churin in nabila-fitkq

165
PRINSIP KERJA SAMA GRICE DALAM HUMOR DIALOG CEKAKAK-CEKIKIK JAKARTA KARYA ABDUL CHAER SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Churin In Nabila NIM 1110013000003 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2014

Upload: muhammad-rizal-kader

Post on 21-Dec-2015

137 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

qxz

TRANSCRIPT

Page 1: Churin in Nabila-fitkq

PRINSIP KERJA SAMA GRICE

DALAM HUMOR DIALOG CEKAKAK-CEKIKIK JAKARTA

KARYA ABDUL CHAER SERTA IMPLIKASINYA

TERHADAP PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Churin In Nabila

NIM 1110013000003

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014

Page 2: Churin in Nabila-fitkq
Page 3: Churin in Nabila-fitkq
Page 4: Churin in Nabila-fitkq
Page 5: Churin in Nabila-fitkq

ii

ABSTRAK

Churin In Nabila (NIM 1110013000003): Prinsip Kerja Sama dalam Humor Dialog

Cekakak-Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dibawah bimbingan Dr. Darsita

Suparno. M.Hum.

Prinsip kerja sama merupakan prinsip yang dijadikan pedoman ketika melaksanakan

aktifitas komunikasi, dengan menerapkan empat maksim di dalamnya, yaitu maksim

kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Dialog yang terdapat dalam

humor Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer mengandung unsur pematuhan dan

penyimpangan terhadap prinsip kerja sama, sehingga menarik perhatian peneliti untuk

membuat penelitian dalam kajian pragmatik. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan

(1) Prinsip kerja sama yang digunakan dalam dialog, (2) Penyimpangan yang dilakukan

sebagai sarana penciptaan humor, dan (3) Implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran

bahasa Indonesia.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Penelitian ini

difokuskan pada permasalahan prinsip kerja sama yang digunakan dalam dialog humor

dengan menggunakan metode, teknik, dan kiat sebagai upaya dalam mengumpulkan data.

Metode yang digunakan adalah metode simak dengan teknik simak bebas cakap dan teknik

catat serta kiat tertentu yaitu memberi kode dan menandai setiap dialog dengan pensil warna,

hal ini berguna untuk mengklasifikasikan data dialog sesuai maksim-maksimnya.

Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal berikut: 1) Prinsip kerja sama yang digunakan

dalam beberapa dialog humor Cekakak-Cekikik Jakarta lebih besar dari pada penyimpangan

yang dilakukan. 2) Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama bisa terjadi karena penutur

tidak faham dengan konteks pembicaraan, selain itu penyimpangan dilakukan sebagai sarana

penciptaan humor, seperti mengkritik, menyindir, dan menghibur. 3) Implikasi prinsip kerja

sama terhadap pembelajaran bahasa Indonesia membantu guru agar proses pembelajaran

menjadi baik dan lancar serta meningkatkan keterampilan berbicara pada siswa di dalam

berkomunikasi melalui telepon, kegiatan wawancara maupun diskusi.

Kata kunci: Prinsip kerja sama. Maksim kuantitas. Maksim kualitas. Maksim relevansi.

Maksim cara.

Page 6: Churin in Nabila-fitkq

iii

ABSTRACT

Churin In Nabila (1110013000003): The Principle of Cooperation in Humor Dialogue of

Cekakak-Cekikik Jakarta created by Abdul Chaer and Its Implications toward

Indonesian Learning. Skripsi of Indonesian Language and Literature Education at Faculty

of Tarbiyah and Teachers Training of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta

2014, under the guidance of Dr. Darsita Suparno, M.Hum.

The principle of cooperation is a guiding principle when implementing communication

activities, by applying the four maxims in it, named the maxim of quantity, maxim of quality,

maxim of relevance, and the maxim of manner. Dialogues in Cekakak-Cekikik Jakarta

contain elements of compliance and deviation toward the principles of cooperation, so as to

attract the attention of researcher to make research in the study of pragmatics. The purpose

of this study is to describe (1) The principle of cooperation used in dialogue, (2) Deviations

as a means of creating humor, and (3) The implications of the principle of cooperation

towards Indonesian learning.

Methods used in this research is descriptive qualitative. This study focused on the issues

of cooperation principle which is used in humor dialogue by uses methods, techniques, tips

asan effort to collect the data. The observing method by using scrutinized free abletechnique,

taking note method and specific techniques provided code and mark any dialogues with

colored pencils, it is easy for researcher to classify the data according to the maxims.

The results are: 1) The principle of co-operation which is used in some humorous

dialogue Cekakak-Cekikik Jakarta are larger than deviations. 2) Violations of the principle

of cooperation can occur because the speaker does not understand the context of the

conversation, in addition to the irregularities done as a means of creating humor, like

criticize, satirize, and entertaining. 3) Implications of the principle of cooperation against

Indonesian learning can support the teachers in order a learning process becomes well and

to improve the students' speaking skills in communicating by telephone, interviews or

discussions.

Keywords: Principles of Cooperation, Maxim of Quantity, Maxim of Quality, Maxim

Relevance, Maxim Way.

Page 7: Churin in Nabila-fitkq

iv

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat-NYA serta karunia lahir maupun batin

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam semoga selalu

terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya.

Skripsi yang berjudul “Prinsip Kerja Sama dalam Humor Dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer serta Implikasinya terhadap Pembelajaran

Bahasa Indonesia” merupakan tugas akhir dan sebagai syarat untuk mencapai gelar

Sarjana Pendidikan. Tema yang diangkat sangat relevan dalam kehidupan sehari-hari,

baik di kalangan masyarakat maupun di kalangan pendidikan, dengan menerapkan

prinsip kerja sama maka komunikasi menjadi baik dan lancar sehingga dapat

tercapainya maksud dan tujuan yang diinginkan.

Penyusunan srkipsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik karena adanya

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sebagai ungkapan rasa

hormat yang tulus, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah, Z.A, M.Pd. dan Hindun, M.Pd., selaku ketua dan

sekretaris Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, serta segenap dosen

dan staff karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang ikhlas

membina dan memberikan ilmunya agar kami menjadi manusia yang berilmu dan

beramaliyah islami.

3. Dr. Darsita Suparno, M.Hum., selaku dosen pembimbing skripsi yang ikhlas

membimbing, memberikan wawasan, dan meluangkan waktunya kepada penulis

agar bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan bermanfaat bagi orang lain.

4. Staff karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Tarbiyah UIN Syarif

Hidayatullah, serta Perpustakaan Utama Universitas Indonesia dan Universitas

Negeri Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mencari

referensi dan memanfaatkan fasilitas di dalamnya.

5. Suami tercinta Khoirul Fatihin, S.Pd.I., yang selalu memberikan kasih sayang,

semangat, motivasi, serta kesempatan kepada istrinya agar bisa meraih cita-

Page 8: Churin in Nabila-fitkq

v

citanya, menjadi orang yang sukses dan berguna bagi agama, nusa, dan bangsa.

Putri pertamaku, Channa Aulia Fatihiyah yang menjadi penghibur di kala lelah

datang, senantiasa memberikan waktu dan pengertian kepada uminya untuk

menyelesaikan tugasnya menempuh sarjana.

6. Orang tua nan jauh di kampung, H.M. Munif dan Mardliyah yang senantiasa

mendoakan putrinya, doa dan nasihat-nasihat kalian penulis harapkan untuk

menjalani kehidupan ini, semoga kalian bangga menyebut “Churin adalah anak

kami”. Ibu mertuaku Nafsiyah serta orang tua angkatku KH. Saeful Millah, MM.

MBA. dan Hj. Nur Hayanah atas doa, bantuan, dan nasihatnya sehingga dapat

tersusun skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra

Indonesia, serta adik-adikku Novela, Ilham, dan Salsabila yang selalu menghibur

di saat galau dan resah.

8. Segenap Guru dan Santriwan/Santriwati Pondok Pesantren Modern Terpadu Jabal

Nur yang telah memberikan peluang kepada penulis untuk menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

Hidup adalah perjuangan, tiada kesuksesan tanpa jerih payah dan usaha yang

sungguh-sungguh. Segala kemampuan, pikiran dan daya upaya penulis kerahkan

untuk mendapatkan hasil yang baik dalam penulisan skripsi ini. Namun, penulis

menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dan banyak kekurangan

serta kekhilafan yang belum terlaksanakan. Hal ini karena keterbatasan dan

pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun, sehingga dapat mencapai pada tahap yang lebih baik dan

sempurna. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini bisa memberikan manfaat

bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 30 Juni 2014

Penulis

Churin In Nabila

Page 9: Churin in Nabila-fitkq

vi

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN MUNAQOSAH

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI………………………………………… i

ABSTRAK………………………………………………………………………………. ii

KATA PENGANTAR………………………………………………………………….. iv

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………….. vi

DAFTAR TABEL………………………………………………………………………. viii

DAFTAR BAGAN............................................................................................................ ix

DAFTAR SINGKATAN……………………………………………………………….. x

DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………………. xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1

B. Identifikasi Masalah…………………………………………………. …... 6

C. Pembatasan Masalah………………………………………………………. 7

D. Perumusan Masalah…………………………………………………..…… 7

E. Tujuan Penelitian………………………………………………………….. 7

F. Manfaat Penelitian………………………………………………………… 7

BAB II KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori……………………………………………………………. 9

1. Ruang Lingkup Pragmatik……………………………………………. 9

2. Prinsip Kerja Sama………………………………………………........ 12

3. Humor dan Fungsinya…………………………………………….. 21

B. Penelitian yang Relevan…………………………………………………... 25

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian…………………………………………………….... 28

B. Metode Penelitian…………………………………………………………. 29

C. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………… 30

Page 10: Churin in Nabila-fitkq

vii

D. Objek Penelitian……………………………………………………........... 30

E. Pengumpulan Data………………………………………………………... 31

F. Jenis Data…………………………………………………………………. 33

G. Analisis Data……………………………………………………………… 33

H. Pelaksanaan Penelitian……………………………………………………. 34

I. Keabsahan Data…………………………………………………………... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data……………………………………………………………. 38

B. Analisis Data dan Pembahasan……………………………………………. 45

C. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia…………………….... 85

BAB V PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………………………… 89

B. Saran……………………………………………………………………….. 90

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: Churin in Nabila-fitkq

viii

DAFTAR TABEL

Tabel: Halaman

1. Pematuhan prinsip kerja sama (Maksim kuantitas)………………….... 38

2. Pematuhan maksim kualitas…………………………………………… 39

3. Pematuhan maksim relevansi…………………………………………. 39

4. Pematuhan maksim cara………………………………………………. 40

5. Penyimpangan prinsip kerja sama (Maksim kuantitas)……………….. 41

6. Penyimpangan maksim kualitas........................................................... 41

7. Penyimpangan maksim relevansi……………………………………… 42

8. Penyimpangan maksim cara…………………………………………… 42

Page 12: Churin in Nabila-fitkq

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan: Halaman

1. Metodologi penelitian………………………………………… 26

2. Kegiatan menganalisis data…………………………………… 35

Page 13: Churin in Nabila-fitkq

x

DAFTAR SINGKATAN

1. HD : Humor Dialog

2. CCJ : Cekakak-Cekikik Jakarta

3. KN : Kuantitas

4. KL : Kualitas

5. R : Relevansi

6. C : Cara

7. PKN : Penyimpangan Kuantitas

8. PKL : Penyimpangan Kualitas

9. PR : Penyimpangan Relevansi

10. PC : Penyimpangan Cara

Page 14: Churin in Nabila-fitkq

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran :

1. Data pematuhan prinsip kerja sama

2. Data penyimpangan prinsip kerja sama

3. Biografi pengarang

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Pertama

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas

7. Lembar Uji Referensi

8. Biografi Penulis

Page 15: Churin in Nabila-fitkq

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam kegiatan berkomunikasi, manusia tidak pernah lepas dari suatu

wahana yang bernama bahasa. Bahasa merupakan sebuah sistem berupa

lambang bunyi yang digunakan oleh anggota kelompok masyarakat untuk

berinteraksi, menyampaikan maksud guna mencapai tujuan yang

diinginkan selama proses berkomunikasi. Bahasa merupakan aktivitas

sosial, sama halnya dengan aktivitas-aktivitas yang lain. Jadi, dalam

kegiatan bertutur, bahasa juga memerlukan manusia sebagai objeknya,

karena tidak ada kegiatan masyarakat tanpa bahasa, begitu pula

penggunaan bahasa tanpa adanya masyarakat.

Berdasarkan fungsinya, bahasa mempunyai tiga fungsi utama yaitu

sebagai alat komunikasi, alat ekspresi, dan alat berpikir. Ketika seseorang

menggunakan bahasa, ada sesuatu yang ingin disampaikan berupa

informasi, sehingga bahasa mempunyai peran sebagai perantara dalam

kegiatan bertutur. Kegiatan bertutur tersebut bisa disampaikan melalui satu

arah seperti pidato, pembacaan berita dan lain sebagainya, ataupun melalui

dua arah seperti halnya dialog, diskusi, maupun wawancara. Ekspresi

seseorang ketika menyatakan senang atau susah lebih lengkap apabila

dinyatakan dengan bahasa, tidak cukup hanya dengan tersenyum atau

menangis. Dalam fungsinya sebagai alat berpikir, bahasa selalu dipakai

baik secara lisan maupun tulisan, ketika seseorang akan membuat artikel

atau menjadi narasumber pada suatu acara, dia memerlukan bahasa yang

baik dan benar, selain itu bahasa juga menjadi sebuah cermin dari

kepribadian seseorang.

Dalam kegiatan bertutur, ada tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Setiap partisipan berusaha agar maksud dan pesan yang disampaikan bisa

diterima dengan baik oleh lawan tutur. Akan tetapi tidak selamanya proses

Page 16: Churin in Nabila-fitkq

2

berkomunikasi bisa berjalan dengan lancar, hal ini terjadi dikarenakan

apabila tiap-tiap partisipan tidak memahami topik yang sedang

dibicarakan, atau lawan tutur tidak mengetahui konteksnya. Oleh karena

itu, dalam proses berkomunikasi, diperlukan aturan-aturan yang bisa

mengatur penutur dan lawan tutur untuk bekerja sama dalam mewujudkan

komunikasi yang baik dan lancar sehingga maksud dan tujuan dari

komunikasi tersebut bisa tercapai.

Hal inilah yang menjadi alasan peneliti mengapa pengetahuan

mengenai tindak tutur sangat penting bagi pengajaran bahasa, karena teori

dalam tindak tutur memusatkan kepada penggunaan bahasa, menuntut

adanya pengetahuan bersama yang harus dimiliki oleh setiap peserta tutur

serta mengkomunikasikan maksud dan tujuan agar bisa dicapai. Namun

sering kita mengetahui penyimpangan terhadap kaidah bahasa seringkali

terjadi. Penyimpangan tersebut bisa berasal dari struktur kalimat ataupun

prinsip. Jika penyimpangan terhadap struktur kalimat bisa diatasi oleh

sintaksis dan kawan-kawannya. Namun penyimpangan terhadap prinsip

berhubungan dengan makna secara eksternal dan situasi tuturan, sehingga

ilmu yang cocok digunakan untuk menangani masalah ini adalah

pragmatik.

Pragmatik merupakan tataran linguistik yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal, yaitu mengkaji maksud penutur dalam

menyampaikan satuan lingual melalui bahasa, karena yang dikaji dalam

pragmatik adalah makna, maka sedikit banyak hal ini sejajar dengan

semantik yang sama-sama mengkaji makna. Namun bedanya, makna yang

dikaji dalam pragmatik secara eksternal dan terikat konteks, sedangkan

semantik mengkaji makna satuan lingual secara internal dan bebas

konteks. Konteks mencakup aspek-aspek yang relevan baik fisik maupun

nonfisik. Konteks juga bisa diartikan sejumlah pengetahuan dan latar

belakang yang dimiliki oleh masing-masing peserta tutur sehingga bisa

diasumsikan dan mendukung interpretasi yang diinginkan.

Page 17: Churin in Nabila-fitkq

3

Dalam kaidah bertutur, ada dua teori yang kita terapkan, 1) Prinsip

kerja sama, dan 2) Prinsip kesopanan. Prinsip kerja sama merupakan

prinsip dalam menyampaikan komunikasi verbal dengan relatif memadai,

cukup, sesuai dengan fakta, relevan, dan tidak kabur atau ambigu.

Sedangkan prinsip kesopanan merupakan prinsip dalam penyampaian

komunikasi verbal dengan sopan, bijaksana, dan rendah hati. Prinsip kerja

sama yang dikemukakan oleh Grice di dalam aktifitas bertutur itu

seluruhnya meliputi empat maksim, yaitu : (1) Maksim Kuantitas (maxim

of quantity), (2) Maksim Kualitas (maxim of quality), (3) Maksim

Relevansi (maxim of relevance), dan (4) Maksim Pelaksanaan (maxim of

manner).

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur agar memberikan

informasi yang secukupnya sesuai dengan kebutuhan lawan tuturnya, jadi

apabila penutur memberikan informasi yang berlebihan dapat dianggap

menyimpang dari maksim kuantitas. Di dalam maksim kualitas setiap

peserta tutur diharapkan memberikan informasi yang benar dan sesuai

fakta, sehingga kalau ada dari peserta tutur yang memberikan informasi

yang salah dan tidak sesuai fakta, maka dianggap telah menyimpang dari

maksim kualitas. Maksim relevansi mengharapkan setiap tutur

memberikan kontribusi yang relevan dengan topik yang sedang

dibicarakan, apabila peserta tutur memberikan informasi atau respon yang

tidak relevan maka dikatakan telah menyimpang dari maksim relevansi.

Sedangkan maksim cara menghendaki setiap peserta tutur agar

memberikan informasi yang langsung, jelas, runtut, dan tidak ambigu.

Apabila peserta tutur tersebut memberikan informasi atau jawaban yang

bertele-tele, tidak jelas, membingungkan, dan ambigu, maka dianggap

telah menyimpang dari maksim cara.

Apabila di dalam praktek bertutur sapa terdapat pihak tertentu yang

menjawab sebuah pertanyaan yang tidak relevan dengan sesuatu yang

hendak ditanyakan, maka akan menimbulkan kelucuan dan kejenakaan.

Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa kejenakaan atau kelucuan dalam

Page 18: Churin in Nabila-fitkq

4

aktivitas bertutur itu seringkali terjadi dan biasanya terdapat dalam dialog

manusia yang berupa humor, hal itu dapat diperoleh dengan

menyelewengkan salah satu maksim yang terdapat dalam prinsip kerja

sama.

Selain berfungsi sebagai alat komunikasi verbal, bahasa juga

mempunyai fungsi-fungsi lain. Salah satu fungsi itu adalah fungsi

intertainment atau fungsi hiburan. Fungsi hiburan ini dapat diwujudkan

dalam bentuk narasi, puisi, nyanyian, dan wacana-wacana yang bersifat

humor. Humor merupakan rangsangan verbal atau visual yang secara

spontan dimaksudkan dapat memancing senyum dan tawa pendengar,

pembaca atau orang yang melihatnya.

Humor menjadi salah satu kebutuhan manusia, yang bisa membuatnya

terhibur dan merasa lega, terbebas dari beban mental yang dialami

sepanjang hari selama beraktivitas sebagai makhluk hidup dan makhluk

sosial. Tanpa humor hidup manusia mungkin akan kering, dikarenakan

proses bertindak dan berpikir yang terlalu serius, sehingga sering

mengakibatkan stres ataupun depresi.

Kesanggupan humor untuk membebaskan manusia dari beban mental

adalah karena di dalam humor terdapat penyimpangan-penyimpangan

kaidah dalam bahasa, selain itu kaidah dalam sosial kemasyarakatan. Di

dalam masyarakat, humor baik yang bersifat protes sosial, meskipun hanya

sekadar gurauan tapi bisa diambil hikmahnya, dan berfungsi sebagai

pelipur lara. Jadi, sama dengan dongeng-dongeng fiktif dalam cerita sastra

lama.

Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama membuat proses

berkomunikasi menjadi tidak lancar, namun menjadi sarana bagi

penciptaan humor. Penyimpangan tersebut dilakukan agar para pembaca

terbebas dari beban kejenuhan, keseriusan, dan lain sebagainya. Selain itu,

penyimpangan dilakukan dikarenakan peserta tutur lebih mementingkan

prinsip kesopanan, hal ini biasanya sering ditemukan dalam komunitas

Page 19: Churin in Nabila-fitkq

5

masyarakat jawa yang menganggap bahwa ketidaklangsungan dalam

berbicara merupakan salah satu kriteria kesantunan seseorang dalam

menggunakan bahasanya.

Dalam kurikulum di sekolah (KTSP) pelajaran bahasa Indonesia

merupakan kelompok mata pelajaran estetika, di samping teori yang

diajarkan, anak-anak juga mampu mengaplikasikan setiap SK dan KD

yang telah ditentukan. Sebagai institusi pendidikan formal, sekolah

mempunyai fungsi dan peran strategis di dalam melahirkan generasi-

generasi masa depan yang terampil di dalam berbahasa Indonesia yang

baik, benar, dan sopan. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia, peserta

didik diajak untuk berlatih dan belajar berbahasa melalui aspek

keterampilan dalam berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak,

berbicara, membaca, dan menulis.

Dalam melatih kemampuan berbicara pada peserta didik tentunya tidak

akan lepas dari prinsip kerja sama. Di dalam kegiatan belajar mengajar di

kelas, seorang guru hendaknya dapat memahami prinsip dalam kegiatan

bertutur, sehingga mampu mengaplikasikannya dalam setiap materi yang

ada di pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan

kompetensi siswa di dalam proses berkomunikasi dan berbicara yang baik

dan benar. Prinsip kerja sama juga sangat dibutuhkan oleh siswa ketika

proses pembelajaran berlangsung, misalnya praktik diskusi atau

wawancara, dalam praktik tersebut siswa diharapkan mampu menerapkan

prinsip kerja sama dengan baik agar kompetensi yang telah ditentukan bisa

tercapai. Selain pembelajaran di kelas, prinsip kerja sama juga bisa

diaplikasikan siswa di dalam proses bertutur sehari-hari, ketika siswa

tersebut berkomunikasi dengan temannya tentunya bahasa yang digunakan

akan berbeda ketika dia berkomunikasi dengan gurunya, hal itu

menunjukkan bahwa prinsip kerja sama juga dibutuhkan dalam proses

pembelajaran, karena untuk mencapai maksud dan tujuan dalam

berkomunikasi setiap partisipan harus bekerja sama agar komunikasi

tersebut bisa berjalan lancar.

Page 20: Churin in Nabila-fitkq

6

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti akan

mengadakan penelitian yang berjudul :

“Prinsip Kerja Sama Grice dalam Humor Dialog Cekakak-Cekikik

Jakarta Karya Abdul Chaer serta Implikasinya terhadap

Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Dengan alasan sebagai berikut :

1. Prinsip kerja sama merupakan prinsip yang menjadi pedoman ketika

manusia melaksanakan aktivitas komunikasi, sehingga komunikasi

yang dilaksanakan bisa berjalan lancar serta maksud dan tujuan yang

diinginkan bisa tercapai.

2. Ingin mengetahui sejauh mana prinsip kerja sama yang terdapat dalam

humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

3. Sejauh pengetahuan peneliti, judul tersebut belum pernah diteliti oleh

peneliti lain.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, ada beberapa

permasalahan yang perlu dikaji. Permasalahan tersebut dapat diidentifikasi

sebagai berikut :

1. Prinsip kerja sama yang terjadi di dalam komunikasi humor dialog

Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

2. Penyimpangan prinsip kerja sama yang digunakan sebagai sarana

penciptaan humor Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

3. Tujuan penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dalam humor dialog

Cekakak-Cekikik Jakarta karyaAbdul Chaer.

4. Kurangnya minat baca orang terhadap humor di dalam menghilangkan

kejenuhan.

5. Implikasi prinsip kerja sama yang digunakan oleh guru di dalam

menyampaikan materi pembelajaran bahasa Indonesia.

6. Implikasi prinsip kerja sama yang digunakan oleh siswa ketika

melakukan praktik berbicara di dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Page 21: Churin in Nabila-fitkq

7

C. Pembatasan Masalah

Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah terlalu luas

sehingga tidak mungkin untuk diteliti secara keseluruhan. Dalam

penelitian ini, penulis hanya memfokuskan terhadap prinsip kerja sama

yang digunakan di dalam komunikasi humor dialog Cekakak-Cekikik

Jakarta karya Abdul Chaer.

D. Perumusan Masalah

Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah prinsip kerja sama yang digunakan di dalam humor

dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer?

2. Bagaimanakah penyimpangan prinsip kerja sama yang dilakukan

sebagai sarana penciptaan humor?

3. Bagaimanakah implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran

bahasa Indonesia?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan dan menganalisis prinsip kerja sama yang digunakan

di dalam proses berkomunikasi dalam humor dialog Cekakak-Cekikik

Jakarta karya Abdul Chaer.

2. Mendeskripsikan dan menganalisis penyimpangan prinsip kerja sama

yang dilakukan sebagai sarana penciptaan humor.

3. Mendeskripsikan implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran

bahasa Indonesia.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoretis

a. Secara teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu linguistik serta pengajarnya di dalam

menambah khazanah kajian pragmatik terutama tentang

penggunaan prinsip kerja sama di dalam proses bertutur.

Page 22: Churin in Nabila-fitkq

8

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti

lainnya di dalam mengkaji ilmu pragmatik terutama tentang prinsip

kerja sama sebagai sumber yang relevan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai aplikasi terhadap

pemahamannya di dalam kajian pragmatik terutama tentang prinsip

kerja sama Grice.

b. Bagi guru, penelitian ini bisa dijadikan pedoman ketika mengajar

dan melakukan proses pembelajaran di kelas, khususnya

pembelajaran bahasa Indonesia.

c. Bagi siswa, penelitian ini mampu dijadikan teori di dalam bertutur

dan berkomunikasi dengan baik dan lancar.

Page 23: Churin in Nabila-fitkq

9

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan dikaji beberapa acuan teori yang digunakan di dalam

melakukan penelitian, di antaranya yaitu (1) Ruang lingkup pragmatik, (2)

Prinsip kerja sama beserta maksim-maksimnya, (3) Humor dan fungsinya, (4)

Penelitian yang relevan.

A. Deskripsi Teori

1. Ruang Lingkup Pragmatik

Pragmatik merupakan cabang ilmu linguistik yang semakin dikenal pada

masa sekarang ini walaupun pada kira-kira lima belas tahun yang silam ilmu

ini jarang atau hampir tidak pernah disebut oleh para linguis. Namun sekarang,

tidak sedikit dari mereka yang mulai memberi perhatian bahwa upaya

menguak hakikat bahasa tidak akan membawa hasil yang diharapkan tanpa

didasari pemahaman terhadap pragmatik, yakni bagaimana bahasa itu

digunakan dalam komunikasi.1

Istilah pragmatik berasal dari “Pragmatica”. Kata “Pramatika” sendiri

berasal dari bahasa Jerman “Pragmatisch” yang diusulkan oleh seorang filsuf

Jerman Immanuel Kant. “Pragmatisch” dari “Pragmaticus” dari bahasa latin

bermakna „pandai berdagang‟ atau di dalam bahasa Yunani “Pragmatikos”

dari “Pragma” artinya „perbuatan‟ dan “Prasein” „berbuat‟. Pragmatik adalah

language in use, studi terhadap makna tuturan dalam situasi dan kondisi

tertentu. Sifat-sifat bahasa dapat dimengerti melalui pragmatik, yakni

bagaimana bahasa digunakan dalam komunikasi.2

Pragmatik mulai berkumandang di bumi linguistik (Amerika) pada tahun

1970-an. Istilah pragmatik itu sendiri dapat ditelusuri kelahirannya dengan

1Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, (Jakarta: UI Prees, 1993), h. 1

2 Fatimah Djajasudarma, Wacana & Pragmatik, (Bandung : PT Refika Aditama, cet. 1, 2012), h.

71-72.

Page 24: Churin in Nabila-fitkq

10

menyangkutpautkan seorang filosof yang bernama Charles Morris (1938). Ia

sebenarnya mengolah kembali pemikiran para filosof pendahulunya (Locke

dan Peirce) mengenai semiotik (ilmu tanda dan lambang). Oleh Morris

semiotik dipilah-pilah menjadi tiga cabang : sintaksis, semantik, dan

pragmatik.3

Pragmatik merupakan cabang ilmu bahasa semiotik. Semiotik mengkaji

bahasa verbal, lambang, simbol, tanda, serta pereferensian dan pemaknaannya

dalam wahana kehidupan. Ilmu pragmatik mengkaji hubungan bahasa dengan

konteks dan hubungan pemakaian bahasa dengan pemakai atau penuturnya.4

Morris dalam Hindun mengatakan bahwa Pragmatik adalah ilmu yang

menelaah tentang hubungan tanda-tanda dengan para penafsir.5Sedangkan

Levinson dalam Kunjana mendefinisikan Pragmatik sebagai studi bahasa yang

mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya.6 Mira menyatakan bahwa

“Pragmatics is said to analyze the relationship between grammatical products

(most notably, sentences) and their extralinguistic contexs.”7 (Pragmatik

merupakan kajian untuk menganalisis hubungan antara tata bahasa (terutama

kalimat) dengan konteks di luar satuan lingual)

Pragmatik sebagai suatu telaah makna dalam hubungannya dengan aneka

situasi ujaran.8Pragmatik mengkaji maksud penutur dalam menuturkan satuan

lingual tertentu pada sebuah bahasa, karena yang dikaji di dalam pragmatik

adalah makna, dapat dikatakan bahwa pragmatik banyak sejajar dengan

semantik yang juga mengkaji makna. Perbedaan antara keduanya adalah

bahwa pragmatik mengkaji makna satuan lingual secara eksternal, bersifat

3 Bambang Kaswanti Purwo, Pragmatik dan Pengajaran Bahasa, (Yogyakarta : Kanisius, cet. 1,

2009), h. 10-11 4 Tagor Pangaribuan, Paradigma Bahasa, (Yogyakarta : Graha Ilmu, cet. 1, 2008), h. 68

5 Hindun, Pragmatik, (Depok : Nufa Citra Mandiri, cet. 1, 2012), h. 3

6 Kunjana Rahardi, Sosiopragmatik, (Jakarta : Erlangga, 2009), h. 20

7 Mira Ariel, Defining Pragmatics, (New York: Cambridge University Press, 2010), h. 3

8 Henry Guntur Tarigan, Pengajaran Pragmatik, (Bandung : Angkasa, cet.1, 1984), h. 24

Page 25: Churin in Nabila-fitkq

11

triadis, dan terikat konteks. Sedangkan semantik mengkaji makna satuan

lingual secara internal, bersifat diadis, dan bebas konteks.9

Konteks yang dimaksud adalah segala latar belakang pengetahuan yang

dimiliki bersama oleh penutur dan mitra tutur yang menyertai dan mewadahi

sebuah pertuturan.10

Istilah “Konteks” didefinisikan sebagai situasi lingkungan

dalam arti luas yang memungkinkan peserta pertuturan untuk dapat

berinteraksi, dan yang membuat ujaran mereka dapat dipahami.11

Hubungan antara bahasa dengan konteks merupakan dasar dalam

pemahaman pragmatik. Pemahaman yang dimaksud adalah memahami

maksud penutur (O1), lawan tutur (O2), dan partisipan (O3) yang melibatkan

konteks.12

Hasan Lubis memberikan keterangan konteks dalam kutipan sebagai

berikut:

Konteks pemakaian bahasa dapat dibedakan menjadi empat macam,

yaitu; (1) konteks fisik yang meliputi tempat terjadinya pemakaian

bahasa dalam suatu komunikasi, objek yang disajikan dalam peristiwa

komunikasi itu dan tindakan atau perilaku dari para peran dalam

peristiwa komunikasi itu; (2) konteks epistemis atau latar belakang

pengetahuan yang sama-sama diketahui oleh pembicara atau

pendengar; (3) konteks linguistik yang terdiri atas kalimat-kalimat atau

tuturan-tuturan yang mendahului satu kalimat atau tuturan tertentu

dalam peristiwa komunikasi; (4) konteks sosial yaitu relasi sosial dan

latar setting yang melengkapi hubungan antara pembicara (penutur)

dengan pendengar.13

Jadi, Pragmatik adalah bagian dari ilmu linguistik yang menghubungkan

pemakaian bahasa dengan penggunanya, mengkaji maksud penutur dengan

mempelajari struktur bahasa secara eksternal dengan memperhatikan konteks

pada saat ujaran terjadi. Konteks meliputi latar belakang peserta tutur, waktu

dan tempat terjadinya pertuturan. Di dalam aktivitas bertutur, lawan tutur

harus berusaha memahami makna dan maksud yang diujarkan oleh penutur

sehingga maksud penutur bisa tersampaikan dengan baik.

9 I Dewa Putu Wijana dan Mohammad Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik, (Surakarta: Yuma

Pustaka, cet.2, 2010), h. 4-5 10

Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2009), h. 50 11

F. X Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, (Yogyakarta : Graha Ilmu, cet.1, 2009), h. 4 12

Muhammad Rohmadi, Pragmatik: Teori dan Analisis, (Surakarta: Yuma Pustaka, 2010), h. 3 13

Lubis, Hamid Hasan, Analisis Wacana Pragmatik, (Bandung: Angkasa, 2011), h. 60

Page 26: Churin in Nabila-fitkq

12

Dalam kurikulum 1984 Pragmatik ditambahkan sebagai suatu komponen

“Kegiatan berbahasa” dan sebagai perwujudan konsep serta tujuan

“kemampuan komunikatif” untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Contoh-

contoh yang diberikan berupa fungsi komunikasi, dan digambarkan sebagai

berikut:

a. Di sekolah Dasar

(1) Mengungkapkan perasaan tentang suatu hal atau peristiwa.

(2) Memberitahukan suatu hal melalui telepon dan dengan surat pribadi.

b. Di Sekolah Menengah Pertama

(1) Mengungkapkan informasi faktual tentang sesuatu kejadian.

(2) Menyampaikan pesan penting melalui telepon atau telegram dan surat

yang semiformal.

c. Di Sekolah Menengah Atas

(1) Tata krama berdiskusi, umpamanya mempersilahkan peserta rapat

mengemukakan pendapat atau sanggahan.

