minggu, 11 desember 2011 saksi kasus raafi ditahan · 2011-12-11 · dalam percakapan an-tara...

1
kapasitas pertemanan. “Ang- gota saya, Kopda Snr, teman baiknya Robby, kenalan tiga tahun lalu,” ujarnya. Pada Jumat (4/11), ditutur- kan Agus, Snr ditelepon Robby dan diminta menemaninya ke sebuah acara. Malamnya Snr dijemput Robby dan tiba di tempat kejadian pukul 23.00. Selama di sana, Kopda Snr sempat ke lantai dua, tempat kejadian perkara. Namun sebe- lum penusukan terjadi, Snr ber- ada di lantai bawah, menunggu sambil menikmati makanan. Masih dijelaskan Agus, Snr kemudian keluar dari kafe de- ngan menggunakan dua mobil menuju rumah Febrie. Setiba di sana, Robby meminta agar pisau lipat yang dibungkus tisu diberikan. Dari rumah Febrie, satu orang selain Febrie dan istri Febrie yang ada di mobil Febrie pindah ke mobil Robby. “Snr belum paham seratus persen (mengenai adanya pe- MI/ANGGA YUNIAR PERTAMINA TANAM 100 JUTA POHON: Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan (kanan) bersama Deputi Dirut Metro TV Andre Burhanudin menanam pohon di Taman Wisata Angke, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, kemarin. Penanaman mangrove ini merupakan program Pertamina Sobat Bumi- Menabung 100 Juta Pohon, yang merupakan bukti konkret kepedulian Pertamina terhadap lingkungan. Agus Sutomo Komandan Paspampres MI/SUSANTO 4 MINGGU, 11 DESEMBER 2011 U MUM T ANPA memedulikan bahaya, puluhan bocah tetap saja berjuang menyelesaikan soal-soal ujian. Padahal, bangunan ruang kelas mereka sewaktu- waktu bisa ambruk karena kondisinya sudah rusak parah. Siswa kelas 1 dan kelas 2 SD Gobang IV, di Kampung Cibuluh, Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, itu terpaksa menggunakan ruang kelas yang kondisinya sangat menakutkan untuk menuntut ilmu, termasuk menjalani ujian tengah semester sejak Senin (5/12) lalu. ”Masih dipakai. Malah sekarang lagi ujian tengah semester. Sejak Senin sampai Jumat, anak-anak kami ujian di sana,” kata Sunarya, salah seorang guru SD Gobang IV, dua hari lalu. Tentu, belajar di kelas yang rawan roboh bukan keinginan mereka. Tetapi karena tak ada pilihan lain, para penerus bangsa itu hanya bisa pasrah. ”Bocor, becek, kotor, rusak, dan siap ambruk. Bahaya mengancam kami. Tapi mau belajar di mana lagi,” ungkap Sunarya. Sejak berdiri pada 1983, SD Gobang IV belum pernah tersentuh perbaikan. Lokasi SD Gobang IV terpencil di antara persawahan dan kebun- kebun liar di perbukitan Cimaul. Kondisinya sungguh mengenaskan. Bangunan sekolah sudah tidak beratap, Hanya Wartawan yang Mau Datang sudah tidak berpintu dan bertembok. Lantainya pun masih berupa tanah merah. Ironisnya lagi, belum ada satu pun pejabat terkait yang peduli. Jangankan memberi bantuan, menengok pun enggan. ”Belum ada yang datang. Enggak ada dari disdik (dinas pendidikan), enggak ada dari dewan, atau dari pemkab yang datang. Yang ke sini hanya wartawan yang mau meliput,” tutur Sunarya. Ia tak bisa menutupi kekesalannya. Sebab, sejak diberitakan Media Indonesia, Oktober lalu, sejumlah pihak berjanji akan segera mengupayakan perbaikan SD Gobang IV. Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Nurhayanti dan anggota DPRD begitu bersemangat. Tapi, tunggu punya tunggu, mereka tetap saja larut dalam ketidakpedulian. SD Gobang IV hanyalah bagian kecil dari buruknya kondisi bangunan sekolah di Indonesia. Di Bogor yang lokasinya dekat dengan Ibu Kota saja ribuan ruang kelas rusak, apalagi di daerah- daerah terpencil yang jauh dari pusat pemerintahan. Pemerintah memang sudah menyediakan dana berlimpah untuk rehabilitasi, tetapi semua itu masih sebatas di atas kertas. Anggaran banyak yang belum terealisasi di lapangan, sekolah rusak pun tetap bertebaran. (DD/X-16) PEMBUATAN BUKU FOTO: Publisher asal Jerman, Marcus Schaden, berbicara dalam seminar tentang pembuatan buku foto dan bedah buku foto di Goethe Institut, Jakarta, kemarin. Seminar itu merupakan rangkaian dari pameran buku foto Deutscher Fotobuchpreis 2011. nusukan). Dalam percakapan an- tara teman Febrie dan Robby, ada percakapan ‘yang tusuk Febrie’. Selesai mengantar kemudian Snr pulang,” kata Agus. Danpaspampres itu pun me- ngatakan pisau lipat itu bu- kanlah milik Snr, bukan pula pisau komando seperti yang dibicarakan selama ini. Dalam perkembangannya, atas keterangan dari Robby, pihak kepolisian menghubungi Kopda Snr untuk meminta ke- terangan. “Polisi telepon Snr, bisa ban- tu, ketemu terus ke polres, diperiksa, katanya sampai di- konfrontasi dengan Febrie. Di situ Febrie mengaku tidak ke- nal, tapi polisi sudah bisa ambil kesimpulan,” kata Agus. Ia juga mengatakan kepoli- sian menghubunginya terkait pemeriksaan Snr dan ia meng- izinkannya, sepanjang nantinya dilaporkan ke Polisi Militer karena Snr anggota TNI. Adapun Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Sugianto mengatakan, Snr telah mem- ban tu mengungkap pelaku penusukan Raa. “Dia kan saksi kunci kita, dia membantu kita mengungkap penusuk Raa,” imbuh Imam saat dihubungi, kemarin. (Ant/ ED/*/J-2) mustain @mediaindonesia.com Kopral Dua Snr yang menjadi saksi kunci kasus penusukan Raafi telah ditahan Paspampres. AKHMAD MUSTAIN K OMANDAN Pasuk- an Pengamanan Pre- siden (Paspampres) Mayjen TNI Agus Sutomo mengatakan saat ini Kopral Dua Snr yang bertugas di Paspampres Grup B telah ditahan oleh Paspampres dan sedang menunggu proses se- lanjutnya. “Snr ditahan, pemecatan kita lihat nanti. Saya selalu sam- paikan pelanggaran ringan minimal dipindahkan, kalau berat bisa sampai pecat. Yang jelas anggota ini tak layak di Paspampres,” katanya di se- la-sela kunjungan Presiden di Semarang, Jawa Tengah, ke- marin pagi. Menurut Agus, anggota Pas- pam pres yang disebut oleh saksi mengetahui kejadian penusukan siswa SMA Pangu- di Luhur, RaaAga Winasya Benjamin, 17, di Shy Rooftop, Kemang, itu tidak mengetahui secara langsung peristiwa ter- sebut. Kopda Snr diberitakan seba- gai saksi kasus penusukan Raa. Dia dititipi pisau yang digunakan tersangka Febrie Awan, 41, untuk menusuk Raa- , seusai kejadian pada Sabtu (5/11) lalu. Agus menjelaskan, Kopda Snr berada di lokasi kejadian atas ajakan saksi Robby dalam Saksi Kasus Raafi Ditahan Nasib 3 Nelayan Bengkalis Jadi Misteri NASIB tiga nelayan warga Pu- lau Rupat, Kabupaten Bengka- lis, Riau, korban penembakan di perairan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka, menjadi mis- teri. Kepala Satuan Polisi Air Pol- res Bengkalis Ajun Komisaris Wilson Butar Butar mendadak meralat pernyataan sebelumnya bahwa ketiga nelayan itu sudah tewas saat menjalani perawatan di RSUD Bengkalis (Media Indo- nesia, Sabtu, 10/12). “Ya memang saya katakan tewas, tapi itu kan masih kabur dan saya minta