minimalisasi proses pengolahan jus buah · pengujian komposisi kimia meliputi uji total asam,...
TRANSCRIPT
MINIMALISASI PROSES PENGOLAHAN JUS BUAH
MUHAMMAD AUWALIN RAHMANA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Minimalisasi Proses
Pengolahan Jus Buah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2014
Muhammad Auwalin Rahmana
NIM F34100027
ABSTRAK
MUHAMMAD AUWALIN RAHMANA. Minimalisasi Proses Pengolahan Jus
Buah. Dibimbing oleh INDAH YULIASIH.
Minimalisasi proses pada jus buah merupakan pengolahan yang dilakukan
terhadap buah untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dimakan dan
memperkecil ukuran buah. Minimalisasi proses dilakukan dengan mengolah buah
menjadi jus buah dan dapat disimpan sebagai konsentrat jus dalam kondisi beku.
Buah yang digunakan sebagai bahan baku merupakan buah tropis yaitu jambu biji,
mangga, dan sirsak. Metode penelitian meliputi persiapan bahan, formulasi produk,
pengolahan, uji organoleptik, dan karakterisasi produk. Komposisi produk terdiri
dari buah, gula cair, asam sitrat, dan air. Proses pengolahan meliputi pasteurisasi,
pengemasan, dan penyimpanan beku. Analisis perubahan komposisi kimia
dilakukan pada beberapa tahapan pengolahan yaitu pada buah segar, sebelum
pasteurisasi, sesudah pasteurisasi, sesudah penyimpanan beku selama empat hari
dan penyajiannya, serta penyimpanan beku selama satu bulan dan penyajiannya.
Pengujian komposisi kimia meliputi uji total asam, kandungan vitamin C, dan total
padatan terlarut. Hasil analisis menunjukkan bahwa perubahan kimia selama
penyimpanan relatif kecil sehingga produk dapat disimpan selama satu bulan.
Kata kunci : buah, minimalisasi proses, jus buah.
ABSTRACT
MUHAMMAD AUWALIN RAHMANA. Minimally Process of Producing Fruits
Juice. Supervised by INDAH YULIASIH.
Minimally process on fruits juice was a processing applied on food to remove
inedible part and reduce the size of fruits. Minimally process was done through
processing fruits juice and frozen-stored juice concentrate. The fruits that were used
as raw materials were tropical fruits, such as guava, mango, and soursop. The
methods of research were raw materials preparation, product formulation,
processing, organoleptic test, and product characterization. Compositions of
product were fruits, sugar liquid, citric acid, and water. The processing steps
involved pasteurization, packaging process, and frozen storage. Analysis of
chemical composition changes were done during processing such as fresh fruits,
prior to pasteurization, post pasteurization, post frozen storage for four days and its
serving, also post frozen storage for one month and its serving. Analysis were total
titratable acidity test, vitamin C content, and total soluble solid test. The results
revealed that chemical changes during storage were relatively low, thus, product
could be stored for one month.
Keywords : fruits, fruits juice, minimally process
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Teknologi Industri Pertanian
MINIMALISASI PROSES PENGOLAHAN JUS BUAH
MUHAMMAD AUWALIN RAHMANA
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Minimalisasi Proses Pengolahan Jus Buah
Nama : Muhammad Auwalin Rahmana
NIM : F34100027
Disetujui oleh
Dr Indah Yuliasih, STP, MSi
Pembimbing
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini yang
berjudul Minimalisasi Proses Pengolahan Jus buah. Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr Indah Yuliasih, STP, MSi selaku pembimbing skripsi atas perhatian dan
bimbingannya selama penelitian dan penyelesaian skripsi
2. Dr Ir Aji Herwaman, MM dan Ir Ade Iskandar, Msi selaku dosen penguji atas
masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi
3. Ayahanda Muhammad Hamim dan ibunda Sri Wulan Purnami tercinta, adik-
adik tersayang dan keluarga atas doa, dukungan dan kasih sayangnya
4. Rekan satu bimbingan (Lupita, Novi, Elok, Feriska, Ginanjar, Suci, dan
Ismanda) serta keluarga besar Teknologi Industri Pertanian angkatan 47 atas
dukungan dan kebersamaannya
5. Seluruh teman, sahabat, dan asisten laboratorium yang tidak bisa disebutkan satu
persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2014
Muhammad Auwalin Rahmana
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Ruang Lingkup Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat 2
Bahan dan Alat 2
Metode 2
HASIL DAN PEMBAHASAN 6
Persiapan Bahan 6
Formulasi Produk 8
Teknologi Produksi 12
Uji Organoleptik 14
Perubahan Komposisi Kimia Produk Selama Proses Pengolahan dan
Penyimpanan 19
Analisis Kecocokan Produk dengan Pasar 26
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 27
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 29
RIWAYAT HIDUP 40
DAFTAR TABEL
1 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah jambu biji
terolah minimal
2 Formula jus buah jambu biji terolah minimal untuk uji organoleptik
3 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah sirsak terolah
minimal
4 Formula jus buah sirsak terolah minimal untuk uji organoleptik
5 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah mangga terolah
minimal
6 Formula jus buah mangga terolah minimal untuk uji organoleptik
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram alir prosedur penelitian 2 Diagram alir persiapan bahan masing-masing buah: (a) Jambu biji
(b) Sirsak (c) Mangga 3 Diagram alir pembuatan jus buah terolah minimal
4 Diagram alir pembuatan jus buah terolah minimal
5 Produk jus buah terolah minimal berupa konsentrat jus: (a) Jambu biji (b) Sirsak (c) Mangga
6 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah jambu biji terolah minimal 7 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah sirsak terolah minimal 8 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah mangga terolah minimal 9 Perubahan nilai total asam tertitrasi pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal 10 Perubahan nilai total asam tertitrasi pada penyimpanan dan penyajian
jus buah terolah minimal 11 Perubahan kandungan vitamin C pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal 12 Perubahan kandungan vitamin C pada penyimpanan dan penyajian jus
buah terolah minimal 13 Perubahan nilai total padatan terlarut pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal 14 Perubahan nilai total padatan terlarut pada penyimpanandan penyajian
jus buah terolah minimal
9
10
10
11
11
11
3
3
5
5
14
17
18
19
20
21
22
23
24
25
DAFTAR LAMPIRAN
1 Prosedur pengujian
2 Formulir uji organoleptik jus buah jambu biji terolah minimal
3 Formulir uji organoleptik jus buah mangga terolah minimal
4 Formulir uji organoleptik jus buah sirsak terolah minimal
5 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah jambu biji terolah
minimal untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik
6 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah sirsak terolah minimal
untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik
7 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah mangga terolah minimal
untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik
8 Hasil pengujian perubahan komposisi kimia jus buah terolah minimal
selama proses pengolahan dan penyimpanan
30
31
32
33
34
36
38
40
40
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Buah merupakan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat sebagai
sumber serat dan vitamin tinggi. Masyarakat dapat mengonsumsi buah segar secara
langsung maupun dalam bentuk olahan buah. Salah satu olahan buah yang banyak
dikonsumsi masyarakat adalah jus buah. Jus buah relatif tidak mengurangi nilai gizi
dari buah segar apabila dibandingkan dengan olahan buah lainnya. Hal ini karena
jus buah diproses menggunakan cara utama dengan penghancuran buah dan
penambahan gula dan air. Jus buah juga banyak digemari masyarakat karena lebih
mudah untuk dikonsumsi dengan cara langsung diminum. Peluang produk tersebut
telah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dikembangkan menjadi usaha penjualan
jus buah. Usaha jus buah tersebut kini dengan mudah dapat dijumpai di setiap
daerah. Restoran dan rumah makan pun hampir semua menyediakan jus buah
sebagai menu minuman.
Produk jus buah menuntut pengusaha restoran untuk menyimpan buah dan
baru diproses ketika ada permintaan dari konsumen. Hal tersebut menjadi
pertimbangan kritis bagi produsen untuk menyediakan stok buah karena buah
memiliki sifat perishable atau mudah rusak dalam penyimpanannya. Menurut
Kemenperin (2009), permintaan sari buah atau jus buah diprediksi meningkat
sebesar 7% setiap tahun. Pada tahun 2006 total permintaan sari buah atau jus buah
sebesar 76 565 ton namun terdapat defisit sebesar 15 272 ton yang belum terpenuhi.
Kemenerin (2009) juga menyatakan bahwa salah satu permasalahan yang dihadapi
industri pengolahan buah adalah pasokan bahan baku yang tidak kontinyu karena
produksi buah-buahan bersifat musiman dan konsistensi mutu yang tidak merata.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa produk jus buah terolah minimal cukup
potensial untuk dikembangkan.
Berdasarkan ketersediaannya buah terdiri dari buah musiman dan buah tidak
musiman. Tingkat ketersediaan buah tersebut menyebabkan buah yang digunakan
dalam usaha jus buah hanyalah buah yang tersedia pada musimnya. Buah yang
belum masuk musimnya tidak dapat diperoleh dengan mudah sehingga varian dari
jus buah terbatas sesuai musim. Beberapa restoran atau rumah makan yang
menyediakan berbagai macam jus buah tidak dapat memenuhi permintaan
konsumen terhadap jus buah yang tidak sesuai musimnya. Buah yang tidak
musiman juga memiliki masa panen tertentu. Buah memiliki harga yang cenderung
rendah pada saat panen raya karena ketersediaan buah yang melimpah di pasaran.
Di luar masa panen maka buah akan cenderung berharga mahal.
Usaha untuk mengatasi sifat perishable dan musiman pada bahan baku usaha
jus buah adalah menyediakan produk jus buah terolah minimal yang dapat disimpan
dalam kondisi beku. Jus buah terolah minimal merupakan hasil olahan dari buah
segar yang memiliki umur simpan lebih lama dari buah segar dan siap untuk
disajikan sebagai produk jus buah. Selain itu jus buah terolah minimal juga dapat
mengatasi ketersediaan buah musiman sehingga produsen jus buah dapat
menyediakan berbagai varian jus buah tanpa terkendala musim. Harga produk yang
tidak stabil juga dapat diatasi.
2
Buah segar yang tidak termasuk dalam spesifikasi standar dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku jus buah terolah minimal. Spesifikasi yang dimaksud adalah
spesifikasi ukuran namun dengan kematangan yang tepat dan kondisi yang baik
serta tidak busuk. Pengolahan buah tersebut mampu meningkatkan nilai tambah
buah meskipun tidak sesuai dengan spesifikasi. Produk jus buah terolah minimal
dikemas dalam kemasan sekali pakai dalam penyimpanannya sehingga kualitas dan
kesegaran jus dapat tetap terjaga.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh formula produk jus buah terolah
minimal berbasis buah tropis, mendapatkan teknologi proses pengolahan, dan
mempelajari perubahan komposisi kimia jus buah selama proses pengolahan,
penyimpanan, dan penyajian.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada formulasi produk jus buah terolah minimal
menggunakan buah jambu biji, sirsak, dan mangga, uji organoleptik terhadap
beberapa panelis, serta pengujian komposisi kimia produk selama proses
pengolahan, penyimpanan, dan penyajian yang meliputi total asam tertitrasi,
kandungan vitamin C, dan total padatan terlarut.
METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian dilakukan di Laboratorium Dasar Ilmu Terapan, Pengemasan, dan
Pengawasan Mutu, Departemen Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Penelitian dilakukan pada bulan April sampai September 2014.
Bahan dan Alat
Bahan baku yang digunakan adalah komoditas buah jambu biji, sirsak, dan
mangga harum manis, serta kemasan plastik PP. Bahan tambahan yang digunakan
adalah gula cair, asam sitrat, dan air. Bahan yang digunakan dalam pengujian antara
lain larutan NaOH, larutan iodin, indikator fenolftalein, indikator amilum, dan
akuades. Peralatan yang digunakan adalah mesin pendingin, food processor,
peralatan pasteurisasi, termometer, blender, mesin sealer, timbangan digital,
baskom plastik, penyaring, pisau, sendok, peralatan gelas, dan kertas saring.
Metode
Metode penelitian pengembangan produk jus buah terolah minimal terdiri
atas beberapa tahapan yaitu persiapan bahan, formulasi produk, proses pengolahan,
dan karakterisasi produk. Diagram alir prosedur penelitian ditunjukkan pada
Gambar 1.
