neuropati diabetik

39
NEUROPATI DIABETIKA Definisi neuropati diabetika Suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes mellitus. Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil- kecil yang memperdarahi syaraf (vasa nervorum). Patofisiologi: Dasar patofisiologi penyebab neuropati pada diabetes belum dimengerti seluruhnya&banyak hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang multifaktorial.berikut ini beberapa teori yang banyak diterima yaitu: 1. Teori Metabolik: Hiperglikemia menyebabkan kadar glucose intra seluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan

Upload: niki

Post on 24-Dec-2015

67 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

nb

TRANSCRIPT

NEUROPATI DIABETIKA

Definisi neuropati diabetika Suatu gangguan pada syaraf perifer, otonom dan

syaraf cranial yang ada hubunganya dengan diabetes mellitus.

Keadaan ini disebabkan oleh kerusakan mikrovaskuler yang disebabkan oleh diabetes yang meliputi pembuluh darah yang kecil-kecil yang memperdarahi syaraf (vasa nervorum).

Patofisiologi:Dasar patofisiologi penyebab neuropati pada diabetes belum dimengerti seluruhnya&banyak hipotesis dan pada saat ini dianggap suatu proses yang multifaktorial.berikut ini beberapa teori yang banyak diterima yaitu:

1. Teori Metabolik:Hiperglikemia menyebabkan kadar glucose intra seluler yang meningkat, sehingga terjadi kejenuhan (saturation) dari jalur glikolitik yang biasa digunakan(normal used glycolitic pathway). Glukosa yang berlebihan dialirkan ke jalur poliol dan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim aldose reduktase dan sorbitol dehidrogenase. Penumpukan sorbitol dan fruktosa menyebabkan mengurangnya mioinositol dalam syaraf, menurunya aktifitas membran Na/K-ATPase, terganggunya transport akson dan penghancuran struktur syaraf sehingga menyebabkan menurunya kecepatan hantar syaraf.

Dengan ini jelas, bagaimana inhibitor aldose reduktase bekerja dan memperbaiki kecepatan hantar saraf.

2. Teori Neurovaskuler/vaskuler (iskemik-hipoxik)Terjadi iskemia endoneural karena meningginya resistensi endoneural-vaskuler terhadap darah yang hiperglikemik. Berbagai faktor metabolik termasuk pembentukan dari produk akhir glikosilasi yang lanjut juga memegang peranan sampai terjadi kerusakan kapiler dan meng-inhibisi transport aksonal dan aktifitas Na/K-ATP ase sehingga akhirnya terjadi degenerasi akson. Semua ini juga terjadi karena kerusakan pada pembuluh darah yang membawa oksigen dan nutrien ke saraf.

3. Teori Oto-imun Neuropati oto-imun merupakan mekanisme yang menyebabkan terjadinya neuropati diabetika, karena menyebabkan inflamasi pada syaraf selalu menarik perhatian. Neuropati oto-imun bisa terjadi karena perubahan imunogenik dari sel endotel kapiler. Hal ini juga yang dapat menerangkan, mengapa penggunaan imunoglobulin intra vena (IVIg) bisa berhasil untuk mengobati neuropati diabetika.

4. Teori perubahan support neurotropikFaktor neurotropik penting untuk mempertahankan, pembentukan dan regenerasi dari elemen-elemen responsif dari sistem saraf. Nerve growth factor (NGF) merupakan yang telah paling banyak diselidiki. Protein ini memperbaiki survival dari faktor-faktor simpatetik

dan small fiber, yang berasal dari neural crest di sistem saraf perifer.

5. Iskemia syaraf/hipoksia : terjadinya mikro-angiopati yang menyebabkan hipoksia merupakan faktor penting dalam patogenesis neuropati diabetika yang telah dibuktikan dengan adanya lesi multifokal pada serabut saraf n.suralis.

6. Physical :Neuropati diabetika biasanya dimulai sebagai suatu disfungsi umum serabut saraf perifer yang asimptomatik. Biasanya disfungsi ini yang paling sering ditemukan adalah kecepatan hantar saraf yang abnormal atau penurunan respon denyut jantung terhadap nafas dalam atau terhadap tes valsava.

Tanda klinis pertama yang biasanya muncul bersamaan dengan menurunya kecepatan hantar saraf adalah menurunya/hilangnya refleks tumit atau menurun/hilangnya sensasi vibrasi pada jari-jari kaki.Bila penyakit berlanjut akan timbul nyeri dengan derajat yang berbeda-beda, gangguan sensorik pada jari-jari kaki, kaki dan tungkai distal, gangguan refleks fisiologis disertai kelemahan otot-otot kecil dari kaki.

Diperlukan 5 kriteria untuk menetapkan diagnosa polineuropati diabetika.

