mikroorganisme pendegradasi senyawa hidrokarbon

Upload: dyla-faradhyla

Post on 02-Jun-2018

238 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    1/15

    Mikroorganisme Pendegradasi SenyawaHidrokarbon, Biosintesis Asam Lemak C12 danMetode-Metode Immobilisasi EnzimPosted by muhammad asrol on 01.19

    Senyawa Hidrokarbon

    Minyak bumi merupakan sumber energi utama manusia pada zaman modern.Minyak

    bumi menjadi harta yang paling berharga bagi manusia dalam bidang energi berkelanjutan

    yang harganya cukup mahal. Mahalnya harga minyak bumi ini berbanding lurus terhadap

    proses dan cara untuk memperolah minyak bumi tesebut. Minyak bumi pada dasarnya

    terbentuk dari fosil zaman dahulu didalam tanah yang akhirnya terbentuk senyawa

    hidrokarbon kompleks.

    Sebagai sumber energi utama penduduk bumi, tentu saja minyak bumi dapat

    ditemukan dimana saja.Hingga akhirnya, minyak bumi sekarang bukan seja berfungsi secara

    tunggal dalam memenuhi kebutuhan energi, tetapi pada akhirnya juga menjadi masalah

    lingungan yang serius karena pencemarannya.Pencemaran lingkungan oleh minyak bumi dan

    senyawa hidrokarbon lainnya bukanlah menjadi masalah baru bagi lingkungan.Pencemaran

    ini dapat ditemukan seperti kebocoran pipa saluran, kecelakaan pengangukutan, kebocoran

    kapal pengangkut bahan bakar, dan tengki pnyimpanan yan pecah.Bahkan lebih parahnya

    lagi, pencemaran tanah oleh minyak bumi dan senyawa hidrokarbon lainnya dapat kerusakan

    luas pada ekosistem lokal karena terjadi akumulasi senyawa tersebut di dalam jaringan hewan

    dan tumbuhan yang dapat menyebabkan kematian dan mutasi (Wongsa dkk, 2004).

    Besarnya peluang dan kerusakan lingkungan akibat minyak bumi dan senyawa

    hidrokarbon lainnya, harus ditangani secara serius dan berkelanjutan.Penanganan pencemaran

    lingkungan akibat senyawa hidrokarbon pada dasarnya dapat dilakukan secara fisika, kimia

    dan biologi. Perlakuan secara fisika dapat dilakukan dengan cara pengabuan ( incineration),

    kloronasi, ozonasi, pembakaran dan penggunaan surfaktan. tetapi menurut Pelezar

    (1986),penanggulangan pencemaran lingkungan dengan menggunakan metode secara kimi

    adan fisika membutuhkan biaya yang sangat besar, tetapi tidak dapat menghilangkan

    pencemaran lingkungan secara maksimal.

    Pada dasarnya, terdapat juga mikroorganisme atau mikroba yang memanfaatkan

    hidrokarbon sebagai nutrisi dalam menyambung siklus hidupnya.Ini merupakan salah satu

    peluang dalam menyelamatkan lingkungan bumi dari kepungan hidrokarbon yangmenggunung.Pemanfaatan mikroba tidak hanya dapat mereduksi dan memproses hidrokarbon

    http://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.htmlhttp://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.htmlhttp://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.htmlhttp://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.htmlhttp://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.htmlhttp://muhammadasrol.blogspot.com/2013/07/mikroorganisme-pendegradasi-senyawa.html
  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    2/15

    tetapi juga menjadi keuntungan tersendiri bagi mikroba tersebut. Terdapat beberapa cara

    yang digunakan mikroba dalam memanfaatkan hidrokarbon sebagai nutrisinya, salah satunya

    adalah dengan bioremediasi.

    Bioremediasi

    Bioremediasi merupakan memanfaatkan mikroorganisme dalam mendegradasi

    kontaminan di suatu lingkungan akibat senyawa hidrokarbon menjadi bentuk yang tidak

    mengandung racun. Bioremediasi awalnya merupakan pengembangan dari bidang

    bioteknologi dengan memanfaatkan proses biologi dalam mengendalikan pencemaran. Dalam

    proses bioremediasi, mikroba digunakan sebagai media untuk mengurangi senyawa organik

    dan bahan beracun yang berasal dari rumah tangga maupun limbah industri. sebagia salah

    satu teknik perbaikan terhadap lingkungan yang tersemar, bioremediasi dipandang sebagai

    metode yang murah dari segi ekonomi untuk membersihkan tanah dan air yang

    terkontaminasi oleh senyawa-senyawa kimia toksik atau beracun (Dwidjosaputro, 1998).

    Dalam melakukan bioremediasi, diperlukan biodegradasi senyawa hidrokarbon secara

    berkelanjutan dan terkontrol baik. Bioremediasi senyawa hidrokarbon dapat dilakukan

    dengan cara penambahan nutrient (biostimulasi) atau dengan penambahan mikroorganisme

    pendegradasi hidrokarbon secara langsung. Dalam hal ini, bakteri adalah mikroorganismeyang tepat dan umum digunakan dalam bioremediasi hidrokarbon.Bakteri dapat

    mendegradasi senyawa hidrokarbon dan menggunakan senyawa tersebut sebagai sumber

    karbon untuk pertumbuhan.

