motto - repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/660/1/tri.pdf · jangan menua tanpa arti . vi halaman...
TRANSCRIPT
v
MOTTO
Hidup Hanya Sekali,
Jangan Menua Tanpa Arti
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
KARYA TULIS INI SAYA PERSEMBAHKAN UNTUK
KEDUA ORANG TUA, KEDUA KAKAK PEREMPUAN DAN ADIK
SAYA, SERTA SAHABAT-SAHABAT SEPERJUANGAN
DAN
ALMAMATER TERCINTA
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat
dan Karunia-Nya kepada penyusun, sehingga penyusun dapat melaksanakan
kewajiban terakhir sebagai mahasiswa untuk melengkapi sarjana S-1 melalui
skripsi yang berjudul: Dampak Pergantian Kepala Desa Sebelum Habis Masa
Jabatan Terhadap Pelaksanaan Kewenangan Desa, Desa Dadapayu, Kecamatan
Semanu, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Setelah beberapa bulan melakukan penelitian sampai tahap penyusunan,
penyusun menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana skripsi S-1 yang telah teruji sebelumnya, karena
keterbatasan penyusun dalam memahami teori ilmu pengetahuan dan implikasinya
di lapangan penelitian ilmiah. Penyusun sangat berterimakasih atas setiap
masukan, kritikan sekaligus dorongan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, berkat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Sutoro Eko Yunanto, M.Si selaku Ketua STPMD “APMD”
Yogyakarta.
3. Bapak Drs. YB Widyo Hari Murdianto, M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta
viii
4. Bapak Drs. Triyanto Purnama Raharjo, BE, M.Si selaku Dosen Pembimbing
yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Seluruh dosen dan karyawan STPMD “APMD” Yogyakarta.
6. Kepala Desa, Perangkat Desa, dan seluruh Lembaga Desa serta masyarakat
Desa Dadapayu yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan wawancara,
menggali informasi dalam penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini.
7. Bapak Suripto dan Ibu Kasmini orang tua yang selalu memberikan dukungan
baik secara moral maupun moril. Ani Kartikasari dan Dewi Nurfitriyanti kakak
saya, tanpa kalian saya tidak bisa kuliah, dan juga untuk adik saya Yeni
Istiyana Lestari.
8. Keluarga UKM Musik Ganesha yang sudah menerima saya sebagai anggota
keluarga di UKM Musik ini dengan sangat baik dan memberikan banyak
pelajaran dan pengalaman untuk saya. WE TOTALLY PROUD.
9. Sahabat-Sahabat seperjuangan saya dari pertama kuliah, Ningrum, Yeni, Azim,
Elen, Mei. (Produk Jateng). Sukses selalu.
10. Seluruh teman-teman angkatan 2015 yang sama-sama berjuang dari semester
satu, dari berbagai daerah di Indonesia,semoga kita semua menjadi orang yang
sukses.
11. Keluarga Bapak Barno (Dukuh Kepuh) dan Keluarga Bapak Dian (Dukuh
Pomahan) , serta seluruh masyarakat Dadapayu yang telah menerima saya
dengan sangat baik. Saya tidak akan pernah lupa.
12. Semua pihak yang telah mensupport saya dalam menyelesaikan skripsi ini.
ix
Demikian yang dapat penulis sampaikan, apabila terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan skripsi ini, penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Yogyakarta, Februari 2019
Tri Nurmalasari
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR DAN TABEL ................................................................. xi
SINOPSIS ......................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
2. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
3. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 7
4. Manfaat Penelitian ................................................................................... 8
5. Kerangka Konseptual .............................................................................. 8
A. Dampak ............................................................................................... 8
B. Kepemimpinan Kepala Desa .............................................................. 9
a. Kepemimpinan ............................................................................. 9
b. Kepala Desa ................................................................................ 13
c. Kepemimpinan Kepala Desa ...................................................... 24
C. Kewenangan Desa ............................................................................ 25
xi
6. Ruang Lingkup Penelitian .................................................................... 28
7. Metode Penelitian ................................................................................ 28
A. Jenis Penelitian ............................................................................... 28
B. Obyek dan Subyek Penelitian ........................................................ 29
C. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 31
D. Teknik Analisis Data ...................................................................... 32
BAB II PROFIL DESA DADAPAYU ............................................................. 34
1. KONDISI UMUM DESA ..................................................................... 34
A. Visi dan Misi .................................................................................. 34
B. Geografis ........................................................................................ 34
a. Letak Wilayah ........................................................................... 34
b. Luas Wilayah ............................................................................. 36
c. Iklim .......................................................................................... 38
C. Demografi....................................................................................... 38
a. Jumlah Penduduk....................................................................... 38
D. Sarana dan Prasarana Desa ............................................................ 40
2. KONDISI PEMERINTAH DESA ........................................................ 41
BAB III ANALISIS DATA .............................................................................. 49
A. PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA SEBELUM
ADANYA PERMASALAHAN KEPALA DESA. ........................... 49
B. PELAKSANAAN KEWENANGAN DESA SAAT
ADANYA PERMASALAHAN KEPALA DESA. ............................ 54
xii
C. DAMPAK POSITIF KEPEMIMPINAN KEPALA DESA
BARU TERHADAP PELAKSANAAN KEWENANGAN
DESA. ................................................................................................ 59
D. DAMPAK NEGATIF KEPEMIMPINAN KEPALA DESA
BARU TERHADAP PELAKSANAAN KEWENANGAN
DESA. ................................................................................................. 67
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................... 70
1. KESIMPULAN ................................................................................... 70
2. SARAN ............................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Daftar Tabel
Tabel I.1 Deskripsi informan secara umum ...................................................... 29
Tabel II.1 Luas Wilayah Per Padukuhan .......................................................... 36
Tabel II.2 Luas Wilayah Menurut Penggunaan ............................................... 37
Tabel II.3 Jumlah Penduduk ........................................................................... 39
