mikroorganisme indikator adalah

11
seudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon. Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim- enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa- senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan- polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya. Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan

Upload: fendy-gazze

Post on 28-Nov-2015

69 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mikroorganisme indikator adalah

seudomonas Sp merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon membutuhkan pemahaman tentang mekanisme interaksi antara bakteri Pseudomonas sp dengan senyawa hidrokarbon. Kemampuan bakteri Pseudomonas sp. IA7D dalam mendegradasi hidrokarbon dan dalam menghasilkan biosurfaktan menunjukkan bahwa isolat bakteri Pseudomonas sp IA7D berpotensi untuk digunakan dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran hidrokarbon. Bioremediasi Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme untuk mengurangi polutan di lingkungan. Saat bioremediasi terjadi, enzim- enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme memodifikasi polutan beracun dengan mengubah struktur kimia polutan tersebut, sebuah peristiwa yang disebut biotransformasi. Pada banyak kasus, biotransformasi berujung pada biodegradasi, dimana polutan beracun terdegradasi, strukturnya menjadi tidak kompleks, dan akhirnya menjadi metabolit yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Sejak tahun 1900an, orang-orang sudah menggunakan mikroorganisme untuk mengolah air pada saluran air. Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada perawatan limbah buangan yang berbahaya (senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi), yang biasanya dihubungkan dengan kegiatan industri. Yang termasuk dalam polutan-polutan ini antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik terhalogenasi seperti pestisida, herbisida, dan lain-lain. Banyak aplikasi-aplikasi baru menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi polutan yang sedang diujicobakan. Bidang bioremediasi saat ini telah didukung oleh pengetahuan yang lebih baik mengenai bagaimana polutan dapat didegradasi oleh mikroorganisme, identifikasi jenis-jenis mikroba yang baru dan bermanfaat, dan kemampuan untuk meningkatkan bioremediasi melalui teknologi genetik. Teknologi genetik molekular sangat penting untuk mengidentifikasi gen-gen yang mengkode enzim yang terkait pada bioremediasi. Karakterisasi dari gen-gen yang bersangkutan dapat meningkatkan pemahaman kita tentang bagaimana mikroba-mikroba memodifikasi polutan beracun menjadi tidak berbahaya. Strain atau jenis mikroba rekombinan yang diciptakan di laboratorium dapat lebih efisien dalam mengurangi polutan. Mikroorganisme rekombinan yang diciptakan dan pertama kali dipatenkan adalah bakteri “pemakan minyak”. Bakteri ini dapat mengoksidasi senyawa hidrokarbon yang umumnya ditemukan pada minyak bumi. Bakteri tersebut tumbuh lebih cepat jika dibandingkan bakteri-bakteri jenis lain yang alami atau bukan yang diciptakan di laboratorium yang telah diujicobakan. Akan tetapi, penemuan tersebut belum berhasil dikomersialkan karena strain rekombinan ini hanya dapat mengurai komponen berbahaya dengan jumlah yang terbatas. Strain inipun belum mampu untuk mendegradasi komponen-komponen molekular yang lebih berat yang cenderung bertahan di lingkungan .