    Pelaksanan bioremediasi dengan menggunakan bakteri pada dasarnya menmbutuhkan

    kerja sama lebih dari satu spesies bakteri. Hal tersebut karena senawa hidrokarbon seperti

    minyak bumi terbentuk dari bayak gugus yang berbeda dan bakteri hanya dapat

    menggunakan hidrokarbon pada kisaran tertentu.Oleh karena itu, dalam memanfaatkan

    bakteri, diperlukannya suatu identifikasi yang tepat untuk menyesuaikan dengan

    kemampuannya dalam mendegradasi hidrokarbon. Beberapa bakteri yang memanfaatkan

    hidrokarbon sebagai senyawa pertumbuhan serta secara tidak langsung berperan dalam

    bioremediasi adalah :

    1.1.1. Pseudomonas sp

    Pseudomonas spmerupakan salah satu bakteri yang memanfaatan bakteri menjadi biosurfaktan.

    Dengan demikian, jenis bakteri ini dapat di,amanfaatkan dengan baik dalam melakukan bioremediasi

    dengan hidrokarbon. Tetapi terdapat beberapa faktor, salah satu faktor tersebut adalah kelarutannya yang

    rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri.Dalam produksi biosurfaktan, berkaitan dengan keberadaan

    enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Ada dua macam biosurfaktan yang dihasilkan

    bakteri Pseudomonas :

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    3/15

    1. Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam

    lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini

    bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium

    cair.

    2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakaridaamfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta

    kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium.

    Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul

    hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan

    mampu menurunkan tegangan permukaan.Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler

    menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh

    bakteri.Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui

    beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan

    teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri.

    Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel(Pelezar, 1986).

    Pelepasan biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada.Ada substrat

    (misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan

    membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium.Namun, ada beberapa substrat

    hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga dilepaskan ke dalam

    medium.Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat

    hidrofobik.Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang

    hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya

    sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke

    dalam medium.

    1.1.2. Bakteri NictobacterBakteri ini merupakan bakteri probioaktif yang mampu bekerja menguraikan bahan

    organik protein,karbohidrat,dan lemak secara biologis. Bermanfaat dalam menguraikan

    NH3dan NO pada sampah,tinja,dan kotoran hewan ternak, dan dapat menekan populasi

    bakteri patogen pada penampung tinja yang menyebabkan sumber air tanah akan

    terkontaminasi jika air remebesan tinja bercampur dengan sumber air tanah.

    1.1.3. Bakteri EndogenousTidak hanya mengendalikan senyawa amoniak dan nitrit, teknik bioremediasi dengan

    menggunakan bakteri endogenus juga bertujuan untuk mengendalikan senyawa H2S yang

    banyak menumpuk di sedimen tambak (Dwidjosaputro, 1998).Dengan menggunakan bakteri

    fotosintetik dari jenis Rhodobakter untuk menghilangkan senyawa H2S.Hasilnya H2S tidak

    terdeteksi sama sekali di tambak,Untuk mengatasinya dia menggunakan bakteri dari jenis

    Bacillus. Karena bakteri Bacillus yang di gunakan merupakan bakteri endogenous, maka

    efektivitasnya lebih baik jika dibandingkan dengan produk bioremediasi dengan

    menggunakan bakteri dari luar Indonesia,

    1.1.4. Bakteri Nitrifikasi

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    4/15

    Nitirifikasi untuk menjaga keseimbangan senyawa nitrogen anorganik (amonia, nitrit

    dan nitrat) di sistem tambak. Pendekatan bioremediasi ini diharapkan dapat menyeimbangkan

    kelebihan residu senyawa nitrogen yang berasal dari pakan, dilepaskan bempa

    gas N2 1N20ke atmosfir. Peran bakteri nitrifikasi adalah mengoksidasi amonia menjadi nitrit

    atau nitrat, sedangkan bakteri denitrifikasi akan mereduksi nitrat atau nitrit menjadi

    dinitrogen oksida (N20)atau gas nitrogen (Nz).

    1.1.5. Bakteri Pereduksi SulfatKemampuan BPS dalam menurunkan kandungan sulfat sehingga dapat meningkatkan

    pH tanah bekas tambang batubara ini sangat bermanfaat pada kegiatan rehabilitasi lahan

    bekas tambang batubara. Peningkatan pH yang dicapai hampir mendekati netral (6,66)

    sehingga sangat baik untuk mendukung pertumbuhan tanaman revegetasi maupun kehidupan

    biota lainnya.

    1.1.6. Arthrobacter

    Pada kultur yang masih mudaArthrobacterberbentuk batang yang tidak teratur 0,8

    1,2 x 1 8 mikrometer. Pada proses pertumbuhan batang segmentasinya berbentuk cocuskecil dengan diameter 0,6 1 mikrometer. Gram positif, tidak berspora, tidak suka asam,

    aerobik, kemoorganotropik. Memproduksi sedikit atau tidak sama sekali asam dan gas yang

    berasal dari glukosa atau karbohidrat lainnya. Katalase positif, temperatur optimum 25

    30oC (Waluyo, 2005).

