moneter fiskal - gbe small paper

Upload: dawud-gede

Post on 10-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

GBE small paper, by : Dawud Gede Wicaksono D.;Prog. MBA, Univ. Gadjah Mada

TRANSCRIPT

  • TOPIKAL PAPER

    Monetary & Fiscal Policies - Industry & Sectoral Policies

    MCKINSEY GLOBAL INSTITUTE

    THE ARCHIPELAGO ECONOMY: UNLEASHING INDONESIAS

    POTENTIAL

    Drs. M. Edhie Purnawan, M.A., Ph.D.

    Dawud Gede Wicaksono

    (12/343653/PEK/18069)

    REGULER ANGKATAN 33 JKT

    PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

    FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    JAKARTA

    2013

  • 1RINGKASAN

    Di tengah krisis global, Indonesia dipandang sebagai kekuatan yang sedang berkembang.

    Hal ini tergambarkan dalam sebuah laporan riset perkembangan terkini situasi ekonomi Indonesia

    dilakukan oleh Mckinsey Global Institute yang dipublikasikan pada September 2012 yang lalu.

    Sebuah gambaran sederhana yang diutarakan oleh Mckinsey Global adalah Indonesia saat ini

    berada di peringkat 16 besar ekonomi dunia, dengan 45 juta orang kelas menengah yang

    membelanjakan uangnya, dimana sebagian besar 53% penduduk tinggal di perkotaan yang

    menyumbangkan sekitar 74% Produk Domestik Bruto. Hal ini dimungkinkan karena saat ini

    Indonesia mempunyai 55 juta angkatan kerja berketrampilan. Hal senada juga diucapkan oleh

    Menteri Keuangan, Agus Marto kepada Antara pada 5 Januari lalu bahwa pertumbuhan ekonomi

    Indonesia terbaik kedua setelah Cina pada 2012 silam. Walaupun terpaut 2,3% dengan Cina yakni

    8,6%, akan tetapi beliau optimis Indonesia masih mempunyai ruang untuk bertumbuh sedangkan

    Cina sudah mengalami perlambatan.[1]

    Tidaklah heran jika Mckinsey optimis dengan peringkat PDB Indonesia yang telah sama

    dengan beberapa negara Eropa yang kemudian memproyeksikan di tahun 2030, Indonesia akan

    menempati peringkat 7 besar ekonomi dunia, dengan sejumlah 135 juta kelas konsumen dengan

    pengeluaran diatas $10 per harinya. Dimana ini mencapai hampir seperempat penduduk ASEAN di

    tahun 2011 kemarin dengan ukuran ekonomi Indonesia saat ini hampir setengah dari total ekonomi

    ASEAN.[2]

    Hal ini dimungkinkan terjadi karena didukung oleh beberapa faktor sebagai berikut :

    Kebangkitan Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang stabil sejak tahun 2000 silam,

    sedikit banyak dipengaruhi oleh pertumbuhan industri di China dan konsumsi India. Cina yang

    bertumbuh membutuhkan energi untuk mendukung kegiatan industrinya. Indonesia yang mampu

    menyediakan suplai batubara dan India yang menyediakan logam bagi Cina juga mendapat imbas

    positif dari hal ini. Tidak hanya itu, konsumsi kedua negara tersebut akan komoditi ekspor kelapa

    sawit Indonesia mencapai total hampir US$6 miliar. Kedua komoditi inilah sedikit banyak

    mempengaruhi surplus ekspor Indonesia.

    Urbanisasi. McKinsey memproyeksikan di tahun 2030, masyarakat Indonesia yang tinggal

    di kawasan perkotaan mencapai 71% dari populasi dengan estimasi 32 juta orang akan berpindah

    dari wilayah pedesaan ke kota. Hal ini akan mendorong munculnya kota-kota baru diluar Jakarta.

    Kota-kota ini akan menyumbang sekitar seperempat PDB Indonesia di tahun 2030.

