mod budidaya

119
MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007

Upload: romimitrolia

Post on 18-Dec-2015

265 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

Mod Budidaya

TRANSCRIPT

kumpulan cover

MODUL TERAPANPEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYAPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NO.41/PRT/M/2007DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMDIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUMMODUL TERAPANPEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA

Sumber gambar cover: http://www.crystalcg.comBerkat limpahan Rahmat dan KaruniaNYA, serta puji syukur kehadirat ALLAH SWT, telah tersusun Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya. Sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkepentingan dalam penyusunan rencana tata ruang sebagai arahan pelaksanaan pembangunan agar tercipta keterpaduan dan keserasian pembangunan oleh seluruh pemangku kepentingan.Dalam kaitan pelaksanaan pembangunan dan pelaksanaan pembinaan di daerah, Ditjen Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum telah menyusun beberapa pedoman bidang penataan ruang dalam rangka operasionalisasi Undang-Undang Nomor 26 Tahun2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Salah satu pedoman tersebut adalah Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/M/2007.Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini disusun dalam rangka untuk dapat lebih memahami dan untuk memberikan penjelasan sistematis substansi pedoman, serta memberikan penjelasan cara penggunaan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya.Mudah-mudahan Modul Terapan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ini dapat mempercepat terwujudnya penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan di persada Nusantara.Jakarta, Desember 2008DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

Kata Pengantar .................................................................................................................... iDaftar Isi .......................................................................................................................... iiiBAGIAN 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................1

Pengenalan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya .................................................3

Kedudukan Legal Aspek Dalam Peraturan Penataan Ruang ...............................................5

Kedudukan Dalam Proses Penataan Ruang ........................................................................6

Ruang Lingkup ....................................................................................................................7

Sistematika Buku Modul ....................................................................................................8

BAGIAN 2 WACANA ACUAN .......................................................................................11

Acuan Normatif dan Pengaturan Teknis .............................................................................13

Pendekatan Aplikasi Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ....................................16

Pengkayaan Materi .............................................................................................................16

BAGIAN 3 KRITERIA PENETAPAN ................................................................................ 23Langkah 1: Apa Fungsi Utama dari Setiap Peruntukan Ruang di KawasanBudi Daya? ........................................................................................................ 25Langkah 2: Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk SetiapPeruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?....................................................... 27Langkah 3: Bagaimana Karakteristik Lokasi & Kesesuaian Lahan untukLangkah 4: Bagaimana Kriteria & Batasan Teknis untuk Setiap PeruntukanTabel 1 Fungsi Utama Peruntukan Ruang ....................................................................... 26Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah Perencanaan ............................................................ 28Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian Lahan ......................................................... 36Tabel 4 Skoring Kelas Lereng ........................................................................................... 38Tabel 5 Skoring Kelas Jenis Tanah .................................................................................... 38Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas Hujan ............................................................................ 38Tabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pertanian ..................................................... 44Tabel 8 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ........... 51Tabel 9 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Kawasan Peruntukan Permukiman ............ 52Tabel 10 Kebutuhan Sarana Ruang Terbuka, Taman, dan Lapangan Olah Raga ................ 53Tabel 11 Kebutuhan Sarana Perdagangan dan Niaga pada Kawasan PeruntukanPermukiman ....................................................................................................... 54Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan Industri ................................................................. 57Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan Industri ....................................... 58Tabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan Pariwisata .................................................... 61DAFTAR GAMBARGambar 1Contoh Peta Pola Ruang ...............................................................................34

Gambar 2Contoh Peta Kawasan Budi Daya ..................................................................35

Gambar 3Contoh Peta Kawasan Hutan ........................................................................40

Gambar 4Contoh Peta Kawasan Pertanian ..................................................................43

Gambar 5Contoh Peta Kawasan Pertambangan ..........................................................46

Gambar 6Contoh Peta Kawasan Permukiman Kota .....................................................48

Gambar 7Contoh Zoning Regulasi Permukiman Kota ..................................................49

Gambar 8Contoh Peta Kawasan Permukiman Kabupaten ...........................................50

Gambar 9Contoh Peta Kawasan Industri ......................................................................56

Gambar 10Contoh Peta Kawasan Pariwisata .................................................................61

Gambar 11Contoh Peta Kawasan Perdagangan dan Jasa ...............................................64

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA

&MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA disusun untuk memberikan penjelasan sistematis substansi Pedoman dan cara penggunaan buku Pedoman dalam Perencanaan Tata Ruang.Substansi dari buku Pedoman yang dianggap sudah jelas tidak akan dijabarkan kembali dalam buku modul ini. Oleh karenanya penggunaan buku modul ini tidak dapat terpisah dari buku PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYA

PENDAHULUAN 1

PendahuluanPENGENALAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYAApa yang dimaksud dengan buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan BudiDaya ?Acuan di bidang penataan ruang bagi pemerintah kabupaten/kota serta pemangku kepentingan (stakeholder) lain dalam kegiatan perencanaan kawasan budi daya di wilayahnya sesuai dengan yang telah ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW).Apa Maksud & Tujuan disusunnya Pedoman Kriteria Teknis Kawasan BudiDaya?Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan acuan operasional perencanaan kawasan budi daya dalam kerangka proses penyusunan tata ruang. Tujuannya adalah untuk mewujudkan rencana tata ruang kabupaten/kota yang memenuhi kaidah teknis penataan ruang.Siapa yang Menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ? Pemerintah Kabupaten/Kota : sebagai acuan dalam menetapkan jenis kawasan budi daya yang sesuai dalam rencana tata ruang,khususnya bgi instansi-instansi yang mempunyai tugas, pokok, dan fungsi menyusun rencana tata ruang dan instansi-instansi sektoral yang terkait dengan pelaksanan penataan ruang kawasan/wilayah. Stakeholder lain : sebagai acuan dalam menentukan kriteria lokasi dan jenis kegiatan pemanfaatan ruang dalam suatu kawasan budi daya, antara lain bagi wakil masyarakat, pihak akademisi, asosiasi, dan dunia usaha yang terlibat dalam proses penyusunan rencana tata ruang kawasan/wilayah.Kapan harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya ?Pada saat menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah/Kawasan dalam tahapan penentuan kriteria lokasi dan penentuan kegiatan pemanfaatan ruangMengapa harus menggunakan Pedoman Kriteria Teknis Kawasan BudiDaya?Agar pemanfaatan ruang kawasan budi daya dapat sesuai dengan kaidah tata ruang yang seharusnya diperhatikanUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004Tentang Pemerintahan DaerahUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2007Tentang Penanggulangan BencanaUndang-Undang Nomor 26 Tahun 2007Tentang Penataan RuangPP No. 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban Serta Bentuk dan Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Penataan RuangPP No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

PP Bidang PenataanRuang lainnyaPP Penatagunaan TanahPP Penatagunaan AirPP Penatagunaan HutanPP Pengelolaan DAS TerpaduPermen PU No 41/PRT/M/2007 tentang Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi DayaAcuan pemerintah daerah dalam menyusun Peraturan Daerah mengenaiRencana Tata Ruang Wilayah/KawasanKEDUDUKAN DALAM PROSES PENATAAN RUANGIdentifikasi Penetapan KawasanPengumpulan & Analisis DataPedoman Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi

Aspek FisikLingkungan

AspekEkonomi

Aspek SosialBudayaArahan Pola Ruang:

Arahan Struktur Ruang:Kawasan Lindung:asan yang memberi perlndungan kawasanbawahannyaasan perlindungan

SistemHirarkiHirarkiFungsi

Perkotaan & Perdesaan Pusat-pusat Pengembangan Pusat PelayananPusat-pusat Pelayananasarana Wilayah:Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Kawasan perkotaan& perdesaan

Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya

Kawsetempatasan suaka alamasan pelestarian alamasan rawan bencana alamasan lindung lainnyaKawasan Budi Daya:asan hutan produksiasan pertanianasan pertambanganasan industriasan pariwisataasan permukimanasan konservasi budaya& sejarah

SistemPr tem Jaringan PrasaranaTransportasi asarana Telematikan tem PrasaranaPengairan tem Jaringan PrasaranaEnergi tem PrasaranaLingkunganRencana Tata RuangKRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYAPERKOTAAN

Mengacu pada pedoman lain yang terkait

PERDESAANPERUNTUKAN RUANG DI KAWASAN BUDI DAYA:1. Hutan Produksi2. Pertanian3. Pertambangan4. Permukiman5. Industri6. Pariwisata7. Perdagangan dan JasaFUNGSI UTAMAKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAANKARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHANKRITERIA & BATASAN TEKNISLangkCARA MENGGUNAKAN BUKU MODUL TERAPANBila anda menemukan informasi/notasi sebagai berikut...Diagram ini merupakan model sederhana dari diagram yang menggambarkan hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai output pada setiap langkah pelaksanaaan. Bagian kotak berwarna dari model sederhana ini menjadi panduan untuk mengetahui sampai di tahap mana kita berada dalam melaksanakan langkah tersebut.

...maka itu berarti Anda harus mengacu/mencari informasi tersebut di dalam buku Pedoman Kriteria Teknis Ruang KawasanBudi DayaSebelum anda mulai menyusun Dokumen Rencana Tata Ruang, perlu dipahami terlebih dahulu tentang kriteria teknis kawasan budi daya.WACANA ACUAN yang memuat pemahaman aspek-aspek tersebut dapat dibaca pada Bagian 2 buku modul ini!

