modernisasi pengembangan wakaf produktif (studi...

88
i MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi Tokoh Pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH) Oleh: MUHAMMAD ARIEF FATHONI NIM : 1113044000101 PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2018 M

Upload: dohanh

Post on 20-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

i

MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF

(Studi Tokoh Pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu

Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (SH)

Oleh:

MUHAMMAD ARIEF FATHONI

NIM : 1113044000101

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H/2018 M

Page 2: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing
Page 3: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing
Page 4: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing
Page 5: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

v

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, Shalawat dan Salam semoga selalu

tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat

dan umatnya hingga akhir zaman.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak

kekurangan mengingat terbatasnya kemampuan penulis, namun berkat rahmat Allah

swt serta pengarahan dan motivasi dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat

diselesaikan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kepentingan

bersama.

Selama penulisan skripsi ini tentunya penulis mendapat banyak bantuan dari

berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis. Kasih yang tulus

serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta serta

para jajarannya

2. Bapak Dr. H. Abdul Halim, M.Ag. selaku ketua Program Studi Hukum

Keluarga dan juga kepada Bapak Indra Rahmatullah,S.H.I, MH, selaku

sekretaris Program Studi Hukum Keluarga, penulis mengucapkan

banyak terima kasih atas bantuan, perhatian, serta arahan yang selama

ini diberikan.

3. Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya, membimbing,

Page 6: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

vi

memberikan pencerahan, ilmu, serta motivasi kepada penulis selama

proses penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan yang telah memberikan

waktu luangnya kepada penulis untuk melakukan wawancara dan

mendapatkan data-data penelitian.

5. Ustad H. Muhammad Yunus Hasyim, S.Ag. Putra ideologis Kiai

Tholhah yang membantu membukakan jalan dan juga telah banyak

memberikan pelajaran hidup

6. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mencurahkan

segala kemampuannya guna memberikan ilmu-ilmu yang tak ternilai

harganya. Serta kepada civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah yang

telah memberikan pelayanan terbaiknya.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis yaitu ayahanda tercinta

(Alm) KH. Ahmad Sanusi, BA,. dan Ibunda tercinta H. Patmah yang

telah mencurahkan segenap kasih sayangnya, serta tak putus-putusnya

memberikan dukungan dan doa kepada penulis dalam menempuh

pendidikan terkhusus Mpok Siti Zulfah, S.Ag.,M.Si., dan Abah Drs.

KH. Elang Charta Sholahuddin yang membantu administrasi penulis

sampai selesai.

8. Abang Zulfahmi,A.Md. dan Mpok Miskiyah, Abang Ahmad Yusron,

A.Md. dan Mpok Siti Nurbaya, A.Md., Imron Rosyadi, A.Md. dan

Mpok Elisabeth Rosyadi, Abang Wahyudi, S.T. dan Mpok Rosita,

Mpok Istianah, S.Sos.I dan Abang As’ad, S.Sos.I. Serta seluruh

keluarga besar Bani Saobah dan para keponakan M. Agil Mubarok,

Rhatu, Zahirah, Naila, Roro, Qotrun, Azzah, dan Adila.

9. Teman-teman Program Studi Hukum Keluarga angkatan 2013 yang

telah memberikan saran dan dukungan pada penulis.

10. Sahabat-sahabati keluarga besar PMII Komfaksyahum dan sahabat-

sahabati PMII Trigger 2013, Ikatan Keluarga Alumni Daarul Rahman

Page 7: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

vii

Cabang Tangerang Selatan, PW Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi

Tangerang Selatan, PP Forum Komunikasi Mahasiswa Betawi,

11. Alumni RA Caffe Wildan Husna, S.Pd., Syahroni, S.Ag., Siti

Mahfuzhoh, S.H., Riski Ardi, S.Kom.,

12. Teman-teman BIM Annisa Nurul Jannah, S.Sos., Annisaa, S.Psi.,

Syukron Zazilah, S.Sos., Zakki al-Amin, S.Pd., Nurjannah, S.E., dan

Amil Haq, S.H.,

13. Teman-teman yang berada di Malang Ilyas, Apip, Wisnu, Anisaul

Khoiriyah, S.H., dan Ahmad Zakky, S.E. yang telah membantu

memfasilitasi penulis selama penelitian di sana

Demikianlah penulis haturkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya, karena

berkat do’a, motivasi, fasilitas, arahan dan bimbingan dari mereka penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi

penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca. Bagi para pihak yang telah membantu

dalam penulisan skripsi ini semoga segala amal dan kebaikannya mendapat balasan

berlimpah dari Allah SWT. Amin

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Jakarta, 02 Januari 2018

Penulis

Page 8: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

viii

ABSTRAK

Muhammad Arief Fathoni. MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF

PRODUKTIF (Studi Tokoh Pemikiran Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan).

Konsentrasi Peradilan Agama Program Studi Hukum Keluarga, Fakultas Syariah dan

Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 1439 H/2018 M.

Ix+76 halaman

Wakaf dikalangan masyarakat masih diartikan hanya sebagai sebuah benda mati

yang harus dihidupkan, namun seorang tokoh intelektual Nahdlatul Ulama sekaligus

praktisi wakaf Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan yang membawa gagasan baru

tentang modernisasi pengembangan wakaf produktif. Studi Ini bertujuan untuk

mengetahui tentang latar belakang pemikiran Kiai Tholhah Hasan, bentuk

modernisasi wakaf produktif menurut Kiai Tholhah Hasan, dan manajemen wakaf

produktif menurut pemikiran Kiai Tholhah Hasan

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan

menggunakan pendekatan normatif. Sumber data terdiri dari sumber data primer dari

hasil wawancara dengan tokoh yang penulis kaji. Serta sumber data sekunder yang

didapat dari literature-literatur hukum yang terkait dengan objek penelitian. Teknik

pengumpulan data digunakan melalui studi kepustakaan. Adapun analisis

menggunakan metode deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan kesimpulan dari

data-data yang terkumpul.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa latar belakang pemikiran Kiai Tholhah

Hasan dalam bidang wakaf yaitu berangkat dari keperihatinan sosial yang mana

beliau melihat bahwa banyak umat Islam yang selalu terbentur sumber dana ketika

ingin menjalankan dan mengembangkan agama Islam. Keperihatinan theologis

(keyakinan). Yakni beliau yakin bahwa dalam ajaran Islam ada perangkat-perangkat

yang apabila diaktualisasikan sesuai perkembangan zaman akan dapat membantu

mensejahterakan ekonomi umat. Selanjutnya beliau menawarkan sebuah gagasan agar

wakaf jangan lagi diartikan sebagai sebuah harta benda mati, melainkan sebuah aset

yang apabila dikelola dengan baik dan benar dapat membawa suatu peradaban baru

bagi umat Islam. Kemudian untuk dapat menjadikan harta benda wakaf itu menjadi

produktif, peranan nazhir sangatlah berpengaruh. Oleh karena itu, beliau

mengutarakan bahwa nazhir haruslah memiliki kompetensi dan pengetahuan yang

baik tentang wakaf, juga perlu diberikannya upah bagi nazhir untuk meningkatkan

kualitas kinerjanya.

Kata Kunci : Wakaf, Modernisasi, Muhammad Tholhah Hasan

Dosen Pembimbing : Dr. A. Juaini Syukri, Lcs, MA

Bahan Pustaka : 1993-2017

Page 9: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................................ iv

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... v

ABSTRAK ........................................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 7

C. Rumusan Masalah ................................................................................... 8

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................... 9

E. Review Studi Terdahulu ......................................................................... 10

F. Metodologi Penelitian ............................................................................. 13

G. Sistematika Penulisan ............................................................................. 15

BAB II KAJIAN TEORI TENTANG WAKAF

A. Pengertian Wakaf .............................................................................. 17

1. Wakaf Menurut Bahasa ............................................................ 18

2. Wakaf Menurut Istilah .............................................................. 19

3. Wakaf Menurut Undang-undang ............................................. 23

B. Dasar Hukum Wakaf ......................................................................... 24

1. Wakaf Menurut Al-Quran ........................................................ 25

2. Wakaf Menurut Hadis .............................................................. 26

3. Wakaf Menurut Peraturan Perundang-undangan ..................... 28

C. Rukun dan Syarat Wakaf .................................................................. 29

Page 10: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

x

1. Waqif ........................................................................................ 3o

2. Mauquf ..................................................................................... 33

3. Mauquf Alaih ........................................................................... 33

4. Sighat Wakaf ............................................................................ 34

D. Pengertian dan Kriteria Nazhir ......................................................... 37

BAB III BIOGRAFI KH. MUHAMMAD THOLHAH HASAN

A. Sosok KH. Muhammad Tholhah Hasan ................................................. 41

B. Latar Belakang Keluarga KH. Muhammad Tholhah Hasan ................... 42

C. Pendidikan KH. Muhammad Tholhah Hasan ......................................... 46

D. Rekam Jejak Perjalanan KH. Muhammad Tholhah Hasan ............. ........ 50

E. Karya-karya KH. Muhammad Tholhah Hasan .............................. ......... 52

BAB IV PEMIKIRAN PROF.DR.KH. MUHAMMAD THOLHAH HASAN

A. Latar Belakang Pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan .. 54

B. Modernisasi Pengembangan Wakaf Produktif......................................... 56

C. Manajemen Pengembangan Wakaf ......................................................... 58

a) Pengangkatan Nazhir .............................................. .......................... 59

b) Peran Nazhir Terhadap Harta Wakaf .............................................. .. 61

1. Kiprah Kaum Wanita dalam Wakaf ...................................... 64

2. Peran Wakaf dalam Dunia Pendidikan ................................. 66

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................. 68

B. Saran-saran .............................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 70

LAMPIRAN ......................................................................................................................... 74

Page 11: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Prof. Dr (HC) KH. Muhammad Tholhah Hasan adalah seorang ulama besar

milik bangsa Indonesia dengan corak pemikirannya yang khas dan sangat

berpengaruh besar sampai saat ini, sumbangsih pemikiran beliau yang sangat

transformatif dalam perkembangan agama Islam di Indonesia dalam bidang ilmu

wakaf. Gagasan-gagasan beliau sampai saat ini masih mewarnai kehidupan

Bangsa dan Agama masyarakat Indonesia. Beliau adalah sosok Kiai yang cerdas,

gemar membaca, dan gemar mempelajari berbagai ilmu pengetahuan Agama

maupun pengetahuan umum. Semasa kecil beliau belajar secara regular di sekolah

umum yang dahulu dikenal dengan sebutan Sekolah Rakyat (SR), akan tetapi

diselah-selah jenjang pendidikan yang beliau jalani saat itu, sebagian besar

waktunya dihabiskan untuk mempelajari pengetahuan Agama di berbagai pondok

pesantren. Pendidikan pada saat di pesantren-lah yang paling dominan

membentuk pola pikir dan dasar-dasar keilmuan yang beliau miliki.

KH Muhammad Tholhah Hasan juga merupakan seorang kiai organistatoris,

dari pengalaman hidupnya beliau pernah menjabat sebagai ketua tanfidziyah

Pengurus Besar Nahdhotul Ulama, Menteri Agama pada zaman kepemimpinan

KH. Abdur Rahman Wahid. Pada saat usia 70 tahun, KH. Muhammad Tholhah

Hasan diberikan kado istimewa yaitu berupa buku biografi tentang dirinya yang

penulisan buku tersebut diketuai lansung oleh Prof. Dr. Nasaruddin Umar yang

diberi judul dengan “Kyai Multitalenta”. Pemberian judul buku tersebut menurut

ketua tim penulis didasari oleh beragam kemampuan yang di miliki oleh KH.

Muhammad Tholhah Hasan yang mampu mewarnai setiap lembaga yang

dipimpinnya.1

Selain itu KH. Muhammad Tholhah Hasan adalah sosok yang membawa

perubahan baru dalam sejarah perkembangan ilmu wakaf yang ada di Indonesia

ini. Beliau membuat sebuah paradigm baru tentang pemberdayaan masjid.

Selama ini yang kita ketahui dan kita rasakan bahwa masyarakat yang

1 http://www.nu.or.id/post/read/60403/kh-tolchah-hasan-sosok-kiai-organisator

1

Page 12: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

2

memberdayakan dan menghidupkan masjid, akan tetapi konsep dan pola

pemikiran semacam itu diubah oleh beliau dengan masjid sebagai pemberdaya

masyarakat. Buah pemikiran yang beliau gagas dapat dibuktikan dan ditinjau di

sebuah masjid yang berada di Singosari kota Malang Jawa Timur, yang mana

beliau mengumpulkan para tukang becak disekitar lokasi masjid untuk

diberdayakan sebagai sumber pengembangan masjid.

KH. Muhammad Tholhah Hasan juga pernah menjabat sebagai ketua Badan

Wakaf Indonesia (BWI) yang kemudian pasca kepemimpinannya beliau diangkat

sebagai Dewan Pembina Badan Wakaf Indonesia sampai saat ini. Selama masa

kepimpinannya, beliau mampu membawa perubahan besar dalam bidang wakaf

yang ada di Indonesia, beliau berhasil mengembangkan lembaga pendidikan

Raudhotul Athfal sampai menjadi sebuah perguruan tinggi Universitas Islam

Malang. Tak hanya itu, selain kesibukan beliau menjalani organisasi dan lembaga

yang dipimpinnya, beliau juga aktif dalam dunia jurnalistik, beliau banyak

menulis buku-buku dan jurnal-jurnal yang berisi dengan inovasi baru tentang

dunia wakaf dan memberdayakan manusia.2

Gagasan yang beliau kemukakan amat sangat menarik untuk ditelaah lebih

jauh dan lebih mendalam, terkait tentang bagaimana beliau dapat membuat dan

merumuskan suatu pola pikir yang inovatif dengan merubah konsep untuk

memberdayakan masyarakat untuk masjid. Perkataan waqaf, yang menjadi kata

wakaf dalam bahasa Indonesia, berasala dari kata kerja bahasa Arab waqofa yang

berarti menghentikan, berdiam di tempat, atau menahan sesuatu. Pengertian

wakaf jika kita hubungkan dengan harta maka akan memiliki pengertian menahan

suatu benda untuk diambil manfaatnya sesuai dengan ajaran agama Islam. 3

Berkaitan dengan wakaf, pemerintah Negara Kesatuan republik Indonesia

telah memberikan titik terang dengan adanya suatu aturan baku yang di keluarkan

oleh secara resmi oleh lembaga Negara yaitu Undang-undang nomor 41 Tahun

2 Nasaruddin Umar dkk, Kyai Multitalenta (Sebuah Oase Spritual KH.

Muhammad Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Centre, 2006), 3 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (UI-Press,

Jakarta,1988), h.85.

Page 13: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

3

2004 Tentang Wakaf (selanjutnya disebut Undang-undang wakaf) dan Peraturan

Pemerintah No 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 41

Tahun 2004 Tentang Wakaf (PP Wakaf). Ekesistensi wakaf dalam kehidupan

sosial masyarakat amat sangat dibutuhkan akan keberadaannya, demikian karena

dalam Islam, lembaga wakaf diharapkan dapat menanggulangi segala kebutuhan

jangka panjang umat, dan menjadi sub-sistem lembaga baitul mal jika dikelola

secara profesional.

Begitu besar keutamaan dan manfaat wakaf bagi kehidupan masyarakat dan

peningkatan taraf hidup serta kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara. Jika

saja wakaf didayagunakan dengan baik dan benar maka kesejahteraan di bumi

pertiwi ini bukanlah sesuatu yang mustahil. Contoh keberhasilan dari negara

muslim Arab Saudi yang memanfaatkan hasil wakaf untuk membantu

membangun dua kota suci Makkah dan Madinah. Wakaf ditujukan untuk

kemajuan dan kemakmuran negara.

Demikian pula dengan Singapura negara ini menggunakan pembiayaan sukuk

musyârakah, dengan menjalin kerjasama antara investor lain dengan dana wakaf,

dana Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS). Di Singapura sejak tahun 1990,

MUIS mengatur manajemen dan administrasi wakaf untuk menunjang efisiensi

dan efektifitas aset wakaf. Pembangunan lahan-lahan komersial dari asset wakaf

dilakukan di Jabbar. 4

Indonesia merupakan dari bagian Negara terbesar di dunia yang struktur

ekonominya sangat timpang (terjadi kesenjangan), karena basis ekonominya yang

strategis di monopoli oleh segelentir orang (kalangan feodalis tradisional dan

masyarakat modern kapitalis) yang menerapkan prinsip ekonomi Ribawi sampai

saat ini. Dua kelompok tersebut masih begitu meawarnai tumbuh berkembang

dalam lalu lintas perekonomian yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia

ini.5

4 http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/esensi

5 Achmad Djunaidi, Thobieb Al- Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Cet. 3

(Jakarta: Mitra Abadi Press 2006), h. 6.

Page 14: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

4

Jika kita cermati lebih jauh secara mendalam, ditemukan bukti-bukti empiris

bahwa pertambahan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan

bukanlah karena persoalan kekayaan alam yang tidak sebanding dengan jumlah

penduduk (over population) akan tetapi karena persoalan distribusi yang kurang

baik serta rendahnya rasa kesetiakawanan di antara sesame anggota masyarakat.

Sedangkan untuk mewujudkan kesejahteraan secara menyeluruh bukanlah

persoalan yang mudah untuk dikerjakan, karena kesejahteraan baik material

maupun spiritual hanya mungkin tercapai dengan beberapa kondisidiantaranya

dengan melaksanakan beberapa asas yang penting untuk mewujudkan

kesejahteraan yaitu terjaminnya hak-hak asasi manusia dan termasuk hak

mendapat keadilan.

Islam sebagai salah satu agama yang ada di Indonesia dan merupakan agama

yang paling banyak penganutnya, sebenarnya mempunyai beberapa lembaga yang

diharapkan mampu membantu untuk mewujudkan kesejahteraan sosial, yaitu

salah satunya adalah institusi wakaf. Wakaf merupakan salah satu lembaga sosial

Islam yang erat kaitannya dengan sosial ekonomi masyarakat. Walaupun wakaf

merupakan lembaga Islam yang hukumnya sunnah, namun lembaga ini dapat

berkembang dengan baik dibeberapa negara muslim, seperti Saudi Arabia, Mesir,

Turki, Yordania Qatar, Kuwait dan lain-lain. Hal tersebut karena lembaga ini

memang sangat dirasakan manfaatnya bagi kesejahteraan umat.

Berdasarkan data yang ada dalam masyarakat, pada umumnya wakaf di

Indonesia digunakan untuk masjid, musholla, sekolah, ponpes, rumah yatim piatu,

makam dan sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam

bentuk usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang

memerlukan , khususnya kaum fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari

kepentingan peribadatan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh

positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya

terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf yang dikelola secara

produktif, maka kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat yang diharapkan dari

lembaga wakaf, tidak akan dapat terealisasi secara optimal.

Page 15: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

5

Data dari Direktorat Wakaf Kementerian Agama tahun 2014 menunjukkan

sebanyak 435,395 tanah wakaf yang tersebar di 34 propinsi. Upaya database

online yang dilakukan Kementerian Agama ke dalam Sistem Informasi Wakaf

(SIWAK) menunjukkan 70% dari total tanah yang sudah diinput per Juni 2017.

Tanah wakaf untuk makam berjumlah 4.36%. peruntukkan wakaf tanah

didominasi oleh tujuan ibadah, yaitu untuk pendirian mushalla dan masjid,

sedangkan sisanya untuk kepentingan sosial berjumlah 8.34%.

Di masa pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang cukup memprihatinkan ini,

peran wakaf sangat strategis jika wakaf dikelola secara produktif. Peruntukan

wakaf yang kurang mengarah pada pemberdayaan ekonomi umat dan cenderung

untuk kepentingan ibadah khusus (mahdhah) dapat dimaklumi, karena memang

pada umumnya ada keterbatasan umat Islam tentang pemahaman wakaf, baik

mengenai harta yang diwakafkan maupun peruntukannya.

Pengelolaan benda wakaf produktif sesungguhnya merupakan suatu amanat

Undang-undang, dalam penjelasan atas Undang-undang Republik Inonesia Nomor

41 Tahun 2004 Tentang Wakaf yang antara lain berbunyi : peruntukan benda

wakaf tidak semata-mata untuk sarana kepentingan Ibadah dan sosial melainkan

diarahkan pula untuk meuwujudkan kesejahteraan umum dengan cara

meningkatkan potensi dan dan manfaat ekonomi benda wakaf. Hal ini

memungkinkan pengelolaan benda wakafdapat memasuki wilayah kegiatan

ekonomidalam arti luas sepanjang pengelolaan tersebut sesuai dengan prinsip-

prinsip manajemen dan ekonomi syariah”.6

Pernyataan di atas memberikan pengertian bahwa dalam mengelola benda

wakaf harus di olah secara optimal, sehingga dapat meningkat manfaatnya bagi

kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan manfaat yang berada dalam benda

wakaf, tentunya harus mengintensifkan pengelolaan benda wakaf, tidak hanya

menjadi benda jamad yang tidak mengahsilkan sesuatu, akan tetapi harus diolah

sedemikian rupa agar dapat menghasilkan sesuatu yang dapat bermanfaat.

