hubungan pengetahuan dan sikap kebiasaan makan dengan penderita hipertensi
DESCRIPTION
jurnalTRANSCRIPT
Hubungan pengetahuan dan sikap kebiasaan makan dengan penderita hipertensi
Hubungan pengetahuan dan sikap kebiasaan makan dengan
penderita hipertensi
di poli penyakit dalam rsud harapan insan sendawar kabupaten
kutai barat tahun 2012
Nama : PriscaNPM : 10.
11.107.13201.01369Kelas : 5 D (Sore)
Universitas Widya Gama Mahakam SamarindaFakultas Kesehatan Masyarakat
2012BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Hipertensi atau darah tinggi ternyata bukan hanya menjadi penyakit biasa yang
umumnya diderita oleh kalangan tua. Penyakit ini memiliki kontribusi yang besar terhadap
peningkatan anga kematian di Negara-negara berkembang, terutama Indonesia. Kematian
akibat gangguan penyakit ini akan meningkat sebesar 30 persen di Negara- Negara
berkembang. Penyakit ini menjadi problem yang real dan terus bertambah baik di Negara
berkembang maupun Negara maju.
Hipertesi sebagai besar di sebabkan oleh gaya hidup manusia yang banyak dimaju
oleh kemudahan-kemudahan. Kemudahan yang di maksud meliputi kemudahan akibat
kemajuan teknologi dan gaya hidup, seperti ; fastfood yang banyak di gemari yang pada
akhirnya menyebabkan keengganan untuk bergerak. Pedahal, dengan banyak bergerak
seluru otot-otot tubuh termasuk otot-otot pembuluh darah akan berkembang dengan baik
sehingga mampu memperlancar aliran darah dalam tubuh manusia.(tedjasukmana,2009)
Masyarakat yang berpendidikan yang cukup pengetahuan tentang nilai
gizi,pertimbangan kebutuhan fisologik lebih menonjol di bandingan kan dengan kebutuhan
kepuasan psikis. Semakin banyak pengetahuan gizinya, semakin di perhitungkan jenis dan
kwantum makanan yang dipilih untuk di kosumsikan. (sediaoaetama 1985)
Di dunia hamper 1 miliyar orang atau 1 dari 4 orang dewasa menderita tekanan darah
tinggi. Tekanan darah tiggi merupakan penyakit konis serius yang bisa merusak organ tubuh.
Setiap tahun darah tinggi menjadi penyebab 1 dari setip 7 kematian (7 juta per tahun)
disamping menyebabkan kerusakan jantung, otak dan ginjal.(Depkes, 2008)
Berdasarkan data WHO dari 50% penderita hipertnsi yang diketahui hanya 25%
yang mendapat pengobatan, dan hanya 12,5%yang di obati dengan baik (adequately treated
cases). Pedahal hepertensi merupakan penyebab utama penyakit jantung, otak syaraf,
kerusakan hati dan ginjal sehingga membutukan biaya yang tidak sedikit. Hal ini merupakan
beban yang besar baik untuk keluarga, masyrakat maupun Negara. (Depkes, 2007)
Di Indonesia banyaknya penderita hipertensi diperkirakan 15 juta orang tetapi hanya
4% yang merupakan hipetensi terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa 50%
diantaranya tidak menyadari sebagai penderita hipertensi sehingga mereka cenderung untuk
menjadi hipertensi berat karna tidak menghindari dan tidak mengetahui factor resikonya dan
90%merupakan hipertensi esensial. Saat ini penyakit degerenatifdan kardiovaskuler sudah
merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (depkes, 2008)
Di Provensi Kalimantan Timur walaupun penyakit infeksi merupakan penyakit
dominar. Namun penyakit non infeksi telah mulai menunjukan peningkatan. Data kesakitan
dipuskismas Provensi Kalimantan Timur tahun 2010 teryata penyakit hipertensi atau yang
bisa juga di sebut tekanan dara tinggi ini. Termasuk di dalamnya yaitu pada urutan ke 7
(tujuh) sebanyak 34.535 penderita atau s.12% (profil Kesehatan Kaltim2010)
Berdasarkan ata yang diperoleh dari bagaian rekam medic RSUD Harapaninsan
sendawar Kabupaten kutai Barat,bahwa jumlah penderita hipertensi tersu meningkat,misalnya
pada tahun 2010 berjumlah 798 orang orang,tahun 2011 berjumlah 1351orang penyakit
hipertensi termasuk dalam sepuluh besar (10) penyakit yang ditangani di RSUD.(rekam
medik RSUD HIS)
Di Rumah sakit umum Daerah Harapan Isan Sendawar Kabupaten Kutai barat belum
perna dilakukan penelitian tentang penytakit hipertensi.Untuk itu penulis tertarik untuk
mengetahui lebih lanjut tentang hubangan pengetahuan tentang sikap kebiasan makan
dengan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Harapan Insan Sendawar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belangkang penelitian maka penulis membuat rumusan
sebagai berikut:”APakah ada hubangan pengetahuan dan sikap Kebiasan makan dengan
penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Harapan Insan sendawar Kabupaten
Kutai Barat Tahun 2012.’’
C. Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap sikap kebiasan makan
dengan penderita hipertensi di poli penyakit dalam RSUD Harapan insan
Sendawar.
b. Tujuan Kuhsus :
1) Mengetahui hubungan pengetahuan kebiasaan makan dengan penderita
hipertensi.
2) Mengetahui hubungan sikap kebiasaan makan dengan penderita hipertensi.
D. Manfaat Penelitian
a. Ilmiah
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi ilmiah dalam bidang kesehatan dapat
memberi masukan bagi peneliti selanjutnya.
b. Praktis
Sebagai informasi bagi dinas kesehatan maupun sector terkait dalam menyusun
strategi dalam penaggulangan penyakit hipertensi. Dan menjadi informasi bagi
masyarakat agar dapat memperhatikan kondisi kesehatan terutama pengetahuan
dan sikap sehubungan dengan kebiasaan makan yang dapat menjadi faktor risiko
timbulnya penyakit hipertensi.
c. Bagi Peneliti
Bagi peneliti sendiri. Merupakan pengelaman berharga melalui penelitian ini
untuk mengaolikasikan ilmu. Yang telah diperoleh di bidang pelayanaan gizi
kuhsusnya promosi kesehatan di RSUD Harapan insan sendawar.
BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan yang member gejalah yang akan
berlanjut untuk satu target organ seperti stroke,penyakit jantung koruner dan left ventricle
hypertrophy (untuk otot jantung). Dengan target di otak yang berupa stroke yang membawa
kematian yang tinggi. ( Arif dkk, 2001)
Difinisi hipertensi adalah tekanaan darah sistolik > 140 mmHg dan tekanan darah
diaslolik > 90 mmHg. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan
yaitu:
1. Hipertensi esepsial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya
disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95 % kasus. Banyaknya kasus
yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf
simpatis, system renin angiotensin, defek dalam eksrensi Na, peningkatan Na dan
intraselular, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obestitas,
alcohol, merokok, serta polisitemia.
2. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal. Terdapat sekitar 5 % kasus penyebab
spesifiknya diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,hipertensi
vascular renal, hiperaldostronisme primer,dan sindrom cushing, feokromositoma,
koaiktasio, hipertensi yang berhubungan kehamilan dan lain-lain.
Manifestasi klinik, peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-
satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplekasi pada
ginjal, mata, otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit
kepala,epistaksis, marah, telinga berdengung, rasa berat tengkuk, suka tidur, mata
berkunang-kunang, dan pusing. (Arif, dkk. 2001)
Klasifikasi pengukuran tekanan darah berdasarkan seventh report OF the joint
nasional (ommittee VII (JNC VII). puspitorini,2012)
Tabel 1.1
Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah
Derajat
Tekanan Sistolik
(mmHg)
Tekanan Sistolik
(mmHg)
Normal < 120 < 80
Parahipertensi 120 – 139 80 – 89
Hipertensi > 140 > 90
Stadium 1
Stadium 2
140 -159
160 > 180
90 – 99
100 - > 110
Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah kesehatan yang
cukup dominan di Negara – Negara maju. Di indinesia, ancaman hipertensi tidak
boleh diabaikan. Bagi golongan masyarakat tingkat atas hipertensi benar – benar
telah terjadi momok yang menakutkan.
Masih sangat sulit menyimpulkan apa sebenarnya penyebab hipertensi.
Banyak ahli yang beranggapan bahwa hipertensi lebih tepatdisebut heterogenous
group 0f diseases dari pada single disease, hal ini dikarnakan sangking
komlekesnya faktor penyebab hipertensi (Khomsan, 2007)
Hipertensi dapat dikelompokkan dalam dua jenis katagori besar yaitu
hipertensi primer yang artinya belum diketahui penyebabnya yang jelas. Berbagai
faktor mungkin ikut adil sebagai penyebab hipertensi primer seperti meningkatnya
umur, stres piskologi dan hereditas (keturunan). Diperkirakan 90 % pasien
hipertensi di Amerika termasuk dalam katagori ini. Golongan kedua adalah
hipertensi sekunder yang penyebabnya bole dikatakan telah pasti, misalnya ginjal
yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya , pemakaian oral kontraseptif untuk
mencega kehamilan, dan terganggunya endokrindi dalam tubuh.
