njop untuk kepentingan di luar perpajakan - pbb i

22

Click here to load reader

Upload: debrian-ruhut-saragih

Post on 25-Jun-2015

483 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan.

TRANSCRIPT

Page 1: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

NJOP UNTUK KEPENTINGAN DI LUAR PERPAJAKAN

ANGGOTA KELOMPOK II :

ADITYA TRI RAHMADI P.

AHMAD SYARIF

ANDREAS MARTIN

DEBRIAN RUHUT SARAGIH

EVAN SAPUTRA

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

SPESIALISASI PENILAI/PBB

2009

Page 2: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................2

1.1 PENGERTIAN...................................................................................................................................21.2 LATAR BELAKANG............................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................4

2.1 PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP).....................................................................................4a. Mekanisme Penetapan NJOP.................................................................................................4b. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam Penetapan NJOP............................................................5

2.2 NJOP UNTUK BERBAGAI KEPENTINGAN DI LUAR PERPAJAKAN................................................................5a. Pemanfaatan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB sebagai nilai tunggal untuk berbagai kepentingan (single value for multipurposes)................................................................................5b. Pemanfaatan Informasi Rinci Objek Pajak untuk pembentukan Sistem Informasi Pertanahan Multi Guna.................................................................................................................9

2.3 PENINGKATAN AKURASI, VALIDASI, DAN OBJEKTIVITAS DALAM PENENTUAN NJOP MENDEKATI NILAI PASAR WAJAR................................................................................................................................................9

a. Melalui pembentukan Bank Data Nilai Pasar Properti...........................................................9b. Melalui peningkatan Perlibatan Elemen Masyarakat dalam Pelaksanaan Penilaian..........10

BAB III PENUTUP..........................................................................................................................11

3.1 KESIMPULAN.................................................................................................................................113.2 SARAN.........................................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................12

Page 3: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Pengertian

Tanah merupakan salah satu unit produksi yang dapat menghasilkan barang lainnya. 

Sebagai salah satu unit produksi, tanah dapat dimiliki oleh setiap individu untuk memperoleh

pendapatan atau memproduksi barang dan jasa dengan tetap memperhatikan tanggung

jawabnya atas kepemilikan tanah tersebut.  Kemampuan ekonomis dan kepemilikan individu

atas suatu obyek tanah mendorong interaksi antara pemilik tanah dan produsen dalam pasar

properti sehingga tanah ditentukan melalui mekanisme pasar.

Tanah merupakan salah satu properti berwujud (Tangible Property) yang sangat peka

terhadap perkembangan.  Perkembangan yang cukup pesat pada suatu daerah menyebabkan

kenaikan permintaan berbagai properti pada pasar properti.  Dengan adanya kenaikan

permintaan tersebut maka harga properti cenderung meningkat.  Dengan adanya

perkembangan suatu daerah untuk tujuan tertentu seperti pembangunan daerah industri

ataupun komersial maka secara otomatis harga tanah didaerah tersebut cenderung meningkat.

Secara fisik, tanah dapat didefinisikan sebagai permukaan bumi bersama-sama dengan

tubuh bumi yang berada dibawahnya. Oleh karena itu, bagi mereka yang memperoleh

manfaat dari bumi dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya wajib untuk

menyerahkan sebagian kenikmatan yang diperolehnya kepada Negara melalui Pajak (Bagian

Umum UU No.12 Tahun 1985 yang diubah dengan UU No.12 Tahun 1994 Tentang Pajak

Bumi dan Bangunan).  Pajak yang dikenakan bagi mereka yang memperoleh manfaat dari

bumi dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya adalah Pajak Bumi dan Bangunan

(PBB).

Dasar yang digunakan untuk mengenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual

Obyek Pajak (NJOP).  NJOP merupakan harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual

beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, NJOP

ditentukan melalui perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis atau nilai perolehan

Page 4: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

baru atau Nilai Jual pengganti.  NJOP ditetapkan setiap 3 tahun oleh Menteri Keuangan,

kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai perkembangan daerahnya,

terutama apabila daerah tersebut mengalami kemajuan nilai ekonomis tanah.  NJOP

ditentukan berdasarkan harga rata-rata dari transaksi jual beli, maka dalam pelaksanaan

pengenaan PBB di lapangan dapat saja NJOP lebih tinggi atau lebih rendah dari transaksi jual

beli yang dilakukan masyarakat.

