model kawasan rumah pangan lestari di kabupaten …

33
1 www.sulsel.litbang.deptan.go.id MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI SELATAN Hasnah Juddawi dkk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas, adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis sumberdaya lokal. Menurut Saliem (2011) pembangunan ketahanan pangan berhasil/terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu, keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro, setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah), sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik (instabilitas). Salah satu butir pembangunan ketahanan pangan adalah mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c) melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna pengolahan pangan berbasis tepung- tepungan dan aneka pangan lokal lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa /sekolah/perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan

Upload: others

Post on 29-Oct-2021

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

1

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN PINRANG SULAWESI

SELATAN

Hasnah Juddawi dkk

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembanguanan ketahanan pangan mempunyai ciri cakupan luas,

adanya keterlibatan lintas sektor, multidisiplin serta penekanan pada basis

sumberdaya lokal. Menurut Saliem (2011) pembangunan ketahanan

pangan berhasil/terwujud bila dua kondisi terpenuhi, yaitu (1) pada

tataran makro, setiap saat tersedia pangan yang cukup (jumlah, mutu,

keamanan, keragaman merata dan terjangkau); (2) pada tataran mikro,

setiap rumah tangga setiap saat mampu mengkonsumsi pangan yang

cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya, untuk menjalani hidup sehat

dan produktif. Bila terjadi kerawanan pangan akan mempunyai dampak

besar bagi bangsa, yang meliputi aspek ekonomi (produktivitas rendah),

sosial (keresahan/ kerusuhan) serta politik (instabilitas).

Salah satu butir pembangunan ketahanan pangan adalah

mengembangkan ketersediaan dan mempercepat penganekaragaman

konsumsi pangan berbasis pangan lokal, melalui (a) menjamin ketersediaan

sarana dan prasarana produksi, (b) mengendalikan alih fungsi lahan, (c)

melakukan pengkajian dan penerapan berbagai teknologi tepat guna

pengolahan pangan berbasis tepung- tepungan dan aneka pangan lokal

lainnya, (d) menetapkan hari-hari tertentu sebagai hari mengkonsumsi

pangan lokal, (e) mendorong berkembangnya kantin/warung desa

/sekolah/perguruan tinggi untuk memanfaatkan bahan-bahan pangan

Page 2: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

2

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

lokal.

Upaya diversifikasi pangan yang tertuang dalam salah satu butir

kesepakatan tersebut sangat strategis dalam rangka menurunkan konsumsi

beras. Saat ini konsumsi beras mencapai 139 kg/kapita/tahun. Menurut

Wakil Menteri Pertanian, konsumsi ini perlu diturunkan, idealnya pada

kisaran 90 hingga 100 kg/kapita/tahun.

Presiden RI pada acara Konferensi Dewan Ketahanan Pangan di

Jakarta International Convention Center (JICC) bulan Oktober 2010,

menyatakan bahwa ketahanan dan kemandirian pangan nasional harus

dimulai dari rumah tangga. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk

pengembanan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk

mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Dalam masyarakat

perdesaan, pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman

kebutuhan keluarga sudah berlangsung dalam waktu yang lama dan

masih berkembang hingga sekarang meski dijumpai berbagai

pergeseran. Komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam

mewujudkan kemandirian pangan perlu diaktualisasikan dalam

menggerakkan lagi budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan

maupun di pedesaan.

Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut

dengan “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari

Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan

yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi

keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Di Sulawesi Selatan, pemanfatan lahan pekarangan masih

didominansi tanaman hias, terutama di daerah perkotaan yang sudah

mengerti nilai estetika. Dengan inovasi dan kreatifitas lahan pekarangan

Page 3: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

3

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

dapat ditata sehingga memiliki multi fungsi baik sebagai bahan pemenuhan

kebutuhan gizi serta sumber pendapatan keluarga. Ketersediaan jenis pangan

dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti

padi- padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari

hewani banyak kita jumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan

obat-obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di wilayah kita ini.

Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran

pemenuhan gizi. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan

pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan

sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.

Upaya tersebut ialah memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga.

Berdasarkan pengamatan, perhatian petani terhadap pemanfaatan

lahan pekarangan relatif masih terbatas, sehingga pengembangan

berbagai inovasi yang terkait dengan lahan pekarangan belum banyak

berkembang sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat dengan realisasi

konsumsi masyarakat yang masih di bawah anjuran pemenuhan gizi yang

ditunjukkan melalui indikator skor pola pangan harapan (PPH) nasional masih

rendah 75,7 (2009). Tahun 2010 PPH Provinsi Sulawesi Selatan masih 84,5

dan ditargetkan pada tahun 2015 angka PPH mencapai 90.

Kementerian Pertanian melihat potensi lahan pekarangan ini sebagai

salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan

keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan.

Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) yang diinisiasi

oleh Badan Litbang Pertanian diharapkan akan memicu lahirnya pemikiran

dan konsep bagi optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya

melalui pemanfaatan berbagai inovasi yang telah dihasilkan oleh Badan

Litbang Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Ke depan diharapkan

melalui inisiatif ini akan semakin berkembang upaya-upaya kreatif di tengah

Page 4: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

4

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

masyarakat dalam pemanfaatan lahan dan ruang yang ada di sekitar mereka.

Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan

pangan dan gizi keluarga dapat dilakukan melalui pemanfaatkan

sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya.

Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe, Kabupaten Pinrang,

merupakan desa pertanian, dengan pengembangan komoditi padi, ikan

bandeng dan udang, sedangkan kebutuhan sayuran disuplai dari kecamatan

tetangga bahkan dari kabupaten tetangga.

Guna memenuhi kebutuhan sayur rumah tangga dapat dilakukan

melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan diversivikasi komoditi

sayuran. Berdasar latar belakang tersebut, Kementerian Pertanian melalui

Badan Litbang Pertanian dalam hal ini Balai PengkajianTeknologi Pertanian

Sulawesi Selatan bekerjasama dengan kelompok wanitani Mekarsari

mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model

KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui

pemanfaatan berbagai inovasi yang telah oleh Badan Litbang

Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Untuk menuju Pola Pangan

Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan

kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan

lemak, buah/biji berminyak, kacangkacangan, gula, sayur dan buah, dan

lainnya) bagi keluarga.

1.2. Tujuan

Tujuan jangka pendek :

a. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga melalui pemanfaatan

lahan pekarangannya

b. Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat alam pemanfaatan

lahan pekarangan

c. Mengembangkan sumber benih/bibit untuk menjaga keberlanjutan dan

Page 5: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

5

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

kelestarian pemanfaatan pekarangan

d. Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga dan menciptakan

ketahanan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri

Tujuan jangka panjang adalah :

a. Kemandirian pangan keluarga

b. Diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal

c. Pelestarian tanaman pangan untuk masa depan

d. Peningkatan kesejahteraan keluarga dan masyarakat

1.3. Sasaran

Sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan model KRPL ini adalah

berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan

sosial, di Kabupaten Pinrang khususnya dan Sulawesi Selatan pada

umumnya, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari,

menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera.

