modul iii sistem jaringan prasarana

14
W O R K S H O P PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS ANGGOTA BKPRD KABUPATEN/ KOTA SE- PROVINSI LAMPUNG 22-25 April 2013 M O D U L: PENYUSUNAN RENCANA SISTEM JARINGAN PRASARANA DINAS PENGAIRAN DAN PERMUKIMAN P R O V I N S I L A M P U N G

Upload: hendytamara

Post on 22-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

RDTR - Modul III Sistem Jaringan Prasarana

TRANSCRIPT

  • W O R K S H O P III - 1 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    W O R K S H O P

    PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIS ANGGOTA BKPRD

    KABUPATEN/ KOTA SE- PROVINSI

    LAMPUNG

    22-25 April 2013

    M O D U L:

    PENYUSUNAN RENCANA SISTEM

    JARINGAN PRASARANA

    DINAS PENGAIRAN DAN PERMUKIMAN P R O V I N S I L A M P U N G

  • W O R K S H O P III - 2 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    D a f t a r I s I

    3.1. PENGANTAR ...................................................................................................... III-3

    3.2. SISTEM JARINGAN PERGERAKAN .................................................................. III-3

    3.2.1. Rencana Jaringan Jalan Primer .......................................................... III-4

    3.2.1.1. Jalan Arteri Primer................................................................... III-4

    3.2.1.2. Jalan Kolektor Primer .............................................................. III-4

    3.2.1.3. Jalan Lokal Primer ................................................................... III-5

    3.2.1 Rencana Jaringan Jalan Sekunder ..................................................... III-5

    3.2.1.1 Jalan Kolektor Sekunder ......................................................... III-5

    3.2.1.2 Jalan Lokal Sekunder .............................................................. III-6

    3.2.2 Rencana Jaringan Jalan Linkungan ...................................................... III-6

    Contoh 2 Peta Sistem Jaringan Pergerakan ........................................................... III-8

    Contoh 3 Peta Sistem Jaringan Kereta Api ............................................................. III-10

    Tabel 1 Standar Kebutuhan Parkir Minimal............................................................. III-13

  • W O R K S H O P III - 3 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3.3. SISTEM JARINGAN PERGERAKAN LAINNYA ............................................... III-9

    3.1. PENGANTAR

    Rencana jaringan prasarana merupakan pengembangan hierarki sistem jaringan

    prasarana yang ditetapkan dalam rencana struktur ruang yang termuat dalam RTRW

    kabupaten/kota. Rencana sistem jaringan prasarana terdiri dari Rencana Sistem jaringan

    pergerakan, rencana sistem jaringan energi/kelistrikan, rencana pengembangan jaringan

    telekomunikasi, rencana pengembangan jaringan air minum, rencana pengembangan

    jaringan drainase, rencana pengembangan jaringan air limbah, dan rencana pengembangan

    prasarana lainnya.

    3.2. SISTEM JARINGAN PERGERAKAN

    Berdasarkan permen PU No.20/2011 sistem jaringan pergerakan merupakan seluruh

    jaringan primer dan jaringan sekunder pada BWP yang meliputi jalan arteri, jalan kolektor,

    jalan lokal, jalan lingkungan, dan jaringan jalan lainnya yang belum termuat dalam RTRW

    kabupaten/kota, yang terdiri atas:

    1. jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder;

    2. jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder;

    3. jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;

    4. jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder; dan

    5. jaringan jalan lainnya

    Perencanaan sistem jaringan pergerakan didasaikan pada beberapa aspek, yakni:

    Rencana struktur ruang dalam RTRW Kabupaten;

    Kebutuhan pelayanan dan pengembangan bagi wilayah perencanaan;

    Rencana pola ruang dalam RDTR;

    Sistem pelayanan dan pergerakan sesuai fungsi dan peran Perkotaan dalam RTRW

    Kabuapten;

    Ketentuan peraturan perundang-undangan terkait.

    Rencana jaringan pergerakan (orang, barang dan kendaraan) di wilayah Perkotaan

    akan mengikuti rencana pola ruang. Karena perubahan fungsi tata guna lahan akan

    berpengaruh terhadap lokasi daerah pembangkit pergerakan (trip production zone) dan

    daerah penarik pergerakan (trip attraction zone).