(2) Menyatakan kurang setuju dengan pendapat orang lain dalam rapat

atau pertemuan yang semiformal atau dalam surat yang formal.14

2. Prinsip Kerja Sama

Peserta tutur di dalam aktivitas bertutur harus berusaha agar apa yang

dikatakannya cukup relevan, jelas, dan mudah dipahami dengan situasi yang

ada dalam percakapan itu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada

kaidah-kaidah yang harus ditaati oleh peserta tutur agar percakapan dapat

berjalan lancar. Kaidah-kaidah ini, di dalam kajian pragmatik dikenal sebagai

prinsip kerja sama.15

Prinsip kerja sama didasari oleh asumsi bahwa dalam berkomunikasi,

penutur dan petutur bersedia bekerja sama.16

Bagi Grice, Kerjasama

membentuk struktur kontribusi-kontribusi kita sendiri terhadap percakapan

dan bagaimana kita mulai menginterpretasikan kontribusi-kontribusi orang

14

Bambang Kaswanti Purwo, Bulir-Bulir Sastra & Bahasa, (Yogyakarta: Kanisius, 1991), h. 77 15

Kushartanti dkk, Pesona Bahasa, (Jakarta : Gramedia, cet. 3, 2009), h. 106 16

Suhartono dan Yuniseffendri, Pragmatik, (Jakarta: Universitas Terbuka, cet. 3, 2011), h. 4.4

Page 27: Churin in Nabila-fitkq

13

lain.17

Jadi, prinsip kerja sama bisa membantu peserta tutur untuk tercapainya

maksud dan tujuan dalam berkomunikasi. Rumusan prinsip kerja sama

tersebut bunyinya sebagai berikut :

“Make your conversational contribution such as is required, at the stage

at which it occurs, by the accepted purpose or direction of the talk exchange

in which you are engaged”.18

(Berikanlah kontribusi percakapan Anda sesuai yang diperlukan, pada

tahap di mana itu terjadi, sesuai dengan tujuan pembicaraan di mana Anda

terlibat.)

Pada banyak kesempatan, asumsi kerja sama dapat dinyatakan sebagai

suatu prinsip kerja sama dalam percakapan dan dapat dirinci ke dalam empat

sub-prinsip, yang disebut maksim.19

Maksim adalah prinsip yang harus ditaati

oleh peserta pertuturan dalam berinteraksi, baik secara tekstual maupun

interpersonal dalam upaya melancarkan jalannya proses komunikasi.20

Prinsip

kerja sama di dalam aktivitas bertutur itu seluruhnya meliputi empat maksim,

yaitu (1) maksim kuantitas (maxim of quantity), (2) maksim kualitas (maxim of

quality), (3) maksim relevansi (maxim of relevancy), (4) maksim pelaksanaan

(maxim of manner). Selanjutnya prinsip kerja sama ini dijabarkan oleh Grice

sebagai berikut :

a. Maksim Kuantitas: 1) Berikanlah informasi anda sesuai kebutuhan dalam

rangka tujuan atau maksud pertuturan; 2) Jangan memberikan informasi

yang berlebihan melebihi kebutuhan.

b. Maksim Kualitas: 1) Jangan mengatakan sesuatu yang tidak benar; 2)

Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat dibuktikan

secara memadai

c. Maksim Relevansi: Harap relevan

17

Louise Cummings, Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,

cet. 1,2007) h. 14 18

Yan Huang, Pragmatics,(New York : Oxford University Press, 2007), h. 25 19

George Yule, Pragmatik, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, cet. 1, 2006), h. 63 20

Kushartanti dkk, Pesona Bahasa, h. 106

Page 28: Churin in Nabila-fitkq

14

d. Maksim Cara: 1) Hindari ungkapan yang tidak jelas; 2) Hindari ungkapan

yang membingungkan dan ambigu; 3) Hindari ungkapan yang

berkepanjangan; 4) Ungkapkan sesuatu secara runtut.21

1. Pematuhan Prinsip Kerja Sama

a) Maksim Kuantitas

Di dalam maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif

mungkin. Informasi demikian itu tidak boleh melebihi informasi yang

sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur.22

Maksim kuantitas menuntut

penggunaan potensi bahasa itu dalam bentuk ujaran yang hemat.“Hemat”

di sini berarti bahwa untuk mencapai tujuan komunikasi itu penggunaan

kata, struktur dan makna dengan secukupnya saja, dan tidak

boros.23

Contoh :

(1) Anak pertama saya sudah melahirkan

Ujaran (1) di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas karena

memberikan konstribusi yang secukupnya. Dikatakan demikian, karena

setiap orang pasti tahu bahwa hanya kaum perempuan yang bisa

melahirkan. Selain itu, di dalam maksim kuantitas lawan tutur diharapkan

memberikan informasi yang relatif memadai dan sesuai yang dibutuhkan

oleh mitra tutur.

Contoh :

(2) A : Sudah makan belum ?

B : Sudah

A : Di mana ?

B : Di Pesanggrahan

Ujaran (2) di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas. Karena B

menjawab semua pertanyaan A dengan seinformatif mungkin dan

21

Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, h. 24 22

Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia, h. 53 23

Tagor, Paradigma Bahasa, h. 130

Page 29: Churin in Nabila-fitkq

15

mencukupi pada setiap tahapan komunikasi serta sesuai dengan

kebutuhan yang diharapkan oleh A.

b) Maksim Kualitas

Dengan maksim kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat

menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang

sebenarnya di dalam aktivitas bertutur yang sesungguhnya. Fakta

kebahasaan yang demikian itu harus didukung dan didasarkan pada bukti-

bukti yang jelas, konkrit, nyata dan terukur. Maka sebuah tuturan akan

dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tuturan itu sesuai

dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak

mengada-ada, tidak dibuat-buat, dan tidak rekayasa.24

Contoh :

(3) Guru : Deny, apa ibu kota Jawa Timur?

Deny: Surabaya, Pak!

Pertuturan (3) sudah mematuhi maksim kualitas karena Deny

menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan oleh gurunya bahwa

kata Surabaya memang menjadi Ibu kota bagi Jawa Timur.

c) Maksim Hubungan (relevansi)

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan

memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah

pembicaraan.25

Maksim Hubungan yang mengatakan „usahakan agar

informasi yang diberikan ada relevansinya‟ telah menghasilkan berbagai

interpretasi. Beberapa di antaranya mengartikan maksim ini sebagai

„sejenis keinformatifan yang khusus‟.26

Contoh :

(4) A : Kak, ada telepon untuk Kakak!

B : Kakak sedang di kamar mandi, Dek.

(5) A : Jam berapa sekarang, Bu?

24

Kunjana, Sosiopragmatik, h. 24 25

Wijana dan Rohmadi, Analisis Wacana Pragmatik, h. 46 26

Geoffrey Leech, Prinsip-Prinsip Pragmatik, h. 144

Page 30: Churin in Nabila-fitkq

16

B : Tukang Koran baru saja lewat

Sepintas jawaban B pada pertuturan (4) dan (5) tidak berhubungan.

Namun, bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada

pertuturan (4) mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B

tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di

kamar mandi. Maka B secara tidak langsung meminta agar si A menerima

telepon itu. Begitu juga kontribusi B pada pertuturan (5) yang memang

tidak secara eksplisit menjawab pertanyaan A, akan tetapi dengan

pengetahuan kebiasaan tukang koran lewat, maka si A akan membuat

inferensi jam berapa saat itu.

d) Maksim Cara

Maksim cara ini mengharuskan penutur dan lawan berbicara secara

jelas, langsung, tidak kabur, tidak ambigu, dan runtut.27

Contoh :

(6) A : Masak Peru ibu kotanya Lima, banyak amat ?

B : Bukan jumlahnya, tapi namanya.28

(7) Tukang bakso : Anak saya satu di UI, Depok, satu lagi di UIN,

Ciputat!

Penanya : Di fakultas apa, Pak?

Tukan bakso : bukan di fakultas!

Penanya : Jadi……..?

Tukang bakso : Yang satu jualan teh botol, yang satu lagi jualan

bakso kayak saya.

Tuturan di atas telah mematuhi maksim cara, karena memberikan

informasi secara jelas dan tidak kabur atau ambigu. Dalam contoh (6), B

memberikan konstribusi yang tidak taksa, bahwa yang dimaksud dengan

Lima bukanlah nama bilangan, tapi merupakan nama dari Ibu Kota Peru.

Sedangkan contoh (7), tukang bakso juga memberikan informasi yang jelas,

27

Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 36 28

Wijana, Analisis Wacana Pragmatik, h. 48

Page 31: Churin in Nabila-fitkq

17

bahwa anaknya bukan sedang menjalani kuliah, tapi berprofesi sebagai

penjual teh botol dan bakso.

2. Penyimpangan Prinsip Kerja Sama

Apabila di dalam praktik bertutur sapa terdapat pihak tertentu yang

menjawab pertanyaan secara berlebihan, tidak logis, tidak relevan, taksa,

ambigu, dan berbelit-belit, maka akan timbul kelucuan dan kejenakaan.

Sesungguhnya dapat dikatakan bahwa kejenakaan atau kelucuan dalam

aktivitas bertutur dapat diperoleh, salah satunya dengan menyelewengkan

maksim dalam prinsip kerja sama Grice.

a) Penyimpangan Maksim Kuantitas

Pertuturan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas apabila

peserta tutur memberikan informasi yang berlebihan dan tidak sesuai

dengan yang dibutuhkan oleh mitra tutur.

Contoh :

(8) Anak pertama saya yang perempuan sudah melahirkan

Penambahan informasi seperti ditunjukkan pada tuturan (8)

menyebabkan tuturan menjadi berlebihan, karena kehadiran kata

perempuan dalam (8) justru menerangkan sesuatu yang sudah jelas, hal ini

bertentangan dengan maksim kuantitas. Selain memberikan informasi

yang berlebihan, percakapan dianggap menyimpang dari maksim kuantitas

apabila penutur memberikan informasi tidak sesuai dengan kebutuhan

lawan tutur.

(9) Doni : Siapa istri Mas Joko ?

Joko : Mbakyu29

Joko dalam tuturan di atas telah menyimpang dari maksim kuantitas,

karena memberikan jawaban yang tidak informatif dan sesuai dengan

kebutuhan Doni. Dalam hal ini, Doni tidak menanyakan panggilan

29

Wijana, Kartun, h. 79

Page 32: Churin in Nabila-fitkq

18

(sapaan) yang umum digunakan untuk memanggil seorang perempuan

yang berusia lebih tua (dalam bahasa Jawa), tetapi nama perempuan itu.

b) Penyimpangan Maksim Kualitas

Sebuah ujaran dikatakan menyimpang dari maksim kualitas, apabila

peserta tutur memberikan informasi yang salah dan tidak logis.Dalam

wacana humor, sering kali penyimpangan itu terjadi untuk menimbulkan

sebuah kelucuan.

(10) Mamat : Din, kenapa kamu goyang-goyangin perut seperti itu ?

Udin : Gue habis minum obat!

Mamat : Ya, kenapa ?

Udin : Tadi obatnya lupa dikocok. Jadi, gua kocok aja di perut

sekarang.

(PKL=HD/CCJ: 64/183)

Ujaran (10) di atas, Udin telah memberikan jawaban yang

menyimpang dari maksim kualitas, karena tidak mungkin jika dengan

menggoyang-goyang perut sama saja dengan mengkocok obat. Obat akan

dengan sendirinya larut ke dalam perut, tanpa dikocok terlebih dahulu.

c) Penyimpangan Maksim Relevansi

Agar pembicaraan selalu relevan, maka penutur harus membangun

konteks yang kurang lebih sama dengan konteks yang dibangun oleh

lawan tuturnya. Jika tidak, penutur dan lawan tutur akan terperangkap

dalam kesalahpahaman.

(11) A : Pak, tadi ada tabrakan motor lawan mobil di depan kecamatan

B : mana yang menang?

Komentar B terhadap pernyataan A tidak ada relevansinya, dengan

demikian B telah menyimpang dari maksim relevansi. Sebab dalam

peristiwa tabrakan tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, kedua

Page 33: Churin in Nabila-fitkq

19

pihak sama-sama mengalami kerugian. Di luar maksud melucu jawaban B

pada pertuturan (11) di atas sukar dicari hubungan implikasionalnya.30

d) Penyimpangan Maksim Cara

Dalam maksim cara, peserta tutur hendaknya bertutur secara jelas,

tidak ambigu, dan tidak kabur. Orang yang bertutur dengan tidak

mempertimbangkan hal-hal di atas dapat dikatakan melanggar prinsip

kerja sama Grice karena tidak mematuhi maksim cara.

(12) Ayu : Kamu datang ke sini mau apa?

Desi : Mengambil hak saya

(13) Doni : “Ayo, cepat ditutup!”

Agus : “ Sebentar dulu, masih panas.”

Kedua tuturan (12) dan (13) di atas telah menyimpang dari maksim

cara. Penutur Desi (12) tidak menaati maksim cara karena bersifat ambigu.

Kata hak saya bisa mengacu pada hak sepatu bisa juga pada sesuatu yang

menjadi miliknya.31

Begitu juga Tuturan Doni yang berbunyi : “Ayo cepat

ditutup!” sama sekali tidak memberikan kejelasan tentang apa yang

sebenarnya diminta oleh si mitra tutur. Kata „ditutup‟di atas mengandung

kadar ketaksaan dan kekaburan sangat tinggi dan maknanya pun menjadi

sangat kabur. Demikian pula tuturan yang disampaikan oleh Agus (13),

yakni “Sebentar dulu, masih panas” mengandung kadar ketaksaan cukup

tinggi. Kata „panas‟ pada tuturan itu dapat mendatangkan banyak

kemungkinan persepsi penafsiran karena di dalam tuturan itu tidak jelas

apa sebenarnya yang masih panas.32

Untuk menjelaskan maksim-maksim tersebut, Grice membuat ilustrasi

sebagai berikut :

30

Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 36 31

Ibid,. 32

Kunjana, Pragmatik Kesantunan Imperatif, h. 57

Page 34: Churin in Nabila-fitkq

20

a) Kuantitas: Jika anda membantu saya memperbaiki mobil, saya

mengharapkan konstribusi anda sesuai kebutuhan, tidak lebih, tidak juga

kurang. Misalnya, kalau pada saat tertentu saya memerlukan empat sekrup,

saya ingin anda memberikan kepada saya empat sekrup bukannya dua atau

enam.

b) Kualitas: Saya mengharapkan konstribusi anda sungguh-sungguh, bukan

palsu. Kalau saya memerlukan gula sebagai bahan pembuat kue yang anda

minta saya membuatnya, saya tidak mengharapkan anda memberikan

garam kepada saya; kalau saya memerlukan sendok, saya ingin sendok

sungguhan bukan sendok mainan yang terbuat dari karet.

c) Relasi: Saya menginginkan konstribusi pasangan saya sesuai dengan

kebutuhan yang diperlukan pada setiap tahapan transaksi, seandainya saya

sedang membuat adonan kue, saya tidak mengharapkan diberi buku atau

lampin walaupun konstribusi barang-barang ini mungkin sesuai untuk

tahapan berikutnya.

d) Cara : Saya mengharapkan pasangan saya menjelaskan konstribusi apa

yang diberikannya dan melaksanakan tindakannya secara beralasan.33

Ketika seseorang bertutur dalam suatu proses komunikasi dia

mengharapkan tanggapan dari lawan tuturnya sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai. Ketika penutur ingin meminta sesuatu, harapannya adalah

sesuatu yang diminta akan diperoleh. Banyak faktor yang menyebabkan

satu proses komunikasi menjadi gagal, di antaranya:

(1) Lawan tutur tidak mempunyai pengetahuan

Proses komunikasi atau pertuturan akan gagal apabila lawan tutur tidak

mempunyai pengetahuan mengenai objek yang dibicarakan.

(2) Lawan tutur tidak sadar

Suatu proses pertuturan melibatkan penutur, lawan tutur dan pesan

atau objek yang dituturkan; tetapi dengan syarat lawan tutur harus

33

Nadar, Pragmatik & Penelitian Pragmatik, h. 26

Page 35: Churin in Nabila-fitkq

21

dalam keadaan sadar atau menyadari adanya tuturan dari seorang

penutur.

(3) Lawan tutur tidak tertarik

Proses pertuturan akan berlangsung dengan baik apabila informasi atau

objek yang dibicarakan sama-sama diminati oleh penutur dan lawan

tutur; atau lawan tutur juga mempunyai perhatian terhadap informasi

yang disampaikan oleh penutur.

(4) Lawan tutur tidak berkenan

Proses pertuturan akan gagal kalau lawan tutur tidak berkenan atau

tidak suka dengan cara penutur menyampaikan informasi tuturannya.

(5) Lawan tutur tidak paham

Apabila lawan tutur tidak dapat memahami maksud dari tuturan

penutur, maka komunikasi tidak akan berlanjut.

(6) Lawan tutur terkendala kode etik

Lawan tutur dapat menjawab permintaan penutur, tetapi kalau dijawab

dia akan melanggar kode etik yang harus dipegangnya.34

Jadi, ketika kita melakukan proses komunikasi hendaknya berusaha

untuk menerapkan dan mematuhi prinsip kerja sama Grice yang terdiri

dari empat maksim, yaitu (1) maksim kuantitas; (2) maksim kualitas; (3)

maksim relavansi; dan (4) maksim cara, agar pesan yang kita sampaikan

atau maksud pembicaraan kita bisa tersampaikan dengan baik kepada

lawan tutur.

3. Humor beserta fungsinya

Humor atau lelucon merupakan kenyataan universal, dan digunakan

oleh setiap orang di sepanjang hidupnya sebagai penghibur atau bumbu-

bumbu percakapan. Dalam suasana yang kaku, humor difungsikan sebagai

pemecah ketegangan, sehingga suasana kaku berubah menjadi tidak beku

lagi. Dalam konteks sosial politik, humor digunakan sebagai peranti

kontrol sosial dan sarana menyampaikan masukan. Dalam berbagai surat

kabar dan majalah atau bulletin politik, sering kali dimunculkan gambar-

34

Chaer, Kesantunan, h. 38-44

Page 36: Churin in Nabila-fitkq

22

gambar yang bernuansa komikal. Dalam dunia pendidikan, humor juga

dipercaya dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan variasi-

variasi pembelajaran.

Tetapi, ada kalanya humor dapat mengundang kemarahan. Dia menjadi

pangkal kejengkelan dan perselisihan. Seseorang yang berselera humor

rendah, dapat saja tersinggung ketika dirinya mendapat olok-olokan dari

seorang teman. Maka dapatlah dikatakan bahwa sesungguhnya sosok

humor itu bagaikan bilah-bilah pisau bermata tajam dua. Di satu sisi dia

digunakan sebagai sarana pendukung komunikasi, di lain sisi berfungsi

sebagai pemicu terjadinya ketidakmulusan komunikasi.35

Danandjaja dalam Darmansyah menyatakan bahwa humor adalah

sesuatu yang dapat menimbulkan atau menyebabkan pendengarannya

merasa tergelitik perasaan lucunya, sehingga terdorong untuk tertawa.36

Sheinowizt menyatakan bahwa humor dapat juga diartikan suatu

kemampuan untuk menerima, menikmati dan menampilkan sesuatu yang

lucu, ganjil atau aneh yang bersifat menghibur.37

Wijana mengatakan bahwa humor baik yang bersifat protes sosial,

berfungsi sebagai pelipur lara, dan mampu membawa pembaca dari

keadaan telis ke keadaan paratelis. Selain itu, humor juga dapat

menyalurkan ketegangan bathin yang menyangkut ketimpangan norma

masyarakat yang dapat dikendurkan melalui tawa.38

Sheinowizt dalam Darmansyah menyatakan bahwa humor dapat juga

diartikan suatu kemampuan untuk menerima, menikmati dan menampilkan

sesuatu yang lucu, ganjil atau aneh yang bersifat menghibur.39

35

Kunjana Rahardi, Dimensi-Dimensi Kebahasaan, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 93 36

Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, (Jakarta : Bumi Aksara,

cet.1, 2010), h. 68 37

Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, h. 66 38

I Dewa Putu Wijana, Kartun : Studi tentang Permainan Bahasa, (Yogyakarta : Ombak, 2003),h.

3 39

Darmansyah, Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor, h. 66

Page 37: Churin in Nabila-fitkq

23

Jadi, humor adalah wacana lisan maupun tulisan yang bisa

menimbulkan tawa dan juga kemarahan, bergantung kepada jenis humor

yang disampaikan. Ketika humor dapat menimbulkan tawa dan

senyuman, maka humor tersebut berfungsi sebagai sebuah hiburan dan

pelipur lara, menghilangkan stress serta kejenuhan. Sebaliknya apabila

humor tersebut menimbulkan kejengkelan atau kemarahan maka akan

mengakibatkan terjadinya pertengkaran maupun perselisihan.

Dalam sejarah kepelawakan kita sudah melihat Charlie Chaplin dan

Mr. Bean dalam film-film serialnya yang hanya menampilkan gerak-gerik

untuk memancing senyum atau tawa penonton. Pelawak-pelawak

Indonesia dari Bing Slamet, Benyamin S. Bagio dan kawan-kawan, Bokir

dan kawan-kawan, rombongan Sri Mulat, sampai yang terakhir rombongan

Parto dengan Opera Van Javanya di stasiun televise. Menggabungkan

gerak-gerik kostum yang aneh-aneh, dan ujaran-ujaran yang tidak lazim

untuk memancing tawa penonton.40

Pradopo (1985) membeda-bedakan humor menjadi tiga jenis, yakni

humor sebagai kode bahasa, humor sebagai kode sastra, dan humor sebaga

kode budaya. Di dalam sastra, humor berfungsi sebagai pengikat tema dan

fakta cerita. Sebagai kode budaya, humor merupakan hasil budaya

masyarakat pendukungnya. Sebagai kode bahasa, ditemukan cara

penciptaan humor, yakni dengan penyimpangan makna, penyimpangan

bunyi, dan pembentukan kata baru.

Humor dapat ditampilkan dengan melakukan penyimpangan kaidah

pragmatik, seperti penyimpangan 2 jenis implikatur, yaitu implikatur

konvensional dan implikatur pertuturan. Yang pertama menyangkut makna

bentuk-bentuk linguistik, sedangkan yang kedua menyangkut elemen-

elemen wacana yang menurut Grice (1975) dinamakan prinsip kerja sama.

Humor yang berkembang dewasa ini bertumpu pada tiga teori utama,

yakni teori ketidaksejajaran, teori pertentangan, dan teori pembebasan.

Teori ketidaksejajaran dan pertentangan mengemukakan bahwa humor

40

Abdul Chaer, Cekakak-Cekikik Jakarta, (Jakarta : PT Rineka Cipta, cet.1, 2011), h. ix

Page 38: Churin in Nabila-fitkq

24

secara tidak kongruen menyatukan dua makna atau penafsiran yang

berbeda ke dalam suatu objek yang kompleks. Ketidaksejajaran atau

ketidaksesuaian bagian-bagian itu dipersepsikan secara tiba-tiba oleh

penikmatnya. Seperti contoh kartun di bawah ini yang menggabungkan

dua konsep yang satu sama lain berbeda dengan satu kata yang secara

kebetulan memiliki bunyi yang sama, yaitu lima.

13. A : Masak Peru ibu kotanya Lima, banyak amat?

B : Bukan jumlahnya….tapi namanya.

Ketidaksejajaran atau pertentangan di dalam wacana kartun

dikreasikan oleh para kartunis untuk menanggapi kondisi masyarakatnya

atau sekadar bersenda gurau yang pada akhirnya diharapkan dapat

melepaskan khalayak pembaca dari keseriusan dan berbagai beban

kehidupan.

Sebagai pemerjelas perhatikan contoh di bawah ini :

14. A : Kau telah disemir oleh oknum-oknum itu, ya?

B : Bapak menghina saya, ya. Saya ini pejabat bukan sepatu.

Wacana kartun (14) memanfaatkan ambiguitas kata disemir. Secara

literal kata disemir bermakna „membersihkan sepatu atau rambut agar

mengkilat dengan cairan atau bahan tertentu‟, sedangkan secara figuratif

bermakna „diberi uang secara tidak legal untuk memperlancar atau

mempermudah suatu urusan‟. Pengacauan antara pemakian yang bersifat

literal dan nonliteral itulah letak kejenekaan wacana kartun (14) di atas.

Humor merupakan teka-teki yang terpahami ketidaksejajarannya.

Dalam kaitannya dengan pemahaman humor, para penikmat harus

menemukan semacam kaidah kognitif (cognitive rule) ketidaksejajaran itu.

Penemuan kaidah ditandai dengan penolakan salah satu rangsangan atau

kemungkinan interpretasi yang disodorkan.41

Sifat-sifat khas wacana

humor dapat juga didasarkan atas teori Hymes (1974) yang

41

Wijana, Kartun, h. 12-27

Page 39: Churin in Nabila-fitkq

25

mengemukakan bahwa ada 8 faktor yang menentukan wujud ujaran

seseorang. Semua faktor tersebut diringkas menjadi SPEAKING.

1. Setting and Scene, yaitu berkenaan dengan waktu, tempat, situasi

tempat dan waktu, atau situasi psikologis pembicaraan.

2. Participants, yaitu pihak-pihak yang terlibat dalam pertuturan.

3. Ends, yaitu maksud dan tujuan pertuturan.

4. Act sequence, yaitu mengacu pada bentuk dan isi ujaran.

5. Key, yaitu mengacu pada nada, cara, dan semangat dimana suatu

pesan disampaikan.

6. Intrumentalities, yaitu jalur bahasa yang digunakan.

7. Norm of Interaction and Interpretation, yaitu mengacu pada norma

atau aturan dalam berinteraksi.

8. Genre, yaitu jenis bentuk penyampaian.42

Wacana humor bisa terbentuk melalui pemanfaatan berbagai aspek

kebahasaan yang digunakan secara tidak semestinya. Berhubungan dengan

ini, ragam bahasa informal cenderung lebih banyak digunakan sebagai

sarana berhumor dengan sifat-sifatnya yang tidak terikat pada kaidah

kebakuan sehingga ketaksaan, berlebihan, tidak logis, dan tidak relevan

merupakan aspek penting dalam humor.

B. Penelitian yang relevan

Ayusya (Mahasiswa UI 2010) telah melakukan penelitian dengan judul

“Wacana NgupingJakarta: Tinjauan Terhadap Prinsip Kerja Sama,

Koherensi, Makrostruktur, dan Suprastruktur dalam Blog Humor”. Hasil

penelitiannya yaitu menjelaskan jenis pelanggaran terhadap prinsip kerja

sama, menjelaskan suprastruktur dan makrostruktur wacana, dan

menjelaskan pengaruh koherensi yang terjadi dalam blog humor

NgupingJakarta. Ayusya ingin mengetahui penyimpangan prinsip kerja

sama dalam humor NgupingJakarta tersebut, selain itu dia juga melihat

struktur wacana dan koherensi yang ada dalam blog humor tersebut. Jadi,

penelitian Ayusya terdiri dari dua bidang kajian yaitu bidang kajian

42

Abdul Chaer dan Leonie Agustina, Sosiolinguistik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), h. 48-49

Page 40: Churin in Nabila-fitkq

26

pragmatik dan wacana. Menurutnya, mengapa dia mengambil penelitian

tersebut dikarenakan wacana pada umumnya selalu berdampingan dengan

kajian pragmatik, dan bahasa dalam pragmatik terutama humor terbentuk

menjadi sebuah wacana.Sehingga wacana dan pragmatik terkadang sangat

erat hubungannya.

Tyas Chairunisa (Mahasiswa UI 2011) telah melakukan penelitian

dengan judul “Analisis Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja Sama dan

Prinsip Kesantunan pada Humor Singkat.” Hasil penelitiannya yaitu

mendeskripsikan dan menganalisis pelanggaran-pelanggaran terhadap

prinsip percakapan yang terdiri dari prinsip kerja sama dan prinsip

kesantunan serta penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran tersebut

dalam humor singkat KKBHBJ (Ketawa Ketiwi Betawi Humor dari

Batavia sampai Jabotabek karya Abdul Chaer tahun 2007). Jadi, Kajian

yang diambil oleh Tyas adalah kajian pragmatik tentang prinsip

percakapan yang terdiri dari prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.

Namun, dia hanya menitikberatkan kepada pelanggaran-pelanggaran yang

dilakukan dalam percakapan humor tersebut.

Syifa Fauziah (Mahasiswa UNJ 2011) telah melakukan penelitian

dengan judul “Maksim Kerja Sama Pada Dialog Tokoh Utama dalam

Novel Ketika Cinta Bertasbih 1 dan Implikasinya Bagi Pembelajaran

Bahasa Indonesia di SMA.” Hasil penelitiannya yaitu mendeskripsikan

dan menganalisis pemenuhan dan pelanggaran terhadap maksim kerja

samayang dilakukan oleh dialog tokoh utama dalam novel Ketika Cinta

Bertasbih 1, tokoh utama yang dimaksud adalah Khoirul Azzam dan Anna

Althofunnisa. Dari awal cerita dialog tokoh utama dengan tokoh lain

hingga akhir cerita, Syifa membuat kesimpulan bahwa dialog yang

dilakukan oleh tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1 lebih

cenderung terhadap pemenuhan maksim kerja sama. Selain itu, Syifa

menjadikan hasil penelitiannya sebagai implikasi terhadap pembelajaran

bahasa Indonesia, khususnya dalam materi keterampilan menulis dialog

dan berbicara mengungkapkan perasaan. Jadi, kajian yang diambil oleh

Page 41: Churin in Nabila-fitkq

27

Syifa adalah kajian pragmatik tentang maksim kerja sama Grice. Dia

menitikberatkan kepada pemenuhan dan pelanggaran yang dilakukan oleh

dialog tokoh utama yaitu Azzam dan Anna dalam novel Ketika Cinta

Bertasbih 1 karya Habiburrahman El-Shirazy.

Persamaan dan perbedaan ketiga penelitian di atas dengan penelitian

ini adalah terletak kepada unsur yang dikaji danobjek yang menjadi

kajiannya. Persamaan penelitian Ayusya dan Tyas dengan penelitian ini

yaitu sama-sama mengkaji humor sebagai objeknya, namun perbedaannya

bahwa Ayusya dan Tyas mengkaji penyimpangan yang dilakukan terhadap

prinsip kerja sama, selain itu Ayusya juga mengkaji tentang macrostruktur,

suprastruktur, dan koherensi. Adapun Tyas juga meneliti tentang

penyimpangan terhadap prinsip kesopanan. Sedangkan penelitian ini

menitikberatkan kepada prinsip kerja sama serta penyimpangan yang

dilakukan dalam humor Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

Objek yang menjadi kajian Ayu adalah Blog humor NgupingJakarta,Tyas

dengan objek humor Ketawa Ketiwi Betawi, dan penelitian ini

menggunakan humor Cekakak-Cekikik Jakarta sebagai objek

penelitiannya.

Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Syifa, persamaan

dan perbedaan terletak pada unsur yang dikaji dan objek yang menjadi

kajiannya. Penelitian Syifa dengan penelitian ini sama-sama mengkaji

maksim kerja sama sebagai unsur kajiannya. Hasil penelitian Syifa sangat

relevan dengan penelitian ini, bahwa tujuannya adalah mendeskripsikan

dan menganalisis pemenuhan dan pelanggaran terhadap prinsip kerja sama

yang dilakukan dalam sebuah dialog. Namun, yang menjadi perbedaan

terletak di dalam objek yang menjadi kajiaannya. Objek penelitian Syifa

terdapat pada dialog tokoh utama dalam novel Ketika Cinta Bertasbih 1,

sedangkan objek penelitian ini adalah dialog masyarakat betawi yang

terdapat dalam humor Cekakak-Cekikik Jakarta.

Page 42: Churin in Nabila-fitkq

28

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi merupakan sekumpulan peraturan, kegiatan, dan prosedur

yang digunakan untuk memperoleh kebenaran terhadap masalah tertentu yang

diajukan di dalam suatu penelitian. Usaha tersebut dilakukan dengan

sistematis dan terorganisasi, karena membutuhkan jawaban dan penyelesaian

yang benar dan logis. Adapun unsur-unsur metodologi dalam penelitian ini

sebagai berikut:

Skema Konseptual 1

Sumber Muhammad (2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini terdiri dari tiga aspek yang tercakup dalam

istilah metodologi penelitian, yaitu aspek aksiologi dari satu paradigma.

Aspek tersebut merupakan aspek nyata yang menunjukan cara melaksanakan

Metodologi Penelitian

Ancangan Pragmatik

Metode Kualitatif

Teknik Simak

Bebas Cakap Catat

Page 43: Churin in Nabila-fitkq

29

penelitian yang terdiri dari ancangan, metode, dan teknik. Ancangan

merupakan disiplin ilmu yang digunakan sebagai paradigma berpikir.

Menurut Bogdan dalam Moleong, paradigma adalah kumpulan longgar dari

sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang

mengarahkan cara berpikir dan penelitian.1Dengan paradigma, cara atau

orientasi berpikir peneliti menjadi terarah dan penelitian yang dilakukan akan

menjadi fokus.

Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ilmu pragmatik.

Ilmu pragmatik merupakan bidang linguistik yang mempelajari struktur

bahasa secara eksternal, yaitu mengkaji maksud penutur dalam

menyampaikan satuan lingual melalui bahasa berdasarkan konteks.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian atau research method merupakan aspek aksiologi dari

suatu paradigma, yang merupakan aspek nyata cara melaksanakan penelitian.

Di dalamnya terdapat jenis penelitian, data, sumber data, dan metode

penelitian yang meliputi pengadaan, analisis, dan penyajian data.2

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian

kualitatif adalah penelitian untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan

dan lain-lain, secara holistik dan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa.3

Penelitian kualitatif deskriptif tidak hanya mengemukakan berbagai

tindakan yang tampak oleh kasat mata saja, sebagaimana dikatakan Bailey

(1982) dalam Mukhtar (2013) menurut kutipan sebagai berikut:

1Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), h. 49

2Muhammad, Metode Penelitian Bahasa, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h. 168

3 Moleong, op. cit., h. 6

Page 44: Churin in Nabila-fitkq

30

Penelitian kualitatif deskriptif selain mendiskusikan berbagai kasus

yang sifatnya umum tentang berbagai fenomena sosial yang

ditemukan, juga harus mendeskripsikan hal-hal yang bersifat spesifik

yang dicermati dari sudut kemengapaan dan kebagaimanaan, terhadap

suatu realitas yang terjadi baik perilaku yang ditemukan di permukaan

lapangan sosial, juga yang tersembunyi di balik sebuah perilaku yang

ditunjukkan.4

Dengan demikian, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan prinsip kerja sama serta penyimpangan yang dilakukan

dalam humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

C. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah prinsip kerja sama serta

penyimpangan yang dilakukan dalam humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta

karya Abdul Chaer. Prinsip kerja sama merupakan prinsip yang dijadikan

pedoman ketika peserta tutur melaksanakan proses komunikasi. Prinsip kerja

sama terdiri dari empat maksim, yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas,

maksim relevansi, dan maksim cara.

D. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah seluruh dialog yang mengalami prinsip

kerja sama serta penyimpangan yang dilakukan dalam humor dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

Dalam penelitian ini, hanya diambil sepuluh dialog yang mengandung

prinsip kerja sama dan sepuluh dialog yang menyimpang dari prinsip kerja

sama yang terdapat dalam humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya

Abdul Chaer. Dalam pengambilan sampel penelitian, peneliti mempunyai

pertimbangan tersendiri di dalam pengambilannya, maka teknik yang 4 Mukhtar, Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif, (Jakarta: Referensi, 2013), h. 11

Page 45: Churin in Nabila-fitkq

31

digunakan dalam pengambilan sampel adalah Purposive Sampling yaitu

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Adapun hal yang menjadi pertimbangan yaitu adanya pengulangan beberapa

dialog yang dianggap bisa mewakili dari setiap dialog yang telah

diklasifikasikan berdasarkan maksim-maksimnya.

E. Pengumpulan Data

Peneliti menggunakan metode, teknik, dan kiat dalam upaya

mengumpulkan data. Metode dan teknik yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu metode simak dengan teknik simak bebas cakap dan teknik catat.

Adapun kemampuan peneliti dalam menggunakan teknik untuk menjalankan

metode dengan kiat tertentu yaitu menandai dengan bolpoin warna dan

memberi kode pada setiap dialog sesuai dengan maksim-maksim yang

terdapat dalam prinsip kerja sama. Maksim-maksim tersebut terdiri atas

maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara.

Tujuan pemberian kode dan tanda tersebut untuk memudahkan peneliti di

dalam mengidentifikasi dialog yang mematuhi dan menyimpang dari prinsip

kerja sama.

1. Metode Simak

Metode simak dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Istilah

menyimak dalam penelitian ini berkaitan dengan penggunaan bahasa secara

tertulis. Simak merupakan kegiatan permulaan, mengamati, dan memahami

dialog antar peserta tutur yang terdapat dalam humor Cekakak-Cekikik

Jakarta karya Abdul Chaer. Selanjutnya, digunakan teknik lanjutan berupa

teknik simak bebas cakap dan teknik catat. Hal ini untuk memudahkan di

dalam mengumpulkan data dengan lebih teliti dan cermat.

Page 46: Churin in Nabila-fitkq

32

a) Teknik Simak Bebas Cakap

Pada teknik ini, peneliti berperan sebagai pengamat penggunaan bahasa.

Peneliti tidak terlibat dalam peristiwa pertuturan, namun hanya menyimak

pertuturan atau dialog yang sedang dilakukan antar peserta tutur. Pada teks

humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta, peneliti hanya menyimak informasi

teks baik yang berkenaan dengan isi maupun unsur-unsur di luar bahasa.

b) Teknik Catat

Setelah melakukan teknik simak bebas cakap, digunakan teknik catat atau

taking note method dengan melakukan pengelompokan teks dialog menjadi

gugus-gugus sesuai maksim-maksimnya pada kartu data yang telah

disediakan. Gugus adalah rangkaian; kumpulan; kelompok.5 Tujuan membuat

gugus-gugus tersebut untuk memudahkan di dalam mengklasifikasikan dialog

berdasarkan maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama Grice.

Berikut ini adalah contoh kartu data yang digunakan dalam penelitian.

No. Nama Maksim Kode Data Jumlah Persentese

No

mor

Urut

Maks

im

Nama maksim yang

terdapat dalam

prinsip kerja sama.

Contoh : Maksim

Kuantitas

Bentuk dialog yang

mematuhi maksim

kuantitas, diberi

kode data

KN=HD/CCJ:

3/163

Jumlah

data

(dialog)

yang

mematuhi

maksim

kuantitas.

Jumlah

persentase

dialog yang

mematuhi

maksim

kuantitas.

Kartu data dirancang sendiri oleh peneliti untuk memudahkan mengidentifikasi dialog

sesuai maksim yang terdapat dalam prinsip kerja sama.

5 Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta, 2008), h. 464

Page 47: Churin in Nabila-fitkq

33

F. Jenis Data

Sumber data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah humor

Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer.

Identitas novel tersebut adalah:

Judul buku : Cekakak-Cekikik Jakarta

Pengarang : Abdul Chaer

Penerbit : PT Rineka Cipta Jakarta

Cetakan : Pertama, Juni 2011

Tebal : 312 halaman

Referensi utama yang digunakan dalam penelitian adalah buku-buku

pragmatik yang berkaitan dengan prinsip kerja sama. Selain itu, digunakan

referensi lain untuk menambah pengetahuan dalam mengkaji prinsip kerja

sama.

G. Analisis Data

Dalam analisis data digunakan metode dan teknik dalam upaya

menganalisis data, selanjutnya menghubungkan hasil analisis data dengan

teori menurut beberapa ahli. Metode yang digunakan untuk menganalisis data

adalah metode padan ekstralingual dengan teori Speaking, selanjutnya

digunakan teknik lanjutan berupa teknik hubung banding menyamakan, teknik

hubung banding membedakan serta teknik hubung banding menyamakan hal

pokok. Dengan teknik lanjutan ini, peneliti membanding-bandingkan

bagaimana dialog-dialog itu dihasilkan, kemudian mengelompokkan sesuai

maksim-maksimnya dengan prinsip menyamakan yang sama dan

membedakan yang berbeda, kemudian mencari kesamaan hal pokok tentang

pematuhan dan penyimpangan prinsip kerja sama dari pembedaan dan

penyamaan yang dilakukan. Adapun teori yang digunakan dalam

Page 48: Churin in Nabila-fitkq

34

menganalisis data adalah teori Grice yang dikembangkan oleh Kunjana

Rahardi, Fatimah Djajasudarma, Kushartanti, Abdul Chaer, F.X. Nadar, dan I

Dewa Putu Wijana.

1. Metode Padan Ekstralingual

Metode padan ekstralingual digunakan untuk menganalisis unsur yang

bersifat ekstralingual, seperti menghubungkan masalah bahasa dengan hal

yang berada di luar bahasa, seperti hal-hal yang menyangkut makna,

informasi, konteks tuturan dan lain-lain.6

a) Teori Speaking

Peneliti menggunakan teori Speaking untuk memudahkan menganalisis

data, digunakan teori tersebut karena dialog-dialog yang terdapat dalam

humor Cekakak-Cekakak Jakarta tidak lepas dari konteks sosial masyarakat.

Dell Hymes (1972) mengatakan, bahwa suatu komunikasi dengan

menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur, yang

diakronimkan menjadi Speaking.

H. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur dalam mengidentifikasi data prinsip kerja sama dalam humor

Cekakak-Cekikik Jakarta sebagai berikut :

1. Membaca secara intensif humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta.

2. Mencermati dan mengamati dialog dengan metode dan teknik

pengumpulan data.

3. Menandai dan memberi kode pada dialog yang mematuhi dan

menyimpang dari prinsip kerja sama.

6Mahsun, op. cit., h. 120.

Page 49: Churin in Nabila-fitkq

35

4. Menganalisis bentuk dialog yang mematuhi dan menyimpang dari prinsip

kerja sama dengan metode dan teknik analisis data.

5. Mengklasifikasikan bentuk-bentuk dialog yang mematuhi dan

menyimpang sesuai maksim-maksim yang terdapat dalam prinsip kerja

sama.

6. Menulis data hasil klasifikasi.

7. Membahas data hasil klasifikasi berdasarkan teori

8. Membuat kesimpulan mengenai prinsip kerja sama dan penyimpangan

yang dilakukan dalam humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya

Abdul Chaer.

Page 50: Churin in Nabila-fitkq

36

Kegiatan Meneliti Prinsip Kerja Sama dalam Humor Dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta Karya Abdul Chaer

Dataggjj

Skema Konseptual 2

Sumber Mahsun (2007) dan Muhammad (2011) yang sudah dimodifikasi oleh peneliti.

Data Prinsip Kerja Sama dalam Humor

Klasifikasi Data Sesuai Maksim

Metode Teknik

dan Kiat

Analisis Data dan

Pembahasan

Metode dan

Teknik

Metode Padan

Ekstralingual

Teknik Hubung

Banding

Menyamakan

Teknik Hubung

Banding

Membedakan

Teknik Hubung

Banding

Menyamakan Hal

Pokok

Teori Speaking

Teori

Hasil Data Prinsip

Kerja Sama

Berdasarkan Maksim

Kuantitas, Maksim

Kualitas, Maksim

Relevansi, dan

Maksim Cara dalam

Humor Dialog

Cekakak-Cekikik

Jakarta Karya Abdul

Chaer

Page 51: Churin in Nabila-fitkq

37

I. Keabsahan Data

Dalam upaya mendapatkan keabsahan data penelitian, perlu dilakukan

pengecekan terhadap data yang ditemukan.Pengecekan data dalam penelitian

ini dilakukan dengan ketekunan pengamatan dan diskusi.

Ketekunan pengamatan bermaksud melakukan pengecekan kembali

terhadap data yang sudah diklasifikasikan, sehingga dapat memberikan

deskripsi data yang akurat dan sistematis. Dalam melakukan ketekunan

pengamatan ini, peneliti menggunakan referensi buku-buku pragmatik

terutama tentang prinsip kerja sama Grice. Setelah melakukan ketekunan

pengamatan, peneliti berdiskusi dengan beberapa teman sejawat dan

berkonfirmasi dengan pembimbing mengenai keabsahan data yang telah

ditemukan.

Page 52: Churin in Nabila-fitkq

38

BAB IV

HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Hasil penelitian ini berupa deskripsi pematuhan serta penyimpangan

terhadap prinsip kerja sama dalam humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta

karya Abdul Chaer. Pematuhan terhadap prinsip kerja sama dilakukan

sebagai pedoman selama komunikasi berlangsung, hal ini dengan

mematuhi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan

maksim cara. Sedangkan penyimpangan prinsip kerja sama terjadi

disebabkan penutur tidak faham dengan konteks pembicaraan atau

penyimpangan sengaja dilakukan untuk menimbulkan efek lucu atau

sindiran halus.

Pada penelitian ini, pematuhan maksim kuantitas berupa informasi

yang relatif memadai dan sesuai dengan kebutuhan penutur. Pematuhan

maksim kualitas berupa informasi yang benar dan logis. Pematuhan

maksim relevansi berupa informasi yang relevan dengan topik

pembicaraan. Pematuhan maksim cara berupa informasi yang jelas,

langsung, tidak ambigu dan tidak membingungkan.

Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dalam humor dialog ini

meliputi penyimpangan maksim kuantitas dengan memberikan informasi

yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan penutur.

Penyimpangan maksim kualitas berupa informasi yang salah dan tidak

logis. Penyimpangan maksim relevansi berupa informasi yang tidak

relevan dengan topik pembicaraan. Penyimpangan maksim cara berupa

informasi yang kabur, ambigu, berbelit-belit dan membingungkan.

Untuk mempermudah pemahaman analisis data, penelitian dilakukan

dengan menggunakan metode SPEAKING (Setting and Scene,

Participants, Ends, Act sequence, Key, Instrumentalities, Norm of

Page 53: Churin in Nabila-fitkq

39

Interaction and Interpretation, Genre) dan hasil penelitian ditampilkan

dengan bentuk tabel yang menggambarkan garis besar rumusan masalah

dalam penelitian ini. Pemaparan hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk

tabel sebagai berikut

Tabel 01

Pematuhan Prinsip Kerja Sama dalam Humor Dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

Tase

1.

Maksim

Kuantitas

(KN=HD/CCJ: 3/163), (KN=HD/CCJ: 8/165),

(KN=HD/CCJ: 14/167), (KN=HD/CCJ: 15/167),

(KN=HD/CCJ: 17/168), (KN=HD/CCJ: 22/170),

(KN=HD/CCJ: 24/171), (KN=HD/CCJ: 28/172),

(KN=HD/CCJ: 32/173), (KN=HD/CCJ: 36/174),

(KN=HD/CCJ: 37/175), (KN=HD/CCJ: 39/175),

(KN=HD/CCJ: 45/177), (KN=HD/CCJ: 48/178),

(KN=HD/CCJ: 49/178), (KN=HD/CCJ: 66/183)

(KN=HD/CCJ: 72/186), (KN=HD/CCJ: 73/187),

(KN=HD/CCJ: 74/187), (KN=HD/CCJ: 81/190),

(KN=HD/CCJ: 85/192), (KN=HD/CCJ: 86/193),

(KN=HD/CCJ: 87/193), (KN=HD/CCJ: 90/194),

(KN=HD/CCJ: 96/196), (KN=HD/CCJ:100/198),

(KN=HD/CCJ:101/199), (KN=HD/CCJ:102/200),

(KN=HD/CCJ:103/200, (KN=HD/CCJ:107/202),

(KN=HD/CCJ:108/203), (KN=HD/CCJ:114/205),

(KN=HD/CCJ:126/209), (KN=HD/CCJ:132/212),

(KN=HD/CCJ:137/214), (KN=HD/CCJ:145/217),

(KN=HD/CCJ:148/219), (KN=HD/CCJ:153/221),

(KN=HD/CCJ:155/222)

39 25,16%

Keterangan : (KN=HD/CCJ: 3/163)

a. KN = Kuantitas

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

Page 54: Churin in Nabila-fitkq

40

d. 14 = Nomor urut humor

e. 167 = Nomor urut halaman

Tabel 02

No. Nama

Maksim Nomor Data Jum

lah

Persen

Tase

2.

Maksim

Kualitas

(KL=HD/CCJ: 1/161), (KL=HD/CCJ: 2/161),

(KL=HD/CCJ: 5/164), (KL=HD/CCJ: 9/165),

(KL=HD/CCJ: 10/166), (KL=HD/CCJ: 19/169),

(KL=HD/CCJ: 20/169), (KL=HD/CCJ: 31/173),

(KL=HD/CCJ: 44/177), (KL=HD/CCJ: 53/180),

(KL=HD/CCJ: 68185), (KL=HD/CCJ: 79/189),

(KL=HD/CCJ: 84/192), (KL=HD/CCJ: 98/197),

(KL=HD/CCJ: 99/198), (KL=HD/CCJ:110/203),

(KL=HD/CCJ:112/204), (KL=HD/CCJ:117/206),

(KL=HD/CCJ:118/206), (KL=HD/CCJ:119/207),

(KL=HD/CCJ:120/207), (KL=HD/CCJ:125/209),

(KL=HD/CCJ:136/213), (KL=HD/CCJ:138/215),

(KL=HD/CCJ:141/216), (KL=HD/CCJ:142/216),

(KL=HD/CCJ:144/217), (KL=HD/CCJ:147/218)

28 18,06%

Keterangan : (KL=HD/CCJ: 99/198)

a. KL = Kualitas

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 99 = Nomor urut humor

e. 198 = Nomor urut halaman

Tabel 03

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

tase

3. Maksim

Relevansi

(R=HD/CCJ: 7/165), (R=HD/CCJ: 23/170),

(R=HD/CCJ: 29/172), (R=HD/CCJ: 88/194),

(R=HD/CCJ:106/202), (R=HD/CCJ:131/212)

6 3,87%

Keterangan : (R=HD/CCJ: 29/172)

Page 55: Churin in Nabila-fitkq

41

a. R = Relevansi

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 29 = Nomor urut humor

e. 172 = Nomor urut halaman

Tabel 04

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

tase

4.

Maksim

Cara

(C=HD/CCJ: 18/169), (C=HD/CCJ: 25/171),

(C=HD/CCJ: 30/173), (C=HD/CCJ: 40/176),

(C=HD/CCJ: 52/179), (C=HD/CCJ: 69/185),

(C=HD/CCJ: 93/195), (C=HD/CCJ: 97/197),

(C=HD/CCJ:123/208), (C=HD/CCJ:124/208),

(C=HD/CCJ:128/211)

11 7,09%

Keterangan : (C=HD/CCJ: 128/211)

a. C = Cara

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 128 = Nomor urut humor

e. 211 = Nomor urut halaman

Tabel 05

Penyimpangan Prinsip Kerja Sama dalam Humor Cekakak-Cekikik

Jakarta karya Abdul Chaer

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

Tase

5.

Penyimpa

ngan

Maksim

Kuantitas

(PKN=HD/CCJ:13/167), (PKN=HD/CCJ:27/172),

(PKN=HD/CCJ:55/180), (PKN=HD/CCJ:57/181),

(PKN=HD/CCJ:58/181), (PKN=HD/CCJ:60/181),

(PKN=HD/CCJ:61/182), (PKN=HD/CCJ:67/184),

(PKN=HD/CCJ:76/188), (PKN=HD/CCJ:77/188),

(PKN=HD/CCJ:121/208),(PKN=HD/CCJ:129/211),

(PKN=HD/CCJ:135/213)

13 8,38%

Keterangan : PKN=HD/CCJ: 13/167

Page 56: Churin in Nabila-fitkq

42

a. PKN = Penyimpangan Kuantitas

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 13 = Nomor urut humor

e. 167 = Nomor urut halaman

Tabel 06

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

Tase

6.

Penyimpa

ngan

Maksim

Kualitas

(PKL=HD/CCJ: 21/170), (PKL=HD/CCJ: 26/171)

(PKL=HD/CCJ: 35/174), (PKL=HD/CCJ: 38/175),

(PKL=HD/CCJ: 42/176), (PKL=HD/CCJ: 46/178),

(PKL=HD/CCJ: 50/179), (PKL=HD/CCJ: 56/180),

(PKL=HD/CCJ: 59/181), (PKL=HD/CCJ: 62/182),

(PKL=HD/CCJ: 63/182), (PKL=HD/CCJ: 64/183),

(PKL=HD/CCJ: 65/183), (PKL=HD/CCJ: 71/186),

(PKL=HD/CCJ: 75/187), (PKL=HD/CCJ: 80/190),

(PKL=HD/CCJ: 83/191), (PKL=HD/CCJ: 94/196),

(PKL=HD/CCJ: 95/196), (PKL=HD/CCJ:104/201),

(PKL=HD/CCJ:105/202), (PKL=HD/CCJ:109/203),

(PKL=HD/CCJ:111/204), (PKL=HD/CCJ:113/205),

(PKL=HD/CCJ:115/205), (PKL=HD/CCJ:134/213),

(PKL=HD/CCJ:140/215), (PKL=HD/CCJ:143/217),

(PKL=HD/CCJ:146/218), (PKL=HD/CCJ:149/219),

(PKL=HD/CCJ:151/220), (PKL=HD/CCJ:152/223),

(PKL=HD/CCJ:154/221).

33 21,29%

Keterangan : PKL=HD/CCJ: 154/221

a. PKN = Penyimpangan Kualitas

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 154 = Nomor urut humor

e. 221 = Nomor urut halaman

Page 57: Churin in Nabila-fitkq

43

Tabel 07

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

Tase

7.

Penyimpa

ngan

Maksim

Relevansi

(PR=HD/CCJ: 4/164), (PR=HD/CCJ: 6/164),

(PR=HD/CCJ: 12/166), (PR=HD/CCJ: 41/176),

(PR=HD/CCJ: 43/177), (PR=HD/CCJ: 47/178),

(PR=HD/CCJ: 54/180), (PR=HD/CCJ: 70/186),

(PR=HD/CCJ: 78/189), (PR=HD/CCJ: 89/194),

(PR=HD/CCJ: 91/194), (PR=HD/CCJ:116/206),

(PR=HD/CCJ:139/215), (PR=HD/CCJ:150/220).

14 9,03%

Keterangan : (PR=HD/CCJ: 116/206)

a. PR = Penyimpangan Relevansi

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 116 = Nomor urut humor

e. 206 = Nomor urut halaman

Tabel 08

No. Nama

Maksim Nomor Data

Jum

lah

Persen

Tase

8.

Penyimpa

ngan

Maksim

Cara

(PC=HD/CCJ: 11/166), (PC=HD/CCJ: 16/168),

(PC=HD/CCJ: 33/172), (PC=HD/CCJ: 34/174),

(PC=HD/CCJ: 51/179), (PC=HD/CCJ: 82/191),

(PC=HD/CCJ: 92/195), (PC=HD/CCJ:122/208),

(PC=HD/CCJ:127/211), (PC=HD/CCJ:130/212),

(PC=HD/CCJ:133/212)

11 7,09%

Keterangan : (PC=HD/CCJ: 133/212)

a. PC = Penyimpangan Cara

b. HD = Humor Dialog

c. CCJ = Cekakak-Cekikik Jakarta

d. 133 = Nomor urut humor

e. 212 = Nomor urut halaman

Page 58: Churin in Nabila-fitkq

44

Data pematuhan prinsip kerja sama pada tabel 01 di atas menunjukkan

bahwa jumlah wacana humor dialog yang mematuhi prinsip kerja sama

berupa maksim kuantitas ada 39 dari 155 wacana humor dengan

persentase 25,16%. Pertuturan dalam wacana humor tersebut telah

mematuhi maksim kuantitas karena antara peserta tutur saling memberikan

informasi yang cukup, relatif memadai, dan sesuai dengan kebutuhan

penutur. Tabel 02 menunjukkan bahwa jumlah humor dialog yang

mematuhi maksim kualitas ada 28 dari 155 wacana humor dengan

persentase 18,06%. Pertuturan telah mematuhi maksim kualitas

dikarenakan peserta tutur saling memberikan informasi yang benar, logis,

tidak direkayasa, dan sesuai dengan fakta. Tabel 03 menunjukkan jumlah

dialog yang mematuhi maksim relevansi ada enam dari 155 wacana humor

dengan persentase 3,87%. Pertuturan telah mematuhi maksim relevansi

dikarenakan peserta tutur saling memberikan informasi yang relevan

dengan topik pembicaraan. Tabel 04 menunjukkan jumlah wacana humor

yang mematuhi maksim cara ada 11 dari 155 wacana humor dialog dengan

persentase 7,09%. Pertuturan telah mematuhi maksim cara dikarenakan

peserta tutur saling memberikan informasi yang jelas, tidak ambigu, dan

tidak membingungkan.

Adapun data penyimpangan yang dilakukan terhadap prinsip kerja

sama pada tabel 05 di atas menunjukkan bahwa jumlah wacana humor

dialog yang menyimpang dari maksim kuantitas ada 13 dari 155 wacana

humor dengan persentase 8,38%. Pertuturan telah menyimpang dari

maksim kuantitas dikarenakan masing-masing peserta tutur memberikan

informasi yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan lawan

tuturnya. Tabel 06 menunjukkan jumlah dialog yang menyimpang dari

maksim kualitas ada 33 dari 155 wacana humor dengan persentase

21,29%. Pertuturan telah menyimpang dari maksim kualitas dikarenakan

peserta tutur saling memberikan informasi yang salah, direkayasa, tidak

logis, dan tidak sesuai dengan fakta. Tabel 07 menunjukkan jumlah dialog

yang menyimpang dari maksim relevansi ada 14 dari 155 wacana humor

dengan persentase 9,03%, pertuturan telah menyimpang dari maksim

Page 59: Churin in Nabila-fitkq

45

relevansi dikarenakan peserta tutur memberikan informasi yang tidak

relevan dengan topik pembicaraan. Tabel 08 menunjukkan jumlah dialog

yang menyimpang dari maksim cara ada 11 dari 155 wacana humor

dengan persentase 7,09%. Pertuturan telah menyimpang dari maksim cara

dikarenakan peserta tutur memberikan informasi yang tidak jelas, berbelit-

belit, membingungkan, dan ambigu.

Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa tabel di atas bahwa data

pematuhan terhadap prinsip kerja sama lebih besar daripada data

penyimpangan. Jumlah data pematuhan ada 84 dari 155 wacana humor

dialog dengan persentase 54,20%, sedangkan data penyimpangan lebih

kecil dengan jumlah 71 dari 155 wacana humor dialog dengan persentase

45,80%. Data pematuhan prinsip kerja sama yang paling banyak dilakukan

dalam wacana humor dialog adalah maksim kuantitas, sedangkan data

penyimpangan terhadap prinsip kerja sama dalam wacana humor dialog

banyak terjadi dalam maksim kualitas.

B. Analisis Data dan Pembahasan

Prinsip kerja sama merupakan prinsip dalam menyampaikan

komunikasi verbal dengan relatif memadai, cukup, sesuai dengan fakta,

relevan, tidak ambigu dan berbelit-belit. Penjelasan mengenai prinsip kerja

sama dikemukakan oleh Grice, yang kemudian dikembangkan oleh

beberapa pengarang buku pragmatik. Prinsip kerja sama dalam percakapan

terdiri dari empat maksim, yaitu:(1) maksim kuantitas(maxim of quantity),

(2) maksim kualitas(maxim of quality), (3) maksim relevansi (maxim of

relevancy),dan (4) maksim cara (maxim of manner).

Berdasarkan data-data dalam hasil analisis penelitian yang telah

disampaikan sebelumnya, telah ditemukan dialog yang mematuhi prinsip

kerja sama yang terdiri atas empat maksim, yaitu maksim kuantitas,

maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Selain itu juga

ditemukan dialog yang menyimpang dari maksim-maksim tersebut.

Bentuk-bentuk dialog yang mematuhi dan menyimpang dari maksim-

maksim kerja sama akan dianalisis dan dibahas sebagai berikut:

Page 60: Churin in Nabila-fitkq

46

1. Pematuhan prinsip kerja sama

Prinsip kerja sama yang dilakukan dalam humor dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer meliputi empat maksim, yaitu (1)

Maksim kuantitas, (2) Maksim kualitas, (3) Maksim relevansi, dan (4)

Maksim cara. Berikut ini akan dipaparkan mengenai jenis-jenis prinsip

kerja sama.

a. Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan

informasi yang relatif memadai atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan

tutur.Jika peserta tutur memberikan informasi yang cukup dan sesuai

dengan kebutuhan lawan tutur, maka pertuturan tersebut dianggap telah

mematuhi maksim kuantitas.

1. Nama Belum Jadi

Petugas : Nama Anda?

Sudir : Sudir, Pak!

Petugas : Nama Anda?

Sukar : Sukar, Pak!

Petugas : Nama Anda?

Sumar : Sumar, Pak?

Petugas : Kalian bagaimana sih? Nama belum jadi kok

sudah dipakai?

(HD/CCK: 14/167)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, kantor kelurahan, suasana ramai

P (Peserta tutur) :Petugas, Sudir, Sukar, Sumar

E (Maksud dan tujuan) : Petugas ingin mengetahui nama dari

masing-masing lawan tutur.Sudir, Sukar,

Sumar bermaksud memberitahukan nama

mereka.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran yang digunakan merupakan

kalimat langsung, sedangkan topik

pembicaraan mengenai nama dari masing-

masing lawan tutur.

Page 61: Churin in Nabila-fitkq

47

K (Nada, cara, semangat) : Petugas bertanya dengan serius dan

mengejek, sedangkan Sudir, Sukar, dan

Sumar menjawab pertanyaan petugas dengan

singkat.

I (Jalur bahasa) : Jalur Lisan.

N (Norma/aturan) : Sopan dan Jujur

G (Jenis bahasa) : Eksposisi (Memberikan informasi)

Pertuturan di atas dianggap telah memenuhi maksim kuantitas, karena

setiap peserta pertuturan memberikan informasi yang cukup dan relatif

memadai pada setiap tahapan pertuturan. Interpretasi konteks pertuturan

tersebut terjadi di kantor kelurahan pada Siang hari. Petugas bertanya

dengan serius nama dari masing-masing lawan tutur, maka masing-masing

lawan tutur menjawab pertanyaan petugas dengan santai. Akan tetapi di

pertuturan yang terakhir bahwa petugas bertutur “Kalian bagaimana sih?

Nama belum jadi kok sudah dipakai?” adalah sebuah kelucuan belaka,

petugas memberikan sindiran kepada lawan tutur dengan mengatakan

nama yang mereka gunakan belum jadi, padahal memang benar bahwa

nama mereka adalah Sudir, Sukar, dan Sumar. Hal ini dibuktikan dengan

tidak adanya jawaban dari pertanyaan petugas yang terakhir. Selain itu,

dialog di atas juga sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Do

not make your contribution more informative than is required”, yang

diartikan oleh Nadar (Jangan memberikan informasi yang berlebihan

melebihi kebutuhan)1

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim kuantitas,

seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup,

relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak

boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur.2

Tuturan yang tidak mengandung informasi yang cukup, dapat dikatakan

1F.X. Nadar, op. cit., h. 24

2 Rahardi, Pragmatik Kesantunan Imperatif, h. 53

Page 62: Churin in Nabila-fitkq

48

melanggar maksim kuantitas dalam prinsip kerja sama Grice. Dengan

demikian, tuturan di atas dianggap mematuhi maksim kuantitas, karena

sesuai dengan teori Grice yang dikembangkan oleh Rahardi, bahwa

masing-masing dari peserta tutur (Sudir, Sukar, Sumar) menjawab

pertanyaan petugas dengan cukup dan relatif memadai.

2. Operasi Jantung

Pasien : Dok, apakah operasi jantung itu tidak berbahaya?

Dokter : O, sama sekali tidak.

Pasien : Berapa tingkat keberhasilan itu, Dok?

Dokter : Seribu berhasil, satu gagal.

Pasien : Saya ini pasien ke berapa, Dok?

Dokter : Tunggu dulu. Lihat catatan. O, Anda pasien ke

seribu!

Pasien : Jadi???? (si pasien langsung pingsan)

(HD/CCJ: 3/163)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, ruang dokter, suasana sunyi.

P (Peserta tutur) : Pasien dan dokter

E (Maksud dan tujuan) : Pasien ingin mengetahui apakah operasi

jantung berbahaya atau tidak, sedangkan

dokter memberitahukan bahwa operasi

jantung tidak berbahaya.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran yang disampaikan

merupakan kalimat langsung, dan topik

pembicaraan mengenai operasi jantung.

K (Nada, cara, semangat) : Pasien bertanya mengenai operasi jantung

dengan serius, sedangkan dokter menjawab

setiap pertanyaan pasien dengan tenang

meyakinkan.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Sopan dan Jujur

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Page 63: Churin in Nabila-fitkq

49

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari di ruang

dokter dengan keadaan yang sunyi. Pertuturan di atas dianggap telah

memenuhi maksim kuantitas, karena dokter telah menjawab setiap

pertanyaan sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Namun, ketika pasien

bertanya dengan serius “Saya ini pasien ke berapa, Dok?”, dokter

menjawabnya dengan santai “O, anda pasien ke seribu!”, pasien tersebut

langsung kaget dan pingsan, karena tidak adanya kognitif dalam humor

yang dimiliki pasien, sehingga dia berasumsi bahwa termasuk orang yang

gagal, padahal dokter mengatakan seribu berhasil satu gagal hanyalah

sebuah ilustrasi, hal inilah yang menimbulkan efek lucu dari humor di

atas. Efek kelucuan tetap ditimbulkan, namun percakapan yang dilakukan

tidaklah menyimpang dari maksim kuantitas.

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975:45) yang mengatakan “Make

your information as invormative as required for the current purposes og

exchange”, yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai

kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; jangan

memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan)3

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kuantitas dengan

syarat ada sumbangan informasi sebatas yang diperlukan; jangan

memberikan sumbangan informasi lebih dari yang diperlukan.4Selanjutnya

di dalam maksim kuantitas ini seorang penutur diharapkan dapat

memberikan informasi yang benar-benar cukup, memadai, dan berciri

seinformatif dan sejelas mungkin. Sebuah informasi yang dianggap cukup

memadai tidak boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan oleh

mitra tutur dalam aktivitas bertutur.5 Dengan demikian, pertuturan di atas

dianggap telah mematuhi maksim kuantitas, karena sesuai dengan teori

Grice yang dikembangkan oleh Rahardi, yaitu seorang dokter memberikan

informasi dengan cukup dan sesuai kebutuhan pasiennya di setiap tahapan

pertuturan.

3 Nadar, loc. cit

4 Fatimah, op. cit., h. 92

5 Rahardi, Sosiopragmatik, h. 23-24

Page 64: Churin in Nabila-fitkq

50

3. Pelebaran Kali

Warga baru : Abang berasal dari mana?

Warga lama : Dari Tanah Abang

Warga baru : Pindah ke Depok ini kenapa?

Warga lama : Rumah kami tergusur kena proyek

pelebaran jalan.

Warga baru : O, begitu!

Warga lama : Abang sendiri berasal dari mana dan juga

kenapa pindah ke sini?

Warga baru : Saya juga dari Tanah Abang, Kebon

Melati; Pindah ke sini karena terkena

proyek pelebaran kali.

Warga lama : Oh, kita sama-sama senasib

(HD/CCJ: 100/198)

S (Waktu, tempat, suasana) : Sore hari, di jalan, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Warga baru dan warga lama

E (Maksud dan tujuan) : Warga baru ingin mengetahui asal dan

alasan warga lama pindah ke Depok, begitu

pula dengan warga lama yang juga ingin

mengetahui asal dan alasan warga baru

pindah ke Depok.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

tempat tinggal asal penutur dan alasan dari

masing-masing penutur pindah ke Depok.

K (Nada, cara, semangat) : Warga baru bertanya dengan semangat, dan

warga lama juga menyampaikan ujarannya

dengan sungguh-sungguh.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan : Sopan dan terbuka

G (Jalur bahasa) : Narasi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di jalan

dalam keadaan yang ramai. Peserta tutur terdiri dari warga lama dan warga

Page 65: Churin in Nabila-fitkq

51

baru. Pertuturan di atas telah memenuhi maksim kuantitas, karena peserta

tutur menjawab setiap pertanyaan yang diberikan dengan jawaban yang

sesuai dengan kebutuhan lawan tuturnya. Ketika warga baru bertanya

kepada warga lama tentang asal dan alasannya pindah ke Depok, maka

warga lama memberi jawaban sesuai dengan keinginan warga baru, begitu

pula dengan warga lama yang bertanya tentang asal dan alasan warga baru

pindah ke Depok, warga baru pun juga menjawab sesuai dengan

pertanyaan yang diajukan oleh lawan tuturnya. Dari humor di atas, tidak

ada percakapan yang berlebihan, karena masing-masing dari peserta tutur

menjawab semua pertanyaan sesuai kebutuhan lawan tuturnya.

Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Make your

information as invormative as required for the current purposes og

exchange”, yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai

kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; jangan

memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan) 6

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kuantitas

menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang

secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.

Perhatikan contoh berikut:

(1) + Siapa namamu?

- Ani

+ Rumahmu di mana?

- Klaten, tepatnya di Pedan

+ Sudah bekerja?

- Belum masih mencari-cari

Terlihat (-) dalam (1) bersifat kooperatif, memberikan konstribusi yang

secara kuantitas memadai, atau mencukupi pada setiap tahapan

komunikasi.7 Dengan demikian, tuturan di atas dianggap mematuhi

maksim kuantitas karena sesuai dengan teori Grice, bahwa masing-masing

6 Nadar, loc. cit

7 I Dewa Putu, Analisis Wacana Pragmatik, h. 42-44

Page 66: Churin in Nabila-fitkq

52

dari peserta tutur (warga baru & warga lama) menjawab masing-masing

pertanyaan yang diberikan dengan relatif memadai dan sesuai kebutuhan

penutur.

b. Maksim Kualitas

Maksim kualitas menghendaki setiap peserta tutur memberikan

informasi yang benar dan logis, menyampaikan sesuatu yang nyata dan

sesuai fakta sebenarnya di dalam aktivitas bertutur. Fakta itu harus

didukung dan didasarkan pada bukti-bukti yang jelas. Maksim kualitas

yang pertama membutuhkan sikap percaya diri, bahwa sesuatu yang

dikatakan adalah benar, sedangkan maksim yang kedua bila kita percaya

mempunyai bukti yang kuat untuk suatu pernyataan, kita akan

mengujarkannya dengan yakin.