1.4. Keluaran Yang Diharapkan

a. Terbentuknya kawasan pengembangan pekarangan mendukung Rumah

Pangan Lestari di Perdesaan.

b. Terpenuhinya kebutuhan pangan dan gizi di setiap rumah tangga

c. Berkembangnya kegiatan ekonomi produktif di perdesaan dan perkotaan

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat

Teradopsinya model pemanfaatan pekarangan di kelompok

rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu

dusun/kampung.

Dampak

a. Menurunnya pengeluaran konsumsi pangan rumah tangga masyarakat

b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat

Page 6: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

6

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

II. TINJAUAN PUSTAKA

Lahan pekarangan memiliki fungsi multiguna, karena dari lahan yang

relatif sempit ini, bisa menghasilkan bahan pangan seperti umbi-umbian, sayuran,

buah-buahan; bahan tanaman rempah dan obat, bahan kerajinan tangan; serta

bahan pangan hewani yang berasal dari unggas, ternak kecil maupun ikan.

Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat :

memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran,

dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga.

Berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-

kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak kita jumpai. Demikian

pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat-obatan dapat tumbuh dan

berkembang dengan mudah di wilayah kita ini. Namun demikian realisasi

konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Oleh karena itu

salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi

masyarakat harus diawali dari pemanfaatan sumberdaya yang tersedia

maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Upaya tersebut ialah

memanfaatkan pekarangan yang dikelola oleh keluarga. Manfaat yang akan

diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat: memenuhi kebutuhan

konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat

memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan

sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan

kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun

di perkotaan.

2.1. Kongsep Model Kawasan Rumah Pangan Lestari

Pekarangan adalah sebidang tanah darat yang terletak langsung di

sekitar rumah tinggal dan jelas batas-batasannya, ditanami dengan satu

atau berbagai jenis tanaman dan masih mempunyai hubungan

Page 7: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

7

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

pemilikan dan/atau fungsional dengan rumah yang bersangkutan.

Mardiharini (2011). Sementara menurut Saliem (2011), Hubungan

fungsional yang dimaksudkan di sini adalah meliputi hubungan

sosial budaya, hubungan ekonomi, serta hubungan biofisika.

Lahan pekarangan yang dikelola secara optimal dapat memberikan

manfaat bagi rumah tangga dan keluarga yang mengelolanya. Hal ini

dapat terlihat dari beragam fungsi dasar pekarangan yaitu menjadi

warung hidup, bank hidup, apotik hidup serta fungsi keindahan. Lahan

pekarangan yang dikelola dengan baik dapat memberikan manfaat

antara lain adanya peningkatan gizi keluarga, tambahan pendapatan

keluarga, lingkungan rumah asri, teratur, indah dan nyaman. Semakin

beragam tanaman pangan atau tanaman obat keluarga (toga) yang

dikembangkan serta semakin banyak ternak/ikan yang

dibudidayakan, maka diharapkan rumah tangga/keluarga yang

mengelola, kehidupannya akan menjadi semakin sejahtera. Lahan

pekarangan yang sempit pun dapat ditata dengan baik dengan

diciptakan tabulapot (tanaman bumbu dalam pot), kolam ikan dengan

ukuran mini, dll sehingga halaman asri, teratur, indah dan nyaman

tentunya dengan biaya dan murah dapat memenuhi kebutuhan

keluarga (Rachman et al., 2007).

Dalam jangka pendek pemanfaatan pekarangan sebagai sumber

gizi keluarga yang dikelola secara baik diharapkan dapat meningkatkan

konsumsi pangan dan gizi bagi rumah tangga/keluarga, sedangkan

untuk jangka panjang diharapkan masyarakat yang mengelola

pekarangan dapat hidup lebih sejahtera.

Mardiharini (2011) sampai pada kesimpulan bahwa bagi

masyarakat pedesaan, pekarangan dapat dipandang sebagai “lumbung

hidup” yang tiap tahun diperlukan untuk mengatasi paceklik, dan

Page 8: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

8

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

sekaligus juga merupakan “terugval basis” atau pangkalan induk yang

sewaktu-waktu dapat diambil manfaatnya apabila usahatani di sawah

atau tegalan mengalami bencana atau kegagalan akibat serangan

hama/penyakit, banjir, kekeringan dan bencana alam yang lain.

Model kawasan rumah pangan lestari (MKRPL) merupakan

suatu model kawasan dengan rumah tangga yang telah menerapkan

Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan

yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi

keluarga dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Oleh karena itu,

pemanfaatan pekarangan tidak hanya sekedar menanami, tetapi

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi, mengembangkan

ekonomi produktif, dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan

sehat. Dalam pelaksanaanya, pekarangan dimanfaatkan secara optimal

untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat

keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan dilengkapi dengan

pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. Setelah kebutuhan

rumah tangga terpenuhi, selanjutnya dapat dikembangkan pemasaran

dan pengolahan menjadi aneka produk untuk meningkatkan pendapatan

keluarga (Simatupang, 2006 dan Anonim, 2011). Lebih lanjut Simatupang,

(2006), menjelaskan bahwa penataan tanaman, kandang, kolam,

pembuatan pagar hidup dengan memilih tanaman yang bermanfaat dan

disusun bertingkat sesuai ketinggiannya merupakan bagian yang

penting untuk mendapatkan manfaat optimal dari pekarangan dengan

tetap mengindahkan estetika. Penataan satu RPL sesuai dengan luas

pekarangan telah diselesaikan, dapat dilanjutkan dengan penataan

kawasannya sehingga mewujudkan KRPL. Untuk itu perhatian ditujukan

pada pemanfaatan lahan kosong dan dapat juga di sekitar fasilitas

umum (sekolah, kantor, tempat ibadah, pos keamanan) dengan tanaman

Page 9: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

9

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

buah (lokal atau langka) atau tanaman tahunan lain yang memberi

manfaat seperti pohon salam, melinjo, dan lainnya. Pemanfaatan

ruas jalan dapat diisi dengan tanaman buah, atau tanaman pakan

ternak seperti glirisidea, dadap, kaliandra yang disusun multi strata

dengan nenas, sereh, atau tanaman pendek lainnya.

Agar pemanfaatan pekarangan di suatu kawasan terus

berlanjut atau lestari sehingga menjadi Kawasan Rumah Pangan

Lestari, maka dalam satu dusun/desa ditumbuhkan kebun bibit desa

(untuk sayuran, tanaman pangan) pengolahan limbah menjadi kompos,

pengolahan hasil panen yang berlebih dan lembaga pemasaran yang

dikelola secara mandiri oleh masyarakat. Jika manfaat langsung dirasakan

masyarakat, maka pemanfaatan pekarangan dapat menjadi budaya

sekaligus memberikan sumbangan pada ketahanan pangan nasional

(Anonim, 2011).

