modul 4 metode pengendalian banjir · pengembangan modul metode pengendalian banjir sebagai materi...

54
Modul 4 Metode Pengendalian Banjir MODUL METODE PENGENDALIAN BANJIR PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR 2017 PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI MODUL 04

Upload: others

Post on 21-May-2020

64 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

MODUL METODE PENGENDALIAN BANJIR

PELATIHAN PENGENDALIAN BANJIR

2017

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI

MODUL 04

Page 2: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya

pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi

dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang SDA.

Modul metode pengendalian banjir disusun dalam 3 (tiga) bagian yang terbagi atas

Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang sistematis

diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami metode

pengendalian banjir. Penekanan orientasi pembelajaran pada modul ini lebih

menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.

Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim

Penyusun dan Narasumber, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa terbuka

dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan

yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat bagi

peningkatan kompetensi ASN di bidang SDA.

Bandung, September 2017

Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan

Sumber Daya Air dan Konstruksi

Ir. K. M. Arsyad, M.Sc.

NIP. 19670908 199103 1 006

Page 3: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... v

PETUNJUK PENGGUNAAN ................................................................................ vi

PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................ 1

B. Deskripsi Singkat ............................................................................................. 1

C. Tujuan Pembelajaran ...................................................................................... 1

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ................................................................ 2

E. Estimasi Waktu ................................................................................................ 2

MATERI POKOK 1 METODE PENGENDALIAN BANJIR ..................................... 3

1.1 Metode Struktur ............................................................................................... 5

1.1.1 Bangunan Pengendali Banjir ............................................................... 5

1.1.2 Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai ........................................ 15

1.2 Metode Non-Struktur ..................................................................................... 24

1.2.1 Umum ............................................................................................... 24

1.2.2 Pengelolaan DAS .............................................................................. 25

1.2.3 Pengaturan Tata Guna Lahan ........................................................... 28

1.2.4 Pengendalian Erosi ........................................................................... 29

1.2.5 Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan ............... 32

1.2.6 Penanganan Kondisi Darurat ............................................................ 33

1.2.7 Peramalan (Forcasting) dan Sistem Peringatan Banjir (Flood Warning

System) ............................................................................................. 34

1.2.8 Law Enforcement .............................................................................. 36

1.2.9 Penyuluhan Pada Mayarakat ............................................................ 37

1.2.10 Asuransi ............................................................................................ 37

1.3 Latihan .......................................................................................................... 39

1.4 Rangkuman ................................................................................................... 39

PENUTUP ............................................................................................................ 41

A. Simpulan ....................................................................................................... 41

Page 4: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iii

B. Tindak Lanjut ................................................................................................. 41

EVALUASI FORMATIF ....................................................................................... 42

A. Soal ............................................................................................................... 42

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ..................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA

GLOSARIUM

KUNCI JAWABAN

Page 5: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 - Hubungan Debit Dan Lebar Penyangga ............................................. 28

Page 6: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi v

DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 - Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur ........................ 4

Gambar I.2 - Contoh bendungan (Google Earth) .................................................. 8

Gambar I.3 - Contoh check dam ........................................................................ 10

Gambar I.4 - Contoh drop structure pada bendung dan groundsill ..................... 11

Gambar I.5 - Contoh retarding basin .................................................................. 12

Gambar I.6 - Contoh polder di Semarang dan manfaat polder lainnya ............... 14

Gambar I.7 - Contoh dokumentasi tanggul ......................................................... 17

Gambar I.8 - Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul di suatu sungai .................. 18

Gambar I.9 - Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan) ...................... 21

Gambar I.10 - Contoh lingkungan DAS yang baik dan yang buruk ..................... 26

Gambar I.11 - Contoh sempadan sungai yang baik dan buruk ........................... 27

Gambar I.12 - Beberapa cara pengendalian erosi .............................................. 31

Gambar I.13 - Penambangan memperbesar erosi dan menghilangkan top soil,

seharusnya penambangan berwawasan lingkungan ................... 32

Gambar I.14 - Gambaran tentang penegakan hukum ........................................ 36

Gambar I.15 - Daerah klaim asuransi ................................................................. 38

Page 7: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi vi

PETUNJUK PENGGUNAAN

Deskripsi

Modul metode pengendalian banjir ini terdiri dari 1 (satu) materi pokok yang

membahas metode pengendalian banjir.

Peserta pelatihan mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.

Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami metode

pengendalian banjir. Setiap materi pokok dilengkapi dengan latihan yang menjadi

alat ukur tingkat penguasaan peserta pelatihan setelah mempelajari materi pada

materi pokok.

Persyaratan

Dalam mempelajari modul ini, peserta pelatihan diharapkan dapat menyimak

dengan seksama penjelasan dari pengajar, sehingga dapat memahami dengan baik

materi yang merupakan materi inti/substansi dari Pelatihan Pengendalian banjir.

Untuk menambah wawasan, peserta diharapkan dapat membaca terlebih dahulu

materi yang berkaitan dengan metode pengendalian banjir dari sumber lainnya.

Metode

Dalam pelaksanaan pembelajaran ini, metode yang dipergunakan adalah dengan

kegiatan pemaparan yang dilakukan oleh Pengajar/Widyaiswara/Fasilitator, adanya

kesempatan diskusi dan studi kasus.

Alat Bantu/Media

Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan Alat Bantu/Media

pembelajaran tertentu, yaitu: LCD/projector, Laptop, white board dengan spidol dan

penghapusnya, bahan tayang, serta modul dan/atau bahan ajar.

Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu

memahami metode pengendalian banjir.

Page 8: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai Negeri Sipil mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka

pelaksanaan cita-cita bangsa dan mewujudkan tujuan negara sebagaimana

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945. Dengan semakin bertambahnya volume dan kompleksitas tugas-tugas

lembaga pemerintahan dan silih bergantinya regulasi yang begitu cepat perlu

upaya-upaya preventif untuk memperlancar tugas-tugas yang harus diemban oleh

Pegawai Negeri Sipil.

Untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, Pegawai

Negeri Sipil harus memiliki integritas, profesional, netral dan bebas dari intervensi

politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu

menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan

peran sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, hal

tersebut dapat terwujud dengan melalui pembinaan yang dilaksanakan

berkelanjutan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 yang

dinyatakan bahwa manajemen PNS diarahkan untuk menjamin penyelenggaraan

tugas pemerintahan dan pembangunan secara berhasil guna dan berdaya guna

B. Deskripsi Singkat

Mata pelatihan ini membekali peserta pelatihan dengan pengetahuan/wawasan

mengenai metode pengendalian banjir, melalui metode ceramah interaktif, diskusi

dan studi kasus. Keberhasilan peserta pelatihan dinilai dari kemampuan memahami

metode pengendalian banjir.

C. Tujuan Pembelajaran

1. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti seluruh rangkaian pembelajaran, peserta diharapkan mampu

memahami metode pengendalian banjir.

Page 9: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 2

2. Indikator Keberhasilan

Setelah mengikuti pembelajaran, peserta diharapkan mampu menjelaskan

metode pengendalian banjir.

