halaman pernyataan - repo.apmd.ac.idrepo.apmd.ac.id/594/1/repo moses douw.pdf · upaya dan usaha...
TRANSCRIPT
ii
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan, bahwa skripsi sebagai syarat memperoleh gelar sarjana bukan
merupakan hasil karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali
yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Saya menyatakan
bersediamenerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya peroleh dan sanksi-sanksi lainya
sesuai dengan peraturan yang berlaku, apabila kemudian hari ditemukan plagiasi dalam skripsi
ini.
Yogyakarta, 20 Oktober 2018
Moses Douw
13520173
iv
MOTTO
Hidup berdinamika Belajar dalam proses ucapan Berdoa dan siap Bekerja untuk memuliakan
nama Tuhan, menghormati Alam Papua dan menghargai sesama.
Hidup adalah Noken Papua, yang harus di rajut setiap hari, untuk mengisi dan menimbah proses
agar menuai hasil dari Isinya.
Sebesar dan Seberat Besi Baja akan ku Potong dan Ku Pikul Bersama Waktu
Nubuat Akan Terangkat dan Terpotong
Dengan Usahaku
“Dimi Koukoo Kego Epautoo, Peu Epautoo, Eniya Epautoo Kodoya, Dimi Kebone Moti, Dimi
Agiya Gini Dimi Epimake Tetita”
Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam Doa
Roma 12:12
“Hidup Menghasilkan Hidup, Tak Seorangpun Mati Menghasilkan Hidup”
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kemurahan-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kapasitas Aparatur Desa dan Partisipasi
Masyarakat Desa Dalam Pengelolaan Dana Desa (Studi Deskriptif Kualitatif di Desa
Songbanyu, Kecamatan Girisub, Gunung Kidul, Provinsi D.I.Y)”. Penulisan Skripsi ini
diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana (S1) pada Prodi
Ilmu Pemerintahan di Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”. Penulis
menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang cukup
lama, selama penyusunan skripsi ini, penulis menemukan berbagai hambatan-hambatan dan
tantangan, namun hambatan-hambatan dan tantangan tersebut dapat dilewati dengan kuat, segala
upaya dan usaha yang keras serta tentunya dukungan tenaga, pikiran dan doa dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini izinkan penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga
kepada orang tua tercinta, Ayah Andreas Douw dan Ibu Kornelia Giyai yang telah melahirkan,
membesarkan, dan mendidik penulis hingga sampai seperti saat ini. Terima Kasih tak terhingga
karena telah memberikan segala dukungan yang luar biasa kepada penulis. Baik itu berupa kasih
sayang, dukungan moral dan materi serta doa yang tak pernah ada hentinya selalu diberikan
dengan ikhlas kepada penulis, semoga Allah Bangsa Papua selalu melindungi, memberikan
kesehatan serta Semangat Muda kepada kedua orang tua penulis. Terima kasih yang sebesar-
besarnya serta penghargaan yang setinggi-tingginya juga penulis sampaikan kepada:
Tuhan Allah Bangsa Papua dan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat, berkat dan
tuntunan selama penulis menyelesaikan skripsi ini.
vi
Bapak Habib Mushin, S.Sos., M.Si selaku Ketua STPMD “APMD” Yogyakarta yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis mengikuti pendidikan pada program S1
Ilmu Pemerintahan, Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD”
Yogyakarta”.
Bapak Gregorius Sahdan, S.Ip, M.A selaku ketua Prodi Ilmu Politik dan Pemerintahan
beserta seluruh staf pegawai di lingkup Prodi Ilmu Politik dan Pemerintah, Sekolah
Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.
Bapak Drs. Jaka Triwidaryanta, M.Si, selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing penulis dari awal proposal hingga skripsi ini selesai.
Para tim penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran dalam upaya
penyempurnaan skripsi ini.
Seluruh Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan yang telah membagi ilmu yang
bermanfaat kepada penulis.
Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul, Kecamatan Girisubo, Desa Songbanyu, yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di Desa Songbanyu dan dari segala pihak
yang terlibat Serta tokoh-tokoh masyarakat di desa Songbanyu yang telah memberikan
dukungan dan bantuan kepada penulis selama melakukan kegiatan penelitian, terlebih
kepada Kepala Dusun Bandung, Gesik, Salam I dan Putat yang telah member tempat
untuk tinggal selama penelitian.
Terima Kasih kepada saudara-saudari kandung penulis, Yulince Douw, Kristina Douw,
Rikorimos Douw dan Mikael Douw yang senantiasa memberikan semangat yang tiada
hentinya kepada penulis selama ini. Terima kasih telah menjadi saudara sekaligus teman
terbaik. Semoga kita selalu bisa membahagiakan ayah dan ibu.
vii
Terima Kasih untuk saudara-saudara seperjuangan Ben Makewa Pigai, Agustinus Pekei,
Andrian Yeimo, Makelon Selopole, Frumensius, Asterius Bili, Jekson Degei, Abraham
Goo, Fabianus Pigome, Feleks Pigome, Alm. Edison Douw, Daud Agapa dan lainya yang
saya tidak sebutkan satu persatu
Terima Kasih Kepada Keluarga besar Korps Mahasiswa Ilmu Pemerintahan STPMD
“APMD”, Teropong STPMD “APMD”, FOKMAPA STPMD “APMD”
IPMAPANDODE Jogja-Solo, IMPULSE DIY, FKPMKP DIY, IPMADE Jogja-Solo,
GMNI Komisariat “APMD”, FMN APMD,
Kepada Alumni SMP K Diyai
Terimakasi juga kepada Donatus Mote, Mikael Tekege, Krismas Bagau, Andreas Pigai,
Agustinus Tatogo, Stefanus Bukega, Albertus You, Gabriel Ukago dan lainya
Terima Kasih kepada teman-teman KKN Kel. 10 Ngentak di Kabupaten Kuonprogo,
Kecamatan Samigaluh, dan terkhusus kepada adik-adik PSNGENTAK yang Penulis
dirikan Persatuan Sepak Bola Ngentak dan Masyarakat yang tergabung dalam Kelompok
Perikanan Ngentak yang penulis bentuk. Terima kasih telah menjadi keluarga sekaligus
teman yang menyenangkan walaupun hanya dalam waktu yang singkat tapi semua itu
tersimpan rapi dalam hati penulis. Semoga perkenalan kita tetap terjaga sampai kapan
pun.
Teman-teman SMA Adhi Luhur Nabire, pada angkatan 24 dengan julukan (24 Berani) di
mana saja kamu berada lebih khusus Ira Merdekawati, alm. Inseri F. Weyai yang
membantu membiasakan bahasa Indonesia, seketika kelas 10 Mahatma Gandhi. Maka itu,
Terima kasih atas doa kalian dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis. Terima
kasih atas waktu yang sering kalian berikan untuk bernostalgia berbagi kisah kalian.
viii
Terima kasih juga penulis sampaikan kepada keluarga dan teman-teman yang tidak
sempat penulis tuliskan namanya satu-persatu.
Akhirnya kepada Allah Bangsa Papua penulis serahkan segalanya serta panjatkan doa yang tiada
henti, rasa syukur yang teramat besar penulis haturkan kepada-Nya, atas segala perlindungan dan
berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga kebaikan semua pihak
yang telah membantu agar dapat diberikan pahala yang berlipat ganda sesuai dengan
perbuatannya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta bagi para pembaca pada umumnya. Amin
Yogyakarta, 23 Juli 2018
Penulis
ix
ABSTRAK
Dana desa ini merupakan kebijakan yang relatif baru sehingga dalam pengelolaannya
masih banyak ditemui kelemahan-kelemahan terkait dengan kapasitas aparatur desa dan
partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan dana desa di Desa Songbanyu. Kapasitas
Aparatur Desa Songbanyu dalam hal ini masih lemah dalam menyelenggarakan pemerintah desa,
adminitrasi desa dan pengelolaan dana desa. Kapasitas Aparatur Desa Songbanyu dilihat dari
tiga indikator yaitu, Kemampuan Dasar, Kemampuan Manajemen dan Kemampuan serta Asas
Pengelolan Dana Desa. Kemudian, partisipasi masyarakat dalam pengelolaan desa dalam hal
pengelolaan dana desa terkait dengan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat desa dalam
Perencanaan dan Pengambilan Keputusan, Pelaksanaan Pembangunan, Pemanafaatan, Evaluasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kapasitas Aparatur Desa dan Partisipasi
masyarakat desan dalam pengeolaan dana desa di Desa Songbanyu
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun informan yang
digunakan adalah teknik purposive untuk menentukan informan dalam pengambilan data sesuai
dengan tujuan penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah aparatur desa (7 orang),
masyarakat desa (3 orang), tokoh masyarakat (2 orang). Data primer yang diperoleh melalui
prosedur teknik pengumpuan data yang berupa wawancara dan observasi langsung di lapangan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber tak langsung yaitu teknik dokumentasi. Data
akan dianalisa dengan metode deskriptif kualitatif menggunakan model reduksi, penyajian dan
penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa Kapasitas Aparatur Desa meliputi pengetahuan
dasar, kemampuan dasar, kemampuan manajemen dan asas pengelolaan dana desa. Sedangkan
partisipasi masyarakat meliputi partisipasi dalam perencanaan, pengambilan keputusan,
partisipasi dalam pelaksanaan pembangunan, partisipasi dalam pengambilan manfaat,
pengawasan serta perawatan dan partisipasi dalam evaluasi Hal ini dibuktikan dengan
kepercayaan mayarakat. Partisipasi masyarakat desa, sangat diskikis dengan kepercayaan
masyarakat kepada aparatur desa, dilihat dengan keaktifan masyarakat selalu diingkar dari
aparatur desa. Selain itu, pekerjaan, usia, gender dan pengetahuan masyarakat pun berpengaruh
dalam partisipasi masyarakat di Desa Songbanyu. Sehingga pengelolaan dana desa di Desa
Songbanyu simpulkan bahwa masih harus dibenahi lagi.
Kata Kunci: Kapasitas Aparatur Desa, Partisipasi Masyarakat dan Pengelolaan Dana Desa
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ...................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................iii
HALAMAN MOTTO ................................................................................................................iv
KATA PENGANTAR ................................................................................................................v
ABSTRAK ..................................................................................................................................ix
DAFTAR ISI...............................................................................................................................x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................................xiii
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................................................14
C. Tujuan Penelitian ............................................................................................................14
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................................................15
E. Kajian Teori ....................................................................................................................16
F. Ruang Lingkup ...............................................................................................................67
G. Metodologi Penelitian ....................................................................................................69
xi
BAB II PROFIL DESA SONGBANYU ...................................................................................82
A. Sejarah Singkat Desa Songbanyu ....................................................................................82
B. Letak Geografis Desa .......................................................................................................83
C. Demografi Desa Songbanyu ............................................................................................84
D. Pemerintah Desa Songbanyu ...........................................................................................91
E. Lembaga Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat ................................................99
F. Gambaran Umum Kapasitas Aparatur Desa di Songbanyu .............................................99
G. Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pengeolaan Dana Desa .................100
H. Pengeolaan Dana Desa .....................................................................................................105
BAB III KAPASITAS APARATUR DESA DAN PARTISIPASI MASYARKAT DESA
DALAM PENGELOLAAN DANA DESA ..............................................................................110
A. DESKRIPSI INFORMAN.............................................................................................111
1. .. Deskripsi Informan Menurut Profesi, Jenis Kelamin 111
2. .. Deskripsi Informan Berdasarkan Tingkat Pendidikan 113
3. .. Deskripsi Informan Menurut Kelompok Umur 114
B. ANALISIS KAPASITAS APARATUR DESA SONGBANYU… .............................115
1. SUMBER DAYA MANUSIA.. ................................................................................115
a. Pengetahuan Dasar ..............................................................................................115
b. Kemampuan Manajemen .....................................................................................122
c. Asas Pengelolaan Dana Desa ...............................................................................135
2. PARTISISPASI MASYARAKAT DESA .............................................................147
a. Partisipasi dalam Perencanaan dan Pengambilan Keputusan ..............................148
xii
b. Partisipasi dalam Pelaksanaan Pembangunan ......................................................153
c. Partisipasi dalam Pemanafaatan ...........................................................................157
d. Partisipasi dalam Evaluasi ...................................................................................161
3. PENGELOLAAN DANA DESA ............................................................................163
a. Perencanaan .........................................................................................................164
b. Pelaksanaan dan Penganggaran ...........................................................................171
c. Penataausahan ......................................................................................................176
d. Pengawasan .........................................................................................................179
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................................................184
A. Kesimpulan ......................................................................................................................184
B. Saran ................................................................................................................................188
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................190
DAFTAR PERTANYAAN ........................................................................................................193
LAMPIRAN................................................................................................................................196
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel. II.1. Silsilah Kepala Desa Songbanyu ..............................................................................78
Tabel. II.2. Keadaan Penduduk Desa Songbanyu ........................................................................81
Tabel. II. 3. Keadaan Sosial Ekonomi di Desa Songbanyu .........................................................84
Tabel. II. 4. Tingkat Pendidikan di Desa Songbanyu` .................................................................86
Tabel. III.1. Tabel Informan Menurut Profesi .............................................................................106
Tabel. III.2.Tabel Informan Berdasarkan Jenis Kelamin……………………………………….107
Tabel. III.3. Tabel Informan berdasarkan Tingkat Pendidikan ….……………………………..108
Tabel. III.4. Tabel Informan Berdasarkan Kelompok Umur 109
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara yang diperkhususkan bagi desa yang disalurkan melalui dana transfer Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota. Yang diimplementasikan semaksimal
untuk pembiayaan dan pembelanjaan desa, pada apalikasinya di susun melalui APBDes.
Dana desa yang bersumber dari APBN ini adalah bentuk penghormatan dan pengakuan
kepada desa di seluruh Indonesia, pada dasarnya dengan tujuan untuk mempermudah
dan memperlancar pembangunan, pemberdayaan, pembinaan dan penyelengggaran
pemerintahan desa. Tidak hanya demikian dana desa secara umum di pergunakan
sebaik-baiknya untuk memenuhi cita-cita kemerdekaan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini disampaikan oleh mantan Presiden Negara Republik Indonesia
Soekarno dan kemudian dijustifikasikan kedalam pembukaan Undang Undang Dasar
1945 bahwa:
“Dan pergerakan perjuangan kemerdekaan Negara Republik Indonesia telah
sampailah kepada saat yang berbahagia dan selamat sentosa mengantarkan rakyat
Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang 1. merdeka,
2. bersatu, 4. adil dan 5. Makmur”. 1 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD
1945)
2
Sehingga dengan demikain, desa di seluruh Indonesia perlu dilindungi dan diberdayakan
agar menjadi kuat, maju, mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan
yang kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang
adil, makmur, dan sejahtera.
Maka, Soekarno dan Pergerakan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) hanya
mengantarkan rakyat Indonesia di depan pintu gerbang kemerdekaan yang kemudian
diperjuangkan oleh rakyat Indonesia, setelah kemerdekaan. Maka itu kemerdekaan harus
diraih dengan implementasi undang-undang atau kebijakan sesuai prosedur guna
memajukan bangsa Indonesia. Hal ini juga, diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar
Republik Indonesia 1945 bahwa tujuan Nasional Negara Republik Indonesia tertuang dalam
alinea ke-4, yaitu:
“1. membentuk suatu pemerintah Negara Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 2. Memajukan
kesejahtraan umum / bersama. 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa dan 4. Ikut
berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.” (UUD 1945)
Untuk itu dalam menjalankan dan melaksanakan membentuk sebuah undang-undang
desa sebagai penghormatan dan pengakuan desa melalui dana desa komitmen untuk
melaksanakan dan mengimplementasikan isi undang-undang dasar, sebagai agenda rutinitas
desa dalam membangun dan mensejahterakan masyarakat.
3
Seiring dengan perkembangan dana desa diperuntukkan agar mencapai cita-cita dari
tujuan bangsa Indonesia yang kemudian diaplikasikan dalam Undang-Undang No 6 Tahun
2014 tentang Desa. Dari sisi regulasi, desa tidak lagi menjadi bagian dari UU No. 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Desa-desa di Indonesia akan mengalami reposisi dan
pendekatan baru dalam pelaksanaan pembangunan dan tata kelola pemerintahannya.
Tentunya dana desa digunakan sebesar-besarnya untuk pembangunan desa sesuai
amanat undang-undang idealnya memberi wewenang dan kesempatan kepada aparatur desa
dalam melaksanakan cita-cita dana desa dan mesti mencapai puncak cita-cita, berada pada
sistem dan proses pengelolaan dana desa yang baik terlebih tertulis dalam pasal 1, UU No 6
Tahun 2014 yang menyatakan bahwa “Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, sebagai pemegang kewenangan dalam pengelolaan dana
desa”. Kemudian kewenangan desa juga lebihnya di cantumkan pada Pasal 18 UU No 6
Tahun 2014 bahwa “Kewenangan Desa meliputi kewenangan di bidang penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, pelaksanaan Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan
pemberdayaan masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat
istiadat desa.
Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan berhadapan langsung dalam pembangunan,
pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak utama untuk keberhasilan
4
semua program pembangunan dan pemberdayaan. Memperkuat desa merupakan suatu upaya
untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat dalam upaya meningkatkan
kapasitas pelayanan kepada masyarakat, dan pembangunan. Atas dasar pertimbangan itulah,
maka untuk menunjukkan eksistensi desa sebagai bagian dari langkah awalnya dengan
memberikan kewenangan kepada desa untuk mengelola keuangannya sendiri melalui
pemberian Dana Desa yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat. Tujuannya adalah untuk
memberikan ruang yang lebih besar bagi masyarakat desa agar dapat berperan aktif dalam
penyelenggaraan pembangunan di desa.
Memberikan sebuah kesempatan yang baik bagi suatu desa, dalam melaksanakan
kewenangan yang menjadi hak dan kewajiban bagi desa yang tertinggal untuk membuktikan
kemampuan dan kemapanan pemerintah desa dalam mengelola daerah berdasarkan potensi
daerah dengan melihat, letak geografis, kemiskinan, pembangunan, pendidikan, kesehatan
dan lainya. Setiap desa di beri kesempatan dan wewenang berdasarkan legislasi dan
pengakuan atas desa adat untuk mengimplementasikan dana desa.
Berdasarkan penjelasan diatas ini lebih mempertegas dalam pengelolaan dana desa terdiri
atas hubungan kapasitas dan partisipasi dalam mengimplementasikan dana desa menuju hasil
dari kebijakan dana desa, dan untuk efektifitas pengelolaan dana desa juga ditunjukan oleh
disiplin kerja aparat desa dan penanganan masalah organisasi serta masalah sosial di
lapangan. Selain itu, tingkat partisipasi masyarakat dan manajemen perilaku, keterampilan,
kemampuan Aparatur Sipil Negara dalam lingkungan pemerintah desa.
5
Dalam hal pengelolaaan dana desa muncul berbagai masalah-masalah serta kendala
kendala yang pada akhirnya memunculkan tidak efisien dan efektif. Masalah dalam
pengelolaan keuangan desa sangatlah kompleks namun, dalam penelitian ini akan membahas
permasalahan pengelolaan dana. Masalah yang sering muncul dalam pengelolaan dana desa
adalah minimnya kemampuan dasar, kurangnya manajemen keuangan, kurangnya
transparansi, minimnya partisipasi masyarakat dan minimnya pengelolaan dana desa.
