modul bintek tutor...

141
MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK

Upload: dinhdan

Post on 20-Jun-2019

351 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA

MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA

MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK

i

MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA

MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA

MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAANii

Diterbitkan oleh:Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

vi+ 134 hlm + ilustrasi; 21 x 29,7 cm

ISBN:978-623-90085-0-5

Pengarah:Ir. Harris Iskandar, Ph.D

Penyunting:Dr. Abdul Kahar, M.Pd.

Tim Penulis:Drs. Hamzah Hakim, M.Pd.

Dr. Ade Kusmiadi, M.Pd.Dra. Maria ListiyantiSuci Paresti, M.Ed.

Johan Winarni, S.P., M.Pd.Agus Ramdani, S.Sos, M.MPd.

Apriyanti Wulandari, S.EErika Yuanita Fatimah, S.Pd.

Desain/Layout:Rulnaidi

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

iii

KATA SAMBUTANDirektur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat

Pasca tahun 2015, seluruh negara anggota UNESCO menyepakati tujuan pendidikan global, yaitu “memastikan pendidikan yang inklusif, adil dan bermutu, serta mempromosikan kesempatan belajar sepanjang hayat untuk

semua”. Tujuan tersebut untuk menyelesaikan agenda Pendidikan Untuk Semua (PUS) dan Millenium Development Goals (MDGs), serta menjawab sebagai tantangan nasional. Kesepakatan yang dibuat ini lebih dikenal dengan “Agenda Pendidikan 2030”

Agenda Pendidikan 2030 disusun berdasarkan pri nsip bahwa pendidikan merupakan komoditi masyarakat, hak azasi manusia, dan dasar penjaminan hak-hak lainnya. Secara lebih tegas, Agenda pendidikan 2030 memuat komitmen untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Hal ini termasuk penjaminan kepastian bagi semua remaja dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan, serta memberikan mereka berbagai kesempatan pembelajaran, pendidikan dan pelatihan.

Sejalan dengan Agenda Pendidikan 2030, layanan pendidikan keaksaraan memegang peran strategis dan penting. Hal ini disebabkan karena secara nasional masih terdapat sebesar 2,07% atau 3,4 juta penduduk usia 15-59 tahun buta aksara, dua pertiga diantaranya adalah perempuan (PDSP, Kemdikbud, 2017).

Agar dapat menjangkau seluruh sasaran tersebut, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat berupaya memperluas sekaligus meningkatkan mutu pendidikan keaksaraan melalui keragaman layanan program, seperti pendidikan keaksaraan, pendidikan kesetaraan orang dewasa, dan pendidikan berkelanjutan yang terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup, peningkatan minat dan budaya baca, pemberdayaan perempuan, pendidikan keluarga, pengarusutamaan gender bidang pendidikan, dan penataan kelembagaan.

Jakarta, Februari 2018Direktur Jenderal

Ir. Harris Iskandar, Ph.D.NIP. 1962042919860110012

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAANiv

KATA PENGANTARDirektur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan

Agenda pendidikan tahun 2030, komitmen dunia untuk mendukung kesempatan belajar sepanjang hayat untuk semua, pada seluruh lingkungan dan tingkat pendidikan. Termasuk menjamin kepastian bagi semua remaja

dan orang dewasa, terutama anak perempuan untuk memperoleh tingkat keterampilan keaksaraan fungsional yang relevan dan diakui serta memberikan mereka berbagai kesempatan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa.

Sejalan dengan itu, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, memperluas berbagai layanan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan bagi para remaja, orang dewasa, dan komunitas masyarakat dikemas dalam berbagai program antara lain pendidikan keaksaraan, peningkatan budaya baca masyarakat, pendidikan kesetaraan orang dewasa, pendidikan kecakapan hidup perempuan, dan pendidikan berkelanjutan.

Dalam rangka pengembangan dan penjaminan mutu pendidikan keaksaraan dan kesetaraan perlu dirumuskan norma, standar, prosedur, kriteria (NSPK) dalam bentuk standar kompetensi lulusan (SKL), silabus, panduan, petunjuk teknis, bahan ajar, dan perangkat pembelajaran lainnya sebagai acuan di lapangan. SKL merupakan tolak ukur dalam pencapaian kualifi kasi lulusan pada jenjang atau program tertentu yang meliputi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. SKL pendidikan multikeaksaraan diarahkan sesuai dengan minat peserta didik pada bidang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni dan budaya, sosial, politik dan kebangsaan, serta pekerjaan atau profesi.

Kami memberikan penghargaan kepada semua pihak yang telah menyusun dokumen tersebut, untuk mendukung penyelenggaraan pendidikan keaksaraan dan kesetaraan yang lebih berkualitas. Semoga panduan, petunjuk teknis, dan perangkat pembelajaran tersebut yang telah disusun dengan kesungguhan, dan keikhlasan dapat bermanfaat untuk kita semua, semoga Allah SWT memberikan rakhmat dan hidayahNya kepada kita semua, Amin.

Jakarta, Februari 2018Direktur

Dr. Abdul Kahar, M.Pd.NIP 196402071985031005

v

KATA SAMBUTAN ................................................................. iii

KATA PENGANTAR ............................................................... iv

DAFTAR ISI ........................................................................... v

MODUL 1 KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA ........................................................ 1

MODUL 2 PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN ............. 11

MODUL 3 KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA .......................... 18

MODUL 4 DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN ..................... 26

MODUL 5 PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN .......................................... 54

MODUL 6 PENGEMBANGAN BAHAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN ........................ 74

MODUL 7 PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN .... 96

MODUL 8 DINAMIKA KELOMPOK ....................................... 114

DAFTAR ISI

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAANvi

1MODUL

KEBIJAKAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN

DI INDONESIA

KODE M-13 jam

Oleh:

Drs. Hamzah Hakim, M.Pd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 1

KEBIJAKAN PENDIDIKAN

KEAKSARAAN DI INDONESIA

A. Pengantar MateriAgar pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan sesuai dengan konteks dan kondisi sasaran (peserta didik) yang pada umumnya orang dewasa dengan berbagai karakter dan budaya yang berbeda, maka para tutor/fasilitator pendidikan multikeaksaraan perlu memiliki kompetensi pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan keaksaraan. Fasilitator dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dituntut memiliki kemampuan profesional, personal dan sosial secara memadai untuk mendukung keberhasilan pendidikan multikeaksaraan.

Modul pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran yang terkait dengan kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia yang akan mengantarkan para tutor (peserta orientasi) agar lebih mengetahui dan memahami permasalahan mendasar serta arah dan tujuan pendidikan keaksaraan di Indonesia.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia ini, tutor pendidikan multikeaksaraan diharapkan:1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab

dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan multikeberaksaraan masyarakat.

2. menguasai pengetahuan fi losofi s, faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai metode pembelajaran pendidikan orang dewasa (POD) pada pendidikan multikeaksaraan.

3. memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metoda yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa (POD) dalam meningkatkan kemampuan multikeaksaraannya.

C. Petunjuk PenggunaanSetelah mempelajari modul pembelajaran ini, para tutor peserta orientasi/bintek pembelajaran pendidikan multikeaksaraan diharapkan memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang kebijakan pendidikan keaksaraan di Indonesia sebagai bekal untuk melaksanakan proses dan implementasi pembelajaran pada pendidikan multikeaksaraan.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN2

1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara: a. menggali pengetahuan, pengalaman, dan permasalahan peserta tentang program

pendidikan keaksaraan;b. menyamakan paradigma tentang program pendidikan keaksaraan dan urgensinya

dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan;c. mendeskripsikan berbagai kebijakan yang telah dilaksanakan, serta yang telah

dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan; dand. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program

pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menjabarkan berbagai kebijakan pendidikan keaksaraan agar memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 60 menit

1) menjelaskan tentang tugas pokok dan fungsi Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan:

2) menginformasikan tentang data-data penduduk buta aksara, baik nasional, provinsi, serta kabupaten/kota;

3) menjabarkan semua jenis program pendidikan keaksaraan dengan berbagai ragam dan variasinya, serta alokasi sasaran perdaerah;

4) Menyampaikan dan menjabarkan grand desain pendidikan keaksaraan ke pendidikan kesetaraan;

5) menyampaikan berbagai praktik terbaik (best practice) pendidikan keaksaraan..b. pemberian penguatan: 10 menit

3. Melakukan dialog dan Tanya jawab terkait program dan kebijakan pendidikan keaksaraan 40 menit. Memberikan penugasan kepada peserta selama 50 untuk membuat rencana pemetaan dan penuntasan buta aksara melalaui program pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan, dengan cara membagi peserta ke dalam 3 (lima) kelompok. Pembagian kelompok mengacu pada konteks wilayah, yaitu: a. wilayah terpadat buta aksara;b. wilayah 3T, Papua, dan Papua Barat;c. wilayah komunitas adat terpencil/komunitas khusus.

4. Melaksanakan refl eksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 10 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika memetakan dan menjabarkan berbagai program pendidikan mulikeaksaraan.

D. Materi Pembelajaran

1. Perkembangan Pendidikan KeaksaraanPada tahun 2015 ini pemerintah Indonesia berusaha agar angka penduduk buta aksara berada pada tingkat minimal di atas target yang sudah dicanangkan dalam tujuan pembangunan millennium, yaitu sekitar 4 persen dari jumlah penduduk berusia 15-59 tahun untuk beberapa provinsi dan kebupaten/kota yang masih memiliki angka penduduk buta aksara di atas 4 persen, tepatnya di atas rata-rata nasional sebesar 3,43 persen. Data menunjukkan bahwa pada tahun 2015 masih terdapat

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 3

sekitar 11 provinsi dan 24 kabupaten/kota yang penduduk buta aksara tinggi yang memerlukan percepatan pengurangan penduduk buta aksara melalui pendidikan keaksaraan yang secara terus menerus harus dikembangkan sesuai kondisi dan permasalahan yang dihadapi.

Untuk mengatasi masalah masih tingginya angka buta aksara, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan melalui berbagai kebijakannya, secara berkelanjutan terus mengembangkan dan menyempurnakan program pendidikan keaksaraan dalam tiga model dasar yaitu pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri, dan pendidikan multikeaksaraan. Model (terkini) dari pendidikan keaksaraan dasar telah dikembangkan dan dilaksanakan pada tahun 2014 yang lalu, dan pada tahun 2015 dikembangkan model pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan (sebagai bentuk dari pendidikan keaksaraan lanjutan) yang meliputi seluruh komponen-komponen penting pendidikan keaksaraan.

Secara konseptual, untuk mengembangkan model pendidikan keaksaraan harus didasarkan pada kondisi dan permasalahan yang dihadapi pada saat ini, khususnya tentang pembelajaran dan mutu peserta didiknya. Bagaimana sesungguhnya kondisi dan permasalahan yang dihadapi dalam menuntaskan penduduk buta aksara dalam konteks percepatan pendidikan keaksaraan sebagaimana dijelaskan di atas, terutama kondisi dan masalah pembelajaran dan mutu peserta didik? Tulisan singkat ini akan membahas tentang permasalahan yang dihadapi berkait dengan pembelajaran dan mutu peserta didik pendidikan keaksaraan di Indonesia yang secara lebih khusus pada pendidikan lanjutan, pendidikan keaksaraan Prapaket A setara kelas 3, dan pendidikan multikeaksaraan.

2. Sasaran dan Data Penduduk Buta Aksara

Penting untuk diketahui bagaimana kondisi sasaran pendidikan keaksaraan di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini secara kuantitatif. Data tahun 2015 menunjukkan bahwa sasaran buta aksara usia 15-59 tahun secara nasional sebesar 3,43% atau sekitar 5,629,943 jiwa. Angka ini turun 0,27% dari tahun 2014.

Dari data tersebut, bila dilihat per provinsi masih terdapat dua provinsi yang masih memiliki angka persentase buta aksara di atas 10% yaitu Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 10.32% dan Papua sebesar 21,22%. Dua provinsi ini pada tahun 2014 sebenarnya sudah mengalami penurunan 0,3% untuk provinsi NTB dan 7,39% untuk provinsi Papua.

Sementara itu, data lain menunjukkan bahwa masih ada 11 provinsi yang memiliki penduduk buta aksara di atas rata-rata nasional sebesar 3.43% pada tahun 2015, yaitu Papua (21,22%), Nusa Tenggara Barat (10,32%), Sulawesi Barat (7,30%), Sulawesi Selatan (6,91%), Nusa Tenggara Timur (5,98%), Kalimantan Barat (5,23%), Papua Barat (4,05%), Jawa Timur (5,63%), Bali (4,86%), Sulawesi Tenggara (4,24%), dan Jawa Tengah (4,30%) (PDSP, 2014, dalam Jurnal Akrab, 2015).

Di samping 11 provinsi tersebut, masih terdapat 6 provinsi dengan angka buta aksara usia 15-59 tahun di atas 300.000 orang pada tahun 2015 (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2016), yaitu: Jawa Timur (1,430,353), Jawa Tengah (924,284), Jawa Barat (569,444), Papua (442,031), Sulawesi Selatan (366,310), Nusa Tenggara Barat (309,715).

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN4

Tabel 1Penduduk Buta Aksara Indonesia Tahun 2015 Per Provinsi Usia 15-59 tahun

No. Nama Provinsi

2015

Penduduk Buna Aksara 15-59 th Persentase Buna Aksara 15-59 th

Laki2 Perem L+P Laki2 Perem L+P1 DKI Jakarta 8,530 37,441 45,971 0.24 1.07 0.66

2 Jawa Barat 172,017 397,427 569,444 1.12 2.67 1.88

3 Jawa Tengah 278,765 645,519 924,284 2.61 5.96 4.30

4 DI Yogyakarta 11,996 31,119 43,115 1.00 2.60 1.80

5 Jawa Timur 455,969 974,384 1,430,353 3.62 7.59 5.63

6 Aceh 18,067 42,969 61,036 1.17 2.75 1.96

7 Sumatera Utara 43,722 83,851 127,573 1.04 1.96 1.50

8 Sumatera Barat 17,674 30,874 48,548 1.12 1.94 1.53

9 Riau 15,302 32,004 47,306 0.74 1.63 1.17

10 Jambi 12,442 29,777 42,219 1.09 2.75 1.90

11 Sumatera Selatan 29,561 58,847 88,408 1.13 2.32 1.71

12 Lampung 28,063 65,180 93,243 1.05 2.58 1.80

13 Kalimantan Barat 43,581 115,449 159,030 2.81 7.73 5.23

14 Kalimantan Tengah 14,985 31,746 46,731 1.72 4.06 2.83

15 Kalimantan Selatan 2,870 7,102 9,972 0.22 0.56 0.39

16 Kalimantan Timur 3,731 7,870 11,601 0.31 0.72 0.50

17 Kalimantan Utara 3,512 5,730 9,242 1.74 3.19 2.42

18 Sulawesi Utara 3,369 3,197 6,566 0.42 0.42 0.42

19 Sulawesi Tengah 23,078 33,815 56,893 2.47 3.77 3.11

20 Sulawesi Selatan 161,733 204,577 366,310 6.31 7.48 6.91

21 Sulawesi Tenggara 20,445 42,930 63,375 2.75 5.72 4.24

22 Maluku 5,447 8,219 13,666 1.08 1.63 1.36

23 Bali 32,371 99,460 131,831 2.36 7.43 4.86

24 Nusa Tenggara Barat 99,661 210,054 309,715 7.02 13.28 10.32

25 Nusa Tenggara Timur 74,140 100,404 174,544 5.21 6.71 5.98

26 Papua 193,213 248,818 442,031 17.53 25.36 21.22

27 Bengkulu 6,645 15,537 22,182 1.07 2.60 1.82

28 Maluku Utara 2,921 6,675 9,596 0.82 1.93 1.36

29 Banten 37,955 103,848 141,803 0.94 2.69 1.80

30 Bangka Belitung 5,743 12,439 18,182 1.21 2.91 2.02

31 Gorontalo 11,021 8,300 19,321 3.02 2.27 2.65

32 Kepulauan Riau 5,647 9,728 15,375 0.86 1.55 1.20

33 Papua Barat 7,238 15,592 22,830 2.41 5.90 4.05

34 Sulawesi Barat 21,255 36,392 57,647 5.42 9.17 7.30

Indonesia 1,872,669 3,757,274 5,629,943 2.27 4.61 3.43Sumber: Data PDSP Kemdikbud, 2016

3. Kendala dan Permasalahan Buta Aksara

Dari data yang ada, Indonesia diketahui masih memiliki jumlah penduduk buta aksara relatif tinggi, masih sekitar 5,6 juta orang. Pertanyaan yang dapat diajukan adalah mengapa warga buta aksara masih banyak? Berikut ini merupakan penjelasan masih tingginya angka buta aksara itu (Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, 2016).

Pertama yang menjadi penyebab masih tingginya angka buta aksara adalah karena cara pendataan yang kurang tepat. Data yang ada di tingkat paling bawah berupa data jumlah peserta didik buta aksara yang tidak dilengkapi dengan data peserta didik yang mencakup nama dan alamat secara eksplisit. Hal ini kemudian menyebabkan ketidakjelasan sasaran

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 5

warga buta aksara. Ada sasaran yang memang masih buta aksara tetapi tidak dapat mengikuti pembelajaran keaksaraan. Sebaliknya ada peserta didik yang sudah mengikuti pembelajaran keaksaraan, karena pendataan yang kurang tepat tadi itu dapat berkali-kali mengikuti program pembelajaran keaksaraan. Sekali lagi, karena kekurangtepatan data sasaran di tingkat paling bawah. Salah satu cara pemecahannya adalah perlu dilakukan pendataan peserta didik yang masih buta aksara lengkap dengan nama dan alamat jelas di tingkat desa dengan melibatkan BPS.

Kedua masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena peserta didik dalam kelompok belajar keaksaraan yang dilaksanakan diduga banyak peserta didik yang bukan buta aksara, tapi sudah melek aksara. Hal ini terjadi berkait dengan sebab yang pertama di atas yaitu karena pendataan yang kurang tepat yang tidak mencantumkan nama dan alamat peserta didik yang masih buta aksara secara jelas. Oleh karena peserta didik bukan berasal dari data dasar yang benar di setiap desa maka tidak akan mengurangi jumlah warga buta aksara di daerah tersebut. Dengan demikian seharusnya peserta didik yang diikutkan dalam pembelajaran keaksaraan itu adalah peserta didik yang masuk dalam data dasar peserta didik di tingkat desa.

Ketiga masih banyaknya peserta didik yang masih buta aksara karena sebagian besar peserta didik tidak tuntas mengikuti pembelajaran tetapi sudah dianggap selesai atau sudah melek aksara sehingga tidak mengurangi jumlah peserta didik yang masih buta aksara yang sesungguhnya masih ada. Sebab katiga ini muncul berkait dengan dua hal penting yaitu pelaksanaan pembelajaran keaksaraan dan pengelolaan program pendidikan keaksaraan pada umumnya. Sebagai contoh apabila ada 10 peserta didik yang mengikuti pembelajaran keaksaraan dan hanya 6 peserta didik yang selesai (lulus) mengikuti program pembelajaran maka yang dihitung selesai hanya 6 orang itu, bukan dihitung 10 peserta didik yang selesai. Pemecahan masalah yang dilakukan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan adalah meningkatkan kualitas pembelajaran pendidikan keaksaraan secara sungguh-sungguh mengacu pada standar kompetensi lulusan yang telah disepakati dan apabila memang ada peserta didik yang tidak selesai dan tidak lulus maka tidak dihitung sebagai peserta didik sudah melek aksara.

Keempat masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena peserta didik yang sudah melek aksara tidak memperoleh program lanjutan atau pemeliharaan sehingga kembali menjadi buta aksara. Apabila peserta didik yang baru melek aksara tidak ditindaklanjuti dengan program keaksaraan lanjutan maka akan terjadi buta aksara kembali sehingga menambah kembali warga masyarakat yang buta aksara. Sehubungan dengan hal itu maka diperlukan program lanjutan untuk membina kemampuan “calistung” peserta didik sehingga peserta didik yang sudah melek aksara akan terus melek aksara dan tidak kembali menjadi buta aksara.

Kelima, terakhir, masih banyaknya peserta didik yang buta aksara karena banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara. Oleh karena itu diperlukan pemahaman bersama tentang SKL, KI, dan KD oleh

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN6

tutor dan pihak-pihak terkait lainnya seperti instruktur, pamong belajar, pengelola PKBM, penilik, dan lain-lain. Selain itu, hendaknya dalam merancang rencana pembelajaran selalu mengacu pada kebutuhan peserta didik, kondisi peserta didik, dan standar kompetensi lulusan yang telah dirumuskan/ ditetapkan.

4. Rancangan Pendidikan Keaksaraan dan KesetaraanDirektorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen PAUD dan Dikmas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015 dan 2016 mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan dalam tiga model yaitu pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan lanjutan, dan pendidikan keaksaraan mandiri dengan sedikit modifi kasi menjadi pendidikan keaksaraan dasar, pendidikan keaksaraan usaha mandiri, dan pendidikan multikeaksaraan. Ketiga model itu bersifat berkelanjutan tetapi tidak berjenjang. Secara sederhana, pendidikan keaksaraan dasar menekankan pada kemampuan “calistung”, pendidikan keaksaraan usaha mandiri menekankan pada pemeliharaan keberaksaraan dan kemampuan awal untuk berusaha, sedangkan pendidikan Multikeaksaraan menekankan pada pengembangan peran peserta didik dalam masyarakat. Ketiga model itu dilaksanakan dengan pendekatan fungsional yang disesuaikan dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan peserta didik setempat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan grand design pendidikan keaksaraan & kesetaraan berikut:

Program PendidikanKeaksaraan Dasar

SUKMA

GRAND DESIGN PENDIDIKAN KEAKSARAAN & KESETARAAN(PraWajar Dikdas)

KEAKSARAAN DASAR KEAKSARAAN LANJUTAN

Program KUM: ProgramMultiKeaksaraan:

PENDIDIKAN KESETARAAN

Hal menarik dari ketiga model pendidikan keaksaraan itu, khususnya untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan Multikeaksaraan dirancang setara dengan Paket A setara SD kelas 3 sehingga dengan demikian para peserta didik pendidikan keaksaraan dapat berlanjut terus ke pendidikan kesetaraan Paket A setara kelas 4, dan seterusnya ke program Paket B dan Paket C tahap berikutnya.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 7

Agar pendidikan keaksaraan yang dimaksud di atas memiliki kekuatan hukum yang pasti, maka untuk pendidikan keaksaraan dasar telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. Sedangkan untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri telah ditetapkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan, yang isinya mengatur tentang pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan Multikeaksaraan.

5. Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan

Untuk meningkatkan keberhasilan dalam melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan lanjutan beberapa kebijakan teknis telah ditetapkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan pada tahun 2014 yang mencakup beberapa hal berikut ini: standar kompetensi lulusan, test kemampuan awal dan akhir, pendekatan pembelajaran fungsional, beberapa contoh pembelajaran, dan pelaksanaan penilaian pendidikan keaksaraan.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan keaksaraan dasar secara singkat dideskripsikan sebagai berikut: (1) dapat membaca dan menulis bahasa Indonesia minimal 3 kalimat sederhana, (2) dapat mendeskripsikan lingkungan, jati diri, dan gambar, (3) dapat melakukan operasi perhitungan (tambah, kurang, kali, dan bagi) minimal dua digit, (4) dapat mengoperasikan uang dalam kehidupan sehari-hari, dan (5) dapat melakukan operasi perhitungan jarak, isi, waktu, dan berat.

Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan keaksaraan lanjutan secara singkat dideskripsikan sebagai berikut: (1) Sikap: Menjalankan ibadah dan mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya sehingga dapat berperilaku serta memiliki etika sebagai warga masyarakat yang baik, (2) Pengetahuan: Mampu menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia, (3) Keterampilan: Mampu mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

Kebijakan teknis kedua berkait dengan pelaksanaan tes pada proses pembelajaran pendidikan keaksaraan yang mencakup tes kemampuan awal dan tes akhir dengan evaluasi berbasis kompetensi. Ada tiga kondisi yang dirancang dalam proses pembelajaran pendidikan keaksaraan.

Pertama, awal, peserta didik tidak bisa membaca, menulis, dan berhitung kemudian dilaksanakan pembelajaran huruf, suku kata, kata, dan kalimat serta belajar angka dan menghitung (tambah, kurang, kali, dan bagi) dengan pengantar bahasa Ibu untuk memudahkan mengenal huruf, suku kata, kata, kalimat, dan angka.

Kedua, peserta didik bisa membaca, menulis, dan berhitung tapi tidak lancar, maka dilakukan proses pembelajaran membuat kalimat dan deskripsi serta belajar berhitung. Peserta didik dilatih membuat kalimat atau mendeskripsikan sesuatu dalam bahasa Ibu dan lanjut ke bahasa Indonesia dan diajarkan berhitung.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN8

Ketiga, peserta didik sudah bisa membaca, menulis, dan berhitung dengan lancar kemudian dilanjutkan pembelajaran perhitungan uang, jarak, waktu, isi, dan berat. Peserta didik dilatih menghitung yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari.

Setelah berlangsung proses pembelajaran keaksaraan pada tiga kondisi tersebut kemudian dilakukan penilaian berbasis SKL atau berbasis kompetensi dan kepada peserta yang telah selesai dan dinyatakan lulus diberikan surat keterangan melek aksara (SUKMA) dan surat keterangan melek aksara lanjutan (SUKMA-L) untuk lulusan KUM dan Multikeaksaraan.

Di atas dijelaskan tentang pendekatan fungsional dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan. Apa yang dimaksud dengan pendekatan fungsional dalam pendidikan keaksaraan itu? Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014) menyebut pendekatan fungsional sebagai materi, media, dan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan kondisi, masalah, dan kebutuhan serta minat peserta didik. Pendekatan fungsional ini berdampak pada dua hal yaitu materi yang diajarkan mudah diikuti dan dipahami karena terkait dengan kondisi dan dirasakan manfaatnya oleh peserta didik serta apapun yang ada di sekitar peserta didik dapat digunakan sebagai sumber, bahan dan media pembelajaran. Dengan demikian maka dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar atau “calistung”, materi pembelajarannya disusun dari kondisi, masalah, kebutuhan, keinginan dan minat peserta didik yang mengacu pada standar kompetensi lulusan (SKL).

Dalam hubungannya dengan mengembangkan contoh-contoh pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar dan pendidikan keaksaraan lanjutan (KUM dan Multikeaksaraan), Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan mengidentifi kasi beberapa contoh pembelajaran pendidikan keaksaraan yang selama ini telah dilaksanakan dan perlu dikembangkan. Pembelajaran pendidikan keaksaraan yang pertama dilaksanakan dengan model klasikal seperti anak sekolah yang ternyata dari pengalaman selama ini proses pembelajaran dengan cara klasikal ini kurang menarik, kaku, suasana belajar menjadi formal, hasil belajar kurang fungsional, dan proses pembelajaran memerlukan waktu lama untuk mencapai standar kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan dasar/pendidikan keaksaraan lanjutan.

Pembelajaran kedua yang dilaksanakan adalah model pembelajaran kelompok dalam bentuk rombongan belajar. Pembelajaran dalam bentuk kelompok (dibaca: rombongan belajar) ini ternyata lebih menarik, pembelajarannya dinamis, suasana kekeluargaan, peserta didik cepat menguasai kemampuan calistung, hasil belajar lebih fungsional dan pembelajaran bisa lebih cepat mencapai SKL. Model kedua ini pada akhir-akhir ini banyak dilakukan dibanding dengan model pembelajaran klasikal. Model kelompok belajar ini merupakan model pembelajaran yang diharapkan banyak dilakukan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan dasar dan keaksaraan lanjutan.

Model pembelajaran lain yang dilakukan adalah model pembelajaran dengan muatan keterampilan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan usaha lanjutan dipadukan dengan pembelajaran kelompok. Hasilnya ternyata jauh lebih baik bila pembelajaran kelompok tidak dilaksanakan dengan keterampilan. Pembelajaran dengan keterampilan ini sesuai dengan karakteristik kebutuhan peserta didik orang dewasa. Beberapa tahun terakhir ini banyak dilaksanakan dan dikembangkan pembelajaran pendidikan keaksaraan yang disertai dengan pendidikan keterampilan.

KEBIJAKAN PENDIDIKAN KEAKSARAAN DI INDONESIA 9

Bagaimana halnya dengan evaluasi pembelajaran pendidikan keaksaraan? Apakah ditetapkan juga kebijakan teknisnya? Dengan mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015, Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan melaksanakan dua jenis penilaian yaitu hasil belajar dan keberhasilan program pendidikan keaksaraan. Penilaian pertama dilakukan oleh tutor sebagai pengelola pembelajaran: menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, dan melakukan penilaian proses pembelajaran serta melakukan administrasi pembelajaran. Penilaian kedua dilakukan oleh Dinas Pendidikan sebagai koordinator penilaian akhir pendidikan keaksaraan dengan langkah-langkah membentuk tim, menyusun dan menggandakan alat penilaian, menentukan waktu dan tempat penilaian akhir, melakukan penilaian, mengolah hasil, menetapkan kelulusan, mengumumkan hasil, dan menerbitkan SUKMA/SUKMA-L. Selain itu para pemangku kepentingan yang lain dapat melakukan pemantauan pelaksanaan penilaian hasil belajar yang dilaksanakan di tingkat desa dan lembaga oleh tim dinas pendidikan kabupaten/kota.

E. Latihan1. Setelah mempelajari materi/modul bintek di atas, coba anda lakukan identifi kasi masalah

dan rumuskan kebijakannya dengan mengacu pada peta masalah dan kebijakan yang sudah dijelaskan di atas yang berada di lingkungan tempat kerja anda sendiri di tingkat lembaga.

2. Cobalah anda menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:a. Sebutkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan pendidikan keaksaraan di

Indonesia?b. Sebutkan beberapa kebijakan yang telah dirumuskan untuk mengatasi dan meningkatkan

keberhasilan pelaksanaan pendidikan keaksaraan di Indonesia?

Kunci Jawaban1. Masalah-masalah yang dihadapi meliputi masih tingginya buta aksara yang disebabkan; a)

cara pendataan yang kurang tepat, b) diduga banyak peserta didik yang bukan buta aksara, tapi sudah melek aksara, c) sebagian peserta didik tidak tuntas mengikuti pembelajaran tetapi sudah dianggap selesai atau sudah melek aksara sehingga tidak mengurangi jumlah peserta didik yang masih buta aksara yang sesungguhnya masih ada, d) peserta didik yang sudah melek aksara tidak memperoleh program lanjutan atau pemeliharaan sehingga kembali menjadi buta aksara, e) banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara.

2. Kebijakan yang telah dirumuskan mencakup; a) mengembangkan model pendidikan keaksaraan yang mengacu pada ketentuan perundang-undangan yang mencakup; Standar Kompetensi Lulusan (SKL), banyak tutor tidak menguasai standar kompetensi lulusan (SKL), kompetensi inti (KI), dan kompetensi dasar (KD) sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan tidak menghasilkan lulusan dengan kualitas yang jelas dan apabila diuji berdasarkan SKL, KD, dan KI yang disepakati banyak yang masih buta aksara dan ini kembali menambah peserta didik yang masih buta aksara. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), b) pelaksanaan tes pada proses pembelajaran pendidikan keaksaraan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN10

yang mencakup tes kemampuan awal, proses dan tes akhir dengan evaluasi berbasis kompetensi. Kebijakan lainnya adalah pengembangan ragam keaksaraan melalui pendidikan multikeaksaraan yang diharapkan akan menjawab berbagai kebutuhan dan minat peserta didik pasca keaksaraan dasar.

F. Refl eksiSecara kuantitatif, jumlah penduduk buta aksara di Indonesia relatif masih cukup tinggi, tersebar di sepertiga provinsi di Indonesia dan di beberapa kabupaten/kota dengan karakteristik utama lokasi dengan fasilitas transportasi yang masih terbatas disertai adanya sejumlah faktor yang menyebabkan masih tingginya angka buta aksara, antara lain cara pendataan yang dilakukan kurang tepat dan lemahnya pelaksanaan pendidikan keaksaraan dasar sehingga masih memerlukan beberapa perbaikan dalam merancang dan melaksanakan program pendidikan keaksaraan. Oleh karena itu kemudian ditetapkan beberapa kebijakan untuk memperbaiki program pendidikan keaksaraan yang dilaksanakan seperti rumusan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan pelaksanaan penilaian.

Daft ar Pustaka

Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014). Materi I: Kebijakan Bidang Pendidikan Keaksaraan. Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 86 Tahun 2014 Tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar. Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 Tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Jakarta.

Wartanto. 2014. Sketsa Perkembangan Pendidikan Keaksaraan di Indonesia. Jurnal Akrab! Volume V Edisi 1/Maret 2015.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 11

2MODUL

PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2015

TENTANG

PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN LANJUTAN

KODE M-22 jam

Oleh:

Erika Yuanita Fatimah, S.Pd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN12

PERATURAN

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG

PENYELENGGARAAN

PENDIDIKAN KEAKSARAAN Lanjutan

A. Pengantar MateriDalam melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan, para tutor pendidikan keaksaraan perlu memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015, serta ketentuan-ketentuan yuridis yang mengatur tentang pendidikan keaksaraan di Indonesia. Hal ini dimaksudkan agar hak-hak penduduk buta aksara mendapat jaminan secara memadai serta terpelihara kemampuan keberaksaraan penduduk yang telah melek aksara. DModul pembelajaran ini berisi materi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 42 tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tentang penyelenggaran pendidikan keaksaraan lanjutan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam:1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab

dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan keberaksaraan masyarakat.

2. menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai cara pembelajaran pendidikan multikeaksaraan

3. melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metode yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa meningkatkan kemampuan keberaksaraannya.

C. Petunjuk Penggunaan1. Lakukan apersepsi kurang lebih 15 menit dengan cara:

a. Menggali pengetahuan dan pemahaman peserta dalam pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan

b. Menyamakan persepsi tentang adanya peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 13

c. Mendeskripsikan isi materi dari Permendikbud Nomor 42 tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan.

d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

2. Menyampaikan materi kurang lebih 45 menit tentang Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 meliputi: kurikulum, pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, penilaian dan sertifi kasi, pembinaan, pembiayaan, dan ketentuan lainnya.

3. Melaksanakan diskusi bersama atau forum tanya jawab dengan waktu 45 menit mengenai penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan, dalam hal ini lebih ditekankan pada pendidikan multikeaksaraan.

4. Melaksanakan refl eksi dengan 15 menit bersama peserta bimbingan teknis yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan multikeaksaraan.

D. Materi Pembelajaran Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu bentuk pendidikan nonformal sebagaimana dimaksud oleh pasal 26 ayat (2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, untuk implementasinya memerlukan penguatan lebih lanjut dasar yuridisnya untuk memperjelas posisi dan peran pendidikan keaksaraan baik dalam konteks pendidikan nonformal, pendidikan nasional, maupun pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan nasional pada umumnya.

Dasar yuridis pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan yang mendukung Permendikbud nomor 42 tahun 2015 adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003Meskipun sudah dikenal dan dilaksanakan sejak lama, Pendidikan Keaksaraan secara yuridis muncul atau disebut dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pada Pasal 26 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) yang menjelaskan tentang pendidikan nonformal.

2. Peraturan Pemerintah Ada dua peraturan pemerintah yang perlu dikaji dalam tulisan ini berkait dengan pendidikan nonformal dan khususnya pendidikan keaksaraan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Beberapa butir informasi yang diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang menyangkut pendidikan nonformal tertuang dalam Bab IV Penyelenggaraan Pendidikan Nonformal Bagian Kesatu

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN14

sampai Bagian Kelima yaitu tentang umum, fungsi dan tujuan, satuan pendidikan, program pendidikan dan penyetaraan hasil pendidikan.

Pada pasal 112 ayat (1) dijelaskan bahwa pendidikan keaksaraan merupakan pendidikan bagi warga masyarakat buta aksara latin agar mereka dapat membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia dan berpengetahuan dasar yang memberikan peluang untuk aktualisasi potensi diri. Ayat (2) menjelaskan bahwa pendidikan keaksaraan berfungsi memberikan kemampuan dasar membaca, menulis, berhitung, dan berkomunikasi dalam bahasa Indonesia, serta pengetahuan dasar kepada peserta didik yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan keaksaraan dapat dilaksanakan terintegrasi dengan pendidikan kecakapan hidup yaitu program pendidikan yang mempersiapkan peserta didik pendidikan nonformal dengan kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan estetis, kecapakapan kinestetis, kecakapan intelektual, dan kecakapan vokasional yang diperlukan untuk bekerja, berusaha, dan/atau hidup mandiri di tengah masyarakat.

Perlu juga dijelaskan bahwa tentang penyetaraan hasil pendidikan yang dijelaskan bahwa hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil pendidikan formal setelah melalui ujian kesetaraan yang memenuhi Standar Nasional Pendidikan oleh lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah sesuai kewenangan masing-masing, dan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan (Pasal 115).

3. Peraturan Menteri Untuk memperjelas posisi dan peran pendidikan nonformal pada umumnya dan pendidikan keaksaraan khususnya, dari segi yuridis perlu ditelusuri juga beberapa peraturan yang bersumber dari peraturan menteri yang relevan antara lain:a. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006

tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara;

b. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Oleh Satuan Pendidikan Nonformal;

c. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal;

d. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar.

e. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan merupakan pedoman penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan sebagai acuan dalam penyelenggaraan dan penjaminan mutu pendidikan keaksaraan usaha mandiri yang merupakan bagian dari keaksaraan lanjutan. Bahwa dalam rangka memelihara dan meningkatkan kemampuan keberaksaraan yang disertai dengan kemampuan berusaha secara mandiri bagi warga masyarakat pasca penyandang buta aksara, perlu diselenggarakan pendidikan keaksaraan lanjutan.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 15

Pedoman penyelenggaraan dalam Peraturan Menteri ini mengatur tentang:• Ketentuan umum• Kurikulum• Pembelajaran• Pendidik dan tenaga kependidikan• Sarana dan prasarana• Penilaian dan sertifi kasi• Pembinaan• Pembiayaan, dan • Ketentuan lain

Pada bagian Bab I Ketentuan Umum dijelaskan tentang pengertian keaksaraan dan pengertian keaksaraan lanjutan. Pendidikan Keaksaraan adalah layanan pendidikan bagi warga masyarakat buta aksara latin agar memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, berbahasa Indonesia, dan menganalisa sehingga memberikan peluang untuk aktualisasi potensi diri. Sedangkan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan adalah layanan pendidikan keaksaraan yang menyelenggarakan pembelajaran bagi peserta didik yang telah selesai melaksanakan pendidikan keaksaraan dasar dalam rangka mengembangkan kompetensi bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar.

Dalam kaitan dengan hal tersebut maka penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan menjadi penting dan oleh karena itu perlu dibuat suatu pedoman penyelenggaraan yang perlu dipatuhi oleh semua penyelenggara pendidikan keaksaraan, khususnya yang menyangkut; (a) rekrutmen peserta, (b) pencapaian hasil belajar yang dirumuskan dalam standar kompetensi, kompetensi inti, dan kompetensi dasar untuk ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

Pendidikan keaksaraan lanjutan terdiri atas pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan. Pendidikan keaksaraan usaha mandiri merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keberaksaraan dan pengenalan kemampuan berusaha. Sedangkan pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan.

Penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi keaksaraan bagi warga masyarakat pasca pendidikan keaksaraan dasar.

