news - acch.kpk.go.id · diantaranya adalah larangan najsy (larangan memuji kualitas barang kelewat...
TRANSCRIPT
Kegelisahan akan hadirnya sebuah jawab menjadi pemantik terbitnya buku
ini ke tangan pembaca. Rasa gundah yang dipadukan dengan keingintahuan
serta kemauan berbagi menjadi stimulus dalam menghadirkan karya
berjudul Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik.
Buku ini mengurai kondisi politik ekonomi di periode-periode awal peradaban
Islam klasik. Era yang menjadi fokus pembahasan yakni di masa pra-Islam, masa
Nabi Muhammad SAW, periode Abu Bakar, periode Umar bin Khattab, periode
Utsman bin Affan dan periode Ali bin Abi Thalib.
Menilik isi tulisan serta relatif panjangnya masa periode yang ingin disentuh,
buku ini membidik segmen pembaca khusus, yakni pemerhati/akademisi/praktisi
di bidang ekonomi dan politik. Segmentasi tersebut disasar penulis mengingat
minimnya buku yang memberikan perhatian lebih dalam membahas aspek ekonomi
maupun ekonomi politik di era peradaban Islam Klasik.
Secara tampilan, desain buku cukup ramah bagi pembaca. Desain muka buku
memudahkan calon pembaca dalam menerka lokus wilayah bahasan. Selain itu,
jenis dan ukuran huruf yang digunakan juga bersahabat bagi mata pembaca
sehingga memberikan kenyamanan tersendiri saat
membacanya. Dalam pemaparan, penulis mampu
secara lugas dan sistematis menggambarkan
situasi ekonomi politik di tiap periode
peradaban Islam klasik. Hal utama yang
patut diapresiasi dan menjadi sisi plus dari
buku ini ialah kemampuan penulis dalam
membuat simpulan. Sintesa-sintesa yang
ditulis tidak hanya menyandarkan pada
i n t u i t i f p e n u l i s s e m a t a . P e n u l i s
membangunnya dari fakta-fakta yang
dihasilkan dari penelitian sebelumnya. Hal
ini terlihat dari pelbagai penggalan-
penggalan kutipan yang dijadikan sebagai
penegas simpulan.
Penulis menguraikan bahwa dalam setiap
periode peradaban, memiliki orientasi maupun tantangan
ekonomi politik tersendiri. Di masa Arab pra-Islam, terdapat segregasi yang tegas
perihal karakteristik ekonomi politik antara wilayah Arab Selatan dan Arab Utara.
Penulis mendeskripsikan secara lengkap situasi ekonomi politik yang muncul
dengan memberikan porsi lebih pada dinamika ekonomi politik yang terjadi di
Mekah (Arab Utara). Menginjak periode Islam di masa Nabi Muhammad Saw
setelah hijrah, penulis menyampaikan bahwa konsolidasi politik di Madinah relatif
berjalan tanpa aral rintangan yang berarti. Tetapi pada aspek ekonomi, Nabi
Muhammad Saw dan pengikutnya menghadapi tantangan yang cukup pelik dalam
menentukan sektor ekonomi mana yang akan dimasuki, apakah memilih sektor
ekonomi yang sesuai dengan kompetensi sebagian besar pengikut, dalam hal ini
perdagangan ataukah bersandar ke pertanian sebagaimana yang telah menjadi ciri
khas Madinah.
KOLEKSI PILIHAN
¢ Agama Mengajarkan Antikorupsi
¢ Dari Mana Sumber Hartamu?
¢ Fikih Korupsi
¢ Jihad Melawan Korupsi
¢ Kisah-kisah Islam Anti Korupsi
¢ Korupsi dalam Hukum Pidana Islam
¢ Koruptor Itu Kafir
PERPUSTAKAAN KPK
LETTERNEWS
Edisi 06 Vol.III | Juni 2017
Penulis: Suwarsono MuhammadKolasi : xii + 254 Hal; 15x23 cm
Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik
“Berbahagialah orang yang dapat
menjadi tuan bagi dirinya,
menjadi pemandu untuk
nafsunya, dan menjadi
kapten untuk bahtera
hidupnya.”
– Ali bin Abi Thalib-
Gedung KPK Lt.1Jalan Kuningan Persada Kav.4 Jakarta
Telp: (021) 2557 8300 ext 8642Email: [email protected]://perpustakaan.kpk.go.id
alamat redaksi
Halaman BelakangDapatkan Newsletter Perpustakaan KPK edisi lainnya di Portal ACCH
https://acch.kpk.go.id/perpustakaan/newsletterBuku ini ditulis sebagai upaya menjawab secara
rasional atas kegelisahan yang begitu emosional,
muncul kurang lebih tujuh tahun yang lalu. Tulisan
ini diharapkan dapat menemukan peta jalan
ekonomi politik peradaban islam klasik yang
mungkin bisa direka ulang. Jika memang peta
jalan lama itu muskil untuk ditemukan, buku ini
masih diharapkan menjadi pencerah yang dapat
membantu menunjukkan bagaimana peta jalan
baru harus dibangun.