Masalah seperti diatas ini, Desa Songbanyu pun terjangkit di dalamnya. Untuk itu, dalam
penelitian dan pembahasan ini akan menggali mendalam terkait dengan masalah-masalah
kapasitas aparatur desa dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa. Songbanyu
adalah desa yang rentang terjadi persoalan demikian, hal ini di kaitkan dengan letak geografi
kepercayaan masyarakat desa dan akuntabel dalam pengeloaan dana desa. Situasi ini
memungkinkan dana desa di Songbanyu masih menjadi pertanyaan publik. Hal ini juga, dikatakan
oleh Junardi Kepala Desa Songbanyu. (http://gunungkidul.sorot.co 05/12/17)
Oleh karena itu, Kapasitas aparatur desa di Songbanyu pun sebagai indikator untuk
mendapatkan hasil outcome yang mampu membangun dan memberdayakan masyarakat
haruslah merupakan kapasitas aparatur desa yang mapan. Kapasitas itu diukur dari
keterampuan dan kemampuan. Seperti yang ditulis oleh Sthepen Robhins (2003) dalam
bukunya “Perilaku Organisasi, Organizational Behavior” bahwa: keterampilan teknis,
keterampilan manusia, keterampilan konseptual. Keterampilan teknis merupakan
6
kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan dan kemampuan untuk memahami,
memotivasi, berkomunikasi dan mendukung orang lain, baik dalam individu dan kelompok.
Sedangkan Keterampilan Konseptual adalah mental untuk menganalisis dan secara detail
pengambilan keputusan dalam hal ini identifikasi masalah mengembangkan solusi dan
memilih yang terbaik.
Maka itu aparatur desa, lebih khusus kepala desa setidaknya memiliki keterampilan dan
kemampuan seperti demikian dalam hal ini untuk menjalankan tugas pokok selebihnya untuk
melayani masyarakat desa berdasarkan asas peraturan desa. Selain memiliki keterampilan
dalam mengimplementasikan dana desa aparatur desa juga merupakan kemampuan yang
cukup luas dalam pengelolaan dana desa tepat pada sasaran serta memiliki hubungan timbal
balik yang positif bagi masyarakat dan pemberdayaan.
Mengacu pada pengertian bahwa, di Desa Songbanyu aparatur desa masih dipersoalkan
dengan kinerja pengelolaan dana desa yang kunjung menjadi persoalan publik di desanya.
Dari berbagai pihak termasuk intansi terkait di Gunung Kidul masih mempertanyakan
kapasitas yang dimiliki oleh apartur desa. Hal ini, dikarenakan masih saja belum memiliki
pertangungjawaban pengeloaan dana desa yang mampu menjaga kepercayaan masyarakat.
Hal ini juga disampaikan oleh Agus Budianto bahwa warga yang menggunakan PDBDes
2016 Hingga 2018, laporan pertanggungjawaban dana desa juga tidak transparan kepada
publik. (https://gunungkidul.sorot.co/05/11/17)
7
Dengan itu, aparatur desa harus memiliki suatu daya kesanggupan, keterampilan,
pengetahuan terhadap pekerjaan dalam pengimplementasian tugas-tugas dan fungsi masing-
masing aparat Desa. Karena dalam pengelolaan dana desa di Desa Songbanyu,
mengemukakan bahwa kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat
pendidikan dan kemudian berakibat atal pada pengeloaan dana desa. Tentunya ketika minimnya
pendidikan akan berpengaruh pada sistem adminitrasi desa. Satgas dana desa pun merilis bahwa
pemeintah desa di Songbanyu masih minim pendidikan sehingga adminitrasi desa kurang baik.
(http://jogjapolitan.harianjogja.com/2017/12/17)
Kemudian, Dana desa yang dikhususkan tersebut diberikan tersebut pada prinsipnya harus
menganut berasaskkan akuntabel, transparansi, dan partisipasi maupun efisiensi menjadi
agenda yang sangat penting yang selebihnya diamanatkan dalam permendagri No. 113/2014
tentang Pengelolaan keuangan Desa. Bersdasarkan itu, aparatur desa di Songbanyu masih
mempunyai daya ketidaktransparan, efektifitas dan belum akuntabel.
Hal ini dikatakan dalam transpransi pengelolaan anggaran di Songbanyu memang sangat
rendah. Hal itu dicontohkan dari sejumlah pembangunan seperti jalan, talud dan lain sebagainya
tidak disosialisasikan kepada warga dengan transparan. Sehingga kinerja pemdes menjadi kurang
baik dan kemudian berakibat pada hubungan antar lembaga menjadi tidak harmonis. Tidak hanya
itu, APBDes masih belum masukan Pendapatan Asli Desa dan beberpapa sumber dana masih
digelapkan. (https://gunungkidulpost.com/16/12/2017). Sehingga dalam disiplin anggaran dan
8
pelaksanaan masih menjadi masalah karena pelaksanaan masih belum mencapai hasil yang
diharapakan pada saat perencanaan.
Pengelolaan dana desa, juga dapat dijadikan cerminan terwujudnya memiliki hubungan
yang erat dan sekaligus partisipasi masyarakat, sehingga mendorong akuntabilitas, transparansi
dan responsivitas pemerintah lokal. Pemerintahan Desa yang baik, diantaranya adalah
partisipasi masyarakat, tumbuhnya transparansi yang dibangun atas dasar arus informasi yang
bebas dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan seperti
masyarakat. Haryanto (2007)
Tidak menutup kemungkinan nilai yang terpenting dalam pemberian dana desa adalah
dana yang diperuntukkan bagi masyarakat desa, secara etis harus pula melibatkan masyarakat
sebagai sasaran fundamental kemajuan desa. Masyarakat dipandang sebagai elemen yang
terpenting dalam proses pembangunan, apalagi kita sadari percepatan pembangunan harus
dimulai dari masyarakat agar berperan aktif dalam memajukan pembangunan. Titik sentral
pembangunan memang terlihat dari partisipasi aktif masyarakatnya. Namun, di Desa
Songbanyu sangat tidak dilibatkan dalam pengelolaan dana desa. Dapat sampaikan juga
semua pengelolaan yang dilakukan oleh pemerintah desa Songbanyu tidak disosialisasikan
kepada warga dengan transparan. (www.jatengpos.com/2017/12/02)
Pengelolaan dana desa, yang mulai dari perencanaan sampai dengan pertanggungjawaban
adalah serangkaian kegiatan yang di hasilkan oleh aparatur desa dan partisipasi masyarakat
9
desa. Aparatur desa dalam menjadi fasilitasi dan partisipasi masyarkat dalam proses
implementasi dalam pengelolaan dana desa. Pada prinsipnya pengelolaan dana desa,
masyarakat pun berhak dan wajib berpartisipasi sebagai suatu konsep dalam pengembangan
masyarakat, digunakan secara umum dan luas.
Pada umumnya pengelolaan dana desa merupakan indikasi yang penting antara kapasitas
aparatur desa dan partisipasi masyarakat desa. Masyarakat sebagai konsumen pembangunan
dan aparatur desa sebagai pengeloaan adminitrasi desa dalam mewujudkan tujuan yang
diharapkan bersama dalam musdes dan musdus. Ketika ditinjau partisipasi dan kapasitas
aparatur desa cukup baik untuk menentukan pokok pembangunan dan pemberdayaan dalam
wadah Musyawarah Dusun dan Musyawarah Desa hingga penetapan perencanaan yang di
recanakan.
Dalam musyawarah dusun dan desa tugas pokok dari aparatur desa, yang paling krusial
dalam pengeolaan dana desa adalah sumber daya manusia dalam perencanaan, pengunaan,
pengambilan keputusan, pengelolaan, penggangaran, penataausahaan, evaluasi,
pertanggungjawaban. Sedangkan, partisipasi masyarakat pun menjadi tolak ukur
pembangunan dan pengganggaran dana desa. Konsep kapasitas (keterampilan, kemampuan)
dan partisipasi masyarakat adalah wujud atas dasar dalam mengelola dana desa.
Jokowi juga menjelaskan, dalam penyaluran dana desa, seharusnya masyarakat diajak
memusyawarahkan hal tersebut. Keterlibatan atau partisipasi masyarakat soal penyaluran
10
dana desa dinilainya sangat penting, agar meningkatkan efektivitas penyaluran dana desa,
masyarakat ikut mengawasi proses penyaluran dana desa. Bukan hanya pemerintah yang
bertugas dalam mengontrol dana desa. (Detik.com/17/10/17). Maka, Pengelolaan dana desa
tepat sasaran tidak tergantung pada kapasitas aparatur desa namun itu adalah tantangan bagi
semua masyarakat untuk mengawasi dan berpartisipasi dalam mengelola.
Wujud dari partisipasi dan kapasitas dana desa telah dis-efisiensi atau tidak tepat sasaran
serta mengalami kendala kendala dalam pengelolaan di Songbanyu. Hingga pada bulan
Oktober 2017, Wakil Ketua Satgas Dana Desa, Eko Bambang Riyadi telah melihat adanya
penyalahgunaan dana desa di Desa Songbanyu bahwa pertama terkiat dengan tertib
administrasi dan yang kedua adanya indikasi penyimpangan terkait dengan administrasi.
(www.jogjapolitan.harianjogja.com/read/2017/12/15)
Dengan demikian, dari 144 desa di Gunung Kidul mayoritas telah mendapatkan dana
desa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dana
desa yang dialokasikan untuk Gunung Kidul tahun anggaran 2018 akan memengalami
peningkatan. Pada tahun 2016 Gunung Kidul mendapatkan 32 Miliar. Di tahun 2018 yakni
per-desa akan mendapatkan Rp 150-300 juta per-desa untuk 144 desa di Kabupaten Gunung
Kidul. Bahwa dengan adanya subsidiaritas ini membawa desa pada arena kesejahtraan
masyarakat dan mampu mengalokasikan dan mengelola dana pada sasaran yang diatur, untuk
sebesar-besarnya pada penyelenggaraan pemerintah dan lainnya.
11
Dengan itu, pengelolaan dana desa di Songbanyu pada tahun 2017 masih mengalami
masalah terkait dengan pelaksanaan dan penganggaran APBDes ambigu, tidak transparan,
sangat tidak efisien dan efektif, pengunaan serta sangat berbelit-belit dan pengelolaan dana
desa tidak sesuai dengan dinamika implementasi. (https://gunungkidulpost.com/12/12/2017)
Kenyataannya pemberian dana desa masih belum maksimal karena terkendala beberapa
hal. Kendala pertama adalah kapasitas atau kesiapan dari para aparatur pemerintah desa.
Selain dari itu, penggunaan dana desa juga rawan untuk diselewengkan dan tidak tepat
sasaran. Berdasarkan data bahwa penggunaan dana desa di Desa Songbanyu terjadi kasus
penyalahgunaan, tidak tepat sasaran dan lambat dalam penganggaran dana desa.
(www.kabarhandayani.com/ 12/12/17)
Pengelolaan dan implementasi dana desa di Desa Songbanyu belum maksimal dengan
beberapa masalah yang terjadi di aparatur desa dan masyarakat. Masalah-masalah yang
kemudian belum mengalami perubahan signifikan selama tahun 2015, 2016 dan 2017.
Masyarakat Songbanyu pun mempertanyakan keterangan terkait pengelolaan Dana Desa
Songbanyu untuk pembangunan sejumlah infrastruktur untuk pelebaran jalan dan
pembangunan talud. Pengelolaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur tersebut tidak
sesuai antara hasil fisik dan laporan pertanggungjawaban yang telah dibuat aparatur desa,
sehingga tidak cocok antara pembangunan fisik dengan laporan pertanggungjawaban.
(Tribunjogja.com/31/10/17) Tidak hanya demikian, kapasitas dan partisipasi masyarakat
12
sangat minim, kapasitas dan partisipasi dalam mengambil keputusan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Hal ini secara umum di
sampaikan oleh kepala desa bahwa belum ada partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana
desa khususnya dalam perencanaan RPJMDes, pelaksanaan pembangunan, dan pelaporan.
(Waratahukum.id /06/17)
Di tahun 2017 masyarakat Songbanyu melaporkan berbagai masalah yang hingga kini
menjadi masalah adalah mekanisme dalam aparatur desa untuk implementasi dana desa dan
belum adanya partisipasi masyarakat desa dalam pembangunan di Desa Songbanyu.
Sehingga antara partisipasi dan kapasitas yang di miliki aparatur desa Songbanyu sangat
perlu di untuk di angkat dan perlu memberi saran dan solusi yang tepat.
Oleh karena itu, Pengelolaan dana desa di tinjau dari partisipasi masyarakat desa dan
aparatur desa menjadi menarik untuk diteliti agar dapat mengetahui kendala dan mekanisme
terhadap perkembangan desa terutama dalam pengelolaan dana desa sesuai dengan yang
diatur dalam Permendagri No. 113/2014 dan mematuhi prinsip dasar pengelolaan keuangan,
lebih khusus memiliki sumber daya manusia yang menguasai aspek perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Berkenaan dengan
komposisi belanja desa, pembiayaan desa hal ini mengakibatkan ketimpangan dalam
pelaksanaan pembangunan dipedesaan. Kemudian untuk mengembangkan potensi desa,
13
mempermudah dan memperlancar pembangunan, pemberdayaan, pembinaan dan
penyelengggaran pemerintahan desa.
Berdasarkan kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban serta
pengawasan yang merupakan tanggungjawab pemerintah desa dan masyarakat desa Songbanyu.
Dengan berbagai permasalahan tersebut diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk dapat
mengetahui kapasitas aparatur desa dan partisipasi masyarakat desa dalam
mengimplementasikan untuk pengelolaan dana desa di Desa Songbanyu terutama
hubungannya dengan pengelolaan dan implementasi untuk pembangunan, pemberdayaan,
pembinaan dan penyelengggaran pemerintahan desa.
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bagaimana kapasitas aparatur desa dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
dana desa di Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul-Daerah Istimewa
Yogyakarta?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengumpulkan data yang diperlukan,
kemudian memproses, menganalisisnya dan mendeskripsikan berdasarkan teori-teori
yang didapat untuk mendapatkan kesimpulan. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian
ini adalah :
C.1. Tujuan Khusus
1. Mengetahui tingkat penggunaan dan pengelolaan dana desa di Gunung Kidul, Desa
Songbanyu.
2. Untuk mendeskripsikan kendala-kendala aparatur desa dan partisipasi masyarakat
dalam penerapan atau pengelolaan dana desa di Desa Songbanyu.
15
C.2. Tujuan Umum
Penelitian ini untuk saran, tanggapan dan solusi bagi pemerintah desa dan untuk
meningkatkan Sumber Daya Manusia aparatur desa dan partisipasi masyarakat
desa dalam pengelolaan dana desa di Songbanyu.
D. Manfaat Penelitian
1. Diharapkan dapat manfaat bagi peneliti sendiri dalam mengaktualisasikan ilmu
pengetahuan yang di dapat selama kuliah
2. Dapat menjadi wawasan keilmuan dalam kasanah ilmu pelayanan, ilmu pembangunan,
perdesaan, dan demokrasi desa pada umumnya adalah Ilmu Pemerintahan.
3. Memberikan informasi dan kepada penggiat Desa tentang masalah pembangunan desa,
perdesaan, dan demokrasi desa khususnya di Yogyakarta dan pada umumnya
Indonesia.
16
E. LANDASAN TEORI
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan tentang Partisipasi
masyarakat dan kapasitas aparatur desa dalam mengimplementasikan dana desa.
Berdasarkan kepada penelitian tersebut, maka dibutuhkan referensi terkait mengenai
konsep yang berhubungan dengan tema atau judul yang diangkat dalam penelitian ini.
Penggunaan konsep-konsep tersebut diharapkan berguna untuk membantu dan
mempermudah dalam dinamika proses penelitian. Beberapa konsep terkait dengan
penelitian ini yaitu; konsep partisipasi masyarakat desa, konsep kapasitas perangkat,
aparatur desa, masyarakat dan konsep implementasi. Tinjauan atas beberapa pustaka
terdahulu akan membahas mengenai partisipasi masyarakat di berbagai daerah di
Indonesia. Tinjauan pustaka diharapkan dapat membimbing arah penelitian ini sekaligus
menunjukan orisinalitas penelitian ini yaitu membahas kapasitas aparatur desa, partisipasi
dan kemampuan dalam mengimplementasikan dana desa di Songbanyu, Gunung Kidul-
Yogyakarta. Berikut ini konsep-konsep yang akan menjabarkan judul berdasarkan
berbagai teori untuk memperlancar dan memudahkan dalam penelitian
17
E.1. Kapasitas Aparatur Desa
E.1.1. Pengertian Kapasitas Aparatur
Kapasitas dalam sumberdaya McNair, C.J (1994) yang dirangkum oleh
Maria Du mendefinisikan kapasitas sebagai sumber daya yang dimiliki oleh
perusahaan yang siap untuk digunakan yang dapat menggambarkan potensi
keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan pada masa mendatang. McNair
C.J dan Vangermeersch (1998) mendefinisikan kapasitas sebagai kemampuan dari
suatu organisasi atau perusahaan untuk menciptakan nilai dimana kemampuan
tersebut didapatkan dari berbagai jenis sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan.
Selain itu, menurut Chase (2001, 355), definisi kapasitas dalam konteks
manajemen operasi sebaiknya didefinisikan sebagai, “The amount of resource inputs
available relative to output requirements over a particular period of time”.
Disimpulkan bahwa kapasitas adalah kemampuan pengelolaan sumberdaya yang ada
untuk menghasilkan hasil akhir yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan dalam
kerangka waktu tertentu.
Dari pengertian diatas dapat dipahami juga bahwa tujuan pentingnya
Capacity Building (Pengembangan Kapasitas) adalah pembelajaran, berawal dari
mengalirnya kebutuhan untuk mengalami suatu hal, mengurangi ketidaktahuan dan
ketidakpastian dalam hidup, dan mengembangkan kemampuan yang dibutuhkan
18
untuk beradaptasi menghadapi perubahan. Berikut ini tahapan dan proses
pengembangan kapasitas (Capacity Building):
a. Pengembangan Kapasitas (Capacity Building)
Menurut Keban (2000:7) bahwa Pengembangan Kapasitas (Capacity
Building) adalah serangkaian strategi yang ditujukan untuk meningkatkan
efisiensi, efektifitas, dan responsifitas dari kinerja.
Lebih lanjut Morrison (2001:23) mengatakan bahwa “Learning is a process,
which flows from the need tomake sense out of experience, reduce the unknown
and uncertain dimensions of life and build the competencies required to adapt to
change”. Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tujuan dari Capacity
Building (Pengembangan Kapasitas) adalah pembelajaran, berawal dari
mengalirnya kebutuhan untuk mengalami suatu hal, mengurangi ketidaktahuan
dan ketidakpastian dalam hidup, dan mengembangkan kemampuan yang
dibutuhkan untuk beradaptasi menghadapi perubahan.
b. Tujuan Pengembangan Kapasitas
Berdasarkan pendapat ahli diatas, penjelasan tersebut menunjukkan bahwa
adapun tujuan dari Capacity Building (Pengembangan Kapasitas) dapat dibagi
menjadi 2 bagian yaitu:
19
1. Secara umum diidentikkan pada perwujudan sustainabilitas (keberlanjutan)
suatu sistem.