1.2 Latar Belakang

Saat ini hampir seluruh penilaian untuk pengenaan PBB dilakukan secara massal (mass

appraisal) sedangkan penilaian yang dilaksanakan secara individual (individual appraisal)

masih sedikit.  Keadaan ini disebabkan kurangnya tenaga dan biaya serta wilayah obyek

pajak yang luas dan besarnya jumlah objek pajak.  Penilaian secara massal memiliki

kelemahan, yaitu mengakibatkan kurang akuratnya data dan kurang seragamnya tingkat

penilaian dalam menentukan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP).

Permasalahan yang sering muncul selama ini adalah masih banyaknya keluhan dari

masyarakat sebagai wajib pajak berkaitan dengan penetapan PBB.  Surat Pemberitahuan

Pajak Terutang (SPPT) yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan

(KP PBB) dianggap tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.  Masyarakat (wajib

pajak) menganggap bahwa NJOP yang ditetapkan oleh KP PBB terlalu tinggi dibanding nilai

pasar yang ada sehingga mereka beramai-ramai mengajukan keberatan atas SPPT yang

mereka terima.  Persepsi yang berbeda antara wajib pajak dan petugas pajak dalam hal ini

nilai pasar dan NJOP tanah merupakan sumber masalah yang berkembang selama ini.

Data yang dihimpun baik dari PPAT, agen/broker properti, masyarakat maupun media

massa seringkali menunjukkan angka yang berbeda satu sama lain akibat dari perbedaan

kepentingan.  Dengan demikian, data pasar yang merupakan acuan dalam analisis Nilai

Indikasi Rata-Rata (NIR) sebagai dasar penetapan NJOP tanah masih belum akurat.  Dalam

penentuan NJOP tanah terjadi tarik-menarik antara aturan teknis dengan keyakinan

masyarakat sehingga timbul keraguan dalam menerapkan analisis NJOP tanah sesuai dengan

nilai pasar, menyebabkan terjadinya kesenjangan antar NJOP tanah yang ditetapkan dengan

nilai pasar yang ada.

Page 5: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Studi Assessment Sales Ratio sebagai salah satu alat yang dapat digunakan secara luas

untuk mengevaluasi masalah yang ada kaitannya dengan Pajak Bumi dan Bangunan, baik itu

menyangkut penetapan, keseragaman maupun keadilan.  Selain itu dapat juga digunakan

untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan seputar analisis pasar, penyelesaian keberatan

prosedur penilaian dan masalah lainnya.  Rasio yang sering digunakan dalam bidang

penilaian properti untuk kepentingan perpajakan adalah Assessment Ratio (AR) yang

merupakan perbandingan antara NJOP sebagai nilai properti yang ditetapkan terhadap nilai

pasar (market value).

Analisis penentuan NJOP tanah dimaksudkan untuk melihat tingkat penerapan NJOP

tanah terhadap nilai pasar yang berlaku.  Studi Assessment Sales Ratio dapat memberi

informasi umum apakah NJOP yang ditetapkan lebih tinggi atau lebih rendah dari pasar.

Penelitian Assessment Sales Ratio hanya dapat dilakukan pada properti (obyek pajak)

dikawasan dimana terdapat transaksi jual beli atau transaksi lain yang dapat digunakan

sebagai acuan perbandingan. Untuk daerah yang tidak terjadi transaksi tidak dapat dilakukan

penelitian tersebut.  The International Association of Assessing Officers (IAAO) telah

memberikan rekomendasi ukuran assessment sales ratio (standar on ratio studies) yang dapat

diterima. Dengan rekomendasi ini memudahkan beberapa negara untuk menggunakan standar

yang telah dikeluarkan IAAO sebagai bahan pengukur tingkat keseragaman (uniformity) dan

keadilan (equity) pajak properti.

Penentuan Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah berbeda dengan nilai pasar  yang ada. 

Hal ini disebabkan karena NJOP cenderung bersifat statis karena tidak selalu dilakukan

penyesuaian, sedangkan nilai pasar cenderung bersifat dinamis mengikuti perkembangan

yang terjadi setiap saat.   Masalah yang mendasar seperti inilah yang sering terjadi di

berbagai tempat, sehingga perlu diteliti tingkat akurasi penetapan NJOP terhadap nilai pasar. 

