modul pertemuan psy faal pkk ke 1 materi pengantar
TRANSCRIPT
PERTEMUAN 1
MATA KULIAH PSIKOLOGI FAAL
oleh : Ahmad Muhidin, M.Psi
Pokok Bahasan
PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL
Tujuan Pembelajaran :
Memahami dan Menjelaskan Konsep-Konsep Psikologi Faal Mengenai :
A. Evolusi Perfekstive Perilaku ; Idealisme (Psikologisme) Vs Materialisme
(Biologisme)
B. Deterministik Perilaku : Nature vs Nurture
C. Fokus Kajian Psikologi Faal
D. Kemajuan Kajian-Kajian Terkait Psikologi Faal
E. Perkembangan Implementasi Psikologi Faal
Materi Kuliah :
1. PENGANTAR PSIKOLOGI FAAL
PSIKOLOGI FAAL, berasal dari Psikologi dan Ilmu Faal. PSIKOLOGI adalah
Ilmu yang mempelajari perilaku manusia (Bigot, dkk, 1950), sedangkan ILMU
FAAL adalah Ilmu yang mempelajari tentang fungsi dan kerja alat-alat dalam
tubuh. Jadi Psikologi Faal adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia
dalam kaitannya dengan fungsi dan kerja aiat-alai dalam tubuh.
Dalam mempelajari perilaku manusia kita mengenal adanya 3 fungsi utama
yang mempengaruhi perilaku individu, yaitu fungsi kognisi (pikiran), fungsi afeksi
(emosi), dan fungsi konasi (kenzauan/kehendak). Dalam Psikologi Faal, titik berat
perhatian kita adalah meninjau kondisi faali atau kondisi biologis yang
mempengaruhi fungsi-fungsi perilaku tersebut.
Sebelum kita dapat memahami fungsi dan kerja alat-alat tubuh yang
mempengaruhi perilaku seseorang, lebih dahulu kita perlu mengenal anatomi
alat-alat tubuh. ANATOMI adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
susunan atau struktur alat-alat tubuh. Oleh karena itu dalam Psikologi Faal,
selain kita belajar fungsi dan kerja alat-alat tubuh yang mempengaruhi perilaku,
kita juga akan mengenal anatomi dari alat-alat tubuh.
Dalam Psikologi Faal akan dipelajari:
I. Alat-alat yang bekerja pada proses fungsi kognitif, afektif, dan konasi
berlangsung
II. Proses-proses yang berlangsung pada alat-alat tubuh tersebut
Menurut fungsinya, alat-alat tubuh dibagi dalam empat kelompok, yaitu:
1. Alat-alat untuk Pertukaran Zat
2. Alat-alat untuk Reproduksi
3. Alat-alat untuk Gerak
4. Alat-alat untuk Koordinasi
Meskipun dibagi atas kelompok-kelompok seperti tersebut diatas, namun
fungsi dari kelompok-kelompok tersebut berkaitan dengan erat. Contoh
konkritnyadapat kita simak dari uraian berikut ini; Organisme perlu
menyesuaikan din dengan lingkungan atau bereaksi terhadap perubahan di
dalam lingkungan untuk mempertahankan hidup (antara lain digunakan alat-alat
untuk reproduksi dan alat-alat gerak). Untuk melakukan kegiatan-kegiatan
dalam mempertahankan hidup is memerlukan alat-alat koordinasi, tanpa alat-
alat koordinasi tidak dapat terjadi koordinasi antara alat-alat tubuh dan tidak
dapat terjadi penyesuaian dengan lingkungan atau reaksi terhadap perubahan
dalam lingkungan, sedangkan alat-alat koordinasi memerlukan alat-alat
pertukaran zat agar dapat berfungsi.
Yang termasuk dalam alat-alat koordinasi adalah:
1) Alat-alat Indera
2) Susunan Saraf Pusat
3) Susunan Saraf Perifer
4) Alat-alat Endokrin
Alat-alat tersebut bekerja pada saat dilakukan fungsi kognitif, afektif, maupun
konasi. Oleh karena itu dalam Psi kologi Faal ini titi k berat kita pada alat-alat
koordinasi, karena tanpa alat-alat koordinasi tidak dapat terjadi koordinasi antara
,alat-alat tubuh dan tidak dapat terjadi penyesuaian dengan lingkungan atau
reaksi terhadap perubahan dalam lingkungan.
