minyak indonesia
TRANSCRIPT
Dapus
Dewan Atsiri Indonesia dan IPB, 2009, “Minyak Atsiri Indonesia”. Editor: Dr.
Molide Rizal, Dr. Meika S. Rusli dan Ariato Mulyadi.
A. Potensi Indonesia sebagai Sumber Atsiri
Beberapa contoh tanaman sumber minyak atsiri yang tumbuh di Indonesia dan
bagian tanaman yang mengandung minyak atsiri:
Akar : Akar wangi, Kemuning
Daun: Nilam, Cengkeh, Sereh lemon, Sereh Wangi, Sirih, Mentha, Kayu Putih,
Gandapura, Jeruk Purut, Karmiem, Krangean, Kemuning, Kenikir, Kunyit, Kunci,
Selasih, Kemangi.
Biji: Pala, Lada, Seledri, Alpukat, Kapulaga, Klausena, Kasturi, Kosambi.
Buah: Adas, Jeruk, Jintan, Kemukus, Anis, Ketumbar.
Bunga: Cengkeh, Kenanga, Ylang-ylang, Melati, Sedap malam, Cemopaka
kuning, Daun seribu, Gandasuli kuning, Srikanta, Angsana, Srigading.
Kulit kayu: kayu manis, Akasia, Lawang, Cendana, Masoi, Selasihan, Sintok.
Ranting: Cemara gimbul, Cemara kipas.
Rimpang: Jahe, Kunyit, Bangel, Baboan, Jeringau, Kencur, Lengkuas,
Lempuyang sari,Temu hitam, Temulawak, Temu putri.
Seluruh bagian: Akar kucing, Bandotan, Inggu, Selasih, Sudamala, Trawas.
Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing minyak atsiri yang potensial di
Indonesia:
Nilam (Patchouli)
Nilam (Pogostemon spp) dikenal dengan berbagai nama di beberapa daerah,
seperti: dilem (Sumatera-Jawa), rei (Sumbar, pisak (Alor), ungapa (Timor). Dalam
perdagangan internasional nilam dkenal sebagaipathcouly. Di kalangan ilmiawan
dikenal beberapa spesies Pogostemon sp, antara lain:
Pogostemon cablin Benth. Populer dengan nama nilam Aceh, ciri utamanya
adalah daunnya membulat seperti jantung dan di permukaan bagian bawahnya
terdapat bulu-bulu rambut. Jenis ini sampai umur 3 (tiga) tahun hampir tidak
berbunga.
Pogostemon hortensis Backer. Dikenal dengan nama nilam sabun. Ciri utamanya
lembaran daun lebih tipis, tidak berbulu, permukaan daun tampak mengkilat, dan
warnanya hijau.
Pogostemon heyneanus Benth. Sering disebut nilam hutan atau nilam Jawa. Ciri-
cirinya yaitu ujung daun agak runting, lembaran daun tipis dengan warna hijau tua
dan berbunga lebih cepat.
Dari ketiga jenis nilam tersebut, yang paling tinggi kandungan minyaknya
adalah nilam Aceh (2,5 – 5,0%), sedangkan nilam lainnya rata-rata hanya
mengandung 0,5 – 1,5 %. Saat ini telah dikenal 3 varitas unggul nilam Indonesia
dengan produktivitas > 300 kg minyak / ha yaitu Sidikalang, Tapaktuan dan
Lhokseumawe.
Budidaya nilam tidaklah terlalu sulit, yang perlu diperhatikan adalah
ketepatan memilih jenis varitas nilam, pengelolaan budidaya secara intensif dan
lingkungan tumbuh yang memenuhi persyaratan, yakni pada suhu 24 – 28 °C, curah
hujan 2000 – 3500 mm / tahun atau kelembaban > 75%, tekstur tanah remah, gembur
dan banyak humus, dan ketinggian tanah mencapai 50 – 400 m dpl. Tanaman yang
tumbuh di dataran rendah memiliki kadar minyak tinggi, PA (pathchouly alcohol)
rendah, dan sebaliknya di dataran tinggi, kadar minyak rendah tapi PA-nya tinggi.
