i. pendahuluan - bptp lampungadvokasi inovasi pertanian, model kawasan rumah pangan lestari...

124
LAPORAN TAHUNAN 2015 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1 I. PENDAHULUAN BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro- aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian, khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi- kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan- permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah. Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng- kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan, Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan, Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan Advokasi Inovasi Pertanian, Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL), yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan masyarakat petani di Lampung. Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung selama Tahun 2015 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun- an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke- berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan BPTP Lampung pada TA. 2014.

Upload: vudan

Post on 04-Feb-2018

259 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 1

I. PENDAHULUAN

BPTP Lampung dalam era desentralisasi dituntut harus selalu pro-

aktif, responsif dan antisipatif dalam mendukung pembangunan pertanian,

khususnya pembangunan sistem dan usaha agribisnis di daerah. Hal ini

berarti BPTP Lampung harus dapat menjadi institusi yang mampu memberi-

kan masukan dalam membantu mengarahkan pembangunan pertanian di

daerah. BPTP juga harus dapat dengan segera merespon permasalahan-

permasalahan di sektor pertanian yang muncul di daerah.

Selama keberadaannya, BPTP Lampung tetap aktif melaksanakan peng-

kajian, perakitan, pengembangan dan pendampingan teknologi pertanian

tepat guna spesifik lokasi di Provinsi Lampung. Kegiatan-kegiatan tersebut

antara lain Pendampingan Pengembangan Kawasan Tanaman Pangan,

Tanaman Perkebunan, Tanaman Hortikultura, Kawasan Peternakan,

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP), Katam, Analisis

Kebijakan, Sinkronisasi dan Koordinasi dalam Pendampingan Teknologi

Program Utama Kementerian Pertanian, Pengkajian Inhouse, Diseminasi dan

Advokasi Inovasi Pertanian, Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL),

yang berdampak langsung maupun tidak langsung bagi kesejahteraan

masyarakat petani di Lampung.

Laporan Tahunan ini merupakan laporan kegiatan BPTP Lampung

selama Tahun 2015 dalam mengisi dan mencapai misinya. Dokumentasi

capaian kinerja BPTP Lampung yang dituangkan dalam bentuk laporan tahun-

an ini, menggambarkan secara menyeluruh dari dua sudut pandang yaitu ke-

berhasilan dan kegagalan. Hal ini dilakukan sebagai wahana evaluasi dan

bahan pembelajaran ke depan, mulai dari perencanaan dan perumusan

program sampai dengan implementasi kegiatan. Materi pokok yang disajikan

dalam Laporan Tahunan ini meliputi sumberdaya manusia, sarana dan

prasarana, program, anggaran serta sinopsis kegiatan litkaji yang dilakukan

BPTP Lampung pada TA. 2014.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 2

II. ORGANISASI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung adalah Unit

Pelaksana Teknis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Badan

Litbang Pertanian) yang berada di bawah dan bertanggungjawab langsung

kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 16/Permentan/OT.140/3/

2006 tanggal 1 Maret 2006, BPTP Lampung mempunyai tugas melaksanakan

pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

Dalam melaksanakan tugas tersebut BPTP Lampung menyelenggarakan

fungsi :

(1) Inventarisasi dan identifikasi kebutuhan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi.

(2) Penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi pertanian tepat guna

spesifik lokasi.

(3) Pelaksanaan pengembangan teknologi dan diseminasi hasil pengkajian

serta perakitan materi penyuluhan.

(4) Penyiapan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan pengembangan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

(5) Pelayanan teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan pengembangan

teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi.

(6) Pelaksanaan Urusan Tata Usaha dan Rumah Tangga Balai.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kepala Badan Litbang

Pertanian melalui keputusan No: OT.130.95.2003 tanggal 31 Desember 2003,

BPTP Lampung dilengkapi 4 kelompok pengkaji (Kelji) yaitu: Kelji Sumber-

daya, Kelji Budidaya, Kelji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian (MTHP),

dan Kelji Sosial Ekonomi.

Susunan organisasi dan tata kerja BPTP Lampung terdiri dari :

a. Subbagian Tata Usaha

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 3

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, per-

lengkapan, surat menyurat, dan kearsipan, serta rumah tangga.

b. Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)

Seksi KSPP mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan

rencana, program, anggaran, pemantauan, dan evaluasi serta laporan,

dan penyiapan bahan kerjasama, informasi, dokumentasi, serta penye-

barluasan dan pendayagunaan hasil, serta pelayanan sarana pengkajian,

perakitan, dan pengembangan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi.

c. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari jabatan fungsional Peneliti,

Penyuluh Pertanian dan sejumlah jabatan fungsional lainnya yang terbagi

dalam berbagai kelompok jabatan fungsional berdasarkan bidang

masing-masing, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Gambar 1. Struktur organisasi BPTP Lampung

KEPALA BPTP

Kasubbag Tata Usaha Kasie Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian (KSPP)

Koordinator Kepegawaian

Koordinator Keuangan

Koordinator Rumah Tangga Koordinator

Program Koordinator Kerjasama

dan Pelayanan Pengkajian

Koordinator Pendaya-gunaan

Hasil Pengkajian

Kepala KP. Natar

Kepala KP. Tegineneng

Kepala Lab Diseminasi

Masgar

Kelji Budidaya

Kelji Sumberdaya Kelji Sosial Ekonomi

Kelji MTHP

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 4

III. KELEMBAGAAN

A. PROGRAM PENELITIAN DAN EVALUASI

Visi

Setiap organisasi perlu memiliki visi agar mampu eksis dan unggul

dalam persaingan yang semakin ketat dan perubahan lingkungan yang cepat.

Visi BPTP Lampung adalah “Pada Tahun 2015 Menjadi lembaga penelitian

dan pengembangan pertanian terkemuka di dunia dalam mewujudkan sistem

pertanian bio-industri tropika berkelanjutanl.”

Misi

Dalam rangka untuk mewujudkan visinya, BPTP Lampung menetapkan

misinya yakni merakit, menguji dan mengembangkan inovasi pertanian

tropika unggul berdaya saing mendukung pertanian bio-industri dan

mendiseminasikan inovasi pertanian tropika unggul dalam rangka

peningkatan scientific recognition dan impact recognition.

Tujuan

Penetapan tujuan pada umumnya didasarkan kepada faktor-faktor

kunci keberhasilan yang ditetapkan setelah penetapan visi dan misi. Tujuan

akan mengarahkan perumusan sasaran, kebijakan, program dan kegiatan

dalam rangka merealisasikan misi, yang menunjukkan suatu kondisi yang

ingin dicapai dimasa mendatang. Sasaran menggambarkan hal-hal yang ingin

dicapai melalui tindakan-tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

Sasaran akan mem-berikan fokus pada penyusunan kegiatan, bersifat

spesifik, terinci, dapat diukur, dan dapat dicapai.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 5

Dalam jangka menengah (2015-2019) visi dan misi BPTP Lampung

dijabarkan ke dalam tujuan dan sasaran perakitan, pengujian dan

pengembangan serta diseminasi teknologi pertanian tropika unggul berdaya

saing mendukung pertanian bio-industri. Untuk mencapai tujuan dan sasaran

tersebut, maka disusun strategi yang disusun atas dasar evaluasi mendalam

terhadap faktor internal dan faktor eksternal yang telah diuraikan pada

perkembangan lingkungan strategis yang terkait dengan kinerja BPTP

Lampung ke depan.

Tujuan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi di BPTP

Lampung dalam lima tahun ke depan (2015-2019) terdiri atas :

1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian tropika unggul

berdaya saing mendukung pertanian bio-industri berbasis advanced

technology dan bioscience, aplikasi IT, dan adaptif terhadap dinamika

iklim.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan inovasi pertanian tropika unggul untuk

mendukung pengembangan iptek dan pembangunan pertanian nasional.

Sasaran

Sasaran 1: Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui

penyempurnaan sistem dan perbaikan fokus kegiatan pengkajian yang

didasarkan pada kebutuhan pengguna (petani dan pelaku usaha agribisnis

lainnya) dan potensi sumberdaya wilayah. Penyempurnaan sistem pengkajian

mencakup metode pelaksanaan pengkajian serta monitoring dan evaluasi.

Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu: Pengkajian inovasi

pertanian spesifik lokasi.

Sasaran 2: Terdesiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 6

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

kuantitas dan atau kualitas informasi, media dan lembaga diseminasi inovasi

pertanian. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan yaitu:

Penyediaan dan penyebarluasan inovasi pertanian.

Sasaran 3: Tersedianya model-model pengembangan inovasi pertanian bioindustri spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

efektivitas kegiatan tematik di BPTP yang disinergikan dengan UK/UPT

lingkup Balitbangtan, terutama dalam menerapkan hasil-hasil litbang

pertanian dalam super impose model pertanian bio-industri berbasis

sumberdaya lokal.

Sasaran 4: Rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

kajian-kajian tematik terhadap berbagai isu dan permasalahan pembangunan

pertanian baik bersifat responsif terhadap dinamika kebijakan dan lingkungan

strategis maupun antisipatif terhadap pandangan futuristik kondisi pertanian

pada masa mendatang. Strategi ini diwujudkan ke dalam satu sub kegiatan

yaitu: analisis kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian.

Sasaran 5: Terbangunnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi

Strategi untuk mencapai sasaran tersebut adalah melalui peningkatan

efektivitas manajemen institusi. Strategi ini diwujudkan ke dalam delapan

sub kegiatan yaitu:

1. Penguatan kegiatan pendampingan model diseminasi dan program

strategis kementan serta program strategis Badan Litbang Pertanian

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 7

2. Penguatanmanajemen mencakup perencanaan dan evaluasi

kegiatanserta administrasi institusi

3. Pengembangan kompetensi SDM

4. Penguatan kapasitas kelembagaan melalui penerapan ISO 9001:2008

5. Peningkatan pengelolaan laboratorium

6. Peningkatan pengelolaan kebun percobaan

7. Peningkatan kapasitas instalasi UPBS

8. Jumlah publikasi nasional dan internasional

9. Peningkatan pengelolaan data base dan website.

Kegiatan Manajemen dan Pengkajian BPTP Lampung

Kegiatan BPTP Lampung tahun anggaran 2015 mencakup kegiatan

manajemen BPTP Lampung dan kegiatan pengkajian serta diseminasi hasil

pengkajian.

Kegiatan manajemen BPTP Lampung tahun 2015 terdiri atas:

1) Penyusunan Program dan Rencana Kerja/Teknis/Program,

2) Dokumen Monitoring, Evaluasi, dan Pelaporan,

3) SPI dan WBK

4) Peningkatan Layanan Perkantoran,

5) Penyelenggaraan Operasional dan Pemeliharaan Perkantoran,

6) Pengelolaan Administrasi Satuan Kerja,

7) Pengelolaan Sekretariat UAPPA/B-W,

8) Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia dan Mutu Manajemen

Satuan Kerja BPTP Lampung,

9) Kerjasama Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang

(Pendampingan),

10) Pengelolaan Instalasi Pengkajian,

11) Koordinasi dan Sinkronisasi Pelaksanaan Kegiatan,

12) Pengelolaan website/database/kepustakaan.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 8

Kegiatan penelitian, diseminasi hasil litkaji dan Model Bioindustri BPTP

Lampung tahun 2015 tercakup dalam 10 RPTP dan 17 RDHP sebagai berikut:

(1) Analisis Kebijakan Pembangunan Pertanian di Provinsi Lampung,

(2) Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan

Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung,

(3) Budidaya Lada Spesifik Lokasi,

(4) Inovasi Pengelolaan Hara Spesifik LokasiLahan Suboptimal Mendukung

Swasembada Padi dan Kedelai Di Lampung

(5) Optimalisasi Pasca Panen Kedelai,

(6) Kajian Teknologi Budidaya Pisang Ambon di Lampung,

(7) Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG),

(8) Agro Ekologi Zone (AEZ) II,

(9) Budidaya Bawang Merah Spesifik Lokasi

(10) Kajian Teknologi Unggas Spesifik Lokasi,

(11) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Pangan,

(12) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Perkebunan,

(13) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman

Hortikultura,

(14) Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Peternakan

Sapi,

(15) Kalender Tanam,

(16) Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi

UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

(17) Pendampingan PUAP,

(18) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Mendukung Usaha Diversifikasi

Pangan di Provinsi Lampung

(19) Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar

(20) Peningkatan Komunikasi Inovasi Teknologi dan Penyuluh,

(21) Pameran, Display Visitor Plot,

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 9

(22) Majalah dan Pencetakan Buku,

(23) Taman Agro Inovasi,

(24) Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya

melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Padi,

(25) Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya

melalui Peningkatan Kemampuan Calon Penangkar Kedelai

(26) Pengelolaan UPBS BPTP Lampung,

(27) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan

Ternak Kambing,

(28) Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak

Sapi

B. PENATAKELOLAAN PENELITIAN DAN PENGKAJIAN DI BPTP LAMPUNG

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung telah menerapkan

Sistem Pengendalian Intern (SPI) dalam rangka mengendalikan pelaksanaan

kegiatan penelitian dan pengkajian serta pelaksanaan kepemerintahan yang

baik (good governance) serta memberikan keyakinan atas tercapainya tujuan

organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan

keuangan, pengamanan asset negara dan ketaatan terhadap peraturan

perundang-undangan.

Selain telah menerapkan sistem pengendalian intern, BPTP Lampung

juga menerapkan sistem manajemen mutu berbasis ISO 9001:2008 dalam

rangka penerapan pelayanan prima kepada masyarakat. Sertifikat KAN telah

diperoleh pada tahun 2010 berdasarkan hasil penilaian lembaga sertifikasi

terhadap kepatuhan institusi dalam mengimplementasikan dokumen panduan

mutu yang telah disusun.

C. PENGELOLAAN SUMBER DAYA

C.1. Anggaran Tahun 2015

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 10

Dalam melaksanakan tupoksinya, BPTP Lampung pada Tahun 2015 di-

dukung oleh sumber dana yang berasal dari dana APBN dalam bentuk Rupiah

Murni (RM) sebelum revisi anggaran adalah sebesar Rp. 16.473.967.000,-

(enam belas milyar empat ratus tujuh puluh tiga juta sembilan ratus enam

puluh tujuh ribu rupiah) setelah revisi I tertanggal 5 Januari 2015 pagu

anggaran berubah menjadi Rp. 17.394.817.000,- (Tujuh belas milyar tiga

ratus Sembilan puluh empat juta delapan ratus tujuh belas ribu rupiah),

kemudian setelah revisi II tertanggal 6 Maret 2015 dan revisi III tertanggal

29 Mei 2015 pagu anggaran berubah menjadi Rp. 34.277.161.000,- (Tiga

puluh empat milyar dua ratus tujuh puluh tujuh juta seratus enam puluh satu

ribu rupiah). dan terakhir revisi POK pagu anggaran tidak berubah, rincian

pagu anggaran setelah revisi III sebagai berikut:

- Belanja pegawai Rp. 7.697.172.000,-

- Belanja barang operasional Rp. 1.543.000.000,-

- Belanja barang non operasional Rp. 9.880.319.000,-

- Belanja modal Rp. 15.156.670.000,-

Realisasi anggaran per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp.

33.323.212.509,- (Tiga puluh tiga milyar tiga ratus dua puluh tiga juta dua

ratus dua belas ribu lima ratus sembilan rupiah) atau 97,22% dari pagu

anggaran, dengan rincian :

- Belanja pegawai Rp. 7.402.413.926,- (96,17%)

- Belanja barang operasional Rp. 1.415.704.426,- (91,75%)

- Belanja barang non operasional Rp. 9.836.657.316,- (99,56%)

- Belanja modal Rp. 14.668.436.805,- (96,78%)

Tabel 1. Realisasi anggaran per 31 Desember 2015

Uraian Anggaran

(Rp)

Realisasi

(Rp) %

1. Realisasi Pendapatan Negara

- Penerimaan Pajak - - -

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 11

- Penerimaan Negara Bukan Pajak

- 293.936.438 -

- Penerimaan hibah - - -

2. Realisasi Belanja Negara 34.277.161.000 33.323.212.509 97,22

A. Rupiah Murni

- Belanja Pegawai 7.697.172.000 7.402.413.926 96,17

- Belanja Barang Operasional 1.543.000.000 1.415.704.462 91,75

- Belanja Barang Non Operasional 9.880.319.000 9.836.657.316 99,56

- Belanja Modal 15.156.670.000 14.668.436.805 96,78

C.2. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) Tahun 2015

Realisasi Pendapatan Negara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lampung per 31 Desember 2015 adalah sebesar Rp. 293.936.438,- atau

mencapai 403% dari perkiraan target penerimaan yang ditetapkan untuk

tahun 2015 yaitu sebesar Rp.73.000.000. Realisasi ini berasal dari

Pendapatan Negara Bukan Pajak lainnya yang berasal dari penjualan hasil

Pertanian, Kehutanan dan Perkebunan; pendapatan, gedung dan bangunan

berupa sewa mess; sewa rumah dinas/rumah negara; penerimaan kembali

ganti rugi atas kerugian negara; penerimaan jasa giro dan penerimaan

kembali belanja lainnya TAYL. BPTP Lampung tidak memiliki pendapatan

hibah. Rincian perkiraan target penerimaan dan realisasi PNBP lainnya tahun

2015 dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 2. Perkiraan target penerimaan dan Realisasi PNBP Tahun 2015

URAIAN Perkiraan

Target

Penerimaan

Realisasi %

Penerimaan Fungsional

Penjualan Hasil Pertanian, Kehutanan

dan Perkebunan

53.000.000 246.138.000 464

Pendapatan Laboratorium 10.000.000 37.445.000 374

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 12

Pendapatan Sewa Mess 10.000.000 3.140.000 31

Jumlah Penerimaan

70.000.000 286.723.000 393

Penerimaan Umum

Sewa rumah dinas 0 3.311.000

Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan/

Jasa Giro

0 2.018

Penerimaan Kembali ganti rugi atas

kerugian negara

0 3.900.000

Penerimaan Kembali Belanja lainnya

TAYL

0 1.035.000

Jumlah Penerimaan

0 7.213.438

Total Pendapatan dan Hibah 70.000.000 293.936.438 403

C.3. Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumberdaya manusia (SDM) merupakan potensi dan kekuatan yang

tidak bisa diabaikan dalam suatu lembaga/instansi, termasuk bagi BPTP

Lampung. Ketersediaan SDM yang memadai dengan tingkat keahlian dan

kompetensi yang berimbang akan memberikan dampak yang cukup signifikan

bagi pencapaian misi dan visi lembaga. Untuk tahun 2015, PNS di BPTP

Lampung berjumlah 104 orang tidak termasukdan tenaga kontrak sebanyak

14 orang, yang tersebar pada 4 unit kerja (Tabel 3).

Tabel 3. Jumlah PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan kepangkatan dan unit kerja

No Unit kerja Golongan (orang)

Jumlah IV III II I

1.

2. 3.

4.

BPTP Lampung-Hajimena

KP Natar KP Tegineneng

Lab Diseminasi Masgar

23

- -

-

39

2 -

2

19

10 3

3

3

- -

-

84

12 3

5

PNS BPTP Lampung yang berpendidikan S3 berjumlah 4 orang, S2

berjumlah 19 orang, dan S1 berjumlah 28 orang (Tabel 4). Proporsi jumlah

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 13

tenaga berdasarkan kriteria pendidikan tersebut belum mencukupi

persyaratan critical mass. Untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi

tenaga SDM perlu dilakukan pendidikan dan pelatihan sesuai bidang ilmu

yang dibutuhkan.

Tabel 4. Sebaran PNS BPTP Lampung berdasarkan golongan dan pendidikan per Desember 2015

No Gol/ruang Tingkat Pendidikan

JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

1. IV/e - 1 - - - - - - - - - 1

1. IV/d 1 1 - - - - - - - - 2

2. IV/c 2 2 1 - - - - - - - - 5

3. IV/b 1 5 1 - - - - - - - - 7

4. IV/a - 6 - - - - - - - - 6

5. III/d - 1 2 - - - - - - - - 3

6. III/c - 2 3 - - 2 - - - - - 7

7. III/b - 2 12 1 - 1 - - 6 - - 22

8. III/a - - 8 - - 3 1 - 1 - - 13

9. II/d - - - - - 1 - - 5 - - 6

10. II/c - - - - - 1 - - 12 - - 13

11. II/b - - - - - - - - 5 1 - 6

No Gol/ruang Tingkat Pendidikan

JUMLAH S3 S2 S1 D4 SM D3 D2 D1 SLTA SLTP SD

12. II/a - - - - - - - - 3 2 6 11

13. I/d - - - - - - - - - 1

- 1

14. I/c - - - - - - - - - - 1 1

JUMLAH 4 19 28 1 - 8 1 - 32 4 7 104

Sampai dengan tahun 2014 BPTP Lampung memiliki 51 orang tenaga

fungsional, terdiri dari 35 orang peneliti, 10 orang penyuluh, 4 orang

litkayasa, dan 2 orang arsiparis (Tabel 5).

Tabel 5. Sebaran tenaga fungsional berdsarkan jabatan fungsional per Desember 2015

No. Jabatan Fungsional Jumlah

1. Peneliti:

Peneliti Utama 4

Peneliti Madya 13

Peneliti Muda 5

Peneliti Pertama 13

Jumlah 35

2. Penyuluh:

Penyuluh Pertanian Madya 3

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 14

Penyuluh Pertanian Muda 2

Penyuluh Pertanian Pertama 5

Jumlah 10

No. Jabatan Fungsional Jumlah

3. Litkayasa:

Teknisi Litkayasa Penyelia 1

Teknisi Litkayasa Pelaksana Lanjutan 2

Teknisi Litkayasa Pelaksana 1

Jumlah 4

4. Arsiparis:

Arsiparis Ahli Pertama 1

Arsiparis Terampil Pelaksana 1

Jumlah 2

TOTAL 51

C.4. Fasilitas

Seperti halnya dengan sumberdaya manusia, sarana dan prasarana

merupakan salah satu sumber energi utama untuk menjalankan roda

organisasi. Dukungan sarana dan prasarana yang memadai akan sangat

menunjang kelancaran pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung. Barang-

barang tidak bergerak yang dimiliki oleh BPTP Lampung meliputi tanah dan

bangunan. Keseluruhan tanah yang dimiliki oleh BPTP Lampung adalah seluas

738.217 m2, yang terdiri dari tanah bangunan rumah negara golongan III,

tanah bangunan kantor pemerintah, dan tanah kebun percobaan. Sedangkan

gedung dan bangunan yang dimiliki BPTP Lampung sebanyak 62 unit terdiri

atas 4 unit bangunan gedung kantor permanen, 7 unit bangunan gedung

tertutup permanen, 2 unit bangunan gedung laboratorium permanen, 2 unit

gedung garasi/pool, 1 unit bangunan lantai jemur permanen, 4 unit

bangunan gedung tempat kerja lainnya, 40 unit rumah negara golongan II,

dan 2 unit mess permanen.

C.4.1. Kebun Percobaan (KP)

BPTP Lampung memiliki dua buah Kebun Percobaan dan satu buah lab

diseminasi yang masing-masing berlokasi di Kecamatan Natar, Tegineneng,

dan Masgar. Keragaan kebun percobaan lingkup BPTP Lampung dapat

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 15

dijelaskan sebagai berikut. Kebun Percobaan Natar merupakan salah satu dari

3 kebun milik BPTP Lampung yang mempunyai areal paling luas yaitu 60 ha.

KP. Natar berada di Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lampung Selatan, berjarak sekitar 10 km dari kantor induk BPTP Lampung, di

Bandar Lampung. Kebun berada pada ketinggian 135 m dpl laut, mempunyai

jenis tanah latosol dan sebagian posolik merah kuning, bahan induk dari tuf

vulkan, mempunyai tingkat kesuburan sedang. Komoditas yang

dikembangkan pada jenis tanah ini antara lain untuk tanaman perkebunan

(karet, kakao, kopi robusta, lada, panili, dan jarak pagar), tanaman pangan

lahan kering (jagung, ubikayu, kedelai dan kacang tanah), tanaman

hortikultura (pisang, mangga dan cabai), serta tanaman obat-obatan (temu-

temuan, solanaceae dan jahe). Implasement dan penggunaan lahan di KP.

Natar dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Implasement dan Penggunaan Lahan KP Natar.

No. Penggunaan Luas 1. Implasement kantor/perumahan 3,8 ha 2. Kantor kebun dan ruang staf 170 m2 3. Mess 2 unit 240 m2 4. Laboratorium (OPT dan Tanaman) 340 m2 5. Gudang 250 m2 6. Lantai Jemur 800 m2 7. Rumah Kaca 5 unit 450 m2 8. Bengkel Peralatan 75 m2 9. Musholla 75 m2 10. Rumah Mesin Pengupas Jarak 75 m2 11. Rumah Generator 24 m2 12. Stasiun Iklim 6 m2 13. Para-para persemaian 300 m2 14. Pos jaga satpam 12,5 m2 15. Bangunan tower air 15 m2 16. Tanah rawa 0,75 ha 17. Lahan kerjasama dengan koperasi 15,20 ha 18. Lahan kerjasama pihak ketiga 22,28 ha 19. Jalan kebun 12.540 m2

KP. Tegineneng berada di Kampung Banyuwangi, Desa Mandah,

Kecamatan Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas ± 11

ha terdiri dari 3 ha digunakan untuk implasement, visitor plot, dan kebun

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 16

koleksi dan sisanya seluas ± 8 ha digunakan untuk tanaman pangan

(singkong). Kebun berada pada ketinggian 69 m dpl, jenis tanah pod solik

merah kuning, dan pH 4,5-5,5. Kebun koleksi digunakan untuk menanam

tanam jambu mete varietas Thailand, sirsak manis, pisang, dan cempaka.

Visitor plot ditanami tanaman kakao dan pisang serta sayuran (bayam,

kacang panjang, terong, caisim, pare dsb) yang ditanam dipekarangan kantor

sebagai bagian dari visitor plot KRPL.

Lab Diseminasi Masgar berlokasi di Desa Masgar, Kecamatan

Tegineneng, Kabupaten Pesawaran mempunyai areal seluas 18.056 m2 yang

digunakan untuk tanah dan bangunan, bangunan kantor seluas 7.881 m2,

dan kebun visitor plot seluas 5.690 m2.

C.4.2. Laboratorium Teknis

Laboratorium teknis BPTP Lampung bertugas untuk melayani

permintaan analisis dari peneliti lingkup BPTP Lampung, instansi pemerintah

lainnya, perusahaan swasta, para peneliti, mahasiswa, masyarakat umum dan

petani. Analisa yang dilayani adalah analisis tanah, analisis pupuk organik,

analisis pupuk anorganik, analisis jaringan tanaman, dan analisis air.

Laboratorium teknis BPTP Lampung memiliki peralatan utama pengujian

antara lain: Atomic Absorption Spectofotometer (AAS) GBC 933 Plus,

Spectrophotometer Optima SP-300, PH Meter, Laboratory Mill Retsch,

Analytical Balance, serta beberapa alat penunjang lainnya seperti Alat

Destruksi, Destilasi, Oven, Sheker, centrifuge, Magnetic Stirrer, Hot Plate,

Autoclave, Mikroskop, Laminar Flow, Incubator, Glassware, dan lain-lain.

C.4.3. Perpustakaan

Perpustakaan BPTP Lampung merupakan salah satu unit pen-dukung

kegiatan Balai dalam mem-berikan layanan informasi hasil-hasil

penelitian/pengkajian yang dilakukan BPTP Lampung kepada masyarakat

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 17

pengguna. Layanan perpustakaan di-berikan kepada semua pengguna baik

karyawan di lingkup Balai mau-pun masyarakat luas.

Peningkatan kapasitas institusi BPTP melalui peningkatan pelayanan

jasa perpustakaan terhadap pengguna akhir, pengguna antara, dan penentu

kebijakan serta mendukung peningkatan adopsi dan difusi teknologi hasil

penelitian dan pengkajian secara digital melalui perpustakaan digital.

C.4.4. Website

Jumlah pengunjung web BPTP Lampung yang beralamatkan situs

www.lampung.litbang.deptan.go.id dari Januari sampai Desember 2015

sebanyak 50.926 pengunjung.

Gambar 2. Jumlah pengunjung website BPTP Lampung Tahun 2015

Jumlah pengunjung website BPTP Lampung paling sedikit di bulan

Juni sebanyak 2.146 pengunjung sedangkan jumlah pengunjung paling

banyak terjadi di bulan Juli sebanyak 16.427 pengunjung. Rataan pengunjung

perbulan yaitu 4.243. Berita yang telah dimuat pada tahun 2014 Dari Januari

sampai Desember sebanyak 94 berita.

C.4.5. Kendaraan dinas

Pada tahun 2015, kendaraan dinas yang dimiliki BPTP Lampung

sebanyak 9 unit kendaraan roda empat (minibus), 2 unit kendaraan bermotor

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 18

angkutan barang lainnya, dan 17 unit kendaraan roda dua, dengan kondisi

kendaraan masih berfungsi baik. Kendaraan roda dua dan roda empat ini di-

gunakan untuk mendukung aktivitas kegiatan penelitian maupun administrasi

di BPTP Lampung. Inventaris kendaraan dinas dan kondisinya disajikan pada

Tabel 7.

