mr taq

56
RINGKASAN Sesuai dengan keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988, kelompok hutan Sibolangit seluas 51.600 hektar ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan tersebar di 4 (empat) Kabupaten meliputi Kabupaten Karo (19.805 Ha atau 38,38 %), Kabupaten Deli Serdang (17.150 Ha atau 33,24%), Kabupaten Langkat (13.000 Ha atau 25,19%) dan Kabupaten Simalungun (1.645 Ha atau 3,19%). Namun penetapan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tentang Pembangunan kelompok Hutan Sibolangit sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan tersebut tidak disertai dengan Peta Penunjukan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Potensi yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya merupakan modal yang akan dikembangkan di masa datang. Ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan di kawasan daerah Tahura Bukit Barisan antara lain, Sumber Plasma Nutfah Flora dan Fauna, Fungsi Hutan Lindung, Areal Penelitian, Penyuluhan, Pendidikan dan Latihan, Bina Cinta Alam, Sarana Rekreasi dan Wisata Alam. Sarana dan prasarana fisik obyek wisata Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh dibangun oleh Kanwil Kehutanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1987/1988 dan tahun 1988/1989 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Negeri Kanwil Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan Pebruari 1993. i

Upload: megyth

Post on 19-Jun-2015

155 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

RINGKASANSesuai dengan keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988, kelompok hutan Sibolangit seluas 51.600 hektar ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan tersebar di 4 (empat) Kabupaten meliputi Kabupaten Karo (19.805 Ha atau 38,38 %), Kabupaten Deli Serdang (17.150 Ha atau 33,24%), Kabupaten Langkat (13.000 Ha atau 25,19%) dan Kabupaten Simalungun (1.645 Ha atau 3,19%). Namun penetapan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tentang Pembangunan kelompok Hutan Sibolangit sebagai Taman Hutan Raya Bukit Barisan tersebut tidak disertai dengan Peta Penunjukan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Potensi yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya merupakan modal yang akan dikembangkan di masa datang. Ada beberapa potensi yang dapat dikembangkan di kawasan daerah Tahura Bukit Barisan antara lain, Sumber Plasma Nutfah Flora dan Fauna, Fungsi Hutan Lindung, Areal Penelitian, Penyuluhan, Pendidikan dan Latihan, Bina Cinta Alam, Sarana Rekreasi dan Wisata Alam. Sarana dan prasarana fisik obyek wisata Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh dibangun oleh Kanwil Kehutanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1987/1988 dan tahun 1988/1989 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Negeri Kanwil Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan Pebruari 1993. Kekurangan Personil dan Anggaran yang tersendat membuat upaya pengelolaan Tahura Bukit Barisan belum berjalan sepenuhnya. Pemberdayaan masyarakat sekitar masih kurang memadai sehingga masyarakat yang diharapkan untuk ikut berpartisipasi dalam penjagaan kawasan hutan lindung serta objek wisata belum sepenuhnya mengetahui tentang fungsi Taman Hutan Raya. Perbaikan organisasi dan personil serta pemanfaatan jasa lingkungan seperti sarana dan fasilitas rekreasi diharapkan membantu meningkatkan kesejahteraan dan income bagi masyarakat sekitar Tahura Bukit Barisan. Untuk itu investasi pemerintah dan upaya capasity building baik untuk personil pengelolaan Tahura maupun masyarakat sekitar.

i

RIWAYAT HIDUPPenulis dilahirkan di Kabanjahe pada tanggal 16 Nopember 1989, anak pertama dari 3 bersaudara dari pasangan Samion Brahmana dan Sarah Br Tarigan. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Sint. Xaverius pada tahun 1994, SD Negeri 4 Kabanjahe pada tahun 1995, SMP Swasta Maria Goretti Kabanjahe pada tahun 2001, dan SMA Negeri 2 Kabanjahe pada tahun 2004. Pada tahun 2007 penulis diterima oleh Direktorat Program Diploma, di Program Keahlian Teknik dan Manajemen Lingkungan Institut Pertanian Bogor melalui program USMI (Undangan Seleksi Masuki IPB). Semasa kuliah penulis ikut dalam organisasi HIMALIKA (Himpunan Mahasiswa Lingkungan) dan IMKA IPB BUNGA NCOLE (Ikatan Mahasiswa Karo IPB Bunga Ncole).

ii

PRAKATAPuji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya, saya dapat menyelesaikan laporan Praktik Kerja Lapang ini. Praktik Kerja Lapang yang dilaksanakan sejak tanggal 01 Maret 30 April 2010 dengan memilih tema studi Pengelolaan Kawasan Konservasi dan Ekowisata, berjudul Pengelolaan Tahura Bukit Barisan di Tongkeh, Brastagi, Sumatera Utara. Dalam proses penyusunan dan penyelesaian laporan Praktik Kerja Lapang ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Maka, pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih, kepada Bapak Dendy Shine Simbolon selaku pembimbing lapang, Bapak Dodi Supriadi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu, perhatian dan bimbingan yang sangat berarti. Ucapan terima kasih juga kepada Bapak Sugianto, Bapak Sandos, Bapak Magel Sirait, Ibu Rasmina Saragih, Bapak Liliek Pudji Asmono, Bang Manager Sirait, dan seluruh pegawai , staf, dan polhut yang bekerja di Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan Tongkeh. Selanjutnya ucapan terima kasih kepada orang tua saya yang menjadi inspirasi bagi saya untuk terus melanjutkan studi begitu juga dengan adik -adik saya Sri Monika br Brahmana dan Epita Veron br Brahmana. Selain itu, saya juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada Fenny Septriani br Tarigan yang memberikan saya motivasi dan semangat, Heri Barus, Immanuel Sembiring, Bang Yosia Ginting, Dani Purba, Jandri Limbong, Lateranita br Sembiring, Ka Erika Saragih, Jenita Sinuhaji, teman teman Bagunde 14, MU 29, Permata GBKP Bogor, CKN Bandung, dan teman teman Jurusan Teknik dan Manajemen Lingkungan tahun 2007 angkatan 44. Saya juga menyadari laporan Praktik Kerja Lapang ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran untuk kemajuan kedepannya. Sesudah dan sebelumnya penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, Mei 2010

Penulis

.