Pencapaian hasil belajar pendidikan keaksaraan lanjutan yang termasuk dalam kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan kualifi kasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

1. Sikap; berupa dimilikinya perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab menjalankan fungsi dan peran dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup.

2. Pengetahuan; berupa penguasaan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pengembangan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk meningkatkan kualitas hidup.

3. Keterampilan; berupa kemampuan menggunakan bahasa Indonesia dan keterampilan berhitung secara efektif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN16

Struktur kurikulum pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan pengorganisasian kompetensi inti dan kompetensi dasar pada dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan dalam program pendidikan keaksaraan lanjutan. Sedangkan ruang lingkup materi yang dipelajari dalam pendidikan keaksaraan lanjutan adalah teks sederhana yang meliputi teks penjelasan, teks khusus, teks tabel dan diagram, teks petunjuk arahan, teks narasi, dan teks laporan, penggunaan pecahan sederhana, bilangan dan uang serta penggunaan pengukuran dan pengetahuan keruangan sederhana dalam aspek kehidupan sehari-hari.

Program pendidikan keaksaraan lanjutan diselenggarakan dengan alokasi waktu 86 jam. Kurikulum pada pendidikan keaksaraan lanjutan berupa program pembelajaran dengan pendekatan tematik terpadu yang fungsional, maksudnya terintegrasi dengan kehidupan keseharian peserta didik, meliputi agama, sosial, budaya, ekonomi, kesehatan, dan lingkungan.

Proses pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam melaksanakan proses pembelajarannya yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hendaknya didasarkan pada proses pembelajaran kontekstual, kooperatif dan kolaboratif, andragogik, tematik, pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan disertai cara-cara penilaian hasil pembelajaran yang memenuhi persyaratan penilaian hasil pembelajaran disertai dengan dilaksanakannya pengawasan proses pembelajaran.

Metode pembelajaran keaksaraan lanjutan dilaksanakan dengan tatap muka, tutorial, dan/atau pendampingan. Rasio layanan untuk pendidik dan peserta didik paling banyak 1 : 10. Penyelenggara pendidikan keaksaraan lanjutan dapat memanfaatkan sarana yang tersedia di lingkungannya untuk menunjang proses pembelajaran. Penyelenggara juga bertanggungjawab untuk mengatur dan mengelola secara kreatif dan inovatif segala aktivitas yang terkait dengan pendidikan keaksaraan lanjutan.

Penilaian dalam pendidikan keaksaraan lanjutan dilakukan oleh pendidik dan Dinas. Penilaian oleh pendidik dilakukan pada awal, proses dan akhir pembelajaran keaksaraan lanjutan. Sedangkan penilaian oleh Dinas Pendidikan dilakukan pada akhir program pendidikan keaksaraan lanjutan. Peserta didik yang telah memenuhi kompetensi lulusan pendidikan keaksaraan lanjutan memperoleh sertifi kat berupa Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L) yang diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang ditandatangani oleh Kepala Bidang yang menangani pendidikan nonformal atas nama Kepala Dinas. Sedangkan untuk nomor SUKMA-L dikeluarkan oleh Direktorat yang menangani pendidikan masyarakat.

Pemerintah dan/atau pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan. Penyelenggara pendidikan keaksaraan lanjutan wajib melaporkan hasil pelaksanaan pendidikan keaksaraan pada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.

E. LatihanSetelah mempelajari modul Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan, coba anda rumuskan substansi penting dalam penyelenggaraan pendidikan keaksaraan lanjutan!

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2015 17

F. Refl eksiSecara yuridis pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan memiliki peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, khususnya bagi kelompok sasaran yang secara Pendidikan belum pernah tersentuh oleh pendidikan yang secara institusional berperan dalam meningkatkan kualitas manusia dan kualitas kehidupan. Dalam melaksanakan peran penting itu pendidikan nonformal dan pendidikan keaksaraan perlu diselenggarakan dan dikelola secara baik atas dasar prinsip-prinsip pendidikan yang dapat dipertanggungjawabkan..

Coba anda cermati beberapa peraturan perundang-undangan di atas dan rumuskan beberapa hal yang menjadi inti dari peraturan tersebut!

Daft ar Pustaka

Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Modul Orientasi Tutor Keaksaraan Usaha Mandiri: Modul 2, Peraturan Mente ri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantaran Buta Aksara.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 49 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2013 tentang Pendirian Satuan Pendidikan Nonformal.

Peraturan menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Dasar.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN18

3MODUL

KONSEP DAN FILOSOFI

PENDIDIKAN

ORANG DEWASA

KODE M-33 jam

Oleh:

Dr. Ade Kusmiadi, M.Pd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 19

KONSEP DAN FILOSOFI

PENDIDIKAN ORANG DEWASA

A. Pengantar MateriAgar pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan sesuai dengan kontek dan kondisi sasaran (peserta didik) yang pada umumnya orang dewasa dengan berbagai karakter dan budaya yang berbeda, maka para tutor/fasilitator pendidikan multikeaksaraan perlu memiliki kompetensi pengetahuan dan pemahaman tentang fi losofi dan konsep pendidikan orang dewasa. Fasilitator dalam pembelajaran orang dewasa dituntut memiliki kemampuan profesional, personal dan sosial secara memadai untuk mendukung keberhasilan pendidikan multikeaksaraan.

Modul pembelajaran ini berisi materi tentang pembelajaran yang terkait dengan fi losofi dan konsep pendidikan orang dewasa yang akan mengantarkan para tutor (peserta orientasi) agar lebih mengetahui dan memahami konsep dan praktek pembelajaran orang dewasa dalam program pendidikan multikeaksaraan.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul Konsep dan Filosofi Pendidikan Orang Dewasa, tutor mempunyai kemampuan dalam:

1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan multikeberaksaraan masyarakat.

2. menguasai pengetahuan fi losofi s, faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai metode pembelajaran pendidikan orang dewasa (POD) pada pendidikan multikeaksaraan.

3. memiliki kemampuan untuk melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan pendekatan, strategi, dan metoda yang tepat untuk keberhasilan peserta didik orang dewasa (POD) dalam meningkatkan kemampuan multikeaksaraannya.

C. Petunjuk Penggunaan1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara:

a. menggali pengalaman dan permasalahan peserta dalam pendidikan orang dewasab. menyamakan paradigma tentang urgensi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran

pendidikan multikeaksaraan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN20

2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 40 menit

1) menjelaskan tentang konsep dan fi losofi pendidikan orang dewasa2) menjelaskan tentang implementasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran

pendidikan multikeaksaraan dan contoh-contohnyab. pemberian penguatan: 25 menit

1) menyimpulkan konsep dan fi losofi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran multikeaksaraan

2) mempersilahkan 1 orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan yang diungkapkan oleh fasilitator.

3. Melaksanakan diskusi tentang implementasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran multikeaksaraan 45 menit

4. Mempraktikkan pembelajaran keaksaraan pada orang dewasa 45 menit.5. Melaksanakan refl eksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 15 menit) yang

berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan mulikeaksaraan

D. Materi Pembelajaran

1. Pengertian dan Karakteristik Orang Dewasaa. Pengertian

Yang dimaksud orang dewasa dalam modul ini, merujuk pada pandangan Knowles (1980) sebagai pelopor Andragogi, yaitu dari sudut pandang penentuan status individu sebagai orang dewasa, ada dua pertanyaan penting yang perlu dijawab, yaitu (a) siapakah yang berlaku sebagai partisipan orang dewasa (peserta didik), siapakah yang berperan sebagai orang dewasa?. Hal ini berkaitan dengan dengan defi nisi sosiologis, dan (b) siapakah yang memiliki konsep diri sebagai orang dewasa?. Hal ini berkaitan dengan defi nisi psikologis.

Pertanyaan pertama berkaitan dengan sejauh mana individu melakukan peranan sosial. Sedangkan pertanyaan kedua berkaitan dengan sejauh mana individu menerima dirinya sendiri sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kehidupanya”.

Melalui kedua sudut sudut pandang itu, siapapun boleh mendefi nisikan dari perspektif mana mengambilnya, namun dalam bahan pembelajar ini bahwa orang dewasa adalah orang yang melakukan peran sosial secara produktif dan bertanggug jawab terhadap kehidupannya.

b. KarakteristikKnowles (1974) menyatakan : kunci keberhasilan dalam proses belajar untuk orang dewasa terletak pada keterlibatan mereka dalam proses tersebut, karena orang dewasa memiliki karakteristik psikologik yang berbeda dengan anak, seperti :

Pertama, orang dewasa mempunyai konsep diri yang memandang dirinya sepenuhnya mampu mengatur dirinya sendiri. Oleh sebab itu orang dewasa memerlukan perlakuan yang sifatnya menghargai, khususnya dalam pengambilan keputusan. Orang dewasa akan menolak situasi belajar yang kondisinya bertentangan dengan konsep diri mereka sebagai pribadi yang mandiri.

KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 21

Kedua, orang dewasa mempunyai pengalaman dan pengetahuan sebagai akibat dari latar belakang kehidupannya dimasa lalu. Makin lama ia hidup, makin banyak pengetahuan dan pengalamannya, maka dalam proses belajar orang dewasa lebih banyak mempunyai peluang untuk mengontribusikan pengalaman tersebut kepada orang lain, sehingga memungkinkan baginya untuk diperankan sebagai sumber belajar. Disisi lain, pada orang dewasa juga cenderung berpikir dan mempunyai kebiasaan menetap, sehingga cenderung kurang terbuka.

Ketiga, orang dewasa mempunyai kesiapan belajar. Masa kesiapan belajar ini sebagai akiat adanya peranan sosial yang mereka emban. Peranan sosial pada mereka berubah sejalan dengan perubahan usia mereka dan hal inilah yang mengakibatkan adanya perubahan kesiapan belajar. Sebagai implikasinya, kurikulum belajar disusun berdasarkan urutan tugas perkembangan mereka dan bukan semata-mata atas dasar logik mata pelajaran.

Keempat, orientasi belajar pada orang dewasa ingin secepatnya mengaplikasikan apa yang mereka pelajari, mereka terlibat dalam kegiatan belajar sebagian besar akibat adanya respon terhadap apa yang dirasakan dalam kehidupannya sekarang. Oleh karena itu, pendidikan seperti belajar pada orang dewasa dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuannya dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi.

2. Bagaimana Orang Dewasa Belajar

Pada dasarnya bahwa pendidikan orang dewasa atau pembelajaran pada orang dewasa yang dikenal dengan “andragogi” adalah seni dan ilmu untuk membantu orang dewasa belajar.

Knowles dalam Rifa’i (2009), salah satu yang dimaksud dengan pendidikan orang dewasa dalam kontek yang lebih luas itu adalah digunakan untuk menggambarkan proses pembelajaran. Pengertian ini meliputi proses perolehan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, minat ataupun nilai-nilai baru bagi masyarakat. Istilah ini digunakan oleh orang dewasa untuk mengembangkan diri, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, dan digunakan oleh lembaga untuk mengembangkan ketenagakerjaan dan sejenisnya. Proses belajar ini juga digunakan secara kombinasi dengan proses produksi, proses politik, ataupun proses pelayanan sosial.

Berkaitan dengan itu, proses pembelajaran orang dewasa mempunyai beberapa tahapan sebagai berikut :a. Kesadaran, pengenalan terhadap materi yang dipelajari.b. Pemahaman, mulai dapat memahami konsep atau prinsip bahan yang dipelajari.c. Keterampilan, bila di dalam proses pembelajaran diberikan kesempatan untuk praktek,

peserta didik akan dapat mencapai tahap penguasaan keterampilan. d. Penerapan pengetahuan dan keterampilan. e. Sikap, setelah menerapkan pengetahuan dan mempraktekkan keterampilan, peserta

didik akan mempunyai sikap yang mencerminkan pengetahuan dan keterampilannya.

Berdasarkan tahapan tersebut, maka sebelum memulai proses pembelajaran,tutor harus menyadari kebutuhan belajar peserta didik dan keterkaitan materi yang dipelajari terhadap kebutuhan tersebut. Kesadaran ini akan mendorong mereka untuk memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan yang harus dipelajari. Selanjutnya menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN22

3. Filosofi Pendidikan Orang Dewasa Filosofi yang medasari pendidikan orang dewasa (POD) tidak cukup dengan satu dasar saja, tetapi mengkaji beberapa pandangan aliran fi lsafat, karena sesuai dengan karakter manusia (dewasa) adalah unik, disamping memiliki karakter kesamaan juga memiliki perbedaan-perbedaan satu dengan lainnya. Kesamaannya adalah sebagai makhluk bertuhan (homo religious), makhluk sosial (homo socious), makhluk ekonomi (homo economicus) dan lain sebagainya. Sedangkan perbedaannya terdapat dalam karakteristik internal dan eksternal. Oleh karena itu, perlu dikaji pandangan-pandangan fi lsafat di bawah ini :a. Eksistensialisme atau Humanisme

Filosofi Eksistensialisme atau Humanisme berfokus pada individu-individu dan kepercayaan bahwa individu selalu dalam masa transisi. Orang menginterpretasikan dunia berdasarkan persepsinya sendiri dan membangun konstruk sesuai realita mereka sendiri. Hal ini mungkin terjadi jika para pembelajar adalah pembelajar yang aktif. Pembelajar berpartisipasi dalam membuat situasi pendidikan yang sesuai dengan minat dan keinginan mereka. Itulah yang selalu dituntut dalam berbagai jenis pelayanan pembelajaran pendidikan luar sekolah (PLS) khusus dalam pendidikan orang dewasa (POD). Dimana setiap orang dewasa harus memilih kondisi belajar mereka sesuai dengan kebutuhan dan minat yang diarahkan oleh seorang fasilitator. Filosofi ini juga menjelaskan bahwa belajar merupakan proses pengembangan diri agar pembelajar mendapatkan sejumlah pilihan. Kata kunci yang dapat diambil dari fi losofi ini adalah learner centered : orientasi pada pembelajar, kepercayaan antara pembelajar dan tutor atau fasilitator.

b. NaturalismeBerpandangan bahwa belajar bagi manusia adalah sesuatu yang alamiah. Kebutuhan belajar inilah yang mengundang orang untuk membelajarkan, juga merupakan peristiwa yang alamiah. Sumber belajar atau tenaga pembelajar bukan megajar mata pelajaran tetapi membelajarkan warga belajar.

Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa (POD), dilihat dari sisi posisi, adalah warga belajar berkedudukan sangat penting dan utama (student center). Dilihat dari sisi phisik, warga belajar perlu sehat dan mampu bertahan hidup terhadap goncangan kehidupan. Mereka sangat tergantung kepada orang lain dan aktivitas spontan untuk mendapatkan pengetahuan merupakan proses alamiah. Karena itu, ketergantungan sesama dan perolehan pengetahuan merupakann hal yang perlu diperhatikan.

c. IdealismeBerpandangan bahwa manusia adalah makhluk rohaniah. Jadi, warga belajar adalah makhluk rohaniah yang merupakan alam rohaniah dari jagad raya. Implikasi dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa (POD), adalah harus mengembangkan aspek rohaniah warga belajar, yang meliputi ranah kognisi, afeksi, psikomotor dan aspirasi.

Melalui pendidikan orang dewasa, potensi warga belajar dikembangkan, kesadaran dan keakraban antara potensi rohaniah, diri dan lingkungan ditingkatkan. Pembelajaran hendaknya dapat meningkatkan dan meyesuaikan perkembangan rohani dan jasmani, sikap positif, pikiran bebas, tanggung jawab, dan kesadaran terhadapan diri dan ligkungan serta menghubungkan rohani dengan Tuhan. Jadi, pembelajaran di dalam

KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 23

pendidikan orang dewasa atau PLS, membantu mengoptimalkan perkembangan intelektual, perasaan dan keterampilan warga belajar (Djudju S. 1989).

d. RealismeBerpandangan bahwa warga belajar adalah organisme yang memiliki kapasitas berpikir yang tinggi sehingga dapat diberikan pembelajaran. Mereka adalah organisme biologis yang memiliki syaraf yang kompleks dan mempunyai disposisi sosial (Djudju S. 1989:214-215). Karena itu, warga belajar menjalin hubungan dengan lingkungan sekitarnya baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik.

Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa, adalah pembelajaran hendaknya memuat materi pembelajaran inti yang memungkinkan warga belajar memahami lingkungan, mengembangkan intelektual, kreatifi tas, inovatif dan spontanitas (Djudju S. 1989:216). Pendidikan orang dewasa hendaknya dapat menjadikan warga belajar hidup layak (good life). Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan self determination, self realization dan self integration. Pembelajaran dimulai dari masalah yang berkaitan dengan kebutuhan nyata warga belajar, diarahkan dan dikaitkan dengan realitas dan kebaikan.

e. PragmatismeBerpandangan bahwa pengetahuan adalah semua hal yang dialami melalui alat dria. Jadi, pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan hasil belajar melalui pengalamannya. Di samping itu, warga belajar adalah individu yang memiliki bentuk terbaik, selalu berubah, tidak lepas dengan lingkungan, unik dan ada lingkaran proses kehidupan. Juga, warga belajar sebagai organisme yang paling utama, aktif, wawasannya fl eksibel dan berpengalaman nilai (Butler, 1951:446).

Implikasi di dalam pendidikan khususnya pendidikan orang dewasa, adalah tujuan dan kegiatan tersebut hendaknya fl eksibel, terbuka terhadap perubahan, disusun secara rasional dan ilmiah. Pembelajaran tidak hanya memberikan informasi yang mapan tetapi mengembangkan wawasan dan pemikiran agar dapat memecahkan masalah, mengantisipasi masa depan. Peserta didik atau Warga belajar harus saling belajar, bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan bersama dan harapan masyarakat. Disamping itu, masih terbuka pandangan fi lsafat lainnya bila diperlukan dan ada relevansinya tema-tema pembelajaran yang diselnggarakan.

4. Implikasi dalam Pembelajaran MultikeaksaraanImplikasi dalam pembelajaran multikeaksaraan, secara garis besar meliputi empat aspek, yaitu konsep diri, peranan pengalaman, kesiapan belajar, dan orientasi belajar. a. Konsep Diri

Konsep diri pada dasarnya terbagi kepada lima hal, yaitu :1) Suasana Belajar

Suasana belajar harus membuat pembelajar orang dewasa merasa nyaman dan kondusif, terutama berkenaan dengan situasi dan kondisi pembelajaran.

2) Diagnosis Kebutuhan BelajarArtinya pendidikan orang dewasa sangat mementingkan keterlibatan peserta didik di dalam mendiagnosis kebutuhan belajarnya.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN24

3) Perencanaan PembelajaranDalam hal ini keterlibatan orang dewasa sebagai peserta didik mendapat peran yang sama dengan penyelenggara ataupun pendidik dalam proses pembelajaran, baik sebagai fasilitator ataupun sebagai narasumber lainnya. Karena, pada dasarnya perencanaan pembelajaran adalah penerjemahan dari kebutuhan yang telah didiagnosis ke dalam tujuan pembelajaran, perancangan, dan pelaksanaan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajarnya.

4) Pelaksanaan Pengalaman BelajarPada prakteknya, pembelajaran orang dewasa memerlukan transaksi saling membelajarkan sebagai bentuk tanggung jawab bersama antara orang dewasa sebagai peserta didik dengan pendidik dan penyelenggara pendidikan.

5) Evaluasi BelajarPendidikan orang dewasa menyarankan adanya proses self evaluation, dimana pendidik atau fasilitator mempersilahkan peserta didik (orang dewasa) memperoleh data dan kodisi proses maupun kemajuan belajarnya, untuk selanjutnya secara bersama-sama mengevaluasi hal tersebut.

b. Peranan PengalamanPendidikan orang dewasa menganggap bahwa peserta didik orang dewasa sebelumnya telah memiliki pegalaman belajar yang kaya dan luas. Oleh karena itu, ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam praktiknya.

1) Penekanan pada teknik ekperientialArtinya, memberikan keluasan partisipasi peserta didik dalam mengungkapkan pengalaman belajarnya, baik ketika dalam perancangan program pembelajaran, pelaksanaan, maupun evaluasinya.

2) Penekanan pada penerapan praktisArtinya, pendidik atau fasilitator pendidikan orang dewasa selalu memperhatikan pengalaman peserta didiknya dan beranggapan bahwa peserta didik itu akan dapat mempraktekan hasil pembelajarannya dalam kehidupan nyata (transfer of learning).

3) Belajar dari pengalamanMengandung arti, melalui kegiatan belajar dari pengalaman orang dewasa dibantu agar bisa melihat dirinya sendiri secara objektif.

c. Kesiapan BelajarImplikasi yang ketiga ini meliputi :

1) Waktu BelajarImplikasinya bahwa pengorganisasian kurikulum pembelajaran pendidikan multikeaksaraan hendaknya disesuaikan dengan tahap-tahap tugas perkembangan orang dewasa, bukan sebaliknya berorientasi kepada logika materi pembelajaran.

2) Pengelompokan peserta didikSebenarnya, konsep tugas-tugas perkembangan memberikan arah/pedoman berkenaan dengan pembelajaran orang dewasa melalui kelompok-kelompok pembelajaran. Pengelompokan itu bisa saja didasarkan pada homogenitas atau heterogenitas karateristik orang dewasa.

KONSEP DAN FILOSOFI PENDIDIKAN ORANG DEWASA 25

d. Orientasi Belajar1) Orientasi Pendidik

Pendidik atau fasilitator hendaknya berorientasi dan memperhatikan kepada kebutuhan belajar orang dewasa dimana mereka berada dan sesuai hasil identifi kasi kebutuhan aspek-aspek lainnya yang mendukung efektivitas pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

2) Pengorganisasian Materi PembelajaranOrientasi pembelajaran orang dewasa hendaknya terpusat pada masalah (problem centered), maka urutan belajar pada pendidikan multiaksara adalah bergantung pada area masalah yang dihadapinya, bukan sebaliknya menurut prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang bersifat subject-matter.

3) Perancangan Pengalaman BelajarTerkait dengan pengalaman belajar orang dewasa, maka pada awal kegiatan belajar mengajar pendidikan multikeaksaraan perlu diadakan identifi kasi masalah melalui partisipasi peserta didik, utamanya untuk mengoptimalkan kemampuan mengidentifi kasi masalah secara spesifi k yang ingin mereka pecahkan/pelajari.

E. LatihanS etelah mempelajari materi bahan ajar di atas:

1. coba anda lakukan identifi kasi masalah belajar orang dewasa dan bagaimana pendekatan pembelajarannya.

2. Jawablah:a. Sebutkan tahapan proses belajar orang dewasa!b. Bagaimanakah implikasi pendidikan orang dewasa dalam pembelajaran pendidikan

multikeaksaraan ?

F. Refl eksiApa saja penyebab peserta didik tidak tertarik dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan? sehingga menyebabkan mereka tidak datang dalam pembelajaran dan akhirnya kelompok tersebut bubar?

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Zainudin. 1993. Andragogi. Bandung: Angkasa Bandung.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat. 2014. Kumpulan Paparan Materi TOT Keaksaraan Dasar. Jakarta

Knowles, Malcolm S, 1977. The Modern Practice of Adult Education : Andragogy versus Pedagogy. New York. Association Press.

Rifa’i R. C., Achmad. 2009. Desain Pembelajaran Orang Dewasa. Semarang: UNNES Press.

Sudjana S., H. Djudju, Prof.; S.Pd., M.Ed., PhD. 2000. Pendidikan Luar Sekolah : Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori Pendukung serta Asas. Bandung: Falah Production.

Suprijanto. 2009. Pendidikan Orang Dewasa, Dari Teori Hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN26

4MODUL

KODE M-43 jam

Oleh:

Dra. Maria ListiyantiSuci Paresti, M.Ed.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

DESAIN PENGEMBANGAN

KURIKULUM, SILABUS, DAN

RENCANA PELAKSANAAN

PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

27

DESAIN PENGEMBANGAN

KURIKULUM, SILABUS, DAN RENCANA

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PENGEMBANGAN

A. Pengantar Materi“Manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Tujuan utama dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyatnya untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini tampaknya merupakan suatu kenyataan sederhana tetapi sering terlupakan oleh berbagai kesibukan jangka pendek untuk mengumpulkan harta dan uang” (Pembangunan Manusia Berbasis Gender, 2013).

Paragraf pembuka di atas merupakan sinyal bagi pemerintah, bahwa pada hakikatnya pembangunan manusia menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan dan bukan sebagai alat bagi pembangunan. Kenyataannya, pembangunan dan kemiskinan merupakan dua sisi yang selalu beririgan. Semakin tinggi tingkat kemiskinan di suatu daerah, semakin tinggi tingkat buta aksara penduduknya.Itulah yang disebut masalah keaksaraan, karena penduduk yang menyandang kemiskinan bukan saja tidak tertarik pada peningkatan keaksaraan, tetapi juga keperluan pemenuhan kebutuhan pokok menjadi hal yang utama untuk melangsungkan kehidupan (Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, 2016).

Pendidikan multikeaksaraan berupaya hadir untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan dengan cara merawat keaksaraan masyarakat setelah menempuh pendidikan keaksaraan dasar. Dalam naskah akademik (Ditbintara, 2016) dijelaskan bahwa konsep pendidikan multikeaksaraan menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan, ada interelasi antara keaksaraan dan pembangunan. Dengan demikian pendidikan multikeaksaraan tidak hanya memberikan keterampilan keaksaraan (membaca, menulis, dan berhitung), tetapi juga secara langsung maupun tidak langsung berusaha mentransformasi peserta didik menjadi manusia seutuhnya yang terdidik, sehingga menjadi aset yang secara sosio-ekonomi produktif bagi masyarakatnya dan mampu berpartisipasi aktif dan produktif dalam proses pembangunan bangsanya.

Pendidikan multikeaksaran sebagai pendidikan orang dewasa akan menarik minat peserta didik bila menerapkan strategi pemberdayaan. Pendidikan dengan pemberdayaan ini akan mendorong individu-individu untuk melakukan perubahan lingkungan sekitar atau terhadap struktur yang menghambat sehingga terjadi atau berlangsung proses pembebasan dan emansipasi sosial (Naskah Akademik PNF Kepemudaan, 2014).

Tutor memiliki peran untuk meningkatkan kesadaran kritis individu dalam melakukan perubahan terhadap diri sendiri maupun lingkungannya. Kesadaran kritis ini diperoleh bila

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN28

tutor bersama peserta didik mampu melakukan identifi kasi kebutuhannya, sehingga proses pembelajaran dalam keterampilan keberaksaraan didukung dengan pemberdayaan kelompok belajar. Untuk itu, modul pengembangan kurikulum, silabus, dan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan disusun untuk memberikan pemahaman, perubahan pola pikir dalam mendampingi, dan keterampilan tutor dalam mengelola pembelajaran yang partisipatif dan emansipatoris.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami dan melakukan latihan serta menjawab evaluasi yang terdapat pada Modul ini, tutor akan mampu: • Memahami tujuan dan alur pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan• Memahami capaian kompetensi lulusan pendidikan multikeaksaraan yang mencakup

dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan• Terampil melakukan identifi kasi kebutuhan peserta didik sebagai bahan pembelajaran

sesuai dengan konteksnya• Terampil mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang mengacu pada silabus

pendidikan multikeaksaraan dengan basis data hasil identifi kasi kebutuhan. • Terampil menerapkan metode pembelajaran yang mendorong pemberdayaan kelompok belajar

C. Petunjuk Penggunaan Berikut ini tata cara penggunaan modul:• Bacalah materi modul secara berurutan dan keseluruhan • Kerjakan latihan yang ada pada modul ini dengan mengacu pada penjelasan materi modul

secara mandiri dan bertanggung jawab• Kerjakan Test Formatif yang ada pada modul ini sebagai bahan evaluasi pemahaman materi

yang dikerjakan dengan jujur tanpa melihat kunci jawaban.• Apabila nilai latihan tidak mencapai nilai baik, maka baca kembali materi modul ini.

D. Materi Belajar Materi yang akan dipelajari pada Modul ini adalah:1. Desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi arah

dan strategi, alur pengembangan, capaian kompetensi peserta didik, area/tema minat kurikulum,

2. Pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi pengertian, prinsip, dan komponen, analisis konteks/identifi kasi kebutuhan, dan prosedur/tahapan pengembangan silabus

3. Pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi pengertian dan karakteristik rencana pembelajaran, dan komponen dan prosedur/Tahapan Pengembangan RPP

MATERI - I:DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAANA. Arah dan Strategi Pendidikan Multikeaksaraan

Pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan (Permendikbud nomor 42 tahun 2015, pasal 3, ayat 3). Sebagai pendidikan keaksaraan lanjutan, pendidikan multikeaksaraan bertujuan mengembangkan kompetensi keaksaraan bagi warga masyarakat setelah mengikuti pendidikan keaksaraan dasar.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

29

Pendidikan multikeaksaraan memiliki arah untuk peningkatan keberaksaraan masyarakat dengan fokus atau topik tertentu yang menjadi minat peserta didik. Peningkatan keberaksaraan itu melalui menulis, membaca, dan berhitung yang penggunaannya dibutuhkan dalam berkomunikasi, baik diskusi maupun percakapan, atau penulisan dengan beragam media. Materi-materi untuk peningkatan keberaksaraan dipilih sesuai minat peserta didik sehingga dapat membuka pengetahuan untuk dikuasai dan sekaligus membuka kesadaran kritis dalam praktik kehidupan nyata. Berangkat dari arah pendidikan multikeaksaraan itu adalah peningkatan keberaksaraan dengan fokus dan topik tertentu, maka tema-tema dalam pendidikan multikeaksaraan juga dipilihkan tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari warga belajar. Tema-tema yang ditawarkan dalam pendidikan multikeaksaraan dibelajarkan melalui teks sederhana dan materi-materi berhitung yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Pencapaian arah pendidikan multikeaksaraan ini idealnya melalui strategi pemberdayaan. Makna dari strategi pemberdayaan adalah, di satu sisi mempunyai makna peningkatan kapasitas individu, dan di sisi lain bermakna bahwa secara kolektif dapat memberikan kebermanfaatan sosial kepada lingkungannya.

Dengan strategi pemberdayaan, pendidikan multikeaksaraan yang dijalankan secara berkelompok dan memiliki fokus tertentu diharapkan dapat meningkatkan keberaksaraan warganya, membuka kesadaran kritis secara kolektif, akhirnya pendidikan multikeaksaraan akan bermuara pada peningkatan kualitas hidup. Oleh karena itu, pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan seyogianya mengintegrasikan pencapaian kompetensi menulis, membaca, berhitung, dan berkomunikasi dengan pemberdayaan komunitas.

B. Alur Pengembangan KurikulumKurikulum Pendidikan Multikeasaraan adalah bagian dari kurikulum pendidikan keaksaraan lanjutan. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia nomor 42 tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan dijelaskan dalam pasal 3 bahwa Pendidikan Keaksaraan Lanjutan terdiri atas Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri dan Pendidikan Multikeaksaraan

Pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan mengacu pada tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tertuang pada pasal 3 UU Nomor 20 tahun 2013 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab.Tujuan tersebut dijabarkan dalam 3 (tiga) dimensi yaitu sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Penjabaran tujuan pendidikan nasional dalam 3 dimensi dapat dibaca dalam tabel berikut ini.

Sikap Spiritual beriman dan bertakwa kepadaTuhan Yang Maha Esa

Sikap Sosial berakhlak mulia, sehat, mandiri, dan demokratis serta bertanggung jawab

Pengetahuan Berilmu

Keterampilan cakap dan kreatif

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN30

Selain mengacu pada tujuan pendidikan nasional, kurikulum pendidikan multikeaksaraan dikembangkan dengan mengacu pada 1) Standar Kompetensi Lulusan keaksaraan lanjutan tahun 2009; 2) Standar Keaksaraan Unesco; dan 3) Kurikulum Tahun 2013. Kebaruan rumusan kurikulum pendidikan keaksaraan yang mengacu pada Kurikulum 2013 dikembangkan dengan rumusan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kebaruan dari rumusan itu mengiringi perubahan paradigma pembangunan Indonesia, yang sampai pada dekade abad 20 orientasi pembangunan berbasis pada kekayaan alam. Sedangkan abad 21 sampai saat ini, orientasi pembangunan berbasis kekayaan peradaban. Perubahan itu tentunya merubah fokus pendidikan dalam membentuk SDM, yaitu SDM yang berpendidikan (berpengetahuan dan berketerampilan) dan berbudaya (berkarakter kuat). Ini memiliki makna bahwa ada penekanan pada penguasaan pengetahuan berorientasi pada praktik, atau pengetahuan dalam praktik yang memberikan kontribusi pada hasil nyata bagi kemajuan bangsa dan pengembangan peradaban untuk perkembangan kemanusiaan yang dengan itu akan menumbuhkan sikap religiusitas dan etik sosial di kalangan peserta didik (Naskah Akademik PNF Kepemudaan, 2014).

Desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan diawali dengan menyusun SKL pendidikan keaksaraan lanjutan dengan melakukan evaluasi SKL kurikulum keaksaraan lanjutan tahun 2009, selain itu juga mencermati SKL Kurikulum 2013 pendidikan menengah karena peserta didik adalah orang dewasa dengan rentang usia 15-59 tahun dan melihat visi pendidikan keaksaraan UNESCO dalam peningkatan keberaksaraan. SKL pendidikan keaksaraan lanjutan merupakan capaian kompetensi lulusan untuk pendidikan keaksaraan usaha mandiri dan pendidikan multikeaksaraan. Dari SKL pendidikan keaksaraan lanjutan dijabarkan ke dalam Kompetensi Inti (KI). Rumusan SKL dan KI pendidikan keaksaraan lanjutan mencakup 3 dimensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Dari KI kemudian dijabarkan dalam Kompetensi Dasar (KD) membaca, menulis, dan berhitung yang dirumuskan juga dalam dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. KD membaca, menulis, dan berhitung dikembangkan mengacu pada kompetensi kelas 3 SD, harapannya lulusan dari pendidikan keaksaraan lanjutan dapat meneruskan ke jenjang lebih tinggi, yaitu

pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C. Alur pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan dapat digambarkan sebagai berikut.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

31

Dari alur pengembangan kurikulum dalam bagan di atas, pengembangan SKL, KI, KD, dan model silabus menjadi wewenang pemerintah pusat, dalam hal ini adalah Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Direktorat Jenderal PAUD dan Pendidikan Masyarakat bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang.

Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria mengenai kualifi kasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Sikap terdiri atas sikap spiritual dan sikap sosial.

Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap program pendidikan dan menjadi landasan pengembangan kompetensi dasar.

Kompetensi Dasar merupakan tingkat kemampuan dalam konteks muatan pembelajaran, pengalaman belajar, atau materi pembelajaran yang mengacu pada kompetensi inti secara fungsional. Kompetensi dasar ini mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan dalam muatan pembelajaran, materi pembelajaran, dan dalam bentuk program pembelajaran secara fungsional.

Setiap Kompetensi Dasar (KD) memiliki indikator pencapaian kompetensi sebagai tanda-tanda pencapaian kompetensi. Indikator merupakan perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar sebagai acuan penilaian. Indikator dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur sebagai target pencapaian kemampuan peserta didik secara individu.

Pelaksanaan Pendidikan Multikeaksaraan diatur dalam struktur program sebanyak 86 jam @60 menit. Pengelolaan waktu untuk pencapaian setiap kompetensi dasar dapat mengacu pada silabus dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.

Di bawah ini tampilan SKL, KI, KD, dan Indikator Pendidikan Multikeaksaraan sesuai dengan rumusan dimensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

DIMENSI SIKAP

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggung jawab menjalankan peran dan fungsi dalam kemandirian berkarya di masyarakat untuk meningkatkan kuali-tas hidup

1. Menghayati dan menga-malkan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya sehingga dapat berperilaku dan memiliki etika sebagai warga masyarakat yang baik

1.1 Meningkatkan rasa syukur dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas potensi diri yang dimiliki;

1.1.1 Melaksanakan ajaran agama dan keper-cayaan yang dianut

1.1.2 Memiliki kepedulian terhadap sesama

1.2 Menunjukkan sikap jujur sebagai dasar dalam membangun hubungan sosial;

1.2.1 Bersikap terbuka dalam membangun hubungan sosial

1.2.2 Bertanggung jawab dalam melakukan aktivitas sesuai bidang masing-masing

1.3 Menunjukkan komitmen untuk membangun kebersamaan dalam mengembangkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat

1.3.1 Bersikap disiplin dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang berhubungan dengan bidang masing-masing

1.3.2 Bekerja keras dalam melakukan aktivi-tas sesuai bidang masing-masing

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN32

DIMENSI PENGETAHUAN

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Menguasai pengeta-huan faktual, konsep-tual, dan prosedural tentang pengemban-gan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memperkuat cara berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan berhitung untuk me-ningkatkan kualitas hidup

2. Menguasai penge-tahuan fak tual, konseptual, dan prose-dural ten-tang cara mening-katkan peran dan fung si dalam ke-hidupan di masyarakat dengan meman-faatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhi-tung dalam bahasa Indonesia

2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kes-ehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.2 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.2.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.2.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.3 Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

2.3.1 Mampu membaca lancar teks khusus yang berben-tuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, bu-daya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

2.3.2 Mampu menjelaskan secara lisan isi teks khu-sus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan ter-tentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

2.4 Mengenal penggunaan ope rasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan

2.4.1 Mampu menghitung hasil operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian dari dua bilangan cacah dan pecahan sederhana

2.4.2 Mampu menyelesaikan masalah sederhana sehari-hari yang berkaitan dengan operasi bilangan cacah dan pecahan sederhana tentang produk/layanan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan

2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan dalam kehidupan sehari-hari

2.5.1 Mampu melakukan penjumlahan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

2.5.2 Mampu melakukan pengurangan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

2.5.3 Mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana

2.6 Menggali informasi dari teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

2.6.1 Mampu membaca isi teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

2.6.2 Mampu menyimpulkan teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

33

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

2.7 Mengidentifi kasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari

2.7.1 Mampu menyebutkan unsur dan sifat dari bangun datar dan bangun ruang sederhana yang diterapkan dalam ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.7.2 Mampu menggambar bangun datar dan bangun ruang sederhana dengan sifat-sifat tertentu yang diterapkan dalam ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari

2.8 Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.8.1 Mampu membaca lancar teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.8.2 Mampu mengindentifi kasi ciri-ciri teks petunjuk/arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati

2.9 Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.9.1 Mampu membaca lancar teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.9.2 Mampu menjelaskan secara lisan isi teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati sesuai dengan pemahamannya

2.10 Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana.

