modal sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh

22
20 JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (1) : 020-041 (2016) Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh Masyarakat Dalam Penemuan Penderita Tuberkulosis Health Cadres’ Social Capital and Community Figures’ Leadership in the Detection of Tuberculosis Endang Sutisna Sulaeman 1 , Reviono 2 , Arry Setyowati 3 1 Magister Study Program of Public Health Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University 2 Pulmonology Department of Medical Faculty of Surakarta Sebelas Maret University 3 Pulmonary Department of Saras Husada Local General Hospital of Purworejo KATA KUNCI KEYWORDS ABSTRAK modal social; kepeminpinan; tuberculosis; case detection rate social capital; leadership; tuberculosis; case detection rate Tuberkulosis (TB) merupakan kedaruratan global bagi kemanusiaan. WHO menggulirkan Strategi DOTS (Directly Observed Treatment Short-course) dan Strategi Stop TB Partnership bertujuan untuk menjangkau semua penderita TB. Kedua strategi tersebut belum mampu mencapai target CDR (Case Detection Rate) secara konsisten. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh dan peran modal sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakat dalam penemuan TB paru BTA positif (CDR). Metode yang digunakan adalah survei dan studi kasus. Sasaran penelitian adalah Tim Penanggulangan TB di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, serta kader kesehatan, tokoh masyarakat, penderita TB, dan mantan penderita TB di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasil penelitian survei dengan analisis jalur menunjukkan, besaran pengaruh langsung modal sosial kader kesehatan terhadap CDR adalah 8,64%, pengaruh langsung kepemimpinan tokoh masyarakat terhadap CDR adalah 33%, dan pengaruh modal sosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakat secara simultan terhadap CDR adalah 27,7%. Hasil penelitian studi kasus menyimpulkan, peran modal sosial kader kesehatan dalam CDR terdiri dari dimensi kognitif, relasional dan struktural. Dimensi kognitif meliputi kepedulian, saling percaya dan rasa memiliki antar anggota keluarga, warga masyarakat, serta kader dan petugas kesehatan. Dimensi relasional meliputi kerjasama dan komunikasi yang dilandasi nilai-nilai bersama. Dimensi struktural meliputi jaringan sosial, perkumpulan dan

Upload: others

Post on 07-Jan-2022

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

20

JURNAL KEDOKTERAN YARSI 24 (1) : 020-041 (2016)

Modal Sosial Kader Kesehatan dan KepemimpinanTokoh Masyarakat Dalam Penemuan PenderitaTuberkulosis

Health Cadres’ Social Capital and Community Figures’Leadership in the Detection of Tuberculosis

Endang Sutisna Sulaeman1, Reviono2, Arry Setyowati3

1Magister Study Program of Public Health Postgraduate Program of SurakartaSebelas Maret University2Pulmonology Department of Medical Faculty of Surakarta Sebelas MaretUniversity3Pulmonary Department of Saras Husada Local General Hospital of Purworejo

KATA KUNCIKEYWORDS

ABSTRAK

modal social; kepeminpinan; tuberculosis; case detection ratesocial capital; leadership; tuberculosis; case detection rate

Tuberkulosis (TB) merupakan kedaruratan global bagikemanusiaan. WHO menggulirkan Strategi DOTS (DirectlyObserved Treatment Short-course) dan Strategi Stop TBPartnership bertujuan untuk menjangkau semua penderita TB.Kedua strategi tersebut belum mampu mencapai target CDR(Case Detection Rate) secara konsisten. Penelitian ini bertujuanmenganalisis pengaruh dan peran modal sosial kader kesehatandan kepemimpinan tokoh masyarakat dalam penemuan TB paruBTA positif (CDR). Metode yang digunakan adalah survei danstudi kasus. Sasaran penelitian adalah Tim Penanggulangan TBdi Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten, serta kaderkesehatan, tokoh masyarakat, penderita TB, dan mantanpenderita TB di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Hasilpenelitian survei dengan analisis jalur menunjukkan, besaranpengaruh langsung modal sosial kader kesehatan terhadap CDRadalah 8,64%, pengaruh langsung kepemimpinan tokohmasyarakat terhadap CDR adalah 33%, dan pengaruh modalsosial kader kesehatan dan kepemimpinan tokoh masyarakatsecara simultan terhadap CDR adalah 27,7%. Hasil penelitianstudi kasus menyimpulkan, peran modal sosial kader kesehatandalam CDR terdiri dari dimensi kognitif, relasional danstruktural. Dimensi kognitif meliputi kepedulian, saling percayadan rasa memiliki antar anggota keluarga, warga masyarakat,serta kader dan petugas kesehatan. Dimensi relasional meliputikerjasama dan komunikasi yang dilandasi nilai-nilai bersama.Dimensi struktural meliputi jaringan sosial, perkumpulan dan

Page 2: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

21

persatuan masyarakat. Peran kepemimpinan tokoh masyarakatdalam CDR adalah memberikan motivasi, tempat bertanya dankonsultasi, mengadakan pertemuan rutin, serta mengelolakegiatan dan menggalang donasi.

ABSTRACT Tuberculosis (TB) is a global emergency for humanity. WHOlaunches DOTS (Directly Observed Treatment Short-Course)and Stop TB Partnership strategies aiming to reach all peoplewith TB. Both strategies have not been able to reach the target ofCDR (case detection rate) consistently. This research aimed toanalyze the effect and the role of health cadres’ social capital andcommunity figures’ leadership in finding the people withpositive-BTA pulmonary tuberculosis (CDR). The methodsemployed were survey and case study. The target of researchwas TB management team in Puskesmas (Public Health Centre)and Regency Health Service, and health cadres, communityfigures, people with TB, and people with TB previously inSukoharjo Regency, Central Java. The result of research withpath analysis showed that the size of direct effect of healthcadres’ social capital on CDR was 8.64%, that of communityfigures’ leadership on CDR was 33%, and that of health cadres’social capital and community figures’ leadership simultaneouslyon CDR was 27.7%. The result of case study researchconcluded that the role of health cadres’ social capital in CDRconsisted of cognitive, relational and structural dimensions.Cognitive dimension included care, mutual trust, and sense ofbelonging among the members of family, members of society,and health cadres and workers. Relational dimension includedcooperation and communication based on commonness value.Structural dimension included social network, communityassociation and unity. The role of community figures’ leadershipin CDR was that it provided motivation, served as the one towhich any one asking question and consulting, conductedroutine meeting, and managed activity and raised donation.

Sejak tahun 1993, WHOmenyatakan, Tuberkulosis (TB)merupakan kedaruratan global bagikemanusiaan. Pada tahun 1990 WHOmeluncurkan strategi DOTS untukmenanggulangi TB. Fokus utama DOTSadalah penemuan dan penyembuhanpenderita dengan prioritas penderitaTB Basil Tahan Asam (BTA) positif.Selanjutnya pada tahun 2006 WHOmenggulirkan “Strategi Stop TB

Partnership” bertujuan untukmenjangkau semua pasien,mengintensifkan penanggulangan TB,dan memastikan tercapainya targetMillennium Development Goals (MDG’s)tahun 2015.

Corespondence:Dr. H. Endang Sutisna Sulaeman, dr. M.Kes MagisterStudy Program of Public Health Postgraduate Programof Surakarta Sebelas Maret University Jl. Ir. Sutarno No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telpon (0271) 664178E-mail: [email protected]

Page 3: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

22

Target Stop TB Partnershipadalah; (1) Pada tahun 2015, bebanglobal penyakit TB (prevalensi danmortalitas) akan berkurang sebesar 50%dibandingkan tahun 1990, dansetidaknya 70% orang yang terinfeksiTB dapat dideteksi dengan strategiDOTS dan 85% diantaranya dinyatakansembuh, (2) Pada tahun 2050 TB bukanlagi merupakan masalah kesehatanmasyarakat global (WHO 2006, WHO2010, Kementerian Kesehatan RI 2011).Melalui strategi DOTS dan Stop TBPartnership, CDR belum konsisten bisatercapai, untuk itu perlu mengembang-kan partisipasi masyarakat melaluiperan modal sosial kader kesehatandan kepemimpinan tokoh masyarakatdalam penemuan penderita TB BTApositif (Case Detection Rate/CDR).

Indikator keberhasilanpenanggulangan TB adalah CDR danangka keberhasilan pengobatan (successrate/SR). Sasaran strategi nasionalpengendalian TB 2010-2014 yaitumenurunkan prevalensi TB dari 235 per100.000 penduduk menjadi 224 per100.000 penduduk. Sasaran keluaranadalah; (1) meningkatkan persentasekasus baru TB paru (BTA positif) yangditemukan dari 73% menjadi 90%, (2)meningkatkan persentase keberhasilanpengobatan kasus baru TB paru (BTApositif) mencapai 88%, (3)meningkatkan persentase provinsidengan case detection rate (CDR) di atas70% mencapai 50%, (4) meningkatkanpersentase provinsi dengankeberhasilan pengobatan di atas 85%dari 80% menjadi 88% (KementerianKesehatan RI 2011). Insidensi TB diIndonesia pada tahun 2010 mendudukiurutan keempat dari lima negaraterbesar di dunia yaitu 0,37-0,54 juta.Perkiraan CDR untuk semua bentuk TBdi tingkat global pada tahun 2010

adalah 65% (kisaran 63-68%) (WHO2011). Kabupaten Sukoharjo JawaTengah baru mencapai 34,89% (2012).Berdasarkan penelitian pendahuluan,faktor-faktor penyebab CDR yangrendah di Kabupaten Sukoharjo yaitu;(1) partisipasi dan pemberdayaanmasyarakat untuk meningkatkanpenjaringan kasus TB belum optimal,(2) penjaringan terlalu longgar atauterlalu sensitive, (3) program TB hanyamengandalkan pasif case finding (PCF)untuk menjaring kasus TB, (4)kerjasama lintas program maupunlintas sektor belum optimal (DinasKesehatan Kabupaten Sukoharjo 2013).