Tabel 7. Daftar kendaraan roda empat BPTP Lampung, Desember 2015

No. Nama Kendaraan Tahun Perolehan Kondisi (Baik/Rusak)

1. Pick UP Grandmax 2013 Baik

2. Toyota Hilux Pick Up 2013 Baik

3. Nissan X-Trail 2013 Baik

4. Toyota Kijang Inova 2011 Baik

5. Toyota Hilux Double Cabin 2010 Baik

6. Daihatsu Espass 2005 Baik

7. Toyota Kapsul LGX 1999 Baik

8. Toyota Kapsul LSX 1998 Baik

9. Toyota Kapsul LX 1997 Baik

10. Toyota Kijang Super 1993 Baik

11. Suzuki Carry Pick Up Baik

12. Suzuki APV 2015 Baik

C.5. Pengadaan Peralatan C.5.1. Pengadaan peralatan dari APBN

Pada Tahun 2015 BPTP Lampung mengadakan 3 unit PC, 3 buah

printer, 4 buah notebook, dan lain-lain. Pengadaan peralatan selengkapnya

dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Daftar pengadaan peralatan BPTP Lampung Tahun 2015

No. Nama Peralatan Volume

1. Visitor Car 1 unit

2. Kendaraan Roda Tiga 3 unit

3. Laptop 8 unit

4. Printer 2 unit

5. Scaner scan jet 1 unit

6. Komputer PC 4 unit

7. Printer 4 unit

8. UPS 4 unit

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 19

9. Laptop 2 unit

10. CCTV 1 paket

11. TV LED layar besar 3 unit

12. Sound System 1 unit

13. LCD Proyektor 2 unit

14. Camera 1 unit

15. Jaringan intercom 1 paket

16. Jaringan Internet 1 paket

17. Kursi tamu 2 set

18. AC 3 unit

19. Wireless 1 unit

20. Kursi Tamu 5 set

21. Meja Rapat 5 set

22. Kursi 100 unit

23. Meja Kerja 20 unit

24. Lemari kantor 10 unit

25. Kasur Springbed 40 unit

26. Gordyn 1 paket

27. Meja Kamar 20 unit

28. Lemari Kamar 20 set

29. Perlengkapan Mess 1 paket

D. KERJASAMA HASIL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PEMANFAATAN HASIL LITBANG

Pada tahun 2015 telah dilakukan kerjasama penelitian antara BPTP

Lampung dengan instansi lain. Judul kegiatan kerjasama penelitian tahun

2015 dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Kerjasama penelitian dengan instansi lain, tahun 2015

No. Judul Kerjasama Mitra Kerjasama

1. Pupuk NPK Kebomas pada Tanaman Ubikayu

PT. Petrokimia Gresik

2. Pembinaan Pertanian dan Peternakan kepada peserta didik dan Guru

PT. ASTRA dan YP-Michael D Ruslim

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 20

IV. HASIL PENGKAJIAN

A. ANALISIS KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG

Kebijakan Peningkatan Daya Saing Lada

Masih tingginya permintaan pasar terhadap lada serta mengingat

bahwa Lampung merupakan produsen lada kedua terbesar di Indonesia,

potensi lada sebagai komoditas unggulan di Lampung cukup tinggi dan

memiliki peluang untuk terus meningkatkan pangsa pasar dan daya saingnya

dengan peningkatan kuantitas (produksi) dan kualitas produk serta

diversifikasi produk olahan.

Peningkatan kuantitas dapat dilakukan melalui inovasi teknologi

budidaya khususnya penggunaan varietas unggul dan atau hibrida serta

pengendalian gangguan hama dan penyakit. Penggunaan bibit dan varietas

unggul bermutu dan bersertifikat perlu didukung kebijakan pemerintah dalam

pembangunan sistem penangkaran/pembibitan lada di daerah sentra produksi

dan daerah pengembangan. Selain itu, kebijakan pemerintah yang berkaitan

pengembangan wilayah lada berdasarkan pewilayahan komoditas (AEZ) perlu

diambil sehingga luas areal pertanaman lada tidak terancam akibat program

pengembangan komoditas tanaman perkebunan lainnya.

Kebijakan peningkatan daya saing melalui peningkatan kualitas dan

diversifikasi produk olahan dapat dilakukan dengan dukungan inovasi

teknologi alat dan mesin pengolahan lada seperti alat pengupas, alat

perontok, alat pengering dan alat penyuling minyak yang didistribusikan di

daerah sentra produksi mulai dari skala usaha kecil dan menengah dengan

penerapan usaha agribisnis lada.

Usaha agribisnis lada memerlukan investasi yang besar. Hal ini menjadi

masalah karena sebagian besar petani lada merupakan petani dengan tingkat

permodalan yang rendah. Permasalahan ini dapat diantisipasi dengan adanya

kebijakan penyediaan modal secara kredit yang mudah, jangka panjang dan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 21

bunga yang rendah. Selain itu, peningkatan peran kelompok sangat

diperlukan sebagai kelembagaan penyedia input, pemasaran hasil, penyedia

kredit dan media penyuluhan.

Lebih lanjut, peningkatan daya saing lada menjadi lebih mudah

dengan adanya dukungan kebijakan yang kondusif untuk mendorong

tumbuhnya agroindustri diversifikasi produk lada seperti program

pendampingan teknologi, pemberian bantuan dana untuk investasi dengan

bunga rendah, kemudahan investasi bagi swasta yang mengembangkan

diversifikasi lada dan fasilitasi promosi bagi pelaku usaha.

Fluktuasi harga juga merupakan permasalahan penting karena

mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan perencanaan kegiatan

produksi (budidaya yang akan dilakukan), konsumsi dan distribusi.

Rendahnya harga jual komoditas mengakibatkan petani cenderung tidak

memelihara tanaman sesuai dengan teknologi anjuran sehingga tanaman

tidak terawat dengan baik dan akhirnya menurunkan produktivitas. Untuk

mengantisipasi masalah ini dapat dilakukan dengan penerapan sistem resi

gudang (SRG). Sistem ini memungkinkan petani untuk mendapatkan modal

kerja dengan menggunakan produk-produk pertanian yang disimpan di

gudang sebagai jaminan.

Penerapan SRG pada komoditas tanaman perkebunan khususnya

lada banyak mengalami kendala. Penerapan sistem resi gudang terkendala

oleh kemampuan sumberdaya pengelola terutama dalam bidang manajemen.

Dalam hal ini, sumberdaya manusia pengelola harus memiliki kemampuan

untuk mengatasi permasalahan baik dalam hal teknis maupun non teknis

serta harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar dapat

berkoordinasi dengan instansi terkait. Selain itu, penerapan SRG harus

didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana. Hal ini sependapat dengan

Suryani dkk (2014) yang menyatakan bahwa permasalahan dalam penerapan

SRG adalah pemahaman tentang SRG yang masih terbatas, keterbatasan

sarana dan prasarana, koordinasi antar instansi.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 22

B. Kajian Pemanfaatan Pakan Berbasis Bahan Lokal yang Berwawasan Lingkungan untuk Sapi Potong di Lampung

Komposisi ransum berimbang untuk penggemukan sapi potong

diformulasikan dengan pembatas kandungan protein kasar ± 14 %, TDN ≥

72 % dan harga ≤ Rp. 2.250,- per Kg (harga konsentrat komersial).

Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong disajikan pada

Tabel 10.

Tabel 10. Komposisi ransum murah untuk penggemukan sapi potong1

B a h a n Jumlah (%)

- Dedak padi - Jagung giling - Onggok kering - Gaplek cikalan - Bungkil kelapa sawit - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2

23,35 15,00 15,00 15,00 15,00 10,00 5,00 1,00 0,50 0,15

1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 13,9 % protein kasar dan 73,2 % TDN.

2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000

mg Mn-sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.

Untuk pembiakan sapi potong, formula ransum berimbang disusun

dengan pembatas kandungan protein kasar ± 12 %, TDN ≥ 68 % dan harga

≤ Rp. 2.000,- per Kg. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong

(betina) disajikan pada Tabel 11.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 23

Tabel 11. Komposisi ransum murah untuk pembiakan sapi potong (betina)1

B a h a n Jumlah (%)

- Bungkil kopra - Ampas tahu - Dedak padi - Onggok kering - Gaplek cikalan - Tetes tebu/molases - Kulit buah kopi - Urea - Garam - Mineral-vitamin premix2

19,74 15,64 15,63 14,89 14,41 10,82 7,38 0,90 0,45 0,13

1Mengandung 89,3 % bahan kering (BK), 11,8 % protein kasar dan 70,4 % TDN.

2Dalam setiap kg bahan mengandung 6.800 mg Mg-sulfate, 5.000 mg Fe-sulfate, 10.000 mg Mn-

sulfate, 1.000 mg Cu-sulfate, 2.000 mg Zn-sulfate dan 20 mg Na-iodine; dan 2.000.000 IU vit. A, 400.000 IU vit. D dan 600 mg vit. E.

Tabel 12. Penampilan sapi PO-silangan yang diberi ransum komersial dan ransum hasil formulasi selama 112 hari

Parameter Ransum Komersial

(Kontrol) Ransum Formulasi

Berat Badan Awal (kg) 384,7a 389,5a

Konsumsi BK - kg/ekor/hari

15,42a

15,62a

- g/kg BB0.75/hari 62,6a 64,8a

PBBH (kg) - Rata-rata - Sebaran

0,85a

0,66 - 1,03

0,83a

0,57 - 1,06

Feed Conversion Ratio (FCR) 6,40a 5,63a

Kecernaan (%) - Bahan Organik 72,6

a

73,2a

aSuperskrip yang sama pada satu baris menunjukkan perbedaan tidak nyata (P>0,10). Tabel 13. Hasil pengamatan Rasio S/C dan PKb-3 di Kelompok tani-ternak Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja Selebah, Kabupaten Lampung Timur.

No. Kelompok Tani-

Ternak Perlakuan Pakan

(n)* Rasio S/C

Positif Bunting (ekor)

1. Dewi Ratih - I Kontrol (12) 1,6 4 (66,7 %)

+ Konsentrat (12) 1,2 6 (100,0 %)

2. Dewi Ratih - II Kontrol (12) 1,8 3 (50,0 %)

+ Konsentrat (12) 1,4 5 (83,3 %)

*n = Jumlah ternak (ekor).

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 24

Hasil pengamatan rasio S/C dan PKB-3 di dua kelompok tani-ternak,

Desa Braja Harjosari (Tabel 5), menunjukkan bahwa pemberian konsentrat

hasil formulasi memberikan pengaruh nyata terhadap rasio S/C yang

menurun dan peningkatan angka kebuntingan pada pemeriksaan pada bulan

ketiga kebuntingan (PKB-3). Rasio S/C < 1,5 dikategorikan baik dibanding

rataan rasio S/C pada ternak rakyat yang dilaporkan pada Hadi (2005).

Demikian juga, tingkat kebuntingan pada PKB-3 sebesar > 80 % adalah lebih

tinggi dibandingkan rataan tingkat kebuntingan di Lampung.

C. Budidaya lada spesifik lokasi

Lokasi pengkajian berdasarkan koordinasi ke Dinas Tanaman

Perkebunan Kabupaten Lampung Timur yaitu di Desa Putra Aji Dua,

Kecamatan Sukadana. Pengkajian ada tiga yaitu penanaman baru dan

tanaman muda yang belum berbuah, dan pada tanaman lada yang sudah

berproduksi yang berumur lebih dua tahun.

Teknologi yang di perbaiki.

Pengkajian I.

Pengkajian penanaman baru dilakukan dengan memulai dari

menanam lada dengan penerapan paket teknologi dengan pemanfaatan

bahan tanaman sulur panjat, sulur cacing, dan sulur gantung dimulai dengan

pembersihan lahan seluas 0,5 ha, penanaman gliricidia sebagai tiang panjat

lada, melakukan pembibitan tanaman. Penanaman baru dilakukan bertahap

semenjak mulai hujan pada awal Desember 2015.

Pengkajian II.

Pengkajian dimulai pada tanaman lada sudah berumur 9 bulan.

Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket teknologi

usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah lingkungan.

Penerapan PTT lada yaitu paket teknologi budidaya ramah lingkungan

mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik,

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 25

pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai

pestisida. Setelah satu bulan aplikasi penerapan teknologi PTT lada, terlihat

pertumbuhan jumlah cabang lebih banyak dibanding teknologi cara petani

(Gambar 1).

Pengkajian III.

Pengkajian dimulai pada tanaman lada yang sudah berumur lebih 2

tahun. Kegiatan lebih menekankan pada pengkajian penerapan paket

teknologi usahatani lada yang berbasis pada teknologi budidaya ramah

lingkungan. Penerapan paket teknologi budidaya ramah lingkungan

mencakup: aplikasi mikroba hayati, aplikasi kompos/ pupuk organik,

pemberian zeolit, pembuatan rorak dan penggunaan asap cair sebagai

pestisida. Hasil pengamatan sebelum aplikasi, tanaman lada terserang

penggerek batang (Lophobaris piperis) mencapai 17,65 – 38,93%. Setelah

dua bulan kemudian, terlihat intensitas serangan penggerek batang lada rata-

rata 13,48% pada tanaman yang menerapkan teknologi PTT, sedangkan

pada tanaman lada dengan teknologi cara petani terserang penggerek batang

lada dengan intensitas 23,78% (Gambar 2).

D. Teknologi pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal mendukung swasembada padi dan kedelai

1. Kajian Efisiensi Pengelolaan Hara dan Penggunaan VUB Terhadap Hasil Padi di Lahan Rawa Pasang Surut

Kegiatan menguji 2 (dua) paket teknologi, yaitu : (1) Introduksi

Varietas Unggul ( Inpara 2, Inpara 7, Inpari 10, dan varietas pembanding

yaitu varietas yang sudah berkembang di lokasi kegiatan (Ciherang); dan (2)

Perlakuan pembenah tanah.

Aplikasi pembenah tanah terlihat meningkatkan pH tanah, dimana

pemberian dolomit meningkatkan pH tanah lebih tinggi dibandingkan biochar.

Misalnya pada lahan yang ditanami varietas Inpara 4, pemberian dolomit

meningkatkan pH tanah 0,5 point (9,4 %) dibandingkan kontrol. Kadar C-

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 26

Organik tanah termasuk rendah, dimana pada tanah tanpa perlakuan berkisar

1,09 – 1,12. Dengan perlakuan pembenah tanah terutama biochar

meningkatkan kadar C-Organik tanah tetapi hanya sedikit (5,6 % pada Inpara

2 dan 11,9 % pada Inpari 10). Kapasitas tukar kation juga meningkat dengan

aplikasi pembenah tanah, misalnya pada lnpara 2 dengan aplikasi dolomit

meningkat dari 13,11 menjadi 16,09 (22,7 %) . Demikian juga kadar kation-

kation yang dapat ditukar (K-dd, Na-dd, Ca-dd, dan Mg-dd) juga meningkat

dengan perlakuan pembenah tanah tersebut. Pengaruh aplikasi pembenah

tanah (dolomit dan biochar) pada beberapa varietas unggul padi dapat dilihat

dalam Tabel berikut ini :

Tabel 14. Hasil analisis tanah setelah aplikasi pembenah tanah dolomit dan

biochar pada beberapa varietas unggul padi

No Jenis Analisis

Perlakuan/Hasil analisis

Inpara 2 Non

Inpara 2 Dolomit

Inpara 2 Biochar

Inpara 7 non

Inpari 10 Non

Inpari 10 Dolomit

Inpari 10 Biochar

1 pH H2O 5,34 5,84 5,71 5,24 5,45 5,82 5,68

KCl 4,52 4,75 4,59 4,46 4,41 4,53 4,53

2 % C-Organik 1,12 1,10 1,18 1,12 1,09 1,19 1,22

3 % Nitrogen 0,09 0,09 0,11 0,11 0,08 0,12 0,13

4 C/N 12,44 12,22 10,72 13,62 9,92 9,38

5

Kemasaman Dapat Ditukar (cmol/Kg)

Al –

dd 0,11 0,05

0,06 0,11 0,17 0,12 0,14

H-dd 0,09 0,06 0,11 0,08 0,06 0,11 0,08

6 KTK (cmol/Kg) 13,11 16,09 14,31 16,34 9,54 13,71 14,76

7 K -dd (cmol/Kg) 0,32 0,42 0,40 0,33 0,37 0,36 0,40

8 Na -dd (cmol/Kg) 0,40 0,56 0,59 0,43 0,42 0,50 0,47

9 Ca -dd (cmol/Kg) 5,13 8,46 6,93 5,76 5,80 8,12 6,23

10 Mg -dd (cmol/Kg) 0,94 2,10 1,12 1,04 0,86 1,86 1,38

Pemberian pembenah tanah baik dolomit maupun biochar berpengaruh

terhadap tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif pada ketiga varietas

unggul yang diuji. Pada varietas Inpara 2, pemberian dolomit meningkatkan

jumlah anakan produktif 26 % dibandingkan kontrol.

Pengaruh pemberian dolomit dan biochar terhadap hasil (produktivitas)

beberapa varietas padi dapat dilihat dalam Tabel 15. Perlakuan dolomit dan

biochar terlihat meningkatkan produktivitas padi dibandingkan kontrol,

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 27

dimana hasil tertinggi diperoleh pada varietas Inpara 2 dengan perlakuan

dolomit 1 t ha-1 yaitu 6.83 t ha-1, bila dibandingkan hasil pada kontrol

meningkat sekitar 20 %.

Tabel 15. Rata-rata produksi padi (ton/ha) pada perlakuan aplikasi pembenah tanah dolomit dan biochar pada beberapa varietas unggul padi

Perlakuan

I II III Rata-rata

Inpara 2 Non 6,0 5,8 5,4 5,73

Dolomit 7,2 6,9 6,4 6,83

Biochar 7,0 6,6 6,3 6,63

Inpara 7 Non 5,1 5,3 5,6 5,20

Dolomit 5,5 5,6 5,7 5,60

Biochar 6,5 6 6,1 6,20

Inpari 10 Non 6,4 5,3 6,2 5,96

Dolomit 6,8 5,7 6,8 6,43

Biochar 7,0 6,3 6,4 6,56

Ciherang Non 5,9 5,3 5,4 5,53

2. Peningkatan Produktivitas Kedelai pada Lahan Rawa melalui Pengelolaan Hara spesifik lokasi

Kadar N tanah petak perlakuan rata-rata rendah, status hara P sedang

dan status hara K tinggi di semua petak perlakuan. Tingginya K,

menunjukkan bahwa tanah memang berstatus K tinggi, karena pada petak

dengan perlakuan tanpa pemberian pupuk K, status hara K juga tinggi.

Rendahnya kadar hara N tanah menunjukkan bahwa untuk tumbuh dan

menghasilkan dengan baik tanaman kedelai perlu tambahan pupuk N yang

tinggi, apabila bakteri penambat N tidak berperan aktif.

Tabel 16. Kadar Hara N, P dan K pada setiap petak perlakuan.

Perlakuan Jenis Analisis I II III IV Rata-rata

PK Nitrogen (%) 0.09 0.08 0.11 0.11 0.10

P Tersedia (ppm) 27.51 26.90 28.52 28.32 27.81

P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.66 26.22 30.48 30.69 29.01

K Potensial (mg K2O/100g) 47.25 47.72 49.94 43.04 46.99

NK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.10 0.11 0.11

P Tersedia (ppm) 22.44 23.25 19.19 21.42 21.58

P Potensial (mg P2OO5/100g) 28.05 24.19 26.42 26.63 26.32

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 28

K Potensial (mg K2O/100g) 48.03 43.95 50.93 48.90 47.95

NP Nitrogen (%) 0.09 0.10 0.10 0.10 0.10

P Tersedia (ppm) 29.13 29.74 30.55 30.35 29.94

P Potensial (mg P2OO5/100g) 26.83 28.05 33.32 34.74 30.74

K Potensial (mg K2O/100g) 45.60 43.88 44.44 44.84 44.69

NPK Nitrogen (%) 0.11 0.12 0.13 0.10 0.12

P Tersedia (ppm) 32.17 29.74 32.17 31.37 31.36

P Potensial (mg P2OO5/100g) 34.74 29.87 30.07 36.37 32.76

K Potensial (mg K2O/100g) 52.26 47.87 53.74 46.05 49.98

Konv Nitrogen (%) 0.08 0.10 0.09 0.10 0.09

P Tersedia (ppm) 19.80 19.39 20.81 18.18 19.55

P Potensial (mg P2OO5/100g) 27.84 26.83 26.63 25.81 26.78

K Potensial (mg K2O/100g) 45.38 46.65 47.98 44.31 46.08

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan pemupukan

dengan metode petak omisi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan

hasil kedelai. Tanpa pemberian pupuk N pertumbuhan dan hasil kedelai

menurun drastis. Semua parameter yang diamat nyata lebih rendah

dibanding perlakuan tanpa P, K dan perlakuan pupuk lengkap NPK. Hal ini

menunjukkan bahwa pemberian N sangat penting untuk tanaman kedelai

pada lahan rawa pasang surut di Rawa Sragi. Selain itu peran bakteri

penambat N di dalam pupuk hayati yang diaplikasikan tidak efektif menambat

N. Perlakuan tanpa pemberian pupuk P, jumlah polong per tanaman, bobot

100 biji dan hasil pipilan kering kedelai tidak berbeda dengan perlakuan yang

dipupuk lengkap dengan NPK. Pemupukan NPK dengan dosis konvensional

atau rekomendasi umum, hasilnya lebih rendah dibanding dengan dosis NPK.

Hal ini menunjukkan bahwa dosis pupuk khususnya N masih perlu

ditingkatkan dari rekomendasi umum.Tampaknya bakteri penambat N di

dalam pupuk hayati yang digunakan tidak efektif untuk menambat N,

mungkin disebabkan salinitas tanah yang tinggi seperti yang ditunjukkan oleh

tingginya status Na tanah (Tabel 16).

Perlakuan tanpa pemberian pupuk K, pertumbuhan dan hasil kedelai

tidak berbeda nyata dengan yang dipupuk lengkap NPK. Hal ini disebabkan K

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 29

dalam tanah sudah tinggi (K). dengan demikian penambahan pupuk K

menjadi pertimbangan pada lahan rawa pasang surut Rawa Sragi.

Tabel 17. Pengaruh Petak Omisi terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di lahan suboptimal Rawa Sragi, Lampung Selatan.

Varietas Populasi Tinggi

Tan (cm)

Jum

Cabang

Jum Polong

dipanen

Bobot 100 biji (g) ka.

12%

Hasil (t/ha) k.a.

12%

PK 130,3 a 29,7 a 2,2 a 14,9 a 16,3 a 0,45 a

NK 141,1 a 36,4 b 2,4 b 20,2 b 17,8 b 0,70bc

NP 132,8 a 39,1 b 2,3 ab 20,5 b 17,6 ab 0,70 bc

NPK 138,9 a 42,7 c 2,7 c 21,8 b 18,1 b 0,80 c

Dosis Konv 130,2 a 37,3 b 2,3 ab 19,4 b 17,5 ab 0,54ab

Respons hasil terhadap suatu pupuk (hara) adalah selisih hasil antara

perlakuan yang dipupuk lengkap NPK dengan yang tidak dipupuk salah satu

dari pupuk NPK tersebut. Misalnya respons hasil pupuk kedelai terhadap

pupuk N adalah selisih hasil dari yang dipupuk NPK dengan yang hanya

dipupuk PK (tanpa N). Demikian juga untuk respons hasil terhadap P dan K.

Efisiensi Agronomi (EA) adalah besarnya peningkatan hasil per satu unit

pupuk yang diaplikasikan (Casmann, et al. 1989; Dobermann, et al. 2002 dan

Witt et al 2002).

Berdasarkan data hasil petak omisi, diperoleh respons hasil kedelai dan

efisiensi agronomi pupuk seperti pada table dibawah ini.

Tabel 18. Respons hasil dan Efisiensi Agronomi hara berdasarkan varietas kedelai

Varietas Respons Hasil (kg) Efisiensi Agronomi (kg/kg)

N P K N P K

Argomulyo 0.35 0.18 0.18 7.85 3.32 1.48

Anjasmoro 0.18 0.08 0.09 4.11 1.43 0.77

Grobogan 0.26 0.09 0.09 5.75 1.61 0.72

Hasil petak omisi menunjukkan bahwa respons hasil varietas kedelai

terhadap pupuk tertinggi ditunjukkan oleh varietas Argomulyo, disusul

Grobogan dan Anjasmoro. Sementara itu respons varietas terhadap pupuk N

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 30

lebih tinggi dibanding pupuk P dan K pada semua varietas. Efisiensi

agronomi pupuk mulai dari tertinggi adalah pupuk N disusul P dan K.

Secara rata-rata dari tiga varietas, respons hasil kedelai terhadap pupuk

mulai dari tertinggi adalah N, K dan P, sedangkan efisiensi agronomi adalah

N, P dan K. Berdasarkan respons hasil dan efisiensi agronomi pupuk, dosis

rekomendasi masing-masing pupuk ditentukan berdasarkan formula

Casmann, et al (1989). Hasil perhitungan diperoleh rekomendasi pupuk PHSL

seperti pada Tabel berikut ini.

Tabel 19. Rekomendasi Pupuk berdasarkan pengelolaan hara spesifik lokasi lahan suboptimal pasang surut Rawa Sragi, Lampung.

Pupuk (Hara) Respons hasil

(ΔY) kg Efisiensi Agronomi

(kg/kg) Dosis Pupuk

kg/ha*)

N 0.27 7 42.86

P 0.11 2 50.00

K 0.12 1 100.00

3. Kajian Efisiensi Pemupukan untuk Tanaman Kedelai pada Budidaya Jenuh Air di Lahan Rawa Lampung.

Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan

rawa pasang disajikan pada Tabel 20.

Tabel 20. Hasil analisis sifat kimia tanah sawah sebelum diperlakukan di lahan rawa pasang surut Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

No Jenis Analisis

Hasil Analisis Rata-rata

Mungawin

0 – 20 cm

Suratno

0 – 20 cm

1 pH H2O 5,20 5.23 5,23

KCl 4,70 4.775 4,77

2 % C-Organik 1,22 1,01 1.11

3 % Nitrogen 0,09 0,14 0.11

4 P Potensial (mg P2O5/100gr)

29,48 18,17 23.82

5 K Potensial (mg

K2O/100gr) 10,46 13,78 12.12

6

Kemasaman

Dapat ditukar (cmol/Kg)

Al-dd 0,36 0.305 0,30

H-dd 0,78 0.61 0,61

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 31

7 K-dd (cmol/Kg) 0,52 0,42 0.47

8 Na-dd (cmol/Kg) 0,86 0,70 0.78

9 Ca-dd (cmol/Kg) 6,89 5,82 6.35

10 Mg-dd (cmol/Kg) 2,81 2,98 2.89

11 KTK (cmol/Kg) 18,48 14,90 16.69

12 % Kejenuhan Basa 59,96 66,58 63.27

Hasil analisis kimia tanah menunjukan reaksi tanah kategori masam

dengan kandungan kejenuhan basa (55-66%) relative tinggi, dan kation K-

dd, Na-dd, dan Ca-dd juga relative tinggi. Sayangnya kandungan Al-dd juga

menunjukan kadar yang cukup tinggi. Sepertinya kondisi ini dapat

membahayakan kedelai kalau tanah tidak diberi bahan pembenah seperti

kapur. Karenanya salah satu perlakuan yang diaplikasikan untuk tanah sawah

ini adalah penggunaan pembenah tanah yaitu kapur (dolomite).

Tiga VUB kedelai yang ditanam yaitu Anjasmoro, Argomulyo dan

Grobogan dipanen pada waktu yang berbeda. Varietas Grobogan dipanen

lebih awal yaitu saat umur 76 HST. Varietas Argomulyo umur 86 hari dan

Varietas Anjasmoro umur 90 HST. Hasil biji kedelai secara rata-rata terlihat

lebih tinggi di dalam kelompok 2. Khusus Anjasmoro dan Argomulyo pada

kelompok II di dalam petak utama budidaya jenuh air (B2), hasil biji bisa

mencapai masing-masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Kondisi jenuh air yang

lebih terkontrol (hasil pemantauan lapang) karena kecepatan rembesan dan

kehilangan air ke lapisan tanah bawah di dalam kelompok ini lebih rendah

(petak berada dibagian tengah areal percobaan), membuat ketersediaan air

untuk kedelai di petak utama ini lebih terjamin yang berdampak terhadap

hasil biji yang lebih tinggi, khususnya Anjasmoro dan Argomulyo (bold texs)

masing-masing 2684 kg/ha dan 2251 kg/ha. Hasil ini mengindikasikan bahwa

ketersediaan air sangat penting artinya dalam budidaya kedelai.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 32

Tabel 21. Hasil biji kedelai (kg/ha) sebagai pengaruh dari varietas dan teknis budidaya dari masing-masing kelompok/ulangan penelitian

Managemen Varietas

Biji kedelai (kg/ha) pada

Kelompok

Rata-rata

I II III

Varietas Teknis

Bududaya

Cara petani (B1) Anjasmoro

799.5 897.25 1002.75 899.83 850.56

Argomulyo 549.25 1312.75 883.75 915.25

Grobogan 502.25 1075.5 632 736.58

Jenuh Air (B2) Anjasmoro

803.5 2684.5 1222.75 1570.25 1155.5

Argomulyo 557.5 2251.5 924.75 1244.58

Grobogan 558 479 918 651.67

Rata-rata 628.33 1,450.08 930.67

Interaksi antara teknis budidaya dan varietas kedelai yang ditanam

juga berpengaruh nyata terhadap hasil biji kering kedelai. Hasil biji kedelai

khususnya varietas Anjasmoro dan Argomulyo yang ditanam pada budidaya

jenuh air (B2) didapatkan lebih tinggi dibanding yang ditanam dengan cara

petani (B1).

