motivasi pasien penderita hipertensi di puskesmas...
TRANSCRIPT
MOTIVASI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI DI
PUSKESMAS CIPUTAT TIMUR DALAM
PENGENDALIAN PENYAKIT HIPERTENSI
Laporan Penelitian ini Ditulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh
Fitmika Dewi
NIM 11151030000049
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2018 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil kuryu asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN
Syarif Hidayatull ah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 25 Oktober 201 8
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Motivasi Pasien Penderita Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur DalamPengendalian Penyakit Ilipertensi
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran untukMemenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh:
Fitmika Dewi
NIM: 11151030000049
Pembimbing 1
mvfi-*dr. Risahmawatifrr. Med. Sc.
NrP 19770913 200604 2 001
dr. Nurmila Sari, M.Kes
NIP 198503152011012010
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSTAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 rr/2016 M
iii
LEMBAR PENGESAEAN
Laporan Penelitian ini berjudul Motivasi Pasien Fenderita Hipertensi di
Fuskesmas Ciputat Tirnur Dalam Pen gen dali an Peny*kit Hipertens i
yang diajukan oleh Fitmika Dewi (NIM:1115i0300(ffi4q), telah diujikan dalam
sidang di Fakultas Kedoft:teran pada tanggal 25 Oktober 2018. Laporan penelitian
ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran
(S- Ked) pada Prograrn Studi Pendidikan Dokter-
Cipr-rtat, 25 Oktober 201E
DEW,{N PENGIi,]IKetua sidans
Penrbinlbing I
ttu|'4-dr. Risahnrari'ati. Dr. \'1eti. Sc.
NIP 19710913 200604I (lr)1
Pernbimbing trI
dr. Numriln Sari. NI.Kes.
NIP 198503 I 5201 I 012010
Pengu,ii I
lr--Tdr. Femmy Nurr,rl Akbar'. Sp.PD-l(CEH
NIP 1973 1 00520060421J0 I
dr. Erwin U"lro*rr, Ivt.A.R.S.
NIP 197201 09200501 100s
[flil'
P I NT P I }iAN ITA [<U L'{'.\S
Dekan FK Ulli
to, Ph.D.. Sp.PD-I(ElvtD,
t23200-r 121003
Kaprocli tr(cdol<teran
rlr. Acllnacl Zaki, Sp.OT, Vl. Epici
NIP 19780507200501 1005
iv
N IP 19770913 20060.1 I tiO i
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan penelitian ini yang berjudul “Motivasi Masyarakat
Terhadap Upaya Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur”. Dalam
pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini, penulis telah memperoleh bimbingan
dan pencerahan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Hari Hendarto, Sp.PD, Ph.D, FINASIM. selaku Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid. selaku Kepala Program Studi
Kedokteran di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah membimbing serta memberikan ilmu kepada saya selama menjalani
pendidikan di Fakultas Kedokteran UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Risahmawati, Dr. Med. Sc. selaku Pembimbing 1 yang telah
meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran untuk mendampingi dan
membimbing penulis sejak awal memulai penelitian ini hingga akhir
penyusunan dan penyelesaian laporan penelitian ini.
4. dr. Nurmila Sari, M.Kes. selaku Pembimbing 2 yang telah banyak
memberikan masukan dan arahan dalam penulisan laporan penelitian
penulis serta telah membimbing penulis dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan penelitian ini.
5. dr. Femmy Nurul Akbar, Sp.PD-KGEH. sebagai penguji 1 dan dr. Erwin
Hermawan, M.A.R.S. selaku penguji 2 pada sidang yang memberi banyak
masukan untuk perbaikan laporan penelitian ini.
6. dr. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D. selaku penanggung jawab modul riset
mahasiswa Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan
vi
2015yang selalu memberikan arahan, mengingatkan, serta menyemangati
penulis untuk segera menyelesaikan penelitian.
7. Kedua orang tua penulis, mama dan papa, Mimi Karminingsih dan Rahmat
Kurniadi, yang telah memberikan seluruh kasih sayang, doa yang tidak
pernah putus diucapkan untuk penulis, dukungan, semangat, dan seluruh
pengorbanan jiwa raga yang dilakukan untuk penulis sehingga penulis
dapat menempuh pendidikan di Program Studi Kedokteran dan Profesi
Dokter FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dapat menyelesaikan
laporan penelitian ini pada waktunya. Terima kasih atas segala keikhlasan
dan keridhaannya sehingga penulis dapat terus berusaha untuk meraih cita-
cita.
8. Adik penulis, Resan Almas dan Lindi Kirana, yang selalu membuat
penulis tersenyum saat dirumah, selalu menyemangati dan memberi
perhatian dan kasih sayang sebagai adik kepada kakaknya.
9. Seluruh anggota keluarga yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu. Terima kasih atas kasih sayang, do‟a, dan dukungan yang tak
henti mengalir selama penulis menjalani masa pendidikan.
10. Pihak administrasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang membantu dalam proses pembuatan surat
persetujuan dan perizinan penelitian.
11. Pihak Puskesmas Puskesmas Ciputat Timur yang telah memberikan
perizinan untuk pengambilan data penelitian, serta semangat untuk peneliti
menyelesaikan karya tulisnya.
12. Teman-teman kelompok riset, Nabilah Ulfah dan Sarah Azizah. Terima
kasih atas kebersamaan, kerjasama, dukungan, dan semangat dalam proses
pelaksanaan penelitian ini sejak awal penelitian hingga penyusunan dan
laporan penelitian ini selesai.
13. Sahabat- sahabat terbaik saya, Fitria Rahmi Ramadhani, Salsabila Windya
Anggraeni, Nabilah Ulfah, Maharani Rachmadhanti, Ferry Weissman
Setiawan, Arie Prabowo, dan Nur Affina Savira, yang selalu memberikan
semangat dan mendengar keluh kesah penulis.
vii
14. Seluruh responden riset yang telah bersedia membantu meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner pada penelitian ini.
15. Teman-teman Amigdala 2015. Terima kasih atas rasa kekeluargaan yang
selalu penulis rasakan ketika bersama kalian selama ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, besar harapan penulis kepada pembaca untuk memberikan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan laporan penelitian ini. Demikian
laporan penelitian ini penulis buat, semoga penulisan laporan penelitian ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Ciputat, 25 Oktober 2018
Fitmika Dewi
viii
ABSTRAK
Fitmika Dewi. Program Studi Kedokteran. Motivasi Masyarakat Terhadap
Upaya Pengendalian Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur. 2018
Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular dengan prevalensi
terbesar di Indonesia. Dengan angka penderita yang besar, akan meningkatkan
angka mortalitas dan biaya kesehatan yang besar, dengan ini dibutuhkan upaya
pengendalian yang baik. Dalam upaya pengendalian dibutuhkan motivasi untuk
mencapainya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui motivasi masyarakat
terhadap upaya pengendalian hipertensi yang berada di Puskesmas Ciputat Timur.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kategorik. Sampel yang digunakan
adalah yang pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur. Pengambilan sampel
berdasarkan consecutive sampling. Dari 96 responden, 85 (89 %) memiliki
pengetahuan baik, 68 (71 %) responden memiliki kualitas hidup yang baik, 58 (60
%) responden memiliki keteraturan pengobatan yang baik, responden dengan
riwayat keluarga sebesar 60 (63 %), 52 (54 %) responden memiliki gaya hidup
cukup baik, dan responden dengan motivasi baik sebesar 83 (86 %.). Secara
keseluruhan 44 (46 %) responden memiliki motivasi baik, 52 (54 %) memiliki
motivasi cukup baik, dan yang memiliki motivasi kurang baik dan tidak baik tidak
ada (0 %).
Kata Kunci : Motivasi, Pengendalian, Hipertensi
ix
ABSTRACT
Fitmika Dewi. Medical Study Program. Community Motivation Against
Hypertension Control Efforts at Ciputat Timur Health Center. 2018
Hypertension is one of the non-communicable diseases with the greatest
prevalence in Indonesia. With a large number of sufferers, it will increase
mortality rates and large health costs, with this required good control efforts. In
controlling efforts it takes motivation to achieve it. The purpose of this study was
to determine community motivation for hypertension control efforts at the East
Ciputat Health Center. This study uses descriptive catagoric method. The sample
used is the hypertensive patient in East Ciputat Health Center. Sampling is based
on consecutive sampling. Out of 96 respondents, 85 (89%) had good knowledge,
68 (71%) respondents had a good quality of life, 58 (60%) respondents had good
medication regularity, respondents with a family history are 60 (63%), 52 (54%)
respondents had a fairly good lifestyle, and respondents with good motivation
were 83 (86%). Overall 44 (46%) respondents had good motivation, 52 (54%)
had fairly good motivation, and respondents who had not good motivation and no
good (0%).
Keywords: Motivation, Control, Hypertension
x
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..............................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................... iii
Laporan Penelitian ........................................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................................iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ...................................................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ......................................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................... xviii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................................... xix
BAB I ................................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................. 3
1.3 Hipotesis .................................................................................................................. 3
1.4 Tujuan ..................................................................................................................... 3
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................ 3
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................ 3
1.5 Manfaat ....................................................................................................................... 3
1.5.1 Manfaat bagi responden ..................................................................................... 3
1.5.2 Manfaat bagi layanan kesehatan primer ........................................................... 4
1.5.3 Manfaat bagi perguruan tinggi .......................................................................... 4
1.5.4 Manfaat bagi peneliti .......................................................................................... 4
BAB II ............................................................................................................................... 5
TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 5
2.1 Hipertensi ................................................................................................................... 5
2.1.1 Definisi Hipertensi ............................................................................................... 5
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi .......................................................................................... 5
xi
2.1.3 Etiologi Hipertensi............................................................................................... 6
2.1.4 Epidemiologi Hipertensi ..................................................................................... 9
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi .................................................................................. 10
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi ..................................................................................... 14
2.1.7 Diagnosis Hipertensi ......................................................................................... 15
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi ............................................................................. 18
2.1.9 Faktor Pencetus Komplikasi ............................................................................ 21
2.1.10 Pencegahan Hipertensi.................................................................................... 22
2.2 Pengendalian Penyakit Hipertensi .......................................................................... 23
2.2.1. Definisi Pengendalian ....................................................................................... 23
2.2.2 Bentuk Pengendalian Penyakit Hipertensi ...................................................... 23
2.2.3. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular .............................................. 24
2.3 Motivasi..................................................................................................................... 24
2.3.1 Definisi Motivasi ................................................................................................ 24
2.3.2 Tujuan, Fungsi, dan Faktor Motivasi .............................................................. 26
2.3.3 Indikator Motivasi dan Aplikasi Dalam Kesehatan ....................................... 27
2.4 Kerangka Teori ........................................................................................................ 28
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................................... 29
2.6 Definisi Operasional ................................................................................................. 30
BAB III ........................................................................................................................... 33
METODOLOGI PENELITIAN ................................................................................... 33
3.1 Desain Penelitian ...................................................................................................... 33
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 33
3.3 Populasi Penelitian ................................................................................................... 33
3.4 Jumlah Sampel ......................................................................................................... 33
3.5 Kriteria Sampel ........................................................................................................ 34
3.5.1 Kriteria Inklusi .................................................................................................. 34
3.5.2 Kriteria Eksklusi ............................................................................................... 34
3.6 Cara Keja Penelitian ................................................................................................ 34
3.6.1 Izin Penelitian .................................................................................................... 34
3.6.2 Jenis Data ........................................................................................................... 34
3.6.3 Cara pengumpulan data ................................................................................... 34
3.6.4 Alat pengumpulan data..................................................................................... 35
3.6.5 Alur Penelitian ................................................................................................... 35
xii
3.7 Manajemen Data ...................................................................................................... 36
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data ............................................................................... 36
3.7.2 Pengolahan Data................................................................................................ 36
3.7.3 Analisis data....................................................................................................... 36
3.7.4 Rencana Penyajian Data ................................................................................... 36
3.7.5 Interpretasi Data ............................................................................................... 36
3.7.6 Pelaporan Hasil Penelitian................................................................................ 36
BAB IV ............................................................................................................................ 37
HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................................... 37
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...................................................................... 37
4.1.1 Puskesmas Ciputat Timur ................................................................................ 37
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................................ 38
4.2.1 Hasil Uji Validitas Data .................................................................................... 38
4.2.2 Hasil Uji Reabilitas Data .................................................................................. 40
4.3 Hasil .......................................................................................................................... 41
4.3.1 Karakteristik Responden .................................................................................. 41
4.3.2 Distribusi Pengetahuan Hipertensi Responden ............................................... 44
4.3.3 Kualitas Hidup Responden ............................................................................... 48
4.3.4 Riwayat Keluarga Responden .......................................................................... 53
4.3.5 Riwayat Keteraturan Pengobatan Responden ................................................ 56
4.3.6 Gaya Hidup Responden .................................................................................... 59
4.3.7 Motivasi Intrinsik dan Esktrinsik Responden................................................. 70
4.4 Pembahasan .............................................................................................................. 73
4.4.1 Karakteristik Responden .................................................................................. 73
4.4.2 Pengetahuan Hipertensi .................................................................................... 74
4.4.3 Kualitas Hidup .................................................................................................. 75
4.4.4 Riwayat Keluarga .............................................................................................. 76
4.4.5 Riwayat Keteraturan Pengobatan.................................................................... 77
4.4.6 Gaya Hidup ........................................................................................................ 78
4.4.7 Motivasi .............................................................................................................. 82
4.5 Keterbatasan Peneliti ............................................................................................... 85
BAB V ............................................................................................................................. 86
PENUTUP ...................................................................................................................... 86
5.1 Simpulan ................................................................................................................... 86
xiii
5.2 Saran ......................................................................................................................... 87
BAB VI ............................................................................................................................ 88
KERJASAMA RISET ................................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 89
LAMPIRAN ................................................................................................................... 99
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut American Heart
Association 2017...........................................................................5
Tabel 2.2 Hipertensi krisis : emergensi dan urgensi.....................................6
Tabel 2.3 Etiologi hipertensi sekunder.........................................................7
Tabel 2.4 Prevalensi hipertensi berdasarkan jenis kelamin menurut
Joint National Commitee 7...........................................................9
Tabel 2.5 Langkah pengukuran tekanan darah pada pelayanan
Kesehatan.....................................................................................17
Tabel 2.6 Modifikasi gaya hidup.................................................................18
Tabel 2.7 Rekomendasi tindak lanjut setelah tekanan darah
meningkat pertama kali................................................................20
Tabel 2.8 Obat anti hipertensi......................................................................20
Tabel 4.1 Uji validitas data..........................................................................38
Tabel 4.2 Hasil uji reabilitas data................................................................39
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Ambang batas tekanan darah dan rekomendasi untuk perawatan
dan tindak lanjut.............................................................................19
Gambar 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin............................40
Gambar 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur.........................................41
Gambar 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir..................41
Gambar 4.4 Distribusi pekerjaan berdasarkan jenis kelamin.............................42
Gambar 4.5 Pengetahuan hipertensi responden.................................................42
Gambar 4.6 Responden mengetahui dirinya menderita hipertensi....................43
Gambar 4.7 Responden mengetahui tekanan darah > 130/80 tinggi.................43
Gambar 4.8 Responden mengetahui hipertensi menyebabkan penyakit
lain yang lebih berat.......................................................................44
Gambar 4.9 Responden menderita hipertensi < (kurang dari) 5 tahun..............44
Gambar 4.10 Responden menderita hipertensi > (lebih dari) 5 tahun.................45
Gambar 4.11 Responden memiliki penyakit kronis lain.....................................45
Gambar 4.12 Kualitas hidup responden..............................................................46
Gambar 4.13 Responden terganggu dengan penyakit hipertensi........................46
Gambar 4.14 Penyakit hipertensi belum mengganggu aktifitas fisik
Responden.....................................................................................47
Gambar 4.15 Penyakit hipertensi mengganggu sebagian aktifitas fisik
Responden.....................................................................................47
Gambar 4.16 Penyakit hipertensi mengganggu seluruh aktifitas fisik
Responden.....................................................................................48
Gambar 4.17 Responden yang ingin menjaga pola makan.................................48
Gambar 4.18 Penyakit hipertensi menghalangi rencana
berpergian jauh responden.............................................................49
Gambar 4.19 Responden ikhlas menerima penyakit hipertensi..........................49
Gambar 4.20 Responden berdoa agar diberi kesembuhan..................................50
Gambar 4.21 Keikhlasan responden mempengaruhi keteraturan
minum obat....................................................................................50
Gambar 4.22 Pengaruh riwayat keluarga responden...........................................51
Gambar 4.23 Riwayat keluarga menderita penyakit hipertensi...........................52
xvi
Gambar 4.24 Riwayat keluarga meninggal karena penyakit hipertensi..............52
Gambar 4.25 Di lingkungan responden ada yang menderita hipertensi..............53
Gambar 4.26 Responden ingin mencari tahu tentang hipertensi karena
keluarga dan lingkungan ada yang menderita hipertensi...............53
Gambar 4.27 Riwayat pengobatan dan keteraturan berobat................................54
Gambar 4.28 Responden rutin memeriksa tekanan darah 1 bulan sekali............54
Gambar 4.29 Responden periksa tekanan darah hanya bila ada keluhan
Tertentu..........................................................................................55
Gambar 4.30 Responden sangat jarang memeriksakan tekanan darah................55
Gambar 4.31 Responden mengkonsumsi obat hipertensi....................................56
Gambar 4.32 Responden rutin dan patuh mengkonsumsi obat hipertensi
sesuai anjuran dokter......................................................................56
Gambar 4.33 Responden sudah tidak mengkonsumsi obat hipertensi
meskipun masih menderita hipertensi............................................57
Gambar 4.34 Gaya hidup responden....................................................................57
Gambar 4.35 Responden mengkonsumsi buah 1x sehari....................................58
Gambar 4.36 Responden mengkonsumsi sayur minimal 1 mangkuk sehari.......58
Gambar 4.37 Responden makan makanan yang digoreng setiap hari.................59
Gambar 4.38 Responden mengkonsumsi total garam < (kurang dari) 1
sendok teh per hari.........................................................................59
Gambar 4.39 Responden membatasi asupan garam dengan memasak
makanan sendiri dirumah...............................................................60
Gambar 4.40 Responden mengkonsumsi makanan cepat saji > (lebih dari)
3x seminggu...................................................................................60
Gambar 4.41 Responden minum kopi..................................................................61
Gambar 4.42 Responden minum kopi > (lebih dari) 2 cangkir per hari..............61
Gambar 4.43 Responden mengkonsumsi alkohol 1 gelas seminggu...................62
Gambar 4.44 Responden menjaga berat badan dalam kisaran normal................62
Gambar 4.45 Responden mengetahui berat badan berlebih dapat
mempengaruhi tekanan darah........................................................63
Gambar 4.46 Responden melakukan aktivitas fisik setiap hari
(berkebun, menyapu, mencuci, mengepel lantai)..........................63
xvii
Gambar 4.47 Responden berjalan kaki setidaknya 30 menit dalam satu hari.....64
Gambar 4.48 Responden berolahraga 3 – 4 kali dalam seminggu selama
30 menit........................................................................................64
Gambar 4.49 Responden merokok 1 batang per hari dalam 1 bulan
Terakhir........................................................................................65
Gambar 4.50 Responden mempunyai keluarga yang merokok dan
tinggal serumah............................................................................65
Gambar 4.51 Responden berada dalam lingkungan orang yang
merokok meskipun bukan perokok..............................................66
Gambar 4.52 Responden mudah stress..............................................................66
Gambar 4.53 Responden tidur kurang dari 6 jam pada malam hari..................67
Gambar 4.54 Responden beristirahat ketika lelah.............................................67
Gambar 4.55 Motivasi responden......................................................................68
Gambar 4.56 Responden mengontol penyakit hipertensi
karena keluarga/lingkungannya ada yang menderita
hipertensi.....................................................................................68
Gambar 4.57 Responden tidak ingin keturunannya ada yang menderita
hipertensi karena mereka.............................................................69
Gambar 4.58 Responden ingin hidup sehat tanpa obat-obatan seperti orang
yang tidak hipertensi....................................................................69
Gambar 4.59 Responden tahu penyakit hipertensi dapat dikontrol jika
mereka mengontrol tekanan darah dan minum obat....................70
Gambar 4.60 Responden mempunyai keluarga yang mengingatkan untuk
kontrol tekanan darah dan minum obat secara rutin....................70
Gambar 4.61 Responden memiiki keluarga dan teman yang mendukung
Mereka.........................................................................................71
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Perizinan penelitian.......................................................................98
Lampiran 2 Kuesioner penelitian......................................................................99
Lampiran 3 Data tekanan darah responden ....................................................104
Lampiran 4 Dokumentasi penelitian ..............................................................107
Lampiran 5 Data penulis ................................................................................108
xix
DAFTAR SINGKATAN
NHLBI : National Heart, Lung and Blood Institute
AHA : American Heart Association
WHO : World Health Organization
DALYS : Disability Adjusted Life Years
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
PTM : Penyakit Tidak Menular
DASH : Dietary Approach to Stop Hypertension
KB : Keluarga Berencana
NSAID : Non Steroid Anti Inflammatory Drugs
JNC : Joint National Commitee
FHS : Framigham Heart Study
CVD : Cardio Vascular Disease
SBP : Systolic Blood Pressure
DBP : Diastolic Blood Pressure
NHANES : National Health and Nutrition Examination Survey
ACE : Angiotensin Converting Enzyme
IMT : Indeks Massa Tubuh
BP : Blood Pressure
mo : Month
TD : Tekanan Darah
HT : Hipertensi
ASCVD : Atherosclerotic Cardio Vascular Disease
TDS : Tekanan Darah Sistolik
TDD : Tekanan Darah Diastolik
LDL : Low Density Lipoproteins
Posbindu : Pos Pembinaan Terpadu
UPT : Unit Pelayanan Terpadu
JKN : Jaminan Kesehatan Nasional
CCB : Calcium Channel Blocker
ARB : Angiotensin Reseptor Blocker
xx
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang paling umum ditemukan
dalam praktik kedokteran primer. Menurut National Heart, Lung and Blood
Institute (NHLBI), 1 dari 3 pasien menderita hipertensi. Hipertensi juga
merupakan faktor risiko infark miokard, stroke, gagal ginjal akut, dan juga
kematian.1
Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut American Heart
Association (AHA) Guideline 2017 adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 130 mm Hg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mm Hg atau lebih
tinggi, pada dua kali hingga 3 kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang akan meminimalkan kesalahan dalam
pengukuran.2
Menurut World Health Organization (WHO), peningkatan tekanan darah
mengakibatkan 1,6 % kematian dari total 63,2 % jumlah kematian.1 Hal ini
terhitung dapat mengakibatkan 57 juta penurunan kualitas hidup dari total 3.7 %
Disability-Adjusted Life Years (DALYS).1
Data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu
milyar orang di dunia menderita hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara
berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Hipertensi telah
mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap tahun, dimana 1,5 juta
kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita hipertensi
sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.3
Prevalensi hipertensi nasional berdasarkan Riskesdas 2013 sebesar 25,8 %,
tertinggi di Kepulauan Bangka Belitung (30,9)%, sedangkan terendah di Papua
sebesar (16.8)%. Berdasarkan data tersebut dari 25,8% orang yang mengalami
hipertensi hanya 1/3 orang yang terdiagnosis, sisanya 2/3 tidak terdiagnosis. Data
menunjukkan hanya 0.7% orang yang terdiagnosis tekanan darah tinggi minum
obathipertensi.4
2
Dari data Riskesdas, prevalensi hipertensi di Provinsi Banten berdasarkan
diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 8,7% lebih tinggi dari angka Nasional
(7,2%), demikian pula berdasarkan riwayat minum obat hipertensi adalah 9,4%
lebih tinggi dari angka Nasional (7,6%). Menurut Kabupaten/Kota, prevalensi
hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara 23,2% - 36,1%, dan
prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang, sedangkan terendah di
Kota Tangerang. Sementara prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis oleh
tenaga kesehatan dan atau minum obat hipertensi berkisar antara 7,4% - 11,6%.5
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan
komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan
kebutaan. Stroke (51%) dan penyakit jantung koroner (45%) merupakan penyebab
kematian tertinggi. Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan
tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi
tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.3 Oleh karena itu butuh
peran serta dari pasien hipertensi tersebut dalam upaya pengendalian hipertensi.