Page 6: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penetapan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

a. Mekanisme Penetapan NJOP

Sesuai dengan yang tercantum dalam pasal 1, Undang-undang No. 12 tahun 1994

tentang PBB, NJOP ditetapkan berdasarkan harga rata-rata yang diperoleh dari

transaksi jual-beli yang terjadi secara wajar. Adapun mekanisme disebut dengan

analisis Nilai Zona Tanah (ZNT), dimana penilaian objek pajak dilakukan dengan tiga

pendekatan yaitu, pendekatan data pasar (untuk pajak bumi), pendekatan biaya(untuk

data bangunan) dan pendekatan pendapatan (terutama untuk tanah-tanah produktif-

pertanian). Adapun faktor-faktor yang dijadikan acuan untuk NJOP bumi atau tanah

adalah : letak, peruntukan, pamanfaatan tanah, sedangkan untuk NJOP bangunan

adalah bahan bangunan, rekayasa, letak, dan kondisil lingkungan. Data yang

dipergunakan KP PBB untuk harga tanah diperoleh berdasarkan laporan transaksi

jual-beli yang dilakukan oleh notaries yang biasanya diberikan tiap akhir bulan yang

memuat tentang letak tanah yang dijadikan objek jual beli, luas tanah dari harga

tanahnya. Berdasarkan harga tersebut selanjutnya nilai jual tanah atau bumi tersebut

dikelompokkan sesuai klasifikasi NJOP untuk bumi berdasarkan keputusan menteri

keuangan no 174/KMK.04/1993, untuk dilihat berapa ketentuan nilai jualnya.

Sementara itu untuk NJOP untuk bangunan ditentukan dengan pendekatan biaya

yang didasarkan atas harga bahan bangunan yang dipergunakan. Dalam hal ini pada

wajib pajak diminta untuk mengisi formulir rincian data bangunan yang disediakan

oleh KP PBB. Berdasarkan data dalam formulir tersebut selanjutnya untuk penetapan

njopnya dilakukan penilaian berdasarkan daftar biaya komponen bangunan (DBKB)

yang dipergunakan, dimana informasinya diperoleh dari toko-toko bangunan yang

ada. Dari data-data tersebut selanjutnya oleh petugas dari KP PBB diolah dalam

program komputer yang sudah disediakan dari pusat, hingga akan diperoleh NJOP

untuk bangunan.

Page 7: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Sesuai dengan pasal 6 ayat 2 UU PBB penetapan NJOP dieprbaiki setiap 3 tahun

sekali kecuali untuk daerah tertentu yang karena perkembangan pembangunannya

mengakibatkan nilai NJOP cukup besar, maka penetapan NJOP ditentukan setahun

sekali. Dari keseluruhan mekanisme yang dilakukan dalam rangka penetapan PBB

tersebut persoalan yang muncul biasanya berkaitan dengan penentuan NJOP untuk

bangunan yang dijadikan sebagai acuan untuk penentuan NJOP bangunan. Dalam hal

ini pihak petugas di KP PBB pun tidak bias memberikan jawaban yang jelas, karena

program komputernya sudah dibuat dari pusat.

b. Pihak-pihak yang dilibatkan dalam Penetapan NJOP

Berdasarkan mekanisme yang dikemukakan diatas Nampak bahwa secara

langsung penetapan NJOP dilakukan secara tersentralisis oleh pihak KP PBB sendiri,

yaitu dengan mengacu pada keputusan menteri keuangan dengan menggunakan

program komputer yang sudah ditetapkan oleh pusat. Namun demikian, untuk

memenuhi persyaratan data kelengkapan baik untuk penetapan NJOP bumi maupun

bangunan dilibatkan beberapa komponen masyarakat seperti notaris, kepala desa,

pengembang, pedagang bahan bangunan, gubernur. Dengan demikian keterlibatan

komponen lain diluar kantor pelayanan PBB hanyalah merupakan bentuk keterlibatan

secara tidak langsung saja. Notaris misalnya memberikan informasi yang berkaitan

dengan harga tanah pada suatu tempat, aparat desa membantu memberikan

penyuluhan dan sosialisasi pada warga masyarakat serta membantu mengisikan

rincian dana bangunan, pedagang bahan bangunan memberikan informasi untuk

mengisi DBKB (Daftar Biaya Komponen Bangunan) Gubernur membantu

memberikan pertimbangan kepada menteri keuangan.

2.2 NJOP Untuk Berbagai Kepentingan di Luar Perpajakan

NJOP biasa digunakan untuk menentukan besarnya PBB orang pribadi/badan.