6 Kitab Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf

Page 16: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

6

Dalam khazanah Fiqh Muamalat atau kajian-kajian ekonomi syariah, disitu

kita ditawarkan beraneka macam akad (perjanjian) yang dapat dijadikan sebagai

metode atau model dalam mengembangkan benda wakaf secara produktif. Pada

dasarnya transaksi dalam ranah Muamalat berasal dari akad al-Ba‟I (jual-beli) dan

akad al-ijarah (sewa-menyewa). Yang kemudian akad tersebut dikembangkan

menjadi berbagai macam akad seperti akad ijarah al-„amal (perburuhan), al-

ijarah al-muntahiyah bi al-tamlik (sewa-menyewa yang berakhir dengan

kepemilikan atas barang yang di sewa, al-mudharabah (bagi hasil), al-

musyarakah (persekutuan dagang), dan lain-lain.7

Melakukan pengelolaan wakaf produktif pada hakikatnya adalah melakukan

kegiatan manajemen. Unsur-unsur manajemen yaitu perencanaan,

pengorganisasian, dan pengawasan.8 Perencanaan atau planning adalah suatu

kegiatan awal di sebuah pekerjaan dalam bentuk memikirkan hal-hal yang terkait

dengan pekerjaan itu agar mendapat hasil yang optimal. Oleh karena itu,

perencanaan merupakan sebuah keniscayaan, sebuah sebuah keharusan disamping

sebagai sebuah kebutuhan.9

Dalam konteks wakaf, tentunya tak lepas dengan rukun wakaf yang ada,

adanya Wakif, Mauquf Alaih, dan Nadzir. Tiga hal itu menjadi dasar pokok untuk

mengelola dan mengembangkan wakaf. Akan tetapi, saat ini menurut KH.

Muhammad Tholhah Hasan, peranan nadzir sangatlah berpengaruh untuk

bagaimana barang yang di wakafkan itu dapat berkembang, ada tiga hal yang

menjadi prinsip utama untuk mengembangkan wakaf. Pertama, dapat memelihara

kepercayaan Tuhan. Kedua, dapat memelihara kepercayaan masyarakat. Ketiga,

dapat memelihara kepercayaan masyarakat.10

7 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta,

UII-Press 2003), h.6. 8 Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta, Pustaka

Alfabet, 2006), h.9. 9 Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktik,

(Jakarta: Gema Insani, 2005), h.77 10

Disampaikan dalam forum Media Gathering dan Launching Pedoman

Aakuntasnsi Wakaf pada hari rabu, 09 Agustus 2017 di Hotel Sultan.

Page 17: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

7

Tiga hal itu bilamana diringkas akan menjadi satu kunci prinsip dasar bagi

nadzir untuk mengembangkan harta wakaf yang diterimanya akan menjadi social

trust (Kepercayaan sosial). Sebab masyarakat dan sosial itu hanya ada dua kata

kerja, berubah atau tetap dalam kejumudan. Namun disamping itu, perubahan

yang ada pada keduanya mempunyai dua akibat, ada yang membawa akibat

menguntungkan dan membawa pengaruh positif, yang berarti membawa kemajuan

dan perkembangan (progress), da nada juga perubahan yang mempunyai akibat

merugikan serta membawa pengaruh negatif yang berarti membawa suatu

kemunduran (regress), seperti banyak terjadi perubahan sosial yang menjadikaan

masyarakat tenggelam di dalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan tidak

dapat mengambil suatu sikap yang tepat terhadap keadaan yang baru itu.11

Hal yang mendasar bagi penulis terkait dengan bagaimana KH. Muhammad

Tholhah Hasan mampu membawa lembaga yang dipimpinnya menjadi

berkembang pesat adalah tentang bagaimana beliau menafsirkan kembali wakaf

dapat menjadi suatu kepentingan dan kesejahteraan bagi masyarakat, juga tentang

bagaimana memberdayakan nadzir dengan potensi-potensi yang dimilikinya.

Oleh sebab itu, melihat gagasan-gagasan dan teori yang beliau sampaikan baik

dalam forum ceramah maupun dalam bentuk karya tulis yang kemudian beliau

aktualisasikan di lapangan, penulis sangat tertarik untuk membahas dan mengkaji

secara mendalam tentang pemikiran beliau dalam bidang wakaf, yang nantinya

akan menjadi suatu tema judul berupa Modernisasi Pengembangan Wakaf

Produktif (Studi Pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan).

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Melihat latar belakang dijabarkan di atas, penulis dapat mengidentifikasi

beberapa masalah, yaitu :

a) Bagaimana corak pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan.

11

Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan

Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2000), h. 19.

Page 18: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

8

b) Bagimana pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam

bidang fiqh.

c) Bagaimana pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam

bidang sosial.

d) Bagaimana pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam

bidang wakaf.

e) Apa yang mempengaruhi pemikiran KH. Muuhammad Tholhah

Hasan.

f) Apa Kelemahan dan kekurangan nadzir.

g) Apa kelemahan manajemen wakaf.

h) Bagaimana pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan tentang

pemahaman masyarakat yang masih rendah tentang wakaf.

i) Bagaimana pemikiran KH. Muhammad Thohah Hasan tentang

wakaf tidak hanya untuk urusan ibadah spiritual.

j) Bagaimana pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan tentang

modernisasi pengembangan wakaf produktif

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang ditemukan, pembatasan

permasalahan ini berkisar pada permasalahan di poin sepuluh, yaitu

bagaimana modernisasi pengembangan wakaf produktif menurut

pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan.

3. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis

merumuskan pernyataan penelitian sebagai berikut :

a. Apa yang melatar belakangi pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad

Tholhah Hasan dalam bidang wakaf ?

b. Bagaimana modernisasi pengembangan wakaf produktif menurut

Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan ?

Page 19: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

9

c. Bagaimana manajemen pengembangan wakaf produktif menurut

Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan yang hendak

dicapai dalam penulisan ini adalah :

a. Untuk mengetahui latar belakang pemikiran KH. Muhammad

Tholhah Hasan

b. Untuk mengetahui pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad

Tholhah Hasan tentang modernisasi pengembangan wakaf

produktif

c. Untuk mengetahui pemikiran Prof. Dr. KH. Muhammad

Tholhah Hasan tentang manajemen pengembangan wakaf

produktif

2. Manfaat Penelitian

a. Secara Teoritis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menambahkan kecintaan

masyarakat terhadap Ulama-ulama Indonesia seperti KH.

Muhammad Tholhah Hasan.

2) Agar mahasiswa termotivasi dan berminat untuk mengenal dan

mengkaji pemikiran Ulama Indonesia yang terdahulu maupun

yang sekarang.

3) Agar mahasiswa dapat termotivasi untuk mendalami tentang

wakaf produktif.

b. Secara Praktis

Penelitian ini sebagai upaya pengembangan pengetahuan dan

pelatihan membuat karya ilmiah bagi peneliti sendiri maupun orang

lain, juga diharapkan dapat menambah wawasan dan khazanah

pengetahuan dibidang hukum, khususnya hukum keluarga.

Page 20: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

10

D. Kajian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis pada kajian terdahulu

sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan. Adapun kajian terdahulu

yang menjadi acuan antara lain:

Nama Judul Perbedaan

Fitra Hayani,

Perbandingan Mazhab

Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta,

2012. Skripsi.

Wakaf tunai dalam

perspektif ulama fiqh :

studi analisis pendapat

ulama Hanafiyah da

safi'iyah.

1. Dalam penelitian

tersebut, penulis

membahas

tentang wakaf

tunai yang

kemudian di

komparasikan

dengan dua

pendapat Ulama

mazhab

Hanafiyah dan

Ulama mazhab

Syafi‟iyah.

Sedangkan dalam

karya tulis ini,

penulis akan

membahas

tentang

bagaimana

modernisasi

pengembangan

wakaf produktif

yang diambil dari

pemikiran salah

satu tokoh Ulama

Page 21: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

11

Indonesia yaitu

KH. Muhammad

Tholhah Hasan.

A. Hakim, Universitas

Islam Indonesia

Jogjakarta, 2010.

Jurnal.

Manajemen Wakaf

Produktif Dan

Inventasi Dalam Sistem

Ekonomi Syariah.

1. Dalam jurnal

yang ditulis ini,

penulis

memberikan

penjabaran

manajemen wakaf

produktif dan

investasi dalam

system ekonomi

syariah, penulis

menuliskan secara

global tentang dua

hal tersebut.

Sedangkan

penulis dalam

karya tulis ini,

penulis akan

membahas secara

spesifik seputar

modernisasi

pengembangan

wakaf produktif

menurut Prof. Dr.

KH. Muhammad

Tholhah Hasan.

Page 22: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

12

Setyaningsih,

Universitas Islam Negri

Maulana Malik Ibrahim

Malang, 2008. Thesis.

Pemikiran Pendidikan

Islam Muhammad

Tholhah Hasan.

1. Dalam tulisan

thesis ini, penulis

memberikan

penjabaran

tentang studi

pemikiran KH.

Muhammad

Tholhah Hasan

dalam bidang

pendidikan yang

membahas bahwa

pendidikan Islam

tidak hanya

terbatas pada

lembaga ke-

Islaman saja,

seperti pondok

pesantren atau

madrasah.

Sedangkan dalam

karya tulis ini,

penulis

membahas

tentang

bagaimana

pemikiran Prof.

Dr. KH.

Muhammad

Tholhah Hasan

tentang

modernisasi

Page 23: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

13

pengembangan

wakaf produktif.

E. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara yang dipakai untuk mencari. Mencatat,

menemukan, dan menganalisis sampai menyusun laporan guna mencapai

tujuan.12

Adapun metode penelitian yang digunakan dalam melakukan

penelitian ini diuraikan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk menyusun skripsi ini adalah

penelitian library research,merupakan penelitian yang mengambil bahan-

bahan kajiannya pada berbagai sumber, baik yang ditulis oleh tokoh yang

diteliti itu sendiri, maupun wawancara langsung dengan tokoh itu sendiri

atau disebut dengan sumber primer, maupun sumber yang ditulis oleh

orang lain mengenai yang ditelitinya. Karena penelitian ini bertujuan

menelaah atau mengkaji suatu kitab atau buku mengenai , maka jenis

penelitan yang sesuai adalah penelitian pustaka yang bercorak deskriptif.13

2. Tehnik Pengumpulan Data

Adapun sumber data yang peneliti gunakan pada keperluan penelitian

kali ini adalah sebagai berikut :

a. Data primer

Data primer yaitu data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud

khusus menyelasaikan permasalahan yang sedang ditanganinya. Data

12

Cholid Nur Boko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara

Pustaka) h. 1 13

Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi,

(Jakarta: PT. Renika Cipta, 2..006), Cet. I, h. 95-96

Page 24: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

14

dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau

tempat objek penelitian dilakukan.14

Data primer ini merupakan sumber utama yang berperan dalam

pengumpulan data untuk kepentingan peneliti untuk penelitiannya.

Karena penelitian ini berjenis kajian empiris dan pustaka, maka

sumber utamanya merupakan tokoh yang bersangkutan dan sebuah

karya atau buku yang ditulis oleh tokoh yang akan diteliti

b. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang dijadikan penunjang dalam

pengumpulan data yang peneliti butuhkan.Data sekunder yang penulis

gunakan berupa buku- buku atau sumber- sumber tertulis lainnya

adalah segala yang berkaitan tentang variabel atau fokus penelitian

yang penulis teliti.

3. Pengolahan Data

Setelah data-data terkumpul lengkap, langkah berikutnya adalah

membaca, mempelajari, meneliti, menyeleksi, dan mengklasifikasi data-

data yang relevan yang mendukung pokok bahasan, untuk selanjutnya

penulis analisis, simpulkan dalam satu pembahasan yang utuh baik secara

deskriptif maupun akomparatif.

4. Analisa Data

Selanjutnya dalam menganalisa data yang telah terkumpul, penulis

menggunakan teknik deskriptif analitik, yaitu teknik analisa data

menggunakan, menafsirkan serta mengklasifikasikan dengan

membangdingkan fenomena-fenomena pada masalah yang diteliti melalui

langkah mengumpulkan data, dan mengintrepretasi data. Adapun metode

14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2009), Cet. VIII, h. 137

Page 25: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

15

berpikir yang digunakan adalah metode berfikir induktif, karena pada

dasarnya penelitian kualitatif menggunakan analisa induktif.15

F. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah, maka penulis

menjadikan sistematika penulisan ini dalam lima bab, yang mana ke lima bab

tersebut terdiri dari sub-sub yang terkait. Sistematika penulisan sebagai

berikut:

BAB I, dalam bab ini penulis menuliskan pendahuluan yang meliputi

tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu,

metodologi penelitian, metode analisis dan sistematika penulisan.

BAB II, dalam bab ini merupakan sebuah landasan teori, yang nantinya

akan diuraikan kajian pustaka dan beberapa teori yang dapat digunakan

sebagai kerangka pemikiran teori atau landasan pemikiran, seperti pengertian

wakaf, rukun, dan syarat wakaf.

BAB III, dalam bab ini penulis akan menuliskan riwayat perjalanan hidup

KH. Muhammad Tholhah Hasan atau biografi beliau.

BAB IV, dalam bab ini merupakan penelitian dan analisis pemikiran Prof.

Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan, yang nantinya akan membahas tentang

latar belakang pemikiran KH. Muhammad Tholhah Hasan, modernisasi wakaf

menurut Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan, dan Manajemen Wakaf

Produktif menurut Prof. Dr. KH. Muhammad Tholhah Hasan

BAB V, bab ini adalah merupakan kajian penutup yang mana nantinya

penulis akan menyimpulkan berkenaan dengan pembahasan yang penulis

lakukuan, juga sekaligus menjawab rumusan masalah yang penuis gunakan.

15

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, (Bandung:

PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XXIX, h. 10

Page 26: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

16

Kemudian uraian terakhir berisi saran yang dapat dilakukan untuk kajian lebih

lanjut yang berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.

Page 27: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

17

BAB II

Kajian Teori Tentang Wakaf

Secara historis, institusi wakaf memiliki sejarah yang panjang dan telah

dipraktikkan sejak awal perkembangan agama Islam, baik dalam bentuk wakaf

benda tidak bergerak, seperti tanah dan bangunan, maupun dalam bentuk wakaf

benda bergerak, seperti hewan dan buku. Dalam sejarah Islam sendiri, wakaf

dimulai bersamaan dengan dimulainya masa kenabian Muhammad SAW semasa

beliau berada di kota Madinah yang ditandai dengan adanya pembangunan masjid

Quba. Ini dipandang sebagai wakaf pertama dalam Islam. Kemudian, dilanjutkan

dengan pembangunan masjid Nabawi di atas tanah kepunyaan anak yatim piatu

yang dibeli Rasulullah SAW yang kemudian diwakafkannya.

Selanjutnya, Ustman ibn Affan juga membeli sumur dan mewakafkannya

untuk kepentingan kaum Muslimin ketika itu. Tak hanya orang Muslim saja yang

pernah mewakafkan hartanya, melainkan ada seorang non Muslim pada zaman

Rasululah yang melakukan wakaf, orang itu bernama Mukhairiq dari agama

Yahudi. Suatu ketika Mukhairiq pernah berkata jika dirinya terbunuh dalam

Perang Uhud, maka tanah miliknya akan menjadi milik Nabi Muhammad SAW.

Ternyata Mukhairiq tewas dan tanahnya pun secara otomatis pindah kepemilikan

ke tangan Rasulullah yang kemudian diwakafkan lah tanah itu dan sebagian

hasilnya digunakan untuk kepentingan umat Islam. Abu Thalhah salah seorang

sahabat Nabi juga mewakafkan harta yang dicintainya itu. Selanjutnya pada masa

awal Islam tahun ke-7 Hijriah, salah seorang yang juga sahabat Nabi yaitu Amirul

Mukminin Umar bin Khattab juga pernah mewakafkan tanahnya yang didapat dari

hasi rampasan perang Khaibar. Hal inilah yang menjadi landasan utama dalam

kajian ilmu fikih yang dipandang sebagai bentuk wakaf pertama dalam Islam.16

A. Pengertian Wakaf

Pranata wakaf adalah suatu pranata yang berasal dari hukum Islam, oleh

karena itu apabila membicarakan tentang masalah perwakafan pada umumnya dan

16

Monzeer Kaf, Al-Waqf al-Islami Tathawwaruh, Idaratuh, Tanmiyatuh,

(Damaskus: Dar al-fikr, 2000). h. 19-22

17

Page 28: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

18

perwakafan tanah pada khususnya, tidak mungkin untuk melepaskan diri dari

pembicaraan tentang konsepsi wakaf menurut ajaran hukum Islam. Akan tetapi,

dalam hukum Islam tidak ada konsep yang tunggal tentang wakaf ini, karena

banyak pendapat yang sangat beragam.17

Diantara program yang dianjurkan Islam untuk dilaksanakan kaum Muslimin

adalah wakaf. Yang mana wakaf merupakan central Volunter ekonomi Islam yang

berfungsi sebagai asset konstruksi pembangunan, demi kesejahteraan masyarakat.

Dan perlu diketahui bahwa, pada prinsipnya wakaf merupakan suatu ajaran yang

dianjurkan kepada para hartawan untuk memperhatikan orang-orang yang taraf

ekonominya jauh dibawah mereka, dengan cara mengeluarkan harta pribadi yang

dimilikinya dan menjadikannya sebagai dana abadi bagi umat yang kemudian

hasilnya dimanfaakan untuk membantu kebutuhan, membina, dan mengangkat

derajat manusia.18

1. Wakaf Menurut Bahasa

Dalam merumuskan definisi wakaf, di kalangan ulama fikih terjadi

perbedaan pendapat. Perbedaan rumusan dari definisi wakaf ini berimplikasi

terhadap status harta wakaf dan akibat hukum yang dimunculkan dari wakaf

tersebut. Secara etimologi, waqf dalam bahasa Arab diartikan dengan al-habs

„menahan‟, „al-man‟u‟ menghalangi.19

Penulisan kata wakaf dalam bahasa Indonesia dapat dengan kata (wakaf)

ataupun (wakap). Kata ini diambil dari bahasa Arab yaitu kata benda abstrak

(mashdar) وقف atau kata kerja يقف -وقف yang dapat berfungsi sebagai kata

kerja instansif (fi‟il lazim) atau transitif ( fi‟il muta‟addi). Akan tetapi,

pengertian yang dipakai dalam tulisan ini ialah kata wakaf dari bentuk kata

kerja transitif.20

17

Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah mmilik dan Kedudukan Tanah

Wakaf di Negara Kita, (Bandung: Citra Aditya Bhakti 1994, h. 15. 18

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI, Kumpulan Khutbah

Wakaf, 2013 19

Ibn Manzhur Jamal al-din Muhammad ibn Mukarram al-Anshari, Lisan al-

Arab, (Cairo:Dar al-Ma‟arif),jilid 6 h. 4898. 20

Praja Juhaya, Perwakafan di Indonesia, (Bandung:Yayasan Plara, 1995), h. 6.

Page 29: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

19

Dalam literatur fikih seringkali dijumpai istilah-istilah yang semakna

dengan wakaf, baik alam penggunaan bentuk mashdar nya maupun kata

kerjanya (fi‟il). Seperti kata :

سبل -حبس, أحبس, صدقة, حترمي, سبيل, يسبل

Perlu diperhatikan bahwa kata wakaf tidak dikonotasikan kepada bentuk

kata kerja yang terdiri dari “tiga huruf” yang mempunyai imbuhan (tsulatsi

mazid), hanya bentuk tsulatsi mujarrad sajalah yang lazim digunakan dalam

literatur hukum Islam, seperti kata وقفت األرض (aku telah mewakafkan tanah

ini). Demikian jika membaca kitab-kitab Hadist, kita tidak akan menjumpai

kata wakaf, melainkan kata-kata سبيل dan حبس kendatipun demikian term

wakaf digunakan baik di Indonesia, maupun di beberapa negeri Islam.21

Kesimpulannya, baik kata al-habsu ataupun al-waqf sama-sama

mengandung makna al-imsak (menahan), al-man‟u (mencegah atau

melarang), dan at-tamakust (diam). Disebut menahan karena wakaf ditahan

dari kerusakan, penjualan, dan semua tindakan yang tidak sesuai dengan

tujuan wakaf. Dikatakan menahan, juga karena manfaat dan hasilnya ditahan

dan dilarang bagi siapapun selain dari orang-orang yang termasuk berhak atas

wakaf tersebut.22

2. Wakaf Menurut Istilah

Diskursus mengenai wakaf dan sifatnya terjadi perdebatan di kalangan

para ulama. Namun, pada dasarnya mereka sepakat dalam beberapa aspek.