WACANA ACUAN 2

Wacana AcuanACUAN NORMATIF DAN PENGATURAN TEKNISAcuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim-

Dasar Pelak- sanaan1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun1967 tentang Ketentuan-KetentuanPokok Peternakan dan KesehatanHewan.2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun1967 tentang Ketentuan -KetentuanPokok Pertambangan.3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1984 tentang Perindustrian.4. Undang-Undang Nomor 9 Tahun1990 tentang Kepariwisataan.5. Undang-Undang Nomor 4 Tahun1992 tentang Perumahan danPermukiman.6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun1992 tentang Benda Cagar Budaya.7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun1992 tentang Sistem Budi DayaTanaman.8. Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan.9. Undang-Undang Nomor 22 Tahun2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.10. Undang-Undang Nomor 18 Tahun2004 tentang Perkebunan.11. Undang-Undang Nomor 31 Tahun2004 tentang Perikanan.

Memberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertanian, khususnya peternakanMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukaktivitas pertambanganMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukaktivitas industriMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas kepariwisataanMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukpenataan lingkungan permukiman dan perumahanMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya yang memiliki situs-situs cagar budayaMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas pertanianMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukpenataan kawasan hutanMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untuk aktivitas penambangan dan penggalianMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukaktivitas dan penataan kawasanperkebunanMemberi arahan dalam pemanfaatan ruang kawasan budi daya untukaktivitas pertanian, khususnya perikananAcuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim-

Dasar Pelak- sanaan12. Undang-undang No.23 Tahun1997 tentang Pengelol aanLingkungan Hidup13. Undang-Undang Nomor 26 Tahun2007 tentang Penataan Ruang.14. Peraturan Pemerintah Nomor 10Tahun 1993 tentang PelaksanaanUndang-Undang Nomor 5 Tahun1992 tentang Benda Cagar Budaya.15. Peraturan Pemerintah Nomor 80Tahun 1999 tentang Kawasan SiapBangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.16. Peraturan Pemerintah Nomor 27Tahun 1999 tentang AnalisisMengenai Dampak Lingkungan Hidup17. Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun1996 tentang Kawasan Industri.18. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun1990 tentang Pengelolaan KampungKota.19. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 & Instruksi Menteri Dalam Negeri No.30 tahun1990 tentang Penyerahan PrasaranaLingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah.20. Keputusan Menteri KehutananNomor 83/KPTS/UM/8/1981, tentangPenetapan Batas Hutan Produksi.21. Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri.22. Keputusan Menteri Permukiman danPrasarana Wilayah Nomor217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakandan Strategi Nasional Perumahan danPermukiman.

Sebagai acuan dalam pengelolaan lingkungan fisik kawasan.Payung utama sebagai acuan penyusunan berbagai dokumenpenataan ruangMemberi panduan dalam penetapan pemanfaatan ruang di kaw asanbudi daya yang menjadi situs-situs cagar budayaMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk fungsi permukiman dan perumahanMemberi arahan dalam melakukan studi AMDAL dan menyusun RencanaPemantauan Lingkungan (RPL) danRencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk penataan kawasan industriMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukiman di kawasan perkotaanMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukiman beserta pengelolaan fasilitas dan prasarana lingkungan permukimanMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk hutanproduksiMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk kawasan industriMemberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk pengembangan permukiman dan perumahanAcuan Normatif Mengapa Digunakan ? Dasar Pertim-

Dasar Pelak-12. SNI 03-3242-1994, Tata cara pengelolaan sampah di permukiman.13. SNI 03-2453-2002, Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan.14. SNI 03-1733-2004, Tata cara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan.

Memberi panduan dalam menyusun penggunaan ruang untuk permukimanMemberi panduan dalam menyusun penggunaan dan pengelolaan ruang untuk lingkungan permukimanMemberi panduan dalam menyusun penggunaan dan pengelolaan ruang untuk lingkungan permukiman dan perumahan.

bangan

sanaan Bahan Materi yang Perlu AdaMengapa diperlukan ?

1. Buku Teknik Analisis Aspek Fisik & Lingkungan, Ekonomi dan Sosial BudayaSebagai dasar teknik suatu kawasan dijadikan kawasa nlindung atau kawasan budi daya

2. Buku Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona KawasanPerkotaan & PerdesaanSebagai dasar pembagian zona kawasan lindung dan budi daya di zona perkotaan danperdesaan

3. Peraturan daerah masing -masing tentang AMDAL, contohnya Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 99 Tahun 2002 tentang MekanismePelaksanaan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup dan Upaya Pengelolaan Lingkungan serta Upaya Pemantauan Lingkungan Dalam PerizinanDaerahSebagai dasar pelaksanaan dan tata cara pe laksanaan AMDAL tingkat Propinsi

4 Perda-perda lain yang mengatur kegiatan pemanfaatan ruang dan kawasan budi daya

TERMINOLOGI peristilahan dapat dlihat pada Buku Pedoman KriteriaTeknis Kawasan Budidaya di BAGIAN 3 tentang ISTILAH DAN DEFINISIPENDEKATAN APLIKASI PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYAPendekatan Penataan RuangPendekatan penataan ruang dilakukan melalui pertimbangan-pertimbangan pada aspek- aspek penggunaan ruang yang didasarkan pada perlindungan terhadap keseimbangan ekosistem dan jaminan terhadap kesejahteraan masyarakat, yang dilakukan secara harmonis, yaitu:a) Penilaian pada struktur ruang dan pola ruang pada kawasan budi daya. b) Penilaian pada intensitas pemanfaatan ruang pada kawasan budi daya.PENGKAYAAN MATERIKawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.Kawasan Perkotaan merupakan pusat kegiatan yang berperan sangat penting dalam perekonomian nasional maupun bagi perekonomian masyarakat pada kawasan tersebut. Seiring dengan proses globalisasi yang didorong oleh kemampuan teknologi informasi dan transportasi, kawasan perkotaan cenderung berkembang dengan pesat melampaui daya dukungnya yang berakibat pada menurunnya kemampuan kawasan tersebut dalam menopang kehidupan masyarakat maupun perekonomian nasional.Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.Dalam pengembangan wilayah kawasan perdesaan harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dengan kawasan perkotaan. Pemahaman yang menyeluruh dan tidak dikotomis ini menjadi penting dan mendasar dalam penyusunan peraturan atau aturan main yang berkaitan dengan pembangunan perdesaan maupun perkotaan, agar terjadi sinergi dan keseimbangan perlakuan wilayah khususnya oleh pelaku pembangunan.16 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISPola pemanfaatan ruang wilayah dalam kawasan perkotaan dan perdesaan terdiri dari Kawasan lindung, Kawasan budi daya. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan sumberdaya buatan. Kawasan budi daya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumber daya manusia dan sumber daya buatan.Tabel Definisi Jenis Kawasan LindungJenisDefinisi

A. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bagi Kawasan Bawahnya

1. Kawasan hutan berfungsi lindungKawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, dan atau yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun bawahannya yaitu se bagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi, serta memelihara kesuburan tanah.

2. Kawasan BergambutKawasan yang unsur pembentuk tanahnya sebagian besar berupa sisa-sisa bahan organik yang tertimbun dalam waktu lama.

3. Kawasan resapan airKawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air.

B. Kawasan Suaka Alam

1. Kawasan cagar alam/cagar bahariKawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

2. Kawasan suaka marga - satwa/suaka perikananKawasan suaka alam yang ditunjuk merupakan tempat hidup dan perkembangbiakan dari suatu jenis satwa yang perlu dilakukan upaya konservasinya, memiliki keanekaragaman dan populasi satwa yang tinggi, dan atau merupakan tempat dan kehidupan jenis satwa migran tertentu.

3. Kawasan suaka alam laut dan perairan lainnyaKawasan yang mewakili ekosistem khas di lautan maupun perairan lainnya, yang merupakan habitat alami yang memberikan tempat maupun perlindungan bagi perkembangan keanekaragaman tumbuhan dan satwa yang ada.

C. Kawasan Pelestarian Alam

1. Taman nasional/TamanLaut NasionalKawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, pariwisata, dan rekreasi.

2. Taman hutan rayaKawasan pelestarian yang terutama dimanfaatkan untuk tujuan koleksi tumbuhan dan atau satwa, alami atau buatan, jenis asli dan/ataubukan asli, pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan, budaya pariwisata dan rekreasi.

JenisDefinisi

3. Taman wisata alam/ Taman Wisata LautKawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.

4. Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuanKawasan yang merupakan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi maupun bentukan geologi alami yang khas.

D. Kawasan Rawan Bencana

1. Kawasan rawan bencana gunung berapiKawasan yang sering atau berpotensi tinggi mengalami bencana akibat letusan gunung berapi.

2. Kawasan rawan gempa bumiKawasan yang pernah terjadi dan diidentifikasikan mempunyai potensi terancam bahaya g empa bumi baik gempa bumi tektonik maupun vulkanik.

3. Kawasan rawan gerakan tanahKawasan yang berdasarkan kondisi geologi dan geografi dinyatakan rawan longsor atau kawasan yang mengalami kejadian longsor dengan frekuensi cukup tinggi

4. Kawasan rawan banjirKawasan yang diidentifikasi sering dan berpotensi tinggi terjadi banjir.

E. Kawasan Perlindungan Setempat

1. Sempadan pantaiKawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai

2. Sempadan sungaiKawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer, yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai.

3. Kawasan sekitar waduk dan situKawasan tertentu di sekeliling waduk atau situ yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk atau situ.

4. Kawasan sekitar mata airKawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air.

5. Ruang terbuka hijau termasuk didalamnya hutan kotaRTH merupakan salah satu bentuk dari ruang terbuka, yang tandai oleh keberadaan pepohonan sebagai pengisi lahan yang utama, yang kemudian didukung pula oleh keberadaan tanaman lain sebagai pelengkap (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya). RTH juga dapat mengandung komponen / barang lainnya di luar tumbuhan, yang keberadaannya melengkapi dan menunjangfungsi RTH sesuai dengan tema pengembangan dari lahan RTH yang bersangkutan

18 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISJenisDefinisi

F. Kawasan Perlindungan Lainnya

1. Taman BuruKawasan pelestarian alam di darat yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam, khususnya perburuan satwa yang sifatnya dapat dikembangbiakan dan tidak termasuk satwa yang dilindungi.