3
Mulai
Proses
Pengolahan
Persiapan
Bahan
Formulasi
Produk
Uji
Organoleptik
Akhir
Karakterisasi
Produk
Gambar 1 Diagram alir prosedur penelitian
Persiapan Bahan
Persiapan bahan dilakukan pada bahan baku yang meliputi buah jambu biji,
sirsak, dan mangga. Persiapan bahan bertujuan untuk mengolah buah segar menjadi
bubur buah. Bagian buah yang digunakan sebagai bubur buah adalah bagian yang
dapat dikonsumsi yaitu daging buah. Persiapan bahan yang dilakukan meliputi
pencucian, pemisahan daging buah dengan kulit dan biji, serta penghancuran
menggunakan food processor. Tahapan-tahapan tersebut berbeda untuk setiap buah
sesuai dengan karakteristik fisik masing-masing buah. Diagram alir persiapan
bahan ditunjukkan pada Gambar 2.
(a) (b) (c)
Gambar 2 Diagram alir persiapan bahan masing-masing buah: (a) Jambu biji
(b) Sirsak (c) Mangga
Mulai
Buah jambu
biji
Penyaringan
Pencucian
Penghancuran
Bubur buah
jambu biji
Selesai
Biji dan
kulit
Mulai
Buah sirsak
Penghancuran
Pencucian
Pengupasan dan
pemisahan biji
Bubur buah
sirsak
Selesai
Biji dan
kulit
Mulai
Buah Mangga
Penghancuran
Pencucian
Pengupasan dan
pemisahan biji
Bubur buah
mangga
Selesai
Biji dan
kulit
4
Formulasi Produk
Formulasi bertujuan untuk memperoleh formula produk yang terbaik.
Terdapat beberapa tahapan formulasi untuk basis produk dengan membuat
kombinasi komposisi dasar. Bubur buah yang diperoleh pada persiapan bahan
selanjutnya dilakukan pencampuran dengan bahan tambahan yaitu gula cair dan
asam sitrat yang telah dilarutkan dalam air. Formula jus buah terolah minimal pada
awalnya diperoleh dari formula produk puree buah. Produk puree buah komersial
menggunakan bahan tambahan gula sebagai pemanis sebesar 20%. Komposisi gula
tersebut perlu diperbaiki agar sesuai dengan produk jus buah terolah minimal. Asam
sitrat ditambahkan pada produk sebesar 0.3% terhadap buah (Ratna et al. 2008).
Produk konsentrat jus memiliki kenampakan yang mirip dengan puree namun
produk puree dapat disajikan langsung tanpa penambahan air sedangkan konsentrat
jus perlu penambahan air sebelum disajikan. Hal tersebut memberikan perbedaan
pada komposisi gula cair yang ditambahkan. Konsentrat jus memiliki kandungan
gula yang lebih banyak daripada produk puree buah. Produk konsentrat jus
kemudian diolah dan disajikan serta dievaluasi berdasarkan pertimbangan sensori
dan kualitas yang sesuai dengan jus buah.
Formula produk disusun dari beberapa komposisi yang digunakan pada bahan
baku dan bahan tambahan. Buah jambu biji menggunakan tiga jenis formula
sedangkan buah sirsak dan mangga menggunakan dua jenis formula. Beberapa
formula jus buah yang akan disajikan kepada konsumen selanjutnya diuji
organoleptik untuk menentukan formula yang terbaik.
Penentuan formula terbaik pada produk jus buah terolah minimal dilakukan
melalui pengujian organoleptik. Uji organoleptik merupakan uji yang menunjukkan
tingkat kesukaan panelis terhadap produk jus buah terolah minimal. Panelis diminta
mengungkapkan tanggapan pribadinya tentang tingkat kesukaan atau
ketidaksukaan terhadap beberapa formulasi produk. Sebanyak 30 panelis agak
terlatih melakukan uji organoleptik mutu hedonik terhadap parameter warna, aroma,
tekstur, dan rasa untuk masing-masing produk. Formulir uji organoleptik
ditunjukkan pada Lampiran 2, 3, dan 4. Penerimaan uji organoleptik oleh panelis
ditunjukkan menggunakan skala hedonik 1 sampai 7, yaitu (1) sangat tidak suka,
(2) tidak suka, (3) agak tidak suka, (4) biasa, (5) agak suka, (6) suka, dan (7) sangat
suka. Sampel yang disajikan berupa jus buah yang siap saji, yaitu konsentrat jus
buah yang telah dicampurkan dengan air menggunakan blender.
Proses Pengolahan dan Karakterisasi Komposisi Kimia Produk Jus Buah
Buah yang digunakan dalam pembuatan produk adalah buah yang sudah
cukup matang. Buah yang telah dilakukan proses pendahuluan menjadi bubur buah
kemudian dicampur dengan gula cair dan asam sitrat yang telah dilarutkan dalam
air. Konsentrat jus tersebut dilakukan proses pasteurisasi untuk mencegah
kebusukan yang diakibatkan oleh kontaminasi mikroorganisme. Masing-masing
buah menggunakan kondisi pasteurisasi yang berbeda-beda. Konsentrat jus buah
yang sudah dilakukan pasteurisasi kemudian dikemas dalam plastik polipropilen
(PP) dan disimpan dalam kondisi beku. Diagram alir proses pembuatan jus buah
terolah minimal ditunjukkan pada Gambar 3. Produk jus buah dapat disajikan
dengan mencampurkan konsentrat jus buah dan air menggunakan blender. Diagram
alir proses pembuatan jus buah terolah minimal ditunjukkan pada Gambar 4.
5
Mulai
Bubur buah
Pencampuran
Pasteurisasi
Pengemasan
Konsentrat
jus buah
Penyimpanan
beku
Konsentrat jus
buah beku
Gula cairAsam sitrat
dan air
Selesai
Gambar 3. Diagram alir pembuatan jus buah terolah minimal
Mulai
Konsentrat jus
buah beku
Pencampuran
(Blending)
Jus buah
Selesai
Air
Gambar 4. Diagram alir penyajian jus buah terolah minimal
Karakterisasi perubahan komposisi kimia produk jus buah meliputi pengujian
kandungan total asam tertitrasi, total padatan terlarut, dan kandungan vitamin C.
Pengujian masing-masing produk jus buah dilakukan mulai dari tahapan proses
pengolahan sampai dengan penyajian. Pengujian dilakukan terhadap bahan baku,
konsentrat jus sebelum pasteurisasi, konsentrat jus setelah pasteurisasi, dan
konsentrat jus setelah dilakukan penyimpanan beku selama empat hari. Pengujian
juga dilakukan pada penyajian jus buah setelah empat hari, konsentrat jus pada
penyimpanan selama satu bulan, serta penyajiannya. Prosedur pengujian produk
ditunjukkan pada Lampiran 1.
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengolahan minimal merupakan serangkaian perlakuan terhadap buah atau
sayuran segar untuk menghilangkan bagian-bagian yang tidak dimakan serta
melakukan pengecilan ukuran sehingga mempercepat penyajian. Teknologi
pengolahan minimal didefinisikan sebagai kegiatan pengolahan yang mencakup
pencucian, sortasi, pembersihan, pengupasan, pemotongan, dan lain sebagainya
yang tidak mempengaruhi sifat-sifat mutu bahan segar, khususnya kandungan
gizinya (Shewfelt et al. 1987). Penelitian ini menggunakan teknologi pengolahan
minimal yang dilakukan pada buah agar memiliki masa simpan yang lebih lama
untuk selanjutnya disajikan sebagai jus buah.
Proses minimal pada buah memiliki cakupan luas yang meliputi metode dan
teknologi untuk mengawetkan produk buah yang berumur simpan pendek dengan
meminimalkan perubahan pada karakteristik kesegaran serta peningkatan kualitas
produk buah yang berumur simpan panjang. Proses minimal juga meliputi beberapa
kombinasi perlakuan seperti disinfeksi, pengemasan dengan atmosfir termodifikasi
atau terkontrol, perendaman pada beberapa larutan, pemanasan ringan, dan
perlakuan lainnya (Ohlsson et al. 1994). Menurut Sun (2006), pasteurisasi
merupakan perlakuan panas ringan yang memberikan pengaruh kecil pada kualitas
produk sehingga proses pasteurisasi termasuk ke dalam proses minimal pada buah.
Produk jus buah terolah minimal dibuat dengan terlebih dahulu mengolah
buah segar menjadi bubur buah. Buah segar setelah dicuci kemudian diambil daging
buahnya dan dipisahkan dari kulit serta bijinya. Daging buah yang telah terpisah
kemudian dihancurkan menggunakan food processor sehingga menjadi bubur buah.
Bubur buah kemudian dicampurkan dengan gula cair dan asam sitrat yang telah
dilarutkan dalam air. Bubur buah yang telah dicampurkan dengan bahan tambahan
tersebut selanjutnya disebut dengan konsentrat jus. Konsentrat jus tersebut perlu
dilakukan proses pasteurisasi untuk mencegah timbulnya bakteri pembusuk pada
produk. Proses pasteurisasi diperlukan untuk menstabilkan produk dengan
mengurangi mikroorganisme dan menginaktivasi enzim yang dapat menyebabkan
fermentasi dan pembusukan (Umme et al. 1999). Konsentrat jus yang telah
dipasteurisasi selanjutnya disimpan dalam kondisi beku. Jus buah terolah minimal
disajikan dengan mencampurkan konsentrat jus yang beku dengan air
menggunakan blender. Jus buah umumnya lebih disukai konsumen apabila
disajikan dengan kondisi dingin sehingga penyimpanan konsentrat jus pada kondisi
beku memberikan keuntungan pada penyajian karena tidak memerlukan
penambahan es.
Persiapan Bahan
Produk jus buah terolah minimal menggunakan bahan baku berupa buah
tropis Indonesia yaitu buah jambu biji, sirsak, dan mangga. Persiapan bahan
dilakukan dengan tujuan untuk mengolah buah segar menjadi bubur buah untuk
selanjutnya dicampurkan dengan bahan tambahan lain. Proses persiapan buah
berbeda-beda sesuai dengan karakteristik fisik masing-masing buah.
Buah jambu biji merupakan buah yang lebih banyak diolah menjadi produk
makanan atau minuman daripada dikonsumsi secara langsung. Hal ini karena buah
7
jambu biji mengandung biji yang cukup banyak sehingga hanya sebagian kecil
bagian buah yang dapat dimakan. Buah jambu biji yang digunakan adalah buah
yang sudah matang dengan warna kulit kekuningan, cerah atau mengilap, dan halus.
Buah jambu biji dapat berbuah sepanjang tahun namun ketersediaannya tidak
konstan. Musim panen raya buah jambu biji terjadi sekitar bulan Desember sampai
Februari dan bulan Juni sampai Agustus.
Persiapan bahan pada jambu biji diawali dengan pencucian kemudian
dilakukan penghancuran menggunakan food processor. Jambu biji memiliki kulit
yang tipis sehingga tidak perlu dilakukan pengupasan kulit terlebih dahulu sehingga
dapat segera dihancurkan. Jambu biji yang sudah hancur masih bercampur antara
daging buah, biji, dan kulit. Daging buah selanjutnya dipisahkan dengan biji dan
kulit menggunakan alat penyaring. Biji jambu biji berukuran kecil dan bertekstur
keras sehingga tidak hancur ketika diproses pada food processor serta dapat dengan
mudah dilakukan penyaringan. Daging buah yang sudah terpisah dengan biji dan
kulit selanjutnya disebut dengan bubur buah jambu biji.
Buah sirsak yang digunakan untuk pengolahan jus buah terolah minimal
adalah buah yang sudah matang. Menurut Radi (1997), secara fisiologi buah sirsak
yang sudah matang terlihat dari jarak antarduri pada kulit buah telah merenggang,
melebar, ujung durinya tumpul, tangkai buah menguning, warna buah suram, serta
baunya sudah harum khas bau sirsak. Buah sirsak memiliki rasa yang lebih asam
dan manis. Buah sirsak dapat langsung dimakan segar namun biji pada buah sirsak
harus dipisahkan terlebih dahulu sebelum dimakan segar sehingga akan lebih cepat
untuk dikonsumsi apabila diolah menjadi jus buah. Buah sirsak mengalami musim
panen sekitar bulan Januari dan Februari, pada bulan lain buah sirsak tetap ada
namun ketersediaannya terbatas.
