analisis minimalisasi – biaya anestesi umum propofol

148
TESIS ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION (TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH ADI CHANDRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: vanliem

Post on 11-Dec-2016

307 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

TESIS

ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED

INFUSION (TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH

ADI CHANDRA

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 2: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

TESIS

ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED

INFUSION (TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH

ADI CHANDRA NIM 1014108204

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 3: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

ANALISIS MINIMALISASI - BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED

INFUSION (TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Biomedik pada Program Magister,Program Studi Ilmu Biomedik,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

ADI CHANDRA NIM 1014108204

PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR 2015

Page 4: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tesis Ini Telah Diuji Pada

Tanggal 25 Maret 2015

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana,

Nomor : 797/UN14.4/HK/2015, Tanggal 12 Maret 2015

Pembimbing I : Prof. Dr. dr. Made Wiryana, SpAn, KIC, KAO

Pembimbing II : Dr. dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn, Mkes,

KMN,, KNA

Penguji :

1. dr. I Ketut Sinardja, SpAn, KIC

2. dr. I Gede Budiarta, Sp.An, KMN

3. dr. I Made Gede Widnyana, SpAn, MKes, KAR

Page 5: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL
Page 6: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

UCAPAN TERIMA KASIH

Pertama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida

Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta

wara nugraha-Nya, tugas penyusunan tesis ini dapat terselesaikan.

Kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, SpPD, KEMD, selaku Rektor

Universitas Udayana, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

atas perkenannya memberikan kesempatan untuk mengikuti dan menyelesaikan

pendidikan spesialis di Universitas Udayana.

Kepada Prof. Dr. dr. Putu Astawa, SpOT(K), MKes, selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya atas perkenannya memberikan kesempatan menjalani dan

menyelesaikan pendidikan spesialis di Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Kepada dr. I Nyoman Semadi, SpB, SpBTKV, selaku Ketua TKP PPDS I

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis mengucapkan terima kasih atas

kesempatan yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan program

pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada dr. Anak Ayu Sri Saraswati, MKes, selaku Direktur Utama RSUP

Sanglah, penulis menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan

untuk menjalani pendidikan dan melakukan penelitian di RSUP Sanglah

Denpasar.

Kepada Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS(K), selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Udayana, penulis menyampaikan terima kasih karena

Page 7: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

telah diberikan kesempatan untuk menjalani program magister pada program studi

ilmu biomedik, program pascasarjana Universitas Udayana.

Kepada dr. I Ketut Sinardja, SpAn, KIC, selaku Kepala Bagian Anestesiologi

dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, penulis

mengucapkan terima kasih dan rasa hormat setinggi-tingginya atas bimbingan,

inspirasi dan motivasi yang telah diberikan selama penulis mengikuti program

pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada dr. Ida Bagus Gde Sujana, SpAn, MSi, selaku Sekretaris Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,

penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas

bimbingan, semangat, inspirasi dan motivasi selama penulis mengikuti program

pendidikan dokter spesialis ini dan khususnya selaku pembimbing satu dalam

penyusunan tesis ini.

Kepada Prof. Dr. dr. Made Wiryana, SpAn, KIC, KAO, selaku Ketua

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucapkan terima

kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas keteladanan dan bimbingan

yang telah diberikan selama penulis menempuh program pendidikan dokter

spesialis ini dan selaku pembimbing satu yang telah memberikan bimbingan,

masukan dan motivasi dalam penulisan serta penyusunan tesis ini.

Kepada dr. I Made Gede Widnyana, SpAn, MKes, KAR, selaku Sekretaris

Program Studi Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucapkan terima

kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya atas bimbingan yang telah

Page 8: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

diberikan selama penulis menyelesaikan tesis dan menempuh program pendidikan

dokter spesialis ini.

Kepada dr. I Wayan Sukra, SpAn, KIC, penulis mengucapkan terima kasih

yang sebesar-besarnya atas kemurahan hatinya dengan tidak mengenal lelah

memberikan bimbingan dan landasan berpikir tentang ilmu dasar anestesi.

Kepada semua guru : dr. I Made Subagiartha, SpAn, KAKV, SH; dr. I Gusti

Putu Sukrana Sidemen, SpAn, KAR; Dr. dr. I Wayan Suranadi, SpAn, KIC; dr. I

Gede Budiarta, SpAn, KMN; Dr. dr. I Putu Pramana Suarjaya, SpAn, MKes,

KNA, KMN; Dr. dr. Tjokorda Gde Agung Senapathi, SpAn, KAR; dr. Putu Agus

Surya Panji, SpAn, KIC; dr. I Wayan Aryabiantara, SpAn, KIC; dr. I Ketut

Wibawa Nada, SpAn, KAKV; dr. Dewa Ayu Mas Shintya Dewi, SpAn; dr. I

Gusti Ngurah Mahaalit Aribawa, SpAn, KAR; dr. I G.A.G. Utara Hartawan,

SpAn, MARS; dr. Pontisomaya Parami, SpAn, MARS; dr I Putu Kurniyanta,

SpAn; dr. Kadek Agus Heryana Putra, SpAn; dr. Cynthia Dewi Sinardja, SpAn,

MARS; dr. Made Agus Kresna Sucandra, SpAn; dr. Ida Bagus Krisna Jaya

Sutawan, SpAn, MKes; dr. Tjahya Aryasa EM, SpAn, penulis mengucapkan

terima kasih yang sebesar- besarnya atas bimbingan yang telah diberikan selama

menjalani program pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada semua senior dan rekan - rekan residen anestesi, penulis

mengucapkan terima kasih atas bantuan dan kerja sama yang baik selama penulis

menjalani program pendidikan dokter spesialis ini.

Kepada Ibu Ni Ketut Santi Diliani, SH dan seluruh staf karyawan di Bagian

Anestesiologi dan Terapi Intensif, penulis mengucapkan terima kasih atas semua

Page 9: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

bantuannya selama menjalani program pendidikan dokter spesialias ini, kepada

segenap penata anestesi, paramedis dan semua karyawan yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu selama proses pendidikan ini.

Kepada Bapak Oh Bin Soe dan Ibu Eri selaku orang tua yang telah merawat

dan membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tanpa pamrih serta penuh

kesabaran memberikan dukungan semangat dan doa supaya penulis dapat

menjalani dan menyelesaikan studi ini dengan baik.

Kepada Agus, Agus Rina, Hendra, Rina, Jono Effendy, Dewi Ismaya,

Charles, Karaniya, Prajna, Brian, Citta, dan Mona Mariana selaku keluarga

tercinta yang telah mengiringi perjalanan pendidikan penulis dengan kasih sayang

tanpa pamrih serta penuh kesabaran memberikan dukungan baik spiritual maupun

finansial, semangat, dan doa supaya penulis dapat menjalani dan menyelesaikan

studi ini dengan baik.

Serta terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pasien yang menjadi

“sumber ilmu” selama penulis menjalani proses pendidikan spesialisasi ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa / Tuhan Yang Maha Esa selalu

memberikan berkat dan rahmat-Nya kepada semua pihak yang tertulis di atas

maupun yang tidak tertulis, yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis selama proses pendidikan dan penyusunan tesis ini.

Denpasar, Maret 2015

dr. Adi Chandra

Page 10: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

ABSTRAK

ANALISIS MINIMALISASI - BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION (TCI) DAN

ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH

Dalam penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2014, termasuk untuk jaminan kesehatan, dengan terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek pengendalian mutu sekaligus biaya obat, menjadi salah satu hal penting yang mendapatkan perhatian. Sehingga penerapan hasil kajian farmakoekonomi dalam pemilihan dan penggunaan obat secara efektif dan efisien sangat dibutuhkan. Tujuan penelitian ini mengetahui analisis minimalisasi – biaya obat anestesi umum propofol intravena target controlled infusion dan anestesi inhalasi pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor di RSUP Sanglah.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Consecutive Randomized controlled trial pada pasien yang menjalani pembedahan dengan anestesi umum di kamar operasi RSUP Sanglah Denpasar. Penelitian ini mengambil sampel 40 pasien yang dibagi menjadi dua kelompok (n = 40), kelompk A menggunakan target controlled infusion propofol dan kelompok B menggunakan anestesi inhalasi isofluran. Uji statistik menggunakan Shapiro Wilk, Lavene Test, dan independent sample T-test (dengan derajat kemaknaan < 0.05). Analisis data menggunakan program SPSS v. 17.0 for windows (Statistical Package for the Social Sciences Inc, USA).

Pada penelitian ini didapatkan rasio penggunaan obat persatuan waktu kelompok A 8,54 mg (±2,04 mg) per menit dan kelompok B 0,42 ml (±0,09 ml) per menit. Biaya obat anestesi umum pada kelompok A Rp. 800,85 (±Rp. 127,99) per menit. Pada kelompok B Rp. 1.266,32 (± Rp. 227,26) per menit (p < 0.001).

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa analisis minimalisis – biaya obat anestesi umum menggunakan TCI propofol secara signifikan berbeda bermakna menghasilkan beban biaya yang lebih murah dibandingkan anestesi inhalasi isofluran.

Kata kunci : analisis minimalisasi – biaya, obat anestesi umum, TCI propofol, isofluran

ABSTRACT

Page 11: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

COST-MINIMALIZATION ANALYSIS GENERAL ANESTHESIA BETWEEN PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION (TCI) AND

INHALATION ANESTHESIA AT SANGLAH HOSPITAL

Due to the funding limitation in government community health protection scheme in 2014, quality control and medical cost are the important factor to be concerned. Therefore the application in pharmacoeconomic study in choosing the effective and efficient medication has an important roles. Objective : To know the cost-minimalization analysis general anesthesia between propofol target controlled infusion and anastehsia inhalation in major operation patient at Sanglah hospital. Methods : A Consecutive Randomized Controlled Trial study of 40 patient that undergo a major operation at central operating theather Sanglah hospital, divided into two groups. Group A is patient with propofol target controlled infusion and group B is patient with anesthesia inhalation isoflurane. The collected data was statistically analyzed with Shapiro Wilk, Lavene Test, and independent sample T-test (P < 0.05). Results : In this study, the drug usage ratio perminute in group A is 8,54 mg (±2,04 mg) and 0,42 ml (±0,09 ml) in group B. The drug cost in general anesthesia group A is Rp. 800,85 (±Rp. 127,99) per minute and in group B is Rp.1.266,32 (± Rp. 227,26) per minute (P < 0.001). Conclusion : the cost-minimalization analysis in general anesthesia drug using propofol TCI siginificantly cheaper than anesthesia inhalation isofluran.

Keywords : cost-minimalization analysis, general anesthesia drug, TCI propofol,isoflurane

Page 12: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ……………………………………………… i

PRASYARAT GELAR ………………………………………… ii

LEMBAR PERSETUJUAN ……………………………………. iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ……………………………. iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ….……………… v

UCAPAN TERIMA KASIH …………………………………… vi

ABSTRAK …………………………………………………….. x

ABSTRACT ……………………………………………………. xi

DAFTAR ISI …………………………………………………... xii

DAFTAR TABEL ……………………………………………... xv

DAFTAR GAMBAR …………………………………………... xvi

DAFTAR SINGKATAN ………………………………...…….. xvii

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………… xx

BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………. 1

1.1 Latar Belakang …….………………………………… 1

1.2 Rumusan Masalah ………………………….………... 4

1.3 Tujuan Penelitian …………………………………….. 4

1.3.1 Tujuan umum ………………….……………….. 4

1.3.2 Tujuan khusus …………………….………...….. 4

1.4 Manfaat Penelitian ……………………………………. 5

1.4.1 Manfaat akademis………………….…………….. 5

1.4.2 Manfaat praktis……. …………………….……….. 5

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ……………………………..………. 6

2.1 Farmakoekonomi …………………………………..…… 6

2.2 Target Controlled Infusion (TCI) Propofol.……………… 10

2.2.1 Farmakoekonomi TCI propofol ……………….…… 18

2.3 Anestesi Inhalasi ………………………………………….. 19

2.3.1 Farmakoekonomi anestesi inhalasi …………………. 21

Page 13: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

2.4 Bispectral (BIS) Indek.…………………………….……… 27

BAB III. KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN ………………………………… 33

3.1 Kerangka Berpikir …………….……………………………. 33

3.2 Kerangka Konsep ………..………………………………… 35

3.3 Hipotesis Penelitian …………………………………….….. 35

BAB IV. METODE PENELITIAN …………………………………… 36

4.1 Rancangan Penelitian ………………………………….….. 36

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian …………………………….. 37

4.3 Ruang Lingkup Penelitian …………………………………. 37

4.4 Penentuan Sumber Data …………………………………… 37

4.4.1 Populasi penelitian ………….…………….………… 37

4.4.2 Sampel penelitian ….……………….…….………….. 37

4.4.3 Kriteria inklusi ………………………………………. 37

4.4.4 Kriteria eksklusi ……..………………………………. 38

4.4.5 Cara pengambilan sampel …………………………… 38

4.4.6 Besar Sampel ………………………………………… 38

4.5 Variabel Penelitian …………………………………………. 39

4.6 Definisi Operasional Variabel …………………………….. 40

4.7 Instrumen Penelitian ……………………………………….. 43

4.8 Prosedur Penelitian …………………………………………. 43

4.8.1 Persiapan ……………………………………………… 43

4.8.2 Penapisan pasien ……………………………………… 43

4.8.3 Pelaksanaan penelitian ……………………………….. 44

4.8.3.1 Cara kerja ………………………………………. 44

4.9 Analisis Data ……………………………………………….. 51

4.9.1 Analisis statistik deskriptif …………………………… 51

4.9.2 Uji normalitas data …………………………………… 51

4.9.3 Uji homogenitas varian ………………………………. 51

4.9.4 Analisis beda rerata …………………………………… 51

BAB V. HASIL PENELITIAN ……………………………………....... 52

Page 14: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB VI. PEMBAHASAN ……………………………………………... 60

BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN ………………………………… 74

7.1 Simpulan …………………………………………………… 74

7.2 Saran ……………………………………………………….. 74

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….. 76

LAMPIRAN …………………………………………………………… 81

Page 15: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Metode analisis dalam kajian farmakoekonomi……………....... 7

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelompok Perlakuan ........... 54

Tabel 5.2 Perbandingan Lama Operasi ....................................................... 54

Tabel 5.2.1 Perbandingan total penggunaan obat anestesi umum .............. 55

Tabel 5.2.2 Perbandingan dosis induksi propofol ....................................... 55

Tabel 5.2.3 Perbandingan total fentanyl ..................................................... 55

Tabel 5.3.1 Perbandingan tekanan arteri rerata basal, pascainduksi,

Pascaintubasi ........................................................................... 56

Tabel 5.3.2 Perbandingan kejadian hipotensi pascainduksi ........................ 57

Tabel 5.4 Perbandingan Waktu Pulih Sadar ............................................... 57

Tabel 5.5 Perbandingan Total Biaya Obat Anestesi Umum ....................... 59

Page 16: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Hubungan waktu dan konsentrasi propofol dalam darah. ..................... 13

2.2 Skema three compartment pharmacokinetic model ............................... 15

2.3 Agen inhalasi isofluran dan vaporizer ................................................... 27

2.4 Kompleksitas gambaran gelombang EEG- gambaran gelombang dianalisa

menggunakan tipe gelombang amplitude (microvolts) dan frekuensi

(cycles/second – Hz). .............................................................................. 29

2.5 Pola umum dari perubahan EEG yang diobservasi selama peningkatan

dosis dari anestesi – dengan peningkatan efek anestesi, frekuensi EEG

menunjukkan penurunan menghasilkan pola transisi frekuensi– bergantung

kelas : Beta Alfa Theta Delta. .................................................. 30

2.6 Panduan skala BIS indek. BIS indek adalah skala dari 100 ( Terjaga,

respon terhadap suara normal) sampai 0 ( menunjukkan keadaan

isoelektrik, garis flat EEG) .................................................................... 32

3.1 Bagan kerangka konsep ......................................................................... 35

4.1 Bagan rancangan penelitian ................................................................... 36

4.2 Bagan alur penelitian ............................................................................. 48

4.3 Bagan alur penelitian kelompok TCI propofol ...................................... 49

4.4 Bagan alur penelitian kelompok anestesi inhalasi ................................. 50

Page 17: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR SINGKATAN ATAU TANDA

AMiB : Analisis minimalisasi – biaya

AEB : Analisis efektivitas – biaya

AUB : Analisis utilitas – biaya

AMB : Analisis manfaat – biaya

ASA : American Society of Anesthesiology

BB : Berat Badan

BIS : Bispektral Index

CACI : Computer Assisted Continuous Infusion

CATIA : Computer Assisted Total Intravenous System

cm : Centimeter

Ce : Effect Site Concentration

Cp : Concentration in Plasma

CRP : C- Reactive Protein

dL : Desiliter

EEG : Electroencephalogram

DSC : Digital Signal Converter

FDA : Food and Drug Administration

FGF : Fresh Gas Flow

GABA : Gamma Aminobutyric Acid

Ho : Hipotesis nol

HET : Harga Eceran Tertinggi

Hz : Hertz

IBS : Instalasi Bedah Sentral

iv : intravena

im : intramuskular

kg : kilogram

Page 18: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

kg/m2 : kilogram per meter persegi

kgBB : kilogram berat badan

KTP : Kartu Tanda Penduduk

L : Liter

NMDA : N-methyl-D-aspartate

N2O : Nitrous Oxide

NSAID : Non-Steroid Anti Inflammatory Drug

MAC : Minimum Alveolar Concentration

MCI : Manually Controlled Infusion

MAP : Mean Arterial Pressure

mmHg : millimeter air raksa

mL : milliliter

mg : miligram

mcg : microgram

MW : Molecul Weight

µg : microgram

O2 : Oksigen

ODC : One Day Care

PaCO2 : Tekanan Parsial Karbondioksida arteri

PDCA : Plan, Do, Check and Action

PIC : Patient interface cable

PONV : Post Operative Nausea Vomiting

PRIS : Propofol related infusion syndrome

RL : Ringer Lactate

RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat

SD : Standar Deviasi

SPSS : Statistical Package for the Social Sciences

SSP : Susunan Saraf Pusat

Page 19: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

SVR : Systemic Vascular Resistance

SIM : Surat Ijin Mengemudi

TAR : Tekanan Arteri Rerata

TB : Tidak Berubah

TCI : Target Controlled Infusion

QALYs : Quality Adjusted Life Years 0 C : Derajat Celcius

α : Alfa

µ : miu

% : Persen

› : lebih dari ‹ : kurang dari $ : dollar Amerika

Page 20: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Surat Keterangan Kelaikan Etik ............................................ 81

Lampiran 2 : Surat Ijin Uji Klinik .............................................................. 82

Lampiran 3 : Jadwal Penelitian ................................................................... 83

Lampiran 4 : Rincian Informasi .................................................................. 84

Lampiran 5 : Formulir Persetujuan Tindakan ............................................. 86

Lampiran 6 : Pencatatan Hasil Evaluasi Penelitian..................................... 90

Lampiran 7 : Tabulasi Data Penelitian ........................................................ 98

Lampiran 8 : Hasil Analisis SPSS .............................................................. 100

Page 21: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakoekonomi didefinisikan sebagai deskripsi dan analisis dari biaya

terapi dalam suatu sistem pelayanan kesehatan. Lebih spesifik lagi adalah sebuah

penelitian tentang proses identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya,

resiko dan keuntungan dari suatu program, pelayanan dan terapi (Vogenberg,

2001). Salah satu evaluasi farmakoekonomi adalah analisis minimalisasi – biaya

yang merupakan metode kajian farmakoekonomi paling sederhana, analisis

minimalisasi-biaya hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua atau lebih

intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang sama, serupa,

atau setara atau dapat diasumsikan setara. Karena hasil pengobatan dari intervensi

(diasumsikan) sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu biaya

(Walley, Haycox, 1991).

Obat dan perbekalan farmasi merupakan bagian penting dari pelayanan

kesehatan. Biaya obat umumnya mencapai 30% dari total biaya pelayanan

kesehatan dan cenderung untuk terus meningkat. Bahkan akhir-akhir ini

diperkirakan biaya konsumsi obat nasional mencapai 40% dari total biaya

pelayanan kesehatan. (Walley, Davey, 1995)

Perhitungan biaya obat dalam upaya mengendalikan biaya kesehatan

merupakan hal penting dalam pembangunan kesehatan. Untuk menganalisa biaya

obat dalam dekade terakhir ini ilmu farmakoekonomi telah semakin berkembang,

Page 22: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

termasuk di negara – negara Asia-Pasifik. Data farmakoekonomi semakin

dibutuhkan di banyak negara, seperti Thailand, Korea Selatan, Filipina dan

Taiwan, terutama sebagai bukti pendukung dalam pengambilan keputusan obat

apa saja yang akan dimasukkan dalam daftar obat yang digunakan dalam jaminan

kesehatan masyarakat, daftar obat esensial atau untuk persetujuan obat baru.

Sedangkan di Indonesia, ilmu ini masih baru berkembang, sehingga penerapannya

belum banyak dilakukan dalam pengambilan keputusan penggunaan obat. Dalam

penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) pada tahun 2014, termasuk

untuk jaminan kesehatan, dengan terbatasnya anggaran yang tersedia, maka aspek

pengendalian mutu sekaligus biaya obat, menjadi salah satu hal penting yang

mendapatkan perhatian. Sehingga penerapan hasil kajian farmakoekonomi dalam

pemilihan dan penggunaan obat secara efektif dan efisien sangat dibutuhkan,

bukan hanya oleh pemerintah, namun juga bagi industri, pendidikan, dan lain-lain.

Studi farmakoekonomi di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah

belum banyak dilakukan. Biaya obat anestesi yang cukup besar selalu menjadi

momok pembicaraan. Seperti kita ketahui bersama pelayanan anestesi umum

inhalasi merupakan standar baku yang dikerjakan di Instlasi Bedah Sentral (IBS)

RSUP Sanglah. Namun, seiring kemajuan farmakologi dan teknologi maka

terdapat berbagai perkembangan teknik anestesi serta alat monitor kedalaman

anestesi yang mampu membantu ahli anestesi dalam menentukan pemakaian obat

dan dosis yang sesuai bagi pasien. Pengembangan dari sistem komputerisasi dan

tersedianya obat anestesi yang bersifat short acting seperti propofol dan

sufentanyl, menjadikan anestesi umum intravena total (Total Intra Venous

Page 23: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Anestesia (TIVA)) populer dan makin rutin dikerjakan. Target controlled infusion

(TCI) adalah suatu metode yang semakin sering digunakan untuk kepentingan

anestesi intravena total (Anthony R, dkk., 2007).

Bispektral indek (BIS) merupakan salah satu alat monitor kedalaman

anestesi yang telah mendapatkan persetujuan penggunaannya secara klinis oleh

Food and Drug Administration (FDA) Amerika sejak Oktober 1996. (Johansen,

dkk.,2000). Wong J, dkk meneliti pada 68 pasien operasi ortopedi berumur lebih

dari 60 tahun dengan anestesi umum isofluran fentanyl, monitor BIS

memfasilitasi penurunan 30% penggunaan isofluran dan penurunan 26% dari

waktu pulih (Absalom, dkk., 2002). Tentu saja hal ini membuat biaya penggunaan

obat anestesi yang makin ekonomis.