jangan terbitkan dulu beritanya. Mereka masih hidup dan sudah dibawa ke Pekanbaru tadi malam (Jumat, 9/12),” kilah Wilson. Ditegaskannya, proses penye- lidikan kasus penembakan ke- tiga nelayan itu masih berjalan. Polisi belum dapat menyimpul- kan siapa pelakunya. Berdasarkan penelusuran, ketiga nelayan yaitu Cao Kau, 37, Madi, 23, dan Andi, 21, di pastikan sudah berada di Kota Pekanbaru, Riau. Media Indonesia berhasil mengetahui keberadaan mereka. Saat ini mereka dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital Jl Soekarno-Hatta, Pekanbaru. Namun, saat akan dijumpai, pihak manajemen ru- mah sakit melarang wartawan untuk meliput di sana. “Kami tidak bisa mengizinkan wartawan meliput, mengambil foto, atau mengetahui kamar pasien sekarang berada,” ucap perwakilan manajemen RS Eka Hospital, Lidya Widyastuti, ke- pada Media Indonesia, kemarin. Lidya membenarkan pihaknya tengah merawat tiga pasien rujukan dari RSUD Bengkalis yang menjadi korban penem- bakan di Selat Malaka. Namun, dia tidak menjawab saat ditanya soal kondisi ketiga pasien itu. “Mereka ada di ruang perawat- an ditemani oleh pihak kepoli- sian,” ujarnya. Kejelasan nasib ketiga nela- yan itu sangat penting karena merupakan kunci untuk mem- buka tabir insiden dan pelaku penembakan tersebut. Sebelum- nya, diberitakan ketiga nelayan itu diduga ditembak oleh tiga orang yang menggunakan speed- boat mirip dengan yang dimi- liki patroli Polisi Air dan Udara Diraja Malaysia. (RK/N-4) 23 Imigran Kabur dari Imigrasi Imigrasi Kupang. Dia menegas- kan, kaburnya 23 imigran asal Timur Tengah tersebut bukan menjadi tanggung jawab aparat kepolisian. “Penanganan imigran sudah diserahkan ke imigrasi. Polisi tidak bisa disalahkan terkait kaburnya imigran tersebut,” katanya. Sebelumnya 55 imigran gelap asal Timur Tengah tertangkap aparat Polres Rote Ndao di Selat Rote yang memisahkan Pulau Timor dan Rote pada Jumat (9/12) dini hari. Para imigran itu berlayar dari Bima, Nusa Tenggara Ba- rat, menggunakan perahu mi- lik nelayan setempat menuju Australia untuk mencari suaka. (PO/Ant/S-4) SEBANYAK 23 dari 55 imigran gelap asal Timur Tengah yang tertangkap dalam pelayaran ke Australia, Jumat (9/12), kabur dari tempat pemeriksaan di Kantor Imigrasi Kupang, Nusa Tenggara Timur, kemarin. “Para imigran itu kabur sekitar pukul 06.00 Wita tadi dari Kantor Imigrasi Kupang,” jelas Kepala Seksi Pengawasan dan Penin- dakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I Kupang Moon Bagarai, kemarin, di Kupang. Dari 23 imigran yang kabur tersebut, empat orang di anta- ranya sudah ditangkap kembali di kawasan Terminal Kupang oleh petugas dari Imigrasi Ku- pang. Sisa lainnya masih dalam pengejaran. “Mereka kabur saat terjadi pergantian petugas jaga dan saat hujan deras sehingga para petugas lengah,” kata Bagarai. Dia mengatakan pihak Imigra- si Kupang, bekerja sama dengan aparat kepolisian dari Polda NTT, saat ini masih memburu sisa 19 imigran yang belum ter- tangkap. Pengejaran, menurut dia, di- arahkan ke Pelabuhan Tenau dan pelabuhan rakyat di Ku- pang untuk mengantisipasi pelarian diri dengan menggu- nakan perahu nelayan yang biasa digunakan secara manual menuju wilayah Australia. Kabid Humas Polda NTT Komisaris Antonia Pah menga- takan pihak kepolisian telah me- nyerahkan penanganan imigran yang ditangkap kepada aparat MI/RAMDANI