    1.1.7. AcinetobacterMemiliki bentuk seperti batang dengan diameter 0,9 1,6 mikrometer dan panjang

    1,5- 2,5 mikrometer. Berbentuk bulat panjang pada fase stasioner pertumbuhannya. Bakteri

    ini tidak dapat membentuk spora. Tipe selnya adalah gram negatif, tetapi sulit untuk

    diwarnai. Bakteri ini bersifat aerobik, sangat memerlukan oksigen sebagai terminal elektron

    pada metabolisme. Semua tipe bakteri ini tumbuh pada suhu 20-300 C, dan tumbuh optimumpada suhu 33-350 C. Bersifat oksidasi negatif dan katalase positif. Bakteri ini memiliki

    kemampuan untuk menggunakan rantai hidrokarbon sebagai sumber nutrisi, sehingga mampu

    meremidiasi tanah yang tercemar oleh minyak. Bakteri ini bisa menggunakan amonium dan

    garam nitrit sebagai sumber nitrogen, akan tetapi tidak memiliki pengaruh yang signifikan.

    D-glukosa adalah satu-satunya golongan heksosa yang bisa digunakan oleh bakteri ini,

    sedangkan pentosa D-ribosa, D-silosa, dan L-arabinosa juga bisa digunakan sebagai

    sumber karbon oleh beberapa strain.

    1.1.8. Bacillus

    Umumnya bakteri ini merupakan mikroorganisme sel tunggal, berbentuk batang

    pendek (biasanya rantai panjang). Mempunyai ukuran lebar 1,0-1,2 m dan panjang 3-5m.

    Merupakan bakteri gram positif dan bersifat aerob. Adapun suhu pertumbuhan maksimumnya

    yaitu 30-50oC dan minimumnya 5-20oC dengan pH pertumbuhan 4,3-9,3. Bakteri ini

    mempunyai kemampuan dalam mendegradasi minyak bumi, dimana bakteri ini menggunakan

    minyak bumi sebagai satu-satunya sumber karbon untuk menghasilkan energi dan

    pertumbuhannya. Pada konsentrasi yang rendah, bakteri ini dapat merombak hidrokarbon

    minyak bumi dengan cepat. Jenis Bacillus sp. yang umumnya digunakan seperti Bacillus

    subtilis, Bacillus cereus, Bacillus laterospor.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    5/15

    Selain dari golongan bakteri, mikroba pendegradasi hidrokarbon juga dapat dilakukan

    oleh fungi. Fungi pendegradasi hidrokarbon umumnya berasal dari genus Phanerochaete,

    Cunninghamella, Penicillium, Candida, Sporobolomyces, Cladosporium. Jamur dari genus ini

    mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. JamurPhanerochaete chrysosporium mampu

    mendegradasi berbagai senyawa hidrofobik pencemar tanah yang persisten. Adapun oksidasi

    dan pelarutan hidrokarbon polisiklik aromatik oleh Phanerochaete chrysosporium

    menggunakan enzim lignin peroksidase. Bila terdapat H2O2, enzim lignin peroksidase yang

    dihasilkan akan menarik satu elektron dari PAH yang selanjutnya membentuk senyawa

    kuinon yang merupakan hasil metabolisme. Cincin benzena yang sudah terlepas dari PAH

    selanjutnya dioksidasi menjadi molekul-molekul lain dan digunakan oleh sel mikroba sebagai

    sumber energi misalnya CO2.

    Jamur dari golongan Deuteromycota (Aspergillus niger, Penicillium glabrum, P.

    janthinellum, Zygomycete, Cunninghamella elegans ), Basidiomycetes (Crinipellis stipitaria)

    diketahui juga dapat mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik. Sistem enzim

    monooksigenase Sitokrom P-450 pada jamur ini memiliki kemiripan dengan sistem yang

    dimiliki mamalia. Adapun langkah-langkahnya yaitu pembentukan monofenol, difenol,

    dihidrodiol dan quinon dan terbentuk gugus tambahan yang larut air (misalnya sulfat,

    glukuronida, ksilosida, glukosida).Senyawa ini merupakan hasil detoksikasi pada jamur dan

    mamalia.

    Secara umum terdapat tiga cara transpor hidrokarbon ke dalam sel bakteri yaitu

    sebagai berikut :

    a) Interaksi sel dengan hidrokarbon yang terlarut dalam fase air. Pada kasus ini, umumnya rata-

    rata kelarutan hidrokarbon oleh proses fisika sangat rendah sehingga tidak dapat mendukung.

    b) Kontak langsung (perlekatan) sel dengan permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih besar

    daripada sel mikroba. Pada kasus yang kedua ini, perlekatan dapat terjadi karena sel bakteri

    bersifat hidrofobik. Sel mikroba melekat pada permukaan tetesan hidrokarbon yang lebih

    besar daripada sel dan pengambilan substrat dilakukan dengan difusi atau transpor aktif.

    Perlekatan ini terjadi karena adanya biosurfaktan pada membran sel bakteri Pseudomonas.

    c) Interaksi sel dengan tetesan hidrokarbon yang telah teremulsi atau tersolubilisasi oleh

    bakteri. Pada kasus ini sel mikroba berinteraksi dengan partikel hidrokarbon yang lebih kecil

    daripada sel. Hidrokarbon dapat teremulsi dan tersolubilisasi dengan adanya biosurfaktan

    yang dilepaskan oleh bakteri Pseudomonas ke dalam medium (Waluyo, 2005).