Iswahyudi, Sinardja, dan Senapathi meneliti perbandingan biaya

intraoperatif teknik anestesi umum TIVA TCI propofol dengan anestesi inhalasi

sevofluran, didapatkan perbedaan bermakna pada biaya anestesi periode

intraoperatif baik dari total biaya, biaya per-pasien maupun biaya per-menit

anestesi, di mana teknik TCI Propofol lebih ekonomis dibandingkan teknik

anestesi inhalasi sevofluran. Kejadian hipotensi, waktu pulih sadar, dan kejadian

mual muntah pasca operasi pada kelompok TCI Propofol juga didapatkan lebih

rendah dibandingkan dengan kelompok inhalasi sevofluran, di mana faktor-faktor

di atas memiliki peranan pula dalam menentukan biaya anestesi intraoperatif

(Iswahyudi, dkk., 2013).

Studi yang dilakukan oleh Stefan Suttner,dkk., didapatkan bahwa biaya

intraoperatif lebih tinggi di grup TCI propofol ($62.19/pasien; $0.55/menit

Page 24: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

anestesia) dibandingkan pada grup isofluran ($16.97/pasien; $0.13/menit

anestesia) dan grup propofol kontinyu ($34.68/pasien; $0.32/menit anestesia)

(Stefan Suttner, dkk., 1999).

Berdasarkan uraian diatas, maka kami terdorong untuk melakukan

penelitian mengenai analisis minimalisasi – biaya anestesi umum intravena total

propofol TCI dan anestesi inhalasi isofluran di RSUP Sanglah tahun 2015.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka disusun rumusan masalah sebagai berikut:

Apakah biaya obat anestesi umum intravena total TCI propofol lebih

rendah dibandingkan anestesi umum inhalasi pada pasien yang menjalani operasi

bedah mayor di RSUP Sanglah?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis minimalisasi – biaya

obat anestesi umum propofol intravena target controlled infusion dan anestesi

inhalasi pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor di RSUP Sanglah.

1.3.2 Tujuan khusus

Untuk membuktikan bahwa biaya obat anestesi umum propofol intravena

target control infusion menghasilkan biaya lebih murah dibandingkan anestesi

umum inhalasi pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor di RSUP

Sanglah.

Page 25: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat akademis

1. Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam dunia kedokteran khususnya

anestesi dalam penerapan teknik anestesi umum intravena total menggunakan

TCI propofol pada operasi bedah mayor untuk menekan biaya anestesi,

menjaga kestabilan hemodinamik dan mempersingkat waktu pulih sadar.

2. Dapat menjadi sumber informasi untuk menjelaskan teknik anestesi umum

intravena total menggunakan TCI propofol yang lebih murah pada pasien yang

menjalani prosedur operasi bedah mayor.

1.4.2 Manfaat praktis

1. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai dasar pemilihan teknik anestesi

umum untuk menekan biaya obat anestesi yang lebih lanjut dapat

digeneralisir pemakaiannya pada jenis operasi lainnya.

2. Hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi para pengambil

kebijakan, baik di tingkat Pusat (Kementerian Kesehatan), Daerah (Provinsi

dan Kabupaten/Kota) maupun fasilitas pelayanan (Rumah Sakit) dalam

mengembangkan sistem pelayanan kesehatan dengan menerapkan kajian

farmakoekonomi, dalam rangka pemilihan dan penggunaan obat yang efektif

dan efisien khususnya di bidang pelayanan anestesi.

Page 26: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Farmakoekonomi

Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi

yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana

pembiayaan dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif,

bagaimana dapat menghemat pembiayaan, dan bagaimana dapat meningkatkan

kualitas hidup (Waley, Davey, 1995), ( Walley, Haycox, 1991).

Farmakoekonomi (pharmacoeconomics) adalah suatu metoda baru untuk

mendapatkan pengobatan dengan biaya yang lebih efisien dan serendah mungkin

tetapi efektif dalam merawat penderita untuk mendapatkan hasil klinik yang baik

(cost effective with best clinical outcome) (Waley, Davey, 1995).

Kajian farmakoekonomi dikenal empat metode analisis, yang dapat dilihat

pada tabel 2.1. Empat metode analisis ini bukan hanya mempertimbangkan

efektivitas, keamanan, dan kualitas obat yang dibandingkan, tetapi juga aspek

ekonominya. Karena aspek ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar

kajian farmakoekonomi, hasil kajian yang dilakukan diharapkan dapat

memberikan masukan untuk menetapkan penggunaan yang paling efisien dari

sumber daya kesehatan yang terbatas jumlahnya.

Page 27: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tabel 2.1 Metode analisis dalam kajian farmakoekonomi

Metode analisis Karakteristik analisis

Analisis minimalisasi biaya

(AMiB)

Efek dua intervensi sama (atau setara),

valuasi/ biaya dalam rupiah.

Analisis efektivitas biaya (AEB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil

pengobatan diukur dalam unit

alamiah/indikator kesehatan, valuasi/biaya

dalam rupiah.

Analisis utilitas-biaya (AUB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil

pengobatan dalam quality-adjusted life

years (QALY), valuasi/biaya dalam rupiah.

Analisis manfaat-biaya (AMB) Efek dari satu intervensi lebih tinggi, hasil

pengobatan dinyatakan dalam rupiah,

valuasi/biaya dalam rupiah.

Metode analisis minimalisasi-biaya (AMiB) adalah analisis

farmakoekonomi yang paling sederhana. AMiB digunakan untuk membandingkan

dua intervensi kesehatan yang telah dibuktikan memiliki efek yang sama, serupa,

atau setara. Jika dua terapi atau dua (jenis, merek) obat setara secara klinis, yang

perlu dibandingkan hanya biaya untuk melakukan intervensi. sesuai prinsip

efisiensi ekonomi, jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah

yang membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan

untuk mencapai efek yang diharapkan. Untuk membandingkan dua atau lebih

intervensi kesehatan yang memberikan besaran efek berbeda, dapat digunakan

analisis efektivitas biaya (AEB) ( Walley, Haycox, 1991).

Page 28: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Analisis efektivitas biaya tidak mengukur hasil pengobatan dalam unit

moneter, melainkan didefinisikan dan diukur dalam unit alamiah, baik yang secara

langsung menunjukkan efek suatu terapi atau obat (misalnya, penurunan kadar

LDL darah dalam mg/dL, penurunan tekanan darah diastolik dalam mm Hg)

maupun hasil selanjutnya dari efek terapi tersebut (misalnya, jumlah kematian

atau serangan jantung yang dapat dicegah, radang tukak lambung yang

tersembuhkan).

Metode lain yang juga banyak digunakan adalah analisis utilitas biaya

(AUB). Seperti AEB, biaya pada AUB juga diukur dalam unit moneter (jumlah

rupiah yang harus dikeluarkan), tetapi hasil pengobatan dinyatakan dalam unit

utilitas, misalnya JTKD. Karena hasil pengobatannya tidak bergantung secara

langsung pada keadaan penyakit (disease state), secara teoretis AUB dapat

digunakan untuk membandingkan dua area pengobatan yang berbeda, misalnya

biaya per JTKD operasi jantung koroner versus biaya per JTKD erythropoietin

pada penyakit ginjal. Namun demikian, pembandingan antar-area pengobatan ini

tidak mudah, karena JTKD diperoleh pada waktu dan dengan cara berbeda

sehingga tak dapat begitu saja diperbandingkan ( Walley, Haycox, 1991).

Analisis manfaat biaya (AMB) digunakan untuk membandingkan dua atau

lebih intervensi kesehatan yang memiliki tujuan berbeda atau dua program yang

memberikan hasil pengobatan dengan unit berbeda. Pembandingan intervensi

kesehatan dengan tujuan dan/atau unit hasil pengobatan berbeda ini dimungkinkan

karena, pada metode AMB, manfaat (benefit) diukur sebagai manfaat ekonomi

yang terkait (associated economic benefit) dan dinyatakan dengan unit yang sama,

Page 29: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

yaitu unit moneter. Namun demikian, karena alasan etika serta sulitnya

mengkuantifikasi nilai kesehatan dan hidup manusia, AMB sering menuai

kontroversi. Sebab itu, AMB juga agak jarang digunakan dalam kajian

farmakoekonomi, bahkan dalam kajian ekonomi kesehatan yang lebih luas pun

masih jarang sekali dilakukan. Pada penelitian ini akan memfokuskan bahasan

pada medote yang sederhana yaitu analisis minimalisasi-biaya.

Analisis Minimalisasi-Biaya (AMiB)

Merupakan metode kajian farmakoekonomi paling sederhana, analisis

minimalisasi-biaya (AMiB) hanya dapat digunakan untuk membandingkan dua

atau lebih intervensi kesehatan, termasuk obat, yang memberikan hasil yang sama,

serupa, atau setara atau dapat diasumsikan setara. Karena hasil pengobatan dari

intervensi (diasumsikan) sama, yang perlu dibandingkan hanya satu sisi, yaitu

biaya. Dengan demikian, langkah terpenting yang harus dilakukan sebelum

menggunakan AMiB adalah menentukan kesetaraan (equivalence) dari intervensi

(misalnya obat) yang akan dikaji. Tetapi, karena jarang ditemukan dua terapi,

termasuk obat, yang setara atau dapat dengan mudah dibuktikan setara,

penggunaan AMiB agak terbatas, misalnya untuk:

1. Membandingkan obat generik berlogo (OGB) dengan obat generik

bermerek dengan bahan kimia obat sejenis dan telah dibuktikan

kesetaraannya melalui uji bioavailabilitas bioekuivalen (BA/BE). Jika

tidak ada hasil uji BA/BE yang membuktikan kesetaraan hasil pengobatan,

AMiB tidak layak untuk digunakan.

Page 30: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

2. Membandingkan obat standar dengan obat baru yang memiliki efek setara.

Dalam hal ini, peneliti akan membandingkan agen inhalasi isofluran yang

standar digunakan dengan TCI propofol.

Setiap perspektif analisis memiliki banyak jenis biaya yang harus

dimasukkan. Untuk menggunakan metode AMiB secara baik tetap diperlukan

keahlian dan ketelitian (Cull, Wells, 1992), (McGregor M, 2003).

2.2. Target Controlled Infusion (TCI ) Propofol

Propofol pertama kali ditemukan tahun 1970 dan diperkenalkan di pasaran

sejak tahun 1977 sebagai obat induksi anestesi (Kay dan Rolly 1977), semakin

populer dan semakin luas penggunaannya di seluruh dunia mulai tahun 1986.

Sebagai turunan dari phenol dengan komponen hipnotik kuat yang dihasilkan dari

pengembangan 2,6-diisopropofol. Propofol tidak larut dalam air dan pada awalnya

disediakan dengan Ctemophor EL (polyethoxylated Castrol oil), namun karena

banyaknya reaksi anafilaktoid yang ditimbulkan, sediaannya diubah menjadi

bentuk emulsi (Hasani A. dkk., 2012). Ahli anestesi lebih suka menggunakan

propofol karena sifat mula kerja obat yang cepat hampir sama dengan obat

golongan barbiturat tetapi masa pemulihan yang lebih cepat dan pasien bisa lebih

cepat dipindahkan dari ruang pemulihan ke ruang rawat. Secara subyektif pasien

merasa lebih baik dan lebih segar pasca anestesi dengan propofol dibandingkan

obat anetesi induksi lainnya. Kejadian mual muntah pasca operasi sangat jarang

karena propofol memiliki efek anti muntah. Efek yang menguntungkan lainnya

adalah efekanti pruritik, antikonvulsan dan mengurangi konstriksi bronkus.

Page 31: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Propofol dalam dosis 1,5 – 2,5 mg/kgBB diberikan intravena akan

menyebabkan kehilangan kesadaran dalam waktu 30 detik. Proses pemulihannya

juga cepat dibandingkan dengan obat anestesi yang lain. Pasien cepat kembali

sadar setelah pembiusan dengan propofol dan efek residual yang minimal

merupakan keuntungan propofol. Karena keunggulan sifat inilah Propofol

dipergunakan sebagai obat induksi dan pemeliharaan anestesi, sehingga

penggunaannya begitu luas di seluruh dunia.

Propofol adalah modulator selektif reseptor gamma aminobutyric acid

(GABA). GABA merupakan neurotransmiter inhibitor utama di sistem saraf

pusat. Saat reseptor GABA diaktifkan akan terjadi peningkatan konduksi klorida

transmembran sehingga terjadi hiperpolarisasi membran sel post-sinap dan

inhibisi fungsi neuron post-sinap. Interaksi antara propofol dengan reseptor

GABA menurunkan kecepatan disosiasi neurotransmiter inhibisi (GABA) dari

reseptornya sehingga memperpanjang efek GABA. Efek hipnotik dan

kemungkinan efek analgesia propofol dihubungkan dengan reseptor GABA ini,

selain itu juga propofol akan menginduksi potensiasi dari reseptor glisin pada

tingkat spinal dan juga diperkirakan memberikan kontribusi sebagai antinosiseptif

yang bekerkja pada reseptor N-methyl-D-aspartate (NMDA) (Hasani A. dkk.,

2012).

Sediaan propofol di pasaran sebagai induksi anestesi hanya untuk

penggunaan intravena saja. Tingginya tingkat kelarutan propofol dalam lemak

menyebabkan onset kerja cepat. Waktu yang diperlukan dari saat pertama kali

diberikan bolus sampai pasien terbangun (waktu paruh) sangat singkat yaitu 2-8

Page 32: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menit. Waktu paruh eliminasi sekitar 30-60 menit (Katzung, 2004). Banyak

peneliti yang mempunyai pendapat yang sama bahwa waktu pemulihan propofol

lebih cepat dan kurangnya perasaan seperti mabuk dibandingkan obat lain

(methohexital, thiopental atau etomidate). Hal ini menyebabkan propofol menjadi

pilihan untuk anestesi rawat jalan (one day care). Sehubungan dengan volume

distribusi yang lebih rendah pada orang dewasa maka kebutuhan dosis induksi

lebih rendah dan perempuan memerlukan dosis yang lebih besar dibanding laki-

laki juga waktu bangun pada perempuan lebih cepat.

Farmakokinetik propofol digambarkan sebagai model 3 kompartemen,

dimana pada pemberian bolus propofol, kadar propofol dalam darah akan

menurun dengan cepat akibat adanya redistribusi dan eliminasi. Waktu paruh

distribusi awal dari propofol adalah 2-8 menit. Pada model tiga kompartemen

waktu paruh distribusi awal adalah 1-8 menit, yang lambat 30-70 menit dan waktu

paruh eliminasi 4-23,5 jam. Waktu paruh yang panjang diakibatkan oleh karena

adanya kompartemen dengan perfusi terbatas. Context sensitive half time untuk

infus propofol sampai 8 jam adalah 40 menit. Propofol mengalami distribusi yang

cepat dan luas juga dimetabolisme dengan cepat (Stoelting, dkk., 2006).

Perkembangan TCI semakin meningkat maka konsep context sensitivity

half time diperkenalkan kembali. Context sensitivity half time adalah waktu yang

diperlukan sampai konsentrasi obat menjadi setengah dari saat infus dihentikan.

Tidak seperti konsep farmakokinetik klasik yaitu bersihan obat tidak tergantung

dari cara pemberian obat, konsep context sensitivity half time memperkenalkan

pengaruh lamanya infus diberikan. Semakin banyak obat yang terakumulasi akan

Page 33: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menyebabkan semakin lama obat dieleminasi. Semakin lama durasi infus maka

semakin lama pula context sensitivity half timenya. Context sensitivity half time

sangat berguna dalam pemilihan obat serta memperkirakan pemulihan dari

anestesi. Karena context sensitivity half time propofol tidak lebih dari 40 menit,

terutama saat dipergunakan sebagai sedasi dan anestesi dimana penurunan

konsentrasi di plasma untuk pemulihan umumnya kurang dari 50% maka propofol

cocok digunakan untuk infus jangka panjang tanpa mengganggu proses pemulihan

(TCI manual, 2009).

Gambar 2.1 Hubungan waktu dan konsentrasi propofol dalam darah. Simulasi

hubungan antara waktu dan level propofol dalam darah setelah induksi dosis

2mg/kgBB. Level propofol dalam darah yang diperlukan untuk anestesia

pembedahan adalah 2-3µg/mL, dengan bangun dari anestesi biasanya pada level

kurang dari 1.5µg/ml

Waktu yang diperlukan untuk bangun dari anestesi atau sedasi dari

propofol hanya 50%, sehingga waktu pulih sadar dari propofol tetap cepat

meskipun pada infus kontinyu yang lama.

Page 34: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Keadaan equilibrium untuk propofol yang dapat menyebabkan supresi dari

elektroencephalogram (EEG) yang berkaitan dengan hilangnya kesadaran adalah

sekitar 0,3 menit dengan efek puncak dicapai 90-100 detik. Farmakokinetik

propofol menurun oleh karena beberapa faktor antara lain jenis kelamin, berat

badan, penyakit sebelumnya, umur dan medikasi lain yang diberikan.

Tingkat bersihan (clearence) propofol yang tinggi di hepar (hampir 10 kali

lipat dibanding tiopental) menyebabkan cepatnya waktu pemulihan setelah

pemberian infus kontinyu. Walaupun metabolisme propofol utamanya

diekskresikan melalui ginjal, tetapi penurunan fungsi ginjal tidak mempengaruhi

bersihan propofol (Morgan EG, Jr. dkk., 2006), (Stoelting, dkk., 2006).

TCI adalah infus yang dikontrol dengan tujuan untuk mencapai

konsentrasi tertentu obat pada kompartemen tubuh. Dengan menggunakan teknik

ini ahli anestesi dapat mengatur dan mengganti konsentrasi yang diinginkan sesuai

dengan observasi klinis pada pasien.

Dasar penerapan TCI adalah menetapkan konsentrasi tertentu obat yang

harus dicapai dan dipertahankan baik di plasma (Cp) maupun effect site (Ce).

Konsentrasi target diset sejak awal oleh ahli anestesi untuk mendapat luaran klinis

yang diperlukan. Perubahan konsentrasi target yang diset oleh ahli anestesi akan

terlihat pada effect site kompartemen setelah waktu tertentu karena terdapat jarak

waktu perpindahan obat dari darah ke tempat yang dituju atau obat berefek (Ce)

(Naidoo D, 2011).

Page 35: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 2.2. Skema three compartment pharmacokinetic model (dikutip dari

Naidoo, 2011)

TCI telah banyak diaplikasikan untuk anestesi umum intravena total

(TIVA). Secara umum dapat dibagi menjadi dua yaitu open loop pattern dan

closed loop pattern. Open loop pattern digunakan oleh ahli anestesi untuk

menyesuaikan konsentrasi target sesuai keperluan klinis yang bervariasi dan

mempertahankan kedalaman anestesi. The closed loop pattern digunakan untuk

menentukan kontrol anestesi dengan cara menyesuikan konsentrasi target melalui

feedback otomatis.

Penggunaan sistem TCI propofol pada orang dewasa model

farmakokinetik yang banyak digunakan adalah Marsh dan Schnider, sedangkan

pada pasien anak-anak model Paedfusor dan Kataria. Selain propofol obat lain

yang dapat dioperasikan menggunakan sistem TCI adalah sufentanil (model Bovil

dan Gepts), alfentanil (model Maitre), remifentanil (model Minto).

Page 36: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Model Marsh

Model Marsh adalah model yang pertama kali dikembangkan, merupakan

pengembangan dari model farmakokinetik propofol oleh Gepts dengan

memperkirakan volume kompartemen sentral sebagai sebuah fungsi linear secara

langsung terhadap berat badan. Usia tidak dimasukkan dalam kalkulasi, namun

pompa tidak dapat digunakan untuk umur dibawah 16 tahun. Hal ini menjadi

sumber bias dan ketidakakuratan sistem Marsh.

Model Schnider

Model Schnider disebut sebagai generasi baru dari TCI. Metode ini

menggunakan model 3 kompartemen dengan memasukkan umur, tinggi badan,

dan berat badan ke dalam perhitungan. Lean body mass pasien dihitung dan

digunakan untuk mengkalkulasi dosis dan laju infus, jika yang dipakai berat badan

aktual maka akan ada kemungkinan kelebihan konsentrasi obat pada pasien obese.

Pada pasien obese dipergunakan berat badan ideal.

Perbedaan utama antara kedua model ini adalah jumlah volume

kompartemen sentral. Pada model Schnider menggunakan volume kompartemen

sentral tetap dan sama pada setiap pasien dan lebih kecil (4,27 L pada pasien BB

70 kg) dibanding model Marsh (15,9 L). Akibat perbedaan ini akan didapatkan

model Schnider Keo yang lebih besar (equilibrasi sentral dan effect site

kompartemen lebih cepat) dan K10 lebih besar (bersihan metabolik lebih cepat)

sehingga model Schnider waktu pulihnya lebih cepat dibanding Marsh. Untuk

tujuan induksi model Schnider akan lebih lambat dibandingkan model Marsh.

Page 37: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Pada model Marsh hanya menggunakan berat badan sebagai kovariat sedangkan

model Schnider memakai berat badan, lean body mass, umur dan jenis kelamin.

Newson dkk., 1995, membandingkan pemberian propofol dengan bolus

intermitten, syringe pump, dan teknik TCI mendapatkan kualitas sedasi, kondisi

operasi, dan waktu pulih sadar secara umum sama pada ketiga metode, namun

pada pemberian intermiten memerlukan lebih banyak intervensi pemberian obat,

sehingga disimpulkan bahwa pemberian secara infus kontinyu memberikan waktu

bagi ahli anestesi untuk melakukan monitoring pasien.

Passot dkk.,2002 membandingkan antara penggunaan teknik MCI dan TCI

dalam pemberian propofol mendapatkan bahwa TCI lebih unggul dibandingkan

MCI dalam hal tidak adanya pergerakan saat intubasi, stabilitas hemodinamik,

episode apnea, dan waktu pulih sadar yang lebih cepat. Namun jumlah propofol

yang digunakan pada kedua teknik tidak dijabarkan.

Keuntungan penggunaan TCI secara umum adalah: dapat memfasilitasi

titrasi dosis untuk mencapai efek yang diinginkan, memudahkan perhitungan

dosis obat dan pemberiannya, diperolehnya informasi tambahan mengenai obat

yang diberikan seperti jumlah obat yang diberikan, durasi pemberian, konsentrasi

dan lain-lain, pemberian dosis obat dengan memperhitungkan usia dan

karakteristik pasien lainnya, konsentrasi obat yang dicapai lebih stabil, dapat

terhindar dari kelebihan dosis dan masa pulih yang lebih cepat (Sugiarto, 2012).

Page 38: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

2.2.1 Farmakoekonomi TCI propofol

Penelitian farmakoekonomi dibidang anestesi dan terapi intensif

khususnya di Indonesia belum banyak dilakukan. Iswahyudi, dkk meneliti analisis

biaya anestesi umum TIVA TCI Propofol dibandingkan dengan anestesi inhalasi

sevofluran pada pasien yang menjalani operasi mayor onkologi di RSUP Sanglah

tahun 2013. Hasil penelitian tersebut didapatkan perbedaan yang bermakna dalam

hal biaya intraoperatif dari kedua kelompok. Biaya anestesi intraoperatif pada

kelompok anestesi intravena total dengan TCI dengan rata-rata Rp. 957.870, - dan

simpang baku Rp. 73.910,-. Sedangkan pada kelompok kontrol biaya anestesi

intraoperatif dengan rata-rata 1.318.130 dengan simpang baku Rp. 155.238,-.

Berdasarkan statistik dengan uji t didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki

perbedaan signifikan (p = 0.000).

Berdasarkan rerata biaya anestesi intraoperatif, juga didapatkan biaya

anestesi per-pasien yaitu sebesar Rp. 957.870,- untuk kelompok TCI Propofol dan

Rp. 1.318.130,- untuk kelompok sevofluran. Sedangkan jika berdasarkan menit

anestesi, didapatkan rata-rata biaya anestesi intraoperatif sebesar Rp. 5.999,-

untuk per menit anestesi pada kelompok TCI Propofol serta Rp. 8.170,- untuk per

menit anestesi pada kelompok Sevofluran (Iswahyudi, dkk. 2013).