Tabel 22. Hasil biji kedelai sebagai pengaruh dari interaksi factor perlakuan teknis budiaya dan varietas di lahan rawa pasang surut Lampung Selatan

Varietas Kedelai

Biji kedelai (kg/ha)

pada Teknis Budidaya

Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)

Anjasmoro 899.83 a 1,570.25 a

Argomulyo 915.25 a 1,244.58 b

Grobogan 736.58 b 607.58

Pengaruh faktor perlakuan efisiensi pemupukan (P) terindikasi tidak

berbeda nyata terjadap hasil biji kedelai. Demikian juga interaksinya dengan

faktor varietas dan teknis budaya, juga tidak berbeda nyata. Hasil ini

mengindikasikan bahwa dosis pupuk NPK yang biasa diaplikasikan petani

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 33

dalam menanam kedelai di lahan rawa sesudah padi, masih dapat dikurangi

sehingga lebih efisien. Seperti disajikan di dalam Tabel 16, dengan aplikasi

pupuk 50% (P4) dari rekomendasi umum (100 kg Urea, 150 kg SP-36 dan 50

Kg KCl) dan diberi tambahan pupuk hayati (Rhiphosant), hasil biji kedelai

yang didapat secara rata-rata tidak berbeda nyata dengan perlakuan takaran

pupuk sesuai rekomendasi umum.

Tabel 23. Pengaruh perlakuan efisiensi pemupukan terhadap hasil biji kedelai (kg/ha) di lahan rawa Lampung Selatan

Cara Petani (B1) Budidaya Jenuh Air (B2)

V1 V2 V3 V1 V2 V3 Rata-rata

P1 1,080.33 1,002.33

661.3

3 1,668.67 1,090.33

574.6

7

1,012.9

4

P2 1,001.33 885.33

934.3

3 1,429.67 1,235.00

590.6

7

1,012.7

2

P3 745.67 982.67 713.3

3 1,517.67 1,185.67 613.3

3 959.72

P4 772.00 790.67

637.3

3 1,665.00 1,467.33

651.6

7 997.33

Keterangan: V1 = Anjasmoro, V2 = Argomulyo, V3 = Grobogan

P1 = Pemupukan cara petani

P2 = NPK 100% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant) P3 = NPK 75% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

P4 = NPK 50% rekomendasi umum + kapur + pupuk hayati (Rhiphosant)

Tinggi tanaman, jumlah polong dan bobot 100 butir (3) dari tiga (3)

varietas kedelai yang diperlakukan dengan teknis budidaya berbeda (cara

petani dan jenuh air) dan diberi 4 takaran pupuk berbeda, dapat diperhatikan

Gambar 2. Secara rata-rata tinggi tanaman (cm) sebagai pengaruh dari factor

perlakuan efisiensi pemupukan, untuk ketiga varietas cenderung menurun

dengan adanya pengurangan takaran pupuk 25% (P3) dan 50% (P4) baik

dibawah cara pengelolaan petani maupun jenuh air. Untuk jumlah polong,

efek dari takaran pemupukan terlihat tidak begitu berpengaruh demikian juga

dengan bobot 100 butir biji. Namun Jumlah polong pertanaman dan bobot

100 butir biji terlihat lebih tinggi untuk varietas Anjasmoro dan diikuti

Argomulyo. Bobot 100 butir biji juga terindikasi lebih tinggi di bawah

perlakuan budidaya jenuh air.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 34

E. Optimalisasi pasca panen kedelai

Lingkup kegiatan mencakup 3 sub kegiatan yaitu 1). Kajian Teknologi

Penyimpanan Benih Kedelai di Provinsi Lampung, 2). Kajian Optimalisasi

Diversifikasi Olahan Kedelai menjadi Beberapa Produk Olahan di Provinsi

Lampung dan 3). Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai

Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung.

1. Kajian Teknologi Penyimpanan Benih Kedelai yang Sesuai untuk Provinsi Lampung

Hasil pengamatan kadar air menunjukkan bahwa, kadar air benih

kedelai selama penyimpanan mengalami kenaikan dan penurunan yang

dipengaruhi suhu dan kelembaban di ruang penyimpanan. Hasil pengukuran

rata-rata suhu dan kelembaban ruang penyimpanan selama kegiatan

pengkajian dilaksanakan (6 bulan) menunjukkan kisaran suhu 25,5oC- 32,4oC

dan kisaran kelembaban relatif 52-84.

Tabel 24. Interval perubahan kadar air kedelai selama penyimpanan (%)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 5,88 4,12 23,73 20,62

Jerigen Putih (B) 4,17 4,06 24,32 22,13

Plastik (C) 3,83 3,83 21,42 17,12

Karung (D) 20 21,95 25,98 24,20

Plastik + karung (E)

4,89 5,34 20,59 13,33

Dari data kadar air benih yang tertera dalam Tabel 2, menunjukkan

bahwa benih kedelai yang dikemas dengan karung plastik (D) mempunyai

interval perubahan kadar air yang paling tinggi, dan benih kedelai yang

dikemas dengan plastic (C) dan plastik +karung (E) mempunyai interval

perubahan kadar air yang paling rendah dibandingkan dengan perlakuan

lainnya, untuk semua varietas kedelai yang digunakan. Interval perubahan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 35

kadar air kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo jauh lebih tinggi

dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Burangrang. Diduga hal ini

disebabkan karena kedelai varietas Anjasmoro dan Argomulyo mempunyai biji

yang lebih kecil dibandingkan dengan kedelai varietas Grobogan dan

Burangrang; biji yang kecil menyebabkan luas permukaan yang lebih lebar,

sehingga penyerapan air dari lingkungan sekitarnya juga menjadi lebih tinggi.

Kadar air benih sangat dipengaruhi oleh jenis kemasan, kondisi suhu

dan kelembaban relatif ruang tempat penyimpanan benih, karena sifat benih

yang higroskopis dan selalu ingin mencapai keseimbangan dengan kondisi

lingkungan. Semakin tinggi kadar air benih semakin tinggi pula laju

deteriorasi benih (Kuswanto, 2003). Hal ini juga dilaporkan oleh Justice dan

Bass (2002), kadar air merupakan faktor yang paling mempengaruhi

kemunduran benih. Kemunduran benih meningkat sejalan dengan

meningkatnya kadar air.

Hasil pengamatan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan

menunjukkan bahwa, berat 100 butir kedelai mengalami kenaikan dan

penurunan sesuai dengan perubahan kadar air benih dan suhu ruang

penyimpanan.

Tabel 25. Interval perubahan berat 100 butir kedelai selama penyimpanan (g)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 11,80 10,28 6,18 5,65

Jerigen Putih (B) 7,48 9,82 5,28 5,47

Plastik (C) 6,42 5,76 4,98 5,59

Karung (D) 13,97 12,00 6,93 9,20

Plastik + karung (E)

5,13 5,59 4,18 5,39

Hasil pengamatan terhadap interval perubahan berat 100 butir kedelai

menunjukkan bahwa jenis kemasan karung (D), menghasilkan interval

perubahan berat 100 butir kedelai tertinggi dan jenis kemasan plastik

+karung (E), menghasilkan interval perubahan berat 100 butir kedelai

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 36

terendah untuk 4 varietas kedelai yang digunakan. Hal ini menunjukkan

bahwa kemasan plastik +karung dapat mempertahankan mutu benih kedelai

lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan daya hantar listri (DHL) menunjukkan bahwa, nilai

DHL benih kedelai cenderung meningkat selama penyimpanan. Hal ini

menunjukkan bahwa kebocoran benih kedelai semakin meningkat selama

penyimpanan, akibatnya vigor dan daya kecambah benih menurun.

Tabel 26. Interval perubahan daya hantar listrik (DHL) kedelai selama penyimpanan (µs)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 22,93 22,63 20,97 23,67

Jerigen Putih (B) 23,28 18,12 17,83 19,57

Plastik (C) 20,53 17,01 15,21 11,81

Karung (D) 25,53 25,00 35,09 25,62

Plastik + karung (E) 23,99 22,44 25,64 27,05

Hasil pengamatan terhadap interval daya hantar listrik (DHL)

menunjukkan bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval

perubahan berat 100 butir kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D),

menghasilkan interval perubahan DHL tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

kemasan plastik dapat menekan tingkat kebocoran benih kedelai yang lebih

baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan daya kecambah menunjukkan bahwa, Daya kecambah

benih kedelai cenderung menurun selama penyimpanan.

Tabel 27. Interval perubahan daya kecambah kedelai selama penyimpanan (%)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 29,56 23,37 20,28 6,49

Jerigen Putih (B) 24,05 16,20 21,10 16,15

Plastik (C) 8,23 15,52 15,19 10,07

Karung (D) 50,53 27,25 25,25 43,10

Plastik + karung (E) 16,16 15,41 24,82 10,21

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 37

Hasil pengamatan terhadap interval daya kecambah menunjukkan

bahwa jenis kemasan plastik (C), menghasilkan interval perubahan daya

kecambah kedelai terendah dan jenis kemasan karung (D), menghasilkan

interval perubahan daya kecambah tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa

kemasan plastik dapat menekan laju penurunan daya kecambah benih

kedelai yang lebih baik dibandingkan dengan jenis kemasan lainnya.

Hasil pengamatan berat kecambah kering menunjukkan bahwa,

kecambah kering cenderung menurun selama penyimpanan. Berat kering

kecambah mencerminkan vigor kecambah dan vigor benih. Dalam hal ini

dihubungkan dengan kekuatan kecambah, yakni kemampuan benih

menghasilkan perakaran dan pucuk yang kuat pada kondisi yang tidak

menguntungkan. Sewaktu benih ditanam, bila vigor benih menurun maka

kecepatan berkecambah menjadi rendah dan berat kering benih saat

dikecambahkan menjadi rendah, yang nantinya akan menghasilkan biji yang

rendah (Justice dan Bass,2002).

Tabel 28. Interval perubahan berat kecambah kering selama penyimpanan (g)

Jenis Kemasan Varietas Kedelai

Grobogan Burangrang Anjasmoro Argomulyo

Jerigen Hitam (A) 39,08 28,88 33,12 27,99

Jerigen Putih (B) 29,89 30,33 37,70 32,52

Plastik (C) 25,66 23,61 32,65 30,97

Karung (D) 28,53 24,63 38,93 31,43

Plastik + karung (E) 27,11 26,57 37,74 28,11

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah

penyimpanan disajikan dalam Tabel berikut.

Tabel 29. Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum penyimpanan (0 bulan)

No. Varietas

Air Abu Protein Lemak Serat kasar

Karbohidrat

(%)

1. Argomulyo 6,4476 5,3492 19,2130 6,7297 11,2272 51,0333

2. Anjasmoro 8,2931 4,7858 25,0297 8,6388 10,0124 43,2401

3. Burangrang 7,5706 5,1347 26,7729 7,4778 9,1955 43,8486

4. Grobogan 6,7844 5,0376 19,9692 8,2502 10,7234 49,2351

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 38

Tabel 30. Hasil analisis proksimat kedelai setelah penyimpanan (6 bulan)

No. Varietas

Air Abu Protein Lemak Serat kasar

Karbohidrat

(%)

1. Argomulyo 8,2768 5,0192 28,3550 6,8108 17,7596 33,7787

2. Anjasmoro 8,8280 4,6749 26,6787 7,2433 17,4710 35,1040

3. Burangrang 8,2541 5,0939 29,3407 7,5998 15,6098 34,1016

4. Grobogan 7,7289 5,0095 28,6111 9,1812 16,0053 33,4640

Hasil analisis proksimat benih kedelai sebelum dan sesudah

penyimpanan menunjukkan terjadi peningkatan kadar air, peningkatan kadar

protein, peningkatan kadar serat kasar, dan penurunan kadar karbohidrat.

Sementara kadar abu dan kadar lemak tidak mengalami perubahan yang

berarti.

2. Kajian Optimalisasi Diversifikasi Olahan Kedelai di Provinsi Lampung

Protein biji kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu dan susu

dari kelima varietas yang diuji berkisar antara 29,815 - 35,730 % tertinggi

pada varietas Gepak Kuning. Kandungan lemak berkisar antara 9,753 -

12,949 % dan tertinggi yaitu varietas Argomulyo. Sedangkan kandungan

karbohidrat berkisar antara 30,882 - 34,917%, tertinggi varietas Grobogan.

a. Pembuatan Tahu

Pembuatan tahu dilakukan oleh pengrajin tahu sebanyak 4 orang. Hal

yang 2 pengrajin melakukan pemasakan secara steam sedangkan 2

pengrajin lainnya dengan cara perebusan biasa.

Hasil analisis fisikokimia diketahui bahwa bagi pengrajin varietas

bukan masalah kunci dalam memproses kedelai menjadi tahu, tapi cara

mengolah yang membuat pengrajin mendapatkan karakter tertentu dari tahu

tersebut. Tekstur tahu yang dihasilkan pengrajin 1 dan 2 lebih baik

dibandingkan dengan pengrajin 3 dan 4. Dan elastisitas tahu yang dihasilkan

oleh pengrajin 1 dan 2 lebih elastis dan berbeda nyata dengan yang

dihasilkan pengrajin 3 dan 4. Dari hasil analisis rendemen, pengrajin 2

menghasilkan rendemen tertinggi dibanding dengan yang lain.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 39

Dari hasil analisis sidik ragam, varietas yang digunakan sebagai

bahan baku pembuatan tahu tidak menunjukkan perbedaan sifat fisikokimia

antar varietas, sedangkan antara pengrajin memperlihatkan perbedaan sifat

fisikokimianya. Dari hasil uji lanjut DMRT 5% , diketahui bahwa kadar

protein yang dihasilkan oleh pengrajin 1 dan 2 berbeda nyata dengan kadar

protein yang dihasilkan oleh pengrajin 3 dan 4 yaitu lebih tinggi.

Uji penentuan warna dilakukan dengan menggunakan alat

Chromameter Minolta. Hal yang diamati pada pengamatan warna adalah

tingkat kecerahan (L*), kecenderungan warna merah-hijau (a*), dan

kecenderungan warna kuning-biru (b*). Nilai L* yang semakin besar

menunjukkan tingkat yang semakin cerah atau menuju putih ,nilai a* (-)

semakin hijau, nilai a* (+) semakin merah, nilai b*(-) semakin biru, nilai b*

(+) semakin kuning.

Tabel 31. Analisis Warna Tahu berbahan Baku Beberapa Varietas Kedelai Pengrajin Varietas L* a* b*

1 Gepak Kuning 90,644 2,69 12,176

Import 89,748 2,351 11,39

Anjasmoro 91,707 0,98 13,808

Argomulyo 90,986 2,222 10,523

Grobogan 91,658 0,812 16,472

2 Gepak Kuning 92,922 -0,169 12,43

Import 90,439 1,444 13,621

Anjasmoro 91,74 0,273 14,113

Argomulyo 91,168 1,434 12,497

Grobogan 91,718 -0,17 17,531

3 Gepak Kuning 91,842 0,076 11,911

Import 90,26 1,419 12,506

Anjasmoro 89,87 0,674 13,509

Argomulyo 91,017 0,458 13,68

Grobogan 90,792 0,106 17,324

4 Gepak Kuning 87,77 1,378 14,972

Import 87,037 3,454 12,533

Anjasmoro 89,138 0,957 14,782

Argomulyo 89,556 1,06 14,464

Grobogan 90,074 1,101 16,422

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 40

Hasil analisis warna tahu ditampilkan pada Tabel 11. Pada Pengrajin

1 nilai L* tertinggi adalah tahu dari varietas Anjasmoro, Pengrajin 2 dan 3

tahu dari varietas Gepak Kuning dan Pengrajin 4 adalah tahu dari varietas

Grobogan. Hal ini menunjukkan tingkat kecerahan tahu dari beberapa

varietas tersebut. Nilai L* semakin besar maka tingkat kecerahan semakin

tinggi. Sedangkan nilai a* berkisar antara - 0, 169 (tahu dari varietas Gepak

Kuning pada P2) sampai 3,454 (tahu dari varietas Import pada P4). Nilai b*

yang dihasilkan berkisar antara 10, 523 (tahu dari varietas Argomulyo pada

P2) sampai 16, 472 (tahu dari varietas Grobogan pada P1).

Analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu mentah

terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna,aroma dan penampilan.

Kesukaan panelis terhadap warna aroma dan penampilan disebabkan oleh

interaksi antara pengrajin dan varietas.

Dari hasil uji lanjut DMRT 5%, nilai organoleptik terhadap warna

terbaik ditunjukkan oleh P1V1, P1V3, P2V4 dan P4V4, terhadap aroma dan

penampilan adalah P1V3. P1V3 merupakan kombinasi antara Pengrajin 1

dengan Varietas Anjasmoro. Secara keseluruhan Varietas Anjasmoro

memberikan nilai terbaik terhadap rasa, warna dan penampilan tahu

mentah. Dan dari aspek organoleptik ditemukan bahwa Pengrajin 1 dan

Pengrajin 2 menghasilkan tahu mentah dengan tingkat kesukaan yang lebih

tinggi dibandingkan dengan yang lain.

Hasil analisis sidik ragam dan uji lanjut DMRT 5%, untuk tahu matang

terdapat interaksi perbedaan kesukaan antara warna. Dari hasil analisis uji

lanjut DMRT 5%, dari aspek varietas, Anjasmoro menunjukkan nilai terbaik

terhadap warna, aroma, rasa, tekstur dan penampilan tahu matang diikuti

oleh varietas Gepak Kuning.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 41

b. Susu Kedelai

Kadar air susu kedelai tertinggi adalah dengan varietas Gepak Kuning

dan Anjasmoro, sedangkan terendah Argomulyo. Cara pengolahan

berpengaruh karena adanya proses perendaman pada proses pembuatan

tahu yang mengakibatkan meningkatnya kadar air susu kedelai. Kadar air

susu kedelai diperoleh berkisar anatara 94,303 - 94,314 %. Rata-rata kadar

air susu kedelai yang diolah dengan cara basah berkisar antara 91,1-94,0%,

sedangkan yang diolah dengan cara kering berkisar antara 88,7-91,2%

(Ginting dan Antarlina, 2002).

Nilai viskositas tertinggi ditunjukkan oleh susu kedelai dari varietas

Gepak Kuning, diikuti dengan susu kedelai dari varietas Grobogan,

Argomulyo, Anjasmoro dan Import yang diolah dengan cara yang sama,

namun Perbedaan nilai viskositas disebabkan oleh perbedaan TPT susu

kedelai yang dipengaruhi oleh kadar karbohidrat dan proteinnya yang

bervariasi antar varietas (Kusbiantoro 1993). Selain itu, hilangnya sebagian

padatan terlarut pada cara pengolahan basah menghasilkan susu kedelai

yang nilai viskositasnya lebih rendah dibandingkan dengan cara kering. Nilai

viskositas susu kedelai dari semua perlakuan relatif dapat diterima karena

kadar proteinnya hanya berkisar antara 2,788 - 3,259%. Nilai protein susu

kedelai yang dihasilkan dari varietas Anjasmoro tertinggi dibandingkan dari

varietas lainnya, disusul oleh Argomulyo, Grobogan, Gepak Kuning dan

Import. Kadar lemak berkisar antara 2,010 - 2,375%, karbohidrat 0,156 -

1,034 %dan abu 0,276 - 0,329%.

Terlihat bahwa nilai L* dari susu kedelai dari lima varietas berkisar

antara 73,283 – 74,943, nilai a* -2,447 sampai -2,820 dan nilai b* antara

6,723 – 10,210. Dari nilai L* disimpulkan bahwa semua varietas mempunyai

warna yang tidak berbeda sedangkan nilai b* tertinggi adalah susu kedelai

dari varietas Grobogan dan terendah varietas Gepak Kuning.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 42

Tabel 32. Analisis Warna Susu Kedelai

Varietas L* a* b*

Gepak Kuning 74,537 -2,820 6,723

Import 74,78 -2,447 8,557

Anjasmoro 74,773 -2,777 7,917

Argomulyo 73,283 -2,713 8,427

Grobogan 74,943 -2,720 10,210

Berdasarkan analisis lanjut dengan DMRT 5%, maka ternyata varietas

tidak memperlihatkan perbedaan terhadap kriteria aroma, rasa dan

penampilan, sedangkan untuk warna terdapat perbedaan dari susu yang

dihasilkan. Hal ini ditunjukkan pada nilai F pada tabel analisis sidik ragam.

Ini lebih menunjukkan bahwa susu kedelai berbahan baku beberapa varietas

tersebut dapat diterima oleh panelis, sedangkan kriteria warna

memperlihatkan berbedaan antara varietas, dan warna yang paling disukai

adalah susu kedelai dari varietas Anjasmoro.

3. Kajian Pemanfaatan Limbah Pengolahan Biji Kedelai Terhadap Performans Kambing di Provinsi Lampung

Kebiasaan Peternak di Kelompok Tani memberikan pakan berupa

hijauan, limbah kulit singkong, ditambah konsentrat. Pembuatan tempe

menghasilkan banyak limbah baik yang berupa llimbah cair ataupun limbah

padat.

Limbah padat berupa kulit ari kedelai dan kedelai busuk, yang dapat

dijadikan pakan sumber energi dan protein. Limbah cair berasal dari air bekas

cucian, perendaman dan perebusan masih dapat digunakan sebagai

campuran pakan ternak. Pembuatan kulit ari kedelai fermentasi akan

dilakukan di Kelompok Tani Tunas Jaya, Kelurahan Sumber Rejo Sejahtera

Kecamatan Kemiling, Bandar Lampung. Kulit ari kacang kedelai diperoleh dari

industri pembuatan tempe dan tahu di Gunung Sulah, Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung (dan sekitarnya). Limbah kulit ari biji kedelai yang

dikumpulkan berasal dari 10 pengrajin industri tempe.Terlihat bahwa protein

dari limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi lebih besar (8,40 %)

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 43

dibandingkan dengan hasil analisa protein dari limbah kulit ari non fermentasi

(7,59 %).

Tabel 33. Kandungan nutrien pakan limbah kulit ari biji kedelaii non

fermentasi, fermentasi, konsentrat dan rumput lapang*

No Jenis

bahan

pakan

Air Abu Protein Lemak Serat

Kasar

Karbohidrat

(%)

1 FK 24.99 1.79 8.40 1.01 36.34 27.44

2. NF 21.06 1.78 7.59 0.81 38.60 30.13

3. Kt 8.60 10.00 9.39 5.17 28.00 38.81

4. RL 11.64 14.30 9.56 2.09 26.11 36.25

Analisa proksimat masing-masing perlakuan sudah dianalisa di

Laboratorium Politeknik Negeri Lampung. Data hasil penimbangan ternak

kambing dengan perlakuan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non

fermentasi , dan pemberian limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi terlihat

pada Tabel berikut :

Tabel 34. Data pertambahan berat badan ternak ternak kambing yang diberi perlakuan Limbah kulit ari biji kedelai

Parameter Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4

Berat badan awal (kg) 13,73 16,6 11,15 8,9 11,9

Berat badan akhir (kg) 16,73 17,45 14,00 10,75 14,55

Pertambahan berat badan (kg) 3,00 0,85 2,85 1,85 2,65

Pakan yang diberikan pada ternak kambing untuk masing2 perlakuan

adalah sama yaitu 6 kg/ekor/hari. Untuk Perlakuan (P0) pemberian pakan

pada pagi hari sebanyak 3 kg/ekor/hari, dan pada siang hari sebanyak 3

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 44

kg/ekor/hari sisa pakan 0,5 kg/ekor/hari, Perlakuan (P1) pakan yang

diberikan pagi 2 kg/ekor/hari, sedangkan siang hari pakan yang diberikan 4

kg/ekor/hari dengan sisa pakan o,5 kg, perlakuan (P2) pakan yang diberikan

pagi sebanyak 2 kg/ekor/hari dan siang hari 4 kg/ekor/hari, Perlakuan (P3)

untuk pag pakan yang diberikan sebanyak 2 kg dan siang hari 4 kg/ekor/hari,

dan perlakuan (P4) pakan yang diberikan pagi hari 2 kg/ekor/hari dan siang 4

kg/ekor/hari dengan sisa pakan terlihat pada Tabel berikut ini.

Tabel 35. Jumlah pakan dan sisa pakan limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi, fermentasi, dan rumput/hijauan yang diberikan pada ternak kambing.

Jenis Pakan Jumlah Pakan (kg)

Pagi Siang Sisa

P0 = 100% rumput/hijauan (ransum basal/kontrol)

3 3 0,5

P1 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai non fermentasi

2 4 0,5

P2 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai non fermentasi

2 4 1,5

P3 = 70% rumput/hijauan + 30% kulit ari kedelai fermentasi

2 4 0

P4 = 70% rumput/hijauan + 10% konsentrat + 20% kulit ari kedelai fermentasi

2 4 1,3

Dari perlakuan pemberian pakan limbah kulit ari biji kedelai non

fermetasi dan fermentasi terlihat bahwa perlakuan P0 = 100%

rumput/hijauan (ransum basal/kontrol) dengan berat awal 13,73 kg

meningkat menjadi 16,73 kg, dengan pertambahan berat badan 3,00 kg lebih

besar bila dibandingkan dengan perlakuan (P2 dan P4).

Hasil analisa proksimat yang dilakukan di Laboratorium Politeknik

Negeri Lampung terlihat limbah kulit ari biji kedelai yang di fermentasi

protein nya lebih tinggi yaitu : 8,40 dari limbah kulit ari biji kedelai yang non

fermentasi 7,59. Sedangkan hasil analisa terlihat karbohidrat limbah kulit ari

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 45

biji kedelai yang difermentasi lebih rendah (27,44 %) dibandingkan dengan

limbah kulit ari biji kedelai non fermentasi ( 30,13 %), sedangkan serat kasar

kulit ari yang difermentasi lebih rendah (36,34) dibandingkan dengan serat

kasar limbah kulit ari non fermentasi (38,60). Hasil analisa proksimat masing-

masing perlakuan sudah dianalisa.

F. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) Pelaksanaan kegiatan selama tahun 2015 lebih kepada pemeliharaan

tanaman koleksi yang secara rutin dilakukan di KP Percobaan BPTP di Natar.

Beberapa kegiatan secara kronologis diuraikan seperti di bawah ini.

1. Pertemuan Konsolidasi dan Sosialisasi Kegiatan SDG serta Rapat Kerja

Sinergi Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan SDG

Lingkup Balitbangtan TA 2015. di Blitkabi Malang (Kegiatan SDG),

kegiatan dilaksanakan di Malang 15-18 Februari 2015.

Secara keseluruhan hasil pertemuan seperti hasil rumusan berikut:

Poin-poin penting dari sidang kelompok Konsorsium SDG Lokal dan

Dokumentasi SDG adalah sebagai berikut:

a. Pembagian tugas pengelolaan SDG lokal harus dipertegas sesuai tusi

masing-masing unit kerja. .

b. Pada tahun 2015, kegiatan pengelolaan SDG oleh BPTP/LPTP akan

difokuskan pada kegiatan karakterisasi, evaluasi, koleksi, dan

dokumentasi SDG serta penguatan kelembagaan pengelolaan SDG.

c. Untuk dapat melaksanakan kegiatan karakterisasi tanaman tahunan

hasil eksplorasi, setiap BPTP pada tahun 2015 diwajibkan mengklon

SDG lokal sebanyak 10 klon per aksesi untuk ditanaman di Kebun

Percobaan lingkup Puslitbanghorti sebanyak 5 klon, disimpan di kebun

koleksi BPTP 2 klon dan di petani pemilik pohon induk 3 klon,

sehingga diharapkan tahun 2020, kegiatan karakterisasi SDG lokal

bisa dilakukan.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 46

d. Terkait peta inventori SDG lokal yang bersifat interaktif, Balitbangtan

perlu membuat rambu-rambu yang jelas untuk memastikan data-data

yang hanya bisa diakses terbatas dan yang bersifat umum bagi

melindungi SDG lokal dari kegiatan-kegiatan biopiracy.

e. Pada tahun 2016 BPTP/LPTP menargetkan pembuatan buku SDG lokal

komoditas durian, mangga, manggis, pisang, dan jeruk. Penulisan

buku ini diharapkan dapat melibatkan komunitas pengelola SDG yang

sudah ada.

f. Untuk SDG lokal biji-bijian, setiap BPTP harus menyediakan benih SDG

yang sebagian dapat disimpan sebagai stock collection di bank gen

Balitbangtan dan sebagai working collection di BPTP untuk kegiatan

karakterisasi dan evaluasi pada tahun 2016. Benih juga dapat

digunakan mendukung program KRPL sehingga ke depannya dapat

terbentuk KRPL dengan muatan SDG lokal spesifik masing-masing

wilayah.

2. Melaksanakan Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Pengelolaan SDG BPTP

Lampung TA 2015 di KP. Natar.

Dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan kegiatan Pengelolaan SDG

TA 2015 yang dalam operasionalnya lebih diarahkan kepada karakterisasi dan

pengelolaan tanaman koleksi. Maka perlu penataan lebih lanjut semua koleksi

yang suda ada di KP. Natar terutama tanaman pangan lokal dalam hal ini

umbi-umbi serta tanaman buah. Diharapkan dalam perlaksaanaan TA 2015

ini koleksi yang sudah ada dapat terpelihara dengan baik serta tertata sesuai

dengan estetika kebun koleksi SDG.

3. Melaksanakan Survei dan Karakterisasi Padi spesifik Lokasi, Kegiatan

Pengelolaan SDG

Salah satu hasil yang daat dilaporkan pada kesempatan ini adalah hasi

ltinjauan lapang keberadaan padi lokal padi Ampai di Kabupaten Mesuji.

Peninjauan dilakukan di Desa Sungai Dadap, Kecamatan Mesuji, Kabupaten

Mesuji dengan komoditas tanaman Padi Ampai. Tanaman ini sudah ditanam

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 47

sejak Tahun 1920-an, dan masih dikembangkan sampai sekarang secara

turun temurun. Keunggulan padi Ampai adalah produksi tinggi, tahan

terhadap hama dan penyakit. Hanya saja umurnya panjang 5-6 bulan dan

ditanam dirawa air dalam. Dalam peninjauan lapang untuk musim ini akan

dipanen dalam minggu kedua atau ketiga bulan April.

4. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan

Pengelolaan SDG.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah

membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi

yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian

seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan

dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi

penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan.

