mobilisasi.docx

12
MOBILISASI A. PENGERTIAN Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004). Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan dari orang lain (Priharjo, 1997). Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh. Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau keluarga yang menunggui. Pasien dan

Upload: sirda-permana

Post on 28-Nov-2015

30 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: MOBILISASI.docx

MOBILISASI

A. PENGERTIAN

            Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas,

mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan

penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995). Sebaliknya keadaan

imobilisasi adalah suatu pembatasan gerak atau keterbatasan fisik dari

anggota badan dan tubuh itu sendiri dalam berputar, duduk dan berjalan, hal

ini salah satunya disebabkan oleh berada pada posisi tetap dengan gravitasi

berkurang seperti saat duduk atau berbaring (Susan J. Garrison, 2004).

Mobilisasi secara garis besar dibagi menjadi 2, yaitu mobilisasi secara

pasif dan mobilisasi secara aktif. Mobilisasi secara pasif yaitu: mobilisasi

dimana pasien dalam menggerakkan tubuhnya dengan cara dibantu dengan

orang lain secara total atau keseluruhan. Mobilisasi aktif yaitu: dimana

pasien dalam menggerakkan tubuh dilakukan secara mandiri tanpa bantuan

dari orang lain (Priharjo, 1997).

Mobilisasi secara tahap demi tahap sangat berguna untuk membantu

jalannya penyembuhan pasien. Secara psikologis mobilisasi akan

memberikan kepercayaan pada pasien bahwa dia mulai merasa sembuh.

Perubahan gerakan dan posisi ini harus diterangkan pada pasien atau

keluarga yang menunggui. Pasien dan keluarga akan dapat mengetahui

manfaat mobilisasi, sehingga akan berpartisipasi dalam pelaksanaan

mobilisasi.

Latihan mobilisasi biasanya diberikan pada pasien dengan fraktur

extremitas bawah yang telah diindikasikan untuk latihan mobilisasi atau post

pengobatan kompresi lumbal, pasien pasca serangan stroke dengan

kerusakan mobilitas fisik serta pada pasien post operasi yang memerlukan

latihan mobilisasi.

Page 2: MOBILISASI.docx

B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI

Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilisasi menurut Barbara Kozier

(1995), antara lain :

1. Gaya Hidup

Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin

tinggi tingkat pendidikan seseorang akan diikuti oleh perilaku yang dapat

meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan

kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan

mobilisasi dengan cara yang sehat.

2. Proses Penyakit dan injury

Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi

mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulutan untuk

mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi,

karena adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka cenderung

untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat

tidur karena menderita penyakit tertentu.

3. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas

misalnya; pasien setelah operasi dilarang bergerak karena kepercayaan

kalau banyak bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.

4. Tingkat energi

Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi atau tenaga.

Orang yang sedang sakit akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan

orang dalam keadaan sehat.

5. Usia dan status perkembangan

Page 3: MOBILISASI.docx

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan

dengan seorang remaja.

5.      

Rentang Gerak Dalam Mobilisasi

Menurut Carpenito (2000) dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

1)      Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan

menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan

kaki pasien

2)      Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-

ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan kakinya.

3)      Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan.

6.      

Manfaat Mobilisasi Post Operasi

Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah :

1)      Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan bergerak, otot –otot

perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot p[erutnya menjadi kuat kembali dan dapat

mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh

kekuatan, mempercepat kesembuhan.

2)      Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus

kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti

semula.

