baca udah nyampe sekolah dianterin ayahku naik motor.... makasih Surayah, udah disambung lagi ceritanya... 6 November 2013 16.04Sandi Arjanggi mengatakan...

    waduh, yah! sy rela telat ngantor demi baca novel ini. sy bergegas mandi dulu. mari! ditunggu lanjutannya! 6 November 2013 16.42Asri Rahmaniar mengatakan...

    ayah ih ini rame banget. aku jadi tiap hr cek blog ini buat baca lanjutannya. lanjutin terus ya ayah :D 6 November 2013 19.27babaenciel mengatakan...

    wah kayanya poto meila udah dihapus. untung gue udah liat cantiknya milea uhuuy 6 November 2013 20.31Wahyu Sovian mengatakan...

    Lanjut dui Kang Pid 6 November 2013 21.09Indra Abdurojak mengatakan...

    karunya eta Kang Adi , diantepkeun kitu, hha :)) 6 November 2013 22.33BundaRaka mengatakan...

    Yup betul,,,langsung dechh bikin bukunya,,,pasti laris manis,,, 6 November 2013 22.34Indra Abdurojak mengatakan...

    karunya eta Kang Adi dianggurkeun, haha 6 November 2013 22.34Anggia Fariska mengatakan...

    yah... aq tau itu dilanmu dan aq berharap dilanmu berakhir dengan happy ending... 7 November 2013 00.26BundaRaka mengatakan...

    Apalagi kalo dibikin film,,,,best dechhh 7 November 2013 01.04Anita Rohani mengatakan...

    Jangan sad ending, please jangan sad ending yahhh.... 7 November 2013 03.28suryana atmaja mengatakan...

    ayah tulisanmu bagus menghibur dan ada pelajarannya yg bisa saya ambil. 7 November 2013 05.10HappyFita mengatakan...

    argh....bersambung...meni asa masih keneh dina elak-elakan............. diatosan pisan sambunganna saenggalna heheheheheheh :) 7 November 2013 06.00cikal pranata mengatakan...

    ngegemesin dah ceritanya. jadi inget masa muda. hha

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    38/42

    7 November 2013 10.31rendy setiawan mengatakan...

    Keren, serasa masuk ke dalam cerita. 7 November 2013 18.34Agung Widhiatmojo mengatakan...

    SEEERRRRUUUU... asik banget... bener2 beda sama novel romance yg lain, gayapenceritaannya bikin aku dari tadi betah baca dari atas sampai paling bawah..bahkan komentar2 di blognya pun aku baca...

    kalau boleh tau update ceritanya tiap minggu hari atau bulan? novel lengkapnya ada yg di jual gak? udah terlanjur naksir sama ni novel, kalau gak kesampaianrasa penasaran ku sama lanjutan cerita .. biasanya panu kronis ku umat.. 7 November 2013 20.49Anonim mengatakan...

    Sayangnya sekarang milea sudah punya suami :/ 7 November 2013 22.26Yoyon Yonantara mengatakan...

    Mana sambungannya.... 8 November 2013 02.41Anonim mengatakan...

    panjangnya segimanapun, ga pernah ada capeknya nge-scroll ceritamu yahayo dilanjutin atuh :)

    @cowokmasukin 8 November 2013 03.18Dapur Kita mengatakan...

    Mata udah 5 watt juga kelawan euy saking penasaran sama ceritanya. Seru asliiiiii !!! 8 November 2013 11.31anisa widia mengatakan...

    Dilaaan... adakah seperti Dilan ini yg masih tersisa d'bumi ini :) gregetan aku liatnya hahahaaa...

    d'tunggu klanjutan ceritanya ya ayah :) 8 November 2013 15.06Diani Magasida mengatakan...

    ayah aku mah peupeujeuh yah Dilannya jangan dibikin mati, soalnya akunya suka olohok kalo ada cerita gitu teh. tiba2 yang punya lalakonnya mati we. yey .. yah ayah yahh... surayah. 8 November 2013 20.05

    RizyadOiOiOi mengatakan...

    si milea cantik banget, pantes dilan ngejar .. ngomong itu poto tahun berapa yah? 8 November 2013 21.40RizyadOiOiOi mengatakan...