4. Betawi Dulu dan Sekarang

A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap

dengan wajah cerah dan penuh keriangan, apa artinya?

B : Mereka sedang mempercakapkan Betawi tempo dulu

dengan kebun-kebun dan tanah luas

A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap

dengan penuh kepiluan dan muka ditekuk apa artinya?

B : Mereka sedang membicarakan masa kini dan masa

mendatang tanpa kebun, tanpa tanah, dan tanpa harapan.

(KL=HD/CCJ: 1/161)

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di depan rumah para penutur,

suasana sepi.

P (Peserta tutur) : A dan B (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : A ingin mengetahui maksud dari

percakapan orang betawi yang dilakukan

dengan wajah ceria dan penuh kepiluan,

sedangkan B bertujuan memberitahukan

perbedaan yang dimaksud oleh A.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

Page 67: Churin in Nabila-fitkq

53

perbedaan orang betawi yang bercakap-

cakap dengan muka ceria dan penuh

kepiluan.

K (Nada, cara, semangat) : A bertanya dengan nada serius, sedangkan

B menjawab pertanyaan A dengan semangat

yang menyala-nyala.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan jujur

G (Jalur bahasa) : Narasi

Interpretasi konteks percakapan di atas terjadi pada pagi hari di depan

rumah para penutur. Mereka sedang membicarakan kehidupan orang

Betawi dulu dan sekarang. Pertuturan di atas telah memenuhi maksim

kualitas, karena penutur (B) memberikan infomasi yang benar dan sesuai

kenyataan dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh (A), orang-orang

Betawi pada zaman dahulu bisa dikatakan termasuk golongan orang yang

mampu dan mempunyai banyak simpanan, seperti harta warisan, sawah,

maupun tempat untuk bermukim. Namun sekarang simpanan mereka

lambat laut semakin sedikit, dikarenakan kebutuhan hidup yang terus

meningkat, misalnya ketika ada cucu atau anaknya yang menikah, mereka

menjual sawahnya untuk dijadikan modal pernikahan, ada pula yang

menjual rumah-rumah kontrakan untuk bidang bisnis atau untuk beribadah

haji ke tanah suci Mekkah. Semakin banyaknya orang perantauan dari

seluruh pelosok yang merantau ke Jakarta, membuat kehidupan orang

Betawi juga semakin sempit, begitu juga dengan lahan dan rumah-rumah

kontrakan mereka.

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975:45) dalam Nadar yang

mengatakan “Do not say that for which you lack adequate evidence” yang

diartikan oleh Nadar (Jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya

tidak dapat dibuktikan secara memadai).8

8 Nadar, loc. cit

Page 68: Churin in Nabila-fitkq

54

Teori Grice tersebut memberikan penjelasan bahwa dengan maksim

kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu

yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas

bertutur sesungguhnya. Fakta kebahasaan yang demikian itu harus

didukung dan diasarkan pada bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan

terukur. Maka sebuah tuturan akan dapat dikatakan memiliki kualitas yang

baik apabila tuturan itu sesuai dengan faktanya, sesuai dengan keadaan

yang sesungguhnya, tidak mengada-ada, tidak dibuat-buat, tidak rekayasa,

sehingga informasi yang demikian itu menjadi sangat tidak sesuai dengan

kenyataannya ketidaksesuaian yang demikian itu akann menjadikan

kualitas pertuturan semakin rendah. Jadi, sesuai dengan maksim ini, selalu

berusahalah agar dalam praktik bertutur sapa yang sebenarnya, kualitas

pertuturan itu benar-benar dijaga. Caranya, selalu sampaikanlah

pernyataan itu sesuai dengan fakta dan keadaan sesungguhnya.9

5. Tokoh Betawi

Guru : Siapa tokoh Betawi yang terkenal?

Siswa I : Mohamad Husni Thamrin

Guru : Apa jabatannya?

Siswa II : Anggota Volkread

Guru : Kapan dia wafat?

Siswa III : Kata ibu saya, ketika kakek lahir.

(HD/CCJ: 20/169)

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di kelas, suasana tenang.

P (Peserta tutur) : Guru, siswa I, siswa II, dan siswa III

E (Maksud dan tujuan) : Guru bertanya mengenai tokoh betawi yang

terkenal, jabatannya, dan kapan wafatnya,

sedangkan siswa I menjawab Mohamad

Husni Thamrin, siswa II menjawab sebagai

anggota Volkread, sedangkan siswa III

menjawab Mohamad Husni Thamrin wafat

ketika kakeknya dilahirkan.

9 Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24

Page 69: Churin in Nabila-fitkq

55

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

tokoh Betawi yang terkenal.

K (Nada, cara, semangat) : Guru bertanya dengan nada serius dan

semangat, sedangkan siswa I, siswa II, dan

siswa III juga menjawab dengan nada yang

semangat.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Ramah dan Jujur

G (Jalur bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di kelas

dengan suasana yang tenang. Peserta tutur terdiri dari guru dan beberapa

murid. Pertuturan di atas dianggap mematuhi maksim kualitas, karena

penutur siswa I, siswa II, dan siswa III menjawab pertanyaan gurunya

dengan jujur, benar, dan tepat. Tokoh betawi yang terkenal adalah

Mohamad Husni Thamrin, beliau lahir tanggal 16 Februari 1894 di

Weltevreden, Batavia. Selama hidupnya beliau menjabat sebagai anggota

Volkread(Dewan Rakyat), dan pada tanggal 11 Januari 1941 beliau

menghembuskan nafas terakhirnya dan dimakamkan di TPU Karet,

Jakarta. Namun, pertanyaan terakhir yang diberikan guru mengenai kapan

Mohamad Husni Thamrin wafat, siswa III memberikan jawaban yang

diyakini benar dan tidak mengada-ngada, bahwa dia mengatakan kalau

Mohamad Husni Thamrin meninggal ketika kakeknya dilahirkan, hal

tersebut dia ketahui dari ibunya. Jadi, pertuturan terakhir tetap dikatakan

mematuhi maksim kualitas, karena siswa III mengatakan sesuatu yang

diketahui dan diyakini benar dengan merujuk kepada “Kata ibu saya,

ketika kakek lahir.”

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang mengatakan “Do not

say what you believe to be false, do not say that for which you lack

adequate evidence” yang diartikan oleh Nadar (Jangan mengatakan

Page 70: Churin in Nabila-fitkq

56

sesuatu yang tidak benar, jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya

tidak dapat dibuktikan secara memadai.10

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim kualiti sebagai inti

dari kaidah konversasi yang mengatur konversasi dengan ketentuan: (1)

Jangan diujarkan bila tidak benar, dan (2) Jangan diujarkan bila

kekurangan data yang akurat maksim kualiti yang pertama adalah self-

evident ‘percaya diri’ (PD), sedangkan maksim yang kedua bila kita

percaya mempunyai bukti yang kuat untuk suatu pernyataan, kita akan

mengujarkannya dengan yakin.11

Namun, kadang kala penutur tidak merasa

yakin dengan apa yang diinformasikannya. Ada cara untuk

mengungkapkan keraguan seperti itu tanpa harus menyalahi maksim

kualitas. Ungkapan di awal kalimat sepeti setahu saya, kalau tidak salah

dengar, katanya, dan sebagainya, menunjukkan pembatas yang memenuhi

maksim kualitas.12

Hal ini terdapat pada dialog di atas, ketika guru

menanyakan kepada siswa III tentang kapan wafatnya Muhammad Husni

Thamrin, maka siswa III menjawab dengan tanpa ragu dan yakin, dengan

menunjukkan pembatas maksim kualitas, yaitu „kata ibu saya‟.

6. Status Sosial Sopir

Domang : Kabarnya status sosial seorang sopir sangat

tergantung pada status sosial majikannya.

Daman : Maksudmu?

Domang : Ya, status sosial sopir mobil Presiden tentu lebih

tinggi dari status sosial sopir Menteri; dan status

sosial sopir Menteri lebih tinggi dari status sosial

sopir mobil Camat.

Daman : Jadi, status sosial sopir mobil tinja gimana?

(HD/CCJ: 110/203)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di warung nasi, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Domang dan Daman

E (Maksud dan tujuan) : Domang ingin memberitahukan bahwa

status sosial seorang sopir sangat tergantung

10

Nadar, loc. cit 11

Fatimah Djajasudarma, op. cit., h. 92 12

Kushartanti, op. cit., h. 107

Page 71: Churin in Nabila-fitkq

57

kepada status sosial majikannya, sedangkan

Daman mendengarkan pernyataan Domang

dengan menanyakan status sosial mobil tinja

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

status sosial sopir yang bergantung kepada

status sosial majikannya.

K (Nada, cara, semangat) : Domang memberikan informasi dengan

semangat yang menyala-nyala, sedangkan

Daman menanggapi pernyataan Domang

dengan santai.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Ramah dan bersahabat

G (Jenis bahasa) : Narasi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di sebuah

warung dengan suasana yang ramai. Peserta tutur terdiri dari Domang dan

Daman. Pertuturan di atas disampaikan dengan jenis bahasa berupa narasi

dan dianggap telah mematuhi prinsip kerja sama yang berupa maksim

kualitas, karena penutur Domang memberikan informasi yang benar

mengenai status sosial seorang sopir, bahwa profesi menjadi sopir itu bisa

berbeda tingkat kehormatannya tergantung kepada siapa majikannya.

Namun di akhir percakapan, tuturan Daman yang menanyakan bagaimana

status sosial sopir mobil tinja, tidak mendapatkan jawaban dari Domang,

karena disinilah letak kelucuan humor di atas, Jika akan dijawab sopir

mobil tinja sama halnya dengan sopir angkot, maupun sopir taksi, karena

kata „tinja‟ bukanlah disamakan dengan nama majikan yang sama halnya

dengan presiden, menteri dan camat. Mobil tinja adalah sejenis kendaraan

sama halnya dengan angkutan umum, bis, maupun taksi.

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Do not

say what you believe to be false, do not say that for which you lack

adequate evidence” yang diartikan oleh Nadar (Jangan mengatakan

Page 72: Churin in Nabila-fitkq

58

sesuatu yang tidak benar, jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya

tidak dapat dibuktikan secara memadai.13

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim ini menghendaki agar

peserta pertuturan itu mengatakan hal yang sebenarnya; hal yang sesuai

dengan data dan fakta.14

Di dalam berbicara secara kooperatif, masing-

masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian rupa agar

mengatakan sesuatu yang sebenarnya. Peserta tindak tutur hendaknya

mengatakan sesuatu berdasarkan atas bukti-bukti yang memadai. Dari data

yang terkumpul, terlihat bahwa oposisi logis dan tidak logis merupakan

aspek penting di dalam penciptaan dialog.15

c. Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharapkan setiap peserta tutur dapat

memberikan informasi yang relevan atau berhubungan dengan topik

pembicaraan. Jika peserta tutur mampu memberikan informasi yang

relevan dan ada hubungan implikasionalnya pada setiap tahapan

pertuturan, maka dianggap telah mematuhi maksim relevansi.

7. Pemuda Berkharisma

Nina : Kudengar kamu tidak mau punya pacar pemuda

berkharisma. Memang kenapa?

Nani : Harapanku, minimal punya pacar berinova. Syukur-

syukur kalau dapat yang ber-BMW.

(HD/CCJ: 88/194)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di depan rumah para penutur,

suasana sunyi.

P (Peserta tutur) : Nina dan Nani

E (Maksud dan tujuan) : Nina ingin mengetahui alasan Nani tidak

mau punya pacar pemuda yang mempunyai

motor karisma, dan Nani memberitahukan

13

Nadar, loc. cit 14

Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 35 15

I Dewa Putu, Kartun, h. 81-82

Page 73: Churin in Nabila-fitkq

59

bahwa minimal dia punya pacar yang

mempunyai mobil inova atau BMW.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

tipe pacar yang diharapkan.

K (Nada, cara, semangat) : Nina dan Nani berdialog dengan nada yang

santai

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan terbuka

G (Jenis bahasa) : Narasi

Pertuturan di atas telah mematuhi maksim relevansi karena penutur

(Nani) memberikan jawaban yang relevan dengan pertanyaan lawan

tuturnya (Nina). Pemuda berkharisma yang dimaksud adalah pemuda yang

mempunyai kendaraan motor bermerek “Karisma”. Nina menanyakan

bahwa mengapa Nani tidak mau punya pacar yang mempunyai motor

“karisma”, karena ada pengetahuan yang dimiliki bersama oleh Nina dan

Nani, maka Nani langsung menjawab bahwa harapannya adalah

mempunyai pacar yang berinova atau syukur-syukur yang ber-BMW,

pacar yang berinova dan ber-BMW maksudnya adalah pemuda yang

mempunyai mobil merek “Inova” atau “BMW”.

Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Grice (1975: 45)

yang berbunyi “Be relevant”, yang diartikan oleh Nadar (Harap relevan).16

Teori Grice yang mengatakan bahwa dalam maksim relevansi, peserta

tutur hendaknya memberikan informasi atau jawaban yang relevan dengan

topik pembicaraan, bahwa sebuah pernyataan P dinyatakan relevan dengan

sebuah pernyataan Q jika P dan Q, bersama-sama dengan pengetahuan

latar belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan hanya diperoleh

dari P dan Q. Interpretasi itu berarti bahwa relevansi antara pernyataan A

16

Nadar, loc. cit

Page 74: Churin in Nabila-fitkq

60

dan pernyataan B tidak hanya dalam wujud tuturan bersifat langsung,

tetapi juga bersifat tidak langsung.17

8. Tidak Lihat Ada Bapak

Petugas : Apakah kamu tidak melihat ada larangan

membelok?

Pengemudi : Lihat, Pak!

Petugas : Tapi, mengapa kamu belok juga?

Pengemudi : Karena saya tidak melihat ada bapak!

(HD/CCJ: 23/170)

S (Waktu, tempat, suasana) : Malam hari, di jalan raya, suasana ramai

P (Peserta tutur) : Petugas dan pengemudi

E (Maksud dan tujuan) : Petugas ingin mengetahui mengapa

pengemudi tetap melanggar meskipun sudah

ada tanda larangan membelok, dan

pengemudi berargumen bahwa dia tidak

melihat ada petugas di jalan raya.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, dan isi ujaran mengenai

pelanggaran lalu lintas.

K (Nada, cara, semangat) : Petugas bertanya dengan nada serius, dan

pengemudi menjawab pertanyaan petugas

dengan khawatir.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Tegas

G (Jenis bahasa) : Argumentasi

Konteks pertuturan di atas terjadi pada malam hari, di jalan raya

dengan keadaan lalu lintas yang masih ramai. Peserta tutur terdiri dari

petugas dan pengemudi. Masalah dari percakapan di atas ialah adanya

seorang pengemudi yang melanggar lalu lintas berupa larangan berbelok.

Petugas bertanya dengan nada serius “Tapi, mengapa kamu belok juga?”,

17

Suhartono, op. cit., h. 4.5

Page 75: Churin in Nabila-fitkq

61

maka pengemudi menjawab dengan rasa khawatir “Karena saya tidak

melihat ada bapak!”, sekilas jika diperhatikan, jawaban yang diberikan

pengemudi “karena saya tidak melihat ada bapak!” tidak relevan dengan

pertanyaan petugas yang menanyakan mengapa masih berbelok juga kalau

sudah melihat tanda dilarang berbelok. Namun, jika diteliti jawaban yang

diberikan oleh pengemudi tersebut ada hubungan implikasionalnya, yaitu

seringnya orang mematuhi lalu lintas hanya karena ada petugas atau polisi.

Jadi, pertuturan di atas dianggap mematuhi maksim relevansi, karena ada

hubungan implikasional di dalamnya, secara tidak langsung petugas

memahami bahwa orang mematuhi lalu lintas jika ada petugas atau polisi

saja, kalau tidak ada petugas maupun polisi yang mengatur lalu lintas,

biasanya orang akan dengan seenaknya melanggar peraturan lalu lintas.

Hal ini sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Be

relevant”, yang diartikan oleh Nadar (Harap relevan).18

Teori Grice tersebut mengatakan bahwa maksim relevansi

mengharuskan setiap peserta pertuturan memberikan konstribusi yang

relevan dengan masalah atau tajuk pertuturan. Perhatikan contoh

pertuturan (1) dan (2) berikut:

1. A : Bu, ada telepon untuk Ibu!

B : Ibu sedang di kamar mandi, Nak.

2. A : Bu, bus yang ke arah Kebayoran yang mana?

B : Coba tanya pada petugas lalu lintas itu.

Sepintas jawaban B pada pertuturan (1) dan (2) tidak berhubungan.

Namun bila disimak baik-baik hubungan itu ada. Jawaban B pada

pertuturan (1) mengimplikasikan atau menyiratkan bahwa saat itu si B

tidak dapat menerima telepon secara langsung karena sedang berada di

kamar mandi. Maka B secara tidak langsung meminta agar si A menerima

telepon itu. Begitu juga konstribusi B pada pertuturan (2) yang memang

secara eksplisif menjawab pertanyaan A. Akan tetapi dengan pengetahuan

18

Nadar, loc. cit.

Page 76: Churin in Nabila-fitkq

62

bahwa petugas lalu lintas mengetahui rute-rute bus kota, maka pertanyaan

A dapat dijawab.19

d. Maksim Cara

Di dalam prinsip kerja sama yang berupa maksim cara ini, setiap

peserta tutur diharapkan mampu memberikan informasi yang jelas dan

langsung, tidak taksa atau ambigu, tidak kabur, dan tidak membingungkan.

Jika selama proses pertuturan berlangsung, peserta tutur mampu

menjalankan salah satu syarat yang diajukan dalam maksim cara, maka

dapat dikatakan bahwa proses pertuturan yang dilakukan telah mematuhi

prinsip kerja sama yang berupa maksim cara.

9. Jualan Bakso

Tukang Bakso di UNJ (TBU) : Anak saya satu di UI, Depok,

satu lagi di UIN, Ciputat.

Penanya : Di fakultas apa, Pak?

TBU : Bukan di fakultas.

Penanya : Jadi……….?

TBU : Yang satu jualan teh botol, yang satu lagi jualan

bakso kayak saya.

(HD/CCJ: 18/169)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di kampus UNJ, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Tukang bakso dan penanya

E (Maksud dan tujuan) : Tukang bakso ingin memberitahukan

bahwa anaknya yang di UI jualan teh botol,

dan di UIN jualan bakso, sedangkan

penanya ingin mengetahui profesi anak-anak

tukang bakso.

A(Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

pemberitahuan tukang bakso tentang profesi

anak-anaknya.

19

Chaer, op. cit., h. 35-36

Page 77: Churin in Nabila-fitkq

63

K (Nada, cara, semangat) : Tukang bakso menyampaikan informasinya

dengan santai, sedangkan penanya bertanya

dengan nada serius.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Ramah dan sopan

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara, karena tukang bakso

UNJ (TBU) telah memberikan informasi yang jelas kepada lawan tuturnya

(Penanya). Awal pertuturan dimulai dari informasi yang diberikan tukang

bakso, dan penanya sangat penasaran sehingga dia bertanya mengenai

anaknya berada di fakultas apa?, dari pertanyaan yang diajukan oleh

penanya, kalau diperhatikan hampir penanya tidak faham dengan

perkataan tukang bakso yang mengatakan “Anak saya satu di UI, Depok,

satu lagi di UIN, Ciputat”. Namun untuk menghindari pertuturan yang

ambigu dan salah faham, tukang bakso secara langsung memberikan

penjelasan bahwa anak-anaknya bukan sedang belajar di fakultas UI

maupun UIN, akan tetapi mereka sedang berjualan, yang satu jualan teh

botol di UI dan satu lagi jualan bakso di UIN. Dari pernyataan yang

diberikan tukang bakso, akhirnya penanya dapat memahami tuturan yang

dikatakan oleh tukang bakso di awal tadi.

Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid obscurity of

expression”, yang diartikan oleh Nadar (Hindari ungkapan yang tidak

jelas).20

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim cara atau maksim

pelaksanaan dalam prinsip kerja sama mengharuskan setiap peserta

pertuturan dalam aktifitas bertutur sapa yang sebenarnya menyampaikan

informasi dengan secara langsung, dengan secara jelas, tidak dengan

kabur, tidak samar, tidak taksa, dan tidak berbelit.21

20

Nadar, loc. cit. 21

Rahardi, op. cit., h. 25

Page 78: Churin in Nabila-fitkq

64

10. AGAM atau GAM

Dulgani : Rakyat Aceh kini sudah hidup tenang!

Dulhak : Ya,sejak adanya kesepakatan damai antara GAM

dan Pemerintah Republik Indonesia.

Dulgani : Namun kini di Aceh masih banyak GAM

berkeliaran, katanya!

Dulhak : Benar, karena di Aceh banyak anak laki-laki kecil!

Dulgani : Maksudmu?

Dulhak : Di Aceh anak laki-laki kecil disapa “gam atau

agam”.

S (Waktu, tempat, suasana) : Sore hari, di teras rumah, suasana sepi.

P (Peserta tutur) : Dulgani dan Dulhak

E (Maksud dan tujuan) : Dulgani membuat pernyataan bahwa rakyat

Aceh sudah hidup tenang dan penasaran

dengan gam yang masih banyak berkeliaran

di Aceh, sedangkan Dulhak memberitahukan

bahwa rakyat Aceh hidup tenang karena

sejak ada kesepakatan damai antara GAM

dan Pemerintah Indonesia, selain itu dia

menjelaskan kalau anak laki-laki kecil

disapa gam.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

GAM dengan anak laki-laki kecil yang

disapa gam.

K (Nada, cara, semangat) : Dulgani bertanya dengan nada serius dan

penasaran, sedangkan Dulhak menjawab

pertanyaan Dulgani dengan santai.

I (Jalur lisan) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Bersahabat dan jujur

G (Jenis bahasa) : Narasi

Page 79: Churin in Nabila-fitkq

65

Pertuturan di atas telah mematuhi maksim cara, karena penutur

Dulhak memberikan informasi yang jelas dan tidak taksa, yaitu

memberikan keterangan bahwa Aceh hidup tenang sejak adanya

kesepakatan damai antara GAM dengan Pemerintah Republik

Indonesia,selain itu juga menjelaskan bahwa “gam atau agam” merupakan

sapaan untuk anak kecil laki-laki yang ada di Aceh. Kata “Gam”

menimbulkan makna lebih dari satu, yaitu singkatan dari Gerakan Aceh

Merdeka, dan sapaan untuk anak kecil laki-laki.Hal itulah yang sempat

membuat bingung dan penasaran Dulgani. Namun, agar topik pembicaraan

berjalan lancar, Dulhak berusaha menjelaskan pernyataan Dulgani yang

masih ambigu tentang GAM.

Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid ambiguity”,

yang diartikan oleh Nadar (Hindari ungkapan yang membingungkan atau

ambigu).22

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa maksim cara ini

mengharuskan penutur dan lawan tutur berbicara secara langsung, tidak

kabur, tidak ambigu, tidak berlebih-lebihan dan runtut.23

2. Penyimpangan Prinsip Kerja Sama

Apabila di dalam praktek berkomunikasi, terdapat peserta tutur yang

memberikan informasi atau jawaban yang berlebihan, salah, tidak relevan,

tidak jelas dan ambigu, maka kelucuan dan kejenakaan saja yang akan

dilahirkan, sesungguhnya dapat dikatakan bahwa kejenakaan atau

kelucuan dalam aktifitas bertutur itu biasanya sering terjadi dalam dialog

manusia yang berupa humor. Humor tersebut berisi tentang fenomena

kehidupan sekarang atau sindiran halus untuk orang-orang tertentu, hal itu

dapat diperoleh dengan menyelewengkan salah satu maksim yang terdapat

dalam prinsip kerja sama. Selain itu, penyimpangan prinsip kerja sama

terjadi dikarenakan tidak adanya pengetahuan bersama yang dimiliki oleh

peserta tutur.

22

Nadar, loc. cit 23

Chaer, Kesantunan Berbahasa, h. 36

Page 80: Churin in Nabila-fitkq

66

a. Penyimpangan Maksim Kuantitas

Penyimpangan terhadap maksim kuantitas terjadi apabila peserta tutur

memberikan informasi yang berlebihan, tidak cukup dan tidak sesuai

dengan kebutuhan lawan tuturnya.

11. Komputer bekas

Pembeli : Saya ingin membeli komputer bekas karena uang

saya cuma sedikit. Ada tidak ?

Penjual : Ada tuh, ada yang bekas kantor, bekas mainan

anak, yang bekas kebanjiran juga ada !

(HD/CCJ: 55/180)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di toko komputer, suasana sepi

P (Peserta tutur) : Pembeli dan penjual

E (Maksud dan tujuan) : Pembeli ingin mengetahui ada tidaknya

komputer bekas karena uangnya cuma

sedikit, sedangkan penjual memberitahukan

ada komputer bekas kantor, mainan anak,

dan bekas kebanjiran.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

komputer bekas.

K (Nada, cara, semangat) : Pembeli bertanya dengan nada serius,

sedangkan penjual memberikan

informasinya dengan nada santai dan

mengejek.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Sopan dan terbuka

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di toko

komputer dalam keadaan sepi. Peserta tutur terdiri dari pembeli dan

penjual. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim kuantitas,

karena penjual memberikan informasi secara berlebihan. Makna literal

Page 81: Churin in Nabila-fitkq

67

komputer bekas adalah komputer yang sudah pernah dipakai oleh orang

lain, dan tidak baru lagi. Pembeli menanyakan perihal ada tidaknya

komputer bekas, dikarenakan uangnya yang sedikit, namun penjual

menjawab pertanyaan tersebut dengan berlebihan dan makna figuratif “ada

yang bekas kantor, bekas mainan anak, bekas kebanjiran juga ada”. Semua

orang pasti mengetahui bahwa komputer bekas kebanjiran mungkin sangat

fatal kerusakannya dan susah untuk diperbaiki. Informasi yang diberikan

oleh penjual di samping menimbulkan kelucuan juga bisa menimbulkan

kekesalan dalam diri pembeli. Wacana humor di atas memanfaatkan teori

pertentangan dengan maksud dan keinginan lawan tuturnya, sehingga

makna literal berkesampingan dengan makna figuratifnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not make

your contribution more informative than is required”, yang diartikan oleh

Nadar (Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi

kebutuhan).24

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim kuantitas,

seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup,

relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Informasi demikian itu tidak

boleh melebihi informasi yang sebenarnya dibutuhkan si mitra tutur.

Tuturan yang tidak mengandung informasi yang sungguh-sungguh

diperlukan mitra tutur, dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam

prinsip kerja sama Grice. Demikian sebaliknya, apabila tuturan itu

mengandung informasi yang berlebihan akan dapat dikatakan melanggar

maksim kuantitas.25

12. Jus Amma

A : Selain jus tomat, jus alvokat, dan jus mangga di warung

ini sedia jus apa lagi ?

B : Juz Amma

(HD/CCJ: 121/208)

24

Nadar, loc. cit. 25

Rahardi, Kesantunan Imperatif, h. 53

Page 82: Churin in Nabila-fitkq

68

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di warung nasi, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : A dan B (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : A ingin mengetahui jus apalagi yang

tersedia di warung selain jus tomat, alvokat

dan mangga, sedangkan B menjawab

pertanyaan A dengan jawaban Juz Amma.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

macam-macam jus di warung.

K (Nada, cara, semangat) : A bertanya dengan nada serius, sedangkan

B menjawab pertanyaan A dengan nada

santai.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Halus dan tidak jujur

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di sebuah

warung dengan keadaan yang ramai. Pertuturan di atas dianggap

menyimpang dari maksim kuantitas karena penutur A memberikan

jawaban yang tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh lawan tutur

B. Penutur A bertanya mengenai macam-macam jus selain jus tomat,

alvokat dan mangga, namun B menjawabnya dengan jawaban juz amma.

Makna literal Jus tomat, alvokat, dan mangga merupakan „jenis minuman

yang dihancurkan dengan menggunakan blender‟, sedangkan B

memberikan makna figuratif juz dengan juz amma yang merupakan

„kumpulan ayat-ayat alquran juz 30‟. Wacana humor di atas

memanfaatkan teori pertentangan, sehingga menimbulkan makna atau

penafsiran yang tidak kongruen dengan objek pembicaraan.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Make your

information as informative as required (for the current purposes of

exchange), and do not make your contribution more informative than is

required”, yang diartikan oleh Nadar (Berikanlah informasi Anda sesuai

Page 83: Churin in Nabila-fitkq

69

kebutuhan dalam rangka tujuan atau maksud pertuturan; jangan

memberikan informasi yang berlebihan melebihi kebutuhan.26

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam berkomunikasi

lazimnya untuk memenuhi tuntutan prinsip kerja sama penutur

memberikan informasi sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya.

Di dalam wacana humor, seperti wacana kartun, diciptakan dialog-dialog

yang melanggar maksim ini. Misalnya saja salah seorang tokoh kartun

memberikan konstribusi yang kurang memadai dari apa yang dibutuhkan

oleh lawan bicaranya sehingga kelancaran komunikasi menjadi

terganggu.27

13. Bayangannya Juga Hitam

Mpok Mun : Di Tenabang sekarang banyak orang Afrika item-

item deh.

Mpok Jun : Katanya, sampe bayangannya juga item.

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di toko sembako, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Mpok Mun dan Mpok Jun

E (Maksud dan tujuan) : Mpok Mun memberitahukan banyak orang

Afrika yang badannya hitam-hitam di

Tenabang, sedangkan Mpok Jun membalas

informasi Mpok Mun dengan mengatakan

bayangannya juga hitam.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

orang Afrika yang berbadan hitam.

K (Nada, cara, semangat) : Mpok Mun dan Mpok Jun menyampaikan

informasinya dengan nada yang semangat

menyala-nyala.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan jujur

26

Nadar, loc. cit 27

I Dewa Putu Wijana, Kartun, h. 78-79

Page 84: Churin in Nabila-fitkq

70

G (Jenis bahasa) : Narasi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di sebuah

toko dalam keadaan ramai. Peserta tutur terdiri dari Mpok Jun dan Mpok

Mun. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim kuantitas,

karena Mpok Jun menyampaikan informasi yang berlebihan mengenai

informasi yang disampaikan oleh Mpok Mun. Semua orang mengetahui

bahwa warna dari bayangan adalah hitam. Informasi yang disampaikan

Mpok Jun hanyalah kelucuan belaka, karena Mpok Mun memberitahukan

orang Afrika banyak yang berbadan hitam sehingga Mpok Jun

memanfaatkan kata „hitam‟ untuk bayangan dari badan orang Afrika.

Wacana humor di atas memanfaatkan teori pembebasan, sehingga makna

literal kata „hitam‟ yang sesungguhnya dibebaskan dengan mengaitkan

makna figuratifnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not make

your contribution more informative than is required”, yang diartikan oleh

Nadar (Jangan memberikan informasi yang berlebihan melebihi

kebutuhan).28

Teori Grice tersebut kemudian dikembangkan oleh I Dewa Putu

Wijana yang menjelaskan bahwa bentuk penyimpangan maksim kuantitas

yang lain adalah pemberian informasi yang sifatnya berlebih-lebihan. Bila

penutur mengetahui lawan bicaranya memberikan konstribusi semacam itu

tentu ia tidak akan bertanya. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di

bawah ini:

(1) + Mobilku ringsek ketabrak kereta… kau bisa ngetok sampai kelihatan

baru lagi?

- Bisa tuan, tapi waktunya kira-kira 16 tahun.

(2) + Apa kapal selam ini masih dipakai untuk menyelam?

- Masih! Tapi, nggak bisa nimbul lagi.

28

Nadar, loc. cit.

Page 85: Churin in Nabila-fitkq

71

Bila diperhatikan secara seksama konstribusi tokoh (-) pada wacana (1)

dan (2) di atas sifatnya berlebih-lebihan dan menyesatkan lawan

bicaranya. Setiap orang tentu mengetahui bahwa mengetok mobil selama

16 tahun berarti sama saja bahwa mobil itu tidak dapat diperbaiki lagi.

Begitu jua kapal selam yang tidak bisa muncul ke permukaan laut lagi

tidak bedanya dengan tidak dapat dipergunakan lagi.29

Hal ini sesuai

dengan informasi yang diberikan oleh Mpok Jun pada percakapan di atas,

semua orang tentu mengetahui bahwa warna bayangan adalah hitam, dan

tidak ada warna bayangan dengan warna lain.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai maksim

kuantitas, menurut peneliti ditemukan enam (6) kata kunci, yaitu:

Informasi cukup, relatif memadai, seinformatif mungkin, sejelas mungkin,

tidak berlebihan, dan informasi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

penutur.

b. Penyimpangan Maksim Kualitas

Maksim kualitas mengharapkan setiap peserta tutur memberikan

informasi yang benar, logis, dan sesuai dengan keadaan yang

sebenarnya.Jika terdapat peserta tutur yang memberikan informasi yang

salah, mengada-ada, tidak logis dan tidak bisa didukung dengan bukti-

bukti yang jelas maka bisa dikatakan menyimpang dari maksim kualitas.

14. Masih Kuncup

Tati : Tivi kalau pakai antene parabola enak deh, bisa dapat

siaran tivi luar negeri. Tapi sayangnya antene parabola

harganya jutaan.

Nani : Yang murah harga seratusan juga ada. Kamu mau ?

Tati : Mana mungkin ada parabola yang harganya seratusan.

Nani : Kamu tidak tahu, ada !

Tati : Yang bagaimana ?

Nani : Yang masih kuncup, belum mekar. Siram saja setiap hari.

Nanti dia akan mekar.

(HD/CCJ: 42/176)

29

I Dewa Putu, Kartun, h. 80-81

Page 86: Churin in Nabila-fitkq

72

S (Waktu, tempat, suasana) : Sore hari, di dalam rumah, suasana sepi.

P (Peserta tutur) : Tati dan Nani

E (Maksud dan tujuan) : Tati memberitahukan bahwa melihat

televisi dengan memakai antene parabola

lebih enak karena bisa melihat siaran luar

negeri, akan tetapi harga antene parabola

mahal, sedangkan Nani memberikan

informasi bahwa adanya antene parabola

seharga seratus ribu.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

harga antene parabola.

