modul epidemiologi kva (keperawatan)

7
RESUME EPIDEMIOLOGI KVA A. Pengantar Epidemiologi Gizi 1. Pengertian Menurut WHO Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut Epidemiologi gizi Merupakan ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan determinan masalah gizi serta penerapannya dalam kebijakan dan program pangan dan gizi untuk mencaapai kesehatan penduduk yang lebih baik. Banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi masyarakat, dimana masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup masyarakat. 2. Tujuan Menguraikan distribusi, pola, luas penyakit pada populasi manusia Memahami mengapa penyakit lebih sering terjadi pada sebagian kelompok (berdasarkan etiologi) Memberi informasi untuk mengelola & merencanakan pelayanan: (pencegaham, pengendalian, & penanganan penyakit) Mengevaluasi kualitas ukuran pajanan (measure of exposure) B. Insidensi dan Prevelensi Kekurangan Vitamin A Dari hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 ada 50,2% balita yang mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang dari 20 µg/dL dan ada 66,4% ibu nifas yang mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang dari 40 µg/dL. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013). Persentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%) dan yang terendah di Sumatera Utara (52,3%). Riskesdas 2013

Upload: tritannovian

Post on 25-Dec-2015

21 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

Epidemiologi kasus Kekurangan Vitamin A

TRANSCRIPT

Page 1: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

RESUME EPIDEMIOLOGI KVA

A. Pengantar Epidemiologi Gizi

1. Pengertian

Menurut WHO Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari distribusi dan

determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainnya yang berhubungan

dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat dan menerapkan

ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah tersebut

Epidemiologi gizi Merupakan ilmu yang mempelajari sebaran, besar, dan

determinan masalah gizi serta penerapannya dalam kebijakan dan program

pangan dan gizi untuk mencaapai kesehatan penduduk yang lebih baik.

Banyak digunakan dalam menganalisis masalah gizi masyarakat, dimana

masalah ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola

hidup masyarakat.

2. Tujuan

Menguraikan distribusi, pola, luas penyakit pada populasi manusia

Memahami mengapa penyakit lebih sering terjadi pada sebagian kelompok

(berdasarkan etiologi)

Memberi informasi untuk mengelola & merencanakan pelayanan:

(pencegaham, pengendalian, & penanganan penyakit)

Mengevaluasi kualitas ukuran pajanan (measure of exposure)

B. Insidensi dan Prevelensi Kekurangan Vitamin A

Dari hasil survei Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2005 ada

50,2% balita yang mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang dari 20 µg/dL

dan ada 66,4% ibu nifas yang mempunyai kadar vitamin A dalam darah kurang

dari 40 µg/dL.

Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5

persen (2013). Persentase tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Barat (89,2%)

dan yang terendah di Sumatera Utara (52,3%). Riskesdas 2013

Program penanggulangan KVA sudah dirintis sejak tahun 1960-an dan efektif

sejak tahun 1970-an, serta Indonesia pemah tercatat sebagai salah satu Negara

yang berhasil mengatasi masalah KVA karena mampu menurunkan prevalensi

xeroftalmia sampai 0,3% sehingga Indonesia mendapat penghargaan “Hellen

keller Award” pada tahun 1994, tetapi sejak krisis 1997 masalah KVA muncul

lagi.

Page 2: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

C. Pengertian KVA

Vitamin A merupakan zat gizi mikro esensial yang diperlukan oleh tubuh,

berperan dalam berbagai aktifitas dalam tubuh. Peran vitamin A antara lain untuk

fungsi penglihatan normal dari sistem visual, meningkatkan respon imun,

membantu pertumbuhan, diferensiasi sel, stabilisasi sel membran, meningkatkan

kesuburan dan juga berperan pada proses embriogenesus (Gibson, R.S, 2005;

West et.al 2007).

Kekurangan vitamin A ialah penyakit sistemik yang merusak sel dan organ tubuh,

dan menyebabkan metaplasi keratinisasi pada epitel saluran pernapasan,

saluran kemih, dan saluran pencernaan. Perubahan pada ketiga saluran ini relatif

lebih awal terjadi ketimbang kerusakanyang terdeteksi pada mata. Namun,

karena hanya mata yang mudah diamati dan diperiksa, diagnosis klinis yang

spesifik didasarkan pada pemeriksaan mata (Arisman.2007)

Vitamin A merupakan salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak dan

disimpan dalam hati, tidak dapat dibuat oleh tubuh, sehingga harus dipenuhi dari

luar (esensial). Vitamin A berfungsi untuk penglihatan, pertumbuhan dan

meningkatkan daya tahan terhadap penyakit (Depkes RI, 2005)

KVA adalah suatu keadaan, ditandai rendahnya kadar Vitamin A dalam jaringan

penyimpanan (hati) & melemahnya kemampuan adaptasi terhadap gelap &

sangat rendahnya konsumsi/masukkan karotin dari Vitamin A (WHO, 1976)

Dalam buku panduan pemberian suplemen vitamin A, kurang vitamin A adalah suatu kondisi

dimana simpanan Vitamin A dalam tubuh berkurang.Keadaan ini ditunjukan

dengan kadar serum retinol dalam darah kurang dari 20µg/dl.