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Dalam modul metode pengendalian banjir ini akan membahas materi:

1. Metode struktur:

a. Bangunan pengendali banjir,

b. Sistem perbaikan dan pengaturan sungai.

2. Metode non-struktur;

a. Umum,

b. Pengelolaan DAS,

c. Pengaturan tata guna lahan,

d. Pengendalian erosi,

e. Pengembangan dan pengaturan daerah banjir/genangan,

f. Penanganan kondisi darurat,

g. Peramalan (forcasting) dan sistem peringatan banjir (flood warning system),

h. Law enforcement,

i. Penyuluhan pada masyarakat,

j. Asuransi.

E. Estimasi Waktu

Alokasi waktu yang diberikan untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk

mata pelatihan “Metode Pengendalian Banjir” ini adalah 6 (enam) jam pelajaran

(JP) atau sekitar 270 menit.

Page 10: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 3

MATERI POKOK 1

METODE PENGENDALIAN BANJIR

Pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi

rekayasanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain:

hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai,

rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dll. Di

samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek

lainnya yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan,

hukum dan lainnya. Politik juga merupakan aspek yang penting, bahkan kadang

menjadi paling penting. Dukungan politik yang kuat dari berbagai instansi baik

eksekutif (Pemerintah), legislatif (DPR/DPRD) dan yudikatif akan sangat

bepengaruh kepada solusi banjir kota.

Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi

aktivitas sebagai berikut:

Mengenali besarnya debit banjir.

Mengisolasi daerah genangan banjir.

Mengurangi tinggi elevasi air banjir.

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun

yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang

paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat

dikelompokkan menjadi dua:

Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat

memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,

pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan

penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

Indikator keberhasilan : setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan

mampu menjelaskan metode pengendalian banjir.

Page 11: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 4

Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan

pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,

pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).

Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).

Detail metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar I.1.

Gambar I.1 - Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur

Semua kegiatan tersebut dilakukan pada prinsipnya dengan tujuan:

Menurunkan serta memperlambat debit banjir di hulu, sehingga tidak

mengganggu daerah-daerah peruntukan di sepanjang sungai.

Mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di

bagian hilir.

Menambah atau memperbesar dimensi tampang alur sungai.

Pengendalian Banjir

1. Bangunan

Pengendali Banjir, misal:

Bendungan (dam)/waduk Kolam retensi/penampungan Pembuatan check dam (penangkap

sedimen) Bangunan pengurang kemiringan

sungai: o Groundsill o Drop structure

Retarding basin Pembuatan polder

Metode Struktur

2. Sistem Perbaikan & Pengaturan

Sungai, misal:

River improvement (perbaikan/ peningkatan sungai)

Tanggul Sudetan (by pass/short-cut) Floodway Sistem drainase khusus

Metode Non-Struktur

Diantaranya:

Pengelolaan DAS Pengaturan tata guna lahan Pengendalian erosi Pengembangan dan pengaturan daerah

banjir Penanganan kondisi darurat Peramalan Dan Sistem Peringatan Banjir Law enforcement Penyuluhan pada masyarakat Asuransi

Page 12: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 5

Memperkecil nilai kekasaran alur sungai.

Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau ber-

meander. Pelurusan ini harus sangat hati-hati dan minimal harus

mempertimbangkan geomorfologi sungai.

Pengendalian transpor sedimen.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan

pengendalian banjir adalah sebagai berikut:

Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi (degradasi dan agradasi

sungai) dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.

Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.

Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.

Perkembangan pembangunan daerah.

Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah hilirnya.

1.1 Metode Struktur

1.1.1 Bangunan Pengendali Banjir

Bendungan/waduk (dam) Groundsill

Kolam retensi Retarding basin

Pembuatan check dam (penangkap sedimen) Pembuatan polder

Bangunan pengurang kemiringan sungai

1. Bendungan/waduk

a. Bendungan

Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu,

beton, dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan

menampung air, dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung

limbah tambang (tailing), atau menampung lumpur sehingga terbentuk

waduk (PP No 37 Tahun 2010). Definisi lain bendungan atau dam adalah

konstruksi yang dibangun untuk menahan laju air menjadi waduk, danau,

atau tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan laju sedimentasi yang

ditampung dalam tampungan mati/dead storage

Page 13: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 6

(http://id.wikipedia.org/wiki/Bendungan). Contoh bendungan dapat dilhat

dalam Gambar I.2.

Fungsi bendungan diantaranya adalah:

Untuk menampung air sungai.

Mengelola dan mengatur air dalam waduk.

Pengelolaan sumber daya air.

Penyediaan air baku (raw water).

Salah satu sumber untuk penyediaan air bersih dan air minum.

Penyediaan air irigasi.

Pengendalian banjir.

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Suatu bendungan bila mempunyai semua fungsi-fungsi tersebut disebut

sebagai bendungan multi-fungsi/serbaguna atau multi-purpose dam.

Kebanyakan dam juga memiliki bagian yang disebut pintu air atau bangunan

pelimpah (spillway) untuk membuang air yang tidak diinginkan secara

bertahap atau berkelanjutan.

Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan adalah

sebagai berikut:

Lokasi mudah dicapai.

Topografi daerah memadai, dengan membentuk tampungan yang besar.

Kondisi geologi tanah.

Ketersediaan bahan bangunan.

Tujuan serbaguna.

Pengaruh bendungan terhadap lingkungan.

Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang dilindungi.

Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai

berikut:

1) Metode pengaturan banjir

Page 14: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 7

Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang

tanpa menggunakan pintu pengatur, dengan tujuan memudahkan

operasi, untuk menekan biaya operasi dan pemeliharaan dimasa

mendatang. Sedangkan untuk mendapatkan pengaruh pengaturan

terhadap pengendalian banjir yang lebih besar, dapat digunakan waduk

yang dilengkapi pintu pengendali banjir.

2) Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir

Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian

banjir dan volume untuk memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk

untuk pengendalian banjir, akan menentukan pola hidrograf banjir yang

dilepas waduk ke hilir dan ratio penurunan debit banjir.

3) Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir

Bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya konstruksi dam

naik, maka debit rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun.

Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum

dari perbaikan sungai dan biaya konstruksi dam.

a. Contoh bendungan 1

Page 15: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 8

b. Contoh bendungan 2

Gambar I.2 - Contoh bendungan (Google Earth)

b. Waduk

Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya

bendungan (PP No 37 Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk

pengembangan sumber daya air sungai, dengan menampung air pada waktu

musim hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai terutama pada musim

kemarau. Hal ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat

terutama pada musim kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun

untuk beberapa manfaat yang disebut multi guna atau multi purpose dam,

misalnya untuk irigasi, penyediaan air baku (air minum), pembangkit listrik

tenaga air, dsb.

Waduk yang mempunyai faktor tampungan atau dapat menampung air,

mempunyai efek terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk

dapat merubah pola inflow-outflow hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di

hilir waduk biasanya menguntungkan terhadap pengendalian banjir, dengan

adanya debit banjir yang lebih kecil dan perlambatan waktu banjir.

Page 16: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 9

Pengendalian banjir dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu

dan biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber daya air. Yang perlu

diperhatikan dalam pengendalian banjir dengan waduk adalah perlambatan

waktu tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas ke hilir dan rasio

alokasi volume waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk

pengembangan dan pengelolaan sumber daya air.