Pertanyaan-pertanyaan pokok yang diajukan
dalam buku in i adalah sebagai ber ikut .
Bagaimana deskripsi peradaban Islam itu ketika
menggunakan pendekatan ekonomi potlitik?
Kelembagaan (institusi) ekonomi seperti apa
yang terbentuk pada masing-masing periode
peradaban dan bagaimana perkembangannya?
Adakah karakter yang inklusif yang melibatkan
banyak pihak untuk terlibat karena tersedia
insentif ekonomis yang memadai? Apakah
terbentuk kelembagaan politik baru yang juga
inklusif? Tersediakah kemungkinan untuk yang
sebaliknya: eksklusif hanya terbatas untuk para
elite? Yang terpenting tentu saja: apa yang
menjadi sebab-sebabnya? Bagaimana peradaban
yang pernah berjaya itu kemudian meluncur ke
bawah dan sepertinya belum ada tanda-tanda
untuk bangkit kembali?
Penulis juga mengungkap munculnya ancaman gagal berkembangnya
embrio negara Arab Islam paska wafatnya Rasulullah. Selama masa Rasullullah,
umat menikmati kombinasi kepemimpinan politik dan agama secara
manunggal dalam diri Rasulullah. Kompleksitas dan dinamika ekonomi politik
yang dihadapi umat meningkat setelah wafatnya Rasulullah. Situasi yang
berujung pada urgensi diangkatnya amirul mukminin diurai secara
komprehensif oleh penulis. Adanya kekhawatiran Khalifah Umar Bin Khattab
dalam pengelolaan kekayaan negara menjadi informasi relatif baru yang
disampaikan penulis kepada pembacanya. Meluasnya wilayah kekhalifahan
pada akhirnya berkorelasi linier dalam meningkatkan penerimaan negara baik
yang bersumber dari ghonimah (harta rampasan perang), jizya (pajak
perlindungan), dan kharaj (pajak tanah). Umar merisaukan munculnya
implikasi negatif apabila pendapatan negara yang semakin besar tidak dikelola
secara akuntabel.
Dalam hal kebaruan informasi, penulis juga mengungkap persoalan politik
nepotisme yang kentara muncul di era khalifah Utsman Bin Affan. Secara
berimbang, penulis-pun mampu mengemukakan capaian positif yang muncul di
masa Khalifah Utsman Bin Affan, misalnya dalam hal kodifikasi dan
standarisasi Al-Qur’an secara tertulis sampai dengan keberhasilannya
membangun armada laut. Masih di era yang sama, penulis secara gamblang
menjelaskan latarbelakang terjadinya perubahan karakter kepemimpinan
maupun pola pemerintahan antara periode Umar Bin Khattab dengan Utsman
Bin Affan. Dari kepemimpinan yang sederhana, merakyat dan agamawi menjadi
mewah, elitis dan duniawi. Dari model pemerintahan yang terdesentralisasi
menjadi sentralistis.
Lebih lanjut, penulis juga mampu mengurai secara proporsional kondisi
ekonomi politik di era Khalifah Ali Bin Abi Thalib. Periode pemerintahan yang
pendek namun sangat kritikal dalam mempengaruhi sejarah peradaban Islam
jangka panjang. Penulis menyingkap kondisi-kondisi dilematis yang dihadapi
Khalifah Ali sewaktu akan mengembalikan politik ekonomi kembali pada masa Umar Bin Khattab yang berbasis pada ‘kesederhanaan
ekonomi dan kepatuhan perilaku untuk tunduk sepenuhnya kepada ajaran agama’.
Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula dengan buku ini. Kenyamanan dalam memahami ulasan fakta dan data terganggu
dengan banyaknya kutipan dalam bahasa Inggris yang tidak disertai dengan terjemahannya. Hal ini potensial menyulitkan pembaca
terutama yang memiliki keterbatasan literasi bahasa Inggris guna memahami kandungan maknanya.