Perbedaan ini muncul karena berbedanya mereka dalam menerapkan makna

dalil yang mereka jadikan sebagai dalil pendukung argumentasi mereka. Oleh

karena itu, hal ini sangat menarik untuk dicermati lebih jauh, sehingga

21

Imam Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Al-Mamu‟ Syarah Al-

Muhadzab, (Beirut: Dar al-Fikr 2006), h. 574 22

Qahaf Mundzir, Manajemen Wakaf Produktif, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2000),

hlm. 45.

Page 30: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

20

perdebatan itu dapat dianalisis dengan melihat landasan filosofis dan pola

berfikir para ulama tersebut.23

Wakaf menurut Ulama Hanafiyah

Para ulama Hanafiyah merumuskan definisi wakaf dengan

24ىلحبس العني على ملك الوقف و تصدق مبنفعتها على جهة من جهات الرب و احلال أو التا

Artinya: “Menahan benda milik orang yang berwakaf dan mensedekahkan

manfaatnya untuk kebaikan, baik untuk sekarang atau masa yang akan

datang”.

Berdasarkan definisi ini Abu Hanifah menyatakan, bahwa akad wakaf bersifat

tidak mengikat, dalam arti orang yang berwakaf (waqif) dapat saja menarik

kembali wakafnya dan menjualnya. Wakaf menurut imam Abu Hanafi adalah

sama dengan ariyah (sewa-menyewa) yang mana akadnya bersifat tidak tetap dan

dapat ditarik kapan saja. Hal ini sama saja dengan pengertian bahwa wakaf tidak

melepaskan kepemilikan waqif akan benda yang telah diwakafkannya.

Menurut imam Abu Hanifah, ada tiga hal yang menjadikan wakaf bisa

bersifat mengikat, yaitu dalam keadaan : (1) Apabila ada keputusan hakim yang

menyatakan bahwa wakaf itu bersifat mengikat, (2) peruntukkan wakaf adalah

untuk masjid, (3) wakaf itu dikaitkan dengan kematian waqif (waqif berwasiat

akan mewakafkan hartanya).25

Hal yang mendasari pendapat imam Abu Hanifah

adalah sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh imam Baihaqi yang menyatakan :

26عن إبن عباس قال: قال رسول اهلل صلى اهلل عليو و سلم : ال حبس عن فرائض اهلل. )رواه البيهقي(

Dari Ibn Abbas R.A. berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Tidak ada penahanan

dari ketentuan Allah”. (HR al-Baihaqi).

23

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), hlm. 14 24

Badran Abual-Ainaini, Ahkam alWashy wa Auqaf, (Iskandariyah: Muassasat

ass-Salaby),hlm. 260 25

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri,

2006). Juz 8, h.155-156. 26

Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, (India: Dar al-Ma‟arif al-

Usmaniyah,1352H), Juz 6, h. 162.

Page 31: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

21

Menurut ulama Malikiyah, wakaf adalah :

27جعل ادلالك منفعة مملوكة, و لو كان مملوكا بأجرة, أو جعل غلتو كدراىم, بصيغة, مدة ما يراه احملبس

Artinya : “Menjadikan harta kepunyaannya (wqif) itu bermanfaat walaupun harta

kepunyaannya hanya berbentuk sewa, atau menjadikan hartanya itu berbuah hasil

seperti dirham (uang) dengan sighat tertentu dalam jangka waktu sesuai dengan

kehendak waqif”.

Wakaf menurut ulama Malikiyah

Menurut ulama kalangan Malikiyah dalam sebuah hadist Nabi (di dalam

kitab Sunan Muslim tentang tanah Umar ibn Khattab di khaibar) kata-kata

habasta aslaha wa tashadaqta biha adalah sebuah isyarat bahwa, hakikat wakaf

adalah menyedekahkan hasil dengan tetapnya benda wakaf berada dalam

genggaman waqif, namun, waqif terhalang memindahkan kepemilikannya ke

tangan orang lain dalam bentuk jual beli, hibah, dan waris.28

Hampir senada dengan pendapat imam Abu Hanifah di atas, akad wakaf

pun menurut kalangan ulama Malikiyah tidak melepaskan hak kepemilikan waqif

dari harta yang diwakafkannya.29

Hanya saja waqif melepaskan hak penggunaan

harta yang diwakafkan tersebut. Orang yang mewakafkan hartanya menahan

penggunaan harta yang diwakafkan dan membolehkan pemanfaatan hasilnya unuk

tujuan kebaikan dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, ulama Malikiyah

tidak menyaratkan wakaf itu untuk selama-lamanya. Para ulama ini beralasan

tidak ada dalil yang mewajibkan adanya syarat ta‟bid (keabadian) dalam wakaf.30

Wakaf menurut ulama Syafi‟iyah

Selanjutnya adalah pendapat para ulama dari kalangan Syafi‟iyah yang

mendifinisikan wakaf dengan :

27

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri,

2006), Juz 8, h. 155-156. 28

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri,

2006), Juz 8, h. 155-156. 29

Syaikh al-Imam al-Alamah Mauqif al-Din Abi Muhammad Abdullah ibn

Ahmad ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Ilmiah, 2005), Juz 6, h.187-188. 30

Muhammad Qadr Basya, Qanun al-Adl wa al-Inshaf fi al-Qadha ala ala

Musykilat al-Auqaf, (Kairo: Dar al-Salam, 2006), h.117.

Page 32: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

22

حبس مال ميكن اإلنتفاع بو مع بقاء عينو بقطع التصرف يف رقبتو من الواقف و غريه على تصرف مباح

31موجود او بصرف ريعو على جهة الرب و اخلري تقربا اىل اهلل تعاىل

Artinya : “Menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan tetapnya zat benda

yang menghalangi waqif dan lainnya dari tindakan hukum yang dibolehkan atau

tindakan hukum yang bertujuan untuk kebaikan dan mendekatkan diri kepada

Allah SWT”.

Definisi yang sama juga dirumuskan oleh mayoritas para ulama kalangan

Hanabilah, as-Syaibani, dan Abu Yusuf dengan merumuskan wakaf adalah

menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan tetapnya zat benda yang

menghalangi waqif dan lainnya dari tindakan hukum yang dibolehkan , yang

bertujuan untuk kebaikan dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT.32

Dari definisi ini, jumhur ulama berpendapat, bahwa akad wakaf bersifat

mengikat (luzum). Dalam pengertian, waqif tidak dapat menarik kembali harta

yang telah diwakafkan dan tidak dapat menjual atupun mewariskannya. Menurut

mayoritas jumhur ulama ini, harta yang sudah diwakafkan tidak lagi menjadi

waqif, akan tetapi telah berpindah menjadi milik Allah yang dapat digunakan

untuk kebaikan dan kemashlahatan umat Islam. Pendapat yang masyhur di

kalangan ulama mazhab Syafi‟i menyatakan, bahwa wakaf menghilangkan

kepemilikan harta dari waqif. Imam Ahmad ibn Hanbal juga menyatakan hal

demikian. Wakaf tidaklah bersifat lazim, kecuali waqif melepaskan hak

kepemilikannya dari kekuasaannya dan mnyerhakan kepada orang lain, dan waqif

tidak dapat menarik kembali harta yang telah diwakafkannya.33

Pendapat ini berdasarkan pada Hadist yang diriwayatkan oleh imam Nasai

yang menjelaskan, bahwa Umar ibn Khattab telah mendapatkan harta rampasan

dari perang Khaibar, sedangkan beliau bermaksud mendekatkan diri kepada Allah

melalui hartanya itu. Kemudian Nabi SAW bersabda :

31

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri,

2006), Juz 8, h. 155-156. 32

Wahbah al-Zuhaily, al-Wahaya wa al-Waqf fi al-Fiqh al-Islami, (Damsyiq: Dar

al-Fikr, 1996), h. 134. 33

Syaikh al-Imam al-Alamah Mauqif al-Din Abi Muhammad Abdullah ibn

Ahmad ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Ilmiah, 2005), Juz 6, h.188.

Page 33: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

23

يف خيرب مل أصب للنيب صلى اهلل عليو و سلم : إن مائة سهم الىت يل إبن اخلطابعن ابن عمر قال : قال عمر

أصلها و سبل مثرهتا ماال قط أعجب إىل منها قد أردت أن أتصدق هبا وقال النيب صلى اهلل عليو و سلم أحبس

34()رواه النسائ

Artinya: “Diriwayatkan oleh Abdullah ibn Umar, sesungguhnya Umar ibn

Khattab berkata, “Ya Rasulalloh, sesungguhnya aku telah memperoleh harta

seratus saham di khaibar, belum pernah saya mendapatkan harta yang aku kagumi

melebihi tanah itu, aku bermkasud menyedekahkannya, Kemudian Nabi SAW

menjawab, “ tahanlah pokoknya dan belanjakanlah hasilnya di jalan Allah”. (HR.

Al-Nasai).

Ibnu Qudamah dalam hal ini berpendapat, bahwa wakaf itu akad tabarru‟

yang menghalangi adanya akad jual beli, hibah, dan waris. Akadnya bersifat lazim

(mengikat). Pendapat ini didasarkan pada Hadist Nabi yang diriwayatkan oleh al-

Bukhari tentang wakaf yang dilakukan oleh sayidina Umar ibn Khattab.35

3. Wakaf menurut Undang-undang

Dalam pasal 1 Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf

dirumuskan, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum waqif untuk memisahkan

dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan

selamannya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna

keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariat.

Jika melihat kandungan Undang-undang tersebut, nampaknya konten

tersebut mencoba untuk menggabungkan pendapat-pendapat para ulama fikih

klasik terdahulu. Akan tetapi, pasal ini mempunyai kelemahan, yaitu dalam hal

penggabungan pendapat ulama klasik dalam pasal 1 dikhawatirkan dapat

berakibat pada status wakaf menjadi tidak jelas karena memiliki dua opsi, yaitu

apakah wakaf itu untuk selamanya, ataukah wakaf itu hanya bersifat sementara

saja.36

34

Abu Abdu al-Rahman Ahmad bin Shu‟aib bin Ali al-Nasai, Sunan al-Nasai,

(Beirut: Dar al-Fikr, 1995), juz VI, h. 233. 35

Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al-Maqdisi, Al-Mughni, (Hijr: Cairo 1992),

juz VI, h. 235. 36

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 18

Page 34: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

24

Dalam pasal 1 Perturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang

Perwakafan Tanah Milik merumuskan, bahwa wakaf adalah perbuatan hukum

seseorang atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari harta kekayaannya

yang berupa tanah milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk

kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran

agama Islam.

Dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 Kompilasi Hukum Islam

(KHI) juga memberikan definisi tentang wakaf yaitu, perbuatan hukum seseorang

atau kelompok atau badan hukum yang memisahkan sebagian dari benda miliknya

dan melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadat atau

keperluan umum lainnya seuai ajaran Islam.

Berbeda halnya dengan Undang-undang wakaf di mesir, Undang-undang

Nomor 48 Tahun 1946 juga menggabungkan pendapat para ulama fikih tentang

wakaf. Akan tetapi dalam pasal 146 dijelaskan, bahwa boleh melakukan wakaf

untuk selamanya (muabbad) atau selama waktu tertentu (muaqqat) saja dengan

catatan tidak untuk wakaf masjid yang hanya berlaku untuk selamanya.37

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa harta yang di wakafkan

haruslah (1) benda yang diwakfkan harus kekal zatnya (tahan lama wujudnya),

tidak lekas musnah ketika atau seelah dimanfaatkan, (2) lepas dari kekuasaan

orang-orang yang berwakaf, (3) tidak dapat diasingkan kepada pihak lain, baik

dengan jalan jual beli, hibah, maaupun warisan, (4) untuk keperluan amal

kebajikan sesuai dengan ajaran agama Islam.38

B. Dasar Hukum Wakaf

Salah satu misi utama hukum Islam adalah sebagai aturan untuk

mengejawantahkan nilai-nilai keimanan, hukum Islam juga berfungsi untuk

mengemban tanggung jawab masyarakat, baik itu keadilan hukum, keadilan

37

Muhammad Qodr Basya, hlm. 118 38

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI-

Press 1988), hlm. 84.

Page 35: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

25

sosial, maupun keadilan ekonomi. Karena hal ini seluruhnya telah dijelaskan dan

dijabarkan secara gamblang didalam ajaran agama Islam.

Pada sisi lain, Islam memandang harta dan kekayaan sebagai amanat yang

diberikan oleh Allah, yang harus menjadi perekat dalam membangun

persaudaraan dan kebersamaan. Doktrin hukum Islam berupa kewajiban bagi

mereka yang kaya untuk mendistribusikan keaadilan ekonomi, bertujuan agar

kekayaan tidak hanya berputar diantara orang-orang kaya saja. Selain itu, juga

bertujuan untuk meminimalisir terjadinya kesenjangan sosial antara si kaya

dengan si miskin.

1. Wakaf menurut Al-Qur‟an

Berkaitan dengan pensyariatan wakaf, secara khusus nash yang menunjukkan

pensyariatan wakaf dalam Al-Qur‟an tidak ditemukan. Akan tetapi, secara umum

banyak ditemukan ayat yang menganjurkan agar orang beriman menafkahkan

sebagian rezekinya untuk kebaikan, di antara ayat yang menjadi dasar

disyariatkannya wakaf adalah :

(92ن وانفقوا من شئ فإن اهلل بو عليم. ) ال عمران : ن تنال الرب حىت تنفقوا مما حتبو ل

Artinya : “ Sekali-kali kamu tidak akan sampai kepada kebaikan (yang

sempurna) sehingga kamu menafkahkan senagian harta yang kamu cintai dan apa

saja yang kamu nafkahkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui”.

(267ا لكم من األرض. )البقرة : يأيها الذين ءامنوا أنفقوا من طيبات ما كسبتم و مما أخرجن

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan apa-apa yang dihasilkan dari

bumi.

(38ما فرطنا ىف الكتاب من شئ. )األنعام : ....

Artinya : “ Tidakkah kami abaikan dalam al-Qur‟an itu suatu juapun

(segala sesuatu diberi pnjelasan secara umum).

(44كر لتبني للناس ما أنزلنا إليهم. )النحل:إليك الذ ...وأنزلنا

Aritnya :” ..Dan kepadamu (Muhammad) kami turunkan Al-Qur‟an agar

kamu terangkan kepada semua manusia (isi al-Qur‟an) yang diturunkan kepada

mereka. (QS. Al-Nahl:44).

Page 36: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

26

2. Wakaf menurut Hadist

Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa term wakaf belum dikenal pada zaman

Rasulallah. Pada masa itu baru hanya mengenal istilah habs, shadaqah, dan tasbil.

Para ahli Hadist dan kebanyakan ahli-ahli fikih mengidentikkan wakaf dengan

shadaqah jariyah, kecuali al-Dzhahiri yang berpendapat lain. Hadist Nabi yang

diriwayatkan oleh imam Muslim dari Abu Hurairah dibawah inilah yang dijadikan

landasan dan sumber hukum lembaga perakafan itu:

عن النيب صلى اهلل عليو و سلم : إذا مات ابن ادم إنقطع عملو إال من ثالث, صدقة عن أيب ىريرة رضي اهلل عنو

39)رواه مسلم(جارية أو علم ينتفع بو أو ولد صاحل يدعو لو

Artinya : “ Apabila anak adam itu mninggal dunia, maka terputuslah amalnya

kecuali tiga perkara : sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak shaleh

yang mendoakan kepadanya.

Salah satu bentuk sedekah jariyah pada Hadist ini diwujudkan dalam bentuk

wakaf. Wakaf merupakan tindakan hukum seseorang yang memisahkan sebagian

hartanya dan melembagakan untuk selama-lamanya demi kepentingan Ibadah dan

kepentingan sosial ekonomi lainnya. Hal ini berarti nilai pahala wakaf akan selalu

mengalir selama-lamanya kepada waqif.

Hadist yang kiranya lebih tegas menunjukkan dasar hukum lembaga wakaf

lazim al-waqf) adalah Hadist yang diriwayatkan oleh Ibn Umar tentang tanah

Khaibar. Hadist tersebut selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

أرضا خبيرب فأتى النيب صلى اهلل عليو و سلم يستأمره عن إبن عمر رضي اهلل عنهما أن عمر بن اخلطاب أصاب

فيها فقال : يا رسول اهلل إين أصبت أرضا مل أصب قط ما ال أنفس عندى منو, فما تأمروين بو ؟ قال : إن شئت

حبست أصلها و تصدقت هبا غري على أنو ال يباع أصلها و ال يبتاع و ال يوىب و ال يورث و تصدق هبا يف

39

Imam Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih

Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr 2007), Juz, 8, hlm, 405.

Page 37: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

27

القر ى و يف الرقاب و يف سبيل اهلل و ابن السبيل و الييف ال جناح على من وليها أن يأكل منها الفقراء و يف

40ل. )رواه البخاري(بادلعروف و يطعم غري متمو

Artinya : “ Dari Ibnu Umar RA bahwasanya Umar ibn Khattab mempunyai tanah

di Khaibar, kemudian ia datang menemui Rasulullah SAW dan meminta untuk

mengolahnya seraya berkata : “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku memiliki

sebidang tanah di Khaibar, tetapi aku belum mengambil manfaatnya, bagaimana

perintah mu untuk ku perihal tanah tersebut ?”, kemudian Rasulallah bersabda :

“Jika kau ingin, tahanlah tanah itu dan sedekahkan lah hasilnya. Tanah tersebut

tidak boleh dijual atau diperjual belikan, dihibahkan, dan diwariskan. Dia

menyedekahkan kepada fakir miskin, keluarganya, membebaskan budak, orang

yang jihad di jalan Allah, ibn sabil, dan para tamu. Orang yang mengelolanya

tidak berdosa memakan dari hasil tanah tersebut dengan cara yang ma‟ruf dan

memakannya tanpa maksud memperkaya diri. (HR. Al-Bukhari).

Dua Hadist di atas merupakan suatu landasan hukum bagi setiap orang

yang ingin mengeluarkan wakaf, akan tetapi yang menjadi catatan penting bagi

penulis, dua Hadist di atas adalah sebagai acuan bilamana kita ingin mewakafkan

benda tidak bergerak. Disamping Hadist yang menyatakan landasan hukum wakaf

tanah yang merupakan benda tidak bergerak, ada juga Hadist yang meyatakan

keabsahan mewakafkan benda bergerak. Hadist tersebut menjelaskan ada wakaf

kuda yang pada zaman Nabi merupakan satu-satunya kendaraan yang

mobilitasnya paling cepat, hadist yang berasal dari Abu Hurairah dan

diriwayatkan oleh al-Bukhari itu adalah sebagai brikut :

41شعبو وروثو و بولو يف ميزانو حسنات )رواه البخاري( سبيل اهلل إميانا و احتسابا فإن من احتبس فرسا يف

Artinya : “ Barang siapa yang mewakafkan seekor kuda di jalan Allah dengan

iman dan ikhlas, maka sesungguhnya jasad, kotoran, dan kencingnya akan

ditimbang sebagai kebaikan”. (HR. Bukhari).