2. Kolam retensi/penampungan (retention basin)

Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retention basin) berfungsi

untuk menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat

dikurangi, retention berarti penyimpanan. Tingkat pengurangan banjir

tergantung pada karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika

beberapa bangunan outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam

penampungan biasanya di daerah dataran rendah atau rawa. Dengan

perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan yang baik, kolam penampungan

dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi pengendalian yang andal

diperlukan:

Pengontrolan yang memadai untuk menjamin ketepatan peramalan banjir.

Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau

evakuasi.

Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan

secepatnya setelah banjir reda.

Dengan manajemen yang tepat, penanggulangan sementara dapat berakibat

positif dari segi pertanian, seperti berikut ini:

Melunakkan tanah.

Mencuci tanah dari unsur racun.

Mengendapkan lumpur yang kaya akan unsur hara.

Page 17: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 10

Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin.

Perbedaannya adalah sebagai berikut:

Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan

sampai airnya habis karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet

pond.

Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu

setelah hujan reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu

keberadaan air di sungai sering disebut dry pond.

Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan

penundaan (delay) air masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir

sungai bisa berkurang karena dibantu dengan retarding basin.

3. Pembuatan check dam (penangkap sedimen)

Check dam adalah bangunan kecil temporer atau tetap yang dibangun

melintang saluran/sungai untuk memperkecil kemiringan dasar memanjang

sungai sehingga bisa mereduksi kecepatan air, erosi dan membuat sedimen

bisa tinggal di bagian hulu bangunan. Sehingga bangunan ini bisa menstabilkan

saluran atau sungai (ftp://ftp-fc.sc.egov.usda.gov/WSI/UrbanBMPs/water/

erosion/checkdam.pdf.)

Contoh check dam dapat dilihat dalam Gambar I.3.

Gambar I.3 - Contoh check dam

Page 18: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 11

4. Bangunan pengurang kemiringan sungai

Bangunan ini bisa berupa drop structure atau groundsill. Manfaatnya adalah

bisa mengurangi kecepatan air, dan untuk groundsill juga dapat mencegah

scouring pada hilir bendung atau pilar jembatan. Contoh bangunan ini dapat

dilihat dalam Gambar I..

a. contoh drop structure

b. Contoh groundsill

Gambar I.4 - Contoh drop structure pada bendung dan groundsill

(Dinas PSDA Prov. Jateng, 2010)

Page 19: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 12

5. Retarding basin

Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan

dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi

puncak banjir dari suatu sungai. Dapat dikatakan pula suatu tampungan

(reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui simpanan sementara.

Retard berarti memperlambat

(http://www.eionet.europa.eu/gemet/concept?ns=1&cp=7194;

http://www.termwiki.com/EN:retarding_basin).

Contoh retarding basin ditunjukkan dalam gambar berikut.

Gambar I.5 - Contoh retarding basin

Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk

menampung volume air banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu

dan dilepaskan kembali pada waktu banjir surut. Dengan demikian kondisi

lapangan sangat menentukan dan berdasarkan survei lapangan, peta topografi

dan foto udara dapat diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya

retarding basin (pond/kolam) dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai.

Sedangkan daerah cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam

banjir adalah dengan memperhatikan:

Page 20: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 13

Pemanfaatan retarding basin untuk mengendalikan banjir dan bermanfaat

efektif untuk daerah yang ada di bagian hilirnya.

Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan kolam

penampungan banjir sementara.

Daerah tersebut mempunyai head/energi yang cukup (perbedaan muka air

banjir antara di sungai dan muka air banjir di kolam).

Daerah tersebut mempunyai area ataupun volume tampungan yang besar

untuk banjir.

Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan adalah:

Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.

Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir

sementara.

Tanggul kolam penampungan banjir sementara.

Bangunan pintu banjir sementara.

6. Pembuatan polder

Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik

bisa berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali

yang membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada

kontak dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran

buatan manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa

(http://id.wikipedia.org/wiki/Polder dengan modifikasi).

Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau

saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut

terjadi banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder

penuh maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut

sehingga daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.

Untuk daerah rendah namun bila mempunyai nilai ekonomi tinggi polder cukup

efektif (misal perumahan elit) dibuat karena biaya operasional pompa cukup

Page 21: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 14

besar. Namun untuk pemukiman padat dengan penghasilan penduduk rendah

pemerintah setempat perlu memberi subsidi untuk operasional pompa.

Contoh polder ditunjukkan dalam Gambar I.6

a. Contoh polder depan Stasiun Tawang Semarang

b. Contoh manfaat lain polder untuk wisata (ini bukan depan Stasiun Tawang)

Gambar I.6 - Contoh polder di Semarang dan manfaat polder lainnya

Page 22: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 15

1.1.2 Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai

Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya

adalah:

River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),

Tanggul,

Sudetan (by pass/short-cut),

Floodway,

Sistem Drainase Khusus.

1. River Improvement

River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian

banjir, yang merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran

sungai. Hal ini dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk

dialirkan ke hilir atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan. Pekerjaan ini pada

dasarnya dapat meliputi kegiatan antara lain:

Perbaikan bentuk penampang melintang.

Mengatur penampang memanjang sungai.

Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.

Melakukan sudetan pada alur sungai meander.

Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai

dan mengganggu pengaliran banjir.

Menstabilkan alur sungai.

Pembuatan tanggul banjir.

Sistem pengerukan alur saluran bertujuan untuk memperbesar kapasitas

tampungan sungai dan memperlancar aliran sungai. Analisis yang harus

diperhitungkan adalah analisis hidrologi, analisis hidraulika dan analisis

sedimentasi. Analisis perhitungan perlu dilakukan dengan cermat mengingat

kemungkinan kembalinya sungai ke bentuk semula sangat besar. Pengerukan

juga merupakan kegiatan-kegiatan melebarkan sungai, mengarahkan alur

sungai dan memperdalam sungai. Untuk mengarahkan sungai dan melebarkan

penampangnya sering diperlukan pembebasan lahan. Oleh karena itu dalam

kajiannya harus juga memperhitungkan aspek ekonomi (ganti rugi) dan aspek

Page 23: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 16

sosial terutama bagi masyarakat atau stakeholders lainnya yang merasa

dirugikan akibat lahannya berkurang.

Hal-hal penting dalam river improvement diantaranya adalah:

Perencanaan penampang melintang sungai,

Hidrologi dan hidraulika banjir,

Elevasi, talud dan lebar tanggul,

Stabilitas terhadap erosi dan longsoran,

Perkuatan tebing sungai (revetment),

Efek pengaruh back water akibat bangunan dan pasang surut.

2. Tanggul

Tanggul adalah penghalang yang didesain untuk menahan air banjir di palung

sungai untuk melindungi daerah di sekitarnya. Tanggul juga berfungsi untuk

melokalisir banjir di sungai, sehingga tidak melimpas ke kanan dan ke kiri

sungai yang merupakan daerah peruntukan. Contoh dokumentasi tanggul

dapat dilihat dalam Gambar I.