Pencemaran lingkungan oleh hidrokarbon minyak bumi terus mengalami peningkatan dan telah menimbulkan dampak yang berarti bagi makhluk hidup. Bioremediasi adalah salah satu upaya untuk mengurangi polutan tersebut dengan bantuan organisme. Biodegradasi senyawa hidrokarbon dari minyak bumi ini dapat dilakukan oleh mikroorganisme, salah satunya adalah bakteri Pseudomonas sp . Bakteri Pseudomonas sp . merupakan bakteri hidrokarbonoklastik yang mampu mendegradasi berbagai jenis hidrokarbon. Keberhasilan penggunaan bakteri Pseudomonas dalam upaya bioremediasi lingkungan akibat pencemaran minyak bumi. Bahan utama minyak bumi adalah hidrokarbon alifatik dan aromatik. Selain itu, minyak bumi juga mengandung senyawa nitrogen antara 0-0,5%, belerang 0-6%, dan oksigen 0-3,5%. Terdapat sedikitnya empat seri hidrokarbon yang terkandung di dalam minyak bumi, yaitu seri n- paraffin (n-alkana) yang terdiri atas metana (CH4) sampai aspal yang memiliki atom karbon (C) lebih dari 25 pada rantainya, seri iso-paraffin (isoalkana) yang terdapat hanya sedikit dalam minyak bumi, seri neptena (sikloalkana) yang merupakan komponen kedua terbanyak setelah n-alkana, dan seri aromatik (benzenoid). Oleh karena itu, akan dijelaskan mengenai mekanisme kerja bakteri Pseudomonas sp. dalam proses bioremediasi pada pencemaran minyak bumi. Bakteri pseudomonas yang umum digunakan antara lain : Pseudomonas aeruginosa , Pseudomonas stutzeri, Pseudomonas diminuta . Salah satu factor yang sering membatasi kemampuan bakteri pseudomonas dalam mendegradasi senyawa hidrokarbon

Page 2: Mikroorganisme indikator adalah

adalah sifat kelarutannya yang rendah, sehingga sulit mencapai sel bakteri. Oleh karena itu, untungnya, bakteri pseudomonas dapat memproduksi biosurfaktan. Kemampuan bakteri Pseudomonas dalam memproduksi biosurfaktan berkaitan dengan keberadaan enzim regulatori yang berperan dalam sintesis biosurfaktan. Ada 2 macam biosurfaktan yang dihasilkan bakteri Pseudomonas : 1. Surfaktan dengan berat molekul rendah (seperti glikolipid, soforolipid, trehalosalipid, asam lemak dan fosfolipid) yang terdiri dari molekul hidrofobik dan hidrofilik. Kelompok ini bersifat aktif permukaan, ditandai dengan adanya penurunan tegangan permukaan medium cair. 2. Polimer dengan berat molekul besar, yang dikenal dengan bioemulsifier polisakarida amfifatik. Dalam medium cair, bioemulsifier ini mempengaruhi pembentukan emulsi serta kestabilannya dan tidak selalu menunjukkan penurunan tegangan permukaan medium. Biosurfaktan merupakan komponen mikroorganisme yang terdiri atas molekul hidrofobik dan hidrofilik, yang mampu mengikat molekul hidrokarbon tidak larut air dan mampu menurunkan tegangan permukaan. Selain itu biosurfaktan secara ekstraseluler menyebabkan emulsifikasi hidrokarbon sehingga mudah untuk didegradasi oleh bakteri. Biosurfaktan meningkatkan ketersediaan substrat yang tidak larut melalui beberapa mekanisme. Dengan adanya biosurfaktan, substrat yang berupa cairan akan teremulsi dibentuk menjadi misel-misel, dan menyebarkannya ke permukaan sel bakteri. Substrat yang padat dipecah oleh biosurfaktan, sehingga lebih mudah masuk ke dalam sel. Pelepasan biosurfaktan ini tergantung dari substrat hidrokarbon yang ada. Ada substrat (misal seperti pada pelumas) yang menyebabkan biosurfaktan hanya melekat pada permukaan membran sel, namun tidak diekskresikan ke dalam medium. Namun, ada beberapa substrat hidrokarbon (misal heksadekan) yang menyebabkan biosurfaktan juga dilepaskan ke dalam medium. Hal ini terjadi karena heksadekan menyebabkan sel bakteri lebih bersifat hidrofobik. Oleh karena itu, senyawa hidrokarbon pada komponen permukaan sel yang hidrofobik itu dapat menyebabkan sel tersebut kehilangan integritas struktural selnya sehingga melepaskan biosurfaktan untuk membran sel itu sendiri dan juga melepaskannya ke dalam medium.