2.10.1 Mampu membaca lancar teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.10.2 Mampu menceritakan isi teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

DIMENSI KETERAMPILAN

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

Kemampuan menggu-nakan bahasa Indone-sia dan keterampilan berhitung secara efek-tif dalam melakukan pengembangan peran dan fungsi untuk ke-mandirian berkarya di masyarakat serta me-ningkatkan kualitas hidup

3. Mengolah, menalar, dan menyaji pengeta-huan yang diperoleh dalam prak-tik untuk kemandirian berkarya dalam men-jalankan peran dan fungsi di

3.1 Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis

3.1.1 Mampu menuliskan kembali teks penjelasan sesuai dengan pemahaman sendiri tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.1.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang pekerjaan, profesi, atau ke-mahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.2 Mengolah teks penjelasan ten tang wawasan ilmu dan tek nologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta

3.2.1 Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebang-saan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN34

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhi-tung dalam bahasa Indonesia

keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis

3.2.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknolo-gi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.3 Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

3.3.1 Mampu menjelaskan bagian-bagian teks khusus berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang di-minati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

3.3.2 Mampu menulis teks khusus dalam bentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya dengan jelas

3.4 Mempraktikkan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki dan diminati menjadi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya

3.4.1 Mampu merancang desain dan spesifi kasi produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dan diminati dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya;

3.4.2 Mampu membuat produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang kreatif, inovatif dan diminati dengan meman-faatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya

3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan

3.5.1 Mampu mengenal sifat pertukaran, pengelom-pokan dan distribusi dalam operasi hitung den-gan menyederhanakan atau untuk menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan

3.5.2 Melakukan manipulasi matematika dengan menggunakan sifat operasi untuk menyeder-hanakan perhitungan

3.6 Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari

3.6.1 Mampu membuat perencanaan sederhana penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari

3.6.2 Mampu membuat catatan penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari

3.6.3 Mampu menyimpulkan efektivitas atau kete-patan penggunaan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari

3.7 Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan

3.7.1 Mampu mengidentifi kasi komponen yang diperlukan pada pembuatan produk/layanan berkaitan dengan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif

3.7.2 Mampu memilih komponen pembuatan suatu produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki, dan diminati dengan harga yang tepat

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

35

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

3.8.1 Mampu menyebutkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dalam produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

3.8.2 Mampu mengubah pecahan sederhana ke bentuk desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

3.8.3 Mampu menyelesaikan masalah penggunaan uang dalam kehidupan sehari-hari, produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati yang berkaitan operasi hitung dengan pecahan sederhana, desimal dan persen

3.9 Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif

3.9.1 Mampu mengenal berbagai satuan penguku-ran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya (misal jarak, suhu, gula darah, tekanan darah, dll.) yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari

3.9.2 Mampu menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan pengukuran panjang, waktu, berat atau satuan lainnya (misal jarak, suhu, gula darah, tekanan darah, dll) pada kegiatan menciptakan produk teknologi seder-hana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif

3.10 Menggunakan ha sil pengolahan dan penafsiran da ta dalam bentuk tabel, diagram, dan gra-fi k sederhana me nge nai kajian il mu dan teknologi, kese hatan dan olah-raga, seni, bu daya, politik dan kebangsaan ser ta keterampilan ter tentu yang diminati

3.10.1 Mampu menyajikan hasil pengolahan data dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana mengenai ilmu dan teknologi, kes-ehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

3.10.2 Mampu menafsirkan hasil pengolahan data yang disajikan dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana mengenai ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, bu-daya, politik dan kebangsaan serta keterampi-lan tertentu yang diminati

3.11 Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis

3.11.1 Mampu menulis teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana

3.11.2 Mampu membacakan kembali isi teks narasi yang telah ditulis yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana

3.12 Mempraktikkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya

3.12.1 Mampu menjelaskan manfaat kemitraan dalam pengembangan produk teknologi seder-hana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya

3.12.2 Mampu menjalin kemitraan dalam pengem-bangan produk teknologi sederhana, kesehat-an dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN36

Standar Kompetensi Lulusan

Kompetensi Inti

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

3.13 Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi seder-hana, kesehatan

3.13.1 Mampu menjelaskan isi teks laporan yang memuat judul, informasi produk, manfaat, sasaran produk, proses produksi tentang hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati

dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati

3.13.2 Mampu menulis teks laporan yang memuat judul, informasi produk, manfaat, sasaran produk, proses produksi tentang hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati

3.14 Mengomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati

3.14.1 Mampu merumuskan ide produk inovatif berkai-tan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati untuk bahan menyusun teks petunjuk atau arahan

3.14.2 Mampu menyampaikan ide produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati untuk bahan menyusun teks petunjuk atau arahan

C. Capaian Kompetensi Peserta DidikKurikulum pendidikan multikeaksaraan seperti yang ditampilkan di atas akan dioperasionalkan dalam pembelajarannya dengan memperhatikan capaian kompetensi peserta didik. Tutor diharapkan fokus pada hasil capaian kompetensi dari peserta didik selama mengikuti pendidikan multikeaksaraan. Kompetensi keaksaraan yang harus dicapai oleh peserta didik adalah kompetensi membaca, menulis, berhitung. Selain itu, pemberdayaan sebagai strategi dalam peningkatan keaksaraan ini dapat dicapai bila secara individu dan kelompok dapat mencapai kompetensi sesuai minat yang berkaitan dengan pekerjaan dan profesi peserta didik. Berikut disajikan capaian kompetensi yang diharapkan dari peserta didik setelah mengikuti pendidikan multikeaksaraan.

1. Kompetensi Membaca2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi,

kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.2 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.3 Menggali informasi dari teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

2.8 Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.9 Menggali informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.10 Menggali informasi dari teks laporan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana.

2. Kompetensi Menulis3.1 Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran

yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

37

3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis

3.3 Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya

3.11 Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis

3.13 Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati

3. Kompetensi Berhitung2.4 Mengenal penggunaan operasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan

olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil

penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan

pengurangan dalam kehidupan sehari-hari3.6 Menggunakan uang atau jenis transaksi lainnya dalam kehidupan sehari-hari3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada

perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

2.6 Menggali informasi dari teks able atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

3.10 Menggunakan hasil pengolahan dan penafsiran data dalam bentuk able, diagram, dan grafi k sederhana mengenai kajian ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati

2.7 Mengidentifi kasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari

3.9 Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif

4. Kompetensi Minat 3.4 Mempraktikkan pengetahuan dan kreativitas yang dimiliki dan diminati menjadi produk

teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, dan budaya yang inovatif dengan memanfaatkan peluang dan sumber daya yang ada di sekitarnya

3.7 Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan

3.12 Mempraktikkan kemitraan dalam mengembangkan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati di wilayahnya

3.14 Mengomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN38

D. AREA/TEMA MINAT KURIKULUM PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN Pendidikan multikeaksaraan merupakan pendidikan keaksaraan yang menekankan peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan (Permendikbud nomor 42 tahun 2015, pasal 3 ayat 3). Keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan itu dijabarkan dalam area/tema yang dirancang membuka wawasan peserta didik. Area/tema yang terdapat dalam kurikulum pendidikan multikeaksaraan dirinci seperti dalam diagram berikut.

Cakupan area pendidikan multikeaksaraan, adalah bersumber dari konteks lokal, agar peserta didik mampu memahami dan mendayagunakan sumberdaya lokal untuk digunakan sebagai sarana memperoleh pengetahuan, membentuk sikap dan mengembangkan keterampilan. Area yang dapat dijadikan materi pembelajaran dalam pendidikan multikeaksaraan, adalah merujuk pada konteks lokal dan tuntutan kebutuhan lokalitasnya itu sendiri untuk meningkatkan kualitas peran dalam kehidupan yang lebih luas. Itu lah yang dinamakan kontekstualisasi kurikulum, bahwa kurikulum itu menghidupi konteksnya (Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan, 2016).

Kurikulum itu dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas, kepedulian dan praktik pendidikan dan pembelajaran di lingkungan kelompok belajar, tutor dan peserta didik yang berorientasi pada pemecahan masalah dan pengembangan komunitas. Dalam naskah akademik pendidikan multikeaksaraan, rincian area/tema keragaman keberaksaraan adalah berikut ini.

1. KeagamaanPengertian keagamaan dalam konteks ini, adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia, manusia dengan lingkungannya yang terkait oleh ajaran agama dan Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2. Pekerjaan, Keahlian, dan profesiPekerjaan adalah suatu aktivitas antar-manusia untuk saling memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu. Tujuan tertentu yang dimaksudkan di sini adalah memperoleh uang. Sebuah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan dan keterampilan tingkat menengah diklasifi kasikan sebagai keahlian. Sedangkan profesi adalah pekerjaan yang menuntut kompetensi tingkat tinggi serta pengakuan keprofesian.

3. Pengembangan Seni dan BudayaPengertian pengembangan seni dan budaya, adalah segala sesuatu ciptaan manusia yang berkembang bersama pada suatu kelompok yang mengandung unsur kebiasaan, norma,

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

39

dan keindahan (estetika) untuk menata kelakuan dalam mengatur kehidupan bersama yang dilakukan secara turun temurun dari generasi ke generasi.

4. Sosial, Politik, dan kebangsaanPengertian sosial, politik, dan kebangsaan dalam konteks ini, adalah wahana strategis untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga bangsa yang dapat mengukuhkan ikatan-ikatan sosial dengan tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional yang berlandaskan wawasan kebangsaan.

5. Kesehatan dan Olah Raga

Pengertian kesehatan dan olahraga, adalah upaya menjaga kesehatan diri dan lingkungan guna meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan sedini mungkin dengan memanfaatkan aktivitas fi sik agar memperkuat daya tahan tubuh dan kebugaran yang diperlukan untuk melakukan berbagai aktivitas kehidupan sehari-hari.

6. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)Pengertian ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) adalah berbagai cabang ilmu pengetahuan dan teknologi yang memiliki keterkaitan yang luas dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh, atau berpotensi memberikan dukungan yang besar bagi kesejahteraan masyarakat, kemajuan bangsa, keamanan dan ketahanan bagi perlindungan negara, pelestarian fungsi lingkungan hidup, pelestarian nilai luhur budaya bangsa, serta peningkatan kehidupan kemanusiaan (UU No. 18 Tahun 2002).

MATERI – II: PENGEMBANGAN SILABUS PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005, pasal 20 menyatakan bahwa “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.

Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan pembelajaran, sebagai pengelolaan kegiatan pembelajaran karena memberikan gambaran mengenai pokok-pokok progran yang akan dicapai dalam suatu program, dan sebagai ukuran dalam melakukan penilaian keberhasilan suatu program pembelajaran serta sebagai akuntabilitas suatu program pembelajaran.

A. Pengertian, Prinsip dan Komponen Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

Dalam pengembangan silabus perlu memperhatikan prinsip atau kaidah dasar pengembangan silabus, yang meliputi hal berikut

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN40

Prinsip / Kaidah Dasar Pengembangan Silabus

ilmiahrelevan

sistematis

konsisten

memadai

Konteks tual

menye luruhfleksi

bel

1. Ilmiah, bahwa materi dan kegiatan dalam silabus dapat dipertanggungjawabkan secara keilmuan

2. Relevansi, bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus harus sesuai dengan tingkat perkembangan fi sik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik. Selain itu, prinsip relevansi juga mendasari pemilihan materi, strategi dan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, penetapan waktu, pertimbangan pemilihan sumber dan media pembelajaran, dan strategi penilaian hasil belajar.

3. Sistematis, bahwa penyusunan silabus hendaknya bersifat sistemik dan sistematik. Hal ini dimaksudkan agar pengembangan komponen-komponen silabus (materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar) bersifat sinergis dalam pencapaian kompetensi dasar dan kompetensi inti.

4. Konsistensi, bahwa dalam pengembangan silabus harus terjadi hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian dan sumber belajar bersifat searah dalam rangka pencapaian standar kompetensi lulusan.

5. Memadai, bahwa cakupan materi pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, penilaian dan sumber belajar cukup memadai untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.

6. Aktual dan kontekstual, bahwa pengembangan silabus hendaknya memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan sesuai dengan konteks zaman dan kehidupan nyata peserta didik.

7. Fleksibel, bahwa seluruh komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, lingkungan belajar dan dinamika perubahan yang terjadi di masyarakat dan satuan pendidikan setempat, serta sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

8. Menyeluruh, bahwa pengembangan silabus hendaknya mencakup seluruh ranah kompetensi (kognitif, sikap dan keterampilan) dan sesuai dengan pengembangan materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian pembelajaran.

Selanjutnya, dalam mengembangkan silabus ada komponen-komponen yang harus ada. Apa saja komponen pengembangan silabus tersebut?

Komponen Silabus tema, Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), materi pembelajaran, Indikator pencapaian kompetensi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, penilaian, dan sumber belajar.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

41

B. Analisis Konteks / Identifi kasi Kebutuhan Pendidikan multikeaksaraan ditujukan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat terpinggirkan dengan cara merawat keaksaraan masyarakat setelah menempuh pendidikan keaksaraan dasar. Oleh karenanya, pendidikan multikeaksaraan menekankan pada peningkatan keragaman keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan.

Bagi warga belajar pendidikan multikeaksaraan, pembelajaran hendaknya sesuai dengan minat dan kebutuhan (kontekstual). Hal ini bertujuan agar warga belajar termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dan sesuai dengan kebutuhan yang bermanfaat bagi perbaikan kualitas hidup masyarakat atau warga belajar. Untuk mengetahui kebutuhan warga belajar maka perlu dilakukan analisis konteks atau identifi kasi kebutuhan di awal pertemuan pembelajaran. Hasil analisis konteks atau identifi kasi kebutuhan ini untuk menentukan fokus pengembangan pembelajaran atau materi pembelajaran yang akan dikembangkan warga belajar selama menjalankan pendidikan multikeaksaraan.

1. Manfaat dan tujuan analisis konteks Pemahaman proses atau tahapan melakukan analisis konteks merupakan materi penting yang perlu dilakukan oleh para tutor dalam rangka merencanakan dan mengimplementasikan program-program pembelajaran multikeaksaraan.

Manfaat dari analisis konteks salah satunya untuk memandirikan dan memberdayakan sumber daya lembaga pendidikan dalam mengembangkan kompetensi warga belajar sesuai dengan kondisi lingkungannya. Dengan demikian, fungsi dan dampak analisis konteks untuk ketercapaian program yang akan dijalankan.

Jika disimpulkan, analisis konteks merupakan suatu cara untuk mengidentifi kasi kebutuhan satuan pendidikan sasaran dalam menentukan fokus/materi pengembangan pembelajaran atau materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan kondisi lingkungannya.

Sebelum melakukan analisis konteks, ada baiknya mengetahui tujuan dari analisis konteks, yaitu:• Mendapatkan data tentang masalah-masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya yang

mempengaruhi kehidupan masyarakat umum terutama yang berpengaruh bagi warga belajar.

• Mendapatkan temuan faktor-faktor apa yang menjadi penyebab dan akar dari masalah-masalah itu

• Mendapatkan gambaran strategi dan materi pembelajaran untuk merespon masalah-masalah tersebut.

• Mendapatkan gambaran profi l warga belajar terkait dengan masalah sosial, ekonomi, politik dan budaya di tingkat lokal dan nasional

2. Langkah-langkah dalam melakukan analisis konteks Analisis konteks merupakan tahap awal dari pengembangan suatu program multikeaksaraan yang perlu dilakukan oleh tutor bersama warga belajar untuk memperoleh gambaran masalah, potensi dan kebutuhan di lingkungan satuan pendidikan sasaran. Berikut ini merupakan skema dalam melakukan langkah-langkah analisis konteks: a. Analisis masalah

Masalah yang dimaksudkan adalah kondisi dan hambatan yang dihadapi satuan pendidikan sasaran dalam kaitannya dengan kesesuaian kebutuhan dan tingkat perkembangan warga

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN42

belajar. Penentuan masalah ini dapat dilakukan dengan melakukan wawacara, penyebaran kuesioner, Focus Group Discussion (FGD/ diskusi terfokus) dengan pemangku kepentingan secara partisipatif tentang hambatan, potensi, keunggulan dan kebutuhan yang sesuai.

Caranyanya dengan memetakan situasi umum ekonomi, budaya, sosial dan politik dari masyarakat di lingkungan satuan pendidikan sasaran. Dalam memetakan situasi umum difokuskan terhadap masalah yang terkait erat dengan warga belajar yaitu hal apa atau pengetahuan apa yang diperlukan untuk meningkatkan atau merawat keberaksaraan warga belajar?

Elaborasi kekhususan/keunikan masing-masing kelompok sosial yang ada di masyarakat lingkungan satuan pendidikan sasaran. Hal ini diarahkan untuk melihat secara mendalam relasi pada masing-masing aspek sosial yang menonjol. Misalnya dalam budaya lokal, apa hal yang bersifat pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya. Minat dan keterampilan apa yang dibutuhkan warga belajar?

Elaborasi ikatan-ikatan sosial dalam bentuk nilai atau institusi (misalnya bagaimana pandangan/nilai sosial yang berlaku di daerah setempat, maupun keselarasan dengan alam dan kearifan lokal, dan lain-lain).

b. Analisis faktor penyebabDalam menganalisis faktor penyebab yaitu dengan meninjau masalah-masalah dari aspek sosial, ekonomi, politik dan budaya yang ditemui. Misalnya:• Mengapa terjadi relasi sosial masyarakat di Indonesia yang tidak mempunyai

kepedulian untuk merespos masalah kemiskinan?• Mengapa sistem perekonomian di Indonesia tidak dapat menanggulangi

kemiskinan?• Bagaimana kebijakan politik di Indonesia tidak mampu mengatasi kemiskinan? • Bangunan budaya seperti apa yang membuat kemiskinan terus menerus terjadi?Selain itu dapat meninjau masalah yang erat dengan peningkatan/perawatan keaksaraan. Hal ini dapat didukung dengan data sekunder tentang data kemiskinan nasional, provinsi dan kabupaten. Maupun melalui data primer yang berkaitan dengan data kemiskinan komunitas warga belajar.

c. Analisis strategiSetelah melakukan analisis masalah dan analisis penyebab, maka selanjutnya perlu menyusun analisis strategi untuk menjawab temuan masalah dalam faktor penyebab, seperti:• Strategi membangun solidaritas sosial dimaksudkan untuk menumbuh kan

kepekaan terhadap masalah kemiskinan • Strategi penyadaran dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman bahwa struktur

ekonomi politik yang ada justru menjadi penyebab dari kemiskinan

ANALISISKONTEKS

AnalisisFaktorPenyebab

AnalisisMasalah

AnalisisStrategi

Rancangan Pembelajaranmeliputi:

kompetensi, materi, metode, proses,

bahan ajar, dan

penilaian

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

43

• Strategi peningkatan skill sebagai tindakan awal untuk keluar dari masalah kemiskinan

d. Penajaman analisis konteksPenajaman Analisis Konteks dilakukan dengan menggali data terbaru dan data dipilah berdasar jenis kelamin dan wilayah geografi s di komunitas lokasi program, seperti:• Bagaimana tingkat kesejahteraan di komunitas (mencakup data berapa buta huruf,

putus sekolah, pendapatan, pelayanan kesehatan, dll)• Bagaimana akses masyarakat terutama kelompok-kelompok miskin terhadap

lapangan kerja, sumber daya, pinjaman modal usaha, dll • Bagaimana mitos-mitos budaya yang menghambat kemajuan masyarakat miskin

dan kelompok terpinggirkan?• Bagaimana tingkat partisipasi kontrol masyarakat miskin dan kelompok

terpinggirkan dalam pengambilan keputusan

3. Contoh format analisis konteksSetelah selesai mengumpulkan data dari pertanyaan analisis konteks/identifi kasi kebutuhan tersebut, kemudian membuat simpulan jawaban dengan membuat rangkuman berupa tabel berikut ini.

FORMAT ANALISIS KONTEKS (untuk identifi kasi minat dan kebutuhan belajar)

No. Tema SubtemaMasalah

yang ada

Potensi pendukung Kondisi sosial budaya (Faktor pendukung dan penghambat)

SDA SDM Kelembagaan

1 Kesehatan dan Olahraga

Kesehatan untuk Lanjut Usia (Lansia)

Pernah ada wabah penyakit diare

Air bersih terbatas

Tersedia aneka sayuran dan buah

Perikanan darat Apotik hidup di

hampir semua rumah warga

… …

Tutor Petugas

kesehatan Pelatih

senam Terapis … …

Posyandu lansia

Puskesmas keliling

Paguyuban …

… …

Lebih menyukai pengobatan tradisional

Masyarakat menjaga tradisinya dan sulit menerima informasi baru

……

2 Profesi, Keahlian, dan Pekerjaan

Pekerjaan dan Usaha di Bidang Pertanian

3 Pengembang-an Seni Budaya

Seni Tari Daerah

4 Sosial, Politik dan Kebangsaan

Wawasan Kebangsaan

5 Ilmu Pengetahuan danTeknologi

Literasi Keuangan

C. Prosedur/Tahapan Pengembangan SilabusPendidikan multikeaksaraan bermaksud memberikan keterampilan keaksaraan (merawat keaksaraan) dengan strategi pemberdayaan untuk perbaikan kualitas hidup masyarakat. Oleh karenanya program multikeaksaraan disenergikan dengan perluasan bahan bacaan dan diintegrasikan dengan pendidikan karakter dan pengembangan keterampilan yang dilakukan dengan peningkatan kemampuan beraksara dan berusaha mandiri melalui keterampilan bermata pencaharian. Bahan bacaan sebagai pengetahuan pendidikan multikeaksaraan meliputi pengetahuan politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang kontekstual dengan lingkungan kehidupan peserta didik.

Setelah mengetahui komponen yang harus ada dalam pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, tutor harus memahami bagaimana prosedur/tahapan atau tata cara

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN44

pengembangannya. Mengingat, Pusat hanya memberikan model pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, yaitu model/contoh untuk lima area program/tema dengan satu sub tema pada masing-masing tema. Adapun, model/contoh pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan yang telah dikembangkan dari Pusat adalah: • Tema pekerjaan, keahlian dan profesi dengan sub tema pertanian, • Tema pengembangan seni dan budaya dengan sub tema kearifan budaya lokal, tradisi,

bahasa ibu dan tata krama, • Tema sosial,politik dan kebangsaan dengan sub tema wawasan kebangsaan,• Tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia, dan • Tema ilmu pengetahuan dan teknologi dengan sub tema literasi keuangan.

Prosedur/tahapan pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, jika digambarkan dengan skema seperti berikut

4. Pemetaan KD

berpasangan, indikator dan

aspek/cakupan materi dari

tema/subtema

SILABUS

2. Menentukan cakupan

materi dari tema/sub tema

yang dipilih

8. Menyiapkan sumber belajar

6. Menentukan alokasi waktu

5. Merumuskan

kegiatan pembelajaran

untuk mencapai

indikator dari ketiga aspek

KD

3. Mengkaji KD untuk dibuat

KD berpasangan (KD-KI2 & KD-

KI3)

7. Merumuskan

penilaian

1. Analisis Konteks untuk menentukan

area program/ tema

Sedangkan, prosedur/tahapan pengembangan silabus pendidikan multikeaksaraan, dalam uraian rinci sebagai berikut:1. Melakukan analisis konteks untuk menentukan area program yang nantinya digunakan

dalam menetapkan tema pembelajaran dan sub tema pembelajaran agar sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan kelompok belajar.

2. Menentukan kedalaman dan keluasan materi pembelajaran dari tema/subtema yang telah ditetapkan/dipilih dengan menjabarkannya menjadi aspek dan cakupan materi. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia.• Tema Kesehatan dan Olahraga berdasarkan analisis konteks/identifi kasi kebutuhan

komunitas kelompok belajar dijabarkan dalam 5 aspek, dimana setiap aspeknya diuraikan secara rinci cakupan materinya.

• Dalam menentukan cakupan materi hendaknya mencakup pengetahuan konseptual dan rencana aksi komunitas. Rencana aksi komunitas ini dimaksudkan agar kelompok belajar memiliki pengetahuan yang dipraktekkan sehingga menjadi keahlian/keterampilan individual bagi kelompok belajar untuk keberlangsungan kehidupan yang lebih sejahtera dan baik.

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

45

Aspek Cakupan MateriPola Hidup Sehat Lansia a. Olah raga ringan untuk lansia (senam lansia, senam jantung sehat,jalan santai)

b. Kebutuhan gizi lansia (makanan yang bertekstur lembut, protein tinggi, rendah lemak, konsumsi gula rendah, banyak makan serat)

c. Pembiasaan hidup sehat (mandi, makan, tidur teratur)d. Contoh menu makanan lansia e. Praktik mengolah makanan sehat

Gangguan Penyakit Lansia a. Gangguan fi sik (kurang gerak, penurunan daya ingat, pendengaran, penglihatan, sering jatuh, gangguan tidur)

b. Gangguan psikologis (depresi, perasaan takut, cemas)Kebutuhan Relasi untuk Lansia (membangun kemitraan)

a. Membentuk kelompok lansia (paguyuban)b. Merancang kegiatan sebagai bentuk ekspresi (seni, diskusi, keagamaan, wisata, berkebun, atau kegiatan

lain sesuai minat) c. Mendirikan pusat kesehatan bersama (pemeriksaan rutin kerjasama dengan Posyandu, sharing alat-alat

kesehatan dasar) d. Mendirikan Taman Lansia (TL) sederhana

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

a. Hak warga negara mendapatkan pelayanan kesehatan dasarb. Cara mendapatkan kartu jaminan sosial untuk kesehatanc. Prosedur penggunaan kartu jaminan sosial untuk kesehatan

3. Mengkaji KD aspek pengetahuan dan KD aspek keterampilan untuk dibuat secara berpasangan. Bisa berpasangan 1-1 atau 1-2 atau 2-1, artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan satu KD aspek keterampilan, satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan dua KD aspek keterampilan, dst. KD berpasangan pada model silabus sudah ditetapkan. Berikut ini contohnya.

Aspek/Dimensi Kompetensi Dasar (KD) KeteranganPengetahuan

Keterampilan

2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis;

KD berpasangan 1-1 artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan satu KD aspek keterampilan

Pengetahuan

Keterampilan

Keterampilan

2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari;

3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati;

3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan;

KD berpasangan 1-2 artinya satu KD aspek pengetahuan berpasangan dengan dua KD aspek keterampilan

4. Membuat pemetaan KD berpasangan, indikator pencapaian kompetensi dan aspek/cakupan materi dari tema/subtema yang telah ditetapkan/dipilih. Perlu diingat Kompetensi Inti (KI) perlu dicantumkan karena sebagai pengikat KD-KD. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia.

Kompetensi Dasar (KD) Materi Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi2.1 Menggali informasi dari teks

penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis;

Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia

2.1.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

3.2.1 Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.2.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN46

2.5 Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari;

3.8 Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati;

3.5 Menggunakan sifat operasi hitung dalam menyederhanakan atau menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan;

Pecahan sederhana (pecahan biasa, desimal, persen) yang digunakan dalam bidang kesehatan lansia

2.5.1 Mampu melakukan penjumlahan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

2.5.2 Mampu melakukan pengurangan pecahan sederhana dalam kehidupan sehari-hari

2.5.3 Mampu menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan pecahan sederhana

3.8.1 Mampu menyebutkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dalam produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

3.8.2 Mampu mengubah pecahan sederhana ke bentuk desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati

3.8.3 Mampu menyelesaikan masalah penggunaan uang sehari-hari, produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati yang berkaitan operasi hitung dengan pecahan sederhana, desimal dan persen

3.5.1 Mampu mengenal sifat pertukaran, pengelompokan dan distribusi dalam operasi hitung dengan menyederhanakan atau untuk menentukan hasil penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan

3.5.2 Melakukan manipulasi matematika dengan menggunakan sifat operasi untuk menyederhanakan perhitungan

5. Merumuskan variasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai indikator pencapaian kompetensi dari ketiga KD (aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap) dan secara menyeluruh dengan memperhatikan kapasitas peserta didik. KD aspek sikap ditelaah dan dikembangkan berdasarkan kegiatan pembelajaran yang direncanakan. Kompetensi Dasar aspek sikap dibangun melalui pengetahuan yang dipraktikkan untuk menguasai suatu keahlian atau keterampilan, sehingga penanaman sikap diintegrasikan pada proses pembelajaran. KD aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap merupakan kompetensi yang bersifat saling memperkuat dan ditunjukkan melalui unjuk kerja yang utuh. Adapun unjuk kerja sebagai pengembangan KD keterampilan dapat berupa pembuatan suatu produk atau suatu rencana aksi komunitas yang bersifat pemberdayaan. Berikut ini contoh pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan lansia.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran

Indikator pencapaian kompetensi Kegiatan pembelajaran

2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia

2.1.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kese hatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebang-saan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wa was an keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

Menguatkan kembali komitmen belajar untuk merawat keaksaraan dalam rangka peningkatan kualitas hidup melalui cara hidup sehat lansia

Membangun konteks melalui diskusi tentang kesehatan lansia, baik kesehatan fi sik dan psikologis.

Mendiskusikan kegiatan untuk lansia sebagai salah satu pengembangan program desa atau komunitas. Contoh: Pusat Kesehatan Bersama Lansia atau Taman Lansia

Menuliskan jenis-jenis pola hidup sehat lansia yang bisa dilaksanakan di masyarakat setempat. Misal: jalan kaki bersama, senam lansia

Membaca teks penjelasan tentang manfaat pola hidup sehat minimal 7 (tujuh) kalimat sederhana dengan lancar

Misal : teks penjelasan tentang manfaat senam lansia

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

47

3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis;

3.2.1 Mampu menuliskan kem ba li teks penjelasan ten tang wawasan ilmu dan tek no logi, kesehatan dan olah raga, seni, budaya, poli tik dan kebangsaan serta kete rampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.2.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

Menceritakan kembali isi teks tentang manfaat pola hidup sehat lansia dan menanggapi isinya

Mendiskusikan manfaat pola hidup sehat lansia untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa atau catatan bersama komunitas sebagai media komunikasi

Menuliskan kembali isi teks penjelasan tentang pola hidup sehat di komunita dari hasil diskusi minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana dengan jelas dan rapi untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa

Membacakan kembali hasil tulisan tentang pola hidup sehat dengan lancar

6. menentukan alokasi waktu yang disesuaikan dengan kedalaman/keluasan materi pembelajaran dan kondisi peserta didik

7. merumuskan penilaian dari aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan karakteristik indikator pencapaian kompetensi.

8. Menyiapkan sumber belajar sesuai dengan karakteristik kompetensi. 9. Berikut ini contoh silabus pada tema kesehatan dan olahraga dengan sub tema kesehatan

lansia yang memuat alokasi waktu, penilaian dan sumber belajar.Kompetensi

DasarMateri

PembelajaranIndikator pencapaian

kompetensiKegiatan pembelajaran Alokasi

waktuPenilaian * Sumber

belajar2.1 Menggali

informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

3.2 Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebang-saan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis;

Teks penjelasan tentang pola hidup sehat bagi lansia

2.1.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.2 Mampu mence rita kan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

3.2.1 Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.2.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

Menguatkan kembali komitmen belajar untuk merawat keaksaraan dalam rangka peningkatan kualitas hidup melalui cara hidup sehat lansia

Membangun konteks melalui diskusi tentang kesehatan lansia, baik kesehatan fi sik dan psikologis.

Mendiskusikan kegiatan untuk lansia sebagai salah satu pengembangan program desa atau komunitas. Contoh: Pusat Kesehatan Bersama Lansia atau Taman Lansia

Menuliskan jenis-jenis pola hidup sehat lansia yang bisa dilaksanakan di masyarakat setempat. Misal: jalan kaki bersama, senam lansia

Membaca teks penjelasan tentang manfaat pola hidup sehat minimal 7 (tujuh) kalimat sederhana dengan lancar

Misal : teks penjelasan tentang manfaat senam lansia

Menceritakan kembali isi teks tentang manfaat pola hidup sehat lansia dan menanggapi isinya

Mendiskusikan manfaat pola hidup sehat lansia untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa atau catatan bersama komunitas sebagai media komunikasi

Menuliskan kembali isi teks penjelasan tentang pola hidup sehat di komunita dari hasil diskusi minimal dalam 5 (lima ) kalimat sederhana dengan jelas dan rapi untuk dipublikasikan, misalnya untuk Koran Desa

Membacakan kembali hasil tulisan tentang pola hidup sehat dengan lancar

8 JP Sikap:Tumbuhnya kesadaran akan pentingnya menjaga kesehatan di usia lanjut

Pengetahuan:Kemampuan memahami isi bacaan melalui membaca teks penjelasan tentang pola hidup sehat lansia

Keterampilan:Menulis teks penjelasan tentang pola hidup sehat lansia

- Bahan ajar Multi-keaksaraan

- Koran desa atau media cetak lainnya

- Buku referensi

- Film tentang kesehatan

- Kliping koran tentang kesehatan lansia

* Pada saat membuat penilaian nantinya melihat kepada modul penilaian

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN48

MATERI - III:PENGEMBANGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PADA

PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

Seorang guru dalam mengajar harus menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk mata pelajaran kelas di mana guru tersebut mengajar. Biasanya pengembangan RPP dipersiapkan guru disetiap awal semester atau awal tahun pelajaran. Hal ini dimaksudkan agar guru dapat memikirkan rancangan pembelajaran dengan baik dan matang, tanpa diburu-buru oleh waktu.

RPP dikembangkan dengan mengacu pada Silabus yang telah dikembangkan berdasarkan Kurikulum Nasional yang ditetapkan. Disamping itu, RPP yang baik adalah yang berpusat pada peserta didik, yang dapat mengaktifkan proses berpikir peserta didik.

A. PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK RENCANA PEMBELAJARANRPP adalah singkatan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Dalam pedoman umum pembelajaran untuk penerapan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus.

Dalam merencanakan pembelajaran merupakan pekerjaan yang perlu dipikirkan secara seksama dan tidak dapat dilakukan secara tiba-tiba, bukan pula suatu perencanaan tanpa prosedur yang sistematis. Karakteristik utama dalam merencanakan pembelajaran ada enam hal yang perlu diperhatikan yaitu (1) berpusat pada siswa, (2) berorientasi pada tujuan, (3) fokus pada pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didik, (4) hasil belajar dapat diukur secara valid dan terpercaya, (5) rencana pembelajaran merupakah hal empiris, berulang dan dievaluasi sendiri secara terus menerus, dan (6) suatu usaha kerja tim (Reiser dan Demsey, 2012: 10-11). Berikut ini penjelasan secara rinci.

1. Berpusat pada siswaPendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik secara tepat akan meningkatkan motivasi belajar peserta didik, semakin menguat daya pemahaman, semakin mendalam pengertian terhadap ilmu pengetahuan yang dipelajari, dan semakin positif sikap peserta didik terhadap materi mata pelajaran yang diajarkan.

Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mencakup berbagai teknik seperti sistem penyajian yang menggunakan pengalaman belajar aktif melatih proses berpikir kritis dan kreatif, baik dengan melibatkan peserta didik dalam simulasi dan bermain peran, maupun pembelajaran dengan bekerjasama. Dengan meletakkan posisi peserta didik pada posisi yang sangat penting akan menentukan kualitas dan kuantitas belajar mereka.

2. Berorientasi pada tujuanBerorientasi pada tujuan merupakan titik sentral dalam proses desain pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan pijakan dasar dalam mengembangkan materi, strategi, dan metode pembelajaran, media dan evaluasi. Menurut taksonomi Bloom tujuan pembelajaran mencakup tiga domain yaitu kognisi, afeksi dan psikomotor, sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dikenal dengan istilah olah pikir, olah rasa, olah raga dan olah hati.

3. Fokus pada upaya pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didikHal ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas, nilai yang kredibel. Dengan memperbaiki kinerja artinya mempersiapkan suatu cara yang lebih baik dari yang biasa

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

49

untuk dapat mencapai tujuan. Dengan fokus pada upaya pengembangan dan perbaikan kinerja peserta didik maka mereka akan mampu melakukan sesuatu yang berarti dengan menunjukkan kemampuan berperilaku baik dan menyelesaikan berbagai permasalahan pembelajaran yang dhadapi.

4. Hasil belajar dapat diukur secara valid dan terpercayaUntuk mendapatkan hasil belajar yang dapat diukur secara valid maka obyek yang perlu diukur adalah respons dan pandangan peserta didik tentang pelaksanaan pembelajaran. Untuk itu, instrumen yang perlu dibuat adalah wawancara yang mencakup berbagai aspek yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti sampai kegiatan penutup. Sedangkan untuk aspek pemahaman belajar atau penguasaan materi pembelajarannya, maka tes berupa pre-test dan post-test merupakan instrumen yang cocok untuk dikembangkan

5. Rencana pembelajaran merupakan hal empiris, berulang dan dievaluasi sendiri secara terus menerusJantungnya proses pembelajaran adalah data atau catatan dari rancangan pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Data dari dokumen perencanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik perlu pelajari yang pada akhirnya dipergunakan sebagai perbaikan perencanaan pembelajaran selanjutnya

6. Suatu usaha kerja timKeterlibatan suatu tim kerja dalam merencanakan pembelajaran sangat dibutuhkan karena pada hakikatnya proyek RPP merupakan usaha bersama dalam upaya menciptakan suatu produk yang lebih baik.

B. Komponen dan Prosedur/Tahapan Pengembangan RPP Sebelumnya sudah dijelaskan apa pengertian dan bagaimana karakteristik suatu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Pada bagian ini akan diuraikan cakupan komponen RPP dan prosedur/tahapan pengembangan RPP.

1. Komponen RPPSusunan Komponen RPP mencakup:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELOMPOK BELAJAR : PKBM ..................PROGRAM : Pendidikan MultikeaksaraanTEMA : ...............................................................................SUBTEMA : ............................................................................... ALOKASI WAKTU : ........ X PertemuanA. KOMPETENSI INTI

KI-1 ..................................................................................................................KI-2 ..................................................................................................................KI-3 ..................................................................................................................

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARANKD-KI 1 Indikator dari KD-KI 1

KD-KI 2KD-KI 3(KD berpasangan)

Indikator dari KD-KI 2 dan KD-KI 3

C. TUJUAN PEMBELAJARAND. MATERI PEMBELAJARAN

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN50

E. METODE PEMBELAJARANF. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR

1. Media2. Alat3. Sumber Belajar

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pertemuan 1

Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup

2. Pertemuan 2 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup

3. Pertemuan 3dst

H. PENILAIAN1. Teknik Penilaian2. Instrumen dan Penskoran

RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan keterpaduan antara aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan, dengan kontekstualisasi lingkungan sekitar peserta didik agar dapat meningkatkan kualitas kehidupan mereka.

2. Prosedur / Tahapan Pengembangan RPPProsedur pengembangan RPP seperti berikut ini. a. Mencantumkan identitas kelompok belajar dan program yang diikuti.b. Menentukan tema dan sub tema yang dipilih sesuai hasil analisis konteks/identifi kasi

kebutuhanc. Memperkirakan alokasi waktu yang diperlukan untuk mencapai kompetensi.d. Mencantumkan semua dimensi Kompetensi Inti yaitu Kompetensi Inti sikap,

Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Inti Keterampilan. KI merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai SKL pada setiap program pendidikan yang harus dicapai oleh peserta didik.

e. Menetapkan KD dan Indikator untuk semua dimensi (sikap, pengetahuan dan keterampilan). KD yang dipilih adalah KD berpasangan untuk dimensi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan, KD dimensi sikap ditentukan setelah mengkaji pasangan KD pengetahuan dan KD keterampilan, dengan menetapkan kegiatan pembelajaran apa yang direncanakan, maka kemudian dapat diketahui sikap apa yang akan terwujud sehingga dapat ditetapkan KD sikap apa yang dipilih. Adapun, penetapan Indikator sesuai dengan KD yang telah dipilih. Setiap Kompetensi Dasar (KD) memiliki emedy or pencapaian kompetensi sebagai tanda pengukuran pencapaian kompetensi.

f. Merumuskan tujuan pembelajaranTujuan pembelajaran adalah arah yang hendak dituju oleh proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran menuntun kepada apa yang hendak dicapai. Dalam membuat rumusan tujuan pembelajaran meliputi tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan dengan mengacu pada indikator. Tujuan pembelajaran hendaknya dibuat untuk setiap pertemuan agar jelas gambaran akhir dari satu pelaksanaan pembelajaran.

g. Mengidentifi kasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

51

mempertimbangkan potensi, disiplin ilmu, karakteristik daerah dan relevansi dengan kebutuhan dan kebermanfaatan peserta didik, serta alokasi waktu dan kesesuaian dengan tema/sub tema pembelajaran. Materi pembelajaran terdiri dari materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan

h. Mengembangkan metode pembelajaranMetode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan pembelajaran agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal atau strategi untuk tercapainya kegiatan pembelajaran.

i. Menetapkan media, alat dan sumber belajar yang akan digunakan pada kegiatan pembelajaran, dapat berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fi sik, alam, sosial dan budaya.

j. Mengembangkan kegiatan pembelajaran yang dirancang dengan memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fi sik melalui pembelajaran aktif yang melibatkan proses berpikir tingkat tinggi (high order thinking) peserta didik. Kegiatan pembelajaran dibuat untuk setiap pertemuan, dimana pada setiap pertemuan disusun dengan urutan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Adapun pengembangan kegiatan pembelajaran sebagai berikut:1) Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan ini, pendidik:• mengondisikan suasana belajar yang menyenangkan; • mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya

berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan; • menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan

sehari-hari; • menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan;

dan • menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

2) Inti• Kegiatan ini merupakan proses pembelajaran untuk mencapai Kompetensi

Dasar.• Kegiatan pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fi sik serta psikologis peserta didik.