    Perubahan pola pergerakan akan sangat berpengaruh terhadap lalu lintas, yang

    pada akhirnya akan berpengaruh pula terhadap penyediaan sarana transportasi angkutan

  • W O R K S H O P III - 4 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    umum, pola dan dimensi jaringan jalan yang merupakan akses ke lokasi permukiman, dan

    sebagainya.

    3.2.1. Rencana Jaringan Jalan Primer

    Rencana jaringan jalan primer di Perkotaan terdiri dari jalan arteri primer, jalan

    kolektor primer serta jalan lokal primer.

    3.2.1.1. Jalan Arteri Primer

    Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna

    antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

    wilayah. Jalan arteri primer berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang

    Jalan adalah sebagai berikut :

    Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 Km/jam

    dengan lebar badan jalan minimal 11 meter;

    Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-

    rata;

    Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

    ulang alik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal;

    Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi;

    Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta

    Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

    pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

    Rencana jaringan jalan arteri primer di BWP Situbondo adalah pada ruas jalan utama

    di BWP Situbondo yaitu Jalan PB Sudirman Jalan WR Supratman Jalan Kenanga

    Jalan Wijaya Kusuma Jalan Sucipto Jalan A Yani, dimana Sub BWP yang

    dilalui oleh ruas jalan arteri primer ini adalah Sub BWP II, III, dan IV.

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam rencana jaringan jalan arteri primer adalah

    sebagai berikut :

    1. Mengatur pola penggunaan lahan di sekitar jalan arteri primer untuk dibatasi

    perkembangan lahan terbangunnya karena ruas jalan ini merupakan kawasan yang

    cukup padat.

    2. Mengatur sistem pergerakan sesuai dengan fungsi jalan; dan

    3. Penetapan median jalan sesuai dengan fungsi jalan.

    3.2.1.2. Jalan Kolektor Primer

  • W O R K S H O P III - 5 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Jalan kolektor primer adalah jalan yang menghubungkan antar kabupaten/kota.

    Ketentuan teknis tentang jalan kolektor primer dijelaskan dalam Pasal 14 Peraturan

    Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang memaparkan bahwa :

    Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 Km/jam

    dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

    Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas

    rata-rata;

    Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan

    Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu;

    serta

    Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan

    pengembangan perkotaan tidak boleh terputus.

    3.2.1.3. Jalan Lokal Primer

    Jaringan jalan lokal primer adalah jaringan jalan yang menghubungkan antara

    kawasan perkotaan dengan kawasan perkotaan lainnya, atau kawasan perkotaan dengan

    kawasan pedesaan pendukungnya

    Ketentuan teknis tentang jalan Lokal primer dijelaskan dalam Pasal 15 Peraturan

    Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang jalan, memaparkan bahwa :

    Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana menimal 20 Km/jam

    dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan;

    Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus.

    3.2.1 Rencana Jaringan Jalan Sekunder

    Jaringan jalan sekunder yang direncakan dalam kawasan perkotaan terdiri dari jalan

    kolektor sekunder dan lokal sekunder.

    3.2.1.1 Jalan Kolektor Sekunder

    Syarat dan ketentuan teknis jaringan jalan kolektor sekunder adalah sebagai berikut :

    Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20

    Km/jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter;

    Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu

    lintas rata-rata;

    Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas

    lambat;

    Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu.

  • W O R K S H O P III - 6 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3.2.1.2 Jalan Lokal Sekunder

    Syarat dan ketentuan teknis jalan lokal sekunder adalah sebagai berikut Jalan lokal

    sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 Km/jam dengan lebar

    badan jalan paling sedikit 7,5 meter.

    3.2.2 Rencana Jaringan Jalan Linkungan

    Rencana jaringan jalan lingkungan I diarahkan kepada ruas jalan yang terdapat

    dalam zona lingkungan serta jalan penghubung antara zona permukiman dengan jalan

    sistem sekunder

    Jalan lingkungan didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 Km/jam

    dengan lebar badan jalan minimal 6,5 meter;

    Persyaratan teknis jalan lingkungan diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

    tiga atau lebih;

    Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda

    tiga atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 meter.

