analisis pendapat imam malik tentang iddah bagi...

82
ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1) Dalam Ilmu Syari'ah Oleh Ulya Mukhiqqotun Ni’mah 2103031 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAHSIYAH FAKULTAS SYARI'AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2008

Upload: trankhuong

Post on 08-Mar-2019

259 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG

IDDAH BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Strata 1 (S.1)

Dalam Ilmu Syari'ah

Oleh

Ulya Mukhiqqotun Ni’mah 2103031

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAHSIYAH

FAKULTAS SYARI'AH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG 2008

Page 2: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp : 4 (empat) eks. Hal : Naskah skripsi An. Sdri. Ulya Mukhiqqotun Ni’mah

Assalamu'alaikum Wr. Wb

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini

saya kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Ulya Mukhiqqotun Ni’mah

NIM : 2103031

Judul : ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG

IDDAH BAGI WANITA YANG ISTIHADHOH

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb

Semarang, 09 Januari 2008

Pembimbing I Pembimbing II

.

Dra. H. Noer Ali Dra. Nur Huda, M.Ag NIP. 150 177 474 NIP. 150 267 757

Page 3: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

DEPARTEMEN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

FAKULTAS SYARI’AH SEMARANG

Jl. Prof. DR. Hamka (Kampus III) Ngaliyan Telp/ Fax. (024) 601291

PENGESAHAN

Skripsi saudara : Ulya Mukhiqqotun Ni’mah

NIM : 2103031

Fakultas : Syari’ah

Jurusan : Al Ahwal Al Syakhshiyah

Judul Skripsi : ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK IDDAH BAGI

WANITA YANG ISTIHADHAH

Telah dimunaqasahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut

Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dinyatakan lulus, pada tanggal:

29 Januari 2008

Dan dapat diterima sebagai syarat guna memperoleh gelar sarjana Strata1

tahun akademik 2008/ 2009

Semarang, 29 Januari 2008

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

DR. H. Abu Hapsin, M.A., Ph.D. Drs. H.A. Noer Ali NIP. 150 238 492 NIP. 150 177 474 Penguji I Penguji II Drs. H. Ahmad Ghozali Drs. Saekhu, M.H. NIP. 150 216 992 NIP. 150 268 217 Pembimbing I Pembimbing II Drs. H.A. Noer Ali ` Dra. Nur Huda, M.Ag. NIP. 150 177 474 NIP. 150 267 757

Page 4: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

ABSTRAK

Suatu perkawinan yang berakhir dengan meninggalnya salah satu pihak akan menimbulkan pewarisan, ketentuannya dalam hukum waris islam. Sedangkan perkawinan yang berakhir dengan suatu perceraian atau karena meninggalnya suami mempunyai akibat beberapa akibat hukum diantaranya adalah iddah .

Iddah yang merupakan masa tunggu yang harus dihadapi oleh seorang wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya. Berdasarkan ketentuan al Quran, masa tunggu tersebut berbeda-beda sesuai dengan keadaan wanita yang bersangkutan sewaktu dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya. Adakalanya wanita tersebut masih haid, sudah putus haid, belum pernah haid, hamil, adakalanya pula wanita tersebut sedang mengalami pendarahan (istihadhah).

Istihadhah yang merupakan darah yang keluar dari farji seorang wanita secara terus menerus baik darah itu keluar sehari, dua hari atau satu bulan setelah 15 hari mendapati darah haid yang penting wanita tersebut bisa membedakan antara dua darah, atau sejak awal mendapati darah wanita tersebut tidak tidak bisa membedakan antara dua darah karena darahnya hanya satu macam saja, maka hal seperti itu harus dikembalikan kepada kebiasaan wanita pada umumnya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang istihadhah, 2) metode istinbath hukum yang digunakan Imam Malik.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan ( library research). Analisis data yang digunakan adalah analisis non statistik, yaitu menggunakan analisis deskriptif, bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk laporan dan uraian deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: menurut pendapat Imam Malik iddah bagi wanita yang istihadhah adalah satu tahun, apabila wanita tersebut tidak bisa membedakan antara dua darah Apabila bisa membedakan antara dua darah maka wanita tersebut beriddah dengan hitungan quru’.

Adapun metode istinbath hukum yang digunakan oleh Imam Malik yaitu qiyas dan istihsan. Beliau mengqiyaskan hitungan iddah tersebut dengan hitungan iddah bagi wanita yang tidak haid tetapi ia masih dalam usia haid. Wanita tersebut harus menunggu selama 9 bulan kemudian beriddah selama 3 bulan. Beliau memberikan alasan yang cukup rasional tujuan disyariatkannya iddah dimaksudkan untuk mengetahui kosongnya rahim, karena terdapat fakta kadang wanita yang hamil masih mengalami haid maupun pendarahan. Sedangkan istnbath yang kedua (istihsan) beliau gunakan dalam hal pemisahan antara sebelum sembilan bulan dan sesudahnya.

Page 5: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

DEKLARASI

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab,

Penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak

berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang

lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini

tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang lain,

kecuali informasi yang terdapat dalam referensi

yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 09 Januari 2008

Deklarator,

Ulya Mukhiqqotun Ni’mah

Page 6: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

MOTTO

والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثالثة قروء )228: البقرة (

“Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan diri

menunggu tiga kali quru (Qs. Al Baqarah 228)

ي يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم فعدتهن ثالثة والالئ

)4: الطالق (أشهر والالئي لم يحضن Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi menopausa di

antara perempuan-perempuan, jika kamu ragu-ragu tentang masa iddahnya maka iddah mereka adalah tiga bulan dan

begitu pula perempuan yang tidak haid (Qs. Ath Thalaq 4)

Page 7: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

PERSEMBAHAN

Karya ilmiah yang sederhana ini penulis persembahkan:

~ Ayahanda H. Abdul Ghofur dan ibunda Hj. Jazariatin, bapak H. Musthofa

serta ibu Muhtaroh tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tulus

serta do’a-do’a yang selalu dipanjatkan untukku dengan tiada hentinya.

~ Kakak-kakakku dan adik-adikku tersayang terutama mas Wahib dan Hanik

Laila yang telah banyak membantuku dalam mencari literatur serta selalu

memberikan motivasi, kasih sayang dan dukungan baik moril maupun

materiil.

~ Sahabat-sahabatku terutama anak-anak kos I 24 yang selalu mendampingi

baik suka maupun duka.

Harapan penulis semoga buah karya yang sederhana ini mampu memberikan

motivasi untuk langkah-langkah berikutnya dalam mengarungi bahtera

kehidupan.

Page 8: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan

hidayah-Nya, sehingga tersusunlah skripsi ini meskipun dalam bentuk yang relatif

sederhana. Sholawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada nabi

Muhammad SAW, para keluarga, dan pengikutnya. Skripsi ini diajukan guna

memenuhi tugas dan syarat untuk memperoleh gelar sarjana dari Fakultas

Syari’ah IAIN Walisongo Semarang.

Ucapan terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada semua

pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dengan moral dan bantuan

apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama

penulis sampaikan kepada:

1. Drs. H. Muhyidin, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo

Semarang.

2. Bapak Drs. H. A. Noer Ali, selaku dosen pembimbing I, serta ibu Dra. Nur

Huda, M. Ag., selaku dosen pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan

waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan

dalam menyusun skripsi ini.

3. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo Semarang

yang telah membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ayahanda H. Abdul Ghofur dan ibunda Hj. Jazariatin tercinta atas segala kasih

sayang, do’a, pengorbanan dan kesabarannya.

5. Bapak H. Musthofa, ibu Muhtaroh serta mas Wahib yang senantiasa

memberikan dorongan, bantuan, serta motivasinya.

6. Kakak-kakakku dan Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan motivasi

untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

7. Dek Naza, mbak Wawa, dek Kamal, dek Acha yang senantiasa memberikan

hiburan serta inspirasi kepada penulis.

Page 9: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

8. Sahabat-sahabatku baik di kampus maupun di kos yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu yang memberikan bantuan, semangat dan yang selalu

menemani disaat sedih dan senang.

7. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu selama

penulisan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya

untaian terima kasih dengan tulus dan iringan do’a, semoga Allah membalas

semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah,

dan inayah-Nya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini banyak memiliki kekurangan, untuk

itu penulis memohon kepada para pembaca untuk menginsafi dan memberikan

saran-saran yang bersifat membangun agar menjadi pertimbangan-pertimbangan

dalam penulisan selanjutnya. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan tulisan

yang telah tersusun dengan sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis

khususnya dan bagi umat Islam pada umumnya. Kepada Allah SWT penulis

memohon semoga apa yang menjadi harapan penulis terkabulkan. Amien.

Semarang, 09 Januari 2008 Penulis Ulya Mukhiqqotun Ni’mah

Page 10: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Tujuan dan maksud pernikahan adalah menggalang dan membina

rumah tangga antara sepasang istri secara harmonis penuh cinta kasih untuk

selama lamanya sampai akhir hayat.

Tetapi kadang-kadang suami istri gagal dalam usahanya untuk

mengemudikan rumah tangganya sampai akhir hayat. Ada saja kendala yang

merintanginya, apakah karena persiapannya yang tidak matang ketika akan

memasuki jenjang pernikahan atau karena watak mereka yang sangat berbeda

dan sering bertentangan atau karena pengaruh-pengaruh buruk dari orang lain.

Sehingga kalau sudah demikian, maka akan terjadi pertengkaran dan caci

maki. Karena itulah apabila mereka sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk

rujuk, dan hidup rukun maka jalan satu-satunya yang mereka tempuh adalah

perceraian.

Menurut ajaran Islam, perceraian diakui atas dasar ketetapan hati

setelah mempertimbangkan secara matang, serta dengan alasan yang bersifat

darurat atau sangat mendesak. Perceraian diakui secara sah untuk mengakhiri

hubungan perkawinan berdasarkan petunjuk syariat. Namun demikian,

Rasulullah SAW memperingatkan dalam sabdanya:

Page 11: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

2

لالحلا ابغض: ن عمر عن النبى صلى اهللا عليه وسلم قالبن اع 1 )واه ابو داوودر(ق الالى اهللا تعالى الط

Artinya: Diceritakan dari Ibn Umar, Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada sesuatu yang halal yang dibenci Allah selain daripada thalak ”. (HR. Abu Dawud).

Dengan demikian secara tersirat Rasulullah mengajarkan agar keluarga

muslim sedapat mungkin menghindarkan perceraian. Dan di balik kebencian

Allah itu terdapat suatu peringatan bahwa perceraian itu sangat berbahaya dan

berdampak negatif terhadap keluarga.

Suatu perkawinan yang berakhir dengan meninggalnya salah satu

pihak akan menimbulkan pewarisan, ketentuannya diatur dalam hukum waris

Islam. Sedangkan perkawinan yang berakhir dengan suatu perceraian atau

karena meninggalnya suami, maka mempunyai beberapa akibat hukum

diantaranya adalah iddah.

Secara singkat iddah dapat dirumuskan sebagai masa tunggu yang

dihadapi seorang wanita yang dicerai atau ditinggal mati oleh suaminya.2

Berdasarkan ketentuan al-Qur'an, masa tunggu tersebut berbeda-beda sesuai

dengan keadaan wanita yang bersangkutan sewaktu dicerai atau ditinggal mati

suaminya. Selain ada hubungannya dengan persoalan biologis (menentukan

keturunan, karena ada kemungkinan adanya bibit/sperma yang terdapat di

dalam rahim) masalah iddah juga termasuk masalah ‘ubudiyah (masalah

1Abi Dawud Sulaiman Ibn Al Asy’ab, Sunan Abi Dawud, Indonesia : Maktabah Dahlan,

hlm. 255 2 Ustad Abdul Muhaimin As’ad, Risalah Nikah, Surabaya : Bintang Terang, Cet. I, 1993,

hlm. 101

Page 12: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

3

ketentuan agama). Jadi, ketentuan iddah tidak bisa/tidak boleh diganti dengan

pemeriksaan medis menurut ilmu kedokteran.3

Hal ini dikarenakan terdapat rahasia dibalik penetapan iddah yang

tidak hanya berpusat pada satu segi saja, akan tetapi ada beberapa hal yang

melatarbelakangi adanya iddah yaitu pembersihan rahim, kesempatan untuk

berfikir dan kesempatan untuk berduka cita.4

Dengan demikian, tampak jelas bahwa iddah memiliki berbagai

tujuan yang masing-masing mempunyai hubungan yang tidak dapat

dipisahkan. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern

tidak dapat merubah ketentuan panjang pendeknya iddah, terutama dalam

kasus-kasus yang sudah jelas dikemukakan di dalam al-Qur'an dan al-Sunnah.

Akan tetapi perkembangan ilmu dan teknologi dapat dimanfaatkan dalam

kasus tertentu seperti wathi syubhat dan zina, sebab hubungan diantara pria

dan wanita dalam kasus ini hanya terikat pada masalah dukhul yang

mengganggu kesucian rahim.5

Seorang yang berada pada masa iddah bukan berarti terlepas sama

sekali dari suami yang menceraikannya. Begitu pula, suami itu tidak langsung

dapat membebaskan diri dan tanggung jawab terhadap istri selama masa

iddah.

Iddah diwajibkan karena cerai yang dijatuhkan suami yang masih

hidup atau yang sudah meninggal yang pernah menggauli (ba’da dukhul) baik

3 Abdul Muncith Muzadi, Fiqih Perempuan Praktis, Surabaya: Kalista, 2005, hlm. 94. 4 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunah, jilid VIII, Alih Bahasa: Muh. Tholib, Bandung: Al-Ma’arif,

cet. V, 1987, hlm. 140. 5 Abdul Muncith Muzadi, Op. Cit, hlm. 95

Page 13: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

4

dengan cara thalak ataupun fasakh, akan tetapi lain halnya jika suami itu

belum pernah menggauli (maka tidak wajib iddah). Apabila pernah

berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut tidak

hamil.

Apabila suami yang menthalak istrinya yang semula tidak pernah

haid kemudian di dalam masa iddah ia haid, maka masa suci tempat

penthalakannya tidak terhitung quru’. Sebab tidak berada diantara dua periode

haid, tetapi harus beriddah tiga kali masa suci setelah haid yang

disambungkan dengan masa suci penthalakan tersebut. Bila istri mengalami

haid setelah habis masa iddahnya, maka tidak perlu memulai masa iddahnya

dengan hitungan quru’.6

Seperti telah disinggung di atas, masa iddah tidaklah selalu sama pada

setiap wanita. Al-Qur'an memberikan petunjuk dalam berbagai ungkapan yang

menegaskan bahwa masa iddah ditetapkan berdasarkan keadaan wanita

sewaktu diceraikan atau ditinggal mati oleh suaminya dan juga berdasarkan

atas proses perceraian, apakah cerai mati atau cerai hidup.

Iddah baik bagi wanita yang cerai hidup atau cerai mati adakalanya ia

masih mengalami haid ada juga yang sudah putus haid (menopause) dan

terkadang juga wanita tersebut sedang hamil. Dan semua hal itu sudah jelas di

dalam Al-Qur'an. Akan tetapi bagaimanakah iddah bagi wanita yang

istihadhah? Apakah hitungannya sama dengan iddah bagi wanita yang

6 Zainuddin Bin Abdul Azis Al Malibari, Terjemahan Fathul Mu’in, jilid II, Bandung: Sinar

Baru Algensindo, 1994, cet. I, hlm. 1405-1406.

Page 14: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

5

mengalami haid atau iddah pada wanita yang hamil, ataukah wanita yang

sudah putus haid?

Istihadhah yang merupakan pendarahan yang keluar dari kemaluan

wanita, akan tetapi darah tersebut bukanlah darah haid karena darah tersebut

keluar di luar siklus haid seorang wanita.7 Darah istihadhah ini tidak berwarna

hitam, tetapi pada umumnya berwarna merah segar akan tetapi tidak memiliki

bau khusus seperti darah haid.8

Menurut pendapat Abu Hanifah dan Imam Syafi’i, iddah wanita

tersebut (istihadhah) adalah 3 bulan apabila ia sudah putus haid dan 3 quru’

apabila ia masih haid. Sedangkan menurut Imam Malik iddah wanita tersebut

sampai satu tahun.9

Berawal dari pendapat Imam Malik yang berbeda dengan ulama’ fiqih

lainnya, Penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh tentang pendapat

tersebut dengan asumsi bahwa hal itu bisa menjadi kontribusi positif dan

menambah wacana serta memperkaya khazanah keilmuan kita, karena secara

sepintas pendapat Imam Malik itu terlihat kontradiktif dengan apa yang

terdapat dalam nash Al-Qur'an. Oleh karena itu penulis mendiskripsikannya

dalam sebuah skripsi “Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Iddah Bagi

Wanita yang Istihadhah”.

