morfologi

4
Pengamatan morfologi tanah merupakan kegiatan mengamati sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian sifat-sifat yang dapat dipelajari tersebut adalah sifat-sifat fisik tanah. Yang akan diamati antara lain penggolongan horizon tanah, kedalaman horizon, batas horizon, warna tanah tiap horizon, struktur tanah tiap horizon, konsistensi tanah tiap horizon, perakaran, kedalaman top soil dan kedalaman efektif. Sebenarnya terdapat hal lain yang dapat diamati yaitu kandungan bahan kasar/konkresi/hablur/fragmen, karatan tanah, pH tanah, dan penetrasi, namun hal tersebut tidak diamati karena peralatan dan waktu yang terbatas. Hal lain yang diamati selain sifat fisik adalah keadaan lingkunagn sekitar penampang profil tanah. Informasi tersebut antara lain tentang fisiografi yang menunjukkan bentuk permukaan wilayah dilihat dari sisi faktor dan proses pembentukannya, relief, kelerengan, dan keadaan batu. Lokasi pengamatan morfologi tanah dilakukan di dua tempat, yaitu daerah Darmaga yang terdiri dari dua blok penampang profil yaitu di Cikabayan dan Kampus IPB Darmaga (belakang sekret Menwa). Lokasi yang kedua yaitu di daerah Sukamantri yang etrdiri dari tiga blok pengamatan. Di sekitar tempat pengamatan Darmaga, memiliki fisiografi menengah, dengan relief makro berombak dan kemiringan landai. Di sekitar lokasi pengamatan juga tidak ditemukan adanya batu-batu sedang/ kecil. Penampang tanah di daerah Cikabayan berada di tengah-tengah perkebunan karet dan kelapa sawit yang ditumbuhi semak, sedangkan penampang tanah di kampus berada di sekitar semak belukar yang diselingi oleh pohon sengon dengan kondisi yang kurang terawat dan jarang dilewati. Untuk daerah Sukamantri sendiri berada pada fisiografi yang tinggi dengan relief makro bergelombang dan kelerengan curam. Desa Sukamantri berdekatan dengan Gunung Salak sehingga merupakan dataran alluvial. Setelah pengamatan morfologi tanah seharusnya dilakukan pengklasifikasian tanah berdasarkan sifat-sifat fisik yang diamati. Namun dalam praktikum ini pengamatan morfologi tidak dilakukan hingga pengklasifikasian. Telah diketahui

Upload: diah-ayu-wulandari

Post on 26-Dec-2015

10 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

morfologi

TRANSCRIPT

Page 1: morfologi

Pengamatan morfologi tanah merupakan kegiatan mengamati sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapangan. Sebagian sifat-sifat yang dapat dipelajari tersebut adalah sifat-sifat fisik tanah. Yang akan diamati antara lain penggolongan horizon tanah, kedalaman horizon, batas horizon, warna tanah tiap horizon, struktur tanah tiap horizon, konsistensi tanah tiap horizon, perakaran, kedalaman top soil dan kedalaman efektif. Sebenarnya terdapat hal lain yang dapat diamati yaitu kandungan bahan kasar/konkresi/hablur/fragmen, karatan tanah, pH tanah, dan penetrasi, namun hal tersebut tidak diamati karena peralatan dan waktu yang terbatas. Hal lain yang diamati selain sifat fisik adalah keadaan lingkunagn sekitar penampang profil tanah. Informasi tersebut antara lain tentang fisiografi yang menunjukkan bentuk permukaan wilayah dilihat dari sisi faktor dan proses pembentukannya, relief, kelerengan, dan keadaan batu. Lokasi pengamatan morfologi tanah dilakukan di dua tempat, yaitu daerah Darmaga yang terdiri dari dua blok penampang profil yaitu di Cikabayan dan Kampus IPB Darmaga (belakang sekret Menwa). Lokasi yang kedua yaitu di daerah Sukamantri yang etrdiri dari tiga blok pengamatan. Di sekitar tempat pengamatan Darmaga, memiliki fisiografi menengah, dengan relief makro berombak dan kemiringan landai. Di sekitar lokasi pengamatan juga tidak ditemukan adanya batu-batu sedang/ kecil. Penampang tanah di daerah Cikabayan berada di tengah-tengah perkebunan karet dan kelapa sawit yang ditumbuhi semak, sedangkan penampang tanah di kampus berada di sekitar semak belukar yang diselingi oleh pohon sengon dengan kondisi yang kurang terawat dan jarang dilewati. Untuk daerah Sukamantri sendiri berada pada fisiografi yang tinggi dengan relief makro bergelombang dan kelerengan curam. Desa Sukamantri berdekatan dengan Gunung Salak sehingga merupakan dataran alluvial.

Setelah pengamatan morfologi tanah seharusnya dilakukan pengklasifikasian

tanah berdasarkan sifat-sifat fisik yang diamati. Namun dalam praktikum ini pengamatan

morfologi tidak dilakukan hingga pengklasifikasian. Telah diketahui bahwa lokasi

pengamatan di Darmaga berjenis tanah latosol, sedangkan Sukamantri berjenis andosol.

