model belajar yang kreatif

28
Model belajar yang kreatif o Model stuktur intelektual dari Guildford. Stuktur intelektual meliputi dimensi isi, produk dan operasi. Dimana operasi intektual menunjukkan proses pemikiran yang berlangsung, produk merupakan hasil dari proses operasi yang nantinya diterapkan pada konten dan isi merupakan materi yang digunakan. Dalam dimensi operasi terdapat berpikir divergen (berpikir kreatif) yaitu memberikan berbagai macam alternatif jawaban yang diberikan dengan penekanan pada keanekaragaman dan kesesuaian. Contoh bentuk pertanyaannya, “apa saja akibat jika kita kehabisan minyak bumi?”, atau “efek apa yang ditimbulkan dari perang?”. o Model Multiple Talent Taylor. Taylor membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik, kreatifitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan keputusan. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa. Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliats dalam berpikir. Bidang kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari model ini adalah merubah pandangan gutu tentang siswa bahwa siswa tidak dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta, komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan. o Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak berbakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim didalam kelas yang menghargai dan memupuk kreatifitas dalam semua segi. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemapuannya. Keterampilan kognitif dan afektif ditonjolkan dalam model tiga tingkat yaitu tingkat dasar sampai tingkat fungsi berpikir yang lebih majemuk yaitu : Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen (Guildford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik- teknik kreatif. Keterampilan teknik-teknik ini meliputi bagaimana pengembangan kelancaran dan kelenturan serta kesedian mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.

Upload: nurul-hafsah

Post on 11-Jul-2016

99 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: Model Belajar Yang Kreatif

Model belajar yang kreatif

o Model stuktur intelektual dari Guildford. Stuktur intelektual meliputi dimensi isi, produk dan operasi. Dimana operasi intektual menunjukkan proses pemikiran yang berlangsung, produk merupakan hasil dari proses operasi yang nantinya diterapkan pada konten dan isi merupakan materi yang digunakan. Dalam dimensi operasi terdapat berpikir divergen (berpikir kreatif) yaitu memberikan berbagai macam alternatif jawaban yang diberikan dengan penekanan pada keanekaragaman dan kesesuaian. Contoh bentuk pertanyaannya, “apa saja akibat jika kita kehabisan minyak bumi?”, atau “efek apa yang ditimbulkan dari perang?”.

o Model Multiple Talent Taylor. Taylor membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik, kreatifitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan keputusan. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa. Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliats dalam berpikir. Bidang kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari model ini adalah merubah pandangan gutu tentang siswa bahwa siswa tidak dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta, komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan.

o Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak berbakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim didalam kelas yang menghargai dan memupuk kreatifitas dalam semua segi. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemapuannya. Keterampilan kognitif dan afektif ditonjolkan dalam model tiga tingkat yaitu tingkat dasar sampai tingkat fungsi berpikir yang lebih majemuk yaitu :

Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen (Guildford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan teknik-teknik ini meliputi bagaimana pengembangan kelancaran dan kelenturan serta kesedian mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.

Tingkat II atau Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Kemahiran dalam berpikir kreatif menuntut siswa memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi. imajinasi dan fantasi.

Tingkat III atau working with real problem, yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I terhadap tantangan pada dunia nyata. Disini siswa menggunakan kemampuannya dengan cara-cara yang bermakna bagi kehidupannya.

Adapun strategi yang digunakan dalam model pembelajaran kreatif adalah berupa model studi kasus, simulasi dan bermain peran.

Model Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas. Kreatifitas perlu diterapkan secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif

Page 2: Model Belajar Yang Kreatif

dalam semua bidang kegiatan mereka. Keterampilan kognitif dan afektif dalam pengembangan kreativitas digabung

Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa

6Oleh: Drs. H. Erman Suherman, M.Pd.

Dosen tetap pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia di Bandung

Abstrak: Tugas utama guru adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

Kata Kunci: model belajar, model pembelajaran, potensi siswa, kompetensi, life skill, suasana belajar

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) memiliki unsur-unsur model belajar mengajar sebagai berikut:

a. Sintakmatik

Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menurut (Ibrahim dalam Lie, 2008:59) memiliki empat langkah yaitu (a) Penomoran, (b) Pengajuan pertanyaan, (c) Berpikir bersama, (d) Pemberian jawaban. Langkah-langkah tersebut kemudian dapat dikembangkan menjadi enam langkah sesuai dengan kebutuhan. Keenam langkah tersebut sebagai berikut:

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Penomoran (Numbering)

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang siswa. Guru

Page 3: Model Belajar Yang Kreatif

member nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, guru memperkenalkan keterampilan kooperatif dan menjelaskan tiga aturan dasar dalam pembelajaran kooperatif yaitu:

1. Tetap berada dalam kelas

2. Mengajukan pertanyaan kepada kelompok sebelum mengajukan pertanyaan kepada guru

3. Memberikan umpan balik terhadap ide-ide serta menghindari saling mengkritik sesame siswa dalam kelompok

Langkah 3. Pertanyaan (Questioning) dan berpikir bersama (Heads Together)

Dalam kerja kelompok, guru memberikan pertanyaan/membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, setiap berpikir bersama untuk menyelesaikan dan meyakinkan bahwa setiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 4. Pemberian jawaban (Answering)

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Penentuan nomor ini dilakukan dengan cara pengundian, demikian pula untuk penentuan kelompok yang akan menjawab.

Langkah 5. Memberi kesimpulan

Guru memberikan kesimpulan atau jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan.

Langkah 6. Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian maupun simbol-simbol pada siswa dan member nilai yang lebih tinggi kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik. Penghargaan ini dilakukan untuk memacu motivasi belajar siswa, karena motivasi memiliki peranan penting untuk menentukan kesuksesan suatu pembelajaran.

b. Sistem Sosial

Sistem sosial yang berlaku pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

Page 4: Model Belajar Yang Kreatif

• Siswa diberi pengarahan untuk melakukan percobaan bersama kelompoknya.

• Siswa bebas untuk mengemukakan pendapatnya, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan.

c. Prinsip Reaksi

Prinsip reaksi model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

• Guru menjelaskan tentang tata cara pembelajaran yang akan dilaksanakan.

• Guru membagi siswa dalam bentuk kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa dan setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor yang berbeda, serta memberikan pengarahan tentang cara diskusi kelompok.

• Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan percobaan bersama kelompoknya masing-masing.

• Guru menunjuk salah satu nomor siswa utnuk menjawab pertanyaan di kelas.

• Guru melakukan pemantapan materi.

d. Sistem Pendukung

Sistem pendukung model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut:

• Ruang kelas

• Sumber belajar (buku)

• Media papan flanel

• LKS/pertanyaan

e. Dampak Instruksional

Dampak Instruksional setelah mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:

• Peningkatan aktivitas siswa.

• Peningkatan hasil belajar siswa.

f. Dampak Pengiring

Dampak Pengiring setelah mengikuti pembelajaran yaitu sebagai berikut:

Page 5: Model Belajar Yang Kreatif

• Meningkatkan kerja sama guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa lainnya, sehingga dapat meningkatkan hubungan dan kepercayaan dalam proses belajar mengajar.

• Menumbuhkan sikap tanggung jawab, kerja sama kelompok dan persaingan sehat antar kelompok.

• Siswa belajar menerima pendapat orang lain.

• Siswa berani mengungkapkan pendapat dimuka umum.

• Mengembangkan pengendalian emosi bila kalah atau menang dalam permainan.

Langkah-langkah pada pembelajaran yang terdapat pada model Numbered Heads Together memperlihatkan bahwa inti dari metode ini adalah pengembangan kemampuan siswa untuk aktif bekerja sama dalam kelompoknya. Dengan adanya penomoran yang berbeda pada masing-masing siswa dalam suatu kelompok akan mengacu siswa untuk tidak sepenuhnya menggantungkan diri pada siswa lain yang lebih pintar. Dengan memiliki nomor yang berbeda siswa akan mengembangkan kemampuannya untuk memahami materi yang diajarkan sehingga pada saat guru menyebut nomor yang dimilikinya untuk menjawab pertanyaan siswa dapat melakukannya dengan baik.

Model-model Pembelajaran              Dalam rangka pengenalan dan pemanfaatan model pembelajaran ini, Bruce Joyce dan Marsha Weil (1986) telah menyajikan berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan. Walaupun judul bukunya adalah “Model of Teaching” ternyata isi dari uraiannya secara pokok bukan semata-mata membahas kegiatan pendidik mengajar,  tetapi justru lebih menitikberatkan pada ativitas pembelajaran terdidik. Sehingga penulis menyesuaikan istilahnya menjadi model pembelajaran, hal ini agar arah proses aktivitas terlihat jelas berfokus terhadap peserta didik sebagai peserta didik sesuai dengan arah kebijakan pendidikan jaman sekarang.            Hasil kajian terhadap berbagai model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh para pakar pendidikan di bidangnya, maka Joyce dan Weil (1986)  mengelompokkan model-model pembelajaran tersebut ke dalam empat kelompok model, yaitu 1) kelompok model pengolahan informasi,  2) kelompok model personal,  3) kelompok model sosial, dan    4) kelompok model sistem prilaku. Berikut akan penulis jelaskan secara ringkas masing-masing kelompok model tersebut.

a.      Kelompok Model Pengolahan Informasi (The Information Processing Family)            Model pembelajaran kelompok ini berorientasi kepada kecakapan terdidik dalam memproses informasi dan cara-cara mereka dapat memperbaiki kecakapan untuk menguasai informasi. Ali, M. (2007) menyatakan bahwa model ini berdasarkan pada teori

Page 6: Model Belajar Yang Kreatif

belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan peserta didik dalam memproses informasi untuk memperbaiki kemampuannya.  Pemprosesan informasi mengacu kepada cara orang menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengembangkan konsep dan memecahkan masalah, serta menggunakan lambang verbal dan non verbal. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985). Asumsinya adalah pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu. Perekembangan merupakan hasil komulatif dari pembelajaran, di mana dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi yang kemudian diolah sehingga menghasilkan output dalam bentuk hasil belajar. Dalam pemrosesan informasi terjadi interaksi antara kondisi internal dan kondisi eksternal individu dan interaksi antar keduanya sehingga menghasilkan hasil belajar. Pembelajaran merupakan keluaran dari pemprosesan informasi yang berupa kecakapan manusia (human capitalities), yakni :(1) informasi verbal,  (2) kecakapan intelektual,  (3) strategi kognitif,  (4) sikap,  dan (5) kecakapan motorik.

Beberapa model ini menekankan pada asfek kecakapan terdidik untuk memecahkan masalah dan asfek berpikir yang berproduktif, sedangkan beberapa yang lainnya lebih menekankan kecakapan intelektual umum. Secara umum banyak dari model pengolahan informasi ini yang dapat diterapkan kepada sasaran terdidik dari berbagai usia. Tugas guru dalam penerapan model ini adalah bagaimana meningkatkan kemampuan terdidik dalam memproses informasi. Guru yang menganut model ini juga akan menaruh perhatian pada pengembangan kecakapan murid untuk mengatasi persoalan dan menggunakan pendekatan problem solving sebagai strategi mengajar (Mulyani Sumantri, 2001).            Model-model pembelajaran yang tergolong kepada kelompok ini ialah model Pencapaian Konsep (Concept Attainment), model Berpikir Induktif (Inductive Thinking), model Latihan Penelitian (Inquiry Training), model Pemandu awal (Advance Organizer), model Memorisasi (Memorization), model Pengembangan Intelek (Developing Intellect), dan model Penelitian Ilmiah (Scientific Inquiry). Berikut penulis berikan sebuah contoh gambaran dari model pembelajaran tersebut. Gambaran model pembelajaran dari kelompok pengolahan informasi ini, secara garis besar tujuan dan tokohnya untuk tiap model  tergambar dalam tabel 1. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh.Surya (2004).

TABEL  1KELOMPOK MODEL PEMROSESAN INFORMASI

MODEL TOKOH TUJUAN(1) (2) (3)

Model Penemuan Konsep

Jerome Brunner Dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran induktif, tetapi untuk perkembangan dan analisis konsep.

Model Berfikir Induktif

Hilda Taba (1966) Dirancang untuk pengembangan proses mental induktif dan penalaran akademik atau pembentukan teori.

Model Latihan Inquiry

Richard Suchman Dirancang untuk membelajarkan murid dalam menghadapi penalaran kausal, dan untuk lebih pasih dan tepat dalam mengajukan pertanyaan,membentuk

Page 7: Model Belajar Yang Kreatif

konsep dan hipotesis. Model ini pad mulanya digunakan dalan Sains, tetapi kemampuan-kemampuan ini berguna untuk tujuan-tujuan pribadi dan sosial.