Terlepas dari sisi minus, buku Ekonomi Politik Peradaban Islam Klasik sangat dianjurkan untuk dibaca. Buku ini merupakan buku
berbasis penelitian. Pembaca akan memperoleh keyakinan yang tinggi dengan disertakannya pelbagai kutipan ahli oleh penulis. Lebih dari
itu, membaca buku ini sangat berguna dalam memperkaya pemahaman maupun memperluas cakrawala sewaktu mengenali aspek-aspek
penting ekonomi politik dalam sebuah pemerintahan.
Peresensi:
Didik Mulyanto
Direktorat Penelitian & Pengembangan KPK
Membuka kembali ungkapan satir seorang Buya Hamka,
“Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup.
Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja”,
maka dalam bermasyarakat tentulah hidup kita ingin bermanfaat
bagi sesama. Kita ingat bukan, sebaik-baiknya manusia adalah
mereka yang bermanfaat bagi sesama? Demikian pula yang
dilakukan Suwarsono (60 th), salah seorang dosen kampus
ternama di Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia. Selain
sebagai pengajar, ia juga dikenal sebagai penulis buku. Dalam
karirnya, ia pun pernah menjadi penasehat KPK pada periode
2013-2015.
Di sela kesibukannya, kini Suwarsono meluangkan sebagian
waktu untuk mengelola Perpustakaan yang ia dirikan. Dworowati,
ia beri nama perpustakaan itu, yang dahulu adalah nama sebuah
lembaga swadaya masyarakat yang ia dirikan bersama rekan-
rekannya pada tahun 1980an. Sempat berkembang pesat, namun
kemudian terlupakan. Dworowati adalah nama sebuah kerajaan
dalam mitologi pewayangan jawa dengan rajanya bernama
Kresna. Ia adalah raja yang mengerti tentang masa depan. Ia juga
yang mengatur strategi perang Pandawa dalam Baratayudha
dengan Kurawa, yang berakhir dengan menjadikan Pandhawa
sebagai simbol kebenaran-kemenangan.
Bermula dari koleksi pribadi yang dikumpulkan secara
sungguh-sungguh sejak tahun 1990, kini telah tercatat sekitar
3500an koleksi telah terkumpul. Enam ratus diantaranya
berbahasa Indonesia, dan sisanya berbahasa Inggris. Koleksinya
didominasi oleh disiplin ilmu antara lain: strategi penyehatan
organisasi, disiplin ilmu ekonomi, peradaban Barat dan Islam,
politik, strategi pemerintahan, sosiologi dan tak luput juga
persoalan kependudukan.
Melihat koleksi buku yang terkumpul akan lebih bermanfaat
apabila dinikmati oleh orang lain, Suwarsono memutuskan
membuka perpustakaan tersebut untuk umum. Bertepatan
dengan 1 Ramadhan 1438 H, Perpustakaan Dworowati yang
beralamat di perumahan Nogotirto Elok II Jln Jawa A 7
Yogyakarta 55292 sudah dapat diakses oleh masyarakat. Terletak
dalam sebuah bangunan sederhana seluas 100 m², Dworowati
memiliki tiga ruang utama, dua ruang untuk koleksi buku dan satu
ruang untuk membaca. Perpustakaan ini buka setiap hari Senin
s.d Sabtu mulai pukul 13.00 hingga 18.00 WIB.
Sesuai namanya, kehadiran Dworowati diharapkan agar
masyarakat mengenali apa yang disebut sebagai "berstrategi".
Perjalanan hidup individual, bangsa, dan bahkan peradaban tidak
sepenuhnya berjalan natural tetapi memerlukan desain yang
dibuat secara logic dengan satu set strategi. Pada intinya
masyarakat diharapkan mengenali bacaan-bacaan yang
mengedepankan pendekatan strategis.
Itulah Suwarsono dengan Dworowati-nya, bagaimana dengan
Anda?
LITERASIINSPIRASI Suwarsono dengan Suwarsono dengan
Dworowati-nyaDworowati-nyaSuwarsono dengan
Dworowati-nya
Pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad
SAW. diperkenalkan praktik etika ekonomi
baru khususnya yang berkaitan dengan
perdagangan. Diantaranya adalah larangan
najsy (larangan memuji kualitas barang
kelewat tinggi dan pura-pura menawar barang
tanpa niat membeli), larangan bay ba’dh ‘ala
ba’dh (larangan mengajukan harga baru yang
jauh lebih tinggi atau lebih rendah ketika masih
ada pihak lain yang sedang melakukan
negosiasi transaksi), larangan tallaqi al-
rukban (larangan mencegat dan membeli
barang sebelum sampai di pasar), larangan
melakukan praktik ihtinas dan ihtikar
(penimbunan harta), dan pelarangan terhadap
riba secara mutlak pada 632 M saat Nabi
melakukan haji terakhir.
Tahukah Anda ?