7 Hendrik., Problema Haid, Solo: Tiga Serangkai, 2006, hlm. 154. 8 Ummu Ahmad Ghozy, Ketika Cewek Datang Bulan, Makasar: PT. Mirkad Media

Grafika, cet. I, 2007, hlm. 56. 9 Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid, Juz II, Beirut: Dar al- Kutub al

Islamiyah, t.th, hlm. 69

Page 15: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

6

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka pokok permasalahan yang

hendak dibahas dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimana pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang

mengalami istihadhah?

2. Bagaimana istinbath hukum Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang

istihadhah?

C. TUJUAN PENULISAN SKRIPSI

Secara formal, tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai syarat untuk

memenuhi tugas akademik serta untuk melengkapi syarat guna memperoleh

gelar sarjana dalam ilmu Syari'ah di Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo

Semarang. Adapun tujuan umum penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang

istihadhah.

2. Untuk mengetahui istinbath hukum Imam Malik tentang iddah bagi

wanita yang istihadhah.

D. TELAAH PUSTAKA

Sebagai langkah awal dalam membahas permasalahan ini, penulis

terlebih dahulu menelaah buku-buku yang ada relevansinya dengan

permasalahan. Dan untuk menghindari kekhawatiran apakah permasalahan

Page 16: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

7

yang diangkat sudah ada yang meneliti atau belum, maka perlu diuji

kevalidannya.

Dalam buku Pengetahuan Nikah Talak Dan Rujuk karangan Aqis Bil

Qishi diterangkan tentang iddah, macam-macam iddah serta hak-hak istri

ketika berada dalam masa iddah.

Kemudian dalam buku Risalah Nikah karangan ustad Abdul Muhaimin

As’ad disebutkan tentang pengertian iddah, serta lamanya iddah, penjelasan

beriddah dan hikmah disyariatkanya iddah.

Kemudian dalam buku Risalah Haidh, Nifas Dan Istihadloh karangan

K.H. Muhammad Ardani Bin Ahmad diterangkan tentang pengertian

istihadhah, macam-macam istihadhah, serta kewajiban bagi wanita yang

mengalami istihadhah.

Dalam buku Problema Haid, karangan Dr. H. Hendrik, M. Kes

diterangkan tentang pengertian istihadhah ditinjau dari segi syari’ah Islam

maupun medis, sifat-sifat istihadhah, bentuk serta variasi dari istihadhah dan

ketentuan atau kewajiban bagi wanita yang mengalami istihadhah.

Dalam buku Ketika Cewek Datang Bulan, karangan Ummu Ahmad al-

Ghozy, diterangkan pengertian istihadhah, ciri-ciri darah istihadhah, keadaan

wanita yang hampir sama dengan istihadhah, serta hukum istihadhah.

Selain buku-buku di atas penulis juga menggunakan kitab-kitab fiqih,

antara lain:

Kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid karangan Ibnu

Rusyd dijelaskan tentang hitungan iddah menurut para imam madzhab serta

Page 17: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

8

iddah dalam segala kondisi termasuk di dalamnya iddah bagi wanita yang

istihadhah akan tetapi pendapat tersebut hanya terbatas pada pendapat serta

dalilnya masing-masing, sehingga kajian terhadap dalil dan metode istinbath

yang digunakan oleh Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang istihadhah

masih perlu dilakukan.

Selain itu, dalam kitab Fiqh Sunnah jilid I karangan Sayyid Sabiq

disebutkan pengertian istihadhah, bentuk atau darah istihadhah serta

hukumnya, sedangkan pendapat mengenai iddah, pengertian iddah, macam-

macam iddah serta batasan iddah terdapat dalam kitab Fiqh Sunnah jilid 8.

Imam Zarqoni dalam kitabnya yang berjudul “Syarah Zarqoni; Ala

Muwatho’ Imam Malik”, dalam bab “Jami’ Iddah At-Tholaq” menyebutkan:

iddah bagi wanita yang istihadhah yakni satu tahun lamanya, dengan alasan

manakala wanita itu tidak bisa membedakan antara darah haid atau darah

istihadhah.

Karya ilmiah yang membahas tentang iddah bagi wanita yang

istihadhoh belum pernah penulis temukan, akan tetapi karya tulis yang dibuat

oleh Irfan Mustofa berjudul “Analisa Konsep Iddah menurut Musdah Mulia

jenis penelitiannya adalah library research, pembahasan yang dikaji tentang

pendapat Musdah Mulia yang tidak menyetujui konsep iddah karena seakan-

akan mendiskriminasikan kaum perempuan, karena hal ini bertentangan

dengan konsep gender. Tetapi penulis tidak menyetujui konsep tersebut karena

bertentangan dengan al-Qur'an dan hadits.

Page 18: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

9

Skripsi dengan judul analisis pendapat Imam Malik tentang sanksi bagi

perempuan yang menikah pada masa iddah, pembahasan yang dikaji tentang

sanksi bagi perempuan yang menikah pada masa iddah dan sudah dukhul

maka pernikahannya batal dan mereka diharamkan nikah kembali untuk

selamanya. Akan tetapi penulis tidak menyetujui pendapat tersebut karena

terasa memberatkan, padahal hukum Islam merupakan hukum yang fleksibel,

penulis lebih sepakat terhadap pendapat Imam Syafi’i yaitu mereka tetap

memperoleh sanksi hukum meskipun bukan sanksi pidana (untuk membuat

jera). Mereka harus dipisahkan selama masa iddah dan untuk berkumpul atau

menikah harus melakukan akad nikah baru.

Dari beberapa telaah pustaka di atas, maka penulis merasa perlu untuk

melakukan kajian terhadap permasalahan ini karena wanita yang mengalami

istihadhah saja terkadang bingung dengan apa yang harus ia lakukan dalam

hal ibadah apalagi ketika ia dithalak oleh suaminya dalam keadaan

istihadhah.

E. METODE PENULISAN SKRIPSI

Agar mendapatkan hasil yang diinginkan, maka metode penelitian

sangatlah diperlukan. Beberapa metode yang akan penulis gunakan antara

lain:

Page 19: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

10

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library

research) yaitu penelitian yang mengandalkan atau memakai sumber karya

tulis kepustakaan.10

2. Sumber Data

Karena penelitian ini merupakan studi terhadap karya dari seorang

tokoh, maka data-data yang dipergunakan lebih merupakan data pustaka.

Ada dua macam data yang dipergunakan, yakni data primer dan data

sekunder. 11

a. Data Primer

Yaitu data yang diambil dari sumber asli yang memuat suatu

informasi.12 Artinya sumber data yang digunakan merupakan karya

yang langsung diperoleh dari tangan pertama yang terkait dengan tema

penelitian.

Jadi, data-data primer ini merupakan karya atau kitab yang

dikarang oleh Imam Malik yaitu kitab Al-Muwatta’.

b. Data Sekunder

Yaitu data yang diperoleh dari sumber yang bukan asli atau

bersifat komplemen (pelengkap).13 Data ini berasal dari tangan kedua

atau bukan data yang datang langsung dari Imam Malik. Biasanya data

10 Masri Singarimbuan dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, cet.

VI, 1986, hlm. 45. 11Tatang M.Amin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995,

hlm:135. 12 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1998, hlm. 91 13 ibid

Page 20: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

11

ini tersusun dalam bentuk dokumen-dokumen dan data ini penulis

gunakan untuk menganalisis dan memberikan penjelasan tentang

pokok permasalahan.

Dalam hal ini penulis mengambil data dari buku-buku yang ada

relevansinya dengan permasalahan yang sedang penulis bahas, seperti :

1.) Syarah al-Zarqoni karangan Sayyidi Muhammad al-Zarqoni

2.) Fiqih Sunnah karangan Sayyid Sabiq

3.) Bidayatul Mujtahid karangan Ibnu Rusyd.

3. Metode Pengumpulan Data

Dengan metode ini penulis mencoba untuk menyusun skripsi

dengan cara melakukan pengumpulan data lewat studi serta penelitian

terhadap buku-buku yang ada relevansinya terhadap permasalahan yang

sedang penulis kaji.

Metode ini penulis gunakan dengan jalan membaca, menelaah,

kemudian menginventarisasikan ayat-ayat al-Qur'an, kitab-kitab hadits

serta kitab-kitab fiqh lain yang sesuai dengan permasalahan yang ada

hubungannya dengan materi yang dibahas dalam skripsi ini. Hal ini

penulis lakukan sebagai dasar untuk menganalisis pendapat Imam Malik

yang berkaitan dengan iddah bagi wanita yang istihadhah.

4. Metode Analisis Data

Langkah awal yang penulis lakukan dalam menganalisis data

adalah pengorganisasian data dalam bentuk mengatur, mengurutkan serta

mengelompokkan data sesuai dengan kategori, tujuan pengolahan serta

Page 21: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

12

pengorganisasian data tersebut adalah untuk menemukan tema dan

keputusan kerja.

Berdasarkan data yang diperoleh, maka digunakan untuk

menyusun serta menganalisis data-data yang terkumpul dengan

menggunakan metode deskriptif analitik yaitu suatu metode yang

menekankan pada pemberian sebuah gambaran baru terhadap data yang

terkumpul.14 Metode ini akan penulis gunakan untuk melakukan pelacakan

dan analisis terhadap pendapat serta biografi Imam Malik. Selain itu

metode ini akan penulis gunakan untuk menggambarkan dan menganalisis

pendapat Imam Malik saat beliau menggambarkan tentang iddah.

Selain itu penulis juga menggunakan metode content analysis

(analisis isi).15 Hal ini penulis lakukan guna mempertajam analisis data

yang diteliti.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih mudah untuk dipahami, maka

penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam sub bab ini dikemukakan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, telaah pustaka, metode penelitian, serta

sistematika penulisan.

14 S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, hlm. 165 15Adalah telaah sistematis atas catatan-catatan atau dokumen-dokumen sebagai sumber

data. Biasanya berisi kalimat tertulis atau cetak akan tetapi tidak terbatas pada itu saja bisa berupa sumber, grafik, lukisan, foto, dan lain-lain. lihat. Michael H. Walizer dan Paul L. Wienir, Metode dan Analisis Penelitian, Yogyakarta: Erlangga, Cet. II, 1991, hlm. 48

Page 22: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

13

BAB II : KONSEP DASAR IDDAH DAN ISTIHADHAH

Dalam bab ini dibahas tentang pengertian iddah,, dasar hukum

iddah, macam-macam iddah, hikmah serta hak-hak bagi wanita

yang sedang menjalani masa iddah dan juga pengertian tentang

istihadhah, macam-macam istihadhah, serta kewajiban bagi wanita

yang sedang mengalami istihadhah.

BAB III : PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI

WANITA YANG ISTIHADHAH

Bab ini membahas biografi Imam Malik, pendapat Imam Malik

tentang Iddah bagi wanita yang istihadhoh serta metode istinbath

Imam Malik.

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH

BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH

Dalam bab ini dibahas tentang bagaimana alasan Imam Malik

tentang iddah bagi wanita yang istihadhah serta apakah yang

melatarbelakangi pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita

yang istihadhah

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini akan dikemukakan kesimpulan, saran-saran, dan

penutup.

Page 23: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

14

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG IDDAH DAN ISTIHADHAH

A. IDDAH

1. Pengertian Iddah

Istilah iddah sebenarnya sudah dikenal sejak zaman Jahiliyah.

Dimana orang-orang pada saat itu hampir tidak pernah meninggalkan

kebiasaan iddah ini. Kemudian ketika Islam datang kebiasaan ini diakui

dan dijalankan terus, karena ada beberapa kebaikan yang terkandung di

dalamnya. Kemudian para ulama sepakat iddah itu wajib hukumnya.1

Ditinjau dari etimologi, kata iddah adalah masdar fi’il madhi

,yang artinya “menghitung”.2 Jadi kata iddah artinya menghitung عد

hitungan atau sesuatu yang terhitungkan. Dari sudut bahasa kata iddah

merupakan kata yang biasa dipakai untuk mewujudkan pengertian hari-

hari haid dan hari-hari suci pada seorang perempuan, artinya perempuan

atau istri menghitung hari-hari haid atau hari-hari sucinya.3

Sedangkan secara terminologi, para ulama telah merumuskan

pengertian iddah menjadi beberapa pengertian, seperti Ash Shon’ani

memberi definisi iddah sebagai berikut:

هقارفو زوجها ةا بها المرأة عن التزويج بعد وفصتربتة لمد سما األشهروء اااألقرو دة اوال بالامإلها

1Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, Jilid 8. terj. Muh. Tholib, Bandung: Al-Ma’arif, Cet. 2, 1993,

hlm. 139-140 2Ahmad Warson Munawwir, Al- Munawwir , Darul Ma’arif, 1984, hlm. 969 3Abdul Rahman Al Jaziri, Kitab Fiqih ‘ala Madhahibil Ar Ba’ah, juz. IV, Darul Kutub Al

‘Ilmiah, hlm. 451.

Page 24: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

15

″Iddah ialah suatu nama bagi suatu masa tunggu yang wajib dilakukan oleh wanita untuk tidak melakukan perkawinan setelah kematian suaminya atau perceraian dengan suaminya itu, baik dengan melahirkan anaknya, atau beberapa kali suci/haid, atau beberapa bulan tertentu ″.4

Abu Zahroh memberi definisi iddah sebagai berikut:

احر النكثا نقضاء ما بقي منالجل ضرب أ″Iddah ialah suatu masa yang ditetapkan untuk mengakhiri pengaruh-pengaruh perkawinan ″.5

Lebih lanjut Prof. Abu Zahroh mengatakan:

زوجية من الصم عرا نف الفرقة بين الرجل وأهله التتإذا حصلفوج زتتال ة وألمرالفرقة بل تتربص ا وقوعمجردآل الوجوه ب

ارعها الشدرى تنتهي تلك المدة التى قتحه ريغ

″Jika terjadi perceraian antara seorang lelaki dengan istrinya, tidaklah terputus secara tuntas ikatan suami istri itu dari segala seginya dengan semata-mata terjadi perceraian, melainkan istri wajib menunggu, tidak boleh kawin dengan laki-laki lain sampai habisnya masa tertentu yang telah ditentukan oleh syara ″.6

Sedangkan menurut ulama Syafi’iyah iddah diartikan sebagai

عهاجبراءة رحمها او لتعبد او لتف لمعرفةةأ فيها المرصدة تتربم على زوج

″ Masa yang harus dilalui oleh istri (yang ditinggal mati atau dicerai oleh suaminya) untuk mengetahui kesucian rahimnya, mengabdi atau berbela sungkawa atas kematian suaminya ″. 7

2. Dasar Hukum Iddah

a. Al-Qur’an

4Departemen Agama RI, Ilmu Fiqih, Jilid II, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan

Sarana Perguruan Tinggi Agama, cet. II, 1984/1985, hlm. 274 5Ibid, hlm. 274 6Ibid, hlm. 275 7Abdurrahman Al-Jaziri, Op-Cit, hlm. 517

Page 25: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

16

Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menunjukkan kewajiban

bagi perempuan untuk beriddah, di antaranya dalam Surat Al Baqarah

(2) ayat 228:

ثالثة قروءن هسفنبأالقات يتربصن المطو"Wanita-wanita yang dithalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru’ ". (Q.S. Al Baqarah: 228 )8

Dalam surat yang sama (Al Baqarah) ayat 234:

أنفسهن أربعة ن بصبرتين منكم ويذرون أزواجا وفن يتويالذو

أشهر وعشرا “Orang-orang yang meninggal dunia diantaramu dengan meninggalkan istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan (beriddah) empat bulan sepuluh hari. (Q.S. Al Baqarah: 234).9

Dalam surat Al-Ahzab (33) ayat 49:

ها الذين آمنوا إذا نكحتم المؤمنات ثم طلقتموهن من قبل أن ا أييوهن وسرحوهن عتتمسوهن فما لكم عليهن من عدة تعتدونها فم

اليمجسراحا “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu menikahi perempuan-perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka sekali kali tidak wajib atas mereka iddah bagimu yang kamu minta menyempurnakannya, maka berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka itu dengan cara yang sebaik- baiknya. (Q.S. Al-Ahzab: 49).10

b. Al Hadits

Dalam Sunnah Nabi yang dijadikan sebagai dasar hukum

tentang iddah diantaranya:

8Departemen Agama, Al Qur’an dan Terjemahanya, Kudus : Mubarakatan Thoyyibah, tth,

hlm. 36 9Ibid, hlm. 38 10Ibid, hlm. 424

Page 26: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

17

ابن عمر أنه طلق امرأته وهى حائض فى عهد رسول اهللا عنفسأل عمر بن الخطاب رسول اهللا صلى : صلى اهللا عليه وسلم

اهللا عليه وسلم عن ذلك؟فقال له رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم ر هتط ثم، ضحيجعها ثم ليترآها حتى تطهر، ثم تاره فليرم"

مس فتلك العدة يوان شاء طلق قبل ان. شاء امسك بعدن ثم إ 11)ه مسلمروا". ( اءسالنا له ز وجل ان يطلقع ر اهللام اىالت

Diceritakan dari ibn umar sesungguhnya dia menthalak istrinya dalam keadaan haid pada masa Rasulullah SAW, umar bin khattab bertanya kepada Rasulullah SAW mengenai hal itu. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada Umar “Perintahkanlah ia untuk merujuk istrinya, kemudian menahanya sehingga suci, haid dan suci lagi. Maka jika ingin tahanlah dia sesudah itu. Dan jika sudah ceraikanlah sebelum ia menyentuhnya. Demikianlah Iddah yang diperintahkan oleh Allah yaitu perempuan yang harus dicerai pada Iddahnya” (H.R. Muslim).

