nafkah iddah pada perkara cerai gugat (a putusan...

98
NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (Analisis Putusan Nomor 2615/Pdt. G/2011/PA.JS.) Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy) Oleh: ERWIN HIKMATIAR NIM.1110044100014 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H ) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437 H/2015 M

Upload: hoangdien

Post on 03-Mar-2019

246 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

x

NAFKAH IDDAH

PADA PERKARA CERAI GUGAT

(Analisis Putusan Nomor 2615/Pdt. G/2011/PA.JS.)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ERWIN HIKMATIAR

NIM.1110044100014

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 2: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

ii

NAFKAH IDDAH

PADA PERKARA CERAI GUGAT

(Analisis Putusan Nomor 2615/Pdt. G/2011/PA.JS.)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu persyaratan Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh:

ERWIN HIKMATIAR

NIM.1110044100014

Di Bawah Bimbingan:

Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag Hotnida Nasution, MA

NIP: 19730424200021210007 NIP: 197106301997032002

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

( A H W A L S Y A K H S I Y Y A H )

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2015 M

Page 3: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

iii

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ciputat, 10 September 2015

Erwin Hikmatiar

Page 4: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

iv

Page 5: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

v

ABSTRAK

Erwin Hikmatiar. NIM 1110044100014. NAFKAH IDDAH PADA PERKARA

CERAI GUGAT (Analisis Putusan Nomor 2615/Pdt. G/2011/PA.JS.). Program

Studi Hukum Keluarga Islam, Konsentrasi Peradilan Agama, Fakultas Syari’ah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1436/2015.

Studi ini bertujuan untuk mengetahui aspek keadilan penerapan nafkah

iddah pada perkara cerai gugat dengan alasan perselisihan terus menerus dalam

paraktiknya di pengadilan. Dalam artian putusan tersebut apakah sudah sesuai

dengan undang-undang atau tidak. Pada penelitian ini penulis mengambil objek

penelitian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Dengan menganalisis putusan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan Perkara Nomor 2615/Pdt. G/2011/PA.JS yang

memberikan nafkah idah pada isteri yang mendapat talak ba’in sughra, penulis

ingin mengetahui bagaimana hak nafkah iddah pada isteri meng menggugat cerai

suaminya dan aspek keadilan dalam putusan tersebut

Studi ini menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan yuridis

empiris.sedangkan untuk penentuan sampelnya digunakan metode wawanara

dengan melakukan wawancara kepada informan yaitu hakim Pengadilan Agama

Jakarta Selatan. Sumber data primer berupa putusan Pengadilan Agama Jakarta

Selatan Perkara Nomor 2615/Pdt..G/2011/PA.JS. Menggunakan metode analisis

normatif kualitatif yang berarti berpedoman pada peraturan yang ada dan

membandingkan dengan fakta-fakta yang ada pada putusan Pengadilan Agama

Jakarta Selatan. Teknik penulisan pada skripsi ini berdasarkan pada pedoman

penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah meskipun dalam Kompilasi Hukum Islam

Pasal 149 menyatakan bahwasanya isteri yang ditalak ba’in oleh suaminya akan

kehilangan haknya untuk nafkah iddah, namun hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan memutuskan bahwasanya misteri yang meggugat cerai dan kemudian

mendapat talak ba’in sughra tetap menerima nafkah iddah dari suaminya dengan

pertimbangan melihat pada peristiwa hukum bahwa isteri tidak nusyuz dan asas

keadilan.

Kata kunci: Nafkah Iddah, Keadilan, Putusan Pengadilan Agama

Pembimbing : Dr. Mohammad Ali Wafa, S.Ag, M.Ag dan Hotnida

Nasution, MA

Daftar pustaka : Tahun 2000 s.d. Tahun 2014

Page 6: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

vi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيمPuji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah

memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada

Nabi Besar Muhammad SAW, pembawa Syari’ahnya yang universal bagi semua

umat manusia dalam setiap waktu dan tempat hingga akhir zaman.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada ayahanda Drs H Tarjudin dan

ibunda Hj Darmi. Yang selalu memberikan dorongan, bimbingan, kasih sayang,

dan doa tanpa kenal lelah dan bosan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan

rahmat dan kasih sayang-Nya kepada mereka.

Dalam penulisan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang

penulis temukan, namun syukur alhamdulillah berkat rahmat dan rida-Nya,

kesungguhan, serta dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung

maupun tidak langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan sebaik-baiknya

sehingga pada akhir skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, sudah

sepantasnya pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih

yang sedalam-dalamnya kepada:

1. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. H. Abdul Halim, M.A dan Arip Purkon, M.A., Ketua Prodi dan

Sekretaris Prodi Hukum Keluarga (ahwalu syakhsiyyah), Fakultas Syariah

dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

vii

3. Dr. Mohammad Ali Wafa, S.Ag, M.Ag dan Ibu Hotnida Nasution, MA dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama

membimbing penulis.

4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta staf pengajar pada lingkungan Prodi

Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuannya

kepada penulis selama duduk di bangku perkuliahan.

5. Doa dan harapan penulis panjatkan kepada keluarga tercinta, Drs H Tarjudin,

Hj Darmi, dan Indra Wardana S.pd yang senantiasa memberikan dukungan

selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

6. KH. Bahrudin, S.Ag selaku pimpinan Pondok Pesantren Daar El-Hikaam

yang senantiasa mengayomi dan membina penulis tanpa lelah, serta sahabat

kobong wali Ghozali, Masboy, Pandy, Akrom, Ichwan, Nendi, serta sahabat

lainya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu

7. Rekan seperjuangan Peradilan Agama Angkatan 2010 Dede Umu Kulsum,

Wardha, Irfan Zidny, Syahbana, Rifki Abdurrahman, Rusdi, Fauzan,

Nasruddin, Kahfi, dan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan balasan yang berlipat

ganda. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka

dengan kebaikan yang berlipat ganda pula.

Ciputat, 10 September 2015

Erwin Hikmatiar

Page 8: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................................... ii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. iv

ABSTRAK .............................................................................................................. v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ............................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ......................................................... 6

D. Tinjauan Kajian Terdahulu ............................................................... 6

E. Metodologi Penelitian ...................................................................... 8

F. Sistematika Penelitian ...................................................................... 9

BAB II CERAI GUGAT DALAM FIQH DAN UNDANG-UNDANG

A. Pengertian Cerai Gugat ................................................................... 11

B. Cerai Gugat dalam Perspektif fiqh ................................................ 14

C. Cerai Gugat dalam Perspektif Undang-Undang ............................. 20

D. Akibat dari Cerai Gugat ................................................................... 27

BAB III KONSEP KEADILAN DAN NAFKAH IDDAH

A. Pengertian Nafkah Iddah ................................................................ 30

B. Nafkah Iddah Dalam Perspektif Fiqh ............................................ 33

C. Nafkah Iddah Dalam Perspektif Undang-Undang .......................... 35

D. Konsep Keadilan dan Hikmah Nafkah Iddah .................................. 38

BAB IV PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM

MEMBERIKAN NAFKAH IDDAH A. Profil Singkat Pengadilan Agama Jakarta Selatan ......................... 43

B. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor

2615/Pdt.G/2011/PA.JS .................................................................. 50

C. Landasan dan Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan

Nafkah Iddah bagi Istri yang mengajukan Gugatan Cerai .............. 56

D. Penerapan Asas Keadilan ........................................................ 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 63

B. Saran .............................................................................................. 64

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 65

LAMPIRAN .......................................................................................................... 68

Page 9: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

ix

1. Surat Mohon Kesediaan Pembimbing Skripsi................................................... 71

2. Surat Keterangan Permohonan Data/Wawancara ............................................. 72

3. Pedoman Wawancara ........................................................................................ 74

4. Hasil Wawancara ............................................................................................... 76

5. Salinan Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

No.2615/Pdt.G/2011/PA.JS .............................................................................. 79

Page 10: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Allah SWT telah menciptakan manusia dan makhluk lainya dengan

berpasang-pasangan agar kita semua dapat hidup dengan bahagia serta

berkembang biak. Dari banyak makhluk yang berpasang-pasangan, Allah

menciptakan laki-laki dan perempuan dari jenis manusia agar mereka dapat

berhubungan satu sama lain, sehingga mencintai, menghasilkan keturunan

serta hidup dalam kedamaian.1 Hal ini senada dengan firman Allah Q.S

Yasiin (63) : 36 yang berbunyi:

لمون ا ل يؼأ ض ومنأ ٱهفسيمأ وممذ رأ ألأ ا ثنبت ٱ ج كذيا ممذ ألزو

ي خلق ٱ لذ

ن ٱ بح (٣٦: (٣٦) )يس س

Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan

semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka

maupun dari apa yang tidak mereka ketahui.

Hubungan antara seorang laki-laki dengan perempuan adalah

merupakan sebuah tuntutan yang telah diciptakan oleh Allah SWT dan untuk

menghalalkan hubungan itu maka disyariatkanlah akad nikah. Pada dasarnya

setiap laki-laki muslim dapat saja kawin dengan wanita yang disukainya,

namun segera harus disebutkan bahwa prinsip itu tidak mutlak karena harus

ada batas batasnya.2 Pergaulan antara laki laki dengan perempuan yang telah

diatur dalam pernikahan ini tentunya akan mendapatkan nilai ibadah dan

sumber pahala bagi suami dan isteri. Adanya penikahan juga sebagai wadah

untuk kehalalan dalam melakukan jima‟ bagi suami dan isteri.

1 Abdurrahman, Perkawinan dalam syariat, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 1.

2 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama, cet.II, (Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002), h.5.

Page 11: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

2

Nikah merupakan salah satu asas pokok yang paling utama dalam

pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja

merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah

tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang sebagai satu jalan menuju

pintu perkenalan antara suatu kaum dengan kaum yang lainya dan perkenalan

itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan antara satu dengan

yang lainya.

Perkawinan dalam pengertian Undang-Undang Perkawinan No. 1

tahun 1974 merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga

yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. Sedangkan

perkawinan menurut KHI pasal 2 adalah akad yang sangat kuat atau

mitssaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya

merupakan ibadah. 3

Dalam hukum Islam, kata perkawinan dikenal dengan istilah nikah.

Menurut ajaran Islam melangsungkan pernikahan berarti melaksanankan

ibadah. Melakukan perbuatan ibadah berarti juga melaksanakan ajaran

agama. Menurut ajaran agama Islam, tujuan perkawinan adalah untuk

membentuk keluarga dengan maksud melanjutkan keturunan serta

mengusahakan agar dalan rumah tangga dapat diciptakan ketenangan

berdasarkan cinta dan kasih sayang.4

Perkawinan bagi umat Islam, bukanlah sekedar suatu ikatan lahiriyah

antara seorang pria dengan wanita guna memenuhi kebutuhan biologis, tapi

3 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,

(Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1986), h. 64 4 Mohammad Daud Ali, Hukum Islam Dan Peradilan Agama, cet.II, h. 27.

Page 12: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

3

merupakan sunnah Rasulullah SAW, suatu perbuatan suci dan luhur yang

bertujuan untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dan mencapai ketenangan

dalam kehidupan rumah tangga.5

Dengan adanya pernikahan, yang merupakan salah satu hal yang

membedakan manusia yang memiliki akal dengan binatang yang berkembang

biak dimana saja dan kapan saja. Hal ini kemudian menjadi salah satu hal

yang sakral dan penting dalam kehidupan manusia, karena pernikahan

dipandang sebagai salah satu Hal yang suci dan mulia dan merupakan titik

balik perkembangan umat manusia. Melalui Jalan pernikahan, manusia bisa

saling memenuhi kebutuhan dan keperluanya serta dapat saling mengisi dan

melengkapi.6

Dalam perkawinan, perceraian merupakan pemutus tali pengikat antara

suami dan isteri. Perceraian merupakan salah satu akibat dari tidak

harmonisnya hubungan antara suami dan isteri dalam rangka menjalankan

hak dan kewajibanya di dalam sebuah keluarga. Ini adalah salah satu langkah

yang diambil oleh pasangan suami dan isteri dalam menyelesaikan masalah

rumah tangganya yang sudah tidak dapat lagi di selesaikan atau didamaikan.

Perceraian merupakan sebuah keputusan yang menyakitkan bagi

pasangan suami dan isteri. Dan juga perceraian merupakan sebuah hal yang

halal namun dibenci oleh Allah SWT.7 Dilihat dari Undang Undang No.7

tahun 1989 tentang peradilan Agama dan kompilasi hukum Islam dikenal

5 Hamdan Rasyid, Fiqh Indonesia, (Jakarta: P.T al-Mawardi, 2003), h. 171.

6 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 12.

7 Imam Muhammad bin Ismail, Subul Al-Salam, (Bandung, Dahlan, 1985) h. 168.

Page 13: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

4

dengan istilah cerai talak dan cerai gugat. Perceraian yang dimaksud dalam

penulisan ini adalah perceraian karena talak dan perceraian karena gugatan

isteri. Dalam pasal 39 Undang-Undang perkawinan tahun 1974 menyebutkan

“untuk melakukan sebuah perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara

suami dan isteri tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri”. Cerai talak

merupakan cerai yang dilafadzkan oleh pihak suami sedangkan cerai gugat

merupakan cerai yang di ajukan oleh pihak wanita sebagai isteri.8 Dalam

Kompilasi Hukum Islam dijelaskan tentang Talak, talak adalah ikrar suami

dihadapan sidang pengadilan agama yang menjadi salah satu penyebab

putusnya perkawinan, dengan cara sebagaimana dimaksud dalam pasal 129,

130, 131 Kompilasi Hukum Islam.

Bila perceraian terjadi atas kehendak suami maka bekas isteri berhak

mendapatkan nafkah lahir dari suaminya selama masa Iddah. Hal tersebut

tercantum dalam pasal 149 Kompilasi Hukum Islam yang menyebutkan

apabila perkawinan putus karena talak maka bekas suami wajib memberikan

nafkah, maskan dan kiswah kepada mantan isteri selama dalam masa iddah

kecuali bekas isteri dijatuhi talak ba‟in atau nusyuz dan dalam keadaan tidak

hamil.9

Namun tidak semua putusan Pengadilan Agama yang menerapkan

demikian, pada Putusan Pengadilan Agama Nomor 2615/Pdt.G/2011/PA.JS

ternyata majelis hakim memutuskan bahwa mantan isteri selaku penggugat

8 Undang-Undang Pokok Perkawinan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1989), h. 39.

9 Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika

Pressindo, 2007), h. 149

Page 14: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

5

berhak atas nafkah selama masa iddah dari mantan suami selaku tergugat.

Padahal jenis perkaranya adalah gugatan dan talak yang dijatuhkan adalah

talak bain sughra. Hal ini yang kemudian menarik penulis untuk menulis

permasalahan pada skripsi ini dengan judul “Nafkah Iddah Pada Perkara

Cerai Gugat (Studi putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor.

2615/Pdt.G/2011/PA.JS)”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Untuk lebih fokusnya penelitian ini dan supaya pembahasan skripsi ini

lebih terarah sehingga tercapai suatu pengertian yang lebih jelas, maka

penulis memberikan batasan pada permasalahan nafkah iddah pada

perceraian gugat di Pengadilan Agama Jakarta Selatan nomor

2615/Pdt.G/2011/PA.JS

2. Perumusan Masalah

Dalam teorinya pada Kompilasi Hukum Islam Pasal 149 menyebutkan

apabila perkawinan putus karena talak maka bekas suami wajib

memberikan nafkah, maskan dan kiswah kepada mantan isteri selama

dalam masa iddah kecuali bekas isteri dijatuhi talak ba‟in atau nusyuz dan

dalam keadaan tidak hamil. namun pada praktiknya hakim memberikan

nafkah iddah kepada isteri yang melakukan gugatan perceraian ke

Pengadilan Agama dan dijatuhkan talak ba‟in. Kemudian berdasarkan

perumusan masalah di atas menimbulkan beberapa pertanyaan sebagai

berikut :

Page 15: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

6

a. Bagaimana hak nafkah iddah untuk isteri yang mengajukan gugatan

perceraian

b. Apa yang menjadi landasan dan pertimbangan hakim untuk

memberikan nafkah iddah kepada isteri yang dicerai dengan talak ba‟in

c. Apakah penerapan tersebut sudah sesuai dengan asas keadilan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ketentuan nafkah iddah

dalam Islam dan mengetahui proses ketentuan nafkah iddah bagi seorang

isteri pasca cerai gugat

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi sumbangsih

terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan agar dapat membuka

wawasan secara teoritis serta dapat dijadikan sebagai bahan refrensi bagi

pihak yang ingin memperdalam dan mempelajari tentang nafkah iddah.

D. Studi Review

Setelah melakukan penelusuran terhadap karya ilmiah yang bertemakan

dengan nafkah iddah pada perceraian gugat di Perpustakaan Utama serta

Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, penulis menemukan dua skripsi

yang terkait yang akan penulis bahas secara ringkas.

Pertama, skripsi Ahmad Faisal (108044100021) dengan judul

“Implementasi Pemberian Nafkah Iddah Bagi Isteri Nusyuz (Analisis Putusan

Perkara Nomor : 1223 Pdt.G/2011/PA.Depok)” tahun 2013. Pada skripsi ini

Page 16: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

7

menjelaskan mengenai pemberian nafkah iddah pada kasus permohonan cerai

karena isteri melakukan nusyuz berbeda dengan skripsi yang penulis bahas

yakni mengenai kasus gugatan perceraian karena perselisihan.

Kedua, skripsi Rohmad Heri Tricahyo (109044100035), dengan judul

“Pelaksanaan Pembayaran Nafkah Iddah yang Diakibatkan Putusan

Pengadilan Agama Cikarang Tahun 2013) pada tahun 2014. Dalam skripsi ini

membahas bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan perkara

nafkah iddah serta bagaimana upaya Pengadilan Agama Cikarang dalam hal

pelaksanaan nafkah iddah. Perbedaan dengan skripsi ini adalah

pembahasanya mengenai nafkah iddah serta nafkah iddah yang ditetapkan

pada perkara cerai gugat dengan sudut pandang keadilan.

Ketiga, skripsi Defi Uswatun Hasanah (1110044100003), dengan judul

“Hak Nafkah Iddah Pasca Cerai Gugat dan Implementasinya di Pengadilan

Agama Tanjung Pati” pada tahun 2014. Dalam skripsi ini menjelaskan

mengenai penerapan nafkah iddah pada perceraian gugat akibat KDRT di

Pengadilan Agama Tanjung Pati dan pada putusanya ternyata Hakim di

pengadilan Tanjung Pati tidak memberikan nafkah iddah bagi isteri yang

mengajukan gugatan perceraian ke Pengadilan Agama. perbedaan pada

skripsi ini yakni objek dari penelitian adalah putusan hakim Pengadilan

Agama Jakarta Selatan dalam memberikan hak nafkah iddah bagi perceraian

gugat yang disebabkan oleh perselisihan serta sudut pandang pada penelitian

ini adalah prinsip serta teori keadilan.

Page 17: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

8

E. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk penyusunan skripsi

ini, maka penulis menggunakan metode:

1. Pendekatan Masalah dan Jenis Penelitian

a. Menganalisis putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan

2615/Pdt.G/2011/PA.JS

b. Kualitatif

Penelitian Kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

data deskriptif: ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati

dari orang orang (subjek) itu sendiri.

c. Penelitian Kepustakaan (library research)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pengkajian dari

buku buku yang mengacu dan berhubungan dengan pembahasan

skripsi ini yang dianalisa data-datanya dengan cara ini penulis

mengunjungi beberapa perpustakaan yang dapat dijangkau oleh

penulis di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya.

d. Studi Lapangan (field reseach)

Untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif dari tempat

penelitian baik dengan cara observasi langsung maupun dengan

menggunakan data-data dalam bentuk resmi dari Pengadilan Agama

2. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu :

1) Putusan dan pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan Nomor 2615/Pdt.G/2011/PA.JS

2) Wawancara Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Page 18: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

9

b. Data Sekunder, yaitu data yang didapat dari buku-buku hukum dan

buku yang lain yang ada hubunganya dengan tema penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara :

a. Interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang akurat

untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan masalah tertentu

dengan tanya-jawab secara langsung yang bebas dan terbuka. Dalam

hal ini penulis akan mengumpulkan sumber data dari Hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pihak-pihak yang terkait

b. Observasi, yaitu peneliti terjun langsung ke lokasi penelitian untuk

memperoleh data-data yang diperlukan.

c. Studi literatur, terdiri dari buku, dokumen, arsip atau jurnal yang

kesemuanya adalah sebagai pelengkap dalam landasan teori

4. Teknik Penulisan

Dalam Penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman

kepada prinsip dan aturan yang telah diberlakukan serta dibukukan dalam

buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari 5 Bab yang terdiri dari sub-

sub bab. Sistematika ini dimaksudkan untuk memudahkan jalanya penulisan

dan pengambilan kesimpulan akhir setelah diadakan analisa permasalahan

yang tercakup dalam sub-sub bab yang akan dipaparkan sebagai berikut :

Page 19: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

10

Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara

global namun integral komprehensif dengan memuat: latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, telaah pustaka, metode penelitian dan

sistematika Penulisan. Dalam bab pertama ini di ketengahkan keseluruhan isi

skripsi secara global namun dalam satu kesatuan yang utuh dan jelas.