Untuk mengelola penyakit hipertensi, Kementrian Kesehatan membuat
kebijakan antara lain skrining/deteksi dini, meningkatkan akses masyarakat
terhadap pelayanan deteksi dini melalui kegiatan Posbindu Pengendalian Penyakit
Tidak Menular (PTM), dan meningkatkan akses penderita terhadap pengobatan
hipertensi melalui revitalisasi Puskesmas untuk pengendalian PTM, antara lain
peningkatan sumberdaya tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional, sarana
prasarana dan pengendalian PTM secara komprehensif terutama promotif dan
preventif. Pasien hipertensi dapat mengendalikan penyakit hipertensi dengan cara
modifikasi diet seimbang, mengubah gaya hidup sesuai Dietary Approach to Stop
Hypertension (DASH), serta minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.6
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan, hanya 0,4%
kasus yang minum obat hipertensi padahal pencegahan dalam pelayanan sudah
ditingkatkan, karena PTM tidak dapat dikendalikan apabila tidak timbul dari
keinginan masing-masing untuk mencegahnya.7
Dengan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk melihat bagaimana
motivasi dan kesadaran untuk mengendalikan hipertensi pada pasien hipertensi di
Puskesmas Ciputat Timur.
3
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana motivasi masyarakat terhadap pengendalian hipertensi di
Puskesmas Ciputat Timur ?
1.3 Hipotesis
Terdapat motivasi yang baik pada masyarakat di Puskesmas Ciputat Timur
terhadap pengendalian hipertensi.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui motivasi pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur
terhadap upaya pengendalian hipertensi.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik responden dengan penyakit hipertensi di
Puskesmas Ciputat Timur.
2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan responden terhadap penyakit
hipertensi.
3. Untuk mengetahui gambaran kualitas hidup responden dengan penyakit
hipertensi.
4. Untuk mengetahui riwayat keluarga responden dengan penyakit hipertensi.
5. Untuk mengetahui riwayat keteraturan pengobatan responden dengan
penyakit hipertensi.
6. Untuk mengetahui gaya hidup responden dengan penyakit hipertensi.
7. Untuk mengetahui motivasi intrinsik dan ekstrinsik responden terhadap
pengendalian hipertensi.
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat bagi responden
Memberikan wawasan tentang bahaya penyakit hipertensi dan cara
pengendaliannya.
4
1.5.2 Manfaat bagi layanan kesehatan primer
1. Bahan informasi tentang gambaran motivasi pasien hipertensi di
Puskesmas Ciputat Timur sehingga dapat menjadi masukan dalam upaya
promotif/penyuluhan.
2. Masukkan untuk layanan primer dalam upaya membantu mengendalikan
hipertensi secara ekstrinsik.
1.5.3 Manfaat bagi perguruan tinggi
1. Sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
2. Sarana informasi dan database sehingga dapat menjadi rujukan untuk
melakukan riset selanjutnya yang berhubungan dengan riset ini.
3. Menambah informasi terkait motivasi pengendalian hipertensi yang dapat
memberikan rujukan bagi mahasiswa.
1.5.4 Manfaat bagi peneliti
1. Meningkatkan kemampuan berpikir logik dan analitik.
2. Mendapatkan pengalaman di bidang penelitian kesehatan masyarakat.
3. Mendapatkan masukan untuk melakukan upaya pengendalian hipertensi
bagi diri sendiri.
4. Mengetahui tingkat motivasi pada pasien hipertensi di Puskesmas Ciputat
Timur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
2.1.1 Definisi Hipertensi
Tekanan darah adalah jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian
pembuluh arteri saat darah dipompa ke seluruh peredaran darah. Tekanan darah
tidak pernah konstan dan dapat berubah drastis dalam hitungan detik,
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu.8
Definisi hipertensi atau tekanan darah tinggi menurut American Heart
Association (AHA) Guideline 2017 adalah peningkatan tekanan darah sistolik
lebih dari 130 mm Hg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mm Hg atau lebih
tinggi, pada dua kali hingga 3 kali pengukuran dengan selang waktu lima menit
dalam keadaan cukup istirahat/tenang akan meminimalkan kesalahan dalam
pengukuran.2
2.1.2 Klasifikasi Hipertensi
Menurut 2017 AHA Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation,
and Management of High Blood Pressure in Adults, klasifikasi tekanan darah
pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, meningkat, hipertensi
stadium 1, hipertensi stadium 2 dan pembagian hipertensi krisis yaitu hipertensi
emergensi dan urgensi. Tabel 2.1 adalah klasifikasi tekanan darah berdasarkan
tingkat sistolik dan diastoliknya, dan tabel 2.2 adalah klasifikasi untuk hipertensi
krisis.2
Tabel 2.1 Klasifikasi tekanan darah menurut AHA 2017. Klasifikasi hipertensi
dibagi menjadi katagori normal, meningkat, stadium 1, stadium 2.2
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal <120 mm Hg (dan) <80 mm Hg
Meningkat 120-129 mm Hg (dan) <80 mm Hg
Stadium 1 130-139 mm Hg (atau) 80-89 mm Hg
Stadium 2 ≥ 140 mm Hg (atau) ≥ 90 mm Hg
6
Pedoman terbaru menghilangkan katagori pre-hipertensi dan
mengkatagorikan pasien sebagai tekanan darah meningkat (120-129 pada sistolik
dan ≤ 80 untuk diastolik) atau hipertensi derajat 1 (130-139 pada sistolik, dan 80-
89 pada diastolik), sementara pedoman sebelumnya mengklasifikasikan 140/90
mm Hg sebagai hipertensi derajat 1, di pedoman yang sekarang angka tersebut
masuk dalam katagori hipertensi derajat 2.
Pedoman ini lebih menekankan pentingnya penggunaan yang tepat dalam
pengukuran tekanan darah, direkomendasikan untuk mengukur tekanan darah
sendiri dirumah dengan alat yang telah tervalidasi.
Tabel 2.2 Hipertensi Krisis : Emergensi dan Urgensi2. Klasifikasi hipertensi
dengan tekanan darah diatas >180 mm Hg dibagi menjadi hipertensi urgensi dan
emergensi.
Hipertensi Krisis Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Hipertensi Urgensi >180 mm Hg dan/atau >120 mm Hg
Hipertensi Emergensi >180 mm Hg + terdapat
kerusakan organ
dan/atau >120 mm Hg +
terdapat kerusakan organ
Hipertensi urgensi dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah yang tidak
akut, pasien dalam keadaan stabil dan tidak ada hubungan dengan kerusakan
organ lain, sedangkan hipertensi emergensi adalah keadaan yang lebih parah pada
peningkatan tekanan darah dan dikaitkan dengan kerusakan organ yang baru atau
bertambah parah.
Klasifikasi dari tekanan darah tinggi pada dewasa umur 18 tahun keatas
adalah rata-rata dari dua atau lebih hasil tekanan darah yang telah diukur pada saat
datang ke pelayanan kesehatan. Jika tekanan darah sistolik terukur dan diastolik
jatuh pada dua katagori yang berbeda, maka klasifikasi yang diambil berdasarkan
tekanan darah tertinggi dari dua tekanan darah tersebut.9
2.1.3 Etiologi Hipertensi
Ada pun jenis hipertensi dibagi menjadi :
Berdasarkan penyebab
a. Hipertensi Primer/Hipertensi Esensial
7
Hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui (idiopatik), walaupun
dikaitkan dengan kombinasi faktor gaya hidup seperti kurang bergerak
(inaktivitas) dan pola makan. Terjadi pada sekitar 90% penderita hipertensi.10
b. Hipertensi Sekunder/Hipertensi Non Esensial Hipertensi yang diketahui
penyebabnya.
Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit
ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan hormonal atau pemakaian
obat tertentu (misalnya pil KB). Yang paling sering menjadi penyebab terjadinya
hipertensi sekunder adalah penyakit pada ginjal seperti penyakit ginjal kronik.
Hipertensi ini muncul secara tiba-tiba dan sering kali menyebabkan peningkatan
tekanan darah yang lebih tinggi daripada hipertensi primer.4
Tabel 2.3 Etiologi Hipertensi Sekunder.10
Klasifikasi etiologi hipertensi
berdasarkan penyakit mendasar dan akibat obat-obatan dan produk lainnya.
Penyakit Mendasar Obat-Obatan dan Produk Lainnya
Penyakit ginjal NSAID (non steroid anti inflammatory drugs)
contoh : ibuprofen, naproxen
Tumor kelenjar adrenal Pil Keluarga Berencana (KB)
Penyakit tiroid Dekongestan (pseudoephedrine, phenylephrine)
Kelainan pembuluh darah kongenital Kokain
Keracunan alkohol atau pemakaian alkohol
jangka panjang
Amphetamine (contoh : amphetamine,
methylprednisolone, dexamethasone,
hydrocortison)
Sleep apnea Kortikosteroid (contoh : prednisolone,
methylprednisolone, dexamethasone,
hydrocortisone)
Makanan Makanan (makanan tinggi sodium, makanan
kaleng, salad dressing, keju, keripik, makanan
tinggi gula)
Minuman Alkohol
2. Berdasarkan bentuk
a. Hipertensi diastolik (diastolic hypertension)
Merupakan subtipe hipertensi yang tidak dikenal, didefinisikan sebagai
tekanan diastolik ≥ 90 mm Hg dan tekanan sistolik ≤ 140 mm Hg. Prevalensi
hipertensi diastolik tinggi di antara kelompok usia yang lebih muda, terutama di
8
negara-negara berkembang. Meskipun hipertensi diastolik memiliki risiko
kematian kardiovaskular, hipertensi ini berhubungan dengan peningkatan risiko
kardiovaskular.11
b. Hipertensi campuran (sistol dan diastol yang meninggi)
Hipertensi campuran adalah ketika tekanan sistolik adalah ≥140 mm Hg
dan tekanan diastolik ≥ 90 mm Hg atau lebih.12
Subtipe hipertensi ini muncul
akibat kombinasi peningkatan kekakuan ateri bersama dengan meningkatnya
resistensi arteriolar.13
c. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
Didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik sebesar 140 mmHg dan
tekanan darah diastolik < 90 mmHg.14
Hal ini terutama terjadi pada pasien usia
lanjut, dan hal ini tidak biasa pada orang dewasa muda dan setengah baya.
Terdapat peningkatan secara linear baik di tekanan darah sistolik maupun
diastolik hingga dekade kehidupan kelima atau keenam, setelah itu terjadi secara
bertahap penurunan tekanan diastolik saat tekanan sistolik terus meningkat.15
Terdapat jenis hipertensi yang lain:
1. Hipertensi Pulmonal
Suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada
pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan
pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi
pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi
dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Hipertensi pulmonal primer
sering didapatkan pada usia muda dan usia pertengahan, lebih sering didapatkan
pada perempuan dengan perbandingan 2:1, angka kejadian pertahun sekitar 2-3
kasus per 1 juta penduduk, dengan mean survival / sampai timbulnya gejala
penyakit sekitar 2-3 tahun.10
Kriteria diagnosis untuk hipertensi pulmonal merujuk pada National
Institute of Health; bila tekanan sistolik arteri pulmonalis lebih dari 35 mmHg
atau "mean"tekanan arteri pulmonalis lebih dari 25 mmHg pada saat istirahat atau
lebih 30 mmHg pada aktifitas dan tidak didapatkan adanya kelainan katup pad a
jantung kiri, penyakit myokardium, penyakit jantung kongenital dan tidak adanya
kelainan paru.16
9
2. Hipertensi Pada Kehamilan
Pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat
kehamilan, yaitu:
a. Preeklampsia-eklampsia
Preeklampsia adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi,
edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.10
b. Hipertensi kronik
Yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.10
c. Preeklampsia pada hipertensi kronik
Gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.10
d. Hipertensi gestasional atau hipertensi yang sesaat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan sebenarnya belum jelas. Ada yang
mengatakan bahwa hal tersebut diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah, ada
yang mengatakan karena faktor diet, tetapi ada juga yang mengatakan disebabkan
faktor keturunan, dan lain sebagainya.10
2.1.4 Epidemiologi Hipertensi
Prevalensi hipertensi di Amerika Serikat tersebut masih berdasarkan
klasifikasi JNC 7 pada tahun 2017 diukur berdasarkan usia dan jenis kelamin
Tabel 2.4 Prevalensi Hipertensi Berdasarkan Jenis Kelamin Menurut JNC 7.17
Prevalensi dibagi berdasarkan umur, 20-44 tahun, 45-54 tahun, 55-64 tahun, 65-
74 tahun, dan >75 tahun.
Laki-laki Perempuan
20-44 tahun 11.2% 9.9%
45-54 tahun 32.8% 26.6%
55-64 tahun 53.3% 51.5%
65-74 tahun 64.0% 63.2%
>75 tahun 71.4% 77.8%
Pada tabel diatas menunjukkan pada usia 20-44 tahun laki-laki cenderung
lebih tinggi presentasenya daripada wanita, tetapi pada usia >75 tahun wanita
cenderung lebih tinggi 6.4% daripada pria. Sedangkan belum ada prevalensi yang
didapat pada pengukuran menurut AHA 2017.
10
Dari data Riskesdas tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia yang
didapat melalui pengukuran pada umur ≥18 tahun sebesar 25,8 persen, persentase
tertinggi di Bangka Belitung (30,9%), diikuti Kalimantan Selatan (30,8%),
Kalimantan Timur (29,6%) dan Jawa Barat (29,4%). Prevalensi hipertensi di
Indonesia yang didapat melalui kuesioner, terdiagnosis tenaga kesehatan sebesar
9,4 persen, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat sebesar
9,5 persen. Jadi, ada 0,1 persen yang minum obat sendiri. Responden yang
mempunyai tekanan darah normal tetapi sedang minum obat hipertensi sebesar
0.7 persen. Jadi prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5 persen (25,8% +
0,7 %).18
Pada analisis hipertensi terbatas pada usia 15-17 tahun menurut JNC VII
2003 didapatkan prevalensi nasional sebesar 5,3 persen (laki-laki 6,0% dan
perempuan 4,7%), perdesaan (5,6%) lebih tinggi dari perkotaan (5,1%).4
Analisa prevalensi dari Riskesdas ditemukan cenderung lebih tinggi pada
perempuan daripada laki-laki, dan pada daerah perkotaan cenderung lebih tinggi
daripada daerah perdesaan. Prevalensi hipertensi cenderung lebih tinggi pada
kelompok pendidikan lebih rendah dan kelompok tidak bekerja, kemungkinan
akibat ketidaktahuan tentang pola makan yang baik.
Dari hasil Riskesdas Provinsi Banten tahun 2007, hasil menurut
Kabupaten/Kota, prevalensi hipertensi berdasarkan tekanan darah berkisar antara
23,2% - 36,1%, dan prevalensi tertinggi ditemukan di Kabupaten Tangerang,
sedangkan terendah di Kota Tangerang. Sementara prevalensi hipertensi
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan dan atau minum obat hipertensi
berkisar antara 7,4% - 11,6%.5
2.1.5 Faktor Risiko Hipertensi
Beberapa faktor dapat meningkatkan resiko seseorang untuk menderita
hipertensi. Faktor resiko diantaranya adalah kondisi kesehatan, gaya hidup, dan
genetik keluarga. Beberapa faktor resiko tidak dapat dikontrol, tetapi ada juga
faktor resiko yang dapat dikontrol untuk mengendalikan hipertensi diantaranya :17
2.1.5.1 Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol
Dibawah ini adalah faktor risiko yang dapat dikontrol, antara lain :
11
1. Merokok
Lebih dari 400.000 orang, atau satu dari lima orang meninggal setiap tahun
akibat merokok di Amerika Serikat. Rokok mengandung nikotin, zat
karsinogenik, dan 4000 jenis racun lainnya. Nikotin merupakan bahan utama
dalam rokok yang menyebabkan sifat addiktif dari rokok. Zat-zat racun terutama
nikotin yang terkandung didalam rokok dapat menyebabkan penggumpalan di
pembuluh darah sehingga menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Bahan-bahan yang berasal dari endotel ini selanjutnya akan mengakibatkan
hipertrofi struktural yang pada akhirnya akan mengakibatkan peningkatan curah
jantung dan/atau tahanan perifer.19
2. Kurangnya aktivitas fisik
Aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4-9 mmHg. Lakukan
aktivitas fisik intensitas sedang pada kebanyakan atau setiap hari pada 1 minggu
(total harian dapat diakumulasikan, misalnya 3 sesi selama 10 menit)20
3. Berat badan berlebih
Penurunan berat badan dapat mengurangi tekanan darah sistolik 5-20
mmHg/penurunan 10 kg. Rekomendasi ukuran pinggang <94 cm untuk pria dan
<80 mmHg untuk wanita, indeks massa tubuh 25 kg/m2. Rekomendasi penurunan
berat badan meliputi nasihat menurani asupan kalori dan juga meningkatkan
aktivitas fisik.17
4. Pengaturan pola makan
Adopsi pola makan DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dapat
menurunkan tekanan darah sistolik 8-14 mm. Lebih banyak makan buah sayur-
sayuran dan produk susu rendah lemak dengan kandungan lemak jenuh dan total
lebih sedikit kaya potassium dan calcium.17
5. Kurangi asupan garam berlebih
Restriksi garam harian dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-8 mmHg.
Konsumsi sodium chloride<6g /hari (100 mmol sodium/hari). Rekomendasikan
makanan rendah aram sebagai bagian pola makan sehat.17
6. Batasi asupan alkohol
Pembatasan konsumsi alkohol dapat menurunkan tekanan darah sistolik 2-
4 mmHg. Maksimum 2 minuman standar/ hari: 1 oz atau 30 ml ethanol
12
misalnya bir 24 oz wine 10 oz atau 3 oz80-proof whiskey untuk pria dan 1
minuman standar/hari untuk wanita.21
7. Stress
Hubungan terjadinya hipertensi akibat stress psikososial diduga akibat
aktivitas berlebihan dari saraf simpatis sehingga mengakibatkan peningkatan
kontraktilitas jantung dan pada akhirnya terjadi peningkatan curah jantung
dan/atau tahanan perifer.22
8. Konsumsi kopi
Orang yang memiliki kebiasaan minum kopi sehari 1-2 cangkir per hari
meningkatkan risiko hipertensi sebanyak 4,12 kali lebih tinggi dibanding subjek
yang tidak memiliki kebiasaan minum kopi.