Contoh 1 Tanggul buatan bahan dari tanah

Page 24: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 17

Contoh 2 Tanggul sungai (alami)

Contoh 3 Tanggul sungai yang diperkuat

Gambar I.7 - Contoh dokumentasi tanggul

Page 25: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 18

Contoh bagian sungai yang perlu tanggul ditunjukkan dalam Gambar I..

a. Contoh bagian palung sungai yang perlu (bisa dibangun) tanggul

b. Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul karena untuk melindungi pemukiman

Gambar I.8 - Contoh perlu atau bisa dibuat tanggul di suatu sungai

Beberapa faktor yang harus diperhatikan, antara lain:

Dampak tanggul terhadap regim sungai,

Tinggi jagaan dan kapasitas debit sungai pada bangunan-bangunan sungai

misalnya jembatan,

Ketersediaan bahan bangunan setempat,

Syarat-syarat teknis dan dampaknya terhadap pengembangan wilayah,

Hidrograf banjir yang lewat,

Page 26: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 19

Pengaruh limpasan, penambangan, longsoran dan bocoran,

Pengaruh tanggul terhadap lingkungan,

Elevasi muka air yang lebih tinggi di alur sungai,

Lereng tanggul dengan tepi sungai yang relatif stabil.

3. Sudetan (by pass/short cut)

Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian

atau seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah

yang dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam desain

saluran by pass adalah sebagai berikut:

Biaya pelaksanaan yang relatif mahal.

Kondisi topografi dari rute alur baru.

Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol

kecepatan air dan erosi.

Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass (contoh: membuat

saluran sampai batuan dasar sungai).

Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai.

Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir dari

lokasi percabangan.

Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari

lokasi percabangan by pass.

Perbaikan alur sungai biasanya termasuk perbaikan alignment atau jalur

sungai, melalui pekerjaan sudetan. Pada alur sungai yang berbelok-belok

sangat kritis, sebaiknya dilakukan sudetan, agar air banjir dapat mencapai

bagian hilir atau laut dengan cepat, dengan mempertimbangkan alur sungai

stabil. Hal ini dikarenakan jarak yang ditempuh oleh aliran air banjir tersebut

lebih pendek, kemiringan sungai lebih curam dan kapasitas pengaliran

bertambah atau akan mengalami perubahan hidrograf banjir.

Namun juga perlu memperhatikan dampak negatif sudetan. Yaitu bila suatu

sungai disudet tidak akan menimbulkan problem banjir di tempat lain. Dengan

adanya perubahan bentuk hidrograf banjir setelah adanya sudetan akan

Page 27: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 20

berdampak terhadap peningkatan debit pengaliran dan waktu tiba banjir dari

hidrograf lebih pendek. Hal tersebut akan menurunkan muka air banjir di

sebelah hulu dan menambah banjir di sebelah hilir atau berpengaruh baik di

hulu dan berpengaruh jelek di hilir. Pada pekerjaan sudetan perlu dilakukan

perbaikan alur sungai di hulu dari daerah yang dilindungi dari banjir dan juga

diimbangi dperbaikan alur sungai di sebelah hilir sudetan.

Sudetan pada alur sungai aluvial yang bermeander dapat terjadi secara alamiah

karena adanya pergerakan/pergeseran meander. Namun sudetan dapat juga

dibuat oleh manusia, sebagai salah satu usaha pengaturan sungai untuk tujuan

tertentu. Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan pengertian bagi para

perencana, mengingat dengan dilakukannya sudetan berarti mengganggu

keseimbangan yang ada, sehingga secara alamiah alur sungai cenderung

kembali pada kondisi semula. Pada masa mencari atau mencapai

keseimbangan baru tersebut, biasanya disertai dengan kerusakan-kerusakan

yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebelumnya. Hal ini terjadi pada sudetan

yang tidak disertai dengan perencanaan alur sungai stabil dan

mempertimbangkan segala proses yang akan timbul. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam sudetan adalah:

Tujuan dilakukan sudetan.

Arah alur sungai sudetan (kondisi meander yang ada).

Penampang sungai sudetan.

Usaha mempertahankan fungsi dari sudetan.

Pengaruh sudetan terhadap sungai secara keseluruhan, bangunan-

bangunan pemanfaatan sumber daya air maupun bangunan fasilitas.

Pengaruh penurunan muka air di sebelah hulu sudetan terhadap lingkungan.

Pengaruh berkurangnya fungsi retensi banjir.

Tinjauan terhadap sosial ekonomi.

Di samping itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian

banjir adalah:

Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander kritis, adalah merupakan

alur yang relatif tidak stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik.

Page 28: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 21

Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian

hulu dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian

hulunya.

Bentuk hidrograf banjir sebelum dan sesudah sudetan ditunjukkan dalam

Gambar I..

a. Sungai yang bermeander

Keterangan:

v1 adalah kecepatan air di I sebelum sungai disudet

v2 adalah kecepatan air di I setelah sungai disudet

A. Hidrograf banjir di I

B. Hidrograf banjir di O sebelum sudetan

C. Hidrograf banjir di O sesudah sudetan

b. Hidrograf sungai dalam Gambar a

Gambar I.9 - Hidrograf sebelum dan sesudah shortcut (sudetan)

Page 29: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 22

Pertimbangan teknis dalam perencanaan sudetan:

Daerah sudetan (meander kritis)

Perbaikan arah alur sungai di daerah sudetan

Perbaikan penampang sudetan (penampang memanjang dan melintang)

Bangunan perkuatan/pengatur yang diperlukan

4. Floodway

Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada alur

sungai lama, dan mengalirkan sebagian debit tersebut banjir melalui floodway.

Hal ini dapat dilakukan apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk

membuat floodway. Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan, misalnya

sungai untuk jalur floodway tidak ada, maka pembuatan floodway kurang layak

untuk dilaksanakan.

Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,

sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan

menurunkan tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama

melewati kota, sehingga menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan

pemukiman di kota sangat mahal dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga

perbaikan alur sungai untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.

Untuk mengatasi banjir dengan floodway, di samping aspek

rekayasa/engineering, aspek non teknis juga perlu dipertimbangkan. Jadi

sebagian banjir akan dilewatkan melalui floodway sebelum masuk daerah yang

dilindungi atau daerah kota dan bisa langsung dialirkan ke laut. Perubahan

aliran banjir lewat floodway tersebut, jangan sampai menimbulkan masalah

sosial ekonomi di masa mendatang terutama dari masyarakat yang dilalui

floodway tersebut.

Beberapa faktor yang harus menjadi perhatian dalam pembuatan floodway

adalah:

Alur lama yang melewati kota sulit untuk diperbaiki sesuai dengan debit

desain, karena kesulitan lahan yang sudah penuh pemukiman.

Page 30: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 23

Alur lama berbelok-belok terlalu jauh, untuk menuju ke laut, sehingga dari

segi hidrolis tidak menguntungkan.

Terdapat jalur untuk alur baru yang menguntungkan (lebih pendek), dengan

menggunakan sungai kecil yang ada.

Pembebasan lahan pada alur floodway tidak mengalami kesulitan.

Tidak mengganggu pemanfaatan sumber daya air yang ada.