Dalil-dalil di atas menunjukkan bahwa iddah adalah masa

menunggu bagi wanita yang dithalak suami (cerai hidup) atau

ditinggal mati suami (cerai mati), perbedaan status ini menjadi penentu

jenis iddah yang dijalani oleh seorang isteri. Adapun wanita yang suci

(tidak hamil) yang ditinggal mati oleh suaminya iddahnya empat

bulan sepuluh hari. Ini berarti bahwa masa iddah perempuan yang

dithalak suaminya (cerai hidup) lebih pendek dari cerai mati, yaitu tiga

kali suci bagi mereka yang berada pada masa haid, dan tiga bulan bagi

mereka yang sudah putus haid (menopause).

c. Undang-Undang ( Peraturan Tertulis )

11Imam Abi al- Husein Muslim, Shohih Muslim, Juz II, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1992,

hlm. 1093

Page 27: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

18

Selain dalam al-Qur’an dan al-hadits iddah juga diatur dalam

undang-undang perkawinan, yaitu Undang-Undang No 1 tahun 1974

pasal 29 yang berbunyi :

1. Waktu tunggu bagi seorang janda sebagai dimaksud dalam pasal

11 ayat 2 Undang-Undang ditentukan sebagai berikut :

a. Apabila perkawinan putus karena kematian, waktu tunggu

ditetapkan 130 ( seratus tiga puluh) hari.

b. Apabila perkawinan putus karena perceraian waktu tunggu bagi

yang masih haid ditetapkan 3 ( kali ) suci dengan sekurang

kurangnya 90 ( sembilan puluh ) hari, dan bagi yang tidak

berdatang bulan ditetapkan 90 (sembilan puluh ) hari.

c. Apabila perkawinan putus sedang janda tersebut sedang dalam

keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.

2. Tidak ada waktu tunggu bagi janda yang putus perkawinan karena

perceraian sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya

belum pernah terjadi hubungan kelamin.

3. Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu

tunggu dihitung sejak jatuhnya putusan pengadilan yang

mempunyai kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi

perkawinan yang putus karena kematian, tenggang waktu tunggu

dihitung sejak kematian suami.12

Mengenai waktu tunggu dalam KHI Pasal 153 yang berbunyi :

12 Undang-Undang Perkawinan, Bandung: Fokus Media, 2005, hlm.45.

Page 28: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

19

1. Bagi seorang istri yang putus perkawinannya berlaku waktu tunggu atau

iddah, kecuali qobla al dukhul dan perkawinannnya putus bukan

karena kematian suami.

2. Waktu tunggu bagi seorang janda ditentukan sebagai berikut:

a. Apabila perkawinan putus karena kematian, walaupun qobla al

dukhul, waktu tunggu ditetapkan 130 (seratus tiga puluh ) hari.

b. Apabila perkawinan putus karena perceraian waktu tunggu bagi

yang masih haid ditetapkan 3 (tiga) kali suci dengan sekurang

kurangnya 90 (sembilan puluh) hari, dan bagi yang tidak haid

ditetapkan 90 ( sembilan puluh) hari.

c. Apabila perkawinan putus karena perceraian sedang janda tersebut

dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai melahirkan.

d.Apabila perkawinan putus karena kematian, sedang janda tersebut

dalam keadaan hamil, waktu tunggu ditetapkan sampai ia

melahirkan.

3. Tidak ada waktu tunggu bagi yang putus perkawinan karena perceraian

sedang antara janda tersebut dengan bekas suaminya qobla al dukhul.

4. Bagi perkawinan yang putus karena perceraian, tenggang waktu tunggu

dihitung sejak jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang mempunyai

kekuatan hukum yang tetap, sedangkan bagi perkawinan yang putus

karena kematian tunggang waktu tunggu dihitung sejak kematian

suami.

Page 29: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

20

5. Waktu tunggu bagi istri yang pernah haid sedang pada waktu menjalani

iddah tidak haid karena menyusui, maka iddahnya tiga kali suci.

6. Dalam hal keadaan pada ayat 5 bukan karena menyusui, maka iddahnya

selama satu tahun, akan tetapi bila dalam waktu satu tahun tersebut ia

berhaid kembali, iddahnya menjadi tiga kali suci.13

3. Macam-Macam Iddah

Secara garis besar iddah dibagi menjadi dua:

1. Iddah karena meninggalnya suami.

Dalam hal ini posisi iddahnya ada dua kemungkinan, yaitu

wanita yang dalam keadaan hamil dan tidak hamil.14 Apabila wanita

yang ditinggal mati suaminya dalam keadaan hamil maka iddahnya

sampai melahirkan. Allah SWT berfirman:

)4: الطالق(... ن أن يضعن حملهنله الألحمال أجتأوالو “Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka ialah sampai mereka melahirkan kandungannya…” (QS. Ath Thalaq:4)15

Sedangkan bagi istri yang ditinggal mati suaminya, baik ia

sudah atau belum bercampur dengan suaminya yang meninggal itu,

maka iddah mereka 4 bulan 10 hari. Hal ini sesuai dengan firman

Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ( 2 )ayat 234.

هن أربعة فسأنن بصبن يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتريالذو أشهر وعشرا

13 Himpunan Peratuiran Perundang-Undangan Tentang Kompilasi Hukum Islam, Bandung:

Fokus Media, cet. I, 2005, hlm 49 14Sayid Sabiq, Ibid, hlm. 147 15Departemen Agama RI, Ibid, hlm. 558

Page 30: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

21

“Orang-orang yang meninggal dunia diantara kamu dengan meninggalkan isteri-istri (hendaklah para isteri itu) beriddah empat bulan sepuluh hari “. (Q.S. Al Baqarah: 234).16

2. Iddah karena perceraian/thalak

Mengenai iddah karena thalak ini maka ada beberapa macam:

a. Wanita yang dithalak suaminya dalam keadaan hamil maka

iddahnya sampai melahirkan.

b. Wanita yang dithalak suaminya karena masih mempunyai haid,

maka iddahnya adalah 3 kali suci. Hal ini sesuai dengan firman

Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 228.

c. Wanita yang dithalak suaminya sudah tidak hamil dan tidak pula

haid baik masih kecil atau sudah lanjut usia, maka iddahnya 3

bulan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Ath

Thalaq ayat 4:

دتهن فع متبترسن من المحيض من نسائكم إن ايئي ئاللاو لم يحضنيئاللاوثالثة أشهر

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (menopause) diantara perempuan-perempuan jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah 3 bulan dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid… (QS. Ath Thalaq: 4)17

d. Wanita yang dicerai sebelum dikumpuli, maka tidak ada iddah

baginya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Ahzab

ayat 49.

16Ibid, hlm. 38 17Departemen Agama RI, Op. Cit, hlm.

Page 31: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

22

ذا نكحتم المؤمنات ثم طلقتموهن من قبل إوا نم آنيها الذيا أيتدونها فمتعوهن ع تأن تمسوهن فما لكم عليهن من عدة

جميالوسرحوهن سراحا “Hai orang-orang yang beriman jika kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampuirinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah yang kamu minta menyempurnakannya. Maka berilah mereka mut’ah dan lepaskanlah mereka dengan cara yang sebaik-baiknya” (Q.S. Al-Ahzab: 49)18

4. Hikmah dan Tujuan Iddah

Ditetapkannya iddah bagi istri setelah putus perkawinannya,

mengandung beberapa hikmah, antara lain sebagai berikut:19

a. Iddah bagi istri yang dithalak raj’i20

Bagi wanita yang dithalak raj’i oleh suaminya mengandung arti

memberi kesempatan bagi mereka untuk saling memikirkan,

memperbaiki diri, mengetahui dan memahami kekurangan serta

mempertimbangkan kemaslahatan bersama. Kemudian mengambil

langkah dan kebijaksanaan untuk bersepakat rujuk kembali dengan

suami istri.

b. Iddah bagi istri yang dithalak ba’in21

18Ibid, hlm. 424 19Departemen Agama, Op-Cit, hlm. 275 20Yaitu thalak dimana suami boleh rujuk (kembali) kepada bekas istrinya dengan tidak perlu

melakukan perkawinan atau akad nikah baru, asalkan istrinya itu masih dalam masa iddah seperti halnya thalak satu atau thalak dua. Lihat Ustadz Abdul Muhaimin As’ad, Risalah Nikah, Surabaya : Bintang Terang, cet-I, 1993, hlm. 91

21Yaitu Thalak dimana suami tidak boleh merujuk kembali bekas istrinya, kecuali dengan melakukan akad nikah baru setelah bekas istrinya itu dikawini orang lain, ba’da dukhul dan diceraikan. Lihat Aqis Bil Qisthi, Pengetahuan Nikah, Talak dan Rujuk, Surabaya : Putra Jaya, Cet I, 2007, hlm. 67

Page 32: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

23

Iddah bagi istri yang dithalak baik oleh suaminya atau

perceraian dengan keputusan pengadilan berfungsi:

1. Untuk meyakinkan bersihnya kandungan istri dari akibat

hubungannya dengan suami, baik dengan menunggu beberapa kali

suci atau haid, beberapa bulan atau melahirkan kandungannya.

Sehingga terpelihara kemurnian keturunan dan nasab anak yang

dilahirkan.

2. Memberi kesempatan untuk bekas suami untuk nikah kembali

dengan akad nikah yang baru dengan bekas istrinya selama dalam

masa iddah tersebut jika itu dipandang maslahat.

c. Iddah bagi istri yang ditinggal mati oleh suaminya

1. Dalam rangka ber belasungkawa dan sebagai tanda setia kepada

suami yang dicintai.

2. Menormalisir keguncangan jiwa istri akibat ditinggalkan oleh

suaminya.

Menurut Zaenuddin Abd. Al Aziz Al Maribari, iddah adalah

masa penantian perempuan untuk mengetahui apakah kandungan istri

bebas dari kehamilan atau untuk tujuan ibadah atau untuk masa

penyesuaian karena baru ditinggal mati suaminya.22

Sedangkan tujuan iddah menurut syariat digunakan untuk

menjaga keturunan dari percampuran benih lain atau untuk mengetahui

kebersihan rahim (li ma’rifatul baroatur rohim, lita’abbudi, li

22Syafiq Hasyim, Hal-Hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-Isu Keperempuanan Dalam

Islam, Bandung: Mizan, cet. I, 2001, hlm. 173

Page 33: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

24

tahayyiah) yaitu mempersiapkan diri dan memberikan kesempatan

terjadinya proses ruju’.23

5. Hak dan Kewajiban Bagi Istri yang Beriddah

Perempuan iddah memiliki hak dan kewajiban yang harus

dijalankan menurut syariat Islam. Adapun hak perempuan pada masa

iddah adalah:

1. Istri yang beriddah thalak raj’i

Untuk wanita yang thalak raj’i atau thalak yang masih ada

kemungkinan bagi mantan suaminya untuk merujuknya lagi, berhak

mendapatkan :24

a. Tempat tinggal (rumah)

b. Pakaian dan nafkah untuk kebutuhan hidup

Kedua hal tersebut diatas hanya diberikan kepada istri yang

taat, sedangkan istri yang durhaka tidak berhak mendapatkan apa-apa,

Rasulullah bersabda:

: لم وسهيلاهللا صلى اهللا ع ال رسولقعن فاطمة بنت قيس ، جها عليها زو آان لذالنفقة والسكنى للمرأة إا نماا اهل

25 )د والنساءمرواه اح (الرجعة“Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya nafkah dan tempat tinggal hak bagi wanita yang suaminya mempunyai hak merujuknya” (H.R. Ahmad dan Nasa’i).

c. Warisan

Hal ini masih dimiliki oleh wanita yang dithalak raj’i

karena pada dasarnya perkawinan dengan suaminya dianggap

23Ibid, hlm. 176 24Aqis Bil Qitsi, Ibid, hlm. 74 25M. Asy-Syaukani, Nail al-Authar, Juz 5, Beirut: al-kutub al-Islamiyah, 1976, hlm. 394

Page 34: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

25

masih utuh disaat iddah masih berjalan. Begitu juga jika yang

meninggal itu si istri, maka mantan suaminya juga berhak atas

harta peninggalan mantan istrinya. Hal ini disebabkan karena

ikatan perkawinan keduanya dapat terjalin kembali jika mantan

suaminya tersebut merujuknya.26

2. Istri yang beriddah thalak ba’in

Untuk wanita yang iddah thalak ba’in atau thalak yang tidak

membolehkan ruju’ kembali bagi bekas suaminya sebelum dinikahi

laki-laki lain,27 berhak mendapat:

a. Bagi istri yang tidak hamil

Bagi perempuan yang iddah thalak ba’in, baik dengan

thalak tebus maupun dengan thalak tiga yang tidak dalam keadaan

hamil mereka hanya memperoleh tempat tinggal. Firman Allah

SWT :

)6طالق، لا.. (ة أالي حيث سكنتم من وجدآممن نهوكنسأ“Tinggalkanlah mereka di tempat kediaman yang sepadan dengan keadaan kamu” (Ath Thalaq: 6). 28

b. Bagi istri yang hamil

26Fatkhurrahman, Ilmu Waris, Surabaya: Al-Ikhlas, 1968, hlm.115 27Moh.Rifa’i, dkk, Kifayatul Akhyar (Terjemah Khulashoh),Semarang, CV. Toha Putra,

1983, hlm. 337 28Departemen Agama RI, Ibid, hlm. 559

Page 35: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

26

Bagi istri yang di thalak ba’in dan dalam keadaan hamil

berhak memperoleh tempat tinggal, nafkah dan pakaian. Firman

Allah SWT:

ن أوالت حمل فأنفقوا عليهن حتى يضعن حملهن إن آو )6.الطالق... (أالية

“Jika mereka (janda yang diceraikan) mengandung, maka beri nafkahlah mereka olehmu sampai lahir kandungannya” (QS. Ath-Thalaq: 6). 29

3. Istri yang beriddah wafat

Bagi istri yang beriddah wafat, mereka tidak mempunyai hak

sama sekali meskipun ia mengandung, karena ia dan anak yang dalam

kandungannya telah mendapat hak pusaka (warisan) dari suaminya

yang meninggal. Rasulullah SAW bersabda:

ال "الزوجها، قا فى عنهتو فى الحامل الم،فعهري رب جانعو 30 )بيهقىلرواه ا" (اهلة قنف

“Dari Jabir RA dan ia menganggapnya hadits marfu’ tentang istri hamil yang suaminya meninggal, ia berkata berkata: “istri itu tidak mendapatkan nafkah”. (HR. Baihaqi).

Bagi perempuan yang beriddah wafat thalak raj’i menurut

kesepakatan Ulama’ fiqih berhak menerima harta warisan, sedangkan

wanita yang menjalani iddah wafat thalak ba’in ia tidak berhak

mendapatkan harta warisan dari suaminya yang wafat.31

Sedangkan kewajiban bagi perempuan yang beriddah adalah:

29Departemen Agama RI, Loc.Cit 30 Ibnu Hajar al-Asyqalani, Bulughul Maram, Dar al-Kutub al-Ilmiyah, hlm. 241 31Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiyar Baru Van Hoeve, Cet

I, 1997, hlm. 640

Page 36: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

27

a. Tidak boleh menerima pinangan laki-laki lain, baik secara terang-

terangan maupun sindiran.