2. Secara khusus ditujukan untuk mewujudkan kinerja yang lebih baik dilihat
dari aspek:
a. Efisiensi dalam hal waktu (time) dan sumber daya (resources) yang
dibutuhkan guna mencapai suatu outcome.
b. Efektifitas berupa kepantasan usaha yang dilakukan demi hasil yang
diinginkan.
c. Responsifitas yakni bagaimana mensinkronkan antara kebutuhan dan
kemampuan untuk maksud tersebut.
d. Pembelajaran yang terindikasi pada kinerja individu, grup, organisasi
dan sistem.
c. Manfaat Pengembangan Kapasitas
Sedangkan manfaat dari kegiatan Pengembangan Kapasitas (Capacity
Building) dalam pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler
(1992), yaitu: a). Mengurangi dan menghilangkan kinerja yang buruk. b).
Meningkatkan produktivitas. c), Meningkatkan fleksibilitas dari angkatan
kerja. d), Meningkatkan komitmen karyawan dan e), Mengurangi turn over
dan absensi. http://mutiara-fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75610
20
Pengembangan%20KelembagaanPengembangan%20Kapasitas%20Organisa
si%20(Capacity%20Building).html di Unduh 05 Februari 2018
Jika disimak dari pendapat para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pengembangan pegawai, pada umumnya adalah sebagai berikut: a),
agar pegawai dapat melakukan pekerjaan lebih efisien. b), agar pengawasan
lebih sedikit terhadap pegawai. c), agar pegawai lebih cepat berkembang. d),
Menstabilisasi pegawai.
d. Fokus Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas harus dilaksanakan secara efektif dan
berkesinambungan pada 3 (tiga) tingkatan-tingkatan menurut Riyadi
(2006:15) adalah: Pertama, Dimensi dan tingkatan Individu, adalah tingkatan
dalam sistem yang paling kecil, dalam tingkatan ini aktivitas Capacity
Building yang ditekankan adalah pada aspek membelajarkan individu dalam
rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam ruang
lingkup penciptaan peningkatan keterampilan-keterampilan dalam diri
individu, penambahan pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini,
peningkatan tingkah laku untuk memberikan teladan, dan motivasi untuk
bekerja lebih baik dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya untuk
mencapai tujuan lembaga/oragnisasi yang telah dirancang sebelumnya dengan
21
berbagai kegiatan-kegiatan misalnya contoh kecil dengan pelatihan, sistem
rekruitmen yang baik, sistem upah dan sebagainya. Contohnya pada bidang
pendidikan dimensi pengembangan kapasitas melalui upaya pembinaan guru
agar dapat mengembangkan potensi yang ada dalam diri dengan baik, seperti
kemampuan mengelola pembelajaran beserta keterampilan-keterampilannya,
membimbing murid, melakukan penelitian tindakan kelas dan penulisan karya
ilmiah, mengukuti seminar, pelatihan yang erat kaitannya dengan tugas dan
fungsi sebagai guruserta serangkaian kegiatan lain yang dapat meningkatkan
potensi diri guru demi kepentingan pembelajaran.
Kedua, Tingkatan dan dimensi pengembangan kapasitas pada
kelembagaan atau organisasi terdiri atas sumber daya organisasi, budaya
organisasi, ketatalaksanaan, struktur organisasi atau sistem pengambilan
keputusan dan lainnya. Contoh dalam pengembangan kapasitas diaplikasikan
pada dimensi organisasi dengan fokus pada upaya penciptaan iklim
pemerintah yang kondusif berdasarkan hasil kesepakatan dengan masing-
masing elemen atau pemberlakuan peraturan-peraturan yang dilakukan untuk
meningkatkan mutu sekolah.
Ketiga, Tingkatan dan dimensi pengembangan kapasitas pada sistem
merupakan tingkatan yang paling tinggi dimana seluruh komponen masuk
22
didalamnya. Tingkatan sistem, seperti kerangka kerja yang berhubungan
dengan pengaturan, kebijakan-kebijakan dan kondisi dasar yang mendukung
pencapaian obyektivitas kebijakan tertentu; Komponen-komponen tersebut
diantaranya seperti kebijakan dan sumber daya manusia dan lainnya.
Contohnya dalam bidang pendidikan adalah pembenahan kebijakan skala
makro terkait peraturan atau undang-undang untuk sertifikasi dan
sebagainya,agar tercapai tujuan pendidikan yang bermutu.
e. Fase-fase Pengembangan Kapasitas
Pengembangan kapasitas memiliki aktifitas tersendiri yang memungkinkan
terjadinya pengembangan kapasitas pada sebuah sistem, organisasi, atau
individu, dimana ada aktifitas tersebut terdiri atas beberapa fase umum.
Adapun fase tersebut menurut Gandara (2008 : 18) adalah:
Fase Persiapan. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu : (1).
Identifikasi kebutuhan untuk pengembangan kapasitas, langkah kerja ini
memiliki kegiatan utama yaitu mengenali alasan-alasan dan kebutuhan nyata
untuk mengembangkan kapasitas. (2). Menentukan tujuan-tujuan. Langkah
kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu melakukan konsultasi dengan
stakeholder utama untuk mengidentifikasi isu utama pengembangan kapasitas
(3). Memberikan tanggung jawab. Langkah kerja ini memiliki kegiatanutama
23
yaitu menetapkan penanggungjawab kegiatan pengembangan kapasitas, misal
membentuk tim teknis atau satuan kerja (4). Merancang proses pengembangan
kapasitas. Langkah kerja ini memiliki kegiatan utama yaitu menentukan
metodologi pemetaan sesuai permasalahan yang muncul dan membuat
penjadwalan kegiatan tentang proses pemetaan dan tahapan perumusan
berikutnya tentang rencana tindak pengembangan kapasitas. (5).
Pengalokasian sumber daya. Kegiatan utamanya adalah mengidentifikasi
pendanaan kegiatanproses pengembangan kapasitas dan mengalokasikan
sumber daya dengan membuat formulasi kebutuhan sumber daya sesuai
anggaran yang dibutuhkan dan dapat disetujui oleh pihak berwenang
Fase Analisis. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu: (1).
Mengidentifikasi permasalahan dalam hal ini kegiatan utamanya berupa
melakukan pemeriksaan terhadap masalah untuk penyelidikan lebih lanjut.
(2). Analisis terhadap proses dalam hal ini kegiatan utamanya berupa
menghubungkan permasalahan untuk pemetaan kapasitas dengan proses
kinerja system, organisasi dan individu. (3). Analisis organisasi dalam hal ini
kegiatan utamanyaberupa memilih organisasi untuk diselidiki legih dalam
(pemetaan organisasional). (4). Memetakan gap dalam kapasitas dalam hal ini
kegiatan utamanya adalah berupa memetakan jurang pemisah antara kapasitas
24
ideal dengan kenyataannya. (5). Menyimpulkan kebutuhan-kebutuhan
pengembangan kapasitas yang mendesak dalam hal ini kegiatan utamanya
adalah berupa menyimpulkan temuan-temuan dan mengumpulkan usulan-
usulan untuk rencana tindak pengembangan kapasitas.
Fase Perencanaan. Pada fase ini terdapat 3 langkah kerja yaitu: (1).
Perencanaan tahunan, kegiatan utamanya adalah merumuskan draf rencana
tindak pengembangan kapasitas. (2). Membuat rencana jangka menengah,
kegiatan utamanya berupa pertemuan-pertemuan konsultatif. (3). Menyusun
skala prioritas, kegiatan utamanya berupa menetapkan skala prioritas
pengembangan kapasitas dan tahapan-tahapan implementasinya.
Fase Implementasi. Pada fase ini terdapat 5 langkah kerja yaitu: (1).
Pemrograman, kegitan utamanya berupa mengalokasikan sumber daya yang
dimiliki saat ini. (2). Perencanaan proyek pengembangan kapasitas, kegiatan
utamanya berupa merumuskan kebijakan implementasi pengembangan
kapasitas. (3). Penyeleksian penyedia jasa layanan pengembangan kapasitas,
kegiatan utamanya berupa mengidentifikasi layanan dan produk luar terkait
kebutuhan implementasi pengembangan kapasitas yang akan dikerjanakan.
(4). Implementasi proyek, kegiatan utamanya berupa implementasi program
tahunan pengembangan kapasitas sesuai sumber daya yang ada dan jadwal
25
yang tersedia. (5). Monitoring proses, kegiatan utamanya berupa melakukan
monitoring terhadap aktifitas-aktifitas pengembangan kapasitas.
Fase Evaluasi. Pada fase ini terdapat 2 langkah kerja yaitu : (1).
Evaluasi dampak, kegiatan utamanya berupa mengevaluasi pencapaian
pengembangan kapasitas, seperti peningkatan kinerja. (2). Merencanakan
ulang rencana tindak pengembangan kapasitas, kegiatan utamanya adalah
melakukan analisa terhadap temuan monitoring proses dan evaluasi dampak
dalam konteks kebutuhan perencanaan ulang pengembangan kapasitas.
E.1.2 Kapasitas Aparatur Desa atau Perangkat Desa
Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh
pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Desa mencakup urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan
hak asal-usul desa, urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, tugas pembantuan
dari pemerintah dan pemerintah daerah, urusan pemerintah lainnya yang oleh
peraturan perundangan-undangan yang diserahkan kepada desa.
(https://pemdeskeper.wordpress.com/01/12/11)
26
Pemerintah desa merupakan unit terdepan dan berhadapan langsung dalam
pelayanan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat, serta menjadi tonggak
utama untuk keberhasilan semua program pemerintah. Memperkuat desa
merupakan suatu upaya untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Dalam upaya meningkatkan kapasitas pelayanan kepada masyarakat,
selain mendudukkan desa menurut urusan pemeriantahan yang menjadi
kewenangan desa, kepastian tersedianya pendanaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat serta tersedianya SDM yang
mampu menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain adalah kepala desa
dan perangkat desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. Perangkat
desa atau aparatur desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
Kapasitas atau kapabilitas adalah sebuah ukuran kemampuan dari seseorang atau
institusi dalam menjalankan fungsinya.(http://suryokocolink.wordpress.com) Di
unduh 07 Februari 2018
Istilah "kemampuan" mempunyai banyak makna, Jhonson dalam (Cece
Wijaya, 1991:3) berpendapat bahwa "kemampuan adalah perilaku yang rasional
untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai kondisi yang diharapkan".
Sementara itu, menurut Kartono (1993: 13) bahwa “kemampuan adalah segala
daya, kesanggupan, kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang
dianggap melebihi dari anggota biasa”. Lebih lanjut, Syarif (1991: 8)
menyebutkan beberapa jenis kemampuan yang antara lain: kecerdasan,
27
menganalisis, bijaksana mengambil keputusan, kepemimpinan/kemasyarakatan
dan pengetahuan tentang pekerjaan.
Mengacu pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut di atas, maka
dalam suatu organisasi pemerintahan Desa senantiasa perlu memiliki suatu daya
kesanggupan, keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan dalam
pengimplementasian tugas-tugas dan fungsi masing-masing aparat Desa.
Kemampuan yang penulis maksudkan adalah kemampuan yang dilihat dari hasil
kerjanya atau kemampuan kerjanya untuk mengimplementasikan. Kemampuan
kerja seseorang menurut Tjiptoherianto (1993: 36) mengemukakan bahwa
"kemampuan kerja yang rendah adalah akibat dari rendahnya tingkat pendidikan,
dan latihan yang dimiliki serta rendahnya derajat kesehatan".
Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Gunung Kidul Nomor 12 Tahun 2016
Tentang Pengangkatan Dan Pemberhentian Perangkat Desa menjelaskan bahwa
“Perangkat desa merupakan Warga Negara Indonesia atau penduduk desa di
Gunung Kidul yang mempunyai kemampuan sederajatnya telah mencapai
pendidikan formal atau nonformal”.
Sementara itu, menurut Steers dalam (Rasyid, 1992: 6) bahwa
"kemampuan aparatur pemerintah sebenarnya tidak terlepas dari pembicaraan
tingkat kematangan aparatur yang didalamnya menyangkut keterampilan yang
diperoleh dari pendidikan latihan dan pengalaman”.
28
Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan seseorang, dalam
hal ini aparat desa dapat dilihat dari tingkat pendidikan aparat, jenis latihan
yang pernah diikuti dan pengalaman yang dimilikinya. Secara konsepsional hal
ini diperkuat dari pandangan Steers tersebut sebelumnya bahwa untuk
mengidentifikasi apakah kegiatan dalam organisasi dapat mencapai tujuannya
salah satunya yang harus mendapat perhatian adalah orang-orang yang ada dalam
organisasi tersebut.
Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada kenyataannya anggota
organisasi yang merupakan faktor yang mempunyai pengaruh yang paling penting
dalam pencapaian tujuan organisasi disebabkan orang- orang itulah yang
menggerakkan roda organisasi. Anggota organisasi yang dimaksud adalah aparat
desa yang merupakan faktor yang paling menentukan keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
Tugas utama yang harus diemban pemerintah desa adalah bagaimana
menciptakan kehidupan demokratik, memberikan pelayanan sosial yang baik
sehingga dapat membawa warganya pada kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram
dan berkeadilan. Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut
untuk melakukan perubahan, baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang
berorientasi pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja
pemerintah desa benar-benar makin mengarah pada praktek good local
governance, bukannya bad governance.
29
Pengembangan dan peningkatan kapasitas dalam Kerangka Nasional
Pengembangan dan Peningkatan Kapasitas mengacu kepada kebutuhan akan;
penyesuaian kebijakan-kebijakan dan peraturan- peraturan, reformasi
kelembagaan, modifikasi prosedur-prosedur kerja dan mekanisme-mekanisme
koordinasi, peningkatkan keterampilan dan kualifikasi sumber daya manusia,
perubahan sistem nilai dan sikap atau perilaku sedemikian rupa, sehingga dapat
terpenuhinya tuntutan dan kebutuhan otonomi daerah, sebagai suatu cara
pendekatan baru ke arah pemerintahan, pengadministrasian dan pengembangan
mekanisme-mekanisme partisipatif yang tepat guna memenuhi tuntutan yang
lebih demokratis. Dengan demikian Kerangka Nasional Pengembangan dan
Peningkatan Kapasitas mengarahkan pemerintah daerah, dan dalam hal ini
pemerintah desa untuk mengembangkan dan meningkatan kerangka kerja
pemerintahan secara keseluruhan guna memenuhi tuntutan tugas dan kewenangan
yang diberikan.
Dimensi peningkatan kapasitas aparatur desa atau perangkat desa
mencakup penguasaan pengetahuan, keterampilan dan wawasan yang diperoleh
melalui pendidikan, latihan, belajar dan pengalaman. Tiga tingkat kemampuan
yang harus dimiliki oleh perangkat atau aparatur desa yaitu: 1) kemampuan
dasar; 2) kemampuan manajemen; dan 3) kemampuan-kemampuan teknis.
Kemampuan dasar yang harus dimiliki aparatur desa adalah meliputi:
pengetahuan tentang regulasi desa, pengetahuan tentang dasar-dasar pemerintahan
desa, dan pengetahuan tentang tugas pokok dan fungsi. Kemampuan manajemen
meliputi: manajamen SDM, manajemen pelayanan publik, manajamen asset, dan
managemen keuangan. Sedangkan Kemampuan Teknis meliputi: penyusunan
administrasi desa, penyusunan perencanaan pembangunan, penyusunan anggaran,
penyusunan Perdes, dan pelayanan publik.
30
Selain itu, kapasitas aparatur atau perangkat desa juga harus merupakan
kemampuan dan keterampilan dalam hal ini mengimplementasikan. Keterampilan
dan kemampuan yang harus mempunyai kepala desa dan perangkat desa atau
aparatur desa adalah: mekanisme pengelolaan keuangan desa meliputi:
perencanaan; pelaksanaan; penatausahaan; pelaporan; dan pertanggungjawaban
serta pengawasan, pembinaan dan adanya partisipasi partisipasi masyarakat dalam
dana desa.
E.2. Partisipasi Masyarakat
E.2.1 Partisipasi
Banyak pengertian partisipasi telah dikemukakan oleh para ahli, namun pada
hakekatnya memiliki makna yang sama. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris
participate yang artinya mengikutsertakan, ikut mengambil bagian (Willie Wijaya,
2004:208).
Pengertian yang sederhana tentang partisipasi dikemukakan oleh Fasli Djalal
dan Dedi Supriadi (2001: 201-202), dimana partisipasi dapat juga berarti bahwa
pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam
bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa.
Partisipasi juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri,
mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.
31
Menurut Soegarda Poerbakawatja partisipasi adalah: Suatu gejala demokrasi
dimana orang diikutsertakan di dalam perencanaan serta pelaksanaan dari segala
sesuatu yang berpusat pada kepentingan dan juga ikut memikul tanggung jawab
sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya (Soegarda
Poerbakawatja, 1981:251).
Berdasarkan pengertian di atas, bahwa konsep partisipasi memiliki makna yang
luas dan beragam. Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan partisipasi adalah
suatu wujud dari peran serta masyarakat dalam aktivitas berupa perencanaan dan
pelaksanaan untuk mencapai tujuan pembangunan masyarakat. Wujud dari
partisipasi dapat berupa saran, jasa, ataupun dalam bentuk materi baik secara
langsung maupun tidak langsung dalam suasana demokratis.
a. Macam - Macam Partisipasi
Ada beberapa macam partisipasi yang dikemukakan oleh ahli. Menurut
Sundariningrum (Sugiyah, 2010:38) mengklasifikasikan partisipasi menjadi dua
berdasarkan cara keterlibatannya, yaitu:
i. Partisipasi langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu menampilkan kegiatan tertentu
dalam proses partisipasi. Partisipasi ini terjadi apabila setiap orang dapat
32
mengajukan pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan
keberatan terhadap keinginan orang lain atau terhadap ucapannya.
ii. Partisipasi tidak langsung
Partisipasi yang terjadi apabila individu mendelegasikan hak partisipasinya
pada orang lain. Pendapat lain disampaikan oleh Subandiyah (1982:2) yang
menyatakan bahwa jika dilihat dari segi tingkatannya partisipasi dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan
2. Partisipasi dalam proses perencanaan dan kaitannya dengan program lain.
3. Partisipasi dalam pelaksanaan.
Lebih rinci Cohen dan Uphoff (Siti Irene A.D., 2011:61) membedakan
partisipasi menjadi empat jenis yaitu pertama, partisipasi dalam pengambilan
keputusan. Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan. Ketiga, partisipasi dalam
pengambilan manfaat. Dan keempat, partisipasi dalam evaluasi.
Pertama, partisipasi dalam pengambilan keputusan. Partisipasi ini
terutama berkaitan dengan penentuan alternatif dengan masyarakat yang
berkaitan dengan gagasan atau ide yang menyangkut kepentingan bersama.
Dalam partisipasi ini masyarakat menuntut untuk ikut menentukan arah dan
orientasi pembangunan. Wujud dari partisipasi ini antara lain seperti
33
kehadiran rapat, diskusi, sumbangan pemikiran, tanggapan atau penolakan
terhadap program yang ditawarkan.
Kedua, partisipasi dalam pelaksanaan suatu program meliputi:
menggerakkan sumber daya, dana, kegiatan administrasi, koordinasi dan
penjabaran program.