iii

DAFTAR ISIHalaman RIWAYAT HIDUP.. ................................ ................................ .......................... ii PRAKATA ................................ ................................ ................................ ........ iii DAFTAR ISI ................................ ................................ ................................ ..... iv DAFTAR TABEL ................................ ................................ ............................. vi DAFTAR LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... vi I. PENDAHULUAN................................ ................................ ........................... 1 1.2 Tujuan Kerja Praktik ................................ ................................ .................. 2 1.3 Manfaat Kerja Praktik ................................ ................................ ................ 2 1.4 Waktu dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang................................ ............ 2 1.5 Metode Pelaksanaan ................................ ................................ ................... 3 II.KEADAAN UMUM ................................ ................................ ....................... 4 2.1 Sejarah Taman Hutan Raya ................................ ................................ ........ 4 2.1.1 Latar Belakang................................ ................................ ..................... 4 2.1.2 Organisasi ................................ ................................ ............................ 5 2.2 Keadaan Umum Tahura Bukit Barisan................................ ........................ 7 2.2.1 Luas dan Letak................................ ................................ ..................... 7 2.2.2 Topografi ................................ ................................ ............................. 7 2.2.3 Tanah dan Iklim................................ ................................ ................... 8 2.2.4 Keadaan Biotik ................................ ................................ .................... 9 2.3 Potensi Wisata ................................ ................................ .......................... 10 2.4 Kependudukan ................................ ................................ ......................... 11 III. TINJAUAN PUSTAKA ................................ ................................ ............ 13 3.1 Pengertian Tahura ................................ ................................ .................... 13 3.2 Fungsi Tahura ................................ ................................ .......................... 14 3.3 Pengelolaan Tahura ................................ ................................ .................. 14 IV. PENGELOLAAN TAHURA BUKIT BARISAN ................................ ..... 16 4.1 Landasan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan ................................ ............ 16

iv

4.2 Tujuan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan ................................ ................ 16 4.3 Kegiatan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan ................................ ............. 16 4.4 Organisasi dan Personil ................................ ................................ ............ 18 4.5 Sarana dan Prasarana................................ ................................ ................ 20 4.6 Kegiatan Operasional ................................ ................................ ............... 21 4.7 Kendala ................................ ................................ ................................ .... 22 V. PEMBAHASAN ................................ ................................ .......................... 23 VI.KESIMPULAN DAN SARAN ................................ ................................ ... 25 6.1 Kesimpulan ................................ ................................ .............................. 25 6.2 Saran ................................ ................................ ................................ ........ 25 VII.DAFTAR PUSTAKA ................................ ................................ ................ 26 L A M P I R A N ................................ ................................ .............................. 27

v

DAFTAR TABEL1.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Pada Kawasan Tahura Bukit Barisan ................................ ................................ ................................ ...... 11 2.Kepadatan Penduduk di Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan ............. 12 3.Jumlah Personil Tahura Bukit Barisan ................................ .................... 19 4.Sarana dan Prasarana Tahura Bukit Barisan................................ ............ 20

vi

DAFTAR LAMPIRAN1.Peta Kawasan Tahura Bukit Barisan skala 1:100.000 pada kertas A0 ...... 28 2.Bagan Struktur Organisasi Tahura Bukit Barisan ................................ .... 29 3.Foto Sarana dan Prasarana yang belum di renovasi ................................ . 304. Foto Objek Wisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan .31

vii

I. PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara juga merupakan salah satu provinsi di Pulau Sumatera yang memiliki kawasan hutan cukup luas. Potensi hutan yang dimiliki daerah ini cukup memadai untuk dikembangkan dan dimanfaatkan dari segi ekonomi, ekologi dan sosial budaya. Secara de-jure luas kawasan hutan di Provinsi Sumatera Utara adalah 52,2 % dari luas daratan Provinsi Sumatera Utara (7.168.068 Ha), namun secara defacto di lapangan keadaannya sebagian telah mengalami kerusakan sebagai akibat terjadinya kebakaran hutan, perambahan serta pencurian kayu secara illegal. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. SK. 44/Menhut-II/2005 tanggal 16 Pebruari 2005 tentang Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Propinsi Sumatera Utara, telah ditetapkan seluas kawasan hutan, yang terdiri dari : a. Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam b. Hutan Lindung c. Hutan Produksi Terbatas d. Hutan Produksi Tetap e. Hutan Produksi yang Dapat Dikonversi : 477.070 Ha Ha Ha Ha Ha 3.742.120 Ha areal menjadi

: 1.297.330 : 879.270

: 1. 035.690 : 52.760

Pengelolaan kawasan hutan di Propinsi Sumatera Utara pada umumnya dilakukan oleh Negara, dan masyarakat sekitar. Taman Hutan Raya Bukit Barisan merupakan salah satu kawasan hutan yang multifungsi yang terdiri dari beberapa kelompok hutan lindung yang memiliki luas 51.600 Ha. Kelompok Hutan Lindung tersebut antara lain hutan lindung Sibayak I, hutan lindung Simacik, hutan lindung Sibayak II, hutan lindung Simacik II, Suaka Margasatwa Langkat Selatan, hutan lindung Sinabung dan Taman Wisata Alam Sibolangit yang ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Presiden No. 48 Tahun l988 tanggal 19 November 1988 .

1

1.2 Tujuan Kerja Praktik a. Tujuan Umum Mengetahui rancangan pengelolaan kawasan hutan terutama kawasan Tahura dan mendapatkan pengalaman kerja secara langsung mengenai kawasan dan pengelolaan kawasan Tahura. b. Tujuan Khusus 1. Memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan diploma tiga di program keahlian Tekhik dan Manajemen Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, 2. Mengetahui kegiatan operasional dan pengelolaan kawasan Tahura Bukit Barisan, 3. Mendapatkan masukan mengenai kendala dan permasalahan dalam pengelolaan yang terjadi di Tahura Bukit Barisan dari pihak pengelola maupun masyarakat.

1.3 Manfaat Kerja Praktik 1. Memperoleh pengetahuan, keterampilan dan pengalaman kerja di bidang kehutanan, terutama mengenai lingkungan, 2. Dapat mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah di peroleh dalam bangku perkuliahan secara nyata, 3. Kesempatan untuk memperdalam ilmu, memperluas pengetahuan, dan menerapkan ilmu perkuliahan di lapangan. 4. Menyiapkan tenaga kerja terdidik yang telah mengenal lapangan.

1.4 Waktu dan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang Praktik kerja lapang dilaksanakan mulai tanggal 01 Maret 2010 sampai dengan 30 April 2010, bertempat di Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan Jalan Djamin Ginting Km 60 Tongkoh , Brastagi, Sumatera Utara.

2

1.5 Metode Pelaksanaan Adapun metodologi yang digunakan pada Praktik Kerja Lapang yang dilakukan di Tahura Bukit Barisan, meliputi : a. Pengamatan Lapang Bertujuan memberikan gambaran secara langsung tentang kegiatan operasional dan pengelolaan yang sudah dilakukan oleh pihak Tahura Bukit Barisan, b. Pengambilan Data Data diperoleh dari lapangan, pustaka dan dokumentasi lembaga/instansi yang terkait dengan pengelolaan Taman Hutan Raya. Selain itu beberapa data diperoleh langsung selama observasi di lapangan.