Sisi lain dari program KRPL adalah berlangsungnya pemanfatan

sumberdaya pangan lokal, berkembangnya kuliner berbasis pangan lokal,

dan secara tidak langsung ikut serta mengelola dan memelihara

sumberdaya genetik/plasma nutfah lokal (bermacam-macam ubi, buah

langka, sayuran, kacang-kacangan, tanaman obat).

2.2. Kongsep dan Batasan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Rumah Pangan Lestari: Tempat tinggal bagi keluarga atau

rumah tangga yang memanfaatkan pekarangannya secara intensif melalui

pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin

kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan

kualitas, nilai dan keanekaragamannya (Kementerian Pertanian, 2011).

Penataan Pekarangan: ditujukan untuk memperoleh manfaat

yang sebesar-besarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara

intensif dengan tata letak sesuai pemilihan komoditas.

Page 10: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

10

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Pengelompokan Lahan Pekarangan: Dibedakan atas pekarangan

perkotaan dan perdesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik untuk

menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha

pekarangan, maupun cara menata tanaman, ternak, dan ikan.

a. Pekarangan Perkotaan : Pekarangan perkotaan dikelompokkan

menjadi 4, yaitu: (1) Perumahan Tipe 21, dengan total luas lahan sekitar

36 m2; (2) Perumahan Tipe 36, luas lahan sekitar 72 m2; (3)

Perumahan Tipe 45, luas lahan sekitar 90 m2; dan (4) Perumahan

Tipe 54 atau 60, luas lahan sekitar 120 m2.

b. Pekarangan Perdesaan: Pekarangan perdesaan dikelompkkan

menjadi 4, yaitu (1) pekarangan sangat sempit (tanpa halaman), (2)

pekarangan sempit (<120 m2), (3) pekarangan sedang (120-400 m2),

dan (4) pekarangan luas (>400 m2).

Pemilihan komoditas: ditentukan dengan mempertimbangkan

pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta kemungkinan

pengembangannya secara komersial berbasis kawasan. Komoditas untuk

pekarangan antara lain: sayuran, tanaman rempah dan obat, serta buah

(pepaya, belimbing, jambu biji, srikaya, sirsak). Pada pekarangan yang

lebih luas dapat ditambahkan kolam ikan dan ternak.

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model KRPL),

diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang telah menerapkan prinsip

RPL dengan menambahkan intensifikasi pemanfaatan pagar hidup, jalan desa,

dan fasilitas umum lainnya (sekolah, rumah ibadah, dll), lahan terbuka hijau,

serta mengembangkan pengolahan dan pemasaran hasil. Suatu kawasan

harus menentukan komoditas pilihan yang dapat dikembangkan secara

komersial, dilengkapi dengan kebun bibit.

Page 11: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

11

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

2.3. Tujuan Program Kawasan Rumah Pangan Lestari

Tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL), yaitu:

a. Kemandirian pangan rumah tangga pada suatu kawasan,

b. Diversifikasi pangan yang berbasis sumber daya lokal,

c. Konservasi tanaman-tanaman pangan maupun pakan termasuk

perkebunan, hortikultura untuk masa yang akan datang,

d. Kesejahteraan petani dan masyarakat yang memanfaatkan Kawasan

Rumah Pangan Lestari,

e. Pemanfaatan kebun bibit desa agar menjamin kebutuhan masyarakat

akan bibit terpenuhi, baik bibit tanaman pangan, hortikultura,

perkebunan, termasuk ternak, unggas, ikan dan lainnya,

f. Antisipasi dampak perubahan iklim.

Model KRPL dilaksanakan dengan melibatkan semua elemen

masyarakat dan instansi terkait pusat dan daerah, yang masing-masing

bertanggungjawab terhadap sasaran atau keberhasilan kegiatan. Untuk

melestarikan KRPL, para petugas lapangan setempat dan ketua kelompok

agar sejak awal dilibatkan secara aktif mulai perencanaan, pelaksanaan, dan

evaluasi kegiatan. Diharapkan keterlibatan ini akan memudahkan proses

keberlanjutan dan kemandiriannya.

Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan

melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman termasuk sistem integrasi

tanaman-ternak dan model diversifikasi yang tepat sehingga dapat memenuhi

pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendapatan keluarga.

Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan, maka

ketersediaan bibit menjadi faktor yang menentukan keberhasilan. Oleh

karena itu perlu dibangun Kebun Bibit Desa (KBD) dan dikelola secara baik di

setiap KRPL.

Page 12: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

12

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Berbeda dengan lahan pertanian secara umum, pekarangan rumah

memiliki luasan yang relatif sempit, bersentuhan langsung dengan penghuni

rumah, serta memiliki peran yang sangat kompleks. Oleh sebab itu,

pemanfaatannya dalam budidaya sayuran harus direncanakan sdemikian rupa

sehingga dapat berfungsi optimal, baik dalam hal tingkat produksi maupun

dalam pemanfaatan lainnya di rumah tangga. Beberapa prasyarat yang harus

dipenuhi dalam berbudidaya sayuran di pekaranganm diantaranya adalah

harus memiliki nilai estetika atau keindahan sehingga selain dapat dimakan

juga dapat mempercantik halaman rumah. Strategi yang dapat dilakukan,

diantaranya melalui pengaturan jenis, bentuk, dan warna tanaman (Saliem,

2011)

Page 13: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

13

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Ketahanan pangan (food security) adalah kondisi terpenuhinya pangan

bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang

cukup baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Oleh

karenanya pemantapan ketahanan pangan dapat dilakukan melalui

pemantapan ketahanan pangan di tingkat rumah tangga. Oleh karena itu

salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan dan gizi keluarga

dapat dilakukan melalui pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun

yang dapat disediakan di lingkungannya. Desa Mattombong, Kecamatan

Mattirosompe, Kabupaten Pinrang, merupakan desa pertanian, dengan

pengembangan komoditi padi, ikan bandeng dan udang, sedangkan

kebutuhan sayuran disuplai dari kecamatan tetangga bahkan dari kabupaten

tetangga.

Guna memenuhi kebutuhan sayur rumah tangga dapat dilakukan

melalui pemanfaatan lahan pekarangan dengan diversivikasi komoditi

sayuran. Berdasar latar belakang tersebut, Kementerian Pertanian melalui

Badan Litbang Pertanian dalam hal ini Balai PengkajianTeknologi Pertanian

Sulawesi Selatan bekerjasama dengan kelompok wanitani Mekarsari

mengembangkan suatu Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Model

KRPL) untuk optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan, utamanya melalui

pemanfaatan berbagai inovasi yang telah oleh Badan Litbang

Pertanian dan lembaga penelitian lainnya. Untuk menuju Pola Pangan

Harapan, diperlukan model diversifikasi yang dapat memenuhi kebutuhan

kelompok pangan (padi-padian, aneka umbi, pangan hewani, minyak dan

lemak, buah/biji berminyak, kacangkacangan, gula, sayur dan buah, dan

lainnya) bagi keluarga. Model ini juga diharapkan dapat memberikan

kontribusi pendapatan dan kesejahteraan keluarga.

Page 14: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

14

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Inovasi teknologi pemanfaatan lahan pekarangan perlu ditampilkan

dalam bentuk yang mudah diterima oleh pengguna/wanitapetani.

Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah untuk mempercepat adopsi

teknologi pemanfaatan lahan pekarangan dan terbentuknya kawasan

rumah pangan lestari sebagai model, sehingga lokasi ini merupakan

sarana komunikasi, evaluasi dan diskusi antara wanitatani, penyuluh,

peneliti dan pengambil kebijakan melalui kegiatan kunjungan lapang.

Respons dari setiap stake holders merupakan feed back yang akan

digunakan untuk menyempurnakan teknologi sehingga secara teknis

dapat dilakukan, secara ekonomis menguntungkan dan secara sosial

dapat diterima oleh pengguna serta tidak membahayakan lingkungan.

3.2. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Kegiatan M-KRPL dilaksanakan di Desa Mattombong, Kecamatan

Mattirosompe, Kabupaten Pinrang, Provinsi Sulawesi Selatan, berlangsung

dari bulan Januari sampai Desember 2012. Kabupaten Pinrang berjarak 185

km dari kota Makassar ibukota propinsi Sulawesi Selatan dan kecamatan

Mattirosompe berjarak 15 km dari Kota Pinrang ibukota Kabupaten Pinrang

serta Desa Mattombong berjarak 3 km ke Langnga ibukota Kecamatan

Mattirosompe.

3.3. Tahapan Pelaksanaan

3.3.1. Persiapan

Pelaksanaan M-KRPL di Kabupaten Pinrang diawali dengan ; (1)

pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok

sasaran yang dilakukan melalui metode PRA (2) pertemuan dengan Pemda

Kabupaten, Bappeda, Dinas Pertanian Daerah dan Badan Ketahanan Pangan

dan Penyuluh Pertanian kabupaten Pinrang dengan menyampaikan maksud

dan tujuan dari kegiatan program M-KRPL serta untuk mencari kesepakatan

dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (3) koordinasi dengan

Page 15: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

15

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Dinas Pertanian dan Dinas Terkait lainnya di Kabupaten/Kota, (4) memilih

pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai

dengan kriteria yang telah ditentukan. Lokasi disepakati yaitu, Dusun Beru,

Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe, Kabupaten Pinrang, sebanyak

25 anggota keluarga.

3.3.2. Pembentukan Kelompok

Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga

dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung.

Pendekatan yang digunakan adalah partisipatif, dengan melibatkan kelompok

sasaran, tokoh masyarakat, dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari,

oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Dengan cara

berkelompok akan tumbuh kekuatan gerak dari para anggota dengan prinsip

keserasian, kebersamaan dan kepemimpinan dari mereka sendiri. Pada

kelompok sasaran dilibatkan 25 anggota kelompok wanita tani. Klasifikasi

kegiatan menurut strata luas kepemilikan pekarangan ditentukan berdasarkan

hasil PRA. Kelompok yang disepakati yaitu Kelompok Wanita Tani (KWT)

Mekar Sari, Dusun Beru, Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe

Tabel 1.

Page 16: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

16

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 1. Daftar nama Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari, peserta M-

KRPL Dusun Beru, Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Nama Jabatan Keterangan

1 Timang Anggota

2 Darmawati Anggota

3 Dada Anggota

4 Pa’Bangnga Anggota

5 Aminah Anggota

6 Maja Anggota

7 Manniaga Anggota

8 Sunni Anggota

9 Hasnah Anggota

10 Sri Agustina Anggota

11 Bara Anggota

12 Andi Wildana Ketua

13 Dilla Anggota

14 Samma Anggota

15 Hasmiati Anggota

16 Andi Nuraeni Sekertaris

17 Hj. Hasnah Anggota

18 Rahmawati Mustari Anggota

19 Aliyah Anggota

20 Hj. Nanda Anggota

21 Sitti Rahma Anggota

22 Hariani Anggota

23 Hj.Sirailu Anggota

24 Muti Anggota

25 Hj. Nurhayati Anggota

3.3.3. Sosialisasi

Sosialisasi bertujuan untuk Menyampaikan maksud dan tujuan

kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang

akan dilakukan. Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran

dan pemuka masyarakat serta petugas pelaksana instansi terkait untuk

memberi gambaran dan penjelasan mengenai kegiatan M-KRPL. Sosialisasi

Page 17: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

17

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

kegiatan, dilaksanakan di rumah ketua KWT Mekar Sari yang dihadiri oleh

Badan Ketahanan Pangan dan penyuluh pertanian, aparat desa, anggota

kelompok wanita tani sebagai cpcl, penyuluh pertanian, Babinsa, tokoh

masyarakat.

3.3.4. Pengembangan Jumlah Rumah Tangga

Dalam satu kelompok wanita tani melibatkan 25 rumah tangga sebagai

pelaksana kegiatan M-KRPL, diharapkan dari rumah tangga ini menjadi model

bagi rumah tangga lain atau masyarakat sekitar, sehingga nantinya model

pemanfaatan pekarangan akan diikuti dan dikembangkan yang pada akhirnya

jumlah rumah tangga yang mengadopsi semakin bertambah. Menurut

informasi dari peserta, umumya tetangga rumah, tetangga dari dusun dan

desa lain dan atau tamu serta keluarga yang berkunjung di rumah peserta

tertarik untuk mengadopsi M-KRPL.

3.3.5. Penguatan Kelembagaan Kelompok

Penguatan kelembagaan kelompok dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan kelompok dengan tujuan : (1) mampu mengambil keputusan

bersama melalui musyawarah; (2) mampu menaati keputusan yang telah

ditetapkan bersama; (3) mampu memperoleh dan memanfaatkan informasi;

(4) mampu untuk bekerjasama dalam kelompok (sifat kegotong-royongan);

dan (5) mampu untuk bekerjasama dengan aparat maupun dengan

kelompok-kelompok masyarakat lainnya. Penguatan kelembagaan kelompok

dilakukan melalui pelatihan.

3.3.6. Kebun Bibit Desa

Untuk menunjang ketersediaan bibit telah dibuat kebun bibit desa

(KBD). Kebun bibit desa di tempatkan di rumah ketua kelompok tani dengan

pertimbangan pekarangan agak luas, ada sumber air (sumur), dekat jalan

raya, terletak ditengah-tengah anggota kelompok. Berbagai jenis tanaman

terutama sayuran telah dibibitkan pada KBD meliputi terong, tomat, cabai,

Page 18: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

18

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

papaya, mentimun, kangkung, kacang panjang. Setelah benih tumbuh, bibit

akan dikokker atau dipindahkan ke polybag kecil lalu disortir dengan

pertumbuhan yang seragam untuk dipindahkan ke pekarangan-pekarangan

peserta binaan untuk di tanam pada polybag ukuran besar, Talang air yang

telah diisi media tumbuh dan bedengan yang dibuat masing-masing binaan.

Pemeliharaan dilakukan oleh setiap binaan sampai panen dilakukan. Uraian

hasil kegiatan program M-KRPL Kabupaten Pinrang dapat dilihat pada

Tabel 2. berikut dibawah ini.