1) pasien menderita diabetes mellitus berdasarkan kriteria National Diabetes Data Group

2) diabetes melllitus telah menyebabkan hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama,

3) pasien menderita polineuropati yang predominan distal sensorimotorik pada ekstremitas bawah

4) Retinopati diabetika atau nefropati hampir sama dengan polineuropati

5) Kausa lain dari polineuropati sensori motorik bisa disingkirkan.

- DM tipe 1 (IDDM), polineuropati distal biasanya terjadi setelah hiperglikemia khronis untuk waktu yang lama.

- DM tipe 2 (NIDDM), terjadinya setelah beberapa tahun adanya kontrol gula darah yang kurang baik dan kadang-kadang malahan neuropati diabetika sudah ditemukan pada waktu ditegakkan diagnosa DM.

Neuropati diabetika bisa timbul dalam berbagai bentuk gejala sensorik, motorik dan otonom, harus dibuat daftar terstruktur untuk anamnesa.

Gejala sensorik bisa merupakan gejala negatif atau positif, difus atau lokal.

Gejala sensorik yang negatif adalah rasa tebal, tak merasa, gangguan berupa sarung tangan/kaus kaki, seperti berjalan diatas tongkat jangkungan dan kehilangan keseimbangan terutama bila mata ditutup dan luka-luka yang tidak merasa sakit.

Gejala sensorik positif adalah rasa seperti terbakar, nyeri yang menusuk, rasa seperti kesetrum, rasa kencang dan hipersensitif terhadap rasa halus.

Gejala motorik dapat menyebabkan kelemahan yang distal, proksimal atau fokal.

Gejala motorik distal termasuk gangguan koordinasi halus dari otot-otot tangan, tak dapat membuka kaleng atau memutar kunci, memuku-mukul kaki dan lecetnya jari-jari kaki.

Gejala gangguan proksimal adalah gangguan menaiki tangga, kesukaran bangun dari posisi duduk atau berbaring, jatuh karena lemasnya lutut dan kesukaran mengangkat lengan di atas pundak.

Gejala otonom dapat berupa gangguan sudo motorik (kulit kerinh, keringat yang kurang, keringat berlebihan pada area tertentu), gangguan pupil (gangguan pada saat gelap, sensitif terhadap cahaya yang terang), gangguan kardiovaskuler (kepala tertasa enteng pada posisi tertentu, pingsan), gastrointestinal (diare nokturnal, konstipasi, memuntahkan makanan yang telah dimakan), gangguan miksio (urgensi, inkontinensia, menetes) dan gangguan seksual (impotensi dalam ereksi dan gangguan ejakulasi pada pria) dan tidak bisa mencapai klimaks seksual pada wanita).

Klasifikasi neuropati diabetika :Neuropati diabetika dapat diklasifikasikan juga sebagai neuropati perifer, otonom, proksimal dan fokal dan setiap tipe mengenai badan yang berlainan dengan cara yang berbeda pula.

1. Neuropati perifer :Jenis neuropati ini merusak saraf di lengan dan tungkai, dimana kaki dan tungkai biasanya lebih dulu terkena dari pada tangan dan lengan. pada banyak penderita diabetes mellitus dapat ditemukan gejala neuropati pada pemeriksaan, akan tetapi penderita tidak merasakanya sama sekali.Gejala biasanya dirasakan lebih berat pada malam hari. Neuropati perifer juga bisa menyebabkan kelemahan otot dan hilangnya refleks, terutama refleks tumit yang menyebabkan perubahan cara jalan dan juga bisa menyebabkan deformitas pada kaki seperti hammertoes dan kollaps dari midfoot. Bisa terlihat luka-luka pada kaki yang terjadi pada daerah yang kurang rasa, karena kerusakan yang disebabkan oleh tekanan. Bila tidak diobati dengan segera, maka bisa terjadi infeksi sampai tulang dan bisa harus dilakukan amputasi.

2. Neuropati otonom :Jenis neuropati ini mengenai saraf yang mengontrol jantung, mengurus tekanan darah dan mengatur kadar gula darah, juga mengenai organ dalam yang menyebabkan gangguan pencernaan, pernafasan, miksio, respon seksual dan penglihatan. Selain itu sistem yang memperbaiki kadar gula ke normal setelah terjadi suatu episode hipoglikemia bisa terkena, sehingga terjadi hilangnya tanda-tanda peringatan terjadinya hipoglikemi seperti keringat dingin dan palpitasi.