5. Evaluasi pelaksanaan kebun koleksi SDG pangan dan buah, Kegiatan

Pengelolaan SDG.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam pengelolaan SDG adalah

membuat kebun koleksi sebagai plasma nutfah. Beberapa tanaman koleksi

yang sudah ditanam adalah tanaman pangan lokal berupa umbi-umbian

seperti ganyong, beberapa jenis ubi jalar, singkong dan talas. Sehubungan

dengan adanya kegiatan Agro Since Park dilakukan pemindahan lokasi

penanaman menjadi sati blok dengan tanaman buah-buahan.

G. AEZ-II

Agroekologi wilayah Kabupaten Tanggamus didominasi oleh lahan

bergelombang, berbukit sampai bergunung. Dari luasan 282.830 ha lahan

yang dapat direkomendasikan untuk pengembangan komoditas pangan

hanya sekitar 18%. Hamparan yang direkomendasikan untuk pertanian

system wanatani sekitar 12% dan yang lebih luas yaitu sekitar 34%

direkoemdasikan untuk pengembangan tanaman tahunan (industry).

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 48

Tanaman industry yang sesuai dengan agroekologi daerah Kabupaten

Tanggamus adalah kopi. Namun dari hasil identifikasi sifat agroekologi,

pengembangan tanaman pala sebagai sumber minyak atsiri perlu

dipertimbangkan. Hasil biji dan analisis mutu minyak atsiri dari pala produksi

wilayah Tanggamus memperlihat produksi dan mutu biji yang cukup, karena

berpotensi dikembangkan.

Sifat agroekologi sebagai faktor pembatas pertumbuhan tanaman yang

perlu dicarikan teknologi solusinya untuk optimasi produksi tanaman adalah

reaksi tanah masam, kelembaban tinggi dan potensi bahaya erosi besar.

Wilayah Lampung Utara mempunyai landform yang relative seragam.

Sekitarsekitar 56% dari luasan lahan 337.900 ha direkomendasikan untuk

pengembangan tanaman pangan, sekitar 22% direkomendasikan untuk

system wanatani dan untuk tanaman tahunan hanya sekitar 7%.

Lahan relative datar yang lebih luas, sangat berpotensi untuk

pengembangan tanaman pangan terutama lahan kering. Namun lahan kering

di daerah ini sifat tanah sangat eksesif masam, C organic rendah, KTK rendah

dan kejenuhan Al tinggi. Untuk optimasi produksi tanaman pangan perlu

pembenah tanah yang dapat memperbaiki factor pembatas pertumbuhan

tanaman tersebut.

Luasan penanaman ubikayu yang terus bertambah tidak hanya

membahayakan eksistensi Kabupaten Lampung Utara sebagai sentra produksi

lada hitam tetapi juga mengancam terjadinya degradasi lahan yang semakin

luas. Dari hasil survey terindikasi cara budidaya ubikayu di daerah tersebut

kategori rendah input. Sementara ubikayu cenderung ke serapan hara tinggi.

Keberlanjutan usahatani lada hitam di Lampung juga semakin

memprihatinkan. Perbaikan produktivitas melalui penggunaan pupuk baik

anorganik maupun organic telah dicoba oleh sebagian petani lada. Namun

respon/efektivitas penggunaan pupuk tanaman lada masih rendah. pH tanah

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 49

zona perakaran yang eksesif masam (pH < 4,5) dan KTK sangat rendah

sangat mengurangi efektivitas pemupukan P dan juga K, Ca dan Mg. Apalagi

cara pemberian pupuk hanya disebar dipermukaan tanah. Untuk hal itu perlu

inovasi cara penggunaan bahan pembenah tanah seperti kapur dan bahan

organik yang lebih baik sehingga menyentuh area zona perakaran (0-20 cm).

Dampaknya diharapkan tidak hanya untuk perbaikan sifat kimia tetapi juga

sifat fisika tanah seperti porositas/aerasi tanah, struktur tanah, dan daya

jerap air tanah.

H. Teknologi budidaya bawang merah spesifik lokasi

Tabel 36. Rakitan Teknologi Budidaya Bawang Merah di Lampung

Komponen Teknologi

Teknologi

Cara Petani Perbaikan Rekomendasi

Varietas Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Varietas yang dipakai petani Varietas Balitsa

Jarak Tanam Jarak tanam di petani

20 x 15 cm 20 x 15 cm

Pemupukan: Pemupukan cara petani

100 kg/ha Urea+100 kg/ha SP-36 +100 kg/ha KCl+100

kg/ha NPK, 150 kg/ha ZA, 5 ton/ha pukan sapi/2 ton/ha pukan ayam

150 kg/ha Urea+150 kg/ha SP-36 +100

kg/ha NPK, 400 kg/ha ZA, 150 kg KCl/ha, 15 ton/ha pukan sapi/6 ton/ha pukan ayam, dolomit 500 kg/ha, pupuk hayati melalui bibit

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian cara petani

Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perangkap kuning berperekat

Pengendalian OPT dengan sistem PHT, perlakuan pd benih, perangkap kuning berperekat, feromon-exi

Parameter yang diamati adalah, komponen pertumbuhan (tinggi

tanaman jumlah daun dan jumlah anakan). Komponen hasil (Jumlah

umbi/tanaman, bobot umbi basah, bobot umbi kering dan produksi total),

serangan hama penyakit.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 50

Sampel tanaman setiap perlakuan diambil 5 ulangan dan 15 tanaman

setiap ulangan untuk pengamatan pertumbuhan dan serangan hama dan

penyakit. Analisa data menggunakan sidik ragam dengan uji lanjut Duncan

pada taraf 5 %.

Pada pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah umur 43

hari didapatkan hasil seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 37. Data Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Anakan/rumpun dan Jumlah daun/rumpun Bawang Merah di Kabupaten tanggamus

Teknologi Tinggi Jumlah

Anakan/rumpun Jumlah Daun/rumpun

Cm

AV1 38,36 c 8,56 a 40,07 a

BV1 41,21 b c 10,42 a 42,32 a

CV1 46,28 a 11,98 a 41,03 a

AV2 42,73 a b c 10,62 a 34,28 a

BV2 43,86 a b 7,71 a 35,90 a

CV2 44,79 a b 8,65 a 36,79 a

Rerata 42,89 9,66 37,73

KK (%) 5,89 20,88 10,58

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5% AV1 : Teknologi Petani Varietas Pikatan BV1 : Teknologi Perbaikan Varietas Pikatan CV1 : Teknologi Rekomendasi Varietas Pikatan AV2 : Teknologi Petani Varietas Super Philipine BV2 : Teknologi Perbaikan Varietas Super Philiphine CV2 : Teknologi Rekomendasi Varietas Super Philipine

Panen bawang merah di lokasi kegiatan dilakukan dengan cara panen

ubinan (5 m2) pada umur 57 hari setelah tanam untuk semua perlakuan.

Data hasil pengamatan produksi 2 varietas pada 3 paket teknologi budidaya

bawang merah di Kabupaten Tanggamus, tersaji pada tabel berikut ini.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 51

Tabel 38. Data Berat Panen (ton/ha), Berat Eskip (ton/ha) dan Susut Berat (%) Di Kabupaten Tanggamus

Teknologi

Berat Panen Berat Eskip Susut Berat

Ton/ha Ton/ha %

AV1 18,47 c 14,41 22,00

BV1 28,57 a b 22,86 19,90

CV1 31,67 a 24,86 21,51

AV2 18,87 c 14,42 23,58

BV2 25,27 b 19,38 23,30

CV2 27,93 a b 21,12 24,40

Rerata 25,13 19,51 22,45

KK (%) 14,51

Hama dan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah di lokasi

kegiatan relatif rendah. Data serangan hama penyakit utama pada tanaman

bawang merah di lokasi kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 39. Data Serangan Hama dan Penyakit Tanaman Bawang Merah di Kabupaten Tanggamus

Teknologi

Ulat Grayak Fusarium Busuk Akar

% % %

AV1 22,01 a 10,67 a 30,43 a

BV1 14,99 b 4,17 c 6,50 b

CV1 10,39 b 4,33 c 0,43 b

AV2 21,59 a 9.83 a b c 32,33 a

BV2 15,12 b 6,83 b c 28,33 a

CV2 12,71 b 4,43 c 2,31 b

Rerata 16,14 6,71 16,72

KK (%) 16,61 29,58 35,25

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom menunjukkan itdak berbeda nyata pada taraf 5%

Penerapan ketiga paket teknologi pada budidaya bawang merah di

Tanggamus relatif tidak memberikan pengaruh yang nyata pada

pertumbuhan tanaman. Berat panen tertinggi didapat pada perlakuan

teknologi rekomendasi Varietas Pikatan (31,67 ton/ha) dan terendah pada

perlakuan teknologi petani Varietas Pikatan (18,47 ton/ha). Teknologi

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 52

rekomendasi dan teknologi perbaikan untuk masing-masing varietas (Pikatan

dan Super Philipin) tidak memberikan pengaruh yang nyata pada produksi

bawang merah di Tanggamus.

I. Teknologi budidaya ayam KUB

Pertambahan Bobot Badan Ayam KUB

Perkembangan bobot badan ayam KUB di kedua lokasi pengkajian

ditampilkan pada tabel 1. Untuk menentukan keberhasilan usaha ternak ayam

dapat dilihat dari perkembangan bobot badan selama masa pemeliharaan.

Bobot badan merupakan indikator penilaian produktivitas dan keberhasilan

manajemen dari suatu usaha peternakan. Untuk mengetahui apakah ternak

ayam KUB tumbuh dengan baik salah satu cara yang dilakukan adalah

dengan melakukan penimbangan. Penimbangan dilakukan terhadap 10%

populasi ayam.

Tabel 40. Perkembangan Rataan Bobot Badan umur 0-18 Minggu

Umur Bobot Badan (gr)

Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung

Minggu ke-0 27,00 27,00 27,00

Minggu ke-2 112,74 112,41 121,23

Minggu ke-4 303,29 296,35 312,54

Minggu ke-8 754,80 680,85 798,21

Minggu ke-12 1126,20 1011,40 1.257,00

Minggu ke-16 1450,20 1.346,50 1.490,50

Minggu ke-18 1488,00 1.500,12 1.553,00

Perkembangan DOC umur 0 hingga 18 minggu yang terbaik itu

ditampilkan ayam KUB yang dipelihara peternak Bandar Lampung diikuti oleh

peternak Lampung Timur dan yang terendah oleh peternak Lampung Selatan.

Untuk lebih jelasnya dapat kita lihat pada grafik berikut ini.

Peningkatan bobot badan dari minggu ke-4 hingga minggu-12

masing-masing perlakuan cukup besar karena masa ini adalah masa

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 53

pertumbuhan sehingga apabila kuantitas dan kualitas pakan tidak tercukupi

akan mengganggu pertumbuhan ayam KUB. Pertumbuhan bobot badan ayam

KUB dari minggu ke 12 hingga ke minggu 18 tidak secepat minggu ke 4

hingga minggu ke 12, hal ini disebabkan ayam KUB sudah mulai belajar

bertelur. Berbeda halnya dengan Lampung Selatan pertumbuhan ayam KUB

hingga minggu ke 18 masih memperlihatkan tren pertambahan bobot badan

yang baik.

Aktivitas penimbangan bobot badan dilakukan setiap bulan kecuali

pada umur 1 minggu hingga umur 4 minggu dilakuan setiap 2 minggu, selain

melakukan penimbangan juga dilakukan penyuluhan/penjelasan mengenai

teknologi terkait dengan ayam KUB seperti bagaimana cara menyusun

ransum ayam berdasarkan sumber pakan yang tersedia di lokasi, standar

nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak ayam KUB, vaksinasi, cara pembibitan

ayam KUB dan pentingnya sanitasi kandang.

Konsumsi Pakan selama Pengkajian

Konumsi pakan ayam KUB hingga umur 18 minggu pengkajian

ditampilkan pada tabel 2. Konsumsi Pakan yang terbesar ditampilkam ayam

KUB yang dipelihara di Bandar Lampung diikuti ayam KUB yang dipelihara

peternak Lampung Timur dan terendah ditampilkan ayam KUB yang

dipelihara di Lampung Selatan.

Tabel 41. Konsumsi pakan harian selama Pengkajian

Umur Konsumsi pakan (gram)

Lampung Timur Lampung Selatan Bandar Lampung

Minggu ke-0 6 7 8

Minggu ke-2 15 14 19

Minggu ke-4 30 26 38

Minggu ke-8 55 50 63

Minggu ke-12 70 69 82

Minggu ke -16 90 89 97

> Minggu ke-16 100 95 112

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 54

Tingginya konsumsi ransum ini dikuti dengan pertambahan bobot

badan harian yang ditampilkan ayam KUB di Bandar Lampung dan

penyediaan pakan yang ad-libitum sedangkan untuk Lampung Timur dan

Lampung Selatan pemberian pakan dibatasi dan tidak konsistennya peternak

terhadap komposisi ransum yang dianjurkan hal ini disebabkan terbatasnya

dana yang dimiliki peternak seperti terlihat pada grafik 2. Pada grafik ini

terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung mengkonsumsi

pakan yang tertinggi dari minggu pertama hingga minggu ke 16.

Pada minggu ke 4 hingga minggu ke 7 membutuhkan kualitas dan

kwantitas pakan yang besar karena pada masa inilah masa pertumbuhan

dan apabila ini tdk tercukupi maka akan terjadi kanibal seperti yang terjadi di

Lampung Timur dan Lampung Selatan. Bahkan satu diantara dua peternak di

Lampung Selatan terpaksa harus mengalami kerugian yang besar karena

tidak sanggup menyediakan dana untuk membeli pakan dan kebutuhan

keluarga sehingga sang suami sebagai kepala keluarga sering meninggalkan

keluarga bekerja di kebun kopi keluarga yang letaknya jauh dari kediaman

peternak. Sebanyak 150 ekor ayam yang telah diserahkan untuk tanggung

jawabnya sesuai dengan kesepakatan tidak berhasil dan dianggap gagal.

Umur Pertama bertelur

Untuk memaksimalkan jumlah produksi telur dan efisiensi penggunaan

pakan dilakukan seleksi terhadap ayam betina dan jantan yang tidak

produktif. Rataan umur pertama bertelur ayam KUB di ketiga wilayah

pengkajian ditampilkan pada Tabel berikut ini.

Tabel 42. Rataan Umur Pertama Bertelur

Lokasi Jumlah ayam bertelur (ekor)

Jumlah Betina dewasa (ekor)

Umur pertama bertelur (minggu)

Lampung Timur 226 245 20

Lampung Selatan

216 238 28

Bandar Lampung

40 50 18

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 55

Terlihat bahwa ayam KUB yang dipelihara di Bandar Lampung bertelur

pada umur 18 minggu dengan bobot telur 36 gr dan lebih cepat dibandingkan

dengan Rekomendasi Balitnak yang mulai bertelur umur 20-22 minggu,

Lampung Timur ayam KUB bertelur pertama pada umur 20 minggu sesuai

dengan rekomendasi Balitnak sedangkan Lampung selatan baru bertelur

sesudah umur 28 minggu. Cepatnya bertelur Ayam KUB yang dipeiihara ini

diduga karena sebelumnya sudah tersedianya ayam KUB yang sedang

bertelur dan adanya ayam pejantan yang sudah siap kawin.

Keterlambatan bertelur pada ayam KUB di Lampung Selatan tidak

terlepas akibat rendahnya kualitas dan kwantitas pakan yang diberikan.

Adanya perbedaan umur pertama bertelur ini mencerminkan pengaruh faktor

genetik dan status gizi pakan.

Mortalitas Ayam KUB

Angka kematian ayam KUB senama 16 minggu pengkajian terjadi

16.95 % kematian anak ayam dari seluruh populasi ayam KUB di ketiga

wilayah pengkajian. Akan tetapi persentase angka kematian dari populasi

yang dipelihara, persentase kematian tertinggi terjadi di Lampung Timur

(14.32 %), Lampung Selatan (9.68 %) dan angka terendah adalah Bandar

Lampung (1.82 %).

Tabel 43. Tingkat Mortalitas Ayam KUB Selama Pengkajian.

Umur

Tingkat Kematian (ekor)

Lampung Timur

Lampung Selatan

Bandar Lampung

Minggu ke-0 3 12 4

Minggu ke-2 - 8 2

Minggu ke-4 60 29 -

Mingggu ke-8 - 40 -

Minggu ke-12 - 3 -

Mingggu ke-16 - - -

>Minggu ke-16 - - -

Jumlah 63 92 6

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 56

Penyebab kematian yang tinggi pada minggu ke 4 pada Lampung

Timur dan Lampung Selatan antara lain disebabkan terjadinya kanibal.

Kanibal ini diduga dipicu oleh rendahnya kualitas dan kuantitas pakan yang

diberikan, sebagai solusi tim peneliti menyarankan pemberian hijauan berupa

bayan dan kangkung dan hasinya mulai membaik dengan pemberian hijauan

dan diberikannya bantuan pakan.

V. DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN

Keberhasilan kegiatan penelitian dan pengkajian di BPTP ditentukan

oleh tingkat pemanfaatan informasi dan penerapan teknologi yang digunakan

oleh masyarakat tani di wilayahnya. Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajian

dapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani dan pelaku agribisnis lainnya, maka

dilakukan upaya diseminasi inovasi teknologi hasil pengkajian. Dalam

pelaksanaannya di lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisah atau berdiri

sendiri, melainkan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

pelaksanaan penelitian dan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagai

kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kapasitas institusi dari aspek

informasi dan komunikasi yang akan berdampak pada peningkatan adopsi

teknologi hasil litkaji dan dukungan dari pengguna terhadap institusi.

A. PENINGKATAN KOMUNIKASI INOVASI TEKNOLOGI

PENYULUHAN DALAM RANGKA PERCEPATAN INOVASI PERTANIAN DI PROVINSI LAMPUNG

A.1. Peningkatan Kuantitas, Kualitas, Dan Efektivitas Interaksi Antara Penyuluh/ Peneliti Bptp Dengan Stake Holder

Pelaksanaan sosialisasi teknologi ke Kabupaten Pesisir Barat

dilaksanakan pada tanggal 14 April 2015, bertempat di Aula kantor BP3K

Kabupaten Pesisir Barat. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari: penyuluh

BP3K Kecamatan Way Krui 5 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Pesisir

Selatan 6 orang, penyuluh BP3K kecamatan Pesisir Tengah 6 orang,

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 57

penyuluh BP3K Kecamatan Pesisir Utara 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan

Karya Punggawa 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Ngambur 4 orang,

penyuluh BP3K Kecamatan Lemong 4 orang, penyuluh BP3K Kecamatan

Bengkunat 6 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Bengkunat Belimbing 4 orang,

penyuluh BP3K Kecamatan Krui Selatan 4 orang, penyuluh BP2KP Kabupaten

Pesisir Barat 24 orang,

Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati

bersama antara tim BPTP dengan BP2KP Pesisir Barat. Adapun Materi dan

Nara Sumber pelatihan (Tabel 44).

Tabel 44. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi di Kabupaten Pesisir Barat

No Materi Nara Sumber

1 Teknologi Budidaya lada Dr. Jekvy Hendra, M.Si

2 Teknologi budidaya sapi (perkandangan) dan pakan lokal

Dr. Ahmad Prabowo

3 Teknologi budidaya padi dengan metode S.R.I

Ir. Bambang Wijayanto, MP

4 Katam Terpadu Ir. Andareas MM

8 Teknologi budidaya sayuran (cabai dan bawang merah )

Ir. Nasriati, MP dan Dede Rohayana, SP

Gambar 2. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Pesisir Barat

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 58

Pelaksanaan sosialisasi teknologi ke Kabupaten Tulang Bawang Barat

dilaksanakan pada tanggal 4 Juni 2015, bertempat di Balai Desa Pulung

Kencana, Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Kabupaten Tulang Bawang

Barat. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari: penyuluh BP3K Kecamatan

Tulang Bawang Tengah 14 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Tulang

Bawang Udik 13 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Tumijajar 9 orang,

penyuluh BP3K Kecamatan Pagar Dewa 8 orang, penyuluh BP3K Kecamatan

L. Kibang 3 orang, penyuluh BP3K Gunung Agung 4 orang, dan penyuluh

BP4K 24 orang. Materi yang disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah

disepakati bersama antara tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Tulang Bawang

Barat. Adapun Materi dan Nara Sumber pelatihan (Tabel 45).

Tabel 45. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi di Kabupaten Tulang Bawang Barat

No Materi Nara Sumber

1 Teknologi Budidaya karet (pemupukan dan pengendalian HPT)

Dr. Jekvy Hendra, M.Si

2 Manajemen tata laksana budidaya ternak sapi

Dr. Ahmad Prabowo

3 Teknologi budidaya padi dengan pola integrasi

Ir. Bambang Wijayanto, MP

Gambar 3. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Tulang Bawang Barat

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 59

Pelaksanaan Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Tulang

Bawang dilaksanakan pada tanggal 08 Juni 2015, bertempat di Aula kantor

BP4K Kabupaten Tulang Bawang. Peserta berjumlah 75 orang terdiri dari:

penyuluh BP3K Kecamatan Gedung Meneng 4 orang, penyuluh BP3K

Kecamatan Banjar Agung 5 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Dente Teladas

3 orang, penyuluh BP3K Rawa Jitu Selatan 8 orang, penyuluh BP3K

Kecamatan Menggala 4 orang, penyuluh BP3K Kecamatan Penawar Tama 3

orang, penyuluh BP3K Kecamatan Banjar Margo 5, penyuluh BP3K Kecamatan

Meraksa Aji 2 orang, penyuluh BP3K Gedung Aji 4 orang dan

petugas/penyuluh BP4K Kabupaten Tulang Bawang 35 orang. Materi yang

disampaikan berdasarkan kebutuhan yang telah disepakati bersama antara

tim BPTP dengan BP4K Kabupaten Tulang Bawang. Adapun Materi dan Nara

Sumber pelatihan (Tabel 46)

Tabel 46. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Tulang Bawang

No Materi Nara Sumber

1. Budidaya Tanaman Pangan (padi rawa, jagung dan kedelai)

Ir. Kiswanto, MP

2. Pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai)

Dr. Nila Wardani, M.Si

3. Pengendalian Penyakit Tanaman Karet

Ir. Firdausil Akhyar Ben, M.S

4. Budidaya Ternak Kambing Ir. Marsudin Silalahi, M.Si

Pelaksanaan sosialisasi teknologi di Kabupaten Lampung Utara

dilaksanakan pada tanggal 9 September 2015, bertempat di Aula kantor

BP4K Kabupaten Lampung Utara. Peserta berjumlah 120 orang terdiri dari:

90 orang penyuluh yang berasal dari BP3K Kotabumi, Abung Timur, Tanjung

Raja, Abung Utara, Abung Tengah, Kotabumi Utara, Kotabumi Tengah, Abung

Surakarta, Blambangan, Sungkai Selatan, Sungkai Barat, Sungkai Tengah,

Cahaya Negeri, Abung Barat dan Bukit Kemuning serta 30 orang

penyuluh/petugas BP4K Lampung Utara.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 60

Gambar 4. Sosialisasi teknologi di Kabupaten Lampung Utara

Tabel 47. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi di Kabupaten Lampung Utara

No Materi Nara Sumber

1 Inovasi pengendalian busuk pangkal batang pada tanaman lada dan Permasalahan lada di Lampung

Dr. Jekvy Hendra, M.Si

2 Pengendalian hama dan penyakit tanaman pangan (padi, jagung dan kedelai)

Dr. Ir. Nila Wardani, M.Si

3 Sistem Pengembangan Ayam KUB Rely Hervizon, SP

4 Pemanfaatan Pekarangan Ir. Nasriati, MP

Pelaksanaan sosialisasi teknologi dengan peserta penyuluh dari

kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung dilaksanakan pada

tanggal 16 November 2015, bertempat di aula kantor BPTP Lampung, dengan

jumlah peserta berjumlah 120 orang terdiri dari 60 orang penyuluh dari

Lampung Selatan yang wilayah kerjanya meliputi: kecamatan Tanjung

Bintang, Natar, Jati Agung, Ketibung dan Kalianda dan 50 orang penyuluh

dari Kota Bandar Lampung yang wilayah kerjanya meliputi: kecamatan

Kemiling, Sukabumi, Tanjung Karang Barat, Rajabasa dan Tanjung Karang

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 61

Timur serta 10 orang kelompok tani dan kelompok wanita tani dari Kota

Bandar Lampung.

Tabel 48. Materi dan Narasumber Sosialisasi teknologi spesifik lokasi bagi

penyuluh Kabupaten Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung

No

Materi Nara Sumber

1 Teknologi budidaya padi jajar legowo Ir. Bambang Wijayanto, MP

2 Hama dan Penyakit Utama Tanaman Hortikultura (cabai, melon dan pisang)

Danarsi Diptaningsari, SP,M.Si

3 Teknologi penanganan pasca panen hortikultura (pembersihan,sortasi, pengemasan , penyimpanan) proses PIRT produk

Dra. Alvi Yani, M.Si

4 Budidaya bebek dan ayam KUB skala rumah tangga

Rely Hervizon, SP

5 Pemanfaatan kalender Tanam menghadapi perubahan iklim

Gohan Octora Manurung, SP

A.2. Diseminasi Melalui Media Tv Dan Koran (Teknologi Katam)

Pengambilan dokumentasi dilakukan pada saat sosialisasi kalender

tanam terpadu pada musim tanam ke-2 (Musim Kemarau/MK 2015) di

beberapa kabupaten, yaitu Kabupaten Way Kanan, Pringsewu, dan Lampung

Selatan. Dokumentasi terdiri dari foto dan juga video. Pada saat sosialisasi

kalender tanam ini melibatkan penyuluh pertanian, dinas pertanian, dan

petani pada masing-masing Kabupaten.

Gambar 5. Sosialiasasi Katam di Kab. Way Kanan

Gambar 6. Sosialiasasi Katam di Kab. Pringsewu

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 62

Pada Kabupaten Lampung Selatan dilakukan pengambilan

dokumentasi kegiatan sosialisasi kalender tanam terpadu yang melibatkan

media elektronik stasiun TVRI Lampung dan media cetak Radar Lampung.

Pada stasiun TVRI Lampung disiarkan pada acara Warta Lampung dengan

program Advitorial.

Gambar 7. Sosialisasi Katam di Kab. Lampung Selatan

Gambar 8. Berita Sosialisasi Katam di Kab. Lampung Selatan pada harian Radar Lampung

Selain melakukan liputan atau pengambilan gambar yang

dilaksanakan pada saat sosialisasi Kalender Tanam Terpadu di 3 Kabupaten,

yakni Kabupaten Way Kanan, Pringsewu dan Lampung Selatan, juga telah

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 63

dilaksanakan diskusi interaktif mengenai Kalendar Tanam Terpadu pada

tanggal 12 November 2015 dengan tema “Perkiraan Musim Hujan (MH)

2015/2016 Dan Pemanfaatan Kalender Tanam Terpadu” yang dilaksanakan di

Stasiun TVRI Tanjung Karang Provinsi Lampung. Pada kegiatan diskusi ini

melibatkan 2 orang nasrasumber, yaitu Kepala Stasiun Klimatologi Masgar

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Lampung Bapak

Rahmattulloh Adji dan Peneliti dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

(BPTP) Lampung Ir. Andarias Makka Murni.

A.3. Adopsi Teknologi Hasil Litkaji

Tingkat adopsi petani terhadap komponen teknologi PTT padi sawah

irigasi secara keseluruhan dalam kategori sedang dengan skor 3.67. Jika

ditelusuri lebih lanjut dari masing-masing komponen teknologi PTT, tingkat

adopsi terendah adalah pada komponen teknologi pemupukan spesifik lokasi

sesuai dengan kebutuhan tanaman berada pada kategori rendah dengan

skor 2,15. Rendahnya tingkat adopsi pada kamponen teknologi tersebut

bukan disebabkan oleh rendahnya pengetahuan, sikap dan keterampilan

petani, tetapi disebabkan oleh ketersediaan pupuk di lapangan terbatas dan

langka pada saat dibutuhkan, sehingga jenis, dosis dan waktu pemupukan

tidak sesuai dengan rekomendasi spesifik lokasi/setempat. Selain itu

peralatan yang digunakan sebagai indikator untuk mengetahui dosis

pemupukan seperti bagan warna daun (BWD) untuk mengukur kebutuhan

unsur Nitrogen/Urea, perangkat uji tanah sawah (PUTS) untuk mengukur

status hara dalam tanah terhadap kebutuhan unsur hara Posfat/SP-36 dan

Kalium/KCl belum tersedia atau jarang dimiliki oleh petani. Kemudian tingkat

adopsi komponen teknologi terendah kedua adalah penggunaan pupuk

organik berada pada kategori sedang dengan skor 3,10. Hal ini dapat

dijelaskan bahwa secara keseluruhan pateni sudah menggunakan pupuk

organik, akan tetapi dosis yang dianjurkan 2.000kg/ha belum diterapkan

secara penuh hanya berkisar 500 – 2000 kg/ha. Kondisi demikian ini

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 64

merupakan suatu peluang untuk dapat meningkatkan produktivitas padi

dengan cara meningkatkan adopsi komponen teknologi tersebut.

