modul kerja

12
MODUL PEMBANGUNAN KERANGKA DASAR HORIZONTAL (KDH) A. PEMBUATAN KERANGKA Titik-titik kerangka untuk pembuatan kerangka dasar horizontal dibuat sedemikian rupa sehingga sudut-sudut dalam yang terbentuk tidak sama dengan 180 o . Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembedaan sudut yang didapatkan, apakah itu sudut dalam atau sudut luar. B. SPEK TEKNIS PENGUKURAN 1. Melakukan pengukuran untuk salah indeks di awal dan di akhir untuk setiap harinya. 2. Pengukuran sudut dalam keadaan teropong biasa dan luar biasa 3. Selisih antara β B dan β LB ≤ 20” C. TEKNIS PENGUKURAN 1. Alat yang diperlukan : Alat Jumlah (unit) ETS 1 Reflektor 2 Statif 3 Baterai cadangan 1 Formulir pengukuran Sketsa kerangka dasar 2. Dirikan alat seperti sketsa dibawah ini : Dirikan ETS pada titik 2, lakukan centering dan leveling : - Buat statif kira-kira mendatar dan berada dia atas paku/pin dari patok 1 2 3

Upload: rissa-yuliana-dwijayanti

Post on 06-Nov-2015

217 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

modul kerja surveyor

TRANSCRIPT

MODUL PEMBANGUNAN KERANGKA DASAR HORIZONTAL (KDH)A. PEMBUATAN KERANGKATitik-titik kerangka untuk pembuatan kerangka dasar horizontal dibuat sedemikian rupa sehingga sudut-sudut dalam yang terbentuk tidak sama dengan 180o. Hal ini bertujuan untuk memudahkan pembedaan sudut yang didapatkan, apakah itu sudut dalam atau sudut luar.B. SPEK TEKNIS PENGUKURAN

1. Melakukan pengukuran untuk salah indeks di awal dan di akhir untuk setiap harinya.2. Pengukuran sudut dalam keadaan teropong biasa dan luar biasa3. Selisih antara B dan LB 20

C. TEKNIS PENGUKURAN

1. Alat yang diperlukan :AlatJumlah (unit)

ETS1

Reflektor2

Statif3

Baterai cadangan1

Formulir pengukuran

Sketsa kerangka dasar

2. Dirikan alat seperti sketsa dibawah ini :123

Dirikan ETS pada titik 2, lakukan centering dan leveling : Buat statif kira-kira mendatar dan berada dia atas paku/pin dari patok Letakan ETS pada statif Dekatkan tanda lingkarang pada alat dengan titik pada patok dengan cara menggeserkan statif Jika sudah mendekati, antara tanda lingkaran dan titik pada patok, putar kiap untuk menghimpitkannya Nivo kotak center-kan dengan cara naik-turun statif secara halus Nivo tabung center-kan dengan memutar kiap 2 kiap sejajar alat Putar 90o alat terhadap 2 kiap sejajar pertama, putar kiap ketiga (jika belum center, maka ulang dari 2 kiap sejajar lagi lalu putar 90o lagi) Putar ke sembarang arah untuk mengecek apakah gelembung pada nivo tabung sudah di tengah Nivo tabung, nivo kotak sudah center, cek antara titik pada patok dan tanda lingkarang di alat apakah masih berhimpit atau tidak, jika tidak, longgarkan alat lalu geser (lakukan translasi)

3. Dirikan reflector di titik 1 dan 3, lakukan centering dan leveling pada reflektor4. Lakukan pengukuran salah indeks, bidik suatu objek yang jaraknya jauh sehingga terlihat hanya titik, baca dalam kondisi teropong biasa dan luar biasa5. Lakukan bidikan terhadap simpul benang pada reflector untuk mendapatkan nilai sudut vertical dan jarak (SD) serta bidik tanda pada reflector untuk mendapatkan nilai sudut horizontal6. Bidik titik 1 dalam keadaan biasa, catat bacaan SD, vertical, dan horizontal7. Bidik titik 3 dalam keadaan biasa, catat bacaan SD, vertical, dan horizontal8. Bidik titik 3 dalam keadaan luar biasa, catat bacaan SD , vertical dan horizontal9. Bidik titik 1 dalam keadaan luar biasa, catat bacaan SD , vertical dan horizontal10. Jika ketika diputar kondisi luar biasa nivo tabung bergeser, maka atur dengan memutar kiap lagi11. Cek toleransi sudut dalam hasil bacaan biasa (Biasa ) dan sudut dalam hasil bacaan luar biasa(Luar Biasa): Biasa Luar Biasa 20Jika tidak memenuhi toleransi, maka lakukan pengukuran ulang12. Pindahkan ETS dengan cara :Lepas ETS dari kunci tribragh, biarkan statif tetap berada di tempatnya. Lepas reflector yang ada di titik 1 (statif tetap berada di tempat) sehingga tidak diperlukan centering dan pemasangan statif seperti di awal. Sedangkan statif pada titik 3, pindahkan statif dengan reflektornya ke titik selanjutnya, sebut saja itu titik 4 sesuai dengan rencana pengukuran13. Lakukan pengukuran seperti langkah diatas hingga semua titik terselesaikan dan telah sesuai dengan toleransi sudutnya14. Lakukan pengukuran untuk salah indeks di akhir pengukuran