• Kegiatan ini dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung.

3) Penutup• Menggambarkan kegiatan untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran.• Dapat berupa kegiatan merangkum, menyimpulkan, penilaian dan refl eksi,

umpan balik, dan tindak lanjut.k. Merancang Penilaian

Di dalam silabus telah ditentukan penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan emedy or. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN52

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian yaitu sebagai berikut: • Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi yaitu KD-KD pada

KI-2 dan KI-3. • Penilaian menggunakan acuan kriteria; • Sistem penilaian yang berkelanjutan. Ini mempunyai arti bahwa semua emedy or ditagih,

kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

• Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut, seperti program emedy dan program pengayaan.

Berikut ini uraian singkat dari prosedur/tahapan kerja penyusunan RPP:

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KELOMPOK BELAJAR : PKBM ..................PROGRAM : Pendidikan MultikeaksaraanTEMA : (berdasarkan hasil analisis konteks/identifikasi kebutuhan)SUBTEMA : (berdasarkan hasil analisis konteks/identifikasi kebutuhan) ALOKASI WAKTU : ........ X Pertemuan (sesuai KD yang hendak dicapai)

A. KOMPETENSI INTIKI-1 (mengacu pada Kurikulum Permendikbud tentang Pendidikan Multikeaksaraan)KI-2 ......................................................................................................................KI-3 ......................................................................................................................

B. KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR

KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN PEMBELAJARANKD-KI 1 Indikator dari KD-KI 1

KD-KI 2KD-KI 3 (KD berpasangan)

Indikator dari KD-KI 2 dan KD-KI 3

C. TUJUAN PEMBELAJARAN(Tujuan pembelajaran rumusannya dibuat mengacu pada indikator yang meliputi tiga dimensi yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Tujuan pembelajaran dibuat untuk setiap pertemuan)

D. MATERI PEMBELAJARAN(Materi pembelajaran terdiri dari materi pokok bahasan dan sub pokok bahasan)

E. METODE PEMBELAJARAN(strategi untuk tercapainya kegiatan pembelajaran.)

F. MEDIA, ALAT DAN SUMBER BELAJAR1. Media2. Alat3. Sumber Belajar

G. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN 1. Pertemuan 1

Kegiatan Pendahuluan (menkondisikan peserta didik untuk belajar dan menjelaskan kompetensi yang dipelajari)

Kegiatan Inti (proses mencapai kompetensi dengan belajar aktif dan prinsip belajar andragogi) Kegiatan Penutup (membuat rangkuman, simpulan, refleksi, dan tindak lanjut)

2. Pertemuan 2 Kegiatan Pendahuluan Kegiatan Inti Kegiatan Penutup

3. Pertemuan 3dst

H. PENILAIAN1. Teknik Penilaian2. Instrumen dan Penskoran(membuat penilaian proses pembelajaran)

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM, SILABUS, DANRENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

53

L A T I H A NBacalah model silabus pendidikan multikeaksaraan secara cermat dan dipahami. Pilihlah satu tema dengan sub tema yang berbeda dari yang pada buku model tersebut. Latihlah diri Anda untuk :

1. membuat silabus untuk satu sub tema (yang tidak ada di buku model), mulai dari pemetaan materi (aspek dan cakupan materi) dan menyusun silabus untuk satu KD berpasangan sesuai dengan format pada model silabus pendidikan multikeaksaraan.

2. Menyusun RPP dari silabus yang telah Anda kerjakan.

Catatan: Diperkenankan untuk melihat modul ini dalam berlatih membuat silabus dan RPP.

REFLEKSIPada modul ini Anda mempelajari tentang desain pengembangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan, pengembangan silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Refl eksikan diri Anda terhadap semua materi yang telah dipelajari. Catatlah materi mana yang belum dipahami atau sulit dipahami.

• Apakah bahasa modul yang sulit dipahami?• Apakah penjabaran materinya yang terlalu tinggi atau kurang sederhana contoh penjelasan

materinya?

Pelajari kembali materi yang belum dipahami. Apabila tetap sulit untuk dipahami mintalah pendampingan pada tutor/fasilitator.

DAFTAR PUSTAKAD irektorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Modul Orientasi Tutor Keaksaraan Usaha Mandiri: Modul 4, Desain Pengembangan Kurikulum, Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Keaksaraan Usaha Mandiri. Jakarta.

Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan. Jakarta.

Yaumi, Dr. Muhammad, M.Hum.,M.A 2013. Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. 2013. Pembangunan Manusia Berbasis Gender 2013. Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Peraturan Menteri Nomor 42 Tahun 2015, tentang Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Jakarta.

Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Naskah Akademik Pendidikan Nonformal Program Kepemudaan. Jakarta.

Reiser, Robert A. And Dempsey, Jhon V. 2012. Trends and Issues in Instructional Design and Technology, Third Edition. New York: Pearson.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN54

5MODUL

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN

METODA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN

MULTI KEAKSARAAN

KODE M-53 jam

Oleh:

Johan Winarni, S.P., M.Pd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 55

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN

METODA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN MULTI

KEAKSARAAN

A. Pengantar MateriPemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Pada pasal 12 ayat (1) Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan menggunakan strategi pembelajaran andragogis, fungsional, praktis tematik, dan metode pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka, tutorial, dan/ atau penampingan. Dengan kata lain, para tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menggunakan pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran multikeaksaraan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar sesuai dengan tema multikeaksaraan yang dipilih.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul pengembangan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam:1. Memahami beberapa pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan

multikeaksaraan; 2. Mampu memilih dan memadukan penggunaan pendekatan, strategi, dan metode dalam

kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.;

C. Petunjuk Penggunaan1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara:

a. menggali pengalaman dan membuat analog dari suatu kegiatan kepada peserta dengan menganalogkan tentang pendekatan, strategi, dan metode pendidikan keaksaraan;

b. menyamakan paradigma tentang urgensi pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan;

c. menjelasakan paradigma pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan;.; dan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN56

d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk menguasai penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 45 menit

1) menjelaskan tentang pengertian pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

2) menginformasikan tentang jenis pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan, sesuai dengan apa yang terdapat pada silabus.

3) Mendeskripsikan dengan contoh penggunaan pendekatan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran dalam mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan.

b. pemberian penguatan: 5 menit1) menguatkan kembali pengertian dan jenis pendekatan pemblejaran pendidikan

multikeaksaraa2) mempersilahkan 2 (dua) orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan

yang diungkapkan oleh fasilitator. c. Ice breaking sejenak 5 menit

3. Melaksanakan diskusi sekitar 45 menit kelompok tentang penggunaan pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan tema dan kompetensi pendidikan multikeaksaraan., dengan cara:d. membagi peserta ke dalam 5 (lima) kelompok. Pembagian kelompok mengacu pada

tema belajar program multikeaksaraan, yaitu: 1) tema profesi, keahlian, dan pekerjaan, subtema pekerjaan dan usaha di bidang

pertanian;2) tema pengembangan seni budaya, subtema kearifan budaya lokal;3) tema sosial, politik dan kebangsaan, subtema wawasan kebangsaan;4) tema kesehatan dan olahraga, subtema kesehatan lansia; dan5) tema ilmu pengetahuan dan teknologi, subtema literasi keuangan.

4. Mempersilahkan dari perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya selama 45 menit.

5. Melaksanakan refl eksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 5 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan terkait pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan mulikeaksaraan.

D. Materi1. Apersepsi

Pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memahami paradigma metodologi pembelajaran yang meliputi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran serta memilih strategi

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 57

dan metode yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan sehingga mempermudah peserta didik untuk mempercepat pencapaian kompetensi multikeaksaraan.

PARADIGMA METODOLOGI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PENDEKATAN

(Partisipatif , Andragogi)

Gambar 1. Paradigma Metodologi Pembelajaran Multikeaksaraan

2. Pentingnya Tutor Memami Pendekatan, Strategi, dan Metode PembelajaranPembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran yang berhasil guna, memerlukan teknik, metode, dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik, materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan efektif.

Tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memahami dan menguasai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaan pendidikan keaksaraan khususnya multikeaksaraan dengan baik untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar untuk mencapai kompetensi multikeaksaraan.

Karenanya pada orientasi tutor ini, para peserta akan dibimbing secara praktis dalam memahami pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran serta memilihnya mana yang sesuai dengan kebutuhan belajar peserta. Selanjutnya diharapkan dapat diterapkan para tutor di lapangan, sehingga mereka mampu: a. Memahami pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran pendidikan keaksaraan

khususnya multikeaksaraan;

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN58

b. Memilih dan menerapkan pendekatan, streategi, dan metode yang tepat untuk kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

Bagian utama dari program pendidikan multikeaksaraan adalah proses pembelajaran yang dalam pelaksanaannya harus mengacu pada standar proses dalam standar nasional pendidikan. Standar proses yang dimaksud merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan multi keaksaraan.

Posisi pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajarn ada di dalam proses pembelajaran. Dimana jika mengikuti alur Input-Proses-Output, maka proses pembelajaran inilah yang merupakan terjadinya interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai kompetensi keaksaraan yang harus dicapai. Input meliputi peserta didik, pendidik, sarana prasarana pembelajaran, pembiayaan, manajemen, lingkungan fi sik, dan lingkungan non fi sik. Proses meliputi strategi dan metode pembelajaran. Output adalah peserta didik yang lulus program pendidikan multikeaksaraan dan mencapai kompetensi multikeaksaraan serta mendapatkan Surat Keterangan Melek Aksara Lanjutan (SUKMA-L). Posisi strategi dan metode pembembelajaran multikeaksaraan sebagaimana dalam bagan berikut ini.

Gambar 2. Posisi Pendekatan, Strategi, dan Metode PembelajaranPendidikan Multikeaksaraan

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 59

3. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan MultikeaksaraanPendidikan multikeaksaraan tidak semata-mata dipandang sebagai kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, melainkan juga mempersiapkan individu untuk berperan dalam pembangunan ekonomi, sosial, dan sebagai warga negara. Pendidikan multikeaksaran yang dikenal dengan pasca-keaksaraan (post literacy) dapat dipandang sebagai konsep, proses dan program (Kusmiadi, 2007). Sebagai konsep, pendidikan pasca-keaksaraan merupakan bagian dari pendidikan sepanjang hayat, pendidikan orang dewasa dan pendidikan berkelanjutan. Tentunya, pendidikan multikeaksaraan sebagai bagian dari pendidikan berkelanjutan, program pendidikan multikeaksaraan berupaya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi belajarnya setelah mengikuti program keaksaraan dasar. Di sisi lain, konsep pendidikan multikeaksaraan ini selain memberikan keterampilan keaksaraan, juga secara langsung maupun tidak langsung berusaha mentransformasi peserta didik menjadi “manusia seutuhnya” yang terdidik, sehingga menjadi aset yang secara sosio-ekonomi produktif bagi masyarakatnya dan mampu berpartisipasi aktif dan produktif dalam proses pembangunan bangsanya.

Demikian pula pendidikan multikeaksaraan sebagai program merupakan kegiatan yang secara khusus dikembangkan untuk mereka yang baru melek aksara dan dirancang untuk membantunya menjadi melek aksara fungsional serta menjadi peserta didik yang otonom, sehingga mereka lebih berdaya dalam kehidupannya.

Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan, adalah bahwa peserta didik tidak dijadikan objek dari berbagai proses pembelajaran, tetapi merupakan subjek pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan konsep demikian, pemberdayaan peserta didik harus mengikuti pendekatan sebagai berikut: Pertama, upaya itu harus terarah (targetted). Ini yang secara populer disebut pemihakan. Ia ditujukan langsung kepada yang memerlukan, dengan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN60

program yang dirancang untuk mengatasi masalahnya dan sesuai kebutuhan belajarnya. Kedua, program ini harus langsung mengikutsertakan atau bahkan dilaksanakan oleh masyarakat yang menjadi sasaran. Mengikutsertakan masyarakat yang akan dibantu mempunyai beberapa tujuan, yakni supaya bantuan tersebut efektif karena sesuai dengan kehendak dan kemampuan serta kebutuhan belajar mereka. Selain itu, sekaligus meningkatkan keberdayaan (empowering) peserta didik dengan pengalaman dalam merancang, melaksanakan, mengelola, dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri. Ketiga, menggunakan pendekatan kelompok karena secara sendiri-sendiri peserta didik miskin sulit dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Juga lingkup bantuan menjadi terlalu luas kalau penanganannya dilakukan secara individu.

Pendekatan kelompok inilah yang lebih efektif dan jika dilihat dari penggunaan sumber daya juga lebih efi sien. Di samping itu, kemitraan usaha antara kelompok tersebut dan kelompok yang lebih maju harus terus-menerus dibina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan memajukan. Selanjutnya, untuk kepentingan analisis, pemberdayaan peserta didik harus dapat dilihat baik dengan pendekatan komprehensif rasional maupun instrumental. Pembelajaran dan pemberdayaan perlu menjadi strategi untuk menyusun rancangan kurikulum multikeaksaraan.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan, dan melatari pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu pendekatan andragogi dan pendekatan pedagogi.

Terkait dengan pendidikan nonformal dan pendidikan sepanjang hayat, termasuk di dalamnya multikeaksaraan, Kindervatter (1979:46) mengemukakan, bahwa pendekatan pendidikan nonformal adalah proses pemberdayaan (nonformal education as empowering proccess), yang meliputi: pendekatan berdasarkan kebutuhan (need oriented), pendekatan berdasarkan keadaan setempat (indigenous), pendekatan berdasarkan rasa terciptanya percaya diri dan kemandirian (self reliant), pendekatan yang mengutamakan aspek lingkungan (ecological sound), dan pendekatan yang berorientasi transformasi struktural (based on structural transformation).

Sementara itu dalam pendidikan Multikeaksaraan yang mayoritas peserta didiknya orang dewasa pendekatan yang paling cocok yaitu pendekatan andragogi, tepatnya partisipasi-andragogi yaitu pendekatan yang membantu menumbuhkan kerjasama dalam menemukan dan menggunakan hasil-hasil temuannya yang berkaitan pengembangan peran dan fungsi untuk kemandirian berkarya di masyarakat serta meningkatkan kualitas hidup yang dapat merangsang kemampuan berusaha secara individu, maupun kelompok. Dalam implementasinya pada pendidikan Multikeaksaraan, pendekatan tersebut dielaborasikan dengan konstruk pembelajaran yang bersifat: 1) induktif, membangun pengetahuan melalui kejadian atau fenomena empirik dengan menekankan belajar pada pengalaman langsung. Tutor dapat mempergunakan berbagai isu dan fenomena yang berdampak baik langsung maupun tidak langsung terhadap peserta didik; 2) tematik, mengorganisasikan pengalaman-pengalaman dan mendorong terjadinya pengalaman belajar yang meluas

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 61

tidak hanya tersekat-sekat oleh batasan pokok bahasan, sehingga dapat mengaktifkan peserta didik dan menumbuhkan kerjasama; 3) konstruktif, menumbuhkan pengakuan bahwa setiap peserta didik mempunyai pandangan tersendiri terhadap dunia dan alam sekitarnya berdasarkan pengalaman individu dalam menghadapi dan menyelesaikan situasi yang tidak menentu; 4) berbasis lingkungan, meningkatkan relevansi dan kebermanfaatan pembelajaran Multi Keaksaraan bagi peserta didik sesuai potensi dan kebutuhan lokal.

Pendekatan dalam pendidikan multikeaksaraan, menekankan pada Pembelajaran Berbasis Karya. Diadopsi peristilahannya dari Project Based Learning (PBL) yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang

memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan

proyek/karya secara kolaboratif yang pada akhirmya menghasilkan produk kerja yang dapat

dipresentasikan kepada orang lain.

Dari pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi

pembelajaran yang didalamnya terdapat unsur: 1) menetapkan spesifi kasi dan kualifi kasi tujuan

pembelajaran yakni perubahan profi l perilaku dan pribadi peserta didik; 2) mempertimbangkan dan

memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif; 3) mempertimbangkan dan

menetapkan langkah-langkah atau prosedur, dan teknik pembelajaran; 4) menetapkan norma-norma

dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.

4. Strategi Pembelajaran Pendidikan MultikeaksaraanStrategi pembelajaran merupakan suatu seni dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif (T. Raka Joni, 1992). Cara-cara yang dipilih dalam menyusun strategi pembelajaran meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik (Gerlach and Ely). Strategi belajar mengajar tidak hanya terbatas pada prosedur dan kegiatan, melainkan juga termasuk di dalamnya materi pengajaran atau paket pengajarannya.

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif ”, serta “memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fi sik, serta psikologis peserta didik” merupakan strategi pembelajaran yang harus dilakukan. Strategi pembelajaran, adalah upaya untuk mewujudkan kegiatan belajar yang bermakna, kreatif, partisipatif, dan efektif sehingga dapat mempermudah penumbuhan dan pemerolehan kompetensi Multikeaksaraan peserta didik (Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, 2014).

Secara teoritis, strategi pembelajaran seperti yang dimaksudkan di atas, salah satunya disebut sebagai strategi pembelajaran partisipatif yaitu strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam proses pembelajarannya baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian kegiatan pembelajaran atas dasar beberapa prinsip pembelajaran: sesuai kebutuhan belajar, berorientasi pada tujuan pembelajaran, berpusat pada peserta didik, dan berangkat dari pengalaman belajar peserta didik (Sudjana, 2000). Strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Dalam praktiknya, terdapat sedikitnya enam strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan. Keenam strategi pembelajaran itu adalah

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN62

pembelajaran berbasis teks, PRA, penugasan, penggalian dan penyelesaian masalah, BDPS, dan Refl ect. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.

Strategi yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, antara lain:

Pertama, strategi pembelajaran berbasis teks, merupakan pembelajaran yang mempergunakan teks-teks untuk menumbuhkan kembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung sehingga teks tersebut bisa menjadi media percepatan pemerolehan kompetensi berbahasa Indonesia pada peserta didik pendidikan keaksaraan yang terintegrasi dengan lima area multikekeaksaraan yaitu (1) Tema Profesi, Keahlian, dan Pekerjaan, Subtema Pekerjaan dan Usaha di Bidang Pertanian, (2)Tema Pengembangan Seni Budaya, Subtema Kearifan Budaya Lokal, (3)Tema Sosial, Politik, dan Kebangsaan, Subtema Wawasan Kebangsaan, (4) Tema Kesehatan dan Olahraga, Subtema Kesehatan Lansia, (5) Tema Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Subtema Literasi Keuangan.

Pada pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, pembelajaran berbasis teks; dipergunakan terutama untuk kegiatan membaca dan menulis melalui teks penjelasan tentang tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati; teks penjelasan tentang profesi, pekerjaan atau kemahiran di bidang yang diminati, teks khusus berbentuk brosur dan leafl et, teks tabel/ diagram/grafi k, teks narasi, teks laporan, teks petunjuk atau arahan tentang tentang pekerjaan, profesi, atau kemahian di bidang yang diminati.

Teks penjelasan adalah bacaan yang menceritakan proses yang ditandai dengan kata “mengapa” dan “bagaimana” dengan struktur kalimat berisi tentang pengenalan, penjelasan, dan penutupan.

Teks Khusus adalah kata atau kalimat yang dipergunakan untuk mengisi dokumen tertentu, cirinya bersifat resmi dan formal.

Teks Petunjuk/Arahan adalah bacaan yang berisi petunjuk pengerjaan sesuatu secara berurutan, cirinya berbentuk kalimat perintah dan kata penghubung seperti pertama, berikutnya, lalu, setelah itu, terakhir, dll.

Teks Narasi adalah bacaan yang berisi cerita mengenai suatu peristiwa atau kejadian serta bagaimana peristiwa itu berlangsung berdasarkan urutan waktu yang di dalamnya terdapat kalimat majemuk yang menggunakan kata dan, tetapi, walaupun, meskipun, dll.

Teks laporan adalah bacaan yang berisi laporan hasil pengamatan tentang suatu kejadian secara umum, objektif, dan tidak mengandung prasangka.

Teks Tabel/Diagram adalah data berupa kata, kalimat atau bilangan yang tersusun dengan garis pembatas sebagai kolom-kolom berupa prediksi dan rencana jumlah produksi, penjualan, dan pembelian pada kegiatan usaha untuk menentukan rugi laba.

Langkah pengembangan berbasis teks dalam pembelajaran multikeaksaraan menggunakan empat langkah berikut:a. Membangun konteks, melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya dan bertanya

tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya. Pada langkah membangun konteks peserta didik dapat didorong untuk memahami tujuan yang

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 63

melatari bangun teks. Pada proses ini peserta didik mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di sini peserta didik dapat mengungkap hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut dalam kegiatan belajar;

b. Membentuk model teks, pada langkah ini peserta didik didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu dengan memperhatikan:• Simbol;• Bunyi;• Tata bahasa dan;• Makna.

c. Pada tahapan ini peserta didik dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya.

d. Membangun teks bersama-sama, menyusun teks bersama masih dalam kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan dengan menyaji. Peserta didik dapat menggunakan hasil mengeksplorasi model-model teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan semua peserta didik dapat memperoleh pengalaman mencipta teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu;

e. Membangun teks secara mandiri, titik tekan pada peserta didik supaya dapat menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta teks yang baru

Kedua, strategi pembelajaran berbasis proyek/benda; dipergunakan untuk membelajarkan materi berhitung yang berkenaan dengan penggunaan pecahan sederhana, bilangan, dan uang serta penggunaan hasil pengukuran bangun datar, dan ruang sederhana dalam kegiatan usaha. Pembelajarannya dapat diaktualisasikan melalui strategi praktik membuat suatu produk inovatif dari bidang yang diminati dari lima tema multikeaksaraan tersebut.

Strategi pembelajaran berbasis karya/produk dapat disajikan pada bagan berikut ini:

Ketiga, strategi pembelajaran yang berbasis pada pengalaman sendiri (Belajar Dari Pengalaman Sendiri (BDPS) yaitu strategi belajar yang memanfaatkan pengalaman belajar peserta didik, informasi dan ide-ide yang dimiliki peserta didik yang akan selalu mengiringi proses pembelajaran selanjutnya. Strategi pembelajaran seperti ini sedikit banyak diilhami oleh asumsi belajar yang dibangun oleh Knowles dalam merumuskan andragoginya bahwa orang dewasa telah memiliki pengalaman belajar sendiri.

Strategi BDPS mencakup teknik tabel, diagram, peta, garis waktu, dan transek.atau pengkajian pembelajaran secara partisipatif, yang bertujuan memberdayakan masyarakat

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN64

dalam menganalisis, mengembangkan berbagai pengetahuan tentang kehidupan setempat, keadaan dan surnber dayanya untuk membuat rencana dan bertindak dengan lebih baik. Peserta didik dapat berdiskusi tentang pengetahuan dan situasi setempat, pengalamannya, belajar membaca, menulis, berhitung, menganalisis dan merencanakan kegiatan untuk rneningkatkan berbagai potensi yang ada pada lingkungan masyarakat setempat

Sebagai contoh penerapan strategi BDPS dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, dapat dipahami pada prosedur serikut ini;a. Tutor membuka pertemuan dengan menanyakan perasaan/pengalaman;b. Meminta peserta didik mengemukakan ide/gagasan, perasaan, pengalaman atau

masalah yang dihadapinya;c. Meminta peserta didik berdiskusi tentang salah satu topik;d. Tutor membuat tabel kosong, peta buta, atau kalender kegiatan dan meminta semua

peserta didik untuk mengisi tabel, peta atau kalender kegiatan tersebut;e. Jika topik yang dipilih adalah mengenai kegiatan sehari-hari, pengalaman atau

tentang perasaan peserta didik, maka meminta peserta didik yang bersangkutan untuk mengemukakan dan menceritakan kembali, sedangkan peserta didik lainnya menanggapi;

f. Meminta peserta didik menuliskannya pada papan tulis membacanya;g. Meminta semua peserta didik membaca hasil tulisan tersebut baik secara bersama-sama

maupun bergiliran;h. Meminta peserta didik mendiskusikannya;i. Meminta peserta didik untuk mengkritisi dan memperbaiki ide/gagasan, ejaan, tanda

baca dan sebagainya;j. Meminta peserta didik menulis pada buku masing-masing; dan;k. Meminta semua peserta didik untuk membaca hasil tulisannya sendiri.

Keempat, strategi pembelajaran “menggali masalah dan memecahkan masalah (problem possing and problem solving)” yang dikembangkan pertama kali oleh Paulo Freire, merupakan strategi pembelajaran yang memunculkan masalah baik individu maupun kelompok yang kurang disadari oleh peserta didik sendiri dan merupakan strategi memecahkan masalah yang dilakukan oleh peserta didik sendiri tanpa keterlibatan pihak luar.

Ada dua hal yang sangat berkaitan dalam problem possing, yaitu: “Bagaimana memunculkan masalah” dan “Bagaimana membuat pertanyaan kunci”. “Pertanyaaan kunci” adalah suatu cara menggunakan pertanyaan-pertanyaan penting untuk “membuka pintu diskusi”. Pertanyaan kunci ini dapat digunakan untuk menganalisis dan memunculkan masalah serta potensi pemecahannya.Teknik ini digunakan terutama untuk membantu peserta didik mengidentifi kasi dan menganalisis masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan memanfaatkan potensi yang ada di lingkungan sekitar dan pemecahanannya. Peran tutor di sini adalah mengajukan “pertanyaan kunci” kepada peserta didik.

Pertanyaan kunci dalam problem possing menjadi sangat penting karena tutor hanya memandu dan mengarahkan pikiran peserta didik dalam menemukan masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari yang kadang-kadang tidak disadari bahwa hal tersebut merupakan masalah kehidupannya. Dengan menggunakan pertanyaan kunci, mereka dirangsang untuk berpikir dan menganalisis sesuatu masalah yang belum disadarinya untuk dibahas secara bersama-sama di kelompok belajar.

Pembelajaran berbasis masalah dalam pembelajaran Multikeaksaraan, dikelola melalui strategi:

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 65

a. Menghimpun masalah berkenaan dengan kegiatan usaha;b. Menyajikan masalah;c. Membangkitkan ketertarikan peserta didik pada masalah;d. Memberi kesempatan untuk memahami masalah;e. Mendiskusikan gagasan strategi pemecahan masalah;f. Memandu peserta didik untuk merefl eksikan pemecahan masalah, dan;g. Mengaitkan hasil belajar dengan pelajaran membaca, menulis dan berhitung.

Kelima, strategi penugasan yaitu strategi pembelajaran yang memberikan seperangkat tugas kepada peserta didik untuk menyelesaikan suatu tugas tertentu sehingga peserta didik mempunyai kesempatan untuk menunjukkan seluruh kemampuannya. Strategi pembelajaran seperti ini merupakan implementasi dari strategi pembelajaran yang menekankan kepada belajar sambil melakukan atau mengerjakan. Dan ini merupakan prinsip belajar yang harus dilakukan oleh pebelajar orang dewasa: belajar dengan melakukan sesuatu. Penugasan di sini tentu berbentuk tugas yang memperhatikan standar kompetensi yang akan dicapai oleh peserta pendidikan Multi Keaksaraan yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan spesifi kasi materi bahan ajarnya. Termasuk dalam hal ini adalah praktik kegiatan usaha.

Keenam, strategi Refl ect, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi refl ect dilakukan melalui daur Refl eksi-Aksi dan Refl eksi Kembali (refl ection—action—and futher refl ection). Dengan menggunakan daur ini dalam proses pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, maka akan tumbuh kesadaran peserta didik atau warga, masyarakat yang responsif terhadap kenyataan hidup dan lingkungan, serta dapat bertindak untuk meningkatkan mutu kehidupan dan memperbaiki lingkungannya. Prinsip yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan strategi refl ect ini, ialah masyarakat sendiri berpikir dan berbuat (refl ection-action) terhadap dan di dalam dunia kehidupannya. Strategi refl ect juga berguna untuk mengembangkan materi-materi pembelajaran sendiri melalui pembuatan peta, kalender, matrik, dan diagram-diagram konstruktif yang mewakili kenyataan yang ada di daerah setempat terkait kegiatan usaha, dengan memperhatikan pengetahuan lokal dari peserta didik dan menganalisis masalah-masalah lokal secara lebih rinci, seperti yang digunakan dalam strategi PRA. Contohnya pemetaan minat, potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia, peluang usaha dari suatu usaha yang akan dikembangkan oleh kelompok.

Dalam proses pembelajaran, peserta didik diberi kesempatan untuk mengembangkan sendiri materi-materi belajarnya, sehingga tumbuh rasa memiliki terhadap rencana belajar dan rencana kerja/aksi yang berasal dari gagasan mereka, sehingga pada akhirnya mengubah perilaku dan sikapnya. Dalam proses belajarnya, baik peserta didik maupun tutor sama-sama belajar, dan sama-sama memiliki kesempatan untuk merefl eksikan kembali peran dan posisi masing-masing, serta menggali potensi yang ada di dalam diri mereka untuk berubah ke arah yang lebih positif. Tiap orang memiliki potensi yang dapat dimotivasi, dikembangkan, dan diberdayakan. Karena itu dalam proses pembelajaran Multikeaksaraan bagi peserta didik maupun tutor harus dapat berkembang secara mandiri.

Peserta didik dan tutor saling belajar, masing-masing mengemukakan ide dan menganalisis kehidupannya, mengidentifi kasi keberadaannya, dan menggali potensi yang ada dalam diri mereka untuk berubah ke arah yang lebih positif. Setiap orang memiliki potensi untuk berkembang dan berdaya/berbuat. Proses belajar dan program Multikeaksaraan, ini isinya ditentukan oleh peserta didik. Peran tutor adalah untuk mengembangkan proses analisis,

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN66

bukan mendikte isinya. Hal ini bukan berarti tutor tidak dapat memberikan pengalamannya dan pandangannya, karena tutor juga merupakan peserta dalam keseluruhan proses. Dalam proses pembelajaran yang menggunakan strategi refl ect, terjadi interaksi belajar multi arah antara tutor dan peserta didik, dimana mereka berbagi pengalaman baru antara satu dengan yang lainnya. Namun, para tutor sangat penting dalam “mensintesis pembelajaran” kelompok belajar.

5. Metode Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jika strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual, maka untuk mengimplementasikannya digunakan metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a plan of operation achieving something” sedangkan adalah “a way in achieving something”.

Yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah cara memproses kegiatan belajar agar peserta didik dapat berinteraksi secara aktif yang memungkinkan terjadinya perubahan dalam diri peserta didik. Sebelum menetapkan jenis pembelajaran yang akan dilakukan perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam memilih metode pembelajaran seperti yang dikembangkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat (2014), yaitu:a. berorientasi pada tujuan yang dicapai;b. sesuai dengan karakteristik orang dewasa;c. sesuai media belajar yang akan digunakan;d. berkait dengan tingkat kemampuan dan kemudahan peserta didik dalam menyerap

materi;e. efi sien, efektif, memiliki daya tarik, dan membanginkat suasan belajar dalam kelompok;

danf. berorientasi pada kemampuan awal peserta didik.

Dalam melaksanakan praktik pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, metode pembelajaran yang dapat dipergunakan untuk mendukung penerapan pendekatan dan strategi pembelajaran Multikeaksaraan, antara lain: a. Metode Ceramah; menyampaikan materi, konsep, pengalaman atau informasi lain

yang berkaitan dengan penanaman sikap, wawasan dan pemberian bekal pengetahuan;b. Metode Diskusi; upaya secara bersama-sama memahami suatu konsep belajar

menggalang kerjasama dan saling menghargai serta bertukar gagasan atau pengalaman;c. Metode Penugasan; adalah cara penyajian materi melalui penugasan peserta didik untuk

melakukan suatu pekerjaan. Pemberian tugas dapat secara individual atau kelompok. Pemberian tugas untuk setiap peserta didik atau kelompok dapat sama dan dapat pula berbeda. Agar pemberian tugas dapat menunjang keberhasilan proses pembelajaran, maka: 1) tugas harus bisa dikerjakan oleh peserta didik atau kelompok peserta didik, 2) hasil dari kegiatan ini dapat ditindaklanjuti dengan presentasi oleh peserta didik dari satu kelompok dan ditanggapi oleh peserta didik dari kelompok yang lain atau oleh tutor yang bersangkutan, serta 3) di akhir kegiatan ada kesimpulan yang didapat. Penugasan memberikan pengalaman awal, memupuk rasa percaya diri untuk belajar berani melakukan sesuatu dalam situasi sesungguhnya yang berguna untuk menggali alternatif pemecahan masalah;

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 67

d. Metode DrillMelalui metode drill, peserta didik dapat:• Memiliki ketrampilan motoris/gerak; seperti menghafalkan kata-kata, dan menulis;• Mengembangkan kecakapan akademis, seperti mengalikan, membagi,

menjumlahkan, dan mengurangi;• Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain,

seperti hubungan sebab-akibat banyak hujan – banjir; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.

Dalam menjalankan drill, ada beberapa syarat yang harus ditempuh untuk memperoleh hasil yang optimal, antara lain:• Belajar harus menarik dan menyenangkan;• Hanya untuk keterampilan tindakan yang bersifat otomatik;• Diberikan dengan memperhatikan kemampuan/daya tahan peserta didik;• Adanya pengarahan dan koreksi dari tutor yang melatih sehingga peserta didik

tidak perlu mengulang suatu respons yang salah;• Diberikan secara sistematis;• Lebih baik diberikan kepada perorangan, karena memudahkan pengarahan dan

koreksi.• Latihan harus diberikan terpisah menurut kompetensi yang akan diajarkan.

e. Metode global; sering disebut kalimat kunci adalah bentuk, lafal dan arti dari kalimat, kemudian kalimat diuraikan menjadi kata per kata, suku kata dan huruf. Metode global dikenalkan dalam global atau sering disebut kalimat kunci adalah bentuk, lafal dan arti dari kalimat, kemudian kalimat diuraikan menjadi kata per kata, suku kata dan huruf. ini digunakan dengan cara yang sama seperti pada penggunaan kata kunci. Perbedaannya, pada kata kunci dimulai dengan kata, sedangkan pada ini dimulai dengan kalimat sebagai kuncinya;

Metode global ini digunakan dengan cara yang sama seperti pada penggunaan kata kunci. Perbedaannya, pada kata kunci dimulai dengan kata, sedangkan pada ini dimulai dengan kalimat sebagai kuncinya. Caranya secara ringkas adalah sebagai berikut:• Mengenalkan bentuk dan lafal kata pada suatu kalimat

Misal: Batik merupakan kekayaan budaya Indonesia• Melafalkan kalimat secara berulang-ulang hingga paham tiap arti kata dan kalimat

secara keseluruhan• Menguraikan kalimat menjadi kata-kata

Misal: Batik- merupakan- kekayaan-budaya- Indonesia• Menguraikan kata menjadi suku kata

Misal: Ba-tik- me-ru-pa-kan- ke-ka-ya-an-bu-da-ya- In-do-ne-si-a• Menguraikan suku kata menjadi huruf

Misal: B-a-t-i-k- m-e-r-u-p-a-k-a-n- k-e-k-a-y-a-a-n-b-u-d-a-ya- I-n-d-o-n-e-s-i-a

• Merangkaikan huruf menjadi suku kata baruMisal: Ba-tik- me-ru-pa-kan- ke-ka-ya-an-bu-da-ya- In-do-ne-si-a

• Merangkaikan suku kata baru menjadi kata-kata baruMisal: Batik- merupakan- kekayaan-budaya- Indonesia

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN68

f. Metode SAS (Struktur-Analisis-Sintesis)Metode pembelajaran yang sering dan sudah lama dipergunakan dalam pembelajaran Multikeaksaraan adalah metode struktur-analisis-sintesis (SAS) yang menekankan bahwa belajar membaca dan menulis akan bermanfaat serta menarik minat peserta didik jika menggunakan berbagai informasi yang dekat dan dikenal oleh mereka.

Pembelajaran ini memiliki tiga tahapan kegiatan pembelajaran yaitu, pertama, struktur, tutor menyusun struktur kalimat yang lengkap terdiri dari subyek-predikat-obyek dan keterangan. Kedua, analisis, peserta didik memahami arti suatu kalimat kemudian diuraikan menjadi kata, suku kata, sampai dengan huruf (dianalisis).Di samping itu, peserta didik menghafal dan melafalkan huruf-huruf yang membangun kata dan kalimat tersebut.Ketiga, tahap sintesis, peserta didik diminta menyusun huruf-huruf menjadi suku kata, kata, dan kalimat semula (sintesis). Tahap ini bertujuan untuk memberikan penguatan terhadap hafalan dan struktur dari hasil proses pada tahap selanjutnya.

SAS ini dilihat dari arti namanya dan cara penyampaiannya adalah hampir sama dengan global. Bedanya jika global dalam penguraian tidak begitu mementingkan perangkaian huruf menjadi kalimat. SAS mementingkan perangkaian sesudah penguraian.• Mengenalkan sebuah gambar, misalnya gambar semangkuk mi bakso• Mengenalkan satu kalimat sesuai dengan isi gambar

Misalnya: Tubuh kita memerlukan gizi yang seimbang• Melafalkan kalimat sehingga paham artinya• Menguraikan kalimat menjadi kata

Tubuh -kita –memerlukan- gizi –yang- seimbang• Menguraikan kata menjadi suku kata

Tu-buh –ki-ta –me-mer-lu-kan- gi-zi –yang- se-im-bang• Menguraikan suku kata menjadi huruf

T-u-b-u-h –k-i-t-a –m-e-m-e-r-l-u-k-a-n- g-i-z-i –y-a-n-g- se-i-m-b-a-n-g • Merangkaikan huruf menjadi suku kata

Tu-buh –ki-ta –me-mer-lu-kan- gi-zi –yang- se-im-bang• Merangkaikan suku kata menjadi kata

Tubuh -kita –memerlukan- gizi –yang- seimbang • Merangkaikan kata menjadi kalimat

Tubuh kita memerlukan gizi yang seimbang

Metode SAS hampir sama dengan global. Bedanya jika global dalam penguraian tidak begitu mementingkan perangkaian huruf menjadi kalimat. SAS mementingkan perangkaian sesudah penguraian;

Sama halnya dengan metode yang lain, metode pembelajaran ini memiliki juga kelebihan dan kelemahan.Kekuatannya berupa pembelajaran yang didasarkan pada penyusunan kalimat itu tidak berdiri sendiri dan dibangun berdasarkan pikiran, ide, ucapan dan tulisan yang terdiri atas kata, suku kata, huruf, dan tanda baca. Kelemahannya berupa kalimat yang ditulis bukan berasal dari peserta didik, kalimat tersebut tidak memiliki makna bagi peserta didik atau kadang tidak fungsional, pemenggalan/pengkombinasian suku kata seringkali tidak memiliki kamna fungsional bagi peserta didik, dan kalau digunakan

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 69

secara terus menerus akan membuat kebosanan pada peserta didik.

g. Metode Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB)Metode Pendekatan Pengalaman Berbahasa (PPB) ini merupakan cara pembelajaran Multikeaksaraan (baca-tulis-hitung) berdasarkan pengalaman peserta didik sendiri. Metode ini dilaksanakan melalui proses belajar yang berasal dari gagasan/ide atau kalimat yang diucapkan oleh peserta didik sendiri bukan dari pihak lain dengan menggunakan bahasa ucapan atau bahasa tutur. Dalam pembelajaran ini peserta didik dilibatkan dalam memikirkan bahwa suatu kalimat itu tidak berdiri sendiri dan dibangun berdasarkan pikiran, ide, ucapan dan tulisan yang terdiri atas kata, suku kata, huruf, dan tanda baca. Ciri khusus metode pembelajaran pendekatan pengalaman berbahasa ini terletak pada penggunaan bahasa ucapan atau tutur dari peserta didik sendiri.

