modul -...

52

Upload: others

Post on 19-Oct-2019

89 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul
Page 2: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

MODUL

PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM KONTEMPORER

Oleh :Dr.H. Abdul Majid Khon, M.Ag

PPG DALAM JABATANKEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI,

DAN PENDIDIKAN TINGGI2019

Page 3: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

KEGIATAN BELAJAR I

ISLAM RADIKAL

Capaian pembelajaran yang diharapkan pada materi ini adalah menguasai pola pikir dan

struktur keilmuan serta materi ajar PAI dengan perspektif tawassuth, tawaazun, dan tasaamuh, yang

berkategori advance materials secara bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),

“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.

Subcapaian Pembelajaran

1.1. Menguasai dasar-dasar keislaman secara mendalam berawawasan rahmatan lil alamîn,

moderat dan seimbang

1.2. Bersikap dewasa dan tasamuh dalam menyikapi perbedaan pendapat di kalangan umat Islam

1.3. Memecahkan permasalah sosial yang timbul secara bijaksana dan metodologis dengan

menggunakan kaidah-kaidah yang dapat diterima antara lain counter argument atau counter

ideologi.

Pokok-Pokok materi

1. Pengertian Islam Radikal

2. Indikator Islam Radikal; Takfîri dan al-Walâ wa al-Bara

3. Bom Bunuh Diri

Uraian Materi

A. Pengertian Islam Radikal

Islam radikal dalam dasawarsa terakhir menjadi sebuah istilah yang interchangeable

dengan kelompok teroris yang menggunakan baju Islam. Dalam literatur berbahasa Inggris Islam

radikal dijadikan istilah bagi sekelompok orang yang berusaha memperjuangkan idealisme dan

ideologi dengan cara-cara kekerasan, termasuk menggunakan cara-cara bunuh diri.

Siapa sesungguhnya kelompok radikal ini? Hal ini perlu clear. Ia bagaikan pedang bermata

dua. Mengelompokkan seseorang atau kelompok sebagai kelompok radikal sama bahayanya jika

menafikan adanya kelompok radikal itu. Setiap kelompok radikal pada setiap negara memiliki ciri

dan kecenderungannya masing-masing. Di Asia Tenggara, secara umum kelompok radikal dapat

diidentifikasi ciri-cirinya, antara lain mengharamkan sesuatu pada diri dan orang lain padahal

Allah Swt dan Rasul-Nya tidak pernah mengharamkan hal itu, misalnya menghadiri walimah atau

acara yang dilakukan di luar kelompoknya; berlebihan di dalam memaknai ayat dan hadis yang

pada hakikatnya tidak sejalan dengan tujuan umum syari’ah (maqashid al-syari’ah), seperti

melakukan perjalanan jihad dengan menelantarkan keluarganya.

Secara bahasa, radikalisme berasal dari bahasa Latin, radix, yang berarti “akar”. Ia adalah

Page 4: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

paham yang menghendaki adanya perubahan dan perombakan besar untuk mencapai kemajuan.

Dalam perspektif ilmu, radikalisme erat kaitannya dengan sikap atau posisi yang mendambakan

perubahan terhadap status quo dengan cara menggantinya dengan sesuatu yang sama sekali

baru dan berbeda.1 Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang berlangsung

yang muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau bahkan perlawanan terhadap ide, asumsi,

kelembagaan, atau nilai.

Secara sederhana, radikalisme adalah pemikiran atau sikap yang ditandai oleh beberapa

hal yang sekaligus menjadi karakteristiknya, yaitu: Pertama, sikap tidak toleran dan tidak mau

menghargai pendapat atau keyakinan orang lain. Kedua, sikap egois, yakni sikap yang

membenarkan diri sendiri dan menyalahkan orang lain. Ketiga, sikap eksklusif,yakni sikap tertutup

dan berusaha berbeda dengan kebiasaan orang banyak. Keempat, sikap revolusioner, yakni

kecenderungan untuk menggunakan kekerasan dalam mencapai tujuan.2

Menurut Azyumardi Azra, radikalisme merupakan bentuk ekstrem dari revivalisme.

Revivalisme merupakan intensifikasi keislaman yang lebih berorientasi ke dalam (inward

oriented), dengan artian pengaplikasian dari sebuah kepercayaan hanya diterapkan untuk diri

pribadi. Adapun bentuk radikalisme yang cenderung berorientasi keluar (outward oriented), atau

kadang dalam penerapannya cenderung menggunakan aksi kekerasan lazim disebut

fundamentalisme.3

Dalam bahasa Arab, kekerasan dan radikalisme disebut dengan beberapa istilah, antara

lain al-‘unf, at-tatha}rruf, al-guluww, dan al-irhab>., Abdullah an-Najjar mendefiniskan al-‘unf dengan

penggunaan kekuatan secara (main hakim sendiri) untuk memaksanakan kehendak dan

pendapat.4 Sekalipun kata ini tidak digunakan dalam al-Qur’an, tetapi beberapa hadis NabiSaw.

Menyebutnya, baik kata al-‘unf maupun lawannya (ar- rifq). Dari penggunaan kata tersebut dalam

hadis-hadis, tampak jelas bahwa Islam adalah agama yang tidak menyukai kekerasan terhadap

siapa pun, termasuk penganut agama yang berbeda. Sebaliknya Islam adalah agama yang penuh

dengan kelembutan.

1EdiSusanto,“Kemungkinan Munculnya PahamIslam Radikal diPesantren”, dalam Jurnal Tadris(Pamekasan: Sekolah Tinggi Agama Islam Pamekasan, 2007), Vol. 2, No. 1, h.3.

2AgilAsshofie, “Radikalisme Gerakan Islam”, http://agil-asshofie. blogspot.com/ 2011/10 /radikalisme-gerakan-politik.html,

3Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan (Jakarta:Raja Grafindo Persada,1999), h. 46-47.

4Lajnah Pentashihan Mushaf al-Qur’an Kementerian Agama,Tafsir al-Qur’an Tematik, jilid 1 (Jakarta:Kamil Pustaka, 2014), h. 97

Page 5: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Mereka meninggalkan sesuatu yang belum tentu haram dan mengharamkan kepada diri

dan orang lain dengan anggapan pilihan sikap itu paling sejalan dengan Al-Qur’an dan sunnah.

Mereka tidak segan-segan menghina aliran dan mazhab yang dianut orang yang berbeda

pendapat dengannya sebagai aliran sesat. Mereka mengambil sikap berlebihan kepada orang lain

yang berbeda dengan pendapatnya, misalnya menuduh orang lain sebagai ahli bid’ah dan

mengklaim diri sebagai ahli sunnah sejati, bahkan tidak segan-segan mengkafirkan dan

menghalalkan darah orang lain.

Ciri lainnya mereka menganggap orang lain sebagai kelompok jahiliah modern, yang tak

layak diikuti. Mereka mengharamkan bermakmum kepada orang yang berada di luar

kelompoknya dan menganggap sia-sia shalat di belakang orang yang fasiq. Mereka juga menuduh

ulama yang tidak sejalan dengannya sebagai ulama sesat (ulama’ al-sû’) dan melecehkannya

secara terbuka. Mereka selalu memisahkan diri dengan umat Islam yang tidak sejalan dengannya

di dalam melakukan berbagai aktifitas, termasuk ibadah shalat berjamaah. Mereka tidak mau

berpartisipasi dalam gagasan yang dirintis atau diprakarsai oleh kelompok lain yang bukan

kelompoknya.

Mereka sering melakukan interpretasi dalil agama sesuai dengan ideologinya, tidak

peduli itu kontroversi di kalangan umat mayoritas. Mereka tidak takut dan terbiasa hidup di

dalam perbedaan dan keterasingan dengan umat mainstream. Mereka bisa saja memotong ayat

atau hadis untuk mengambil dasar pembenaran terhadap ajarannya, misalnya ayat-ayat jihad di

ambil pertengahan atau potongan yang mendukung perjuangannya, seperti firman Allah:

“…maka bunuhlah orang-orang musyrikin (non-muslim) itu di mana saja kamu jumpai

mereka, dan tangkaplah mereka. …..” Q.S. al-Taubah [9]: 5.

Mereka juga sering mengabaikan sabab nuzul ayat dan sabab wurud hadis demi untuk

memokuskan makna ayat kepada ajarannya. Mungkin saja ayat atau hadis itu menunjuk kepada

satu kasus yang yang sangat spesifik tetapi diperlakukan secara general, contohnya firman Allah

Swt:

“Dan bunuhlah mereka di mana saja kamu jumpai mereka….” (Q.S. al-Baqarah [2]:191).

Ayat ini turun sebagai direction dalam salah satu peperangan Nabi di Madinah, tetapi kemudian

diperlakukan secara general.

B. Indikator Islam Radikal

1. Takfiri

Takfiri adalah sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh Muslim lainya (atau

kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain) sebagai kafir dan murtad.

Tuduhan itu sendiri disebut takfir, berasal dari kata kafir (kaum tidak beriman), dan

Page 6: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

disebutkan sebagai “orang yang mengaku seorang Muslim tetapi dinyatakan tidak murni

Islamnya dan diragukan keimanannya. Tindakan menuduh Muslim lain sebagai “kafir” telah

menjadi suatu bentuk penghinaan sektarian, yaitu seorang Muslim menuduh Muslim sekte

atau aliran lainnya sebagai kafir. Tindak kekerasan yang berawal dari tuduhan mengkafirkan

Muslim lain kian marak dengan merebaknya ketegangan antara Sunni dan Syiah di Timur

Tengah, khususnya setelah pecahnya Perang Saudara Suriah pada 2011.

Dalam Islam memang ada orang yang boleh dikafirkan, ada juga yang tidak boleh

dikafirkan. Ulama mengklasifikasikan kekufuran menjadi dua katagori :

a. Kufur akbar yang mengeluarkan (manusia) dari Islam

b. Kufur ashgar, tidak mengeluarkan dari Islam, meskipun diistilahkan kufur.

Dalam masalah pembagian kufur ini, ada keterangan paling mewakili, yaitu yang

disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnul Qayim dalam kitabnya Ash-Shalâh. Beliau menuturkan,

kufur terbagi (menjadi) dua jenis, :

1) Kufur yang mengeluarkan dari agama. Beliau menerangkan kufur ini berlawanan

dengan iman dalam semua aspek. Maksudnya, ketika ada seseorang yang

melakukannya, maka imannya akan hilang. Misalnya mencaci Allah, memaki Nabi-

Nya, menyakiti Nabi, bersujud kepada kuburan dan patung, melemparkan mushaf

ke tempat kotor, atau contoh-contoh serupa lainnya yang telah dipaparkan para

ulama. Orang yang terjerumus dalam perbuatan-perbuatan ini dihukumi sebagai

kafir.

2) Kufur yang tidak mengeluarkan dari agama. Namun syari’at Islam

menyebutkannya sebagai tindakan kekufuran, seperti perbuatan-perbuatan

maksiat. Contohnya termaktub dalam beberapa hadits.

.سباب المسلم فسوق وقتالھ كفر “Mencaci orang muslim adalah kefasikan dan membunuhnya adalah kufur” [Hadits

Riwayat Bukhari No. 48, Muslim No. 64]

من حلف بغیر هللا فقد كفر أو أشرك “Barangsiapa bersumpah dengan menyebut nama selain Allah, maka ia kafir atau

musyrik” [Hadits Riwayat Tirmidzi]

ال ترجعوا بعدي كفارا یضرب بعضكم رقاب بعض. “Janganlah kalian menjadi kafir sepeninggalkau, yaitu sebagian kalian membunuh

yang lain” [Hadits Riwayat Bukhari No. 121. Muslim No. 65]

Page 7: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Ini adalah contoh-contoh kufur ashghar yang tidak mengeluarkan dari agama, dengan syarat

tidak menganggapnya sebagai perbuatan yang halal. Jika meyakini perbuatan maksiat ini

halal, maka ia telah keluar dari Islam, murtad dan menjadi kafir. Ini adalah istihlal qalbi

(penghalalan secara hati).

2. Akidah Al-Walâ’ dan Barâ’

Al-Walâ’ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara lain mencintai,

menolong, mengikuti dan mendekat kepada sesuatu. Selanjutnya, kata al-muwaalaah ( (المواالة

adalah lawan kata dari al-mu’aadaah atau al-‘adawaah (المعاداة ) yang berarti (العدواة )

permusuhan. Dan kata al-wali (الولى) adalah lawan kata dari al-‘aduww ( العدو) yang berarti

musuh. Kata ini juga digunakan untuk makna memantau, mengikuti, dan berpaling. Jadi, ia

merupakan kata yang mengandung arti yang saling berlawanan.

Dalam terminologi syari’at Islam, al-Walâ’ berarti penyesuaian diri seorang hamba

terhadap apa yang dicintai dan diridhai Allah berupa perkataan, perbuatan, kepercayaan, dan

orang yang melakukannya. Jadi ciri utama wali Allah adalah mencintai apa yang dicintai Allah

dan membenci apa yang dibenci Allah, ia condong dan melakukan semua itu dengan penuh

komitmen. Dan mencintai orang yang dicintai Allah, seperti seorang mukmin, serta

membenci orang yang dibenci Allah, seperti orang kafir.

Sedangkan kata al-bara’ dalam bahasa Arab mempunyai banyak arti, antara lain

menjauhi, membersihkan diri, melepaskandiri dan memusuhi. Kata barî’ berarti (بريء )

membebaskan diri dengan melaksanakan kewajibannya terhadap orang lain. Allah Swt

berfirman: “(Inilahpernyataan) pemutusan hubungan dari Allah dan Rasul-Nya.” [At-Taubah:

1] Maksudnya, membebaskan diri dengan peringatan tersebut.

Dalam terminologi syari’at Islam, al-bara’ berarti penyesuaian diri seorang hamba

terhadap apa yang dibenci dan dimurkai Allah berupa perkataan, perbuatan, keyakinan dan

kepercayaan serta orang. Jadi, ciri utama al-Bara’ adalah membenci apa yang dibenci Allah

secara terus-menerus dan penuh komitmen.

Walâ’ wal barâ’ merupakan salah satu di antara tuntutan syahadat yang diikrarkan

oleh seorang mukmin. Ia adalah bagian dari makna kalimat tauhid, yaitu berlepas diri dari

setiap sesuatu yang diibadahi selain Allah. Bagi seorang mukmin, ikatan walâ’ wal barâ’

merupakan ikatan iman yang paling kokoh yang dimiliki oleh dirinya. Sebagaimana yang

ditegaskan oleh Nabi Saw dalam sabdanya: “Sungguh ikatan keimanan yang paling kokoh

adalah kamu mencintai karena Allah dan membenci karena Allah.” (HR. Ahmad)

Page 8: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Namun sayangnya, sebagian umat Islam masih ada yang salah kaprah dalam

menerapkan konsep akidah yang satu ini. Di antara penyebabnya adalah munculnya

penyempitan makna wala’ wal bara’ oleh sebagian kelompok. Siapa pun yang berada dalam

jamaahnya maka harus didekati dan dicintai. Sebaliknya, siapa pun yang berada di luar

jamaahnya maka berhak untuk dimusuhi dan dijauhi.

C. Bom Bunuh Diri

Serangan bunuh diri adalah suatu serangan yang dilakukan (para) penyerangnya

dengan maksud untuk membunuh orang (atau orang-orang) lain dan bermaksud untuk turut

mati dalam proses serangannya, misalnya dengan sebuah ledakan bom atau tabrakan yang

dilakukan oleh si penyerang. Istilah ini kadang-kadang digunakan secara bebas untuk sebuah

kejadian yang maksud si penyerang tidak cukup jelas meskipun ia hampir pasti akan mati

karena pembelaan diri atau pembalasan dari pihak yang diserang. Di zaman modern,

serangan seperti itu seringkali dilakukan dengan bantuan kendaraan atau bahan

peledak seperti bom (bom bunuh diri) atau keduanya (misalnya kendaraan yang dimuati

dengan bahan peledak). Bila semua rencana berjalan mulus, si penyerang akan terbunuh

dalam tabrakan atau peledakan.

Allah Swt berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya

Allah Maha menyayangi kalian.” (QS. An-Nisaa’: 29)

RasulullahSaw bersabda, “Barangsiapa yang bunuh diri dengan menggunakan suatu

alat/cara di dunia, maka dia akan disiksa dengan cara itu pada hari kiamat.” (HR. Bukhari

dan Muslim).