Sudut Simpul

Untuk sudut yang berada di simpul antar seksi pengkuran, pengukuran sudut sudut simpul tersebut dilakukan dengan alat (ETS dan reflektor) yang sama dan dilakukan oleh setiap kelompok yang terkait dalam waktu yang bersamaan. Contohnya: Perhatikan gambar dibwah ini! Sudut simpul yang akan diukur adalah sudut simpul anatara seksi 1, 2 dan 3 yang diukur oleh kelompok 1, 2, dan 3. Maka sudut simpul tersebut diukur dengan 1 alat ETS yang sama dan reflektor yang di letakkan pada titik kerangka yang ada pada seksi 1, 2, dan 3. Kemudian, lakukan pembacaan sudut biasa dan luar biasa untuk mendapatkan sudut dalam (a,b,c) dilakukan oleh setiap kelompok. Sehingga nantinya akan terdapat 3 data sudut dalam () a, 3 data sudut dalam () b , dan 3 data sudut dalam () c, yang berarti akan terdapat 3 data sudut simpul. Setiap sudut simpul yang didapatkan harus menenuhi toleransi (a+b+c = 3600 10). Hasil pengukuran sudut simpul dari setiap kelompok ini dirata-ratakan untuk mendapatkan sudut simpul rata-rata.

D. PENGISIAN FORMULIR DATA UKURAN

1. Pengisian formulir harus menggunakan pulpen2. Tulisan tidak terlalu besar (masih ada space kosong, sehingga bisa dipakai untuk menulis ketika terjadi kesalahn pembacaan/penulisan), tidak terlalu kecil, dan jelas untuk dibaca3. Kesalahan dalam penulisan, hanya boleh dicoret sekali (360o menjadi 359o 20 31)4. Penulisan sudut hingga detik (359o 20 31.02 dituliskan 359o 20 31)5. Penulisan jarak hingga ketelitian mm (3 angka dibelakang koma)6. Isi secara lengkap bagian identitas7. Jika ada medan yang sulit dan pengukuran tidak yakin, berilah tanda berupa keterangan pada tempat tersebut8. Membuat sketsa kerangka untuk memudahkan analisis data (cek hasil sudut luar atau sudut dalam)

E. PENGOLAHAN DATA KERANGKA DASAR HORIZONTAL

Perhitungan Sudut Dalam (setiap hari)

1. Masukan data pengukuran dari formulir pengukuran kedalam excel2. Hitung salah ideks dengan rumus :Salah indeks: Untuk Sudut Zenit

Untuk Sudut Miring

3. Lakukan pada setiap bacaan sudut vertical dengan salah indeks

Salah indeks yang digunakan adalah salah indeks yang telah dirata-ratakan, salah indeks awal dan akhir4. Hitung sudut dalam () dengan bacaan sudut yang telah dikoreksi dengan salah indeks dan jarak horizontal (HD)5. Jarak horizontal yang dipakai adalah HD rata-rata dari kondisi teropong biasa dan luar biasa.

NB: Salah kolimasi tidah perlu dihitung jika pembacaan sudut dilakukan dalam keadaan biasa dan luar biasa.

F. PENAMAAN TITIK KERANGKA DASARTerdiri dari 3-4 digit angka KXX, dimana K (1-2) merupakan kelompok dan XX adalah urutan titik kerangka dasar. Contoh untuk kelompok 2 dengan urutan titik ke-15 = 215, kelompok 1 titik ke-01 = 101, dst.