Tahapan pengamatan yang pertama adalah mengidentifikasi penampang tanah

dengan membaginya menjadi beberapa horizon, pembatasan horison dilakukan dengan

melihat warna secara umum dan menusuk-nusuk atau mencukil-cukil dinding penampang

yang akan dideskripsi, untuk mengetahui perbedaan kekerasan atau kepadatan dari

keseluruhan penampang. Sementara itu dengan tangan kiri untuk merasakan perbedaan

tekstur dengan meremas-remas tanahnya. Kemudian dilakukan pengukuran kedalaman

tiap horizon. Tanah di Darmaga rata-rata memiliki solum yang dalam dengan horizon B

yang tebal. Batas antar horizongradual atau berangsur dimanalebar peralihan antara 6,5-

12,5 cm. Bentuk topografi batas horizon berombak dan tidak teratur. Sedangkan horizon

di Sukamantri rata-rata dapat dibedakan menjadi 4 horizon yang tipis dengan batas yang

nyata hingga jelas dan benttuk horizon tidak teratur.

Page 2: morfologi

Tahapan selanjutnya adalah menentukan warna masing-masing horizon tanah

dengan buku Munsell Soil Color Chart. Rata-rata horizon tanah Sukamantri berwarna

hitam dan lebih gelap dimana semakin kebawah semakin terang. Hue sama yaitu 7,5 YR

dan beberapa ada yang 10 YR (pada horizon paling bawah) dan value antara 2-4. Hal ini

menunjukkan kandungan bahan organik pada tanah Sukamantri sangat tinggi. Sedangkan

tanah Darmaga rata-rata tiap horizon berwarna coklat kemerahan, dimana di Cikabayan

berwarna lebih gelap daripada tanah di kampus yang lebih kemerahan. Hue antara 5 YR –

7,5 YR dan value antara 3-4. Hal ini menunjukkan secara umum tanah daerah Sukamantri

berwarna lebih gelap dan semakin ke bawah semakin mendekati coklat kekuningan.

Sedangkan tanah Darmaga lebih cenderung ke coklat kemerahan. Artinya, tanah

Sukamantri memiliki kandungan bahan organik yang melimpah dibanding Darmaga yang

telah mengalami pelapukan dan pencucian lanjut.

Selanjutnya diamati tekstur dan struktur tanah. Tanah Darmaga horizon A rata-

rata bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, dan horizon B bertekstur liat atau

debu. Sedangkan pada tanah Sukamantri semua horizon bertekstur lempung berdebu. Hal

ini menunjukkan tingkat kekasaran pada tanah Darmaga yang lebih rendah karena

merupakan tanah tua yang telah mengalami pelapukan lanjut. Untuk strukturnya, tanah

Darmaga berbentuk granular dan semakin ke bawah berbentuk subangular blocky,

sedangkan tanah Sukamntri cenderung berbentuk remah atau granular. Tingkat

perkembangan tanah Darmaga juga lebih kuat daripada tanah Sukamantri.

Untuk konsistensinya, tanah Sukamantri bersifat lebih gembur dan agak melekat,

sedangkan Darmaga lebih teguh dan melekat. Hal ini menunkukkan porositas dan

drainase pada tanah Sukamantri yang lebih baik. Untuk hal perakaran, kedua lokasi sama-

sama memiliki perakaran yang semakin kebawah semakin sedikit ditemukan akar.

Pada beberapa blok pengamatan di Sukamantri memiliki ketebalan top soil yang

berbeda dimana terdalam adalah 0-43 cm. Hal ini disebabkan oleh proses pembentukan

tanah yang berbeda dan dimungkinkan pada beberapa blok telah terjadi pencucian oleh

hujan. Sedangkan pada Darmaga top soil antara 0-30 cm yang berarti tanah Sukamantri

meiliki kandunagn top soil lebih banyak.

Secara umum, perbedaan yang paling mencolok antara kedua lokasi adalah warna,

tekstur, dan adanya batuan. Tanah latosol Darmaga berwarna lebih cerah (coklat

Page 3: morfologi

kemerahan) dibandingkan tanah andosol Sukamantri yang berwarna hitam/lebih gelap

yang berarti tanah andosol lebih kaya bahan organik. Tanah latosol didominasi oleh liat

sedangkan Andosol Sukamantri cenderung lempung berdebu sehingga porositas pada

andosol lebih baik, akan tetapi tanah latosol lebih teguh dan mudah terjadi pemadatan.

Selain hal tersebut, pada tanah andosol Sukamantri masih ditemukan adanya bebatuan di

lapisan terbawah, sedangkan di latosol Darmaga tidak. Hal ini berarti latosol Darmaga

telah mengalami proses pedogenesis yang lebih lama sehingga tidak ada batuan yang

tersisa kecuali jika kita gali lebih dalam lagi. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

tanah latosol Darmaga lebih tua daripada tanah andosol Sukamantri.