Tidak sadarnya karena suatu hipoglikemia : biasanya akan terjadi gejala-gejala seperti gemetar, bila gula darah menurun samapi dibawah 70 mg%, sedangkan pada neuropati otonom hal ini tidak terjadi sehingga hipoglikemi sukar dideteksi. Namun ada problem lain yang bisa menyebabkan ini, sehingga hal ini tidak selalu berarti adanya kerusakan syaraf.Jantung dan sistem sirkulator adalah sistem dari kardiovaskuler, yang mengontrol sirkulasi darah. Kerusakan di sistem kardiovaskuler mengganggu kemampuan badan untuk mengatur tekanan darah dan denyut jantung sehingga tekanan darah dapat turun dengan mendadak setelah duduk atau berdiri dan menyebabkan penderita merasakan kepala yang enteng atau malahan pingsan.Kerusakan pada saraf yang mengatur denyut jantung dapat menyebabkan denyut yang lebih tinggi(tidak naik dan turun) sebagai respon terhadap fungsi badan yang normal dan pada latihan.Sistem pencernaan : Kerusakan pada saraf saluran pencernaan biasanya menyebabkan konstipasi. Selain itu bisa juga menyebabkan pengosongan lambung yang terlalu lambat sehingga bisa menyebabkan gasttroparesis. Gastroparesis yang berat menyebabkan nausea dan muntah yang persisten dan tidak nafsu makan. Gastroparesis juga bisa menyebabkan fluktuasi gula darah, disebabkan pencernaan makanan yang abnormal. Kerusakan oesophagus bisa menyebabkan kesukaran menelan, sedangkan kerusakan pada usus menyebabkan konstipasi bergantian dengan diare yang sering dan tidak terkontrol pada malam hari dan problema-problema ini dapat menyebabkan penurunan berat badan.Traktus urinarius dan organ seks : neuropati otonom sering kali mempengaruhi organ-organ yang mengontrol miksio dan fungsi seksual. kerusakan saraf menghalangi pengosongan sempurna

dari kandung kemih sehingga bakteri dapat tumbuh di dalam kandung kemih dan ginjal sehingga dapat menyebabkan infeksi pada traktus urinarius. Bila saraf yang mengurus kandung kemih terganggu dapat terjadi inkotinesia urin karena tidak merasakan kapan kandung kemih penuh atau tidak bisa mengontrol otot-otot yang melepaskan urin.Kelenjar keringat :neuropati otonom dapat mengenai saraf-saraf yang mengurus keringat. Kerusakan saraf mencegah bekerjanya kelenjar keringat dengan baik, sehingga badan tidak dapat mengatur suhu tubuh dengan baik dan ini bisa menyebabkan keringat berlebihan pada malam hari atau sewaktu makan.

3. Neuropati proksimal:Neuropati proksimal sering kali juga disebut pleksus neuropati lumbosacral, neuropati femoral atau amiotrofi diabetika, yang dimulai dengan nyeri di paha, panggul, bokong atau tungkai biasanya pada satu sisi badan. Neuropati tipe ini lebih sering terjadi pada diabetes tipe 2 dan pada lansia. Bila terjadi kelemahan tungkai yang bermanifestasi dalam kesukaran bangun dari posisi duduk ke posisi berdiri tanpa pertolongan orang lain. Biasa diperlukan pengobatan untuk kelemahan dan nyerinya dan lamanya periode penyembuhan tergantung dari tipe kerusakan saraf yang terjadi.

4. Neuropati fokal :Kadang-kadang neuropati diabetika timbulnya mendadak dan mengenai saraf perifer terutama di kepala, torso atau tungkai.Neuropati fokal bisa menyebabkan :Gangguan memfokuskan mata.Melihat double.Nyeri di belakang satu mata.

Nyeri hebat.Bell's palsy.Nyeri hebat di punggung bawah atau pelvis.Nyeri di bagian depan paha.Nyeri di dada, perut atau samping badan.Nyeri di sebelah luar atau sebelah dalam kaki.Nyeri dada atau abdominal yang sering salah diagnosa sebagai suatu penyakit jantung, serangan jantung atau appendisitis.Mencegah timbulnya neuropati diabetika :Cara terbaik mencegah timbulnya neuropati diabetika adalah dengan jalan mengatur kadar gula darah pada level normal dan dengan mempertahankan kadar gula darah pada level yang aman akan melindungi terjadinya kerusakan saraf di seluruh badan.

Diagnosa :Harus diperiksa tekanan darah, denyut jantung, kekuatan otot, refleks dan sensivitas terhadap posisi, vibrasi suhu dan raba halus.Juga dapat dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan lain untuk membantu menentukan tipe dan seberapa beratnya kerusakan saraf yang terjadi :

1. Pemeriksaan kaki yang komprehensifDengan cara memeriksa kulit, sirkulasi dan sensasi dengan menggunakan monofilamen nilon, bila ada gangguan kehilangan sensasi protektif akan ada resiko terjadinya luka pada kaki yang sukar sembuh. Diperiksa refleks dan vibrasi yang lebih sensitif dari rasa raba/tekanan.