3

II. KEADAAN UMUM2.1 Sejarah Taman Hutan Raya 2.1.1 Latar Belakang Istilah Taman Hutan Raya di Indonesia mulai dikenal sejak tahun 1985, saat diresmikannya Taman Hutan Raya pertama yaitu Taman Hutan Raya Ir. H. Juanda yang mencakup areal seluas 590 Ha dan berlokasi di Bandung Jawa Barat. Kemudian pada tahun 1986 taman hutan raya kedua seluas 240 Ha diresmikan di Sumatera Barat dengan nama Taman Hutan Raya Dr. Mohammad Hatta. Taman hutan raya ketiga di Indonesia adalah Taman Hutan Raya Bukit Barisan, dengan areal seluas 51.600 Ha berlokasi di Provinsi Sumatera Utara dan ditetapkan dengan Keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Kawasan hutan tersebut, sebagian besar merupakan hutan lindung yang berupa hutan alam pegunungan yang ditetapkan sejak zaman Belanda, yaitu hutan lindung Sibayak I ditetapkan pada tahun 1916, hutan lindung Simacik I pada tahun 1916, hutan lindung Sibayak II pada tahun 1933, hutan lindung Simacik II pada tahun 1933, Suaka Margasatwa Langkat Selatan ditetapkan pada tahun 1935, dan hutan lindung Sinabung tahun 1930. Bagian lain dari kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan terdiri dari : Cagar Alam Sibolangit yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 636/Kpts/Um/9/1980 tanggal 2 September 1980, Taman Wisata Lau Debukdebuk seluas 7 Ha ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 320/Kpts/Um/1980 tanggal 19 Mei 1980, Bumi Perkemahan Pramuka Sibolangit seluas 200 Ha yang dijadikan lokasi Jambore Nasional Gerakan Pramuka tahun

1977 dan Arboretum Tongkoh yang ditanami dengan berbagai jenis pohon hutan ( 72 jenis) sejak tahun 1916 sampai 1941. Khusus Bumi Perkemahan Sibolangit yang sementara ini dibawah tanggung jawab Kwarda Gerakan Pramuka Propinsi Sumatera Utara, seluas 80 Ha di antaranya diserahkan kepada Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara untuk dikelola dan telah selesai ditanami pada tahun 1985/1986 dengan 32 jenis tanaman dalam bentuk "arboretum".

4

2.1.2 Organisasi y Pada tahun 1989, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menunjuk Koperasi Pegawai Negeri (KPN) Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi untuk mengelola Tahura Bukit Barisan, dan Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menyusun Prarancang bangun serta bersama dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan mitra karya Departemen Kehutanan melengkapi sarana prasarana utama di lokasi Tongkoh, seperti : pintu gerbang, information centre, plaza, museum, perpustakaan, pondok wisata dan sarana bermain anak-anak.y

Pada tahun 1993, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sementara menyerahkan pengelolaan Tahura Bukit Barisan kepada PT. Inhutani IV, selanjutnya Kepala Kantor Wilayah meminta penegasan kepada Menteri Kehutanan tentang pelimpahan tersebut. Setelah adanya penetapan dari Menteri Kehutanan yang pada intinya menolak penyerahan pengelolaan kepada PT. Inhutani IV,

y

Maka pada tahun 1999, pengelolaan Tahura Bukit Barisan diserahkan kembali oleh PT. Inhutani IV kepada Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

y

Pada tahun 1999, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara menetapkan Pengelola Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh dengan menetapkan Unit KSDA Sumatera Utara I sebagai pengelola Tahura Bukit Barisan. Dengan segala keterbatasannya Unit KSDA Sumatera Utara I mengelola Lokasi Tongkoh dan mengelola 2 (dua) ekor gajah binaan yang ada sebagai sarana wisata.

y

Pada tahun 2004, sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah serta semangat memberikan kewenangan kepada propinsi dan kabupaten/ kota, berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/KptsII/2004 maka pengelolaan Tahura Bukit Barisan menjadi kewenangan Propinsi Sumatera Utara (karena lintas kabupaten/ kota). Namun demikian, Balai KSDA 1 belum menyerahkan pengelolaan tersebut

5

kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Cq. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, karena masih adanya kerancuan tentang luas dan wilayah Tahura Bukit Barisan. Kemudian, Kepala Balai KSDA Sumatera Utara I telah meminta penegasan Direktur Jenderal PHKA tentang arahan wilayah Tahura Bukit Barisan, dan permintaan tersebut telah diperbaharui pada bulan September 2005 dan hingga saat ini belum ada arahan dari Departemen Kehutanan.y

Pada tahun 2005, Gubernur Sumatera Utara telah menetapkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan tersebut merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas yang dipimpin oleh Kepala Balai yang berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara melalui Wakil Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara. Tugas dari Kepala Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan adalah membantu Kepala Dinas dalam Pengelolaan Tata Usaha dan Penyelenggaraan Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Barisan. Kantor Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan berkedudukan di Tongkoh Kabupaten Karo. Saat ini, keberadaan Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan belum berfungsi secara operasional, selain dikarenakan belum adanya penunjukan personil pengelola dan juga dikarenakan belum

adanya arahan dan penegasan mengenai luas dan wilayah Taman Hutan Raya Bukit Barisan oleh Departemen Kehutanan Cq. Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), sehingga Balai KSDA Sumatera Utara I belum dapat segera menyerahkan Pengelolaan Taman Hutan Raya tersebut kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara Cq. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sebagimana dalam Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 107/Kpts-II/2Q04. amanat

6

2.2 Keadaan Umum Tahura Bukit Barisan 2.2.1 Luas dan Letak Luas areal kawasan Tarnan Hutan Raya Bukit Barisan seluruhnya 51.600 Ha, dan terletak di empat lintas Kabupaten, yaitu : 1. Kabupaten Karo seluas 19.805 Ha (38,38%) a. Hutan Lindung Sibayak II b. Hutan Lindung Sinabung c. Taman Wisata Lau Debuk Debuk 2. Kabupaten Deli Serdang seluas 17.150 Ha (33,24%) a. Hutan Lindung Sibayak I b. Hutan Lindung Simancik I c. Cagar Alam Sibolangit d. Bumi Perkemahan Pramuka 3. Kabupaten Langkat seluas 13.000 Ha (25,19%) Hutan Suaka Margasatwa Langkat Selatan 4. Kabupaten Simalungun seluas 1.645 Ha (3,19%) Hutan Lindung Simancik II 2.2.2 Topografi Kawasan Tahura Lokasi Tongkoh sebagian besar datar sampai (1.645 Ha) (13.000 Ha) (7.030 Ha) (9.800 Ha) (120 Ha) (200 Ha) (6.350 Ha) (13.448 Ha) (7 Ha)

bergelombang dengan kemiringan 8 15%, dengan ketinggian tempat 400 - 1.500 mdpl, sedang lokasi lainnya mempunyai topografi bergelombang sampai dengan bergunung. Potensi hidrologi dikawasan ini cukup tinggi mengingat wilayah ini terletak pada dataran tinggi yang merupakan daerah hulu sungai yang mengalir ke Pantai Timur Sumatera. Sungai sungai yang mengalir pada Kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu : Sungai Petani mengalir pada wilayah Kecamatan Sibolangit, Sungai Betimus mengalir pada wilayah Kecamatan Sibolangit, Sungai Lau Biang mengalir pada wi layah Kecamatan Berastagi, Sungai Tebah mengalir pada wilayah Kecamatan Mardinding dan Sungai Lau Bese mengalir pada wilayah Kecamatan Mardinding.

