nabila koefisien partisi

18
KOEFISIEN PARTISI A. TUJUAN Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform- air. B. LANDASAN TEORI Koefisien distribusi atau koefisien partisi(partition coefficient), K didefinisikan sebagaiperbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, (x C ) E dibagi dengan fraksi berat solutedalam fase rafinat, (x C ) R pada keadaan kesetimbangan.Koefisien distribusi dapat juga dinyatakan dalam fraksi mol (Kasmiyatun, 2010). Sistem kelas biofarmasi membagi jenis obat berdasarkan kelarutannya dalam air, permeabilitas intestine dan disolusi produk obat. Meskipun koefisien partisi bukan merupakan satu-satunya factor yang dapat menggambarkan permeabilitas suatu senyawa kedalam

Upload: mika-febryati

Post on 19-Dec-2015

133 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

kp

TRANSCRIPT

KOEFISIEN PARTISIA. TUJUANTujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh pH terhadap koefisien partisi obat yang bersifat asam lemah dalam campuran pelarut kloroform-air.B. LANDASAN TEORIKoefisien distribusi atau koefisien partisi(partition coefficient), K didefinisikan sebagaiperbandingan antara fraksi berat solute dalam fase ekstrak, (xC)E dibagi dengan fraksi berat solutedalam fase rafinat, (xC)R pada keadaan kesetimbangan.Koefisien distribusi dapat juga dinyatakan dalam fraksi mol (Kasmiyatun, 2010).Sistem kelas biofarmasi membagi jenis obat berdasarkan kelarutannya dalam air, permeabilitas intestine dan disolusi produk obat. Meskipun koefisien partisi bukan merupakan satu-satunya factor yang dapat menggambarkan permeabilitas suatu senyawa kedalam membran intestinal, kulit, atau jaringan yang lain, tetapi koefisien partisi adalah factor kunci yang menentukan permeabilitas obat melalui penghalang lipid atau membran biologis. Selain itu koefisien partisi adalah parameter lipofilisitas yang berguna untuk interaksi suatu obat dengan makro molekul, enzim dan reseptor obat (Aryani, 2005).Selain untuk menentukan fase sediaan emulsi, nilai dari koefisien partisi juga dapat membantu dalam menentukan metode ekstraksi dan larutan pengekstrasi.Metode ekstraksi didasarkan atas nilai koefisien partisi (KD) antara cairan dengan fase organik, sedangkan nilai KD maksimum digunakan untuk menentukan larutan pengekstraksi (Harahap, 2006).Koefisien partisi terlarut dari organik-ke-air, KCorg / Caq, ditentukan secara eksperimen dengan menggunakan perunut radioaktif. Sevolume yang sama fasa organik dan air disetimbangkan dalam tabung terbuat dari teflon. Kedua cairan tersebut dipaksa-kontakkan dengan cara mengocoknya menggunakan pengaduk magnetik selama sekitar 24 jam. Kuantitas AA dalam kedua fasa ditentukan setelah sebelumnya disentrifugasi. Koefisien aktivitas AA kemudian dihitung dengan ungkapan : = K / Kref. Bila K dan Kref masing-masing adalah koefisien partisi AA pada konsentrasi tertentu garam, Cs, dan untuk Cs = 0 (rujukan). (Hendrawan, 2002).

C. ALAT DAN BAHAN1. AlatAlat-alat yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:a. Gelas kimiab. Erlenmeyer 3 buahc. Pipet tetesd. Statif dan Klem2. BahanBahan-bahan yang akan digunakan pada percobaan ini adalah:a. Aquadestb. Alkoholc. n-Heksan

D. PROSEDUR KERJA1. Pembuatan Larutan Dapar SalisilatLarutan dapar salisilat 0,01 M

ditambahkan Natrium hidroksida dilarutkan dalam tabung percobaan sebanyak 5 ml ditambahkan kloroform 10 ml dan diinkubasi pada suhu 37oC dan diaduk ditentukan kadar salisilat dalam fase air serta diinkubasi selama 2 jam dan diulangi tiap 20 menit dihitung masing-masing koefisien partisinya pada ke-3 macam pH

Dibuat kurva hubungan antara APC sebagai fungsi pH

2. Pembuatan Kadar SalisilatKadar salisilat

diencerkan hingga 50 ml pada percobaan koefisien partisi ditambahkan 2 ml larutan besi III klorida 1 % dalam asam nitrat dan akan terjadi warna ungu dibaca serapannya pada 525 nm ditentukan kadar salisilat dengan menggunakan kurva baku yang tersedia

