pbl 3 muskulo bella

17
1. MM anatomi dan kinesiology 1.1 Femur Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris. Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris. Vaskularisasi Daerah tungkai atas sampai kaki mendapat pendarahan dari arteri femoralis (lanjutan dari arteri iliaca externa). Arteri femoralis lewat dibawah ligamentum inguinale (pauparti) bersama vena femoralis dan nervus femoralis menuju daerah trigonum femorale (scarpae) Trigonum femorale (scarpae) dibentuk oleh m.sartorius (batas lateral) , m.adductor longus/magnus (batas medial) dan ligamentum inguinale (pauparti) batas atas. Isi dari trigonum femorale ini ialah nervus femoralis (lateral) , arteri femoralis (tengah) , dan vena femoralis (medial).

Upload: bellabelbon

Post on 04-Dec-2015

107 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

muskulo

TRANSCRIPT

Page 1: Pbl 3 Muskulo Bella

1. MM anatomi dan kinesiology

1.1 Femur

Pada femur atau tulang paha terdiri dari bagian kepala dan leher pada bagian proksimal dan dua condylus pada bagian distal. Kepala tulang paha akan membentuk sendi pada pinggul. Bagian proksimal lainnya yaitu trochanter major dan trochanter minor menjadi tempat perlekatan otot.Pada bagian proksimal posterior terdapat tuberositas glutea yakni permukaan kasar tempat melekatnya otot gluteus maximus.Di dekatnya terdapat bagian linea aspera, tempat melekatnya otot biceps femoris.

Salah satu fungsi penting kepala tulang paha adalah tempat produksi sel darah merah pada sumsum tulangnya. Pada ujung distal tulang paha terdapat condylus yang akan membuat sendi condylar bersama lutut.Terdapat dua condylus yakni condylus medialis dan condylus lateralis. Di antara kedua condylus terdapat jeda yang disebut fossa intercondylaris.

Vaskularisasi

Daerah tungkai atas sampai kaki mendapat pendarahan dari arteri femoralis (lanjutan dari arteri iliaca externa). Arteri femoralis lewat dibawah ligamentum inguinale (pauparti) bersama vena femoralis dan nervus femoralis menuju daerah trigonum femorale (scarpae)

Trigonum femorale (scarpae) dibentuk oleh m.sartorius (batas lateral) , m.adductor longus/magnus (batas medial) dan ligamentum inguinale (pauparti) batas atas. Isi dari trigonum femorale ini ialah nervus femoralis (lateral) , arteri femoralis (tengah) , dan vena femoralis (medial).

Adapun yang dikenal dengan canalis adductorius atau disebut juga hunter atau sub sartorial canal , merupakan daerah yang berbentuk saluran pada bagian bawah trigonum femorale , 1/3 distal tungkai atas yang dibatasi oleh m.sartorius , m.vastus medial , m.adductor longus/magnus.

Cabang-cabang dari arteri femoralis :

Pada tungkai atas, 1/3 proksimal region femoris pada trigonum femorale cabang-cabangnya ialah a.profunda femoris yang akan bercabang lagi menjadi a.perforantes 1,2,3 dan a.circum flexa femoris lateralis , a.circum flexa femoris medialis , a.circum flexa ileum superficialis , a.epgastica superficialis, a.pudenda externa. Kemudian pada bagian distal terdapat cabang a.femoralis yaitu a.genu suprema.

Page 2: Pbl 3 Muskulo Bella

1.2 Coxae

Articulatio coxae berada diantara caput femoris dan acetabulum.Jenis sendinya berupa Enarthrosis Spheroidea. Penguat dari sendi tersebut adalah tulang rawan pada facies lunata. Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Ia berjalan dari pinggir acetabulum menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris dan akhirnya melekat pada linea intertrochanterica bagian depan dan pertengahan bagian posterior collum femoris (11 jari diatas crista intertrhrocanterica). Bagian lateral dan distal colum femoris adalah di luar capsula articularis.

Ligamen- ligamen pada sendi ini ialah:1) Ligamentum iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. Coxae tetap ekstensi, menghambat

rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.