Penelitian farmakoekonomi pada tahun 1999 di jerman, bertempat di

departemen anestesi dan terapi intensif, Klinikum der Stadt Ludwigshafen,

Akademisches Lehrkrankenhaus der Universita¨t Mainz, Ludwigshafen. Tujuan

studi ini adalah membandingkan biaya anestesi berbasis TCI dan dua regimen

standar anestesi. 60 pasien yang menjalani operasi elektif laparoskopi

Page 39: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

kolesistektomi dibagi menjadi tiga grup. Grup I (TIVA/TCI) menerima TIVA

menggunakan sistem TCI propofol dan remifentanil kontinu. Grup II (Isofluran)

mendapatkan anestesi inhalasi dengan isoluran, fentanyl dan N2O, grup III

(propofol standar) mendapatkan fentanyl dan N2O dan infus kontinu propofol

menggunakan sistem standar.

Waktu yang dibutuhkan dari penghentian regimen anestesi hingga ektubasi

(6 ± 2 menit) dan lama perawatan di Post Anesthesia Care Unit (PACU) (70 ± 12

menit) lebih singkat pada grup I dibandingkan grup II (15 ± 3 dan 87 ± 13 menit)

dan grup III ( 10 ± 4 dan 81 ± 14 menit) dengan nilai p 0.05. Episode kejadian

Postoperative nausea and vomiting (PONV) lebih kecil di grup I dibandingkan

kedua grup lainnya. Biaya intraoperatif lebih tinggi di grup I ($62.19/pasien;

$0.55/menit anestesia) dibandingkan pada grup II ($16.97/pasien; $0.13/menit

anestesia) dan grup III ($34.68/pasien; $0.32/menit anestesia) (Stefan Suttner,

dkk., 1999).

2.3 Anestesi Inhalasi

Obat anestesi inhalasi merupakan salah satu teknik anestesi umum yang

dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat anestesi inhalasi yang berupa

gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat atau mesin anestesi

langsung ke udara inspirasi. Ambilan dan distribusi gas atau uap anestetik inhalasi

ditentukan oleh ambilan oleh paru, difusi gas dari paru ke darah, distribusi oleh

darah ke organ target.

Page 40: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Pembuangan gas anestesi sebagian besar melalui paru-paru. Sebagian lagi

dimetabolisir oleh hepar dan ginjal dengan sistem oksidasi sitokrom P450. Derajat

metabolisme di dalam tubuh kira-kira 10-20 persen untuk halotan, 2,5 % untuk

enfluran, 0,2% untuk isofluran dan 0% untuk nitrous oxide. Sisa metabolisme

yang larut dalam air dikeluarkan melalui ginjal. Jumlah agen anestesi yang

dikeluarkan dari tubuh melalui metabolisme lebih kecil dibanding jumlah yang

dikeluarkan melalui cara ekspirasi (Morgan EG, Jr. dkk., 2006), (Stoelting, dkk.,

2006).

Mekanisme kerja obat anestesi inhalasi sangat rumit dan masih merupakan

misteri dalam farmakologi modern. Pemberian anestetik inhalasi melalui

pernafasan menuju organ sasaran yang jauh merupakan suatu hal yang unik

daklam dunia anestesiologi (Latief S A, dkk., 2002).

Anestesi inhalasi bekerja pada berbagai level sistem saraf pusat.

Mengacaukan transmisi sinaptik normal dengan mempengaruhi pelepasan

neurotransmitter dari ujung saraf presinaptik (depress eksitatori atau

meningkatkan transmisi inhibitori), atau mengganggu re-uptake neurotransmitter,

atau dengan mengubah ikatan neurotransmitter pada reseptor post sinaptik.

Keduanya, baik itu efek pre- dan postsinaptik dapat terjadi.

Interaksi langsung dengan membran plasma neuronal lebih sering terjadi ,

tetapi selain itu kerja tidak langsung melalui seccond messenger juga

memungkinkan. Adanya hubungan yang kuat antara kelarutan dalam lemak dan

potensi anestesi menunjukkan agen anestesi inhalasi memiliki kerja pada sisi

hidrofobik juga. Postulat hipotesis reseptor protein mengatakan bahwa SSP

Page 41: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

berperan terhadap kerjanya agen anestesi inhalasi. Bagaimanapun, masih belum

jelas apakah agen inhalasi mengganggu aliran ion melalui membran channel

dengan cara kerja tidak langsungnya pada membran lipid melalui perantara

seccond messenger. Atau secara langsung dan spesifik mengikat channel protein.

Teori lain menjabarkan mengenai aktivasi dari Gamma Aminobutyric Acid

(GABA) reseptor oleh gen anestesi inhalasi. Agen volatile mengaktifkan GABA

channel dan meng-hiperpolarisasi-kan membran sel. Sebagai tambahan, agen ini

juga menghambat Calcium Channel yang pada akhirnya mencegah pelepasan

neurotransmitter (Morgan EG, Jr. dkk., 2006), (Stoelting, dkk., 2006).

Isofluran (foran, aeran) merupakan halogenasi eter yang pada dosis

anestetik atau subanestetik menurunkan laju metabolisme otak terhadap oksigen,

tetapi meningkatkan aliran darah otak dan tekanan intrakranial. Peningkatan aliran

darah otak dan tekanan intrakranial ini dapat dikurangi dengan teknik anestesi

hiperventilasi, sehingga isofluran banyak digunakan untuk bedah otak (Latief S A,

dkk., 2002) (Katzung, dkk., 2004).

Efek samping terhadap depresi jantung dan curah jantung minimal,

sehingga digemari untuk anestesi teknik hipotensi dan banyak digunakan pada

pasien dengan gangguan koroner. Isofluran dengan konsentrasi > 1% terhadap

uterus hamil menyebabkan relaksasi dan kurang responsif jika diantisipasi dengan

oksitosin, sehingga dapat menyebabkan perdarahan pasca persalinan. Dosis

pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis biasa jika menggunakan isofluran

(Morgan EG, Jr. dkk., 2006), (Stoelting, dkk., 2006).

Page 42: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

2.3.1 Farmakoekonomi anestesi inhalasi

Analisis terhadap penggunaan sumber daya dan biaya yang efektif telah

menjadi prioritas dalam mengelola suatu layanan kesehatan. Ini menyediakan

tantangan untuk penyedia layanan anestesi yang menginginkan memberikan

layanan berkualitas yang aman tapi ekonomis. Dalam anestesi, penggunaan

volatil/ gas anestesi menyumbang hingga 20-25% dari biaya total anestesi secara

keseluruhan. Biaya penggunaan gas anestesi bervariasi pada setiap institusi dan

lokasi. Tantangan terbesar untuk farmasi rumah sakit adalah menganggarkan

biaya obat. Merancang anggaran untuk obat intravena jauh lebih mudah daripada

gas anestesi karena ada hubungan langsung antara jumlah obat yang diterima dan

dimasukkan. Menghitung biaya obat gas anestesi dibuat berdasar metode

penyampaian. Gas anestesi dibeli dalam bentuk cair dan dimasukkan melalui

vaporizer, membuatnya menjadi sulit untuk mengukur secara langsung berapa gas

anestesi yang telah digunakan per kasus tanpa bantuan vapor analyzer.

Konsentrasi penyampaian yang bervariasi dan teknik penyampaian dapat

meningkatkan atau menurukan konsumsi total gas anestesi dan secara signifikan

merubah biaya akuisisi (John Varkey, 2012).

Tujuh metode analisis biaya ditemukan dalam literatur untuk tenaga

anestesi profesional dalam menentukan biaya gas anestesi, yaitu : (1) Pengukuran

Berat, (2) Perbandingan Minimum Alveolar Concentration (MAC), (3) Model

Empat Kompartemen, (4) Persamaan Volume Persen, (5) Pengukuran Volume,

(6) Formula Dion, dan (7) Formula Loke. Sudah ditentukan bahwa formula Dion

merupakan metode yang lebih diandalkan untuk tenaga anestesi profesional untuk

Page 43: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menentukan biaya gas anestesi. Menghitung jumlah gas yang digunakan

mennggunakan formula Dion dapat mempermudah dalam melakukan kalkulasi

biaya. Untuk menentukan total biaya gas anestesi, adalah penting untuk

menentukan persen konsentrasi, jumlah fresh gas flow (FGF), densitas, dan berat

molekul dari gas tersebut.

Lockwood dan White pada tahun 2001 memasukkan sistem Kompartemen

Empat Model dari Weiskopf dan Eger untuk menciptakan model komputer guna

membandingkan langsung biaya isofluran, desfluran, dan sevofluran pada sistem

terbuka dan tertutup. Model komputer empat kompartemen memperhitungkan

kelarutan, penyerapan, dan penghapusan gas anestesi dalam tubuh.

Biaya gas volatil anestesi dapat ditentukan dengan menggunakan harga

pasar, potensi, jumlah uap yang dihasilkan, dan aliran FGF. (Odin I, Feiss P,

2005). Peter Dion (1992) menyatakan formula untuk langsung mengukur biaya

gas anestesi menggabungkan hukum gas ideal hukum. Biaya agen anestesi dapat

dihitung dari konsentrasi (%) gas yang telah dikirimkan, FGF (L/ menit) , durasi

pengiriman anestesi inhalasi (menit) , berat molekul (molecul weight/ MW dalam

gram) , biaya per mL (dalam dolar) , faktor 2412 untuk memperhitungkan volume

molar gas pada 21 °C ( 24,12 L ) , dan kepadatan (D dalam g/mL).

Rumus dari Formula Dion adalah sebagai berikut :

BIAYA ( $ ) = [ ( Konsentrasi ) ( FGF ) ( Durasi ) ( MW ) ( Biaya / mL ) ]

[ ( 2412 ) ( D ) ]

Page 44: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Formula Dion menggunakan hukum gas ideal untuk mengkonversi mL gas

anestesi menjadi mL cairan gas anestesi, yang kemudian digunakan untuk

menentukan biaya menggunakan harga per mL. Untuk merubah volume menjadi

mL cairan gas anestesi, densitas dan berat molekul digunakan untuk megkonversi

gas anestesi menjadi mol, dan mol kemudian dirubah menjadi mL cairan gas

anestesi menggunakan faktor konversi 2412. Menurut ekuasi hukum gas

universal, satu mol dari gas ideal pada tekanan satu atmosfir pada suhu 21o C akan

menjadi 24.12 liter cairan.

Formula Dion tidak mengambil jumlah distribusi dan uptake secara

spesifik tapi lebih kepada jumlah gas anestesi inhalasi. Jumlah vapor yang

digunakan menetukan biaya, membuat formula Dion metode yang dapat dipercaya

untuk perhitungan biaya dan menunjukkan sevofluran sebagai gas anestesi yang

paling ekonomis dibandingkan desfluran.

Loke dan Shearer (1993) mempertanyakan penggunaan rumus Dion di

agents volatil baru Mereka menggunakan rumus asli Dion dan memasukkan

hukum gas ideal langsung menjadi rumus daripada menggunakan faktor konversi

2.412 untuk 24.12 Liter, yang menggambarkan volume molar gas pada satu

atmosfer di 21 OC. Loke lalu memformulasikan untuk menggantikan konstanta

2412 dengan suhu atmosfer dalam pascal, hukum gas ideal konstan 8.314, dan

temperatur di Kelvin. Loke dan Shearer juga memasukan biaya gas pembawa

nitrous oxide dan oksigen dan dibandingkan halotan, enfluran, dan isofluran

(Loke J, Shearer WAJ, 1993). Saat publikasi tersebut, desfluran dan sevofluran

belum tersedia di Australia.

Page 45: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

FORMULA LOKE

Biaya per MAC jam ( $ ) = [ ( MAC ) ( FGF ) ( 60menit ) ( MW ) ( Biaya / mL ) ]

[ ( Tekanan / ( RT ) ) ( D ) ]

3.

Menentukan biaya gas anestesi adalah tugas yang sulit untuk dibuat

bahkan lebih menantang dengan berbagai metode yang tersedia untuk menentukan

biaya. Dari tujuh metode dalam literatur, enam ditemukan menjadi tidak praktis

atau tidak akurat. Mengukur beratnya vaporizer adalah mustahil untuk dilakukan

dalam situasi ruang operasi yang sibuk . Metode komputerisasi data log dan

metode empat kompartemen juga tidak mengungkapkan perhitungan biaya

sehingga sulit untuk menentukan akurasi. Sebuah perbandingan sederhana MAC

tidak menjadi faktor variabel penting seperti FGF dan perbedaan sifat gas

anestesi. Menggunakan perhitungan volume persen tidak akurat karena didasarkan

pada konsentrasi yang dipanggil dan bukan konsentrasi yang sebenarnya

ditentukan dengan rumus gas analyzer. Formula Loke, versi modifikasi dari

formula Dion, tidak terlalu bermakna karena pada kenyataannya perbandingan

biaya akan terjadi di fasilitas yang sama dengan tekanan atmosfer dan suhu sama.

Formula Dion mudah direproduksi, akurat, dan merupakan metode yang paling

direferensikan untuk menghitung biaya dalam literatur. Weinberg dkk menyatakan

formula Dion sebagai alat farmakoekonomi sederhana yang dapat digunakan oleh

setiap dokter ahli anestesi (Weinberg L, Story D, Nam J, McNicols L, 2010).

Berbagai studi telah banyak membandingkan biaya agen anestesi inhalasi.

isofluran selalu menjadi tempat yang paling ekonomis dikarenakan berat molekul

Page 46: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

yang lebih besar dibandingkan agen inhalasi lainnya, sifat penguapan yang lebih

lama, dan biaya jual yang lebih murah. Salah satu studi membandingkan harga

isofluran dan sevofluran di Kanada, studi ini meneliti 40 pasien yang menjalani

operasi daycare arthroscopic menisectomy. Demografi sampel, durasi operasi,

potensi anestesi inhalasi, dan penggunaan obat lainnya adalah sama pada kedua

kelompok. Total biaya perioperatif perpasien $ 38.10 ± 10.13 pada kelompok

sevofluran dan $ 23.87 ± 6.59 pada kelompok isofluran. Biaya obat inhalasi

perpasien $ 19.40 ± 8.8 pada kelompok sevofluran dan $ 4.5 ± 1.9 pada kelompok

isofluran dengan nilai p <0.01 (Craig R, dkk., 1998).

Penelitian farmakoekonomi di Indonesia khususnya di RSUP Sanglah

Denpasar bali yang mengkaji biaya anestesi inhalasi isofluran belum pernah

dilakukan. Dengan penerapan sistem jaminan kesehatan nasional BPJS, maka hal

ini merupakan informasi yang penting bagi penyedia pelayanan kesehatan.

Sediaan Volatil Agent Anestesi isofluran yang terdapat di IBS RSUP

Sanglah Denpasar (harga jual dari instalasi farmasi RSUP Sanglah) saat ini adalah

Aerran dengan harga Rp. 2.204.393,- perbotol 250 ml dan Terrel dengan harga

jual Rp. 326. 680,- perbotol 100ml.

Page 47: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar

2.3 Agen inhalasi isofluran dan vaporizer

2.4 Bispectral (BIS) Indek

Selama evolusi praktek anestesi modern, penilaian kedalaman anestesi

pada pasien telah mengalami perubahan bertahap dan perbaikan. Pengamatan

kedalaman anestesi sebelumnya dari tanda-tanda klinis seperti respon pupil, pola

pernapasan, kualitas denyut nadi ditambah dengan pengukuran langsung dari titik

akhir fisiologis termasuk tekanan darah, denyut jantung, laju pernapasan dan

volume pernapasan. Dengan perkembangan pulse oximetry dan kapnografi,

penilaian yang tepat dari manajemen ventilasi mampu ditegakkan. Penggunaan

end-tidal dan stimulasi saraf perifer memberikan kemampuan dokter anestesi

untuk mengukur konsentrasi agen farmakologis dan efek masing-masing obat.

Saat ini, fungsi jantung dapat dievaluasi dengan menggunakan teknologi canggih

Page 48: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

yaitu kateter arteri pulmonalis dan transesophageal echocardiography untuk

metode baru tekanan darah secara kontinyu dan pemantauan curah jantung.

Penentuan efek langsung dari obat anestesi pada sistem saraf pusat tetap

menjadi suatu tantangan meskipun perkembangan yang luar biasa dalam penilaian

sistem kardiovaskular selama anestesi. Penyelidikan klinis yang cermat

menunjukkan bahwa respon hemodinamik tidak selalu memberikan representasi

akurat dari respon sistem saraf pusat untuk agen anestesi dan karena itu tidak

dapat diandalkan sebagai indikator status otak. Sebaliknya, teknologi yang

memungkinkan pemantauan neurofisiologis independen dari sistem saraf pusat

akan menyediakan ukuran langsung status otak selama anestesi dan sedasi, yang

memungkinkan dokter untuk menyempurnakan manajemen perioperatif dan

mencapai hasil terbaik untuk setiap pasien. Pemantauan yang akurat target efek

terhadap otak, dalam kombinasi dengan penilaian tanda klinis dan pemantauan

tradisional, akan memberikan pendekatan yang lebih lengkap untuk menyesuaikan

dosis obat anestesi dan agen analgesik (Scott D, Kelley, 2003).

BIS indek menawarkan anestesi profesional dengan metode langsung dan

akurat untuk memonitor status otak terus menerus sepanjang perjalanan

administrasi anestesi atau obat penenang. Secara khusus, BIS Indek menyediakan

pengukuran efek hipnotik anestesi.

Inti dari teknologi pemantauan otak adalah surface dari

electroencephalogram (EEG). Sinyal fisiologis yang kompleks ini adalah bentuk

gelombang yang mewakili semua jumlah aktivitas otak yang dihasilkan oleh

korteks serebral (Billard V, dkk., 2001). Gelombang normal EEG terdapat dua

Page 49: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

karakteristik yaitu amplitudo kecil (20-200 microvolts) dan frekuensi variabel (0-

50 Hz) ( Gambar 2.4).

Gambar 2.4. Kompleksitas gambaran gelombang EEG- gambaran gelombang

dianalisa menggunakan tipe gelombang amplitude (microvolts) dan frekuensi

(cycles/second – Hz) (Dikutip dari Billard V, dkk., 2001)

Perubahan EEG dalam merespon efek dari anestesi dan obat penenang /

agen hipnotik telah diketahui selama puluhan tahun. Walaupun masing-masing

obat dapat menginduksi beberapa efek unik pada EEG, pola keseluruhan

perubahan sangat mirip untuk banyak agen ini. (Billard V, dkk., 2001). Seperti

yang terlihat pada Gambar 2.5, selama anestesi umum, perubahan EEG khas

meliputi: Peningkatan rata-rata amplitudo (kekuatan) dan penurunan frekuensi

rata-rata.

Page 50: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 2.5 Pola umum dari perubahan EEG yang diobservasi selama

peningkatan dosis dari anestesi – dengan peningkatan efek anestesi, frekuensi

EEG menunjukkan penurunan menghasilkan pola transisi frekuensi– bergantung

kelas : Beta Alfa Theta Delta (Dikutip dari Billard V, dkk., 2001)

Perubahan sebagian dari EEG kortikal mencerminkan perubahan yang

timbul dari hubungan harmonis dan fase antara generator saraf kortikal dan

subkortikal. Hubungan ini diubah selama hipnosis, memproduksi pola

karakteristik di EEG.

Analisis Bispektral - dan hasilnya, misalnya bicoherence dan bispectrum

adalah metodologi proses sinyal canggih yang menilai hubungan antara komponen

sinyal dan menangkap sinkronisasi dalam sinyal seperti EEG. Dengan mengukur

korelasi antara semua frekuensi dalam sinyal, analisis bispektral (bersama-sama

dengan power spectral dan analisis EEG kortikal) menghasilkan keterangan

tambahan EEG mengenai aktivitas otak selama hipnosis (Renna M, 2000).

Salah satu tujuan utama dalam pengembangan teknologi pemantauan

status otak adalah untuk mengidentifikasi fitur EEG atau "deskripsi" - Bispektral

Page 51: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

atau sebaliknya - yang sangat berhubungan dengan sedasi / hipnosis yang

disebabkan oleh agen anestesi yang paling umum digunakan.

Selama pengembangan BIS Indek, fitur ini diidentifikasi dengan

menganalisis database EEG lebih dari 5.000 subjek yang menerima satu atau lebih

dari agen hipnotis yang sering digunakan dan telah dievaluasi dengan penilaian

sedasi simultan (Glass P S, dkk., 1997).

Fitur utama EEG yang diidentifikasi dari analisis database ditandai dengan

spektrum yang penuh perubahan selama induksi anestesi yaitu termasuk:

• Tingkat beta atau frekuensi tinggi (14-30 Hz) teraktivasi

• Jumlah sinkronisasi frekuensi rendah

• Adanya periode nearly suppressed dalam EEG

• Adanya periode fully suppressed (yaitu isoelektrik, "garis datar") dalam EEG.

BIS indek adalah skala angka antara 0 dan 100 berkorelasi dengan titik

akhir klinis yang penting selama pemberian obat anestesi (Gambar 2.6). Nilai BIS

mendekati 100 menunjukkan keadaan "terjaga" dari keadaan klinis , sementara 0

menunjukkan efek maksimal EEG (yaitu, EEG isoelektrik) (Sigl J C, dkk.,1994).

Page 52: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 2.6 Panduan skala BIS indek. BIS indek adalah skala dari 100 (Terjaga,

respon terhadap suara normal) sampai 0 (menunjukkan keadaan isoelektrik, garis

flat EEG) (Dikutip dari Billard V, dkk., 2001)

Nilai BIS indek di bawah 70 kemungkinan recall eksplisit menurun secara

drastis. Pada nilai BIS Indek kurang dari 60, pasien memiliki probabilitas

kesadaran yang sangat rendah (Struys M M, dkk., 2002).

Nilai BIS indek lebih rendah dari 40 menandakan efek anestesi berlebih

pada EEG. Pada nilai-nilai BIS rendah, tingkat penekanan EEG adalah penentu

utama dari nilai BIS. Uji klinis prospektif telah menunjukkan bahwa

mempertahankan nilai-nilai BIS indek di kisaran 40-60 memastikan efek hipnotis

yang memadai selama anestesi umum sementara meningkatkan proses pemulihan.

Selama pemberian sedasi, nilai BIS indek> 70 dapat diamati selama kecukupan

tingkat sedasi adekuat tetapi memiliki probabilitas yang lebih besar akan

kesadaran dan potensi memori (Scott D, Kelley, 2004).

Page 53: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB III

KERANGKA BERFIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1 Kerangka Berfikir

Anestesi umum inhalasi merupakan metode anestesi umum standar yang

dikerjakan di RSUP Sanglah. Seiring kemajuan farmakologi dan teknologi,

terdapat berbagai teknik anestesi serta alat monitor kedalaman anestesi.

Pengembangan dari sistem komputerisasi dan tersedianya obat anestesi yang

bersifat short acting seperti propofol, menjadikan anestesi umum intravena total

(Total Intra Venous Anestesia/ TIVA) populer dan makin rutin dikerjakan.

Propofol sebagai agen anestesi intravena total bisa dipergunakan untuk

tujuan induksi maupun pemeliharaan selama tindakan pembedahan berlangsung.

Onset kerja singkat dan durasi singkat serta keuntungan lainnya dari propofol

seperti kestabilan hemodinamik, hipnotik, anti emetik dan juga memiliki sifat anti

oksidan serta onset dan waktu pemulihannya yang cepat (context sensitivity half

time singkat) membuat obat ini makin popular penggunaannya.