Hasil Pengamatan

E. HASIL PENGAMATANa. Perhitungan Untuk pH = 3 [H+] = 10-31. Menghitung kadar obat atau asam salisilat dalam fase air mula-mula[H+] = Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-3 = 1,06. 10-31,06 X= 0,01 X1,06 X + X= 0,012,06 X = 0,01X = c2= 4,8. 10-3 M

2. Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbangan A= . I.c0,111= 401. 0,1. c0,111= 40,1. cc = c2' = = 2,7 . 10-3 M

3. Menghitung APCAPC= = (4,8 . 10-3 2,7 . 10-3) . 10,2 ml2,7 . 10-3 . 4,3 ml= 2,1 . 10-3 . 10,2 ml 2,7. 10-3 . 4,3 ml= 21,42 11,61= 1,844

Untuk Ph = 4 [H+] = 10-41. Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula[H+]= Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-4 = 1,06.10-310-1= 1,0610-1 (10-2 X) = 1,06 X10-3 10-1= 1,06 X10-3= 1,06 X + 0,1 X10-3= 1,16 XX = c2 = 10-3 1,16= 0,86 . 10-3

2. Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbanganA= . I. c1,583= 401. 0,1. c1,583= 40,1 . cc = c2'= 1,583 = 0,0394 M 40,1 = 39,4 . 10-3 M3. Menghitung APCAPC= = (0,86 . 10-3 39,4 . 10-3) . 10 39,4 . 10-3 . 3,9= -38,54 . 10-3 10153,66 . 10-3= -2,5

Untuk pH = 51. Menghitung kadar asam salisilat dalam fase air mula-mula[H+]= Ka. 10-3 = 1,06. 10-3 10-5 = 1,06.10-310-2= 1,061,06 X= 10-2 (10-2 X)1,06 X= 10-4 10-2 X1,06 X + 0.01 X = 10-41,07 X = 10-4C2 = X = 10-4 = 0,93 . 10-4 M 1,072. Menghitung kadar asam salisilat setelah tercapai kesetimbanganA= . I. c1,668= 401 . 0,1 . c1,668= 40,1 . cc = c2= 1,668 = 0,0415 M 40,13. Menghitung APCAPC= = (0,93 . 10-4 415 . 10-4 M) . 10 ml415. 10-4 . 4 ml= -414,07 . 10-4 . 10415. 10-4 . 4 =-4,1407 1,66= -2,49

F. PEMBAHASANKoefisien partisi adalah rasio konsentrasi dari suatu senyawa dalam dua tahap dari campuran dua tidak saling larut dalam pelarut pada kesetimbangan atau un-trionisasi senyawa antara dua solusi. Sedangkan Koefisien partisi lipida-air suatu obat adalah perbandingan kadar obat dalam fase lipoid dan fase air setelah dicapai kesetimbangan. Koefisien partisi (P) menggambarkan rasio pendistribusian obat kedalam pelarut sistem dua fase, yaitu pelarut organik dan air. Bila molekul semakin larut lemak, maka koefisien partisinya semakin besar dan difusi trans membran terjadi lebih mudah. Tidak boleh dilupakan bahwa organisme terdiri dari fase lemak dan air, sehingga bila koefisien partisi sangat tinggi ataupun sangat rendah maka hal tersebut merupakan hambatan pada proses difusi zat aktif.Pengaruh pH terhadap kofesien partisi yaitu mempengaruhi kecepatan absorbs pada obat, yang mana obat tersebut bersifat asam lemah. Kecepatan absorbs obat sangat dipengaruhi oleh koefisien partisinya. Dengan demikian obat-obat yang mudah larut dalam lipida dengan mudah melaluinya, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan sukar diabsorpsi. Obat-obat yang larut dalam lipida tersebut dengan sendirinya memiliki kofesien partisi lipida-air yang besar, sebaliknya obat-obat yang sukar larut dalam lipida akan memiliki kofesien partisi yang sangat kecil. Besarnya fraksi obat yang telah terionkan sangat tergantung pada PH larutannya dan sebagian akan terionisasi.