(1) (2) (3)

Inquiry Ilmiah Joseph J. Schwab Dirancang untuk pembelajaran sistem penelitian dari suatu disiplin, tetapi juga diharapkan untuk memiliki efek dalam kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan sosial).

Pengembangan Intelek

Jean PiagetIrving Sigel

Edmund Sulivand,dkk

Dirancang untuk meningkatkan perkembangan intelektual, terutama penalaran logis, tetapi dapat diterapkan pada perkembangan sosial.

Model Penata Lanjutan

David Ausubel Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan.

Model Memorisasi

Harry LorayneJerry Lucas

Dirancang untuk meningkatkan kemampuan pengingatan peserta didik

b.      Kelompok Model Personal (The Personal Family)           Model pembelajaran kelompok personal ini bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu. Serta dapat dikatakan bahwa model ini juga beranjak dari pandangan kedirian atau “selfhood”  dari individu. Tokoh Humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R.Rogers, C. Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar peserta didik merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya baik emosional maupun intelektual. Proses pembelajaran sengaja diupayakan untuk memungkinkan dapat memahami diri sendiri dengan baik, memikul tanggung jawab untuk pembelajaran, dan lebih kreatif untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Kelompok ini menekankan proses di mana individu membentuk dan menata realitas keunikannya. Perhatian banyak diberikan kepada kehidupan emosional. Melakukan pembelajaran ini lebih banyak memusatkan pada upaya membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, sehinggamampu memperkayahubungan antara pribadi dan lebih mampu dalam pemprosesan informasinya secara lebih efektif.            Model-model penbelajaran yang tergolong dalam kelompok ini beserta tokohnya dapat dilihat dalam tabel 2 berikut ini yang diadaptasi dari Moh. Surya (2004).

TABEL  2KELOMPOK MODEL PERSONAL

MODEL TOKOH TUJUAN(1) (2) (3)

Page 8: Model Belajar Yang Kreatif

Model Pengajaran Non Direktif

Carl Rogers Memberi tekanan pada pembentukan kemampuan dalam perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri, kemandirian dan mengenai konsep diri.

Latihan Kesadaran

Fritz PerlsWilliam Scuhtz

Meningkatkan kemampuan individu peserta didik untuk mengeksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi.

Sinektik William Gordon Model ini menekankan pada perkembangan pribadi dalam kreatifitas dan pemecahan masalah kreatif.

Sistem-sistem Konseptual

David Hunt Dirancang untuk meningkatkan kekomplekskan dan keluwesan pribadi

Pertemuan Kelas

William Glasser Model ini menekankan pada perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.

c.       Kelompok Model Sosial (The Social Family)            Kelompok model pembelajaran ini didasari oleh teori belajar Gestalt (Field-theory) yang menitik beratkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat (learning to life together). Teori ini dirintis oleh Max Wertheimer (1912) bersama dengan Kurt Koffka dan W. Kohler yang berpandangan bahwa objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Sehingga implikasi dari teori ini bahwa pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh bukan bagian-bagian. Model ini juga berlandaskan pemikiran bahwa kerja sama merupakan salah satu fenomena kehidupan masyarakat yang sangat penting. Kelompok model ini menekankan pada hubungan individu dengan orang lain atau masyarakat. Kelompok ini memusatkan pada proses di mana kenyataan ditawarkan secara sosial. Sebagai konsekuensinya, model –model yang berorientasi sosial tersebut di atas, memberikan prioritas untuk memperbaiki kecakapan individu untuk berhubungan dengan orang lain, untuk bertindak dalam proses yang demokratis, dan untuk bekerja secara produktif dalam masyarakat. Meskipun kelompok model ini lebih menekankan hubungan sosial dibandingkan dengan asfek lainnya, para tokoh dalam kelompok ini juga menekankan pada perkembangan kesadaran study yang bersifat akademik. Model-model pembelajaran yang tergolong kelompok ini beserta tokohnya tergambar pada tabel 3. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh Surya (2004).

TABEL  3KELOMPOK MODEL INTERAKSI SOSIAL

MODEL TOKOH TUJUAN(1) (2) (3)

Page 9: Model Belajar Yang Kreatif

Investigasi Kelompok

Herbert TelenJohn Dewey

Perkembangan keterampilan untuk partisipasi dalam proses sosial yang demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan antar pribadi (kelompok) dan ketrampilan-keterampilan penentuan akademik. Asfek perkembangan pribadi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam model ini.

Inquiry Sosial Byron MassialesBenjamin Cox

Model ini menekankan pada pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan, sosial, dan penalaran logis.

Latihan Laboratoris

Bethel Maine Model ini menekankan pada perkembangan keterampilan antar pribadi dan kelompok melalui kesadaran dan keluwesan pribadi.

Penelitian Yurisprudensial

Donald OleverJames P. Shaver

Model ini dirancang untuk pembelajaran kerangka acuan jurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelesaian isu-isu sosial.

Bermain Peran Fainie ShafelGeorge Fhafel

Modelpembelajaran ini dirancang untukmempengaruhi peserta didik agar menemukan nilai-nilai pribadi dan sosial. Prilaku dan nilai-nilainya diharapkan peserta didik menjadi sumber peneluan berikutnya.