Mikroorganisme indikator adalah sekelompok mikroorganisme yang digunakan sebagai petunjuk kualitas air. [1] Mikroorganisme indikator telah digunakan untuk mendeteksi dan menghitung kontaminasi tinja di air, makanan, dan sampel lainnya. [1] Untuk digunakan sebagai mikroorganisme indikator, terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh mikroorganisme tersebut, kendati demikian, persyaratan ini tidak mutlak untuk dipenuhi seluruhnya, tergantung kondisi yang ada. Syaratnya antara lain[1]:

Page 3: Mikroorganisme indikator adalah

1. Dapat digunakan untuk berbagai jenis air

2. Mikroorganisme harus muncul bila patogen enterik dan sumber polusi muncul

3. Tidak ada di air yang terpolusi

4. Mudah diisolasi, murah, mudah diidentifikasi, dan mudah dihitung

5. Lebih banyak jumlahnya dan lebih tahan dibanding patogen

6. Bukan merupakan patogen

7. Tidak berkembang biak di air

8. Merespon perlakuan dan kondisi lingkungan

9. Kepadatan indikator harus berkaitan langsung dengan derajat polusi

10. Menjadi bagian dari mikroflora dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas

Mikroorganisme indikator dapat dibedakan menjadi indikator bakteri, indikator virus, dan indikator protozoa [1] Terdapat lima bakteri yang umum digunakan sebagai indikator

Pseudomonas Digunakan sebagai indikator kolam renang selain Staphylococcus aureus. Memiliki sifat tahan terhadap desinfeksi kimiawi. Berpigmen pyocyanin dan dapat berpendar[1]. Merupakan mikrobiota pada hewan berdarah panas dan limbah. Sifatnya lebih stabil dibanding patogen dan memiliki spora sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi polusi yang terjadi di waktu lampau[1].

Beberapa parameter kualitas air di bedakan menjadi kualitas fisik, kimia dan biologi. Parameter fisik yaitu : bau, Jumlah zat padat terlarut, kekeruhan, rasa, warna, suhu dan daya hantar listrik. Sedangkan untuk parameter kimia anorganik yaitu : air raksa, aluminium, rsen, barium, besi, florida, kadmium, kesadahan CaCO3, klorida, kromium valensi 6, mangan, natrium, nitrat sebagai N, nitrit sebagai N, perak, pH, selenium, seng, sianida, sulfat, sulfida sebagai H2S, tembaga, timbal, DO, nikel, sedangkan kimia organik yaitu: aldrin dan dieldrin, benzona, benzo,clordane, 2,4D dan DDT, detergent, hexachlorobenzene, lindane, metoxychlor, pentachlorophenol, pestisida total, zat organik (KMnO4), endrin, fenol, karbon kloroform ekstrak, minyak dan lemak, organofosfat dan carbanat, PCD, senyawa aktif biru metilen, toxaphene dan BHC. Sedangkan parameter microbiologik yaitu: tinja koliform dan total koliform, Dari parameter chemical tersebut ada beberapa jenis bacteri yang umum digunakan untuk mendegradasi pollutions yaitu: Bacillus, Micrococcus, staphylococcus, pseudomonas, eschershia, Shigella, Xanthomonas, Acetobacter, Citrobacter, Enterobacter, Moraxella and Methylococcus dari 771 bacteri yang teridentifikasi melalui methode isolasi bacteri tersebut yang sering di gunakan dan memiliki kemampuan dalam mendegradasi kandungan kimia. Sedangkan parameter yang umum digunakan untuk menguji kualitas air adalah: physical characteristics (air, Water temperature, transparancy dan electrical conductivity) and chemical characteristics (pH, DO, BOD, COD, CO3, HCO3, SO4, NO2, NO3, and PO4) and than babteria indicators of faecal pollution (total koliformas, faecal coliforms and faecal streptococci) the bacteria

Page 4: Mikroorganisme indikator adalah

pathogenic were identified as E coli, Salmonella, Choleraesuis, Streptococcus faecium and Pseudomonas aeuroginosa.