Target controlled infusion (TCI) adalah suatu metode yang semakin sering

digunakan untuk kepentingan anestesi intravena total. TCI akan memberikan dan

memelihara konsentrasi obat berdasarkan konsentrasi plasma (Cp) atau

konsentrasi efek (effect site concentration/Ce) sesuai kebutuhan pasien (Naidoo

D, 2011).

Page 54: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Bispektral indek telah mendapatkan persetujuan penggunaannya sejak

Oktober 1996 secara klinis oleh Food and Drug Administration Amerika sebagai

alat monitor kedalaman anestesi (Johansen dkk.,2000). BIS Indek merupakan alat

varian dari EEG yang dapat digunakan untuk mengukur kedalaman anestesi

umum, dengan target anestesi umum 40-60. Dari beberapa penelitian

membuktikan bahwa penggunaan monitor BIS Indek mengurangi dosis obat

anestesi.

Kemajuan ilmu farmakologi dan teknologi tersebut diatas tentu saja akan

berimplikasi terhadap perubahan biaya anestesi. Belum banyak penelitian

mengenai farmakoekonomi yang dikerjakan di Indonesia, mengingat dengan

minimnya anggaran kesehatan sejak diberlakukannya sistem jaminan kesehatan

nasional 2014. Farmakoekonomi didefenisikan sebuah penelitian tentang proses

identifikasi, mengukur dan membandingkan biaya, resiko dan keuntungan dari

suatu program, pelayanan dan terapi (Vogenberg, 2001). Salah satu evaluasi

dalam farmakoekonomi adalah Analisis minimalisasi - biaya. Analisis

minimalisasi - biaya adalah tipe analisis yang menentukan biaya program terendah

dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama. Analisis ini digunakan

untuk menguji biaya relatif yang dihubungkan dengan intervensi yang sama dalam

bentuk hasil yang diperoleh. (Walley, Haycox, 1991), (Waley, Davey, 1995).

Perbandingan biaya obat anestesi umum propofol intravena TCI dan

anestesi inhalasi pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor diharapkan

menghasilkan perbedaan bermakna dalam hal biaya yang ditimbulkan.

Page 55: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

3.2 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Bagan kerangka konsep

3.3 Hipotesis Penelitian

Biaya obat anestesi umum propofol intravena target controlled infusion

lebih murah dibandingkan anestesi umum inhalasi isofluran pada pasien yang

menjalani operasi bedah mayor di RSUP Sanglah.

ANESTESI UMUM :

- TCI Propofol - Inhalasi

VARIABEL KENDALI EKSTERNAL

• Kedalaman anestesi BIS indek • Jumlah opioid yang dipergunakan • Lama operasi

Analisis minimalisasi - biaya

VARIABEL KENDALI INTERNAL

• Status fisik ASA • Umur • Indeks massa tubuh

Page 56: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah uji klinik dan alokasi subyek

penelitian dilakukan dengan randomisasi berurutan (consecutive randomized

control trial) yang membandingkan dua kelompok penelitian yaitu kelompok

yang mendapatkan anestesi umum TCI Propofol intravena dan kelompok yang

mendapatkan anestesi umum inhalasi untuk mengetahui perbedaan beban biaya

kedua obat tersebut dengan fasilitas monitor BIS indek.

.

Gambar 4.1. Bagan rancangan penelitian

Keterangan: P: populasi, S: sampel, R: randomisasi, T1:tekanan arteri rerata

basal, T2: tekanan arteri rerata pascainduksi, T3: tekanan arteri rerata

paskaintubasi, W: waktu pulih sadar dihitung mulai saat propofol dihentikan

pemberiannya sampai dilakukan buka mata spontan atas perintah, C 1 : Biaya

total kelompok anestesi umum intravena TCI propofol, C 2 : Biaya total

kelompok anestesi inhalasi.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

OTT P S

KLP TCI

KLP INHALASI

R

O P E R A S I

I N D U K S I

PROPOFOL/ ISOFLURAN

STOP

C 1 BIS 40-60

BIS 40-60

C 2

T1

T2

T2

T1 T3

T3

W

W

Page 57: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Penelitian ini dilaksanakan di Instalansi Bedah Sentral RSUP Sanglah

Denpasar. Penelitian ini dilaksanakan Februari 2015 – Maret 2015.

4.3. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilakukan dibidang Anestesiologi dan Terapi Intensif Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana Bali.

4.4. Penentuan Sumber Data

4.4.1. Populasi penelitian

Populasi target adalah semua pasien yang menjalani operasi elektif bedah

mayor. Populasi terjangkau adalah semua pasien yang menjalani bedah mayor

dengan teknik anestesi umum di Instalansi Bedah Sentral Rumah Sakit Umum

Pusat Sanglah Denpasar periode Februari 2015 – Maret 2015.

4.4.2. Sampel penelitian

Sampel penelitian adalah pasien yang menjalani operasi bedah mayor

dengan anestesi umum di ruang Instalansi Bedah Sentral RSUP Sanglah Denpasar

periode Februari 2015 – Maret 2015 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4.4.3 Kriteria inklusi

• Pasien dengan status fisik ASA I – II

• Pasien usia 16-64 tahun

• Tinggi badan lebih besar atau sama dengan 130 cm

• Berat badan diatas 30 kg

Page 58: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

• Pasien dengan status cara bayar Jaminan Kesehatan Nasional, Jaminan

Kesehatan Bali Mandara, Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin, dan

BPJS.

4.4.4 Kriteria eksklusi

• Pasien menolak ikut serta subjek penelitian

• Durasi operasi<1 jam

• Pasien alergi terhadap propofol

• Pasien alergi terhadap isofluran

• Subjek penelitian dengan defisit neurologis

• Subjek penelitian dengan gangguan psikiatri

• Subjek penelitian dengan riwayat penyakit jantung dan pembuluh

darah.

4.4.5 Cara pengambilan sampel

Sampel diambil secara konsekutif menjadi kelompok teknik anestesi

intravena total propofol menggunakan TCI dan anestesi inhalasi, pasien yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih sampai jumlah sampel yang

diperlukan terpenuhi.

4.4.6 Besar sampel

Jumlah sampel dihitung berdasarkan rumus untuk jumlah sampel pada

penelitian analitik numerik tidak berpasangan yaitu:

Page 59: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

dimana :

SD : Standar deviasi

Zα : nilai Z untuk α tertentu

Zß : nilai Z untuk power (1- ß) tertentu

X1-X2 : perbedaan klinis yang dianggap bermakna antara kelompok

perlakuan dan kontrol

Penelitian sebelumnya oleh Iswahyudi dkk (2012) biaya anestesi

intraoperatif TCI propofol 957.870 (±73.910) dan sevofluran 1.318.130

(±155.238) untuk rerata durasi operasi dua jam. Perbedaan beban biaya anestesi

dianggap bermakna adalah 15%, Dengan tingkat kesalahan tipe I, α ditetapkan

sebesar 5% sehingga nilai Zα adalah 1,96 sedangkan kesalahan tipe II, β

ditetapkan sebesar 10% sehingga power adalah 90 % dan nilai Zβ adalah 1,282,

maka didapatkan jumlah sampel pada masing-masing kelompok adalah 17,9 ~ 18

orang. Maka total jumlah sampel yang diperlukan adalah 36 orang. Dengan

asumsi bahwa subyek yang mengalami lost to follow up sebesar 10% maka kami

bulatkan subyek penelitian menjadi 40 orang.

4.5. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas adalah teknik anestesi TCI propofol dan anestesi inhalasi.

2. Variabel tergantung adalah Analisis minimalisasi – biaya anestesi umum.

3. Variabel kendali adalah status fisik ASA, umur, indek masa tubuh,

jumlah opioid yang dipergunakan, dan lama operasi.

Page 60: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

4.6. Definisi Operasional Variabel

1. Teknik anestesi intravena total (TIVA) adalah teknik anestesi dengan

menggunakan obat-obat yang diberikan secara intravena. Dalam

penelitian ini obat yang digunakan sebagai agen utama adalah propofol.

2. Target controlled infusion (TCI) adalah teknik anestesi umum dengan

menggunakan obat intravena yang diberikan secara kontinu dengan target

kadar tertentu di plasma berdasarkan umur, berat badan serta tinggi

badan pasien.

3. Teknik anestesi inhalasi adalah teknik anestesi dengan mempergunakan

induksi intravena diberikan secara bolus yang kemudian dilanjutkan

rumatan dengan penggunaan obat anestesi inhalasi yang mana dalam

penelitian ini menggunakan isofluran.

4. Analisis minimalisasi - biaya adalah tipe analisis yang menentukan biaya

obat terendah dengan asumsi besarnya manfaat yang diperoleh sama.

Dalam hal ini akan dibandingkan biaya obat anestesi umum TCI propofol

dan anestesi inhalasi isofluran. Biaya obat anestesi umum adalah

mencakup biaya langsung penggunaan obat-obat anestesi untuk induksi

dan pemeliharaan sampai pasien ekstubasi. Biaya obat propofol dihitung

berdasarkan per ampul dan per ml rupiah, dan biaya obat anestesi

isofluran dihitung dengan mengukur jumlah volume yang habis dipakai

dan dikonversikan dalam rupiah per ml.

5. Kedalaman anestesi adalah suatu keadaan dimana terjadinya keadaan

hipnotik berkelanjutan akibat adanya penekanan pada sistem saraf pusat

Page 61: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

dan menurunnya respon terhadap stimuli dengan monitor BIS Indek

menunjukkan nilai 40-60.

6. Operasi bedah mayor adalah operasi di bidang bedah onkologi, THT,

Ortopedi, Digestif, Obstetri dan Ginekologi dengan durasi lebih dari 1

jam yang dikelola dengan anestesi umum.

7. Waktu pulih sadar adalah waktu mulai saat propofol atau gas volatil

dihentikan pemberiannya setelah selesai tindakan pembedahan saat

pasien dapat membuka mata secara spontan atas perintah dan BIS Indek

menunjukkan nilai >70.

8. Tekanan arteri rerata (TAR) adalah tekanan darah arteri rata-rata pada

setiap individu yang selama satu kali siklus jantung yang didapatkan

melalui perhitungan 2 kali tekanan darah diastolik ditambahkan tekanan

darah sistolik dibagi 3. Angka tekanan darah rerata dicatat berdasarkan

angka yang muncul di layar monitor, yang dicatat saat pasien sudah

berada di ruang operasi sebelum induksi, sesaat setelah laringoskopi

intubasi dan sesaat setelah dilakukan insisi pembedahan.

Tekanan arteri rerata yang dianggap stabil bila perubahannya tidak

melebihi 20% dari TAR basal.

Hipotensi adalah tekanan darah sistolik < 20% dari basal atau MAP

kurang dari 65 mmHg.

9. Laju nadi adalah perubahan denyut jantung persatuan waktu. Pencatatan

dilakukan saat pasien sudah berada di ruang operasi sebelum dilakukan

Page 62: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

induksi, sesaat setelah laringoskopi intubasi dan saat dilakukan incisi,

dari angka yang terekam dalam layar monitor.

10. Riwayat kejadian cerebrovascular adalah adanya riwayat kejadian

kematian sel otak akibat gangguan aliran darah ke otak seperti stroke atau

pecahnya pembuluh darah otak.

11. Penyakit jantung dan pembuluh darah adalah penyakit yang berhubungan

dengan jantung dan pembuluh darah. Dalam penelitian ini yang

dimaksud adalah penyakit jantung dan hipertensi.

12. Umur adalah umur resmi 16 – 64 tahun pada saat akan dilakukan operasi,

yang diketahui dari tanggal lahir yang didapat dari wawancara atau dari

dokumen resmi, misalnya KTP atau SIM (tahun).

13. Indek Masa Tubuh adalah ukuran persentase relatif antara masa otot

dengan lemak yang didapat dari hasil berat badan dalam kilogram dibagi

tinggi badan dalam satuan meter. IMT normal adalah 19-25 Kg/m2.

14. Berat badan : diukur dengan timbangan dengan nama dagang Health

Scale seri TZ 120, posisi berdiri memakai busana seminimal mungkin,

dengan satuan kilogram (Kg).

15. Tinggi badan : diukur dengan alat ukur tinggi badan dengan nama dagang

Health Scale seri TZ 120, dalam posisi berdiri tegak tanpa alas kaki,

dengan satuan meter (m).

16. Status Fisik ASA : adalah suatu sistem penilaian status fisik pasien

praoperasi menurut klasifikasi berdasarkan American Society of

Anesthesiologist, dikatakan status fisik ASA I jika pasien tanpa penyakit

Page 63: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

sistemik, ASA II jika pasien dengan penyakit sistemik ringan tanpa

keterbatasan fungsional, ASA III jika pasien dengan penyakit sistemik

berat yang mengakibatkan keterbatasan fungsional (Morgan dkk., 2006).

4.7. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan adalah:

1. Kuesioner dan data dari status pasien

2. Tabel penggunaan obat-obatan, tekanan darah, dan laju nadi.

3. Monitor tekanan darah, tekanan darah rerata dan laju nadi.

4. Target controlled infusion machine (Perfusor®Space dari B.Braun)

5. Alat monitor BIS Indek

6. Vaporizer isofluran yang ada di IBS RSUP Sanglah Denpasar.

4.8. Prosedur Penelitian

4.8.1. Persiapan

Penelitian ini dapat dilaksanakan setelah mendapatkan persetujuan

penelitian (ethical clearence) dari Komisi Etika Penelitian dari Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana dan RSUP Sanglah-Denpasar.

4.8.2. Penapisan pasien

Seleksi dilakukan pada saat kunjungan pra - anestesia pada pasien yang

akan menjalani pembedahan mayor dengan teknik anestesi umum. Pasien yang

memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi ditetapkan sebagai sampel. Setelah

mendapatkan penjelasan dan pasien setuju dilanjutkan dengan menandatanangi

informed concent.

Page 64: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

4.8.3. Pelaksanaan penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tahapan-tahapan yang ditentukan

sebelumnya dengan harapan perlakuan lain yang tidak diteliti diberikan sama ke

semua subyek.

4.8.3.1. Cara kerja

Cara kerja dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data adalah

sebagai berikut :

1. Seleksi dilakukan pada pasien yang akan menjalani prosedur

pembedahan mayor dengan teknik anestesi umum di Instalansi Bedah

Sentral RSUP Sanglah berdasarkan kriteria inklusi. Selanjutnya diberi

penjelasan mengenai penelitian dan dimohon kesediaannya untuk

berpartisipasi pada penelitian.

2. Surat persetujuan tindakan dan surat persetujuan berpartisipasi dalam

penelitian ditandatangani oleh pasien atau wali pasien apabila telah

menyetujui tindakan.

3. Pencatatan kembali identitas sampel di ruang persiapan Instalansi

Bedah Sentral RSUP Sanglah, kemudian dilakukan pemasangan infus

dengan cairan kristaloid, kecepatan pemberian sesuai kebutuhan cairan

pemeliharaan sesuai berat badan pasien.

4. Pasien dibawa ke ruang operasi, kemudian dipindahkan ke meja

operasi.

5. Pemasangan monitor tekanan darah non invasif, EKG, pulse oxymetry,

BIS, dilakukan pencatatan hasil di monitor untuk tekanan darah

Page 65: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

sistolik, diastolik, tekanan arteri rerata, laju nadi basal. Obat-obatan

yang disiapkan termasuk disposable spuit, three-way catheter,

extention tube, dan gas anestesi (Isofluran) yang akan dimasukkan ke

vaporizer yang sudah dikosongkan sebelumnya dicatat.

6. Pada kelompok A, dilakukan anestesi intravena total propofol

menggunakan TCI. Koinduksi dengan fentanyl 2 mcg/kgBB. Induksi

dengan propofol menggunakan TCI dengan target konsentrasi efek 4

mcg/mL. Ditunggu sampai BIS indek menunjukkan angka 40-60

kemudian diberikan fasilitas intubasi pelumpuh otot menggunakan

Atrakurium 0,5 mg/kgBB. Laringoskopi intubasi dikerjakan secara

lege artis 3 menit setelah atrakurium dimasukkan. Pemeliharaan

dengan compressed air 2 liter/menit, oksigen 2 liter/menit dan propofol

dengan target konsentrasi efek 3 mcg/mL. Sebagai komponen

analgetika fentanyl diberikan 0,5 mcg/kgBB bolus setiap setengah jam

dan ketorolac diberikan 0,5 – 0,75 mg/kgBB bolus segera setelah

intubasi. Atrakurium dapat diberikan secara intermiten sesuai

kebutuhan relaksasi lapangan operasi. Dengan monitor BIS indek

selama pembedahan pada angka 40-60 maka konsentrasi propofol

diturunkan 1 µg /mL bila BIS < 40 dan konsentrasi propofol dinaikkan

1 µg /mL bila BIS menunjukkan angka > 60. Jika BIS kembali ke

target angka 40-60, konsentrasi propofol kembali ke konsentrasi

pemeliharaan 3µg /mL.

Page 66: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

7. Pada kelompok B, dilakukan anestesi umum inhalasi dengan isofluran.

Koinduksi dengan fentanyl 2 mcg/kgBB. Induksi dengan propofol

2 – 2,5 mg/kgBB bolus secara titrasi manual sampai pasien terinduksi

dan BIS indek menunjukkan angka 40-60. Pelumpuh otot yang

digunakan atrakurium 0,5 mg/kgBB. Laringoskopi intubasi dikerjakan

secara lege artis 3 menit setelah atrakurium dimasukkan. Pemeliharaan

dengan compressed air 2 liter/menit, oksigen 2 liter/menit dan

Isofluran 0,5 – 1,5 vol%. Sebagai komponen analgetika fentanyl

diberikan 0,5 mcg/kgBB bolus setiap setengah jam dan ketorolac

diberikan 0,5 – 0,75 mg/kgBB bolus segera setelah intubasi.

Atrakurium dapat diberikan secara intermiten sesuai kebutuhan

relaksasi lapangan operasi. Dengan monitor BIS selama pembedahan

pada angka 40-60 maka volume gas (vol %) isofluran diturunkan

sampai dengan 0,5 vol% bila BIS < 40 dan volume gas (vol %)

isofluran dinaikkan sampai dengan 1,5 vol% bila BIS indek

menunjukkan angka > 60. Jika BIS kembali ke target angka 40-60,

volume gas (vol %) isofluran kembali ke volume pemeliharaan.

8. Pencatatan tekanan darah, nadi, RR, SaO2 saat pasien terinduksi yang

ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata, respon verbal, dan nilai

BIS 40-60, saat laringoskopi-intubasi, satu menit setelah intubasi serta

satu menit setelah insisi.

Page 67: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

9. Pemberian propofol atau Isofluran dihentikan (BIS indek masih 40-60)

setelah selesai dilakukan dressing luka operasi, dilakukan pencatatan

waktu dan pemakaian obat / gas anestesi.

10. Evaluasi dilakukan dengan memberikan perintah untuk buka mata pada

pasien. Waktu pasien bisa buka mata atas perintah dicatat sebagai

waktu pulih sadar. Segera setelah ekstubasi pasien dipindahkan ke

ruang pulih.

11. Bila terjadi komplikasi :

• Hipotensi (tekanan darah sistolik < 20% dari basal atau MAP

kurang dari 65 mmHg), diberikan efedrin 5 mg, diulang setiap 5

menit sampai tekanan darah sistolik kembali normal.

• Mual dan atau muntah diberikan ondancetron 4 mg intravena.

12. Semua hasil data dicatat pada formulir yang sudah disediakan dan catat

efek samping yang muncul pada kedua kelompok.

Page 68: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 4.2. Bagan alur penelitian

Pasien yang akan menjalani operasi elektif bedah mayor

Populasi terjangkau

ELIGIBLE SAMPEL

Kelompok A

TCI Propofol

Kelompok B

Isofluran

Kriteria Inklusi

Kriteria Eksklusi

RANDOMISASI

BIAYA

BIAYA

ANALISIS DATA

Page 69: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 4.3 Bagan alur penelitian kelompok TCI propofol

Catat penggunaan obat-obatan anestesi, periksa hemodinamik; tekanan darah sistolik, diastolik, laju nadi, takanan arteri rerata , dan BIS Indek sebelum pasien dilakukan tindakan anestesia

insisi pembedahan Periksa takanan darah

sistolik, diastolik, laju nadi, tekanan arteri rerata 1 menit setelah insisidurasi operasi, perdarahan.

Buka mata atas perintah

Waktu Pulih Sadar

Kelompok TCI

Koinduksi Fentanyl 2 µg/KgBB, Ketorolac 0,5-0,75 mg/KgBB (5 menit sebelum induksi), Induksi TCI Propofol dengan target konsentrasi efek Schinder 4 µg/ml

BIS 40-60

BIS 40-60

Stop Propofol

ANALISIS STATISTIK

Catat penggunaan obat-obatan anestesi, Periksa takanan darah sistolik, diastolik, laju nadi, tekanan arteri rerata setelah pasien terinduksi , setelah dilakukan laringoskopi intubasi

LARINGOSKOPI INTUBASI

Fasilitas Intubasi Atracurium 0,5 mg/kgBB

• Dosis Pemeliharaan Propofol 3µg /mL

• Fentanyl 0,5 µg/KgBB bolus @ 30 menit

• Compressed Air : O2 • Atrakurium intermitten

Ruang Pulih (RR)

Naikan/ Turunkan pemeliharaan Propofol TCI 1-3µg /mL

Page 70: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Gambar 4.4 Alur penelitian kelompok anestesi inhalasi

Ruang Pulih (RR)

INSISI PEMBEDAHAN Periksa tekanan darah

sistolik, diastolik, laju nadi, tekanan darah rerata (T) 1 menit setelah insisi, durasi operasi, perdarahan.

Isofluran Stop Waktu Pulih Sadar

Kelompok Anestesi Inhalasi

Koinduksi Fentanyl 2µg /kgBB, Ketorolac 0,5-0,75mg/KgBB (5 menit sebelum induksi), Induksi Propofol 2-2,5 mg/kg BB selama 3 menit (atau sampai BIS 40-60),

• Dosis Pemeliharaan Isofluran 0,5-1,5 Vol% : Compressed Air : O2

• Fentanyl 0,5 µg/KgBB bolus @ 30 menit

• Atrakurium intermitten

BIS 40-60

BIS 40-60

Naikkan /Turunan Vol % Isofluran s/d 0.5- 1,5 Vol%

LARINGOSKOPI INTUBASI

Buka Mata atas Perintah

ANALISIS STATISTIK

Catat penggunaan obat-obatan anestesi, periksa hemodinamik; tekanan darah sistolik, diastolik, laju nadi, takanan arteri rerata sebelum pasien dilakukan tindakan anestesia

Catat penggunaan obat-obatan anestesi, Periksa takanan darah sistolik, diastolik, laju nadi, tekanan arteri rerata setelah pasien terinduksi, setelah dilakukan laringoskopi intubasi

Fasilitas Intubasi Atracurium 0,5 mg/ kgBB

Page 71: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

4.9 Analisis Data

Data pada penelitian ini akan dianalisis menggunakan program SPSS ver.

17 for Windows dengan tahapan sebagai berikut :

4.9.1 Analisis statistik deskriptif

Analisis ini bertujauan untuk menggambarkan karakteristik subjek

penelitian berdasarkan kelompok perlakuan. Untuk data dengan kriteria numerik

seperti umur, IMT, TAR, waktu bangun, kebutuhan propofol, dan isofluran akan

dipresentasikan dalam rerata ± simpang baku (SD). Untuk data dengan kriteria

kategorikal seperti jenis kelamin dan status fisik ASA dipresentasikan dalam

frenkuensi dan persentase (%).

4.9.2 Uji normalitas data

Untuk mengetahui distribusi atau sebaran data dari variabel tergantung

pada masing-masing kelompok perlakuan digunakan uji Saphiro Wilk. Jika nilai P

> 0,05 maka data berdistribusi normal. Dan Jika nilai P ≤ 0,05 maka data

berdistribusi tidak normal.

