new public service
DESCRIPTION
tugasTRANSCRIPT
BAB I
PENDAUHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Mempelajari perkembangan ilmu administrasi negara dapat dikelompokkan atas tiga
babagan atau periode. Periode pertama disebutnya Administrasi Negara Klasik (Shafritz,
1978) atau disebut pula Administrasi Negara Lama atau Old Public Administration
(Dendhardt dan Dendhart, (2003). Periode kedua adalah Management Publik Baru atau New
Public Manajemen, dan pada periode ketiga adalah New Public Service.
Pada periode pertama selama abad ke-21 paling sedikit hampir tiga
perempatnya literatur administrasi masih berpusat pada pemikiran yang dikemukakan oleh
Woodrow Wilson, Federick Taylor, Luther Gulick, dan Herbert Simon. Banyak dari
pandangan mereka itu yang mengemukakan gambaran tentang ilmu yang netral dari nilai.
Demikian juga, hampir dari mereka memberikan suatu model normatif yang seharusnya
dipergunakan sebagai pedoman dalam mengatur dan melaksanakan organisasi publik (a
normative model for the conduct of public agencies). Salah satu pemikirannya yaitu gagasan
dari Wilson. Pada dasarnya dalam Wilson berpendapat efisiensi dan efektivitas birokrasi
dapat ditingkatkan dengan mengembangkan administrasi publik yang profesional dan non
partisan. Tema dominan dari pemikiran Wilson adalah aparat atau birokrasi yang netral atau
terpisah dari hiruk pikuk kepentingan politik. Karena itu administrasi negara harus didasarkan
pada prinsip-prinsip administrasi dan berorientasi pada pencapaian tujuan yang rasional
ekonomis. Administrasi negara merupakan pelaksanaan atau implementasi kebijakan publik,
ini menjadi bidangnya para birokrat tehnis. Sedang perumusan kebijakan merupakan wilayah
politik dan menjadi bidangnya para negarawan atau politisi.
Periode kedua adalah perkembangan ilmu yang kemudian disebut the New
Public Management. Kunci dari New Public Management adalah sangat menitikberatkan
pada mekanisme pasar dalam mengarahkan program-program publik. Ilmu ini ingin
mengubah cara kerja birokrasi publik dengan memberikan dan menstransformasikan label
kinerja bisnis ke dalamnya. Dari pandangan baru ini birokrasi publik harus mengenali warga
yang dilayani sebagai pelanggan yang perlu dipuaskan kepentingan individunya.
Sebagaimana kinerja birokrasi bisnis yang menganggap orang yang berhubungan dengannya
adalah perlu dipuasi kebutuhan pribadinya. Sementara itu, warga yang mempunyai
kebnutuhan-kebutuhan lain yang tidak tampak dalam hubungan itu tidak perlu diperhatikan.
Periode ketiga adalah uraian pokok dalam makalah ini yaitu the New Public
Service. New public service adalah salah satu sistem yang berusaha memperbaiki kinerja
birokrasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam memperbaiki kinerja birokrasi.
Berbeda dengan konsep model klasik dan the New Public management, maka konsep the
new public service adalah konsep yang menekankan berbagai elemen. Konsepnya yaitu; (1)
teori democratic citizenship; (2) model komunitas dan civil society; (3) organisasi humanism;
(4) postmodern ilmu administrasi publik. Empat konsep ini yang membangun perkembangan
ilmu administrasi negara pada periode ketiga yang disebut the New Public Service.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas, maka dalam makalah ini dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana ruang lingkup the New Public Service itu?
2. Bagaimana prinsip-prinsip atau asumsi dasar dari the New Public Service?
3. Bagaimana perbedaan Old Public Administration, New Public Managemen, dan the
New Public Service
1.3 Tujuan
Tujuan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui the New Public Service.
2. Untuk mengetahui bagaimana prinsip-prinsip atau asumsi dasar dari the New Public
Service.
