modul 4
TRANSCRIPT
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Skenario modul 4
Demam Tak Kunjung Turun
Teten, 25 tahun mahasiswa salah satu perguruan tinggi swasta di Batam, menderita
demam sejak dua minggu yang lalu. Pada awalnya demam tidak begitu tinggi, kadang-kadang
menggigil dan keringat malam disertai nyeri menelan. Sudah dibawa ke dokter umum dan
diberi antipiretik, antibiotik dan vitamin untuk satu minggu, tapi demamnya tidak turun
malah bertambah tinggi disertai batuk dan sesak napas. Tahun yang lalu Teten pernah
menderita demem sertai nyeri sendi yang berpindah. Selama kuliah Teten tinggal di kost
bersama seorang temannya dan sering bergadang sampai larut malam sambil menggunakan
suntikan obat intravena demi ketenangan sesaat.
Atas anjuran dokter, Teten dirawat di RS Batam untuk dievaluasi penyebab demam
tersebut. Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum lemah, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 120 kali/menit, napas 20kali/menit, konjungtiva anemis.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan bising sistolik di interkosta II, pinggir kanan sternum.
Dari pemeriksaan abdomen ditemukan splenomegali. Tampak bekas suntikan intravena pada
cubiti kiri dan kanan. Dari laboraturium ditemukan diantara lain leukositosis, malaria negatif,
widal 1/80. Dokter ruangan menganjurkan pemeriksaan foto thorax, tes serologi dan konsul
ke kardiologis untuk evaluasi dan pemeriksaan lebih lanjut. Sementara Teten diberi antibiotik
parenteral dan cairan infus. Jelaskan kondisi yang dialami Teten?
KATA SULIT
1. Tes serologis : tes untuk mengukur titer antibodi serum pada penyakit infeksius
2. Antipiretik:
3. Antibiotik : zat kimiawi yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki
kemampuan dalam larutan encer, untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme
lain
KATA KUNCI
1. Lelaki 25 tahun, mahasiswa
2. Keluhan utama : demam sejak dua minggu yang lalu
3. Keluhan penyerta : menggigil dan keringat malam serta nyeri menelan
Blok Kardiovascular| 1
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
4. Riwayat pemakaian obat : diberikan obat antipiretik, antibiotik dan vitamin selama 1
minggu.
5. Riwayat penyakit : pernah menderita demam serta nyeri sendi yang berpindah.
6. Sosioekonomi : sering bergadang sambil menggunakan suntikan obat intravena
bersama temannya.
7. Vital sign :
- Tekanan darah 100/70 mmHg
- Nadi 120 kali/menit
- Napas 20 kali/menit
8. Pemeriksaan Fisik
- Keadaan umum lemah
- Inspeksi : konjungtiva anemis, bekas suntikan intravena pada cubiti kanan dan kiri
- Auskultasi : bising sistolik di interkosta II pinggir kanan sternum
- Palpasi abdomen : splenomegali
9. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Lab:
o Leukosistosis
o Malaria (-)
o Widal 1/80
- Pemeriksaan yang dianjurkan
o Foto thorax
o Tes serologi
o Konsul ke kardiologis
KEY PROBLEM
“ Lelaki 25 tahun mengalami demam yang tak kunjung turun”
PERTANYAAN
1. Organ apa yang terlibat?
2. Bagaimana fisiologi siklus jantung?
3. Bagaimana patomekanisme demam, menggigil, keringat malam dan nyeri menelan?
4. Mengapa dokter menyarankan pemeriksaan foto thorax, tes serologi dan konsul ke
kardiologis?
Blok Kardiovascular| 2
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
5. Bagaimana mekanisme kerja obat antipiretik dan antibiotik serta vitamin?
6. Apa saja tes serologi?
7. Bagaimana interpretasi tes widal?
8. Mengapa demam Teten bertambah tinggi disetai batuk dan sesak napas?
9. Bagaimana hubungan penyakit terdahulu dan sekarang?
10. Apakah hubungan obat yang diberikan dengan sesak napas dan batuk yang dialami
Teten?
11. Bagaimanakah mekanisme splenomegali yang berhubungan dengan penyakit Teten?
12. Bagaimana dosis pemberian obat yang diberikan kepada Teten?
13. Bagaimana pengaruh penggunaan suntikan obat intravena yang digunakan Teten
terhadap kondisi kesehatan?
14. Kapan bising sistolik ditemukan?
15. Apakah pola hidup yang buruk dapat berpengaruh terhadap keluhan Teten?
16. Apakah yang menyebabkan demam, menggigil, keringat malam dan nyeri menelan?
17. Mengapa dokter memberikan antibiotik parenteral dan cairan infus?
18. Apasaja differential diagnosis kasus ini?
19. Bagaimana penatalaksaan menurut differential diagnosis ?
20. Bagaimana komplikasi dan prognosis berdasarkan differential diagnosis?
TUJUAN PEMBELAJARAN
“mahasiswa mengerti dan mampu menjelaskan tentang demam yang berhubungan dengan
penyakit jantung”
SASARAN PEMBELAJARAN
Mahasiswa mengerti dan mampu menjelaskan tentang:
- Anatomi jantung
- Histologi jantung
- Fisiologi siklus jantung
- Patofisiologi kelainan
- Epidemiologi differential diagnosis
Blok Kardiovascular| 3
Differential Diagnosis
Patofisiologi
Etiology
epidemiologi
penatalaksanaanKomplikasi
Prognosis
Manifestasi Klinis
Jantung
Anatomi
Histologi
Fisiologi
Demam yang berhubungan dengan penyakit jantungPemeriksaan Fisik
Anamnesis
Pedekatan Diagnosis
Pem. penunjang
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
- Etiologi dan faktor predisposisi dari kelainan
- Penatalaksaan differential diagnosis
- Komplikasi dan prognosis dari differential diagnosis
PETA KONSEP
Blok Kardiovascular| 4
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
ANATOMI JANTUNG
Anatomi jantung
1.Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang
yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga
jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum.
Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel, 2003:
228).
2. Pelapis
a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada
diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di dalam perikardium
terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
Blok Kardiovascular| 5
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
b. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal
(Ethel, 2003: 228-229).
Blok Kardiovascular| 6
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan
ikat.
b. Miokardium / lapisan tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi
utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju
arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi pembuluh darah
yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
4. Tanda – tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara atrium dan
Blok Kardiovascular| 7
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan ventrikel kanan dan
ventrikel kiri (Ethel, 2003: 230).
5. Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum interventrikular dan cincin
jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta.
6. Ruang Jantung
1. Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular.
2. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang membawa darah
kembali ke jantung.
a. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari
seluruh jaringan kecuali paru-paru.
(1) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen dari
tubuh kembali ke jantung.
(2) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
b. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium
kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri menampung empat vena pulmonalis
yang mengembalikan darah teroksigenasi dari paru-paru.
Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri
yang membawa darah meninggalkan jantung.
(1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah
meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus pulmonar dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru-paru.
Blok Kardiovascular| 8
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
(2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya
3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah meninggalkan ventrikel kiri melalui aorta
dan mengalir ke seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
7. Katup Jantung
a. Katup atrioventrikular (AV) terdiri dari katup mitralis dan katup triskupidalis.
Katup Mitral terletak antara antrium kiri (LA) dan ventrikel kiri ( LV), sedangkan
katup tricuspid terletak antara antrium kanan dan (RA) dan Ventrikel kanan (RV).
Setiap daun katup melekat pada korda tendinae, yang kemudian melekat pada otot
papilaris. Korda tendinae dan otot papilaris mencegah eversi daun katup ke dalam
atrium selama kontraksi ventrikel.
b. Katup Semilunaris (katup aorta dan katup pulmonalis) memiliki tiga daun katup.
Katup aorta terletak antara ventrikel kiri dan aorta. Katup pulmonal terletak antara
ventrikel kiri dan arteria pulmonalis. Katup semilunaris berfungsi mencegah aliran
balik darah dari arteria pulmonalis dan aorta ke dalam ventrikel.
Blok Kardiovascular| 9
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
HISTOLOGI JANTUNG
Gambar 1 >> Jantung: Atrium Kiri, Katup Atrioventrikularis, dan Ventrikel Kiri
(Potongan Longitudinal)
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan: endokardium di sebelah dalam, miokardium
di tengah, dan epikardium di sebelah luar. Endokardium terdiri dari endotel selapis gepeng
dan stratum subendotheliale yang tipis. Di sebelah dalam endokardium terdapat lamina
subendocardiaca melekat pada endomisium serat otot jantung. Miokardium adalah lapisan
paling tebal dan terdiri dari serat otot jantung. Epikardium terdiri dari mesotel selapis gepeng
dan lamina subepicardiaca jaringan ikat di bawahnya. Lamina subepicardiaca mengandug
pembuluh darah koronaria, saraf, dan jaringan adiposa.
Potongan memanjang pada sisi kiri jantung memperlihatkan bagian atrium (1),
kuspis katup atrioventrikularis (mitral) (5), dan ventrikel (9). Endokardium (1,9)
melapisi rongga atrium dan vetrikel. Di bawah endokardium (1,9) terdapat jaringan ikat
subendokaridum (tela subendocardiaca) (2). Miokardium (3,19) di atrium (3) dan
ventrikel (19) terdiri dari serat otot jantung.
Epikardium (13,16) atrium dan ventrikel (16) bersambungan dan melapisi jantung
dengan mesotel sebelah luar. Lamina subepicardiaca (17) mengandung jarigan ikat,
jaringan adiposa (15), dan banyak pembuluh darah coronaria (15), yang jumlahnya
bervariasi diberbagai bangian jantung. Epikardium (13,16) juga meluas ke dalam sulkus
koronarius (atrioventrikularis) dan sulkus interventrikuaris jantung.
Di antara atrium (1) dan ventrikel (19) terdapat satu lapisan jarigan ikat fibrosa padat
yaitu annulus fibrosus (4). Katup atrioventrikularis (mitral) bicuspid memisahkan atrium (1)
dari ventrikel (19), Kuspis katup atrioventrikularis (mitral) (5) dibentuk oleh membrane
ganda endokardium (6) dan inti jaringan ikat (7) padat yang bersambungan dengan
annulus fibrosus (4). Dipermukaa ventral setiap kuspis (5) terdapat insersi tali jaringan ikat,
chorda tendineae (8), yang berjalan dari kuspis katup (5) dan melekat pada otot papilaris
(11), yang menonjol dari dinding ventrikel. Permukaan dalam ventrikel juga mengandung rigi
otot (miokardium) yang menonjol yaitu trabeculae carnae (10) yang membentuk otot
papilaris (11). Otot papilaris (11) melalui chorda tendineae (8) menahan dan menstabilkan
kuspis di katup atripvetrikularis ventrikel kanan dan kiri sewaktu kontraksi ventrikel.
Blok Kardiovascular| 10
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Serat Purkinje (18), atau serat penghantar-impuls, terletak di jaringan ikat
subendokardium (2). Sebuah pembuluh darah besar jantung, arteri koronaria (12),
ditemukan dijarigan ikat subepikardium (17). Di bawah arteri koronaria terdapat sinus
koronarius (14), suatu pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung. Vena
koronaria (14) dengan katupnya masuk ke sinus koronarius (14). Pembuluh darah koronaria
(15) yang lebih kecil terlihat dijaringan ikat sbepikardium (17) dan di septum jaringan ikat
yang ditemukan di miokardium (19).
Gambar 2 >> Jantung: Ventrikel Kanan, Trunkus Pulmonalis, dan Katup Pulmonal
(potongan Longitudinal)
Dalam gambar diperlihatkan potongan ventrikel kanan dan bagian bawah trunkus
pulmonalis (5). Seperti pembuluh darah lainnya, trunkus pulmonalis (5) dilapisi oleh endotel
pada tunika intima (5a). Tunika media (5b) membentuk bagian paling tebal dinding
trunkus pulmonalis (5); namun, lainnya elastic yang tebal tidak terlihat pada pembesaran ini.
Blok Kardiovascular| 11
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Jaringan ikat tipis tunika adventisia (5c) menyatu dengan jaringan ikat subepikardium
(2), yang mengandung jaringan lemak dan arteriol dan venula koronaria (2,3).
Trunkus pulmonalis (5) berasal dari anulus fibrosus (8). Dalam gambar terlihat suatu
kuspis katup semilunaris (pulmonal) (6). Serupa dengan katup atrioventrikularis, katup
semilunaris (6) trunkus pulmonalis (5) dilapisi oleh endokardium (6). Inti jaringan ikat (7)
dari anulus fibrosus (8) meluas kedalam bagian basal katup semilunaris (6) dan membentuk
bagian sentralnya.
Miokardium (4) ventrikel kanan yang tebal dilapisi dibagian dalamnya oleh
endokardium (9). Endokardium (9) meluas melewati katup pulmonal (6) dan annulus
fibrosus (8), dan menyatu degan tunika intima (5a) trunkus pulmonalis (5).
Trunkus pulmonalis (6) dilapisi oleh jaringan ikat subendokardium dan jaringan
adiposa (2), yang selanjutnya dilapisi oleh epikardium (1). Kedua lapisan ini menutupi
permukaan luar ventrikelkanan. Arteriol dan venula (3) koronaria terlihat di jaringan ikat
subepikardium (2).
Blok Kardiovascular| 12
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Gambar 3>> Jantung: Serat Otot Jantung yang Berkontraksi dan Serat Purkinje
Penghantar-Impuls
Gambar ini memperlihatkan potongan jantung yang dipulas dengan pewarnaan
Mallory-Azan. Pada sediaan ini, serat kolagen warna biru menunjukkan jaringan ikat
subendokardium (9) yang mengelilingi serat Purkinje (6,10). Gambaran khas serat
Purkinje (6,10) terlihat pada potongan memajang atau melintang. Pada bidang melintang (6),
serat Purkinje memperlihatkan lebih sedikit miofibrilyang terletak dipinggir sehigga zona
sarkoplasma perinuklear relative jernih. Pada beberapa potongan melintang tampak nucleus;
yang lain, tampak daerah sentral sarkoplasma yang jernih dengan bidang potongan melewati
nucleus.
Serat Purkinje (6,10) terletak dibawah endokardium (7), endotel yang terdapat di
rongga jantung. Serat Purkinje (6,10) berbeda dengan serat otot jantung (1,3). Jika
dibandingkan dengan serat otot jantung (1,3) serat Purkinje (6,10) berukuran lebih besar dan
berwarna lebih muda.
Serat otot jantung (1,3) berhubungan satu sama lain melalui diskus interkalaris (4)
yang menonjol. Diskus interkalaris (4) tidak ditemukan di serat Purkinje (6,10). Serat
Purkinje berhubungan satu sama lain dengan demosom dan nexux (gap junction), dan
akhirnya menyatu dengan serat otot jantung (1,3).
Otot jantung memiliki banyak pembuluh darah. Dalam gambar ini terlihat sebuah
kapiler arteriol (5), dan venula (2).
Blok Kardiovascular| 13
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
FISIOLOGI JANTUNG
Jantung adalah organ otot sistem peredaran darah yang terus-menerus memompa
darah ke seluruh tubuh.
Fungsi jantung
Fungsi jantung adalah sebagai pompa yang melakukan tekanan terhadap darah
untuk menimbulkan gradien tekanan yang diperlukan agar darah dapat mengalir ke jaringan.
Darah, seperti cairan lain, mengalir dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang
bertekanan rendah sesuai penurunan gradien tekanan.
Blok Kardiovascular| 14
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Fungsi atrium
Terbagi menjadi atrium kanan dan kiri
Atrium ini berfungsi untuk sebagai pompa pendahulu/primer.
Pada keadaan normal, darah mengalir secara terus-menerus dari vena-vena besar
menuju ke atrium kira-kira 80% dari darah tersebut akan mengalir langsung melewati atrium
dan masuk ke dalam ventrikel bahkan sebelum atrium berkontraksi. Selanjutnya, pada saat
kontraksi atrium biasanya menyebabkan tambahan pengisian ventrikel sebesar 20%.
Oleh karena itu, atrium dikatakan berfungsi sebagai pompa pendahulu/primer yang
meningkatkan efektivitas pompa ventrikel sebanyak 20%. ( Fisiologi guyton)
Blok Kardiovascular| 15
FUNGSI ATRIUM, VENTRIKEL DAN KATUP JANTUNG
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Fungsi Ventrikel
Terbagi menjadi ventrikel kanan dan kiri
Ventrikel ini berfungsi untuk sebagai pompa.
Selama fase sistolik ventrikel, sejumlah besar darah berkumpul dalam atrium karena
katup A-V (Atrioventrikularis) tertutup. Oleh karena itu tekanan yang cukup tinggi di atrium
selama fase sistemik ventrikel, segera mendorong katup A-V (Atrioventrikularis) agar
terbuka sehingga darah dapat mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel. Setelah darahnya
mengalir ke ventrikel maka tekanan ventrikel meningkat dengan tiba-tiba sehingga
menyebabkan katup A-V (Atrioventrikularis) tertutup.
Selanjutnya dibutuhkan waktu 0,02-0,03 detik bagi ventrikel agar dapat membentuk tekanan
yang cukup untuk mendorong katup Semilunaris (katup aorta dan katup pulmonalis) agar
terbuka melawan tekanan di dalam aorta dan arteri pulmonalis,
Oleh karena itu selama periode ini akan terjadi kontraksi di dalam ventrikel. (Fisiologi
Guyton)
Fungsi katup jantung
Keempat katup jantung berfungsi untuk memprtahankan aliran darah searah melalui
bilik-bilk jantung. Ada dua jenis katup: Katup atrioventrikularis ( A-V ), yang memisahkan
atrium dengan ventrikel, dan katup semilunaris, yang memisahkan arteria pulmonalis dan
aorta dari ventrikel yang bersangkutan. Katup-katup ini membuka dan menutup secara pasif,
menanggapi perubahan tekanan dan volume dalam bilik dan pembuluh darah jantung.
( Sylvia A. Price)
Blok Kardiovascular| 16
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
SIKLUS JANTUNG
Siklus Jantung
JAntung normalnya berdenyut 70 kali per menit. Waktu dari mulanya satu denyut sampai
mulainya denyut berikutnya (siklus jantung) kira – kira 0,8 detik. Urutan kejadian dalam satu
siklus jantung di tunjukkan dalam diagram diatas. Dua siklus pada bagian tengah
menunjukkan waktu selama atrium dan ventrikel dalam kontraksi (systole) dan relaksasi
( diastole).
Blok Kardiovascular| 17
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Elektrokardiogram normal
Elektrokardiogram(EKG) adalah rekaman potensial listrik yang timbul sebagai
akibat aktivitas jantung
Gambaran EKG yang normal menunjukkan dasar sebagai berikut :
Gelombang P.gelombang ini pada umumnya berukuran kecil dan merupakan hasil
depolarisasi atrium kanan dan atrium kiri
Gelombang PR.Segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang
P dan gelombang QRS
Gelombang kompleks QRS.Gelombang kompleks QRS ialah suatu kelompok gelombang
yang merupakan hasil depolarisasi ventrikal kanan dan ventrikal kiri.Gelombang kompleks
QRS pada umumnya terdiri dari gelombang Q yang merupakan gelombang ke bawah
pertama, dan gelombang R yang merupakan gelombang ke atas yang pertama,dan
gelombang S yang merupakan gelombang ke bawah pertama setelah gelombang R
Gelombang ST.segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dan gelombang T
Gelombang T.Gelombang T merupakan potensial repolarisasi ventrikal kanan dan ventrikal
kiri
Blok Kardiovascular| 18
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Gelombang U.Gelombang ini berukuran kecil dan sering tidak ada.Asal gelombang ini
masih belum jelas.
Blok Kardiovascular| 19
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Pertanyaan: Mengapa dokter memeberikan antibiotic parenteral dan cairan infus?
Pemberian obat secara parenteral:
Parenteral: kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping, entero berarti usus,
jadi parenteral berarti diluar usus, atau tidak melalui saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset / perinfus).
Tujuannya agar obat masuk tanpa melalui saluran cerna dan langsung ke pembuluh darah.
Enteral: berkenaan dengan usus halus; saluran pencernaan
Macam pemberian obat secara parenteral, yaitu:
SC = sub kutan = injeksi ke dlm jaringan tepat di bawah lapisan dermis kulit
ID = intra dermal = injeksi ke dlm dermis tepat di bawah epidermis
IM = intra muskular = injeksi ke dlm otot tubuh
IV = intra vena = suntikan ke dalam vena
Pemberian obat parenetral lainnya
• EPIDURAL
• INTRATEKAL
• INTRASEOSA
• INTRAPERITONEAL
• INTRAPLEURA
• INTRAARTERI
EPIDURAL
• Obat diberikan dlm ruang epidural via kateter yg telah dipasang, ex jalan analgesik post op.
• Perawat yg telah mendpt pelatihan khusus dpt memberikan obat dlm bentuk bolus
INTRATEKAL
• Diberikan melalui sebuah kateter yg telah dipasang dlm ruang subaraknoid atau ke dlm
salah satu ventrikel otak
• Biasanya dlm waktu jangka panjang melalui pembedahan
INTRASEOSA
• Memasukan obat langsung ke sumsum tulang
• Paling sering pd bayi, anak – anak dimana akses pembuluh darahnya buruk
Blok Kardiovascular| 20
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
• Digunakan pd kondisi darurat
• Dokter menginsersi jarum intraseosa ke dlm tulang, biasanya ke tibia, shg perawat dpt
memberikan obat
INTRAPERITONEAL
• Obat diberikan dlm rongga peritonium
• Ex kemoterapi, antibiotik
INTRAPLEURA
• Obat diberikan melalui dinding dada, ke ruang pleura
• Ex kemoterapi, pleuradesis (memasukan obat utk mengatasi efusif pleura)
INTRA ARTERI
• OBAT dimasukkan ke dlm arteri
• Ex infus arteri pada arteri yg mengalami pembekuan
Berdasarkan masuknya jumlah obat:
Bolus: suatu preparat farmasi berkonsentrasi tinggi yang diberikan intravena untuk
tujuan diagnostic misalanya suatu medium kontras opak atau isotop radioaktif
Infus
Penertian dan indikasi:
Pemberian cairan intravena (infus) yaitu memasukan cairan atau obat langsung
kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu dengan
menggunakan infus set (potter,2005)
indikasi:
1.Pada Keadaan emergency resusitasi jantung paru memungkinkan pemberian obat
secara langsung kedalam intravena.
2. Untuk memberikan respon yang cepat terhadap pemberian obat(furosemid,
digoxin)
3. Untuk memasukkan dosis obat dalam jumlah obat dalam jumlah besar secara terus-
menerus melalui infuse (lidokain, xilokain)
4. Untuk menurunkan ketidaknyamanan pasien dengan mengurangi kebutuhan dengan
injeksi intramuscular.
5. Untuk mencegah masalah yang mungkin timbul apabila beberapa obat di campur
dalam satu botol.
Blok Kardiovascular| 21
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
6. Untuk memasukkan obat yang tidak dapat diberikan secara oral (missal :pada
pasien koma) atau intra muskuler (misal : pasien dengan gangguan koagulasi)
Keuntungan pemberian obat secara parenteral:
Dapat untuk pasien yang tidak sadar
Sering muntah, diare
Sulit menelan/ pasien yang tidak koperatif
Dapat menghindari kerusakan otot disaluran cerna dan hati
Bekerja cepat
Dosis ekonomis
Kelemahan:
Kurang aman
Tidak disukai pasien
Berbahaya (suntikan- infeksi)
Penggolongan Obat pada Antibiotika
Antibiotik adalah zat yang dihasilakn oleh mikroba, terutama fungi, yang dapat menghambat
pertumbuhan atau membasmi mikroba jenis lain. Sedangkan antimikroba yaitu obat yang
membasmi mikroba khusunya mikroba yang merugikan manusia.
• Fungsi Antibiotika
Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai infeksi akibat kuman atau juga untuk
prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara provilaktis juga diberikan kepada
pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum cabut gigi.
Mekanisme kerja yang terpenting pada antibiotika adalah perintangan sintesa protein,
sehingga kuman musnah atau tidak berkembang lagi tanpa merusak jaringan tuan rumah.
Selain itu, beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel dan membran sel. Namun
antibiotika dapat digunakan sebagai non-terapeutis, yaitu sebagai stimulans pertumbuhan
pada binatang ternak.
• Penggunaan Antibiotik untuk Profilaksis
Blok Kardiovascular| 22
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Profilaksis antibiotik diperlukan dalam keadaan sebagai berikut:
a. Untuk melindungi seseorang yang terpajan kuman tertentu.
b. Mencegah endokarditis pada pasien yang mengalami kelainan katup jantung atau defek
septum yang akan menjalani prosedur dengan resiko bakteremia, misalnya ekstraksi gigi,
pembedahan dan lain-lain.
c. Untuk kasus bedah, profilaksis diberikan untuk tindakan bedah tertentu yang sering disertai
infeksi pasca bedah atau yang berakibat berat bila terjadi infeksi pasca bedah.
• Antibiotik Kombinasi
Antibiotik kombinasi diberikan untuk 4 indikasi utama:
a. Pengobatan infeksi campuran, misalnya pasca bedah abdomen.
b. Pengobatan awal pada infeksi berat yang etiologinya belum jelas, misalnya sepsis,
meningitis purulenta.
c. Mendapatkan efek sinergi.
d. Memperlambat timbulnya resistensi, misalnya pada pengobatan tuberkulosis.
Blok Kardiovascular| 23
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Blok Kardiovascular| 24
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Blok Kardiovascular| 25
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
DEMAM KARENA PENYAKIT JANTUNG
ETIOLOGI
Etiologi demam karna penyakit jantung sebenarnya belum dapat diterangkan dengan
pasti tapi telah dikeahui bahwa penyakit ini selalu didahului oleh infeksi streptokokus beta-
hemolitikus grub A di saluran nafas bagian atas.
Faktor predisposisi
Terdapat beberapa factor yang berhubungan dengan terjadinya demam karna penyakit
jantung antara lain usia, genetic, tingkat social ekonomi, gaya hidup yang buruk dan lain-lain
yang masi diperdebat kan seperti ras etnik, geografis, jenis kelamin, iklim dan status gizi.
Faktor genetic dianggap mempunyai peranan. Demam ini cendrung mengenai lebih
dari satu anggota keluarga dan lebih sering pada saudara kembar. Akhir akhir ditemukan
antigen HLA mungkin memperkuat konsep genetika.
Tingkat kehidupan social ekonomi yang rendah memegang pera penting. Terbukti di
Negara yang sudah maju dengan perbaikan ekonomi terdapat penurunan angka kejadian .
PATOFISIOLOGI DEMAM
Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan suatu keadaan dimana
terjadi peningkatan suhu tubuh, dimana suhu tersebut melebihi dari suhu tubuh normal.
Suhu tubuh kita diatur oleh sebuah “mesin khusus” pengatur suhu yang terletak di otak
tepatnya di bagian hipotalamus tepatnya dibagian pre optik anterior (pre = sebelum, anterior=
depan) Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari deinsephalon yang merupakan bagian dari
otak depan kita (prosencephalon).
Hipotalamus dapat dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (termostat tubuh) karena disana
terdapat reseptor (penangkap, perantara) yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal
dengan nama termoreseptor (termo = suhu). Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh
dapat senatiasa berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti
tubuh merupakan pencerminan dari kandungan panas yang ada di dalam tubuh kita.
Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses metabolisme
Blok Kardiovascular| 26
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti berada dalam batas 36,5-
37,5°C.
Dalam berbagai aktivitas sehari-hari, tubuh kita juga akan mengelurakan panas misalnya saat
berolahraga. Bilamana terjadi pengeluraan panas yang lebih besar dibandingkan dengan
pemasukannya, atau sebaliknya maka termostat tubuh itu akan segera bekerja guna
menyeimbangkan suhu tubuh inti.
Bila pemasukan panas lebih besar daripada pengeluarannya, maka termostat ini akan
memerintahkan tubuh kita untuk melepaskan panas tubuh yang berlebih ke lingkungan luar
tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat.
Dan bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan berusaha
menyeimbakan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot rangka kita untuk
berkontraksi(bergerak) guna menghasilkan panas tubuh. Kontraksi otot-otok rangka ini
merupakan mekanisme dari menggigil.
Contohnya, seperti saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin, tanpa
kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini dimaksudkan agar tubuh kita
tetap hangat. Karena dengan menggigil itulah, tubuh kita akan memproduksi panas.
Hal diatas tersebut merupakan proses fisiologis (keadaan normal) yang terjadi dalam tubuh
kita manakala tubuh kita mengalami perubahan suhu.
Lain halnya bila tubuh mengalami proses patologis (sakit). Proses perubahan suhu yang
terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih dikarenakan oleh “zat toksis (racun)” yang
masuk kedalam tubuh.
Umumnya, keadaan sakit terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam
tubuh. Proses peradangan itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar
tubuh terhadap adanya serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh.
Proses peradangan diawali dengan masuknya “racun” kedalam tubuh kita. Contoh
“racun”yang paling mudah adalah mikroorganisme penyebab sakit.
Blok Kardiovascular| 27
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Mikroorganisme (MO) yang masuk ke dalam tubuh umumnya memiliki suatu zat
toksin/racun tertentu yang dikenal sebagai pirogen eksogen. Dengan masuknya MO tersebut,
tubuh akan berusaha melawan dan mencegahnya yakni dengan memerintahkan “tentara
pertahanan tubuh” antara lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya
(fagositosit).
Dengan adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengelurkan “senjata”
berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya interleukin 1/ IL-1) yang
berfungsi sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang
sel-sel endotel hipotalamus (sel penyusun hipotalamus) untuk mengeluarkan suatu substansi
yakni asam arakhidonat. Asam arakhidonat bisa keluar dengan adanya bantuan enzim
fosfolipase A2.
Proses selanjutnya adalah, asam arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan pemacu
pengeluaran prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin pun berkat bantuan dan
campur tangan dari enzim siklooksigenase (COX). Pengeluaran prostaglandin ternyata akan
mempengaruhi kerja dari termostat hipotalamus.
Sebagai kompensasinya, hipotalamus selanjutnya akan meningkatkan titik patokan suhu
tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patakan ini dikarenakan mesin tersebut
merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas normal. Akibatnya terjadilah respon
dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil ini ditujukan utuk menghasilkan panas tubuh
yang lebih banyak. Adanya perubahan suhu tubuh di atas normal karena memang “setting”
hipotalamus yang mengalami gangguan oleh mekanisme di atas inilah yang disebut dengan
demam atau febris. Demam yang tinggi pada nantinya akan menimbulkan manifestasi klinik
(akibat) berupa kejang (umumnya dialami oleh bayi atau anak-anak yang disebut dengan
kejang demam)
Mekanisme Efektor Neural yang Menurunkan atau Meningkatkan Temperatur Tubuh
Ketika hipotalamus (pusat suhu) mendeteksi bahwa suhu tubuh terlalu panas atau terlalu
dingin, pusat akan memberikan prosedur penurunan atau peningkatan suhu yang sesuai.
Mekanisme Penurunan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Panas
Blok Kardiovascular| 28
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Pusat suhu menggunakan 3 mekanisme untuk menurunkan panas tubuh ketika temperatur
menjadi tinggi:
1. Vasodilatasi Pembuluh Darah Kulit. Semua area dalam tubuh, pembuluh darah kulit
berdilatasi kuat, sehingga vasodilatasi penuh meningkatkan pemindahan panas ke
kulit. Hal ini disebabkan oleh hambatan pusat simpatis di hipotalamus posterior yang
menyebabkan vasokontriksi.
2. Berkeringat. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1 ˚C, menyebabkan pengeluaran
keringat cukup banyak untuk membuang 10x kecepatan pembentukan panas basal
3. Penurunan Pembentukan Panas. Mekanisme yang menyebabkan pembentukan
panas berlebih, seperti menggigil dan termogenesis kimia, di hambat dengan kuat
Mekanisme Peningkatan Temperatur Bila Tubuh Terlalu Dingin
Pusat suhu menggunakan 3 mekanisme untuk menaikkan panas tubuh ketika temperatur
menjadi rendah:
1. Vasokontriksi Kulit di Seluruh Tubuh. Hal ini disebabkan oleh rangsangan dari pusat
simpatis hipotalamus posterior.
2. Piloereksi. Yang berarti “berdiri pada akarnya”. Rangsangan simpatis menyebabkan
arektor pili yang melekat ke folikel rambut berkontraksi, sehingga rambut berdiri
tegak, walaupun mekanisme ini pada manusia tidak berpengaruh, pada hewan
memungkinkan untuk membentuk lapisan tebal “isolator udara” yang bersebelahan
dengan kulit, sehingga pemindahan panas ke lingkungan sangat ditekan.
3. Peningkatan Pembentukan Panas. Pembentukan panas oleh system metabolism
meningkat dengan memicu terjadinya menggigil, rangsangan simpatis untuk
pembentukan panas, dan sekresi tiroksin.
Rangsangan Hipotalamik terhadap Menggigil
Terletak pada bagian dorsomedial dari hipotalamus posterior dekat dinding ventrikel ketiga
yang merupakan area pusat motorik primer untuk menggigil. Area ini normalnya
dihambat oleh sinyal dari pusat panas pada area preoptik-hipotalamus anterior, tapi
dirangsang oleh sinyal dingin dari kulit dan medulla spinalis.
Blok Kardiovascular| 29
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Ketika terjadi peningkatan yang tiba-tiba dalam “produksi panas”, pusat ini teraktivasi ketika
suhu tubuh turun bahkan hanya beberapa derajat dibawah nilai suhu kritis. Pusat ini
kemudian meneruskan sinyal yang menyebabkan menggigil melalui traktus bilateral turun ke
batang otak, ke dalam kolumna lateralis medulla spinalis, dan akhirnya, ke neuron motorik
anterior. Sinyal ini tidak teratur, dan tidak benar-benar menyebabkan gerakan otot yang
sebenarnya. Sebaliknya, sinyal tersebut meningkatkan tonus otot rangka diseluruh tubuh.
Ketika tonus meningkat diatas tingkat kritis, proses menggigil dimulai. Selama proses
menggigil maksimum, pembentukan panas tubuh dapat meningkat sebesar 4-5 kali dari
normal.
PEMBESARAN LIMPA
Pembesaran limpa merupakan temuan patologi yang umum dan penting. Pembesaran pada
pulpa merah terjadi karena adanya peningkatan jumlah sel-sel fagosit dan atau peningkatan
jumlah sel darah. Pada infeksi yang bersifat kronis, hiperplasia jaringan limfoid dapat
ditemukan. Terdapat 5 penyebab terjadinya pembesaran limpa (splenomegali), yaitu:
Blok Kardiovascular| 30
DEMAM
MENGGIGIL
KERINGAT MALAM
NYERI MENELAN
INFEKSI BAKTERI
INFLAMASI
SPLENOMEGALI
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
1. Infeksi
Pada kasus infeksi bakterial yang bersifat akut, ukuran limpa sedikit membesar. Pembesaran
terjadi akibat peradangan yang menyebabkan peningkatan infiltrasi sel-sel fagosit dan sel-sel
neutrofil. Jaringan atau sel-sel yang mati akan dicerna oleh enzim, sehingga konsistensi
menjadi lembek, apabila disayat mengeluarkan cairan berwarna merah, bidang sayatan
menunjukkan warna merah merata. Permukaan limpa masih lembut dan terlihat keriput.
Peradangan dapat meluas sampai dengan kapsula limpa yang disebut sebagai perisplenitis
dengan atau tanpa disertai abses.
Pada infeksi kronis non-pyogenik, pembesaran yang terjadi melebihi ukuran limpa pada
infeksi akut. Konsistensi mengeras, bidang sayatan memperlihatkan adanya lymphoid
aggregates, pulpa merah banyak mengandung sel-sel fagosit yang didominasi oleh sel
plasma.
2. Gangguan Sirkulasi
Gangguan sirkulasi dapat menyebabkan kongesti buluh darah pada limpa. Keadaan kongesti
limpa ini dapat disebabkan oleh 2 kondisi utama, yaitu gagal jantung kongestif
(CHF/Congestive Heart Failure) dan sirosis hati (Hepatic Cirrhosis). Kondisi gagal jantung
(dilatasi) menyebabkan kongesti umum/sistemik buluh darah balik, terutama vena porta
hepatika dan vena splenik. Keadaan ini mengakibatkan tekanan hidrostatik vena meningkat
dan mengakibatkan terjadinya pembesaran limpa. Pada kondisi sirosis hati, aliran darah pada
vena porta mengalami obstruksi, karena terjadi fibrosis hati. Keadaan seperti ini
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik vena porta dan vena splenik, sehingga
menyebabkan pembesaran limpa. Pembesaran limpa yang diakibatkan oleh sirosis hati ini
dapat disertai penebalan lokal pada kapsula.
3. Degenerasi dan Storage Disease
Lesio tipe ini jarang ditemukan. Contohnya: Amiloidosis, Lipid Storage Disease dan kelainan
glycogen storage.
4. Neoplasma/tumor
Blok Kardiovascular| 31
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Dapat bersifat primer dan sekunder. Pada kondisi primer, sel-sel onkogenik limpa secara
primer tumbuh menjadi sel tumor. Kondisi sekunder pada umumnya terjadi karena pengaruh
pada saat penyebaran (metastatik) sel tumor limfoma dan leukemia.
5. Kelainan Sel Darah
Pembesaran limpa akibat kelainan darah dapat disebabkan oleh produksi sel-sel darah
abnormal (contohnya pada kasus anemia hemolitika yaitu idiopathic trombositopenia), pada
leukemia dan limfoma, serta pada gagal sumsum tulang kronis karena fibrosis atau infiltrasi
sekunder sel tumor.
Blok Kardiovascular| 32
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Teten
Umur : 25 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Keluhan
Utama : Demam sejak dua bulan lalu
Penyerta : Menggigil, keringat malam, nyeri menelan
Riwayat penyakit terdahulu
- Tahun lalu pernah menderita demam
- Nyeri sendi yang berpindah
Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penggunaan obat
- Diberikan obat antipiretik, antibiotic, vitamin untuk 1 minggu
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
- Bentuk pericardium
- Denyut pada arteri jantung
- Denyut pada dada
- Denyut vena
Palpasi
- Pemeriksaan iktus kordis
- Pemeriksaan getaran atau thrill
- Pemeriksaan gerakan trakea
Perkusi
- Batas kanan jantung
- Batas kiri jantung
Blok Kardiovascular| 33
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Auskultasi
- Bunyi jantung
- Bising jantung
- Gesekan pericardium
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Laboraturium
Hemagglutination Inhibition Test
Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :
Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakan
semprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botol steril
yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan pada waktu
dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es.
Dengan menggunakan kertas saring “filter paper disc”. Kerta saring ini khusus, dengan
diameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada ujung
jari atau darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuh bolak-balik,
artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakan agar kertas saring
tidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saring melekat, misalnya pada
kaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhu kamar selama 2-3 jam dapat
dikirim dalam amplop dengan perantaraan pos ke laboratorium.
Dengue Blot IgG dan IgM
Tes serologi lainnya adalah dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak
kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangat
rendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa juga
dibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue.
Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik, khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang
harganya relatif lebih mahal. Tes ini merupakan pemeriksaan kualitatif dengan
mempergunakan metode enzyme immunoassay.
Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue.
Blok Kardiovascular| 34
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Tes lainnya yang beredar adalah Dengue IgG dan IgM Capture ELISA (Enzymelinked
Immunosorbent Assay). Pemeriksaan ini memerlukan waktu 90 menit untuk IgM dan 60
menit untuk IgG. Hasilnya dapat keluar sebagai kadar dari IgG dan IgM (kuantitatif).
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid ini meliputi : (1) uji
Widal; (2) tes TUBEX®; (3) metode enzyme immunoassay (EIA); (4) metode enzyme-
linked immunosorbent assay (ELISA); dan (5) pemeriksaan dipstik.
UJI WIDAL
Uji Widal merupakan suatu metode serologi baku dan rutin digunakan sejak tahun
1896. Prinsip uji Widal adalah memeriksa reaksi antara antibodi aglutinin dalam serum
penderita yang telah mengalami pengenceran berbeda-beda terhadap antigen somatik (O) dan
flagela (H) yang ditambahkan dalam jumlah yang sama sehingga terjadi aglutinasi.
Pengenceran tertinggi yang masih menimbulkan aglutinasi menunjukkan titer antibodi dalam
serum. 2,11
Teknik aglutinasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji hapusan (slide test)
atau uji tabung (tube test). Uji hapusan dapat dilakukan secara cepat dan digunakan dalam
prosedur penapisan sedangkan uji tabung membutuhkan teknik yang lebih rumit tetapi dapat
digunakan untuk konfirmasi hasil dari uji hapusan.13
Penelitian pada anak oleh Choo dkk (1990) mendapatkan sensitivitas dan spesifisitas
masing-masing sebesar 89% pada titer O atau H >1/40 dengan nilai prediksi positif sebesar
34.2% dan nilai prediksi negatif sebesar 99.2%.14 Beberapa penelitian pada kasus demam
tifoid anak dengan hasil biakan positif, ternyata hanya didapatkan sensitivitas uji Widal
sebesar 64-74% dan spesifisitas sebesar 76-83%.9
Interpretasi dari uji Widal ini harus memperhatikan beberapa faktor antara lain
sensitivitas, spesifisitas, stadium penyakit; faktor penderita seperti status imunitas dan status
gizi yang dapat mempengaruhi pembentukan antibodi; gambaran imunologis dari masyarakat
setempat (daerah endemis atau non-endemis); faktor antigen; teknik serta reagen yang
digunakan.9,13
Kelemahan uji Widal yaitu rendahnya sensitivitas dan spesifisitas serta sulitnya
melakukan interpretasi hasil membatasi penggunaannya dalam penatalaksanaan penderita
demam tifoid akan tetapi hasil uji Widal yang positif akan memperkuat dugaan pada
Blok Kardiovascular| 35
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
tersangka penderita demam tifoid (penanda infeksi).3 Saat ini walaupun telah digunakan
secara luas di seluruh dunia, manfaatnya masih diperdebatkan dan sulit dijadikan pegangan
karena belum ada kesepakatan akan nilai standar aglutinasi (cut-off point). Untuk mencari
standar titer uji Widal seharusnya ditentukan titer dasar (baseline titer) pada anak sehat di
populasi dimana pada daerah endemis seperti Indonesia akan didapatkan peningkatan titer
antibodi O dan H pada anak-anak sehat.2,8 Penelitian oleh Darmowandowo di RSU
Dr.Soetomo Surabaya (1998) mendapatkan hasil uji Widal dengan titer >1/200 pada 89%
penderita.10
APA SAJA “RUTE” YANG DAPAT DIPAKAI UNTUK MEMBERIKAN OBAT?
Secara garis besar ada dua alternatif, pemberian secara enteral (melalui saluran cerna) dan
pemberian secara parenteral yaitu penyuntikan langsung ke pembuluh darah (penyuntikan
intravena) atau penyuntikan di otot.(intra muskular).
1. Enteral (melalui saluran cerna).
Dapat dibagi menjadi 3 jalur pemberian yaitu peroral (melalui mulut), sublingual (di
taruh di bawah lidah), atau per rektal (dimasukkan melalui anus)
2. Parenteral (melalui “aliran darah”).
• Intravenous (IV, intravena, pembuluh darah balik/vena)
• Intra-arterial (IA, melalui arteri)
• Subcutaneous (SC, melalui jaringan di bawah kulit)
• Intradermal (ID, melalui kulit)
• Intramuscular (IM)
• Intraperitoneal (IP, melalui selaput perut)
• Lungs (Inhalation, melalui paru-paru)
• Skin (Topical, terapi lokal di kulit), Eye (Opthalmic), Ear (Otic), Vagina
• Urethra (saluran kencing), Urinary Bladder (kandung kemih)
• Intrathecal (langsung ke rongga otak), Epidural (rongga cairan otak di tulang
belakang)
Blok Kardiovascular| 36
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
• Langsung ke organ sasaran.
Rontgen
Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah suatu alat pencatat gravis aktifitas listrik pada
jantung. Pada EKG terlihat bentuk gelombang khas yang disebut sebagai gelombang
P, QRS, T.
Ekokardiografi
Ekokardiografi merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelobang
ultrasonic sebagai media pemeriksaan. Suatu transduser yang memancarkan
gelombang ultrasonic (gelombang suara) berfrekuensi tinggi diluar kemampuan
pendengara manusia.
Ditempatkan pada dinding dada penderita dan diarahkan ke jantung.
Pemeriksaan MRI
MRI (magnetic Resonance Imaging) adalah suatu tekhnik pencitraan tomografi
yang tidak memerlukan pemberian radionuklid.
Blok Kardiovascular| 37
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
Differential Diagnosis
1. DEMAM REMATIK DAN JANTUNG REMATIK
1. Definisi
Penyakit Jantung Rematik adalah Penyakit yang ditandai dengan kerusakan pada katup
jantung.
2. Etiologi
Bakteri yang dapat menyebabkan terjadinya Demam Reumatik adalah Streptococcus beta
hemolyticus grup A.
3. Epidemiologi
Banyak terdapat pada anak-anak dan orang usia muda (5-15 tahun).
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada penyakit ini berupa Malaise, Penurunan berat badan, Artritis,
Karditis.
5. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi seperti :
Aritmia Jantung
Emboli paru
Kelainan Katup Jantung
6. Prognosis
Prognosis sangat baik bila karditis sembuh pada saat permulaan serangan akut Demam
Reumatik. Selama 5 tahun pertama perjalanan penyakit DR dan PJR tidak membaik bila
bising organic katup tidak menghilang.
Prognosis memburuk bila gejala karditisnya lebih berat, Demam Reumatik akut dengan
payah jantung akan sembuh 30% pada 5 tahun pertama dan 40% setelah 10 tahun.
2. STENOSIS MITRAL
1. Defenisi
Stenosis mitral merupakan suatu keadaan dimana terjadi gangguan aliran darah pada
tingkat katup mitral oleh karena adanya perubahan ada struktur mitral leaflests, yang
Blok Kardiovascular| 38
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
menyebabkan gangguan pembukaan pembukaan sehingga timbul gangguan pengisian
ventrikel kiri saat diastole.
2. Etiologi
Penyebab tersering adalah Endokarditis adalah akibat reaksi yang prognesif dari
demam reumatik oleh infeksi streptococcus .penyebab lain walaupun jarang dapat juga
stenosis mitral congenital, Deformitas parasut mitral,Vagetasi systemic lupus
erythematosus(SLE),Karsinosis sistemik,Deposit amiloid,akibat obat
fenfluramin/phentermin,rheumatoid arthritis(RA),serta klasifikasi annulus maupun daun
katup pada usia lanjut akibat proses degenerative.
3. Patofisiologi
Stenosis mitral terjadi karena adanya fibrosis dan fusi komisura katup mitral pada
waktu fase penyembuhan demam reumatik.Terbentuknya sekat jaringan ikat tanpa
pengapuran mengakibatkan lubang katup mitral pada waktu diastolic lebih kecil dari normal.
Berkurangnya luas efektif lubang mitral menyebabkan berkurangnya daya alir katup
mitral.Hal ini akan meningkatkamn tekanan diruang atrium kiri,sehingga timbul perbedaan
tekanan antara atrium kiri dan ventrikal kiri waktu diastolik.Jika peningkatan tekanan ini
tidak berhasil mengalirkan jumlah darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh,akan
terjadi bendungan pada atrium kiri dan selanjutnya akan menyebabkan bendungan vena dan
kapiler paru.Bendungan ini akan menyebabkan terjadinya sembab interstisial kemudian
mungkin terjadi sembab alveolar.Pecahnya vena bronkialis akan menyebabkan hemostisis.
Pada tahap selanjutnya tekanan arteri pulmonal akan meningkat,kemudian terjadi
pelebaran ventrikel kanan dan insufiensi pada katup trikuspidal atau pulmonal.Akhirnya
vena-vena sistemik akan mengalami bendungan pula.Bendungan hati yang berlangsung lama
akan menyebabkan gangguan fungsi hati.
Konpensasi pertama tubuh untuk menaikkan curah jantung adalah takikardi.Tetapi
kompensasi ini tidak selamanya menambah curah jantung karena pada tingkat tertentu akan
mengurangi m,asa pengisian diastolik.Regangan pada oto-oto atrium dapat menyebabkan
gangguan elektris sehingga terjadi fibrilasi atrium.Hal ini akan mengganggu pengisian
ventrikel dari atrium dan memudahkan pembentukan thrombus di atrium kiri.
Blok Kardiovascular| 39
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
4. Epidemiologi
Stenosis mitral merupakan penyebab utama terjadinya gagal jantung kongesti di
negara-negara berkembang.Di amerika serikat,prevalensi dari stenosis mitral telah menurun
seiring dengan penurunan insidensi demam rematik.
5. Komplikasi
Hipertensi pulmonal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada stenosis
mitral,dengan patofisiolongi yang kompleks.Pada awalnya kenaikan tekanan darah atau
hipertensi pulmonal terjadi secara pasif akibat kenaikan tekanan atrium kiri.Dengan
meningkatkan hipertensi pilmonal ini akan menyebabkan kenaikan tekanana dan volume
diastole,regulasi tricuspid dan pulmonal sekunder dan seterusnya sebagai gagal jantung kanan
dan kongesti sistemik.
Dapat pula terjadi perubahan vaskuler paru berupa vasokonstriksi akibat bahan
neurohumoral seperti endotelin atau perubahan anatomic yaitu remodel akibat hipertrofi
tunika media dan penebalan tunika intima.
Komplikasi lain dapat berupa tromboemboli,endokarditis infektif,fibrilasi atrial atau
symptom karena kompresi akibat besarnya atrium kiri seperti disfagi dan suara sesak.
Blok Kardiovascular| 40
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
STENOSIS AORTA
INSIDENSI
Penyakit Katub Jantung Aorta merupakan jenis penyakit katub terbanyak yang
berjumlah ± 35% dari seluruh penyakit katub Jantung.
PARAMETER HEMODINAMIS
Cardiac enlargement
Cardiac Hypertrophic
Kemampuan exercise terbatas
Aorta Stenosis Merupakan penyakit katub terparah dibanding dengan penyakit katub lainnya.
PENYEBAB
– Congenital
– Katub bicuspid (50%)
SYMPTOM
– Systolic ejection murmur di ICS 2 kanan sampai carotid
– Cardiac enlargement
– Tekanan perifer menurun
– Carotid uptake meninggi
– LVH (75%)
GEJALA
– Sesak nafas (75%)
– Dizziness (10%)
– Cardiac pain (10%)
– Syncope (5%)
PEMERIKSAAN
– EKG: AF (10%)
– X-Thorax + Cor analyse
– Echocardiogram
– Catheterisasi
KOMPLIKASI
– Endocarditis
– Sudden death oleh Gangguan ritme VT - VF
Blok Kardiovascular| 41
Fakultas Kedokteran Universitas Batam ‘09
PROGNOSIS
– Prognosis akan baik bila tindakan operasi lebih dini dan pemberian
anticoagulansia sebelum terjadi Heart failure
TERAPI
– Operasi penggantian katub
Blok Kardiovascular| 42