    Si milea cantik bener, pantesan dilan ngejar .. ngomong itu poto milea waktu tahun berapa yah? 8 November 2013 21.43

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    39/42

    Anonim mengatakan...

    Kereen uy, inspirasi banget, hhha D tunggu updatennya HHH 8 November 2013 22.21Anonim mengatakan...

    Apa ku bilang! Pidibaiq itu keren! :) Salam. - Pandal Medan. 9 November 2013 00.38Anonim mengatakan...

    Ayaaaaaah..... mana lanjutannyaaaaaaa... Meski udah baca disini kalo dibikin novel saya beli 2 Yah, satu buat disimpen sbg cerita terbaik yg pernah saya baca... 9 November 2013 13.57fardhini nur hafidah mengatakan...

    Ayaaah kenalin aku sama Milea dong yah 9 November 2013 16.20muthia karima mengatakan...

    ayah carikan Dilan untukku 9 November 2013 17.35

    Armiastho Adi Saputro mengatakan...

    waw foto baru..Milea-nya cantik..ga bosan 9 November 2013 19.15SmartBeauty mengatakan...

    membaca tulisan K'Pidi sprt aku jaman SMA dulu, walau tempatnya berbeda, ceweknya beda, kelakuan cowoknya beda, kejadiannya pun tidak ada yg mirip sama sekali 10 November 2013 20.38Mas Asep Situmorang mengatakan...

    baca tulisan k'Pidi spt aku pas jaman SMA lho :) walau tmpatnya berbeda, cwe

    knya beda, cwoknya kelakuanya beda, n kejadiany ga ada yg mirip 10 November 2013 20.41Anonim mengatakan...

    juara milea... tak pernah bosan apalg liat scra langsung. :p. syg bukan jodohku dia punya dilan #egh hadeuh. 11 November 2013 01.09Pelancongmalas mengatakan...

    Si ayah ngelanjutnya segituh ... ah bikin penasaran makin makin ... 11 November 2013 01.18Lisa Anis Sawitri mengatakan...

    Menunggu novelnya dicetak dan sampe ke toko buku! >.< Kirim ke penerbit, deh. InsyaAllah diterima. :)) 11 November 2013 03.06Anonim mengatakan...

    Gak sia sia bacanya, sampai lupa mandi. Keren 11 November 2013 04.37alfian_047 mengatakan...

    aku belum selesai bacanya tapi udah kebayang serunya. heheheh keren lah poko

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    40/42

    knya.. seandainya aku produser pasti udah kuangkat jadi pilem ini cerita.hehehe 11 November 2013 05.26Anonim mengatakan...

    Sekalian banyak dong yah klo nerusin ceritanya :D I live Dilan :) Terimakasih ayah sdh menciptajan karakter seperti Dilan 11 November 2013 06.19Bundanya Hana mengatakan...

    kereeeeen.. yah cepet lanjutin ya makin penasaran hhe 11 November 2013 08.08Pingkan Permatasari mengatakan...

    ayah..cerita ini keren banget :') aku sampai terharu membacanya. Ditunggu sambungannya :) 11 November 2013 09.46nurfadli zul mengatakan...

    Orgasme jiwa yg tertahan 11 November 2013 09.57

    aband aband mengatakan...

    salam buat mama milea sama bunda dilan, dari saya ketua dewan pengurus dan pembina ibu-ibu PKK seluruh Dubai 11 November 2013 09.58aband aband mengatakan...

    Sampaikan Salam hangat kepada mama Milea dan Bundanya Dilan, dari saya KetuaDewan Pembina dan Pengurus Ibu-ibu PKK seluruh Dubai. 11 November 2013 10.00Soraya Paramita Ananda mengatakan...