Keberhasilan penanggulanganTB perlu menjalin kerjasama denganberbagai mitra. Mitra TB adalah setiaporang atau kelompok yang memilikikepedulian, kemauan, kemampuan,dan komitmen yang tinggi untukmemberikan dukungan serta kontribusipada pengendalian TB berperan sesuaipotensinya. Potensi individu dapatdimanfaatkan secara optimal untukkeberhasilan pengendalian TB. MitraTB harus memiliki pemahaman yangsama akan tujuan kemitraan yaituterlaksananya upaya percepatanpengendalian TB secara efektif, efisien,dan berkesinambungan (KementerianKesehatan RI 2011). Penyakit menularTB bukan saja masalah bagi penderitaTB tetapi juga masalah sosial bagimasyarakat. Kebijakan sosial sangatdibutuhkan untuk menurunkaninsidensi TB (Rasanathan et al., 2011).Program pengendalian TBmembutuhkan peran aktif kaderkesehatan, tokoh masyarakat, danpenderita TB (Kementerian KesehatanRI 2011). Krianto (2005) menyatakanperlunya mengembangkan ke-pemimpinan lokal, meningkatkanmobilisasi, dan pendayagunaan sumber

Page 4: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

23

daya dalam pemecahan masalahkesehatan. Kajian peran modal sosial(social capital) dalam intervensikesehatan merupakan konsep yangmenarik perhatian penelitiankesehatan. Modal sosial berhubungandengan perilaku kesehatan. Modalsosial yang rendah akan menginduksiperilaku yang tidak sehat (Murti 2010).Kemajuan pengendalian TB di negaradengan pendapatan rendah sampaisedang tidak hanya memerlukankekuatan program pengendalian,diagnosis dan pengobatan TB tetapijuga modal sosial TB (Bolin et al., 2003).

Konsep modal sosial pertama kalidiperkenalkan oleh Hanifan (1916 cit.Sulaeman 2013), mengartikan sebagaikohesi sosial dan investasi pribadidalam masyarakat. Modal sosial beradadalam kehidupan sehari-harimasyarakat, seperti saling berkunjung,persekutuan, simpati, dan salingberhubungan antara individu,keluarga, tetangga serta kelompoksehingga terakumulasi menjadi modalsosial yang dapat memenuhikebutuhan sosial dan berpotensi untukmeningkatkan kondisi kehidupanmasyarakat secara keseluruhan(Conrad 2007, Oksanen 2009).

Modal sosial sebagai karakteristikorganisasi sosial misalnya jejaring,norma, dan kepercayaan sosial yangmemudahkan koordinasi dankerjasama untuk kepentingan bersama(Putnam 1993). Sebagai sumber dayayang diakses oleh individu dankelompok dalam sebuah struktursosial, yang memudahkan kerjasama,tindakan kolektif, dan terpeliharanyanorma-norma bersama (Fujiwara et al.,2008). Sebagai kemampuan para pelakuuntuk mendapatkan manfaat melaluikeanggotaannya dalam jejaring sosialatau struktur sosial lainnya (Portes

1998). Modal sosial mencakup tigadimensi yaitu kognitif, relasional, danstruktural. Dimensi kognitif memfokus-kan pada makna dan pemahamanbersama antara individu ataukelompok, merasa memiliki satudengan yang lain. Dimensi relasionalberfokus pada karakter koneksi antaraindividu yang dicirikan melaluikepercayaan dan kerjasama. Dimensistruktural berhubungan dengankemampuan individu membuat ikatanantara yang lemah dan yang kuatdalam suatu sistem (Nahapiet et al.,1998 cit. Sulaeman 2013). Dimensikognitif seperti kepercayaanmasyarakat, kebersamaan dapatmeningkatkan perasaan aman individudalam masyarakat (Fujiwara et al.,2008). Dimensi kognitif - kepercayaandan perasaan memiliki sangatberhubungan dengan perasaan sehatfisik dan mental. Dimensi strukturalmembuka hubungan baik denganinstitusi formal maupun informal danmenurunkan dampak negatif gayahidup yang buruk (Harpham et al.,2001).

Bolin et al., (2003) berpendapatmodal sosial merupakan sumber dayayang terdapat dalam strukturmasyarakat, jika digunakan dapatmemberikan manfaat bagikesejahteraan anggota masyarakat.Beberapa teori tentang modal sosialmaupun bukti empiris menunjukantingkat modal sosial yang tinggi disuatu masyarakat erat kaitannyadengan tingkat kesehatan anggotamasyarakat. Modal sosial yang tinggimemudahkan anggota masyarakatuntuk berbagi informasi kesehatan,mengakses, dan menggunakan sumberdaya yang tersedia di dalammasyarakat. Menurut Lynch et al.,(2000) investasi modal sosial

Page 5: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

24

merupakan strategi yang bergunauntuk kesehatan masyarakat.Selanjutnya Macinko (2001)berpendapaat bahwa modal sosialberhubungan positif dengan kesehatan.Jaringan sosial merupakan sumberfundamental untuk mencegahpenyakit. Individu yang tinggal dimasyarakat dengan tingkat modalsosial tinggi melaporkan dirinya lebihsehat secara jasmani dan rohanidibandingkan individu yang tinggaldalam masyarakat dengan tingkatmodal sosial rendah.

Menurut Holtgrave et al., (2004)modal sosial dapat membanguninfrastruktur komunitas untukmemecahkan masalah TB. Kawachi etal. (2000) menjelaskan mekanismemodal sosial dalam masyarakat danpengaruhnya terhadap kesehatan yaitu;(1) modal sosial menyediakan salurandistribusi pengetahuan dan informasiyang berkaitan dengan kesehatan, (2)modal sosial dapat berfungsi sebagaimekanisme untuk menjaga normaperilaku sehat dan mengerahkankontrol sosial terhadap perilakumerugikan kesehatan, (3) modal sosialsebagai modal yang memungkinkanuntuk mempromosikan akses terhadaplayanan dan fasilitas kesehatan, (4)modal sosial berfungsi sebagaipenghubung dalam proses psiko-sosialtermasuk pengembangan dukungansosial dan saling menghormati.

Beberapa studi menunjukkanmodal sosial berhubungan denganberbagai indikator kesehatan ataupunperilaku kesehatan seperti mortalitas(Kawachi et al., 1997). PenelitianSundquist dan Yang (2000)menemukan linking social capital(menghubungkan modal sosial)berhubungan dengan kesehatan.Menurut Blakely et al., (2006) linking

social capital meningkatkan kesempatanwarga mengakses sumber-sumber dayauntuk memproduksi kesehatan.Menurut Murti (2010) interaksi antarawarga dan pemerintah daerah,kepercayaan warga terhadap sistempelayanan kesehatan formal, kedekatanantara warga masyarakat danpemimpin formal serta koordinasiantar institusi merupakan contohlinking social capital.

Murti (2010) melakukan surveirumah tangga di Surakarta, Pati, danTulungagung menggunakan sampelsebanyak 1.986 perempuan. Studitersebut menemukan hubungan positifantara modal sosial dan kesehatanperempuan. Penemuan penderita TBparu BTA positif sangat tergantungdari inisiatif dan motivasi penderitauntuk memeriksakan gejalapenyakitnya ke sarana pelayanankesehatan, tingkat sosio ekonomi,pengetahuan, dan tingkat kewaspadaankesehatan (Dye et al., 2009, Ngadaya etal., 2009). Menurut WHO (2010) modalsosial memberikan kontribusipenguatan sistem kesehatan padaprogram penanggulangan TB melaluimobilisasi sosial dalam konteksnasional dan regional sebagai prosesmembangkitkan keinginan masyarakatsecara aktif dengan meneguhkankonsensus dan komitmen sosial diantara pengambil kebijakan dalampenanggulangan TB. WHO Global Planto Stop TB 2006-2015 menyatakan,sumber utama manusia sangatmenentukan program pengendalianTB. Kader kesehatan adalah orang yangdiharapkan memegang peran pentingdi bidang kesehatan. Kader kesehatanadalah anggota masyarakat yangmemiliki pengetahuan, kemauan, dankemampuan menggerakkan

Page 6: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

25

masyarakat untuk berpartisipasi dalampembangunan kesehatan (WHO 2007).