    Biosintesis Asam Lemak C-12 (Tidak Jenuh)

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    6/15

    Pengubahan karbohidrat menjadi lemak memerlukan produksi asam lemak dan

    gliserol.Hal ini menjadikan asam teresterifikasi.Asam lemak dibentuk oleh kondensasi

    berganda unit asetat dari asetil CoA. Sebagian besar reaksi sintetis asam lemak terjadi hanya

    di kloroplas daun serta di proplastid biji dan akar. Asam lemak yang disintesis di kedua

    organel ini terutama adalah asam palmitat dan asam oleat.Asetil CoA yang digunakan untuk

    membentuk lemak di kloroplas sering dihasilkan oleh piruvat dehidrogenase dengan

    menggunakan piruvat yang dibentuk pada glikolisis di sitosol. Sumber lain asetil CoA pada

    kloroplas beberapa tumbuhan adalah asetat bebas dari mikotondria. Asetat ini diserap oleh

    plastid dan diubah menjadi asetil CoA yang digunakan membentuk asam lemak dan lipid

    lainnya(Dwidjosaputro, 1998).

    Pada reaksi sintesa asam lemak, enzim CoA dan protein pembawa asil (ACP)

    mempunyai peranan penting.Enzim-enzim ini berperan membentuk rantai asam lemak

    dengan menggabungkan secara bertahap satu gugus asetil turunan dari asetat dalam bentuk

    asetil CoA dengan sebanyak n gugus malonil turunan dari malonat dalam bentuk malonil

    CoA.Sintesa asam lemak berlangsung bertahap dengan siklus reaksi perpanjangan rantai

    asam lemak hingga membentuk rantai komplit C16 dan C18.

    Bahan utama yang digunakan pada biosintesis asam lemak adalah senyawa asetil CoA

    dan senyawa malonil CoA.Malonil CoA disintesis dari asetil CoA dengan penambahan CO2

    oleh asetil CoA karboksilase.Reaksi pertama pada biosintesis asam lemak adalah pemindahan

    gugus asetil dan gugus malonil dari CoA ke ACP dengan katalis asetil-CoA; ACP transilasedan malonil-CoA; ACP transilase.Reaksi berikutnya adalah pengkondensasian gugus malonil

    membentuk asetoasetil-ACP dengan melepaskan CO2. Setelah penkondensasian asetil

    dengan malonil, tahapan selanjutnya terdiri dari urutan reaksi reduksi dengan katalis 3-

    ketoasil ACP reduktase, reaksi dehidrasi dengan katalis 3-hidroksi ACP dehidrase, dan reaksi

    reduksi dengan katalis enoil ACP reduktase. Urutan reaksi-reaksi ini merupakan siklus

    lintasan pembentukan dan penambahan panjang rantai asam lemak. Hasil sintesa dari urutan

    reaksi ini adalah molekul asam lemak yang terikat dengan ACP (Ani, 2012).

    Hasil sintesa awal adalah asam lemak rendah dengan jumlah atom karbon sebanyak

    4.Hasil sintesis ini selanjutnya kembali memasuki siklus kondensasi-reduksi-dehidrase-

    reduksi untuk menambah panjang rantai asam lemak dengan dua atom karbon. Bila panjang

    rantai molekul asam lemak hasil sintesis belum cukup, sintesis lanjut berlangsung kembali

    melalui siklus yang sama. Hasil sintesis asam lemak terdapat terikat dengan ACP dan CoA.

    Kemudian CoA akan terhidrolisis dan keluar bila asam lemak bergabung dengan gliserol

    selama pembentukan lemak atau lipid membran.

    Pada reaksi pembentukan asam lemak dibutuhkan banyak energi, di mana dua pasang

    elektron (2NADPH) dan satu ATP diperlukan untuk tiap gugus asetil.Kebutuhan energi ini di

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    7/15

    daun dapat tersedia dari fotosintesis yang menyediakan sebagian besar NADPH dan ATP

    sehingga pembentukan asam lemak pada keadaan terang dapat berlangsung lebih cepat

    daripada pembentukan pada keadaan gelap.Pada tempat gelap di proplastid biji dan akar,

    NADPH dapat tersedia dari lintasan respirasi pentosa fosfat, dan ATP dari glikolisis piruvat

    yang merupakan senyawa asal dari asetil CoA.Sebagian besar asam lemak terbentuk di ER

    walaupun asam oleat dan asam palmitat dibentuk di plastid.Pada biji, asam lemak yang

    diproduksi dapat langsung diesterifikasi dengan gliserol membentuk oleosom.Kemungkinan

    lainnya ialah asam lemak diangkut balik ke proplastid untuk membentuk oleosom.Asam

    lemak dapat diubah menjadi fosfolipid di ER semua sel sebagai bahan untuk pertumbuhan

    membran ER dan membran sel lainnya.Di ER pada daun, asam linoleat dan asam linolenat

    yang disintesis kemudian diangkut dari ER ke kloroplas dan ditimbun sebagai lipid di

    membran tilakoid.