Walaupun hadist di atas hanya menunjukan keabsahan wakaf hewan,

dalam hal ini kuda, tetapi jika ditinjau fungsi binatang itu di zaman Nabi yaitu

sebagai kendaraan, maka dapat disimpulkan bahwa wakaf kendaraan untuk

40

Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah al-Bukhari,

Shahih al-Bukhari, (Cairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah 2003), juz 9, h.263. 41

Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah al-Bukhari,

Shahih al-Bukhari, (Cairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah 2003), juz 9,h.254

Page 38: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

28

kepentingan umum pun sah menurut hukum. Apalagi jika dikaitkan dengan tujuan

perwakafan, yaitu tujuan penggunaan benda wakaf sebagaimana dinyatakan dalam

Hadist tersebut fi sabilillah, memungkinkan ke absahan semua benda wakaf yang

dapat memberi manfaat dan kemaslahatan umum.42

3. Wakaf dalam Peraturan Perundang-undangan

Di Indonesia, peraturan yang mengatur wakaf selama ini tertuang dalam

Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960, Peraturan Pemerintah

No.28 Tahun 1977 tentang Prwakafan Tanah Milik. Selain itu, juga tertuang

dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), berdasarkan Instrusksi Presiden Nomor 1

Tahun 1991. Terakhir, peraturan perundang-undangan yang mengatur wakaf

secara hukum mulai mendapatkan posisi yang lebih kuat, yakni diundangkannya

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah

RI Nomor 42 Tahun 2006 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor

41 Tahun 2004 tentang Wakaf.

Dalam Undang-undang Pokok Agraria, masalah wakaf dapat dilihat pada

pasal 5, pasal 14 ayat (1) dn pasal 49 menjadi dasar hukum bahwa tanah wakaf

dilindungi oleh negara. Pasal-pasal ini mengatur hal sebagai berikut :

Pasal 5 menyatakan bahwa hukum agraria yang berlaku atas bukit, air,

ruang angkasa ialah hukum adat, sepanjang tidak bertentangan dengan

kepentingan nasional dan negara yang bersandarkan atas persatuan Bangsa dengan

sosialisme Indonesia, serta dengan peraturan yang tercantum dalam Undang-

undang ini dan dengan peraturan perundang-undangan lainnya, segala sesuatu

dengan mengindahkan unsur-unsur yang bersandar pada hukum Agama. Pasal 14

ayat(1) menyatakan bahwa pemerintah dalam rangka sosialisme Indonesia

membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan, dan penggunaan

bumi, air, dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

untuk keperluan Negara, untuk keperluan Peribadatan dan keperluan-keperluan

suci lainnya, sesuai dengan dasar ke-Tuhanan Yang Maha Esa dan seterusnya.

42

Praja S Juhaya, Perwakafan di Indonesia, (Bandung: Yayasan Plara, 1995), h.

12.

Page 39: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

29

Pasal 49 menyatakan bahwa hak milik tanah-tanah badan keagamaan dan sosial

sepanjang dipergunakan untuk usaha dalam bidang keagamaan dan sosial, diakui

dan dilindungi.43

C. Rukun dan Syarat Wakaf

Kendatipun para mujtahid berbeda pendapat mengenai wakaf dan perbedaan

pendapat itu tercermin dalam perumusan mereka, namun semuanya sependapat

bahwa untuk pembentukan lembaga wakaf diperlukan beberapa rukun. Rukun

artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau unsur pokok

dalam pembentukan suatu hal. Tanpa rukun sesuatu tidak akan tegak berdiri.

Untuk kriteria kesahan wakaf, terjadi perdebatan dikalangan ulama. Hal itu

terjadi karena berbeda dalam menetapkan apa yang dimaksud dengan rukun akad.

Rukun wakaf menurut ulama Hanafiyah adalah shigat, yaitu lafaz yang

menunjukan makna wakaf. Maka dari itu, yang menjadi rukun wakaf menurut

mereka adalah ijab, yaitu pernyataan yang bersumber dari waqif yang menunjukan

kehendak wakaf. Qabul dari penerima wakaf tidak termasuk rukun wakaf menurut

Hanafiyah.44

Rukun menurut ulama Hanafiyah adalah apa yang keberadaannya tergantung

kepada sesuatu dan ia merupakan bagian dari hakikat sesuatu. Maka yang menjadi

rukun akad dikalangan Hanafiyah adalah shigat akad yaitu ijab dan qabul.

Namun, menurut golongan Hanafiyah, „aqid dan mauquf „alaih tidak termasuk

rukun karena kedua unsur ini merupakan sesuatu yang berada di luar inti akad.

Menurut mereka „aqid dan mauquf „alaih termasuk ke dalam syarat-syarat akad.

Rukun menurut jumhur fukaha selain Hanafiyah adalah apa yang keberadaannya

tergantung kepada sesuatu dan ia bukan bagian dari hakikat sesuatu. Yang

menjadi rukun akad di kalangan jumhur ulama ada tiga, yaitu „aqidain (dua orang

yang berakad), maukuf „alaih (objek akad), dan sighat akad.45

43

Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. 44

Muhammad Kamaluddin Imam, Al-Washiyah wal-Waqf fi al-Islam Maqashid

wa Qawa‟id, (Iskandariyah: al-Nasyir al-Ma‟arif, 1999), h. 249. 45

Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr 2005),

Juz 4, h. 92.

Page 40: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

30

Wakaf sebagai suatu lembaga, sudah barang tentu memiliki unsur-unsur

pembentukannya tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri unsur-unsur

pembentuk yang juga merupakan rukun wakaf itu. Menurut jumhur ulama, ada

empat rukun wakaf, yaitu waqif (orang yang mewakafkan hartanya), mauquf

(harta yang di wakafkan), mauquf „alaih (yang berhak menerima wakaf atau

tujuan wakaf), dan shigat (pernyataan wakaf dari yang mewakafkan).46

Adapun penjelasan mengenai unsur-unsur wakaf adalah sebagai berikut :

1. Waqif (orang yang berwakaf)

Orang yang mewakafkan hartanya, dalam istilah hukum Islam disebut

wakif. Seorang wakif haruslah memenuhi syarat untuk mewakafkan hartanya,

di antaranya adalah kecakapan bertindak, telah dapat mempertimbangkan baik

buruknya perbuatan yang dilakukannya dan benar-benar pemilik harta yang

diwakafkan itu.47

Dalam hal ini juga, orang yang berwakaf disyaratkan cakap hukum

(ahliyah) yakni kemampuan atau kepantasan seseorang untuk menerima beban

syara‟ berupa hak-hak dan kewajiban dan kesahan tindakan hukumnya. Para

ulama ushul membagi ahliyah kepada dua bentuk. Pertama, ahlyah al-wujub

yaitu kepantasan seseorang untuk diberi hak dan kewajiban. Kepantasan ini

ada pada setiap manusia yang hidup, baik laki-laki dan perempuan, anak-anak

dan dewasa, sakit atau sehat, maupun berakal dan tidak berakal. Kedua,

ahliyah al-ada‟ yaitu kepantasan seseorang untuk dipandang sah segala

perkataan dan perbuatannya, misalkan melakukan perjanjian/perikatan, sholat,

atau puasa. Oleh karena itu tidaklah dipandang ahliyah orang gila dan anak-

anak yang belum mumayiz. kemampuan untuk melakukan tindakan tabarru‟

(melepaskan hak milik untuk hal-hal yang bersifat nirlaba atau tidak

mengharapkan imbalan materiil). Seseorang untuk dapat dipandaang cakap

hukum tentu harus memenuhi persyaratan yaitu :

46

Ahmad al-Hujji al-Kurdi, al-Ahwal al-Syakhshiyyah, (Damaskus: Ma‟syurat

Jami‟ah Damsyik 1993), h. 203. 47

Praja S Juhaya, Perwakafan di Indonesia, (Bandung: Yayasan Plara, 1995), h.

84.

Page 41: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

31

a) Berakal

Para ulama sepakat agar dipandang sah, maka waqif harus berakal ketika

melaksanakan wakaf. Karena itu tidak dipandang sah jika wakaf dilakukan

oleh orang gila, idiot, pikun, dan pingsan. Sebab mereka semua itu kehilangan

akal atau tidak berakal, tidak dapat membedakan sesuatu, dan tidak dapat

mempertanggungjawabkan segala tindakannya. Namun, terhadap orang

mabuk terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Menurut Hanabilah,

Malikiyah, Ja‟fariyah, dan zhairiyah, wakaf yang dilakukan oleh orang yang

mabuk dianggap tidak sah karena dia sama keadaannya dengan orang gila.48

b) Baligh

Dalam hal ini, orang yang melaksanakan wakaf juga haruslah orang yang

sudah dewasa atau cukup umur yaitu sekitar umur 9 sampai 15 tahun. Oleh

karena itu, tidak sah hukumnya wakaf yang dilakukan oleh anak-anak yang

belum baligh karena tersebut dianggap belum mumayiz dan belum dipandang

cakap hukum ataau belum berhak melakukan tindakan hukum. Kemudian juga

dalam hal ini tidak ada perbedaan terhadap anak kecil yang diizinkan orang

tuanya untuk bertransaksi ataupun tidak. Demikian pendapat menurut jumhur

fukaha dari golongan Hanafiyah, Hanabilah, Syafi‟iyah, Malikiyah,

Zhahiriyah, Syiah, Ja‟fariyah, dan Zaidiyah.49

c) Cerdas

Orang yang berwakaf haruslah cerdas, memiliki kemampuan, dan

kecakapan melakukan tindakan. Karena itu, mahjur yaitu orang yang dibatasi

hak keperdataannya. Dalam istilah fikih, pembatasan hak ini dikenal dengan

istilah hajr. Yang dalam istilah bahasa memiliki makna tadyiq wa man‟u

(membatasi atau menghalangi). misalnya karena safih, taflis ataupun

pemboros menurut para fukaha tidak sah hukumnya wakaf. Hal ini karena

48

Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr 2005),

Juz 4, h. 176. 49

Muhammad Kamaluddin Imam, Al-Washiyah wal-Waqf fi al-Islam Maqashid

wa Qawa‟id, (Iskandariyah: al-Nasyir al-Ma‟arif, 1999), h. 243.

Page 42: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

32

dalam akad tabarru‟ tidak sah kecuali dilakukan dengan kecerdasan, atas

dasar kesadaran, dan keinginan sendiri.50

d) Atas Kemauan Sendiri

Dalam hal ini, seorang waqif harus melakukan wakaf atas dasar kemauan

sendiri dan bukan karena terpaksa maupun atas tekanan dari pihak lain. Para

ulama juga berkomentar bahwa tidak sah hukumnya berwakaf atas dasar

paksaan ataupun tekanan dari pihak lain.51

e) Waqif adalah Orang Merdeka dan Pemilik Harta Wakaf

Tidak sah hukumnya perbuatan wakaf yang dilakukan oleh seorang budak

atau hamba sahaya, hal itu karena pada dasarnya dia tidak memiliki harta.

Begitu pula, tidak sah hukumnya mewakafkan harta orang lain ataupun harta

dari hasil curian. Oleh karena itu, waqif adalah pemilik penuh dari harta yang

diwakafkan.52

Dalam peraturan perundang-undangan wakaf di Indonesia dinyatakan,

bahwa waqif itu terdiri dari perorangan, organisasi, dan badan hukum, baik

badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing. Untuk waqif perorangan

disyaratkan harus dewasa, berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan

hukum dan pemilik sah harta benda wakaf. Sedangkan untuk waqif organisasi

dan badan hukum, di samping memenuhi persyaratan kepribadian, juga harus

memenuhi persyaratan adanya keputusan organisasi atau badan hukum. Untuk

mewakafkan benda wakaf miliknya haruslah sesuai dengan ketentuan yang

berlaku dalam organisasi atau badan hukum yang bersangkutan.53

Dari penjelasan syarat waqif di atas dapat disimpulkan bahwa waqif itu

harus orang yang cakap bertindak hukum dalam pengertian sudah dewasa,

50

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Mesir: Dar al-Fattah, 2000), h. 405. 51

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 24 52

Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh al-Islam wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr 2005),

Juz 4, h. 176. 53

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan

Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Pasal 7-8.

Page 43: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

33

berakal, sehat, dan tidak terhalang melakukan perbuatan hukum, serta pemilik sah

dari harta yang akan diwakafkan itu.

2. Mauquf (Benda yang Diwakafkan)

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan syarat benda wakaf.

Namun, mereka sepakat dalam beberapa hal, seperti benda wakaf haruslah

benda yang boleh dimanfaatkan menurut syariat (mal mutaqawwim),54

benda

tidak bergerak, jelas tidak diketahui bendanya, dan merupakan benda milik

sempurna dari waqif . akan tetapi mereka berbeda pendapat dalam masalah

ta‟bid (kekal)-nya benda, jenis benda bergerak yang boleh diwakafkan, dan

beberapa hal dalam masalah shigat wakaf.55

3. Mauquf „Alaih (sasaran atau Tujuan Wakaf)

Ketika berbicara tentang mauquf „alaih, yang menjadi catatan penting para

ulama adalah, bahwa wakaf itu ditujukan untuk taqarrub ila Allah. Secara

umum syarat-syarat mauquf „alaih adalah :

1) Pihak yang diberi wakaf adalah pihak yang berorientasi pada kebaikan

dan tidak bertujuan untuk maksiat. Asal mula disyariatkannya wakaf

adalah menjadi sedekah yang diniatkan untuk mendekatkan diri pada

Allah. Menurut ulama Hanafiyah wakaf bisa memenuhi aspek

taqarrub jika memenuhi ketentuan syariah dan ketentuan waqif.

2) Saran tersebut diarahkan pada aktivitas kebaikan yang berkelanjutan.

Maksudnya disini adalah pihak penerima wakaf tidak terputus dalam

pengelolaan harta wakaf. Wakaf diberikan kepada kaum Muslimin atau

kelompok tertentu yang menurut kebiasaan tidak mungkin mengalami

keterputusan dalam pemanfaatan harta wakaf.

3) Peruntukan harta wakaf tidak dikembalikan kepada waqif. Dalam arti

tidak mewakafkan harta kepunyaannya untuk kepentingan pribadi.

54

Mal Mutaqawwim (benda yang boleh dimanfaatkan), adalah segala sesuatu

yang dibolehkan oleh syara‟ untuk memanfaatkannya, seperti hewan ternak, tumbuhan,

dan sebagainya. 55

Ahmad al-Hujji al-Kurdi, al-Ahwal al-Syakhshiyyah, (Damaskus: Ma‟syurat

Jami‟ah Damsyik 1993), h. 205-206.

Page 44: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

34

Pihak penerima wakaf adalah orang yang berhak untuk memiliki. Para

ulama sepakat, bahwa wakaf harus diserahkan kepada pihak yang

berhak memiliki harta wakaf.

Dalam Undang-undang No.41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dinyatakan dalam

rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, benda hanya dapat diperunukan untuk

memfasilitasi sarana Ibadah, sarana pendidikan, sarana kesehatan, membantu fakir

miskin, anak terlantar, yatim piatu, beasiswa, dan atau tujuan memajukan

kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah dan

peraturan perundang-undangan. Tujuan wakaf ini dinyatakan oleh waqif ketika

melafalkan ikrar wakaf. Dengan demikian, yang menjadi tujuan wakaf adalah

kebaikan yang ditujukan untuk mendekatkan diri kepada Allah yang tidak akan

pernah putus ditelan masa.56

4. Sighat Wakaf (Ikrar Wakaf)

Ikrar wakaf merupakan pernyataan kehendak dari waqif untuk mewakafkan tanah

benda miliknya.57

Syarat-syarat lafal wakaf adalah :

1) Pernyataan wakaf bersifat ta‟bid (untuk selama-lamanya). Demikian

pendapat dari jumhur fukaha yang di antaranya Abu Hanifah, Muhammad,

Syafi‟iyah dan Ahmad.58

Menurut pendapat ini, tidak sah hukumnya

memakai wakaf dalam waktu tertentu (muaqqat)59

. Namun, para ulama

berbeda pendapat tentang wakaf yang diiringi dengan syarat waktu

tertentu. Ulama Malikiyah berpendapat, bahwa wakaf dibolehkan waktu

tertentu dan berakhir dengan habisnya batas waktu sehingga harta wakaf

kembali ke pemiliknya. Walaupun demikian, menurut Malikiyah

sesungguhnya ta‟bid merupakan prinsip dasar sighat wakaf. Karena itu,

apabiila lafal wakaf itu mutlak (tidak dikaitkan dengan waktu tertentu),

56

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 30. 57

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah

Milik, Pasal 1. 58

Jalaluddin, Al-Mahalli, Qalyubi wa Umairah, (Mesir: Dar al-Ahya, 2000), juz

3, h. 102. 59

Muhammad Musthafa Syalabi, Mudharat fi al-Waqf wa al-Washiyah, (al-

Iskandariyah: Matba‟ah Dar al-Ta‟lif, 1958), h. 80

Page 45: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

35

maka wakaf itu berarti untuk selamanya. Sementara itu, Abu Yusuf salah

seorang ulama Hanafiyah berpendapat, bahwa sah hukumnya wakaf yang

diiringi dengan syarat waktu tertentu. 60

Masalah ta‟bid dalam sighat wakaf, Undang-undang Nomor 41 Tahun

2004 tentang Wakaf Pasal 21 ayat 2 huruf e menyebutkan, bahwa ikrar

wakaf harus memuat jangka waktu wakaf. Akan tetapi Undang-undang

maupun peraturan pelaksananya tidak mengklasifikasikan tentang batasan

muabad dan muaqat.

2) Pernyataan wakaf bersifat Tanjiz. Artinya, lafal wakaf itu jelas

menunjukkan terjadinya wakaf dan memunculkan akibat hukum wakaf.

Jumhur fukaha menyatakan, bahwa sighat tanjiz menjadi syarat sahnya

wakaf, karena wakaf bermakna peilikan, sedangkan akad pemilikan tidak

sah kecuali dengan sighat tanjiz. Ini berarti pernyataan wakaf tidak boleh

disandarkan dengan masa yang akan datang, tetapi harus menunjukan

terjadinya wakaf untuk keadaan sekarang. Dalam hal ini menurut Abu

Hanifah , sesungguhnya pernyataan wakaf apabila disandarkan pada masa

setelah kematian, maka wakafnya batal demi hukum. Hal itu karena

dianggap wasiat dengan wakaf. Namun ulama Malikiyah mengatakan,

bahwa wakaf boleh saja diakitkan dengan syarat. Bahkan menurut imam

Ahmad bin Hanbal jika wakaf itu disyaratkan, maka waqif maupun

keluarganya boleh mendapatkan penghasilan dari harta wakaf tersebut,

oleh karenanya ketentuan syarat didalam wakaf hukumnya dibolehkan.61

3) Pernyataan wakaf bersifat tegas (jazim) atau ilzam. Fuqaha di kalangan

Hanafiyah, seperti Muhammad ibn Hasan dari golongan Hanafiyah,

golongan Hanabilah, dan Syafi‟iyah berpendapat, wakaf harus dilakukan

dengan pernyataan yang tegas dan jelas. Menurut ulama ini wakaf batal

demi hukum apabila dilakukan dengan sighat yang tidak tegas, seperti

pernyataan yang hanya mengandung janji-janji semata atau diiringi dengan

60

Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar ala al-Dar al-Mukhtar Syarah Tanwir al-Abshar,

(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994), h. 535. 61

Syaikh al-Imam al-Alamah Mauqif al-Din Abi Muhammad Abdullah ibn

Ahmad ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Ilmiah, 2005), Juz 6, h.193-194.

Page 46: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

36

khiyar syarat. Khiyar tidak menjadikan sighat itu bersifat jazim. Menurut

ulama Malikiyah dan Abu Yusuf yakni ulama dari kalangan Hanafiyah,

wakaf dengan menggunakan khiyar syaratadalah sah. Menurut Abu Yusuf,

wakaf dengan sighat tegas sudah biasa dilakukan (ma‟lum).62

4) Pernyataan wakaf tidak diiringi dengan syarat yang batal, yakni syarat

yang meniadakan makna wakaf atau bertentangan dengan tabiat wakaf.

Misalnya diungkapkan “diungkapkan “saya wakafkan tanah ini dengan

syarat tanah ini tetap milik saya”,

5) Menyebutkan mauquf „alaih dengan jelas dalam pernyataan wakaf. Agar

sasaran pemanfaatan wakaf dapat diketahui secara langsung, waqif harus

menyatakan dengan jelas tujuan wakafnya secara jelas. Demikian pendapat

fukaha di kalangan Syafi‟iyah, Hanafiyah selain Abu Yusuf. Namun ulama

Hanabilah, Malikiyah dan Abu Yusuf tidak mewajibkan menyebutkan

mauquf alaih dalam pernyataan wakaf.63

6) Pernyataan wakaf dinyatakan dengan lafazh sharih (jelas), seperti wakaf

atau dengan lafazh kinayah (sindiran) seperti sedekah (yang diniatkan

wakaf). Pernyataan atau ikrar wakaf adalah tindakan hukum yang bersifat

deklaratif (sepihak), maka dalam hal ini tidak diysaratkan adanya qabul

(pernyataan menerima wakaf) sehingga akad ini tidak akan batal bila ada

penolakan. Akad ini berbeda dengan hibah dan wasiat yang menghendaki

adanya kabul.64

Demi tertib hukum dan administrasi, menghindari penyalahgunaan benda

wakaf, pemerintah mengeluarkan peraturan, dalam pasal 17 Undang-undang

Nomor 41 Tahun 2004 bahwa ikrar wakaf yang diucapkan oleh waqif kepada

nadzhir, dilakukan di hadapan PPAIW (Pejabat Pembuat Akta Ikrar Tanah)

dengan disaksikan oleh dua orang saksi. Kemudian dinyatakan secara lisan atau

62

Muhammad Kamaluddin Imam, Al-Washiyah wal-Waqf fi al-Islam Maqashid

wa Qawa‟id, (Iskandariyah: al-Nasyir al-Ma‟arif, 1999), h. 252. 63

Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Ahkam al-Waqf fi al-Syariah al-

Islamiyah, (Baghdad: Matba‟ah al-Irsyad, 1977), juz 1, h. 66-67. 64

Syaikh al-Imam al-Alamah Mauqif al-Din Abi Muhammad Abdullah ibn

Ahmad ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut: Dar al-Ilmiah, 2005), Juz 6, h.203.