Menurut Ebi et al., (2008) perankader kesehatan adalah memberikanpelayanan promotif, preventif dankuratif sesuai kebutuhan masyarakatsetempat. Kader kesehatanmemberikan dukungan yang besar,mengembangkan komitmen yang kuat,dan memberikan solusi yang lebihkreatif untuk meningkatkan CDR.Kader kesehatan ikut serta dalamperencanaan, implementasi,monitoring, dan evaluasi program TB.Sementara itu menurut Awofeso (2008)peran kader kesehatan dalam programpengendalian TB adalah; (1) melakukanpenyuluhan kepada masyarakat, (2)merujuk penderita yang batuk lebihdari 2 minggu, membagi pot dahak diposyandu, (3) pengawasan minum obatTB paru, (4) memberikan kesadaranuntuk berobat secara lengkap, (5)menjelaskan usaha pencegahan danpenularan penyakit TB kepadapenderita dan masyarakat, serta (6)pencatatan dan pelaporan.

Kader kesehatan dapatmembangun jaringan yang kuat untukmendapat dukungan sosial sehinggadapat menurunkan stres, tekanan, danrisiko terkena penyakit. Dukungansosial dan aktivitas fisik mempunyaikorelasi yang positif dan sebagaimotivator utama (Baum et al., 2003).Dukungan yang diberikan teman,tetangga, dan masyarakat kepadapenderita TB akan membuat penderitaTB akan lebih terbuka tentangpenyakitnya. Dua manfaat potensialyang diperoleh, yaitu manfaatpsikologis dimana mereka tidak perlumenyembunyikan penyakitnya danmanfaat material yaitu merekamendapatkan dukungan dan dorongandiri mereka sendiri. Kader kesehatan

yang berpendidikan tinggi mempunyaikemampuan dan berpengalamansebagai sumber daya manusia yangsangat berharga untuk suatu organisasi(Holtgrave et al., 2004). Individudengan pendapatan lebih tinggi jugamemiliki hubungan sosial, merasakansuatu kewajiban untuk berperan bagilingkungannya. Individu dari populasiyang homogen lebih mungkin untukmenjadi kader kesehatan karenamasyarakat lebih percaya kepada orangdari populasinya sendiri dibandingorang dari populasi lain. Kepercayaansangat penting karena individu yangbersaangkutan merasa lebih nyaman(Ainy et al., 2012).

Rogers (1999 cit. Sulaeman 2013)berpendapat bahwa dalam setiapsistem sosial terdapat “opinion leader”(pemimpin opini)-pemimpin masya-rakat yang diminta pertimbanganketika orang mau menerima ataumenolak inovasi baru. Tokohmasyarakat adalah orang yangterkemuka atau kenamaan dibidangpolitik, budaya, kesehatan dan bidanglainnya di masyarakat (PusatPembinaan dan Pengembangan BahasaDepartemen Pendidikan danKebudayaan 2007). Tokoh masyarakatdi tingkat desa/kelurahan meliputiaparat pemerintahan desa/kelurahan(kepala desa/lurah, kepala urusankesejahteraan rakyat dan kepaladusun), pengurus Badan PerwakilanDesa (BPD), pengurus LembagaPemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan (LPMD/LPMK), pengurusPemberdayaan dan KesejahteraanKeluarga (PKK) desa/kelurahan, ketuaRT, pendidik/guru, pemimpin agamadan organisasi masyarakat.

Kouzes et al., (2007 cit. Sulaeman2013) menyimpulkan terdapat limaaspek peran kepemimpinan, yaitu;

Page 7: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

26

(1) model the way: memberikancontoh dalam pelaksanaan kegiatan, (2)inspire a shared vision: memberikaninspirasi pada visi bersama, (3)challenge the process: melakukanpembaharuan dalam proses pencapaiantujuan, (4) enable others to act:meningkatkan kemampuan staf untukbertindak melalui kerjasama tim,memberikan kepercayaan danmengembangkan kemampuan staf,serta (5) encourage the heart:memberikan semangat danpenghargaan. Holtgrave (2002)berpendapat bahwa kepemimpinantokoh masyarakat sangat potensialuntuk meningkatkan kepedulianterhadap tanda dan gejala TB, berperanaktif mendorong penderita TBmenjalani pengobatan TB danmemberitahu keuntungan pengobatanlengkap, serta membantu mengatasikeluhan penderita. Tokoh masyarakatbekerja sama dengan kader kesehatanmengawasi penderita TB dalam minumobat. Hal ini akan menurunkan angkakegagalan pada penderita TB yangmendapat pengobatan lengkap.

Penelitian Flueggne (2011)menyimpulkan, ada empat hal pentinguntuk meningkatkan CDR yaitu; (1)menganalisis dan menyimpulkanberbagai metode yang terintegrasidengan adanya laporan kasus TB, (2)mendeskripsikan lingkungan danbudaya untuk mengurangi kasus TB,(3) menggali sejumlah metodekemasyarakatan yang disesuaikandengan daerah setempat, (4)identifikasi kompetensi model budayayang potensial untuk penemuan kasusTB yang lebih baik.

Penelitian ini bertujuan untukmengetahui dan menganalisispengaruh dan peran modal sosial kaderkesehatan dan kepemimpinan tokoh

masyarakat dalam penemuan TB paruBTA positif (CDR) di KabupatenSukoharjo Jawa Tengah.

BAHAN DAN CARA KERJA

Desain penelitian adalah potong-lintang (cross-sectional) denganpendekatan rancangan gabungan yaitumemadukan pendekatan kuantitatifdan kualitatif. Tempat penelitian diKabupaten Sukoharjo Provinsi JawaTengah. Waktu penelitian dilakukanselama lima bulan mulai bulan Agustussampai dengan Desember 2013.Penelitian kuantitatif dilakukan di 8Puskesmas meliputi 4 Puskesmasmewakili Puskesmas yang telahmencapai target CDR dan 4 Puskesmasmewakili Puskesmas yang belummencapai target CDR. Populasipenelitian kuantitatif adalah seluruhdesa berjumlah 177 desa denganmengambil sampel sebanyak 80 desa.Teknik pencuplikan sampel dilakukansecara disproportionate stratified randomsampling. Teknik pengumpulan datamenggunakan kuesioner tertutup.Responden penelitian sebanyak 120orang terdiri dari 80 orang kaderkesehatan dan 40 orang dari TimPenanggulangan TB Puskesmas.

Populasi penelitian kualitatifberupa situasi sosial yaitu interaksisecara sinergis antara tempat, pelaku,dan aktivitas dalam programpenemuan kasus baru TB BTA positif.Teknik pencuplikan dilakukan denganpurposive dan snowball sampling. Sampelpenelitian memilih dua desa yaitu satudesa sebagai representasi desa yangtelah mencapai target CDR dan satudesa sebagai representasi desa yangbelum mencapai CDR. Informan terdiridari dua kategori; (1) Kelompokpetugas (Tim Penanggulangan TBPuskesmas) masing-masing Puskesmas

Page 8: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

27

sebanyak 6 orang, (2) Kelompokkomunitas masing-masing desasebanyak 18 informan. Informanseluruhnya sebanyak 48 orang meliputiinforman petugas Puskesmas sebanyak12 orang, dan informan kelompokkomunitas sebanyak 36 orang. Dengankomposisi informan seperti itu, makatriangulasi sumber informasi danmetoda dalam penelitian kualitatiftelah dapat dipenuhi. Teknikpengumpulan data dilakukan dengancara wawancara mendalam (in depthinterview), focus group discussion (FGD),observasi partisipasi (participanobservation) dan kajian dokumen.

Analisis data penelitianmenggunakan pendekatan analisisgabungan kuantitatif dan kualitatif.Analisis data kuantitatif meliputianalisis univariat, analisis bivariat, dananalisis multivariat. Analisis univariatuntuk mengetahui deskripsi distribusifrekuensi tiap variabel. Analisis bivariatuntuk mengetahui korelasi antaravariabel bebas modal sosial kaderkesehatan dan kepemimpinan tokohmasyarakat dengan variabel terikatyaitu CDR. Analisis bivariatmenggunakan uji korelasi Spearman(non parametrik). Analisis multivariatdilakukan dengan analisis jalur (pathanalysis).

Analisis data dalam penelitianstudi kasus meliputi reduksi data,penyajian data, dan kesimpulan yangdilakukan secara interaktif dan siklikdengan proses pengumpulan data,sebagai suatu proses analisis interaktifdan analisis jalinan. Analisismenggunakan matriks, datadikelompokkan per-variabel untukkategori yang sama dan dianalisissegera setelah selesai wawancaramendalam. Beberapa jenis triangulasidigunakan untuk memaksimalkan

kepercayaan data; triangulasi penelitiyaitu bekerja kolaboratif dalam timpenelitian (3 orang) dalammengidentifikasi kode, mengembang-kan kategori dan tema, triangulasimetode dan sumber data, yaitumenggunakan berbagai jenis data yangdikumpulkan dengan berbagai metodedan sumber data, misalnya rekamandari wawancara, catatan lapangan, danpemeriksaan anggota (member checking)untuk memberikan umpan balik hasilanalisis data. Triangulasi teori jugadigunakan dalam desain pertanyaanwawancara dan tinjauan teoritis.