7

2.2.3 Tanah dan Iklim a. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki tipe iklim B dengan curah hujan 2.000 3.000 mm per tahun, dengan hari hujan merata pada bulan Januari-April dan bulan SeptemberDesember. Kelembaban udara sangat tinggi antara 90 100%, suhu udara antara 150 - 170 C. Penyinaran matahari tergolong rendah antara 2,47% - 5,09% dan kecepatan angin antara 1.500 8.650 knot per jam. b. Tanah Jenis tanah yang terdapat di Kawasan Tahura Bukit Bar isan adalah sebagai berikut Aluvial, Latosol, Andosol, Organosol, Gley, Humius, Regosol, Podsolik Merah Kuning. Sifat fisik tanah yang terdapat di Kawasan Tahura Bukit Barisan diuraikan berikut ini .y Tanah Aluvial mengandung bahan organic kandungan fosfat kalium

yang bervariasi dan kesuburan tanah relative sedang . Umumnya terdapat pada daerah-daerah yang relative datar di sepanjang daerah aliran sungai. Jenis tanah ini merupakan tanah yang peka terhadap pengikisan air hujan (erosi).y Tanah Podsolik Merah Kuning dikembangkan dari bahan induk batuan

tufa masam dan biasanya terdapat pada daerah daerah yang curam . Sifat sifat tanah ini dalam hal kemasaman tergolong amat masam kandungan organic tertinggi terdapat pada lapisan atas dan pada tanah bawahnya makin menurun. Tingkat kejenuhan basanya rendah dan kandungan mineral liat yang terdapat dalam tanah ini adalah kaolinit dan gibsit. Daya absorbsi tanah ini mulai dari tingkat terrendah sampai tertinggi tergantung tekstur tanah dan kandungan mineral li atnya.y Latosol dan Andosol. Jenis tanah ini terbentuk dari tufa vulkan

intermider. Pada umumnya solum tanah cukup tebal teksturnya liat dan pH tanah ini agak masam. Tanah ini tersebar di daerah yang topografinya bergelombang hingga bergunung . Tanah ini tahan terhadap erosi dan kandungan unsur haranya sedang.

8

y Organosol, Gley dan Humuius. Secara umum tanah ini biasanya bersifat

asam teksturnya liat sampai lempung berpasir porositas jelek sampai jelek sekali, kesuburan tanah tergantung pada bahan induknya serta drainase jelek sampai jelek sekali. Pada umumnya tanah ini tersebar disekitar kaki bukit dan lembah.y Regosol. Tanah ini mempunyai sifat keasaman, pada umumnya

menyebar pada daerah curam dan daerah bergelombang pegunungan dan berombak. 2.2.4 Keadaan Biotik a. Flora Flora yang terdapat di dalam Tahura Bukit Barisan berupa tanaman koleksi terdapat di arboretum dan tumbuhan alam. Tanaman koleksi di Taman Wisata Sibolangit yang berupa pohon antara lain Samanea saman (Ki Hujan), Pterocarpus indicus (Sonokembang/Angsana), Dalbergia latifolia (Sonokeling), Calophyllum inopyllum (Nyamplung/Bintangur), Shorea sp (Meranti),

Dryobalanops sp (Kapur), Dipterocarpus sp (Keruing), Parkia sp. (Kedagung), Peronema canescens (Sungkai). Selain di Taman Wisata Sibolangit, arboretum juga terdapat di Tongkoh dengan jenis antara lain: Schima walichii (Simartolu), Altingia ecxelsa (Tulasan), Podocarpus imbricatus (Sampinur Bunga), Pinus merkusi (Tusam/Pinus), Bucklandia populnea (Kapas-Kapas), Mangleitea glauca (Kayu Jatoh),

Dacrydium junghuhnii (Sampinur Tali), Quercus sp. (Hoting), Casuarina sumatrana (Aturmangan), Eucalyptus sp (Leda), Cupresus sp (Cemara Gunung), Agathis sp (Damar) dan Palaquium sp (Mayang). Flora lain yang terdapat di Tahura Bukit Barisan antara lain adalah: Athurium pedatoradiatum (Walisongo) dan Amorphophallus titanium (Bunga Bangkai). Sedangkan tumbuhan alam yang berupa pohon yang terdapat di sebagian besar kawasan Tahura Bukit Barisan antara lain didominasi oleh

Dipterocarpeaceae, Quercus, dan Palaquium. Jenis tumbuhan lain berupa durian, dadap, rambutan, petai hutan, aren, rotan, bambu-bambuan, kemenyan, maka-

9

damia, kaliandra, beringin, disamping banyak tumbuhan bawah dan perduperduan termasuk berbagai jenis anggrek hutan. b. Fauna Jenis fauna primata yang sering dijumpai antara lain adalah Macaca fascicularis (Kera/Monyet Ekor Panjang), Macaca nemestrina (Beruk/Monyet Ekor Pendek), Presbytis melalophos (Lutung), dan Hylobates muelleri (Siamang). Khusus mengenai primata di dalam Tahura Bukit Barisan terdapat 2 kelompok besar, masing-masing 1 kelompok Kera di Tongkoh mempunyai anggota sekitar 200 ekor dan 1 kelompok Beruk sekitar 1 Km setelah simpang Doulu dari arah Medan ynag mempunyai anggota sekitar 50 ekor. Kedua kelompok ini pada awalnya bersatu di Tongkoh, tetapi setelah populasi kelompok Kera semakin besar walaupun sosok Kera lebih kecil dari Beruk, tetapi karena mempunyai anggota kelompok yang cukup berani dan banyak, maka kelompok Beruk mulai menyingkir karena kalah terdesak oleh kelompok Kera. Fauna lainnya terutama mamalia, aves, dan reptilian, antara lain: Sus Barbatus (Babi Hutan), Tragulus javanicus (Kancil), Paradoxurus hermaphoditus (Musang/Luwak), Manis javanica (Trenggiling), Nycticebus coucang (Kukang), Callosciurus notatus (Bajing/Tupai), Pteropus vampyrus (Kalong), Felis bengalensis (Kucing Kuwuk), Hystrix brachyuran (Landak), Muntiacus muntjac (Kijang), Helarctos malayanus (Beruang), Trionyx cartilageneus (Laba-laba), Varanus salvator (Biawak), Naja sp. (Ular Sendok), Buceros sp. (Rangkok), Pycnonotus aurigaster (Kutilang), Copsychus malabaricus (Murai Batu), Acridotheres javanicus (Jalak), Ictinaetus malayensis (Elang), dan Bubo sumatranus (Burung Hantu). 2.3 Potensi Wisata Sebagian dari kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan, terutama sekitar tongkoh dan Brastagi telah berkembang menjadi salah satu tujuan wisata yang penting di Sumatera Utara sejak tahun 1920. Faktor penunjang yang utama

sebagai obyek wisata adalah udara yang sejuk, vegetasi alarn yang masih utuh dan landsekap yang indah dan menarik, perbukitan yang baik untuk lintas alam dan