K (Nada, cara, semangat) : Tati bertanya dengan nada serius dan

penasaran, sedangkan Nani memberikan

informasi dengan semangat.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan tidak jujur

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada sore hari, di sebuah

rumah dalam keadaan yang sepi. Pertuturan di atas dianggap menyimpang

dari maksim kualitas, karena penutur Nani memberikan informasi yang

salah dan mengada-ada mengenai antene parabola yang disamakan dengan

bunga atau tanaman. Harga antene parabola yang paling murah adalah dua

ratus lima puluh ribu rupiah, sedangkan Nani memberitahukan kepada Tuti

dengan serius bahwa antene parabola ada yang harga seratus ribu yaitu

yang masih kuncup dan belum mekar. Jawaban yang diberikan oleh Nani

hanyalah kelucuan belaka dan tidak logis, karena memanfaatkan teori

ketidaksejajaran dalam humor. Selain itu, juga bisa menimbulkan

kekesalan dalam diri Tati, karena antene parabola yang masih kuncup dan

disiram setiap hari agar mekar tidak mungkin ada di toko televisi

manapun.

Page 87: Churin in Nabila-fitkq

73

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not say

what you believe to be false and do not say that which you lack adequate

evidence,” yang diartikan oleh Nadar (Jangan mengatakan sesuatu yang

tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara memadai.30

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam berbicara secara

kooperatif, masing-masing peserta percakapan harus berusaha sedemikian

rupa agar mengatakan sesuatu yang sebenarnya. Peserta tindak tutur

hendaknya mengatakan sesuatu berdasarkan atas bukti-bukti yang

memadai. Dari data yang terkumpul, terlihat bahwa oposisi logis dan tidak

logis merupakan aspek penting di dalam penciptaan dialog dan monolog

humor. Tokoh atau tokoh-tokoh yang dikreasikan oleh para kartunis sering

kali mengucapkan hal-hal yang tidak masuk akal. Sehingga sering kali

menyimpang dari maksim kualitas.31

15. Segede Upil

A : Bang, dukunya sekilo berapa Bang?

B : Sepuluh ribu, Nyonya?

A : Ah, si Abang, duku segede-gede upil ini kok mahal amat!

B : Ya, Nyonya, kalau upilnya segede gini, nah, hidungnya

segede apa?

(HD/CCJ: 134/213)

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di pasar buah, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : A dan B (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : A ingin mengetahui harga duku sekilo dan

mengejek mahalnya harga duku dengan

mengatakan duku sebesar-besar upil,

sedangkan B memberitahu harga duku dan

menanggapi pernyataan A.

30

Nadar, loc. cit 31

I Dewa, op. cit., h. 81-82

Page 88: Churin in Nabila-fitkq

74

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

mahalnya harga duku.

K (Nada, cara, semangat) : A bertanya dengan nada santai dan

mengejek, sedangkan B membalas

pernyataan A dengan nada santai.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan Kasar (Jorok)

G (Jenis bahasa) : Argumentasi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di pasar

buah dalam keadaan yang ramai. Pertuturan di atas dianggap menyimpang

dari maksim kualitas, karena masing masing peserta tutur memberikan

informasi yang tidak sesuai dengan fakta. Penutur A bertanya mengenai

harga duku sekilo, dan dia beranggapan bahwa duku sekilo seharga

sepuluh ribu adalah harga yang mahal, maka dia mengatakan duku

sebesar-besar upil, begitu pula dengan penutur B yang mengatakan kalau

upilnya sebesar buah duku, maka bagaimana dengan hidungnya. Duku

sebesar-besar upil mengandung makna sebaliknya, artinya duku tersebut

sangatlah kecil sehingga diumpamakan seperti upil, begitu pula

sebaliknya, tidak pernah ada upil yang besarnya seperti buah duku.

Penutur A bermaksud menyindir lawan tuturnya B, sehingga mengatakan

duku sebesar-besar upil, begitu pula dengan penutur B, yang juga

bermaksud menyindir lawan tuturnya A dengan mengatakan kalau upilnya

sebesar buah duku, maka bagaimana dengan hidungnya. Wacana humor di

atas telah memanfaatkan teori pertentangan, sehingga makna figuratif yang

disampaikan berlawanan dengan makna literalnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Do not say

what you believe to be false and do not say that which you lack adequate

evidence,” yang diartikan oleh Nadar (Jangan mengatakan sesuatu yang

Page 89: Churin in Nabila-fitkq

75

tidak benar; jangan mengatakan sesuatu yang kebenarannya tidak dapat

dibuktikan secara memadai.32

Teori Grice tersebut memberikan penjelasan bahwa dengan maksim

kualitas ini, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu

yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya di dalam aktivitas

bertutur. Fakta kebahasaan tersebut harus didukung dan didasarkan pada

bukti-bukti yang jelas, konkrit, nyata, dan terukur. Sebuah tuturan akan

dapat dikatakan memiliki kualitas yang baik apabila tuturan itu sesuai

dengan faktanya, sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya, tidak

mengada-ada, tidak dibuat-buat, tidak rekayasa, sehingga informasi yang

demikian itu menjadi sangat tidak sesuai dengan kenyataannya,

ketidaksesuaian yang demikian itu akan menjadikan kualitas pertuturan

semakin rendah.33

Jadi, sesuai dengan maksim ini, selalu berusahalah agar

dalam praktik bertutur sapa yang sebenarnya, kualitas pertuturan itu benar-

benar dijaga. Caranya, selalu sampaikanlah pernyataan itu sesuai dengan

fakta dan keadaan sesungguhnya.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai maksim kualitas,

peneliti menemukan sepuluh (10) kata kunci, yaitu: informasi yang

diberikan benar, berdasarkan bukti-bukti yang memadai, jelas, konkrit, dan

terukur, sesuai dengan fakta, tidak mengada-ada, tidak rekayasa, tidak

dibuat-buat, dan jangan diujarkana bila kekurangan data yang akurat.

c. Penyimpangan Maksim Relevansi

Agar pembicaraan selalu relevan, diharapkan setiap peserta tutur

mempunyai latar belakang pengetahuan yang sama sehingga topik

pembicaraan mudah untuk dipahami pada setiap tahapan komunikasi. Jika

terdapat peserta tutur yang tidak faham dengan konteks saat ujaran terjadi,

maka ujaran tersebut bisa menyimpang dari maksim relevansi.

16. Si Markus Orang Mana

32

Nadar, loc. cit 33

Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24

Page 90: Churin in Nabila-fitkq

76

A : Gara-gara si Markus banyak koruptor divonis bebas.

B : Ngomong-ngomong emang si Markus orang mana ?

(HD/CCJ: 139/215)

S (Waktu, tempat, suasana) : Siang hari, di jalan, suasana sepi.

P (Peserta tutur) : A dan B (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : A memberitahukan bahwa banyak koruptor

divonis bebas disebabkan oleh markus,

sedangkan B ingin mengetahui tentang

markus.

A(Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

banyaknya koruptor yang divonis bebas

karena markus.

K (Nada, cara, semangat) : A menyampaikan informasi dengan

sungguh-sungguh, sedangkan B menanyakan

tentang markus dengan nada penasaran.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada siang hari, di sebuah

jalan dalam keadaan sepi. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari

maksim relevansi, karena penutur B tidak memiliki pengetahuan tentang

markus, sehingga dia menanyakan markus orang mana kepada lawan

tuturnya A. Markus merupakan „singkatan dari makelar kasus yang dapat

diartikan sebagai seorang perantara yang mengenal penjahat sekaligus

memiliki hubungan dengan penegak keadilan (Polisi, KPK, Jaksa)‟ dan

biasanya makelar kasus memberikan informasi yang dia ketahui tentang

penjahat kepada para penegak hukum. Namun, makelar kasus yang disebut

di atas adalah makelar yang tidak lagi menempatkan etika dan kaidah

Page 91: Churin in Nabila-fitkq

77

hukum, karena berupaya merekayasa sebuah perkara hukum untuk

mendapatkan keuntungan yang besar. Wacana humor di atas telah

memanfaatkan teori ketidaksejajaran, sehingga tidak kongruen dengan

objek pertuturan. Selain itu, makna figuratif yang dibangun oleh B telah

berlawanan dengan makna literatif yang diasumsikan oleh A.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Be

relevant”, yang diartikan oleh Nadar (Harap relevan).34

Teori Grice yang mengatakan bahwa dalam maksim relevansi, peserta

tutur hendaknya memberikan informasi atau jawaban yang relevan dengan

topik pembicaraan, bahwa sebuah pernyataan P dinyatakan relevan dengan

sebuah pernyataan Q jika P dan Q, bersama-sama dengan pengetahuan

latar belakang, menghasilkan informasi baru yang bukan hanya diperoleh

dari P dan Q. Interpretasi itu berarti bahwa relevansi antara pernyataan A

dan pernyataan B tidak hanya dalam wujud tuturan bersifat langsung,

tetapi juga bersifat tidak langsung.35

17. Bekas Pejabat

MA : Bapak X, dosen kita yang baru itu kenapa ya kalau

mengajar duduk saja di kursi, nggak pernah berdiri?

MU : Yah, kamu belum tahu?

MA : Belum tahu kenapa?

MU : Dia kan bekas pejabat!

MA : Apa hubungannya?

MU : Kalau dia pergi berdiri dia takut kursinya diambil orang

lain.

(HD/CCJ: 150/220)

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di koperasi kampus, suasana

ramai

P (Peserta tutur) : MA dan MU (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : MA penasaran dengan dosen baru yang

mengajarnya hanya duduk saja di kursi,

sedangkan MU memberikan informasi

34

Nadar, loc. cit 35

Suhartono, op. cit., h. 4.5

Page 92: Churin in Nabila-fitkq

78

kepada MA bahwa dosen baru tersebut

adalah bekas pejabat.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

dosen baru yang mengajarnya hanya duduk

di kursi dihubungkan dengan bekas pejabat.

K (Nada, cara, semangat) : MA bertanya dengan nada serius dan

penasaran, sedangkan MU menjawab

pertanyaan MA dengan nada santai.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan terbuka

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di koperasi kampus

dalam keadaan ramai. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari

maksim relevansi, karena penutur MU memberikan informasi yang tidak

relevan dengan topik pembicaraan. Penutur MA bertanya mengenai dosen

baru yang cara mengajarnya hanya duduk saja di kursi, tidak pernah

berdiri, sedangkan penutur MU memberikan informasi bahwa dosen

tersebut adalah bekas pejabat, sehingga dia tidak mau berdiri karena takut

kursinya diambil oleh orang lain. Jika penutur MU merupakan peserta

tutur yang cooperative, maka tidak seharusnya dia menghubungkan cara

mengajar dengan duduk di kursi dengan bekas pejabat yang kursinya takut

diambil orang lain. Wacana humor di atas telah memanfaatkan teori

ketidaksejajaran, sehingga makna literal kata „duduk‟ yang diasumsikan

oleh MA berlawanan dengan makna figuratif yang diasumsikan oleh MU.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Be

relevant”, yang diartikan oleh Nadar (Harap relevan).36

Teori relevansi tersebut menjelaskan bahwa sebagai seorang yang

kooperatif di dalam berkomunikasi, penutur dan lawan tutur dituntut selalu

36

Nadar, loc. cit

Page 93: Churin in Nabila-fitkq

79

relevan mengemukakan maksud dan ide-idenya. Konstribusi-konstribusi

yang diberikan harus berkaitan atau sesuai dengan topik-topik yang sedang

diperbincangkan. Di dalam berbicara penutur mengutarakan tuturannya

sedemikian rupa sehingga tuturan itu hanya memiliki satu tafsiran yang

relevan dengan konteks pembicaraan. Konteks dalam hal ini tidaklah

terbatas pada informasi mengenai lingkungan fisik tuturan yang langsung

dihadapinya, atau yang mendahuluinya, tetapi meliputi pula harapan-

harapan, dugaan-dugaan, kepercayaan, kenangan, asumsi-asumsi budaya,

keyakinan terhadap keadaan mental pembicara. Agar pembicaraan selalu

relevan maka penutur harus membangun (mengkonstruksi) konteks yang

kurang lebih sama dengan konteks yang dibangun oleh lawan bicaranya.

Jika tidak, mereka akan terperangkap dalam kesalahpahaman. Untuk

jelasnya dapat disimak wacana 1 dan 2 berikut ini:

1. + Gamsut kok lima jari diacungin semua.

- Maju satu-satu belum tentu menang…. Lebih baik main keroyok.

2. + Akulah manusia enam juta dolar

- Biyuh-biyuh, kalau begitu kenalpotnya aja harga berapa?

Dalam kartun (1) dan (2) tampak tokoh (-) memberikan tanggapan

yang menyimpang dari konteks yang diajukan oleh lawan bicaranya (+).

Dalam (1) tokoh (-) menghubungkan gamsut dengan orang berkelahi,

sedangkan dalam (2) menghubungkan manusia enam juta dolar dengan

kendaraan.37

Dengan demikian, pertuturan di atas dianggap menyimpang

dari maksim relevansi, karena tidak sesuai dengan teori Grice, yaitu

penutur (MU) menghubungkan kursi yang dibuat untuk tempat duduk

dengan kursi jabatan, hal ini membuat bingung lawan tuturnya (MA)

karena tidak sesuai dengan topik pembicaraan.

18. Yang Paling Bersih

Pak RT : Saya sebagai ketua RT menyarankan Saudara-saudara

untuk memilih calon gubernur yang paling bersih

dalam pilkada nanti!

37

I Dewa Putu, Kartun, h. 85-87

Page 94: Churin in Nabila-fitkq

80

Warga : Kalau itu saran Bapak tentu yang harus kita pilih

adalah cagub X.

Pak RT : Kenapa dia Saudara anggap paling bersih?

Warga : Karena istrinya banyak. Jadi, dia paling sering mandi.

(HD/CCJ: 78/189)

S (Waktu, tempat, suasana) : Pagi hari, di balai warga, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Pak RT dan warga

E (Maksud dan tujuan) : Pak RT menyarankan kepada warganya

untuk memilih gubernur yang paling bersih,

sedangkan warga mengusulkan agar memilih

cagub X karena paling sering mandi.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

pemilihan calon gubernur.

K (Nada, cara, semangat) : Pak RT memberitahukan dengan nada

semangat menyala-nyala, sedangkan warga

menanggapi informasi pak RT dengan nada

santai.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Sopan dan jujur

G (Jenis bahasa) : Narasi

Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim relevansi,

karena penutur warga memberikan informasi yang tidak relevan dengan

masalah yang sedang dibicarakan. Konteks pembicaraan di atas mengenai

pemilihan calon gubernur yang paling bersih. Pak RT menyarankan agar

warga memilih cagub yang paling bersih maksudnya adalah cagub yang

jujur, baik, dan tidak pernah korupsi. Sedangkan menurut warga cagub

yang paling bersih dianggap dari segi kebersihan fisik, sehingga dia

menyarankan untuk memilih cagub X karena istrinya banyak, dan

tentunya dialah yang paling sering mandi. Wacana humor di atas

memanfaatkan teori pertentangan, sehingga makna literal tentang „yang

Page 95: Churin in Nabila-fitkq

81

paling bersih‟ berlawanan dengan makna figuratifnya yaitu „yang paling

sering mandi‟.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice (1975: 45) yang berbunyi “Be

relevant”, yang diartikan oleh Nadar (Harap relevan).38

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa di dalam maksim relevansi

dengan tegas dinyatakan bahwa agar dapat terjalin kerja sama yang

sungguh-sungguh baik antara penutur dan mitra tutur dalam praktik

bertutur sapa hendaknya masing-masing dapat memberikan konstribusi

yang benar-benar relevan dengan sesuatu yang sedang dipertuturkan itu.

Bertutur dengan tidak memberikan konstribusi relevan yang demikian itu,

akan dapat dianggap tidak mematuhi dan melanggar prinsip kerja sama

Grice.39

Dengan demikian, pertuturan di atas dianggap menyimpang dari

teori Grice, bahwa penutur telah menghubungkan pemimpin yang bersih

bukan dari segi/sifat batin melainkan dari segi dlohir (fisik).

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan menegnai maksim

relevansi, peneliti menemukan dua (2) kata kunci, yaitu: Informasi yang

disampaikan sesuai dengan topik pembicaraan dan masing-masing peserta

tutur mempunyai latar belakang yang sama.

d. Penyimpangan Maksim Cara

Maksim cara mengharapkan peserta tutur memberikan informasi

yang langsung, jelas, tidak kabur dan tidak ambigu. Sebuah ujaran

dikatakan menyimpang dari maksim cara apabila peserta tutur

memberikan informasi yang berbelit-belit, membingungkan, kabur dan

ambigu.

19. Keturunan Ke-8

A : Moyangku dulu adalah orang kaya raya, yang kekayaannya

tidak akan habis dimakan sampai tujuh turunan.

B : Lah, kamu sendiri kok jadi pengemis miskin!

38

Nadar, loc. cit 39

Rahardi, Sosiopragmatik, h. 24

Page 96: Churin in Nabila-fitkq

82

A : Ya, karena saya keturunan ke delapan.

(HD/CCJ: 127/211)

S (Waktu, tempat, situasi) : Sore hari, di depan rumah para penutur,

suasana sepi

P (Peserta tutur) : A dan B (Anonim)

E (Maksud dan tujuan) : A memberitahukan bahwa nenek

moyangnya adalah orang kaya, dan

kekayaannya tidak habis sampai tujuh

turunan, sedangkan B ingin mengetahui

mengapa A menjadi pengemis miskin.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

kekayaan yang dimiliki sampai tujuh

turunan, namun menjadi pengemis miskin

karena turunan kedelapan.

K (Nada/cara/semangat) : A menyampaikan informasinya dengan

nada semangat dan kesal, sedangkan B

bertanya dengan nada mengejek.

I (Jalur bahasa) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Akrab dan terbuka

G (Jenis bahasa) : Eksposisi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada sore hari, di depan

rumah para penutur dalam keadaan sepi. Pertuturan di atas dianggap

menyimpang dari maksim cara, karena penutur A menyampaikan

informasi yang taksa. Dalam ujaran pertama A menyampaikan bahwa

nenek moyangnya adalah orang kaya raya, sehingga kekayaannya tidak

akan habis sampai tujuh turunan, artinya kekayaan yang dimiliki nenek

moyangnya sangat berlimpah ruah sehingga hampir kebutuhan serta

keinginannya bisa dicapai. Istilah “Tujuh turunan” merupakan istilah

umum masyarakat yang digunakan untuk mengibaratkan kekayaan

Page 97: Churin in Nabila-fitkq

83

seseorang. Namun, ketika lawan tuturnya B bertanya mengapa A menjadi

pengemis miskin, A memberi jawaban bahwa dia adalah keturunan

kedelapan. Keturunan kedelapan merupakan tingkatan, bahwa dia

merupakan keturunan yang kedelapan. Asumsi A yang berubah dari

ujaran pertama mengenai tujuh turunan dengan ujaran yang kedua

mengenai tingkatan, menjadikan tuturan yang disampaikan mengandung

ketaksaan, sehingga bisa menyimpang dari maksim cara. Dengan

demikian, wacana humor di atas telah memanfaatkan teori

ketidaksejajaran dan ambiguitas, sehingga makna literal kata „tujuh

turunan‟ memiliki makna ganda dan membutuhkan penafisiran dari

masing-masing peserta tutur.

Hal ini sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid ambiguity”

yang diartikan oleh Nadar (Hindari ungkapan yang taksa).40

Teori Grice tersebut menjelaskan bahwa pembicara harus

mengutarakan ujarannya sedemikian rupa agar mudah dipahami oleh

lawan bicaranya dengan menghindari kekaburan, ketaksaan, berbicara

secara padat, dan langsung. Setiap peserta tindak tutur tidak dapat

mengutarakan tuturannya secara kabur dan taksa atau menafsirkan sesuatu

yang sebenarnya jelas sebagai sesuatu yang kabur atau taksa.41

20. Beli Satu Dikasi Satu

Eneng : Bang pepayanya berapa?

Abang : Murah, Neng. Empat ribu saja!

Eneng : Kalau saya beli satu, dikasi berapa?

Abang : Kalau beli satu, ya, dikasi satu!

Eneng : Baik, Bang! Ini duit empat ribu saya beli satu.

Abang : Ini Neng, pepayanya. Terima kasih, Neng!

Eneng : Iya, Bang. Ini yang saya beli.Yang dikasi mana?

Abang : Yang dikasi?

Eneng : Tadi kan Abang bilang kalo beli satu dikasih satu. Jadi,

yang dikasi mana pepayanya?

Abang : Ha, Eneng nih bagaimana?

Eneng : Kan Abang yang bilang, kalo beli satu, dikasi satu!

(HD/CCJ: 82/191)

40

Nadar, loc. cit 41

Ibid., h. 88-89

Page 98: Churin in Nabila-fitkq

84

S (Waktu, tempat, situasi) : Pagi hari, di pasar buah, suasana ramai.

P (Peserta tutur) : Eneng dan Abang

E (Maksud dan tujuan) : Eneng menanyakan harga papaya, dan

beranggapan kalau beli papaya satu dikasi

satu, sedangkan Abang memberitahukan

harga papaya dan bingung dengan

pernyataan yang dibuat oleh neng.

A (Bentuk dan isi ujaran) : Bentuk ujaran merupakan kalimat

langsung, sedangkan isi ujaran mengenai

harga papaya dan pemberian papaya jika

membelinya satu.

K (Nada/cara/semangat) : Eneng dan Abang bertanya dan

memberikan informasi dengan nada santai

dan serius.

I (Jalur tuturan) : Jalur lisan

N (Norma/aturan) : Sopan dan membingungkan

G (Jenis/ragam bahasa) : Argumentasi

Interpretasi konteks pertuturan di atas terjadi pada pagi hari, di pasar

buah dalam keadaan yang ramai. Peserta tutur terdiri dari Eneng dan

Abang. Pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim cara, karena

penutur Eneng telah membuat pernyataan yang membingungkan lawan

tuturnya. Hal ini disebabkan karena pemahaman yang didapatkan dari

ujaran Abang bahwa beli papaya satu dikasi satu. Kalau diperhatikan,

ketika seseorang membeli papaya satu, maka yang dikasihpun juga satu.

Namun di sini kata “dikasi” bisa menimbulkan makna yang ambigu yaitu

sebagai pemberian atau penyerahan barang sesudah melakukan

pembayaran, dan juga berarti sebagai bonus, sama halnya ujaran “Beli satu

dapat dua”. Ujaran Abang yang mengatakan “beli satu dikasi satu”, sama

si Eneng diasumsikan dengan makna yang kedua, yaitu jika dia membeli

papaya satu maka dikasi satu (dapat bonus satu). Wacana humor di atas

Page 99: Churin in Nabila-fitkq

85

telah memanfaatkan teori pertentangan, sehingga makna literal yang

diasumsikan berlawanan dengan makna figuratifnya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori Grice yang berbunyi “Avoid obscurity

of expression and Avoid ambiguity” yang diartikan oleh Nadar (Hindari

ungkapan yang tidak jelas dan hindari ungkapan yang membingungkan).42

Teori Grice tersebut kemudian dikembangkan oleh Rahardi yang

menjelaskan maksim cara atau maksim pelaksanaan dalam prinsip kerja

sama mengharuskan setiap peserta pertuturan dalam aktivitas bertutur sapa

yang sebenarnya menyampaikan informasi dengan secara langsung,

dengan secara jelas, tidak dengan kabur, tidak samar, tidak taksa, tidak

berbelit. Orang bertutur yang tidak dengan secara cermat

mempertimbangkan hal-hal yang disampaikan di depan itu akan dapat

dikatakan sebagai pelanggar terhadap prinsip kerja sama Grice.43

Dengan

demikian, pertuturan di atas dianggap menyimpang dari maksim cara

karena tidak sesuai dengan teori Grice yang dikembangkan oleh Rahardi,

bahwa penutur (Eneng) telah membuat komunikasi yang membingungkan

dengan lawan tuturnya (Abang).

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai maksim cara,

peneliti menemukan empat (4) kata kunci, di antaranya: informasi yang

diberikan jelas, tidak berbelit-belit, tidak kabur atau ambigu, dan tidak

membingungkan.

C. Implikasi terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia

Prinsip kerja sama merupakan sebuah prinsip yang dijadikan pedoman

ketika melakukan aktifitas komunikasi. Prinsip ini didasari oleh asumsi

bahwa dalam berkomunikasi, peserta tutur bersedia bekerja sama sehingga

berfungsi mengatur tuturan agar mendukung tercapainya maksud dan

tujuan yang diinginkan.

42

Nadar, loc. cit 43

Rahardi, Pragmatik, h. 25

Page 100: Churin in Nabila-fitkq

86

Prinsip kerja sama yang dilakukan dalam humor dialog Cekakak-

Cekikik Jakarta memiliki potensi untuk dikembangkan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa prinsip kerja sama sangat penting untuk menciptakan

komunikasi yang baik dan lancar. Selain itu, pertuturan yang dilakukan di

dalam wacana humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer

tetap menimbulkan efek kelucuan dengan tidak menyimpang dari prinsip

kerja sama Grice.

Adapun penyimpangan yang dilakukan terhadap prinsip kerja sama

dalam humor dialog tersebut tidak lain hanyalah bertujuan sebagai hiburan

yang mempunyai aspek membebaskan manusia dari beban mental,

menghilangkan rasa stress dan jenuh, serta menambah wawasan. Selain itu

juga berisi tentang sindiran-sindiran halus dalam dunia sosial

kemasyarakatan, pendidikan maupun politik terhadap orang-orang

tertentu, seperti polisi, pejabat, dosen, guru, dan lain sebagainya.

Penyimpangan terhadap prinsip kerja sama bisa terjadi disebabkan karena

kurangnya pengetahuan yang dimiliki bersama oleh peserta tutur. Selain

itu, penutur memberikan informasi dengan maksud dan tujuan menyindir

tentang topik yang menjadi bahan pembicaraan.

Dalam suasana yang ricuh, humor berfungsi sebagai pemecah

ketegangan, sehingga suasana tersebut berubah menjadi rileks lagi. Dalam

konteks politik, humor digunakan sebagai sarana menyampaikan kritik dan

saran. Dalam konteks sosial masyarakat, humor disajikan untuk

mengungkapkan fenomena kehidupan yang benar-benar terjadi dalam

sehari-hari. Berbagai surat kabar dan majalah atau bulletin politik, sering

kali dimunculkan gambar-gambar yang bernuansa komikal. Dalam dunia

pendidikan, humor juga dipercaya sebagai alat untuk menyampaikan

variasi-variasi dalam belajar, agar menjadi pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, emotif, dan menyenangkan.

Hasil riset mengimplikasikan bahwa prinsip kerja sama merupakan

unsur penting untuk diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di

kelas. Sebagai guru, khususnya guru bidang studi bahasa Indonesia

Page 101: Churin in Nabila-fitkq

87

hendaknya mempelajari bagaimana prinsip kerja sama bisa diaplikasikan

selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, dalam kurikulum

pembelajaran bahasa Indonesia, prinsip kerja sama juga sangat dibutuhkan

oleh peserta didik di dalam melatih komunikasi yang baik dan benar, di

antaranya dalam pembelajaran diskusi, wawancara, maupun

menyampaikan pesan melalui telepon. Ketika mereka sedang

melaksanakan diskusi, mereka membutuhkan prinsip kerja sama agar

proses diskusi bisa berjalan dengan lancar. Kegiatan wawancara pun

demikian, mereka mengaplikasikan prinsip kerja sama ketika melakukan

praktek wawancara, baik dengan teman sendiri maupun dengan

narasumber yang berada di luar kelas, seperti guru, orang tua, maupun

masyarakat. Di dalam menyampaikan pesan melalui telepon mereka

menerapkan prinsip kerja sama dengan baik dan santun agar maksud dan

tujuan yang diinginkan bisa tercapai.

Gambaran implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran bahasa

Indonesia di beberapa tingkat satuan pendidikan yang mengacu kepada

rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) diuraikan sebagai berikut:

1) Mengacu kepada RPP Sekolah Dasar (SD)

Standar Kompetensi : Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan

pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita

dan bertelepon.

Kompetensi Dasar : Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa

yang santun.

Indikator Pembelajaran:

1. Mampu mendiskusikan cara bertelepon.

2. Mampu mendata kesalahan-kesalahan kalimat dalam bertelepon.

3. Mampu bertelepon dengan berbagai mitra bicara sesuai dengan

konteks.

Tujuan pembelajaran: Siswa mampu bertelepon dengan kalimat yang

efektif dan bahasa yang santun.

Page 102: Churin in Nabila-fitkq

88

2) Mengacu kepada RPP Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Standar Kompetensi : Mengungkapkan berbagai informasi melalui

wawancara dan presentasi laporan.

Kompetensi Dasar : Berwawancara dengan narasumber dari berbagai

kalangan dengan memperhatikan etika

berwawancara.

Indikator Pembelajaran:

1. Mampu membuat daftar pokok-pokok pertanyaan untuk wawancara.

2. Mampu melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai

kalangan dengan memperhatikan etika berwawancara.

Tujuan pembelajaran: Siswa mampu melakukan wawancara dengan

narasumber dari berbagai kalangan dengan

memperhatikan etika berwawancara.

3) Mengacu kepada RPP Sekolah Menengah Atas (SMA)

Standar Kompetensi : Memahami pendapat dan informasi dari berbagai

sumber dalam diskusi atau seminar.

Kompetensi Dasar : Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu

diskusi atau seminar.

Indikator Pembelajaran:

1. Memahami pendapat yang disampaikan pembicara dalam suatu diskusi

atau seminar

2. Mengajukan pertanyaan berkait dengan topik diskusi atau seminar

3. Mengomentari jalannya diskusi atau seminar yang telah berlangsung.

Tujuan Pembelajaran: Siswa mampu mengomentari pendapat seseorang

dalam suatu diskusi atau seminar.

Page 103: Churin in Nabila-fitkq

89

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini menunjukkan bahwa prinsip kerjasama yang dilakukan

dalam wacana humor dialog Cekakak-Cekikik Jakarta karya Abdul Chaer

lebih besar daripada penyimpangan yang dilakukan. Pematuhan terhadap

prinsip kerja sama banyak dilakukan dalam maksim kuantitas, sedangkan

penyimpangan yang sering dilakukan terdapat dalam maksim kualitas.

Pertuturan dianggap mematuhi maksim kuantitas karena peserta tutur

memberikan informasi yang cukup, tidak berlebihan, dan sesuai dengan

kebutuhan lawan tutur. Mematuhi maksim kualitas karena memberikan

informasi yang benar, logis, tidak direkayasa, dan sesuai dengan fakta.

Mematuhi maksim relevansi karena pertuturan relevan dengan topik

pembicaraan, dan mematuhi maksim cara karena memberikan informasi

yang jelas, tidak membigungkan, dan tidak ambigu.

Penyimpangan dalam humor bisa diciptakan dengan teori

ketidaksejajaran, pertentangan, dan pembebasan. Selain itu, dalam

hubungannya dengan kode bahasa ditemukan tiga cara penciptaan humor,

yakni penyimpangan makna, penyimpangan bunyi, dan pembentukan kata

baru. Hal tersebut dilakukan melalui penyimpangan kaidah pragmatik

berupa prinsip kerja sama. Penyimpangan bisa terjadi juga disebabkan

kurangnya kaidah kognitif (cognitive rule) dengan konteks pembicaraan.

Selain itu, penyimpangan sebagai sarana penciptaan humor bertujuan

untuk menghibur, menyampaikan kritik sosial, dan membawa pembaca

dari keadaan telis ke keadaan paratelis.

Implikasi prinsip kerja sama terhadap pembelajaran bahasa Indonesia

sangat penting untuk membantu guru menciptakan pembelajaran yang baik

dan lancar, serta membantu meningkatkan keterampilan berbicara siswa di

dalam berkomunikasi melalui telepon, wawancara, maupun diskusi.

Page 104: Churin in Nabila-fitkq

90

B. Saran

1. Bagi pembaca, ketika melaksanakan aktivitas komunikasi penting

memperhatikan kaidah-kaidah di dalam percakapan dan berusaha agar

tuturan yang disampaikan tidak berlebihan, benar, relevan dengan

konteks, tidak berbelit-belit, dan ambigu.

2. Bagi siswa dan guru, prinsip kerja sama bisa membantu tercapainya

hasil proses belajar mengajar serta meningkatkan keterampilan siswa

di dalam komunikasi yang baik dan lancar.

Page 105: Churin in Nabila-fitkq

DAFTAR PUSTAKA

Ayusya. “Wacana NgupingJakarta: Tinjauan terhadap Prinsip Kerja Sama, Koherensi,

Makrostruktur, dan Suprastruktur dalam Blog Humor.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu

Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok, 2010.

Ariel, Mira. Defining Pragmatics. Cambridge University Press: New York. 2010.

Chaer, Abdul. Cekakak-Cekikik Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta. 2011.

Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta: PT Rineka Cipta. 2010.

Chairunisa, Tyas. “Analisis Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja Sama dan Prinsip

Kesantunan pada Humor Singkat.” Skripsi S1 Fakultas Ilmu Pengetahuan

Budaya, Universitas Indonesia Depok, 2011.

Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar. 2007.

Darmansyah. Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta: Bumi

Aksara. 2010.

Djajasudarma, Fatimah. Wacana & Pragmatik. Bandung: Refika Aditama. 2012.

Fauziah, Syifa. “Maksim Kerja Sama pada Dialog Tokoh Utama dalam Novel Ketika

Cinta Bertasbih 1 dan Implikasinya bagi Pembelajaran Bahasa Indonesia di

SMA”. Skripsi S1 Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta, 2011.

Hindun. Pragmatik. Depok : Nufa Citra Mandiri. 2012.

Page 106: Churin in Nabila-fitkq

Huang, Yan. Pragmatics.New York: Oxford University Press. 2007.

Kushartanti dkk. Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta:

Gramedia. 2009.

Leech, Geoffrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press. 1993.

Lubis, Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. 2011.

Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2007.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2013.

Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2011.

Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta: Referensi. 2013.

Nadar, F.X. Pragmatik & Penelitian Pragmatik.Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009.

Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.

Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa.Yogyakarta: Kanisius.

2009.

Purwo, Bambang Kaswanti. Bulir-Bulir Sastra & Bahasa. Yogyakarta: Kanisius. 1991.

Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

2008.

Rahardi, Kunjana. Dimensi-Dimensi Kebahasaan. Jakarta: Erlangga. 2006.

Page 107: Churin in Nabila-fitkq

Rahardi, Kunjana. Sosiopragmatik. Jakarta: Erlangga. 2009.

Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

2009.

Rohmadi, Muhammad. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka. 2010.

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 2009.

Suhartono dan Yuniseffendri, Pragmatik. Jakarta: Universitas Terbuka. 2011.

Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. 1984.

Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. Analisis Wacana Pragmatik, Surakarta:

Yuma Pustaka, 2010.

Wijana, I Dewa Putu. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa. Yogyakarta: Ombak.

2003.

Yule, George. Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2006.

Page 108: Churin in Nabila-fitkq

LAMPIRAN 1 : DATA PEMATUHAN PRINSIP KERJA SAMA

NAMA MAKSIM NO. KODE DATA BENTUK DIALOG KOMENTAR

Maksim Kuantitas

1. KN=HD/CCJ: 3/163

Pasien : Dok, apakah operasi jantung itu tidak berbahaya?