4.9.3 Uji homogenitas varian

Homogenitas varian dari masing-masing kelompok perlakuan digunakan

uji Lavene’s test. Jika nilai P > 0,05 maka data homogen. Dan jika nilai P ≤ 0,05

maka data tidak homogen.

4.9.4 Analisis beda rerata

Data berdistribusi normal maka dilakukan uji t dua sampel tidak

berpasangan. Jika data berdistribusi tidak normal, maka dilakukan uji Man

Withney.

Page 72: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB V

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis terhadap 40 orang pasien

yang memenuhi kriteria eligibilitas yang menjalani tindakan pembedahan di

kamar operasi RSUP Sanglah. Pasien status fisik ASA I dan II yang berumur 16-

64 tahun, dikerjakan dengan teknik anestesi umum pemasangan pipa endotrakeal

merupakan sampel pada penelitian ini. Dilakukan perbandingan biaya anestesi

umum TIVA propofol menggunakan TCI dan anestesi inhalasi isofluran. Dari

keseluruhan sampel yang diambil secara randomisasi konsenkutif, dua puluh

diantaranya mendapat anestesi umum intravena total menggunakan TCI propofol

sedangkan dua puluh lainnya merupakan kelompok kontrol yang mendapat

anestesi umum inhalasi, dari seluruh jumlah sampel tidak ada yang dieksklusi.

5.1 Karakteristik Sampel

Penggambaran karakteristik sampel bertujuan untuk melihat apakah kedua

kelompok sebanding (comparable) atau tidak. Kelompok perlakuan dan kontrol

masing-masing terdiri dari 20 sampel. Umur pada kedua kelompok terdistribusi

normal dengan rentang umur sampel pada kelompok anestesi intravena total

dengan TCI propofol berkisar antara 16-63 tahun, dengan rata-rata usia 40,9 tahun

dan simpang baku 1,43. Sedangkan umur sampel pada kelompok kontrol berkisar

antara usia 16-64 tahun dengan rata-rata 37,2 tahun dengan simpang baku 1,33

(Tabel 5.1). Secara statistik dengan uji t dua sampel tidak berpasangan

didapatkan kedua kelompok memiliki variasi yang homogen (p 0,400).

Page 73: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Karakteristik jenis kelamin 20 sampel kelompok TCI propofol terdiri dari

10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan. Sedangkan kelompok isofluran terdiri

dari 6 orang laki-laki dan 14 orang perempuan. Tidak ada perbedaan bermakna

antara kelompok TCI propofol dan isofluran (p 0,060).

Kelompok TCI terdiri dari 14 sampel ASA I dan 6 sampel ASA II,

sedangkan kelompok isofluran 6 sampel ASA I dan 14 sampel ASA II. Dari uji

pearson Chi Square tidak didapatkan perbedaan antara kedua kelompok (p 1,000).

Rentang BMI sampel pada kelompok anestesi intravena total dengan TCI

propofol berkisar antara 18,75– 30,3 kg/m2, dengan rata-rata 23,42 kg/m2 dan

simpang baku 2,78 kg/m2. Sedangkan BMI sampel pada kelompok kontrol

berkisar antara 15,4 - 35,3 kg/m2 dengan rata-rata 23,51 kg/m2 dan simpang baku

4,51 kg/m2. Secara statistik dengan uji t didapatkan bahwa kedua kelompok

memiliki variasi yang normal dalam hal BMI (p 0,079).

Karakteristik berdasarkan jenis operasi, terbanyak pada operasi bedah

onkologi, pada kelompok TCI propofol 12 orang dan kelompok isofluran 13

orang. Dua orang dari sampel pada kelompok TCI propofol menjalani operasi

bedah THT dan 5 orang pada kelompok isofluran yang menjalani operasi yang

sama. Untuk operasi bedah orthopedi masing – masing 3 orang dan 1 orang secara

berurutan dari kelompok perlakuan dan kontrol. Tidak ada perbedaan bermakna

pada masing – masing kelompok (p 0,830).

Page 74: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tabel 5.1 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelompok Perlakuan

Karakteristik

TCI

(n = 20)

Isofluran

(n = 20 )

P

Status fisik ASA

ASA I

ASA II

14 (70 %)

6 (30 %)

6(30 %)

14 (70 %)

1,000 c

Umur (tahun) 40,9 (± 1,43) 37,2(± 1,33) 0,400 a

BMI (Kg/m2) 23,42 (± 2,78) 23,51 (± 4,51) 0,079 b

Jeniskelamin

Laki-laki

Perempuan

10 (50 %)

10(50 %)

6(30 %)

16(70 %)

0,060 c

Jenis Operasi

ONKOLOGI

ORTHOPEDI

THT

MATA

BEDAH PLASTIK

12(60 %)

3 (15 %)

2(10 %)

2 (10 %)

1(5 %)

13(65 %)

1(5 %)

5(25 %)

-

1 (5 %)

0,830 c

Keterangan : Data ditampilkan dalam bentuk rerata (± simpang baku) dan frekwensi (%). a = hasil uji Mann-Whitney, b = hasil uji t dua sampel tidak berpasangan, c = hasil uji pearson Chi Square test, nilai p > 0,05 tidak berbeda bermakna.

5.2 Perbandingan Lama Operasi dan Total Penggunaan Obat

Perbandingan lama operasi kelompok propofol intravena TCI dan isofluran

tidak ditemukan perbedaan yang signifikan secara statistik (p 0,200). Jumlah

penggunaan obat ditemukan perbedaan yang bermakna sesuai dengan perlakuan

pada masing-masing kelompok di mana obat utama yang digunakan dalam

pengelolaan anestesi memang berbeda (p < 0,001).

Page 75: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tabel 5.2 Perbandingan Lama Operasi

TCI propofol

(n = 20)

Isofluran

(n = 20)

p

Lama operasi (menit)

169,75 (±6,14)

203,2 (±7,76)

0,200

Keterangan : Data ditampilkan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Tabel 5.2.1 Perbandingan total penggunaan obat anestesi umum

TCI (n = 20) Isofluran (n = 20) p

Jumlah pemakaian obat

Propofol (mg)

Isofluran (ml)

1450,32(±5,07)

-

-

84,75 (±3,23)

< 0,001

Rasio penggunaan obat persatuan waktu

Propofol (mg/menit)

Isofluran (ml/menit)

8,54 (±2,04)

-

-

0,42 (±0,09)

< 0,001

Keterangan : Data ditampilkan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Tabel 5.2.2 Perbandingan dosis induksi propofol

Perlakuan

p TCI (n = 20) Isofluran (n = 20)

76,2 (±8,32) 111(±34) < 0,001

Keterangan : Data ditampilkan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Page 76: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Perbedaan dosis induksi propofol antara kelompok TCI propofol dan

inhalasi didapatkan perbedaan bermakna dari uji statistik dengan nilai p < 0,001.

Pada kelompok TCI propofol dosis induksi mencapai nilai BIS 40 – 60 adalah

76,2 mg dengan simpang baku 8,32 mg sedangkan kelompok kontrol dosis

propofol induksi 111 mg dengan simpang baku 34 mg.

Tabel 5.2.3 Perbandingan total fentanyl

TCI (n = 20) Isofluran (n = 20) p

Total fentanyl (mcg) 287,25 (±89,5) 292,1 (±67,2) 0,547

Keterangan : Data ditampilkan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Perbandingan total fentanyl pada kelompok TCI propofol dan isofluran

dari uji statistik t dua sampel tidak berpasangan tidak berbeda bermakna dengan

nilai p 0,547.

5.3 Perbandingan Tekanan Arteri Rerata

Perbandingan keadaan hemodinamik dilakukan pada kedua kelompok

dalam hal tekanan arteri rerata basal, induksi dan sesaat setelah dilakukan

laringoskopi intubasi. Dilakukan uji statistik pada masing – masing kelompok

kemudian dilakukan perbandingan keadaan hemodinamik pada kedua kelompok.

Dari uji normalitas, didapatkan data tidak berdistribusi normal. Secara statistik

dengan uji Mann Whitney didapatkan kedua kelompok perbedaan tekanan arteri

rerata basal tidak bermakna (p 0,432). Sedangkan pada tekanan arteri rerata

setelah induksi pada kelompok TCI dan isofluran tidak didapatkan juga fluktuasi

Page 77: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

yang bermakna dari uji klinik (p 0,234). Sedangkan tekanan arteri rerata pasca

laringoskopi intubasi tidak didapatkan perbedaan yang bermakna secara statistik

pada kedua kelompok (p 0,705).

Kejadian hipotensi pada kelompok anestesi intravena total menggunakan

TCI didapatkan tujuh sampel (35%) setelah induksi sedangkan pada kelompok

anestesi inhalasi didapatkan 12 pasien mengalami hipotensi (60%). Dari uji

statistik didapatkan hasil yang tidak bermakna (p 0,113).

Tabel 5.3.1 Perbandingan tekanan arteri rerata basal, pascainduksi, pascaintubasi

TCI

(n = 20)

Isofluran

(n = 20 )

p

TAR 1 (mmHg) 94,5 (±1,3) 95,9(±1,06) 0,432

TAR 2 (mmHg)

84,05(±1,23)

79,83(±1,38)

0,234

TAR 3 (mmHg) 82,8(±9,18) 82(±8,47) 0,705

Keterangan : TAR 1 : Tekanan Arteri Rerata Basal, TAR 2 : Tekanan Arteri Rerata induksi, TAR 3 : Tekanan Arteri Rerata pascaintubasi. Data disajikan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji Mann Whitney, nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Tabel 5.3.2 Perbandingan kejadian hipotensi pascainduksi

Kejadian hipotensi

Pascainduksi

Rasio dengan TAR Basal

p Stabil Hipotensi

TCI (n = 20) 13 (65%) 7 (35%)

0,113 Isofluran ( n = 20) 8 (40%) 12 (60%)

Keterangan : TAR : Tekanan Arteri Rerata. Data disajikan dalam bentuk frekwensi (%). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan, nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Page 78: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Penambahan obat efedrin pada sampel yang mengalami episode hipotensi

didapatkan 10 subjek pada kelompok isofluran dan 2 subjek pada kelompok

propofol. Meskipun tidak bermakna untuk diuji secara statistik, namun kebutuhan

terhadap penambahan obat akibat episode hipotensi tentunya akan membawa

implikasi terhadap penambahan biaya obat anestesi intraoperatif.

5.4 Perbandingan Waktu Pulih

Perbandingan waktu pulih sadar pada kelompok TCI propofol yaitu 8,9

menit (±3,29 menit) sedangkan pada kelompok anestesi inhalasi isofluran 17,5

menit (±8,34 menit). Dari uji statistik Mann Whitney didapatkan perbedaan

bermakna diantara kedua kelompok (P < 0,001).

Table 5.4 Perbandingan Waktu Pulih Sadar

TCI

(n = 20)

Isofluran

(n = 20 )

p

Waktu Pulih Sadar (menit)

8,9 (±3,29) 17,5 (±8,34) < 0,001

Keterangan : Data disajikan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji Mann Whitney nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna. 5.5 Analisis Minimalisasi – Biaya Obat Anestesi Umum

Jumlah pemakaian propofol yang direratakan pemakaiannya per durasi

operasi, maka didapatkan kelompok TCI menggunakan 8,54 mg/menit (512,4

mg/jam). Sedangkan untuk kelompok kontrol, didapatkan rerata jumlah

pemakaian isofluran per durasi operasi 0,42 ml/menit (25,2 ml/jam).

Harga satuan propofol dan isofluran berdasarkan harga jual di depo IBS

RSUP Sanglah perbulan Januari 2015 sebesar Rp. 20.782,- / ampul 200 mg

propofol dan Rp. 326.681,- / botol 100 ml isofluran, jika dikonversikan maka

Page 79: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

didapatkan harga Rp. 103,91/mg propofol dan Rp. 3.266,81 / ml isofluran cair

sebelum diuapkan.

Perhitungan harga penggunaan propofol sebagaimana obat-obat anestesi

intravena lainnya, tidak bisa begitu saja dihitung per-ml penggunaan tetapi

berdasarkan jumlah ampul yang dibuka. Sedangkan untuk kelompok kontrol

dalam perhitungan telah dimasukkan harga 1 ampul propofol sebagai agen induksi

yang kemudian dilanjutkan agen isofluran sebagai rumatan.

Hasil analisis minimalisasi - biaya obat anestesi umum dari kedua

kelompok didapatkan perbedaan bermakna. Biaya obat anestesi umum pada

kelompok anestesi intravena propofol TCI didapatkan dengan rata-rata Rp.

155.865,- dan simpang baku Rp. 52.009,66. Sedangkan pada kelompok kontrol

didapatkan dengan rata-rata Rp. 297.644,- dengan simpang baku Rp. 105.787,-.

Berdasarkan statistik dengan uji t dua sampel tidak berpasangan didapatkan

bahwa kedua kelompok memiliki perbedaan signifikan (p < 0,001).

Tabel 5.5 Perbandingan Total Biaya Obat Anestesi Umum

Biaya Obat Anestesi Umum

TCI

(n = 20)

Isofluran

(n = 20 )

P

Biaya Total (Rp.) Rp. 155.865,- (±52.009,66)

Rp. 297.644,- (±105.787)

< 0,001

Per menit anestesi(Rp) Rp. 800,85 (±127,99)

Rp. 1.266,32 (±227,26)

< 0,001

Keterangan : Data disajikan dalam bentuk rerata (± simpang baku). n = jumlah sampel, uji statistik menggunakan uji t dua sampel tidak berpasangan. Nilai p ≤ 0,05 berbeda bermakna.

Page 80: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Perbandingan biaya obat anestesi umum per menit anestesi didapatkan

rata-rata biaya obat anestesi umum intravena propofol TCI sebesar Rp. 800,85,-

dengan simpang baku Rp. 127,99 sedangkan pada kelompok kontrol Rp. 1.266,32

dengan simpang baku Rp. 227,26. Dari data statisik terdapat perbedan bermakna

antara kedua kelompok dengan nilai p < 0,001.

Page 81: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB VI

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan analisis minimalisasi biaya obat anestesi umum

yang membandingkan biaya dua jenis obat anestesi umum yaitu propofol

intravena target controlled infusion dan anestesi inhalasi isofluran. Penelitian uji

klinik ini dilakukan pada pasien yang menjalani operasi bedah mayor dengan

pemberian anestesi umum di Instalasi Bedah Sentral di RSUP Sanglah selama

Februari 2015. Sebagai sampel penelitian ini adalah pasien ASA I-II yang

berumur 16-64 tahun, yang dilakukan anestesi umum dengan teknik GA-OTT.

Sampel diambil secara konsekutif acak saat kunjungan pra anestesi sebanyak 40

sampel, dimana 20 sampel untuk kelompok TCI propofol dan 20 sampel untuk

kelompok anestesi inhalasi isofluran, dari seluruh sampel tidak ada yang

dieksklusi. Pada penelitian ini dipergunakan teknik anestesi umum TCI propofol

menggunakan target konsentrasi efek sebagai induksi dan pemeliharaan.

Sedangkan pada kelompok kontrol dilakukan induksi secara intravena propofol

dosis 2-2,5 mg/ KgBB yang dilanjutkan dengan pemeliharaan anestesi inhalasi

isofluran. Dipergunakan monitor BIS untuk menyamakan kedalaman anestesi

pada kedua kelompok sehingga bias penelitian bisa dikurangi. Total biaya obat

anestesi umum propofol intravena dan anestesi inhalasi menggunakan daftar harga

obat depo IBS RSUP Sanglah Denpasar per Januari 2015.

6.1 Karakteristik Sampel

Penggambaran karakteristik sampel bertujuan untuk melihat apakah kedua

kelompok sudah sebanding (comparable) atau tidak. Kelompok perlakuan dan

Page 82: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

kontrol masing-masing terdiri dari 20 sampel. Pada kedua kelompok dilakukan uji

normalitas data menggunakan uji saphiro wilk.

Umur pada kedua kelompok terdistribusi normal, secara statistik

didapatkan kedua kelompok memiliki variasi yang homogen (p 0,400). Rentang

umur sampel pada kelompok TCI propofol berkisar antara 16-63 tahun, dengan

rata-rata usia 40,9 tahun dan simpang baku 1,43. Sedangkan umur sampel pada

kelompok kontrol berkisar antara usia 16–64 tahun dengan rata-rata 37,2 tahun

dengan simpang baku 1,33. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, 20 sampel

kelompok TCI propofol terdiri dari 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.

Sedangkan kelompok isofluran terdiri dari 6 orang laki-laki dan 14 orang

perempuan. Tidak ada perbedaan bermakna antara kelompok TCI dan Isofluran (p

0,060).

Variabel status fisik ASA berdasarkan uji statistik tidak didapatkan

perbedaan antara kedua kelompok (p 1,000). Rentang BMI sampel pada kelompok

anestesi intravena total dengan TCI berkisar antara 18,75– 30,3 kg/m2, dengan

rata-rata 23,42 kg/m2 dan simpang baku 2,78 kg/m2. Sedangkan BMI sampel pada

kelompok kontrol berkisar antara 15,4- 35,3kg/m2 dengan rata-rata 23,51 kg/m2

dan simpang baku 4,51 kg/m2. Secara statistik didapatkan bahwa kedua kelompok

memiliki variasi yang normal dalam hal BMI (p 0,079).

Karakteristik berdasarkan jenis operasi, terbanyak pada operasi bedah

onkologi, pada kelompok TCI 12 orang dan kelompok isofluran 13 orang. Tidak

ada perbedaan bermakna pada masing – masing kelompok (P 0,830).

Page 83: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Variabel umur, jenis kelamin, BMI, status fisik ASA, dan jenis operasi

secara statistik pada kedua kelompok memiliki variasi yang sebanding dan

comparable (Tabel 5.1).

6.2 Perbandingan Lama Operasi dan Total Penggunaan Obat

Perbandingan lama operasi pada kedua kelompok dari uji statistik tidak

didapatkan perbedaan bermakna (p 0,200). Jumlah penggunaan obat ditemukan

perbedaan yang bermakna sesuai dengan perlakuan pada masing-masing

kelompok di mana obat utama yang digunakan dalam pengelolaan anestesi

memang berbeda (p < 0,001). Analisis nantinya tidak berhenti pada perbedaan

yang bermakna dari pemakaian obat yang ditampilkan pada kolom hasil saja,

tetapi akan berusaha mengetahui biaya ekonomi yang ditimbulkan dari masing-

masing penggunaan obat tersebut (obat intravena propofol dan gas inhalasi

isofluran). Sedangkan untuk penggunaan obat-obat yang lain seperti analgetik

opioid (Fentanyl), NSAID (Ketorolac), dan pelumpuh otot (Atrakurium)

diperlakukan sama pada kedua kelompok dengan tetap memperhatikan klinis serta

kebutuhan dari subjek penelitian durante operasi.

Lama operasi pada kelompok TCI propofol didapatkan rerata 169,75 menit

dengan simpang baku 6,14 menit, sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan

lama operasi 203,2 menit dengan simpang baku 7,76 menit, berdasarkan uji t dua

sampel tidak berpasangan tidak didapatkan perbedaan bermakna dengan nilai p

0,200.

Page 84: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Perbandingan total penggunaan opioid fentanyl tidak berbeda bermakna

pada kedua kelompok perlakuan dimana pada kelompok TCI propofol total

penggunaan fentanyl 287,25 (±89,5) mcg sedang kelompok isofluran 292,1

(±67,2) mcg.

Perbandingan total penggunaan jumlah obat anestesi yang digunakan, total

propofol yang digunakan pada kelompok TCI propofol adalah 1450,32 mg dengan

simpang baku 5,07 mg, sedangkan kelompok isofluran 84,75 ml dengan simpang

baku 3,23 ml. Berdasarkan uji t dua sampel tidak berpasangan didapatkan nilai

yang bermakna dengan p < 0,001. Rasio penggunaan obat persatuan waktu yaitu

per menit, didapatkan pada kelompok TCI propofol 8,54 mg dengan simpang

baku 2,04 mg dan kelompok kontrol 0,42 ml dengan simpang baku 0,09 ml. Hasil

uji t dua sampel tidak berpasangan didapatkan berbeda bermakna dengan nilai p <

0,001.

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Iswayudi, dkk. pada tahun 2013,

didapatkan lama operasi pada kelompok TCI propofol 159,69 menit dengan

simpang baku 30,32 menit, jumlah obat propofol yang terpakai 1442 mg dengan

simpang baku 264,23 mg, dan rasio penggunaan obat persatuan waktu 9,04 mg

dengan simpang baku 0,35 mg (Iswahyudi, dkk., 2013). Terdapat perbedaan

dalam hal rasio penggunaan obat per satuan waktu, dimana penelitian ini alat yang

digunakan dalam menilai kedalam anestesi adalah monitor BIS indek yang

mampu memfasilitasi pengukuran kedalaman anestesi secara kontinyu, sedangkan

pada penelitian Iswahyudi, dkk digunakan alat monitor kedalaman anestesi

Page 85: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

dengan IOC. Dari hasil penelitian ini didapatkan perbedaan kebutuhan rasio

penggunaan obat per satuan waktu sebesar 5,5 %.

Studi Stefan suttner, dkk yang meneliti analisis biaya TCI propofol

dibandingkan dengan regimen standar anestesi pada operasi laparoskopi

kolesistektomi didapatkan rerata durasi anestesi 113 ± 24 menit didapatkan dosis

propofol 2180 ml dan isofluran 345 ml. Dosis isofluran persatuan waktu

didapatkan rerata 2,5 ml/menit. Terdapat perbedaan bermakna dalam hal

kebutuhan isofluran per satuan waktu dikarenakan pada penelitian Stefan Suttner,

dkk menggunakan vaporizer analyser (vapor 19.3; Dragerwerke, Lubeck,

Jerman), yang menggunakan mesin penghitung berat presisi (SG 16001; Mettler-

Toledo, Greifensee, Swiss). Mengkonversi dari satuan milligram ke milliliter

dengan menggunakan berat spesifik isofluran (1,50 gr/mL). Sedangkan pada

penelitian ini dilakukan pengukuran secara manual volume isofluran sebelum

dilakukan anestesi dan setelah operasi selesai menggunakan gelas ukur kaca. Alat

vaporizer yang digunakan Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah terkalibrasi pada

tahun 2013.

Penelitian ini melakukan pencatatan dosis propofol yang dibutuhkan dalam

induksi yang ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien. Dalam menilai

kesadaran digunakan alat monitor BIS indek yang merupakan varian dari

gelombang EEG. BIS indek menangkap gelombang EEG otak bagian frontal,

dimana pasien mulai kehilangan kesadaran apabila nilai BIS indek mulai turun

dari angka 70. Monitor BIS indek telah disetujui oleh FDA sejak tahun 1996

Page 86: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

sebagai alat monitor menilai kedalam anestesi. Dari beberapa literatur BIS indek

mengurangi dosis penggunaan obat anestesi hingga 30 %.

Perbandingan dosis induksi propofol didapatkan perbedaan bermakna,

dimana dosis induksi menggunakan TCI propofol adalah 76,2 mg dengan simpang

baku 8,32 mg sedangkan induksi manual dengan propofol didapatkan dosis

induksi 111 mg dengan simpang baku 34 mg. Dosis induksi dicatat saat monitor

BIS mencapai nilai indek 40-60. Dari hasil uji t dua sampel tidak berpasangan

didapatkan perbedaan bermakna dalam dosis induksi propofol untuk mencapai

nilai BIS indek 40-60. Secara teori, dosis induksi propofol 2 – 2,5 mg/ kgBB,

dengan penggunaan fasilitas monitor BIS indek kita dapat mengurangi dosis

induksi propofol.