Dampak negatif (sosial ekonomi) diupayakan sekecil mungkin.

Bila perbaikan alur terletak di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,

maka perlu ada kajian dan evaluasi mengenai lahan yang ada, pembebasan

tanah serta dampak sosial yang akan timbul. Sedangkan untuk pembuatan

floodway yang melewati di daerah yang kepadatan penduduknya rendah

ataupun daerah persawahan dan tambak, kemungkinan pembebasan lahan

lebih murah dan ringan serta persoalan sosial bisa lebih kecil. Maka dalam

desain, kemungkinan dapat menggunakan/memperlebar alur sungai yang ada

ke kanan dan (atau) ke kiri untuk memenuhi kapasitas pengaliran yang ada

menjadi konsideran yang penting sebelum penentuan atau perencanaan jalur

floodway.

Dalam perencanaan floodway, kajian rekayasanya setidak-tidaknya meliputi

antara lain:

Debit banjir rencana,

Jalur floodway,

Perencanaan alur floodway yang meliputi penampang memanjang dan

melintangnya,

Bangunan pembagi banjir.

5. Sistem drainase khusus

Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah

rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah

manusia. Sistem khusus tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami.

Alternatif dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan

Page 31: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 24

dengan elevasi air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase khusus

biasanya digunakan untuk situasi berikut:

Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.

Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh gelombang.

Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan flood wall/dinding

penahan banjir.

Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan berikut:

Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang akan dilindungi.

Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan.

Volume dari air yang ditahan.

Periode banjir.

Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan bangunan adalah:

Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang dilindungi,

dapat digunakan outlet sederhana.

Apabila fluktuasi perubahan elevasi air berubah-ubah diperlukan pintu-pintu

otomatis.

Stasiun pompa diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari

daerah yang dilindungi.

1.2 Metode Non-Struktur

1.2.1 Umum

Analisis pengendalian banjir dengan tidak menggunakan bangunan pengendali

akan memberikan pengaruh cukup baik terhadap regim sungai. Contoh aktifitas

penanganan tanpa bangunan adalah sebagai berikut:

Pengelolaan DAS.

Pengaturan tata guna lahan.

Pengendalian erosi.

Pengembangan dan pengaturan daerah banjir.

Penanganan kondisi darurat.

Peramalan dan sistem peringatan banjir.

Page 32: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 25

Asuransi.

1.2.2 Pengelolaan DAS

Pengelolaan DAS berhubungan erat dengan peraturan, pelaksanaan dan pelatihan.

Kegiatan penggunaan lahan dimaksudkan untuk menghemat dan menyimpan atau

menahan air dan konservasi tanah. Pengelolaan DAS mencakup aktivitas-aktivitas

berikut ini:

Pemeliharaan vegetasi di bagian hulu DAS.

Penanaman vegetasi untuk mengendalikan atau mengurangi kecepatan aliran

permukaan dan erosi tanah.

Pemeliharaan vegetasi alam, atau penanaman vegetasi tahan air yang tepat,

sepanjang tanggul drainase, saluran-saluran dan daerah lain untuk pengendalian

aliran yang berlebihan atau erosi tanah.

Mengatur secara khusus bangunan-bangunan pengendali banjir (misal check

dam) sepanjang dasar aliran yang mudah tererosi.

Pengelolaan khusus untuk mengatisipasi aliran sedimen yang dihasilkan dari

kegiatan gunung berapi yang dikenal dengan nama debris flow.

Sasaran penting dari kegiatan pengelolaan DAS adalah untuk mencapai keadaan-

keadaan berikut:

Mengurangi debit banjir di daerah hilir.

Mengurangi erosi tanah dan muatan sedimen di sungai.

Meningkatkan produksi pertanian yang dihasilkan dari penataan guna tanah dan

perlindungan air.

Meningkatkan lingkungan di DAS dan daerah sempadan sungai.

Contoh lingkungan di DAS dan di daerah sempadan sungai ditunjukkan dalam

Gambar I. dan Gambar I..

Page 33: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 26

a. Contoh 1 DAS yang masih berupa hutan (masih baik)

b. Contoh 3 bagian wilayah suatu DAS yang sudah tak ada tanaman

(sudah rusak)

c. Contoh 2 bagian wilayah suatu DAS yang mulai dirubah tata guna lahannya

Gambar I.10 - Contoh lingkungan DAS yang baik dan yang buruk

Page 34: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 27

a. Pelanggaran sempadan karena kebutuhan infrastruktur kota

b. Sempadan sungai hanya berupa tembok pemisah dengan pemukiman

c. Contoh sempadan sungai di kota yang baik

Gambar I.11 - Contoh sempadan sungai yang baik dan buruk

Page 35: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 28

Sasaran tersebut harus didukung oleh aktifitas-aktifitas lainnya, seperti:

Pembatasan penebangan hutan dan kebijakan-kebijakan yang mencakup atau

menganjurkan penghutanan kembali daerah-daerah yang telah rusak.

Rangsangan atau dorongan, untuk mengembangkan tanaman yang tepat dan

menguntungkan secara ekonomi (misal cacao, turi, jambu mete, lamtoro gung,

buah-buahan). Dengan kata lain pohon tak ditebang tapi diambil buahnya.

Pemilihan cara penanaman yang dapat memperlambat aliran dan erosi.

Pertanian bergaris (sistem hujan), dan metode teras (bertingkat) sehingga

mengurangi pengaliran dan erosi tanah dari daerah pertanian.

Tidak ada pertanian atau kegiatan-kegiatan pengembangan lain di sepanjang

bantaran sungai.

Minimal daerah penyangga atau daerah vegetasi yang tidak boleh terganggu di

sepanjang jalan air, dapat mengacu pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1 - Hubungan Debit Dan Lebar Penyangga

Debit Rata-rata (Q) Lebar Penyangga Minimal

Kurang dari 1 m3/dt 5 m

1 m3/dt < Q > 5 m3/dt 10 m

Lebih dari 5 m3/dt 15 m

1.2.3 Pengaturan Tata Guna Lahan

Pengaturan tata guna lahan di DAS dimaksudkan untuk mengatur penggunaan

lahan, sesuai dengan rencana pola tata ruang yang ada. Hal ini untuk menghindari

penggunaan lahan yang tidak terkendali, sehingga mengakibatkan kerusakan DAS

yang merupakan daerah tadah hujan. Pada dasarnya pengaturan penggunaan

lahan di DAS dimaksudkan untuk:

Untuk memperbaiki kondisi hidrologis DAS, sehingga tidak menimbulkan banjir

pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau.

Untuk menekan laju erosi daerah aliran sungai yang berlebihan, sehingga dapat

menekan laju sedimentasi pada alur sungai di bagian hilir.

Penataan masing-masing kawasan, proporsi masing-masing luas penggunaan

lahan dan cara pengelolaan masing-masing kawasan perlu mendapat perhatian

Page 36: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 29

yang baik. Daerah atas dari daerah aliran sungai yang merupakan daerah

penyangga, yang berfungsi sebagai recharge atau pengisian kembali air tanah,

perlu diperhatikan luasan masing-masing kawasan. Misalnya untuk luasan kawasan

hutan minimum/kira-kira 30% dari luas daerah aliran sungai.