Upload: dinhnguyet

Post on 09-Jun-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

kapasitas pertemanan. “Ang-gota saya, Kopda Snr, teman baiknya Robby, kenalan tiga tahun lalu,” ujarnya.

Pada Jumat (4/11), ditutur-kan Agus, Snr ditelepon Robby dan diminta menemaninya ke sebuah acara. Malamnya Snr dijemput Robby dan tiba di tem pat kejadian pukul 23.00.

Selama di sana, Kopda Snr sempat ke lantai dua, tempat kejadian perkara. Namun sebe-lum penusukan terjadi, Snr ber-ada di lantai bawah, menunggu sambil menikmati makanan.

Masih dijelaskan Agus, Snr kemudian keluar dari kafe de-ngan menggunakan dua mobil menuju rumah Febrie. Setiba di sana, Robby meminta agar pisau lipat yang dibungkus tisu diberikan.

Dari rumah Febrie, satu orang selain Febrie dan istri Fe brie yang ada di mobil Febrie pindah ke mobil Robby.

“Snr belum paham seratus persen (mengenai adanya pe-

MI/ANGGA YUNIAR

PERTAMINA TANAM 100 JUTA POHON: Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan (kanan) bersama Deputi Dirut Metro TV Andre Burhanudin menanam pohon di Taman Wisata Angke, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, kemarin. Penanaman mangrove ini merupakan program Pertamina Sobat Bumi-Menabung 100 Juta Pohon, yang merupakan bukti konkret kepedulian Pertamina terhadap lingkungan.

Agus Su tomoKomandan Paspampres

MI/SUSANTO

4 MINGGU, 11 DESEMBER 2011UMUM

TANPA memedulikan bahaya, puluhan bocah tetap saja berjuang

menyelesaikan soal-soal ujian. Padahal, bangunan ruang kelas mereka sewaktu-waktu bisa ambruk karena kondisinya sudah rusak parah.

Siswa kelas 1 dan kelas 2 SD Gobang IV, di Kampung Cibuluh, Desa Gobang, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, itu terpaksa menggunakan ruang kelas yang kondisinya sangat menakutkan untuk menuntut ilmu, termasuk menjalani ujian tengah semester sejak Senin (5/12) lalu.

”Masih dipakai. Malah sekarang lagi ujian tengah semester. Sejak Senin sampai Jumat, anak-anak kami ujian di sana,” kata Sunarya, salah seorang guru SD Gobang IV, dua hari lalu.

Tentu, belajar di kelas yang rawan roboh bukan keinginan mereka. Tetapi karena tak ada pilihan lain, para penerus bangsa itu hanya bisa pasrah. ”Bocor, becek, kotor, rusak, dan siap ambruk. Bahaya mengancam kami. Tapi mau belajar di mana lagi,” ungkap Sunarya.

Sejak berdiri pada 1983, SD Gobang IV belum pernah tersentuh perbaikan. Lokasi SD Gobang IV terpencil di antara persawahan dan kebun-kebun liar di perbukitan Cimaul. Kondisinya sungguh mengenaskan. Bangunan sekolah sudah tidak beratap,

Hanya Wartawanyang Mau Datang

sudah tidak berpintu dan bertembok. Lantainya pun masih berupa tanah merah.

Ironisnya lagi, belum ada satu pun pejabat terkait yang peduli. Jangankan memberi bantuan, menengok pun enggan. ”Belum ada yang datang. Enggak ada dari disdik (dinas pendidikan), enggak ada dari dewan, atau dari pemkab yang datang. Yang ke sini hanya wartawan yang mau meliput,” tutur Sunarya.

Ia tak bisa menutupi kekesalannya. Sebab, sejak diberitakan Media Indonesia, Oktober lalu, sejumlah pihak berjanji akan segera mengupayakan perbaikan SD Gobang IV. Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor Nurhayanti dan anggota DPRD begitu bersemangat. Tapi, tunggu punya tunggu, mereka tetap saja larut dalam ketidakpedulian.

SD Gobang IV hanyalah bagian kecil dari buruknya kondisi bangunan sekolah di Indonesia. Di Bogor yang lokasinya dekat dengan Ibu Kota saja ribuan ruang kelas rusak, apalagi di daerah-daerah terpencil yang jauh dari pusat pemerintahan.