2. Evolusi Perfekstive Perilaku ; Idealisme (Psikologisme) Vs Materialisme
(Biologisme).
Pemikiran psikologi di era kontemporer banyak dihiasi oleh perdebatan antara
paham idealisme dan materialisme. Spirit materialisme dalam psikologi tentunya
tidak hanya dapat ditemukan di sejarah gerakan ilmu pengetahuan dunia bahkan
Eropa Barat dan Amerika juga dilandasi oleh gerakan materialisme. Sigmund
Freud, John Watson, dan Skinner adalah beberapa penganut paham materialism
dalam psikologi. Menariknya dibalik situasi pengaruh filsafat materialism,
terdapat fenomena yang cukup mengejutkan dikarenakan spirit idealisme,
humanistik, dan spiritual juga mengalir diam-diam dalam mainstream psikologi.
Apakah Perilaku Disebabkan oleh Faktor Psikologis atau Faktor
Fisiologis? Pendapat ini muncul sejak zaman Renaissance dimana ilmu-ilmu
yang ada berkembang berdasarkan pemikiran dan dogma-dogma yang belum
dibuktikan lewat kenyataan. Menurut dogma-dogma yang berlaku saat itu,
perilaku manusiasemata-mata disebabkan oleh hukum alam (faktor fisiologis).
Masalah alah fundamental yang besar dari perkembangan filsafat pengetahuan,
ialah masalah mengenai hubungan antara pikiran dengan keadaan. Jadi
masalah hubungan antara pikiran dengan keadaan, hubungan antara jiwa
dengan alam - masalah yang terpenting dari seluruh filsafat - mempunyai, tidak
kurang daripada semua agama, akar-akarnya di dalam paham-paham
kebiadaban yang berpikiran-sempit dan tiada berpengetahuan. Jawaban-
jawaban yang diberikan oleh para ahli filsafat ke masalah ini membagi mereka ke
dalam dua kubu besar. Mereka yang menegaskan bahwa jiwa ada yang primer
jika dibandingkan dengan alam, dan karenanya, akhirnya, menganggap adanya
penciptaan dunia dalam satu atau lain bentuk - dan di kalangan para ahli filsafat,
Hegel, misalnya, penciptaan ini sering menjadi lebih rumit dan mustahil daripada
dalam agama merupakan kubu idealisme. Yang lain, yang menganggap alam
sebagai yang primer, tergolong ke dalam berbagai mazhab materialisme. Dua
pernyataan ini, idealisme,dan materialisme,ikut mempengaruhi perfekstif tentang
perilaku pada psikologi.
Sebelum 1879, psikologi dianggap sebagai bagian dari filsafat atau ilmu faal.
Pada mulanya ahli-ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno-lah yang mulai
memikirkan gejala-gejala kejiwaan. Saat itu belum ada pembuktian-pembuktian
secara empiris atau ilmiah. Mereka mencoba menerangkan gejala-gejala
kejiwaan melalui mitologi. Cara pendekatan seperti itu disebut sebagai cara
pendekatan yang naturalistik.
Di antara sarjana Yunani yang menggunakan pendekatan naturalistik adalah
Thales (624-548 SM) yang sering disebut sebagai Bapak Filsafat. Ia meyakini
bahwa jiwa dan hal-hal supernatural lainnya tidak ada karena sesuatu yang ada
harus dapat diterangkan dengan gejala alam (natural phenomenon). Ia pun
percaya bahwa segala sesuatu berasal dari air dan karena jiwa tidak mungkin
dari air maka jiwa dianggapnya tidak ada. Tokoh lainnya adalah Anaximander
(611-546 SM) yang mengatakan bahwa segala sesuatu berasal dari sesuatu
yang tidak tentu, sementara Anaximenes (abad 6 SM) mengatakan bahwa
segala sesuatu berasal dari udara. Tokoh yang tak kalah pentingnya adalah
Empedocles, Hippocrates, dan Democritos.