2) Ligamentum ischiofemorale yang berfungsi mencegah rotasi interna.3) Ligamentum pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi externa. Selain itu

diperkuat juga oleh Ligamentum transversum acetabuli dan Ligamentum capitisfemoris. Bagian bolong disebut zona orbicularis.

Gerak sendi:

- fleksi : M. iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. adductor magnus pars anterior tensor fascia lata

- ekstensi: M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M. semimembranosus, M. biceps femoris caput longum, M. adductor magnus pars posterior

- abduksi : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae lata- adduksi: M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectinus, M. obturator

externus, M. quadratus femoris- rotasi medialis: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars

posterior )- rotasi lateralis: M. piriformis, M. obturator internus, Mm. gamely, M. obturator externus, M. quadratus femoris, M.

gluteus maximus dan Mm. adductors

Articulatio ini dibungkus oleh capsula articularis yang terdiri dari jaringan ikat fibrosa. Capsula articularis berjalan dari pinggir acetabulum os. Coxae menyebar ke latero-inferior mengelilingi collum femoris untuk melekat pada linea introchanterica bagian depan dan meliputi pertengahan bagian posterior collum femoris kira-kira sebesar jari diatas crista introchanterica. Oleh karena itu bagian lateral dan distal belakang collum femoris dapat extracapsular dan dapat pula intracapsular.

Articulatio coxae termasuk articulatio inferioris liberi. Tulang : antara caput humeri dan acetabulum Jenis sendi : Spheroidea Penguat sendi :

Terdapat tulang rawan pada facies lunata Terdapat kelenjar havers pada acetabuli Ligamentum iliofemorale : untuk mempertahankan art.coxae tetap ekstensi,

menghambat rotasi femur dan mencegah batang badan berputar kebelakang pada saat berdiri, mengurangi kebutuhan kontraksi otot saat posisi tegak

Ligamentum ishciofemoralis : mencegah rotasi interna Ligamentum pubofemorale : mencegah abduksi, ekstensi dan rotasi externa. Ligamnetum transversum acetabuli dan ligamnetum capitisfemoris Capsula articularis dari lingkar acetabulum ke linea intertrochanterica dan crista

intertrochanterica.

Page 3: Pbl 3 Muskulo Bella

LI2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur

LO2.1. Definisi Fraktur

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (trauma)

. Definisi Fraktur FemurFraktur kolum femur adalah fraktur intrakapsuler yg terjadi di femur proximal pd daerah yg berawal dari distal

permukaan artikuler caput femur hingga berakhir di proximal daerah intertrochanter

LO2.2. Etiologi Fraktur

Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006) ada 3 yaitu:

1. Cidera atau benturan 2. Fraktur patologik

Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker dan osteoporosis.

3. Fraktur beban Fraktur beban atau fraktur kelelahan terjadi pada orang-orang yang baru saja menambah tingkat aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan bersenjata atau orang-orang yang baru mulai latihan lari

Fraktur Femur

a. Trauma langsung : Benturan pada tulang mengakibatkan fraktur ditempat tersebut, misalnya penderita jatuh dengan posisi miring dimana daerah trochanter mayor langsung terbentur dengan benda keras.

b. Trauma tidak langsung : Tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari area benturan, misalnya disebabkan oleh gerakan eksorotasi yang mendadak dari tungkai bawah. Karena kepala femur terikat kuat dengan ligamen didalam asetabulum oleh ligamen iliofemoral dan kapsul sendi,mengakibatkan fraktur di daerah kolum femur.

c. Fraktur patologis : fraktur yang disebabkan trauma yamg minimal atau tanpa trauma. Contoh fraktur patologis: Osteoporosis, infeksi tulang dan tumor tulang. Fraktur kolum femur sering tejadi pada wanita yang disebabkan oleh kerapuhan tulangakibat kombinasi proses penuaan dan osteoporosis pasca menopause. Fraktur dapat berupa fraktur subkapital, transervikal dan basal, yang kesemuannya terletak didalam simpai sendi panggul atau intrakapsular, fraktur intertrochanter dan sub trochanter terletak ekstra kapsuler.

d. Adanya tekanan varus atau valgus

LO 2.3. Klasifikasi Fraktur

Page 4: Pbl 3 Muskulo Bella

Fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut:a. Berdasarkan hubungan dengan udara bebas

1. Fraktur tertutup: tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar atau bagian eksternal tubuh.2. Fraktur terbuka: terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan di kulit.

Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 derajat, yaitu :

Derajat Luka Fraktur

I < 2 cm, Keruskan jaringan lunak sedikit, tidak ada tanda luka remuk. Kontaminasi minimal

Sederhana, dislokasi ringan minimal

II > 2 cm , kontusi oto di sekitarnya Dislokasi fragmen jelas

III Luka lebar, hilangnya jaringan disekitarnya Kominutif, segmental, fragmen tulang ada yang hilang

b. Komplit dan tidak komplit1. Fraktur complete : Bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua

korteks tulang.2. Fraktur incomplete : Bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang3. Hairline fracture : Patah retak rambut4. Buckle fracture/ Torus fracture : Bila terjadi lipatan dari korteks dengan kompresi tulang spongiosa di

bawahnya. Biasanya pada distal radius anak-anak.

5. Greenstick fracture : Fraktur tidak sempurna, korteks tulangnya sebagian masih utuh, demikian juga periosteumnya. Sering terjadi pada anak-anak. Fraktur ini akan segera sembuh dan segera mengalami remodelling ke bentuk fungsi normal.

c. Sudut patah

Page 5: Pbl 3 Muskulo Bella

1. Fraktur transversal : Garis patahnya tegak lurus terhadap sumbu panjang tulang. Pada fraktur semacam ini, segmen-segmen tulang yang patah direposisi/ direduksi kembali ke tempatnya semula.

2. Farktur oblik : Garis patahnya membentuk sudut. Fraktur ini tidak stabil dan sulit diperbaiki.

3. Fraktur spira : Akibat trauma rotasi. Garis patah tulang membentuk spiral. Fraktur cenderung cepat sembuh.

d. Jumlah garis patah1. Fraktur kominutif : Garis patah lebih dari 1 dan saling berhubungan.2. Fraktur segmental : Garis patah lebih dari 1 tetapi tidak saling berhubungan.3. Fraktur multiple : Garis patah lebih dari 1 tetapi pada tulang yang berlainan.

e. Trauma1. Fraktur kompresi : 2 tulang menumbuk tulang ke-3 yang berada diantaranya.2. Fraktur avulse : Trauma tarikan, suatu fragmen tulang pada tempat insersi tendon

ataupun ligamen.3. Fraktur spiral

f. Bergeser dan tidak bergeser1. Fraktur undisplaced : Garis patah komplit tetapi ke-2 fragmen tidak bergeser, periosteumnya

masih utuh.2. Fraktur displaced : Terjadi pergeseran fragmen-fragmen fraktur yang juga disebut lokasi

fragmen.

Terbagi atas:- Dislokasi ad longitudinal cum contractionum: pergeseran searah sumbu dan overlapping.- Dislokasi ad axim: pergeseran yang membentuk sudut.- Dislokasi ad latus: pergeseran di mana kedua fragmen saling menjauh.

Fraktur Femur

Klasifikasi fraktur kolum femur berdasarkan:

Lokasi anatomi,dibagi menjadi: Fraktur intrakapsular, fraktur ini terjadi di kapsul sendi pinggul

a. Fraktur kapital : fraktur pada kaput femurb. Fraktur subkapital : fraktur yang terletak di bawah kaput femurc. Fraktur transervikal : fraktur pada kolum femur

Fraktur ekstrakapsular, fraktur yang terjadi di luar kapsul sendi pinggula. Fraktur sepanjang trokanter mayor dan minorb. Fraktur intertrokanterc. Fraktur subtrokanter

Fraktur kolum femur termasuk fraktur intrakapsular yang terjadi pada bagian proksimal femur, yang termasuk kolum femur adalah mulai dari bagian distal permukaan kaput femoris sampai dengan bagian proksimal dari intertrokanter.

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasien akan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.