Buah sirsak memiliki kulit yang bertekstur keras dan berduri sehingga kulit
buah harus dipisahkan terlebih dahulu. Inti buah juga dipisahkan karena merupakan
bagian yang tidak dapat dimakan. Selanjutnya biji buah sirsak dipisahkan dari
daging buah. Setelah buah sirsak terpisah dari kulit dan biji selanjutnya dilakukan
penghancuran menggunakan food processor. Daging buah sirsak yang telah
dihancurkan selanjutnya disebut dengan bubur buah sirsak.
Selain buah jambu biji dan sirsak juga digunakan bahan baku jus buah terolah
minimal berupa buah mangga. Buah mangga yang digunakan adalah buah mangga
arumanis yang sudah matang. Buah mangga banyak digemari masyarakat Indonesia
dan mudah untuk dimakan langsung secara segar namun buah mangga merupakan
buah musiman yang ketersediaannya tergantung oleh waktu. Buah mangga berbuah
sekitar bulan Agustus sampai Oktober atau pada musim kemarau. Ketersediaan
buah mangga yang terbatas tersebut dapat diatasi dengan mengolah buah mangga
terlebih dahulu sehingga dapat disimpan dan dikonsumsi sebagai jus buah di luar
musimnya.
Serupa dengan buah sirsak, buah mangga juga memiliki tekstur kulit yang
tebal namun tidak berduri. Buah mangga terlebih dahulu dikupas kulitnya kemudian
dipisahkan antara daging buah dengan bijinya. Setelah daging buah terpisah dari
kulit dan biji kemudian dihancurkan menggunakan food processor. Daging buah
yang telah dihancurkan kemudian disebut dengan bubur buah mangga.
8
Formulasi Produk
Formulasi produk merupakan penentuan komposisi bahan baku dan bahan
tambahan yang digunakan pada pengolahan jus buah terolah minimal. Bahan baku
pembuatan jus buah terolah minimal berupa bubur buah jambu biji, mangga, dan
sirsak. Bahan tambahan yang digunakan antara lain gula cair, asam sitrat, dan air.
Air digunakan untuk melarutkan asam sitrat sebelum dicampurkan ke dalam bubur
buah agar asam sitrat dapat tercampur merata. Penambahan asam sitrat berfungsi
sebagai pengontrol keasaman. Kondisi keasaman yang tepat dapat mencegah
pertumbuhan mikroba sehingga dapat memperpanjang umur simpan (Hui 1992).
Menurut Susanto dan Saneto (1994), asam sitrat juga dapat menurunkan pH media
sehingga mampu menghambat aktifitas enzim yang menyebabkan pencoklatan.
Formulasi bahan dasar produk meliputi komposisi bubur buah, asam sitrat,
air dan gula cair. Bubur buah tersebut dicampurkan terlebih dahulu dengan asam
sitrat yang telah dilarutkan dalam air. Selanjutnya gula cair ditambahkan sesuai
dengan presentase yang telah ditentukan. Campuran tersebut selanjutnya disebut
dengan konsentrat jus.
Formulasi produk jus buah terolah minimal menggunakan asam sitrat dengan
persentase sebesar 0.3% terhadap bubur buah. Berdasarkan penelitian Ratna et al.
(2008), konsentrasi asam sitrat 0.3% dapat memperpanjang masa simpan konsentrat
jambu biji selama empat hari pada suhu kamar dengan nilai penerimaan konsumen
yang tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi yang lain. Jumlah asam sitrat yang
ditambahkan dalam setiap buah tidak berbeda. Perubahan penambahan asam sitrat
dilakukan apabila terdapat saran dari panelis pada pengujian organoleptik produk.
Asam sitrat terlebih dahulu dilarutkan dalam air agar homogen saat dicampurkan
dengan bubur buah. Menurut O’Neil (2001), kelarutan asam sitrat dalam air sebesar
64.3% w/w pada suhu 30oC dan 59.2% pada suhu 20oC. Asam sitrat yang digunakan
dalam penelitian ini dilarutkan pada air pada suhu ruang sebesar 50% w/w sehingga
larutan terbentuk lebih cepat.
Gula cair yang digunakan sebagai bahan tambahan memiliki kandungan
fruktosa 55%, glukosa 42% dan oligosakarida lain 3%. Gula cair digunakan untuk
mencegah adanya kristalisasi yang dapat mengganggu penampilan dan kemasan.
Konsentrat jus buah yang mengandung gula sukrosa atau gula kristal apabila
dipanaskan dan disimpan dalam kondisi suhu rendah dapat menyebabkan
pengkristalan. Penggunaan gula cair dapat mencegah adanya pengkristalan selama
penyimpanan suhu dingin.
Gula cair ditambahkan pada konsentrat buah untuk menyesuaikan tingkat
kemanisan produk sesuai dengan keinginan konsumen. Penambahan gula cair pada
konsentrat jus dilakukan agar produk dapat segera dikonsumsi setelah dicampur
dengan air pada saat penyajian. Kadarisman dan Afdilah (1995) menyatakan bahwa
penambahan HFS (High Fructose Syrup) pada puree mangga beku mampu
menurunkan total bakteri dan total kapang. Semakin tinggi konsentrasi fruktosa
yang digunakan maka nilai total bakteri dan kapang akan semakin berkurang.
Konsentrasi fruktosa sebesar 30% menunjukkan hasil yang paling baik. Produk
puree tersebut serupa dengan konsentrat jus pada penelitian ini. Gula cair yang
digunakan pada awalnya sebesar 20% pada basis konsentrat jus untuk
menyesuaikan dengan tingkat kemanisan ketika dilakukan penyajian. Hasil
9
karakteristik produk pada komposisi awal selanjutnya dimodifikasi sampai
diperoleh tingkat penerimaan yang sesuai.
Salah satu faktor penting pada jus buah adalah tekstur atau konsistensinya.
Konsistensi jus buah dipengaruhi oleh penambahan air pada saat penyajiannya.
Holilah (1998) menyatakan dalam penelitiannya bahwa air yang diperlukan dalam
pembuatan jus alpukat adalah 3 : 1 terhadap buah alpukat sebelum dicampurkan
dengan bahan tambahan. Penelitian Cesilia (1998) menunjukan bahwa
perbandingan antara air dengan campuran nanas, wortel, dan seledri dalam
pembuatan jus adalah 2 : 1. Perbandingan air dan buah pada produk jus buah
berbeda-beda sesuai dengan konsistensi daging buah. Berbagai perbandingan air
terhadap buah dalam penyajian jus buah digunakan dalam penelitian ini untuk
mendapatkan konsistensi masing-masing produk yang sesuai. Konsistensi jus buah
yang kental dipilih karena cenderung disukai oleh konsumen. Tekstur yang sesuai
dengan penerimaan panelis ditunjukkan pada hasil uji organoleptik dengan nilai
suka (nilai 5 sampai 7) tidak kurang dari 70%.
Formulasi awal dilakukan dengan menggunakan perbandingan air penyajian
dengan konsentrat buah sebesar 2 : 1. Konsentrat buah merupakan bubur buah yang
telah dicampur dengan larutan asam sitrat. Penggunaan gula cair pada formula awal
adalah sebesar 20%. Formula awal selanjutnya diperbaiki dan dikembangkan untuk
mendapatkan formula yang siap dilakukan uji organoleptik. Formulasi jus buah
jambu biji terolah minimal diawali dengan pembuatan beberapa prototipe yang
ditunjukkan pada Tabel 1.
Tabel 1 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah jambu biji terolah
minimal
Komposisi dan
karakterisik
Formula
A B C
Komposisi
Konsentrat buah
Buah (g)
Asam sitrat (g)
Air pelarut (ml)
Gula cair (g)
Air penyajian (ml)
Karakteristik
Rasa
Konsistensi
79.3
0.23
0.47
20
160
Kurang manis
Cair
79.3
0.23
0.47
20
120
Kurang manis
Kental
69.4
0.2
0.4
30
105
Manis
Kental
Formula A menunjukkan bahwa perbandingan awal air untuk penyajian dan
konsentrat buah untuk produk jus buah jambu biji adalah 2 : 1 dan kandungan gula
cair sebesar 20%. Formula tersebut menghasilkan konsistensi yang cair. Perbaikan
yang dilakukan ditunjukkan pada formula B yaitu dengan mengurangi
perbandingan air dengan konsentrat buah menjadi 1.5 : 1. Formula B menghasilkan
tekstur yang sudah kental namun memiliki rasa yang kurang manis. Gula cair
ditambahkan pada perbaikan selanjutnya, yaitu pada formula C menjadi 30%.
Perbandingan air untuk penyajian dan konsentrat buah tidak mengalami perubahan
dari formula sebelumnya. Formula C menghasilkan rasa yang manis dan konsistensi
yang kental. Selanjutnya formula C dikembangkan menjadi tiga formula untuk
10
dilakukan uji organoleptik dalam menentukan formula terbaik. Formula produk jus
buah jambu biji terolah minimal untuk uji organoleptik ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2 Formula jus buah jambu biji terolah minimal untuk uji organoleptik
Formula Buah jambu
biji (g)
Gula cair
(g)
Asam
sitrat (g)
Air pelarut
(ml)
Air penyajian
(ml)
857 64.4 35 0.2 0.4 97.5
491 74.4 25 0.2 0.4 112.5
306 69.4 30 0.2 0.4 105
Produk jus buah sirsak terolah minimal dilakukan penentuan formula dari
prototipe formula dasar yaitu penggunaan gula cair sebesar 20% dan perbandingan
air penyajian dengan konsentrat buah sebesar 2 : 1. Formulasi jus buah sirsak
terolah minimal diawali dengan pembuatan beberapa prototipe yang ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah sirsak terolah
minimal
Komposisi dan
karakterisik
Formula
D E F
Komposisi
Konsentrat buah
Buah (g)
Asam sitrat (g)
Air pelarut (ml)
Gula cair (g)
Air penyajian (ml)
Karakteristik
Rasa
Konsistensi
79.3
0.23
0.47
20
160
Kurang manis
Sangat kental
69.4
0.2
0.4
30
140
Manis
Sangat kental
69.4
0.2
0.4
30
175
Manis
Kental
Formula D pada jus buah sirsak terolah minimal dengan perbandingan air
untuk penyajian dengan konsentrat buah 2 : 1 menghasilkan konsistensi yang sangat
kental. Konsistensi yang sangat kental tersebut disebabkan karena buah sirsak
memiliki daging buah yang lebih berserat daripada buah jambu biji. Penambahan
gula cair sebesar 20% masih memberikan rasa yang kurang manis sehingga
diperlukan penambahan gula cair menjadi 30% pada formula selanjutnya yaitu
formula E. Penambahan gula cair tersebut memberikan rasa yang manis namun
perbandingan air dan konsentrat buah yang masih sama menghasilkan konsistensi
yang sangat kental. Perbaikan prototipe selanjutnya dilakukan pada formula F
dengan meningkatkan perbandingan air dan konsentrat buah menjadi 2.5 : 1.
Penambahan air tersebut mampu memberikan konsistensi yang kental pada jus buah
namun rasa yang dihasilkan tetap terasa manis. Formula F selanjutnya
dikembangkan menjadi dua formula untuk dilakukan pengujian organoleptik.
Formula produk jus buah sirsak terolah minimal untuk uji organoleptik ditunjukkan
pada Tabel 4.
11
Tabel 4 Formula jus buah sirsak terolah minimal untuk uji organoleptik
Formula Buah sirsak
(g)
Gula cair
(g)
Asam sitrat
(g)
Air pelarut
(ml)
Air penyajian
(ml)
703 69.4 30 0.2 0.4 175
351 64.4 35 0.2 0.4 162.5
Penyusunan prototipe formula selanjutnya dilakukan untuk produk jus buah
mangga terolah minimal. Formula dasar yang digunakan sama dengan formula pada
basis buah jambu biji dan sirsak yaitu penggunaan gula cair sebesar 20% dan
perbandingan air penyajian dengan konsentrat buah sebesar 2 : 1. Formula dasar
tersebut selanjutnya dilakukan perbaikan sesuai dengan sifat buah mangga agar
sesuai dengan penerimaan konsumen. Formulasi jus buah mangga terolah minimal
diawali dengan pembuatan prototipe yang ditunjukkan pada Tabel 5.