Bagi perempuan yang menjalani iddah wafat, pinangan

dapat dilakukan dengan cara sindiran, Allah SWT berfirman:

اح عليكم فيما عرضتم به من خطبة النساء أو أآننتم نال جو في أنفسكم

“Dan tidak ada bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu”. (QS. Al-Baqarah: 235)32

b. Tidak boleh nikah atau dinikahi

Allah SWT berfirman:

) 235. رةقالب(وا عقدة النكاح حتى يبلغ الكتاب أجله مزعال تو“Dan janganlah berazam (bertetap hati) untuk berakad nikah sebelum habis masa iddahnya. (QS. Al-Baqarah: 235).33

c. Dilarang keluar rumah (wajib tinggal di rumah sampai iddahnya

selesai).

Allah SWT berfirman:

تين بفاحشة أي بيوتهن وال يخرجن إال أنن مجوهنر تخال )1 ،الطالق(مبينة

“Janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah rumah mereka (diizinkan) keluar kecuali kalau mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang (QS. Ath-Thalak: 1).34

d. Wajib Ihdad

Secara etimologi, kata ihdad berasal dari kata (had) حددال yang artinya عونلمما (di cegah).35 Sedangkan secara terminologi

32Departemen Agama RI, hlm 38. 33Ibid. 34Ibid, hlm 945 35Ahmad Warson Munawwir, Ibid, hlm. 262

Page 37: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

28

yaitu mencegah diri dari lambang-lambang perhiasan dan

keindahan serta mencegah diri dari menggunakan alat-alat

kosmetik untuk mempercantik diri seperti halnya yang digunakan

wanita ketika berdandan untuk suaminya. 36

Dalam sebuah hadits disebutkan :

ال تحد :يه ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم قالعن ام عطاال على زوج، اربعة اشهر . امرأة على ميت فوق ثالث

وال . وال تلبس ثوبا مصبوغا اال ثوب عصب. وعشراتكتحل وال تمس طيبا اال اذا طهرت، نبذة من قسط او

37) لمسرواه م(اظفار

“Dari umi athiyah bahwasanya rasulallah Saw bersabda: tidak boleh berkabung seorang perempuan atas satu mayit lebih dari tiga malam, kecuali atas suami (boleh) empat bulan sepuluh hari. Dan jangan ia pakai pakaian yang warnanya mencolok kecuali kain yang warnanya gelap dan jangan ia bercelak dan jangan memakai wangi wangian kalau ia bersih, sedikit dari qusth dan azhfar ( dua macam dupa atau wangi wangian untuk membersihkan bekas haid). “ (H.R. Muslim).

B. ISTIHADHAH

1. Pengertian Dan Dasar Istihadhah

Istihadhah ialah darah yang keluar terus menerus dari seorang

wanita, tanpa berhenti sama sekali atau berhenti sebentar seperti berhenti

sehari atau dua hari dalam sebulan. 38

Yang menjadi dasar hukum istihadhah adalah hadits Nabi SAW :

36Yusuf Qardhawi, Fatwa-fatwa Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, cet VI, 2000, hlm. 632

37Imam Abi al Husain Muslim, Ibid, hlm. 1126 38Abdullah bin Jarullah, Tanggung Jawab Wanita, Jakarta: CV. Agung Lestari, cet I,1994,

hlm. 91

Page 38: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

29

ىالنب الى بيشحبي اجاءت فاطمة بنت : قالت ن عائشةعستحاض اهللا انى امراةايارسول : عليه وسلم فقالت هللاى لصانما ذلك عرق وليس فقال ال ؟ةصال الفأ دعا. ر اطهفال

رت فاغسل بد اواذا ةال الصعىفدة بالحيضة فإذا اقبلة الحيض 39)ملرواه مس (الدام وصلى

"Dari Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaiys datang kepada Nabi SAW kemudian berkata: Ya Rasulullah SAW sungguh aku mengalami istihadhah maka aku tidak pernah suci. Apakah aku harus meninggalkan shalat? Maka Rasulullah SAW bersabda tidak, karena itu adalah darah penyakit bukan darah haid. Apabila datang haid maka tinggalkanlah shalat dan ketika darah iti berhenti maka mandilah dan jalankanlah shalat." (H.R. Muslim)

2. Kondisi Wanita Istihadhah

Ada tiga kondisi bagi wanita Mustahadhah :40

a. Sebelum mengalami istihadhah, ia mempunyai haid yang jelas

waktunya. Dalam kondisi seperti ini, hendaklah dia berpedoman

kepada jadwal haidnya yang telah diketahui sebelumnya. Maka pada

saat itu dihitung sebagai haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid.

Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang berlaku

baginya hukum-hukum istihadhah.

b. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum istihadhah,

karena istihadhah tersebut terus menerus terjadi padanya mulai pada

saat pertama kali ia mendapati darah. Dalam kondisi ini, hendaklah ia

melakukan tamyiz (pembedaan), seperti jika darahnya berwarna hitam,

atau kental, atau berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku

39Imam Abi al-Husain Muslim, Op-Cit, hlm. 162 40Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jilid I, Beirut, Darul Kitabul Araby, cet II, 1992, hlm.87

Page 39: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

30

baginya hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang terjadi

adalah istihadhah dan berlaku hukum-hukum istihadhah.

c. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan

secara tepat darahnya. Seperti istihadhah yang dialaminya terjadi terus

menerus mulai dari saat pertama kali melihat darah sementara

darahnya menurut satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak mungkin

dianggap seperti darah haid. Dalam kondisi seperti ini, hendaklah ia

mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa

haidnya adalah 6 atau 7 hari pada setiap bulan dihitung mulia dari saat

pertama kali mendapati darah, sedangkan selebihnya merupakan

istihadhah.

3. Macam-macam Istihadhah

Sebab orang istihadhah itu ada kalanya baru sekali mengeluarkan

darah/belum pernah haid dan suci langsung melebihi 15 hari (Mubtada’ah)

atau perempuan tersebut sudah pernah haid dan suci (mu’tadah) berpegang

pada adat kebiasaanya, dan ada kalanya darahnya dua warna (qowi &

dhoif) sehingga ia dapat membedakannya (mumayyizah), atau darahnya

hanya 1 macam saja, sehingga ia tidak dapat membedakanya (ghoiru

mumayyizah).41 sedangkan macam-macam istihadhah adalah: 42

a. Mubtada’ah Mumayyizah

Mubtada’ah mumayyizah (orang istihadhah yang pertama) ialah

orang istihadhah /orang yang mengeluarkan darah melebihi 15 hari

41Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shidieqy, prof. Dr, Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Rizqi Putra, 1992, hlm. 118

42KH. Muhammad Ardani Bin Ahmad, Risalah Haid Nifas dan Istihadhah, Surabaya: Al-Miftah,1992, hlm. 49

Page 40: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

31

yang sebelumnya belum pernah haid, serta mengerti bahwa darahnya 2

macam (darah kuat dan darah lemah) atau melebihi dua macam.

Hukumnya:

Mubtada’ah mumayyizah itu haidnya itu haidnya dikembalikan kepada

darah qowi (kuat), yakni semua darah qowi adalah haid sedangkan

darah dhoif adalah darah istihadhah, meskipun lama sekali (beberapa

bulan/beberapa tahun). Akan tetapi dihukumi demikian bila memenuhi

4 syarat:

1.) Darah qowi tidak kurang dari sehari semalam (24 jam)

2.) Darah qowi tidak melebihi dari 15 hari

3.) Darah dhoif tidak kurang dari 15 hari.

4.) Akan tetapi kalau darah dhoif berhenti sebelum 15 hari maka tidak

harus memenuhi syarat tersebut.

b. Mubtada’ah Ghoiru Mumayyizah

Yaitu orang istihadhah yang belum pernah haid serta darahnya

hanya satu macam saja, (hanya darah merah atau darah hitam saja).

Hukumnya :

Mubtada’ah Ghoiru Mumayyizah itu haidnya sehari semalam terhitung

terhitung dari permulaan keluarnya darah, lalu sucinya 29 setiap bulan.

Artinya kalau darahnya terus keluar sampai sebulan atau beberapa

bulan, maka setiap bulan (30 hari) haidnya sehari semalam, sedangkan

sucinya (istihadhah) 29 hari. Tetapi kalau keluarnya darah tidak

mencapai sebulan, maka haidnya sehari semalam, lainnya istihadhah

(suci). Akan tetapi kalau pada suatu bulan darahnya tidak melebihi15

hari, maka semua darah haid.

c. Mu’tadah Mumayyizah

Page 41: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

32

Yaitu orang istihadhah yang pernah haid dan suci serta mengerti

bahwa dirinya mengeluarkan darah dua macam atau lebih (qowi dan

dhoif)

Hukumnya;

Dalam hal ini ada tiga macam hukum yang berbeda:

1.) Waktu serta kira-kira (banyak sedikitnya) darah qowi sama dengan

waktu serta kira-kiranya kebiasaan haid yang sebelumnya.

Misal:

Kebiasaan haidnya 5 hari mulai tanggal 1, lalu pada bulan

berikutnya mengeluarkan darah hitam 5 hari mulai tanggal 1, lalu

darah merah sampai akhir bulan. Maka yang 5 hari adalah haid dan

seterusnya istihadhah (suci).

a.) Waktu dan ukuran darah qowi tidak sama dengan

kebiasaannya, namun antara masanya kebiasaan haid dengan

darah qowi tidak ada 15 hari.

b.) Waktu atau ukuran darah qowi tidak sama dengan

kebiasaannya serta antara masa kebiasaan haid dan darah qowi

15 hari.

d. Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah

Yaitu orang istihadhah yang pernah haid dan sucim darahnya

hanya satu macam serta wanita yang bersangkutan ingat akan ukuran

dan waktu haid dan suci yang menjadi kebiasaannya.

Hukumnya :

Page 42: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

33

Wanita yang demikian itu banyak atau sedikit serta waktunya haid dan

suci disamakan dengan adatnya. Baik itu haid seperti setiap bulan

ataupun setiap dua bulan atau setiap satu tahun atau kurang dari satu

bulan, baik kebiasaan itu baru terjadi sekali atau sudah berulang kali.

e. Al-Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Nasiyah Li Adatiha wa Waqtan (Al-

Mutahayyiroh)

Yaitu orang istihadhah yang pernah haid dan suci, darahnya

satu macam dan ia tidak ingat/tidak mengerti akan ukuran serta waktu

adapt haidnya yang pernah ia jalankan. Wanita yang demikian disebut

“Mutahayyiroh”

Hukumnya:

Wanita Mutahayyiroh tersebut tidak dapat ditentukan haid dan sucinya,

karena seluruh masa keluarnya darah bisa mengundang banyak

kemungkinan, bisa haid atau sedang berhenti darah nya, wanita

tersebut dihukumi seperti orang haid, di dalam sebagian hukum, yaitu:

1.) Haram dinikmati antara lutut dan pusar.

2.) Membaca Al-Qur’an diluar shalat

3.) Menyentuh atau membawa Al-Qur’an

4.) Berdiam di masjid

5.) Lewat di masjid, kalau khawatir mengotori masjid

Dan seperti orang suci dalam sebagian hukum, yaitu:

1.) Boleh/wajib shalat.

2.) Boleh/wajib puasa

Page 43: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

34

3.) Boleh thawaf

4.) Boleh dicerai

5.) Boleh mandi/bahkan wajib

Karena setiap waktu keluar darah kemungkinan untuk menepati

waktu terhentinya haid yang di adakan, maka wanita tersebut wajib

mandi tiap-tiap akan menjalankan shalat fardhu setelah masuk waktu

sholat.

f. Al-Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah La Dzakirah Li Adatiha Qodron wa

Waqtan (Mutahayyiroh Bi Nisbati Liwaqtil Aadhah)

Yaitu orang istihadhah yang pernah haid dan suci darah nya

hanya satu macam dan ia hanya ingat pada banyak sedikitnya haid

yang menjadi adat nya tadi namun tidak ingat akan waktunya.

Hukumnya:

Pada masa yang diyakini suci, hukumnya suci. Sedangkan pada

waktu yang sedang diyakini haid, maka hukumnya haid, maka

hukumnya haid. Dan pada masa yang ragu-ragu/mengandung banyak

kemungkinan maka hukumnya seperti Mutahayyiroh.

g. Al-Mu’tadah Ghoiru Mumayyizah Az-Dzakirah Li Adatiha Waqtan

Laa Qodron /Mutahayyiroh Bi Nisbati Liqodril Aadah.

Yaitu orang Istihadhah yang pernah haid dan suci, warna

darahnya hanya satu macam atau tidak bisa membedakan darah, dan ia

ingat akan waktu haid adatnya, tapi tidak ingat pada banyak sedikitnya.

Hukumnya:

Page 44: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

35

Pada hari yang diyakini haid hukumnya haid, pada hari yang diyakini

suci hukumnya suci. Sedangkan pada hari yang mengandung banyak

kemungkinan maka hukumnya seperti Mutahayyiroh.

4. Bentuk Atau Macam Darah Istihadhah Menurut Ilmu Kedokteran

Bentuk atau macam darah istihadhah menurut ilmu kedokteran

adalah 43

a. Placenta Previa

Placenta previa adalah placenta yang letaknya tidak normal,

yaitu pada bagian bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau

seluruh pembukaan jalan lahir. Penyebab placenta previa belum

diketahui secara pasti. Frekuensi terjadinya placenta previa meningkat

pada seorang wanita yang sudah sering melahirkan, memiliki riwayat

pembedahan (seksio sesarea) atau aborsi pada kehamilan sebelumnya.

b. Bloody show

Bloody show adalah suatu cairan discharge (lendir atau getah)

yang bercampur dengan darah segar. Bloody show biasanya menjadi

salah satu pertanda bahwa seorang yang hamil tua sudah mengalami

proses melahirkan. Bloody show secara normal berbau khas dan agak

amis, tetapi dapat juga berbau busuk jika terjadi penyumbatan,

pengeluaran dan infeksi.

c. Pendarahan akibat penggunaan preparat hormonal (obat-obatan KB)

43Hendrik, Problema Haid, Solo: Tiga Serangkai, Cet I, 2006, hlm. 156-160

Page 45: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

36

Pendarahan karena penggunaan preparat hormonal ini biasanya

sering terjadi pada wanita pengkonsumsi pil-pil dan suntikan keluarga

berencana (obat-obatan KB). Pendarahan yang terjdi biasanya

disebabkan ketidakteraturan dalam pengansumsi obat-obatan KB,

kelebihan dalam penggunaan obat-obatan dapat mengakibatkan

kelainan dalam pola siklus haid.

Sifat-sifat pendarahan yang paling terjadi diantaranya berupa

bercak-bercak darah dan perdarahan pervaginam yang tidak teratur

atau tidak sesuai dengan waktu haid yang semestinya

(metrorogia/istihadhah).

Penyebab terjadinya istihadhah paling sering adalah gangguan

psikis (kejiwaan), seperti stress merupakan psikis yang sering dihadapi

dalam kehidupan sehari-hari, baik urusan pekerjaan, rumah tangga dan

sebagainya.

5. Hukum Wanita Istihadhah

Pada penjelasan diatas maka dapat kita mengerti kapan darah itu

sebagai darah haid dan kapan sebagai darah istihadhah. Jika yang terjadi

adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-hukum haid. Sedangkan

jika yang terjadi adalah darah istihadhah maka yang berlaku adalah hukum

istihadhah.

Page 46: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

37

Hukum istihadhah sama halnya dengan hukum wanita dalam

keadaan suci, tidak ada bedanya antara perempuan mustahadhah dan

wanita suci, kecuali dalam hal berikut:

a. Wanita mustahadhah wajib berwudlhu setiap kali hendak shalat.

Berdasarkan hadits Nabi SAW.