Dokter : O, sama sekali tidak.

Pasien : Berapa tingkat keberhasilan itu, Dok?

Dokter : Seribu berhasil, satu gagal.

Pasien : Saya ini pasien ke berapa, Dok?

Dokter : Tunggu dulu. Lihat catatan. O, Anda pasien ke seribu!

Pasien : Jadi????? (si pasien langsung pingsan)

Informasi yang diberikan relatif memadai pada

setiap tahapan pertuturan dan sesuai dengan

kebutuhan penutur.

2. KN=HD/CCJ: 8/165

Orang I : Kabarnya pada tahun lima puluhan beli karcis di

bioskop Megaria (dulu Metropole) tidak boleh pakai

sandal.

Orang II : Memang Benar!

Orang I : Kenapa?

Orang II : Ya, sebab harus pakai uang.

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan. Selain itu, orang II menjawab

pertanyaan sesuai dengan kebutuhan orang I.

3. KN=HD/CCJ: 14/167

Petugas : Nama Anda ?

Sudir : Sudir, Pak!

Petugas : Nama Anda?

Sukar : Sukar, Pak!

Petugas : Nama Anda?

Sumar : Sumar, Pak!

Petugas : Kalian bagaimana sih? Nama belum jadi kok sudah dipakai?

Informasi yang diberikan cukup dan relative

memadai pada setiap tahapan pertuturan.

4. KN=HD/CCJ: 15/167

Guru TK : Anak-anak, kalian harus punya cita-cita. Kalau nanti

besar, kamu Adi mau jadi apa?

Adi : Mau jadi dokter, Bu guru!

Guru TK : Bagus! kamu Siti, kalau sudah besar mau jadi apa?

Siti : Mau jadi guru, Bu guru!

Guru Tk : Bagus sekali! Lalu kamu Udin, kalau sudah besar mau

jadi apa?

Udin : Mau jadi pengantin, Bu guru!

Informasi yang diberikan cukup, singkat, dan

relatif memadai.

Page 109: Churin in Nabila-fitkq

5. KN=HD/CCJ: 17/168

Mahasiswa asal Korea (MK) : Kemarin, Pak, kami ke Taman

Safari.

Dosen : Bagaimana, senang?

MK : Takut, Pak!

Dosen : Kenapa?

MK : Macannya pada ngeliatin kita

Dosen : Kamu tahu apa yang ada dipikiran macan-macan itu?

MK : Apa, Pak?

Dosen : Manusia yang putih-putih ini dagingnya enak!

MK : Ih, Bapak nakutin!

Informasi yang diberikan relative memadai dan

sesuai dengan kebutuhan penutur.

6. KN=HD/CCJ: 22/170

Umar : Pak Haji, tadi saya lihat anak Pak Haji sedang bermain

judi di sana!

Pak Haji : Astagfirullah. Tu anak memang nakal.Bikin dosa saja.

Umar : Tapi dia sedang menang!

Pak Haji : Alhamdulillah!

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan.

7. KN=HD/CCJ: 24/171

Ayah : Mengapa Nak, kamu pulang sekolah menangis?

Anak : Dimarahi pak guru.

Ayah : Memang kenapa?

Anak : Pak guru kan bertanya, dua tambah dua berapa. Lalu saya

jawab tiga…..

Ayah : Ya, memang salah. Mestinya empat, kan!

Anak : Bapak gimana sih? Saya jawab tiga saja salah, apalagi

dibilang empat!

Informasi yang diberikan relative memadai dan

sesuai dengan kebutuhan penutur.

8. KN=HD/CCJ: 28/172

Laki-laki tua (LK) : Numpang tanya Mas, kereta api ke Cirebon

sudah lewat.

Petugas kereta api (PK) : Sudah tadi.

LK : Kereta yang ke Bandung?

PK : Juga sudah

LK : Kereta yang ke Surabaya?

PK : Sudah tadi. Bapak ini mau apa sih sebenarnya?

LK : Mau nyeberang!

Informasi yang diberikan cukup dan sesuai

dengan kebutuhan penutur.

Page 110: Churin in Nabila-fitkq

9. KN=HD/CCJ: 32/173

Ahmad : Mobilmu ringsek begini memangnya kenapa?

Mahmud : Nabrak pohon besar di pinggir jalan!

Ahmad : Enak, kalau nabrak pohon tidak ada yang minta ganti.

Mahmud : Ada juga.

Ahmad : Siapa itu?

Mahmud : Polisi.

Informasi yang diberikan tidak berlebihan dan

sesuai dengan kebutuhan penutur.

10. KN=HD/CCJ: 36/174

Pak RT : Dalam rapat ini saya ingin bicarakan mengapa banyak

anak-anak muda kita yang sering nongkrong di pinggir

jalan.

Warga I : Pak RT, mungkin karena mereka tidak punya pekerjaan.

Warga II :Pak RT, mungkin karena mereka tidak ditegur orang

tuanya.

Warga III : Pak RT, mungkin karena di pinggir jalan tidak ada kursi.

Informasi yang diberikan relative memadai

karena sesuai dengan kebutuhan penutur dan

topic pembicaraan.

11. KN=HD/CCJ: 37/175

Mahasiswa I : Profesor kita tidak mengizinkan kita masuk kalau

kuliah sudah berjalan.

Mahasiswa II : Untuk masuk kalau terlambat kita harus tahu

caranya

Mahasiswa III : Caranya bagaimana?

Mahasiswa II : Beliau kan sering merem. Nah, kalau beliau sedang

merem kita masuk saja.Dia kagak tahu.

Informasi yang diberikan tidak berlebihan dan

sesuai dengan kebutuhan penutur

12. KN=HD/CCJ: 39/175

Hamid : Kulihat waktu akad nikah tadi kamu kok gemetar; kenapa?

Ahmad : Mungkin karena baru tumben.

Informasi yang diberikan cukup dan sesuai

dengan kebutuhan penutur.

13. KN=HD/CCJ: 45/177

Mamat : Apa kesan Bapak sewaktu menjalankan ibadah haji.

Pak Haji : Wah, kesannya banyak. Kamu mau yang mana?

Mamat : Yang mana sajalah!

Pak Haji : Kesan yang menarik, belon jadi haji, di asrama haji saya

sudah dipanggil haji sama pedagang kagetan.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai pada

setiap tahapan komunikasi.

14. KN=HD/CCJ: 48/178 Pasien I : Kenapa ya, perawat dipangil-panggil nggak mau datang?

Pasien II : Bapak berobatnya pakai askes ya?

Pasien I : Iya, kenapa?

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan serta sesuai dengan kebutuhan

penutur.

Page 111: Churin in Nabila-fitkq

Pasien II : Pantas saja, Bapak nggak diurus dengan baik.

15. KN=HD/CCJ: 49/178 Ani : Kebiasaan kakekku sampai sekarang nggak hilang-hilang.

Ita : Kebiasaan apa?

Ani : Suka menggigit-gigit kuku.

Ita : Untuk menghilangkannya gampang, kok!

Ani : Umpetin saja gigi palsunya.

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan.

16. KN=HD/CCJ: 66/183 Warga : Kami dengar Bapak mencalonkan diri dalam pilkada yang

akan datang.

Tokoh : Benar, sebagai calon independen

Warga : Apa rencana kerja Bapak kalau terpilih nanti?

Tokoh : Tahun pertama dan kedua saya akan berusaha

mengembalikan uang mereka yang membenatu dalam

kampanye pilkada.

Warga : Tahun Ketiga apa, Pak?

Tokoh : Tahun ketiga saya akan berusaha mengembalikan uang

pribadi yang saya gunakan untuk kampanye.

Warga : Lalu, tahun keempat?

Tokoh : Menyusun strategi untuk memenangkan pilkada berikutnya.

Warga : Nah, tahun kelima apa?

Tokoh : Memantapkan strategi yang saya susun pada tahun keempat.

Warga : ???????

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur, dan relative memadai pada

setiap tahapan pertuturan.

17. KN=HD/CCJ: 72/186 Pelanggan : Ongkos cukur berapa, Pak?

Tukang cukur : Enam ribu.

Pelanggan : Ini uang sepuluh ribu, kembali empat ribu

Tukang cukur : Wah, belum ada kembaliannya

Pelanggan : Tambah dah cukurnya empat ribu lagi.

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan pada setiap tahapan pertuturan.

18. KN=HD/CCJ: 73/187 Opik : Kalau nggak ikut mobil lu gue nggak tau!

Oman : Tau apa, pak?

Opik : Ternyata keponakan lu banyak.

Oman : Ah, cuman Si Otong seorang kok!

Opik : Nah, tadi tiap belokan, setiap lu abis ngasi cepe‟an selalu

ada yang bilang “terima kasih Oom”

Informasi yang diberikan relatif cukup,

memadai dan tidak berlebihan.

Page 112: Churin in Nabila-fitkq

19. KN=HD/CCJ: 74/187 Didi : Orang padang itu memang hebat!

Dudu : Hebat gimana?

Didi : Doyan makan paku!

Dudu : Masih kalah dengan orang Cina

Didi : Kalahnya gimana?

Dudu : Orang padang cuman doyan makan paku, tapi orang Cina

suka makan tong seng.

Informasi yang diberikan tidak berlebihan dan

relatif memadai di setiap tahapan pertuturan.

20. KN=HD/CCJ: 81/190

Warga : Kalau Bapak terpilih jadi lurah dalam pilkada yang akan

datang apa program prioritas Bapak?

Tokoh : Di daerah kita ini masih banyak terdapat warga yang buta

huruf.

Warga : Jadi??

Tokoh : Saya akan melakukan pemberantasan buta huruf.

Warga : Caranya?

Tokoh : Pertama warga yang buta huruf didata. Lalu dikumpulkan

dikelurahan.

Warga : Selanjutnya?

Tokoh : Saya kirim ke daerah lain! Mereka tidak boleh tinggal di

daerah kita.Daerah kita harus bebas buta huruf.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur, dan relatif memadai pada

setiap tahapan pertuturan.

21. KN=HD/CCJ: 85/192 Petugas : Saudara tidak lihat tanda larangan belok itu?

Pengemudi : Lihat, Pak!

Petugas : Tapi kenapa Saudara langgar juga?

Pengemudi : Maaf, Pak. Saya tidak lihat ada Bapak!

Petugas : Kalau begitu Saudara telah melanggar pasal lima ayat

empat.

Pengemudi : Artinya apa, Pak?

Petugas : Saudara kena denda lima gocengan sebanyak empat

lembar.

Informasi yang diberikan relatif cukup,

memadai dan tidak berlebihan.

22. KN=HD/CCJ: 86/193

Dulhak : Pengantin laki-laki pada waktu akad nikah biasanya

gemetar. Tapi saya tidak!

Duloh : Kamu memang hebat.

Dulhak : Malah penghulunya yang gemetar!

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan.

Page 113: Churin in Nabila-fitkq

Duloh : Mengapa?

Dulhak : Karena yang mendampingi saya kepala penghulu provinsi!

23. KN=HD/CCJ: 87/193

Selebriti : Dulu Bapak janji mau belikan rumah.

Tokoh kita : Jangan takut, minggu depan rumah itu sudah dapat

ditempati.

Selebriti : Tapi saya juga belum punya mobil.

Tokoh kita : Besok kita ke showroom cari mobil yang kau senangi.

Selebriti : Pak, bagaimana kalau minggu depan kita weekend ke

Bali?

Tokoh kita : Wah, a good idea. Saya setuju saja.

Selebriti : Tapi, Pak, sebelum ke Bali belikan dulu dong HP yang

canggih.

Tokoh kita : Maksudmu?

Selebriti : HP yang ada kamera digitalnya Pak, seperti punya

Maria Eva.

Tokoh kita : Wah, wah, kalau itu tidak mau saya belikan manis.

Maafkan saya. Mintalah yang lain.

Informasi yang diberikan cukup, sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai di

setiap tahapan komunikasi

24. KN=HD/CCJ: 90/194

Sidik : Kalau bekerja di tempat basah, pasti enak.

Abas : Saya bekerja di tempat basah, tetapi tidak enak.

Sidik : Memang apa pekerjaanmu?

Abas : Penggali sumur.

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan.

25. KN=HD/CCJ: 96/196 Profesor : Menurut Anda disertasi yang baik itu yang bagaimana?

Calon dokter : Yang metodologinya jelas

Profesor : Lalu?

Calon dokter :Yang punya konstribusi terhadap keilmuan dan

kemasyarakatan.

Profesor : Lalu?

Calon dokter : Yang sudah menjawab masalah yang dipersoalkan

Profesor : Apalagi?

Calon dokter : Apalagi ya, Prof?

Profesor : Disertasi yang baik adalah yang selesai

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan tidak berlebihan.

Page 114: Churin in Nabila-fitkq

26. KN=HD/CCJ:100/198

Warga baru : Abang berasal dari mana?

Warga lama : Dari Tanah Abang.

Warga baru : Pindah ke Depok ini kenapa?

Warga lama : Rumah kami tergusur kena proyek pelebaran jalan.

Warga baru : O, begitu!

Warga lama : Abang sendiri berasal dari mana dan juga kenapa

pindah ke sini?

Warga baru : Saya juga dari Tanah Abang, Kebon Melati; Pindah ke

sini karena terkena proyek pelebaran kali.

Warga lama : Oh, kita sama-sama senasib.

Informasi yang diberikan cukup, tidak

berlebihan dan sesuai dengan kebutuhan

penutur.

27. KN=HD/CCJ:101/199

Ayah : Joni, dua bulan lagi kamu kan akan UAN (Ujian Akhir

Nasional). Belajar dong!

Joni : Percuma Ayah, kalau belajar. Buang-buang waktu saja!

Ayah : Lho, kenapa?

Joni : Minggu lalu saya diramal oleh tukang rama dipinggir jalan.

Katanya saya tidak akan lulus. Karena itu untuk apa saya

belajar kalau sudah jelas tidak akan lulus.

Ayah : O, begitu! Bagaimana kalau kamu diramal pasti lulus.

Joni : Kalau pasti lulus, saya juga tidak akan belajar.

Ayah : O, begitu! Dasar anak sableng!

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai.

28. KN=HD/CCJ:102/200 Penculik : Halo, halo! Benarkah ini rumah Pak Jenggot?

Pak Jenggot : Benar! Ada apa?

Penculik : Ingin bicara dengan Pak Jenggot!

Pak Jenggot : Saya sendiri Pak Jenggot; Ada apa?

Penculik : Begini Pak! Anak Bapak telah kami culik. Minta

tebusan satu miliar. Jangan lapor polisi!

Pak Jenggot : Yang diculik berapa?

Penculik : Satu!

Pak Jenggot : Kenapa Cuma satu!

Penculik : Memang kenapa?

Pak Jenggot : Soalnya, di sini masih ada dua belas. Coba diculik

sekalian tiga. Lumayan mengurangi beban belanja!

Informasi yang diberikan cukup dan sesuai

dengan kebutuhan penutur

Page 115: Churin in Nabila-fitkq

29. KN=HD/CCJ:103/200 Warga : Kami dengar Bapak mencalonkan diri menjadi gubernur

dalam pilkada yang akan datang.

Tokoh : Benar sebagai calon independen!

Warga : Banyak cagub selama dalam kampanye berjanji akan

memberi sekolah gratis dari SD sampai SMA. Apakah

Bapak juga akan demikian.

Tokoh : Benar! Pokoknya nanti pendidikan gratis, asal……….

Warga : Asal apa, Pak?

Tokoh : Asal guru-gurunya juga mau mengajar gratis.

Warga : Lho, kok!

Informasi yang diberikan tidak berlebihan dan

sesuai dengan kebutuhan penutur

30. KN=HD/CCJ:107/202 Rojali : Dulu di Taman Ria Remaja Senayan ada pertunjukan grup

lawak Sri Mulat sekarang sudah tidak ada lagi!

Sadeli : Mengapa?

Rojali : Karena kalah bersaing!

Sadeli : Maksudmu apa?

Rojali : Karena lawakannya kalah lucu dari lawakan di gedung

sebelahnya.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan tidak berlebihan

31. KN=HD/CCJ:108/203

Guru : Mengapa kau sering terlambat?

Murid : Karena rumah saya jauh, Pak Guru!

Guru : Mulai besok kamu tidak boleh terlambat lagi.

Murid : Tidak mungkin, Pak Guru!

Guru : Kenapa tidak mungkin?

Murid : Karena besok rumah saya masih tetap jauh.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur, singkat, dan relatif

memadai di setiap tahapan pertuturan

32. KN=HD/CCJ: 114/205 Umar : Mir, kudengar Ibumu pergi ke dokter ya?

Amir : Benar, Mar, Ibu sakit!

Umar : Sakit apa?

Amir : Suaranya hilang. Nggak punya suara.

Umar : Lho, mungkin baterenya abis. Beli aja batere baru lagi.

Amir : Emangnya ibu gua radio!

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan, pertuturan di akhir antara Umar

dan Amir hanyalah lelucon belaka.

33. KN=HD/CCJ:126/209

Petugas : Saudara tidak lihat bahwa antara pukul 6-9 tidak boleh

belok?

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai di

Page 116: Churin in Nabila-fitkq

Pengemudi : Lihat, pak!

Petugas : Jadi, tahu salah saudara apa?

Pengemudi : Tahu, Pak!

Petugas : Apa?

Pengemudi : Salah Saya, Pak, tidak lihat kalau Bapak ada di balik

pohon.

setiap tahapan pertuturan.

34. KN=HD/CCJ:132/212

Seorang paranormal mengatakan:

“Agar tidak diganggu setan kita harus memasang tulisan berisi ayat-

kursi di muka pintu rumah kita.

Seorang anak bertanya

“Pak, memang setan itu bisa baca”.

Informasi yang diberikan cukup dan tidak

berlebihan.

35. KN=HD/CCJ:137/214

A : Kabarnya Bapak mencalonkan diri untuk ikut Pemilukada tahun

ini!

B : Benar.

A : Apa sih motivasi Bapak ikut pemilukada itu?

B :Saya ingin berjuang membuat rakyat hidup sejahtera, tidak

kekurangan apa-apa?

A : Lalu, rencana kerja Bapak per tahun apa, kalau saya boleh tahu.

B : Tahun pertama saya melunasi utang-utang uang orang yang saya

pinjam untuk kampanye, tahun kedua mengumpulkan kembali

uang saya yang dulu habis dipakai kampanye; tahun ketiga

membuat rencana untuk pilkada yang akan datang; tahun keempat

memantapkan rencana untuk ikut pemilukada berikutnya; dan

tahun kelima mulai kampanye lagi.

22

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai

36. KN=HD/CCJ:145/217

CA : Kamu kalau sakit gigi jangan berobat di klinik gigi itu!

CB : Kenapa, Bang?

CA : Kabarnya klinik itu suka mencabut gigi pasien yang sebetulnya

tidak apa-apa dan masih bisa diobati.

CB : Kok, begitu Bang?

CA : Nanti gigi itu bisa dijual!

CB : Di jual? Siapa yang beli

CA : Mahasiswa fakultas kedokteran gigi.

Informasi yang diberikan cukup dan sesuai

dengan kebutuhan penutur

Page 117: Churin in Nabila-fitkq

37. KN=HD/CCJ: 148/219 OB : Kabarnya DPR telah membentuk panja Gayus. Apa sih

maksudnya?

OC : Membahas kasus Gayus Tambunan agar cepat selesai

OB : Kalau begitu DPR sebaiknya juga membuat panja cabe.

OC : Untuk apa?

OB : Agar DPR dapat membantu menurunkan harga cabe yang

sekarang telah mencapai harga seratus ribu per kilo.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai

38. KN=HD/CCJ:153/221

ZA : Sejak tiga tahun terakhir banyak tetangga Saya mantan orang

besar.

ZU : Siapa mereka?

ZA : Ada mantan menteri, mantan gubernur, mantan bupati, mantan

anggota DPR, atau pejabat tinggi lain.

ZU : Memang Anda tinggal di mana?

ZA : Belakang penjara Cipinang, Jakarta Timur.

Informasi yang diberikan cukup dan sesuai

dengan kebutuhan penutur

39. KN=HD/CCJ:155/222

WT : Sebagai anggota Dewan, Bapak tentu banyak menerima

masukan dari para konstituen Bapak!

AD : Benar itu.

WT : Bagaimana para konstituen Bapak menyampaikan masukannya,

Pak, kalau boleh tahu.

AD : Ada yang secara langsung, dengan temu muka. Banyak pula

dikirim melalui pos dan email.

WT : Boleh tahu alamat email Bapak? Nanti saya akan mengirim

masukan.

AD : Begini, ya, Dik dulu saya punya email tapi sekarang sudah

dijual.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

kebutuhan penutur dan relatif memadai di

setiap tahapan pertuturan

Maksim Kualitas 40. KL=HD/CCJ:1/161

A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap dengan

wajah cerah dan penuh keriangan, apa artinya?

B : Mereka sedang mempercakapkan Betawi tempo dulu dengan

kebun-kebun dan tanah luas

A : Kalau sekelompok orang Betawi sedang bercakap-cakap dengan

penuh kepiluan dan muka ditekuk apa artinya?

B : Mereka sedang membicarakan masa kini dan masa mendatang

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

Page 118: Churin in Nabila-fitkq

tanpa kebun, tanpa tanah, dan tanpa harapan.

41. KL=HD/CCJ:2/161

C : Apa bedanya kalau dua orang betawi bercakap-cakap dengan

wajah cerah dan penuh keriangan dengan dua orang pejabat

bercakap-cakap dengan wajah cerah peuh keriangan.

D : Kedua orang betawi sedang membicarakan kehidupannya masa

lalu dengan kebun dan tanah yang luas; sedangkan kedua pejabat

itu sedang membicarakan keberhasilannya mengkorup uang

negara.

C : Sekarang apa bedanya kalau dua orang Betawi sedang bercakap-

cakap dengan penuh kepiluan dan muka ditekuk dengan dua orang

pejabat sedang bercakap-cakap dengan penuh kesedihan dan

kejengkelan?

D : Kedua orang Betawi itu sedang membicarakan kehidupan

sekarang yang tanpa titik terang; sedangkan kedua orang pejabat

itu sedang membicarakan kekesalannya karena tidak berhasil

mengkorup uang negara.

Informasi yang diberikan sesuai dengan

keadaan sebenarnya

42. KL=HD/CCJ:5/164

Guru : Kemarin kamu tidak sekolah kenapa?

Murid : Hujan, Bu!

Guru : Kemarin dulu kamu juga tidak masuk sekolah, kenapa?

Murid : Hujan juga, Bu!

Guru : Nah, kalau setiap hari hujan, bagaimana?

Murid : Pasti banjir, Bu!

Informasi yang diberikan benar dan tidak

mengada-ada.

43. KL=HD/CCJ:9/165

Aman : Kabarnya dulu orang Belanda sangat cinta akan kebersihan

Amin : Benar

Aman : Contohnya apa?

Amin : Kalau orang Belanda disuruh memilih antara sabun mandi

dan sabun cuci, maka yang dipilih adalah sabun cuci. Tahu

kenapa?

Aman : Ya, kenapa?

Amin : Sabun cuci dapat dipakai mencucui. Sabun mandi tidak

dapat.

Informasi yang diberikan dengan jawaban

yakin dan sesuai keadaan sebenarnya.

Page 119: Churin in Nabila-fitkq

44. KL=HD/CCJ: 10/166

Si Dul : Bapak dari Poso kan sebenarnya bisa langsung naik

pesawat ke Jakarta. Tapi mengapa harus naik kereta.

Pejabat dari Poso : Karena saya ingin merasakan naik kereta api.

Saudara tahu kan, bahwa di Poso dan seluruh Sulawesi

tidak ada kereta api.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan fakta.

45. KL=HD/CCJ:19/169

Guru : Siapa pemimpin besar revolusi Indonesia?

Siswa I : Bung Karno

Guru : Kapan beliau dilahirkan?

Siswa II : Tahun 1901

Guru : Peristiwa penting apa yang terjadi tahun 1945?

Siswa III : Bung Karno berumur 44 tahun.

Informasi yang diberikan benar, jawaban siswa

III hanyalah lelucon belaka.

46. KL=HD/CCJ:20/169

Guru : Siapa tokoh Betawi yang terkenal?

Siswa I : Mohamad Husni Thamrin.

Guru : Apa jabatannya?

Siswa II : Anggota Volkread

Guru : Kapan dia wafat?

Siswa III : Kata ibu saya, ketika kakek lahir.

Informasi yang disampaikan benar dan tidak

mengada-ada.

47. KL=HD/CCJ:31/173

Ustad : Kalau nanti Anda punya anak hati-hatilah dalam memberi

„nama‟.

Santri : Maksud Ustad?

Ustad : kalau diberi nama Danil, lalu Anda panggil „Anakku Danil

(Anak ku Danil); kalau diberi nama Dalijo akan dipanggil

oleh adiknya „kadal ijo‟ (Kak Dalijo); dan kalau diberi nama

Tuti sudah jadi ibu dipanggil “Butut”.

Santri : O, benar juga.

Informasi yang disampaikan benar dan logis

48. KL=HD/CCJ:44/177

Hasan : Orang Cina, Orang Korea, dan orang Jepang rata-rata

bermata sipit.

Husen : Karena itu, kabarnya, kaisar Jepang kalau marah tidak

sampai melotot matanya.

Informasi yang disampaikan benar dan sesuai

keadaan sebenarnya.

49. KL=HD/CCJ:53/180 Tamu I : Lu kok cuma makan tempe? Informasi yang diberikan benar.

Page 120: Churin in Nabila-fitkq

Tamu II : Abis, kata mas Karto; iki jangan, iki jangan, iki jangan

Tamu I : Dasar lu tolol!

Tamu II : Jangan artinya sayur, tahu?

50. KL=HD/CCJ: 68/185 Guru : Dul! Penakut artinya…………..

Si Dul : Orang yang suka takut.

Guru : Mat! Pemalu artinya…………..

Si Dul : Orang suka malu.

Guru : Siti! Pemilu artinya……………

Si Dul : Orang yang suka pilu.

Informasi yang diberikan benar, dialog yang

terakhir antara guru dan Si Dul hanyalah

lelucon belaka

51. KL=HD/CCJ:79/189 Yulidar : Kasihan orang Betawi, makanan setiap hari cuma sayur

asem sama ikan asin. Beda dengan orang Minang yang

sehari-hari makan rendang atau balado.

Aminah : Memang benar. Tapi orang Minang tidak punya masakan

spesial.

Yulidar : Maksudmu?

Aminah : Memang Orang Betawi sehari hari mungkin hanya makan

sayur asem dan ikan asin. Tapi kalau lebaran orang Betawi

makan semur atau opor; kalau ada hajatan makan nasi

kebuli dan gulai; dan kalau ada sunatan makan ketan

kuning dan bekakak ayam. Tapi orang Minang, sehari-hari

makan rending, lebaran makan rending, dan pesta hajatan

juga makan rending.

Yulidar : Benar juga kamu

Informasi yang benar dan sesuai dengan

keadaan sebenarnya.

52. KL=HD/CCJ:84/192

Guru : Mat, apa nama Ibukota provinsi Jawa Barat?

Mamat : Semarang, Bu guru!

Guru : Lho, kok Semarang? Ibukota Jawa Barat adalah Bandung.

Sedangkan Semarang adalah Ibukota provinsi Jawa Tengah.

Mamat : Tanya, Bu!

Guru : Tanya apa, Mat?

Mamat : Sejak kapan Jawa Barat dan Jawa Tengah tukar-tukaran

ibukota?

Guru : O, sudah lama. Sejak kamu malas belajar!

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan data yang akurat, adapun tuturan guru

diakhir adalah bertujuan menyindir pertanyaan

Mamat agar mau belajar dengan rajin.

Page 121: Churin in Nabila-fitkq

53. KL=HD/CCJ: 98/197

Munir : Apa bedanya cewek zaman dulu dengan cewek sekarang?

Mahdi : Cewek zaman dulu pemalu, cewek zaman sekarang bersifat

proaktif dan agresif.

Munir : Contohnya apa?

Mahdi : Cewek zaman dulu kalau digoda cowok akan menghindar

karena malu.

Munir : Lalu, cewek zaman sekarang?

Mahdi : Cewek zaman sekarang kalau melihat cowok akan berseru

“Hei, cowok! Godain kita dong!”

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

54. KL=HD/CCJ: 99/198

Hamid : Kalau diperhatikan pemuda zaman dahulu dan pemuda

zaman sekarang sangat berbeda.

Hamdi : Apanya yang berbeda?

Hamid : Semangat juangnya

Hamdi : Maksudmu?

Hamid : Pemuda zaman dahulu memiliki semangat juang yang

tinggi. Sedangkan pemuda zaman sekarang tidak punya

semangat.

Hamdi : Kukira dari segi fisik juga berbeda!

Hamid : Maksudmu?

Hamdi : Pemuda zaman dulu kini pasti sudah tua-tua sedangkan

pemuda zaman sekarang tentu masih muda-muda.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan fakta.

55. KL=HD/CCJ:110/203

Domang : Kabarnya status sosial seorang sopir sangat tergantung

pada status sosial majikannya.

Daman : Maksudmu?

Domang : Ya, status sosial sopir mobil presiden tentu lebih tinggi

dari status sosial sopir menteri; dan status sosial sopir

menteri lebih tinggi dari status sosial mobil camat.

Daman : Jadi, status sosial sopir mobil tinja gimana?

Informasi yang diberikan benar, tidak

direkayasa, dan logis.

56. KL=HD/CCJ:112/204 Dogol : Kabarnya tarif Jalan Tol akan naik lagi!

Doyok : Bukan naik!

Dogol : Jadi, apa dong?

Dogol : Disesuaikan dengan laju inflasi.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan fakta

Page 122: Churin in Nabila-fitkq

57. KL=HD/CCJ: 117/206 Fati : Kabarnya orang Belanda paling hemat. Malah mengarah ke

pelit.

Yati : Benar!

Fati : Contohnya apa?

Yati : Kamu tahu, kalau seorang Belanda dan anaknya masuk kafe

yang dipesan apa?

Fati : Ya, minuman!

Yati : Minuman apa?

Fati : Apa ya?

Yati : Sebotol cola dengan tiga buah gelas.

Informasi yang diberikan benar dan diujarkan

dengan rasa yakin.

58. KL=HD/CCJ:118/206 A : Kabarnya semua Presiden Republik Indonesia punya gelar

“Besar”

B : Ya, memang!

A : Kalau Soekarno?

B : Pemimpin Besar (Revolusi)

A : Kalau Soeharto?

B : Jendral Besar (TNI)

A : Kalau Habibie?

B : Guru Besar (Fisika)

A : Kalau Gus dur?

B : Anak Kiyai Besar

A : Nah, kalau Megawati?

B : Ya, anak Pemimpin Besar.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan data yang akurat

59. KL=HD/CCJ:119/207

X : Benarkah para Presiden sebelum Megawati punya gelar

berakhiran –wan.

Y : Benar!

X : Apa itu?

Y : Soekarno adalah negarawan; Soeharto adalah hartawan; Habibie

Ilmuwan; dan Gus Dur adalah…………….wisatawan.

Informasi yang diberikan benar dan diujarkan

dengan rasa percaya diri.

60. KL=HD/CCJ:120/207

A : Apa betul produksi Indomie pakai bahan pengawet?

B : Betul; itulah sebabnya di beberapa Negara Asia ada larangan

mengkonsumsi Indomie itu.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

Page 123: Churin in Nabila-fitkq

A : Ah, bohong itu!

B : Bohong bagaimana

A : Buktinya semangkok Indomie di depan saja tidak lima menit

sudah habis.

61. KL=HD/CCJ: 125/209 Guru : Amin, coba buat kalimat pasif dari kalimat “Ahmad

menendang bola”.

Amin : Bola ditendang oleh Ahmad

Guru : Bagus, sekarang kamu Udin, buat kalimat pasif dari kalimat

“Pak Lurah mengunjungi Puskesmas.”

Udin : Puskesmas dikunjungi Pak Lurah

Guru : Bagus, sekarang kamu Badu buatlah kalimat pasif dari

kalimat “Raja Majapahit bertekuk lutut”.

Badu : Gampang Bu Guru, “Lutut raja Majapahit ditekuk-tekuk.”

Informasi yang diberikan benar dan bisa

dibuktikan kebenarannya, adapun jawaban

Badu yang terakhir hanyalah lelucon belaka

karena Guru memberikan pertanyaan yang

salah sehingga jawaban yang diberikan Badu

juga salah. Kalimat “Raja Majapahit bertekuk

lutut” tidak bisa dibuat menjadi kalimat pasif,

sama halnya Toni berlari, bernyanyi dan

sebagainya.

62. KL=HD/CCJ: 136/213

A : Kenapa para bonek dari Surabaya senang dan sering nonton bola

di Jakarta.

B : Karena di Jakarta dilayani dengan baik oleh Pemda.

A : Bagaimana?

B : Mereka tiba di stasiun disambut dan dijemput utuk diantar ke

Senayan, diberi makan nasi bungkus. Selesai pertandingan diantar

lagi ke stasiun senen untuk selanjutnya dengan kereta kembali ke

Surabaya.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya.

63. KL=HD/CCJ: 138/215

A : Kalau kita jauh dari rumah dan melihat anak orang biasanya kita

akan ingat dengan anak sendiri.

B : lalu, kalau melihat istri orang bagaimana?

A : Biasanya lupa akan istri sendiri.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya

64. KL=HD/CCJ:141/216

ZA : Kita sebagai rakyat merasa sedih dan prihatin dengan

banyaknya anggota DPR kita yang bolos sidang.

ZB : Mereka bukan bolos, hanya tidak hadir sidang.

ZA : Lho, apa bedanya?

ZB : Soal bedanya saya tidak tahu. Yang jelas mereka datang

menanda tangan daftar hadir dan uang sidang pun mereka

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya

Page 124: Churin in Nabila-fitkq

ambil.

ZA : Jadi, secara administratif mereka hadir.

ZB : Lha iya, tetapi secara fisik tidak hadir.

65. KL=HD/CCJ:142/216

TA : Kalau dipikir-pikir Pemda takut sama bonek.

TB : Takut bagaimana?

TA : Coba saja perhatikan kalau bonek datang mereka sudah

disambut di stasiun Senen, lalu dibawa dengan bus ke Senayan

untuk nonton bola. Mereka juga diberi nasi bungkus. Selesai

pertandingan, mereka diantar lagi ke stasiun Senen untuk

kembali ke Surabaya naik kereta api.

TB : O, itu kan Pemda takut kalau mereka akan merusak dan berbuat

onar di Jakarta.

TA : Nah, itu kan namanya Pemda takut, ya, kan?

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

66. KL=HD/CCJ:144/217

MH : Hampir setiap hari koran atau televise memberitakan adanya

anggota legislatif atau pejabateksekutif yang terlibat

kejahatan korupsi.

