nina nomor 2

2
2. Bagaiimana cacing mengganggu sistem pencernaan? 1. Askariasis (Ascaris lumbricoides) Gejala pada sistem pencernaan meliputi gangguan abdominal, nausea, anoreksia dan diare. Komplikasi serius akibat migrasi cacing dewasa ke pencernaan lebih atas akan menyebabkan muntah (cacing keluar lewat mulut atau hidung) atau keluar lewat rectum. Sejumlah cacing dapat membentuk bolus (massa) yang dapat menyebabkan obstruksi intestinal secara parsial atau komplet dan menimbulkan rasa sakit pada abdomen, muntah dan kadang- kadang dapat diraba. Migrasi cacing ke kandung empedu, menyebabkan kolik biliar dan kolangitis. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan absorbsi beberapa zat gizi, seperti karbohidrat dan protein sehingga menyebabkan kekurangan gizi dan anemia ringan. 2. Hookworm (Necatoriasis/Ancylostomiasis) Cacing dewasa menyebabkan gejala pada fase intestinal, yaitu terjadi perlekatan cacing dewasa pada mukosa usus halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi usus halus menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang berdarah dan berlendir. Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah darah yang hilang setiap harinya adalah 2mL/1000telur/gram tinja pada infeksi Necator americanus dan 5mL/1000telur/gram tinja pada infeksi Ancylostoma duodenale, sehingga kadar hemoglobin dapat turun mecapai level 5gr/dl atau lebih rendah. Pada anak, infeksi cacing ini dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan mental. 3. Trichuriasis (Trichuris trichiura) Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya

Upload: ninataniaaa

Post on 16-Feb-2016

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nina Nomor 2

2. Bagaiimana cacing mengganggu sistem pencernaan?

1. Askariasis (Ascaris lumbricoides)

Gejala pada sistem pencernaan meliputi gangguan abdominal, nausea, anoreksia dan diare. Komplikasi serius akibat migrasi cacing dewasa ke pencernaan lebih atas akan menyebabkan muntah (cacing keluar lewat mulut atau hidung) atau keluar lewat rectum.

Sejumlah cacing dapat membentuk bolus (massa) yang dapat menyebabkan obstruksi intestinal secara parsial atau komplet dan menimbulkan rasa sakit pada abdomen, muntah dan kadang-kadang dapat diraba. Migrasi cacing ke kandung empedu, menyebabkan kolik biliar dan kolangitis. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan absorbsi beberapa zat gizi, seperti karbohidrat dan protein sehingga menyebabkan kekurangan gizi dan anemia ringan.

2. Hookworm (Necatoriasis/Ancylostomiasis)

Cacing dewasa menyebabkan gejala pada fase intestinal, yaitu terjadi perlekatan cacing dewasa pada mukosa usus halus dan pengisapan darah. Cacing ini dapat mengiritasi usus halus menyebabkan mual, muntah, nyeri perut, diare, dan feses yang berdarah dan berlendir. Anemia defisiensi besi dijumpai pada infeksi cacing tambang kronis akibat kehilangan darah melalui usus akibat dihisap oleh cacing tersebut di mukosa usus. Jumlah darah yang hilang setiap harinya adalah 2mL/1000telur/gram tinja pada infeksi Necator americanus dan 5mL/1000telur/gram tinja pada infeksi Ancylostoma duodenale, sehingga kadar hemoglobin dapat turun mecapai level 5gr/dl atau lebih rendah. Pada anak, infeksi cacing ini dapat mengganggu pertumbuhan fisik dan mental.

3. Trichuriasis (Trichuris trichiura)

Pada infeksi berat, terutama pada anak, cacing ini tersebar di seluruh kolon dan rektum. Kadang-kadang terlihat di mukosa rektum yang mengalami prolapsus akibat mengejannya penderita pada waktu defekasi. Cacing ini memasukkan kepalanya ke dalam mukosa usus, hingga terjadi trauma yang menimbulkan iritasi dan peradangan mukosa usus. Pada tempat perlekatannnya dapat terjadi perdarahan. Di samping itu rupanya cacing ini mengisap darah hospesnya, sehingga dapat menyebabkan anemia. Penderita terutama anak dengan infeksi Trichuris trichiura yang berat dan menahun, menunjukkan gejala-gejala nyata seperti diare yang sering diselingi dengan sindrom disentri, anemia, berat badan turun, dan kadang-kadang disertai prolapsus rektum

4. Strongyloidiasis (Strongyloides stercoralis)

Cacing dewasa menyebabkan kelainan pada mukosa usus muda. Infeksi ringan dengan Strongyloides pada umumnya terjadi tanpa diketahui hospesnya karena tidak menimbulkan gejala. Infeksi sedang dapat menyebabkan rasa sakit seperti tertusuk-

Page 2: Nina Nomor 2

tusuk di daerah epigastrium tengah dan tidak menjalar. Mungkin ada mual, dan muntah, diare dan konstipasi saling bergantian. Pada strongiloidiasis ada kemungkinan terjadi autoinfeksi dan hiperinfeksi. Pada hiperinfeksi cacing dewasa yang hidup sebagai parasit dapat ditemukan di seluruh traktus digestivus dan larvanya dapat ditemukan di berbagai alat dalam (paru, hati, kandung empedu). Sering ditemukan pada orang yang mengalami gangguan imunitas dan dapat menimbulkan kematian.

5. Enterobiasis (Enterobius vermicularis)

Enterobiasis relatif tidak berbahaya dan infeksi yang terjadi dapat asimtomatik. Pada infeksi yang simptomatik, gejala klinis yang menonjol disebabkan migrasi di sekitar anus, perineum, dan vagina oleh cacing betina gravid yang bermigrasi ke daerah anus dan vagina. Hal ini menyebabkan pruritus local, anak menggaruk di sekitar anus, berakibat terjadinya iritasi kulit. Pada kasus yang berat dapat terjadi perdarahan yang dapat diikuti dengan infeksi sekunder oleh bakteri. Bila tidak segera diatasi maka terjadi gangguan pertumbuhan anak.