    1 Priyambodo RH. 5 Januari 2013. Indonesia's economic growth best after China. Diakses tanggal 16 September 2013

    dari http://www.antaranews.com/en/news/86622/indonesias-economic-growth-best-after-china

    2 Deutsche Welle. 21 Mei 2013. Chatib Basri: Kita Seperti Pasien yang Baru Sembuh. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.dw.de/chatib-basri-kita-seperti-pasien-yang-baru-sembuh/a-16569746

  • 2Pertumbuhan jumlah angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja Indonesia di 2030

    diproyeksikan mencapai 280 juta jiwa, berbeda dengan beberapa negara Asia yang sudah

    mengalami perlambatan tingkat pertumbuhan. Hal ini memberikan dampak positif pada tingkat

    pertumbuhan ekonomi sebesar 2,4%.

    Munculnya negara-negara berbasis teknologi dan digital. Saat ini terdapat 220 juta

    pengguna telepon nirkabel, dimana diharapkan pada 2016 terdapat 100 juta pengguna terhubung

    pada layanan internet. Hasil studi BPS menyebutkan kontribusi telekomunikasi sebesar 10% pada

    jaringan pita lebar meningkatkan PDB sebesar 1,38%.[3]

    Indonesia mempunyai tantangan yang tidak mudah untuk mencapai proyeksi Mckinsey di

    tahun 2030 tersebut, Indonesia harus menjaga tingkat pertumbuhan hingga dua puluh tahun kedepan

    dengan rata-rata sebesar 7,7%. Sektor-sektor potensial yang mendukung pertumbuhan tersebut

    antara lain jasa, pertanian perikanan, dan sumber daya alam. Untuk mendukung pertumbuhan

    tersebut, Indonesia juga perlu meningkatkan produktivitas tenaga kerjanya hingga 60% dari

    produktivitas saat ini sehingga sektor edukasi juga memegang peranan penting. Selain itu, dengan

    meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat Indonesia, diperlukan juga peningkatan infrastruktur

    dan kemudahan akses terhadap sumber daya mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan

    dengan masalah embangunan wilayah yang tidak seragam.

    PEMBAHASAN

    Apa saja yang perlu dilakukan Indonesia supaya perekonomian seperti yang dimaksud dalam

    penelitian McKinsey dapat terwujud?

    Penelitian proyeksi situasi ekonomi Indonesia di tahun 2030 mendatang menunjukkan

    sinyalemen optimis dari pada ekonom. Menurut saya, untuk dapat mewujudkan pencapaian tersebut

    yang perlu dilakukan saat ini adalah,

    1. Regulasi yang mempermudah investasi

    Berdasarkan hasil studi WorldBank dan International International Finance Corporation

    (IFC) pada akhir 2012, mengenai kemudahan berbisnis, Indonesia berada di peringkat 128 ini pun

    jauh tertinggal bila dibandingkan dengan negara tetangga Malaysia di posisi 12. Indonesia

    membutuhkan 9 prosedur pengurusan izin selama 47 hari. Bandingkan dengan Malaysia yang hanya

    perlu menyelesaikan 4 prosedur selama 6 hari. Indikator yang diteliti oleh Bank Dunia diantaranya

    izin pendirian bangunan, mendapatkan listrik, meregistrasi kantor / properti tempat usaha,

    3 Erik Purnama Putra.4 Mei 2013. Tifatul: Perekonomian Negara Meningkat Jika Warga Mengakses Internet. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/04/mm9sq4-tifatul-perekonomian-negara-meningkat-jika-warga-mengakses-internet

  • 3mendapatkan akses permodalan, jaminan keamanan, insentif pajak, akses pasar, rumitnya

    pengurusan izin usaha, dan minimnya infrastruktur antar daerah. [4]

    Pemerintah harus bekerja keras untuk memperbaiki iklim investasi saat ini, dengan membuat

    layanan satu atap terintegrasi, baik di level pusat dan daerah, agar prosedur izin usaha dapat

    dipangkas lagi.

