no 5

1
Hubungan gatal ( pruritus ) dengan gejala a. Pruritus Pruritus merupakan gejala umum pada pasien dengan penyakit hepatobilier. Penyebab dan mekanisme pruritus itu sendiri sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Akan tetapi, penemuan terbaru mengindikasikan bahwa lysophosfatidic acid ( LPA ), sebuah aktivator neuronal yang potensial , dan autotaxin ( ATX ) enzim yang membentuk LPA, mungkin membentuk kaskade signal pruritogenik pada pasien cholestatic yang mengalami pruritus. Dalam hal ini, kadar ATX yang menurun secara cepat bersamaan dengan berkurangnya rasa gatal, mengindikasikan bahwa ada sebuah faktor dalam sirkulasi enterohepatik yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kadar ATX. Hormon steroid mungkin merupakan salah satu komponen yang menyebabkan induksi dari ekspresi ATX yang menghasilakn TNF Alpha, IL – 6, EGF dan bFGF yang dapat merangsang pengeluaran histamin dan menyebabkan terjadinya pruritus. LPA merangsang neuron yang selektif terhadap gatal. Protein G memiliki reseptor untuk LPA, dimana reseptor berada di berbagai jaringan termasuk sistem saraf. Dan reseptor LPA juga berada pada neuron sensoris perifer yang memediasi berbagai sensasi yang kita rasakan ke sistem saraf pusat. LPA mungkin jug aberperan secara langsung dalam aktivasi ion channel TRPV1 yang merupakan reseptor capsaicin yang mempengaruhi rasa gatal atau pruritus sebagai transmisi nyeri non-mekanik. Selain ATX dan LPA, garam empedu juga merupakan salah satu zat pruritogen. Akan tetapi hubungan antara tingkat pruritus dengan konsentrasi garam empedu tidak pernah ditemukan. Ada kemunginan bahwa aktivasi G-protein-coupled reseptor garam empedu TGR5 berkontribusi dalam persepsi pruritus. ( Sumber: Beueur,U., Kremer, Andreas E., Boiler, Ruth, et al. 2014. Pruritus in Cholestasis :Fact and Fiction. USA. Hepatology)

Upload: maliftha-dwi-aini

Post on 02-Feb-2016

220 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

SCNs:cks

TRANSCRIPT

Page 1: no 5

Hubungan gatal ( pruritus ) dengan gejala

a. Pruritus

Pruritus merupakan gejala umum pada pasien dengan penyakit hepatobilier. Penyebab dan mekanisme pruritus itu sendiri sampai sekarang masih dalam tahap penelitian. Akan tetapi, penemuan terbaru mengindikasikan bahwa lysophosfatidic acid ( LPA ), sebuah aktivator neuronal yang potensial , dan autotaxin ( ATX ) enzim yang membentuk LPA, mungkin membentuk kaskade signal pruritogenik pada pasien cholestatic yang mengalami pruritus. Dalam hal ini, kadar ATX yang menurun secara cepat bersamaan dengan berkurangnya rasa gatal, mengindikasikan bahwa ada sebuah faktor dalam sirkulasi enterohepatik yang bertanggung jawab dalam meningkatkan kadar ATX. Hormon steroid mungkin merupakan salah satu komponen yang menyebabkan induksi dari ekspresi ATX yang menghasilakn TNF Alpha, IL – 6, EGF dan bFGF yang dapat merangsang pengeluaran histamin dan menyebabkan terjadinya pruritus.

LPA merangsang neuron yang selektif terhadap gatal. Protein G memiliki reseptor untuk LPA, dimana reseptor berada di berbagai jaringan termasuk sistem saraf. Dan reseptor LPA juga berada pada neuron sensoris perifer yang memediasi berbagai sensasi yang kita rasakan ke sistem saraf pusat. LPA mungkin jug aberperan secara langsung dalam aktivasi ion channel TRPV1 yang merupakan reseptor capsaicin yang mempengaruhi rasa gatal atau pruritus sebagai transmisi nyeri non-mekanik.

Selain ATX dan LPA, garam empedu juga merupakan salah satu zat pruritogen. Akan tetapi hubungan antara tingkat pruritus dengan konsentrasi garam empedu tidak pernah ditemukan. Ada kemunginan bahwa aktivasi G-protein-coupled reseptor garam empedu TGR5 berkontribusi dalam persepsi pruritus.

( Sumber:

Beueur,U., Kremer, Andreas E., Boiler, Ruth, et al. 2014. Pruritus in Cholestasis :Fact and Fiction. USA. Hepatology)