modul auditing 1 [tm2]
DESCRIPTION
Pemeriksaan AkuntansiTRANSCRIPT
MODUL PERKULIAHAN
Auditing 1
Standar Auditing
Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
Ekonomi dan Bisnis S-1 Akuntansi
02 84060 Indraguna Kusumabrata, MM,CA,CPSAK
Abstract Kompetensi
Memahami standar auditing
Memahami aturan standar auditing yang diterbitkan IAPI
‘13 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
Standar Auditing
Pengertian
Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing, yaitu ”prosedur” berkaitan dengan
tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan “standar” berkaitan dengan kriteria
atau ukuran mutu kinerja tindakan tersebut, dan berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai melalui penggunaan prosedur tersebut. Standar auditing, yang berbeda dengan
prosedur auditing, berkaitan dengan tidak hanya kualitas profesional auditor namun juga
berkaitan dengan pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan auditnya dan dalam
laporannya.
Standar-standar tersebut di atas dalam banyak hal saling berhubungan dan saling
bergantung satu dengan lainnya. Keadaan yang berhubungan erat dengan penentuan
dipenuhi atau tidaknya suatu standar, dapat berlaku juga untuk standar yang lain.
“Materialitas” dan “risiko audit” melandasi penerapan semua standar auditing, terutama
standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan.
Pertimbangan atas risiko audit berkaitan erat dengan sifat audit. Transaksi kas umumnya
lebih rentan terhadap kecurangan jika dibandingkan dengan transaksi sediaan, sehingga
audit atas kas harus dilaksanakan secara lebih konklusif, tanpa harus menyebabkan
penggunaan waktu yang lebih lama. Transaksi dengan pihak tidak terkait biasanya tidak
diperiksa serinci pemeriksaan terhadap transaksi antarbagian dalam perusahaan atau
transaksi dengan pimpinan perusahaan dan karyawan, yang tingkat kepentingan pribadi
dalam transaksi yang disebut terakhir ini sulit ditentukan. Pengendalian intern terhadap
lingkup audit mempengaruhi besar atau kecilnya risiko salah saji terhadap prosedur audit
yang dilaksanakan oleh auditor. Semakin efektif pengendalian intern, semakin rendah
tingkat risiko pengendalian.
Standar auditing berlaku umum terbagi menjadi 3 kategori:
1. Standar Umum
2. Standar Pekerjaan Lapangan
3. Standar Pelaporan
‘13 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
Ad. 1. Standar Umum
Standar umum menekankan pentingnya kualitas pribadi yang harus dimiliki auditor, meliputi:
1. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan memiliki
kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.
2. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen dalam semua hal yang
berhubungan dengan audit.
3. Auditor harus menerapkan kemahiran profesional dalam melaksanakan audit dan
menyusun laporan..
Ad. 2. Standar Pekerjaan Lapangan
1. Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi semua
asisten sebagaimana mestinya.
2. Auditor harus memperoleh pemahaman yang cukup mengenai entitas serta
lingkungannya, termasuk pengendalian internal, untuk menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk
merancang sifat, waktu, serta luas prosedur audit selanjutnya.
3. Auditor harus memperoleh cukup bukti audit yang tepat dengan melakukan prosedur
audit agar memiliki dasar yang layak untuk memberikan pendapat menyangkut laporan
keuangnan yang diaudit.
Ad. 3. Standar Pelaporan
1. Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2. Auditor harus mengidentifikasikan dalam laporan audior mengenai keadaan di mana
prinsip-prinsip terseut tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika
dikaitkan dengan periode sebelumnya.
3. Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapkan yang informatif belum memadai,
auditor harus menyatakannya dalam laporan auditor.
4. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan, secara keseluruhan,
atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak bisa diberikan, dalam laporan auditor.
Jika tidak dapat menyatakan satu pendapat secara keseluruhan, auditor harus
menyatakan alasan-alasan yang mendasarinya dalam laporan auditor. Dalam semua
kasus, jika nama seorang auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, auditor itu harus
‘13 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
dengan jelas menunjukkan sifat pekerjaan auditor, jika ada, serta tingkat tanggung
jawab yang dipikul auditor, dalam laporan auditor.
Sesuai dengan etika profesi, akuntan yang berpraktik sebagai auditor dipersyaratkan
memiliki sikap independensi dalam setiap pelaksanaan audit.
Dalam kaitannya dengan auditor, independensi umumnya didefinisikan dengan mengacu
kepada kebebasan dari hubungan (freedom from relationship) yang merusak atau
tampaknya merusak kemampuan akuntan untuk menerapkan obyektivitas. Jadi,
independensi diartikan sebagai kondisi agar obyektivitas dapat diterapkan.
Selain itu, terdapat pengertian lain tentang independensi yang berarti cara pandang yang
tidak memihak di dalam pelaksanaan pengujian, evaluasi hasil pemeriksaan, dan
penyusunan laporan audit. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor
yang paling penting.
Alasannya adalah begitu banyak pihak yang menggantungkan kepercayaannya
kepada kelayakan laporan keuangan berdasarkan laporan auditor yang tidak
memihak.