Upayah penyembuhan hipertesis sekunder biasanya diarahkan langsung
kepada penyebabnya, sedangkan pengobatan hipertensi primer yang sering
dilakukan adalah membatasi konsumsi kalori bagi mereka yang kegemukan (obes)
membatasi garam dan obat anti hipertensi mungkin pula bisa digunakan tetapi
kadang –kadang menimbulkan efek smpingan seperti meningkatnya kader
kolesterol, menurunnya kader nalrium (Na) dan kalium (K) di dalam tubuh, dan
dehidrasi. (khomasan, 2007)
B. Tinjauan Umum Tentang Prilaku
Masalahnya kesehatan masyarakat terutama di negara-negara berkembang
pada dasarnya menyangut dua aspek utama, yaitu fisik, seperti misalnya
tersedianya sarana kesehatan dan pengobatan penyakit, dan non fisik yang
menyangkut prilaku kesehatan. Faktor prilaku ini mempunyai pengaruh yang
besar terhadap status kesehatn individu maupun masyarakat . (Notoatmodjo,
2001)
Siner (1938) seorang ahli piskologi, merumuskan bahwa prilaku
merumuskan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari
luar). Berdasrkan batasan prilaku dari Sikner tersebut, maka prilaku kesehatan
adalah suatu proses seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang
berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistim pelayanan kesehatan, dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok.
1. Prilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)
Adalah prilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau
menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilaman
sakit. Oleh karna itu, prilaku pemeliharan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek
yaitu :
a. Prilaku penyegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta
pemulihan kesehatan bilamana sembuh dari penyakit.
b. Prilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadan sehat.
Perlu dijelaskan disini, bahwa kesehatan itu sangat dinamis dan relatif,
maka dari itu orang yang sehat pun perlu diupayakan supaya mencapai
tingkat kesehatn yang seoptimal mungkin.
c. Prilaku gizi (makanan) dan minuman. Makanam dan minuman dapat
memelihara serta meningkatan kesehatn seseorang tetapi sebaliknya
makanan dan minuman dapat menjadi penyebab menurunnya kesehatn
seseorang, bakan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini sangat tergantung
pada prilaku orang terhadap makanan dan minuman tersebut.
2. Perilaku pencairan dan pengunan sistim atau fasilitas pelayanan kesehatn, atau
sering disebut prilaku pencarian pengobatan (haelthseeking behavior)
Prilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit dan atau kecelakan. Tindakan atau prilaku ini di mulai dari
mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.
3. Perilaku kesehatan lingkungan
Bagai mana orang merespons lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial
budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi
kesehatannya. Dengan perkatan lain, bagai mana seseorang mengelolakan
lingkungannya sehingga tidak menganggau kesehatnnya sendiri, keluarga,
atau masyarakat,. (notoatmodjo, 2007) perilaku manusia merupakan hasil
daripada segala macam pengelaman serta intrakso manusia dengan
lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan.
Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap
stimulusyang berasall dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat tampa pasif (tampa tindakan: befikir, berpendapat, berisikap) maupun
aktif (melakukan tndakan). Sesuai dengan batasan ini, perilaku kesehatan
dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman dan intraksi individu
dengan lingkungannya, khususnys yang menyangkut pengetahauan, dan sikap
tentang kesehatan, serta tindakannya yang berhubungan dengan tindakan.
Keberhasilan upaya pencegahan dan pengobatan penyakit tergantung
pada kesediaan orang yang bersangkutan untuk melaksanakan dan menjaga
perilaku sehat. Banyak dokumentasi penelitian yang memperlihatkan
rendahnya partisipasi masyarakat dalam pemeriksaan kesehatan, imunisasi
serta berbagai upaya pencegahan penyakit dan banyak pula yang tidak
menmanfaatkan pengobatan modern. Karna itu tidaklah mengherankan bila
banyak ahli ilmu perilaku yang mencoba manyampaikan konsep serta
mengajukan bukti-bukti penelitian untuk menggambarkan, menerangkan dan
meramalkan keputusan-keputusan orang yang berkaitan dengan kesehatan.
