muskulo sk 3

22
Amanda Putri 1102014017 LI I. MM Art. Coxae dextra 1.1 Makroskopis 1.2 Mikroskopis 1.3 Kinesiologi LI 2. MM Fraktur 2.1 Definisi 2.2 Klasifikasi 2.3 Etiologi 2.4 Mekanisme 2.5 Tatalaksana 2.6 Diagnosa dan DD 2.7 Komplikasi 2.8 Prognosis

Upload: amandashn96

Post on 02-Dec-2015

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

muskulo

TRANSCRIPT

Page 1: Muskulo Sk 3

Amanda Putri1102014017

LI I. MM Art. Coxae dextra1.1 Makroskopis1.2 Mikroskopis1.3 Kinesiologi

LI 2. MM Fraktur2.1 Definisi2.2 Klasifikasi2.3 Etiologi2.4 Mekanisme2.5 Tatalaksana2.6 Diagnosa dan DD2.7 Komplikasi2.8 Prognosis

Page 2: Muskulo Sk 3

Makroskopik

Articulatio Coxae merupakan persendian antara caput femoris dan acetabulum pada os coxae. Jenis sendi pada articulatio ini adalah enarthrosis spheroidea. Terdapat tulang rawan pada facies lunata sebagai penguat sendi, kelenjar havers juga dapat ditemukan pada acetabuli. Penguat sendi lainnya adalah Ligamentum iliofemorale Ligamentum ischiofemorale Ligamentum pubofemorale Ligamentum transversum acetabula Ligamentum capitisfemoris

Capsula articularis dari sendi ini sendiri berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi colum femoris untuk melekat pada linea introchanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior colum femoris kira-kira sebesar jari diatas crista introchanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang collum femoris adalah diluar capsula articularis. Sehubungan dengan itu fraktur femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

Mikroskopik

Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur: sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, dibedakan atas 4 macam sel :

1.Osteoblas Berguna untuk pembentukan matriks tulang. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.

2,Osteosit Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang.Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi.Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.

3.Osteoklas

Sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Pada proses persiapan dekalsifikasi, osteoklas menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang. 

Page 3: Muskulo Sk 3

4.Osteoprogenitor 

Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, karena itu dinamakan sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas. Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang.

Kinesiologi

Articulatio coxae

Tulang : Antara caput femoris dan acetabulumJenis sendi : Enarthrosis spheroideaPenguat sendi :Terdapat tulang rawan pada facies lunata, kelenjar Havers terdapat pada acetabulum.

Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. coxae tetap extensi, menghambat rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.Capsula articularis: membentang dari lingkaran acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista intertrochanterica.

Gerak sendi:

Fleksi : m. iliopsoas, m. pectinus, m. rectus femoris, m. adductor longus, m. adductor brevis, m. adductor magnus pars anterior tensor fascia lataEkstensi : m. gluteus maximus, m. semitendinosis, m. semimembranosus, m. biceps femoris caput longum, m. adductor magnus pars posteriorAbduksi :m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. pirirformis, m. sartorius, m. tensor fasciae lataeAdduksi : m. adductor magnus, m. adductor longus, m. adductor brevis, m. gracilis, m. pectineus, m. obturator externus, m. quadratus femorisRotasi medialis : m. gluteus medius, m. gluteus minimus, m. tensor fasciae latae, m. adductor magnus (pars posterior)Rotasi lateralis : m. piriformis, m. obturator internus, mm. gameli, m. obturator externus, m. quadratus femoris, m. gluteus maximus dan mm. adductores.

Page 4: Muskulo Sk 3

Definisi

Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh trauma. Fraktur berarti deformasi atau diskontinuitas dari tulang oleh tenaga yang melebihi kekuatan tulang.

Klasifikasi

1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.

2) Fraktur Terbuka (Open/Compound),  merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:

Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm. Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif. Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan

lunak Ekstensif.

a. Berdasarkan komplit atau ketidak komplitan fraktur:

1.) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang seperti terlihat pada foto.

2.) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:

Hair Line Fraktur (patah seperti rambut) Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan

kompresi tulang spongiosa di bawahnya. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya

yang terjadi pada tulang panjang.

b. Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma:

1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.

2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasi juga.

3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.

4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.

5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.

c. Berdasarkan jumlah garis patah:

Page 5: Muskulo Sk 3

1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.

2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.

3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

d. Berdasarkan pergeseran fragmen tulang:

1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.