NJOP sendiri terbagi 2 yaitu: NJOP bumi dan NJOP bangunan. Disamping untuk

kepentingan perpajakan, Basis Data PBB berupa NJOP, dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan lainnya sebagai berikut:

Page 8: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

a. Pemanfaatan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB sebagai nilai tunggal untuk berbagai

kepentingan (single value for multipurposes)

Beberapa alasan kenapa NJOP dimanfaatkan banyak pihak :

Tuntutan akan kebutuhan Informasi Nilai Pasar Properti.

Belum tersedia sumber informasi nilai pasar properti yang mudah di akses dan

valid.

Belum ada institusi yang berwenang untuk mengelola data dan informasi pasar

properti secara rutin dan berskala nasional.

Mempunyai kekuatan hukum.

Pengertian Nilai Tunggal untuk Berbagai Kepentingan (single value for

multipurposes) dalam konteks ini adalah nilai pasar properti yang diharapkan dapat

digunakan sebagai satu-satunya sumber referensi untuk berbagai kepentingan.

Hal-hal yang melatarberlakangi dibutuhkannya Nilai Acuan Tunggal di atas

adalah:

Sering terjadi praktek mark up nilai properti yang ditujukan memberikan

keuntungan pada pihak tertentu sementara dipihak lain dirugikan, maka diperlukan

pengawasan nilai properti dalam bentuk satu nilai acuan.

Masalah klasik penilaian di Indonesia yaitu rendahnya transparansi, keterbatasan

data pasar, akses data dan tingkat kepercayaan yang menyebabkan pernilaian

menjadi sesuatu yang tidak mudah dilakukan.

Nilai acuan tunggal adalah Nilai Pasar Properti yang dihasilkan oleh Direktorat

Jenderal Pajak DepKeu yang dapat digunakan untuk berbagai kepentingan/tujuan

antara lain perpajakan, ganti rugi, perbankan, investasi, pembeli dan penjual,dll.

1. Perbankan/Agunan

Nilai suatu properti yang akan digunakan sebagai jaminan atas sejumlah pinjaman

tertentu (dari bank atau pemberi pinjaman lainnya).

Penilaian umumnya dilakukan oleh si pemberi pinjaman untuk mengetahui

seberapa layak properti tersebut digunakan sebagai jaminan.

2. Pembebasan Tanah/Ganti Rugi

Page 9: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara

memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah,

bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan

pencabutan hak atas tanah.

Pelepasan atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya

dengan memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah.

Ganti rugi adalah penggantian terhadap kerugian baik bersifat fisik dan/atau non

fisik sebagai akibat pengadaan tanah kepada yang mempunyai tanah, bangunan,

tanaman, dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dapat

memberikan kelangsungan hidup yang lebih baik dari tingkat kehidupan sosial

ekonomi sebelum terkena pengadaan tanah.

Kompensasi adalah biaya penggantian, yang diberikan sebagai penggantian atas

tanah dan bangunan yang dibebaskan, secara keseluruhan atau sebagian dan

semua aset/benda tak bergerak di atas tanah dan bangun-bangunan serta tanaman

dan pohon.

Pembebasan lahan adalah kegiatan dalam rangka perolehan lahan, bangunan

atau aset-aset lain dari orang-orang yang terkena dampak untuk kepentingan sub-

proyek/proyek yang diusulkan masyarakat.

Pada umumnya penilaian pembebasan tanah didasarkan pada NJOP yang telah

ditetapkan di daerah tersebut. NJOP, baik untuk bumi, bangunan, maupun tanaman

(SIT) ditetapkan biasanya menggunakan metode pendekatan perbandingan data pasar,

namun ada kalanya untuk property tertentu untuk penilaian pembebasan tanah seorang

penilai biasanya menggunakan 2 pendekatan yang lainnya.

3. Jual-Beli/sewa

Nilai Jual (sale value), yaitu nilai yang telah ditetapkan pihak penjual untuk tujuan

penjualan suatu properti.

Nilai Beli (Purchase value), yaitu nilai yang ditetapkan pembeli untuk

mendapatkan hak atas suatu properti.

Nilai Sewa (rental value), yaitu nilai yang ditetapkan untuk mendapatkan hak

menggunakan suatu properti dalam jangka waktu yang terbatas dan ditetapkan.

Page 10: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Jika ditelusuri aspek legalitasnya, sebenarnya banyak instansi pemerintah yang

bidang tugasnya berkaitan baik langsung maupun tidak langsung dengan pekerjaan

penilaian khususnya penilaian properti, yakni pekerjaan mengestimasi nilai pasar suatu

properti untuk kepentingan instansi tersebut.