Ketiga, partisipasi dalam pengambilan manfaat. Partisipasi ini tidak
lepas dari hasil pelaksanaan program yang telah dicapai baik yang
berkaitan dengan kuantitas maupun kualitas. Dari segi kualitas, dapat dilihat
dari peningkatan output, sedangkan dari segi kuantitas dapat dilihat seberapa
besar prosentase keberhasilan program.
Keempat, partisipasi dalam evaluasi. Partisipasi masyarakat dalam
evaluasi ini berkaitan dengan masalah pelaksanaan program secara
menyeluruh. Partisipasi ini bertujuan untuk mengetahui ketercapaian
program yang telah direncanakan sebelumnya.
b. Bentuk Partisipasi
Partisipasi dapat dibagi dalam berbagai bentuk. Partisipasi menurut Effendi
(Siti Irene A.D., 2011:58) terbagi atas partisipasi vertikal dan partisipasi
horizontal. Disebut partisipasi vertikal karena terjadi dalam bentuk kondisi
tertentu masyarakat terlibat atau mengambil bagian dalam suatu program pihak
34
lain, dalam hubungan di mana masyarakat berada sebagai status bawahan,
pengikut atau klien. Adapun dalam partisipasi horizontal, masyarakat mempunyai
prakarsa dimana setiap anggota atau kelompok masyarakat berpartisipasi
horizontal satu dengan yang lainnya. Partisipasi semacam ini merupakan tanda
permulaan tumbuhnya masyarakat yang mampu berkembang secara mandiri.
Menurut Kokon Subrata (Widi Astuti, 2008:13), bentuk partisipasi terdiri
dari beberapa hal yaitu:
a. Turut serta memberikan sumbangan finansial.
b. Turut serta memberikan sumbangan kekuatan fisik.
c. Turut serta memberikan sumbangan material.
d. Turut serta memberikan sumbangan moril (dukungan, saran, anjuran, nasehat,
petuah, amanat, dan lain sebagainya).
Dari beberapa kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa bentuk partisipasi
masyarakat dapat dibedakan menjadi empat bentuk, yaitu bentuk finansial,
sarana/prasarana, tenaga/keahlian dan moril. Partisipasi dalam bentuk finansial
misalnya partisipasi pemberian sumbangan, pinjaman, dan lainya.
Bentuk moril misalnya partisipasi buah pikiran, pendapat/ide, saran,
pertimbangan, nasehat dukungan moril dan lain sebagainya yang berkenaan
35
dengan penentuan kebijaksanaan atau dalam pengambilan suatu keputusan dan
atau dalam penyelenggaraan pengembangan pembelajaran.
c. Manfaat Partisipasi
Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008:14) manfaat partisipasi adalah:
a. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.
b. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya.
c. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta
membangun kepentingan bersama.
d. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.
e. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.
Pendapat lain dikemukakan oleh Burt K. Schalan dan Roger (Widi Astuti,
2008:14) bahwa manfaat dari partisipasi adalah:
a. Lebih banyak komunikasi dua arah.
b. Lebih banyak bawahan mempengaruhi keputusan.
c. Manajer dan partisipasi kurang bersikap agresif.
d. Potensi untuk memberikan sumbangan yang berarti dan positif, diakui
dalam derajat lebih tinggi.
36
Dari pendapat-pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan
bahwa partisipasi akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan
organisasi yaitu:
a. lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena
banyaknya sumbangan yang berarti dan positif.
b. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun
atasan memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran.
c. Mendorong kemampuan berpikir kreatif demi kepentingan bersama.
d. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun
kepentingan bersama.
e. Memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi.
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Pada dasarnya banyak faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi
seseorang yang tercermin dalam prilaku dan aktifitasnya dalam suatu kegiatan.
Faktor yang mempengaruhi derajat partisipasi antara lain pendidikan, penghasilan
dan pekerjaan anggota masyarakat dalam hal ini orang tua siswa.
Tingkat pendidikan orang tua siswa memiliki hubungan yang positif
terhadap partisipasinya dalam membantu pelaksanaan penyelenggaraan
pendidikan. Menurut Soemanto R B, dkk. (Muryani Khikmawati, 1997: 28)
37
mengatakan bahwa mereka yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi akan
lebih tinggi derajat partisipasinya dalam pembangunan, hal mana karena dibawa
oleh semakin kesadarannya terhadap pembangunan. Hal ini berarti semakin tinggi
derajat partisipasi terhadap program pemerintah termasuk dalam penyelenggaraan
pendidikan.
Faktor pendidikan juga berpengaruh pada prilaku seseorang dalam
menerima dan menolak suatu perubahan yang dirasakan baru. Masyarakat (orang
tua siswa) yang berpendidikan ada kecenderungan lebih mudah menerima inovasi
jika ditinjau dari segi kemudahan (eccessibility) atau dalam mendapatkan
informasi yang mempengaruhi sikapnya. Seseorang yang mempunyai derajat
pendidikan mempunyai kesempatan yang lebih besar dalam menjangkau sumber
informasi.
Oleh karena itu, orang yang mempunyai pendidikan kuat akan tertanam
rasa ingin tahu sehingga akan selalu berusaha untuk tahu tentang inovasi baru dari
pengalaman-pengalaman belajar selama hidup.
Faktor penghasilan merupakan indikator status ekonomi seseorang, faktor ini
mempunyai kecenderungan bahwa seseorang dengan status ekonomi tinggi pada
umumnya status sosialnya tinggi pula. Dengan kondisi semacam ini mempunyai
peranan besar yang dimainkan dalam masyarakat dan ada kecenderungan untuk
38
terlibat dalam berbagai kegiatan terutama gejala ini dominan di masyarakat
pedesaan. Pengaruh ekonomi jika diukur dalam besarnya kontribusi dalam
kegiatan pembangunan ada kecenderungan lebih besar kontribusi berupa tenaga.
Dalam hubungannya partisipasi orang tua siswa dalam membantu
pengembangan proses pembelajaran pada tahapan pelaksanaan, faktor penghasilan
mempunyai peranan, karena untuk melaksanakan inovasi membutuhkan banyak
modal yang sifatnya lebih intensif.
Faktor lain disampaikan oleh Angell dalam Ensiklopedia Wikipedia berjudul
partisipasi (2011) mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat
dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
seseorang dalam berpartisipasi, yaitu: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan
dan penghasilan, lamanya tinggal.
a. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang memengaruhi sikap seseorang terhadap
kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia
menengah ke atas dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma
masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi
daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
b. Jenis Kelamin
39
Nilai yang cukup lama dominan dalam kultur berbagai bangsa mengatakan
bahwa pada dasarnya tempat perempuan adalah “di dapur” yang berarti
bahwa dalam banyak masyarakat peranan perempuan yang terutama adalah
mengurus rumah tangga, akan tetapi semakin lama nilai peran perempuan
tersebut telah bergeser dengan adanya gerakan emansipasi dan pendidikan
perempuan yang semakin baik.
c. Pendidikan
Pendidikan dikatakan sebagai salah satu syarat mutlak untuk
berpartisipasi. Pendidikan dianggap dapat memengaruhi sikap hidup
seseorang terhadap lingkungannya, suatu sikap yang diperlukan bagi
peningkatan kesejahteraan seluruh masyarakat.
d. Pekerjaan dan Penghasilan
Hal ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena pekerjaan seseorang
akan menentukan berapa penghasilan yang akan diperolehnya. Pekerjaan dan
penghasilan yang baik dan mencukupi kebutuhan sehari- hari dapat
mendorong seseorang untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan
masyarakat. Pengertiannya bahwa untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan,
harus didukung oleh suasana yang mapan perekonomian.
e. Lamanya Tinggal
40
Lamanya seseorang tinggal dalam lingkungan tertentu dan pengalamannya
berinteraksi dengan lingkungan tersebut akan berpengaruh pada partisipasi
seseorang. Semakin lama ia tinggal dalam lingkungan tertentu, maka rasa
memiliki terhadap lingkungan cenderung lebih terlihat dalam partisipasinya
yang besar dalam setiap kegiatan lingkungan tersebut.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan macam partisipasi, yaitu:
a. Partisipasi dalam proses perencanaan/ pembuatan keputusan.
(participation in decision making).
b. Partisipasi dalam pelaksanaan (participation in implementing).
c. Partisipasi dalam pemanfaatan hasil
d. Partisipasi dalam evaluasi (participation in benefits).
41
E.2.2 Partisipasi Masyarakat
Partisipasi Masyarakat, yang dirangkum oleh Ray Kartika dari Pandangan
Schlippe (2007) suatu desa dapat berkembang baik terdapat tiga unsur yang
merupakan suatu kesatuan yaitu desa, masyarakat dan pemerintahan desa. Dalam
partisipasi masyarakat, pelaksanaan program pembangunan diperlukan kesadaran
warga masyarakat akan minat dan kepentingan yang sama. Strategi yang bisa
diterapkan adalah penyadaran. Untuk berhasilnya program tersebut warga
masyarakat dituntut untuk terlibat tidak hanya dalam aspek kognitif dan praktis
tetapi juga keterlibatan emosional. Jurnal. Ray Katika. Partisipasi Masyarakat Dalam
Mengelola Alokasi Dana Desa. 2012. Jakarta . Hlm 184 Berdasarkan pandangannya
partisipasi dapat dilihat dari dua hal yaitu:
1. Partisipasi dalam perencanaan, dapat dilihat dari dua aspek posistif dan negatif.
Pada segi positif, partisipasi adalah dapat mendorong munculnya keterlibatan
secara emosional terhadap program-program pembangunan desa yang telah
direncanakan bersama. Sedangkan negatifnya adalah kemungkinan tidak dapat
dihindarinya pertentangan antar kelompok dalam masyarakat yang dapat
menunda atau bahkan menghambat tercapainya suatu keputusan bersama.
Perencanaan secara partisipastif diperlukan karena bermanfaat yakni (1)
Masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial ekonominya dan
42
mampu mengidentifikasi bidang-bidang atau sektor-sektor yang perlu dilakukan
perbaikan, dengan demikian diketahui masa depan mereka, (2) Masyarakat dapat
berperan dalam perencanaan masa depan masyarakatnya tanpa memerlukan
bantuan para pakar atau instansi perencanaan pembangunan dari luar daerah
pedesaan, (3) Masyarakat dapat menghimpun sumber daya dan sumber dana dari
kalangan anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki
masyarakat .
2. Partisipasi dalam pelaksanaan. Segi positifnya adalah program yang telah
direncanakan dapat selesai dikerjakan. Tetapi segi negatifnya adalah cenderung
menjadikan warga masyarakat sebagai objek pembangunan dimana warga
hanya dijadikan pelaksana pembangunan tanpa didorong untuk mengerti dan
menyadari permasalahan yang mereka hadapi. Sehingga warga masyarakat tidak
secara emosional terlibat dalam program, yang berakibat kegagalan seringkali
tidak dapat dihindari. Partisipasi masyarakat menurut Isbandi adalah
keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi
yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif
solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan
keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi.
Mikkelsen (1999) membagi partisipasi menjadi 6 (enam) pengertian, yaitu (1)
43
Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa
ikut serta dalam pengambilan keputusan, (2) Partisipasi adalah “pemekaan”
(membuat peka) pihak masyarakat untuk meningkatkan kemauan menerima dan
kemampuan untuk menanggapi proyek-proyek pembangunan, (3) Partisipasi
adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang
ditentukannya sendiri, (4) Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, yang
mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif
dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu, (5) Partisipasi
adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf yang
melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh
informasi mengenai konteks lokal, dan dampak- dampak sosial, (6) Partisipasi
adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan, dan
lingkungan mereka. Sedangkan pentingnya partisipasi dikemukakan oleh
Conyers sebagai berikut: pertama, partisipasi masyarakat merupakan suatu alat
guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap
masyarakat setempat, yang tanpa kehadirannya program pembangunan serta
proyek-proyek akan gagal; kedua, bahwa masyarakat akan lebih mempercayai
proyek atau program pembangunan apabila keberadaannya dilibatkan dalam
proses persiapan dan perencanaan; ketiga, partisipasi merupakan suatu hak
44
demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka
sendiri. 1 Jurnal. Ray Katika. Partisipasi Masyarakat Dalam Mengelola Alokasi Dana
Desa. 2012. Jakarta . Hlm 184, 185, 186
Partisipasi masyarakat dalam implementasi dana desa di Desa Songbanyu,
Gunung Kidul merupakan upaya membangun demokrasi yang berdaulat dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat dan sekalipun merupakan konsep HAM, bahwa setiap
warga negara berhak untuk mengimplementasikan dana desa sesuai perundangan No
6 Tahun 2014. Bahwa implementasi dana desa di lakukan berdasarkan adat isti adat
atau gotong royong dan lainya.
Partisipasi masyarakat Desa Songbanyu akan terlihat dengan berbagai
keterlibatan. Mekanisme keterlibatan adalah masyarakat bebas untuk melakukan
berbagai aktifitas yang berakar dari Dana Desa yang pada dasarnya membendung
partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek. Partisipasi dalam proses perencanaan/
pembuatan keputusan. (participation in decision making), partisipasi dalam
pelaksanaan (participation in implementing), partisipasi dalam pemanfaatan hasil,
Partisipasi dalam evaluasi (participation in benefits) dan lainya.
45
E.3. Pengelolaan Dana Desa
E.3.1 Dana Desa
Dana desa adalah dana yang bersumber dari APBN yang diperuntukkan bagi
yang ditransfer melalui APBD kabupaten dan kota yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan.
Anggaran Dana Desa atau ADD adalah bagian keuangan yang diperoleh dari
Bagi Hasil Pajak dan bagian dari Dana Perimbangan Kuangan Pusat dan Daerah
yang diterima oleh kabupaten. Sumber pendapatan desa tersebut secara keseluruhan
digunakan untuk menandai seluruh kewenangan yang menjadi tanggungjawab desa.
Dana tersebut digunakan untuk menandai penyelenggaraan kewenangan desa yang
menacakup penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan, pemberdayaan
masyarakat, dan kemasyarakatan. Dengan demikian, pendapatan yang bersumber
dari APBN juga digunakan untuk menandai kewenangan tersebut.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, diberikan
kewenangan untuk mengatur dan mengurus kewenangannya sesuai dengan
kebutuhan dan prioritas desa. Hal itu berarti dana desa akan digunakan untuk
menandai keseluruhan kewenangan sesuai denagan kebutuhan dan prioritas dana
desa tersebut namun, mengingat dana desa bersumber dari Belanja Pusat, untuk
mengoptimalkan penggunaan dana desa, Pemerintah diberikan kewenangan untuk
menetapkan prioritas penggunaan dana desa untuk mendukung program
pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa. Penetapan prioritas
46
penggunaan dana tersebut tetap sejalan dengan kewenangan yang menjadi
tanggungjawab desa.
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa pada Pasal 18 bahwa Anggaran Dana Desa
berasal dari APBD Kabupaten/Kota yang bersumber dari bagian Dana Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota 22 untuk desa
paling sedikit 10% (sepuluh persen).16 Anggaran Pendapatan dan Belanja bahwa
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa selanjutnya disingkat APBDES adalah
Rencana Keuangan Tahunan Desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan
Peraturan Desa dan Dana Alokasi Desa terdapat pada Bantuan Keuangan Pemerintah
Kabupaten meliputi:
1. Tunjangan Penghasilan Aparatur Pemerintah Desa (TPAPD).
2. Anggaran Dana Desa.
3. Penyisihan pajak dan retribusi daerah.
4. Sumbangan bantuan lainnya dari Kabupaten.
Pembagian Anggaran Dana Desa (ADD) dapat dilihat berdasarkan Variabel
Independen utama dan Variabel Independen tambahan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Asas Merata adalah besarnya bagian Anggaran Dana Desa (ADD) yang
sama untuk di setiap atau yang disebut dengan Alokasi Dana Desa (ADD)
minimal. Alokasi Dana Desa (ADD) Variabel Independen utama sebesar
70% dan Variabel Independen Tambahan 30%.
47
2. Asas Adil adalah besarnya bagian Alokasi Dana Desa (ADD) yang dibagi
secara proporsional untuk di setiap berdasarkan Nilai Bobot Desa yang
dihitung dengan rumus dan variabel tertentu atau Alokasi Dana Desa
(ADD) Proporsional (ADDP), Variabel Proporsional Utama sebesar 60%
dan Variabel Proporsional Tambahan sebesar 40%. Variabel Independen
Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada Pasal
72 ayat (1) mengenai sumber pendapatan desa, dalam huruf d disebutkan “ anggaran
dana desa yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima
Kabupaten/Kota". Selanjutnya dalam ayat (4) Pasal yang sama disebutkan
"Anggaran Dana Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d paling sedikit
10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah setelah dikurangi Dana Alokasi 24
Khusus".17 Dalam masa transisi, sebelum dana desa mencapai 10% anggaran dana
desa dipenuhi melalui realokasi dari Belanja Pusat dari desa“ program yang berbasis
desa” 18. Kementrian/lembaga mengajukan anggaran untuk program yang berbasis
kepada menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
perencanaan pembanguna nasional untuk ditetapkan sebagai sumber dana desa.
Berlakunya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dirasakan menjadi
angin segar bagi desa. Adanya undang-undang ini menjadi dasar hukum dari
diakuinya desa sebagai suatu daerah otonomi sendiri. Dalam hubungannya dengan
desentralisasi fiscal yang menjadi pokok dari berlakunya undang-unadang tersebut
yaitu terkait dengan 10% dana dari APBN untuk desa diseluruh Indonesia, dimana
setiap desa akan menerima dana kurang lebih besar 1 Milyar per tahun. Pembagian
48
anggaran yang hampir seragam berkisar 1 Milyar padahal kapasitas pengelolaan
pemerintah sangat beragam (hal ini akan diantisipasi melalui aturan-aturan
desentralisasi fiscal yang mengatur besarnya anggaran desa berdasarkan kebutuhan
serta kemampuannya mengelola melalui peraturan pemerintah. Dana desa dikelola
secara tertib, taat pada ketentuan peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis,
efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan serta mengutamakan kepentingan masyarakat setempat. Pemerintah
menganggarkan Dana Desa secara nasional dalam APBN setiap tahun. Dana Desa
sebagaimana bersumber dari belanja Pemerintah dengan mengefektifkan program
yang berbasis Desa secara merata dan berkeadilan. Dana Desa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun
2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara ditransfer melalui APBD kabupaten/kota untuk selanjutnya ditransfer ke
APBDesa.19 Dana Desa setiap kabupaten/kota dialokasikan berdasarkan perkalian
antara jumlah di setiap kabupaten/kota dan rata-rata Dana Desa setiap provinsi. Rata-
rata Dana Desa setiap provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dialokasikan
berdasarkan jumlah desa dalam provinsi yang bersangkutan serta jumlah penduduk
kabupaten/kota, luas wilayah kabupaten/kota, angka kemiskinan kabupaten/kota, dan
tingkat kesulitan geografis kabupaten/kota dalam provinsi yang bersangkutan.
Berdasarkan besaran Dana Desa setiap kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
49
Dan Belanja Negara, bupati/walikota menetapkan besaran Dana Desa untuk setiap
desa di wilayahnya.