Adapun bunuh diri tanpa sengaja maka hal itu diberikan udzur dan pelakunya tidak

berdosa berdasarkan firman AllahSwt:

“Dan tidak ada dosa bagi kalian karena melakukan kesalahan yang tidak kalian

sengaja akan tetapi (yang berdosa adalah) yang kalian sengaja dari hati kalian.” (QS. Al-

Ahzab: 5).

Dengan demikian aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh sebagian orang dengan

mengatasnamakan jihad adalah sebuah penyimpangan atau pelanggaran syari’at. Apalagi

dengan aksi itu menyebabkan terbunuhnya kaum muslimin atau orang kafir yang

dilindungi oleh pemerintah muslimin tanpa ada alasan yang dibenarkan syari’at.

Allah berfirman: “Dan janganlah kalian membunuh jiwa yang Allah haramkan

kecuali dengan cara yang benar.” (QS. Al-Isra’: 33)

Page 9: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Rasulullah Saw bersabda, “Tidak halal menumpahkan darah seorang muslim yang

bersaksi tidak ada sesembahan (yang benar) selain Allah dan bersaksi bahwa aku

(Muhammad) adalah Rasulullah kecuali dengan salah satu dari tiga perkara: [1] nyawa

dibalas nyawa (qishash), [2]seorang lelaki beristri yang berzina, [3] dan orang yang

memisahkan agama dan meninggalkan jama’ah (murtad).” (HR. Bukhari Muslim)

Hal ini menunjukkan bahwa membunuh muslim dengan sengaja adalah dosa besar.

Dalam hal membunuh seorang mukmin tanpa kesengajaan, Allah mewajibkan pelakunya

untuk membayar diyat/denda dan kaffarah/tebusan. Allah Swt. berfirman;

“Tidak sepantasnya bagi orang mukmin membunuh mukmin lain kecuali karena

tidak sengaja. Maka barangsiapa yang membunuh mukmin karena tidak sengaja maka

wajib baginya memerdekakan seorang budak yang beriman dan membayar diyat yang

diserahkannya kepada keluarganya, kecuali apabila keluarganya itu berkenan untuk

bersedekah (dengan memaafkannya).” (QS. An-Nisaa’: 92).

Adapun terbunuhnya sebagian kaum muslimin akibat tindakan bom bunuh diri, ini

jelas tidak termasuk pembunuhan tanpa sengaja, sehingga hal itu tidak bisa dibenarkan

dengan alasan jihad. Ulama Ahlussunah tidak merestui aksi terorisme dalam bentuk

apapun, dan tidak ada satu pun ulama yang merestui perbuatan demikian. Adapun yang

difatwakan sebagian ulama mengenai bolehnya melakukan aksi bom bunuh diri itu dalam

kondisi peperangan atau di medan perang melawan kuffar. Bukan dalam kondisi aman

atau di negeri-negeri yang tidak sedang terjadi peperangan atau yang orang-orang kafir

dijamin keamanannya di sana.

Syekh Al-Qardawi mengategorikan bahwa perjuangan rakyat Palestina dengan

meledakkan dirinya sebagai tindakan pengorbanan (‘amaliyyat fida’iyyah), ketimbang bunuh

diri. Meskipun seringkali sasaran pengeboman adalah warga sipil, tetapi Al-Qardhawi

memakai kaidah hukum al-dharûrât tubîh al-mahdzûrât (keadaan darurat membolehkan yang

diharamkan) atas konsekuensi tersebut.

Pernyataan Syekh Al-Qardawi ini memicu beragam respon dari berbagai kalangan

termasuk diantaranya adalah Professor Hashim Kamali, seorang pakar hukum internasional.

Dalam bukunya yang diterjemahkan berjudul Membumikan Syariah, Ia menjelaskan bahwa

apa yang diungkapkan Al-Qardawi memang terbatas pada kasus Palestina. Akan tetapi premis

fatwa yang mengatakan bahwa sasaran pengeboman hanyalah sasaran pengalihan adalah

juga kurang tepat. Hashim Kamali meyakini bahwa pelaku bom tersebut memang menyasar

warga sipil karena tidak bisa menjangkau barak militer Israel dan ini menyalahi prinsip

mubasyarah, pihak pertama yang semestinya jadi sasaran. Oleh karenanya, Hashim Kamali

Page 10: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

menyatakan bahwa terlalu simplistik menfatwakan tindakan bom bunuh diri warga Palestina

dan juga dimana pun daerah tinggalnya, disamakan dengan jihad dan pelakunya dihukumi

sebagai mati syahid. Hal ini karena tindakan tersebut menyalahi dua prinsip fundamental

ajaran Islam: pertama keharaman bunuh diri secara mutlak dan kedua haramnya membunuh

orang-orang sipil yang tidak bersalah.

Page 11: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

KEGIATAN BELAJAR 2TRANSAKSI MODERN

Capaian pembelajaran yang diharapkan pada meteri ini adalah;

Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar PAI dengan perspektif tawassuth,

tawaazun, dan tasaamuh, yang berkategori advance materials secara bermakna yang dapat

menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam

kehidupan sehari-hari.

Subcapaian Pembelajaran

1.1. Memahami hukum muamalat dan transaksi berbasis tenologi dan elektrik atau

online

1.2. Mengakomodir ilmu pengetahuan dan teknologi dalam Pendidikan agama Islam

Pokok-Pokok Materi;

1. Pengertian Transaksi Modern

2. Jenis-jenis transaksi Modern; transaksi online, dan nikah onlie

3. Kloning

Uraian MateriA. Pengertian Transaksi Modern

Pengertian transaksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dan dapat

menimbulkan perubahan terhadap harta atau keuangan, baik itu bertambah maupun

berkurang. Contoh dari melakukan transaksi diantaranya ialah membeli barang, menjual

barang, berhutang, memberi hutang, dan membayar berbagai kebutuhan hidup. Dahulu,

kegiatan transaksi dilakukan dengan tatap muka (face to face), namun pada era modern

ini transaksi tidak mengharuskan dua atau lebih orang yang bertransaksi untuk bertemu.

Hal ini juga yang menjadi ciri dari kegiatan transaksi modern yaitu transaksi yang dilakukansecara online. Transaksi online adalah transaksi yang dilakukan penjual dan pembeli secara

online melalui media internet, tidak ada perjumpaan langsung antara pembeli dan penjual.

Era digital, perkembangan transaksi serba online; jual bei secara online seperti Lazada,

shape,dan lain-ain. Trasportasi oneline seperti grap, gojek, dana lain-lain, e- tall, e-ticket,

dan lain-lain, segala langkah masyarakat dihadang serba e- termasuk perkembanagn

transaksi perekomonian dan perdagangan.

B. Jenis-jenis Transaksi Modern1. Jual Beli Online

Page 12: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Seiring dengan perkembangan zaman, interaksi sesama

manusiagunamemenuhikebutuhan juga mengalami modifikasi sedemikian rupa. Pada mulanya

system penukaran barang hanya bisa dilakukan secara manual (barter) dengan mengharuskan

kehadiran antara penjual dan pembeli di satu tempat dengan adanya barang disertai dengan

transaksi (ijab dan kabul). Namun dengan kemudahan fasilitas dan semakin canggihnya

teknologi, proses jualbeli yang tadinya mengharuskan cara manual biasa saja dilakukan via

internet.

Jual-beli merupakan salah satu kegiatan sosial di masyarakat, baik di desa maupun kota.

Transaksi jual-beli hamper setiap waktu dapat kita jumpai. Pertanyaannya, dengan

perkembangan zaman yang memungkinkan kita bertransaksi lewat internet, bagaimana hokum

jual beli online menurut Islam? Apakah transaksi online memenuhi syarat ijab kabul yang

ditentuka ndalam Islam?

Menurut kitab FathulMu’in, Ijab dan qabuldalamtransaksiekonomiadalah:

االیجاب ھو ما دل على التملیك داللة ظاھرة،والقبول ھو ما دل علي التملك كذالكIjab adalah bukti yang menunjukan atas penyerahan dengan bukti yang jelas (dapat

dipertanggungjawabkan), sedangkan Kabul adalah bukti yang menunjukan atas penerimaan.

AdapunpandanganmayoritasmazhabSyafiimenyarankan agar barang yang

akandijualbelikanharusterlihatterlebihdahulusecarakasatmata. Namun,

inimerupakanbentuk ihtiyath (kehati-hatian) agar tidak terjadi penipuan sebagaimana hadis

Nabi Saw.:

عن بیع الحصاة وعن بیع -صلى هللا علیھ وسلم-عن أبى ھریرة قال نھى رسول

الغرر.Artinya : “Rasulullah melarang jualbeli dengan lemparan batu dan penipuan” (HR Muslim)

Berdasarkan kebiasaan, sebelum transaksi pembeli biasanya telah

melihat mabi’ (barang yang dijual) dan telah dijelaskan sifat dan jenis barang tersebut (salam)

serta memenuhi syarat dan rukunjualbeli yang lainnya oleh penjualmelalui situs online yang

dimiliknya.

Selainitu, bilasudahcocokatasbarang yang dideskripsikan oleh penjual, pembeli

mentransfer biaya yang ditentukan penjual, dan menunjukkan struk pembelian. Setelah itu,

penjual melakukan proses pembelian. Bila praktik jualbeli online seperti ini sudah dilakukan

dan tidak ada yang dirugikan, maka hokum jualbeli online menjadi sah. Hal tersebut

sebagaimana difatwakan oleh Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Syathiri dalam karyanya

syarah Al-Yaqut an-Nafis:

والعبرة فى العقود لمعانیھا ال لصور االلفاظوعن البیع و الشراء بواسطة التیلفون الوسائل وامثلھا معتمد الیوم وعلیھا العملوالتلكس والبرقیات كل ھذه

Page 13: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Yang dipandang dalam transaksi adalah kontennya bukan bentuk lafalnya.Transaksi

jual beli dengan menggunakan alat informasi seperti telepun, tekx dan telegram

yang digunakan sekarang boleh dipakai

2. Nikah OnlinePernikahandalam Islam memilikibeberaparukun dan syarat. Rukun dan syarat nikah

memengaruhisahatautidaknyapernikahanmenurut Islam. Rukun nikah yang disepakati

oleh mayoritas ulama terdiridari lima rukun; ada mempelai pria, ada mempelai wanita,

adawali nikah, adanya dua orang saksi, dan ada ijabkabul. Seiring majunya teknologi, ada

beberapa rukun nikah yang dilaksanakan secara jarak jauh dengan bantuan teknologi.

Beberapa yang kerap ditemui adalah mempelai pria mengucapkan kabul di tempat yang

jauh dari mempelai wanita, wali, dan duasaksi. Fasilitas telepon atau video call dipakai

untuk mengucapkan akad nikah jarakjauh. Lalu, apakah akad nikah seperti ini

diperbolehkan?

Dalam Ensiklopedi Hukum Islam disebutkan, ulama fikih berpendapat jika ijab dan

kabul dipandang sah apabila telah memenuhi beberapa persyaratan. Ijab kabul

sendirimemilikiempatsyarat yang harusdiperhatikan;

a. ijab dan kabuldilakukandalamsatumajelis.

b. kesesuaianantaraijab dan kabul. Misalnyawalimengatakan, "Saya

nikahkanandadenganputrisaya A...", kemudiancalonsuamimenjawab, "Saya

terimanikahnya B...", makanikahnyatidaksah, karenaantaraijab dan

kabultidaksesuai.

c. yang melaksanakan ijab (wali) tidak menarik kembali ijabnya sebelum kabul dari

calon suami.

d. Berlaku seketika. Maksudnya, nikah tidak boleh dikaitkan dengan masa yang

akan datang. Jika wali mengatakan, "Saya nikahkan anda dengan putri saya

besok atau besok lusa," maka ijab dan kabul seperti ini tidak sah.

Pengertian ijab dan Kabul dalam satu majelis ini tidak semua ulama sepakat soal

penjelasannya. Ada yang mengartikan harus dalam satu tempat, ada pula yang

mengartikan tak harus dalam satu tempat. Imam Syafi'I lebih cenderung memandangnya

dalam arti fisik. Wali dan calon suami harus berada dalam satu ruangan sehingga mereka

dapat saling memandang. Hal ini dimaksudkan agar kedua pihak saling mendengar dan

Memahami secara jelas ijab dan kabul yang mereka ucapkan. Sehingga ijab dan Kabul

benar-benar sejalan dan bersambung.

Page 14: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Menurut Imam Syafi'i, dua orang saksi juga harus melihat secara langsung dua orang

yang berakad. Dua orang saksi tidak cukup hanya mendengar ucapan ijab dan kabul yang

diucapkan oleh mereka. Kepastian itu diperoleh saksi melalui penglihatan dan

pendengaran yang sempurna. Meskipun keabsahan suatu ucapan atau perkataan dapat

dipastikan dengan pendengaran yang jelas, namun kepastian itu harus diperoleh dengan

melihat secara langsung wali dan calon suami.

Apabilawaliberteriakkerasmengucapkanijabdarisatutempat, kemudiandisambut oleh

kabulcalonsuamidengansuarakeras pula daritempatlain, dan masing-masing pihak saling

mendengar ucapan yang lain, maka aka nikah seperti itu tidak sah. Karena, kedua saksi

tidak dapat melihat dua orang yang melakukan ijab dan kabul dalam satu ruangan. Dengan

demikian, menurut Imam Syafi'i, akad nikah jarak jauh melalui telepon tidak dapat

dipandang sah karena syarat tersebut di atas tidak terpenuhi.

Sementara pendapat berbeda diungkapkan MajelisTarjih PP Muhammadiyah dalam

kumpulan fatwanya. Menurut Majelis Tarjih, yang dimaksud dengan ijabkabul dilakukan

dalam satu majelis adalah ijab dan kabult erjadi dalam satu waktu. Yang lebih dipentingkan

adalah kesinambungan waktu bukan tempat.

3. KloningKata kloninginiberasaldari kata “clone” kata dalambahasainggris yang berarti

potongan yang digunakan untuk memperbanyak tanaman, kloning ini pertama kali

muncul dari usulan Herbert Webber pada tahun 1903 dalam mengistilahkan

sekelompok individu makhluk hidup yang dilahirkan dari satu induk tanpa proses

seksual. Secara definisi dan pengertian, cloning adalah suatu upaya tindakan untuk

memproduksi atau menggandakan sejumlah individu yang hasilnya secara genetik

samapersis (identik) berasal dari induk yang sama, mempunyai susunan (jumlah dan

gen) yang sama. Sedangkan cloning adalah sejumlah organisme hewan maupun

tumbuhan yang terbentuk melalui hasil reproduksi seksual dan berasal dari satu induk

yang sama. Setiap bagian dari klon tersebut memiliki susunan dan jumlah gen yang

sama dan kemungkinan besar fenotipnya juga akan sama.Permasalahan kloning adalah merupakan kejadian kontemporer (kekinian).

Dalam kajian literatur klasik belum pernah persoalan kloning dibahas oleh para ulama.

Oleh karenanya, rujukan yang penulis kemukakan berkenaan dengan masalah kloning

ini adalah menurut beberapa pandangan ulama kontemporer.

Para ulama mengkaji kloning dalam pandangan hukum Islam bermula dari ayat

berikut:

Page 15: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

ن مضغة مخلقة وغیر مخلقة فإنا خلقناكم من تراب ثم من نطفة ثم من علقة ثم م

)5(الحج: … لنبین لكم ونقر في األرحام ما نشاء .

“… Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani,

kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna

kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami

tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki …” (QS. 22/al-Hajj: 5).

Abul Fadl Mohsin Ebrahim berpendapat dengan mengutip ayat di atas, bahwa

ayat tersebut menampakkan paradigma al-Qur’an tentang penciptan manusia

mencegah tindakan-tindakan yang mengarah pada kloning. Dari awal kehidupan

hingga saat kematian, semuanya adalah tindakan Tuhan. Segala bentuk peniruan atas

tindakan-Nya dianggap sebagai perbuatan yang melampaui batas.