6.3 Perbandingan Tekanan Arteri Rerata

Efek mayor propofol terhadap sistem kardiovaskular adalah penurunan

tekanan darah arteri akibat penurunan drastis tahanan pembuluh darah sistemik

(inhibisi aktivitas vasokonstriktor simpatik), kontraktilitas jantung, dan preload.

Induksi anestesia dengan propofol telah menunjukkan efek terhadap hemodinamik

yang poten, yang didominasi oleh hipotensi (Singh, 2005). Induksi anestesia

dengan propofol sering disertai dengan penurunan tekanan darah arterial dan

denyut jantung yang signifikan (Monk dkk., 1987; Claeys dkk., 1988; Hug dkk.,

1993).

Penurunan tekanan arterial berkaitan dengan penurunan curah

jantung/indeks jantung (15%), indeks volume sekuncup (20%), dan tahanan

Page 87: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

pembuluh darah sistemik (15-25%) (Prys-Roberts dkk., 1983; Coates dkk., 1987).

Indeks kerja sekuncup ventrikel kiri juga mengalami penurunan (30%) (Claeys

dkk., 1988). Penurunan tekanan darah sistemik setelah dosis induksi propofol

tampaknya disebabkan oleh vasodilatasi dan depresi miokard. Kedua efek tersebut

tergantung pada dosis dan konsentrasi plasma (Pagel dan Warltier, 1993). Efek

vasodilatasi propofol disebabkan oleh penurunan aktivitas simpatis (Ebert dkk.,

1992).

Sistem TCI Schnider memungkinkan induksi yang lebih lembut dan pelan

karena pengisian kompartemen pertama (k1) terjadi secara gradual sampai

konsentrasi effect site (k1e) tercapai yang ditandai dengan nilai BIS 40-60,

disinilah keuntungan penggunaan TCI (Ching Tang Wu dkk., 2009).

Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi anestesi. Idealnya induksi

harus berjalan dengan lembut dan cepat, disertai dengan hemodinamik yang stabil.

Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan keselamatan pasien,

dan salah satu faktor penentunya adalah kestabilan hemodinamik selama tindakan

induksi dilakukan, hal ini dapat dicapai apabila obat anestesi tersebut dapat

memberikan tingkat kedalaman anestesi yang adekuat untuk pembedahan tanpa

menimbulkan depresi yang serius terhadap fungsi hemodinamik (DLDS Siahaan,

2011).

Perbandingan keadaan hemodinamik dilakukan pada kedua kelompok

dalam hal tekanan arteri rerata basal, pascainduksi, pascaintubasi. Dilakukan uji

statistik pada masing –masing kelompok kemudian dilakukan perbandingan

keadaan hemodinamik pada kedua kelompok. Data tidak berdistribusi normal

Page 88: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

pada kedua kelompok sehingga kami menggunakan uji Mann Whitney didapatkan

kedua kelompok memiliki variasi tekanan arteri rerata basal yang homogen (p

0,432). Sedangkan pada tekanan arteri rerata sesudah induksi pada kelompok TCI

dan isofluran tidak didapatkan juga fluktuasi yang bermakna dari uji klinik (p

0,234). Sedangkan tekanan arteri rerata pasca intubasi tidak didapatkan perbedaan

yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok (p 0,705).

Target controlled infusion semakin berkembang dengan harapan

pemberian agen anestesi dengan target kadar obat dalam plasma atau di organ

target sehingga kadar obat tetap stabil. Hal ini didapatkan dengan menggabungkan

ilmu farmakodinamik dan farmakokinetik dengan kemampuan komputer

menghitung kadar obat. Secara teoritis pemberian obat intravena menggunakan

TCI akan memberikan hasil hemodinamik yang lebih stabil karena kadar obat

dalam plasma yang lebih stabil. Parameter yang digunakan pada penelitian ini

adalah ada tidaknya kejadian hipotensi saat induksi maupun durante operasi.

Kejadian hipotensi pada kelompok anestesi intravena propofol

menggunakan TCI didapatkan tujuh sampel (35%) setelah induksi sedangkan pada

kelompok anestesi inhalasi didapatkan 12 sampel mengalami hipotensi (60%).

Dari uji statistik didapatkan hasil yang tidak bermakna (p 0,113).

Penggunaan efedrin sebagai obat tambahan untuk episode hipotensi yang

dialami hanya didapatkan 10 sampel pada kelompok isofluran dan 2 sampel pada

kelompok propofol. Meskipun tidak bermakna untuk diuji secara statistik, namun

kebutuhan terhadap penambahan obat akibat episode efek samping tentunya akan

membawa implikasi terhadap penambahan biaya anestesi intraoperatif.

Page 89: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

6.4 Perbandingan Waktu Pulih

Perbandingan waktu pulih kelompok anestesi intravena propofol

menggunakan TCI 8,9 menit (±3,29 menit) dibanding kelompok anestesi inhalasi

isofluran 17,5 menit (±8,34 menit). Dari uji statistik didapatkan perbedaan

bermakna diantara kedua kelompok (P < 0,001). Hal ini sesuai dengan penelitian

Stefan suttner, dkk,. waktu yang dibutuhkan dari penghentian regimen anestesi

hingga ektubasi (6 ± 2 menit) dan lama perawatan di Post Anesthesia Care Unit

(PACU) (70 ± 12 menit) lebih singkat pada grup TCI propofol dibandingkan grup

isofluran (15 ± 3 dan 87 ± 13 menit) dengan nilai p 0.05. Pada penelitian

Iswahyudi, dkk,. didapatkan waktu pulih sadar pada kelompok TCI 9,33 menit

dari waktu propofol dimatikan, dengan simpang baku sebesar 1,680 menit.

Keunggulan penggunaan propofol pada teknik TIVA adalah rasa nyaman

pascaoperasi dan waktu pulih sadar (waktu ekstubasi) yang lebih singkat.

Cepatnya waktu pulih sadar ini sesuai dengan contex sensitivity half life propofol

dalam darah yang akan berkurang dengan cepat konsentrasi efektifnya dalam

plasma begitu obat dihentikkan pemberiannya. Dosis efektif anestesi propofol

dalam plasma sekitar 2-4 µg/mL dan hilangnya kesadaran (BIS 40-60) pada

konsentrasi 6 µg/mL. Begitu pemberian propofol dihentikan pemberianya maka

konsentrasi bangun sekitar 1,5 µg/mL segera tercapai dalam waktu 8-10 menit

(Jaap Vuyk dkk.,1992). Singkatnya waktu bangun pada kelompok TCI

dikarenakan dosis propofol lebih kecil, induksi lebih lembut sehingga waktu

tercapainya konsentrasi effect site dengan waktu eliminasi obat terjadi konstan

dan fluktuasi hemodinamik yang lebih stabil. Pada beberapa penelitian

Page 90: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menyebutkan jenis kelamin juga mempengaruhi farmakodinamik propofol

terutama wanita geriatri jika dibandingkan dengan laki-laki geriatri, dengan alasan

analisa farmakodinamika pada wanita geriatri distribusi obat untuk mengisi

volume perifer (V3) lebih lambat, metabolisme clearence obat lebih tinggi (Cl1)

dan lean body mass pada wanita lebih kecil dibandingkan laki-laki sehingga pada

pemberian dosis propofol yang sama, maka wanita akan mendapatkan dosis obat

kurang 10% (Jaap Vuyk dkk.,2001).

6.5 Analisis Minimalisasi – Biaya Obat Anestesi Umum

Farmakoekonomi merupakan salah satu cabang dalam bidang farmakologi

yang mempelajari mengenai pembiayaan pelayanan kesehatan, dimana

pembiayaan dalam hal ini mencakup bagaimana mendapatkan terapi yang efektif,

bagaimana dapat menghemat pembiayaan, dan bagaimana dapat meningkatkan

kualitas hidup (Waley, Davey, 1995), ( Walley, Haycox, 1991).

Kajian analisis farmakoekonomi dikenal empat metode analisis. Keempat

metode analisis ini bukan hanya mempertimbangkan efektivitas, keamanan, dan

kualitas obat yang dibandingkan, tetapi juga aspek ekonominya. Karena aspek

ekonomi atau unit moneter menjadi prinsip dasar kajian farmakoekonomi, hasil

kajian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan masukan untuk menetapkan

penggunaan yang paling efisien dari sumber daya kesehatan yang terbatas

jumlahnya. Empat metode analisis farmakoekonomi adalah Analisis minimalisasi

Page 91: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

biaya (AMiB), Analisis efektivitas biaya (AEB), Analisis utilitas-biaya (AUB),

Analisis manfaat-biaya (AMB).

Analisis minimalisasi-biaya (AMiB) adalah analisis farmakoekonomi yang

paling sederhana. AMiB digunakan untuk membandingkan dua intervensi

kesehatan yang telah dibuktikan memiliki efek yang sama, serupa, atau setara.

Jika dua terapi atau dua (jenis, merek) obat setara secara klinis, yang perlu

dibandingkan hanya biaya untuk melakukan intervensi. sesuai prinsip efisiensi

ekonomi, jenis atau merek obat yang menjanjikan nilai terbaik adalah yang

membutuhkan biaya paling kecil per periode terapi yang harus dikeluarkan untuk

mencapai efek yang diharapkan.

Penelitian ini melakukan uji klinik dengan membandingkan biaya obat

anestesi umum menggunakan TCI propofol dan kelompok kontrol anestesi

inhalasi dalam hal ini digunakan isofluran. Kedua obat tersebut bekerja pada titik

tangkap yang sama yaitu di GABA, dan mengakibatkan hipnotik. Alat yang

digunakan untuk mengukur besarnya efek hipnotik kedua obat adalah BIS indek

yang telah di setujui oleh FDA sebagai alat monitor kedalaman anestesi.

Hasil analisis minimalisasi - biaya obat anestesi umum dari kedua

kelompok pada penelitian ini didapatkan perbedaan yang bermakna. Pada jumlah

pemakaian propofol jika direratakan pemakaiannya per durasi operasi, maka

kelompok TCI menggunakan 8,54 mg/menit (512,4 mg/jam). Sedangkan untuk

kelompok kontrol, didapatkan rerata jumlah pemakaian isofluran per durasi

operasi 0,42 ml/menit (25,2 ml/jam).

Page 92: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Harga satuan propofol dan isofluran berdasarkan harga jual di depo IBS

RSUP Sanglah perbulan Januari 2015 sebesar Rp. 20.782,- / ampul 200 mg

propofol dan Rp. 326.681,- / botol 100 ml isofluran, jika dikonversikan maka

didapatkan harga Rp. 103,91/ mg Propofol dan Rp. 3.266,81- / ml isofluran cair

sebelum diuapkan.

Penggunaan propofol sebagaimana obat-obat anestesi intravena lainnya,

tidak bisa begitu saja dihitung per-ml penggunaan tetapi berdasarkan jumlah

ampul yang dibuka. Sedangkan untuk kelompok kontrol dalam perhitungan telah

dimasukkan harga 1 ampul propofol sebagai agen induksi yang kemudian

dilanjutkan sebagai agen isofluran sebagai pemeliharaan.

Biaya obat anestesi umum pada kelompok anestesi intravena total dengan

TCI dengan rata-rata Rp. 155.865,- dan simpang baku Rp. 52.009,66. Sedangkan

pada kelompok kontrol biaya anestesi inhalasi intraoperatif dengan rata-rata Rp.

297.644,- dengan simpang baku Rp. 105.787,-. Berdasarkan statistik dengan uji t

dua sampel tidak berpasangan didapatkan bahwa kedua kelompok memiliki

perbedaan signifikan (p < 0,001).

Biaya obat anestesi umum intravena propofol TCI berdasarkan menit

anestesi, didapatkan rata-rata biaya anestesi umum sebesar Rp. 800,85 dengan

simpang baku Rp. 127,99. Pada kelompok kontrol Rp. 1.266,32 dengan simpang

baku Rp. 227,26 untuk per menit. Dari data statisik terdapat perbedan bermakna

antara kedua kelompok dengan nilai p < 0,001.

Harga dari semua obat anestesi dalam penelitian ini diambil dari daftar

harga farmasi di depo IBS RSUP Sanglah Denpasar per- Januari 2015. Pada

Page 93: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

penelitian sebelumnya Iswahyudi, dkk., berdasarkan harga depo IBS RSUP

Sanglah Denpasar per- Agustus 2013, harga propofol ebesar Rp. 64.470,- / ampul

200 mg. Maka didapatkan biaya anestesi intraoperatif pada kelompok anestesi

intravena total dengan TCI dengan rata-rata Rp. 957.870, - dan simpang baku Rp.

73.910,-. Berdasarkan menit anestesi, didapatkan rata-rata biaya anestesi

intraoperatif sebesar Rp. 5.999,- untuk per menit anestesi pada kelompok TCI

Propofol (Iswahyudi, dkk., 2013). Hal ini dikarenakan diterapkannya sistem

jaminan kesehatan nasional, maka pemerintah menunjuk sebuah badan khusus

dalam menilai harga obat dipasaran. Harga obat propofol dan isofluran yang

digunakan pada penelitian ini adalah berdasarkan harga E-Catalog yang telah

disahkan oleh pemerintah tahun 2014.

Analisis biaya di atas tidak memasukkan biaya N2O dan O2, biaya alat dan

bahan sekali buang (disposable) seperti kanul nasal, set infus, abocath, dan

handschoen. Biaya pemakaian dari alat anestesia dan monitor juga tidak

dimasukkan dalam perhitungan. Biaya untuk gaji staf (dokter, perawat, dan

personel di kamar operasi lainnya) yang merupakan biaya terbesar dari

pelayananan rumah sakit, juga tidak dimasukkan dalam penelitian analisis biaya

ini. Kesemuanya ditujukan untuk benar-benar dapat mengetahui biaya dari obat

anestesi umum dan teknik anestesi dengan meminimalisir kemungkinan bias dari

komponen-komponen di atas.

Analisis minimalisasi – biaya obat anestesi umum membandingkan TCI

propofol dan anestesi inhalasi isofluran didapatkan propofol intravena target

controlled infusion lebih murah dibandingkan isofluran pada pasien yang

Page 94: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menjalani operasi bedah mayor di Instalasi Bedah Sentral RSUP Sanglah. Metode

dengan menggunakan TCI propofol di atas bahkan bisa lebih ekonomis mengingat

biaya propofol telah berkurang sampai dengan 50% pada beberapa tahun terakhir

pada beberapa negara. TIVA/TCI propofol akan menjadi lebih ekonomis lagi jika

berhasil menemukan solusi untuk biaya obat sisa yang dibuang (ampul terbuka

dengan adanya bahan obat didalamnya). Sisa obat yang dikumpulkan sesuai data

yang dikemukakan oleh Rosenberg dkk (1994) dan Johans TG dkk (1995),

mencapai 20 % dari perhitungan biaya anestesi. Sisa obat anestesi tersebut dapat

menjadi salah satu faktor dalam menentukan biaya dari penggunaan TIVA / TCI

propofol. Disimpulkan bahwa reformasi pelayanan kesehatan telah memberikan

tekanan lebih bagi seorang dokter ahli anestesi untuk menentukan dampak biaya

dari strategi dan obat serta teknologi baru yang dipilih dan dikerjakan. Disamping

hal diatas, kualitas dari pelayanan juga termasuk poin penting tetapi suatu masalah

yang sangat kompleks terlebih jika dihadapkan dengan biaya yang ekonomis. TCI

Propofol menghasilkan biaya yang lebih murah secara bermakna disertai

gambaran efek samping hipotensi yang lebih rendah dan waktu pulih lebih

singkat, serta melindungi lingkungan dibandingkan anestesi inhalasi isofluran

pada pasien-pasien ASA I-II yang menjalani prosedur operasi bedah mayor di

RSUP Sanglah Denpasar.

Page 95: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

BAB VII

SIMPULAN DAN SARAN

7.1 Simpulan

Biaya obat anestesi umum propofol intravena target controlled infusion lebih

murah dibandingkan anestesi umum inhalasi isofluran pada pasien yang menjalani

operasi bedah mayor di RSUP Sanglah Denpasar.

7.2 Saran

1. Propofol intravena target controlled infusion dapat dijadikan pilihan dalam

pelayanan anestesi umum di RSUP Sanglah karena lebih murah, waktu

bangun lebih singkat, efek green hospital, dan efek hipotensi yang lebih

rendah.

2. Penelitian ini dapat dipakai sebagai acuan bagi para pengambil kebijakan,

baik di tingkat Pusat (Kementerian Kesehatan), Daerah (Provinsi dan

Kabupaten/Kota) maupun fasilitas pelayanan (Rumah Sakit) dalam

mengembangkan sistem pelayanan kesehatan dalam rangka pemilihan dan

penggunaan obat yang efektif dan efisien khususnya di bidang pelayanan

anestesi.

3. Penelitian lanjutan mengenai analisis biaya TCI Propofol diperlukan dengan

membandingkan obat anestesi inhalasi lainnya yang diukur dengan

menggunakan metode Formula Dion atau Formula Loke yang dipercaya

Page 96: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

menghasilkan presisi lebih baik sesuai perhitungan matematis untuk

perhitungan biaya.

4. Perlu dilakukan penelitian mengenai analisis farmakoekonomi lainnya untuk

mendapatkan beban biaya anestesi yang paling rendah misalnya analisis

efektivitas biaya anestesi umum intravena dan anestesi inhalasi, analisis

utilitas biaya anestesi umum intravena dan inhalasi, dan analisis manfaat biaya

anestesi umum intravena dan inhalasi.

Page 97: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

DAFTAR PUSTAKA

Absalom, A. R., Sutcliffe N., Kenny, G. N., (2002), Closed-loop control of anesthesia using Bispektral index: performance assessment in patients undergoing major orthopedic surgery under combined general and regional anesthesia. Anesthesiology.;96:67-73.

Andrade, J., Englert, L., Harper, C., Edwards, N. D., (2001), Comparing the

effects of stimulation and propofol infusion rate on implicit and explicit memory formation. Br J Anaesth.;86:189-95.

Ashraf, A., Dahaba., (2005), Different Condition that could Result in the

Bispektral Index Indicating an Incorrect Hypnotic State, Anesthesia Analgesia;101:765-73.

Bertram G.Katzung, (2004), Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed., p.413-

414. Billard, V., Constant, I., (2000). Automatic analysis of electroencephalogram:

what is its value in the year for monitoring anesthesia depth? Ann Fr Anesth Reanim. 2001;20:763-85.

Boldt, J., Jaun, N., Kumle, B., Heck, M., Mund, K., (1998), Economic

considerations of the use of anesthetics: a comparison of propofol, sevofluran, desfluran, and isoflurane. Anesthesia and Analgesia.;86:504-509.

Bower, A, L., Ripepi, A., Dilger, J., Boparai, N., Brody, F, J., Ponsky, J,L.,

(2000) Bispektral index monitoring of sedation during endoscopy. Gastrointest Endosc.;52:192-6.

Bruhn, J., Bouillon, T, W., Shafer, S, L., (2000) Bispektral index (BIS) and

burst suppression: Revealing part of the BIS algorithm. J Clin Monit.;16:593-596. Chernin, E, L., (2004), Pharmacoeconomics of inhaled anesthetic agents:

considerations for the pharmacist. American Journal of Health-System Pharmacy.;61(suppl 4):S18-S22.

Page 98: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Coste, C., Guignard, B., Menigaux, C., Chauvin, M., (2000), Nitrous oxide prevents movement during orotracheal intubation without affecting BIS value.Anesth Analg.;91:130-5.

Crozier, T. A.,Kettler, D., (1999) "Cost effectiveness of general

anaesthesiology ", British Journal of Anaesthesiology,ed 1,volume 83, number 4, Department of Anaesthesiology ,Emergency and Intensive Care Medicine University of Gottingen Medical School, Germany,Gottingen.

Dion, P., (1992), The cost of anaesthetic vapors. Canada Journal of

Anaesthesia.;39(6):633. Edward, Morgan,Jr., Maged, S., Mikhail et al., (2006), Clinical

Anesthesiology, 4th ed ;8:200-202. Eger, E.I., (2010), Inhaled anesthetics: uptake and distribution. In: Miller RD,

ed. Eriksson, LI, Fleisher LA, Wiener-Kronish JP, Young WL, associate eds. Miller’s Anesthesia. Vol 1. 7th Ed. Philadelphia, PA:Churchill Livingstone:539-559.

Eger, E.I., (2010), Cost in several flavors. International Anesthesia Research

Society.;110(2):276-277. Eger, E.I., (2002), A brief history of the origin of minimum alveolar

concentration (MAC). Anesthesiolog ; 96(1):238-239. Friedberg, B.L., Sigl, J.C., (2000), Clonidine premedication decreases

propofol consumption during Bispektral index (BIS) monitored propofol-ketamine technique for office-based surgery. Dermatol Surg.;26:848-52.

Golembiewski, J., (2010), Economic considerations in the use of inhaled

anesthetic agents. American Journal of Health-System Pharmacy ;67:S9-S12. Hasani, Antigona., Jashari, H., Valbon, Gashi., Albion, D., Propofol and

postperative pain: systemic review and meta-analysis. Available from: http://www.intechopen.com/book/pain-management-current-issues-and-opinions/propofol -and-postoperative -pain-review-and-meta-analysis.

Page 99: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Honan, D.M., Breen, P.J. et al., (2002), Decrease in Bispektral Index Preceding Intraoperatif Hemodynamic Crisis Evidence of Acute Alteration of Propofol Pharmacokinetic, Anesthesiology ;97:1303-5.

Islam, S., Jain, P.N., (2004), Post-Operative Nausea And Vomiting (PONV) :

A Review Article. Indian J Anaesth.; 48 (4) : 253-8. Iswahyudi, Sinardja K., Senapathi T.G.A., “Analisis Biaya Periode

Intraoperatif Anestesi Intravena Total Propofol Target Controlled Infusion (TCI) dengan Anestesi Inhalasi Sevoflurane pada Pasien Operasi Bedah Mayor Onkologi di RSUP Sanglah Tahun 2013”. Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Johansen, J. W., Sebel, P. S., (2000), Development and Clinical Application

of Electroencephalographic Bispectrum Monitoring, Anesthesiology ;93:1336-44. Katzung, B. G., (2010), Basic and Clinical Pharmacology, 9th ed., p.413-414. Latief, S. A., Suryadi, K. A., Dachlan, M. R., (2002), Anestetik Inhalasi dalam

buku: Petunjuk Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI , Jakarta.

Lockwood, G. G., White, D.C., (2001), Measuring the costs of inhaled

anaesthetics. British Journal of Anaesthesia.;87(4):559-563 Loke, J., Shearer, W. A. J., (1993), Cost of anaesthesia. Canada Journal of

Anaesthesia;40(5):472-474. Mangku, G., (2002), Diktat Kumpulan Kuliah Buku I, penerbit Bagian

Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD, hal 74-84, Denpasar. Mangku, G., (2000), Anestesi Inhalasi dalam buku Standar Pelayanan dan

Tatalaksana Anestesia-Analgesia dan Terapi Intensif, hal 28, penerbit Bagian Anestesiologi dan Reanimasi FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar.

McGregor, M., (2003), Cost-utility analysis: use QALYs only with great

caution. Can Med Ass J ;168:433- 434.

Page 100: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Meyer, T., (2010), Managing inhaled anesthesia: challenges from a health-system pharmacist’s perspective. American Journal of Health-System Pharmacy;67:S4-S8.

Naidoo, D., (2011), Target Controlled Infusions, University of Kwazulu-

Natal. Newson, C., Victory, R., White, P. F., (1995), Comparison of Propofol

Administration Techniques for Sedation During Monitored Anesthesia Care. Anesthesia Analgesia;81:486-9.