Tabel 49. Tingkat Adopsi Petani terhadap PTT Padi di Lampung

No Komponen Teknologi PTT Tingkat Adopsi

1 Persemaian 3.31

2 Penggunaan VUB 3.90

3 Benih bermutu dan berlabel 4.20

4 Pemberian bahan organik 3.10

5 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1) 3.68

6 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 2.15

7 Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 3.85

8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 3.86

9 Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun 4.04

10 Pengairan secara efektif dan efisien (intermitten) 4.00

11 Penyiangan mekanis (bantuan alat gasrok, landak, dll) 3.77

12 Panen tepat waktu dan segera dirontok dan dikeringkan 4.23

Rata-rata 3.67

Sumber : Analisis data primer 2015

Keterangan: Tingkat adopsi rendah (1,00 – 2,33), sedang (2,34 – 3,67), tinggi (3,68 – 5,00)

Tiingkat adopsi komponen teknologi PTT padi yang tertinggi adalah

panen tepat waktu dan gabah segera dirontok berada dalam kategori tinggi

dengan skor 4,23, kemudian diikuti dengan penggunaan benih bermutu dan

berlabel dengan skor 4.20. Hal ini dapat dijelaskan bahwa kedua komponen

teknologi tersebut sudah terbiasa dan mudah dilakukan petani dan mereka

sangat memahami bahwa jika tidak menggunakan benih bermutu

pertumbuhan dan perkembangan tanaman padi kurang baik yang

berpengaruh terhadap produktivitas. Demikian juga teknologi panen tepat

waktu dan gabah segera dirontok, petani sangat memahami, apabila hal ini

tidak dilakukan dengan tepat maka akan berpengaruh terhadap kuantitas

dan kualitas gabah yang dihasilkan. Penggunaan VUB tingkat adopsinya

dalam kategori tinggi dengan skor 3,90. VUB yang digunakan dalam hal ini

yang terbanyak adalah Ciherang sekitar 65 %, kemudian Mekongga 20 %

dan Inpari 10, Inpari 13, Inpari 23, Inpari 26 dan Inpari 30 sekitar 15 %.

Rendahnya penggunaan VUB Inpari disebabkan ketersediaan benih di

lapangan sangat terbatas.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 65

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut merupakan suatu

peluang bahwa dengan meningkatkan adopsi komponen teknologi PTT padi

yang masih rendah akan meningkatkan produktivitas dan kualitas padi. Oleh

karenanya pengawalan teknologi baik dari petugas pemerintah maupun

swasta disarankan utamanya pada komponen teknologi yang tingkat

adopsinya masih rendah secara sinergi dan berkelanjutan. Selain itu juga

ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan

adopsi komponen teknologi tersebut seperti pupuk, BWD, PUTS dan lain-laian

mudah didapat dengan harga yang terjangakau oleh petani. Faktor-faktor

yang berpengaruh adopsi PTT padi sawah irigasi adalah persepsi petani

terhadap PTT, pengetahuan petani terhadap PTT dan metode penyuluhan

yang digunakan untuk menyampaikan inovasi kepada petani.

A.4. Gelar Teknologi dan Temu Lapang

A.4.1. Gelar Teknologi

Gelar tekonologi di Kabupaten Lampung Timur dilaksanakan di lahan

petani di Desa Wonokarto, Kecamatan Sekampung. Gelar teknologi

bekerjasama dengan Kelompoktani Ngudi Makmur II. Teknologi yang digelar

adalah sistim tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo

transplanter. Sebagai pembanding adalah sistim tanam yang biasa dilakukan

petani, yaitu jejer tegel. Adapun varietas yang digunakan adalah varietas

Inpari-19. Keragaan hasil Gelar teknologi Jarwo transplanter disajikan pada

Tabel 50. di bawah ini.

Tabel 50. Pertumbuhan dan Komponen Hasil Tanaman padi No Sistim tanam Tinggi

tanaman

(cm)

Jumlah anakan

produktif

Panjang malai

(cm)

Jumlah bulir/malai

Hasil (ton/

ha) Isi Hampa

1. Legowo 2:1 dengan

menggunakan

jarwo transplanter

107,40 12,20 27,50 162 50,20 5,80

2. Tegel manual 105,20 11,40 26,00 131 46,50 4,60

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 66

Pada tabel 50. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman dan komponen

hasil tanaman padi yang ditanam dengan alat jarwo transplanter lebih baik

dibandingkan dengan yang ditanam dengan jejer tegel manual. Hal ini dapat

dilihat dari pertumbuhan tinggi tanam. Tinggi tanaman yang ditanam dengan

alat jarwo transplanter 107,40 cm, sedang yang ditanam dengan jejer tegel

hanya 105,20 cm. Sistim tanam jejr legowo memberikan ruangan yang

berbeda dalam memperoleh cahaya matahri yang dipergunakan untuk proses

fotosintesis. Semakin banyak cahaya matahari yang dapat diserap tanam

semakin cepat proses fotosintesis berlangsunbg dan pada akhirnya

mempercepat pertumbuhan tanaman. Jarak tanam yang lebar pada sistim

tanam jejer legowo mengakibatkan tanaman dapat tumbuh lebih leluasa

sehingga ketersediaan unsur hara dapat diserap lebih optimal.

Demikian pula hasilnya, tanaman padi yang ditanam dengan alat

jarwo transplanter memberikan hasil yang lebih tinggi (5,80 ton/ha) GKP,

sedangkan yang ditanam dengan cara tegel manual lebih rendah (4,60

ton/ha) GKP. Hal ini diduga karena jumlah populasi tanaman padi yang

ditanam dengan jejer legowo lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman

padi yang ditanam dengan jejer tegel. Dengan semakin banyaknya jumlah

populasi tanaman per hektar pada tertentu, jumlah malainya juga lebih

banyak dan pada akhirnya akan memperbanyak hasil atau produksi.

Gelar tekonologi di Kabupaten Pringsewu dilaksanakan di lahan petani

di Desa Pujodadi, Kecamatan Sekampung. Gelar teknologi bekerjasama

dengan Kelompoktani Tunas Mekar. Teknologi yang digelar adalah sistim

tanam Jejer Legowo 2:1 dengan menggunakan jarwo transplanter. Adapun

varietas yang digunakan adalah varietas Inpari-19 yang akan dibandingkan

varietas Ciherang. Keragaan hasil Gelar teknologi Jarwo transplanter dengan

menggunakan dua varietas padi varietas Inpari-19 dan Ciherang disajikan

pada Tabel 51. di bawah ini.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 67

Tabel 51. Pertumbuhan dan Komponen Hasil Tanaman padi

No Sistim tanam Tinggi

tanaman

(cm)

Jumlah

anakan

produktif

Panjang

malai

(cm)

Jumlah

bulir/malai

Hasil

(ton/

ha) Isi Hampa

1. Inpari-19 110,40 13,20 27,50 7,45

2. Ciherang 107,20 12,80 26,00 7,10

Pada tabel 51. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman dan komponen

hasil varietas Inpari-19 lebih baik dibandingkan dengan varietas ciherang. Hal

ini dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanam. Tinggi tanaman varietas

Inpari-19 110,40 cm, sedang varietas Ciherang hanya 107,20 cm. Demikian

pula untuk jumlah anakan produktif dan panjang malai varietas Inpari-19

lebih tinggi dibanding varietas ciherang. Jumlah anakan produktif ini

berkaitan erat dengan kemampuan tanaman menghasilkan anakan dan

kemampuan mempertahankan berbagai fungsi fisiologis tanaman.Hal ini

sejalan dengan pendapat Murayama (1995) yang menyatakan bahwa pada

saat tanaman mulai berbunga hampir seluruh hasil fotosintesis dialokasikan

ke bagian generatif tanaman (malai) dalam bentuk tepung. Selain itu, terjadi

juga mobilissi karbohidrat protein dan mineral yang ada di daun, batang dan

akar untuk dipindah ke malai.

Demikian pula hasil Varietas Inpari-19 lebih (7,45 ton /ha) tinggi

dibanding varietas ciherang (7,10 ton/ha). Hasil berhubungan erat dengan

komponen hasil seperti jumlah anakan produktif (jumlah malai), panjang

malaidan jumlah gabah isi. Tinggi hasil varietas Inpari-19 ditunjang oleh

jumlah anakan produktif, panjang malai dan gabah isi yang tinggi dibanding

varietas ciherang.

A.4.2. Temu Lapang

Pada saat menjelang panen dilaksanakan temu lapang. Temu Lapang

adalah kegiatan pertemuan antara peneliti, penyuluh dan para petani untuk

saling tukar menukar teknologi/informasi sehingga didapatkan teknologi yang

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 68

akan dikembangkan sesuai potensi wilayah. Dalam hal ini pertemuan antara

peneliti, penyuluh (dari BP4K, BP3K dan lapangan) dan para pertani baik

petani kooperartor maupun petani di sekitar lokasi Gelar teknologi

Temu Lapangan ini untuk saling tukar menukar informasi tentang

teknologi ubi kayu yang dihasilkan oleh peneliti dan umpan balik dari petani.

Ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan temu lapangan yaitu

:

1. Membuka kesempatan bagi petani untuk mendapatkan informasi

mengenai teknologi hasil penelitian

2. Membuka kesempatan bagi para peneliti untuk mendapatkan umpan

balik dari hasil – hasil penelitian.

3. Menyalurkan teknologi dikalangan petani secara cepat.

4. Menjalin hubungan yang akrab antara peneliti, penyuluh dan petani.

Temu lapang dilaksanakan baik di Kabupaten Lampung Timur maupun

Prinsewu. Di Kabupaten Lampung dilaksanakan pada tanggal 15 Agustus

2015, sedangkan di Kabupaten Pringsewu pada tanggal 21 September 2015.

B. PAMERAN DAN DISPLAY VISITOR PLOT

B.1. Pameran

Salah satu tugas dan fungsi BPTP Lampung adalah merakit dan

mendiseminasikan hasil pengkajian teknologi spesifik lokasi. Saat ini telah

banya teknologi yang telah dihasilkan, namun demikian dari evaluasi

eksternal maupun internal menunjukkan bahwa kecepatan dan tingkat

pemanfaatan inovasi yang cenderung melambat, bahkan menurun. Salah

satu metoda dan media komunikasi yang menarik perhatian, mudah

dimengerti dan dipahami serta efisien adalah pameran. Pada 2015 BPTP

Lampung melaksanakan pameran sebanyak dua kali, yaitu :

a. Pameran Dalam Rangka Harteknas (Hari Teknologi Nasional)

ke-20

Pameran dalam rangka Harteknas ke-20 dilaksanakan di Lapangan

KORPRI Bandar Lampung pada tanggal 10 Agustus 2015. Pameran ini

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 69

merupakan rangkaian dari peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasioanal

Provinsi Lampung.

Pameran diikuti oleh beberapa Dinas/Instansi lingkup pertanian, LIPI,

Perguruan Tinggi, SMA. Selain itu juga diikuti oleh BUMN dan Swasta yang

ada di Provinsi Lampung. Dalam pameran kali ini, BPTP Lampung menyajikan

poster-poster, banner, leaflet, folder, majalah, brosure yang berisi inovasi

teknologi pertanian hasil kajian BPTP ataupun hasil kajian dari Badang

Litbang Pertanian., proseding. Selain itu juga menampilkan VUB (Varietas

Unggul Baru) Padi, seperti Inpari-29, Inpari-30, dan Inpari-18 serta Inpara-2.

Demikian pula benih Kedelai seperti Varietas Gepak Kuning, Anjasmoro dan

Burangrang . Selain itu ditampilkan pula produk pascapanen , misalnya

tepung kasava.

b. Pameran Lampung Fair Tahun 2015.

Pameran dilaksanakan selama 16 (enam belas) hari sejak tanggal 5

Sepotember s.d. 20 Septemberi 2015 di Lapangan PKOR Way Halaim Bandar

Lampung. Pameran diikuti oleh Dinas/Instansi dari masing-masing

kabupaten dan kota se Provinsi Lampung. Selain itu juga diikuti oleh BUMN

dan Swasta yang ada di Provinsi Lampung.

Setelah pembukaan, selanjutnya dilakukan dengan peninjauan stan

Lampung Fair. Stand pameran BPTP Lampung dikunjungi oleh asisten I. Pada

pameran kali ini BPTP Lampung berdiri sendiri tidak bergabung dengan

instansi lain. Materi yang disajikan antara lain produk pascapanen, misalnya

tepung kasava, kedelai dan olahannya., aneka rasa susu kedelai, lada, pala,

dan kopi. Selain itu benih padi VUB (Varietas Unggul Baru) seperti Inpari-13,

Inpari-29, Inpari-30, Inpara-5, dan Inpago-7.

Selain berbagai macam varietas benih unggul baru padi, juga

ditampilkan tanaman kakao, kopi, aneka sayuran dari kegitan MKRPL (Model

Kawasan Rumah Pangan Lestrari). Aneka olahan berbahan baku jagung,

pisang, sirup buah pala dan kedelai. Olahan kedelai yang menonjol adalah

susu kedelai aneka rasa dan tahu. Selain itu ditampilkan pula alat tanam

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 70

Jarwo Transplanter, yaitu alat tanam padi. Alat ini selain efisien dalam biaya,

juga efisien dalam penggunaan tenaga kerja dan waktu. Dalam 1 hektar

cukup diperlukan waktu 5-6 jam tergantung pada ketrampilan operator.

Untuk memberikan pemahaman lebih mendalam tentang

inovasi/teknologi pertanian kepada para pengunjung disajikan pula dalam

bentuk leaflet, brosure dan CD. Leaflet dan brosure dibagikan kepada

pengunjung.

B.2. Visitor Plot

B.2.1. Visitor Plot Ayam KUB

Visitor Plot Ayam KUB merupakan Visitor Plot Baru yang di buat pada

tahun 2014 dan pada Januari tahun 2015 populasi ayam KUB parenstok

berjumlah 127 ekor dan penambahan populasi sebanyak 345 ekor hasil dari

penetasan induk parent stok.

Tabel 52. Perkembangan Populasi Ayam KUB di KP Natar

No Kategori Tanggal menetas

Populasi awal tahun

2015 (ekor)

Jumlah kematian

( ekor)

Hilang Afkir

Hibah Sisa

1 KUB PARENSTOK

2013 127 127 0

2 KUB -2 2014 24 3 8 10 3

3 KUB-3 17 Januari 2015

78 25 7 20 26

4 KUB-4 31 Januari 2015

60 8 28 24

5 KUB-5 11 Februari 2015

110 27 30 53

6 KUB-6 10 Maret 2015

97 51 20 6

20

Jumlah 496 244 122 130

Jantan 28

Betina 102

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 71

Perkembangan populasi ayam KUB pada tahun 2015 mengalami

penurunan populasi yang drastis. hal ini disebabkan oleh kematian akibat

serangan flu burung pada bulan Februari 2015. Wabah flu burung diduga

berasal dari vektor burung gereja, dan operator kandang.

Kegiatan yang telah dilakukan oleh Visitor Plot Ayam KUB dan Itik PMP :

Pemeliharaan ternak dengan pola sistem intensif

Penetasan telur KUB III,IV, V, dan VI

Uji PCR sampel darah ayam di Balai Veteriner Lampung

Pemusnahan ayam terserang flu burung oleh tim veteriner dan Dinas

Kesehatan Dinas Provinsi Lampung

Kunjungan Balai Veteriner Lampung dalam rangka identifikasi virus flu

burung

Kunjungan Balai Veteriner Bogor dalam rangka verifikasi virus flu

burung

Vaksinasi flu burung dan ND

Sterilisasi kandang I

Kunjungan siswa peternakan Kabupaten Way kanan.

Kunjungan pejabat eselon 1 dan 2 lingkup Badan Litbang Pertanian

untuk rekomendasi pengembangan ayam KUB pada kegiatan Agro

Sains Park BPTP Lampung.

Mengikuti pameran bulan bakti pameran.

Gambar 9. DOC hasil penetasan Gambar 10. Kegiatan pengambilan

sampel darah untuk

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 72

B.2.2. Visitor Plot Itik PMP

Kegiatan Visitor Plot Itik PMP berawal dari kegiatan open house BPTP

Lampung pada bulan Oktober 2014, dengan mendatangkan 25 ekor itik PMP

dari Balai Peneltian Ternak Ciawi-Bogor. Untuk keberlanjutan Display Itik PMP

25 ekor itik tersebit dipelihara di Kebun Percobaan Natar untu selanjutnya

dianggarkan budiday di kegiatan Visitor Plot. Saat ini populasi itik PMP

berjumlah 22 ekor.

Budidaya Itik PMP masih di lakukan dengan pola semi intensif, hal ini

dilakukan karena terkendala pada sarana perkandangan. Kegiatan yang

sudah dilakukan di visitor Plot Itik PMP antara lain :

1. Pemeliharaan semi intensif

2. Penetasan (belum berhasil)

3. Pengambilan sampel darah untuk identifikasi virus flu burung)

4. Kunjungan tim perencanaan Agro Sains Park dari Bogor

B.2.3. Visitor Plot KP Masgar

Visitor Plot Kacang Tanah Tumpangsari Ubikayu merupakan bagian

kegiatatan Diseminasi Inovasi Teknologi, dengan menerapkan system tanam

tumpangsari yaitu kacang tanah dengan ubikayu denga luas 0,5 ha. Uraikan

kegiatan meliputi persiapan tanam, pengolahan tanah, penanaman dan

pemeliharaan. Penanaman kacang tanah dilakukan 3 bulan setelah

penanaman ubikayu yaitu tanggal 24 Desember 2015 dengan perlakuan jarak

tanam ubikayu 80 cm x 80 cm x 2 m dan kacang tanah 20 cm x 40 cm.

Varietas ubikayu yang digunakan adalah varietas barokah, untuk kacang

tanah digunakan varietas Kancil dari balitkabi dan varitas lokal. Kebutuhan

benih untuk 0,5 ha sekitar 40 kg setiap lubang 1-2 benih.

Pemupukan pada kacang tanah diberikan dua kali yaitu pemupukan

dasar pada umur 14 hari atau 2 minggu setelah tanam, Pupukan diberikan

dengan dosis Urea 50 kg, NPK 100 kg, dan Pupuk Kandang 1000 kg,

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 73

Pemeliharaan pada kacang tanah meliputi penyiangan dan pembumbunan,

penyiangan dilakukan pada saat umur 14 hari setelah tanam dengan

menggunakan cangkul..

Panen Kacang tanah dilakukan setelah umur 110-120 hari setelah

penanaman dengan cirri fisik tanaman kacang tanah a), batang mulai

mengeras b), daun mulai menguning dan sebagian mulai gugur c), polong

sudah terisi penuh dank eras d), warna polong sudah coklat kehitam-

hitaman.

B.2.4. Visitor Plot di KP. Tegineneng

Visitor Plot KP tegineneng di merupakan Visitor Plot Tumpang sari

antara tanaman karet umur 1 tahun varietas PB 260 dengan tanaman papaya

varietas merah delima yang telah berumur 7 bulan dari Badan Litbang

Pertanian. Luasan lahan yang ditanami karet dan papaya seluas 1, 25 Ha

dengan populasi karet tumpang sari sebanyak 139 batang dan papaya 534

batang. Untuk karet Monokultur berjumlah 410 Batang.

Kegiatan yang sudah dilakukan pada kegiatan ini meliputi penyiangan

tanaman, pemupukan dan pemeliharaan rutin lainnya. Kendala yang dihadapi

pada pelaksanaan kegiatan ini adalah kondisi air yang kurang memadai.

C. MAJALAH DAN PENCETAKAN BUKU

1. Leaflet

Enam judul leaflet yang dicetak sebanyak 5.200 eksemplar. Leaflet

yang dibuat dalam beberapa judul yaitu :

1. Pengendaian wereng Batang Coklat (Nilaparvata Lugens) pada Tanaman

Padi

2. Penyakit Flu Burung ( Avian Influenza)

3. Teknologi Budidaya Jagung Spesifik Lampung

4. Teknologi Produksi Kedelai Lahan Kering Masam di Lampung

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 74

5. Teknologi Produksi Kedelai Lahan Sawah di Lampung

6. Budidaya Ayam KUB

Gambar 11. hasil leaflet yang diproduksi pada tahun 2015.

2. Buku

Brosure/buku 2 judul sebanyak 500 eksemplar. Nomor ISBN buku

yang telah didapat yaitu 978-979-3263-45-8 untuk buku Petunjuk Teknis

Pengelolaan Tanman Terpadu Kedelai,dan ISBN 978-979-3263-46-5 untuk

buku Budidaya dan Penanganan Pascapanen Tanaman Ubi Kayu. Produksi

buku yang dihasilkanpada yahun 2015 yang terdiri dari :

1. Petunjuk Teknis Pengelolaan Tanaman Kedelai sebanyak 200

ekslempar

2. Budidaya dan Penanganan Pasca Panen Tanaman Ubi Kayu sebanyak

300 ekslempar

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 75

Gambar 12. Buku yang Dihasilkan pada Tahun 2015

3. Penyediaan Majalah dan Distribusi

Majalah disediakan dengan berlangganan majalah Sains Indonesia.

Majalah disediakan setiap bulannya sebanyak 100 ekslempar. Majalah Sains

mengirimkan majalah mulai bulan Februari sehingga langganan yang

dilakukan dimulai edisi bulan februari sampai Desember 2015. Jumlah

majalah yang dibeli BPTP Lampung sebanyak 11 bulan x 100 eksplempar

sejumlah 1100 ekslempar.

Pembayaran dilakukan dengan mentransfer biaya ke rekening Majalah sains

Indonesia.

Majalah disebarkan ke dinas pertanian, perkebunan, peternakan di

Provinsi lampung, perpustakaan BPTP Lampung, dan stakeholder, dll.

Pendistribusiaan majalah untuk lokasi yang mudah dijangkau di sekitar kota

Bandar lampung dilakukan dengan mengantar langsung yaitu pada instansi

Dinas Pertanian TPH Prov. Lampung, Dinas Perkebunan Provinsi Lampung,

Dinas Peternakan dan Keswan Prov. Lampung, Bakorluh Prov. Lampung, BBI

Tanaman Pangan dan alsintan Prov. Lampung, BBI tanaman pangan dan

Pengembangan Lahan Kering Prov. Lampung, BPSB Prov. Lampung, BPTPH

Prov. Lampung, BPTPH Prov. Lampung, Badan Ketahan Pangan Prov.

Lampung, BPP Lampung, Balai Veteriner Lampung, Perpustakaan BPTP

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 76

lampung, BP4K Kota Bandar lampung, Dinas Pertanian dan Peternakan Kota

Bandar Lampung.

D. Taman Agro Inovasi

Kegiatan yang telah dilakukan pada Taman Agro Inovasi ini antara

lain pembuatan gapura Taman Agro Inovasi, penanaman buah naga jenis

merah dan putih sebanyak 200 setek yang ditanam pada 100 tiang cor

semen, penanaman sayuran pada rak vertikultur dengan sistim irigasi tetes

sebanyak 4 unit, penanaman berbagai macam sayuran pada hamparan dan di

polybag, penanaman buah dalam polibag, penanaman jeruk varietas Chokun,

BW dan Sankis, penanaman jambu batu jenis kristal dan jambu merah dan

pembuatan 1 unit rumah kompos.

Dari letak posisi Taman Agro Inovasi ini sangat strategis sekali, karena

terletak di pinggir jalan utama Trans Sumatra. Kegiatan Taman Agro Inovasi

ini baru dilaksanakan tahun 2015, pengunjung masyarakat dari luar dan di

sekitar kantor pertanian maupun pelajar atau mahasiswa sudah banyak yang

berkunjung. Dari hasil catatan kunjungan yang dilakukan, bahwa masyarakat

yang telah berkunjung ke Taman Agro Inovasi sebanyak kurang lebih 100

orang, mereka sangat antusias dan ingin mempraktekannya.

Tanaman sayuran yang ditanam secara vertikutur dengan irigasi tetes

memberikan contoh kepada masyarakat bahwa tanaman sayuran dapat

ditanam pada rumah yang mempunyai lahan pekarangan sempit, dan dapat

menghemat air secara efisien. Penanaman sistim ini cocok pada daerah

perkotaan yang mempunyai lahan pekarangan sempit dan dapat menghemat

biaya pengeluaran untuk membeli sayuran.

Untuk tanaman buah naga, jarak tanam yang digunakan 2,5 m x 2,5

m, sehingga bagian lorong diantara tanaman dapat dimanfaatkan untuk

menanam tanaman sela seperti sayuran, sehingga dapat mengoptimalkan

penggunaan lahan. Penanaman jeruk dan jambu batu dengan berbagai

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 77

macam varietas memberikan informasi kepada masyarakat, sehingga dapat

memilih varietas apa saja yang cocok disukai dan mempunyai nilai jual tinggi.

Untuk rumah kompos, memberikan contoh kepada masyarakat tani

bagaimana cara membuat pupuk organik dengan memanfaatkan sisa-sisa

daun atau serasah tanaman yang biasanya dulu dibakar, kini dapat dijadikan

pupuk organik atau kompos yang mempunyai nilai tambah untuk dijual atau

dipakai sendiri. Pupuk organik ini memberikan informasi kepada masyarakat

bahwa apabila diberikan ke dalam tanah, maka akan memperbaiki sifat fisik,

biologi dan kimia dari tanah itu sendiri.

Kegiatan Taman Agro Inovasi pada tahun pertama ini adalah pada

tahap penumbuhan, pada tahap ini telah tertata display teknologi di BPTP

yang terkait dengan agribisnis. Selain itu juga diharapkan terbentuk cikal

bakal entitas bisnis di BPTP dan lokasi sekitar calon pengguna inovasi. Pada

tahun kedua sebagai tahun pertumbuhan, dimana entitas akan semakin

dominan dan pada tahun ketiga entitas bisnis akan menjadi salah satu pola

diseminasi inovasi Balitbangtan.

E. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon penangkar Kedelai

Hasil benih bersertifikat dari kegiatan ini telah tersalurkan seluruhnya.

Sebanyak 1500 kg benih kedelai bersertifikat dari kegiatan ini telah

digunakan untuk pemenuhan kebutuhan benih di wilayahnya (Kecamatan

Ambarawa, Kabupaten Pringsewu) melalui program GP-PTT dari Dinas

Pertanian 2015. Sisa benih yang tidak digunakan di wilayahnya telah

tersalurkan ke wilayah lain di Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan

dan Lampung Tengah. Rincian hasil benih bersertifikat yang dihasilkan dari

kegiatan ini disajikan pada Tabel 53.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 78

Tabel 53. Hasil produksi benih bersertifikat

No Varietas Kelas Benih Jumlah (kg)

1 Sinabung Benih Dasar (FS) 264

2 Tanggamus Benih Dasar (FS) 238

3 Grobogan Benih Pokok (SS) 141

4 Argomulyo Benih Pokok (SS) 212

5 Burangrang Benih Pokok (SS) 202

6 Dering 1 Benih Pokok (SS) 145

7 Wilis Benih Pokok (SS) 186

8 Gema Benih Pokok (SS) 119

9 Panderman Benih Pokok (SS) 159

10 Anjasmoro Benih Pokok (SS) 264

11 Grobogan Benih Pokok 1 (SS1/BP1) 2.059

12 Grobogan Benih Sebar (BR) 300

Total 4.287 kg

Rincian hasil produksi benih kedelai di lokasi Pringsewu disajikan pada

Tabel 54 dan Tabel 55.

Tabel 54. Hasil produksi 10 varietas kedelai di lokasi LL (1 ha)

Varietas Tanggal Luas

(m2)

Hasil biji

(kg) Tanam Panen

Anjasmoro 14 Mei 2015 14 Agustus 2015 1000 264

Grobogan 14 Mei 2015 8 Agustus 2015 1000 141

Argomulyo 14 Mei 2015 9 Agustus 2015 1000 212

Burangrang 14 Mei 2015 9 Agustus 2015 1000 202

Dering 1 14 Mei 2015 10 Agustus 2015 1000 145

Wilis 14 Mei 2015 13 Agustus 2015 1000 186

Gema 14 Mei 2015 7 Agustus 2015 1000 119

Panderman 14 Mei 2015 12 Agustus 2015 1000 157

Sinabung 14 Mei 2015 11 Agustus 2015 1000 264

Tanggamus 14 Mei 2015 14 Agustus 2015 1000 238

Total 1.928 kg Tabel 55. Hasil produksi kedelai varietas Grobogan di luar lokasi LL di Pringsewu No Nama petani Luas lahan (ha) Hasil biji (kg)

1 Kaderi Yusuf 1 483

2 Bowo 1 38

3 Karsono 0,25 28

4 Daldiri 0,25 255

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 79

5 Badriyah 1 186

6 Suryati 0,5 74

7 Sugiman 0,25 115

8 Supono 0,25 86

9 Purwanto 0,25 42

10 Toyib 0,5 40

11 Warno 0,5 28

12 Surahman 1 448

13 Wasiman 0,25 60

14 Setiyoko 0,25 127

15 Matori 0,5 30

16 Adil 0,25 19

Total luas tanam 8 ha

Total luas panen 8 ha 2.059 kg

Kabupaten Lampung Selatan Hasil produksi benih kedelai bersertifikat

mencapai 300 kg. Luas tanam 2,5 ha, varietas yang ditanam adalah

Grobogan. Luas panen hanya 1,5 ha, karena luasan 1 ha tidak lulus pada

Pemeriksaan Lapang II oleh BPSB.

Pengembangan Sistem Informasi Perbenihan Kedelai

Benih diproduksi pada berbagai jenis tanah pada setiap musim tanam.

Pada awal musim hujan dapat diproduksi di lahan kering, pada musim

kemarau I (MK I) diproduksi di lahan kering atau lahan sawah tadah hujan,

dan pada MK II diproduksi di lahan sawah yang memiliki sistem irigasi.

Dengan sistem produksi benih yang demikian maka perputaran benih antar

lapang dan antar lokasi menjadi dinamis. Produksi benih memerlukan

penataan sistem informasi perbenihan. Informasi perbenihan diperlukan

untuk keperluan perencanaan benih dan penyediaan benih dalam satu

kawasan maupun antar kawasan, bahkan antar kawasan dari provinsi yang

berbeda.

Produksi benih di lokasi Pringsewu ditujukan untuk pemenuhan benih

kedelai se-Kecamatan Ambarawa. Luas lahan di Kecamatan Ambarawa yang

akan ditanami kedelai pada bulan Agustus-September 2015 yaitu seluas 225

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 80

ha. Dari luasan tersebut diharapkan sebagian besar kebutuhan benihnya

dapat dipenuhi dari hasil penangkaran ini.