Besaran Dana Desa setiap Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Neagara, dihitung berdasarkan jumlah
penduduk desa, luas wilayah desa, angka kemiskinan Desa, dan tingkat kesulitan
E.3.2. Pengertian Pengelolaan
Menurut Balderton (dalam Adisasmita, 2011:21), istilah pengelolaan sama
dengan manajemen yaitu menggerakan, mengorganisasikan, dan mengarahkan usaha
manusia untuk memanfaatkan secara efektif material dan fasilitas untuk mencapai
suatu tujuan.
Selanjutnya Adisasmita (2011:22) mengemukakan bahwa, “Pengelolaan
bukan hanya melaksanakan suatu kegiatan, akan tetapi merupakan rangkaian
kegiatan yang meliputi fungsi-fungsi manajemen, seperti perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.”
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa
pengelolaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi merencanakan,
mengorganisasikan dan mengarahkan, dan mengawasi kegiatan manusia dengan
memanfaatkan material dan fasilitas yang ada untuk mencapai tujuan yang
50
telah ditetapkan secara efektif dan efisien. Istilah pengelolaan itu sendiri identik
kaitannya dengan istilah manajemen.
Oey Liang Lee (dalam Ranupandojo, 1996:3) mendefinisikan bahwa,
“Manajemen adalah seni ilmu perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengkoordinasian dan pengontrolan manusia dan barang-barang (terutama manusia)
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu”. Selanjutnya dapat
disimpulkan bahwa manajemen atau pengelolaaan adalah kegiatan yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengontrolan terhadap penggunaan
sumber daya yang dimiliki dalam organisasi untuk mencapai tujuan yang hendak
dicapai.
Berdasarkan pengertian pengelolaan oleh beberapa ahli di atas, maka yang di
maksud pengelolaan pada penelitian ini adalah serangkaian proses atau kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan (pengorganisasian dan pengarahan), dan
pengawasan atau pengendalian terhadap sumber-sumber pendapatan asli desa.
Penjelasan mengenai pengelolaan pada penelitian ini, terdiri atas bagian
perencanaan, kemudian pelaksanaan yang di dalamnya termasuk mengenai
pengorganisasian dan pengarahan, dan selanjutnya yang terakhir yaitu mengenai
pengawasan atau pengendalian.
51
a. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan dalam
usaha untuk mencapai suatu tujuan. Perencanaan dibuat untuk mengantisipasi
segala hal yang akan mengganggu atau menghalangi pencapaian tujuan, hal ini
dikarekan banyak faktor yang akan berubah dengan cepat pada masa yang
akan datang. Sehingga dengan adanya perencanaan yang baik akan membuat
setiap kesempatan yang ada dapat di manfaatkan dengan baik pula.
Perencanaan dalam arti luas menurut Adisasmita (2011:22) adalah suatu
proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk
mencapai suatu tujuan. Sistematis disini, dimaksudkan agar kegiatan- kegiatan
yang dilaksanakan menjadi tidak melenceng dari tujuan yang ingin dicapai.
Selanjutnya Ranupandojo (1996:11) mendefinisikan perencanaan ialah
pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan, bagaimana
mengerjakannya, kapan mengerjakannya dan bagaimana mengukur keberhasilan
pelaksanaannya. Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, yang dimaksud
perencanaan dalam penelitian ini adalah proses persiapan secara sistematis dalam
melaksanakan suatu kegiatan, yang diawali dengan proses pengambilan keputusan
tentang, apa yang akan dilakukan, kapan harus dilakukan, dan bagaimana cara
menentukan tingkat keberhasilan yang akan ditetapkan. Pada umumnya menurut
52
Ranupandojo (1996:21) terdapat tujuh prinsip dan petunjuk untuk menyusun
perencanaan yang baik yaitu:
a. Rencana harus memiliki tujuan yang khas.
Ini penting sebab dengan tujuan yang khas semua kegiatan dapat diarahkan
untuk mencapai hasil perencanaan tersebut. Tujuan harus jelas dan mudah
dipahami oleh semua orang yang akan melaksanakan rencana itu.
b. Ada kegiatan yang diprioritaskan.
Suatu rencana tanpa ada kegiatan pelaksanaan, tak lebih dari selembar kertas
yang tak berarti. Karena kegiatan mencapai tujuan dari suatu rencana
banyak macamnya, dan disisi lain terdapat faktor-faktor pembatas, maka
perlu ada kegiatan yang diberi prioritas. Kegiatan ini biasa disebut sebagai
kegiatan kunci. Tanpa kegiatan kunci tidak ada jaminan bahwa pelaksanaan
rencana akan berjalan secara efektif dan efisien
c. Melibatkan semua orang
Hendaknya semua orang dilibatkan dalam pembuatan rencana, baik untuk
seluruh tahap, maupun hanya tahap-tahap tertentu dari proses perencanaan
tersebut. Keterlibatan ini akan menimbulkan rasa bertanggung jawab dalam
tahap pelaksanaan rencana nantinya. Dengan cara ini pelaksanaan rencana
diharapkan dapat berjalan lancar, komunikasi lancer, kordinasi juga lancar.
53
Perencanaan hendaknya telah diperhitungkan pelaksanaan fungsi manajemen
lainnya, seperti pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian.
Hal ini penting sebab perencanaan memang merupakan fungsi yang
mendahului kegiatan manajemen lainnya, sehingga rencana akan selalu
memiliki sifat sebagai acuan dari fungsi manajemen lainnya.
Rencana harus selalu diperbaiki, karena situasi dan kondisi memang
selalu berubah. Perbaikan suatu rencana tidak berarti rencana itu salah, tetapi
untuk menyesuaikan dengan perkemmbangan situasi dan kondisi yang ada.
Namun demikian, suatu rencana jangan terlalu sering diperbaiki, sebab jika
demikian, rencana tersebut akan sukar untuk dijadikan pedoman, baik dalam
pelaksanaannya maupun untuk kepentingan pengendalian.
d. Penanggung jawab perencanaan.
Perlu ditunjuk orang atau staff khusus yang bertanggung jawab dalam
penyusunan rencana. Walaupun banyak orang yang terlibat dalam penyusunan
rencana, namun harus ada orang yang bertanggung jawab terhadap hasil akhir
perencanaan tersebut.
Semua perencanaan selalu bersifat tentatif dan bersifat interim. Rencana
tidak ada yang bersifat final, sebab rencana yang baik harus memiliki
54
keluwesan terhadap perubahan-perubahan yang ada. Prinsip-prinsip
perencanaan di atas, pada penelitian ini akan digunakan sebagai landasan
dalam mengajukan wawancara guna mengetahui proses perencanaan yang
dilakukan dalam pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli desa.
b. Pelaksanaan
Tjokroadmudjoyo (dalam Adisasmita, 2011:24) mengemukakan bahwa
pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami dalam bentuk rangkaian kegiatan
yakni berawal dari kebijakan guna mencapai suatu tujuan maka kebijakan itu
diturunkan dalam suatu program atau proyek. Berdasarkan pada penjelasan
tersebut, dapat dipahami bahwa pelaksanaan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dalam mencapai tujuan yang dikehendaki
melalui serangkaian proses yang telah direncanakan. Selanjutnya Westra, dkk
(dalam Adisasmita, 2011:24) mengemukakan pengertian pelaksanaan sebagai
usaha-usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan
kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala
kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan, dimana
tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.
Berdasarkan pada penjelasan diatas, maka pelaksanaan dalam penelitian ini
adalah usaha yang dilakukan untuk menjalankan kegiatan yang telah
55
direncanakan sebelumnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Kegiatan
pelaksanaan dalam penelitian ini terdiri atas pengorganisasian dan pengarahan.
c. Pengorganisasian
Menurut G.R. Terry (dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2006:119) menyatakan
bahwa: pengorganisasian adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerja sama
secara efisien dan dengan demikian memperoleh kepuasan pribadi dalam hal
melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna
mencapai tujuan atau sasaran tertentu.
Sedangkan menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:118), pengorganisasian
adalah suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-
macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menempatkan orang
pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan
wewenang yang secara relatif didelegasikan kepada setiap individu yang akan
melakukan aktivitas-aktitas tersebut.
Berdasarkan pada penjelasan ahli tersebut di atas, maka yang dimaksud
pengorganisasian pada penelitian ini adalah tentang penetapan dan penempatan
individu tertentu pada tugas-tugas tertentu, serta pendelegasian wewenang kepada
individu tersebut untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.
56
Proses pengorganisasian menurut Malayu S.P. Hasibuan (2006:127) adalah
sebagai berikut:
a. Manajer harus mengetahui tujuan organisasi yang dapat dicapai, apakah
provite motive atau service motive.
b. Penentuan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus mengetahui,
merumuskan dan menspesifikasi kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan organisasi dan menyusun daftar kegiatan- kegiatan yang
akan dilakukan.
c. Pengelompokan kegiatan-kegiatan, artinya manajer harus
mengelompokan kegiatan-kegiatan kedalam beberapa kelompok atas dasar
tujuan yang sama. Kegiatan-kegiatan yang bersamaan dan berkaitan erat
disatukan kedalam satu departemen atau satu bagian.
d. Pendelegasian wewenang, artinya manajer harus menetapkan besarnya
wewenang yang akan didelegasikan kepada setiap departemen.
e. Rentang kendali, artinya manajer harus menetapkan jumlah karyawan
pada setiap departemen atau bagian.
f. Peranan perorangan, artinya manajer harus menetapkan dengan jelas
tugas-tugas setiap individu karyawan, supaya tumpang tindih tugas dapat
dihindarkan.
57
g. Tipe organisasi, artinya manajer harus menetapkan tipe organisasi apa
yang akan dipakai.
h. Struktur, artinya manajer harus menetapkan struktur organisasi yang
bagaimana yang akan dipergunakan
i. Penjelasan ahli mengenai proses pengorganisasian di atas, enam poin
diantarannya pada penelitian ini akan digunakan sebagai landasan dalam
mengajukan pertanyaan guna megetahui pengorganisasian yang
dilakukan dalam pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli Kampung.
Sedangkan dua poin mengenai tipe organisasi dan struktur tidak
diperlukan karena hanya pada lingkup kampung yang kecil. Manajer
yang disebutkan oleh Malayu S.P Hasibuan dalam proses
pengorganisasian, dalam penelitian ini yang dimaksudkan sebagai
manajer adalah seorang pemimpin Pemerintahan atau Kepala
Kampung/Desa.
d. Pengarahan
Pengarahan menurut G.R. Terry (dalam Malayu S.P. Hasibuan, 2006:187)
adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerja sama dan
bekerja secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan
perencanaan dan usaha-usaha pengorganisasian.
58
Lebih lanjut Harold Koontz dan Cyril O Donnel (dalam Malayu S.P.
Hasibuan, 2006:187) mengemukakan bahwa pengarahan adalah hubungan
antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya pengaturan
terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan
yang efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata.
Berdasarkan pendapat ahli diatas, maka yang dimaksud pengarahan
dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan
untuk membimbing dan mengatur segala kegiatan bawahan yang telah diberi
tugas dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha. Dengan demikian,
seorang pemimpin harus berusaha agar bawahan menyukai pekerjaan dan mau
berusaha sekuat tenaga untuk menggunakan kemampuan dan keterampilan
yang dimiliki dengan disiplin yang tinggi sehingga dapat mencapai tujuan.
Pada penelitian ini, pertanyaan tentang pengarahan digunakan sebagai
penyempurna guna mengetahui pelaksanaan yang dilakukan dalam
pengelolaan sumber-sumber pendapatan asli kampung, setelah sebelumnya
diketahui proses pengorganisasiannya.
e. Pengawasan
Pengawasan atau pengendalian diperlukan untuk menjamin bahwa rencana
yang ditetapkan telah dilaksanakan sesuai dengan semestinya dan juga menilai
59
apakah menyimpang atau sesuai dengan rencana. Menurut Siswanto
(2009:139) pengendalian berusaha untuk mengevaluasi apakah tujuan dapat
dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai maka dicari faktor penyebabnya.
Penemuan faktor penyebab ini berguna untuk melakukan tindakan perbaikan
(corrective action).
Sujamto (dalam Adisasmita, 2011:25) mengemukakan pengertian pengawasan
sebagai usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan
kenyataan yang sebenarnya dan semestinya. Hal ini sejalan dengan
pemikiran Ranupandojo (1996:169) yang menyatakan bahwa pengendalian
merupakan pembandingan antara pelaksanan dengan rencana yang telah
ditetapkan sebelumnya, membuat koreksi-koreksi jika pelaksanaan berbeda
atau menyimpang dari rencana.
Berdasarkan pada pengertian para ahli diatas, maka yang dimaksud
dengan pengawasan dalam penelitian ini adalah usaha dalam menilai
kenyataan yang telah dilakukan dalam proses pelaksanaan dibandingkan
dengan perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Selanjutnya akan
dibuat perbaikan dari hasil pengawasan telah dilakukan.
60
Siswanto (2009:149) mengemukakan secara umum terdapat sepuluh
karakteristik pengawasan atau pengendalian yang efektif, yaitu:
1. Akurat (Accurate)
Informasi atas kinerja harus akurat. Ketidakakuratan data dari suatu sistem
pengendalian dapat mengakibatkan organisasi mengambil tindakan yang
akan menemui kegagalan untuk memperbaiki suatu permasalahan atau
menciptakan permasalahan baru.
2. Tepat waktu (Timely)
Informasi harus dihimpun, diarahkan, dan segera dievaluasi jika akan
diambil tindakan tepat pada waktunya guna menghasilkan perbaikan.
3. Objektif dan Komprehensif (Objective and Comprehesible)
Informasi dalam suatu sistem pengendalian harus mudah dipahami dan
dipahami dan dianggap objektif oleh individu yang menggunakannya.
Maka objektif sistem pengendalian, makin besar kemungkinannya bahwa
individu dengan sadar dan efektif akan merespons informasi yang
diterima, demikian pula sebaliknya. Sistem informasi yang sulit dipahami
akan mengakibatkan bias yang tidak perlu dan kebingungan atau frustasi
diantara para karyawan.
61
4. Dipusatkan pada tempat pengendalian strategis (Focus on strategic control
points)
Sistem pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada bidang yang
paling banyak kemungkinan akan terjadi penyimpangan dari standar, atau
yang akan menimbulkan kerugian yang paling besar. Selain itu, sistem
pengendalian strategis sebaiknya dipusatkan pada tempat dimana tindakan
perbaikan dapat dilaksanakan seefektif mungkin.
5. Secara Ekonomi Realistik (Economically Realistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi harus ditekan seminimum mungkin
sehingga terhindar dari pemborosan yang tidak berguna. Usaha untuk
meminimumkan pengeluaran yang tidak produktif adalah dengan cara
mengeluarkan biaya paling minimum yang diperlukan untuk memastikan
bahwa aktivitas yang dipantau akan mencapai tujuan.
6. Secara organisasi realistis (Organizationally realistic)
Sistem pengendalian harus dapat digabungkan dengan realitas organisasi.
Misalnya, individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat kinerja
yang harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian. Selain
itu, semua standar untuk kinerja harus realistis. Perbedaan status di antara
individu harus dihargai juga
62
7. Dikoordinasikan dengan arus pekerjaan organisasi (Coordinated with the
organization’s work flow)
Informasi pengendalian perlu untuk dikoordinasikan dengan arus
pekerjaan di seluruh organisasi karena dua alasan. Pertama, setiap langkah
dalam proses pekerjaan dapat memengaruhi keberhasilan atau kegagalan
seluruh operasi. Kedua, informasi pengendalian harus sampai pada semua
orang yang perlu untuk menerimanya.
8. Fleksibel (Flexible)
Pada setiap organisasi pengendalian harus mengandung sifat fleksibel
yang sedemikian rupa sehingga organisasi tersebut dapat segera bertindak
untuk mengatasi perubahan yang merugikan atau memanfaatkan peluang
baru.
9. Preskriptif dan operasional (Prescriptive and operational)
Pengendalian yang efektif dapat mengidentifikasi tindakan perbaikan apa
yang perlu diambil setelah terjadi penyimpangan dari standar. Informasi
harus sampai dalam bentuk yang dapat digunakan ketika informasi itu tiba
pada pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan perbaikan.
10. Diterima para anggota organisasi (Accepted by organization members)
63
Agar sistem pengendalian dapat diterima oleh para anggota organisasi,
pengendalian tersebut harus bertalian dengan tujuan yang berarti dan
diterima. Tujuan tersebut harus mencerminkan bahasa dan aktivitas
individu kepada situasi tujuan tersebut dipertautkan. Dengan diterimanya
sistem pengendalian, maka setiap anggota akan merasa ikut bertanggung
jawab terhadap usah mencapai tujuan.
Karakteristik pengawasan yang efektif di atas, delapan poin diantaranya pada
penelitian ini akan digunakan sebagai landasan dalam mengajukan pertanyaan
guna megetahui pengawasan yang dilakukan dalam pengelolaan sumber-
sumber pendapatan asli Kampung. Sedangkan dua poin yang tidak digunakan
karena dua poin tersebut dapat diwakilkan dengan poin yang lainnya. Poin
mengenai objektif dan komprehensif dapat disamakan dengan poin mengenai
akurat, dan poin mengenai prespektif dan operasional dapat diwakilkan
dengan poin mengenai fleksibel.
E.3.2. Pengertian Pengelolaan Dana Desa atau Keuangan Desa
Berdasarkan Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2007 Pasal 1
yang dimaksud dengan pengelolaan adalah rangkaian kegiatan mulai dari
perencanaan, pengadaan, penggunaan, penatausahaan, penilaian, pembinaan,
64
pengawasan dan pengendalian. Pengelolaan atau disebut juga dengan manajemen
dalam pengertian umum adalah suatu seni, ketrampilan, atau keahlian.25 Yakni seni
dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain atau keahlian untuk
menggerakkan orang melakukan seuatu pekerjaan. Menurut James A.F Stoner,26
pengelolaan merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan pengguna sumberdaya-
sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Menurut Muhammad Arif (2007:32)27 pengelolaan keuangan desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa. Pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih
luas dalam pengelolaan daerahnya. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah
terhadap pengembangan wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan
secara khusus yang dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk Alokasi Dana
Desa (ADD).28 Inilah yang kemudian melahirkan suatu proses baru tentang
desentralisasi desa diawali dengan digulirkannya Alokasi Dana Desa (ADD).
Pemerintah desa wajib mengelola keuangan desa secara transparan, akuntabel,
65
partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin. Transparan artinya dikelola
secara terbuka, akuntabel artinya dipertanggungjawabkan secara legal, dan
partisipatif artinya melibatkan masyarakat dalam penyusunannya. Keuangan desa
harus dibukukan dalam sistem pembukuan yang benar sesuai dengan kaidah sistem
akuntansi keuangan pemerintahan (Nurcholis,2011:82).29 Kepala Desa sebagai
kepala pemerintahan desa adalah pemegang kekuasaan pengelola keuangan desa dan
mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.
Oleh karena itu, Kepala Desa mempunyai kewewenang:
a. Menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa.
b. Menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa.
c. Menetapkan bendahara desa.
d. Menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa dan.
e. Menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 93
pengelolaan keuangan desa meliputi:
a. Perncanaan;
b. Pelaksananan;
c. Penatausahaan;
d. Pelaporan; dan
66
e. Pertanggungjawaban;
Kepala Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa, dalam
melaksanakan kekuasaan pengelolaan keuangan desa kepala desa menguasakan
sebagian kekeuasaannya kepada perangkat desa. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 43 Tahun 2014 tentang desa pengelolaan keuangan desa dilaksanakan dalam
masa 1 (satu tahun) anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember.