G. KESELAMATAN UNTUK PENGUKURAN KDH

ALATJika terjadi gerimis ataupun hujan : alat ETS segera di payungi dan dipasangkan sarung pembungkus alat yang ada pada box. Setelah dipasangkan, pindahkan dan simpan ETS pada box. Refelektor juga dipindahkkan ke dalam box. Namun prioritas utama adalah ETS, karena reflekor tidak akan rusak jika terkena air, sedangkan ETS akan sangat sensiitif karena adanya komponen elektronik pada ETS. Ketika memindahkan alat, jika medan licin, lumpur, terjal, alat (ETS dan reflektor) disimpan kembali ke dalam box nya untuk menghindari jatuhnya alat. Jika medan di rasa aman untuk berjalan dan jarak perpindahan tidak terlalu jauh, maka alat ETS dan reflektor boleh dibawa tanpa box. Jika ETS terpasang dengan statif, maka ETS dibawa di pundak dalam posisi miring untuk menjaga prisma alat tetap dalam kondisi yang baik.

DATA Lakukan pemotretan formulir pencatatan data pengukuran setelah selesai melakukan pengukuran sebagai data back up jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan Simpan formulir pengukuram dalam map yang waterproof.PERHATIAN TEKNIS1. Pengukuran dan pembacaan data untuk KDH (centering, pmbacaan sudut dan jarak) dilakukan oleh satu orang saja. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan data yang konsisten sehingga nantinya akan mendapatkan hasil pengkuran yang akurat dan presisi.2. Pencatatan data dilakukan oleh satu orang saja untuk menjaga keakuratan data.3. Setelah data dicatat, pengukur diminta mengulangi kembali untuk menyebutkan data bacaan pengukuran. Hal ini ditujukan untuk menghindari terjadinya kesalahan pembacaan dan pencatatan data hasil pengukuran. 4. Pengukuran sudut simpul dilakukan dengan alat yang sama dan dilakukan oleh kelompok yang terkait dengan seksi yang membentuk simpul dalam waktu pengukuran yang sama. Sehingga, kelompok-kelompok yang terkait membuat jadwal tertentu untuk melakukan pengukuran sudut simpul bersama-sama. Hal ini ditujukan untuk menghasilkan data yang akurat dan presisi.5. Jika pengukuran KDH dan KDV dilakukan bersamaan, maka kemungkinan akan terdapat kekurangan statif tempat berdiri reflektor. Reflektor ini nantinya bisa diganti dengan benang berunting-unting yang dipasang pada kaki tiga.

MODUL PEMBANGUNAN KERANGKA DASAR VERTIKAL (KDV)A. PERSIAPAN

1. Pengecekan kelengkapan alat ETS 1 buah Statif 1 buah Reflektor Formulir pengukuran Papan jalan dan alat tulis 1 set Payung

2. Dasar penggunaan alat Penempatan Alat Dirikan rambu ukur pada dua titik yang akan diukur beda tingginya. Letakkan alat sipat datar di antara titik rambu didirikan. Tempatkan pada tempat yang relatif stabil Tempat alat tidak harus pada garis lurus atau sejajar dari kedua rambu. Tempatkan sedemikian rupa, dengan kira-kira jarak ke rambu belakang dan depan sama.

Pendataran Alat (levelling) Setelah alat sipat datar didirikan, atur menggunakan statif terlebih dahulu untuk menempatkan gelembung nivo mendekati lingkaran tengah. Gunakan bantuan kiap untuk menempatkan gelembung nivo tepat pada lingkaran tengah. Pembacaan Rambu Pastikan nilai orde desimeter (dm) pada pembidikan, yaitu nilai yang ditunjukan dengan angka Tentukan nilai orde centimeter (cm), dengan melihat posisi benang tengah pada kotak merah ke berapa. Tentukan nilai orde millimeter (mm), dengan memperkirakan posisi benang. Ulangi untuk pembacaan benang atas dan bawah.