ت فاطمة بنت ابي حبيش الى النبى ءجا: قالت :ن عائشةعحاض أستة ال اهللا إنى امريارسو: صلى اهللا عليه وسلم فقالت

أفأدع الصالة؟ فقال ال انما ذلك عرق وليس . فال اطهر ثم أغسلي وتوضئ. حيضكمة ايام بالحيضة اجتنبي الصال

44)بن ماجةارواه (وإن قطر الدام على الحصير . ةلكل صال"Dari Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaiys datang kepada Nabi SAW kemudian berkata: Ya Rasulullah SAW sungguh aku mengalami istihadhah maka aku tidak pernah suci. Apakah aku harus meninggalkan shalat? Maka Rasulullah SAW bersabda tidak, karena itu adalah darah penyakit bukan darah haid maka tinggalkanlah shalat pada hari-hari haidmu. Kemudian mandilah dan berwudlulah ketika hendak shalat. Walaupun darah itu menetes diatas alas (HR. Ibnu Majah)

Berdasarkan arti dari hadits di atas memberikan pemahaman

bahwa wanita mustahadhah tidak berwudlu untuk shalat yang telah

tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya.

b. Ketika hendak berwudlu, membersihkan sisa-sisa darah yang

melekatkan kain dengan kapas (pembalut wanita) pada farjinya untuk

mencegah keluarnya darah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi Saw.

أنها . نت جحشب ةه حمنما عنبة،ي شيب بكر بن أودثنا ابحفأتت . استحيضت على عهد رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم

44Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan ibnu Majah, Juz 1, t.th, Dar Al –Fikr, hlm.

204

Page 47: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

38

ة يضت ححضني است إفقالت. اهللا صلى اهللا عليه وسلملرسوه أشد من إن: قالت له" احتشى آرسفا"قال لها. شديدةة منكر 45 )ةاجم نب اواهر (ثجا ثج أإنى. ذلك

“Diceritakan dari Abu Bakar bin Abi Syaibah, dari ibunya

Hamnah binti Jahsy. Sesungguhnya saya mengalami istihadhah pada masa Rasulullah SAW. Kemudian saya datang kepada Rasulullah SAW. Kemudian saya berkata: Sesungguhnya saya mengalami istihadhah yang sangat banyak. Kemudian Beliau bersabda: gunakanlah kapas. Kemudian saya berkata: darahnya lebih banyak dari itu, beliau bersabda maka pakailah penahan”. (HR. Ibnu Majah)

Dari pemahaman tersebut walaupun masih ada darah yang

keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-apa hukumnya.

Karena sabda Nabi kepada Fatimah binti Abi Hubaisy ‘‘tinggalkanlah

shalat pada hari-hari haid mu, kemudian mandi lah dan berwudlulah

untuk setiap kali shalat, lalu shalat lah meskipun darah menetes diatas

alas’’.

c. Jima’ (senggama)

Para ulama’ berbeda pendapat tentang kebolehan atau tidak

bersetubuh bagi dan kepada perempuan yang tertimpa Istihadhah

apabila dengan meninggalkan jima’ (bersetubuh) tidak dikhawatirkan

akan terjadinya zina, akan tetapi yang benar ialah boleh melakukan

jima’ secara mutlak, baik dikhawatirkan secara adanya perbuatan zina

atau tidak.

6. Wanita Yang Hampir Sama Mustahadhah

45Ibid, hlm. 205

Page 48: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

39

Karena suatu sebab, wanita mengalami pendarahan pada farjinya,

karena sudah dioperasi pada rahim atau sekitarnya. Hal ini ada dua

macam:

a. Diketahui bahwa wanita tidak memungkinkan untuk haid lagi setelah

operasi, misalnya operasi pengangkatan atau penutupan rahim yang

mengakibatkan darah yang tidak bisa keluar lagi darinya. Maka tidak

berlaku baginya hukum mustahadhah .

b. Wanita-wanita tersebut tidak diketahui bahwa dia tidak bisa haid lagi

setelah operasi, tetapi diperkirakan dia bisa haid sekali lagi. Maka

berlaku baginya hukum mustahadhah .46 Berdasarkan pada potongan

hadits Rasulullah SAW kepada Fatimah binti Abi Hubaisy:

ايامالة صال تنبيج ايضةلحليس با و عرقكانما ذل... 47) ماجةن ب اواهر (كيضمح

“Ia hanyalah darah penyakit, bukan haid. Jika datang haid, maka tinggalkan shalat ”

46Ummu Ahmad al-Ghozy, Ketika Cewek Datang Bulan, PT: Mirqat Media Grafika, Cet I,

2007, hlm. 63-64 47Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Op-Cit

Page 49: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

38

BAB III

PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH

BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH

A. BIOGRAFI IMAM MALIK

1. Kelahiran Imam Malik (93-179 H)

Imam Malik adalah Imam kedua dari Imam Empat dalam Islam

dari segi umur beliau dilahirkan 13 tahun sesudah kelahiran Abu Hanifah.1

Nama lengkapnya Abu Abdullah Malik Ibn Anas Ibn Malik Ibn Abu Amar

Ibn Al-haris. Beliau lahir di Madinah tahun 93 H. Beliau berasal dari

keturunan Bangsa Himyar, jajahan Negeri Yaman.2

Ayah Imam Malik adalah Anas Ibn Malik Ibn Abi Amir Ibn Abi

Al-Haris Ibn Sa’ad Ibn Auf Ibn Ady Ibn Malik Ibn Jazid.3 Ibunya bernama

Siti Aliyah binti Syuraik Ibn Abdul Rahman Ibn Syuraik Al-Azdiyah. Ada

riwayat yang mengatakan bahwa Imam Malik berada dalam kandungan

ibunya selama 2 tahun ada pula yang mengatakan sampai 3 tahun.4

Imam Malik Ibn Anas dilahirkan saat menjelang periode sahabat

Nabi SAW di Madinah.5 Tidak berbeda dengan Abu Hanifah, beliau juga

termasuk ulama’ 2 zaman, ia lahir pada masa Bani Umayyah tepat pada

1 Ahmad Asy-Syurbasi, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, Jakarta: PT. Bumi Aksara,

cet. II, 1993, hlm. 71. 2 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta: Logos, cet. I,

1997, hlm. 103. 3 Moenawir Khalil, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, Jakarta: Bulan Bintang, cet.

VIII, hlm. 84. 4 Huzaemah Tahido Yanggo, loc. cit. 5 Abdur Rahman, Syariah Kodifikasi Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, cet. I, 1993, hlm.

44.

Page 50: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

39

pemerintahan Al-Walid Abdul Malik (setelah Umar ibn Abdul Aziz) dan

meninggal pada zaman Bani Abbas, tepatnya pada zaman pemerintahan

Al-Rasyid (179 H).6

2. Pendidikan Imam Malik

Imam Malik terdidik di Kota Madinah pada masa pemerintahan

Kholifah Sulaiman Ibn Abdul Malik dari Bani Umayyah, pada masa itu

masih terdapat beberapa golongan pendukung Islam antara lain sahabat

Anshar dan muhajirin. Pelajaran pertama yang diterimanya adalah Al-

Qur'an yakni bagaimana cara membaca, memahami makna dan tafsirnya.

Beliau juga hafal Al-Qur'an diluar kepala. Selain itu beliau juga

mempelajari hadits Nabi SAW, sehingga beliau mendapat julukan sebagai

ahli hadits.7

Sejak masa kanak-kanak Imam Malik sudah terkenal sebagai

ulama’ dan guru dalam pengajaran Islam. Kakeknya yang senama

dengannya, merupakan ulama’ hadits yang terkenal dan dipandang sebagai

perawi hadits yang hidup sampai Imam Malik berusia 10 tahun. Dan pada

saat itupun Imam Malik sudah mulai bersekolah, dan hingga dewasa

beliau terus menuntut ilmu.8

Imam Malik mempelajari bermacam-macam bidang ilmu

pengetahuan seperti ilmu Hadits, Al-Rad al-Ahlil Ahwa Fatwa, Fatwa dari

6 Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Rosdakarya, cet. II,

2000, hlm. 79. 7 Huzaemah Tahido Yanggo, loc. cit. 8 Abdurrahman, op. cit., hlm. 146.

Page 51: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

40

para sahabat-sahabat dan ilmu fiqh ahli ra’yu (fikir).9 Selain itu sejak kecil

beliau juga telah hafal al-Qur'an. Hal itu beliau lakukan karena senentiasa

beliau mendapatkan dorongan dari ibundanya agar senantiasa giat

menuntut ilmu.

3. Kehidupan Imam Malik

Setelah ditinggal oleh orang yang menjamin kehidupannya, Imam

Malik harus mampu membiayai barang dagangan seharga 400 dinar yang

merupakan warisan dari ayahnya, tetapi karena perhatian beliau hanya

tercurahkan pada masalah-masalah keilmuan saja sehingga beliau tidak

memikirkan usaha dagangnya, akhirnya beliau mengalami kebangkrutan

dan kehidupan bersama keluarganya pun semakin menderita.10

Selama menuntut ilmu Imam Malik dikenal sangat sabar, tidak

jarang beliau menemui kesulitan dan penderitaan. Ibnu Al-Qasyim pernah

mengatakan “Penderitaan Malik selama menuntut ilmu sedemikian rupa

sampai-sampai ia pernah terpaksa harus memotong kayu atap rumahnya,

kemudian dijual di pasar.11

Setelah Imam Malik tidak dapat lagi mencukupi kebutuhan hidup

keluarganya kecuali dengan mengorbankan tekad menuntut ilmu, mulailah

Imam Malik menyatakan seruannya kepada pengusaha, agar para ahli

dijamin dapat mencurahkan waktu dan tenaga untuk menekuni ilmu yaitu

9 Ahmad Asy-Syurbasi, op. cit., hlm. 75. 10 Abdur Rahman Asy-Syarqawi, Riwayat 9 Imam Fiqih, Bandung: Pustaka Hidayah, cet. I,

2000, hlm. 278. 11 Abdullah Musthofa Al-Maraghi, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, Yogyakarta:

LPPSM, cet. I, 2000, hlm. 79.

Page 52: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

41

dengan memberi gaji atau penghasilan lain untuk menjamin kehidupan

mereka.

Namun tak ada seorang pun para pengusaha yang menghiraukan

seruan Imam Malik. Karena pada saat itu daulah Umayyah sedang sibuk

memperkokoh dan menetapkan kekuasaannya, mereka sedang menarik

simpati para ilmuwan yang tua bukan yang muda.

Hingga akhirnya secara kebetulan Imam Malik bertemu dengan

pemuda dari Mesir yang juga menuntut ilmu, pemuda itu bernama Al-

Layts Ibn Sa’ad dan keduanya saling mengagumi kecerdasan masing-

masing. Sehingga tumbuhlah semangat persaudaraan atas dasar saling

hormat.12

Meskipun Imam Malik senantiasa menutupi kemiskinan dan

penderitaannya dengan selalu berpakaian baik, rapi dan bersih serta

memakai wangi, tetapi Al-Layts ibn Sa’ad mengetahui kondisi Imam

Malik yang sebenarnya. Sehingga sepulang kenegerinya, Al-Layts tetap

mengirimkan hadiah uang kepada Imam Malik di Madinah, dan ketika itu

kholifah yang berkuasa menyambut baik seruan Imam Malik agar

penguasa memberikan gaji/penghasilan kepada para ahli ilmu.13

4. Guru-Guru Imam Malik

Saat menuntut ilmu Imam Malik mempunyai banyak guru. Dalam

kitab “Tahdzibul Asma wa Lughat” menerangkan bahwa Imam Malik

12 Abdur Rahman Asy-Syarqawi, loc. cit. 13 Ibid

Page 53: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

42

pernah belajar kepada 900 syeikh, 300 darinya golongan tabi’in dan 600

lagi dari tabi’it tabi’in.14 dan guru-gurunya yang terkenal diantaranya:

a. Abu Radim Nafi bin Abd. Al-Rahman

Dalam bidang Al-Qur'an, Imam Malik belajar membaca dan

menghafal Al-Qur'an sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu tajwid yang

baku dari ulama yang sangat terkenal, Abu Radim Nafi’ bin Abd. Al-

Rahman yang sangat terkenal dalam bidang ini hingga masa

sekarang.15

b. Nafi’

Nafi’ merupakan seorang ulama hadits yang besar pada masa

awal kehidupan Malik. Nafi’ mempelajari ilmu ini dari gurunya yang

masyhur (Abdullah ibn Umar) karena Nafi’ pada mulanya adalah

budak yang dimerdekakannnya setelah 30 tahun melayaninya. Orang

yang mengetahui kedudukan Abdullah bin Umar dalam khazanah

hadits niscaya akan memahami betapa beruntungnya Nafi’ dapat

belajar dari tokoh yang sedemikian besar.16

c. Rabi’ah bin Abdul Rahman Furukh (Rabi’ah al-Ray)

Beliau berguru padanya ketika masih kecil. Imam Malik

banyak mendengarkan hadits-hadits Nabi dari beliau. selain itu beliau

juga merupakan guru Imam Malik dalam bidang hukum Islam.17

14 Jaih Mubarok, loc. cit. 15 Abdurrahman L. Doi, Inilah Syariat Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, cet. I. 1990, hlm.

137. 16 Ibid 17 Jaih Mubarok, loc. cit.

Page 54: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

43

d. Muhammad bin Yahya Al-Anshari

Beliau merupakan guru Imam Malik yang lain, termasuk juga

ke dalam kelompok tabi’in. dia biasa mengajar di Masjid Nabawi

Madinah.

Sedangkan guru-guru beliau yang lain adalah Ja’far ash-Shadiq,

Abu Hazim Salmah bin Nidar, Hisyam bin Urwah, Yahya bin Sa’id, dan

lain-lain.

5. Murid-Murid Imam Malik

Imam Malik mempunyai banyak sekali murid yang terdiri dari para

ulama’. Qodhi Ilyad menyebutkan bahwa lebih dari 1000 orang ulama’

terkenal yang menjadi murid Imam Malik, diantaranya: Muhammad bin

Muslim Al-Zuhri, Rabi’ah bin Abdurrahman, Yahya bin Said Al-Anshori,

Muhammad bin Ajlal, Salim bin Abi Umayah, Muhammad bin

Abdurrahman bin Abi Ziab, Abdul Malik bin Juraih, Muhammad bin Ishaq

dan Sulaiman bin Mahram Al-Amasi.18

Sedangkan yang seangkatan adalah Sufyan bin Said Al-Sauri, Lais

bin Saad Al-Misri, al-Auza’i, Hamad bin Zaid, Sufyan bin Uyaynah,

Hammad bin Salamah, Abu Hanifah dan putranya Hammad, Qodhi Abu

Yusuf, Qodhi Syuraik bin Abdullah dan Syafi’i, Abdullah bin Mubarok,

Muhammad bin Hasan, Qodhi Musa bin Thoriq dan Walid bin Muslim.

18 Ahmad Asy-Syurbasi, op. cit., hlm. 75

Page 55: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

44

6. Karya Imam Malik

Di antara karya Imam Malik adalah kitab Al-Al-muwatha’ yang

ditulis pada tahun 144 H. Atas anjuran kholifah Ja’far Al-Mansyur.

Menurut penelitian Abu Bakar Al-Abhary Atsar Rosulullah SAW, para

sahabat dan tabi’in yang tercantum dalam kitab Al-Al-muwatha’ sejumlah

1.720 orang.

Pendapat Imam Malik bisa sampai pada kita melalui 2 buah kitab,

yaitu Al-Al-muwatha’ dan Al-Mudawwamah al-Kubro.19 Kitab Al-

muwatha’ mengandung 2 aspek yaitu aspek hadits dan aspek fiqih.

Adanya aspek hadits karena Al-Al-muwatha’ banyak mengandung hadits

yang berasal dari Rasulullah SAW atau dari sahabat atau tabi’in. hadits itu

diperoleh dari 95 orang yang kesemuanya dari penduduk Madinah, kecuali

6 orang diantaranya: Abu Al-Zubair (makkah), Humaid Al-Ta’wil dan

Ayyub Al-Sahtiyang (basrah), Atha’ bin Abdullah (khurasan), Abdul

Karim (jazirah), Ibrahim ibn Abi Ablah (syam).20

Sedangkan yang dimaksud aspek fiqih adalah karena kitab Al-Al-

muwatha’ disusun berdasarkan sistematika dengan bab-bab pembahasan

layaknya kitab fiqih. Ada bab thaharah, sholat, zakat, puasa, nikah, dan

lain-lain.21

Kitab lain karangan Imam Malik adalah kitab Mudawwamah Al-

Kubro yang merupakan kumpulan risalah yang memuat kurang lebih 1.036

masalah dari fatwa Imam Malik yang dikumpulkan oleh As’ad ibn Al-

19 Huzaemah Tahido Yanggo, op. cit., hlm. 117. 20 Ibid 21 Ibid, hlm. 118.

Page 56: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

45

Furaid Al-Naisabury yang berasal dari tunis yang pernah menjadi murid

Imam Malik.

