mikrosefali

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang dilahirkan. 1 Jika terjadi kesalahan selama 8 minggu pertama, dapat terjadi kelainan struktur atau system. Sekitar hari ke-14, embrio memiliki panjang sekitar 2 mm. pada hari ke 17-20 masa gestasi, terbentuklah neural plate yang akan berkembang menjadi system syaraf dari individu. 2 Mikrosefali adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus). Perbandingan berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan 1

Upload: -bass-gandhi

Post on 08-Aug-2015

1.167 views

Category:

Documents


104 download

TRANSCRIPT

Page 1: mikrosefali

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur

bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan kongenital

dapat merupakan sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian

segera setelah lahir. Kematian bayi dalam bulan-bulan pertama kehidupannya

sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang cukup berat, hal ini seakan-

akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup bayi yang

dilahirkan.1

Jika terjadi kesalahan selama 8 minggu pertama, dapat terjadi kelainan

struktur atau system. Sekitar hari ke-14, embrio memiliki panjang sekitar 2

mm. pada hari ke 17-20 masa gestasi, terbentuklah neural plate yang akan

berkembang menjadi system syaraf dari individu.2

Mikrosefali adalah kasus malformasi kongenital otak yang paling sering

dijumpai. Ukuran otak pada kasus ini relatif amat kecil, dan karena

pertumbuhannya terhenti maka ukuran tengkorak sebagai wadahnya pun juga

kecil (sebenarnya nama yang lebih tepat adalah mikroensefalus). Perbandingan

berat otak terhadap badan yang normal adalah 1 : 30, sedangkan pada kasus

mikrosefalus, perbandingannya dapat menjadi 1 : 100. Bila kasus bisa hidup

sampai usia dewasa, biasanya berat otaknya hanya kurang dari 900 gram

(bahkan ada yang hanya 300 gram).1

Otak mikrosefali selalu lebih ringan, dapat serendah 25 % otak normal.

Jumlah dan kompleksitas girus korteks mungkin berkurang. Lobus frontalis

adalah yang paling parah, serebelum sering kali membesar tak seimbang. Pada

mikrosefali akibat penyakit perinatal dan postnatal dapat terjadi kehilangan

neuron dan gliosis korteks serebri.3

Insidensi dan prevalensi mikrosefali di dunia sangatlah jarang, di Inggris

angka kejadian mikrosefali tahun 2002 sebanyak 1,02 per 10000 kelahiran

hidup, sedangkan di Amerika Serikat sebanyak 1 per 666.666 kelahiran hidup.3

1

Page 2: mikrosefali

B. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan referat yang berjudul “mikrosefali” ini adalah untuk

memberikan informasi ilmiah mengenai penyakit mikrosefali, baik definisi,

etiologi, epidemiologi, patofisiologi, gejala klinis, penanganan dan

prognosisnya.

2

Page 3: mikrosefali

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Mikrosefali didefinisikan sebagai lingkar kepala yang berukuran lebih

dari tiga standar deviasi di bawah mean menurut usia dan jenis kelamin.

Keadaan ini relatif lazim, terutama pada populasi dengan retardasi mental.

Meskipun ada banyak penyebab mikrosefali, kelainan pada migrasi neuron

selama perkembangan janin, termasuk heterotopia sel neuron dan kekacauan

arsitektur sel, ditemukan pada banyak otak.4

B. ETIOLOGI

Mikrosefali primer merujuk pada kelompok keadaan yang biasanya tidak

memiliki malformasi lain dan mengikuti pola pewarisan Mendelian atau terkait

dengan sindrom genetik tertentu. Bayi-bayi ini biasanya dikenali saat lahir

karena kecilnya lingkar kepala. Tipe yang paling lazim adalah mikrosefali

dominan autosom dan familial dan serangkaian sindrom kromosom yang

dirangkum dalam Tabel 2.1. Mikrosefali sekunder akibat dari sejumlah besar

agen berbahaya yang dapat mengenai janin dalam uterus atau bayi selama masa

pertumbuhan otak cepat, terutama pada usia 2 tahun pertama.2

C. EPIDEMIOLOGI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaindl et al. (2010),

insidensi mikrosefali saat lahir adalah 1,3 dan 150 per 100.000 kelahiran hidup.

Tingkat kejadian penyakit tergantung pada jumlah populasi dan ambang batas

yang menjadi definisi dari mikrosefali.5

Pada penelitian yang dilakukan oleh Ashwal et al. (2009) didapatkan

rata-rata prevalensi mikrosefali diantara anak-anak yang sedang dievaluasi di

klinik perkembangan saraf adalah sebesar 25%. Meskipun sebagian besar anak

dengan mikrosefali berisiko memiliki IQ yang rendah, kehadiran mikrosefali

sendiri tidak berarti indikasi cacat intelektual.6

Insidensi dan prevalensi mikrosefali di dunia sangatlah jarang, di Inggris

angka kejadian mikrosefali tahun 2002 sebanyak 1,02 per 10000 kelahiran

hidup, penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa sebanyak 2 neonatus yang