Distribusi Hasil Produksi Benih

Hasil produksi benih dari lokasi Pringsewu dan Lampung Selatan

seluruhnya telah tersalurkan. Berikut rincian penyaluran benih bersertifikat

hasil penangkaran dari dua lokasi:

1. Kelompok Tani Sri Makmur III, Desa Margodadi, Kecamatan Ambarawa,

Kabupaten Pringsewu. Untuk pemenuhan kebutuhan di wilayahnya pada

program GP-PTT Kedelai. Anggaran dari program GP-PTT Kedelai (500 kg

varietas Grobogan).

2. Dinas Pertanian Kabupetan Pringsewu. Untuk pemenuhan kebutuhan di

Kelompok Tani dan desa lain di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Pringsewu (1000 kg varietas Grobogan).

3. Kelompok Tani Baru Muncul, Desa Braja Harjosari, Kecamatan Braja

Selebah, Lampung Timur (1000 kg varietas Grobogan).

4. Disalurkan ke petani sekitar dan Kelompok Tani lain di Desa Margodadi

(1097 kg varietas Sinabung, Tanggamus, Anjasmoro dan Wilis).

5. Disalurkan untuk penelitian/display di Kabupaten Lampung Selatan (190 kg

varietas Anjasmoro, Argomulyo, Dering 1, Sinabung, Tanggamus)

6. Kelompok Tani di Kabupaten Lampung Tengah (500 kg varietas

Anjasmoro, Burangrang, Argomulyo, Wilis, Tanggamus, Panderman).

Kecenderungan Adopsi Varietas Unggul oleh Petani

Petani di lokasi Pringsewu telah terbiasa menanam kedelai lokal berbiji

kecil yang telah ditanam bertahun-tahun. Kedelai lokal ini mempunyai

karakter tanaman yang tinggi, lebat, kokoh dan berbiji kecil. Kedelai berbiji

kecil ini adalah untuk kedelai konsumsi sebagai kecambah.

Adanya pengenalan varietas unggul Badan Litbang, respon petani

berbeda-beda untuk masing-masing varietas. Varietas Grobogan kurang

disukai oleh petani karena posturnya yang kurang tinggi dan rentan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 81

kekeringan. Varietas Sinabung dan Wilis lebih disukai petani karena

karakternya mendekati kedelai lokal yang biasa ditanam petani.

Minat Petani terhadap Suatu Varietas

Setelah dilakukan penanaman 10 varietas kedelai di satu hamparan

seluas 1 ha di lokasi LL, petani bisa mengamati dan membandingkan antar

varietas dari mulai tanam, pertumbuhan, pengisian polong, ketahanan

terhadap hama penyakit dan hasil produksinya. Berikut urutan varietas yang

disukai dan alasannya menurut petani (Tabel 56).

Tabel 56. Varietas yang paling disenangi oleh penangkar/petani

No Varietas Alasan pemilihan varietas (menurut petani)

1 Sinabung Postur tanaman mirip dengan kedelai lokal yang biasa

ditanam petani setempat, postur tinggi, ukuran biji

sedang dan hasil biji tinggi. Petani setempat biasa

menanam kedelai berbiji kecil untuk produksi

kecambah.

2 Anjasmoro Batang kokoh, biji lumayan/berat, hasil tinggi

3 Wilis Biji sedang, batang tinggi, mirip dengan kedelai lokal

yang biasa ditanam petani

4 Gema Umur genjah, daun kecil, buah lebat

5 Burangrang Postur tinggi, hasil tinggi, namun daun terlalu lebar

6 Argomulyo Biji besar/berat, hasil tinggi, batang tinggi, kokoh

7 Panderman Biji besar dan lebat, batang besar, namun buah hanya

di batang utama saja, tidak di cabang

8 Dering 1 Postur tanaman mirip dengan kedelai lokal yang biasa

ditanam petani setempat, postur tinggi, ukuran biji

sedang dan hasil biji tinggi

9 Tanggamus Hasil lumayan, namun umurnya panjang

10 Grobogan Terlalu pendek dan rentan kekeringan

Hasil penilaian petani terhadap suatu varietas lebih bersifat subjektif

sesuai dengan kebiasaan dan minat petani itu sendiri. Namun demikian,

kriteria varietas kedelai yang dipilih/diminati oleh petani belum tentu sama

dengan criteria yang diminati oleh pasar. Kedelai berbiji kecil yang diminati

oleh petani di Pringsewu ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kedelai untuk

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 82

produksi kecambah/tauge. Pangsa pasar untuk kebutuhan kedelai berbiji kecil

ini jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan pangsa pasar kedelai berbiji

besar yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan tahu/tempe. Karena

faktor inilah sehingga penjualan/penyaluran hasil benih kedelai yang berbiji

besar (varietas Grobogan) menjadi lebih mudah dan cepat dibandingkan

dengan penyaluran hasil benih kedelai yang berbiji kecil.

F. Model Penyediaan Benih untuk Pemenuhan Kebutuhan

Wilayahnya melalui Peningkatan Kemampuan Calon penangkar Padi Pada kelompok tani yang terpilih sebagai pelaksana calon penangkar

dibuat Laboratorium Lapang (LL) sebagai kegiatan penangkaran dalam Model

Kawasan Mandiri Benih Padi, masing-masing kawasan seluas 2 ha (Tabel

57).

Tabel 57. Laboratorium Lapang (LL) Model Kawasan Mandiri Benih di Lampung

Uraian Lampung Selatan Tulang Bawang

Pok Tan: Marga Jaya Pok Tan:Karya Muda

Nama Ketua dan Luas Anggota Varietas

Agus Jamil (0,25 ha) Muslih (0,5 ha) Muhlis (0,25 ha) Sudarto (1 ha) Ciherang, Inpari 10, dan Inpari 23

Hendro (0,75 ha) Mista (0,75 ha) Sunarto (0,25 ha) Poniran (0,25 ha) Cilamaya Muncul, Inpara 2, Inpari 10, Inpari 13

Asal benih sumber: dari BB Padi Sukamandi: Cilamaya Muncul (FS),

Inpara 2(SS), dan Inpari 13 (SS),dari UPBS BPTP Lampung: Inpari 10 (FS)

dan Inpari 23 (SS), dan dari Unit Produksi Benih (UPB) Pringsewu-Lampung:

varietas Ciherang (SS).

Pelaksanan Tanaman: untuk Laboratorium Lapang (LL) seluas 2 ha di

Kabupaten Tulang Bawang sudah tanam pada tanggal 22 - 23 Mei 2015.

Sedangkan pelaksanaan tanam untuk model mandiri benih di wilayah

Kabupaten Lampung Selatan baru dilaksanakan pada 19-23 Juni 2015. Rata-

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 83

rata kondisi pertumbuhan tanaman baik yang di Tulang Bawang maupun di

Lampung Selatan menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik (Gambar 2),

namun yang di Tulang Bawang setelah berumur sekitar 30 HST

kemudian,yaitu pada saat Pemeriksaan Lapang (PL) satu oleh BPSB,

tanaman varietas Inpari 10 dan Inpari 13 banyak spot-spot terkena busuk

batang ,sudah dilakukan penyemprotan dengan Filia dan Virtaco tetapi

tanaman belum pulih, sehingga sekitar 1 ha LL di Tulang Bawang tidak lulus

uji lapang (Gambar 13).

Gambar 13. Pertumbuhan tanaman pada umur 30 HST di Tulang Bawang

Tabel 58. Hasil Calon Benih Bermutu produksi penangkaran calon penangkar Model Mandiri Benih Padi di Lampung Selatan dan Tulang Bawang pada MT Mei-September 2015.

Uraian Tulang

Bawang

Lampung Selatan Keterangan

Luas Lahan LL(ha) 2 2 Lulus Uji PL 1(BPSB)

Luas Lahan PL2(ha) 1 1,75 Yang Lulus Uji PL 2 (BPSB)

Luas Lahan Panen/PL

3(ha)

0,5 1,25 Yang Lulus Uji PL 3 (BPSB)

Hasil Panen: Varietas

(kg/GKP) Tanggal Panen:

C.Muncul

2450 25-8-2015

Ciherang :3164

Inpari23 :3838 Inpari 10: 2065 30-9-

2015

Produksi per 0,5ha

Produksi per 0,5 ha Produksi per 0,25ha

Hasil Calon Benih (kg) 1500 Ciherang :1005

Inpari23 :2680

Inpari 10: 1560

Untuk prosesing dan

pemisahan yang bernas

dan hampa(untuk uji lab)

Hasil Benih berlabel (kg) 1000 Ciherang :250

Inpari23 :1880 Inpari 10 : 1210

Yang lulus uji lab dan

berlabel

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 84

Pelatihan bagi calon penangkar untuk peningkatan pengetahuan

teknologi produksi benih bermutu bagi calon penangkar yang terlibat maupun

petani di sekitarnya berjumlah paling sedikit 80 orang dilaksanakan oleh

masing-masing unit kegiatan (Lampung Selatan dan Tulang Bawang), bersama

sama BPTP dengan petugas BPSB dan Penyuluh setempat dengan materi:

Sertifikasi benih padi oleh Petugas BPSB, Teknologi produksi benih

bermutu(teknik roguing) dan mengenal Varietas Unggul Baru Padi (BPTP

sebagai Nara Sumber), dan Penguatan Kelompok oleh Penyuluh dan Kepala

BP3K setempat.

G. Pendampingan Pengembangam Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Pangan

1. Pendampingan Kawasan Padi

Pendampingan pengembangan kawasan padi dilaksanakan di 2

kabupaten lokasi pengembangan GP-PTT Padi, yaitu di Kabupaten Lampung

Timur (Kecamatan Jabung, Pasir Sakti, Gunung Pelindung, Melinting) dan

Tanggamus (Kecamatan Kota Agung Timur, Kota Agung, Kota Agung Barat,

Wonosobo, Bandar Negeri Semong). Adapun luas pengembangan GP-PTT

padi sebagaimana disajikan pada tabel di bawah ini :

Tabel 59. Lokasi, Luas dan Jumlah Kelompok Tani Pelaksana GP-PTT Kawasan Padi di Lampung, Tahun 2015

No. Lokasi

Luas (Ha) Jumlah

Kelompok Kabupaten Kecamatan

1. Lampung Timur Pasir Sakti 850 34

Jabung 850 34

Gunung Pelindung 450 18

Melinting 350 14

Jumlah I 2.500 100

2. Tanggamus Kota Agung Timur 650 32

Kota Agung 350 18

Kota Agung Barat 690 32

Wonosobo 464 25

Bandar Negeri Semong

346 21

Jumlah II 2.500 128

Total 5.000 228

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 85

Komponen PTT Padi terdiri dari komponen teknologi dasar dan

komponen teknologi pilihan. Sementara ini dari hasil pengamatan, penerapan

komponen teknologi PTT, sebagaimana disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 60. Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi MT II – MT III di

Lampung, 2015

No Komponen Teknologi

Jumlah poktan

yang

didampingi

(unit)

Jumlah poktan

yang menerapkan

teknologi (unit)

Persentasi yang

menerapkan

teknologi (%)

Komponen Dasar

1 Varietas unggul baru 228 46 20,18

2 Benih bermutu dan berlabel 228 228 100,00

3 Pemberian bahan organic 228 228 100,00

4 Pengaturan populasi tanaman

Jajar legowo (2:1, 4:1, lainnya)

228 228 100,00

5

Pemupukan berdasarkan

kebutuhan tanaman dan status

hara tanah

228 34 14,91

6 Pengendalian OPT dengan

pendekatan PHT

228 125 54,82

Rata-rata 64.985

Komponen Pilihan

7 Pengolahan lahan yang baik 228

228 100,00

8 Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 228 171 75,00

9 Tanam bibit 1 – 3 batang per

rumpun

228 228 100,00

10 Pengairan secara efektif dan

efisien (intermitten) 228 100

43,86

11 Penyiangan mekanis (bisa dgn

bantuan alat gasrok, landak, dll)

228

103 45,18

12 Panen tepat waktu dan segera

dirontok dan dikeringkan

228 228 100,00

Rata-rata 77.34

Keterangan:

Tingkat adopsi rendah (0 % – 33,33 %)

Tingkat Adopsi sedang ( 33,34 % – 66,67 %)

Tingkat adopsi tinggi (66,68 – 100 %)

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 86

Uji adaptasi VUB padi yang dilaksanakan Kabupaten Lampung Timur

ada 4 unit (titik) dan Tanggamus 5 unit, lebih jelasnya sebagaimana disajikan

pada table 3. Uji adaptasi VUB dilaksanakan dalam hamparan kelompok tani

GP-PTT atau di luar namun berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. VUB yang

digunakan dalam uji adaptasi adalah Inpari 26, Inpari 29, Inpari 30 dan

Inpari 31 secara keseluruhan seluas 1 – 1,5 ha. Sedangkan varietas

pembandingnya sebagian besar adalah Ciherang dan Mekongga. Adapaun

produktivitas padi dalam uji adaptasi VUB, sebagaimana disajikan dalam

Tabel 61.

Tabel 61. Produktivitas Padi Uji Adaptasi VUB pada MT II–MT III di Lampung, Tahun 2015

No.

Kelompok Tani/Desa/ Kecamatan/Kabupaten.

Produktivitas VUB (kg/ha) Ciherang

*) Inpari

26

Inpari

29

Inpari 30 Inpari

31

Rata-

rata

1 Sido Rukun, Desa Mulyosari, Kec.

Pasir Sakti, Kab. Lampung Timur

55.14 64.19 77.89 81.43 65.74 52.71

2 Harapan II, Desa Adi Luhur, Kec.

Jabung, Kab. Lampung Timur

92.40

92.40 69.30

3 Marga Melinting Selatan, Desa

Negeri Agung, Kec. Gunung

Pelindung, Kab. Lampung Timur

84.00 48.00 66.00 68.00

4 Bunga Tanjung, Desa Tanjung

Aji, Kec. Melinting, Kab. Lampung

Timur

68.33 80.83 70.00 85.00 76.04 74.24

5 Khanggom Jejama II, Desa, kec.

Kota Agung Barat, Kab.

Tanggamus

48.50 51.50 42.50 37.50 45.00 46.00

6 Mak Ku Nyana, Desa Kota Agung,

kec. Kota Agung, Kab.

Tanggamus

83.33 76.10 88.40 94.00 85.46 64.96

7 Tunas Harapan, Desa Gn. Doh,

Kec. Bandar Negeri Semong,

Kab. Tanggamus

83.52 79.20 90.72 95.04 87.12

8 Panca Usaha, Desa Lakaran, Kec.

Wonosobo, Kab. Tanggamus

89.00 79.00 68.00 84.00 80.00 67.00

9 Kec. Kota Agung Timur, Kab.

Tanggamus

52.00 52.00 68.00 52.00 56.00 54.00

Rata-rata 68.55 70.85 74.74 72.12 72.64 62.03

Keterangan: - Adaptabilitas tinggi, jika produktivitas > 4,36

- Adaptabilitas sedang, jika produktivitas 2,19 – 4,36 - Adaptabilitas rendah, jika produktivitas < 2,19

*). Varietas pembanding

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 87

Lokasi display diletakkan di dalam hamparan GP-PTT atau di di luar

tetapi berhimpitan dengan hamparan GP-PTT. Display dilaksanakan di

hamparan kelompok tani masing-masing kabupaten 4 – 5 unit (titik) seluas 1

- 1,5 ha varietas yang diperkanalkan adalah Inpari 26 dan Inpari 30. Adapun

teknologi yang diintroduksikan dalam display adalah komponen PTT secara

lengkap spesifik lokasi seperti penggunaan VUB, pupuk organik 2 ton/ha, bibit

muda, jumlah bibit 1-3 batang per lubang, sistem tanam jejer legowo 2:1,

dan 4:1 secara manual dan atau dengan menggunakan mesin tanam Rice

Transplanter, pemupukan berimbang spesifik lokasi dengan BWD,

PUTS/PUTR, pengendalian OPT secara terpadu, penyiangan dengan gasrok

dan kombinasi dengan herbisida, panen tepat waktu dan gabah segera

dirontok dengan power tresher atau combine havester.

Display PTT dalam pendampingan pengembangan kawasan padi

dilaksanakan pada MT II bulan Juni 2015, yaitu kegiatan semai dilaksanakan

minggu II Juni – Minggu IV Juni 2015, penanaman minggu I Juli – minggu

III Juli 2015. Sedangkan panen minggu IV September - minggu III November

2015. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman cukup sehat dan subur,

akan tetapi permasalahan yang dihadapi petani diantaranya serangan hama

kepinding tanah, penggerek batang dan penyakit hawar daun bakteri dan

blas atau kekeringan, dapat diatasi dengan baik dan tidak bepengaruh

terhadap penurunan produktivitas yang signifikan. Adapun produktivitas padi

dengan penerapan PTT lebih tinggi dibandingkan di luar PTT, sebagaimana

disajikan dalam Tabel 62.

Tabel 62. Pelaksanaan Display/Demplot PTT Padi MT II di Lampung, 2015

No.

Poktan pelaksana Demplot

Paket teknologi

yang diterapkan1)

Produktivitas di dalam Demplot PTT

Produktivitas di luar Demplot (petani sekitar

demplot)

Varietas (ku/ha) Varietas (ku/ha)

1 Tri Tunggal 3, Desa Adirejo, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8

Inpari 26, Inpari 30

66,00 71,44

Ciherang 61,00

2 Karya Sari, Desa Dadi Sari, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Tanggamus

1, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Inpari 26 Inpari 30

78,0 75,8

Ciherang 76,0

Rata-rata 72,81 68,50

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 88

2. Pendampingan kawasan ubi kayu

Pendampingan kawasan ubikayu ini dilakukan dengan 2 (dua) metoda,

yaitu pelatihan dan temu lapang. Pelatihan petani dilaksanakan di 3 (tiga)

lokasi yaitu di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung tengah , dan Lampung

Timur. Secara rinci tempat, tanggal pelaksanaan , materi pelatihan yang

disampaikan dan jumlah peserta dapat dilihat pada tabel 63.

Tabel 63. Tempat, waktu, materi dan jumlah peserta pelatihan PTT ubi kayu

No Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta (orang)

1. Kabupaten Tulang Bawang (Desa Lingai)

20 Novenber 2015

Program pengembangan ubi kayu di Tulang Bawang

PTT Ubikayu Dinamika

Kelompok

40

2. Kabupaten Lampung Tengah (Desa Bandar Sakti)

25 Novemver 2015

Program pengembangan ubi kayu di Lampung Tengah

PTT Ubikayu Dinamika

Kelompok

40

3. Kabupaten Lampung Timur (Kedaton II)

03 Desember 2015

PTT Ubikayu Pengendalian

OPT

Dinamika Kelompok

40

Temu lapang hanya dilaksanakan di Desa Lingai, Kecamatan

Menggala Timur, Kabupaten Tulang Bawang. Temu lapngan ini dilaksanakan

pada tanggal 19 Desember 2015. Jumlah peserta sebanyak 120 orang, antara

lain dihadiri oleh Koordinator penyuluh dar BP4K yang mewakili BP4K, Dinas

Pertanian, BP3K, Camat Kepala Wilayah Menggala Timur, Kepala Desa dan

para petani koperator dan petani di sekitar Desa Lingai.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 89

3. Pendampingan kawasan kedelai

Sosialisasi dan pelatihan petani telah dilakukan di Desa Kekatung,

Kecamatan DenteTeladas, Kabupaten Tulang Bawang. Penanaman kedelai

pada lokasi Display 1,5 ha, dan VUB 1,5 ha. Selanjutnya dilakukan

penambahan penanaman baru seluas 3 ha.

Pelaksanaan temu lapang dilakukan pada tanggal 28 September 2015.

Temu lapang dihadiri sekitar 200 petani, BP4K, Kodim, Polsek, dan penyuluh

swadaya setempat dengan pelaksanaan di areal milik petani. Nara sumber

disampaikan oleh Kepala BP4K, BPTP, dinas pertanian setempat. Acara

meliputi sambutan, pengarahan dan diakhiri dengan panen raya. Hasil ubinan

yang didapatkan di lahan milik Pak Aeb 4 kg, Pak warto 2,7 kg, Pak ayat

3,4kg untuk varietas Anjasmoro dan 1,5 kg untuk varietas Grobogan.

Pada MK I/2015 rata-rata lahan sawah petani mengalami kekeringan.

Hal ini menyebabkan masalah baik pada lahan sawah yang telah ditanamani

(Pertumbuhan tidak optimal) maupun berdampak pada penundaan waktu

tanam pada lahan yang belum diolah karena tidak mendapatkan jatah air.

Namun kalau hujan lahan akan terendam air. Kondisi areal juga dengan air

laut, sehingga salinitas tinggi. Jika kemarau air parit/got asin, sehingga sulit

untuk dilakukan pompanisasi. Pertanaman kedlai juga ada yang mengalami

serangan hama penyakit. Selain itu petani juga mengalami kendala

kelangkaan pupuk NPK Phonska.

Masalah kekeringan yang dihadapi petani diatasi dengan melakukan

pompanisasi selama konsidi air tidak tercampur dengan air laut. Sedangkan

umumnya lahan demplot hanya mengandalkan hujan karena air di selokan

tidak dapat digunakan. Pengendalian hama sudah dilakukan dengan

pengendalian PHT. Kondisi kelangkaan pupuk NPK Phonska telah diatasi

dengan menggunakan pupuk alternatif yang tersedia atau menggunakan

pupuk SP-36 dan KCl tetapi tidak sesuai dengan dosis rekomendasi.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 90

H. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional Tanaman Hortikultura

Dari hasil koordinasi didapatkan lokasi-lokasi kawasan yang akan di

dampingi sebagai berikut :

Tabel 64. Lokasi kawasan pengembangan cabi merah, bawang merah dan

jeruk yang akan didampingi

No Komoditi Tempat Kel. Tani Luas (ha)

1. Cabai

merah

a. Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan

Kalirejo, Desa Watu Agung

Agung

Makmur III

10

b. Kabupaten

Tanggamus. Kecamatan

Sumberejo, Desa Simpang kanan

Tani Maju 1

c. Kabupaten Lampung

Selatan. Kecamatan Ketapang, Desa Tri

Dharmayoga

Karya Bakti II 1

d. Kabupaten Mesuji. Kecamatan Tanjung

Raya, Desa Tanjung Sari

Karya Sari 10

e. Kabupaten

Pesawaran. Kecamatan Padang

Cermin, Desa Gayau

Mulya Tani 5

f. Kabupaten Pringsewu.

Kecamatan Pardasuka, Desa

Sukorejo

Mangga 8

2 Bawang

Merah

g. Kabupaten Lampung Tengah. Kecamatan

Kalirejo, Desa Sri

Purnomo

Barokah 1

h. Kabupaten

Tanggamus. Kecamatan

Sumberejo, Desa

Margodadi

Kuntum

Mekar

5

i. Kabupaten Lampung

Selatan. Kecamatan

Ketapang, Desa Pematang Pasir

Tri Karya

Makmur

2

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 91

j. Kodya Metro,

Kecamatan Metro Utara, Desa Purwo

Asri

Sri Mentani 1

3. Jeruk k. Kabupaten Way kanan. Kecamatan

Negeri Agung, Desa Tanjung Rejo

Harapan

Mulya/ Sinar

Makmur

25

l. Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan

Tanjung Sari, Desa

Mulyo Sari

Suka Rukun 5

Demplot kegiatan cabai merah ditujukan untuk penanaman cabai

merah pada lahan kering. Kegiatan ini untuk mendampingi kegiatan Dinas

Tanaman Pangan dan Hortikultura yaitu gerakan tanam cabai di lahan kering

(GTCK) Luasan demplot 0,25 ha. Penanaman cabai merah dimulai pada

tanggal 21 November 2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan

adalah sebagai berikut :

Tabel 65. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan tanaman Cabai No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan

1. Varietas yang digunakan adalah varietas hibrida seperti Lado, Taro, TM, yang dibeli pada kios saprodi.

2. Pengolahan tanah sempurna yaitu pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan

3. Persemaian dilakukan dengan menyebar langsung bibit pada plastik kantong plastik kecil.

Sebelum disemai, benih direndam dahulu dalam air hangat (50°C) atau larutan Previcur N (1 cc/l) selama satu jam. Benih disebar secara merata pada bedengan persemaian dengan media berupa campuran tanah dan pupuk kandang/kompos (1:1), kemudian ditutup dengan daun pisang selama 2-3 hari. Bedengan persemaian diberi naungan/atap dari screen/kasa/plastik transparan kemudian persemaian ditutup dengan screen untuk menghindari serangan OPT. Setelah berumur 7-8 hari, bibit dipindahkan kedalam bumbunan daun pisang/pot plastik dengan media yang sama (tanah dan pupuk kandang steril). Penyiraman dilakukan setiap hari. Bibit siap ditanam di lapangan setelah berumur 4-5 minggu.

4. Cara dan sistem tanam Jarak tanam yang

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 92

digunakan 50x50 cm, tanaman cabai ditanam secara tumpang sari dengan tanaman sayuran lain seperti sawi. Budidaya dilakukan di lahan kering dengan pola tanam cabai, jagung.

5. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, urea 400 kg/ha pada umur 3 MST, SP36 400 kg umur 3 MST, dan NPK diberikan dua kali umur 6 MST sebanyak 60 kg dan umur 9 MST sebanyak 60 kg/ha.

Pupuk kandang ayam 30 – 40 ton/ha dan NPK 15:15:15 sebanyak 700 kg/ha diberikan seminggu sebelum tanam dengan cara disebar dan diaduk secara rata dengan tanah. Pupuk susulan diberikan dalam bentuk pupuk NPK 15:15:15 yang dicairkan (1,5-2 g/l air), dengan volume semprot 4000 l larutan/ha. Pupuk tersebut diberikan

mulai umur 6 minggu sebelum tanam dan diulang tiap 10-15 hari sekali.

6. Penyiangan gulma dilakukan dengan menggunakan Herbisida sebanyak 3 kali yaitu umur 20, 40, dan 70 MST dengan herbisida Roundap. Pengendalian hama penyakit dilakukan dengan penyemprotan dengan pestisida antara lain Pastak, regen, dimolis, deger, pegasus, dithan, victori. Belum menggunkan pestisida nabati.

Mulsa digunakan untuk menjaga kelembaban, kestabilan mikroba tanah, mengurangi pencucian unsur hara oleh hujan dan mengurangi serangan hama. Mulsa dapat berupa jerami setebal 5 cm (10 ton/ha) pada musim kemarau, yang diberikan dua minggu setelah tanam atau berupa mulsa plastik hitam perak untuk musim kemarau dan musim hujan. Penyulaman dilakukan paling lambat 1–2 minggu setelah tanam untuk mengganti bibit yang mati atau sakit. Pengairan diberikan dengan cara dileb (digenangi) atau dengan disiram

perlubang. Penggemburan tanah atau pendangiran dilakukan bersamaan dengan pemupukan kedua atau pemupukan susulan. Pemberian ajir dilakukan untuk menopang berdirinya tanaman. Tunas air yang tumbuh di bawah cabang utama sebaiknya dipangkas. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.

Penanaman bawang merah dimulai pada tanggal akhir Nopember

2015. Teknologi eksisting dan teknologi perbaikan adalah sebagai berikut:

Tabel 66. Hasil FGD untuk menentukan teknologi eksisting dan tekonolgi yang perlu diperbaiki pada demplot bawang merah

No Teknologi eksisting Teknologi perbaikan

1. Varietas yang digunakan adalah varietas Bima brebes dibeli pada petani di brebes, tidak bersertifikat.

Selain Bima juga di tanam varietas Pikatan dan mentes. Umbi yang baik untuk bibit harus berasal dari tanaman yang sudah sukup tua umurnya, yaitu sekitar 60-90 hari setelah tanam

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 93

(tergantung varietas). Umbi sebaiknya berukuran sedang (5-10 g). Penampilan umbi bibit harus segar dan sehat, bernas (padat, tidak keriput), dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit sudah siap ditanam apabila telah disimpan selama 2–4 bulan sejak panen, dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah menyimpannya dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan pengasapan.

2. Pengolahan tanah sempurna yaitu

pembajakan sampai gembur, kemudian pembuatan bedengan

3. Cara dan sistem tanam dengan menanam langsung bibit di bedengan. Jarak tanam yang digunakan 15x15 cm. Budidaya dilakukan di lahan sawah dengan pola tanam bawang, padi.

Bibit yang siap tanam dirompes, pemotongan ujung bibit hanya dilakukan apabila bibit bawang merah belum siap benar ditanam (pertumbuhan tunas dalam umbi 80%). Tujuan pemotongan umbi bibit adalah untuk memecahkan masa dormansi dan mempercepat pertumbuhan tunas tanaman.

4. Pupuk yang digunakan, pupuk dasar yaitu pupuk kandang 5 ton/ha, SP36 100 kg/ha, dan NPK diberikan sebanyak 100 kg/ha.

Pemupukan terdiri dari pupuk dasar dan pupuk susulan. Pupuk dasar berupa pupuk buatan TSP (90 kg P

2O

5/ha) disebar serta diaduk rata

dengan tanah satu sampai tiga hari

sebelum tanam. Pupuk susulan berupa 180 kg N/ha (½ N Urea + ½ N ZA) dan K

2O (50-100 kg/ha). Pemupukan

susulan I dilakukan pada umur 10-15 hari setelah tanam dan susulan II pada umur 1 bulan setelah tanam, masing-masing ½ dosis

5. Pemeliharaan penyiangan gulma dilekukan dengan menggunakan herbisida, penyiraman dilakukan dua kali sehari pagi dan sore, serta waktu setelah turun hujan.