    Berdasarkan rencana fungsi jalan yang telah ada, maka dapat direncanakan dimensi

    jalan untuk masing-masing fungsi jalan. Berdasarkan UU No. 38 Tahun 2004 terkait dengan

    pengembangan dimensi jalan, berikut ini definisi dari Rumaja (ruang manfaat jalan), Rumija

    (ruang milik jalan) dan Ruwasja (ruang pengawasan jalan) :

    Rumaja (ruang manfaat jalan) adalah suatu ruang yag dimanfaatkan untuk konstruksi

    jalan dan terdiri atas badan jalan, saluran tepi jalan, serta ambang pengamannya.

    Badan jalan meliputi jalur lalu lintas, dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan,

    termasuk jalur pejalan kaki. Ambang pengaman jalan terletak di bagian paling luar,

    dari ruang manfaat jalan, dan dimaksudkan untuk mengamankan bangunan jalan.

    Rumija (ruang milik jalan) adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan

    yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas

    ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan

    keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat

    jalan pada masa yang akan datang.

    Ruwasja (ruang pengawasan jalan) adalah ruang tertentu yang terletak di luar ruang

    milik jalan yang penggunaannya diawasi oleh penyelenggara jalan agar tidak

  • W O R K S H O P III - 7 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    mengganggu pandangan pengemudi, konstruksi bangunan jalan apabila ruang milik

    jalan tidak cukp luas, dan tidak mengganggu fungsi jalan. Terganggunya fungsi jalan

    disebabkan oleh pemanfaatan ruang pengawasan jalan yang tidak sesuai dengan

    peruntukkannya.

    Agar ruas jalan yang terdapat di kawasan Perkotaan dapat berfungsi sesuai dengan

    fungsi yang telah ditetapkan, maka perlu direncanakan dimensi untuk masing-masing fungsi

    jalan. Berikut ini contoh 1 tebal penyajian rencana dimensi jalan di kawasan perkotaan dan

    contoh 2 peta sistem jaringan pergerakan di kawasan perkotaan.

    Contoh 1

    Tabel Ketentuan Dimensi Jalan Minimal

    Fungsi Jalan Rumaja (m) Rumija (m) Ruwasja (m)

    Arteri Primer

    Kolektor Primer

    Lokal Primer

    Kolektor Sekunder

    Lokal Sekunder

    Lingkungan

  • W O R K S H O P III - 8 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Contoh 2

    Peta Sistem Jaringan Pergerakan

  • W O R K S H O P III - 9 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3.3. SISTEM JARINGAN PERGERAKAN LAINNYA

    Sebagaimana tercantum dalam permen PU No.20/2011 bahwa rencana jaringan

    pergerakan harus memuat rencana jaringan pergerakan lainnya seperti jalur kereta api, jalur

    pelayaran, dan jalur pejalan kaki/sepeda.

    3.3.1. Sistem Jaringan Kereta Api

    Dalam pasal 1 Undang-Undang No.13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian,

    dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkeretaapian adalah segala sesuatu yang

    berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk

    penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam satu sistem. Sarana kereta api

    adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah

    jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat

    dioperasikan. Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang

    melengkapi rencana pengembangan jalur angkutan umum di kawasan perkotaan.

    Perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi tidak dapat dipisahkan dari

    moda-moda transportasi lain. Transportasi perkeretaapian mempunyai karakteristik

    pengangkutan secara massal dan memakai ruang secara lebih efisien. Dalam rencana

    sistem jaringan kereta api perlu dilengkapi dengan upaya perlindungan kawasan rel kereta

    api. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan kawasan rel

    kereta api diantaranya:

    1. Penataan kawasan rel kereta api, seperti melakukan relokasi, pegadaan taman, dll.

    Disesuaikan dengan kondisi kawasan di sekitar rel kereta api.

    2. Penataan/perbaikan lahan sempadan.

    3. Memperhatika kawasan konservasi di sekitar rel kereta api.

    4. Pemanfaatan sempadan rel kereta api untuk ruang terbuka hijau. Adapun manfaat

    RTH pada kawasan konservasi jalur kereta api antara lain sebagai:

    Sebagai peredam suara suara yang ditimbulkan oleh kereta api;

    Mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun kendaraan lain;

    Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk

    kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya.