2.1.5.2 Faktor Risiko Yang Tidak Dapat Dikontrol
1. Usia
Prevalensi hipertensi meningkat tajam dengan bertambahnya usia, tetapi
ada juga sekitar 8.6% pria dan 6.2% wanita yang menderita hipertensi pada usia
20-34 tahun, selebihnya 76.4% dari pria dan 79.9% dari wanita usia >75 tahun
menderita hipertensi. Pada populasi usia lanjut, hipertensi menjadi faktor resiko
terbesar terjadinya penyakit jantung dan pembuluh darah.23
Jika dilihat dari perspektif yang lain, hipertensi sudah mempengaruhi
banyak individu selama masa hidup mereka daripada penyakit lain. Konsep
“risiko seumur hidup” yang disandang hipertensi memperkirakan risiko
pengembangan penyakit selama sisa hidup seseorang dan risiko kematian akibat
penyakit tersebut. Data dari Framingham Heart Study (FHS), sebuah studi
epidemiologi Cardio Vascular Disease (CVD) yang telah berlangsung lama,
menunjukkan bahwa untuk pria dan wanita yang bebas hipertensi pada usia 55
tahun, risiko seumur hidup untuk terjadi hipertensi sampai usia 80 tahun adalah
93% dan 91%. Dengan kata lain 9 dari 10 orang dewasa akan mengalami
hipertensi sebelum mereka meninggal. Bahkan mereka yang mencapai usia 65
tahun bebas hipertensi masih memiliki risiko seumur hidup tersisa sebesar 90%.24
Systolic Blood Pressure (SBP) meningkat seiring bertambahnya usia.
Sebaliknya tingkat Diastolic Blood Pressure (DBP) meningkat sampai sekitar usia
50-55 tahun, setelah itu ada fase plateu selama beberapa tahundan kemudian
13
mengalami penurunan yang stabil sampai akhir masa hidupnya. Berbagai faktor
mempengaruhi seperti pemenuhan dan kekakuan dinding arteri menyebabkan
kenaikan tekanan sistolik dan turunnya tekanan diastolik seiring bertambahnya
umur. Kedua fenomena tersebut berkontribusi terhadap peningkatan tekanan nadi
yang didefinisikan sebagai SBP – DBP setelah usia 50 tahun.25
Jadi hipertensi terutama hipertensi sistolik adalah kondisi penuaan yang
hampir universal, dan hanya sedikit yang tidak mengalami hal tersebut. Hanya di
masyarakat dengan asupan garam rendah, tingkat aktivitas fisik sangat tinggi dan
berat badan ideal jarang terjadi.23
2. Genetik
Genetika hipertensi bersifat kompleks dan tanpa diketahui gen tunggal apa
yang dikenal memainkan peran utama, melainkan banyak gen dengan efek ringan
masing-masing yang bereaksi dengan rangsangan lingkungan yang berbeda
terhadap tekanan darah. Studi telah menyebutkan bahwa pada pembacaan tekanan
darah 30 – 50 % disebabkan heritabilitas genetik dan sekitar 50 % terhadap faktor
lingkungan.26
3. Faktor Riwayat Keluarga
Penderita hipertensi didapatkan riwayat faktor hipertensi dalam
keluarganya sebesar 70-80%. Apabila riwayat keluarga hipertensi didapatkan pada
kedua orang tua, maka terjadi hipertensi akan lebih besar.
Berbagai penelitian dan study kasus menguatkan bahwa faktor keturunan
merupakan salah satu penyebab terjadinya hipertensi, dimana jika dalam
keluarga/orang tua ada yang menderia hipertensi 25-60% akan terjadi pada
anaknya.
4. Jenis Kelamin
Hasil pengamatan Third National Health and Nutrition Examination
Survey (NHANES) III memperlihatkan bahwa prevalensi hipertensi lebih tinggi
pada populasi laki-laki dibandingkan populasi perempuan pada kelompok
sebelum menopause. Pada masa setelah menopause atau mendekati usia 60 tahun
maka prevalensi hipertensi kedua kelompok hampir sama. Latar belakang ini
disebabkan karena pada perempuan mengalami siklus menstruasi maka terdapat
kehilangan volume darah secara teratur setiap bulan sehingga terjadi pengurangan
14
volume intravaskuler secara berkala yang akan berhenti setelah menopause.
Dengan bertambahnya usia, pada kelompok 65 tahun keatas prevalensi hipertensi
akan lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki.27
Salah satu penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa hipertensi lebih
banyak diderita oleh perempuan daripada laki-laki, hasil Riskesdas tahun 2007
oleh Provinsi Banten menunjukkan masyarakat yang terdiagnosis hipertensi pada
laki-laki sebesar 6.9% dan pada wanita 10.3%, terdiagnosis hipertensi dan sedang
dalam minum obat pada laki- laki sebesar 7.7% sedangkan pada wanita 10.9%,
dan masyarakat yang telah diukur langsung oleh petugas kesehatan menunjukkan
presentase 26.2% pada laki-laki dan 28.9% pada perempuan.5
5. Ras
Masyarakat berkulit hitam lebih mempunya rasio tinggi untuk menderita
hipertensi daripada bukan berkulit hitam, dan semua penyakit yang berkaitan
dengan hipertensi seperti stroke. Tingkat resiko yang tinggi pada masyarakat ini
mengharuskan pemberian atensi yang lebih tinggi walaupun kejadiannya rendah,
dan ada perbedaan kriteria untuk diagnosis masyarakat kulit hitam dan putih.28
2.1.6 Patofisiologi Hipertensi
Beberapa faktor yang saling terkait berkontribusi dalam peningkatan
tekanan darah pada pasien hipertensi, dengan peran yang relatif berbeda antar
individu. Faktor-faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
obesitas, resistensi insulin, sistem renin-angiotensin, dan sistem saraf simpatik.29
a. Curah jantung dan resistensi perifer
Tekanan darah yang normal tergantung pada keseimbangan antara curah
jantung dan resistensi vaskular perifer. Pada hipertensi yang sangat awal,
resistensi perifer tidak meningkat dan elevasi tekanan darah disebabkan oleh
curah jantung yang meningkat, yaitu terkait dengan aktifitas simpatik berlebih.29
Resistensi perifer ditentukan oleh arteriol kecil, yang pada dindingnya
terdapat sel otot polos. Kontraksi sel otot polos terkait dengan peningkatan
kalsium intraselular. Vasokonstriksi yang berkepanjangan juga menyebabkan
perubahan struktural yang dimediasi oleh angiotensin, yang mengarah pada
peningkatan resistensi perifer yang irreversible.29
15
b. Sistem Renin-angiotensin
Renin disekresikan dari aparatus juxtaglomerulus di ginjal, renin mereson
jika terjadi hipoperfusi di glomerulus, respon ini juga berlangsung terhadap
rangsangan dari sistem saraf simpatik. Renin bertanggung jawab dalam mengubah
renin substrat (angiotensinogen) ke angiotensin I yang secara fisiologis tidak aktif
yang dengan cepat diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin coverting
enzyme (ACE).29
Angiotensin II adalah vasokonstriktor yang kuat dan dengan demikian
menyebabkan peningkatan tekanan dalam darah. Selain itu, merangsang pelepasan
aldosteron dari zona glomerulosa dari kelenjar adrenal, yang menghasilkan
peningkatan lanjut dalam tekanan darah yang berhubungan dengan natrium dan
retensi air.29
c. Sistem saraf otonom
Sistem saraf otonom memiliki peran penting dalam menjaga tekanan darah
normal, dan juga dalam mediasi perubahan tekanan darah jangka pendek saat stres
dan latihan fisik. Beberapa nukti menunjukkan bahwa epinefrin (adrenalin) dan
norepinefrin (noradrenalin) memiliki peran yang jelas dalam etiologi hipertensi.29
d. Disfungsi endotel
Sel-sel endotel vaskular berperan dalam regulasi kardiovaskular dengan
menghasilkan sejumlah agen vasoaktif lokal yang kuat, termasuk molekul
vasodilator nitrat oksida dan vasokonstriktor peptida endotelin.29
Disfungsi
endotel mempengaruhi peningkatan tekanan darah, tegangan vaskular oksidatif
yang berlebihan dan peradangan vaskular merupakan karakteristik sentral dari
disfungsi endotel dan penurunan keduanya telah terbukti dapat mengembalikan
fungsi endotel.30
2.1.7 Diagnosis Hipertensi
Peningkatan tekanan darah adalah respons fisiologis normal terhadap
olahraga dan stress. Hipertensi arteri sistemik adalah kondisi peningkatan tekanan
darah non fisiologis. Hal ini dipengaruhi oleh interaksi kompleks antara sistem
hormonal, neurologis dan endotel lokal.
16
Pengukuran tekanan darah menjadi biomarker untuk kedua hipertensi,
penyakit jantung dan ginjal. Pengukuran tekanan darah adalah indikator
prognostik dan target pengobatan dan banyak uji klinis telah menunjukkan bahwa
mengurangi tekanan darah yang terus meningkat secara terus menerus mengurangi
morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan hipertensi.
Guideline hipertensi terbaru menunjukkan perubahan definisi dari
hipertensi, yaitu 130 mm Hg atau lebih dari tekanan sistolik dan 80 mm Hg atau
lebih, pada petunjuk klinis yang baru, maka 140 mm Hg atau lebih tekanan
sistolik dan 90 mm Hg atau lebih tekanan diastolik dikelompokkan menjadi
hipertensi tingkat 2. Pasien dengan diagnosis hipertensi tingkat 1 dan 2 harus
konsultasi dengan petugas medis untuk pengobatan lebih lanjut. Tekanan darah
yang sangat tinggi (sistolik >180 mm Hg dan diastolik > 120 mm Hg) dengan
kerusakan organ lain masih dikatagorikan sebagai hipertensi.
2.1.7.1 Pengukuran Tekanan Darah
Walaupun pengukuran hipertensi terkesan mudah, tetapi kesalahan sering
kali terjadi, sehingga dapat terjadi kesalahan dalam mengkatagorikan tekanan
darah pasien. Pertama kita harus mengevaluasi pasien dari hipertensinya, apakah
pasien adalah hipertensi primer dengan pola hidup yang tidak dapat dimodifikasi,
atau pasien dengan hipertensi sekunder dengan faktor yang dapat dimodifikasi,
dan penyebab hipertensi tersebut juga perlu di eksplorasi dan dikoreksi sebelum
anda mendiagnosis hipertensi.
Meskipun sudah sering diindikasikan bahwa penyebab hipertensi esensial
tidak diketahui, namun sejumlah faktor yang dapat meningkatkan tekanan darah
diantaranya obesitas, resistensi insulin, asupan alkohol yang tinggi, asupan garam
yang tinggi, penuaan, gaya hidup, stres, asupan kalium yang rendah dan asupan
kalsium yang rendah, serta riwayat hipertensi dalam keluarga.31
Kemudian jika poin-poin tersebut sudah dievaluasi, pemeriksa dapat
melakukan pemeriksaan kepada pasien, dengan langkah-langkah pada tabel 2.5
berikut untuk mengukur hipertensi pada saat pasien berada di pelayanan
kesehatan.
17
Tabel 2.5 Langkah Pengukuran Tekanan Darah pada Pelayanan Kesehatan.14
Langkah-Langkah Petunjuk Pemeriksaan
1. Persiapkan pasien Perintahkan pasien untuk rileks, duduk
di kursi (dengan kaki menapak pada
lantai, dan punggung bersandar pada
kursi selama >5 menit)
Pastikan pasien menghindari
mengonsumsi kafein, melakukan
aktifitas fisik, dan merokok 30 menit
sebelum pengukuran
2. Gunakan teknik yang sesuai untuk
pengukuran tekanan darah
Taruh lengan pasien pada meja
Gunakan ukuran manset yang sesuai,
posisi tengah manset pada lengan atas
pasien pada titik sternum
3. Lakukan pengukuran untuk keperluan
diagnosis dan pengobatan
Pada kunjungan pertama, ukur tekanan
darah pada kedua lengan dan tentukan
lengan mana yang paling tinggi
Gunakan perkiraan tekanan denyut
nadi radial yang teraba untuk sistolik
dan manset mengembang 20-30
mmHg di atas tingkat ini menentukan
tingkat tekanan darah
Kurangi tekanan manset 2 mm Hg per
detik dan dengarkan bunyi Korotkoff
4. Catat pengukuran tekanan darah yang
akurat
Catat tekanan sistolik pada saat bunyi
Korotkoff pertama dan menghilangnya
semua bunyi Korotkoff tersebut
menentukan tekanan diastoliknya,
catat di nomor yang terdekat
5. Rata-rata pembacaan Rata-rata berdasarkan ≥ 2 pembacaan
yang diperoleh dari ≥ 2 kesempatan
untuk memperkirakan besar tekanan
darah pasien
6. Berikan pembacaan tekanan darah
kepada pasien
Berikan pasien pembacaan tekanan
darah sistolik dan diastolik secara
verbal dan tertulis
18
2.1.8 Penatalaksanaan Hipertensi
2.1.8.1 Tata Laksana Non Farmakologi
Pada pasien yang menderita hipertensi derajat 1, tanpa risiko
kardiovaskular lain, maka strategi pola hidup sehat merupakan tatalaksana tahap
awal, yang harus dijalani setidaknya selama 4-6 bulan. Bila setelah jangka waktu
tersebut tidak didapatkan penurunan tekanan darah yang diharapkan atau
didapatkan faktor risiko kardiovaskular lain, maka sangat dianjurkan untuk
memulai terapi farmakologi.
Modifikasi gaya hidup sebagai usaha untuk menurunkan tekanan darah bisa
dilakukan sebagai cara berikut :
Tabel 2.6 Modifikasi Gaya Hidup.32
Modifikasi serta rekomendasi penurunan
berat badan, pengaturan pola makan, mengurangi asupan garam, alkohol dan
melakukan aktivitas fisik dapat menurunkan tekanan darah.
Modifikasi Rekomendasi Penurunan SBP
Penurunan berat badan Turunkan kelebihan berat
badan (IMT 18.5-24.9)
5-20 mmHg/10 kg berat badan
turun
Pengaturan pola makan sesuai
DASH
Konsumsi buah, sayur dan
makanan rendah lemak untuk
mereduksi penimbunan lemak
8-14 mmHg
Kurangi asupan garam Turunkan konsumsi sodium
maksimal 100 mmol/hari (2.4
gram sodium atau 6 gram
sodium klorida)
2-8 mmHg
Aktivitas fisik Lakukan gerakan aerobik yang
sederhana seperti berjalan kaki
(setidaknya 30 menit/hari
setiap hari)
4-9 mmHg
Kurangi asupan alkohol Batasi konsumsi tidak lebih
dari 2 gelas per hari untuk pria
dan 1 gelas untuk wanita
2-4 mmHg
2.1.8.2 Tata Laksana Farmakologi
Anjuran pemberian farmakologi secara umum adalah, awali obat
antihipertensi dengan 2 agen lini pertama dengan kelas yang berbeda untuk orang
dewasa dengan hipertensi derajat 2 dengan tekanan darah lebih dari 20/10 mm Hg
19
lebih tinggi dari targertnya. Pedoman yang diperbarui merekomendasikan untuk
memulai terapi antihipertensi dengan 2 agen untuk hipertensi derajat 2. Kemudian
untuk terapi orang dewasa dengan hipertensi derajat 1 dan golongan kurang dari
130/80, berikan terapi dengan agen tunggal. Hati-hati saat memulai farmakoterapi
antihipertensi dengan 2 obat pada pasien yang lebih tua, karena hipotensi atau
hipotensi ortostatik dapat terjadi.33
Gambar 2.1 Ambang batas tekanan darah dan rekomendasi untuk perawatan dan
tindak lanjut.33
Tabel 2.7 Rekomendasi Tindak Lanjut Setelah Tekanan Darah Meningkat
Pertama Kali.33
Rekomendasi untuk orang normal, TD meningkat, HT derajat 1
dan 2.
20
Rekomendasi Untuk Tindak Lanjut Setelah Tekanan Darah Meningkat Pertama Kali
COR Rekomendasi
I Dewasa dengan tekanan darah meningkat atau hipertensi derajat 1 dan mempunyai
estimasi risiko ASCVD kurang dari 10% harus dilakukan terapi non farmakologi,
dan ulang pemeriksaan tekanan darah selama 3 sampai 6 bulan kemudian.
I Dewasa dengan hipertensi derajat 1 yang mempunyai estimasi risiko 10 tahun
ASCVD 10% atau lebih harus dilakukan inisial terapi dengan kombinasi non
farmakologi dan obat antihipertensi, dan ulang pemeriksaan tekanan darah dalam 1
bulan.
I Dewasa dengan hipertensi derajat 2 harus di evaluasi atau di rujuk ke pelayanan
primer setelah 1 bulan setelah inisial diagnosis, berikan terapi nonfarmakologi dan
obat antihipertensi (inisiasi 2 obat dari kelas yang berbeda), dan ulangi pemeriksaan
tekanan darah dalam 1 bulan.
I Untuk dewasa dengan tekanan darah yang sangat tinggi (TDS ≥180 mm Hg atau
TDD ≥110 mm Hg), evaluasi tindak lanjut dengan obat antihipertensi dianjurkan.
IIa Untuk dewasa dengan tekanan darah yang normal, ulangi evaluasi setiap tahunnya
bila terdapat alasan.
Tabel 2.8 Obat Anti Hipertensi.33
Agen Primer, nama obat, dosis harian, dan
frekuensi pemberian
Kelas Obat Dosis harian Frekuensi harian
Agen primer
Thiazide atau diuretic
thiazide
Chlorthalidone 12.5-25 1
Hydrochlorothiazide 25-50 1
Indapamide 1.25-2.5 1
Ace inhibitors Captopril 12.5-150 2 atau 3
Enalapril 5-40 1 atau 2
Lisinopril 10-40 1
Angiotensin reseptor
blockers
Candesartan 8-32 1
Losartan 50-100 1 atau 2
Valsartan 80-320 1
Eprosartan 600-800 1 atau 2
Calcium channel
blocker-
dihydropiridines
Amlodipine 2.5-10 1
Nifedipine LA 60-120 1
Nicardipine SR 5-20 1
Agen sekunder : furosemide, spironolactone, atenolol, betaxolol, bisoprolol.
21
2.1.9 Faktor Pencetus Komplikasi
Berikut ini yang menyebabkan komplikasi kardiovaskular di hipertensi :
1. Hipertensi tidak terkontrol
Hanya setengah populasi hipertensi yang melaporkan atau didiagnosis sebagai
hipertensi, dan yang < 50 % berada dalam pengobatan. Dari 50 % yang berada
dalam pengobatan, 60 % adalah hipertensi tidak terkontrol dan 40 % terkendali,
yang berarti hanya 7,5 % dari populasi hipertensi yang benar-benar di bawah
kendali. Dengan memperketat kontrol hipertensi, seseorang dapat mencegah
komplikasi kardiovaskular.34
2. Hipertrofi ventikel kiri
Munculnya hipertrofi ventrikel kiri berkolerasi langsung dengan morbiditas
kardiovaskular dan kematian. Upaya pencegahan hipertrofi ventikel kiri salah
satunya dengan farmakoterapi, ACE inhibitor didapatkan memiliki efek sangat
baik. Penggunaan dosis yang baik dan teratur akan mengarah pada regresi
ventrikel kiri.34
3. Disfungsi endotel
Pada individu dengan hipertensi, koreksi disfungsi endotel sangat penting. Hal
ini dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang baik, menurunkan LDL,
perawatan dengan antitrombotik seperti aspirin, mengatasi resistensi insulin
melalui latihan dan pengurangan berat badan.34
4. Diabetes Mellitus
Koeksistensi diabetes dan hipertensi terutama dalam sindrom metabolik sangat
dikenal, kontrol ketat glikemik pada hipertensi mencegah morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular. Kontrol hipertensi pada diabetes mellitus perlu
disesuaikan hingga angka 120/80 mm Hg atau kurang.34
5. Hiperlipidemia
Pencegahan komplikasi kardiovaskular hipertensi sekarang tidak lagi terbatas
pada mengontrol tekanan darah saja, namun mengelola keseluruhan risiko
individu, mengelola kontrol glikemik yang ketat, mengendalikan tingkat LDL
hingga 70mg% menjadi aspek yang penting dalam mengurangi kematian penyakit
kardiovaskular.34
22
Komplikasi hipertensi dapat mengenai berbagai organ target, seperti
jantung (penyakit jantung iskemik, hipertrofi ventrikel kiri, gagal jantung), otak
(stroke), ginjal (gagal ginjal), mata (retinopati), juga arteri perifer (klaudikasio
intermiten). Kerusakan organ tersebut bergantung pada tingginya tekanan darah
pasien dan berapa lama tekanan darah tinggi tersebut tidak terkontrol dan tidak
diobati.35
2.1.10 Pencegahan Hipertensi
Hipertensi mencakup pengobatan dan pencegahan, pengobatan hipertensi
harus disertai dengan pencegahan untuk menurunkan faktor risiko penyakit
kardiovaskuler akibat hipertensi karena mampu memutus mata rantai
penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya.
Pencegahan hipertensi dilakukan melalui dua pendekatan :
1. Intervensi
Untuk menurunkan tekanan darah di populasi dengan tujuan menggeser
distribusi tekanan darah kearah yang lebih rendah. Penurunan 2 mmHg di
populasi mampu menurunkan kematian akibat stroke, Penyakit Jantung Koroner,
dan sebab-sebab lain masing-masing sebesar 6%, 4%. Dan 3%.36
Penurunan SBP 3 mmHg ternyata dapat menurunkan kematian masing-
masing sebesar 8%, 5%, dan 4% dan penurunan SBP 5 mmHg dapat menurunkan
risiko tersebut masing-masing sebesar 14%, 9% dan 7%.36
2. Strategi bagi berisiko
Penurunan tekanan darah bagi mereka yang mempunyai tekanan darah
normal sebesar 130-139 mmHg pada SBP dan 85-89 mmHg pada DBP, riwayat
keluarga ada yang menderita hipertensi, obesitas, tidak aktif secara fisik, atau
banyak minum alkohol dan banyak konsumsi garam.