10

berkemah, sumber air yang cukup tersedia, obyek-obyek wisata alam seperti sumber air panas dan danau juga ada, serta atraksi budaya yang sangat memikat. Beberapa obyek-obyek wisata yang terdapat di kawasan taman hutan raya ini, antara lain : Sibolangit, Lau Debuk-debuk (pemandian air panas), Air terjun Sikulikap, Tongkoh (pusat informasi, arboretum dan lain-lain), Gunung Sibayak, Danau Lau Kawar, Suaka Margasatwa Langkat Selatan, Berastagi dan sekitarnya, sangat cocok bagi wisatawan domestik maupun asing untuk tempat rekreasi maupun untuk kegiatan cinta alam.

2.4 Kependudukan Masyarakat yang bermukim di kawasan Taman Hutan Raya Bukit Barisan terdiri dari suku Melayu, Karo, Aceh, dan suku Batak. Mata pencaharian penduduk pada umumnya berasal dari pekerjaan sebagai petani dan pekebun dengan produksi utama jenis holtikultura seperti sayur-sayuran, buah-buahan, dan berbagai jenis bunga hias serta hasil perkebunan lainnya. Dari data penduduk menurut jenis kelamin pada sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan tahun 1997, jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding dengan jumlah penduduk laki-laki. Adapun persentase perbandingan tersebut adalah penduduk perempuan berjumlah 89.431 jiwa ( 50,51%) dan laki-laki berjumlah 87.613 jiwa ( 49,49%).

Tabel 1.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kawasan Tahura Bukit Barisan

PENDUDUK NO. 1. 2. 3. 4. 5. KECAMATAN LAKI-LAKI Mardinding Kuta Buluh Lau Baleng Simpang Empat Barus Jahe 7.374 5.178 7.934 16.843 8.760

PENDUDUK PEREMPUAN 7.396 5.540 8.035 17.084 8.911

11

6. 7. 8. 9. Total

Berastagi Payung Sibolangit Silau Kahean

13.853 10.774 8.711 8.186 87.613

13.489 11.160 9.555 8.261 89.431

Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 1997 Pada tahun 1997 angka kepadatan penduduk di kecamatan sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan yaitu 104 jiwa/km2, kemudian diikuti oleh Kecamatan Payung 164 jiwa/km2. Sedangkan angka kepadatan penduduk yang paling rendah terdapat pada Kecamatan Mardinding dan Kuta Buluh yaitu kemudian diikuti oleh Kecamatan Silau Kahean yaitu 56 jiwa/km2. 55 jiwa/km2,

Tabel 2.Kepadatan Penduduk di Sekitar Kawasan Tahura Bukit Barisan NO.1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

KECAMATANMardinding Kuta Buluh Lau Baleng Simpang Empat Barus Jahe Berastagi Payung Sibolangit Silau Kahean

LUAS WILAYAH (km2) 267,11195,70 252,60 225,47 128,04 30,50 134,00 173,32 293,95

JUMLAH PENDUDUK (JIWA) 14.77010.718 15.969 33.927 17.671 27.342 21.934 18.266 16.447

Sumber: Kecamatan Dalam Angka, 1997

12

III. TINJAUAN PUSTAKA3.1 Pengertian Tahura Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang di manfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi (UU No. 5 Tahun 1990). Adapun kriteria penunjukan dan penetapan sebagai kawasan Taman Hutan Raya: 1. Merupakan kawasan dengan ciri khas baik asli maupun tidak asli maupun buatan baik pada kawasan yang ekosistemnya masih utuh ataupun kawasan yang ekosistemnya sudah berubah; 2. Memiliki keindahan alam dan atau gejala alam: dan 3. Mempunyai luas yang cukup yang memungkinkan untuk pembangunan koleksi tumbuhan dan atau satwa baik jenis asli dan bukan asli, Dalam ketentuan Undang Undang No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, dikenal hutan dengan defenisi sebagai berikut:y Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisis

sumber daya alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu: fungsi konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi.y Sumber daya alam hayati adalah unsur unsur hayati di alam yang

terdiri dari sumber daya alam nabati (tumbuhan) dan sumber daya alam hewani (satwa) yang bersama sama dengan unsure non hayati di sekitarnya secara keseluruhan membentuk ekosistem.y Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau

ditetapkan oleh Pemerintah untuk di pertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Pemerintah menetapkan hutan berdasarkan fungsi pokoknya antara lain; Hutan Konservasi, Hutan lindung, Hutan produksi.

13

3.2 Fungsi Tahura Pembangunan Taman Hutan Raya sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peran hutan mempunyai fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai sumber genetik dan plasma nutfah. 2. Pusat informasi dan penelitian peranan flora dan fauna serta lingkungannya bagi generasi kini dan mendatang. 3. Berkembangnya obyek penelitian dikawasan sekitar Taman Hutan Raya 4. Perlindungan hidrologi. 5. Pencegah erosi dan banjir. 6. Peredam polusi melalui prinsip "paru-paru lingkungan" baik yang ditimbulkan kenderaan maupun industri. 7. Wahana penyuluhan dan pendidikan konservasi yang dapat dilihat dan dilaksanakan langsung di alam terbuka dalam rangka menumbuhkan kesadaran cinta alam. 8. Sarana rekreasi dan wisata alam yang dibutuhkan oleh masyarakat terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan.