BIODEGRADASI MINYAK BUANGAN Bakteri : Pseudomonas sp Kemampuan : memanfaatkan minyak sebaga sumber makanannya Peranan : mengatasi pencemaran minyak

Pseudomonas dan Aeromonas dapat menyebabkan kematian larva rajungan (Portunus pelagicus) maupun yang lainnya yaitu Callinectes sapidus, namun hal ini dapat dihindari dengan metode air mengalir dan pemberian desinfektan (Juwana, 2000; Zmora et al., 2005). Bakteri patogen atau non patogen umumnya dapat ditemukan pada tubuh biota laut. Bakteri patogen yang biasa ditemukan antara lain Salmonella, Vibrio, Aeromonas, Proteus, Citrobacter dan bakteri patogen dapat hidup pada organ luar maupun dalam biota (WHO, 1982). Pada beberapa penelitian yang telah dilakukan di beberapa negara, ditemukan parasit dan mikroba patogen pada organ luar dan dalam biota laut, salah satunya adalah penelitian di Amerika Serikat yang menemukan kontaminasi patogen pada sedimen dan biota perairan (Bitton and Harvey, 1993). Bakteri non patogen umumnya termasuk dalam kelompok bakteri heterotrofik. Bakteri heterotrofik pada suatu perairan menjadi salah satu indikator aktifitas penguraian senyawa organik yang menunjukkan kesuburan perairan dan berkaitan dengan pakan alami bagi biota laut. Bakteri heterotrofik di lingkungan laut berperan sangat vital sebagai dekomposer yang menguraikan material organik menjadi komponen yang lebih sederhana sebagai unsur hara yang esensial (Aksornkoe, 1993). Beberapa jenis bakteri heterotrofik antara lain Pseudomonas, Micrococcus, Sarcina, Staphylococcus dan Flavobacterium.

inyak bumi adalah sumber utama energi fosil yang memegang peranan penting untuk industri, transportasi, dan rumah tangga. Produksi minyak mentah dunia diperkirakan sebanyak tiga miliar ton

per tahun, dan sekitar setengahnya diangkut melalui laut [1]. Berbagai kegiatan eksplorasi, eksploitasi, transportasi, penyimpanan, pengolahan dan distribusi minyak mentah maupun minyak olahan masih sering menghasilkan kejadian kebocoran dan atau tumpahan minyak ke lingkungan.

Penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup.

Penanganan kondisi lingkungan yang tercemari minyak bumi dapat dilakukan secara fisika, kimia dan biologi. Remediasi secara fisika dan kimia bersifat remediasi jangka pendek dan tidak tuntas (perpindahan massa antar media lingkungan), hanya sekitar 10-15% pencemar dapat dipindahkan dari media laut [2]. Untuk penuntasan remediasi diperlukan penghilangan media secara biologi (bioremediasi). Bioremediasi didefinisikan sebagai teknologi yang menggunakan mikroba untuk mengolah (cleaning) hidrokarbon minyak bumi dari kontaminan melalui mekanisme biodegradasi alamiah (intrinsic bioremediation) atau meningkatkan mekanisme biodegradasi alamiah dengan menambahkan mikroba, nutrien, donor elektron dan atau akseptor elektron (enhanced