The 5-year primary prevention of hypertension meneliti berbagai faktor
intervensi terdiri dari pengurangan kalori, asupan natrium klorida dan alkohol
serta peningkatan aktifitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan penurunan berat
badan sebesar 5,9 pounds berkaitan dengan penurunan SPB dan DBP sebesar 1,3
mmHg dan 1,2 mmHg. Penelitian yang mengikut sertakan sebanyak 47.000
individu menunjukan perbedaan asupan sodium sebanyak 100 mmo1/hari
23
berhubungan dengan perbedaan SBP sebesar 5 mmHg pada usia 15-19 tahun dan
10 mmHg pada usia 60-69 tahun.
Meningginya SBP dan DBP, meningkatnya sirkulasi kadar katekolamin,
kortisol, vasopressin, endorphins, andaldosterone, dan penurunan ekskresi sodium
di urin merupakan respons dari rangsangan stress yang akut. Intervensi
pengendalian stress seperti relaksasi, meditasi dan biofeedback mampu mencegah
dan mengobati hipertensi.
2.2 Pengendalian Penyakit Hipertensi
2.2.1. Definisi Pengendalian
Pengedalian menurut Usry dan Hammer, mengemukakan bahwa :
“Control is management’s systematic effort to achieve objectives by comparing
performances to plan and taking appropriate action to correct important
differences”.37
Berdasarkan pengertian diatas, pengendalian adalah suatu hasil dari
monitoring yang dipakai sebagai tindakan manajemen, mulai dari kegiatan tetap
pada tracknya sampai pada tindakan koreksi dan/atau penyesuaian.
2.2.2 Bentuk Pengendalian Penyakit Hipertensi
Program pengendalian hipertensi terbagi menjadi sebagai berikut :
1. Prevensi Dan Penurunan Faktor Risiko
2. Deteksi Dini Dan Pengobatan Kontinyu
3. Surveilans Dan Monitoring6
Kemudian pasien dan keluarga hendaknya selalu dinasehati untuk:
1. Jangan tambahkan garam di meja makan dan hindari makanan asin, makanan
cepat saji, makanan kaleng dan bumbu penyedap makanan/vetsin
2. Ukur kadar gula darah, tekanan darah dan periksa urin secara teratur
3. Minumlah obat secara teratur, sesuai instruksi dokter.
4. Tekanan darah yang diperiksa harus dicatat sehingga dapat dimonitor tekanan
darahnya dengan ketat.38
24
2.2.3. Upaya Pengendalian Penyakit Tidak Menular
Strategi upaya pengendalian PTM diimplementasikan melalui berbagai
kegiatan yang dikelompokkan dalam 3 pilar peran stakeholder program, yaitu :
1. Peran pemerintah melalui pengembangan dan penguatan kegiatan pokok
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
2. Peran masyarakat melalui pengembangan dan penguatan jejaring kerja
pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular.
3. Peran masyarakat melalui pengembangan dan penguatan kegiatan berbasis
masyarakat.
Akibat peningkatan prevalensi penyakit tidak menular, menyebabkan
ancaman khusus dalam pembangunan, karena mengancam pertumbuhan ekonomi
nasional. Untuk itu dikembangkan model pengendalian PTM berbasis masyarakat
melalui Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu PTM).
Posbindu PTM merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam upaya
pengendalian faktor risiko secara mandiri dan berkesinambungan. Pengembangan
Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah terselenggara di
masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat sesegeranya dilakukan pencegahan
faktor risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat dapat ditekan. Dengan
adanya motivasi dari masyarakat yang menderita hipertensi untuk datang ke
Posbindu PTM, maka diharapkan hal tersebut menjadi faktor penekan kejadian
hipertensi di Indonesia.7
2.3 Motivasi
2.3.1 Definisi Motivasi
Motivasi adalah proses batin dinamis yang menghasilkan kekuatan internal
yang memberi energi dan mengarahkan individu untuk memilih perilaku yang
disukai untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Individu
biasanya memiliki motif yang berbeda pada satu waktu (misalnya, pencapaian,
afiliasi, kesehatan, agama) dan tindakan mereka dipandu oleh satu atau lebih dari
satu motif mereka.39
Proses motivasi berorientasi pada tujuan yang meliputi tahap-tahap urutan,
1. Individu menghasilkan kecenderungan motivasi terhadap tujuan tertentu
berdasarkan pribadi atau faktor lingkungan.
25
2. Diantara kecenderungan ini, individu membuat rencana yang paling
menonjol dan paling penting bagi mereka.
3. Kecenderungan yang menonjol tersebut memotivasi individu untuk
mengambil tindakan untuk mencapainya.
4. Kemauan adalah tahap terakhir.39
Keberhasilan seseorang mencapai target dalam hidupnya untuk mencapai
sesuatu, mendapatkan sesuatu, atau melakukan sesuatu didorong oleh faktor
eksternal dan internal, tidak hanya kecemerlangan dari otak seseorang saja
melainkan dari kuatnya motivasi dari dalam diri seseorang. Di kalangan para ahli
muncul berbagai pendapat tentang motivasi, berbagai pendapat dikemukakan
menurut sudut pandang masing-masing dan apa yang telah mereka pelajari, tetapi
pada intinya sama, bahwa motivasi menggerakkan setiap manusia untuk bergerak,
berbuat sesuatu untuk tujuan sesuatu.
Motivasi dikemukakan menurut para ahli sebagai berikut :
Menurut Sumardi Suryabrata kata motif adalah daya upaya yang
mendorong orang melakukan sesuatu.40
Menurut Woodworth dan Marques motif adalah suatu tujuan jiwa yang
mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk
tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya.41
Motive-motivate atau
motivasi adalah dorongan untuk bergerak ke arah sesuatu yang diinginkan atau
diharapkan.42
Menurut Mc Donald motivasi sebagai sesuatu perubahan tenaga di dalam diri
atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi
dalam usaha mencapai tujuan, sehingga motivasi mengandung tiga hal :
1) Motivasi dimulai dengan satu perubahan tenaga dalam diri seseorang yang
penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia, seperti : lapar,
lelah, dan sebagainya.
2) Motivasi itu ditandai oleh dorongan afektif, dalam hal ini motivasi relevan
dengan masalah-masalah kejiwaan, afektif, emosi yang dapat menentukan
tingkah laku manusia.
3) Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan.43
26
Dari beberapa pengertian motivasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi secara harfiah berarti dorongan, alasan, kehendak dan kemauan.
Sedangkan secara istilah, motivasi berarti adalah suatu daya yang menggerakkan
diri manusia untuk melakukan aktifitas tertentu dalam rangka mencapai tujuan,
baik dorongan yang berasal dari luar maupun dari dalam.
2.3.2 Tujuan, Fungsi, dan Faktor Motivasi
Tujuan motivasi secara umum adalah untuk menggerakkan atau
menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan
sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu.44
Selain tujuan, motivasi juga memiliki fungsi sebagai alat aktualisasi daya dan
kekuatan dalam diri seseorang untuk mendapat atau mencapai tujuan tertentu,
menurut S Nasution, motivasi memiliki 3 fungsi sebagai berikut :
1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi sebagai penggerak atau
motor yang melepas energi, sehingga menimbulkan suatu perbuatan atau
kegiatan yang akan dikerjakan.
2) Menemukan arah perbuatan yakni ke arah tujuan yang akan dikehendaki.
3) Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang
harus dijalankan atau dihindari guna mencapai tujuan.45
Dengan demikian dapat diketahui bahwa motivasi memiliki peranan sangat
penting sebagai alat penggerak diri, dan dapat mengarahkan perbuatan seseorang,
dan kemudian menyeleksi perbuatan-perbuatan mana dalam kegiatan sehari-hari
yang sesuai dan tidak dengan tujuan yang akan dicapai.
Motif adalah suatu dorongan dari diri seseorang yang menyebabkan orang
tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu tujuan. Motif
dapat dibagi berdasarkan pandangan dari beberapa ahli, salah satunya pandangan
menurut arah datangnya motif tersebut.
a) Motif ekstrinsik, yaitu motif yang berfungsi karena adanya rangsangan
dari luar. Menurut Taufik (2007) yang mempengaruhi motivasi instrinsik
yaitu kebutuhan (need), harapan (expectancy), minat.46
b) Motif instrinsik, yaitu motif yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar
tetapi sudah dengan sendirinya terdorong untuk berbuat sesuatu.47
Faktor-
27
faktor yang mempengaruhi motivasi ekstrinsik adalah dorongan keluarga,
lingkungan, imbalan.46
2.3.3 Indikator Motivasi dan Aplikasi Dalam Kesehatan
Cox (1982) percaya bahwa motivasi kesehatan adalah multidimensi
subsistem yang melibatkan proses pilihan, kebutuhan, dan penentuan diri dalam
kesehatan seseorang. Dalam penelitian tentang motivasi manusia, Xu, dkk(2008)
mendefinisikan motivasi kesehatan “sebagai keinginan yang kuat untuk
berolahraga, untuk makan yang baik, untuk hidup di lingkungan yang sehat, untuk
tetap bugar, untuk tetap tenang, tidur nyenyak dan menghindari stres” (p. 20).39
Cox (1982; 1986) menekankan pentingnya motivasi dalam menjelaskan
perilaku kesehatan dan menyatakan bahwa motivasi instrinsik harus menjadi
faktor utama untuk perilaku kesehatan.39
Dalam prosesnya maka sebutan mempunyai motivasi mempunyai indikator
tersendiri untuk mendukung seseorang mengadakan perubahan tingkah laku. Dari
hasil adaptasi dalam buku berjudul teori motivasi dan pengukurannya karya
Hamzah B. Uno, maka indikator motivasi dalam pengendalian suatu penyakit
dapat diklarifikasikan sebagai berikut :48
1) Adanya hasrat dan keinginan untuk sehat.
2) Adanya dorongan dan butuhan untuk sehat.
3) Adanya harapan dan cita-cita untuk terbebas dari penyakit dan obat.
4) Adanya penghargaan terhadap hidupnya.
5) Adanya kegiatan berperilaku sehat.
6) Adanya lingkungan disekitar orang tersebut yang kondusif untuk
berperilaku sehat, sehingga memungkinkan seseorang dapat berperilaku
hidup sehat.48
Pengetahuan juga dikaitkan dengan motivasi, pengetahuan yang kurang pada
lansia menyebabkan motivasi pencegahan kekambuhan hipertensi yang kurang
juga.49
Jika dikaitkan dengan kesehatan, maka suatu motivasi akan berpengaruh pada
tindakan atau aktivitas individu baik yang disadari maupun tidak disadari, dan
nampak maupun tidak nampak, yang didorong oleh kebutuhan (needs) untuk
mencapai tujuan sehat. Meskipun perilaku adalah respons atau reaksi terhadap
28
stimulus atau rangsangan, namun respons tiap orang bisa berbeda, tergantung
karakteristik dan faktor lain dari seseorang, hal ini berarti walaupun stimulusnya
sama, namun respons tiap orang berbeda.
2.4 Kerangka Teori
29
2.5 Kerangka Konsep
30
2.6 Definisi Operasional
No
Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur
dan Cara
Pengukuran
Hasil Ukur Skala
Pengukuran
1 Hiperten
si
Tekanan darah
sistolik ≥ 130
mm Hg dan
tekanan darah
diastolik ≥ 80
mmhg atau
lebih tinggi,
pada dua kali
hingga 3 kali
pengukuran
dengan selang
waktu lima
menit dalam
keadaan cukup
istirahat/tenang
akan
meminimalkan
kesalahan dalam
pengukuran.2
Petugas
Kesehatan
Puskesmas
terlatih
Rekam
medik,
melihat dari
rekam medis
berdasarkan
hasil dari
pemeriksaan
yang
dilakukan
oleh perawat.
Normal (<120/80)
Meningkat (120-
129/<80)
Hipertensi grade 1
(130-139/80-89)
Hipertensi grade 2
(≥140/≥90)
Ordinal
2 Motivasi Suatu tujuan
jiwa yang
mendorong
individu untuk
melakukan
aktivitas-
aktivitas tertentu
dan untuk
tujuan-tujuan
tertentu
terhadap situasi
di sekitarnya.41
Peneliti Kuesioner WEIMS (Work
Extrinsic Intrinsic
Motivation Scale).
Skor untuk
klasifikasi motivasi
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
31
No Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur
dan Cara
Pengukuran
Hasil Ukur Skala
Pengukuran
3
Usia Umur adalah
lamanya hidup
dalam tahun
yang dihitung
sejak
dilahirkan.50
Tahun Riskesdas 35-44
44-54
55-64
65-74
75+
Nominal
4 Pengetah
uan
Pengetahuan
berarti segala
sesuatu yg
diketahui;
kepandaian:
atau segala
sesuatu yg
diketahui
berkenaan
dengan hal
(mata
pelajaran).50
Peneliti Kuesioner,
Peneliti
menanyakan
kepada
responden
mengenai
pengetahuan
terhadap
hipertensi.
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
5 Kualitas
hidup
Kualitas hidup
sebagai persepsi
individu dari
posisi individu
dalam
kehidupan
dalam konteks
sistem budaya
dan nilai dimana
individu hidup
dan dalam
kaitannya
dengan tujuan,
harapan, standar
kekhawatiran.51
Peneliti Kuesioner,
Peneliti
menanyakan
kepada
responden
mengenai
kualitas
hidupnya.
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
32
No Variabel Definisi Pengukur Alat Ukur
dan Cara
Pengukuran
Hasil Ukur Skala
Pengukuran
6 Riwayat
keluarga
Sumber
penyebab
adanya
keterkaitan
tersebut adalah
kombinasi
antara gen,
perilaku yang
diajarkan,
lingkungan, dan
faktor sosial di
keluarga
tersebut.50
Peneliti Kuesioner,
Peneliti
menanyakan
kepada
responden
mengenai
riwayat
hipertensi
pada
keluarganya.
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
7 Gaya
hidup
Pola tingkah
laku sehari-hari
segolongan
manusia di
dalam
masyarakat.52
Peneliti Kueisoner,
peneliti
menanyakan
kepada
responden
mengenai
gaya hidup
responden.
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
8 Motivasi
intrinsik
dan
ekstrinsi
k
Motif yang
berfungsi tanpa
rangsangan dari
luar tetapi sudah
dengan
sendirinya
terdorong untuk
berbuat
sesuatu.47
Motif yang
berfungsi karena
adanya
rangsangan dari
luar.46
Peneliti Kueisoner,
peneliti
menanyakan
kepada
responden
mengenai
motivasi
intrinsik dan
ekstrinsik
responden.
76-100% = Baik
50-75% = Cukup
Baik
40-49% = Kurang
baik
<40 % = Tidak
Baik
Ordinal
33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kategorik, yaitu
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif dengan
menggunakan skala pengukuran variabel kategorik, pengambilan data primer
menggunakan kuesioner pada pasien yang terdiagnosa menderita hipertensi.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian : Puskesmas Ciputat Timur
Waktu penelitian :
Persiapan : Maret – April 2018
Pelaksanaan : Mei – September 2018
Penyusunan : September – Oktober 2018
3.3 Populasi Penelitian
Pasien yang didiagnosis sebagai penderita hipertensi yang datang ke UPT
Puskesmas Ciputat Timur dan telah mendapat terapi sebelumnya.
3.4 Jumlah Sampel
Karena tidak ada penelitian sebelumnya, maka proporsi kategori variabel
yang diteliti atau P, ditetapkan 50% (0,50) dan didapatkan jumlah sampel dengan
rumus sebagai berikut :
Rumus :
Berdasarkan rumus sampel diatas maka jumlah pasien minimum yang
dibutuhkan dalam penelitian ini adalah 96 pasien.
34
Keterangan :
N = Jumlah populasi
n = Besar sampel
Zα = Adalah derivat baku alfa (biasanya 95%=1,96)
P = Adalah proporsi kategori variabel yang diteliti ditetapkan 50% (0,50)
d = Presisi/derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan 10%
(0,10)
Q = Adalah 1 – P
3.5 Kriteria Sampel
3.5.1 Kriteria Inklusi
1. Pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Ciputat Timur
2. Pasien dengan riwayat hipertensi berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
3. Pasien yang bersedia menjadi responden.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
1. Pasien yang baru terdiagnosis hipertensi dan belum diberikan terapi
apapun
3.6 Cara Keja Penelitian
3.6.1 Izin Penelitian
Mengurus perizinan untuk melakukan penelitian di Puskesmas Ciputat
Timur menggunakan izin dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan.
3.6.2 Jenis Data
Jenis data yang diambil ada dua jenis yaitu data primer dan sekunder. Data
primer yaitu data yang diambil dengan menggunakan kuesioner yang dibuat oleh
peneliti dan sudah divalidasi dan kemudian akan diolah hasilnya. Tekanan darah
pada lampiran 3 diukur oleh tenaga kesehatan terlatih, dilihat dari data sekunder
yaitu rekam medis.
3.6.3 Cara pengumpulan data
Pengambilan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan
consecutive sampling dan teknik wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada
pasien hipertensi yang berobat di Puskesmas Ciputat Timur.
35
3.6.4 Alat pengumpulan data
Alat yang digunakan sebagai pengumpulan data adalah kuesioner yang
dibuat peneliti yang sudah divalidasi.
3.6.5 Alur Penelitian
Pasien Hipertensi di
Puskesmas Ciputat Timur
Perizinan
Pengumpulan data
menggunakan kuesioner
dengan teknik wawancara
Pengolahan dan
Analisis Data
Revisi
Kuesioner
Validasi
kuesioner
Pembuatan
Kuesioner
Tidak Sesuai
Kriteria Inklusi
Sesuai kriteria
inklusi
Input Data
Penulisan
Laporan
36
3.7 Manajemen Data
3.7.1 Teknik Pengumpulan Data
Responden dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik antara lain tekanan
darah oleh dokter, dan didiagnosis sebagai hipertensi. Setelah itu pasien diberikan
pengobatan, kemudian penelitian dilakukan kepada responden yang menyetujui
dan mengisi informed consent, kemudian dipandu oleh peneliti untuk dilakukan
wawancara dengan kuesioner.
3.7.2 Pengolahan Data
Data dimasukan kedalam komputer melalui data entry pada program
Microsoft Excel 2010 yang sebelumnya dilakukan coding terlebih dahulu untuk
mengklasifikasikan data sesuai kategori kemudian dilakukan verifikasi sebagai
hasil.
3.7.3 Analisis data
Data dianalisis menggunakan analisis univariat, hasil penelitian ini berupa
persentase dari variabel motivasi yang terdiri dari motivasi baik, cukup baik,
kurang baik, tidak baik.
3.7.4 Rencana Penyajian Data
Penyajian data akan dilakukan dalam bentuk narasi, teks, tabel, dan
diagram.