Penaksiran harga tanah milik/dikuasai Negara DJA UU No. 17/2003, UU No. 1/2004,

dan PP (Draft).

Pengelolaan Brg/kekayaan milik Negara DJAPK PP No. 46 Thn 2002.

Pungutan layanan pertanahan BPN Keppres No. 21/1991.

Lelang aset negara DJPLN UU No. 18/00, PP No. 143/00,

PEMANFAATAN NJOP PBB UU No. 33/2004, Kepmendagri No. 29/2002, 12/2003,

Penyusunan Neraca Daerah Kab/Prop. Pemerintah Daerah   Perpres No. 36/2005

Penentuan ganti rugi Kab/Prop.   Penentuan nilai premi asuransi, dll Bukan Bank

Peraturan BINo.6/19/PBI/2004 Agunan Pinjaman Perbankan Lembaga Keuangan  

Legalitas Kepentingan Instansi.

NO.

Instansi Tujuan Peraturan

1 Direktorat Jenderal Pajak, Depkeu Penentuan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) sebagai dasar pengenaan PBB

UU No. 12 Tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU No.12 Tahun 1994

Penentuan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) sebagai dasar pengenaan BPHTB

UU No. 21 Tahun 1997 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2000

2 Perbankan Penilaian asset KMK RI No. 222/KMK.017/1993 tentang Persyaratan dan Tata Cara Merger, Konsolidasi dan akusisi bank.

Penilaian Agunan UU RI No. 7 tahun 1992 jo. UU RI No. 10 th. 1998 tentang Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.

3 Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN)

Penilaian asset Keppres RI No. 34 tahun 1998 tentang Tugas dan Kewenangan Badan Penyehatan Perbankan

Page 11: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Nasional

4 Departemen Dalam Negeri (Pemerintah Daerah)

Penyusunan Neraca asset daerah Kep. Menteri Dalam Negeri No. 112 tahun 2003 Tentang Pedoman Penilaian Barang Daerah.Pasal 3, kriteria yang dignakan dalam penilaian Barang Daerah ditentukan sebagai berikut :a. Penilaian

Tanah menggunakan harga pasar dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP)

5 Pemerintah Daerah/Pusat Kompensasi, Ganti rugi Keppres 55 tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.Pasal 15, Perhitungan ganti kerugian ditetapkan atas dasar:a. Harga tanah yang

didasarkan atas nilai nyata atau sebenarnya dengan memperhatikan Nilai Jual Objek Pajak bumi dan bangunan yang terakhir untuk tanah yang bersangkutan

NJOP yang merupakan produk penilaian dari Direktorat Jenderal Pajak

Departemen Keuangan dalam perkembangannya telah dibutuhkan dan dipercaya oleh

banyak instansi pemerintah lainnya sebagai dasar dalam aktivitas penilaian properti

sesuai dengan kepentingan masing-masing.

b. Pemanfaatan Informasi Rinci Objek Pajak untuk pembentukan Sistem Informasi Pertanahan Multi Guna.

Page 12: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Berbagai informasi yang tersedia dalam Informasi Rinci Objek Pajak

Perumahan dan non Perumahan seperti di atas dapat dimanfaatkan untuk

pembentukan Sistem Informasi Pertanahan Multi Guna. Dalam 1 NOP atas bidang

tanah yang sama yang ditunjukkan secara spasial, dapat memberikan informasi

pertanahan (jenis dan nomor hak pemilikan tanah), bangunan (nomor IMB),

perpajakan (NPWP), tagihan telepon dan listrik, kendaraan dan lain-lain.

2.3 Peningkatan Akurasi, Validasi, dan Objektivitas dalam Penentuan NJOP Mendekati Nilai Pasar Wajar

a. Melalui pembentukan Bank Data Nilai Pasar Properti

Informasi nilai pasar properti yang objektif pada saat ini sudah menjadi

kebutuhan semua stakeholder untuk berbagai kepentingan. Untuk mewujudkan sistem

informasi nilai pasar properti yang akurat, objektif dan adil maka dipandang perlu

untuk mencari solusi alternatif, antara lain diusulkan dengan pembentukan bank data

nasional nilai pasar properti. Mengingat karakteristik informasi nilai pasar properti

tersebut bersifat historis dan statis maka perlu dibangun dengan sistem georeference

yang dapat dijembatani dengan penerapan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang

mampu mngintegrasikan data atributik dan spasial sehingga dapat memberikan

Page 13: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

informasi yang lebih hidup, akurat, tajam dan mudah dipahami khususnya untuk tujuan

penilaian.