3.3 Pengelolaan Tahura Kebijaksanaan umum di dalam pengelolaan dan pembangunan kawasan Tahura mencakup: 1. Mengupayakan terwujudnya tujuan dan misi upaya konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistem. Kebijakan penunjukan, penetapan dan pengelolaan kawasan Tahura bertujuan untuk melestarikan

keanekaragaman hayati dan ekositemnya agar dapat mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan manusia. 2. Meningkatkan pendayagunaan potensi sumber daya hayati dan ekosistem dari kawasan Tahura untuk pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya. 3. Memberdayakan masyarakat disekitar kawasan Tahura merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system pengelolaan kawasan Tahura, serta harus diupayakan pembinaan masyarakat agar mereka dapat

14

berperan aktif dalam setiap upaya konservasi disamping berupaya untuk meningkatkan kesejahteraannya. 4. Pengelolaan dan pembangunan kawasan Tahura merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan pembangunan wilayah dan nasional, sehingga setiap kegiatan di dalam kawasan Tahura maupun kegiatan

pembangunan sector lain di luarnya, harus dapat dikoordinasikan dan diintergrasi sedemikian rupa, agar kegiatan pembangunan tersebut terselenggara secara selaras, serasi dan seimbang. 5. Pemantauan dan evaluasi merupakan upaya untuk memantau dan mengevaluasi sertiap perkembangan keadaan kawasan Tahura, apakah terjadi kerusakan dan penyimpangan atas fungsi utama kawasan. Apabila pemantauan dan evaluasi menunjukkan terjadi kerusakan dan

penyimpangan atas fungsi kawasan, baik sebagian atau menyeluruh serta tidak dapat dipulihkan kembali, maka fungsi kawasan tersebut setelah mendapat kajian yang seksama, dapat dirubah ke fungsi lain yang lebih sesuai.

15

IV. PENGELOLAAN TAHURA BUKIT BARISAN4.1 Landasan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan Sesuai dengan keputusan Presiden Nomor 48 Tahun 1988, kelompok hutan Sibolangit seluas 51.600 hektar ditetapkan sebagai Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan tersebar di 4 (empat) Kabupaten meliputi Kabupaten Karo (19.805 Ha atau 38,38 %), Kabupaten Deli Serdang (17.150 Ha atau 33,24%), Kabupaten Langkat (13.000 Ha atau 25,19%) dan Kabupaten Simalungun (1.645 Ha atau 3,19%). 4.2 Tujuan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan Pembangunan dan pengembangan Taman Hutan Raya Bukit Barisan mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Merangsang memperlancar pembangunan perekonomian sarana/prasarana daerah komunikasi, dan sehingga

sekitarnya

mempercepat

modernisasi daerah. 2. Merangsang timbulnya kesempatan kerja baru di bidang barang dan jasa. 3. Memperkaya dan memperluas obyek-obyek wisata baru khususnya di Sumatera Utara, disamping menambah sumber pendapatan bagi pemerintah terutama dari sektor Pariwisata. 4. Berkembangnya obyek penelitian, khususnya di kawasan sekitar Taman Hutan Raya Bukit Barisan dan Sumatera Utara pada umumnya. 4.3 Kegiatan Pengelolaan Tahura Bukit Barisan Kegiatan penengelolaan Tahura Bukit Barisan dilakukan dengan metode sebagai berikut. 1. Perencanaan, 2. Penataan kawasan, 3. Pengelolaan sumber daya alam hayati dan ekosistem, 4. Pemanfaatan kawasan, 5. Penelitian dan pengembangan, 6. Perlindungan dan pengamanan kawasan, 7. Pembinaan kelembagaan, 8. Koordinasi, 9. Pembangunan sarana dan prasarana,16

10. Pembinaan peran serta masyarakat, dan 11. Pemantauan dan evaluasi. Sejalan dengan kebijaksanaan pengembangan dan pengelolaan Tahura di Indonesia serta mengantisipasi permasalahan yang ada di dalam Tahura maka di tempuh langkah-langkah sebagai berikut: 1. Peningkatan dan pemantapan pengelolaan kawasan Tahura, serta melakukan identifikasi kawasan yang sesuai sebagai Tahura dengan tingkat keterwakilan ekosistem yang tinggi. 2. Pengembangan wisata alam atau ekowisata di Tahura merupakan harapan usaha di masa mendatang. Beberapa hal yang akan diintegrasikan dalam pengembangan pemanfaatan potensi wisata alam tersebut adalah:y Perluasan kesempatan berusaha bagi penduduk di sekitar kawasan,

koperasi dan pengusaha kecil atau lemah.y Perluasan lapangan kerja baik langsung maupun tidak langsung dalam

pengembangan wisata alam.y Pembinaan seni budaya lokal.

3. Kawasan Tahura yang dengan keanekaragaman hayati yang kaya harus dilindungi dan dilestarikan bagi kepentingan umat manusia. Dengan mengacu kepada strategi konservasi dunia, keanekaragaman hayati tersebut termasuk flora dan fauna yang dilindungi oleh undang-undang. Dalam pola pemanfaatan ini dikembangkan unit-unit usaha budidaya bagi penduduk sekitar kawasan Tahura. Budidaya tersebut diarahkan pada upaya peningkatan gizi masyarakat, obat-obatan, tanaman hias dan sebagainya yang bermanfaat dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama yang bermukim di sekitar kawasan Tahura. 4. Memantapkan konsep pembinaan masyarakat di daerah penyangga Tahura dengan memberdayakan potensi sumber daya alam di sekitarnya. Pembinaan masyarakat merupakan langkah strategis bagi keutuhan dan kelangsungan keberadaan potensi dan kawasan Tahura. 5. Menggalakan penyuluhan dan merubah perilaku masyarakat, serta menyadarkan publik dengan program-program yang diintegrasikan dengan

17

program-program lainnya. Melalui program ini diharapkan adanya pemahaman akan pentingnya konservasi alam dan dapat ditumbuhkan partisipasi positif dari masyarakat dalam pelestarian dan perlindungan Tahura. 6. Menggalakan dan memantapkan pembinaan kader konservasi dan kelompok pelestarian alam, baik dari aspek metode maupun jangkauan dan intensitasnya. 7. Mengembangkan sumber daya manusia dan kelembagaan sesuai dengan tuntutan dan perkembangan di era reformasi. 8. Mengingat terbatasnya dana pemerintah, dan tumbuhnya komitmen masyarakat dunia terhadap konservasi alam di Indonesia, maka hal tersebut dapat dijadikan upaya untuk menggali sumber pendanaan untuk pembangunan dan pengelolaan Tahura di masa yang akan datang, terutama sumber daya bantuan yang bersifat hibah. 9. Mendorong peran LSM serta mengintegrasikan program-program

perlindungan dan konservasi alam agar dapat menciptakan akselerasi maksimal bagi pemantapan pengelolaan kawasan Tahura. 10. Meningkatkan langkah-langkah pengamanan potensi dan kawasan Tahura, terutama melalui strategi :y y

Meningkatkan kegiatan patroli dengan sistem pengendalian yang jelas. Law enforcement terhadap pelanggaran peraturan perundangan dengan sasaran membuat jera para pelaku dan peminat lainnya.

y

Memantapkan sistem pencegahan kebakaran hutan dan lahan, perambahan hutan, pencurian hasil hutan dan sebagainya dengan mengikutsertakan peran aktif masyarakat dan instansi terkait lainnya.