Sedangkan untuk mencegah adanya laju erosi DAS yang tinggi perlu adanya cara

pengelolaan yang tepat, untuk masing-masing kawasan. Pengelolaan lahan

tersebut dapat meliputi, sistem pengelolaan, pola tanam dan jenis tanaman yang

disesuaikan jenis tanah, kemampuan tanah, elevasi dan kelerengan lahan. Karena

dengan adanya erosi lahan yang tinggi akan menentukan besarnya angkutan

sedimen di sungai dan mempercepat laju sedimentasi di sungai, terutama di bagian

hilir. Dengan adanya sedimentasi di sungai akan merubah penampang sungai dan

memperkecil kapasitas pengaliran sungai.

1.2.4 Pengendalian Erosi

Pengendalian erosi pada prinsipnya merupakan tindakan-tindakan untuk mencegah

dan mengendalikan erosi baik di DAS maupun di tebing sungai. Beberapa cara

pengendalian erosi di DAS diantaranya ditunjukkan dalam Gambar I. dan Gambar

I.2.

a. Terasering

Page 37: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 30

b. Buffer strip (garis penyangga)

c. Rotasi penanaman (perubahan pola tanam)

Page 38: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 31

d. Crop cover atau penutupan lahan (dengan tanaman lebat) mengurangi erosi

e. Bila tak ada penggundulan hutan → erosi sangat kecil

Gambar I.12 - Beberapa cara pengendalian erosi

a. Penambangan harus mematuhi UU No. 4 Tahun 2009

Page 39: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 32

b. Hasil tambang yang diangkut (nilai ekonomi tinggi tapi berdampak ke kerusakan

lingkungan terutama hilangnya top soil)

Gambar I.2 - Penambangan memperbesar erosi dan menghilangkan top soil,

seharusnya penambangan berwawasan lingkungan

1.2.5 Pengembangan dan Pengaturan Daerah Banjir/Genangan

Masalah yang timbul dari penggunaan lahan daerah genangan diantaranya adalah

sebagai berikut:

Masyarakat yang bermukim pada daerah-daerah genangan akan kehilangan

pencaharian yang ditimbulkan banjir.

Pemanfaatan intensif daerah-daerah genangan untuk mata pencaharian, industri

dan kegiatan lain akan meningkatkan potensi bagi kerusakan-kerusakan yang

diakibatkan banjir.

Kegiatan di atas yang berhubungan dengan pemanfaatan daerah genangan sering

mengurangi kapasitas alur sungai dan daerah genangan. Kelancaran aliran akan

berkurang karena bangunan rumah, gedung-gedung, jalan-jalan, jembatan dan

pengusahaan tanaman yang memiliki daya tahan besar merupakan penghambat

aliran. Pengendalian pemanfaatan daerah genangan termasuk peraturan-peraturan

penetapan wilayah penggunaan lahan, dan bangunan-bangunan. Maksud dari

pengendalian daerah genangan adalah untuk membatasi atau menentukan tipe

pengembangan dengan mempertimbangkan resiko dan kerusakan yang

Page 40: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 33

ditimbulkan oleh banjir. Faktor ekonomi, sosial dan lingkungan harus pula ikut

dipertimbangkan agar diperoleh suatu pengembangan yang bijaksana. Langkah

pertama dalam peningkatan pengendalian daerah genangan di daerah yang

beresiko banjir dan daerah kritis ditentukan diantaranya oleh faktor-faktor berikut:

Besarnya banjir yang terjadi.

Waktu peringatan efektif.

Pengetahuan tentang banjir.

Tingkat luapan banjir.

Kedalaman dan kecepatan banjir.

Lamanya banjir.

Masalah-masalah pengungsian.

Akses (kemudahan).

Potensi kerusakan banjir.

Dua tahapan yang perlu dilaksanakan, kaitannya dengan program pengendalian

banjir adalah sebagai berikut ini:

Tahap I: Melarang adanya pemanfaatan di daerah bantaran banjir, seperti

pendirian gedung, rumah ataupun pengusahaan tanaman.

Tahap II: Pengaturan pengendalian penggunaan lahan untuk mengurangi

kerusakan-kerusakan yang disebabkan banjir.

1.2.6 Penanganan Kondisi Darurat

Penanggulangan banjir perlu dilakukan untuk menangani penanggulangan banjir

dalam keadaan darurat, terutama untuk bangunan pengendalian banjir yang rusak

dan kritis. Hal ini terutama untuk menangani banjir tahunan yang perlu penanganan

tahunan pada waktu musim hujan atau banjir.

Perencanaan penanggulangan banjir perlu dibuat sebelumnya, berdasarkan

pengalaman yang telah lalu. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan

penanggulangan banjir:

Identifikasi masalah.

Kebutuhan bahan dan peralatan penanggulangan.

Kebutuhan tenaga penanggulangan.

1. Identifikasi Masalah

Sebelum terjadinya banjir pada musim kemarau, sebaiknya dilakukan

pemeliharaan tanggul dan bangunan pengendali banjir. Namun di dalam survei

Page 41: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 34

perlu dilakukan pula identifikasi pada tempat-tempat tertentu di sepanjang

sungai yang rawan terhadap banjir. Di samping itu perlu juga dibuat peta untuk

daerah rawan banjir di dataran rendah.

2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan Penanggulangan

Bahan dan peralatan yang diperlukan adalah untuk digunakan pada waktu

penanggulangan banjir. Keperluan tersebut harus disiapkan sebelum banjir dan

dalam keadaan baik. Bahan yang dapat disiapkan sebelumnya antara lain,

kawat bronjong, karung plastik, ijuk, kayu, dsb. Sedangkan peralatan meliputi:

Alat kerja (sekop, gergaji, cangkul dsb)

Alat transportasi

Alat komunikasi

Peralatan penerangan

Perlengkapan personil

3. Kebutuhan Tenaga Penanggulangan

Kebutuhan tenaga biasanya cukup banyak, maka diharapkan peran serta dari

masyarakat dalam penanggulangan. Personil Kimpraswil yang terbatas

sebaiknya dapat mengkoordinir para tenaga sukarela tersebut, supaya dapat

lebih efektif. Tenaga kerja tersebut harus jelas pembagiannya dan dibuat dalam

kelompok, misalnya: kelompok ronda, pengamat, pekerja penanggulangan

darurat dan regu cadangan. Disamping itu pengerahan tenaga, perlu

didiskusikan dengan aparat pemerintahan setempat dan sesuai dengan tugas

dan wewenang pada Badan Penanggulangan Bencana Provinsi dan Kab/kota.

Agar supaya dapat berjalan secara efektif, perlu adanya rencana pelaksanaan,

yang meliputi:

Penentuan lokasi pos dan daerah kerja.

Organisasi pelaksana teknis penanggulangan (berlaku satu musim saja).

1.2.7 Peramalan (Forcasting) dan Sistem Peringatan Banjir (Flood Warning

System)

Sistem peramalan banjir yang efektif harus menunjukkan ciri-ciri berikut ini:

Tempat pemantauan diletakan pada lokasi yang strategis, sehingga dapat

memberikan informasi peringatan yang cepat didapat, lebih lanjut tindakan dini

dapat segera dilakukan.