Pertanaman di lahan bekas sawah memerlukan penyiraman yang cukup dalam keadaan terik matahari. Di musim kemarau, biasanya disiram satu kali sehari pada pagi atau sore hari sejak tanam sampai umur menjelang panen. Penyiraman yang dilakukan pada musim hujanhanya ditujukan untuk membilas daun tanaman, dari

tanah yang menempel pada daun bawang merah. Pada bawang merah periode kritis karena kekurangan air terjadi saat pembentukan umbi, sehingga dapat menurunkan produksi. Untuk mengatasi masalah ini perlu pengaturan ketinggian muka air tanah (khusus pada lahan bekas sawah) dan frekuensi pemberian air pada tanaman

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 94

bawang merah. Pertumbuhan gulma pada pertanaman bawang merah yang masih muda sampai umur 2 minggu sangat cepat. Oleh karena itu penyiangan merupakan suatu keharusan dan sangat efektif untuk mengurangi kompetisi dengan gulma. Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan kaidah PHT.

Untuk kegiatan pendampingn jeruk dilakukan super impose di lahan

petani dengan melakukan perbaikan khususnya dalam mengendalian penyakit

busuk diplodia.

Tabel 67. Pelatihan petani pada lokasi pengembangan kawasan hortikulktura Waktu Tempat Peserta Bentuk Kegiatan

(Nara sumber)

11Agustus 2015 Kantor BP3K, Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

13 Agustus 2015

Balai Desa Simpang Kanan, Kecamatan Sumberejo Kabupaten Tanggamus

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan petani Cabai Merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah)

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 95

27Agustus 2015 Kantor BP3K, Kecamatan Ketapang Kabupaten Lampung Selatan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra Bawang Merah dan cabai, sertapetani Calon penangkar bawang merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

17September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mulya Tani (Bapak Slamet). Desa Gayau, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah.

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.

3. Jaelani dengan judul “PHT Cabai Merah”

28 September 2015

Rumah ketua kelompok tani Mangga 2, (Bapak Soitun). Desa Sukorejo, Kec. Pardasuka, Kab. Pringsewu.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

Pelatihan petaniCabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Danarsi Diptaningsari, SP, MSi dengan judul “Budidaya Cabai Merah”.

3. Ir. Jamhari HP, MP, dengan judul “Agribisnis Cabai Merah”

01 Oktober 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Tanjung Raya Kabupaten Mesuji

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra cabai merah

Pelatihan petani Bawang Merah dan Cabai Merah. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Cabai Merah “

2. Dede Rohayana, SP “ Budiya Cabai Merah Spesifik Lokasi “

3. Daliman SP “Praktek lapang Budidaya Bawang Merah).

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 96

08 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Suka Rukun, (Bapak Suwarto). Desa Mulyosari, Kec. Tanjung Sari, Kab. Lampung Selatan.

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.

Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “

2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “

3. Ir. Jamhari HP, MS “Agribisnis Jeruk”.

22 Oktober 2015

Rumah ketua kelompok tani Harapan Mulya, (Bapak Mahpuddin). Desa Tanjung Rejo, Kec. Negeri Agung, Kab. Way Kanan

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan jeruk.

Pelatihan petaniJeruk. Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT tanaman jeruk dan pengendaliannya “

2. Ir. Firdausil AB, MS “ Budiya Jeruk Sehat “

11 November 2015

Kantor BP3K, Kecamatan Metro Utara Kodya Metro

Petugas/ Penyuluh Pertanian, Petani sentra pengembangan Bawang Merah

Pelatihan petani Bawang Merah Narasumber BPTP Lampung :

1. Dr. Nila Wardani dgn judul “ OPT Bawang Merah “

2. Dra. Nina Mulyanti “Budidaya Bawang Merah).

I. Pendampingan Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Tanaman Perkebunan Pendampingan kawasan tanaman perkebunan tebu dilaksanakan

dengan mengadakan pelatihan teknologi tebu terpadu dan pembuatan

demplot tebu rawat ratoon dengan budidaya intensif.

1. Pelatihan

Pelatihan petani dilaksanakan di laksanakan di 3 (tiga) lokasi yaitu:

desa Candi Rejo, desa Purnama Tunggal dan desa Tanjung Ratu Ilir

Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah yang merupakan

kawasan pengembangan tanaman tebu. Secara rinci kegiatan pelatihan

tersebut dapat dilihat pada tabel 68.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 97

Tabel 68. Kegiatan Pelatihan Tebu

No. Tempat Waktu Materi Jumlah Peserta

1. Desa Candi Rejo

4 September 2015 Praktek pembuatan KBI (Kebun Bibit Induk) tanaman tebu G2

15 orang

2. Desa Purnama Tunggal

19, 20, 23, 26 Nopember 2015

Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos

35 orang

3. Tanjung Ratu Ilir

30 Nopember, 4, 7 dan 10 Desember 2015

Persiapan/pengolahan tanah, pemilihan bibit tebu, penanaman tebu, pemupukan, pengairan, pemeliharaan taanaman pengendalian organisme pengganggu tanaman, panen, tebang muat angkut (TMA), kelembagaan petani dan praktek pembuatan kompos

35 orang

2. Demplot tebu

Pendampingan teknologi melalui demplot PTT tebu dilakukan pada

areal seluas 1 ha di tengah hamparan perkebunan tebu rakyat. Demplot

dibuat untuk mempraktekkan teknologi tebu rawat ratoon dengan budidaya

tebu secara intensif. Lokasi demplot di desa Candi Rejo Kecamatan Way

Pengubuan, Lampung Tengah.

J. Pendampingan KRPL di Provinsi Lampung

Pelaksanaan Pendampingan dalam bentuk pelatihan teknologi telah

dilakukan di Desa Campang, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus

serta Desa Sidodadi, Kecamatan Way Lima, Kabupaten Pesawaran.

Peserta pelatihan berjumlah masing-masing 125 orang untuk Desa

Campang, Kecamatan Gisting dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2KP

sebanyak 80 orang yang berasal dari Desa Sidorejo, Campang 2, Gunung

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 98

Alif, Tekad Pulpa, Sumber rejo, Gisting, Pulau panggung, Kalibening,

Margodadi. Sedangkan peserta pelatihan di Desa Sidodadi, Kecamatan Way

lima berjumlah 125 orang dengan melibatkan anggota KWT KRPL P2 KP

yang berada di Desa Tanjung Rejo , Kutoarjo, Karang Rejo, Kedondong,

Way Khilau, Kota Jawa, Kuripan, Sediyamaju, Bagelen, Purworwjo, Gerning

dan Desa Purworejo serta petugas /penyuluh pendamping masing-masing

Desa.

Materi pelatihan disesuaikan dengan kebutuhan/permintaan

Kabupaten/Kota setempat meliputi: Penumbuhan koperasi, teknologi

budidaya ayam dan bebek; Teknologi pembuatan kompos dan Pembuatan

pestisida nabati, Motivasi kelompok, Pengendalian hama dan penyakit

sayuran, Mengenal manfaat buah manggis dan Teknologi pembuatan keripik

pisang dan ubijalar aneka rasa.

Untuk meningkatkan pengetahuan anggota KWT KRPL dan anggota

KWT binaan P2KP, saat pertemuan kelompok diberikan beberapa materi yang

dibutuhkan oleh anggota antara lain: Manajemen kelembagaan, Budidaya

ayam KUB, Teknologi pengolahan pangan berbahan dasar ubikayu dan ubi

jalar, Perbenihan bawang merah dan cabai, Teknik Pengemasan dan

pelabelan hasil pangan serta pembuatan mol.

Penyebaran teknologi juga dilakukan melalui media cetak leaflet,

brosur dan buku-buku ke BP3K, penyuluh pendamping dan anggota KWT.

Pelatihan teknologi mendapat respon positif dari BKP setempat dan

anggota KWT KRPL P2KP dan diharapkan pendampingan oleh BPTP tetap

berkelanjutan.

K. Kalender Tanam (KATAM)

Sosialisasi Katam dilakukan di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat,

Pringsewu, Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar

Lampung. Peserta adalah penyuluh pertanian (BP4K dan BP3K), KUPT Dinas

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 99

Pertanian yang berasal dari setiap Kecamatan dan juga perwakilan petani

yang tergabung di dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil

sosialisasi Katam di Kabupaten Way Kanan, Pesisir Barat, Pringsewu,

Lampung Timur, Tanggamus, Lampung Selatan dan Bandar Lampung. Materi

yang disampaikan dalam sosialisasi adalah teknologi yang terintegrasi dalam

Katam, yang meliputi waktu tanam potensial, rekomendasi varietas,

rekomendasi pemupukan, informasi kekeringan dan kebanjiran, Informasi

Organisasi Pengganggu Tanaman (OPT), informasi ketersediaan alsintan dan

informasi Standing crop. Sosialisasi dilakukan melalui presentasi, leaflet, dan

CD yang memuat informasi sistem kalender tanam terpadu. Sosialisasi juga

dilakukan melalui media televisi, yaitu TVRI Lampung.

Tabel 69. Kegiatan Sosialisasi Katam Terpadu Tahun 2015 di Lampung.

No.

Lokasi Pelaksanaan Sosialisasi Kehadiran (Jumlah Orang) Jumlah

BP3K Yang

Hadir Kabupaten

Jumlah

Kecamatan Penyuluh* Dinas Petani

Lembaga

Lain

1. Way Kanan 14 14 15 - Kodim (1) 14

2. Pesisir Barat 11 40 14 - BPTPH (1) 11

3. Pringsewu 9 33 2 - BPTPH (1) 9

4. Lampung Timur 24 12 2 60 BPTPH (1) 2

5 Tanggamus 3 30 6 60 BPTPH (1) 3

6 Lampung Selatan 17 17 19 - - 17

7 Bandar Lampung 20 83 - 37 - 20

Verifikasi dilakukan di 8 (delapan) kecamatan di Kabupaten Pringsewu

yaiu : kecamatan Pagelaran, Pringsewu, Gading Rejo, Pardasuka, Ambarawa,

Adiluwih, Banyumas dan Sukoharjo. Verifikasi dilakukan terhadap

rekomendasi pupuk N, P dan K dalam sistem informasi Katam dengan cara

mengamati status hara N, P dan K menggunakan perangkat uji tanah sawah

(PUTS). Hasil pengamatan status hara N, P dan K tersebut, digunakan untuk

menentukan dosis pupuk padi sawah di masing-masing kecamatan yang

diverifikasi. Dosis pupuk berdasarkan status hara digunakan untuk merevisi

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 100

atau melakukan perbaikan rekomendasi pupuk yang ada di Sistem Informasi

Katam. Data hasil pengamatan status hara menggunakan perangkat uji tanah

sawah (PUTS), serta rekomendasi pupuk sesuai status hara disajikan pada

Tabel berikut.

Tabel 70. Hasil Pengamatan Status Hara N, P dan K menggunakan Perangkat

Uji Tanah Sawah dan Rekomendasi Dosis Pupuk per Kecamatan di

Pringsewu.

Nama Lokasi

Status Hara dan Dosis pupuk (kg/ha)

Status N

Dosis

Urea

(kg/ha)

Status P

Dosis

SP36

(kg/ha)

Status K Dosis KCl

(kg/ha)

Kec. Pagelaran Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Kec. Pardasuka Rendah 300 Rendah 100 Sedang 75

Kec. Sukoharjo Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50

Kec. Banyumas Rendah 300 Tinggi 50 Tinggi 50

Kec. Adiluwih Rendah 300 Tinggi 50 Rendah 100

Kec. Pringsewu Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Kec. Gading

Rejo Rendah 300 Tinggi 50 Sedang

75

Kec. Ambarawa Rendah 300 Tinggi 50 Sedang 75

Data status hara pada Tabel 70 tersebut di atas dijadikan dasar untuk

melakukan perbaikan rekomendasi dosis pupuk pada sistem informasi Katam

terpadu. Perbaikan rekomendasi dosis pupuk dalam sistem informasi Katam

disajikan pada Tabel 71.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 101

Tabel 71. Perbaikan rekomendasi pupuk pada sistem informasi Katam

berdasarkan hasil verifikasi status hara.

Kecamatan

Pupuk Urea

(kg/ha)

Pupuk SP36

(kg/ha) Pupuk KCl (kg/ha)

Lama Baru Lama Baru Lama Baru

Pagelaran 250 300 50 50 50 75

Pardasuka 250 300 50 100 50 75

Sukoharjo 250 300 100 50 50 50

Banyumas 250 300 100 50 50 50

Adiluwih 250 300 100 50 50 100

Pringsewu 250 300 50 50 50 75

Gading Rejo 250 300 50 50 50 75

Ambarawa 250 300 50 50 100 75

Keterangan :

a. ”Lama” adalah rekomendasi dosis pupuk yang sudah tersedia dalam

Sistem Informasi Katam.

b. ”Baru” adalah perbaikan rekomendasi dosis pupuk berdasarkan status

hara tanah.

L. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi, Bimbingan dan Dukungan Teknologi UPSUS, PJK, ASP dan Komoditas Utama Kementan

Koordinasi tim pembina dan pendamping Upsus PJK dilaksanakan

terutama di 5 kabupaten yang menjadi tanggung jawab BPTP Lampung yaitu

di Way kanan, Tulang Bawang, Tulang Bawang Barat, Lampung Utara dan

Pringsewu. Tim pembina antara lain Dinas Pertanian kabupaten, BP4K,

Komandan Kodim, Kepala BP3K, Ka UPTD Pertanian, Dinas PU dan instansi

terkait lannya. Dalam koordinasi tersebut antara lain dibahas tentang target

luas tanam di masing-masing kabupaten, permasalahan dalam pelaksanaan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 102

Upsus PJK dan pemecahannya. Selain dilakukan di tingkat kabupaten,

koordinasi juga dilakukan di tingkat provinsi.

Realiasi tanam padi di Provinsi lampung bulan April s.d. Minggu I

September 2015 mencapai luas 248.607 ha (75,01% dari target MT 2015

seluas 331.440 ha). Luas panen, produktivitas, dan produksi padi di Provinsi

Lampung tahun 2015 menurut ARAM II 2015 BPS berturut-turut 680.217 ha,

52,57 ku/ha dan 3.641.767 ton. Pengembangan jaringan irigasi dengan

volume kegiatan seluas 22.900 ha secara fisik telah selesai 100%.

Total keringan tanaman padi di Provinsi Lampung berdasarkan laporan

BPTPH Provinsi lampungt tanggal 1 September 2015, terkena kekeringan

seluas 30.705 ha (puso 6.517 ha). Pertanaman yang mengalami kekeringan

terluas terjadi di Kabupaten : Mesuji (7.437 ha), lampung Selatan (5.505 ha),

Lampung Tengah (3.720 ha), Tualnag Bawang (2.832 ha), Pesawaran (2.232

ha), Tulang Bawang barat (1.855 ha), Pesisir barat (1.300 ha), Pringsewu

(1.288 ha, Way kanan (1.101 ha), dan lampung Barat (1.015 ha)

Langkah-langkah yang telah dan akan dilakukan dalam menanggulangi

dampakm kekeringan antara lain: Pemanfaatan sumber air melalui

optimalisasi pompa air yang ada, mobiliasasi pompa air khususnya pada

derah-daerah yang masih memiliki sumber air, mengajukan usulan

pengadaan pompa air untuk mengoptimalkan sumber air yang ada, dan

diusulkan agar memanfaatkan dana corporate social responsibility (CSR) dan

dan APBD Provinsi Lampung.

M. Koordinasi Pendampingan PUAP

Hasil rekapitulasi RUB Gapoktan PUAP 2015 menunjukkan bahwa 86,09

% digunakan untuk mendukung usaha agribisnis budidaya tanaman dan

ternak, serta 13,91 % untuk mendukung usaha agribisnis non budidaya. Dari

total BLM-PUAP Provinsi Lampung 2015, alokasi dana untuk mendukung

usaha agribisnis budidaya tanaman pangan mencapai 57,80 %, budidaya

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 103

perkebunan 17,68 %, budidaya peternakan 6,66 %, dan budidaya

hortikultura 3,95 %. Alokasi dana BLM-PUAP untuk mendukung kegiatan

agribisnis non budidaya meliputi kegiatan usaha pemasaran hasil pertanian

skala rumah tangga sebesar 11,86 %, usaha industri rumah tangga skala

kecil 1,82 %, dan mendukung usaha lain berbasis pertanian sebesar 0,23 %

dari total dana BLM-PUAP 2014.

N. Agro Sains Park Kebun Percobaan Natar

Sasaran output utama TSP Natar ada 3 yaitu (a) Tersedianya

teknologi yang dibutuhkan oleh masyarakat di lokasi TSP, (b)

Tersedianya pelatihan/ magang bagi penyuluh/TOT, (c) Terpenuhinya

biaya operasional TSP secara mandiri.

Dari hasil diskusi (FGD) dan kajian-kajian inovasi teknologi terdahulu

berkaitan usahatani komoditas yang akan diusahakan maka berbagai jenis

komoditas yang direncanakan untuk diusahakan di TSP Natar berupa

komoditas tanaman pangan, tanaman hortikultura, tanaman perkebunan dan

industri, serta komoditas hasil peternakan. Komoditas potensial tersebut

dipilih yang memberikan prospek keuntungan dalam berbisnis. Komoditas

tersebut secara kajian harus sesuai dan berbasis pada lahan kering masam di

Lampung. Adapun komoditas yang potensial dan jenis produknya yang akan

diusahakan di TSP Natar, Lampung seperti disajikan pada Tabel berikut.

Tabel 72. Komoditas Terpilih dan Potensial Untuk Diusahakan di TSP Natar, Lampung berbasis Lahan Kering Masam.

No Komoditi Output Komersial Sistem Pengelolaan

A. Tanaman Pangan

1. Padi Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis Display: varietas, amelioran, pupuk , pola tanam

2. Jagung Benih dan pipilan Produksi/UPBS/Bisnis varietas, amelioran, pupuk , pola tanam

3. Kedele Benih unggul Produksi/UPBS/Bisnis varietas

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 104

4. Ubikayu Bibit unggul Display: varietas, pola tanam

B. Tanaman Hortikultura

1. Cabai merah Benih dan buah segar

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

2. Bawang merah Benih dan umbi Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Sayuran hijau Daun segar Produksi/Display inovasi teknologi

4. Jeruk Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

5. Buah Naga Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

6. Pepaya dan Nanas Buah segar Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi tumpangsari

C. Tanaman Perkebunan

1. Kopi Bibit (entres), biji kering

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi, varietas

2. Kakao Bibit (entres), biji kering

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Lada Bibit, biji kering Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

4. Panili Bibit, produk buah Display inovasi teknologi

D. Peternakan

1. Sapi Bibit,penggemukan, kompos

Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

2. Kambing Unggul Daerah

Susu Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

3. Ayam KUB Telur, daging Produksi/Bisnis/ Display inovasi teknologi

4. Pakan Teknologi Produksi/Display inovasi teknologi

Kawasan Taman Sains Pertanian Natar dibangun dengan potensi

lahan kering masam pada areal seluas ±60 ha. Pada tahun 2015

dilaksanakan perencanaan dan pembangunan fisik bangunan sarana

prasarana TSP, serta implementasi teknologi melalui penanaman berbagai

komoditas. Bangunan sarana dan prasarana yang dibangun pada areal depan

kawasan TSP yaitu bangunan kantor, gedung sarana diseminasi/display dan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 105

gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian. Kandang ternak sapi dan ayam

dibangun di areal tengah TSP. Pada areal belakang dibuat pencetakan

embung. Komoditas yang dikembangkan di TSP Natar di antaranya komoditas

tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), tanaman hortikultura (cabai,

bawang merah, buah naga, jeruk, salak, nanas, papaya, dan sayuran

lainnya), komoditas tanaman perkebunan (lada, kakao, kopi, vanili, tebu),

tanaman biofarmaka (jahe), tanaman SDG (durian, manggis, alpukat), dan

peternakan (sapi, ayam).

Pembangunan sarana dan prasarana kegiatan TSP Natar saat ini telah

dilaksanakan 100% dengan kontrak yang berakhir per 31 Desember 2015.

Bangunan sarana prasarana dan renovasi yang dilaksanakan pada tahun

2015 yaitu:

- Pembangunan gedung diseminasi dan display

- Pembangunan gedung Pusat Pelatihan Teknologi Pertanian

- Pembangunan kandang ternak dan rumah pakan

- Pembangunan rumah kasa (screen house)

- Pembuatan instalasi biogas

- Pembangunan rumah kompos

- Pembangunan rumah jaga

- Pembangunan pintu gerbang, gardu pandang

- Pembangunan kandang ayam, pagar kandang, ruang pakan jaga dan

pengolahan

- Pembangunan bak penampungan air

- Pembuatan saung tani

- Renovasi gedung sarana ibadah

- Renovasi ruang kantor manager dan pegawai

- Renovasi bangunan pascapanen

- Renovasi gudang penyimpanan

- Renovasi lantai jemur

- Renovasi green house

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 106

- Pencetakan embung

- Pembuatan jaringan system irigasi dan drainase

- Rehabilitasi jalan lokasi TSP

Sosialisasi dan diseminasi TSP yang telah dilakukan sampai saat ini

antara lain:

- Acara FGD mengundang dinas dan seluruh karyawan BPTP Lampung.

Acara ini merupakan acara sosialisasi kegiatan TSP.

- Acara FGD Progres TSP dilaksanakan dengan mengundang dinas/instansi

terkait antara lain Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Balitbangnovda

Provinsi Lampung, Bakorluh, Perguruan Tinggi dari Universitas Lampung

dan Politeknik Negeri Lampung. Respon dinas/instansi terkait sangat

positif menyambut dibangunnya TSP di Lampung. Beberapa masukan

terkait perkembangan TSP dan kerjasama antar instansi disampaikan

dalam pertemuan ini.

- Diseminasi melalui media elektronik yaitu liputan dari TVRI mengenai

seluk beluk dan progress TSP Natar, bangunan dan kegiatan teknis TS.

Dalam acara ini turut diwawancarai beberapa penanggung

jawab/koordinator lapangan kegiatan TSP, termasuk kegiatan hortikutura

dan peternakan. Acara ini telah ditayangkan selama 4 hari berturut-turut

di TVRI Lampung.

Kunjungan ke lokasi TSP Natar sampai saat ini adalah dari tamu pusat dan

daerah, berupa kunjungan dalam rangka sosialisasi TSP dan monitoring

kemajuan/perkembangan TSP. Kegiatan pelatihan sampai saat ini belum

dilaksanakan karena bangunan dan sarana diseminasi baru selesai

pembangunannya pada Desember 2015. Rencana untuk kegiatan pelatihan

dan diseminasi akan diintensifkan pada tahun 2016.

O. UPBS PADI

Untuk menghasilkan benih padi unggul sebesar 76 ton, telah

dilakukan penangkaran di empat Kabupaten seluas 80 ha, namun 2ha gagal

panen karena kebanjiran. Penanaman dimulai Januari-Juni 2015 dengan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 107

rincian luasan penangkaran berdasarkan varietas dan kelas benih yang

diproduksi masing-masing lokasi disajikan pada Tabel 3.

Tabel 73. Lokasi dan luas penangkaran varietas padi, kegiatan UPBS 2015 Varietas/Kelas Benih

Padi Bermutu Lokasi dan Luas Penangkaran (ha)

Lampung Tengah

Lampung Timur

Tanggamus KP Natar Lpg-Sel.

Kelas FS : Inpari 26 Inpari 29 Inpari 30 Inpari 31 Inpari 32 Inpari 33 Inpara 2

2 1 1 1 1 1 1

Kelas SS:Inpari 10 Inpari 22 Inpari 23 Inpago 8 Situ Bagendit

10 5 1 0

11 5 5 11

19 1

2* 0,5 1,5

Jumlah (ha) 24 32 20 4

*) Kebanjiran: Fuso Gagal panen

Kondisi Pertanaman.

Kegiatan produksi benih padi UPBS BPTP Lampung 2015 sudah

dilakukan penanaman pada ketiga kabupaten (Lampung Timur, Lampung

Tengah, dan Natar-Lampung Selatan) seluas 80 ha. Penanaman yang di

Tanggamus 20 ha dilakukan paling akhir yaitu baru tanam pada Juli 2015.

Pertumbuhan tanaman di Lampung Timur dan Lampung Tengah cukup baik,

namun yang di KP Natar- Lampung Selatan dua ha varietas Inpari 23

tergenang/kebanjiran (tidak dapat terselamatkan) sehingga fuso gagal

panen, sedangkan yang padi gogo (Inpago 8 dan Situ Bagendit) yang

ditanam di lahan kering pertumbuhan tanaman juga kurang baik

Produksi Benih Padi

Untuk pencapaian target prduksi 36 ton diproduksi pada 36 ha di

lahan petani Lampung Timur dan Lampung Tengah, dan tinggal 2 ha dari

Kebun Percobaan Natar, yang sudah panen menghasilkan calon benih dan

menjadi benih baru 37 ha, 12 ha pertanaman di Lampung Timur, 23 ha

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 108

pertanaman di Lampung Tengah, dan 2 ha dari KP Natar- Lampung Selatan

yang 2ha tidak panen (kebanjiran). Rata-rata hasil prosesing calon benih

yang dihasilkan di Lampung Timur dan Lampung Tengah, menghasilkan

benih sebanyak 70% yang siap disertifikasi, kecuali yang dihasilkan dari KP

Natar-Lampung Selatan masih dibawah 60% (Tabel 4). Berdasarkan produksi

benih yang ditargetkan pada tahap I (36 ton), hasil ini (36804kg atau 36,804

ton) sebenarnya sudah memenuhi target, terutama untuk benih kelas FS

sebesar 7403 kg dari 6000 kg yang ditargetkan, namun sesudah prosesing dan

hasil uji laboratorium oleh BPSB menjadi 23,347ton(Tabel 74).

Tabel 74. Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian target 36 ton benih per Juni 2015.

Penangkaran

VUB Padi

Hasil Prosesing Benih

Calon

Benih(kg)

benih yang disertifikasi(kg)

Persentase hasil benih

yang disertifikasi(%)

Di Lampung Tengah

Inpari 26 (2 ha) Inpari 29 (1 ha)

Inpari 30 (1 ha) Inpari 31 (1 ha)

Inpari 32 (1 ha)

Inpari 33 (1 ha) Inpari 10 (10 ha)

Inpari 22 (5 ha)

Inpari 23 (1 ha)

Inpara 2

2436 300

1791 518

1381

977 10 843

4437

558

677

1601 223

1001 353

955

769 9513

(yg lulus 5599) 2191(TL)

237

542

65,72 74,33

55,89 68,15

69,15

78,71 87,73

49,38

42,47

80,06

kDi Lampung Timur

Inpari 10 (1ha) Inpari 23 (1ha)

Inpago 8 (10 ha)

1004 1034

10375

720 710

7520

71,71 68,66

72,48

Rata-rata: 70,95%

Di KP Natar-

Lampung Selatan

Inpago (0,5ha) SituBagendit(1,5ha)

473 1012

231 700

48,83 69,17

Rata-rata: 59%

Total 36804 23.347 63,44

Peningkatan Produk Benih 40 ton

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 109

Penambahan target produksi 40 ton benih kelas SS dilakukan

penangkaran seluas 40 ha pada dua lokasi, yaitu 20 ha di Lampung Timur(Desa

Tanjung Intan Kecamatan Purbolinggo) dan 20 ha di Tanggamus (Desa

Penantian Kecamatan Pulo Panggung). Berdasarkan tambahan target produksi

benih yang ditargetkan (40 ton), hasil yang dicapai dan menjadi bagian untuk

UPBS BPTP sekitar 37 ton, sejumlah 3 ton tidak tercapai karena hampir tiga ha

tanaman varietas Inpari 10 fuso diserang hama tikus tidak lulus uji lapang

ketiga. Namun masih ada yang disimpan di petani kelompok penangkar sekitar

7 ton, yaitu 4 ton dari kelompok tani Ngudi Makmur satu, penangkar di

Lampung Timur dan 3 ton dari kelompok tani Mekar Mukti, penangkar di

Tanggamus. Dari 37 ton calon benih bagian BPTP, diprosesing menjadi benih

yang untuk disertifikasi hanya mencapai 30.266 kg yang di UPBS BPTP atau

sekitar 30 ton, dan 7000 kg atau 7 ton lulus ,dikelola petani, total menjadi

37.266 kg (Tabel 75).

Tabel 75. Hasil benih padi dari prosesing calon benih yang dihasilkan kegiatan UPBS untuk pencapaian penambahan target produksi sebesar 40 ton

benih per November 2015.

Penangkaran

VUB Padi

Hasil Prosesing Benih

Calon Benih(kg)

benih yang disertifikasi(kg)

Persentase hasil benih yang disertifikasi(%)

Di Lampung Timur (Tanjung Inten-Pur)

Inpari 10 (10 ha)

Inpari 22 (5 ha)

Inpari 23 (4 ha)

Inpago 8 (1 ha)

6.677

5.333

4.016

1.015

5.221

4.000 Di petani 2.000

3.450 Di petani 2.000

787

78,19

75,00

80,00

77,54

Rata-rata: 77,68%

17.041 13.231+4.000

Di Tanggamus

Inpari 22 (19 ha)

Inpari 23 (1ha)

19.030

1.010

16.175 Di petani 2.000

860 Di petani 1.000

85,00

85,15 Rata-rata: 85,08%

20.040 17.035+3.000

Total 37.081* 30.266*

7.000 di petani

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 110

*). Benih Bagian UPBS BPTP Lampung, masih ada 7 ton ada dan dikelola petani (peserta kerjasama penangkaran benih padi)

Distribusi Benih

Produk benih sumber yang dihasilkan didistribusikan dalam bentuk

komersiel (dijual untuk sumber PNBP), dan utamanya adalah didiseminasi/

disebar luaskan sebagai benih bantuan. Diseminasi menyebar luaskan

/mengenalkan varietas – varietas unggul baru padi hasil penelitian Badan

Litbang Pertanian, yaitu padi Inpar (padi irigasi)i, Inpara (padi rawa) ,dan

Inpago(padi gogo). Berdasarkan produk benih hasil kegiatan tahun 2015 telah

terdistribusi selain menyebar di lokasi penangkaran (Lampung Tengah,

Lampung Timur,Tanggamus), dan di luar penangkaran, juga sampai ke luar

Provinsi Lampung, yaitu Bangka Belitung, dan Jawa Timur (Tabel 76).