3. Untuk mengetahui Bagaimana perbedaan Old Public Administration, New Public
Managemen, dan the New Public Service
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ruang Lingkup the New Public Service
New public service merupakan pola terbaru era ini dalam mereformasi kinerja
birokrasi. New public service adalah salah satu sistem yang berusaha memperbaiki kinerja
birokrasi dengan melibatkan masyarakat secara aktif dalam memperbaiki kinerja birokrasi.
Dalam sistem new public service, ditawarkan sebuah perubahan yang sangat signifikan dalam
proses memformulasikan dan mengimplemantasikan kebijakan pemerintah berkaitan dengan
pelayanan terhadap publik. Jika dalam sistem-sistem lain proses perumusan kebijakan hanya
melibatkan pemerintah dan swasta maka dalam new public service sebaliknya. Dalam new
public service dominasi pemerintah yang sangat besar dalam penentuan sebuah kebijakan
dilepaskan dan pemerintah mulai terbuka terhadap partisipasi banyak individu, kelompok dan
berbagai institusi yang berada di luar pemerintah.
Berbeda dengan konsep model klasik dan the New Public management, maka konsep
the new public service adalah konsep yang menekankan berbagai elemen. Konsepnya yaitu;
(1) teori democratic citizenship; (2) model komunitas dan civil society; (3) organisasi
humanism; (4) postmodern ilmu administrasi publik. Empat konsep ini yang membangun
perkembangan ilmu administrasi negara pada periode ketiga yang disebut the New Public
Service. Penjelasan konsep-konsep itu adalah sebagai berikut:
1. Teori tentang demokrasi kewarganegaraan (democratic citizenship) ; perlunya
pelibatan warganegara dalam pengambilan kebijakan dan pentingnya deliberasi untuk
membangun solidaritas dan komitmen guna menghindari konflik.
2. Model komunitas dan civil society; akomodatif terhadap peran masyarakat sipil
dengan membangun social trust, kohesi sosial dan jaringan sosial dalam tata
pemerintahan yang demokratis.
3. Teori organisasi humanis dan administrasi negara baru; administrasi negara harus
fokus pada organisasi yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan (human beings) dan
respon terhadap nilai-nilai kemanusiaan, keadilan dan isu-isu sosial lainnya.
4. Administrasi negara postmodern; mengutamakan dialog (dirkursus) terhadap teori
dalam memecahkan persoalan publik daripada menggunakan one best way
perspective.
Munculnya sistem new public service dalam pergulatan birokrasi Indonesia menuju
pelayanan yang efektif dan efesien adalah salah satu sistem yang menawarkan ruang bagi
keaktifan dan partisipasi masyarakat dalam mereformasi kinerja birokrasi. Akan tetapi dalam
konteks Indonesia, keterlibatan masyarakat seperti yang ditawarkan oleh new public service
harus dilihat dalam konsep interaksi dan keterlibatan masyarakat dalam merubah kebudayaan
dan pola pikir negatif yang telah membentuk kultur negatif dalam kinerja birokrasi.
Masyarakat sebagai agen dan pelaku nilai-nilai kebudayaan dalam hal ini tentunya memiliki
yang peran sangat signifikan untuk turut serta merubah kultur serta kinerja buruk birokrasi
saat ini.
Salah satu hal yang paling sederhana yang dapat dimulai oleh masyarakat ialah dengan
mengubah cara pandang (mindset) yang salah mereka terhadap birokrasi. Salah satu hal yang
sering diabaikan oleh masyarakat ialah birokrasi jarang dilihat sebagai organisasi masyarakat
yang bertugas untuk melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat, di mana pelayanan tersebut
adalah hak yang harus mereka terima sebagai warga negara. Sebaliknya yang sering terjadi
ialah masyarakat memandang pelayanan sebagai produk yang diperjualbelikan dan
mengeluarkan biaya tambahan adalah suatu hal yang lumrah dalam memperoleh sebuah
pelayanan yang berkualitas.