Selanjutnya, ia mengutip ayat lain yang berkaitan dengan munculnya prestasi

ilmiah atas kloning manusia, apakah akan merusak keimanan kepada AllahSwt

sebagai Pencipta? Abul Fadl menyatakan “tidak”, berdasarkan pada pernyataan al-

Qur’an bahwa AllahSwt telah menciptakan Nabi Adam As. tanpa ayah dan ibu, dan

Nabi Isa As. tanpa ayah, sebagai berikut:

إن مثل عیسى عند هللا كمثل ءادم خلقھ من تراب ثم قال لھ كن فیكون (ال عمران:

59(

“Sesungguhnya misal (penciptaan) `Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan)

Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:

“Jadilah” (seorang manusia), maka jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 59).

Pada surat yang sama juga dikemukakan:

رك بكلمة منھ اسمھ المسیح عیسى ابن مریم وجیھا إذ قالت المالئ كة یامریم إن هللا یبشالحین. قالت بین. ویكلم الناس في المھد وكھال ومن الص رب في الدنیا واآلخرة ومن المقر

لي ولد ولم یمسسني بشر قال كذلك هللا یخلق ما یشاء إذا قضى أمرا فإنما یقول أنى یكون .)47-45لھ كن فیكون (ال عمران:

“(Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Allah

menggembirakan kamu (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan

kalimat (yang datang) daripada-Nya, namanya al-Masih `Isa putera Maryam, seorang

terkemuka di dunia dan di akhirat dan termasuk orang-orang yang didekatkan (kepada

Allah), dan dia berbicara dengan manusia dalam buaian dan ketika sudah dewasa dan

dia termasuk di antara orang-orang yang saleh. Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa

mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-

lakipun”. Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan

apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka

Page 16: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah dia” (QS. 3/Ali ‘Imran: 45-

47).

Hal yang sangat jelas dalam kutipan ayat-ayat di atas adalah bahwa segala

sesuatu terjadi menurut kehendak Allah. Namun, kendati Allah menciptakan sistem

sebab-akibat di alam semesta ini, kita tidak boleh lupa bahwa Dia juga telah

menetapkan pengecualian-pengecualian bagi sistem umum tersebut, seperti pada

kasus penciptaan Adam As. dan Isa As. Jika kloning manusia benar-benar menjadi

kenyataan, maka itu adalah atas kehendak AllahSwt. Semua itu, jika manipulasi

bioteknologi ini berhasil dilakukan, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi

keimanan kita kepada AllahSwt sebagai Pencipta, karena bahan-bahan utama yang

digunakan, yakni sel somatis dan sel telur yang belum dibuahi adalah benda ciptaan

AllahSwt.

Islam mengakui hubungan suami isteri melalui perkawinan sebagai landasan

bagi pembentukan masyarakat yang diatur berdasarkan tuntunan Tuhan. Anak-anak

yang lahir dalam ikatan perkawinan membawa komponen-komponen genetis dari

kedua orang tuanya, dan kombinasi genetis inilah yang memberi mereka identitas.

Karena itu, kegelisahan umat Islam dalam hal ini adalah bahwa replikasi genetis

semacam ini akan berakibat negatif pada hubungan suami-isteri dan hubungan anak-

orang tua, dan akan berujung pada kehancuran institusi keluarga Islam. Lebih jauh,

kloning manusia akan merenggut anak-anak dari akar (nenek moyang) mereka serta

merusak aturan hukum Islam tentang waris yang didasarkan pada pertalian darah.

Berikutnya, KH. Ali Yafie dan Dr. Armahaedi Mahzar (Indonesia), Abdul Aziz

Sachedina dan Imam Mohamad Mardani (AS) juga mengharamkan, dengan alasan

mengandung ancaman bagi kemanusiaan, meruntuhkan institusi perkawinan atau

mengakibatkan hancurnya lembaga keluarga, merosotnya nilai manusia, menantang

Tuhan, dengan bermain tuhan-tuhanan, kehancuran moral, budaya dan hukum.

M. Kuswandi, staf pengajar Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta juga

berpendapat teknik kloning diharamkan, dengan argumentasi: menghancurkan

institusi pernikahan yang mulia (misal: tumbuh suburnya lesbian, tidak perlu laki-laki

untuk memproduksi anak), juga akan menghancurkan manusia sendiri (dari sudut

evolusi, makhluk yang sesuai dengan environment-nya yang dapat hidup).

Dari sudut agama dapat dikaitkan dengan masalah nasab yang menyangkut

masalah hak waris dan pernikahan (muhrim atau bukan), bila diingat anak hasil kloning

hanya mempunyai DNA dari donor nucleus saja, sehingga walaupun nukleus berasal

dari suami (ayah si anak), maka DNA yang ada dalam tubuh anak tidak membawa

DNA ibunya. Dia seperti bukan anak ibunya (tak ada hubungan darah, hanya sebagai

anak susuan) dan persis bapaknya (haram menikah dengan saudara sepupunya,

Page 17: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

terlebih saudara sepupunya hasil kloning juga). Selain itu, menyangkut masalah

kejiwaan, bila melihat bahwa beberapa kelakuan abnormal seperti kriminalitas,

alkoholik dan homoseks disebabkan kelainan kromosan. Demikian pula masalah

kejiwaan bagi anak-anak yang diasuh oleh single parent, barangkali akan lebih

kompleks masalahnya bagi donor nukleus bukan dari suami dan yang mengandung

bukan ibunya.

Sedangkan ulama yang membolehkan melakukan kloning mengemukakan

alasan sebagai berikut:

a. Dalam Islam, kita selalu diajarkan untuk menggunakan akal dalam memahami

agama.

b. Islam menganjurkan agar kita menuntut ilmu

c. Islam menyampaikan bahwa Allah selalu mengajari dengan ilmu yang belum

ia ketahui (lihat QS. 96/al-‘Alaq).

d. Allah menyatakan, bahwa manusia tidak akan menguasai ilmu tanpa seizin

Allah (lihat ayat Kursi pada QS. 2/al-Baqarah: 255).

Dengan landasan yang demikian itu, seharusnya kita menyadari bahwa

penemuan teknologi bayi tabung, rekayasa genetika, dan kemudian kloning adalah

juga bagian dari takdir (kehendak) Ilahi, dan dikuasai manusia dengan seizin-Nya.

Penolakan terhadap kemajuan teknologi itu justru bertentangan dengan prinsip-prinsip

yang diajarkan dalam Islam.

Ada juga di kalangan umat Islam yang tidak terburu-buru mengharamkan

ataupun membolehkan, namun dilihat dahulu sisi-sisi kemanfaatan dan kemudharatan

di dalamnya. Argumentasi yang dikemukakan sebagai berikut:

Perbedaan pendapat di kalangan ulama dan para ilmuan sebenarnya masih

bersifat tentative, bahwa argumen para ulama/ilmuan yang menolak aplikasi kloning

pada manusia hanya melihatnya dari satu sisi, yakni sisi implikasi praktis atau

sisi applied science dari teknik kloning. Wilayah applied science yang mempunyai

implikasi sosial praktis sudah barang tentu mempunyai logika tersendiri. Mereka

kurang menyentuh sisi pure science (ilmu-ilmu dasar) dari teknik kloning, yang bisa

berjalan terus di laboratorium baik ada larangan maupun tidak. Wilayah pure

science juga punya dasar pemikiran dan logika tersendiri pula.

Dalam mencari batas “keseimbangan” antara kemajuan IPTEK dan Doktrin

Agama, pertanyaan yang dapat diajukan adalah sejuh mana para ilmuan, budayawan

dan agamawan dapat berlaku adil dalam melihat kedua fenomena yang berbeda misi

dan orientasi tersebut? Menekankan satu sisi dengan melupakan atau menganggap

tidak adanya sisi yang lain, cepat atau lambat, akan membuat orang “tertipu” dan

“kecewa”. Dari situ barangkali perlu dipikirkan format kajian dan telaah yang lebih

Page 18: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

seimbang, arif, hati-hati untuk menyikapi dan memahami kedua sisi tersebut sekaligus.

Sudah tidak zamannya sekarang, jika seseorang ingin menelaah persoalan kloning

secara utuh, tetapi tidak memperhatikan kedua sisi tersebut secara sekaligus.

Selanjutnya, ada pula agamawan sekaligus ilmuan menyatakan bahwa tujuan

agama menurut penuturan Imam al-Syatibi yang bersifat dharuri ada lima, yaitu

memelihara agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Oleh karena itulah maka kloning

itu kita uji dari sesuai atau tidaknya dengan tujuan agama. Bila sesuai, maka tidak ada

keberatannya kloning itu kita restui, tetapi bila bertentangan dengan tujuan-tujuan

syara’ tentulah kita cegah agar tidak menimbulkan bencana. Kesimpulan yang

diberikan klonasi ovum manusia itu tidak sejalan dengan tujuan agama, memelihara

jiwa, akal, keturunan maupun harta, dan di beberapa aspek terlihat pertentangannya.

Untuk menentukan apakah syari’at membenarkan pengambilan

manfaat terapeutik dari kloning manusia, kita harus mengevaluasi manfaat vis a

vis mudharat dari praktek ini. Dengan berpijak pada kerangka pemikiran ini, maka

manfaat dan mudharat terapeutik dari kloning manusia dapat diuraikan sebagai

berikut:

a. Mengobati penyakit. Teknologi kloning kelak dapat membantu manusia dalam

menentukan obat kanker, menghentikan serangan jantung, dan membuat tulang,

lemak, jaringan penyambung atau tulang rawan yang cocok dengan tubuh pasien

untuk tujuan bedah penyembuhan dan bedah kecantikan. Sekedar melakukan riset

kloning manusia dalam rangka menemukan obat atau menyingkap misteri-misteri

penyakit yang hingga kini dianggap tidak dapat disembuhkan adalah boleh, bahkan

dapat dijustifikasikan pelaksanaan riset-riset seperti ini karena ada sebuah hadits

yang menyebutkan: “Untuk setiap penyakit ada obatnya”. Namun, perlu ditegaskan

bahwa pengujian tentang ada tidaknya penyakit keturunan pada janin-janin hasil

kloning guna menghancurkan janin yang terdeteksi mengandung penyakit tesebut

dapat melanggar hak hidup manusia.

b. Infertilitas. Kloning manusia memang dapat memecahkan problem

ketidaksuburan, tetapi tidak boleh mengabaikan fakta bahwa Ian Wilmut, A.E.

Schieneke, J. Mc. Whir, A.J. Kind, dan K.H.S. Campbell harus melakukan 277 kali

percobaan sebelum akhirnya berhasil mengkloning “Dolly”. Kloning manusia tentu

akan melewati prosedur yang jauh lebih rumit. Pada eksperimen awal untuk

menghasilkan sebuah klon yang mampu bertahan hidup akan terjadi banyak sekali

keguguran dan kematian. Lebih jauh, dari sekian banyak embrio yang dihasilkan

hanya satu embrio, yang akhirnya ditanam ke rahim wanita pengandung sehingga

embrio-embrio lainnya akan dibuang atau dihancurkan. Hal ini tentu akan

menimbulkan problem serius, karena nenurut syari’at pengancuran embrio adalah

Page 19: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

sebuah kejahatan. Selain itu, teknologi kloning melanggar sunnatullah dalam

proses normal penciptaan manusia, yaitu bereproduksi tanpa pasangan seks, dan

hal ini akan meruntuhkan institusi perkawinan. Produksi manusia-manusia kloning

juga sebagaimana dikemukakan di atas, akan berdampak negatif pada hukum

waris Islam (al-mirâts).

c. Organ-organ untuk transplantasi. Ada kemungkinan bahwa kelak manusia dapat

mengganti jaringan tubuhnya yang terkena penyakit dengan jaringan tubuh embrio

hasil kloning, atau mengganti organ tubuhnya yang rusak dengan organ tubuh

manusia hasil kloning. Manipulasi teknologi untuk mengambil manfaat dari

manusia hasil kloning ini dipandang sebagai kejahatan oleh hukum Islam, karena

hal itu merupakan pelanggaran terhadap hidup manusia Namun, jika penumbuhan

kembali organ tubuh manusia benar-benar dapat dilakukan, maka syari’at tidak

dapat menolak pelaksanaan prosedur ini dalam rangka menumbuhkan kembali

organ yang hilang dari tubuh seseorang, misalnya pada korban kecelakaan kerja

di pertambangan atau kecelakaan-kecelakaan lainnya. Tetapi, akan muncul

pertanyaan mengenai kebolehan menumbuhkan kembali organ tubuh seseorang

yang dipotong akibat kejahatan yang pernah dilakukan.

d. Menghambat Proses Penuaan. Ada sebuah optimisme bahwa kelak kita dapat

menghambat proses penuaan berkat apa yang kita pelajari dari kloning. Namun

hal ini bertentangan dengan hadits yang menceritakan peristiwa berikut:

Orang-orang Badui datang kepada NabiSaw, dan berkata: “Hai Rasulallah,

haruskah kita mengobati diri kita sendiri? NabiSaw menjawab: “Ya, wahai hamba-

hamba Allah, kalian harus mengobati (diri kalian sendiri) karena sesungguhnya

Allah tidak menciptakan suatu penyakit tanpa menyediakan obatnya, kecuali satu

macam penyakit”. Mereka bertanya: “Apa itu?” Nabi Saw menjawab: “Penuaan”.

e. Jual beli embrio dan sel. Sebuah riset bisa saja mucul untuk memperjual-belikan

embrio dan sel-sel tubuh hasil kloning. Transaksi-transaksi semacam ini

dianggap bâthil (tidak sah) berdasarkan pertimbangan-pertimbanganSeseorang

tidak boleh memperdagangkan sesuatu yang bukan miliknya.

Sebuah hadits menyatakan: “Di antara orang-orang yang akan dimintai

pertanggungjawaban pada Hari Akhir adalah orang yang menjual manusia merdeka

dan memakan hasilnya”.

Dengan demikian, potensi keburukan yang terkandung dalam teknologi kloning

manusia jauh lebih besar daripada kebaikan yang bisa diperoleh darinya, dan

karenanya umat Islam tidak dibenarkan mengambil manfaat terapeutik dari kloning

manusia.

Page 20: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

KEGIATAN BELAJAR 3GENDER DAN PERMASALAHANNYA

Capaian pembelajaran yang diharapkan pada meteri ini adalah;

Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar PAI dengan perspektif tawassuth,

tawaazun, dan tasaamuh, yang berkategori advance materials secara bermakna yang dapat

menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan) dalam

kehidupan sehari-hari.

Sub Capaian pembelajaran

1.1. Menganalisis kedudukan gender dan cadar dalam Islam

1.2. Menunjukkan perilaku penyetaraan gender di masyarakat

1.3. Menunjukkan kedudukan LGBT sebgai manusia yang terhormat dan kembali

pada fitrah yang sesungguhnya

Pokok-pokok Materi:1. Permalasalah gender

2. Gender dalam Islam

3. Cadar bagi wanita

4. LGBT

Uraian Materi1. Permasalahan Dalam Gender

Konsep urgen yang perlu dipahami dalam diskursus gender adalah

membedakan dua hal yang berbeda, yaitu gender dan jenis kelamin. Dengan

memisahkan makna antara gender maka setiap pendidik dan orangtua akan

mampu membedakan antara yang kodrati dengan yang bukan kodrati.

Jenis kelamin adalah suatu hal yang menunjukkan pada pembagian sifat dua

jenis kelamin manusia secara biologis. Sebagai contoh dari jenis kelamin laki-laki

yaitu memiliki organ-organ yang menunjukkan sifat kelaki-lakian, seperti memiliki

penis, jakun, serta mampu menghasilkan sperma. Sementara itu, jenis kelamin

perempuan juga memiliki organ-organ yang menunjukkan sifat perempuan, di

antaranya memiliki vagina, rahim, payudara, serta menghasilkan ovum. Sifat-sifat

tersebut melekat selamnaya pada manusia yang memiliki jenis kelamin laki-laki

dan perempuan. Hal ini memberikan makna bahwa secara biologis, semua organ

Page 21: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

yang dimiliki baik oleh laki-laki tidak akan bisa ditukar pada jenis kelamin

perempuan. Begitu pula sebaliknya, seluruh organ yang dimiliki perempuan tidak

akan dibenarkan untuk ditukar dengan organ laki-laki. Hal demikian inilah yang

disebut ketentuan ilahi yang tidak dibenarkan untuk dipertukarkan dan bersifat

kodrati.