3.7.5 Interpretasi Data
Data yang diperoleh diinterpretasikan secara deskriptif. Dengan
menggunakan alat ukur kuesioner yang dibuat peneliti, dengan skala adopsi dari
WEIMS (Work Extrinsic Instrinsic Motivation Scale). Skor untuk klasifikasi
motivasi :
76-100 % = baik
50-75 % = cukup baik
40-49 % = kurang baik
<40 % = tidak baik
3.7.6 Pelaporan Hasil Penelitian
Hasil penelitian dibuat dalam bentuk makalah laporan penelitian yang
dipresentasikan dihadapan staff pengajar Fakultas Kedokteran UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
4.1.1 Puskesmas Ciputat Timur
Puskesmas Ciputat Timur terletak di Jalan Anggur Nomor 3 Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan.53
Puskesmas Ciputat Timur merupakan salah satu dari 4 puskesmas yang
ada di wilayah Ciputat Timur, berbatasan dengan :
a) Sebelah Utara : Daerah Khusus Ibukota Jakarta
b) Sebelah Selatan : Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat (Kecamatan
Ciputat)
c) Sebelah Barat : Wilayah Kerja Puskesmas Rengas dan DKI Jakarta
d) Sebelah Timur : Wilayah Kerja Puskesmas Pisangan53
Wilayah kerja Puskesmas Ciputat Timur terdiri dari 2 kelurahan yaitu
Kelurahan Rempoa dan Kelurahan Cempaka Putih. 53
38
4.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian
4.2.1 Hasil Uji Validitas Data
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian kuesioner pada penelitian ini setiap itemnya dilakukan
dengan analisis Rasch Model, dan menggunakan program Winsteps. Pada analisis
Rasch, tingkat kesesuaian item digunakan untuk melihat ketepatan item dengan
model atau item fit. Jika ada item yang tidak fit, hal ini mengindikasikan adanya
miskonsepsi subjek dalam menjawab soal tersebut.54
Menurut Boone, Staver, & Yale (2014), nilai outfit means-square, outfit z-
standard, dan point measure correlation adalah kriteria yang digunakan untuk
melihat tingkat kesesuaian butir. Jika item tersebut tidak memenuhi kriteria ada
baiknnya item tersebut diperbaiki atau diganti.54
Panduan untuk menilai kriteria kesesuaian butir menurut Boone, et al
(2014) adalah sebagai berikut
1. Nilai Outfit Mean Square (MNSQ) yang diterima : 0,5 < MNSQ < 1,5
2. Nilai Outfit Z-standard (ZSTD) yang diterima: -2,0 < ZSTD < +2,0
3. Nilai Point Measure Correlation yang diterima: 0,4 < pt measure corr <
0,8554
Karena point measure correlation pada prinsipnya sama dengan korelasi point-
biserial pada teori tes klasik, Alagumalai, Curtis, & Hungi (2005)
mengklasifikasikan nilai Point Measure Correlation tersebut menjadi sangat
bagus (>0,40), bagus (0,30–0,39), cukup (0,20-0,29), tidak mampu
mendiskriminasi (0,00-0,19), dan membutuhkan pemeriksaan terhadap butir
(<0,00).55
Pada penelitian ini uji validitas menggunakan 30 responden hipertensi,
yang diambil datanya dengen mengisi kuesioner secara mandiri. Setelah data
dimasukkan kedalam Winsteps didapatkan hasil sebagai berikut :
39
Tabel 4.1 Hasil Uji Validitas Data
Item Outfit means-square Outfit z-standard Point measure
correlation
Keterangan
Q5 1.56 2.40 0.00 Tidak mempu
mendiskriminasi
Q10 1.47 0.8 0.05 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q9 1.20 0.8 0.08 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q22 1.14 0.9 0.17 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q23 1.09 0.4 0.12 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q4 1.11 0.7 0.16 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q7 1.13 0.7 0.18 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q6 1.09 0.6 0.19 Tidak mampu
mendiskriminasi
Q21 1.09 0.6 0.21 Cukup
Q20 0.94 -0.1 0.24 Cukup
Q13 1.05 0.4 0.24 Cukup
Q8 0.99 0.0 0.33 Bagus
Q11 0.99 0.0 0.35 Bagus
Q12 0.97 -0.2 0.34 Bagus
Q18 0.93 -0.4 0.37 Bagus
Q24 0.93 -0.4 0.38 Bagus
Q3 0.95 0.0 0.35 Bagus
Q2 0.86 -0.5 0.42 Sangat bagus
Q16 0.87 -0.4 0.40 Sangat bagus
Q17 0.91 -0.6 0.43 Sangat bagus
Q14 0.82 -1.2 0.51 Sangat bagus
Q19 0.81 -1.3 0.52 Sangat bagus
Q1 0.78 -0.7 0.51 Sangat bagus
Q15 0.74 -1.3 0.58 Sangat bagus
Q25 0.73 -1.9 0.63 Sangat bagus
40
Tabel 4.1 menunjukan outfit means-square pada item Q5 mendapat nilai
lebih dari 1.5 dan dari kriteria output z-standard lebih dari 2.0, namun pada
kriteria point measure correlation masih memenuhi syarat meskipun lebih sedikit
nilainya dari range yang telah ditetapkan. Nilai point measure correlation
mendapatkan keterangan yang bervariasi, setiap item menunjukkan keterangan
yang berbeda mulai dari tidak bisa mendiskriminasi hingga itemnya sangat bagus,
namun semua item mendapat nilai lebih besar dari 0.00 yang merupakan batas
akhir kesesuaian item menurut point measure correlation. Hal ini menunjukkan
semua pertanyaan layak dan dapat diandalkan untuk penelitian
4.2.2 Hasil Uji Reabilitas Data
Uji reabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Dalam teori klasik, koefisien reabilitas bisa ditentukan dengan banyak
pendekatan, dan salah satu yang paling populer digunakan adalah dengan Alpha
Cronbach. Pada Rasch Model, reabilitas digambarkan dengan adanya indeks
separasi.
Reabilitas separasi menjelaskan seberapa jauh alat ukur mampu
menghasilkan rentang measure pada penggaris logit. Reabilitas separasi (reabilitas
butir atau person) akan tinggi apabila sampel penelitian dan taraf kesukaran butir
memikili jangkauan luas serta memproduksi eror pengukuran yang kecil. Butir
yang luas artinya butir tersebut memiliki tingkat kesulitan dari mulai yang paling
mudah hingga paling sulit.56
Pada sampel penelitian, sampel yang luas artinya sampel memiliki abilitas
yang tersebar dari yang paling pandai sampai paling tidak pandai. Pada reabilitas
yang rendah dikarenakan sampel terlalu sedikit sehingga variasi hierarki pada
penggaris logit hanya sedikit (Linacre, 2016). Reabilitas dikatakan tinggi apabila
menghasilkan harga diatas 3.00 (Linacre, 2016)56
Tabel 4.2 Hasil Uji Reabilitas Data
Item Reability Person Reability
0.73 0.61
41
Tabel 4.2 menunjukkan nilai item reability sebesar 0.73 dan nilai person
reability sebesar 0,61. Nilai reabilitas yang tinggi apabila menghasilkan harga
diatas 3,00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa nilai item reability dan
person reability pada kuesioner ini rendah. Hal tersebut menujukkan taraf
kesukaran butir dan sampel penelitian memiliki jangkauan yang sempit, dan
kurang mampu memperoleh data yang konsisten, yang berarti bila pertanyaan itu
diajukan kembali kurang bisa diperoleh jawaban yang relatif sama dengan
jawaban yang sebelumnya. Hal ini dapat disebabkan karena sampel yang terlalu
sedikit.
4.3 Hasil
4.3.1 Karakteristik Responden
4.3.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.1 Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin (n=96)
Didapatkan responden yang terbanyak adalah perempuan dengan jumlah 67 orang
(70 %) dan laki – laki sebanyak 29 orang (30 %) dengan total responden sebanyak
96 orang.
30
70
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Laki-laki Perempuan
Per
senta
se (
%)
42
4.3.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Gambar 4.2 Distribusi responden berdasarkan umur berdasarkan kategori
riskesdas (n=96) Didapatkan responden yang berusia 35-44 tahun sebanyak 6
responden (6 %), usia 45-54 sebanyak 24 responden (25 %), terbanyak adalah
responden yang berumur 55 – 64 tahun sebanyak 37 responden(39 %), kemudian
usia 65-74 sebanyak 24 responden (25 %), paling sedikit adalah responden berusia
75+ sebanyak 5 responden (5 %), total responden sebanyak 96 orang.
4.3.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir
6
25
39
25
5
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
35-44 45-54 55-64 65-74 75+
Per
senta
se (
%)
Umur
3
35
10
38
14
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Tidak sekolah Tamat SD Tamat SMP Tamat SMA Tamat D1-
D3/PT
Per
senta
se (
%)
Pendidikan Terakhir
43
Gambar 4.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir (n=96)
Didapatkan responden yang tidak sekolah sebanyak 3 responden (3 %), kemudian
tamat SD sebanyak 34 responden (35 %), responden dengan tamat SMP sebanyak
10 responden (10 %), yang terbanyak adalah responden dengan pendidikan
terakhir tamat SMA sebanyak 36 responden (38 %), untuk responden dengan
pendidikan tamat perguruan tinggi sebanyak 13 responden (14 %) dengan total
responden sebanyak 96 orang.
4.3.1.4 Distribusi Pekerjaan Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 4.4 Distribusi Pekerjaan Berdasarkan Jenis Kelamin (n=96)
Didapatkan responden wanita dengan pekerjaan sebagai ibu rumah tangga adalah
yang terbanyak yaitu sebesar 48 responden (50%), yang bekerja sebagai pegawai
sebanyak 3 responden (3 %), wiraswasta 7 responden (7 %), sebagai buruh
sebanyak 3 responden (2 %), dan yang lainnya sebanyak 7 responden (7 %).
Sedangkan untuk responden pria yang tidak bekerja sebanyak 7 responden (7 %),
sebagai pegawai sebanyak 7 responden (7 %), wiraswasta sebanyak 4 responden
(5 %), dan yang lainnya 11 responden (12 %). Total responden sebanyak 96
orang.
7 7 5
0
12
50
3 7
2 7
0
10
20
30
40
50
60
Per
senta
se (
%)
Pekerjaan
Pria
Wanita
44
4.3.2 Distribusi Pengetahuan Hipertensi Responden
Gambar 4.5 Pengetahuan Hipertensi Responden (n=96)
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 85 (89 %) responden mempunyai
pengetahuan yang baik, 9 (9 %) responden mempunyai pengetahuan cukup baik,
sedangkan 2 (2 %) responden memiliki pengetahuan yang kurang baik.
Gambar 4.6 Pasien Mengetahui Dirinya Menderita Hipertensi
Didapatkan bahwa dari 96 (100%) responden mengetahui dirinya
menderita hipertensi.
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
0 2
9
89
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik
Per
senta
se (
%)
Jumlah Skor
45
Gambar 4.7 Responden Mengetahui Tekanan Darah lebih dari 130/80
Tinggi
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 84 (87,5 %) responden mengetahui
bahwa tekanan darah 130/80 adalah tinggi, sedangkan 12 (12,5 %) responden
menyatakan tidak tahu.
Gambar 4.8 Responden Mengetahui Hipertensi Menyebabkan Penyakit
Lain Yang Lebih Berat
84
12
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
90
6
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
46
Didapatkan dari 96 responden, 90 (94 %) responden mengetahui bahwa
hipertensi menyebabkan penyakit lain yang lebih berat, sedangkan 6 (6 %)
responden tidak mengetahui.
Gambar 4.9 Responden Menderita Hipertensi < (kurang dari) 5 tahun
Didapatkan dari 96 responden, 52 (54 %) responden menderita hipertensi
< 5 tahun, sedangkan 44 (46 %) tidak.
52
44
40
42
44
46
48
50
52
54
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
47
Gambar 4.10 Responden Menderita Hipertensi > (lebih dari) 5 tahun
Didapatkan dari 96 responden, 44 (46 %) responden menderita hipertensi
> 5 tahun, sedangkan 52 (54 %) responden tidak.
Gambar 4.11 Responden Memiliki Penyakit Kronis Lain
Didapatkan dari 96 responden, 51 (53 %) responden memiliki penyakit
kronis lain, sedangkan 45 (47 %) responden menyatakan tidak.
44
52
40
42
44
46
48
50
52
54
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
51
45
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
48
4.3.3 Kualitas Hidup Responden
Gambar 4.12 Kualitas Hidup Responden (n=96)
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 68 (71 %) responden memiliki
kualitas hidup yang baik, dan 28 % responden memiliki kualitas hidup yang
cukup baik.
Gambar 4.13 Responden Terganggu Dengan Penyakit Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden 71 (74 %) responden terganggu dengan
penyakit hipertensinya, sedangkan 25 (26 %) responden tidak merasa terganggu.
0 0
29
71
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik
Per
senta
se (
%)
Jumlah Skor
71
25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
49
Gambar 4.14 Penyakit Hipertensi Belum Mengganggu Aktifitas Fisik
Responden
Didapatkan dari 96 responden, 93 (97 %) responden belum terganggu
aktifitas fisiknya karena penyakit hipertensi, sedangkan 3 (3 %) responden sudah
merasa hipertensi mengganggu aktifitas fisiknya.
Gambar 4.15 Penyakit Hipertensi Mengganggu Sebagian Aktifitas Fisik
Responden
Didapatkan dari 96 responden, 24 (25 %) responden menyebutkan
penyakit hipertensi telah mengganggu sebagian aktifitas fisiknya, sedangkan 72
(75 %) responden menjawab tidak.
93
3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
24
72
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
50
Gambar 4.16 Penyakit Hipertensi Mengganggu Seluruh Aktifitas Fisik
Responden
Didapatkan dari 96 responden, 13 (14 %) responden menyebutkan
penyakit hipertensi telah mengganggu seluruh aktifitas fisiknya, sedangkan 83 (86
%) responden menjawab penyakit hipertensi tidak menganggu seluruh aktifitas
fisik.
Gambar 4.17 Responden Yang Ingin Menjaga Pola Makan
Didapatkan dari 96 responden, 79 (82 %) responden menyebutkan
penyakit hipertensi membuat mereka ingin menjaga pola makan, sedangkan 17
(18 %) responden menjawab tidak.
13
83
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
79
17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
51
Gambar 4.18 Penyakit Hipertensi Menghalangi Rencana Berpergian Jarak
Jauh Responden
Didapatkan 28 (29 %) responden terhalang dalam rencana bepergian jarak
jauhnya, sedangkan 68 (71 %) responden tidak terhalang dalam rencana bepergian
jarak jauh.
Gambar 4.19 Responden Ikhlas Menerima Penyakit Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 95 (99 %) responden ikhlas menerima
penyakit hipertensi, sedangkan 1 (1 %) responden menyatakan tidak.
28
68
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
95
1
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
52
Gambar 4.20 Responden Berdoa Agar Diberi Kesembuhan
Didapatkan dari 96 responden, 96 (100 %) responden berdoa sesuai agama
agar diberi kesembuhan.
Gambar 4.21 Keikhlasan Responden Mempengaruhi Keteraturan Minum
Obat
Didapatkan dari 96 responden, 94 (98 % responden) menyatakan
keikhlasannya dalam menerima penyakit hipertensi mempengaruhi keteraturan
minum obat, sedangkan 2 (2 %) pasien menyatakan tidak mempengaruhi
keteraturan minum obat.
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
94
2
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
53
4.3.4 Riwayat Keluarga Responden
Gambar 4.22 Pengaruh Riwayat Keluarga Responden (n=96)
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 60 (63 %) responden memiliki
keluarga yang menderita hipertensi sama dengan dirinya, 30 (31 %) responden
keluarganya meninggal dengan riwayat hipertensi, 56 (58 %) responden
menyatakan dalam keluarganya ada yang menderita hipertensi, dan 80 (83 %)
responden berusaha mencari tahu apa itu hipertensi karena keluarga dan
lingkungannya ada yang menderita hipertensi.
60
30
56
80
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Keluarga menderita
hipertensi
Keluarga meninggal
karena hipertensi
Di lingkungan
responden ada yangmeninggal karena
hipertensi
Responden mencari
tahu hipertensikarena keluarga dan
lingkungannya ada
yang menderita
hipertensi
Jum
lah R
espo
nden
54
Gambar 4.23 Riwayat Keluarga Menderita Penyakit Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 60 (63 %) responden mempunyai keluarga
yang menderita penyakit hipertensi, dan 36 (37 %) responden tidak mempunyai
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
Gambar 4.24 Riwayat Keluarga Meninggal Karena Penyakit Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 30 (31 %) responden mempunyai keluarga
yang telah meninggal dengan riwayat penyakit hipertensi sebelumnya, dan 66 (69
%) responden menyatakan tidak.
60
36
0
10
20
30
40
50
60
70
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
30
66
0
10
20
30
40
50
60
70
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
55
Gambar 4.25 Di Lingkungan Responden Ada Yang Menderita Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 56 (58 %) responden menyatakan disekitar
lingkungannya ada yang menderita hipertensi, sedangkan 40 (42 %) responden
menjawab tidak.
Gambar 4.26 Responden Ingin Mencari Tahu Tentang Hipertensi Karena
Keluarga dan Lingkungan Ada Yang Menderita Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 80 (83 %) responden ingin mencari tahu
tentang hipertensi karena keluarga dan lingkungannya ada yang menderita
hipertensi, sedangkan 16 (17 %) responden menyatakan tidak.
56
40
0
10
20
30
40
50
60
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
80
16
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
56
4.3.5 Riwayat Keteraturan Pengobatan Responden
Gambar 4.27 Riwayat Pengobatan dan Keteraturan Berobat
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 58 (60 %) responden mempunyai
keteraturan pengobatan yang baik, 26 (27 %) responden mempunyai keteraturan
pengobatan yang cukup baik, sedangkan 12 (13 %) responden mempunyai
keteraturan pengobatan yang tidak baik.
Gambar 4.28 Responden Rutin Memeriksa Tekanan Darah 1 Bulan Sekali
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 66 (69 %) responden rutin
memeriksa tekanan darahnya 1 bulan sekali, sedangkan 30 (31 %) responden
menjawab tidak rutin.
13
0
27
60
0
10
20
30
40
50
60
70
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik
Per
senta
se (
%)
Jumlah Skor
66
30
0
10
20
30
40
50
60
70
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
57
Gambar 4.29 Responden Periksa Tekanan Darah Hanya Bila Ada Keluhan
Tertentu
Didapatkan dari 96 responden, 48 (50 %) responden memeriksa tekanan
darah mereka hanya bila ada keluhan tertentu, sedangkan 48 (50 %) responden
lainnya menjawab tidak.
Gambar 4.30 Responden Sangat Jarang Memeriksakan Tekanan Darah
(lebih dari 3 bulan sekali).
Didapatkan dari 96 responden, 15 (16 %) responden menyatakan sangat
jarang memeriksakan tekanan darah, sedangkan 81 (84 %) responden menyatakan
tidak.
48 48
0
10
20
30
40
50
60
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
15
81
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
58
Gambar 4.31 Responden Mengkonsumsi Obat Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 96 (100 %) responden mengkonsumsi obat
hipertensi.
Gambar 4.32 Responden Rutin dan Patuh Mengkonsumsi Obat Hipertensi
Sesuai Anjuran Dokter
Didapatkan dari 96 responden 80 (83 %) responden mengkonsumsi obat
hipertensi sesuai anjuran dokter, sedangkan 16 (17 %) responden menyatakan
tidak.
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
80
16
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Jumlah Responden
59
Gambar 4.33 Responden Sudah Tidak Mengonsumsi Obat Hipertensi
Meskipun Masih Menderita Hipertensi
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 24 (25 %) responden sudah tidak
mengonsumsi obat hipertensi walaupun masih menderita hipertensi, sedangkan 72
(75 %) masih mengonsumsi obat hipertensinya.
4.3.6 Gaya Hidup Responden
Gambar 4.34 Gaya Hidup Responden
Didapatkan bahwa dari 96 responden, 35 (37 %) responden memiliki gaya
hidup yang baik, 52 (54 %) responden memiliki gaya hidup yang cukup baik, 5 (5
%) responden memiliki gaya hidup yang kurang baik, sedangkan 4 (4 %)
responden mempunyai gaya hidup tidak baik.
24
72
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
4 5
54
37
0
10
20
30
40
50
60
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik
Jum
lah R
espo
nden
Katagori
60
Gambar 4.35 Responden Mengkonsumsi Buah 1x Sehari
Didapatkan dari 96 responden, 72 (75 %) responden mengkonsumsi buah
1x sehari, sedangkan 24 (25 %) responden menyatakan tidak mengkonsumsi buah
1x sehari.
Gambar 4.36 Responden Mengkonsumsi Sayur Minimal 1 Mangkuk
Sehari
Didapatkan dari 96 responden, 71 (74 %) responden mengkonsumsi sayur
minimal 1 mangkuk sehari, sedangkan 25 (26 %) responden tidak mengkonsumsi
sayur minimal 1 mangkuk sehari.
72
24
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
71
25
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
61
Gambar 4.37 Responden Makan Makanan Yang Digoreng Setiap Hari
Didapatkan dari 96 responden, 42 (44 %) responden makan makanan yang
digoreng setiap hari, sedangkan 54 (56 %) responden menyatakan tidak.
Gambar 4.38 Responden Mengkonsumsi Total Garam < (kurang dari) 1
Sendok Teh per Hari
Didapatkan dari 96 responden, 32 (33 %) responden mengkonsumsi total
garam kurang dari 1 sendok teh per hari, sedangkan 64 (67 %) responden
menyatakan tidak.
42
54
0
10
20
30
40
50
60
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
32
64
0
10
20
30
40
50
60
70
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
62
Gambar 4.39 Responden Membatasi Asupan Garam Dengan Memasak
Makanan Sendiri Dirumah
Didapatkan dari 96 responden, 67 (70 %) responden membatasi asupan
garamnya dengan memasak sendiri dirumah, sedangkan 29 (30 %) responden
menyatakan tidak.
Gambar 4.40 Responden Mengkonsumsi Makanan Cepat Saji > (lebih
dari) 3 x Seminggu
Didapatkan dari 96 responden, 9 (9 %) responden mengkonsumsi makanan
cepat saji lebih dari 3 kali seminggu, sedangkan 87 (91 %) menyatakan tidak.
67
29
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
9
87
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
63
Gambar 4.41 Responden Minum Kopi
Didapatkan dari 96 responden, 45 (47 %) responden menyatakan dirinya
minum kopi, sedangkan 51 (53 %) responden menyatakan tidak minum kopi.
Gambar 4.42 Responden Minum Kopi > (lebih dari) 2 Cangkir per Hari
Didapatkan dari 96 responden, 6 (6 %) responden minum kopi lebih dari 2
cangkir per hari, sedangkan 90 (94 %) responden menyatakan tidak.
45
51
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
6
90
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
64
Gambar 4.43 Responden Mengkonsumsi Alkohol 1 Gelas Seminggu
Didapatkan dari 96 responden, tidak ada (0 %) responden yang
mengkonsumsi alkohol 1 gelas perminggu.
Gambar 4.44 Responden Menjaga Berat Badan Dalam Kisaran Normal
Didapatkan dari 96 responden 83 (86 %) responden menjaga berat badan
dalam kisaran normal, sedangkan 13 (14 %) respondenmenyatakan tidak.
0
96
0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Jumlah Responden
83
13
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
65
Gambar 4.45 Responden Mengetahui Berat Badan Berlebih Dapat
Mempengaruhi Tekanan Darah
Didapatkan dari 96 responden, 86 (90 %) responden mengetahui bahwa
berat badan berlebih dapat mempengaruhi tekanan darah, sedangkan 10 (10 %)
responden menyatakan tidak.
Gambar 4.46 Responden Melakukan Aktivitas Fisik Setiap Hari
(Berkebun, Menyapu, Mencuci, Mengepel Lantai)
Didapatkan dari 96 responden, 69 (72 %) responden melakukan aktivitas
fisik setiap hari sedangkan 27 (28 %) responden menyatakan tidak.