2. Daerah Perlindung LautLokalWilayah perairan laut di suatu desa/kecamatan yang disepakati bersama oleh warga setempat untuk ditetapkan sebagai DPL

3. Kawasan perlindungan plasma nutfah eks-situKawasan di luar kawasan suaka alam dan pelestarian alam yang diperuntukkan bagi pengembangan dan pelestarian pemanfaatan plasma nutfah tertentu

4. Kawasan PengungsianSatwaKawasan yang memiliki fungsi sebagai tempat perlindungan satwa

5. Kawasan pantai berhutan bakauKawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan pantai dan lautan

Proses penyusunan pola pemanfaatan ruang dilakukan dengan mengacu pada hasil analisis evaluasi kesesuaian lahan. Analisis evaluasi lahan dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesesuaian, tingkat kemampuan, dan tingkat ketersediaan lahan untuk kawasan lindung dan budi daya. Proses analisis ini akan menggunakan sumber berupa peta-peta tematik yang kemudian ditumpangtindihkan (overlay) melalui alat bantu program GIS (arc info atau map info), sehingga teridentifikasi kondisi kesesuaian lahan menurut klasifikasi yang telah ditentukan.Kriteria penentuan kawasan budi daya dan kawasan lindung tersebut dilakukan berdasarkan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang penetapan kawasan lindung, penetapan kriteria dan pola pengelolaan kawasan budi daya (BAPPENAS, 1995) , FAO (1976) tentang Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA (1993). Rangkuman kriteria tersebut dapat digambarkan pada tabel Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan Lindung.Tabel Definisi Kawasan Budi DayaJenisDefinisi

A. Kawasan Hutan Produksi

1. Kawasan Hutan ProduksiTerbatasKawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas dimana eksploitasinya hanya dapat dengan tebang pilih tanam

2. Kawasan Hutan ProduksiTetapKawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi tetap dimana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam

3. Kawasan Hutan ProduksiKonversiKawasan hutan yang bilamana diperlukan dapat dialihgunakan

4. Kawasan Hutan RakyatKawasan hutan yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat seki tarnya dengan mengikuti ketentuan yang ditetapkan

B. Kawasan Pertanian

1. Kawasan Tanaman PanganLahan BasahKawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan basah dimana pengairannya dapat diperoleh secara alamiah ataupun teknis

2. Kawasan Tanama n PanganLahan KeringKawasan yang diperuntukkan bagi tanaman pangan lahan kering untuk tanaman palawija, holtikultura, atau tanaman pangan

3. Kawasan TanamanTahunan/PerkebunanKawasan yang diperuntukkan bagi tanaman tahunan/perkebunan yang menghasilkan baik bahan pangan dan bahan baku industri.

4. Kawasan PeternakanKawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk usaha peternakan baik sebagai sambilan, cabang usaha, usaha pokok maupun industri , serta sebagai padang penggembalaan ternak

5. Kawasan Pe rikanan DaratKawasan yang diperuntukkan bagi perikanan, baik berupa pertambakan/kolam maupun perairan darat lainnya.

6. Kawasan Perikanan AirPayau dan LautKawasan yang diperuntukan untuk kegiatan periakan air payau dan laut baik dalam bentuk budi daya maupuan penangkapan

C. Kawasan Pertambangan

1. Kawasan PertambanganKawasan yang diperuntukkan bagi pertambangan, baik wilayah yang sedang maupun yang akan segera dilakukan kegiatan pertambangan Terbagi menjadi kawasan pertambangan untuk :- Golongan bahan galian strategis- Golongan bahan galian vital- Golongan bahan galian yang tidak termasuk kedua golongan di atas

D. Kawasan Budi Daya Lainnya

1. Kawasan PerindustrianKawasan yang diperuntukkan bagi industri, berupa tempat pemusatan kegiatan industri.

2. Kawasan PariwisataKawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pariwisata

3. Kawasan PermukimanKawasan yang secara teknis dapat digunakan untuk permukiman yang aman dari bahaya bencana alam maupun buatan manusia, sehat dan mempunyai akses untuk kesempatan berusaha.

4. Kawasan perdagangan dan jasaKawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan perdagangan dan jasa

5. Kawasan pemerintahanKawasan yang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan

20 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISTabel Kriteria Fisik Lingkungan Kawasan Budi Daya dan Kawasan LindungKarakteristik/TematikKriteria Kawasan LindungKriteria KawasanBudi Daya

Iklim (Schmidt & Fergusson, 1951)G, hA, B, C, D, E, F

Ketinggian (m dpl)> 2000< 2000

Bentuk WilayahBergunungDatar s/d Berbukit

Kemiringan Lereng (%)> 40< 40

Singkapan Batuan (%)> 50< 50

Bahaya Banjir> 1 x / thn-

Bahaya Longsor/erosiLabilStabil

Jenis Tanah (soil taxonomy)Sphagnofibrist, Tropofibrist, Tropofolist,Halaquepts, Natrabolls, Natraquall, Lithic, Natrustolls, Natraqualfs, Natustalfs, Hyrdaquents, PsammentsLainya

Sumber :1. Pedoman Penentuan Klasifikasi Zona Perkotaan dan Perdesaan, 20082. UU No. 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan3. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN,4. Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung5. Penetapan Kriteria dan Pola Pengelolaan Kawasan Budi Daya, Bappenas, 19956. Kerangka Kerja Evaluasi Kesesuaian Lahan, PPTA, 1993Sekarang...Anda dapat mulai menyusun dokumen penataan ruang kawasan budi daya!

KRITERIA PENETAPAN

Kriteria PenetapanApa Fungsi Utama dari Setiap PeruntukanRuang di Kawasan Budi Daya?TUJUANOUTPUT

Menentukan fungsi utama dari setiap peruntukan ruang yang telah ada.Fungsi dari setiap peruntukan ruang

CARA MENCAPAI OUTPUTPeruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan akan memiliki fungsinya masing-masing seperti terlihat dalam Tabel berikut ini.Tabel 1 Fungsi Utama Peruntukan RuangPeruntukanRuangFUNGSI UTAMA

1. HutanProduksia. Penghasil kayu dan bukan kayu;b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat;d. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

2. Pertaniana. Menghasilkan bahan pangan, palawija, tanaman keras, hasil peternakan danperikanan;b. Sebagai daerah resapan air hujan untuk kawasan sekitarnya;c. Membantu penyediaan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.

3. Pertambangana. Menghasilkan barang hasil tambang yang meliputi minyak dan gas bumi;bahan galian pertambangan secara umum, dan bahan galian C;b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;c. Sumber pemasukan dana bagi Pemerintah Daerah (dana bagi hasil) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2 004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

4. Permukimana. Sebagai lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukungperi kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial;b. Sebagai kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga sertasarana bagi pembinaan keluarga.

5. Industria. Memfasilitasi kegiatan industri agar tercipta aglomerasi kegiatan produksi disatu lokasi dengan biaya investasi prasarana yang efisien;b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja;c. Meningkatkan nilai tambah komoditas yang pada gilirannya meningkatkanProduk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah yang bersangkutan;d. Mempermudah koordinasi pengendalian dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan.

6. Pariwisataa. Memperkenalkan, mendayagunakan dan melestarikan nilai -nilaisejarah/budaya lokal dan keindahan alam;b. Mendukung upaya penyediaan lapangan kerja yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat di wilayah yang bersangkutan.

7. Perdagangandan Jasaa. Memfasilitasi kegiatan transaksi perdagangan dan jasa antar masyarakatyang membutuhkan (sisi permintaan) dan masyarakat yang menjual jasa (sisi penawaran);b. Menyerap tenaga kerja di perkotaan dan memberikan kontribusi yang dominan terhadap PDRB.

Bagaimana Kriteria Umum & Kaidah Perencanaan untuk Setiap Peruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?TUJUANOUTPUT

Mengidentifikasi ketentuan-ketentuan pemanfaatan ruang yang pada umumnya ada pada setiap peruntukan ruang.Kriteria umum dan kaidah perencanaan setiap peruntukan ruangCARA MENCAPAI OUTPUTPeruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan akan memiliki kriteria umum dan kaidah perencanaan masing-masing seperti terlihat dalam Tabel berikut ini.MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 27Tabel 2 Kriteria Umum dan Kaidah PerencanaanPeruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

1. Hutan Produksia. Penggunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentingan pembangunandi luar kehutanan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: mengubah fungsi pokok kawasan peruntukan hutan produksi;Tidak gunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentinganPengpertambangan dilakukan melalui pemberian ijin pinjam pakai oleh Menteri terkaitdengan memperhatikan batasan luas dan jangka waktu tertentu serta kelestarian hutan/lingkungan; gunaan kawasan peruntukan hutan produksi untuk kepentinganPengpertambangan terbuka harus dilakukan dengan ketentuan khusus dan secara selektif.b. Ketentuan pokok tentang status dan fungsi hutan; pengurusan hutan; perencanaan hutan; dan pengelolaan hutan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 41 Tahun1999 tentang Kehutanan;c. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi mencakup tentang kegiatan pemanfaatan kawasan, kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, kegiatan pemanfaatan hasil kayu dan atau bukan kayu, dan kegiatan pemungutan hasil kayu dan atau bukan kayu;d. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) yang diselenggarakan oleh pemrakarsa yang dilengkapi dengan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL);e. Cara pengelolaan produksi hutan yang diterapkan harus didasarkan kepada rencana kerja yang disetujui Dinas Kehutanan dan atau Departemen Kehutanan, dan pelaksanaannya harus dilaporkan secara berkala. Rencana kerja tersebut harus memuat juga rencana kegiatan reboisasi di lokasi hutan yang sudah ditebang;f. Kegiatan di kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk tetap mempertahankan bentuk tebing sungai dan mencegah sedimentasi ke aliran sungai akibat erosi dan longsor;g. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi harus diupayakan untuk menyerap sebesar mungkin tenaga kerja yang berasal dari masyarakat lokal;h. Kawasan peruntukan hutan produksi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembangunan di luar sektor kehutanan seperti pertambangan, pembangunan jaringan listrik, telepon dan instalasi air, kepentingan religi, serta kepentingan pertahanan dan keamanan;i. Kegiatan pemanfaatan kawasan peruntukan hutan produksi wajib memenuhi kriteria dan indikator pengelolaan hutan secara lestari yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan ekologi;j. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya hasil hutan di kawasan peruntukan hutanproduksi harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan negara dan kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap menjaga kelestarian fungsi hutan sebagai daerah resapan air hujan serta memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup.