Simulasi Sosial Sarene BookockHarold

Model ini dirancang untuk membantu peserta didik agar mengalami bermacam0macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi peserta didik serta untuk memperoleh konsep keterampilan perbuatan dan keputusan.

d.      Kelompok Model Sistem Prilaku (The Behavioral System Family)               Dasar teoritik dari kelompok model pembelajaran ini ialah teori-teori belajar Behavioristik, yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini dikenal juga sebagai model modifikasi prilaku atau “Behavioral Modifications” . Semua model pembelajaran ini bersumber dari kerangka teori behavioral. Istilah-istolah lain yang sejenis dan dipergunakan adalah teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi prilaku, dan terafi prilaku. Kelompok model ini lebih menekankan pada asfek perubahan prilaku psikologis dan prilaku yang tidak ddapat diamati. Model-model prilaku mempunyai penerapan yang cukup luas dan diarahkan kepada bermacam-macam tujuan pendidikan, latihan prilaku antar pribadi, dan terapi. Berdasarkan pada pengendalian stimulus dan penguatan, model-model behavior (prilaku) dan kondisi-kondisi antara, baik secara idividual maupun secara kelompok, telah banyak penelitian yang dilakuan untuk mengkaji model-model ini.            Salah satu dari karakteristik umum pada model pembelajaran prilaku, adalah dalam prihal penjabaran yang harus dipelajari peserta didik, yaitu penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari menjadi serangkaian prilaku dalam bentuk yang lebih kecil dan berurutan. Pada umumnya, pengendalian prilaku terletak pada pihak guru/pendidik, meskipun peserta didik mempunyai kesempatan untuk mengendalikan prilakunya. Model-model pembelajaran

Page 10: Model Belajar Yang Kreatif

beserta tokohnya tergambar pada tabel 4. berikut di bawah ini yang diadaptasi dari Moh Surya (2004).

TABEL  4.KELOMPOK MODEL BEHAVIORAL

MODEL TOKOH TUJUAN(1) (2) (3)

Managemen Kontingensi

B.F. Skinner (1953) Model pembelajaran ini menekankan pada kemampuan memahami fakta-fakta, konsep, dan keterampilan.

Kontrol diri B.F. Skinner (1953) Model pembelajaran ini menekankan pada pengendalian prilaku dan keterampilan sosial dalam mengontrol dirinya.

Relaksasi (Santai)

Rimm & Masters wolfe

Model pembelajaran ini menekankan pada tujuan pribadi (mengurangi ketegangan dan kecemasan).

Pengurangan Ketegangan

Rimm & Masters wolfe

Model pembelajaran ini menitik beratkan pada pengalihan pada kesantaian dari kecemasan dalam situasi sosial

Latihan Asertif Desensitas

Wolfe, Lazarus, Salter Wolfe

Pembelajaran ini berorientasi pada ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalan situasi sosial.

Latihan Langsung

Gagne,Smith dan Smith

Pembelajaran ini menekankan pada pola-pola prilaku dan  keterampilan pada diri peserta didik.

D.  Karakteristik Umum Model Pembelajaran            Sebagaimana penjelasan yang dikemukakan oleh Joyce dan Weill (1986), bahwa setiap model pembelajaran memiliki karakteristik umum masing-masing, yang dibedakan menurut unsur-unsur, yakni sebagai berikut :

a.       Sintakmatik,b.      Sistem Sosial dan Prinsip Reaksi,c.       Sistem Pendukung,d.      Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring.

            Sintakmatik ialah tahap-tahap kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran menurut model tertentu. Sistem sosial yang dimaksudkan ialah siatuasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Prinsip reaksi ialah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana guru seharusnya melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya memberi respon kepada mereka. Yang dimaksud dengan sistem pendukung ialah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk melaksanakan suatu model pembelajaran tertentu. Sedangkan dampak instruksional ialah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para peserta didik pada tujuan yang diharapkan. Adapun dampak pengiringnya ialah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses

Page 11: Model Belajar Yang Kreatif

pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana pembelajaran yang dialami langsung oleh peserta didik tanpa adanya arahan langsung dari guru.            Untuk mendapatkan gambaran perihal karakteristik umum model-model pembelajaran ini, penulis kemukakan beberapa contoh model pembelajaran beserta karakteristik umum menurut usur-unsurnya yang penulis anggap dapat diterapkan di lingkungan pendidikan dasar.

(a).  Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment)            Model pembelajaran Pencapaian Konsep ini mulai dikembangkan oleh Jerome Bruner et.al. (1967), di mana model ini dilandasi oleh asumsi bahwa lingkungan ini banyak ragam dan isinya, kita sebagai manusia mampu membedakan objek dengan asfek-asfeknya atau menentukan kategori dan membentuk konsep-konsep. Dengan kategori ini, kita memungkinkan dapat mengelompokkan objek-objek dengan berdasarkan karakteristik umum. Dengan terlebih dulu memahami konsep, kita dapat mengantisipasi dan merencanakan kegiatan-kegiatan selanjutnya. Peoses berpikir ini oleh Bruner dkk. disebut dengan kategorisasi. Menurut Bruner, kegiatan kategorisasi mempunyai dua komponen, yaitu kegiatan pembentukan konsep dan kegiatan pencapaian konsep. Dalam pencapaian konsep, konsepnya sudah ada, sedangkan dalam pembentukkan konsep ialah merupakan kegiatan pembentukan kategori-kategori yang baru.

Pengajaran konsep ini, akan  memberikan kesempatan untuk menganalisis proses berpikir peserta didik  dan membantu mereka untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif. model ini akan melibatkan berbagai tingkat partisipasi dan kontrol peserta didik. Pendidik melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat dikembangkan menjadi dialog bebas.

Dalam pembelajaran pencapaian konsep, sebaiknya ada persyaratan yang perlu diperhatikan dalam prosesnya, yaitu tersedianya instansi-instansi atau contoh-contoh yang menunjukkan kesamaan-kesamaan dalam beberapa hal dan perbedaan-perbedaannya. Peserta didik yang berhadapan dengan contoh-contoh tersebut harus menemukan sendiri atau diberitahukan oleh guru mengenai setiap unsur dari contoh itu. Peserta didik menemukan atau merumuskan kembali hipotesis tentang konsep itu. Setiap contoh akan menunjukkan atau menyajikan informasi tentang karakteristik dan nilai atribut dari konsep tersebut.

Selanjutnya Joyce (dalam Saripudin, 1989) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, model pembelajaran pencapaian konsep ini memiliki sintakmatikdengan tiga fase kegiatan, yaitu sebagai berikut di bawah ini.

1.      Fase penyajian data dan identifikasi konsep-      Pendidik menyajikan contoh yang sudah diberi label;-      Peserta didik membandingkan ciri-ciri dalam contoh positif dan contoh negatif;

-      Peserta didik membuat definisi tentang konsep atas dasar ciri-ciri utama/esensial;

Page 12: Model Belajar Yang Kreatif

2.      Fase mengetes pencapaian konsep-      Peserta didik mengidentifikasi tambahan contoh yang baik diberi label dengan menyatakan

ya atau bukan;-      Pendidik menegaskan sifat, nama konsep, dan menyatakan kembali definisi konsep sesuai

dengan ciri-ciri yang esensial.