Al-muwatha’ sebenarnya ditulis oleh As’ad ibn Al-Furaid ketika di

Irak, ketika ia bertemu dengan Yusuf dan Muhammad yang merupakan

murid Abu Hanifah, ia banyak mendengarkan masalah fiqih aliran Irak.

Kemudian ia pergi ke Mesir dan bertemu Al-Qosim (murid Imam Malik).

Dengan permasalahan fiqih yang diperolehnya dari Irak, dia menanyakan

kepada Al-Qosim, dan akhirnya jawaban-jawaban itulah yang menjadi

kitab Mudawwamah al-kubro.22

B. PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI WANITA

YANG ISTIHADHAH

Iddah yang merupakan jarak waktu yang ditentukan oleh syari’at Islam

bagi seorang perempuan yang bercerai atau ditinggal mati oleh suaminya,

sampai ia diperkenankan menikah lagi. Ketentuan jarak waktu menunggu ini

dikenakan terhadap istri yang diceraikan oleh suaminya dengan proses

thalak,23 fasakh,24 khuluk25 dan sebagainya, asalkan di dalam pernikahan itu

sudah berlangsung koitus (ba’da dukhul). Hal ini juga berlaku bagi istri yang

22 Ibid, hlm. 119. 23 Thalak ialah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami istri dengan

memakai kata-kata tertentu. Lihat: Departemen Agama, Ilmu Fiqih II, Jakarta: Dirjen Binbaga, 1984/1985, hlm. 226.

24 Fasakh ialah putusnya perkawinan dengan jalan pembatalan ikatan tali perkawinan (nikah) yang dilakukan oleh hakim, setelah ada usulan dari si istri. Lihat: Ustad Abdul Muhaimin As’ad, Risalah Nikah, Surabaya: Bintang Terang, cet. I, 1993, hlm. 96.

25 Khuluk yaitu thalak (perceraian) yang t imbul atas inisiatif istri dengan membayar tebusan (iwad) kepada suami. Lihat: Aqis bil Qisthi, Pengetahuan Nikah, Thalak dan Rujuk, Surabaya: Putra Jaya, 2007, hlm. 81.

Page 57: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

46

ditinggal mati oleh suaminya. Sedangkan bagi istri yang belum digauli

menurut pendapat ulama tidak ada iddah baginya.

Bagi istri yang sudah pernah berhubungan (dukhul), terkadang masih

mengalami haid ataupun sebaliknya. Istri yang tidak haid terkadang masih

kecil dan terkadang sudah putus haid. Istri yang masih haid terkadang sedang

hamil, haidnya berjalan teratur atau terkena pendarahan. Sedangkan masalah

iddah telah penulis jelaskan pada bab sebelumnya.

Mengenai wanita yang istihadhah, Imam Malik berpendapat bahwa

iddahnya satu tahun. Alasanya wanita tersebut disamakan dengan istri yang

sudah tidak haid. Hal ini sesuai dengan pendapat Imam Malik dalam kitab Al-

Al-muwatha’:

عدة : حدثني مالك، عن ابن شهاب عن سعيد بن مسيب، أنه قال 26. سنةالمستحاضة

Diceritakan dari Imam Malik, dari ibn Shihab dari Said bin Musayab, iddah bagi wanita istihadhah satu tahun.

Istri tersebut harus menunggu selama 9 bulan, jika masa tersebut istri

masih belum haid, maka ia menjalani haid tiga bulan.27

Imam Malik mengemukakan alasan secara rasional, iddah itu

dimaksudkan untuk mengetahui kekosongan rahim wanita dari kehamilan.

Karena terdapat fakta, ada wanita yang hamil kadang mengalami haid.

Sedangkan pendapat Imam lain dapat kita temukan dalam kitab

“Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid ”,28 yaitu :

26 Imam Malik bin Anas, Al-Muwatho’, Bairut: Darul Ihya’ul Ulum, hlm. 437 27 Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, juz I, Baerut: Dar Al-Kutub

Al-Islamiyah, t.th, hlm.69. 28Ibid.

Page 58: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

47

1. Pendapat Abu Hanifah yang berpendapat bahwa iddahnya adalah bilangan

haid yaitu tiga bulan apabila ia sudah putus haid dan tiga quru’ apabila ia

masih haid. Alasannya wanita itu mengalami haid pada tiap bulan. maka

Allah menjadikan iddahnya dengan bilangan bulan, pada saat haidnya

menghilang atau ketidakjelasan haid sama dengan menghilangnya haid.

2. Pendapat Imam Syafi’i bahwa iddah wanita yang istihadhah berdasarkan

pembedaan, jika darahnya dapat di beda-bedakan (darah merah tua adalah

darah hari-hari haid dan darah yang berwarna kuning adalah darah hari-

hari suci). Jika kedua jenis darah tersebut dapat dibedakan maka ia

beriddah tiga bulan apabila ia sudah putus haid atau tiga quru’ apabila ia

masih haid. Imam Syafi’i berpendapat demikian berkenaan dengan

pendapatnya mengenai wanita yang mengetahui hari-hari haid dan

istihadhah, agar ia berbuat berdasarkan pengetahuannya bahwa hal itu

disamakan dengan shalat.

C. Istinbath Hukum Imam Malik

Imam Malik merupakan imam madzhab yang memiliki perbedaan

istinbath hukum dengan imam madzhab lainnya. Imam Malik sebenarnya

belum menuliskan dasar-dasar fiqhiyah yang menjadi pijakan dalam

berijtihad, tetapi pemuka-pemuka madzhab ini, murid-murid Imam Malik dan

generasi yang muncul sesudah itu, mengumpulkan dasar-dasar fiqhiyah Imam

Malik kemudian menuliskannya. Dasar-dasar fiqhiyah itu kendatipun tidak

ditulis sendiri oleh Imam Malik, akan tetapi mempunyai kesinambungan

pemikiran, paling tidak beberapa isyarat itu dapat dijumpai dalam fatwa-fatwa

Page 59: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

48

Imam Malik terutama dalam bukunya “al-muwatha’`”. Dalam “al-

muwatha’`”, secara jelas Imam Malik menerangkan bahwa dia mengambil

“tradisi orang-orang madinah” sebagai salah satu sumber hukum setelah Al-

Qur'an dan sunnah. Bahkan ia mengambil hadits munqothi’ dan mursal selama

tidak bertentangan dengan tradisi orang-orang Madinah.

Mengenai metode istinbath hukum Imam Malik telah dijelaskan oleh

Al-Qadi Iyad dalam kitab al Madarik Dar al-Rasyid ,dan juga salah seorang

fuqoha malikiyah. Kemudian dalam kitab al Bahjah yang disimpulkan oleh

pengarang kitab Tarikh al Madzahibil Islamiyah disebutkan sebagai berikut:

وخالصة ماذآره هذان العالمان وغيرهما ان منهاج امام دار الهجرة انه يأخذ بكتاب اهللا تعالى اوال، فان لم يجد فى آتاي اهللا تعالى نصااتجه الى السنة، ويدخل فى السنة عنده احاديث رسول اهللا

وفتاوي الصحابة واقضيتهم، وعمل اهل المد صلىلله عليه وسلم، 29.ومن بعد السنة بشتى فروعها يجئ القياس. ينة

" Kesimpulan apa yang telah dikemukakan oleh kedua ulama ini dan

yang lainnya bahwasanya metode ijtihad Imam Darul Hijriyah itu adalah apabila beliau tidak mendapatkan suatu nash didalamnya maka dia mencarinya di dalam sunnah, dan menurut beliau yang masih tergolong kategori sunnah perkataan Rasulullah saw, fatwa-fatwa sahabat, putusan hukum mereka dan perbuatan penduduk Madinah. Setelah sunnah dengan berbagai cabangnya barulah datang (dipakai) qiyas”.

Walaupun para ulama hadits yang ditemui oleh Imam Malik termasuk

kelompok ulama’ tradisional yang menolak pemakaian akal dalam kajian

hukum, namun pengaruh Rabi’ah bin Yahya bin Sa’id tetap kuat pada corak

kajian fiqihnya. Hal ini dapat dilihat pada metodologi kajian hukum madzhab

Malik yang bersumber pada : Al-qur’an, hadits, tradisi masyarakat Madinah,

fatwa sahabat, qiyas, maslahah mursalah, istihsan, sadd al- dzara’i.

29 Imam Muhammad Abu Zahrah, Tarikh al Madzahib al Islamiyah, Beirut: Dar Al-Fikr,

Juz II, tth, hlm. 423

Page 60: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

49

Sedangkan menurut Hasbi Ash-Shiedieqy mengatakan Imam Malik

bin Anas mendasarkan fatwanya kepada kitabullah, sunnah yang beliau

pandang shohih, amal ahli Madinah, qiyas, istihsan.30

Menurut as- satibi dalam kitab al- muwafaqot menyimpulkan dasar-

dasar Imam Malik ada empat yaitu Al-qur’an, hadits, ijma, ra’yu. Sedangkan

fatwa sahabat dan amal ahli Madinah digolongkan dalam sunnah. Ro’yu

meliputi maslahah mursalah, sadd al zara’I, adat (urf), istihsan dan istishab.

Secara garis besar, dasar-dasar Imam Malik dalam menetapkan suatu

hukum dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Al-Qur'an

Ialah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW

dengan Bahasa Arab yang di riwayatkan secara mutawatir dan tertulis

dalam mushaf.31 Dalam mengambil hukum di dalam Al-Qur'an beliau

berdasarkan atas dzahir nash Al-Qur'an atau keumumannya, meliputi

mafhum al-muwafaqoh dan mafhum aula dengan memperhatikan illatnya.

b. Sunnah (Hadits)

Ialah segala perkataan, perbuatan dan taqrir (ketetapan) Nabi SAW

yang berkaitan dengan hukum.32 Dalam mengambil hukum, Imam Malik

mengikuti cara yang dilakukan dalam mengambil hukum di dalam Al-

Qur'an. Beliau lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam sunnah

dari pada dhahir sunnah (sunnah mutawatiroh atau masyhur).

c. Amal Ahli Madinah

30 Teungku Muhammad Hasby Ash-Shiedieqy, Pengantar Hukum Islam, Semarang:

Pustaka Rizki, 1997, hlm. 88 31 Drs. Sarmin Syukur, Sumber-Sumber Hukum Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, cet. I,

hlm. 28. 32 Ibid, hlm. 61.

Page 61: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

50

Madzhab Maliki memberikan kedudukan yang penting kepada

perbuatan orang-orang Madinah, sehingga kadang-kadang

mengesampingkan hadits Ahad, karena amal ahli Madinah merupakan

pemberitaan oleh jama’ah, sedangkan hadits ahad hanya merupakan

pemberitaan perorangan. Apabila pekerjaan itu bertentangan dengannya

dan pekerjaan orang-orang Madinah, menurut pandangannya sama

kedudukannya dengan yang diriwayatkan mereka, dimana mereka

mewarisi pekerjaan tersebut dari nenek-moyang mereka secara berurutan

sampai kepada para sahabat.33

Imam Malik menggunakan dasar amal ahli Madinah karena mereka

paling banyak mendengar dan menerima hadits. Amal Ahli Madinah yang

digunakan sebagai dasar hukum merupakan hasil mencontoh Rasulullah

SAW bukan dari ijtihad Ahli Madinah, serta amal ahli Madinah sebelum

terbunuhnya Ustman bin Affan.34

d. Fatwa Sahabat

Fatwa sahabat merupakan fatwa yang berasal dari sahabat besar

yang didasarkan pada al-naql. Dan fatwa sahabat itu berwujud hadits yang

wajib diamalkan. Karena menurut Imam Malik para Sahabat tersebut tidak

akan memberi fatwa kecuali atas dasar apa yang dipahami dari Rasulullah

SAW. Dalam hal ini Imam Malik mensyaratkan fatwa sahabat tersebut

harus tidak bertentangan dengan hadits marfu’.35

33 Khozin Siroj, Aspek-Aspek Fundamental Hukum Islam, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi

UII, 1981, hlm. 55 34 Huzaemah Tahido Yanggo, op. cit., hlm. 107. 35 Ibid, hlm. 108.

Page 62: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

51

e. Qiyas, Maslahah Mursalah, Istihsan

Qiyas yaitu menghubungkan suatu kejadian yang tidak ada

nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya, dalam hukum yang telah

ditetapkan oleh nashnya karena adanya kesamaan dua kejadian itu dalam

‘illat hukum.36 Dan qiyas ini merupakan pintu awal dalam ijtihad untuk

menemukan hukum yang tidak ada nashnya baik dalam Al-Qur'an maupun

sunnah.

Maslahah mursalah yaitu memelihara tujuan-tujuan syara’ dengan

jalan menolak segala sesuatu yang menolak makhluk.37 Sedangkan

istihsan adalah menurut hukum dengan mengambil maslahah yang

merupakan bagian dalam dalil yaitu bersifat kulli (menyeluruh) dengan

maksud mengutamakan al-istidlal al-mursal dari pada qiyas, sebab

menggunakan istihsan itu, bukan berarti hanya mendasarkan pada

pertimbangan perasaan semata, melainkan mendasarkan pertimbangannya

pada maksud pembuat syara’ secara keseluruhan.38

Dalam hal ini, ketika Imam Malik menemui sebuah kasus dan tidak

menemukan pemecahannya pada Al-Qur'an, hadits, serta ijma’ para

sahabat Madinah. Barulah ia menqiyaskan kasus yang baru itu dengan

kasus yang mirip yang pernah terjadi. Jika pada dua kasus terjadi banyak

illat (sebab, alasan) yang serupa atau hampir serupa. Akan tetapi jika hasil

penqiyasan itu ternyata berlawanan dengan kemaslahatan umum, baginya

36 Prof. Dr. Abdul Wahab Khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta : Raja Grafindo

Persada, 2002, cet. VIII, hlm. 74. 37 M. Ali Hasan, Perbandingan Madzhab, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet.

IV, hlm. 199. 38 Huzaemah Tahido Yanggo, op. cit., hlm. 109.

Page 63: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

52

lebih baik menetapkan keputusan hukumnya atas dasar prinsip

kemaslahatan umum.39

Imam Malik menggunakan maslahah mursalah pada kepentingan

yang sesuai dengan semangat syari’ah dan tidak bertentangan dengan

salah satu sumbernya serta pada kepentingan yang bersifat dlarury

(meliputi pemeliharaan agama, kehidupan, akal, keturunan, dan

kekayaan).40

f. Sadd al-Zara’i

Imam Malik menggunakan sadd al-zara’i41 sebagai landasan dalam

menetapkan hukum, karena menurutnya semua jalan atau sebab yang

menuju kepada yang haram atau terlarang, hukumnya haram . Dan semua

jalan atau sebab yang menuju kepada yang halal, halal pula hukumnya.42

39 Abdurrahman Asy-Syarqawi, op. cit., hlm. 270. 40 Muhammad Muslehuddin, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis (Studi

Perbandingan Sistem Hukum Islam), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991, cet. I, hlm. 131. 41 Sadd Al-Zara’i yaitu menutup jalan yang membawa kepada kebinasaan atau kejahatan.

Lihat: Satria Effendi, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005, hlm. 102. 42 Huzaemah Tahido Yanggo, op. cit., hlm. 112.

Page 64: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

BAB IV

ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG

IDDAH BAGI WANITA YANG ISTIHADHAH

A. Analisis Pendapat Imam Malik Tentang Iddah Bagi Wanita yang

Istihadhah

Dari pembahasan yang telah penulis kemukakan diatas, maka penulis

berusaha menganalisis pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita yang

istihadhah. Yang mana pada bab sebelumnya penulis telah menjelaskan

tentang keunikan Imam Malik dibandingkan ulama’ lain seperti Abu Hanifah

dan Imam Syafi’i dalam hal penggunaan istinbath hukum, sehingga

berdampak pada hukum yang dikeluarkan, dengan dasar istinbath hukum yang

berbeda maka berbeda pula hukum yang dihasilkan.

Ada perbedaan yang sangat signifikan antara Imam Malik dengan

Imam lainnya dalam penggunaan istinbath hukum. Imam Malik lebih

mendahulukan amal ahli madinah dan menganggap qoul sahabat sebagai dalil

Syar’i yang harus didahulukan dari pada qiyas.

Menurut Imam Malik dalam kitab Al-Muwatha’ disebutkan :

حدثنى عن ملك عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب انه آان 1. الطالق للرجال والعدة للنساء: يقول

"Diceritakan dari Malik bin Sa’id, dari Said bin Musayyab, Imam Malik berkata : thalak adalah untuk laki- laki dan Iddah untuk perempuan ".