2. Pemeriksaan penunjang :3. Pemeriksaan laboratorium :

Semua hasil-hasil harus normal kecuali gula darah dan HbA1c pada diabetes yang tidak terkontrol dengan baik atau yang belum diketahui (undiagnosed diabetes). Eritrosit&leukosit&diff, Elektrolit, gula darah puasa dan HbA 1 c walaupun belum ada korelasi yang langsung antara beratnya peninggian HbA1c dengan beratnya neuropati diabetika, vitamin B-12 dan kadar asam folat, thyroid-stimulating hormone dan tiroksin, LED.

4. Pemeriksaan imaging : MRI servikal, torakal atau lumbal untuk menyingkirkan kausa secunder dari neuropati, CT mielogram adalah suatu pemeriksaan alternatif untuk menyingkirkan kompresi dan keadaan patologis lain di kanalis spinalis pada radikulopleksopati lumbosacral dan neuropati torakoabdominal, imaging otak untuk menyingkirkan aneurisma intracranial, lesi compresi dan infark pada kelumpuhan n.okulomotorius.

5. Pemeriksaan elektrofisiologi : EMG (elektromiograf) dan kecepatan daya hantar saraf (KHS/NCV)

Diabetic Neuropathy

Definisi Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat diabetes. Kadar gula darah yang tinggi dapat mencederai serat-serat saraf, umumnya pada kaki. Tergantung dari tingkat kerusakan, diabetes neuropati dapat menimbulkan nyeri, mati rasa dan gangguan pada saluran pencernaan, kemih, pembuluh darah dan jantung.

Symptoms

Peripheral neuropathy

Adalah yang paling umum. Tipe ini biasanya mengenai kaki lebih dulu, lalu ke bagian tangan. Gejalanya, mati rasa pada kaki dan jari kaki, rasa terbakar, rasa seperti ditusuk-tusuk terutama saat malam hari, nyeri saat berjalan, sensitiv terhadap sentuhan, nyeri pada sendi-sendi dan tulang kaki, infeksi.

Autonomic neuropathy

Adalah saraf yang mengatur jantung, kandung kemih, paru-paru, perut, paru-paru, organ seksual dan mata. Gejala yang mungkin ditimbulkan adalah gangguan pada saluran kemih, sembelit, diare, mual, muntah, kehilangan selera makan, disfungsi ereksi, vagina terasa kering, keringat berkurang atau sangat banyak, detak jantung cepat, gangguan mata saat ditempat terang ke gelap.

Radiculoplexus neuropathy (diabetic amyotrophy)

Mempengaruhi saraf didekat pinggul atau bahu. Lebih sering diderita oleh diabetes tipe 2. Gejalanya adalah nyeri parah yang tiba-tiba pada bagian pinggul, paha atau bokong, otot-otot menjadi lemah, sulit berdiri dari posisi duduk dan berat badan turun.

Mononeuropathy

Hanya mengenai satu saraf saja, misalnya lengan, kaki atau wajah. Gejala yang mungkin ditimbulkan adalah pandangan kabur atau nyeri di bagian kaki.

Causes

Dapat disebabkan oleh kerusakan saraf atau pembuluh darah, peradangan, dampak dari penggunaan rokok dan alkohol.

Risk Factor

Pemicu diabetes neuropati adalah tidak rajin menjaga kadar gula darah, menderita diabetes dalam waktu yang lama, gangguan pada ginjal dan merokok.

Complications

Komplikasi yang mungkin ditimbulkan adalah :

Infeksi parah terutama pada kaki, memungkinkan bagian dari kaki dapat diamputasi.

Charcot joint. Kerusakan pada sendi, nyeri atau bengkak.Infeksi kandung kemih.

Hypoglycemia atau kadar gula darah dibawah normal.Tekanan darah rendah. Lemah, pusing dan pingsan.

Gangguan pencernaan. Mual, muntah, diare atau sembelit.Disfungsi seksual.

Keringat berkurang atau sangat banyak. Akibat kelenjar keringat tidak lagi berfungsi dengan baik.

Diagnosis

Untuk memastikan, dapat dilakukan beberapa tes, diantaranya, uji fisik, seperti kekuatan otot, refleks tendon, EMG.