Tabel II.4 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................. 40
Tabel II.5 Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian ................................ 41
Tabel II.6 Prasarana Desa ................................................................................ 43
Tabel II.5 Jumlah Perangkat Desa ................................................................... 45
Daftar Gambar
Gambar II.1 Peta Desa Dadapayu .................................................................... 35
Gambar II.2 Struktur Organisasi Pemerintah Desa Dadapayu ......................... 48
xiv
SINOPSIS
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan
semangat baru bagi desa, dengan adanya Undang-Undang ini desa memiliki 4
kewenangan desa yakni menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan desa,
pemberdayaan dan pembinaan kemasyarakatan, atau bisa dikatakan desa menjadi
subjek pembangunan. Kewenangan tersebut tidak hanya dijalankan oleh
pemerintah desa, namun yang mempunyai posisi paling penting adalah seorang
pemimpin, yakni Kepala Desa. Perrmasalahan kepala desa di Desa Dadapayu,
Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul yang menyebabkan kepala desa
tersebut diberhentikan menjadi latar belakang penulis untuk mengambil judul
“Dampak Pergantian Kepala Desa Sebelum Habis Masa Jabatan Tehadap
Pelaksanaan Kewenangan Desa” dengan rumusan masalah “Bagaimana Dampak
Pergantian Kepala Desa Sebelum Habis Masa Jabatan Terhadap Penyelenggaraan
Kewenangan Desa di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung
Kidul?” Tujuan dari penelitian ini adalah : a) Untuk menjelaskan dampak
pergantian kepala desa sebelum habis masa jabatan terhadap penyelenggaraan
pemerintahan. b) Untuk menjelaskan dampak pergantian kepala desa sebelum
habis masa jabatan terhadap pembangunan desa. c) Untuk menjelaskan dampak
pergantian kepala desa sebelum habis masa jabatan terhadap pemberdayaan
masyarakat. d) Untuk menjelaskan dampak pergantian kepala desa sebelum habis
masa jabatan terhadap pembinaan kemasyarakatan. Ruang lingkup dalam
penelitian ini adalah : a) Pelaksanaan empat kewenangan desa saat adanya
permasalahan kepala desa. b) Pelaksanaan empat kewenangan desa sebelum
adanya permasalahan kepala desa. c) Dampak positif kepemimpinan kepala desa
baru terhadap pelaksanaan empat kewenangan desa. d) Dampak negatif
kepemimpinan kepala desa baru terhadap pelaksanaan empat kewenangan desa.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik
wawancara (interview), dokumentasi, dan Observasi. Jumlah narasumber yang
peneliti tentukan yaitu 13 narasumber, yang terdiri dari Kepala Desa Dadapayu,
Perangkat Desa, Wakil Ketua BPD, dan masyarakat.
Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa saat adanya permasalahan
yang dialami kepala desa menyebabkan pelaksanaan empat kewenangan desa
menjadi terlambat karena pencairan Dana Desa bisa dilakukan pada pertengahan
tahun 2017. Sebelum muncul permasalahan kepala desa, pelaksanaan empat
kewenangan desa dinilai berjalan seperti biasa karena program yang di jalankan
masih menggunakan RPJMDes kepala desa sebelumnya. Setelah adanya
pemberhentian kepala desa, dan adanya kepala desa baru melalui Pemilihan Antar
Waktu (PAW) ternyata membawa dampak positif bagi pelaksanaan empat
kewenangan desa yang kembali berjalan normal. Kepala desa baru dinilai lebih
paham mengenai pemerintahan, dan sampai sekarang ini tidak terjadi dampak
negatif dari adanya kepemimpinan baru ini.
Kata Kunci : Dampak Positif, Dampak Negatif, Pelaksanaan Empat Kewenangan
Desa
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Desa merupakan bagian terkecil dari wilayah Negara Indonesia.
Mayoritas penduduk Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Desa lama diatur
oleh Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dan Peraturan Pemerintah Nomor
72 Tahun 2005, sedangkan desa yang sekarang diatur oleh Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014. Dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, yang di
maksud dengan desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Perspektif Desa Lama dan Desa Barun dalam (Eko, Sutoro.2014):
Desa Lama Desa Baru
Payung Hukum UU No.32 Tahun 2004
dan PP No.72 Tahun
2005
UU No.6 Tahun 2014
Asas Utama Desentralisasi-residualitas Rekognisi-subsidiaritas
Kedudukan Sebagai organisasi Sebagai pemerintahan
xvi
pemerintahan yang berada
dalam sistem
pemerintahan
kabupaten/kota (local
state government)
masyarakat, hybrid antara
self governing community
dan local self government.
Posisi dan peran
kabupaten/kota
Kabupaten/kota
mempunyai kewenangan
yang besar dan luas dalam
mengatur dan mengurus
desa.
Kabupaten/kota mempunyai
kewenangan yang terbatas
dan strategis dalam
mengatur dan mengurus
desa; termasuk mengatur dan
mengurus bidang urusan
desa yang tidak perlu
ditangani langsung oleh
pusat.
Delivery
kewenangan dan
program
Target Mandat
Politik tempat Lokasi: Desa sebagai
lokasi proyek dari atas
Arena: Desa sebagai arena
bagi orang desa untuk
menyelenggarakan
pemerintahan,
pembangunan,
pemberdayaan dan
xvii
kemasyarakatan
Posisi dalam
pembangunan
Objek Subjek
Model
pembangunan
Government driven
development atau
community driven
development
Village driven development
Pendekatan dan
tindakan
Imposisi dan mutilasi
sektoral
Fasilitasi, emansipasi dan
konsolidasi
Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa semakin
menambah semangat baru masyarakat desa dalam menjalankan kehidupan di
desa. Desa yang sebelumnya tidak memiliki kewenangan, sekarang ini orang-
orang desa dapat menyelenggarakan pemerintahan, pembangunan,
pemberdayaan dan pembinaan, atau bisa dikatakan desa menjadi subjek
pembangunan. Kewenangan tersebut tidak hanya dijalankan oleh pemerintah
desa, namun yang mempunyai posisi paling penting adalah seorang pemimpin,
yakni Kepala Desa.
Pemimpin diartikan sebagai seseorang yang mempunyai kemampuan
dalam penyelenggaraan suatu kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat
terselenggara dengan efektif dan efisien. Agar terjadi ketertiban dalam
organisasi diperlukan pengaturan mengenai pembagian tugas, cara kerja dan
hubungan antara pekerjaan yang satu dengan pekerjaan yang lain. Kegiatan
pengaturan dalam organisasi itulah yang disebut administrasi, yang perlu
xviii
dikendalikan atau dipimpin oleh seorang administrator atau pemimpin.
(Kartono,1994) dalam (Sholekhan,Moch.2014). Pemimpin merupakan motor
penggerak bagi para pengikutnya, untuk itu seorang pempimpin diharuskan
untuk memiliki kepribadian yang baik, kemampuan serta wawasan yang luas
supaya dapat membawa pengikutnya ke arah yang lebih baik. Dalam skala
desa, pemimpin yang dimaksud adalah seorang Kepala Desa. Menurut
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014, Kepala Desa/Desa Adat atau yang
disebut dengan nama lain mempunyai peran penting dalam kedudukannya
sebagai kepanjangan tangan negara yang dekat dengan masyarakat dan sebagai
pemimpin masyarakat. Hal tersebut dapat diartikan bahwa Kepala Desa tidak
hanya memerintah orang-orang desa, namun kepala desa harus bisa
memberikan perlindungan, mengayomi, serta melayani masyarakat.