Standar pemeriksaan radiologi untuk fraktur kolum femur adalah rontgen pinggul dan pelvis anteroposterior dan cross-table lateral. Klasifikasi fraktur kolum femur menurut Garden’s adalah sebagai berikut :

a. Grade I : Fraktur inkomplit ( abduksi dan terimpaksi)b. Grade II : Fraktur lengkap tanpa pergeseran

Page 6: Pbl 3 Muskulo Bella

c. Grade III : Fraktur lengkap dengan pergeseran sebagian (varus malaligment)d. Grade IV : Fraktur dengan pergeseran seluruh fragmen tanpa ada bagian segmen yang

bersinggungan

Klasifikasi Pauwel’s untuk fraktur kolum femur juga sering digunakan. Klasifikasi ini berdasarkan atas sudut yang dibentuk oleh garis fraktur dan bidang horizontal pada posisi tegak.

a. Tipe I : garis fraktur membentuk sudut 30° dengan bidang horizontal pada posisi tegakb. Tipe II : garis fraktur membentuk sudut 30-50° dengan bidang horizontal pada posisi tegakc. Tipe III: garis fraktur membentuk sudut >50° dengan bidang horizontal pada posisi tegak

2.4 Patofisiologi

Page 7: Pbl 3 Muskulo Bella

2.5 Manifestasi Klinis Fraktur Femur

Fraktur collum femoris merupakan fraktur yang paling sering terjadi terutama pada usia lanjut karena jatuh. Fraktur tersebut tidak sembuh dengan mudah sehingga menyebabkan penurunan suplai darah pada caput femoris. Terjadi syok hebat dan pada fraktur tertutup, dan fat emboli sering ditemukan. Kaki berotasi keluar, memendek dan deformitas. Paha membengkak dan memar. Patah pada daerah ini menimbulkan pendarahan yang cukup banyak. Penderita biasanya tidak hanya nyeri bahkan tidak bisa bangun. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan fraktur.

Manifestasi klinik fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekka deformitas, krepitus pembengkakan local dan perubahan warna. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di

Page 8: Pbl 3 Muskulo Bella

imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur yang merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.

a) Setelah terjadi fraktur, bagian – bagian tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas yang bisa diketahui dengan ekstermitas normal.Terjadi pemendekan tulang karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.

b) Saat ekstermitas diperiksa teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus akibat gesekan antara fragmen satu dgn yang lainnya.c) Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit yang terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang

mengikuti fraktur

LO2.6. Pemeriksaan

a. Sinar XPemeriksaan dengan sinar-X harus dilakukan. Pemeriksaan sinar X terdiri dari :1. Dua pandangan. Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar-X tunggal dan sekurang-

kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (anterior-posterior dan lateral).2. Dua sendi. Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat emngalami fraktur dan angulasi. Tetapi

angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah fraktur keduanya harus disertakan pada foto sinar X.

3. Dua tungkai. Pada sinar-X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat mengacaukan diagnosis fraktur. Foto tungkai yang tidak cidera dapat bermanfaat. Dua cidera kekuatan yang hebat sering menyebabkan cidera pada lebih dari singkat. Karena itu bila ada fraktur pada calcaneus atau femur, perlu juga diambil foto sinar-X pada tulang belakang.

4. Dua kesempatan. Segera setelah cidera suatu fraktur (misalnya pada skafoid carpal) mungkins ulit dilihat. Kalau ragi-ragu sebagai akibat resorpbsi tulang, pemeriksaan lebih jauh 10-14 hari kemudian dapat menegakkan diagnosis.

b. Pencitraan khusus

Kadang-kadang fraktur atau keseluruhan fraktur tidak nyata pada sinar x biasa. Tomografi mungkin berguna untuk lesi spinal atau fraktur condylus tibia, ct dan MRI mungkin merupakan satu-satunya cara untuk menunjukkan apakah fraktur vertebrae mengancam akan menekan medula spinalis. Sesungguhnya potret transeksional snagat penting untuk visualisasi. Fraktur secara tepat pada tempat yang sukar misalnya calcaneus atau acetabulum, dan potret rekonstruksi 3 dimensi bahkan lebih baik. Scanning radioisotop berguna untuk mendiagnosis fraktur tekanan yang dicurigai atau fraktur bergeser yang lain.