Tabel 2. Uraian Hasil Kegiatan M-KRPL Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari, peserta M-KRPL Dusun Beru, Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Uraian Hasil Kegiatan

Target

/ Vol.

Waktu Pelaksanaan Ket

(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan X

Bahan, alat, administrasi X

Informasi, data lokasi X

PRA desa / kelurahan X

Seminar proposal X

2 Pembentukan klp. Sasaran Kelompok wanita tani

3 Sosialisasi X

Pertemuan kelompok KWT X

Pemda, Bappeda X

Distan, Badan Ket. Pangan X

Desa/Kel, Camat X

4 Desain Pekarangan X

Sempit (untuk Polybag) X

Sedang (Rak talang) X

Luas (bedengan, Rak,Pb.) X

5 Pelatihan X

Budidaya sayuran X

Pemeliharaan ternak X

Pembuatan kolam ikan X

Pembuatan kompos jerami X

6 Pembuatan KBD X

Bak semai X

Bedengan pesemaian X

Page 19: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

19

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Lanjutan Tabel 2.

Tabel 2. Uraian Hasil Kegiatan M-KRPL Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar

Sari, peserta M-KRPL Dusun Beru, Desa Mattombong, Kecamatan

Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012 7 Pelaksanaan Lapangan X

Semai benih BKD X

Mengkokker bibit X

Pembuatan Rak talang X

Pengisian polybag X

Pengisian polybag X

Pembuatan bedengan X

Penanaman bibit 25 KK X

Penyiraman

Penyiangan X

Pengendalian H/P

Panen

Pasca panen

8 Monitoring / Pemanduan

Semua tahapan kegiatan X

Semua kegiatan awal-akhir X

Oleh Tim pelaksana X

9 Evaluasi Program

3 bulan II Tim Evaluasi. X

3 bulan II Tim Evaluasi. X

3 bulan III Tim Evaluasi. X

10 Analisis Data / Pelaporan X X

Sementara (6 bln berjalan) X

Lengkap (12 bln berjalan) X

11 Seminar Hasil Program X

3.3.7. Sistem Agribisnis

A. Budidaya Sayuran

Hampir semua jenis tanaman dapat ditanam dalam sistem vertikultur,

pot dan bedengan, diantaranya bayam, kangkung, sawi, selada, kenikir,

kemangi, seledri, cabai, tomat, terong, pare, kacang panjang, timun, dll.

Namun demikian untuk budidaya vertikultur menggunakan wadah talang,

bambu ata uparalon yang dipasang secara horizontal, kurang cocok untuk

Page 20: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

20

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

sauran jenis buah seperti cabai, terong, tomat, buncis tegak, pare, dll. Hal

tersebut disebabkan dangkalnya wadah pertanaman sehingga tidak cukup

kuat menahan tumbuh tegak tanaman. Sayuran buah cocok untuk ditanam

dalam pot, polybag atau paralon dan bambu yang ditegakkan sehingga dapat

menampung media tanam dalam jumlah cukup banyak.

Hal- hal yang harus diperhatikan dalam budidaya sayuran antara lain :

a. Penyiapan Wadah Pertanaman

Vertikultur dari Talang Sistem Rak

Langkah-langkah pembuatan unit vertikultur sistem rak adalah sebagai

berikut:

1. Buat serangkaian rak dengan tinggi kira-kira 1 m, lebar 1 m, panjang

sesuai kebutuhan,

2. Atur tiga rangkaian rak (talang air) secara berundak, dengan jarak

antara undakan adalah kira-kira 30 cm, dan lebar masing-masing rak

adalah 15-20 cm,

3. Potong talang air dengan ukuran sesuai rangka rak yang dibuat, lalu

masing-masing ujung talang ditutup menggunakan penutup talang lalu

dilekatkan menggunakan lem secara permanen,

4. Lubangi dasar talang dengan bor atau pisau, diameter lubang kurang

lebih 1 cm dan jarak anatar lubang berkisar 15-20 cm,

5. Isi talang menggunakan media tanam yang telah disiapkan, dan

lakukan penyusunan pada rak.

Wadah Pot

Jenis pot yang digunakan dapat berupa pot plastic, ember, kaleng, pot

gerabah, polybag, dll. Pada prinsipnya wadah atau pot tersebut dapat

menampung media tanam dalam jumlah yang cukup. Untuk tanaman sayuran

daun, volume media tanam yang digunakan minimal seberat 1 kg, sedangkan

untuk sayuran buah berkisar 3-20 kg. Apabila belum adalah lubang, maka

Page 21: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

21

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

lakukan pelubangan pada dasar pot dalam jumlah yang cukup banyak guna

mengatur kelebihan air penyiraman.

Wadah Bedengan

Bedengan digunakan sebagai tempat penanaman. Tujuannya, untuk

mencegah agar tanaman tidak tergenang air pada musim hujan. Panjang

bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan, untuk mempermudah

perawatan dan pembuangan air. Lebar bedengan dibuat 125-150 cm karena

digunakan untuk dua baris tanaman. Tinggi bedengan 25-30 cm. Bedengan

dibuat lebih tinggi pada musim hujan dengan tujuan agar perakaran tanaman

tidak terendam air dalam waktu yang lama dan pembuangan airnya lancar.

Untuk mempermudah pekerjaan, plot terlebih dahulu membuat plot

menggunakan tali raffia sesuai dengan ukuran panjang, lebar dan tinggi

bedengan yang kita kehendaki. Gunakan cangkul untuk membentuk

bedengan. Caranya, naikkan tanah diluar plot untuk bedengan dan tanah

timbunan yang didatangkan dari luar desa atau lokasi, sekaligus haluskan

tanah dan ambil sisa-sisa rumput, batu, kerikil dan kotoran lain yang dapat

mengganggu tanaman.

2. Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan merupakan campuran tanah, pupuk

kandang atau kompos yang telah dihilangkan bongkahannya atau disaring

menggunakan saringan kawat berdiameter 0,5-1 cm. Perbandingan media

tanam yang umum digunakan adalah 3 bagian tanah, 1 bagian pupuk

kandang atau pupuk kompos. Namun demikian, formula tersebut bukan

merupakan formula baku, yang penting bahan organik dan sekam yang

ditambahkan cukup banyak sehingga media cukup subur.

3. Pembibitan

Wadah pembibitan dapat berupa baki plastic dan pot plastic. Media

pembibitan yang digunakan sama seperti di atas namun perlu lebih halus

Page 22: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

22

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

dengan menghindari bongkahan atau kerikil dengan cara disaring

menggunakan saringan kawat berdiameter lubang 2-5 mm.

Pembibitan umumnya dilakukan untuk benih-benih yang berukuran kecil

dan berharga relative mahal seperti sawi, selada, cabai, tomat, dll (kecuali

bayam karena bayam umumnya ditanam langsung). Sementara itu, benih

berukuran besar umumnya ditanam langsung dalam wadah pertanaman.