Independensi dan Profesionalisme Seorang akuntan yang profesional seharusnya tidak
menggunakan pertimbangannya hanya untuk kepuasan audite. Dalam realitas auditor,
setiap pertimbangan mengenai kepentingan auditan harus disubordinasikan kepada
kewajiban atau tanggung jawab yang lebih besar yaitu kewajiban terhadap pihak-pihak
ketiga dan kepada publik. Prinsip kunci dari seluruh gagasan profesionalisme adalah bahwa
seorang profesional memiliki pengalaman dan kemampuan mengenali/memahami bidang
tertentu yang lebih tinggi dari auditan. Oleh karena itu, profesional tersebut seharusnya tidak
mensubordinasikan pertimbangannya kepada keinginan audite.
Sikap mental independen harus meliputi independen dalam kenyataan/fakta (in fact)
maupun dalam penampilan (in appearance).
Independensi dalam kenyataan akan ada apabila pada kenyataannya auditor mampu
mempertahankan sikap yang tidak memihak sepanjang pelaksanaan audit.
Independen dalam penampilan berarti hasil interpretasi pihak lain mengenai independensi.
Apabila auditor memiliki sikap independen dalam kenyataan tetapi pihak lain yang
‘13 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
berkepentingan yakin bahwa auditor tersebut adalah penasihat audite maka sebagian besar
nilai fungsi auditnya akan sia-sia.
Independensi dalam Kenyataan
Independensi dalam kenyataan merupakan salah satu aspek paling sulit dari etika dalam
profesi akuntansi. Kebanyakan auditor siap untuk menegaskan bahwa untuk sebagian besar
independensi dalam kenyataan merupakan norma dalam kehidupan sehari-hari seorang
profesional. Namun mereka gagal untuk memberikan bukti penegasan ini atau bahkan untuk
menjelaskan mengapa mereka percaya bahwa hal itu benar demikian. Adalah hal yang sulit
untuk membedakan sifat-sifat utama yang diperlukan untuk independensi dalam kenyataan.
Audit dikatakan gagal jika seorang auditor memberikan pendapat kepada pihak ketiga
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku umum padahal dalam kenyataannya tidak demikian. Seringkali kegagalan audit
disebabkan oleh tidak adanya independensi.
Contoh tidak adanya independensi dalam kenyataan adalah tidak adanya obyektivitas dan
skeptisisme, menyetujui pembatasan penting yang diajukan audite atas ruang lingkup audit
atau dengan tidak melakukan evaluasi kritis terhadap transaksi audite. Beberapa pihak juga
percaya bahwa ketidakkompetenan merupakan perwujudan dari tiadanya independensi
dalam kenyataan.
Independensi dalam Penampilan
Independensi dalam penampilan mengacu kepada interpretasi atau persepsi orang
mengenai independensi auditor. Sebagian besar nilai laporan audit berasal dari status
independensi dari auditor. Oleh karena itu, jika auditor adalah independen dalam kenyataan,
tetapi masyarakat umum percaya bahwa auditor berpihak kepada audite, maka sebagian
nilai fungsi audit akan hilang.
Adanya persepsi mengenai tidak adanya independensi dalam kenyataan tidak hanya
menurunkan nilai laporan audit tetapi dapat juga memiliki pengaruh buruk terhadap profesi.
Auditor berperan untuk memberikan suatu pendapat yang tidak bias pada informasi
keuangan yang dilaporkan berdasarkan pertimbangan profesional. Jika auditor secara
keseluruhan tidak dianggap independen, maka validitas peran auditor di dalam masyarakat
akan terancam. Kredibilitas profesi pada akhirnya bergantung kepada persepsi masyarakat
mengenai independensi (independensi dalam penampilan), bukan independensi dalam
kenyataan.
‘13 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
Kode etik profesi merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh suatu
kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya termasuk dalam norma sosial, namun
bila ada kode etik yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam kategori norma
hukum.
Sikap Skeptisisme profesional berarti praktisi membuat suatu penilaian kritis (critical
assessment) dengan pikiran yang selalu mempertanyakan tentang validitas bukti-bukti yang
diperoleh, dan waspada terhadap bukti yang kontradiktif atau keandalan dokumen atau
representasi yang diberikan oleh pihak yang bertanggung jawab.
Tujuan Sikap Skeptisisme Profesional:
Untuk mengurangi risiko terabaikannya hal-hal yang mencurigakan, tersamaratakannya
hasil observasi ketika menarik kesimpulan, serta digunakannya asumsi yang keliru dalam
menentukan sifat, saat, dan luas prosedur pengumpulan bukti dan pengevaluasian hasil
yang terkait.
Pelaporan atas Laporan Keuangan Auditan
Standar Pelaporan
Laporan Auditor
Pengaruh Keadaan Penyebab Penyimpangan dari Laporan Standar
Pertimbangan Pelaporan Lain
Tanggungjawab Pelaporan Auditor
Untuk memenuhi tanggungjawab pelaporan, auditor harus:
Memiliki pemahaman yang mendalam tentang ke empat standar pelaporan
Mengetahui dengan pasti kata-kata dalam laporan auditor standar dan kondisi yang
harus dipenuhi agar laporan tersebut dapat diterbitkan
Memahami tipe penyimpangan dari laporan standar dan keadaan yang sesuai
dengannya
Mengetahui pertimbangan khusus lain yang terkait dengan pelaporan
AUDIT INTEGRAL
Perbedaan audit integral dan audit keuangan terletak pada pengujian pengendalian internal.