    2. Meningatkan pembangunan infrastruktur & pengembangan IPTEK terkait tiap

    industri.

    Indonesia adalah negara kepulauan dengan pertumbuhan akses infrastruktur antar pulau dan

    akses ke sumber daya cukup tertinggal. Kondisi geografis ini turut menyumbang inflasi yang tidak

    seragam bagi daerah-daerah di luar Jawa. Antrian kendaraan yang memasuki pelabuhan Merak dan

    Tanjung Priok adalah sajian berita harian yang notabene merugikan pengusaha akan ketepatan

    waktu dan volume pengiriman yang tidak maksimal.Karena pembangunan interkoneksitas

    membutuhkan waktu yang terbilang tidak singkat, pemerintah telah membuat rancangan percepatan

    pembangunan di masing-masing propinsi (MP3EI) disesuaikan dengan keunggulan masing-masing.

    Hal ini secepatnya diimplementasikan, sebagai contoh wilayah Sumatra yang unggul di produk

    kelapa sawit dan karet, dibuatkan jalur kereta api, pembuatan pelabuhan internasional, kawasan

    industri, serta balai penelitian oleochemical produk turunan CPO. Indonesia sangat perlu

    meningkatkan variasi/fleksibilitas produk turunan supaya ketika suatu komoditi mendapatkan

    penolakan, bentuk turunanannya masih dapat diperjualbelikan, misal kelapa sawit menjadi

    biodiesel, sabun, margarine, dll.

    3. Membuat industri-industri dasar yang mengarah pada fleksibilitas produk turunan

    Fleksibilitas dan variasi produk akan meningkatkan ekspor bila Indonesia ternyata

    mempunyai keunggulan komparatif dengan produk-produk kompetisi dari negara lain. Sebuah hasil

    studi yang dilakukan oleh Hidalgo dan Klinger yang membandingkan negara maju dan

    berkembang, menunjukkan perekonomian negara G20 maju karena mereka memiliki variasi &

    fleksibilitas produk yang bila diturunkan akan meningkatkan nilai jualnya. Bandingkan dengan

    komoditas batu bara dan minyak bumi yang terbatas produk turunannya.[5]

    4. Membuat kurikulum siap pakai antara SMK (Kejuruan) dengan industri

    Hasil studi Mckinsey menunjukkan pertumbuhan ekonomi selama ini didapatkan dari

    eningkatan jumlah angkatan kerja yang signifikan, tetapi produktivitas pekerja Indonesia masih

    kurang memadai. Karena itu, untuk mengejar ketertinggalan 60% produktivitas, maka pemerintah

    4 World Bank & International Finance Corporation. 2013. Doing Business Smarter Regulations for Small and Medium-Size Enterprises. Washington DC: World Bank

    5 C.A Hidalgo, B.Klinger. 27 Juli 2007. The Product Space Conditions the Development of Nations . ScienceMag Vol. 317 no. 5837 pp. 482-487

  • 4perlu membuat kurikulum terintegrasi dengan industri, setidaknya inefisiensi produksi dapat ditekan

    menjelang pasar bebas ACFTA (ASEAN China Free Trade).

    5. Membuat kebijakan visioner ke depan bukan populis berorientasi Pemilu

    Kondisi ekonomi Indonesia 15 tahun sejak reformasi 1998 sangat dipengaruhi oleh kondisi

    politik tanah air. Banyak komponen yang mempengaruhi hajat hidup orang banyak selalu dikaitkan

    dengan kebijakan populis berkenaan dengan pemilihan umum. Sebagai contoh, bagaimana

    penurunan / kenaikan harga BBM dilaksanakan disesuaikan dengan persepsi masyarakat dengan

    pemerintahan berjalan. Pemerintah memboroskan anggaran demi menjaga citra pro-rakyat dengan

    membuat kebijakan-kebijakan yang populis tapi tidak produktif.