Bab kedua berisi kajian teoritis cerai gugat, dan nafkah iddah yang mana

akan dipaparkan menurut perspektif fiqh dan menurut perundang-undangan di

Indonesia. Di dalamnya akan mengupas secara mendalam mulai dari

pengertian cerai gugat dan nafkah iddah, nafkah iddah dalam cerai gugat,

konsep keadilan dan hikmah disyariatkanya nafkah iddah .

Bab ketiga akan membahas mengenai profil Pengadilan Agama Jakarta

Selatan. Pada bab ini akan penulis coba uraikan tentang Sejarah Pengadilan

Agama Jakarta Selatan, Tugas dan wewenang Pengadilan Agama, serta tugas

pokok dan fungsi.

Bab keempat berisi analisa penulis terhadap putusan

No.2165/Pdt.G/2011/PA.JS tentang pemberian nafkah iddah bagi isteri yang

melakukan gugatan cerai. Pada bab ini akan dipaparkan mengenai bagaimana

pertimbangan hakim dalam menentukan nafkah iddah pada perceraian gugat

dan penerapan asas keadilan dalam putusan hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan.

Bab kelima merupakan tahap akhir dari penulisan skripsi, yang berisi

kesimpulan dan saran seputar persoalan yang diangkat dari awal sampai akhir

pembahasan.

Page 20: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

11

BAB II

CERAI GUGAT DALAM FIQH DAN UNDANG-UNDANG

A. Pengertian Cerai Gugat

Pada masa pra-Islam kedudukan perempuan berada dalam kondisi yang

tidak terhormat, bahkan dalam batas tertentu tidak dianggap sebagai manusia.

Begitu pula dalam perkawinan, perempuan dianggap sebagai barang yang

dipertukarkan, tanpa ada ikatan yang jelas. Kedatangan Islam mengangkat

derajat dan martabat perempuan salah satunya dengan disyariatkan

perkawinan yang mana didalamnya diatur mengenai hak dan kewajiban.

kemudian untuk menjaga kelangsungan lembaga perkawinan maka diciptakan

mekanisme perceraian agar laki-laki tidak mudah untuk menceraikan

isterinya.1

Perceraian adalah penderitaan yang tidak akan berhenti pada batasan

kalimat yang diucapkan suami ketika marah atau dalam situasi gila. Kalimat

perceraian adalah kalimat yang akan mengguncangkan langit sebelum

mengguncangkan eksistensi keluarga, dimana suami, isteri, dan anak-anak

semuanya akan merasakan guncangan tersebut dan mereka akan menenggak

pil kepahitan serta terhalang dari meraih impian yang didambakan yaitu

kehidupan keluarga yang penuh kehangatan.2

1 Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), h.

228.

2 Terjemahan kitab Butsainah as-Sayid al-Iraqi, Asror Fil Hayati al-Mullaqot, (Jakarta :

Pustaka al-sofwa, 2005), h. 210.

Page 21: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

12

Suatu perkawinan dapat putus dan berakhir karena berbagai hal, antara

lain karena terjadinya talak yang dijatuhkan suami terhadap isterinya, atau

karena perceraian diantara keduanya.3 Perceraian dalam ikatan perkawinan

adalah sesuatu yang dibolehkan oleh ajaran Islam. Apabila sudah ditempuh

berbagai cara untuk mewujudkan kerukunan, kedamaian, dan kebahagiaan,

namun harapan dalam tujuan perkawinan tidak akan terwujud atau tercapai

sehingga yang terjadi adalah perceraian.4

Cerai yang dalam bahasa „Arab di sebut “Ath-tholaaq” itu mengandung

arti memutuskan atau meninggalkan. Menurut istilah, cerai adalah melepaskan

ikatan perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri. Talak artinya ialah

lepas atau putus pertalian, habis pergaulan, bercerai, dan berpisah.5 Di dalam

Islam, pada prinsipnya perceraian itu dilarang, kecuali ada alasan-alasan

obyektif yang menuntut adanya sebuah perceraian antara suami isteri. Dari Ibn

„Umar r.a., ia telah menyampaikan, Rasulullah SAW telah bersabda :

ا د بن خال غن غبيد هللا بن اموميد اموصذ ف غن محارب حدذ جنا نثري بن غبيد احلمس حدذ جنا محمذ

ر كا ل هللا بن دثر غن غبد هللا بن عل كال رسول هللا صلذ هللا ػليو وسلذمض ٱضبغض احللل ا

لق )رواه ابن جمح( امطذ6

“Telah menceritakan kepada kami Katsir bin Ubaid Al-Himsi berkata, telah

menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalid dari Ubaidullah bin Al-

Walid Al-Washshafi dari Muharib bin Ditsar dari Abdullah bin Umar ia

berkata, Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam bersabda: Perkara halal

yang paling di benci oleh Allah adalah perceraian”. (Hadits Riwayat Ibnu

Majah).

3 Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap, (Jakarta: Raja Grafindo

Persada, 2009), h. 229. 4 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), h. 80.

5 Buya Hamka, Tafsir Al-Azhar, Cet III, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994), h. 212

6 Ibnu Majah: 2008

Page 22: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

13

Secara umum pengertian dari cerai gugat yaitu isteri menggugat

suaminya untuk bercerai melalui pengadilan, yang kemudian pihak pengadilan

mengabulkan gugatan dimaksud sehingga putus hubungan penggugat (isteri)

dengan tergugat.7 Dalam sistem hukum perkawinan di Indonesia putusnya

perkawinan karena perceraian dapat dibagi menjadi dua bagian yakni

perceraian talak dan gugat. Perceraian talak adalah perceraian yang

dikehendaki oleh pihak suami dan diajukan ke Pengadilan Agama, dalam

proses peradilanya disebut permohonan cerai talak. Sedangkan perceraian

gugat dapat diartikan sebagai sebuah perceraian yang dikehendaki oleh pihak

isteri dan diajukan ke Pengadilan Agama, dalam proses peradilanya disebut

gugatan perceraian.

Gugatan cerai yang diajukan dapat dianggap sebagai salah satu upaya

tuntutan hak kepada pihak suami. Dengan kata lain seorang isteri yang

mengajukan gugatan cerai berarti menuntut haknya yang telah dirugikan oleh

suaminya sehingga ia memerlukan dan meminta perlindungan hukum yang

pasti dan adil kepada pengadilan yang berwenang memeriksa, mengadili dan

memutus perkara perceraianya. Suatu tuntutan hak harus mempunyai

kepentingan hukum yang cukup, merupakan syarat utama untuk dapat

diterimanya tuntutan hak itu oleh pengadilan.8

Untuk dapat mengajukan gugatan cerai di pengadilan maka harus

mempunyai kepentingan yang cukup dan layak serta memiliki dasar hukum.

7 Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Indonesia, h. 906.

8 Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, (Yogyakarta: Liberty Press,

2006), h. 53

Page 23: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

14

Alasan tersebut haruslah telah diatur dalam peraturan perundang-undangan

sebagai hukum nasional serta termasuk ke dalam hukum Islam dan hukum

adat, yang menjadi alas atau dasar hukum bagi pengajuan gugatan cerai di

pengadilan.9

B. Cerai Gugat Dalam Perspektif Fiqh

Sesungguhnya Islam mengharuskan keberadaan akad pernikahan

selamanya. Pernikahan yang dilaksanakan antara suami isteri seharusnya terus

berlangsung hingga maut memisahkan antara mereka berdua. Namun

terkadang ada juga pernikahan yang pada akhirnya berakhir karena berbagai

alasan. Perbedaan pendapat dan pandangan biasanya menjadi alasan yang

fundamental dan mendasar dari setiap perceraian.

Selain talak yang menjadi wewenang laki-laki (suami), dalam khazanah

Islam juga dikenal istilah khulu yang memberikan hak bagi perempuan untuk

menuntut perceraian kepada suami yang ia tidak senangi. Namun hal tersebut

bukan menjadi sarana main-main kedua pasangan, tetapi menjadi jalan

terakhir bagi penyelesaian rumah tangga.10

Pada dasarnya talak/cerai itu adalah mutlak milik pihak suami. Artinya

hanya pihak suami yang berhak menceraikan. Apabila isteri menginginkan

terjadinya perceraian dengan suaminya maka ia harus meminta persetujuan

suaminya, biasanya permintaan itu diikuti dengan kompensasi agar pihak

suami mau melepas haknya. Perceraian seperti ini disebut khulu.11

9 Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, Cet. II, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014)

h. 135. 10

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga, h. 230. 11

Yayan Sopyan, Islam-Negara “Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum Nasional”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 187.

Page 24: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

15

Para ulama berbeda pendapat mengenai hukum asal dari perceraian.

Sebagian ulama mengatakan bahwa hukum asalnya adalah makruh

sebagaimana hadist Rasulullah yang menunjukan kearah sana. Argumentasi

lain menyatakan bahwa hukum asal dari perceraian adalah makruh karena

perkawinan merupakan nikmat Allah sehingga ketika terjadi perceraian maka

dapat diartikan sebagai bentuk pengingkaran terhadap nikmat Allah dan

perceraian merupakan sumber dari segala derita yang akan dirasakan bukan

hanya oleh pihak suami dan isteri tapi juga pihak anak.12

Menurut madzhab Maliki, hukum asal perceraian bukan makruh, hanya

mendekati makruh saja, yang dikatakan oleh sebagian mereka hal ini

tergantung pada kuat atau tidaknya penyebab terjadinya perceraian.

Hukumnya berubah menjadi haram apabila berat dugaan akan terjadi

perzinahan dengan perempuan itu sesudah diceraikanya atau dengan

perempuan lain. Dalam Madzhab Hanafiyah pendapat terpecah menjadi dua

kelompok, kelompok yang pertama menyatakan boleh atau jaiz sedangkan

pendapat yang kedua adalah haram. Namun ada pula sebagian ulama yang

menyatakan bahwa hukum asal dari perceraian adalah mubah.13

Istilah cerai gugat tidak dikenal sebelumnya dalam hukum Islam ,

karena cerai gugat merupakan keberanjakan dari Khulu. Dalam bahasa arab,

khulu berarti menghilangkan, diantara artinya ialah menanggalkan.14

Secara

syara khulu adalah berpisahnya suami dari isterinya dengan memberi ganti

12

Yayan Sopyan, Islam-Negara “Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional” , h. 179.

13

Yayan Sopyan, Islam-Negara “Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional”, h. 180.

14

Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita, (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009), h. 340.

Page 25: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

16

yang diambil suami dari isterinya atau selainnya, dengan kata kata tertentu.15

Dalam sebuah hadis Rasulullah bersabda :

وب غن ٱب كل بة غن ٱب ٱمساء غن جوب ن كال كال حدذ جنا سلميان بن حرب حدذ جنا حذاد غن اي

ما امراة سأ مت زوجا طللا ف غري ما بأس فحرام ػليا راءحة رسول هلل صلذ هللا ػلىو وسلذ : ٱي

(امرتمذداود و )رواه ابو امجنذة

“Siapa saja perempuan yang meminta suaminya untuk menceraikanya dengan

tanpa alasan, maka haram baginya bau surga (HR. Abu Dawud dan At-

Tirmidzi).16

Ibnu Taimiyah mendeskripsikan mengenai khulu yakni seseorang

wanita tidak menyukai suami dan ingin berpisah kemudian dia memberikan

mahar atau sebagian dari penebus dirinya.17

Di dalam khulu terdapat beberapa

unsur yang merupakan karakteristik dan di dalam setiap unsur terdapat

beberapa syarat:

1. Suami yang menceraikan adalah seseorang yang ucapanya telah dapat

diperhitungkan secara syara, yaitu akil, baligh dan berbuat atas

kehendaknya sendiri dan kesengajaan.

2. Isteri yang dikhulu adalah seseorang yang berada dalam wilayah si suami

dalam arti isterinya atau orang yang telah diceraikan, namun masih berada

dalam iddah raj‟i.

3. Adanya uang ganti dalam bentuk suatu yang berharga dan dapat dinilai,

yang nilainya sebanding dengan mahar yang diterimanya waktu akad

15

Ali Yusuf as-Subki, Fiqh Keluarga “Pedoman Berkeluarga dalam Islam”, (Jakarta: Amzah, 2010), h. 68.

16

Sunan Abu Dawud, 1899. 17

Ibnu Taimiyah, Fatawa An-Nisa, penerjemah Khairun Na‟im, (Jakarta: Ailah, 2005), h. 351.

Page 26: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

17

nikah. Ganti rugi ini diberikan oleh isteri sendiri atau oleh pihak ketiga

atas persetujuan suami-isteri.

4. Sighat atau ucapan cerai yang disampaikan oleh suami yang ada dalam

ungkapan tersebut dinyatakan “uang ganti” atau iwadh. Tanpa

menyebutkan ganti ini ia menjadi talak biasa, seperti ucapan suami “saya

ceraikan kamu dengan tebusan sebuah sepeda motor”.18

Khulu adalah pengguguran dan bukan perceraian. Dengan demikian,

tidak ada ruju di dalamnya, karena ruju hanya bagi wanita-wanita yang

diceraikan. Demikian pula diantara hukum-hukum positif yang berkaitan

dengan khulu bahwasanya khulu dibolehkan pada saat wanita sedang

menjalani haid.19

Hal ini senada dengan firman Allah Q.S. al-Baqarah (2) :

229 yang berbunyi:

ا ءاثيتموىنذ ل مك ٱن ثأخذوا ممذ ن ول ي حس مساك بمؼروف ٱو جرسحي ب

تن فا ق مرذ ل مطذ

لذ ٱ

يا ا ش

فل جناح ػليما ف للذ ن خفت ٱلذ يلميا حدود ٱ

فا للذ

ۦ ثكل حدود ٱن يافا ٱلذ يلميا حدود ٱ فتدت بو

ميا ٱ

لمون مظذ ئم ه ٱ فأوم للذ

فل ثؼتدوىا ومن يتؼدذ حدود ٱ للذ

(٢٢٩: (٢) )امبلراةٱ

“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan

cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi

kamu mengambil kembali sesuatu dari yang telah kamu berikan kepada

mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan

hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak

dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya

tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah

hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. Barangsiapa

yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang

zalim.”

Syaikh Hasan Ayyub berpendapat tidak ada larangan khulu di masa

haid dan masa suci Dimana suami menyetubuhi isterinya, karena cerai dimasa

18

Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 133.

19

Muhammad Al-Utsaimin, Shahih Fiqh Wanita, h. 341.

Page 27: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

18

haid dilarang dengan alasan bahaya yang menimpa isteri karena lamanya

iddah. Sedangkan khulu bertujuan menghilangkan bahaya yang menimpa

isteri karena pergaulan yang buruk dan tinggal bersama orang yang

dibencinya. Hal tersebut dianggap lebih besar bahayanya dibandingkan

dengan lamanya masa iddah, sehingga boleh menolak bahaya yang lebih

tinggi dengan bahaya yang lebih rendah.20

Untuk maksud yang sama dengan kata khulu, ulama menggunakan

beberapa kata yaitu fidyah, shulh, dan mubaraah. Walaupun dalam makna

yang sama namun dibedakan dari segi jumlah ganti rugi atau iwadh yang

digunakan. Apabila ganti rugi untuk putusnya hubungan perkawinan itu

adalah seluruh mahar yang diberikan waktu nikah adalah khulu bila ganti rugi

adalah separuh dari mahar disebut shulh, bola ganti rugi lebih banyak dari

mahar yang diterima disebut fidyah, dan bila isteri bebas dari ganti rugi

disebut mubaraah.21

Jika isteri membenci suaminya karena fisiknya, akhlaknya, agamanya,

usianya yang tua, kelemahanya, atau yang semisalnya serta ia takut tidak bisa

menjalankan hak Allah untuk mentari suaminya maka ia boleh melakukan

khulu terhadap suaminya dengan memberikan kompensasi untuk menebus

dirinya.22

Perceraian yang terjadi akibat khulu mengakibatkan konsekuensi

adanya tebusan yang harus dikeluarkan oleh isterinya berupa benda, bisa

maskawin, bisa benda yang lebih murah dari maskawin, atau yang lebih

20

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 135.

21

Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perkawinan Islam perspektif Fiqh dan Hukum Positif,

(Yogyakarta: UII Press, 2011), h. 136.

22

Muhammad Tholib, Manajemen Keluarga Sakinah, (Yogyakarta: Pro-U, 2007) h. 261.

Page 28: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

19

mahal tergantung pada kesepakatan suami. Khulu ini bisa dilakukan baik

dalam keadaan suci maupun keadaan haid, karena biasanya khulu terjadi

karena kehendak dan kemauan isteri. Adapun kehendak ini menunjukan

bahwasanya ia rela walaupun iddahnya menjadi panjang. Apalagi biasanya

khulu itu tidak terjadi selain karena perasaan perempuan yang tidak dapat

dipertahankan lagi.

Perceraian yang dilakukan dengan khulu ini berakibat jatuhnya talak

ba‟in sughra yakni bekas suami tidak dapat rujuk lagi, dan tidak boleh

menambah talak sewaktu iddah, hanya diperbolehkan menikah kembali

dengan akad yang baru. Khulu tidak boleh lahir karena kehendak suami dan

tekanan suami. Karena hal ini berarti paksaan terhadap isteri untuk

mengorbankan hartanya guna keuntungan suami dan apabila pihak suami

yang ingin bercerai atau pihak suami merasa benci kepada isterinya maka ia

dapat bertindak dengan cerai talak, sebab talak itu ada dalam kekuasaanya.23

Mayoritas ulama berpendapat bahwasanya khulu tidak sah apabila

pihak suami mempersulit, menyusahkan, menganiaya, atau tidak memberikan

hak-hak isteri dengan tujuan agar isteri menebus dirinya dari suami. Dari

beberapa pemaparan yang telah disebutkan diatas, dapat dipahami

bahwasanya khulu merupakan solusi yang diberikan oleh hukum Islam

kepada isteri yang berkehendak untuk bercerai dari Suami, dengan tujuan

untuk menghindarkan isteri dari kehidupan rumah tangga yang tidak

harmonis serta menimbulkan kemudharatan jika dipertahankan.24

23

Yayan Sopyan, Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam Hukum

Nasional, h. 188.

24

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 136

Page 29: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

20

C. Cerai Gugat Dalam Perspektif Undang-Undang

Pada dasarnya cerai gugat pada sistem hukum perkawinan di Indonesia

mengadopsi ketentuan khulu dari fiqh. Namun terjadi beberapa modifikasi

sehingga pada akhirnya terjadi perbedaan antara cerai gugat dan khulu. Antara

cerai gugat dan khulu sama-sama merupakan bentuk putusnya perkawinan

yang dikehendaki oleh pihak isteri namun cerai gugat tidak menetapkan

adanya uang tebusan sebagaimana khulu.

Keberanjakan (point of departure) hukum keluarga Islam dari fiqh

konvensional kepada peraturan perundang-undangan memberikan pengaruh

positif terhadap perkembangan hukum Islam, terutama dalam kasus

perceraian.25

Dalam perspektif Undang-Undang khulu merupakan perceraian

yang terjadi dalam bentuk mengurangi jumlah talak dan tidak dapat dirujuk.

