mklah ca tulang

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, “benjolan di bagian dada” boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan- jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya tumor tulang. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut. Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.(Smeltzer. 2001: 2347) Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya 1

Upload: husnazahraa

Post on 01-Oct-2015

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KMB III

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Benjolan pada seseorang tidak selalu berkonotasi jelek. Bagi wanita, benjolan di bagian dada boleh jadi bisa menambah seksi, tetapi jika benjolan itu terdapat pada bagian tubuh yang tak semestinya, tentu harus diwaspadai, jangan-jangan itu merupakan pertanda awal terjadinya tumor tulang. Ada tiga macam tumor tulang yaitu yang bersifat lunak, ganas dan yang memiliki lesi di tulang (berlubangnya struktur karena jaringan akibat cedera atau penyakit). Selain itu ada yang bersifat primer dan skunder. Pada tumor tulang sekunder misalnya, seseorang terkena tumor payudara, kemudian menjalar ke tulang dan selanjutnya menggerogoti tulang tersebut.Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.(Smeltzer. 2001: 2347)Menurut Errol untung hutagalung, seorang guru besar dalam Ilmu Bedah Orthopedy Universitas Indonesia, dalam kurun waktu 10 tahun (1995-2004) tercatat 455 kasus tumor tulang yang terdiri dari 327 kasus tumor tulang ganas (72%) dan 128 kasus tumor tulang jinak (28%). Di RSCM jenis tumor tulang osteosarkoma merupakan tumor ganas yang sering didapati yakni 22% dari seluruh jenis tumor tulang dan 31 % dari seluruh tumor tulang ganas. Dari jumlah seluruh kasus tumor tulang 90% kasus datang dalam stadium lanjut. Angka harapan hidup penderita kanker tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75% penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis. Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti kemotherapy.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja konsep dasar penyakit Ca Tulang?2. Bagaimana konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker tulang yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan?

1.3 TUJUAN

1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit Ca Tulang, meliputi:a. Definisi Kanker Tulangb. Etiologi Kanker Tulangc. Klasifikasi Kanker Tulangd. Patofisiologi Kanker Tulange. Manifestasi Klinis Kanker Tulangf. Prognosis dan stadium Kanker Tulangg. Pemeriksaan diagnostik Kanker Tulangh. Komplikasi Kanker Tulangi. Penatalaksanaan Kanker Tulang2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker tulang yang meliputia. Pengkajian keperawatanb. Diagnosa keperawatanc. Perencanaan keperawatand. Pelaksanaan keperawatan, dane. Evaluasi keperawatan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 KONSEP PENYAKIT CARCINOMA GASTER2.1.1 DEFINISIKanker adalah neoplasma yang tidak terkontrol dari sel anaplastik yang menginvasi jaringan dan cenderung bermetastase sampai ke sisi yang jauh dalam tubuh.(Wong.2003: 595).Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) adalah tumor yang muncul dari mesenkim pembentuk tulang. (Wong. 2003: 616)Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang sangat ganas. Tumor ini tumbuh dibagian metafisis tulang tempat yang paling sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.(Price. 1998: 1213).Osteosarkoma (Sarkoma Osteogenik) merupakan tulang primer maligna yang paling sering dan paling fatal. Ditandai dengan metastasis hematogen awal ke paru. Tumor ini menyebabkan mortalitas tinggi karena sarkoma sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.(Smeltzer. 2001: 2347)

2.1.2 ETIOLOGIPenyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).Meskipun tidak ada penyebab tumor tulang yang pasti, ada beberapa factor yang berhubungan dan memungkinkan menjadi faktor penyebab terjadinya tumor tulang yang meliputi:

GenetikBeberapa kelainan genetik dikaitkan dengan terjadinya keganasan tulang, misalnya sarcoma jaringan lunak atau soft tissue sarcoma (STS). Dari data penelitian diduga mutasi genetic pada sel induk mesinkin dapat menimbulkan sarcoma. Ada beberapa gen yang sudah diketahui ,mempunyai peranan dalam kejadian sarcoma, antara lain gen RB-1 dan p53. Mutasi p53 mempunyai peranan yang jelas dalam terjadinya STS. Gen lain yang juga diketahui mempunyai peranan adalah gen MDM-2 (Murine Double Minute 2). Gen ini dapat menghasilkan suatu protein yang dapat mengikat pada gen p53 yang telah mutasi dan menginaktivitas gen tersebut.Radiasi.Keganasan jaringan lunak dapat terjadi pada daerah tubuh yang terpapar radiasi seperti pada klien karsinoma mamma dan limfoma maligna yang mendapat radioterapi. Halperin dkk. Memperkirakan resiko terjadinya sarcoma pada klien penyakit Hodgkin yang diradiasi adalah 0,9 %. Terjadinya keganasan jaringan lunak dan bone sarcoma akibat pemaparan radiasi sudah diketahui sejak 1922. Walaupun jarang ditemukan, prognosisnya buruk dan umumnya high grade.Tumor yang sering ditemukan akibat radiasi adalah malignant fibrous histiocytoma (MFH) dan angiosarkoma atau limfangiosarkoma. Jarak waktu antara radiasi dan terjadinya sarcoma diperkirakan sekitar 11 tahun.

Bahan Kimia.Bahan kimia seperti Dioxin dan Phenoxyherbicide diduga dapat menimbulkan sarkoma, tetapi belum dapat dibuktikan. Pemaparan terhadap torium dioksida (Thorotrast), suatu bahan kontras, dapat menimbulkan angiosarkoma, pada hepar, selain itu, abses juga diduga dapat menimbulkan mosotelioma, sedangkan polivilin klorida dapat menyebabkan angiosarkoma hepatik.

TraumaSekitar 30 % kasus keganasan pada jaringan lunak mempunyai riwayat trauma. Walaupun sarkoma kadang-kadang timbul pada jaringan sikatriks lama, luka bakar, dan riwayat trauma, semua ini tidak pernah dapat dibuktikan.

Limfedema kronis.Limfedema akibat operasi atau radiasi dapat menimbulkan limfangiosarkoma dan kasus limfangiosarkoma pada ekstremitas superior ditemukan pada klien karsinoma mammae yang mendapat radioterapi pasca-mastektomi.

Infeksi.Keganasan pada jaringan lunak dan tulang dapat juga disebabkan oleh infeksi parasit, yaitu filariasis. Pada klien limfedema kronis akibat obstruksi, filariasis dapat menimbulkan limfangiosrakoma.

2.1.3 KlasifikasiKlasifikasi Neoplasma Tulang Berdasarkan Asal Sel1. Primera. Tumor yang membentuk tulang (Osteogenik)Jinak : - Osteoid OsteomaGanas: - Osteosarkoma- Osteoblastoma- Parosteal Osteosarkoma, Osteomab. Tumor yang membentuk tulang rawan (Kondrogenik)Jinak : - KondroblastomaGanas : - Kondrosarkoma- Kondromiksoid Fibroma- Enkondroma- Osteokondromac. Tumor jaringan ikat (Fibrogenik)Jinak : - Non Ossifying FibromaGanas : - Fibrosarkomad. Tumor sumsum tulang (Myelogenik)Ganas : - Multiple Myeloma- Sarkoma Ewing- Sarkoma Sel Retikulume. Tumor lain-lainJinak : - Giant cell tumorGanas : - Adamantinoma- Kordoma2. Sekunder/Metastatik3. Neoplasma Simulating Lesions Simple bone cyst Fibrous dysplasia Eosinophilic granuloma Brown tumor/hyperparathyroidism

Klasifikasi menurut TNM T. Tumor induk TX tumor tidak dapat dicapai T0 tidak ditemukan tumor primer T1 tumor terbatas dalam periost T2 tumor menembus periost T3 tumor masuk dalam organ atau struktur sekitar tulang N Kelenjar limf regional N0 tidak ditemukan tumor di kelenjar limf N1 tumor di kelenjar limf regional M. Metastasis jauh M1 tidak ditemukan metastasis jauh M2 ditemukan metastasis jauh