Sentra produksi minyak nilam banyak tersebar di NAD, Sumut, Sumbar,
Bengkulu, Sumsel, Jabar, Jateng, dan Jatim. beberapa daerah juga mulai
mengembangkan nilam seperti Sulsel, Kaltim, Kalteng. Tabel I memperlihatkan luas
areal dan produksi minyak nilam di beberapa daerah.
Minyak nilam diproduksi dengan cara penyulingan, baik dengan uap (kukus)
maupun uap bertekanan tinggi. Komponen utama dalam minyak nilam adalah PA
yng kadarnya berkisr 30%. Komponen inilah yang biasanya dijadikan dasar
penentuan mutu minyak nilam yang diinginkan pembeli selain minyak bebas
cemaran besi (Fe). Oleh karena itu penyulingan sebaiknya dilakukan dengan
menggunakan ketel berbahan bebas karat (stainless steel) bukan dari besi atau baja
yang bersifat korosif.
Minyak nilam digunakan sebagai fiksasif atau pengikat bahan-bahan pewangi
lain dalam komposisi parfum dan kosmetik. Selain digunakan dalam bentuk minyak,
daun nilam juga berguna untuk bahan pelembab kulit, menghilangkan bau badan,
pengawet mayat dan obat gatal-gatal pada kulit.
Minyak nilam diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Singapura,
Jepang, Perancis, Switzerland, Inggris, Taiwan, Belanda, Jerman dan Cina dengan
volume ekspor sebanyak 2.074.250 kg minyak, nilai ekspor US$ 27.136.913 pada
ahun 2004 (BPS, 2007). Perkiraaan pemakaian dunia pada tahun 2006 sekitar 1500
ton / tahun dan Indonesia adalah produsen utama. Situasi tahun 2007 – 2008 yang
tidak kondusif (harga berfluktuatif cukup signifikan) berakibat turunnya produksi
dan pemakaian sampai lebih dari 40% (Mulyadi, 2008). Performa ekspor minyak
nilam Indonesia secara volume (kg) diperkirakan hanya sekitar 50-60% dari ekspor
2006, meskipun secara nilai (USD/Rp) meningkat tajam karena ada lonjakan harga
yang signifikan.
Akar Wangi (Vetiver)
Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Graminae atau
rumput-rumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun lebat, akar
serabut bercabang banyak berwarna merah tua. Waktu penanaman setiap saat
sepanjang tahun, namun yang terbaik adalah di awal musim hujan.
Proses produksi minyak akar wangi dilakukan dengan penyulingan uap pada
tekanan bertingkat I-3 atm selama 8 – 9 jam dengan laju destilasi 0,7 – 0,8 liter
destilat/kg akar/jam. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1,5 – 2%. Mutu minyak
akar wangi tidak hanya tergantung pada umur akar, tetapi juga tergantung dari
lamanya penyulingan. Bau gosong yang ditimbulkan karena penyulingan yang cepat
akan menurunkan mutu dan harga minyak akar wangi yang diinginkan pembeli.
Komponen yang menyusun minyak akar wangi yaitu: vetiveron, vetiverol,
vetivenil, vetivenal, asam palmitat, asam benzoat, dan vetivena. Banyak digunakan
sebagai bahan baku kosmetik, parfum, dan bahan pewangi sabun. Minyak akar wangi
mempunyai bau yang menyenangkan, keras, tahan lama, dan disamping itu juga
berfungsi sebagai pengikat bau (fixative).
Perkiraan permintaan dunia lebih dari 200 ton / tahun. Indonesia merupakan
pemain penting dengan sentra produksi di Garut memiliki luas areal sebesar 2.063 ha
dan produksi minyak sebanyak 34,5 ton pada tahun 2007 (Subdit. Tanaman Atsiri –
Deptan, 2008). Dewasa ini selain ke Eropa, minyak akar wangi juga diekspor ke
USA, Jepang, dan Singapura. Kinerja ekspor minyak akar wangi (2002-2006)
diperlihatkan pada Tabel 2.
Sereh Wangi (Citronella)
Sereh wangi diduga berasal dari Srilangka. Nama latinnya
adalah Cymbopogon nardus L., termasuk dalam suku Poaceae (rumput-rumputan).