dapat lahir hidup dengan menderita mikrosefali, sebanyak satu kasus dengan

3

Page 4: mikrosefali

diagnosis prenatal mikrosefali yang mengalami abortus dan tidak ada yang

lahir mati dengan menderita mikrosefali. Angka kejadian mikrosefali di

Amerika Serikat pada tahun 2003 sebanyak 1 per 666.666 (0.00%) kelahiran

hidup atau sekitar 407 orang menderita mikrosefali per tahunnya dan sebanyak

33 orang per bulan menderita mikrosefali.3

Tabel 2.1 Penyebab MikrosefaliPenyebab Temuan-temuan khasPrimer

1. Familial (Autosomal resesif)

Insidensi 1/40.000 kelahiran Penampakan khas dengan dahi miring,

hidung dan telinga menonjol; retardasi mental berat dan kejang-kejang yang menonjol; corak permukaan otak yang berlekuk-lekuk sukar dibedakan dan arsitektur sel kacau

2. Autosomal dominan Muka tidak khas, celah palpebra tidak miring, dahi sedikit miring, dan telinga menonjol

Pertumbuhan linier normal, kejang-kejang mudah dikendalikan, dan retardasi mental ringan atau dalam perbatasan.

3. SindromDown (Trisomi-21) Insidensi 1/800

Lingkaran oksipital dan lobus frontal serta serebellum kecil abnormal; girus temporalis superior sempit, kecenderungan untuk perubahan neurofibriler Alzheimer, dan kelainan ultra struktur korteks serebri

Edward (trisomi-18) Insidensi 1/6.500 Berat badan lahir rendah, mikrostomia,

mikrognatia, malformasi telinga letak rendah, oksiput menonjol, kaki dasar kursi goyang, deformitas fleksi jari, penyakit jantung congenital, girus bertambah, neuron heterotropia

Cri du chat (5 p-) Insidensi 1/50.000 Muka bundar, lipatan epikantus menonjol,

telinga letak rendah, hipertelorisme, dan tangisan khas

Neuropatologi tidak spesifikCornelia de Lange Keterlambatan pertumbuhan prenatal dan

postnatal, sinofris, bibir atas tipis menggantung

Ibu jari terletak proksimal

4

Page 5: mikrosefali

Rubinstein-Taybi Hidung paruh, fissura palpebra miring ke bawah, lipatan epikantus, perawakan pendek dengan ibu jari tangan dan ibu jari kaki lebar

Smith-Lemli-Optiz Ptosis, skafosefali, lipatan epikantus dalam, lubang hidung anteversi

Berat badan lahir rendah, masalah makan nyata

Sekunder (Non Genetik)1. Radiasi Mikrosefali dan retardasi mental paling

berat jika pemajanan sebelum usia kehamilan minggu ke-15

2. Infeksi congenitalSitomegalovirus Kecil menurut usia kehamilan, ruam

petekie, hepatosplenomegali, korioretinitis, tuli, retardasi mental, dan kejang-kejang

Kalsifikasi SSS dan mikrogiriaRubella Retardasi pertumbuhan, purpura,

trombositopenia, hepatosplenomegali, penyakit jantung congenital, korioretinitis, katarak, dan tuli

Daerah nekrosis perivaskular, polimikrogiria, heterotopia, peronggaan subependima

Toksoplasmosis Purpura, hepatosplenomegali, ikterus, konvulsi, hidrosefalus, koreoretinitis, dan kalsifikasi otak

3. ObatAlkohol janin Retardasi pertumbuhan, ptosis, tidak ada

filtrum dan bibir atas hipoplastik, penyakit jantung congenital, masalah makan, heterotropi neuroglia

Hidantoin janin Keterlambatan pertumbuhan, hipoplasia falangs distal, lipatan epikantus dalam, rigi hidung lebar, lubang hidung anteversi

4. Meningitis/ensefalitis Infark otak, peronggaan kistik, kehilangan neuron difus

5. Malnutrisi Penyebab controversial mikrosefali6. Metabolik Diabetes mellitus ibu dan

hiperfenilalaninemia ibu7. Hipertermia Demam bermakna selama 4-6 minggu

pertama telah dilaporkan menyebabkan mikrosefali, kejang-kejang dan anomali wajah

Penelitian patologis menunjukkan heterotopia neuron

5

Page 6: mikrosefali

Penelitian lebih lanjut tidak menunjukkan kelainan dengan demam ibu

8. Ensefalopati hipoksik-iskemik

Pada mulanya edema otak difus stadium lambat ditandai dengan atrofi otak

D. KLASIFIKASI

Mikrosefali dapat dibedakan menjadi mikrosefali primer dan

mikrosefali sekunder. Mikrosefali primer, juga disebut sebagai mikrosefali

bawaan (kongenital), dianggap sebagai suatu anomali atau kelainan

perkembangan yang statis, terjadi pada saat lahir atau paling dini di usia 32

minggu kehamilan. Mikrosefali sekunder atau mikrosefali yang didapat, adalah

kondisi neurodegeneratif progresif dengan lingkar kepala bayi saat lahir berada

dalam kisaran normal tetapi kemudian tidak mengalami perkembangan lagi.