Page 42: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 35

Sederhana dan efektif

Alat ukur sederhana yang dipasang secara tepat akan memberikan informasi

yang cepat dan lebih efektif dari pada menggunakan sistim telemetri yang rumit

dan bahkan diperlukan perawatan yang mahal.

Metode yang diandalkan untuk memperkirakan debit banjir

Metode langsung, yaitu dengan menempatkan peralatan pemantauan pada

stasiun-stasiun hidrometri, sehingga diperoleh hubungan yang dapat dirumuskan

dengan baik antara elevasi muka air sungai dengan debit yang ada. Metode tidak

langsung yaitu dengan cara analisis curah hujan yang disertai dengan

memperhitungkan kondisi sungai dan DAS yang bersangkutan.

Peramalan banjir adalah merupakan bagian dari sistim pengendalian banjir suatu

sistem sungai. Maka dalam penyusunan sistim peramalan dan peringatan dini banjir

DAS perlu memperhatikan:

Bangunan pengendalian banjir.

Operasional bangunan sistim pengendalian banjir.

Hidrologi.

Karakteristik DAS.

Karakteristik daerah rawan banjir.

Kemungkinan kerugian akibat banjir.

Waktu perambatan banjir.

Pada suatu sungai perlu adanya flood warning system, terutama untuk sungai yang

melewati daerah yang padat penduduk dan mempunyai sifat banjir yang

membahayakan. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi kerugian akibat banjir yang

lebih besar. Pada tingkat awal untuk flood warning system adalah peramalan akan

datangnya banjir. Untuk mengetahui terhadap datangnya banjir, dapat diketahui

dengan cara yang sederhana melalui gejala alam yang terjadi. Misalnya, banyak

serangga yang keluar dari persembunyian/dalam tanah, suara katak yang riuh

bersahutan, dsb. Cara ini biasanya diketahui baik oleh penduduk setempat dan

akan mempersiapkan segala persiapan untuk menghadapi hal-hal yang

membahayakan dari banjir. Berdasarkan perkembangan kehidupan masyarakat

yang semakin modern dan bahaya banjir yang semakin meningkat, maka perlu

Page 43: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 36

adanya peramalan datangnya banjir secara tepat dan cepat. Maka secara teknis

dapat dilakukan antara lain:

Pengamatan tinggi muka air pada pos-pos pengamat

Telemetering/pengamatan curah hujan

Pemberitaan banjir

1.2.8 Law Enforcement

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau

berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam

lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan

bernegara (Asshiddiqie, 2011). Dalam wikipedia disebutkan bahwa penegakan

hukum adalah sesuatu yang merefer (merujuk) pada suatu sistem dimana anggota

masyarakat berlaku/bertindak secara terorganisir untuk berpromosi tunduk kepada

hukum atau peraturan yang berlaku (http://en.wikipedia.org/ wiki/

Law_enforcement). Beberapa contoh penegakan hukum diilustrasikan dalam

berikut ini.

a. Tidak membuang sampah di sebarang tempat (di sungai)

b. Tidak menggunduli hutan (illegal logging)

Gambar I.3 - Gambaran tentang penegakan hukum

Page 44: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 37

1.2.9 Penyuluhan Pada Mayarakat

Permasalahan banjir adalah merupakan permasalahan umum, terutama di daerah

bawah, maka sudah saatnya masyarakat yang berada pada daerah tersebut peduli

akan pencegahan terhadap bahaya banjir. Disamping itu pihak yang berwenang

termasuk instansi yang terkait, harus betul-betul melaksanakan pembinaan,

pengawasan, pengendalian dan penanggulangan terhadap banjir secara intensif

dan terkoordinasi.

Penyuluhan oleh pihak yang berwenang, bagaimana cara menghindari bahaya

banjir, supaya kerugian yang timbul tidak terlalu besar.

Meningkatkan kesadaran masyarakat, bahwa kerusakan daerah aliran sungai

yang diakibatkan oleh umat manusia, dapat mengakibatkan banjir yang lebih

parah.

Mengembangkan sikap masyarakat bahwa membuang sampah dan lain-lain di

sungai adalah tidak baik dan akan menimbulkan permasalahan banjir.

Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa aktivitas di daerah alur sungai,

misalnya tinggal di bantaran sungai adalah mengganggu dan dapat menimbulkan

permasalahan banjir.

Meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa tinggal di daerah bawah atau

daerah dataran banjir, perlu mentaati peraturan-peraturan dan mematuhi

larangan yang ada, untuk menghindari permasalahan banjir dan menghindari

kerugian banjir yang lebih besar.

Maka akhirnya kembali pada masyarakat itu sendiri dan para aparat dari pihak yang

berwenang, untuk dapat meningkatkan kesadaran atas kewajiban sehubungan

dengan permasalahan banjir. Karena penanganan yang lebih dini dan perhatian dari

semua pihak, akan memudahkan untuk pengendalian banjir dan dapat menurunkan

biaya pemeliharaan.

1.2.10 Asuransi

Asuransi bencana banjir merupakan asuransi spesifik yang menanggung

penggantian kerugian akibat bencana banjir (http://en.wikipedia.org/wiki/

Flood_insurance). Umumnya untuk menganalisis besar atau nilai asuransi dasar

perhitungannya ada dua, yaitu: debit banjir yang terjadi dan daerah genangan banjir

Page 45: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 38

akibat debit tersebut. Untuk debit banjir rencana analisisnya berdasarkan periode

ulang banjir yang terjadi. Daerah genangan banjir dikaji berdasarkan peta topografi

dan peta tata guna lahan.

Secara sederhana perhitungan daerah yang mendapatkan kerugian banjir

ditunjukkan dalam Gambar I.4.

Gambar I.4 - Daerah klaim asuransi

Dari Gambar I.4 dapat dilihat suatu daerah kota yang mengikuti asuransi banjir

untuk debit banjir rencana Q25 dan Q50. Bilamana terjadi banjir dengan periode

ulang 25 tahun (Q25) maka daerah A akan tergenang dan akan mendapatkan klaim

asuransi sesuai dengan kesepakatan antara pihak asuransi dan masyarakat

setelah dilakukan perhitungan dan analisis detail. Bilamana ada banjir yang lebih

besar misal dengan periode ulang 50 tahun (Q50) maka daerah A akan

mendapatkan klaim asuransi yang lebih besar dibandingkan dengan Q25 dan

daerah B akan mendapatkan klaim asuransi juga.

Di Indonesia asuransi ini belum populer bahkan (mungkin) belum dipakai dalam

perencanaan tata guna lahan. Di negara-negara maju (developed country) sudah

dipakai dan dimanfaatkan masyarakat untuk perlindungan harta benda (property)

yang dimiliki.

Page 46: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 39

Karena peristiwa banjir hampir selalu berulang setiap tahun dan cenderung

meningkat terutama di perkotaan yang padat penduduknya maka masyarakat perlu

diperkenalkan tentang asuransi banjir. Karena pada prinsipnya lokasi, besaran

banjir, tinggi dan lamanya genangan dapat dihitung dan dianalisis secara kuantitatif.

Sosialisasi tentang asuransi banjir ini perlu dilakukan secara kontinyu dan terus

menerus oleh pemerintah baik Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

1.3 Latihan

1. Sebutkan dan jelaskan metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan

pengendalian banjir!

2. Sebutkan faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis

bangunan pengendalian banjir!

3. Sebutkan dan jelaskan 5 (lima) metode struktur pengendalian banjir untuk

sistem jaringan sungai!

1.4 Rangkuman

Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi

aktifitas sebagai berikut:

Mengenali besarnya debit banjir.

Mengisolasi daerah genangan banjir.

Mengurangi tinggi elevasi air banjir.

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun

yang penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang

paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat

dikelompokkan menjadi dua:

Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat

memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir,

pembuatan waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan

penghijauan di Daerah Aliran Sungai.

Page 47: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 40

Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan

pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,

pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan

menjadi dua yaitu:

Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).

Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).

Page 48: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 41

PENUTUP

A. Simpulan

Modul ini menjelaskan mengenai metode pengendalian banjir. Pengendalian banjir

pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang penting adalah

dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling optimal.

Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu bagian hulu dan bagian hilir. Sedangkan menurut

teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan menjadi dua yaitu metode

struktur dan metode non-struktur.

B. Tindak Lanjut

Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti kelas lanjutan

untuk dapat memahami detail pengendalian banjir dan ketentuan pendukung terkait

lainnya, sehingga memiliki pemahaman yang komprehensif mengenai

pengendalian banjir.

Page 49: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 42

EVALUASI FORMATIF

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilakukan di akhir pembahasan modul

metode pengendalian banjir pada pelatihan pengendalian banjir. Evaluasi ini

dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta pelatihan

terhadap materi yang disampaikan dalam modul.

A. Soal

1. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode struktur pengendalian banjir,

kecuali...

a. Bendungan/waduk

b. Kolam retensi

c. Pembuatan check dam

d. Retarding basin

e. Pengendalian erosi

2. Berikut ini kegiatan yang termasuk dalam metode non struktur pengendalian

banjir, kecuali...

a. Pengelolaan DAS

b. Pengaturan tata guna lahan

c. Pembuatan polder

d. Pengembangan dan pengaturan daerah banjir/genangan

e. Penyuluhan pada masyarakat

3. Yang merupakan kegiatan pengendalian banjir di daerah hilir adalah sebagai

berikut, kecuali...

a. Melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul

b. Membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba

banjir

c. Sudetan pada alur yang kritis

d. Pembuatan alur pengendali banjir atau flood way

e. Pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin

4. Berikut ini faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis

bangunan pengendalian banjir, kecuali...

a. Vegetasi yang ada di sekitar lokasi

Page 50: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi 43

b. Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis

c. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan

d. Perkembangan pembangunan daerah

e. Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah

hilirnya

5. Di bawah ini yang merupakan metode struktur pengendalian banjir untuk sistem

jaringan sungai, kecuali...

a. River improvement (perbaikan/peningkatan sungai).

b. Tanggul.

c. Sudetan (by pass/short-cut).

d. Floodway

e. Bendungan/ waduk

B. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Untuk mengetahui tingkat penguasaan peserta pelatihan terhadap materi yang di

paparkan dalam materi pokok, gunakan rumus berikut :

𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑎𝑠𝑎𝑎𝑛 =Jumlah Jawaban Yang Benar

Jumlah Soal × 100 %

Arti tingkat penguasaan :

90 - 100 % : baik sekali

80 - 89 % : baik

70 - 79 % : cukup

< 70 % : kurang

Diharapkan dengan materi yang diberikan dalam modul ini, peserta dapat

memahami metode pengendalian banjir. Proses berbagi dan diskusi dalam kelas

dapat menjadi pengayaan akan materi metode pengendalian banjir. Untuk

memperdalam pemahaman terkait materi metode pengendalian banjir, diperlukan

pengamatan pada beberapa modul-modul mata pelatihan terkait atau pada modul-

modul yang pernah Anda dapatkan serta melihat variasi-variasi modul-modul yang

ada pada media internet. Sehingga terbentuklah pemahaman yang utuh akan

pengendalian banjir.

Page 51: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie R. J. dan Sugiyanto. 2001. Banjir. Pustaka Pelajar, Semarang. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2006. Pengelolaan Bencana Terpadu. Andy,

Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2010. Tata Ruang Air.Andy, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2012. Tata Ruang Air Tanah. xxvi + 514 = 540 Halaman.

Penerbit Andi, Yogyakarta. Kodoatie, Robert J., 2013. Rekayasa Manajemen Banjir Kota. Penerbit Andi,

Yogyakarta. Kodoatie R. J. dan Syarief R. 2013. Pengelolaan Sumber daya Air Terpadu. Andy,

Yogyakarta. Peraturan Presiden No. 8 tahun 2008 tentang Badan Nasional

Penanggulangan Bencana. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 4 Tahun 2015

tentang Penetapan Wilayah Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 26 Tahun 2015

tentang Pengalihan Alur Sungai dan/atau Pemanfaatan Ruas Bekas Sungai. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 27 Tahun 2015

tentang Bendungan. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 28 Tahun 2015

tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai, dan Garis Sempadan Danau. Suripin, 2001. Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Andi Offset, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan

Bencana.

Page 52: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

GLOSARIUM

Meander : Bentuk sungai yang berkelok-kelok yang terjadi

akibat adanya pengikisan dan pengendapan.

Scouring : Gerusan

Page 53: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

KUNCI JAWABAN

Berikut ini merupakan kumpulan jawaban atau kata kunci dari setiap butir

pertanyaan yang terdapat di dalam modul. Kunci jawaban ini diberikan dengan

maksud agar peserta pelatihan dapat mengukur kemampuan diri sendiri.

Adapun kunci jawaban dari soal latihan pada setiap materi pokok, sebagai berikut:

Latihan Materi Pokok 1

1. Metode struktur dan non-struktur dalam kegiatan pengendalian banjir

2. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan

pengendalian banjir adalah sebagai berikut:

Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi (degradasi dan

agradasi sungai) dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.

Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.

Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.

Perkembangan pembangunan daerah.

Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah

hilirnya.

Page 54: Modul 4 Metode Pengendalian Banjir · pengembangan Modul Metode Pengendalian Banjir sebagai materi inti/substansi dalam Pelatihan Pengendalian Banjir. Modul ini disusun untuk memenuhi

Modul 4 Metode Pengendalian Banjir

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber Daya Air dan Konstruksi

3. 5 (lima) metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai

adalah sebagai berikut:

River improvement (perbaikan/peningkatan sungai).

Tanggul.

Sudetan (by pass/short-cut).

Floodway.

Sistem Drainase Khusus.

Adapun kunci jawaban dari soal evaluasi formatif, sebagai berikut :

1. e (Pengendalian erosi)

2. c (Pembuatan polder)

3. b (Membangun dam pengendali banjir yang dapat memperlambat waktu tiba

banjir)

4. a (Vegetasi yang ada di sekitar lokasi)

5. e (Bendungan/ waduk)