Prevention

Untuk pencegahan, jaga gula darah dengan rutin memeriksakan diri dan menghindari terjadinya luka terutama pada kaki.

http://meetdoctor.com/topic/diabetic-neuropathy

NEUROPATI PERIFER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Oleh : H.A.Syaiful Bahri,  Andreas.H,  JMF.Adam, H.Harsinen.SSub Bagian Endokrin-Metabolik Bagian Ilmu Penyakit DalamBagian Neurologi Fakultas Kedokteran Unhas

Defenisi

     Neuropati perifer diabetik (NPD) adalah suatu keadaan dimana didapatkan kelainan klinis maupun subklinis yang ditandai dengan adanya manifestasi somatik dari sistim saraf perifer pada penderita DM tanpa adanya penyebab lain dari neuropati perifer . Kelainan ini merupakan  salah satu komplikasi yang paling umum dan paling sering dijumpai pada penderita DM .      Neuropati perifer diabetik (NPD)sudah lama dijumpai pada penderita DM dan diperkenalkan oleh sarjana Rollo (1798), yang menggambarkan adanya nyeri dan paraestesi pada tungkai bawah penderita DM .  Mohr dan Comi melaporkan angka kejadian  NPD berkisar 50-60% , sedangkan Melton dan Dyck (1987) mengungkapkan bahwa insiden NPD bervariasi antara 5-80 % pada penderita DM, tergantung pada populasi penderita , terutama menyangkut umur dan lamanya DM, metode dan cara penelitian .

    Prevalensi neuropati perifer diabetik (NPD)  dari berbagai penelitian menunjukkan angka berbeda-beda dengan variasi yang besar. Hal ini  disebabkan karena perbedaan interpretasi dari cara pemeriksaan dan kriteria diagnosis serta desain penelitian yang berbeda-beda antara satu peneliti dengan peneliti lainnya .

  Walaupun mortalitasnya kecil dan bukan merupakan komplikasi yang fatal, tetapi kelainan ini sangat mengganggu kualitas hidup penderita sehari-hari sehingga dapat menyebabkan kerugian ekonomi penderita baik secara langsung maupun tidak langsung . Kelainan ini merupakan manifestasi klinik yang khas ditandai dengan kehilangan sensibilitas pada kaki/tungkai, terjadinya ulkus, deformasi dan akhirnya terjadi gangren yang seringkali berakhir dengan amputasi. Pada umumnya kelainan ini didahului dengan kelainan elektroneurofisiologi,  seperti melambatnya kecepatan konduksi saraf motorik dan sensorik (NCV) .

    Diagnosis neruropati perifer diabetik (NPD) didasarkan adanya bukti DM dan terdapatnya manifestasi neuropati pada penderita yang sama berupa adanya paraestesia, berkurangnya atau hilangnya refleks-refleks tendo/ rasa nyeri atau getar, adanya kelemahan atau kelumpuhan otot-otot, yang kesemuanya mendukung NPD . Pemeriksaan fungsi urat saraf tepi, khususnya kecepatan hantar saraf tepi (KHST) baik motorik maupun sensorik  sudah lama digunakan secara luas dan hingga kini makin berkembang pesat. Dan dikatakan bahwa kecepatan hantar impuls saraf  menurun secara meyakinkan (significant) pada neuropati perifer diabetik .

   Pada seorang penderita dengan neuropati perifer diabetik, jauh sebelum merasakan adanya keluhan-keluhan pada susunan sarafnya sudah terdapat kelainan-kelainan apabila dilakukan pemeriksaan dengan cara elektroneurofisiologi.  Salah satu teknik elektroneurofisiologi yang sampai saat ini masih terus berkembang dan dapat membantu  mengidentifikasi abnormalitas saraf dan otot yang berhubungan dengan neuropati perifer adalah "electromyonervegraphy (EMNG) . Pemeriksaan EMNG merupakan pilihan diagnostik untuk membantu menunjukkan distribusi lesi pada penderita yang diduga menderita neuropati perifer, mempunyai nilai spesifikasi yang tinggi, sensitif dan non invasif .

       Secara morfologi kelainan sel saraf  pada NPD terdapat pada sel-sel Schwann, selaput myelin dan akson. Kelainan yang terjadi tergantung pada lamanya mengidap DM . Dengan mikroskop elektron pada NPD yang masih dini akan tampak gambaran  karasteristik berupa demyelinisasi segmental, kerusakan akson dan penebalan membran basal yang mengelilingi permukaan sel Schwann. Pada tingkat lanjut, akson sel saraf dapat hilang sama sekali .

   Disamping kelainan morfologi dijumpai pula adanya kelainan fungsional  dan biokoimiawi. Kelainan fungsional yang terjadi berupa gangguan kemampuan penghantaran impuls, baik motorik maupun sensorik. Sedangkan secara biokimiawi ditemukan adanya kelainan dalam jumlah bentuk protein-protein sel saraf yang terkena .