2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen, terbagi atas:

Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah  sumbu dan overlapping).

Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut). Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh).

e. Berdasarkan posisi frakur:

Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :1) 1/3 proksimal2) 1/3 medial3)  1/3 distal

Etiologi

a. Trauma langsung: benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut.b. Trauma tidak langsung: tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan.c. Fraktur patologis: fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, penyakit metabolik, infeksi tulang dan tumor tulang. (Rasjad, Chairudin. 1998. Ilmu Bedah Orthopedi. Ujung Pandang : Bintang Lamupate)

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :

a. Peristiwa trauma tunggal Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba – tiba dan

berlebihan, yang dapat berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring, pemuntiran, atau penarikan. Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. Bila terkena kekuatan tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang

Page 6: Muskulo Sk 3

terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.

Kekuatan dapat berupa :1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang

menyebabkan fraktur melintang3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur

sebagian melintang tetapi disertai fragmen kupu – kupu berbentuk segitiga yang terpisah

4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq pendek

5. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar – benar menarik tulang sampai terpisah

a. Tekanan yang berulang – ulangRetak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan berulang – ulang.

b. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik) Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget )

Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2001) penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu :

Cidera TraumatikCidera traumatic pada tulang dapat di sebakan oleh :

-Cedera langsung bearti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintangdan kerusakan pada kulit diatasnya.-Cedera tidak langsung bearti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.-Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

Fraktur PatologikDalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :

-Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan progesif.-Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul sebagai sebagai salah satu proses yang progesif, lambat dan nyeri.

Page 7: Muskulo Sk 3

-Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi kadang-kadang dapat disebabkan oleh kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah.

Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran

Mekanisme

Tahap Inflamasi. 

Tahap inflamasi berlangsung beberapa hari dan hilang dengan berkurangnya pembengkakan dan nyeri.Terjadi perdarahan dalam jaringan yang cidera dan pembentukan hematoma di tempat patah tulang.Ujung fragmen tulang mengalami devitalisasi karena terputusnya pasokan darah. Tempat cidera kemudian akan diinvasi oleh magrofag (sel darah putih besar), yang akan membersihkan daerah tersebut. Terjadi inflamasi, pembengkakan dan nyeri.

Tahap Proliferasi Sel.

Kira-kira 5 hari hematom akan mengalami organisasi, terbentuk benang-benang fibrin dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi fibroblast dan osteoblast. Fibroblast dan osteoklast (berkembang dari osteosit, sel endotel, dan sel periosteum) akan menghasilkan kolagen dan proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan ikat fibrus dan tulang rawan (osteoid).Dari periosteum, tampak pertumbuhan melingkar.Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal pada tempat patah tulang. Tetapi gerakan yang berlebihan akan merusak sruktur kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukkan potensial elektronegatif.

Tahap Pembentukan Kalus

Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah  sudah terhubungkan. Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrus, tulang rawan, dan tulang serat matur.Bentuk kalus dan volume dibutuhkan untuk menghubungkan defek secara langsung berhubungan dengan jumlah kerusakan dan pergeseran tulang.Perlu waktu tiga sampai empat minggu agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrus.Secara klinis fargmen tulang tidak bisa lagi digerakkan.

Tahap Osifikasi

Page 8: Muskulo Sk 3

Pembentukan kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu  patah tulang, melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan.Mineral terus menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.Permukaan kalus tetap bersifat elektronegatif.

Tahap Menjadi Tulang Dewasa (Remodeling)

Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke susunan struktural sebelumnya. Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun – tahun tergantung beratnya modifikasi tulang yang dibutuhkan, fungsi tulang, dan pada kasus yang melibatkan tulang kompak dan kanselus – stres fungsional pada tulang. Tulang kanselus mengalami penyembuhan dan remodeling lebih cepat daripada tulang kortikal kompak, khususnya pada titik kontak langsung.Selama pertumbuhan memanjang tulang, maka daerah metafisis mengalami remodeling (pembentukan) dan pada saat yang bersamaan epifisis menjauhi batang tulang secara progresif. Remodeling tulang terjadi sebagai hasil proses antara deposisi dan resorpsi osteoblastik tulang secara bersamaan.

Tatalaksana

Terapi farmakologi

Penanganan fraktur batang femur ditangani dengan cara :

A. Antibiotik

Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka misalnya pada fraktur corpus femur. Luka pada fraktur terbuka harus segera diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena terkena benda dari luar atau luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang rusak, sehingga memungkinkan mikroorganisme masuk melalui luka tersebut.

B. Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS)

Dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses terjadinya inflamasi pada pasien. Contoh obat jenis analgesik dan Anti-Inflamasi Non-Steroid(AINS) diantaranya ibuprofen, salisilat, salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol (parasetamol)

Prinsip umum pengobatan fraktur. Ada empat prinsip pengobatan fraktur:

A. Recognition, diagnosis dan penilaian frakturPrinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksan klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:

Page 9: Muskulo Sk 3

Lokalisasi fraktur Bentuk fraktur Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

A. Reduction; reduksi fraktur apabila perluRestorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis di kemudian hari. Posisi yang baik adalah : Alignment yang sempurna Aposisi yang sempurna

B. Retention; imobilisasi frakturC. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional

semaksimal mungkin

Penatalaksanaan Awal Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :1. Pertolongan pertama

Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan imobilisasi fraktur pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum ambulans datang.

2. Penilaian klinisMisalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf

3. ResusitasiKebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok, sehingga diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri.

Terapi pada Fraktur Terbuka

Banyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cidera ganda dan syok hebat. Bagi mereka, terapi di tempat seperti pada prinsip diatas merupakan hal penting. Semua fraktur terbuka, tak peduli seberapa ringannya harus dianggap terkontaminasi karena itu penting untuk mencegahnya dari infeksi.Untuk hal ini, ada beberapa hal yang penting :1) Pembalutan luka dengan segera2) Profilaksis antibiotik3) Debridemen luka sedini mungkin Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati misalnya kulit, Fasia, Otot mati (makanan bagi bakteri), vaskuler, nervous, Tendon dan tulang

Page 10: Muskulo Sk 3

4) Stabilisasi fraktura. Penutupan luka

Pada luka setelah debridemen, dapat ditutup dengan dijahit, atau dengan cangkokan kulit.

b. Perawatan setelahnyaTungkai ditinggikan di atas tempat tidur, jika luka dibiarkan terbuka, periksa setelah 5-7 hari, jika terjadi toksemia atau septikemia dilakukan drainase.

Terapi Konservatif1. Proteksi

Misalnya mitella untuk fraktur collum chirurgicum humeri dengan kedudukan baik.

2. Immobilisasi saja tanpa reposisiMisalnya pemasangan gips atau bidai pada fraktur inkomplit dan fraktur dengan kedudukan baik.

3. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gipsMisalnya fraktur supracondylair, fraktur colles, fraktur smith. Reposisi dapat dengan anestesi umum atau anestesi lokal dengan menyuntikkan obat anestesi dalam hematoma fraktur. Fragmen distal dikembalikan pada kedudukan semula terhadap fragmen proksimal dan dipertahankan dalam kedudukan yang stabil dalam gips. Misalnya fraktur distal radius, immobilisasi dalam pronasi penuh dan fleksi pergelangan.

4. TraksiTraksi dapat untuk reposisi secara perlahan dan fiksasi hingga sembuh atau dipasang gips setelah tidak sakit lagi. Pada anak-anak dipakai traksi kulit (traksi Hamilton Russel/traksi Bryant).Traksi kulit terbatas untuk 4 minggu dan beban < 5 kg, untuk anak-anak waktu dan beban tersebut mencukupi untuk dipakai sebagai traksi definitif, bilamana tidak maka diteruskan dengan immobilisasi gips. Untuk orang dewasa traksi definitif harus traksi skeletal berupa balanced traction.

Terapi Operatif1. Terapi operatif dengan reposisi secara tertutup dengan bimbingan

radiologis (image intensifier, C-arm): a. Reposisi tertutup–Fiksasi eksterna

Setelah reposisi baik berdasarkan control radiologi sintra operatif maka dipasang alat fiksasi eksterna.

b. Reposisi tertutup dengan control radiologis di ikuti fiksasi internaMisalnya: reposisi fraktur tertutup supra condylair pada anak di ikuti dengan pemasangan paralel pins. Reposisi tertutup fraktur collumum pada anak di ikuti pinning dan immobilisasi gips. Cara ini sekarang terus dikembangkan menjadi “close nailing” pada fraktur femur dan tibia, yaitu pemasangan fiksasi interna intra meduller (pen) tanpa membuka frakturnya.