Tabel 5 Komposisi dan karakteristik prototipe produk jus buah mangga terolah
minimal
Komposisi dan
karakterisik
Formula
G H
Komposisi
Konsentrat buah
Buah (g)
Asam sitrat (g)
Air pelarut (ml)
Gula cair (g)
Air penyajian (ml)
Karakteristik
Rasa
Konsistensi
79.3
0.23
0.47
20
160
Kurang manis
Kental
69.4
0.2
0.4
30
140
Manis
Kental
Formula G menunjukkan bahwa perbandingan air untuk penyajian dengan
konsentrat buah sebesar 2 : 1 menghasilkan konsistensi jus yang kental dan sudah
sesuai untuk jus buah mangga terolah minimal. Hal tersebut menunjukkan bahwa
buah mangga memiliki daging buah yang sedikit lebih berserat dibandingkan
dengan buah jambu biji. Penggunaan gula cair sebesar 20% menunjukkan rasa yang
kurang manis. Perbaikan prototipe pada formula H dilakukan dengan meningkatkan
kandungan gula cair menjadi 30% sehingga menghasilkan rasa yang manis.
Formula H tersebut selanjutnya dikembangkan menjadi dua formula yang akan
dilakukan pengujian organoleptik. Formula produk jus buah mangga terolah
minimal untuk uji organoleptik ditunjukkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Formula jus buah mangga terolah minimal untuk uji organoleptik
Formula Buah
mangga (g)
Gula cair
(g)
Asam sitrat
(g)
Air pelarut
(ml)
Air penyajian
(ml)
823 69.4 30 0.2 0.4 140
945 64.4 35 0.2 0.4 130
12
Penentuan formula tersebut lebih fokus pada komposisi gula cair dan
perbandingan air penyajian dengan konsentrat buah. Penggunaan gula cair
mempengaruhi tingkat kemanisan namun tidak berpengaruh terhadap konsistensi
jus buah. Sedangkan perbedaan perbandingan air dengan konsentrasi buah
berpengaruh terhadap konsistensi jus buah maupun tingkat kemanisan jus buah.
Beberapa formula pada masing-masing basis buah selanjutnya dilakukan
pengolahan menjadi produk jus buah terolah minimal. Jus buah terolah minimal
yang telah disajikan kemudian dilakukan uji organoleptik untuk menentukan
formula yang terbaik.
Teknologi Produksi
Teknologi produksi pada jus buah terolah minimal meliputi kajian tentang
proses pasteurisasi, pengemasan, dan kondisi penyimpanan. Teknologi produksi
yang digunakan diharapkan dapat menghambat penurunan kualitas atau kerusakan
pada produk yang terutama disebabkan adanya aktivitas mikroba. Aktivitas
mikroba tersebut dapat berupa adanya kapang dan khamir pada makanan, proses
fermentasi yang tidak diinginkan, serta adanya perubahan keasaman. Proses
pasteurisasi dilakukan pada produk untuk menghambat aktivitas mikroba.
Pasteurisasi untuk masing-masing produk menggunakan kondisi yang berbeda
sesuai dengan karakteristik produk yang digunakan.
Proses pasteurisasi untuk produk jus buah jambu biji terolah minimal
dilakukan dengan sistem suhu tinggi dengan waktu singkat yaitu pada kondisi suhu
85oC selama 10 detik. Pada kondisi pasteurisasi tersebut tidak ditemukan khamir
dan kapang serta dapat mempertahankan kandungan vitamin C yang cukup tinggi
dibandingkan dengan kondisi pasteurisasi lainnya (Tun 2007).
Proses pasteurisasi untuk produk jus buah mangga terolah minimal optimal
dilakukan pada kondisi suhu 85oC selama 15 detik. Kondisi pasteurisasi tersebut
mampu mencegah adanya mikroba dan mampu menginaktivasi enzim. Kualitas
sensori pada produk dapat diterima dan tidak menunjukkan adanya kerusakan
produk akibat pemanasan (Isaacs 1991).
Pasteurisasi untuk produk jus buah sirsak terolah minimal dilakukan pada
kondisi suhu 79oC selama 69 detik. Pasteurisasi pada kondisi tersebut mampu
menginaktivasi mikroba serta menginaktivasi enzim pektinase (Umme et al. 1999).
Proses pasteurisasi tidak membunuh semua mikroba dan tidak mematikan
bakteri pembentuk spora sehingga diperlukan perlakuan tambahan terhadap produk
makanan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroba. Perlakuan tambahan pada
produk jus buah terolah minimal adalah melakukan proses penyimpanan produk
pada kondisi beku sehingga dapat meminimalkan aktivitas mikroba.
Proses pasteurisasi selain bertujuan untuk membunuh mikroba patogen dan
sebagian mikroba pembusuk juga bertujuan untuk menginaktivasi enzim. Enzim
yang terdapat pada buah dapat menyebabkan perubahan kualitas yang terjadi pada
pengolahan produk jus buah. Enzim yang diinaktivasi pada pengolahan produk jus
buah terolah minimal adalah enzim pektinesterase. Inaktivasi enzim pektinesterase
diperlukan untuk mempertahankan sifat kekeruhan dari produk.
Salah satu sifat penting produk jus buah yang harus dijaga adalah kekeruhan
produk. Kekeruhan tersebut penting untuk penampilan jus buah dan
13
mempertahankan komponen flavor tertentu yang berkaitan dengan sifat kekeruhan.
Ketidakstabilan sifat kekeruhan tersebut diakibatkan oleh adanya enzim
pektinesterase. Enzim pektinesterasi dapat menyebabkan pektin mengalami de-
esterifikasi menjadi metoksi pektin berester rendah. Metoksi pektin berester rendah
tersebut dapat bereaksi dengan ion kalsium yang mengakibatkan kejernihan secara
spontan (Versteeg 1979). Kejernihan spontan yang terjadi ditunjukkan dengan
terbentuknya endapan sedimen pada produk sehingga akan mengganggu
penampilan produk.
Menurut Umme et al. (1999), produk dengan bahan baku buah yang diberi
perlakuan termal (pasteurisasi) selain mampu menginaktivasi mikroba dan enzim
juga beresiko menyebabkan berkurangnya flavor buah sehingga konsentrat jus
harus disimpan beku pada suhu -20oC untuk meminimalkan berkurangnya flavor
produk.
Konsentrat jus yang telah dilakukan proses pasteurisasi kemudian dikemas
untuk selanjutnya disimpan dalam kondisi beku. Pengemasan merupakan salah satu
cara untuk memberikan kondisi yang sesuai untuk produk pangan dalam
mempertahankan mutunya dalam jangka waktu tertentu. Fungsi utama pengemasan
antara lain menjaga produk pangan dari kontaminasi, melindungi produk pangan
akibat kerusakan fisik, dan menghambat terjadinya perubahan mutu.
Kemasan yang digunakan untuk produk jus buah terolah minimal adalah
kemasan plastik PP (polipropilen). Kemasan polipropilen memiliki titik leleh
mencapai 165oC dan sesuai untuk pengisian produk dalam kondisi yang panas
sehingga dapat digunakan untuk mengemas konsentrat jus segera setelah dilakukan
proses pasteurisasi. Kemasan polipropilen memiliki sifat transparansi yang baik
sehingga penampakan dan warna produk dapat terlihat jelas. Produk dengan
kemasan polipropilen dapat digunakan pada suhu -40oC sampai dengan 120oC
sehingga sesuai untuk kemasan produk jus buah terolah minimal pada penyimpanan
beku (Lee 2008).
Salah satu parameter penting yang mempengaruhi umur penyimpanan pada
produk jus buah adalah kandungan asam askorbat. Kerusakan asam askorbat harus
dihindari untuk menjaga kualitas jus buah. Asam askorbat dapat terdegradasi karena
reaksi oksidasi yang salah satunya disebabkan adanya oksigen yang masuk
melewati kemasan. Kondisi produk dengan oksigen yang tinggi dapat mempercepat
kerusakan asam askorbat. Kemasan polipropilen memiliki permeasi oksigen yang
rendah sehingga dapat meminimalisir kandungan oksigen dalam produk. Asam
askorbat juga dapat rusak karena terpapar cahaya. Meskipun plastik bersifat
transparan dan produk dapat terkena cahaya, dengan penyimpanan di tempat
pembeku maka produk yang disimpan dapat tetap terhindar dari paparan cahaya.
Pengemasan dalam kemasan kecil memberikan luas permukaan yang lebih
besar sehingga dapat mempercepat pembekuan produk. Proses pembekuan yang
cepat menghasilkan kristal-kristal es yang terbentuk berukuran kecil sehingga
kerusakan mekanis pada produk dapat diminimalisir. Pembekuan yang cepat juga
mampu menghambat aktivitas mikroba dan enzim sehingga mutu produk akan lebih
baik. Penggunaan plastik sebagai bahan pengemas dapat melindungi produk
terhadap udara atau oksigen, kontaminasi, atau kontak dengan bahan-bahan kimia.
Plastik sebagai kemasan juga dapat mengurangi kecenderungan produk pangan
kehilangan kandungan air dan lemak. Produk jus buah terolah minimal disimpan
dalam bentuk konsentrat jus pada kondisi beku dengan kemasan kecil sekali pakai.
14
Hasil produk jus buah terolah minimal berupa konsentrat jus ditunjukkan pada
Gambar 5.
(a) (b)
(c)
Gambar 5 Produk jus buah terolah minimal berupa konsentrat jus: (a) Jambu biji
(b) Sirsak (c) Mangga
Penyimpanan beku memiliki banyak keuntungan antara lain mampu
mempertahankan kandungan gizi dan flavor produk, serta dapat menghambat
aktivitas mikroba dan enzim perusak sehingga kerusakan produk selama
penyimpanan dapat diminimalisir. Salah satu kekurangan produk beku adalah
memerlukan waktu pencairan (thawing) yang cukup lama sebelum dapat digunakan.
Produk jus buah terolah minimal memiliki kelebihan dalam proses penyajian karena
tidak memerlukan proses pencairan yang lama. Konsentrat jus yang telah disimpan
beku dapat segera dicampurkan dengan air menggunakan blender untuk
penyajiannya. Proses thawing tidak diperlukan karena produk jus buah terolah
minimal disajikan dengan kondisi dingin serta tidak diperlukan lagi penambahan es
dalam penyajiannya.
Uji organoleptik
Uji organoleptik atau uji kesukaan dilakukan pada tahapan pengembangan
produk. Panelis yang terlibat pada uji organoleptik dimintakan tanggapan
pribadinya tentang kesukaan atau ketidaksukaan terhadap contoh produk. Selain
15
memberikan tanggapan suka atau tidak suka panelis juga memberikan tanggapan
terhadap tingkat kesukaan yang disebut dengan skala hedonik (Setyaningsih et al
2010). Skala hedonik sebagai penilaian terhadap formula produk yang dibuat
meliputi skala 1 sampai 7. Nilai yang paling rendah menyatakan sangat tidak suka
dan nilai yang paling tinggi menyatakan sangat suka. Uji organoleptik digunakan
untuk menentukan formula yang akan digunakan sebagai proses produksi. Uji
organoleptik untuk jus buah terolah minimal dilakukan terhadap beberapa formulasi
untuk masing-masing buah. Produk yang digunakan untuk pengujian uji
organoleptik adalah produk berupa jus buah yang sudah disajikan dan siap
dikonsumsi. Produk tersebut merupakan hasil campuran antara konsentrat jus
dengan air menggunakan blender.
Hasil penilaian pada uji organoleptik dihitung dengan analisis varian pada
taraf tingkat nyata 5%. Adanya perbedaan nyata maupun tidak pada masing-masing
contoh diketahui berdasarkan analisis varian. Parameter yang menunjukan
perbedaan nyata terhadap contoh selanjutnya dilakukan pengujian duncan untuk
mengetahui perbandingan antar contoh. Hasil formula yang terbaik ditentukan
dengan membandingkan antarparameter yang memiliki nilai kesukaan tertinggi dan
adanya perbedaan nyata antarformula.