3)      Mempercepat pemulihan missal kontraksi uterus post secarea, dengan demikian pasien akan

cepat merasa sehat dan bias merawat anaknya dengan cepat

4)      Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah

normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

7.      Kerugian Bila Tidak Melakukan Mobilisasi

Page 4: MOBILISASI.docx

1)      Penyembuhan luka menjadi lama

2)      Menambah rasa sakit

3)      Badan menjadi pegal dan kaku

4)      Kulit menjadi lecet dan luka

5)      Memperlama perawatan dirumah sakit

C. TUJUAN MOBILISASI

Beberapa tujuan dari mobilisasi menurut Susan J. Garrison (2004),

antara lain :

1. Mempertahankan fungsi tubuh

2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan

luka

3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik

4. Mempertahankan tonus otot

5. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin

6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali

normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi atau

berkomunikasi

Tujuan mobilisasi yang lainnya antara lain (ullank's Site.blogspot) :

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3. Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari - hari

5. Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh

D. MACAM MOBILISASI

Page 5: MOBILISASI.docx

Macam-macam mobilisasi antara lain :

1. Mobilisasi penuh

Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan sensorik mampu

mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi penuh mempunyai banyak

keuntungan bagi kesehatan, baik fisiologis maupun psikologis bagi pasien

untuk memenuhi kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan

interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.

2. Mobilisasi sebagian

Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya mempunyai

gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada area tubuh. Mobilisasi

sebagian dapat dibedakan menjadi:

1) Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma reversibel pada sistim

muskuloskeletal seperti dislokasi sendi dan tulang

2) Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh rusaknya sistim syaraf yang

reversibel.

E. KONTRA INDIKASI MOBILISASI

Pada kasus tertentu istirahat di tempat tidur diperlukan dalam periode

tidak terlalu lama seperti pada pada kasus infark Miokard akut, Disritmia

jantung, atau syok sepsis, kontraindikasi lain dapat di temukan pada

kelemahan umum dengan tingkat energi yang kurang.

F. PEDOMAN PELAKSANAAN

Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan

gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark Miocard atau pada

klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan. Hal tersebut

biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi

Page 6: MOBILISASI.docx

dan setelah mobilisasi. Tanda - tanda yang dapat di kaji pada intoleransi

aktifitas antara lain (Gordon, 1976) :

Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur

Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol/hipotensi

orthostatic

Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal

Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan

Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas

dan ketidak stabilan posisi tubuh

Status emosi labil.

Sedangkan Menurut Beyer, 1997

1)      Tahap I            : mobilisasi atau gerakan awal : nafas dalam dan batuk,    ekstremitas

2)      Tahap II          : mobilisasi atau gerak berputar

3)      Tahap III         : mobilisasi atau gerakan duduk tegak

4)      Tahap IV         : mobilisasi atau gerakan turun dari tempat tidur (3x/hr)

5)      Tahap V          : mobilisasi atau gerakan berjalan dengan bantuan  (2x/hr)

6)      Tahap VI         : mobilisasi atau gerakan naik ke tempat tidur

7)      Tahap VII       : mobilisasi atau gerakan bangkit dari duduk ditempat tidur.

1. Latihan Mobilisasi pada Pasien Pasca Pembedahan

Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan

pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan

pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan

pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke

luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan

menurut Rustam Muchtar (1992), meliputi :

Page 7: MOBILISASI.docx

1. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan

latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring kiri

sudah dapat dimulai.

2. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan

pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.

3. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan

di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri.

Kebanyakan dari pasien masih mempunyai kekhawatiran kalau tubuh

digerakkan pada posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka

operasi yang masih belum sembuh yang baru saja selesai

dikerjakan. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini perlu dikhawatirkan,

bahkan justru hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau

pergerakan badan sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditahan dan

keseimbangan tubuh tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa

pemulihan untuk mencapai level kondisi seperti pra pembedahan dapat

dipersingkat. Dan tentu ini akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit,

menekan pembiayaan serta juga dapat mengurangi stress psikis.

Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi

sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,

memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan kerja

fisiologis organ-organ vital yang pada akhirnya justru akan mempercepat

penyembuhan luka. Menggerakkan badan atau melatih kembali otot-otot dan

sendi pasca operasi di sisi lain akan memperbugar pikiran dan mengurangi

dampak negatif dari beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik juga

terhadap pemulihan fisik. Pengaruh latihan pasca pembedahan terhadap

masa pulih ini, juga telah dibuktikan melalui penelitian penelitian ilmiah.

Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan, tentu

setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali

setelah dilakukan pembiusan regional.

Page 8: MOBILISASI.docx

Pada saat awal, pergerakan fisik bisa dilakukan di atas tempat tidur

dengan menggerakkan tangan dan kaki yang bisa ditekuk atau diluruskan,

mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis maupun dinamis termasuk

juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri atau ke kanan. Pada 12

sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi badan sudah bisa

diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase selanjutnya duduk

di atas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau ditempatkan di lantai

sambil digerak-gerakan. Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien

yang dirawat di kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk

berjalan, semestinya memang sudah bisa berdiri dan berjalan di sekitar

kamar atau keluar kamar, misalnya berjalan sendiri ke toilet atau kamar

mandi dengan posisi infus yang tetap terjaga.

Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di

sekitar luka operasi, bisa juga oleh beberapa selang yang berhubungan

dengan tubuh, seperti; infus, cateter, pipa nasogastrik (NGT=nasogastric

tube), drainage tube, kabel monitor dan lain-lain. Perangkat ini pastilah

berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun paling tidak dokter

bedah akan mengintruksikan susternya untuk membuka atau melepas

perangkat itu tahap demi tahap seiring dengan perhitungan masa mobilisasi

ini. Untuk operasi di daerah kepala, seperti trepanasi, operasi terhadap

tulang wajah, kasus THT, mata dan lain-lain, setelah sadar baik, sudah harus

bisa menggerakkan bagian badan lainnya. Akan diperhatikan masalah jalan

nafas dan kemampuan mengkonsumsi makanan jika daerah operasinya di

sekitar rongga mulut, hidung dan leher. Terhadap operasi yang dikerjakan di

daerah dada, perhatian utama pada pemulihan terhadap kemampuan otot-

otot dada untuk tetap menjamin pergerakan menghirup dan mengeluarkan

nafas. Untuk operasi di perut, jika tidak ada perangkat tambahan yang

menyertai pasca operasi, tidak ada alasan untuk berlama-lama berbaring di

tempat tidur. Perlu diperhatikan kapan diit makanan mulai diberikan,

terutama untuk jenis operasi yang menyentuh saluran pencernaan. Yang

Page 9: MOBILISASI.docx

luka operasinya berada di areal punggung, misalnya pada pemasangan

fiksasi pada tulang belakang, kemampuan untuk duduk sedini mungkin akan

menjadi target dokter bedahnya. Sedangkan operasi yang melibatkan

saluran kemih dengan pemasangan cateter dan atau pipa drainage sudah

akan memberikan keleluasaan untuk bergerak sejak dua kali 24 jam pasca

operasi. Apalagi operasi yang hanya memperbaiki anggota gerak, seperti

operasi patah tulang, sudah menjadi kewajiban pasien untuk menggerakkan

otot dan persendian di sekitar areal luka operasinya secepat mungkin.

Sekali lagi, penjelasan di atas diperuntukkan bagi penderita yang

menjalani operasi yang memerlukan rawat inap, sudah sadar baik, tidak

terganggu keseimbangan cairan dan elektrolitnya dan terlepas dari beban

psikis atau subyektifitas rasa nyeri seseorang, beberapa jam pasca

operasi.Berbeda dengan pasien yang dirawat di ruang intensif yang

memerlukan monitoring ketat. Masa dan cara mobilisasinya tentu sudah

diatur dan dikerjakan oleh tenaga medis. Begitu juga sebaliknya, operasi

dengan teknik minimal invasif akan memberikan keunggulan dalam hal

mobilsasi. Pasien akan bisa lebih cepat dan leluasa bergerak pasca

pembedahan.

http://asuhankeperawatan4u.blogspot.com/2012/07/mobilisasi.html

http://macrofag.blogspot.com/2013/05/sap-mobilisasi-pada-pasien-post-operasi.html