Hal ini berdasarkan Pasal 161 Kompilasi Hukum Islam yang berbunyi

“ Perceraian dengan jalan khulu mengurangi jumlah talak dan tidak dapat

dirujuk”.26

Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia masalah perceraian

diatur dalam pasal 38 sampai pasal 41 Undang-Undang Perkawinan No.1

tahun 1974 dan tata cara perceraian di atur dalam pasal 14 sampai dengan

pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1875 serta teknisnya diatur

dalam Peraturan Menteri Agama Nomor 3 Tahun 1975.27

Dalam Kompilasi

Hukum Islam pasal 113 sampai dengan pasal 162 merumuskan garis hukum

25

Ahmad Tholabi Kharlie, Hukum Keluarga Indonesia, h. 230.

26

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, h. 78.

27

Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam, h. 74.

Page 30: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

21

yang lebih rinci mengenai sebab-sebab terjadinya perceraian, tata cara, dan

akibat hukumnya.

Pasal 38 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa

perceraian adalah “putusnya perkawinan”. Adapun yang dimaksud dengan

dengan perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan

seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membetuk keluarga

yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”. 28

Berbeda dengan aturan fiqh yang menganggap bahwa khulu dapat

dilakukan dimanapun, dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia jelas

disebutkan bahwasanya gugatan cerai dan khulu hanya dapat dilakukan di

depan sidang Pengadilan Agama, diluar itu gugatan cerai tidak dapat

dilakukan. Hal ini sesuai dengan pasal 40 Undang-Undang Nomor 1 tahun

1974 “Gugatan perceraian diajukan kepada Pengadilan”. Hal ini dipertegas

dengan Kompilasi Hukum Islam pasal 115 yang menyatakan “Perceraian

hanya dapat dilakukan di depan sidang Pengadilan Agama setelah Pengadilan

Agama tersebut berusaha dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah

pihak.”.29

Dalam ketentuan hukum perkawinan di Indonesia dikenal dengan

adanya asas mempersulit perceraian atau asas preventif, asas ini bertujuan

untuk menjaga keutuhan rumah tangga. Dengan dipersulitnya proses

perceraian maka diharapkan pihak yang mengajukan gugatan cerai akan

berfikir kembali untuk melakukan perceraian serta mengubah keinginanya

28

Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,

(Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1986), h. 73.

29

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 151.

Page 31: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

22

untuk bercerai.30

Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur mengenai

proses gugatan cerai yang tercantum dalam pasal 39 :

1) Perceraian hanya dapat dilakukan di depan Sidang Pengadilan

setelah Pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil

mendamaikan kedua belah pihak.

2) Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan bahwa antara

suami isteri itu tidak akan dapat rukun sebagai suami isteri.

3) Tata cara perceraian di depan sidang Pengadilan diatur dalam

peraturan perundangan tersebut.

Aturan mengenai kemana seharusnya mengajukan gugatan terdapat

pada pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 jis. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang

menyatakan bahwa gugatan perceraian diajukan oleh isteri atau kuasanya

kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi kediaman penggugat,

kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman

bersama tanpa izin penggugat.31

Dalam hal isteri sebagai penggugat

bertempat kediaman di luar negara maka gugatan perceraian diajukan kepada

Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat perkawinan

mereka dilangsungkan atau Pengadilan Agama Jakarta Pusat.32

Dengan adanya aturan bahwa perceraian hanya dapat dilakukan di

depan sidang pengadilan dan harus ada cukup alasan bahwa tidak akan terjadi

kerukunan maka disinilah terdapat ruang bagi hakim untuk mempersulit

30

Anik Farida, Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai

Komunitas Adat, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama, 2007), h. 33.

31

Dedi Supriyadi dan Mustofa, Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam,

(Jakarta: Pustaka Al-Fikriis, 2009), h. 197.

32

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 255.

Page 32: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

23

perceraian dan mendamaikan pihak yang ingin bercerai. Kemudian Kompilasi

Hukum Islam mempertegas asas preventif ini dengan adanya ketentuan pada

pasal 131 :

1) Pengadilan agama yang bersangkutan mempelajari permohonan

dimaksud pasal 129 dan dalam waktu selambat-lambatnya tiga

puluh hari memanggil pemohon dan isterinya untuk meminta

penjelasan tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan

maksud menjatuhkan talak.

2) Setelah Pengadilan Agama tidak berhasil menasehati kedua belah

pihak dan ternyata cukup alasan untuk menjatuhkan talak serta

yang bersangkutan tidak mungkin lagi hidup rukun dalam rumah

tangga, pengadilan Agama menjatuhkan keputusannya tentang izin

bagi suami untuk mengikrarkan talak.

Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk

menetapkan putusan perceraian menurut pasal 76 Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jis. Undang-Undang

Nomor 50 Tahun 2009, harus didengar keterangan saksi saksi yang berasal

dari keluarga atau orang yang dekat dengan suami isteri tersebut. Majelis

hakim Pengadilan Agama setelah mendengar keterangan saksi tentang sifat

persengketaan antara suami isteri dapat mengangkat seorang atau lebih dari

keluarga masing-masing pihak atau orang lain untuk menjadi hakam.33

Untuk melakukan perceraian di Pengadilan Agama tentu saja harus

melewati beberapa proses yang berlaku. Isteri yang akan mengajukan gugatan

cerai perlu memperhatikan persyaratan administrasi umum yang ditetapkan

baik dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975, dan peraturan pelaksanaan lainya. Maksud dari

33

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 256.

Page 33: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

24

persyaratan administrasi umum ini adalah syarat-syarat yang bersifat

administratif yang harus dipenuhi sebagai tahap awal dari rangkaian proses

hukum penyelesaian perkara di Pengadilan Agama. Persyaratan administrasi

tersebut tergantung kepada apakah para pihak diwakili oleh kuasa hukumnya

atau tidak.34

Apabila pihak yang berperkara tidak didampingi oleh kuasa

hukumnya maka harus mempersiapkan surat permohonan atau gugatan.

Kemudian menyiapkan uang administrasi yang nantinya dibayarkan kepada

bagian pendaftaran permohonan atau gugatan di Pengadilan Agama. Setelah

membayar uang administrasi maka pihak pemohon atau penggugat akan

menerima SKHUM (Surat Keterangan Untuk Membayar).

Apabila pihak yang berperkara memilih untuk didampingi oleh

penasihat hukum maka sebelum mengajukan ke pengadilan maka harus

membuat surat kuasa yang berisi pernyataan memberikan kuasa kepada

penasihat hukum untuk mewakili pemohon atau penggugat dalam

menyelesaikan perkara tersebut.

Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor:

KMA/032/SK/IV/2006 tentang pemberlakuan buku II pedoman pelaksanaan

tugas dan administrasi pengadilan merupakan pedoman hukum bagi sistem

pelayanan perkara secara teknis administrasi di pengadilan yang

menggunakan sistem meja, yaitu sistem kelompok kerja yang terdiri dari

meja I (termasuk didalamnya kasir), Meja II, dan Meja III.

34

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 257.

Page 34: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

25

Dalam berperkara di Pengadilan Agama ada baiknya apabila

penggugat tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hukum untuk

didampingi oleh penasihat hukum/advokat atau orang yang sudah

berpengalaman dalam proses pengajuan gugatan perceraian. Sebaliknya

pemohon atau penggugat tidak menanggap remeh persoalan yang sedang

dihadapi karena konsekuensi hukum yang akan terjadi dikemudian hari

memiliki sifat mengikat dan memaksa.35

Bagi suami atau isteri yang tidak

mampu secara finansial maka dapat mengajukan gugatan perceraian

berdasarkan prosedur pengajuan berperkara secara prodeo.

Dalam menyidangkan perkara perceraian, majelis hakim menurut

pasal 80 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 jis. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 melakukan

pemeriksaan atas gugatan perceraian selambat-lambatnya 30 hari setelah

berkas atau surat gugatan perceraian didaftarkan di kepaniteraan Pengadilan

Agama. Pemeriksaan tersebut dilakukan dalam sidang tertutup, meskipun

pelaksanaan dengan sidang tertutup bertentangan dengan asas peradilan

namun untuk menjaga aib pihak suami dan isteri maka pengadilan berhak

mengadkan persidangan dengan tertutup.

Adanya waktu selama 30 hari sejak gugatan cerai diajukan

dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada majelis hakim

Pengadilan Agama untuk memeriksa secara teliti dan cermat dalam rangka

mempelajari secara seksama substansi dari gugatan perceraian. Jangka waktu

35

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 372.

Page 35: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

26

ini juga dapat diartikan bahwasanya Pengadilan Agama memberikan waktu

kepada pihak yang ingin bercerai untuk berfikir kembali perihal keinginanya

untuk melakukan perceraian.

Majelis hakim berdasarkan pasal 82 Undang-Undang Nomor 7 Tahun

1989 jo. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 jis. Undang-Undang Nomor

50 Tahun 2009 memiliki kewenangan untuk mendamaikan kedua belah

pihak. Upaya mencapai perdamaian wajib dilakukan dengan cara mediasi

dengan hakim yang ditunjuk sebagai mediator oleh Pengadilan Agama.

Mediasi dilakukan berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2008, dalam jangka

waktu paling 40 hari dan dapat diperpanjang selama 14 hari.

Jika mediasi gagal maka hakim mediator membuat surat keterangan

bahasa upaya perdamaian tidak tercapai pada majelis hakim dan proses

perkara segera dilanjutkan. Namun apabila tercapai perdamaian maka

mediator membuat surat keterangan bahwa suami isteri telah sepakat untuk

bersama dan tidak melanjutkan kehendak untuk bercerai yang selanjutnya

disampaikan kepada majelis hakim yang memeriksa perkara tersebut.

Menurut pasal 83 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 jo. Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006 jis. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tidak dapat

diajukan gugatan perceraian baru berdasarkan alasan yang ada dan telah

diketahui oleh penggugat sebelum perdamaian tercapai, dalam asas peradilan

pasal ini mengandung asas nebis ini idem.36

36

Nebis in Idem adalah salah satu asas dalam hukum yang memiliki pengertian sebagai

tindakan yang tidak boleh dilakukan untuk kedua kalinya dalam perkara yang sama, Nebis in idem

lazim disebut execeptio rei judicatae atau gewijsde zaak. Permasalahan nebis in idem ini diatur

dalam pasal 1917 KUHPerdata.

Page 36: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

27

Menurut pasal 18 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975,

terjadinya perceraian terhitung sejak dinyatakan di depan ruang sidang

pengadilan. Selanjutnya pada pasal 34 gugatan perceraian diucapkan dalam

sidang terbuka untuk umum. Suatu perceraian dianggap terjadi beserta segala

akibatnya terhitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah

memiliki kekuatan hukum tetap.

Hukum Islam tidak mengatur mengenai proses penyelesaian

perceraian secara khusus, dalam hukum Islam yang diatur hanya tentang sifat

hakim, budi pekerti hakim, saksi beserta sifat-sifatnya, jenis hukuman yang

dijatuhkan, dan sistem musyawarah atau yang biasa kita kenal saat ini adalah

peradilan.

D. Akibat Cerai Gugat

Setiap keputusan yang diambil tentu saja memiliki resiko yang harus

dihadapi. Dalam hal perkawinan ketika pihak isteri ataupun pihak suami

memilih untuk bercerai maka mereka harus siap menghadapi konsekuensinya.

Dalam hukum perkawinan di Indonesia tidak disebutkan secara spesifik

mengenai akibat dari cerai gugat

Kewajiban suami yang telah menjatuhkan talak kepada isterinya dapat

diuraikan kepada beberapa macam yakni pemberian mut‟ah, memberi nafkah

baik itu nafkah pakaian dan tempat kediaman untuk mantan isteri selama

dalam masa iddah, membayar atau memberikan pelunasan pada mas kawin,

membayar nafkah untuk anak-anaknya.37

Pasal 41 Undang-Undang Nomor 1

37

Mohammad Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam “Suatu Analisis dari Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam”, (Jakarta: Bumi Aksara, 1999), h.

190.

Page 37: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

28

Tahun 1974 menegaskan bahwa akibat dari putusnya perkawinan karena

perceraian ialah :

1. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik

anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak bilamana

ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, pengadilan

memberi keputusan

2. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan

pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam

kenyataanya tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan

dapat menentukan bahwa ikut memikul biaya tersebut.

3. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk

memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu

kewajiban bagi bekas isteri.38

Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam mengatur mengenai putusnya

perkawinan sebagai akibat dari cerai gugat. Anak yang belum mumayyiz

berhak mendapatkan hadhanah dan ibunya, kecuali bila ibunya telah

meninggal dunia, maka kedudukannya digantikan oleh wanita dalam garis

lurus ke atas dari ibu, kemudian ayah atau wanita dalam garis lurus ke atas

dari ayah, dan wanita kerabat sedarah menurut garis samping dari ayah.39

Putusnya hubungan antara suami dan isteri tidak serta merta hubungan

dengan anak menjadi putus. Status suami dan isteri berubah menjadi mantan

suami dan isteri namun tidak bisa seorang anak. Oleh karena itu hak anak

haruslah tetap diperhatikan. Bagi anak yang sudah mumayyiz berhak memilih

untuk mendapatkan hak asuh dari ayah dan ibunya karena anak yang sudah

mumayyiz dianggap sudah mampu memilih yang baik untuk dirinya sendiri.

38

Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, h. 74.

39

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 151.

Page 38: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

29

Namun apabila pemegang hadhanah ternyata tidak dapat menjamin

keselamatan jasmani dan rohani anak, meskipun biaya nafkah dan hadhanah

telah dicukupi, maka kerabat dapat mengajukan permohonan untuk

memindahkan hak Hadhanah kepada kerabat lain yang dalam ketentuan

memiliki hak Hadhanah.40

Wahyu Ernaningsih dan Putu Samawati menguraikan pedapatnya

mengenai akibat hukum perceraian terhadap nafkah anak yang mana dapat

dirinci sebagai berikut: 41

1. Kewajiban membiayai anak tidak hilang karena putusnya perkawinan

akibat adanya perceraian.

2. Biaya pemeliharaan anak ditanggung oleh ayah sampai anak dianggap

sudah dewasa dan mampu untuk menghidupi dirinya sendiri.

3. Apabila ayah tidak dapat memberi biaya pemeliharaan maka pengadilan

dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya hidup anak.

4. Apabila ayah tidak dapat melaksanakan putusan pengadilan, maka isteri

bisa mengajukan permohonan eksekusi kepada pengadilan agama atau

pengadilan negeri Diana proses cerai dilakukan.

40

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 151.

41

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 372.

Page 39: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

30

BAB III

KONSEP KEADILAN DAN NAFKAH IDDAH

A. Pengertian Nafkah Iddah

Kata nafkah berasal dari bahasa Arab secara etimologi mengandung

arti berkurang. Dalam kamus Arab Indonesia al-Nafaqah memiliki arti “biaya,

belanja atau pengeluaran”. Nafkah dibagi menjadi dua. Pertama,

memprioritaskan nafkah untuk diri sendiri. Kedua, bernafkah kepada orang

lain yang mana disebabkan oleh hubungan pernikahan, hubungan kekerabatan,

dan hubungan kepemilikan.1

Al-Khatib al-Syarbaini membatasi pengertian nafkah dengan Sesuatu

yang dikeluarkan dan tidak dipergunakan kecuali untuk sesuatu yang baik.2

Nafkah merupakan pengeluaran yang dilakukan kepada orang yang menjadi

tanggung jawabnya. Nafkah juga dapat dipahami sebagai konsekuensi dari

adanya ikatan perkawinan.Para ulama sepakat bahwa setelah terjadinya akad

nikah isteri berhak mendapatkan nafkah. Hanya saja ulama berbeda pendapat

ketika membahas apakah hak nafkah itu diperoleh ketika terjadi akad atau

setelah tamkin atau ketika isteri telah pindah ke tempat kediaman suami. Ibnu

Hazm mengungkapkan bahwa adanya ikatan suami isteri sendirilah yang

menjadi sebab diperolehnya hak nafkah.3

1 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, penerjemah Muhammad Afifi,dkk (Jakarta: Al-Mahira, 2010), h. 41.

2 Syamsuddin Muhammad bin Muhamamd al-Khatin al-Syarbini, Mugni al-Muhtaj, Juz

V, (Beirut: Dar-al-Kutub al-Ilmiyah, 1995), h. 151.

3 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, penerjemah Muhammad Afifi,dkk), h. 42.

Page 40: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

31

Jumhur ulama berpendapat bahwasanya suami wajib memberikan

nafkah isterinya apabila Isteri menyerahkan diri kepada suaminya sekalipun

belum melakukan sengaja, Isteri tersebut orang yang telah dewasa dalam arti

telah layak melakukan hubungan sengaja, perkawinan suami isteri itu telah

memenuhi syarat dan rukun dalam perkawinan, Tidak hilang hak suami untuk

menahan isteri disebabkan kesibukan isteri yang dibolehkan agama.4

Kemudian iddah berasal dari kata al-add dan al-ihsha, yaitu sesuatu

yang dihitung oleh perempuan, ia menempatinya dalam beberapa hari dan

masa. Iddah merupakan nama untuk masa bagi perempuan untuk menunggu

dan mencegahnya untuk menikah setelah wafatnya suami atau berpisah

denganya.5 Macam macam iddah isteri yakni iddah karena talak raj‟i (cerai

tetapi suami masih diperkenankan untuk kembali ke pangkuan isteri), iddah

karena talak bai‟n (cerai yang dilakukan tiga kali oleh suami atau dengan

melalui talak khulu), iddah dalam masa hamil dan iddah sebab ditinggal mati

suaminya.6

Ahmad Al-Ghundur memberikan definisi mengenai iddah yakni

jenjang waktu yang ditentukan untuk menanti kesucian (kebersihan rahim)

dari pengaruh hubungan suami isteri setelah sang isteri diceraikan atau

ditinggal mati oleh suami, yaitu waktu yang biasa dipikul oleh isteri setelah

putus ikatan pernikahan karena dikhawatirkan terjadi kesyubhatan dalam

4 Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, hal.7376

5 Ali Yusuf as-subki, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga dalam Islam, (Jakarta:

Amzah, 2010), h. 348.

6 Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, penerjemah Muhammad Afifi,dkk, (Jakarta: Al-Mahira, 2010), h. 53.

Page 41: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

32

perngaruh hubungan kelamin atau yang sesamanya seperti bermesra-mesraan

(dengan pria lain jika ia segera menikah).7

Ibnu Taimiyah berpendapat. Iddah merupakan masa waktu terhitung di

mana wanita menunggu untuk mengetahui kosongnya rahim, di mana

pengetahuan ini diperoleh dengan kelahiran, atau dengan hitungan bulan atau

dengan perhitungan quru‟.8 Dalam masa idah seorang wanita tidak boleh

kawin dengan laki-laki lain sebelum masa iddahnya selesai. Adapun unsur-

unsur nafkah iddah yakni:9

1. Adanya satu tenggang waktu tertentu

2. Wajib dijalani oleh bekas misteri kecuali qobla dukhul

3. Karena diceraikan atau ditinggal mati oleh suaminya

4. Adanya keharaman untuk melakukan perkawinan selama masa iddahnya

belum selesai

Iddah menurut penjelasan Soemiyati ialah masa menunggu atau

tenggang waktu sesudah jatuh talakdalam waktu Diana si suami boleh

merujuk kembali isterinya, sehingga pada masa iddah ini si isteri belum boleh

melangsungkan perkawinan baru dengan yang lain. Adapun tujuan dan

kegunaan masa iddah adalah sebagai berikut:10

7 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi

Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU NO.1/74 sampai KHI, cet.III, (Jakarta:

Kencana, 2006), h. 241.

8 Ibnu Taimiyah, Kifayatul Akhyar h. 391.

9 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, penerjemah Abdurrahim, dkk, (Jakarta: Cakrawala

Publishing, 2009), h. 118.

10

Muhammad Syaifuddin, dkk, Hukum Perceraian, h. 401.

Page 42: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

33

1. Untuk memberi kesempatan berfikir kembali dengan fikiran yang jernih,

setelah mereka menghadapi keadaan rumah tangga yang panas dan yang

demikian keruhnya sehingga mengakibatkan perkawinan mereka putus.

2. Dalam perceraian karena ditinggal mati suami iddah diadakan untuk

menunjukan rasa berkabung atas kematian suami

3. Untuk mengetahui apakah dalam masa iddah tersebut pihak isteri telah

mengandung atau tidak.