Ada beberapa penyebab genetik dan nongenetik yang menyebabkan

mikrosefali primer dengan keterbelakangan mental, seperti toksoplasmosis

kongenital, ibu yang mengalami intoksikasi alkohol pada saat hamil, dan

Sindroma Rubinstein-Taybi. Beberapa penyebab lingkungan dan genetik

mikrosefali tercantum dalam Tabel 2.2 di bawah ini. 7,8

Tabel 2.2. Etiologi Mikrosefali dari Lingkungan dan GenetikPenyebab Lingkungan dan Genetik MikrosefaliPenyebab Lingkungan dari Mikrosefali

Ensefalopati Hipoksik-IskemikInfeksi intrauterineTeratogen (alkohol, hidantoin, radiasi)Defek Tuba NeuralFenilketonuria maternalDiabetes Mellitus tak terkontrolMalnutrisi kronik

Penyebab Genetik dari MikrosefaliMikrosefali Primer HerediterAbnormalitas kromosom (trisomi, 13,18,21)Sindroma delesi:

Sindrom Wolf-Hirschhorn (4p deletion)Sindrom Williams (delesi 7q11.23)

Sindrom RettSindroma lain dengan anomaly multiple

Sindroma Cornelia de LangeSindroma Smith Lemli OpitzHoloprosensefali

6

Page 7: mikrosefali

1. Mikrosefali Primer Herediter (MCPH)

Mikrosefali Autosomal Resesif Primer, juga dikenal sebagai

Mikrosefali Primer Herediter (MCPH) merupakan gangguan pertumbuhan

sistem saraf yang dicirikan dengan mikrosefali yang telah terjadi pada saat

persalinan dan disertai dengan retardasi mental. Insidensi dari MCPH

berkisar antara 1:30.000 dan 1:2.000.000 pada populasi non

consanguineus. Sedangkan, pada populasi di Pakistan terdapat sekitar

1:10.000.9

Definisi secara klinis dari MCPH seperti di bawah ini:10

1) Mikrosefali congenital

2) Retardasi mental tanpa tanda neurologis lainnya, seperti spastisitas atau

penurunan kognitif secara progresif. Kejang bukan gejala yang sering

terjadi, namun bukan menjadi faktor eksklusi dari diagnosis.

3) Untuk sebagian besar pasien dengan MCPH, tinggi badan normal, berat

badan, penampilan fisik, analisis kromosom, dan scanning otak juga

diperiksa. Pada pasien dengan mutasi MCPH1, berkurangnya tinggi

badan mungkin saja ditemukan, tetapi lingkar kepala berkurang secara

signifikan bila dibandingkan dengan tinggi badan.

Pada pasien MCPH, ukuran lingkar kepala berkurang dengan

penurunan ukuran korteks serebri, terutama di daerah permukaan.11

2. Gen MCPH

Penyebab genetik dari MCPH yang telah diketahui sampai saat ini

adalah mutasi pada 7 lokus, dengan 6 yang telah teridentifikasi, yaitu:

MCPH1, WDR62 (MCPH2). CDK5RAP2 (MCPH3), ASPM (MCPH5),

CENPJ (MCPH6), dan STIL (MCPH7). Mikrosefali Primer Herediter

(MCPH) harus bermutasi pada kedua alelnya, baik pada individu yang

bersangkutan mengalami mutasi homozigot atau terjadi mutasi heterogen

pada fenotip yang terpengaruh.11

MCPH1

MCPH1 berlokasi di kromosom 8p23, mengkode sekitar 835 asam

amino. Gen ini memiliki 14 exon. Gen MCPH1 mengkode protein

mikrosefalin yang mengandung 835 asam amino. Mikrosefalin

7

Page 8: mikrosefali

memiliki mRNA yang mengekspresikan jaringan dari fetus terutama di

otak, hepar, dan ginjal. Pada otak murin, ekspresi mikrosefalin

ditemukan selama proses neurogenesis terutama pada ventrikel lateral

yang menjaga sel progenitor untuk tetap memproduksi neuron yang

selanjutkan akan berubah menjadi korteks serebri. Fenotip MCPH

mungkin disebabkan defek pada control siklus sel dan repair DNA.

Varian patologik dari MCPH termasuk mutasi homozigot, delesi

homozigot, dan duplikasi homozigot. Kromosom p.Prp828Ser

merupakan varian normal pada populasi di Cina berhubungan dengan

variasi dari ukuran cranium.5,12,13

WDR62 (MCPH2)

Saat ini, gen MCPH2 diidentifikasi sebagai WDR62, penyebab

tersering kedua dari MCPH. Gen WDR62 adalah gen yang memiliki 32

exon dan mengandung 1523 asam amino. Keenam mutasi yang telah

dijelaskan termasuk didalamnya 4 kesalahan mutasi dan 2 duplikasi

pada 3 keluarga.14

Protein yang diproduksi oleh gen WDR62 mengkode ujung protein

yang mengekspresikan sel precursor neuronal dari embrio neuroepitel

mamalia yang mengalami mitosis. Diketahui bahwa WDR62 mengkode

protein untuk memposisikan dan memperpannjang generasi sel

precursor neuronal yang penting terhadap pertumbuhan korteks

serebri.14

CDK5RAP2 (MCPH3)

Gen CDK5RAP2 memiliki 38 exon. Human cyclin-dependent

kinase 5, yang merupakan protein pengatur mengkode CDK5RAP2

dengan 1893 asam amino. Gen CDK5RAP2 merupakan protein terkait

sentrosom, dengan mRNA yang diekspresikan secara luas pada

manusia. Pada embrio murin, kadar tertinggi terdapat pada sistem saraf

pusat.10

Sebuah studi homolog CDK5RAP2 menunjukkan bahwa gen ini

mengatur maturasi sentrosom, rekruitmen dan memperkuat matriks

perisentriolar di sentriol serta meregulasi kohesi dari sentrosom.