Page 47: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

37

tulisan serta dituangkan dalam akta ikrar wakaf oleh PPAIW. Disebabkan karena

tujuan wakaf adalah mendekatkan diri kepada Allah, maka tentulah wakaf itu

harus bersifat untuk selamanya (ta‟bid), tegas, dan jelas menunjukkan makna

kehendak wakaf, tidak hanya sekedar janji, dan tidak pula ada unsur khiyar dalam

wakaf.

D. Pengertian dan Kriteria Nazhir

Nazhir berasal dari kata bahasa Arab yaitu nazara yang memiliki arti menjaga,

memelihara, merawat, mengelola, dan mengawasi. Adapun nazhir adalah bentuk

isim fai‟il dari kata nazara yang kemudian dapat diartikan ke dalam bahasa

Indonesia dengan arti pengawas. Nazhir wakaf adalah orang atau badan hukum

yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sesuai

dengan wujud dan tujuan harta wakaf tersebut.65

Sedangkan menurut undang-undang nomor 41 tahun 2004 pasal 1 ayat (4)

tentang wakaf menjelaskan bahwa Nadzir adalah pihak yang menerima harta

benda wakaf dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan

peruntukannya. Pengertian ini kemudian di Indonesia dikembangkan menjadi

kelompok orang atau badan hukum yang diserahi tugas untuk memelihara dan

mengurus benda wakaf.

Dalam pengelolaan wakaf, nazhir memegang peranan yang sangat penting

sebagai garda terdepan. Ini berarti kunci keberhasilan pengembangan wakaf

tergantung pada keprofesionalan nazhir. Untuk mencapai tujuan wakaf seperti

yang dikehendaki waqif, nazhir bertanggung jawab dalam melakukan pengelolaan

harta wakaf. Dengan kata lain, nazhir merupakan manajer wakf yang bertanggung

jawab terhadap pemeliharaan, pengelolaan, dan pendistribusian manfaat wakaf

kepada sasaran yang dikehendaki waqif.66

Dalam berbagai kitab fikih, ketika membahas tentang rukun wakaf, tidak

satupun ulama yang meyatakan nazhir wakaf sebagai salah satu rukun dari wakaf.

65

Farid, Wadjdy dan Mursyid. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat Filantropi

Islam yang Hampir Terlupakan. (Cet.1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar). 2007 66

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 39.

Page 48: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

38

Namun para ulama sepakat, bahwa waqif harus menunjuk nazhir wakaf, baik dia

sendiri, penerimma wakaf maupun orang lain. Jumhur ulama fikih berpendapat,

pada dasarnya waqif adalah orang yang harus bertanggung jawab dalam mengurus

harta wakaf selama hidupnya, baik membangun, menyewakan, memperbaiki,

maupun menyalurkannya kepada orang yang berhak. Waqif dapat bertindak

sebagai nazhir terhadap harta yang diwakafkannya, maupun menunjuk orang lain

menggantikan tugasnya. Dalam masalah hak waqif sebagai nazhir wakaf, terjadi

perbedaan pendapat ulama, ulama Hanafiyah seperti Abu Yusuf menyatakan

perwalian atas harta wakaf ada pada waqif, baik ia mensyaratkan atau tidak.

Karena ia adalah orang yang paling tahu tentang harta yang diwakafkannya.

Ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah berpendapat bahwa hak perwalian tidak

diberikan kepada waqif kecuali ia mensyaratkannya ketika ikrar harta yang di

wakafkannya. Demi kemashlahatan dan pelestarian benda-benda wakaf hingga

manfaat wakaf dapat berlangsung secara terus-menerus , maka nazhir sangat

dibutuhkan kehadirannya. Ini beraarti dalam perwakafan nazhir memegang

peranan yang sangat penting.67

Pembangunan sosial dan pemberdayaan ekonomi dilakukan secara terus-

menerus untuk mencari alternatif solusi yang dapat mendorong meningkatkan

kesejahteraan masyarakat lebih cepat. Salah satu alternatif solusinya itu adalah

mobilisasi dan optimalisasi peran wakaf secara efektif. Oleh karenya, secara pasti

dibutuhkan peran nazhir wakaf yang amanah dan profesional, sehingga

penghimpunan, pengelolaan, daan pengalokasian dana wakaf dapat menjadi

optimal.68

Harta wakaf sebagai aset umat, tentu harus dikelola dengan baik dan

amanah, sehingga potensi yang dikandung harta wakaf itu dapat digali dan

disalurkan sesuai dengan tujuan wakaf. Selain paradigma bentuk harta yang

diwakafkan, pengelolaan dan peruntukannya, begitu juga dengan pemilihan nazhir

67

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ed. 1, (Jakarta : Sinar

Grafika, 2009), h. 131. 68

Ahmad Djunaidi, Thobieb Al-Asyhar, Menuju Era Wakaf Produkti, (Tanpa

Kota Penerbit : Tanpa Penerbit, 2007), h. 52.

Page 49: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

39

oleh si waqif merupakan bagian penting dalam upaya optimalisasi peran wakaf

dalam pensejahteraan umat. Nazhir menjadi pihak sentral dari pengelolaan wakaf,

karena berhasil atau tidaknya pengelolaan harta wakaf sangat terkait dengan

kapasitas dan integritas nazhir itu sendiri. Oleh karena itu, sebagai instrumen yang

paling penting dalam pengelolaan wakaf, nazhir harus memenuhi kriteria yang

memungkinkan harta wakaf dapat dikelola dengan baik. 69

Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengelola harta wakaf

dengan baik dan profesional, nazhir haruslah orang yang memenuhi kriteria dan

persyaratan nazhir, baik secara fikih maupun secara peraturan perundang-

undangan. Adapun syarat nazhir adalah :

1. Adil dalam pengertian melaksanakan perintah Agama dan menjauhi

larangannya. Ini merupakan persyaratan yang di ajukan oleh

mayoritas ulama selain Hanabilah.

2. Mempunyai keahlian, yaitu kemampuan personality, yaitu baligh dan

berakal serta kemampuan untuk memelihara dan mengelola harta

wakaf. Namun, para ulama tidak mensyaratkan laki-laki terhadap

nazhir wakaf, karena Umar ibn Khattab pernah berwasiat kepada

Hafsah untuk memelihara harta wakafnya.

3. Islam, namun di kalangan Hanafiyah tidak mempersyaratkan Islam

bagi nazhir. Menurut pendapat ulama Hanafiyah, Islam tidak menjadi

syarat sahnya perwalian dalam wakaf. Oleh karena itu, boleh saja

nazhir tidak diberikan kepada orang non-Muslim. Menurut ulama ini,

pemberian hak pengelolaan wakaf dimaksudkan untuk menjaga harta

wakaf, mengelola, dan mendistribusikannya kepada yang berhak

menerimanya. Untuk itu, dibutuhkan seorang pengelola yang jujur dan

amanah sekaligus mampu mengelola wakaf, baik yang dilakukan

69

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 41.

Page 50: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

40

sendiri maupun bersama waakilnya. Kriteria jujur dan amanah itu

dapat dimiliki oleh semua orang baik Muslim maupun non-Muslim.70

Dari pengertian syarat pertama di atas mengandung makna bahwa nazhir harus :

a. Muslim atau Muslimat

Syarat di atas mengandung makna bahwa nazhir harus beragama

Islam, tanpa mempersoalkan jenis kelamin, apakah seorang laki-laki

atau seorang perempuan. Dan syarat ini berlaku pada wakaf untuk

orang Islam (mauquf alaihnya beragama Islam)

b. Baligh dan Berakal

Oleh karena tugas nazhir melakukan tindakan hukum mengenai

harta, maka mau tidak mau nazhir haruslah orang yang sudah baligh.

Karena anak-anak dipandang belum cakap hukum melakukan

tindakan hukum dibidang harta.

c. Amanat, tidak khianat

Syarat ini mengandung makna bahwa nazhir harus mengetahui

hukum-hukum dalam Islam, terutama hukum-hukum yang berkaitan

dengan wakaf serta tugasnya sebagai nazhir.71

Persyaratan nazhir secara fikih merupakan dasar bagi pemikiran

perundang-undangan wakaf kontemporer. Nazhir diposisikan pada tempat yang

sangat penting bagi pengembangan wakaf. Inovasi pengembangan aset wakaf juga

tergantung kreativitas nazhir. Karena itu, undang-undang wakaf memberi kriteria

lebih ketat pada nazhir. Dia bukan hanya asal tokoh masyarakat, sesepuh desa,

kiai, atau ulama melainkan juga harus berkemampuan manajerial.72

70

Anonym, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama, 2007), h.

116-117. 71

Ditulis oleh KH. Anwar Ibrahim dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-0824)

volume V, Nomor 01, Januari 2012, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia, h. 7 72

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2015), h. 41.

Page 51: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

41

BAB III

BIOGRAFI KH. MUHAMMAD THOLHAH HASAN

A. Sosok KH. Muhammad Tholhah Hasan

KH. Muhammad Tholhah Hasan adalah sosok seorang kiai organistatoris

yang sangat berkompeten, beliau juga termasuk salah seorang yang memiliki

sanad ke-ilmuan secara langsung kepada KH. Hasyim Asy‟ari. Beliau juga salah

seorang pemikir sekaligus praktisi dalam bidang ilmu wakaf. Beliau juga seorang

pendidik yang bahkan banyak tokoh-tokoh Indonesia masa kini yang memberikan

apresiasi tinggi kepada beliau karena etos kerja dan asketisisme yang tinggi.

Tak hanya itu, beliau merupakan salah satu sosok intelektual yang lahir

dari rahim pesantren, dan merupakan penerus intelektual-intelektual pesantren

yang lahir sebelumnya, seperti KH. Hasyim Asy‟ari di Jawa Timur, Syaikh Holil

Bangkalan di Madura, Syaikh Nawawi di Banten, Syaikh Nafis al-Banjari di

Kalimantan Selatan, Syaikh Abdurrauf Al-Singkili di Aceh, Syaikh Yusuf Al-

Makassari di Sulawesi Selatan, dan masih banyak lagi intelektula-intelektual

yang lahir seangkatan atau sesudah mereka yang merupakan produk dari

pesantren.73

Meski kedekatan saya relatif sebentar, sosok Pak Tholhah meninggalkan

cukup mendalam di hati. Secara pribadi saya menyayangkan mengapa beliau tidak

diberi kepercayaan cukup lama memimpin Depag (Departemen Agama). Dalam

ungkapan psikologis, beliau merupakan intelektual NU (Nahdlotul Ulama) yang

telah selesai dengan persoalan pribadinya, sehingga yang menjadi agenda utama

hidupnya adalah bagaimana memberi dan melayani orang lain, bukannya minta

dilayani. Inilah salah satu ungkapan salah satu tokoh cendikiawan Muslim

sekarang Prof. Dr. Komaruddin Hidayat ketika memberikan komentar tentang

sosok KH. Muhammad Tholhah Hasan.74

73

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. xxxiv 74

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 280

41

Page 52: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

42

Dalam sambutan pada acara pengukuhan gelar Doctor Honoris Causa

(DHS) KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) di Auditorium Harun Nasution UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan, Doctor Honoris Causa yang diberikan

kepada Pak Tholhah Hasan merupakan sebuah prestasi yang sangat luar biasa bagi

seorang yang ngaji kepada Kiai tanpa beban dan tanpa mikir akan jadi apa kelak,

akan tetapi beliau (KH. Muhammad Tholhah Hasan) dapat mencapai sebuah

derajat keilmiahan yang tinggi.

Ridwan Lubis ketika berbicara tentang sosok kiai Tholhah adalah

seseorang yang dari sisi pemikiran perkembangan masa depan (futuristik) adalah

langkah yang selalu beliau tempuh. Misalnya ketika kiai Tholhah diamanahi

menjadi Menteri Agama, butir-butir program yang selalu dimunculkan bersifat

futuristik, ap to date dan beberapa langkah lebih maju dari pemikiran-pemikiran

sebelumnya.75

Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki banyak ilmu, hidupnya

dipersembahkan dan didekasikan untuk kesejahteraan Bangsa dan umat. Beliau

memberikan kontribusi dalam bidang pendidikan dan wakaf. Dalam bidang

pendidikan, sudah ratusan bahkan ribuan santri, mahasiswa, dan mahasiwi beliau

yang sekarang sudah turut berkontribusi untuk Bangsa dan Negara. Dalam bidang

wakaf, beliau adalah seorang praktisi yang berhasil mengembangkan lahan wakaf

yang di wakafkan kepadanya, terbukti ketika beliau mengembangkan sebuah

lembaga pendidikan al-Ma‟arif di Singosari Malang, Rumah Sakit Islam Malang,

Universitas Islam Malang, al-khaibar minimarket di UNISMA, dan banyak lagi

bentuk lahan wakaf yang telah beliau kembangkan.76

B. Latar Belakang Keluarga KH. Muhammad Tholhah Hasan

Kiai Tholhah adalah sosok pria yang lahir dalam keadaan lingkungan yang

religius, masa remajanya beliau habiskan untuk tinggal dan menggali ilmu di

lembaga pendidikan pesantren. Pendidikan pesantren telah menjadi identitas yang

75

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 340 76

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 222

Page 53: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

43

melekat dalam dirinya, sehingga beliau besar menjadi sosok yang alim dalam

bidang ke-Agamaan dan juga memiliki concern terhadap pemberdayaan dan

kesejahteraan umat.

Sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa Sedayu Lawas pada masa

penjajahan Belanda, pasukan Indonesia datang menemui seorang kiai sepuh di

desa tersebut, berkunjungnya pasukan Indonesia ke kediaman kiai tersebut guna

untuk meminta doa atau wiridan, kiai sepuh tersebut bernama kiai Abu Hasan,

selain ahli ilmu kanuragan, beliau juga ahli dalam ilmu pengetahuan agama Islam,

yang mana pada sore dan malam hari beliau mengajar kitab suci al-Qur‟an dan

juga mengajarkan kitab-kitab kuning kepada warga.77

Kiai Abu Hasan memiliki sanad (garis keturunan) yang tinggi, ayah beliau

bernama kiai ng Sendang Duwur, kiai Sendang Duwur adalah tokoh spririual pada

zamannya, yang juga sebagai murid langsung dari Sunan Drajat. Istri beliau

bernama Nyai Wuriam, tak kalah dengan suaminya, Nyai Wuriam sendiri adalah

keturunan dari Sunan Kudus, ayahnya bernama Raden Tirtojoyo yang berasal dari

Kudus. Dari Raden Tirtojoyo inilah sanad Nyai Wuriam bersambung ke Sunan

Kudus.78

Selama mengarungi bahtera rumah tangga, Kiai Abu Hasan dan Nyai

Wuriam memiliki satu orang putra yang kemudian diberi nama Tholhah oleh Kiai

Abu Hasan, Tholah sendiri adalah anak kandung dari Kiai Abu Hasan dari istrinya

yang pertama sebelum menikah dengan Nyai Wuriam. Tholhah tumbuh sebagai

anak yang cerdas, juga memiliki kepekaan sosial yang tinggi. Tholhah bukanlah

tipe pemuda yang hanya mampu berpangku tangan atas apa yang melanda

Negerinya, ia juga bukan tipikal intelektual picisan yang hanya mampu berbicara

tanpa berbuat apa-apa. Dalam dirinya menyatu semangat intelektualitas dan jiwa

77

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 5 78

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 7

Page 54: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

44

aktifis sekaligus. Sebagai seorang intelektual, dia benar-benar membumi dan

membaur dengan masyarakat sekitar.79

Dalam usianya yang relatif muda, Tholhah telah menjadi tokoh panutan

orang-orang desa Sedayu Lawas. Waktu itu, ia menggerakkan anak-anak muda

untuk selalu berpikir kritis dan memikirkan nasib yang terjadi di Negeri ini. Ia

mengajak pemuda-pemuda Sedayu Lawas untuk memantau perkembangan politik

yang sedang berlangsung dengan mendiskusikan tulisan-tulisan yang ada di

majalah MIA. Ia juga dikenal oleh penduduk Sedayu Lawas sebagai salah seorang

tokoh pemuda yang membidani kelahiran organisasi Anshor di Sedayu Lawas.80

Ketika menjelang dewasa, Tholhah dinikahkan dengan Anis Fatma yang

sebenarnya masih sebagai saudara dekatnya sendiri. Anis Fatma adalah

keponakan dari Nyai Wuriam yang sekaligus sebagai anak angkat beliau. Anis

Fatma adalah anak dari Nyai Suwarni dengan Raden Sudiyo, Nyai Suwarni

sendiri adalah kakak kandung dari Nyai Nyai Wuriam. Dalam perkawinan

Tholhah dengan Anis Fatma, mereka dikaruniakan seorang putra yang diberi

nama dengan Muhammad Affan Mufti.81

Sejak kelahirannya, Muhammad Affan Mufti begitu dimanja oleh selutuh

anggota keluarganya, lebih-lebih oleh Kiai Abu Hasan dan Nyai Wuriam. Hal ini

lantaran kehadirannya sebagai cucu pertama bagi sepasang kakek nenek ini.

Wajahnya yang imut dan gerakan-gerakannya yang lucu membuat Kiai Abu

Hasan dan Nyai Wuriam mampu menahan untuk berlama-lama menatapnya.82

Tiap kali memandang bayi Affan, ada perasaan aneh yang tiba-tiba

menjalar ke dalam seluruh tubuh. Rasa bahagia melihat sang cucu tumbuh dengan

begitu sehat di zaman yang serba kekurangan, rasa tidak percaya akan perjalanan

waktu yang begitu cepat. Rasa-rasanya baru kemarin sore Kiai Abu Hasan

79

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 9 80

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 10 81

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 10 82

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 16

Page 55: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

45

melepas masa lajangnya, dan tiba-tiba ia sudah menjadi seorang kakek. Meskipun

Affan tumbuh dalam kondisi ekonomi yang serba kekurangan, tak sedikitpun ia

merasa kurang dari rasa kasih sayang dari ayah-ibu dan juga dari kakek-

neneknya.83

Hingga pada suatu hari, ketika usianya baru menginjak empat tahun, bocah

kecil ini melihat orang-orang di kampung tiba-tiba datang ke rumahnya, lalu

terdengar bacaan-bacaan tahlil dan doa-doa. Sementara di tengah-tengah, ia

melihat ayah tercintanya terbujur kaku berbungkus kain putih. Waktu itu ia sama

sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, yang ia tahu, sejak hari itu, tak

pernah ia dapati sang ayah pulang ke rumah dan tak bisa lagi bermanja-manjaan

dengan ayah tercintanya itu.84

Selang beberapa hari setelahnya, lagi-lagi kembali beberapa orang datang

ke rumahnya, membaca doa-doa sambil mengelilingi sebuah nasi tummpeng. Lalu

kemudian sang kakek memberi tahu kalau dirinya tidak lagi dipanggil affan atau

mufti, akan tetapi panggilan untuknya adalah Tholhah, persis dengan nama

ayahnya.85

Konon, menurut cerita-cerita yang pernah affan dengar, sebelum

menghembuskan nafas terakhirnya, sang ayah masih sempat menitipkan pesan

kepadanya, supaya dia mampu membawa nama baik ayahnya itu. Mungkin karena

itu ia masih terlalu kecil, maka ia kurang begitu mengerti perihal ayah terhadap

dirinya itu. Karena alasan inilah kemudian sang kakek mengganti nama affan

dengan nama ayahnya Tholhah. Sedangkan nama Hasan diambil dari nama

kakeknya. Dengan demikian nama Tholhah Hasan yang saat ini ia sandang

merupakan beban berat untuk mengangkat setinggi-tingginya derajat ayah dan

kakeknya tercinta.86

83

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 16 84

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 17 85

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 17 86

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 18

Page 56: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

46

C. Pendidikan KH. Muhammad Tholhah Hasan

Pada masa kecilnya, sosok Kiai Tholhah bukanlah tipikal anak yang

pendiam dan penurut. Ia nakal dan kadang-kadang menjadi liar. Namun justru itu,

keliaran-keliaran itulah yang membiasakan dirinya untuk menjadi pribadi yang

kreatif. Lazimnya anak-anak kampung, ia pun mengisi hari-hari kecilnya dengan

dunia permaianan. Mandi di laut, bermain layang-layang, mencari burung, juga

perang-perangan adalah aktifitas-aktifitas yang biasa ia jalani bersama sahabat-

sahabatnya.87

Namun ada yang menarik dalam diri Kiai Tholhah masa kecil, dalam masa

usianya yang masih dini, ia telah terbiasa mengorganisir sahabat-sahabatnya untuk

bermain. Bagi sahabat-sahabatnya, Kiai Tholhah adalah komando, seperti apa dan

kapan permainan akan dilakukan, yang mana sepenuhnya bergantung dan atas

inisiatif dari Kiai Tholhah ketika itu.88

Semasa kecil, Kiai Tholhah belajar dan diasuh oleh Kiai Asy‟ari, beliau

adalah salah satu guru Kiai Tholhah yang amat sangat ia hormati, pun juga oleh

sahabat-sahabatnya. Kiai Asy‟ari adalah salah satu guru madrasah diniyah yang

begitu sabar mendidik anak se-badung kiai Tholhah kala itu. Kiai Asy‟ari adalah

sosok Ustad kampung yang penuh rasa cinta kasih dengan pendalaman rasa yang

luar biasa terhadap anak didiknya. Kepadanya anak-anak kecil kampung biasa

mengadu atas segala persoalan mereka . dan kalau sudah demikian, dengan begitu

telaten, ia mau mendengarkan curhatan anak-anak itu.89

Waktu itu selain Kiai Asy‟ari, Ustad-ustad yang pernah mengajarnya

adalah Kiai sulaiman, Kiai zuhdi, Kiai muhtarom, Kiai mahbub dan Kiai asror.