B. Nafkah Iddah dalam Perspektif Fiqh

Para ulama bersepakat bahwa wanita yang ditalak sebelum dicampuri

dan sebelum melakukan khalwat, tidak mempunyai iddah. Hanafi, maliki dan

hambali mengatakan bahwa apabila suami telah berkhalwat denganya, tetapi

dia tidak sampai mencampurinya lalu isterinya tersebut ditalak maka si

isterinya harus menjalani „iddah persis seperti isteri yang telah dicampuri.11

Selama iddah dalam talak raj‟i isteri berhak untuk menerima nafkah

serta seluruh hak-haknya, kecuali biaya merias diri karena dia bukan lagi milik

sang suami. Selain itu suami wajib memberikan nafkah kepada isterinya yang

dicerai jika isteri masih tamkin.

Isteri tidak berhak menerima nafkah dari suaminya karena talak ba‟in

dengan talak khulu atau talak tiga kali. Sebab, telah terputusnya hubungan

perkawinan sehingga status isteri adalah seperti perempuan yang ditinggal

mati oleh suaminya. Adapun talak ba‟in yang disebabkan oleh fasakh nikah

karena penyebab yang baru seperti murtad, satu susuan atau seperti sumpah

11

Jawad Mughniyah, Al-Fiqh „ala Madzahib al-khamsah, penerjemah Afif

Muhammad,dkk, (Jakarta: Lentera, 1996), h. 464.

Page 43: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

34

li‟an, jika tidak menafikan anaknya maka suami berkewajiban menafkahinya.

Adapun talak ba‟in karena fasakh nikah yang disebabkan aib dari salah satu

kedua belah pihak (suami-isteri), maka isteri tidak berhak mendapatkan

nafkah karena fasakh nikah membatalkan akad nikah yang telah dilakukan.12

Sedangkan perempuan yang dicerai dan menjalani masa iddah dalam

keadaan hamil maka ia berhak untuk mendapatkan nafkah dan pakaian serta

seluruh biaya hidup lainya. Namun, nafkah tidak wajib diberikan kepada

perempuan yang hamil karena wathi syubhat dan tidak dinikahi atau

perempuan yang hamil hasil dari nikah fasid. Tidak wajib memberikan nafkah

kepada isteri yang hamil kecuali bertul-betul hamil. Apabila dia telah nyata

hamil, maka suami wajib memberikan nafkah harian. Jumlah nafkah bagi

perempuan yang telah dicerai yaitu setara dengan kebutuhanya saat masih

bersama suami. Sedangkan perempuan yang iddah karena kematian suaminya

tidak berhak mendapatkan nafkah sekalipun ida dalam keadaan hamil.13

Dalam kajian hukum Islam, akad nikah yang sah menimbulkan hak

dan kewajiban antara suami-isteri, diantaranya, pihak isteri berhak untuk

mendapatkan nafkah dari pihak suami yang menafkahinya.14

Hal ini sesuai

dengan firman Allah:

12

Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, h. 54.

13

Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, h. 55

14

Satria Effendi Muh Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer (Jakarta:

Kencana, 2010), h. 152.

Page 44: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

35

ت حأ ن ننذ ٱوم نذ وا لوا ػليأ وىنذ متضي دكأ ول ثضار ن وجأ كنوىنذ منأ حيأث سكنت م ل فأهفلوا ٱسأ

ن مكأ ف ضؼأ نأ ٱرألينذ فا ن حأ يضؼأ نذ حتذ تأ اثوىنذ ٱجورىنذ وٱأثمروا بيأ ػليأ ن ثؼاسأ

روف وا نك بمؼأ

رى ۥ ٱخأ ضع ل (٦( : ٦٥) امطلق)فسرتأ

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal

menurut kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk

menyempitkan (hati) mereka. Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah

ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga

mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu

maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara

kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka

perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya” (At-Thalaq: 6)

Imam Syafii berpendapat bahwa perempuan hamil tidak berhak

mendapatkan nafkah dari suami yang meninggal dunia, namun menurut

pendapat yang rajih pihak isteri berhak mendapatkan tempat tinggal.15

C. Nafkah Iddah dalam Perspektif Undang-Undang

Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan tidak secara

spesifik mengatur tentang hak nafkah bagi mantan isteri yang telah dicerai.

Pasal 41 c dalam Undang-undang tersebut menjelaskan: “pengadilan dapat

mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan penghidupan dan atau

menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isterinya”. 16

Namun untuk yang beragama Islam dan bagi Pegawai Negeri Sipil

(PNS) memang ada ketentuan mengenai hal itu, yakni untuk yang beragama

Islam diatur dalam Kompilasi Hukum Islam, sedang untuk Pegawai Negeri

15

Wahbah Zuhaili, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, h. 54

16

Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,

(Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1986), h. 74.

Page 45: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

36

Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1983 jo. Peraturan

Pemerintah No. 45 Tahun 1990.

Berkaitan dengan hak-hak mantan isteri, Kompilasi Hukum Islam

(KHI) pasal 149 menyatakan bahwa akibat putusnya perkawinan karena talak,

maka suaminya wajib:

1. Memberikan mut'ah yang layak kepada bekas isterinya, baik berupa

uang atau benda, kecuali bekas isteri tersebut Qabla ad dukhul.

2. Memberikan nafkah, maskan (tempat tinggal) dan kiswah (pakaian)

kepada bekas isteri selama masa „iddah, kecuali bekas isteri telah

dijatuhi talak bain atau nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil.

3. Melunasi mahar yang masih tehutang seluruhnya, atau separo bila

qabla ad dukhul.

4. Memberikan biaya hadanah untuk anak-anaknya yang belum

mencapai umur 21 tahun.17

Apabila suami adalah seorang Pegawai Negeri Sipil, maka sesuai

dengan ketentuan pasal 8 PP. No.10 tahun 1983 berlaku peraturan sebagai

berikut:

1. Apabila perceraian terjadi atas kehendak pegawai negeri sipil pria,

maka ia wajib menyerahkan sebagaian gajinya untuk penghidupan

bekas isteri dan anaknya

2. Pembagian gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ialah sepertiga

untuk pegawai negeri pria yang bersangkutan, sepertiga untuk

bekas isterinya, dan sepertiga untuk anaknya.

3. Apabila dari perkawinan tersebut tidak ada anak maka bagian gaji

wajib disertakan oleh pegawai negeri sipil pria kepada bekas

isterinya ialah setengah dari gajinya.

4. Apabila perceraian terjadi atas kehendak isteri, maka ia tidak

berhak atas bagian penghasilan dari bekas suaminya

5. Ketentuan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat (4) tidak berlaku,

apabila isteri minta cerai karena dimadu 18

17

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: CV Akademika Pressindo, 2007), h. 149.

18 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,

(Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1986), h. 74.

Page 46: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

37

Dalam Kompilasi Hukum Islam ketentuan mengenai nafkah Iddah

diatur dalam pasal (153). Bagi seorang isteri yang putus perkawinannya

berlaku waktu tunggu atau iddah, kecuali qobla al dukhul dan perkawinannya

putus bukan karena kematian suami. Kemudian bagi seorang janda Apabila

perkawinan putus karena kematian, walaupun qobla al dukhul, waktu tunggu

ditetapkan 130 (seratus tiga puluh) hari, Apabila perkawinan putus karena

perceraian,waktu tunggu bagi yang masih haid ditetapkan tiga kali suci

dengan sukurang-kurangnya sembilan puluh hari, dan bagi yang tidak haid

ditetapkan 90 (sembilan puluh) hari.19

Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut

dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan dan

Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda tersebut dalam

keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan. .

Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu

tunggu dihitung sejak jatuhnya, Putusan Pengadilan Agama yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus karena

kematian, tenggang waktu tunggu dihitung sejak kematian suami. Waktu

tunggu bagi isteri yang sedang haid sedang pada waktu menjalani iddah tidak

haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali waktu haid. Dalam hal

tersebut apabila bukan karena menyusui, maka iddahnya selama satu tahun,

akan tetapi bila dalam waktu satu tahun tersebut ia haid kembali, maka

iddahnya menjadi tiga kali waktu suci.

19

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 150.

Page 47: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

38

D. Konsep Keadilan dan Hikmah Nafkah Iddah

Istilah keadilan (iustitia) berasal dari kata “adil” yang berarti: tidak

berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, sepatutnya, tidak

sewenang-wenang. Dari beberapa definisi dapat disimpulkan bahwa

pengertian keadilan adalah semua hal yang berkenan dengan sikap dan

tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah tuntutan agar

orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan kewajibannya,

perlakukan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih; melainkan, semua

orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Hans Kelsen menekankan pada filsafat hukum Plato, bahwa keadilan

didasarkan pada pengetahuan perihal sesuatu yang baik. Pengetahuan akan hal

yang baik secara fundamental merupakan persoalan di luar dunia. Hal tersebut

dapat diperoleh dengan kebijaksanaan.20

Konsep Keadilan oleh Plato

diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang

yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Salah

seorang pakar hukum teerkenal John Rawls lewat karyanya A Theory of

Justice mengemukakan 3 prinsip kedilan, yang sering dijadikan rujukan oleh

beberapa ahli yakni:

1. Prinsip Kebebasan yang sama (equal liberty of principle)

2. Prinsip perbedaan (differences principle)

3. Prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle)

Konsep keadilan dalam perspektif Al-quran dapat dilihat pada

penggunaan lafaz adil dalam berbagai bentuk dan perubahannya. Lafaz al-

20

Friedmann, Teori dan Filsafat Hukum, (Jakarta: PT Rajawali Press, 1990), h. 118.

Page 48: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

39

„adlu adalah sebuah konsep yang mengandung beberapa makna. Secara

etimologis al-adl bermakna al-istiwa (keadaan lurus) juga bermakna: jujur,

adil, seimbang, sama, sesuai, sederhana, dan moderat bahkan kata „adl juga

bermakna al-I‟wjaj (keadaan menyimpang) atau kembali, dan

berpaling.Selanjutnya terdapat lafaz lain yang semakna atau sinonim dengan

kata al-adl yakni: al-qisthu dan al-Mizan.21

Kata keadilan dalam bahasa Indonesia berasal dari kata adil yang

berasal dari bahasa Arab, yakni: عدل yang bermakna: istiqamah, seimbang,

harmonis, lurus, tegak, kembali, berpaling, dan lain-lain. Alquran

menggunakan beberapa lafaz yang bermakna adil yang dipakai dalam kontes

kalimat yang berbeda, yakni: lafaz قسط, عدل, dan ميزان yang bermakna perintah

Allah kepada manusia untuk berlaku adil,22

Paling tidak ada empat makna keadilan yang dikemukakan oleh para

pakar agama. Pertama, adil dalam arti “sama” kita dapat berkata bahwa si A

adil, karena yang dimaksud adalah bahwa dia memperlakukan sama atau tidak

membedakan seseorang dengan yang lain. Tetapi harus digarisbawahi bahwa

persamaan yang dimaksud adalah persamaan dalam hak. Dalam firman Allah

Q.S. an-Nisa: (4) : 58, yang berbunyi :

مؼدل منذاس ٱن تكوا بأ

ذا حكت بني ٱ

ل ٱىليا وا

ت ا ن ألم

وا ٱ يأمرك ٱن ثؤد للذ

نذ ٱ

ا ا هؼمذ للذ

نذ ٱ

ا

يؼا بصريا كن مس للذ نذ ٱ

(٥٨( : ٤) النساء)يؼظك بوۦ ا

21

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu‟i Atas Pelbagai Persoalan Umat,

(Bandung: Mizan, 1998), h. 112.

22

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat,

h. 113.

Page 49: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

40

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang

berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di

antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah

memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah

adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Kata “adil” dalam ayat di atas bila diartikan “sama”- hanya mencakup

sikap dan perlakuan hakim pada saat proses pengambilan keputusan. Ayat ini

menuntun sang hakim untuk menempatkan pihak-pihak yang bersengketa di

dalam posisi yang sama, misalnya ihwal tempat duduk, penyebutan nama

(dengan atau tanpa embel-embel penghormatan), keceriaan wajah,

kesungguhan mendengarkan, dan memikirkan ucapan mereka, dan sebagainya

yang termasuk dalam proses pengambilan keputusan. Apabila persamaan

dimaksud mencakup keharusan mempersamakan apa yang mereka terima dari

keputusan, maka ketika itu persamaan tersebut menjadi wujud nyata

kezaliman.23

Kedua, adil dalam arti “seimbang” Keseimbangan ditemukan pada

suatu kelompok yang di dalamnya terdapat beragam bagian yang menuju satu

tujuan tertentu, selama syarat dan kadar tertentu terpenuhi oleh setiap bagian.

Dengan terhimpunnya syarat ini, kelompok itu dapat bertahan dan berjalan

memenuhi tujuan kehadirannya. Hal ini senada dengan firman Allah Q.S al-

Infithar (87): 6-7 yang berbunyi :

ل ا ٱ أي ن م ي مكري وس

م ٱ ك برب ىم ا غرذ ي خللم فسوذ لذ

(٧-٦( : ٨٢) االنفطار) فؼدل ٱ

Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)

terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah Yang telah menciptakan kamu lalu

menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.

23

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat,

h. 114.

Page 50: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

41

Ketiga, adil adalah “perhatian terhadap hak-hak individu dan

memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya”. Pengertian inilah yang

didefinisikan dengan “menempatkan sesuatu pada tempatnya” atau “memberi

pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat”. Pengertian keadilan seperti ini,

melahirkan keadilan sosial.

Keempat, adil yang dinisbatkan kepada Ilahi. Adil di sini berarti

“memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah

kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak

kemungkinan untuk itu.” Keadilan dalam pelaksanaannya tergantung dari

struktur-struktur kekuasaan dalam masyarakat, struktur-struktur mana terdapat

dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Maka

membangun keadilan berarti menciptakan struktur-struktur yang

memungkinkan pelaksanaan keadilan.24

Disyariatkanya beriddah dan memberikan nafkah bagi isteri yang

sedang menjalankan iddah merupakan salah satu bentuk dari perwujudan

keadilan dalam Islam. Adanya ketentuan beriddah kepada Wanita yang telah

dicerai dengan tidak boleh menikah lagi dengan laki-laki lain sampai ia selesai

menjalani iddah-nya bertujuan agar rahim terhindar dari percampuran sperma

dari laki-laki yang berbeda. Maka jika ternyata ia hamil ditengah-tengah

menjalani masa iddah, maka akan jelas siapa ayah kandungnya. Ibnu Al-

Qayyim telah menjelaskan hikmah disyariatkanya iddah diantaranya:

1. Keagungan akan pentingnya akad ini, menghilangkan kekuatanya, dan

menampakan kemuliaanya

24

Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan Umat,

h. 116.

Page 51: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

42

2. Memberikan waktu untuk kembali bagi yang bercerai. Diharapkan ia

menyesal dan kembali sehingga ia menemukan waktu yang

memungkinkan untuk kembali.

3. Memenuhi hak suami, menampakan pengaruh kehilanganya dalam

mencegah dari berhias. Oleh karena itu disyariatkan berkabung padanya

lebih lama dibanding berkabung kepada orang tua dan anak.

4. Berhati-hati atas hak suami, kemaslahatan isteri, hak anak, dan

melaksanakan hak Allah yang mewajibkanya.25

Nafkah pada masa iddah merupakan sebuah bentuk jaminan dan wujud

pertanggungjawaban dari suami kepada mantan isterinya. Adanya pemberian

nafkah pada masa iddah ini diharapkan dapat menjadi sarana bagi mereka

yang telah bercerai untuk rujuk. Perwujudan dari konsep keadilan pada nafkah

iddah ini dapat kita lihat bahwasanya ketika perceraian terjadi pihak wanita

yang lebih merasakan dampak apalagi sebagian besar dari wanita tidak

memiliki penghasilan dalam artian hanya sebagai ibu rumah tangga.

Ketika perceraian terjadi maka nafkah iddah menjadi sumber daya bagi

isteri yang dicerai untuk menata ulang hidup mereka kembali dan sebagian

kalangan berpendapat nafkah iddah merupakan uang pelipur lara bagi isteri

yang dicerai. Adanya nafkah bagi mantan isteri yang telah diceraikan selama

masih masa iddahnya memberikan peluang yang cukup tinggi untuk

dipersatukannya kembali ikatan yang telah putus tersebut. Hal ini terjadi

karena adanya nafkah tersebut berarti masih tersisa rasa kasih sayang diantara

keduanya.

25

Ali Yusuf as-Subki, Fiqh Keluarga: Pedoman Berkeluarga dalam Islam, h. 351.

Page 52: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

43

BAB IV

PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM MEMBERIKAN

NAFKAH IDDAH

A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Selatan

Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk berdasarkan surat keputusan

Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1963. Pada mulanya

Pengadilan Agama di wilayah DKI Jakarta hanya terdapat tiga kantor yang

dinamakan Kantor Cabang, yaitu:

1. Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Utara

2. Kantor Pengadilan Agama Jakarta Tengah

3. Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya sebagai Induk

4. Semua Pengadilan Agama tersebut di atas termasuk Wilayah Hukum

Cabang Mahkamah Islam Tinggi Surakarta. Kemudian setelah berdirinya

Cabang Mahkamah Islam Tinggi Bandung berdasarkan surat keputusan

Menteri Agama Nomor 71 tahun 1976 tanggal 16 Desember 1976. Semua

Pengadilan Agama di Propinsi Jawa Barat termasuk Pengadilan Agama

yang berada di Daerah Ibu Kota Jakarta Raya berada dalam Wilayah

Hukum Mahkamah Islam Tinggi Cabang Bandung. Dalam perkembangan

selanjutnya istilah Mahkamah Islam Tinggi menjadi Pengadilan Tinggi

Agama (PTA).1

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia

Nomor 61 tahun 1985 Pengadilan Tinggi Agama Surakarta dipindah di

1 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id.

Page 53: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

44

Jakarta, akan tetapi realisasinya baru terlaksana pada tanggal 30 Oktober 1987

dan secara otomatis Wilayah Hukum Pengadilan Agama di wilayah DKI

Jakarta adalah menjadi Wilayah Hukum Pengadilan Tinggi Agama Jakarta.

Terbentuknya kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan merupakan

jawaban dari perkembangan masyarakat Jakarta, yang ketika itu pada tahun

1967 merupakan cabang dari Pengadilan Agama Istimewa Jakarta Raya yang

berkantor di jalan Otista Raya Jakarta Timur. Sebutan pada waktu itu adalah

cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan.

Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta Selatan dibentuk sesuai

dengan banyaknya jumlah penduduk dan bertambahnya pemahaman

penduduk serta tuntutan masyarakat Jakarta Selatan yang di wilayahnya cukup

luas. Untuk itu keadaan kantor ketika itu masih dalam keadaan darurat yaitu

menempati gedung bekas Kantor Kecamatan Pasar Minggu di suatu gang

kecil yang sampai saat ini dikenal dengan gang Pengadilan Agama Pasar

Minggu Jakarta Selatan, pimpinan kantor dipegang oleh H. POLANA.

Penanganan kasus-kasus hanya berkisar perceraian kalaupun ada tentang

warisan masuk kepada Komparisi itu pun dimulai tahun 1969 kerjasama

dengan Pengadilan Negeri yang ketika itu dipimpin oleh Bapak BISMAR

SIREGAR, S.H.2

Sebelum tahun 1969 pernah pula membuat fatwa waris akan tetapi hal

tersebut ditentang oleh pihak keamanan karena bertentangan dengan

kewenanganya.3 Sejak 1 April 1937, kewenangan Pengadilan Agama di

wilayah Jawa dan Madura dipersempit hanya berwenang mengadili kasus

2 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id

3 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id

Page 54: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

45

perkawinan dan perceraian, sedangkan kasus waris dan wakaf menjadi

wewenang Lanraad (sekarang menjadi Pengadilan Negeri). Sehingga sempat

beberapa orang termasuk Pak Hasan Mughni dan karena penetapan fatwa

waris sehingga sejak saat itu fatwa waris ditambah dengan kalimat “Jika Ada

Harta Peninggalan”.

Pada tahun 1976 gedung Kantor Cabang Pengadilan Agama Jakarta

Selatan pindah ke Blok D Kebayoran Baru Jakarta Selatan dengan menempati

serambi Masjid Syarief Hidayatullah dan sebutan Kantor Cabang pun

dihilangkan menjadi Pengadilan Agama Jakarta Selatan dan pada masa itu

diangkat pula beberapa Hakim honorer yang di antaranya adalah Bapak H.