Page 3: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

D. Penyebab KVA

Bila ditinjau dari konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan

oleh :

1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau provitamin A

untuk jangka waktu yang lama.

2. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau zat gizi

lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan penggunaan vitamin A

dalam tubuh.

3. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada

penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang Energi

Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A meningkat.

4. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,

menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan pre-

albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

E. Kelompok yang beresiko KVA

1. Faktor Sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan

a. Ketersediaan pangan sumber vitamin A

b. Pola makan dan cara makan

c. Adanya paceklik atau rawan pangan

d. Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama yang

merupakan sumber Vit A.

e. Cakupan imunisasi, angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit

campak dan diare

f. Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau

g. Kurang tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat

h. Keadaan darurat antara lain bencana alam, perang dan kerusuhan

2. Faktor Keluarga

a. Pendidikan: khususnya pendidikan dan pengetahuan ibu

b. Penghasilan

c. Jumlah anak dalam keluarga

d. Pola asuh anak

3. Faktor individu

a. Usia: bayi, balita, anak usia pra-sekolah, anak-anak usia sekolah, remaja,

dewasa muda.

b. Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BB < 2,5 kg).

Page 4: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

c. Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2

tahun.

d. Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun kuantitas

e. Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.

f. Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis

(TBC),Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia dan kecacingan.

g. Gender: laki-laki lebih berisiko – perbedaan budaya pemberian makanan dan

perawatan.

h. Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas/pelayanan kesehatan (untuk

mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi).

F. Dampak KVA

Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan beberapa gangguan terhadap kesehatan

tubuh, antara lain (Depkes RI, 2005):

1. Hemeralopia atau rabun ayam, rabun senja;

2. Frinoderma, pembentukan epitel kulit tangan dan kaki terganggu, sehingga kulit

tangan dan / atau tampak bersisik;

3. Kerusakan pada kornea dengan menimbulkan bintik, seroftalmin(kornea

mengering), dan akhirnya kerotik; xerophtalmia

Klasifikasi Kekurangan Vitamin A menurut WHO

XN Night blindness

X1A Conjunctival xerosis

X1B Bitot’s spot

X2 Corneal xerosis

X3A Corneal ulceration/keratomalacia (< 1/3 corneal surface)

X3B Corneal ulceration/keratomalacia (≥ 1/3 corneal surface)

XS Corneal scar

XF Xerophthalmic fundus

Page 5: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

4. Terganggu proses pertumbuhan;

5. Mudah sakit.

G. Upaya Penanggulangan Yang Dilakukan Pemerintah

Penanggulangan dan pencegahan KVA

1. Promosi kesehatan

2. Suplementasi

3. Fortifikasi

Menurut Depkes RI (2005), pencegahan KVA dapat dilakukan dengan cara:

Memberikan ASI Eksklusif kepada bayi sampai berumur 6 bulan dan ASI

hingga berumur 2 tahun disertai dengan pemberian makanan pendamping

ASI yang cukup dan berkualitas.

Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu

makanan sehari-hari.

Berprilaku Hidup Bersih dan Sehat (BHBS)

Konsumsi kapsul vitamin A sesuai kebutuhan sasaran

Page 6: Modul Epidemiologi Kva (keperawatan)

DAFTAR PUSTAKA

Sommer,Alfred.Defisiensi Vitamin A Dan Akibatnya. Jakarta: EGC

Gibney,Michael J. dkk.2008. Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Arisman. 2002. Gizi dalam daur kehiduan.Bagian Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas

Palembang. Proyek peningkatan Penelitian Pendidikan Tinggi. Direktorat Jendral Pendidikan

Tinggi.

Maryam,Siti dkk.2010. Asuhan Keperawatan pada Lansia. Trans Info Medika, Jakarta.

Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat.2003. Deteksi Dan

Tatalaksana Kasus Xeroftalmia: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan. Jakarta: Departemen

Kesehatan,

Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2009. Panduan

Manajemen Suplementasi Vitamin A .Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013 Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

Kementerian Kesehatan RI. 2013

Herman, Susilowati. Masalah Kurang Vitamin A (Kva) Dan Prospek Penanggulangannya

http://www.depkes.go.id diakses pada 16 Desember 2014

Arali. 2008, Buku Ajar Gizi. Jakarta: EGC

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama Jakarta

Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan

Nasional (BAPPENAS). 2011. Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015.