Konkritnya, untuk meningkatkan kualitas basis data PBB dan BPHTB dan

validasi Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) maka perlu dibentuk bank data nilai pasar

properti di masing-masing KPPBB. Tujuan pembentukan bank data nilai pasar properti

adalah:

Menjadikan landasan dalam menganalisis, menyusun, dan menyempurnakan Zona

Nilai Tanah/Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) sehingga penentuan NJOP mendekati

atau sama dengan nilai pasar.

Meningkatkan transparansi, akuntabilitas dan partisipasi masyarakat dalam proses

penentuan Nilai Indikasi Rata-rata (NIR) untuk penetapan NJOP sebagai dasar

pengenaan PBB dan untuk kepentingan lainnya.

Bank data nilai pasar properti ini menyediakan Informasi dan Analisis Data Nilai Pasar

Properti yang bersumber dari data Non PPAT seperti broker, lelang, penjual dan

pembeli, baik untuk data transaksi, jual-beli maupun penawaran, yang tingkat

akurasinya dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan.

b. Melalui peningkatan Perlibatan Elemen Masyarakat dalam Pelaksanaan Penilaian

Tujuan utamanya adalah agar hasil penilaian yang berupa njop secara psikologis

dapat diterima oleh semua stakeholder terutama unsur masyarakat. Namun lebih luas

lagi, langkah ini juga bertujuan antara lain untuk:

Peningkatan kualitas NJOP Bumi sehingga dapat diterima masyarakat wajib ajak

dengan tetap mengacu pada akurasi NJOP sesuai nilai pasar (market value).

Secara yuridis dan teknis NKOP Bumi akan lebih dapat dipertanggungjawabkan

sejalan dengan tuntutan dinamika masyarakat yang semakin kritis.

Menepis opini sebagian masyarakat wajib Pajak bahwa penentuan NJOP selama ini

dilakukan secara sepihak.

Mengurangi ketidakpuasan masyarakt yang tercermin dari peningkatan pengajuan

keberatan di KP PBB, sehingga dapat menimbulkan respon positif terhadap sistem

administrasi dan pengelolaan Pajak bumi dan bangunan.

Menciptakan hubungan baik antara KP PBB dan masyarakat Wajib Pajaksehingga

berdamak pada peningkatan penerimaan, peningkatan kualitas layanan dan sinergi

Page 14: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

yang kuat bagi perkembangan PBB di masa mendatang.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Mekanisme penetapan NJOP PBB masih terlihat sangat tersentralisir sehingga Nampak

kurang transparan. Patokan yang digunakan adalah patokan yang dating dari pusat.

Masyarakat banyak yang belum memahami atas hal tersebut. Hal ini berdampak pada

tidak terciptanya rasa keadilan bagi warga masyarakat. Masyarakat masih banyak yang

beranggapan bahwa penetapan NJOP masih belum merncerminkan harga pasar asa

nalar. Keterlibatan pihak-pihak lain seperti notaris, perangkat desa, pengusaha

bangunan dan sebagainya. Dalam penetapan NJOP masih sangat terbatas, tidak

dilakukan secara langsung, tetapi hanya sebatas pemberian informasi. Untuk itu perlu

dilakukan langkah-langkah perbaikan yang juga melibatkan komponen pemerintah

kabupaten dalam penetapan NJOP. Selama ini pemerintah daerah hanya diserahi tugas

yang berkaitan dengan pemungutan PBB.

Page 15: NJOP Untuk Kepentingan Di Luar Perpajakan - PBB I

Berbagai keberatan yang muncul sebagai akibat perubahan NJOP lebih disebabkan

karena kurangnya sosialisasi dari pihak KP PBB dan validitas data yang digunakan.

3.2 Saran

Di era otonomi daerah, mengingat sebagian besar bagi hasil PBB diberikan kepada

daerah maka perlu dipikirkan upaya untuk meningkatkan keterlibatan pemerintah

kabupaten secara riil khususnya dalam hal penetapan NJOP. Hal ini terutama untuk

mengurangi sentralisasi dan kurang transparannya mekanisme tersebut, sehingga harga

yang muncul sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat dan pemerintah.

DAFTAR PUSTAKA

Nurharjadmo,Wahyu.Spirit Publik.2006

Suharno, S.H.,MPM. Potret Perjalanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB). Direktorat PBB dan BPHTB.2003

http://www.ortax.org

http://www.digilib.itb.ac.id

http://www.wawasandigital.com