Parameter yang digunakan pada uji organoleptik antara lain warna, aroma,
tekstur, dan rasa. Warna merupakan salah satu unsur hidup yang yang mewakili
unsur visual. Warna menjadi simbol yang memberi informasi produk dan alat
komunikasi untuk memasarkan suatu produk. Warna dapat mempengaruhi persepsi
seseorang terhadap flavor suatu produk (Garber et al. 2000). Konsumen cenderung
menyukai warna jus buah yang cerah dan sesuai dengan warna buah. Hasil penilaian
uji organoleptik terhadap parameter warna pada jus buah jambu biji terolah minimal
menunjukkan bahwa nilai rata-rata untuk contoh 857, 491, dan 306 berturut-turut
adalah 5.033, 5.267, dan 5.167. Hasil analisis varian untuk parameter warna
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata di antara ketiga contoh. Hasil
penilaian uji organoleptik produk jus buah mangga terolah minimal untuk
parameter warna juga tidak memberikan perbedaan nyata di antara contoh. Contoh
823 memiliki nilai rata-rata 5.6 dan contoh 945 bernilai 5.3. Hasil penilaian uji
organoleptik untuk produk jus buah sirsak terolah minimal memberikan hasil yang
berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 5%. Contoh produk dengan kode 703
memiliki nilai rata-rata 5.433 dan contoh 351 memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu
5.833.
Warna pada produk jus buah terolah minimal dipengaruhi oleh tingkat
kematangan buah. Buah jambu yang tingkat kematangannya masih rendah selain
memiliki rasa yang kurang manis juga memiliki warna yang masih pucat. Semakin
matang buah maka warna yang dihasilkan juga akan semakin baik sehingga harus
digunakan buah yang cukup matang sebagai bahan baku.
Parameter tekstur dapat diketahui dari kekentalan produk jus buah terolah
minimal. Secara umum jus buah yang memiliki tekstur lebih kental akan cenderung
lebih disukai konsumen. Hasil penilaian uji organoleptik terhadap parameter tekstur
pada jus buah jambu biji terolah minimal menunjukkan nilai rata-rata untuk contoh
857, 491, dan 306 berturut-turut adalah 5.633, 5.100, dan 5.367. Hasil analisis
varian untuk parameter tekstur menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata di
antara ketiga contoh. Uji organoleptik dengan parameter tekstur pada jus buah
mangga terolah minimal memberikan perbedaan nyata antar contoh. Contoh dengan
16
kode 823 memiliki nilai rata-rata 5.067 sedangkan contoh 945 memiliki nilai rata-
rata 5.167. Hasil uji organoleptik pada jus sirsak terolah minimal menunjukkan
tidak ada perbedaan nyata antar contoh. Nilai rata-rata contoh dengan kode 703 dan
351 masing-masing adalah 5.4 dan 4.767.
Parameter tekstur ditentukan dari perbandingan jumlah air dan konsentrat
dalam penyajian jus buah. Masing-masing buah memiliki tekstur yang berbeda-
beda sehingga air yang dicampurkan pada tahapan penyajian disesuaikan dengan
tekstur buah agar diperoleh tekstur jus buah yang sesuai. Buah sirsak memiliki
tekstur yang lebih berserat daripada buah jambu biji dan mangga sehingga
penambahan air yang untuk penyajian jus buah sirsak lebih banyak daripada kedua
jus buah lainnya.
Aroma merupakan parameter yang memegang peranan penting dalam
penilaian suatu produk. Pada umumnya bau yang diterima oleh hidung dan otak
lebih banyak merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu
harum, asam, tengik dan hangus (Winarno 2008). Aroma yang disukai oleh
konsumen produk jus buah adalah aroma asli buah yang digunakan. Hasil penilaian
uji organoleptik terhadap parameter aroma untuk jus buah jambu biji menunjukkan
nilai rata-rata contoh 857, 491, dan 306 berturut-turut adalah 5.500, 5.367, dan
5.333. Hasil analisis varian untuk parameter warna menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan nyata di antara ketiga contoh. Hasil uji dengan parameter aroma untuk
jus buah mangga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan nyata di antara contoh.
Contoh dengan kode 823 memiliki nilai rata-rata 4.767 dan contoh 945 bernilai
4.467. Hasil uji organoleptik pada jus buah sirsak juga tidak memberikan perbedaan
nyata di antara contoh uji. Contoh dengan kode 703 memiliki nilai rata-rata 5.5
sedangkan contoh 351 bernilai 5.833.
Aroma jus buah sebenarnya dapat ditingkatkan dengan menambahkan
essence pada produk namun produk ini tidak perlu penambahan essence untuk
meminimalkan bahan tambahan pangan serta aroma jus ini sudah cukup disukai
oleh panelis. Selain penambahan essence, aroma jus yang baik dapat diperoleh
dengan menggunakan buah yang memiliki tingkat kematangan cukup.
Penyimpananan beku untuk konsentrat jus dapat meminimalkan kerusakan flavor
atau aroma pada jus buah terolah minimal.
Rasa berbeda dengan bau atau aroma dan lebih banyak melibatkan panca
indera pengecap atau lidah. Penginderaan kecapan dapat dibagi menjadi lima
kecapan utama yaitu asin, asam, manis, pahit dan umami. Apabila suatu produk
memiliki rasa yang tidak enak, maka produk tersebut tidak akan diterima oleh
konsumen walaupun warna dan aromanya baik. Rasa dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya senyawa kimia, suhu, konsentrasi dan interaksi dengan
komponen rasa lain (Winarno 2008). Mutu rasa merupakan faktor yang sangat
penting dalam menentukan keputusan akhir konsumen untuk dapat menerima atau
menolak suatu produk walaupun atribut penilaian yang lain baik, tetapi jika rasa
tidak enak maka produk akan segera ditolak oleh konsumen (Aspiatun 2004).
Hasil penilaian uji organoleptik terhadap parameter aroma menunjukkan nilai
rata-rata contoh 857, 491, dan 306 berturut-turut adalah 5.867, 4.600, dan 5.333.
Hasil analisis varian untuk parameter warna menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan nyata di antara ketiga contoh. Uji duncan yang dilakukan selanjutnya
menunjukkan adanya signifikasi antar contoh yaitu contoh 857 dan 306 menurut
panelis memiliki perbedaan dengan contoh 491. Nilai yang paling tinggi adalah
17
contoh 857 karena memiliki tingkat kemanisan dan rasa buah yang sesuai menurut
panelis. Hasil penilaian untuk jus buah mangga memberikan perbedaan nyata di
antara contoh. Contoh dengan kode 945 lebih disukai panelis dengan nilai rata-rata
5.2 sedangkan contoh 823 hanya bernilai 4.267. Hasil uji organoleptik untuk jus
buah sirsak juga menunjukkan adanya perbedaan nyata di antara contoh. Contoh
dengan kode 703 memiliki nilai rata-rata 5.067 sedangkan contoh 351 bernilai
5.933.
Tingkat kematangan buah dan gula cair yang ditambahkan akan
mempengaruhi penilaian parameter rasa. Buah yang digunakan sebagai bahan baku
harus menggunakan buah yang sudah matang karena memiliki tingkat kemanisan
yang cukup dan rasa yang khas. Konsumen cenderung menyukai jus buah yang rasa
buah dan kemanisannya terasa cukup. Bahan tambahan berupa perisa buah tidak
perlu ditambahkan untuk meminimalkan penggunaan bahan tambahan pangan.
Rasa buah pada produk dapat dipertahankan dengan menggunakan kondisi
penyimpanan beku untuk konsentrat jus sebelum disajikan.
Gambar 6 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah jambu biji terolah minimal
Hasil pengolahan data uji organoleptik jus buah jambu biji terolah minimal
dengan analisis varian dan uji duncan yang ditunjukkan pada Lampiran 5
memberikan hasil bahwa pada parameter warna, aroma, dan tekstur, ketiga formula
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Parameter yang memiliki
perbedaan nyata adalah parameter rasa. Gambar 6 menunjukkan nilai rata-rata uji
organoleptik untuk semua parameter. Berdasarkan nilai rata-rata penerimaan pada
parameter rasa maka dipilih contoh 857 yang memiliki nilai tertinggi. Semua
parameter pada contoh 857 memiliki nilai rata-rata diatas 5 yang menunjukkan
bahwa panelis cenderung menyukai produk yang diujikan.
Semaikin tinggi penilaian maka rasa dari produk akan semakin disukai.
Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa formula jus buah jambu
1
2
3
4
5
6
7
Warna Aroma Tekstur Rasa
Rat
a-ra
ta k
esukaa
n
Parameter uji
857 491 306
18
biji terolah minimal yang paling disukai oleh panelis adalah contoh 857.
Pengamatan data kembali dilakukan pada hasil uji organoleptik untuk parameter
tekstur. Panelis yang menyatakan persepsinya berupa agak suka, suka, atau sangat
suka dikalkulasi kemudian dihitung persentasenya terhadap seluruh panelis. Hasil
uji pada contoh 857 (formula terpilih) menunjukkan bahwa panelis yang menyukai
tekstur contoh tersebut sebesar 83.33%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa
penambahan air sebesar 1 : 1 terhadap konsentrat buah jambu biji pada proses
penyajian telah sesuai dengan penerimaan konsumen.
Hasil uji organoleptik untuk produk jus buah sirsak terolah minimal yang
diolah dengan analisis varian dan uji duncan ditunjukkan pada Lampiran 6.
Pengujian organoleptik untuk produk jus buah sirsak terolah minimal menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan nyata untuk parameter aroma dan tekstur namun
terdapat perbedaan nyata pada parameter warna dan rasa. Panelis menyukai contoh
351 untuk parameter rasa dan juga menyukai contoh 351 untuk parameter warna.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa formula terpilih untuk produk jus buah sirsak
terolah minimal adalah contoh dengan kode 351. Pengamatan data kembali
dilakukan pada hasil uji organoleptik untuk parameter tekstur. Hasil uji pada contoh
351 (formula terpilih) menunjukkan bahwa panelis yang menyukai tekstur contoh
tersebut sebesar 85%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penambahan air sebesar
2.5 : 1 terhadap konsentrat buah sirsak sesuai dengan penerimaan konsumen.
Gambar 7 menunjukkan nilai rata-rata uji organoleptik jus buah sirsak terolah
minimal untuk semua parameter.
Gambar 7 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah sirsak terolah minimal
Hasil uji organoleptik produk jus buah mangga terolah minimal dianalisis
varian dan uji duncan yang ditunjukkan pada Lampiran 7. Hasil analisis
menunjukkan bahwa perbedaan nyata antarcontoh terdapat pada parameter rasa dan
tekstur sedangkan parameter warna dan aroma tidak terdapat perbedaan nyata.
Contoh yang disukai panelis untuk parameter tekstur adalah contoh dengan kode
1
2
3
4
5
6
7
Warna Aroma Tekstur Rasa
Rat
a-ra
ta k
esukaa
n
Parameter uji
703 351
19
945 dan pada parameter rasa, panelis juga menyukai contoh 945. Berdasarkan hasil
tersebut dapat diketahui bahwa formula terpilih untuk produk jus buah mangga
terolah minimal adalah contoh dengan kode 945. Pengamatan data kembali
dilakukan pada hasil uji organoleptik untuk parameter tekstur. Hasil uji pada contoh
945 (formula terpilih) menunjukkan bahwa panelis yang menyukai tekstur contoh
tersebut sebesar 73.33%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa penambahan air
sebesar 2 : 1 terhadap konsentrat buah mangga sesuai dengan penerimaan
konsumen. Nilai rata-rata uji organoleptik pada jus buah mangga terolah minimal
untuk semua parameter ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Grafik rata-rata kesukaan terhadap berbagai parameter pada sajian jus
buah mangga terolah minimal
Perubahan Komposisi Kimia Produk Selama Proses Pengolahan dan
Penyimpanan
Produk jus buah terolah minimal diproduksi kembali berdasarkan komposisi
pada formula yang terpilih pada uji organoleptik. Proses produksi tersebut terdiri
dari beberapa tahapan. Setiap tahapan dilakukan pengujian keadaan produk yang
terdiri dari pengujian total asam tertitrasi, kandungan vitamin C, dan total padatan
terlarut. Pengujian tersebut dilakukan pada beberapa tahapan proses yaitu pada
buah segar, pencampuran sebelum pasteurisasi, sesudah pasteurisasi, sesudah
penyimpanan dalam kondisi beku selama empat hari. Selain itu pengujian produk
juga dilakukan pada penyajian setelah penyimpanan empat hari, konsentrat jus pada
penyimpanan satu bulan, serta penyajiannya. Pengujian dilakukan untuk
mengetahui adanya perubahan komposisi kimia pada produk yang diakibatkan oleh
setiap tahapan proses produksi. Hasil pengujian perubahan komposisi kimia produk
selama proses pengolahan dan penyimpanan ditunjukkan pada Lampiran 8.