Becker menuliskan pendapat Kasl dan Cobb yang mengatakan bahwa
biasanya orang terlibat dengan kegiatan medis karena 3 alasan pokok, yaitu;
(1) untuk pencegahan penyakit atau pemeriksaan kesehatan pada saat gejala
penyakit belum dirasakan (perilaku sehat); (2) untuk mendapatkan diagnosis
penyakit dan tindakan yang diperlukan jika ada gejala penyakit yang dirasakan
(perilaku sakit); dan (3) untuk mengobati penyakit, jika penyakit tertentu telah
dipastikan, agar sembuh dan sehat seperti sediakala atau agar penyakit tidak
bertambah parah (peran sakit).
Menurut Notoatmodjo 2007, semua ahli kesehatan masyarakat dalam
membicarakan status kesehatan mengacu kepada Bloom. Dari hasil
penelitiannya di Amerika Serikat sebagai salah satu Negara yang sudah maju,
Bloom menyimpulkan bahwa lingkungan mempunyai andil yang paling besar
terhadap status kesehatan, kemudian berturut-turut disusul oleh perilaku
mempunyai andil nomor dua, pelayan kesehatan dan keturunan mempunyai
andil yang paling kecil terhadap status kesehatan. Bagaimanan proporsi
pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap status kesehatan di Negara
berkembang seperti Indonesia belum ada penelitian. Ahli lain, Lewrence
Green menjelaskan bahwa perilaku itu dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh
tiga faktor pokok yakni: faktor-faktor presposisi (predisposing factors), faktor-
faktor yang mendukung (enabling factors) dan faktor-faktor yang memperkuat
atau mendorong (reinforcing factors). Oleh sebab itu pendidikan kesehatan
sebagai faktor usaha intervensi perilaku harus diarahkan kepada ketiga faktor
pokok tersebut.
Dalam perkembangannya teori Bloom ini dimodifikasi untuk
pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni:
1. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan, merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif mempunyai 6 tingkatan .
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini
adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (yang
sebenarnya).
4. Analisi (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
suatu struktur organisasi, dan masi ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan
atau menhubungkan bagian-bagian didalan suatu bentuk
keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behavior). Pengukuran
pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
2. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukan
konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologis sosial, menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk
beraksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan
terhadap objek.
Dalam bagian lain Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 komponen pokok :
1. Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek.
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponnen ini bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Seperti halnya dengan
pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingktan:
1. Menerima (receiving)
Menriman diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek)
2. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, megerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
3. Menghargai (valuing)
Mengajak orang ini untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi dari sikap.
4. Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segal sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Pengukuran langsung misalnya dengan pertanyaan bagaimana pendapat
anda tentang pelayanan gizi di RSUD harapan insane sendawar. Secrara
tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan hipotesis, kemudian
ditanyakan pendapat responden, misalnya apabila bapak mempunyai
kendaraan berupa mobil. Apakah boleh dipakai untuk kegiatan desa siaga di
kampung.
3. Praktek atau tindakan (practice)
Sama sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata
diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
fasilitas. Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan :
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang
akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai
dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme (mecanisme)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara
otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah
mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut. (notoatmodjo 2007).
C. Tinjauan umum tentang kebiasaan makan
Kebiasaan makan adalah cara individu atau kelompok dalam memilih,
mengkonsumsi dan menggunakan makanan yang tersedia dan didasarkan pada faktor
sosial dan budaya dimana individu individu atau kelompok tersebut hidup.
(Santoso, 1999)
Faktor pertama penyebab hipertensi terkait erat dengan kebiasaan
menkonsumsi penyedap rasa dan masakan cepat saji tersebut tidak diimbangi dengan
memperbanyak makan buah-buahan (muhaimin 2008)
Pada dasarnya masalah gizi timbul karena prilaku gizi seseorang yang salah yang
salah, yaitu ketidaksamaan antara konsumsi dan kecukupan gizinya. Hidangan gizi
seimnang adalah makanan yang mengandung zat tenaga, zat pembangun, dan zat
pengatur, yang dikonsumsi seseorang dalam satu hari, sesuai dengan kecukupan
tubuhnya. Keadaan ini tercermin dari derajat kesehatannya, tumbuh kembangnya,
serta produktivitasnya yang optimal. Namun dengan pergeseran gaya hidup,
pengaruh urbanisasi, globalisasi dan indistrialisasi, dapat pula menyeret sebagian
masyarakat Indonesia untuk cendrung menyukai makanan siap santap yang kandugan
gizinya tidak seimbang. Pada umumnya, makanan siap sntap ini mengandung lemak
dan
Garam yang tinggi tetapi kandungan seratnya rendah. Pedoman umum gizi seimbang
dapat memberi arahan kepada prilaku masyarakat indonesia untuk selalu
mengkonsumsi makanan tradisionalnya, sesuai demgan kaidah gizi.