8

Page 9: mikrosefali

Hilangnya fungsi ini menyebabkan kegagalan maturasi sentrosom dan

mengatur efisiensi mikrotubulus. Defek ini pada manusia

mengakibatkan abnormalitas dari pengaturan posisi spindle.5

ASPM (MCPH5)

Mutasi pada gen ASPM di kromosom 1q31.3 telah menjadi

penyebab tersering yang mengakibatkan MCPH dan terdapat pada

setengah kasus MCPH di Asia dan Eropa. Gen ASPM ini memiliki 28

ekson. Gen ini diekspresikan pada beberapa sel embrionik pada

manusia, seperti pada hepar, ginjal, jantung, paru, dan otak.12,15

Varian patologis dari gen ASPM termasuk diantaranya proses

translokasi, delesi, insersi/deplesi atau substitusi dasar. Mutasi ini

tersebar ke setiap gen.15

CENPJ (MCPH6)

Gen Human Centrometric Protein J (CENPJ) memiliki sekitar 17

ekson. Gen CENPJ ini memiliki 1338 asam amino, berperan penting

dalam mengatur sentrosom dan fungsi spindle selama proses mitosis

neurogenik.5,12

Gen CENPJ merupakan regulator yang penting dalam mengatur

panjang sentriol selama proses biogenesis. Hilangnya sentriol

mengakibatkan terjadinya deformasi spindle dan defek segregasi DNA.

Hilangnya gen CENPJ dapat menimbulkan fenotip MCPH melalui

kurangnya sentrosom yang matur, kekurangan generasi dari

mikrotubulus, dan kesalahan dalam spindle positioning.5,12

STIL (MCPH7)

Gen STIL mengandung 1287 asam amino. Mutasi STIL homozigot

mengakibatkan hilangnya fungsi yang selanjutnya mengakibatkan

kelainan MCPH pada 4 dari 24 keluarga di India. Data terakhir

menyebutkaan bahwa STIL memiliki fungsi yang mirip dengan ASPM.

Mutasi patogenik dari STIL adalah mutasi, delesi frameshift, dan

intronic splice mutation.

E. PATOGENESIS

9

Page 10: mikrosefali

Mikrosefali primer jinak berkaitan dengan faktor genetik. Mikrosefali

genetik ini termasuk mikrosefali familial dan mikrosefali akibat aberasi

khromosom. Mikrosefali akibat penutupan sutura prematur (kraniosinostosis).

Jenis mikrosefali ini berakibat bentuk kepala abnormal, namun pada

kebanyakan kasus tak ada anomali serebral yang jelas.