28 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISPeruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

2. Pertaniana. Ketentuan pokok tentang perencanaan dan penyelenggaraan budi daya tanaman;serta tata ruang dan tata guna tanah budi daya tanaman mengacu kepada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budi Daya Tanaman;b. Ketentuan pokok tentang kegiatan perencanaan perkebunan; penggunaan tanah untuk usaha perkebunan; serta pemberdayaan dan pengelolaan usaha perkebunan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan;c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;d. Ketentuan pokok tentang pemakaian tanah dan air untuk usaha peternakan; serta penertiban dan keseimbangan tanah untuk ternak mengacu kepada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan -Ketentuan Pokok Peternakan danKesehatan Hewan;e. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan;f. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya;g. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan;h. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian;i. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang;j. Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan;k. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), baik yang menggunakan lahan luas ataupun teknologi intensif harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal;l. Penanganan limbah pertanian tanaman (kadar pupuk dan pestisida yang terlarut dalam air drainase) dan polusi industri pertanian (udara-bau dan asap, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;m. Penanganan limbah peternakan (kotoran ternak, bangkai ternak, kulit ternak, bulu unggas, dsb) dan polusi (udara-bau, limbah cair) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;n. Penanganan limbah perikanan (ikan busuk, kulit ikan/udang/kerang) dan polusi (udara-bau) yang dihasilkan harus disusun dalam RPL dan RKL yang disertakan dalam dokumen Amdal;o. Kegiatan pertanian skala besar (termasuk peternakan dan perikanan), harus diupayakan menyerap sebesar mungkin tenaga kerja setempat;p. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan;q. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif(tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpamengurangi kesejahteraan masyarakat.

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 29

Peruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

3. Pertambangana. Ketentuan pokok tentang penggolongan pelaksanaan penguasaan bahan galian;bentuk dan organisasi perusahaan pertambangan; usaha pertambangan; kuasapertambangan; dan hubungan kuasa pertambangan dengan hak-hak tanah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan;b. Ketentuan pokok tentang penguasaan dan pengusahaan; kegiatan usaha hulu; kegiatan usaha hilir; hubungan kegiatan usaha minyak dan gas bu mi dengan hak atas tanah; serta pembinaan dan pengawasan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi;c. Pemanfaatan ruang beserta sumber daya tambang dan galian di kawasan peruntukan pertambangan harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah- kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;d. Setiap kegiatan pertambangan harus memberdayakan masyar akat di lingkungan yang dipengaruhinya guna kepentingan dan kesejahteraan masyarakat setempat;e. Kegiatan pertambangan ditujukan untuk menyediakan bahan baku bagi industri dalam negeri dan berbagai keperluan masyarakat, serta meningkatkan ekspor, meningkatkan penerimaan negara dan pendapatan daerah serta memperluas lapangan pekerjaan dan kesempatan usaha;f. Kegiatan pertambangan harus terlebih dahulu memiliki kajian studi Amdal yang dilengkapi dengan RPL dan RKL;g. Kegiatan pertambangan mulai dari tahap perencanaan, tahap ekplorasi hingga eksploitasi harus diupayakan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan perselisihan dan atau persengketaan dengan masyarakat setempat;h. Rencana kegiatan eksploitasi harus disetujui oleh dinas pertambangan setempat dan atau oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, dan pelaksanaannya dilaporkan secara berkala;i. Pada lokasi kawasan pertambangan fasilitas fisik yang harus tersedia meliputijaringan listrik, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor.

30 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISPeruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

4. Permukimana. Ketentuan pokok tentang perumahan, permukiman, peran masyarakat danpembinaan perumahan dan permukiman nasional mengacu kepada Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman dan Surat Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 217/KPTS/M/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Perumahan dan Permukiman (KSNPP);b. Pemanfaatan ruang untuk kawasan peruntukan permukiman harus sesuai dengan daya dukung tanah setempat dan harus dapat menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;c. Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum;d. Pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama);e. Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;f. Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;g. Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),penetapan lokasi dan penyediaan tanah, penyelenggaraan pengelolaan, dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri.

5. Industria. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan industri;serta izin usaha industri mengacu kepada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984tentang Perindustrian;b. Pemanfaatan kawasan peruntukan industri harus sebesar-besarnya diperuntukan bagi upaya mensejahterakan masyarakat melalui peningkatan nilai tambah dan peningkatan pendapatan yang tercipta akibat efisiensi biaya investasi dan proses aglomerasi, dengan tetap mempertahankan kelestarian fungsi lingkungan hidup;c. Jenis industri yang dikembangkan harus mampu menciptakan lapangan kerja dan dapat meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat setempat. Untuk itu jenis industri yang dikembangkan harus memiliki hubungan keterkaitan yang kuat dengan karakteristik lokasi setempat, seperti kemudahan akses ke bahan baku dan atau kemudahan akses ke pasar;d. Kawasan peruntukan industri harus memiliki kajian Amdal, sehingga dapat ditetapkan kriteria jenis industri yang diijinkan beroperasi di kawasan tersebut;e. Untuk mempercepat pengembangan kawasan peruntukan, di dalam kawasan peruntukan industri dapat dibentuk suatu perusahaan kawasan industri yang mengelola kawasan industri;f. Ketentuan tentang kawasan industri diatur tersendiri melalui Keputusan Presiden Nomor 41 Tahun 1996 tentang Kawasan Industri dan Surat Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 50/M/SK/1997 tentang Standar Teknis Kawasan Industri yang mengatur beberapa aspek substansi serta hak dan kewajiban Perusahaan Kawasan Industri, Perusahaan Pengelola Kawasan Industri dan Perusahaan Industri dalam pengelolaan Kawasan Industri;g. Khusus untuk kawasan industri, pihak pengelola wajib menyiapkan kajian studiAmdal sehingga pihak industri cukup menyiapkan RPL dan RKL.

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 31Peruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

6. Pariwisataa. Ketentuan pokok tentang pengaturan, pembinaan dan pengembangan kegiatankepariwisataan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1990 tentangKepariwisataan;b. Kegiatan kepariwisataan diarahkan untuk memanfaatkan potensi keindahan alam, budaya dan sejarah di kawasan peruntukan pariwisata guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan lingkungan alam serta kelestarian fungsi lingkungan hidup;c. Kegiatan kepariwisataan yang dikembangkan harus memiliki hubungan fungsional dengan kawasan industri kecil dan industri rumah tangga serta membangkitkan kegiatan sektor jasa masyarakat;d. Pemanfaatan lingkungan dan bangunan cagar budaya untuk kepentingan pariwisata, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayan dan agama harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya tersebut. Pemanfaatan tersebut harus memiliki izin dari Pemerintah Daerah dan atau Kementerian yang menangani bidang kebudayaan;e. Pengusahaan situs benda cagar budaya sebagai obyek wisata diharapkan dapat membantu memenuhi kebutuhan dana bagi pemeliharaan dan upaya pelestarian benda cagar budaya yang bersangkutan;f. Ketentuan tentang penguasaan, pemilikan, pengelolaan dan pemanfaatan benda- benda cagar budaya diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya dan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya;g. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pariwisata harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup;h. Pada kawasan peruntukan pariwisata, fasilitas fisik yang harus tersedia meliputi jaringan listrik, telepon, jaringan jalan raya, tempat pembuangan sampah, drainase, dan saluran air kotor;i. Harus memberikan dampak perkembangan terhadap pusat produksi seperti kawasan pertanian, perikanan, dan perkebunan;j. Harus bebas polusi;k. Pengelolaan dan perawatan benda cagar budaya dan situs adalah tanggung jawab pemerintah/pemerintah daerah;l. Setiap orang dilarang mengubah bentuk dan atau warna, mengambil ataumemindahkan benda cagar budaya dari lokasi keberadaannya.