11. Meningkatkan dukungan dari instansi/lembaga lain melalui kesepakatan bersama, forum komunikasi, koordinasi dan sinkronisasi baik di pusat, daerah maupun di lapangan. 4.4 Organisasi dan Personil a. Organisasi Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 13 Tahun 2005 tanggal 18 Agustus 2005 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pengelola

18

Taman Hutan Raya Bukit Barisan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara (Lampiran 2), ditetapkan bahwa Balai Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Barisan berkedudukan di Tongkoh Kabupaten Karo dan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam Pengelolaan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Barisan serta mempunyai fungsi: 1. Menyiapkan bahan perumusan perencanaan/program dan kebijakan teknis pengelolaan Tahura Bukit Barisan.

2. Menyelenggarakan pembinaan, perlindungan dan pemanfaatan Tahura Bukit Barisan. 3. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya. 4. Memberikan masukan kepada Kepala Dinas sesuai bidang tugasnya. 5. Melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala Dinas melalui Wakil Kepala Dinas. Untuk melaksanakan tugas dan fungsi Balai Pengelola Tahura Bukit Barisan, Kepala Balai dibantu oleh : a. Kepala Sub Bagian Tata Usaha; b. Kepala Seksi Perlindungan; c. Kepala Seksi Pemanfaatan; d. Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Personil Adapun personil yang ada di Tahura Bukit Barisan berjumlah 15 orang dengan rincian 13 orang PNS dan 2 orang sebagai honorer.

Tabel 3.Jumlah Personil Tahura Bukit Barisan

No. 1 2 3 4 5 Kepala Balai

Jabatan

Jumlah (Orang) 1 1 1 1 4

Kepala Sub. Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Perlindungan Kepala Seksi Pemanfaatan Staf

19

6 7

Polisi Kehutanan Pegawai Honorer Sumber : Observasi Lapangan, April 2010

5 2

4.5 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana fisik obyek wisata Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh dibangun oleh Kanwil Kehutanan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 1987/1988 dan tahun 1988/1989 yang selanjutnya dikelola oleh Koperasi Pegawai Negeri Kanwil Departemen Kehutanan Provinsi Sumatera Utara sampai dengan Pebruari 1993. Pada saat ini, sarana dan prasarana yang terdapat di Tahura Bukit Barisan Lokasi Tongkoh, antara lain :Tabel 4.Sarana dan Prasarana Tahura Bukit Barisan

No.

Uraian Gedung dan Bangunan a. Kantor b. Pondok Wisata 1. c. Museum/perpustakaan d. Herbarium/zoologicum e. Shelter/tempat berteduh f. Mushola g. Gereja Prasarana Jalan dan Parkir 2. a. Jalan utama plaza b. Jalan setapak c. Areal parkir Sarana Hiburan 3. a. Areal Plaza b. Camping ground c. Areal bermain anak-anak

Satuan

Jumlah

Keterangan

Unit Unit Unit Unit Unit Unit Unit

1

Rusak berat

4 (8 kamar) Rusak ringan 1 1 7 1 1 Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak berat Rusak

m m m2

600 3.000 500

Baik Baik Baik

m2 m2 m2

2.000 10.272 2.224

Rusak Sebagian rusak Baik

Sumber : Data Inventaris Tahura Bukit Barisan Tahun 1997

20

4.6 Kegiatan Operasional a. Operasi Pengamanan Hutan Operasi Pengamanan Hutan bertujuan mencegah kerusakan kawasan hutan Tahura Bukit Barisan akibat adanya pelanggaran / kejahatan di bidang kehutanan dengan menindak tegas pelakunya sesuai ketentuan yang berlaku, dan dapat memberi efek jera. b. Pengembangan Potensi Kawasan Wisata Perencanaan pengembangan suatu kawasan wisata memerlukan tahapantahapan pelaksanaan seperti: Marketing Research, Situational Analysis, Marketing Target, Tourism Promotion, pemberdayaan masyarakat dan swasta dalam promosi dan Marketing. Berdasarkan analisis potensi wisata pada Kawasan Tahura Bukit Barisan, maka beberapa jenis kegiatan pariwisata yang dapat dikembangkan antara lain. 1. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)

Untuk jenis wisata ini biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usahausaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undangundang. Wisata cagar alam ini banyak dilakukan oleh para penggemar dan pecinta alam dalam kaitannya dengan kegemaran memotret binatang atau marga satwa serta pepohonan kembang beraneka warna yang memang mendapat perlindungan dari pemerintah dan masyarakat. Wisata ini banyak dikaitkan dengan kegemaran akan keindahan alam, kesegaran hawa udara di pegunungan, keajaiban hidup binatang dan marga satwa yang langka serta tumbuhtumbuhan yang jarang terdapat di tempattempat lain. Pemandangan alam yang indah di kawasan ini menyebabkan daerah ini sangat potensial sebagai tempat rekreasi. Lokasi dari obyek ini yaitu:y y y y

Cagar alam Sibolangit Cagar alam Tongkoh Danau Lau Kawar Pemandian air panas Semangat Gunung

21

y y y y

Pemandian air panas Payung Pemandian air panas Doulu Air Terjun Balingking Padang Rumput Nodi 2. Outbound dan Pendakian Gunung

Menurut John Esa, outbound adalah kegiatan pelatihan manajerial yang menggunakan alam bebas sebagai media. Sifat kegiatan umumnya

menyenangkan, lucu, atau penuh tantangan. Objek wisata yang cocok dengan kegiatan ini antara lain :y y

Gunung Sibayak Gunung Sinabung

4.7 Kendala Hal hal yang menjadi kendala dalam pengelolaan adalah :y

Anggaran untuk pengembangan dan pengelolaan dalam melaksanakan kegiatan operasional tidak mencukupi untuk kegiatan operasional pengelolaan;

y

Jumlah personil Kepolisian Hutan yang terlalu sedikit (5 orang) untuk mengawasi areal seluas 51.600 Ha;

y

Faktor pendapatan masyarakat rendah menyebabkan kehidupan masyarakat yang subsisten yaitu kehidupan masyarakat yang bergantung kepada sumber daya alam;