Bakal serebrum mulai terlihat sebagai struktur yang dapat dikenali pada

embrio kehamilan 28 hari, saat ujung anterior tuba neuralis mengalami suatu

ekspansi globular, prosensefalon. Dalam beberapa hari berikutnya,

prosensefalon membelah menjadi 2 perluasan lateral yang merupakan asal

hemisferium serebri dan ventrikel lateralis. Dinding ventrikel pada stadium ini

dibentuk oleh lapisan benih neuroblas yang aktif membelah. Neuroblas yang

baru terbentuk bermigrasi dari dinding ventrikel ke permukaan hemisferium

primitif, berakumulasi dan membentuk korteks serebri. Pendatang pertama

membentuk lapisan bawah korteks, dan pendatang selanjutnya melewati

lapisan ini, membentuk lapisan-lapisan atas. Diferensiasi neuroblas membentuk

neuron ekstensi sel yang bertambah panjang dan akhirnya membentuk akson

dengan lumen ventrikel melalui ekstensi sel yang bertambah panjang dan

akhirnya membentuk akson substansi alba subkortikal. Akson yang

menyeberang dari 1 hemisferium ke hemisferium lainnya untuk membentuk

korpus kalosum, pertama kali aterlihat pada kehamilan bulan ketiga, korpus

kalosum terbentu lengkap pada bulan ke-5. Pada saat inilah permukaan

akorteks mulai memperlihatkan identasi yang terbentuk progresif selama

trimester terakhir, sehingga pada aterm, sulkus dan girus utama telah berbatas

tegas.4

Otak bayi aterm memiliki seluruh komplemen neuron dewasa, tetapi

beratnya hanya sekitar sepertiga otak dewasa. Peningkatan berat postnatal

adalah akibat mielinisasi substansia alba subkortikal, perkembangan penuh

prosesus saraf, baik dendrit maupun akson serta peningkatan selb glia.4

Secara umum pengaruh abnormal sebelum kehamilan bulan ke-6

cenderung mempengaruhi pertumbuhan struktur makroskopik otak dan

mengurangi jumlah neuron total. Pengaruh perubahan patologik pada periode

perinatal cenderung lebih ringan, seperti keterlambatan mielinisasi dan

10

Page 11: mikrosefali

berkurangnya pembentukan dendrit. Hilangnya substansi otak akibat lesi

destruktif dapat terjadi pada akhir masa janin dan awal masa bayi, baik secara

terpisah ataupun bersama cacat perkembangan lain. 4

Primary Autosomal Recessive Microcephaly (MCPH) atau Mikrosefali

Autosomal Resesif Primer merupakan salah satu gangguan kongenital, ditandai

dengan retardasi mental dan ukuran otak yang kecil tanpa tambahan

malformasi otak yang parah. Beberapa gen yang mendasari terjadinya

mikrosefali primer telah teridentifikasi. Meskipun protein yang dikodekan

memiliki fungsi yang beragam, penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa

terdapat gangguan proses pembelahan mitosis dari struktur kortikal selama

masa perkembangan embrionik. Selama tahap awal perkembangan kortikal, sel

progenitor yang memiliki kemampuan pembelahan secara simetris sangat

penting untuk menghasilkan sel dengan jumlah yang cukup dan secara

bersama-sama berfungsi sebagai inti proses neurogenesis berkelanjutan. Proses

proliferasi dan diferensiasi ini terutama terjadi pada ventrikel dan zona

subventrikular yang melapisi rongga otak. Sel progenitor bagian asimetris saraf

menghasilkan sel induk dan anak dengan hasil yang berbeda. Gangguan dari

divisi simetris dapat menyebabkan menipisnya inti progenitor sel saraf,

penurunan selanjutnya di tingkat proliferasi dan tingkat neuron dapat

mengurangi produksi sel. Hasil akhirnya adalah otak yang lebih kecil dari

biasanya dan mikrosefalus. Malformasi otak yang parah biasanya tidak terdapat

pada MCPH.3

Mikrosefali sekunder terhadap atrofi serebral. Mikrosefali sekunder dapat

disebabkan oleh infeksi intrauterin seperti penyakit inklusi sitomegalik, rubella,

sifilis, toksoplasmosis, dan herpes simpleks; radiasi, hipotensi sistemik

maternal, insufisiensi plasental; anoksia; penyakit sistemik maternal seperti

diabetes mellitus, penyakit renal kronis, fenilketonuria; dan kelainan perinatal

serta pascanatal seperti asfiksia, infeksi, trauma, kelainan jantung kronik, serta

kelainan paru-paru dan ginjal. Jenis mikrosefali ini berhubungan dengan

retardasi mental dalam berbagai tingkat.3

Perkembangan susunan saraf dimulai dengan terbentuknya neural tube

yaitu induksi daerah dorsal yang terjadi pada minggu ke 3 masa gestasi. Setiap

11

Page 12: mikrosefali

gangguan pada masa ini mengakibatkan kelainan congenital seperti

kranioskisis,totalis,dsb. Fase selanjutnya terjadi proliferasi neuron yang terjadi

pada masa gestasi. Gangguan pada masa ini dapat menyebabkan mikrosefali.1

Sifilis menginfeksi dengan cara melalui kontak langsung dengan lesi.

Disebabkan bakteri Treponema malibu melalui selaput lendir yang utuh/kulit

dengan lesi kemudian masuk ke peredaran darah dan semua organ dalam tubuh

(salah satunya otak) ke janin. Rubella menginfeksi embrio pd 3 bulan pertama

kehamilan. Menyebabkan malformasi mata,telinga bagian dalam,jantung dan

gigi.3

Herpes menginfeksi bayi lahir lewat vagina (ibu terkena herpes) sehingga

bayi jadi terinfeksi. Sitomegalovirus merupakan organisme yang ada di mana--

mana serta pada hakekatnya menginfeksi sebagian besar manusia, bukti adanya

infeksi janin ditemukan di antara 0,5 –2 % dari semua neonatus. Sesudah

terjadinya infeksi primer yang biasanya asimtomatik, 10 % infeksi pada janin

menimbulkan simtomatik saat kelahiran dan 5-25 % meninggalkan sekuele.

Pada beberapa negara infeksi CMV 1 % didapatkan infeksi in utro dan 10-15

% pada masa prenatal. Virus tersebut menjadi laten dan terdapat reaktivasi

periodik dengan pelepasan virus meskipun ada antibodi di dalam serum.