67
F. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Untuk memperjelas masalah yang akan dibahas dan agar tidak terjadi pembahasan yang
meluas atau menyimpang, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan proposal penelitian
kualitati deskriptif ini, yaitu hanya pada lingkup seputar Kapasitas Aparatur Desa,
Partisipasi Masyarakat Desa dan Pengelolaan Dana Desa. Ruang lingkup yang dibahas
dalam Proposal Penelitian Kualitatif Desktiptif ini mengenai Bagaimana kapasitas
aparatur desa dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan dana desa di Songanyu,
Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul- Daerah Istimewa Yogyakarta? Ruang lingkup yang
akan dibahas dalam Proposal Penelitian Kuaitatif deskriptif ini mengenai:
1. Kapasitas Aparatur Desa
a. Sumber daya manusia aparatur desa dalam menganalisis masalah, bijaksana
mengambil keputusan, kepemimpinan dan pengetahuan tentang regulasi.
b. Kapasitas Aparatur desa dalam Transparansi, Akuntabel, Partisipasif dan Disiplin
Anggaran.
c. Kapasitas Aparatur desa dalam pengelolaan dana desa (Perencanaan,
Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan pertanggungjawaban)
2. Partisipasi Masyarakat Desa
a. Partisipasi dalam pengambilan keputusan dan perencanaan (mengajukan
pandangan, membahas pokok permasalahan, mengajukan keberatan terhadap
keinginan orang lain.)
68
b. Partisipasi dalam pelaksanaan.
c. Partisipasi dalam pengambilan manfaat.
d. Partisipasi dalam evaluasi.
3. Pengelolan Dana Desa
Pengelolaan sama dengan manajemen yaitu menggerakan, mengorganisasikan, dan
mengarahkan. Kemudian, pengelolaan dana desa yakni:
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Pernanggungjawaban
d. Evaluasi
69
G. METODE PENELITIAN
G.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Djam’an
Satori (2011:23) mengungkapkan bahwa penelitian kualitatif dilakukan karena
peneliti ingin mengeksplor fenomena-fenomena yang tidak dapat dikuantifikasikan
yang bersifat deskriptif seperti proses suatu langkah kerja, formula suatu resep,
pengertian-pengertian tentang suatu konsep yang beragam, karakteristik suatu
barang dan jasa, gambar-gambar, gaya-gaya, tata cara suatu budaya, model fisik
suatu artifak dan lain sebagainya.
Selain itu, Sugiono (2012: 9) juga mengemukakan penelitian kualitatif
sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dengan triangulasi, analisis data
bersifat induktif atau kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan
makna daripada generalisasi.
Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2011: 73), penelitian deskriptif
kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-
fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih
memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. Selain
70
itu, Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan
pada variabel-variabel yang diteliti, melainkan menggambarkan suatu kondisi yang
apa adanya. Satu-satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri
yang dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan
bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian kegiatan untuk memperoleh
data yang bersifat apa adanya tanpa ada dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih
menekankan makna. Di sini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif
kualitatif karena penelitian ini peneliti ingin mengeksplor kapasitas pemerintah desa
atau aparatur desa dan partisipasi masyarakat desa Songbanyu dalam pengeolaan
dana desa di Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Gunung Kidul – Daerah
Istimewa Yogyakarta.
G.2. Unit Analisis
Unit analisis atau unsur analisis adalah ha hal yang harus ditetapkan untuk bisa
memahami data yang dikumpuulkan secara mendalam dan detail. Unit analisis
meliputi Objek Penelitian, Lokasi Penelitian, Narasumber, Tempat Penelitian dan
Waktu Penelitian
1. Objek Penelitian
71
Objek Peneitian ini adalah pengelolaan dana desa antara Partisipasi masyarakat
desa dan Kapasitas aparatur desa di Desa Songbanyu, Girisubo, Gunung Kidul,
DIY
2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini di lakukan di Desa Songbanyu, Kecamatan Girisubo, Gunung
Kidul – Daerah Istimewa Yogyakarta. Pemilihan desa Songbanyu sebagai lokasi
penelitian karena peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana Kapasitas
Aparatur desa dan partisispasi masyarakat desa dalam pengelolaan dana desa.
Dalam hal ini Sumber daya manusia yang dimiliki aparatur desa dan keaktifan
masyarakat dalam hal pengeolaan dana desa (perencanaan, pelaksanaan,
pengganggaran, Pelaporan dan evaluasi). Mengingat kegiatan penelitian ini
dilaksanakan di seluruh desa Songbanyu maka pihak pihak yang dilibatkan
dalam penelitian ini adalah aparatur desa dan masyarakat desa Songbanyu
dengan cara teknik purposive sampling.
3. Narasumber/Informan
Narasumber peneitian ini terdiri dari tiga kelompok yaitu:
a. Aparatur Desa
Aparatur desa yang bertanggungjawab atas pengelolaan dana desa, di Desa
Songbanyu, perangkat desa atau aparatur desa termasuk institusi yang diteliti
dalam hal ini yang diwawancarai secara mendallam meliputi Kepala Dusun,
Karang Taruna, Tim Komunikasi Desa, Kaur dan Kasi yang terdiri dari (7
orang).
b. Masyarakat Desa
72
Kelompok masyarakat di Desa Songbanyu ikut di libatkan atau
diikutsertakan dalam kegiatan pengelolaan dana desa di Songbanyu sehingga
peneliti menjadikan sebagai informan untuk mencari informasi mengenai hal
ini dengan jumlah tiga (3 Orang).
c. Tokoh Masyarakat
Tokoh masyarakat di Desa Songbanyu ikut berperan penting dalam
pengelolaan dana desa yang ada di desa Songanyu sehingga penulis
melibatkan tokoh masyarakat maka dengan mudah peneliti mudah peneliti
mendapatkan informasi hal ini dengan jumlah (2 orang).
d. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2018
G.3. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data utama dalam penelitian ini atau penelitian kualitatif
adalah kata-kata, tindakan informan, dokumen dan foto. Menurut Lofland,
Pengumpulan data dapat di ambil melalui teknik observasi, wawancara, dan
dokumentasi dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan orang yang
diamati atau diwawancarai; sumber berupa buku, arsip, majalah ilmiah, dokumen
pribadi, dan dokumen resmi dan foto yang dihasilkan oleh orang dan dihasilkan
oleh peneliti.
Selain itu, menurut Sugiyono (2012: 225) terdapat observasi, wawancara,
dokumentasi dan Tringulasi. Pengumpulan data di lakukan pada Natural setting
(kondisi alamiah) lebih banyak pada observasi berperan serta, wawancara
73
mendalam dan dokumentasi. Oleh karena itu, dalam pengumpulan data penulis
menggunakan tiga jenis pengumpulan data yakni Obserasi, Wawancara dan
Dokumentasi.
1. Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang kompleks karena
melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode pengumpulan data
observasi tidak hanya mengukur sikap dari responden, namun juga dapat
digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi. Teknik
pengumpulan data observasi cocok digunakan untuk penelitian yang bertujuan
untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam.
Metode pengumpulan data dalam Sugiyono menurut (2012: 226) terbagi
menjadi empat kategori, yakni: Observasi patifipasif, observasi tersamar atau
terus terang dan obervasi tidak berstruktur.
Dalam penelitian ini peneliti dilakukan observasi tentang berbagai
perilaku aparatur desa dan masyarakat desa dalam pegelolaan dana desa di
Gunung Kidul, hal ini di tinjau dari kapasitas aparatur desa dan partisipasi
masyarakat. Observasi yang penulis dilakukan adalah mendalami pengelolaan
dana desa dengan komposisi perencanaan, penatausahan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban.
Penulis secara aktif telah observasi melalui Fokus Group Diskusi dalam
mendalami persoalan yang terjadi di Songbanyu. Observasi dilakukan dengan
pengamatan yang jelas, rinci, lengkap, dan sadar tentang perilaku aparatur desa
dan masyarakat desa dalam keadaan tertentu. Pentingnya observasi dalam
74
mengamati kualitas aparatur desa dan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan
dana desa komposisinya pada perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban.
2. Wawancara
Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono Wawancara merupakan teknik
pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab
langsung antara pengumpul data maupun peneliti terhadap nara sumber atau
sumber data. Penulis mengunakan alat pengumpulan ini dengan tujuan untuk
mendapatkan data mendalam secara tertulis maupun tidak tertulis untuk
mendapatkan data kredibel. Maka penulis merumuskan daftar pertanyaan untuk
wawancara tertulis dan wawancara lisan untuk mengetahui pengelolaan dana
desa di Songbanyu.
Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian
dengan cara tanya jawab sambil menatap muka antara penanya atau
pewawancara dengan penjawab atau responden dengan menggunakan panduan
wawancara. Dalam penelitian ini, peneliti mencatat semua jawaban dari
responden sebagaimana adanya.
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
terstruktur. Maksudnya, dalam melakukan wawancara peneliti sudah
menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis. Di sini,
peneliti melakukan wawancara terhadap Kepala Desa dan perangkat desa,
Kepala Dukuh dan masyarakat Desa Songbanyu yang dianggap dapat
memberikan informasi yang dibutuhkan.
75
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data yang tidak ditujukan
langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen adalah jenis pengumpulan
data yang meneliti berbagai macam dokumen yang berguna untuk bahan
analisis. Menurut Sugiyono (2008; 83) studi dokumen merupakan pelengkap
dari penggunaan metode obsevasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.
Secara interpretatif dapat diartikan bahwa dokumen merupakan rekaman
kejadian masa lalu yang ditulis atau dicetak, dapat merupakan catatan, surat,
buku harian, sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan dan selain itu karya seni
seperti gambar, patung, film dan dokumen-dokumen.
Dokumen yang digunakan pada penelitian ini berupa daftar responden
penelitian, pengelolaan dana desa di Desa Songbanyu, draf
pembiayaan/pembelanjaan desa, data pengelolaan dana desa pada tahun
sebelumnya, pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa dan kegiatan
pengelolaan dana desa. Selain itu, dokumen-dokumen terkait perencanaan,
penatausahaan, pengawasan dan pertanggungjawaban.
Dengan demikian, teknik diatas ini menjadi dasar dalam pengambilan atau
pengumpulan data sesuai dengan variabel-variabel penelitian ini. Dengan itu,
pemgumpulan data di Desa Songbanyu di lakukan dengan teknik dokumentasi.
76
G.4. Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini terdiri atas data Sampling Purposive, data primer dan
data sekunder.
1. Purposive Sampling
Salah satu teknik sampling non random sampling dimana peneliti
menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus yang
sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab
permasalahan penelitian. Berdasarkan penjelasan purposive sampling tersebut,
ada dua hal yang sangat penting dalam menggunakan teknik sampling tersebut,
yaitu non random sampling dan menetapkan ciri khusus sesuai tujuan penelitian
oleh peneliti itu sendiri. Menurut Arikunto (2006) pengertiannya adalah: teknik
mengambil sampel dengan tidak berdasarkan random, daerah atau strata,
melainkan berdasarkan atas adanya pertimbangan yang berfokus pada tujuan
tertentu.
Demikian diatas telah kita uraikan dan pelajari bersama perihal teknik
purposive sampling secara mendetail. Untuk selanjutnya kami berpesan pada
anda para pembaca semuanya, agar lebih jeli atau cermat dalam menentukan
teknik pengambilan sampel. Agar sampel yang diambil nantinya sesuai dengan
permasalahan penelitian anda.
77
2. Data Primer
Data primer diperoleh dari sumber utama melalui prosedur dan tehnik
pengambilan data yang berupa wawancara langsung dengan para informan,
melalui observasi, maupun penggunaan instrumen khusus yang dirancang sesuai
dengan tujuannya.
3. Data Sekunder
Di peroleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi
atau arsip resmi yang berkaitan dengan penelitian ini. Saiffudin Azwar,”Metode
Penelitian”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), 36.
Berdasarkan data primer peneliti atau penulis ingin meneliti secara
mendalam secara langsung untuk mengetahui partisipasi masyarakat dan kapasitas
aparatur desa khsusnya dalam implementasi dana desa di Songbanyu secara
mendasarkan, yang akan di mekanismekan dalam teknik pengumpula data. Selain
itu, peneliti juga ingin memperoleh data yang rill atau nyata sesuai dengan fakta
masalah dengan dokumen-dokumen tertentu untuk memperkuat penelitian di desa
Songbanyu.
78
G.5. Teknik Analisa Data
Moleong (2008: 2) berpendapat bahwa penelitian kualitatif merupakan
penelitian yang menfokuskan pada paparan kalimat, sehingga lebih mampu
memahami kondisi psikologi manusia yang komplek (dipengaruhi oleh banyak
fakta) yang tidak cukup apabila hanya diukur dengan menggunakan skala saja. Hal
ini terutama didasari oleh asumsi bahwa manusia merupakan animal symbolicum
(mahkluk simbolis) yang mencari makna dalam hidupnya. Sehingga penelitian ini
memerlukan peran kualitatif guna melihat manusia secara total.
Analisis data dalam penelitian dilakukan secara interaktif. Menurut Sugiyono
(2010: 246) bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif
dan berlangsung secara terus menerus sampai selesai. Maksudnya, dalam analisis
data peneliti ikut terlibat langsung dalam menjelaskan dan menyimpulkan data yang
diperoleh dengan mengaitkan teori yang digunakan.
Sutopo (2003: 8) dalam Sugiyono (2012: 91) menjelaskan bahwa analisis
data model interaktif terdiri dari tiga hal utama yaitu reduksi data, penyajian data
dan penarikan kesimpulan (verifikasi), dengan penjelasannya:
1. Reduksi data
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari
catatan-catatan tertulis dilapangan. Selama pengumpulan data berlangsung,
terjadilah tahapan reduksi selanjutnya (membuat ringkasan, mengkode, menelusur
tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi, membuat memo).
79
2. Penyajian data
Data sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian-penyajian yang
baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid
meliputi: berbagai jenis matrik, grafik, jaringan dan bagan.
3. Penarikan kesimpulan
Tahap terakhir yang berisikan proses pengambilan keputusan yang menjurus pada
jawaban dari pertanyaan penelitian yang diajukan dan mengungkap “what” dan
“how” dari temuan penelitian tersebut.
4. Langkah Langkah Analisis Kualitatif
Adapun langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti dengan menggunakan
analisis kualitatif deskriptif adalah sebagai berikut:
a. Mengobservasi kapasitas aparatur desa Songbanyu dalam aspek-aspek
Transparansi, Akuntabel, Partisipasif dan Disiplin Anggaran dan pengelolaan
dana desa (Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan
pertanggungjawaban)
b. Mengobservasi partisipasi masyarakat Desa Songbanyu dalam proses
pengelolaan dana desa khususnya partisipasi dalam perencanaan pengambilan
keputusan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban
serta pemanfaatan hasil.
c. Melakukan wawancara kepada Aparatur desa terkait Kapasitas aparat desa
dalam aspek-aspek Transparansi, Akuntabel, Partisipasif dan Disiplin
Anggaran dan pengelolaan dana desa (Perencanaan, Pelaksanaan,
80
Penatausahaan, Pelaporan dan pertanggungjawaban) sesuai dengan pedoman
wawancara yang telah dibuat.
d. Melakukan wawancara mendalam masyarakat desa Songbanyu, berkaitan
dengan partisipasi masyarakat desa dalam pengelolaan dana desa khususnya
Perencanaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan
pertanggungjawaban dan pemanfaatan hasil sesuai dengan pedoman
wawancara yang telah dibuat.
e. Membaca dan menjabarkan hasil catatan dan pernyataan aparatur desa,
mencari definisi yang cocok, dengan mencatat hal-hal penting yang berkaitan
dengan konsep-konsep yang ada.
f. Mengkategorikan catatan-catatan yang diambil dari sumber data lalu
mengklasifikasikannya ke dalam kategori yang sama;
g. Mengkategorikan kategori yang telah disusun dan dihubungkan dengan
kategori lainnya sehingga hasilnya akan diperoleh susunan yang sistematis
dan berhubungan satu sama lain;
h. Menelaah relevansi data dengan cara mengkaji susunan pembicaraan yang
sitematik dan relevansinya serta tujuan penelitian;
i. Melengkapi data dengan cara mengkaji isi data baik berupa hasil observasi
dan hasil wawancara serta hasil dokumentasi dilapangan;
j. Menjadikan jawaban, maksudnya adalah hasil kajian data kemudian dijadikan
jawaban setelah dianalisis;
k. Menyusun laporan, setelah menjabarkan jawaban secara terperinci, kemudian
menyusunnya dalam bentuk laporan
81
BAB II
GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN DANA DESA DI SONGBANYU
A. Sejarah Singkat Desa Songbanyu
Pada jaman kerajaan Majapahit, bermula dari kisah Tanujoyo yang bertapa di
bekas telapak kuda yang diyakini kuda milik Sunan Kalijaga. Selama bertapa bertahun-
tahun jasad / raganya menghilang dan sampai saat ini tidak pernah ditemukan, lokasi
pertapaan dilakukan di tengah hutan belantara lebat yang saat ini disebut tegalan Kerok,
terletak di tengah-tengah gunung Kerok (± 2 Km dari Dusun Songbanyu) ditempuh
dengan jalan kaki.
Sejak Tanujoyo menghilang, lokasi bekas pertapaannya mengeluarkan sumber
mata air, padahal pertapaan itu berada di tengah-tengah bebatuan (sampai saat ini masih
dikeramatkan). Mengetahui ada sumber air dilokasi yang susah air beberapa warga yang
dipandang sakti pada waktu itu melakukan pemugaran dengan memperlebar sumber air
yang dilakukan oleh Pak Kasan Rejo dan Pak Buimin.
Silsilah pemimpin / kepala desa semenjak berdirinya desa Songbanyu:
Tabel. II.1.
Silsilah Kepala Desa Songbanyu
No Nama Tahun Awal Tahun Akhir
1 Penggok 1930 1940
2 Karyo Suwito 1940 1950
3 Karyo Menggolo 1950 1958
4 Marto Harjono 1958 1989
5 (Pjs) Hadi Suparno 1989 1989 1989
6 Suprihadi 1989 2005
7 (Pjs) Bambang Suroyo 2005 2006
8 Prihadi 2006- 2012
9 (Plt) Kismanto 2012 2012
10 Junardi 2012-sekarang 2012 Sekarang (Sumber: Dokumen Arsip Desa Songbanyu)
82
Desa Songbayu terletak di Kecamatan Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi Yogyakarta. Sejarah terbentuknya Desa Songbanyu berawal dari Tanujoyo yang
menghilang di Gunung Kerok. Pada tahun 1930 terbentuklah persiapan Desa Songbanyu
dan dipimpin oleh bapak Penggok 1930 sampai pada tahun 1940. Desa Sonbanyu sangat
desa adat yang sudah lama berdasarkan sejarah yang nyata. Seingga masyarakat pun juga
tersebar di wilayah Songbanyu.