Dalam audit keuangan sebelumnya, pengujian pengendalian bertujuan untuk menentukan
‘13 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
bentuk, waktu dan tingkat kedalaman pemeriksaan. Apabila dari hasil pengujian tersebut
ditemukan bahwa kita tidak bisa mengandalkan pengendalian internal klien maka kita akan
menggunakan pendekatan full substantive. Dalam audit integral, pengujian pengendalian
internal merupakan proses untuk menyatakan pendapat terhadap keandalan pengendalian
internal klien. Apabila dalam pengujian tersebut kita menemukan bahwa pengendalian
internal klien tidak dapat diandalkan maka temuan bisa menjadi kelemahan mendasar
(material weaknesses) dalam pengendalian internal. Kelemahan mendasar akan
menyebabkan pendapat tidak wajar (adverse opinion) dalam pengendalian internal.
Auditor tidak dapat melakukan pemeriksaan laporan keuangan terhadap perusahaan publik
di Amerika Serikat tanpa sekaligus melakukan pemeriksaan terhadap pengendalian internal
yang ada di perusahaan tersebut. Penugasan pemeriksaan laporan keuangan dan
pengendalian internal merupakan penugasan yang integral dan tidak dapat dipisahkan.
Hal-hal yang baru dalam audit integral (Section 404)
1. Auditor harus menyatakan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan sekaligus
menyatakan pendapat atas atestasi manajemen terhadap pengendalian internal. Proses
pernyataan pendapat tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan (audit
integral).
2. Pekerjaan dalam pemeriksaan untuk menyatakan kewajaran atas laporan keuangan
maupun pemeriksaan terhadap pengendalian internal harus saling terkait.
3. Standar yang ditetapkan oleh PCAOB merupakan standar yang integral, mencakup
pekerjaan yang diperlukan dalam audit laporan keuangan dan audit pengendalian
internal.
4. Audit integral akan menghasilkan tiga opini
Pendapat tentang keefektifan pengendalian internal terhadap penyusunan laporan
keuangan.
Pendapat tentang keefektifan penilaian manajemen terhadap pengendalian internal.
Pendapat tentang kewajaran laporan keuangan.
Pernyataan pendapat atas pengendalian internal ditentukan oleh temuan pada saat
pemeriksaan lapangan, temuang terhadap pengujian pengendalian internal dapat
dikategorikann menjadi tiga seperti dibawah ini
1. Internal control deficiencies (kecacatan pengendalian internal)
Apabila ditemukan kecacatan dalam desain pengendalian internal, sehingga
pengendalian internal tidak akan bisa menangkap atau mencegah salah saji atau
‘13 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Pusat Bahan Ajar dan eLearning
Indraguana Kusumabrata http://www.mercubuana.ac.id
kecurangan keuangan. Temuan ini adalah temuan cacat pengendalian internal yang
paling parah.
Auditor bisa menggunakan COSO framework untuk mengukur apakah desain
pengendalian internal di sebuah perusahaan sudah mencukupi atau belum.
2. Significant deficiencies (kecacatan mendasar)
Kecacatan yang baik berdiri sendiri atau bersama-sama membuat kemungkinan
(remote likehood) perusahaan gagal menangkap atau mencegah salah saji dalam
laporan keuangannya. Salah saji yang tidak tertangkap tersebut bersiap tidak berpola.
3. Material weaknesses (kelemahan mendasar)
Kecatatan yang mendasar yang membuat perusahaan gagal untuk mencegah
(prevented) atau mendeteksi (detected) sebuah salah saji. Temuan ini bisa
mengakibatkan pernyataan pendapat tidak wajar (adverse opinion).
Pengendalian internal sebuah perusahaan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan
bukan tanggung jawab auditor. Manajemen harus melakukan penilaian terhadap
pengendalian internal mereka sendiri, dan peran tersebut tidak bisa tergantikan dengan
pengujian-pengujian yang dilakukan oleh auditor terkait dengan pemeriksaan tahunan.
Manajemen perusahaan juga harus membuat dokumentasi terhadap proses signifikan yang
ada di perusahaan tersebut. Dokumentasi proses yang signifikan ini kemudian akan menjadi
dasar penilaian auditor terhadap pengendalian internal yang dimilliki oleh sebuah
perusahaan.
Auditor sekarang juga memeliki tanggungjawab tambahan untuk mengevalusi pengendalian
internal yang secara khusus dapat menekan resiko terjadinya penyelewengan keuangan
(fraud) yang kemungkinan secara signifikan bisa mempengaruhi sebuah laporan keuangan.
----
Daftar Pustaka
- Auditing dan Jasa Assuransce – Pendekatan Terintegrasi, Alvin A. Arens, Randal J.
Elder, Mark S. Beasley, Editisi 12.