2.1.4 PATOFISOLOGIProses metastasis ke tulang terjadi dalam 3 mekanisme dasar, antara lain :1) Perluasan secara langsung2) Mengikuti aliran darah balik vena3) Mengikuti emboli tumor melalui aliran darah dan limfe.Sel-sel dari tumor primer mengikuti aliran pembuluh darah sampai ke kapiler-kapiler pada tulang. Agregasi antara sel-sel tumor dan sel-sel darah lainnya akan membentuk emboli di kapiler tulang bagian distal. Setelah memasuki tulang, maka sel-sel kanker akan mulai berkembang.Sel-sel kanker yang telah menyebar ke tulang dapat menyebabkan kerusakan tulang yang hebat. Sel-sel tumor mensekresikan substansi kimia yang dapat menstimulasi osteoclast seperti prostaglandin-E ( PGE ), beberapa jenis sitokin, dan factor-faktor pertumbuhan seperti ( TGF ) dan , Epidermal growth factor ( EGF ), ( TNF ), dan IL-1. Osteoclast yang berlebihan akan menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan pula. Hal ini menyebabkan tulang tidak padat. Proses ini disebut osteolitik. Proses ini terjadi pada proses metastase ke tulang oleh kanker payudara.Sel-sel tumor juga dapat mensekresikan substansi-substansi kimia yang dapat menyebabkan pembentukan tulang yang tak terkendali. Proses ini disebut osteoblastik atau osteosklerotik. Contoh proses ini yaitu metastase ke tulang oleh kanker prostate. Kedua jenis kelainan ini dapat menimbulkan rasa sakit dan lebih lemah dibandingkan tulang yang normal sehingga menjadi lebih mudah patah.

Pathway

2.1.5 MANIFESTASI KLINISa. Teraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran venab. Gejala-gejala penyakit metastatik meliputi nyeri dada, batuk, demam, berat badan menurun dan malaise. (Smeltzer., 2001)

2.1.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIKPemeriksaan yang biasa dilakukan:1. Pemeriksaan radiologis menyatakan adanya segitiga codman dan destruksi tulang.2. CT scan dada untuk melihat adanya penyebaran ke paru-paru.3. Biopsi terbuka menentukan jenis malignansi tumor tulang, meliputi tindakan insisi, eksisi, biopsi jarum, dan lesi-lesi yang dicurigai.4. Skrening tulang untuk melihat penyebaran tumor.5. Pemeriksaan darah biasanya menunjukkan adanya peningkatan alkalin fosfatase.6. MRI digunakan untuk menentukan distribusi tumor pada tulang dan penyebaran pada jaringan lunak sekitarnya.7. Scintigrafi untuk dapat dilakukan mendeteksi adanya skip lesion,( Rasjad. 2003).2.1.7 KOMPLIKASI1. Akibat langsung : patah tulang2. Akibat tidak langsung : penurunan berat badan, anemia, penurunan kekebalan tubuh3. Akibat pengobatan : gangguan saraf tepi, penurunan kadar sel darah, kebotakan pada kemoterapi.

2.1.8 PENATALAKSANAAN

1. Penatalaksanaan medisPenatalaksanaan tergantung pada tipe dan fase dari tumor tersebut saat didiagnosis. Tujuan penatalaksanaan secara umum meliputi pengangkatan tumor, pencegahan amputasi jika memungkinkan dan pemeliharaan fungsi secara maksimal dari anggota tubuh atau ekstremitas yang sakit.Penatalaksanaan meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi, atau terapi kombinasi.Osteosarkoma biasanya ditangani dengan pembedahan dan / atau radiasi dan kemoterapi. Protokol kemoterapi yang digunakan biasanya meliputi adriamycin (doksorubisin) cytoksan dosis tinggi (siklofosfamid) atau metrotexate dosis tinggi (MTX) dengan leukovorin. Agen ini mungkin digunakan secara tersendiri atau dalam kombinasi.Bila terdapat hiperkalsemia, penanganan meliputi hidrasi dengan pemberian cairan normal intravena, diurelika, mobilisasi dan obat-obatan seperti fosfat, mitramisin, kalsitonin atau kortikosteroid, (Gale,1999).2. Tindakan keperawatana. Manajemen nyeriTeknik manajemen nyeri secara psikologik (teknik relaksasi napas dalam, visualisasi, dan bimbingan imajinasi ) dan farmakologi ( pemberian analgetika ).b. Mengajarkan mekanisme koping yang efektifMotivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi ke ahli psikologi atau rohaniawan.c. Memberikan nutrisi yang adekuatBerkurangnya nafsu makan, mual, muntah sering terjadi sebagai efek samping kemoterapi dan radiasi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang adekuat. Antiemetika dan teknik relaksasi dapat mengurangireaksi gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai dengan indikasi dokter.d. Pendidikan kesehatanPasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di rumah.(Smeltzer. 2001)