Ichtijanto, S.A., S.H.

Penunjukan tempat tersebut atas inisiatif Kepala Kandepag Jakarta

Selatan yang waktu itu dijabat oleh Bapak Drs. H. Muhdi Yasin. Seiring

dengan perkembangan tersebut diangkat pula 8 karyawan untuk menangani

tugas–tugas kepaniteraan yaitu Ilyas Hasbullah, Hasan Jauhari, Sukandi,

Saimin, Tuwon Haryanto, Fathullah AN, Hasan Mughni, dan Imron, keadaan

penempatan Kantor di serambi Masjid tersebut bertahan sampai pada tahun

1979.

Pada bulan September 1979 Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan

pindah ke gedung baru di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang dengan menempati

gedung baru dengan tanah yang masih menumpang pada areal tanah PGAN

Pondok Pinang dan pada tahun 1979 pada saat Pengadilan Agama Jakarta

Selatan dipimpin oleh Bapak H. Alim BA di angkat pula Hakim-Hakim

Page 55: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

46

honorer untuk menangani perkara-perkara yang masuk, mereka diantaranya:

KH. Ya‟kub, KH. Muhdats Yusuf, Hamim Qarib, Rasyid Abdullah, Ali Imran,

Drs. H. Noer Chazin.4

Pada perkembangan selanjutnya yaitu semasa berkepimpinan Drs. H.

Djabir Manshur, S.H., Kantor Pengadilan Agama Jakarta Selatan pindah ke

Jalan Rambutan VII No. 48 Pejaten Barat, Pasar Minggu, Jakarta Selatan

dengan menempati gedung baru. Di gedung baru ini meskipun tidak

memenuhi syarat untuk sebuah Kantor Pemerintah setingkat Walikota, karena

gedungnya berada di tengah-tengah penduduk dan jalan masuk dengan kelas

jalan III C. Namun sudah lebih baik ketimbang masih di Pondok Pinang,

pembenahan–pembenahan fisik terus dilakukan terutama pada masa

kepemimpinan Bapak Drs. H. Jayusman, S.H. Begitu pula pembenahan–

pembenahan administrasi terutama pada masa kepemimpinan Bapak Drs.

Ahmad Kamil, S.H. pada masa ini pula Pengadilan Agama Jakarta Selatan

mulai mengenal komputer walaupun hanya sebatas pengetikan dan ini terus

ditingkatkan pada masa kepemimpinan Bapak Drs. Rifát Yusuf.5

Pada masa perkembangannya selanjutnya tahun 2000 ketika

kepemimpinan dijabat oleh Bapak Drs. H. Zainuddin Fajari, S.H.

pembenahan-pembenahan semua bidang, baik fisik maupun non fisik

diadakan sistem komputerisasi dengan online komputer, dan ini terus dibenahi

pada masa periode Ketua Pengadilan Agama Bapak Drs. H. Syed Usman, S.H.

4 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id.

5 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id.

Page 56: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

47

Yang tujuannya adalah untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat

pencari keadilan dan menciptakan peradilan yang mandiri dan berwibawa.

Perkembangan selanjutnya tahun 2007-2008 ketika kepemimpinan

dijabat oleh Bapak Drs. H. A. Choiri, S.H., M.H. pembenahan-pembenahan

semua bidang, baik fisik maupun non fisik sudah terintegrasi dengan online

komputer, pada periode ini juga Pengadilan Agama Jakarta Selatan berhasil

pengadaan tanah untuk bangunan gedung baru seluas + 6000 m2 yang terletak

di Jl. Harsono RM, Ragunan, Jakarta Selatan.6

Selanjutnya sejak tahun 2008 telah dibangun gedung baru yang sesuai

dengan purwarupa Mahkamah Agung RI. Pembangunan dilaksanakan 2 tahap,

tahap pertama tahun 2008 dan tahap kedua tahun 2009 pada saat itu

Pengadilan Agama Jakarta Selatan diketuai oleh Bapak Drs. H. Pahlawan

Harahap, S.H., M.A.

Selanjutnya pada akhir April 2010, gedung baru Pengadilan Agama

Jakarta Selatan diresmikan bersama-sama dengan gedung-gedung baru lainnya

di Pontianak (Kalimantan Barat) oleh Ketua Mahkamah Agung RI. Kemudian

pada awal Mei 2010 diadakan tasyakuran dan sekaligus dimulainya aktifitas

perkantoran di gedung baru tersebut, pada saat itu Ketua Pengadilan Agama

Jakarta Selatan dijabat oleh Drs. H. Ahsin Hamid, S.H.7

Sejak menempati gedung baru yang cukup megah dan representatif

tersebut di Pengadilan Agama Jakarta Selatan dilakukan pembenahan dalam

6 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id.

7 Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Selatan, diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari

www.pa-jakartaselatan.go.id

Page 57: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

48

segala hal, baik dalam hal pelayanan terhadap pencari keadilan maupun dalam

hal peningkatkan T.I. (Teknologi Informasi) yang sudah semakin canggih

disertai dengan program-program yang menunjang pelaksanaan tugas pokok,

seperti program SIADPA (Sistem Informasi Administrasi Perkara Pengadilan

Agama) yang sudah berjalan dan terintegrasi dengan TV Media Center, Touch

Screen (KIOS-K) serta beberapa fitur tambahan dari Situs Web

http://www.pa-jakartaselatan.go.id.

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang merupakan pengadilan tingkat

pertama bertugas dan berwenang untuk memeriksa, memutus, dan

menyelesaikan perkara-perkara. Disamping tugas pokok yang sebagai badan

pelaksana kekuasaan kehakiman, Pengadilan Agama Jakarta Selatan memiliki

fungsi:8

1. Fungsi mengadili (judicial Power), yakni menerima, memeriksa

mengadili, dan menyelesaikan perkara-perkara yang menjadi kewenangan

pengadilan agama dalam tingkat pertama (vide: Pasal 49 Undang-Undang

Nomor 3 Tahun 2006)

2. Fungsi Pembinaan, yakni memberikan pengarahan, bimbingan, dan

petunjuk kepada pejabat struktural dan fungsional dibawah jajaranya baik

menyangkut teknis yudisial, administrasi peradilan, maupun administrasi

umum atau perlengkapan, keuangan, kepegawaian, dan pembangunan

(vide: Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomo 3 tahun 2006 jo. KMA

Nomor KMA/080/VIII/2006)

8 Kamarusdiana, Hukum Acara Pengadilan Agama, (Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2013) h. 1.

Page 58: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

49

Struktur organisasi Pengadilan Agama Jakarta Selatan mengacu pada

Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama,

Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung nomor KMA/004/II/92 tentang

organisasi dan Tata Kerja Kepaniteraan Pengadilan Agama dan Pengadilan

Tinggi Agama dan KMA Nomor 5 tahun 1996 tentang Struktur Organisasi

Peradilan. Berikut ini adalah bagan struktur organisasi Pengadilan Agama:

Page 59: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

50

B. Deskripsi Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor

2615/Pdt.G/2011/PA.JS

Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor

2165/Pdt.G/2011/PA.JS adalah perkara cerai gugat yang telah didaftarkan di

Pengadilan Agama Jakarta Selatan pada tanggal 14 November 2011 dengan

duduk perkara :

Penggugat merupakan seorang isteri berusia 32 tahun yang bekerja

sebagai karyawati dan bertempat tinggal di Jalan DD RT 010 RW 001 No.

46B Kelurahan Menteng Dalam Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Dalam

perkara ini penggugat memberikan kuasa kepada Hudi Yusup, SH., MH dan

Ori Rahman SH yang merupakan advokat pada kantor syahrir Yudaningrum

Miranti (SYM) Law Office.

Tergugat merupakan suami dari penggugat, beragana Islam dan bekerja

sebagai karyawan. Tergugat bertempat tinggal di Jalan DD RT 010 RW 001

No. 46B Kelurahan Menteng Dalam Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.

Penggugat dengan tergugat melangsungkan pernikahan pada tanggal 11

September 2004 serta dicatatkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan

Lawang Kabupaten Lawang Jawa Timur sebagaimana kutipan akta nikah

Nomor.699/57/IX/2004. Kemudian dalam perkawinan tersebut dikaruniai

seorang anak perempuan yang lahir di Jakarta pada tanggal 12 Mei 2007.

Kondisi rumah tangga antara penggugat dengan tergugat berjalan

harmonis setidaknya pada tahun pertama pernikahan mereka. Kemudian

dalam jangka waktu antara 1 tahun sampai 3 tahun terjadi pertengkaran dan

Page 60: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

51

perselisihan antara penggugat dengan tergugat sampai puncaknya pada tahun

2010 terjadi pertengkaran hebat antara penggugat dengan tergugat. Adanya

pertengkaran tersebut diakui oleh penggugat dan tergugat dikarenakan tidak

adanya persamaan visi dan pandangan hidup dalam membina rumah tangga.

Perselisihan dan pertengkaran diantara penggugat dengan tergugat

semakin memburuk dan berkepanjangan tanpa ada perdamaian diantara

keduanya. Intensitas komunikasi antara penggugat dengan tergugat sudah

berkurang bahkan hampir tidak ada komunikasi apalagi antara penggugat

dengan tergugat telah pisah ranjang selama 4 tahun. Kemudian akibat dari

perselisihan ini pula antara penggugat dengan tergugat telah pisah rumah

selama 8 bulan.

Penggugat selama ini telah berusaha untuk bersabar dan bertahan

dengan harapan agar perselisihan berakhir dan keadaan rumah tangga akan

menjadi lebih baik. Namun ternyata harapan hanya menjadi sebuah angan-

angan yang tak bisa menjadi nyata, tidak ada perubahan pada sikap tergugat

dan perselisihan masih saja terjadi diantara keduanya.

Perselisihan dan pertengkaran yang tidak terbendung ini menjadi dasar

alasan dari pihak penggugat untuk menyatakan bahwasanya rumah tangga

yang dijalani dengan tergugat saat ini tidak dapat terwujud keluarga yang

bahagia, tenteram, dan tidak ada lagi rasa saling mencintai dan kecocokan

diantara keduanya.

Kehidupan rumah tangga yang sedemikian rupa menyebabkan

penggugat merasa tidak memiliki harapan lagi serta tidak ada manfaatnya

Page 61: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

52

untuk melanjutkan membina rumah tangga dengan tergugat. Karena apabila

tetap dipaksakan untuk bertahan maka yang akan terjadi adalah kemudharatan

dan kesengsaraan.

Pertemuan telah dilakukan antara penggugat dengan terugat dan juga

orang tua penggugat melalui telepon untuk membicarakan masalah yang

terjadi dan kelanjutan dari hubungan antara penggugat dengan tergugat.

Namun ternyata tidak ditemukan titik temu antara keduanya maka dari itu baik

penggugat maupun tergugat sepakat untuk melakukan perceraian.

Selama pernikahan antara penggugat dengan tergugat ada sebidang

tanah berikut bangunan rumah yang terletak di Jl. Kalibata Utara IV Nomor

C1, RT 007 RW 02 Kelurahan Kalibata Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan

yang dibeli secara bersama-sama. Selain itu terdapat sebidang tanah berikut

bangunan rumah yang terletak di Jalan Blok D Nomor 05 Kabupaten Bogor

Kecamatan Cibinong Desa Nanggewer Mekar Jawa Barat dengan luas kurang

lebih 120 meter persegi.

Sebuah mobil Chevrolet warna abu-abu dengan nomor polisi B 8383

BN dengan nomor rangka KL1CA26FE8H307042 dan nomor mesin

Z24SED037071 yang dimiliki semasa perkawinan antara penggugat dengan

tergugat yang juga menjadi harta bersama. Sebelum diajukanya gugatan,

antara penggugat dengan tergugat sebelumnya telah sepakat untuk mengatur

mengenai harta bersama, hak asuh anak, biaya nafkah, dan biaya pendidikan

anak.

Page 62: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

53

Penggugat dan tergugat telah sama-sama membuat dan menandatangani

perjanjian nomor 5 tanggal 7 Oktober 2011 yang dibuat dihadapan H Yunardi

SH selaku notaris di wilayah Jakarta Selatan yang mana mengatur mengenai

harta bersama dan hak asuh anak. Mobil chevrolet yang telah disebutkan di

atas telah diserahkan oleh penggugat kepada tergugat pada tanggal 7 Oktober

2011.

Dalam petitumnya penggugat meminta kepada Pengadilan Agama

Jakarta Selatan untuk menetapkan hak asuh anak kepada penggugat.

Kemudian penggugat juga meminta untuk menetapkan bahwa tergugat sebagai

ayah untuk bertanggung jawab secara finansial untuk memberikan nafkah dan

biaya pendidikan anak sebesar Rp. 4.000.000.

Penggugat juga memohon kepada Pengadilan Agama Jakarta Selatan

untuk menghukum tergugat untuk mentaati apa yang telah disepakati bersama

dihadapan Notaris. Adapun mengenai hak pasca perkawinan penggugat

meminta nafkah iddah kepada tergugat sebesar Rp 10.000.000.

Dari duduk perkara yang telah diuraikan di atas majelis hakim

memberikan pertimbangan antara lain : menimbang bahwasanya dasar hukum

dari gugatan perceraian ini adalah pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 Tahun 1975 yang mana mengisyaratkan harus ada perselisihan dan

pertengkaran secara terus menerus antara suami isteri dan tidak ada harapan

akan rukun kembali dalam rumah tangganya.

Majelis hakim juga menimbang dari tanya jawab antara penggugat

dengan tergugat pada setiap persidangan telah ada upaya untuk mendamaikan

Page 63: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

54

namun tetap tidak berhasil dan juga dari bukti yang telah diajukan oleh

penggugat dan tergugat maka majelis hakim menemukan sebuah fakta

bahwasanya di dalam rumah tangga penggugat dengan tergugat telah terjadi

percekcokan terus menerus yang mana segala usaha perdamaian telah

dilakukan dan tidak berhasil mendamaikan kedua belah pihak maka majelis

hakim menafsirkan bahwasanya hati kedua belah pihak telah pecah sehingga

memenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan pemerintah Nomor 9 Tahun

1975.

Selanjutnya majelis hakim juga mempertimbangkan bahwa telah

apabila terbukti terjadi pertengkaran terus menerus antara penggugat dengan

tergugat dan tidak ada harapan lagi untuk hidup rukun dalam rumah tangga

tersebut maka tujuan perkawinan sebagaimana pasal 1 Undang-Undang

Nomor 1 Tahun 1974 tidak akan tercapai dan juga apabila tidak diceraikan

maka akan mengakibatkan bertambahnya beban penderitaan lahir dan batin

kedua belah pihak. Pertimbangan ini juga didasarkan pada dalil dalam kitab

Ghoyatul Marom yang menyatakan “Di waktu si isteri sudah sangat tidak

senang terhadap suaminya, maka hakim dapat menjatuhkan talak si suami”.

Dalam hal nafkah iddah majelis hakim mempertimbangkan karena

tergugat tidak keberatan atas gugatan dari penggugat yang meminta nafkah

iddah pada tergugat sebesar Rp. 10.000.000 maka gugatan penggugat dapat

dikabulkan dan tergugat dihukum untuk membayar nafkah iddah sesuai

dengan yang dicantumkan dalam amar putusan.

Page 64: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

55

Dari duduk perkara dan pertimbangan hakim sebagaimana yang telah

diuraikan diatas, majelis hakim memutuskan perkara ini dengan amar sebagai

berikut :

1. Mengabulkan gugatan penggugat

2. Menjatuhkan talak ba‟in sughra tergugat terhadap penggugat

3. Menetapkan anak penggugat dan tergugat berada di bawah pemeliharaan

penggugat tanpa mengurangi hak-hak tergugat selaku ayah kandungnya

untuk menyalurkan kasih sayang

4. Menghukum tergugat untuk membayar biaya hadhanah kepada penggugat

setiap bulan minimal sejumlah Rp. 4.000.000 sampai anak tersebut dewasa

dan mandiri atau berumur 21 tahun

5. Menetapkan harta gono gini yang terdapat dalam perjanjian No. 5

tertanggal 7 Oktober 2011 yang dibuat dihadapan notaris Haji Yunardi,

SH adalah sebagai berikut :

a. 1 unit mobil merk Chevrolet warna abu-abu metalik ddengan nomor

polisi B-8383BN adalah milik tergugat.

b. Rumah dengan nomor sertifikat 1183/nanggewer mekar, beralamat di

blok D.05 Nomor 6 kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong dan rumah

dengan nomor sertifikat 377/Kalibata beralamat di Jalan Kalibata

Utara IV RT 007, RW 02 Nomor C1, Kecamatan Pancoran, Kelurahan

Kalibata adalah milik penggugat.

6. Menghukum tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada penggugat

selama tiga bulan sebesar Rp. 10.000.000.

Page 65: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

56

7. Membebankan kepada penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah

Rp. 316.000.

C. Landasan dan Pertimbangan Hakim Dalam Menetapkan Nafkah Iddah

bagi Isteri yang mengajukan Gugatan Cerai

Nafkah iddah merupakan kewajiban dari mantan suami kepada isteri

yang telah diceraikan. Hal ini merupakan suatu sikap yang sepatutnya

dilakukan oleh suami karena nafkah iddah bisa sedikit meringankan beban

hidup ketika menjalani masa iddah dan bisa menjadi pelipur lara bagi isteri

yang diceraikan.

Dengan merujuk pada kepentingan nafkah bagi isteri yang sedang

menjalani masa iddahnya dan mengingat bahwa psikologis pihak isteri yang

lebih rapuh setelah terjadinya perceraian, maka tepat kiranya dalam sistem

hukum perkawinan di Indonesia, jika suami menceraikan isterinya ia harus

membayar sejumlah uang dengan wujud pemberian nafkah, maskan, dan

kiswah isteri sebagaimana yang telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya.

Hak nafkah iddah sejatinya diberikan kepada isteri yang mendapat

cerai talak raj‟i sebagai kompensasi pihak suami kepada isterinya atas

putusnya hubungan perkawinan. Namun dewasa ini hak nafkah iddah tidak

hanya diberikan kepada isteri yang dicerai talak namun juga bagi isteri yang

menggugat cerai pun mendapatkan nafkah iddah.

Putusan cerai gugat biasanya tidak diikuti dengan kewajiban suami

untuk membayar nafkah iddah terhadap isteri yang telah diceraikan, hal ini

dikarenakan adanya peraturan yang mengatur bahwa isteri tidak akan

Page 66: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

57

mendapat nafkah iddah apabila nusyuz atau mendapat talak ba‟in

sughra.sebagaimana yang telah diatur dalam pasal 41 huruf (c) Undang-

Undang No.1 Tahun 1974. Namun hakim tentu saja tidak serta merta

mengikuti teks Undang-Undang melainkan juga melakukan pertimbangan

menggunakan ijtihadnya sebagai seorang hakim yang memiliki tujuan untuk

mencapai keadilan. Adapun yang menjadi pertimbangan hakim dalam

menghukum tergugat diantaranya adalah nusyuz tidaknya isteri dan

kemampuan suami secara materi.9

Nusyuz isteri adalah suatu bentuk kedurhakaan atau ketidaktaatan

isteri terhadap suami baik dalam bentuk perbuatan maupun dalam bentuk

perkataan. Isteri yang tergolong nusyuz haknya untuk memperoleh nafkah

iddah dari suaminya pasca perceraian menjadi gugur. Suami selaku pemohon

tidak wajib memberikan nafkah iddah pada isteri yang nusyuz, sesuai dengan

pasal 152 Kompilasi Hukum Islam. 10

Pertimbangan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk

menghukum tergugat adalah jika isteri terbukti tidak nusyuz dan suami

mempunyai penghasilan yang cukup. Selain itu hakim juga melihat

kemampuan dari isteri untuk menghidupi dirinya sendiri. Seorang isteri tidak

akan meminta cerai dari suami tanpa adanya faktor-faktor tertentu, hal ini

yang menjadi bagian yang harus dicermati oleh hakim dalam menetapkan hak

serta kewajiban suami isteri apabila perceraian terjadi.

9 Abdurrahman, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan, h. 74.

10

Abdurrahman. Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, h. 149.