(Eko,Sutoro.2014).Berdasarkan pasal 26 ayat 5 Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa, Kepala desa memiliki kewajiban yang salah
satunya adalah melaksanakan prinsip tata pemerintahan desa yang akuntabel,
transparan, profesional, efektif dan efisien, bersih, serta bebas dari kolusi,
korupsi, dan nepotisme. Kepala Desa memiliki peran yang sangat penting
dalam menjalankan roda pemerintahan Desa. Sesuai Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa, desa memiliki 4 kewenangan, yaitu 1)
Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, 2) Melaksanakan Pembangunan Desa, 3)
Pemberdayaan Masyarakat Desa, 4) Pembinaan kemasyarakatan desa.
Kewenangan tersebut dapat terselenggara dengan baik apabila dari Kepala
Desa mampu bekerjasama dengan pemerintah desa dan masyarakat. Peran
xix
penting seorang Kepala Desa adalah untuk meningkatkan kinerja perangkat
desa guna menjalankan empat kewenangan tersebut.
Di sisi lain tidak sedikit pula permasalahan yang dihadapi desa-desa di
Indonesia akibat dari Kepala Desa yang bermasalah. Apabila seorang Kepala
Desa melanggar kewajiban tersebut, maka akan dikenakan sanksi administratif
berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis serta tindakan pemberhentian
sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian tetap. Hal tersebut
pastinya akan berdampak pada roda kehidupan desa terutama dalam
pemerintahan desa. Contoh dari permasalahan Kepala Desa yang melanggar
aturan adalah kasus 3 kepala desa di Kabupaten Brebes, Kepala Desa Cipelem
Kecamatan Bulakamba ditahan karena diduga melakukan tindak pidana
korupsi Dana Desa (DD) tahun anggaran 2016 yang merugikan negara sebesar
Rp 281 juta. Aksi memperkaya diri sendiri itu dilakukan saat pembangunan
infrastruktur di desa menggunakan Dana Desa dengan total anggaran sekitar
Rp 882 juta. Sebelumnya, dua kepala desa ditahan karena tersandung kasus
dugaan pungutan liar (pungli) pembuatan sertifikat tanah dalam program
Proyek Nasional Agraria (Prona) Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
Mereka yakni Kepala Desa Larangan (Kecamatan Larangan), Subandi dan
Kepala Desa Pakijangan (Kecamatan Bulakamba), Sri Retno
Widyowati.(https://kumparan.com/panturapost/sudah-tiga-kades-di-brebes-
yang-dipenjara-gara-gara-kasus-pungli-dan-korupsi). Contoh lainnya adalah
Kepala Desa Ketanggi di Kabupaten Purworejo resmi ditetapkan sebagai
tersangka kasus korupsi Dana Desa (DD). Setelah ditetapkan sebagai
xx
tersangka, Kepala Desa Ketanggi bernama Ambyah Panggung Sutanto ditahan
polisi. Kepala Desa tersebut menggunakan Dana Desa untuk kepentingan
pribadi sehingga merugikan keuangan negara.( https://news.detik.com/berita-
jawa-tengah/d-4217540/diduga-korupsi-dana-desa-kades-di-purworejo-
ditahan-polisi ).
Di dalam penelitian ini, peniliti meneliti mengenai kasus Kepala Desa
di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul. Kasusnya
adalah bahwa Kepala Desa Dadapayu melakukan pungutan liar sejumlah Rp
5,5 juta kepada 5 Kepala Dukuh terlantik. Pelanggaran tersebut membuat
Kepala Desa mendapatkan surat peringatan (SP 1) dari Pemerintah Kabupaten
dan protes dari warga yang menginginkan Kepala Desa untuk lengser.
Permasalahan ini berdampak pada jalannya penyelenggaraan pemerintahan
desa dan pembangunan desa. Laporan APBDes tidak dapat diselesaikan tepat
waktu yang kemudian menyebabkan Dana Desa tidak bisa cair
(www.sorotgunungkidul.com). Akhirnya, Pemerintah Kabupaten Gunung
Kidul resmi memberhentikan Kepala Desa dan menunjuk Kasie Tapem
Kecamatan Semanu untuk menjadi PJ Kepala Desa sementara. Pada bulan
Februari 2018, terpilihlah Jumadi yang merupakan Kepala Dukuh Nogosari
menjadi Kepala Desa Dadapayu yang baru melalui proses musyawarah desa
dengan sistem Pemilihan Atar Waktu (http://www.jatengpos.com) . Adanya
pergantian Kepala Desa sebelum habis masa jabatan tersebut menimbulkan
dampak terhadap penyelenggaraan kewenangan desa. Kepala Desa terpilih
menjalankan visi dan misi Kepala Desa lama yang tertuang dalam Rencana
xxi
Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang belum tentu Kepala
Desa baru memiliki visi dan misi yang sama. Pada saat masa peralihan Kepala
Desa masalah tersebut muncul di dalam penyelenggaran pemerintahan dan
pembangunan desa, dengan terpilihnya Kepala Desa baru dengan visi dan misi
yang belum tentu sama dengan Kepala Desa Lama, tentu akan menimbulkan
perbedaan, apakah akan ada perubahan yang lebih baik atau justru lebih buruk,
maka dari itu peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Dampak Pergantian
Kepala Desa Sebelum Habis Masa Jabatan Terhadap Penyelenggaraan
Kewenangan Desa”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dikemukakan di atas,
maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana Dampak
Pergantian Kepala Desa Sebelum Habis Masa Jabatan Terhadap
Penyelenggaraan Kewenangan Desa di Desa Dadapayu, Kecamatan Semanu,
Kabupaten Gunung Kidul?”
3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan fokus masalah, maka tujuan penelitian ini
adalah “Untuk menggambarkan dampak pergantian kepala desa sebelum habis
masa jabatan terhadap pelaksanaan kewenangan desa.”
xxii
4. Manfaat Penelitian
a. Menambah dan memperluas wawasan peneliti tentang Dampak Pergantian
Kepala Desa Sebelum Habis Masa Jabatan Terhadap Pelaksanaan
Kewenagan Desa.
b. Memberikan masukan kepada Kepala Desa dan Pemerintah Desa dalam
menjalankan pemerintahan desa.
5. Kerangka Konseptual
A. Dampak
Pengertian dampak dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia
berarti benturan, pengaruh kuat yang mendatangkan akibat (baik negatif
maupun positif), benturan yang cukup hebat antara dua benda sehingga
menyebabkan perubahan yang berarti dalam momentum (pusa) sistem
yang mengalami benturan itu.