Percobaan digunakan aquades, n-heksan 10 ml dan asam salisilat pekat dalam bentuk buffer. Digunakan larutan buffer fosfat bertujuan agar dapat mempertahankan harga pH larutan. Sedangkan pH yang digunakan dalam percobaan berbeda-beda bertujuan untuk mengetahui absorbsi obat. Asam salisilat di campur dengan n-heksan tidak bercampur. Sehingga akan terjadi dua lapisan atau dua fase zat cair yang tidak bercampur. Lapisan n-heksan berada dibagian atas. Dapar salisilat bersifat polar sesuai teori like dissolve like yaitu larutan yang bersifat sama akan saling bercampur atau saling melarutkan.Pembacaan absorbansinya hanya menggunakan fase airnya saja, karena fase air dalam tabung merupakan campuran dari obat salisilat dengan ionnya dan untuk mempermudah pengambilan cairan. Tujuan penambahan larutan buffer fosfat adalah untuk membentuk kompleks warna agar dapat dilakukan pembacaan absorbansi pada spektrofotometer visibel. Sebelum dibaca absorbansinya terlebih dahulu didiamkan selama 6-10 menit sebagai operating time.Dari hasil percobaan diperoleh kadar untuk masing-masing pH dan waktu, serta APC yang dihitung pada saat setimbang, yaitu pada suhu setelah 60 menit, kemudian dibuat grafik hubungan kadar vs waktu pada masing-masing pH. Asam salisilat merupakan asam lemah, biasanya dalam bentuk tak terion, sehingga mudah larut dalam lipid.Hasil dari pemisahan ini yaitu setelah dipisahkan antara air dan n-heksan, air di tampung pada tabung Erlenmeyer untuk dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH sehingga menghasilkan warna ungu. Setelah itu, ketiga larutan tersebut di masukkan dalam spektro uv-vis untuk di hitung nilai absorbansinya. Namun ada salah satu larutan yang dititrasi menghasilkan warna ungu pekat. Dari pengukuran obsorbansi didapatkan hasil dari larutan buffer pH 3 dengan nilai absorbansi 0,111 A, pH 4 nilai absorbansinya 1,58 A, dan pH 5 nilai absorbansinya 1,668 A.Faktor utama yang mempengaruhi absorpsi obat adalah sifat fisika kimia, yakni koefisien partisi. Koefisien partisi (P) : menggambarkan rasio pendistribusian obat ke dalam sistem dua fase (lemak dan air). Permukaan membran biologis berupa lipid, sehingga dapat dianggap bahwa penerobosan obat melalui usus dapat dianggap sebagai kompetisi molekul obat diantara lingkungan air dan lipid membran. Oleh sebab itu, prinsip kimia menentukan perpindahan obat dari lingkungan air ke fase lipid membran.Koefisien partisi berhubungan erat dengan bidang farmasi. Sifat fisika molekul obat yang telah diketahui absorbansinya memegang peranan yang penting dalam mendesain kualitas suatu obat. Bentuk molekul obat ada yang sederhana dan ada yang sangat kompleks yang mengandung beberapa gugus fungsional. Koefisien partisi sangat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat. Hal ini disebabkan karena kemampuan dinding usus yang sebagian besar terdiri dari lipid akan sangat sukar dilakukan absorbsi. Semakin besar koefisien suatu obat, maka semakin cepat pula obat tersebut terabsorbsi, atau dapat pula dikatakan jika obat mudah larut dalam lipid berarti koefisien partisi lipid-airnya bersifat basa.

G. KESIMPULANBerdasarkan percobaan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh pH terhadap koefisien partisi adalah mempengaruhi kecepatan absorpsi pada obat, yang mana obat-obat tersebut bersifat asam atau lemah yang menyebabkan sebagian akan terionisasi jika dilarutkan dalam air. Dalam artian jika suatu senyawa pada obat yang bersifat asam atau basa mengalami ionisasi sebesar 50% (pH = pKa). Maka koefisien partisinya setengah dari obat-obat yang tidak mengalami ionisasi.

DAFTAR PUSTAKAAryani, Ni Luh Dewi. 2005. Penetapan Nilai Parameter Lipofilisitas ( LOG P, jumlah tetapan Hansch dan tetapan F Rekker) Asam Pipemidat. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi. Vol I, No. 2: 93.

Harahap, Yahdiana., Umar Mansur, Theresia Sinandang. Analisis Glimepirida Dalam Plasma Tikus. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No. 1: 35.

Hendrawan. 2002. Kajian Tentang Kinetika Transfer Asam Asetat Pada Antarmuka Cair-Cair Dengan Menggunakan Rotating Membrane Cell. Jurnal Matematika dan Sains, 2(7):71-76. Bandung.Kasmiyatun,Mega, dkk. 2008. Ekstraksi Asam Sitrat dan Asam Oksalat : Pengaruh Trioctylamine sebagai Extracting Power Dalam Berbagai Solvern Campuran Terhadap Koefisien Distribusi. J.Kimia. Vol.12. No.2 hal.108.

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA IPERCOBAAN IIIKOEFISIEN PARTISI

OLEHNAMA: NABILA SARASWATI HENDRANIM: O1A1 14 029KELOMPOK: I ( SATU )KELAS : A 2014ASISTEN : NUR SALIMAH TAANO

JURUSAN FARMASIFAKILTAS FARMASIUNIVERSITAS HALUOLEOKENDARI2015