Antibodi humoral diproduksi, namun imunitas yang diperantarai oleh sel

tampaknya merupakan mekanisme primer untuk terjadinya kesembuhan, dan

keadaan kekebalan yang terganggu baik terjadi secara alami maupun akibat

pemakaian obat-obatan akan meningkatkan kecenderungan timbulnya infeksi

sitomegalovirus yang serius. Diperkirakan bahwa berkurangnya surveilans

imun yang diperantarai oleh sel, menyebabkan janin-bayi tersebut berada

dalam risiko yang tinggi untuk terjadinya sekuele pada infeksi ini. Sedangkan,

Rubeinstein-Taybi Syndrome terjadi karen ketiadaan gen yang menyebabkan

ketidaknormalan pada protein pengikat CREB.3

F. GEJALA KLINIS

Gambaran klinis yang sering terlihat pada kasus mikrosefali adalah

ukuran lingkar kepala yang lebih kecil dari pada normal dan biasanya sekunder

akibat jaringan otak yang tidak tumbuh. Kadang-kadang ubun-ubun besar

terbuka dan kecil. Didapatkan retardasi mental. Mungkin didapatkan pula

12

Page 13: mikrosefali

gejala motorik berupa diplegia spastik, hemiplegia dan sebagainya. Terlambat

bicara dan kadang-kadang didapatkan kejang. Tampilan kasus mikrosefali yang

khas adalah tulang frontal dan fosa anterior yang kecil.1

Gambar 2.1. Bayi dengan Mikrosefali Kongenital

Retardasi mental merupakan gejala yang paling sering menyertai

mikrosefali. Retardasi mental disebut juga sebagai oligofrenia (oligo = kurang

atau sedikit dan fren = jiwa) atau tuna mental. Keadaan tersebut ditandai dengan

fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata dan disertai dengan

berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri atau berperilaku adaptif.

Retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang

memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektualitas dan fungsi adaptif.