Dampak Menurut Otto Soemarwoto (2009:38) dalam Jurnal
(Siska.Dampak Indutri Batubara Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat di
Sekitar Desa Jembayan Kecamatan Loa Kulu Kabupaten Kutai
Kartanegara.2013:482) adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat
suatu aktivitas.
Menurut Gorys Keraf dalam Soemarwoto (1998:35) yang dikutip
dalam Jurnal (Syahdan.Dampak Pemekaran Wilayah Terhadap Pelayanan
Publik.2018), dampak berarti pengaruh yang kuat dari seseorang atau
kelompok orang di dalam menjalankan tugas dan kedudukannya sesuai
xxiii
dengan statusnya dalam masyarakat, sehingga akan membawa akibat
terhadap perubahan baik positif maupun negatif.
Dari ketiga pengertian dampak di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa dampak adalah perubahan positif maupun negatif sebagai akibat
dari adanya pengaruh dari akitvitas seeorang maupun kelompok dalam
menjalankan tugas dan kedudukannya di kehidupan bermasyarakat.
Dampak Positif berarti dampak yang menimbulkan pengaruh baik atau
pengaruh yang dapat menguntungkan, sedangkan dampak negatif adalah
dampak yang menimbulkan suatu kerugian atau dapat memperburuk suatu
keadaan.
B. Kepemimpinan Kepala Desa
a. Kepemimpinan
Kepemimpinan diambil dari kata pemimpin yang berarti
seseorang yang mempunyai kemampuan dalam penyelenggaraan suatu
kegiatan organisasi agar kegiatan tersebut dapat terselenggara dengan
efektif dan efisien. Selanjutnya, agar terjadi ketertiban dalam kegiatan
organisasi diperlukan pengaturan mengenai pembagian tugas, cara kerja
dan hubungan antara pekerjaan satu dengan pekerjaan lain. Kegiatan
pengaturan dalam organisasi itulah yang disebut administrasi, yang
perlu dikendalikan atau dipimpin oleh seorang administrator atau
pemimpin. (Kartono,1994) dalam (Sholekhan, Moch.2014).
Menurut Toman Sony Tambunan (2018:7), pemimpin adalah
seseorang yang dengan kemampuan dan pengaruhnya dalam
xxiv
memberdayakan sumber daya serta menggerakkan orang lain untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemimpin adalah seseorang yang
bertanggungjawab untuk mewujudkan banyak hal yang dipimpinnya.
Keberhasilan suatu organisasi yang tergantung dari kemampuan
pemimpin dalam memberdayakan sumber daya serta menggerakkan
semua anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, pemimpin
adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk dapat
mempengaruhi orang-orang atau pengikutnya untuk mengikuti apa yang
dia inginkan namun untuk mencapai tujuan bersama.
Menurut (Hariri, Karwan, & Ridwan, 2016,p.247),
kepemimpinan secara umum didefinisikan sebagai kemampuan dalam
kesiapan yang dimiliki oleh seseorang untuk dapat mempengaruhi,
mendorong, mengajak, menuntun, menggerakkan, dan kalau perlu
memaksa orang atau kelompok agara menerima pengaruh tersebut dan
selanjutnya tercipta sesuatu yang dapat membantu tercapainya suatu
tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan atau potensi dalam diri seseorang yang dapat
mempengaruhi orang atau kelompok lain agar dapat mengikuti apa
yang di inginkan oleh orang tersebut guna mencapai tujuan yang telah
disepakati bersama.
xxv
Menurut Sudarwan Danim (2004:55), kepemimpinan adalah
setiap tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok lain
yang tergabung dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan
merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan tindakan untuk
mengkoordinasikan dan memberi arah kepada orang atau kelompok
guna mencapai tujuan bersama sesuai yang telah disepakati bersama.
Menurut Toman Sony Tambunan (2018:29) Prinsip-prinsip
kepemimpinan dari pendekatan perilaku atau kepribadian pemimpin
dan peran yang penting dari seorang pemimpin :
a. Melayani, Northouse (2013:2017) dalam bukunya
menuliskan bahwa kepemimpinan yang melayani
merupakan pendekatan yang berfokus pada kepemimpinan
dari sudut pandang pemimpin dan perilakunya.
Kepemimpinan yang melayani menekankan bahwa
pemimpin perhatian pada masalah pengikutnya, empati,
serta mengembangkan mereka. Pelayanan pemimpin kepada
kelompoknya dapat berbentuk : menciptakan visi,
mengomunikasika visi tersebut, menyediakan sumber daya
bagi anggota kelompok; memilih, melatih, dan menerima
umpan balik dari anggota kelompok; mendukung kelompok
xxvi
dengan otoritas yang lebih tinggi; menjelaskan kepada
pengikutnya perintah dan kebijakan dari otoritas yang lebih
tinggi; dan melakukan banyak tugas-tugas lainnya.
b. Membuat Keputusan. Keberhasilan seorang pemimpin untuk
menentukan kebijakan yang ingin dibuat atau ditetapkannya,
diawali dengan sebuah keputusan strategis yang diambil
pemimpin tersebut.
c. Keteladanan. Pemimpin dinilai dari apa yang telah
dilakukan atau diberikannya kepada organisasi dan orang-
orang yang dipimpinnya. Pemimpin harus bisa menjadi
contoh yang baik bagi para bawahannya. Tentu para
bawahan akan memberikan penghargaan, rasa hormat, dan
simpatik kepada pemimpinnya yang menunjukkan
kepribadian, kinerja dan dedikasi yang baik.
d. Bertanggungjawab. Menjadi pemimpin merupakan
tanggung jawab besar yang harus diemban sebagai bentuk
dari amanah, dukungan atau kepercayaan orang lain yang
memiliki harapan kepada seorang pemimpin tersebut untuk
melakukan perubahan yang lebih baik dari keadaan
sebelumnya.
e. Bekerjasama. Pemimpin yang efektif akan mampu
menciptakan budaya kerja sama tim yang baik di antara
anggota organisasi, melakukan komunikasi yang efektif
xxvii
dengan para bawahan, serta menciptakan lingkungan kerja
yang baik.
f. Menciptakan perubahan. Pemimpin harus mampu membuat
terobosan-terobosan baru, sehingga tercipta suatu
pembaharuan fundamental baik di tubuh organisasi, produk
atau jasa, maupun bagi orang-orang yang dipimpinnya.
b. Kepala Desa
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2015 yang dimaksud dengan Kepala Desa
adalah pejabat Pemerintah Desa yang mempunyai wewenang, tugas dan
kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangga Desanya dan
melaksanakan tugas dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah.Kepala
Desa dipilih secara langsung oleh masyarakat desa. Masa Jabatan
Kepala Desa adalah 6 tahun dan dapat kembali sebanyal 2 masa jabatan.