Page 67: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

58

Dalam beberapa kasus, isteri mengajukan cerai karena adanya

kekerasan baik dalam bentuk fisik maupun psikis, tidak adanya tanggung

jawab suami dalam hal menafkahi keluarga, adanya gangguan pihak ketiga,

tidak adanya keharmonisan, dan lain sebagainya yang pada akhirnya bermuara

pada keinginan untuk berpisah dan mengakhiri bahtera rumah tangga. Di sini

tugas hakim adalah harus bisa memahami dan mencermati pokok

permasalahan yang terjadi sebenarnya.

Dalam perkara cerai gugat yang penulis angkat, tidak adanya lagi

keharmonisan dan syiqaq menjadi alasan gugatan cerai di Pengadilan Agama

Jakarta Selatan sebagaimana pada putusan Nomor 2615/Pdt.G/200/PA.JS11

.

Dalam kasus ini pihak suami telah menunaikan kewajiban dan tanggung

jawabnya selaku kepala rumah tangga dengan baik namun terjadinya

perselisihan antara keduanya seperti api yang tidak dapat dipadamkan.

Sebagaimana yang disebutkan dalam posita, pada awal-awal

pernikahan isteri mengaku bahwa dia telah berusaha bersabar dan bertahan

demi keutuhan rumah tangga namun kemudian pihak isteri melihat tidak

adanya perubahan pada perilaku suami yang mana perselisihan dan keributan

antara keduanya tidak dapat terelakan. Dari kalimat ini kita bisa memahami

bahwasanya ternyata attitudde (sikap) seorang suami kepada isterinya yang

membuat isteri merasa bahwa perkawinan mereka tidak lagi harmonis dan

damai padahal salah satu tujuan dari pernikahan adalah untuk mewujudkan

menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, warrahmah. Perbedaan

11

Di kalangan mazhab Syafi‟i seperti yang dikemukakan oleh Zakariya al-anshari bahwa

syiqaq itu tidak lain adalah perselisihan antara suami misteri, dan perselisihan ini sangat

memuncak serta dikhawatirkan terjadi kemudharatan apabila perkawinan ini diteruskan

Page 68: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

59

prinsip dan pandangan hidup juga menjadi alasan isteri untuk menggugat cerai

suaminya.

Pada dasarnya perbedaan prinsip dan pandangan hidup merupakan hal

yang wajar mengingat pernikahan merupakan bentuk penyatuan dua insan

yang berbeda kelamin, keluarga, dan latar belakang sehingga perbedaan

pemikiran dan ideologi wajar adanya karena apa yang ada dalam fikiran

manusia yang satu dengan yang lainya berbeda. Biasanya untuk menghadapi

hal ini perlu hadirnya rasa pengertian dan saling memahami satu sama lain.

Namun dalam kasus ini tampaknya tidak ada upaya untuk mengerti dan

memahami sehingga tidak ada perubahan sikap suami.

Hakim menimbang bahwa peristiwa hukum yang terjadi pada putusan

ini bukan merupakan nusyuz seorang isteri sehingga memang pantas untuk

mendapatkan nafkah iddah. Dalam peraturan perundang-undangan memang

bagi isteri yang mengajukan gugatan cerai tidak mendapatkan nafkah iddah

namun hakim mengacu pada asas keadilan bahwa penggugat berhak atas

nafkah iddah meskipun talak yang dijatuhkan adalah talak ba‟in sughra.

Kebijakan hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan menetapkan

nafkah iddah merupakan sebuah langkah besar dalam upaya mewujudkan

keadilan. Hakim berani keluar dari Undang-Undang yang seharusnya tidak

memberikan nafkah iddah kepada isteri yang mengajukan gugatan cerai. Istri

dianggap memang berhak untuk mendapatkan nafkah iddah karena tidak ada

unsur nusyuz pada dirinya dan kemampuan suami untuk memberikan nafkah

pada masa iddah isteri.

Page 69: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

60

D. Penerapan Asas Keadilan

Dalam fiqh diatur bahwasanya pemberian nafkah iddah berdasarkan

jatuhnya talak kepada isteri, nafkah iddah hanya diberikan kepada isteri yang

mendapat talak raj‟i. demikian juga dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 149

ayat (b) yang menyatakan bahwa “bilamana perkawinan putus karena talak

maka suami wajib memberikan nafkah, maskan dan kiswah kepada bekas

isteri selama dalam iddah, kecuali bekas isteri telah dijatuhi talak ba‟in atau

nusyuz dan dalam keadaan tidak hamil” akan tetapi pada prakteknya

pemberian nafkah iddah pada perkara perceraian di Pengadilan Agama Jakarta

Selatan ditetapkan berdasarkan kerelaan suaminya dan juga dilihat dari segi

istrinya yang dinggap tidak melakukan nusyuz. Hal ini dilakukan dalam

rangka upaya hakim untuk menerapkan asas keadilan yang objektif.

Dalam wawancara penulis dengan hakim Pengadilan Agama Jakarta

Selatan Bapak Rusdi MH beliau menyatakan bahwasanya terkait dengan

penerapan nafkah iddah dalam putusan, hakim pengadilan agama sudah

seharusnya menjunjung asas keadilan. Beliau berpendapat bahwasanya hakim

bukan hanya sebatas pegawai negeri atau pegawai Undang-Undang yang

hanya mengikuti teks Undang-Undang namun hakim adalah pegawai keadilan

yang harusnya mengedepankan keadilan. Kalimat “Demi Keadilan

Berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa” pada bagian awal setiap putusan

mencerminkan keadilan yang harus dijunjung tinggi oleh para hakim.12

12

Berdasarkan wawancara dengan Drs. Muh. Rusydi Thahir, S.H., M.H pada tanggal 259

Mei 2015.

Page 70: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

61

Sebagai pegawai keadilan, hakim harus bisa menilai bukan hanya

berdasarkan kepada Undang-Undang dan juga berdasarkan hati nurani.

Undang-Undang yang merupakan landasan pokok bagi hakim dalam

memutuskan setiap perkara yang ditanganinya, namun apabila terdapat

Undang-Undang yang menghalangi seorang hakim untuk dapat berlaku adil

maka hakim tersebut boleh menggunakan ijtihadnya dan tidak mengikuti

Undang-Undang.13

Memang dalam masalah penerapan nafkah iddah pada perkara cerai

gugat ada beberapa perbedaan pendapat di kalangan hakim, sebagian

berpendapat bahwasanya apabila perceraian terjadi karena gugatan isteri

terhadap suaminya maka secara otomatis terlepas hak maskan, kiswah, dan

nafkah iddah kepadanya namun sebagian lagi berpendapat bahwasanya harus

dilihat terlebih dahulu penyebabnya isteri menggugat.

Untuk mencapai putusan yang adil, bapak Rusdi Tahir selaku hakim

Pengadilan Agama Jakarta Selatan menyatakan harus dilihat terlebih dahulu

peristiwa hukumnya dengan seksama apakah memang hal tersebut perlu untuk

diputuskan. Yang harus diutamakan oleh seorang hakim dalam memutuskan

suatu perkara bukanlah undang-undang namun aspek keadilan.14

Apabila undang-undang yang menghalangi hakim untuk berlaku adil

maka hakim boleh untuk tidak menggunakanya dan memutuskan berdasarkan

ijtihad dan apa yang ia yakini keadilannya karena putusan hakim bersifat

13

Berdasarkan wawancara dengan Drs. Muh. Rusydi Thahir, S.H., M.H pada tanggal 259

Mei 2015.

14

Berdasarkan wawancara dengan Drs. Muh. Rusydi Thahir, S.H., M.H pada tanggal 259

Mei 2015.

Page 71: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

62

setara dengan undang-undang bagi terhukum. Dalam hal ini dapat dilihat

bahwasanya hakim di Pengadilan Agama Jakarta Selatan pro gender kepada

pihak isteri.

Tantangan terbesar saat ini adalah bagaimana menanamkan pemikiran

pro gender dan pro keadilan hakim dalam menetapkan setiap putusanya

sehingga putusan yang diambil kemudian hari lebih kepada obyektif dan tidak

ada pihak yang dirugikan.perlu adanya gebrakan baru dan keberanian hakim

terutama dalam hal-hal yang tersirat dan tersurat selama proses persidangan.

Dalam kaitan tugas hakim sebagai pembuat hokum pada kondisi tertentu harus

mampu membuat terobosan hokum yang tentu saja dilandasi dengan

argumentasi yang rasional dan filosofi dalam pendekatan masalah

hukumnya.15

15

Andi Syamsu Alam, Penulisan Argumentatif dalam Putusan, Suara Udilag II, no II

(Juli 2003), h. 68.

Page 72: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari beberapa uraian di atas penulis dapat menyimpulkan beberapa

poin sebagai berikut:

1. Yang dimaksud cerai gugat adalah perceraian yang dikehendaki isteri dan

diajukan ke pengadilan agama, cerai gugat merupakan bentuk

keberanjakan dari khulu pada fiqh

2. Nafkah iddah merupakan nafkah yang diberikan suami kepada isteri yang

diceraikanya selama masa iddah. Dalam penerapan pemberian nafkah

iddah kepada isteri hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan memandang

tidak hanya sebatas terpaku kepada Undang-Undang melainkan perlu

melihat kepada peristiwa hukumnya apakah isteri memang pantas untuk

mendapatkan nafkah iddah

3. Penerapan asas keadilan dalam putusan pengadilan agama merupakan

sebuah elemen penting dalam rangka upaya hakim untuk mencapai

keadilan. Hakim memiliki ijtihad yang mana memberikan akses untuk

menimbang apakah peraturan perundang-undangan sesuai untuk

diterapkan. Asas keadilan ini seharusnya bisa memberikan hakim

keleluasaan untuk memberikan putusan yang seadil-adilnya.

Page 73: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

64

B. Saran

Setelah penulis memaparkan beberapa hal tentang nafkah iddah pada

cerai gugat dan prinsip keadilan selanjutnya penulis ingin memaparkan saran-

saran sebagai berikut :

1. Cerai gugat biasanya isteri kehilangan haknya untuk mendapatkan nafkah

iddah sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang

Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974, namun dalam kasus cerai gugat tidak

semua istri yang menggugat dikategorikan nusyuz sehingga perlu adanya

pembaruan hukum yang kondusif untuk pemenuhan keadilan bagi isteri

yang menggugat cerai.

2. Asas keadilan merupakan elemen penting dalam penegakan hukum

khususnya dalam sengketa perceraian. Perlu adanya pemahaman yang

lebih mendalam mengenai asas keadilan, sehingga masyarakat mengerti

akan hak dan kewajibanya secara baik dan benar.

Page 74: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

65

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. Perkawinan Dalam Syariat, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

________, Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Tentang Perkawinan,

Jakarta: CV Akademika Pressindo, 1986.

Al-Husaini,Imam Taqiyudin Abu Bakar. Kifayatul Akhyar Fii Alli Ghayatil

Ikhtishaar, cet VI, Beirut: Darul Kutub Al-Ilmiyyah,2012.

Ali, Mohammad Daud. Hukum Islam Dan Peradilan Agama, cet II, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2002.

Ali, Zainuddin. Hukum Perdata Islam. Jakarta: Sinar Grafika, 2006.

Al-Jaziry, Abdurrahman. Al-Fiqhu „ala Madzahibil Arba‟ah, Dar El-Hadith,

2004.

Al-Utsaimin, Muhammad. Shahih Fiqh Wanita, Jakarta: Akbar Media Eka

Sarana, 2009.

Anshori, Abdul Ghofur. Hukum Perkawinan Islam perspektif Fiqh dan Hukum

Positif, Yogyakarta: UII Press, 2011.

As-subki, Ali Yusuf. Fiqh Keluarga “Pedoman Berkeluarga dalam Islam”.

Jakarta: Amzah, 2010.

As-Syarbini, Syamsuddin Muhammad bin Muhamamd al-Khatin. Mugni al-

Muhtaj, Juz V, Beirut: Dar-al-Kutub al-Ilmiyah, 1995.

Al-Zuhaili, Wahbah. Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz. 10, Suriah : Dar al-Fikr

bi Damsyiq, 2002.

………........, Fiqh Imam Syafi‟i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-

Qur‟an dan Hadits, penerjemah Muhammad Afifi,dkk, Jakarta: Al-

Mahira, 2010.

Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam. Kompilasi Hukum Islam.

Jakarta: Departemen Agama, 2011.

Page 75: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

66

Farida, Anik. Perempuan dalam Sistem Perkawinan dan Perceraian di Berbagai

Komunitas Adat, Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama,

2007.

Friedmann,. Teori dan Filsafat Hukum, Jakarta: PT Rajawali Press, 1990.

Ghazaly, Abd Rahman. Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana, 2003.

Hamka, Buya. Tafsir Al-Azhar, cet III, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994.

Kamarusdiana. Hukum Acara Pengadilan Agama, Jakarta: Fakultas Syariah dan

Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2013.

Kharlie, Ahmad Tholabi. Hukum Keluarga Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika,

2013.

Mertokusumo, Sudikno. Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty

Press, 2006.

Mughniyah, Jawad. Al-Fiqh „ala Madzahib al-khamsah, penerjemah Afif

Muhammad,dkk, Jakarta: Lentera, 1996

Nuruddin, Amiur. dan Tarigan, Azhari Akmal. Hukum Perdata Islam di

Indonesia: Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU

NO.1/74 sampai KHI, cet.III, Jakarta: Kencana, 2006.

Rasyid, Hamdan. Fiqh Indonesia, Jakarta: PT Al-Mawardi, 2003.

Ramulyo, Mohammad Idris. Hukum Perkawinan Islam “Suatu Analisis dari

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam”,

Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Sabiq, Sayid. Fiqh Sunnah, Beirut : Darul Fikr, 1983.

Sahrani, Sohari. Fikih Munakahat: kajian fikih nikah lengkap, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 2009.

Shihab, Quraish. Wawasan Al-Quran Tafsir Maudhu‟i atas Pelbagai Persoalan

Umat, Bandung: Mizan, 1998.

Page 76: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

67

Sopyan, Yayan. Islam-Negara: Transformasi Hukum Perkawinan Islam dalam

Hukum Nasional, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011.

Supriyadi , Dedi dan Mustofa. Perbandingan Hukum Perkawinan Islam di Dunia

Islam, Jakarta: Pustaka Al-Fikri, 2009.

Syaifuddin, Muhammad. dkk, Hukum Perceraian, Cet. II, Jakarta: Sinar Grafika,

2014.

Syamsu Alam. Andi Penulisan Argumentatif dalam Putusan, Suara Udilag II, no

II Juli, 2003

Syarifuddin, Amir. Garis-Garis Besar Fiqh, Jakarta: Kencana, 2003.

Taimiyah, Ibnu. Fatawa An-Nisa, penerjemah Khairun Na‟im, Jakarta: Ailah,

2005.

Tholib, Muhammad. Manajemen Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Pro-U, 2007.

Zein, Satria Effendi Muh. Problematika Hukum Keluarga Islam Kontemporer,

Jakarta: Kencana, 2010.

Page 77: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

rr ,,KEMENTERIANAGAIUA

IINTVERSITAS ISLAM NECERI (Im.DsYARrr HTDAYATULLAH JAKAITTA

FAKULTAS SYARIAE DAN EUKTIM

n.lr. }|.Juandailo.95

NomorLampiranPerihal

reb. (62-21)Websfu:ru

1537,7&1W Foc (62-21

J;alE tu.,6 Februai2014

l:i. , .

: un.0fiF;.{iP, P.01.1tp , fn14

: ilg.hgn Kp.sediaan EenjaOiPenHnHnggtstpst

j': -:'-

Hkiayatullah Jakarta mengharapkan

Demikian atas kesediaan sardara kamiucapkan terirna kasih

Wassalamu'alaifum W. W.

An Dekan FakultasSyariahdan HukumK$FFofi HukumKeluarga' .-.' -' .'/. - .:; :; ,::4 ;,....

Tembusan: .1"I [ayurg Akademik &kemahasiswaan Fakunas syariahdan Hukum2. Sekretaris program Studi Ahwal rl Si.Lnrruyrr,-r;'-:"--"3. Arsip

Page 78: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

rr-;l

KEMENTERIAN AGAMAuNTyERsrrAs rsl,aM NEGERi <ulNlsYaRrF HTDAyATULLaH rarai{r.l,

FAKULTAS SYARIAII DAN ITUKUMJuanda No. 95 Ciputat Jaka fta 15412 lndonesia

ffi:'ill1.1,,lll3l,l'Pt i3i i$;J.ffi INomor

Larhphan

Hal

uN.01/F4 /KM.OI.O3/1 07 nO$

Perm ohonan Data/Wawancara

KepadaYth. Kepala

Pengadilan Agama Jakarta Setatandi

Tempat

Assalammu'alaikum, Wr. Wb.

u.r.,?;k"n Fakurtas syariah dan Hukum UtN syarif Hidayaturah Jakarta menerangkan

NamaTempaUTanggalNIMSemesterPrggram StudiAlamai

Telp/Hp

; ERWN HIKMATIAR

Wakil DekarfBidang Akabemik

:Ja{arta, 24 Februan 20lS

Bekasi I 22 Juni 19921110c/,410001410

fliyii:I3lT,1ry (Hukum Keruarsa rsram)Jr una raharja2F26g komplek pamlalikramat jati asihBekasi Barat085710225040

Adalah benar vang bersangkutan mahasiswa Fakurtas syariah dan Hukum urNsvarif H idavatura h ;i;rd;;"s ;;;; menyusun skripsi den gan judur:

pand*g?lHa-kim datam Menetapkan Nafkah tddah padaP e rc e ra i a n e u g a{ 1 s t u a i i ri i " ii' ii rb

" a i a, i g i ; ;J;;;,hse/afan N o m o r.

untuk melengkapibahan,Fenurisan skripsi, dimohon kiranya Bapaurbu 0"0",,*"nr"ffi:,,::::""skuran

untui wawi;;*";;i" memperoreh 0"1"'s"rn" penurisan skripsi

Atas kerjasama dan bantuannya, kami ucapkan terima kasih.Wqssalam,a.n. Dekan

-,

4H1''"# ,M.Ag 4ggeogzobz

Tembusan :

I .9"9 Fakuttas Syariah dan Ftukum UtN Syadf Hi<tayatuilah Jakarta2. Ka/SekprodiAkhwat Syakhsiyyah ti*ui ft"ir"rg" ,r,"ry / peraditan Asama

Page 79: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATANJL. Harsono R.!{. No. 1 Ragunan, pasar Minggu, Jakarta seratan

Terp. (021) 78840013, Fax. (021) zagsgziS .lirarta 1 2ss0website:www.pa-jakartaselatan.go.id'e-mail:retuagpa;iiartasetatan.go.io.

SURAT KETERANGANNomor Wg.A4lgS o7 I HK.OS N tZO 1 s

Panitei'a Fengadiian Agarta iakaria Seiatan, berdasarkan surat WakilDekan Fakultas syariah dan Hukum ulN syarif Hidayatullah, No.un.01 tF4lKM.00-03/6 1412015, tanggar 03 Maret zols,menerangk"n o"h*r,

NamaNomor Pokok

Semester

TempaUTanggal Lahir

Jurusan/Konsentrasi

Alamat

Telp/Hp

ERWN HIKMATIAR

1110044100014

X (Sepuluh)

Bekasi, 22 Juni 1gg2

Ahwal Syakhsiyyah / peradilan AgamaJl. Tirta Raharja 2 F26g Komplek pam Jatikramat..latiiAsih - Bekasi Bar?t

48571C225040

Benar telah melakukan wawancara dan memperoleh data pada pengadilanAgama Jakarta Selatan sehubungan dengan penyusunan skripsi yang berjudul :

"Pandangan Hakim Dalam Menetapkan Nafkah lddah pada perceraian Gugat(Studi Putusan Fengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor:26 1 5/Pdt. G/201 I /pa,J s) "

Demikian surat keterangan ini agar dapat dipergunakan sebagaimanamestinya.

Jakarta,2g Mei 2015

Panitera

Page 80: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

PEDOIUAN WAWAIYCARA

Pertrnyaan:

1' Bagaimana Pendapat bapak selaku haldm mengenai hak nafkatr iddah yang diajukan

oleh isteri pada cerai gugat ?

2' Apakatr memang setiap isteri wajar mengajukan naftatr iddah pada cerai gugat ?