HASIL

Penelitian Kuantitatif1. Analisis Univariat: Penilaian

responden pada peran modal sosialkader kesehatan dan perankepemimpinan tokoh masyarakatterhadap CDR

Rata-rata penilaian respondenpada peran modal sosial kaderkesehatan terhadap CDR yaitu 3,44(baik) dan rata-rata penilaianresponden pada perankepemimpinan tokoh masyarakatterhadap CDR yaitu 3,5 (baik).Pencapaian CDR di Puskesmaswilayah Sukoharjo masih dibawahtarget yang ditetapkan yaitu 34,89%dan rentang nilai maksimum denganminimum masih terlalu lebar yaitu0–118,3.

2. Analisis BivariatHasil uji normalitas data

menujukkan data tidak berdistribusinormal. Untuk itu digunakan ujinon-parametrik dengan peringkatSpearman. Korelasi dinyatakanbermakna antara dua variabel yangdiuji jika p < 0,05.

Page 9: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

28

a. Peran modal sosial kader kesehatan terhadap CDR

Tabel 1. Uji korelasi bivariat antara peran modal sosial kader kesehatan padasubvariabel dimensi kognitif, relasional, dan struktural dengan CDR

Variabel dan dimensiKorelasi Spearman terhadap CDR 2012 (Y)

p r Kekuatan korelasiModal Sosial Kader Kesehatan (X1) 0,000* 0,560 sedangKognitif 0,024* 0,263 lemahRelasional 0,015* 0,282 lemahStruktural 0,049* 0,230 lemah

Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 1 menunjukkan hasiluji korelasi bivariat antaravariabel peran modal sosial kaderkesehatan meliputi dimensikognitif, relasional, dan strukturalterhadap CDR denganmenggunakan uji Spearman. Nilaip=0.000 yang menunjukkankorelasi antara keduanya secarastatistik bermakna (p < 0,05)dengan koefisien korelasi (r)sebesar 0.560. Dengan demikianterdapat korelasi positif sedangdan bermakna antara peran modalsosial kader kesehatan terhadapCDR. Nilai p=0.024 didapatkanuntuk pengujian korelasi antaradimensi kognitif modal sosialkader kesehatan terhadap CDRyang menunjukkan korelasikeduanya bermakna (p < 0.05)dengan koefisien korelasi (r)sebesar 0,263 menunjukkankekuatan korelasi positif lemah.Dengan demikian terdapatkorelasi positif lemah danbermakna antara dimensi kognitifmodal sosial kader kesehatan

terhadap CDR. Nilai p=0.015didapatkan untuk pengujiankorelasi antara dimensi relasionalmodal sosial kader kesehatanterhadap CDR yang menunjukkankorelasi keduanya bermakna (p <0.05) dengan koefisien korelasi (r)sebesar 0,282 menunjukkankorelasi positif lemah. Dengandemikian terdapat korelasi positiflemah dan bermakna antaradimensi relasional modal sosialkader kesehatan terhadap CDR.Nilai p=0.049 didapatkan untukpengujian korelasi antara dimensistruktural modal sosial kaderkesehatan terhadap CDR yangmenunjukkan korelasi keduanyabermakna (p < 0.05) dengankoefisien korelasi (r) sebesar 0,230menunjukkan korelasi positifdengan kekuatan korelasi lemah.Dengan demikian terdapatkorelasi positif lemah danbermakna antara dimensistruktural modal sosial kaderkesehatan terhadap CDR.

Page 10: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

29

b. Peran kepemimpinan tokoh masyarakat terhadap CDR

Tabel 2. Uji korelasi bivariat antara peran subvariabel kepemimpinan tokohmasyarakat terhadap CDR

Variabel dan dimensiKorelasi Spearman terhadap CDR 2012 (Y)

p r Kekuatan korelasiKepemimpinan Tokoh Masyarakat (X2) 0,070 0,212 lemahMemberi Contoh/Teladan 0,014* 0,284 lemahMemberi Inspirasi 0,316 0,118 sangat lemahMelakukan Inovasi 0,129 0,178 sangat lemahMemberi Motivasi 0,341 0,112 sangat lemahMeningkatkan Kemampuan Staf 0,090 0,198 sangat lemah

Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 2 menunjukkan ujikorelasi bivariat denganmenggunakan uji Spearman antaraperan kepemimpinan tokohmasyarakat terhadap CDR. Nilaikemaknaan p=0,070 didapatkanuntuk pengujian antara variabelbebas kepemimpinan tokohmasyarakat dengan variabelterikat CDR dengan koefisienkorelasi (r) 0,212. Dengandemikian terdapat korelasi positiflemah dan tidak bermakna antaraperan kepemimpinan tokohmasyarakat terhadap CDR. Nilaikemaknaan p=0.014 untuk ujikorelasi antara kepemimpinantokoh masyarakat terhadap aspekmemberi contoh/teladan tokohmasyarakat terhadap CDR dengankoefisien korelasi (r) sebesar 0.284.

Dengan demikian terdapatkorelasi positif lemah danbermakna antara aspek membericontoh atau teladan tokohmasyarakat terhadap CDR. Nilaikemaknaan p=0.316 didapatkanuntuk pengujian korelasi antara

subvariabel memberi inspirasitokoh masyarakat terhadap CDRdengan koefisien korelasi (r) 0.118.Dengan demikian terdapatkorelasi positif sangat lemah dantidak bermakna antara aspekmemberi inspirasi tokohmasyarakat terhadap CDR. Nilaikemaknaan p=0.129 dengankoefisien korelasi (r) sebesar 0,178didapatkan untuk pengujianantara subvariabel melakukaninovasi tokoh masyarakatterhadap CDR.

Dengan demikian terdapatkorelasi positif sangat lemah dantidak bermakna antarasubvariabel melakukan inovasitokoh masyarakat terhadap CDR.Nilai kemaknaan p=0.341 dengankoefisien korelasi (r) sebesar 0.112didapatkan untuk pengujianantara subvariabel melakukanmemberi motivasi tokohmasyarakat terhadap CDR yangmenunjukkan korelasi keduanyatidak bermakna (p > 0.05). Dengandemikian terdapat korelasi positif

Page 11: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

30

lemah dan tidak bermakna antarasubvariabel melakukan inovasitokoh masyarakat terhadap CDR.Nilai kemaknaan p=0.090 dengankoefisien korelasi (r) sebesar 0.198didapatkan untuk penguji antarasubvariabel aspek meningkatkankemampuan staf tokoh masya-rakat terhadap CDR. Dengandemikian terdapat korelasi positiflemah dan tidak bermakna antarasubvariabel meningkatkan ke-mampuan staf tokoh masyarakatterhadap CDR.

3. Analisis MultivariatAnalisis multivariat dilakukan

melalui analisis jalur (path analysis).Diperoleh nilai F sebesar 6.606dengan nilai probabilitas (sig) 0,000.Karena nilai sig < 0,05, disimpulkanterdapat pengaruh modal sosialkader kesehatan dan kepemimpinantokoh masyarakat dalam membericontoh atau teladan terhadap CDR.Berdasarkan hasil perhitungananalisis jalur, dikesimpulan bahwabesaran pengaruh langsung modalsosial kader kesehatan terhadapCDR adalah 8,64%. Besaranpengaruh langsung kepemimpinantokoh masyarakat terhadap CDRadalah 33%. Besaran pengaruhsimultan modal sosial kaderkesehatan dan kepemimpinan tokohmasyarakat terhadap CDR adalah27,7%.

Penelitian Kualitatif1. Peran modal sosial kader

kesehatan dalam CDRDimensi kognitif modal sosial

kader kesehatan yang berhubungandengan CDR yaitu adanyakepedulian kader kesehatanterhadap warga masyarakat,adanya saling percaya dan rasa

memiliki antar anggota keluarga,sesama warga serta kader danpetugas kesehatan. Bila ada salahsatu warga yang sakit seperti TB,kader kesehatan memberitahukankepada warga binaannya, sertamenggerakan untuk menjengukdan mengumpulkan iuran wargauntuk membantu pengobatan. Saatmenjenguk orang sakit, wargaberdiskusi serta bertanya tentangpenyakitnya, obatnya, dan carapencegahannya.