Langkah-langkah yang bisa dilakukan oleh Tutor dalam membelajarkan calistung kepada peserta didik dengan menggunakan tehnik PPB adalah sebagai berikut:

• Siapkan kertas manila panjang warna putih, spidol dan isolasi.• Di awal pembelajaran mintakan peserta didik untuk menentukan suatu tema,

kemudian mengungkapkan satu kalimat yang berhubungan dengan tema itu menggunakan kata-katanya sendiri.

• Misalnya muncul kalimat: Bapak pergi ke sawah. Tuliskan kalimat itu di papan tulis.

Bapak pergi ke sawah• Bacakan kalimat di atas dengan lantang bersama-sama dengan peserta didik,

kemudian mintakan mereka untuk mengucapkan kalimat tersebut berulang-ulang sampai lancar.

• Tutor menulis kalimat tersebut pada kertas, kemudian memotongnya kata per kata. Tempelkan di papan tulis.

Bapak pergi ke sawah

• Tutor membantu peserta didik mengingat kata-kata di atas dengan menggunakan permainan, seperti misalnya buka tutup kata, memindahkan posisi, dan sebagainya.

• Contoh:

Bapak sawah

pergi ke

ke sawah• Tutor membimbing peserta didik menyusun kata-kata tersebut sampai membentuk

kalimat yang benar dan dapat dimengerti.• Peserta didik menyalin kalimat tersebut dalam buku catatannya dan memasukkan

kata-kata baru yang ditemuinya kedalam kamus pribadinya.• Tutor membimbing peserta didik untuk praktek memotong huruf dari suku kata

maupun memotong kata dari kalimat, sampai paham benar.• Peserta didik diminta menghitung kata :

Bapak – pergi – ke - sawah = 4 kataBa - pak – per - gi – ke – sa – wah =7 suku kataB-a-p-a –k- p-e-r-g-i – k-e –s-a-w-a-h = 17 huruf

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN70

Huruf vokal :

a = 4e = 2i = 1Jumlah = 7Huruf Konsonan:

bks

===

121

p = 2r = 1g = 1k = 2Jumlah = 10

Setelah mengenal metode-metode pembelajaran pendidikan Multi keaksaraan, selanjutnya pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu secara spesifi k. Dalam pendidikan Multikeaksaraan dikenal beberapa teknik belajar, antara lain mengeblat, menjiplak, menghubungkan titik-titik, berhitungpermulaan, belajar melalui KTP/ formulir, membaca melalui bahan bacaan yang telah disederhanakan, menulispadakorandinding, surveymatematika, garis waktu, peta, uang dan belajarmelaluipermainan.

6. Teknik PembelajaranBerikut ini merupakan beberapa contoh teknik yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan:a. Belajar menulis melalui teks khusus; banyak teks khusus yang bias dipergunakan

sebagai sumber belajar, seperti: KTP, formulir pendaftaran, kuitansi, rekening, dll;b. Menulis pengalaman; peserta didik biasanya sudah mempunyai pengalaman dalam

kegiatan berusaha atau membuat suatu produk usaha. Pengalaman tersebut bisa dijadikan sebagai stimulus bagi peserta didik untuk menuliskan pengalaman baik atau buruk ketika teribat dalam kegiatan berusaha;

c. Memperbaiki tulisan sendiri; mengajarkan peserta didik tentang cara menemukan dan memperbaiki kesalahan tulisan sendiri.

d. Meningkatkan keterampilan berhitung; peserta didik diajak untuk menghitung dan mengukur benda atau barang yang.

7. Memilih Strategi Pembelajaran Pendidikan Multikeaksaraan a. Memilih Strategi Pembelajaran

Dari uraian di atas diketahui bahwa terdapat bermacam-macam strategi dan metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Multikeaksaraan. Pemilihan terhadap strategi dan metode yang akan dipergunakan merupakan hal yang sangat penting dalam usaha meningkatkan efektivitas pembelajaran. Disamping itu pemilihan strategi dan metode pembelajaran dapat mengefektifkan kerja tutor. Permasalahannya adalah bagaimana memilih strategi dan metode pembelajaran yang tepat digunakan

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 71

dalam pembelajaran Multi Keaksaraan sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik? Berikut ini beberapa prinsip pemilihan pembelajaran pendidikan Multi Keaksaraan yang sesuai:

1) Mengacu pada kaidah-kaidah pendidikan orang dewasa antara lain berorientasi pada masalah dan pengelaman pribadi peserta didik, memberi pengalaman yang bermakna, kebebasan bagi peserta didik sesuai dengan minat, kebutuhan dan pengalamannya, tujuan pembelajaran ditetapkan dan disetujui oleh peserta didik, dan peserta didik memperoleh umpan balik atas hasil belajarnya.

2) Memperhatikan kondisi peserta didik sebagai orang dewasa dengan memperhatikan kondisi awal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung calon peserta didik;

3) Memperhatikan pencapaian standar kompetensi yang harus dicapai serta memperhatikan kondisi lingkungan atau masalah-masalah yang dihadapi sehari-hari dalam segala aspek kehidupan;

4) Memperhatikan kebutuhan, keinginan atau minat peserta didik serta memperhatikan sarana dan prasarana yang tersedia dalam lingkungan belajarnya.

Selain pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, perlu juga diperhatikan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang menyangkut hal-hal sebagai berikut: (1) kesesuaian dengan materi atau bahan ajar, (2) kesesuaian dengan ketersediaan media, (3) ketertarikan dan ketersenangan bagi peserta didik, (4) keterkaitan dengan kompetensi lulusan, (5) kesesuaian dengan tingkat kemampuan peserta didik, dan (6) tingkat penguasaan tutor terhadap strategi pembelajaran yang dipilihnya.

b. Memilih Metode PembelajaranPrinsip-prinsip yang dapat dipakai sebagai acuan dalam memilih metode pembelajaran yang akan digunakan, sebagai berikut:

1) Mengetahui tingkat kemampuan membaca, menulis, dan berhitung oleh calon peserta didik: apakah berada pada tingkat rendah, sedang, atau tinggi; tingkat kemampuan ini berpengaruh pada pemilihan metode pembelajaran. Apakah peserta didik memiliki kemampuan baca tulis hitung yang masih rendah, atau sudah agak lancar. Untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik maka dapat dilakukan dengan tes awal sederhana untuk mengenal huruf , wawancara, atau observasi. Jika peserta didik memiliki kemampuan baca tulis hitung yang masih minim, maka dapat direkomendasikan metode abjad, iqro, dan dril. Jika peserta didik sudah mulai mengenal huruf, maka dapat direkomendasikan metode suku kata, kata kunci. Jika peserta didik sudah agak lancar baca tulis hitungnya, dapat direkomendasikan metode global, SAS, PPB.

2) Mengetahui kondisi, masalah, kebutuhan, minat, keinginan calon peserta didik yang berkait dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, hubungan kemasyarakatan, pekerjaan sehari-hari, lingkungan hidup, lingkungan alam, dan kebiasaan atau adat istiadat.

3) Mengetahui sarana dan prasarana, fasilitas atau media yang memungkinkan dapat dimanfaatkan untuk mendukung penggunaan metode pembelajaran. Memilih media pembelajaran pertimbangkan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung yang dibutuhkannya. Hindari pemilihan metode pembelajaran yang tidak memungkinkan tersedianya segala bentuk dukungan, antara lain ketersediaan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN72

sarana dan prasarana. Kekayaan lingkungan alam dan sosial di sekitarnya upayakan agar menjadi metode dan media pembelajaran yang efektif.

4) Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai hendaknya dikaitkan dengan perubahan tingkat kemampuan pembelajaran Multi Keaksaraan yang telah dicapai: dari belum bisa baca tulis hitung menjadi bisa baca, tulis, hitung berubah lagi menjadi meningkatnya kemampuan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini merupakan saran, perihal strategi dan metode yang sesuai kondisi peserta didik pendidikan Multikeaksaraan:a. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya rendah, disarankan

menggunakan strategi BDPS dan metode abjad, drill, iqra, dan transliterasi;b. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya sedang, disarankan

menggunakan strategi PRA dan metode suku kata, kata kunci, dan asosiasi; c. Untuk peserta didik yang tingkat kemampuan aksaranya tinggi, disarankan

menggunakan strategi berbasis teks dan penugasandan metode PPB, SAS, dan global.

Namun demikian tutor diperkenankan menggunakan beberapa metode dalam pembelajaran.

Untuk mengukur tingkat kesesuaian penggunaan strategi dan metode pembelajaran yang dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan Multikeaksaraan, dapat dianalisis dari ketiga komponen berikut: a. Efi siensi, penggunaan strategi pembelajaran yang tepat dan pemilihan yang mendukung

tercapainya tujuan yang telah ditetapkan;b. Efektivitas, pada dasarnya efektivitas ditujukan untuk menjawab pertanyaan seberapa

jauh tujuan pembelajaran telah dapat dicapai oleh peserta didik. Perlu diingat bahwa strategi yang paling efi sien sekalipun tidak otomatis menjadi strategi yang efektif;

c. Partisipasi peserta didik, pada dasamya keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh tantangan yang dapat membangkitkan motivasinya dalam pembelajaran.

E. Latihan1. Setelah mempelajari materi bahan ajar di atas, coba anda lakukan identifi kasi strategi

dan metode yang sesuai dengan kemampuan Multikeaksaraan peserta didik yang masih rendah, sedang, dan tinggi, disesuaikan dengan pengalaman anda dalam membelajarkan peserta didik Multikeaksaraan di satuan pendidikan pendidikan nonformal.

2. Bagaimana hubungan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran?3. Jelaskan pengertian strategi pembelajaran4. Sebutkan macam strategi pembelajaran Multikeaksaraan5. Jelaskan pengertian metode pembelajaran6. Sebutkan macam metode pembelajaran Multikeaksaraan7. Jelaskan penggunaan strategi dan metode pembelajaran Multikeaksaraan yang sesuai

dengan kemampuan awal peserta didik

F. Refl eksiCoba anda kenali strategi dan metode pembelajaran Multikeaksaraan yang banyak diterapkan dalam pembelajaran Multikeaksaraan di satuan pendidikan nonformal.

PENDEKATAN, STRATEGI, DAN METODA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTI KEAKSARAAN 73

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Z., 1983, Andragogi, Angkasa, Bandung.

Hasibuan, Melayu S.P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta; CV. Haji Mas Agung.

Irawan, Prasetya. 1997. Teori Belajar, Motivasi, dan Keterampilan Mengajar. Jakarta: Depdiknas.

Kusnadi, (2005), Pendidikan Multi Keaksaraan, Filosofi , Strategi dan Implementasi, Dit.Dkmas, Ditjen PLS, Depdiknas, Jakarta.

Nasution, M.A Prof. Dr. 1997: Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar DanMengajar. Bumi Aksara, Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 86 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Multi Keaksaraan.

Sudjana,Djudju., (2000), Strategi Pembelajaran Pendidikan Luar Sekolah, Falah Production, Bandung.

...................................., dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Falah Production, Bandung.

Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Pelatih Tutor Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN74

6MODUL

PENGEMBANGAN BAHAN DAN

MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN

KODE M-63 jam

Oleh:

Agus Ramdani, S.Sos., M.MPd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 75

PENGEMBANGAN BAHAN DAN

MEDIA BELAJAR PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN

A. Pengantar MateriPemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 42 Tahun 2015 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Keaksaraan Lanjutan. Pada pasal 12 ayat (1) Permendikbud Nomor 42 Tahun 2015 tersebut dijelaskan bahwa pembelajaran pendidikan keaksaraan lanjutan dilaksanakan setelah pendidik menyiapkan sumber atau bahan belajar yang terdiri atas modul pembelajaran, akses sumber informasi, media cetak, kejadian/fakta, pengalaman belajar dari pendidik atau peserta didik; dan sumber belajar lainnya. Dengan kata lain, para tutor yang terlibat dalam pengelolaan program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan sumber belajar, mengembangkan bahan, dan media belajaruntuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul pengembangan bahan dan media belajar pendidikan multikeaksaraan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam:1. Menyusun bahan ajar dalam bentuk modul untuk mempermudah peserta didik memahami

dan menguasai materi belajar pendidikan multikeaksaraan; 2. Mengembangkan media belajar untuk memfasilitasi penyampian materi dan kemudahan

peserta didik dalam memahami materi belajar pendidikan multikeaksaraan; dan3. Memanfaatkan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar dalam pelaksanaan

pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

C. Petunjuk Penggunaan1. Lakukan apersepsi selama kurang lebih 10 menit dengan cara:

a. menggali pengalaman dan permasalahan peserta dalam mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan keaksaraan;

b. menyamakan paradigma tentang urgensi keberadaan dan pemanfaatan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan;

c. mendeskripsikan sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar yang cocok untuk dikembangkan dan/atau disusun oleh pendidik untuk dipergunakan dalam

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN76

pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan, sesuai dengan silabus yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan; dan

d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk mengoptimalkan sumber belajar, menyusun bahan ajar, dan mengembangkan media belajar untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

2. Sampaikan materi kepada peserta dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. ceramah: 40 menit

1) menjelaskan tentang keberadaan dan manfaat sumber belajar bahan belajar, dan media belajar dalam pembelajaran multikeaksaraan, dengan mempergunakan paradigma sebagai berikut:

2) menginformasikan tentang jenis sumber belajar, bahan belajar, dan media belajar yang dibutuhkan untuk mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan, sesuai dengan apa yang terdapat pada silabus.

3) memvisualkan beberapa jenis sumber belajar, sumber belajar, bahan belajar, dan media belajar yang bisa dipergunakan dalam mendukung proses pembelajaran multikeaksaraan.

b. pemberian penguatan: 25 menit1) menyimpulkan persamaan dan perbedaan konsep, serta jenis sumber belajar,

bahan belajar, dan media belajar yang dapat dipergunakan untuk memfasilitasi proses pembelajaran multikeaksaraan.

2) mempersilahkan 1 orang peserta untuk menyebutkan kembali penyimpulan yang diungkapkan oleh fasilitator.

3. Melaksanakan praktik pembuatan bahan ajar dan media belajar pendidikan multikeaksaraan selama 90 menit, dengan cara:a. membagi peserta ke dalam 10 (sepuluh) kelompok. Pembagian kelompok mengacu

pada tema belajar program multikeaksaraan, yaitu:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 77

1) tema profesi, keahlian, dan pekerjaan, subtema pekerjaan dan usaha di bidang pertanian;

2) tema pengembangan seni budaya, subtema kearifan budaya lokal;3) tema sosial, politik dan kebangsaan, subtema wawasan kebangsaan;4) tema kesehatan dan olahraga, subtema kesehatan lansia; dan5) tema ilmu pengetahuan dan teknologi, subtema literasi keuangan.

b. 5 (lima) kelompok praktik membuat modul, dan 5 (lima) kelompok lainnya membuat lima jenis media belajar pendidikan multikeaksaraan; dan

c. Mempersilahkan 2 (dua) kelompok (1 dari perwakilan kelompok penyusun modul dan 1 dari kelompok penyusun media belajar) untuk mempresentasikan hasil kerjanya (sampel), dan melakukan pembahasan bersama-sama peserta lainnya untuk menyempurnakan kualitas/mutu produk yang disusun.

4. Melaksanakan refl eksi dengan peserta bimbingan teknis (kurang lebih 15 menit) yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan mulikeaksaraan.

D. Materi Belajar

1. Perbedaan Sumber Belajar, Bahan Ajar, dan Media BelajarSecara sepintas atau sekarang masih juga, kita mungkin pernah terjebak pada pemahaman bahwa sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar merupakan satu objek yang sama. Mari kita reposisi dan kembalikan kepada khitahnya, bahwa sumber belajar, bahan ajar, dan media belajar adalah ketiga hal yang bisa serupa, tetapi tidak sama manifest dan fungsionalisasinya ketika dipergunakan dalam pembelajaran pendidikan keaksaraan multikeaksaraan.Tidak mengapa, karena kita mungkin belum pernah mendapatkan pemahaman yang benar, atau mungkin belum pernah membaca konsepnya secara tepat.

Di dalam silabus pendidikan multikeaksaraan, kita akan menemukan kata sumber belajar sebagai point yang harus dikontekstualisasikan dalam formatnya. Di dalam point sumber belajar tersebut diinformasikan berbagai bahan dan media belajar yang dapat dipergunakan pendidik/tutor dalam mengelola kegiatan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sumber, bahan, dan media belajar adalah serupa tapi tidak sama.a. sumber belajar adalah segala sesuatu atau daya yang dapat dimanfaatkan oleh pendidik,

baik secara terpisah maupun dalam bentuk gabungan, untuk kepentingan belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan efi siensi tujuan pembelajaran. Sumber belajar juga diartikan sebagai segala tempat atau lingkungan sekitar, benda, dan orang yang mengandung informasi dapat digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan proses perubahan tingkah laku. Dari pengertian tersebut maka sumber belajar dapat dikategorikan sebagai berikut:1) tempat atau lingkungan alam sekitar yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan

belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar, museum, sungai, gunung, tempat pembuangan sampah, kolam ikan dan lain sebagainya;

2) benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda itu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda peninggalan lainnya;

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN78

3) orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu di mana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya polisi, dan ahli-ahli lainnya;

4) bahan yaitu segala sesuatu yang berupa teks tertulis, cetak, rekaman elektronik, web, dll yang dapat digunakan untuk belajar;

5) buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, ensiklopedi, fi ksi dan lain sebagainya; dan

6) peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, peristiwa bencana, dan peristiwa lainnya yang dapat menjadikan peristiwa atau fakta sebagai sumber belajar.

Sumber belajar akan menjadi bermakna bagi peserta didik maupun pendidik, apabila sumber belajar diorganisir melalui satu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Jika tidak maka tempat atau lingkungan alam sekitar, benda, orang, dan atau buku hanya sekedar tempat, benda, orang atau buku yang tidak ada artinya apa-apa dalam proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

Area atau tema belajar yang menjadi substansi dari program pendidikan multikeaksaraan, yang meliputi: 1) profesi, keahlian dan pekerjaan; 2) pengembangan dalam seni budaya, 3) sosial, politik dan kebangsaan, 4) kesehatan dan olah raga, dan 5) ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itulah sumber belajar yang diperlukan sangat berkaitan dengan ke-6 (enam) tema belajar tersebut. Karena itu, sumber belajar yang diperlukan untuk mendukung pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, mengacu pada silabus yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, antara lain:1) buku referensi antara lain yang berkaitan dengan tema:

• pertanian;• geometri;• pariwisata;• wawasan kebangsaan;• potensi daerah; • pengolahan pangan; dan• kerajinan tradisional.

2) artikel dan/atau kliping yang berkaitan dengan:• budidaya pertanian;• kearifan budaya lokal;• jenis profesi dan pekerjaan;• peninggalan budaya bangsa indonesia;• dinamika kebangsaan:• Pilkada;• ekonomi kreatif;• kesehatan Lansia;• mata uang asing;• kemitraan usaha;• layanan keuangan; • program asuransi; dan• kejahatan keuangan.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 79

3) benda, antara lain:• alat-alat berbentuk bangun datar, bangun ruang, pengukuran, dll;• brosur/leafl et; dan• alat peraga uang.

4) fi lm, antara lain;• kebangsaan;• pelestarian warisan bangsa;• kesehatan Lansia;• kerjasama ekonomi antar bangsa;• layanan bank dan keuangan mikro;• kisah pengusaha sukses; dan• pajak untuk pembangunan.

b. bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu pendidik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar adalah merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Sebuah bahan ajar paling tidak mencakup antara lain:1) petunjuk belajar (bagi pendidik dan peserta didik);2) kompetensi yang akan dicapai;3) isi materi pembelajaran;4) informasi pendukung;5) latihan-latihan; dan6) evaluasi.

c. media belajar adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan atau pemebelajaran dengan efektif dan efi sien.Peranan atau manfaat praktis dari penggunaan media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar, sebagai berikut :1) memperjelas penyajian pesan dan informasi, sehingga dapat memperlancar serta

meningkatkan proses dan hasil belajar;2) meningkatkan dan mengarahkan perhatian peserta didik, sehingga dapat

menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara peserta didik dan lingkungannya, dan kemungkinan peserta didik untuk belajar sendiri sendiri sesuai denagn kemampuan dan minatnya.

3) mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; dan4) memberikan kesamaan pengalaman kepada peserta didik tentang peristiwa-peristiwa

di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan pendidik dan masyarakat serta lingkungannya.

Secara umum media pembelajaran dapat dikelompokan menjadi 5 (lima) macam, yaitu:1) media audio, yang mengandalkan kemampuan suara seperti radio, kaset;2) media visual yaiu medai yang menampilkan gambar diam seperti , foto, poster;3) media audio video yaitu media yang menampilkan suara dan gambar seperti fi lm;4) media berbasis komputer yaitu media pembelajaran berbantuan komputer, seperti

powerpoint; dan5) alat peraga, dapat berupa benda maupun bentuk lain untuk mempermudah

visualisasi materi belajar.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN80

2. Penyusunan Bahan Ajar Pendidikan MultikeaksaraanBahan ajar merupakan seperangkat materi yang disusun secara sistematis ditujukan supaya peserta didik termotivasi untuk mempelajari materi ajar. Bahan belajar berisi materi yang bersifat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diketahui atau diampu peserta didik, sesuai dengan kompetensi dasar masing-masing mata pelajaran. Dengan kata lain, apapun bentuk dari bahan ajar akan sangat membantu kelancaran aktivitas pembelajaran, termasuk pada pembelajaran program pendidikan multikeaksaraan.

Sebagai seorang pendidik sudah sewajarnya bapak/ibu mempunyai keahlian untuk menyusun bahan ajar, supaya bahan ajar program pendidikan keaksaraan lebih kontekstual dengan dinamika yang ada atau terjadi di lingkungan sekitar peserta didik berdomisili. Karena itulah, mari kita pahami terlebih dahulu, berbagai jenis bahan ajar beserta ciri dan kegunaanya.

Buku Referensi Diktat Buku Ajar Modul Dasar penulisan

Hasil telaah teori, konsep, atau kajian yang berkaitan

Hasil mengemas buku referensi yang berkaitan

Silabus Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Pengguna Utama

Pendidik untuk mengajarkan materi

Pendidik untuk mengajarkan materi

Peserta didik untuk belajar

Peserta didik untuk belajar

Alur dan Struktur

Sesuai logika keilmuan

Apa mind map (kerangka berpikir)

Ada studi kasus

Sesuai logika keilmuan

Ada contoh soal

Ada latihan soal (umpan balik)

Sesuai silabus

Ada ilustrasi Ada contoh Ada kasus Ada soal

latihan

Sesuai RPP Ada intruksi

dab contoh Ada ilustrasi Ada contoh Ada latihan/

LKS

Bahasa Formal Formal Semi-formal Semi-formal Tujuan Membimbing Membimbing Mandiri Mandiri Publikasi Diterbitkan

Ber-ISBN Diedarkan untuk kalangan terbatas/sendiri

Diterbitkan Ber-ISBN

Diedarkan dikalangan peserta didik

Jika kita mengacu pada perbedaan jenis, dasar penulisan, pengguna utama, alur dan struktur, bahasa, tujuan, dan publikasi, maka jelaslah pendidik/tutor pendidikan multikeaksaraan yang akan bapak/ibu latih, minimal mempunyai kemampuan untuk menyusun modul. Apakah modul tersebut?

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang didalamnya memuat seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk membantu peserta didik menguasai tujuan belajar. Modul biasanya disajikan dalam bentuk pembelajaran mandiri. Peserta didik dapat mengatur kecepatan dan intensitas belajarnya secara mandiri. Waktu belajar untuk menyelesaikan satu modul tidak harus sama, berbeda beberapa menit sampai beberapa jam. Modul dapat digunakan secara individual atau gabungan dalam suatu variasi urutan yang berbeda. Sebuah modul, idealnya memuat penjelasan tentang: a. kompetensi dasar yang akan ditunjang pencapaiannya;b. topik yang akan dijadikan pangkal proses pembelajaran;c. indikator yang akan dicapai oleh peserta didik;d. pokok-pokok materi yang akan dipelajari dan diajarkan;

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 81

e. peranan pendidik di dalam proses pembelajaran;f. alat-alat dan sumber belajar yang akan digunakan;g. kegiatan belajar yang akan dilakukan dan dipahami peserta didik secara berurutan;h. lembar kerja yang harus diisi oleh peserta didik; dani. program evaluasi yang akan dilaksanakan selama berjalannya proses belajar.

Modul sebagai bahan ajar juga mempunyai sifat-sifat yang khas yang menjadikannya berbeda dengan bahan ajar yang lain. Sifat-sifat tersebut adalah:a. merupakan unit atau paket pembelajaran terkecil dan terlengkap;b. memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan sistematis;c. memuat tujuan belajar (KI dan KD) yang dirumuskan secara eksplisit dan spesifi k;d. memungkinkan bagi peserta didik belajar secara mandiri; dane. merupakan realisasi pengakuan perbedaan individual.

Modul dengan tema yang terdapat pada program pendidikan multikeaksaraan, dapat disusun dengan melakukan langkah-langkah sebagai berikut:a. menelaah silabus multikeaksaraan, kemudian tentukan materi belajar pada silabus

yang akan dijadikan sebagai substansi/ materi modul;.b. telaah kompetensi dasar dan indikator dari materi belajar yang telah ditentukan;c. tentukan judul yang sesuai dengan materi belajar, dengan memperhatikan kriteria

sebagai berikut:1) singkat, buat judul dengan kalimat singkat tetapi bermakna[2) selaras; judul harus selaras/berkorelasi dengan tema yang akan diangkat;3) kontekstual; judul harus menunjukkan kesesuaian dengan substansi/materi yang

akan diformulasikan dalam modul, dan;4) menarik; pilih kalimat yang dipandang menarik motivasi peserta didik untuk membaca5) pahami “kalimat intruksi” yang terdapat pada kolom indikator silabus;

d. pergunakan format dan contoh di bawah ini sebagai peta pemetaan judul dan substansi dari modul yang akan kita susun;

No Materi Belajar

Kompetensi Dasar

Indikator Judul Intruksi Indikator

Lingkup Materi

1 Teks penjela-san bidang pertanian

2.1 Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wa-wasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

2.1.1.Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

Sen-tosa dan Permai Negeriku

Membaca teks penjela-san

Disajikan bacaan/teks penjelasan yang menggam-barkan tentang keindahan dan kemakmuran alam Indonesia dalam 7 (tujuh) kalimat

Formulasikan intruksi di atas teks penjelasan yang bersifat perintah “bacalah”

2.1.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

Mencerita-kan kembali

Disajikan bacaan/teks penjelasan yang menggam-barkan tentang keindahan dan kemakmuran alam Indonesia dalam 7 (tujuh) kalimat

Formulasikan intruksi di atas teks penjelasan yang bersifat perintah “bacalah””

e. pahami struktur dari masing-masing teks yang menjadi acuan penulisan untuk bacaan/teks dalam modul.

f. carilah referensi/sumber berlajar yang berkaitan dengan judul pada masing-masing modul. g. adaptasikan atau sesuaikan referensi dengan pengalaman dan kondisi kekinian yang

sedang terjadi, bisa di sekitar kehidupan peserta didik, bisa juga yang sedang menjadi isu di masyarakat luas, tetapi diasumsikan sudah diketahui oleh peserta didik.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN82

h. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan modul bagi peserta didik multikeaksaraan, adalah sebagai berikut:1) jenis huruf yang ramah di mata dan tidak mengubah bentuk huruf yang sudah

lazim (tahoma, arial, times new roman);2) ukuran huruf minimal 16 (enam belas);3) jarak spasi 2 (dua);4) 7 (tujuh) kalimat untuk materi membaca;5) 5 (lima) kalimat untuk menulis;6) sertakan contoh pengerjaan untuk materi yang berkaitan dengan berhitung;7) 1 (satu) paragraf maksimal memuat 1 (satu) pokok pikiran; dan8) pergunakan kata/kalimat sederhana, jangan menuliskan kata/kalimat yang tidak

dikenal peserta didik.Contoh:

i. sertakan gambar yang dipandang sesuai atau berkaitan dengan bacaan/teks yang dijelaskan pada materi. Bisa gambar hasil buatan sendiri, atau mendownload dari internet. Jika gambar diambil dari internet, tuliskan sumber unduhannya di bawah gambar untuk menghindari hal-hal yang diingkan di kemudian hari. Pembuatan ilustrasi atau gambar, dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut:1) ilustrasi/ gambar dapat dibuat manual, dengan teknik gambar, kolase atau montase photo;2) pilih gambar yang sesuai dengan materi. Ukuran gambar disesuaikan dengan

melihat tata letak paragraf dan ukuran buku saku; dan3) untuk gambar sampul/cover, pilih gambar yang dapat menarik minat peserta didik

dengan tingkat kejelasan yang tinggi.j. pada bagian penataan modul, perhatikan hal-hal berikut ini:

1) susun teks dan gambar (ilustrasi) dengan sepadan dan saling memperkuat;2) usahakan teks sesuai dengan tingkat pendidikan pembaca yang menjadi sasaran;3) perbaiki dan perhalus gambar/ilustrasi;4) periksa kembali penyusunannya secara menyeluruh (apakah jelas sistematika

penulisannya?apakah tidak ada hal yang bertentangan?); dan5) periksa kembali setiap halaman untuk melihat kesesuaian teks dan gambar.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 83

k. struktur modul, tergantung pada karakter materi yang akan disajikan, ketersediaan sumberdaya dan kegiatan belajar yang akan dilakukan. Secara umum modul harus memuat paling minimal mengandung komponen sebagai berikut:1) lembar kegiatan peserta didik, memuat materi pelajaran yang harus dikuasai oleh

peserta didik. Materi pelajaran disusun langkah demi langkah secara teratur dan sistematis sehingga peserta didik dapat mengikutinya dengan mudah dan cepat.

2) lembar kerja peserta didik, terdiri dari pertanyaan atau masalah yang harus dijawab dan dipecahkan oleh peserta didik. Pada lembar kerja peserta didik tidak boleh membuat coretan, karena modul akan digunakan oleh peserta didik yang berbeda di lain waktu. Semua pekerjaan yang dilakukan peserta didik ditulis pada lembar kerja peserta didik;

3) lembar evaluasi; penilaian pendidik terhadap tercapai tidaknya tujuan yang dirumuskan pada modul oleh peserta didik, ditentukan oleh hasil ujian akhir yang terdapat pada lembar evaluasi. lembar evaluasi dan kuncinya harus disimpan oleh pendidik;

l. evaluasi dan revisi, dimaksudkan untuk mengetahui apakah modul telah baik ataukah masih ada hal yang perlu diperbaiki. Teknik evaluasi bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya evaluasi teman sejawat ataupun uji coba kepada peserta didik secara terbatas. Sasaran evaluasi, minimal 30% dari peserta didik yang akan menjadi pengguna modul, dan bisa juga melibatkan tutor atau unsur lain yang dipandang kompeten dan berpengalaman mengajar warga masyarakat yang masih baru bisa membaca, menulis, atau berhitung;

Komponen evaluasi mencakup kelayakan isi, kebahasaan, sajian, dan kegrafi kan. Komponen kelayakan isi mencakup, antara lain:1) kesesuaian dengan SK, KD;2) kesesuaian dengan perkembangan peserta didik;3) kesesuaian dengan kebutuhan modul;4) kebenaran substansi materi pembelajaran;5) manfaat untuk penambahan wawasan; dan6) kesesuaian dengan nilai moral, dan nilai-nilai sosial

Komponen kebahasaan antara lain mencakup:1) keterbacaan;2) kejelasan informasi;3) kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar; dan4) pemanfaatan bahasa secara efektif dan efi sien (jelas dan singkat).

Komponen penyajian antara lain mencakup:1) kejelasan tujuan (indikator) yang ingin dicapai;2) urutan sajian;3) pemberian motivasi, daya tarik;4) interaksi (pemberian stimulus dan respond); dan5) kelengkapan informasi

Komponen kegrafi kan antara lain mencakup:1) penggunaan font; jenis dan ukuran;2) lay out atau tata letak;3) ilustrasi, gambar, foto; dan4) desain tampilan.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN84

Komponen-komponen penilaian di atas dapat Anda kembangkan ke dalam format instrumen evaluasi. Contoh format evaluasi adalah sebagai berikut:Judul modul : …........Program : …........Penulis : …........

Petunjuk pengisianBerilah tanda check (v) pada kolom yang paling sesuai dengan penilaian Anda.1 = sangat tidak baik/sesuai2 = kurang sesuai3 = cukup4 = baik5 = sangat baik/sesuai

No Komponen 1 2 3 4 5

KELAYAKAN ISI1 Kesesuaian dengan SK, KD2 Kesesuaian dengan kebutuhan peserta didik3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan ajar4 Kebenaran substansi materi5 Manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan6 Kesesuaian dengan nilai-nilai, moralitas, sosial

KEBAHASAAN7 Keterbacaan8 Kejelasan informasi9 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia

10 Penggunaan bahasa secara efektif dan efi sienSAJIAN

11 Kejelasan tujuan12 Urutan penyajian13 Pemberian motivasi14 Interaktivitas (stimulus dan respond)15 Kelengkapan informasi

KEGRAFISAN16 Penggunaan font (jenis dan ukuran)17 Lay out, tata letak18 Ilustrasi, grafi s, gambar, foto19 Desain tampilan

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, selanjutnya Anda dapat melakukan revisi atau perbaikan terhadap modul yang Anda kembangkan. Setelah itu, bahan ajar siap untuk Anda manfaatkan dalam proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

3. Pengembangan Media Belajar Pendidikan MultikeaksaraanMedia berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari “Medium” yang secara harfi ah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Dengan kata lain, media belajar adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

Adapun prinsip yang menjadi keharusan dalam mengembangkan media belajar dalam pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. mengaktifkan alat indera sebanyak-banyaknya secara kombinasi, sehingga

memungkinkan iebih tinggi daya serap dan daya ingat peserta didik;

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 85

b. mengandung kesesuaian dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, mendukung proses belajar untuk mencapai tujuan belajar;

c. memiliki nilai kepahaman bagi peserta didik pada masa daya serap dan masa daya ingat, sehingga lebih mudah terjadi interaksi dan lebih tinggi tingkat pemahamannya;

d. membangkitkan minat peserta didik sebanyak-banyaknya, sehingga akan menarik perhatian dan tumbuh dorongan untuk mempelajarinya;

e. memiliki nilai kegunaan sehingga mempan dan dirasakan benar manfaatnya bagi peserta didik, walaupun bentuknya sederhana; dan

f. efi sien, sehingga mudah dan murah dalam pengadaan dan penggunaannya dalam proses belajar mengajar.

Sementara dari segi sifat, media belajar dalam pendidikan multikeaksaraan dapat digolongkan menjadi: a. instruksional (instruktif ), yakni mengandung pesan yang bersifat isi pokok kegiatan

belajar yang harus dipahami atau dikuasai oleh peserta didik;b. informatif, yakni mengandung pesan informasi yang bersifat pelengkap dan isi pokok

kegiatan belajar untuk sekedar memperluas wawasan peserta didik.c. motivatif, yakni mengandung pesan yang bersifat penggugah perhatian, minat dan

motivasi peserta didik sehubungan dengan isi pokok kegiatan belajar; dand. rekreatif, yakni mengandung pesan yang bersifat menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan bagi peserta didik.

Ada bermacam-macam media belajar sehingga bermacam-macarn pula cara menggolongkannya tergantung dari sudut mana kita melihatnya, seperti dilihat dari alat dan bahan elektronik atau bukan, UNESCO/ACCU membagi media belajar dalam empat golongan yaitu:a. cetak jenis buku, misalnya buku ajar dan modul;b. elektronik, misalnya powerpoint dan fi lm;

c. permainan, misalnya kartu huruf dan kartu tempel; dan

d. cetak non-buku, misalnya folder, poster, foto novel, komik, lembaran kasus, bagan;

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN86

Berikut ini contoh beberapa jenis media cetak yang bisa dikembangkan untuk mendukung aktivitas pembelajaran pendidikan multikeaksaraan, antara lain: a. poster tunggal, yaitu terdiri dari satu lembar saja yang dapat memuat satu gambar

atau beberapa gambar, dapat digunakan sebagai alat penyampai informasi atau sebagai alat motivasi. Poster tunggal terdiri dari poster tunggal terbuka (tidak disertai kalimat) dan poster tunggal tertutup (disertai kalimat). Poster tunggal terbuka memungkinkan peserta didik secara bebas memaknai gambar yang terdapat pada poster, dan poster tunggal tertutup makna gambarnya sudah ditentukan, sehingga tidak menimbulkan multi tafsir atas makna dari gambar yang terdapat pada poster.

Poster TerbukaPoster Tertutup

b. poster seri ialah serangkaian poster (antara 5 – 15 lembar poster) yang satu dengan lainnya mempunyai kaitan cerita. Isi poster dapat berupa informasi pengetahuan dan keterampilan serta dapat menumbuhkan minat/motivasi peserta didik dalam meningkatkan kompetensi membaca, menulis, berhitung, dan mengembangkan sikap positif untuk terciptanya pening kat an pengetahuan dan keterampilan yang barkaitan dengan pekerjaan atau profesinya;

c. poster lipat, ialah poster yang terdiri atas satu atau dua lipatan. Masing-masing lipatan menggambarkan tentang keadaan yang berlawanan/berbeda atau gambar yang mempunyai kesan negatif dan positif;

d. fotonovella adalah bahan belajar cerita yang terdiri dari serangkaian foto-foto dan teks cerita. Fotonovella sangat sesuai untuk menceritakan kisah nyata.

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 87

e. brosur adalah suatu alat untuk promosi barang, jasa dan lain-lain, yang terbuat dari kertas yang dimana di dalamnya terdapat sejumlah informasi dan juga penawaran mengenai jasa atau produk dengan tujuan untuk memperkenalkan secara lebih jelas dan rinci mengenai produk, layanan, program dan sebagainya untuk membantu upaya pemasaran.