32 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNISPeruntukan RuangKRITERIA UMUM & KAIDAH PERENCANAAN

7. Perdagangan danJasaa. Peletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikandengan kebutuhan konsumen;b. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain:bangunan usaha perdagangan (eceran dan grosir): toko, warung, tempatperkulakan, pertokoan, dan sebagainya;bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, dan penginapan lainnya;bangunan penyimpanan dan pergudangan: tempat parkir, gudang;bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;bangunan pariwisata/rekreasi (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.c. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan perdagangan dan jasa diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup

Sumber : Buku Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 3312430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"L A U TS U L A W E S I

D A N A UT O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAW ESI UTARAPETA RENCANA POLA RUANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARAKABUPATEN MINAHASA SELAT AN

KABUPATEN MINAHASA

U3 0 3 6 KmSKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A1 : 59,4 cm x 84,1 cm)KEC. TOULUAAN

RANOKET ANG

Sili an

TOMB ATU

KEC. RATAHAN

Z$R A T A H A N

Wio

Wongkai

Wia u

LEGENDAIbukota ProvinsiIbukota Kabupaten Kantor KecamatanBatas Provinsi Batas Kabupaten Batas KecamatanGaris PantaiSungai

Jalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan Rencana$T Gunung Api Pelabuhan Utama tersierLondola

D. B uililin

Kuyang a

Winora nginMolom pa r

Rasi

Sesar/Patahan

Pelabuhan Pengumpan-SekunderTam belang

KEC. TOMBATU

Liwutung

KEC. PUSOMAEN

Zona Aliran Lava/Lahar Gn. Soputan$Z Daerah BAHAYA letusan Gn. Api (radius 5 km)$Z Daerah WASPADA letusan Gn. Api (radius 8 km) Daerah Rawan LongsorLowota g

ba nga

Tonsa wa ng

Tateng esa n

P.Bentenan

KAWASAN LINDUNG Hutan Lindung

Luas (Ha.) %7.896,5 11,11KABUPATEN INAHASA SELAT AN

KEC. BELANGBE LANG

Ma lomp ar

MINANG A

Daerah Lindung lainKAWASAN BUDIDAYA$Z Pusat Pemerintahan Kabupaten

19.039,7 26,79 Lokasi W isataM Industri dan Pergudangan

236,6

0,33P.Bohoi kecil

PariwisataPerkebunan

16,9 0,0224.165,6 34,00KEC. RATATOTOK

P.Bohoi besar

Permukim anPertambanganPertanian

954,7451,617.486,7

1,340,6424,60RAT ATOTOK

Ba sa an

P. Salimburung

Sumber :

pemakaman umum/kuburanHutan ProduksiJUMLAH

4,0 0,01827,6 1,271.080,0 100,00 P.Babi

P. Hogow

- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000Edisi tahun 1991, Lembar 2416-43, 2416-44 dan 2417-12- Hasil AnalisisP. PutusputusP.Dakokayu

12 3

Indeks Lokasi12 4

12 5KABUPATENBO LAANG MO NG O NDO W

L A U TM A L U K UPr ov . S u lawe s i U tar a12 3

12 4

12 5DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN R UANG Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sedang Berkembang12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Gambar 1 Contoh Peta Pola RuangMODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYABagaimana Karakteristik Lokasi &Kesesuaian Lahan untuk Kawasan Budi Daya?TUJUANOUTPUT

Mengidentifikasi karakteristik setiap peruntukan ruang serta menganalisis kesesuaian lahan dari setiap peruntukan ruangKesesuaian Lahan dari setiap peruntukan ruangCARA MENCAPAI OUTPUTPeruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan memiliki karakteristik lokasi yang sesuai untuk dapat mendukung fungsi- fungsinya seperti terlihat dalam Tabel berikut ini.Tabel 3 Karakteristik Lokasi dan Kesesuaian LahanPeruntukanRuangKARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN

1. HutanProduksiDasar Penetapan batas hutan produksi:Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 83/KPTS/UM/8/1981

a. Parameter yang diperhatikan dan diperhitungkan dalam penetapan hutan produksi adalahlereng (kemiringan) lapangan, jenis tanah, dan intensitas hujan;b. Untuk keperluan penilaian fisik wilayah, setiap parameter tersebut dibedakan dalam 5 tingkatan (kelas) yang diuraikan dengan tingkat kepekaannya terhadap erosi. Makin tinggi nilai kelas parameter makin tinggi pula tingkat kepekaannya terhadap erosi;c. Skoring fisik wilayah ditentukan oleh total nilai kelas ketiga parameter setelah masing -masing nilai kelas parameter dikalikan dengan bobot 20 untuk parameter lereng, bobot 15 untuk parameter jenis tanah, dan bobot 10 untuk parameter intensitas hujan (lihat tabel 1, 2 dan 3);d. Berdasarkan hasil penjumlahan skoring ketiga parameter tersebut yaitu lereng, jenis lahan,dan intensitas hujan suatu wilayah hutan dinyatakan memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai: Produksi Tetap jika memiliki skoring fisik wilayah den gan nilai < 125; tidakHutanmerupakan kawasan lindung; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya; Produksi Terbatas jika memiliki skoring fisik wilayah dengan nilai 1 25 - 175; tidakHutanmerupakan kawasan lindung; mempunyai satuan bentangan sekurang-kurangnya 0,25 Ha(pada ketelitian skala peta 1 : 10.000); serta bisa berfungsi sebagai kawasan penyangga; Produksi yang Dapat Dikonversi jika memiliki skoring fisik wilay ah dengan nilai >175;Hutantidak merupakan kawasan lindung; dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan kegiatan budi daya lainnya; serta berada di luar hutan suaka alam, hutan wisata dan produksi tetap, hutan produksi terbatas, dan hutan konversi lainnya.

PeruntukanRuangKARAKTERISTIK LOKASI & KESESUAIAN LAHAN

2. PertanianKarakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan keringdan pertanian tanaman tahunan. Masing-masing karateristik kawasan peruntukan pertanian tersebut memiliki kriteria teknis seperti ditunjukkan pada Tabel 7 .

3. Pertam- banganPeruntukan pertambangan bahan galian golongan C:a. Bahan galian terletak di daerah dataran, perbukitan yang bergelombang atau landai {kemiringan lereng antara (0 - 17), curam (17 - 36) hingga sangat curam (> 36 )}, pada alur sung ai, dan cara pencapaian;b. Lokasi tidak berada di kawasan hutan lindung;c. Lokasi tidak terletak pada bagian hulu dari alur -alur sungai (yang umumnya bergradien dasar sungai yang tinggi);d. Lokasi penggalian di dalam sungai harus seimbang dengan kecepatan sedim entasi;e. Jenis dan besarnya cadangan/deposit bahan tambang secara ekonomis menguntungkan untuk dieksplorasi;f. Lokasi penggalian tidak terletak di daerah rawan bencana alam seperti gerakan tanah, jalur gempa,bahaya letusan gunung api, dan sebagainya.

4. Permuki mana. Topografi datar sampai bergelombang (kelerengan lahan 0 - 25%);b. Tersedia sumber air, baik air tanah maupun air yang diolah oleh penyelenggara dengan jumlah yang cukup. Untuk air PDAM suplai air antara 60 liter/org/hari - 100 liter/org/hari;c. Tidak berada pada daerah rawan bencana (longsor, banjir, erosi , abrasi);d. Drainase baik sampai sedang;e. Tidak berada pada wilayah sempadan sungai/pantai/waduk/danau/mata air/saluran pengairan/rel kereta api dan daerah aman penerbangan;f. Tidak berada pada kawasan lindung;g. Tidak terletak pada kawasan budi daya pertanian/penyangga;h. Menghindari sawah irigasi teknis.

5. Industria. kemiringan lereng : kemiringan lereng yang sesuai untuk kegiatan industri berkisar 0% - 25%, padakemiringan >25% - 45% dapat dikembangkan kegiatan indust ri dengan perbaikan kontur, serta ketinggian tidak lebih dari 1000 meter dpl;b. hidrologi : bebas genangan, dekat dengan sumber air, drainase baik sampai sedang;c. klimatologi : lokasi berada pada kecenderungan minimum arah angin yang menuju permukiman penduduk;d. geologi : dapat menunjang konstruksi bangunan, tidak berada di daerah rawan bencana longsor;e. lahan : area cukup luas minimal 20 ha; karakteristik tanah bertekstur sedang sampaikasar, berada pada tanah marginal untuk pertanian.

6. Pariwisataa. Memiliki struktur tanah yang stabil;b. Memiliki kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan;c. Merupakan lahan yang tidak terlalu subur dan bukan lahan pertanian yang produktif;d. Memiliki aksesibilitas yang tinggi;e. Tidak mengganggu kelancaran lalu lintas pada jalur jalan raya regional;f. Tersedia prasarana fisik yaitu listrik dan air bersih;g. Terdiri dari lingkungan/ bangunan/ gedung bersejarah dan cagar budaya;h. Memiliki nilai sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya, serta keunikan tertentu;i. Dilengkapi fasilitas pengolah limbah (padat dan cair).

7. Perdaga-ngan danJasaa. Tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan bencana alam;b. Lokasinya strategis dan mudah dicapai dari seluruh penjuru kota;c. Dilengkapi dengan sar ana antara lain tempat parkir umum, bank/ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, dan sarana penunjang kegiatan komersial serta kegiatan pengunjung;d. Terdiri dari perdagangan lokal, regional, dan antar regional.