1Imam Malik Bin Anas, Al- Muwatha’, Beirut : Daar Al- Fikr, t.th, hlm. 356

Page 65: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

54

69

Iddah yang merupakan tenggang waktu tertentu yang harus dihitung

oleh seorang wanita sejak ia berpisah dengan suaminya, baik perpisahan itu

disebabkan karena thalak maupun karena suaminya meninggal dunia dan

dalam masa tersebut, wanita itu tidak boleh menikah dengan laki-laki lain.

keadaan wanita tersebut bisa saja suci, haid, sudah putus haid hamil atau

sedang mengalami pendarahan (istihadhah).

Berkaitan dengan iddah bagi wanita istihadhah, menurut Imam Malik

adalah satu tahun. Hal ini beliau ungkapkan dalam kitabnya :

حدثنى عن ملك عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب انه قال عدة 2لمستحاضة سنة ا

Kemudian dalam kitab Syarah al- Zarqoni disebutkan :

مالك عن يحيى بن سعيد عن سعيد بن المسيب انه قال عدة المستحاضة سنة إن لم تميز بين الدمين بال خالف فان ميزت فعد تها باألقراء البالسنة على المشهور وقول ابن القاسم وقال ابن وهب

3. طلقا وهما رويتان عن مالكبالسنة م"Diceritakan dari Yahya bin Sa’id, dari Sa’id bin Musayyab, bahwa Imam Malik berkata: iddah bagi wanita istihadhah adalah satu tahun. Apabila wanita tersebut tidak bisa membedakan antara dua darah (darah haid dan darah istihadhah) apabila ia bisa membedakan antara dua darah tersebut maka iddahnya dengan hitungan quru’ bukan dengan hitungan tahun (menurut al- qosim ). Sedangkan menurut Ibn Wahab iddahnya adalah satu tahun saja."

Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa iddah bagi wanita yang

istihadhah pada dasarnya berdasarkan pembedaan. Apabila ia bisa

membedakan antara dua darah, maka ia Beriddah dengan hitungan quru’

sedangkan bila ia tidak bisa membedakan antara dua darah maka ia Beriddah

dengan hitungan tahun.

Selanjutnya Imam Malik memberikan batasan (rincian) tentang

hitungan iddah sampai satu tahun, diterangkan dalam kitabnya:

2Ibid. 3Imam Syayyidi Muhammad al-Zarqoni, Syarah Az-Zarqani Juz III, Beirut: Dar al-Fiqr,

t.th., hlm. 212

Page 66: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

55

69

التى ترفعها حيضتها حين يطلقها األمر عندنا فى المطلقة : قال مالك زوجها انها تنتظر تسعة اشهر، فان لم تحض فيهن اعتدت ثالثة اشهر، فان حاضت قبل ان تستكمل االشهر الثالثة استقبلت الحيض، فان مرت بها تسعة اشهر قبل ان تحيض اعتدت ثالثة اشهر، فان

، فان حاضت الثانية قبل ان تستكمل االشهر الثالثة استقبلت الحيضمرت بها تسعة اشهر قبل ان تحيض اعتدت ثالثة اشهر، فان حاضت الثالثة آانت قد استكملت عدة الحيض، فان لم تحض استقبلت ثالثة اشهر، ثم حلت، ولزوجها عليها فى ذلك الرجعة قبل

4 .بت طلقها ان نحل اال ان يكون قد

" istri yang diceraikan kemudian tidak haid, sedang ia masih dalam usia haid maka wanita tersebut beriddah selama sembilan bulan, jika masa itu (sembilan bulan) istri tersebut tidak haid maka ia menjalani iddah selama tiga bulan. Apabila ia haid sebelum sempurna masa tiga bulan, maka haid tersebut dihitung dan menunggu kedatangan haid berikutnya. Apabila telah berlalu masa sembilan bulan tetapi belum datang haid yang kedua maka ia beriddah selama tiga bulan. Jika ia mengalami haid sebelum selesai tiga bulan dari haid yang kedua, maka ia menunggu haid yang ketiga. Jika sudah berlalu masa sembilan bulan sebelum datangnya haid,. Maka ia beriddah selama tiga bulan. Jika ia mengalami haid yang ketiga kalinya pada masa tiga bulan, maka telah sempurnalah haidnya dan selesai pula masa iddahnya, suaminya boleh merujuk selama istri tersebut belum lepas dari iddahnya. "

Imam Malik memberikan batasan demikian karena beliau

menyamakan iddah bagi wanita yang istihadhah dengan wanita yang tidak

haid, sedang ia masih dalam usia haid. Ungkapan tersebut dikemukakan oleh

Imam Malik melalui atsar Umar bin Khattab:

ايما امراءة طلقت ، فحاضت حيضة او : قال عمر بن الخطاب حيضتين ثم رفعتها حيضتها ، فإنها تنتظر تسعة اشهر، فإن بان بها

5. حمل فذلك واال اعتدت بعد التسعة االشهر ثالثة اشهر ثم حلت"Umar bin khatab berkata: wanita yang dithalak suaminya dalam keadaan haid baik haidnya baru sekali atau dua kali kemudian haidnya berhenti, maka ia harus menunggu selama sembilan bulan untuk

4Imam Malik bin Anas, op. cit. 5Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Juz I, Beirut: Dar al-Kutun al-

Islamiyah, t.th., hlm. 69

Page 67: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

56

69

mengetahui kehamilannya, Apabila setelah sembilan itu ia tidak hamil maka ia beriddah selama tiga bulan dan wanita tersebut halal untuk dinikahi."

Pendapat Imam Malik yang lain dapat kita temukan dalam kitab

bidayatul mujtahid wa nihayatul muqtashid :

واما المستحاضة فعدتها عند مالك سنة اذا لم تميز بين الدمين، فإن واالخري . احدهما ان عدتها السنة: ميزت بين الدمين فعنه رويتان

6. انها تعمل على التمييز فتعتد با ألقراء"Menurut Imam Malik wanita yang istihadhah adalah satu tahun apabila tidak bisa membedakan antara dua darah. Apabila wanita tersebut bisa membedakan antara dua darah terdapat dua pendapat yaitu iddahnya adalah satu tahun, sedangkan Imam yang lain mengatakan iddahnya dengan hitungan quru’. "

Selanjutnya beliau memberikan alasan :

وانما ذهب مالك الى بقاء السنة ألنه جعلها مثل التى التحيض وهي 7. من اهل الحيض

"Mengenai pendapat Imam Malik untuk menunggu satu tahun, ia mengemukakan alasan bahwa istri tersebut disamakan dengan wanita yang sudah tidak haid, padahal ia termasuk orang yang seharusnya haid".

Imam Malik berdasar pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam

Bukhari : فلتترك الصالة قدر ذلك، ثم اذا حضرت الصالة فلتغسل ولسنثفر ثم

8تصلى “Tinggalkan shalat pada hari-hari haidmu, jika kadar darah tersebut telah hilang darimu, maka bersihkanlah darah itu”

Berdasarkan beberapa kutipan di atas, Imam Malik berpendapat iddah

bagi wanita yang istihadhah berdasarkan pembedaan (satu tahun apabila ia

tidak bisa membedakan antara dua darah, 3 quru’ apabila ia bisa membedakan

6Ibid 7Imam Malik bin Anas, op. cit. 8 Abi Dawud Sulaiman bin asy’ats, Sunan Abi Dawud, Indonesia: Maktabah Dahlan, tth,

hlm. 72.

Page 68: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

57

69

dua darah) alasannya wanita tersebut disamakan dengan wanita yang tidak

haid sedang ia masih dalam usia haid.

Pendapat Imam Malik berbeda dengan pendapat ulama-ulama lin,

menurut mereka iddah bagi wanita yang istihadhah adalah hitungan bulan

atau hitungan quru’. Hal ini dapat kita temukan dalam kitab Bidayatul

Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid :

قال ابو حنيفة عدتها اال قراء ان لم تميرت لها وان لم تتميزلها فثالثة

اشهر“Abu Hanifah berpendapat iddahnya (wanita istihadhah) adalah bilangan haid, jika darah itu sudah jelas maka ia Beriddah tiga bulan”

عدتها بالتمييز اذا انفصل عنها الدم، فيكون االحمر : وقال الشافعي القانى من الحيض ويكون االصفر من ايام الطهر، فإن طبق عليها

.صحتهاالدم اعتدت بعد دايام حيضتها فى “Imam Syafi’i berpendapat iddah perempuan tersebut berdasarkan perbedaan, jika darahnya merah tua adalah haid, sedangkan darah yang berwarna kuning termasuk hari-hari suci. Jika darah itu sesuai baginya, maka ia Beriddah dengan bilangan hari-haru quru’”.

Para ulama sepakat bahwa iddah bagi perempuan yang tidak haid baik

karena masih kecil atau sudah tidak haid (menopause), apabila ia dicerai oleh

suaminya maka ia Beriddah selama 3 bulan. Akan tetapi bagi wanita yang

dicerai oleh suaminya dalam keadaan masih haid kemudian tidak mengalami

haid lagi sedangkan ia masih berada dalam usia haid maka para ulama

memberikan alasan yang berbeda.

Menurut Imam Malik iddah bagi wanita yang tidak mengalami haid

sedang ia masih dalam usia haid dan tidak ada keraguan adanya kehamilan

atau sebab lain (menyusui atau sakit), maka istri tersebut harus menunggu

selama 9 bulan. Jika dalam masa tersebut istri tidak mengalami haid, maka is

menjalani iddah selama 3 bulan. Pendapat Imam Malik ini berdasarkan atsar

Umar bin Khattab.

Sedangkan menurut Imam Syafi’i dan Hanafi, iddah bagi wanita yang

berhenti haidnya sedangkan ia masih dalam usia haid ia harus menunggu

Page 69: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

58

69

sehingga memasuki usia putus haid. Ketika itu sudah jelas maka, ia Beriddah

dengan hitungan bulan atau dengan hitungan quru’ ungkapan ini terdapat

dalam kitab Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Maqashid :

وقال ابو حنيفة والشافعي والجمهور في التي ترفع حيضتها وهي ال تيأس منها في المستأنف انها تبقي أبدا تنتظر حتي تدخل في السن

9.حيض قبل ذلكالذي تيأس فيه من المحيض وحينئذ تعتد باالشهر وتPerbedaan pendapat ini dikarenakan perbedaan para ulama dalam

memahami firman Allah dalam surat al-Thalaq , ayat 4:

ة أشهر والالئي يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم فعدتهن ثالث والالئي لم يحضن

Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (Menopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. 10

Imam Malik mengartikan kata ya-is adalah wanita yang tidak dapat

dipastikan telah putus haid. Beliau menjadikan firman Allah إن ارتبتم (jika

kamu ragu-ragu) berkaitan dengan hukum bukan dengan haid (yaitu jika kamu

ragu-ragu tentang istri yang telah putus haid). Sedangkan bagi wanita yang

selama 9 bulan tidak mengalami haid sedang usianya masih memungkinkan

terjadinya haid, Imam Malik berpendapat bahwa ia Beriddah selama 3 bulan

(9 bulan untuk mengetahui kehamilannya, 3 bulan untuk iddahnya)

Imam Syafi’i dan Hanafi mengartikan kata ya-is adalah wanita yang

sudah putus haid. Bagi wanita yang berhenti haidnya sedang ia masih

mungkin mengalami haid maka ia harus menunggu sampai ia memasuki usia

tersebut (usia putus haid).

9Ibnu Rusyd, op. cit, hlm 68-69 10Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Kudus: Mubarokatan Thoyyibah,

t.th., hlm. 558

Page 70: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

59

69

Berkaitan dengan iddah bagi wanita yang istihadhah Imam Malik

berpendapat bahwa iddahnya satu tahun sedangkan menurut Imam Syafi’i

dan Imam Hanafi Iddah wanita yang istihadhah berdasarkan pembedaan (3

bulan apabila ia sudah putus haid tiga quru’ apabila ia masih haid).

Imam Syafi’i dan Hanafi beralasan wanita tersebut harus dapat

membedakan antara dua darah (darah haid dan darah istihadhah). Menurut

Imam Hanafi beralasan umumnya wanita haid adalah tiap bulan mengeluarkan

darah, apabila haidnya menghilang (tidak jelas) sama dengan menghilangnya

haid maka ia Beriddah selama 3 bulan. Sedangkan Imam Syafi’i beralasan

bahwa darah merah adalah darah haid dan darah kuning adalah darah hari-hari

suci, maka ia Beriddah dengan hitungan quru’ ( 3 bulan apabila ia sudah putus

haid atau 3 quru’ apabila ia masih haid) .

Dalam permasalahan ini penulis beranggapan bahwa pendapat Imam

Malik tentang iddah bagi wanita istihadhah terlalu memberatkan karena salah

satu tujuan dari iddah adalah untuk mengetahui kehamilan seseorang, al-

Qur’an memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa iddah terlama adalah

empat bulan sepuluh hari (bagi wanita yang dicerai mati), tiga bulan bagi

wanita yang sudah putus haid atau belum pernah haid dan tiga quru’ bagi

wanita yang masih haid. Sedangkan bagi wanita yang dithalak suaminya

(pernah haid sekali atau dua kali) kemudian pada masa iddahnya ia tidak haid

menurut penulis iddahnya adalah tiga bulan. Apabila tiga bulan tersebut

diketahui ia hamil maka wanita tersebut harus Beriddah sampai ia melahirkan.

Page 71: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

60

69

Akan tetapi apabila waktu tiga bulan tersebut ia tidak hamil maka habislah

masa iddahnya.

Sedangkan wanita yang istihadhah adalah wanita yang selalu

mengeluarkan darah dari farjinya bukanlah wanita yang berhenti

mengeluarkan darah, baik darah itu keluar selama 4 atau 5 hari setelah 15 hari

mengeluarkan darah haid, atau darah tersebut keluar terus menerus selama

satu tahun yang penting wanita tersebut bisa membedakan antara darah

istihadhah dan darah haid.

Menurut penulis iddah bagi wanita yang istihadhah sebaiknya

dikembalikan kepada hukum asal, artinya wanita tersebut harus bisa

membedakan antara darah haid dan darah istihadhah. Selain itu wanita

tersebut juga berdasarkan kepada haid atau tidaknya wanita tersebut. Seperti

dalam kaidah fiqih:

11االصل بقاء ماآان على ماآان “Yang menjadi pokok adalah tetapnya sesuatu kepada keadaan

semula”. Jadi menurut penulis iddah bagi wanita istihadhah dikembalikan

kepada hukum asal. Apabila wanita tersebut masih haid maka ia Beriddah

selama 3 quru’, apabila ia sudah putus haid maka ia Beriddah dengan

hitungan bulan (tiga bulan).

B. Analisis Istinbath Hukum Imam Malik Tentang Iddah Bagi Wanita yang

Istihadhah

11 Imam Musbikin Qawaid Al- Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja grafindo Persada, cet.I, 2001,

hlm. 53

Page 72: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

61

69

Dalam menentukan hukum pertama-tama Imam Malik mencarinya di

dalam al-Qur’an. karena al-Qur’an merupakan sumber hukum Syari’at Islam

yang pertama, dengan al-Qur’an pula kita akan mengetahui hukum Allah

SWT. Di dalam al-Qur’an syari’at secara keseluruhan diterangkan. Oleh

karena itu al-Qur’an mempunyai daya tahan sepanjang zaman dan dapat

sesuai dengan kondisi setiap masyarakat. selain itu hukum di dalam al-Qur’an

juga bersifat mujmal yang perinciannya diserahkan kepada ahli ijtihad.12

Di dalam memahami ayat-ayat al-Qur’an terkadang kita memerlukan

penjelasan atau takwil dengan cara mempelajari hadits. Hadits sangat

diperlukan karena bukan saja sebagai sumber yang kedua bagi Syari’at Islam

akan tetapi juga karena sebagai penafsir al-Qur’an, pensyarah, menafsirkan

yang mujmal dan mentaqyidkan yang mutlaq.13

Dalam memahami ayat-ayat Al-Qur’an kita memerlukan pentakwilan,

apabila dalil syar’i menghendaki adanya pentakwilan, maka yang dijadikan

pegangan adalah arti takwil tersebut. Apabila terdapat pertentangan antara

dhohir Al-Qur’an dengan makna yang terkandung dalam dhohir dalam sunnah

sekalipun jelas maka yang didahulukan adalah dhohir al-Qur’an tetapi apabila

makna yang terkandung oleh sunnah tersebut dikuatkan dengan ijma’ ahli

Madinah, maka ia lebih mengutamakan makna yang terkandung dalam dhohir

sunnah dari pada dhohir al-Qur’an (sunnah mutawatiroh atau sunnah

mashuroh) .