Odin, I., Feiss, P., (2005), Low flow and economics of inhalational anesthesia.

Balliere’s Best Practice in Clinical Anesthesiology;19:399-413. Pemberton, P. L., Dinsmore, J., (2002), Bispektral index monitoring during

awake craniotomy surgery. Anaesthesia:57;1243-1245. Rascati, K. L., (2009), Essentials of Pharmacoeconomics. Philadelphia:

Lippincott William & Wilkins; 45-58. Renna, M., Venturi, R., (2000), Bispektral index and anaesthesia in the

elderly. Minerva Anestesiol;66:398-402. 7-8. Scott, D., Kelley., (2004), Monitoring Level of Consciousness during

Anesthesia and Sedation. A Clinician’s Guide to the Bispektral Index. ASPECT medical system USA.

Struys, M. M., De Smet, T., Versichelen, L. F., Van De Velde, S., Van den

Broecke, R., Mortier, E. P., (2001), Comparison of closed-loop controlled administration of propofol using Bispektral Index as the controlled variable versus “standard practice” controlled administration. Anesthesiology ;95:6-17.

Stoelting, R. K., Hiller, S. C., (2006), Nonbarbiturate Intravenous Anesthetic

Drugs. In: Pharmacology & Physiology in Anesthetic Practice. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 155-63.

Sugiarto, Adhrie., (2012), Panduan praktis total intravenous anesthesia dan

target controlled infusion; 27-42.

Page 101: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Suttner S., Boldt J., Schimdt C., Piper S., Kumle B., (1999), Cost Analysis of Target – Controlled Infusion – Based Anesthesia Compared sith Standards Anesthesia Regimens. Anesthesia & Analgesia 1999; 88: 77-82.

Traynor, K., (2009), Inhaled anesthetics present cost-saving opportunity.

American Journal of Health-System Pharmacy ;66:606-607. Triem, J. G., Rohm, K. D., et al., (2009), Propofol Administration System.

Handling Hemodynamics and Propofol Compsumtion, Anaestethetist; 58(3):231-4,236-9.

Walley, T., Haycox, A., (1997), Pharmacoeconomics: basic concepts and

terminology. Department of Pharmacology and Therapeutics, University of Liverpool, Liverpool, UK. Br J Clin Pharmacol ; 43: 343–348.

Walley, T., Davey, P., (1995), Pharmacoeconomics: a challenge for clinical

pharmacologists. Br J Clin Pharmacol ;40:199-202. Weinberg L, Story D, Nam J, McNicols L. Pharmacoeconomics of volatil

inhalational anaesthetic agents: an 11-year retrospective analysis. Anaesthesia and Intensive Care. 2010; 38(5)849-854.

Weiskopf, R. B., Eger, E. I., (1993), Comparing the costs of inhaled

anesthetics. Anesthesiology ;79(6):1413-1418.

Page 102: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 1

Page 103: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 2

Page 104: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 3

JADWAL PENELITIAN

No

Kegiatan

Sept –

Nov

2014

Des

2014

Jan

2014

Feb

2014

Mar

2014

April

2014

1. Pembuatan

Proposal

2. Seminar Proposal

3. Koreksi/Ijin

Penelitian

4. Pelaksanaan

Penelitian

5. Pengolahan data

6. Seminar hasil

7. Penyempurnaan

hasil

8. Ujian Tesis

9. Penyempurnaan

Tesis

Page 105: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 4

INFORMASI

Penjelasan mengenai Penelitian

ANALISIS MINIMALISASI - BIAYA ANESTESI UMUM

PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION (TCI) DAN

ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH Di RSUP Sanglah Denpasar saat ini tengah dilakukan penelitian oleh tim

peneliti dari Bagian Anestesi & Terapi Intensif Fakultas Kedoteran Universitas

Udayana. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ANALISIS MINIMALISASI -

BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION

(TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI RSUP SANGLAH.

Hingga saat ini dalam memberikan pelayanan anestesi kepada pasien operasi

bedah mayor di RSUP Sanglah, anestesi umum inhalasi adalah teknik yang paling

sering digunakan karena relatif sederhana dan sudah sangat lazim dikerjakan.

Di sisi lain kita juga memiliki obat-obat anestesi intravena yang secara

farmakologis sedikit mempengaruhi hemodinamik pasien dibandingkan obat anestesi

inhalasi. Propofol adalah salah satu obat anestesi intravena dan yang paling sering

digunakan. Propofol juga memiliki keistimewaan dibandingkan anestesi inhalasi

yaitu terdapatnya efek mencegah terjadinya mual muntah pasca operasi, waktu

ekstubasi dan waktu pulih sadar yang lebih singkat, menjadikan teknik intravena total

makin populer.

Target Controlled Infusion (TCI) merupakan tehnologi terbaru dalam anestesi

intravena total dan sudah dipergunakan sebagai standar dalam pelaksanaan anestesi

intravena di negara-negara maju. Di RSUP Sanglah, TCI mulai dipergunakan sejak

tahun 2012 di bagian Anestesi dan Terapi Intensif dan diharapkan dapat dijadikan

standar operasional dalam penggunaan teknik anestesi intravena total.

Page 106: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Maka saat ini kami sedang mengadakan penelitian untuk mengetahui teknik

anestesi mana yang lebih baik dikerjakan dari segi biaya, serta gejolak hemodinamik

dan waktu pulih sadar pasca operasi pada pasien operasi bedah mayor. Kepada

semua pasien akan diberikan perlakuan yang sama, kecuali metode anestesi yang

dilakukan akan dikerjakan sesuai dengan kelompoknya. Demikian pula mengenai

penanganan bila terjadi komplikasi maupun efek samping yang timbul akan diberikan

pengobatan sesuai standar terbaik yang ada, tanpa membedakan berdasarkan

kelompok perlakuannya.

Semua data dari penelitian ini akan diperlakukan secara rahasia sehingga tidak

mungkin orang lain akan menghubungkannya dengan Anda. Anda diberikan

kesempatan yang sebesar-besarnya utuk menanyakan semua hal yang belum jelas

tentang penelitian ini kepada peneliti.

Tidak ada paksaan untuk ikut atau menolak diikutsertakan dalam penelitian

ini. Bagi pasien yang bersedia ikut kami ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya,

dan bagi yang tidak setuju tidak akan mengurangi kualitas pelayanan yang akan

diberikan dari dokter Anda.

Terimakasih.

Hormat kami,

Peneliti

( dr. Adi Chandra )

Catatan: Nomor telpon peneliti yang dapat dihubungi jika terjadi sesuatu yang perlu

dikomunikasikan adalah 081338694948

Page 107: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 5

RSUP SANGLAH DENPASAR RM.1.23.1/IC/2014

SURAT PERSETUJUAN SUBYEK PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Pekerjaan : Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari risiko penelitian

tersebut dibawah ini yang berjudul :

___________________________________________________________________________________________

Dengan sukarela menyetujui dikutsertakan dalam uji klinik di atas dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Denpasar,……………. 2015

Mengetahui : Yang menyetujui

Penanggung Jawab penelitian Peserta uji klinik

( _________________________ ) ( ____________________________ )

Saksi

( ___________________________ )

Page 108: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

RSUP SANGLAH DENPASAR RM.1.23.2/IC/2014

SURAT PERSETUJUAN WALI SUBYEK

PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Pekerjaan : Setelah mendapat keterangan secukupnya serta menyadari manfaat dari risiko penelitian

tersebut dibawah ini yang berjudul :

_________________________________________________________________________________________

Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan : anak/

……………………………………………………………………………………

(hubungan keluarga terdekat dalam hal ini penderita tidak dapat memutuskan sendiri)

Nama : Umur : Jenis Kelamin : Alamat : Pekerjaan : Dalam penelitian tersebut dengan catatan bila suatu waktu merasa dirugikan, berhak

membatalkan persetujuan ini.

Denpasar, ……………………………. 2015

Mengetahui : Yang menyetujui

Penanggung Jawab penelitian Wali peserta uji klinik

( ________________________ ) ( ________________________ )

Saksi

( ___________________________ )

Page 109: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

RSUP SANGLAH DENPASAR RM.1.23/IC/2014

PERSETUJUAN BERPARTISIPASI DALAM PENELITIAN KLINIS

AGREEMENT FOR CLINICAL RESEARCH

PEMBERIAN INFORMASI

Information Delivered

Peneliti

Researchers

Penerima Informasi/pemberi persetujuan

Recipient information/approved by

No Jenis Informasi

Information

Isi Informasi(oleh peneliti)

Information detail(by researchers)

Tanda(√)

Marked

1 Tujuan penelitian

Aims of research

2 Manfaat penelitian The purpose of research

3 Prosedur Penelitian

Research procedure

4 Risiko potensial dan rasa tidak enak yang akan dialami

Potencial Risks and feeling discomfort

5 Prosedur Alternatif

alternative procedure

Page 110: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

6 Menjaga kerahasiaan

Confidentiality

7 Kompensasi bila terjadi kecelakaan dalam penelitian

Compensation in the event of an accident in the research

8 Partisipasi berdasarkan kesukarelaan

Based on voluntary participation

9 Nama dan alamat peneliti yang bisa dihubungi bila

terjadi kecelakaan atau subyek ingin bertanya

Name and address of the researcher who can be contac in the event of accident or subject would like to ask

10 Perkiraan jumlah subyek yang akan diikutsertakan dalam penelitian

Estimated number of subjects to be included in the study

11 Kemungkinan dapat

timbul resiko yangdiketahui pada saat ini

Possibility may arise risks known at this time

Estimated cost

12

Subyek dapat dikeluarkan dari penelitian

Subject may excluded in the study

Page 111: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

13 Bahaya potensial bila ada bagi subyek yang mengundurkan diri sebelum penelitian selesai

A potential danger(if any) for the subjects who withdrew before study completion

14 Insentif bagi subyek (bila ada)

Incentives for the subject (if any)

15 Bila menolak/membatalkan untuk berpartisipasi, bahwa akses mereka terhadap proses pelayanan dijamin tidak terpengaruhi atau terganggu

When refuse / cancel to participate, that their access to the service process is guaranteed not affected or impaired

Dengan ini menyatakan bahwa saya telah menerangkan hal hal diatas secara benar dan jelas dan memberikan kesempatan untuk bertanya dan/atau berdiskusi

Hereby declare that I have explained the above things are true and clear and provides an opportunity to ask and / or discuss

Tanda tangan peneliti

Signature

Saya sudah mendapatkan kesempatan untuk bertanya dan saya sudah mengerti dan puas dengan penjelasan yang diberikan sehubungan dengan pertanyaan-pertanyaan saya. Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya SETUJU untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian.

I've had the opportunity to ask and I already understand and are satisfied with the explanation given in connection with my question. I hereby declare to the fact that I AGREE to participate in that research.

Tanda tangan

(Pasien/wali)

Signature

Page 112: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 6

LEMBAR PENELITIAN

ANALISIS MINIMALISASI - BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL TARGET CONTROLLED INFUSION (TCI) DAN ANESTESI INHALASI DI

RSUP SANGLAH

Tanggal :………………………………………

Nama Pasien (Inisial) :………………………………………

Berat Badan :………………………………………

Tinggi Badan :………………………………………

BMI :………………………………………

No RM :………………………………………

Usia :………………………………………

Teknik anestesi : GA – OTT TCI Propofol / Inhalasi Isofluran *

(*lingkari yang digunakan)

Perlakuan/Prosedur kerja :

1. Seleksi dilakukan pada pasien yang akan menjalani prosedur pembedahan

mayor dengan teknik anestesi umum di Instalansi Bedah Sentral RSUP

Sanglah berdasarkan kriteria inklusi. Selanjutnya diberi penjelasan mengenai

penelitian dan dimohon kesediaannya untuk berpartisipasi pada penelitian.

2. Setelah dijelaskan, bila pasien setuju maka surat persetujuan tindakan dan

surat persetujuan berpartisipasi dalam penelitian ditandatangani.

3. Sampai di ruang persiapan Instalansi Bedah Sentral RSUP Sanglah dilakukan

pencatatan kembali identitas, kemudian dilakukan pemasangan infus dengan

cairan kristaloid, kecepatan pemberian sesuai kebutuhan cairan pemeliharaan

sesuai berat badan pasien.

Page 113: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

4. Setelah itu pasien dibawa ke ruang operasi, kemudian dipindahkan ke meja

operasi.

5. Pasang monitor tekanan darah non invasif, EKG, pulse oxymetry, BIS,

dilakukan pencatatan hasil di monitor untuk tekanan darah sistolik, diastolik,

tekanan arteri rerata, laju nadi basal. Obat-obatan yang disiapkan termasuk

disposable spuit, three-way catheter, extention tube, dan gas anestesi

(Isofluran) yang akan dimasukkan ke vaporizer yang sudah dikosongkan

sebelumnya dicatat.

6. Pada kelompok A, dilakukan anestesi intravena total propofol menggunakan

TCI. Koinduksi dengan fentanyl 2 mcg/kgBB. Induksi dengan propofol

menggunakan TCI dengan target konsentrasi efek 4 mcg/mL. Ditunggu

sampai BIS Indek menunjukkan angka 40-60 kemudian diberikan fasilitas

intubasi pelumpuh otot menggunakan Atrakurium 0,5 mg/kgBB.

Laringoskopi intubasi dikerjakan secara lege artis 3 menit setelah atrakurium

dimasukkan. Pemeliharaan dengan compressed air, oksigen dan propofol

dengan target konsentrasi efek 3 mcg/mL. Sebagai komponen analgetika

fentanyl diberikan 0,5 mcg/kgBB bolus setiap setengah jam dan ketorolac

diberikan 0,5 – 0,75 mg/kgBB bolus segera setelah intubasi. Atrakurium dapat

diberikan secara intermiten sesuai kebutuhan relaksasi lapangan operasi.

Dengan monitor BIS Indek selama pembedahan pada angka 40-60 maka

konsentrasi propofol diturunkan 1 µg /mL bila BIS < 40 dan konsentrasi

propofol dinaikkan 1 µg /mL bila BIS menunjukkan angka > 60. Jika BIS

kembali ke target angka 40-60, konsentrasi propofol kembali ke konsentrasi

pemeliharaan 3µg /mL.

7. Pada kelompok B, dilakukan anestesi umum inhalasi dengan Isofluran.

Koinduksi dengan fentanyl 2 mcg/kgBB. Induksi dengan propofol 2 – 2,5

mg/kgBB bolus secara titrasi manual sampai pasien terinduksi dan BIS indek

menunjukkan angka 40-60. Pelumpuh otot yang digunakan atrakurium 0,5

mg/kgBB. Laringoskopi intubasi dikerjakan secara lege artis 3 menit setelah

Page 114: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

atrakurium dimasukkan. Pemeliharaan dengan compressed air: oksigen dan

Isofluran 0,5 – 1,5 vol%. Sebagai komponen analgetika fentanyl diberikan 0,5

mcg/kgBB bolus setiap setengah jam dan ketorolac diberikan 0,5 – 0,75

mg/kgBB bolus segera setelah intubasi. Atrakurium dapat diberikan secara

intermiten sesuai kebutuhan relaksasi lapangan operasi. Dengan monitor BIS

selama pembedahan pada angka 40-60 maka volume gas (vol %) Isofluran

diturunkan sampai dengan 0,5 vol% bila BIS < 40 dan volume gas (vol %)

Isofluran dinaikkan sampai dengan 1,5 vol% bila BIS Indek menunjukkan

angka > 60. Jika BIS kembali ke target angka 40-60, volume gas (vol %)

Isofluran kembali ke volume pemeliharaan.

8. Selama prosedur, dilakukan pencatatan tekanan darah, nadi, RR, SaO2 saat

pasien terinduksi yang ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata dan respon

verbal, saat laringoskopi-intubasi, satu menit setelah intubasi serta satu menit

setelah insisi.

9. Setelah selesai dilakukan dressing luka operasi, pemberian propofol atau

Isofluran dihentikan (BIS Indek masih 40-60), waktu dan pemakaian obat /

gas anestesi dicatat.

10. Dilakukan evaluasi dengan memberikan perintah untuk buka mata pada

pasien. Waktu pasien bisa buka mata atas perintah dicatat sebagai waktu pulih

sadar. Segera setelah ekstubasi pasien dipindahkan ke ruang pulih.

11. Bila terjadi komplikasi :

• Hipotensi (tekanan darah sistolik < 20% dari basal atau MAP kurang

dari 65 mmHg) , diberikan ephedrine 5 mg, diulang setiap 5 menit

sampai tekanan darah sistolik kembali normal.

• Mual dan atau muntah diberikan ondancetron 4 mg intravena.

12. Semua hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang sudah disediakan dan

catat efek samping yang muncul pada kedua kelompok

Page 115: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

PENCATATAN HASIL EVALUASI

1. Diagnosa : _______________________________________________

_______________________________________________

2. Jenis pembedahan : _______________________________________________

_______________________________________________

3. Status fisik ASA : I / II * (lingkari yang dipilih)

4. Waktu dimulainya Anestesi : pukul ………. WITA

5. Operasi selesai: pukul ………. WITA

6. Lamanya operasi : ………. menit

7. Total jumlah propofol : ……... mg

8. Total jumlah propofol setelah induksi BIS 40-60 : ……. mg

9. Total jumlah fentanyl : ………. µg

10. Total jumlah efedrin : …….. mg

11. Kejadian hipotensi selama induksi: ada / tidak

12. Tercapainya aldrette skor 10 : pukul ……… WITA

13. Data Penggunaan Obat intraoperatif dicatat pada tabel 1.

14. Keadaan hemodinamik pasien durante operasi dicatat pada tabel 2.

Page 116: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tabel 1. Data Data Penggunaan Obat / Alat Intraoperatif

NAMA OBAT DAN ALAT HARGA

PROPOFOL LIPURO ampul 10 mg/ ml; 20 ml/amp Rp. 64.470,- PROPOFOL FRESOFOL ampul 10 mg/ ml; 20 ml/ amp Rp. 20.782,- LIDOCAINE ampul 40 mg/ ml ; 2 ml/amp. Rp. 1.073,- MIDAZOLAM ampul 1 mg/ ml ; 5 ml/ amp. Rp. 7.744,- ONDANCETRON ampul 2 mg / ml ; sediaan 2 ml/amp. Rp. 3.071,- KETOROLAC ampul 30 mg/ ml; 1 ml/ amp. Rp. 889,60- FENTANYL ampul 50 mcg/ ml; 2 ml/ amp. Rp. 43.410,- MORFINA ampul 10 mg/ ml; 1 ml/ amp Rp. 10.752,- NOTRIXUM (Atracurium) ampul 10 mg/ ml; 2.5 ml/ amp Rp. 16.896,- TRAMUS (Atracurium) ampul 10 mg/ ml; 2.5 ml/ amp Rp. 57.200,- ECRON (Vecuronium) vial 10 mg; serbuk Rp. 185.900,- DEXAMETHASONE amp 5 mg/ml; 2 ml/amp Rp. 1.971,- AQUABIDEST pro injeksisterile water 50 ml Rp. 3.781,- Extension Tube Rp. 37.224,- Three-way ekor Rp. 29.124,- Disposable Spuit 50 ml TERUMO Rp. 18.947,- Disposable Spuit 20 ml TERUMO Rp. 7.880,- Disposable Spuit 10 ml TERUMO Rp. 2.917,- Disposable Spuit 5 ml TERUMO Rp. 2.331,- Disposable Spuit 2.5 ml TERUMO Rp. 1.820,- Infus set darah Rp. 21.333,- Abocath G-18 TERUMO Rp. 31.746,- Needle G-19 TERUMO Rp. 1.430,-

No. Sample : A / B -____

Page 117: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Tabel 2. Data Tekanan Darah, Laju Nadi, Laju Nafas, dan Saturasi, serta Waktu Pulih

WAKTU (pukul)

SISTOLIK

(mmHg)

DIASTOLIK

(mmHg)

TAR

(mmHg)

Laju nadi

(x/mnt)

Laju nafas

(x/mnt)

Basal

Saat pasien terinduksi

Saat laringoskopi-

intubasi

1 menit post intubasi

1 menit post insisi

Propofol/ Isofluran

Stop sampai Buka Mata

atas Perintah

Catatan: Total pemberian efedrin HCl……………mg

Catatan kejadian mual muntah pasca operasi:

o Tidak terjadi

o Terjadi : pada jam ke……. pasca operasi; terapi :

No. Sample : A / B -____

Page 118: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Kelompok A

PENGGUNAAN TCI PROPOFOL OK IBS __________

PROPOFOL :

Lipuro / Trivam /fresofol * (coret yang tidak digunakan)

Volume yang digunakan sampai pasien terinduksi

__________ mL

Pukul : WITA

Volume yang digunakan sampai insisi

__________ mL

Pukul : WITA

Volume yang digunakan sampai selesai menutup

luka operasi

__________ mL

Pukul : WITA

Volume yang digunakan sampai membuka Mata

atas Perintah

__________ mL

Pukul : WITA

Durasi TCI : _________ menit

No. Sample : A -_____

Page 119: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Kelompok B

PENGGUNAAN VOLATIL (ISOFLURAN) OK IBS __________

ISOFLURAN :

Volume Volatil Pra Anestesi

Pukul : WITA

Penggunaan Volatil Durante Anestesi

Pukul : WITA

O2

Compressed Air

Fresh Gas Flow

Volume Volatil Post Anestesi

Pukul : WITA

Durasi Pemberian Volatil : _________ menit

Nama Mesin : ..................................

Nama Vaporizer : ............................

No. Sample : B -_____

Page 120: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

Lampiran 7 Tabulasi data penelitian

Jenis Kelamin

ASA

Umur IMT

Durasi Operasi

Total Propofol

Total Propofol BIS 40-60

Total Fentanyl

kejadian Hipotensi

MAP Basal

MAP Induksi

MAP Intubasi

Waktu bangun Propofol

Waktu bangun Isoflurane

Durasi TCI

Total Volumen Isoflurane

durasi isoflurane

Waktu bangun total

pemakaian propofol

ampul propofol

total biaya propofol

pemakaian isoflurane

total biaya isoflurane

total biaya

total biaya permenit

P 1 51 24.9 120 984 68.8 200 N 76 67 78 10 0 140 0 0 10 984 5 103910 0 0 103910 742.2142

9

L 1 36 23 49 772 71.9 200 N 114 90 111 10 0 72 0 0 10 772 4 83128 0 0 83128 1154.555

6

P 1 36 24.7 241 1579 70.9 300 Y 85 89 75 12 0 254 0 0 12 1579 8 166256 0 0 166256 654.5511

8

L 1 18 23.3 270 2000 74 400 N 99 95 95 8 0 290 0 0 8 2000 10 207820 0 0 207820 716.6206

9

L 2 35 22.6 154 1223 71.5 300 N 102 93 88 5 0 187 0 0 5 1223 7 145474 0 0 145474 777.9358

3

P 1 46 27 120 998 69.8 250 N 89 66 70 7 0 145 0 0 7 998 5 103910 0 0 103910 716.6206

9

P 1 48 20.8 204 1332 66.8 300 N 107 88 96 9 0 230 0 0 9 1332 7 145474 0 0 145474 632.4956

5

L 2 63 19.5 85 600 62 150 N 109 85 78 11 0 90 0 0 11 600 3 62346 0 0 62346 692.7333

3

L 1 17 21.2 140 1400 90 250 N 87 70 73 9 0 163 0 0 9 1400 7 145474 0 0 145474 892.4785

3 L 1 16 22.2 142 1310 80 300 N 82 74 87 6 0 166 0 0 6 1310 7 145474 0 0 145474 876.3494

L 1 50 23 180 1562 80.5 300 Y 85 60 85 8 0 220 0 0 8 1562 8 166256 0 0 166256 755.7090

9

P 1 43 25.3

9 155 1528 78.8 300 N 88 60 72 10 0 175 0 0 10 1528 8 166256 0 0 166256 950.0342

9

P 1 41 18.7

5 130 848 74 250 N 77 68 83 10 0 153 0 0 10 848 5 103910 0 0 103910 679.1503

3

Page 121: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

L 1 43 22.8 195 1980 69.9 350 N 118 83 76 10 0 260 0 0 10 1980 10 207820 0 0 207820 799.3076

9

P 1 25 23.4 140 1168 74.2 300 N 83 67 84 7 0 168 0 0 7 1168 6 124692 0 0 124692 742.2142

9

P 1 46 22.0

5 120 1087 80.8 300 N 106 98 105 3 0 135 0 0 3 1087 6 124692 0 0 124692 923.6444

4

P 2 63 28.3 215 2190.4 80.8 300 N 108 95 94 9 0 245 0 0 9 2190.