3' Hal apa saja yang mer{adi pertimbangan dalam menetapkan nafl<atr iddatr pada perkara

cerai gugat ?

4' Apakatr penetapan nafkah iddall tersebut sesuai dengan asas keadilan ?

5' Menunrt bapak apalah perlu adanya revisi pasal mengenai nafkah iddah ini mengingat

bahwapasal mengenai nafkah iddah masih bias gender?

Page 81: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

HASIL WAWAI\TCARA

Informan : Drs. Muh.Rusydi Thahir, S.H., M.H

Hari/Tanggal : Jumat I 29 Mei}lllTempat : Pengadilan AgamaJalertaselatan

waktu : 13.30 wIB

l' Dalam menjatuhkan putusan, hakim memilliki pandangan yang berbeda-beda

tergantung dari ijtiha4nya me,nurut pandangan saya terlalu normatif, konservatif,, dan

klasik cara berfikir seorang hakim ketika perempuan yang mengajukan gugatan itu

tidak diberikan nafl<ah iddah. Bagaimana mungkinjika isteri selalu dipukul, tidak diberi

naftah baik lahir maupun batin lalu dia mengajukan gugatan lalu dia kehilangan haknya

untuk memperoleh nafkah iddalt" kira-kira hal seperti itu apakah bisa disebut adil. Bagi

sayahal semtrcam itu tidak dapat disebut adil dan tidak mutlakketentuan bahwaketika

isteri mengajukan cerai yang beral*rir pada talak ba'in sughra tidak mutlak kehilangan

haknya memperoleh nafkah iddah. Semua tergantung kepada peristiwa hukumnya,

kalau nr€mang isterinya nakal, keluar malam pulang subuh maka wajar tidak

mendapatkan nafkah iddah karena ia nusyuz.

2. Semuakembali lagi kepadaperistiwahukumnya, hakimharus bisamenganalisaapakah

memang isteri ini berhak mendapatkan nafl<ah iddah.

3' Dalam memutuskan suatu perkara tentunya sebagai seorang hakim sudatr

mempertimbangkan bagaimana putusan tersebut dapat adil. Kalau memang ada

Undang-Undang, Peraturan, dan ketentuan yang menghalangi hakim untuk berkaku

adil maka kesarnpingkan atau bahkan jangan dipakait kecuali kalau memang sesuai

dengan keadilan maka pakailah Undang-Undang, Peraturan, dan ketentuan tersebut.

Karena putusan hakim itu setingkat dengan Undang-Undang bagi yang dijahrhi

Page 82: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

putusan. Hakim itu bukanrah pegawai undang-undang dan hakim juga bukan pegawainegeri yang bektrja berdasarkan undang-undang rurmun hakim adalah pegawaikeadilan atau petugas keadilan. Dia menjalankan tugas untuk memutuskan suatuperkara dengan adil

Menurut saya ijtihad hakim sudah sesuai dengan upaya untuk mencapai keadilandengan melihat lebih teliti peristiwa hukuqr yang terjadi.

Tidak perlu adanya revisi karena saat ini hakim masih bisa menggunakan ijtihadnyadan yurisprudensi sehingga apabila bertentangan dengan keyakinan hakim maka hakimmemiliki jalan lain untuk memutuskan perkara.

Jakarta" 22 Juni 20ls

4.

5.

@n. Muh. Rusydi Thahir, S.H., M.II)

Page 83: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Foto peneliti saat wawancara dengan Drs. Muh. Rusydi Thatrir SH.,MH Hakim pengadilanAgama Jakarta Selatan, Di ruang Hakim IV. Pada hari Senin 29 Mei 2015 jam 13.30 WIB

Page 84: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

red255;SALINANP U T U S A N

Nomor xxxx/Pdt.G/2011/PA JS.

BISMILLAHIRAHMANIRRAHIM

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara perdata

Gugatan Cerai pada tingkat pertama dalam persidangan Majelis telah menjatuhkan

putusan sebagai berikut dalam perkara antara :

Penggugat, umur 32 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawati, tempat tinggal di Jalan

DD RT.010 RW. 001 No. 46 B Kelurahan Menteng Dalam Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Hudi

Yusup,SH.,MH.,dan Ori Rahman, SH., Advokat pada kantor SYAHRIR

YUDANINGRUM MIRANTI (“SYM”) Law Office beralamat di Gedung

Bursa Efek Indonesia, Tower 2 Lantai 17, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53,

Jakarta Selatan, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 4 Nopember 2011,

sebagai Penggugat;

melawan

Tergugat, umur 36 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawan, tempat tinggal di Jalan DD

RT.010 RW. 001 No. 46 B Kelurahan Menteng Dalam Kecamatan Tebet

Jakarta Selatan, sebagai Tergugat;

Pengadilan Agama tersebut ;

Setelah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Setelah mendengar keterangan Penggugat, dan para saksi;

TENTANG DUDUK PERKARANYA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat Gugatannya tertanggal 24 Nopember

2011 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor:

xxxx/Pdt.G/2011/PA JS. mengemukakan hal-hal yang pada pokoknya sebagai berikut :

1 Terjadi Perselisihan Dan Pertengkaran Terus Menerus Tanpa Kemungkinan

Untuk Rukun Kembali Sebagai Alasan Perceraian

1 Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami isteri yang melangsungkan pernikahan

tanggal 11 September 2004, dan dicatat oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan

Agama Kecamatan Lawang Kabupaten Lawang, Jawa Timur, sesuai Kutipan Akta

Nikah No.699/57/IX/2004 tertanggal 11 September 2004. (vide Bukti P-1)

2 Bahwa dalam perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah lahir 1 (satu) orang

anak bernama Anak Penggugat dan Tergugat, Perempuan, lahir di Jakarta, tanggal 12

1

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

Page 85: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.idMei 2007, sebagaimana Kutipan Akte Kelahiran tertanggal 16 Mei 2007 yang

dikeluarkan oleh Kepala Suku Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kotamadya

Jakarta Selatan, No. 870/U/JS/2007 (vide Bukti P-2)

Selanjutnya disebut “Anak”

3 Bahwa pada 1 (satu) tahun perkawinan, kehidupan antara Penggugat dan Tergugat

berjalan secara harmonis, akan tetapi kira-kira melewati satu tahun perkawinan

sampai dengan tiga tahun perkawinan, hubungan antara Penggugat dan Tergugat

sering terjadi perselisihan dan pertengkaran terus menerus, tanpa kemungkinan untuk

rukun kembali. Dan puncak perselisihan terjadi pada tahun 2010, adanya

pertengkaran hebat antara Penggugat dan Tergugat.

4 Bahwa perselisihan dan pertengkaran terus menerus disebabkan karena

ketidaksamaan visi dan pandangan hidup masing-masing antara Penggugat dan

Tergugat dalam membina rumah tangga.

5 Bahwa pada tanggal 3 April 2011, terjadi pertemuan antara Penggugat dan Tergugat

serta orang tua Penggugat melalui telepon, yang membicarakan masalah rumah

tangga Penggugat dan Tergugat, dan kelanjutan hubungan perkawinan Penggugat dan

Tergugat. Oleh karena tidak tercapai titik temu kesepakatan penyelesaian karena

adanya ketidakcocokan, maka Penggugat dan Tergugat sepakat untuk bercerai.

6 Bahwa perselisihan dan pertengkaran terus menerus antara Tergugat dan Penggugat

yang terjadi telah berkepanjangan dan hari ke hari kondisinya semakin memburuk,

dan tidak adanya komunikasi yang baik lagi antara Tergugat dengan Penggugat.

7 Bahwa akibat perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat, sudah 4 (empat) tahun

terakhir Penggugat dan Tergugat sudah pisah ranjang.

8 Bahwa akibat perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat, sudah 8 (delapan)

bulan terakhir Penggugat dan Tergugat sudah pisah rumah.

9 Bahwa Penggugat selama ini telah berusaha untuk bersabar dan menerima keadaan

untuk selalu bertahan, dengan harapan rumah tangganya akan kembali baik, namun

pada kenyataannya apa yang diharapkan Penggugat ternyata tidak terwujud, Tergugat

tetap saja tidak pernah ada perubahan sikap kepada Penggugat.

10 Bahwa dengan adanya perselisihan dan pertengkaran terus menerus, maka Penggugat

tidak dapat lagi untuk hidup bersama dengan Tergugat dalam suatu ikatan

perkawinan, dan dalam diri Penggugat sudah tidak ada lagi rasa mencintai,

menghormati dan kecocokan dalam membentuk, membina dan meneruskan

kehidupan rumah tangga yang bahagia dalam suatu ikatan perkawinan, sehingga

tujuan perkawinan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal sebagaimana

yang diatur dalam ketentuan Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan tidak mungkin lagi tercapai.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

Page 86: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

11 Bahwa kehidupan rumah tangga sebagaimana diuraikan pada butir 1 sampai dengan

butir 12 tersebut diatas, menyebabkan Penggugat tidak mempunyai harapan lagi dan

tidak ada manfaatnya untuk melanjutkan suatu ikatan perkawinan dengan Tergugat,

maka demi kepastian hukum atas suatu perkawinan antara Penggugat dan Tergugat,

mohon agar Pengadilan Agama Jakarta Selatan menyatakan perkawinan antara

Penggugat dengan Tergugat putus karena perceraian.

II. Akibat Perceraian Terhadap Nafkah Anak, Biaya Pemeliharaan Anak, serta

Terhadap Harta Bersama Yang Diperoleh Selama Perkawinan (Gono Gini).

12 Bahwa selama dalam perkawinan Penggugat dan Tergugat secara bersama-sama telah

membeli sebidang tanah berikut bangunan rumah yang terletak dan dikenal dengan

Jalan Kalibata Utara IV, Nomor C1, RT 007, RW 02, Kelurahan Kalibata, Kecamatan

Pancoran, Jakarta Selatan dengan luas kurang lebih 243 meter persegi yang dimiliki

semasa dalam ikatan perkawinan yang sah, maka tanah dan bangunan terebut

merupakan Harta Bersama antara Penggugat dan Tergugat.

13 Bahwa selama dalam perkawinan Penggugat dan Tergugat secara bersama-sama telah

membeli sebidang tanah berikut bangunan rumah yang terletak dan dikenal dengan

Jalan Blok D. 05 Nomor 06, Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong, Desa

Nanggewer Mekar, Jawa Barat dengan luas kurang lebih 120 meter persegi yang

dimiliki semasa dalam ikatan perkawinan yang sah, maka tanah dan bangunan

tersebut merupakan Harta Bersama antara Penggugat dan Tergugat.

14 Bahwa selain itu semasa dalam ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat

juga telah membeli 1 (satu) unit mobil merk Chevrolet Warna Abu-abu Metalik No.

Pol. B-8383BN No. Rangka KL1CA26FE8H307042 No. Mesin Z24SED037071

dengan demikian mobil tersebut merupakan Harta Bersama.

15 Bahwa sebelum gugatan ini diajukan antara Penggugat dan tergugat telah sepakat

perihak pembagian harta bersama, hak asuh anak dan biaya nafkah dan biaya

pendidikan anak;

16 Bahwa sebelum gugatan ini diajukan antara Penggugat dan Tergugat telah membuat

dan mendatangani Perjanjian No.5 tanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat dihadapan H.

Yunardi, SH, Notaris di Jakarta Selatan, yang berisi kesepakatan mengatur hak

pengasuhan/pemeliharaan anak, dan pengaturan terhadap harta bersama. (vide Bukti

P-3)

17 Bahwa berkaitan dengan telah di buatnya akta perjanjian No. 5 (Lima) tertanggal 7

Oktober 2011 di hadapan Haji Yunardi, SH Notaris Jakarta Selatan, maka Tergugat

telah menandatangani Akta Persetujuan dan Kuasa Nomor 6 (Enam) (vide Bukti P-4),

7 (Tujuh) (vide Bukti P-5), dan 8 (Delapan) (vide Bukti P-6) tertanggal 7 Oktober

2011.

3

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

Page 87: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

18 Bahwa Mobil Chevrolet telah diserahkan oleh Penggugat kepada Tergugat pada

tanggal 7 Oktober 2011.

Berdasarkan hal-hal dan alasan-alasan sebagaimana terurai di atas, Penggugat memohon

kepada Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang memeriksa dan mengadili perkara ini

kiranya sudi memutuskan hal-hal sebagai berikut:

1 Menerima dan mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya;

2 Menyatakan perkawinan antara Penggugat dengan Tergugat berdasarkan Kutipan

Akta Nikah yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Lawang

Kabupaten Lawang, Jawa Timur, sesuai Kutipan Akta Nikah No. 699/57/IX/2004

tertanggal 11 September 2004, putus karena perceraian.

3 Menetapkan bahwa anak hasil perkawinan Penggugat dan Tergugat yang bernama

Anak Penggugat dan Tergugat, Perempuan, lahir di Jakarta tanggal 12 Mei 2007

berada dalam pengasuhan dan pemeliharaan Penggugat.

4 Menetapkan Tergugat sebagai ayah yang bertanggung jawab secara financial

untuk membayar nafkah dan biaya pendidikan anak Tergugat setiap bulannya

sebesar Rp.4.000.000,- (empat juta rupiah).

5 Menetapkan Harta Gono Gini yang terdapat dalam Perjanjian No. 5

tertanggal 7 Oktober 2011 yang di buat di hadapan Notaris Haji Yunardi, SH

Notaris Jakarta Selatan adalah sebagai berikut :

a 1 (satu) unit mobil merk Chevrolet warna Abu-abu Metalik No Pol.

B-8383BN No. Rangka KL1CA26FE8H307042 No. Mesin

Z24SED037071 adalah milik Tergugat.

b Rumah No Sertifikat 1183/Nanggewer Mekar, beralamat di, Blok D.05

nomor 6 Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong dan Rumah No Sertifikat

377/Kalibata beralamat di Jalan Kalibata Utara IV RT 007, RW 02 Nomor

C1, Kecamatan Pancoran, Kelurahan Kalibata, adalah milik Penggugat

6 Menghukum Penggugat dan Tergugat agar mematuhi dan melaksanakan seluruh

isi Perjanjian No. 5 (lima) dan Akta Persetujuan dan Kuasa No. 6 (enam), 7

(tujuh), dan 8 (delapan) tanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat dihadapan H.

Yunardi, SH Notaris Jakarta Selatan.

7 Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk

mengirimkan salinan Putusan Perceraian yang telah mempunyai kekuatan hukum

tetap kepad Kantor Pencatat Nikah yang berwenang untuk diadakan pencatatan.

8 Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama

tiga bulan sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).

9 Menghukum Penggugat membayar biaya perkara.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

Page 88: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Apabila Pengadilan Agama Jakarta Selatan berpendapat lain, mohon putusan seadil-

adilnya.

Apabila Pengadilan Agama Jakarta Selatan berpendapat 1ain, mohon putusan

seadil- adilnya.

Menimbang, bahwa pada hari persidangan yang ditetapkan kedua belah pihak yang

berperkara hadir di persidangan dan Pengadilan berusaha mendamaikan kedua belah

pihak dan telah diperintahkan untuk mengikuti prosedur mediasi sesuai PERMA Nomor 1

Tahun 2008 dengan mediator Drs. HA. Nawawi Ali, S.H., namun berdasarkan laporan

mediator mediasi tidak berhasil, oleh karena itu pemeriksaan terhadap perkara ini

dilanjutkan dengan membacakan surat gugatan Penggugat yang ternyata isinya tetap

dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat dihadapan sidang

telah memberikan jawaban secara lisan yang pada pokoknya sebagai berikut :

1 Bahwa Tergugat mengakui dalil-dalil gugatan Penggugat.

2 Bahwa Tergugat tidak keberatan atas gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa untuk memperkuat dalil Gugatannya, Penggugat telah

mengajukan bukti-bukti berupa :

A. Surat :

1 Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor: 699/57/IX/2004 yang dikeluarkan oleh

Kantor Urusan Agama Kecamatan Lawang Kabupaten Lawang, Jawa Timur,

tertanggal 11 September 2004 (Bukti P-1);

2 Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran Anak Penggugat dan Tergugat, yang

dikeluarkan oleh Kepala Suku Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kotamadya

Jakarta Selatan, No. 870/U/JS/2007 tertanggal 16 Mei 2007 (Bukti P-2);

3 Fotokopi Kartu Keluarga No. 4104068907 yang dikeluarkan oleh Kelurahan

Menteng Dalam, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan (Bukti P-3);

4 Fotokopi Perjanjian No. 5 tertanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat di hadapan Haji

Yunardi, SH., Notaris di Jakarta Selatan (Bukti P-4);

5 Fotokopi Perjanjian No. 6 tertanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat di hadapan Haji

Yunardi, SH., Notaris di Jakarta Selatan (Bukti P-5);

6 Fotokopi Perjanjian No. 7 tertanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat di hadapan Haji

Yunardi, SH., Notaris di Jakarta Selatan (Bukti P-6);

7 Fotokopi Perjanjian No. 8 tertanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat di hadapan Haji

Yunardi, SH., Notaris di Jakarta Selatan (Bukti P-7);

8 Fotokopi Perjanjian Kredit Nomor 6603/PK/LPC/XII/04, tanggal 29 Desember

2004 antara Penggugat dengan PT. Bank Niaga Tbk (Bukti P-8);

9 Fotokopi Sertifikat Hak Tanggungan yang dikeluarkan Kantor Pertanahan

Kabupaten Bogor, Nomor 3495/07(Bukti P-9);

5

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

Page 89: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id10 Fotokopi Perjanjian Kredit antara Tergugat dengan PT. Bank Central Asia Tbk

tanggal 29 Oktober 2010 dihadapan Notaris Sri Buena Brahmana, SH., M.Kn

(Bukti P-10);

11 Fotokopi Sertifikat Hak Tanggungan yang dikeluarkan Kantor Pertanahan Kota

Administrasi Jakarta Selatan, Nomor 3368/2011 (Bukti P-11);

12 Fotokopi Pemberian Kuasa dari Penggugat kepada Tergugat untuk menjual 1 unit

kendaraan nomor F 7365937 G dibuat tanggal 5 Oktober 2011 dihadapan Haji

Yunardi, SH., Notaris di Jakarta Selatan (Bukti P-12);

13 Fotokopi BPKB kendaraan nomor F 7365937 G atas nama Penggugat (Bukti

P-13);

Fotokopi tersebut telah dicocokkan dan ternyata sesuai dengan aslinya kecuali P-3,

P-8, P-9, P-10 P-11 dan P-13 tidak ada aslinya dan telah bermaterai cukup dan telah

diperlihatkan kepada Tergugat dan Tergugat tidak membantahnya;

Menimbang, bahwa selain itu Penggugat juga mengajukan saksi-saksi yaitu :

B. Saksi-saksi :

1. Saksi I, umur 33 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat

kediaman di Jalan H. Awaluddin II No. 11 Kelurahan Kebon Melati, Kecamatan

Tanah Abang, Jakarta Pusat ;-,, di hadapan sidang saksi tersebut memberikan

keterangan dibawah sumpah secara agama Islam yang pada pokoknya sebagai

berikut :

• Bahwa saksi adalah teman dekat Penggugat dan Tergugat;

• Bahwa saksi kenal Penggugat dan Tergugat sejak kurang lebih 15 (lima

belas) tahun yang lalu;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri dan sudah mempunyai

1 (satu) orang anak yang saat ini dalam asuhan Penggugat;

• Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat hidup rukun namun

sejak tahun 2010 sudah tidak harmonis lagi disebabkan sudah tidak ada

kecocokan lagi dan diatara Penggugat dan Tergugat kurang adanya

komunikasi;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah sejak Maret 2011

dimana Tergugat yang pergi meninggalkan tempat tinggal bersama;

• Bahwa pihak keluarga sudah berusaha menasehati dan mendamaikan

Penggugat dan Tergugat agar tidak bercerai namun usaha tersebut

berhasil;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi pertama tersebut Penggugat dan Tergugat

menyatakan tidak keberatan;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

Page 90: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id2. Saksi II, umur 31 tahun, agama Islam, pekerjaan Karyawati Swasta, tempat

kediaman di Jalan Nakula 6 A Blok C 19 RT.08/RW.02 Bekasi, Jawa Barat ;, di

hadapan sidang saksi tersebut memberikan keterangan di bawah sumpah secara

agama Islam yang pada pokoknya sebagai berikut :

• Bahwa saksi adalah teman dekat Penggugat dan Tergugat;

• Bahwa saksi kenal Penggugat dan Tergugat sejak tahun 2009;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri dan sudah mempunyai

1 (satu) orang anak yang saat ini dalam asuhan Penggugat;

• Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat hidup rukun namun

sejak tahun 2010 sudah tidak harmonis lagi disebabkan sudah tidak ada

kecocokan lagi dan diatara Penggugat dan Tergugat kurang adanya

komunikasi;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah sejak Maret 2011

dimana Tergugat yang pergi meninggalkan tempat tinggal bersama;

• Bahwa pihak keluarga sudah berusaha menasehati dan mendamaikan

Penggugat dan Tergugat agar tidak bercerai namun usaha tersebut

berhasil;

Menimbang, bahwa atas keterangan saksi kedua tersebut Penggugat dan Tergugat

menyatakan tidak keberatan;

Menimbang, bahwa Penggugat dan Tergugat telah mengajukan kesimpulan secara

lisan yang pada pokoknya tetap ingin bercerai dengan Tergugat sedangkan Tergugat

mengajukan kesimpulan secara lisan yang pada pokoknya tidak keberatan bercerai

dengan Penggugat;

Menimbang, bahwa baik Penggugat maupun Tergugat tidak akan mengajukan

apapun lagi dan mohon putusan;

Menimbang, bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini, segala sesuatu yang

berlangsung dalam persidangan dapat dilihat dalam berita acara persidangan perkara ini

yang dianggap telah termasuk dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan

ini ;

TENTANG HUKUMNYA

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat sebagaimana terurai

diatas;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan Penggugat

dengan Tergugat dan telah diperintahkan kepada Penggugat dan Tergugat untuk

melakukan mediasi sesuai PERMA Nomor 1 tahun 2008 dengan mediator Drs. HA.