86
10
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
69
27
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
66
Gambar 4.47 Responden Berjalan Kaki Setidaknya 30 Menit Dalam Satu
Hari
Didapatkan dari 96 responden, 79 (82 %) responden berjalan kaki
setidaknya 30 menit dalam satu hari, sedangkan 17 (18 %) responden menyatakan
tidak.
Gambar 4.48 Responden Berolahraga 3 – 4 Kali Dalam Seminggu Selama
30 Menit
Didapatkan dari 96 responden, 27 (28 %) responden berolahraga 3 – 4 kali
dalam seminggu selama 30 menit sedangkan 69 (72 %) responden menyatakan
tidak.
79
17
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
Responden Berjalan Kaki Setidaknya 30 Menit Dalam Satu Hari
27
69
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
67
Gambar 4.49 Responden Merokok 1 Batang Per Hari Dalam 1 Bulan
Terakhir
Didapatkan dari 96 responden, 2 (2 %) responden merokok 1 batang per
hari dalam 1 bulan terakhir, sedangkan 94 (98 %) responden menyatakan tidak.
Gambar 4.50 Responden Mempunyai Keluarga Yang Merokok dan
Tinggal Serumah
Didapatkan dari 96 responden (50 %) responden mempunyai keluarga
yang merokok dan tinggal serumah, sedangkan 48 (50 %) responden menyatakan
tidak.
2
94
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
48 48
0
10
20
30
40
50
60
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
68
Gambar 4.51 Responden Berada Dalam Lingkungan Orang Yang
Merokok Meskipun Bukan Perokok
Didapatkan dari 96 responden, 43 (45 %) responden berada dalam
lingkungan orang yang merokok meskipun bukan perokok, sedangkan 53 (55 %)
responden menyatakan tidak.
Gambar 4.52 Responden Mudah Stress
Didapatkan dari 96 responden, 45 (47 %) responden menyatakan dirinya
mudah stress, sedangkan 51 (53 %) menyatakan dirinya tidak mudah stress.
43
53
0
10
20
30
40
50
60
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
45
51
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
69
Gambar 4.53 Responden Tidur < (kurang dari) 6 Jam Pada Malam Hari
Didapatkan dari 96 responden, 58 (60 %) responden menyatakan tidur
kurang dari 6 jam pada malam hari, sedangkan 38 (40 %) responden menyatakan
tidak.
Gambar 4.54 Responden Beristirahat Ketika Lelah
Didapatkan dari 96 responden, 95 (99 %) responden beristirahat ketika
lelah, sedangkan 1 (1 %) responden menyatakan tidak.
58
38
0
10
20
30
40
50
60
70
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
95
1 0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
70
4.3.7 Motivasi Intrinsik dan Esktrinsik Responden
Gambar 4.55 Motivasi Responden
Didapatkan dari 96 responden, 83 (86 %) responden memiliki motivasi yang baik,
sedangkan 13 (14 %) responden memiliki motivasi cukup baik.
Gambar 4.56 Responden Mengontrol Penyakit Hipertensi Karena
Keluarga/Lingkungannya Ada Yang Menderita Hipertensi.
Didapatkan dari 96 responden, 96 (100 %) responden mengontrol tekanan
darahnya karena keluarga/lingkungannya ada yang menderita hipertensi.
0 0
14
86
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Tidak Baik Kurang Baik Cukup Baik Baik
Per
senta
se (
%)
Katagori
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
71
Gambar 4.57 Responden Tidak Ingin Keturunannya Ada Yang Menderita
Hipertensi
Didapatkan dari 96 responden, 96 (100 %) responden tidak ingin
keturunannya ada yang menderita hipertensi.
Gambar 4.58 Responden Ingin Penyakit Hipertensinya Terkontrol dan
Hidup Sehat.
Didapatkan dari 96 responden, 96 (100 %) responden ingin penyakit
hipertensinya terkontrol dan hidup sehat.
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
96
0 0
20
40
60
80
100
120
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
72
Gambar 4.59 Responden Tahu Penyakit Hipertensi Dapat Dikontrol Jika
Mereka Mengontrol Tekanan Darah dan Minum Obat
Didapatkan dari 96 responden, 93 (97 %) responden tahu bahwa hipertensi
dapat dikontrol jika mereka mengontrol tekanan darah dan minum obat,
sedangkan 3 (3 %) responden menyatakan tidak.
Gambar 4.60 Responden Mempunyai Keluarga Yang Mengingatkan
Untuk Kontrol Tekanan Darah dan Minum Obat Secara Rutin
Didapatkan dari 96 responden, 82 (85 %) responden mempunyai keluarga
yang mengingatkan mereka untuk kontrol tekanan darah dan minum obat secara
rutin, sedangkan 14 (15 %) responden menyatakan tidak.
93
3
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
82
14
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
73
Gambar 4.61 Responden Memiliki Keluarga dan Teman Yang Mendukung
Mereka
Didapatkan dari 96 responden, 84 (87,5 %) responden memiliki keluarga
dan teman yang mendukung mereka, sedangkan 12 (12,5 %) responden
menyatakan tidak.
4.4 Pembahasan
4.4.1 Karakteristik Responden
Hasil penelitian ini didapatkan pada Puskesmas Ciputat Timur proporsi
responden perempuan lebih banyak daripada jumlah laki-laki. Menurut peneliti,
hal ini sejalan dengan data Riskesdas 2013 yang menyebutkan bahwa pasien yang
didiagnosis hipertensi berskala nasional dengan jenis kelamin perempuan
berjumlah 28,8 % sedangkan pasien hipertensi berjenis kelamin laki-laki
berjumlah 22,8 %.4 Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Apriningsih (2014),
yang menunjukkan bahwa proporsi penderita hipertensi pada perempuan lebih
banyak di bandingkan dengan proporsi pada penderita berjenis kelamin laki-laki
di Puskesmas Ciputat Timur.57
Namun demikian Rahajeng dkk pada tahun 2009
menyatakan bahwa risiko terjadinya hipertensi lebih besar pada laki-laki
dibandingkan pada perempuan.58
Hasil penelitian ini didapatkan bahwa jumlah responden dengan katagori
umur 55 – 64 mempunyai persentase terbesar dengan hasil 39 %. Menurut
peneliti, hal ini sesuai dengan laporan bulan januari penyakit tidak menular
Puskesmas Ciputat Timur yang menyebutkan proporsi pasien kasus lama
84
12
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Ya Tidak
Jum
lah R
espo
nden
Pilihan Jawaban
74
(kunjungan ke – 2) adalah usia ≥ 55 tahun, dan juga jumlah penduduk pada
kelompok usia diatas 70 tahun lebih sedikit dibandingkan dengan proporsi jumlah
penduduk keseluruhan.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nidiananda
(2013) yang menyebutkan terdapat hubungan antara proporsi kejadian hipertensi
dengan umur, disebutkan bahwa kejadian hipertensi pada responden yang
berumur ≥ 40 tahun lebih besar daripada kejadian hipertensi dengan usia ≤ 40
tahun.59
Proporsi hipertensi lebih tinggi pada responden dengan pendidikan
terakhir tamat SMA, dari 96 responden, didapatkan bahwa 36 (38 %) responden
menempuh pendidikan terakhir di sekolah menengah atas. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Lailatun (2014) yang menunjukkan hasil
karakteristik responden dengan penyakit hipertensi di Puskesmas Rumbai Pesisir,
mayoritas pendidikan terakhirnya adalah tamat SMA sebesar 28 (35,9 %).60
Pada penelitian ini didapatkan mayoritas responden yang perempuan
hanya sebagai ibu rumah tangga. Menurut peneliti, hal ini terjadi akibat dalam
usia yang sudah tergolong pra lansia dan lansia, perempuan khususnya lebih
memilih untuk tidak bekerja, waktu yang banyak dirumah digunakan untuk
memeriksakan kondisinya ke dokter agar tetap bisa melaksanakan pekerjaan
rumah tangga, dan aktivitas sehari-hari. Hal ini sesuai dengan ungkapan Winanda,
Yusron, dan Kartika (2010) yang menyebutkan bahwa kehidupan keluarga
biasanya anak atau cucu cenderung keberatan jika lansia masih harus mencari
nafkah. Oleh karena itu anak, cucu, atau keluarganya yang mencukupi
kebutuhannya.61
Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) tahun 2011
dimana sebesar 28,69% mengurus rumah tangga, kemudian 1,67 %
menganggur/mencari kerja, dan kegiatan lainnya sekitar 24,24 %.62
4.4.2 Pengetahuan Hipertensi
Pada penelitian ini, terdapat pada gambar 4.5 terdapat mayoritas
responden sebesar 85 (89 %) memiliki pengetahuan yang baik, 9 (9 %) responden
memiliki pengetahuan cukup baik, sedangkan hanya 2 (2 %) responden
mempunyai pengetahuan yang kurang baik. Mayoritas responden mengetahui
dirinya menderita hipertensi, terdapat pada gambar 4.6, mereka tahu bahwa
75
hipertensi adalah tekanan darah >130/80 mmHg, terdapat pada gambar 4.7, dan
mereka juga tahu bahwa hipertensi menyebabkan penyakit lain yang lebih berat,
terdapat pada gambar 4.8.Responden juga mengetahui perjalanan penyakit
hipertensi mereka dengan bisa menjawab pernyataan apakah mereka sudah
menderita hipertensi lebih dari 5 tahun atau kurang dari 5 tahun, terdapat pada
gambar 4.9 dan 4.10. Menurut peneliti, responden tahu dan sadar tentang apa itu
hipertensi, bahaya hipertensi, dan perjalanan penyakit hipertensi masing-masing
Saat responden diberi pernyataan mereka memiliki penyakit kronis yang
lainnya atau tidak, hanya 45 (47 %) responden yang tahu mereka punya penyakit
kronis lainnya atau tidak, sebagian lainnya 51 (53 %) responden menjawab
mereka tidak tahu dan mereka belum pernah mengecek kesehatan ke
laboratorium, hal ini terdapat pada gambar 4.11.
Secara keseluruhan, mayoritas responden memberikan pernyataan yang
positif yang berarti pengetahuan responden terhadap hipertensi baik. Hal ini
sejalan dengan penelitian Lindawati (2012) bahwa responden di Puskesmas Pekan
Kabupaten Deli Serdang memiliki pengetahuan yang baik, dan secara statistik
terdapat hubungan pengetahuan dengan pencegahan hipertensi.63
4.4.3 Kualitas Hidup
Menurut Skevington, Lotfy dan Connell (2004) terdapat enam pilar yang
bisa menilai kualitas hidup seseorang, antara lain adalah ranah fisik (energi
kelelahan, aktivitas sosial, tidur istirahat, fungsi sensori), ranah psikologis
(perasaan positif, negatif, berfikir, memori, konsentrasi, penampilan, harga diri),
ranah kesejahteraan (mobilitas, kegiatan hidup sehari – hari, ketergantungan obat,
kapasitas kerja, komunikasi), ranah hubungan sosial, lingkungan, dan spiritual.64
Dari enam pilar tersebut dibuat beberapa pertanyaan untuk menilai
kualitas hidup yang dapat dilihat sebagai hasil dari dorongan untuk membentuk
suatu upaya pengendalian, maupun baru menjadi upaya untuk melakukan suatu
pengendalian. Pada penelitian ini secara ranah fisik untuk menilai
ketidaknyamanan terdapat 71 responden menyatakan merasa terganggu dengan
penyakit hipertensi, dan 25 lainnya menyatakan tidak, hal ini terdapat pada
gambar 4.13. Dari ranah kesejahteraan yang dapat mengukur mobilitas dan
kegiatan hidup sehari-hari, didapatkan 14 % hingga 25 % responden yang sudah
76
mulai terganggu sebagian hingga terganggu seluruhnya, hal ini terdapat pada
gambar 4.15 dan 4.16.
Dari penelitian ini, 79 (82 %) responden setuju penyakit hipertensi
membuat mereka ingin menjaga pola makan, hal ini terdapat pada gambar 4.17.
Kemudian 68 (71 %) responden menyatakan penyakit hipertensi tidak
menghalangi responden untuk bepergian jarak jauh, hal ini terdapat pada gambar
4.18. Pada aspek spiritual, mayoritas responden menyatakan ikhlas menerima
penyakit hipertensi, mereka berdoa sesuai agama agar diberi kesembuhan, dan hal
tersebut mempengaruhi keteraturan dalam minum obat, hal tersebut terdapat pada
gambar 4.19, gambar 4.20, dan gambar 4.21.
Hasil penelitian ini menunjukkan responden memiliki perilaku spiritual
yang baik, yaitu saat mereka menghadapi kehidupannya saat ini mencoba
mendekatkan diri kepada Tuhan. Penelitian yang didilakukan oleh Sumiati (2009)
menjelaskan bahwa menjalani lanjut usia yang bahagia dan sehat hanya dapat
dicapai apabila lansia tersebut merasa sehat secara fisik, mental/spiritual dan
sosial, merasa dibutuhkan dan dicintai, serta dapat berpartisipasi dalam
kehidupan.65
Secara keseluruhan, 68 (71 %) responden mempunyai kualitas hidup yang
baik, kemudian 28 (29 %) responden mempunyai kualitas hidup yang cukup baik,
hal ini terdapat pada gambar 4.12. Dapat disimpulkan mayoritas responden
mempunyai kualitas hidup yang baik, sehingga diharapkan kualitas hidup yang
masih tergolong baik membuat responden lebih termotivasi untuk mengendalikan
penyakit hipertensi sebelum terlambat.
4.4.4 Riwayat Keluarga
Pada penelitian ini sebesar 60 (63 %) responden mempunyai riwayat
hipertensi dalam keluarga, dan sebesar 56 (58 %) responden tahu beberapa orang
di lingkungan sekitar mereka mempunyai penyakit yang sama, sedangkan sisanya
menjawab tidak, pada riwayat keluarga mereka tahu betul siapa saja keluarganya
yang menderita hipertensi tetapi pada lingkungan mereka sebagian tidak tahu dan
memberi pernyataan tidak, hal tersebut terdapat pada gambar 4.22.
Riwayat hipertensi dalam keluarga merupakan salah satu faktor risiko
hipertensi, tetapi pada penelitian ini riwayat hipertensi keluarga merupakan salah
77
satu faktor pengedalian hipertensi. Hal ini dapat terjadi karena orang yang
memiliki riwayat hipertensi keluarga melakukan upaya preventif seperti
menghindari konsumsi rokok, tidak mengonsumsi alkohol, memiliki aktifitas fisik
yang cukup, sehingga mereka mencari tahu lebih lanjut dan dapat mengendalikan
penyakitnya.66
Lebih dari setengah proporsi responden pada penelitian ini mempunyai
riwayat keluarga dengan penyakit hipertensi, hal ini terdapat pada gambar 4.22.
Hal ini sesuai dengan penelitian Priyanga Ranasinghe dkk (2015) tentang
hubungan riwayat keluarga dan kejadian hipertensi di Sri Lanka, secara prevalensi
hipertensi signifikan lebih tinggi pada mereka yang memiliki riwayat dalam
keluarganya.67
Mayoritas responden sebesar 80 (83 %) responden menyatakan lebih
mencari tahu lebih lanjut tentang hipertensi karena terdapat riwayat keluarga
hipertensi, hal ini terdapat pada gambar 4.26, hasil ini ini sejalan dengan
penelitian van der Sande MA dkk (2001) yang dimana riwayat keluarga yang
positif dianggap sebagai peluang untuk melibatkan diri sendiri dan keluarga
langsung dalam pengetahuan tentang kesehatan, serta untuk intervensi dini dan
meningkatkan pengendalian hipertensi.68
4.4.5 Riwayat Keteraturan Pengobatan
Pada penelitian ini didapatkan bahwa responden yang memiliki riwayat
pengobatan dan keteraturan berobat yang baik sebesar 58 (60 %) responden, 26
(27 %) responden memiliki keteraturan pengobatan yang cukup baik, sedangkan
12 (13 %) responden memiliki keteraturan pengobatan yang tidak baik, hal ini
sesuai dengan gambar 4.27. Responden yang memeriksakan tekanan darahnya
sebulan sekali sebesar 69 %, hal ini terdapat pada gambar 4.28. Kemudian pada
gambar 4.29 didapatkan sebesar 50% dari persentase responden yang hanya
memeriksakan tekanan darahnya jika terdapat keluhan tertentu.
Dari penelitian ini, pada gambar 4.30 didapatkan 15 (16 %) dari total
responden yang menyatakan sangat jarang memeriksakan tekanan darahnya.
Sering didapatkan pendapat umum bahwa hipertensi adalah kondisi tanpa gejala,
namun prevalensi sakit kepala dan pusing mungkin setinggi 57 %, dan ini
berkorelasi dengan tekanan darah pada pasien yang tidak diobati dan diobati.69
78
Seluruh responden mengkonsumsi obat hipertensi, terdapat pada gambar
4.31, karena hal tersebut juga merupakan kriteria inklusi dari pengambilan sampel
pada penelitian ini adalah responden yang telah mendapat terapi sebelumnya.
Pada gambar 4.32 didapatkan sebesar 80 (83 %) responden rutin dan patuh
mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter, kepatuhan pengobatan pasien
hipertensi merupakan hal yang penting karena hipertensi merupakan penyakit
yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar
tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian (Palmer dan William,
2007).70
Secara keseluruhan, berdasarkan gambar 4.27, didapatkan pasien yang
memiliki riwayat keteraturan pengobatan yang baik sebesar 58 (60 %) responden,
kemudian 26 (27 %) memiliki keteraturan pengobatan yang cukup baikm
sedangkan 12 (13 %) responden memiliki keteraturan pengobatan yang tidak baik.
Hal ini berarti secara angka, mayoritas responden masih memiliki
keteraturan pengobatan yang baik, dari hasil ini diharapkan keteraturan
pengobatan yang baik merupakan suatu bagian dari motivasi terhadap upaya
pengendalian hipertensi. Dalam penelitian Esty Restiana (2017) diketahui ada
hubungan motivasi dengan kepatuhan minum obat hipertensi.71
Hal ini juga
didukung oleh penelitian Annisa (2013) disebutkan bahwa motivasi yang tinggi
disebabkan karena adanya kebutuhan dari pasien untuk mencapai suatu tujuan
yaitu agar sembuh dari sakitnya dan juga karena keinginan pasien untuk menjalani
pengobatan secara teratur.72
4.4.6 Gaya Hidup
Ketika tekanan darah bertahan diatas batas yang sehat, maka seseorang
dihadapkan pada keputusan untuk minum obat sekarang, atau mencoba untuk
menurunkannya dengan nutrisi, olahraga dan perubahan gaya hidup lainnya.
Banyak orang yang enggan untuk mulai mengkonsumsi obat setiap harinya,
kemungkinan untuk seumur hidupnya. Mengubah gaya hidup memang sulit, tetapi
sebenarnya sangat berguna.73
Kementrian Kesehatan di program penyakit tidak menular telah
melakukan modifikasi diet DASH yang dikeluarkan oleh JNC 7 kedalam standar
porsi harian ukuran rumah tangga. Pada penelitian ini didapatkan 74 % responden
79
yang mengonsumsi sayuran 1 mangkuk per hari dan yang mengonsumsi buah 1
potong setiap hari sebanyak 75 %, terdapat pada gambar 4.35 dan 4.36. Buah dan
sayuran adalah sumber alami potassium yang baik, yang memiliki efek
berlawanan dengan garam. Potassium melemaskan dinding pembuluh darah,
menurunkan tekanan darah dan melindungi terhadap kram otot. Hasil penelitian
Smith (1992) menunjukkan tekanan darah sistolik menurun 8,6 mmHg dan
diatolik menurun 4,0 mmHg selama suplementasi kalium klorida.74
Berdasarkan gambar 4.37 di hasil penelitian ini, 42 (44 %) responden
masih makan makanan yang digoreng dengan minyak setiap hari seperti bakwan,
tahu, tempe, pisang goreng, atau yang biasa disebut gorengan, sedangkan 54 (56
%) menyatakan tidak. Menurut ukuran modifikasi diet hipertensi porsi harian
untuk lemak dan minyak adalah 2-3 penukar dengan ukuran rumah tangga 1
sendok teh minyak sayur.75
Gorengan adalah salah satu makanan yang dijual di
kaki lima, beberapa orang banyak mengkonsumsi gorengan secara berlebih.
Proses penggorengan menggunakan minyak secara berulang dapat membuat
kandungan lemak dan kalori dalam makanan menjadi meningkat.76
Asupan garam merupakan suatu hal yang berpengaruh dalam peningkatan
tekanan darah. WHO sangat merekomendasikan untuk mengurangi asupan garam
makanan sebagai salah satu tindakan prioritas utama untuk membatasi krisis
penyakit tidak menular global untuk mengurangi jumlah kematian akibat
hipertensi penyakit kardiovaskular dan stroke.36
Pada penelitian ini, pada gambar
4.38 didapatkan 32 (33 %) responden mengkonsumsi < 1 sendok teh total garam
per hari, kemudian 67 (70 %) responden menyatakan berusaha membatasi asupan
garam dengan memasak makanan sendiri dirumah, hal ini terdapat pada gambar
4.39. Kemudian pada gambar 4.40, didapatkan 9 (9 %) responden mengkonsumsi
makanan cepat saji lebih dari 3x dalam seminggu dengan alasan menghabiskan
sisa makanan cucunya, atau memang menyukainya, sisanya menyatakan tidak
suka.