Gender adalah sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang

dibangun dari interaksi sosial dan budaya. Sebagai contoh bahwa perempuan

lebih dipahami sebagai seseorang yang feminim, lemah lembut, serta memiliki

sifat-sifat keibuan. Sementara laki-laki lebih dipahami sebagai sosok seseorang

yang maskulin, rasionalis, serta memiliki kekuatan yang lebih dari perempuan.

Namun, kedua sifat tersebut esensinya dapat dipertukarkan. Dalam kehidupan

sehari dapat ditemukan bahwa ada laki-laki yang memiliki sifat-sifat perempuan

seperti lemah lembut dan keibuan. Perubahan tersebut berlangsung dari masa ke

masa dan di berbagai tempat. Hal inilah yang disebut sebagai hal yang bukan

kodrati.1 Gender juga dipahami sebagai konstruksi sosial yang terkait sikap,

peraturan, tanggungjawab, dan pola tingkah laku laki-laki dan perempuan dalam

segala kehidupannya.2

Selain itu, dalam pemahaman gender, dikenal juga dengan sifat gender, peran

gender, dan ranah gender. Sifat gender merupakan sifat dan tingkah laku yang

terdapat pada laki-laki dan perempuan. Peran gender merupakan hal-hal atau

perilaku yang wajar atau tidak dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang

berlandaskan pada value (nilai), kultur, serta norma masyarakat yang

berlangsung pada waktu tertentu. Sedangkan ranah gender yaitu ruang bagi laki-

laki dan perempuan untuk memainkan perannya masing-masing. Ranah dalam

hal ini terbagi dua yaitu ranah domestik dan publik Ranah domestik yaitu ruang

atau wilayah sekitar kehidupan rumah tangga seperti sumur, dapur dan kasur,

sementara wilayah publik yaitu ruang atau wilayah pekerjaan umum seperti

pekerjaan di kantor, pasar dan pusat-pusat perbelanjaan.3

Maggie Humm sebagaimana dikutip Nur Rohmah menganggap patriarki

sebagai suatu sistem yang mengedepankan kekuasaan laki-laki yang

1Ana Rosilawati, Perempuan dan Pendidikan: Refleksi atas Pendidikan Berspektif Gender, HasilPenelitian Fakutas Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak, h. 2.

2Gouri srivastava, Gender Concerns in Education, NCERT: India, tt, h. 1.3Siti Azisah dkk, Buku Saku Kontekstualisasi Gender, Islam dan Budaya, Makasar : UIN Alaudin Makasar,

2016, h. 6.

Page 22: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

mendiskreditkan perempuan melalui lembaga sosial, dan ekonomi. Humm

menambahkan bahwa dalam histori masyarakat yang menganut sistem patriarki

baik feodal, kapitalis, maupun sosialis, akan memberikan ruang yang lebih

dominan bagi kaum laki-laki daripada perempuan dan menjadi media dan

ganjaran dari susunan kekuasaan internal dan eksternal rumah.

Selanjutnya, Nikmatullah sebagaimana dikutip Rosiawati menjelaskan

contoh konkret dari pemahaman gender dapat ditemui dalam kultur budaya

masyarakat di Indonesia. Sebagai contoh dalam kehidupan masyarakat yang

menganut sistem garis kebapakan (patriarkhi), memposisikan laki-laki sebagai

pemimipin dan pengambil segala keputusan, sementara perempuan tidak

diberikan ruang dan posisi yang signifikan dalam segala lini kehiduapan

bermasyarakat. Kaum perempuan dianggap berada pada posisi kelas kedua (the

second class) di bawah jenis kelamin laki-laki. Realita ini dapat disaksikan pada

tradisi perempuan suku Sasak, Jawa, Makasar. Berbeda dengan patriarkhi, pada

masyarakat yang menganut sistem jalur keibuan (matriarkhi) memposisikan

perempuan di atas laki-laki. Mereka memberikan ruang yang cukup besar kepada

kaum perempuan untuk memerankan peran laki-lakiu seperti menjadi pemimpin

dan pengambil keputusan dalam kehidupan bermasyarakat. Realita ini dapat

dilihat pada tradisi masyarakat Minangkabau yang memberikan kesempatan bagi

perempuan untuk lebih dominan berperan daripada laki-laki.

Praktik ketimpangan gender terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu:4

a. Marginalisasi atau proses peminggiran/pemiskinan, yang mengakibatkan

kemiskinan secara ekonomi. Seperti dalam memperoleh akses

pendidikan, seperti pandangan yang menganggap bahwa perempuan

tidak penting untuk mengenyam pendidikan yang tinggi dikarenakan

nantinya akan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

b. Subordinasi, yaitu pemahaman yang meyakini salah satu jenis kelamin

dianggap lebih unggul dan urgen dibanding jenis kelamin lain.

Pemahaman in juga memposisikan perempuan lebih rendah daripada

laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada masa lampau dimana perempuan tidak

mendapatkan kesempatan dan akses yang sama seperti laki dalam

4Iswah Adrian, Kurikulum Berbasis Gender (Membangun Pendidikan yang Berkesetaraan) Jurnal TadrisVol. 4 No. 1, 2009, h. 140-141..

Page 23: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

bidang pendidikan. Pada saat yang bersamaan, ketika kondisi keuangan

keluarga pas-pasan maka yang diprioritaskan untuk mengenyam

pendidikan adalah laki-laki.

c. Stereotipe, yaitu labeling (pelabelan) terhadap seseorang atau kelompok

yang tidak sesuai dengan realita yang terjadi. Kegiatan ini secara umum

akan selalu melahirkan ketidakadilan. Hal ini berimplikasi kepada

terjadinya penindasan dan ketidakadilan bagi kaum perempuan. Sebagi

contoh berkembang pemahaman di masyarakat bahwa perempuan

hanya mampu berperan untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga.

Sementara laki-laki memiliki peran yang lebih dominan dalam hal

melakukan pekerjaan di luar rumah seperti mencari nafkah, menjalankan

bisnis, bahkan aktif dalam perpolitikan.

d. Violence yaitu suatu bentuk serangan terhadap fisik maupun psikologis

seseorang. Kekerasan terhadap seseorang tidak hanya tertuju pada fisik

saja seperti tindakan asusila dan lain sebagainya, namun juga mengarah

pada psikis seseorang.

e. Beban ganda yaitutanggung jawab yang dipikul satu jenis kelamin

tertentu secara berlebihan. Hal ini merujuk pada penelitian yang

menunjukkan bahwa mayoritas pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh

perempuan.

Hal-hal tersebut di atas bermuara pada terjadinya diskriminasi antara laki-laki dan

perempuan di lingkungan keluarga dan maupun sosial masyarakat. Membahas

tentang gender berarti memberikan ruang dan kesempatan yang sama antara

laki-laki untuk berkontribusi dalam pembangunan, ekonomi, politik dan budaya.

Dengan demikian kesetaraan gender bermakna memberikan akses yang sama

kepada laki-laki dan perempuan untuk menikmati pembangunan.

2. Gender dalam Pandangan IslamPersepsi masyarakat tentang peran laki-laki dan perempuan terbangaun melalui pros es

internalisasi budaya laki-laki. Oleh karena itu pandangan gender tidak terlepas dari dominasi

budaya laki-laki, bahkan dominasi budaya laki-laki tidak hanya mempengaruhi perilaku

masyarakat saja, tetapi juga penafsiran terhadap teks-teks agama (Al-Qur’an dan al-Hadits

khususnya yang berkaitan dengan gender) juga tidak luput dari budaya laki-laki. Hal ini sering kali

mengakibatkan dalil-dalil agama dijadikan sebagai alasan untuk menolak kesetaraan gender

Page 24: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

(Arifin, et.al: 238). Akibat lain yang tidak kalah pentingnya ialah timbulnya anggapan dan tuduhan

dari pihak yang tidak menyukai Islam atau yang dangkal pemahamannya terhadap Islam bahwa

bahwa dalam ajaran Islam penuh diwarnai dengan ketidakadilan, terutama yang berkaitan dengan

masalah gender, seperti masalah poligami, pembagian harta warisan, dan lain-lain.

Salah satu tema pokok ajaran Islam adalah persamaan derajat di antara manusia, baik laki-

laki atau perempuan, antar suku bangsa atau keturunan. Al-Qur’an tidak membeda-bedakan derajat

kemuliaan manusia atas dasar itu semua, melainkan tinggi rendahnya derajat kemuliaan manusia

itu diukur dengan tinggi rendahnya tingkat ketakwaan dan nilai-nilai pengabdian terhadap

AllahSwt. Mengenai kedudukan perempuan dalam pandangan Islam tidak seperti yang diduga dan

dipraktikkan oleh sebagian anggota masyarakat, tidak pula seperti yang dituduhkan oleh orang-

orang yang tidak menyukai Islam. Ajaran Islam (Al-Qur’an), sangat memuliakan dan memberikan

perhatian serta penghormatan yang besar kepada perempuan tidak ubahnya seperti halnya kepada

laki-laki. AllahSwt telah berfirman:

یا أیھا الناس اتقوا ربكم الذى خلقكم من نفس واحدة و خلق منھا زوجھا وبث منھما رجاال )1لنساء او األرحام ان هللا كان علیكم رقیباكثیرا و نسآء و اتقوا هللا الذى تسآءلون بھ

“Hai manusia, bertakwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu daridiri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya dan dari keduanya Allahmemperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kamu sekaliankepada Allah yang dengan (mempergunakan) namanya kamu sekalian saling meminta satu samalain, dan peliharalah hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah senantiasa menjaga danmengawasi kamu sekalian (QS. al-Nisa’ 1).یا ایھا الناس إنا خلقناكم من ذكر و أنثى وجعلناكم شعوبا و قباءل لتعارفوآ إن أكرمكم عند

)13ت را(الحجهللا أتقاكم إن هللا علیم خبیر“Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu sekalian dari seoranglaki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu sekalian saling mengenal. Sesungguhnya yangpaling mulia di antara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujurat 13).

من عمل صالحا من ذكر أو أنثى وھو مؤمن فلنحیینھ حیوة طیبة و لنجینھم أجرھم )97(النحل یعملونبأحسن ما كانوا

“Barang siapa mengerjakan amal shalih, baik laki-laki ataupun perempuan, sedangkandia adalah orang yang beriman, maka sungguh akan kami berikan kepadanyakehidupan yang baik, dan sungguh akan kami balasi mereka dengan pahala yang lebihbaik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl 97)

Ayat-ayat tersebut di atas menegaskan bahwa Islam (al-Qur’an) menolak

pandangan-pandangan yang membeda-bedakan laki-laki dan perempuan.Keduanya

(laki-laki maupun perempuan) berasal dari jenis yang sama (jenis manusia), memiliki

peluang dan kesempatan yang sama untuk memperoleh kebahagiaan dan kemuliaan.

Allah menjadikan mereka (manusia) beraneka ragam suku dan bangsa agar saling

Page 25: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

mengenal satu sama lain untuk berkasih sayang dan saling memuliakan, bukan untuk

saling menghinakan dan saling merendahkan. Tanpa membedakan jenis kelamin, suku,

bangsa, warna kulit dan sebagainya Allah menjanjikan kehidupan yang baik

(kebahagiaan/kemuliaan) bagi siapa saja yang beriman dan bertakwa kepadaNya. Jenis

kelamin laki-laki atau perempuan tidaklah menjadi ukuran kemuliaan, akan tetapi iman

dan takwa itulah yang menjadi ukuran kemuliaan yang sebenarnya.

Allah tidak membebani hambanya dengan sesuatu pekerjaan diluar

kesanggupannya. Kesetaraan gender dalam ajaran Islam bukanlah

penyamarataan antara laki-laki dan perempuan dalam segala hal. Adanya

perbedaan dalam pembagian tugas antara laki-laki dan perempuan di dalam

ajaran Islam sama sekali bukan untuk merendahkan martabat perempuan,

melainkan pembagian tugas secara proporsional yang justru untuk memuliakan

perempuan.

Sesuai dengan kodratnya, laki-laki dan perempuan dilahirkan dengan

struktur anatomi tubuh dan kekuatan yang berbeda. Ada jenis pekerjaan yang

hanya dapat dilakukan oleh perempuan, ada pula yang hanya sesuai untuk

laki-laki. Pekerjaan hamil, menyusui, melahirkan, tentu hanya bisa dilakukan

oleh perempuan, sementara itu pekerjaan berat yang membutuhkan kekuatan

fisik (otot) tentu tidak sesuai jika harus dibebankan kepada perempuan.

Seandainyapun ada pekerjaan fisik yang dapat dikerjakan oleh perempuan,

tentu harus disesuaikan dengan kemampuannya.

Pada dasarnya, perempuan juga boleh melakukan pakerjaan apa saja

selama mereka sanggup mengerjakannya, namun jika perempuan bahkan juga

laki-laki harus dibebani dengan pekerjaan diluar batas kesanggupannya, maka

hal ini tentu melanggar prinsip keadilan. Oleh karena itu, laki-laki dan

perempuan ditakdirkan untuk berpasangan atas dasar persamaan derajat,

duduk sama rendah berdiri sama tinggi, saling melengkapi dan saling

memuliakan antara yang satu dengan yang lain yang dibangun di atas dasar

prinsip keadilan, bukan untuk saling berhadapan dan saling merendahkan.

Tidak ada kelebihan derajat laki-laki atas perempuan dan sebaliknya kecuali

karena ketakwaannya kepada AllahSwt.

Kesalahpahaman di dalam memahami ajaran Islam tentang gender

antara lain disebabkan karena orang tersebut tidak meletakkan masalah

gender itu dalam Islam sebagai suatu sistem, melainkan ia melihat persoalan

Page 26: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

gender itu sebagai suatu aspek ajaran Islam yang terpisah dari aspek-aspek

ajaran Islam yang lainnya. Jika hendak menilai ajaran Islam, seseorang harus

melihat Islam sebagai suatu sistem. Orang tidak boleh menilai Islam pada

aspek tertentu saja yang terpisah dari sistemnya. Secara akademis hal

demikian tidak dapat dibenarkan (Tafsir, 2008: 147). Misalnya tentang

pembagian warisan yang dinyatakan secara sharih (jelas) di dalam al-Qur’an,

bahwa anak laki-laki mendapat bagian lebih besar, yakni dua kali dari anak

perempuan. Melihat hal ini, orang segera mengambil kesimpulan bahwa ajaran

Islam tidak adil. Kesimpulan semacam ini tidak sah karena ada kesalahan pada

segi epistemologi.

Demikian pula dalam masalah poligami atau masalah-masalah lain

yang terkait dengan gender maupun yang tidak. Oleh karena itu, jika ada

pernyataan bahwa dalam kitab suci al-Qur’an terdapat unsur ketidakadilan,

maka yang harus dilakukan adalah membaca ulang dan mencoba memahami

al-Qur’an secara komprehensif. Apabila setelah menelaah ulang masih juga

merasa ada ketidakadilan, yang perlu diperhatikan adalah mungkin saja ada

kesalahan persepsi manusia dalam mendifinisikan sebuah konsep keadilan.

3. Cadar Bagi Wanita

Cadar bagi wanita, menurut Imam Asy Syafi’i ra menegaskan dalam Al Umm

(1/109);,وكل المرأة عورة إال كفیھا ووجھھا

“Dan setiap wanita adalah aurat kecuali kedua telapak tangan dan wajahnya.”

Pendapatini yang masyhur dari pendapat ulama Syafi’iyah yang ada.

Imam Nawawi ra dalam Al-Majmu’ (3/169) mengatakan,ان المشھور من مذھبنا أن عورة الرجل ما بین سرتھ وركبتھ وكذلك االمة وعورة الحرة

جمیع بدنھا اال الوجھ والكفین وبھذا كلھ قال مالك وطائفة وھي روایة عن احمد“Pendapat yang masyhur di madzhab kami (Syafi’iyah) bahwa aurat pria adalah

antara pusar hingga lutut, begitu pula budak wanita. Sedangkan aurat wanita

merdeka adalah seluruh badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Demikian pula

pendapat yang dianut oleh Imam Malik dan sekelompok ulama serta menjadi salah

satu pendapat Imam Ahmad.”