ML : Ya, kenapa ya mereka pada korupsi?

MH : Kabarnya untuk bayar utang.

ML : Lho, apa hubungannya?

MH : Begini, dulu ketika mereka mencalonkan diri untuk jadi

anggota legislatif atau jadi pejabat eksekutif mereka banyak

mengeluarkan uang agar terpilih. Padahal uang itu

pinjaman.Jadi, utang itu harus dibayar, bukan?

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya

67. KL=HD/CCJ:147/218

DG : Kabarnya perpustakaan di DPR mempunyai koleksi yang

lengkap; semua undang-undang dari Negara mana pun tersedia

di sana.

DH : Tapi sangat jarang anggota Dewan yang memasuki

perpustakaan itu.

DG : Mengapa?

DH : Karena mereka lebih senang melakukan studi banding ke

negara yang bersangkutan daripada membaca bukunya di

perpustakaan.

Informasi yang diberikan benar dan sesuai

dengan keadaan sebenarnya

Page 125: Churin in Nabila-fitkq

Maksim Relevansi 68. R=HD/CCJ: 7/165

Petugas : Berurusan di kantor ini, tidak boleh memberi uang suap,

uang kopi, uang semir, uang sogok, uang…………

Tamu : Kalau uang beneran boleh tidak, Pak.

Pertanyaan yang diberikan relevan dengan

topik pembicaraan

69. R=HD/CCJ: 23/170

Petugas : Apakah kamu tidak melihat ada larangan membelok?

Pengemudi : Lihat, Pak!

Petugas : Tapi, mengapa kamu belok juga?

Pengemudi : Karena saya tidak melihat ada Bapak!

Informasi yang diberikan sesuai dengan topik

pembicaraan

70. R=HD/CCJ: 29/172 Pelayat I : Almarhum orang baik. Ternyata dia mendahului kita.

Pelayat II : Semua kita juga akan seperti dia

Pelayat III : Kita ini sebenarnya sedang antri menuju ke sana.

Pelayat IV : Ayo siapa yang mau nyelag?

Informasi yang diberikan sesuai dengan topik

pembicaraan.

71. R=HD/CCJ: 88/194

Nina : Kudengar kamu tidak mau punya pacar pemuda berkharisma.

Memang kenapa?

Nani : Harapanku, minimal punya pacar berinova. Syukur-syukur

kalau dapat yang ber-BMW.

Informasi yang diberikan sesuai dengan topik

pembicaraan, karena masing-masing penutur

mempunyai latar belakang pengetahuan yang

sama.

72. R=HD/CCJ:106/202

Jamal : Pak Sadeli itu orang kaya di daerah ini. Kamu kenal dia?

Jamil : Maksudu apa?

Jamal : Ya, rumahnya banyak. Di mana-mana ada rumahnya.

Jamil : Benar! Rumahnya banyak.Tapi tak satu pun yang pakai

tangga.

Pertuturan yang dilakukan relevan dengan

topik pembicaraan.

73. R=HD/CCJ:131/212

A : Tetangga kita yang baru itu hebat ya, mobilnya sering gonta-

ganti.

B : Tentu saja dia kan pegawai kantor pajak.

Informasi yang diberikan sesuai dengan topik

pembicaraan

Maksim Cara 74. C=HD/CCJ: 18/169

Tukang bakso di UNJ (TBU) : Anak saya satu di UI, Depok, satu lagi

di UIN, Ciputat!

Penanya : Di fakultas apa, Pak?

TBU : Bukan di fakultas!

Penanya : Jadi…………?

TBU : Yang satu jualan teh botol, yang satu

Informasi yang diberikan jelas dan tidak

bermakna ambigu.

Page 126: Churin in Nabila-fitkq

lagi jualan bakso kayak saya.

75. C=HD/CCJ: 25/171 Somad : Dulu kakek gue meninggal karena ngorek kuping

Hamid : Mana mungkin orang mati karena ngorek kuping!

Somad : Benar! Dia kan ngorek kupingnya sambil jalan di jalan raya;

karena keasyikan dia nyeberang gitu aja, lalu ditabrak. Mati!

Informasi yang diberikan jelas dan tidak

membingungkan.

76. C=HD/CCJ: 30/173

Ibu : Kakekmu dulu sering dan banyak dikerumuni cewek-cewek.

Anak : Apakah kakek orangnya ganteng, Bu?

Ibu : Tidak juga!

Anak : Kalo begitu kakek orangnya kaya ya, Bu!

Ibu : Tidak juga!

Anak : Jadi, apanya yang menarik dari kakek, sehingga dia banyak

dikerumuni cewek-cewek.

Ibu : Karena dia pedagang sayur keliling.

Informasi yang diberikan jelas.

77. C=HD/CCJ: 40/176

Bang Dul : Minggu depan anakku si Mumu akan tukar cincin.

Bang Somad : Tukar cincin ama apa?

Bang Dul : Ya, ama cincin juga

Bang Somad : Oh, kukira tukar cincin ama sandal.

Informasi disampaikan secara langsung, tegas

dan jelas.

78. C=HD/CCJ: 52/179

Umar : Aku mau beli nasi padang kamu mau nggak?

Amin : Kalau dibeliin, ya mau

Umar : Lauknya, ayam goreng, ayam bakar, apa ayam gulai.

Amin : Ayam apa sajalah; asal jangan ayam lapeh.

Informasi disampaikan secara langsung.

79. C=HD/CCJ: 69/185

Tomi : Kabarnya dalam seminar tentang narkoba kemarin kamu

jadi pembawa makalah.

Roni : Judulnya apa?

Tomi : Judulnya? Nggak tau?

Roni : Kok tidak tahu? Gimana sih?

Tomi :Ya, soalnya saya Cuma membawa makalah dari secretariat

ke ruang seminar.

Informasi yang diberikan jelas dan tidak

bermakna ambigu.

80. C=HD/CCJ: 93/195 Kadir : Kamu dipenjara katanya gara-gara ketangkap basah! Informasi yang diberikan jelas dan tidak

Page 127: Churin in Nabila-fitkq

Karim : Benar.

Kadir : Bagaimana ceritanya?

Karim : Sewaktu mencuri di rumah H. Daman, saya ketahuan, lalu

dikejar-kejar orang banyak. Saya berlari-lari di pinggir kali,

saya terpeleset, lalu kecebur………

Kadir : Jadi, dalam keadaan basah-basah kamu ditangkap orang.

Karim : Benar!

bermakna ambigu.

81. C=HD/CCJ: 97/197

Dulgani : Rakyat Aceh kini sudah hidup tenang!

Dulhak : Ya, sejak adanya kesepakatan damai antara GAM dan

Pemerintah Republik Indonesia.

Dulgani : Namun kini di Aceh masih banyak GAM berkeliaran,

katanya!

Dulhak : Benar, karena di Aceh banyak anak laki-laki kecil!

Dulgani : Maksudmu?

Dulhak : di Aceh anak laki-laki kecil disapa “gam atau agam”.

Informasi yang diberikan jelas dan tidak

bermakna ambigu.

82. C=HD/CCJ:123/208

A : Kabarnya cewek-cewek sekarang tidak suka dengan pemuda

berkarisma.

B : Ya, kenapa?

A : Karena kalau jalan dengan pemuda berkarisma kalau hujan akan

kehujanan.

B : Apa hubungannya berkarisma dengan hujan?

A : Ya, jelas kalau jalan dengan pemuda ber-Inova tidak akan

kehujanan kalau turun hujan.

Informasi yang diberikan jelas dan tidak

bermakna ambigu.

83. C=HD/CCJ:124/208 A : Katanya kalau kita makan nasi di warteg nasinya tidak dihitung.

B : Ya, memang!

A : Kenapa?

B : Ya, kalau tempe goreng atau ikan goreng bisa dihitung, tetapi

kalau nasi siapa yang bisa ngitung.

A : Ooo, Iya iya.

Informasi yang diberikan jelas.

84. C=HD/CCJ:128/211

A : Apa benar menantunya Bu Eti mati karena ketiban kertas?

B : Ya, benar !

Informasi yang diberikan jelas.

Page 128: Churin in Nabila-fitkq

A : Mana mungkin ketiban kertas orang mati?

B : Ya, mungkin saja kalau kertasnya berupa gulungan yang

beratnya satu ton.

LAMPIRAN II : DATA PENYIMPANGAN PRINSIP KERJA SAMA

Nama Maksim No. Nomor Data Bentuk Dialog Komentar

Penyimpangan

Maksim Kuantitas

85. PKN=HD/CCJ:13/167

Husin : Nama kamu selengkapnya kan Abdulrahman. Kalau

dipanggil Si Dul mau?

Rahman : Mau saja!

Husin : Kalau dipanggil Mama mau?

Rahman : Mau saja. Dipanggil Rahman juga mau, dipanggil Dudung

juga mau.Tapi saya tidak mau kalau dipanggil polisi atau

kejaksaan.

Informasi yang diberikan berlebihan dan tidak

sesuai dengan kebutuhan penutur.

86. PKN=HD/CCJ: 27/172

Mpok Rum : Cak, ke pasar ceceng, ya!

Tukang becak : Noceng aja, Bu!

Mpok Rum : Udah ceceng aja!

Tukang becak : Naik dah, Bu!

Mpok Rum : Tapi pelan-pelan aja ya bang biar selamat!

Tukang becak : Gimana sih, Ibu! Udah bayar murah kok minta

selamat lagi!

Informasi yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan penutur.

87. PKN=HD/CCJ: 55/180

Pembeli : Saya ingin membeli komputer bekas karena uang saya

cuma sedikit. Ada tidak?

Penjual : Ada tuh, ada yang bekas kantor, bekas mainan anak, yang

bekas kebanjiran juga ada!

Informasi yang diberikan berlebihan dan tidak

sesuai dengan kebutuhan penutur.

88. PKN=HD/CCJ: 57/181

Mpok Mun : Di Tenabang sekarang banyak orang Afrika item-item

deh.

Mpok Jun : Katanya, sampe bayangannya juga item.

Informasi yang diberikan berlebihan.

89. PKN=HD/CCJ: 58/181 Mpok Rum : Mpok pernah lihat orang Afrika di pasar Tenabang Informasi yang diberikan berlebihan.

Page 129: Churin in Nabila-fitkq

Mpok Indun : Pernah malah sering!

Mpok Rum : Kenapa ya mereka pada pakai baju putih-putih.

Mpok Indun : Kalau pakai plastik, takut disangka dodol.

90. PKN=HD/CCJ: 60/181

Amir : Makan ikan enaknya pake tangan

Dewi : Tentu saja, sebab kalo pake kaki susah.

Informasi yang diberikan berlebihan.

91. PKN=HD/CCJ:61/182 Sumardi : Pertama kali saya punya mobil, mobilnya sudah sangat

tua. Kalau berjalan bunyi mesinnya berisik, tutup

mesinnya bergoyang, pintu-pintunya berbunyi keras;

begitu juga dengan kaca-kaca jendelanya.

Hardi : Wah, rusak sekali itu mobil

Sumardi : Yang tidak berbunyi cuma satu

Hardi : Apa itu?

Sumardi : Klaksonnya!

Hardi : Kalau begitu lengkaplah penderitaan Anda.

Informasi yang diberikan berlebihan.

92. PKN=HD.CCJ: 67/184 Warga : Kabarnya Bapak akan mencalonkan diri menjadi bupati

dalam pilkada akan datang

Tokoh : Benar. Sejumlah partai dari yang besar sampai yang gurem

sudah menyatakan mendukung saya.

Warga : Wah, baik sekali! Tapi kalau boleh tahu, apa rencana kerja

Bapak yang utama?

Tokoh : Meningkatkan mutu pendidikan dan mewajibkan semua

anak bersekolah.

Warga : Tapi biaya pendidikan mahal, Pak. Jadi, bagaimana

caranya.

Tokoh : Itu masalah gampang; saya akan menaikkan pajak-pajak di

segala bidang. Misalnya, PBB naik 300%, tarif listrik dan

PAM naik 200%, retribusi sampah naik 500%, dan usaha-

usaha lain akan dikenakan pajak.

Warga : Usaha lain apa, misalnya, Pak?

Tokoh : Usaha WC umum

Warga : Apa semua rencana kenaikan pajak ini akan Bapak

sebutkan dalam kampanye nanti?

Informasi yang diberikan berlebihan dan tidak

sesuai dengan kebutuhan penutur.

Page 130: Churin in Nabila-fitkq

Tokoh : Kalau disebutkan, wah, tentu tidak ada yang milih saya.

93. PKN=HD/CCJ: 76/188 Aming : Saya ingin membeli komputer yang murah!

Pedagang : Ada, tapi bekas. Ini harganya sejuta; dan ini lima ratus

ribu

Aming : Yah, uang saya cuma dua ratus ribu. Dapat tidak?

Pedagang : Dapat, tapi yang bekas kebanjiran.

Informasi yang diberikan berlebihan dan tidak

sesuai dengan kebutuhan penutur.

94. PKN=HD/CCJ:77/188 Warga : Kami dengar Bapak akan mencalonkan diri menjadi

gubernur dalam pilkada yang akan datang.

Tokoh : Benar, sebagai calon independen

Warga : Apa program Bapak kalau Bapak terpilih menjadi

gubernur?

Tokoh : Program pertama adalah memberantas kemiskinan

Warga : Wah, baik sekali. Tetapi caranya bagaimana?

Tokoh : Daerah-daerah yang dihuni banyak orang miskin akan saya

gusur!

Warga : Lho, kok?

Tokoh : Nanti daerah itu saya jadikan pusat perbelanjaan atau hotel

mewah

Warga : Kok?

Tokoh : Dengan demikian di daerah-daerah itu kemiskinan tidak

ada lagi, kan!

Informasi yang diberikan berlebihan.

95. PKN=HD/CCJ: 121/208

A : Selain jus tomat, jus alvokat, dan jus mangga di warung ini

sedia jus apa lagi?

B : Juz Amma

Informasi yang diberikan tidak sesuai dengan

kebutuhan penutur.

96. PKN=HD/CCJ: 129/211

Dua sahabat Ani dan Ina sedang berbicara tentang pasangan hidup

yang didambakan. Kata Ani:

“Pasangan yang kudambakan orangnya harus putih, berambut hitam,

berhidung mancung, tidak perlu terlalu kaya, penuh perhatian,

dan……”

“Dan, apalagi?” Tanya Ina

“Soal kelamin ya nomor dua!”

Informasi yang diberikan berlebihan.

Page 131: Churin in Nabila-fitkq

97. PKN=HD/CCJ: 135/213

A : Menurut buku tamunya di Taman Safari ini, singa tidak akan

mengganggu kalau kita tidak mengganggunya.

B : Boleh Tanya, Pak?

A : Silakan!

B : Apa singa membaca juga buku itu?

Pertanyaan yang diberikan berlebihan.

Penyimpangan

Maksim Kualitas

98. PKL=HD/CCJ: 21/170

Pembual I : Di kampung saya di Cikupa dulu ada papaya besar

sekali, hampir sebesar beduk.

Pembual II : Oh, di kampung saya juga ada labu besar sekali.

Kulitnya bisa dibuat biola.

Pembual I : Gimana bunyinya biola dari labu itu?

Pembual II : Bunyinya begini; Ente bo‟ong, Ane juga bo‟ong……

Informasi yang diberikan salah dan tidak logis.

99. PKL=HD/CCJ:26/171 Bu Ani : Heran sekali di rumahku banyak sekali nyamuk. Takutnya

kalau nyamuk DBD.

Bu Tuti : Bu Ani, sebenarnya nyamuk cuma satu!

Bu Ani : Kenyataannya banyak, Bu!

Bu Tuti : Yang banyak itu temannya.

Informasi yang diberikan tidak benar.

100. PKL=HD/CCJ: 35/174

Bang Dul : Mang, Mamang baru nikah lagi, ya?

Mang Asep : Tidak bang! Memangnya kenapa?

Bang Dul : Tadi waktu saya menelepon yang menyahut namanya

kok Veronica. Bukannya Aminah.

Informasi yang disampaikan bohong dan tidak

benar.

101. PKL=HD/CCJ: 38/175 Tina : Kabarnya di Belanda alphabet Latin kurang tiga.

Nati : Ah, apa iya?

Tina : Benar!

Nati : Kenapa?

Tina : Karena K, L, M-nya sudah terbang jauh.

Informasi yang diberikan mengada-ada dan

tidak didukung bukti yang memadai.

102. PKL=HD/CCJ: 42/176

Tati : Tivi kalau pakai antene parabola enak deh, bisa dapat siaran

tivi luar negeri. Tapi sayangnya antene parabola harganya

jutaan.

Nani : Yang murah harga seratusan juga ada. Kamu mau?

Tati : Mana mungkin ada parabola yang harganya seratusan.

Nani : Kamu tidak tahu, ada!

Informasi yang diberikan mengada-ada dan

tidak logis.

Page 132: Churin in Nabila-fitkq

Tati : Yang bagaimana?

Nani : Yang masih kuncup, belum mekar. Siram saja setiap hari.

Nanti dia akan mekar.

103. PKL=HD/CCJ:46/178 Ibu : Nak, sebaiknya kamu jangan lama-lama berada dekat

komputer itu!

Anak : Memangnya, kenapa, Bu?

Ibu : Nanti kamu kena virus

Informasi yang diberikan tidak benar.

104. PKL=HD/CCJ:50/179 Cucu : Kakek nulis surat kepada siapa, Kek?

Kakek : Teman kakek dulu!

Cucu : Emang kakek tahu alamatnya?

Kakek : Justru itu, kakek menulis surat mau tanyakan alamatnya.

Informasi yang diberikan tidak logis.

105. PKL=HD/CCJ:56/180 Pembeli : Dulu Anda bilang pipa ini terbuat dari gading. Kok bisa

patah?

Penjual : Mungkin gajahnya pakai gading palsu

Informasi yang diberikan salah.

106. PKL=HD/CCJ: 59/181 Nenek : Nenek dulu waktu kecil nggak sempet sekolah. Jadi

sekarang nenek nggak bisa baca.

Cucu : Apakah nenek pengen bisa baca?

Nenek : Pengen Cu!

Cucu : Baik, Nek! Nanti cucu belikan kacamata yang bisa baca.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

107. PKL=HD/CCJ: 62/182

Aming : Tempo hari kamu bilang mau melunasi utangmu pada

bulan dua.Sekarang bulan dua, Februari, sudah hampir

habis gimana?

Mamat : Maksudku kalau bulan di langit sudah ada dua. Sekarang

masih tetap satu kan!

Informasi yang diberikan salah dan direkayasa.

108. PKL=HD/CCJ: 63/182 Tono : Aku banyak kenal orang Batak, yang namanya Sinaga,

Siahaan, Harahap, Sihombing, Hutauruk, dan lain-lain. Tapi

yang namanya Sitindaon kok Cuma kamu seorang. Kenapa?

Gustaf : Karena untuk jadi anggota marga Sitindaon harus melalui

seleksi.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

Page 133: Churin in Nabila-fitkq

109. PKL=HD/CCJ: 64//183

Mamat : Din, kenapa kamu goyang-goyangin perut seperti itu?

Udin : Gue habis minum obat!

Mamat : Ya, kenapa?

Udin : Tadi obatnya lupa dikocok. Jadi, gua kocok aja di perut

sekarang!

Informasi disampaikan dengan rekayasa dan

tidak logis.

110. PKL=HD/CCJ: 65/183

Nina : Kabarnya turis asing sekarang takut tinggal lama-lama di

Jakarta

Tati : Ya, sudah pasti

Nina : Kenapa?

Tati : Karena di Jakarta sekarang banyak War. Lihat saja ada

warnet, wartel, warteg, warbet, dan warsun.

Informasi disampaikan dengan rekayasa dan

mengada-ada.

111. PKL=HD/CCJ:71/186 Aman : Paling kasihan wasit sepak bola!

Amin : Kenapa?

Aman : Lihat saja; dia ikut lari-lari mengejar bola. Tapi oleh

pemain lain tidak pernah dibagi.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

112. PKL=HD/CCJ:75/187 Susan : Suamimu sekarang kok jadi bongkok?

Santi : Mungkin terkena virus komputer.

Susan : Lho, kenapa?

Santi : Maklum dia adalah penjaga gudang komputer.

Informasi yang diberikan tidak logis dan

mengada-ada.

113. PKL=HD/CCJ:80/190 Adam : Kudengar kamu mau menjual tanah, apa benar?

Idris : Benar!

Adam : Luasnya berapa meter dan harganya berapa?

Idris : Luasnya hanya 10 meter; dan harganya 100 juta per meter.

Adam : Apa kamu sudah gila! Mana ada sih tanah semester

harganya 100 juta?

Idris : Saya tidak gila! Tanah yang saya mau jual itu memang

mahal.

Adam : Kenapa?

Idris : Kalau digali terus akan nimbus ke tambang emas di

Kalifornia, Amerika.

Informasi yang diberikan tidak logis dan

mengada-ada.

Page 134: Churin in Nabila-fitkq

114. PKL=HD/CCJ: 83/191

Togar : Tahun delapan puluhan semua hakim sudah mengikuti

penataran P4, kecuali dua orang!

Udin : Siapa itu!

Togar : Sumi Hakim dan Christin Hakim

Informasi disampaikan dengan rekayasa dan

tidak didukung bukti yang kuat.

115. PKL=HD/CCJ: 94/196 Hakim : Ratusan ribu orang menjadi korban tsunami di Aceh!

Hamid : Yang terjadi di Aceh sebenarnya bukan tsunami!

Hakim : Lalu, apa?

Hamid : Kalau di Aceh tentu namanya Cut Nami; sedang sunami

kalau di Jawa.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

116. PKL=HD/CCJ: 95/196 Mamat : Kabarnya Indramayu terkenal dengan buah mangganya

yang enak dan manis.

Udin : Saya sering lewat Indramayu kalau mau ke Cirebon; dan

sering membeli mangga yang dijual di pinggir jalan. Tapi

rasanya tidak enak. Asam!

Mamat : Oh, itu memang sengaja, agar pengemudi yang

memakannya tidak mengantuk sewaktu mengemudi.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

117. PKL=HD/CCJ:104/201 Bokir : Kamu sudah dengar hotel Marriot di Kuningan dibom

orang?

Boim : Sudah! Kenapa?

Bokir : Teroris itu memang gila, mau ngebom orang Barat yang

kena bangsa sendiri.

Boim : Itu kabarnya yang ngebom cuma orang frustasi

Bokir : Frustasi gimana?

Boim : Dia berobat sama mak Erot, tapi nggak sembuh-sembuh!

Bokir : Apa hubungannya Mak Erot dengan pengeboman itu?

Boim : Disangkanya hotel Marriot punya Mak Erot. Jadi, karena

frustasi dibomnya hotel itu.

Informasi disampaikan secara rekayasa dan

tidak didukung dengan bukti yang memadai.

118. PKL=HD/CCJ: 105/202

Wak Kamal : Kudengar anakmu kini sudah jadi mahasiswa di kota.

Wak Diran : Benar!

Wak Kamal : Di mana kuliahnya?

Wak Diran : Katanya sih di STTS

Informasi yang diberikan salah dan menagada-

ada.

Page 135: Churin in Nabila-fitkq

Wak Kamal : Apa itu STTS? Rasanya saya baru dengar.

Wak Diran : STTS itu adalah Sekolah Tinggi-Tinggi Sekali.

119. PKL=HD/CCJ: 109/203

Amir : Sebetulnya yang pernah keluar angkasa bukan hanya orang

Amerika dan Rusia saja, orang Jawa pun sudah ada yang

kesana.

Umar : Kapan dan siapa?

Amir : Perginya tidak diketahui tapi dikabarkan waktu Yuri

Gagarin, astronot Rusia, dari luar angkasa dia pulang dengan

Selamet.

Informasi yang diberikan mengada-ada dan

tidak didukung dengan bukti yang kuat.

120. PKL=HD/CCJ: 111/204

Bu Nurul : Itu teriskaan mau dibawa ke mana?

Bu Dewi : Mau dibawa ke tukang servis.

Bu Nurul : Kenapa?

Bu Dewi : Tidak panas!

Bu Nurul : Kalau tidak panas gampang.

Bu Dewi : Gampang bagaimana?

Bu Nurul : Diejek dan dikata-katain saja nanti juga dia panas!

Bu Dewi : Emangnya kamu!

Informasi disampaikan secara rekayasa dan

tidak logis, karena benda mati (setrika)

disamakan dengan benda yang hidup (orang).

121. PKL=HD/CCJ: 113/205

Unyil : Sebenarnya kalau kita pintar kita bisa lewat jalan tol gratis,

alias tidak bayar.

Ari : Bagaimana caranya?

Unyil : Kita masuk tol dari pintu tol luar kota. Lalu keluarnya dari

pintu tol dalam kota.

Informasi yang diberikan tidak logis dan

mengada-ada.

122. PKL=HD/CCJ: 115/205

Guru : Anak-anak lanjutkan pepatah ini, Takut karena………..

Anak-anak : Salah.

Guru : Bagus! Lanjutannya; Berani karena……………

Anak-anak : Di bayar

Guru : Sekarang lanjutkan peribahasa ini; maju tak gentar……

Anak-anak : Membela yang bayar.

Jawaban yang diberikan salah, yang benar

adalah “Berani karena benar, dan maju tak

gentar membela yang benar.”

123. PKL=HD/CCJ: 134/213

A : Bang, dukunya sekilo berapa bang?

B : Sepuluh ribu, Nyonya!

A : Ah, si Abang, duku segede-gede upil ini kok mahal amat!

Informasi yang diberikan berlawanan dengan

fakta yang sebenarnya, karena tidak ada duku

segede-gede upil. Hal ini diungkapkan karena

Page 136: Churin in Nabila-fitkq

B : Ya, Nyonya, kalau upilnya segede gini, nah, hidungnya segede

apa?

mahalnya harga duku yang sangat kecil,

sehingga disamakan seperti upil.

124. PKL=HD/CCJ: 140/ 215

P : Mengherankan sekarang banyak pejabat melakukan korupsi;

Apa ya penyebabnya?

Q : Karena ingin punya uang yang banyak, kukira!

R : Kukira bukan karena ingin cepat-cepat banyak punya uang.

P : Jadi, apa dong?

R : Kukira mereka ingin menikmati fasilitas penjara yang kini

katanya sudah direhab secara besar-besaran dilengkapi dengan

berbagai fasilitas mewah.

Informasi disampaikan secara rekayasa, dan

tidak sesuai dengan fakta.

125. PKL=HD/CCJ: 143/217

PA : Setelah Gunung Merapi di Yogya meletus. Gunung Bromo dan

Gunung Raung di Jawa Timur ikut pula meletus. Ada apa ya

sebenarnya?

PB : Sebenarnya tidak apa-apa. Kedua gunung itu cuma ingin

menunjukkan solidaritasnya sebagai kawan sesama gunung.

Informasi disampaikan secara rekayasa dan

tidak didukung dengan bukti yang memadai.

126. PKL=HD/CCJ:146/218 AB : Kabarnya banyak caleg yang tidak terpilih menjadi stres atau

stroke.

AC : Kenapa, Bang?

AB : Karena mereka mikirin utang yang cukup banyak

AC : Lho, kok begitu!

AB : Dulu ketika mencalonkan diri jadi caleg mereka banyak pinjam

uang untuk biaya kampanye. Nah, sekarang utang itu ditagih,

padahal mereka tidak terpilih dan tidak punya uang.

AC : O, begitu!

Informasi yang diberikan kurang didukung

dengan bukti yang memadai.

127. PKL=HD/CCJ:149/219 Seorang Ibu (yang kurang mengerti) berpesan pada seorang anaknya

yang baru saja diterima bekerja di sebuah kantor.

- “Anakku, apakah di kantormu ada komputer?”

- “Ada, Bu. Malah banyak,” sahut anaknya. Memangnya

kenapa, Bu?”

- “Hati-hati ya, jangan dekat-dekat dengan komputer!”

- “Mengapa, Bu?” Tanya anaknya.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

Page 137: Churin in Nabila-fitkq

- “Ibu tidak ingin kalau kamu sampai ketularan virus

komputer!”

128. PKL=HD/CCJ: 151/220

BD : Penyakit apa yang obatnya paling gampang?

BU : Penyakit apa, ya?

BD : Masuk angin!

BU : Lho, kok?

BD : La, iya, masuk angin obatnya gampang.

BU : Apa itu?

BD : Ya, bersiul-siul saja.

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada.

129. PKL=HD/CCJ: 152/221

LA : Perbuatan korupsi itu dibenci dan dimusuhi rakyat, tetapi

disenangi banyak pejabat. Upaya apa yang harus dilakukan

agar hasil korupsi tampaknya legal?

LB : Wah itu gampang saja!

LA : Bagaimana?

LB : Hasil perbuatan korupsi itu harus dikenakan pajak yang besar.

Jangan 15% atau 20%, melainkan 80% atau kalau perlu 100%.

Informasi yang diberikan tidak logis dan

mengada-ada.

130. PKL=HD/CCJ: 154/221

OK : Kabarnya banyak orang Jawa sejak dulu sudah melanglang

buana ke mana-mana………

OL : Tidak banyak. Hanya satu orang.

OK : Siapa itu?

OL : Si Selamet!

OK : Lho, kok?

OL : La, iya, Columbus pergi ke Amerika pulangnya dengan

selamet, Yuri Gagarin keluar angkasa pulang dengan selamet,

Yan Peter ZoenCoen datang ke Jakarta dengan selamet, Khu

Bilal Khan pulang ke Tiongkok dengan selamet…………..

Informasi yang diberikan salah dan mengada-

ada, karena menyamakan kata keterangan

keadaan dengan nama orang.

Penyimpangan

Maksim Relevansi

131. PR=HD/CCJ: 4/164 Petugas : Nama Saudara siapa?

Tamu : Saudara saya yang maana, Pak?

Petugas : Iya, nama Saudara!

Tamu : Pak, saudara saya ada lima orang. Yang Bapak maksud

yang mana?

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

Page 138: Churin in Nabila-fitkq

Petugas : (Bingung dan bengong)

132. PR=HD/CCJ: 6/164

Dokter : Bapak tahu, merokok itu cuma buang-buang duit, tak ada

gunanya.

Pasien : Begini, Dok! Dokter punya mobil berapa?

Dokter : Satu!

Pasien : Dokter tidak merokok cuma punya mobil satu, padahal

saya suka merokok, tapi punya mobil tiga!

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan, karena menghubungkan

“Kerugian merokok” dengan “Kemampuan

memiliki mobil.”

133. PR=HD/CCJ: 12/166

Gani : Kabarnya kamu pernah dipanggil kakek, padahal kamu

masih muda.

Qomar : Benar!

Gani : Bagaimana?

Qomar : Tu orang bilang begini; kamu kek yang menolong saya,

kamu kek yang minjemin saya duit………..

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaran.

134. PR=HD/CCJ:41/176 Bang Jali : Begini deh, soal yang kemarin itu kita tukar guling saja!

Bang Dul : Nggak mau ah, masak motor ditukar sama guling. Siapa

yang mau?

Jawaban yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

135. PR=HD/CCJ:43/177 Bapak : Bu, kita rupanya memang sedang ketiban sial. Kemarin

uang gajiku dicopet; tadi sepatuku yang baru hilang di

mesjid. Ibu ingat tidak, minggu lalu sepedaku hilang di

kantor

Ibu : Kita bukan sedang sial, Pak! Tapi…………..

Bapak : Tapi kenapa, Bu?

Ibu : Bapak tidak punya bakat jadi orang kaya

Informasi yang diberikan kurang relevan

dengan topik pembicaraan, karena

menghubungkan “Musibah” dengan “Bakat

menjadi orang kaya.”

136. PR=HD/CCJ: 47/178

Guru : anak-anak bagian yang depan ini namanya induk kalimat;

dan yang belakang ini namanya anak kalimat.

Siswa : Bu guru, bapak kalimatnya yang mana?

Pertanyaan yang diberikan tidak relevan,

karena menghubungkan struktur dalam kalimat

dengan struktur dalam keluarga.

137. PR=HD/CCJ: 54/180

Bu Santi : Kabarnya sekarang anak-anak SMA dan SMP sudah

banyak yang mengisap ganja dan terlibat minuman

Bu Yudi : Ah, kalau soal minuman anak-anak TK juga bawa

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan. Minuman yang dimaksud

Bu Santi adalah minuman berjenis alkohol atau

Page 139: Churin in Nabila-fitkq

minuman ke sekolah

Bu Santi : Apa benar?

Bu Yudi : Benar, Bu. Malah mereka no-bra pula

bisa memabukkan, sedangkan Bu Yudi

menganggap minuman seperti air putih atau

minuman yang memiliki rasa seperti coklat,

jeruk, strowberi dan lain-lain.

138. PR=HD/CCJ: 70/186 Jali : Dasar anak susah, makannya sehari-hari cuma teri!

Jamal : Siapa bilang teri makanan orang susah. Teri makanan orang

kaya, tahu!

Jali : Lho, kok?

Jamal : Iya sekali makan tiga atau empat. Tapi kalau, bandeng siapa

yang makan sekaligus tiga, nggak ada kan?!

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

139. PR=HD/CCJ: 78/189

Pak RT : Saya sebagai ketua RT menyarankan Saudara-saudara

untuk memilih calon gubernur yang paling bersih dalam

pilkada nanti!

Warga : Kalau itu saran Bapak tentu yang harus kita pilih adalah

cagub X.

Pak RT : Kenapa dia Saudara anggap paling bersih?

Warga : Karena istrinya banyak. Jadi, dia paling sering mandi.

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

140. PR=HD/CCJ: 89/194 Sopir Angkot I : Trayek kita ini memang merupakan rute kering.

Kalau sudah siang hampir tidak ada sewa.

Sopir Angkot II : Dulu saya juga narik di rute basah. Tapi juga

jarang ada sewa.

Sopir Angkot I : Di mana?

Sopir Angkot II : Dari Lebak ke Gandul yang sering kebanjiran.

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

141. PR=HD/CCJ: 91/194

Kamal : Penduduk di sini apa pekerjaannya?

Kamil : Hampir setiap hari semuanya pengemudi becak!

Kamal : Wah, kalau begitu mereka semua turunan senang.

Kamil : Lho, kok turunan senang. Mereka orang susah. Gimana sih?

Kamal : Ya, memang kalau turunan mereka memang senang, tapi

kalau tanjakan mereka nangis.

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

142. PR=HD/CCJ:116/206 Susan : Katanya kalau nelpon pake fren bisa lebih murah, ya.

Susi : Benar! Malah bisa gratis!

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

Page 140: Churin in Nabila-fitkq

Susan : Apa benar?

Susi : Benar! Bilang aja “Fren, fren” pinjam HPnya dong!

143. PR=HD/CCJ: 139/215

A : Gara-gara si Markus banyak koruptor divonis bebas.

B : Ngomong-ngomong emang si Markus orang mana?