Dalam asuhan Kiai zuhdi, pertama kali Kiai Tholhah mengenal pelajaran agama

Islam. Di mushollah Kiai zuhdi mengajar dengan cara yang amat tradisional.

Anak-anak kecil tanpa ada penjenjangan kelas diajari membaca Al-Quran, cara-

87

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 27 88

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 28 89

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 36

Page 57: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

47

cara sholat, dan juga ilmu fikih dasar.begitupun juga dengan Kiai muhtarom, Kiai

ini adalah teman akrab ayah Kiai Tholhah dulu semasa muda.90

Pada saat Kiai Tholhah berusia tujuh tahun, ketika itu di kampungnya baru

mulai didirikan Sekolah Rakyat (SR). Dan ia pun masuk ke sekolah itu. Dengan

demikian, dalam satu hari, ia mengikuti sekolah dua kali. Pada jam 07.00 sampai

jam 12.00 siang belajar di sekolah rakyat, kemudian mulai jam 14.30.00 ia

mengikuti sekolah diniyah.91

Sebagaimana yang dituturkan Kiai Tholhah, masyarakat dimana ia tinggal,

meskipun hidup dalam batas di bawah kemiskinan, namun mereka memiliki

semangat keberagaman yang tinggi. Meski di kampung Kiai Tholhah tidak

terdapat pondok pesantren, namun kehidupan keberagamannya tak jauh beda dari

dunia pesantren. Banyaknya para tokoh jebolan pesantren, telah menyemarakkan

pendidikan di sana. Para alumni pondok, biasa memberikan pelajaran diniyah di

sore hari. Di diniyah ini, kurikulum yang ada sebenarnya tidak jauh berbeda

dengan yang diajarkan di pondok pesantren, misalnya, untuk pelajaran Nahwu,

kitab yang dipakai adalah Jurumiyah, Imrithi, hingga Alfiyah ibn Malik. Untuk

pelajaran fikih, kitab yang diajarkan adalah Taaqrib, Sulamuttaufiq, Safinah al-

Naja, atau Fathu al-Mu‟in. Kitab-kitab ini semua diajarkan di pondok pesantren.92

Ketika Kiai Tholhah masih belia, pondok pesantren Tebuireng Jombang

telah menjadi kiblat bagi kalangan masyarakat Jawa Timur pada umumnya dan

Sedayu Lawas pada Khususnya. Bagi mereka, serasa tidak sah tatkala seorang

santri mengecap manis-pahitnya dunia pesantren tetapi belum merasakan

kehidupan pesantren Tebuireng.93

Tiga belas tahun usia Kiai Tholhah ketika itu juga ia resmi mendapatkan

tanda kelulusan Sekolah Rakyat (SR). Begitu pula, pada usia itu ia sudah

90

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 38 91

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 39 92

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 44 93

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 63

Page 58: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

48

dianggap oleh guru-gurunya telah berhasil menempuh pendidikan diniyah. Kiai

Tholhah tahu betul bahwa apa yang sudah diterimanya adalah bagian terkecil dari

ilmu pengetahuan yang sesungguhnya. Jauh di luar sana telah terhampar ilmu

pengetahuan yang begitu luas.94

Berkat dorongan, doa, dan usaha dari kakek, nenek, dan ibunya. Kiai

Tholhah pergi meninggalkan kampung halamannya menuju pondok pesantren

Tebuireng di Jombang dengan membawa bekal dari hasil warisan sang ayah yang

dijual ibunya. Hari itu adalah hari yang amat sangat membahagiakan bagi dirinya,

karenan harapan dan impian untuk menjadi salah santri di pondok pesantren yang

terkenal itu dapat terwujudkan. Maka tak henti-hentinya, Kiai Tholah

mengagungkan Asma Allah sebagai ekspresi rasa syukur itu.95

“Man jadda wajada!” Demikian pepatah Arab yang sangat terkenal di

dunia pesantren. Siapapun yang bersungguh-sungguh, maka ia akan menuai hasil

dari kesungguhannya. Tidak ada manusia yang benar-benar bodoh. Pun juga tidak

ada manusia yang benar-benar sempurna. Siapa yang berusaha, pastilah ia akan

mendapatkan hasil sesuai dengan jerih payahnya. Kata sakti ini rupanya terbukti

dalam perjalanan Kiai Tholhah. Satu tahun Kiai Tholhah nyantri di Tebuireng. Ia

telah berhasil menghafalkan seribu bait Alfiyah. Sebuah standar bagi keberhasilan

seorang santri sampai saat ini. Tak hanya itu, ia di anggap sebagai seorang santri

yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Karenanya di madrasah tsanawiyah

Kiai Tholhah langsung diloncatkan ke kelas tiga.96

Seorang Kiai dalam dunia pesantren adalah tokoh-tokoh yang mempunyai

kelebihan yang dekat dengan Allah. Mereka adalah orang-orang yang senantiasa

melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Mereka adalah orang

yang senantiasa berbuat kebajikan. Sebagaimana santri pada umumnya, Kiai

Tholhah saat itu memiliki keinginan untuk melanglang buana berguru kepada

94

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 67 95

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 69 96

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 75

Page 59: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

49

Kiai-kiai yang berbeda. Tercatat Kiai Tholhah telah belajar kepada banyak guru,

antara lain Kiai Idris, Kiai Adlan, Kiai Masykur, Kiai Mahfudz, Kiai Baidhawi,

Kiai Manan, Kiai Syamsuri, Kiai Romli, Juga kepada Hadrotu Syekh Hasyim

Asy‟ari. Kiai Tholhah juga pernah posonan ke daerah Lasem di Jogjakarta. Waktu

iu, ia mengikuti pengajian fikih yang diajarkan oleh Kiai Maksum. Pernah juga,

beberapa bulan ke Tambak Beras untuk mengikuti pengajian fikih. 97

Di antara puluhan Kiai yang pernah menjadi gurunya, Kiai Idris dan Kiai

Adlan merupakan dua sosok Kiai yang sangat mempengaruhi kehidupannya. Dari

dua Kiai inilah, Kiai Tholhah disadarkan tenang bagaimana seseorang menjalani

hidup. Kiai Idris dan Kiai Adlan adalah dua guru yang berjalan dengan cara yang

secara pintas bertolak belakang. Namun hakikatnya, mereka sedang menempuh

jalan yang sama. Jalan ridha Allah, jalan pengabdian seorang hamba kepada

Tuhan. Sama-sama mengamalkan tasawuf dalam kehidupan sehari-harinya, Kiai

Idris hidup dengan kemiskinan, sementara Kiai Adlan hidup dengan

bergelimangan harta. 98

Setelah pindah ke malang, beliau menekuni pendidikan umum

pada jenjang perguruan tinggi. Jenjang sarjana muda beliau dapatkan pada jurusan

Ilmu Pemerintahan pada fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL)

Universitas Merdeka Malang. Jenjang ini ditekuninya selama tiga tahun, mulai

pada tahun 1963 dan selesai pada 1966. Pada tahun 1974 beliau mengambil

program sarjana jurusan Ketatanegaraan fakultas Ketatanegaraan dan

Ketataniagaan (FKK) yang sekarang berubah namanya menjadi Fakultas Ilmu

Administrasi (FIA) Universitas Brawijaya Malang, hingga memperoleh derajat

ke-sarjanaannya pada tahun 1973.99

97

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 82 98

Nasaruddin Umar, dkk, Kyai Multitalenta Sebuah Oase Spriritual KH. M.

Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Center). h. 83 99

http://zulfanioey.blogspot.co.id/2011/07/prof-dr-kh-muhammad-tholhah-

hasan.html. Diakses pada tanggal 09-10-2017, pukul 13.47.

Page 60: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

50

D. Rekam Jejak Perjalanan KH. Muhammad Tholhah Hasan

Dalam kancah perkembangan dan perjalanan bangsa Indonesia, sejak era

kolonialisme sampai sekarang, kontribusi Kiai Tholhah turut mewarnai dinamika

Bangsa ini. Dalam bidang perjuangan melawan kolonialisme, pendidikan, politik,

pembangunan, juga dengan administrasi wakaf yang sampai saat ini masih tetap

eksis lembaganya. Unik sekali memang, seorang Kiai dengan latar belakang

pendidikan pesantren, yang kemudian melanjutkan pendidikan sarjana mudanya

dalam bidang ilmu administrasi, dan mendapat gelar Doctor Honoris Causa

(DHS) dalam kajian pendidikan, yang selanjutnya gelar Profesor beliau peroleh

dalam bidang Ilmu Wakaf. Oleh karenanya tak heran jika Prof. Dr. Nasaruddin

Umar memberikan julukan kepada beliau sebagai “Kiai Multitalenta”.

Kiai Tholhah mulai menekuni organisasi Nahdlatul Ulama (NU) sejak

tingkat yang paling rendah yaitu tingkat ranting, kemudian naik ke tingkat

Pengurus Cabang, kemudian ke Pengurus Wilayah dan bahkan hingga ke

Pengurus Besa. Karir beliau di organisasi Nahdatul Ulama di mulai pada tahun

1960, beliau dipecaya sebagai pimpinan ranting di Singosari Malang, kemudian di

tahun 1963 beiau menjadi ketua Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWC

NU) di Singosari Malang sampai tahun 1966. Kemudian di tahun ini juga 1966

sampai 1969 beliau menabat sebagai salah satu ketua Pengurus Cabang NU

Kabupaten Malang. Selanjutnya pada tahun 1986 sampai 1989 menjabat sebagai

salah satu ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa

Timur periode 1986-1992. Sebelum habis masa kepengurusan Tanfidziyah

wilayah Jawa Timur tersebut, beliau ditarik ke pusat menjadi salah satu ketua

Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PBNU) periode 1990-1994

berdasarkan hasil Muktamar NU ke-28 yang berlangsung di Pondok Pesantren Al-

Munawir Krapyak Yogyakarta, sebagai ketua IV (Bidang Urusan Luar Negeri).

Sejak tahun 1994 sampai 2009, beliau aktif di salah satu ketua Rois Syuriah

PBNU, sebagai Syuriah urusan pengembangan sumber daya manusia.100

100

Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius, ( Jakarta:

Listafariska Putra,Cet.2, 2004), h. 317

Page 61: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

51

Tak hanya itu, pada masa mudanya Kiai Tholhah pernah menjabat sebagai

anggota Badan Pemerintah Harian Daerah (BPH-PEMDA) Kabupaten Malang

selama kurang lebih 9 tahun. Dalam karier politik beliau juga pernah menjabat

sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Malang,

juga pernah di angkat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia pada era

reformasi yaitu kepemimpinan KH. Abdurrahman Wahid. 101

Perannya sebagai ulama juga ditunjukkan dengan eksistensi Masjid

Sabilillah di Singosari Malang yang dibangun bersama salah seorang founding

father NKRI, KH Masykur. KH Masykur menunjuk Kiai Alumni Tebuireng ini

sebagai ketua panitia pembangunan masjid itu. Kiai Tholhah mampu

mengembangkan Masjid Sabilillah menjadi sebuah masjid yang tidak hanya

menonjol sebagai tempat ibadah, melainkan tempat pengembangan masyarakat

dengan memberdayakan masjid berperan dalam berbagai bidang kehidupan

masyarakat. Hal ini dutunjukkan dengan adanya sekolah mulai tingkat dasar

sampai lanjutan, kegiatan sosial ekonomi dengan adanya Laziz Sabilillah,

Poliklinik sebagai pusat kesehatan Masyarakat. Semuanya itu dikelolah dengan

baik dibawah Masjid Sabilillah. Hal demikian ini menunjukkan bahwa Kiai

Tholhah mampu mengembangkan masjid sebagai pusat peradaban seperti masa

lalu.102

Pasca beliau menjabat sebagai Menteri Agama Republik Indonesia, beliau

diberikan amanat untuk memimpin sebuah lembaga milik negara yang berada di

bawah payung Kementerian Agama Republik Indonesia yaitu Badan Wakaf

Indonesia. Peran beliau sebagai seorang pemimpin terbukti berhasil, kinerja beliau

yang tak dapat dipandang sebelah mata, prestasi beliau juga tak dapat ditutupi

walau se-ujung jari dalam perkembangan wakaf di negara Indonesia ini. Setelah

selesai beliau memimpin Badan Wakaf Indonesia, beliau kemudian diangkat

menjadi Dewan Pembina Badan Wakaf Indonesia sampai saat ini.

101

http://zulfanioey.blogspot.co.id/2011/07/prof-dr-kh-muhammad-tholhah-

hasan.html. Diakses pada hari senin Tanggal 09-10-2017, pukul 17.07. 102

http://www.nu.or.id/post/read/60403/kh-tolchah-hasan-sosok-kiai-organisator.

Diakss pada hari senin Tanggal 09-10-2017, pukul 17.34.

Page 62: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

52

E. Karya-karya KH. Muhammad Tholhah Hasan

Sebagai seorang intelektual, Kiai Tholhah telah banyak menyumbangkan

karya-karyanya yang sangat berharga untuk perkembangan peradaban sosial

masyarakat Islam khususnya dan masyarakat non-Islam pada umumnya. Karya-

karya beliau tak hanya berupa tulisan, akan tetapi juga berupa fisik yang telah

berhasil beliau kembangkan dari nol. Karya-karya tulis Kiai Tholhah adalah :

1. Islam dan Sosio Kultural (Jakarta: Lantabora Press, 2000)

2. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman (Jakarta:

Lantabora Press, 2000).

3. Kado Untuk Tamu-tamu Allah (Jakarta: Lantabora Press, 2000).

4. Islam dan Masalah Sumber Daya Manusia (Jakarta: Lantabora Press

2004).

5. Dinamika Kehidupan Religius (Jakarta: Listarafiska Putra, 2004)

6. Diskursus Islam Kontemporer (Jakarta: Listarafiska Putra, 20004).

7. Ahlusunnah Wal Jama‟ah dalam Persepsi dan Tradisi NU (Jakarta,

Lantabora Press, 2004).

8. Agama Moderat: Pesantren dan Terorisme (Jakarta: Listarafiska Putra,

20004).

9. Apabila Iman Tetap Bertahan (Jakarta: Listarafiska Putra, 20004).

Sedangkan tulisan-tulisan beliau dalam bentuk jurnal yang sudah diterbitkan

adalah :

1. Hak Rakyat Atas Tanah; Satu Perspektif Islam (Jurnal Fakultas

Hukum Universitas Islam Malang, 2000).

2. Kiprah Kaum Wanita dalam Wakaf (Al-Awqaf, Jurnal Wakaf dan

Ekonomi islam, 2012).

3. Wakaf dan Peranannya dalam Pendidikan di Dunia Islam (Al-Awqaf,

Jurnal Wakaf dan Ekonomi islam, 2013).

4. Exchanging Waqf Asset (Al-Awqaf, Jurnal Wakaf dan Ekonomi islam,

2011).

Page 63: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

53

Prestasi Kiai Tholhah dalam pengembangan Wakaf adalah sebagai berikut :

1. Taman Kanak-kanan Al-Ma‟arif Singosari Malang

2. SD, SMP, SMA, dan SMK Islam Al-Ma‟arif Singosari Malang

3. Madrasah Tsanawiyah Al-Ma‟arif Singosari Malang

4. Madrasah Aliyah Al-Ma‟arif Singosari Malang

5. Taman Kanak-kanak Sabilillah Malang

6. SD Islam Sabilillah (fullday school) Malang dengan program unggulan

7. Madrasah Aliyah Plus di Pekanbaru Riau.

8. Yayasan Universitas Islam Malang

9. Yayasan Pendidikan Islam Al-Ma‟arif Malang

10. Yayasan Sabilillah Malang

11. Yayasan Hizbullah

12. Yayasan Panti Asuhan Yatim Babus Salam

13. Yayasan Pondok Pesantren Teknologi “Ummatan Wasathan”

14. Rumah Sakit Islam (UNISMA) Malang

15. Rumah Sakit Bersalin (Muslimat Medical Center)

16. ASWAJA Center di Batu Malang

17. Minimarket Al-Khaibar di UNISMA Malang

Page 64: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

54

BAB IV

PEMIKIRAN PROF. DR. KH. MUHAMMAD THOLHAH HASAN

A. Latar Belakang Pemikiran Prof. KH. M. Tholhah Hasan

Sosok KH. Tholhah sudah tidak lagi diragukan bilamana beliau ditunjuk

dan diperintahkan sebagai Nazhir. Hal ini karena sudah segudang harta wakaf

yang beliau kembangkan. Pengembangan harta wakaf yang tidak hanya berguna

dan bermanfaat bagi harta wakaf itu sendiri, melainkan juga bermanfaat bagi

masyarakat dan kepentingan sosial, terutama demi kepentingan agama Islam.

Perubahan masyarakat atau perubahan sosial itu, ada yang mempunyai

akibat menguntungkan dan membawa pengaruh positif, yang berarti membawa

kemajuan dan perkembangan (progress), tapi ada juga perubahan sosial yang

mempunyai pengaruh negatif yang berarti membawa kemunduran (regress),

seperti banyak terjadi perubahan sosial yang menjadikan masyarakat tenggelam

didalam persoalan-persoalan yang dihadapinya dan tidak dapat mengambil suatu

sikap yang tepat terhadap keadaan yang baru itu.103

Dalam menentukan sebuah pilihan, seorang terpelajar tidaklah mungkin

mengambil keputusan dan menentukan sebuah pilihan tanpa menganalisa dan

mempertimbangkannya secara matang. Oleh karena itu, tentunya sebelum beliau

terjun dan berkecimpung ke dalam dunia perwakafan, ada hal-hal yang menjadi

alasan dan landasan pemikiran beliau tentang perwakafan yaitu :

1. Keperihatinan sosial yakni beliau menilai bahwa banyak umat Islam

rata-rata yang mengeluh soal keterbatasan dalam biaya dan fasilitas

kegiatan-kegiatan yang bonafit untuk pengembangan agama Islam,

baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, dll. Contohnya adalah ketika

ada umat Islam yang ingin membangun masjid, kemudian terbentur

dengan biaya. beliau juga melihat bahwa keluh kesah ini bukanlah

menjadi kesalahan dalam ajaran agama Islam, melainkan perlunya tata

103

Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan

Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2000), h.19.

53

Page 65: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

55

kelola dan manajemen yang baik dalam ekonomi syariah umat Islam

khususnya dalam bidang wakaf.104

2. Keperihatinan theologi (keyakinan) yakni kita sebagai umat Islam

yakin tentunya memiliki perangkat-perangkat yang tidak menyulitkan

umat Islam, agama Islam juga telah memberikan berbagai macam

kesempatan untuk bisa mengumpulkan biaya dan daya umat untuk

mengembangkan dan menyelenggarakan program agama Islam, yaitu

zakat, infaq, shodaqoh, dan termasuk juga wakaf. Beliau juga melihat

bahwa sebetulnya bukan agama Islam-lah yang salah akan tetapi kita-

lah yang mungkin salah ketika memahami ajaran agama Islam ini.105

Sudah menjadi pengetahuan kita bersama bahwa syariat Islam tidak lepas

dari kepentingan sosial masyarakat. Mengenai latar belakang beliau untuk terjun

ke dunia wakaf adalah berangkat dari sebuah keperihatinan sosial, hal itu karena

Kiai Tholhah melihat ada sebuah pergerseran nilai-nilai sosial dalam beragama,

juga melihat semakin maju dan berkembangnya zaman yang sehingga mau tidak

mau umat Islam juga harus mengikuti arus dan lajunya dengan membuat program-

program untuk kepentingan umat Islam. Akan tetapi, banyaknya program yang

telah dibuat sedemikian rupa mengalami masalah finansial yang sehingga

program-program yang telah dikonsep mengalami stagnasi.