7

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

Page 91: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Nawawi Ali, S.H., namun berdasarkan laporan Mediator mediasi tidak berhasil oleh

karenanya perdamaian dinyatakan tidak berhasil, oleh karenanya kemudian dibacakan

gugatan Penggugat yang ternyata isinya tetap dipertahankan oleh Penggugat;

Menimbang, bahwa dasar hukum yang diajukan oleh Penggugat sebagai dasar

alasan cerai gugat ini adalah sebagaimana dalam pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah

Nomor 9 tahun 1975 yang mengisyaratkan harus ada perselisihan dan pertengkaran yang

terus-menerus antara suami isteri itu dan tidak ada harapan akan rukun lagi dalam rumah

tangganya;

Menimbang, bahwa oleh karena itu Majelis Hakim perlu mempertimbangkan

tentang adanya alasan tersebut;

Menimbang, bahwa atas gugatan Penggugat tersebut Tergugat telah memberikan

jawaban secara lisan yang pada pokoknya mengakui dalil-dalil gugatan Penggugat dan

tidak keberatan dengan dalil-dalil gugatan Penggugat;

Menimbang, berdasarkan bukti P-1 berupa kutipan akta nikah maka terbukti

Penggugat adalah istri sah Tergugat sehingga mempunyai landasan hukum untuk

mengajukan gugatan cerai kepada Tergugat;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim telah mendengarkan keterangan saksi keluarga

dan atau orang dekat dengan kedua belah pihak, guna memenuhi ketentuan pasal 76

Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3

Tahun 2006 jo pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 dan pasal

134 Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa dari keterangan saksi-saksi keterangannya saling mendukung

dan memperkuat dalil-dalil gugatan Penggugat, kesaksian mana telah memenuhi

ketentuan pasal 171 ayat (1) dan 172 HIR setelah dihubungkan dengan keterangan pihak-

pihak serta bukti lain, maka dapatlah disimpulkan hal-hal/fakta-fakta hukum sebagai

berikut :

• Bahwa Penggugat dan Tergugat adalah suami istri dan sudah mempunyai

1 (satu) orang anak yang saat ini dalam asuhan Penggugat;

• Bahwa semula rumah tangga Penggugat dan Tergugat hidup rukun namun

sejak tahun 2010 sudah tidak harmonis lagi disebabkan sudah tidak ada

kecocokan lagi dan diatara Penggugat dan Tergugat kurang adanya

komunikasi;

• Bahwa Penggugat dan Tergugat telah pisah rumah sejak Maret 2011

dimana Tergugat yang pergi meninggalkan tempat tinggal bersama;

• Bahwa pihak keluarga sudah berusaha menasehati dan mendamaikan

Penggugat dan Tergugat agar tidak bercerai namun usaha tersebut

berhasil;

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

Page 92: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Menimbang, bahwa dari apa yang telah disimpulkan tersebut diatas, maka

terbuktilah bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah terjadi perselisihan dan

pertengkaran yang terus-menerus. Hal mana antara mereka tidak ada harapan untuk hidup

rukun lagi;

Menimbang, bahwa dari jawab menjawab Penggugat dengan Tergugat dalam

persidangan dan telah diupayakan oleh Majelis Hakim untuk mendamaikan Penggugat

dengan Tergugat di setiap persidangan namun tetap tidak berhasil dan juga dari bukti

yang diajukan Penggugat dan Tergugat maka Mejelis Hakim dapat menemukan fakta

dalam persidangan bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah

terjadi percekcokan secara terus menerus semua usaha perdamaian yang dilakukan tidak

berhasil menyatukan mereka kembali, maka yang demikian itu seharusnya ditafsirkan

bahwa hati kedua belah pihak (suami isteri) tersebut telah pecah, sehingga telah

memenuhi ketentuan pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975

sebagaimana Yurisprudensi Mahakamah Agung Republik Indonesia Nomor : 1287 K/

sip/1995 tanggal 27 April 1997 demikian pula dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung

Republik Indonesia No.38/K.AG/1990 yang menyatakan pecahnya perkawinan antara

suami dengan isteri, hakim tidak perlu meneliti siapa yang bersalah, melainkan yang

perlu diteliti apa perkawinannya dapat dirukunkan apa tidak;

Menimbang, bahwa dengan telah terbukti pula adanya perselisihan dan

pertengkaran yang terus-menerus antara Penggugat dengan Tergugat dan tidak ada

harapan hidup rukun lagi dalam rumah tangga tersebut, apabila perkawinan mereka

diteruskan, maka tujuan perkawinan sebagaimana dimaksud pasal 1 Undang-undang

Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan jo. Pasal 3 Kompilasi Hukum Islam tidak akan

tercapai, bahkan sebaliknya apabila perkawinan mereka tidak diputuskan/diceraikan,

maka perselisihan dan pertengkaran yang tidak berkesudahan antara Penggugat dengan

Tergugat tersebut akan mengakibatkan makin beratnya beban penderitaan lahir dan

bathin kedua belah pihak, oleh karena itu Pengadilan berpendapat, bahwa perkawinan

antara Penggugat dengan Tergugat harus diceraikan, karena perceraian tersebut adalah

paling tepat dan memenuhi rasa keadilan bagi kedua belah pihak;

Menimbang, bahwa Penggugat di dalam sidang telah menunjukkan sikap

kebenciannya dan keengganannya untuk rukun kembali dengan Tergugat yang pada

kesimpulannya Penggugat bertetap pada gugatannya, maka dalam perkara ini dapat

diterapkan dalil dari kitab Ghoyatul Marom berbunyi :

�� �� � � � � � � �� � �� � � � �� � � � � � � �� �� � � � � � � �� �� �� �� � � �� �� �� �� � � �� � � � �� �� �� � � � �� � � � � � � �� � �� � � ��

“ Di waktu si isteri sudah sangat tidak senang terhadap suaminya, maka hakim dapat

menjatuhkan talak si suami” ;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas dan

telah terbukti pula bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat ternyata telah tidak

9

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

Page 93: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

dapat ditegakkan lagi, karena rumah tangga tersebut telah tidak ditopang diatas suasana

ketentraman, kecintaan, kasih-sayang, harmonisnya pergaulan serta masing-masing pihak

telah tidak menunaikan apa yang menjadi kewajibannya, sehingga dengan demikian

menurut pasal 70 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 gugatan Penggugat tersebut harus dikabulkan;

Menimbang, bahwa petitum nomor 3 Penggugat minta hak pemeliharaan

(hadhanah) terhadap anak Penggugat dan Tergugat yang bernama Anak Penggugat dan

Tergugat, perempuan, lahir tanggal 12 Mei 2007;

Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-2 maka terbukti bahwa anak tersebut di

atas berumur dibawah 12 tahun;

Menimbang, bahwa pasal 105 huruf a Kompilasi Hukum Islam dalam hal

terjadinya perceraian pemeliharaan anak yang belum mumayyiz atau belum berumur 12

tahun adalah hak ibunya;

Menimbang, bahwa berdasarkan hal -hal tersebut diatas dan sesuai dengan

Undang-undang Perlindungan Anak Nomor 23 Tahun 2002 pasal 2 huruf b bahwa

penyelenggaraan perlindungan anak berasaskan Pancasila dan berlandaskan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta prinsip-prinsip dasar

Konvensi Hak-Hak Anak meliputi kepentingan yang terbaik bagi anak sehingga dengan

demikian dalil gugatan Penggugat tersebut dikabulkan sehingga hak pemeliharaan anak

Penggugat dan Tergugat tersebut ditetapkan kepada Penggugat;

Bahwa sekalipun anak tersebut di atas berada dibawah pemeliharaan (hadhanah)

Penggugat selaku ibunya, akan tetapi tidak boleh memutuskan hubungan komunikasi

dengan Tergugat selaku bapak kandungnya, dan Tergugat mempunyai hak untuk

berkunjung/menjenguk dan membantu mendidik serta mencurahkan kasih sayangnya

sebagai seorang bapak terhadap anaknya;

Menimbang, bahwa Penggugat minta nafkah anak sebagaimana tersebut di atas

sejumlah Rp. 4.000.000;(empat juta rupiah) perbulan;

Menimbang, bahwa Tergugat tidak keberatan atas gugatan Penggugat tersebut;

Menimbang, bahwa pasal 41 huruf b Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974

menyatakan bahwa akibat putusnya perkawinan karena perceraian bapak yang

bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak

itu, bilamana bapak dalam kenyataan tidak dapat memenuhi kewajiban tersebut,

Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut;

Menimbang, bahwa pasal 156 huruf d Kompilasi Hukum Islam menyatakan bahwa

akibat putusnya perceraian ialah semua biaya hadhanah dan nafkah anak menjadi

tanggungan ayah menurut kemampuannya sekurang-kurangnya sampai anak tersebut

dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21 tahun);

Menimbang, bahwa oleh karena itu maka kepada Tergugat selaku ayah kandungnya

dihukum untuk memberikan nafkah terhadap anak tersebut di atas minimal sejumlah Rp.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

Page 94: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4.000.000;(empat juta rupiah) setiap bulan yang dibayarkan melalui Penggugat sampai

anak tersebut dewasa dan dapat mengurus diri sendiri (21 tahun);

Menimbang, bahwa minta harta bersama sebagaimana termuat dalam gugatan

Penggugat;

Menimbang, bahwa Tergugat tidak keberatan atas gugatan Penggugat tersebut ;

Menimang, bahwa berdasarkan bukti P-4 yang tidak dibantah Tergugat maka

terbukti bahwa harta sebagaimana termuat dalam gugatan Penggugat terbukti harta

bersama Penggugat dan Tergugat oleh karenanya gugatan Penggugat tersebut dapat

dikabulkan;

Menimbang, bahwa Penggugat dengan Tergugat telah membuat surat perjanjian

tertanggal 7 Oktober 2011 sebagaimana bukti P-4 sampai dengan P-7 yang tidak dibantah

Tergugat dan mohon kepada majelis hakim agar dimasukkan dalam putusan;

Menimbang, Menimbang, bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan sesuai

dengan pasal 130 HIR maka kedua belah pihak dihukum untuk mentaati isi perdamaian

yang telah disepakati tersebut;

Menimbang, bahwa Penggugat minta nafkah iddah kepada tgsejumlah Rp.

10.000.000;(sepuluh juta rupiah);

Menimbang, bahwa Tergugat tidak keberatan atas gugatan Penggugat tersebut

maka oleh karena itu gugatan Penggugat dapat dikabulkan dan kepada Tergugat dihukum

untuk membayar nafkah iddah sebagaimana termuat dalam amar putusan ini;

Menimbang, bahwa oleh karena perkara ini termasuk bidang perkawinan maka

Penggugat dihukum untuk membayar biaya perkara ini sesuai dengan pasal 89 Undang-

undang Nomor 7 tahun 1989 yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun

2006;

Memperhatikan segala peraturan perundang-undangan yang berlaku dan Hukum

Syar'i yang berkaitan dengan perkara ini;

MENGADILI

1. Mengabulkan gugatan Penggugat;

2. Menjatuhkan talak satu ba'in sughra Tergugat (Nasrullah, ST bin M.Hoesni

Soelaiman, SH ) terhadap Penggugat (Penggugat);

. Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk

mengirimkan salinan putusan perkara ini kepada Kantor Urusan Agama yang

mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama

tempat pernikahan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan untuk dicatat dalam

register yang tersedia untuk itu;

11

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

Page 95: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

4. Menetapkan anak yang bernama Anak Penggugat dan Tergugat, perempuan, lahir

tanggal 12 Mei 2007 berada di bawah pemeliharaan/hadhanah Penggugat tanpa

mengurangi hak-hak Tergugat selaku ayah kandungnya untuk menyalurkan kasih

sayangnya kepada anak tersebut.

5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya hadhanah (nafkah anak) tersebut

kepada Penggugat setiap bulan minimal sejumlah Rp.4.000.000,- ( empat juta

rupiah ) sampai anak tersebut dewasa dan mandiri atau berumur 21 tahun;

6 Menetapkan Harta Gono Gini yang terdapat dalam Perjanjian No. 5 tertanggal 7

Oktober 2011 yang di buat di hadapan Notaris Haji Yunardi, SH Notaris Jakarta

Selatan adalah sebagai berikut :

a 1 (satu) unit mobil merk Chevrolet warna Abu-abu Metalik No Pol.

B-8383BN No. Rangka KL1CA26FE8H307042 No. Mesin

Z24SED037071 adalah milik Tergugat.

b Rumah No Sertifikat 1183/Nanggewer Mekar, beralamat di, Blok D.05

nomor 6 Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong dan Rumah No Sertifikat

377/Kalibata beralamat di Jalan Kalibata Utara IV RT 007, RW 02 Nomor

C1, Kecamatan Pancoran, Kelurahan Kalibata, adalah milik Penggugat.

7 Menghukum Penggugat dan Tergugat agar mematuhi dan melaksanakan seluruh

isi Perjanjian No. 5 (lima) dan Akta Persetujuan dan Kuasa No. 6 (enam), 7

(tujuh), dan 8 (delapan) tanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat dihadapan H.

Yunardi, SH Notaris Jakarta Selatan.

8 Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama

tiga bulan sebesar Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah ) ;-

9 Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

316.000,- ( tiga ratus enam belas ribu rupiah ) ;-

Demikian diputuskan pada hari Senin tanggal 09 Januari 2012 Masehi bertepatan

dengan tanggal 15 Safar 1433 Hijriyah, oleh Hakim Pengadilan Agama di Jakarta Selatan

yang terdiri dari Tamah, S.H. sebagai Ketua Majelis dan Drs. H. Anwar Hidayat, S.H.

serta Dra. Hj. Tuti Ulwiyah, M.H. sebagai hakim-hakim Anggota, putusan mana oleh

Hakim tersebut pada hari itu juga diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dengan

didampingi oleh Sajidan, S.H. sebagai panitera Pengganti Pengadilan Agama tersebut

dan dihadiri oleh Penggugat dan Tergugat;

Hakim Anggota Hakim Ketua

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

Page 96: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

ttd.

Drs. H. Anwar Hidayat, S.H.

ttd.

Tamah,S.H

Hakim Anggota

ttd.

Dra. Hj. Tuti Ulwiyah, M.H.

Panitera Pengganti

ttd.

Sajidan, S.H.

Perincian Biaya Perkara :1. Biaya pendaftaran Rp. 30.000;

2. Biaya administrasi Rp. 75.000;

3. Biaya panggilan Rp. 200.000;

4. Biaya redaksi Rp. 5.000;

. Biaya Materai Rp. 6.000;

Jumlah Rp. 316. 000;

(tiga ratus enam belas ribu rupiah)

Untuk salinan yang sama bunyinya oleh

PANITERA PENGADILAN AGAMA JAKARTA SELATAN

Drs. Ach. Jufri, S.H.,M.H.

INSTRUMEN AMAR PUTUSAN

Nomor : xxxx/Pdt.G/2011/PA JS.

Hari dan Tgl. Putusan : Senin tanggal 09 Januari 2012

13

Untuk salinan yang sama bunyinya oleh PANITERA PENGADILAN AGAMA

JAKARTA SELATAN

Ahmad Majid, S.H.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

Page 97: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

MENGADILI

1 Mengabulkan gugatan Penggugat;

2 Menjatuhkan talak satu ba'in sughra Tergugat (Nasrullah, ST bin M.Hoesni

Soelaiman, SH ) terhadap Penggugat (Penggugat);

3 Memerintahkan kepada Panitera Pengadilan Agama Jakarta Selatan untuk

mengirimkan salinan putusan perkara ini kepada Kantor Urusan Agama yang

mewilayahi tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama

tempat pernikahan Penggugat dan Tergugat dilangsungkan untuk dicatat dalam

register yang tersedia untuk itu;

4 Menetapkan anak yang bernama Anak Penggugat dan Tergugat, perempuan, lahir

tanggal 12 Mei 2007 berada di bawah pemeliharaan/hadhanah Penggugat tanpa

mengurangi hak-hak Tergugat selaku ayah kandungnya untuk menyalurkan kasih

sayangnya kepada anak tersebut.

5 Menghukum Tergugat untuk membayar biaya hadhanah (nafkah anak) tersebut

kepada Penggugat setiap bulan minimal sejumlah Rp.4.000.000,- ( empat juta

rupiah ) sampai anak tersebut dewasa dan mandiri atau berumur 21 tahun;

6 Menetapkan Harta Gono Gini yang terdapat dalam Perjanjian No. 5 tertanggal 7

Oktober 2011 yang di buat di hadapan Notaris Haji Yunardi, SH Notaris Jakarta

Selatan adalah sebagai berikut :

a 1 (satu) unit mobil merk Chevrolet warna Abu-abu Metalik No Pol.

B-8383BN No. Rangka KL1CA26FE8H307042 No. Mesin

Z24SED037071 adalah milik Tergugat.

b Rumah No Sertifikat 1183/Nanggewer Mekar, beralamat di, Blok D.05

nomor 6 Kabupaten Bogor, Kecamatan Cibinong dan Rumah No Sertifikat

377/Kalibata beralamat di Jalan Kalibata Utara IV RT 007, RW 02 Nomor

C1, Kecamatan Pancoran, Kelurahan Kalibata, adalah milik Penggugat.

7 Menghukum Penggugat dan Tergugat agar mematuhi dan melaksanakan seluruh

isi Perjanjian No. 5 (lima) dan Akta Persetujuan dan Kuasa No. 6 (enam), 7

(tujuh), dan 8 (delapan) tanggal 7 Oktober 2011, yang dibuat dihadapan H.

Yunardi, SH Notaris Jakarta Selatan.

8 Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama

tiga bulan sebesar Rp. 10.000.000,- ( sepuluh juta rupiah ) ;-

9 Membebankan kepada Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.

316.000,- ( tiga ratus enam belas ribu rupiah ) ;-

Ketua Majelis

ttd.

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

Page 98: NAFKAH IDDAH PADA PERKARA CERAI GUGAT (A Putusan …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/30230/1/ERWIN... · PERTIMBANGAN DAN PENERAPAN HAKIM DALAM . MEMBERIKAN NAFKAH

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Mahka

mah

Agung R

epublik

Indones

ia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesiaputusan.mahkamahagung.go.id

Tamah, S.H.

Catatan Mediasi :

• Tgl penunjukan mediator : 19 Desember 2011

• Nama Mediator : Drs. H. Nawawi Ali, S.H.

• Tgl Laporan mediasi : 19 Desember 2011

• Hasil Mediasi : Gagal

15

DisclaimerKepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :Email : [email protected] : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15