3. Pemeriksaan Kesalahan Garis BidikSebelum dan sesudah melakukan pengukuran, diharuskan melakukan pemeriksaan kesalahan garis bidik. Prosedurnya sebagai berikut: Dirikan dua rambu saling berjauhan pada tempat yang relatif stabil. Untuk stand pertama, dirikan alat sipat datar dekat dengan rambu 1. Bidik kedua rambu, catat bacaan benang tengah, benang atas, dan benang bawah. Pindahkan alat sipat datar untuk stand kedua, dirikan dekat dengan rambu 2. Bidik lagi kedua rambu, dan catat bacaan benang tengah, benang atas, serta benang bawah. Dari hasil pengukuran, gunakan rumus berikut untuk mencari nilai kesalahan garis bidik:Rumus Kesalahan Garis Bidik :

c = kesalahan garis bidik (mm/m)b1 = benang tengah rambu belakang stand I (mm)m1 = benang tengah rambu muka stand I (mm)b2 = benang tengah rambu belakang stand II (mm)m2 = benang tengah rambu muka stand II (mm)db = jarak optis ke rambu belakang pada stand I (m) dm = jarak optis ke rambu muka pada stand I (m) db = jarak optis ke rambu belakang pada stand II (m) dm = jarak optis ke rambu muka pada stand II (m)

Gambar 1. Posisi Stand 1 pada pengecekan kesalahan garis bidik

Gambar 2. Posisi Stand 2 pada pengecekan kesalahan garis

A. SKETSA PENGUKURAN

Gambar 3. Sketsa PengukuranB. PROSEDUR PENGUKURANSetelah melakukan penempatan dan pendataran (levelling) alat, ikuti langkah- langkah berikut: Bidik rambu belakang, kemudian catat benang tengah, benang atas, dan benang bawah dalam satu kali pembidikan. Bidik rambu depan, kemudian lakukan pencatatan sama seperti sebelumnya. Lakukan double stand, dengan cara sedikit memindahkan posisi alat sipat datar dan lakukan levelling kembali. Bidik rambu belAkang dan belakang, dan cukup catat benang tengah saja. 4 langkah di atas dilakukan pada setiap slag. Pindahkan semua alat ke posisi pengukuran slag berikutnya. Untuk alat rambu ukur, gunakan sistem rambu loncat. Ulangi langkah 1 s.d. 5.

C. KETENTUAN TEKNIS PENGUKURAN

Jarak minimal dari alat sipat datar ke rambu minimal 2,5 m. Bacaan skala rambu tidak melebihi angka/nilai 2,5 m. Pada setiap pengukuran dan pembacaan ketiga benang diafragma (BA, BT, BB) toleransi kontrol bacaan harus memenuhi : |(+)| BT = Bacaan Benang TengahBA = Bacaan Benang AtasBB = Bacaan Benang Bawah Pengukuran beda tinggi pada stand 1 dan stand 2, toleransi perbedaan yang diperbolehkan harus memenuhi : | | BT = Beda tinggi yang diperoleh dari pengukuran stand 1BT = Beda tinggi yang diperoleh dari pengukuran stand 2 Pengukuran dilakukan dengan pergi-pulang pada satu hari yang sama, dan toleransi yang diperbolehkan untuk perbedaan ketinggian antara pengukuran pergi dan pengukuran pulang harus memenuhi: = d = Jarak pergi atau pulang pengukuran

MODUL PENGUKURAN TITIK DETAILA. KELENGKAPAN ALAT

1. ETS 1 unit2. Statif 2 unit3. Reflektor untuk statif 1 unit4. Jalon dengan reflektor 1 unit5. Pita ukur 1unit6. Formulir pengukuran7. Payung

B. PROSEDUR PENGUKURAN

1. Penempatan Alat Centring statif dengan ETS pada titik kerangka pada daerah yang ingin dilakukan pengukuran situasi Centring statif dengan reflektor pada titik kerangka lain yang terlihat oleh ETS Ukur tinggi alat ETS dan reflektor pada statif Posisikan jalon dengan reflektor pada titik yang ingin diukur Bidik reflektor pada statif, kemudia set 0 pada ets Bidik reflektor pada jalon yang berada pada titik yang ingin diukur Perlu diperhatikan tinggi reflektor pada jalon bisa langsung didapat dengan melihat Pastikan pemegang jalon centring dengan melihat nivo kotak

C. PENANGANAN ALATPenggunaan alat-alat untuk sifat datar tidak berbeda dengan alat pada pengukuran horizontal.1. Tidak menduduki kotak tempat alat.2. Pastikan ETS dan reflektor tidak terkena panas karena dapat mempengaruhi lensanya dan prismanya.3. Jika ingin berpindah ada baiknya reflektor dan ETS disimpan dalam kotak dengan rapi.4. Perhatikan reflektor pada jalon, pastikan prismanya tidak lecet pada saat pengukuran. Simpan reflektornya pada saat perpindahan yang jauh.5. Jika prisma pada reflektor terkena air, bersihkan dengan kain yang tidak menggores prismanya.