    Mekanisme Terjadinya Biosintesis Asam Lemak Tidak Jenuh

    Ada dua mekanisme yang sangat berbeda untuk memperkenalkan ikatan rangkap

    menjadi asam lemak.Hewan, tumbuhan, mikro-organisme eukariotik dan beberapa bakteri

    aerobik menggunakan jalur aerobik sedangkan mayoritas bakteri menggunakan jalur

    anaerob.Di jalur aerobik desaturation dari pembentukan asam lemak jenuh terjadi

    membutuhkan oksigen molekul.Reaksi ini agak rumit dan dilakukan oleh sistem partikulat

    multienzim yang disebut mono-oxygenase atau fungsi oksidase campuran.Pada eukariotaenzim berasal dari ER.Satu atom oksigen menghasilkan molekul air dengan mereaksikan dua

    hidrogen dari asam lemak.Atom oksigen bebas yang menggabungkan dua atom hidrogen

    lebih lanjut dari NADPH + H+.Prekursor adalah asam stearat dan produk adalah asam oleat

    (Hadioetomo, 1993).

    Senyawa tersebut adalah turunan Co-A asam bebas yang substratnya digunakan untuk

    pembentukan asam lemak tak jenuh. Dua utama mono-asam lemak tak jenuh pada eukariota

    adalah asam oleat dan asam palmitoleic. Keduanya terindikasi memiliki ikatan rangkap 9-10

    dan merupakan dasar bagi serangkaian asam polyunsaturated lebih lanjut, untuk contoh asam

    arachidonic tapi sistem prokariotik tidak mengandung asam lemak tak jenuh di- dan poli.Satu

    masalah bagi hewan adalah bahwa mereka tidak dapat menyisipkan ikatan rangkap di luar C9

    dari asam lemak dan karena itu tidak dapat mensintesis asam linoleat atau asam lemak

    derivatives sehingga dietarily penting diberikan dari sumber tanaman.Jalur anaerob

    dimanfaatkan oleh bakteri karena tidak memanfaatkan molekul oksigen meskipun akan

    dilanjutkan dalam kondisi aerobik. Di ACP berlangsung biosintesis sebenarnya dari asam

    lemak.Mono-asam lemak tak jenuh sel prokariotik adalah asam vaccenic.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    8/15

    Selama biosintesis asam lemak dua unit karbon ditambahkan pada akhir yang akan

    menjadi karboksil bebas sehingga untuk tiba pada suatu C18 ikatan ganda asam lemak harus

    disisipkan di ACP pada tahap C10 (decanoyl). Seperti dalam biosintesis asam lemak jenuh

    konvensional, penurunan yang terjadi di kelompok -oxo direduksi menjadi turunan b-

    hidroksi.Pada titik ini perbedaan antara kedua jalur terjadi.Cabang kiri jalur tersebut

    merupakan biosintesis asam lemak sebagai konvensional dehidrasi berikut untuk

    menghasilkan sebuah ikatan rangkap tak jenuh.Dalam hal ini terjadi penurunan produksi

    turunan ACP sepenuhnya yang kemudian berlanjut dengan menggabungkan dua fragmen

    karbon lebih lanjut.

    Di sisi lain ACP reduktase enoyl tidak akan bekerja pada perantara tersebut, hanya

    dapat mengenali karbon tak jenuh, sehingga ikatan rangkap yang tersisa utuh. Selain itu

    sintetase SACP -oxoacy siap akan mengirimkan dua fragmen karbon ke SACP 3,4 decenoyl

    yang memiliki efek mendorong ikatan rangkap dari ujung karboksil. Pada bakteri, misalnya

    E. coli, telah menunjukkan bahwa itu adalah enzim yang sama yang memproduksi ikatan

    rangkap (Waluyo, 2005).

    Immobilisasi EnzimSel terimobilisasi adalah suatu sel yang dilekatkan pada suatu bahan inert dan tidak

    larut dalam bahan tersebut, misal dalam sodium alginat atau kalsium alginat. Dengan sistem

    ini, sel dapat lebih tahan terhadap perubahan kondisi seperti pH, juga temperatur. Sistem ini

    juga membantu sel berada di tempat tertentu selama berlangsungnya reaksi sehinggamemudahkan proses pemisahan dan memungkinkan untuk dipakai lagi di reaksi lain (Guyton,

    1997). Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim. Imobilisasi enzim

    dapat dianggap sebagai metode yang merubah enzim dari bentuk larut dalam air bergerak

    menjadi keadaan tak begerak yang tidak larut.Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam

    campuran reaksi dan mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk

    dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat dilakukan dengan

    berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi molekul enzim pada bahan pendukung,

    pengikatan silang intermolekuler sesama enzim, atau dengan cara menjebak enzim di dalam

    gel atau membran polimer (Palmer, 1991).