   Telah dilakukan penelitian prospektif terhadap penderita DMTTI yang berobat jalan di poliklinik Diabetes dan rawat inap

di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar selama periode 7 bulan  (Januari - Juli 1997). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meneliti  dan menganalisa sampai sejauh mana pengaruh DM memberikan komplikasi kronik timbulnya neuropati perifer diabetik (NPD) dan bagaimana hubungannya dengan faktor kelamin, umur dan lamanya penderita mengidap diabetes melitus.  Hasil dari penelitian tersebut yaitu dari 128 penderita DMTTI yang dikonsulkan ke Bagian Neurologi, didapatkan 74 penderita (57,81%) yang memenuhi kriteria NPD yang terdiri atas 38 pria (29,69%) dan 36 wanita (28,12%), dimana perbandingan antara pria dan wanita adalah 1,05 : 1.

       Umur 56-65 tahun merupakan kelompok umur terbanyak (67,74%) dan keluhan utama (subyektif) yang paling banyak ditemukan adalah ; rasa kramp-kramp pada kedua tungkai (26,87%). Bila dihubungkan dengan lamanya diabetes, ditemukan kasus terbanyak adalah penderita yang mengidap DM > 10 tahun (40,54%).

   Ditemukan adanya korelasi yang bermakna antara lamanya mengidap diabetes dengan frekuensi NPD Dengan kata lain makin lama penderita mengidap diabetes, makin besar kemungkinan untuk mendapatkan NPD.  Pemeriksaan EMNG perlu dilakukan pada setiap penderita diabetes melitus, terutama  terhadap penderita -penderita yang telah lama mengidap diabetes dan penderita yang sudah berusia lanjut.        Frekuensi neuropati perifer pada diabetes melitus  cukup tinggi yaitu 57,81%, sebagian besar diantaranya mengidap DM lebih dari 10 tahun (40,54%) dan keluhan utama yang terbanyak adalah rasa kramp-kramp pada kedua tungkai.

    Sampai saat ini berbagai komplikasi kronik diabetes melitus masih merupakan masalah karena dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas bagi penderita. Pengalaman klinik membuktikan bahwa pencegahan dan penemuan secara dini komplikasi kronik jauh lebih bermamfaat dari pada pengobatannya . Gejala klinik neuropati perifer diabetik didalam praktek merupakan salah satu  jenis neuropati yang paling sering ditemukan berupa; rasa semut-semutan, rasa tebal, kramp-kramp dan rasa nyeri pada ujung anggota gerak badan .

     Menurut Veves A dan Boulton AJM (1992) yang dikutip oleh Sutjahjo A  menyatakan bahwa penegakan diagnosis NPD secara klinis cukup didapatkan 2 dari 4 kriteria sebagai berikut :

1). Adanya gejala-gejala klinik, 2). Didapatkannya tanda-tanda kelainan sensoris, 3). Didapatkannya tanda-tanda kelainan motoris, 4). Pemeriksaan elektroneurofisiologi (EMNG).

     Meskipun diagnosis NPD dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis dengan didapatkannya tanda-tanda kelainan sensoris dan motoris saja, akan tetapi penegakan diagnosis NPD dengan pemeriksaan elektroneurofisiolgi (EMNG) jauh lebih akurat, dapat mendeteksi lebih dini kerusakan sel saraf , mempunyai nilai spesifikasi yang tinggi, sensitif dan non invasif. Hal ini terbukti dengan adanya beberapa kasus dimana tidak ditemukannya  gejala klinik/keluhan penderita, tetapi setelah dilakukan pemeriksaan EMNG memberikan hasil yang positif  . Pemeriksaan EMNG mencakup pemeriksaan kecepatan hantar saraf  sensoris maupun motoris dan aksi potensial.

Pemeriksaan EMNG selain dapat menentukan adanya suatu neuropati perifer, juga dapat membantu untuk menentukan lokasi yang tepat dari serabut saraf yang terkena .

DAFTAR PUSTAKA  1.  Aliah A : Neuropati Diabetik, didalam komplikasi kronik     diabetes melitus,  Simposium Diabetes Melitus, editor: Adam    JMF, Sanusi H, Amiruddin AR, Lab. Ilmu Penyakit Dalam    FK-UNHAS dan PERKENI  Cab.Makassar, Juli 1986, hal. 87-96. 2.  Aliah A : Garis-garis besar neuropati perifer dan masalahnya,    didalam Kumpulan Makalah Simposium  Penatalaksanaan Neuropati    Masa Kini, PERDOSI Cab Ujungpandang dan Bag. Ilmu Penyakit    Saraf FK-UNHAS, Makassar, Desember 1993, hal 1-16.3.  Asbury AK : Diabetic neuropathies, disease of the peripheral    nervous system, In Horrison's principles of internal medicine    2, 11nd ed, edit by: Braunwald E,Isselbacher KJ, Petersdorf    RG et al, McGraw-Hill Book Company, Toronto, 1987, 2058-2069.4.  Foster DW : Diabetic neuropathy, Diabetes mellitus, In:    Horrison's principles of internal medicine 2, 11nd ed,    edit by: Braunwald E, Isselbacher KJ, Petersdorf  RG et al,    Mc Graw-Hill Book Company, Toronto, 1987, 1792-1793.5.  Gilroy J : Diabetic neuropathy, Toxic and metabolic     disorders, In: Basic neurology 2nd, edit by: Gilroy J,    Pergamon Press, Toronto,1992, 296-328. 6.  Harati Y : Frequently asked questions about diabetic    peripheral neuropathies, In: Neurologic clinics; peripheral