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 37Tabel 4 Skoring Kelas LerengKelas LerengKisaran Lereng (%)KeteranganHasil NilaiKelas x Bobot

10 - 8datar20

28 - 15landai40

315 - 25agak curam60

425 - 45curam80

5?45sangat curam100

Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007Tabel 5 Skoring Kelas Jenis TanahKelas TanahKelompok Jenis TanahKepekaan TerhadapErosiHasil Nilai Kelas x Bobot

1Aluvial, Tanah, Glei, Planossol, Hidromorf Kelabu, Literite Air Tanahtidak peka15

2Latosolagak peka30

3Brown Forest Soil, Non Calcickurang peka45

4Andosol, Laterictic Gromusol, Podsolikpeka60

5Regosol, Litosol Organosol, Renzinesangat peka75

Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007Tabel 6 Skoring Kelas Intensitas HujanKelas Intensitas HujanKisaran Curah Hujan(mm/hari hujan)KeteranganHasil NilaiKelas x Bobot

18 - 13,6sangat rendah10

213,6 - 20,7rendah20

320,7 - 27,7sedang30

427,7 - 34,8tinggi40

5?34,8sangat tinggi50

Sumber : Pedoman Kriteria Teknis Kawasan Budi Daya, 2007Bagaimana Kriteria dan Batasan Teknis Untuk SetiapPeruntukan Ruang di Kawasan Budi Daya?TUJUANOUTPUT

Menentukan kriteria dan batasan teknis pemanfaatan ruang yang diperbolehkan pada setiap peruntukan ruang.Batasan/kriteria teknis pemanfaatan ruang dari setiap peruntukan ruang di kawasan budi daya.CARA MENCAPAI OUTPUTPeruntukan ruang ini telah ditetapkan sebelumnya dalam proses penyusunan pola ruang. Setiap peruntukan akan memiliki batasan/kriteria teknis masing-masing untuk kegiatan pemanfaatan yang masih diperbolehkan seperti terlihat di bawah ini.Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Hutan Produksia. Radius atau jarak yang diperbolehkan untuk melakukan penebangan pohon di kawasan hutan produksi: > 500 (lima ratus) meter dari tepi waduk atau danau; > 200 (dua ratus) meter dari tepi mata air dan kiri kanan sungai di daerah rawa; > 100 (seratus) meter dari kiri kanan tepi sungai; > 50 (lima puluh) meter dari kiri kanan tepi anak sungai; > 2 (dua) kali kedalaman jurang dari tepi jurang; > 130 (seratus tiga puluh) kali selisih pasang tertinggi dan pasang terendah dari tepi pantai.b. Kawasan hutan produksi dapat dikonversi dengan ketentuan sebagai berikut: Faktor-faktor kelas lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan setelah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai (skor) 124 atau kurang, di luar hutan suaka alam dan hutan pelestarian alam;12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"L A U TS U L A W E S I

D A N A UT O N D A N O

BANTEK PELAKSANAAN PENATAAN RUANG KABUPATEN MINAHASA TENGGARA PROVINSI SULAW ESI UTARATATA GUNA HUTAN KESEPAKATAN (TGHK)KABUPATEN MINAHASA SELATAN

KABUPATEN MINAHASA

U3 0 3 6 KmSKALA 1 : 100.000 (Pada kertas A 1 : 59,4 cm x 84,1 cm )HL. Gn. Soputan

HL. Gn. Kawatak

LEGENDAIbukota ProvinsiIbukota KabupatenHP. S. RanopayoKEC. TOULUAANLondola

RANOKETANG

Silian

D. Bu il i li n

TOMBATU

Kuyanga

WinoranginMolompar

KEC. RATAHANRasiLiwutung

R A T A H A N

Wio

Wongkai

Wiau

Kantor KecamatanBatas Provinsi Batas Kabupaten Batas KecamatanJalan Arteri Jalan Kolektor Jalan Lokal Jalan LainTambelang

KEC. TOMBATU

KEC. PUSOMAEN

Garis PantaiSungaiKABUPATEN MINAHASA SELATAN

Lowotag

banga

HPT. Gn. Surat

Tonsawang

KEC. BELANG

BELANG

Malompar

TatengesanHL. BakauMINANGA Bentenan

PermukimanArahan PertanianHutan Lindung (HL) Hutan Produksi (HP)Hutan Produksi Terbatas (HPT)Area Penggunaan Lain (APL)KEC. RATATOTOK

L A U TM A L U K U

Sumber :- Peta Rupabumi Bakosurtanal, Skala 1 : 50.000Tahun 1991 Lembar 2416 - 43, 2416 - 44, 2417 - 12- Peta TGHK Kab. Minahasa Tenggara, Dinas Kehutanan Mitra- Peta Kawasan Hutan Dan Perairan Sulawesi UtaraSkala 1 : 250.000, DepHutBun Tahun 1999Y# Indeks Lokasi12 3

12 4

12 5KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Prov. Sulawes i Utara12 3

12 4

12 5DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Satuan Kerja Pembinaan Penataan Ruang Kawasan Sedang Berkembang12430'00"

12437'30"

12445'00"

12452'30"

12500'00"

Gambar 3 Contoh Peta Kawasan Hutan Secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi pengembangan transportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri.c. Luas kawasan hutan dalam setiap daerah aliran sungai (DAS) dan atau pulau minimal 30% dari luas daratan. Berdasarkan pertimbangan tersebut setiap provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya kurang dari 30% perlu menambah luas hutannya. Sedangkan bagi provinsi dan kabupaten/kota yang luas kawasan hutannya lebih dari 30% tidak boleh secara bebas mengurangi luas kawasan hutannya.Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pertaniana. Pemanfaatan dan pengelolaan lahan harus dilakukan berdasarkan kesesuaian lahan;b. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan secara selektif tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat;c. Kawasan pertanian lahan basah mencakup:1. Pola tanam: monokultur, tumpangsari, campuran tumpang gilir;2. Tindakan konservasi berkaitan dengan: Vegetatif: pola tanam sepanjang tahun, penanaman tanaman panen atas air tersedia dengan jumlah dan mutu yang memadai yaitu 5-20 L/detik/ha untuk mina padi, mutu air bebas polusi, suhu 23-300C, oksigen larut 3-7 ppm, amoniak 0.1 ppm dan pH 5-7; Mekanik: pembuatan pematang, teras, dan saluran drainase. d. Kawasan pertanian lahan kering mencakup:1. Kemiringan 0-6%: tindakan konservasi secara vegetatif ringan, tanpa tindakan konservasi secara mekanik;2. Kemiringan 8-15%: Tindakan konservasi secara vegetatif ringan sampai berat yaitu pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pupuk hijau, pengembalian bahan organik, tanaman penguat keras; Tindakan konservasi secara mekanik (ringan), teras gulud disertai tanaman penguat keras; Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras gulud dengan interval tinggi 0.75-1.5 m dilengkapi tanaman penguat, dan saluran pembuang air ditanami rumput.3. Kemiringan 15-40%: Tindakan konservasi secara vegetatif (berat), pergiliran tanaman, penanaman menurut kontur, pemberian mulsa sisa tanaman, pupuk kandang, pupuk hijau, sisipan tanaman tahunan atau batu penguat teras dan rokrak; Tindakan konservasi secara mekanik (berat), teras bangku yang dilengkapi tanaman atau batu penguat teras dan rokrak, saluran pembuangan air ditanami rumput.e. Kawasan pertanian tanaman tahunan mencakup:1. Kemiringan 0-6%: pola tanam monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran.Tindakan konservasi, vegetatif tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimum. Tanpa tindakan konservasi secara mekanik;2. Kemiringan 8-15%: Pola tanam, monokultur, tumpang sari, interkultur atau campuran; Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal; Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras bangku, diperkuat dengan tanaman penguat atau rumput.3. Kemiringan 25-40%: Pola tanam, monokultur, interkultur atau campuran; Tindakan konservasi secara vegetatif, tanaman penutup tanah, penggunaan mulsa, pengolahan tanah minimal; Tindakan konservasi secara mekanik, saluran drainase, rokrak teras individu.f. Kawasan perikanan mencakup luas lahan untuk kegiatan budi daya tambak udang/ikan dengan atau tanpa unit pengolahannya adalah 25 Ha, budi daya perikanan terapung di air tawar luas 2,5 Ha atau jumlah 500 unit;g. Pemanfaatan dan penggunaan lahan untuk usaha perkebunan, luas maksimum dan luasminimumnya ditetapkan oleh Menteri dengan berpedoman pada jenis tanaman, ketersediaan tanah yang sesuai secara agroklimat, modal, kapasitas pabrik, tingkat kepadatan penduduk, pola pengembangan usaha, kondisi geografis, dan perkembangan teknologi;h. Hak guna usaha untuk usaha perkebunan diberikan dengan jangka waktu paling lama 35 (tiga puluh lima) tahun;i. Lahan perkebunan besar swasta yang terlantar (kelas V) yang tidak berupaya untuk melakukan perbaikan usaha setelah dilakukan pembinaan, pemanfaatan lahannya dapat dialihkan untuk kegiatan non perkebunan.MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYATabel 7 Karakteristik Kawasan Peruntukan PertanianKriteria TeknisPertanian Lahan BasahPertanian LahanKeringPertanian TanamanTahunan

Iklim:

Kelembaban(%)33 - 9029 - 3242 - 75

Curah Hujan(mm)A, B, C (Schmidt &Ferguson, 1951)350 - 6001200 - 1600

Sifat Fisik Tanah:

Drainaseagak baik s/d agakterhambatbaik s/d agakterhambatbaik s/d agakterhambat

Tekstur:h, ah, sh, ah, sh, ah, s

Bahan Kasar(%)< 15< 15< 35

Kedalaman Tanah(cm)> 30> 30> 60

Ketebalan Gambut(cm)< 200< 200< 200

Kematangan Gambutsaprik, hemiksaprik, hemiksaprik, hemik

Retensi Hara:

Kejenuhan Basa(%)> 30> 30> 30

Kemasaman Tanah (pH)5,5 - 8,25,6 - 7,65,2 - 7,5

Kapasitas Tukar Kation(Cmol)> 12> 12> 12

Kandungan C-Organik(%)> 0,8> 0,8> 0,8

Toksisitas:

Kedalaman BahanSulfidik(cm)> 50> 50> 50

Salinitas(dS/m)< 4< 4< 4

Bahaya Erosi:

Lereng(%)< 8< 15< 40

Tingkat Bahaya Erosirsdsd

Bahaya Banjir:

GenanganF0,F11,F12, F21,F23F0,F11,F12, F21,F23F0,F11,F12, F21,F23

Penyiapan Lahan:

Batuan di Permukaan(%)< atau = 25< atau = 25< atau = 25

Singkapan Batuan(%)< atau = 25< atau = 25< atau = 25

Tekstur Tanah :

Bahaya Erosi :