Intelligence Quotient (IQ) bukanlah merupakan satu-satunya patokan yang dapat

dipakai untuk menentukan berat ringannya retardasi mental, melainkan harus

dinilai berdasarkan sejumlah keterampilan spesifik yang berbeda.18

Seseorang dikatakan mengalami retardasi mental bila memenuhi kriteria

sebagai berikut:18

1. Fungsi intelektual umum di bawah normal

2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial

3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu di bawah usia 18 tahun

13

Page 14: mikrosefali

Gangguan perkembangan neurologis sering terjadi pada penderita

mikrosefalus, Gangguan perkembangan neurologis merupakan kegagalan

untuk memiliki kemampuan fungsi neurologis yang seharusnya dimiliki, yang

disebabkan oleh adanya lesi (defek) dari otak yang terjadi pada periode awal

pertumbugan otak.17

Gejala klinis yang timbul juga terkadang dapat mengarahkan penyebab

timbulnya mikrosefali. Contohnya, mikrosefali yang disebabkan oleh virus

rubella biasanya juga disertai oleh kurangnya kemampuan intelektual,

gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, dan kurangnya kemampuan

kognitif. Gagal dalam perkembangan pada masa bayi dan balita umumnya

mempengaruhi pertumbuhan kepala. Pertumbuhan kepala biasanya terjadi pada

tiga tahun pertama kehidupan. Maka dari itu, gangguan kesehatan yang terjadi

pada masa-masa tersebut dapat mempengaruhi ukuran dari kepala penderita.20

G. DIAGNOSIS

Diagnosis mikrosefali berdasarkan pada manifestasi klinis dan gambaran

radiologis. Riwayat keluarga menyeluruh harus diperhatikan, mencari kasus

mikrosefali tambahan atau gangguan yang mengenai sistem saraf. Adalah

penting untuk mengukur lingkar kepala penderita saat lahir. Lingkaran kepala

yang sangat kecil menunjukkan suatu proses yang dimulai pada awal

perkembangan embrional atau perkembangan janin. Gangguan pada otak yang

terjadi pada kehidupan akhir, terutama sesudah usia 2 tahun, kurang mungkin

dapat mengakibatkan mikrosefali berat. Pengukuran lingkar kepala berkali-kali

adalah lebih berarti daripada pengukuran satu kali, terutama saat kelainan

minimal. Selain itu, lingkar kepala orang tua dan saudara kandung masing-

masing harus dicatat.2

Mikrosefali ditentukan dengan melakukan pengukuran sirkumferensia

fronto oksipital dengan menggunakan pita pengukur dan melingkari tulang

cranium dengan melewati bagian terlebar dari dahi dan bagian yang menonjol

pada area occipital. Definisi lingkar kepala normal yang diterima secara luas

pada pengukuran sirkumferensia fronto-oksipital ini bila tidak melebihi dari 2

standar deviasi.8,19

14

Page 15: mikrosefali

Pemeriksaan laboratorium anak mikrosefali ditentukan melalui riwayat

dan pemeriksaan fisik. Jika penyebab mikrosefali tidak diketahui, kadar

fenilalanin serum ibu harus diukur. Kadar fenilalanin serum ibu yang tinggi

pada ibu yang tidak bergejala dapat mengakibatkan cedera otak yang nyata

pada bayi non fenilketonuria yang lainnya normal. Kariotipe diperiksa jika

sindrom kromosom dicurigai atau jika anak memiliki wajah abnormal,

perawakan pendek dan anomali kongenital tambahan. CT Scan atau MRI dapat

berguna dalam mengenali kelainan struktural otak atau klasifikasi

intraserebrum. Penelitian tambahan meliputi analisis asam amino palsma dan

urin puasa: amonium serum : titer toksoplasmosis, rubella, citomegalovirus dan

herpes simpleks (TORCH) ibu dan anak serta sampel urin untuk biakan

citomegalovirus.4

H. DIAGNOSIS BANDING

Mikrosefali harus dibedakan dari ukuran kepala yang kecil sekunder dari

sinostosis sutura sagitalis dan koronarius. Sinostosis biasanya terjadi prenatal

dan diketahui setelah dilahirkan. Perubahan bentuk tengkorak disebabkan

ekspansi jaringan otak yang tumbuh terhalang oleh penutupan sutura. Pada

stadium permulaan perubahan bentuk tengkorak merupakan kompensasi untuk

mencegah tekanan intrakranial yang meninggi (Gambar 2.2).4

Pada brakisefali dan skafosefali keadaan kompensasi ini bisa berlangsung

lama sampai berbulan-bulan, namun pada oksisefali tekanan intrakranial sudah

meninggi dalam minggu pertama sesudah lahir. Akibat tekanan intrakranial

yang meninggi akan terlihat iritabilitas, muntah, eksoftalmus akibat tekanan

pada orbita, retardasi mental dan motorik, kejang. Gangguan visus dapat terjadi

akibat tertariknya N II atau sebagai akibat papil N II karena tekanan

intrakranial yang meninggi. 17

15

Page 16: mikrosefali

Gambar 2.2. Sinostosis Sutura Sagitalis

I. KOMPLIKASI

Pada sebagian besar kasus, batasan antara komplikasi mikrosefali dengan

gejala klinis menjadi tidak jelas. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat

dari mikrosefali berat sangat bervariasi. Namun demikian, satu hal yang pasti

adalah bahwa kepala anak akan selalu lebih kecil daripada rata-rata. Bayi

dengan kasus mikrosefali yang parah mungkin memiliki keterlambatan dalam

perkembangan baik berbicara dan gerakan. Bayi juga bisa mengalami masalah

dengan keseimbangan serta dalam hal koordinasi. Beberapa anak yang terkena

dampak mikrosefali akan menjadi bertubuh pendek dan ada kemungkinan

timbul dwarfisme. Hiperaktif serta distorsi wajah, gangguan mental, dan kejang

juga merupakan komplikasi dari kelainan ini.8

J. PENATALAKSANAAN

Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang efektif dan spesifik untuk

menangani pasien mikrosefali. Pemantauan perkembangan saraf merupakan

penanganan yang paling baik untuk saat ini. Perlu ditekankan kepada orang tua

penderita mikrosefali, bahwa tujuan dari pengobatan bukan membuat anak

menjadi seperti anak normal lainnya. Tetapi mengembangkan sisa kemampuan

yang ada pada anak tersebut seoptimal mungkin, sehingga diharapkan anak

dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa bantuan atau hanya membutuhkan

sedikit bantuan saja.1

Bila penyebab mikrosefali telah ditegakkan, dokter harus memberikan

nasehat keluarga yang tepat dan pendukung genetik. Karena banyak anak

16

Page 17: mikrosefali

dengan mikrosefali juga akan mengalami retardasi mental, dokter juga harus

membantu dengan penempatan pada program yang tepat yang akan

memberikan perkembangan anak secara maksimum.2

Gizi atau nutrisi yang baik bagi pasien anak dengan mikrosefali sangat

penting untuk diberikan, karena walaupun kemampuan otaknya sudah tidak

dapat normal, namun dengan bantuan nutrisi yang adekuat dapat membantu

perkembangan otak semaksimal mungkin.

K. PENCEGAHAN

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, belum ada terapi kuratif dalam

penanganan mikrosefali. Oleh karena itu, pencegahan sangat penting.

Pencegahan meliputi bimbingan dan penyuluhan genetik, pencegahan bahaya

infeksi terutama selama kehamilan, penggunaan obat-obatan tertentu atau zat

kimia tertentu.

Di Amerika Serikat, konsumsi alkohol pada ibu hamil menyebabkan

kelainan pada bayinya. Kelainan yang terjadi terutama berkaitan dengan

retardasi mental dan terjadi pada sekitar 9/1000 anak. Oleh karena itu,

diperlukan edukasi untuk ibu hamil agar tidak mengkonsumsi alkohol pada saat

hamil.10

L. PROGNOSIS

Bayi yang dilahirkan dengan mikrosefali biasanya tidak bisa hidup lama

dan beberapa langsung meninggal setelah lahir. Kebanyakan dari mereka yang

masih bisa bertahan hidup mengalami retardasi mental dan kelainan motorik

seperti hemiplegia, diplegia spastik. Mikrosefali biasanya disertai dengan

kelainan-kelainan lain sebagai suatu sindrom.1,17

17

Page 18: mikrosefali

BAB III

KESIMPULAN

1. Mikrosefali didefinisikan sebagai lingkar kepala yang berukuran lebih dari

tiga standar deviasi di bawah mean menurut usia dan jenis kelamin.

2. Mikrosefali dapat dibedakan menjadi mikrosefali primer dan mikrosefali

sekunder.

3. Mikrosefali primer, juga disebut sebagai mikrosefali bawaan (kongenital),

dianggap sebagai suatu anomali atau kelainan perkembangan yang statis,

terjadi pada saat lahir atau paling dini di usia 32 minggu kehamilan.