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

144. PR=HD/CCJ: 150/220

MA : Bapak X, dosen kita yang baru itu kenapa ya kalau mengajar

duduk saja di kursi, nggak pernah berdiri?

MU : Yah, kamu belum tahu?

MA : Belum tahu kenapa?

MU : Dia kan bekas pejabat!

MA : Apa hubungannya?

MU : Kalau dia pergi berdiri dia takut kursinya diambil orang lain.

Informasi yang diberikan tidak relevan dengan

topik pembicaraan.

Penyimpangan

Maksim Cara

145. PC=HD/CCJ: 11/166

Dulgani : Waktu gue sampe di Bekasi kemaren, gue dielu-elukan

oleh orang di sana.

Dulhamid : Apa iya?

Dulgani : Bener, Lu nggak percaya.

Dulhamid : Apa kata tu orang-orang?

Dulgani : Elu si Dulgani, Elu si Dulgani, Elu si Dulgani………

Informasi yang diberikan membingungkan,

karena kata “Elu” mempunyai dua makna yaitu

“Menyambut dengan meriah” dengan “Kamu”.

146 PC=HD/CCJ: 16/168

Ali : Bu, kata orang-orang kita ini keturunan orang kaya, apa benar?

Ibu : Benar, Nak. kakekmu punya harta untuk tujuh turunan!

Ali : Tapi, mengapa hidup kita susah begini, bu?

Ibu : Karena kita keturunan kedelapan!

Informasi yang diberikan bermakna ambigu.

147. PC=HD/CCJ: 33/174

Cucu : Nenek, ini cucu bawakan kalender baru!

Nenek : Untuk apa, Cu? yang dulu saja masih bagus!

Informasi yang diberikan bermakna ambigu,

yaitu “Kalender baru” bisa berarti kalender

yang berganti tahun baru atau kalender yang

baru dibeli.

148. PC=HD/CCJ: 34/174

Pak RT : Saudara-saudara tidak boleh main hakim sendiri.

mestinya pencuri ini kita bawa saja ke kantor polisi.

Seorang Warga : Pak RT, Bapak kan lihat kita tidak main hakim

sendiri. Pencuri ini kan kita pukuli rama-ramai.

Informasi yang diberikan mempunyai makna

ambigu.

149. PC=HD/CCJ: 51/179 Petugas : Kamu lihat tidak tulisan DILARANG BERJALAN DI Informasi yang diberikan bermakna ambigu.

Page 141: Churin in Nabila-fitkq

RUMPUT.

Tamu : Lihat, kenapa?

Petugas : Kalau lihat mengapa jalan juga di situ?

Tamu : Bapak kan lihat tadi, saya bukan berjalan melainkan berlari.

150. PC=HD/CCJ: 82/191

Eneng : Bang pepayanya berapa?

Abang : Murah, Neng, Empat ribu saja!

Eneng : Kalau saya beli satau, dikasi berapa?

Abang : Kalau beli satu, ya, dikasi satu!

Eneng : Baik, Bang! Ini duit empat ribu saya beli satu.

Abang : Ini Neng, pepayanya. Terima kasih, Neng!

Eneng : Iya, Bang. Ini yang saya beli.Yang dikasi mana?

Abang : Yang dikasi?

Eneng : Tadi kan Abang bilang kalo beli satu dikasi satu. Jadi, yang

dikasi mana pepayanya?

Abang : Ha, Eneng nih bagaimana?

Eneng : kan Abang yang bilang, kalo beli satu, dikasi satu!

Informasi yang diberikan membingungkan dan

berbelit-belit.

151. PC=HD/CCJ: 92/195

Sadeli : Kalau bekerja di pemda DKI enak.

Sateli : Apa enaknya?

Sadeli : Banyak sabetannya!

Sateli : Kamu pengen kerja yang banyak sabetannya?

Sadeli : Ya, ingin sekali. Tapi kerja apa?

Sateli : Pemain kuda lumping.

Informasi yang diberikan bermakna ambigu.

152. PC=HD/CCJ: 122/208

U : Bapak mau minta jus apa? Jus alvokat, atau jus tomat?

V : Jus tomat saja, tapi tidak pakai es ya!

U : Wah, Pak, kalau tidak pakai s. Jadinya, JU tomat dong, Pak.

Informasi yang diberikan bermakna ambigu.

153. PC=HD/CCJ: 127/211

A : Moyangku dulu adalah orang kaya raya, yang kekayaannya

tidak akan habis dimakan sampai tujuh turunan.

B : Lah, kamu sendiri kok jadi pengemis miskin!

A : Ya, karena saya keturunan ke delapan.

Informasi yang diberikan bermakna ambigu.

154. PC=HD/CCJ: 130/212 A : Kabarnya banyak pemimpin kita yang matanya bisa berubah Informasi yang diberikan kurang jelas.

Page 142: Churin in Nabila-fitkq

warna.

B : Berubah gimana?

A : Sehari-hari matanya berwarna kuning karena dia berjuang untuk

kelompok kuning. Lalu, kalau melihat uang proyek matanya

jadi, hijau. Kemudian kalau dikritik rakyat matanya jadi merah.

B : O, gitu ya.

155. PC-=HD/CCJ:133/212 A : Tahun lima puluhan ketika masih banyak orang Belanda kalau

kita mau beli karcis di Bioskop Metropole katanya gak boleh

pakai sandal.

B : Kenapa gak boleh pake sandal? Malu ya sama orang Belanda?

A : Bukan, bukan, sebab itu!

B : Jadi, kenapa?

A : Ya, harus pake duit.

Informasi tidak disampaikan secara langsung

dan berbelit-belit.

Page 143: Churin in Nabila-fitkq

BIOGRAFI PENGARANG

Abdul Chaer, dilahirkan di Karet Tanah Abang Jakarta,

tanggal 7 November 1940. Oleh rekan-rekan generasi muda

sering disapa dengan kata babe, malah juga engkong, beliau

seorang BA (Betawai Asli) menjadi Lektor Kepala pada

Universitas Negeri Jakarta (dulu : IKIP Jakarta) dan

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta dalam

matakuliah Linguistik Umum, Semantik, Sosiolinguistik,

dan Psikolinguistik. Beliau memperoleh gelar Sarjana Pen-

didikan Jurusan Bahasa Indonesia dari IKIP Jakarta tahun 1969. Mengikuti Post

Graduate Training Progamme pada Rejksuniversitiet, Leiden, Negeri Belanda

tahun 1976-1977; mengikuti Workshop on Applied Linguistics di Postuniversitair

Centrum, Limburg, Hasselt, Belgia tahun 1976; mengikuti Course on

Lexicographi di School of Oriental and African Studies, University of London,

Inggris, tahun 1977. Sejumlah seminar mengenai linguistik di dalam dan di luar

negeri pernah diikuti.

Beliau mempunyai banyak pengalaman di antaranya pernah menjadi (1)

Instruktur Bahasa Indonesia pada Sekolah Bahasa Hankam (1983-1990), (2)

pengajar Bahasa Indonesia pada Pusat Pengembangan Penataran Guru Bahasa

(1990-sekarang), (3) pengajar Bahasa Indonesia pada Kursus Reguler Pelaksana

Bank Exim (1980-1989), (4) anggota redaksi Parameter, majalah penelitian IKIP

Jakarta (1981-1990), (5) anggota redaksi majalah Pembinaan Bahasa Indonesia

(1985-sekarang), (6) anggota Pengurus Pusat Himpunan Pembina Bahasa

Indonesia (1978-1991), dan (7) ketua Komisariat Masyarakat Linguistik

Indonesia, IKIP Jakarta (1987-sekarang)

Selain itu beliau juga pernah menjadi (1) kopenyusun Buku Materi Pokok

Kesuasatraan I (Universitas Terbuka 1986), (2) kopenyusun Buku Materi Pokok

Kesusastraan II (Universitas Terbuka 1986), (3) anggota penyusun Kamus Bahasa

Indonesia (Pusat Bahasa 1983), (4) anggota perevisi Kamus Besar Bahasa

Indonesia, edisi kedua 1992, dan (5) kopenyusun buku Pelajaran Bahasa

Indonesia SMP.

Page 144: Churin in Nabila-fitkq

Karyanya yang telah diterbitkan oleh PT Rineka Cipta adalah Pengantar

Semantik Bahasa Indonesia (1990), Gramatika Bahasa Indonesia (1993),

Pembakuan Bahasa Indonesia (1993), Linguistik Umum(1994), Sosiolinguistik:

Pengantar Awal (1995), Kamus Ungkapan Bahasa Indonesia (1997), Tata

Bahasa Praktis (Edisi Revisi, 1997), Psikolinguistik: Kajian Teoretik (2003),

Seputar Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (2003), Kamus Malaysia –

Indonesia (2004), Bahasa Indonesia dalam Masyarakat: Telaah Semantik (2006),

Leksikologi dan Leksikografi (2007), Kajian Bahasa (2007), Morfologi Bahasa

Indonesia: Pendekatan Proses (2008), Sintaksis Bahasa Indonesia: Pendekatan

Proses (2009), Fonologi Bahasa Indonesia (2009), Kamus Poupuler (2010),

Bahasa Jurnalistik (2010), Telaah Bibliografi Kebahasaan (2010), Kesantunan

Berbahasa (2010), dan Cekakak-Cekikik Jakarta (2011).

Buku yang diterbitkan oleh penerbit lain adalah Kamus Dialek Jakarta –

Bahasa Indonesia (Nusa Indah, 1976 Edisi Revisi, Masup Jakarta 2009), Kamus

Idiom Bahasa Indonesia (Nusa Indah, 1984), Tata Bahasa Praktis Bahasa

Indonesia (Bhratara Karya Aksara, 1988), Penggunaan Imbuhan Bahasa

Indonesia (Nusa Indah, 1989), Penggunaan Konjungsi dan Preposisi Bahasa

Indonesia (1990), Belajar Mengarang (Manasco, 1993), Namaku Bahasa

Indonesia (Manasco, 1993), Ketawa Ketiwi Betawi (Masup Jakarta, 2007), Kamus

Ungkapan Bahasa Betawi (Masup Jakarta, 2009).

Buku Cekakak Cekikik Jakarta adalah upaya beliau memperlihatkan

kekayaan masyarakat Jakarta (termasuk etnis Betawinya) yang lain, yaitu humor.

Humor dipungut dari masyarakat asli maupun kaum urban Jakarta. Sumbernya

adalah sejumlah media massa, tetapi humor Jakarta yang sesungguhnya masih

bersifat lisan, dan banyak yang tidak bersifat fiktif. Meliputi tema sosial, politik

budaya, ekonomi, dan sebagainya. Termasuk humor mengenai tokoh-tokoh

terkenal. Terentang dari masa Voor de Oorlog (sebelum perang) di Batavia

sampai yang terjadi di wilayah sekitar yang sekarang disebut wilayah

Jabodetabek.

Page 145: Churin in Nabila-fitkq

Terkumpul lebih dari 300 humor dalam berbagai bentuk, yaitu dalam

bentuk cerita, dialog, tebak-tebakan, peribahasa, dan plesetan. Humor-

humor yang berkaitan dengan etnis tertentu dan bersifat “keterlaluan”,

begitu pula yang bersifat porno (padahal jumlah bejibun) hanya disimpan

untuk koleksi pribadi.

Page 146: Churin in Nabila-fitkq

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SD Al-Mubarak

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VII/II

Standar Kompetensi : 10. Mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, dan

pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan bertelepon.

Kompetensi Dasar : 10.2 Bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang

Santun

Indikator : Mampu mendiskusikan tata cara bertelepon.

Mampu mendata kesalahan-kesalahan kalimat dalam bertelepon.

Mampu bertelepon dengan berbagai mitra bicara sesuai dengan

konteks.

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit (1 x pertemuan)

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa mampu bertelepon dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun

B. Materi Pembelajaran

Bertelepon dengan etikanya

C. Metode Pembelajaran

1. Demonstrasi

2. Tanya jawab

3. Penguasaan

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan pertama (2 x 40 menit)

1. Kegiatan awal (15 menit)

Page 147: Churin in Nabila-fitkq

a. Siswa mengamati pembicaraan melalui telepon yang dilakukan oleh narasumber

b. Siswa dan guru bertanya jawab tentang bahasa yang dipakai oleh siswa yang

bertelpon dalam hal salam pembuka salam penutup dan kalimat yang dipakai

c. Siswa mampu merumuskan bahasa yang tepat dalam bertelpon

2. Kegiatan inti (55 menit)

a. Siswa melakukan pembicaraan telepon antarteman secara bergantian dengan

berbagai keperluan, misalnya: mengadakan perjanjian belajar bersama atau

menanyakan buku yang dipinjam

b. Siswa lain mengamati dan mencatat hal-hal yang kurang benar dari segi

kebahasaan dan keruntutan

c. Siswa melakukan pembicaraan denga sesama teman dengan bahasa yang telah

diadakan perbaikan

d. Siswa dan guru bertanya jawab tentang bagaimana bertelepon dengan berbagai

lawan bicara: orangtua, guru, pejabat, orang yang tidak di kenal

e. Siswa mempraktekkan cara bertelepon dengan berbagai lawan bicara secara

bergantian dan cara melakukan pengamatan dan penilaian

f. Guru memberikan penguatan

3. Kegiatan akhir (10 menit)

a. Siswa mengucapkan dan mencatat salam pembuka, salam penutup yang baik dan

kalimat yang efektif dalam bertelepon dengan sesama teman

b. Siswa mendapatkan tugas di luar kelas/ di rumah untuk mebiasakan bertelepon

dengan baik dan santun

E. Sumber Belajar

1. Pesawat telepon

2. Cara santun telepon

F. Penilaian

Format Kriteria Penilaian

Page 148: Churin in Nabila-fitkq

Produk (Hasil diskusi)

No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep Semua benar

Sebagian besar benar

Sebagian kecil benar

Semua salah

4

3

2

1

Performansi

No. Aspek Kriteria Skor

1. Praktik a. Aktif

b. Cukup aktif

c. Kurang aktif

3

2

1

2. Sikap a. Baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

3

2

1

Lembar Penilaian

No. Nama Peserta Didik Praktik Sikap Produk Jumlah

Skor

Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

Tangerang Selatan,_________________

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

SD AL-MUBARAK

_________________________ _______________________

Page 149: Churin in Nabila-fitkq

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Sekolah : MTs Jabal Nur

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas/Semester : VIII/I

Standar Kompetensi : Berbicara

2. Mengungkapkan berbagai informasi melalui wawancara dan

presentasi laporan

Kompetensi Dasar : 2.1 Berwawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan

dengan memperhatikan etika berwawancara

Indikator :

1. Mampu membuat daftar pokok-pokok pertanyaan untuk wawancara.

2. Mampu melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan

memperhatikan etika berwawancara

Alokasi waktu : 6 x 40 menit

A. Tujuan Pembelajaran

Siswa dapat melakukan wawancara dengan narasumber dari berbagai kalangan dengan

memperhatikan etika berwawancara

B. Materi Pembelajaran

Cara berwawancara

C. Metode Pembelajaran

a. Pemodelan

b. Inkuiri

Page 150: Churin in Nabila-fitkq

c. Penugasan

D. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan Pertama

a. Kegiatan Awal

1. Guru menunjukkan gambar artis / tokoh yang sedang berwawancara

2. Guru dan siswa bertanya jawab mengenai wawancara yang pernah

dilihat/didengar

b. Kegiatan Inti

1. Siswa diajak mengenali ciri wawancara dengan mengamati contoh-contoh di buku

siswa

2. Siswa menulis daftar pertanyaan yang dikemukakan pewawancara kepada tokoh

3. Siswa secara berkelompok membandingkan pertanyaan kedua contoh

4. Siswa secara berkelompok menyimpulkan hubungan jenis pertanyaan dengan

tujuan wawancara

c. Kegiatan Akhir

Guru dan siswa melakukan refleksi

Pertemuan Kedua

a. Kegiatan Awal

1. Siswa mengemukakan hubungan antara jenis pertanyaan dengan tujuan

wawancara

b. Kegiatan Inti

1. Siswa mengelompokkan jenis pertanyaan yang bersifat langsung dan pertanyaan

yang diawali pernyataan dalam kelompoknya masing-masing

2. Siswa menentukan pihak-pihak yang akan diwawancarai (OSIS, guru)

3. Siswa menyusun daftar pertanyaan untuk berwawancara dengan pihak yang telah

ditentukan

Page 151: Churin in Nabila-fitkq

4. Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok

c. Kegiatan Akhir

Siswa dan guru menyimpulkan hasil presentasi

Pertemuan ketiga

a. Kegiatan Awal

Pembagian tugas dalam proses wawancara pada kelompok masing-masing

b. Kegiatan inti

1. Siswa melakukan wawancara dengan narasumber

2. Kelompok lain mengamati dan menilai dengan paduan penilaian yang sudah

dibuat

c. Kegiatan Akhir

1. Siswa dan guru mengadakan refleksi terhadap proses dan hasil belajar

2. Guru memberikan tugas pengayaan menyimak contoh-contoh wawancara di

media elektronik

E. Sumber Belajar

1. Buku pelajaran Bahasa Indonesia

2. Narasumber (siswa)

3. Rekaman

F. Penilaian

Format Kriteria Penilaian

Produk (Hasil diskusi)

No. Aspek Kriteria Skor

1. Konsep Semua benar

Sebagian besar benar

Sebagian kecil benar

4

3

2

Page 152: Churin in Nabila-fitkq

Semua salah

1

Performansi

No. Aspek Kriteria Skor

1. Praktik a. Aktif

b. Cukup aktif

c. Kurang aktif

3

2

1

2. Sikap a. Baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

3

2

1

Lembar Penilaian

No. Nama Peserta Didik Praktik Sikap Produk Jumlah

Skor

Nilai

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Page 153: Churin in Nabila-fitkq

Tangerang, 12 Mei 2014

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

MTs Jabal Nur

Chairuddin, S.Ag. Churin In Nabila

Page 154: Churin in Nabila-fitkq

1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

(RPP)

Nama Sekolah : MA Jabal Nur

Mata pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia

Kelas/Semester : XI – IPA /II

Pertemuan Ke- : I-IV

Alokasi waktu : 4 X 40 menit

Standar Kompetensi : Berbicara

13. Memahami pendapat dan informasi dari berbagai sumber

dalam diskusi atau seminar.

Kompetensi Dasar : 13.1 Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu diskusi

atau seminar.

Indikator :

1) Mampu memahami pendapat yang disampaikan pembicara dalam suatu diskusi atau

seminar.

2) Mengajukan pertanyaan berkait dengan topik diskusi atau seminar

3) Mengomentari jalannya diskusi atau seminar yang telah berlangsung

1. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah selesai mengikuti pembelajaran “Mengomentari pendapat dalam

diskusi/seminar” siswa diharapkan mampu mengomentari pendapat seseorang dalam

suatu diskusi atau seminar.

2. MATERI PEMBELAJARAN

1. Cara berdiskusi dan mengomentari pendapat

3. METODE PEMBELAJARAN

1. Ceramah

2. Tanya Jawab

3. Inkuiri

4. NILAI KARAKTER

1. Komunikatif

2. Jujur

3. Menghargai Prestasi

Page 155: Churin in Nabila-fitkq

2

5. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

A. Apersepsi

a. Memberikan salam

kepada siswa dan

memeriksa

kebersihan kelas

b. Mengabsen dan

melihat kondisi kelas

c. Mengajukan

pertanyaan-

pertanyaan tentang

materi yang telah

dipelajari

d. Menyampaikan judul

materi yang akan

dipelajari dan tujuan

yang ingin dicapai

siswa.

e. Mengajukan

pertanyaan-

pertanyaan yang

berkaitan dengan

materi yang akan

dipelajari

a. Menjawab salam

dan membersihkan

kelas

b. Mengacungkan

tangan

c. Menjawab

d. Mendengarkan

e. Menjawab

pertanyaan guru

Sopan santun

Disiplin

Kritis dan teliti

Rasa ingin tahu dan

terbuka

Rasa ingin tahu dan

kritis

2. Kegiatan Inti

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

A. Eksplorasi

a. Guru menampilkan

video contoh

melaksanakan diskusi.

b. Guru bertanya jawab

tentang diskusi yang

telah ditampilkan.

B. Elaborasi

a. Melihat dengan

seksama

b. Menjawab

Kritis dan perhatian

Berani dan tekun

Page 156: Churin in Nabila-fitkq

3

a. Guru meminta kepada

siswa untuk

membentuk kelompok

diskusi yang terdiri

atas 3-4 orang

b. Guru meminta agar

mendiskusikan cara

mengemukakan

pendapat yang baik

dan merangkum isi

pembicaraan video

diskusi tersebut dalam

beberapa kalimat.

c. Guru menjelaskan cara

melakukan diskusi dan

mengomentari

pendapat yang baik

serta cara merangkum

isi diskusi.

d. Guru meminta kepada

siswa untuk

membacakan hasil

diskusinya tentang

cara melakukan

diskusi yang baik dan

isi pembicaraan dalam

diskusi.

e. Guru meminta

kelompok siswa yang

lain untuk

memberikan

tanggapan terhadap

kelompok temannya.

C. Konfirmasi

a. Guru bersama-sama

siswa membuat

simpulan cara

melaksanakan diskusi

dan mengomentari

pendapat orang lain.

a. Membentuk

kelompok diskusi

b. Berdiskusi dengan

teman kelompok

c. Memperhatikan

dengan seksama

d. Mendengarkan

hasil diskusi teman

kelompok

e. Memberikan

tanggapan

a. Membuat

kesimpulan

Kerja sama

Teliti dan tekun

Kritis dan tekun

Teliti dan tekun

Dapat dipercaya dan

mandiri

Bersahabat dan

demokrasi

Page 157: Churin in Nabila-fitkq

4

3. Kegiatan Akhir

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

a. Guru memberikan

motivasi kepada siswa

untuk belajar diskusi dan

mengomentari pendapat

orang lain.

b. Guru menutup kegiatan

belajar tepat waktu dan

mengucapkan salam

a. Mendengarkan

b. Membaca doa dan

menjawab salam

Mandiri dan terampil

Sopan santun dan

religius

Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

A. Apersepsi

a. Memberikan salam

kepada siswa dan

memeriksa kebersihan

kelas

b. Mengabsen dan melihat

kondisi kelas

c. Mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

tentang materi yang

telah dipelajari

a. Menjawab salam

dan membersihkan

kelas

b. Mengangkat tangan

c. Menjawab

Sopan santun

Disiplin

Tekun dan teliti

2. Kegiatan Inti

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

A. Eksplorasi

a. Guru menampilkan

contoh video diskusi

yang lain.

b. Guru meminta kepada

siswa untuk memberikan

komentar tentang

diskusi yang telah

a. Melihat dengan

seksama

b. Memberikan

komentar

Kritis dan perhatian

Berani dan tekun

Page 158: Churin in Nabila-fitkq

5

ditampilkan.

B. Elaborasi

a. Guru meminta siswa

untuk membentuk

kelompok diskusi yang

terdiri atas 5-6 orang.

b. Guru memberikan teks

bacaaan tentang

“Pengaruh Televisi

terhadap Perkembangan

Anak”.

c. Guru meminta kepada

kelompok siswa untuk

mendiskusikan pengaruh

televisi terhadap

perkembangan dan

pendidikan anak.

d. Guru meminta kepada

masing-masing

kelompok untuk

membacakan hasil

diskusinya

e. Guru meminta kepada

kelompok lain untuk

mengajukan pertanyaan.

f. Guru meminta kepada

siswa yang lain untuk

memberikan pendapat

dan tanggapan tentang

hasil diskusi temannya.

C. Konfirmasi

a. Guru bersama-sama

siswa membuat

simpulan cara

melaksanakan diskusi

dan mengomentari

pendapat orang lain.

a. Membentuk

kelompok

b. Membaca teks

c. Berdiskusi dengan

teman kelompok

d. Memperhatikan

dengan seksama

e. Mengajukan

pertanyaan

f. Memberikan

pendapat dan

tanggapan

a. Membuat

kesimpulan

Kerja sama

Teliti dan tekun

Kerja sama dan kritis

Tanggung jawab

Dapat dipercaya dan

mandiri

Jujur dan terbuka

Bersahabat dan

demokrasi

Page 159: Churin in Nabila-fitkq

6

3. Kegiatan Akhir

Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Nilai Karakter

a. Guru memberikan

motivasi kepada siswa

untuk belajar diskusi dan

mengomentari pendapat

orang lain.

b. Guru menutup kegiatan

belajar tepat waktu dan

mengucapkan salam

a. Mendengarkan

b. Membaca doa dan

menjawab salam

Mandiri dan terampil

Sopan santun dan

religius

6. SUMBER BELAJAR

1. Video pelaksanaan diskusi

2. Buku Bahasa Indonesia SMA/MA kelas XI oleh Atep Tatang penerbit PT Tiga

Serangkai Pustaka Mandiri

3. LKS Smart bahasa Indonesia kelas XI

7. PENILAIAN

Indikator Teknik Bentuk Instrumen Contoh Instrumen

a. Mampu

memahami

pendapat yang

disampaikan

pembicara

dalam suatu

diskusi

b. Mampu

mengajukan

pertanyaan

berkait dengan

topik diskusi

c. Mampu

mengomentari

jalannya

diskusi

Tes tulis Uraian 1. Pahamilah

pendapat yang

disampaikan

pembicara dalam

diskusi tersebut!

2. Berilah

pertanyaan yang

berkaitan dengan

topik diskusi

tersebut!

3. Berilah komentar

terhadap jalannya

diskusi tersebut!

Format Kriteria Penilaian

Produk (Hasil diskusi)

No. Aspek Kriteria Skor

Page 160: Churin in Nabila-fitkq

7

1. Konsep Semua benar

Sebagian besar benar

Sebagian kecil benar

Semua salah

4

3

2

1

Performansi

No. Aspek Kriteria Skor

1. Praktik a. Aktif

b. Cukup aktif

c. Kurang aktif

3

2

1

2. Sikap a. Baik

b. Cukup baik

c. Kurang baik

3

2

1

Lembar Penilaian

No. Nama Peserta Didik Praktik Sikap Produk Jumlah

Skor

Nilai

1.

2.

3.

Catatan:

Nilai= (Jumlah skor : jumlah skor maksimal) x 10

Untuk peserta didik yang tidak memenuhi syarat penilaian KKM maka diadakan

remedial

Tangerang, 2 April 2014

Mengetahui,

Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

MA Jabal Nur

Abdul Rohman, M. Pd. Churin In Nabila

Page 161: Churin in Nabila-fitkq

:7tJ

Nama

NIM

Jurusan/Prodi

Judul Skripsi

LEMBAR UJI REFERENSI

Churin In Nabila

1 I 1013000003

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Prinsip Kerja Sama Grice dalam Humor Cekaknk-CekikikJakarta Karya

Abdul Chaer serta Implikasinya terhadap Pembelajaran Bahasa Indonesia.

No. Referensi Paraf

I Ayusya. "Wacana NgupingJaknrta: Tinjauan terhadap Prinsip Kerja

Sama, Koherensi, Makrostruktur, dan Suprastruktur dalam Blog

Humor." Skripsi Sl Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas

Indonesia Depok, 2010.

( '

2. Ariel, Mira. Defining Pragmatics. Cambridge University Press:

New York. 2010. TaJ . Chaer, Abdul. Cekakak-Cekikik Jakarta. Jakarta: Rineka Cipta.

2OII. 14. Chaer, Abdul. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta. 2010. v5 . Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. Sosiolinguistik. Jakarta: PT

Rineka Cipta. 2010. \

6. Chairunisa, Tyas. "Analisis Pelanggaran terhadap Prinsip Kerja

Sama dan Prinsip Kesantunan pada Humor Singkat." Skripsi S1

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia Depok,

201t.

7. Cummings, Louise. Pragmatik Sebuah Perspektif Multidisipliner.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2007 . +

Page 162: Churin in Nabila-fitkq

to't

8. Darmansyah. Strategi Pembelajaran Menyenangknn dengan

Humor. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. v9. Djajasudarma, Fatimah. Wacana & Pragmadfr. Bandung: Refika

Aditama.2012. 110. Fauziah, Syifa. "Maksim Ke{a Sama pada Dialog Tokoh Utama

dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih I dan Implikasinya bagi

Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA". Skripsi S1 Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Jakarta,20Il.

1l l Hindun. Pragmatik. !T2, Huang, Yan. Pragmafics. New York: Oxford University Press.

2007. +13. Kushartanti dkk. Pesona Bahasa: Langknh Awal Memahami

Linguistik. Jakarta: Gramedia. 2009. (,

T4, Leech, Geoffrey. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Jakarta: UI Press.

1993. +15. Lubis, Hamid Hasan. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:

Angkasa.20ll. r16. Mahsun. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Raja Grafindo

Persada. 2007. v17 . Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaj a Rosdakarya . 2013. T18. Muhammad. Metode Penelitian Bahasa. Jogiakarta: Ar-Ruzz

Media.20ll . T19. Mukhtar. Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:

Referensi.2013.,l

20. Nadar, F.X. Pragmatik & Penelitisn Pragmatik.Yogyakarta: Graha

Ilmu.2009. {

21. Pangaribuan, Tagor. Paradigma Bahasa. Yogyakarta: Graha Ilmu.

2008. tI

. i

Page 163: Churin in Nabila-fitkq

!et

I

22. Purwo, Bambang Kaswanti. Pragmatik dan Pengajaran

B ahas a.Y ogyakarta: Kanisius. 2009.q

23. Purwo, Bambang Kaswanti. Bulir-Bulir Sastra & Bahass.

Yogyakarta: Kanisius. 1991. \

24. Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. PT Gramedia

Pustaka Utama: Jakarta. 2008. {

25. Rahardi, Kunjana. Dimensi-Dimensi Kebahasaan. Jakarta:

Erlangga.2006.q

26. Rahardi, Kunj ana. Sos i opragmatik. J akarta: Erlangga . 2009 .

{-

27. Rahardi, Kunjana. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa

lndonesia. Jakarta: Erlangga. 2009. {

28. Rohmadi, Muhammad. Pragmatik: Teori dan Analisis. Surakarta:

Yuma Pustaka. 2010. 429. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: Alfabeta. 2009. +30. Suhartono dan Yuniseffendri, Pragmatik. Jakarta: Universitas

Terbuka.20Il. +31. Tarigan, Henry Guntur. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

1984. {

32. Wijana, I Dewa Putu dan Muhammad Rohmadi. Analisis Wacana

Pragmatik, Surakarta: Yuma Pustaka, 2010. {

J J . Wijana, I Dewa Putu. Kartun: Studi tentang Permainan Bahasa.

Yogyakarta: Ombak. 2003. I34. Yule, Geor ge. Pragmatik. Y ogyakarta: Pustaka Pelaj ar. 2006. v

Page 164: Churin in Nabila-fitkq

FORM (FR)KEMENTERIAN AGAMAUIN JAKARTAFITKJl. lt H. Juanda Na 95 Ciputat 15412 lndonesia

rr

SURAT BIMBINGAN SKRIPSI

No. Dokumen FITK-FR-AKD-OE1fg l . Terb i t 1 Maret 201O

Jakafta. 26 Nover-nber .2011

1t1

Nomor : Un,0 I /F. , 1 /KM.0 1.3 1. . . . . . . .12013Larnp. : rHal : Bimbingan Skripsi

Kepada Yth,

Ibu Dr, Darsita, M.HurnPernbimbing SkripsiFakultas Ilnru Tarbiyah dan KeguruanUIN Syarif Hidayatul lah.lakarta,

As s alamu.' alaikum u,r.w b.

Nama

NIM

Jurusan

Semester

. luclul Sl ir ipsi

Tembusan:l. Dekan F-ITI(2. Mahasiswa ybs.

Dengan ini diharapkan kesediaan Saudara untuk nrenjadi pembimbing I/ll

(rn aterTtekn i s) pen u Iisan skri psi mahasiswa:

Churin In Nabila

I I I 0013000003

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

VII (Tujuh)

Prinsip Ke{a Sama Grice dalarn Humor Cekakak-Cekikik,lakarta

karya Abclul Chaer ser la Impl ikasinya terhadap Pernbelajaran Bahasa Indonesia,

, ludul telsebLrt telah cl isetujLr i oleh Jurusan yang bersangktt tan pada tanggal i l5 Oktobcr

2013 . abstr.aksi/oriline terlampir. Saudara dapat melakukan perubahan redaksional pada

judul tersebut, Apabi la perubahan substansial dianggap perlu, tnohon penrbirnr: ing

menghubungi .lurusan terlebih dahr.rlu.

Birnbingal skr ipsi in i diharapkarr selesai dalam waktu 6 (enam) bulan, c lan dapat

diperpanjang selama 6 (enam) bulan berikutnya tanpa surat perpanjangan.

Atas perhatian dan kerja sama Saudara, karni ucapkan terima kasih.

Was s alamw' alaikunt wr,w b,

ra lndonesia

itriyah ZA.199703 2 001

IU.Pd

Page 165: Churin in Nabila-fitkq

BIOGRAFI PENULIS

Churin In Nabila, lahir di Lamongan, 12 April 1992 dari seorang

ibu yang bernama Mardliyah dan seorang abah bernama H. Munif, AR.

Menikmati masa pendidikan sejak Taman Kanak-Kanak lulus tahun

(1998), MI PPI Bintang Sembilan Babat Lamongan (2004), MTs dan MA

Pondok Pesantren At-Tanwir Talun Sumberrejo Bojonegoro (2010). Pada

tahun 2010, dia berhasil lulus di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

Selanjutnya, anak pertama dari empat bersaudara ini menikah dengan Khoirul Fatihin,

S.Pd.I pada tanggal 10 Juli 2010, dan baru dikaruniai seorang anak perempuan bernama Channa

Aulia Fatihiyah. Kini dia tinggal di Jl. Kp. Gunung No.60 Cipondoh Tangerang, mengabdikan

diri menjadi tenaga pengajar (guru Bahasa Indonesia) di Pondok Pesantren Modern Terpadu

Jabal Nur, sejak tahun 2010-sekarang. Selain mengajar pelajaran bahasa Indonesia, penulis juga

mengajar kitab salafiyah seperti Matan Jurumiah, Arba’ur Rosail, Tuhfatul Athfal, dan lain

sebagainya.

Pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, guru, dan juga mahasiswa, dia jalani dengan tekun

dan sabar. Berusaha membagi waktu agar semua tugasnya bisa berjalan dengan lancar, atas

dorongan semangat dan motivasi yang diberikan oleh suami beserta anaknya, kini bisa

menyelesaikan studinya guna menempuh sarjana pendidikan (S.Pd). Penulis mempunyai motto

bahwa “Dunia bisa ditaklukkan dengan pendidikan, jadi belajarlah sepanjang hayat.” Hal ini

merupakan motivasi kepada keluarga besarnya, bahwa seorang perempuan meskipun sudah

menjadi ibu rumah tangga akan tetap bisa meraih cita-citanya dengan menempuh pendidikan dan

mengamalkannya kepada orang lain.