Hal-hal sederhana inilah yang harus dirubah masyarakat. Walaupun sederhana, inilah
wujut keterlibatan paling nyata yang dapat dilaksanakan dalam mereformasi kinerja birokrasi.
Karena walaupun bertolak dari hal yang paling sederhana, secara esensial hal ini merupakan
suatu hal yang sangat mendasar dalam memperbaiki kinerja birokrasi. Dalam pelayanan
publik, masyarakat adalah subyek dan obyek dari pelayanan tersebut dan mengubah mindset
masyarakat dalam menuntut memperbaiki kinerja pelayanan publik adalah salah satu hal
paling utama.
2.2 Prinsip-Prinsip the New Public Service
Prinsip-prinsip atau asumsi dasar The New Public Service adalah :
1. Melayani Warga Negara, bukan customer (Serve Citizens, Not Customers)
New Public Service memandang publik sebagai ‘citizen’ atau warga negara yang
mempunyai hak dan kewajiban publik yang sama. Tidak hanya sebagai customer yang
dilihat dari kemampuannya membeli atau membayar produk atau jasa. Citizen adalah
penerima dan pengguna pelayanan publik yang disediakan pemerintah dan sekaligus juga
subyek dari berbagai kewajiban publik seperti mematuhi peraturan perundang-undangan,
membayar pajak , membela Negara, dan sebagainya. New Public Service melihat publik
sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban dalam komunitas yang lebih luas.
Adanya unsur paksaan dalam mematuhi kewajiban publik menjadikan relasi Negara dan
publik tidak bersifat sukarela. Karena itu, abdi negara tidak hanya responsif terhadap
‘customer’ , tapi juga fokus pada pemenuhan hak-hak publik serta upaya membangun
hubungan kepercayaan (trust) dan kolaborasi dengan warga negara.
2. Mengutamakan Kepentingan Publik (Seeks the Public Interest)
New Public Service berpandangan aparatur Negara bukan aktor utama dalam
merumuskan apa yang menjadi kepentingan publik. Administrator publik adalah aktor
penting dalam sistem kepemerintahan yang lebih luas yang terdiri dari warga Negara
(citizen), kelompok, wakil rakyat, dan lembaga-lembaga lainnya. Administrator negara
mempunyai peran membantu warga negara mengartikulasikan kepentingan publik. Warga
negara diberi suatu pilihan di setiap tahapan proses kepemerintahan , bukan hanya dilibatkan
pada saat pemilihan umum. Administrator publik berkewajiban memfasilitasi forum bagi
terjadinya dialog publik. Argumen ini berpengaruh terhadap peran dan tanggungjawab
administrasi publik yang tidak hanya berorientasi pada pencapaian tujuan-tujuan ekonomis
tapi juga nilai-nilai yang menjadi manifestasi kepentingan publik seperti kejujuran ,keadilan,
kemanusiaan, dan sebagainya.
3. Kewarganegaraan lebih berharga daripada Kewirausahaan (Value Citizenship
over Entrepreneurship)
New Public Service berargumen kepentingan publik akan lebih baik bila dirumuskan dan
dikembangkan oleh aparatur Negara bersama-sama dengan warga negara yang punya
komitmen untuk memberi sumbangan berarti pada kehidupan bersama daripada oleh manajer
berjiwa wirausaha yang bertindak seolah uang dan kekayaan publik itu milik mereka.
Prinsip ini berimplikasi pada peran pemerintah dan relasinya dengan masyarakat. Peran
pemerintah di masa lalu lebih bersifat mengarahkan masyarakat melalui fungsi-fungsi yang
bersifat langsung dan pengendalian seperti fungsi pengaturan atau regulasi, pemberian
layanan, menetapkan aturan dan insentif. Kehidupan masyarakat modern yang makin
kompleks menuntut peran pemerintah bergeser dari fungsi controlling ke agenda setting,
fasilitasi, negosiasi atau “brokering” solusi untuk memecahkan problem-problem publik
(seringkali dengan melibatkan koalisi badan –badan pemerintah, privat dan nonprofit).