1
2
3
4
5
6
7
Warna Aroma Tekstur Rasa
Rat
a-ra
ta k
esukaa
n
Parameter uji
823 945
20
Total Asam Tertitrasi
Uji total asam tertitrasi dilakukan pada jus buah terolah minimal pada
beberapa tahapan proses pengolahan, penyimpanan, dan penyajian. Hasil pengujian
total asam tertitrasi menunjukkan bahwa terjadi kenaikan total asam tertitrasi pada
proses pencampuran jambu biji dengan gula cair, asam sitrat, dan air. Buah jambu
biji, sirsak, dan mangga memiliki nilai total asam tertitrasi sebesar 0.32%, 0.74%,
dan 0.70%. Setelah dilakukan pencampuran dengan bahan-bahan lain, nilai total
asam tertitrasi masing-masing produk berubah menjadi 0.352%, 0.64%, dan 0.64%.
Penambahan konsentrat buah dengan gula cair serta penambahan asam sitrat
memberikan sedikit pengaruh pada nilai total asam tertitrasi. Penambahan gula cair
pada konsentrat buah menurunkan nilai total asam namun penambahan asam sitrat
akan meningkatkan nilai total asam. Penggunaan asam sitrat sebesar 0.3% dari
konsentrat buah relatif tidak memberikan banyak perubahan pada nilai total asam.
Asam sitrat merupakan jenis asam organik yang mudah larut dalam air sehingga
semakin tinggi asam sitrat yang ditambahkan maka nilai total asam tertitrasi akan
semakin tinggi.
Konsentrat buah yang telah dicampur dengan gula cair, asam sitrat, dan air
kemudian dilakukan proses pasteurisasi. Setelah melalui proses pasteurisasi nilai
total asam tertitrasi cenderung tidak mengalami perubahan. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa proses pemanasan dalam tahap pasteurisasi tidak berpengaruh
terhadap keasaman produk. Nilai total asam tertitrasi produk jambu biji dan sirsak
tidak mengalami perubahan sedangkan produk mangga mengalami sedikit
peningkatan nlai total asam tertitrasi.
Total asam tertitrasi konsentrat jus mengalami peningkatan selama
penyimpanan dalam kondisi beku selama empat hari. Nilai total asam tertitrasi
konsentrat jus jambu biji, sirsak, dan mangga setelah pembekuan mengalami
perubahan menjadi 0.45%, 0.74%, dan 0.78%. Hasil perubahan nilai total asam
tertitrasi ditunjukkan pada Gambar 9.
Gambar 9 Perubahan nilai total asam tertitrasi pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
Buah Sebelum pasteurisasi Sesudah pasteurisasi Sesudah pembekuan
To
tal
asam
ter
titr
asi
(%)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
21
Hasil tersebut sesuai dengan penelitian Dewandari et al. (2009) bahwa
peningkatan total asam tertitrasi pada produk olahan buah yang disimpan beku
diakibatkan karena adanya aktivitas bakteri pemecah gula yang menghasilkan asam.
Perlakuan pasteurisasi dan penyimpanan dalam kondisi beku dapat meminimalkan
perubahan total asam tertitrasi pada poduk pangan. Pengujian juga dilakukan pada
konsentrat jus setelah disimpan selama empat hari dan penyajiannya, serta
penyimpanan konsentrat jus selama satu bulan dan penyajiannya. Gambar 10
menunjukkan hasil nilai total asam tertitrasi pada penyimpanan dan penyajian jus
buah terolah minimal.
Gambar 10 Perubahan nilai total asam tertitrasi pada penyimpanan dan
penyajian jus buah terolah minimal
Proses penyajian dilakukan setelah konsentrat jus disimpan selama empat hari
dan satu bulan. Proses penyajian jus buah terolah minimal setelah empat hari
menghasilkan penurunan nilai total asam tertitrasi menjadi 0.22%, 0.31%, dan
0.32% untuk masing-masing produk. Penurunan total asam tertitrasi terjadi karena
terdapat proses pencampuran dengan air dalam penyajiannya sehingga persentase
keasaman akan berkurang. Penyimpanan dalam kondisi beku selama satu bulan
sedikit meningkatkan nilai total asam. Nilai total asam pada penyajian berhubungan
dengan konsentrat jus. Penyimpanan konsentrat jus yang lebih lama juga
memberikan nilai total asam yang berkurang pada produk yang disajikan.
Dibandingkan dengan konsentrat jus yang disimpan selama empat hari, konsentrat
jus yang disimpan selama satu bulan dapat meningkatkan total asam sebesar 0.11,
0.04, dan 0.03. Nilai kenaikan total asam tertitrasi yang relatif kecil tersebut
disebabkan karena kondisi penyimpanan dengan suhu rendah. Meskipun
penyimpanan beku mampu meminimalkan penurunan mutu namun dalam jangka
waktu penyimpanan yang semakin lama penurunan mutu tetap terjadi. Hal tersebut
karena penyimpanan beku tidak sepenuhnya memusnahkan mikroba yang terdapat
pada produk namun masih dijumpai mikroba dalam jumlah kecil sehingga
0
0,1
0,2
0,3
0,4
0,5
0,6
0,7
0,8
0,9
Sesudah pembekuan 4
hari
Penyajian 4 hari Pembekuan 1 bulan Penyajian 1 bulan
To
tal
asam
ter
titr
asi
(%)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
22
kerusakan produk karena total asam yang meningkat masih dapat terjadi. Namun
demikian penerapan kondisi beku dalam menyimpan produk dapat menghambat
peningkatan nilai total asam dibandingkan dengan penyimpanan dalam kondisi
suhu ruang.
Vitamin C
Nilai kandungan vitamin C menunjukkan banyaknya mg asam askorbat yang
terkandung dalam 100g produk. Kandungan vitamin C pada buah jambu biji, sirsak
dan mangga masing-masing sebesar 107.36mg/100g, 26.4 mg/100g, dan 26.4
mg/100g. Proses pencampuran buah dengan air, asam sitrat, dan gula cair
menyebabkan penurunan kandungan vitamin C pada konsentrat jus menjadi
65.12mg/100g, 15.84mg/100g, dan 11mg/100g. Hasil perubahan kandungan
vitamin C selama proses pengolahan ditunjukkan pada Gambar 11.
Gambar 11 Perubahan kandungan vitamin C pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal
Proses pemanasan seperti pasteurisasi dapat mempengaruhi kandungan
vitamin C suatu produk. Kondisi suhu yang semakin tinggi menyebabkan
kandungan vitamin C akan semakin menurun. Suhu merupakan faktor penting yang
harus diperhatikan dalam penyimpanan buah dan olahannya untuk menjaga
kandungan vitamin C. Menurut Winarno (2002), vitamin C merupakan vitamin
yang mudah rusak, disamping larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan
proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, serta katalis tembaga dan
besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C dibiarkan dalam keadaan asam atau
pada suhu yang rendah. Vitamin C yang mengalami oksidasi akan berubah menjadi
asam dehidro-askorbat yang dapat terhidrolisis lebih lanjut membentuk produk
degradasi menjadi asam diketoglukonat dan asam oksalat (Connors et al. 1986).
Penyimpanan bahan konsentrat jus buah terolah minimal sebelum disajikan
dilakukan pada kondisi beku. Kondisi tersebut dilakukan untuk menghambat
penurunan kandungan vitamin C pada jus buah.
0
20
40
60
80
100
120
Buah Sebelum pasteurisasi Sesudah pasteurisasi Sesudah pembekuan
Vit
amin
C (
mg/1
00
g)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
23
Proses pasteurisasi yang dilakukan setelah pencampuran bahan akan
menyebabkan penurunan kandungan vitamin C. Kandungan vitamin C pada produk
jambu biji, sirsak dan mangga setelah dilakukan proses pasteurisasi menurun
menjadi 63.36mg/100g, 14.08 mg/100g, dan 8.8 mg/100g. Penurunan kandungan
vitamin C diakibatkan karena adanya proses oksidasi yang terjadi karena terdapat
kondisi pemanasan pada proses pasteurisasi. Proses pasteurisasi yang hanya
memanaskan produk dengan waktu yang singkat dapat menghambat penurunan
kandungan vitamin C yang tajam.
Konsentrat jus sirsak dan mangga selama penyimpanan beku mengalami
penurunan kandungan vitamin C menjadi 13.38mg/100g dan 7.29mg/100g. Waktu
proses pembekuan yang kurang optimal atau kurang cepat menyebabkan terdapat
bagian buah yang tidak terbekukan secara langsung sehingga masih terdapat
perbedaan suhu pada bagian buah dan memicu terjadinya oksidasi vitamin C.
Gambar 12 Perubahan kandungan vitamin C selama penyimpanan dan penyajian
jus buah terolah minimal
Gambar 12 menunjukkan perubahan kandungan vitamin C selama
penyimpanan jus buah terolah minimal. Konsentrat jus yang disimpan selama
empat hari mengalami penurunan vitamin C. Selanjutnya penyimpanan yang lebih
lama yaitu selama satu bulan juga menghasilkan penurunan vitamin C. Penurunan
kandungan vitamin C pada roses penyajian jus buah sesuai dengan lama
penyimpanan konsentrat jus. Penyimpanan yang lebih lama memberikan
kandungan vitamin C yang lebih kecil daripada penyimpanan yang singkat.
Konsentrat jus jambu biji yang disimpan selama satu bulan tidak mengalami
perubahan kandungan vitamin C sedangkan konsentrat jus sirsak dan mangga
mengalami penurunan sebesar 0.44mg/100g dan 1.58mg/100g. Hal tersebut sesuai
dengan penelitian Ziena (2000) dalam penyimpanan beku jus jeruk selama satu
bulan. Penyimpanan dalam kondisi beku selama sebulan menurunkan kandungan
vitamin C. Semakin lama waktu penyimpanan maka kandungan vitamin C akan
semakin menurun meskipun disimpan pada suhu yang rendah. Meskipun tetap
0
10
20
30
40
50
60
70
Sesudah pembekuan
4 hari
Penyajian 4 hari Pembekuan 1 bulan Penyajian 1 bulan
Vit
amin
C (
mg/1
00
g)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
24
terjadi penurunan vitamin C namun penyimpanan produk dalam kondisi beku dapat
menghambat penurunan kandungan vitamin C.
Total Padatan Terlarut
Total padatan terlarut pada dasarnya terdiri dari komponen-komponen yang
dapat larut dalam air seperti gula dan protein yang larut dalam air. Komponen
terbesar padatan terlarut untuk buah adalah gula sehingga satuan oBrix untuk total
padatan terlarut dapat digunakan untuk menunjukkan tingkat kemanisan buah dan
produk olahannya. Buah jambu biji memiliki nilai total padatan terlarut yang rendah
yaitu sebesar 8.25oBrix. Buah sirsak dan mangga memiliki nilai total padatan
terlarut sebesar 13.85 oBrix dan 10.1 oBrix. Penambahan gula cair diperlukan untuk
meningkatkan tingkat kemanisan jus buah yang disajikan.
Proses pencampuran konsentrat buah dengan gula cair, air, dan asam sitrat
memberikan peningkatan nilai total padatan terlarut. Produk jambu biji, sirsak, dan
mangga mengalami peningkatan nilai total padatan terlarut menjadi 32.95oBrix,
36.7oBrix, dan 32.85oBrix. Proses pasteurisasi yang dilakukan selanjutnya
meningkatkan nilai total padatan terlarut pada produk. Pada dasarnya nilai total
padatan terlarut pada jus buah yang dipasteurisasi akan lebih tinggi daripada jus
buah tanpa pasteurisasi. Menurut Tandon et al. (2003), nilai total padatan terlarut
yang lebih tinggi pada jus yang dipasteurisasi disebabkan karena adanya penguapan
air selama pemanasan pada proses pasteurisasi. Nilai total padatan terlarut pada
produk jambu biji, sirsak, dan mangga setelah pasteurisasi mengalami peningkatan
menjadi 33.15oBrix, 38.15oBrix, dan 32.95oBrix. Hasil perubahan nilai total
padatan terlarut selama proses ditunjukkan pada Gambar 13.