    neuropathy, new concepts and treatments, vol 10;3, edit by:          Dyck PJ, WB-Saunders Company,  Tokyo, 1992,783-807. 7.  Harati Y : Diabetes and the Nervous System, In: Endocrinology    and metabolism clinics of North America, Chronic    complications of diabetes, vol 25;2, edit by:Brownlee M,           King GL,WB-Saunders Company,  Tokyo,1996, 325-359.8.  Hardi, Haryanto, Darmono, et al : Komplkasi kronik diabetes    melitus di RS Dr. Kariadi Semarang Jan.1984-Des.1986,     Lab/UPF Ilmu Penyakit Dalam FK-UNDIP/RS  Dr.Kariadi, Di    dalam: Naskah Lengkap KOPAPDI VII, Jilid I, editor:          Jota S dkk, Ujungpandang 1987, 297- 305.9.  Harry A, Aliah A, Abadi D : Pemeriksaan Elektroneurofisiologi    pada neuropati, Di dalam: Kumpulan Makalah Simposium    Penatalaksanaan Neuropati Masa Kini, PERDOSSI Cab.Makassar     Bagian Ilmu Penyakit Saraf FK-UNHAS, Makassar, Desember 1993,    25-35.

Neuropati perifer menjelaskan kerusakan sistem saraf tepi yang mengirimkan informasi dari otak dan sumsum tulang untuk setiap bagian dari tubuh.

Lebih dari 100 jenis neuropati perifer telah diidentifikasi, masing-masing dengan karakteristik mengatur sendiri gejala, pola pembangunan, dan prognosis. Gangguan fungsi dan gejala tergantung pada jenis saraf - motor, indera, atau otonom--yang rusak.  Beberapa orang mungkin mengalami sementara mati

rasa, kesemutan, dan pricking sensasi, kepekaan terhadap sentuhan, atau kelemahan otot.

Orang lain mungkin menderita gejala ekstrim yang lebih, termasuk pembakaran sakit (terutama pada malam hari), membuang-buang otot, kelumpuhan atau organ atau kelenjar disfungsi. Neuropati perifer mungkin baik mewarisi atau diperoleh. Penyebab dari Neuropati perifer yang diperoleh termasuk cedera fisik (trauma) saraf, tumor, racun, autoimun responses, kekurangan gizi, alkoholisme dan gangguan pembuluh darah dan metabolisme.

Memperoleh neuropati perifer disebabkan oleh penyakit sistemik, trauma dari agen eksternal, atau infeksi atau gangguan autoimun yang mempengaruhi jaringan saraf. Bentuk-bentuk warisan neuropati perifer yang disebabkan oleh kesalahan bawaan dalam kode genetik atau oleh mutasi genetika yang baru.

Tidak ada pengobatan ada bahwa dapat menyembuhkan warisan neuropati perifer. Namun, ada terapi untuk banyak bentuk-bentuk lain.  Secara umum, pengadopsian kebiasaan yang sehat--seperti menjaga berat badan optimal, menghindari paparan racun, mengikuti program latihan yang diawasi dokter, makan makanan yang seimbang, mengoreksi vitamin kekurangan, dan membatasi atau menghindari konsumsi alkohol--dapat mengurangi efek fisik dan emosional neuropati perifer.  Penyakit sistemik yang sering memerlukan perawatan yang lebih kompleks.

Di neuropati akut, seperti Guillain-Barré syndrome, gejala muncul tiba-tiba, kemajuan pesat, dan menyelesaikan perlahan-lahan seperti rusak saraf menyembuhkan. Dalam bentuk yang kronis, gejala mulai halus dan berlangsung perlahan-lahan. Beberapa orang mungkin memiliki periode lega diikuti oleh kambuh. Orang lain dapat mencapai dataran tinggi tahap di mana gejala tetap sama untuk banyak bulan atau tahun. Beberapa kronis neuropati memburuk dari waktu ke waktu, tapi sangat sedikit bentuk berakibat fatal kecuali rumit oleh penyakit lainnya. Kadang-kadang neuropati merupakan gejala gangguan lain

Neuropati adalah suatu kondisi yang mempengaruhi sistem saraf, di mana serat-serat saraf menjadi rusak sebagai akibat dari cedera atau penyakit.