    6. Menjaga kestabilan ekonomi melalui kebijakan moneter

    Untuk memastikan kondisi ekonomi makro negara yang stabil, yang memberikan jaminan

    keamanan berusaha & berinvestasi di Indonesia, melalui :

    Menekan tingkat inflasi (tingkat inflasi aman), inflasi Indonesia cenderung tinggi

    disebabkan kondisi geografis dan ketidakstabilan harga pangan. Bila inflasi dapat

    ditekan, perusahaan masih dapat bertumbuh dan menghasilkan laba karena konsumsi

    masyarakat akan meningkat.

    Rentang bunga kredit yang tidak terlalu jauh dengan BI rate untuk korporasi. Suku

    bunga sebagai salah satu alat BI untuk mengontrol inflasi melalui jumlah uang yang

    beredar. Tetapi, bagi pengusaha kenaikan BI rate walaupun sedikit menyebabkan bunga

    kredit korporasi naik dalam proporsi yang lebih besar. Hal ini akan semakin

    memperbesar beban pengusaha dan mengurungkan niat kreditur untuk mengakses

    bantuan permodalan.

    Menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah agar tercapai kestabilan harga di level bahan baku

    produksi. Bagi produsen fluktuasi harga bahan baku menyebabkan ketidakpastian

    berusaha. dan bagi konsumen hal ini akan mengurangi kemampuan konsumsi mereka.

    7. Membuat kebijakan fiskal yang mendukung pertumbuhan ekonomi

    Untuk mencapai peringkat 7 besar dari sisi PDB di tahun 2030, maka Indonesia perlu

    merencanakan pembelanjaan yang mendukung peningkatan PDB. Bila dilihat dari pendekatan

    pengeluaran, PDB adalah total penjumlahan dari konsumsi + investasi + pengeluaran pemerintah +

    (ekspor impor). Dimana PDB berbanding lurus pada konsumsi, investasi, pengeluaran dan eskpor.

    Untuk menstimulasi pembangunan, pengeluaran pemerintah difokuskan untuk

    membangun infrastruktur (pada nomor 2 diatas, melalui MP3EI (Masterplan Percepatan

    dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang akan menstimulasi pembangunan

    dan investasi masuk ke Indonesia. Bila perlu penyerapan anggaran infrastruktur perlu

    ditingkatkan untuk mempercepat masuknya investasi asing. (pengeluaran)

  • 5 Pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih berasal dari konsumsi dalam negeri saja.

    Ada konsumsi tentu saja harus memiliki pendapatan, dan adanya konsumsi tentu harus

    ada kegiatan produksi. Berdasarkan peramalan Mckinsey, jumlah konsumsi di tahun

    2030 untuk barang konsumsi secara total mencapai 17,7% . Hanya saja barang konsumsi

    saat ini lebih banyak berasal dari impor dan bukan produk lokal. Oleh karena itu,

    pemerintah perlu meningkatkan sektor manufaktur agar lebih banyak pengusaha lokal

    dan investor asing menanamkan modalnya dalam sektor riil di tanah air. (peningkatan

    konsumsi dan investasi, serta pengurangan impor)

    Semakin besarnya jumlah penduduk dunia di tahun 2030 perlu disikapi akan

    keterbatasan sumber makanan dan air bersih. Posisi strategis Indonesia yang berada di

    wilayah ekuator dan kepulauan seharusnya memberikan keuntungan untuk memproduksi

    produk-produk agrikultur dan perikanan. Pemerintah perlu mendorong penggunaan

    teknologi pertanian dan perikanan untuk meningkatkan sumber pangan dan bila perlu

    memenuhi kebutuhan ekspor pangan dunia. (ekspor)