    ParameterMetode

    KovalenCarrier

    BindingAdsorbsi

    CLEAs,

    CLECsMikroenkapsulasi

    Aktivitas Tinggi Tinggi Rendah Sedang/Tinggi Tinggi

    Jarak

    Aplikasi

    Rendah Sedang Sedang Rendah Sedang/Tinggi

    Efisiensi Rendah Sedang Tinggi Sedang Sedang

    Biaya Rendah Rendah Tinggi Sedang Rendah

    Preparasi Mudah Mudah Sulit Sedang Sedang/Sulit

    Spesifikasi

    Substrate

    Tidak bisa

    diganti

    Tidak bisa

    diganti

    Tidak bisa

    diganti

    Tidak bisa

    diganti

    Tidak bisa digani

    Regenerasi Mungkin Mungkin Tidak Tidak Tidak mungkin

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    9/15

    mungkin mungkin

    Imobilisasi sel berkembang setelah imobilisasi enzim. Dalam teknologi imobilisasi

    enzim terdapat hambatan pada regenerasi koenzim dan keterbatasan metode yang dapat

    diterapkan untuk menyusun molekul enzim dalam rangkaian tertentu, sehingga dapat

    melakukan tahapan reaksi katalitis enzim yang berkesinambungan. Untuk mencegah

    hambatan tersebut dilakukan penelitian-penelitian, sehingga terjadi pengembangan padaimobilisasi sel, yang dapat digunakan sebagai biokatalis. Hal ini memungkinkan untuk

    melakukan imobilisasi seluruh sel dan menjaga sel tetap hidup (viabel). Dalam

    praktiknya, metode yang digunakan adalah menjebak sel dalam gel dengan adsorpsi. Selain

    itu, pengontrolan perlu dilakukan untuk mencegah inaktivasi dari aktivitas metabolisme yang

    penting, sehingga pemisahan biokatalis dari produk lebih mudah dan membuat biokatalis

    lebih stabil (Guyton, 1997).

    Kelebihan penggunaan sel immobilisasi dibandingkan dengan sel bebas antara lain

    sebagai berikut:

    Immobilasi menyediakan konsentrasi sel yang tinggi.

    Immobilisasi memungkinkan penggunaan sel kembali dan mengurangi biaya recovery seldan recycle sel.

    Immobilisasi mengurangi masalah wash outsel pada laju alir yang tinggi.

    Kombinasi konsentrasi sel yang tinggi dan laju alir yang tinggi (tanpa batasan wash out)

    menghasilkan produktivitas volumetric yang tinggi.

    Immobilisasi menyediakan kondisi micro environmental yang menguntungkan seperti kontakantar sel, gradient nutrient-produk, gradient pH untuk sel sehingga menghasilkan kinerja

    biokatalis yang lebih baik (kecepatan pembentukan dan yield produk yang lebih tinggi).

    Immobilisasi menyebabkan kestabilan genetik.

    Immobilisasi menyediakan perlindungan terhadap kerusakan sel.

    Kekurangan penggunaan sel terimobilisasi adalah hambatan pada proses difusi baiksubstrat maupun produk yang terbentuk. Untuk sel yang hidup, pertumbuhan dan evaluasi gas

    sering merusak matriks pendukung sel terimmobilisasi.

    Secara umum, ada dua jenis sel immobilisasi yakni:1. Immobilisasi Aktif

    Immobilisasi ini dilakukan dengan dua metoda yaitu metoda penjeratan dan metoda

    pengikatan.Metoda penjeratan dilakukan secara fisik dalam matriks pendukung.Matriks

    pendukung yang bisa digunakan yaitu polimer porous (agar, alginate, carragenan,

    polyacrylamide, chitosan, gelatin, collagen), porous metal screen, polyurethane, silicagel,

    polystyrene, dan selulosa triacetate. Polymeric beads harus cukup porous untuk keluar

    masuknya substrat dan produk. Polymeric beads biasanya dibentuk dengan menggunakan sel

    hidup di dalamnya.2. Immobilisasi Pasif

    Berbentuk biological films yang berbentuk lapisan-lapisan koloni sel yang tumbuh dan

    melekat pada permukaan pendukung yang padat.Material pendukung dapat bersifat inert atau

    aktif secara biologis.Biological films digunakan pada pengolahan limbah atau fermentasi

    mikroba dengan jamur.

    Aplikasi Pengembangan Rekayasa Bioproses.

    Proses produksi biodiesel dari biji karet (Hevea brasiliensis) yang dilaksanakan di

    Indonesia pada umumnya memakai metode katalis (asam atau alkil) dan metode pencucian

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    10/15

    basah atau metode pencucian kering. Metode katalis membawa banyak kerugian antara lain:

    waktu produksi lama, biaya produksi tinggi karena menggunakan magnesol sebagai absorban,

    terutama jika pemurniannya menggunakan air (sistem pencucian basah) karena akan dapat

    merusak komponen mesin seperti misalnya: seal cepat bocor, mudah timbul jamur, karat /

    korosi pada silinder head, pompa dan saringan bahan bakar sering buntu, dan sebagainya.

    Proses produksi biodiesel dengan metode non-katalis dapat mengatasi kelemahan seperti

    disebutkan di atas. Pada studi ini, minyak biji karet diperoleh dengan metode pengepresan.