2. Terapi operatif dengan membuka frakturnya :a. Reposisi terbuka dan fiksasi interna

Page 11: Muskulo Sk 3

ORIF (Open Reduction and Internal Fixation)Keuntungan cara ini adalah :• Reposisi anatomis.• Mobilisasi dini tanpa fiksasi luar.Indikasi ORIF:

1. Fraktur yang tak bias sembuh atau bahaya avascular nekrosis tinggi, misalnya: Fraktur talus Frakturcollum femur.

2. Fraktur yang tidak bias direposisi tertutup. Misalnya: Fraktur avulse Fraktur dislokasi.

3. Fraktur yang dapat direposisi tetapi sulit dipertahankan. Misalnya:• Fraktur Monteggia.• Fraktur Galeazzi.• Fraktur antebrachii.• Fraktur pergelangan kaki.

4. Fraktur yang berdasarkan pengalaman member hasil yang lebih baik dengan operasi, misalnya: fraktur femur.

b. Excisional ArthroplastyMembuang fragmen yang patah yang membentuk sendi, misalnya :• Fraktur caput radii pada orang dewasa.• Frakturcollum femur yang dilakukan operasi Girdlestone.

c. Excisi fragmen dan pemasangan endoprosthesisDilakukan excisi caput femur dan pemasangan endoprosthesis Moore atau yang lainnya.Sesuai tujuan pengobatan fraktur yaitu untuk mengembalikan fungsi maka sejak awal sudah harus diperhatikan latihan-latihan untuk mencegah disuse atropi otot dan kekakuan sendi, disertai mobilisasi dini. Pada anak jarang dilakukan operasi karena proses penyembuhannya yang cepatdan hamper tanpa komplikasi yang berarti.

3. Pengobatan Fraktur TerbukaFraktur terbuka adalah suatu keadaan darurat yang memerlukan penanganan segera.

Tindakan sudah harus dimulai dari fase pra-rumah sakit:• Pembidaian• Menghentikan perdarahan dengan perban tekan• Menghentikan perdarahan besar dengan klem

Tindakan Pada Dislokasi

• Dengan memanipulasi secara hati-hati, permukaan diluruskan kembali. Tindakan ini sering memerlukan anestesi umum untuk melemaskan otot – otonya.

Page 12: Muskulo Sk 3

•Pembedahan terbuka mungkin diperlukan khususnya kalau jaringan lunak terjepit di antara permukaan sendi.

• Persendian tersebut, disangka dengan pembebatan dengan gips. Misalnya: pada sendi pangkal paha, untuk memberikan kesembuhan pada ligamentum yang teregang.

• Fisioterapi harus segera dimulai untuk mempertahankan fungsi otot dan latcher (exercise) yang aktif dapat diawali secara dini untuk mendorong gerakan sendi yang penuh khususnya pada sendi bahu

Diagnosis dan DD

Inspeksi

Pemeriksaan dimulai dengan observasi pasien selama evaluasi. Pasien dengan patah tulang leher femur biasanya tidak dapat berdiri. Perhatikan kristailiaka untuk setiap perbedaan ketinggian, yang mungkin menunjukkan perbedaan panjang kaki fungsional. Alignment dan panjang ekstremitas biasanya normal. Menilai setiap atrofi otot atau asimetri juga penting.

Palpasi

Tentukan tumpuan di daerah pangkal paha anterior dan pinggul. Keadaan fisik yang paling umum dari fraktur stres adalah nyeri tulang lokal, namunleher femur relatif dalam dan nyeri tulang mungkin tidak ada.Meraba trokanter untuk setiap kelembutan yang mungkin mengindikasikan radangkandung lendir trochanterica.

Rentang gerak

Tentukan rentang gerak untuk fleksi panggul, ekstensi, abduksi,adduksi, dan rotasi internal dan eksternal dan untuk lengkungan lutut dan ekstensi.Temuan termasuk rasa sakit dan pembatasan pada akhir rentang gerak pasif pada pinggul. Melakukan uji regangan rektus femoris.Periksa band iliotibial dengan melakukan Ober tes untuk berbagai gerakan pinggul,menilai sendi tulang belakang dan ekstremitas bawah, Periksa kembali baik secaraaktif dan pasif, melihat fleksi ke depan, kelenturan samping, dan ekstensi.Melakukan tes Lasegue dan tanda-tanda Bragard. Seorangpasien dengan paha anterior dan nyeri lutut sebenarnya mungkin memiliki patologipada sendi pinggul. Pasien dengan nyeri reproduksi dengan rotasi pinggul internal,rotasi eksternal, atau manuver provokatif lainnya lebih lanjut dapat membedakanpatologi pinggul dari keterlibatan tulang belakang.