Varietas sereh wangi yang paling dikenal adalah varitas Mahapegiri (java citronella
oil) dan varitas Lenabatu (cylon citronella oil). Varitas Mahapegiri mampu
memberikan mutu dan rendemen minyak yang lebih baik dbandingkan varitas
Lenabatu.
Daerah penanaman dan produksi minyak sereh wangi di Indonesia dengan
luas areal pada tahun 2007 sebesar 19.592,25 ha (Tabel 3), terbesar di daerah Jawa,
khususnya Jabar dan Jateng dengan pangsa pasar dan produksi mencapai 95% dari
total produksi Indonesia. Area lainya adalah NAD dan Sumatera Barat. Daerah sentra
produksi di Jawa Barat adalah: Purwakarta, Subang, Pandeglang, Bandung, Ciamis,
Kuningan, Garut, dan Tasikmalaya. Sedangkan di Jateng adalah Cilacap, Purbalingga
dan Pemalang (Data Sbdit Tanaman Atsiri, Dittansim, 2008).
Proses pengambilan minyak sereh wangi di Indonesia biasanya dilakukan
melalui proses penyulingan selama 3 – 4 jam. Rendemen rata-rata minyak sereh
wangi sekitar 0,6 – 1,2% tergantng jenis sereh wangi serta penanganan dan
efektifitas penyulingan.
Komponen terpenting dalam minyak sereh wangi adalah sitronellal dan
geraniol. Kedua komponen tersebut menentukan intensitas bau, harum, serta nilai
harga minyak atsiri, sehingga kadarnya harus memenuhi syarat ekspor agar dapat
diterima. Minyak ini digunakan dalam industri, terutama sebagai pewangi sabun,
sprays, desinfektans, pestisida nabati, bahan pengilap, peningkat oktan BBM dan
aneka ragam preparasi teknis.
Perkiraan pemakaian dunia pada tahun 2007 lebih dari 2000 ton / tahun.
Indonesia adalah produsen ketiga dunia setelah Cnia dan Vietnam. Beberapa negara
yang selalu aktif membeli sereh wangi Indonesia antara lain adalah Singapura,
Jepang, AS, Australia, Belanda, Inggris, Perancis, Jerman, Italia, India, dan Taiwan.
Dengan pembeli utama adalah AS, Perancis, Italia, Singapura dan Taiwan. Volume
ekspor minyak sereh wangi relatif kecil, yakni sebesar 115,67 ton dengan nilai US$
701,0 pada tahun 2004.
Cengkeh (Clove)
Cengkeh (Syzygium aromaticum) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat
memliki batang pohon besar dan berkayu keras. Tinggi tanaman dapat mencapai 15 –
20 meter dan dapat bertahan sampai umur ratusan tahun.
Tanaman cengkeh mempunyai sifat khas karena semua bagian pohon
mengandung minyak, mulai dari akar, batang, daun sampai bunga. Kandungan
minyak cengkeh pada bagian-bagian tanaman tersebut bervariasi jumlahnya namun
kadar minyak yang paling tinggi terdapat pada bagian bunga (20%) sedangkan
bagian gagang dan daun mengandung sekitar 4 – 6 %.
Areal produksi tanaman cengkeh hampir tersebar di semua daerah di
Indonesia mulai dari NAD sampai Papua dengan luas areal terluas di Jawa dan
Sulawesi. Luas areal tanaman ini mengalami sedikit peningkatan setiap tahunnya
atau lebih cenderung stabil (Tabel 4).
Cara penyulingan yang paling sederhana untuk mendapatkan minyak cengkeh
adalah dengan penyulingan air dan uap dengan lama penyulingan sekitar 7 – 8 jam
untuk daun basah dan 6 - 7 jam untuk penyulingan daun kering. Penggunaan tekanan
bertahap mulai dari 1 bar sampai 2 bar dapat mempersingkat lama penyulingan
menjadi 4 – 5 jam.
Minyak daun cengkeh berupa cairan berwarna bening sampai kekuning-
kuningan mempunyai rasa yang pedas, keras, dan berbau aroma cengkeh. Warnanya
akan berubah menjadi coklat atau berwarna ungu jika terjadi kontak dengan besi atau
akibat penyimpanan.