    Spesifikasi minyak adalah sebagai berikut: viskositas 5,19 cSt, densitas 0,9209 g/ml,

    kandungan air 0,2%, asam lemak bebas (FFA) 6,66%, dan titik didih 305oC. Metodelogi

    yang digunakan adalah pemrosesan biji karet menjadi biodiesel metode non-katalis

    superheated methanol. Tranesterifikasi berlangsung di dalam sebuah Bubble Column Reactor

    (BCR) pada temperatur reaksi 270oC, 275oC, 280oC, 285oC, dan 290oC serta pada tekanan

    atmosfir. Rasio molar antara methanol dan minyak biji karet adalah: 140, 150, dan 160.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pembuatan biodiesel dari minyak

    nabati metode katalis biasanya melalui berbagai tahapan proses yaitu: proses degumming

    untuk melepaskan getah atau lendir yang dikandungnya, esterifikasi untuk menurunkan kadar

    FFA sampai di bawah 2,5% untuk mencegah penyabunan, dan tranesterifikasi untuk

    memperoleh metil ester atau biodiesel dan kemudian pencucian. Tetapi dalam

    pengembangannya menggunakan metode non-katalis ternyata bahwa minyak biji karet yang

    memiliki kadar FFA tinggi (di atas 2,5%) dapat secara langsung diproses tranesterifikasitanpa terjadi penyabunan dan dapat menghasilkan biodiesel tanpa harus mengalami proses

    pendahuluan degumming, esterifikasi, maupun pencucian. Densitas, angka setana, titik tuang,

    titik nyala, dan angka asam metode non-katalis lebih baik dari pada metode

    katalis.Kelemahannya adalah bahwa residu karbon mikro yang dikandung oleh biodiesel

    minyak biji karet (B-100) masih cukup tinggi di atas standar yang diijinkan.Kadar metil ester

    optimum diperoleh pada rasio molar 160 dan temperatur reaksi 290oC karena menghasilkan

    biodiesel terbesar dan gliserol terkecil.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    11/15

    Degradasi Minyak Bumi via Tangan Mikroorganisme

    Minyak bumi terbentuk sebagai hasil akhir dari penguraian bahan-bahan organik (sel-sel dan

    jaringan hewan/tumbuhan laut) yang tertimbun selama berjuta tahun di dalam tanah, baik di

    daerah daratan atau pun di daerah lepas pantai. Hal ini menunjukkan bahwa minyak bumi

    merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Terbentuknya minyak bumi sangat

    lambat, oleh karena itu perlu penghematan dalam penggunaannya.

    Di Indonesia, minyak bumi banyak terdapat di bagian utara Pulau Jawa, bagian timur Kalimantan

    dan Sumatera, daerah kepala burung Papua, serta bagian timur Seram. Minyak bumi juga

    diperoleh di lepas pantai Jawa dan timur Kalimantan.

    Minyak bumi kasar (baru keluar dari sumur eksplorasi) mengandung ribuan macam zat kimia yangberbeda baik dalam bentuk gas, cair maupun padatan. Bahan utama yang terkandung di dalam

    minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Minyak bumi mengandung senyawa

    nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%. Terdapat sedikitnya empat seri

    hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n-paraffin (n-alkana) yang terdiri

    atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri

    iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena

    (sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik

    (benzenoid).

    Komposisi senyawa hidrokarbon pada minyak bumi tidak sama, bergantung pada sumber

    penghasil minyak bumi tersebut. Misalnya, minyak bumi Amerika komponen utamanya ialah

    hidrokarbon jenuh, yang digali di Rusia banyak mengandung hidrokarbon siklik, sedangkan yang

    terdapat di Indonesia banyak mengandung senyawa aromatik dan kadar belerangnya sangat

    rendah.

    Minyak bumi berdasarkan titik didihnya dapat dibagi menjadi sembilan fraksi. Pemisahan ini

    dilakukan melalui proses destilasi.

    Tabel Fraksi-fraksi minyak bumi

    Permasalahan terjadi ketika produk minyak bumi yang dimanfaatkann manusia memunculkan efek

    yang tidak diinginkan bagi manusia itu sendiri ataupun bagi lingkungan sekitar. Sebagai contoh

    adalah produk minyak bumi plastik, yang menimbulkan masalah pencemaran lingkungan karena

    sulit didegradasi (memerlukan waktu yang lama untuk menghancurkannya). Belum lagi bahaya

    tumpahan minyak bumi dalam jumlah besar di laut seperti yang terjadi pada bulan Maret 1989 di

    dekat Prince William Sound, Alaska (11 juta galon minyak bumi dari super tanker Exxon Valdex

    tumpah ke laut) yang menimbulkan kerusakan berat ekosistem laut. Bahkan menurut catatan,

    biaya yang diperlukan untuk membersihkan tumpahan minyak tersebut diduga mencapai 1,5milyar dolar Amerika Serikat.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    12/15

    Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan yang lebih efektif dan efisien dalam mengatasi limbah

    yang ditimbulkan oleh produk minyak bumi. Salah satu metode paling cepat adalah dengan

    degradasi minyak bumi yang memanfaatkan mikroorganisme atau yang sering disebut

    biodegradasi.

    Dekomposisi Minyak Bumi

    Degradasi minyak bumi dapat dilakukan dengan memanfaatkan mikroorganisme seperti bakteri,

    beberapa khamir, jamur, sianobakteria, dan alga biru. Mikroorganisme ini mampu menguraikan

    komponen minyak bumi karena kemampuannya mengoksidasi hidrokarbon dan menjadikan

    hidrokarbon sebagai donor elektronnya. Mikroorganisme ini berpartisipasi dalam pembersihan

    tumpahan minyak dengan mengoksidasi minyak bumi menjadi gas karbon dioksida (CO2). Sebagai

    contoh, bakteri pendegradasi minyak bumi akan menghasilkan bioproduk seperti asam lemak, gas,

    surfaktan, dan biopolimer yang dapat meningkatkan porositas dan permeabilitas batuan reservoir

    formasi klastik dan karbonat apabila bakteri ini menguraikan minyak bumi.