Pasal 26 ayat (1) Kepala Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan Desa, melaksanakan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa.
Terkait dengan wewenang Kepala Desa berdasarkan pasal 26
ayat (2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 menyebutkan sebagai
berikut: “Dalam melaksanakan tugasnya, kepala Desa memilik
wewenang: memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa;
mengangkat dan memberhentikan perangkat Desa; memegang
xxviii
kekuasaan pengelolaan Keuangan dan Aset Desa; menetapkan
Peraturan Desa; menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
membina kehidupan masyarakat Desa; membina ketenteraman dan
ketertiban masyarakat Desa; membina dan meningkatkan
perekonomian Desa serta mengintegrasikannya agar mencapai
perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya kemakmuran
masyarakat Desa; mengembangkan sumber pendapatan Desa;
mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara
guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; mengembangkan
kehidupan sosial budaya masyarakat Desa; memanfaatkan teknologi
tepat guna; mengoordinasikan Pembangunan Desa secara partisipatif;
mewakili Desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan; dan melaksanakan wewenang lain yang sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hak Kepala Desa berdasarkan pasal 26 ayat (3) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014: mengusulkan struktur organisasi dan
tata kerja Pemerintah Desa; mengajukan rancangan dan menetapkan
Peraturan Desa; menerima penghasilan tetap setiap bulan, tunjangan,
dan penerimaan lainnya yang sah, serta mendapat jaminan kesehatan;
mendapatkan pelindungan hukum atas kebijakan yang dilaksanakan;
dan memberikan mandat pelaksanaan tugas dan kewajiban lainnya
kepada perangkat Desa.
xxix
Kewajiban Kepala Desa berdasarkan pasal 26 ayat (4) Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014: memegang teguh dan mengamalkan
Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, serta mempertahankan dan memelihara
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal
Ika; meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa; memelihara
ketenteraman dan ketertiban masyarakat Desa; menaati dan
menegakkan peraturan perundang-undangan; melaksanakan kehidupan
demokrasi dan berkeadilan gender; melaksanakan prinsip tata
Pemerintahan Desa yang akuntabel, transparan, profesional, efektif dan
efisien, bersih, serta bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme;
menjalin kerja sama dan koordinasi dengan seluruh pemangku
kepentingan di Desa; menyelenggarakan administrasi Pemerintahan
Desa yang baik; mengelola Keuangan dan Aset Desa; melaksanakan
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Desa; menyelesaikan
perselisihan masyarakat di Desa; mengembangkan perekonomian
masyarakat Desa; membina dan melestarikan nilai sosial budaya
masyarakat Desa; memberdayakan masyarakat dan lembaga
kemasyarakatan di Desa; mengembangkan potensi sumber daya alam
dan melestarikan lingkungan hidup; dan memberikan informasi kepada
masyarakat Desa. Apabila seorang Kepala Desa tidak memenuhi
kewajiban-kewajiban tersebut, maka akan mendapatkan sanksi tegas,
sebagaimana tertuang dalam pasal 28 yakni Kepala Desa dapat dikenai
xxx
sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau teguran tertulis dan
apabila tidak dilaksanakan, dilakukan tindakan pemberhentian
sementara dan dapat dilanjutkan dengan pemberhentian.
Selain memiliki hak dan kewajiban, seorang Kepala Desa
memiliki larangan-larangan yang harus dihindari, sebagaimana menurut
pasal 29 yaitu: Kepala Desa dilarang: merugikan kepentingan umum;
membuat keputusan yang menguntungkan diri sendiri, anggota
keluarga, pihak lain, dan/atau golongan tertentu; menyalahgunakan
wewenang, tugas, hak, dan/atau kewajibannya; melakukan tindakan
diskriminatif terhadap warga dan/atau golongan masyarakat tertentu;
melakukan tindakan meresahkan sekelompok masyarakat Desa;
melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme, menerima uang, barang,
dan/atau jasa dari pihak lain yang dapat memengaruhi keputusan atau
tindakan yang akan dilakukannya; menjadi pengurus partai politik;
menjadi anggota dan/atau pengurus organisasi terlarang; merangkap
jabatan sebagai ketua dan/atau anggota Badan Permusyawaratan Desa,
anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Kabupaten/Kota, dan jabatan lain yang ditentukan dalam peraturan
perundangan-undangan; ikut serta dan/atau terlibat dalam kampanye
pemilihan umum dan/atau pemilihan kepala daerah; melanggar
sumpah/janji jabatan; dan meninggalkan tugas selama 30 (tiga puluh)
xxxi
hari kerja berturut-turut tanpa alasan yang jelas dan tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Apabila seorang Kepala Desa melanggar
larangan tersebut, maka akan dikenakan sanksi, Kepala Desa yang
melanggar dikenai sanksi administratif berupa teguran lisan dan/atau
teguran tertulis. Dalam hal sanksi administratif tidak dilaksanakan,
dilakukan tindakan pemberhentian sementara dan dapat dilanjutkan
dengan pemberhentian.
Pada pasal 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik
Indonesia Nomor 82 Tahun 2015 Kepala Desa berhenti karena:
Meninggal dunia; Permintaan sendiri; atau Diberhentikan. Kepala Desa
diberhentikan karena: Berakhir masa jabatannya; Tidak dapat
melaksanakan tugas secara berkelanjutan atau berhalangan tetap secara
berturut-turut selama 6 (enam) bulan; Tidak lagi memenuhi syarat
sebagai kepala Desa; Melanggar larangan sebagai kepala Desa; Adanya
perubahan status Desa menjadi kelurahan, penggabungan 2 (dua) Desa
atau lebih menjadi 1 (satu) Desa baru, atau penghapusan Desa; Tidak
melaksanakan kewajiban sebagai kepala Desa; atau Dinyatakan sebagai
terpidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap.Apabila kepala Desa berhenti Badan
Permusyawaratan Desa melaporkan kepada Bupati/Walikota melalui
camat atau sebutan lain. Laporan Pimpinan Badan Permusyawaratan
Desa kepada Bupati/Walikota memuat materi situasi yang terjadi
terhadap Kepala Desa yang bersangkutan. Atas laporan Pimpinan
xxxii
Badan Permusyawaratan Bupati/Walikota melakukan kajian untuk
proses selanjutnya.