Kepercayaan masyarakatterhadap kader kesehatan dalamprogram pengendalian TB semakinberkembang dengan adanyapelatihan kader dalam program TB,sehingga kader mempunyai bekalpengetahuan dan keterampilanprogram TB yang memadai. Kaderkesehatan berperan sebagai sebagaipanutan, pendidik dan penggerakdalam membantu penemuanpenderita TB di masyarakat.Berikut beberapa kutipanpernyataan informan:

“…..adanya saling percaya antaranggota keluarga, sesama wargadan terhadap kader kesehatan;anggota keluarga menyarankanuntuk memeriksakan kepuskesmas; bila ada salah satuwarga yang sakit seperti TB,kader kesehatan memberitahukankepada warga binaannya, sertamenggerakan untuk menjengukdan mengumpulkan iuran wargauntuk membantu pengobatan;kader kesehatan meng-informasikan ciri-ciri penderitaTB, melakukan penyuluhan agarwarga terhindar dari penyakitTB; warga percaya kepada kaderkesehatan, dan menjalankan apayang disarankan kader kesehatandalam pengobatan TB sampai

Page 12: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

31

tuntas”….” (St, 28 Agustus2013; Gnd, Bulu 27 Agustus2013).“….adanya rasa memiliki satusama, warga turut prihatin danpeduli terhadap penderita TBterutama lansia, warga akanmengantar ke puskesmas danmembantu dalam minum obat;adanya kepercayaan masyarakatpada pelayanan kesehatanPuskesmas, dimana terdapatbukti penderita TB BTA positifyang sembuh setelah menjalanipengobatan di Puskesmas” (St,Bulu 27 Agustus 2013).Sementara itu dimensi

relasional modal sosial kaderkesehatan memfokuskan padakarakter hubungan antara individuyang diwujudkan melaluikerjasama dan komunikasi yangdilandasi nilai-nilai bersama, yangdimanifestasikan dalam pemberiansaran dan nasihat, mendampingiberobat, mencari jalan keluar untukbiaya pengobatan, melaluisumbangan perorangan, iuran ataumengambil dari kas RT. Sepertidisampaikan informan berikut:

“…..adanya kerjasama antarawarga masyarakat, agarpenderita TB lebih cepatdiketahui dan mencegah penular-an TB; adanya komunikasiantara warga, seperti salingmenginformasikan ciri-ciripenderita TB, melakukan pe-nyuluhan agar mengetahuipencegahan, pengobatan, carapenularan agar terhindar daripenyakit TB,, dan lain-lain;adanya komunikasi dan kerja-sama antara warga masyarakatdan kader kesehatan, penderitaTB BTA positif akan cepatdiketahui; kerjasama antara

warga masyarakat digerakkanoleh kader kesehatan, sepertidalam pengumpulan dana untukbiaya berobat, meng-komunikasikan kepada wargamasyarakat untuk mendampingidan mengantar berobat; mencarijalan keluar, misal menghimpunsumbangan warga, meminjammobil warga untukmengantarkan orang sakit kePuskesmas atau Rumah Sakit”(Amn, Kartasura 28 Agustus2013; Wrs, Kartasura 28Agustus 2013).“….adanya nilai-nilai bersama,seperti tidak membeda-bedakanantara penderita TB denganpenderita yang lain, warga tidakmengucilkan penderita TB dantetap menjalin komunikasi,memberikan nasihat sertamengingatkan untuk berobatteratur; adanya norma bersamauntuk menjenguk orang sakit;saat menjenguk, wargamenanyakan keluhan penderitasehingga warga mengetahuipenyakitnya, masyarakat lebihpeka terhadap gejala TB; adanyanorma bersama, membuat TBlebih mudah diketahuimasyarakat.” (Whd, Kartasura28 Agustus 2013; Fth, Bulu, 27Agustus 2013; Krs, Bulu, 27Agustus 2013).Sementara itu, dimensi

struktural modal sosial kaderkesehatan berhubungan dengankemampuan individu untukmembuat ikatan yang lemahmenjadi kuat dalam suatu sistem,seperti jaringan sosial,perkumpulan dan persatuanmasyarakat. Adanya jejaringmasyarakat, penyebaran informasiberpola dari atas bisa sampai ke

Page 13: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

32

bawah, sehingga warga mendapatinformasi TB, dan memperluaspenjaringan penderita TB BTApositif. Adanya perkumpulanmasyarakat seperti PKK desa,pertemuan dusun, paguyuban RT,dan posyandu merupakan mediauntuk menyampaikan berbagaiinformasi terkait dengan kesehatantermasuk TB.

Adanya perkumpulan akanmempermudah dan mempercepatpenemuan penderita TB BTApositif, sehingga penderita TBdapat segera diketahui dan diobati.Adanya persatuan masyarakat,menciptakan perasaan ke-bersamaan sehingga pendeita TBtidak dikucilkan. Elemen-elementersebut terungkap dalampenelitian studi kasus penelitianini. Seperti disampaikan informanberikut :

“….adanya jejaring masyarakatyang dibangun oleh kaderkesehatan, informasi dari atasbisa sampai ke bawah, misalbidan desa dapatmenginformasikan penyakit TByang diderita oleh wargamasyarakat, warga mendapatinformasi TB dari kaderkesehatan dan petugas puskesmassehingga penderita TB BTApositif lebih cepat diketahui, danmemperlancat pengobatan TB;adanya perkumpulan masyarakatyang digerakkan kader kesehatan,akan mempermudah danmemperluas penjaringan pen-derita TB BTA positif,; adanyaperkumpulan masyarakat, wargamendapat informasi dan sarantentang penemuan dan pe-ngobatan TB; adanya persatuanmasyarakat, warga melakukaniuran dan memberikan

sumbangan untuk membantupengobatan, dan penderita TBtidak dikucilkan dan ”. (Krs,Bulu, 27 Agustus 2013; Gnd,Bulu, 27 Agustus 2013).

2. Peran kepemimpinan tokohmasyarakat dalam CDR

Tokoh masyarakat memilikiperan yang sangat penting dalamCDR di wilayah kerja Puskesmas,yaitu memberikan motivasi, tempatbertanya dan konsultasi. Sepertipenuturan salah satu Kepala Desa,

”Ada penderita TB yang sulitdiajak memeriksakan diri dan sulitdiberi nasihat oleh kader atau bidan,namun berhasil dimotivasi oleh tokohmasyarakat dengan melakukanpendekatan pribadi”.

Warga masyarakat akanbertanya atau melakukankonsultasi kepada tokohmasyarakat, baik tokoh formalseperti ketua RT, ketua RW ataukepala dusun, maupun maupuntokoh informal seperti pendidikataupun guru mengaji. Menurutpenuturan salah seorang informan,

“…peran tokoh masyarakatadalah memberi contoh danmenggerakkan dalam penemuanTB paru BTA positif, melaporkepada petugas Puskesmas bilaada anggota masyarakat yangmenunjukkan gejala TB,memberikan motivasi kepadamasyarakat dengan caraberkunjung ke rumah wargauntuk memberikan penyuluhantentang kesehatan termasuk TB,membantu keuangan untukpengobatan, menengok wargayang sakit, menyediakananggaran untuk transport kaderkesehatan”. (Whd, Kartasura 28Agustus 2013).

Page 14: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

33

Tokoh masyarakat bersama-sama perangkat desa dan kaderkesehatan mengadakan pertemuansecara rutin sebulan sekali untukmembicarakan berbagai masalahkesehatan di masyarakat termasukmasalah TB. Seorang tokohmasyarakat menuturkan,

”… Tokoh masyarakat bersama-sama perangkat desa dan kaderkesehatan mengadakanpertemuan secara rutin sebulansekali untuk membicarakanberbagai masalah kesehatan dimasyarakat, termasukpermasalahan TB; kemudianmengundang petugas Puskesmasuntuk memberikan penyuluhankesehatan atau penanggulangankesehatan di desa” (Sgm,Kartasura, 28 agustus 2013).Kegiatan pertemuan khusus

untuk penemuan penderita TB tidaksecara khusus dibahas di Desa.Tidak ada aparat Desa yang secarakhusus diberi tugas untukmenangani penanggulangan TB.Perhatian aparat desa masih bersifatumum seperti terhadap penyakityang lain. Bila ada wargamasyarakat menderita batuk lebihdari dua minggu, tokoh masyarakatmemberikan saran untuk segeramemeriksakan diri ke Puskesmas,menghubungi kader kesehatan ataupetugas Puskesmas agarmengunjungi penderita. Salahseorang Kepala Desamenyampaikan,

”….bila ada warga masyarakatmenderita batuk lebih dari dua minggu,tokoh masyarakat memberikan saranuntuk segera memeriksakan diri kePuskesmas atau kepala desa dan apatatdesa menghubungi kader kesehatan ataupetugas Puskesmas agar mengunjungipenderita tersebut dan mengantar ke

Puskesmas” (Stj, Kartasura, 28Agustus 2013).

Kendala dalam pe-nanggulangan TB, antara lain TBdianggap bukan merupakanmasalah kesehatan masyarakat yangutama dibandingkan denganpenyakit lain seperti DBD, sehinggarespons dari masyarakat sangatkurang dan warga yangmenindaklanjuti dengan me-meriksakan diri ke Puskesmassangat sedikit. Sementara ituinforman lain mengatakan,

”….peran tokoh masyarakatdalam penemuan TB masih kurangoptimal, mereka kurang membericontoh dalam penemuan TB, hal inidisebabkan kurangnya pengetahuantokoh masyarakat tentang TB sehinggaperlu dilakukan pelatihan tentang TBkepada tokoh masyarakat” (Stn,Kartasura, 28 agustus 2013).