Secara umum, pembuatan media belajar hampir sama cara dan langkahnya dengan pembuatan bahan ajar. Karena itulah mari kita mencoba untuk mengembangkan media belajar yang lebih spesifi k bentuk dan jenisnya. Berikut ini merupakan contoh dari langkah-langkah yang bisa dipergunakan untuk mengembangan media belajar pendidikan multikeaksaraan:

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN88

a. membuat media belajar cetak1) Susun rencana pembuatan media belajar, dan untuk memudahkan dapat dibuat

dalam format berikut:Judul Media BelajarTujuanKompetensi DasarIndikatorSasaranCara menggunakanPesan-pesan pokok

2) cermati kebutuhan media belajar tersebut sesuai dengan tujuan pembelajaran dan strategi pembelajaran.

3) menata materi media belajar, dengan cara:• susun kalimat atau slogan yang singkat, tetapi dapat mewakili materi poster,

misalnya: ‘mari berusaha dengan semangat’. Gunakan kata-kata/kalimat sehari-hari yang mudah dipahami peserta didik.

• susun juga rancangan kasar ilustrasi poster. 4) membuat ilustrasi, kegiatan ini sangat penting, karena dapat menyampaikan materi

dalam media belajar. Buat ilustrasi semenarik mungkin, sesuaikan dengan keadaan sekitar peserta didik. Tentukan gambar apa yang dapat mendukung materi media belajar. Pastikan jenis gambar yang akan dibuat, apakah berupa gambar tangan atau berupa gambar photo. Pilih gambar dan photo yang jelas.

5) merancang media belajar• tentukan ukuran media belajar, sesuaikan dengan isi materi, jenis poster,ukuran

huruf, dan gambar ilustrasi.• apabila dikerjakan manual, pilih dan siapkan alat dan bahan (kertas, alat tulis, alat

gambar atau photo). Gunakan pensil untuk meletakkan teks, gambar sesuai dengan tata letak yang akan memperindah dan mengefektifkan penyampaian pesan dalam media belajar. Apabila dummy manual dirasakan sudah mendekati hasil jadi media belajar yang sebenarnya, tebalkan dengan menggunakan spidol warna.

6) mengembangkan gambar/ilustrasi• ambilah gambar yang dipandang berkaitan dengan tema media belajar dengan

photo atau melalui handphone, kemudian cetak.• gambar juga bisa kita ambil melalui internet, dan jangan lupa tuliskan sumber

alamat situs tempat kita mengambil gambar.• akan lebih bagus jika kita meminta juru gambar untuk mempelajari materi

poster, kemudian diskusikan bersama (antara penulis dan juru gambar) rencana gambar/ilustrasi yang dibutuhkan.

7) mengatur tata letak• apabila media belajar dikerjakan secara manual, susun rancangan kalimat pada

poster dengan tata letak yang tepat, sesuaikan dengan letak gambar, usahakan huruf (kalimat) dan gambar terbaca dan terlihat dengan jelas.

• apabila dikerjakan menggunakan komputer penyusunan tata letak huruf dan gambar lebih mudah. Kita dapat memilih program yang cocok untuk merancang poster. Hasil rancangan dengan komputer dapat langsung dicetak pada kertas sesuai ukuran yang diinginkan.

8) ujicoba • persiapkan sebuah kelompok sasaran ujicoba untuk memberikan masukan

terhadap media belajar yang akan diujicoba

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 89

• dalam persiapan ujicoba, pembuat poster menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci untuk ditanyakan saat evaluasi media belajar.

• kemudian lakukan penggunaan media belajar bersama kelompok sasaran sesuai dengan cara penggunaan yang direncanakan.

• sebagai evaluasi media belajar, kembangkan diskusi dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan kunci yang sudah disiapkan, misalnya:

No Pertanyaan Keterangan Perbaikan1 Apakah gambar media belajar sesuai

dengan makna yang ingin disampaikan2 Apakah media belajar bisa dipergunakan

untuk meningkatkan kemampuan keaksaraan peserta didik

3 Apakah bentuk huruf di media belajar bisa dipahami peserta didik

4 Apakah media belajar membantu mempermudah penyampaian materi

• catatlah proses dan hasil ujicoba ini termasuk saran-saran perbaikan yang disampaikan oleh peserta ujicoba.

9) Memperbaiki naskah, ilustrasi, maupun rancangan tata letak. Produksi media belajar yang dikerjakan manual dapat dikerjakan dengan mengerjakan beberapa buah media belajar dengan teknik tulis, tempel atau sablon. Apabila dikerjakan dengan menggunakan komputer dapat langsung diperbanyak dengan cara di cetak.

b. pengembangan media belajar berbasis TIK1) pemetaan KI-KD dalam pengembangan media belajar berbasis TIK bertujuan untuk

menentukan karakteristik kompetensi inti (KI) - kompetensi dasar (KD) keaksaraan dasar, apakah dapat dikembangkan menjadi substansi media belajar TIK atau tidak. Selain itu, pemetaan KI-KD juga berguna untuk memperoleh gambaran tentang strategi penggunaan media belajar. Adapun, pemetaan KI-KD mempergunakan format

KI KD Indikator Materi Langkah Penggunaan

Dalam pemetaan ini harus secara tegas diidentifi kasikan materi dan jenis media ajar. Identifi kasi materi penting untuk menentukan jenis media belajar yang akan disusun. Karakteristik materi harus mengacu pada pada KI, KD dan indikator yang terdapat pada silabus pendidikan multikeaksaraan.

2) penentuan materi ajar, tema materi yang diajarkan kepada peserta didik adalah tema materi yang bersifat kongkrit/ fakta. Materi jenis fakta adalah materi berupa nama objek, nama tempat, nama orang, lambang, nama benda, dan lain sebagainya. Cara yang mudah untuk menentukan tema materi menjadi materi yang cocok untuk diajarkan adalah dengan cara bertanya langsung kepada peserta didik atau biasa disebut dengan langkah identifi kasi kebutuhan belajar yang minimal harus menghasilkan informasi mengenai: • tujuan belajar; • kata atau istilah yang popular digunakan sehari-hari yang diungkapan oleh

peserta didik; dan• tema yang sesuai dengan materi belajar.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN90

3) merancang cakupan isi media belajar, merancang cakupan isi dilaksanakan untuk menyajikan media belajar dalam bentuk naskah dokumen dengan memperhatikan kata-kata kunci dan selaras dengan silabus pendidikan multikeaksaraan.

4) penentuan jenis software, saat ini banyak sekali software yang dapat digunakan untuk menyusun media belajar berbasis TIK dari yang sederhana sampai yang kompleks. Penentuan jenis software sangat tergantung dari kemampuan penyusun dalam memanfatkan software yang ada, yang paling mudah adalah dengan mempergunakan powerpoint.

5) penyusunan storyboard (cetak biru) sebagai kerangka acuan dalam menyusun media belajar berbasis TIK berupa urutan tampilan media belajar yang akan dikembangkan. Penyusunan storyboard adalah cara alternatif untuk mensketsakan cakupan isi media belajar penuh sebagai alat perencanaan. Storyboard menggabungkan alat bantu narasi dan visual pada selembar kertas, sehingga naskah dan visual terkoordinasi dengan baik. Komponen yang harus ada pada storyboard meliputi urutan tampilan, materi tampilan, deskripsi, navigasi dan tata letak/ desain tampilan. Berikut contoh format storyboard. Judul Media Belajar :Kompetensi Inti :Kompetensi Dasar :Indikator :No Materi Tampilan Deskripsi Navigasi Desain tampilan

6) produksi, media belajar berbasis TIK diperlukan untuk meningkatkan interaksi peserta didk dengan materi yang diajarkan. Dengan kata lain, media belajar pendidikan keaksaraan multikeaksaraan harus dirancang agar menarik perhatian dan minat untuk peserta didik untuk belajar.

7) evaluasi, merupakan evaluasi terhadap media belajar yang telah disusun, apakah sudah memenuhi syarat atau masih perlu penyempurnaan Adapun komponen penilaian media belajar berbasis TIK, terbagi pada tiga komponen, yaitu:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 91

• subtansi materi » kebenaran, media belajar yang disajikan tidak menyimpang dari kebenaran

kaidah pendidikan keaksaraan. » kedalaman, media belajar yang disajikan sesuai dengan kedalaman materi. » kekinian, media belajar yang disajikan sesuai dengan perkembangan ilmu. » keterbacaan, media belajar yang disajikan menggunakan tata bahasa yang

dapat dimengerti.No Indikator Kriteria Skor1 Kebenaran

Sesuai kaidah keilmuanTerujiBerdasarkan fakta)Rasional

Salah satu item terpenuhi 12-3 item terpenuhi 2Semua item terpenuhi 3

2 Cakupan materiKelengkapan materiPengembanganKolaborasi dengan materi yang lainDeskriptif

Salah satu item terpenuhi 12-3 item terpenuhi 2Semua item terpenuhi 3

3 KekinianAktualMenggunakan contoh aplikasi/penerapan ber-

dasarkan kondisi nyata saat ini)Inovatif (memunculkan hal-hal yang baru)

Salah satu item terpenuhi 12-3 item terpenuhi 2Semua item terpenuhi 3

4. Keterbacaan Bahasa tidak baku dan tidak dapat dimengerti

1

Bahasa baku tetapi tidak dapat dimengerti

2

Bahasa tidak baku dan dapat dimengerti

3

Bahasa baku dan dapat dimengerti

4

• tampilan (komunikasi visual) » navigasi, kemudahan akses antar slide. » tipografi , proporsional antara besar huruf dan ruang slide. » media, gambar, suara, video sesuai dengan materi yang disajikan » warna, harmonisasi warna. » animasi, sesuai peruntukan desain tampilan media belajar.No Kompoenen

PenilaianKriteria Skor

1 Navigasi Tidak menggunakan navigasi sama sekali. 1Menggunakan navigasi dasar tetapi ada navigasi yang tidak berfungsi.

2

Menggunakan navigasi dasar dan hyperlink walaupun salah satu ada yang tidak berfungsi.

3

Menggunakan navigasi dasar dan hyperlink yang berfungsi dengan baik.

4

2 Huruf Tidak bisa terbaca dengan baik 1Terbaca, tapi tidak proporsional. 2Terbaca dan proporsional, tapi komposisi huruf tidak tepat.

3

Terbaca, proporsional dan komposisi huruf baik. 43 Media (Film,

suara, gambar, animasi)

Tidak menggunakan media sama sekali. 1Menggunakan media tapi ada salah satu elemen yang tidak berfungsi atau penambahan media meng-ganggu pembelajaran.

2

Terbaca, proporsional dan komposisi huruf baik 3

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN92

No Kompoenen Penilaian

Kriteria Skor

4. Warna Warna terlalu mencolok/terlalu pucat. 1Komposisi warna cukup baik, tetapi tampilan warnanya terlalu monoton.Komposisi warna baik dan tampilannya menarik. 2Bahasa tidak baku dan dapat dimengertiBahasa baku dan dapat dimengerti

3

5 Animasi (slide) Tidak ada animasi sama sekali. 1Memakai animasi tetapi berlebihan (tiap slide lebih dari 2 animasi dan memperlambat tampilan).

2

Animasi yang sesuai dengan konteks dan tidak mem-perlambat tampilan slide.

3

6 Layout Tata letak desain mengganggu keterbacaan dan pembelajaran.

1

Tata letak desain proporsional danmenarik.

2

• pemanfaatan software » interaktif, umpan balik dari sistem ke peserta didik. » software pendukung, penggunaan software pendukung selain software

utama pembuatan media belajar. » keaslian karya media belajar.

No.Komponen Penilaiain

Kriteria Skor

1 Interaktivi-tas (umpan balik dari sistem ke pengguna)

Tidak ada interaktivitas 1

Terdapat interaktivitas pada butirsoal

22

Terdapat interaktivitas baik itu pada pembe-lajaran

33

Interaktivitas yang dilakukan peserta didik disimpan dalam database

4

2 Software Pendukung

Tidak memanfaatkan software pendukung dalam proses pembuatan bahan ajar

1

Memanfaatkan 1 software pendukung dalam proses pembuatan bahan ajar

2

Memanfaatkan 2-3 softwarependukung dalam proses pembuatan bahan ajar

3

Memanfaatkan lebih dari 3 software pendu-kung dalam proses pembuatan bahan ajar

4

3 Originalitas Gambar/suara/video/animasi sepenuhnya mengambil dari sumber lain 1

Gambar/suara/video/animasi sebagian dibuat sendiri dan sisanya mengambil dari sumber yang lain

2

Gambar/suara/video/animasi sepenuhnya dibuat sendiri

3

Dalam evaluasi media belajar pendidikan multikeaksaraan berbasis TIK, evaluasinya bisa menggunakan penskoran. Skor merupakan angka dalam skala ordinal yang diberikan pada setiap indikator menunjukkan tingkat kondisi indikator. Skor diberikan dalam skala 1-4. Total skor maksimum adalah 70. Cara penghitungan nilai adalah dengan membagi skor yang didapat dengan skor maksimum dikalikan 100. Contoh: total skor untuk bahan ajar Dasana mendapatkan skor 50. Maka nilai yang diperoleh adalah (50/70) x 100= 7,14. Adapun kriteria nilainya sebagai berikut:

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR DAN MEDIA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 93

• a. < 51 : Kurang • b. 51 – 70 : Cukup • c. 71 – 90 : Baik• d. 91 – 100 : Sangat Baik

E. Latihan1. Buatlah cerita dalam 7 (tujuh) kalimat pada lembar terpisah, mengacu pada materi belajar

di bawah ini!No Materi Belajar Tema

1 Teks penjelasan Pertanian

2 Teks tabel atau diagram sederhana Literasi keuangan

3 Teks petunjuk atau arahan Kesehatan dan olahraga

4 Teks khusus Seni budaya

5 Teks narasi Wawasan kebangsaan

6 Teks laporan Kesehatan dan olahraga

7 Pecahan sederhana ke bentuk pecahan desi-mal dan persen

Pertanian

8 Satuan pengukuran panjang Seni budaya

9 Perhitungan yang berkaitan dengan uang Literasi keuangan

10 Perhitungan yang berkaitan dengan waktu Pertanian

2. Buatlah media belajar pendidikan multikeaksaraan dengan memperhatikan materi belajar sebagai berikut:

No Materi Belajar Tema Jenis Media1 Teks penjelasan Pertanian Pertanian2 Teks tabel atau diagram

sederhanaLiterasi keuangan Literasi keuangan

3 Teks petunjuk atau arahan Kesehatan dan olahraga Kesehatan dan olahraga4 Teks khusus Seni budaya Seni budaya5 Teks narasi Wawasan kebangsaan Wawasan kebangsaan6 Teks laporan Kesehatan dan olahraga Kesehatan dan olahraga7 Pecahan sederhana ke bentuk

pecahan desimal dan persenPertanian Pertanian

8 Satuan pengukuran panjang Seni budaya Seni budaya9 Perhitungan yang berkaitan

dengan uangLiterasi keuangan Literasi keuangan

10 Perhitungan yang berkaitan dengan waktu

Pertanian Pertanian

F. Refl eksi Untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengalaman, dan kemampuan peserta bimbingan teknik tutor pendidikan multikeaksaraan, dapat mempergunakan instrument penilaian diri sebagai berikut:

Identitas Peserta

Nama : _______________________________________________Nomor Telp/HP : _______________________________________________Nama Lembaga : _______________________________________________Alamat Lembaga: _______________________________________________

Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN94

Usia : a. < 20 tahun b. 21-30 tahun c. 31-40 tahun d. > 40 tahunPendidikan : a. SD b. SLTP c. SLTA

d. Diploma e. S1_______ f. S2 ______________

Petunjuk Beri tanda checklist () pada kolom yang telah tersedia dengan jelas dan benar, sesuai dengan pendapat anda.

Keterangan Pilihan JawabanSS = Sangat Setuju S = Setuju TS = Tidak Setuju STS=Sangat Tidak Setuju

No PernyataanPilihan Jawaban

SS S TS STSPemahaman terhadap materi

1. Saya sudah mengetahui manfaat penggunaan sumber, bahan, dan media belajar

2. Saya sudah memahami perbedaan sumber, bahan, dan media belajar

3. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk sumber belajar4. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk bahan belajar5. Saya sudah mengetahui jenis dan bentuk media belajar6. Saya sudah memahami langkah-langkah penyusunan modul

multikeaksaraan7. Saya sudah memahami langkah-langkah penyusunan media

belajar multikeaksaraanKemampuan menyusun bahan dan media belajar

9. Saya sudah mampu menyusun modul multikeaksaraan10. Saya sudah mampu membuat poster terbuka11. Saya sudah mampu membuat poster tertutup12 Saya sudah mampu membuat poster seri13 Saya sudah mampu membuat poster lipat14 Saya sudah mampu membuat media belajar dalam bentuk brosur/

leafl et15 Saya sudah mampu membuat media belajar permainan16 Saya sudah mampu membuat media belajar berbasis TIK

Daftar Pustaka

Dimyati, dkk.2009.Belajar dan Pembelajaran.Jakarta: Rineka Cipta

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Rajawali Pers.

Naim, Ngainnun. 2009. Menjadi Guru Inspiratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nurkancana, Wayan. 1986. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Ramdani, Agus. 2013. Pembelajaran Keaksaraan Melalui Media TIK, Bandung: PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat.

Ramdani, Agus. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Bahasa Ibu Berbasis TIK, Bandung: PP PAUD dan Dikmas Jawa Barat.

Sudjana, Nana. 2002. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 95

LATI

HAN

: Bua

tlah

Bros

ur d

enga

n m

empe

rgun

akan

form

at d

i baw

ah in

i!

Logo

Dae

rah

N

ama

dan

Alam

at D

esa/

Tem

pat W

isata

Gam

bar

Peta

/Den

ah D

esa

atau

Tem

pat

Wisa

ta

Kal

imat

Aja

kan

Unt

uk B

erku

njun

g

Phot

o/ga

mba

r Kei

ndah

an

Des

a/T

empa

t Wisa

ta

•U

raia

n sin

gkat

tent

ang

seja

rah

loka

si •

Keg

iata

n ya

ng d

apat

dila

kuka

n sa

at

berk

unju

ng k

e da

erah

wisa

ta.

Phot

o/ga

mba

r T

empa

t Wisa

ta

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN96

7MODUL

PENILAIAN

PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN

KODE M-73 jam

Oleh:

Apriyanti Wulandari, S.E.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTORPENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 97

PENILAIAN PENDIDIKAN

MULTIKEAKSARAAN

A. Pengantar MateriPenilaian tidak dapat dilepaskan dari suatu program pendidikan. Melalui penilaian, suatu program dapat diketahui tingkat pencapaiannya. Masalah umum dalam penilaian suatu program, terutama program pendidikan adalah subyektivitas dari penilai. Kesan pertama penilai kepada peserta didik terkadang dapat mempengaruhi penilaiannya. Untuk mengurangi bias dalam penilaian maka perlu ditetapkan kriteria penilaian yang mengacu pada tujuan dari pelaksanaan program, yaitu pendidikan multikeaksaraan.

Pada pendidikan multikeaksaraan, pemerintah melalui Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan membuat model penilaian akhir. Penilaian akhir ini menjadi tanggung jawab Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk menyelenggarakannya dengan membentuk tim penilai. Kriteria penilaian akhir ini disusun dengan mengacu pada tujuan pelaksanaan pendidikan multikeaksaraan. Selanjutnya tutor dalam rancangan pembelajaran yang disusunnya mengacu pada kriteria penilaian ini selain kompetensi dasar yang ingin dicapai.

Tutor juga memiliki kewajiban untuk melakukan penilaian proses berkaitan dengan pencapaian dari pembelajaran yang telah dilakukan sebagai tahapan penilaian sebelum melakukan penilaian akhir. Untuk penilaian proses, tutor perlu menghubungkan penilaian yang akan dilakukan dengan rancangan pembelajaran yang disusun dan akan diimplementasikannya. Pada penilaian proses, tutor juga perlu menyusun kriteria penilaian agar soal atau intrumen yang digunakan benar-benar dapat mengukur penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang berkaitan dengan membaca, menulis, dan berhitung.

Hal terpenting dalam penilaian adalah pengambilan keputusan oleh orang yang melakukan penilaian, apakah peserta didik dapat melanjutkan ke kompetensi berikutnya atau tidak, lulus atau tidak, dan menguasai kompetensi atau belum. Hasil penilaian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan tindakan lebih lanjut berkaitan dengan program. Seperti apakah peserta didik perlu diberikan pengayaan, remedial, atau program tambahan lainnya. Sesuai dengan karakteristik pendidikan multikeaksaraan yang tujuan utamanya untuk merawat kemampuan membaca, menulis, dan berhitung pasca pendidikan keaksaraan dasar, sehingga penilaian proses pada pendidikan multi keaksaraan lebih ditekankan pada penilaian kinerja dan produk. Untuk penilaian produk hasilnya dapat didokumentasikan dalam bentuk portofolio.

B. Tujuan PembelajaranModul penilaian ini ditujukan kepada tutor pendidikan multikeaksaraan. Setelah mempelajari modul ini tutor diharapkan:• paham mengenai pentingnya penilaian proses

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN98

• dapat merancang penilaian proses sesuai dengan karakteristik pendidikan multikeaksaraan• memanfaatkan hasil penilaian proses untuk evaluasi pembelajaran dan kesiapan peserta

didik untuk mengikuti penilaian akhir• paham mengenai pentingnya penilaian akhir untuk pembinaan dan pengembangan

pendidikan multikeaksaraan• dapat merancang penilaian akhir yang digunakan sebagai penjamin mutu pendidikan

multikeaksaraan

C. Petunjuk Penggunaan• Pelajari modul dengan seksama dan pahami setiap substansi yang berkaitan dengan

penilaian, baik penilaian proses dan penilaian akhir, serta kontibusinya untuk menjamin mutu pelaksanaan pendidikan multikeaksaraan.

• Modul penilaian pendidikan multikeaksaraan ini membahas materi meliputi penilaian proses, penilaian akhir dan penjaminan mutu.

• Secara umum sistematika penulisan materi dalam modul adalah sebagai berikut.

D. Materi Belajar1. Penilaian Proses pada Pendidikan Multi Keaksaraan

a. Tujuan PenilaianKurikulum tidak akan berarti bila tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran, dan pembelajaran tidak akan memberikan dampak bila tidak dilakukan penilaian. Sehingga ketiganya saling berkaitan. Kurikulum menjabarkan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Rancangan kurikulum pendidikan multikeaksaraan sebagai bagian dari pendidikan keaksaraan lanjutan bertujuan untuk mengembangkan keragaman kompetensi keberaksaraan dalam segala aspek kehidupan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Proses pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum multikeaksaraan. Penilaian merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengukur dan menentukan tingkat

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 99

pencapaian kurikulum berdasarkan proses pembelajaran yang dilakukan.

Penilaian oleh pendidik dilakukan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian dalam pendidikan multikeaksaraan meliputi pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

b. Prinsip dan Pendekatan PenilaianPenilaian ini dilakukan secara autentik, artinya komprehensif untuk menilai input, proses, dan output pembelajaran yang didasarkan pada data yang dikumpulkan untuk melakukan penilaian. Penilaian pada pendidikan multikeaksaraan menggunakan penilaian acuan kriteria (PAK) untuk penilaian pencapaian kompetensi peserta didik yang didasarkan pada kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh penyelenggara program.

Penilaian peserta didik mengacu pada Standar Penilaian perlu memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

• sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur;

• objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai;

• adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

• terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran;

• terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan;

• menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik;

• sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku;

• beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan; dan

• akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari mekanisme, prosedur, teknik, maupun hasilnya.

c. Teknik dan Instrumen Penilaian Pada Kurikulum Pendidikan Multikeaksaraan, penilaian diarahkan untuk dapat mencapai Kompetensi Inti (KI). Ada 3 Kompetensi Inti yang ingin dicapai, yaitu KI-1 merupakan kompetensi sikap, KI-2 merupakan kompetensi pengetahuan, dan KI-3 merupakan kompetensi keterampilan. Ketiga KI ini dijabarkan dalam kurikulum sebagai berikut.

KI-1: Kemampuan untuk menghayati dan mengamalkan ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya sehingga dapat berperilaku dan memiliki etika sebagai warga masyarakat yang baik.

KI-2: Kemampuan menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN100

KI-3: Kemampuan mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

Ketiga kompetensi ini harus dinilai oleh pendidik dalam pembelajaran. Sehingga penilaian bukan semata menilai pengetahuan peserta didik, tetapi mencakup kesatuan antara pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik. Untuk itu pendidik pada saat melakukan penilaian dituntut untuk menggunakan lebih dari satu teknik penilaian agar ketiga aspek yang akan dinilai tersebut dapat diukur dengan valid.

Berikut ini adalah teknik penilaian yang dapat dilakukan berdasarkan Standar Penilaian Pendidikan untuk:

1) Penilaian kompetensi sikapSesuai dengan karakteristik sikap maka salah satu alternatif yang dipilih adalah pendekatan yang digunakan oleh Krathwohl, yakni mulai dari menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh aktivitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang mendorong siswa untuk melakuan aktivitas tersebut.

Pendidik melakukan penilaian sikap melalui observasi, jurnal, serta hasil penilaian diri dan penilaian teman sejawat oleh peserta didik. Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antarteman adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik, sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

a) Observasi atau pengamatan adalah teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati;

Nama Kelompok Belajar : ..........................................................Program : Pendidikan MultikeaksaraanTema : Kearifan Budaya LokalKompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator1.2 Menunjukkan sikap jujur sebagai

dasar dalam mem ba ngun hubungan sosial

1.2.1 Bersikap terbuka dalam membangun hubungan sosial1.2.2 Bertanggung jawab dalam melakukan usaha mandiri

2.1. Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

2.1.1 Mampu membaca lancar teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

2.1.2 Mampu menceritakan kembali isi teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana

3.2. Mengolah teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara tertulis;

3.2.1 Mampu menuliskan kembali teks penjelasan tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

3.2.2 Mampu membacakan isi teks penjelasan yang telah ditulis tentang wawasan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 101

Kegiatan pembelajaran yang dirancang untuk mencapai kompetensi dasar di atas salah satunya melalui diskusi. Diskusi dirancang untuk: » Mendiskusikan bentuk-bentuk kearifan budaya lokal setempat

Misal: (Tradisi upacara keagamaan, tradisi upacara adat daerah, tradisi seni budaya daerah)

» Mendiskusikan potensi kearifan budaya lokal (upacara keagamaan, tradisi adat, tradisi seni budaya daerah) sebagai potensi penumbuhan ekonomi, misalnya sebagai pengembangan desa wisata

Sesuai dengan kompetensi sikap yang diharapkan, maka selama proses pembelajaran, pendidik dapat melakukan observasi untuk memberikan penilaian sikap terhadap keaktifan, toleransi, dan tanggung jawab.

No. Nama Peserta didikAspek yang diobservasi

KeteranganAktif Toleransi Tanggung jawab

1 ...2 ...3 ...4 ...

Kriteria Penilaian menggunakan skala 1-3

Aktif

3 Selalu bertanya dan menjawab dalam setiap pertemuan2 Kadang-kadang mengajukan pertanyaan dalam setiap pertemuan1 hanya menjawab bila diminta oleh pendidik

Toleransi

3 Selalu mendengarkan bila pendidik menjelaskan2 Kadang-kadang mendengarkan bila pendidik menjelaskan1 Lebih banyak berbicara dengan teman bila pendidik menjelaskan

Tanggung jawab

3 Mengerjakan semua tugas yang diberikan secara mandiri2 Mengerjakan semua tugas yang diberikan dengan bantuan pendidik/teman1 Tidak selalu mengerjakan tugas yang diberikan

b) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan perilaku;Nama Kelompok Belajar : ..........................................................Program : Pendidikan Multikeaksaraan

Tanggal Catatan Kejadian5 Juni 2017 Selama proses pembelajaran, sebagian peserta didik kurang memper-

hatikan, mereka sibuk sendiri. Ada yang berbicara dengan teman di sebelahnya, ada yang mengantuk, dan ada pula yang bercanda.

6 Juni 2017 Pada kegiatan diskusi ada satu orang yang mendominasi (misalnya Ibu Ani), dan tidak memberikan kesempatan kepada yang lain untuk berbicara dan tidak mau menerima pendapat teman lainnya.

7 Juni 2017 Ibu Sari sangat peduli kepada temannya, dia mau membantu temannya untuk membaca dan memahami maknanya.

... ...

c) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN102

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri. Penilaian cenderung bias, karena peserta didik cenderung menjawab sesuai norma, sehingga perlu ada konfi rmasi (bisa dari jurnal atau penilaian antar teman).Nama : ...........................................................Nama Kelompok Belajar : ...........................................................Program : Pendidikan Multikeaksaraan

No PernyataanTanggapan

SelaluKadang-kadang

Tidak Pernah

1 Saya menjalankan ibadah2 Saya mengerjakan tugas sendiri3 Saya menyelesaikan tugas tepat waktu4 Saya senang mengikuti pelajaran5 Saya membuang sampah pada tempatnya6 Saya dapat menerapkan materi

pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari7 saya dapat mengembangkan ide/gagasan

ke dalam bentuk produk yang bermanfaat8 Saya selalu mendapatkan ide-ide baru9 Saya hanya mengembangkan ide yang

sudah ada10 Saya menyukai hal-hal yang baru

d) Penilaian antarteman merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarteman. Bisa juga menggunakan format yang sama dengan penilaian diri, hanya saja diganti subyek yang dinilai.

2) Penilaian Kompetensi PengetahuanPengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karakteritik aktivititas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifi k, tematik terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan discovery/inquiry learning (belajar berbasis penyingkapan/ penelitian). Untuk mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok maka disarankan menggunakan pendekatan project based learning (pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah).

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan, yaitu: a) Instrumen untuk tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban singkat, benar

salah, menjodohkan, dan uraian objektif dan uraian non-objektif. Instrumen uraian objektif dan uraian non-objektif dilengkapi pedoman penskoran;

b) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan; danc) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan

secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas.

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 103

Kompentensi Dasar

2.5. Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari.

Tema: Ilmu Pengetahuan dan TeknologiSubtema: Literasi Keuangan

Contoh soal Tutor membacakan soal cerita mengenai pecahan dan anggaran pendapatan dan pengeluaran. Peserta didik menuliskan jawaban di lembar jawaban. Berikut soal cerita yang dibacakan tutor.

Ibu Ida bekerja sebagai penjaga toko. Dia mendapatkan gaji bulanan. Dia menggunakan 2/3 gajinya membeli beras. 1/6 untuk biaya sekolah anaknya. Sisanya untuk ditabung. Berapa sisa uang bu Ida?

Jawaban:Sisa Uang ibu Ida = pendapatan – pembelian beras – biaya sekolah … (langkah 1) = 1 – 2/3 – 1/6 … (langkah 2) = 6/6 – 4/6 – 1/6 … (langkah 3) = 1/6 … (langkah 4)Kriteria penskoran:

No. Aspek yang Dinilai Skor1234

Benar menuliskan model matematika (langkah 1)Benar menuliskan model matematika dalam angka (langkah 2)Benar menyamakan penyebut (langkah 3)Benar menghitung hasil akhir (langkah 4)

21

11

Skor Maksimum 5

3) Penilaian Kompetensi KeterampilanKeterampilan diperoleh melalui dari aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, hingga mencipta. Seluruh isi materi (topik dan sub topik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan harus mendorong siswa untuk melakukan pengamatan hingga mencipta. Untuk memperkuat pendekatan tersebut dapat dipadukan dengan penerapan discovery/inquiry learning, dan project based learning.

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu, dengan menggunakan portofolio, tes praktik dan projek. Instrumen yang digunakan berupa daftar cek atau skala penilaian (rating scale) dilengkapi rubrik.a) Portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan cara menilai kumpulan karya

terbaik peserta didik dalam bidang tertentu yang bersifat refl ektif-integratif untuk mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu.

b) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai dengan kompetensi yang dituntut.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN104

c) Projek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Pada pendidikan multikeaksaraan untuk memberdayakan peserta didik, maka ada penugasan projek sebagai aplikasi dari pengetahuan membaca, menulis, dan berhitung peserta didik. Penugasan projek dilakukan dalam kelompok

TEMA: KESEHATAN DAN OLAH RAGASubtema: Kesehatan Lanjut Usia (Lansia)Kompetensi Dasar3.14Mengomunikasikan ide dan produk inovatif berkaitan

dengan ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang diminati.

Rancangan produk inovatif tentang pendirian paguyuban lansia dengan menyampaikan kegiatan-kegiatan yang dirancang dalam paguyuban, misal Pusat Kesehatan Bersama atau Taman LansiaAspek yang dinilai Baik

3Cukup

2Kurang

1Keterangan

Perencanaan- Data jumlah lansia- Kebutuhan orang tua- Ide/gagasan kegiatanMengkomunikasikan- Brosur kegiatan- Presentasi kegiatanSkor maksimal (15)

Penggunaan teknik penilaian harus dilengkapi dengan instrumen penilaian. Instrumen penilaian, agar dapat mengukur kompetensi mendekati keadaaan yang sebenarnya harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

• substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai; • konstruksi, memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang

digunakan;• penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat

perkembangan peserta didik.d. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal berikut:

1) Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal program/pembelajaran. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan instrumen serta pedoman penyekoran, bila diperlukan, sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.

2) Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan inkuiri dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penilaian inkuiri dilakukan melalui teknik bertanya untuk mengeksplorasi dan menggali (probing) pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan berpikir peserta didik. Sesuai dengan tujuan pendidikan multikeaksaraan untuk merawat keberaksaraan peserta didik pasca pendidikan

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 105

keaksaraan dasar, maka bentuk penilaian sebaiknya lebih menekankan pada penilaian kinerja dan produk. Kinerja berupa pemahaman peserta didik terhadap apa yang dibacanya yang dapat disampaikan secara lisan maupun tulisan. Sedangkan produk dapat berupa hasil penugasan untuk mempraktikkan kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dalam konteks kehidupan peserta didik. Produk yang dihasilkan oleh peserta didik didokumentasikan dalam bentuk portofolio untuk menilai pencapaian peserta didik secara utuh.

3) Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan mengacu pada indikator kompetensi dasar yang diintegrasikan dalam tema tersebut.

4) Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada peserta didik disertai balikan/komentar yang mendidik, dilaporkan kepada pihak-pihak yang terkait, serta dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.

5) Laporan hasil penilaian oleh pendidik dalam bentuk: • nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil penilaian kompetensi

pengetahuan dan keterampilan, termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik terpadu; dan

• deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap. e. Masalah dalam Penilaian

Penilaian sangat tergantung pada 3 hal, yaitu alat tes, penilai, dan peserta didik (subyek yang dinilai). Akan terjadi penilaian yang tidak menggambarkan pencapaian yang sebenarnya bila ada masalah dengan 3 hal tersebut. Permasalahan umum yang biasanya terjadi pada penilaian adalah:• soal atau instrument penilaian tidak sesuai dengan materi yang pelajari peserta

didik,• pendidik kurang teliti atau kurang cermat dalam menghitung angka-angka,• suasana batin yang menyelimuti pendidik (resah, susah, murung, gembira) dapat

mempengaruhi hasil penilaian,• sifat “pemurah” atau “pelit” yang melekat pada diri pendidik,• pendidik terpengaruh oleh penilaian pendidik lain atau hallo effect,• pendidik terpengaruh oleh hasil penilaian peserta didik pada masa lalu,• peserta didik menerka jawaban/bekerja sama dalam menyelesaikan soal-soal

penilaian,• kondisi fi sik dan psikis peserta didik yang tidak siap mengikuti penilaian,• suasana gaduh, kacau, atau bising pada saat penilaian.

2. Penilaian Akhir dan Sertifi kasia. Pengertian dan Tujuan Penilaian Akhir

Merujuk pada Standar Penilaian, penilaian dilakukan oleh pendidik, satuan pendidikan, dan pemerintah. Penilaian oleh pendidik bertujuan untuk bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan untuk menilai pencapaian Standar Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada program tertentu.

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dan pemerintah dalam rangka kelulusan dan pencapaian standar nasional dilakukan setelah pembelajaran selesai yang biasa disebut sebagai penilaian akhir. Pada penilaian akhir pendidikan multikeaksaraan

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN106

peran pemerintah (dalam hal ini Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan) menyusun kisi-kisi soal penilaian akhir sebagai acuan bagi Dinas Pendidikan dalam mengembangkan soal penilaian akhir.

Penilaian akhir dalam pendidikan multikeaksaraan dilakukan setelah peserta didik tuntas belajar dan selesai mengikuti proses pembelajaran. Penilaian akhir dalam pendidikan multikeaksaraan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi keaksaraan peserta didik setelah mengikuti pembelajaran selama minimal 86 jam.

b. Aspek Penilaian AkhirKompetensi multikeaksaraan yang menjadi aspek penilaian akhir meliputi dimensi pengetahuan dan keterampilan dalam hal:1) Membaca dan menulis

• Kata dan kalimat• Teks personal, deskripsi, narasi, informasi, petunjuk, teks tabel/diagram

sederhana, dan teks khusus (minimal 7 kalimat sederhana).2) Berhitung

• Mengenal dan menulis bilangan• Melakukan operasi hitung (+, -, x, :) sampai dua angka• Memperkirakan dan membulatkan hasil penghitungan• Menggunakan konsep pecahan dalam kehidupan sehari-hari• Menggambar bangun datar dan bangun ruang• Menyajikan data dalam bentuk tabel/diagram/grafi k• Mengenal dan menggunakan uang dikaitkan dengan satuan ukuran panjang,

jarak, berat, dan waktu.c. Sasaran dan Pelaksana

Sasaran penilaian akhir pendidikan multikeaksaraan adalah peserta didik yang memenuhi kriteria berikut.1) Selesai mengikuti pembelajaran minimal 86 jam2) Telah tuntas mempelajari semua kompetensi multikeaksaraan yag telah ditetapkan3) Kehadiran minimal 80%, dibuktikan dengan daftar hadir dan portofolio kemajuan

belajar.Penilaian akhir dilaksanakan di masing-masing lembaga penyelenggara program pendidikan keaksaraan usaha mandiri. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota bertanggung jawab untuk membentuk tim pelaksana yang terdiri dari unsur pendidik dan tenaga kependidikan yang sedang terlibat dalam penyelenggaraan program multikeaksaraan pada tahun yang bersangkutan. Tim pelaksana ini perlu

1) ditetapkan melalui SK yang ditandatangani Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota atau Kepala Bidang PNF;

2) masa tugas maksimal 1 (satu) tahun dan dapat diperpanjang berdasarkan kondisi dan kebutuhan.

d. Kisi-kisi dan Contoh Penulisan Penilaian AkhirDirektorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan menyusun kisi-kisi untuk pendidikan multikeaksaraan, salah satunya untuk tema ilmu pengetahuan dan teknologi subtema literasi keuangan. Sebagai berikut.

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 107

1) Kisi-kisi soal untuk membaca

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR SOALNO.

SOALBENTUK

SOALKemampuan menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

2.1. Menggali informasi dari teks penjelasan tentang wawasan keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, atau politik dan kebangsaan sesuai dengan yang diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

Membaca lancar teks penjelasan

Disajikan teks penjelasan tentang literasi keuangan (misal L/C pada kegiatan ekspor) 8-10 kalimat sederhana, peserta didik dapat membaca teks tersebut secara lancar

1 Tes Praktik

2.2. Menggali informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana;

Menceritakan kembali isi teks penjelasan

Disajikan teks penjelasan tentang literasi keuangan 8 – 9 kalimat sederhana (misal peran lembaga keuangan), peserta didik dapat melengkapi pernyataan sesuai isi teks tersebut.