Tabel 76. Produksi dan Distribusi Benih Sumber Padi Produk UPBS 2015

Varietas Benih Sumber Padi

Produk Target 36t (kg)

Produk Target 40 t (kg)

Keterangan Distribusi Benih (kg)

Inpari 10 6314 3914 (TL)

5231 1100 Pemda Babel, 810PetaniTegineneng. 625Petani Tanggamus

Inpari 22 2191(TL) 4000+ 2000 di petani 16.175+2000dipetani

2000Petn. Tanggamus 2000Petani L.Timur 90Petani L. Tengah, 20 Petani L. Selatan

Inpari 23 947 3217+ 2000 di petani 860 +1000 di petani

640 Pemda Babel, 110PetaniL. Tengah. 1070Petn.Tanggamus,2000 Petani L. Timur

Inpari 26 1601 160PetaniL. Selatan

Inpari 29 223 150Petn.Tl. Bawang 70Petani Pesawaran

Inpari 30 1001 160 Petani L. Selatan 25Petani Pringsewu. 25Petani TL.Bawang, 365 Ptn. Tanggamus

Inpari 31 353 15 Ptn. Tanggamus 15 Petani L.Tengah, 30 Petani L. Selatan

Inpari 32 955 (TL) -

Inpari 33 769 60 PetaniTanggamus 15

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 111

Petani L. Tengah

Inpara 2 542 50 Mandiri Bnh TUBA,

Inpago 8 7751 787 7100 Pemda Babel, 600PetaniJawa Timur 540Petani L. Selatan, 288 Petani L. Timur

Situ Bagendit 700 300Petani Jawa Timur, 100PetaniL. Selatan. 15 Display di BPP

Keterangan: TL= Tidak Lulus

Distribusi Komersil

Benih yang didistribusikan secara komersil/dijual sebagai sumber PNBP

BPTP Lampung Tahun 2015, antara lain berupa sisa produk benih 2014 telah

habis dan termasuk didistribusi pada Tahun 2015 , sebagian untuk diseminasi

dan yang sebagian lainnya untuk komersil menjadi sumber PNBP sebesar Rp.

9.575.000,-, terdiri atas: 210kg Inpari 10(FS) , dari kelas SS: 20kg Inpari 22,

240kg Inpari 23, 230kg Inpari 10, 140kg Inpari 19,50 kg Inpari 22, untuk kelas

ES, adalah : 160kg Inpari 10, 5 kg Inpari 13, 25kg Inpari 15, dan 375 kg Inpari

30. Sedangkan produk benih UPBS 2015 yang sudah didistribusikan adalah

benih kelas SS hasil penangkaran yang di Kabupaten Lampung Timur, yaitu :

Inpari 10 sebesar 700 kg, Inpari 23 sebesar 600 kg, dan Inpago 8 sebesar 6700

kg, dengan total 8000 kg telah terdistribusi dan dibeli oleh petani di Bangka-

Belitung sebagai PNBP sejumlah Rp. 48.000.000,- (Empat Puluh Delapan Juta

Rupiah). Juga pada tanggal 21 Sepetember 2015, telah terjual 400kg Inpari

10(SS), 400kg Inpago 8 (SS), dan 325kg Inpago 8 (FS) sebagai PNBP sejumlah

Rp. 7.725.000,-. Sehingga total PNBP dari UPBS Padi Tahun 2015 sebesar Rp.

65.300.000,-.

P. UPBS KEDELAI

Semua produksi benih sumber kedelai lulus sertifikasi Benih Pokok

(Stock Seed) dari BPSB Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung.

Varietas Panderman tidak lulus sertifikasi lapang karena pertumbuhan

tanaman rentan hama dan penyakit kedelai.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 112

Dari luas tanam kedelai seluas 22,75 hektar pada musim tanam April -

September, setelah dipanen menghasilkan produksi benih sumber kelas Benih

Pokok sebanyak 22.375 kg. Rincian produksi benih sumber menurut varietas

dan lokasi seperti Tabel dibawah ini.

Tabel 77. Produksi benih sumber menurut varietas dan lokasi

Ha % Ha % Ha % Ha %

1 Grobogan 5,250.00 67.74 2,000.00 25.81 500.00 6.45 7,750.00 100.00

2 Anjasmoro 14,625.00 100.00 - - - - 14,625.00 100.00

19,875.00 88.83 2,000.00 8.94 500.00 2.23 22,375.00 100.00

88.83 8.94 2.23 100.00 %

TotalNo. Varietas

KP. Natar KP. Tegineneng Masgar

Jumlah

Dari luas tanam 22,75 hektar dihasilkan produksi benih sumber

sebesar 22.375 kg. Hal ini berarti tingkat produktivitas lahan untuk

menghasilkan benih sumber kedelai musim tanam kemarau I (April-Juni)

sebesar 983,52 kg/ha atau 98,35 % dari target produksi benih sumber

kedelai sebesar 1.000 kg/ha. Tidak tercapainya target produksi per satuan

luas ini karena selama masa pertumbuhan tanaman kedelai mengalami

cekaman kekeringan. Selain itu ada ada masih ada penanaman kedelai di

Bulan November-Desember 2015. Keterlambatan tanaman disebabkan kondisi

kekeringan yang panjang.

Q. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Ubi Kayu dan Ternak Kambing

1. Peningkatan produktivitas ubikayu

Peningkatan produktivitas ubikayu dilakukan melalui pembuatan

demplot ubikayu yang telah dilakukan di lahan milik petani dengan dengan

luasan 0,5 ha. Inovasi teknologi yang diaplikasikan adalah sistem tanam

double row, penggunaan varietas unggul UJ-5, dan pemupukan per hektar

(200 kg Urea + 250 kg NPK Phonska + 5 ton pupuk kandang).

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 113

Tabel 78. Hasil pengamatan pertumbuhan dan produksi demplot ubikayu

Perlakuan Tinggi

Tanaman

(cm)

Berat

Brangkasan

(kg)

Jumlah

Umbi

(bh)

Panjang

Umbi

(cm)

Diemeter

Umbi

(cm)

Berat

Umbi/

Pohon (kg)

Produkti-

vitas

(kg/ha)

Pening-

katan

(%)

Cara

Petani

180,0 b 710,0 a 8,0 a 21,9 a 4,3 b 1.100 a 20.408 a -

Teknologi

Anjuran

212,0 a 2150 b 22,5 b 26,78 b 3,1 b 2.672 b 29.926 b 46,64

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak

berbeda nyata pada taraf 5% dengan T-test.

Perbedaan nilai rata-rata terhadap komponen hasil ubikayu tersebut

diduga karena penerapan jarak tanam yang sangat rapat oleh petani,

sehingga tanaman kekurangan cahaya matahari dan menyebabkan tanaman

berkompetisi dalam mendapatkan cahaya, dan menyebabkan kurangnya

kemampuan tanaman untuk menyerap pupuk yang diberikan. Akibatnya

tanaman lebih banyak menghasilkan pertumbuhan vegetatif (daun dan

batang) dibandingkan dengan pertumbuhan generatif untuk menghasilkan

umbi.

2. Instalasi Biogas

Pembangunan instalasi biogas telah dilaksanakan dengan

memanfaatkan 3 kolam pembuangan limbah cair Ittara yang ada di lokasi

kegiatan dengan total luas ± 2.000 m2. Pembuatan mengunakan alat berat

(buldozer/bego), dan bahan terpal plastik tambak, paralon, semen, dan lain-

lain. Kondisi saat ini gas sudah bisa dimanfaatkan tetapi oven yang digunakan

untuk pengering tapioka akan dibuat oleh pemilik Ittara pada awal Agustus

2015.

Manfaat utama biogas adalah sebagai bahan bakar oven pengering

tapioka terutama saat musim hujan. Sebelumnya, pada saat musim hujan

(lebih kurang 3 bulan) pabrik Ittara tidak operasional karena tidak ada alat

pengering selain matahari. Jika ada matahari dan diselingi hujan maka akan

menghasilkan tapioka dengan mutu yang rendah (KW 3 atau KW 4). Jika

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 114

dalam sehari pabrik Ittara mengolah 50 ton ubikayu basah, maka dalam 3

bulan (90 hari) dapat mengolah ubikayu 4.500 ton yang berasal dari petani.

Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada saat musim hujan pabrik

Ittara hanya berproduksi maksimal 15 kali/bulan dengan kualitas hasil tapioka

KW-3 (harga Rp.5.800/kg), sedangkan setelah menggunakan oven biogas

dihasilkan tapioka dengan kualitas KW-1 (harga Rp.6.200/kg), sehingga

diperoleh nilai efisiensi ekonomi sebesar Rp. 36.000.000/bulan. Tenaga kerja

yang digunakan sbelumnya adaalah 20 orang, dan setelah digunakan oven

biogas menjadi lebih efisien yakni 8 orang, sehingga diperoleh nilai efisiensi

ekonomi sebesar Rp. 9.000.000. Sebelum adanya kegiatan bioindustri, pada

saat musim hujan yang ekstrim (diperhitungkan 5 hari/sebulan), pabrik Ittara

tidak beroperasi karena tidak ada matahari, tetapi setelah digunakan oven

biogas mampu menghasilkan nilai ekonomi sebesar Rp. 186.000.000.

Sehingga, total nilai ekonomi yang dihasilkan dari penggunaan oven

berbahan baku biogas limbah cair tapioka sebesar Rp. 231.000.000.

Tabel 79. Nilai Ekonomi pemanfaatan biogas disajikan pada tabel berikut : Uraian Frekwensi

Produksi (hari/bln)

Sebelum Bioindustri Setelah Bioindustri Efisiensi Biaya (Rp)

Spesifi-kasi

Satuan (Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

Spesifi- kasi

Satuan (Rp/kg)

Nilai (Rp/kg)

Produksi saat

hari hujan

(6000 kg/ hari)

15 KW-3 5.800 522.000.000 KW-1 6,200 558,000,000 36.000.000

Tenaga Kerja

(OH)

15 20 OH 50.000 15.000.000 8 OH 50.000 6.000.000 9.000.000

Produksi full

hari hujan

(6000 kg/ hari)

5 0 0 0 KW-1 6.200 36,000,000 186.000.000

Total (Rp) 231.000.000

Sumber : Hasil wawancara dengan pemilik Ittara, 2015.

3. Pemanfaatan biomassa ubikayu untuk pakan ternak silase

Pembuatan pakan silase menggunakan biomassa ubikayu dengan

memanfaatkan limbah daun ubikayu yang diberikan beberapa zat aditif

seperti limbah padat Ittara seperti onggok dan pecahan ubikayu dan dedak,

dan diberi garam, dan pembuatan kompos. Kegiatan diikuti oleh anggota

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 115

kelompoktani (3 keltan) yang langsung melakukan kegiatan tersebut. Pada

kegiatan ini juga dilakukan kegiatan super impose (penelitian) penambahan

beberapa zat additif pada daun ubikayu untuk pakan silase. Kegiatan

pembuatan kompos dilakukan untuk memanfaatkan limbah pertanian yang

banyak di desa Muara Jaya yang selama ini dibiarkan sehingga menimbulkan

polusi sampah dan bahaya kebakaran pada musim kering. Limbah daun

tanaman tersebut dibuat kompos dengan menambah dekomposer EM4 untuk

membantu proses penguaraian limbah daun menjadi kompos. Kegiatan ini

dapat membantu petani dalam efisiensi pemupukan dan kesulitan

mendapatkan pupuk kimia untuk pertumbuhan ubikayu dan tanaman lainnya.

Tabel 80. Pemanfaatan biomassa daun ubikayu untuk pakan ternak silase pada ternak kambing.

No. Uraian Jumlah

1 Berat pucuk ubikayu (kg/pohon) 0,116

2. Jarak tanam ubikayu (cm x cm) 70 x 60

3. Luas kepemilikan ubikayu (ha/KK) 0,5

4. Kepemilikan ternak kambing (ekor/KK) 5

5. Jumlah kebutuhan pakan silase (kg/ekor/hari) 3

6. Frekwensi pemberian pakan (hari/5 ekor) 92,06

Sumber : Data olahan, 2015

R. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Integrasi Tanaman Padi dan Ternak Sapi di Lampung

1. Potensi Petanian Bioindustri Padi Dari Segi Teknis, Lingkungan, Ekonomi dan Sosial

Poncokresna adalah salah satu desa di Kecamatan Negerikaton.

Jumlah penduduk usia kerja (18-56 tahun) 2.682 orang. Dari jumlah tersebut

1.239 bermata pencaharian pokok sebagai petani dan 729 orang sebagai

buruh tani, sedangkan sisanya bekerja sebagai pedagang, pegawai swasta

dan pegawai negeri (PNS). Jumlah Kepala keluarga (KK) yang ada di Desa

Poncokresna 1610 KK. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar

masyarakat di Desa Poncokresna bekerja dibidang pertanian.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 116

Data profil Desa Poncokresna menunjukkan bahwa penguasaan lahan

sawah oleh petani di Desa Poncokresna rata-rata seluas 0,24 ha, sedangkan

rata-rata penguasaan lahan kering seluas 0,44 ha (Tabel 4). Berdasarkan

hasil survey, 96,67% petani responden memiliki lahan sawah tadah hujan

dengan rata-rata luas sawah 0,45 ha, sedang petani yang memiliki lahan

sawah dan lahan kering sebanyak 60% dengan rata-rata luas penguasaan

lahan kering adalah 0,66 ha. Petani yang tidak memiliki lahan, baik lahan

sawah maupun lahan kering sebanyak 3,33%. Petani ini menggarap lahan

sawah milik orang lain dengan sistem sakap (bagi hasil). Bila dibandingkan

data statistik dan data hasil survey menunjukkan bahwa sebagian besar lahan

sawah adalah milik petani.

Tabel 81. Potensi Desa Poncokresna, Kecamatan Negerikaton

Penguasaan lahan

(ha)

Luas lahan

(ha)

petani (orang)

Sawah

Lahan kering

0,24

0,44

379

708

Jumlah 0,68 10640 1239

Sebagian besar petani responden di Desa Poncokresna memelihara

ternak, dengan jenis ternak yang dipelihara meliputi ternak ruminansia

(ternak sapi, dan kambing), dan unggas (itik dan ayam). Populasi ternak di

Desa Poncokresna 1.034 ekor sapi, 1.656 ekor kambing, 5.216 ekor ayam

dan 120 ekor bebek.

Tabel 82. Populasi ternak di Desa Poncokresna

Jenis Ternak Populasi ternak (ekor)

Sapi

Kambing

Ayam

Bebek

1.034

1.656

5.216

120

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 117

Kelompok tani dan ternak yang terlibat pada kegiatan Bioindustri padi

di Desa Poncokresna Kecamatan Negerikaton, Kabupaten Pesawaran pada

tahun 2015 adalah Kelompok Harapan Jaya, Kelompok Tunas Harapan,

Kelompok Sedia Rukun dan Kelompok Wanita Tani (KWT) Melati.

2. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak

Jerami padi belum dimanfaatkan secara optimal oleh petani, dari 17

responden yang memiliki sapi, hanya 17,65% yang memanfaatkan jerami

kering untuk pakan. Selebihnya membiarkan jerami dilahan dan jerami

tersebut sebagian dimanfaatkan oleh petani lain untuk pakan atau mulsa

tanaman semangka. Hasil pengamatan lapang masih ada petani di desa

Poncokreno yang melakukan pembakaran jerami. Belum ada petani yang

memanfaatkan jerami untuk kompos.

Limbah ternak juga belum dimanfaatkan secara optimal. Kotoran

ternak bercampur sisa pakan banyak berserakan dekat kandang. Hanya

sebagian kecil saja yang sudah melakukan pembuatan pupuk organik.

Selain limbah jerami, ada limbah bekatul dan sekam yang belum

optimal pemanfaatannya. Untuk limbah bekatul sudah dimanfaatkan untuk

pakan ternak, tapi belum optimal dalam arti nilai gizi dari bekatul tersebut

masih dapat ditingkatkan dengan mencampur bahan-bahan lain sehingga

memenuhi nilai gizi yang dibutuhkan ternak. Sekam sebagian sudah

dimanfaatkan untuk alas kandang ternak, atau untuk bahan bakar dalam

industri genteng/bata, sehingga masih ada sekam yang belum

termaanfaatkan.

3. Peningkatan produksi padi dan pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak Peningkatan produksi padi.

Peningkatan produksi padi dilakukan dengan menerapkan pendekatan

PTT (Pengelolaan Tanaman Terpadu), dan teknologi yang diterapkan

diantaranya teknologi pupuk organik (pupuk kandang 2 ton/ha), pemupukan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 118

berimbang (dosis berdasarkan PUTS, 175 kg urea/ha, 250 kg phonska/ha dan

15 KCl/ha) dan penggunaan varietas unggul baru (Inpari 10 dan Inpari 30).

Kegiatan ini melibatkan 40 orang petani pada lahan seluas 15 ha, dengan

perlakuan pupuk organik dan pupuk berimbang diterapkan oleh seluruh

petani dan yang berbeda hanya penggunaan varietas yaitu 26 petani

menanam varietas Inpari 10 dengan luas 7,5 ha dan 24 petani menanam

varietas Inpari 30 dengan luas 7,5 ha.

Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas jerami dan gabah

26,42 kg per ubinan seluas 12,5 m2 atau setara dengan 21.133 kg/ha untuk

varietas Inpari 30 dan 24,68 kg/ubinan yang setara dengan 19.744 kg/ha

untuk varietas Inpari 10. Bila dibandingkan dengan varietas Ciherang

(varietas yang banyak ditanam petani) produktivitas kedua varietas Inpari

yang dikaji lebih tinggi. Produktivitas jerami dan gabah varietas Ciherang

hanya sebesar 19,15 kg/ubinan atau setara dengan 15.320 kg/ha. Produksi

gabah varietas Inpari 30 adalah 5.943,7 kg/ha, Inpari 10 sebesar 5.856,5

kg/ha dan varietas Ciherang 4.200 kg/ha. Produksi gabah dan jerami pada

musim kemarau disajikan pada Tabel 83.

Tabel 83. Produksi gabah dan jerami pada musim kemarau

No. Varietas Produktivitas (kg/ha)

Gabah dan jerami gabah jerami

1. Inpari 30 21.133,3 5.943,7 15.189,6

2. Inpari 10 19.740,9 5.856,5 13.884,4

3. Ciherang 15.320,0 4.200,0 11.120,0

4. Pemanfaatan limbah tanaman dan ternak untuk kompos dan pakan ternak. Limbah tanaman dan ternak sapi dimanfaatkan untuk kompos dan

pakan ternak. Kompos dibuat dari jerami yang didekomposisasikan dengan

bioaktivator Promi. Kompos dibuat dari bahan jerami, jerami + kotoran sapi

dengan perbandingan 1 : 1 dan kotoran sapi. Kompos jerami yang dibuat

petani kurang baik, karena kondisi bahan selama proses dekomposisi kurang

air dan tidak tersedia air (kekeringan) sehingga kompos jerami yang jadi

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 119

hanya di bagian tengah ke bawah saja sedangkan di bagian tengah ke atas

jerami kering dan tidak terjadi proses perombakan. Hasil analisis hara

menunjukan bahwa jerami mengandung C-organik yan tinggi dibandingkan

kotoran sapi dan jerami + kotoran sapi, demikian pula dengan N total. P-

total tertinggi ditunjukkan perlakuan jerami + kotoran sapi dan K-total

tertinggi terlihat pada perlakuan jerami. Kandungan hara pada kompos

disajikan pada tabel 84.

Tabel 84. Kandungan hara pada kompos

No. Hara

Nilai

Jerami Kotoran sapi Jerami + kotoran

sapi

1. C-Organik

(%)

29,80 25,50 20,77

2. Nitrogen (%) 1,06 0,82 0,89

3. C/N 28,11 31,10 23,34

4. P2O5 total (%) 0,52 0,55 0,62

5. K2O total (%) 1,45 1,43 1,40

Keterangan: Dianalisis di Laboratorium Tanah BPTP Lampung

Selain untuk kompos jerami padi dimanfaatkan untuk pakan ternak.

Jerami padi terlebih dahulu difermentasikan dengan menggunakan probiotik

starbio. Hasil pengamatan ternak sapi rata-rata berat awal : Perlakuan (A)

195,75 kg, (Perlakuan B) 184,88 kg, (Perlakuan C) 259,5 kg, (Perlakuan D)

222,75 kg , (Perlakuan E) 185,83 kg, (Perlakuan F) 246,12 kg), dan

(Perlakuan G) 231,33 kg. Data pertambahan berat badan ternak ternak sapi

yang diberi perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat

(selama 70 hari) disajikan pada table di bawah ini :

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 120

Tabel 85. pertambahan berat badan ternak ternak sapi yang diberi perlakuan Pakan Jerami, hijauan pakan ternak, dan konsentrat (selama 70 hari)

Parameter Perlakuan

A B C D E F G

Berat badan awal (kg)

Berat badan Akhir (kg)

PBBH/kg/ekor/hari

195,75

207

0,16

184,88

221,83

0,52

259,5

277

0,25

222,75

235

0,17

185,83

231

0,64

246,12

274,5

0,40

231,33

240,5

0,13

Pemeliharaan ternak sapi pada kegiatan Bioindustri mengalami

kendala kekurangan air karena musim kemarau dan lokasi tersebut termasuk

lokasi yang susah air, sehingga ternak yang dipelihara mengalami kesulitan

air sehingga berpengaruh terhadap pertambahan berat badan sapi.

Hasil analisa ekonomi dari pemeliharaan ternak sapi terlihat bahwa

perlakuan E yaitu : pemberian jerami/rumput dengan penambahan

konsentrat sebanyak 2 kg dapat memberikan keuntungan sebanyak Rp.

21.647/ekor/hari (perlakuan E) dengan RC/ratio 2,78, dan perlakuan

pemberian jerami fermentasi dengan penambahan 2 kg konsentrat

(perlakuan B) dengan keuntungan sebesar Rp. 16.322/ekor/hari dengan

RC/ratio 2,70 , dibandingkan dengan perlakuan pemberian hijauan (kontrol)

cara petani.

Tabel 86. Analisis ekonomi usaha ternak sapi – padi, Keg. Model Pertanian Bioindustri Berbasis Berbasis Integrasi Tanaman Padi – Ternak Sapi di Lampung. No Uraian A B C D E F G

1. Pakan Hijauan (Rp/ekor/hari) 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500 2.500

2. Konsentrat (Rp/ekor/hari) 2584 5.168 7.752 2.584 5.168 7.752 -

3. Upah kerja(Rp/ekor/hari) 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000 5.000

Total Biaya (Rp/ekor/hari)

10.084 12.668 15.252 10.084 12.668 15.252 7.500

4. Hasil kenaikan BB (kg/ekor/hari)

8.000 26.000 12.500 8.750 32.000 20.000 6500

5. Penjualan kompos/kg 2.910 2.990 3.285 2.420 2.315 2.550 2.115

6. Keuntungan/(Rp/ekor) 826 16.322 3.285 1.086 21.647 2.550 1.115

7. R/C ratio 1,08 2,28 1,03 1,10 2,70 1,47 1,14

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 121

5. Pembuatan produk dari bahan baku limbah penggilingan padi

Bahan baku limbah penggilingan padi yang digunakan adalah sekam

dengan produknya “Briket arang sekam”. Kadar energi arang briket yang

dihasilkan sudah cukup baik, namun karena kadar air yang masih tinggi dan

kekerasan yang masih rendah, menyebabkan arang briket yang dihasilkan

masih agak sulit untuk dibakar. Sehingga ketika dilakukan aplikasi masih

menggunakan pengumpan tongkol jagung dan daun kelapa kering untuk

membakar arangnya. Selain itu pemanfaatan arang briket yang dihasilkan

juga belum efektif, karena arang mudah hancur menjadi abu, sehingga panas

yang dihasilkan tidak optimal.

Tabel 87. Kadar energi arang briket yang dihasilkan (kal/g)

Perlakuan Energi

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

Ma 3.653,77 2.945,56 3.096,84

Mb 3.882,43 3.228,11 3.343,20

Mc 3.995,32 3.175,86 3.107,36

Aa 3.303,70 1.735,84 3.005,79

Ab 4.012,83 3.479,29 2.908,77

Ac 3.320,29 3.432,47 3.308,34

Keterangan: M = Press secara manual A = Press menggunakan alat a = Penambahan tapioka 5% b = Penambahan tapioka 10% c = Penambahan tapioka 15% Aplikasi penggunaan arang briket dilakukan dengan merebus 1 liter

air. Dari hasil pengematan diketahui bahwa tidak terdapat perbedaan yang

nyata untuk waktu perebusan dari arang briket yang dipress secara manual

dan menggunakan alat. Namun karena kekerasan arang yang rendah,

menyebabkan arang mudah hancur dan banyak yang terbuang menjadi abu.

Tabel 88. Pembuatan Briket Cara Manual

Perlakuan Berat Briket (kg)

Masuk (pk) Mendidih (pk)

Sisa arang (kg)

Abu (kg)

5% 0,500 10.12 10.23 0,170 0,075

10% 0,500 10.32 10.51 0,365 0,050

15% 0,500 11.06 11.25 0,320 0,050

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 122

Tabel 89. Pembuatan Briket Cara Alat

Perlakuan Berat Briket (g)

Masuk (pk) Mendidih (pk)

Sisa arang (kg)

Abu (kg)

5% 0,500 11.37 11.57 0,250 0,090

10% 0,500 12.46 12.56 0,280 0,040

15% 0,500 13.12 13.45 0,280 0,040

VI. MONITORING

Kegiatan monitoring dan evaluasi (monev) atau pengendalian merupa-

kan salah satu fungsi manajemen dalam bentuk kontrol yang pada dasarnya

dapat dilakukan melalui pendekatan secara langsung dan tidak langsung.

Pendekatan secara langsung dilakukan melalui pemeriksaan kegiatan ke

lokasi tempat kegiatan dilaksanakan dengan melakukan perbandingan antara

rencana yang tertulis dalam dokumen (proposal) dengan realita (seharusnya)

berdasarkan norma dan ketentuan yang berlaku. Pendekatan secara tidak

langsung dilakukan melalui evaluasi/verifikasi atas laporan yang disampaikan

oleh pelaksana baik secara reguler maupun temporer.

Dasar hukum pelaksanaan monitoring dan evaluasi BPTP Lampung

adalah Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2010 tentang Pedoman

Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian;

Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian

Intern, Peraturan Menteri Pertanian No. 20/Permentan/TU.200/3/2008

tentang Pedoman Penyusunan dan Evaluasi Proposal Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Secara garis besar tujuan kegiatan monev adalah untuk melakukan

perbaikan-perbaikan dalam rangka meningkatkan kualitas pelaksanaan litkaji

dan diseminasi hasil litkaji BPTP Lampung. Dengan demikian, kegiatan

evaluasi diperlukan dan dilaksanakan untuk mempertajam dan meningkatkan

kinerja BPTP. Hasil monev akan memfasilitasi keterbukaan dan penyediaan

informasi penting yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan

untuk perbaikan program litkaji di BPTP Lampung.

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 123

VII. KENDALA

Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengkajian dan

diseminasi tahun 2015 mencakup berbagai aspek sebagai berikut:

(1) Belum optimalnya fasilitas serta belum memadainya sarana dan

prasarana sehingga kualitas hasil beberapa pengkajian dan diseminasi

belum sesuai dengan yang diharapkan,

(2) Sebagian peneliti dan tenaga pendukung teknis belum memenuhi

persyaratan kompetensi. Oleh karenanya diperlukan pelatihan bidang

yang spesifik, khususnya bagi tenaga peneliti pemula,

(3) Iklim (terutama kekeringan/kemarau) dan serangan hama/penyakit

menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan hasil yang optimal

seperti yang diharapkan.

VIII. PENUTUP

BPTP Lampung sebagai salah satu lembaga penelitian, telah

melakukan berbagai upaya dan kegiatan sebagaimana tugas dan fungsi

yang diemban berdasarkan aturan dan mekanisme kegiatan pada suatu

lembaga penelitian lingkup Kementerian Pertanian. Landasan pelaksanaan

kegiatan dan manajemen institusi dengan berbasis kinerja, senantiasa

menjadi dasar pengambilan keputusan dalam pelaksanaan tupoksi.

Dalam rangka meningkatkan kinerja BPTP Lampung, telah dilakukan

peningkatan kompetensi pegawai sesuai bidang tugas, penataan ke-

lembagaan internal, serta peningkatan sarana dan prasarana. Kerjasama

yang baik dengan berbagai institusi dan lembaga juga telah membuahkan

hasil berupa produk-produk nyata kegiatan pengkajian dan diseminasi yang

bermanfaat bagi pengguna. Penyelenggaraan program-program pertanian

strategis juga cukup mampu menyentuh aspek pemberdayaan petani dan

penumbuhan usaha-usaha produktif yang harapannya dapat meningkatkan

LAPORAN TAHUNAN 2015

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung | 124

kemandirian dan kesejahteraan petani. Namun demikian, pencapaian keber-

hasilan di berbagai aspek ke depan akan menghadapi tantangan yang lebih

besar. Kondisi ini seharusnya bermanfaat untuk memacu upaya lebih keras ke

depannya, dengan memanfaatkan seluruh sumberdaya yang ada. Oleh

karenanya pelaksanaan kegiatan di BPTP Lampung di masa mendatang di-

harapkan dapat lebih kondusif dan memacu peningkatan kinerjanya.

Bandar Lampung, Januari 2016