Pemerintah memang sudah menyediakan dana berlimpah untuk rehabilitasi, tetapi semua itu masih sebatas di atas kertas. Anggaran banyak yang belum terealisasi di lapangan, sekolah rusak pun tetap bertebaran. (DD/X-16)

PEMBUATAN BUKU FOTO:

Publisher asal Jerman, Marcus

Schaden, berbicara dalam seminar

tentang pembuatan buku foto dan bedah buku foto di Goethe

Institut, Jakarta, kemarin. Seminar

itu merupakan rangkaian dari pameran buku foto Deutscher

Fotobuchpreis 2011.

nusukan). Dalam percakapan an-tara teman Febrie dan Robby, ada percakapan ‘yang tusuk Febrie’. Selesai mengantar kemudian Snr pulang,” kata Agus.

Danpaspampres itu pun me-ngatakan pisau lipat itu bu-kanlah milik Snr, bukan pula pisau komando seperti yang dibicarakan selama ini.

Dalam perkembangannya, atas keterangan dari Robby, pihak kepolisian menghubungi Kopda Snr untuk meminta ke-terangan.

“Polisi telepon Snr, bisa ban-tu, ketemu terus ke polres, di periksa, katanya sampai di-konfrontasi dengan Febrie. Di situ Febrie mengaku tidak ke-nal, tapi polisi sudah bisa ambil kesimpulan,” kata Agus.

Ia juga mengatakan kepoli-sian menghubunginya terkait pemeriksaan Snr dan ia meng-izinkannya, sepanjang nantinya dilaporkan ke Polisi Militer karena Snr anggota TNI.

Adapun Kapolres Jakarta Selatan Kombes Imam Sugianto mengatakan, Snr telah mem-ban tu mengungkap pelaku penusukan Raafi .

“Dia kan saksi kunci kita, dia membantu kita mengungkap penusuk Raafi ,” imbuh Imam saat dihubungi, kemarin. (Ant/ED/*/J-2)

[email protected]

Kopral Dua Snr yang menjadi saksi kuncikasus penusukan Raafi telah ditahan Paspampres.

AKHMAD MUSTAIN

KOMANDAN Pasuk-an Pengamanan Pre-siden (Paspampres) Mayjen TNI Agus

Su tomo mengatakan saat ini Kopral Dua Snr yang bertugas di Paspampres Grup B telah ditahan oleh Paspampres dan sedang menunggu proses se-lanjutnya.

“Snr ditahan, pemecatan kita lihat nanti. Saya selalu sam-paikan pelanggaran ringan mi nimal dipindahkan, kalau berat bisa sampai pecat. Yang jelas anggota ini tak layak di Paspampres,” katanya di se-la-sela kunjungan Presiden di Semarang, Jawa Tengah, ke-marin pagi.

Menurut Agus, anggota Pas-pam pres yang disebut oleh sak si mengetahui kejadian pe nu suk an siswa SMA Pangu-di Luhur, Raafi Aga Winasya Benjamin, 17, di Shy Rooftop, Ke mang, itu tidak mengetahui secara langsung peristiwa ter-sebut.

Kopda Snr diberitakan seba-gai saksi kasus penusukan Raafi . Dia dititipi pisau yang digunakan tersangka Febrie Awan, 41, untuk menusuk Raa-fi , seusai kejadian pada Sabtu (5/11) lalu.

Agus menjelaskan, Kopda Snr berada di lokasi kejadian atas ajakan saksi Robby dalam

Saksi Kasus Raafi Ditahan

Nasib 3 Nelayan Bengkalis

Jadi MisteriNASIB tiga nelayan warga Pu-lau Rupat, Kabupaten Bengka-lis, Riau, korban penembakan di per airan Indonesia-Malaysia di Selat Malaka, menjadi mis-teri.

Kepala Satuan Polisi Air Pol-res Bengkalis Ajun Komisaris Wilson Butar Butar mendadak meralat pernyataan sebelumnya bahwa ketiga nelayan itu sudah tewas saat menjalani perawatan di RSUD Bengkalis (Media Indo-nesia, Sabtu, 10/12).

“Ya memang saya katakan te was, tapi itu kan masih kabur dan saya minta jangan terbitkan dulu beritanya. Mereka masih hidup dan sudah dibawa ke Pe kanbaru tadi malam (Jumat, 9/12),” kilah Wilson.