Pada pasal 9 Kepala Desa dapat diberhentikan sementara oleh
Bupati/Walikota karena : Tidak melaksanakan kewajiban sebagai
kepala desa; Melanggar larangan sebagai Kepala Desa dinyatakan
sebagai terdakwa yang diancam dengan pidana penjara paling singkat 5
(lima) tahun berdasarkan register perkara di pengadilan; dan ditetapkan
sebagai tersangka dalam tindak pidana korupsi, teroris, makar, dan/atau
tindak pidana terhadap keamanan negara. Setelah itu akan dilakukan
Pengesahan Pemberhentian, yaitu Pengesahan pemberhentian Kepala
Desa ditetapkan dengan Keputusan Bupati/Walikota; Keputusan
Bupati/Walikota disampaikan kepada Kepala Desa yang bersangkutan
dan Para pejabat terkait pada tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Apabila kepala desa diberhentikan, maka dari BPD dapat
melaksanakan pemilihan desa antar waktu, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Daerah Kabupaten Gunungkidul Nomor 5 tahun 2015 tentang
Kepala Desa. Pada pasal 53 ayat 1 dijelaskan bahwa Musyawarah Desa
yang diselenggarakan khusus untuk pelaksanaan pemilihan Kepala
Desa antar waktu dilaksanakan paling lama dalam jangka waktu 6
(enam) bulan terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan dengan
mekanisme sebagai berikut :
a. Sebelum penyelenggaraan Musyawarah Desa, dilakukan kegiatan
yang meliputi :
xxxiii
a) Pembentukan Panitia Pemilihan Kepala Desa antarwaktu oleh
Badan Permusyawaratan Desa paling lama dalam jangka waktu
15 (lima belas) hari terhitung sejak Kepala Desa diberhentikan;
b) Pengajuan biaya pemilihan dengan beban APBDesa oleh Panitia
Pemilihan kepada Penjabat Kepala Desa paling lambat dalam
jangka waktu 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak panitia
terbentuk;
c) Pemberian persetujuan biaya pemilihan oleh penjabat Kepala
Desa paling lama dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari
terhitung sejak diajukan oleh Panitia Pemilihan;
d) Pengumuman dan pendaftaran bakal calon Kepala Desa oleh
Panitia Pemilihan dalam jangka waktu 15 (lima belas) hari;
e) Penelitian kelengkapan persyaratan administrasi bakal calon oleh
Panitia Pemilihan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari; dan
f) Penetapan calon Kepala Desa antar waktu oleh Panitia
Pemilihan paling sedikit 2 (dua) orang calon dan paling banyak
3 (tiga) orang calon yang dimintakan pengesahan Musyawarah
Desa untuk ditetapkan sebagai calon yang berhak dipilih dalam
Musyawarah Desa.
b. BPD menyelenggarakan Musyawarah Desa yang meliputi kegiatan :
a) Penyelenggaraan musyawarah Desa dipimpin oleh Ketua Badan
Permusyawaratan Desa yang teknis pelaksanaan pemilihannya
dilakukan oleh panitia pemilihan;
xxxiv
c) Pengesahan Calon Kepala Desa yang berhak dipilih oleh
musyawarah Desa melalui musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara;
d) Pelaksanaan pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia
Pemilihan melalui mekanisme musyawarah mufakat atau melalui
pemungutan suara yang telah disepakati oleh musyawarah Desa;
e) Pelaporan hasil pemilihan Calon Kepala Desa oleh Panitia
Pemilihan kepada musyawarah Desa;
f) Pengesahan calon terpilih oleh musyawarah Desa; 6. pelaporan
hasil pemilihan Kepala Desa melalui Musyawarah Desa kepada
BPD dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah musyawarah Desa
mengesahkan Calon Kepala Desa Terpilih;
g) Pelaporan Calon Kepala Desa terpilih hasil musyawarah Desa
oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa kepada Bupati paling
lambat 7 (tujuh) hari setelah menerima laporan dari panitia
pemilihan;
h) Penerbitan keputusan Bupati tentang pengesahan pengangkatan
Calon Kepala Desa Terpilih paling lambat 30 (tiga puluh) hari
sejak diterimanya laporan dari BPD; dan
i) Pelantikan Kepala Desa oleh Bupati paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak diterbitkan keputusan pengesahan
pengangkatan Calon Kepala Desa Terpilih dengan urutan acara
xxxv
pelantikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Dalam pemilihan kepala desa antar waktu ini, tidak melibatkan
seluruh masyarakat, melainkan hanya sebatas perwakilan sebagaimana
dijelaskan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 65 Tahun 2017 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 112 Tahun 2014 Tentang Pemilihan Kepala
Desa melalui pasal 47D ayat 4 bahwa Peserta musyawarah Desa
melibatkan unsur masyarakat. Pada ayat 5 Unsur masyarakat berasal
dari: a. tokoh adat; b. tokoh agama; c. tokoh masyarakat; d. tokoh
pendidikan; e. perwakilan kelompok tani; f. perwakilan kelompok
nelayan; g. perwakilan kelompok perajin; h. perwakilan kelompok
perempuan; i. perwakilan kelompok pemerhati dan perlindungan anak;
j. perwakilan kelompok masyarakat miskin; atau k. unsur masyarakat
lain sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pada
ayat 6 dikatakan bahwa Unsur masyarakat diwakili paling banyak 5
(lima) orang dari setiap dusun atau sebutan lain, yang kemudian pada
pasal 7 dijelaskan bahwa jumlah peserta musyawarah desa dibahas dan
disepakati bersama BPD dan pemerintah Desa dengan memperhatikan
jumlah penduduk yang mempunyai hak pilih di Desa yang ditetapkan
dengan keputusan BPD.
xxxvi
Menurut Sutoro Eko (2017:195), tipe Kepala Desa dibagi
menjadi empat, yaitu :
Korupsi
Tidak Ya
Reformasi
Tidak
Kepala desa
Konservatif
Kepala desa bandit
Ya
Kepala desa
reformis-progresif
Kepala desa
petarung/kombatan
Tipe yang pertama, Kepala Desa Konsevatif, yakni Kepala Desa
yang tidak melakukan korupsi dan juga tidak melakukan reformasi.
Dalam penyelenggaraan desa hanya berlangsung apa adanya, karena
Kepala Desa tidak berbuat banyak, dan hanya menunggu perintah dari
atas. Kepala Desa banyak menjalankan fungsi sosial dan tugas
administratif dari atas. Contoh kecil dari Kepala Desa konservatif
adalah sebagian Kepala Desa ada yang tidak berani menggunakan dana
desa dan mengembalikannya kepada pemerintah karena tidak tahu dan
takut. Kepala desa tidak berani korupsi, namun juga tidak berani
melakukan perubahan. Hal tersebut menyebabkan desa tidak
mengalami kemajuan.