3.      Fase menganalisis strategi berpikir-      Peserta didik mengungkapkan pemikirannya;-      Peserta didik mendiskusikan sifat dan ciri-ciri konsep;

        Untuk kepentingan praktis pembelajaran, model ini dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional sebagai berikut (Tabel  5).

Tabel  5MODEL PENCAPAIAN KONSEP

LANGKAH POKOK KEGIATAN GURU KEGIATAN PESERTA DIDIK

Penyajian Data

Pengetesan Pencapaian Konsep

Analisis Strategi Berfikir

-     Membandingkan contoh positip dan negatif

-     Ajukan dugaan-     Berikan definisi

-     Cari contoh lain-     Beri nama konsep-     Cari contoh lain lagi

-     Ungkapkan pikiran-     Diskusikan aneka pikiran

Catatan :Diadaptasi dari  (Bruner dkk : 1967)

            Menyimak tabel tersebut, tergambar secara jelas bagaimana kegiatan guru dan kegiataan peserta didik dalam proses pembelajaran. Serta terlihat juga urutan pencapaian suatu pemahaman dari sebuah konsep melalui pembelajaran yang dilakukan.            Sistem sosial dari model pembelajaran ini, ditandai dengan guru melakukan pengendalian terhadap aktivitas, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas. Dalam setiap fase, interaksi peserta didik diarahkan secara intensif oleh guru. Dalam pengorganisasian kegiatan pembelajaran ini diharapkan peserta didik akan berinisiatif untuk

Page 13: Model Belajar Yang Kreatif

melakukan proses induktif bersamaan dengan bertambahnya pengalaman dalam melibatkan diri pada setiap proses pembelajaran. Dalam proses interaksi pembelajaran ini, hendaknya berdasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan, yaitu sebagai berikut.

-          Berikan dukungan dengan menitik beratkan pada sifat konsep dari diskusi-diskusi yang berlangsung.

-          Berikan bantuan kepada peserta didik dalam mempertimbangkan sifat-sifat dan type dari konsep yang dipelajarinya.

-          Pusatkan perhatian para peserta didik terhadap contoh-contoh konsepnya yang lebih spesifik

-          Bantulah peserta didik dalam mendiskusikan dan menilai strategi berfikir yang mereka gunakan dalam pembelajaran.

            Sistem Pendukung  dalam model pembelajaran ini berupa sarana pendukung yang diperlukan berupa bahan-bahan dan data yang terpilih serta terorganisasi dalam bentuk unit-unit yang memiliki fungsi memberikan contoh-contoh dan menjelaskan konsep. Bila para peserta didik sudah dapat berfikir kompleks, mereka akan dapat bertukar pikiran dan bekerja sama dalam membuat unit-unit data atau memberikan contoh-contoh lainnya            Penggunaan model pencapaian konsep ini menurut Joyce dan Weil (1986) akan menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring yang penulis gambarkan seperti bagan di bawah ini. 

 Gambar 1. Dampak Instruksional dan PengiringModel Pencapaian Konsep (Joyce and Weil : 1986 : 39)

              Berdasarkan gambar tersebut, model pencapaian konsep akan berdampak instruksional, yakni mencapai tujuan pemahaman pada hakikat konsep, strategi

Page 14: Model Belajar Yang Kreatif

pembentukan konsep, konsep spesifik, dan keterampilan penalaran induktif. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring, yakni peserta didik akan menyadari akan pilihan konsep, akan bersikap toleran pada ketidaktentuan, serta peserta didik akan peka terhadap penalaran secara logis dalam komunikasinya sehari-hari.

(b).  Model Pembelajaran Pertemuan Kelas

             Model pertemuan kelas ini dikembangkan dengan maksud untuk mengembangkan kepedulian kelompok sosial, disiplin diri dan komitmen prilaku. Pertemuan dilakukan oleh guru dan peserta didik dalam suasana yang menyenangkan dan tidak terbatas, tidak terikat dengan berbagai diskusi masalah-masalah perilaku, masalah pribadi dan akademik atau berbagai isu kurikulum.            Menurut Glasser dalam Joyce dan Weil (1986) model ini bertolak dari pemikiran bahwa pada umumnya masalah-masalah kemanusiaan merupakan kegagalan dari fungsi sosial dalam kerangka pemenuhan kebutuhan dasarnya untuk mencintai dan dihargai. Kedua kebutuhan ini berakar pada hubungan antar manusia sesuai dengannorma kehidupan kelompok. Di dalam kelas, rasa cinta tercermin dalam bentuk tanggung jawab sosial untuk saling membantu dan saling memperhatikan satu sama lainnya. Diyakini bahwa sekolah telah gagal bukan di dalam menampilkan profil akademis, tetapi di dalam memperkuat hubungan yang penuh kehangatan, konstruktif, untuk mencapai keberhasilan. Rasa dicintai dan mencintai bagi sebagian besar manusia akan melahirkan rasa memiliki harga diri.            Model pembelajaran ini dalam pelaksanaannya menurut Joyce dan Weil (1986) memiliki sintakmatik dengan enam tahap kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut di bawah ini.Tahap Pertama :  Membangun iklim keterlibatan

1.      Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi,  dan berbicara;2.      Berbagai pendapat tanpa saling menyalahkan atau menilai.

Tahap Kedua :  Menyajikan masalah untuk didiskusikan1.      Peserta didik dan guru membawa isu atau masalah;2.      Memaparkan masalah secara utuh;3.      Mengidentifikasi akibat yang mungkin timbul;4.      Mengidentifikasi norma sosial.

Tahap Ketiga : Membuat keputusan nilai personal1.      Mengidentifikasi nilai yang ada di balik masalah prilakudan norma sosial;2.      Peserta didik membuat kajian personal tentang norma yang harus diikuti.

Tahap Keempat : Mengidentifikasi pilihan tindakan1.      Peserta didik mendiskusikan berbagai pilihan atau alterbatif prilaku;2.      Peserta didik bersepakat tentang pilihan yang ditentukannya itu.

Tahap Kelima : Membuat komentar         Peserta didik membuat komentar atau tanggapan secara umum tentang prilaku pilihan

Page 15: Model Belajar Yang Kreatif

Tahap Keenam :  Tindak lanjut prilaku         Peserta didik menguji efektifitas dari komitmen dan prilaku bari itu, setelah periode tertentu.