Pada Tahun 2006 dilantiklah bapak Prihadi menjadi Kepada desa di Desa
Songbanyu. Setelah mengalami perkembangan pada bulan April 2012, Desa Songbanyu
resmi terdiri dari 13 Dusun atau Pedukuhan yaitu Bandung, Songbanyu I, Songbanyu II,
Salam I, Salam II, Putat, Gabungan I, Gabungan II, Bendungan, Gebangsari, Gesik, Joho
dan Selang. Hingga pada saat ini belum ada rencana pemekaran desa bahkan juga
pedukuhan.
B. Letak Geografis Desa
Desa Songbanyu adalah sebuah desa yang terletak di ujung timur pantai selatan di
Yogyakarta tepatnya di Kabupaten Gunung Kidul, Kecamatan Girisubo. Desa ini terbagi
dalam 13 Dusun yang langsung dengan perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah. Dusun di
Songbanyu tersebar beberapa yang bertepatan di Perbatasan dan juga dalam pusat
perkantoran Desa. Songbanyu memiliki Beberapa Pantai yakni Krokoh dan Sadeng.
Secara geografis Desa Songbanyu terletak pada 150 meter di atas permukaan laut,
dengan topografi dataran tinggi dan suhu udara rata-rata 25° celcius, serta curah hujan
1382 mm/tahun. Desa Songbanyu memiliki luas sekitar 1553.8720 Ha dengan batas-batas
wilayah sebagai berikut:
83
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pucung Girisubo/Desa Sumberagung.
2. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Petirsari Kecamatan Pracimantoro.
3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Songbledeg Kecamatan Paranggupito.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Samodera Indonesia.
Mayoritas lahan di Desa Songbanyu dimanfaatkan untuk pemukiman dan Ladang
atau perkebunan. Dan kemudian Desa Songbanyu dipimpin oleh seorang kepala desa
yang diangkat oleh pemerintah daerah dengan pilihan langsung oleh masyarakat.
Desa Songbanyu memiliki 13 Kepala Dusun. Adapun jarak desa Songbanyu dari
ibukota Kecamatan hanya 7 km dan jarak dari ibukota kabupaten Gunung Kidul 42 km,
sedangkan dengan ibu kota propinsi DIY 83 km.
C. Demografi Desa Songbanyu
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika
kependudukan manusia. Demografi meliputi ukuran, struktur, dan distribusi penduduk,
serta bagaimana jumlah penduduk berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian,
migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan dapat merujuk masyarakat secara
keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria seperti pendidikan,
kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu. Dalam (Wikipedia.com) diakses pada
tanggal 3 Mei 2018.
Dengan itu, dalam peneitian ini ingin mencari data dengan Metode langsung. Data
berasal dari statistik yang mencatat seluruh kelahiran dan kematian, dan perubahan status
secara sah seperti perkawinan, perceraian, dan migrasi.
Metode tidak langsung digunakan saat data utuh tidak tersedia, misalnya pada
negara berkembang dan demografi masa lampau. Metode langsung. Data berasal dari
84
statistik yang mencatat seluruh kelahiran dan kematian, dan perubahan status secara sah
seperti perkawinan, perceraian, dan migrasi. Metode tidak langsung digunakan saat data
utuh tidak tersedia, misalnya pada negara berkembang dan demografi masa lampau.
Oleh karena itu, ada beberapa kategoti demografi yang saya di maksudkan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
C.1. Keadaan Penduduk
Penduduk Desa Songbanyu mayoritas terdiri dari penduduk asli dari di
bandingkan dengan penduduk dari Negara lain maupun daerah lain. Sampai tahun
2017 jumlah penduduk di Desa Songbanyu adalah 3666 jiwa, terdiri dari penduduk
laki-laki 1818 jiwa dan penduduk perempuan 1846 jiwa , dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 1054. Berikut data penduduk berdasarkan kelompok jenis
kelamin dapat dilihat pada:
Tabel. II.2.
Keadaan Penduduk Desa Songbanyu
NO KETERANGAN LAKI2 PEREMPUAN JUMLAH
1, Jumlah Penduduk 1818 1846 3666
2. Jumlah Angkatan kerja
a..Jumlah Penganggur murni 168 123 291
b. Jumlah Penduduk Bekerja
Bekerja kurang 35
jam/mnggu (1/2 Penganggur )
656 630 1286
-Bekerja lebih 35 jam/mngg 310 533 843
3. Bukan Angkatan Kerja
a.Sekolah 170 145 315
b. Kepengurusan 290 170 460
c.Terima pendapatan lain 119 120
4. Jumlah anak (15 th
kebawah )
105 125 230
(Sumber: Dokumen Arsip Desa Songbanyu)
85
Secara umum penduduk asli Desa Songbanyu kawin dengan penduduk dari
luar yang berasal dari suku desa lain diseluruh Jawa. Meskipun penduduk Desa
Songbanyu terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, namun dalam kehidupan
sehari-hari terlihat adanya kerja sama yang baik. Memiliki rasa tolong-menolong
yang besar juga toleransi antara sesama anggota masyarakat. Kegiatan tolong-
menolong atau gotong-royong dilakukan dalam peristiwa duka maupun suka. Seperti
halnya jika anggota masyarakat mengalami kedukaan, masyarakat lainnya juga ikut
membantu dalam berbagai hal sampai pemakaman dan lainya
Bentuk-bentuk kerja sama di Desa Songbanyu masih seperti itu masih
terpelihara dengan baik karena masing-masing anggota masyarakat juga
beranggapan bahwa mereka juga akan mengalami peristiwa duka maupun suka yang
nantinya akan membutuhkan bantuan. Pengaruh budaya serta adat istiadat yang
diwariskan secara turun temurun juga tidak terlepas dari kehidupan masyarakat desa.
Penduduk Desa Songbanyu juga terlibat dalam kegiatan rukun keluarga atau rukun
tetangga. Jika dilihat dari silsilah keturunan yang ada, mereka masih memiliki
hubungan keluarga.
Bentuk-bentuk kerja sama, dan gotong-royong dalam kehidupan diantara penduduk
Desa Songbanyu masih tetap terjaga dan terpelihara dengan baik karena masyarakat
menyadari bahwa kehidupan yang berdampingan dengan baik akan menciptakan
suasana yang rukun dan damai menuju Desa yang mandiri dan sejahtera.
86
C.2 Keadaan Sosial Ekonomi
Secara umum, aktivitas perekonomian di Desa Songbanyu cukup beragam dan
lebih mendominasi adalah petani, Pegawai Negeri Sipil, pengrajin, rumahtangga,
pengusaha kecil dan karyawan swasta, tukang, dan lain sebagainya Nelayan serta
wirausaha, diantaranya sebagian besar berdagang di depan rumahnya, Nelayan di
Pantai Sadeng, dan petani ladang di Desa Songbanyu.
Temuan menarik lainnya yaitu rata-rata penduduk usia produktif banyak yang
memutuskan bekerja di luar luar desa. Sempitnya lapangan pekerjaan menjadi salah
satu alasan. Padahal apabila ditinjau dari segi wirausaha dan pariwisata dan nelayan,
menjanjikan masyarakat Desa Songbanyu untuk mengelolahnya sendiri. Contohnya
adalah dimana pantai krokoh dan sadeng serta wirausaha sangat menjanikan usaha
masyarakat untuk meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Apalagi pendapatan dari
hasil Pariwisata, wirausaha, tani dan Nelayan, Sektor Bangunan cukup bagus bahkan
desa ini di kunjungi banyak pengunjung berdasarkan pariwisata. Dan Desa ini juga
berpotensi baik untuk membuka Usaha masyarakat dari hasil potensi desa enta dari
Jagung, Singkong, Tales, dan lainya. Karena dari segi pemasaran, hasil dari potensi
desa sangat bagus karena disana ada kelompok komunukasi desa bahkan hingga kini
kacang dan tanaman ain yang mampu mendapatkan pendapatan bagi masyarakat.
Apabila dilihat dari segi keunikan, Desa Songbanyu memiliki Potensi yang baik,
yang menjadi persoalan selama ini adalah bagaimana pemerintah desa meningkatkan
dan partisipasi masyarakat dalam mengeola potensi desa berdasarkan hak ulayat
yang dimiliki oeh setiap keluarga. Kemudian selain itu, infrastruktur juga bakal
87
menjadi persoalan namun membaik apabila pengelolaan dana desa fokus pada
tujuan.
Oleh karena itu, Permasalahan yang timbul dari para pelaku usahawan dan
masyarakat desa Songbanyu yaitu kurangnya dalam penguasaan pengetahuan
tentang teknologi, infrastruktur dan manajemen potensi yang dimiliki.
Hampir semua pelaku usaha memiliki masalah dalam penerapan manajemen
usahanya. Hal ini dilatarbelakangi oleh pendidikan para pelaku usaha. Rendahnya
manajemen usaha yang paling sering dilihat dalam suatu unit usaha, mereka sering
kali tidak dapat memisahkan mana uang milik pribadi, dan mana uang milik
perusahaan yang mereka kembangkan. Hal ini tentu berdampak pada kinerja mereka,
sehingga jika hal tersebut dilakukan secara terus-menerus, maka pelaku usaha akan
sulit untuk berkembang.
Penduduk di Desa Songbanyu bermatapencaharian sangat beragam yang terdiri
dari petani, Pegawai Negeri Sipil, pengrajin, rumahtangga, pengusaha kecil dan
karyawan swasta, tukang, dan lain sebagainya.
88
Tabel. II. 3.
Keadaan Sosial Ekonomi di Desa Songbanyu
NO KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1, Sektor Pertanian 962 1133 2095
2. Sekt. Tambang dan penggalian 0 0 0
3. Sekt. Industri Pengolahan 15 13 28
4. Sekt. Listrik Gas, Air 0 0 0
5. Sektor Bangunan 143 0 143
6. Sekt. Dagang,Hotel,Restoran 26 21 47
7. Sekt.Angkutan, komunikasi 10 0 10
8. Sekt. Keu,Sewa,Jasa Pershaan 10 11 21
9. Jasa Lainnya (PNS,Pamong) 48 20 68
10. Nelayan 84 0 84
JUMLAH 1298 1198 2496
(Sumber: Dokumen Arsip Desa Songbanyu)
C.3 Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan aspek penting dalam membentuk kualitas manusia
yang memiliki daya saing. Pembentukan kualitas tersebut dapat dimulai dengan
menempuh pendidikan yang dilakukan semenjak usia dini. Pendidikan semenjak dini
tersebut diharapkan dapat membentuk pola pikir dan perilaku yang mencerminkan
masyarakat yang berkualitas, baik dalam lingkungan bermasyarakat dan bernegara.
Hal ini dibuktikan dengan adanya sarana pendidikan yang berada di Desa
Songbanyu, Girisubo, Yogyakarta.
89
Desa Songbanyu merupakan desa dengan wilayah yang banyak Dusun yang
memiliki jumlah penduduk sekitar 3666 jiwa. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan
terhadap pendidikan sangat tinggi terutama pada pendidikan tingkat dasar.
Kebutuhan tersebut merupakan kebutuhan terhadap pendidikan formal dan
nonformal
Namun, dalam hal ini penulis akan mengulas bagaimana Tingkat Pemahaman
masyarakat desa songbanyu dalam Pengelolaan dana desa berdasarkan keadaan
tingkat pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat desa Songbanyu.
Berikut ini merupakan Jumlah Tingkat pendidikan yang di tempuh oleh
masyarkat desa Songbanyu:
Tabel. II. 4.
Tingkat Pendidikan di Desa Songbanyu
NO KETERANGAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH
1. SD 818 727 1545
2. SLTP 280 231 511
3. SLTA 152 102 254
4. DIPLOMA 10 7 17
5. SARJANA 16 19 35
JUMLAH 1276 1086 2362
(Sumber: Dokumen Arsip Desa Songbanyu)
90
D. Pemerintah Desa Songbanyu
Pada tahun 2012 dalam menjalankan pemerintahan, desa Songbanyu dipimpin
oleh seorang Kepala Desa yaitu Junardi. Dia dipilih langsung oleh masyarakat desa
Songbanyu, yang memenuhi persyaratan dan hingga kini terpilih yaitu enam (6) tahun
dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
Kepala desa dan aparatur desa mempunyai tugas menyelenggarakan urusan
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Kepala desa di dibantu oleh seorang
sekretaris desa yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil. Bersama hukum tua juga
terdapat Badan Permusyawaratan Desa (BPD) yang berfungsi menetapkan peraturan
desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat dan disamping itu BPD
mempunyai fungsi mengawasi pelaksanaan peraturan desa dalam rangka pemantapan
pelaksanaan kinerja pemerintah desa. Dalam menjalankan pembangunan desa dibentuk
suatu lembaga kemasyarakatan seperi PKK, Karang Taruna dan Lembaga Pemberdayaan
Masyarakat dan Tim Komunikasi Masyarakat. Lembaga kemasyarakatan bertugas
membantu pemerintah desa dan merupakan mitra dalam memberdayakan masyarakat.
Lembaga masyarakat berfungsi sebagai wadah partisipasi dalam pengelolaan
pembangunan agar terwujud demokratisasi dan transparansi pembangunan pada tingkat
masyarakat serta untuk mendorong, memotivasi, menciptakan akses agar masyarakat
lebih berperan aktif dalam kegiatan pembangunan. Lembaga masyarakat yang dibentuk
oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan merupakan mitra pemerintah desa dalam
memberdayakan masyarakat.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dalam Bab IV
mengenai Penyelenggara Pemerintah Desa, pasal 11 bahwa pemerintahan desa terdiri dari
91
pemerintah desa dan BPD. Selanjutnya dalam ayat 12, pemerintah desa yang dimaksud
terdiri dari aparatur desa. Aparatur desa yang dimaksud yaitu sekretaris desa, pelaksana
teknis lapangan yaitu kepala urusan pemerintahan, kepala urusan pembangunan, kepala
urusan kesejahteraan rakyat, kepala urusan keuangan, dan Kepala urusan dusun adalah
kepala dusun. Aparatur desa bertugas untuk melaksanakan tugas dan wewenangnya.
D.1 Struktur Organisasi
(Sumber: Dokumen Arsip Desa Songbanyu)
D.2 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Pemerintah Desa Songbanyu
Adapun tugas dan fungsi Aparatur Desa di Songbanyu sebagai berikut;
a. Kepala Desa
Adapun tugas dan fungsi Kepala Desa Songbanyu Junardi sebagai berikut;
1. Menyelenggarakan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan
bersama BPD
92
2. Mengajukan rancangan peraturan Desa
3. Menetapkan peraturan-peraturan yang telah mendapatkan persetujuan bersama
BPD
4. Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengnenai APB Desa
untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD
5. Membina kehidupan masyarakat Desa
6. Membina ekonomi desa
7. Mengordinasikan pembangunan desa secara partisipatif
8. Mewakili desanya di dalam dan luar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan paeraturan perundang- undangan;
9. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang- undangan.
b. Sekretaris Desa
Sekertaris desa di Songbanyu dijabat oleh Nur Ayu Safitri, S.Kom. Di dalam
penyelenggaran pemerintah desa ia merupakan tugas dan fungsi sekretaris Desa
sebagai berikut:
1. Tugas Pokok: Membantu Kepala Desa dalam mempersiapkan dan
melaksanakan pengelolaan administrasi Desa, mempersiapkan bahan
penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa.
2. Fungsi :
a) Penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk
kelancaran tugas Kepala Desa
b) Melaksanakan tugas kepala desa dalam hal kepala desa berhalangan
93
c) Melaksanakan tugas kepala desa apabila kepala desa diberhentikan
sementara
d) Penyiapan bantuan penyusunan Peraturan Desa
e) Penyiapan bahan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
f) Pengkoordinasian Penyelenggaraan tugas-tugas urusan; dan
g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
c. Kepala Urusan (Kaur) Umum
Setelah sekertaris jabatan berikut dalam pemerintah desa Songbanyu yaitu
Kepala Urusan dalam hal ini kepala urusan umum. Kepala Urusan Umum di
Lingkungan pemerintah desa Songbanyu di isi oleh Sumarlan. Sumarlan
merupakan tugas dan dan fungsi sebagai berikut:
1. Tugas Pokok: Membantu Sekretaris Desa dalam melaksanakan administrasi
umum, tata usaha dan kearsipan, pengelolaan inventaris kekayaan desa, serta
mempersiapkan bahan rapat dan laporan.
2. Fungsi :
a) Pelaksanaan, pengendalian dan pengelolaan surat masuk dan surat keluar
serta pengendalian tata kearsipan
b) Pelaksanaan pencatatan inventarisasi kekayaan Desa
c) Pelaksanaan pengelolaan administrasi umum
d) Pelaksanaan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat tulis
kantor serta pemeliharaan dan perbaikan peralatan kantor
e) Pengelolaan administrasi perangkat Desa
94
f) Persiapan bahan-bahan laporan; dan
g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.
d. Kepala Urusan (Kaur) Perencanaan
Selain dari Kepala Urusan Umum ada juga Kepala Urusan Perencanaan.
Kepala urusan Perencanaan di Desa Songbanyu di jabat oleh Agus Wiratno. Agus
Wiratno merupakan pokok dan Fungsi adalah sebagai berikut:
1. Tugas Pokok: Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan
administrasi kependudukan, administrasi pertanahan, pembinaan, ketentraman
dan ketertiban masyarakat Desa, mempersiapkan bahan perumusan kebijakan
penataan, Kebijakan dalam Penyusunan produk hukum Desa.
2. Fungsi :
a) Pelaksanaan kegiatan administrasi kependudukan
b) Persiapan bahan-bahan penyusunan rancangan peraturan Desa dan
keputusan Kepala Desa
c) Pelaksanaan kegiatan administrasi pertanahan
d) Pelaksanaan Kegiatan pencatatan monografi Desa
e) Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan penataan kelembagaan
masyarakat untuk kelancaran penyelenggaraan pemerintahan Desa
f) Persiapan bantuan dan melaksanakan kegiatan kemasyarakatan yang
berhubungan dengan upaya menciptakan ketentraman dan ketertiban
masyarakat dan pertahanan sipil; dan
g) Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan kepada Desa.
95
3. Administrasi Pemerintahan Desa :
a) Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
b) Pembuatan Kartu Keluarga (KK)
c) Pembuatan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) bagi warga Desa
yang berkehidupan ekonomi kurang mampu agar mendapatkan
penangguhan-penangguhan. Misalkan penangguhan atau pengurangan
beban biaya di rumah sakit. Pembuatan surat ini tidak memerlukan biaya,
digratiskan bagi warga Desa yang memerlukan. Dalam perkembangannya
SKTM ini berubah menjadi Kartu Multi guna, Kartu ini dapat digunakan
oleh satu keluarga yang diwakili oleh kepala keluarga sebagai pemegang
kartu
d) Surat Keterangan Lalu Lintas
e) Surat Keterangan NTCR
f) Surat Pengantar Pernikahan
g) Surat Keterangan Naik Haji
h) Surat Keterangan Domisili
i) Surat Keterangan Pengantar Kepolisian
j) Surat Keterangan Pindah
k) Surat Keterangan Lahir/Mati
l) Surat Keterangan Ke Bank dll.
m) Surat Keterangan Pengiriman Wesel
n) Surat Keterangan Jual Beli Hewan
o) Surat Keterangan Izin Keramaian
96
p) Pengenaan Pungutan atas Transaksi Jual beli Hasil Bumi dikenakan dari
harga transaksi jual beli dan dikenakan kepada pembeli atau penjual
q) Pengenaan pungutan atas transaksi jual beli tanah rumah dikenakan dari
harga transakasi jual beli dan dikenakan kepada pembeli atau penjual
r) Surat Keterangan Tebang Kayu/Bambu
s) Tarip pengenaan pungutan pengusaha angkutan sewa sarana dan BUMdes;
dan
t) Perusahaan PT/CV atau pemborong dan sejenisnya dari jumlah anggaran.
e. Kepala Urusan (Kaur) Pembangunan Dan Keuangan
Kepala Urusan Pembangunan dan Urusan Keuangan ini adalah sangat penting
dalam lingkungan pemerintah desa. Urusan pembangunan dan keuangan di
Songbanyu sementara di jabat oleh Sunoto. Bentuk pemerintah desa di jalankan
berdasarkan tugas dan fungsi.