Tipe Kedua, Kepala Desa Bandit, yang tidak melakukan
reformasi tetapi melakukan korupsi. Kepala Desa bandit biasanya hadir
sebagai penguasa tunggal, orang kuat, nekat, dan mempunyai tukang
xxxvii
pukul. Kepala Desa memaksa perangkat desa untuk melakukan hal
yang salah dengan cara yang benar, yakni mencuri uang untuk dirinya
sendiri tetapi dengan laporan administrasi yang canggih. Masyarakat
tidak berani melawan bandit, namun biasanya masyarakat yang berani
melawan secara diam-diam menempuh jalur hukum, yakni melaporkan
penyalahgunaan sang bandit kepada institusi hukum. Hanya hukum
yang bisa melawan bandit, ketika moral dan politik tidak sanggup
bicara, sehingga banyak Kepala daerah maupun kepala desa yang
berwatak bandit ini akhirnya berakhir kekuasaannyya bukan karena
tekanan moral dan politik, tetapi karena koersi hukum.
Tipe ketiga, kepala desa yang bertipe inovatif-progresif, yang
secara serius melakukan reformasi desa tanpa melakukan korupsi.
Banyak generasi muda, termasuk aktivis LSM, tampil menjadi kepala
desa yang inovatif –produktif. Mereka melakukan perubahan desa yang
bermanfaat untuk rakyat banyak. Mereka sangat paham akan hakekat
UU Desa, tidak antidemokrasi, dan berani melakukan advokasi
terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai merugikan desa.
Tipe keempat, kepala desa bertipe petarung (kombatan), yang
melakukan reformasi tetapi berujung korupsi, dan kandas di penjara.
Dapat dikatakan bahwa reformasi tampil sebagai pedang bermata dua.
Satu mata pedang reformasi digunakan untuk menerobos kemapanan
yang menghasilkan perubahan, satu mata yang lain reformasi mudah
membuat sang kepala desa menjadi penguasa tunggal tiada lawan dan
xxxviii
kontrol. Parlemen desa (BPD) dan masyarakat tidak boleh lengah
melakukan kontrol, dan tidak mudah memberikan pujian yang
memabukkan kepala desa.
c. Kepemimpinan Kepala Desa
Dari konsep Kepemimpinan dan kepala desa di atas dapat
diartikan kepemimpinan desa adalah proses bagaimana kepala desa
tersebut memimpin desa. Ada tiga tipe kepemimpinan menurut Sutoro
Eko (2014:158), yang pertama adalah kepemimpinan regresif yakni
karakter kepemimpinan yang mundur ke belakang, bahkan bermasalah.
Sebagian besar desa parokhial dan sebagian desa-desa korporatis
menghasilkan karakter kepemimpinan kepala desa yang regresif.
Mereka berwatak otokratis, dominatif, tidak suka BPD, tidak suka
partisipasi dan anti perubahan. Jika desa dikuasai kepala desa ini maka
desa yang mandiri, demokratis dan sejahtera akan sulit tumbuh. Tipe
yang kedua adalah tipe kempemimpinan konservatif-involutif yang
ditandai dengan hadirnya kepala desa yang bekerja apa adanya (taken
for granted), menikmati kekuasaan dan kekayaan, serta tidak berupaya
melakukan inovasi atau perubahan yang mengarah pada demokratisasi
dan kesejahteraan rakyat. Tipe yang ketiga adalah kepemimpinan
inovatif-progresif yang pro pada perubahan. Saat ini banyak ditemukan
kepala desa yang relatif muda dan berpendidikan tinggi, mereka tidak
antidemokrasi, sebaliknya memberikan ruang politik (political space)
bagi tumbuhnya transparansi, akuntabilitas dan partisipasi. Mereka
xxxix
memperbaiki pelayanan publik, mengelola kebijakan dan pembangunan
secara demokratis, serta menggerakkan elemen-elemen masyarakat
untuk membangkitkan emansipasi lokal dan membangun desa dengan
aset-aset lokal.
C. Kewenangan Desa
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2016 Tentang Kewenangan Desa, Kewenangan Desa
adalah kewenangan yang dimiliki Desa meliputi kewenangan berdasarkan
hak asal-usul, kewenangan lokal berskala Desa, kewenangan yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota serta kewenangan lain yang
ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Seiring berjalannya waktu dan dengan adanya perubahan peraturan
yang mengatur tentang desa, Kewenangan yang dimiliki Desa menjadi
lebih baik, karena kini desa di berikan kewenangan untuk mengatur
rumah tangganya sendiri atau bisa disebut kini desa menjadi subjek
pembangunan. Berikut tabel perbedaan kewenangan desa menurut
Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014:
UU No.32/2004 UU No.6/2014
Urusan pemerintahan yang sudah Kewenangan berdasarkan hak asal
xl
ada berdasarkan hak asal usul desa usul
Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Kabupaten/Kota yang
diserahkan pengaturannya kepada
desa.
Kewenangan lokal berskala desa
Tugas pembantuan dari pemerintah,
Pemerintah Provinsi,dan/atau
Pemerintah Kabupaten/Kota
Kewenangan yang ditugaskan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota
Urusan pemerintahan lainnya yang
oleh peraturan perundang-undangan
diserahkan kepada desa.
Kewenangan lain yang ditugaskan
oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014Pasal 18
Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan
kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan
prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat Desa.
Jenis kewenangan Desa berdasarkan Pasal 19 terdiri atas:
Kewenangan berdasarkan hak asal usul; kewenangan lokal berskala Desa;
xli
kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota; dan kewenangan lain
yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 44 Tahun 2016
Tentang Kewenangan Desa , jenis kewenangan dirincikan sebagai berikut:
Perincian kewenangan Desa berdasarkan hak asal-usul (Pasal 7) terdiri
atas:
a. sistem organisasi masyarakat adat;
b. pembinaan kelembagaan masyarakat;
c. pembinaan lembaga dan hukum adat;
d. pengelolaan tanah kas Desa; dan
e. pengembangan peran masyarakat Desa.
Perincian kewenangan lokal berskala Desa (Pasal 8) terdiri atas:
a. pengelolaan tambatan perahu;
b. pengelolaan pasar Desa;
c. pengelolaan tempat pemandian umum;
d. pengelolaan jaringan irigasi;
e. pengelolaan lingkungan permukiman masyarakat Desa;
f. pembinaan kesehatan masyarakat dan pengelolaan pos pelayanan
terpadu;
g. pengembangan dan pembinaan sanggar seni dan belajar;
xlii
h. pengelolaan perpustakaan Desa dan taman bacaan;
i. pengelolaan embung Desa;
j. pengelolaan air minum berskala Desa; dan
k. pembuatan jalan Desa antarpermukiman ke wilayah pertanian.