    Catatan penting dari Mckinsey mengenai keterbatasan penggunaan teknologi ramah

    lingkungan salah satunya energi panas bumi. Indonesia sebagai negara yang dilalui

    cincin api, mempunyai potensi panas bumi yang melimpah. Berdasarkan penelitian yang

    dilaksanakan Kementrian ESDM potesi panas bumi Indonesia mencapai 29 GigaWatt

    atau 40% dari potensi dunia secara keseluruhan, dan saat ini baru diakses sebesar 1.300-

    an Giga Watt, atau kurang dari 5% saja, sangat jauh dila dibandingkan dengan filipina

    yang mencapai 27%.[6]

    Bila energi panas bumi ini dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk subsidi listrik

    bagi kalangan perindustrian, Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk

    mengundang investor masuk membuat pabrik-pabrik di Indonesia. Selain itu dapat

    mengurangi porsi anggaran untuk subsidi listrik pada PLN, sehingga pemanfaat

    anggaran dapat dimaksimalkan.

    Pemerintah harus merampingkan birokrasi kementrian dan pegawai negeri sipil di

    berbagai daerah. Jumlah PNS yang berlebihan berpotansi memberatkan APBN &

    APBD, sehingga setiap kuartal pemerintah selalu defisit dan menerbitkan surat hutang.

    Walaupun rasio PDB dan hutang Indonesia menurun setiap tahunnya, tetapi hutang ini

    dapat dikategorikan hutang yang tidak produktif (bad debt).

    6 Kementrian ESDM. 13 Juni 2013. Menteri ESDM : Malu Saya, 40% Geothermal Dunia Ada Di Indonesia Namun Yang Baru Dikembangkan 4% Saja. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.esdm.go.id/berita/panas-bumi/45-panasbumi/6322-menteri-esdm-malu-saya-40-geothermal-dunia-ada-di-indonesia-namun-yang-baru-dikembangkan-4-saja.html

  • 6 Pemerintah mendorong transformasi BUMN dan BUMD menjadi Investment Center

    agar mampu mencari pendanaan (good debt) untuk mengejar ketertinggalan

    pembangunan di daerah-daerah.

    Pemerintah perlu mendorong perusahaan-perusahaan di Indonesia agar menjadi

    perusahaan terbuka melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) di bursa saham

    dengan tujuan menyerap masuknya modal asing ke sektor-sektor riil dan bukan hanya

    pasar finansial saja.

    REFERENSI

    1. Mckinsey Global Institute. September 2012. The archipelago economy: Unleashing Indonesia's potential. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.mckinsey.com/insights/asia-pacific/the_archipelago_economy

    2. Priyambodo RH. 5 Januari 2013. Indonesia's economic growth best after China. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.antaranews.com/en/news/86622/indonesias-economic-growth-best-after-china

    3. Deutsche Welle. 21 Mei 2013. Chatib Basri: Kita Seperti Pasien yang Baru Sembuh. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.dw.de/chatib-basri-kita-seperti-pasien-yang-baru-sembuh/a-16569746

    4. Erik Purnama Putra.4 Mei 2013. Tifatul: Perekonomian Negara Meningkat Jika Warga Mengakses Internet. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/05/04/mm9sq4-tifatul-perekonomian-negara-meningkat-jika-warga-mengakses-internet

    5. World Bank & International Finance Corporation. 2013. Doing Business Smarter Regulations for Small and Medium-Size Enterprises. Washington DC: World Bank

    6. C.A Hidalgo, B.Klinger. 27 Juli 2007. The Product Space Conditions the Development of Nations . ScienceMag Vol. 317 no. 5837 pp. 482-487

    7. Kementrian ESDM. 13 Juni 2013. Menteri ESDM : Malu Saya, 40% Geothermal Dunia Ada Di Indonesia Namun Yang Baru Dikembangkan 4% Saja. Diakses tanggal 16 September 2013 dari http://www.esdm.go.id/berita/panas-bumi/45-panasbumi/6322-menteri-esdm-malu-saya-40-geothermal-dunia-ada-di-indonesia-namun-yang-baru-dikembangkan-4-saja.html