    5. Merencanakan pengembangan prasarana transportasi kereta api. Adapun beberapa

    arahan untuk pengembangan prasarana transportasi meliputi:

    Arahan penghidupan kembali jalur kereta api yang sudah ada;

    Pengembangan jalur kereta api dari yang sudah ada menjadi lebih baik;

  • W O R K S H O P III - 10 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Revitalisasi jalur kereta api;

    Pembukaan kembali jaringan rel kereta api; dll.

    Berikut ini contoh penyajian peta rencana jaringan kereta api:

    Contoh 3

    Peta Sistem Jaringan Kereta Api

  • W O R K S H O P III - 11 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    3.3.2. Jalur Pedestrian (pedestrian way)

    Rencana pengembangan jalur pejalan kaki di Kawasan Perkotaan dapat

    dikembangkan pada :

    Kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi;

    Jalan-jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap;

    Kawasan yang memiliki aktivitas yang tinggi, seperti pasar dan kawasan

    bisnis/komersial serta jasa;

    Keberadaan jalur pedestrian sebagai prasarana utama bagi pejalan kaki sangat

    dibutuhkan pada ruas-ruas jalan di mana pola penggunaan lahan di sekitarnya mempunyai

    fungsi publik. Dalam pengembangan jalur pedestrian hendaknya dengan memperhatikan

    kondisi lalu lintas (intensitas lalu lintas) serta fungsi lahan sekitarnya. Jangan sampai

    pengembangan jalur pedestrian malah menimbulkan bangkitan atau tarikan terhadap

    orientasi pergerakan pejalan kaki dan menimbulkan kemacetan.

    Contoh 4 Ilustrasi Jalur Pedestrian

    Selain pengembangan jaringan jalan, keberadaan fasilitas penunjang transportasi

    seperti tempat penyeberangan, halte, marka jalan serta parkir sangat penting untuk

    ditingkatkan pelayanannya. Adapun penjabaran lebih lanjut dari masing-masing fasilitas

    penunjang transportasi adalah sebagai berikut :

    1. Tempat Penyeberangan

    Tempat penyebrangan atau zebra cross direncanakan [ada pada ruas-ruas jalan

    utama yang memiliki aktifitas pejalan kaki yang tinggi, dimana penggunaan lahannya dapat

    menimbulkan tarikan bagi masyarakat misalnya perdagangan dan jasa, perkantoran serta

    sarana pelayanan umum.

  • W O R K S H O P III - 12 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    2. Halte

    Untuk pemilihan lokasi halte, harus memenuhi beberapa ketentuan sebagai berikut :

    1. Tidak mengganggu kelancaran lalu-lintas kendaraan maupun pejalan kaki;

    2. Dekat dengan lahan yang mempunyai potensi besar untuk pengguna angkutan

    umum, misalnya pendidikan, perkantoran, perdagangan dan jasa serta pelayanan

    umum lainnya;

    3. Mempunyai aksesibilitas yang tinggi terhadap pejalan kaki;

    4. Jarak satu halte dengan halte lainnya pada suatu ruas jalan minimal 300 meter dan

    maksimal 700 meter;

    5. Lokasi penempatan halte disesuaikan dengan kebutuhan.

    Contoh 4 Perspektif design Halte

    Rencana halte disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing kawasan perkotaan

    sesuai dengan tingkat kebutuhan masyarakat dalam sistem pergerakan.

    3. Marka Jalan

    Penataan marka jalan harus memperhatikan hal-hal sebagai beikut:

    1. Marka jalan diarahkan pada sepanjang koridor jalan utama dan pada koridor jalan

    rawan kecelakaan.

    2. Khusus marka jalan berupa zebra cross dibuat di tempat-tempat ramai pejalan kaki

    seperti perempatan atau pertigaan di kawasan pertokoan, di depan sekolah dengan

    penerapan zona selamat, di depan halte dan sebagainya.

    3. Untuk marka jalan yang kondisinya sudah tidak nampak lagi warna garisnya

    diperlukan pengecatan ulang agar bisa berfungsi lebih efektif lagi.

    4. Parkir

    Semakin meningkatnya jumlah kendaraan pribadi mengakibatkan kapasitas jalan

    menurun terlebih di sekitar kawasan perdagangan, biasanya hingga badan jalan digunakan

    sebagai areal berdagang, yang berakibat pula kebutuhan akan lahan parkir juga meningkat.