Gambar 13 Perubahan nilai total padatan terlarut pada proses pengolahan jus buah
terolah minimal
Selama penyimpanan produk dalam kondisi beku empat hari, nilai total
padatan terlarut produk cenderung mengalami penurunan. Produk jambu biji, sirsak,
dan mangga mengalami penurunan nilai total padatan terlarut menjadi 28.55oBrix,
36.45oBrix, dan 33.55oBrix. Penurunan nilai total padatan terlarut terjadi karena
adanya aktivitas enzim dan mikroba tahan suhu rendah yang merusak dan
menguraikan zat-zat gizi (Kumalaningsih dan Hidayat 1995). Nilai total padatan
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
Buah Sebelum pasteurisasi Sesudah pasteurisasi Sesudah pembekuan
4 hariTo
tal
pad
atan
ter
laru
t (o
Bri
x)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
25
terlarut akan mengalami penurunan seiring bertambahnya waktu penyimpanan.
Kadar gula sederhana pada produk akan mengalami perubahan menjadi alkohol,
aldehid, dan asam amino. Semakin lama penyimpanan, komponen gula yang terurai
juga akan semakin banyak sehingga gula yang merupakan komponen utama dari
padatan terlarut akan mengalami penurunan. Pada dasarnya nilai total padatan
terlarut berhubungan dengan kandungan asam pada produk. Pada saat penyimpanan,
gula pada produk teroksidasi menjadi asam piruvat dan asam–asam organik
sehingga ketika kandungan gula pada buah mengalami penurunan, kandungan asam
akan cenderung meningkat. Konsentrat jus setelah dilakukan penyimpanan beku
selama empat hari selanjutnya disajikan. Selain itu juga dilakukan penyimpanan
konsentrat jus selama satu bulan kemudian disajikan.
Gambar 14 Perubahan nilai total padatan terlarut selama penyimpanan dan
penyajian jus buah terolah minimal
Proses penyajian jus buah akan menurunkan total padatan terlarut karena
adanya pencampuran dengan air. Penyajian jus buah jambu biji, sirsak, dan mangga
setelah disimpan empat hari memiliki nilai total padatan terlarut sebesar 13.35oBrix,
11.9oBrix, dan 13.5oBrix. Hasil perubahan nilai total padatan terlarut selama
penyimpanan dan penyajian ditunjukkan pada Gambar 14. Penyajian jus buah
dengan penambahan air dengan jumlah tertentu pada konsentrat jus menghasilkan
jus buah yang memiliki tingkat kemanisan sesuai untuk konsumen. Total padatan
terlarut pada jus buah sirsak dan mangga selama penyimpanan mengalami kenaikan
sebesar 1.5oBrix dan 0.05oBrix. Kenaikan total padatan terlarut tersebut akibat
adanya perubahan pati yang terkandung pada buah menjadi gula sederhana.
Peningkatan kadar gula disebabkan karena penggunaan buah yang belum matang
secara sempurna. Penurunan nilai total padatan terlarut terjadi pada konsentrat jus
buah jambu biji sebesar 0.2oBrix. Penurunan tersebut sesuai dengan penelitian
Dewandari et al (2009) bahwa semakin lama waktu penyimpanan maka nilai total
padatan terlarut akan semakin berkurang. Penyajian jus buah baik pada
penyimpanan selama empat hari maupun satu bulan tidak memberikan perbedaan
nilai total padatan terlarut yang besar sehingga tingkat kemanisan jus buah masih
sesuai dengan penerimaan konsumen.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
Sesudah pembekuan
4 hari
Penyajian Pembekuan 1 bulan Penyajian 1 bulan
To
tal
pad
atan
ter
laru
t (o
Bri
x)
Tahapan proses
Jambu biji Sirsak Mangga
26
Analisis Kecocokan Produk dengan Pasar
Penyajian jus buah terolah minimal pada penelitian ini memerlukan
penambahan air yang berbeda-beda untuk setiap buah. Perlu adanya penyelarasan
jumlah penambahan air untuk semua produk. Penambahan air pada proses
penyajian ditetapkan sebanyak 100ml. Penambahan air sebanyak 100ml tersebut
memberikan penyesuain ukuran kemasan produk yang berbeda-beda untuk setiap
buah. Jus buah jambu biji terolah minimal dikemas dengan berat 102.5g. Jus buah
sirsak terolah minimal dikemas dengan berat 61.5g Jus buah mangga terolah
minimal dikemas dengan berat 76.9g.
Pengembangan produk jus buah terolah minimal tidak hanya terfokus pada
kegiatan produksi saja namun diperlukan adanya analisis kecocokan terhadap pasar.
Analisis kecocokan produk dengan pasar merupakan salah satu cara untuk
melakukan verifikasi mengenai model bisnis yang dilakukan. Blank dan Dorf
(2012) menyatakan bahwa kecocokan produk dengan pasar (product-market fit)
terdiri dari tiga komponen utama. Komponen-komponen tersebut yaitu apakah
permasalahan atau kebutuhan yang ditujukan mendesak atau penting untuk banyak
pelanggan, apakah produk dapat memecahkan masalah atau memenuhi kebutuhan
pelanggan dan seberapa besar pelanggan dengan senang hati mau membayar
produk yang ditawarkan, serta apakah ada pelangan yang cukup besar yang
dijadikan peluang bisnis.
Komponen pertama adalah apakah permasalahan atau kebutuhan yang
ditujukan mendesak atau penting untuk banyak pelanggan. Sasaran pemasaran
produk adalah terhadap restoran atau rumah makan. Terdapat dua subjek yang
memiliki masalah, yaitu dari segi konsumen restoran dan dari segi pengusaha
restoran. Salah satu permasalahan yang dihadapi konsumen di restoran adalah tidak
tersedianya jus buah yang tidak sesuai musimnya. Sehingga ketika konsumen
menginginkan jus buah tertentu, tidak selalu dapat terpenuhi. Permasalahan dari
segi pengusaha restoran adalah buah yang digunakan bersifat kamba serta memiliki
umur simpan yang pendek ketika disimpan pada suhu ruang. Berdasarkan
permasalahan tersebut didesain produk yang membuat konsumen dapat terpenuhi
permintaannya terhadap berbagai macam jus buah setiap saat. Selain itu produk ini
didesain agar dapat menghemat ruang serta memiliki umur simpan yang lebih
panjang sehingga dapat menguntungkan pengusaha restoran. Selain itu perlu
dilakukan survey terhadap segmen pelanggan pada restoran untuk mengetahui
apakah terdapat perbedaan antara beberapa segmen pelanggan terhadap kadar gula
yang terdapat pada produk jus buah.
Komponen kedua adalah apakah produk dapat memecahkan masalah atau
memenuhi kebutuhan pelanggan dan seberapa besar pelanggan dengan senang hati
mau membayar produk yang ditawarkan. Pelanggan untuk produk jus buah terolah
minimal disegmenkan pada pengusaha restoran kemudian produk ini akan
dikonsumsi oleh pengunjung restoran. Produk dengan berbagai proposisi nilai ini
disukai oleh konsumen setelah diujikan untuk cita rasa produk terhadap beberapa
panelis. Kesediaan pelanggan untuk membeli produk ini perlu dilakukan analisis
lebih lanjut namun berbagai keunggulan produk ini akan membuat pelanggan atau
pengusaha restoran akan lebih tertarik.
Komponen ketiga adalah apakah ada pelanggan cukup besar yang dijadikan
peluang bisnis. Pelanggan yang merupakan pengusaha restoran banyak tersebar di
27
berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2010)
didapatkan jumlah perusahan restoran atau rumah makan berskala menengah dan
besar di Indonesia adalah 2 916 perusahaan. Nilai tersebut belum termasuk restoran
berskala kecil maupun usaha yang lainnya. Jika dilihat dari pertumbuhan bisnis
restoran yang semakin meningkat, segmen tersebut berpeluang besar dalam
membeli produk jus buah terolah minimal. Selain itu dalam pengujian segmen
pelanggan yang lebih lanjut tidak menutup kemungkinan produk jus buah terolah
minimal dipasarkan secara langsung kepada konsumen umum atau masyarakat
yang secara langsung mengonsumsi jus buah. Berdasarkan hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa bisnis jus buah terolah minimal memiliki peluang bisnis yang
besar.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pengembangan produk jus buah terolah minimal mampu memberikan nilai
tambah terhadap komoditi buah terutama buah jambu biji, sirsak, dan mangga.
Beberapa keuntungan yang diberikan antara lain konsumsi jus di restoran yang
tidak tergantung waktu, penyimpanan produk yang lebih lama, serta kepraktisan
dalam penggunaan produk. Setiap proses pengolahan minimal yang dilakukan
berbeda-beda sesuai dengan buah yang digunakan. Hasil formulasi yang dilakukan
menghasilkan formula terbaik dengan cita rasa yang disukai oleh panelis.
Perubahan komposisi kimia produk selama proses pengolahan mampu
diminimalisasi serta penyimpanan dalam kondisi beku selama satu bulan
menghasilkan produk yang relatif sedikit mengalami perubahan komposisi kimia.
Produk jus buah terolah minimal merupakan peluang bisnis yang besar karena
produk ini mampu menjawab permasalahan pelanggan serta memiliki pasar yang
besar berupa pengusaha restoran yang jumlahnya semakin meningkat.
Saran
Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan terhadap umur simpan produk jus buah
terolah minimal sehingga penyajian jus buah dengan mutu yang baik dapat
dipertahankan. Selain itu perlu dilakukan penelitian untuk produk dengan bahan
baku buah yang lain sehingga dapat meningkatkan variasi produk.
DAFTAR PUSTAKA
[AOAC]. 2005. Official Methode of Analysis of The Association of Official
Analytical Chemist. Virginia (US): AOAC Inc.
Almatsier S. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
28
Aspiatun. 2004. Mutu dan daya terima nugget lele dumbo (Clarias gariepinus)
dengan penambahan jantung pisang [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian
Bogor.
Blank S, Dorf B. 2012. The Startup Owner’s Manual: The Step-by-Step Guide for
Building a Great Company. California (US): K&S Ranch, Inc. Publisher.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik Restoran/Rumah Makan. Jakarta (ID) :
Badan Pusat Statistik.
Cesilia M. 1998. Pengaruh Asam askorbat dan kemasan pada mutu jus nanas-wortel-
seledri selama penyimpanan [skripsi]. Serpong (ID): Institut Teknologi
Indonesia
Dewandari KT, Mulyawanti I, Amiarsi D. 2009. Pembekuan cepat puree mangga
arumanis dan karakteristiknya selama penyimpanan. Jurnal Pascapanen. 6(1) :
27 - 33
Garber LL, Hyatt EM, Starr RG. 2000. The effect of food color an percieived flavor.
Journal of Marketing Theory and Practice. 59-70
Hui YH. 1992. Encyclopedia of Food Science and Technology Vol I. New York
(US): John Wiley and Sons Inc.
Isaacs AR. 1991. Aseptic packaging ofmango puree. Acta Horticulturae. 291: 563
– 570. [Kemenperin] Kementrian Perindustrian. 2009. Roadmap Industri Pengolahan Buah
Kumalaningsih S, Hidayat N. 1995. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Malang (ID):
IKIP Malang. Lee DS, Yam KL, Piergiovanni L. 2008. Food Packaging Science and Technology.
Boca Raton (US) : CRC Press.
O'Neil MJ (ed). 2001. The Merck Index - An Encyclopedia of Chemicals, Drugs,
and Biologicals. 13th Edition. New Jersey (US): Merck and Co, Inc. 2001.
hlm 405.
Ohlsson T. 1994. Minimal Processing – Preservation Methods of The Future : an
Overview. Trends Food Sci Techno. 5: 341 – 344.
Ratna Y, Rosida, Lia KW. 2008. Pembuatan Puree Jambu Biji Merah (Kajian
Konsentrasi Asam Sitrat dan Lama Penyimpanan pada Suhu Kamar). Jurnal
Teknologi Pangan. Vol.2 No.2
Riadi J. 1997. Sirsak: Budidaya dan Pemanfaatannya. Yogyakarta (ID): Kanisius.
Setyaningsih D, Apriyantono A, Sari MP. 2010. Analisis Sensori untuk Industri
Pangan dan Agro. Bogor (ID): IPB Press.
Shewfelt RL. 1987. Quality of minimally process fruits and vegetables. J. Food
Qual. 10: 143.
Sun DW. 2006. Thermal Food Processing. Florida (US): CRC Press.
Susanto T, Saneto B. 1994. Teknologi Pengolahan Hasil Pertanian. Jakarta (ID) :
PT Bina Ilmu.
Tandon K, Worobo RW, Churey JJ, Padilla-Zakour OI. 2003. Storage quality of
pasteurized and UV treated apple cider. Journal of Food Processing and
Preservation. 27: 21-35.