Sentra produksi minyak cengkeh terdapat di Jawa Tengah, Jawa Barat, Jawa
Timur, Sumtarea Barat, Bali, dan Sulawesi Selatan. Produksi minyak cengkeh
Indonesia pada tahun 2007 sekitar 2.500 ton dengan perkiraan pemakaian dunia
sekitar 3.500 ton / tahun (Mulyadi, 2008). Walaupun demikian volume ekspor
minyak cengkeh sangat kecil, karena sebagian besar minyak cengkeh sudah diolah
menjadi produk turunannya sehingga yang diekspor lebih banyak pada produk
turunannya, seperti eugenol, eugenol asetat, dll.
Pala (Nutmeg)
Pala yang mempunyai mutu terbaik dalam dunia perdagangan adalah pala
yang berasal dari Myristica fragrans H. Pala menghendaki iklim laut yang panas (25
– 30 °C), tetapi basah, curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanaman pala dapat tumbuh di
dataran rendah yang kurang dari 700 m dpl pada tanah berpasir bercampur humus.
Tingginya dapat mencapai 12 m. Mulai berbunga dan berbuah setelah berumur 4 – 6
tahun, dan produktif berbuah sampai 25 tahun. Buah pala berbentuk bulat telur
sampai lonjong, bagian terluar adalah kulit buah. Di bawah daging buah terdapat
tempurung biji yang diselubungi oleh jala berwarna merah api yang disebut dengan
fuli. Di awah tempurung tersebut terdapat biji pala.
Tanaman pala tersebar di wilayah Sumatera, NAD, Jawa, Sulawesi dan
Maluku. Luas arel terbesar berada di NAD dan Maluku seperti ditunjukan pada Tabel
5. Minyak pala dihasilkan dengan penyulingan air dan uap dari biji atau fulinya. Biji
pala menghasilkan minyak atsiri sekitar 7-16%, sedangkan bagian fuli menghasilkan
minyak sekitar 4 – 15%. Biji pala muda menghasilkan rendemen minyak yang lebih
besar dibandingkan dengan biji pala tua.
Komponen utama minyak pala adalah miristisin yang bersifat racun dan
mempunyai efek narkotika, sehingga penggunaan dalam industri pangan dan obat-
obatan sangat sedikit. Minyak pala juga digunakan dalam industri parfum dn pasta
gigi.
Indonesia memegang peranan penting dalam pasar dunia karena sebagian besar
kebutuhan pala dunia berasal dari Indonesia. Negara produsen utama lainnya adalah
Granada, India, dan Madagaskar. Lebih dari 60% kebutuhan pala dunia berasal dari
Indonesia dengan volume ekspor lebih dari 200 ton/tahun, cenderung stabil hingga
tahun 2007 (Mulyadi, 2008). Namun pada tahun 2008, output minyak pala Indonesia
menurun drastis karena hama yang menyerang tanaman pala di Sumatera. Jika
ditinjau dari nilainya, perkembangan nilai ekspor minyak pala menunjukan
peningkatan yang cukup signifikan.
Jahe (Ginger)
Kondisi lingkungan dimana tanaman jahe dapat tumbuh dengan baik adalah
pada curah hujan sekitar 2500-4000 mm per tahun, pada suhu 25-35 oC, dan dengan
kelembaban udara yang sedang dan tinggi. Tanaman jahe menghendaki tanah yang
subur, gembur, kaya akan humus dan berdrainase baik; dapat juga tumbuh di tanah
latosol merah coklat dan tanah andosol.
Proses produksi minyak jahe dilakukan dengan penyulingan (melalui steam
distillation atau water distillation) atau ekstraksi rimpang jahe yang sebelumnya
telah dikeringkan dalam bentuk serpihan atau dibuat serbuk. Rendemen rata-rata
minyak jahe adalah 1-3% (kering) tergantung jenis jahe serta penanganan dan
efektifitas proses penyulingan. Ekstraksi dengan pelarut menghasilkan rendemen
yang lebih tinggi dibandingkan dengan penyulingan, karena selan minyak atsiri, juga
dihasilkan oleoresin. Oleoresin inilah yang membentuk rasa pedas pada jahe.