Kelas Bahaya Banjir (F) :Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan PertambanganPeruntukan pertambangan bahan galian golongan C :a. Kegiatan penambangan tidak boleh dilakukan di kawasan lindung;b. Kegiatan penambangan tidak boleh menimbulkan kerusakan lingkungan;c. Lokasi tidak terletak terlalu dekat terhadap daerah permukiman. Hal ini untuk menghindari bahaya yang diakibatkan oleh gerakan tanah, pencemaran udara, serta kebisingan akibat lalu lintas pengangkutan bahan galian, mesin pemecah batu, ledakan dinamit, dan sebagainya. Jarak dari permukiman 1-2 km bila digunakan bahan peledak dan minimal 500 m bila tanpa peledakan;d. Lokasi penambangan tidak terletak di daerah tadah (daerah imbuhan) untuk menjaga kelestarian sumber air (mata air, air tanah);e. Lokasi penggalian tidak dilakukan pada lereng curam (> 40%) yang kemantapan lerengnya kurang stabil. Hal ini untuk menghindari terjadinya erosi dan longsor.Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Permukimana. Penggunaan lahan untuk pengembangan perumahan baru 40% - 60% dari luas lahan yang ada, dan untuk kawasan-kawasan tertentu disesuaikan dengan karakteristik serta daya dukung lingkungan;b. Kepadatan bangunan dalam satu pengembangan kawasan baru perumahan tidak bersusun maksimum 50 bangunan rumah/ha dan dilengkapi dengan utilitas umum yang memadai;c. Memanfaatkan ruang yang sesuai untuk tempat bermukim di kawasan peruntukan permukiman di perdesaan dengan menyediakan lingkungan yang sehat dan aman dari bencana alam serta dapat memberikan lingkungan hidup yang sesuai bagi pengembangan masyarakat, dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan hidup;d. Kawasan perumahan harus dilengkapi dengan: Sistem pembuangan air limbah yang memenuhi SNI 03-1733-2004 tentang Tata CaraPerencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan; Sistem pembuangan air hujan yang mempunyai kapasitas tampung yang cukup sehingga lingkungan perumahan bebas dari genangan. Saluran pembuangan air hujan harus direncanakan berdasarkan frekuensi intensitas curah hujan 5 tahunan dan daya resap tanah. Saluran ini dapat berupa saluran terbuka maupun tertutup. Dilengkapi juga dengan sumur resapan air hujan mengikuti SNI 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan dan dilengkapi dengan penanaman pohon;MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 45 Prasarana air bersih yang memenuhi syarat, baik kuantitas maupun kualitasnya.Kapasitas minimum sambungan rumah tangga 60 liter/orang/hari dan sambungan kran umum 30 liter/orang/hari; Sistem pembuangan sampah mengikuti ketentuan SNI 03-3242-1994 tentang Tata CaraPengelolaan Sampah di Permukiman.e. Penyediaan kebutuhan sarana pendidikan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 8;f. Penyediaan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 9;g. Penyediaan kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah raga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lahan minimal, radius pencapaian, dan kriteria lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 10;h. Penyediaan kebutuhan sarana perdagangan dan niaga di kawasan peruntukan permukiman yang berkaitan dengan jenis sarana yang disediakan, jumlah penduduk pendukung, luas lantai dan luas lahan minimal, radius pencapaian, serta lokasi dan penyelesaian secara lebih rinci ditunjukkan pada Tabel 11;i. Pemanfaatan kawasan perumahan merujuk pada SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 1987 tentang Penyerahan Prasarana Lingkungan, Utilitas Umum, dan Fasilitas Sosial Perumahan kepada Pemerintah Daerah;j. Dalam rangka mewujudkan kawasan perkotaan yang tertata dengan baik, perlu dilakukan peremajaan permukiman kumuh yang mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun1990 tentang Pengelolaan Kampung Kota.46 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 47

48 MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS 49BTBSBRBQ KEC. CIKULUR

KEC. RANGKASBITUNGDS. KARYAJAYABPBOBNDS. MEKARJAYA

BENDUNG KARIANBMDS. MARGATIRTA

DS. INTENJAYA

DS. MARGAJAYA

DS. TAMBAKBLDS. GUNUNGANTENBK

DS. GIRIMUKTI

DS. CIMARGA

DS. MARGALUYUDS. SARAGENIBJDS. SUDAMANIKBI DS. JAYASARI

DS. SANGIANGJAYABH DS. SANGKAMANIKBGBFKEC. LEUWIDAMARBEBDBCBB

DS. JAYAMANIK

KEC. MUNCANG

28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50Gambar 8 Contoh Peta Kawasan Permukiman Kabupaten

Tabel 8 Kebutuhan Sarana Pendidikan pada Kawasan Peruntukan permukimanPNoJenis saranaJumlah penduduk pendukung (jiwa)Kebutuhan per satuan saranaStandar2(m /jiwa)Kriteria

Luas lantai2min (m )Luas lahan min(m2)Radiuspencapaian(m)Lokasi dan penyelesaian

1TK1.2502165000,28500Ditengah kelompok keluarga.Tidak menyeberang jalan raya. Bergabung dengantaman sehingga terjadi pengelompokan kegiatan.

2SD1.6006332.0001,251.000

3SLTP4.8002.2829.0001,881.000Dapat dijangkau dengan kendaraan umum, Disatukan dengan lapangan olah raga. Tidak selalu harus di pusat lingkungan

4SLTA4.8003.83512.5002,63.000

5TamanBacaan2.500721500,091.000Ditengah kelompok warga.Tidak menyeberang jalan lingkungan.

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tatacara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Tabel 9 Kebutuhan Sarana Kesehatan pada Kawasan Peruntukan PermukimanNoJenis saranaJumlah penduduk pendukung (jiwa)Kebutuhan per satuan saranaStandar(m2/jiwa)Kriteria

Luaslantai min(m2)Luaslahan min(m2)Radius pencapaian (m)Lokasi dan penyelesaian

1Posyandu1.25036600,048500Di tengah kelompoktetangga.Tidak menyeberang jalan raya.

2Balai PengobatanWarga2.5001503000,121.000Di tengah kelompok tetangga.Tidak menyeberang jalan raya.

3BKIA / KlinikBersalin30.0001.5003.0000,14.000Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

4PuskesmasPembantu danBalai pengobatanLingkungan30.0001503000,0061.500Dapat dijangkau dengankendaraan umum

5Puskesmas danBalai Pengobatan120.0004201.0000,0083.000Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

6Tempat PraktekDokter5.00018--1.500Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

7Apotik / RumahObat30.0001202500,0251.500Dapat dijangkau dengan kendaraan umum

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tatacara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Tabel 10 Kebutuhan sarana ruang terbuka, taman, dan lapangan olah ragaNoJenis saranaJumlah pendudukpendukung (jiwa)Kebutuhan luas lahan min (m2)Standar(m2/jiwa)Radiuspencapaian (m)Kriteria lokasi danpenyelesaian

1Taman / Tempat main2502501100Di tengah kelompok tetangga

2Taman / Tempat main2.5001.2500,51.000Di pusat kegiatan lingkungan

3Taman dan Lapangan Olah Raga30.0009.0000,3Sedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

4Taman dan Lapangan Olah Raga120.00024.0000,2Terletak di jalan utamaSedapat mungkin berkelompok dengan sarana pendidikan

5Jalur Hijau--15 mTerletak menyebar

6Kuburan / Pemakaman Umum120.0002.000Mempertimbangkan radius pencapaian dan area yang dilayani

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tatacara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaan

Tabel 11 Kebutuhan sarana perdagangan dan niaga pada kawasan peruntukan permukimanNoJenis saranaJumlah penduduk pendukung (jiwa)Kebutuhan per satuan saranaStandar2(m /jiwa)Kriteria

Luas lantai2min (m )Luas lahan2min (m )Radiuspencapai an (m)Lokasi dan penyelesaian

1Toko / Warung25050(termasuk gudang)100(bila berdiri sendiri)0,4300Di tengah kelompok tetangga.Dapat merupakan bagian dari sarana lain

2Pertokoan6.0001.2003.0000,52.000Di pusat kegiatan sub lingkungan.KDB 40%.Dapat berbentuk P & D.

3Pusat Pertokoan+ PasarLingkungan30.00013.50010.0000,33Dapat dijangkau dengankendaraan umum

4Pusat Perbelanjaan dan Niaga (toko + pasar + bank + kantor)120.00036.00036.0000,3Terletak di jalan utama.Termasuk sarana parkir sesuai ketentuan yang berlaku

Sumber: SNI 03-1733-2004 tentang Tatacara perencanaan lingkungan perumahan di perkotaanKriteria dan Batasan Teknis Kawasan Industria. Harus memperhatikan kelestarian lingkungan;b. Harus dilengkapi dengan unit pengolahan limbah;c. Harus memperhatikan suplai air bersih;d. Jenis industri yang dikembangkan adalah industri yang ramah lingkungan dan memenuhi kriteria ambang limbah yang ditetapkan Kementerian Lingkungan Hidup;e. Pengelolaan limbah untuk industri yang berkumpul di lokasi berdekatan sebaiknya dikelola secara terpadu;f. Pembatasan pembangunan perumahan baru di kawasan peruntukan industri;g. Harus memenuhi syarat AMDAL sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang- undangan yang berlaku;h. Memperhatikan penataan kawasan perumahan di sekitar kawasan industri;I. Pembangunan kawasan industri minimal berjarak 2 Km dari permukiman dan berjarak 15-20Km dari pusat kota;j. Kawasan industri minimal berjarak 5 Km dari sungai tipe C atau D;k. Penggunaan lahan pada kawasan industri terdiri dari penggunaan kaveling industri, jalan dan saluran, ruang terbuka hijau, dan fasilitas penunjang. Pola penggunaan lahan pada kawasan industri secara teknis dapat dilihat pada Gambar 9.l. Setiap kawasan industri, sesuai dengan luas lahan yang dikelola, harus mengalokasikan lahannya untuk kaveling industri, kaveling perumahan, jalan dan sarana penunjang, dan ruang terbuka hijau. Alokasi lahan pada Kawasan Industri dapat dilihat pada Tabel 12;m. Kawasan Industri harus menyediakan fasilitas fisik dan pelayanan umum. Standar teknis pelayanan umum dan fasilitas fisik di kawasan industri dapat dilihat Tabel 13.KAWASAN INDUSTRIAREA PENYUSUNAN RDTR BENGKONG DAN BATAM KOTALEGENDAJalanSungai/Saluran