12 Teungku Muhammad Hasby Ash- Shiedieqy, pengantar ilmu fiqih, Semarang: Pustaka

Rizki Putra, 1997, hlm. 176 13 Teungku Muhammad Hasby Ash- Shiedieqy, Pokok Pokok Pegangan Imam Madzhab,

Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997, hlm. 186

Page 73: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

62

69

Praktek keagamaan menurut para sahabat Imam Malik, tidak lain

adalah praktek yang diwarisi para masa Rasulullah saw, kemudian praktek

tersebut diwariskan kepada generasi berikutnya sampai kepada Imam Malik.

Dengan demikian perilaku sehari hari penduduk Madinah (ijma ahli Madinah)

yang berasal dari qur’an, hasil mencontoh Rasulullah saw bukan berasal dari

ijtihad ahli Madinah. Sehingga amal ahli Madinah ini dijadikan sebagai

sumber hukum dalam islam dan kedudukannya sebagai hadits mutawatir.

Selanjutnya jika hukum tersebut tidak ditemukan dalam sumber-

sumber tersebut, maka Imam Malik merujuk kepada fatwa sahabat. Fatwa

sahabat yang dimaksud adalah berwujud hadits-hadits yang bersumber dari

para sahabat besar yang mempunyai pengetahuan terhadap suatu masalah

sehingga hadits tersebut wajib diamalkan.

Imam Malik mensyaratkan fatwa sahabat yang bisa dijadikan sebagai

hujjah tidak boleh bertentangan dengan hadits marfu’. Selain itu fatwa sahabat

yang merupakan hasil ijtihad mereka.

Setelah berbagai metode yang ditempuh diatas belum juga

menemukan suatu ketetapan hukum, kemudian Imam Malik ibn Anas

menggunakan qiyas. Qiyas menurut ulama’ ushul ialah menghubungkan suatu

kejadian yang tidak ada nashnya kepada kejadian lain yang ada nashnya,

dalam hukum yang telah ditetapkan oleh nash karena adanya kesamaan dua

kejadian itu dalam illat hukumnya.14

14 Prof. Dr. Abdul wahhab khallaf, Kaidah- Kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, cet. VIII, 2002, hlm. 74

Page 74: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

63

69

Metode qiyas yang digunakan Imam Malik tidak berbeda dengan

Imam Abu Hanifah hanya saja konsep istihsannya yang berbeda. Kalau Abu

Hanifah melakukan istihsan dengan mengalihkan furu’ pada asal yang lain,

illatnya lemah tetapi hasil hukumnya lebih baik, makna konsep istihsan Imam

Malik adalah beralih dari qiyas pada maslahat.

Selanjutnya metode istinbath hukum yang digunakan Imam Malik

adalah maslahah yang bersifat umum bukan sekedar maslahah yang hanya

berlaku untuk orang-orang tertentu. Selain itu maslahah tersebut juga tidak

boleh bertentangan dengan ketentuan nash (baik Al-Qur’an maupun Sunnah).

Metode istinbath hukum terakhir yang digunakan Imam Malik yang

terakhir adalah Sadd al-Dzara’i. Imam Malik menggunakan landasan ini

karena semua jalan atau sebab yang menuju kepada yang haram atau terlarang

hukumnya haram atau terlarang dan semua jalan atau sebab yang menuju

kepada halal, halal pula hukumnya.

Secara bahasa Sadd al-Dzara’i dapat diartikan sebagai sarana yaitu

sarana atau jalan untuk sampai pada suatu tujuan, dan tujuan yang dimaksud

ada kalanya perbuatan-perbuatan taat dan adakalanya perbuatan maksiat.

Andainya akan sarana tersebut membawa kepada perbuatan maksiat maka

sarana tersebut harus ditutup karena dapat menimbulkan mafsadat.

Dalam pembahasan ini Imam Malik menggunakan istinbath

hukumnya berupa qiyas, beliau mengqiyaskan iddah bagi wanita yang

istihadhah diqiyaskan dengan iddah bagi wanita yang tidak haid sedang ia

masih dalam usia haid. Beliau berpegang pada dhahir al-Qur’an surat ath-

Thalak ayat 4:

Page 75: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

64

69

إن ارتبتم فعدتهن ثلاثة أشهر واللائي يئسن من المحيض من نسائكم واللائي لم يحضن وأولات الأحمال أجلهن أن يضعن حملهن ومن يتق

)4: الطلق (الله يجعل له من أمره يسرا Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa iddahnya) maka iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid. Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.15

Hukum asal dalam ayat tersebut adalah iddah bagi wanita yang tidak

haid atau sudah putus haid. Far’un (cabangnya) adalah iddah bagi wanita

istihadhah sedangkan illatnya jika kamu ragu-ragu tentang wanita yang telah

putus haid bukan wanita yang ragu-ragu tentang masa iddah.

Pemisahan antara sebelum sembilan bulan dan sesudahnya

berdasarkan istihsan. Menurut bahasa istihsan adalah menganggap sesuatu itu

baik. Sedangkan menurut ulama’ ushul fiqh istihsan adalah berpalingnya

seorang mujtahid dari tuntunan qiyas yang nyata (qiyas jali) kepada tuntunan

qiyas yang samar (qiyas khafi) atau dari hukum yang umum (kuli) kepada

hukum pengecualian, karena ada dalil yang menyebabkan ia mencela akalnya

dan dimenangkan baginya perpindahan.16

Dari definisi istihsan di atas, secara jelas istihsan terbagi menjadi dua

macam yaitu pentarjihan qiyas yang tersembunyi atas qiyas nyata karena

adanya suatu dalil dan pengecualian kasuistik dari suatu hukum umum karena

adanya suatu dalil. Dalam hal iddah bagi wanita yang istihadhah Imam Malik

15 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahanya, Kudus: Mubarakatan Thoyyibah,

t.th, hlm. 558 16Abdul Wahhab Khallaf, op. cit..

Page 76: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

65

69

menyamakan dengan iddah wanita yang telah putus haid. Qiyas jali (iddah

wanita yang telah putus haid adalah tiga bulan) qiyas khafi (iddah wanita yang

telah putus haid tetapi ia masih dalam usia haid, maka ia harus menunggu

selama sembilan bulan kemudian Beriddah tiga bulan). Maksudnya untuk

mengetahui kekosongan rahim wanita dari kehamilan karena terdapat fakta

ada wanita yang hamil terkadang mengalami haid ataupun pendarahan

(istihadhah)

Dengan demikian menjadi jelas bahwa istihsan bukanlah sumber

hukum yang berdiri sendiri, karena sesungguhnya hukum istihsan merupakan

bentuk yang pertama dan kedua dari qiyas. Baik qiyas itu qiyas yang

tersembunyi maupun qiyas yang jelas. Tegasnya istihsan selalu melihat

dampak suatu ketentuan hukum yang sampai suatu ketentuan hukum

membawa dampak yang merugikan dan dampak suatu hukum harus

mendatangkan maslahat atau menghilangkan madlarat.

Page 77: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya maka penulis

mengambil beberapa kesimpulan :

1. Darah istihadhah yang merupakan darah yang keluar dari farji seorang

wanita secara terus menerus, baik darah tersebut keluar sehari atau dua

hari setelah 15 hari mengeluarkan darah haid, atau darah tersebut keluar

terus menerus dari awal pertama kali ia mendapatkan darah yang penting

wanita tersebut bisa membedakan antara dua darah tersebut (darah haid

dan darah istihadhah). Akan tetapi apabila ia tidak bisa melakukan

pembedaan , maka hal tersebut dikembalikan kepada kebiasaan wanita

pada umumnya.

2. Menurut penulis pendapat Imam Malik tentang iddah bagi wanita

istihadhah adalah satu tahun terlalu memberatkan karena Al-Qur’an

memberikan petunjuk yang sangat jelas bahwa iddah terlama adalah

empat bulan sepuluh hari. Selain itu hukum Islam merupakan hukum yang

fleksibel dan selalu memberikan kemudahan kepada umatnya. pada

kenyataannya wanita yang istihadhah adalah wanita yang selalu

mengeluarkan darah dari farjinya bukan wanita yang sudah berhenti

mengeluarkan darah dari farjinya (berhenti mengeluarkan darah). Dalam

hal ini penulis lebih condong kepada Imam Syafi’i yaitu dikembalikan

Page 78: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

67

69

kepada hukum asal, apabila wanita tersebut masih haid maka iddahnya

dengan hitungan quru’ sedangkan apabila wanita tersebut sudah putus

haid maka iddahnya dengan hitungan bulan (tiga bulan). Disamping itu

wanita tersebut juga harus melakukan pembedaan antara dua darah ( darah

merah adalah darah haid dan darah kuning adalah darah istihadhah ) .

B. Saran-saran

1. Pemikiran ulama klasik seperti halnya Imam Malik merupakan ijtihad

terbuka atas kritik dan tidaklah sebuah teks yang paten kebenarannya

seperti al-Qur’an. karena itulah dalam pembacaan Imam Malik seharusnya

kita menempatkan sebagai pemikiran yang tidak absolut dan critic able.

2. Hukum suatu masalah yang lahir dari ijtihad merupakan hukum yang

keberadaannya dapat berubah sesuai kondisi dan zaman serta

kemaslahatan umat. Dan umat Islam seharusnya lebih kritis dalam

menyikapi perubahan zaman dengan tanpa mengesampingkan nilai-nilai

religius.

3. Insan akademik khususnya akademisi harus mampu menjawab persoalan

yang dihadapi Islam untuk menjawab tantangan zaman, karena akademisi

IAIN secara khusus merupakan intelektual yang bergelut di dalam bidang

keagamaan.

Page 79: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

68

69

C. Penutup

Dengan rasa syukur yang seikhlas-ikhlasnya serta ucapan

Alhamdulillah atas segala petunjuk-Nya dan pertolongan dari Allah swt

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang bentuknya sederhana sesuai

dengan kemampuan yang dimiliki.

Penulis menyadari, sekalipun telah mencurahkan segala usaha dan

kemampuan dalam penyusunan skripsi. Namun, masih banyak kekurangan di

sana-sini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang positif dari

pembaca dari kesempurnaan skripsi ini, dan atas itikat baik tersebut, penulis

menyampaikan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat diterima untuk memperoleh, memenuhi dan

melengkapi syarat-syarat gelar sarjana Strata 1. Dan sebagai penutup semoga

skripsi ini dapat menambah khazanah keilmuan dan memberikan manfaat bagi

penulis, masyarakat, bangsa dan negara serta agama Islam.

Page 80: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Ardani bin, Risalah Haid Nifas dan Istihadhah, Surabaya: Al-Miftah,1992

Al Asy’ab, Abi Dawud Sulaiman Ibn, Sunan Abi Dawud, Indonesia : Maktabah Dahlan

Al Jaziri, Abdul Rahman, Kitab Fiqih ‘ala Madhahibil Ar Ba’ah, Darul Kitab Al ‘Ilmiah

Al Malibari, Zainuddin Bin Abdul Azis, Terjemahan Fathul Mu’in, jilid II, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1994, cet. I.

al-Asyqalani, Ibnu Hajar, Bulughul Maram, Dar al-Kutub al-Ilmiyah

al-Ghozy, Ummu Ahmad, Ketika Cewek Datang Bulan, PT: Mirqat Media Grafika, Cet I, 2007

Al-Maraghi, Abdullah Musthofa, Pakar-Pakar Fiqih Sepanjang Sejarah, Yogyakarta: LPPSM, cet. I, 2000

Al-Suyuti, Imam Jalaludin, Al-Muwatho’, Bairut: Darul Ihya’ul Ulum

Amin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995

Anas, Imam Malik bin, Al- Muwatha’, Beirut : Daar Al- Fikr, thn

As’ad, Ustad Abdul Muhaimin, Risalah Nikah, Surabaya : Bintang Terang, Cet. I, 1993

Ash-Shidieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah, Semarang: PT. Pustaka Rizqi Putra, 1992

Ash-Shiedieqy, Teungku Muhammad Hasby, Pengantar Hukum Islam, Semarang: Pustaka Rizki, 1997

Ash-Shiedieqy, Teungku Muhammad Hasby, Pengantar Ilmu Fiqih, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997

Ash-Shiedieqy, Teungku Muhammad Hasby, Pokok-Pokok Pegangan Imam Madzhab, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997

Asy-Syarqawi, Abdur Rahman, Riwayat 9 Imam Fiqih, Bandung: Pustaka Hidayah, cet. I, 2000

Asy-Syaukani, M., Nail al-Authar, Juz 5, Beirut: al-kutub al-Islamiyah, 1976

Page 81: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

Asy-Syurbasi, Ahmad, Sejarah dan Biografi 4 Imam Madzhab, Jakarta: PT. Bumi Aksara, cet. II, 1993

az-Zarqoni, Imam Syayyidi Muhammad, Syarah Az-Zarqani Juz III, Beirut: Dar al-Fiqr, t.th

Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, Jakarta: PT. Ichtiyar Baru Van Hoeve, Cet I, 1997

Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Kudus: Mubarokatan Thoyyibah, t.th

Departemen Agama RI, Ilmu Fiqih, Jilid II, Jakarta: Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama, cet. II, 1984/1985

Doi, Abdurrahman L., Inilah Syariat Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, cet. I. 1990

Fatkhurrahman, Ilmu Waris, Surabaya: Al-Ikhlas, 1968

Ghozy, Ummu Ahmad, Ketika Cewek Datang Bulan, Makasar: PT. Mirkad Media Grafika, cet. I, 2007

Hasan, M. Ali, Perbandingan Madzhab, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, cet. IV

Hasyim, Syafiq, Hal-Hal yang Tak Terpikirkan tentang Isu-Isu Keperempuanan dalam Islam, Bandung: Mizan, cet. I, 2001

Hendrik Problema Haid, Solo: Tiga Serangkai, 2006

Jarullah, Abdullah bin, Tanggung Jawab Wanita, Jakarta: CV. Agung Lestari, cet I,1994

Khalil, Moenawir, Biografi Empat Serangkai Imam Madzhab, Jakarta: Bulan Bintang, cet. VIII

Khallaf, Abdul Wahhab, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. VIII, 2002

Margono, S., Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2004

Mubarok, Jaih, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, Bandung: Rosdakarya, cet. II, 2000

Musbikin, Imam, Qawaid Al-Fiqhiyah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. I, 2001

Muslehuddin, Muhammad, Filsafat Hukum Islam dan Pemikiran Orientalis (Studi Perbandingan Sistem Hukum Islam), Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1991, cet. I

Page 82: ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK TENTANG IDDAH BAGI …library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/80/jtptiain-gdl... · berkhalwah maka istri wajib iddah sekalipun diyakini istri tersebut

Muslim, Imam Abi al-Husein, Shohih Muslim, Juz II, Beirut: Dar al-Kutub Ilmiyah, 1992

Muzadi, Abdul Muncith, Fiqih Perempuan Praktis, Surabaya: Kalista, 2005

Qardhawi, Yusuf, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jakarta : Gema Insani Press, Cet VI, 2000

Qisthi, Aqis Bil, Pengetahuan Nikah, Talak dan Rujuk, Surabaya : Putra Jaya, Cet I, 2007

Rahman, Abdur, Syariah Kodifikasi Hukum Islam, Jakarta: Rineka Cipta, cet. I, 1993

Rifa’i, Moh., dkk, Kifayatul Akhyar (Terjemah Khulashoh),Semarang, CV. Toha Putra, 1983

Rusyd, Ibn., Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid, Juz I, Beirut: Dar al-Kutub al-Islamiyah, t.th

Sabiq, Sayyid, Fiqh Sunnah, Jilid I, Beirut, Darul Kitabul Araby, cet II, 1992

Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunah, Jilid VIII, Alih Bahasa: Muh. Tholib, Bandung: Al-Ma’arif, cet. V, 1987

Satria, Ushul Fiqh, Jakarta: Prenada Media, 2005

Siroj, Khozin, Aspek-Aspek Fundamental Hukum Islam, Yogyakarta: Fakultas Ekonomi UII, 1981

Syukur, Sarmin, Sumber-Sumber Hukum Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, cet. I

Yanggo, Huzaemah Tahido, Pengantar Perbandingan Madzhab, Jakarta: Logos, cet. I, 1997

Yazid, Abi Abdillah Muhammad bin, Sunan Ibnu Majah, Juz 1, Dar Al –Fikr