Pedoman umum Gizi Seimbang (PUGS) tersebut adalah:
1. Makanlah aneka ragam makanan
2. Makanlah makanan untuk memenuhi kecukupan energy
3. Makanlan makanan sumber karbohidrat, setenga dari kebutuhan energi
4. Batasi kosumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kacakupan energi
5. Gunakan garam beryodium
6. Makanlah makanan sumber zat besi
7. Berikan ASI saja kepada bayi sampai berumur 4 bulan
8. Biasakan makan pagi
9. Minumlah air bersih, aman dan cukup jumlahnya
10. Lakukan kegiatan fisik dan olah raga secara terat ur
11. Hindari minum – minuman berakohol
12. Maka lah makanan yang aman bagi kesehatan
13. Bacalah label pada makanan yang dikemas (Depkes, 1996)
Banyak ahli yang telah melakukan penelitan mengenai mekanisme terjadi
hipertensi dan kaitannya dengan kosumsi gizi. Salah satu menyebutkan bahwa
meningkatnya kosumsi kalori dalam bentuk karbohidrat dan lemak akan meningkatkan
aktivitas systim saraf simpatetik yang akhirnya akan menyebabkan hipertensi itulah
sebabnya orang yang kekgemikan karana kestabilan konsumsi lemak mengelami
hipertensi. Teori lainnya menyebutkan bahwa bila ginjal mengelami gangguan sehingga
tidak dapat mengekskresikan natrium (Na) dalam jumlah normal, akibatny natrium (Na)
dalam jumlah normal, akibatnya natrium(Na) didalam tubuh dari volume intravascular
meningkat sehigga terjadilah hipertensi. (Khomasan, 2003)
Seiring dengan perbaikan tinggkat ekonomi masyarakat , maka pola makanan
masyarakat bergeser dari tradasional kepola makan yang moderen. Pad pola makan
moderen ada kecendrungan masyarakat untuk memilih makanan yang tinggi kalori dan
lemak, tetapi rendah serat. ( Hasneli, 2007)
Pemilihan makanan yang tinggi kalori dan lemak, serta rendah serat ini akan
mengakibatkan kelibihan berat badan. Hasil penelitian sesuai purwati dkk (2001)
mengungkapkan bahwa obesitas dapat menimbulkan banyak masalah dan
meningkatkan kemungkinan seseorang teserang penyakit degeneratif seperti hipertensi.
(Khomasan, 2003)
Kadar lemak yang tinggi di dalam menu sehari-hari atau berakibat
meningkatkan tekanan darah. Kita di anjurkan untuk mengkonsumsi lemak kurang
dari 30 % total kalori. Tetapi lebuh penting dari itu ialah kita harus membatasi
konsumsi lemak jenuh yang banyak terkadang dalam minyak kelapa. Kalo ada pelihan
sebaiknya kita gunakan minyak jagung atau inyak sayur yang kandunagn lemak
jenuhnaya lebih rendah. (Khomasan, 2003)
Selain itu, hipertesi itu jga terjadi karna begitu banyaknya konsumsi garam-
garaman atau penguat rasa dalam makanan di era sekarang ini. Banyaknya lemak dan
tingginya kadar garam dapur serta berbagai penguat rasa seperti MSG atau vetsin serta
kadar gula yang tidak terkontrol sudah menjadi bagian dari makanan cepat saji atau
makanan sampah (junk food). Contoh autentik tentang hali ini adalah monosodium
glutmate (MSG) atau vetsin dan garam dapur yang nama kimianya monosodium
Klorida atau natrium Klorida yang memang terjadi adalah dari bumbu makanan cepat
saji, adalah unsur yang menyebabkan hipertensi itu adalah makanan Monosodium atau
Natrium lon yang berasal dari MSG (monosodium glutamate). Jadi sekalipun tidak
makan garam. Maka seseorang akan keracunaan monosodium / natrium yang berasal
dari MSG / Vetsin. Karena itu, jelas bahwa kedua unsur itu (Garam dan MSG) adalah
salah satu pencetus terjadinya hipertensi.