2 Isian

2.6. Menggali informasi dari teks tabel atau diagram sederhana yang berkaitan dengan kajian ilmu keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya,

Membaca isi teks tabel atau diagram sederhana

Disajikan sebuah tabel/diagram sederhana tentang keuangan (misal permintaan dan penawaran barang), peserta didik dapat menyusun pernyataan yang sesuai dengan isi tabel/ diagram tersebut

3 Jawaban singkat

politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati.

Menyimpulkan teks tabel atau diagram sederhana

Disajikan sebuah tabel/diag ram sederhana ten tang keuangan (mi sal permintaan dan penawar an barang, peserta didik dapat menyimpulkan isi tabel tersebut

4 Jawaban singkat

2.8. Menggali informasi dari teks petunjuk atau arahan yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati minimal dalam 7 (tujuh) kalimat sederhana.

Membaca teks petunjuk atau arahan

Disajikan teks petunjuk yang berkaitan dengan literasi keuangan lokal 7-8 kalimat sederhana (misal cara mencairkan bantuan sosial jamkesmas), peserta didik dapat: menentukan pernyataan yang

sesuai dengan isi teks petunjuk tersebut

menentukan maksud salah satu kalimat dalam teks petunjuk tersebut

5

6

PG

Jawaban singkat

Kemampuan mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

3.1. Mengolah informasi dari teks penjelasan tentang pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam bahasa Indonesia minimal 5 (lima) kalimat sederhana secara lisan dan tertulis;

Menuliskan kembali teks penjelasan

Disajikan teks penjelasan tentang literasi keuangan 5 – 7 kalimat sederhana (misal mengenai pertukaran uang), peserta didik dapat menuliskan ringkasan isi teks tersebut.

7 Uraian

3.3. Mengolah teks khusus yang berbentuk brosur atau leafl et sederhana tentang ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati berkaitan dengan pekerjaan atau profesinya;

Menulis teks khusus dalam bentuk brosur atau leafl et sederhana

Disajikan teks berbentuk brosur/leafl et sederhana tentang literasi keuangan (misal layanan perbankan) yang belum lengkap, peserta didik dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat

8 Isian

3.11. Mengolah informasi dari teks narasi yang berkaitan dengan pekerjaan, profesi, atau kemahiran yang dimiliki dan diminati dalam 5 kalimat sederhana secara lisan dan tertulis.

Menulis teks narasi

Disajikan tema atau judul berkaitan dengan literasi keuangan (misal Rencana Naik Haji atau Wisata Rohani, Investasi aman dan menguntungkan, Perluasan Usaha), peserta didik dapat menulis teks 6-8 kalimat sesuai dengan tema atau judul tersebut.

9 Mengarang

3.13. Mengolah informasi teks laporan yang berkaitan dengan hasil produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, secara inovatif yang diminati.

Menulis teks laporan

Disajikan sebuah teks laporan sederhana (misal tentang kejahatan keuangan berupa investasi bodong) yang belum lengkap pada bagian awal, tengah, atau akhirnya, peserta didik dapat melengkapinya dengan kalimat yang tepat.

10 Isian

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN108

2) Kisi-kisi soal untuk berhitung

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR SOAL NO. SOAL

BENTUK SOAL

2.Kemampuan menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang cara meningkatkan peran dan fungsi dalam kehidupan di masyarakat dengan memanfaatkan peluang sumber daya yang ada melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia

2.5. Menggunakan konsep pecahan sederhana dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan pada kehidupan sehari-hari;

Pecahan sederhana (pecahan biasa, desimal, persen) dalam operasi bilangan yang digunakan dalam bidang wawasan kebangsaan

Dibacakan soal cerita 6-8 kalimat tentang penjumlahan atau pengurangan pecahan biasa yang berhubungan dengan masalah anggaran pendapatan dan pengeluaran, peserta didik dapat menuliskan dalam notasi matematika dan menyelesaikan hasilnya

1 Tes lisan/ Praktik

2.4. Mengenal penggunaan operasi bilangan tentang produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya atau jasa, dan uang yang disesuaikan dengan kebutuhan.

Operasi hitung dari bilangan cacah dan pecahan sederhana.

Masalah sehari hari tentang operasi bilangan cacah dan pecahan

Disajikan pernyataan yang berkaitan dengan keuangan (misal menghitung cicilan hutang), peserta didik dapat menentukan: - operasi penjumlahan cacah dan

pecahan- operasi pengurangan cacah dan

pecahan- operasi perkalian cacah dan

pecahan- operasi pembagian cacah dan

pecahan. Disajikan soal cerita sederhana tentang keuangan (suku bunga) peserta didik dapat menyelesaikan dengan operasi hitung yang menyangkut bilangan cacah dan pecahan.

2

3

Isian

uraian

2.7. Mengidentifi kasi pengetahuan keruangan (geometri) sederhana yang diterapkan dalam kajian keilmuan dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan tertentu yang diminati dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Gambar bangun datar dan bangun ruang

Identifi kasi bangun datar dan bangun ruang

Disajikan gambar bangun datar atau bangun ruang yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (peralatan sehari-hari) peserta didik menyebutkan bentuk bangun gabungan datar atau bangun ruang gabungan yang sesuai gambar.Dibacakan sifat bangun datar atau bangun ruang yang berkaitan dengan masalah kehidupan sehari-hari peserta didik dapat menyebutkan nama bangun tersebut

4

5

isian

Lisan/ jawaban singkat

3. Kemampuan mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat melalui aktivitas membaca, menulis, berbicara, dan berhitung dalam bahasa Indonesia.

3.8. Menerapkan pecahan sederhana ke bentuk pecahan desimal dan persen pada perhitungan yang berkaitan dengan uang dan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif dan diminati;

Pengubahan pecahan biasa menjadi pecahan decimal atau menjadi persen yang berhubungan dengan wawasan kebangsaan

Dibacakan soal pecahan tentang data yang berhubungan dengan aktivitas ekonomi peserta didik, peserta didik mengubah pecahan tersebut menjadi pecahan decimal atau persen atau sebaliknya dengan cara menuliskan jawaban

6 Isian

3.10. Menggunakan hasil pengolahan dan penafsiran data dalam bentuk tabel, diagram, dan grafi k sederhana mengenai kajian ilmu dan teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, politik dan kebangsaan serta keterampilan tertentu yang diminati.

Penyajian hasil pengelolaan data dalam bentuk tabel yang berhubungan dengan wawasan kebangsaan

Diberikan cerita data tentang jenis kegiatan yang ada di masyarakat (harga barang kebutuhan pokok), peserta didik dapat menyajikan data tersebut menjadi tabel sederhana yang logis.

7 Uraian

3.7. Memperkirakan kebutuhan komponen produk teknologi, kesehatan dan olahraga, seni, budaya yang inovatif yang sedang dikerjakan, dimiliki dan diminati untuk menentukan biaya yang diperlukan.

Identifi kasi komponen yang diperlukan dalam wawasan kebangsan

Disajikan masalah tentang penjualan produk, peserta didik dapat menghitung perkiraan peluang pasar dan keuntungan dengan melibatkan operasi hitung bilangan

8 Uraian

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 109

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR MATERI INDIKATOR SOAL NO. SOAL

BENTUK SOAL

3.9. Menggunakan satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau satuan lainnya yang diperlukan pada kegiatan menciptakan produk teknologi sederhana, kesehatan dan olahraga, seni, budaya, yang inovatif.

Mengenal berbagai satuan pengukuran panjang, waktu, berat, atau lainnya (misalnya jarak, suhu, gula darah, dll)

Masalah sehari hari yang berhubungan dengan satuan pengukuran

Diberikan beberapa pernyataan benar salah tentang satuan pengukuran yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Peserta didik diminta menentukan pernyataan tersebut benar atau salah

Peserta didik dapat menafsirkan hasil pengukuran panjang atau waktu, atau berat yang berkaitan dengan masalah ekonomi sehari-hari.

9

10

B/S

isian

3) Contoh Pengembangan Kisi SoalKisi soal membaca dan menulis nomor 2: Disajikan teks penjelasan tentang literasi keuangan 8 – 9 kalimat sederhana (misal peran lembaga keuangan), peserta didik dapat melengkapi urutan peristiwa sesuai isi teks tersebut.

Peran Lembaga KeuanganLembaga keuangan penting bagi perekonomian. Bentuknya bisa berupa bank atau nonbank.Berperan mengumpulkan dana masyarakat dan menyalurkannya.Dana masyarakat dapat berupa tabungan, deposito, asuransi, dan saham.

Dana yang terkumpul disalurkan dalam bentuk kredit.Jenis kredit antara lain, kredit rumah, mobil, dan usaha.Lembaga keuangan berupa bank bahkan memberikan layanan lebih.Dimana adanya perbankan online.Menjadikan semua mendapatkan layanan tanpa pergi ke bank.

Sumber: http://dosenekonomi.com/ilmu-ekonomi/moneter/peran-lembaga-keuangan diakses tanggal 29 November 2016Pertanyaan 2

Lengkapilah pernyataan di bawah ini sesuai dengna isi teks Peran Lembaga Keuangan!

Lembaga keuangan mengumpulkan dana masyarakat. Bentuknya bisa berupa tabungan, deposito, asuransi, dan saham. […] Kredit yang dikenal antara lain, kredit rumah, mobil, dan usaha.

Kunci Jawaban 2: Dana yang terkumpul disalurkan dalam bentuk kredit.

Kriteria Jawaban 2:

Aspek yang Dinilai SkorMenuliskan jawaban dengan benarMenuliskan jawaban dengan beberapa kata kurang benar, namun maksud dipahamiMenuliskan jawaban kurang tepat, namun penulisan benarMenuliskan jawaban kurang tepat dan penulisan ada yang salahMenuliskan jawaban hanya satu kataTidak menuliskan jawaban

543210

Skor Maksimum 5

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN110

Kisi soal berhitung nomor 2. Peserta didik diminta untuk membaca soal cerita tentang penghitungan cicilan hutang, lalu menuliska jawaban pada lembar jawaban.

Soal.Pak Adi membutuhkan uang untuk membeli bibit. Dia berencana meminjam Rp3juta. Dia akan mencicil selama 6 bulan. Pinjaman dikenakan bunga 1% per bulan. Berapa cicilan hutang Pak Adi per bulan?

Jawaban.Cicilan Pak Adi

= (Besar pinjaman/lama pinjaman) + (Besar pinjaman X bunga pinjaman/bulan) … langkah 1= (3.000.000/6) + (3.000.000 x 1/100) … langkah 2= 500.000 + 30.000 … langkah 3 = 530.000 … langkah 4Kriteria penskoran:

No. Aspek yang Dinilai Skor1234

Benar menuliskan model matematika (langkah 1)Benar menuliskan model matematika dalam angka (langkah 2)Benar menyederhanakan penghitungan (langkah 3)Benar menghitung hasil akhir (langkah 4)

21

11

Skor Maksimum 5

4) Rekapitulasi penilaian akhirSetelah kisi-kisi soal dikembangkan menjadi soal penilaian berikut kriteria penilaian dan penskorannya, maka selanjutnya dibuatkan rekap skor dari seluruh soal yang dibuat. Sesuai dengan kebijakan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, kemampuan membaca dan menulis mendapatkan pembobotan yang lebih besar terhadap skor akhir. Hasil penilaian membaca dan menulis memberikan kontribusi 60% terhadap penilaian akhir dan penilaian berhitung memberikan kontribusi 40% terhadap penilaian akhir.

Keterangan Skor maksimal Pembobotan Skor akhirPertanyaan Membaca dan MenulisPertanyaan Nomor 1

60%

Pertanyaan Nomor 2Pertanyaan Nomor 3Pertanyaan Nomor 4Pertanyaan Nomor 5Pertanyaan Nomor 6Pertanyaan Nomor 7Pertanyaan Nomor 8Pertanyaan Nomor 9Pertanyaan Nomor 10Total skor untuk membaca dan menulisPertanyaan Berhitung

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 111

Keterangan Skor maksimal Pembobotan Skor akhirPertanyaan Nomor 1

40%

Pertanyaan Nomor 2Pertanyaan Nomor 3Pertanyaan Nomor 4Pertanyaan Nomor 5Pertanyaan Nomor 6Pertanyaan Nomor 7Pertanyaan Nomor 8Pertanyaan Nomor 9Pertanyaan Nomor 10Total skor untuk berhitungSkor Akhir (membaca, menulis, berhitung)

100

e. Sertifi kasi dan Penjaminan MutuSertifi kasi pada pendidikan multikeaksaraan diberikan sebagai bentuk pengakuan kepada peserta didik yang telah mengikuti pembelajaran multikeaksaraan selama minimal 86 jam. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota merupakan pihak yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan sertifi kat ini. Untuk dapat menerbitkan sertifi kat dimaksud Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota mengacu pada Panduan Penyelenggaraan Penilaian Akhir Pendidikan Multikeaksaraan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan agar semua sertifi kat yang dikeluarkan memiliki kualitas yang sama. Pada panduan tersebut juga diatur mengenai tahapan atau prosedur untuk melakukan penilaian akhir pendidkan multikeaksaraan sampai dengan penerbitan surat keterangan melek aksara (SUKMA) dapat dibaca pada Panduan Penyelenggaraan Penilaian Akhir Pendidikan Multikeaksaraan yang dikeluarkan oleh Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan.

Penerbitan SUKMA oleh pemerintah merupakan salah satu upaya menjamin mutu penyelenggaraan pendidikan multikeaksaraan. Penjaminan mutu adalah proses penetapan dan pemenuhan standar mutu pengelolaan secara konsisten dan berkelanjutan, sehingga pengguna, penyedia jasa, dan pihak lain yang berkepentingan merasa puas. Penjaminan mutu dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Penjaminan mutu internal dilakukan dengan review secara periodik berdasarkan fakta yang ada dan terus-menerus terhadap pelakanaan multikeaksaraan, menganalisis hasilnya untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan perbaikan program selanjutnya.

Penjaminan mutu untuk menjamin terselenggaranya proses penyelenggaraan Pendidikan Multikeaksaraan, dapat dilakukan melalui monitoring dan evaluasi. Untuk dapat menjaga mutu, terlebih dahulu ditentukan kriteria keberhasilan. Berikut ini penjabaran dari aspek penjaminan mutu penyelenggaran pendidikan multikeaksaraan:

1) Penjaminan Mutu Proses PenyelenggaraanMemiliki mekanisme proses penyelenggaraan pendidikan multi keaksaran termasuk kualifi kasi SDM penyelenggara program yang memenuhi kualifi kasi dan kompetensi.a) Perumusan dan pempublikasian explicit outcome yang diinginkan.b) Perhatian yang saksama pada rancangan materi dan program serta isi.c) Kebutuhan akan berbagai macam model penyampaian spesifi k.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN112

d) Ketersediaan sumber belajar yang sesuai.e) Pemonitoran kemajuan penyelenggaraan program layanan.f ) Review program secara periodik dan teratur (termasuk review eksternal).g) Umpan balik teratur dari lembaga terkait, organisasi formal dan non formal,

stakeholders dan masyarakat lain yang relevan.h) Peran serta masyarakat dalam kegiatan penjaminan mutu.i) Rekruitmen dan penunjukan SDM penyelenggara multikeaksaraan atau tutor

memiliki level standar kompetensi minimum.j) SDM peyelenggara program atau tutor memiliki level kompetensi yang diberi

kesempatan untuk mengembangkan dan memperluas kemampuan memberikan layanan multikeaksaran.

k) Memberi kesempatan kepada SDM peyelenggara multikeaksaran yang kurang kompeten untuk meningkatan kecakapan mereka.

2) Penilaian Layanan Pendidikan MultikeaksaanProses penyelenggaraan dinilai dengan menggunakan kriteria yang terbuka, serta ketentuan dan prosedur yang diterapkan secara konsisten.a) Mengukur pencapaian outcome proses penyelenggaraan layanan dan tujuan-

tujuan program yang lain.b) Penilaian harus sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan

multikeaksaraan. c) Memiliki kriteria yang jelas dan dipublikasikan.d) Dilakukan oleh orang yang memahami peran penilaian dalam menilai kemajuan

program.e) Jika mungkin, tidak bergantung pada penilaian tunggal.f ) Memperhitungkan seluruh konsekuensi yang mungkin terjadi apabila aturan

program tidak dilaksanakan dengan baik.g) Menjamin bahwa penilaian dilakukan secara ketat sesuai dengan prosedur yang

ditetapkan.h) Memenuhi seluruh persyaratan pengadministrasian program.i) Strategi penilaian yang digunakan diinformasikan dengan jelas.

3) Mutu Informasi publikSecara teratur menerbitkan informasi tidak memihak dan obyektif yang mutakhir, secara kuantitatif dan kualitatif, tentang program dan kualifi kasi ketercapaian tujuan.a) memiliki tanggungjawab untuk menyediakan informasi tentang pendidikan

multikeaksaran yang ditawarkan, outcome penyeleng garaan program yang diinginkan, kualifi kasi ketercapaian tujuan, prosedur pelaksanaan, proses penyelenggaraan dan asesmen yang digunakan, dan kesempatan-kesempatan lain yang tersedia bagi masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan multikeaksaran.

b) Informasi yang diterbitkan juga dapat meliputi pandangan-pandangan dan tujuan- tujuan penyelenggaraan pendidikan multikekasaraan.

c) Informasi itu cermat, tidak memihak satu kepentingan tertentu, obyektif, dan siap diakses untuk kepentingan pendidikan multikeaksaraan.

PENILAIAN PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN 113

Pendekatan yang menjadi implikasi dari menjalankan seluruh rangkaian penjamianan mutu adalah: a) Mulai dari sekarang, identifi kasi dan petakan baik melalui studi dokumen yang

ada atau informasi lainnya untuk memudahkan penyusunan program secara menyeluruh;

b) Sinergi dengan semua komponen, pencapaian mutu merupakan proses yang saling terkait antara satu komponen dengan yang lainnya.

c) Terencana, artinya semua rangkaian siklus penjaminan mutu dilaksanakan berdasarkan perencanaan menyeluruh.

d) Komitmen, diperlukan komitmen yang kuat mulai dari pimpinan sampai dengan pelaksana untuk melaksanakan peningkatan mutu pada setiap level unit kerja;

e) Berkelanjutan, apabila suatu siklus penjaminan mutu sudah selesai maka harus dilanjutkan dengan siklus berikutnya untuk mencapai standar yang lebih tinggi. Dan begitu seterusnya tanpa henti, sesuai dengan prinsip continuous quality improvement.

E. LatihanPeserta pelatihan diminta untuk:1. Memberikan penilaian terhadap rancangan penilaian yang dituliskan dalam RPP

yang dibuatnya. Apakah sudah sesuai untuk mengukur pencapaian proses? Apakah menggunakan teknik dan instrument penilaian yang tepat? Apakah kriteria penilaian sudah dideskripsikan dengan jelas?

2. Mencoba mengembangkan satu kisi soal penilaian akhir sampai menetapkan kriteria penilaian yang digunakan.

F. Refl eksi Sebagai refl eksi terhadap pemahaman materi yang didapat dari pelatihan dan perbaikan terhadap pelatihan, maka peserta pelatihan diminta untuk menuliskan:1. Pengalaman selama ini dalam melakukan penilaian2. Informasi atau pengetahuan baru yang didapat berkaitan dengan penilaian3. Kekurangan metode atau penyampaian materi tentang penilaian

Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. 2016. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Keaksaraan Lanjutan.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2016. Silabus Pendidikan Multikeaksaraan.

Direktorat Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan. 2016. Naskah Akademik Pendidikan Multikeaksaraan.

Sudijono, Anas. 2006. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafi ndo Persada.

Devi Triana, Dinny. 2015. Makalah Penjaminan Mutu, Monitoring dan Evaluasi Program Layanan Pendidikan Keluarga.

http://nurudinsya.blogspot.com/2016/04/rumus-cara-menghitung-berat-badan-ideal.html diakses pada tanggal 26 Januari 2017 pukul 12.44)

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN114

8MODUL

DINAMIKA KELOMPOK

KODE M-82 jam

Oleh:

Erika Yuanita Fatimah, S.Pd.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN

DINAMIKA KELOMPOK 115

DINAMIKA KELOMPOK

A. PendahuluanDalam melaksanakan proses pembelajaran pendidikan keaksaraan, para tutor perlu memiliki pengetahuan tentang konsep dasar dinamika kelompok. Mengingat bahwa dalam pembelajaran keaksaraan akan dilaksanakan secara berkelompok, maka tutor perlu memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana mengorganisir kelompok sehingga tetap kondusif dan dinamis selama pembelajaran. Karena dengan situsi belajar yang kondusif dan dinamis, maka pembelajaran akan lebih efektif. Para tutor yang mengikuti bimbingan teknis ini diharapkan dapat memahami dan mengaplikasikan materi pembelajaran dinamika kelompok yang disajikan.

B. Tujuan PembelajaranSetelah mempelajari, memahami, dan melakukan latihan, serta menjawab evaluasi yang terdapat pada modul materi dinamika kelompok dalam pendidikan multikeaksaraan ini, tutor mempunyai kemampuan dalam:1. memiliki perilaku dan etika yang mencerminkan sikap orang beriman dan bertanggungjawab

dalam menjalankan peran dan tugas dalam pembelajaran pendidikan multikeaksaraan untuk meningkatkan keberaksaraan masyarakat.

2. menguasai pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tentang pelaksanaan pembelajaran pendidikan multikeaksaraan di masyarakat dengan cara menguasai berbagai cara pembelajaran pendidikan multikeaksaraan.

3. melaksanakan proses pembelajaran pendidikan multikeaksaraan dengan menggunakan dinamika kelompok dan ice breaking dalam pembelajaran multikeaksaraan.

C. Petunjuk Penggunaan1. Lakukan apersepsi dengan cara:

a. Menggali pengetahuan dan pemahaman peserta dalam konsep dinamika kelompok dan ice breaking.

b. Menyamakan persepsi tentang adanya konsep, jenis-jenis dinamika kelompok dan ice breaking serta penggunaannya dalam proses pembelajaran.

c. Mendeskripsikan isi materi dinamika kelompok dan ice breaking.d. memberikan penguatan bahwa pendidik yang terlibat dalam pembelajaran pendidikan

multikeaksaraan dituntut mempunyai kemampuan untuk memfasilitasi penyampaian materi belajar kepada peserta didik, dan memudahkan peserta didik memahami materi belajar.

2. Menyampaikan materi tentang konsep dinamika kelompok dan ice breaking.3. Melaksanakan praktik penggunaan dinamika kelompok dan ice breaking bersama peserta

bimbingan teknis.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN116

4. Melaksanakan refl eksi dengan peserta bimbingan teknis yang berkaitan dengan peningkatan pengetahuan, penambahan pengalaman, dan hal-hal yang masih dirasakan menjadi permasalahan peserta ketika mengembangkan bahan dan media belajar pendidikan multikeaksaraan.

D. Materi Pembelajaran1. Pengertian Dinamika Kelompok

Manusia dalam kehidupan selalu membutuhkan orang lain. Kenyataan bahwa manusia adalah makhluk social dimana manusia tidak dapat hidup sendirian. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia tidak terlepas dari interaksinya dengan manusia di sekelilingnya. Manusia selalu terlibat dalam interaksi, yang artinya tidak lepas dari hidup berkelompok. Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang merupakan kesatuan sosial yang mengadakan interaksi yang intensif dan mempunyai tujuan bersama. Pembelajaran pendidikan keaksaraan dilakukan secara berkelompok.

Untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif, banyak cara yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah dengan pembinaan hubungan antar pribadi melalui teknik dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah salah satu cara berinteraksi dalam mengadakan hubungan antar pribadi yang baik antara peserta didik dengan peserta didik lainnya dan juga dengan tutor/fasilitatornya. Dinamika berarti kekuatan atau gerak yang timbul sendiri, sedangkan kelompok artinya sekumpulan individu yang saling berinteraksi. Dinamika kelompok berarti kekuatan yang ada dalam kelompok. (Keith Davis & John Newstromilid 1, 1993, 208). Dalam pembelajaran atau pelatihan, dinamika kelompok adalah suatu metode dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama dalam kelompok.

Dinamika kelompok memiliki ciri-ciri sebagai berikut:a. Adanya dinamika dan partisipasi peserta didik dalam proses belajar.b. Terjadinya proses komunikasi 2 (dua) arahc. Proses komunikasi antar peserta didik yang dilandasi kematangan kepribadiand. Merupakan alat untuk pencapaian tujuan pembelajaran

Pembentukan suatu kelompok mempunyai tujuan untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas kelompok/individu dengan menggunakan kekuatan kelompok. Proses dinamika kelompok dimulai dari individu sebagai pribadi yang masuk ke dalam kelompok dengan latar belakang yang berbeda-beda, belum saling mengenal antar individu yang ada dalam kelompok. Mereka membeku seperti es, namun pastinya individu yang bersangkutan akan berusaha untuk mengenal individu yang lainnya. Kemudian, es yang membeku lama-lama akan mencair. Proses inilah yang dinamakan ice breaking. Ice breaking adalah dua padanan kata bahasa Inggris yang mengandung makna memecah es.

Dalam kelompok, ice breaking ditujukan untuk menghilangkan kebekuan-kebekuan diantara individu-individu dalam satu kelompok sehingga mereka saling mengenal, mengerti, dan bisa saling berinteraksi dengan baik antara yang satu dengan lainnya. Setelah mereka saling mengenal dan saling berinteraksi, dimulailah dengan kegiatan berkelompok. Dengan kebersamaan dalam kelompok, setiap individu juga akan diajarkan bagaimana berempati dengan orang lain serta bagaimana mengendalikan diri dan ketahanan mental. Selain itu juga mereka akan diajak untuk memahami kelebihan dan kelemahan orang lain serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya kerjasama dalam tim.

DINAMIKA KELOMPOK 117

Banyak contoh ice breaking yang dapat dilakukan, diantaranya dengan tepuk tangan, menyanyi, senam, bermain tebak-tebakan, permainan sederhana, dan sebagainya. Ice breaking ini akan membantu peserta didik untuk kembali focus pada pembelajaran.

2. Tujuan Dinamika KelompokTujuan kelompok merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh kelompok. Sehingga tujuan dinamika

kelompok adalah: a) untuk meningkatkan kepekaan peserta didik yang meliputi: saling mengenal, saling menghormati, saling mengerti, saling percaya, saling memahami tingkah laku, dan saling memahami kebutuhan satu sama lain; b) mengembangkan rasa solidaritas antar peserta didik yang ditandai dengan spontanitas, partisipasi, saling mengetahui batas wewenang masing-masing, dan kesepakatan atas tujuan yang hendak dicapai, c) menciptakan komunikasi yang terbuka terhadap sesama anggota kelompok, d) menimbulkan adanya itikad yang baik antara sesame anggota kelompok.

3. Pentingnya Suasana Belajar Dalam KelompokIklim belajar atau suasana belajar sangat penting artinya bagi kegiatan belajar. Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar peserta didik keaksaraan, sedangkan suasana yang kacau, ramai, tidak tenang dan banyak ganguan, tentu tidak menunjang kegiatan belajar yang efektif. Penciptaan suasana belajar sangat penting dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Bahwa kelompok belajar adalah kumpulan manusia aktif, sehingga peserta didik

perlu diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide/gagasan, pengalaman dan pendapatnya;

b. Adanya suasana saling hormat menghormati diantara sesama peserta didik dan tutor, mengingat mereka dapat cepat belajar apabila pendapat pribadinya dihormati.

c. Suasana saling menghargai, karena belajar bagi orang dewasa bersifat subjektif dan unik, oleh karenanya meremehkan dan mengesampingkan harga diri peserta didik, hanya akan mematikan gairah belajar peserta didik.

d. Suasana saling percaya, terutama antara peserta didik dengan tutornya karena tanpa kepercayaan, situasi belajar tak akan membawa hasil yang diharapkan.

e. Suasana tak mengancam, dalam arti bahwa selama proses pembelajaran situasinya harus memberikan kesempatan adanya perbedaan pendirian, sikap dan pendapat, tanpa takut disalahkan oleh siapapun dalam kelompok belajar.

f. Suasana keterbukaan, baik antar sesama peserta didik maupun keterbukaan dengan tutor. Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka mendengarkan orang lain, karena hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.

4. Jenis-jenis KelompokDalam pembentukannya, kelompok dapat dibagi atas: a. Kelompok formal

Kelompok formal adalah kelompok yang diciptakan oleh keputusan manajerial untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam kelompok formal dikenal dengan kelompok komando dan kelompok tugas. Kelompok komando merupakan kelompok yang tersusun atas seorang manajer dan bawahan-bawahan langsungnya. Sedangkan kelompok tugas merupakan kelompok yang bekerjasama untuk menyelesaikan tugas tertentu, yang dapat melintasi hubungan komando.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN118

b. Kelompok informal Kelompok informal adalah kelompok yang tumbuh dan berkembang secara alamiah yang bekerja karena kebutuhan sosial. Dalam kelompok informal dikenal dengan kelompok kepentingan dan kelompok persahabatan. Kelompok kepentingan adalah kelompok yang bekerjasama untuk mencapai sasaran khusus yang menjadi kepedulian dari setiap anggota kelompok. Adapun kelompok persahabatan adalah kelompok yang anggotanya bergabung bersama karena mereka berbagi satu atau lebih karakteristik, misalnya umur, jenis keyakinan politik, kebutuhan belajar, hobi, etnik, dsb.

5. Struktur Dinamika KelompokStruktur dinamika kelompok memiliki unsur-unsur sebagai berikut:a. Kepemimpinan, dalam kelompok formal pemimpin biasa menggunakan wewenangnya

dalam mempengaruhi anggotanya, sedangkan dalam kelompok informal menggunakan pengaruh personal.

b. Peran, seperangkat pola perilaku yang diharapkan dan dikaitkan pada seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam kelompok.

c. Norma, merupakan standar perilaku yang diterima baik dalam suatu kelompok yang digunakan bersama oleh anggota kelompok

d. Status kelompok, posisi sosial yang diberikan kepada kelompok atau anggota kelompok oleh orang lain.

e. Ukuran kelompok, besar kecilnya jumlah anggota dalam kelompokf. Komposisi kelompok, berkaitan dengan heterogenitas anggota kelompok seperti;

keterampilan, kemampuan, pengetahuan, kepribadian, etnik, budaya.

6. Pengembangan KelompokPengembangan kelompok dimulai dari tahapan pembentukan (forming), perpecahan (storming), normalisasi (norming), dan sampai pada pencapaian prestasi (performing). Adapun tahapan pengembangan kelompok adalah sebagai berikut:a. Pembentukan (forming). Pada tahap ini kelompok ditandai dengan ketidakpastian atas

tujuan, struktur dan kepemimpinan. Tahap ini selesai ketika anggota merasa menjadi bagian dari kelompok.

b. Perpecahan (storming). Pada tahap ini kelompok ditandai oleh konfl ik dan konfrontasi. Ketika tahap ini selesai terdapat kepastian struktur.

c. Normalisasi (norming). Di sini struktur sudah menjadi solid, kohesivitas tinggi, perbedaan menjadi kerjasama

d. Prestasi (performing). Pada tahap ini struktur sudah berfungsi dan fokus pada penyelesaian tugas. Untuk kelompok kerja permanen berprestasi (berkinerja) adalah tahap akhir.

7. Tahapan Dinamika Kelompok Dalam rangka menciptakan suasana pembelajaran yang mendukung pencapaian tujuan, maka setiap tutor/fasilitator dituntut untuk menguasai serta mampu memilih dan menerapkan secara tepat teknik-teknik dinamika kelompok. Proses terjadinya kelompok yang efektif dalam suatu proses belajar mengajar, secara umum dapat digambarkan dalam 4 (empat) tahapan pengembangan kelompok, yaitu pembentukan, perpecahan, normalisasi, dan pencapaian prestasi.

DINAMIKA KELOMPOK 119

Adapun keempat tahapan tersebut penerapannya dapat dilakukan melalui teknik-teknik permainan, antara lain sebagai berikut:a. Teknik pembentukan (forming)), meliputi: 1) permainan pencairan, 2) permainan

komunikasi, dan 3) permainan kepemimpinanb. Teknik perpecahan (storming), meliputi:permainan konfl ikc. Teknik normalisasi (norming ) meliputi: 1) permainan kerja kelompok, dan 2)

permainan kerjasamad. Teknik prestasi (performing), meliputi: 1) permainan perubahan diri, 2) permainan

keberanian bertindak.

8. Permainan Simulasi dalam Dinamika KelompokDinamika kelompok erat kaitannya dengan permainan. Karena dengan permainan dapat menciptakan suasana yang santai dan menyenangkan. Teknik-teknik permainan yang digunakan dalam dinamika kelompok banyak macamnya. Berikut ini contoh permainan dinamika kelompok yang dapat diaplikasikan pada pembelajaran multikeaksaraan.a. Teknik Pembentukan

1) Permainan pencairanPada awal pelatihan, tugas tutor/fasilitator adalah menciptakan suasana yang baik agar peserta didik dapat mengenal satu sama lain, mengenal tutor/ fasilitator. Sedangkan tutor/fasilitator mengenal seluruh peserta didik, demikian juga peserta didik dapat mengenal pengelola satuan pendidikan nonformal penyelenggara pendidikan keaksaraan. Salah satu bentuk pencairan adalah dengan melalui perkenalan.

Berikut beberapa permainan perkenalan yang menggunakan teknik pencairan:a) Membuat Yel-Yel

Biasanya sebelum kita memulai sebuah permainan kita akan dibagi menjadi berapa kelompok. Tujuannya adalah untuk lebih memeriahkan suasana dan saling mengakrabkan diri dengan teman dalam kelompoknya. Setiap kelompok akan membuat yel-yel yang lucu dan unik untuk memeriahkan suasana. Berikut cara membuat yel-yel adalah:

» Cara yang paling mudah adalah dengan mengubah lirik lagu yang populer. » Gerakan juga juga menjadi hal yang perlu diperhatikan ketika membuat

yel-yel. » Putuskan siapa yang memberi aba-aba atau instrukturnya. Hal ini perlu

dilakukan supaya yel-yel kita jadi terlihat lebih kompak dan terdengar dan terlihat lebih sempurna.

» Terakhir adalah semua lirik lagu dan gerakan harus dibuat menjadi sederhana dan mudah dihafal, atau bisa gunakan lirik atau gerakan yang sudah diketahui semua anggota. Dengan begini dalam sekejap kamu bisa membuat yel-yel yang bakal asik untuk dinyanyikan.

b) Permainan “Rembug teman” » Tujuannya agar peserta didik saling berkenalan dan ikut serta secara aktif

dalam kelompok, waktu yang digunakan selama 30-45 menit, bahan yang diperlukan menyiapkan kertas kosong seukuran kartu nama (7x10cm), alat tulis dan kotak untuk menuliskan kartu nama

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN120

» Cara pelaksanaan adalah a) tutor/fasilitator menjelaskan pada peserta didik jalannya permainan dan memberi instruksikan pada peserta didik tentang cara bermain, b) tutor/fasilitator membagikan kartu nama/kertas kosong berukuran 7x10cm kepada setiap peserta didik, c) peserta didik diminta untuk menuliskan pada kertas tersebut nama lengkap serta pekerjaan (dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan), d) setelah diisi lengkap, kertas diaduk, untuk kemudian dibagikan pada peserta, dengan cara mengambil sendiri-sendiri. Jika peserta didik belum bisa menulis, kartu nama disediakan oleh tutor, atau tutor membantu peserta didik menuliskan namanya, e) setelah masing–masing mendapat kartu nama (bukan miliknya sendiri), mereka diminta untuk mencari pemiliknya. Kemudian mereka berkenalan dengan pasangannya, meminta penjelasan lengkap sesuai yang diperintahkan tutor/fasilitator, f ) selanjutnya peserta didik diminta untuk duduk kembali, masing-masing diminta memperkenalkan pasangannya, g) Setelah masing-masing memperkenalkan pasangannya, ditawarkan kepada semua peserta, siapa yang dapat menyebutkan nama teman/peserta didik sebanyak-banyaknya.

» Pembahasan setelah selesai kegiatan, tutor/fasilitator meminta kepada peserta didik untuk mengungkapkan pengalaman dan perasaan yang timbul selama melakukan kegiatan.

» Kesimpulan dari permainan ini adalah terciptanya suasana akrab karena setiap orang sudah saling kenal dan mengungkap diri orang lain ternyata tidak mudah, sebab harus menjaga perasaan orang yang diperkenalkan, komunikasi antar peserta didik menjadi lebih lancar.

c) Permainan “TinTon“ » Tujuan berkenalan dan peserta didik dapat menyebutkan nama, pekerjaan

dan kegemaran (dapat dikembangkan sesuai inisiatif tutor/fasilitator), waktu yang digunakan selama 30 menit.

» Cara pelaksanaan a) peserta didik berdiri melingkar, sehingga peserta didik dapat melihat satu sama lain, b) secara bergiliran peserta didik perkenalkan diri sendiri pada semua peserta, c) setelah semua peserta didik memperkenalkan tutor/fasilitator mengatakan “TIN–TON, TIN, TON, TIN….Sambil menunjuk salah satu peserta didik. Bila tutor/fasilitator menunjuk peserta didik jatuh pada kata “TIN”, peserta didik yang ditunjuk harus memperkenalkan teman sebelah kirinya.Bila jatuh pada kata “TON”, peserta didik yang ditunjuk harus memperkenalkan diri teman disebelah kananya. Bila tutor/fasilitator menyebut “TINTON” semua peserta didik pindah tempat duduk. Selanjutnya tutor/fasilitator menunjuk kembali peserta didik dengan kata “tin” dan “tin ton”, begitu seterusnya sampai sebagian besar peserta didik mendapat giliran, d) kembali tutor/fasilitator meminta peserta didik untuk menyebutkan nama-nama masing-masing peserta didik sebanyak mungkin.

» Pembahasan pada permainan ini tutor/fasilitator menanyakan pengalaman dan perasaan peserta didik selama permainan tersebut. Bila perlu memancing dengan beberapa pertanyaan, misalnya: Apakah mudah menghapal nama orang lain? Apakah ada cara untuk memudahkan kita menghafal nama orang lain?, Bagaimana perasaan kita bila nama yang disebut salah?, Bagaimana perasaan kita bila nama kita tidak dikenal?

DINAMIKA KELOMPOK 121

» Kesimpulan berdasarkan ungkapan-ungkapan perasaan dan pendapat dari peserta, tutor/fasilitator menarik kesimpulan: a) untuk mengenal teman-teman dalam kelompok tidak cukup dalam waktu singkat. Terlebih mengenal sikap teman, b) ada perasaan tidak enak bila diperkenalkan orang lain dengan nama yang salah.

d) Permainan “Rantai Nama” » Tujuan berkenalan agar lebih akrab, serta memberi pengalaman tampil di

depan forum, waktu yang digunakan selama 30 menit (disesuaikan dengan jumlah peserta)

» Cara pelaksanaannya adalah: a) Tutor/fasilitator bersama peserta didik pelatihan berdiri dalam lingkaran; b) tutor/fasilitator menjelaskan aturan permainan, yaitu salah seorang menyebutkan namanya dengan suara keras, agar terdengar oleh setiap peserta; c) Peserta didik yang berdiri disebelahnya (kiri atau kanan) menyebutkan peserta didik pertama ditambah dengan nama sendiri; d) Peserta didik ketiga menyebutkan nama peserta didik pertama dan kedua ditambah namanya sendiri, begitu seterusnya sampai selesai; e) proses ini diulangi lagi dengan arah berlawanan, dimulai dari peserta didik yang terakhir menyebutkan rantai nama tersebut.