Tun MS. 2007. Stability of vitamin C content in guava juices during pasteurization
and storage at different conditions [thesis]. Nakhom Pathom (TH): Mahidol
University
Umme A, Salmah Y, Jamilah B, Asbi BA. 1999. Microbial and enzymatic changes
in natural soursop puree during storage. Food Chemistry. 65(3): 315–322.
29
Veersteeg C. 1979. Pectinesterase from the orange fruit: their purification, general
characteristics and juice cloud destabilising properties. [thesis] Wagenigen
[GR] : Wageningen Centre for Agricultural Publishing and Documentation.
Winarno FG. 1987. Mutu, Daya Simpan, Transportasi dan Penanganan Buah-
Buahan dan Sayuran. Konferensi Pengolahan Bahan Pangan dalam
Swasembada Eksport. Departemen Pertanian Jakarta.
__________. 2002. Kimia Hasil Pertanian. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka Utama
__________. 2008. Kimia Pangan dan Gizi. Bogor (ID): M Brio Press.
Ziena HMS. 2000. Quality attributes of Bearss Seedless lime (Citrus latifolia Tan)
juice during storage. Food Chemistry. 71:167-172.
30
Lampiran 1 Prosedur Pengujian
a. Total asam tertitrasi
Total asam tertitrasi dianalisa dengan menggunakan metode AOAC (1990).
Sebanyak 25 gram sampel ditambahkan air destilat secukupnya dan dihaluskan.
Hancuran buah kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala dan dipanaskan selama
60 menit. Setelah didinginkan, hancuran buah kemudian dipindahkan ke dalam labu
takar sampai 250 ml dengan menggunakan air destilat. Larutan dihomogenkan dan
disaring dengan kertas saring. Penetapan sampel dilakukan dengan mengambil 25
ml larutan, kemudian dititrasi menggunakan NaOH 0.1 N dengan indikator
fenolftalein. Hasil uji dinyatakan dengan satuan ml NaOH N/100 g bahan dengan
perhitungan rumus berikut.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑎𝑚 (%) =𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 64
𝑊 𝑥 100%
Keterangan:
V = Volume titrasi (ml NaOH)
N = Normalitas NaOH
Fp = Faktor pengencer
64 = Berat ekivalen asam sitrat
W = berat sampel (mg)
b. Vitamin C
100 gram bahan yang sudah dihancurkan dalam blender, kemudian
dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml, encerkan sampai tanda tera dengan
menambah air destilata yang digunakan sebagai pembilas blender, selanjutnya
disaring menggunakan kertas saring. Filtrat yang diperoleh sebanyak 25 ml
dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 2-3 tetes pati 1%, kemudian
dititrasi dengan larutan iod 0.01 N sampai timbul perubahan warna yang stabil (biru
ungu). Setiap ml iod sebanding dengan 0,88 mg asam askorbat, sehingga kadar
asam askorbat (vitamin C) dari bahan dapat dihitung dengan rumus berikut.
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑣𝑖𝑡𝑎𝑚𝑖𝑛 𝐶 (mg/100g) =𝑉 𝑥 𝑁 𝑥 x 0,88 x 𝐹𝑝
𝑊 𝑥 100
Keterangan:
V = Volume titrasi (ml iod)
N = Normalitas iod
Fp = Faktor pengencer
W = berat sampel (gram)
c. Uji total padatan terlarut
Pengukuran total padatan terlarut dilakukan dengan menggunakan alat
refractometer. Bahan yang diuji dihancurkan sehingga didapatkan sarinya yang
kemudian dilakukan pengukuran total padaran terlarut. Pengamatan mutu ini
dilakukan dengan dua kali ulangan terhadap masing-masing sampel. Besarnya
nilai total padatan terlarut dinyatakan dalam satuan oBrix.
31
Lampiran 2 Formulir uji organoleptik jus buah jambu biji terolah minimal
Formulir Uji Kesukaan
Tanggal :
Nama :
Jenis Contoh : Jus buah jambu biji terolah minimal
Instruksi : Nyatakan penilaian Saudara mengenai tingkat kesukaan terhadap contoh uji
berdasarkan parameter di bawah ini tanpa membandingkan antarcontoh.
Berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan Saudara.
Parameter Warna Parameter Aroma
Penilaian 857 491 306 Penilaian 857 491 306
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Parameter Tekstur Parameter Rasa
Penilaian 857 491 306 Penilaian 857 491 306
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Komentar atau saran :
32
Lampiran 3 Formulir uji organoleptik jus buah mangga terolah minimal
Formulir Uji Kesukaan
Tanggal :
Nama :
Jenis Contoh : Jus buah mangga terolah minimal
Instruksi : Nyatakan penilaian Saudara mengenai tingkat kesukaan terhadap contoh uji
berdasarkan parameter di bawah ini tanpa membandingkan antarcontoh.
Berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan Saudara.
Parameter Warna Parameter Aroma
Penilaian 823 945 Penilaian 823 945
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Parameter Tekstur Parameter Rasa
Penilaian 823 945 Penilaian 823 945
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Komentar atau saran :
33
Lampiran 4 Formulir uji organoleptik jus buah sirsak terolah minimal
Formulir Uji Kesukaan
Tanggal :
Nama :
Jenis Contoh : Jus buah sirsak terolah minimal
Instruksi : Nyatakan penilaian Saudara mengenai tingkat kesukaan terhadap contoh uji
berdasarkan parameter di bawah ini tanpa membandingkan antarcontoh.
Berikan tanda √ pada pernyataan yang sesuai dengan pilihan Saudara.
Parameter Warna Parameter Aroma
Penilaian 703 351 Penilaian 703 351
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Parameter Tekstur Parameter Rasa
Penilaian 703 351 Penilaian 703 351
sangat suka sangat suka
suka suka
agak suka agak suka
netral netral
agak tidak suka agak tidak suka
tidak suka tidak suka
sangat tidak suka sangat tidak suka
Komentar atau saran :
34
Lampiran 5 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah jambu biji terolah
minimal untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik.
Parameter Warna
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 2 0.822 0.411 0.373 3.15
Panelis 29 55.156
Error 58 63.844 1.101
Total 89 119.822
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Aroma
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 2 0.467 0.233 0.195 3.15
Panelis 29 29.600
Error 58 69.533 1.199
Total 89 99.600
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Tekstur
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 2 4.267 2.133 2.556 3.15
Panelis 29 58.233
Error 58 48.400 0.834
Total 89 110.900
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Rasa
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 2 24.267 12.133 9.631 3.15
Panelis 29 62.267
Error 58 73.067 1.260
Total 89 159.600
Standard Error
√(JKR / Jumlah respon tiap contoh) : 0.205
35
P 2 3
Range (5%) 2.83 2.98
LSR 0.580 0.611
Perlakuan C491 C306 C857
Rata-rata 4.600 5.333 5.867
C306 - C491 0.733 > 0.580 Berbeda nyata
C857 - C491 1.267 > 0.611 Berbeda nyata
C857 - C306 0.534 < 0.580 Tidak berbeda nyata
36
Lampiran 6 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah sirsak terolah minimal
untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik.
Parameter Warna
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 2.400 2.400 4.767 4.18
Panelis 29 36,933
Error 29 14.600 0.503
Total 59 53.933
Standard Error
√(JKR / Jumlah respon tiap contoh) : 0.130
P 2
Range (5%) 2.89
LSR 0.374
Perlakuan C703 C351
Rata-rata 5.433 5.833
C351 – C703 0.400 > 0.374 Berbeda nyata
Parameter Aroma
Sumber keragaman Db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 1.667 1.667 1.593 4.18
Panelis 29 27.333
Error 29 30.333 1.046
Total 59 59.333
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Tekstur
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 2.017 2.017 1.603 4.18
Panelis 29 32.083
Error 29 36.483 1.258
Total 59 70.583
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
37
Parameter Rasa
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 11.267 11.267 10.296 4.18
Panelis 29 32.000
Error 29 31.733 1.094
Total 59 75.000
Standard Error
√(JKR / Jumlah respon tiap contoh) : 0.191
P 2
Range (5%) 2.89
LSR 0.552
Perlakuan C703 C351
Rata-rata 5.067 5.933
C351 – C703 0.866 > 0.552 Berbeda nyata
38
Lampiran 7 Analisis varian dan uji duncan produk jus buah mangga terolah minimal
untuk masing-masing parameter pada hasil uji organoleptik.
Parameter Warna
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 1.350 1.350 1.181 4.18
Panelis 29 60.350
Error 29 33.150 1.143
Total 59 94.850
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Aroma
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 1.350 1.350 3.511 4.18
Panelis 29 73.683
Error 29 11.150 0.384
Total 59 86.183
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Tekstur
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 0.150 0.150 0.420 4.18
Panelis 29 65.683
Error 29 10.350 0.357
Total 59 76.183
Nilai F hitung < nilai F tabel maka tidak terdapat perbedaan nyata
Parameter Rasa
Sumber keragaman db JK JKR Fhitung Ftabel
5%
Contoh 1 13.067 13.067 10.545 4.18
Panelis 29 60.733
Error 29 35.933 1.239
Total 59 109.733
Standard Error
√(JKR / Jumlah respon tiap contoh) : 0.203
39
P 2
Range (5%) 2.89
LSR 0.587
Perlakuan C823 C945
Rata-rata 4.267 5.200
C945 – C823 0.933 > 0.587 Berbeda nyata
40
Lampiran 8 Hasil pengujian perubahan komposisi kimia jus buah terolah minimal selama proses pengolahan dan penyimpanan.
Produk
Nilai total asam tertitrasi, vitamin C, dan total padatan terlarut pada tahapan
Buah
segar Sebelum
pasteurisasi
Sesudah
pasteurisasi
Pembekuan
empat hari Penyajian Pembekuan satu
bulan Penyajian
Total asam tertitrasi (%)
Jambu biji 0.32 0.352 0.352 0.45 0.22 0.56 0.22
Sirsak 0.74 0.64 0.64 0.74 0.31 0.78 0.34
Mangga 0.7 0.64 0.67 0.74 0.32 0.77 0.32
Vitamin C (mg/100g)
Jambu biji 107.36 65.12 63.36 63.8 28.16 63.8 25.08
Sirsak 26.4 15.84 14.08 13.38 4.84 12.94 4.93
Mangga 26.4 11 8.8 7.92 2.82 6.34 2.11
Total Padatan Terlarut (oBrix)
Jambu biji 8.25 32.95 33.15 28.55 13.35 28.35 13.2
Sirsak 13.85 36.7 38.15 36.45 11.9 37.95 11.9
Mangga 10.1 32.85 32.95 33.55 13.5 33.6 13.25
41
40
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Kediri pada tanggal 11 Maret 1992, merupakan anak pertama
dari empat bersaudara dari pasangan Muhammad Hamim dan Sri Wulan Purnami.
Pada tahun 1999 lulus dari Taman Kanak-kanak Aisyiyah Busthanul Athfal 2 Pare.
Kemudian penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Pare 2 dan lulus pada
tahun 2004. Selanjutnya penulis masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Pare
dan lulus pada tahun 2007. Kemudian penulis menyelesaikan Sekolah Menengah
Atas pada tahun 2010 di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pare. Pada tahun 2010
penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI
(Undangan Seleksi Masuk IPB).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa organisasi kampus,
diantaranya penulis menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri
(Himalogin) pada tahun 2011-2014, Kepala Divisi Perlengkapan dan Sarana UKM
Baseball-Softball IPB 2011/2012, staff Departemen Komunikasi, Informasi, dan
Jurnalistik BEM Fateta 2011/2012, Pimpinan Redaksi Korfat Magazine tahun 2013
serta Wakil Ketua Forum Silaturahmi Mahasiswa Kediri Jabodetabek 2012/2014.
Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Penerapan Komputer pada
tahun 2012, asisten praktikum Teknologi Pengemasan, Distribusi, dan Transportasi
tahun 2013 dan 2014, serta asisten responsi Teknik Optimasi tahun 2014.
Beberapa prestasi juga pernah ditorehkan oleh penulis selama masa
perkuliahan, diantaranya sebagai Juara 1 Slowpitch Softball Kota Bogor dan Juara
2 Bisnis Model tingkat Nasional tahun 2014. Penulis pernah mengajar di bimbingan
belajar privat SMA serta melaksanakan praktik lapang di PT Smart Tbk tahun 2013.