Keyakinan menurut Abu al-Baqa‟ adalah, “Iktikad yang kuat, menetap dan

sesuai dengan kenyataan”. Definisi lain yang juga diungkapkan tentang keyakinan

yaitu “Pengetahuan yang menetap dalam hati kerena sebab-sebab tertentu dan

tidak bisa disrusak”.106

Seseorang yang apabila telah memiliki sebuah konsep

namun tidak diringi dengan niat dan keyakinan, maka apa yang telah ia canangkan

akan sia-sia. Karena niat seseorang akan menentukan sikap seseorang

kedepannya. Kiai Tholhah yakin bahwa salah satu perangkat ajaran Islam yakni

104

Wawancara Pribadi dengan Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan, di

Singosari Malang, 23 November 2017. 105

Wawancara Pribadi dengan Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan, di

Singosari Malang, 23 November 2017. 106

Abu al-Baqa Ayyub bin Musa al-Husainiy al-Kafawiy, al-Kulliyat Mu‟jam fi

al-Musthalahat wa al-Furuq al-Lughowiyah, (Beirut: Daar al-Kutub 2004), h. 116

Page 66: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

56

wakaf mampu meretaskan problematika ekonomi umat Islam apabila ditafsirkan

sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan mashlat bersama.

Bila kita melihat dua hal yang melatar belakangi pemikiran Kiai Tholhah

di atas adalah sebuah pemikiran yang sangat tepat sebagai sebuah latar belakang.

Ajaran Islam bukan saja di dalamnya hanya memperhatikan urusan seorang

hamba dengan Pencipta (hablun mina Allah), akan tetapi konsep ajaran Islam juga

perlu melihat urusan antar sesama manusia (hablun min al-nas).

Karena sesungguhnya dua hal itu menurut penulis harus berjalan bersama,

karena urusan vertikal seorang hamba kepada Pencipta memiliki suatu tujuan

untuk memberi suatu petutunjuk kepada segenap umat Islam untuk meyakini akan

ke-Tuhanan Allah, ke-Rasulan Muhammad, serta mempersiapkan kehidupan

abadi di alam akhirat agar hidup dalam keadaan bahagia sejahtera. Sedangkan

hubungan horizontal antara seorang hamba dengan hamba memiliki tujuan agar

menjaga kepentingan-kepentingan antara sesama makhluk.

B. Modernisasi Pengembangan Wakaf Produktif

Sebagai seorang pemuka Agama sekaligus tokoh intelektual, Kiai Tholhah

membawa sebuah gagasan dan terobosan baru dalam dunia wakaf, beliau

memiliki konsep untuk memodernisasikan wakaf produktif. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI) modernisasi adalah proses pergeseran sikap dan

mentalitas sebagai warga masyarakat untuk dapat hidup sesuai dengan tuntutan

masa kini.107

Sedangkan modernisme yang diungkapkan menurut Harun Nasution

adalah pikiran-pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah faham-faham,

adat istiadat, institusi-institusi lama, disesuaikan dengan suasana baru yang

ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.108

Wakaf

produktif adalah sebuah paradigma baru dalam wakaf.

Jika kita memperhatikan potensi Islam baik dalam vitalitas, totalitas, dan

universalitas Islam yang dimiliki umat Islam dapat diharapkan menjadi alternatif

107

Aplikasi android Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2016 108

Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang 1975),

h.11.

Page 67: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

57

paling baik dari lainnya yang sudah terasa dalam kepengapan. Hal ini dapat

ditambah lagi dengan letak strategis kawasan Islam mulai dari selat Borporus

sampai Kepualauan Indonesia dalam lintasan geo-politik yang dapat ikut

mendukung peranan Islam sebagai yang dibutuhkan masyarakat manusia sekarang

dan masa mendatang, kiranya ada harapan terang dalam cakrawala dunia Islam.

Sistem sistem sosio-kultural yang diharapkan. Masih ditambah lagi, dengan

kekayaan sumber alam dinegara-negara yang masyarakatnya mayoritas Islam atau

yang resmi menyebut diri sebagai negara Islam, yang menjadi kebutuhan dunia,

termasuk bagi negara-negara maju.109

Di Indonesia mayoritas pemahaman agama umat Islam dalam ilmu fikih

mengikuti Syafi‟iyyah. Artinya pemahaman mazhab ini sudah mendarah daging

dikalangan umat Islam di Indonesia. Pemahaman wakaf menurut Syafi‟iyyah

sahnya pernyataan wakaf hanya cukup diucapkan melalui lisan saja. Hal ini dapat

mengakibatkan banyaknya harta benda wakaf yang hilang dan diselewengkan oleh

pihak ketiga yang tidak bertanggung jawab, hal itu karena tidak adanya prosedur

administrasi yang jelas. Selanjutnya menurut paham Syafi‟iyyah, harta yang hanya

bisa diwakafkan adalah hanya benda mati seperti tanah dan bangunan, dan

peruntukkaannya hanya untuk madrasah, kuburan, yayasan, masjid, dan mushalla.

Hal ini berimplikasi harta benda wakaf cenderung tidak berkembang.110

Menurut Kiai Tholhah, ada sebuah perangkat khusus di Indonesia ini yang

memiliki sebuah potensi besar yang kedepannya dapat menjadi alat sebagai

pemberdayaan dan kesejahteraan umat, serta menjadi sebuah objek untuk

mengatasi probelamatika dalam sistem perekonomian umat Islam yaitu wakaf.

Akan tetapi hal itu sampai saat ini masih kurang dilirik dan kurang difahami

manfaatnya. Ada dua hal yang beliau tekankan dalam melakukan sebuah

modernisasi pengembangan wakaf produktif yaitu, Pertama, mengubah paradigma

109

Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi Tantangan

Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2000), h.6. 110

Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI, Kumpulan

Khutbah Wakaf, 2015, h. 88.

Page 68: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

58

pada objek wakaf dan Kedua, nazhir dan pengaruhnya dalam kemajuan dan

kemunduran harta benda wakaf.

Dahulu orang-orang hanya berfikiran bahwa wakaf hanya merupakan sebuah

benda mati yang kemudian harta benda wakaf itu harus dihidupi bersama-sama

oleh warga yang berada disekitarnya. Akan tetapi kemudian Kiai Tholhah

menjelaskan bahwa harta benda wakaf bukanlah hanya sebagai sebuah benda mati

yang harus dihidupkan, melainkan sebuah aset yang dapat dikelola dan

dikembangkan, sehingga harta benda wakaf itu dapat menjadi sarana

pemberdayaan umat serta dapat meningkatkan kesejahteraan umat Islam.

Harta benda wakaf tidak hanya diperuntunkkan untuk sebuah bangunan

masjid, mushollah, pesantren, dan yayasan. Akan tetapi harta benda wakaf dapat

digunakan dan dimanfaatkan untuk kepentingan sosial seperti mini market, biaya

pendidikan, rumah sakit, spbu, dan sebagainya sehingga dengan adanya bangunan

tersebut bisa memberikan lapangan kerja yang pekerjanya dapat di gaji dari

penghasilan yang didapatkan, juga dapat membantu mensejahterakan umat dengan

diperuntukkan sebagai beasiswa pendidikan, dan tunjangan kepada guru-guru

Agama Islam yang mengalami kekurangan materil, serta untuk kaum dhu‟afa.

C. Manajemen Pengembangan Wakaf

Dalam agama Islam, segala sesuatunya sudah diatur secara rinci tentang tata

cara dan mekanisme dalam menjalankan dan melaksanakan syariat. Baik yang

diatur di dalam kitab suci al-Quran, Hadist, Konsensus Ulama, dan Qiyas. Mulai

dari urusan Ibadah secara vertikal kepada Allah sampai urusan Ibadah horizontal

kepada sesama makhluk. Akan tetapi, walaupun hal itu sudah diatur, masih

banyak di antara kita umat Islam yang belum memahami secara detail tentang

aturan yang sudah dibuat oleh Agama, sehingga berimplikasi pada hasil.

Untuk mengelola dan mengembangkan harta wakaf, semua orang yang telah

memenuhi kriteria rukun dan syarat berhak menjadi nazhir wakaf. Akan tetapi

tentunya tidak semua orang bisa mengembangkan harta wakaf yang ia terima

sehingga dapat menjadi berkembang dan bermanfaat bagi kepentingan sosial

belaka. Ada empat hal menurut Kiai Tholhah dalam memanaje harta wakaf yaitu :

Page 69: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

59

1. Mengerti dan memahami arti wakaf baik secara etimologi maupun

terminologi.

2. Waqif perlu untuk menunjuk nadzir yang memiliki kompetensi atau

kemampuan.

3. Memberikan pelatihan, pemahaman, dan pengawasan bagi nadzir.111

Mengenai manajemen wakaf yang beliau sampaikan, penulis telah sampaikan

pada bab sebelumnya tentang pengertian wakaf, baik secara etimologi maupun

secara terminologi. Dan untuk nomor dua dan tiga yang berkaitan dengan nazhir,

penulis akan memberikan penjelasan dan penjabaran dalam sub bab berikut.

a) Pengangkatan Nazhir Wakaf

Pengertian nazhir dalam konteks wakaf, adalah orang atau sekelompok

orang yang bertanggung jawab untuk mengurusi, mengelola, menjaga, dan

mengembangkan barang wakaf. Nazhir dapat dilakukan oleh orang yang

berwakaf (al-waqif) atau orang yang ditunjuk oleh si waqif atau mauquf alaih

(orang atau pihak yang menerima hasil wakaf menurut salah satu pendapat

madzhab), atau oleh hakim (pemerintah) apabila si waqif tidak menunjuknya.

Apabila waqif menunjuk nazhir kepada beberapa orang secara berurutan,

seperti: saya tunjuk si A menjadi nazhir wakaf saya, dan kalau si A meninggal

dunia maka nazhir supaya diganti oleh si B, dan kalau dia meninggal maka

diganti si C. Maka penunjukan waqif tersebut harus dipenuhi.112

Diriwayatkan bahwa Umar bin Khattab menjadi pernah menjadi nazhir

bagi harta wakafnya sendiri, kemudian berpesan agar yang menggantikannya

sebagai nazhir selanjutnya adalah Hafshah (puterinya) selama masih hidup,

dan seterusnya akan digantikan oleh orang-orang yang berkompeten dari

keluarganya. Sebagaimana Hadist berikut :

111

Wawancara Pribadi dengan Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan, di

Singosari Malang, 23 November 2017.

112 Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011,

yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia, h. 3

Page 70: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

60

ىأول من عاشت ث يليو ن عمر رضي اهلل عنو كان يلي أمر صدق تو )اى وق فو( ث جعل اىل حفصة تليو أ

113)رواه أبو داود( الرأي من أىلها

Artinya :” Sesungguhnya Umar R.A memiliki sebidang harta yang beliau

sedekahkan (wakafkan), kemudian (apabila wafat) beliau berikan harta wakaf

itu kepada Hafshah, selanjutnya (apabila Hafshah wafat) harta wakaf itu

diserahkan (untuk diurus) kepada keluarganya yang hidup dan memiliki ilmu

(tentang wakaf)”. (H.R. Abu Dawud).

Menurut Kiai Tholhah, proses penunjukkan dan pengangkatan nazhir di

Indonesia ini dahulu amat sangat tidak sistemik, karena proses itu hanya

dilakukan hanya berdasarkan kepercayaan kepada seseorang tanpa melihat

apakah mereka mampu dengan baik atau tidak, sehingga hal itu dapat

mengakibatkan harta benda wakaf menjadi terbengkalai dan sia-sia.

Padahal kalau kita menangkap pesan khalifah Umar bin Khattab dengan

cermat tentang penggantian nazhir wakafnya setelah beliau wafat adalah

Hafshah (puterinya) selama Hafshah masih hidup, dan selanjutnya digantikan

أي من أ هله ا kemudian nazhir itu digantikan oleh orang yang) ثم ي ليه أ ول ى الر

mempunyai kemampuan nalar atau yang memiliki kompetensi dari

keluarganya). Kata-kata “Uli ar-ra‟yi” menunjukan bahwa orang yang layak

ditunjuk sebagai nazhir adalah orang yang mempunyai wawasan dan

kemampuan tentang perwakafan.114

Apa yang diutarakan oleh Kiai Tholhah di atas menurut penulis adalah

suatu bentuk pemahaman yang sudah pernah ada sejak zaman Rasulullah dan

para sahabat-nya. Hanya saja, banyak umat Islam di Indonesia ini yang tidak

memahami atau mungkin enggan mempraktekkan apa yang sudah pernah

diampaikan oleh Hadist 500 tahun yang lalu. Kompetensi dan kapabilitas

nazhir memang menjadi satu kunci utama sebagai upaya untuk menjalankan

113

Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy‟ats bin Ishak al-Sijistani, Sunan Abi

Dawud,(Beirut: Daar al-Kutub Islamiyah, 2003),h.186 114

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 11

Page 71: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

61

dan mengembangkan wakaf produktif. Padahal juga Rasulullah pernah

bersabda yang artinya :

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka

tunggulah waktu (kehancurannya)”.

b) Peran Nazhir Terhadap Harta Wakaf

Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa nazhir mempunyai posisi

dan fungsi yang strategis dalam pengelolaan dan pengembangan wakaf, kapan

saja dan dimana saja. Namun dalam kenyataannya selama ini (khususnya di

Indonesia), peran nazhir belum dapat dilaksanakan dengan baik dan

memuaskan kecuali di beberapa tempat saja, malah banyak sekali nazhir yang

tidak berfungsi dan tidak dapat melakukan pengelolaan wakaf sebagaimana

yang diharapkan.115

Abdurrahman „Asyub menyebutkan peranan dasar nazhir adalah menjaga,

mengurus, memproduksikan, serta mengelola hasil wakaf tersebut, serta

mendistribusikan hasil-hasil itu kepada mauquf „alaih dengan sebaik-baiknya

dan seadil-adilnya.116

Tetapi banyak sekali perilaku nazhir yang tidak hanya sebatas buruk dalam

pengelolaan wakaf yang diamanatkan kepadanya, tetapi bahkan sudah lebih

jauh mengecewakan lagi, seperti metelantarkan barang wakaf, atau

mensalahgunakan aset harta benda wakaf demi untuk kepentingan diri sendiri,

atau memanipulasi kekayaan harta benda wakaf, sehingga peranan nazhir

berubah dari peran melindungi menjadi peran merusak.117

Kalau kita amati lebih cermat lagi, bahwa ketidak berdayaan nazhir dalam

melaksanakan tugas pengelolaan wakaf tersebut disebabkan beberapa faktor:

115

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 9 116

„Asyub, Abduljalil Abdurrahman, Kitab al-Waqfi, (Makkah: Maktabah al-

Makiyah 2009), h. 194. 117

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 10

Page 72: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

62

1) Faktor pengetahuan

Banyak sekali nazhir yang tidak memiliki kepahaman tentang

perwakafan, termasuk tentang tugas-tugas dan kewajiban ke-

nazhiran. Terbatasnya pengetahuan menjadi sebab lemahnya

kreativitas dan kompetensi pengelolaan wakaf.

2) Faktor pembinaan

Selama ini, upaya-upaya pembinaan terhadap nazhir sangat

minim, baik oleh pemerintah (Kementerian Agama) atau oleh

lembaga-lembaga dan organisasi Islam yang ada dalam

masyarakat. Masalah nazhir wakaf sepertinya masih belum masuk

dalam agenda pemberdayaan umat. Banyak nazhir yang sampai

meninggal dunia belum pernah tersentuh oleh pembinaan tugasnya.

3) Faktor rekruitment

Pengangkatan nazhir banyak yang dilakukan atas dasar “siapa

yang mau” dan “siapa yang mampu”, bahkan tidak sedikit jabatan

nazhir wakaf ini menjadi “warisan” (si ayah yang menjadi nazhir,

apabila meninggal, otomatis ke-nazhirannya diganti oleh salah

seorang anaknya atau keluarganya yang mau), tanpa melalui proses

administratif apapun, tanpa kualifikasi, dan tanpa kompetensi.

4) Faktor imbalan (ujroh)

Dalam sejarah perwakafan di Indonesia selama ini belum ada

aturan standard tentang imbalan atau upah nazhir, baik secara

nominal atau prosentase. Kalaupun ada sebagian nazhir yang

menerima upah bulanan atau tahunan atau musiman, itu semata-

mata atas dasar kebijakan waqif atau lembaga setempat. Pada

umumnya imbalan atau upah yang diterima oleh nazhir itu sangat

rendah sekali sehingga tidak memberi daya motivasi kepada nazhir

untuk bekerja dengan lebih baik dengan semangat lebih tinggi.

5) Faktor kompetensi

Sebagian besar nazhir tidak diangkat berdasarkan keahlian

(profesionalitas) dan pengalaman, tetapi lebih banyak diangkat

Page 73: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

63

berdasarkan kepercayaan dan kedekatan personal. Banyak harta

benda wakaf berupa pertanian yang nazhirnya bukan ahli atau

berpengalaman dalam bidang pertanian, juga banyak nazhir dalam

wakaf pendidikan yang tidak faham tentang dunia pendidikan,

sehingga tidak ada kreatifitas yang mendorong kemajuan

pengelolaan dan pendayagunaan wakaf secara optimal, yang

akibatnya tujuan wakaf tidak dapat dicapai dengan semestinya.

6) Faktor pengawasan

Nazhir pada hakikatnya bekerja sebagai wakil dari orang lain,

apakah orang lain berupa waqif atau hakim (pemerintah), maka

seharusnya nazhir bertanggung jawab kepada orang atau pihak

yang memberinya mandat itu. Dalam kenyataannya nazhir kurang

memperhatikan kewajibannya, bisa jadi karena ia kurang mengerti

kewajiban tersebut, dan lebih parah lagi karena tidak ada pihak

yang mengawasi kinerjanya dan membetulkan kesalahannya.118

Akibatnya banyak sekali terjadi perubahan status wakaf atau

perubahan peruntukan wakaf yang menyimpang dari maksud

semula, semperti wakaf untuk musholla berubah menjadi bangunan

ruko, atau wakaf tanah untuk pendidikan berubah menjadi

bangunan rumah atas nama pribadi.

Pembangunan dan pemerataan ekonomi terus dilakukan, hal itu

karena bertujuan untuk mencari sebuah alternatif atau sebuah solusi yang

dapat mendorong untuk kesejahteraan masyarakat. Alah satu alternatif

yang ada adalah dengan optimalisasi peran wakaf secara efektif.

Berkenaan dengan itu, untuk mengoptimalisasikan peran wakaf secara

efektif, dibutuhkan seorang nazhir yang berkompeten.

118

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 10

Page 74: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

64

Secara fikih dan peraturan perundang-undangan syarat nazhir

hanya ada tiga, yaitu adil, mempunyai keahlian, dan Islam. Meskipun

didalamnya masih ada perbedaan pendapat dikalangan ulama mazhab,

seperti Hanabilah yang tidak mensyaratkan adil untuk menjadi nazhir, dan

ulama Hanafiyah yang mensyaratkan Islam bagi nazhir. Di atas telah

penulis paparkan tentang pandangan Kiai Tholhah yang menilai bahwa ada

enam faktor yang mempengaruhi peran nazhir selama mengurus harta

benda wakaf. Meskipun telah ada ketentuan kriteria nazhir, Kiai Tholhah

merasa tidak cukup bilamana seseorang atau badan hukum hanya harus

memenuhi tiga kriteria tersebut. Jumhur ulama juga sepakat bahwa nazhir

tidak syaratkan harus laki-laki saja, akan tetapi seorang perempuan juga

berhak dan dapat menjadi nazhir. Berikut penulis paparkan bagaimana

kiprah dan perjuangan wanita dalam dunia wakaf, serta pentingnya wakaf

dalam dunia pendidikan.