Ibnul Mundzir menyandarkan pendapat ini kepada Imam Asy Syafi’i dalam Al

Awsath (5/70), beliau katakan dalam kitab yang sama (5/75),سوى وجھھا وكفیھاعلى المرأة أن تخمر في الصالة جمیع بدنھا

Page 27: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

“Wajib bagi wanita menutup seluruh badannya dalam shalat kecuali wajah dan kedua

telapak tangannya”.

Syaikh ‘Amru bin ‘Abdil Mun’im Salim mengatakan,“Sungguh sangat aneh sebagian

orang yang menukil dari ulama Syafi’iyah dalam masalah ini, tidak bisa membedakan

antara dua hal:

a. Melihat wajah dan telapak tangan, itu boleh selama aman dari fitnah (godaan).

Hal ini disepakati oleh ulama Syafi’iyah.

b. Hukum menyingkap wajah dan kedua telapak tangan, telah terbukti di atas

bahwa ulama Syafi’iyah membolehkan tanpa syarat.

Mereka tidak bisa membedakan dua hal ini sampai akhirnya rancu. Sehingga

mereka pun mensyaratkan hal kedua di atas (hukum menyingkap wajah) selama

aman dari fitnah. Ini jelas keliru karena telah mencampur adukkan dua hukum di atas.

Seperti kita contohkan lainnya, beda antara hukum suara wanita aurat atau bukan ?

dengan hukum wanita memberi salam pada laki-laki boleh ataukah tidak ?. Suara

wanita bukanlah aurat sebagaimana diterangkan dalam hadits yang shahih.

Sedangkan memberi salam pada laki-laki itu disyaratkan boleh selama aman dari

fitnah.” (Jilbab Al Mar-ah Al Muslimah, 192-193)

Dalam madzhab Syafi’i jika dikatakan pendapat yang masyhur berarti adalah

pendapat di kalangan ulama madzhab (bukan pendapat Imam Syafi’i) dan merupakan

pendapat yang lebih tersohor, namun ada pendapat ulama Syafi’iyah lainnya yang

dalilnya juga kuat. Artinya ada sebagian ulama Syafi’iyah yang juga punya pendapat

bahwa menutup wajah itu wajib dan dalilnya sama kuat. Namun sebagaimana kata

Imam Nawawi, pendapat yang menyatakan bahwa aurat wanita adalah seluruh badan

selain wajah dan telapak tangan merupakan pendapat yang lebih tersohor di madzhab

Syafi’iyah.

Ada beda pendapat antara ulama Syafi’iyah terdahulu dan belakangan. ulama

Syafi’iyah membedakan bahwa aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah dan

telapak tangan, ini berlaku dalam shalat. Sedangkan aurat di luar shalat adalah

seluruh badan termasuk wajah dan telapak tangan. Namun yang dipahami oleh Syaikh

‘Amru di atas, ulama Syafi’iyah terdahulu (Imam Asy Syafi’i dan Imam Nawawi)

memutlakkan aurat wanita adalah seluruh badan kecuali wajah dan telapak tangan.

Jika diperhatikan beda antara hukum memandang wajah wanita dan hukum

menyingkap wajah,ini dua hal dua hal yang berbeda.

Dalam buku “ al-Niqab adah wa laisa ibadah” yang ditulis oleh Prof Dr Hamdi

Zaqzuq Menteri Perwaqafan tahun 2008 menyatakan Para ulama Mesir senior

berpendapat bahwa cadar adalah sebagai tradisi kaum wanita bukan ibadah. Lebih

rinci pada buku itu dengan mengutip pandangan Syeikh Muhammad Al-Ghazali,dalam

bukunya Al-Sunnah al-Nabawiyah bayna Ahli al-Fiqh Wa al-Rakyi, bahwa Islam

Page 28: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

telah mewajibkan bagi wanita untuk membuka wajah dalam ibadah haji, ibadah shalat

dan tidak dalil dalam Al-qur’an hadis dan akal yang menyuruh menutup wajah. Ibadah

perlu dalil yang tegas, memang diketahui bahwa sebagian kaum wanita pada msa

jahiliyah dan awal Islam mengenakan cadar tutup wajah, tetapi perbuatan ini hanya

tradisi bukan ibadah.(Al-Niqab: 8-9 )

Sumber https://rumaysho.com/1760-menutup-wajah-menurut-madzhab-syafii.html

4. LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender).

Ada 4 istilah yang terangkum dalam singkatan LBJTini yaitu: 1) Lesbianartinya wanita

yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual dengan sesama wanita. 2) Gay

adalah istilah yang digunakan bagi lelaki penyuka sesama lelaki. 3) Biseksual adalah

orang yang memiliki ketertarikan kepada lelaki sekaligus kepada perempuan, dan 4)

Transgender adalah orang yang memiliki identitas gender atau ekspresi gender yang

berbeda dengan seksnya yang ditunjuk saat lahir (waria/wadam).

Secara umum, empat istilah di atas disebut homoseksual, yaitu keadaan

tertarik kepada orang lain dari jenis kelamin yang sama. Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili

mengidentifikasikan tiga istilah yang relevan dengan LGBT yaitu zina, liwath dan

Sihaq.Pertama, Zina yaitu hubungan kelamin antara lelaki dengan wanita yang bukan

pasangan suami istri yang sah.Kedua, Liwath (Gay) yaitu hubungan homoseksual

antara lelaki dengan lelaki.Ketiga, Sihaq (lesbi) yaitu hubungan homoseksual antara

wanita dan wanita.

Para ulama sepakat bahwa Liwath (gay) dan Sihaq (lesbi) statusnya lebih buruk

dibandingkan Zina.Allah menyebutkan perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dalam

Al-Quran pada ayat-ayat yang mengisahkan kehidupan ummat Nabi Luth As.Dari 27

ayat yang memuat kisah Nabi Luth As. dengan kaumnya, terdapat tiga ayat yang

menyebut perilaku homoseksual (gay dan lesbi) dengan “fahisyah”.Selain pada kedua

ayat di atas (Q.S. Al-A’raf [7]: 80 dan Q.S. Al-Ankabut [29]: 28 satu ayat lagi terdapat

pada Q.S. An-Naml [27]: 54

( لق قال وأنتمولوطا إذ الفاحشة ومھ أتأتون) ٥٤تبصرون

“Dan ingatlah kisah Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya, “mengapa kamu mengerjakan

Fâhisyah (keji) sedang kamu memperlihatkannya?”.

Ketika menafsirkan ayat di atas, Ibnu Katsir mengatakan: “Dan sesungguhnya Kami

telah mengutus Luth, dan ingatkanlah Luth ketika ia berkata kepada kaumnya. Luth adalah

Page 29: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

putra Haran, putra Azar, putra saudara laki-laki Nabi Ibrahim Al-Khalil As. yang telah beriman

bersama Nabi Ibrahim As. dan hijrah bersamanya ke negeri Syam.

Allah mengutus Nabi Luth As. kepada kaum Sodom dan daerah-daerah sekitarnya untuk

menyeru mereka agar menyembah Allah, memerintahkan mereka untuk mengerjakan

kebajikan, melarang mereka berbuat munkar. Saat itu kaum Sodom tenggelam dalam perbuatan

dosa. Hal-hal yang diharamkan dan perbuatan keji yang mereka ada-adakan dan belum pernah

dilakukan oleh seseorang pun keturunan Adam dan juga oleh makhluk lain, yaitu mendatangi

orang laki-laki, bukan perempuan (homoseks).

Kota Sodom (bahasa Arab: سدوم / Sadūm) inilah yang daripadanya lahir istilah sodomy.

Dalam bahasa Ibrani, sodom berarti terbakar dan Gemorah (bahasa Arab: عمورة ʿ/ Amūrah)

berarti terkubur. Di dalam Al-Quran kaumnnya Nabi Luth Alaihi salam disebut “Al-

Mu’tafikat” yang artinya di jungkir-balikkan (Q,S An Najm :53)

والمؤتفكة أھوى

“Dan negeri-negeri kaum Luth yang telah dihancurkan Allah”.

Perbuatan tersebut merupakan suatu hal yang belum pernah dilakukan oleh seorang

keturunan Adam dan belum pernah terlintas dalam hati mereka untuk melakukannya selain

kaum Sodom. Semoga laknat Allah tetap menimpa mereka”.

Sehubungan dengan firman Allah:

“Yang belum pernah dikerjakan oleh seorangpun (di dunia) ini sebelum kalian”.( Q.S Al-

A’araf: 80).

Amr bin Dinar berkata: “Tidak seorang lelaki pun menyetubuhi lelaki kecuali kaum

Luth yang pertama melakukannya”.Al-Walid bin Abdul Malik, Khalifah Bani Umayah, pendiri

Masjid Jami’ Damaskus berkata: “Seandainya Allah tidak menceritakan kepada kita tentang

berita kaum Luth, niscaya kita tidak percaya bahwa ada lelaki yang menaiki lelaki”. Para ahli

tafsir juga mengatakan: ”Sebagaimana kaum lelaki, kaum wanitanya Nabi Luth juga

melampiaskan nafsunya dengan sesama wanita”.

Al-Quran menyebutkan perilaku homoseksual ini sebagai “fâhisyah” karena kaum gay

dalam menyalurkan nafsu seksualnya dengan cara sodomi (liwath) yang secara istilah syariat

definisinya adalah memasukan kepala penis ke dalam dubur/anus pria lainnya.Perilaku ini

sudah tentu sangat menjijikan, karena seorang laki-laki menyetubuhi dubur/anus laki-laki lain,

sedangkan di dalam dubur itu terdapat kotoran besar yang bau, kotor dan jorok, sehingga

manusia yang normal pasti menolaknya.

Al-Quran mengisyaratkan dampak negatif perilaku gay sebagai berikut:

Page 30: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

( بیل وتأتون في نادیكم المنكر فما كان جواب قوم جال وتقطعون الس ھ إال أن قالوا أئنكم لتأتون الر ادقین ائتنا بعذاب إن كنت من الص

“Apakah (pantas) kamu mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran ditempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan,“Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika engkau termasuk orang-orang yang benar”.Q.S. Al-Ankabut (28):29).

Menurut Tafsir Jalalain, yang di maksud “Taqtha’ûnas sabîl” adalah melakukan

perbuatan keji di jalan yang dilewati manusia, sehingga manusia tidak mau lagi melewati jalan

itu.Muhammad Quraish Syihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan ayat di atas sebagai

berikut: “Sesungguhnya yang kalian lakukan (homoseksual) adalah kemungkaran yang

membinasakan, kalian melakukan perbuatan keji dengan para lelaki, kalian memutuskan jalan

untuk mengembangkan keturunan sehingga hasilnya adalah kehancuran. Kalian melakukan

kemungkaran-kemungkaran dalam masyarakat tanpa rasa takut kepada Allah dan rasa malu

di antara kalian”.

Ibnu Katsir ketika menjelaskan kalimat “fî nâdîkum al-munkar” (mengerjakan

kemungkaran di tempat-tempat pertemuan kalian) menurut Mujahid, perbuatan mungkar

tersebut adalah sebagian mereka menyetubuhi sebagian yang lain di depan mata sekumpulan

manusia.Menurut Aisyah ra dan Al Qasim, perbuatan munkar tersebut ialah mereka

berkumpul di tempat-tempat pertemuan sambil saling kentut dan tertawa-tawa.

Pendapat lain menyebutkan bahwa perbuatan munkar mereka adalah adu kambing

(domba) dan sabung ayam. Semua perbuatan itu merekalah yang mula-mula melakukannya.

Bahkan perbuatan mereka jauh lebih jahat dari pada sekadar itu.

Dari uraian di atas diketahui bahwa LGBT menimbulkan berbagai dampak negatif di

masyarakat dengan terputusnya generasi (keturunan) dan berbagai tindakan kejahatan lain.

Prof. Dr. Abdul Hamid Al-Qudah, spesialis penyakit kelamin menular dan AIDS di

Asosiasi Kedokteran Islam Dunia menjelaskan dampak-dampak yang ditimbulkan LGBT

sebagai berikut:

1) Dampak kesehatan

78 % pelaku homoseksual terjangkit penyakit-penyakit menular dan rentan terhadap kematian.

Rata-rata usia laki-laki yang menikah adalah 75 tahun, sedangkan rata-rata usia gay adalah 42

tahun, dan menurun menjadi 39 tahun jika menjadi korban AIDS. Rata-rata usia wanita yang

bersuami dan normal adalah 79 tahun, sedangkan rata-rata usia lesbian adalah 45 tahun.

2) Dampak sosial

Page 31: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Seorang gay akan sulit mendapatkan ketenangan hidup karena selalu berganti ganti pasangan.

Penelitian menyatakan: “Seorang gay mempunyai pasangan antara 20-106 orang

pertahunnya. Sedangkan pasangan zina saja tidak tidak lebih dari 8 orang seumur hidupnya “.

Sebanyak 43 persen orang gay yang didata dan diteliti menyatakan bahwa seumur

hidupnya melakukan homoseksual dengan 500 orang. 28 persen melakukannya dengan lebih

dari 1,000 orang. 79 persen melakukannya dengan pasangan yang tidak dikenali sama sekali

dan 70 persen hanya merupakan pasangan kencan satu malam atau beberapa menit saja.

Berdasarkan penelitian di atas, melegalkan pasangan LGBT dalam ikatan pernikahan pada

hakikatnya adalah tindakan yang sia-sia.

3) Dampak pendidikan

Penelitian membuktikan bahwa pasangan homo menghadapi permasalahan putus sekolah lima

kali lebih besar dari pada siswa normal karena mereka merasakan ketidakamanan dan 28 persen

dari mereka dipaksa meninggalkan sekolah.

4) Dampak keamanan

Kaum homoseksual menyebabkan 33 persen pelecehan seksual pada anak-anak di Amerika

Serikat (AS), padahal populasi mereka hanyalah 2 persen dari keseluruhan penduduk negara

itu.

Sementara itu, di Indonesia melalui riset dengan bantuan Google dalam kurun waktu

2014 hingga 2016, telah terjadi 25 kasus pembunuhan sadis dengan latar belakang

kehidupan pelaku dan atau korban dari kalangan pelaku homoseksual.

Mengingat buruknya dampak perilaku homoseksual ini, Allah telah menghukum

pelakunya dengan hukuman yang sangat berat. Allah berfirman dalam Q.S. Al-Hijr

[15]: 72-74.

یحة مشرقین (٧٢لعمرك إنھم لفي سكرتھم یعمھون ( ) فجعلنا عالیھا سافلھا وأمطرنا ٧٣) فأخذتھم الص

یل ( ٧٤علیھم حجارة من سج“Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam

kemabukan (kesesatan)(72). Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang

menggunturkan ketika matahari akan terbit(73). Maka kami jungkir-balikkan negeri itu

dan kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.(74)”.

Ibnul Qayyim menerangkan, karena dampak dari perilaku gay adalah

kerusakan yang besar, maka balasan yang diterima di dunia dan akhirat adalah

siksaan yang sangat berat di dunia dan di akhirat.Pada rangkaian ayat-ayat ini, Allah

menjelaskan tiga bentuk siksaan sekaligus yang ditimpakan kepada pelaku gay di

Page 32: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

zaman Nabi Luth Alaihi Salam yaitu mereka disiksa dengan suara keras mengguntur

yang terjadi menjelang matahari terbit, bersama dengan itu, negeri mereka yang

terangkat tinggi ke udara kemudian dibalik yang semula di atas menjadi di bawah,

sambil dihujani batu yang keras yang berjatuhan secara bertubi-tubi di atas kepala

mereka.Sebagaimana yang disebutkan di ayat lain, yaitu Q.S. Hud [11}: 82:83:ا جاء أمرنا جعلنا عالیھا سافلھا وأمطرنا علیھا حجا یل منضود (فلم مة عند ربك ٨٢رة من سج )مسو

٨٣وما ھي من الظالمین ببعید((“Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luth, dan Kamihujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar.Yang diberi tanda olehTuhanmu.Dan siksaan itu tidaklah jauh dari orang yang zalim”.Al- Bukhari menjelaskan “Sijjil” adalah batu yang keras dan besar. Ulama lain berkata:“yaitu adalah batu tanah liat yang di bakar”.