Langkah-langkah penanaman bibit atau benih :

Buat lubang kecil pada media tanam di dalam baki pelastik dengan

kedalaman 0,5-1 cm dengan menggunakan lidi atau kayu kecil. Untuk

benih yang dibibitkan dalam wadah pembibitan yang lebar dilakukan

dengan cara menebar secara merata benih pada permukaan media

tanam atau membuat lubang tanam dengan jarak ± 1 cm.

Masukkan benih ke dalam lubang tanam dan ditutup tipis menggunakan

kompos atau pupuk kandang halus. Lalu benih ditutup menggunakan

pupuk kandang atau kompos halus dengan ketebalan 0,5-1 cm.

Lakukan penyiraman dengan hati-hati hingga media pembibitan basah

secara merata. Penyiraman dilakukan 2-3 hari sekali pada saat benih

baru ditanam atau bibit kecil, pada saat bibit yumbuh agak besar,

lakukan penyiraman sekali sehari.

Letakkan wadah pembibitan pada screen house yang terlindung dari

deraan hujan secara langsung namun terena sinar matahari cukup.

Setelah bibit memiliki daun sempurna 2 lembar, lakukan pemindahan bibit

pada wadah pembibitan tunggal, misalnya polybag berdiameter 10 cm.

Lakukan pemeliharaan seperti biasa hingga siap pindah tanam.

Page 23: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

23

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

4. Penanaman

Penanaman di dalam rak vertikultur atau pot dilakukan setelah bibit

memiliki daun sempurna 3-5 helai. Langkah-langkah penanaman adalah :

Pilih bibit yang sehat, tidak cacar, dan seragam

Buat lubang tanam seukuran wadah bibir. Pada system vertikultur rak

berjenjang, jarak tanam berkisar 10-15 cm. Pada system pot, jumlah

tanaman yang ditanam sebanyak 1 tanaman per pot pada pot berukuran

3-10 kg, sedangkan untuk pot berukuran lebih besar jumlah tanaman

bekisar 2-3 tanaman, khususnya untuk sayuran buah merambat seperti

pare, timun, oyong, dan tanaman sejenis lainnya.

Keluarkan bibit secara hati-hati dengan cara menggunting wadah atau

membalikkan wadah sedemikian rupa sehingga media dan perakaran

bibit tidak terganggu.

Masukkan bibit ke dalam lubang tanam, selanjutnya tutup lubang tanam

menggunakan media tanam yang sebelumnya dikeluarkan pada saat

membuat lubang tanam.

Lakukan penyiraman hingga media tanam menjadi basah secara merata.

5. Pemupukan

Untuk sayuran yang dibudidayakan secara organik, jenis pupuk yang

digunakan adalah pupuk kandang atau pupuk kompos, baik berbentuk curah

maupun granul. Pemberian pupuk dilakukan pada saat pembuatan media

tanam dengan menambah volume pupuk kompos atau pupuk kandang lebih

banyak dalam media tanam, misalnya 2 atau 3 bagian dibandingkan tanah

dan sekam.

Pupuk susulan dapat berupa pupuk organik cair yang telah tersedia di

toko-toko sarana pertanian atau dengan cara membuat sendiri. Intensitas

pemberian pupuk organik biasanya dilakukan 3-7 hari sekali dengan cara

Page 24: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

24

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

melarutkan 10-100 ml pupuk dalam 1 liter air dan disiramkan secara merata

pada media tanam.

Pada sayuran buah, disebabkan masa pertumbuhan yang lebih panjang,

maka selain pemberian pupuk organik cair juga dapat dilakukan pemberian

pupuk susulan berupa pupuk kandang atau pupuk kompos settiap 30 hari

sekali sebanyak 50-100 g atau2-3 genggam pupuk per tanaman.

6. Penyinaran Matahari

Faktor penentu lainnya dalam budidaya sayuran dipekarangan adalah

penyinaran matahari. Tanaman sayuran merupakan jenis tanaman yang

menginginkan penyinaran matahari penuh. Apabila intensitas matahari tidak

mencukupi maka tanaman akan mengalami etiolasi atau tumbuh memanjang

dan kurus. Beberapa jenis tanaman, seperti terong dan cabai rawit cukup

toleran dengan kurangnya sinar matahari, namun sebagian besar sayuran

daun dan buah yang lain sangat sensitive dengan kurangnya intensitas

penyinaran.

7. Panen

Sebagian sayuran daun dan bumbu dapat dilakukan panen secara

berulang, diantaranya adalah kangkung, kemangi, kenikir, kucai, seledri.

Pemanenan sayuran tersebut dilakukan dengan memotong batang atau

pucuk untuk kangkung, kemangi, kenikir, dan kucao, sedangkan seledri

dipanen dengan cara memotong daun yang sudah cukup tua.

Sebagian sayuran lainnya dipanen hanya sekali dengan cara mencabut

tanaman beserta akarnya, diantaranya bayam, sawi, selada, dll.

Sementara itu, sayuran buah, umumnya dipanen secara bertahap sesuai

dengan fase pematangan buah atau sesuai keinginan. Pemanenan sayuran

buah sebaiknya menggunakan gunting atau pisau tajam, kecuali cabai, yang

dapat dipanen menggunakan tangan dengan cara menarik buah berlawanan

arah dengan arah buah.

Page 25: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

25

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

8. Pengolahan Hasil

Pengolahan hasil terutama ditujukan untuk sayuran buah dan buah-

buahan. Tujuanya untuk menambah nilai ekonomis. Misalnya pengolahan

buah pepaya dan mangga menjadi manisan atau pengolahan tomat menjadi

jus tomat. Pelaksanaan M-KRPL di kabupaten Jeneponto belum sampai pada

tahap pengolahan hasil, oleh karena hasil tanaman sayuran yang di panen

untuk sementara hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga saja.

Kedepannya diharapkan produksi yang dicapai lebih meningkat sehingga

hasilnya selain untuk memenuhi kebutuhan keluarga juga dapat diolah

sehingga bernilai ekonomis dan dapat menambah penghasilan keluarga.

9. Pemasaran

Salah satu tujuan M-KRPL adalah Memenuhi kebutuhan pangan dan

gizi keluarga dan masyarakat secara lestari dalam serta mengembangkan

kegiatan ekonom produktif keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang

bersih dan sehat secara mandiri. Untuk mencapai tujuan ekonomi keluarga

yang produktif maka hasil dari M-KRPL seharusnya ada yang dipasarkan

untuk menambah penghasilan keluarga. Produksi sayuran dan buah dari

KWT Sunggu Matene untuk saat ini belum ada yang bisa dipasarkan. Kendala

yang dihadapi antara lain produksi masih rendah dan pasar. Belum terjalin

kemitraan dengan pedagang sayur keliling maupun dengan pedagang

pengumpul. Volume hasil yang masih rendah membuat anggota KWT

merasa berat untuk menjualnya ke pasar, sehingga hasil yang diperoleh lebih

banyak dibagikan kepada tetangga atau kerabat yang kebetulan datang

berkunjung.