22

V. PEMBAHASANKegiatan pengelolaan Tahura BB belum berjalan dengan baik karena ada keterbatasan dari personil, anggaran (dana), sarana prasarana, dan sikap masyarakat yang belum mendukung. Dari hasil financial analisis PT. Inhutani IV pada tahun 1998 untuk studi kelayakan kegiatan usaha diperoleh hasil tidak feasible karena perhitungan NPV (Net Present Value) nya negative, IRR (Internal Rate of Return) hanya 16,8 %, dan BCR (Benefit Cost Ratio) sebesar 0,97. Oleh karena itu, maka tujuan pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem serta pengembangan wisata alam yang ada di dalam Tahura BB harus didukung dana dari pemerintah. Dalam kejahatan kehutanan, ada beberapa dimensi utama yang

teridentifikasi, yaitu : illegal logging, penyelundupan hasil hutan, transfer pricing, under-meansuring (valuing), dan misclassification of species. Yang paling umum ditemui adalah illegal logging. Kategori ini berupa kegiatan penebangan liar terhadap spesies spesies yang dilindungi, penebangan yang belum cukup/lebih umur yang ditentukan, penebangan tanpa otoritas dan penebangan yang melanggar ketentuan dalam kewajian kontrak. (Debra, J.Callister 1992). Penanganan kejahatan kehutanan bukan semata mata urusan polisi. Berdasarkan UU No.41 Tahun 1999 ada kompetensi polhut. Namun, keberadaan mereka jauh dari memadai. Berdasarkan data dari Direktorat Perlindungan Hutan, total dari jumlah polhut sekitar 8.186 orang dan tersebar di seluruh Indonesia yang berarti 5 diantaranya berada di Tahura Bukit Barisan. Artinya kelima polhut ini mengawasi areal seluas 51.600 Ha hutan dan jika dirata-ratakan maka seorang polhut Bukit Barisan mengawasi sekitar 10.320 Ha. Hal ini belum dikondisikan dengan faktor umur polhut yang bekerja, dan sarana untuk kegiatan operasional pengaman hutan. Sebagai alternatif kekurangan personil polhut, Tahura Bukit Barisan menyertakan staf laki-laki dalam proses pengamanan dan patroli. Hal lain yang menjadi kendala adalah sarana transportasi kehutanan seperti mobil off road dan sepeda motor trail. Keadaan dalam pengelolaan Tahura Bukit Barisan dilihat dari aspek jumlah personil (15 orang) sangat tidak memadai dibanding dengan luas arealnya (51.600 Ha), sedangkan tenaga polhut yang ada hanya 5 orang. Dengan kondisi ini maka Tahura BB mengalami kendala besar dalam pengamanan kawasan.

23

Potensi lain yang terdapat pada Tahura Bukit Barisan adalah objek wisata yang tersebar dibeberapa kawasan. Objek wisata tersebut merupakan asset dalam pengembangan jasa lingkungan. Dari pihak pengelola pengembangan ini terkendala akibat kurangnya alokasi dana dalam membangun sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dapt mengembangkan potensi wisata yang ada di daerah tersebut. Selain itu, kurangnya penyuluhan dan koordinasi dari pihak pengelola ke masyarakat sekitar kawasan Tahura Bukit Barisan menyebabkan masyarakat tidak sadar akan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan ditambah lagi dengan pendapatan masyarakat yang kurang memadai sehingga untuk mencukupi itu masyarakat ikut serta dalam perusakan kawasan hutan. Sebenarnya hal ini bisa tidak terjadi andaikata pihak pengelola memberdayakan masyarakat sekitar sebagai wujud kemitraan pengelola dengan masyarakat sekitar Tahura. Dan jika masyarakat mengerti akan fungsi hutan maka masyarakat juga ikut ambil bagian dalam pengamanan dan pengelolaan hutan. Masyarakat yang tinggal di sekitar Tahura Bukit Barisan umumnya tinggal di daerah objek wisata. Dengan adanya pemberdayaan dan kemitraan pengelola dengan masyarakat maka timbal balik yang diperoleh adalah korelasi antara masyarakat dan pihak pengamanan kehutanan dalam kegiatan pemantauan serta pengamanan hutan serta kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan hutan yang meningkat dengan kunjungan wisatawan ke objek wisata yang telah dikelola baik oleh pihak pengelola Tahura Bukit Barisan. Aspek pendukung keberhasilan Tahura Bukit Barisan lainnya yaitu dukungan masyarakat yang sampai saat ini belum bisa diharapakan karena kondisi sosial masyarakat setempat masih berada dalam keadaan subsisten. Sehingga diperlukan adanya penyuluhan dan pemberdayaan masyarakat setempat secara intensif.

24

VI. KESIMPULAN DAN SARAN6.1 Kesimpulan y Pengelolaan Tahura Bukit Barisan belum berjalan dengan baik karena keterbatasan dana yang dan personil,y

Sarana pendukung kegiatan operasional pengelolaan Tahura Bukit Barisan tidak memadai,

y

Pengelolaan Tahura Bukit Barisan untuk kepentingan penelitian, pendidikan, pelestarian dan pemanfaatan termasuk wisata alam belum berjalan dengan baik,

y

Kondisi sosial masyarakat sekitar belum mendukung untuk kegiatan pengelolaan Tahura Bukit Barisan,

y

Pengembangan wisata alam di Tahura Bukit Barisan untuk tujuan komersial oleh investor/pihak ketiga secara ekonomi tidak feasible.

6.2 Saran y Menambah personil polisi kehutanan dalam upaya pengamanan dan menjaga kawasan hutan,y

Melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung kegiatan operasional pengelolaan Tahura Bukit Barisan seperti infrastruktur yang memadai.

y

Perlu evaluasi terhadap struktur organisasi Tahura Bukit Barisan agar lebih efektif dan efisien dalam pengelolaan.

25

VII. DAFTAR PUSTAKADirektorat Jenderal PHKA-Dephut .2009. Informasi Kawasan Konservasi

Indonesia. Jakarta : Pusat Informasi Kehutanan. Esaland.blogspot.com.2009. Pengertian Out Bound (Online).

http://esaland.blogspot.com/2009/06/outbound.html, diakses 27 Mei 2010. Nitibaskara, Tubagus Unu .2005. Dilema Dikotomi Konservasi dan Pemanfaatan. Bogor : Pusat Studi Lingkungan Universitas Nusa Bangsa. Utama, I Gusti Bagus Rai .2006. Konsep Pariwisata (Online).

http://raiutama.blog.friendster.com/2006/09/konsep-pariwisata/, diakses 27 Mei 2010. Yasman, Irsyal.2010. Pengelolaan Hutan Alam : Tantangan dan Potensi Pengembangan Pemanfaatannya : Pengalaman PT. Inhutani I.

http://manhut.fahutan.ipb.ac.id/content/pengelolaan-hutan-alam-tantangandan-potensi-pengembangan-pemanfaatannya-pengalaman-pt-inhut. diakses 27 Mei 2010.

26

LAMPIRAN

27

Lampiran 1.Peta Kawasan Tahura Bukit Barisan skala 1:100.000 pada kertas A0

28

Lampiran 2.Bagan Struktur Organisasi Tahura Bukit Barisan

KEPALA BALAI

SUB BAGIAN TATA USAHA

SEKSI PERLINDUNGAN

SEKSI PEMANFAATAN

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

29

Lampiran 3.Foto Sarana dan Prasarana yang belum Direnovasi

Gambar 1. Tempat Retribusi

Gambar 2. Perpustakaan

Gambar 3. Museum

30

Lampiran 4. Foto Objek Wisata di Kawasan Tahura Bukit Barisan

Gambar 1. Air terjun Sikulikap

Gambar 2. Gunung Sibayak

Gambar 3. Gunung Sinabung31