    Di dalam minyak bumi terdapat dua macam komponen yang dibagi berdasarkan kemampuan

    mikroorganisme menguraikannya, yaitu komponen minyak bumi yang mudah diuraikan oleh

    mikroorganisme dan komponen yang sulit didegradasi oleh mikroorganisme.

    Komponen minyak bumi yang mudah didegradasi oleh bakteri merupakan komponen terbesar

    dalam minyak bumi atau mendominasi, yaitu alkana yang bersifat lebih mudah larut dalam air dan

    terdifusi ke dalam membran sel bakteri. Jumlah bakteri yang mendegradasi komponen ini relatif

    banyak karena substratnya yang melimpah di dalam minyak bumi. Isolat bakteri pendegradasi

    komponen minyak bumi ini biasanya merupakan pengoksidasi alkana normal.

    Komponen minyak bumi yang sulit didegradasi merupakan komponen yang jumlahnya lebih kecil

    dibanding komponen yang mudah didegradasi. Hal ini menyebabkan bekteri pendegradasi

    komponen ini berjumlah lebih sedikit dan tumbuh lebih lambat karena kalah bersaing dengan

    pendegradasi alkana yang memiliki substrat lebih banyak. Isolasi bakteri ini biasanya

    memanfaatkan komponen minyak bumi yang masih ada setelah pertumbuhan lengkap bakteri

    pendegradasi komponen minyak bumi yang mudah didegradasi.

    Jenis Hidrokarbon yang Didegradasi Mikroba

    1. Hidrokarbon Alifatik

    Mikroorganisme pedegradasi hidrokarbon rantai lurus dalam minyak bumi inijumlahnya relatif kecil dibanding mikroba pendegradasi hidrokarbon aromatik. Diantaranya adalah Nocardia, Pseudomonas, Mycobacterium, khamir tertentu, dan

    jamur. Mikroorganisme ini menggunakan hidrokarbon tersebut untukpertumbuhannya. Penggunaan hidrokarbon alifatik jenuh merupakan prosesaerobik (menggunakan oksigen). Tanpa adanya O2, hidrokarbon ini tidakdidegradasi oleh mikroba (sebagai pengecualian adalah bakteri pereduksi sulfat).

    Langkah pendegradasian hidrokarbon alifatik jenuh oleh mikroorganisme meliputi oksidasi molekuler

    (O2) sebagai sumber reaktan dan penggabungan satu atom oksigen ke dalam hidrokarbon teroksidasi.

    Reaksi lengkap dalam proses ini terlihat pada gambar 1.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    13/15

    Gambar 1. Reaksi degradasi hidrokarbon alifatik

    2. Hidrokarbon Aromatik

    Banyak senyawa ini digunakan sebagai donor elektron secara aerobik olehmikroorganisme seperti bakteri dari genus Pseudomonas. Metabolisme senyawaini oleh bakteri diawali dengan pembentukan Protocatechuate atau catechol atausenyawa yang secara struktur berhubungan dengan senyawa ini. Keduasenyawa ini selanjutnya didegradasi menjadi senyawa yang dapat masuk kedalam siklus Krebs (siklus asam sitrat), yaitu suksinat, asetil KoA, dan piruvat.Gambar 2 menunjukkan reaksi perubahan senyawa benzena menjadi catechol.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    14/15

    Gambar 2. Reaksi degradasi hidrokarbon aromatik

    Faktor Pembatas Biodegradasi

    Kemampuan sel mikroorganisme untuk melanjutkan pertumbuhannya sampai minyak bumi

    didegradasi secara sempurna bergantung pada suplai oksigen yang mencukupi dan nitrogen

    sebagai sumber nutrien. Seorang ilmuwan bernama Dr. D. R. Boone menemukan bahwa nitrogen

    tetap merupakan nutrien yang paling penting untuk degradasi bahan bakar. Selain itu keaktifan

    mikroorganisme pendegradasi hidrokarbon juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti

    temperatur dan pH. Kondisi lingkungan yang tidak sesuai menyebabkan mikroba ini tidak aktif

    bekerja mendegradasi minyak bumi. Sebagai contoh, penambahan nutrien anorganik seperti fosfor

    dan nitrogen untuk area tumpahan minyak meningkatkan kecepatan bioremediasi secara

    signifikan.

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus, A. 1984. Mengerti Kimia 1. Jurusan Kimia FMIPA ITB, Bandung.

    Chapman, P.J., M. Shelton, M. Grifoll, & S. Selifonov. 1995. Fossil fuel biodegradation: Laboratory

    study. Environmental Health perspectives. 103.

    Pikoli, M. R., P. Aditiawati, & D. I. Astuti. 2000. Isolasi bertahap dan identifikasi isolat bakteri

    termofilik pendegradasi minyak bumi dari sumur bangko. Jurusan Biologi, ITB, Bandung.

    Toccalino, P. L., R. L. Johnson, & D. R. Boone. 1993. Nitrogen limitation and nitrogen fixation during

    alkane biodegradation in a sandy soil. Appl. Environ. Microbiol. 59:2977-2983.

  • 8/11/2019 Mikroorganisme Pendegradasi Senyawa Hidrokarbon

    15/15

    https://www.academia.edu/5140365/Bioremediasi