        Untuk kepentingan praktis pembelajaran di kelas, model ini dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional pembelajaran sebagai berikut (Tabel  6).

Tabel  6MODEL PERTEMUAN KELAS

LANGKAH POKOK KEGIATAN GURU KEGIATAN PESERTA DIDIK

Menciptakan Suasana

Menyajikan masalah

Membuat keputusan nilai personal

Mengidentifikasi pilihan tindakan

Memberi komentar

Menetapkan tindak lanjut

-       Ciptakan situasi yang kondusif

-       Pancing munculnya masalah

-       Paparkan konteks masalah

-       Identifikasi nilai di balik masalah

-       Pancing munculnya alternatif tindakan

-       Pancing komentar peserta didik

-       Kaji komitmen peserta didik pada prilaku baru

-     Melibatkan diri dalam situasi

-     Kemukakan masalah-     Paparkan konteks

masalah

-     Buat keputusan nilai terkait masalah

-     Pilih alternatif tindakan terbaik

-     Beri komentar umum

-     Tunjukkan komitmen terhadap prilaku

Catatan :Diadaptasi dari  (Glasser dalam Joyce & Weil : 1986)

            Menyimak tabel tersebut, tergambar secara jelas bagaimana kegiatan guru dan kegiataan peserta didik dalam proses pembelajaran. Serta terlihat juga urutan pencapaian suatu pemahaman sebuah nilai dari perilaku untuk disepakati dan dilakukan dalam kehidupan sosial di kelasnya melalui pembelajaran yang dilakukan. Serta belajar bagaimana melakukan dan mentaati komitmen yang telah disepakati tersebut.

            Sistem Sosial dari model pembelajaran ini diorganisasikan secara terstruktur sedang, kepemimpinan dan tanggung jawab untuk membimbing interaksi terletak di tangan guru. Walaupun demikian diharapkan pula peserta didik dapat mengambil inisiatif dalam

Page 16: Model Belajar Yang Kreatif

memilih topik diskusi setelah mengalami beberapa aktivitas. Meskipun tanggung jawab ada pada guru, tetapi keputusan moral terletak pada diri peserta didik.  Adapun prinsip yang perlu dipegang dalam pelaksanaan model pembelajaran ini ialah : 1) Melibatkan peserta didik dengan menumbuhkan suasana yang hangat, personal, menarik, dan hubungan yang peka dengan peserta didik;  2) Dengan sikap tidak menentukan, guru harus menerima tanggung jawab untuk mendiagnosis prilaku belajar;  3) Kelas sebagai satu kesatuan memilih dan mengikuti alternatif prilaku yang ada.            Sistem Pendukung yang diperlukan untuk melaksanakan model ini ialah guru yang memiliki kepribadian yang hangat dan terampil dalam mengelola hubungan interpersonal dan diskusi kelompok. Ia juga harus mampu untuk menciptakan iklim kelas yang teerbuka dan tidak bersifat defensif atau selalu bertahan diri, dan pada saat bersamaan ia mampu membimbing kelompok menuju penilaian prilaku dan komitmen.            Penggunaan model peserta didikan ini menurut Joyce dan Weil (1986) akan menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring yang penulis gambarkan seperti bagan di bawah ini. 

Gambar 2. Dampak Instruksional dan PengiringModel Pencapaian Konsep (Joyce and Weil : 1986 : 213)

              Berdasarkan gambar tersebut, model pertemuan kelas akan berdampak instruksional, yakni mencapai tujuan dan evaluasi  serta membentuk kemandirian dan pengarahan diri. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring, yakni peserta didik akan menyadari dan menampakkan sikap keterbukaan dan mendahulukan keutuhan kelas.

(c).  Model Pembelajaran Investigasi Kelompok            Model pembelajaran ini berpangkal tolak dari pemikiran John Dewey (1916) yang menyatakan bahwa keseluruhan kehidupan sekolah harus ditata  sebagai bentuk kecil atau miniatur kehidupan demokrasi. Untuk hal tersebut peserta didik seharusnya memperoleh kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan sistem sosialdalam rangka

Page 17: Model Belajar Yang Kreatif

memperbaiki kehidupan masyarakat. Dalam kerangka itu, menurut Joyce dan Weil (1986) suasana kelas merupakan analogi dari kehidupan masyarakat yang di dalamnya memiliki tata tertib dan budaya kelas. Peserta didik senantiasa memperhatikan kehidupan yang berkembang di sana yaitu mengenai ketentuan dan harapan yang ditanamkan di kelasnya. Oleh karena itu guru sebaiknya berupaya untuk menciptakan suasana yang memungkinkan tumbuhnya kehidupan kelas seperti itu.            Model pembelajaran investigasi kelompok ini mengambil model yang berlaku dalam masyarakat, terutama cara anggota masyarakat melakukan proses mekanisme sosial melalui serangkaian kesepakatan sosial. Melalui kesepakatan inilah peserta didik mempelajari pengetahuan akademis dan mereka melibatkan diri dalam pemecahan masalah sosial dengan tiga konsep utama yaitu penelitian, pengetahuan, dan dinamika belajar kelompok. Adapun sintakmatik atau langkah pembelajarannya model ini memiliki enam tahap, yaitu : Tahap Pertama : Peserta didik berhadapan dengan situasi yang problematis.

Tahap Kedua  : Peserta didik melakukan eksplorasi sebagai respon terhadap situasi yang problematis tersebut.

Tahap Ketiga : Peserta didik merumuskan tugas-tugas belajar (learning taks) dan kemudian mengorganisasikannya untuk membangun suatu proses penelitian.

Tahap Keempat :  Peserta didik melakukan kegiatan belajar individu dan kelompok.

Tahap Kelima :  Peserta didik menganalisis kemajuan dan proses yang dilakukan dalam proses penelitian kelompok itu.

Tahap Keenam :  Melakukan proses pengulangan kegiatan (recycle activities)

        Untuk kepentingan praktis pembelajaran di kelas, model ini dapat diadaptasi dalam bentuk kerangka operasional pembelajaran sebagai berikut (Tabel  7).