Yang dimaksud dangan garam dalam Diet Garam rendah adalah garam
natrium seperti yang terdapat didalam garam dapur (NaCI), soda kue (NaHCo3),
baking, powder, natrium benzoate, dan vitsin (Mono natrium glutamat). Natrium adalah
katon utama dalam cairan ekstraselular tubuh yang mempunyai fungsi menjaga
keseimbangan cairan asam basa tubuh, serta berperan dalam transmisi saraf dan
kontraksi otot. Asupan makanan sehari- hari umumnya mengandung lebih banyak
naterium dari pada yang dibutuhkan tumbuh. Dalam keadan normal, julah natrium yang
dikeluarkan tubuh melalui urine sama dengan jumlah yang dikonsumsi , sehingga
terdapat keseimbangan. Maknan sehari-hari biasanya cukup mengandun g natrium yang
di butuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sahari. WHO (1990)
menganjurkan pembatasi kosumsi garam dapur sehingga 6 garam sehari (ekivalen
dengan 2400 mg natrium). Asupun natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk
natrium klorida, dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga
menyebabkan edema atau ascites dan / atau hipertensi.(Almatsier, 2004)
Faktor prilaku seperti misalnya gaya hidup kurang baik seperti
pengkonsumsian makanan capat saji yang kaya daging dan minuman bersoda,
memiliki kader kolestrol darah yang tinggi, kegemukan ( obesitas), gaya hidup yang
tidak aktif (malas berolah raga) gaya hidup stress. stress cenderung menyebabkan
kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stress telah berlalu, maka tekanan
darah biasanya kembali normal. Faktor lingkungan termasuk prilaku / pola gaya hidup
( misalnya apa yang dimakan dan beberapa kali secerang makan serta bagaimana
aktivitasnya), seperti : indra perasan kita yang sejak kanak- kanak telah di biasakan
untuk memiliki ambrang batas yang tinggi terhadap rasa asin, sehingga sulit dapat
menerima makanan yang agak tawar. Konsumsi garam ini sulit dikontrol, terutama jika
kita terbiasa mengkonsumsi makanan diluar rumah (warung, restoran, hotel dan lain-
lain). (muhaimin,2008)
Cara yang baik menghindari tekanan darah tinggi adalah dengan mengubah ke
arah gaya hidup sehat, pengaturan pola makan yang baik dan aktifitas fisik yang cukup.
Seperti berolaraga, mengatur diet atau pola makan seperti rendah garam, rendah
kolestrol, dan lemak jenuh, dan meningkatkan konsumsi buah buah dan sayuran, tidak
mengkonsumsi alkohol dan rokok.
Modivikasi gaya hidup cukup efektif, dapat menurunkan resiko kardiovaskuler
dengan biaya sedikit, dan risiko minimal. Langkah-langkah yang dianjurkan untuk :
a. Menurunkan berat badan bila terdapat kelebihan (indeks massa tubuh ≥ 27).
b. Membatasi alkohol
c. Meningkatkan aktivitas fisik aerobik (30-45menit/hari)
d. Mengurangi aasupan kalium yang adekuat (90mmol/hari)
e. Mempertahankan asupan kalsium dan magnesium yang adekuat
f. Berhenti merokok dan mengurangi asupan lemak jenuh dan kolesterol dalam makanan. (arif
dkk)
Untuk mencapai serta memelihara kesehatan dan status gizi optimal, tubuh perlu
mengkonsumsi makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi seimbang. Bila tubuh
dapat mencerna mengabsorbsi dan memetabolisme zat-zat gizi tersebut secara baik,
maka akan tercapai keadaan gizi seimbang. Tetapi dalam keadaan sakit melalui
modofikasi diet diupayakan agar gizi tetap dicapai. (almatsier,2004).
Yang dimaksud makanan sehat adalah makanan yaang tidak membuat kita
underweight atau overweight, tetapi membuat berat badan kita normal atu ideal.
Disampinr itu, makanan sehat tidak membuat kolesterol atau gula darah kita tinggi dan
dalam pemeriksaan darah secara berkala, gula, lemak dan asam urat tetapi terkontrol
dengan baik. Tidak memperburuk organ penting tubuh tan tekanan darah kita menjadi
lebih stabil. Untuk mnedapatkan makanan yang sehat, perku diatur diet yang seimbang.