Ketika menjelaskan kata “musawwamatan” (yang diberi tanda), Ibnu Katsir

menukilkan pendapat Qotadah dan Ikrimah (dua ahli tafsir generasi tabiin): “Bahwa kaumnya

Nabi Luth As. dihujani dengan batu yang ditandai dengan terpahat di atasnya nama-nama orang

yang akan ditimpa batu tersebut”.

Batu itu memercikkan bara dan mengenai penduduk negeri dan penduduk yang

terpencar di berbagai desa sekitarnya. Suatu saat, seorang sedang berbicara di tengah-tengah

manusia, tiba-tiba ia tertimpa batu dari langit dan jatuh di antara mereka. Batu-batu itu bertubi-

tubi menghujani mereka hingga seluruh negeri dan mereka mati semua.

Menurut para ahli tarikh (sejarah), kehancuran kaumnya Nabi Luth As yang

bergelimang maksiat itu terjadi 4,000 tahun yang lalu. Tidak ada petunjuk lokasi di mana

peristiwa itu terjadi hingga pada tahun 1924, seorang ahli purbakala bernama Wiliam Albert

berangkat menuju Laut Mati untuk melakukan penelitihan di sana. Akhirnya, dia dan tim

menemukan sisa-sisa kehancuran kaum Sodom dan Gemorah di sekitar Laut Mati tersebut.

Sodom dan Gemora terletak di atas sesar Moab dan pembinasaan dua kaumnya Nabi

Luth As ini diinterpretasikan terjadi melalui serangkaian bencana geologi dengan urutan:

1) Pergerakan sesar Moab

2) Gempa dengan magnitude 7,0 + SR yang menghancurkan kota-kota dan sekitarnya

serta likuifaksi yang menenggelamkan sebagian wilayah kota-kota.

3) Erupsi gunung garam dan gunung lumpur yang meletuskan halit, anhirdit, batu-batuan,

aspal, lumpur, bitumen dan belerang.

Page 33: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

4) Kebakaran kota-kota di sekitarnya karena material hidrokarbon yang diletuskan

terbakar sehingga menjadi hujan api dan belerang.Bencana kotastropik ini telah

meratakan Sodom dan Gemorah dan menewaskan seluruh penduduk kecuali Nabi

Luth Alaihi salam dua puterinya dan seorang yang beriman kepadanya.

Hukuman Homoseksual dan Cara Pencegahannya

Seluruh ulama sepakat (ijma’) atas keharaman homoseksual. Ibnu Qudamah berkata:

“Ulama sepakat atas keharaman liwath (sodomi). Allah telah mencelanya dalam kitab-

Nya dan mencela pelakunya, demikian pula Rasulullah Saw juga mencelanya.

Beliau bersabda:

( من عمل عمل قوم لوط ، ثالثا ( من عمل عمل قوم لوط ، لعن رواه احمد لعن “Allah mengutuk orang yang berbuat seperti perbuatan kaum Nabi Luth.Allah

mengutus orang yang berbuat seperti perbuatan Nabi Luth.Beliau bersabda sampai

tiga kali”. (H.R Ahmad).

Beliau juga telah menetapkan hukuman bagi pelaku homoseksual ini dalam

sabdanya:

( Barang“واه الترمذىمن وجدتموه یعمل عمل قوم لوط فاقتلوا الفاعل والمفعول بھ (ر siapa yang kalian dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth Alaihi salam

maka bunuhlah pelaku dan pasangannya”. (H.R. At- Tirmidzi).

Beliau mengatakan perbuatan homoseksual adalah sama dengan Zina, sebagaimana

sabdanya:

( جل فھما زانیان إذا أتى جل الر (رواه البیھقىوإذا أتت المرأة المرأة فھما زانیتان الر“Apakah seorang lelaki mendatangi lelaki maka kedua-duanya telah berzina dan

apabila seorang dan apabila wanita mendatangi wanita maka maka kedua-duanya

telah berzina”. (H.R. Al-Baihaqi)

Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili meriwayatkan hadist ini dari Abu Musa Al-

Asy’ari ra.Berdasarkan hadis-hadis di atas, para ulama berbeda pendapat tentang

hukuman bagi pelaku homoseksual.Imam Malik, Imam Asy Syafi’i dan Imam Ahmad

mengatakan bahwa tindakan homoseksual mewajibkan hukuman Hadd karena Allah

memperberat hukuman bagi pelakunya dalam kitab-Nya sehingga pelakunya harus

mendapatkan hukuman hadd zina karena adanya makna perzinaan di dalamnya.

Menurut ulama Syafi’iyah, hukuman hadd bagi pelaku homoseksual adalah

sama dengan hukuman hadd zina. Jika pelakunya muhshan (sudah beristri atau

Page 34: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

bersuami) wajib dirajam sampai mati. Sedangkan jika pelakunya (belum beristri atau

belum bersuami) di cambuk 100 kali dan diasingkan.ghairu muhshan

Sementara itu, menurut Prof. Dr. Amir Abdul Aziz, Guru Besar Fiqh

Perbandingan di Universitas dan Najah Al-Wathaniyah, Nablus, Palestina, pelaku

homoseksual baik muhshan maupun ghairu Muhson hukuman haddnya adalah rajam.

Pendapat ini sama dengan pendapat ulama Malikiyah dan pendapat ulama Hanafiah

dalam salah satu versi riwayat yang paling kuat dari Imam Ahmad.

Ketika menjelaskan hadist riwayat Imam At-Tirmidzi di atas, Imam Ash-

Shan’ani (1059-1182 H) dalam “Subulus salam” mengatakan ada 4 pendapat tentang

hukuman bagi pelaku homoseksual:

1) Dihukum dengan hadd zina yaitu dirajam bagi yang muhshan dan dijilid bagi

yang ghairu muhshan.

2) Dibunuh baik pelaku maupun obyeknya baik muhshan maupun ghairu

muhshan.

3) Dibakar dengan api, baik pelaku maupun obyeknya. Ini adalah pendapat para

sahabat RasulullahSaw.

4) Dilempar dari tempat yang tinggi dengan kepala di bawah kemudian dilempari

batu. ini adalah pendapat Abdulllah Bin Abbas Radhiallahu anhu.

Adapun menurut Imam Abu Hanifah, pelaku homoseksual hanya dihukum ta’zir

karena tindakan homoseksual tidak sampai menyebabkan

percampuran nasab.Sedang ta’zirnya adalah dimasukkan ke penjara sampai

bertaubat atau sampai mati.

Dari uraian di atas, Islam memandang bahwa perilaku LGBT bukanlah penyakit

atau genetik tetapi merupakan tindak kejahatan. Islam menyebut pelakunya dengan

sebutan yang sangat buruk antara lain: Al-Mujrimun (para pelaku kriminal) (QS Al -

A’raf[7];84) : Al-Mufsidun (pelaku kerusakan) (Q.S. Al Ankabut [29]; 30), Az-

Zalimum(orang yang menganiyaya diri) (Q.S. Al Ankabut [29];31)

Apa yang dinyatakan Al-Quran ini adalah benar. Susan Cohran, seorang

psikolog dan ahli epidemiologi dari University of California (AS) berkata: “Tidak masuk

akal memasukkannya ke dalam buku dan berkata, “Ini adalah penyakit” jika tidak ada

bukti bahwa itu adalah penyakit”. Demikian kata Cohran menanggapi soal gay dalam

sebuah panel yang diselenggarakan Lembaga PBB untuk kesehatan, WHO (World

Health Organization).

Page 35: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Untuk mencegah kejahatan yang sangat membahayakan ini, Islam memberikan

beberapa ketentuan, antara lain:

1) Merendahkan pandangan/menundukan pandangan.

2) Berpakaian yang menutup aurat.

3) Memperbanyak puasa sunnah.

4) Memisahkan tempat tidur anak ketika ketika sudah berumur 10 tahun.

5) Menghindari perilaku wanita menyerupai pria dan sebaliknya. Sikap tomboy

wanita dan lemah gemulai seorang pria dilarang dalam Islam.

6) Memilih teman pergaulan dan menghindari pergaulan bebas.

7) Mewujudkan keluarga harmonis yang penuh ketenangan dan diliputi kasih

sayang.

8) Rajin dalam beribadah terutama shalat dan membaca Al-Quran. (AT/hnh/P1)

Page 36: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

KEGIATAN BELAJAR 4TOLERANSI DALAM ISLAM

Capaian pembelajaran yang diharapkan pada meteri ini adalah;

Menguasai pola pikir dan struktur keilmuan serta materi ajar PAI dengan perspektif

tawassuth, tawaazun, dan tasaamuh, yang berkategori advance materials secara

bermakna yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan

“bagaimana” (penerapan) dalam kehidupan sehari-hari.

Subcapaian pemebelajaran:

1.1. Menganalisis makna toleransi dalam Islam dan batas-batas toleransi

1.2. Bersikap toleran dalam menghadapi perbedaan pendapat dan madzhab

Pokok-Pkok bahasan

1.1. Pengertian toleransi dalam Islam

1.2. Bentuk-bentuk Toleransi1.3. Ucapan Selamat Natal

1.4. Kawin Beda Agama

Uraian MateriA. Toleransi dalam Islam

1. Pengertian Toleransi dalam IslamKata toleransiberasaldari tolerandalam KBBI diartikan menenggang atau menghargai

pendirianyang berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Dalambahasa Arab, toleran

adalah“tasâmuh”, yang berarti sikap baik dan berlapang dada terhadap perbedaan-

perbedaan dengan orang lain yang tidak sesuai dengan pendirian dan keyakinannya.

Umatmanusiadiciptakandenganberbagairas, bangsa, suku, bahasa, adat, kebudayaan, dan agama

yang berbeda. Menghadapi kenyataan tersebut, setiap manusia harus bersikap toleran atautasamuh.

Dengan sikap toleransi dantasamuhyang luas dan terbuka, maka akan terbentuk suatu masyarakat

yang saling menghargai, menghormati, dan terjalinlah kehidupan yang harmonis antar anggota

masyarakat, bangsa, negara, maupun dalam kehidupan secara umum. Kemudian masyarakat yang

harmonis cenderung akan menghasilkan karya-karya yang besar yang bermanfaat bagi manusia.

Toleransi dianjurkan dalam masalah muamalah dan hubungan kemasyarakatan bukan

menyangkut masalah akidah dan ibadah. Toleransi dalam masalah ibadah dan akidah tertolak

sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saat empat pemuka kafir Quraisy yakni Al-Walid bin

Page 37: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Mughirah, Al-Ash bin Wail, Al-Aswad ibnul Muthalib, dan Umayyah bin Khalaf datang menemui

Rasulullah seraya berkata, “Wahai Muhammad, bagaimana kalau kami beribadah kepada

Tuhanmu dan kalian (Muslim) juga beribadah kepada Tuhan kami, kita bertoleransi dalam segala

permasalahan agama kita. Apabila ada sebagian dari ajaran agamamu yang lebih baik (menurut

kami) dari tuntunan agama kami, kami akan amalkan hal itu. Sebaliknya, jika ada dari ajaran kami

yang lebih baik dari tuntunan agamamu, engkau juga harus mengamalkannya.” (Tafsir Al-

Qurtubi/14:425)

Sebagai jawaban dari perkataan mereka, kemudian Allah menurunkan surat Al-Kafirun ayat

1-6 yang menegaskan bahwa tidak ada toleransi dalam hal yang menyangkut akidah.AllahSwt

berfirman:“Untukmu agamamu, dan untukku agamaku.” (TQS. Al-Kafirun: 6)

Sedangkan sikap toleransi dalam masalah muamalah dan kemasyarakatan dijelaskan oleh Allah

dalam Alqur’an surat Al-Mumtahanah ayat 8-9,

“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidakmemerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanyamelarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu dalamurusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan membantu (orang lain) untukmengusirmu. Barang siapa menjadikan mereka sebagai kawan, mereka itulah orang yang zalim.”(TQS. Al-Mumtahanah: 8-9)

Ibnu Katsir ra berkata, “Allah tidak melarang kalian berbuat baik kepada non muslim yang

tidak memerangi kalian seperti berbuat baik kepada wanita dan orang yang lemah di antara mereka.

Hendaklah kalian berbuat baik dan adil karena Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil.”

(Tafsir Alqur’a al-Azhim, surat ke 7 ayat 247)

Inilah toleransi yang diajarkan di dalam Islam. Allah telah memerintahkan kepada hamba-Nya

untuk bertoleransi pada orang-orang di luar Islam. Namun demikian, sikap toleransi tidak boleh

dipraktikkan dalam hal yang menyangkut akidah.Inilah ketentuan syariat yang berhubungan

dengan toleransi.

2. Bentuk-bentuk Toleransi dalam IslamAda beberapa bentuk toleransi dalam Islam, di antaranya:

a. Islam mengajarkan menolong siapa pun, baik orang miskin maupun orang yang sakit, muslim

ata nonmuslim, bahkan terhadap binatang sekalipun.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

فى كل كبد رطبة أجر “Dalam setiap hati yang basah( makhluk hidup yang diberi makan minum) ada pahalanya”

(HR. Bukhari no. 2363 dan Muslim no. 2244). Lihatlah Islam mengajarkan peduli sesama.

b. Tetap menjalin hubungan kerabat pada orang tua atau saudara non muslim.

Allah Ta’ala berfirman,

Page 38: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

اوإن جاھداك على أن تشرك بي ما لیس لك بھ علم فال تطعھما وصاحبھما في الدنیا معروف “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada

pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah

keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15).

Dalam ayat di atas sekalipun seorang anak dipaksa syirik oleh orang tua, namun tetap

kita disuruh berbuat baik pada orang tua.Lihat Asma’ binti Abi Bakr ra ketika ia berkata,

“Ibuku pernah mendatangiku di masa NabiSawdalam keadaan membenci Islam. Aku pun

bertanya pada Nabi untuk tetap jalin hubungan baik dengannya. Beliau menjawab, “Iya,

boleh.” Ibnu ‘Uyainah mengatakan bahwa tatkala itu turunlah ayat,

ین عن الذین لم یقاتلوكم فى الد ال ینھاكم “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang

tiada memerangimu ….” (QS. Al Mumtahanah: 8)

c. Boleh memberi hadiah pada non muslim.

Islam memperbolehkan umat Islam memberi hadiah kepada non muslim, agar membuat mereka

tertarik pada Islam, atau ingin berdakwah dan atau ingin agar mereka tidak menyakiti kaum

muslimin.

Dari Ibnu ‘Umar ra. , beliau berkata,

جمعة ابتع ھذه الحلة تلبسھا یوم ال –صلى هللا علیھ وسلم –عمر حلة على رجل تباع فقال للنبى رأى » . إنما یلبس ھذا من ال خالق لھ فى اآلخرة « وإذا جاءك الوفد . فقال صلى هللا–فأتى رسول

قال منھا بحلل فأرسل إلى عمر منھا بحلة . فقال عمر كیف ألبسھا وقد قلت فیھا ما قلت –علیھ وسلم ر إلى أخ لھ من أھل مكة قبل أن یسلم فأرسل بھا عم » . إنى لم أكسكھا لتلبسھا ، تبیعھا أو تكسوھا «

“’Umar pernah melihat pakaian yang dibeli seseorang lalu ia pun berkata padaNabi shallallahuSaw, “Belilah pakaian seperti ini, kenakanlah ia pada hari Jum’at dan ketikaada tamu yang mendatangimu.” NabiSaw pun berkata, “Sesungguhnya yang mengenakanpakaian semacam ini tidak akan mendapatkan bagian sedikit pun di akhirat.” KemudianRasulullahSaw didatangkan beberapa pakaian dan beliau pun memberikan sebagiannya pada‘Umar. ‘Umar pun berkata, “Mengapa aku diperbolehkan memakainya sedangkan engkau tadimengatakan bahwa mengenakan pakaian seperti ini tidak akan dapat bagian di akhirat?”NabiSaw menjawab, “Aku tidak mau mengenakan pakaian ini agar engkau bisamengenakannya. Jika engkau tidak mau, maka engkau jual saja atau tetap mengenakannya.”Kemudian ‘Umar menyerahkan pakaian tersebut kepada saudaranya di Makkah sebelumsaudaranya tersebut masuk Islam. (HR. Bukhari no. 2619).