1. Kiprah Wanita dalam Wakaf

Dalam sejarah peradaban Islam, sejak masa Rasulullah saw

sampai sekarang, keterlibatan peran kaum wanita dalam bidang

wakaf selalu tampil dan memberikan pengaruh yang positif dan

signifikan, baik dalam upaya peningkatan kualitas ketakwaan umat

maupun dalam upaya peningkatan kualitas kesejahteraan dan

peradabannya. Salah satu aktifitas sosial yang banyak diminati

kaum wanita muslimah pada masa awal sejarah peradaban Islam

adalah bidang pendidikan dan pelayanan sosial, untuk

meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan. Sejarah mencatat

peran tokoh-tokoh wanita seperti Syifa binti Ubaidillah, Hafshah

binti Umar bin Khattab, Karimah binti Miqdad yang

menggerakkan pemberantasan “buta huruf” di tengah masyarakat

Islam yang baru berkembang di Madinah, sehingga dalam waktu

yang relatif singkat wanita Muslimah di kota Madinah dan

sekitarnya sudah mampu membaca dan menulis, padahal ketika

Rasulullah datang di Madinah hanya lima orang wanita di sana

Page 75: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

65

yang bisa membaca dan menulis. Islam telah menanamkan doktrin

semangat berbagi (semangat yang mendorong kepedulian untuk

membantu dan menolong orang lain yang membutuhkan).119

Melalui beberapa sistem yang dituangkan dalam jalur

hukum syariah, seperti hukum waris, kewajiban zakat, anjuran

menyisihkan sebagian harta milik untuk waqaf, shodaqoh, hibah,

dan lain sebagainya, agar kemampuan dan kesejahteraan yang

diperoleh sebagian orang itu dapat juga dinikmati oleh orang lain

yang nasibnya kurang beruntung. Oleh karena itu, sejak semangat

wakaf itu dipelopori oleh sahabat-sahabat terkemuka seperti Umar

bin Khattab (yang mewakafkan t;anah yang dinilainya paling baik

dan berhaga di Khaibar), Abu Tholhah (yang menyerahkan kebun

kurmanya di muka masjid Madinah yang dikenal sebagai Biruha),

Usman bin Affan (yang mewakafkan sumber mata air yang

dibutuhkan oleh masyarakat yang dikenal dengan Ainu Rumah),

sumur tersebut dibelinya dari seorang Bani Ghiffar seharga 35.000

dirham.120

Mengenai uraian yang disampaikan oleh Kiai Tholhah di

atas adalah satu upaya beliau untuk menjelaskan kepada

masyarakat bahwa, peran wanita sebagai nazhir dalam wakaf

tidaklah bertentangan dengan hukum Islam maupun Undang-

undang Wakaf. Hal itu karena didasari oleh sayidina Umar ibn

Khattab yang menunjuk puterinya Hafshah untuk menjadi nazhir

ketika ayahnya sudah wafat. Dalam catatan selama memiliki

kemampuan untuk mengelola dan mengembangkan wakaf menjadi

produktif.

119

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume V, Nomor 01, Januari 2012, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 12 120

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume V, Nomor 01, Januari 2012, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 13

Page 76: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

66

2. Peran Wakaf dalam Dunia Pendidikan

Sebelum berdirinya Baitul Hikmah, pendidikan-pendidikan

diselenggarakan di berbagai macam tempat yang tidak khusus

seperti rumah Ulama Kuttab atau di masjid, oleh karena itu maka

tidak jelas kebutuhan biaya pendidikan dan penyebaran ilmu. Pada

masa awal kekuasaan dinasti Abbasyiah, mulai muncul pemikiran

pentingnya penggalian dana pendidikan masyarakat, sejalan

dengan semangat keilmuan dan peradaban Islam pada masa itu.

Namun sejarah mencatat bahwa khalifah Al-Makmun dipandang

sebagai orang pertama yang mewujudkan pemikiran tersebut dalam

kenyataan, sebab dia tidak ingin jika Baitul Hikmah yang dibangun

dari kreasinya itu bergantung pada kemurahan hati para khalifah

atau amir semata, dia ingin proyek besarnya yang prestisius itu

tetap berkembang, baik khalifah atau amir yang berkuasa itu

pemurah atau pelit. 121

Sejak abad 17 M, di Indonesia mulai bermunculan lembaga-

lembaga pendidikan dari yang klasik (pesantren) sampai yang

modern pada akhir-akhir ini (perguruan tinggi). Jumlah pondok

pesantren di Indonesia pada tahun 2000-an mencapai jumlah

20.000 buah, sedangkan Madrasah mencapai sekitar 40.000 buah,

mayoritasnya berstatus swasta (92%) dan perguruan tinggi Islam

swasta mulai yang berbentuk akademik, sekolah tinggi (ST),

Institut, sampai dengan yang berbentuk Universitas tidak kurang

dari 200 buah. Umumnya tidak ada yang terlepas dari peranan

wakaf, sebagian besar tanah-tanah yang ditempati bangunan

121

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume VI, Nomor 01, Januari 2013, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 2

Page 77: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

67

pesantren, madrasah, sampai sekolah dan perguruan tinggi Islam

berstatus tanah wakaf.122

Mengenai wakaf dalam bidang pendidikan, Kiai Tholhah

sebagai seorang praktisi wakaf tentu sangat menyoroti betul hal-hal

yang berbau harta wakaf dalam dunia pendidikan, selain memang

kebanyakan harta wakaf saat ini yang diperuntukan untuk dunia

pendidikan, beliau juga merupakan seorang Doktor Honoris Causa

dalam pendidikan, sehingga beliau merasa terpanggil serta

membantu bilamana ada harta benda wakaf dalam dunia

pendidikan yang mengalami stagnasi.

122

Ditulis oleh KH. Muhammad Tholhah Hasan dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN

2085-0824) volume VI, Nomor 01, Januari 2013, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia, h. 2

Page 78: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian dan pembahasan yang penyusun uraikan pada bab di atas,

maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah sebagai berikut :

1. Ada dua hal yang melatar belakangi pemikiran Kiai Tholhah dalam bidang

wakaf. pertama, berangkat dari sebuah keperihatinan sosial. Beliau merasa

bahwa banyak sekali umat Islam di Indonesia ini yang mengalami

kekurang sumber dana dan sumber daya ketika ingin menjalankan dan

mengembangkan program-program agama Islam. Kedua, berdasarkan

keperihatinan theologis (keyakinan), beliau melihat bahwa dalam ajaran

agama Islam ada perangkat-perangkat hukum yang apabila hal itu

dijalankan dan diaktualisasikan dengan baik akan dapat sangat berguna

untuk kepentingan kesejahteraan umat.

2. Dalam ajaran Islam ada satu perangkat yang menurut beliau memiliki

potensi yang sangat besar bila dipahami dengan baik dan benar yaitu

wakaf. dahulu orang Muslim yang ada di Indonesia hanya memahami

wakaf hanya sebagai benda mati yang harus dihidupkan. Akan tetapi

beliau membawa suatu paradigma baru dalam dunia wakaf, yaitu

menjadikan wakaf itu sebagai sarana untuk membantu mensejahterakan

umat, dan dapat menjadi sumber daya untuk menunjang pemerataan

ekonomi dikalangan umat Islam.

3. Agar dapat menjadikan harta wakaf sebagai sebuah aset yang mampu

mensjahterakan umat, hal itu dapat dilihat dari kualitas nazhir dalam

mengelolanya. Oleh karena itu nazhir wakaf harus memiliki kompetensi

dan pengetahuan di bidang wakaf. tak hanya itu, menurut Kiai Tholhah

seorang nazhir juga harus diberikan upah agar kinerjanya dalam mengelola

wakaf dapat maksimal.

68

Page 79: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

69

B. Saran- saran

Akhir dari penulisan skripsi ini tentunya penulis berharap agar dapat

bermanfaat untuk penulis pribadi khususnya dan juga kepada para pembaca

pada umumnya. Karena sesungguhnya tidak ada satu manusiapun yang

menginginkan hasil karya yang dibuatnya menjadi sampah dan benda tak

berguna. Adapun saran yang berhubungan dengan penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Karya tulis yang berkaitan dengan wakaf masih perlu diperbanyak dan

dikembangkan lebih jauh secara mendalam, terutama dalam peraktek dan

peranan nazhir dalam memformulasikan aset benda wakaf agar dapat

berkembang dan bermanfaat.

2. Wakaf kedepannya akan menjadi sorotan dan memiliki potensi besar

sebagai sarana mensejahterakan umat, hal itu bilamana mampu

diterjemahkan dengan baik oleh para akademisi yang ada di Negara

Kesatuan Republik Indonesia ini.

3. Nazhir memiliki peranan penting dalam dunia wakaf, akan tetapi

pengetahuan tentang ilmu wakaf masih banyak yang belum dipahami

olehnya, oleh karena itu diharapkan para akademisi dapat turut serta

membantu memberikan pemahaman kepada nazhir melalui karya tulis.

Page 80: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

70

Daftar Pustaka

Al-Quran al-Karim dan Terjemah Departemen Agama RI.

Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al-Maqdisi, Al-Mughni, (Hijr: Cairo 1992).

Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah mmilik dan Kedudukan Tanah

Wakaf di Negara Kita, (Bandung: Citra Aditya Bhakti 1994).

Abdurrahman Fathoni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi, (Jakarta: PT. Renika Cipta, 2006).

Abi al-Husain Muslim ibn al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih

Muslim, (Beirut: Dar al-Fikr 2007).

Abi Muhammad Abdullah ibn Ahmad ibn Qudamah, Al-Mughni, (Beirut:

Dar al-Ilmiah, 2005).

Abu Abdillah Muhammad ibn Ismail ibn Ibrahim ibn Mughirah al-

Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Cairo: Maktabah al-Syuruq al-Dauliyah 2003).

Abu Bakar Ahmad al-Baihaqi, Sunan al-Kubra, (India: Dar al-Ma‟arif al-

Usmaniyah,1352H).

Abu Abdu al-Rahman Ahmad bin Shu‟aib bin Ali al-Nasai, Sunan al-

Nasai, (Beirut: Dar al-Fikr, 1995).

Abu Zakariya Yahya bin Syaraf al-Nawawi, Al-Mamu‟ Syarah Al-

Muhadzab, (Beirut: Dar al-Fikr 2006).

Achmad Djunaidi, Thobieb Al- Asyhar, Menuju Era Wakaf Produktif, Cet.

3 (Jakarta: Mitra Abadi Press 2006).

Ahmad al-Hujji al-Kurdi, al-Ahwal al-Syakhshiyyah, (Damaskus:

Ma‟syurat Jami‟ah Damsyik 1993).

Anonym, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, (Direktorat Pemberdayaan

Wakaf: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama,

2007).

Asyub, Abduljalil Abdurrahman, Kitab al-Waqfi, (Makkah: Maktabah al-

Makiyah 2009).

Badran Abual-Ainaini, Ahkam al-Washy wa Auqaf, (Iskandariyah:

Muassasat ass-Salaby).

Cholid Nur Boko dan Abu Ahmadi, Metode Penelitian, (Jakarta : Bumi

Aksara Pustaka).

70

Page 81: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

71

Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam

Praktik, (Jakarta: Gema Insani, 2005).

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Kementerian Agama RI, Kumpulan

Khutbah Wakaf, 2013.

Ditulis oleh KH. Anwar Ibrahim dalam Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-

0824) volume V, Nomor 01, Januari 2012, yang diterbitkan oleh Badan Wakaf

Indonesia.

Farid, Wadjdy dan Mursyid. Wakaf Untuk Kesejahteraan Umat Filantropi

Islam yang Hampir Terlupakan. (Cet.1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007).

http://www.nu.or.id/post/read/60403/kh-tolchah-hasan-sosok-kiai-organisator.

http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/esensi.

http://www.nu.or.id/post/read/60403/kh-tolchah-hasan-sosok-kiai-organisator.

http://zulfanioey.blogspot.co.id/2011/07/prof-dr-kh-muhammad-tholhah-

hasan.html.

Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtar ala al-Dar al-Mukhtar Syarah Tanwir al-

Abshar, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1994).

Ibn Manzhur Jamal al-din Muhammad ibn Mukarram al-Anshari, Lisan al-

Arab, (Cairo:Dar al-Ma‟arif).

Jalaluddin al-Suyuthi, Jalaluddin Al-Mahalli, Qulyubi wa Amirah, (Mesir:

Dar al-Ahya, 2000).

Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-0824) volume IV, Nomor 04, Januari 2011,

yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia.

Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-0824) volume V, Nomor 01, Januari 2012,

yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia.

Jurnal Al-Awqaf (ISSN 2085-0824) volume VI, Nomor 01, Januari 2013,

yang diterbitkan oleh Badan Wakaf Indonesia.

Kitab Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf.

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi,

(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. XXIX.

Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah,

(Yogyakarta, UII-Press 2003).

Page 82: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

72

Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Ahkam al-Waqf fi al-Syariah al-

Islamiyah, (Baghdad: Matba‟ah al-Irsyad, 1977).

Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta:

UI-Press 1988).

Muhammad Kamaluddin Imam, Al-Washiyah wal-Waqf fi al-Islam

Maqashid wa Qawa‟id, (Iskandariyah: al-Nasyir al-Ma‟arif, 1999).

Muhammad Musthafa Syalabi, Mudharat fi al-Waqf wa al-Washiyah, (al-

Iskandariyah: Matba‟ah Dar al-Ta‟lif, 1958).

Muhammad Qadr Basya, Qanun al-Adl wa al-Inshaf fi al-Qadha ala ala

Musykilat al-Auqaf, (Kairo: Dar al-Salam, 2006).

Mundzir Qahar, Manajemen Wakaf Produktif, (Damaskus: Dar al-Fikr, 2000).

Muhammad Tholhah Hasan, Islam Dan Masalah sumber Daya Manusia,

(Jakarta: Lantabora Press, 2001).

Muhammad Tholhah Hasan, Prospek Islam Dalam Menghadapi

Tantangan Zaman, (Jakarta: Lantabora Press, 2000).

Muhammad Tholhah Hasan, Dinamika Kehidupan Religius, ( Jakarta:

Listafariska Putra,Cet.2, 2004).

Muhammad Tholhah Hasan, Islam dalam Perspektif Sosial Budaya, (

Jakarta: Galasa Nusantara, 1987).

Monzeer Kaf, Al-Waqf al-Islami Tathawwaruh, Idaratuh, Tanmiyatuh,

(Damaskus: Dar al-fikr, 2000).

Nasaruddin Umar dkk, Kyai Multitalenta (Sebuah Oase Spritual KH.

Muhammad Tholhah Hasan, (Jakarta: Al-Ghazali Centre, 2006).

Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik

Praja S Juhaya, Perwakafan di Indonesia, (Bandung: Yayasan Plara, 1995).

Rachmadi Usman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Ed. 1, (Jakarta : Sinar

Grafika, 2009).

Rozalinda, Manajemen Wakaf Produktif, (Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2015).

Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah, (Mesir: Dar al-Fattah, 2000)

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung:

Alfabeta, 2009).

Undang-undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960.

Page 83: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

73

Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah

Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya.

Wahbah al-Zuhaily, Al-fiqh al-Islamy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikri, 2006).

Wawancara Pribadi dengan Prof. KH. Muhammad Tholhah Hasan, di

Singosari Malang, 23 November 2017.

Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta, Pustaka

Alfabet, 2006).

Page 84: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

74

LAMPIRAN-LAMPIRAN

TRANSKIP WAWANCARA DENGAN PROF. DR. KH. MUHAMMAD

THOLHAH HASAN TENTANG MODERNISASI PENGEMBANGAN

WAKAF PRODUKTIF

Keterangan :

T : Tanya

J : Jawab

T : Apa yang melatar belakangi Bapak dalam dunia wakaf ?

J : Ada masalah-masalah yang melatar belakangi saya bergerak dalam

bidang wakaf, pertama itu, keperihatinan sosial, bahwa dimana-mana

orang Islam itu selalu mengeluh soal keterbatasan dalam pembiayaan

memfasilitasi kegiatan-kegiatan Islam. Baik dalam bidang pendidikan,

kesehatan, dll. Selalu terbentur biaya dan tempat. Hal ini sudah merata,

karena saya sudah melihat di Indonesia dari ujung ke-ujung bahkan di luar

Indonesia juga begitu, keperihatinan sosial bahwa umat Islam merasa

kekurangan sumber dana dan sumber daya untuk menjalankan dan

mengembangkan program-program yang sudah direncanakan. Hal itu bisa

dilihat ketika pembangunan masjid-masjid dan pondok-pondok mesti

selesainya lama dan juga dengan kualitas yang jelek. Kedua, yaitu

keperihatinan theology atau keyakinan. Kita yakin bahwa Islam itu sebagai

Agama tentunya memiliki perangkat agar supaya kita umat Islam

seharusnya tidak mengalami kesulitan, agama Islam banyak memberikan

kita kesempatan untuk bisa mengumpulkan dana dan daya umat itu agar

supaya mampu menyelenggarakan tugas-tugasnya, mulai dari zakat,

shodaqoh, termasuk juga wakaf. tapi mengapa perangkat-perangkat

tersebut masih belum mampu mencukupinya, dan tidak mungkin juga

yang salah itu dari ajaran Islamnya itu tapi yang adalah kita yang

memahami ajarannya. Nah, inilah yang kami katakan sebagai

keperihatinan theologis keyakinan kami, mengapa ajarannya begitu bagus

tetapi kenyataannya tidak bisa dilakukan dengan bagus. Selanjutnya kami

lihat apa saja masalah-masalah yang terkendala disini, itu ternyata banyak

sekali, baik yang di desa maupun di kota. Wakaf itu.

T : Bagaimanakah wakaf produktif menurut Bapak ?

J : Wakaf pada dasarnya di Indonesia sudah dikenal sejak dahulu zaman

penjajahan, tetapi dahulu wakaf hanya ada untuk pembangunan pesantren-

pesantren, masjid-masjid, dan juga pemakaman. Menurut kami hal itu

sudah sangat lumrah dan kurang dapat memenuhi kebutuhan di zaman

Page 85: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

75

modern seperti sekarang ini, ajaran Islam pada intinya tidak lepas dari

kepentingan sosial, oleh karenanya kami menawarkan setiap ada yang

ingin berwakaf untuk dirubah kepada wakaf yang dapat memberikan

kesejahteraan bagi umat.

T : Bagaimana pola manajerial wakaf agar menjadi produktif menurut Bapak

?

J : Untuk menjadikan harta benda wakaf menjadi produktif, hal itu tentunya

tidak lepas peranan dari nazhir. Pertama, nazhir harus mengerti tentang

wakaf. kedua, seorang waqif harus memilih dan menentukan nazhir yang

memiliki kompetensi dan kemampuan yang cukup. Ketiga, nazhir harus

diberikan pelatihan, pemahaman, dan pengawasan. Pengawasan bagi

nazhir perlu dilakukan agar kedepannya nazhir tidak semena-mena

menjalankan amanah yang berupa mengelola harta benda wakaf. pelatihan

juga diberikan agar nazhir memiliki bekal untuk mengelola harta benda

wakaf.

T : Apa faktor yang dapat mempengaruhi berkembangnya harta wakaf

menurut Bapak ?

J : Kami melihat bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

perkembangan harta wakaf, pertama, kualitas nazhir yang berarti bahwa

jika seorang waqif salah dalam menentukan nazhir wakafnya, maka

kemungkinan besar harta wakaf itu akan terbengkalai sia-sia. Kedua,

faktor imbalan, hal ini juga sebenarnya sangat mempengaruhi akan

perkembangan wakaf, sudah menjadi hukum alam apabila seseorang

bekerja harus diberikan upah yang sesuai, karena tentunya nazhir memiliki

keluarga yang dihidupi. Kami juga menganjurkan nazhir itu kalau bisa

jangan hanya perseorangan akan tetapi harus lembaga hukum.

T : Bagaimana menurut bapak tentang merubah harta wakaf yang niatnya

hanya untuk masjid kemudian ditambah peruntukkannya untuk

kepentingan sosial ?

J : Kalau memang ditempat itu belum ada masjid, maka harus didahulukan

untuk masjid, akan tetapi alangkah baiknya masjid tersebut bukan hanya

menjadi pusat peribadatan saja, akan tetapi juga harus menjadi pusat

peradaban. Tetapi jika sudah banyak terdapat masjid, maka bisa

dibicarakan kepada ahli waris pewakifnya, karena sesungguhnya Allah

Maha Mengetahui.

T : Apa urgensi wakaf menurut Bapak ?

Page 86: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing

76

J : Urgensi wakaf itu adalah membantu kepada upaya-upaya pemberdayaan

masyarakat. Wakaf apabila dikembangkan baik jumlah maaupun jenisnya,

maka akan terlihat suatu perubahan yang sangat nyata.

Page 87: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing
Page 88: MODERNISASI PENGEMBANGAN WAKAF PRODUKTIF (Studi …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/41719... · 2018-10-03 · Bapak Dr. KH. Ahmad Juwaini Syukri,MA,. sebagai pembimbing