Page 9: Pbl 3 Muskulo Bella

Intracapsular Fracture Intertrochanteric Fracture

2.7 Diagnosis dan Diagnosis Banding Fraktur Femur

1. Anamnesa (Ada tidaknya trauma)Dilakukan anamnesa untuk mendapatkan riwayat mekanisme terjadinya cidera, posisi tubuh saat

berlangsungnya trauma, riwayat fraktur sebelumnya, pekerjaan, obat-obatan yang dikomsumsi, merokok, riwayat alergi, riwayat osteoporosis serta riwayat penyakit lainnya.

Bila tidak ada riwayat trauma berarti fraktur yang terjadi adalah fraktur patologis. Jika terjadi trauma, harus diperinci jenis, berat-ringannya trauma, arah trauma, dan posisi penderita atau ekstrimitas yang bersangkutan (mekanisme trauma).Pada penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan berat namun pada penderita usia tua biasanya hanya dengan trauma ringan sudah dapat menyebabkan fraktur collum femur. Penderita tidak dapat berdiri karena rasa sakit sekali pada pada panggul. Posisi panggul dalam keadaan fleksi dan eksorotasi. Didapatkan juga adanya pemendekakan dari tungkai yang cedera

Terdapat tiga situasi dimana fraktur leher femur dapat terlewatkan;

Fraktur-tekanan : Pasien manula dengan nyeri pinggul yang tak diketahui mungkin mengalami fraktur-tekanan; pemeriksaan sinar X hasilnya normal tetapi scan tulang akan memperlihatkan lesi “panas”.

Fraktur yang terimpaksi : Garis awal fraktur tak terlihat, tetapi bentuk kaput femoris dan leher berubah; selalu bandingkan kedua sisi.

Page 10: Pbl 3 Muskulo Bella

Fraktur yang tidak nyeri : Pasien yang berada di tempat tidur dapat mengalami fraktur “diam”.

2. Pemeriksaan UmumDicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya : shock pada fraktur multiple, fraktur pelvis, serta tanda-

tanda fraktur terbuka terinfeksi.3. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, fraktur kolum femur dengan pergeseran akan menyebabkan deformitas yaitu terjadi pemendekan serta rotasi eksternal sedangkan pada fraktur tanpa pergeseran deformitas tidak jelas terlihat. Tanpa memperhatikan jumlah pergeseran fraktur yang terjadi, kebanyakan pasienakan mengeluhkan nyeri bila mendapat pembebanan, nyeri tekan di inguinal dan nyeri bila pinggul digerakkan.a. Inspeksi (look)b. Palpasi (feel)c. Gerakan (moving)

A. Inspeksi / lookPada pemeriksaan fisik mula-mula dilakukan inspeksi dan terlihat adanya asimetris pada kontur atau

postur, pembengkakan, dan perubahan warna local. Pasien merasa kesakitan, mencoba melindungi anggota badannya yang patah, terdapat pembengkakan, perubahan bentuk berupa bengkok, terputar, pemendekan, dan juga terdapat gerakan yang tidak normal. Adanya luka kulit, laserasi atau abrasi, dan perubahan warna di bagian distal luka meningkatkan kecurigaan adanya fraktur terbuka. Pasien diinstruksikan untuk menggerakkan bagian distal lesi, bandingkan dengan sisi yang sehat.

B. Palpasi / feelNyeri yang secara subyektif dinyatakan dalam anamnesis, didapat juga secara objektif pada palpasi. Nyeri

itu berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu pada waktu menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah dengan sumbunya. Keempat sifat nyeri ini didapatkan pada lokalisasi yang tepat sama.

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa. Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan krepitasi. Neurovaskularisasi yang perlu diperhatikan pada bagian distal fraktur diantaranya, pulsasi arteri, warna kulit, pengembalian cairan kapiler (capillary refill test), sensibilitas.