Hal ini sering disebut neuropati perifer karena mempengaruhi sistem saraf perifer. Ini adalah jaringan saraf yang berjalan keluar dari otak dan sumsum tulang belakang (yang bersama-sama membentuk sistem saraf pusat) dan membawa impuls dari dan ke seluruh tubuh, seperti tungkai dan organ. Saraf perifer bertanggung jawab untuk indra tubuh dan gerakan.

Karena saraf perifer mengirimkan sinyal ke bagian-bagian yang berbeda begitu banyak tubuh, gejala neuropati dapat bervariasi tergantung di mana saraf yang rusak. Sebagai contoh, kerusakan pada saraf yang menuju ke otot (saraf motorik) dapat menyebabkan kelemahan otot atau, dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim, membuang-buang otot dan kelumpuhan.

Beberapa saraf perifer, saraf sensorik disebut, pakan pesan (rangsangan) ke otak dan sumsum tulang belakang, sehingga Anda merasakan sensasi tertentu. Sebagai contoh, ketika Anda menusuk jari Anda, saraf sensorik mengirimkan informasi ini ke otak dan Anda akan merasakan sensasi yang tajam. Seseorang dengan kerusakan saraf sensorik mungkin merasa mati rasa dan bukan nyeri.

Kadang-kadang orang tidak tahu apa penyebab neuropati mereka (idiopatik neuropati), tetapi dalam banyak kasus neuropati disebabkan oleh kondisi yang dikenal atau cedera. Jenis umum dari neuropati neuropati diabetes, kerusakan saraf yang diakibatkan oleh kadar gula darah tinggi terlihat pada diabetes.

Neuropati dapat jangka pendek, onset yang cepat (akut), atau jangka panjang, onset lambat (kronis), dan banyak saraf mungkin rusak atau hanya satu (mononeuropati).

Penyebab secara luas dikelompokkan sebagai berikut:

Penyebab paling umum di dunia adalah kusta.Genetik penyakit: Friedreich ataksia, Charcot-Marie-Tooth sindromMetabolik / endokrin: diabetes mellitus, gagal ginjal kronis, porfiria, amiloidosis, gagal hati, hipotiroidismeBeracun Penyebab: alkohol, obat-obatan (vincristine, fenitoin, isoniazid), logam organik, logam berat, kelebihan asupan vitamin B 6 (Pyridoxine)Fluoroquinolone toksisitas: neuropati ireversibel adalah reaksi samping serius obat fluorokuinolon

Penyakit inflamasi: sindrom Guillain-Barré, erythematosis lupus sistemik, lepra, sindrom SjögrenKekurangan vitamin menyatakan: Vitamin B 12 (Cyanocobalamin), Vitamin A, Vitamin E, Vitamin B 1 (Thiamin)Fisik trauma: kompresi, mencubit, memotong luka proyektil, (yaitu luka tembak), stroke berkepanjangan termasuk oklusi aliran darahLain-lain: herpes zoster, penyakit ganas, HIV, radiasi, kemoterapiBanyak penyakit pada sistem saraf perifer dapat hadir sama dengan masalah otot (miopati), dan jadi penting untuk mengembangkan pendekatan untuk menilai gangguan sensorik dan motorik pada pasien sehingga dokter dapat membuat diagnosis yang akurat.

Neuropati perifer baik mungkin '' simetris '' dan '' umum '' atau '' fokus '' dan '' multifokal '', yang biasanya merupakan indikator yang baik dari penyebab penyakit saraf perifer.

Neuropati perifer umumUmum neuropati perifer simetris, dan biasanya berbagai sistematis penyakit dan penyakit yang mempengaruhi sistem saraf tepi secara keseluruhan proses.

Mereka dibagi menjadi beberapa Kategori:

Distal axonopathies adalah hasil dari beberapa metabolisme atau beracun derangement neuron. Mereka mungkin disebabkan oleh metabolisme penyakit seperti diabetes, gagal ginjal, kekurangan

sindrom seperti kekurangan gizi dan alkoholisme, atau efek dari racun atau obat-obatan.Myelinopathies yang disebabkan oleh serangan utama Selubung Mielin menyebabkan kegagalan yang akut dorongan konduksi. Penyebab paling umum adalah peradangan akut demielinasi polyneuropathy (AIDP; atau '' Guillain-Barré syndrome), meskipun penyebab lain termasuk polyneuropathy demielinasi peradangan kronis (CIDP), kelainan genetik metabolisme ('' misalnya '', leukodystrophy), atau racun.Neuronopathies adalah hasil dari kehancuran sistem saraf tepi (PNS) neuron. Mereka mungkin disebabkan oleh penyakit motor neurone, indra neuronopathies ('' misalnya '', Herpes zoster), racun atau disfungsi otonom. Neurotoksin dapat menyebabkan neuronopathies, seperti vincristine agen kemoterapi.