Sodium berpengaruh dalam keseimbangan cairan dalam tubuh. Jika
seseorang mengkonsumsi garam dengan jumlah yang tinggi, maka kerja ginjal
untuk mengeluarkan besar garam menjadi lebih berat.77
Hal ini pernah diteliti oleh
Sung Kyu Ha (2014) dengan kesimpulan pengurangan garam diet dari asupan
80
awal 9-12 g/hari ke tingkat yang direkomendasikan 5-6 g/hari akan memiliki efek
menguntungkan yang besar pada kesehatan jantung bersama dengan penghematan
biaya perawatan kesehatan utama diseluruh dunia.78
Pada gambar 4.41 di penelitian ini didapatkan 45 (47 %) responden masih
mengkonsumsi kopi, tetapi hanya 6 (6 %) responden yang mengkomsumsi kopi >
(lebih dari) 2 cangkir per hari, biasanya pada pagi hari dan sore hari yang berarti
sejumlah responden tersebut masih sering mengkonsumsi kopi. Hal ini sejalan
dengan penelitian Mesas AE (2011) bahwa pada individu dengan tekanan darah
tinggi, konsumsi kafein dapat menaikkan tekanan darah secara akut selama ≥ 3
jam.79
Konsumsi alkohol dalam batas toleransi adalah tidak lebih dari dua
minuman per hari untuk pria dan tidak lebih dari satu gelas per hari untuk
wanita.80
Di Indonesia, konsumsi alkohol masih tidak lumrah. Pada penelitian ini
peneliti tidak menemukan responden yang minum alkohol setidaknya 1 gelas
dalam seminggu, hal ini terdapat pada gambar 4.43.
Berat badan berlebih menjadi salah satu faktor risiko dalam meningkatkan
tekanan darah. Dalam penelitian ini, pada gambar 4.44 didapatkan 83 (86 %)
responden menjaga berat badannya dalam kisaran normal, walaupun terlihat
beberapa dari responden ada yang mempunyai berat badan berlebih. Sejumlah
86(90 %) responden tahu bahwa berat badan berlebih dapat mempengaruhi
tekanan darah, terdapat pada gambar 4.45. Pada penelitian Suman Dua (2014)
peningkatan indeks massa tubuh yang dikaitkan dengan prehipertensi dapat
menunjukkan bahwa subjek memiliki risiko tinggi untuk mengalami hipertensi.81
Aktifitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang diakibatkan kerja otot
rangka dan meningkatkan pengeluaran tenaga serta energi, aktivitas ini mencakup
aktivitas fisik ringan dan sedang, pada aktivitas fisik ringan hanya memerlukan
sedikit tenaga dan saat melakukannya masih dapat berbicara atau bernyanyi, hal
tersebut antara lain berdiri melakukan pekerjaan rumah tangga ringan seperti
mencuci piring, setrika, memasak, menyapu, menyapu lantai, menjahit, dan
berjalan santai.75
Pada gambar 4.46 di penelitian ini, didapatkan 69 (72 %) responden
melakukan aktifitas fisik setiap hari seperti berkebun, menyapu, mencuci,
81
mengepel lantai. Kemudian 79 (82 %) responden melakukan aktivitas jalan kaki
setidaknya selama 30 menit dalam satu hari, hal ini terdapat pada gambar 4.47.
Responden yang berolahraga 30 menit dalam sehari hanya 27 (28 %), hal ini
terdapat pada gambar 4.48. Olahraga yang dilakukan seperti lari, jogging, main
bola, berenang, senam, bersepeda. Ketika orang dewasa yang lebih tua tidak dapat
melakukakn aktivitas fisik yang disarankan karena kondisi kesehatan, mereka
harus aktif secara fisik seperti yang dimungkinkan oleh kemampuan dan kondisi
mereka.82
Diantara berbagai faktor risiko kardiovaskular utama, merokok dan
hipertensi telah diteliti banyak berkaitan dengan kesehatan jantung dan pembuluh
darah. Lebih dari 4.000 zat beracun yang diidentifikasi dalam rokok, khususnya
nikotin dan karbon monoksida. Kedua senyawa ini menunjukkan sifat berbahaya
dengan mekanisme yg berbeda. Berikut ini adalah efek kardiovaskular yang
dimediasi oleh nikotin seperti stimulasi nervus simpatis, peningkatan pelepasan
katekolamin, meningkatnya tekanan darah sistolik dan denyut jantung (efek akut),
dan disfungsi endotel. Sedangkan efek utama dari karbon monoksida adalah
peningkatan carboxyhemoglobin dan hipoksia jaringan.83
Pada gambar 4.49 di penelitian ini didapatkan hanya 2 % responden yang
masih merokok, sisanya menyatakan dirinya sudah berhenti merokok lebih dari 5
tahun. Sekitar 50 % responden menjadi perokok pasif kronik karena tinggal
serumah dengan orang yang merokok, memiliki keluarga yang merokok dalam
rumahnya, dan berada dalam lingkungan orang yang merokok meskipun bukan
perokok, hal ini terdapat pada gambar 4.50.
Secara garis besar, stres dikonseptualisasikan sebagai persepsi tuntutan
lingkungan yang diyakini melebihi sumber daya seseorang untuk beradaptasi
dengan situasi.84
Didapatkan pada gambar 4.52, responden yang menyatakan
dirinya mudah stress sejumlah 45 (47 %). Secara keseluruhan, pada penelitian
Spruill TM (2013) disebutkan ada dukungan untuk hipotesis bahwa paparan stres
psikososial kronis berkontribusi terhadap perkembangan hipertensi, namun perlu
studi prospektif tambahan sebelum hubungan kausal dibuat, terutama pada kasus
diskriminasi seperti perbedaan jenis kelamin dan ras.85
82
Sejumlah 58 (60 %) responden tidur < (kurang dari) 6 jam pada malam
hari, hal ini terdapat pada gambar 4.53, dan mayoritas responden menyatakan
mereka tidur jika merasa lelah, terdapat pada gambar 4.54. Hal ini dianggap sulit
bagi responden karena keadaan lingkungan dan spiritual yang berbeda, beberapa
dari mereka tidak dapat tidur lagi ketika sudah terbangun, sebagian memilih untuk
bangun lebih pagi karena terbiasa untuk menunaikan shalat sunnah tahajud. Hasil
penelitian Annisa Aulia (2010) terdapat antara kualitas tidur yang terganggu
terhadap angka kejadian hipertensi.86
Secara keseluruhan pada gambar 4.34 didapatkan responden yang
memiliki gaya hidup yang baik sebesar 35 (37 %) responden, kemudian responden
dengan gaya hidup cukup baik sebesar 52 (54 %), responden dengan gaya hidup
kurang baik sebesar 5 (5 %) dan responden dengan gaya hidup tidak baik sebesar
4 (4 %). Secara mayoritas hal responden mempunyai gaya hidup dengan tingkat
yang cukup baik, hipertensi merupakan penyakit degeneratif dengan gaya hidup
sebagai faktor utama, pengendalian utama dititik beratkan pada dorongan internal
salah satunya gaya hidup.
4.4.7 Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul karena adanya
rangsangan dari dalam maupun dari luar sehingga seseorang berkeinginan untuk
mengadakan perubahan tingkah laku dan aktivitas. Semua aktivitas ini didasarkan
pada kebutuhan biologis, insting, dan unsur-unsur kejiwaan lainnya yang
dipengaruhi oleh perkembangan budaya manusia.
Motivasi, Kepercayaan, dan Action (MBA) adalah tiga faktor yang
mempengaruhi perilaku seseorang. Adanya motivasi dimulai dengan mimpi atau
keinginan dan biasanya disertai dengan antusiasme, apabila seseorang
bersemangat terhadap tujuannya dan merasakan kepercayaan yang kuat dalam
hati, maka sesorang tersebut akan berusaha untuk mencapainya. Dan tanpa
kepercayaan, seseorang juga mungkin tidak akan melakukan apa pun yang telah
ditetapkan untuk dilakukan. Sedangkan aksi adalah sebagai mitra dari motivasi
dan kepercayaan, tindakan akan menjadi akhir untuk mencapai sesuatu (Uno,
2007).48
83
Pada penelitian ini pernyataan tentang motivasi memuat motivasi
instrinsik dan ekstrinsik, pengaruh riwayat keluarga, tujuan dan harapan dari
dalam diri sendiri serta beberapa dorongan dari ekstrinsik seperti dukungan
keluarga diharapkan membentuk upaya dalam pengendalian hipertensi.
Didapatkan seluruh responden ingin hipertensinya terkontrol karena terdapat
riwayat keluarga yang menderita penyakit hipertensi, ataupun sudah ada yang
meninggal, terdapat pada gambar 4.56. Seluruh responden juga tidak ingin
keturunannya ada yang menderita hipertensi, hal ini terdapat pada gambar 4.57.
Responden juga memiliki harapan untuk mengontrol penyakit hipertensinya dan
hidup sehat, terdapat pada gambar 4.58. Kemudian pada gambar 4.59 didapatkan
97 % responden tahu penyakitnya bisa dikendalikan jika mereka mengontrol
tekanan darahnya dan minum obat secara teratur.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Sri Ayu (2014) didapatkan hasil bahwa
lansia dengan penyakit hipertensi mempunyai motivasi yang tinggi dalam
memeriksakan tekanan darah. Berdasarkan hasil wawancara, lansia hipertensi
mengatakan motivasi untuk datang ke pelayanan kesehatan dalam memeriksakan
tekanan darah karena takut apabila tidak diperiksa.87
Hasil ini juga sesuai dengan
penelitian Yossi (2014) yang dilakukan di Puskesmas Talang Kabupaten Solok
tentang hubungan karakteristik dan motivasi pasien hipertensi terhadap kepatuhan
dalam menjalani pengobatan bahwa 93 % respondennya memiliki motivasi
tinggi.88
Setiadi (2008) menyatakan bahwa dukungan keluarga terdiri dari
dukungan instrumental, informasi, apresiasi, dan emosional. Komponen tersebut
mungkin mendukung responden dalam meningkatkan kesehatan mereka.
Dukungan keluarga mungkin berpengaruh dalam penurunan mortalitas sehingga
pasien akan lebih mudah untuk memulihkan diri dari penyakit mereka.89
Pada penelitian ini, terdapat pada gambar 4.60 didapatkan 85 % responden
mempunyai keluarga yang mengingatkan dirinya untuk kontrol tekanan darah dan
minum obat secara rutin, dan sejumlah 88 % mempunyai keluarga dan teman
yang mendukung mereka untuk sembuh, hal ini terdapat pada gambar 4.61. Hal
ini sesuai dengan penelitian Iin Kusumawardana (2017) bahwa terdapat hubungan
84
yang signifikan antara dukungan keluarga dengan lansia yang mempunyai
penyakit hipertensi.90
Hasil penelitian yang didapatkan dari 96 responden pasien hipertensi,
kurang dari setengah responden sebanyak 44 orang (46 %) memiliki motivasi
baik, sedangkan yang memiliki motivasi cukup baik sebanyak 52 (54 %)
responden, dan yang memiliki motivasi kurang baik dan tidak baik tidak ada atau
0%, hal ini terdapat pada gambar 4.55.
85
4.5 Keterbatasan Peneliti
Keterbatasan dalam penelitian ini terletak pada :
1. Waktu penelitian ini terbatas, sehingga pada masa mendatang ada baiknya
penelitian ini dilakukan dengan desain analitik komparatif untuk melihat,
menganalisis dan membandingkan adanya perbedaan motivasi antara
pasien hipertensi yang menggunakan layanan jaminan kesehatan nasional
dan yang menggunakan kartu tanda penduduk elektronik/tidak
menggunakan keduanya terhadap upaya pengendalian hipertensi.
2. Tempat penelitian dilakukan hanya satu tempat, sehingga pada masa
mendatang ada baiknya peneliti membuat gambaran penelitian dengan
skala yang lebih luas, misalnya perbandingan motivasi upaya
pengendalian hipertensi antara daerah Kota Tangerang dengan Kabupaten
Tangerang.
86
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian tentang motivasi masyarakat
terhadap upaya pengendalian hipertensi yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa :
1. Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin mayoritas perempuan
sebesar 67 (70 %), dan laki-laki sebesar 29 (30 %) responden. Distribusi
responden berdasarkan umur terbanyak pada usia 55-64 sebesar 37 (39 %),
pada pendidikan terakhir ditemukan terbanyak adalah tamat SMA sebesar
36 (38 %), untuk pekerjaan terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga
sebesar 48 (50 %).
2. Dari 85 (89 %) responden mempunyai pengetahuan yang baik, dan 83 (86
%) responden memiliki motivasi yang baik, namun hanya 58 (60 %)
responden yang memiliki keteraturan pengobatan yang baik, dan hanya 35
(37 %) responden yang memiliki gaya hidup baik.
3. Responden dengan kualitas hidup yang baik sebesar 68 (71 %), dan
responden dengan kualitas hidup yang cukup baik sebesar 28 (29 %).
4. Responden dengan riwayat hipertensi dalam keluarga sebesar 60 (63 %),
dan responden yang tidak memiliki keluarga atau lingkungannya yang
menderita hipertensi sebesar 36 (37 %).
5. Secara hasil keseluruhan perhitungan yang didapatkan dari segi
pengetahuan, kualitas hidup, riwayat keteraturan berobat, dan gaua hidup
didapatkan responden yang memiliki motivasi baik sebanyak 44 orang (46
%) dan responden yang memiliki motivasi yang cukup baik sebesar 52
orang (54 %).
87
5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan oleh peneliti dari hasil penelitian
yang telah dilakukan antara lain :
1. Bagi masyarakat yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi
diharapkan lebih sering untuk memeriksakan tekanan darahnya ke fasilitas
kesehatan agar dapat terdeteksi lebih awal dalam upaya pengendalian
hipertensi.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur diharapkan dapat menambah variasi
kegiatan puskesmas dalam upaya pengendalian hipertensi.
88
BAB VI
KERJASAMA RISET
Riset ini merupakan bagian kerja sama riset mahasiswa dengan kelompok
riset non communicable diseases dibawah bimbingan dr. Risahmawati, Dr. Med.
Sc. dan dr. Nurmila Sari, M.Kes.
89
DAFTAR PUSTAKA
1. World Health Organization. The Global Burden of Disease: 2000-2016
update [Internet]. Available from:
http://www.who.int/healthinfo/global_burden_disease/estimates/en/
2. Pk W, Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Ovbiagele B, Casey DE, et
al. 2017 Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and
Management of High Blood Pressure in Adults A Report of the American
College of Cardiology / American Heart Association T. Journal of
American College of Cardiology. 2017. 30-33 p.
3. Kesehatan K, Indonesia R. Masalah Hipertensi di Indonesia [Internet].
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Available from:
http://www.depkes.go.id/article/view/1909/masalah-hipertensi-di-
indonesia.html
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar
(RISKESDAS) 2013. Lap Nas 2013. 2013;90.
5. Departemen Kesehatan RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (
Riskesdas ) Provinsi Banten Tahun 2007. Badan Penelit dan Pengemb
Kesehat RI. 2009;
6. Kementerian Kesehatan RI. Rencana Strategi Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. Rencana Strateg Kementeri Kesehat RI 2015-2019.
2015;
7. Kemenkes RI. Petunjuk Teknis Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak
Menular (POSBINDU PTM). Kementerian Kesehatan RI. 2012.
8. Casey. A. Menurunkan Tekanan Darah. Jakarta: Kelompok Gramedia.;
2012.
9. Understanding Blood Pressure Readings [Internet]. [cited 2018 Oct 5].
Available from: http://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-
90
pressure/understanding-blood-pressure-readings
10. Kemenkes RI. InfoDATIN Hipertensi. Kemenkes RI. 2014.
11. Wang Y, Xing F, Liu R, Liu L, Zhu Y, Wen Y, et al. Isolated Diastolic
Hypertension Associated Risk Factors among Chinese in Anhui Province,
China. Int J Environ Res Public Health [Internet]. 2015 Apr 22;12(4):4395–
405. Available from: http://www.mdpi.com/1660-4601/12/4/4395
12. Saeed AAW. Combined Systolic Diastolic Hypertension among Adults in
Saudi Arabia: Prevalence, Risk Factors and Predictors: Results of a
National Survey. . Int J Med Res Heal Sci. 2017;6(6):171–6.
13. Verdecchia, Paolo, Angeli F. Natural History of Hypertension Subtypes.
2005;1094–6.
14. Mancia G., Fagard R., Narkiewicz K. et al. 2013 ESH/ESC guidelines for
the management of arterial hypertension: the Task Force for the
Management of Arterial Hypertension of the European Society of
Hypertension (ESH) and of the European Society of Cardiology (ESC). Eur
Hear J. 2013;34:2159–2219.
15. Duprez AD. Systolic Hypertension in the Elderly: Addressing an Unmet
Need. Am J Med [Internet]. 121(3):179–84. Available from:
https://www.amjmed.com/article/S0002-9343(07)01098-4/fulltext
16. National Heart Lung and Blood. What Is High Blood Pressure? Am Hear
Assoc. 2016;
17. Chobanian A V, Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL,
et al. The Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7
report. JAMA. 2003;
18. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar.
2013;88.
19. Reed MB, Anderson CM, Vaughn JW, Burns DM. The Effect of Cigarette
91
Price Increases on Smoking Cessation in California. Prev Sci [Internet].
2008 Mar 7;9(1):47–54. Available from:
http://link.springer.com/10.1007/s11121-008-0081-1
20. Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Dennison
Himmelfarb C, et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA
Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults: Executive Summary. Hypertension. 2017;
21. Appel LJ. Lifestyle Modification as a Means to Prevent and Treat High
Blood Pressure. J Am Soc Nephrol [Internet]. 2003 Jul 1;14(90002):99S–
102. Available from:
http://www.jasn.org/cgi/doi/10.1097/01.ASN.0000070141.69483.5A
22. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiadi S. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Interna Publishing. 2014.
23. Lloyd-jones DM, Levy D. S ECTION I EPIDEMIOLOGY AND
PATHOPHYSIOLOGY Epidemiology of Hypertension. Hypertension: A
Companion to Braunwalds Heart Disease. 2016. 4 p.
24. Vasan RS, Beiser A, Seshadri S, Larson MG, Kannel WB, D‟Agostino RB,
et al. Residual lifetime risk for developing hypertension in middle-aged
women and men: The Framingham Heart Study. JAMA. 2002;287:1003–
10.
25. Wolf-Maier K, Cooper RS, Banegas JR, Giampaoli S, Hense H-W, Joffres
M, et al. Hypertension prevalence and blood pressure levels in 6 European
countries, Canada, and the United States. JAMA. 2003;289:2363–9.
26. Butler MG. PEDIATRIC HYPERTENSION: GENETICS OF
HYPERTENSION CURRENT STATUS. HHS Public Access.
2016;58:175–178.
27. Bateman BT, Shaw KM, Kuklina EV, Callaghan WM, Seely EW H-DS.
Hypertension in women of reproductive age in the United States: NHANES
92
1999–2008. PLoS One. 2012;7(4):e36171.
28. Kaplan NM, Victor RG. Kaplan‟s clinical hypertension: Eleventh edition.
Kaplan‟s Clinical Hypertension: Eleventh Edition. 2014. 5-6 p.
29. Beevers G. ABC of hypertension: The pathophysiology of hypertension.
BMJ. 2001;
30. Dharmashankar K, Widlansky ME. Vascular endothelial function and
hypertension: Insights and directions. Current Hypertension Reports. 2010.
31. Carretero OA, Oparil S. Essential hypertension. Part I: Definition and
etiology. Circulation. 2000.
32. Chobanian A V., Bakris GL, Black HR, Cushman WC, Green LA, Izzo JL,
et al. Seventh report of the Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure.
Hypertension. 2003.
33. Whelton PK, Carey RM, Aronow WS, Casey DE, Collins KJ, Dennison
Himmelfarb C, et al. 2017
ACC/AHA/AAPA/ABC/ACPM/AGS/APhA/ASH/ASPC/NMA/PCNA
Guideline for the Prevention, Detection, Evaluation, and Management of
High Blood Pressure in Adults. J Am Coll Cardiol. 2017;
34. Hiremath J. Preventing Cardiovascular Complications of Hypertension.
Med Updat 2005. 2005;
35. Muhadi. JNC 8 : Evidence-based Guideline Penanganan Pasien Hipertensi
Dewasa. Cermin Dunia Kedokt. 2016;
36. Guidelines P, Risk C. Prevention of Cardiovascular Disease Prevention of
Cardiovascular Disease. World Heal Organ. 2007;
37. Milton F. Usry, Lawrence H. Hammer WKC. Cost Accounting: Planning
and Control. 1991.
38. Aulia. Pengendalian Hipertensi [Internet]. Jakarta: DIREKTORAT
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK
93
MENULAR KEMENTRIAN KESEHATAN INDONESIA; 2017.
Available from: http://www.p2ptm.kemkes.go.id/kegiatan-p2ptm/subdit-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/pengendalian-hipertensi-faq
39. Xu X. Health motivation in health behavior: Its theory and application.
UNLV Theses, Diss Prof Pap Capstones [Internet]. 2009;42. Available
from:
https://pdfs.semanticscholar.org/8caf/901e8463f19cf7286e75bea00c00cbef
851c.pdf
40. A.M S. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo
Persada; 2001. 71 p.
41. Mustaqim H. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010. 72 p.
42. Permadani D, Arifin D. The Smiling Teacher. Bandung: Nuansa Aulia;
2010. 132 p.
43. Soemanto W. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta; 1990. 191-192
p.
44. Purwanto N. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya; 1996.
73 p.
45. Nasution S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara; 2000. 76
p.
46. Taufik. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya; 2007.
47. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
2007.