Tabel  7MODEL INVESTIGASI KELOMPOK

LANGKAH POKOK KEGIATAN GURU KEGIATAN PESERTA DIDIK

Situasi Bermasalah

Eksplorasi

Perumusan Tugas Belajar

-       Sajikan situasi bermasalah

-       Bimbing proses eksplorasi

-       Pacu diskusi kelompok

-       Pantau kegiatan belajar

-     Amati situasi bermasalah

-     Jelajahi permasalahan-     Temukan kunci

permasalahan

-     Rumuskan apa yang harus dilakukan

-     Atur pembagian tugas dalam kelompok

Page 18: Model Belajar Yang Kreatif

Kegiatan Belajar

Analisis Kemajuan

Daur Ulang

-       Cek kemajuan belajar kelompok

-       Dorong tindak lanjut

-     Belajar individual dan kelompok

-     Cek tugas yang harus dikerjakan

-     Cek proses dan hasil penelitian kelompok

-     Lakukan tindak lanjut

Catatan :Diadaptasi dari  (Joyce & Weil : 1986)

            Sistem sosial  yang berlangsung dalam model ini bersifat demokratis yang ditandai oleh keputusan-keputusan yang dikembangkan dalam  konteks masalah yang menjadi titik sentral kegiatan pembelajaran. Kegiatan kelompok dilakukan dengan arahan minimal dari guru, sehingga suasana kelas akan tidak begitu terstruktur. Iklim kelas ditandai oleh proses interaksi yang bersifat kesepakatan atau kensensus.            Sistem pendukung  berupa sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan model ini adalah segala sesuatu yang menyentuh kebutuhan peserta didik dalam rangka memecahkan permasalahan. Sebaiknya tersedia perpustakaan yang cukup menyediakan sumber informasi yang diperlukan peserta didik.

            Penggunaan model pembelajaran ini menurut Joyce dan Weil (1986) akan menghasilkan dampak instruksional dan dampak pengiring yang penulis gambarkan seperti bagan di bawah ini.

 

Page 19: Model Belajar Yang Kreatif

Gambar 3.Dampak Instruksional dan PengiringModel Investigasi Kelompok (Joyce and Weil : 1986 : 237)

              Berdasarkan gambar tersebut, model investigasi kelompok ini akan berdampak instruksional, yakni mencapai tujuan membangun pengetahuan pada diri peserta didik, melatih disiplin dalam penelitian, serta belajar hidup berkelompok. Sedangkan dalam pembelajaran tersebut akan dicapai juga dampak pengiring, yakni peserta didik akan menyadari akan keterikatan hidup dengan orang lain, menghormati sesama, perlunya komitmenhidup dalam kelompok, serta merasa bebas sebagai peserta didik.

UNSUR-UNSUR MODEL PEMBELAJARAN TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

a. Sintakmatik

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim dengan tiga langkah yaitu :

a) Pembentukan kelompok;

b) Diskusi masalah;

c) Tukar jawaban antar kelompok

b. Sistem sosial

Sistem sosial adalah situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam model tersebut. Suatu tata aturan yang dirancang dan disepakati untuk dijalankan dalam proses pembelajaran. Aturan pembentukan kelompok berdasarkan kesepakatan guru dengan peserta didik.

Aturan dalam pembelajaran misalnya dengan pembentukan kelompok dimana dalam pembentukan kelompok dengan cara berhitung 1-8, dimana anak yang memiliki nomor 1-8 menjadi satu kelompok dan begitu seterusnya.

c. Prinsip Reaksi

Prinsip Reaksi adalah pola kegiatan yang menggambarkan bagaimana seharusnya guru melihat dan memperlakukan para pelajar termasuk bagaimana seharusnya pengajar memberikan respon terhadap mereka.

Dalam pembelajaran menggunakan model NHT pada mulanya guru sekilas memberikan materi awal, misalnya tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya, guru memberikan LKS kepada semua kelompok yang sudah ditentukan untuk didiskusikan.

Dalam kegiatan diskusi guru berkeliling dan memberikan bantuan kepada kelompok dalam menyatukan berbagai pendapat yang ada dari masing-masing anak didalam kelompok tersebut. Ataupun menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti oleh kelompok tersebut.

Page 20: Model Belajar Yang Kreatif

Guru memancing pemikiran siswa dengan memberikan contoh-contoh yang spesifik agar perhatian siswa terpusat pada materi. Memberikan bantuan kepada anggota kelompok agar tetap aktif.

d. Sistem Pendukung

· Bahan ajar

Bahan ajar yang digunakan yaitu berupa materi yang disiapkan dan disampaikan oleh guru yaitu tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makananya sebagai penunjang dalam kegiatan belajar mengajar.

· Media Belajar

Untuk memudahkan siswa agar dapat memahami materi yang disampaikan oleh guru. Disini guru menggunakan media visual(gambar) dengan menggunakan PPT yang diproyeksikan oleh LCD dan menggunakan media gambar yang dimodivikasi.

e. Dampak Instruksional dan Dampak pengiring

Dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan siswa pada tujuan yang diharapkan. Sedangkan dampak pengiring adalah hasil belajar lainya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langung oleh siswa tanpa mengarah langsung dari pengajar.

Sintakmatik Dalam melaksanakan suatau kegiatan, tentu Anda berpikir tentang langkah-langkah melaksanakan kegiatan tersebut. Begitupula dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, Anda juga memikirkan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran berlangsung. Langkah-langkah ini mengakomodasi tentang apa yang harus Anda lakukan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah Anda rumuskan. Langkah-langkah tersebut dalam model pembelajaran disebut sintakmatik. Jadi sintakmatik dalam model pembelajaran dimaknai sebagai tahap-tahap kegiatan dari setiap model. 

Hal penting yang dapat membedakan model dengan komponen proses pembelajaran yang lain adalah bahwa urutan tahap-tahap sintakmatik dalam model tidak bisa dibolak-balik. Contoh sintakmatik dalam “Model Pencapaian Konsep” meliputi: penyajian data dan identifikasi konsep, mengetes pencapaian konsep, dan menganalisis strategi berpikir. Jadi ketika Anda menggunakan model ini, Anda tidak bisa memulai dari mengetes atau menguji pencapaian konsep baru penyajian data dan identifikasi konsep. Hal yang perlu Anda perhatikan ketika menggunakan model adalah bahwa langkah-langkah atau tahap-tahap kegiatan model dalam kegiatan belajar mengajar dimunculkan dalam kegiatan inti. 