Untuk itu, administrator publik tidak cukup hanya menguasai keahlian kontrol manajemen
tapi juga keahlian bernegosiasi dan resolusi konflik .
4. Berpikir Strategis, Bertindak Demokratis (Think Strategically, Act
Democratically)
Fokus utama implementasi dalam New Public Service pada keterlibatan citizen dan
pembangunan komunitas (community building). Keterlibatan citizen dilihat sebagai bagian
yang harus ada dalam implementasi kebijakan dalam sistem demokrasi. Keterlibatan disini
mencakup keseluruhan tahapan perumusan dan proses implementasi kebijakan. Melalui
proses ini, warga Negara merasa terlibat dalam proses kepemerintahan bukan hanya menuntut
pemerintah untuk memuaskan kepentingannya. Organisasi menjadi ruang publik dimana
manusia (citizen dan administrator) dengan perspektif yang berbeda bertindak bersama demi
kebaikan publik. Interaksi dan keterlibatan dengan warga Negara ini yang memberi tujuan
dan makna pada pelayanan publik.
5. Tahu kalau Akuntabilitas Bukan Hal Sederhana (Recognize that accountability is
not Simple).
Menurut New Public Service , efisiensi, efektivitas dan kepuasan customer penting, tapi
administrasi publik juga harus mempertanggungjawabkan kinerjanya dari sisi etika, prinsip
demokrasi , dan kepentingan publik. Administrator publik bukan wirausaha atas bisnisnya
sendiri dimana konsekuensi ataupun kegagalan akibat keputusan yang diambilnya akan
ditanggungnya sendiri. Resiko atas kegagalan suatu implementasi kebijakan publik akan
ditanggung semua warga masyarakat. Karena itu akuntabilitas administrasi publik bersifat
komplek dan multifacet atau banyak dimensi seperti pertanggungjawaban profesional, legal,
politis dan demokratis.
6. Melayani Ketimbang Mengarahkan (Serve Rather than Steer)
Kepemimpinan dalam New Public Service terfokus pada energi manusia untuk
kemanfaatan kemanusiaan. Kepemimpinan sektor publik berlandaskan pada nilai disebut
‘moral atau transformational leadership’, bukan ‘transactional leadership’. Kepemimpinan
transaksional digerakkan atas dasar motif timbal balik atau saling menguntungkan antara
pimpinan dan pengikut, atasan dan bawahan. Kepemimpinan moral atau transformasional
adalah kepemimpinan yang mampu menjadi aspirasi dan keteladanan moral baik bagi
pimpinan, bawahan, maupun publik secara keseluruhan. Kepemimpinan moral menghasilkan
tindakan yang konsisten dengan kebutuhan, kepentingan, dan aspirasi pengikut maupun
tindakan-tindakan yang secara fundamental merubah moral dan kondisi sosial. Pada akhirnya
kepemimpinan ini mempunyai kapasitas untuk menggerakkan kelompok, organisasi, dan
masyarakat menuju pencapaian tujuan yang lebih tinggi.
Kepemimpinan dalam New Public Service merupakan ‘shared leadership’ dimana
kendali kepemimpinan tidak terpusat di tangan atasan tapi melibatkan banyak orang, banyak
kelompok. Kedudukan pimpinan disini bukan sebagai pemilik tapi pelayan publik atau abdi
masyarakat (servant, not owner).