4. Mikrosefali sekunder atau mikrosefali yang didapat, adalah kondisi

neurodegeneratif progresif dengan lingkar kepala bayi saat lahir berada

dalam kisaran normal tetapi kemudian tidak mengalami perkembangan

lagi.

5. Gambaran klinis yang sering terlihat pada kasus mikrosefali adalah ukuran

lingkar kepala yang lebih kecil dari pada normal dan biasanya sekunder

akibat jaringan otak yang tidak tumbuh.

6. Diagnosis mikrosefali berdasarkan pada manifestasi klinis dan gambaran

radiologis.

7. Sampai saat ini, belum ada pengobatan yang efektif dan spesifik untuk

menangani pasien mikrosefali. Pemantauan perkembangan saraf

merupakan penanganan yang paling baik untuk saat ini.

18

Page 19: mikrosefali

DAFTAR PUSTAKA

1. Satyanagara; Cacat Otak Bawaan Dalam Ilmu Bedah Syaraf, ed III,

Jakarta, 1998, Gramedia Pustaka Utama, 253-270.

2. Haslam, Robert HA. The Nervous System. In: Behrman RE, Kliegman

RM, Jenson HB. (eds.) Nelson TextBook of Pediatrics. 17th ed.

Philadelphia: Saunders An Imprint of Elsevier Science. 2004. 2451-2.

3. Wollnik, Bernd. 2010. A Common Mechanism for Microcephaly. Nature

Genetics; 42(11): 923-4.

4. Haslam, R.A.H; Congenital Anomalies of Central Nervous System dalam

Nelson, W.E; Behrman, R.E; Kligman, R.M; Arvin, A.M (eds) : Nelson

Textbook of Pediatric 15th edition, Philadelphia, 1996, WB Saunders

Company, 1680-1683.

5. Kaindl, AM, Passemard S, Kumar P, Kraemer N, Issa L, Zwirner A, et al.

2010. Many Roads Lead to Primary Autosomal Recessive Microcephaly.

Prog Neurobiol. 90(3): 363-83.

6. Ashwal S, Michelson D, Plawner L, Dobyns WB. 2009. Practice

Parameter: Evaluation of the Child with Microcephaly (an evidence-based

review): Report of the Quality Standards Subcommittee of the American

Academy of Neurology and the Practicw Committee of the Chid

Neurology Society. Neurology; 73: 887-97.

7. Woods, CG. 2004. Human Microcephaly. Curr opin Neurobiol; 14(1):

112-7.

8. Abuelo, D. 2007. Microcephaly Syndromes. Sem Pediatr Neurol. 14(3):

118-27.

9. Mahmood S, Ahmad W, Hassan MJ. 2011. Autosomal Recessive Primary

Microcephaly (MCPH): Clinical Manifestations, Genetic Heterogeneity

and Mutation Continuum. Orphanet J Rare Dis. 6:39.

10. Woods CG, Bond J, Enard W. 2005. Autosomal Recessive Primary

Microcephaly (MCPH): a Review of Clinical, Molecular, and

Evolutionary Findings. Am J Hum Genet. 76(5): 717-28.

19

Page 20: mikrosefali

11. Desir J, Cassart M, David P, Van Bogaert P, Abramowicz M. 2008.

Primary Microcephaly with ASPM mutation shows simplified cortical

gyration with antero-posterior gradient pre- and post-natally. Am J Med

Genet. Part A. 146A(11): 1439-43.

12. Jackson AP, Eastwood H, Bell SM, Adu J, Toomes C, Carr IM, et al.

2002. Identification of microcephalin, a protein implicated in determining

the size of the human brain. Am J Med Genet. 71(1): 136-42.

13. Wang Z, Moult J. 2001. SNPs, protein structure, and disease. Human

Mutation; 17(2): 117-22.

14. Mahmood S, Ahmad W, Hassan MJ. 2011. Autosomal Recessive Primary

Microcephaly (MCPH): clinical manifestations, genetic heterogeneity and

mutation continuum. Orphanet J Rare Dis. 6:39.

15. Ashwal S, Michelson D, Plawner L. 2009. Practice Parameter: Evaluation

of the Child with Microcephaly. Neurology. 73:887-96.

16. Kumar A, Girimaji SC, Duvvari MR, Blanton SH. 2009. Mutations in

STIL, encoding a pericentriolar and centrosomal protein, cause primary

microcephaly. Am J Med Genet. 84(2): 286-90.

17. Hasan, R dan Alatas, H (ed); Neurologi Dalam Ilmu Kesehatan Anak,

Buku Jilid II, Jakarta, 2003, Infomedia, 847-884.

18. Armatas, V. (2009). Mental retardation: definitions, etiology,

epidemiology and diagnosis. Journal of Sport and Health Research.

1(2):112-122.

19. Rollins JD, Collins JS, Holden KR. 2010. United States head

circumference growth reference charts: birth to 21 years. J Pediatr.

156(6):907-13,913.el-2.

20. Lindeke L. 2007. Microcephalus. Minnesota Department of Health Fact

Sheet. 1-2.

20