Sistem sosial Dalam kegiatan belajar mengajar tentu ada interaksi sosial atau interaksi antarmanusia. Interaksi tersebut bisa terjadi antara guru dan siswa, antara siswa dan siswa, antara kelompok siswa dengan kelompok siswa yang lain. Bentuk intraksi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain jumlah siswa atau mahasiswa (besar atau kecil), latar belakang, kemampuan, dan

Page 21: Model Belajar Yang Kreatif

kematangan siswa atau mahasiswa, atau bahkan masalah jenis kelamin dan etnis. Setiap model pembelajaran mensyaratkan situasi atau suasana dan norma tertentu. Situasi atau suasana dan norma yang berlaku dalam suatu model pembelajaran disebut sistem sosial. 

Untuk itu, ketika menerapkan model pembelajaran tertentu Anda harus mempertimbangkan kemungkinan sistem sosial model yang Anda tetapkan cocok dengan situasi atau suasana di kelas atau lingkungan belajar yang Anda miliki. Contoh sistem sosial “Model Pencapaian Konsep” adalah bahwa model ini memiliki struktur yang moderat. Dalam kegiatan belajar mengajar guru atau instruktur mengendalikan aktivitas pembelajaran, tetapi dapat dikembangkan menjadi kegiatan dialog bebas dalam fase itu. Interaksi antarpebelajar dipandu atau digerakkan oleh pembelajar. 

Prinsip reaksi Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, ada pola kegiatan yang menggambarkan cara dosen atau guru dalam melihat dan memperlakukan para mahasiswa atau siswanya, termasuk cara dosen memberikan respon terhadap mahasiswa atau guru terhadap siswanya. Pola kegiatan guru atau dosen dalam memperlakukan atau memberikan respon pada mahasiswa atau pada siswanya tersebut disebut prinsip reaksi. Oleh karena itu, ketika Anda menerapkan atau menggunakan model pembelajaran tertentu, Anda harus mempunyai kemampuan cara memberikan respon pada siswa atau mahasiswa sesuai dengan pola atau prinsip reaksi yang berlaku dalam model tersebut. Misalnya dalam Model Pencapaian Konsep, berikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi-diskusi yang berlangsung, berikan bantuan kepada para pebelajar dalam mempertimbangkan hipotesis yang satu dari yang lainnya, pusatkan perhatian para pebelajar terhadap contoh-contoh yang spesifik, dan berikan bantuan kepada para pebelajar dalam mendiskusikan dan menilai strategi berpikir yang mereka gunakan. 

Sistem pendukung Agar kegiatan pembelajaran berjalan efektif dan efisien maka diperlukan sistem yang mendukung. Sistem pendukung itu bisa berupa sarana, alat dan bahan yang diperlukan dalam melaksanakan model pembelajaran tersebut. Sistem pendukung ini berkaitan dengan sintakmatik yang ada dalam model pembelajaran tersebut. 

Dengan demikian sistem pendukung yang dimaksud dalam suatu model pembelajaran adalah segala sarana, bahan dan alat yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan model pembelajaran tersebut. Hal yang perlu Anda perhatikan adalah Anda tidak bisa menerapkan model pembelajaran tertentu secara efektif dan efisien apabila sistem pendukungnya tidak memenuhi. Misalnya, Anda akan menggunakan model pembelajaran yang memerlukan investigasi (Model Group Investigasi atau dikenal model GI) di lapangan untuk mendapatkan informasi atau data, tetapi di lapangan tidak menyediakan informasi tersebut, maka jelas siswa atau mahasiswa Anda tidak akan memperoleh informasi tersebut, akibatnya pembelajaran menjadi tidak berhasil. 

Page 22: Model Belajar Yang Kreatif

Oleh karena itu, guru atau dosen harus memperhatikan sistem pendukung model pembelajaran sebelum model itu ditetapkan. Contoh sistem pendukung untuk model pembelajaran Model Pencapaian Konsep adalah bahanbahan dan data yang terpilih dan terorganisasikan dalam bentuk unit-unit yang berfungsi memberikan contoh-contoh. Bila para pebelajar sudah dapat berpikir semakin kompleks, mereka akan dapat bertukar pikiran dan bekerjasama dalam membuat unit-unit data, seperti yang terjadi pada fase atau tahap dua model tersebut 

Dampak instruksional dan dampak pengiring Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa sintakmatik dalam suatu model pembelajaran adalah menggambarkan langkah-langkah pembelajaran yang mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran (tujuan instruksional). Dengan demikian dampak instruksional adalah hasil belajar yang dicapai langsung dengan cara mengarahkan para mahasiswa atau siswa pada tujuan yang diharapkan. 

Namun demikian, dalam kegiatan belajar mengajar ada dampak pembelajaran yang muncul tanpa direncanakan terlebih dahulu. Dampak pembelajaran yang tidak direncanakan tersebut dikatakan sebagai dampak pengiring. Jadi dapat dikatakan bahwa dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu proses belajar mengajar, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami langsung oleh para mahasiswa atau siswa tanpa pengarahan langsung dari dosen atau guru. Seperti dijelaskan terlebih dahulu bahwa dampak instruksional dapat dilihat dari target yang diharapkan dalam tujuan-tujuan pembelajaran. 

Dengan demikian, dalam merencanakan pembelajaran Anda tidak bisa menentukan model pembelajaran terlebih dahulu sebelum menentukan semua tujuan pembelajaran. Berbeda dengan metode pembelajaran yang cenderung digunakan untuk merealisasikan pencapaian satu atau beberapa tujuan pembelajaran yang ada dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), model pembelajaran cenderung digunakan untuk merealisasian semua tujuan pembelajaran yang dirumuskan dalam suatu RPP. Walaupun model pembelajaran digunakan untuk satu RPP, namun dalam satu RPP bisa dimungkinkan untuk dilaksanakan dalam beberapa pertemuan. Hal ini dapat diartikan bahwa satu sintakmatik bisa dilaksanakan lebih dari satu pertemuan. 

Perlu diketahui bahwa ketika memenggal tahap-tahap atau fase-fase sintakmatik dalam model pembelajaran harus memperhatikan tingkat kemungkinan dan kelogisannya untuk dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka dalam merencanakan pembelajaran, Anda tentu sudah paham unsur-unsur yang ada pada setiap model yang akan Anda pilih. Untuk itu, pahami unsurunsur dalam model dengan baik agar pembelajaran yang telah Anda rencanakan dapat berjalan efektif dan efisien.