7. Menghargai Manusia, Bukan Sekedar Produktivitas (Value People, Not Just
Productivity)
New Public Service tidak melihat manusia sebagai pemalas atau hanya mementingkan
dirinya sendiri. Perilaku manusia juga didorong oleh faktor martabat manusia (human
dignity), rasa memiliki dan dimiliki (belongingness), perhatian pada orang lain, pelayanan,
dan kepentingan publik. Karena itu ukuran kinerja pegawai tidak semata parameter ekonomi
tapi juga nilai-nilai kejujuran, kesetaraan, responsivitas, pemberdayaan, dan sebagainya.
Yang perlu disadari dalam kinerja pegawai negeri adalah kita tidak dapat mengharapkan
pegawai negeri untuk memperlakukan masyarakat dengan hormat, jika mereka sendiri
sebagai manusia tidak diperlakukan oleh pimpinannya sesuai dengan harkat kemanusiaannya.
Menyimak prinsip-prinsip New Public Service diatas bisa disimpulkan bahwa pada
intinya Dernhard dan Dernhard ingin memunculkan ide-ide yang melawan model arus utama
dalam teori administrasi publik yang sangat pro-pasar. Bagaimanapun organisasi publik
mempunyai raison d’etre yang jelas berbeda dengan organisasi bisnis, sehingga tidak bisa
dikendalikan seolah-olah lembaga bisnis. Ada nilai yang lebih penting , ketimbang sekedar
nilai ekonomi, yang harus diwujudkan organisasi publik. Sifat dan misi publik (publicness)
dari administrasi publik adalah melayani citizen yakni masyarakat sebagai warga Negara,
sebagai manusia yang mempunyai hak dan kewajiban publik yang sama terlepas dari identitas
dan kapasitas sosial, politik maupun ekonomi.
2.3 Bagaimana Perbedaan dari Old Public Administration, Public Service Managemen, dan
the New Public Service
Dilihat dari berbagai aspek, menurut Denhardt dan Denhardt paradigma NPS memiliki
perbedaan karakteristik dengan OPA dan NPM. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Tabel 1. Diferensiasi OPA, NPM dan NPS
Aspek Old Public
Administration
New Public
Management
New Public Service
Dasar teoritis
dan
fondasi
epistimologi
Teori politik Teori ekonomi Teori demokrasi
Rasionalitas dan
model perilaku
Manusia
Rasionalitas Synoptic
(administrative man)
Teknis dan rasionalitas
ekonomi (economic
man)
Rasionalitas strategis
atau rasionaitas
formal (politik,
ekonomi dan
organisasi)
Konsep
kepentingan
publik
Kepentingan publik
secara politis
dijelaskan dan
diekspresikan dalam
aturan hukum
Kepentingan publik
mewakili agregasi
kepentingan individu
Kepentingan publik
adalah hasil dialog
berbagai nilai
Responsivitas
birokrasi publik
Clients dan
constituent
Customer Citizen’s
Peran
pemerintah
Rowing Steering Serving
Pencapaian
tujuan
Badan pemerintah Organisasi privat dan
nonprofit
Koalisi
antarorganisasi
publik, nonprofit dan
privat
Akuntabilitas Hierarki administratif Bekerja sesuai dengan Multiaspek:
dengan jenjang yang
tegas
kehendak pasar
(keinginan pelanggan)
akuntabilitas
hukum, nilai-nilai,
komunitas, norma
politik, standar
profesional
Diskresi
administrasi
Diskresi terbatas Diskresi diberikan
secara luas
Diskresi dibutuhkan
tetapi dibatasi dan
bertanggung-jawab
Struktur
organisasi
Birokratik yang
ditandai
dengan otoritas top-
down
Desentralisasi
organisasi dengan
kontrol utama berada
pada para agen
Struktur kolaboratif
dengan kepemilikan
yang berbagi secara
internal dan eksternal
Asumsi
terhadap
motivasi
pegawai
dan
administrator
Gaji dan keuntungan,
proteksi
Semangat entrepreneur Pelayanan publik
dengan
keinginan melayani
masyarakat
Sumber: Denhardt dan Denhardt (2003: 28-29)