Palpasi harus dilakukan di sekitar lesi untuk melihat apakah ada nyeri tekan, gerakan abnormal, kontinuitas tulang, dan krepitasi. Juga untuk mengetahui status vaskuler di bagian distal lesi. Keadaan vaskuler ini dapat diperoleh dengan memeriksa warna kulit dan suhu di distal fraktur. Pada tes gerakan, yang digerakkan adalah sendinya. Jika ada keluhan, mungkin sudah terjadi perluasan fraktur.

C. Gerakan / movingGerakan antar fragmen harus dihindari pada pemeriksaan karena menimbulkan nyeri dan mengakibatkan

cedera jaringan. Pemeriksaan gerak persendian secara aktif termasuk dalam pemeriksaan rutin fraktur. Gerakan sendi terbatas karena nyeri, akibat fungsi terganggu (Loss of function)

DIAGNOSIS BANDINGa. Osteitis Pubis

Osteitis pubis adalah peradangan simfisis pubis dan sekitarnya insersi otot. Osteitis pubis biasanya dialami oleh atlet. Gejala yang muncul dari pubis osteitis dapat hampir semua keluhan tentang pangkal paha atau perut bagian bawah serta perbedaan panjang kaki.

Page 11: Pbl 3 Muskulo Bella

b. SlippedCapital Femoral EpiphysisSlipped capital femoral epiphysis adalah ketidakstabilan growth plate (lempeng pertumbuhan) femoralis proksimal. Ada pemisahan epiphysis femoralis proksimal melalui pelat pertumbuhan sehingga menyebabkan selipan terjadi diatas epifisis.

Page 12: Pbl 3 Muskulo Bella

c. Snapping Hip SyndromeSnapping Hip Syndrome atau Iliopsoas Tendinitis adalah suatu kondisi dimana Anda mendengar suara derik atau merasakan sensasi gertak di pinggul ketika sedang berjalan, berlari, bangun dari kursi, atau mengayunkan kaki. Gertakan pinggul terjadi akibat hasil dari kekakuan otot dan tendon di sekitar pinggul. Orang-orang yang terlibat dalam olahraga lebih mungkin untuk mengalami patah pinggul. Penari dan Atlet muda lebih rentan memiliki patah pinggul.

2.8 Komplikasi Fraktur Collum Femoris

Komplikasi awal

o Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna maupun yang

tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.o Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam pembuluh darah

karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.

o Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari

yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat, penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari elevasi.

o Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya dengan di

traksi di tempat tidur yang lama.o Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah tindakan operasi.

o Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan tulang mati

dan nekrotik)

Page 13: Pbl 3 Muskulo Bella

o Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk

o Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.

o Anggota gerak memendek (ektrimitas).

Komplikasi lambat

o Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama dari perkiraan

(tidak sembuh setelah 3-5 bulan).o Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.

o Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya, namun tidak

dengan bentuk aslinya atau abnormal.o Kekakuan pada sendi.

o Refraktur: terjadi apabila mobilisasi dilakukan sebelum terbentuk union yang solid.

2.9 Penatalaksanaan Fraktur Collum Femoris

Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.

a. Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur

1. Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya (ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.

2. Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi. Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.

3. Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang yang solid terjadi.

b. Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di imobilisasi  atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau inernal.

1. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin dan teknik gips atau fiksator eksternal.

2. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu, intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15 minggu.

c. Mempertahankan  dan mengembalikan fungsi, segala upaya  diarahkan pada penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;(1) Mempertahankan reduksi dan imobilisasi(2) Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan(3) Memantau status neurologi.(4) Mengontrol kecemasan dan nyeri(5) Latihan isometrik dan setting otot(6) Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari(7) Kembali keaktivitas secara bertahap.

LO 2.10 MEMAHAMI & MENJELASKAN PROGNOSIS

Pada umumnya fraktir femur lebih besar / sering di derita oleh laki-laki dewasa dan laki-laki muda / pada pria dari apada kaum wanita karena faktor aktivitas yang lebih cenderung. Dan biasanya untuk laki-laki dewasa di akibatkan oleh adanya

Page 14: Pbl 3 Muskulo Bella

kecelakan / trauma lansung seperti kecelakan pada kendaraan bermotor / karena adanya benturan yang keras / jatuh dari ketinggian. Kemudian fraktur ( femur ) biasanya juga di alami oleh kaum gerontik karena faktor patologik.