Artinya, smua jenis makanan yang kita konsumsi dalam jumlah yang cukup. Komposisi
antara makanan yang satu dan yang lain seimbang. Tidak ada yang dikonsumsi secara
berlebihan. Setiap makanan, meskipun baik buat kesehatan, bisa berbahaya apabila kita
makan secara berlebihan. (tandra, 2008)
Dalam susunan hidangan indonesia, berbagai jenis bahan makanan dapat
dikelompokan kedalam :
1. Bahan makanan pokok
2. Bahan makanan lauk pauk
3. Bahan makanan sayur, dan
4. Bahan makanan buah-buahan. (sediaoetama, 1985)
Sebagai mana kita sedari bersama aad beberapa faktor yang menentukan
bagaimana seseorang memilih makanannya. Faktor-faktor tersebut adalah kesenangan
serta ketidaksenangan (food like adng disklike), kebiasaan (foot habit), daya beli serta
ketersediaan mkanan (purchasing power and food availability), kepercayaan serta
ketakyulan (food belief and food faddism), aktualisasi diri (self-actualization), faktor
agama serta psikologis, dan yang paling akhir serta sering tidak dianggap penting,
ketimbaangan gizi serta kesehatan. Namun, jika kita mengakui kebenaran pendapat
bahwa kesehatan memang bukan segalanya, tetapi segalanya tanpa kesehatan tidak ada
artinya (health is not everlingbut everything without health is nothing), dan jika obat
dipandang sebagai dasar tetapi, maka nutrisi harus dipertimbangkan sebagaai dasar
kesembuhan (if medicine is seen as the base of treatment, then nutrition should be
considered as the base or recovery), tentunya pertimbangan gizi dan kesehatan akan kita
letakan ditempat pertama. (hartono 1999)
Rekomendasi berikut ini mungkin bisa dijadikan pedoman :
1. Makan makanan secara beragam untuk menjamin kecukupan energi, protein,
vitamin, mineral dan serta makanan yang penting bagi kesehatan yang baik.
2. Makanan dengan memperhatikan berat badan yang optimal untuk menghindari
kemungkinan terkena tekanan darah tinggi.
Khususnya bagi mereka yang memiliki kebiasaan makan kelebihan :
1. Memilih makanan rendah lemak jenuh dari rendah kolesterol untuk mngurangi
resiko penyakit jantung dan penyakit kanker tipe tertentu.
2. Memilih makanan yang banyak mengndung buah-buahan, sayur dan produk
sereal untuk mendapatkan vitamin, mineral, serta makanan serta karbohidrat
kompleks yang diperlukan dan akan membantu mengurangi asupan lemak/kalori
yang berlebihan.
3. Menggunakan gula dengan jumlah yang tidak berlebihan dan hanya jika
diperlukan. Asupan gula yang berlebihan dapat mengakibatkan konsumsi kalori
yang terlampau banyak dan konsumsi nutrient lain yang terlalu sedikit disamping
menyebabkan kerusakan gigi.
4. Menggunakan garam dan natrium dengan jumlah yang tidak berlebihan untuk
membantu mengurangi resiko tekanan darah tinggi. (hartono 1999)
D. Kerangka Konsep
1. Dasar pemikiran variabel yang diteliti
a. Hipertensi
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang memberi gejala yang
akan berlanjut suatu target organ seperti struk, penyakit jantung koroner (PJK) dan
left ventricie hypertrophy (untuk otot jantung). Penyakit hipetensi ini
memberikan kontribusi yang besar setiap tahun menjadi penyebab satu dari setiap
7 kematian (7 juta pertahun). Perilaku manusia terhadap makanan dan minuman
mempunyai peranan besar untuk memelihara kesehatan yang terwujud dalam
bentuk pengetahuan sikap dan tindakan.
b. Pengetahuan
Pengetahuan yang baik diharapkan seorang untuk menanamkan kebiasaan makan
yang baik pula.
c. Sikap
Dengan pegetahuan yang cukup diharapkan seorang dapat menanamkan sikap
untuk mengkonsumsi makanan sesuai pedoman gizi seimbang.
d. Kebiasaan makan
Dengan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap kebiasaan makanan maka
diharapkan dalam tindakan atau praktek sehari-hari melaksanakan praktek gizi
seimbang dan mengkonsusmsi makanan. Kebiasaan makanan yang cendrung
menyukai makanan siap saji dimana kandungan giizinya tidak seimbang, yang
mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan memberi
konsekuensi terhadap berkembangnya penyakit degeneratif salah satu penyakit
tersebut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Gambar 2.1 kerangka konsep
PengetahuanPenyakit hipertensiKebiasaan makan sikap
Keterangan : Aspek yang diteliti
E. Hipotesis penelitian
Hipotesis alternatif (Ha)
a. Ada hubungan pengetahuan kebiasaan makan dengan penderita hipertensi
b. Ada hubungan sikap kebiasaan makan dengan penderita hipertensi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan seksional
silang (cross secsional), yaitu melihat hubungan pengetahuan dan sikap kebiasaan makan
dengan penderita hipertensi dipoli penyakit dalam RSUD harapan insan sendawar dengan
pertimbangan bahwa dirumah sakit tersebut banyak penderita hipertensi dalam waktu yang
bersamaan (purposive sampling) (notoatmodjo, 2002).