2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN2.2.1 PENGKAJIANa. AnamneseDapatkan riwayat kesehatan, proses penyakit, bagaimana keluarga dan pasien mengatasi masalahnya dan bagaimana pasien mengatasi nyeri yang dideritanya. Berikan perhatian khusus pada keluhan misalnya : keletihan, nyeri pada ekstremitas, berkeringat pada malam hari, kurang nafsu makan, sakit kepala, dan malaise.b. Pemeriksaan fisikTeraba massa tulang dan peningkatan suhu kulit di atas massa serta adanya pelebaran vena, pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang terbatas. Nyeri tekan / nyeri lokal pada sisi yang sakit mungkin hebat atau dangkal sering hilang dengan posisi flexi, anak berjalan pincang, keterbatasan dalam melakukan aktifitas, tidak mampu menahan objek berat. Kaji status fungsional pada area yang sakit, tanda-tanda inflamasi, nodus limfe regionalc. Pemeriksaan Diagnostik

d. Hasil laboratorium/radiologi 1. Terdapat gambaran adanya kerusakan tulang dan pembentukan tulang baru.2. Adanya gambaran sun ray spicules atau benang-benang tulang dari kortek tulang.3. Terjadi peningkatan kadar alkali posfatase.

2.2.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi.2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihan.3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.4. Gangguan citra diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.

2.2.3 INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman: nyeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi.Tujuan : Nyeri terkontrolKriteria hasil :a. Ekspresi wajah rileks.b. Mendemonstrasikan penggunaan ketrampilan relaksasi dan aktifitas hiburan.Intervensi :a. Tentukan riwayat nyeri, misalnya lokasi nyeri, frekuensi, durasi, dan intensitas (skala 0-10), tindakan penghilangan yang digunakan.Rasional :Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi. Catatan : Pengalaman nyeri adalah individual yang digabungkan dengan baik respons fisik dan emosional. (Doenges, 1999).b. Evaluasi/sadari terapi tertentu misalnya pembedahan, radiasi, kemoterapi, bioterapi. Anjarkan pasien/orang terdekat apa yang diharapkan.Rasional :Ketidaknyaman rentang luas adalah umum (misalnya nyeri insisi, kulit terbakar, nyeri punggung bawah, sakit kepala) tergantung pada prosedur/agen yang digunakan. (Doenges, 1999)c. Berikan tindakan kenyamanan dasar (misalnya reposisi) dan aktifitas hiburan (misalnya menonton televisi).Rasional :Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian. (Doenges, 1999).d. Dorong penggunaan ketrampilan manajemen nyeri (misalnya teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), musik, dan sentuhan terapeutik.Rasional :Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol. (Doenges, 1999)e. Evaluasi penghilangan nyeri/kontrol. Nilai aturan pengobatan bila perlu.Rasional :Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan pengaruh minimum. (Doenges, 1999)

2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihanTujuan : Kebutuhan tubuh akan nutrisi adekuat terpenuhi.Kriteria hasil:a. Berat badan mengalami peningkatan.b. Tidak adanya mualIntervensi :a. Pantau masukan makanan setiap hari.Rasional :Mengidentifikasi kekuatan/defisiensi nutrisi. (Doenges, 1999)b. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat. Dorong penggunaan suplemen dan makan sering/lebih sedikit yang dibagi-bagi selama sehari.Rasional :Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan produk sisa). Suplemen dapat memainkan peran penting dalam mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat. (Doenges, 1999)c. Kontrol faktor lingkungan (misalnya bau kuat/tidak sedap atau kebisingan. Hindari terlalu manis, berlemak atau makanan pedas.Rasional :Dapat mengidentifikasi respons mual/muntah. (Doenges, 1999)d. Dorong penggunaan teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi latihan sedang sebelum makan.Rasional :Dapat mencegah awitan atau menurunkan beratnya mual, penurunan anoreksia, dan memungkinkan pasien meningkatkan masukan oral. (Doenges, 1999).e. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksiaRasional :Sering sebagai sumber distress emosi, khususnya untuk orang terdekat yang menginginkan untuk memberi makan pasien dengan sering. Bila pasien menolak, orang terdekat dapat merasakan ditolak/frustasi. (Doenges, 1999)

3. Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.Tujuan : Kecemasan dapat diminimalkan setelah dilakukan tindakan keperawatan.Hasil yang diharapkan : Kecemasan pasien berkurangRencana Tindakan:a. Jelaskan setiap tindakan yang akan dilakukan terhadap pasienRasional :pasien kooperatif dalam segala tindakan dan mengurangi kecemasan pasienb. Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaan akan ketakutannyaRasional:Untuk mengurangi kecemasanc. Evaluasi tingkat pemahaman pasien / orang terdekat tentang diagnosa medicRasional:Memberikan informasi yang perlu untuk memilih intervensi yang tepatd. Akui rasatakut/ masalah pasien dan dorong mengekspresikan perasaanRasional:Dukungan memampukan pasien memulai membuka/ menerima kenyataan penyakit dan pengobatan

4. Gangguan citra diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.Tujuan : Gangguan citra diri teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatanKriteria Hasil : Klien dapat percaya diri dengan keadaan penyakitnya.Rencana tindakan :a. Kaji respon, reaksi keluarga dan pasien terhadap penyakit dan penanganannya.Rasional:Untuk mempermudah dalam proses pendekatan.b. Kaji hubungan antara pasien dan anggota keluarga dekat.Rasional:Support keluarga membantu dalam proses penyembuhan.c. Libatkan semua orang terdekat dalam pendidikan dan perencanaan perawatan di rumah.Rasional:Dapat memudahkan beban terhadap penanganan dan adaptasi di rumah.

d. Berikan waktu/dengarkan hal-hal yang menjadi keluhan.Rasional:Dukungan yang terus menerus akan memudahkan dalam proses adaptasi.

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATANPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien.Agar implementasi/ pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan (Doenges E Marilyn, dkk, 2000).

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATANHasil akhir yang diharapkan pada asuhan keperawatan klien tumor dan keganasan pada system muskuloskletal adalah:1. Nyeri berkurang atau terjadi perbaikan tingkat kenyamanan2. Terpenuhinya nutrisi yang adekuat.3. Berkurang atau hilangnya tingkat kecemasan4. Mengalami perbaikan citra diri

BAB IIIPENUTUP

3.1 KESIMPULAN Carsinoma tulang adalah pertumbuhan jaringan baru yang terus menerus secara cepat dan pertimbangannya tidak terkendali. Kanker dapat berasal dari dalam tulang juga timbul dari jaringan atau dari sel- sel kartilago yang berhubungan dengan epiphipisis atau dari unsur-unsur pembentuk darah yang terdapat pada sumsum tulang.Penyebab pasti terjadinya tumor tulang tidak diketahui. Akhir-akhir ini, penelitian menunjukkan bahwa peningkatan suatu zat dalam tubuh yaitu C-Fos dapat meningkatkan kejadian tumor tulang. Radiasi sinar radio aktif dosis tinggi, keturunan, beberapa kondisi tulang yang ada sebelumnya seperti penyakit paget (akibat pajanan radiasi ), (Smeltzer. 2001).

Diagnisa Keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan Ca. Tulang adalah:1) Gangguan rasa nyaman: yeri b.d ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitanya, perdarahan dan degenerasi,2) Resiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan asupan nutrisi dengan peningkatan kebutuhan yang berlebihan.3) Kecemasan berhubungan dengan prognosis penyakit.4) Gangguan citra diri b.d perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi.

3.2 SARAN1. Bagi mahasiswa semoga makalah ini dapat membantu kita semua dalam berbagai ilmu pada proses pembelajaran.2. Diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca tulang.3. Bagi pembaca semua, diharapkan mampu menambah wawasan kita semua tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan ca tulang.

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGCPrice, Sylvia A. (2006).Patofisiologi.jakarta: EGCMarylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.Arif Muttaqin, S.Kep. (2005). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Otto, Shirley E. 2005.Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGCAgusnovi. (2012). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tumor Tulang. Diunduh dari http://www.agusnofi.mhs.unimus.ac.id/files/2012/12/tik-agus.pdf pada tanggal 19 Maret 2015.

13