Empedocles (490-430 SM) mengatakan bahwa ada empat elemen besar dalam
alam semesta, yaitu bumi/tanah, udara, api, dan air. Manusia terdiri dari tulang,
otot, dan usus yang merupakan unsur dari tanah; cairan tubuh merupakan unsur
dari air; fungsi rasio dan mental merupakan unsur dari api; sedangkan
pendukung dari elemen-elemen atau fungsi hidup adalah udara. Berdasarkan
pada pandangan Empedochles, Hipocrates (460-375 SM) yang dikenal sebagai
Bapak Ilmu Kedokteran, menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat empat
cairan tubuh yang memiliki kesesuaian sifat dengan keempat elemen dasar
tersebut.
Berdasarkan komposisi cairan yang ada dalam tubuh manusia tersebut maka
Hipocrates membagi manusia dalam empat golongan, yaitu:
Sanguine, orang yang mempunyai kelebihan (terlalu banyak ekses) darah
dalam tubuhnya mempunyai temperamen penggembira.
Melancholic, terlalu banyak sumsum hitam, bertemperamen pemurung.
Choleric, terlalu banyak sumsum kuning, bertemperamen semangat dan
gesit.
Plegmatic, terlalu banyak lendir dan bertemperamen lamban.
Democritus (460-370 SM) berpendapat bahwa seluruh realitas yang ada di dunia
ini terdiri dari partikel-partikel yang tidak dapat dibagi lagi yang oleh Einstein
kemudian diberi nama “atom”. Beratus-ratus tahun sesudah Democritus prinsip
tersebut masih diikuti oleh beberapa sarjana, antara lain I.P. Pavlov dan J.B.
Watson yang sama-sama berpendapat bahwa ‘atom’ dari jiwa adalah refleks-
refleks.
Tokoh-tokoh Yunani kuno tersebut di atas pada dasarnya menganggap bahwa
jiwa adalah satu dengan badan. Jiwa dan badan berasal dari unsur-unsur yang
sama dan tunduk pada hukum-hukum yang sama (pandangan monoisme).
Selain pandangan monoisme, tumbuh pula pandangan dualisme, yaitu
pandangan yang memisahkan jiwa dari badan, jiwa tidak sama dengan badan,
dan masing-masing tunduk pada peraturan-peraturan atau hukum-hukum yang
terpisah
Beberapa ahli ilmu pengetahuan ingin membuktikan fenoma perilaku melalui
kenyataan dan bukan melalui dogma dan pemikiran filsafati. Pada zaman
renaissance tersebut sering terjadi bentrokan pendapat antara ahli yang
berpikiran modern dan berpikiran dogmatis. Sampai muncul Rene Descartes
(dibaca: Day Cart) yang menjembatani kedua perbedaan tersebut dengan
menyatakan bahwa dunia ini terdiri dari dua elemen utama, yaitu (1) Benda-
benda Fisik, atau benda-benda yang perilakunya disesuaikan dengan hukum
alam dan dapat dijadikan objek penelitian ilmiah, (2) Pikiran Manusia (jiwa atau
spirit) yang tidak berkaitan dengan benda fisik tetapi mengkontrol perilaku
manusia.
Menurut Descartes, bagian tubuh manusia, termasuk didalamnya adalah otak,
adalah bagian tubuh yang sifatnya sangat fisik. Oleh karena itu adalah
perbedaan antara otak dan pikiran manusia. Otak bersifat sangat fisik,
sedangkan pikiran manusia yang mengontrol perilaku bersifat psikologis.
3. Deterministik Perilaku : Nature vs Nurture.
Perdebatan mengenai perilaku sebagai hasil keturunan atau hasil belajar
sudah banyak dikenal melalui konsep nature (alami/keturunan) vs nurture
(hasil pengaruh lingkungan/belajar).
Kebanyakan ahli dari Amerika, khususnya Amerika Utara adalah penganut
behaviorism yang menyatakan bahwa perilaku adalah sepenuhnya hasil dari
pengaruh lingkungan (misalnya melalui proses belajar). Penelitian John B.
Watson (bapak behaviorism) menunjukkan bahwa bayi-bayi keturunan penipu,
perampok, pembunuh, dan pelacur dapat tumbuh tanpa sama sekali
nnenunjukkan perilaku yang mirip dengan orangtuanya apabila diasuh dalam
lingkungan yang sama sekali berbeda dengan lingkungan orangtuanya.