48. Uno HB. Teori Motivasi & Pengukurannya. Junwinanto, editor. Jakarta:
Bumi Aksara; 1-10 p.
49. Soekanto S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada;
2006.
50. Setiawan E. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online. KBBI
Indonesia. 2012.
94
51. De Vries J, Van Heck GL. The World Health Organization Quality of Life
assessment instrument (WHOQOL-100): Validation study with the dutch
version. Eur J Psychol Assess. 1997;
52. Street E. On Being a Therapist - Kottler,Ja. J Fam Ther. 1991;
53. Puskesmas Ciputat Timur [Internet]. Dinas Kesehatan Tangerang Selatan.
2017. Available from:
http://dinkes.tangerangselatankota.go.id/main/content/puskesmas/2/18
54. Boone WJ, Yale MS, Staver JR. Rasch analysis in the human sciences.
Rasch Analysis in the Human Sciences. 2014.
55. Alagumalai S, Curtis DD. Applied Rasch measurement: A book of
exemplars. Springer. 2005.
56. Linacre JM. A User‟s Guide to WINSTEPS MINISTEP, Rasch-Model
Computer Programs. 2016.
57. Apriningsih. Trend Kasus Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur
Tangerang Selatan Tahun 2010-2012. J Kedokt dan Kesehat. 10(1):1–57.
58. Rahajeng E TS. Prevalensi Hipertensi dan Determinannya di Indonesia.
Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi Badan Penelitian Kesehatan
Departemen Kesehatan RI. Jakarta; 2014.
59. Amelia Putri N, Mulyawati Utari D. Perbedaan Proporsi Berbagai Faktor
Risiko Hipertensi Pada Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Cilandak,
Jakarta Selatan Tahun 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. 2013.
60. Raihan NL, Erwin., Dewi AP. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Hipertensi Primer Pada Masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Rumbai Pesisir. JOM PSIK [Internet]. 2014;1(2). Available from:
https://media.neliti.com/media/publications/186274-ID-faktor-faktor-yang-
berhubungan-dengan-ke.pdf
61. Winanda C, Yusron IR, Kartika R. Permasalahan Pada Masa Tua. Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan. 2010. 31 p.
95
62. Kemenkes PD dan I. Gambaran Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia. Bul
Jendela Data Inf Kesehatan, Semester 1. 2013;7.
63. Simonangkir L. Hubungan Pengetahuan Dan Motivasi Dengan Pencegahan
Hipertensi Pada Pria Usia 25-45 Tahun Di Wilayah Kerja Puskesmas
Pakam Pekan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2011 [Internet]. Universitas
Sumatera Utara; 2012. Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/65497/Cover.pdf?se
quence=6&isAllowed=y
64. Britani C, Ranimpi YY, Nusawakan AW. Kesehatan Spiritual Lanjut Usia
Di Getasan Dan Panti Wredha Salib Putih Salatiga. J LINK [Internet].
2017;13(2):13–23. Available from: http://ejournal.poltekkes-
smg.ac.id/ojs/index.php/link
65. Sumiati T. Pemahaman perawat terhadap pemenuhan kebutuhan spiritual
klien pada lansia di RSU Mardi Lestari Kabupaten Sragen. Universitas
Dipenogoro. Semarang.; 2009.
66. Suprihatin A, Raharjo B, Catur W A. Hubungan Antara Kebiasaan
Merokok, Aktivitas Fisik, Riwayat Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi
Di Wilayah Kerja Puskesmas Nguter [Internet]. Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2016. Available from:
http://eprints.ums.ac.id/46230/27/NASKAH PUBLIKASI REV.pdf
67. Ranasinghe P, Cooray DN, Jayawardena R, Katulanda P. The influence of
family history of Hypertension on disease prevalence and associated
metabolic risk factors among Sri Lankan adults. BMC Public Health
[Internet]. 2015 Dec 20;15(1):576. Available from:
http://bmcpublichealth.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12889-015-
1927-7
68. van der Sande MA, Walraven GE, Milligan PJ, Banya WA, Ceesay SM,
Nyan OA, et al. Family history: an opportunity for early interventions and
improved control of hypertension, obesity and diabetes. Bull World Health
Organ. 2001;
96
69. Middeke M, Lemmer B, Schaaf B, Eckes L. Prevalence of hypertension-
attributed symptoms in routine clinical practice: A general practitioners-
based study. J Hum Hypertens. 2008;
70. Palmer A, Williams B. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Erlangga; 2007.
71. Rusida RE, Adhani R, Panghiyangani R. Pengaruh Tingkat Pengetahuan,
Motivasi dan Faktor Obat Terhadap Kepatuhan Minum Obat Pasien
Hipertensi di Puskesmas Kota Banjarbaru Tahun 2017. J Pharmascience.
4(2):130–41.
72. Hairunnisa. Hubungan Tingkat Kepatuhan Minum Obat dan Diet dengan
Tekanan Darah Terkontrol pada Penderita Hipertensi Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Perumnas I Kecamatan Pontianak Barat. J Mhs PSPD FK
Univ Tanjung Pura. 2014;1(1):1–25.
73. Lifestyle Changes For Healthy Blood Pressure [Internet]. Harvard Medical
School. [cited 2018 Oct 20]. Available from:
https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/6-simple-tips-to-reduce-
your-blood-pressure
74. Smith SR, Klotman PE, Svetkey LP. Potassium chloride lowers blood
pressure and causes natriuresis in older patients with hypertension. J Am
Soc Nephrol [Internet]. 1992 Feb;2(8):1302–9. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1627756
75. Infographic Hipertensi , Penyakit Jantung Dan Pembuluh Darah [Internet].
Kementerian Kesehatan RI. 2018 [cited 2018 Oct 1]. Available from:
http://www.p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-penyakit-
jantung-dan-pembuluh-darah/page/5
76. Fauziah., Saifuddin S, Ulfah N. Analisis Kadar Asam Lemak Bebas Dalam
Gorengan Dan Minyak Bekas Hasil Penggorengan Makanan Jajanan Di
Workshop UNHAS. [Internet]. Universitas Hasanuddin Makassar;
Available from: http//repository.unhas.ac.id
77. He FJ, MacGregor GA. Salt, blood pressure and cardiovascular disease.
97
Curr Opin Cardiol [Internet]. 2007 Jul;22(4):298–305. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17556881
78. Ha SK. Dietary Salt Intake and Hypertension. Electrolytes Blood Press
[Internet]. 2014;12(1):7. Available from:
https://synapse.koreamed.org/DOIx.php?id=10.5049/EBP.2014.12.1.7
79. Mesas AE, Leon-Muñoz LM, Rodriguez-Artalejo F, Lopez-Garcia E. The
effect of coffee on blood pressure and cardiovascular disease in
hypertensive individuals: a systematic review and meta-analysis. Am J Clin
Nutr [Internet]. 2011 Oct 1;94(4):1113–26. Available from:
https://academic.oup.com/ajcn/article/94/4/1113/4598121
80. Limiting Alcohol to Manage High Blood Pressure [Internet]. American
Heart Association. 2016 [cited 2018 Oct 20]. Available from:
http://www.heart.org/en/health-topics/high-blood-pressure/changes-you-
can-make-to-manage-high-blood-pressure/limiting-alcohol-to-manage-
high-blood-pressure
81. Dua S, Bhuker M, Sharma P, Dhall M, Kapoor S. Body mass index relates
to blood pressure among adults. N Am J Med Sci [Internet]. 2014;6(2):89.
Available from: http://www.najms.org/text.asp?2014/6/2/89/127751
82. Physical Activity and Older Adults [Internet]. World Health Organization.
2018 [cited 2018 Oct 5]. Available from:
http://www.who.int/dietphysicalactivity/factsheet_olderadults/en/
83. Smoking and Hypertension. J Cardiol Curr Res [Internet]. 2015 Mar
19;2(2). Available from: http://medcraveonline.com/JCCR/JCCR-02-
00057.php
84. Cohen S, Janicki-Deverts D, Miller GE. Psychological stress and disease.
JAMA [Internet]. 2007 Oct 10;298(14):1685–7. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17925521
85. Spruill TM. Chronic psychosocial stress and hypertension. Current
Hypertension Reports. 2010.
98
86. Fitri AA. Hubungan Kualitas Tidur Dengan Kejadian Hipertensi.
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah; 2013.
87. Wulandhani SA, Nurchayati S, Lestari W. HUBUNGAN DUKUNGAN
KELUARGA DENGAN MOTIVASI LANSIA HIPERTENSI DALAM
MEMERIKSAKAN TEKANAN DARAHNYA. JOM PSIK. 2014;1(2).
88. Fitriana Y, Harysko RO. HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN
MOTIVASI PASIEN HIPERTENSI TERHADAP KEPATUHAN
DALAM MENJALANI PENGOBATAN DI PUSKESMAS TALANG
KABUPATEN SOLOK TAHUN 2014. STIKes Yarsi SUMBAR Bukit
Tinggi; 2014.
89. Setiadi. Konsep dan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu;
2008.
90. Kusumawardana I, Tamtomo D, - S. Relationship between Knowledge and
Family Support regarding Hypertension with Blood Pressure Control in
Elders. Indones J Med [Internet]. 2017;02(01):1–9. Available from:
http://www.theijmed.com/index.php?journal=theijmed&page=article&op=
view&path%5B%5D=36&path%5B%5D=42
99
LAMPIRAN
Lampiran 1
Perizinan Penelitian
100
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian
KUESIONER “MOTIVASI PENGENDALIAN HIPERTENSI / PENYAKIT
DARAH TINGGI”
Assalamualaikum Wr. Wb.
Yth. Bapak/Ibu,
Untuk memenuhi kelengkapan penyusunan skripsi, kami bermaksud mengadakan
penelitian di Puskesmas Ciputat Timur, Tangerang Selatan dengan judul skripsi
“Motivasi Masyarakat Terhadap Upaya Pengendalian Penyakit Hipertensi di Puskesmas
Ciputat Timur”.Maka dengan segala kerendahan hati, perkenankanlah kami meminta
kesediaan Bapak, Ibu, Saudara/i untuk sedikit meluangkan waktu dalam mengisi
kuesioner yang terlampir.Untuk itu, diharapkan responden dapat memberikan jawaban
yang sebenar-benarnya demi membantu penelitian. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan kerugian untuk responden. Kami menjamin kerahasiaan identitas dan
seluruh jawaban responden. Atas waktu dan kesediaannya, kami ucapkan terima kasih,
semoga penelitian ini bermanfaat bagi kita semua.
Hormat kami,
PENGANTAR
Definisi Hipertensi atau Tekanan Darah Tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 120 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 80 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
(infodatin buletin “Hipertensi”, Kemenkes RI
Fitmika Dewi
11151030000049
101
FORMULIR IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Usia :
Alamat :
Jenis Kelamin :
Lingkari salah satu
Pendidikan Terakhir : Tamat SD / Tamat SMP / Tamat SMA / S1 & lebih tinggi
Pekerjaan :
Wiraswasta / PNS (Pegawai Negeri Sipil) / Pegawai Swasta / TNI/Porli / Supir, Petani,
Nelayan, Buruh / Pensiunan / Tidak Kerja
Tekanan Darah : / /
FORMULIR PERSETUJUAN RESPONDEN
Dengan ini,
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, memberikan persetujuan dan bersedia untuk
mengisi kuesioner yang diberikan peneliti sampai akhir.Saya mengerti bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini untuk mengetahui “Motivasi Masyarakat Terhadap
Upaya Pengendalian Penyakit Hipertensi di Puskesmas Ciputat Timur”.Saya telah
dijelaskan oleh peneliti, bahwa jawaban kuesioner ini bersifat sukarela dan hanya
dipergunakan untuk penelitian dan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti.Oleh karena itu
saya bersedia untuk menjadi responden.
Ciputat, 2018
……………………….
( )
102
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
Beri Tanda Centang () pada kolom YA atau TIDAK sesuai jawaban Anda.
Setiap pertanyaan hanya boleh diisi 1 jawaban.
No. Pertanyaan YA TIDAK
PENGETAHUAN HIPERTENSI (PENYAKIT DARAH TINGGI)
1 Saya mengetahui diri saya menderita hipertensi (penyakit darah tinggi)
2 Saya mengetahui bahwa hipertensi adalah penyakit dengan tekanan darah
> 130/80 mmHg (satuan tekanan darah)
3 Saya mengetahui bahwa hipertensi menjadi penyebab munculnya
penyakit lain yang lebih berat
4 Saya menderita hipertensi <(kurang dari ) 5 tahun
5 Saya menderita hipertensi >(lebih dari ) 5 tahun
6 Saya memiliki penyakit kronis selain hipertensi (*beri tanda ceklist bila
ada, boleh lebih dari 1):
Diabetes (sakit gula)
Penyakit ginjal
Gagal ginjal
Penyakit jantung
Kolestrol tinggi
Retinopati
Stroke
KUALITAS HIDUP
7 Saya merasa terganggu dengan penyakit hipertensi
8 Penyakit hipertensi saya belum mengganggu aktivitas fisik saya (masih
bekerja seperti seperti biasa)
9 Penyakit hipertensi saya sudah menganggu sebagian aktivitas saya
(performa menurun)
10 Penyakit hipertensi saya sudah menganggu seluruh akrivitas saya (sudah
tidak bekerja/ istirahat total)
11 Penyakit hipertensi saya membuat saya ingin lebih menjaga pola makan
12 Penyakit hipertensi menghalangi saya dari rencana bepergian jarak jauh
13 Saya ikhlas menerima penyakit hipertensi
103
YA TIDAK
15 Keikhlasan saya dalam menerima penyakit mempengaruhi keteraturan
dalam minum obat
RIWAYAT KELUARGA
16 Di keluarga saya, ada yang menderita hipertensi
17 Di keluarga saya, ada yang meninggal karena hipertensi
18 Di lingkungan tempat tinggal saya, ada yang meninggal karena hipertensi
19 Saya mencari tahu lebih dalam tentang hipertensi karena keluarga dan
lingkungan saya ada yang hipertensi
RIWAYAT PENGOBATAN DAN KETERATURAN BEROBAT
20 Saya rutin memeriksa tekanan darah 1 bulan sekali
21 Saya hanya memeriksakan tekanan darah saya apabila saya merasakan
keluhan-keluhan tertentu
22 Saya sangat jarang memeriksa tekanan darah (lebih dari 3 bulan sekali)
23 Saya mengkonsumsi obat hipertensi
24 Saya rutin dan patuh mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter
25 Saya sudah tidak mengkonsumsi obat hipertensi walaupun masih
menderita hipertensi
GAYA HIDUP
26 Saya mengkonsumsi minimal salah satu buah (apel, jeruk, anggur,
mangga, melon, nanas, pisang, stroberi) 1x sehari
27 Saya mengkonsumsi sayur minimal 1 mangkuk sehari secara rutin
28 Saya makan makanan yang di goreng dengan minyak setiap hari
(bakwan, tahu, tempe, pisang goreng)
29 Total garam yang saya konsumsi dalam semua makanan saya < (kurang
dari) 1 sendok teh per hari
30 Saya membatasi asupan garam dengan cara memasak sendiri makanan
saya di rumah
31 Saya mengkonsumsi makanan cepat saji lebih dari 3x seminggu
(mis: ayam goreng tepung, daging sapi panggang, burger,dll)
32 Saya minum kopi
33 Saya minum kopi > (lebih dari) 2 cangkir / hari
34 Saya mengkonsumsi alkohol setidaknya 1 gelas dalam seminggu
104
35 Saya menjaga berat badan saya agar tetap dalam kisaran normal
YA
TIDAK
36
Saya mengetahui bahwa berat badan berlebih dapat mempengaruhi
tekanan darah
37 Saya melakukan aktivitas fisik setiap hari (cth: berkebun, menyapu,
mencuci, mengepel lantai)
38 Saya berjalan kaki setidaknya selama 30 menit dalam satu hari
39 Saya berolahraga 3 – 4 kali dalam seminggu selama 30 menit (lari,
jogging, main bola, berenang, senam, bersepeda, dll)
40 Saya merokoksetidaknya satu batang per hari dalam satu bulan terakhir
41 Saya tinggal serumah dengan orang yang merokok meskipun saya bukan
perokok
42 Saya memiliki keluarga yang merokok dalam rumah saya
43 Saya berada di lingkungan orang yang merokok, meskipun saya bukan
perokok
44 Saya mudah stress
45 Saya tidur selama < (kurang dari) 6 jam pada malam hari
46 Saya istirahat ketika saya merasa lelah
MOTIVASI INTRINSIK DAN EKSTRINSIK
47 Saya ingin penyakit hipertensi saya terkontrol karena keluarga saya ada
yang menderita dan/atau meninggal
48 Sayatidak ingin keturunan saya ada yang menderita hipertensi
49 Saya ingin penyakit hipertensi saya terkontrol dan hidup sehat
50 Saya tahu bahwa penyakit saya bisa terkontrol jika saya mengontrol
tekanan darah saya dan teratur minum obat
51 Saya mempunyai keluarga yang mengingatkan saya untuk kontrol
tekanan darah dan minum obat secara rutin
52 Saya mempunyai keluarga dan teman saya mendukung saya untuk
mengontrol penyakit hipertensi saya
Allhamdulillahirobbil „Alamin
Terimakasih atas partisipasi Bapak / Ibu / Saudara/i dalam mengisi lembar kuesioner ini
sampai akhir, jawaban Anda akan sangat kami hargai
105
Lampiran 3
Data Tekanan Darah Responden
No. Jenis Kelamin Usia Tekanan Darah
1 Laki-Laki 68 150/100
2 Perempuan 56 150/100
3 Laki-Laki 75 140/70
4 Perempuan 55 180/110
5 Perempuan 60 140/90
6 Perempuan 53 160/80
7 Laki-Laki 67 140/80
8 Perempuan 58 150/90
9 Laki-Laki 59 170/100
10 Laki-Laki 50 140/90
11 Perempuan 68 180/100
12 Laki-Laki 62 150/90
13 Perempuan 57 150/100
14 Perempuan 61 160/100
15 Perempuan 60 140/90
16 Perempuan 60 165/100
17 Perempuan 51 160/110
18 Perempuan 68 150/70
19 Laki-Laki 76 160/100
20 Perempuan 66 150/100
21 Perempuan 73 130/80
22 Perempuan 57 150/90
23 Perempuan 65 120/80
24 Perempuan 61 140/80
25 Perempuan 55 110/70
26 Perempuan 63 100/80
27 Perempuan 56 120/80
28 Perempuan 63 100/70
29 Laki-Laki 67 150/90
30 Perempuan 63 130/70
31 Perempuan 63 120/90
32 Perempuan 54 140/90
33 Perempuan 48 120/80
34 Perempuan 55 130/90
35 Laki-Laki 51 120/80
36 Perempuan 69 140/80
37 Perempuan 56 120/80
38 Perempuan 51 160/100
106
No. Jenis Kelamin Usia Tekanan Darah
39 Perempuan 52 140/90
40 Perempuan 53 130/80
41 Laki-Laki 50 160/90
42 Laki-Laki 69 140/90
43 Perempuan 59 130/90
44 Laki-Laki 68 140/90
45 Laki-Laki 65 150/90
46 Perempuan 55 150/100
47 Perempuan 41 140/90
48 Laki-Laki 57 165/100
49 Perempuan 53 160/90
50 Perempuan 85 130/80
51 Laki-Laki 60 140/90
52 Perempuan 62 150/90
53 Laki-Laki 80 130/90
54 Perempuan 73 140/90
55 Perempuan 57 140/80
56 Perempuan 50 130/90
57 Perempuan 70 150/90
58 Laki-Laki 67 160/100
59 Perempuan 70 130/90
60 Perempuan 80 160/100
61 Laki-Laki 48 140/90
62 Perempuan 52 140/90
63 Perempuan 64 140/90
64 Perempuan 56 130/80
65 Perempuan 46 140/90
66 Laki-Laki 38 130/90
67 Perempuan 48 150/100
68 Laki-Laki 48 140/90
69 Perempuan 37 130/80
70 Laki-Laki 60 130/80
71 Perempuan 46 150/90
72 Perempuan 69 130/90
73 Laki-Laki 65 160/80
74 Perempuan 66 130/70
75 Perempuan 55 130/80
76 Laki-Laki 59 170/80
77 Perempuan 68 150/90
78 Perempuan 45 140/90
79 Perempuan 71 140/80
80 Perempuan 72 140/90
107
No. Jenis Kelamin Usia Tekanan Darah
81 Laki-Laki 60 170/110
82 Perempuan 41 140/80
83 Perempuan 64 160/80
84 Perempuan 40 130/80
85 Laki-Laki 54 140/90
86 Laki-Laki 53 160/90
87 Laki-Laki 57 140/90
88 Perempuan 50 160/90
89 Perempuan 58 120/80
90 Perempuan 49 130/80
91 Perempuan 51 180/100
92 Laki-Laki 68 140/90
93 Perempuan 58 160/80
94 Laki-Laki 73 130/70
95 Perempuan 43 150/90
96 Perempuan 57 140/90
108
Lampiran 4
Dokumentasi Penelitian
109
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Identitas
Nama : Fitmika Dewi
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 29 Januari 1998
Agama : Islam
Alamat : Jalan Bangau Blok A1 No. 21 RT/01 RW/06 Komplek
Walikota Sukapura, Jakarta Utara, DKI Jakarta, 14140
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2001 – 2003 : TKIT Baiturrahman
2003 – 2009 : SDIT Baiturrahman
2009 – 2012 : MTs Darul Marhamah
2012 – 2015 : SMA Negeri 75 Jakarta
2015 – sekarang : FK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta