modul 1 perbankan syariah 1

5

Click here to load reader

Upload: hafis-muaddab

Post on 30-Jul-2015

2.739 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul 1 Perbankan Syariah 1

Modul 1 KONSEPSI BANK UMUM BERDASARKAN

PRINSIP SYARIAH

I. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah siswa mempunyai pengetahuan tentang pengertian bank syariah dan konvensional 2. Setelah siswa mengetahui pengertian bank syariah dan konvensional siswa dapat

menjelaskan sejarah perkembangannya di Indonesia, jenis usaha, asas, tujuan dan fungsi perbankan syariah beserta prinsip-prinsip usaha yang digunakan

II. Materi Pembelajaran

A. Pengertian bank syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk Simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha bank dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional 2. Bank yang melakukan usaha secara syariah

- Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu

yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya (Riyadi, 2005).

- Bank Syariah dalam pasal 1 ayat 7, menyatakan bahwa “Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah”

- Menurut Muhammad (2005 : 13), menyatakan bahwa: “Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Perbankan Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip Syariat Islam. B. Latar Belakang Sejarah Bank Syariah

Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963. Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.

Page 2: Modul 1 Perbankan Syariah 1

Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan rujukan kepada agama maupun syariat islam. Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada syariah Islam. Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan (1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia Asia-Pasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah [[haji]. Gagasan bank syariah di Indonesia muncul sejak tahun 1980-an oleh beberapa orang praktisi di antaranya adalah Karnaen A Perwataatmadja, M Dawam Rahardjo, AM Saefuddin, dan M Amien Azis.[10] Di awal tahun 1980-an, sisitem pengendalian tingkat bunga oleh pemerintah mulai mengalami kesulitan. Dan dampak yang muncul adalah: 1. Bank-bank yang telah didirikan sangat tergantung pada likuiditas Bank Indonesia 2. Tidak ada persaingan antar bank akibat dari penentuan tingkat bunga oleh pemerintah Hal tersebut menyebabkan pemerintah kemudian mengeluarkan Deregulasi dibidang perbankan tanggal 1 juni 1983 yang membuka belenggu penetapan tingkat bunga tersebut dengan harapan suatu bank dapat menentukan tingkat bunga sebesar 0%. Beberapa uji coba pada skala yang relative terbatas telah diwujudkan. Diantaranya adalah Baitut Tamwil-salman, Bandung,yang sempat tumbuh mengesankan. Di Jakarta juga dibentuk lembaga serupa dalam bentuk koprasi, yakni koprasi Ridho Gusti. Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991, bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba. Saat ini keberadaan bank syariah di Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero). Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang 104 BPR Syariah. C. Jenis Usaha

Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 , Perbankan Syariah menurut jenisnya terdiri dari: 1. Bank Umum Syariah (Pasal 1 ayat 8)

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Contoh : bank muamalat indonesia [BMI], bank syari‘ah mandiri [bsm]

2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (Pasal 1 ayat 9)

Page 3: Modul 1 Perbankan Syariah 1

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran Lalu lintas pembayaran yang dimaksud adalah segala kegiatan timbal balik yang bersangkutan dengan penyerahan dan penerimaan sejumlah alat pembayaran, contohnya yaitu Giro (kliring), Valas, Inkaso, Letter of Credit dan Travellers Cheque.

3. Bank Unit Usaha Syariah (pasal 1 ayat 10) Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah. Contoh : bni 46-syari‘ah,ifi-syari‘ah, bank jabar-syari‘ah, bii-syari‘ah, danamond-syari‘ah, bukopin-syari‘ah, bri-syari‘ah, dsb.

Kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah menurut pasal 1 angka 13 Undang-undang No 10 Tahun 1998 adalah: a. Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musharakah) c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) e. Pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa. D. Asas, Tujuan dan Fungsi Perbankan Syariah

Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 Perbankan Syariah dalam melakukan kegiatan usahanya berasaskan Prinsip Syariah, Demokrasi Ekonomi, dan Prinsip Kehati-hatian. Sesuai dengan UU No. 21 Tahun 2008 Perbankan Syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,kebersamaan, dan pemerataan kesejahteraan rakyat. Adapun tujuan lain berdirinya bank syariah adalah a. Mengarahkan kegiatan ekonomi umat agar bermuamalat secara Islam (jauh dari penipuan,

riba, dan usaha-usaha lain yang dilarang Islam) b. Meningkatkan kesejahteraan umat, dengan membuka peluang usaha c. Menjaga stabilitas ekonomi dan moneter Menurut UU No. 21 Tahun 2008 Fungsi Perbankan Syariah adalah: 1. Bank Syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat. 2. Bank Syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul

mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lainnya dan menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.

3. Bank Syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif).

4. Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Page 4: Modul 1 Perbankan Syariah 1

Secara umum fungsi Perbankan Syariah terbagi dalam 2 hal, fungsi tamwil dan fungsi maal. Fungsi tamwil terwujud dalam fungsi manajer investasi, investor, dan jasa keuangan. Fungsi maal diwujudkan melalui fungsi sosial. 1. Fungsi Manager Investasi Bank syariah berlaku sebagai manager investasi dari pemilik dana (shahibul maal) yang akan disalurkan kepada pihak lain dalam bentuk investasi dengan bantuan bank. Pola manajer investasi dibagi menjadi dua:

Bank syariah dalam penghimpunan dana dari masyarakat menggunakan dua pendekatan yaitu: Titipan (al-wadiah/simpanan/depository) yang dalam aplikasinya digunakan pada giro

syariah, atau tabungan. Investasi (mudharabah/trust investment) digunakan dalam produk tabungan syariah,

deposito berjangka.

a. Titipan (al-wadiah/simpanan/depository) Al-wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak kepada pihak lain, baik individu maupun badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki. Dalam tradisi fiqih Islam, prinsip titipan atau simpanan dikenal dengan prinsip al-wadiah. Secara umum terdapat 2 (dua) jenis Wadiah: 1. Wadiah yad al-amanah, yaitu penerima titipan (bank) tidak boleh menggunakan dan

memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan sebagai ganti pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan.

2. Wadiah yad adh-dhamanah, yaitu penerima titipan (bank) boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan dengan mendapatkan hasil dari penggunaan dana serta memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.

b. Investasi (mudharabah atau trust investment) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak atau lebih dengan keuntungan usaha yang dibagi menurut kesepakatan dalam kontrak perjanjian. Berdasarkan kewenangan, prinsip mudharabah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: 1. Mudharabah Mutlaqah Jenis mudharabah ini tidak ada pembatasan bagi bank dalam menggunakan dana yang dihimpun Penerapan mudharabah mutlaqah dapat berupa tabungan dan deposito sehingga terdapat dua jenis penghimpunan dana yaitu: tabungan mudharabah dan deposito mudharabah.

2. Mudharabah Muqayadah on Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan simpanan khusus (restricted invesment) dimana pemilik dana dapat menetapkan syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank.

3. Mudharabah Muqayadah off Balance Sheet Jenis mudharabah ini merupakan penyaluran dana mudharabah langsung kepada pelaksana usahanya, dimana bank bertindak sebagai perantara yang mempertemukan antara pemilik dana dengan pelaksana usaha. Pemilik dana dapat menetapkan syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi oleh bank dalam mencari kegiatan usaha yang akan dibiayai dalam pelaksanaan usahanya. 2. Fungsi Investor Bank syariah berfungsi sebagai pemilik dana yang akan menyalurkan dana investasi, dibagi menjadi tiga: a. Prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), b. Prinsip sewa/ujroh (ijarah dan ijarah muntahia bittamlik) maupun c. Prinsip jual beli (murabahah, salam, dan salam parallel, istishna, dan istishna paralel).

Page 5: Modul 1 Perbankan Syariah 1

a. Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase) Dalam pembiayaan dengan prinsip jual beli ini terbagi menjadi 3 (tiga) akad, yaitu: 1. Pembiayaan Murabahah, adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan

keuntungan yang disepakati. 2. Pembiayaan Salam, yaitu akad pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari,

sementara pembayaran dilakukan dimuka. 3. Pembiayaan Istishna (jual beli berdasarkan pesanan), yaitu akad jual beli antara pembeli dan

pembuat barang. b. Prinsip Sewa (Operational lease and Financial Lease), terdiri dari: Prinsip sewa yang digunakan dalam pembiayaan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Ijarah (sewa murni), ialah akad pemindahan hak guna/sewa atas barang atau jasa, melalui

pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri.

2. Ijarah Muntahia Bittamlik (leasing), yaitu akad sewa menyewa yang diakhiri dengan pemindahan kepemilikan barang.

c. Prinsip Bagi Hasil (profit-sharing) Prinsip bagi hasil dalam pembiayaan syariah pada umumnya dapat dilakukan dalam 2 (dua) akad utama, yaitu: 1. Pembiayaan Musyarakah, adalah akad kerjasama dua pihak atau lebih untuk suatu usaha

tertentu yang masing-masing pihak memberikan dana atau amal dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

2. Pembiayaan Mudharabah, adalah akad kerjasama dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

3. Fungsi Sosial Konsep perbankan Islam mengharuskan bank Islam me-laksanakan jasa sosial, bisa melalui dana qardh (pinjaman kebajikan), zakat, atau dana sosial yang sesuai dengan ajaran Islam. Lebih jauh lagi, konsep perbankan Islam juga mengharuskan bank Islam memainkan peran dalam pengembangan sumber daya insani dan menyumbang dana bagi pemeliharaan serta pengembangan lingkungan hidup. 4. Fungsi Jasa keuangan (perbankan) Bank Islam dapat juga menawarkan berbagai jasa ke-uangan lainnya berdasarkan upah (fee based) dalam sebuah kontrak perwakilan atau penyewaan. Contohnya garansi, transfer kawat, L/C, dan sebagainya. E. Prinsip-Prinsip Bank Syariah Prinsip-prinsip usaha bank syariah meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Prinsip keadilan, penetapan imbalan atas dasar margin/bagi hasil keuntungan dilakukan atas

kesepakatan bersama antara bank dan nasabah b. Prinsip kemitraan, posisi nasabah investor (penyimpan dana/penabung), pengguna dana,

serta bank sejajar sebagai mitra usaha memperoleh keuntungan. c. Prinsip uiversalitas, tidak membeda-bedakan suku,agama, ras dan golongan dalam

masyarakat d. Prinsip transparansi, informasi keuangan disajikan secara terbuka dan berkesinambungan

pada nasabah tentang perkembangan dananya.

Catatan : Prinsip keadilan dan kejujuran adalah landasan moral agama bank syariah