Selanjutnya seorang KepalaDusun menuturkan,

“….pengetahuan saya (kepaladusun) tentang TB masih sedikit;kepemimpinan desa belummengembangkan kemampuanstaf (pamong desa), selama inibelum ada informasi tentang TByang diberikan kepada perangkatdesa; belum ada pemimpin yangmemberikan contoh danmemberikan semangat dalamkegiatan penemuan penderita TBBTA positif” (Str, Kartasura 28Agustus 2013).Tokoh masyarakat berperan

dalam mengelola kegiatan danbantuan yang akan diberikan,seperti sarana transportasi yangakan dipakai untuk menjengukorang sakit. Seperti disampaikananggota LPMD berikut:

“….kegiatan menjenguk orangsakit ke rumah sakit merupakan

Page 15: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

34

kebiasaan warga yang sudahrutin dilakukan; kegiatan inidibantu oleh tokoh masyarakat,misalnya meminjamkan mobil;jika membutuhkan bantuan dana,maka tokoh masyarakatmemimpin pengumpulan danasumbangan warga masyarakatuntuk membantu biayapengobatan” (Gnd, Bulu, 27Agustus 2013).

PEMBAHASAN

A. Peran modal sosial kaderkesehatan dalam CDR

Menurut Murti (2010) upayamencapai penemuan TB paru BTApositif memerlukan kerjasamalintas sektoral dan pendekatanmultidisiplin sehingga mampumengubah determinan kesehatanpenderita TB. Kawachi danBerkman (2001) menegaskan bahwamodal sosial dapat mempengaruhikesehatan seperti halnyadeterminan sosial dan lingkunganserta mendorong orang untukmempromosikan tindakan kolektif.Penelitian Hawe et al., (2000 cit.Sulaeman 2013) membuktikanbahwa modal sosial berhubungandengan kesehatan antara lainadanya pertukaran informasiantara warga masyarakat, yaitutetangga saling memberikan saranatau informasi berharga untukmendapatkan pelayanan kesehatan.

Penelitian Datiko et al., (2009)di Ethiopia Selatan menyimpulkanbahwa kader kesehatan yang diberipelatihan selama satu tahuntentang gejala TB, cara penularanTB, kriteria suspek TB, pengobatan,risiko gagal atau putuspengobatan, mendapatkan temuanCDR lebih tinggi daripada kader

kesehatan yang tidak diberipelatihan. Penelitian Medina et al.,(2011) menemukan tingginya kasuspenyakit infeksi termasuktuberkulosis berbanding terbalikdengan tingkat kepercayaansebagai kekuatan dari dimensikognitif modal sosial. Stigmatisasi,diskriminasi dan rendahnya tingkatkepercayaan antara masyarakatmerupakan akibat dari ketakutanterinfeksi dari komunitas.Penelitian Zolowere et al., (2007) diMalawi Afrika Selatanmenunjukkan kesediaan penderitaTB mengungkapkan keadaanpenyakitnya kepada anggotakeluarga, teman, dan sahabatdidasarkan atas kepercayaan, kasihsayang, keinginan untuk sembuh,dan tanggung jawab terhadaplingkungan.

Modal sosial merupakansumber dukungan moral danmaterial yang sangat berharga.Tanpa dukungan kepercayaan, rasabebas dari stigmatisasi, dandiskriminasi penderita akanmengalami hambatan motivasiuntuk mengungkapkan keadaanpenyakitnya. Penelitian Smith(2004) menyimpulkan, implikasiterbesar TB adalah marginalisasipenderita dengan tingkat modalsosial yang rendah ke dalamkemiskinan karena kehilanganpekerjaan dan diskriminasi sosial.Penelitian Meulemans et al., (2005)di Afrika Selatan menyimpulkanbahwa meskipun stigmatisasimasyarakat dirasakan berlebihanterhadap penyakit yang dideritatetapi dengan modal sosial yangkuat berupa akses yang luasterhadap lingkungannya (tidakmerasa dikucilkan dan terisolasi)

Page 16: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

35

penderita dapat secara persisten,rasional, dan efektif menyikapikeadaan sakitnya. PenelitianHoltgrave et al., (2004)menyimpulkan bahwa terdapathubungan antara variabel modalsosial, kemiskinan, dankesenjangan pendapatan denganangka kejadian TB, Modal sosialmerupakan prediktor yang sangatkuat (highly predictor level) terhadapangka kejadian TB.

Kader kesehatan merupakansumber tenaga yang murah danrepresentatif, bekerja paruh waktudan bukan pegawai kesehatanprofesional (Ebi 2008). Kaderkesehatan menyediakan waktu,pengetahuan, dan perhatian sesuaitugasnya. Tugas kerja yang jelasmerupakan kunci kesuksesan kaderkesehatan (Awofeso et al., 2008).Kemampuan, jumlah, danpenyebaran kader kesehatan sangatmenentukan kualitas, efisiensi, dankeberhasilan program TB sertasangat potensial meningkatkanCDR (Baral et al., 2007). Kaderkesehatan mendapat dukunganyang tinggi jika mereka berasal darilingkungannya. Jenis kelaminmerupakan faktor penting. Kaderkesehatan wanita lebih rajin danlebih dapat dimotivasi dibandinglaki-laki.

Kader kesehatan yang berusiatua lebih dapat meningkatkanjaringan sosial, memiliki hubunganyang lebih luas, lebih berwibawa,dan dapat mempengaruhi (U.S.Department of Health and HumanServices 2005). Motivasi kerja kaderbersumber dari masyarakat,supervisi, dan pelatihan (Baum2003). Kader kesehatan berperanpenting mengurangi stigma

penderita TB. Kader kesehatanperempuan membesarkan hatianggota keluarga penderita TB,memberi pengetahuan tentang TBserta memberitahu bagaimana caramencegah penularan TB. Keluargapenderita TB dimotivasi untukmenjaga kesehatan lingkungan,dan diberi pinjaman keuanganuntuk meningkatkan statuskeuangan keluarga penderita TB.Dukungan masyarakat sangatpenting untuk menemukan kasusbaru, mengurangi stigma penderitaTB dan mendorong penderitauntuk berobat. Peran kaderkesehatan pada programpengendalian TB adalah memberimotivasi dan dukungan kepadapenderita TB.

Kader kesehatan seharusnyaditerima, dipercaya, dan dihargaimasyarakat untuk mencapai tujuanbersama (Awofeso 2008). Programpengendalian TB di Ethiopiamemperkenalkan penemuan kasusbaru dengan mengikutsertakankader kesehatan berbasiskomunitas. Pemerintah Ethiopiamenyadari bahwa salah satu carameningkatkan CDR adalah denganmengidentifikasi, menggali potensi,dan bekerja sama denganmasyarakat. Kader kesehatan diberipelatihan, koordinasi, danwawancara sebelum memulaiintervensi penemuan kasus TB(Awofeso 2008). Kader kesehatanmelakukan komunikasi, memberipengetahuan, kesadaran, danmengubah persepsi bahwa TBadalah penyakit yang dapat diobatidan disembuhkan (Lum et al.,2005). Penelitian Agboatwalla et al.,(2004) menunjukkan bahwa kaderkesehatan lebih berhasil melakukan

Page 17: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

36

pendekatan kepada masyarakatdibandingkan tenaga kesehatan.

B. Peran kepemimpinan tokohmasyarakat dalam CDR

Terungkap melalui studikasus, bahwa peran kepemimpinantokoh masyarakat dalam CDRadalah memberikan motivasi,tempat bertanya dan konsultasi,mengadakan pertemuan secararutin, serta mengelola kegiatan danmenggalang donasi. Komponenkeempat dari tujuh strategi utamapengendalian TB dalam StrategiRencana Kerja KementerianKesehatan RI adalah melibatkanpenderita TB dan masyarakat.Dalam penanggulangan TB perlumengembangkan strategi advokasi,komunikasi dan mobilisasi sosial(AKMS) yang saling berkaitan.Mobilisasi sosial berarti melibatkansemua unsur masyarakat sehinggamemungkinkan masyarakat untukmelakukan kegiatan secara kolektifdengan mengumpulkan sumberdaya dan membangun solidaritasuntuk mengatasi masalah bersama(Kementerian Kesehatan RI 2011).

Penelitian Agboatwalla (2002)di Pakistan menyimpulkan, jikapemantauan program ditingkatkandan pelaksanaan DOTS lebihberbasis penderita dan masyarakat,target CDR yang ditetapkan dapatdicapai. Masyarakat diberipengetahuan bahwa TB adalahpenyakit yang dapat disembuhkanuntuk menghapus stigma yangmelekat pada penyakit danmeningkatkan deteksi kasus.Penelitian Adrian (2010)menyimpulkan bahwa ke-pemimpinan tokoh masyarakatberperan untuk mengikutsertakanmasyarakat dalam program

pembangunan. Sinergi yang jelas diantara mereka dapat berperansaling melengkapi. Bukti dampakdari kepemimpinan tokohmasyarakat sejak tahun 2000menunjukkan adanya keikutsertaanmasyarakat ke dalam ruang tatakelola masyarakat. Sejak tahun 2006telah menekankan kebutuhanuntuk menggerakkan ke-pemimpinan masyarakat yangkuat.