KantorPusat PerbelanjaanWaduk/Reservoir Kantor PolisiBatas KecamatanBatas KelurahanKantor Walikota

Menara/TowerLapangan TerbangKantor Kecamatan Kawasan IndustriKantor Kelurahan Lapangan GolfMasjidKuil BudhaGerejaKAWASAN INDUSTRISUMBER:- Peta Dasar Pulau Batam skala 1: 2000, Otorita Batam tahun 1998- Peta Administrasi Kota Batam, PEMKO BATAM tahun 2005Koordinat :.............Geographic Proyeksi :.............Transvere Mercator Datum :..............WGS84Zone :..............48 UtaraGambar 9 Contoh Peta Kawasan Industri (Kawasan Industri Di Bengkong Dan Batam Kota)Tabel 12 Alokasi Lahan pada Kawasan IndustriNoLuas Lahan Dapat Dijual (Maksimal 70%)Jalan & Sarana Penunjang Lainnya Maksimal 70%Ruang Terbuka Hijau (%)

Luas KawasanIndustri (Ha)KavelingIndustri (%)KavelingKomersial (%)KavelingPerumahan (%)

110-2065-70Maksimal 10Maksimal 10Sesuai kebutuhanMinimal 10

2>20-5065-70Maksimal 10Maksimal 10Sesuai kebutuhanMinimal 10

3>50-10060-70Maksimal 12.5Maksimal 10Sesuai kebutuhanMinimal 10

4>100-20050-70Maksimal 15Maksimal 10Sesuai kebutuhanMinimal 10

5>200-50045-70Maksimal 17.510-25Sesuai kebutuhanMinimal 10

6>50040-70Maksimal 2010-30Sesuai kebutuhanMinimal 10

Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001Tabel 13 Standar Teknis Pelayanan Umum di Kawasan IndustriNoTeknis PelayananStandar KebutuhanKeterangan

1Tenaga kerja90 - 110 tenaga kerja/Ha

2Luas lahan per unit usaha0.3 - 5 HaTerdapat beberapa variasi urutan kaveling. Rata-rata kebutuhan lahan1.34 Ha/Unit Usaha Industri

3Listrik0.15 - 0.2 MVA/HaSumber dari PLN atau swasta

4Telekomunikasi4 - 5 SST/HaTermasuk faximile/telexTelepon umum 1 SST/16 Ha

5Air bersih0.55 0.75 liter/HaSumber PDAM/air tanah usaha sendiri sesuai ketentuan yang berlaku

6Saluran drainaseSesuai debitDitempatkan di kiri kanan jalan utama dan lingkungan

7Saluran sewerageSesuai debitSaluran tertutup yang terpisah dari saluran drainase

8Prasarana & sarana sampah1 bak sampah/kaveling1 armada sampah/20 Ha1 unit TPS/20 HaPerkiraan limbah padat yang dihasilkan adalam 4 m3/Ha/hari

9Kapasitas kelola IPALStandar influent : BOD : 400 - 600 mg/l COD : 600 - 800 mg/l TSS : 400 - 600 mg/l PH : 4 - 10Kualitas parameter limbah cair yang berada di atas standar influent yang ditetapkan, wajib dikelola terlebih dahulu oleh pabrik yang bersangkutan

10Jaringan jalana. Jalan utama2 jalur 1 arah dengan perkerasan2x7 m, atau 1 jalur denganperkerasan minimal 8 m

b. Jalan lingkungan2 arah dengan perkerasan minimal 7 m

11Kebutuhan hunian1.5 tenaga kerja/unit hunian

12Kebutuhan fasilitas komersialSesuai kebutuhan dengan maksimum 20% luas lahanDiperlukan Trade Center untuk promosi wilayah dan produk

13Bangkitan transportasiEkspor : 3.5 TEUs/Ha/BulanImpor : 3.0 TEUs/Ha/BulanBelum termasuk angkutan buruh dan karyawan

Sumber : Pedoman Teknis Pengembangan Kawasan Industri (Industrial Estate) di Daerah, Balitbang Indag - Puslitbang, 2001Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Pariwisataa. Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Taman Wisata Alam untuk kegiatan pariwisata alam dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya;b. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk sarana pariwisata alam diselenggarakan dengan persyaratan sebagai berikut: Luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman nasional, blok pemanfaatan taman hutan raya, dan blok pemanfaatan taman wisata alam yang bersangkutan; Bentuk bangunan bergaya arsitektur setempat; Tidak mengubah bentang alam yang ada; Tidak mengganggu pandangan visual.c. Pihak-pihak yang memanfaatkan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam harus menyusun Rencana Karya Pengusahaan Pariwisata Alam yang dilengkapi dengan AMDAL sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;d. Pemanfaatan kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam untuk kegiatan pengusahaan pariwisata alam diberikan untuk jangka waktu paling lama 30 tahun sesuai dengan jenis kegiatannya;e. Jenis-jenis usaha sarana pariwisata alam yang dapat dilakukan dalam kawasan TamanNasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam meliputi kegiatan usaha: akomodasi seperti pondok wisata, bumi perkemahan, karavan, dan penginapan; makanan dan minuman; sarana wisata tirta; angkutan wisata; cenderamata; sarana wisata budaya.f. Dalam rangka pelestarian nilai-nilai budaya setempat, pemerintah daerah dapat menetapkan kawasan, lingkungan dan atau bangunan sebagai lingkungan dan bangunan cagar budaya sebagai kawasan pariwisata budaya. Penetapannya dilakukan apabila dalam suatu kawasan terdapat beberapa lingkungan cagar budaya yang mempunyai keterkaitan keruangan, sejarah, dan arkeologi;g. Penetapan kawasan, lingkungan dan atau bangunan bersejarah sebagai kawasan pariwisata oleh Pemerintah Kota/Kabupaten berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;h. Kriteria, tolak ukur, dan penggolongan lingkungan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, dan kelangkaan. Sedangkan kriteria penggolongan bangunan cagar budaya berdasarkan kriteria nilai sejarah, umur, keaslian, kelangkaan, tengeran/landmark,dan arsitektur. Kriteria dan tolak ukur tersebut adalah sebagai berikut: Nilai sejarah dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa perjuangan, ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan tingkat nasional dan atau daerah masing- masing; Umur dikaitkan dengan batas usia sekurang-kurangnya 50 tahun; Keaslian dikaitkan dengan keutuhan baik sarana dan prasarana lingkungan maupun struktur, material, tapak bangunan dan bangunan di dalamnya; Kelangkaan dikaitkan dengan keberadaannya sebagai satu-satunya atau yang terlengkap dari jenisnya yang masih ada pada lingkungan lokal, nasional, atau dunia; Tengeran dikaitkan dengan keberadaan sebuah bangunan tunggal monumen atau bentang alam yang dijadikan simbol dan wakil dari suatu lingkungan; Arsitektur dikaitkan dengan estetik dan rancangan yang menggambarkan suatu zaman dan gaya tertentu.i. Berdasarkan kriteria dan tolak ukur, kawasan lingkungan cagar budaya dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan yang berbeda satu dengan lainnya. Penggolongan lingkungan cagar budaya diatur melalui Keputusan Bupati/Walikota setempat;j. Pelestarian lingkungan dan bangunan cagar budaya yang dijadikan kawasan pariwisata harus mengikuti prinsip-prinsip pemugaran yang meliputi keaslian bentuk, penyajian dan tata letak dengan memperhatikan nilai sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan;k. Pengembangan lahan yang berada dalam kawasan lingkungan cagar budaya harus mengikuti peraturan perundangan yang berlaku.Kriteria dan Batasan Teknis Kawasan Perdagangan dan Jasaa. Pembangunan hunian diijinkan hanya jika bangunan komersial telah berada pada persil atau merupakan bagian dari Izin Mendirikan Bangunan (IMB);b. Penggunaan hunian dan parkir hunian dilarang pada lantai dasar di bagian depan dari perpetakan, kecuali untuk zona-zona tertentu;c. Perletakan bangunan dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung disesuaikan dengan kelas konsumen yang akan dilayani;d. Jenis-jenis bangunan yang diperbolehkan antara lain: bangunan usaha perdagangan (ritel dan grosir): toko, warung, tempat perkulakan, pertokoan; bangunan penginapan: hotel, guest house, motel, hostel, penginapan; bangunan penyimpanan: gedung tempat parkir, show room, gudang; bangunan tempat pertemuan: aula, tempat konferensi;e. bangunan pariwisata (di ruang tertutup): bioskop, area bermain.

MODUL TERAPAN PEDOMAN KRITERIA TEKNIS KAWASAN BUDI DAYATabel 14 Karakteristik Kawasan Peruntukan PariwisataNoJenis WisataKriteria & Batasan Teknis

FisikPrasaranaSarana

1Wisata Alam

- Wisata?Luas lahan minimal 100?Jenis prasarana yang?Tersedia angkutan umum

PegununganHa?Mempunyai struktur tanah yang stabil?Mempunyai kemiringan tanah yang memungkinkan dibangun tanpa memberikan dampak negatif terhadap kelestarian lingkungan?Iklim sejuk (di atas 700 dpl, atau suhu