Page 5: Mikroorganisme indikator adalah

bioremediation) [3]. BTX (Benzene, Toluene, dan Xylena) merupakan senyawa aromatik dalam jumlah kecil dalam hidrokarbon, namun pengaruhnya sangat besar terhadap pencemaran perairan. Canadian Water Quality Guidelines Protection memberi ambang batas benzena pada badan air tawar adalah 0,3 mg/l [4]. Pseudomonas aeruginosa mampu menggunakan lebih dari 75 macam organik sebagai sumber karbon dan sumber energi, mampu menggunakan respirasi aerobik (dengan oksigen) dan anaerob pada nitrat atau akseptor elektron alternatif lainnya juga mampu tumbuh pada nutrien dalam jumlah sedikit. Pseudomonas aeruginosa dapat mendegradasi hidrokarbon polisiklik aromatik seperti toluena, bentuk sederhana dari methylbenzene, melalui oksidasi dari kelompok metil aldehida, alkohol, dan asam, yang kemudian diubah menjadi katekol. P.aeruginosa tumbuh dengan optimal pada suhu 37ºC dan bertahan hidup pada suhu berkisar dari 10 ºC sampai 45 ºC dalam air garam dan air distilat, serta pada pH media antara 6,0-9,0 [5]. Pseudomonas aeruginosa dapat tumbuh pada air garam hingga salinitas 50‰ [6].

MIKROBA PENYEBABKERUSAKAN & KERACUNANMAKANANJenis mikroba yang terdapatdalam makanan meliputi bakteri,kapang / jamur dan ragi sertavirus yang dapat menyebabkanperubahan-perubahan yang tidakdiinginkan seperti penampilan,tekstur, rasa dan bau darimakanan. Pengelompokanmikroba dapat berdasarkan atasaktifitas mikroba (proteolitik,lipofilik, dsb) ataupun ataspertumbuhannya (psikrofilik,mesofilik, halofilik, dsb)B a n y a k f a k t o r y a n gmempengaruhi jumlah serta jenismikroba yang terdapat dalammakanan, diantaranya adalahsifat makanan itu sendiri (pH,kelembaban, nilai gizi), keadaanlingkungan dari mana makanantersebut diperoleh, serta kondisip e n g o l a h a n a t a u p u npenyimpanan. Jumlah mikrobayang terlalu tinggi dapatmengubah karakter organoleptik,mengakibatkan perubahan

Page 6: Mikroorganisme indikator adalah

nutrisi / nilai gizi atau bahkanmerusak makanan tersebut. Bahkan bila terdapat mikrobapatogen, besar kemungkinanakan berbahaya bagi yangmengkonsumsinya.Dalam pengujian cemaranmikroba digunakan mikrobaindikator, karena selain mudahdideteksi juga dapat memberikangambaran tentang kondisihigienis dari produk yang diuji.Bersamaan dengan mikrobaindikator dilakukan jugapengujian terhadap bakteripatogen.Mikroba indikatorMikroba indikator adalahgolongan atau spesies bakteriyang kehadirannya dalammakanan dalam jumlah diatasbatas (limit) tertentu, merupakanpertanda bahwa makanan telahterpapar dengan kondisi-kondisiy a n g m e m u n g k i n k a nberkembang biaknya mikrobapatogen. Mikroba indikatordigunakan untuk menilaikeamanan dan mutu mikrobiologimakanan.Jumlah bakteri aerob mesofil,bakteri anaerob mesofil danbakteri psikrofil dapatmerupakan indikator bagi status/mutu mikrobiologi makanan.Jumlah yang tinggi dari bakteribakteritersebut seringkalisebagai petunjuk bahan bakuyang tercemar, sanitasi yang tidakmemadai, kondisi (waktu danatau suhu) yang tidak terkontrolselama proses produksi atauselama penyimpanan ataupunkombinasi dari berbagai kondisitersebut.

Page 7: Mikroorganisme indikator adalah

Bakteri aerob mesofil dianggapsebagai mikroba indikator,meskipun sebenarnya kurangakurat dibandingkan denganindikator lainnya. Bakteri anaerobmesofil merupakan indikator darikondisi yang dapat menyebabkanadanya pertumbuhan mikroba anaerob penyebab keracunanmakanan seperti C. perfringensdan C.botulinum.Golongan bakteri coliform,Coliform fekal, Escherichia colidan Enterobacter sakazakiimerupakan bakteri bentukbatang, bersifat aerob dananaerob fakultatif.