» Pembahasan tutor mengungkapkan, bahwa dalam permainan ini perlu komitmen dan daya ingat yang tajam, serta keseriusan.

» Kesimpulan peserta didik diminta untuk: a) menghafal banyak orang dengan waktu yang singkat sangat sulit; b) perlu konsentrasi daya ingat dan keseriusan; c) memudahkan menghafal peserta, perlu mengingat ciri yang khas dari orang tersebut.

e) Permainan “Menggambar Wajah” » Tujuan berkenalan mengembangkan keberanian peserta didik dalam

berkenalan, dengan saling mengenal wajah, dengan harapan membantu peserta didik untuk saling terbuka dan tidak canggung satu sama lain, waktu yang digunakan selama 30 menit (disesuaikan dengan jumlah peserta), bahan yang digunakan: kertas, bollpoint, dan pena.

» Cara pelaksanaan adalah: a) tutor/fasilitator menugaskan kepada peserta didik untuk mencari pasangan masing-masing. Setiap pasangan saling berhadapan, dapat menggambar darimana saja, tetapi tidak boleh melihan kertas sama sekali, b) gerakan tangan mengikuti arah gerak pandangan yang menelusuri garis wajah pasangannya, c) Setelah selesai menggambar, masing-masing pasangan bergantian berkenalan sambil mewawancarai pasanganya, mengenai nama, asal komponen, keluarga, hobi, bintang, dan lain-lain, d) Berikutnya tutor/fasilitator berdiri dalam kelompok memberi kesempatan pada pasangan untuk memperkenalkan temannya masing-masing sambil memperlihatkan gambar wajah pasanganya.

» Pembahasan tutor/fasilitator memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menarik hikmah dari permainan tersebut, biasanya untuk pertama perkenalan dengan memandang wajah/menatap mata sangat sulit dan dianggap tidak sopan.

» Kesimpulan adalah: a) dalam suasana yang baru, sering peserta didik merasa canggung apalagi diharuskan menggambar, b) melatih peserta didik dengan cara yang sederhana, tentang menggambar dan menghilangkan perasaan peserta didik bahwa mereka tidak mampu menggambar.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN122

f ) Permainan “Buat Barisan” » Tujuannya agar seluruh peserta bisa berkenalan lebih jauh, fi sik maupun

sifat-sifat mereka, sekaligus melatih mereka bekerjasama dalam kelompok. » Caranya adalah pemandu menjelaskan aturan permainannya yaitu: a)

Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan aba-aba pemandu: misalnya tinggi badan, panjang rambut, usia dan seterusnya. 2) Pemandu akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau belum, harus jongkok. Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah melaksanakan tugasnya dengan benar. 4) Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan benar dan cepat (bila kelompok dapat meyelesaikan tugasnya sebelum hitungan ke 10 mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka telah selesai melakukan tugas).

» Pembahasan; dalam permainan ini para peserta bisa mengenali teman-teman yang lain dari ciri-cirinya baik fi sik maupun sifat mereka. Selain itu juga bisa melatih mereka untuk saling membentu untuk mencapai tujuan yaitu membuat barisan sesuai instruksi dari pemandu.

» Kesimpulan; membantu peserta untuk mengenal orang lain berdasarkan ciri-cirinya kemudian bisa saling membantu dalam kelompok.

2) Permainan komunikasiKebersamaan dan keterbukaan dalam suatu kegiatan sangat diperlukan dalam rangka pencapaian tujuan pelatihan. Komunikasi dapat terjalin baik melalui tindakan maupun ucapan. Berikut adalah beberapa permainan komunikasi:

a) Permainan “Menggambar Topeng” » Tujuannya agar peserta didik memahami hal-hal yang menghambat

komunikasi, memahami hal-hal yang menunjang komunikasi yang baik, peserta didik dapat komunikasi secara baik, waktu yang digunakan selama 30 menit, bahan yang digunakan kertas untuk setiap peserta, alat tulis, pena, papan tulis, atau kertas koran

» Cara pelaksanaan; a) buatlah gambar topeng (secara sederhana di atas sehelai kertas), b) perlihatkan gambar tersebut kepada peserta, dan bila peserta didik telah melihat, simpanlah gambar tersebut, c) kemudian minta peserta didik untuk menggambar topeng seperti yang diperlihatkan d) kembali diperlihatkan gambar yang asli, lalu setiap peserta didik memberikan gambar yang dibuat teman sebelahnya (saling tukar).

» Pembahasan: a) akan terlihat banyak peserta yang menyimpang dalam membuat gambar dari pada aslinya, b) tanyakan apakah ini disengaja?, c) bagaimana kalau yang ingin disampaikan itu pesan dalam bentuk kata-kata, lebih sulit atau mudah menirukannya?

» Kesimpulan; a) ternyata dalam komunikasi yang langsung dan sederhana, dapat terjadi penyimpangan dari pesan yang disampaikan, b) buatlah bersama peserta didik daftar hal-hal yang menghambat dan menunjang komunikasi.

b) Permainan “Komunikasi Satu Arah dan Dua Arah” » Tujuan peserta didik mengetahui kekurangan-kekurangan yang terdapat

dalam komunikasi satu arah dan dua arah, waktu yang digunakan selama 45 menit, bahan yang digunakan a) Sebuah gambar ukuran 30x40 cm, b) kertas

DINAMIKA KELOMPOK 123

buram ukuran folio secukupnya, dan c) white board. » Cara pelaksanaannya: a) tutor/fasilitator meminta 10 orang sukarelawan

peserta didik untuk maju ke depan kelas; b) tutor/fasilitator membagi 10 orang peserta didik tersebut menjadi 2 kelompok, c) kelompok 1 diminta untuk duduk berjajar kesamping dengan jarak 2 meter menghadap ke peserta didik lain, d) masing-masing peserta didik dari kelompok 2 diminta untuk memilih pasangan dari peserta didik kelompok 1(satu) dan berdiri dibelakangnya dengan cara membelakangi peserta didik tersebut (tutor/fasilitator dapat memodifi kasi atau membuat gambar sesuai dengan kepentingan tema pembelajaran keaksaraan dasar), e) tutor/fasilitator memasang gambar ditempat tersembunyi (misal dibelakang papan tulis/papan fl ip chart, yang tidak mudah terlihat dari peserta didik kelompok 1), f ) semua peserta didik kelompok 2 diminta berjalan perlahan-lahan melewati gambar dan mengamati gambar yang telah dipasang, g) setelah mempejari gambar tersebut, peserta didik kelompok 2 kembali ke pasangannya dan memberikan petunjuk-petunjuk cara membuat gambar seperti yang baru di lihat tadi kepada pasangan no.1, h) setiap peserta didik dari kelompok 1 diminta menggambarkan diatas kertas sesuai dengan petunjuk pasanganya. Peserta didik kelompok 1 tidak diperbolehkan berbicara. Dalam gambar tersebut beri kode (A), i) selama proses menggambar peserta didik dari kelompok 2 tidak diperbolehkan melihat gambar lagi, j) sekarang peserta didik kelompok 2 dipersilahkan melihat kembali gambar tadi yang dipasang tutor/fasilitator, diminta untuk mencermati kembali gambar tersebut dengan cara yang sama, k) kemudian peserta didik dari kelompok 2 diminta kembali menemui pasanganya dan memberi petunjuk kelompok 1 cara menggambar. Untuk kali ini seperti kelompok 1 boleh tanya apabila kurang jelas. Dalam permainan terjalin komunikasi 2 (dua) arah. Untuk gambar komunikasi 2 arah, beri kode gambar (B); l) setelah gambar kedua selesai, peserta didik diminta membandingkan kedua gambar yang dihasilkan, kemudian dicocokkan dengan gambar yang asli, yang dibuat oleh tutor/fasilitator.

» Pembahasan sambil membandingkan kedua gambar, tutor/fasilitator dapat mengajukan beberapa pertanyaan, antara lain: a) Gambar mana yang paling baik?, b) Kenapa gambar kedua lebih baik?, c) kepada peserta didik kelompok 1, tutor/fasilitator menanyakan: bagaimana perasaan saudara waktu menggambar dan tidak boleh bicara? d) Kepada peserta didik kelompok 2, tutor/fasilitator juga menanyakan: bagaimana perasaan saudara pada waktu memberi petunjuk, tetapi tidak diijinkan membantu pasangannya lebih lanjut, e) tanyakan pada seluruh peserta didik, mana yang lebih baik atau menguntungkan, komunikasi yang pertama atau yang kedua? f ) Apa saja keuntungan komunikasi timbal-balik?

» Kesimpulan: a) Komunikasi timbal-balik (dua arah) lebih unggul dari pada komunikasi satu arah, b) Komunikasi timbal-balik lebih cepat diterima dan dimengerti oleh pendengar dengan pendengar, c) komunikasi timbal-balik dapat menghilangkan rasa curiga, kecewa, masa bodoh, dan d) dalam komunikasi 2 (dua) arah memungkinkan umpan balik segera disampaikan.

c) Permainan “Tri Pendengar” (Pendengar yang Baik) » Tujuan: menjadi pendengar yang baik, waktu yang digunakan selama 45

menit.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN124

» Cara pelaksanaan; a) tutor/fasilitator memberikan pengantar, tentang permainan; b) aturan mainya, peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 3 orang; c) tiap anggota kelompok diberi tugas sebagai pendengar; pembicara, dan sebagai pengamat, d) tutor/fasilitator memberi arahan pada peserta didik “B” yang akan menjadi pembicara (tidak diketahui oleh yang akan jadi pendengar agar memilih topik yang akan dibicarakan (sebaiknyatopik dipilihyang kontroversial dalam pembelajaran keaksaraan), e) “B” menyampaikan pembicaraan resmi yang dipilih“A” mendengarkan kemudian mengintisarikan apa yang baru didengarkannya,”C”, mengamati perilaku pendengar (pembicaraan berlangsung selama lima menit), f ) setelah selesai, tutor/fasilitator memberikan pertanyaan pada peserta didik untuk dijawab secara tertulis misalnya: 1) Apakah saudara menyimak isi pembicaraan tadi?, dan Apakah saudara mengalami kesulitan selama menjadi pendengar?

» Pembahasan: a) tutor/fasilitator meminta kepada beberapa pengamat untuk menyampaikan hasil pengamatanya, b) dari jawaban–jawaban tersebut diperoleh daftar faktor-faktor yang menyebabkan orang sulit mendengarkan.

» Kesimpulan; tutor/fasilitator menekankan dan memberikan ulasan bagaimana menjadi pendengar yang baik. “Pendengar yang baik” sangat diperlukan dalam pergaulan, maupun dalam diskusi-diskusi yang dikembangkan selama pelatihan.

3) Permainan KepemimpinanSetiap orang pada dasarnya adalah pemimpin, baik dalam lingkungan keluarga maupun dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini permainan dapat menggerakkan jadi pemimpin.

a) Permainan “Bercermin” » Tujuan: agar peserta didik dapat memahami dan menghayati fungsi dan

tugas sebagai seorang pemimpin; dan peserta didik menghayati fungsi dan tugasnya sebagai orang yang dipimpin, waktu yang digunakan selama 30-45 menit.

» Cara pelaksanaan; a) tutor/fasilitator menunjuk 10 orang peserta didik sukarelawan untuk menjadi pemeran dalam permainan ini, agar peserta didik lainya menjadi pengamat; b) peserta didik dibagi 2 (dua) baris, dan berdiris saling berhadapan (lima pasang), seolah-olah mereka berdiri didepan cermin yang besar; c) mereka akan menirukan gerak pasanganya, layaknya dalam bercermin, akan dilakukan secara bergantian; d) tutor/fasilitator menjelaskan bahwa peserta didik yang berada dikanan diminta untuk membersihkan cermin yang ada dihadapan mereka; e) sedangkan peserta didik yang ada dihadapanya (sebelah kiri) akan berperan sebagai bayangan pembersih cermin, dan menirukan segala geraknya, selama kurang lebih 3 menit; f ) tutor/fasilitator memberikan aba-aba mulai permainan; g) setelah 3 (tiga) menit peranan diganti, peserta yang semula menjadi pembersih sekarang berperan menjadi bayangan.

» Pembahasan: a) tutor/fasilitator mengangkat hasil pengamatan dan pengalaman serta kesan-kesan peserta didik menjadi topik diskusi, b) diskusi diarahkan pada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:Pertanyaan bagi yang membersihkan cermin

DINAMIKA KELOMPOK 125

(1) Apakah saudara ada usaha-usaha untuk mempermudah gerakan pada waktu membersihkan cermin?

(2) Apakah alasan saudara untuk tidak mempermudah? Kalau mempermudah apa alasanya?

(3) Apakah puas apabila yang menjadi bayangan tidak bisa mengikuti gerakan saudara?

(4) Apakah saudara sadar waktu membersihkan cermin saudara menjadi pemimpin?

Pertanyaan bagi yang menjadi bayangan

(1) Apakah saudara sekuat tenaga untuk menirukan sewaktu menjadi bayangan?

(2) Apakah saudara sulit menjadi bayangan? apa alasannya?(3) Apakah saudara sadar saat menjadi bayangan, bahwa saudara menjadi

bawahan? » Kesimpulan: a) Seorang pemimpin harus mempertimbangkan kemampuan

bawahan; b) Sebagai pemimpin tindakannya akan membawa akibat terhadap bawahan; c) seorang pemimpin harus jadi teladan.

b) Permainan “Astronot Apollo” » Tujuan: peserta didik dapat memahami pendekatan kepemimpinan dengan

garis komando, dengan waktu permainan selama 45–60 menit, bahan yang dipersiapkan adalah ruang kelas yang cukup luas, 3 helai saputangan atau kain untuk penutup mata, 3 kursi untuk duduk, sebagai stasiun bumi, dan benda-benda yang ada dikelas, untuk mengandaikan planet-planet yang akan menghalangi (buku, batu, gelas, botol, dll.) serta 3 buah kursi untuk, mengandaikan bulan.

» Cara pelaksanaan adalah: a) tutor/fasilitator meminta 6 peserta didik untuk menjadi sukarelawan yang akan memerankan permainan, 6 orang tersebut dibagi menjadi 3 pasang; b) Setiap pasang menentukan peran, siapa yang menjadi astronot apollo, dan siapa yang akan berperan sebagai pengendali stasiun bumi. Tugas astronot menancapkan bendera ke Bulan, sedangkan tugas pengendali stasiun bumi memberi komando kepada astronot; c) Peserta didik yang lain menjadi pengamat, dan sebagian mengatur rintangan, yang diibaratkan planet atau bintang-bintang yang bertaburan; d) Para astronot diperlihatkan ada rintangan didepannya yang akan menghalangi pada saat mereka berjalan menuju bulan (terdiri dari benda pecah belah maupun yang tidak berbahaya); e) Astronot di tutup matanya dengan sapu tangan atau kain, setelah ditutup benda yang berhaya seperti gelas, botol, diganti dengan benda yang tidak berbahaya; sehingga yang tersisa benda benda sebagai rintangan yang tidak berbahaya (yakinkan bahwa astront tidak mengetahui bahwa rintangan diganti); f ) Tutor/fasilitator memberi tugas kepada pengendali stasiun bumi, agar memberi komando/perintah kepada astronot apollo berjalan sampai ke bulan tanpa menyentuh rintangan dalam menancapkan bendera; g) Setiap astronot yang menyentuh rintangan (planet) harus kembali ke bumi dan mengulang dari awal: apa permainan sudah berlangsung 15 menit, permainan bisa dihentikan, tanpa melihat ada yang berhasil atau tidak.

» Pembahasan: a) Tutor/fasilitator menanyakan pada peserta didik yang berperan sebagai astronot apollo, bagaimana perasaanya ketika menerima perintah dari stasiun bumi.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN126

Didalam pembahasan kemungkinan akan muncul kesan: Astronot merasa ragu-ragu untuk bertindak, karena kurang percaya diri pada stasiun bumi; astronot merasa terganggu oleh suara-suara stasiun bumi lainnya (terlalu banyak komando dan kurang terorganisir); -Astronot merasa jengkel karena tidak boleh ikut menentukan langkah. b) Tutor/fasilitator menanyakan kesan pada peserta didik yang berperan sebagai pengendali stasiun bumi; c) tutor/fasilitator juga menanyakan tanggapan-tanggapan atau komentar dari para pengamat;

» Kesimpulannya adalah a) bahwa tidak semua garis komando itu negatif, pendekatan kepemimpinan garis komando efektif bila diterapkan pada situasi tertentu, seperti pegawai baru, situasi tidak kondosif, dan cg. Garis komando merupakan salah satu pendekatan kepemimpinan yang efektif.

c) Permainan “MembimbingTuna Netra” » Tujuan permainan ini adalah: a) peserta didik dapat memahami bagaimana

perasaan orang ‘buta’ dalam arti tidak memiliki pengetahuan dan pengertian; b) peserta didik lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang yang ditolong; c) peserta didik dapat dipahami beberapa syarat untuk menjadi pembimbing.

» Waktu yang diperlukan selama: 30 menit, dan bahan yang digunakan adalah Saputangan atau kain penutup yang berwarna gelap secukupnya. Setting kelas, yang menggambarkan medan yang penuh rintangan yang akan dilalui

» Cara pelaksanaan adalah sebagai berikut: (1) Tutor/fasilitator memilih peserta didik 5 (lima) pasang dibagi dalam 2

(dua) kelompok, kelompok A dan B, maka masing-masing kelompok A ditutup dengan kain atau saputangan, sehingga tidak dapat melihat;

(2) Peserta didik kelompok B yang tidak tertutup matanya, diharuskan memilih pasangan dari anggota kelompok A (yang tertutup);

(3) Mereka merupakan pasangan, anggota kelompok B diharuskan membimbing pasangannya tanpa berbicara, dan diberikan kesempatan untuk berjalan kemana saja sekitar kelas, agar peserta didik yang tertutup matanya merasakan sesuatu melalui panca indera (kurang lebih 15 menit)

(4) Peserta didik lainnya yang tidak berperan bertindak sebagai pengamat. » Pembahasan adalah: tutor/fasilitator mengajukan pertanyaan kepada

kelompok A (yang dibimbing) tentang – permainan perubahan diri dan permainan keberanian bertindak.

» Tutor mengajukan pertanyaan kepada kelompok A yang dibimbing(1) Bagaimana perasaan saudara saat mata anda ditutup?(2) Pengalaman apa yang mengesankan selama mata ditutup?(3) Bagaimana perasaan saudara terhadap pembimbing?(4) Apakah ada kecurigaan? alasannya?(5) Apakah saudara merasa mendapat perhatian? Buktinya apa? (6) Apakah saudara merasa dipermainkan? Misalnya apa?

» Tutor/fasilitator bertanya pada kelompok B yang membimbing(1) Bagaimana perasaan saudara selama membimbing?(2) Usaha-usaha apa yang saudara lakukan selama membimbing?

(a) Mencari hal-hal yang mudah bagi yang dibimbing?

DINAMIKA KELOMPOK 127

(b) Mencari hal-hal yang menyulitkan?(c) Memberikan perhatian sepenuhnya?

(3) Apakah dibiarkan bebas?(4) Apakah saudara menceritakan keadaan yang sedang dihadapi?

b. Teknik Perpecahan Dalam pembentukan kelompok bisa terjadi konfl ik antara anggota kelompok. Pengalaman konfl ik melalui permainan sangat diperlukan untuk membangun keutuhan dalam kelompok itu sendiri. Berikut adalah beberapa permainan yang menggunakan teknik perpecahan:

1) Permainan ”Bunga Kesayanganku”• Tujuan:

a) Peserta didik dapat memahami adanya perbedaan nilai pada individu dalam kelompok.

b) Peserta didik dapat menyesuaikan diri dengan nilai yang berbeda dalam kelompok.

c) Peserta didik dapat menyadari bahwa konfl ik tidak selamanya buruk tetapi justru dapat mempercepat hubungan antar pribadi.

• Waktu yang diperlukan selama: 30-45 menit• Bahan: 4 (empat) lembar kertas dengan masing-masing bertuliskan:

» ·Bunga Mawar » ·Bunga Melati » ·Bunga Anggrek » ·Bunga Sedap Malam

(Tutor/fasilitator boleh mengembangkan dengan fl ora-fauna yang akan menimbulkan konfl ik)

• Cara pelaksanaana) Tutor/fasilitator menempatkan lebar kertas yang bertuliskan nama-nama

bunga yang diempat sudut ruanganb) Posisi semua peserta didik berdiri melingkar, kemudian tutor/fasilitator

memberi aba-aba kepada seluruh peserta untuk memilih bunga yang jadi favoritnya

c) Peserta didik terbagi dalam 4 (empat) kelompok sesuai dengan bunga yang dipilihnya, Jumlah anggota masing-masing kelompok tidak sama, karena sesuai pilihan

d) Berikan kesempatan pada masing-masing kelompok, untuk memberikan argumen kenapa memilih bunga favoritnya seperit itu.

e) Agar terjadi perbedaan pendapat, tutor/fasilitator memberikan kesempatan pada masing-masing kelompok untuk membandingkan bunga yang dipilihnya dengan kelompok lain. Apa kekurangan-kekurangan dari bunga kelompok lain. Sehingga ada kesan bunga yang dipilih adalah bunga yang terbaik.

• Pembahasana) Tutor/fasilitator mengingatkanpada peserta didik, bahwa suasana

perpecahan/ konfl ik ini hanya terbatas diforum ini saja, tidak perlu dilanjutkan diluarkelas

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN128

b) Tutor/fasilitator mengingatkan, bahwa tidak semuanya konfl ik itu buruk, tetapi justru dapat mempercepat hubungan pribadi

c) Ditekankan pada peserta, pentingnya bahwa kita harus memiliki klonsep, kita harus dapat mempertahankan konsep itu, sebagaimana halnya mempertahankan harga diri.

d) Usahakan dalam bentuk kompromi untuk kepuasan semua pihak.• Kesimpulan

a) Bahwa dalam setiap kelompok akan terdiri dari individu-individu berbeda, yang sering terjadi peluang untuk konfl ik

b) Harus ada kesadaran bekerja dalam kelompok, harus memiliki sifat tenggang rasa, kompromistis untuk kepuasan bersama

c) Dalam permainan ini tidak ada unsur menang dan kalah, baik dan buruk, besar maupun kecil.

d) Tutor/fasilitator harus mengarahkan dengan jelas dan tepat, tingkahlaku yang mana yang diharapkan berubah.

2) Permainan ”Toleransi”• Tujuan: untuk mengetahui konfl ik dan membuat keputusan dalam kelompok

dan memahami adanya perbedaan nilai dalam individu• Waktu yang digunakan: 45-60 menit,• Bahan:

a) Lembar ceritera ”Sungai berbuaya” untuk setiap pesertab) Kertas lebar/Flip Chart dan spidol untuk setiap masing-masing kelompokc) Kursi yang diatur melingkar berkelompok

• Cara pelaksanaannyaa) Tutor/fasilitator membagi peserta didik dalam kelompok 5-7 orangb) Bagikan lembar cerita, beri kesempatan peserta didik untuk membaca dan

secara individu untuk menyusun urutan nama orang berdasarkan tingkat kesalahan mereka disertai alasan

c) Hasil urutan individu tadi dibahas menjadi urutan kesalahan menurut pendapat kelompok

d) Selama proses berlangsung tutor/fasilitator mengamati konfl ik yang timbul, bagaimana kelompok sampai pada keputusan bersama.

• Pembahasana) Sajikan hasil diskusi dalam kertas fl ipchart dan presentasikanb) Beri kesempatan kepada peserta didik untuk menyatakan pendapat dan

perasaan mereka • Kesimpulan

a) Dalam pengambilan keputusan kelompok, masing-masing individu harus tenggang rasa dan memiliki rasa kompromistis

b) Individu harus memiliki jiwa besar, untuk kepentingan kelompok.c. Teknik Normalisasi

Dalam suatu pembelajaran, semua peserta didik diharapkan menjadi satu kelompok yang kompak. Dengan kelompok yang kompak akan terjalin kerjasama yang baik. Keberhasilan sangat ditentukan oleh sikap-sikap individu dalam kelompok maupun oleh perilaku individu dalam kelompok.

DINAMIKA KELOMPOK 129

Berikut ini beberapa permainan yang dapat membuat para peserta didik terjalin kerja sama dalam kelompok, atau sering disebut ”Teknik Kerjasama”

1) Permainan ”Menggambar teman”• Tujuan: peserta didik dapat meyesuaikan diri dalam kerjasama kelompok• Waktu:15-20menit• Bahan: Kertas gambar dan Spidol/ballpoint• Cara pelaksana sebagai berikut:

a) Fasilitator meminta peserta didik untuk berpasanganb) Peganglah ballpoint/spidol bersama-sama sedemikian rupa, sehingga keduaya

dapat menulis dan menggambarc) Diatas kertas gambar yang dibagikan, keduanya menggambar secara bersama-

sama dan menulis judulnyad) Selama menggambar dan menulis tidak boleh bicara

• Pembahasana) Tanyakan pada peserta didik, bagaimana parasaan dan reaksi saudara selama

menggambar tadi?b) Faktor apa yang membantu dan menghambat selama dalam memggambar?c) Kemudian mintalah peserta didik untuk bergabung dengan pasangan lain (dua

pasangan bergabung) untuk mendiskusikan apakah ada hubungan antara pengalaman tadi dengan kenyataan sehari-hari dalam kerjasama.

• Kesimpulana) Dalam kerjasama perlu penyesuaianb) Untuk mencapai tujuan dalam kerjasama harus ada perencanaanc) Keberhasilan dalam kerjasama harus ada kekompakan antar anggota

kelompok.2) Permainan ”Menggambar Kelompok”

• Tujuan:a) Peserta didik menyadari pentingnya kerjasama dalam kelompokb) Peserta didik menyadari penting komunikasi diantara para anggota kelompok

• Waktu: 30-45 menit• Bahan:

a) Kertas manila besar atau kertas Koran perkelompok satu lembarb) Sspidol warna, untuk setiap peserta didik memegang satu warnac) Selotip untuk menempelkan kertas

• Cara pelaksanaana) Tutor/fasilitator membagi peserta didik dalam kelompok kecil 5-6 orang b) Masing-masing kelompok diberi kertas dan spidol setiap peserta didik hanya

boleh menggunakan spidol satu warnac) Peserta didik diminta mulai menggambar, sesuai dengan gambar yang

dibayangkan dapat melambangkan kelompoknya.d) Setiap peserta didik bebas untuk menambah hal-hal yang dianggap perlu untuk

menyempurnakan gambar kelompok,sesuai warna spidol yang dipegangnyae) Bila sudah dianggap selesai, gambar diberi judul dan ditempel di dinding

• PembahasanMasing-masing kelompok menjelaskan gambarnya termasuk proses pembentukan gambar.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN130

Pembahasan lebih ditekankan pada kerjasama yang terjadi, apakah kelompok melakukan proses perencanaan, apakah saling mengisi atau ada anggota yang menonjol, bila di lihat dari dominasi warna.

• Kesimpulan adalah adanya prinsip kerjasama, perlu perencanaan 3) Permainan ”F-pecah”

• Tujuan: peserta didik dapat melakukan kerjasama dalam kelompok dan waktu yang diperlukan selama 15–30 menit

• Bahan:a) 5 (lima) lembar potongan kertas yang berasal dari gantungan hurup“F”b) Contoh guntingan kertas huruf “F” dan sekaligus Kuncic) Pontongan kertas yang berasal dari guntingan hurup “F” masukkan ke dalam

amplop• Cara pelaksanaan;

a) Tutor/fasilitator membagi peserta didik dalam kelompok kecil masing-masing 5 (lima) orang

b) Tiap kelompok harus didampingi peserta didik yang akan jadi pengamatc) Masing-masing kelompok diberi 5 (lima) lembar potongan kertas yang berasal

dari gabungan hurup “F” yang telah dimasukkan ke dalam amplopd) Tutor/fasilitator menugaskan kepada kelompok untuk menyusun huruf “F“

tanpa harus berkomunikasie) Sebagai variasi dalam permainan dilakukan secara bertahap,

• Pada tahap I beri waktu selama 10 menit untuk anggota kelompok menyusun huruf “F“

• Apabila tidak dapat tersusun, maka tunjuk salah satu anggota untuk menghubungi tutor/fasilitator dan diberi kunci huruf “F“ tersebut selama 5 menit

• Apabila kembali kekelompok tidak juga tersusun, maka tutor/fasilitator memberikan kunci kepada seluruh peserta.

• Pembahasana) Beri kesempatan kepada peserta didik yang jadi pengamat untuk menyampaikan

hasil pengamatannya tentang proses permainanb) Kalau dalam tahap tidak berhasil, maka ingatkan kepada peserta didik bahwa

dalam proses kerjasama tidak selamanya akan langsung berhasil. Diperlukan proses, dan perencanaan yang jelas. Harus ada yang akan menjadi pemimpin dalam kelompok.

• Kesimpulana) Untuk kerjasama dalam kelompok diperlukan kesabaranb) Dalam kerjasama kelompok, tidak boleh menyepelekan hal-hal yang kecil.

4) Permainan Memindahkan Karet• Tujuan permainan ini adalah untuk melatih kerjasama kelompok dan kesabaran

agar lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu. Karena saat bermain, kita akan bisa langsung melihat wajah teman kita yang berarti secara tidak langsung kita akan meningkatkan kepedulian terhadap teman kita.

• Bahan dan alat:a) Karet sejumlah kelompok yang ada.b) Sedotan atau korek api (semakin pendek semakin seru).

• Cara bermain:

DINAMIKA KELOMPOK 131

a) Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok;b) Setiap kelompok bediri dan berbaris berbanjar sambil dan setiap orang

memegang sedotan dengan mulut mereka;c) Pemandu menaruh karet gelang di sedotan orang yang berada pada barisan

paling depan;d) Kemudian karet gelang dipindahkan melalui sedotan hingga sampai ke orang

terakhir;e) Kelompok yang paling cepat memindahkan karet gelang adalah pemenangnya.

• PembahasanPeserta didik yang bermain akan sekaligus jadi pengamat dalam proses permainan. Kalau dalam tahap tidak berhasil, maka ingatkan kepada peserta didik bahwa dalam proses kerjasama tidak selamanya akan langsung berhasil. Diperlukan perencanaan, proses, dan instruksi yang jelas.

• KesimpulanDalam bekerjasama diperluan kesabaran dan tidak terburu-buru, sehingga apa yang dicapai akan berhasil

5) Permainan Lawan Kata• Tujuan permainan ini adalah untuk mengasah kosentrasi, kemampuan

mendengar perintah, dan kerjasama dalam kelompok• Dalam permainan ini tidak membutuhkan bahan ataupun alat.• Cara bermain:

a) Peserta dikelompokkan menjadi 8-10 orang per kelompok;b) Setiap kelompok membentuk barisan dengan memegang pundak teman didepannya;c) Ketika pemandu mengatakan “Maju/mundur/kanan/kiri” maka peserta

bergerak sesuai instruksi;d) Peserta hanya bergerak sesuai dengan kode yang perintah yang disepakati;e) Pada putaran kedua, instruksi dirubah dengan tambahan kata “Coy” dan peserta

harus bergerak berlawanan dengan arah yang disebutkan. Contoh “Mundur coy” berarti peserta harus bergerak maju;

f) Permainan akan terlihat seru ketika ada anggota kelompok yang tidak bergerak sesuai perintah atau bergerak ketika perintah yang diberikan salah.

• PembahasanSetiap orang dalam kelompok perlu memerhatikan instruksi dari pemimpinnya dan berkonsentrasi atas apa yang diinstruksikan. Sehingga para peserta dalam kelompok akan melakukan gerakan yang sesuai dengan apa yang diinstruksikan.

• KesimpulanDalam bekerjasama diperlukan konsentrasi, kemauan untuk mendengar perintah sehingga bisa melakukan apa yang sesuai dengan yang diinstruksikan.

d. Teknik Prestasi Berikut ini contoh permainan yang dapat dipakai dalam teknik prestasi.

1) Permainan “Kotak Nyaman“• Tujuan: peserta dapat menyadari pentingnya perubahan diri, waktu yang

diperlukan selama 30 menit

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN132

• Bahan:a) Tape recoder kaset untuk menyetel lagub) Kertas Koran/fl ip Chart segi panjang atau segi empat

• Ukuran1x1mtr = 1 lembar• Ukuran90x1mtr = 2 lembar• Ukuran 50 cmx 4,5 cm = 6 lembar• Ukurankertasfolio = 10 lembar

• Cara pelaksanaana) Tutor/fasilitator menebar kertas di atas lantai kelas secara merata (baik usuran

besar dan ukuran kecil)b) Tutor/fasilitator memberikan aturan main, semua peserta didik diharuskan

berdiri dalam kotak persegí panjang atau persegí empat yang dianggap sebagai kotak nyaman (biasanya peserta didik berdiri diatas lembar kertas yang tersedia)

c) Dengan bantuan tape dan kaset yang diiringi lagu yang ceria, maka tutor/fasilitator memberikan aba-aba apabila lagu berhenti, seluruh peserta didik yang berdiri dikotak nyaman harus berubah mencari kotak lain

d) Tutor/fasilitator lain apabila mendengar aba-aba berubah untuk segera secara bersamaan menarik kertas yang ditinggalkan peserta.

e) Begitu seterusnya, sampai kertas yang diinjak habis, dengan berkali-kali menggunakan lagu.

• Pembahasana) Beri kesempatan pada peserta didik apa makna dari permainan inib) Kenapa peserta didik tidak menyimak perintah dari tutor/fasilitator, yaitu

peserta didik diminta berdiri pada ”kotak persegi panjang atau segi empat” (mereka berdiri di atas lantai atau meja akan dibenarkan)

c) Keluar dari kotak nyaman, berarti ada tindakan bertanggungjawab untuk perubahan kearah yang lebih baik.

• Kesimpulana) Kalau peserta didik ingin berkembang kearah yang lebih baik, diperlukan

keberanian untuk berubahb) Kotak nyaman yang diduduki, harus berani ditinggalkan untuk mencari posisi

yang lebih baik.c) Untuk perubahan diperlukan energi, motivasi dan berani bersaing secara

kompetitif yang sehat.2) Permainan ”Telur Ayam Dinosaurus”

• Tujuan: memberikan wawasan pada peserta didik merubah perilaku Yang sudah munas ke lembaga pada individu dan masyarakat sulit untuk dirubah, dan waktu yang digunakan selama : 30menit

• Bahan:a) Diperlukan kelas luas untuk bermainb) Tulis dalam kertas aturan main ”Sut”, ”batu” dengan cara mengepalkan tangan,

”gunting” dengan cara merentangkan telunjuk dan jari tengah, sedang jari lainnya dilipat, ”kertas” dengan merentangkan seluruh jari tangan.(batu kalah oleh kertas, kertas kalah oleh gunting, gunting kalah oleh batu)

DINAMIKA KELOMPOK 133

• Cara Pelaksanaana) Peserta didik diajak kegelanggang (ruang kelas yang sudah disiapkan)b) Sebagian peserta didik (5 orang) bertugas menjadi pengamatc) Tutor/fasilitator menjelaskan pada peserta, bahwa permainan ini dilakukan

3 (tiga) tahap, yaitu: tahap menjadi telur, tahap menjadi ayam dan tahap menjadi dinosaurus.

d) Tutor/fasilitator selanjutnya memberitahukan kepada peserta didik bahwa pada tahap pertama semua peserta didik harus menjadi ”telur” dengan membungkuk, tangan dilipat menyilang didada. A pabila telur bertemu dengan telur lain, maka dilakukan ”sut” (kertas, gunting, dan batu) bagi yang menang akan naik ke tahap 2, yaitu menjadi” ayam” sedangkan yang kalah tetap menjadi telur.

e) Dalam tahap ke 2, ayam dengan ayam harus bertemu dan melakukan ”sut” kembali. Apabila yang menang akan naik ketahap 3, yaitu menjadi ”dinosaurus” sedangkan yang kalah akan kembali ke tahap1, menjadi telur kembali.

f ) Dalam tahap ke 3, Tutor/fasilitator menjelaskan dinosaurus harus bertemu dengan dinosaurus lagi.apabila dalam ”sut” lagi dinosaurus yang menang akan jadi ”manusia” dan boleh keluar dari gelanggang, sementara dinosaurus yang kalah kembali dengan menjadi telur.

g) g) Permainan akan berakhir sampai menyisakan beberapa orang yang menjadi telur maupun ayam. Bagi yang kalah silahkan diberikan hukuman sesuai kebiasaan lazim.

• Pembahasan a) Tutor/fasilitator beserta peserta didik mendiskusikan proses permainan inib) Inti dari permainan ini adalah merubah kebiasaan ”sut” sehari-hari yang biasa

kita lakukan dengan jempol, telunjuk, dan kelingking” yaitu telunjuk kalah dengan jempol, jempol kalah dengan kelingking, sedangkan kelingking kalah dengan telunjuk.

c) Pada saat permainan terjadi, walaupun tutor/fasilitator sudah mengingatkan ”sut” harus dengan cara batu, gunting dan kertas. biasanya peserta didik akan tetap menggunakan telunjuk jempol dan kelingking.

• Kesimpulana) Jelaskan kepada peserta didik untuk merubah kebiasaan yang sudah

melembaga, baik pada masyarakat maupun individu sulit untuk dilakukanb) Tekanan pada peserta didik, untuk merubahnya perlu waktu dan kesabaran.

Berdasarkan tahapan-tahapan tersebut, maka sebelum memulai proses pembelajaran, tutor harus menyadari kebutuhan belajar peserta didik dan keterkaitan materi yang dipelajari tentang pembentukan kelompok belajar sesuai kebutuhan peserta didik multikeaksaraan. Kesadaran ini akan mendorong mereka untuk memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan yang harus dipelajari untuk selanjutnya dapat menerapkan pengetahuan dan keterampilan tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

MODUL BIMBINGAN TEKNIS TUTOR PENDIDIKAN MULTIKEAKSARAAN134

E. LatihanSetelah mempelajari modul di atas, coba anda lakukan beberapa teknik dinamika kelompok dalam pembelajaran anda! Bagaimana penerapan teknik dinamika kelompok dalam situasi belajar yang tepat meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran?

F. Refl eksiSetelah membaca dan mempelajari bahan materi modul pembelajaran ini coba praktikkan penggunaan salah satu teknik-teknik pembentukan seperti permainan pencairan, permainan komunikasi, dan permainan kepemimpinan dalam pembelajaran Pendidikan multikeaksaraan.

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN (2012). Teknik Dinamika Kelompok, Media Pembelajaran BKL Seri 9.

BP-PLSP Regional II .(2006). TOT Pengembangan APE Bersumber Lingkungan Sekitar. Bandung

Direktorat Pembinaan Keaksaraan dan Kesetaraan, Ditjen. PAUD dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2015. Modul Orientasi Tutor Keaksaraan Usaha Mandiri: Modul 8, Dinamika Kelompok

Kusnasi, M.Pd. (2005), Pendidikan Keaksaraan Filosofi , Strategi dan Implementasi, Jakarta, 2005

Munir, B. (2001). Dinamika Kelompok, Penerapannya dalam Laboratorium Ilmu Perilaku. Jakarta: Universitas Sriwijaya.

Santosa, S.(1983). Dinamika Kelompok.Jakarta : Bumi Aksara.

Solita, Sarwono, (1992) Dinamika Kelompok. Jakarta: Badan Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta,1992.

https://informazone.com/permainan-outbond-kelompok/. 26 permainan yang bisameningkatkan kerja sama kelompok (diakses pada tanggal 13 April 2017)