Komponen utama dalam minyak jahe adalah zingiberen, dan zingberol yang
menyebabkan bau khas minyak jahe. Minyak jahe digunakan sebagai bahan baku
minuman ringan (ginger ale), dalam industri penyedap, farmasi dan wangi-wangian.
Minyak jahe banyak diekspor ke USA, Singapura, Jerman, India dan Afrika
Selatan, dengan importir terbesar adalah USA. Indonesia masih sebagai produsen
jahe ketiga terbesar setelah China dan India di pasar global, padahal secara iklim dan
kesesuaian lahan Indonesia sangat potensial.
Kenanga (Cananaga)
Tanaman kenanga (Cananga odorata) berasal dari Filipina. Di Pulau Jawa
tanaman tersebut tumbuh liar. Tanaman kenanga tumbuh subur di dataran rendah
dengan kelembaban tinggi, beriklim tropis dan dekat dengan pantai. Di Jawa,
kenanga biasanya ditanam di pekarangan rumah, tidak dibudidayakan.
Bunga yang masih muda berwarna hijau, sedangkan yang tua berwarna
kuning. Rendemen dan mutu minyak tertinggi terdapat pada bunga yang telah
matang sempurna (warna kuning tua).
Minyak nenanga diperoleh dengan cara penyulingan bunga kenanga. Di
daerah biasanya dilakukan dengan cara rebus. Hasil sulingan terdiri dari beberapa
fraksi yang mempunyai komposisi dan mutu yang berbeda. Fraksi dengan mutu
paling baik adalah yang mengandung kadar ester dan eter yang tinggi, sesquiterpen
yang rendah. Minyak kenanga diekspor masih dalam keadaan crude. Oleh importir
Amerika dan Eropa, minyak kenanga biasanya direktifikasi untuk menghasilkan
minyak yang lebih jernih dan lebih mudah larut. Minyak yang dihasilkan akan
menyusut sebanyak 25%.
Minyak kenanga hanya diproduksi di Indonesia dengan output sebesar 20
ton/tahun. Khusus di Pulau Jawa daerah penghasil minyak kenanga adalah Boyolali
dan Blitar. Di dunia pemakaian minyak kenanga masih terbatas dibandingkan
minyak ylang-ylang, namun masih tetap penting karena bau minyak kenanga lebih
tahan lama dan lebih murah dibandingkan minyak ylang-ylang. Dalam industri,
minyak kenanga biasa digunakan sebagai bahan pewangi sabun.
Cendana (Sandalwood)
Minyak cendana (Santanum album L) di Indonesia banyak terdapat di Pulau
Timor. Tanaman cendana berupa pohon kecil yang selalu hijau dengan batang lurus
dan bulat tanpa alur. Tanaman ini sangat cocok pada daerah yang berudara dingin
dan kering serta intensitas cahaya matahari yang cukup. Bulan kering yang panjang
sangat baik pengaruhnya terhadap pembentukan minyak dan aroma. Varietas
tanaman cendana yang berdaun kecil, mempunyai kadar minyak yang lebih tinggi
pada bagian kayu teras, namun kadar santanolnya lebih rendah.
Minyak cendana diperoleh dari hasil pengulingan jantung kayu cendana
dengan waktu penyulingan cukup lama karena titik didih minyak ini cukup tinggi.
Rendemennya sekitar 3-5%.
Komponen utama dalam minyak cendana adalah santanol. Dalam
perdagangan internasional, kadar santanol tersebut harus lebih dari 90%, jika tidak
maka pasar tidak akan menerimanya.
Perkiraan permintaan dunia lebih dari 50 ton/tahun. Indonesia pernah
menduduki peringkat ke-2 setelah India (Myrose). Sandalwood oil memegang
peranan penting dalam industri wewangian. Selain dapat digunakan untuk minyak
wangi sendiri, dapat pula untuk pengikat minyak wangi mahal (Violet, Cassie, Rose,
Reseda, dan Ambete).