    PEMANFAATAN

    REKLAME

    DESIGN

  • W O R K S H O P III - 13 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    Perencanaan sistem parkir selalui ditandai dengan sistem parker berupa off street

    (parkir di luar badan jalan) dan on street (parkir di badan jalan). Pengendalian parkir dapat

    dilakukan dengan penerapan sistem tariff progresif maupun parkir berlangganan.Tarif

    progresif maupun tarif berlangganan yaitu pembebanan biaya parkir bagi pengemudi untuk

    lebih efisien dalam menggunakan ruang parkir. Pemarkir kendaraan akan dikenakan tarif

    yang lebih mahal dari pada parkir off street. Dengan penerapan rencana tarif progresif pada

    beberapa parkir di pinggir jalan dan tidak mengganggu kelancaran arus lalu lintas. Rencana

    tariff progresif lebih tepat di terapkan pada parkir di kawasan pusat perbelanjaan. Parkir

    berlangganan yaitu pembebanan biaya parkir kepada para pemarkir untuk membayar parkir

    di pihak pengelola secara kumulatif untuk jangka waktu tertentu.Sehingga pemarkir bisa

    memarkir kendaraan di tempat tertentu tanpa harus membayar lagi. Rencana parkir

    berlangganan bisa diterapkan untuk parkir di pusat perbelanjaan, fasilitas umum, tempat

    peribadatan dll.

    Sistem parkir di luar badan jalan berupa penyediaan taman parkir atau penyediaan

    parkir oleh setiap bangunan. Dalam menentukan luas ruang parkir di suatu tempat yang

    memiliki kegiatan tertentu seperti : tempat perbelanjaan, pendidikan, perkantoran dan lain

    sebagainya dalam setiap luar areal yang tersedia dibutuhkan ruang parkir yang berbeda

    antara kegiatan yang satu dengan kegiatan yang lainnya.

    Tabel 1 Standar Kebutuhan Parkir Minimal

    No Penggunaan Bangunan

    Kebutuhan Parkir Di Pinggiran Kota (M)

    Kebutuhan Parkir Di Pusat

    Kota (M)

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

    Perkantoran Pergudangan Apotik Praktek Dokter Auditorium Restauran Club Hiburan Kolam Renang Lapangan Tennis Sekolah Rumah Ibadah Museum Perpustakaan Bank Rumah Sakit

    60 40 30 15 10 20 20 20 40 60 60 60

    250 100 40 75 50

    100 60 30 30 30 30 25 20 60 80 100 100 250 150 60 100 60

  • W O R K S H O P III - 14 Peningkatan Kemampuan Teknis Anggota BK PRD Provinsi Lampung, 22-25 April 2013

    No Penggunaan Bangunan

    Kebutuhan Parkir Di Pinggiran Kota (M)

    Kebutuhan Parkir Di Pusat

    Kota (M)

    18 19 20

    Umum Rumah Sakit Swasta Perdagangan Swalayan Bioskop

    40 15 60

    50 35 100

    Sumber : Pembangunan kota : Tinjauan Regional dan Lokal, oleh : Ir. Budi D.

    Sinulingga, Msi (1999), hal 175 - 176

    Pembatasan Masuk, Parkir dan Stop bagi Kendaraan :

    1. Pembatasan Masuk bagi Mobil Barang

    Mobil Barang ( Truk ) dilarang masuk ke seluruh daerah pusat kota yang dibatasi oleh

    Jaringan Lintasan Angkutan Barang, kecali pada jaringan lintas yang ditentukan.

    2. Pembatasan Parkir Pinggir Jalan

    Larangan Parkir Pinggir Jaln harus diberlakukan pada jaringan primer dengan Drajat

    Kejenuhan yang sudah cukup tinggi atau yang mempunyai kecepatan lalu lintas yang

    cukup tinggi.

    3. Kawasan Larangan Stop bagi Angkutan Umum

    Pada daerah persimpangan sampai pada jarak 50 m dari tepi persimpangan

    diperlukan larangan berhenti bagi kendaraan Angkutan umum penumpang apapun.

    Ketentuan ini mempengaruhi penempatan Halte Angkutan Umum sekitar persimpangan.