6. Ruang Lingkup Penelitian
Sesuai dengan pembahasan diatas maka ruang lingkup penelitian ini untuk
melihat dampak pergantian kepala desa sebelum habis masa jabatan dilihat dari
pelaksanaan kewenangan desa, sebagai berikut:
A. Pelaksanaan kewenangan desa sebelum adanya permasalahan kepala desa.
B. Pelaksanaan kewenangan desa saat adanya permasalahan kepala desa.
C. Dampak positif kepemimpinan kepala desa baru terhadap pelaksanaan
kewenangan desa.
D. Dampak negatif kepemimpinan kepala desa baru terhadap pelaksanaan
kewenangan desa.
7. Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 73) dalam
(http://eprints.uny.ac.id/14815/3/BAB%20III.pdf)penelitian deskriptif
kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena
- fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia,
xliii
yang lebih memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan
antar kegiatan. Selain itu, penelitian deskriptif tidak memberikan
perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang
diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-
satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Kaitannya dengan penelitian ini adalah untuk memberikan
gambaran atau deskripsi tentang bagaimana dampak pergantian kepala
desa sebelum habis masa jabatan terhadap penyelenggaraan kewenangan
desa.
B. Obyek dan Subyek Penelitian
1. Dalam hal ini obyek penelitian adalah:
Dampak pergantian kepala desa sebelum habis masa jabatan terhadap
penyelenggaraan kewenangan desa.
2. Dalam hal ini subyek penelitian dan informan adalah:
1) Subyek yang diteliti dengan rincian sebagai berikut:
a. Kepala Desa Baru
b. Sekretaris Desa Dadapayu
c. Kepala Urusan Tata Usaha dan Umum
d. Kepala Urusan Perencanaan
e. Kepala Urusan Keuangan
f. Kasi Pemerintahan
g. Staf Desa, sebanyak 1 orang
xliv
h. Kepala Dukuh, sebanyak 2 orang
i. BPD, sebanyak 1 orang
j. Masyarakat, sebanyak 3 orang
2) Deskripsi Informan secara umum
Tabel I.1
Deskripsi informan secara umum
No. Nama Umur Jenis
Kelamin
Pekerjaan Pendi
dikan
1. Jumadi 47 Laki-laki Kepala Desa SMA
2. Prihantara 37 Laki-laki Sekretaris Desa S1
3. Yudas Sutarto 51 Laki-laki Kasi
Pemerintahan
SMA
4. Sarmanta 54 Laki-laki Kaur Tata Usaha
dan Umum
SPG
5. Suyata 52 Laki-laki Staf Perangkat
Desa
SMA
6. Lusia Widayanti 38 Perempuan Kepala Urusan
Keuangan
SMK
7. Rusdi 45 Laki-laki Kaur
Perencanaan
SMA
8. Taryono 33 Laki-laki Kepala Dukuh SMA
9. Ngatemin 54 Laki-laki Kepala Dukuh SMA
10. Wagiman 46 Laki-laki Wakil Ketua
BPD
SMP
11. Bambang
Pamungkas
37 Laki-laki Masyarakat SMA
12. Yudono 51 Laki-laki Masyarakat SD
13. Yulia Restyawati 22 Perempuan Masyarakat D3
Sumber data Primer 2019
xlv
Berdasarkan deskripsi informan dari tabel I.1 yang
diperoleh dari informan saat diwawancarai maka dapat diketahui
bahwa jumlah keseluruhan informan adalah 13 orang dengan varian
umur mulai dari 27 sampai 54 tahun dengan mayoritas berjenis
kelamin laki-laki dan bekerja sebagai perangkat desa serta
berpendidikan mayoritas SMA.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penilitian ini sebagai
berikut:
1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Moeleong:186).
2. Observasi, dalam hal ini peneliti dalam mengumpulkan pengumpulan
data menyatakan terus terang pada sumber data, bahwa ia sedang
melakukan penelitian.(Sugiyono 2015:312).
3. Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan
metode observasi dan wawancara dalam penlitian kualitatif. Oleh karna
itu hasilnya akan lebih kredibel atau dapat dipercaya kalau didukung
oleh dokumen.(Sugiyono 2015:329).
xlvi
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penilitian ini adalah
Penelitian Kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah (Moleong:6).
Analisis data model Miles and Huberman:
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu. Sehingga memberikan gambaran yang
lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yaitu mendisplaykan
data. Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
bagan, hubungan antar kategori, flowchart. Menurut Miles dan
Huberman (1984) untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif selain itu mendisplay data
juga dapat berupa grafik, matrik, network dan chart.
3. Verification atau Conclusion Drawing
xlvii
Adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan dapat
menjawab rumusan masalah akan tetapi mungkin juga tidak karena
bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian di
lapangan. Kesimpulan diharapkan dapat menemukan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. (Sugiyono 2015:338-345).
xlviii
BAB II
PROFIL DESA
1. KONDISI UMUM DESA
A. Visi dan Misi
a. Visi dari Desa Dadapayu adalah “Seko ndeso neng Malioboro, bali
neng ndeso nyejahterakke uripe wargo mulyo lan sentoso, adil makmur
berdasar Pancasila”.
b. Misi Desa Dadapayu adalah melanjutkan program yang telah
dilaksanakan oleh Pemerintah Desa Dadapayu, yang terdiri dari:
a) Pemberdayaan Sumber Daya Alam
b) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia
c) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
B. Geografis „
a. Letak Wilayah
Desa Dadapayu merupakan salah satu di wilayah Kecamatan Semanu
dari 5 desa, yang terletak ± 10 Km ke ibukota kecamatan atau ± 17 Km
ke ibukota kabupaten, dan 60 km ke Ibukota Provinsi. Desa Dadapayu
juga berbatasan dengan desa atau kecamatan lain. Batas desa sebelah
selatan berbatasan dengan Desa Giri Panggung Kecamatan Tepus, di
sebelah barat berbatasan dengan Desa Candirejo Kecamatan Semanu, di
sebelah utara berbatasan dengan Desa Ngeposari Kecamatan Semanu
xlix
dan Desa Gombang Kecamatan Ponjong, dan di sebelah timur
berbatasan dengan Desa Pucanganom dan Petir Kecamatan Rongkop.
Gambar. II.1
Peta Desa Dadapayu