    Yach cuma dikiit.. makin penasaran... :(

    11 November 2013 13.36Anonim mengatakan...

    Yg nebak2 endingnnya, sama aja kayak ibadah ngarep surga, ga asyik..... 11 November 2013 14.05Atiek mengatakan...

    nice story ever.. :') 11 November 2013 14.57Anonim mengatakan...

    nice story ever.. :') 11 November 2013 15.02

    thecrasher mengatakan...

    kayanya sih ini cerita pribadi nih..... :D

    seru banget hidupnya ya :D 11 November 2013 15.35@Bankeray mengatakan...

    Aaaaakkkk...jus duren stroberi..buruan tuang gelas kedua ayah pidi baiq 11 November 2013 16.15

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    41/42

    Segaris Samudra mengatakan...

    yah, ceritanya benar-benar keterlauan..kerennya.... :) 11 November 2013 18.07Segaris Samudra mengatakan...

    yah ceritanya benar benar keterlaluan..kerennya.. :) 11 November 2013 18.15nda kutik mengatakan...

    kenapa saya jadi ikut kangen Dilan ayah :( 11 November 2013 19.05nda kutik mengatakan...

    kenapa aku jadi ikut kangen dilan, ayah? 11 November 2013 19.06Azzwanha Aneu Purnama mengatakan...

    dunia nyata nya ada gak ya cowok kaya Dilan??? seru bangett ceritanya,, coba kalo di jadiin sebuah film,, keren bangett...!! Itu pasti,. di tunggu secepetnya ya kelanjutannya..?? tapi yang banyak donk, penasaran sama cerita nya.. 11 November 2013 19.25mehty tyas mengatakan...

    berasa dilan itu surayah.. atau mungkin Dilan itu surayah versi muda..hahaha 11 November 2013 23.42Anonim mengatakan...

    Aku mau meramal! Apalagi yang mau kamu ramalkan Nanti akan ada banyak orang yang penasaran kita mau makan dimana Orang? tanyaku heran. Nggak Siapa? Arwah

    Penasaran? Ha ha ha ha, Iya, udah banyak yang setengah mati dan hampir mati gara-gara menunggu kelanjutan cerita ini, kata Dilan sambil menahan tawanya. Jadi kalau mereka mati bakal jadi arwah penasaran dong, kataku. Ya mudah-mudahan nggak mengganggu kita waktu lagi makan, kata Dilan sambil berusaha menoleh ke sebelah kiri untuk melihatku. 12 November 2013 01.39shinta setyawati mengatakan...

    novelnya bikin KETAGIHAN yah !! munculin foto dilan dong yah.. seriusan penasaran banget,pengen liat... :')) 12 November 2013 02.10jaymrl mengatakan...

    Luar biasa. alur cerita yang mengalir dengan ringan namun sulit untuk tidakmelanjutkan ke halaman2 berikutnya. (y) 12 November 2013 04.08HappyFita mengatakan...

    oh jadi karena itu ayah suka menggunakan kata aku-kamu dan cenderung EYD? (masih menduga bahwa Dilan itu ayah) 12 November 2013 06.24Agustina Sulistyorini mengatakan...

  • 7/18/2019 Novel Dilan

    42/42

    Ayah, saya jatuh cinta nih sama dilan :p

    Ceritanya romantis manis..

    *menanti lanjutannya sambil harap2 cemas* 12 November 2013 09.01Hilmi Wantini mengatakan...

    ayah i love you,smangat jangan males nerusinnya,didoakeun ayah sing asup surga jeung abi jeung nu sadaya nu maca novel ieu jeung nu saroleh oge, Aamiin. 12 November 2013 13.34Hilmi Wantini mengatakan...

    ayah i love you, smangat truz untuk ngelanjutinnya, didoakeun ayah sing asupsurga jeung abi jeung nu sadaya maca novel karya ayah jeung nu sroleh. Aamiin. 12 November 2013 13.38