Air merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Untuk pemenuhan kebutuhan ini, manusia/masyarakat memiliki berbagai alternatif antara lain membeli dari perusahaan penyedia air bersih ataupun beralih kepada pengambilan air bawah tanah. Kedua cara tersebut mengharuskan masyarakat mengeluarkan dana yang relatif tidak kecil. Bagi masyarakat sekitar daerah aliran sungai khususnya ekonomi lemah, pilihan sangat terbatas sehingga terpaksa menggunakan air permukan yang ada seperti air sungai sedangkan kualitas sumber air dari sungai-sungai penting di Indonesia umumnya tercemar amat sangat berat oleh limbah yang berasal dari penduduk, industri lainnya (Pusair; 2004). Limbah tersebut bisa saja mengandung berbagai senyawa kimia serta mikroorganisme yang bila terpapar kepada masyarat dapat memberikan dampak yang buruk (Pusair; 2004). Pencemaran sungai merupakan masalah yang sangat kompleks karena melibatkan banyak faktor selain itu terlihat jelas adanya korelasi positif antara aktivitas manusia dengan penurunan kualitas air sungai di sepanjang Daerah Pengaliran Sungai Cikapundung. Sungai mempunyai fungsi yang strategis dalam menunjang pengembangan suatu daerah, yaitu seringnya mempunyai multi fungsi yang sangat vital diantaranya sebagai sumber air minum, industri dan pertanian atau juga pusat listrik tenaga air serta mungkin juga sebagai sarana rekreasi air. Menurut Harahap (2006), sungai Cikapundung yang terletak di kota Bandung mengalami penurunan kualitas. Hal ini sangat mengkhawatirkan sehingga menjadi perhatian khusus pemerintah daerah karena merupakan sumber persediaan air. Sungai ini mengalir ke Sungai Citarum di hilirnya dan menerima buangan limbah terutama dari rumah tangga (domestic wastes). Peningkatan buangan limbah ke sungai ini menyebabkan juga peningkatnya kadar beberapa pencemar seperti nitrogen. Air digunakan manusia untuk berbagai keperluan antara lain untuk keperluan transportasi, pembentukan tenaga mekanis ataupun listrik, untuk industri, untuk mendapatkan senyawa kimia tertentu seperti garam (NaCl), kalium, bromide, rekreasi, dll. Hal ini menunjukan bahwa adanya

Page 8: Mikroorganisme indikator adalah

hubungan budaya dengan air. Terjadinya perkembangan budaya ini diakibatkan kebutuhan yang dirasakan manusia dan adanya interaksi antara manusia itu sendiri dengan lingkungan air. Bahwa air telah memberikan rangsangan pada perkembangan budaya manusia. Contohnya, pada manusia purba yang dapat dilihat dari benda-benda peninggalan yang sering ditemukan seperti periuk-periuk yang semestinya digunakan untuk menyimpan air. Akhirnya, saat ini badan-badan airlah yang digunakan sebagai wadah untuk membuang kembali semua limbah cair (Slamet; 2004). Penggunaan air sungai yang tercemar tersebut dapat menurunkan derajat kesehatan masyarakat pengguna dengan timbulnya penyakit bawaan air (water borne diseases) salah satunya adalah penyakit diare. Penyakit diare termasuk sepuluh besar penyakit yang sering terjadi di Indonesia walaupun biasanya ada pada peringkat kesembilan namun menjadi penyebab kematian yang cukup besar. Adanya kasus-kasus gangguan kesehatan masyarakat yang tinggal di bantaran sungai seperti kejadian luar biasa diare yang banyak terjadi pada musim hujan merupakan indikasi bahwa banyak sungai memang telah tercemar berat.Penggunaan air sungai dimaksudkan tidak hanya pada penggunaan langsung atau konsumsi air melainkan juga pada aktivitas-aktivitas domestik lainnya seperti mencuci baju dan perangkat makan.