Page 26: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

26

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. PPH (Pola Pangan Harapan)

Nilai atau skor PPH yang diperoleh mencerminkan tingkat keragaman

konsumsi rumah tangga yang meliputi sembilan bahan pokok. Hasil

perhitungan PPH untuk Kelompok binaan KWT Mekar Sari sesudah kegiatan

M-KRPL dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari, peserta M-KRPL Dusun Beru, Desa Mattombong,

Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Nama Skor PPH Keterangan

1 Timang 86,5 A

2 Darmawati 86,5 A

3 Dada 89,0 A

4 Pa’Bangnga 86,5 A

5 Aminah 81,7 B

6 Maja 90,0 A+

7 Manniaga 97,5 A+

8 Sunni 86,2 A

9 Hasnah 80,1 B

10 Sri Agustina 89,7 A

11 Bara 87,5 A

12 Andi Wildana 93,2 A

13 Dilla 86,5 A

14 Samma 87,5 A

15 Hasmiati 86,5 A

16 Andi Nuraeni 96,5 A+

17 Hj. Hasnah 96,2 A+

18 Rahmawati Mustari 89,0 A

19 Aliyah 86,5 A

20 Hj. Nanda 86,5 A

21 Sitti Rahma 81,5 B

22 Hariani 86,5 A

23 Hj.Sirailu 81,5 B

24 Muti 62,5 C

25 Hj. Nurhayati 65,0 C

Rata-rata PPH 86,2 Keterangan:

A = Skor > 85,0 = 20 keluarga binaan (80%) B = Skor 76,0 - 84,5 (Sulawesi Selatan) = 3 keluarga binaan (12%) C = Skor < 75,7 (Standar Nasional) = 2 keluarga binaan (8%)

Page 27: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

27

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Berdasarkan Tabel 3. Rata-rata Skor PPH yang diperoleh sebesar 86,2.

Nilai ini masih lebih tinggi dari perolehan nilai PPH secara nasional tahun

2009 yaitu 75,7 dan nilai PPH Provinsi Sulawesi Selatan 84,5, dengan sebaran

20 orang (80%) diatas skor PPH provinsi, 3 keluarga binaan (12%) antara

skor nasional dan provinsi Sulawesi Selatan dan hanya 2 keluarga binaan

(8%) dibawah skor nasional, bahkan 4 keluarga binaan (16%) diatas 90,0

Tabel 4. PPH berdasarkan Energi Pangan Kelompok Wanita Tani (KWT) Mekar Sari, peserta M-KRPL Dusun Beru, Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Nama KWT Padi-padian

Umbi-umbian

Pangan hewani

Minyak & lemak

Buah/biji Berminyak

Kacang Kacangan

Gula Sayur & Buah

Lain-lain

Total AKE

1 Timang 138,7 - 283,2 43,5 - - 4,6 127 1,2 598,1

2 Darmawati 149,1 - 268,2 8,7 - - 16,0 222,4 3,4 667,8

3 Dada 291,7 38,3 153,2 43,5 - - 17,4 175,0 0,9 720,0

4 Pa’Bangnga 120,4 - 130,6 96,0 - - 0,7 72,3 1,3 421,3

5 Aminah 89,5 - 72,6 34,8 8,3 - 1,1 116,3 0,5 323,1

6 Maja 102,9 16,4 116,4 80,0 33,4 - 5,1 172,4 0,7 527,3

7 Manniaga 165,7 - 102,1 54,1 16,7 45,8 1,2 205,5 2,7 593,7

8 Sunni 246,3 - 153,5 130,5 8,3 - 1,2 179,4 0,5 719,7

9 Hasnah 80,6 21,1 90,4 - 16,7 - 11,6 26,5 0,0 247,0

10 Sri Agustina 180,5 - 49,6 - - 35,8 0,7 105,5 1,3 273,5

11 Bara 180,5 - 108,8 39,3 16,7 - 5,1 202,9 0,3 553,6

12 Andi Wildana 141,2 - 103,2 1,7 - 40,0 13,2 148,3 0,0 447,6

13 Dilla 109,7 - 51,9 43,5 - - 5,1 5,5 0,5 216,3

14 Samma 80,6 - 25,8 52,2 16,7 - 5,1 139,7 0,0 320,1

15 Hasmiati 119,7 - 248,5 21,8 - - 7,3 67,1 0,1 464,4

16 Andi Nuraeni 85,9 15,7 162,6 8,7 - 52,6 3,7 204,5 0,6 534,3

17 Hj. Hasnah 69,3 - 97,4 21,8 - 57,2 2,2 33,0 0,3 281,2

18 Rahmawati Mustari 83,4 9,5 60,4 27,1 - - 3,6 72,7 0,3 257,1

19 Aliyah 101,4 - 195,3 17,4 - - 2,9 98,3 1,3 416,7

20 Hj. Nanda 171,6 - 54,2 17,4 - - 4,6 100,3 0,2 348,3

21 Sitti Rahma 235,6 - 157,3 - - - 3,6 36,5 0,7 433,7

22 Hariani 60,4 15,7 331,2 1,7 - - 1,5 84,6 0,0 495,1

23 Hj.Sirailu 123,0 - 66,3 - - - 1,5 68,5 0,2 254,4

24 Muti 89,5 - - 21,8 - - 4,4 46,7 0,1 162,3

25 Hj. Nurhayati 260,0 18,9 - 73,2 - - 2,3 30,4 6,1 390,9

Rata-rata Energi 135,1 5,4 123,3 33,5 4,7 9,3 5,0 109,4 0,9 426,7

Skor Maksimum 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 10,0 2,5 30,0 - 100,0

Skor PPH 25,0 2,5 24,0 5,0 1,0 9,3 2,5 30,0 0 99,3

Hal ini menunjukkan bahwa program M-KRPL telah dapat

meningkatkan keragaman konsumsi pangan terutama pada kelompok sayur

dan buah. Rendahnya nilai PPH yang diperoleh pada 2 keluarga binaan

disebabkan oleh karena keluarga binaan M-KRPL tersebut belum mengelola

pengadaan kebutuhan protein seperti kolam ikan atau ternak ayam/kambing,

Sehingga untuk memenuhi kebutuhan tersebut kelompok binaan masih harus

Page 28: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

28

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

membeli. Faktor lainnya mungkin disebabkan oleh jumlah anggota rumah

tangga yang banyak sehingga total energi yang diperoleh per individu juga

rendah.

4.2. Agribisnis M-KRPL

Program M-KRPL berpeluang sangat besar untuk dikembangkan di

Kabupaten Pinrang, hal ini terlihat dari keaktifan dari para peserta binaan

dalam merespon kegiatan ini. Diharapkan untuk pengembangan ke depan

program ini mampu meningkatkan nilai skor PPH masyarakat secara

keseluruhan, tentu dengan dukungan teknologi dan dukungan dari

stakeholder yang terkait. Melalui program M-KRPL diharapkan pengeluaran

rumah tangga juga akan berkurang terutama pengeluaran yang berhubungan

dengan kebutuhan pangan umbi-umbian, sayur dan buah serta pangan

hewani. Pengeluaran rumah tangga binaan KRPL kabupaten Pinrang dapat

dilihat pada Tabel 5a,b dan c.