Umar bin Khattab masih berbuat baik dengan memberi pakaian pada saudaranya yang nonmuslim.

3. Toleransi Antar umat Beragama

Toleransi Antar Umat Beragama - Manusia merupakan makhluk individusekaligus juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusiadiwajibkan mampu berinteraksi dengan individu / manusia lain dalam rangka

Page 39: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

memenuhi kebutuhan. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam masyarakat,seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok-kelompok yang berbedadengannya salah satunya adalah perbedaan kepercayaan / agama.Dalammenjalani kehidupan sosial tidak bisa dipungkiri akan ada gesekan-gesekanyang akan dapat terjadi antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitandengan agama atau ras. Dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuandalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghargai danmenghormati, sehingga tidak terjadi gesekan-gesekan yang dapatmenimbulkan pertikaian.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 telah disebutkanbahwa "Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memelukagamanya sendiri-sendiri dan untuk beribadat menurut agamanya dankepercayaannya". Sehigga kita sebagai warga Negara sudah sewajarnyasaling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita demimenjaga keutuhan Negara dan menjunjung tinggi sikap saling toleransi antarumat beragama.

Toleransi berasal dari bahasa latin dari kata "Tolerare" yang berarti dengansabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatuperilaku atau sikap manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimanaseseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukanorang lain.

Toleransi juga dapat dikatakan istilah pada konteks agama dan sosialbudaya yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasiterhadap golongan-golongan yang berbeda atau tidak dapat diterima olehmayoritas pada suatu masyarakat. Misalnya toleransi beragama dimanapenganut Agama mayoritas dalam sebuah masyarakat mengizinkankeberadaan agama minoritas lainnya. Jadi toleransi antar umat beragamaberarti suatu sikap manusia sebagai umat yang beragama dan mempunyaikeyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia yang beragama lain.

Istilah toleransi juga dapat digunakan dengan menggunakan definisi"golongan / Kelompok" yang lebih luas, misalnya orientasi seksual, partaipolitik, dan lain-lain. Sampai sekarang masih banyak kontroversi serta kritikmengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum konservatif atau liberal.

Pada sila pertama dalam Pancasila, disebutkan bahwa bertaqwa kepadatuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing merupakan hal yang

Page 40: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

mutlak. Karena Semua agama menghargai manusia oleh karena itu semuaumat beragama juga harus saling menghargai. Sehingga terbina kerukunanhidup anatar umat beragama

4. Persyaratan pendirian tempat ibadahDalam pendirian rumah untuk peribadatan, wajib memperoleh izin

khusus. Dalam mendirikan sebuah bangunan wajib mendapatkan izin tertulis

dari pemerintah, izin mendirikan bangunan dan lain-lain. Terlebih lagi dalam

pendirian rumah untuk peribadatan, wajib memperoleh izin khusus. Ketentuan

soal izin khusus ini dijelaskan dalam sejumlah aturan, sebagai berikut.

Dasar hukum tata cara pendirian rumah ibadah terdapat dalam Peraturan

bersama Menteri agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 tahun 2006 dan

Nomor 8 tahun 2006 tentang pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wakil

kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan

forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat. Dalam peraturan

ini yang dimaksud dengan Rumah ibadat adalah bangunan yang memiliki ciri-

ciri tertentu yang khusus dipergunakan untuk beribadat bagi para pemeluk

masing-masing agama secara permanen.

Akan tetapi masing-masing daerah memiliki peraturan tersendiri, seperti

misalnya di daerah khusus ibukota atau DKI yang telah membuat aturan dalam

Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 83 tahun 2012

tentang prosedur pemberian persetujuan pembangunan rumah ibadat. Syarat

dan prosedur pendirian rumah ibadah antara lain harus memenuhi syarat

administratif (kelengkapan dokumen IMB dll), selain itu juga harus memenuhi

persyaratan khusus, meliputi:

a. Daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling

sedikit 90 orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan

tingkat batas wilayah.

a. Dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 orang yang disahkan oleh

lurah/kepala desa.

b. Rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota.

c. Rekomendasi tertulis Forum Kerukunan Umat Beragama kabupaten/kota.

Page 41: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Jika persyaratan 90 nama dan KTP pengguna rumah ibadat terpenuhi tetapi

syarat dukungan masyarakat setempat belum terpenuhi, maka pemerintah

daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah

ibadat, sehingga hak setiap warga dalam menjalankan ibadahnya dapat terjamin

http://www.gresnews.com/berita/tips/113137-aturan-dan-prosedur-pendirian-rumah-

ibadah/

B. Ucapan Selamat NatalSelamat Natal yang diucapkan seorang Muslim kepada penganut agama lain

seperti agama Kristen misalnya dianggap haram oleh sementara orang dan

dinilai sesat dan menyesatkan. Berita itu yang biasa terdengar di Indonesia,

tetapi tidak demikian di kalangan ulama di Timur Tengah.Berikut tulisan ulama

besar SuriahMustafa Az-Zarqa’ yang termuat dalam kumpulan fatwanya “Fatwa

Mustafa Az-Zarqa”. Fatwa-fatwa itu dihimpun oleh Majed Ahmad Makky dan

diantar oleh ulama besar Mesir kenamaan: Yusuf al-Qardhawy. Al-Qardhawy

mengakui az-Zarqa’ sebagai gurunya dan merasa bangga menulis pengantar

tentang kumpulan fatwa itu.

Fatwa ini adalah jawaban Az-Zarqa’ kepada Anas Muhammad ash-Shabbagh

yang bermukim di Saudi Arabia. Terjemahannya sebagai berikut:

“Menjawab pertanyaan Anda tentang ucapan selamat yang diucapkan seorang

Muslim berkaitan dengan kelahiran Isa (Natal) dan Tahun Baru Masehi, maka

menurut hemat saya: Ucapan Selamat Natal seorang Muslim kepada

kenalannya yang menganut agama Nasrani termasuk dalam anjuran berbudi

baik dalam interaksi dengan mereka. Sungguh Islam tidak melarang kita

menyangkut harmonisasi hubungan beragama dan perlakuan baik semacam ini

terhadap mereka, apalagi yang mulia Al-Masih dalam pandangan aqidah kita

adalah salah satu Rasul Allah yang agung dan termasuk satu dari lima Nabi yang

amat diagungkan. Siapa yang menduga mengucapkan selamat kepada mereka

pada hari kelahiran Isa as.haram—siapa yang menduga demikian—maka dia

salah karena tidak ada hubungan dalam ucapan itu dengan rincian aqidah kaum

Nasrani dan pandangan mereka terhadap Isa as.

Page 42: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Diriwayatkan bahwa suatu ketika ada jenazah seorang Yahudi yang

diusung di hadapan NabiSaw., maka beliau berdiri. Berdirinya beliau itu

merupakan ekspresi dari rasa agung dan dahsyat terhadap kematian—tidak ada

hubungannya dengan aqidah sosok Yahudi yang mati itu.

Muslim dituntut untuk menggambarkan kebaikan Islam dan moderasinya

terhadap Non-Muslim. Di samping itu, keadaan kaum Muslim dewasa ini yang

sungguh lemah di antara negara-negara di dunia ini serta konspirasi dan

tuduhan bahwa kaum Muslim adalah teroris, fanatik, dan lain-lain—kesemuanya

menuntut kaum Muslim mengubah image buruk itu, apalagi pada Hari Raya Idul

Fitri dan Idul Adha bisa jadi seorang Muslim memiliki teman-teman yang

mengucapkan selamat kepadanya, sehingga bila ia tidak membalas sikap baik

mereka itu dengan berkunjung kepada yang berkunjung kepadanya pada Hari

Lebaran, maka sikap itu akan semakin mendukung tuduhan yang ditujukan

kepada kaum Muslim,” demikian antara lain Mustafa az-Zarqa’.

Saling mengucapkan selamat, bahkan kunjung-mengunjungi itulah yang

dilakukan juga oleh pimpinan al-Azhar Mesir.Apakah mereka salah dan

sesat?Saya menduga keras bahwa ulama-ulama itu jauh lebih mengerti agama

dan lebih bijaksana daripada mereka yang mengharamkan ucapan Selamat

Natal, apalagi menyesatkan siapa yang membolehkan mengucapkan Selamat

Natal itu.

Ada beberapa hadits- antara lain diriwayatkan oleh Imam Muslim—yang

melarang seorang Muslim memulai mengucapkan salam kepada orang Yahudi

dan Nasrani. Hadits tersebut menyatakan, “Janganlah memulai salam kepada

orang Yahudi dan Nasrani. Jika kamu bertemu mereka di jalan, jadikanlah

mereka terpaksa ke pinggir.”

Ulama berbeda paham tentang makna larangan tersebut.Dalam

buku Subul as-Salâm karya Muhammad bin Isma’îl al-Kahlani (jil.IV, hlm. 155)

antara lain dikemukakan bahwa sebagian ulama bermazhab Syâfi‘î tidak

memahami larangan tersebut dalam arti haram, sehingga mereka membolehkan

menyapa non-Muslim dengan ucapan salam. Pendapat ini merupakan juga

pendapat sahabat Nabi, Ibnu Abbâs. Qadhi Iyadh dan sekelompok ulama lain

membolehkan mengucapkan salam kepada mereka kalau ada kebutuhan.

Pendapat ini dianut juga oleh Alqamah dan al-Auza‘i.

Page 43: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Penulis cenderung menyetujui pendapat yang membolehkan itu, karena

agaknya larangan tersebut timbul dari sikap bermusuhan orang-orang Yahudi

dan Nasrani ketika itu kepada kaum Muslim. Bahkan dalam riwayat Bukhari

dijelaskan tentang sahabat Nabi, Ibnu Umar, yang menyampaikan sabda Nabi

bahwa orang Yahudi bila mengucapkan salam terhadap Muslim tidak berkata,

“Assalâmu‘alaikum,” tetapi “Assâmu‘alaikum,” yang berarti “Kematian atau

kecelakaan untuk Anda”.

Nah, jika demikian, wajarlah apabila Nabi melarang memulai salam untuk

mereka dan menganjurkan untuk menjawab salam mereka dengan “‘Alaikum,”

sehingga jika yang mereka maksud dengan ucapan itu adalah kecelakaan atau

kematian, maka jawaban yang mereka terima adalah “Bagi Andalah (kecelakaan

itu).”

Mengucapkan “Selamat Natal” masalahnya berbeda.Dalam masyarakat

kita, banyak ulama yang melarang, tetapi tidak sedikit juga yang membenarkan

dengan beberapa catatan khusus.

Sebenarnya, dalam al-Qur’an ada ucapan selamat atas kelahiran

Isa: Salam sejahtera (semoga) dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku,

hari aku wafat, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. Maryam [19]:

33).

Surah ini mengabadikan dan merestui ucapan selamat Natal pertama

yang diucapkan oleh Nabi mulia itu.Akan tetapi persoalan ini jika dikaitkan

dengan hukum agama tidak semudah yang diduga banyak orang, karena hukum

agama tidak terlepas dari konteks, kondisi, situasi, dan pelaku.Yang melarang

ucapan “Selamat Natal” mengaitkan ucapan itu dengan kesan yang

ditimbulkannya, serta makna populernya, yakni pengakuan Ketuhanan Yesus

Kristus.Makna ini jelas bertentangan dengan akidah Islamiah, sehingga ucapan

“Selamat Natal” paling tidak dapat menimbulkan kerancuan dan kekaburan.

Teks keagamaan Islam yang berkaitan dengan akidah sangat jelas.Itu

semua untuk menghindari kerancuan dan kesalahpahaman.Bahkan al-Qur’an

tidak menggunakan satu kata yang mungkin dapat menimbulkan

kesalahpahaman, sampai dapat terjamin bahwa kata atau kalimat itu tidak

disalahpahami. Kata “Allah”, misalnya, tidak digunakan ketika pengertian

semantiknya di kalangan masyarakat belum sesuai dengan yang dikehendaki

Islam. Kata yang digunakan sebagai ganti kata Allah ketika itu

Page 44: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

adalah Rabbuka (Tuhanmu, hai Muhammad).Demikian wahyu pertama hingga

surah al-Ikhlâs.

Ucapan selamat atas kelahiran Isa (Natal), manusia agung lagi suci itu,

memang ada di dalam al-Qur’an, tetapi kini perayaannya dikaitkan dengan

ajaran agama Kristen yang keyakinannya terhadap Isa al-Masih berbeda dengan

pandangan Islam.Nah, mengucapkan “Selamat Natal” atau menghadiri

perayaannya dapat menimbulkan kesalahpahaman dan dapat mengantarkan

kita kepada pengaburan akidah. Ini dapat dipahami sebagai pengakuan

akanketuhanan al-Masîh, satu keyakinan yang secara mutlak bertentangan

dengan akidah Islam. Dengan alasan ini, lahirlah larangan dan fatwa haram

untuk mengucapkan “Selamat Natal”, sampai-sampai ada yang beranggapan

jangankan ucapan selamat, aktivitas apa pun yang berkaitan atau membantu

terlaksananya upacara Natal tidak dibenarkan.

Di pihak lain, ada juga pandangan yang membolehkan ucapan “Selamat

Natal”. Ketika mengabadikan ucapan selamat itu, al-Qur’an mengaitkannya

dengan ucapan ‘Îsâ, “Sesungguhnya aku ini, hamba Allah.Dia memberiku al-

Kitab dan Dia menjadikan aku seorang Nabi” (QS. Maryam [19]: 30).

Nah, salahkah bila ucapan “Selamat Natal” dibarengi dengan keyakinan

itu?Bukankah al-Qur’an telah memberi contoh? Bukankah ada juga salam yang

tertuju kepada Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, keluarga Ilyas, serta para nabi lain?

Bukankah setiap Muslim wajib percaya kepada seluruh nabi sebagai hamba dan

utusan Allah?Apa salahnya kita mohonkan curahan shalawat dan salam untuk

Isa as., sebagaimana kita mohonkan untuk seluruh nabi dan rasul? Tidak

bolehkah kita merayakan hari lahir (natal) ‘Îsâ as.? Bukankah NabiSaw. juga

merayakan hari keselamatan Mûsâ dari gangguan Fir‘aun dengan berpuasa

Asyura, sambil bersabda kepada orang-orang Yahudi yang sedang

berpuasa,seperti sabdanya, “Saya lebih wajar menyangkut

Mûsâ (merayakan/mensyukuri keselamatannya) daripada kalian (orang-

orang Yahudi),” maka Nabi pun berpuasa dan memerintahkan (umatnya) untuk

berpuasa (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu dawud, melalui Ibnu Abbas—

lihat Majma’ al-Fawâ’id, hadits ke-2.981).

Untuk menjawab hukumnya, perlu dikupas ke dalam beberapa point:

Pertama, tidak ada ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang secara jelas dan tegas

menerangkan keharaman atau kebolehan mengucapkan selamat Natal. Padahal,

Page 45: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

kondisi sosial saat nabi MuhammadSaw hidup mengharuskannya mengeluarkan

fatwa tentang hukum ucapan tersebut, mengingat Nabi dan para Sahabat hidup

berdampingan dengan orang Yahudi dan Nasrani (Kristiani).

Kedua, karena tidak ada ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi yang secara jelas dan

tegas menerangkan hukumnya, maka masalah ini masuk dalam kategori

permasalahan ijtihadi yang berlaku kaidah:

ال ینكر المختلف فیھ وإنما ینكر المجمع علیھ

Permasalahan yang masih diperdebatkan tidak boleh diingkari (ditolak), sedangkan

permasalahan yang sudah disepakati boleh diingkari.

Ketiga, dengan demikian, baik ulama yang mengharamkannya maupun membolehkannya,

sama-sama hanya berpegangan pada generalitas (keumuman) ayat atau hadits yang mereka

sinyalir terkait dengan hukum permasalahan ini.

Pertama, sebagian ulama, meliputi Syekh Bin Baz, Syekh Ibnu Utsaimin, Syekh Ibrahim

bin Ja’far, Syekh Ja’far At-Thalhawi dan sebagainya, mengharamkan seorang Muslim

mengucapkan selamat Natal kepada orang yang memperingatinya.

Mereka berpedoman pada beberapa dalil, di antaranya: Firman Allah subhanahu

wa ta’ala dalam surat Al-Furqan ayat 72:

وا كراما وا باللغو مر ور وإذا مر والذین ال یشھدون الزArtinya: “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila merekabertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidakberfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.”

Pada ayat tersebut, AllahSwt menyebutkan ciri orang yang akan mendapat martabat

yang tinggi di surga, yaitu orang yang tidak memberikan kesaksian palsu. Sedangkan,

seorang Muslim yang mengucapkan selamat Natal berarti dia telah memberikan kesaksian

palsu dan membenarkan keyakinan umat Kristiani tentang hari Natal. Akibatnya, dia tidak

akan mendapat martabat yang tinggi di surga. Dengan demikian, mengucapkan selamat

Natal hukumnya haram.

Page 46: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

Di samping itu, mereka juga berpedoman pada hadits riwayat Ibnu Umar, bahwa

Nabi shallallahu ’alaihi wasallam bersabda:

تشبھ منھممن بقوم فھو"Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia termasuk bagian kaum tersebut."

(HR. Abu Daud, nomor 4031).

Orang Islam yang mengucapkan selamat Natal berarti menyerupai tradisi kaum

Kristiani, maka ia dianggap bagian dari mereka. Dengan demikian, hukum ucapan

dimaksud adalah haram.

Kedua, sebagian ulama, meliputi Syekh Yusuf Qaradhawi, Syekh Ali Jum’ah, Syekh

Musthafa Zarqa, Syekh Nasr Farid Washil, Syekh Abdullah bin Bayyah, Syekh Ishom

Talimah, Majelis Fatwa Eropa, Majelis Fatwa Mesir, dan sebagainya membolehkan

ucapan selamat Natal kepada orang yang memperingatinya. Mereka berlandaskan pada

firman Allah subhanahu wa ta’ala dalam Surat Al-Mumtahanah ayat 8:

یقاتلوكم لم عن الذین ا ینھاكم ي الدین ف الوتقسطوا تبروھم أن دیاركم من یخرجوكم ولم

إلیھمArtinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap

orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu

dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”

Pada ayat di atas, AllahSaw tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada

siapa saja yang tidak memeranginya dan tidak mengusirnya dari negerinya. Sedangkan,

mengucapkan selamat Natal merupakan salah satu bentuk berbuat baik kepada orang non

Muslim yang tidak memerangi dan mengusir, sehingga diperbolehkan.

Selain itu, mereka juga berpegangan kepada hadits Nabi shallallahu ’alaihiwasallam riwayat Anas bin Malik:

علیھ وسل كان غالم علیھ وسلم فمرض، فأتاه النبي صلى م یعوده، فقعد عند یھودي یخدم النبي صلى رأسھ فقال لھ: أسلم. فنظر علیھ وسلم. فأسلم. إلى أبیھ وھو عنده، فقال لھ: أطع أ با القاسم صلى

الذي أنقذه من النار علیھ وسلم وھو یقول: (الحمد ـ)فخرج النبي صلى

“Dahulu ada seorang anak Yahudi yang senantiasa melayani (membantu)Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian ia sakit. Maka, Nabi shallallahu 'alaihiwasallam mendatanginya untuk menjenguknya, lalu beliau duduk di dekatkepalanya, kemudian berkata: “Masuk Islam-lah!” Maka anak Yahudi itu melihat

Page 47: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

ke arah ayahnya yang ada di dekatnya, maka ayahnya berkata:‘Taatilah AbulQasim (Nabi shallallahu 'alaihi wasallam).” Maka anak itu pun masuk Islam. LaluNabi shallallahu 'alaihi wasallam keluar seraya bersabda: ”Segala puji bagi Allahyang telah menyelamatkannya dari neraka.” (HR Bukhari, No. 1356, 5657)

Menanggapi hadits tersebut, ibnu Hajar berkata: “Hadits ini menjelaskan bolehnya

menjadikan non-Muslim sebagai pembantu, dan menjenguknya jika ia sakit”. (A-

Hafidh Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari, juz 3, halaman 586).

Pada hadits di atas, Nabi mencontohkan kepada umatnya untuk berbuat baik kepada non-

Muslim yang tidak menyakiti mereka. Mengucapkan selamat Natal merupakan salah satu

bentuk berbuat baik kepada mereka, sehingga diperbolehkan.

Dari pemaparan di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa para ulama berbeda pendapat

tentang ucapan selamat Natal. Ada yang mengharamkan, dan ada yang membolehkan.

Umat Islam diberi keleluasaan untuk memilih pendapat yang benar menurut

keyakinannya. Maka, perbedaan semacam ini tidak boleh menjadi konflik dan

menimbulkan perpecahan.

Jika mengucapkan selamat Natal diperbolehkan, maka menjaga keberlangsungan hari raya

Natal, sebagaimana sering dilakukan Banser, juga diperbolehkan. Dalilnya, sahabat Umar

bin Khattab ra. menjamin keberlangsungan ibadah dan perayaan kaum Nasrani Iliya’

(Quds/Palestina):

فسھم ھذا ما أعطى عبد هللا عمر أمیر المؤمنین أھل إیلیاء من األمان: أعطاھم أمانا ألن

.وأموالھم وكنائسھم وصلبانھم وسائر ملتھا، ال تسكن كنائسھم، وال تھدم

“Ini merupakan pemberian hamba Allah, Umar, pemimpin kaum Mukminin kepada

penduduk Iliya’ berupa jaminan keamanan: Beliau memberikan jaminan keamanan kepada

mereka atas jiwa, harta, gereja, salib, dan juga agama-agama lain di sana. Gereja mereka

tidak boleh diduduki dan tidak boleh dihancurkan.” (Lihat: Tarikh At-Thabary, Juz 3,

halaman 609)

Husnul Haq, Dosen IAIN Tulungagung dan Wakil Ketua Forum Kandidat Doktor NU

Malaysia.

C. Kawin Beda Agama

Pernikahan Pria Muslim dengan Wanita non-muslim yang dimaksud dalam Hukum Islam

adalah apabila Wanita Non-muslim tersebut adalah dari golongan ahli kitab, artinya orang

Page 48: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

yang mengimani kitab terdahulu, dalam hal ini Wanita Nasrani dan Wanita Yahudi, maka

pernikahan ini diperbolehkan (halal).

Mari melihatperbandingan ke-tiga Surat tersebut dalam peristiwa, AllahSwt berfirman

dalam QS Al-Baqarah Ayat 221:

خیر مؤمنة یؤمن وألمة تنكحوا المشركات حتى والأ مشركة ولو تنكحوا المشركینمن حتىعجبتكم وال

أعجبكم مشرك ولو من خیر مؤمن یؤمنوا ولعبدیدعو إلى الجنة إلى النار وا یدعون أولئك

آیاتھ ل لھملناس لعوالمغفرة بإذنھ ویبینیتذكرون

"Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum merekaberiman.Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanitamusyrik, walaupun dia menarik hatimu.Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum merekaberiman.Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,walaupun dia menarik hatimu.Mereka mengajak ke neraka, sedang Allahmengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambilpelajaran".

Diketengahkan oleh Ibnu Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Wahidi dari Muqatil,

katanya, "Ayat ini diturunkan mengenai Ibnu Abu Martsad Al-Ghunawi yang

meminta izin kepada NabiSaw.untuk mengawini seorang wanita musyrik yang

cantik dan mempunyai kedudukan tinggi. Maka turunlah ayat ini." Diketengahkan

oleh Wahidi dari jalur Suda dari Abu Malik dari Ibnu Abbas, katanya bahwa ayat

ini turun mengenai Abdullah bin Rawahah. Ia mempunyai seorang budak sahaya

hitam yang dimarahi dan dipukuli. Dalam keadaan kebingungan ia datang kepada

NabiSaw. lalu menyampaikan beritanya, seraya katanya, "Saya akan

membebaskannya dan akan mengawininya." Rencananya itu dilakukannya,

hingga orang-orang pun menyalahkannya, kata mereka, "Dia menikahi budak

wanita." Maka AllahSwt. pun menurunkan ayat ini. Hadis ini dikeluarkan pula oleh

Ibnu Jarir melalui As-Sadiy berpredikat munqathi.

.AllahSwt berfirman dalam QS Al-Maidah/5: 5

Page 49: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

منات والمحصنات الطیبات وطعام الذین أوتوا الكتاب حل لكم وطعامكم حل لھم والمحصنات من المؤ الیوم أحل لكم

یمان من الذین أوتوا الكتاب من قبلكم إذا آتیتموھن أجورھن محصنین غیر مسافحین وال متخذي أخدان ومن یكفر باإل

فقد حبط عملھ وھو في اآلخرة من الخاسرین

"Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik.Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagimereka. (Dan dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga kehormatan diantarawanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan diantara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum kamu, bila kamu telah membayarmas kawin mereka dengan maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzinadan tidak (pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudahberiman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka hapuslah amalannya dan iadi hari kiamat termasuk orang-orang merugi".

Sebagian Sahabat Nabi juga menikahi wanita ahlul kitab (Nasrani dan Yahudi)

seperti Utsman bin Affan dan Talhah bin Ubaidillah yang menikah dengan wanita

Nasrani dan Hudzaifah yang menikahi wanita Yahudi. "Dihalalkan bagi kalian

wahai orang-orang yang beriman menikahi wanita-wanita merdeka yang beriman

dan ahlu kitab dari Yahudi dan Naṣrani baik dia żimmiyah atau harbiyah apabila

kalian telah membayarkan mahar mereka.Kehalalannya dibatasai dengan

pembayaran mahar untuk penegasan tentang wajibnya mahar, bukan sebagai

syarat di dalam kehalalannya.Pengkhususan penyebutan merdeka sebagai

anjuran bahwa wanita merdeka itu lebih utama, bukan berarti selain mereka

(wanita merdeka) tidak boleh dinikahi, karena pernikahan budak perempuan yang

Muslimah itu baik sesuai kesepakatan.Menurit Abu Hanifah hal itu adalah baik".

Dihalalkan bagi kalian menikahi wanita-wanita merdeka agar keadaan

kalianterbebas dari zina dengan menikahi mereka, (yaitu) wanita-wanita yang

terbebas dari perbuatan keji secara terang-terangan dan bukan pula wanita yang

senang mendatangi kekejian, artinya bahwa yang dibolehkan adalah menikahi

wanita-wanita merdeka yang terbebas dari perbuatan zina dengan syarat

membayarkan mahar mereka dengan maksud menikah dan menjaga diri bukan

dengan maksud menumpahkan air (sperma) dari jalan zina secara terbuka dan

bukan pula pada jalan zina secara sembunyi-sembunyi yaitu mengambil gundik-

gundik.

AllahSwt telah memperingatkan orang yang menyelisihi dan Allah senang kepada

hukum-hukum tentang kehalalan di atas, kemudian AllahSwt berfirman ( ومن یكفر

Page 50: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

یمان فقد حبط عملھ maksudnya, barang siapa yang mengingkari syari’at-syari’at ,(باإل

Islam dan mengingkari pokok-pokok Iman dan cabang-cabangnya maka AllahSwt

pasti membatalkan pahala amalnya di dunia dan di akhirat. Adapun di dunia

dengan sempitnya amalan dia dan tidak adanya manfaat darinya, sedangkan di

akhirat dengan kerugian dan kehancuran di Neraka Jahannam.Allah

memutlakkan kata Iman pada ayat di atas dan menghendaki orang beriman untuk

mengamalkannya, itu semua hanyalah sebagai majaz bahwa yang dikendaki

AllahSwt adalah mengimani syari’at-syari’at AllahSwt dan mengamalkan

kewajiban-kewajibannya. Ada juga yang menafsirkan: “Barang siapa yang

mengingkari Rabb yang wajib diimani, lafal itu merupakan majaz dengan

membuang kata tertentu (yaitu kata Rabb) dan maksud dari ayat ini adalah

menunjukkan besarnya perkara yang dihalalkan Allah dan yang diharamkan-Nya.

Dan ancaman bagi orang yang menyelisihinya.

Yang bisa diambil dari surat al-Maidah ayat 5 di atas di antaranya adalah:

Pensyariatan menikahi wanita yang muḥshonat baik dari kalangan Muslimah

maupun ahlu kitab, yang dimaksud al-muḥshonat adalah:

1.4.1.1. Menurut Mujahid dan jumhur adalah wanita-wanita yang merdeka

1.4.1.2. Menurut Ibnu Abbas al-muḥshonat adalah Wanita-wanita yang menjaga

dirinya dari perbuatan keji

Batalnya pahala amal apabila orang yang beramal tersebut mengingkari

hukum-hukum dan syari’at AllahSwt, kufur terhadap pokok-pokok Iman dan

cabang-cabangnya, sebagaimana firman AllahSwt ( یمان artinya dengan (ومن یكفر باإل

apa yang diturunkan kepada RasulullahSaw atau mengingkari Iman maka sia-

sialah amalnya maksudnya adalah batal dan sia-sialah pahala amalnya dan

amalnya tidak bermanfaat di akhirat.

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir al-Munīr fi al-Aqidah wa al-Syari’ah wa al-

Manhaj

Wanita Kristen Halal Bagi Pria Muslim

Para Ulama Islam percaya agama Islam, Nasrani, dan Yahudi merupakan

agama samawi.Sehingga mereka berpendapat, selain menikahi wanita Muslim,

Page 51: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

pria Muslim boleh menikahi wanita Kristen. Tapi wanita dari agama lain seperti

Hindu, Budha, dll haram baginya.

Mengapa pria Muslim boleh menikahi non-Muslimah? Alasanya, karena pria

dianggap sebagai pemimpin rumah tangga dan berkuasa penuh atas

isterinya.Beberapa sahabatnya juga menikahi wanita Kristen. Seperti Utsman bin

Affan dan Talhah bin Ubaidillah menikahi wanita Nasrani. Sedangkan Hudzaifah

menikahi wanita Yahudi.

Muslimah Menikah dengan Pria Non-MuslimPerlu ditegaskan bahwa haram hukumnya seorang Muslimah menikah

dengan laki-laki non-Muslim secara mutlak, baik laki-laki itu dari golongan Ahli

Kitab (Yahudi dan Nasrani) ataupun dari agama musyrik lainnya.Hal ini telah

ditegaskan dalam Alquran dan merupakan ijmak (konsensus) para ulama Islam.

AllahSwt berfirman,

“Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-

wanita mukmin) sebelum mereka beriman.Sesungguhnya budak yang mukmin

lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu.Mereka mengajak ke

neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.Dan

Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia

supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS al-Baqarah [2]: 221).

Dalam tafsirnya, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa dalam ayat ini AllahSwt

telah mengharamkan wanita Mukminah untuk menikah dengan lelaki musyrik dari

jenis mana pun, maka hendaklah laki-laki beriman (para wali wanita mukminah)

tidak menikahkan seorang wanita Mukminah dengan laki-laki kafir karena itu

adalah hal yang haram dilakukan. Sungguh, menikahkan wanita Mukminah

dengan seorang budak yang beriman dan meyakini AllahSwt dan Rasul-Nya serta

wahyu yang dibawanya lebih baik daripada menikahkannya dengan seorang laki-

laki merdeka tapi musyrik, meskipun terhormat keturunannya.Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya juga mengatakan maksud ayat ini adalah

janganlah kamu menikahkan seorang wanita Muslimah dengan seorang laki-laki

musyrik. Dan umat Islam telah berijmak bahwa seorang laki-laki musyrik tidak

boleh sama sekali bercampur dengan wanita Muslimah karena itu merupakan

bentuk merendahkan Islam.

Dalam ayat lain, AllahSwt menegaskan,

Page 52: MODUL - ftik.iainpurwokerto.ac.idftik.iainpurwokerto.ac.id/wp-content/uploads/2019/06/MODUL-PAI-KON...modul pendalaman materi pendidikan agama islam kontemporer oleh : dr.h. abdul

“...maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman, makajanganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orangkafir. Mereka tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiadahalal pula bagi mereka.” (QS al-Mumtahanah [66]: 10).

Menurut Ibnu Katsir, ayat inilah yang mengharamkan wanita Muslimah untuk laki-laki kafir yang pada masa awal Islam diperbolehkan. Imam al-Qurthubi jugamengatakan, dalam ayat ini AllahSwt mengharamkan wanita Muslimah bagi laki-laki kafir dan juga mengharamkan laki-laki Muslim menikahi wanita musyrik.