Sebaliknya, anak seorang pengusaha yang pintar dan sukses dapat menjadi
sangat bodoh dan tumbuh menjadi perampok apabila dibesarkan dalam
lingkungan yang buruk.
Berlawanan dengan pendapat di atas, para ahli Eropa yang menganut paham
ethology menyatakan bahwa perilaku didasarkan pada instinctive behavior,
yaitu perilaku yang umurnnya muncul pada species yang sama meskipun tidak
ada kesempatan untuk mempelajari perilaku itu terlebih dahulu. Contohnya
perilaku menghisap pada bayi. Meskipun pada perkembangannya perilaku
instinktif ini kurang banyak dianut orang, tetapi kondisi inilah yang menandai
perkembangan awal psikologi.
Cara Berpikir Biopsikologi datum Memahami Perkembangan Perilaku (Pinel,
1993) :
1. Evolusi mempengaruhi faktor genetik yang berpengaruh pada perilaku
2. Setiap gen individu mengembangkan sistem saraf yang merniliki karakteristik
sendiri
3. Perkembangan sistem saraf tiap individu tergantung pada interaksinya dengan
lingkungan (contoh pengalaman)
4. Kapasitas Kapasitas dan tendensi perilaku individu tergantung pada pola aktivitas neural
yang khas, misalnya pikiran, perasaan, memori, dan sebagainya
5. Perilaku tiap individu muncul dan interaksi antara pola aktivitas neural dan
perscpsi individu terhadap situasi saat itu
6. Keberhasilan perilaku individu memungkinkan gen yang mengandung perilaku
untuk diturunkan pada generasi selanjutnya.
4. Fokus Kajian Psikologi Faal.
Kajian psikologi faal berkembang pesat menjadi disiplin ilmu BIOPSIKOLOGI
yaitu cabang dari Ilmu Saraf yang berkaitan dengan segi biologis dari perilaku.
Beberapa ahli menyebutnya dengan "psikobiologi" atau "perilaku biologis" atau
"Behavioral Neuroscience" karena menitikberatkan pada pendekatan biologi dalam
memahami psikologi. Jadi Psikologi Faal dalam perkembangan baru
juga disebut dengan BIOPSIKOLOGI.
Sejak Psikologi lahir, pendekatan secara biopsikologi secara implisit sudah
diungkapkan, namun secara eksplisit baru muncul pada karya D.0 Hebb
(1949), "Organization of Behavior". Dalam karyanya tersebut, Hebb
mengemukakan teori yang komprehensif tentang fenomena psikologi yang
berkaitan dengan persepsi, emosi, pikiran dan memori yang mungkin
dikontrol melalui aktivitas otak. Teori tersebut merupakan salah satu dasar
yang penting dalam menguraikan dan mengkonkritkan pembahasan tentang
perilaku manusia yang kompleks dan kasat mata.
Biopsikologi sebagai cabang ilmu dari Psikologi dibagi dalam 5 bagian utama,
yaitu:
a. Physiological Psychology, fokusnya pada manipulasi sistem saraf
melalui operasi, terapi elektrik, dan terapi kimiawi dalam kondisi
eksperimen yang dikontrol dengan ketat. Jadi dalam eksperimennya biasa
digunakan hewan sebagai subjek penelitian.
b. Psychopharmacology, bergerak dalam bidang yang sama seperti
Physiological Psychology, namun fokusnya lebih kepada obat-obatan (zat
kimia) yang mempengaruhi sistem saraf dan selanjutnya berpengaruh
pada perilaku. Pengaruh zat kimia terhadap otak ini tidak semata-mata
berkonotasi buruk (misalnya pengaruh zat depresif (melemahkan)
terhadap aktivitas otak), tetapi juga berusaha menemukan zat-zat kimia
yang berguna dalam penyembuhan kerusakan otak dan zat-zat yang dapat
mengurangi kecanduan obat.
c. Neuropsychology, mempelajari kemunduran perilaku aki bat
kerusakan otak. Pengembangan ilmu dalam neuropsychology umumnya
tidak dapat dilakukan melalui eksperimen tetapi berdasarkan kasus yang ada
atau melalui penelitian quasieksperimen terhadap pasien-pasien yang
menderita kerusakan otak yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, atau
operasi (karena kita tidak dapat merusak otak dengan segaja untuk
melakukan penelitian).