1. Tugas Pokok: Membantu Kepala Desa dalam melaksanakan penyiapan bahan
perumusan kebijakan teknis pengembangan ekonomi masyarakat dan potensi
desa, pengelolaan administrasi pembangunan, pengelolaan pelayanan
masyarakat serta Penyiapan bahan usulan kegiatan dan pelaksanaan tugas
pembantuan.
2. Fungsi :
a) Penyiapan bantuan-bantuan analisa & kajian perkembangan ekonomi
masyarakat
b) Pelaksanaan kegiaatan administrasi pembangunan
97
c) Pengelolaan tugas pembantuan; dan
d) Pelaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa.
f. Kepala Dusun
Lingkungan pemerinahan desa Songbanyu merupakan tim kerja atau
pembinaan masyarkat berdasarkan dusun. Di Desa Songbanyu memiliki 13
Dusun. Dusun tersebut adalah Selang, Songbanyu 1, Songbanyu 2, Bandung,
Salam 1, Salam 2, Gebangsari, Gesik, Putat, Joho, Gabungan 1, Gabungan 2 dan
Bendungan. Kepala Dusun di Songbanyu merupakan tugas dan fungsi sebagai
berikut:
1. Tugas:
a) membantu pelaksanaan tugas kepala desa dalam wilayah kerjanya
b) melakukan pembinaan dalam rangka meningkatkan swadaya dan
gotong royong masyarakat
c) melakukan kegiatan penerangan tentang program pemerintah kepada
masyarakat
d) membantu kepala desa dalam pembinaan dan mengkoordinasikan
kegiatan RW (Rukun Wilayah) dan RT (Rukun Tetangga) diwilayah
kerjanya
e) Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala desa.
b) Fungsi:
a) Melakukan koordinasi terhadap jalannya pemerintah desa, pelaksanaan
pembangunan dan pembinaan masyarakat diwilayah dusun
98
b) Melakukan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan
kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya
c) Melakukan usaha dalam rangka meningkatkan partisipasi dan swadaya
gotong royong masyarakat dan melakukan pembinaan perekonomian
d) Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan
ketrentaman dan ketertiban masyarakat
e) Melakukan fungsi-fungsi lain yang dilimpahkan oleh kepala desa.
E. Lembaga Pemberdayaan dan Pembangunan Masyarakat
Ada masyarakat adat yang berpusat di desa adalah lembaga pembangunan dan
pemberdayaan masyarkat dalam rangka mendukung stabilitas perekonomian dan
kapablitas serta sistem pembinaaan masyarakat berasaskan demokrasi deliberatif.
Pembangunan dan pemberdayaan di Desa Songbanyu di laksanakan dengan cara:
Pertama dengan organisasi tak tik. Kedua: organisasi struktural.
Di desa Songbanyu untuk mendukung pemberdayaan dan pembangunan di
lingkungan desa ada beberapa organsiasi struktural dan tak tik atau fungsional. Oganisasi
ini antaranya adalah Tim Komunikasi Desa, Desa Siaga, Karang Taruna, Kelompok Tani,
Poskedes, PKK, Dharma Wanita, LKMD, Tim Pelaksana Kegiatan Dana Desa dan
lainya.
F. Gambaran Umum Kapasitas Aparatur Desa di Songbanyu
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tugas dan fungsi pemerintah
sangat kompleks yaitu meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hal ini berarti tugas
Aparatur Desa juga demikian adanya, karena aparatur adalah merupakan salah satu unsur
99
pemerintahan, oleh karena itu untuk kepentingan kajian ini dibatasi pada pelaksanaan
tugas aparatur desa dalam arti sempit Sumber daya manusia yang dasar, Asas
Pengelolaan Dana desa dan cara pengelolaan dana desa.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tugas
pemerintahan Desa Songbanyu dalam pencatatan atau pengisian Buku-buku register
tersebut, dapat dinilai "kurang efektif", bahkan cenderung "tidak efektif”. Hal tersebut
terlihat dari sembilan buku register yang harus diisi oleh aparatur desa, ternyata yang
terisi hanya 5 buku, yaitu: Buku Agenda, Buku Aparat, Buku Keputusan, Buku Induk
Penduduk dan Buku Kas Pembantu. Inilah Kapasiatas yang seharusnya dimiliki oleh
seorang penjabat dalam pemerintah desa khususnya di Desa Songbanyu.
Sehingga kemampuan atau kapasitas yang dimiliki oleh aparatur desa sangat
minim dengan kemampuan dasar yang harus di miliki. Tak hanya demikian. Bahkan
dalam asas pengelolaan dana desa pun minim. Tentunya hal ini di tandai dengan tidak
ada transparansi antara perangkat desa dengan masyarakat setempat. Khususnya terhadap
mereka yang terpelajar seperti Karang Taruna dan lainya. Berdasarkan Pengamatan pun
jug membuktkan bahwa Pengeolaan dana desa di Songbanyu sangat minim, ha ini
dikatkan oleh sebagian masyarakat desa Songbanyu bahwa seharusnya pengeolaan dana
desa terpisah antara alokasi dana desa dan dana desa.
G. Partisipasi Masyarakat Desa dalam Pengeolaan Dana Desa
Proses pembangunan melalui penggunaan dana desa diharapkan dapat menjadi
langkah untuk mengurangi perbedaan pembangunan antara desa dan kota.
Pembangunan dan pemberdayaan yang dituntut adalah pembangunan yang dapat
100
meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dimana pembangunan dituntut untuk
menjadikan masyarakat menjadi subjek pembangunan. Untuk itu diperlukan partisipasi
dari setiap elemen masyarakat agar pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Tahap-tahap dalam proses pembangunan dan pemberdayaan di Desa Songbanyu sering
mengalami tumpang tindih, dalam artian dalam sekali rapat pertemuan bersama warga
bisa terjadi langsung beberapa tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan,
pemanfaatan, dan evaluasi.
Banyak kemungkinan yang bisa mempengaruhi dan menjadi penyebab utama
dalam partisipasi masyarakat Desa Songbanyu. Misalnya, kurang transparannya aparatur
desa dalam penggangaran sehingga menjadi penyebab lain terkait kurangnya partisipasi
penuh dalam partisipasi masyarakat, sehingga menyebabkan masyarakat menjadi apatis
terhadap kegiatan pembangunan karena merasa sudah ada pembagian tugas dalam
kegiatan pembangunan yaitu pemerintah desa.
Berdasarkan proses yang selama berabat abad ini telah melalui dari desa
Songbanyu sesuai dengan pengamatan langsung tentang partisipasi masyarakat dalam
pengelolaan dana khususnya setelah melakukan perencaaan dan sebelumnya. Dalam
menilai dan kategorikan partisipasi masyrakat dalam pengelolaan dana desa di
Songbanyu terdapat tiga unsur, komponen, sumber daya dan elemen penting dalam
sebuah modal sosial yaitu kepercayaan, nilai dan norma dan jaringan. Penjelasan ketiga
komponen modal sosial tersebut adalah sebagai berikut:
101
G.1 Kepercayaan Masyarakat Desa
Kepercayaan adalah harapan yang tumbuh di dalam sebuah masyarakat yang
ditunjukkan oleh adanya perilaku jujur, teratur, dan kerja sama berdasarkan norma-
norma yang dianut bersama.
Kepercayaan berfungsi untuk mereduksi atau meminimalisasi bahaya yang
berasal dari aktivitas tertentu. Kepercayaan biasanya terikat bukan kepada risiko,
namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan memperbesar kemampuan
manusia untuk bekerjasama bukan didasarkan atas kalkulasi rasional kognitif, tetapi
melalui pertimbangan dari suatu ukuran penyangga antara keinginan yang sangat
dibutuhkan dan harapan secara parsial akan mengecewakan. Kerjasama tidak
mungkin terjalin kalau tidak didasarkan atas adanya saling percaya di antara sesama
pihak yang terlibat dan kepercayaan dapat meningkatkan toleransi terhadap
ketidakpastian.
Secara umum masyarkart Songbanyu sangat ketat dengan yang namanya
Kepercayaan. Kepercayaan yang di berikan dari kelompok tertentu sangat antusias
untuk di jaga. Kepercayaan masyarakat dalam pembangunan, pemberdayaan dan
pembinaan yang kini di perjuangkan oleh masyarakat desa Songbanyu. Dalam hal
ini, kepercayaan masyarakat kepada pemerintah desa dan aparatur desa sangat
antusias. Resiko kepercayaan masyarkat bisa mengakibatkan ketidakpartisipasian
masyarakat dalam semua bentuk kegiatan dari pemerintah. Hal ini diantisipasi oleh
pemerintah desa atau aparatur desa dalam menjaga kepercayaan masyarakat.
102
G.2 Nilai dan Norma Kehidupan
Nilai merupakan bagian penting dari kebudayaan, suatu tindakan dianggap sah
apabila harmonis dan selaras dengan nilai-nilai yang disepakati dan dijunjung oleh
masyarakat dimana tindakan tersebut dilakukan. Sedangkan norma adalah aturan-
aturan dalam kehidupan sosial secara kolektif atau bersama yang mengandung
berbagai sangsi, baik sangsi secara moral maupun sangsi fisik, bagi orang atau
sekelompok orang yang melakukan pelanggaran atas nilai-nilai sosial.
Nilai dan norma adalah hal dasar yang terdapat pada proses interaksi sosial.
Nilai dan norma mengacu pada bagaimana seharusnya individu bertindak dalam
masyarakat. Norma merupakan bagian dari modal sosial yang terbentuknya tidak
diciptakan oleh birokrat atau pemerintah. Norma terbentuk melalui tradisi, sejarah,
tokoh karismatik yang membangun sesuatu tata cara perilaku seseorang atau sesuatu
kelompok masyarakat, didalamnya kemudian akan timbul modal sosial secara
spontan dalam kerangka menentukan tata aturan yang dapat mengatur kepentingan
pribadi dan kepentingan kelompok
Nilai dan norma sosial di Jawa secara umum sudah teratur dan tak bisa di
pungkiri. Apalagi Yogyakarta adalah kota berhati nyaman. Julukan Yogyakarta ini
dijuluki sebagai sifat, nilai dan norma sosial masyarakat di Yogyakarta. Lebih
khusus di desa Songbanyu memiliki nilai dan norma yang berkaitan dengan nilai
rama tamah, ikut terlibat dalam semua kegiatan yang di selengggarakandan patut
pada semua keputusan yang diambil berdasarkan musyarawah secara mufakat.
103
G.3 Jaringan Sosial
Jaringan adalah ikatan antar simpul (orang atau kelompok) yang
dihubungkan dengan media (hubungan sosial) yang diikat dengan kepercayaan.
Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat kedua belah pihak.)
Jaringan terbentuk karena berasal dari daerah yang sama, kesamaan kepercayaan
politik atau agama, hubungan genealogis, dan lain-lain. Pembentukan jaringan
masyarakat untuk mendapatkan modal sosial perlu diorganisasikan dalam suatu
institusi dengan perlakuan khusus
Masyarakat yang sehat cenderung memiliki jaringan-jaringan sosial yang
kokoh. Jaringan hubungan sosial biasanya akan diwarnai oleh suatu tipologis
khas sejalan dengan karakteristik dan orientasi kelompok.
Manusia sebagai makhuk sosial secara umum terstruktur dan merupaka
jaringan sosia atau hubungan sosial yang erat. Jaringan sosial di Desa Songbanyu
berdasarkan garis keturunan, kesamaan bahasa, kesamaan kebutuhan dan
kepekaan yang tinggi. Namun, pada tahun 2011 masyarakat desa Songbanyu
memiliki jaringan sosial ekonomi yang mana masyarkat Songbanyu melakukan
penyatuan pemasaran hasil potensi daerah.
Pada era Dana desa, jaringan sosial juga masyarakat dan aparatur Desa
Songbanyu melakukan kerja sama antara Provinsi tetangga untuk membangun
104
infrastruktur secara dan meraka mengutamakan kepercayaan mereka berdasarkan
keputusan yang diambil dari masyarakat da bersama pemerintah desa
Songbanyu. Inilah bentuk kerjasama masyarkat dan pemerintah Songbanyu dan
juga bentuk kerja sama dengan provinsi tetangga yang berdomisili di Jawa
Tengah.
H. Pengeolaan Dana Desa
Untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan desa dalam segala aspeknya sesuai dengan kewenangan
yang dimiliki, UU Nomor 6 Tahun 2014 memberikan mandat atau pengakuan kepada
Pemerintah desa atau nama lain desa berdasarkan adat isti adat untuk mengalokasikan
Dana Desa.
Dana Desa tersebut dianggarkan setiap tahun dalam APBN yang diberikan kepada
setiap desa sebagai salah satu sumber pendapatan desa. Kebijakan ini sekaligus
mengintegrasikan dan mengoptimalkan seluruh skema pengalokasian anggaran dari
Pemerintah kepada desa yang selama ini sudah ada. Agar dana desa ini seharusnya
diintegrasikan dalam skema pendanaan pembangunan dan pemberdayaan, sehingga
pembangunan Desa menjadi lebih optimal.
Meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan pembangunan desa melalui
peningkatan pelayanan di desa, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan
pembangunanan tardesa serta Memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari
pembangunan dan pemberdayaan.
105
Di Desa Songbanyu telah mengimpementasikan amanat Undang Undang No 6
Tahun 2014 tentang desa sebagaimana yang akan menjadi trending dalam penelitian ini.
Pengelolaan dana desa di Songbanyu di tandai dengan Pelaksanaan kegiatan untuk desa
Songbanyu. Kegiatan yang bersumber dari dana desa yang dilaksanakan oleh pemerintah
desa untuk mengubah taraf hidup masyarakat Songbanyu adalah Pembangunan dan
Pemberdayaan. Dalam pengunaan dana desa di Songbanyu di Khususkan untuk
pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, berikut ini gambaran umum pembangunan
dan pemberdayaan dari Desa Songbanyu dari pengunaan dana desa.
H.1 Pembangunan
Penggunaan Dana Desa secara umum dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa juga
menjelaskan bahwa pembangunan desa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, peningkatan kualitas hidup, serta penanggulangan kemiskinan. Untuk
itu, penggunaan Dana Desa untuk pembangunan desa diarahkan pada program-
program seperti:
a. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan infrastruktur atau sarana dan
prasarana fisik untuk penghidupan, termasuk ketahanan pangan dan
permukiman;
b. Pembangunan, pengembangan, dan pemeliharaan sarana dan prasarana kesehatan
masyarakat;
c. Pembangunan, pengembangan dan pemelliharaan sarana dan prasarana
pendidikan, sosial dan kebudayaan;
106
d. Pengembangan usaha ekonomi masyarakat, meliputi pembangunan dan
pemeliharanaan sarana produksi dan distribusi;
e. Pembangunan dan pengembangan sarana prasarana energi terbarukan serta
kegiatan pelestarian lingkungan hidup.
Guna menepati beberapa poin diatas itu, Desa Songbanyu telah
melaksanakan kegiatan pada lingkup pembangunan desa yakni hanya beberapa poin
diatas ini. Maka dengan ini, pemabangunan di Desa Songbanyu hanya di Pusatnya
pada pembangunan Infrastruktur yang meliputi: Pembangunan, Pengembangan dan
pemeliarahan infrastruktur. Namun, dari sisi yang ain di anggarkan dari sumber dana
dari ADD alokasi dana desa, sehingga di Songbanyu hanya pusatkan pada
pembangunan Infrastruktur.
H.2 Pemberdayaan
Prioritas penggunaan Dana Desa di bidang pemberdayaan masyarakat desa di
Songbanyu bertujuan untuk meningkatkan kapasitas warga dalam pemberdayaan
masyarakat dalam hal wirausaha, peningkatan pendapatan, serta perluasan skala
ekonomi individu warga, kelompok masyarakat. Seperti yang termuat dalam
permendagri tentang pengelolaan keuangan desa. Hal ini, juga di laksanakan oleh
pemerintah desa Songbanyu di Girisubo. Berikut ini beberapa antara lain yang musti
diperjuangakan olleh pemerintah desa dan hasil realisasi program dari pemerintah
desa Songbanyu yaitu:
107
1. Peningkatan investatsi ekonomi desa melalui pengadaan, pengembangan atau
bantuan alat-alat produksi, permodalan, dan peningkatan kapasitas melalui
pelatihan dan pemagangan;
2. Dukungan kegiatan ekonomi baik yang dikembangkan oleh bumdesa atau
bumdesa bersama, maupun oleh kelompok dan/atau lembaga ekonomi
masyarakat desa lainnya;
3. Bantuan peningkatan kapasitas untuk program dan kegiatan ketahanan pangan
desa;
4. Pengorganisasian masyarakat, fasilitasi dan pelatihan paralegal dan bantuan
hukum masyarakat desa, termasuk pembentukan kader pemberdayaan
masyarakat desa dan pengembangan kapasitas ruang belajar masyarakat di
desa;
5. Promosi dan edukasi kesehatan masyarakat serta gerakan hidup bersih dan
sehat, termasuk peningkatan kapasitas pengelolaan posyandu, poskesdes,
polindes dan ketersediaan atau keberfungsian tenaga medis/swamedikasi di
desa;
6. Dukungan terhadap kegiatan pengelolaan hutan/pantai kemasyarakatan;
7. Peningkatan kapasitas kelompok masyarakat untuk energi terbarukan dan
pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
8. Bidang kegiatan pemberdayaan ekonomi lainnya yang sesuai dengan analisa
kebutuhan desa dan telah ditetapkan dalam musyawarah desa.
Untuk itu dalam program prioritas masyarakat desa yang dimaksudkan diatas ini,
untuk Desa Songbanyu di berdayakan dengan sumber dana yang lain seperti Alokasi
108
Dana Desa, pendapatan Asli Desa dan lainya. Hal ini berdasarkan Hasil Kesepakatan
bersama dalam musyawarah desa secara mufakat memutuskan bahwa dana desa dari
APBN di khususkan untuk pembangunan infrastruktur karena Desa Songbanyu
adalah desa yang paling timur dan desa yang terletak di perbatasan Yogyakarta-Jawa
Tengah.
Pengeolaan dana desa berdasarkan Pengelolaan Keuangan Desa yang di amanatkan
dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang keuangan desa yang mengatur
bahwa untuk menyukseskan Pembangunan dan Pemberdayaan harus melalui tahapan
yakni: Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengganggaran, Penataushaan dan Pelaporan
Evauasi dan Pengawasan. Namun, tidak hanya demikian bahwa dalam mengelola dana
desa merupakan manajemen dari Aparatur Desa dan Partisipasi masyarkat dalam
mensukseskan pembangunan dan pemberdayaan untuk mencapai kesejahtraan
masyarakat.