Selanjutnya Lassey et al., (1976cit. Sulaeman, 2012) menegaskanbahwa, untuk meningkatkankompetensi kepemimpinankomunitas perlu difokuskan padahal-hal berikut; (a) pengambilankeputusan dilakukan secarapartisipatif, (b) melakukanperencanaan perubahan sosial danmemperluas partisipasi publik, (c)proses perubahan yangdirencanakan harus dimengerti danbisa dilaksanakan secara luas olehmasyarakat, serta (d) potensikemampuan kepemimpinandiperluas pada populasi melaluikecakapan pengetahuan, pelatihanketerampilan, dan pengalamankepemimpinan. Menurut penelitianFerguson et al., (2011) konstruksi-onisme sosial memberikankerangka teoritis untuk memahamibagaimana masyarakat me-mandang peluang kepemimpinandalam lembaga masyarakat sertabagaimana proses lembaga men-dorong peningkatan keikutsertaan.

Empat tema utama yang perludiperhatikan, yaitu suaramasyarakat dan kepemilikan,keamanan emosional, kekuasaan,dan dukungan timbal balik. Untukkeberhasilan program masyarakat

Page 18: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

37

perlu ditunjang denganpemberdayaan kepemimpinan.

Petter et al., (2002 cit. Pitts,2005) memformulasikan secarakomprehensif tujuh dimensipemberdayaan kepemimpinan,yaitu: kekuasaan, pengambilankeputusan, informasi, otonomi,inisiatif dan kreativitas,pengetahuan dan keterampilan,serta pertanggung jawaban.Penelitian Ashwell et al., (2009)menegaskan bahwa kemandirianberkelanjutan di bidang kesehatandapat dicapai melaluikepemimpinan tokoh masyarakatdan mempertahankan aktivitas,menguatkan intervensi pogram danmeningkatkan interaksi antaramasyarakat dan sistem kesehatan,serta meningkatkan penggunaanpelayanan kesehatan olehmasyarakat.

Penelitian Kironde (2002) diAsia Selatan menyimpulkan bahwatokoh masyarakat berperan dalamprogram pengendalian TB.Dukungan tokoh masyarakatsangat penting dalam penemuanpenderita TB, karena stigmatentang penyakit TB membuatorang cenderung menyembunyikanpenyakit mereka dan tidakmelakukan pengobatan. PenderitaTB yang mendapat dukungan daritokoh masyarakat lebih mungkinuntuk menyelesaikan pengobatan.Sumardjo (2003 cit. Sulaeman, 2012)melakukan penelitian di Jawa Baratdan Jawa Tengah menemukan faktabahwa kepemimpinan lokal yangefektif setidaknya apabila memilikiempat prasyarat yaitu terpercaya,kompeten, komunikatif, danmemiliki komitmen kerjasama yangtinggi. Adapun ciri kepemimpinan

yang efektif adalah; (a) memilikikejujuran dan berhasil meraihkepercayaan masyarakat, (b)memiliki keteladanan yang nyata,(c) Menerapkan gaya ke-pemimpinan sesuai situasimasyarakat, (d) memiliki visitentang kondisi lingkungansosialnya yang sangat diyakini dandidukung dengan karakter nyatayang bermanfaat bagi pemenuhankebutuhan masyarakat, dan (e)memiliki kemampuan ber-komunikasi secara efektif denganmasyarakat dan lingkungansosialnya.

Penelitian Widagdo (2007)menyimpulkan, desa dengankepala desa yang memberikanmotivasi lebih baik kinerja dankelestarian kegiatan dibandingkandengan desa yang kepala desanyatidak memberikan motivasi.Motivasi dapat berupa; (a)pemberian tugas yang selaludimonitor dan disupervisi, (b)memberitahukan mana yang salahdan mana yang benar, (c) selalumempertimbangkan kemampuankader sebelum member tugas, (d)memberi imbalan dalam bentukapapun, dan (e) memperhatikankesejahteraan kader. PenelitianPranata (2014) menyimpulkanbahwa keberhasilan programkesehatan ditentukan oleh; (a)pemimpin mempunyai kepeduliantinggi terhadap masalah kesehatansetempat, (b) tokoh agama danmasyarakat setempat mau terlibatsecara langsung dalam kegiatankesehatan, (c) masyarakat tidaksegan berkontribusi dalam halbiaya dan tenaga, dan (d)melibatkan organisasi yangpotensial seperti PKK, BPD, LSM,

Page 19: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

38

karang taruna, lembagakeagamaan, dan lembaga adat.

SIMPULAN DAN SARAN

SimpulanBerdasarkan hasil analisis data

dan pembahasan dapat disimpulkansebagai berikut; (1) Besaran pengaruhlangsung modal sosial kader kesehatanterhadap CDR adalah 8,64%, Besaranpengaruh langsung kepemimpinantokoh masyarakat terhadap CDRadalah 33%, dan Besaran pengaruhmodal sosial kader kesehatan dankepemimpinan tokoh masyarakatsecara simultan terhadap CDR adalah27,7%, (2) Peran modal sosial kaderkesehatan yang berhubungan denganCDR terdiri dari dimensi kognitif,relasional dan struktural.

Dimensi kognitif meliputikepedulian, saling percaya dan rasamemiliki antar anggota keluarga,sesama warga serta kader dan petugaskesehatan. Dimensi relasional meliputikerjasama dan komunikasi yangdilandasi nilai-nilai bersama. Dimensistruktural meliputi jaringan sosial,perkumpulan dan persatuanmasyarakat, (3) Peran kepemimpinantokoh masyarakat dalam CDR adalahmemberikan motivasi, tempat bertanyadan konsultasi, mengadakanpertemuan secara rutin, sertamengelola kegiatan dan danmenggalang donasi.

SaranBerdasarkan hasil penelitian,

disarankan; (1) Perlu meningkatkanperan modal sosial kader kesehatandimensi kognitif yaitu kepedulian,saling percaya dan rasa memiliki antaranggota keluarga, sesama warga sertakader dan petugas kesehatan, dalampenemuan TB paru BTA positif, (2)

Perlu meningkatkan peran modal sosialkader kesehatan dimensi relasionalyaitu kerjasama dan komunikasi yangdilandasi nilai-nilai bersama, dalampenemuan TB paru BTA positif, (4)Perlu meningkatkan peran modal sosialkader kesehatan dimensi strukturalyaitu jaringan sosial, perkumpulan danpersatuan masyarakat, dalampenemuan TB paru BTA positif, (5)Perlu meningkatkan peran ke-pemimpinan tokoh masyarakat dalamCDR yaitu memberikan motivasi,tempat bertanya dan konsultasi,mengadakan pertemuan, mengelolakegiatan dan menggalang donasi, sertamemberi contoh dalam penemuan TBparu BTA positif.

Ucapan terima kasihKami menghaturkan terima

kasih kepada Ketua LembagaPenelitian dan Pengabdian KepadaMasyarakat Universitas Sebelas Maretyang telah mendanai penelitian inidalam skim Hibah Unggulan Madya,serta kepada Pemerintah DaerahKabupaten Sukoharjo Jawa Tengah dandr. H. Guntur Subiyantoro, M.Si,Kepala Dinas Kesehatan KabupatenSukoharjo Jawa Tengah yang telahmemberikan izin dan fasilitasinyasehingga penelitisn ini dapatterlaksana.

KEPUSTAKAAN

Adrian M. 2010. The community leadershpand place-shaping roles of englishlocal government synergy or tension?Public Policy and Administration 201025: 175

Agboatwalla M, Kazi GN, Shah SK, Noor,Domki A, Saeed S, et al., 2004.Community involvement in enhancingcase detection and treatment successrates of tuberculosis patients under

Page 20: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

39

DOTS strategy in pakistan. NationalProgram Manager TB Control ProgramGovernment of Pakistan.

Ainy A, Makky M, Fajar NA. Alert village:an awareness and health promotionprogramme on healthy behaviors.BMC Public Health. 2012; 12: p. 1-2.

Ashwell HES dan Barclay L 2009. Aretrospective analysis of a community-based health program in Papua NewGuinea. Health PromotionInternational, Vol. 24 No. 2. Publishedby Oxford University Press.Downloaded from hpp.sagepub.com atUniversity of Wollongong onNovember 24, 2011

Awofeso N, Schelokova I, Dalhatu A 2008.Training of front-line health workersfor tuberculosis control: Lessons fromNigeria and Kyrgyzstan. HumanResources for Health. 6 (20): p. 1478-91.

Baral SC, Karki DK, Newell JN. Causes ofstigma and discrimination associatedwith tuberculosis in Nepal: aqualitative study. BMC Public Health.2007;7 (211):1-10.

Baum FE, Ziersch AM. Social capital. JEpidemiol Community Health. 2003.57: p. 320-3.

Blakely T, Ivory V. Commentary: Bonding,bridging, and linking-but still notmuch going on. International Journalof Epidemiology. 2006;35:614–5.

Bolin K, Lindgren B, Lindstrom M, NystedtP. Investments in social capital-implications of social interactions forthe production of health. Social Scienceand Medicine. 2003;56:2379-90.