Pada tahun 2007, volume ekspor minyak cendana sebanyak 403.148 kg
dengan nilai ekspor sebesar US$ 3.814.800 (BPS, 2008), naik cukup signifikan dari
tahun sebelumnya dengan volume ekspor hanya 21.751 kg dan nilai sebesar US$
1.736.214.
Masoi
Masoi (Cryptocarya spp) tumbuh liar di hutan Indonesia bagian Timur,
tingginya sekitar 40 m. Berbatang tegak, bagian dalam berwarna merah, sedangkan
kulit berwarna kelabu muda.
Minyak masoi dihasilkan dari proses penyulingan kulit kayu masoi,
mempunyai bau wangi (sweetish oil) dan terasa pedas jika terkena kulit. Minyak ini
mengandung sekitar 80% eugenol, dan 6% terpene dan safrole. Minyak ini
merupakan sumber natural laktone. Kandungan safrole dalam minyak masoi
dibutuhkan dalam industri kimia, untuk pembuat heliotropin, bahan baku celluloide
(film), kosmetik dan wewangian.
Minyak masoi diproduksi di Indonesia dengan output lebih dari 5 ton per
tahun dengan negara tujuan ekspor yakni USA, Eropa, Australia dan Jepang.
Kayu Putih (Cajeput)
Kayu putih (Melaleuca spp) termasuk ke dalam famili Myrtaceace dan ordo
Myrtalae. Beberapa spesies yang sudah diketahui dapat menghasilkan minyak kayu
putih dan sudah diusahakan secara komersil adalah M. leucodendrom, M.
cajuputih Roxb dan M. viridiflora Corn.
Pohon kayu putih terdapat secara alami di daerah Asia Tenggara, yang
tumbuh di dataran rendah atau rawa tetapi jarang ditemukan di daerah pegunungan.
Tanaman kayu putih yang tumbuh di rawa-rawa mempunyai komposisi kimia yang
berbeda dengan yang terdapat pada dataran rendah. Tanaman yang tumbuh di rawa-
rawa mempunyai kadar sineol yang rendah, bahkan ada yang tidak mengandung
sineol, sehingga tidak mempunyai nilai ekonomi.
Di Indonesia tanaman kayu putih tumbuh di Maluku (Pulau Buru, Seram,
Nusalaut, Ambon) dan Sumatera Selatan (sepanjang Sungai Musi, Palembang),
Sulawesi Tenggara, Bali, Nusa Tenggara Timur dan Irian Jaya. Di daerah tersebut
tanaman kayu putih tumbuh secara alami, sedangkan tanaman yang diusahakan
terdapat di Jawa Timur dan Jawa Barat.
Minyak kayu putih yang diperoleh dengan cara menyuling daun tanaman
kayu putih berwarna biru sampai hijau, sementara minyak kayu putih yang telah
dimurnikan berwarna kuning sampai tidak berwarna dan berbau seperti kamfer.
Komponen utama dalam minyak kayu putih adalah sineol yang mencapai 65%.
Dengan adanya komponen tersebut, minyak kayu putih dapat langsung digunakan
sebagai obat-obatan dan minyak wangi. Tetapi di luar negeri, minyak kayu putih juga
digunakan sebagai bahan baku untuk industri farmasi dan parfum. Tanaman lain
yang juga mengandung sineol adalah eucalyptus, dengan kadar yang kebih besar
yakni sekitar 85%.
Permintaan dunia untuk minyak kayu putih ini diperkirakan lebih dari 100 ton
per tahun dengan pemakaian terbesar di Asia tengara, sedangkan di dunia, yang lebih
banyak diguakan adalah minyak eucalyptus.
Jeruk Purut (Kaffir Lime)
Tinggi pohonnya antara 2 dan 12 meter. Batangnya agak kecil, bengkok atau
bersudut dan bercabang rendah. Batang yang telah tua berbentuk bulat, berwarna
hijau tua, dapat polos atau berbintik-bintik. Daun jeruk purut berwarna hijau
kekuningan dan berbau sedap. Bentuknya bulat dengan ujung tumpul dan bertangkai.
Tangkai daun bersayap lebar, sehingga hampir menyerupai daun.