Ditegaskannya, proses penye-lidikan kasus penembakan ke-tiga nelayan itu masih berjalan. Polisi belum dapat menyimpul-kan siapa pelakunya.

Berdasarkan penelusuran, ke tiga nelayan yaitu Cao Kau, 37, Madi, 23, dan Andi, 21, di pastikan sudah berada di Ko ta Pekanbaru, Riau. Media Indonesia berhasil mengetahui keberadaan mereka. Saat ini mereka dirawat di Rumah Sakit Eka Hospital Jl Soekarno-Hatta, Pekanbaru. Namun, saat akan dijumpai, pihak manajemen ru-mah sakit melarang wartawan untuk meliput di sana.

“Kami tidak bisa mengizinkan wartawan meliput, mengambil foto, atau mengetahui kamar pasien sekarang berada,” ucap perwakilan manajemen RS Eka Hospital, Lidya Widyastuti, ke-pada Media Indonesia, kemarin.

Lidya membenarkan pihaknya tengah merawat tiga pasien rujukan dari RSUD Bengkalis yang menjadi korban penem-bakan di Selat Malaka. Namun, dia tidak menjawab saat ditanya soal kondisi ketiga pasien itu. “Mereka ada di ruang perawat-an ditemani oleh pihak kepoli-sian,” ujarnya.

Kejelasan nasib ketiga nela-yan itu sangat penting karena merupakan kunci untuk mem-bu ka tabir insiden dan pelaku pe nembakan tersebut. Sebe lum-nya, diberitakan ketiga nelayan itu diduga ditembak oleh tiga orang yang menggunakan speed-boat mirip dengan yang dimi-liki patroli Polisi Air dan Udara Diraja Malaysia. (RK/N-4)

23 Imigran Kabur dari ImigrasiImigrasi Kupang. Dia menegas-kan, kaburnya 23 imigran asal Timur Tengah tersebut bukan menjadi tanggung jawab aparat kepolisian.

“Penanganan imigran sudah diserahkan ke imigrasi. Polisi tidak bisa disalahkan terkait ka burnya imigran tersebut,” katanya.

Sebelumnya 55 imigran gelap asal Timur Tengah tertangkap aparat Polres Rote Ndao di Selat Rote yang memisahkan Pulau Timor dan Rote pada Jumat (9/12) dini hari.

Para imigran itu berlayar dari Bima, Nusa Tenggara Ba-rat, menggunakan perahu mi-lik nelayan setempat menuju Australia untuk mencari suaka. (PO/Ant/S-4)

SEBANYAK 23 dari 55 imigran gelap asal Timur Tengah yang ter tangkap dalam pelayaran ke Australia, Jumat (9/12), kabur dari tempat pemeriksaan di Kantor Imigrasi Kupang, Nusa Tenggara Timur, kemarin.

“Para imigran itu kabur sekitar pukul 06.00 Wita tadi da ri Kantor Imigrasi Kupang,” je las Kepala Seksi Pengawasan dan Penin-dakan Keimigrasian Kan tor Im igrasi Kelas I Kupang Moon Bagarai, kemarin, di Kupang.

Dari 23 imigran yang kabur tersebut, empat orang di anta-ra nya sudah ditangkap kembali di kawasan Terminal Kupang oleh petugas dari Imigrasi Ku-pang. Sisa lainnya masih dalam pengejaran.

“Mereka kabur saat terjadi

per gantian petugas jaga dan saat hujan deras sehingga para petugas lengah,” kata Bagarai.

Dia mengatakan pihak Imigra-si Kupang, bekerja sama dengan aparat kepolisian dari Polda NTT, saat ini masih memburu sisa 19 imigran yang belum ter-tangkap.

Pengejaran, menurut dia, di-arahkan ke Pelabuhan Tenau dan pelabuhan rakyat di Ku-pang untuk mengantisipasi pe larian diri dengan menggu-nakan perahu nelayan yang biasa digunakan secara manual menuju wilayah Australia.

Kabid Humas Polda NTT Komisaris Antonia Pah menga-takan pihak kepolisian telah me-nyerahkan penanganan imigran yang ditangkap kepada aparat

MI/RAMDANI