Disiplin ilmu ini memfokuskan pada bagian otak yang disebut dengan
neokorteks, yaitu bagian luar dari cerebral hemispheres yang paling mudah
rusak oleh operasi maupun kecelakaan.
Neuropsychology paling banyak diterapkan dalam cabang-cabang ilmu
biopsikologi karena alat-alat tes yang digunakan dalam asesmen
neuropsikologi sangat membantu dalam menentukan diagnosa dan
memberikan terapi yang tepat, selain bermanfaat pula untuk perawatan
lanjut dan konseling bagi penderita kerusakan otak.
d. Psychaphisiology, fokusnya mempelajari kaitan antara fisiologi dan
perilaku dengan cant inencatat respon-respon fisiologis manusia yang
disebabkan oleh reaksi-reaksi psikologisnya (seperti atensi, emosi, proses
penerimaan informasi).
Prosedur penelitiannya dilakukan secara non-invasive, yaitu pencatatan
reaksi yang diambil dari permukaan tubuh (tidak mengoperasi bagian
dalarnnya). Umumnya yang digunakan untuk mengukur aktivitas otak
adalah electroencephalogram (EEG) yang ditempelkan di kulit kepala.
Selain aktivitas otak, reaksi fisiologis lain yang umumnya dicatat dalam
psikofisiologi adalah ketegangan otot, gerakan mata, sistem saraf otonorn
(yang menimbulkan refleks, seperti detak jantung, tekanan darah, dilatasi
pupil mata clan getaran elektrik di kulit). Penelitianterakhirdalam bidang psikofisiologi
ini juga menarik untuk disimak. Contohnya hasil penelitian Iacono & Koening (1983)
yang menunjukkan bahwa individu-individu yang mengalami skizofren serta
keluarganya (Holzman, Solomon, Levin & Waternaux, 1984; dalam Pinel,
1993) mengalami kesulitan dalam mengikuti benda-benda yang bergerak,
seperti pendulum. Lihat gambar 1.1.
e. ComparativePsychology, bagian dari biopsikologi yang lebih menekankan
pada perilaku biologis daripada perilaku yang disebabkan oleh mekanisme
sistem saraf. Comparative psychology mempelajari perbandingan perilaku
spesies yang berbeda-beda dan fokusnya pada genetik, evolusi, dan
perilaku adaptasi dari berbagai spesies. Berbeda dengan ahliahli ethology
yang melakukan penelitian quasi-eksperimen pada spesies di Iingkungan
asalnya, maka comparative psychology cenderung menciptakan lingkungan
yang semi terkontrol dalam laboratorium untuk melihat reaksi perilaku
spesies.
5. Kemajuan Kajian-Kajian Terkait Psikologi Faal.
Meskipun BIOPSIKOLOGI tergolong ilmu yang masih muda, namun
memiliki perkembangan yang cepat dan memiliki kaitan yang erat dengan
disiplin ilmu yang lain, diantaranya:
a. Biological Psychiatry, membahas tentang biologi yang berkaitan dengan
penyimpangan psikiatris dan perlakuan (treatment) terhadap penyimpangan
tersebut melalui manipulasi otak
b. Developmental Neurobiology, membahas tentang perubahan sistem saraf
sejalan dengan kemasakan dan usia; neurobiology biasa juga disebut
dengan neuroscience
c. Neuroanatomy, mempelajari tentang struktur atau anatomi sistem
saraf
d. Neurochemistry, mempelajari proses-proses kiMiawi yang muncul akibat
aktivitas saraf, terutama proses yang mendasari transmisi sinyal melalui
sel-sel saraf
e. Neuroendocrinology, mempelajari interaksi antara sistem saraf dengan
kelenjar-kelenjar endokrin dan hormon-hormon yang diproduksinya
f Neuroethology, mempelajari kaitan antara sistem saraf dan perilaku yang
muncul dalam lingkungan alami hewan dan dalam lingkungan laboratorium
yang dikontrol ketat
g. Neuropathology, mempelajari penyimpangan sistem saraf
h. Neuropharmacology, mempelajari efek obat-obatan pada sistem saraf,
terutama yang mempengaruhi transmisi sel saraf
i. Neurophysiology, mempelajari respon sistem saraf, terutama yang
terlibat dalam transmisi sinyal elektronik melalui sel-sel saraf dan antara
sel-sel saraf
6. Perkembangan Implementasi Psikologi Faal.
Perkembangan psikologi faal sangat memiliki pengaruh besar dalam
perkembangan psikologi praktis di masyarakat. Media teknologi informasi
sebagai media komunikasi, trend motivator, kemajuan metode-metode pelatihan
dan lain sebagainya juga banyak memanfaatkan konsep-konsep pendekatan
psikologi faal dalam implementasi praktis di berbagai bidang psikologi terapan.
Diantaranya adalah beberapa diantaranya adalah metode pendekatan berbasis
fisiologis dalam merubah perilaku. Beberapa bentuk implementasi tersebut
antara lain :
- Dalam Bidang Psikologi Pendidikan
Perkembangan sebuah pendekatan yang dikenal Brain Base Learning.
Pendekatan ini berorientasi pada keseluruhan fungsi bagian otak dalam
proses belajar-mengajar mereka, pola pendidikan yang memberikan
rangsangan yang sama pada seni, kreativitas, dan kemampuan
mengembangkan imajinasi, agar otak kanan dan otak kiri para murid
berfungsi dengan optimal. Dunia pendidikan banyak mengembangkan
model pembelajaran baru yang lebih menekankan pada pemberian stimuli
pada kedua belah otak muridnya, agar hasil belajar yang optimal dapat
tercapai. Dalam pendekatan ini diberikan gambaran bagaimana
menerapkan pola fakir otak kanan-otak kiri yang seimbang dalam
pengajaran ‘listening’.
- Dalam Bidang Psikologi Klinis
Berkembangnya Psikoneuroimunologi. Psiko-neuro-imunologi adalah suatu
pendekatan psikologi faal yang mencari hubungan dua arah; yaitu hubungan
kondisi psikologis dengan susunan saraf pusat (otak) dan hubungan kondisi
psikologis dengan sistem kekebalan tubuh. Dalam banyak hal kondisi
psikologik seseorang berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh (baik
dalam arti positif maupun negatif), yang pada gilirannya merupakan faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan seseorang dalam proses
penyembuhan suatu penyakit.
Sebagaimana diketahui bahwa dewasa ini berbagai jenis penyakit yang
berkembang adalah penyakit yang berkaitan erat dengan reaksi psikologik
seperti penyakit degeneratif, penyakit jantung koroner/ kardiovaskuler,
kanker, gangguan metabolisme tubuh, penyakit Psikosomatik/
Psikofisiologik, gangguan kejiwaan (stres, kecemasan, depresi, skizofrenia,
dlsb), serta berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus.
- Dalam Bidang Psikologi Industri dan Organisasi
Berkembang pendekatan Whole Brain Model yaitu membagi otak menurut
dua komponen utama; kulit otak (cortex cerebri) yang menata fungsi-fungsi
kognitif serta sistem limbik yang menata fungsi-fungsi emosi dan membagi
otak menjadi 4 bagian yang disebutnya 4 kuadran otak, (area fungsi rasional,
manajerial, sosioemosional dan strategik). Pendekatan ini melanjutkan hasil
temuan Roger Sperry yang membagi otak menjadi dua belahan yaitu
hemisfer/belahan kiri (konvergen thinking) dan kanan (divergen thinking).
Berkembangnya pendekatan ini didasari oleh konsep neurosains, tentang
pemeriksaan neuropsikologi dan dominasi otak, pengkayaan tentang
kecerdasan dan perilaku yang berkaitan dengan fungsi dan kemampuan otak
yang berkaitan dengan kualitas kemampuan SDM dan kepemimpinan.
Pendekatan ini digunakan pada pengembangan SDM dan organisasi.
- Dalam Bidang Psikologi Populer
Berkembang berbagai pendekatan populer pada beberapa teknik
assessment dan training perubahan tingkah laku, seperti NLP, Brainware
management, Otak Tengah, Hipnotika, Sensomotoric dan lain-lain.