Kekuatan otot

Tes otot secara manual penting untuk menentukan apakah ada kelemahan dan apakah distribusi kelemahan sesuai dengan setiap cedera saraf.Selain itu, mengevaluasi stabilisator dinamis panggul, termasuk fleksor panggul,ekstensor, dan abduktornya.

Page 13: Muskulo Sk 3

Trendelenburg adalah indikasi kelemahan abductor panggul. Uji fleksi panggul (L2, L3), ekstensi (L5, S1, S2), abduksi (L4, L5, S1),dan adduksi (L3, L4).

Pemeriksaan sensorik

Setelah pemeriksaan sensoris, penurunan dermatomal atau hilangnya sensasi dapat menunjukkan atau mengecualikan kerusakan saraf tertentu. refleks peregangan otot sangat membantu dalam evaluasi pasien datangdengan nyeri pinggang. Refleks abnormal dapat menunjukkan kelainan akar saraf. Asimetri refleks yang paling signifikan, sehingga refleks pasien harus dibandingkandengan sisi kontralateral.

Uji Hop

Sekitar 70% dari pasien dengan stres fraktur tulang femur, uji hop menunjukkan hasil tes positif. Uji hop yaitu menyuruh pasien melompat-lompat untuk memancing timbulnya gejala.

Pemeriksaan Penunjang

Plain radiografi

Radiografi polos sebagai langkah awal dalam hasil pemeriksaan patahtulang panggul. Tujuan utama film x-ray adalah untuk menyingkirkan setiap patah tulang yang jelas dan untuk menentukan lokasi dan luasnya fraktur.Radiografi dapat menunjukkan garis fraktur pada aspek superior dari leher femur, yang merupakan lokasi ketegangan patah tulang.

Bone scanning

Bone scan dapat membantu ketika patah stres, tumor, atau infeksi. Bonescan adalah indikator yang paling sensitif dari stres tulang, tetapi memiliki kekhususan.

MRI

MRI telah terbukti akurat dalam penilaian okultisme patah tulang dan dapat diandalkan apabila dilakukan dalam waktu 24 jam dari cedera. Dengan MRI, fraktur stres biasanya muncul sebagai garis patahanpada korteks dikelilingi oleh zona intens edema di rongga medula. Dalam sebuah studi oleh Quinn dan McCarthy, T1-tertimbang MRI temuan yang ditemukan menjadi 100% sensitive. MRI menunjukkan bahwa temuan yang100% sensitif, spesifik, dan akurat dalam mengidentifikasi fraktur leher femur.

Komplikasi

Sindrom Emboli Lemak

Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh – pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea,

Page 14: Muskulo Sk 3

perubahan dalam status mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam, ruam kulit ptechie.

Sindrom Kompartemen

Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta (radius atau ulna).

Nekrosis Avaskular (Nekrosis Aseptik)

Nekrosis avaskular dapat terjadi saat suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama, pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.

Osteomyelitis

Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi. Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis yang lebih besar.

Gangren Gas

Gas gangren berasal dari infeksi yang disebabkan oleh bakterium saprophystik gram-positif anaerob yaitu antara lain Clostridium welchii atau clostridium perfringens. Clostridium biasanya akan tumbuh pada luka dalam yang mengalami penurunan suplai oksigen karena trauma otot. Jika kondisi ini terus terjadi, maka akan terdapat edema, gelembung – gelembung gas pada tempat luka. Tanpa perawatan, infeksi toksin tersebut dapat berakibat fatal

PrognosisPada umumnya fraktur femur lebih besar / sering di derita oleh laki-laki

dewasa dan laki-laki muda / pada pria  dari apada kaum wanita karena faktor aktivitas yang lebih banyak dilakukan. Dan biasanya untuk laki-laki dewasa di akibatkan oleh adanya kecelakan / trauma lansung seperti kecelakan pada kendaraan bermotor / karena adanya benturan yang keras / jatuh dari ketinggian. Kemudian fraktur (femur) biasanya juga di alami oleh kaum gerontik karena faktor patologik.

Page 15: Muskulo Sk 3