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini di lakukan di poli penyakit dalam RSUD harapan insan sendawar pada
tanggal 11 mei sampai dengan tanggal 06 juni 2012.
C. Defenisi operasional dan kriteria obyektif
Tabel 2.1
Defenisi operasional Kriteria obyektif
a. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahun
dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindaran terhadap suatu objek
tertentu.
b. Sikap
Sikap merupakan reaksi ata respon yang
masih tertutup dari seorang terhadap
suatu stimulus atau objek
c. Kebiasaan makan
Kebiasaan makan adalah cara individu /
kelompok dalam memilih,
mengkonsumsi dan menggunakan
Dikatakan baik, jika jawaban benar
≥65% dikatakan kuranng, jika jawaban
kurang,
Jika jawaban benar < 65%
Dikatakan baik,
Jika jawaban benar ≥ 65%
Dikatakan kurang,
Jika jwaban benar <65%
Mengacu pada penuntun diet edisi baru,
diet rendah garam dan rendah lemak.
makanan yang tersedia dan didasarkan
pada faktor sosial dan budaya dimana
individu atau kelompok tersebut hidup
d. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
yaitu naiknya tekanan darah melebihi
batasan normal.
Dikatakan hipertensi,jika tekanan sistolik
≥140 mmHg dan tekanan diastolik ≥
90mmHg
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(notoatmodjo,2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasen hipertensi
yang datang kepoli penyakit dalam RSUD harapan insan sendawar.
2. Besar sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (notowatnoco, 2002).
Penelitian ini menggunakan sampel yang memenuhi kriteria inklusi sebagai berikut:
a. penderita hipertensi yang datang berobat pada saat dilakukan peneliatian.(tangal
11 mei sampai dengan tanggal 6 juni 2012).
b. Bersedia menggikuti penelitian dengan menandatangani lembar kesedian menjadi
responden.
c. Pasien yang gignosa menderita penyakit hipertensi ≥ 140 mmHg/≥ 90 mmHg).
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis data yang dikumpulkan adalah:
a. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden yang
dikumpulkan secara khusus untuk menjawab pertanyaan pada kuisioner.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara, mengunakan
kuisioner yang telah disusun berdasarkan kebutuhan pada penelitian ini
terhadap pasien hipertensi.
b. Data skunder yaitu data yang diperoleh dari sumber lain. Data skunder
diperoleh dari instansi terkait yaitu medical record pasien hipertensi RSUD
harapan insan sendawar.
2. Cara pengumpulan data yaitu:
a. Data Primer
Penelitian melakukan pengumpulan data dengan membagi kuisioner pada
pasien penderita hipertensi yang berkunjung kepoli penyakit dalam RSUD
harapan insan sendawar. Pengisian kuisioner ditulis langsung oleh responden.
Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti oleh responden, maka peneliti
menjelaskan kembali maksud dari pertanyaan tersebut.
b. Data Skunder
Peneliti mendapat data skunder yaitu dari catatan medical fecord pasien.
c. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan kuisioner.
F. Pengolahan dan Pengajian Data
1. Metode pengolahan data yang diperoleh dari kuisioner akan diolah dengan
meneliti dan memeriksa data mulai identitas dan kelengkapa jawaban kuisioner
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Editing
Editing yaitu memeriksa semua pertanyaan dalam kuisioner untuk mengetahui
kelengkapan jawaban responden.
b. Koding
Yaitu memberi kode jawaban dengan angka atau kode lain yaitu 1 untuk
jawaban benar dan 2 untuk jawaban salah.
c. Tabulating atau tabulasi
Yaitu kegiatan menilai jawaban responden dengan cara menjumlahkan seluruh
skor yang diperoleh esponden dalam bentuk tabel yang natinya yang akan
dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penentuan kategori yang
diperoleh masing-masing responden sesuai dengan ketentuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengolahan Data
Pengolahan data dengan mengunakan komputer program SPSS windou dan
kemudian dikerjakan melalui suatu proses.
3. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk tabel yang mencantumkan variabel independen atau
bebas disertai penjelasan.
http://priscaaja.blogspot.com/2012/12/hubungan-pengetahuan-dan-sikap.html