Tabel 5a. Pengeluaran Keluarga Binaan (1-10) peserta M-KRPL, Desa Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Uraian

Keluarga tani

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Padi-padian 11.345 26.845

23.950

9.110

7.230

8.455

12.685

18.915

6.230

6.230

2 Umbi-umbian -

-

6.325

-

-

1.250

-

-

1.625

-

3 Pangan hewani

53.150

48.250

22.300

32.000

15.000

22.500

40.355

30.000

15.000

8.533

4 Minyak & lemak

2.375

475

2.375

11.000

1.900

4.370

2.165

7.125 -

-

5 Buah Berminyak -

-

-

-

750

3.000

1.500

750

1.500

-

6 Kacang2an -

-

-

-

-

-

458

-

-

358

7 Gula

3.750

13.200

10.325

600

900

4.200

960

960

8.910

600

8 Sayur dan Buah

19.825

59.375

23.180

7.575

16.863

18.175

16.225

12.775

15.575

31.675

9 Lain-lain

9.220

21.641

7.015

10.611

3.576

5.650

32.699

5.966

710

1.750

Total

99.665

169.786

95.470

70.896

46.219

67.600

107.047

76.491

49.550

49.145

Page 29: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

29

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Umumnya kebutuhan untuk umbi-umbian diperoleh dari kebun sendiri, belum

dari KRPL karena belum menghasilkan. Kebutuhan sayur keluarga binaan

terutama bayam, terong, kangkung, tomat, sawi, kacang panjang dan cabe

dari kebun KRPL, sudah terpenuhi, sehingga pengeluaran rumah tangga

dapat berkurang Rp.265.000,- (Rp.200.000,- – 250.000,-)/bulan, bahkan

keluarga binaan mendapatkan tambahan pendapatan Rp.75.000,- -

Rp.100.000,-/bulan.

Tabel 5b. Pengeluaran Keluarga Binaan (11-20) peserta M-KRPL Desa

Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Uraian

Keluarga tani

11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

1 Padi-padian

18.401

43.730

19.730

6.230

11.430

7.030

5.673

28.765

7.855

10.730

2 Umbi-umbian -

-

-

-

-

1.750

-

1.525

-

-

3 Pangan hewani

12.260

15.000

9.092

3.750

39.650

44.050

15.000

15.615

14.773

9.000

4 Minyak & lemak

5.025

95

2.375

2.850

1.188

475

1.188

1.082

950

950

5 Buah Berminyak

1.500 -

-

1.500

-

-

-

-

-

-

6 Kacang2an -

400

-

-

-

526

572

-

-

-

7 Gula

4.200

8.351

4.200

3.510

6.000

2.920

1.800

3.000

2.400

3.750

8 Sayur dan Buah

8.325

21.275

3.050

9.500

11.775

36.600

9.475

19.875

18.975

20.388

9 Lain-lain

2.104

854

3.733

394

1.069

8.084

4.330

5.675

8.690

3.940

Total

51.815

89.705

42.180

27.734

71.112

101.435

38.037

75.538

53.643

48.758

Page 30: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

30

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

Tabel 5c. Pengeluaran Keluarga Binaan (21-25) peserta M-KRPL Desa

Mattombong, Kecamatan Mattirosompe Kabupaten Pinrang, 2012

No Uraian Keluarga tani

21 22 23 24 25 Perkapita Rata-rata Max Min

1 Padi-padian

34.345

4.673

9.665

7.230

54.230 3.206 16.028

10.846

935

2 Umbi-umbian -

1.750

-

-

4.000 146 729

1.265

-

3 Pangan hewani

47.717

29.571

663 -

- 4.346 21.729

10.630

-

4 Minyak & lemak -

95

-

1.188

6.300 444 2.222

2.200

-

5 Buah Berminyak -

-

-

-

- 84 420

600

-

6 Kacang2an -

-

-

-

- 19 93

114

-

7 Gula

3.000

1.200

1.200

3.600

1.875 763 3.816

2.640

120

8 Sayur dan Buah

6.113

21.550

7.500

30.125

21.700 3.740 18.699

11.875

610

9 Lain-lain

4.190

2.488

2.365

1.363

51.935 1.600 8.002

10.387

79

Total

95.365

61.326

21.393

43.505

140.040 14.348 71.738

33.957

4.279

Page 31: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

31

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

V. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Adanya kegiatan M-KRPL khususnya aktivitas menanam sayuran di

lahan p ekarangan menambah wawasan dan keterampilan ibu-ibu dan

anggota keluarga dalam pemanfaatan lahan pekarangan

2. Kebutuhan pangan khususnya sayuran dan makanan tambahan dari

umbi dapat terpenuhi dari lahan pekarangan yang dikelola dengan baik

dan sungguh-sungguh

3. Kegiatan ekonomi produktif keluarga dapat berjalan dan terciptanya

lingkungan hijau yang bersih dan sehat.

Saran

1. Analisis finasial dan kajian curahan tenaga kerja serta pasar perlu

dilakukan agar hasil petani kooperator dapat terjual dengan harga yang

layak

2. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari perlu disosialisasikan ke seluruh

Kabupaten

3. Perlu adanya dukungan stakeholders untuk mengebangkan KBD di setiap

Kelurahan/Desa

Page 32: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

32

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2011. Perkembangan Situasi Konsumsi Penduduk di Indonesia. Badan Ketahanan Pangan (BKP). Jakarta.

Husnah, N. dan Farida Arief B., 2012. Kawasan Rumah Pangan Lestari dan

Perkembangannya di Sulawesi Selatan. Publikasi Populer. BPTP

Sulawesi Selatan. Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman umum model kawasan rumah

pangan lestari. Jakarta. Mardiharini, M. dkk., 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor.

Rachman, Handewi .P.S. dan M. Ariani. 2007. Penganekaragaman Konsumsi Pangan di Indonesia: Permasalahan dan Implikasi untuk Kebijakan dan

Program. Makalah pada “Workshop Koordinasi Kebijakan Solusi Sistemik Masalah Ketahanan Pangan Dalam Upaya Perumusan Kebijakan Pengembangan Penganekaragaman Pangan“, Hotel

Bidakara, Jakarta, 28 November 2007. Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia.

Saliem H.P. 2011. Kawasan rumah pangan lestari (KRPL): Sebagai Solusi Pemantapan Ketahanan Pangan.

Sastro, Y., 2011. Budidaya Sayuran di Pekarangan Sempit. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Jakarta.

Simatupang, P. 2006. Kebijakan dan Strategi Pemantapan Ketahanan Pangan

Wilayah. Makalah Pembahas pada Seminar Nasional “Pemasyarakatan

Inovasi Teknologi Pertanian Sebagai Penggerak Ketahanan Pangan Nasional” Kerjasama Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB dan Universitas Mataram, Mataram 5 – 6 September 2006.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2011. Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai

Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Bogor

Page 33: MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KABUPATEN …

33

www.sulsel.litbang.deptan.go.id

LAMPIRAN-LAMPIRAN