4 11 228602 0 0 228602 933.0693

9

L 2 29 23 270 2155 78.6 400 N 105 78 80 10 0 300 0 0 10 2155 11 228602 0 0 228602 762.0066

7

L 2 55 30.3 255 2142 98.4 400 N 87 77 86 19 0 318 0 0 19 2142 11 228602 0 0 228602 718.8742

1

P 2 57 22.3 210 2148 82.4 350 N 83 75 92 5 0 255 0 0 5 2148 11 228602 0 0 228602 896.4784

3

P 2 16 19.5 120 120 80 250 N 91 73 93 0 13 0 40 130 13 120 1 20782 40

130672

151454.4

1165.0338

P 2 35 29.2 256 150 100 300 N 108 97 130 0 8 0 75 290 8 150 1 20782 75

245011

265792.75

916.52672

L 1 43 22.4

9 90 150 100 175 N 87 73 87 0 12 0 25 98 12 150 1 20782 25 816

70.3 102452

.25 1045.431

1

P 2 36 28.2 257 90 90 400 Y 112 77 90 0 14 0 80 285 14 90 1 20782 80

261345

282126.8 989.9186

L 1 53 22.5 240 150 110 400 Y 113 84 100 0 28 0 100

270 28 150 1 20782

100

326681 347463 1286.9

P 2 31 20 227 90 90 300 Y 96 91 86 0 17 0 100

315 17 90 1 20782

100

326681 347463

1103.0571

L 2 25 35.3 99 200 150 250 Y 86 65 62 0 20 0 50 135 20 200 1 20782 50

163341

184122.5

1363.8704

P 2 49 25.7 257 120 100 300 N 110 78.6 111 0 23 0 110

272 23 120 1 20782

110

359349

380131.1

1397.5408

P 1 43 19.5 240 70 70 400 N 97 77 91 0 10 0 90 280 10 70 1 20782 90

294013

314794.9

1124.2675

P 1 23 15.4 60 40 40 150 N 89 75 70 0 13 0 25 100 13 40 1 20782 25

81670.3

102452.25

1024.5225

Page 122: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

L 1 18 23.4 180 70 70 300 N 103 83 75 0 15 0 80 230 15 70 1 20782 80

261345

282126.8

1226.6383

P 2 54 27.3

4 240 150 120 300 N 93 63 88 0 25 0 100

270 25 150 1 20782

100

326681 347463 1286.9

L 2 19 21.3 345 160 120 450 Y 88 63 92 0 20 0 150

375 20 160 1 20782

150

490022

510803.5

1362.1427

P 2 64 27.7 287 400 170 150 Y 110 60 89 0 10 0 120

360 10 400 1 20782

120

392017

412799.2

1146.6644

P 2 39 24.7 250 400 150 120 Y 87 55 68 0 10 0 110

263 10 400 1 20782

110

359349

380131.1

1445.3654

P 2 46 20 225 150 100 250 N 83 72 76 0 30 0 100

255 30 150 1 20782

100

326681 347463 1362.6

L 2 31 22.4

9 220 150 120 300 Y 83 58 94 0 20 0 100

260 20 150 1 20782

100

326681 347463

1336.3962

P 2 42 20.3

4 240 200 150 300 Y 90 55 70 0 8 0 90 260 8 200 1 20782 90

294013

314794.9

1210.7496

P 2 50 20 154 150 150 300 N 107 78 107 0 15 0 100

187 15 150 1 20782

100

326681 347463

1858.0909

P 1 28 25.3 77 200 150 200 N 85 72 84 0 40 0 50 110 40 200 1 20782 50

163341

184122.5

1673.8409

Page 123: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

100

Lampiran 8 Analisa data SPSS ver 17.0 for Windows

KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Frequency Table

Jenis_kelamina

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 6 30.0 30.0 30.0

Perempuan 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

ASAa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 30.0 30.0 30.0

2 14 70.0 70.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

BAGIAN_BEDAHa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ONKOLOGI 13 65.0 65.0 65.0

ORTOPEDI 1 5.0 5.0 70.0

THT 5 25.0 25.0 95.0

BEDAH PLASTIK 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Page 124: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

101

KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL Frequency Table

Jenis_kelamina

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki-laki 10 50.0 50.0 50.0

Perempuan 10 50.0 50.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

ASAa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 14 70.0 70.0 70.0

2 6 30.0 30.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

BAGIAN_BEDAHa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ONKOLOGI 12 60.0 60.0 60.0

MATA 2 10.0 10.0 70.0

ORTOPEDI 3 15.0 15.0 85.0

THT 2 10.0 10.0 95.0

TRAUMA 1 5.0 5.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IMT .204 20 .029 .939 20 .226 UMUR .108 20 .200* .952 20 .401 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Page 125: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

102

KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

UMUR Mean 37.2500 2.98758

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 30.9969 Upper Bound 43.5031

5% Trimmed Mean 36.9444 Median 37.5000 Variance 178.513 Std. Deviation 1.33609E1 Minimum 16.00 Maximum 64.00 Range 48.00 Interquartile Range 22.50 Skewness .093 .512

Kurtosis -.745 .992

IMT Mean 23.5180 1.01041

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 21.4032 Upper Bound 25.6328

5% Trimmed Mean 23.3144 Median 22.4950 Variance 20.419 Std. Deviation 4.51870 Minimum 15.40 Maximum 35.30 Range 19.90 Interquartile Range 6.93 Skewness .777 .512

Kurtosis 1.104 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Page 126: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

103

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

IMT .139 20 .200* .946 20 .304 UMUR .089 20 .200* .974 20 .841 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN LAMA OPERASI

Descriptives

Statistic Std. Error

DURASI_OP Mean 1.8648E2 11.25503

95% Confidence Interval for Mean Lower Bound 1.6371E2 Upper Bound 2.0924E2

5% Trimmed Mean 1.8661E2 Median 1.9950E2 Variance 5.067E3 Std. Deviation 7.11830E1 Minimum 49.00 Maximum 345.00 Range 296.00 Interquartile Range 118.25 Skewness -.114 .374

Kurtosis -.795 .733

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DURASI_OP .124 40 .124 .962 40 .200 a. Lilliefors Significance Correction

Page 127: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

104

KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

DURASI_OP Mean 2.0320E2 17.36779

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.6685E2 Upper Bound 2.3955E2

5% Trimmed Mean 2.0328E2 Median 2.3350E2 Variance 6.033E3 Std. Deviation 7.76711E1 Minimum 60.00 Maximum 345.00 Range 285.00 Interquartile Range 126.00 Skewness -.500 .512

Kurtosis -.559 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DURASI_OP .236 20 .005 .906 20 .052 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

DURASI_OP Mean 1.6975E2 13.74598

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.4098E2 Upper Bound 1.9852E2

5% Trimmed Mean 1.7089E2 Median 1.5450E2 Variance 3.779E3

Page 128: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

105

Std. Deviation 6.14739E1 Minimum 49.00 Maximum 270.00 Range 221.00 Interquartile Range 91.25 Skewness .083 .512

Kurtosis -.623 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

DURASI_OP .145 20 .200* .960 20 .552 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL T-Test

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed) Mean

Difference Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

DURASI_OP Equal variances assumed

1.252 .270 -1.510 38 .139 -33.45000 22.14931 -

78.28894 11.38894

Equal variances not assumed

-

1.510 36.096 .140 -33.45000 22.14931 -78.36676 11.46676

Page 129: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

106

PERBEDAAN PENGGUNAAN JUMLAH OBAT KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

TOTAL_PROPOFOL Mean 1.4503E3 1.13495E2

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.2128E3 Upper Bound 1.6879E3

5% Trimmed Mean 1.4564E3 Median 1.3660E3 Variance 2.576E5 Std. Deviation 5.07566E2 Minimum 600.00 Maximum 2190.40 Range 1590.40 Interquartile Range 974.75 Skewness .142 .512

Kurtosis -1.183 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL_PROPOFOL .152 20 .200* .932 20 .168 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL Explore KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

TOTAL_VOL_ISO Mean 84.7500 7.24092

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 69.5946 Upper Bound 99.9054

5% Trimmed Mean 84.4444 Median 95.0000

Page 130: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

107

Variance 1.049E3 Std. Deviation 3.23824E1 Minimum 25.00 Maximum 150.00 Range 125.00 Interquartile Range 43.75 Skewness -.389 .512

Kurtosis -.042 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL_VOL_ISO .181 20 .084 .927 20 .137 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN T-Test

Group Statistics

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

DOSIS_TOTAL PROPOFOL 20 1.4503E3 507.56623 113.49526

ISOFLURAN 20 84.7500 32.38238 7.24092

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

DOSIS_TOTAL

Equal variances assumed

45.539

.000

12.008 38 .000 1365.570

00 113.7260

1 1135.343

73 1595.796

27

Equal variances not assumed

12.00

8 19.15

5 .000 1365.57000

113.72601

1127.66875

1603.47125

Page 131: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

108

MAP TIAP KELOMPOK KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

MAP_BASAL Mean 95.9000 2.38184

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 90.9148 Upper Bound 1.0089E2

5% Trimmed Mean 95.6667 Median 92.0000 Variance 113.463 Std. Deviation 1.06519E1 Minimum 83.00 Maximum 113.00 Range 30.00 Interquartile Range 20.75 Skewness .442 .512

Kurtosis -1.460 .992

MAP_LARINGOSKOPI Mean 79.8300 3.08740

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 73.3680 Upper Bound 86.2920

5% Trimmed Mean 79.8667 Median 80.5000 Variance 190.641 Std. Deviation 1.38073E1 Minimum 53.00 Maximum 106.00 Range 53.00 Interquartile Range 17.75 Skewness .072 .512

Kurtosis -.041 .992

MAP_INSISI Mean 82.0000 1.89459

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 78.0346 Upper Bound 85.9654

5% Trimmed Mean 82.0000 Median 81.0000

Page 132: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

109

Variance 71.789 Std. Deviation 8.47287 Minimum 69.00 Maximum 95.00 Range 26.00 Interquartile Range 16.00 Skewness .201 .512

Kurtosis -1.226 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MAP_BASAL .177 20 .100 .878 20 .016 MAP_LARINGOSKOPI .077 20 .200* .981 20 .943 MAP_INSISI .150 20 .200* .928 20 .144 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

MAP_BASAL Mean 94.5000 2.91773

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 88.3931 Upper Bound 1.0061E2

5% Trimmed Mean 94.2222 Median 88.5000 Variance 170.263 Std. Deviation 1.30485E1 Minimum 76.00 Maximum 118.00 Range 42.00 Interquartile Range 23.25 Skewness .299 .512

Kurtosis -1.346 .992

Page 133: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

110

MAP_LARINGOSKOPI Mean 84.0500 2.75822

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 78.2770 Upper Bound 89.8230

5% Trimmed Mean 84.3333 Median 88.5000 Variance 152.155 Std. Deviation 1.23351E1 Minimum 62.00 Maximum 101.00 Range 39.00 Interquartile Range 22.75 Skewness -.603 .512

Kurtosis -1.072 .992

MAP_INSISI Mean 82.8000 2.05273

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 78.5036 Upper Bound 87.0964

5% Trimmed Mean 82.8889 Median 84.0000 Variance 84.274 Std. Deviation 9.18007 Minimum 66.00 Maximum 98.00 Range 32.00 Interquartile Range 14.75 Skewness -.191 .512

Kurtosis -.792 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MAP_BASAL .213 20 .018 .914 20 .075 MAP_LARINGOSKOPI .198 20 .038 .888 20 .025 MAP_INSISI .109 20 .200* .968 20 .715 a. Lilliefors Significance Correction

Page 134: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

111

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

MAP_BASAL .213 20 .018 .914 20 .075 MAP_LARINGOSKOPI .198 20 .038 .888 20 .025 MAP_INSISI .109 20 .200* .968 20 .715 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks

MAP_BASAL PROPOFOL 20 19.05 381.00

ISOFLURAN 20 21.95 439.00

Total 40 MAP_LARINGOSKOPI PROPOFOL 20 22.70 454.00

ISOFLURAN 20 18.30 366.00

Total 40 MAP_INSISI PROPOFOL 20 21.20 424.00

ISOFLURAN 20 19.80 396.00

Total 40

Test Statisticsb

MAP_BASAL

MAP_LARINGOSKOPI MAP_INSISI

Mann-Whitney U 171.000 156.000 186.000 Wilcoxon W 381.000 366.000 396.000 Z -.786 -1.191 -.379 Asymp. Sig. (2-tailed) .432 .234 .705 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .445a .242a .718a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: KELOMPOK_PERLAKUAN

Page 135: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

112

DOSIS OBAT PERMENIT KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

dosis_obat_permenit Mean 8.8199 .45803

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 7.8612 Upper Bound 9.7786

5% Trimmed Mean 8.5622 Median 8.3714 Variance 4.196 Std. Deviation 2.04839 Minimum 6.52 Maximum 15.76 Range 9.23 Interquartile Range 2.42 Skewness 2.029 .512

Kurtosis 6.406 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

dosis_obat_permenit .196 20 .043 .809 20 .001 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

dosis_obat_permenit Mean .4262 .02146

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound .3813 Upper Bound .4711

5% Trimmed Mean .4220 Median .4231

Page 136: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

113

Variance .009 Std. Deviation .09596 Minimum .28 Maximum .65 Range .37 Interquartile Range .07 Skewness .962 .512

Kurtosis 1.626 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

dosis_obat_permenit .234 20 .005 .875 20 .015 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN NPar Tests Mann-Whitney Test

Ranks

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Rank Sum of Ranks

dosis_obat_permenit PROPOFOL 20 30.50 610.00

ISOFLURAN 20 10.50 210.00

Total 40 Test Statisticsb

dosis_obat_permenit

Mann-Whitney U .000 Wilcoxon W 210.000 Z -5.412 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: KELOMPOK_PERLAKUAN

Page 137: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

114

Frequencies KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

hipotensi_pasca_induksia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 8 40.0 40.0 40.0

ya 12 60.0 60.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

hipotensi_pasca_induksia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak 13 65.0 65.0 65.0

ya 7 35.0 35.0 100.0

Total 20 100.0 100.0 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL Crosstabs

hipotensi_pasca_induksi * KELOMPOK_PERLAKUAN Crosstabulation Count

KELOMPOK_PERLAKUAN

Total PROPOFOL ISOFLURAN

hipotensi_pasca_induksi Tidak 13 8 21

Ya 7 12 19 Total 20 20 40

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 2.506a 1 .113 Continuity Correctionb 1.604 1 .205 Likelihood Ratio 2.533 1 .111 Fisher's Exact Test .205 .102

Linear-by-Linear Association 2.444 1 .118 N of Valid Casesb 40 a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.50. b. Computed only for a 2x2 table

Page 138: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

115

KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN Descriptivesa

Statistic Std. Error

hipotensi_pasca_induksi Mean 1.6000 .11239

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.3648 Upper Bound 1.8352

5% Trimmed Mean 1.6111 Median 2.0000 Variance .253 Std. Deviation .50262 Minimum 1.00 Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range 1.00 Skewness -.442 .512

Kurtosis -2.018 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hipotensi_pasca_induksi .387 20 .000 .626 20 .000 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

hipotensi_pasca_induksi Mean 1.3500 .10942

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.1210 Upper Bound 1.5790

5% Trimmed Mean 1.3333 Median 1.0000 Variance .239 Std. Deviation .48936 Minimum 1.00

Page 139: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

116

Maximum 2.00 Range 1.00 Interquartile Range 1.00 Skewness .681 .512

Kurtosis -1.719 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

hipotensi_pasca_induksi .413 20 .000 .608 20 .000 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

waktu_bangun_total .219 20 .013 .884 20 .021 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

waktu_bangun_total Mean 8.9000 .73592

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 7.3597 Upper Bound 10.4403

5% Trimmed Mean 8.6667 Median 9.0000 Variance 10.832 Std. Deviation 3.29114 Minimum 3.00 Maximum 19.00 Range 16.00 Interquartile Range 3.00 Skewness 1.171 .512

Kurtosis 4.034 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Page 140: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

117

Descriptivesa

Statistic Std. Error

waktu_bangun_total Mean 17.5500 1.86586

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 13.6447 Upper Bound 21.4553

5% Trimmed Mean 16.8333 Median 15.0000 Variance 69.629 Std. Deviation 8.34440 Minimum 8.00 Maximum 40.00 Range 32.00 Interquartile Range 11.75 Skewness 1.161 .512

Kurtosis 1.266 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

waktu_bangun_total .170 20 .132 .902 20 .046 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN NPar Tests Mann-Whitney Test

Test Statisticsb

waktu_bangun_total

Mann-Whitney U 51.500 Wilcoxon W 261.500 Z -4.044 Asymp. Sig. (2-tailed) .000 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: KELOMPOK_PERLAKUAN

Page 141: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

118

Explore KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

biaya_total Mean 2.9764E5 2.36547E4

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.4813E5 Upper Bound 3.4715E5

5% Trimmed Mean 2.9665E5 Median 3.3113E5 Variance 1.119E10 Std. Deviation 1.05787E5 Minimum 1.02E5 Maximum 5.11E5 Range 4.08E5 Interquartile Range 1.43E5 Skewness -.389 .512

Kurtosis -.042 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

biaya_total .181 20 .084 .927 20 .137 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

biaya_total Mean 1.5586E5 1.16297E4

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.3152E5 Upper Bound 1.8021E5

5% Trimmed Mean 1.5702E5 Median 1.4547E5 Variance 2.705E9 Std. Deviation 5.20097E4

Page 142: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

119

Minimum 6.23E4 Maximum 2.29E5 Range 1.66E5 Interquartile Range 9.87E4 Skewness .056 .512

Kurtosis -1.023 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

biaya_total .141 20 .200* .929 20 .151 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL T-Test

Group Statistics

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

biaya_total PROPOFOL 20 1.5586E5 52009.66072 11629.71369

ISOFLURAN 20 2.9764E5 1.05787E5 23654.70955

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

biaya_total

Equal variances assumed

6.690

.014

-5.37

9 38 .000

-1.41779E

5

26358.97427

-1.95140E

5

-88418.1938

3

Equal variances not assumed

-

5.379

27.678 .000

-1.41779E

5

26358.97427

-1.95801E

5

-87756.9340

4

Page 143: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

120

BIAYA PERMENIT Explore KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

biaya_permenit Mean 1.2663E3 50.81835

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 1.1600E3 Upper Bound 1.3727E3

5% Trimmed Mean 1.2529E3 Median 1.2568E3 Variance 5.165E4 Std. Deviation 2.27267E2 Minimum 916.53 Maximum 1858.09 Range 941.56 Interquartile Range 255.19 Skewness .931 .512

Kurtosis 1.331 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

biaya_permenit .134 20 .200* .940 20 .244 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

biaya_permenit Mean 8.0085E2 28.62051

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 7.4095E2 Upper Bound 8.6076E2

5% Trimmed Mean 7.9056E2 Median 7.5886E2

Page 144: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

121

Variance 1.638E4 Std. Deviation 1.27995E2 Minimum 632.50 Maximum 1154.56 Range 522.06 Interquartile Range 178.86 Skewness 1.130 .512

Kurtosis 1.483 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

biaya_permenit .171 20 .127 .905 20 .051 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL T-Test

Group Statistics

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

biaya_permenit PROPOFOL 20 8.0085E2 127.99481 28.62051

ISOFLURAN 20 1.2663E3 227.26655 50.81835 Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

biaya_permenit Equal variances assumed

3.622 .065 -7.981 38 .000 -

465.47065 58.32356 -583.54053

-347.40077

Equal variances not assumed

-7.981 29.951 .000 -

465.47065 58.32356 -584.59138

-346.34992

Propofol bis

Descriptivesa

Statistic Std. Error

TOTAL_PROP_BIS Mean 76.2050 1.86184

Page 145: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

122

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 72.3081 Upper Bound 80.1019

5% Trimmed Mean 75.7611 Median 74.1000 Variance 69.329 Std. Deviation 8.32640 Minimum 62.00 Maximum 98.40 Range 36.40 Interquartile Range 10.57 Skewness .930 .512

Kurtosis 1.546 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL_PROP_BIS .145 20 .200* .937 20 .212 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

TOTAL_PROP_BIS .171 20 .129 .952 20 .395 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Group Statistics

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTAL_PROP_BIS PROPOFOL 20 76.2050 8.32640 1.86184

ISOFLURAN 20 1.1150E2 34.07036 7.61836

Page 146: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

123

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error

Difference

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

TOTAL_PROP_BIS

Equal variances assumed

23.564

.000

-4.50

0 38 .000 -

35.29500 7.84257 -

51.17145

-19.4185

5

Equal variances not assumed

-

4.500

21.262 .000 -

35.29500 7.84257 -

51.59231

-18.9976

9

TOTAL FENTANYL

Total Fentanyl Isoflurane (N=20) Propofol (N=20) P

292.1053 (67.21268) 287.25 (89.52323) .547

Menggunakan T test karena data berdistribusi normal Explore KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Descriptivesa

Statistic Std. Error

TOTAL_FENTANYL Mean 2.7975E2 20.18492

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.3750E2 Upper Bound 3.2200E2

5% Trimmed Mean 2.7917E2 Median 3.0000E2 Variance 8.149E3 Std. Deviation 9.02697E1 Minimum 120.00 Maximum 450.00 Range 330.00 Interquartile Range 87.50

Page 147: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

124

Skewness .003 .512

Kurtosis -.439 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

TOTAL_FENTANYL .211 20 .020 .931 20 .160 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = ISOFLURAN KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Descriptivesa

Statistic Std. Error

TOTAL_FENTANYL Mean 2.9500E2 14.91202

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 2.6379E2 Upper Bound 3.2621E2

5% Trimmed Mean 2.9722E2 Median 3.0000E2 Variance 4.447E3 Std. Deviation 6.66886E1 Minimum 150.00 Maximum 400.00 Range 250.00 Interquartile Range 87.50 Skewness -.243 .512

Kurtosis .114 .992 a. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic Df Sig.

TOTAL_FENTANYL .230 20 .007 .916 20 .083 a. Lilliefors Significance Correction b. KELOMPOK_PERLAKUAN = PROPOFOL T-Test

Group Statistics

Page 148: ANALISIS MINIMALISASI – BIAYA ANESTESI UMUM PROPOFOL

125

KELOMPOK_PERLAKUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

TOTAL_FENTANYL PROPOFOL 20 2.9500E2 66.68859 14.91202

ISOFLURAN 20 2.7975E2 90.26970 20.18492

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality

of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean Differenc

e

Std. Error Differenc

e

95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

TOTAL_FENTANYL

Equal variances assumed

1.907

.175

.608 38 .547 15.25000 25.09580

-35.5538

0

66.05380

Equal variances not assumed

.60

8 34.98

0 .547 15.25000 25.09580 -

35.69825

66.19825