Bourdieu P. The forms of capital. In: J.Richardson, Editor. Handbook ofTheory and Research for the Sociologyof Education (New York, Greenwood),1986; 241-58.

Coleman JS. Social capital in the creation ofhuman capital. The American Journalof Sociology. Supplement:Organizations and institutions:Sociological and economic approachesto the analysis of social structure.1988;94:S95-S120.

Conrad D. Defining social capital.Electronic Journal of Sociology 2007.[cited 2011Nov15].Availablefrom:http://www.sociology.org/content/2007/_contrad_social_capital.pdf.

Datiko D, Lindtjørn B. Health extensionworkers improve tuberculosis casedetection and treatment success inSouthern Ethiopia: A Communityrandomized trial. PLos oneCommunity TB Care in Ethiopia. 2009;4: p. 5443-50.

Dinas Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.2013. Profil kesehatan kabupatenSukoharjo Provinsi Jawa Tengah.Sukoharjo

Dye C, Lönnroth K, Jaramillo E, WilliamsBG, Raviglione M. Trends intuberculosis incidence and theirdeterminants in 134 countries. BullWorld Health Organ. 2009; 87: 683–91.

Ebi KL, Semenza J. Community-basedadaptation to the health impacts ofclimate change. Am J Prev Med. 2008.35(5): p. 501-7.

U.S. Department of Health and HumanServices. Substance Abuse and MentalHealth Services Administration Centerfor Substance Abuse Treatment.Empowering America Grassroots.2005. Successful strategies forrecruiting, training, and utilizingvolunteers. Washington DC

Ferguson KM, Kim MA, McCoy S.Enhancing empowerment andleadership among homeless youth inagency and community settings: Agrounded theory approach. ChildAdolesc Social Worker Journal (2011)28:1–22. Published online: 30September 2010. SpringerScience+Business Media, LLC 2010.Downloaded from hpp.sagepub.com atUniversity of Wollongong onNovember 24, 2011

Fujiwara T, Kawachi I. Social capital andhealth. A study of adult twins in theU.S. Am J Prev Med. 2008; 35 (2):139 –44.

Page 21: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

ENDANG SUTISNA SULAEMAN, REVIONO, ARRY SETYOWATI

40

Harpham T, Grant E, Thomas E. Measuringsocial capital within health surveys:key issues. Health Policy andPlanning. 2001;17( 1):106-11.

Holtgrave DR, Crosby RA. Socialdeterminants of tuberculosis case ratesin the United States. Am J Prev Med.2004; 26 (2): 159–62.

Kawachi I, Kennedy BP, Lochner K,Prothrow-Stith D. Social capital,income inequality, and mortality. Am JPublic health. 1997; 87:1491-98.

Kawachi I, Berkman LF. Socialties andmental health. Journal of UrbanHealth. 2001;78 (3): 458-67.

Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia Direktorat JenderalPengendalian Penyakit danPenyehatan Lingkungan. 2011.Pedoman nasional penanggulangantuberkulosis. Jakarta.

Kironde S, Bajunirwe F. 2002. Lay workersin directly observed treatment (DOT)programmes for tuberculosis in highburden settings: Should they be paid?A review of behavioural perspectives.African Health Sciences. Vol 2(2): p.73-8.

Krianto T. 2005. Pemberdayaan masyarakatdalam promosi kesehatan. Hal 254-280.dalam Notoatmodjo S. Promosikesehatan teori dan aplikasi. CetakanPertama. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Lum T, Lightfoot E. The effects ofvolunteering on the physical andmental health of older people.Research on Aging. 2005; 27; p. 31-55.

Lynch J, Due P, Muntaner C, Smith GD.Social capital-Is it a good investmentstrategy for public health? J EpidemiolCommunity Health. 2000; 54:404-8.

Macinko J, Startfiiel B. The utility of socialcapital in research on healthdeterminants. The Johns HopkinsMedical Institutions. 2001; 79 (3): p.387-427.

Medina DG, Le QV. Infectious diseases andinterpersonal trust: internationalevidence. 2011; 3 (4): 206-10.

Meulemans H, Ouytsel JV, Rigouts L,Mortelmans D, Heunis C, Matebesi Z,

van Rensburg D. Social capital andcommunity TB care in the Free State,South Africa. Acta AcademicaSupplementum. 2005 (1):128-53.

Murti B. 2010. Determinan sosio-ekonomi,modal sosial, dan implikasinya bagikesehatan masyarakat. PidatoPengukuhan Guru Besar IlmuKesehatan Masyarakat FakultasKedokteran Universitas Sebelas Maret.Surakarta.

Nahapiet J, Ghoshal S. Social capital,intellectual capital, and theorganizational advantage. Theacademy of management review. 1998;23 (2): 242-66.

Ngadaya ES, Mfinanga GS, Wandwalo ER,Morkve O. Detection of pulmonarytuberculosis among patients withcough attending outpatientdepartments in Dar Es Salaam,Tanzania: does duration of coughmatter?. BMC Health ServicesResearch. 2009; 9 (112):1-5.

Oksanen T. 2009. Workplace social capitaland employee health.. [cited 2011Des18]. http://www.doria.fi/bitstream/handle/10024/47617/Annales D876 Oksanen.pdf?sequence=1

Pitts DW. Leadership, empowerment, andpublic organizations. Review of PublicPersonnel Administration 2005 25: 5.Downloaded from rop.sagepub.com atUniversity of Wollongong onNovember 28, 2011

Portes A. 1998. Social Capital: Its originsand applications in modern sociology.Annual review of sociology. Vol 24: p.1-24.

Pranata, Setia., Lely Pratiwi, Niniek.,Rahanto, Sugeng. 2014. Pemberdayaanmasyarakat di bidang kesehatan,gambaran peran kader posyandudalam upaya penurunan angkakematian ibu dan bayi di kota Manadodan Palangkaraya. Buletin PenelitianSistem Kesehatan. Vol 14 No 2 April2011.

Pusat Pembinaan dan PengembanganBahasa Departemen Pendidikan dan

Page 22: Modal Sosial Kader Kesehatan dan Kepemimpinan Tokoh

MODAL SOSIAL KADER KESEHATAN DAN KEPEMIMPINAN TOKOH MASYARAKAT DALAMPENEMUAN PENDERITA TUBERKULOSIS

41

Kebudayaan. 2007. Kamus umumbahasa indonesia. Jakarta: BalaiPustaka

Putnam R. Bowling alone: America'sdeclining social capital. Journal ofDemocracy. 1995; 6 (1):65-78.

Rasanathan K, Kurup AK, Jaramillo E,Lönnroth K. The social determinants ofhealth: key to global tuberculosiscontrol. Int J Tuberc Lung Dis. 2011;Vo1 5 (6): p. 30–36.

Smith I. What is the health, social, andeconomic burden of tuberculosis?. In:Frieden T, editor. Toman's tuberculosiscase detection, treatment, andmonitoring: questions and answers.2nd edition. Geneva: WHO; 2004. p.233-7.

Sulaeman E.S. 2012. Pemberdayaanmasyarakat di bidang kesehatan teoridan implementasi. Cetakan pertama.Yogyakarta : Gajah Mada UniversityPress.

Sulaeman ES. 2012. Model pemberdayaanmasyarakat dalam kemampuanmengidentifikasi masalah kesehatan:studi pada program Desa Siaga. JurnalKedokteran YARSI 20 (3) : 118 – 127(2012)

Sulaeman ES. 2013. Model pemberdayaanmasyarakat bidang kesehatan.Surakarta: UNS PRESS. ISBN 978-979-498-848-0. www.unspress.uns.ac.id

Sundquist K, Yang M. Linking socialcapital and self-rated health: Amultilevel analysis of 11.175 men andwomen in Sweden. Health & Place.2007;13 (2):324-34.

Widagdo. 2007. Ciri-ciri kepala desa yangberpengaruh terhadap peran serta

kader kesehatan dalam meningkatkankinerja Posyandu. Jurnal PromosiKesehatan Indonesia (The IndonesianJournal oh Health Promotion). Volume2/No.1/Januari 2007.

World Health Organization. 2006. The StopTB Strategy, Building on andenhancing DOTS to meet the TB-related Millennium DevelopmentGoals. Switzerland: World HealthOrganization.

World Health Organization. 2007.Community health workers: What dowe know about them?. Geneva: WorldHealth Organization.

World Health Organization. 2008.Implementing the WHO stop TBstrategy. A handbook for nationaltuberculosis control programmes.Spain: World Health Organization.

World Health Organization. 2010. Theglobal plan to stop TB 2011-2015.Transforming the fight towardselimination of tuberculosis.Switzerland: World HealthOrganization.

World Health Organization. Advocacy,communications, and socialmobilization for TB control. Report ofthe Regional Workshop Colombo; 2010Sept 14-17; India; 2010. p. 1-33.

World Health Organization. 2011. WorldHealth Organization Report 2011Global Tuberculosis Control. Geneva:World Health Organization press.

Zolowere D, Manda K, Panulo B, MuulaAS. Experiences of self-disclosureamong tuberculosispatients in ruralSouthern Malawi. Rural and RemoteHealth. 2008; 8 (1037):1-9.