Untuk mendapatkan minyak jeruk purut pada umumnya dilakukan
penyulingan dengan metode kukus ataupun uap. Bahan yang digunakan adalah daun
atau kulit buah jeruk purut tersebut.
Karakteristik minyak daunya terutama didominasi oleh minyak atsiri
citronelal (80%), sisanya adalah citronelol (10%), nerol, dan limonena.
Minyak atsiri yang berasal dari kulit jeruk purut pada indutri banyak digunakan
sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum, antiseptik, dan lain-lain,
Minyak daun jeruk purut dalam perdagangan internasional disebut kaffir lime
oil. Minyak atisiri ini banyak diproduksi di Indonesia dengan output beberapa ton per
tahun. Pemakaian minyak jeruk purut sementara ini hanya untuk fragran, padahal
potensi di flavor cukup besar, namun minyak atsiri ini belum memiliki nomor
FEMA.
Adas (Fennel)
Minyak adas, disebut juga fennel oil, dihasilkan dari tanaman adas. Varietas
yang menghasilkan minyak adas terdiri dari 2 sub spesies, yaitu Var. Vulgare
(Miller) Thelling (liar dan pahit) dan Var. Dulce (Miller)Thelling (budidaya secara
intensif dan manis).
Minyak adas secara komersil dihasilkan dengan cara penyulingan buah (biji)
adas menggunakan sistem penyulingan uap. Rendemennya sekitar 1-6%.
Penyulingan sebaiknya langsung dilakukan setelah biji dipanen. Selama proses
penyulingan, harus dijaga agar suhu kondensor agak tinggi, untuk mencegah
pembekuan minyak dalam tabung kondensor.
Komponen utama yang terdapat pada minyak adas seperti anthole, fenchone, dan
estragole. Keberadaan komponen tersebut tergantung pada jenis varietas adas yang
digunakan.
Kayu Manis (Cinamon / Cassia)
Minyak kayu manis yang diperoleh dari Cinnamomum zeylanicum Ness
disebut minyak Cinnamon,sementara yang berasal dari Cinnamomum cassia disebut
minyak Cassia. Minyak kayu manis dipergunakan sebagai flavouring agent dalam
pembuatan parfum, kosmetik, dan sabun.
Volume ekspor minyak kayu manis relatif kecil. Data BPS 2000 – 2003
menyebutkan volume ekspor minyak ini cukup besar pada tahun 2000 yakni sebesar
14.400 ton, namun menurun drastis pada tahun-tahun berikutnya, hanya sampai 100
ton / tahunnya. (Tabel 6).
Melati (Jasmine)
Ada dua macam varietas melati yang diusahakan yaitu tanaman J.
officinale L; dan J. officinale vargrandiflorum L. Perancis merupakan negara yang
paling banyak memproduksi bunga melati dan terutama diproduksi untuk parfum.
Bunga setelah dipetik tetap hidup secara fisiologis dan memproduksi minyak
atsiri. Produksi minyak atsiri oleh bunga tersebut akan terhenti apabila bunga telah
mati dan membusuk. Untuk mendapatkan minyak bunga melati, dilakukan dengan
cara ekstraksi menggunakan sistem enfleurasi (lemak dingin). Dengan cara ini,
rendemen yang dihasilkan cukup tinggi dan tingkat kewangian yang tinggi, namun
biaya produksinya cukup mahal, sehingga jarang dipergunakan. Cara ekstraksi
lainnya adalah dengan mempergunakan pelarut menguap (solvent extraction).
Minyak melati yang baru diekstrak berwarna coklat kemerahan, dan mempunyai bau
khas minyak melati. Absolute melati bersifat lengket, jernih, berwarna kuning coklat
dan mempunyai bau harum. Apabila mengadsorbsi udara, minyak berubah baunya,
lebih kental, dan akhirnya membentuk resin.
Minyak bunga melati umumnya dipergunakan sebaga zat pewangi parfum
kelas tinggi. Minyak ini biasanya diekspor ke Singapura, Australia, Eropa, Timur
Tengah, India, China, dan Thailand. Volume ekspor minyak melati mengalami
penurunan drastis pada tahun 2005 dibandingkan tahun sebelumnya (Tabel 7)